Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong Bagian 20
saja jiwanya terpengaruh dengan niat yang bukan2. Syukur saja dari
cerita2 semua orang yang telah pernah melihat sepak terjangnya, mengatakan,
Kwang Tan memang memiliki pribadi dan jiwa yang sangat baik !
Memang Bin Tian Ong dan yang lainnya, yang telah menggabungkan diri dengan
pasukan Bengkauw, menceritakan bahwa Kwang Tan
pendekar muda yang memiliki jiwa
sangat mereka kagumi. merupakan seorang kependekaran yang
Membuat hati Bu Kie jadi tenang juga, karena kalau sampai Kwang Tan memiliki
maksud tidak baik dan ingin menjagoi rimba persilatan, lalu sepak terjangnya
lewat garis dari kepantasan rimba persilatan, dengan kepandaiannya yang sangat tinggi itu,
Kwang Tan tentu sulit diurus.
Namun kenyataannya, Kwang Tan dengan kepandaiannya yang begitu tinggi, juga
memiliki kepandaian yang tinggi, sepak mementingkan keadilan! Dan ini
terjangnya, selalu memang merupakan sesuatu yang sangat menggirangkan sekali
Thio Bu Kie dan tokoh2 Beng kauw lainnya.
Kwang Tan meninggalkan rumah untuk terus berangkat,
ia hanya penginapan lain yang lebih kecil, ia pun menjual kudanya, karena ia
menyadari namanya sudah naik, kalau ia melakukan perjalanan dengan menunggang
kuda, niscaya ia mudah menarik perhatian umum, ia mau melakukan perjalanan
dengan berjalan kaki serta juga memotong jalan pegunungan.
penginapan bukan pindah kerumah Dirumah penginapan yang baru, ia segera tidur, barulah ia bangun
setelah menjelang sore, ia ingin menolongi Cin Siu Hoa tidak tanggung2, justeru
ia ingin menyelesaikan urusan dengan Liong Hauw Pang, dimana perkumpulan itu
telah diminta oleh pihak Kui Bwee Pang untuk menyelidiki
dirinya, dan juga memusuhi Kaypang yang dituduh membantunya dalam menghadapi
orang2 Kui Bwee Pang itu.
Karena itu, Kwang Tan memutuskan, untuk memberikan hajaran pada Liong Hauw Pang,
agar perkumpulan itu kelak tidak mempersulit Kaypang, juga tidak mengganggu Cin
Siu Hoa pula. Sore itu, ia telah salin pakaian untuk pergi keluar, Setelah mencari keterangan
ia menuju ke Thian Ce Bio, yang letaknya di utara.
Diluar kota, dekat Cio Ke Cung, Pula kuil itu berdiri mencil sendiri itulah
sebuah kuil yang sangat besar dan angker. Dia melihat sangat jarang orang
berlalu lalang, ia berjalan cepat sekali. ia juga telah memakai topengnya.
Waktu tiba dikuil tersebut, Kwang Tan langsung lompat naik kepayon yang
tingginya tujuh atau delapan tombak, Terus ia pergi kependopo. Diatas kuil itu
ada beberapa pos penjagaan Liong Hauw Pang.
Kecuali angin bersuara santer, kuil tersebut sunyi sekali. Selain pos2 penjagaan
diatas genting kuil juga diruang bawah terdapat banyak sekali pos2 penjagaan
yang ketat dan rapat. Tidak mudah orang melewati pos2 penjagaan yang ada. Untuk melewati pos penjagaan
disebelah depan saja sulit apa lagi harus melewati pos penjagaan yang bersusun
dan ketat itu. Kwang Tan dengan mempergunakan ilmu meringankan tubuhnya bergerak sangat gesit,
tubuhnya berkelebat seperti bayangan, sampai mata penjaga pos kabur. Seorang
diantara mereka telah menggumam sendirian: "Benar2 aku melihat hantu! Rupanya
kelelawar keluar membentur setan !"
Kwang Tan tertawa didalam hati, ia maju terus, sampai dipendopo besar. Disini ia
mendapatkan empat orang yang berdiri dimuka pendopo Mereka membawa lentera yang
mengeluarkan sinar kuning muda, yang setiap kali disorotkan keempat penjuru.
Maka ia menyembunyikan dirinya, ia mendengar suara seorang didalam pendopo itu.
Untuk dapat mendengar dan melihat dengan jelas, ia mencari tempat, dimana ia
berdiam tanpa berhasil dipergoki oleh penjaga.
Didalam pendopo itu berkumpul kurang lebih tiga puluh orang. Semua duduk
dibangku bangku panjang. Dibangku sebelah kiri kebetulan berbicara orang yang
nomor tiga, seorang tua dengan berjenggot kumis yang panjang, dan mukanya merah,
yang matanya memancarkan sinar yang sangat tajam. Waktu itu ia berkata.
"Sebenarnya kita pihak Liong Hauw Pang tidak bermusuhan dengan si pelajar luar
biasa itu, maka tidak perlunya kira mencari gara2. tetapi kita dengan pihak Kui
Bwee Pang telah mengadakan perjanjian, kalau ada musuh didalam daerah kita,
harus kita membantu padanya!
"Demikianlah kita mendapat permintaan dari Kui Bwee Pang itu, hanya kali ini
dari cabangnya. Sebenarnya kita dapat menolak, sebab permintaan bukan langsung
dari Pangcunya, yaitu Tie Siang Kang. Sekarang kebetulan hadir seorang locianpwe
dari pihak kita, harus kita dengar suara
dan pendapatnya! Locianpwe kita itu adalah Lie Mang!"
Dari bangku sebelah kanan, seorang tua yang rambut dan kumisnya sudah putih,
segera berkata. "Ohhh, locianpwe itu muncul lagi. Sepuluh tahun ia sudah tidak
pernah terlihat dan muncul dalam kalangan Kangouw.
Kukira ia telah berdiam digunung dan tidak akan keluar lagi. Menurut yang
kudengar ia lihay ilmu silatnya, terutama sekali ilmu silat meremukkan tulang.
Kalau pukulan itu mengenai tubuh, segera akan menghancurkan tulang disekujur
tubuh. Dan juga anggota tubuh sebelah dalam dari pukulan tersebut akan hancur dan
rusak, sekarang ia muncul lagi, pasti ia jauh lebih lihay dibandingkan dengan
waktu-waktu yang lalu. Mendengar perkataan itu, hati Kwang Tan tercekat, ia berpikir "Bukankah orang
itu, yang katanya sangat lihay, adalah dedengkot penjahat dan iblis yang paling
ganas didalam rimba persilatan yaitu Lie Mang"!"
Dan memang Kwang Tan jadi teringat akan cerita dari beberapa orang rimba
persilatan, bahwa Lie Mang merupakan iblis yang paling ditakuti dan disegani
oleh orang2 rimba persilatan.
Bukan hanya kepandaiannya saja yang memang istimewa hebatnya, juga jiwanya
sangat jahat, hatinya kejam, dan tangannya sangat telengas sekali, jarang sekali
ia memberikan kesempatan hidup kepada orang yang bertempur dengannya.
Salah sedikit saja dan tidak menyenangkan hatinya, maka orang itu akan diambil
jiwanya, entah telah berapa ratus korban yang jatuh mati dengan keadaan tubuh
yang hancur ditangannya, membuat semua orang rimba persilatan kalau mendengar
nama Lie Mang, akan menggidik tubuhnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sungguh Auw Losu memiliki pendengaran yang sangat tajam sekali!" kata orang tua
yang pertama. "Tidak kecewa Losu menjadi salah satu dari tokoh sakti rimba
persilatan yang tergabung dalam Heng San Cit Sian (Tujuh-Dewa Dari Heng San)."
Ia berdiam sejenak, kemudian baru melanjutkan lagi kata2nya: "Dalam urusan ini,
Pangcu bermaksud menolak permintaan Kui Bwee Pang, tapi Lie Mang Locianpwe
menganjurkan menerima sambil ia bersedia melayani si pelajar aneh ini. Hanya
heran, sampai sekarang ini. Lie Mang Locianpwe masih juga belum muncul!"
"Mungkin ia akan segera tiba!" berkata orang she Auw itu, yang katanya merupakan
seorang dari Heng San Cit Sian, "Hanya saja, si pelajar aneh, diapun masih belum
juga datang kemari sampai sekarang ini! Apakah boleh jadi berita yang dikirim
tidak sampai ke pada alamatnya"!"
"Hemmm!" bersuara orang tua itu yang mukanya merah dan jenggotnya panjang, "Jika
pihak Kaypang berani main gila, aku orang tua nanti mengobrak-abrik sarangnya
yang butut." "Besar sekali mulutnya orang tua ini!" pikir Kwang Tan. "Mengapa didalam rimba
persilatan semua orang demikian jumawa dan sombong?"
Belum lagi selesai sipemuda berpikir, maka disana terlihat seseorang berlari
masuk ke pondok besar, kepada orang tua muka merah ia memberikan laporan:
"Tongcu, Lie Mang Locianpwe telah tiba."
Orang tua yang mukanya merah itu memperdengarkan suara, tanda telah mengetahui
dan segera bangkit, untuk terus bergegas keluar.
Semua orang yang lainnya mengikutinya. Maka dilain saat, mereka sudah mengiringi
masuk seorang tua yang mukanya keriputan
Kwang Tan mengawasi orang itu, didalam hatinya ia berkata: "Hemmm, memang
tampaknya ia memiliki kepandaian yang tidak rendah!" Kwang Tan berpikir seperti
itu, karena ia melihat langkah kaki orang tua keriputan kulit mukanya tersebut
sangat ringan, menunjukkan bahwa ilmu meringankan tubuhnya mahir sekali.
Tubuhnya juga tidak bergerak bagaikan dia maju tanpa melangkah lagi. Dan juga
matanya itu memancarkan sinarnya yang sangat tajam, seperti mata pisau saja.
Lie Mang memakai baju warna biru, kepalanya hampir lanang, tinggal hanya dua
tumpuk dipinggiran telinganya rambut yang begitu tebal, Karena giginya dikedua
pinggiran sudah copot, dia jadi kempot sehingga mulutnya mirip
patuk burung, sepasang matanya kecil namun sinarnya yang tajam itu membuat orang
tidak berani menentang tatapannya secara langsung.
Tampaknya dia licin dan licik sekali, Ditangannya dia memegang sebatang huncwe
atau pipa panjang. Dikala mengawasi Huncwe itu. hati Kwang Tan telah berpikir
lagi: "Hemmm, benar, memang dia, Lie Mang memang bersenjata huncwe! Dialah iblis
yang paling ganas yang selalu mengancam keselamatan orang rimba persilatan tanpa
kenal ampun lagi! Dialah manusia berhati iblis, yang sudah tidak memiliki perikemanusian
sedikitpun juga, yang selalu membinasakan lawan tanpa kenal ampun.
Jika ia dibiarkan hidup terus tentu bisa merepotkan rimba persilatan, juga
Kaypang akan terancam..." Waktu itu Lie Mang sudah duduk gembira, menghisap
Cerutunya yang panjang. Dia tampak jumawa dan angkuh sekali. Malah sikapnya,
seperti juga ia tidak memandang sebelah mata kepada semua orang yang hadir
diruangan tersebut. "Auw Tongcu!" dia bilang kepada orang tua yang kumis dan jenggotnya telah
memutih itu. "Apakah bocah itu belum tiba !"
Ia bertanya dengan sikap yang congkak sekali dan ia pun menghisap huncwenya
dengan sikap keagung-agungan. Belum lagi habis perkataannya orang itu yang
sikapnya jumawa ini mendadak ia merasakan hatinya tergetar. Segera juga huncwe
ditangannya lenyap tanpa sebab.
Begitu dia mengangkat kepalanya, didepannya tampak seorang pemuda dengan pakaian
hitam, yang wajahnya luar
biasa sekali. Apa yang aneh, orang tua itu tahu2 sudah kehilangan huncwenya dan
si pemuda yang mukanya luar biasa berdiri didepannya dengan begitu tiba2, dengan
tangannya mencekal pipa panjang miliknya!
Pemuda yang wajahnya luar biasa itu mengawasinya dengan tajam, dua kali tertawa
dingin. Semua orang yang hadir tersebut jadi heran bukan main. Sedangkan Lie Mang jadi
pucat mukanya segera ia berobah menjadi guram dan penuh diliputi kemarahan. Cuma
sejenak ia memandang sipemuda, tiba2, tubuhnya
melesat bangun dari bangku panjang, sampai sulit diikuti oleh pandangan mata
manusia biasa. Juga tubuhnya itu melesat demikian cepatnya dibarengi dengan kedua tangannya
menyambar kepada pemuda itu, guna merampas kembali pipa panjangnya.
Dalam keadaan heran dan murka, ia ingin merampas huncwenya itu sambil menggempur
pemuda itu terjengkang binasa, karena ia mengeluarkan tenaga dalamnya yang tidak
ringan! Belum lagi Lie Mang sampai pada sasaran nya, tubuh pemuda itu sendiri sudah
melesat lagi kedepannya siorang tua dengan muka yang merah, dari mana ia
mengawasi Lie Mang. Dia menjadi kecele, tapi sekarang dia tidak melompat lagi, untuk mengulangi
serangannya. hanya ia berdiri diam belaka. Dia tertawa dingin dengan matanya
menatap tajam kepada perampas pipa panjangnya.
"Auw Tongcu." berkata si pemuda kepada orang tua dengan kumis dan jenggot yang
telah memutih itu dengan suara yang nyaring. "Ada urusan apakah kau mengundang
tuan mudamu?" Waktu berbicara, sikap pemuda itu ayal2an, sengaja seperti hendak mengejek dan
mempermainkan ketua bagian itu, dimana ia seperti tidak memandang sebelah mata.
Sedangkan orang tua itu, Tongcu tersebut, yang mukanya telah berobah seketika
menjadi merah dan kumis jenggotnya tergetar, memandang kepada pemuda yang
mukanya luar biasa itu, untuk sejenak ia tergugu, sampai ia berdiam saja.
"Apakah...tuan adalah orang yang tadi malam sudah..." tanyanya dengan sikap dan
suara yang sulit tidak lancar. "Tidak salah !" menyahuti pemuda bermuka luar
biasa itu tegas, "Tuan muda kalian ini adalah yang tadi malam sudah menjadi
musuhnya Kui Bwe Pang ! Ada sangkutan apakah urusan kita itu dengan kaitan dari
Liong Hauw Pang"!"
Auw Tongcu telah menjadi malu dan likat sekali. Memang benar kata2 sipemuda,
tidak ada perlunya buat Liong Hauw Pang membantu Kui Bwee Pang dalam urusan
seperti itu. Hanyalah, sebagai Tongcu, ia besar hatinya, dia segera dapat
mengendalikan diri, Maka ia pun tertawa lebar.
"Kau telah menerbitkan onar dalam daerah pengaruh Liong Hauw Pang !" bentaknya.
"Kami berhak untuk mencampuri dan mengetahui urusan itu!"
"Prakkk !" Segera terdengar suatu suara nyaring dari ditepuknya meja suci
disamping si pemuda. Ditepuk oleh pemuda itu perlahan tapi hasilnya mengejutkan
menimbulkan suara yang sangat nyaring dan juga meja itu sempal.
Malah pemuda itu, yang wajahnya luar biasa, telah tertawa terbahak-bahak,
nadanya mengejek: "Angin busuk ! Negara ini negara raja, hak apa Liong Hauw Pang
memiliki sehingga kalian berani Hauw Pang bukannya sebuah perkumpulan bangsat2
yang jahat ! Orang she Auw,
jika kau masih ngaco dengan kejumawaanmu, maka heranlah andaikata tuan mudamu ini tidak menghajar
kau!" mengatur dan melarang, Liong pembesar negeri, bahkan dialah
Meja suci pujaan sempal dan sebagian tangan pemuda itu bagaikan diukir, itulah
tanda dari tenaga dalam yang benar2 lihay.
Maka itu, melihat demikian, semua orang jadi tercengang, sampai ada yang
menyedot hawa dingin atau menggigil sendirinya, sedangkan Lie Mang berdiam
sambil mengerutkan alis, tidak dapat ia mengucapkan sepatah katapun juga.
malaikat yang dihantam itu telah lagi telah tertinggal bekas telapak
Pemuda itu menepuk dengan tenaga biasa saja, sudah berakibat demikian hebat,
terlebih lagi jika ia menepuk dengan tenaga yang besar dan kuat, niscaya meja
itu akan ringsek dan pecah bolong dibagian yang ditepuknya.
Waktu itu seorang tua berkumis dan berjenggot panjang telah melangkah
menghampiri Kwang Tan, pemuda yang bermuka dingin karena memakai topeng itu,
sikapnya hormat dan bahkan ia menjura memberi hormat, kedua tangannya itu telah
dirangkapkan dan sambil tertawa ia bilang:
"Siauwhiap, mari duduk, kita dapat bicara dengan perlahan2, sebenarnya semua
hadirin disini sangat kagum sekali pada siauwhiap, maka juga mereka datang
berkumpul agar dapat memandang. Aku Kwee Leng Kang, disini membuka rumah
perguruan, karena kagum dengan ter-gesa2 aku datang kemari untuk belajar kenal
dan bersahabat. Dalam hal ini, Auw Tongcu tidak dapat dipersalahkan oleh karena ia tengah
menjalankan tugas, dari itu aku mohon Siauwhiap mau memaafkannya.
"Kwee Losu, berat kata2mu
tertawa. "Sekarang aku hanya
itu !" kata Kwang Tan hendak bertanya, Auw
Tongcu hendak mengambil keputusan apa "!" Auw Tongcu hendak menjawab, waktu itu
Lie Mang telah mendahului sambil mengeluarkan tertawa aneh: "Bocah, keputusan
apa yang hendak diambil, lebih baik kau
menanyakan saja kepadaku siorang tua !"
Kwang Tan berpaling, Dengan sikap yang dingin ia berkata: "Lie Mang, kau jangan
terlalu mengandalkan ilmu silatmu yang dinamakan Cit Sat Hun (Tujuh Kali
Membunuh Arwah) dan kepandaianmu itu tanpa tanding."
Dimana tuan muda kau, kepandaianmu itu tidak ada artinya, tetapi jika tanganmu
sudah gatal, kau tunggu sampai urusanku dengan Liong Hauw Pang selesai, sebentar
kita mencari satu tempat sepi dimana tidak ada orang lain, untuk kita main2
sepuas hati !" Lie Mang kaget, sampai hatinya terkesiap, ilmu silatnya itu hanya pernah
dipergunakan tiga kali, dan selama lima belas tahun yang paling belakang, belum
pernah dipergunakan lagi. Mengapa justeru si pemuda mengetahuinya.
Kwang Tan segera menatap Auw Tongcu, ia berdiam, tetapi ia agaknya menantikan
jawaban dari Tongcu tersebut.
Auw Tongcu itu bernama Auw Ok, juga mengawasi sampai akhirnya terpaksa ia
memberikan jawaban: "Menurut peraturan rimba persilatan, yang menang ialah yang benar!" katanya,
"Maka dari itu sekarang, tidak ada perlunya untuk banyak bicara lagi! silahkan
pergi keluar pendopo, untuk aku meminta pengajaran dari kau. Andaikata aku
siorang she Auw tidak dapat kemenangan, maka selanjutnya, untuk selamanya
partaiku tidak akan mencampuri lagi urusan ini !"
"Baiklah, jika memang demikian kita mengadakan janji !" kata Kwang Tan sambil
Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
memutar tubuhnya, untuk mendahului pergi keluar pendopo.
Diluar pendopo itu terdapat sebuah tempat pemujaan terbuat dari batu lebar dua
puluh tombak lebih, disitu telah dipasang empat batang lilin besar, yang memberi
penerangan luas keberbagai tempat dan penjuru di ruangan tersebut.
Auw Ok muncul bersama dengan delapan orang kawannya, yang lainnya berada
ditempatnya masing2. ia merasa sulit karena pertanyaan si pemuda mengapa ia dari
Liong Hauw Pang mencampuri urusan Kui bwee Pang. Dilain pihak, ia ingin sekali
melihat kepandaian Lie Mang.
"Siauwhiap, silahkan!" ia berkata, terpaksa sekali, sambil tertawa dan
merangkapkan kedua tangannya.
Kwang Tan tidak segera menyerang, ia mengambil keputusannya, Tidak ingin ia
menanam bibit permusuhan. "Auw Tongcu," katanya tertawa, "Karena kita tidak
bermusuhan, siapapun terluka dalam pertempuran ini, buat kedua pihak sama tidak
baiknya, dari itu aku pikir lebih baik kita mengatur begini saja: kita sama-sama
mempergunakan ginkang kita, Tongcu boleh menyerang aku, selama tiga puluh jurus,
asal Tongcu dapat menyentuh bajuku, engkaulah yang menang, nanti aku menuruti
keinginanmu, untuk ikut pergi menemui pangcu kalian yang terhormat, jika Tongcu
tidak dapat menyentuh bajuku, anggaplah kita seri, Bagaimana"!"
"Kau terlalu jumawa !" pikir Auw Ok, Dengan mengandalkan latihan selama lima
puluh tahun, jika aku dalam waktu tiga puluh bajumu, itulah terlalu lucu!"
Walaupun demikian, jurus tidak dapat melanggar ia bersenyum, ia bilang:
"Engkaulah yang menghendaki ini, siauwhiap, baik, aku menerimanya ! Kau jaga,
aku mau segera memulainya."
Kwang Tan bersenyum, ia seperti tidak menghiraukan sesuatu di sekelilingnya.
Sedangkan Auw Ok segera membuktikan perkataannya, ia menyerang dengan kedua
tangannya, dalam sikap "Jit
Goat jip Hoay" atau "Matahari dan Rembulan Merangkul".
Dengan begitu ia mengancam dari kiri dan kanan, untuk mencegah orang berkelit
kearah ke dua sampingnya. ia girang sekali. sebab ia merasa pasti akan berhasil.
Tetapi kurang lebih dua dim lagi tangannya akan menyentuh ujung baju luar
mendadak tubuh Kwang Tang melesat bagaikan bayangan, tubuh itu menghilang,
sehingga kedua tangannya beradu satu dengan yang lainnya, ia masih melihat tubuh
Kwang Tan atau mendadak dia lenyap pula dari depan matanya, itulah ilmu
meringankan tubuh yang sangat mahir.
Tanpa merasa ketua cabang Liong Hauw Pang
mengeluarkan peluh dingin, Tapi dalam herannya, ia jadi penasaran bukan main,
maka dari itu, ia segera mengulangi serangannya. Walau gagal, ia mengulangi
terus menerus, sampai belasan jurus.
Aneh sekali Kwang Tan. Tubuhnya setiap kali berkelebat, selalu bebas dari
serangannya. Dia lihay luar biasa, maka setelah belasan jurus yang dahsyat itu,
ketua cabang dari Liong Hauw Pang sendiri yang matanya jadi kabur berkunang2
kepalanya pusing. "Celaka!" pusing Auw Ok pada akhirnya Lawan bagaikan hantu, kalau ia mencoba
terus menerus, ia bisa rubuh sendirinya karena terlalu letih, ia segera berpikir
untuk mempergunakan siasat melompat, inilah ilmu silat "Leng Khong Pok Kie"
yaitu "Menerkam Dari Udara", Ialah cara yang berbahaya, yang di pandang sebagai
pantangan. Cuma saja, dalam keadaan terpaksa, orang sering mempergunakan tipu silat seperti
itu. Dengan melompat, tubuh tadi jadi seperti kosong. Yang diandalkan hanyalah
kegesitannya, untuk menang waktu.
Ia berani mencoba tipu silat ini, sebab Kwang Tan sudah berjanji tidak akan
membalas. Maka mendadak ia berhenti menyerang, dengan tajam ia mengawasi.
Kwang Tanpun berdiam sambil memasang mata, agaknya ia menduga apa yang akan
dilakukan lawannya. Justeru ia berdiam, disaat itu ia diserang.
Sambil berseru nyaring Auw Ok melompat tinggi untuk menubruk, kedua tangannya
diulur panjang2, sepuluh jarinya mengancam bagaikan kuku2 tajam, Arahnya ialah
kedua pundak lawan. Kwang Tan tidak jadi kaget dengan terjangan dari udara itu, sebaliknya ia
tertawa bergelak2. Sangat gesit seperti tadi, dia telah berkelit, maka juga
ketua cabang Liong Hauw Pang jadi menubruk tempat kosong. Tepat ketika kedua
kakinya menginjak tanah, ia melihat pemuda itu berdiri sambil tertawa
didepannya. Dengan gerakan yang serupa, pemuda itu meloloskan diri, ia hanya melompat tinggi
untuk berkelit, lalu ia menyusul turun di depan Auw Ok, sulit dilihat dengan
jelas gerakannya. Semua orang jadi kagum bukan main. bersorak sorai memberikan pujian. Baru
sekarang Auw Ok merasakan bahwa pemuda itu bukan sembarang orang, ia berhenti
menyerang lebih jauh, ia memberi hormat sambil tertawa ia bilang dengan jujur:
"Tuan kau sangat lihay sekali, aku orang she Auw menyerah kalah! sekarang juga
aku meminta diri. Jika kau sudi, begitu ada kesempatan harap kau sudi berkunjung
ke tempat kami" Kwang Tan tertawa. "Auw Tongcu." katanya kemudian, "Tanpa bertempur tidak mungkin kita berkenalan.
Baiklah, lain waktu aku akan berkunjung kepada tuan!" Lantas ia menoleh kepada
Lie Mang untuk berkata dengan suara yang keras, berbeda dengan sikapnya ketika
berhadapan dengan Auw Pok.
"Lie Mang, sekaranglah giliran kita mengambil keputusan." Dengan huncwe
ditangannya, tidak hentinya tangannya itu diputar-putar.
Muka Lie Mang jadi merah padam, Jelas ia tengah dihina. Maka ia tertawa bergelak
untuk mengejek. Setelah tertawa seperti itu, tubuhnya melompat maju untuk
menyerang dengan dahsyat.
Kwang Tan tidak menyambut serangan, dengan menggeser kaki, ia berkelit. Adalah
setelah berkelit terus sambil berputar Siauw Kok.
Jalan darah ia menyerang, menotok kejalan darah
itu berada di belakang telapak tangan, Dengan segera Lie Mang merasakan belakang
tangannya kaku. Saking kaget, ia sampai melompat mundur, matanya menatap pemuda
itu, sedangkan didalam hatinya ia berkata.
"Benar2 aneh dan luar biasa gerakan bocah ini !" Kwang Tan tidak maju menyerang,
ia tertawa dan berkata: "Lie Mang, mari kita mencari tempat yang sepi
dimana kita boleh melanjutkan pertempuran kita, untuk mengadu jiwa, siapa mati
dan siapa yang hidup."
Belum lagi Lie Mang menyahuti, Auw Ok menyela dan berkata "Jika tuan tuan tidak
sudi kami melihat pertandingan kalian, Baiklah, kami akan mengundurkan diri!"
"Bagus?" Kwang Tan menjawab tanpa sungkan-sungkan dan tertawa.
Auw Ok benar2 menyingkir bersama rombongannya, sampai di situ hanya tinggal
empat batang lilin yang besar. "Siluman tua!" bentak Kwang Tan dengan suara yang
sangat keras dan bengis, "Engkau adalah Siluman yang paling jahat didalam rimba
persilatan, engkau memiliki tangan yang telengas dan hati yang kejam, karena
dari itu, tidak bisa engkau kubiarkan hidup lebih lama lagi! Kejahatan yang
engkau lakukan telah melewati takaran."
Bukan main murkanya Lie Mang, darahnya meluap dari takarannya. menyerang. dengan
segera ia melompat maju untuk
Ia benar2 hebat, tubuhnya berputar sangat pesat.
Kwang Tan menduga kepada ilmu silat "Bie Lie Hiao Heng Ciang" dengan ilmu silat
itu orang akan dapat membuat tubuhnya tampak samar2. ia tidak kenal ilmu silat
tersebut, ia hanya pernah mendengarnya belaka, ia dapat kenyataan, benarlah ilmu
itu memang lihay! Untuk melayaninya ia bersiul panjang, tubuhnya mencelat tinggi, inilah jurus
"Sin Liong Soan Khong" atau Naga Sakti Berputaran Diudara.
Perlawanan semacam itu membikin Lie Mang terkejut sekali, dikala ia berkelit,
segera juga ia merasakan sambaran
yang dahsyat, dan panas kuat sekali, karena memang pemuda itu telah membarengi dengan hantaman
pukulan Gunturnya. Benar2 Lie Mang kaget, sampai gentarlah hatinya. Tapi ia
tidak takut, segera ia mengelak dan menangkis, ilmu silat yang dipergunakan oleh
Kwang Tan merupakan gabungan
ilmu Pukulan Guntur dari jurus kedua dan disusul dengan jurus ketiga, merupakan
cara menyerang yang paling hebat yang pernah dipergunakan oleh Kwang Tan.
Lie Mang telah melayani dengan Lie Bie Bauw Hian Ciang, tapi ketika kali ia
harus mendongak untuk melihat musuhnya. Satu dua kali masih tidak apa, setelah
diserang terus menerus ia jadi berkuatir juga. itulah berbahaya
untuknya, Pikirnya: "Celaka kau! Biasa aku terpedaya anak ini..."
Begitu ia berpikir seperti itu, maka ia melompat melesat, sebab justeru ia
tengah diserang oleh ilmu Pukulan Guntur jurus keempat. ia bebas, tapi
segumpalan rambutnya kena
terhantam, seketika tersiar bau hangus dan rambutnya itu terbakar.
Bukan main kagetnya Lie Mang dan kali ini tidak mengenai sasarannya, ia lalu
menatap tajam sekali, sikapnya bengis.
Lie Mang mengawasi, bukan ia memusatkan perhatiannya, Sinar matanya bengis,
kedua tangannya dipentang, semua jarinya ditekuk. Dari ubun2nya mengepul uap
putih, Mukanya yang memang buruk itu semakin menakutkan.
Dan juga Kwang Tan dengan topeng-nya itu jadi mengerikan wajahnya yang memang
mengerikan itu seperti juga mirip dengan mayat hidup yang baru dibongkar dari
liang kubur. Pemuda itu segera menduga didalam hatinya. "Dia tentu hendak mempergunakan Touw
Sat Kang, baiklah, aku akan memancing dia!"
Segera juga Kwang Tan bertindak, ia mundur, melangkah selangkah demi selangkah,
seperti lawannya itu yang mulai maju, setindak demi setidak. Kedua tangan orang
she Lie itu mengeluarkan hawa yang dingin dan panas bergantian.
Terus juga Kwang Tan mundur, sampai diloteng dari tempat pemujaan. Disanalah,
karena tidak ada tempat mundur lagi, ia tidak mundur lebih jauh, ia berdiri
tegak, matanya mengawasi musuh.
Lie Mang maju terus, ia menduga sipemuda jeri, ia menyeringai, sehingga
tampaknya bengis bukan main dan tidak sedap untuk di pandang.
Ia maju sampai terpisah dua tindak dari si pemuda dan se-konyong2
kerongkongannya memperdengarkan suara
nyaring serta bengis terus tubuhnya bergerak, untuk dengan kedua telapak
tangannya menyerang kedada.
Kwang Tan mengelak dengan gesit, serangan Lie Mang tidak dapat ditarik pulang
lagi, maka dengan satu suara
keras, loteng batu kena terhajar, sampai muncratlah lelatu apinya.
Akibatnya adalah berbekasnya dua telapak tangan, diantaranya ada tapak tangan
yang melesak dalam sekali. juga kedua telapak tangan itu memang berukuran lebih
besar dari telapak tangan biasa, suatu bukti pukulan Lo Ouw Sat Kang memang
dengan sendirinya membuat kedua telapak tangan itu menjadi melar.
Pemuda itu mengelak bukan untuk berdiam diri saja, dengan segera ia menggeser
tubuhnya kebelakang lawan,
Dari sinilah ia melihat telapak tangan itu, sehingga segera juga darahnya
bergolak, karena tadi waktu menyerang Lie Mang sudah tidak memiliki
perikemanusian, menyerang telengas dan kejam.
Kalau tidak keburu berkelit, tentu ia akan terbinasa diwaktu itu juga. Seketika
sinar mata Kwang Tan memancar tajam sekali.
Lie Mang merasa bahwa bahaya mengancam, karena gagal serangannya tersebut.
Dengan sendirinya ia menjejak
tanah, untuk melompat menjauhi diri setombak lebih, setelah mana segera ia
memutar tubuhnya untuk bersiap2 jika saja lawannya menyerang.
Ia melihat sipemuda tidak melompat, hanya maju setindak demi setindak, segera ia
mendengar perkataan pemuda itu: "Anjing tua, kau sungguh2 seorang manusia kejam
dan bertangan telengas...!"
Lie Mang tertawa dingin, ia merasakan hatinya tergetargetar melihat sinar mata
pemuda itu, namun ia memberanikan diri, ia malah berkata:
"Hemmm, engkau tidak perlu banyak bicara, jika memang jeri, cepatlah kau
menggelinding pergi, sebelum aku turun tangan yang lebih keras lagi! Aku masih
bersedia memberikan kesempatan kepadamu untuk tetap merasakan nikmatnya hidup
dalam usia muda." Jelas dengan berkata begitu, sesungguhnya Lie Mang memang ingin cepat2 menyudahi
pertempuran mereka, karena Lie Mang merasakan betapa
diantara lihaynya pemuda ini, jika diteruskan kemungkinan mereka bisa terluka bersama. Itulah
sengaja Lie Mang memberi jalan untuk menyudahi pertempuran tersebut,
Kwang Tan mendadak tertawa perlahan, dingin sekali nadanya, seperti juga
menangis seperti juga meraung, Tahu2 tubuhnya berkelebat sangat gesit sekali.
Waktu itu Lie Mang juga cepat2 mendahului untuk menyerang lagi, karena melihat
pemuda itu bergerak hendak menyerangnya. Untuk terkejutnya orang she Lie
tersebut, ia memperoleh kenyataan serangannya tertolak mundur dengan keras dan
dikala ia kaget seperti itu, sampai ia belum sempat memikirkan sesuatu apa, ia
merasakan matanya menjadi gelap.
Berbareng dengan mana tubuhnya tergempur hebat sekali. Tidak ada waktu lagi, ia
terpental mundur, jatuh menimpa undakan tangga batu, ia memiliki tenaga dalam
yang mahir, begitu rubuh, walaupun ia mengeluarkan suara tertahan, ia dapat
segera mencelat bangun dengan gerakan "Ikan Gabus Meletik"
Hanya ia mencelat bukan untuk menghadapi pula lawannya, yang tadinya ia pandang
ringan, ia bermaksud untuk menyingkirkan diri, buat angkat kaki.
Kwang Tan berlaku awas dan sebat, ia melesat maju untuk mengejar. Ternyata ia
dapat bergerak lebih pesat lagi, Waktu ia mengulur kedua tangannya, bagaikan
kilat cepatnya, ia dapat menyambar kedua pundak Lie Mang, maka dari itu,
disitulah terdengar suara memetak yang mengakibatkan kedua tangan Lie Mang jadi
terkulai turun bagaikan daun pintu terlepas engselnya.
Pemuda itu tidak berhenti sampai disitu dengan hantaman ilmu pukulan Gunturnya!
Dalam sekejap itu saja, Lie Mang tidak bergeming lagi, dari hidung, mata, mulut,
telinga dan pori-pori kulit, telah mengalir darah!
Dan jiwanya pun segera berangkat keakherat, dia telah menemui ajalnya dengan
dada yang hangus hitam, bagaikan dadanya itu terbakar oleh sambaran api.
Tubuh si pemuda telah berkelebat dengan gesit sekali. menghilang dalam kegelapan
malam. Kwang Tan memang merasa puas, sebab telah dapat menyelesaikan urusan yang
menyangkut dengan Cin Siu Hoa, juga telah dapat memundurkan orang Liong Hauw
Pang disamping itu menumpas seorang siluman tua yang tangannya paling telengas
dan kejam sekali. Suasana disekitar tempat itu jadi sunyi sekali, kecuali suara menyereces
perlahan dari keempat batang lilin besar yang meleleh hampir habis.
Suara itu juga hanya sebentar, segera lenyap, lantas padamlah sang api, sehingga
keadaan disitu sangat gelap, dengan mayat Lie Mang menggeletak tidak bernapas,
sepasang mata mendelik berlumuran darah, dada yang remuk hangus, keadaan mayat
yang mengerikan sekali! Sedangkan Kwang Tan telah kembali kerumah penginapan, untuk rebah dan tidur
nyenyak. Puas bukan main hatinya, ia telah membasmi seorang iblis yang paling
kejam di dalam rimba persilatan, juga urusan dengan pihak Liong Hauw Pang telah
dapat diselesaikan. Dengan demikian, waktu2 mendatang kelak nona Cin Siu Hoa tidak akan dipersulit
oleh perkumpulan tersebut. Demikian juga halnya dengan Kui Bwee Pang, yang telah
kuncup nyalinya itu atas kehebatan yang diperlihatkan Kwang Tan.
Menjelang fajar muncul, Kwang Tan telah bangun dan melanjutkan perjalanannya.
Selama ini, telah beberapa kali perjalanannya tertunda, karena ia bertemu dengan
urusan 2 yang tidak adil itu, sehingga namanya terpaksa ia turun tangan, tanpa
disadarinya telah menjadi sangat terkenal sekali, menjadi
perhatian orang-orang rimba persilatan.
Karena itu Kwang Tan melakukan perjalanan dengan berjalan kaki saja, ia tidak
mau menunggang kuda, yang dianggapnya bisa menarik perhatian.
Ia mengambil jalan memotong untuk dapat tiba dikota raja dengan cepat! Disana
tentu ia harus bekerja sebaik2nya, ia harus dapat mengumpulkan keterangan2
yang diperlukan Thio Bu Kie, Kauwcu Bengkauw, yang tentunya merupakan pekerjaan
yang tidak mudah. Sebab di kota raja terdapat banyak sekali jago jago istana yang berkepandaian
tinggi, disamping itu, kota raja dimana beradanya istana Kaisar berarti juga
tempat ibarat sarangnya naga atau goanya harimau, dimana Kwang Tan selain harus lebih waspada
dan penuh perhitungan iapun harus dapat bekerja dengan rapi.
Pemandangan malam dijembatan Louw Kauw Kio dikotaraja adalah pemandangan alam
yang indah, Kwang Tan tiba di kota raja diwaktu fajar, setibanya disana, sudah
terang tanah. ia segera juga melihat kereta2 diatas jembatan itu. Tepat ia
jembatan, terdengar suara dua orang, yang tertawa dan bercakap-cakap.
Kwang Tan memperhatikan kedua orang itu, seorang lelaki berusia lanjut, mungkin
hampir tujuh puluh tahun, dengan jenggot dan kumis yang telah memutih,
rambutnyapun telah berwarna perak semuanya, dengan mukanya yang kurus segi tiga
seperti muka burung, disamping itu matanya yang sipit tampaknya kecil sekali,
tengah berkata: berlalu lintasnya menginjak ujung
"Sungguh rejeki yang baik! Kapan lagi kita bisa memperoleh rejeki sebagus ini"
Hemmm, jika tugas kita berhasil, tentu kita akan diberi hadiah yang besar dari
Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tayjin..!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mendengar perkataan temannya itu, kawannya yang berusia lebih muda, mungkin baru
empat puluh tahun lebih, tubuhnya tegap dan kekar, tertawa dingin. dia bilang:
"Hemm-hmm, engkau bicara seenaknya saja, Siauw Toako! Apakah kita akan mudah
begitu saja melaksanakan tugas ini" Justeru tugas yang kita terima ini merupakan
tugas yang sangat berat. Kalau memang tugas yang mudah dan pekerjaan gampang,
tentu orang-orang dekat Tayjin sudah mendahului. Siapa sih yang tidak mau hadiah
besar, dengan kemungkinan malah bisa naik pangkat"!"
"Sudahlah, engkau jangan kecil hati. Aku yakin, tugas ini akan dapat kita
lakukan dengan mudah." kata yang tua sambil tertawa bergelak, sehingga kesunyian
di pagi itu dipecahkan oleh suara tertawanya yang keras itu.
Kwang Tan segera juga mau menduga, tentunya kedua orang itu, Siauw Toako dan
kawannya, adalah begundalnya
seorang pembesar negeri. Dan mereka pasti hendak melakukan sesuatu yang kurang
baik. Karena itu, Kwang Tan memutuskan batal memasuki pintu kota, malah ia putar
haluan, mengikuti kedua orang itu!
Jauh juga kedua orang itu berjalan meninggalkan pintu kota, mereka mengambil
arah barat, dan rupanya mereka hendak pergi kesebuah kampung keluar kota yang
terpisah tiga puluh lie lebih.
Mereka berjalan sambil bercakap2 gembira sekali, Terlebih lagi situa itu, Siauw
Toako yang memang percaya tugas yang akan mereka lakukan itu pasti berhasil
dengan baik. Dan ia selalu membayangkan hadiah yang akan diterima oleh mereka tentunya suatu
hadiah yang sangat menyenangkan hati.
Kwang Tau mengikuti mereka terus dalam jarak yang cukup jauh, karena ia tidak
mau kalau kedua orang begundal pembesar negeri itu mengetahui diri mereka
dikuntit si pemuda. Dan juga, Kwang Tan memang memiliki pendengaran yang sangat tajam, walaupun
terpisah cukup jauh, ia bisa mendengar jelas percakapan mereka.
Sedangkan kedua orang itu, Siauw Toako dan kawannya, telah pergi ke sebuah rumah
penduduk yang cukup besar dan juga mewah, Mereka sebelum
menghampiri pintu rumah tersebut, berdiri saling memandang satu dengan yang
lainnya. Keduanya tersenyum dan juga telah berkata dengan suara yang pelahan sekali. "Kita mulai bekerja?" Dan saling
mengangguk. Kwang Tan bersembunyi dibalik sebatang pohon dan mengawasi gerak-gerik kedua
orang itu, dilihatnya Siauw Toako dan kawannya menghampiri pintu rumah tersebut.
Pintu rumah diketuk cukup keras, waktu pintu rumah terbuka, tampak seorang
lelaki tua, yang dilihat dari cara berpakaiannya tentu pelayan rumah tangga
tersebut. "Ada urusan apakah tuan-tuan"!" tanya pelayan itu dengan sikap ramah.
Tahu-tahu Siauw Toako telah mengulurkan tangannya, dia mencengkeram baju didada
pelayan itu, kemudian ditariknya dengan keras sampai tubuh pelayan itu tertarik
kedepan terhuyung2 dengan muka berobah pucat dan tubuh menggigil.
"Ampun, ada apakah tuan?" tanya pelayan itu menggigil kaget dan ketakutan. "Mana
Cang Wanggwe?" bentak Siauw Toa ko itu dengan suara yang bengis, matanya
mendelik, wajahnya juga menyeramkan sekali. Cekalan tangannya sangat keras,
tampak ia memang hendak menggertak pelayan itu.
"Sabar tuan sabar..." kata pelayan tersebut dengan suara menggigil. "Sabar" Aku
tanya, dimana Cang Wanggwe"!" bentak kawan Siauw Toako yang meng tangannya
terayun, muka pelayan dengan keras, sampai nyaring dan kesakitan.
"Ampun... ampun tuan... jangan menyiksaku... aku tidak tahu apa2!" kata pelayan
itu sesambatan. "Katakan, dimana Cang Wanggwe"!" bentak Siauw Toako itu lebih bengis, "Atau
engkau minta dihajar lebih keras lagi?"
Pelayan itu suara tergetar hampiri dan tahu2 itu ditempelengnya pelayan itu
menjerit ketakutan bukan main, ia bilang dengan karena ketakutan, "Ampun tuantuan... ohhhh, aku akan bicara" Aku akan bicara!" ia mau menjawab pertanyaan
orang yang galak ini, namun karena
ia tengah kesakitan hebat seperti itu, ia tidak bisa berkata dengan lancar.
"Cepat katakan, dimana Cang Wanggwe" bentak Siauw Toako itu dengan suara yang
semakin bