Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen Bagian 27
depan sana, coba diperiksa apakah masih ada jebakan lain
atau tidak, siaute sebagai si burung bodoh biar terbang
lebih dulu." Selesai berkata, dia lantas berjalan lebih dulu
meninggalkan tempat tersebut. "Aku akan bertindak
sebagai pelindung saudara Tham" seru Cu Siau hong cepat.
Selesai berkata, ia segera mengikuti di belakang Tham Ki
wan. Ternyata didalam hutan sudah tidak dijumpai jebakan
lagi. Tapi Cu Siau hong mengerti, otak yang sebenarnya dari
peristiwa ini sudah mengundurkan diri dari situ, walaupun
jebakan mereka disini gagal, namun jebakan yang lebih
hebat lagi pasti sudah dipersiapkan dibelakang sana.
Namun hal mana tak sampai diutarakan keluar.
Begitulah, Oh Hong cun segera memimpin para jago
lainnya menembusi hutan dan melanjutkan perjalanan ke
depan, belasan li sudah lewat, sementara senja pun sudah
menjelang tiba.. Setelah adanya pelajaran kali ini, para jago
bertindakjauh lebih berhati-hati lagi.
Sebelum matahari tenggelam, Oh Hon cun telaht memilih
sebuah tanah lapang untuk beristirahat.
Lima rombongan membentuk diri dalam barisan lima
unsur, masing-masing menempati posisi menurut bentuk
ngo heng dan melakukan penjagaan yang sangat ketat.
Oh Hong cun beristirahat didalam pasukan tanah yang
dipimpin oleh Cu Siau hong..
Yang dimaksudkan sebagai beristirahat tak lebih hanya
berkumpul di sebuah tanah lapang, ada yang melepaskan
jubah panjangnya yang diletakkan diatas rumput untuk
berbaring. Orang-orang seperti mereka ini bisa minum arak dengan
cawan besar, makan daging potongan besar, tapi dapat pula
makan angin menahan lapar, oleh sebab itu kehidupan
macam begini dalam dunia persilatan, sesungguhnya
bukanlah suatu hal yang tak bisa ditahan oleh setiap orang..
Tapi bagi Oh Hong cun yang merupakan manusia punya
nama dan punya kedudukan, hal ini merupakan suatu
siksaan yang sudah banyak tahun tak pernah dialami lagi.
Kim, Bok, Sui, hwee, toh, masing-masing menempati
lima posisi yang berbeda. Seng Tiong gak dengan
membawa kereta kuda itu berkumpul menjadi satu dengan
Pek bi taylu serta dua belas orang Lohannya.
Atau lebih tegasnya lagi, orang itu memisahkan diri
menjadi tujuh kelompok. Dari setiap kelompok tersebut, masing-masing mengutus
dua orang manusia untuk melakukan penjagaan di empat
penjuru. Seng Tiong gak juga mengutus orang, tapi hanya
berjaga-jaga di atas kereta mereka.
Tempat itu merupakan sebuah tebing datar, luasnya
sepuluh kaki lebih dan di seputarnya tidak nampak tumbuh
pepohonan. Meski ada pula semak belukar disekitarnya tapi Thian Pak
liat telah menurunkan perintah untuk membabat rata semak
belukar itu. Sementara itu Cu Siau hong telah menyerahkan tabung
jarum Cu bu ciam nya ke tangan Ong Peng dan Tan Heng
bahkan memberitahukan juga kepada mereka cara
penggunaannya. Dua tabung jarum yang lain, satu terjatuh ke tangan
Thian Pak liat, sedangkan yang lain karena alat pegasnya
sudan rusak sehingga tak dapat dipergunakan lagi.
Malam sudah kelam, tengah malam pun menjelang tiba.
Di tengah keheningan malam yang mencekam seluruh
jagad, mendadak kedengaran suara lolongan serigala yang
amat memekikkan telinga. Setiap orang yang hadir disana dapat mendengar suara
mana dengan amat jelas. Mereka yang baru saja terlelap
tidur dengan cepat melompat bangun dan duduk.
Dua belas orang penjaga malam disekitar situ pun
merasakan semangatnya berkobar, mereka segera
mempersiapkan diri untuk menghadapi segala kemungkinan
yang tak diinginkan. Oh Hong cun telah duduk pula, katanya dengan suara
dalam: "Aaaah, tampaknya suara lolongan serigala !"
"Betul, suara lolongan serigala, tapi ditengah keheningan
malam yang mencekam, mengapa bisa berkumandang dua
kali suara lolongan serigala?"
"Ditengah hutan liar seperti ini, tak bisa dihindari banyak
binatang liar yang berkeliaran, bila serigala bertemu dengan
binatang buas, otomatis mereka akan memperdengarkan
suatu lolongan keras"
"Macan kumbang ... .?" bisik Cu Siau hong.
"Macan kumbang?" Oh Hong cun tertegun,
"Mengapa lote mengatakan demikian" Mungkin saja
suara itu adalah suara serigala yang bertemu dengan
harimau atau se ekor singa?"
Cu Siau hong menghela napas panjang.
Mendengar perkataan itu, Oh Hong cun segera tertawa.
"Kalau begitu anggap saja sebagai macan kumbang
hitam! Tapi kita kan mempunyai banyak orang, masa dia
berani mencari gara-gara dengan diri kita semua?"
"Seandainya macan kumbang itu adalah penyaruan dari
manusia?" bisik Cu Siau hong tiba-tiba. Oh Hong cun
kembali tertegun. Masa manusia pun dapat menyamar sebagai macan
kumbang" Tapi karena apa demikian.
"Karena apa" Tentu saja untuk membunuh manusia, juga
untuk melancarkan sergapan secara tiba-tiba"
"Cu lote . . ."
"Dengan mata kepalaku sendiri kusaksikan mereka
membunuh orang, bahkan gerak gerik mereka jauh lebih
lincah, lebih ganas daripada macan kumbang hitam yang
sebenarnya" Mendadak Oh Hong cun melompat bangun, kemudian
serunya: "Masa dalam dunia persilatan terdapat kejadian seperti
itu" mengapa Lohu belum pernah mendengarnya?"
"Oh tua, mereka amat misterius seperti juga manusia
yang melepaskan serangan dengan jarum beracun cu bu
ciam tersebut" "Oooh..." "Oleh sebab itu, lebih baik Oh tua berusaha untuk
memberitahukan hal ini kepada masing-masing komandan
regu agar lebih berwaspada lagi"
Oh Hong cun termenung beberapa saat lamanya,
kemudian berkata. "Aku merasa sulit untuk berbicara, andai
kata sampai salah.."
"Tak bakal salah, kau tak perlu kuatir' Sekali lagi Oh
Hong cun termenung sampai lama sekali, kemudiaan ia
baru berkata: "Baik! Aku akan memberitahukan hal ini kepada mereka"
Selesai berkata dia lantas beranjak pergi dari situ.
Tak selang beberapa saat kemudian, Oh Hong cun telah
berjalan kembali, katanya sambil tertawa: "Mereka benarbenar
mempercayai perkataan itu"
"Apa yang mereka katakan!"
Sewaktu aku memberitahukan kepada mereka bahwa
hati-hati dengan serangan macan kumbang hitam yang
besar kemungkinan disaru oleh manusia, dengan cepat
mereka menurunkan perintah untuk mempersiapkan diri
secara lebih ketat!. Setelah berhenti sejenak, bisiknya lagi dengan suara
lirih: "Mereka berjaga-jaga disebelah timur, barat, utara dan
selatan, sehingga pasukanmu berada ditengah, kau tentu
boleh beristirahat dahulu..."
Mendengar itu, sambil tertawa Cu Siau hong segera
menukas: "Oh tua, tahukah kau, macan kumbang hitam yang
pintar selalu akan menyerang ke bagian tengah lebih dulu!"
Oh Hong cun menjadi tertegun sesudah mendengar
perkataan ini, serunya tertahan: 'Aaaaah, masa ada
kejadian seperti ini?"
"Oh tua, apalagi mereka adalah manusia, mereka adalah
macan-macan kumbang hitam yang jauh lebih menakutkan
daripada macan kumbang hitam yang sebenarnya"
Tiba-tiba Oh Hong cun tertawa:
'Cu lote, tampaknya kita benar-benar terhitung cukup
mujur". "Maksudmu"' "Manusia-manusia seperti Thian Pak liat, Si Eng, Ho Hou
po dan Tham Ki wan adalah manusia manusia lihay yang
sangat jarang bisa ditemui dalam dunia persilatan, sungguh
tak disangka mereka bisa mencampurkan diri ke dalam
kelompok manusia seperti ini, yang lebih hebat lagi mereka
bersedia untuk menampilkan diri dan memimpin kelompokkelompok
jagoan tersebut, di tambah pula kau, meski tidak
punya nama, tapi dalam ilmu silat, kecerdasan serta
keberanianmu sedikit pun tidak berada di bawah ke empat
orang itu. Apa pula Pek bi taysu beserta kedua belas Lo han
dari Siau lim si juga hadir disini, lohu rasa kekuatan yang
sekarang kita miliki ini sesungguhnya sudah cukup untuk
membentuk suatu kekuatan baru dalam dunia persilatan"
Mendengar itu, Cu Siau bong segera berpikir didalam
hati: "Tampaknya, perasaan mencari nama telah membuat
timbulnya ambisi yang berkobar-kobar dalam hatinya untuk
berjuang lebih ke atas"
Berpikir demikian, dia lantas berkata:
"Apa yang Oh tua katakan memang benar, akupun
mempunyai perasaan demikian, namun kalau dilihat dari
kesediaan semua orang untuk menuruti dibawah komando
Oh tua, hal ini pun disebabkan nama serta kedudukan Oh
tua dalamt dunia persilatan"
Oh Hong cun termenung beberapa saat, lalu katanya:
"Setelah menyaksikan kemampuan yang kalian miliki, hal
ini membuat lohu mempunyai suatu perasaan yang amat
besar, yakni enghiong tetap muncul dari kaum muda, terus
terang saja, keberhasilan dari kalian beberapa orang muda
sangat mengagumkan hati lohu, sedang mengenai Pek bi
taysu, nama serta kedudukannya didalam dunia
persilatanpun sepuluh kali lipat lebih hebat dariku, tapi dia
kelewat jujur, lohu sendiri mengerti aku tak lebih hanya
lebih tua dari kalian, bila aku dibilang memiliki kelebihan,
maka kelebihanku itupun tak lebih hanya bisa
mempersatukan pendapat dari kalian didalam hal ini
memang kau memiliki kelebihan yang tak bisa dilampaui
oleh siapapun." Pada saat itulah, mendadak dari arah sebelah timur
kedengaran seseorang membentak keras:
"Siapa?" Menyusul kemudian, berkumandang jeritan kaget.
"Aaaah, macan kumbang hitam."
"Ooh, betul-betul macan kumbang hitam pekik Oh Hong
cun dengan terperanjat. "Ayo berangkat, cepat kita melihat keadaan disana."
Oh Hong cun segera bangkit berdiri dan menerjang
keluar dari tempat tersebut.
Cu Siau hong menyusul pula dibelakangnya.
Bu Seng siong dengan membawa toya besinya, juga
berlarian menyusul ke depan.
Yang berjaga disebelah timur adalah pasukan kayu..
Pada waktu itu, seluruh anggotta pasukan telah
terbangun, dan sembilan belas anggota pasukan hampir
semuanya telah meloloskan senjata tajam masing-masing.
Hun hoa jiu Si Eng dengan membawa dua orang lelaki
bersenjata golok, berjaga di bagian muka. Tiga ekor macan
kumbang hitam berdiri kereng lebih satu kaki dihadapan Si
Eng. Macan-macan kumbang titam itu berdiri dengan keenam
matanya mengawasi rombongan manusia itu tanpa
berkedip. Mungkin terpengaruh oleh ucapan Cu Siau hong, dengan
keberanian yang meluap 0h Hong cun lari ke sisi tubuh Si
Eng, kemudian serunya: "Si lote, macan-macan kumbang hitam itu penyaruan
dari manusia" "Apa kubilang, tak heran kalau mereka begitu tenang
dan mampu mengendalikan diri sedemikian tenangnya
sehingga tidak mirip seekor macan kumbang hitam
sungguhan. Mereka memang bukan macan kumbang hitam asli,
mereka manusia, manusia yang mengenakan kulit macan"
sambung Cu Siau hong. Sambil tertawa dingin Si Eng segera berseru:
"Perduli dia manusia baik atau manusia jelek, manusia
tetap memakai kulit manusia, sungguh tak disangka enakenak
menjadi manusia tak mau, mereka malah menyaru
sebagai binatang." Umpatannya itu amat tajam dan tak sedap didengar, tapi
ke tiga ekor macan kumbang hitam itu masih tetap
mendekam di tanah tanpa berkutik barang sedikitpun jua.
Dalam pada itu, dua orang lelaki bergolok yang berdiri
disamping Si Eng merasakan semangatnya berkobar setelah
mendengar kalau mereka hanya manusia yang menyamar
sebagai macan kumbang hitam.
Mendadak mereka melompat ke depan dan menubruk ke
arah macan kumbang hi-tam tersebut.
Belum lagi orangnya sampai, golok mereka sudah
diayunkan ke depan secepat kilat untuk melancarkan
bacokan. Terlihat dua ekor macan kumbang hitam yang berada di
kiri kanan itu mengangkat cakar kanannya dan menangkis.
"Traaaang.. !" ke dua bilah golok tersebut sudah
tertangkis hingga mencelat ke samping, sementara cakar
sebelah kiri segera menerobos masuk ke dalam.
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dua kali jeritan ngeri yang menyayatkan hati segera
berkumandang memecahkan keheningan.
Tahu-tahu dada ke dua orang lelaki bersenjata golok itu
sudah kena tersambar oleh cakar maut lawan hingga
jantungnya kena dibetot keluar hidup-hidup.
TAMPAKNYA kemampuan macan kumbang hitam itu
untuk menangkis serangan golok lawannya sama sekali
diluar dugaan siapa pun, tapi yang paling penting lagi
adalah gerakan tubuh dari macan kumbang hitam itu
terlampau cepat sehingga akibatnya munculah kekuatan
yang dahsyat! Si Eng membentak gusar, dia segera meloloskan pedang
lemas yang melilit diatas pinggangnya.
Dia termashur sebagai Hunn hoa jiu (tangan sakti
pemisah bunga), tentu saja kepandaiannya luar biasa dan
melebihi siapa pun jua. Tapi menghadapi kelihayan musuh itu, dia tak berani
bertindak gegabah, maka untuk menghadapi cakar tajam
dari macan kumbang hitam tersebut, terpaksa dia harus
meloloskan senjatanya. Mendadak Cu Siau hong berseru:
'Saudara Si, untuk membunuh ayam tak perlu
menggunakan golok sapi, serahkan saja ke tiga ekor macan
kumbang hitam itu kepadaku".
Sembari berseru dia menerkam ke muka, belum habis
ucapannya diutarakan, seekor macan kumbang hitam itu
sudah terbunuh dan roboh binasa di tanah.
Macan kumbang hitam yaug berada disebelah kiri dan
kanan itu mendadak melompat ke depan, kemudian
melancarkan tubrukan dari dua arah yang berbeda.
Benar-benar suatu sergapan yang dahsyat dan
mengerikan.. Tampak macan kumbang hitam itu tiada hentinya
menggerakkan cakarnya mencakar kian kemari ditengah
udara, sedang dari kaki-kaki mereka pun memperlihatkan
pula cakar yang amat tajam dan panjang.
Si Eng dapat melihat dengan sangat jelas sudah pasti
mereka bukan macan kumbang hitam, sebab cakar macan
kumbang hitam tidak akan sedemikian panjangnya.
Begitu panjang cakar itu lebih panjang setengah depa
dari senjata pendek. Berbicara menurut kepandaian silat, tubrukan dari dua
ekor macan kumbang hitam yang muncul dari kiri kanan
tengah udara tersebut, kekuatannya hampir menyelimuli
daerah seluas satu kaki lebih.
Si Eng benar-benar merasa amat terperanjat! andaikata
dia yang disergap oleh cakar-cakar macan kumbang hitam
tersebut, sudah pasti sulit baginya untuk meloloskan diri
dari ancaman mana. Atau paling banter dia hanya bisa melakukan suatu
pertarungan adu jiwa ....
Berdasarkan pengalamannya yang bertahun-tahun, Oh
Hong cun juga merasa tidak sanggup untuk menahan
serangan dahsyat itu. Tapi Cu Siau hong bukan saja berhasil menghindarkan
diri dari sergapan sepasang cakar ke dua ekor macan
kumbang itu, bahkan sekaligus berhasil membunuh mereka.
Bersamaan waktunya ketika dia meloloskan diri dari
cakar macan kumbang hitam itu, pedangnya segera
diayunkan ke depan membabat pinggang sepasang macan
kumbang hitam tersebut. Dia seakan-akan sama sekali tidak cedera oleh serangan
tersebut, bahkan mundur sejauh satu kaki dari arena,
malah berdiri kembali diposisinya semula.
Kedua ekor macan kumbang hitam yang berada ditengah
udara itu menyemburkan darah segarnya ke empat penjuru,
kemudian baru roboh terjengkang ke tanah.
Si Eng yang menyaksikan serangan maut itu benar-benar
merasa kagum sekali. Namun dia tidak memuji, hanya memandang sekejap ke
arah Cu Siau hong sambil tertawa dan manggut-manggut.
Sedangkan Oh Hong cun segera mengacungkan
jempolnya sambil memuji: "Benar-benar suatu ilmu pedang yang bagus, benarbenar
suatu ilmu pedang yang hebat, hari ini lohu baru
merasa mataku benar-benar terbuka."
Pelan-pelan Si Eng mendekat ke tiga ekor macan
kumbang hitam itu, dengan cepat ia membuktikan kalau
mereka adalah penyaruan dari tiga orang manusia.
Seorang lelaki bersenjata kapak segera berlari mendekat
sembari berkata: "Ke tiga lembar kulit macan kumbang hitam ini betulbetul
indah, sayang sekali sudah terpapas putus persis
sebatas pinggangnya"
Sambil berkata dia lantas mencengkeram kepala macan
kumbang hitam tersebut. Belum lagi kulit macan kumbang hitam itu kena
dicengkeram, orangnya sudah menjerit kesakitan lalu roboh
terjengkang ke atas tanah.
Ternyata dibalik mulut macan kumbang hitam itu
terdapat alat rahasia yang mengendalikan sejumlah senjata
rahasia, begitu mulut macan tersebut dibuka, segera
muncul dua belas batang paku baja yang meluncur ke luar.
Tadi Cu Siau hong melancarkan serangan dengan
kecepatan yang luar biasa, hal ini tak lain untuk
menghadapi ilmu pedang macan-macan kumbang hitami
tersebut. Seandainya dia bergerak agak lambat dan ke dua ekor
macang kumbang hitam itu keburu memuntahkan senjata
rahasia dari mulutnya, mungkin sulit buat Cu Siau hong
untuk meloloskan diri dengan selamat.
Tampaknya peralatan senjata rahasia dalam mulut
macan-macan kumbang hitam itu merupakan pemasangan
terbaru dari mereka sebab dalam mulut macan kumbang
hitam yang berada di kota Siang yang tempo hari belum
terdapat senjata rahasia macam begitu.
Dengan suara lantang Hun hoa jiu Si Eng segera berseru:
"Kita sudah korban tiga orang manusia, mulai sekarang
lebih baik kalau kalian jangan bergerak secara
sembarangan." Dia adalah komandan pasukan kayu, setelan tiga orang
anggotanya terluka dalam waktu singkat, tak heran kalau
hatinya merasa sedih sekali
"Saudara Si' kata Cu Siau hong kemudian "selama dua
hari ini, kita sudah kehilangan banyak orang, tapi kalau
dibicarakan lagi masih termasuk suatu keberuntungan
dibalik ketidak beruntungan, sebab kalau dibicarakan dari
persiapan yang telah mereka atur selama ini, sesungguhnya
korban yang bakal jatuh dipihak kita pasti jauh lebih banyak
lagi daripada sekarang"
"Mungkin mereka tidak menyangka kalau diantara kita
ternyata terdapat begitu banyak jago lihay" ucap Oh Hong
cun. "Benar, mereka sedikit merasa diluar dugaan, lebih-lebih
tak menyangka kalau diantara kita terdapat dua orang ahli
senjata rahasia yang lihay, tampaknya persiapan mereka
kali ini adalah untuk merampas kembali tabung senjata
jarum beracun itu, aaai.. terus terang saja andaikata kita
bertindak sedikit kelewat gegabah saja, bisa jadi banyak
korban yang akan berjatuhan dipihak kita".
Oh Hong cun segera manggut-manggut sahutnya dengan
wajah amat serius: "Betul, kalau dipikirkan kembali dengan seksama, kita
memang masih terhitung agak mujur"
"Tapi siapakah yang telah mengotaki penyerangan kali
ini" Apakah tujuan mereka dan mengapa?" tanya Si Eng.
"Siapakah yang mengotaki serangan kali ini, mungkin
tiada orang yang bisa menjawab, sedang apa tujuan
mereka, aku masih bisa menduga secara garis besar"
"Disebabkan perempuan yang berada dalam kereta kuda
itu?" "Kemungkinan besar memang demikian"
Si Eng termenung sejenak, lalu katanya lagi:
"Lo heng, sebenarnya berapa banyak yang kau ketahui
tentang peristiwa ini?"
"Aku bukannya tahu, melainkan hanya menduga,
kemungkinan besar orang yang berada dalam kereta itu
merupakan sasaran yang terutama dari penghadangan
mereka, tapi yang tidak beruntung, mereka telah
menjumpai satu peristiwa''
"Maksudmu, kita sudah terlibat didalam persoalan ini
sehingga tak mungkin lagi untuk menarik dari?" Cu Siau
hong menghembuskan napas panjang.
"Saudara Si, apakab kau mempunyai perasaan
demikian?" ia balik bertanya.
Si Eng mengawasi wajah Cu Siau hong beberapa saat
lamanya, kemudian berkata:
"Tampaknya lagi-lagi saudara Cu telah mengucapkan hal
yang benar!' "Kalau toh saudara sekalian mempunyai perasaan
demikian, kecuali bersatu padu, rasanya tiada cara lain buat
kita untuk bertindak" Ucap Oh Hong cun kemudian.
Dalam pada itu Thian Pak liat, Tham Ki wan, Ho Hou po
dan Pek bi taysu telah berdatangan semua ke sana.
Kemunculan macan kumbang hitam tadi rupanya sudah
menimbulkan perasaan kuatir dari setiap orang.
Cu Siau hong pun merasa hal ini seharusnya diputuskan
secara jelas agar semua orang bisa makin bersatu padu.
Setelah menghembuskan napas panjang, katanya: "Aku
pikir, memang demikianlah seharusnya"
"Aaaai ...." Si Eng menghela napas panjang, "kalau
ditinjau dari situasi yang terbentang didepan mata sekarang
tampaknya persiapan lawan bukan hanya sampai disini
saja, didepan situ sudah pasti terdapat hal-hal yang lebih
ganas lagi." "Yaa, paling banter mereka hanya akan melakukan
penghadangan-penghadangan di tengah jalan saja.' kata Oh
Hong cun, "bagaimana pun juga toh mustahil mereka
mempersiapkan orang-orangnya dibukit Yang Jit gay?"
"Berada dalam situasi dan keadaan seperti sekarang ini,
mengandalkan kepada orang lain bukan suatu tindakan
yang tepat" kata Cu Siau hong, "sebaliknya kita harus
menghimpun tenaga untuk bangkit dan bersatu padu untuk
menghadapi organisasi rahasia tersebut, menurut
pendapatku, entah Pena wasiat atau Ban Ci cu, tak ada
yang bisa memberi bantuan apa-apa terhadap kita"
"Setelah berlangsungnya dua kali perlawanan, rasa benci
mereka agaknya sudah meliputi semua orang yang
bergabung dengan kita" kata Thian Pak liat.
'Lolap pun merasa pada saat ini tidak baik bagi kita
untuk melakukan tindakan secara sendiri-sendiri" ucap Pek
bi taysu. "Ada rejeki dirasakan bersama, ada bencana
ditanggulangi berbareng, dengan himpunan kekuatan kita
semua, jiwa kita baru bisa diselamatkan, bila ada diantara
kalian yang enggan bekerja sama, tak ada salahnya untuk
mengambil keputusan sekarang juga" kata Cu Siau hong.
Kembali Si Eng memandang sekejap ke arah Cu Siau
hong, tapi ia tidak menyatakan menolak. Agaknya dia
dibikin kagum dan takluk oleh penampilan ilmu silat Cu Siau
hong yang amat lihay itu. Tapi dia pun menaruh curiga
terhadap Cu Siau hong.. "Aku setuju dengan pendapat saudara Cu tadi, Thian Pak
liat segera berseru lantang.
"Suruh para pengawal kereta itu datang kemari." seru
Tham Ki wan cepat. "kita sudah mengorbankan banyak
manusia demi kereta kuda itu, apabila mereka tak mau
mengatakan hal yang sebenarnya, kita usir mereka pergi
agar mereka menempuh perjalanan sendirian"
"Betul!"'dukung Ho Hou poo, didepan sana dengan mara
bahaya, sekalipun kita harus menjual nyawa juga harus
menjualnya secara jelas, hingga setelah mati nanti kita pun
tak usah menjadi setan yang kebingungan"
Oh Hong cun mengerutkan dahinya rapat-rapat, dia
segera menengok ke arah Cu Siau hong dan Thian Pak liat.
"Sambil tertawa hambar Thian Pak liat berkata:
"Seandainya mereka tidak memperkenankan kau untuk
melihatnya?" 'Sudah kukatakan tadi, kalau tidak diperkenankan untuk
kita lihat, seketika itu juga kita usir mereka agar pergi."
Thian Pak liat tertawa hambar.
"Saudara Ho, aku tidak tahu sudahkah kau hitung jumlah
mereka?" dia bertanya.
"Aku sangat memperhatikan dengan pasti, mereka
berjumlah dua belas orang, tidak termasuk orang-orang
yang berada didalam kereta kuda tersebut"
Cu Siau hong bersama Ong Peng, Tan Heng dan dua
bocah pedang membentuk kelompok sendiri, jadi mereka
tidak termasuk dalam hitungan.
Thian Pak liat segera berkata lagi:
'Walaupun mereka hanya berdua belas, tapi siaute
hendak mengucapkan sepatah kata yang mungkin tak
senang kalian dengar, sesungguhnya dari lima pasukan kita
ini, Bok sui, hwee toh, pasukan yang mana pun bukan
tandingan mereka. "Aaaah masa begitu?" Ho Hou poo tidak percaya.
"Bagaimana kalau lima pasukan digabung-kan menjadi
satu" tanya Tham Ki wan.
"Yang dimaksudkan sebagai lima pasukan gabungan,
kecuali pasukan tanah dari Cu lote, hanya kita beberapa
gelintir manusia yang bisa dimanfaatkan, dalam hal ini,
apakah saudara Tham sudah memikirkannya dengan
seksama?" "Bukankah masih ada Pek bi taysu dan dua belas orang
Lohannya."." "Pertama, hal ini harus mendapat persetujuan dari Pek bi
taysu lebih dulu, dia adalah seorang padri agung, aku rasa
pandangannya akan sedikit berbeda dengan pandangan
saudara Tham, lagipula dari lima pasukan yang ada belum
tentu kita tentu kita semua bisa bersatu padu."
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Maksudnya saudara Thian tidak setuju?" tanya Ho Hou
poo. "Benar, siaute merasa cara seperti ini merupakan suatu
cara untuk menjurus kearah saling gontok-gontokan sendiri,
maka aku tidak setuju dengan cara seperti ini."
"Akupun tidak setuju," sambung Si Eng.
"Perkataan saudara Thian memang benar," ucap Cu Siau
hong pula, "andaikata kita harus saling gontok-gontokan
sendiri, orang lain pasti akan memanfaatkan kesempatan ini
dengan sebaik-baiknya, sebagai akibatnya mungkin
siapapun tak akan memperoleh keuntungan apa-apa."
"Kalau begitu, kau pun menolak?" seru Than Ki wan
dingin. "Benar aku menolak"
Mendadak Tham Ki wan bangkit berdiri kemudian
ujarnya: "Sekarang kita sudah dua kali bentrok dengan mereka,
bagaimana pun juga kita tak bisa beradu terus untuk
mereka" Lalu sambil mengalihkan sorot matanya ke arah Pek bi
taysu, katanya: "Bagaimana pendapat taysu?"
"Lolap mereka serba salah!" jawab Pek bi taysu cepat.
Dia memang betul-betul merasa serba salah, dia merasa
tidak seharusnya mempertaruhkan jiwa sendiri untuk
melindungi orang-orang yang sama sekali tak dikenal, kalau
bisa orang-orang itu memang disuruh menyingkir saja dari
rombongan. Tapi menolong kaum lemah, membantu yang mendapat
kesulitan merupakan kewajiban dari setiap orang.
Sebagai seorang pendeta agung yang berjiwa pendekar,
dia merasa tidak sepantasnya untuk mengusir orang yang
sedang menghadapi kesulitan tersebut.
Dengan sorot mata yang tajam Tam Ki wan telah
mengalihkan pandangannya ke wajah Oh Hong cun, setelah
memandangnya lekat-lekat, dia berkata:
"Kau adalah pemimpin kita semua, sepantasnya bila kau
mengucapkan sepatah kata secara adil."
Oh Hong cun pun merasa serba salah, dia mengerti
walaupun dia dianggap sebagai pemimpin dari golongan
tersebut, kalau berbicara soal bekerja, maka siapa pun tak
akan dibelainya, karena tiada seorang pun yang benarbenar
tunduk atas perintahnya. Maka setelah termenung lama sekali, pelan-pelan dia
berkata: "Kalau dikatakan kalian harus melindungi kereta
tersebut, sesungguhnya sukar untuk ku utarakan, tapi
dibicarakan menurut situasi yang sedang kita, hadapi
sekarang " "Cukup!" tukas Tham Ki wan cepat, "asal Oh tua berkata
demikian, kita sudah cukup beralasan untuk menyuruhnya
pergi" "Saudara Tham, aku rasa beberapa patah katamu itu
kelewatan sedikit ..." kata Cu Siau hong tiba-tiba.
"seandainya kau hendak mendengarkan perkataan dari Oh
tua, seharusnya berilah kesempatan baginya untuk
menyelesaikan dulu perkataannya, kalau kau enggan
mendengar, itu pun merupakan urusan saudara Tham
sendiri" 'Tutup mulut" bentak Tham Ki wan dengan gusar, kau ini
manusia macam apa.." Berani benar memberi nasehat
kepada aku orang she Tham"
Cu Siau hong tertawa hambar, katanya:
"Saudara Tham, tak usah kau sakiti hati orang dengan
ucapanmu, aku mempunyai suatu cara yang bagus sekali
untuk mengatasi hal ini."
"Cu lote, cepat kau katakan" seru Oh Hong cun.
"Kita mengangkat kau Oh tua sebagai pemimpin, tapi
belum juga bisa mengatasi pendapat semua orang, maka
kupikir lebih baik rombongan ini dibubarkan saja, masingmasing
menempuh perjalanannya sendiri-sendiri, yang mau
tetap bergabung silahkan bergabung, yang tak mau
silahkan pergi, setiap orang boleh memilih sendiri kemauan
masing-masing." Usul ini memang tak perlu diperdebatkan karena
memang merupakan suatu hal yang paling baik. Oh Hong
cun segera bertanya: "Cu lote, bagaimana keputusanmu sendiri?"
"Aku akan tetap tinggal disini, menempuh perjalanan
bersama-sama kereta tersebut." "Aku juga tetap tinggal
disini" sambung Thian Pak liat cepat.
"Hubungan siaute dengan saudara Thian selama ini baik,
karena dia tetap tinggal, siaute pun tinggal" sambung Si
Eng. "Lohu juga tetap tinggal" seru Oh Hong cun pula.
"Pek bi taysu tidak ketinggalan cepat dia menyambung:
"Lolap pikir kalau toh kita sudah melindungi mereka,
paling baik kalau melindungi lagi selama beberapa hari"
Walaupun nada suaranya berbeda, tapi siapa pun dapat
memahami maksud dari perkataan itu.
"Oh tua" Tham Ki wan segera berkata: "ada satu hal
kami harus berkata dulu, sejelasnya kami menginginkan
kereta tersebut diusir pergi, bukan kalian yang tetap tinggal
disini, kalau kalian ingin bersama kereta tersebut, sekarang
juga pergilah bersama kereta itu"
Cu Siau hong segera tertawa.
"Baik!" sahutnya, "tapi sekarang malam makin kelam,
empat penjuru penuh ancaman sekalipun harus menempuh
perjalanan sendiri, juga harus menunggu sampai besok"
"Besok?" "Benar, bagaimanapun saudara Tham tak akan
menyuruh kami segera berangkat bukan ?" Tham Ki wan
segera berpaling ke arah Ho Hou poo.
Mereka sudah merasa bahwa mereka sekarang berada
pada suasana yang menyendiri, besok bila Thian Pak liat
melanjutkan perjalanannya, kemungkinan besar mereka
akan membawa semua orang yang ada.
Bila sampai demikian, bukan saja mereka akan
kehilangan muka, yang paling penting lagi adalah kekuatan
mereka akan tercerai berai, tentu keadaannya akan
bertambah berbahaya. Walaupun kedua orang itu merasa kepandaian silat yang
dimilikinya amat luar biasa, tapi setelah menyaksikan
kesempurnaan dari perencanaan lawan serta kekuatan yang
begitu besar dari musuhnya, bisa dibayangkan bila
kekuatan mereka pecah, dengan kekuatan kedua orang itu
sulit rasanya untuk menghadapi mereka. Didesak oleh
keadaan mereka berdua, mereka tak punya muka lagi untuk
mengundurkan diri dari kenyataan.
Setelah saling berpandangan sekejap untuk sementara
waktu kedua itu hanya membungkam diri dalam seribu
bahasa. Tapi dalam keheningan itulah lama-lama diliputi
juga suasana yang tegang.
Sebab setiap orang yang hadir diarena telah mengetahui,
perasaan Tham Ki wan dan Ho Hou poo berdua sedang
mengalami suatu perubahan yang amat besar.
Itulah berarti suatu kerepotan bakal terjadi.
"Betul juga", Tham Ki wan segera membuka suara dan
berkata dengan suara dingin:
"Oh tua, kau adalah pemimpin yang terpilih, kalau
bekerja haruslah mengutamakan keadilan."
"Ooooh.." Oh Hong cun hanya mengiakan.
"Bila kau tidak adil dalam megambil tindakan, mungkin
akan banyak kesulitan yang akan kau hadapi dikemudian
hari" sambung Ho Hou po cepat.
"Betul!" kata Tham Ki wan lagi, "Jika kita sudah saling
bentrok, sudah pasti urusan akan semakin sulit untuk
diselesaikan" Cu Siau hong yang menyaksikan peristiwa tersebut,
diam-diam lantas berpikir:
"Kedua orang ini sangat merepotkan, kalau tidak ditekan
secara kekerasan, bisa jadi mereka akan ribut terus
menerus" Berpikir demikian, diapun segera berkata:
"Oh tua, kau adalah pemimpin yang kita pilih,
kewibawaanmu tak boleh sampai dihina atau dicela orang,
aku bersedia mendukung mu dan melakukan tindakan
apapun atas perintahmu"
Maksud dari perkataan itu sudah jelas sekali, entah
bagaimanapun akibatnya, dia bersedia untuk menghadapi
dengan kekerasan. Tham Ki wan dan Ho Hou poo sebagai jago persilatan
yang sudah lama terjun dalam dunia persilatan, tentu saja
dapat menangkap arti dari perkataan tersebut.
Bagian 54 Demikian juga halnya dengan Oh Hong Cun, dia segera
memahami maksud dari pemuda itu, maka segera ujarnya:
"Tham lote, Ho lote, entah apa yang kau maksudkan
sebagai kesulitan itu" Aku menjadi pemimpin karena dipilih
oleh kalian, bila kalian tak mau menuruti perintahku,
terpaksa lohu hanya akan meletakkan jabatan dan
mengundurkan diri....."
"Persatuan kita pun hanya bersifat sementara, apalagi
sekarang sudah hamper bubar. Oh tua, sekalipun kau ingin
menduduki terus jabatan tersebut, rasanya juga percuma"
Paras muka On Hong Cun segera berubah hebat sesudah
mendengar perkataan itu. Pek Bi Taysu pun turut naik
darah setelah mendengar perkataan itu, belum sempat dia
bersuara, Cu Siau Hong sudah menampilkan diri lebih
dahulu sambil berseru. "Saudara Tham, kau benar-benar terlalu tak tahu diri,
kalau yang dimaki adalah aku orang she Cu, masih
mendingan, tapi kau berani mengumpat pemimpin yang kita
pilih bersama, hal ini benar-benar merupakan suatu
perbuatan yang keterlaluan."
Tham Ki Wan tak sempat menyaksikan permainan
pedang kilat dari Cu Siau Hong sewaktu menghadapi dua
orang jago pedang macan kumbang hitam, coba kalau dia
menyaksikan hal tersebut, mungkin dia tak berani bertindak
secara gegabah. "Bocah keparat, bacotmu benar-benar kelewat besar"
Dia memang ingin mencari sasaran untuk diajak
berkelahi dan kebetulan sekali Cu Siau Hong adalah salah
satu sasarannya yang terbaik.
Sambil tertawa dingin, Cu Siau Hong berseru:
"Apakah saudara Tham menganggap perkataan siaute itu
tidak benar?" "Tidak benar, ucapan kau si bocah ialah memang
kelewatan sekali, aku harus member pelajaran yang sebaikbaiknya
kepadamu?" Begitu selesai berkata, sebuah pukulan segera
dilontarkan ke depan dengan cepat.
Karena kuatir Thian Pak Liat dan Si Eng sekalian turun
tangan menggantikan pemuda itu, maka dia menyerang
dengan secepatnya. Asal kedua orang itu sudah saling bergebrak, maka orang
lain tak akan berani menampilkan diri lagi.
Cu Siau Hong memang berhasrat untuk membuat malu,
melihat datangnya ancaman tersebut, ia tidak menghindar
atau berkelit, menanti serangan sudah tinggal tiga inci, dia
baru mengegos secara tiba-tiba, tangan kirinya menjepit
sikut kanan Tham Ki Wan lalu meminjam tenaga lawan, ia
lontarkan tubuh lawan ke udara.
Tham Ki wan hanya merasakan tubuhnya terlempar dan
melayang di tengah udara, kemudian tahu-tahu sudah
terbanting sejauh satu kaki lebih dari posisi semula.
Kalau dilihat sepintas lalu, mungkin gerakan itu hanya
sesuatu gerakan yang sederhana tanpa sesuatu keanehan,
tapi cara tersebut justru amat cepat dan sakti, semacam
perpaduan antara teknik tingkat tinggi dengan kekuatan
tenaga dalam. Thian Pak Liat, Pek bi taysu maupun Si Eng sekalian yang
turut menyaksikan peristiwa tersebut, dengan cepat dapat
merasakan bahwa kepandaian tersebut merupakan
semacam kepandaian silat yang mendalam sekali.
Tham Ki wan yang terlempar sejauh satu kaki itu justru
tidak melihat hal ini, dia menyangka apa yang telah terjadi
hanya suatu kebetulan belaka.
Sambil melompat bangun, segera berteriaknya dengan
gusar: "Bocah keparat, tidak kusangka kalau kepandaianmu
hebat juga" Sembari membentak, ditangannya telah menggenggam
dau batang peluru bersayap yang disambit kedepan.
Thian Pak liat yang menyaksikan hal tersebut segera
mendengus dingin, kemudian memperingatkan:
"Saudara Tham, bertanding diantara teman hanya
terbatas pada saling menowel, bila kau sampai
mempergunakan senjata rahasia hal ini berarti suatu
tindakan yang sama sekali tidak bersahabat"
"Dalam suatu pertarungan, kedua belah pihak harus
sama-sama berusaha untuk memenangkan pertandingan
dengan mengandalkan seluruh kepandaian yang dimilikinya,
senjata rahasia toh merupakan salah satu kepandaian,
mengapa aku tak boleh mempergunakannya?" jawab Tham
Ki wan penasaran. "Saudara Tham, tahukah kau bila senjata rahasia samapi
digunakan hal ini bisa memancing kedua belah pihak samasama
turun tangan tanpa ampun lagi"
Tham Ki wan mendengus, "Hmmm, padahal aku memang tidak membutuhkan belas
kasihan dari siapapun," jengeknya.
Sementara itu, Cu Siau Hong yang meraba gagang
pedangnya telah berkata lagi dengan suara dingin:
"Saudara Tham, kalau toh kau bertekad ingin mencoba,
siaute akan melayani kehendakmu itu dengan pertaruhan
jiwa." "Baik, berhati-hatilah kau."
Tangannya segera diayuhkan kemuka, dua batang peluru
bersayap segera menyambar kedepan secepat sambaran
kilat.
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Didalam kegelapan malam, kepandaian semacam ini
merupakan suatu serangan yang amat sukar dihadapi,
apalagi senjata rahasia yang dipergunakan pun kecil sekali,
betul-betul merupakan suatu ancaman yang amat serius.
Tapi Cu Siau Hong tidak gentar, diapun tidak panic
menghadapi ancaman tersebut ia mempunyai cara yang
tepat untuk menguasai segala sesuatunya.
Tampak dia mencabut pedangnya lalu diayunkan
kedepan, seketika itu juga sekeliling tubuhnya sudah
terlindung dibalik segulung cahaya pedang yang amat
menyilaukan mata. Diantara kilatan cahaya pedang yang berputar-putar
itulah peluru bersayap itu kena dihajar sampai terpental ke
empat penjuru. Cahaya pedang kembali memancar ke depan, lalu diikuti
segulung cahaya dingin langsung meluncur kearah Tham Ki
wan. Betapa terkejutnya Tham Ki wan menghadapi ancaman
ini, tak sempat melepaskan senjata rahasia lagi dia
melompat mundur ke belakang.
Tapi dalam kenyataannya, sekalipun ia dapat melepaskan
senjata rahasianya, juga belum tentu bisa mencegah
lawannya menerjang lebih kedepan, terpaksa dia harus
mencabut keluar pedangnya untuk membendung ancaman
tersebut. Gerak serangan pedang dari Siau Hong benar-benar
cepat sekali, baru saja Tham Ki wan mencabut pedangnya
tahu-tahu senjata Cu Siau Hong telah bersatu ke depan dan
cahaya pedangnya telah mengancam diatas tengggorokan
aorang she Tham tersebut. Untuk beberapa saat lamanya
Tham Ki wan hanya bisa berdiri tertegun, akhirnya pelanpelan
dia mengendorkan genggaman pada pedangnya.
Seseorang apabila benar-benar sudah berada diujung
kematian, sering kali niat untuk mencari hidup jauh lebih
besar dari pada ambisi mencari nama, maka hal tersebut
membuatnya pelan-pelan menjadi tenang kembali.
Cu Siau Hong telah memasukkan kembali pedangnya
kedalam sarung, kemudian setelah mundur tiga langkah dai
berkata : "Saudara Tham, besok pagi-pagi sekali siaute akan
membawa semua orang untuk meninggalkan tempat ini,
kami pasti tak akan menyusahkan kalian lagi."
"Tidak usah," kata Tham Ki wan kemudian sambil
menghela napas panjang-panjang.
"Maksud saudara Tham."
"Bila diantara kita benar-benar ada yang harus pergi,
maka siautelah yang harus pergi dari sini," sambung Tham
Ki wan lebih jauh."Tampaknya selama mereka berada
bersama loheng, kesempatan hidup untuk mereka pun akan
lebih besar." "Saudara Tham," Thian Pak liat ikut berkata, "Dari lima
pasukan kim, bok, sui, hwee dan toh, tak boleh kehilangan
sebuah unsurpun. Orang persilatan bilang, tidak saling
mengenal, sobatpun seringkali terikat karena suatu
pertarungan, mengapa saudara Tham tidak bersedia untuk
berdiam saja disini."
Tham Ki wan termenung sampai lama sekali, kemudian
baru ujarnya: "Siaute sungguh merasa menyesal, padahal aku sudah
semestinya tahu kalau saudara Cu memiliki kepandaian
silatnya yang sangat lihay tapi aku tetap nekad untuk
mencari penyakit buat diri sendiri."
"Ucapan saudara Tham kelewat tinggi," tukas Cu Siau
Hong, "Akupun tahu kalau kau belum benar-benar
mengeluarkan ilmu senjata rahasia peluru terbangmu yang
sesungguhnya, andaikata kau tidak menaruh belas kasihan
kepadaku, mungkin aku sudah terluka diujung senjata
rahasiamu itu." Tham Ki wan segera tertawa getir.
"Aaaai, saudar Cu...."
"Kalian berdua tidak usah sungkan lagi," tukas Thian Pak
liat cepat sambil mengulapkan tangannya, "Selama
berkelana didalam dunia persilatan, tak dihindari kalau tiap
orang pasti memiliki tiga bagian rasa tinggi hati, tapi kalau
toh kita semua telah saling mengikat menjadi sahabat, aku
rasa kalian pun tak usah saling merendah, saling sungkan
lebih jauh." "Baiklah," ujar Tham Ki wan kemudian, "Kalau toh
saudara Cu tidak mempersoalkan kejadian ini lebih jauh,
siaute pun bersedia untuk tetap tinggal disini."
Ho Hou poo tidak banyak berbicara, tapi dapat dilihat
dari mimic wajahnya kalau dia pun menolak untuk tetap
tinggal disini dan bergabung dengan rombongannya.
Oh Hong cun berpaling dan memandang sekejap
sekeliling tempat itu kemudian tertawa terbahak-bahak:
"Haaaahh...haaahh..haahhh..bagus..bagus sekali, asal
kita dapat bersatu padu seperti ini barulah kita punya cukup
kekuatan untuk menghadapi lawan."
"Oh tua, kalau melihat situasi sekarang, tampaknya
suasananya sudah tidak dapat diatasi lagi dengan suatu
kelompok persatuan yang bersifat sementara saja," kata
Tham Ki wan tiba-tiba. "Kau mempunyai usul apa?"
"Aku tahu diantara kalian masih terdapat banyak orang
yang merasa amat tidak puas, siaute dapat merasakan hal
itu. Oleh sebab itu tak ada salahnya jika kita harus
menjelaskan dengan secara blak-blakan kepada mereka,
agar yang ingin pergi bisa pergi dari sini, sebaliknya yang
tetap tinggal disini harus menuruti semua peraturan yang
ada dan mentaati perintah tanpa membantah, dengan
demikian kekuatan yang sebetulnya baru bisa terhimpun
dan dipergunakan sebagaimana mestinya."
Oh Hong cun manggut-manggut.
Bagian 55 "Betul, memang seharusnya demikian!"
"Oh tua," Si Eng menimbrung,"Untuk memberi komando
secara tegas dan ketat, maka kita pun harus melakukan
segala tindakan secara bersungguh-sungguh, oleh sebab itu
kita pun harus menyusun beberapa macam peraturan, tapi
isi peraturan harus sederhana, ringkas tapi jelas agar tidak
bisa rebut lagi karena masalah tersebut, kemudian
perlakukan peraturan mana secara tegas dan tidak ada
pengampunan lagi bagi yang melanggar."
Oh Hong cun tertawa hambar.
"Lote, aku rasa hal semacam itu kurang baik, toh
persatuan diantara kita hanya bersifat sementara,
selewatnya berapa hari kita pun akan bubar untuk jalan
sendiri-sendiri, aku kuatir munculnya peraturan yang ketat
bisa mengakibatkan pula munculnya suatu hukuman yang
keras pula, aku bukannya kuatir mereka akan
membangkang atau melawan, tetapi sebagai akibatnya
dikemudian hari aku akan merasa sungkan dan kurang enak
terhadap rekan-rekan persilatan lainnya."
Si Eng segera tertawa. "Oh tua, kita berbuat demikian demi kebaikan kita
sendiri, apabila kau kurang leluasa untuk bertindak sendiri,
cukup kau member perintah saja, biar kami yang
melaksanakan hukuman tersebut."
Oh Hong cun memperhatikan lelakli tersebut berapa
saat, akhirnya terpaksa dia mengangguk.
"Kalau toh demikian, aku akan menyetujuinya!"
Hasil dari perundingan tersebut hanya berhasil
menetapkan sebuah peraturan saja.
Peraturan tersebut adalah setiap anggota harus
melaksanakan perintah tanpa membantah, siapapun
dilarang melanggar perintah yang telah diturunkan.
Padahal meski hanya satu peraturan mana sudah lebih
dari cukup, asal seorang dapat melaksanakan perintah
tanpa membantah, maka persoalan apapun akan beres dan
peraturan apapun tak akan dilanggar lagi olehnya.
Thian Pak liat, Si Eng, Ho Hou poo, Tham Ki wan serta Cu
Siau Hong bersamaan waktunya segera mengumumkan hal
tersebut. Dari sekian ratus orang yang menggabungkan diri,
ternyata tidak seorangpun diantara mereka yang pergi
meningggalkan tempat itu.
Keesokan harinya, setelah fajar menyingsing,
berangkatlah rombongan tersebut melanjutkan perjalanan.
Kali ini, Tham Ki wan membawa rombongannya berjalan
dibarisan terdepan. Rupanya dia menaruh perasaan menyesal yang sangat
mendalam terhadap Cu Siau Hong, maka dia berharap bisa
menemukan suatu kesempatan untuk menampilan diri dan
membuat jasa. Itulah sebabnya dia sendiri yang memohon untuk
berjalan dibarisan paling depan.
Tham Ki wan sendiripun menampilkan sikap berani dan
tak gentarnya dengan berjalan beberapa kaki mendahului
barisan, dia didampingi dua orang jagoan yang berilmu silat
agak tinggi. Setelah melakukan persiapan yang cermat dan seksama,
perjalananpun bisa dilanjutkan dengan berhati-hati sekali.
Kembali mereka melalui dua buah bukit, lebih kurang
dua puluh li kemudian haripun mendekati siang hari.
Dua buah bukit yang menjulang di depan mereka amat
tinggi dan besar sekali. Sekalipun mereka semua memiliki kepandaian silat yang
amat hebat, tak urung toh menunjukkan pula rasa letih
yang tebal. Yang paling penting lagi adalah mereka semua merasa
agak haus. Kebetulan dibawah bukit itu mengalir sebuah selokan
dengan air yang amat jernih.
Air itu bersumber dari atas gunung yang mengalir
kebawah berupa sebuah selokan air yang jernih, nampak
dasar selokan, tampak juga beberapa ekor ikan sedang
berenang kian kemari. Jalan gunung yang lebar pun sampai disitu berubah
menjadi sebuah jalan kecil yang sempit.
Atau dengan perkataan lain, siapa saja yang
menunggang kuda atau pun kereta, harus turun disitu dan
melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki.
Rombongan para jago berhenti di tepi selokan tersebut.
Seng Tiong gak segera mencoba untuk memperhatikan
situasi bukit disekeliling sana tapi dengan cepat keningnya
berkerut. Kereta kuda itu sudah tak mampu meneruskan
perjalanan lagi, atau dengan perkataan lain, kereta yang
sudah dibuat secara seksama dan istimewa itu sudah tak
dapat dipergunakan lagi. Dalam pada itu, para jago telah mengeluarkan rangsum
kering dan tempat air bersiap-siap untuk mengambil air
dalam selokan guna mengatasi rasa haus yang makin
menjadi. Mendadak Cu Siau Hong berjalan menuju ketepi selokan,
bisiknya kepada Tham Ki wan.
"Saudara Tham, jangan ijinkan mereka unttuk minum air
didalam selokan tersebut."
Tham Ki wan adalah seorang jago persilatan yang sudah
berpengalaman luas, dia segera mengangguk dan berteriak
lantang: "Saudara sekalian, harap kalian jangan minum air dalam
selokan itu lebih dahulu."
Sebagai jago-jago kawakan yang sudah berpengalaman
luas didalam dunia persilatan, sudah barang tentu mereka
sudah dapat menangkap arti dari teriakan mana.
Cu Siau Hong segera mengeluarkan sebatang tusuk
konde terbuat dari gading yang dicelupkan kedalam air
selokan tersebut. Benar juga, gading tersebut segera berubah warna.
Hal ini membuktikan kalau didalam air selokan tersebut
terdapat racunnya, hanya racun yang dicampur disitu hanya
racun yang bekerja lambat, hingga tidak segera mematikan
bagi korban yang tanpa sengaja meminumnya.
Dengan kening berkerut Tham Ki wan segera berseru:
"Betul-betul suatu perbuatan biadab, perbuatan terkutuk
yang pantas dikutuk setiap orang."
Bagian 56 Sementara itu sudah terdapat dua orang jago yang
saking tak tahannya terhadap rasa haus, mereka telah
meneguk beberapa tegukan air dalam selokan tersebut.
Oh Hong cun segera berpaling sekejap kearah mereka
berdua, lalu bertanya: "Apakah kalian berdua merasakan sesuatu yang tak
beres?" Sifat racun tersebut memang amat lambat, sebelum
sampai waktunya bekerja maka sang korban tidak akan
merasakan apa-apa. Akan tetapi dua orang tersebut menjadi panik setelah
mengetahui kalau dalam air selokan tersebut ada racunnya,
seketika itu juga merasakan perutnya secara lamat-lamat
terasa sakit sekali. Pelan-pelan Oh Hong cun berjalan mendekat, kemudian
menghadiahkan dua butir pil kepada mereka, katanya:
"Inilah pil kim wan pemunah racun dari Siauw lim pay,
harap kalian berdua seorang menelan sebutir, coba kita
lihat dapatkah racun yang bersarang ditubuh kalian itu
dipunahkan." Dua orang lelaki yang keracunan itu segera menerima pil
mana dan ditelan kedalam perut, kedua orang ini termasuk
didalam barisan api pimpinan Tham Ki wan.
Oleh karena itu Tham Ki wan tak dapat menahan
kobaran amarah dalam hatinya, dengan suara dingin dia
segera berseru: "Setelah berulangkali menjumpai mara bahaya,
semestinya dalam hati kecil kalian semua sudah tebal
kewaspadaan yang tinggi, kalau ada diantara kalian yang
enggan melanjutkan perjalanan bersama-sama, lebih baik
segera memisahkan diri saja dari barisan, bila kalian ingin
tetap tinggal disini, maka kamu semua harus menuruti
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
perintahku dan jangan bertindak sendiri-sendiri."
Seruan itu diutarakan dengan suara yang sangat lantang,
agaknya dia memang bermaksud untuk menyampaikan
ucapan tersebut kepada semua orang yang hadir disitu.
Ketika Cu Siau Hong menyaksikan orang-orang yang
belum sempat mengambil air pun telah membuang tempat
air mereka keatas tanah, dengan suara rendah segera
bisiknya: "Saudara Tham, tak usah kau tegur mereka, kita harus
menyelesaikan dahulu masalah yang lebih penting lagi, mari
kita berbincang-bincang dahulu dengan orang yang berada
didalam kereta tersebut."
"Kami akan menemani saudara Cu," sambung Si Eng
cepat. Cu Siau Hong merasa sungkan untuk menolak
permintaan orang lain, terpaksa dia mengiakan.
Waktu itu Seng Tiong gak sedang merasa gelisah sekali
dan tak tahu bagaimana harus mengatasi masalah tersebut
pada saai ini dia melihat Cu Siau Hong berjalan di paling
belakang. Sayang dia datang diikuti rombongan jago lainnya, maka
sewaktu hampir mendekati Seng Tiong gak, Cu Siau Hong
sengaja memperlambat langkahnya sehingga berjalan
dipaling belakang. Dia sudah mempunyai persiapan dan membiarkan Si Eng
yang buka suara lebih dahulu.
Agaknya Seng Tion gak pun dapat memahami maksud
hati dari Cu Siau Hong, dia segera menjura seraya berseru:
"Saudara Si!" Bagian 57 Berada dalam keadaan demikian, kendati pun Si Eng tak
ingin membuka suara pun tak mungkin, terpaksa dia
berseru: "Kau adalah...."
"Aku she Seng!" Seng Tiong gakmemperkenalkan diri.
"Baik, saudara Seng, didepan sana sudah tiada jalan
lewat untuk kereta itu, entah bagaimanakah rencana
saudara Seng untuk mengatasi persoalan ini?"
"Apakah sauda ra Si maksudkan kereta kuda ini?"
"Kalau soal kereta itu mah gampang sekali, kita bisa
meninggalkannya ditempat ini, tapi bagaimana dengan
orang-orang yang berada dalam kereta" Apa yang hendak
kau lakukan?" Siaute sedang memikirkan persoalan ini, bila saudara Si
mempunyai sesuatu pendapat, harap kau sudi member
petunjuk kepada siaute."
Si Eng segera tertawa: "Aku lihat sekarang Thio Liang menampakkan rohnya
kembali atau Khong Beng bangkit lagi dari liang kuburnya
juga tak akan dapat mereka temukan cara yang lebih baik
lagi kecuali mempersilahkan mereka untuk turun dari kereta
dan melakukan perjalanan dengan berjalan kaki, atau
tinggalkan mereka disini dan tak usah diurusi lagi'"
"Siute pun berpikir demikian, bagaimana kalau kita
carikan mereka sebuah tandu agar bisa melanjutkan
perjalanan dengan ditandu saja?"
"Entah cara apa pun yang hendak dilakukan agaknya
tiada cara lagi untuk merahasiakan mereka dari keadaan
sekarang," kata Si Eng tertawa, "Jangan lagi pihak musuh
sekalipun orang sendiri pun sudah diliputi perasaan ingin
tahu." Selama ini Cu Siau Hong hanya berdiri membungkam
disamping mereka, dia hanya mendengarkan pembicaraan
kedua orang itu dengan seksama, sedangkan mulutnya
tetap membungkam dalam seribu bahasa.
Jelas, terhadap persoalan ini dia telah menyerahkan
semua haknya kepada Seng Tiong gak untuk mengatasi
masalah tersebut. Sesudah menghembuskan napas panjang, Si Eng berkata
lebih jauh: "Saudara Serng, coba kau lihat semua orang sedang
menantikan keputusanmu."
Seng Tiong gak termenung sambil berpikir beberapa saat
lamanya, kemudian berkata:
"Baiklah! Aku akan menyuruh mereka turun, Cuma ada
beberapa hal yang mungkin tak pantas kuutarakan,terpaksa
harus kusampaikan juga kepada kalian"
"Baik, katakanlah!"
....0000.... Jilid 47 Bagian 58 "Mereka tak boleh berbincang-bincang dengan pihak
musuh, lagipula aku hendak menyuruh mereka untuk
menyamar lebih dahulu, aku harap saudara sekalian sudi
mengendalikan anak buah masing-masing agar tidak
banyak bertanya dengan mereka."
"Aku rasa, semuanya itu bukan suatu pekerjaan yang
terlampau sukar..." "Baik, kalau begitu kita tetapkan demikian saja, semoga
sampai waktunya saudara Si bersedia mengucapkan
beberapa kata yang baik bagiku"
Beberapa patah kata itu benar-benar diutarakan dengan
sangat diplomatis, sebenarnya Si Eng ingin mendesak ke
pihak lawan untuk menerangkan identitas dari orang-orang
yang berada dalam kereta itu, tapi dengan demikian dia jadi
merasa rikuh sendiri untuk bertanya lebih jauh. Maka
sambil menjura katanya kemudian:
"Baiklah, silahkan saudara Seng berjalan ditengah, kami
akan bertanggungjawab terhadap persoalan ini"
Ia berpaling dan memandang sekejap kearah Cu Siau
Hong, tapi sebelum sempat mengucapkan sepatahkatapun,
Cu Siau Hong telah berkata lebih dulu :
"Saudara Si, cara kerjamu ini sungguh hebat sekali."
Kemudian dia membalikkan badan dan berlalu dari sana.
Oh Hong cun, Thian Pak liat, Ho Hou poo dan Tham Ki
wan juga tidak berbicara apa-apa.
Cu Siau Hong segera menitahkan kepada Ong Peng
sekalian untuk menyusun bebatuan di tengah selokan agar
bisa dipakai untuk menyebrang kemudian di a menyebrang
lebih dahulu. Dengan ditemukannya racun dalam selokan itu, maka
orang pun takut untuk menjamah air tersebut, bahkan
ujung baju pun tak ingin kena dibasahi oleh air selokan.
Dalam pada itu, orang-orang yang berada di dalam
kereta pun sudah selesai menyamar sebagai lelaki, tapi jika
diperhatikan dengan seksama, penyaruan tersebut toh
masih dapat terlihat juga.
Mereka tetap menempuh perjalanan bersama-sama Seng
Tiong gak sekalian. Lok Hoo, Ui Bwee dan Ang Bo tan selalu saja seperti
sengaja tak sengaja mengelilingi Siau Hong ditengahtengah
mereka. Sedangkan Su Eng dan Jit Hou pun segera berjalan
mengitari diseputar keempat orang perempuan tersebut.
Demikianlah, setelah melewati selokan tersebut mereka
melanjutkan perjalanan ke depan.
Oh Hong cun yang nampak amat bersemangat dengan
membawa Bu Seng siong dan Cu Siau Hong berjalan di
paling depan. Sementara itu pasukan tanah yang bertugas membuka
jalan, Ong Peng, Tan Heng, Song Hong dan Hoa Wan
berjalan pula dibarisan terdepan.
Setelah melewati beberapa-kali peristiwa yang sama
sekali diluar dugaan dalam hati kecil para jago sudah timbul
semacam perasaan yang sangat aneh.
Perjalanan yang mereka tempuh benar-benar merupakan
suatu perjalanan yang sulit dan penuh dengan ancaman
marabahaya, siapa saja yang bertindak kurang berhati-hati,
bisa jadi akan terjerumus dalam kematian yang
mengerikan. Bukti yang berlumuran darah membuat siapa pun
diantara mereka tak ada yang berani meninggalkan
rombongan tersebut, sebab tanpa meninggalkan
rombongan berarti mereka masih memilki jaminan untuk
tetap melanjutkan hidup. Sebelum matahari tenggelam dibalik bukit, sebuah bukit
tinggi kembali menjulang diangkasa dan menghalangi
perjalanan mereka. Diatas tanah lapang yang luas dan lebar, tampak tiga
orang berdiri tegak menghadang jalan pergi mereka.
Ketiga orang itu semuanya mengenakan jubah panjang
berwarna hitam pekat. Wajah merekapun berwarna hitam, tapi hitam itu bukan
kulit asli mereka bertiga.
Dalam sekilas pandangan saja, setiap orang dapat
melihat kalau wajah mereka sengaja dicat hitam.
Walaupun wajah mereka bertiga berbeda satu sama
lainnya, akan tetapi setelah dicat hitam, siapa pun tak akan
berhasil melihat perbedaan raut wajah mereka itu.
Kalau ingin dibilang ada perbedaannya, maka diantara
mereka bertega hanya bisa dibedakan dari tinggi badan
masing-masing. Orang yang berdiri ditengah sekarang adalah orang yang
berperawakan paling tinggi.
Terdengar dia tertawa dingin, kemudian katanya:
"Diantara kalian, siapakah yang bertugas untuk
melakukan tanya jawab dengan kami?"
"Lohu yang akan berbicara." Oh Hong cun segera
menjawab. "Apakah kau dapat mengambil keputusan?"
"Aku adalah pemimpin yang dipilih oleh semua orang,
menurut pendapatmu dapatkah aku mengambil suatu
keputusan?" "Ooooh...!" "Bila ada persoalan, katakana saja secara blak-blakan
kepada diriku." "Diantara rombongan kalian terdapat seorang wanita
bukan?", kata orang itu lagi.
"Kenapa?" "Serahkan dia kepada kami, maka kalian serombongan
akan dapat mencapai tebing Yang jit gay dengan aman dan
selamat." Oh Hong cun segera tertawa hambar.
"Secara diam-diam kalian sudah berulang kali mencelakai
kami, tapi semuanya gagal setelah tidak berhasil untuk
bertindak secara gelap, apakah sekarang ingin dating
secara terang-terangan?"
"Siapa namamu?"
"Ooohhh, apakah perlu untuk melaporkan nama?"
"Betul, laporkan dulu namamu, dengan demikian kami
baru bisa mempertimbangkan berapa banyakkah bobotmu
itu?" Oh Hong cun segera merasa serba salah, sudah banyak
tahun dia berkelana didalam dunia persilatan, ia tahu bila
namanya disebutkan maka hal tersebut akan meninggalkan
bibit bencana yang tak terkirakan di kemudian hari, sekali
pun hari ini bisa lolos dari ancaman, belum tentu bisa lolos
dari ancaman berikutnya. Tiba-tiba saja dia merasa bahwa orang yang berjalan
dipaling depan dan orang yang berada pada kedudukan
paling tinggi, sesungguhnya merupakan orang yang paling
berbahaya pula dalam setiap peristiwa yang terjadi.
Tapi berada dalam keadaan seperti ini, tampaknya Oh
Hong cun terpaksa harus menyerahkan diri.
Tapi sebagai seorang jago persilatan yang sudah
berpengalaman tentu saja dia tak ingin menderita kerugian
apapun. Sambil tertawa dingin Oh Hong cun segera berkata :
"Aku mempunyai nama dan marga, sekalipun kalian tidak
kenal, tidak sulit untuk mengenali siapa kah aku bila mau
bertanya pada orang . Justru kalianlah yang sok rahasia,
mana wajah sudah dicat hitam, tidak mau pula
menyebutkan nama aslinya, masa raut wajah asli sendiri
pun tak ingin diketahui orang?"
"Sekalipun wajah kami ini memang dicat dengan warna
hitam, namun inilah raut wajah kami yang sesungguhnya,
mungkin dengan wajah ini pula kami akan mengakhiri hidup
kami didunia ini." "Mengapa?" "Sebab warna hitam yang berada diatas wajah kamin ini
merupakan sejenis warna yang selamanya tak mungkin bisa
dicuci hingga bersih."
"Ooh,,mengapa?"
"Raut wajah ini merupakan raut wajah asli kami, oleh
karena akupun tak perlu mengelabui hal ini kepada dirimu."
Oh Hong cun segera tersenyum.
"Siapakah kau, tentunya kau mempunyai sebuah nama
bukan?", katanya kemudian.
"Ada, lencana emas inilah sebagai bukti, silakan saudara
memeriksa sendiri." Sembari berkata, dia mengeluarkan sebuah lencana
emas dan diangsurkan kedepan.
Bu Seng siong segera menyambutnya dan dia serahkan
ke tangan Oh Hong cun. Tampaklah diatas lencana emas itu tercantum sebuah
huruf "tujuh" dan pada permukaan yang lain terukir sebuah
kepala sapi. "Apa maksud dari kesemuanya ini?" Oh Hong cun segera
bertanya. "Go tau jit hau kiam su (jago pedang kepala sapi nomor
tujuh), itu berarti diriku"
"Oooh..kalalau begitu sederhana sekali kesimpulanmu
itu, saying sekali lohu ingin mengetahui aslimu."
"Jago pedang kepala sapi nomor tujuh kalau disingkat
menjadi Gou jit, asal kau dapat mencari tempat tinggal
kami dan bertanya kepada siapa saja, orang akan
mengetahui tentang diriku, Cuma saying tempat tinggal
kami teramat rahasia, tampaknya tidak gampang untuk
menemukan tempat tersebut."
"Ooooohh..."
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Sedangkan kau, aku rasa tak usah menggunakan nama
palsu untuk mengetahui diriku sesungguhnya, entah dengan
nama apapun bila kami ingin mencarimu bukanlah suatu
pekerjaan yang terlampau sukar."
Oh Hong cun segera tertawa terbahak-bahak:
"Haaah...haahh...haah..bagus sekali Gou Jit! Lohu adalah
Oh Hong cun." Kembali Gou Jit tertawa dingin
"Kalian berkumpul dan melakukan perjalanan bersama
agaknya seperti hendak mencari gara-gara dengan kami?"
"Kami tak ingin bertarung atau mencari gara-gara
dengan siapa saja, tapi kami pun tak ingin dicelakai oleh
siapa pun. Mendengar perkataan tersebut, Gou Jit segera tertawa
terbahak-bahak: "Haahh..haah...haahh..aku memahami akan maksudmu
itu, p;ersoalannya sekarang adalah bersediakah kalian
untuk menyerahkan perempuan tersebut?"
"Andaikata kami tidak bersedia, mau apa kau?" jawab Oh
Hong cun dengan suara dingin.
"Waah, kalau begitu bisa banyak kesulitan yang bakal
kalian alami." "Sewaktu dalam hutan kalian sudah mengatur perangkap
untuk melukai kami dengan senjata rahasia beracun,
kemudian menggunakan manusia macan kumbang hitam
untuk melukai orang, setelah itu meracuni air selokan untuk
membunuh kami, sekarang kalian hendak menggunakan
cara apa lagi untuk menakut-nakuti kami?"
"Bukan menakut-nakuti, kami benar-benar bermaksud
untuk menahan orang disini bila kalian tidak bersedia untuk
menyerahkan perempuan tersebut hanya ada satu cara
yang bisa kalian lakukan."
"Apa cara itu?"
"Terjanglah dari sini dengan kekerasan"
Cu Siau Hong yang selama ini membungkam, segera
menyambung dengan suara dingin:
"Kalian telah membunuh banyak orang, apa susahnya
membunuh berapa orang lagi" Sekalipun kami serahkan
perempuan tersebut kepadamu, apakah kalian akan
melepaskan kami dengan begitu saja" Hmmm, aku mah
tidak percaya." "Lote ini..." Kembali Cu Siau Hong berkata lebih jauh:
"Kau tidak lebih hanya seorang jago pedang kelas kepala
sapi, coba bayangkan sendiri, dapatkah kau mengambil
keputusan untuk melepaskan kami semua setelah
perempuan itu diserahkan?"
"Soal ini..." Cu Siau Hong maju beberapa langkah lebih kedepan, lalu
serunya dengan suara lantang:
"Oh tua, silahkan kau mundur kebelakang untuk
melindungi aku, biar aku yang mencoba untuk menghalau
mereka." "Hanya mengandalkan kau seorang?", jengek Gou Jit
tiba-tiba sambil tertawa dingin.
"Untuk menghadapi kalian bertiga, aku piker tak usah
menggunakan beberapa orang kami, nah cabut saja senjata
kalian.!." Gou Jit masih menggenggam gagang pedangnya namun
dua orang lelaki berbaju hitam yang berada dikiri kanannya
telah meloloskan senjata mereka dari dalam sarung.
"Bagus sekali" seru Cu Siau Hong lagi.
"Kalian bertiga boleh turun tangan bersama-sama, aku
harap kalian bisa menyambut tiga jurus serangan
pedangku." "Apa kau bilang?"
Cu Siau Hong merasa bahwa pada saat ini sudah
merupakan saatnya untuk menampilkan diri, sebab
terhadap kawanan jago tersebut, semakin baik
penampilannya sekarang, berarti sasaran lawanpun akan
semakin tertuju kepadanya seorang.
Itu berarti pula dia akan mengurangi ancaman bahaya
maut untuk banyak orang yang tak berdosa.
Itulah sebabnya Cu Siau Hong telah mengambil
keputusan untuk tidak merahasiakan identitasnya lagi.
Dia hendak menggunakan ilmu silat yang paling lihay dan
paling ampuh untuk merobohkan musuhnya.
Dia ingin menjadi seorang yang secara lamat-lamat
paling dihormati dan paling disegani dalam hati para jago
tersebut. Sementara itu Gou Jit telah meloloskan pedangnya.
Tiga orang jago pedang hitam itu saling berpandangan
sekejap, kemudian secara tiba-tiba turun tangan bersamasama.
Tiga bilah pedang bagaikan tiga titik cahaya kilat secara
terpisah menusuk dating dari tiga arah yang berlawanan.
Sementara itu Cu Siau Hong sudah memikirkan beberapa
macam gaya serangan yang mungkin dipergunakan
lawannya untuk melancarkan serangan.
Dan ternyata serangan gabungan dari ketiga orang ini
justru merupakan salah satu macam yang dipikirkan Cu
Siau Hong. Tiga titik cahaya pedang secepat sambaran kilat
membentuk selapis jaring pedang yang amat tebal dan
rapat. Setiap orang mengucurkan keringat dingin demi
memikirkan keselamatan Cu Siau Hong, sebab bukan
sesuatu yang mudah untuk menghindarkan diri dari
serangan tersebut. Dengan cepat Cu Siau Hong mencabut pedangnya dan
menciptakan selapis cahaya tajam untuk melindungi diri,
sekejap mata kemudian bayangan tubuhnya sudah lenyap
terbungkus dibalik cahaya pedang tersebut.
Berapa kali dengusan tertahan segera berkumandang
memecahkan keheningan. Cahaya pedang segera sirap dan segala sesuatunya pulih
kembali, tenang seperti sediakala.
Pedang Cu Siau Hong kini sudah dimasukkankembali
kedalam sarungnya. Ketiga orang lelaki berbaju hitam itu masih tetap berdiri
tegak ditempat semula, hanya dari tenggorokan mereka
tiba-tiba saja menyembur keluar darah segar.
Kemudian ketiga orang itupun roboh terjungkal keatas
tanah. Setiap korbannya roboh dengan tenggorokannya tertusuk
oleh pedang anak muda tersebut.
Itulah sebabnya pula setiap korbannya hanya sempat
mengeluarkan dengusan tertahan belaka.
Tiga orang dengan tiga tusukan pedang yang secara
telak menembusi tenggorokan mereka.
Tidak ada orang yang melihat jelas bagaimana cara Cu
Siau Hong mencabut keluar pedangnya, tapi mereka hanya
melihat tiga orang lelaki berbaju hitam itu melancarkan
serangan. Itulah selapis jaring pedang yang berhasil diciptakan dari
serangan gabungan yang amat dahsyat, tapi Cu Siau Hong
tgoh berhasil juga lolos dari jarring tersebut, bahkan
berhasil membereskan ketiga orang lawannya tanpa
membuang banyak waktu. Serangan tersebut benar-benar luar biasa, ibaratnya
Guntur yang membelah bumi di siang hari bolong, bukan
saja berhasil membunuh tiga lelaki berbaju hitam itu,
bahkan membuat semua jago yang hadir di arena menjadi
tertegun dan berdiri melongo saking kagetnya.
Untuk beberapa saat lamanya, suasana menjadi amat
hening, sepi dan tak kedengaran sedikit suara pun,
sedemikian heningnya sampai debaran jantung setiap orang
pun lamat-lamat kedengaran.
Menanti lama kemudian setelah ketiga sosok mayat itu
terkapar di tanah, Oh Hong cu baru pertama-tama yang
buka suara lebih dahulu, katanya:
"Benar-benar sebuah ilmu pedang yang hebat, sungguh
merupakan sebuah ilmu pedang yang hebat, setengah abad
lebih lohu hidup didunia ini, baru pertama kali ini
kusaksikan ilmu pedang yang begitu cepat bagaikan
sambaran kilat." Diantara sekian banyak jago yang hadir di arena, Tham
Ki wan boleh dibilang merupakan orang yang paling merasa
sedih atas kejadian tersebut, sebab kalau berbicara dari
ilmu pedang yang begitu sakti dari Cu Siau Hong, andaikata
dia ingin membunuhnya, maka hal itu sesungguhnya
merupakan suatu perbuatan yang amat mudah bagaikan
membalikkan telapak tangan.
Tapi Cu Siau Hong selalu bersikap sabar dan mengalah
kepadanya, hal ini mencerminkan betapa besarnya jiwa
pemuda tersebut. Sambil menjura Cu Siau Hong segera berkata :
"Oh tua, beruntung sekali aku tidak menyia-nyiakan
harapanmu." "Lote, kau memang hebat, tampaknya enghiong memang
muncul dari kaum muda," puji Oh Hong cun.
Dalam pada itu Thian Pak liat sudah datang mendekat
pula, katanya kemudian dengan suara rendah :
"Cu siaute, ketiga jurus ilmu pedangmu itu betul-betul
luar biasa, Cuma sayang belum sempat mereka
melancarkan serangan sudah keburu mampus lebih dulu
diujung pedangmu." Cu Siau Hong tertawa: "Saudara Thian, siaute merasa banyak kesulitan yang
muncul akibat banyak bicara, oleh sebab itu siaute merasa
berkewajiban untuk menampilkan diri dan menyelamatkan
kesulitan-kesulitan yang ada.
"Aku lihat peristiwa ini bukan suatu peristiwa yang terjadi
karena kebetulan," kata Si Eng pula, "melainkan merupakan
suatu pembunuhan yang amat terencana, saudara Cu,
dengan penampilan ilmu silatmu yang sangat lihay, hal ini
bisa meningkatkan pula kewaspadaan mereka, bisa
dibayangkan pula bahwa penghadangan-penghadangan
yang mungkin mereka lakukan, selanjtnya sudah pasti akan
sepuluh kali lipat lebih keji dan menakutkan daripada yang
dulu-dulu." "Betul" "Aaai..didalam kenyataan, sekalipun kita benar-benar
menyerahkan perempuan itu kepada mereka, belum tentu
mereka akan melepaskan kita dengan begitu saja," ucap
Thian Pak liat. Oh Hong cun segera berbisik:
Cu lote, sebetulnya siapa sih perempuan itu" Mengapa
bias terdapat begitu banyak orang yang hendak
membunuhnya?" Cu Siau Hong menghela napas panjang.
"Aaai..harap cianpwe percaya, aku benar-benar tidak
mengetahui keadaan yang sebenarnya."
Selama beberapa hari ini dia tak pernah melaksanakan
janjinya dengan Siau Hong, sebaliknya Siau Hong pun tidak
mempunyai kesempatan untuk memberitahukan keadaan
yang sebenarnya kepada dia.
Bahkan boleh dibilang selama beberapa hari ini mereka
berdua sama sekali tak berkesempatan untuk saling
bertemu muka. Pada waktu itulah seorang lelaki kurus kecil berbaju
hitam sedang berjalan mendekati Cu Siau Hong.
Bila kaum perempuan harus mengenakan pakaian lelaki,
biasanya perawakan mereka akan nampak jauh lebih kecil
daripada perawakan tubuh lelaki yang sebenarnya.
Tapi sekarang ada empat orang lelaki kecil yang
bersama-sama berjalan mendekat.
Perawakan mereka memang tidak terlalu besar tapi
gayanya sewaktu berjalan tidak banyak berbeda dengan
lelaki biasa. Namun Cu Siau Hong tahu keempat orang itu adalah Lik
Hoo, Ui Bwee, Ang Bo tan dan Siau Hong.
Empat orang perempuan itu rata-rata sudah
berpengalaman sangat luas, mereka semua sangat pandai
untuk mengendalikan diri.
Setelah mendekati Cu Siau Hong, keempat orang itu
mengurungnya rapat-rapat.
Oh Hong cun yang menyaksikan kejadian itu, segera
berseru dengan suara cemas:
"Hei,..mau apa kalian semua?"
"Oh tua, tak menjadi soal, mereka ada urusan hendak
bertanya kepadaku..."
Empat orang nona cantik setelah melalui suatu
penyaruan yang amat sempurna, kini mereka telah berubah
wajah sama sekali dan pada hakekatnya sukar untuk
dikenali. Cu Siau Hong harus mengamati sekian waktu sebelum
dapat mengenali Siau Hong, maka tanyanya kemudian
sambil tertawa: "Adakah sesuatu persoalan yang hendak kau beritahukan
kepadaku?" Siau Hong manggut-manggut sambil berjalan semakin
mendekat, pada hakekatnya dia telah menempelkan diri
didepan wajah Cu Siau Hong.
Terpaksa Cu Siau Hong harus membungkukkan
badannya sambil menempelkan telinganya disisi bibir nona
tersebut. Suara bisikan Siau Hong sangat lirih, sedemikian lirihnya
sehingga Cuma Cus Siau Hong seorang yang dapat
mendengar. "Mereka hendak membunuhku, bahkan tidak sayang
untuk mengorbankan segala apapun."
Cu Siau Hong segera mengangguk.
"Yaa..aku mengerti."
"Aku tidak kenal dengan orang-orang itu, tapi mereka
bersedia melindungi aku dengan sepenuh tenaga, apakah
hal ini dikarenakan dirimu?"
"Bukan begitu, mereka mempunyai semangat pendekar
yang menyala-nyala, mereka merasa sudah sepantasnya
untuk memberi perlindungan untukmu."
"Aaai..lantas apa yang harus kulakukan sekarang","
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tanya Siau Hong kemudian sambil menghela napas.
"Cara yang terbaik adalah mengutarakan segala sesuatu
yang kau ketahui, bukan saja hal mana akan sangat
membantu terhadap kami semua yang hadir disini
sekarang, terhadap segenap umat persilatan yang ada di
dunia ini pun merupakan suatu bantuan yang besar sekali."
"Maksudmu, aku harus mengumumkan apa yang
kuketahui itu dihadapan umum?"
"Benar.!" Dengan cepat Siau Hong menggeleng:
"Tidak, tidak bisa!" serunya.
"Mengapa?" "Sebab bila kuucapkan segala sesuatunya secara blakblakan,
mereka pasti akan merasa tidak tenteram,
sebaliknya kalau membohongi mereka pun bukan suatu
cara yang baik, aku rasa sebaiknya kita memberikan suatu
gambaran masa depan yang kosong dan tanda Tanya besar
dalam benak mereka saja, agar mereka selalu waspada,
mungkin hal mana akan lebih baikan bagi mereka"
Apa yang diucapkan olehnya sangat masuk diakal,
diantara beberapa orang itu memang jarang sekali ada
orang yang memiliki tekad seperti Cu Siau Hong.
Terpaksa Cu Siau Hong harus manggut-manggut,
katanya kemudian: "Baiklah!, Cuma aku tetap berharap bisa mengetahui
latar belakang dari persoalan tersebut secepatnya."
"Kau lupa barangkali..."
"Tentang soal apa?"
"Aku toh belum menemani dirimu tidur semalaman."
Cu Siau Hong menjadi tertegun dan untuk beberapa saat
lamanya tak sanggup mengucapkan sepatah kata pun.
Sesudah tertawa licik, Siau Hong berkata lagi:
"Cuma, kemungkinan besar aku dapat berubah pikiran,
pilihlah beberapa orang yang kau percaya dan malam nanti
kita boleh berbincang-bincang dalam tempat
pemondokanku." Mendadak dari tengah udara dikejauhan sana
berkumandang suara keleningan emas yang dibunyikan
amat nyaring. Begitu mendengar suara keleningan tersebut, paras
muka Siau Hong segera berubah hebat.
"Aaah..diapun telah datang!", pekiknya tertahan.
"Siapa?" "Kim leng tui hun siu (kakek keleningan emas pengejar
sukma)!" Beberapa patah kata itu diucapkan dengan suara cukup
keras sehingga semua jago yang berdiri sekitar sana pun
dapat mendengar dengan amat jelas,
"Kim leng tui hun siu?", belum pernah kudengar tentang
nama kakek keleningan emas pengejar sukma ini !"
"Aku pernah mendengar tentang namanya," Oh Hong cun
segera menanggapi dengan cepat.
Sementara itu Siau Hong sekalian berempat telah
mengundurkan diri secara tergesa-gesa dari tempat itu.
"Oh tua, " Cu Siau Hong segera berkata, "manusia
macam apa sih kakek keleningan emas pencabut sukma
itu?" "Seorang pembunuh kelas satu dari dunia persilatan,
pada tiga puluh tahun berselang dikala ia masih berkelana
dalam dunia persilatan, didalam satu tahun ia telah
membunuh dua belas orang jago lihay, tapi tak seorangpun
yang pernah bertemu dengannya, mereka hanya
mendengar suara keleningan emasnya saja."
Cu Siau Hong segera mendongakkan kepalanya
memandang angkasa, lalu bertanya lagi:
"Apakah keleningan emasnya dapat terbang?"
"Mungkin saja, lagi pula terbang tinggi sekali, yaa sangat
tinggi, jarang orang bisa bertemu dengan manusia ytang
bernama kakek keleningan emas pengejar sukma, bahkan
keleningan emasnya pun jarangkali orang dapat
melihatnya." "Kalau begitu orang itu sangat misterius?"
"Bukan misterius, melainkan amat rahasia, penuh diliputi
hawa pembunuhan serta kengerian yang luar biasa"
"Oh tua, seandainya tak pernah orang dapat melihat
wajahnya, mengapa setiap orang memanggilnya sebagai
kakek keleningan emas pengejar sukma?"
"Walaupun orang jarang sekali dapat bertemu muka
dengannya, namun orang yang dapat mendengar suara
keleningannya tidak sedikit."
"Oh tua, toh dia disebut sebagai kakek siu, berarti dia
adalah seorang yang sudah kakek-kakek?"
"Tiga puluh tahun berselang ia sudah disebut Kim leng
tui hun siu, tiga puluh tahun kemudian ternyata ia masih
hidup, meski dahulu dia bukan seorang kakek, paling tidak
sekarang sudah menjadi seorang kakek sungguhan."
"Selama satu tahun, ia telah membunuh dua belas orang,
kalau disejajarkan dengan pembunuh lainnya, orang lain
masih belum bisa dianggap sebagai seorang manusia yang
amat buas dan berbahaya."
"Sekalipun orang yang dibunuh olehnya tidak terlalu
banyak, namun kedua belas orang itu mempunyai
keturunan yang istimewa, bila orang lain yang ingin
membunuh salah seorang diantaranya, mungkin mereka
harus menyusun rencana semenjak satu tahun berselang."
"Jika begitu, Kim leng tui hun siu adalah seorang yang
sangat menakutkan?" "Benar, sangat menakutkan, yang lebih aneh lagi setelah
membunuh dua belas orang jago lihay, tiba-tiba saja
manusia aneh tersebut turut lenyap tak berbekas, lenyap
selama tiga puluh tahun lamanya, sungguh tak disangka
tiga puluh tahun kemudiannia muncul kembali didalam
dunia persilatan." "Mungkin saja selama ini dia masih berkelana terus
dalam dunia persilatan, cuma keleningan emasnya telah
disimpan, tiga puluh tahun berselang dia masih seoarng
pemuda yang ingusan hanya sengaja menyaru sebagai
seoarng kakek maka setelah menanjak usia, siapa lagi yang
bisa mengenali dia" Toh ilmu menyaru muka merupakan
sesuatu yang lumrah bagi setiap umat persilatan?"
Oh Hong cun menjadi tertegun sesudah mendengar
perkataan tersebut, katanya kemudian:
"Ehmm, memang masuk diakal, sesungguhnya hal ini
memang merupakan sesuatu peristiwa yang sangat
sederhana, tapi aneh selama puluhan tahiun ini mengapa
belum pernah ada orang yang dapat berpikir sampai
kesitu..?" "Munkin tiada orang yang pernah berpikir sampai kesitu,
padahal asal orang mau berpikir sebentar saja, maka segala
sesuatunya dapat ditemukan dengan jelas."
"Ooohh..." "Sekarang kita harus merundingkan secara baik-baik,
bagaimana caranya untuk menghadapi kakek keleningan
emas pengejar sukma tersebut?"
Pek bi taysu yang selama ini selalu berpandangan tinggi
dan angkuh, sekarang bagaikan menjumpai suatu masalah
yang besar dan berat saja, wajahnya nampak amat serius.
Thian Pak liat, Tham Ki wan, Si Eng dan H Hou poo juga
termenung sambil membungkam diri.
Keadaan tersebut mencerminkan dua kemungkinan,
pertama setiap orang menaruh perasaan was-was dan
segan terhadap kakek keleningan emas pengejar sukma,
sehingga sama sekali tidak mempunyai semangat dan
keberanian untuk melawan musuh.
Kedua, mungkin mereka tak dapat menemukan akal
yang baik untuk mengatasi kesulitan mana, oleh sebab itu
mereka hanya membungkam diri belaka dalam seribu
bahasa. Cu Siau hong yang menyaksikan kejadian itu segera
menghembuskan napas panjang, katanya kemudian :
"Saudara sekalian, bila munculnya keleningan emas itu
hanya sebagai semacam peringatan, maka hal ini erat
hubungannya dengan kemunculan manusia-manusia
berbaju hitam itu, orang-orang tersebut mati diujung
pedangku, maka seandainya kakek keleningan emas
pengejar sukma hendak membalaskan dendam bagi
mereka, orang pertama yang mereka cari sudah pasti
adalah diriku." Thian Pak liat sekalian sama-sama mendongakkan
kepalanya dan memandang sekejap kea rah Cu Siau Hong.
Sambil tertawa kembali Cu Siau Hong berkata :
"Seandainya kakek keleningan emas pengejar sukma
hendak membunuh kalian, aku percaya, sekalipun kita
menyerahkan diri dengan begitu saja pun ia sama saja akan
turun tangan terhadap kita."
"Benar" sahut Si Eng.
"Aku tidak tahu, seorang jagoan lihay yang
sesungguhnya sebetulnya memiliki ilmu silat sampai pada
taraf yang bagaimana, tapi aku pikir, kemampuan yang
dimiliki seoarng sudah pasti mempunyai semacam batasan
tertentu, sekalipun keleningan emas bisa terbang, itupun
semacam rahasia yang dibuat secara khusus, sudah jelas
bukan semacam ilmu sihir ataupun ilmu hitam lainnya."
Perkataan dari saudara Cu memang benar" kata Thian
Pak liat kemudian, "kalau toh kita tak dapat menyerahkan
diri dengan begitu saja untuk dibantai musuh, satu-satunya
jalan adalah melakukan perlawanan secara gigih."
"Melawan.." kata Oh Hong cun.
"Aku tidak berani mengatakan secara pasti apakah dia
pasti mempunyai sangkut pautnya dengan ketiga orang itu,
cuma kita tak bisa tidak untuk membuat persiapan"
sambung Cui Siau Hong cepat.
"Cu lote..." "Oh tua, bukankah kakek keleningan emas pengejar
sukma hanya seorang saja?"
"Benar!" "Asalkan dia berani menampakkan diri maka akulah yang
pertama-tama akan menghadapinya."
Berapa patah kata ini sungguh merupakan suatu
suntikan semangat yang paling mujarab, kontan saja Thian
Pak liat dan Tham Ki wan sekalian merasakan semangatnya
berkobar kembali. Mendadak Oh Hong cun tertawa terbahak-bahak:
"Haaahhh...haaah..haaah..bagus sekali !" serunya
kemudian, "kalian yang masih muda-muda saja tidak takut,
lohu yang sudah lanjut usia begini mengapa harus
memikirkan soal mati hidup" Baik, akupun akan mendukung
usahamu itu." Cu Siau Hong segera membeberkan suatu rencananya
yang amat sempurna dan sekali lagi membagi tugas kepada
semua orang yang ada. Seng Tiong gak, Su Eng dan Jit hou sekalian memikul
tanggungjawab yang terberat.
Pek bi taysu dan dua belas lohan menerima pula tugas
yang terhitung amat penting.
Tapi orang yang benar-benar akan menghadapi kakek
keleningan emas pengejar sukma hanya Cu Siau Hong,
Thian Pak liat, Si Eng, Ho Hou poo dan Tham Ki wan
sekalian. Seng Hong, Hoa Wan, Ong Peng dan Tan Heng sekalian
bertugas memberi bantuan bilamana diperlukan.
Keseraman dan kengerian yang diciptakan akibat dari
berbagai perubahan ini telah membuat para jago persilatan
yang hadir diarena sama-sama memiliki suatu dorongan
semangat yang berkobar, mereka pun sadar, hanya
melakukan apa yang diperintahkan kepada merekalah jiwa
mereka baru terhindar dari ancaman bahaya maut yang
lebih besar. Diluar dugaan sama sekali, secara beruntun dua hari
lewat dengan selamat, tiada suatu kejadian pun yang
berlangsung selama ini. Kakek keleningan emas pengejar sukma juga sama sekali
tidak menampakkan diri. Namun setiap orang dapat merasakan semacam daya
tekan tak berwujud yang secara diam-diam bergolak, daya
tekanan tak berwujud itu terasa semakin lama semakin
bertambah berat menekan dada setiap orang.
Tengah hari ketigapun menjelang tiba.
Oh Hong cun memperhatikan sekejap lembah bukit
diujung jalan sana, kemudian katanya:
Setelah lewat dua hari kita akan tiba di tebing Yang jit
gay tersebut.." "Oh tua," kata Thian Pak liat cepat, "sekalipun kita sudah
sampai ditebing Yang jit gay, lantas bisa apa" Kalau toh
mereka bisa membunuh orang ditengah jalan, mengapa
tidak berani melakukan pembunuhan pula di puncak bukit
Yang jit gay?" "Tentu saja berbeda, ditempat itu berkumpul para jago
dari seluruh kolong langit aku rasa belum tentu kakek
keleningan emas pengejar sukma berani melakukan
pembunuhan disitu." "Maksud Oh tua, bila mereka ingin menghadapi kita,
maka mereka pasti akan turun tangan sebelum kita sampai
di puncak Yang jit gay ?" tanya Si Eng.
Oh Hong cun manggut-manggut.
"Yaa,,didalam hal ini lohu berani menjamin."
"Kalau begitu hari ini adalah hari yang terpenting," kata
Thian Pak liat cepat. "Dan tempat ini adalah tempat yang paling bagus dan
strategis," sambung Tham Ki wan.
"Betul, itulah sebabnya kita harus segera berhenti," ucap
Cu Siau Hong pula. Walaupun Oh Hong cun sudah mengerti akan maksud
yang sebenarnya dari perkataan itu, tak urung toh dia
bertanya lagi: "Berhenti", mengapa ?"
"Oh tua, coba kau periksa bentguk lembah dan bukit
terjal tersebut, permukaan tebing di kedua sisi lembah
tersebut makin lama makin menjulang tinggi ke angkasa,
sementara selat yang terbentang di bagian tengahnya pun
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
makin lama semakin bertambah sempit, asal kita sudah
memasuki sejauh seratus kaki saja, bisa jadi kita akan
segera terjebak dalam keadaan yang berbahaya sekali,
musuh yang bersembunyi disekitar sana pasti akan turun
tangan bersama-sama, akibatnya kita akan menderita
korban dan kerugian yang besar sekali."
"Tapi hanya ada satu jalan ini yang bisa kita lewati untuk
mencapai puncak tebing Yang jit gay tersebut," seru Oh
Hong cun cepat. "Maksudku, kita harus berangkat sendiri dahulu, makin
sedikit jumlahnya semakin baik, sehingga seandainya
terjadi suatu perubahan yang tak terduga, kita bisa
menghadapinya secara baik."
"Kalau begitu hentikan seluruh pasukan didepan mulut
lembah, sedangkan kita beberapa orang masuk lebih dahulu
untuk melihat keadaan," sambung Thian Pak liat.
"Lohu sebagai pemimpin rombongan, tentu saja tidak
boleh ketinggalan...," kata Oh Hong cun cepat.
Cu Siau Hong tersenyum. "Aku siap mengiringimu !"
Tham Ki wan dan Thian Pak liat sekalian serentak
menyanggupi pula secara bersama-sama.
Keputusan yang terakhir adalah Oh Hong cun dengan
membawa lima pemimpin dari pasukan ngo heng,
berangkat lebih dahulu memasuki lembah tersebut untuk
melakukan pemeriksaan. Cu Siau Hong dan Thian Pak liat segera berangkat lebih
dulu sebagai pembuka jalan.
Setelah memasuki lembah sejauh seratus kaki, dua sisi
tebing yang menjulang tinggi keangkasa makin lama
semakin terjal, lembah yang membentang ditengah pun kini
luasnya Cuma dua tiga kaki.
Mendadak Cu Siau Hong menghentikan langkahnya dan
berseru dengan suara lantang:
"Saudara sekalian, sekarang kalian boleh turun, kami
sudah menemukan jejak kalian itulah sebabnya pasukan
induk kami berhenti dimuka lembah sana."
Ucapannya yang mantap dan tegas mencerminkan
seakan-akan dia benar-benar mengetahui kalau pihak lawan
berada disana. Dengan suara lirih Oh Hong cun segera berbalik:
"Tham lote, coba kau perhatikan kedua sisi tebing
tersebut, apakah ada akal untuk mengatasi keadaan?"
Sebelum Tham Ki wan sempat menjawab, dari sisi
dinding tebing tersebut telah berkumandang suara tertawa
dingin. Kemudian dari belakang batu besar lebih kurang berap
puluh kaki dihadapan merfeka muncul seseorang.
Walaupun jarak diantara kedua belah pihak terpaut
puluhan kaki tapi Cu Siau Hong dapat mengenalinya
sebagai seorang kakek. Seorang kakek yang mempunyai jenggot putih sepanjang
dada. Dengan suara rendah Cu Siau Hong segera berbisik:
"Saudara Thian, sudahkah kau lihat orang itu?"
Thian Pak liat menggeleng.
"Terlampau jauh, aku tak dapat melihat dengan terlalu
jelas," sahutnya kemudian.
"Dia adalah seorang kakek yang memelihara jenggot
putih, aku tidajk tahu apakah dia adalah si kakek
keleningan emas pengejar sukma atau bukan..."
Tampak kakek berjenggot putih sepanjang dada itu
mendadak melompat kedepan dan ternyata ia melompat
turun keatas tanah dari ketinggian emapt puluh lima kaki.
Sekalipun seorang memiliki ilmu meringankan tubuh
yang amat sempurna, bila berani melompat turun dengan
cara begini, niscaya dia akan terluka parah, tapi orang itu
sama sekali tidak menderita luka apapun juga.
Sewaktu hamper mencapai permukaan tanah, mendadak
sepasang telapak tangannya menekan kebawah, segulung
tenaga pukulan yang maha dahsyat segera menghantam
permukaan tanah. Tenaga pukulan itu sangat kuat sekali, orang lain hanya
menyaksikan sepasang tangannya menekan pelan diatas
tanah, tahu-tahu tubuhnya yang meluncur ke bawah
seakan-akan memperoleh suatu pengendalian yang hebat,
tubuhnya segera melejit dan tegak berdiri kembali diatas
permukaan tanah. Cukup ditinjau dari kemampuannya ini, mau tak mau
semua orang merasakan juga hatinya bergetar keras.
Thian Pak liat, Si Eng, Ho Hou poo, Tham Ki wan maupun
Oh Hong cun menyadari bahwa mereka tidak memiliki
kemampuan seperti ini. Namun Cu Siau Hong seolah-olah sama sekali tidak
memikirkan hal tersebut didalam hati, ia segera
menyongsong maju kemuka dan berkata sambil tertawa:
"Apakah saudara adalah kakek keleningan emas pengejar
sukma?" Orang itu mengenakan jubah panjang berwarna hitam,
jenggotnya yang putih seperti salju terurai sepanjang dada,
namun wajahnya merah segar seperti wajah kanak-kanak.
Kalau dilihat dari paras mukanya, dia semestinya barus
berusia tiga puluh empat puluh tahunan, tapi kalau dilihat
dari jenggotnya yang panjang dan memutih, paling tidak
sudah mencapai tujuh delapan puluh tahunan.
Kalau dilihat dari ilmu meringankan tubuh dan
jenggotnya yang panjang, semestinya ilmu silat yang
dimiliki orang ini sudah mencapai puncak kesempurnaan
yang luar biasa. Baju hitam dengan jenggot berwarna putih dia Nampak
sangat angker dan berwibawa.
Tampak orang itu mengelus jenggotnya yang panjang
terurai sepanjang dada itu, lalu berkata dengan suara
sedingin es: "Bocah cilik, sebutkan namamu, lohu ingin menilai
bobotmu, apakah kau cukup berhak atau tidak untuk
berbicara dengan lohu."
Cu Siau Hong segera tertawa dingin.
"Heeeh...heeehh..heehhh..lebih baik kaupun
menyebutkan lebih dahulu identitasmnu, akupun ingin tahu
apakah kau orang tua mempunyai nama besar yang pantas
untuk disegani," "Heehmmm..sunnguh besar bacotmu !" dengus kakek
berjenggot putih itu sambil tertawa seram.
"Apakah kau pun tidak merasa bahwa lagakmu sendiri
pun cukup membuat orang merasa mual?"
Jilid 48 Bagian 59 Paras muka kakek berjenggot putih itu segera berubah
hebat. "Kakek keleningan emas pengejar sukma, apakah nama
ini cukup bagiku untuk bersikap demikian kepadamu?",
serunya. "Oohhh, rupanya benar-benar kau."
"Ayo sebutkan sekarang siapa namamu?", desak kakek
berjenggot putih lagi dengan suara dingin.
"Cu Siau Hong, seorang anak muda dari angkatan muda
yang tidak punya nama besar sekalipun, sudah kusebutkan
juga belum tentu akan kau ketahui..."
Kakek keleningan emas pengejar sukma tertawa hambar.
"Lohu mah sudah pernah mendengar akan namamu itu."
"Ooh ..hal ini benar-benar diluar dugaan boanpwe."
"Cu Siau Hong, lohu datang untuk minta orang
kepadamu," seru kakek keleningan emas pengejar sukma
dingin. "Aku toh berada disini !"
"Bukan kau yang kucari, lohu menghendaki orang lain,
seorang dayang kecil."
"Locianpwe, lebih baik bekuklah aku lebih dahulu
sebelum mengerahkan sasaranmu kepada orang lain."
Mendadak kakek keleningan emas pengejar sukma
mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak.
"Haah,..haah...haahh..Cu Siau Hong, setiap orang yang
pernah berjumpa dengan lohu pasti tak akan melepaskan
kau dengan begitu saja."
Cu Siau Hong tertawa dingin.
"Heehh..heeh..heehh..setiap orang yang pernah
berjumpa dengan kau pasti mati..?"
"Benar." "Aku telah berjumpa dengan dirimu, tapi sekarang
bukankah aku masih tetap berada dalam keadaan hidup?"
"Sebentar lagi, kau akan segera menerima hakmu itu."
"Ooh kalau begitu akan kunantikan segala pemberianmu
tersebut, kalau kau merasa punya kemampuan, keluarkan
saja semuanya tanpa harus sungkan-sungkan."
Kakek keleningan emas pengejar sukma segera
mengayunkan tangan kanannya, tapi mendadak ia berhenti
lagi seraya berkata: "Cu Siau Hong, nama buas lohu sudah amat termashur
dalam dunia persilatan, setiap orang yang bertemu
denganku rata-rata merasa takut kepadaku."
Cu Siau Hong segera tertawa.
"Apa sih yang menakutkan dengan dirimu,?" katanya.
Pertanyaan tersebut segera membuat kakek keleningan
emas pengejar sukma menjadi tertegun.
"Apa kau bilang?"
"Aku bilang, kau adalah manusia, sedikitpun tidak
menakutkan orang lain lain takut kepadamu karena merasa
takut mati.." "Jadi kau tidak takut mati?" tukas kakek keleningan
emas pengejar sukma. "Tidak, aku tidak takut, lagi pula kau toh belum tentu
mampu untuk membinasakan aku."
Kakek keleningan emas pengejar sukma segera tertawa
dingin, katanya kemudian:
"Cu Siau Hong, sebenarnya lohu masih mempunyai
beberapa patah kata yang hendak diberitahukan kepadamu,
tapi oleh karena sikapmu begitu kurang ajar, maka lohu
merasa tidak perlu untuk banyak berbicara lagi denganmu."
Mendadak dia merangkap sepasang telapak tangannya,
serentetan cahaya tajam segera meluncur kedepan dengan
kecepatan luar biasa. Dalam selisih jarak yang demikian dekatnya itu, entah
siapa saja pasti akan merasa sulit untuk meloloskan diri dari
ancaman tersebut. Tapi Cu Siau Hong telah membuat persiapan.
Disaat sepasang telapak tangan lawan mulai bergerak
itulah, tubuhnya sudah melejit ketengah udara.
Serentetan cahaya tajam yang berkilauan itulah segera
menyambar lewat persis melalui bawah kakinya.
Padahal Cu Siau Hong sama sekali tidak tahu kalau
musuhnya hendak melancarkan serangan dengan
menggunakan senjata rahasia, namun hatinya selalu
waspada dan mempertinggi rasa was-wasnya, apalagi dia
pun sudah menduga kalau kakek keleningan emas pengejar
sukma ini pasti mempunyai berbagai teknik membunuh
yang lihay dan luar biasa.
Itulah sebabnya baru saja pihak musuh menggerakkan
tangannya, dia lantas melejit ke tengah udara untuk
menghindar diri. Setelah tertegun untuk beberapa saat l;amanya, tiba-tiba
kakek keleningan emas pengejar sukma mendongakkan
kepalanya dan tertawa terbahak-bahak.
"Haah...haah..haaah..bagus sekali ! Cu Siau Hong, kau
memang benar-benar memiliki suatu kepandaian yang
sangat hebat." Tubuhnya melesat ketengah udara bagaikan sebatang
pena yang dibidikkan lewat busur, dia langsung meluncur
kedepan dan mengejar kearah Cu Siau Hong.
Belum lagi orangnya tiba, tangan kanannya sudah
digetarkan keras, serentetan cahaya pelangi kembali
meluncur kemuka dengan kecepatan bagaikan samparan
petir. Kakek keleningan emas pengejar sukma ini memang
benar-benar merupakan seorang manusia yang luar biasa,
pedangnya bergerak mengikuti gerakan tubuh, pedang
lemasnya secepat sambaran petir sudah meluncur kemuka.
Disaat Cu Siau Hong melejit ketengah udara tadi tangan
kanannya sudah mengggenggam gagang pedangnya.
Maka dia segera meloloskan pedangnya sambil
menyerang kearah bawah. "Traaang !," sepasang senjata segera saling membentur
sehingga menimbulkan suara benturan yang nyaring.
Diantara dentingan nyaring itulah terlihat dua sosok
bayangan manusia itu saling berjumpalitan sejauh tujuh
depa kearah samping. Lalu dari selisih jarak sejauh tujuh depa inilah, kedua
belah pihak sama-sama saling menyerang sebanyak tujuh
jurus serangan. Ketujuh serangan tersebut semuanya dilancarkan dengan
gerakan yang nyata dan kekuatan yang sesungguhnya.
Alhasil Cu Siau Hong tidak menderita kerugian apa-apa,
namun diapun tidak berhasil meraih keuntungan apa-apa.
Sesudah melayang turun keatas tanah, Cu Siau Hong
segera melintangkan pedangnya didepan dada sambil
bersiap siaga menghadapi segala kemungkinan yang tak
diinginkan. Tapi kakek keleningan emas pengejar sukma berdiri
tanpa senjata lagi, pedangnya entah telah disimpan
kemana. Tergerak hati Cu Siau Hong setelah menyaksikan
kejadian tersebut, serunya tanpa terasa.
"Pedang dibalik ujung baju, jari raja langit?"
Kakek keleningan emas pengejar sukma segera
manggut-manggut. "Tepat sekali, sungguh luas pengetahuanmu,"
pujinya,"pedang lohu jarang yang dikenal orang, tak nyana
kau berhasil menebak secara jitu, kau orang pertama yang
bisa menebak ilmuku ini secara jitu sekali."
Sesungguhnya Cu Siau Hong pernah melihat benda
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
semacam itu didalam catatan Bu beng kiam boh, oleh
karena itu dia bisa menyebutkan nama senjata lawannya
secara tepat. Kembali Cu Siau Hong berkata:
"Jarum raja langit bisa membunuh orang disaat musuh
tak siap, pedang dibalik ujung baju mempunyai tiga jurus
serangan kilat pengejar nyawa perenggut sukma, bukankah
demikian?" Paras muka kakek keleningan emas pengejar sukma
segera berubah sangat hebat.
"Kau..." "Rupanya kau membunuh orang dengan mengandalkan
jarum pedang tersebut...," sela Cu Siau Hong lebih jauh.
Mendadak terdengar Thian Pak liat menimbrung.
"Jarum raja langit menempati urutan ketiga didalam
urutan senjata rahasia, jarum itu disebut pula sebagai Bu
im ciam (jarum tanpa bayangan), sungguh tak pernah
kusangka kalau kakek keleningan emas pengejar sukma
juga merupakan seorang ahli didalam mempergunakan
senjata rahasia." Kakek keleningan emas pengejar sukma manggutmanggut.
"Baik !. setiap orang yang hadir di arena hari ini, jangan
harapkan ada yang bisa pergi meninggalkan tempat ini
dalam keadaan hidup."
"Saudara, untuk melukai aku seorangpun kau belum
tentu mampu, apa gunanya kau mesti sesumbar terlampau
awal?", sela Cu Siau Hong sambil megejek dingin.
Pedangnya segera digetarkan, lalu secara tiba-tiba dia
melancarkan tiga puluh dua jurus serangan pedang secara
beruntun. Ketiga puluh dua jurus serangan itu dilepaskan secara
beruntun dan tanpa berhenti, kedahsyatan maupun
kehebatannya sungguh mengerikan hati siapa saja.
Ternyata kakek keleningan emas pengejar sukma kena
terdesak oleh rangkaian serangan itu mundur terus sejauh
satu kaki lebih dari posisi semula,
Kini paras muka kakek keleningan emas pengejar sukma
telah berubah menjadi hijau membesi, dia sedang berusaha
keras untuk merebut posisi dan melancarkan serangan
balasan. Akan tetapi ketiga puluh dua jurus serangan berantai dari
Cu Siau Hong itu telah menciptakan selapis cahaya pedang
yang amat kuat dan tebal, sedikitpun tidak memberi setitik
ruang kosong pun yang dapat dimanfaatkan olehnya untuk
melepaskan serangan balasan.
Menanti Cu Siau Hong sudah selesai mempergunakan
ketiga puluh dua jurus pedangnya, barulah kakek
keleningan emas pengejar sukma mendapat kesempatan
untuk berbuat demikian, tiba-tiba saja dia melancarkan
serangan balasan. Kali ini dia belum sampai mengeluarkan senjata
andalannya, melainkan meneter dan menyerang dengan
mempergunakan serangan tangan kosong.
Namun Cu Siau Hong mengerti, rupanya si kakek
keleningan emas pengejar sukma sedang menantikan
kesempatan yang baik. Kesempatan baik yang dirasakan cocok begitu muncul,
sudah pasti dia akan melancarkan serangan dahsyat dengan
pedang dalam ujung baju serta jarum raja langitnya secara
berbarengan. Semakin tidak gampang kakek keleningan emas pengejar
sukma itu menggunakan pedangnya, semakin tinggi
kewaspadaan Cu Siau Hong didalam menghadapinya.
Oleh karena itu Cu Siau Hong segera mengambil posisi
bertahan, gerakan pedangnya diputar dan dimainkan secara
ketat dan rapat sekali untuk melindungi seluruh badan.
Walaupun perubahan jurus pukulan dari kakek
keleningan emas pengejar sukma terhitung banyak sekali,
akan tetapi selama ini dia tak pernah berhasil untuk
menyarangkan serangannya kebalik cahaya pedang lawan.
Seseorang, apabila bisa bertarung seimbang dengan
kakek keleningan emas pengejar sukma tanpa berhasil
menentukan siapa yang menang dan siapa yang kalah,
boleh dibilang hal ini merupakan suatu peristiwa besar yang
akan menghebohkan seluruh dunia persilatan.
Padahal disitu hadir banyak sekali jago-jago kelas satu
dunia persilatan, setiap orang dapat melihat walaupun Cu
Siau Hong memainkan jurus pedangnya dengan perubahan
yang tak terduga, namun sama sekali tidak menyerang
dengan sepenuh tenaga. Sebaliknya si kakek keleningan emas pengejar sukma
justru memutar sepasang telapak tangannya bagaikan roda,
sekuat tenaga dia melancarkan desakan yang amat gencar.
Tapi dia selalu gagal untuk melontarkan daya tekanan
pukulannya itu kebalik cahaya pedang lawan yang sangat
rapat itu. Dalam waktu singkat, kedua belah pihak sudah saling
bertarung puluhan gebrakan banyaknya, akan tetapi
keadaan masih tetap seimbang, siapapun tidak berhasil
meraih kemenangan apapun.
Menyaksikan sampai disitu, dengan suara lirih Oh Hong
cun segera berbisik: "Thian lote, bagaimana menurut pendapatmu tentang
ilmu pedang yang dimiliki Cu Siau Hong ini?"
"Kelihayannya sama sekali diluar dugaan siapapun."
"Aaai..tampaknya ombak belakang sungai Tangkang
memang selalu mendorong ombak didepannya, orang baru
akan selalu menggantikan generasi yang lama, dengan
kepandaian silat yang dimiliki Cu lote sekarang,
sesungguhnya dia bisa membuat orang benar-benar kagum
padanya." "Memalukan, sungguh memalukan sekali," sambung
Tham Ki wan pula, "padahal usia saudara Cu paling muda
diantara kita, namun dalam kenyataan ilmu silatnya sepuluh
kali lipat jauh lebih hebat daripada kita semua."
Si Eng tertawa. "Sepuluh kali lipat mah tidak sampai, hanya saja dia
memang lebih tangguh daripada kita semua, terutama
sekali dalam permainan pedangnya, aku melihat terdapat
banyak sekali titik kelemahan."
"Saudara Si, menurut kau, dimanakah terdapat banyak
sekali titik kelemahan dalam permainan pedangnya itu?",
tanya Thian pak liat sambil tertawa.
"Walaupun ilmu pedang yang dimiliki saudara Cu sangat
lihay, tapi ada beberapa jurus diantaranya sudah jelas
dapat memapas kutung sepasang tangan si kakek
keleningan emas pengejar sukma, tapi kenyataannya dia
sama sekali tidak melepaskan serangan mautnya."
"Aku pikir, dibalik kesemuanya itu sudah pasti ada
sebab-sebabnya.." "Apabila sisa kekuatan yang ada diujung pedang sudah
habis terpakai, maka kemungkinan besar akan
mempengaruhi perubahan selanjutnya dari jurus-jurus
pedangnya sehingga berakibat serangan tidak bisa menuruti
kemauan perasaan lagi. Tapi menurut pendapatku,
kemungkinan besar dia bisa berhasil dengan serangannya
itu untuk memotong sepasang telapak tangan dari kakek
keleningan emas pengejar sukma."
Sementara itu Seng Hong, Hoa Wan, Tan Heng dan Ong
Peng juga telah menyusul datang, mereka semakin
mendekati arena pertarungan, melewati Tham Ki wan dan
Ho Hou poo sekalian seakan-akan orang-orang tersebut ada
maksud untuk terjun ke arena memberi bantuan.
Thian Pak liat yang menyaksikan kejadian tersebut
segera berteriak keras: "Berhenti !" Ong Peng sekalian segera berhenti.
Sambil berpaling Seng Hong berseru:
"Thian yaa.." "Aku tahu," tukas Thian Pak liat dengan cepat, "kalian
pasti menguatirkan keselamatan jiwa dari saudara Cu
bukan" Namun lebih baik kalian jangan mengganggu dia.
Kalian tak bakal bisa membantu apa-apa, malahan
sebaliknya bisa mengakibatkan pikirannya dan perhatiannya
menjadi bercabang-cabang"
Ong Peng segera mengiakan dan mundur sejauh delapan
depa lebih ke belakang. Sementara itu pertarungan sengit yang berlangsung
antara Cu Siau Hong dengan kakek keleningan emas
pengejar sukma masih berlangsung dengan amat ramainya,
kedua belah pihak sama-sama belum berhasil menentukan
keunggulan untuk pihaknya.
Namun kalau dilihat dari sikap maupun mimik wajah
kedua belah pihak, bisa diketahui kalau pertarungan yang
sedang berlangsung itu sudah memasuki tahap yang sangat
tegang. Paras muka kakek keleningan emas pengejar sukma
berubah menjadi berat sekali, sedangkan paras muka Cu
Siau Hong berubah menjadi amat serius.
Mendadak terdengar Thian Pak liat berbisik lirih:
"Saudara Si, sudah kau lihat ?"
"Melihat apa?" "Selama ini kakek keleningan emas pengejar sukma tak
pernah mempunyai kesempatan untuk mencabut keluar
pedangnya." "Ya, hal ini memang merupakan kejadian yang amat sulit
dimengerti, padahal dia melancarkan serangan dengan
ngotot dan bertenaga sekali, tapi anehnya mengapa dia tak
mau meloloskan pedangnya untuk meneter lawan?"
"Selama ini dia masih menunggu dan menunggu terus,
menunggu sampai Cu Siau Hong membuat suatu kesalahan,
nah pada saat itulah dia akan melancarkan sergapan
mautnya untuk mencabut nyawa pemuda itu."
"Apakah selama ini Cu Siau Hong tak pernah membuat
suatu kesalahan apapun?", tanya Si Eng.
"Inilah merupakan sebab utama mengapa selama ini dia
tak mau menggunakan pedang secara sembarangan."
"Dan ini pula yang menjadi alasan mengapa Cu Siau
Hong selama ini tak berani menyerempet bahaya untuk
mencari kemenangan."
"Sesungguhnya pertarungan yang sedang berlangsung
saat ini merupakan suatu pertarungan yang amat seru
sekali, kedua belah pihak sama-sama merupakan jago lihay
yang berilmu tinggi didalam dunia persilatan, dalam
pertarungan adu jiwa ini, tak bisa dihindari lagi adu
kecerdasan pun perlu dilakukan."
"Padahal bila kita mau mengamati jalannya pertarungan
dari sisi arena, mungkin kitapun akan memperoleh suatu
hasil yang besar sekali."
Mendadak dari tengah arena berkumandang suara
pekikan nyaring yang memekikkan telinga.
Jenggot panjang yang terurai sepanjang dada dari kakek
keleningan emas pengejar sukma itu tahu-tahu
beterbangan dengankencangnya semuanya meluncur
bagaikan sebuah duri yang keras.
Serentetan cahaya putih tiba-tiba saja ikut meluncur
keluar dari balik ujung baju dari kakek keleningan emas
pengejar sukma tersebut. Cahaya putih itu meluncur sambil menggulung kedepan,
seketika itu juga seluruh tubuh Cu Siau Hong digulung
dibalik cahaya putih yang tajam tersebut.
Tiada orang yang melihat jelas jalannya pertarungan di
antara kedua belah pihak.
Sebab kedua-duanya sama-sama melancarkan gerakan
mereka dengan kecepatan yang luar biasa, kecepatan sama
sekali tak bisa diikuti dengan pandangan mata.
Sewaktu mereka berhasil melihat jelas keadaan yang
sebenarnya ditengah arena, pertarungan tersebut telah
berakhir. Tampak Cu Siau Hong berdiri sambil menggenggam
pedangya erat-erat, paras mukanya pucat pias, sementara
didepan dadanya telah bertambah dengan dua buah mulut
luka, darah segar masih mengucur keluar dengan amat
derasnya. Sedangkan si kakek keleningan emas pengejar sukma
sudah membalikkan badan dan berlalu dari situ.
Dia pergi dengan langkah yang amat tergesa-gesa,
gerkan tubuhnya cepat sekali bagaikan sambaran petir,
didalam beberapa kali kelebatan saja bayangan tubuhnya
sudah lenyap dari pandangan.
Hoa Wan dan Seng Hong segera maju kedepan untuk
membimbing tubuh Cu Siau Hong.
Sementara itu Cu Siau Hong sudah melepaskan
pedangnya dan pelan-pelan duduk ke atas tanah.
Seng Hong segera berbisik:
"Majikan, kau.."
Cu Siau Hong menggelengkan kepalanya berulang kali
tanpa menjawab sepatah katapun, dia hanya pelan-pelan
duduk keatas tanah kemudian bersila dan mengatur
pernapasan. Thian Pak liat dating mendekat, kemudian serunya:
"Lebih baik jangan mengganggu dia, biarlah dia duduk
sambil mengatur pernapasan, sekarang dia memerlukan
waktu untuk beristirahat.."
Seng Hong, Hoa Wan, Ong Peng dan Tan Heng tidak
banyak berbicara, serentak mereka mundur kebelakang.
Tapi merekapun tidak mundur terlampau jauh, melainkan
menyebarkan diri diempat penjuru untuk melindungi
keselamatan dari Cu Siau Hong.
Dari penampilan wajah mereka, terlihat jelas betapa kuat
dan setianya mereka terhadap si anak muda tersebut.
Sambil manggut-manggut Oh Hong cun lantas berkata:
"Bagus ! Bagus sekali !," sejak terjun ke dalam dunia
persilatan, mungkin baru pertama kali ini si kakek
keleningan emas pengejar sukma tidak berhasil membunuh
orang yang pernah berjumpa dengan raut wajah aslinya,
juga untuk pertama kalinya dia dipukul sampai melarikan
diri terbirit-birit."
"Heran," kata Ho Hou poo kemudian, "aku dengar
keleningan emasnya merupakan senjata yang sangat ganas,
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
buas dan tangguh, mengapa selama pertarungan
berlangsung dia sama sekali tidak pernah
mempergunakannya?" "Seandainya dia masih berkemampuan untuk
mengeluarkan ilmu sakti keleningan emasnya, aku percaya
tak akan melarikan diri, sudah pasti dia akan berusaha
membunuh Cu Siau Hong dahulu, kemudian membunuh kita
semua," kata Thian Pak liat cepat.
"Maksud saudara Thian?"
"Dia sudah terluka parah !"
Ho Hou poo segera berpaling, dia melihat paras muka Cu
Siau Hong masih nampak amat serius, dua buah mulut luka
membekas diatas dadanya, sementara darah kental masih
nampak mengucur keluar dengan amat derasnya.
Sesudah menghembuskan napas panjang, Ho Hou poo
segera berbisik: "Saudara Thian, luka yang dideritanya sangat parah,
kemungkinan besar mulut lukanya itu selain besar juga
amat dalam." "Ya, dia memang terluka parah, namun tidak sampai
membahayakan keselamatan jiwanya."
"Aku lihat keadaan luka yang diderita oleh Cu Siau Hong
itu harus kita sembuhkan secepatnya."
"Oooh..." Dia sudah berbicara setengah harian, namun semua
orang masih belum memahami maksud tujuan yang
sebenarnya. Dengan kening berkerut, Thian Pak liat segera berkata:
"Saudara Ho, sudah setengah harian lamanya kau
berbicara, tapi aku masih belum memahami maksud hatimu
itu." Ho Hou poo segera tertawa.
"Sesungguhnya hal ini gampang untuk mengerti, dalam
sakuku terdapat semacam obat yang merupakan obat
mujarab untuk menyembuhkan pelbagai luka bekas tusukan
atau bacokan, seandainya luka yang dideritanya tidak
terlampau parah, tentu saja tidak perlu mempergunakan
obatku ini, sebab terlampau sayang, oleh sebab itu aku
ingin mengetahui dengan jelas lebih dahulu bagaimanakah
keadaan luka dari saudara Cu sekarang.."
"oohhh..rupanya begitu."
"Saudara Ho," Si Eng segera menyela, "seandainya kau
benar-benar mempunyai sesuatu obat yang amat mujarab,
sudah sepantasnya bila kau keluarkan sedari tadi, tak usah
mencla mencle macam begitu."
Thian Pak liat tertawa, katanya pula:
"Aku pikir obat mestika yang dimiliki saudara Ho itu
sudah pasti tak ternilai harganya, oleh karena itu merasa
sayang untuk mengeluarkannya.."
"Saudara Ho, bila kau tak mau mengeluarkannya secara
sembarangan, dapatkah kau terangkan obat mestika
apakah itu?", seru Si Eng pula.
"boleh saja, apakah kalian berdua mengetahui tentang
po mia san..?" Paras muka Thian pak liat segera berubah hebat setelah
mendengar perkataan itu, serunya tanpa terasa.
"Po mia san" Kau mempunyai bubuk pelindung nyawa?"
"Benar ! Aku mempunyai po mia san, bahkan hanya satu
bungkus, satu bungkus po mia san ini sudah puluhan tahun
lamanya berada dalam sakuku, selama ini aku tak pernah
mempergunakannya." "Konon po mia san dibuat dari hati gajah empedu ular,
hati badak dan ditambah dengan ramuan obat lainnya
sebelum menjadi obat mestika tersebut, entah perkataan ini
Lahirnya Sang Pendekar 2 Pendekar Pulau Neraka 04 Cinta Berlumur Darah Bagus Sajiwo 8
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama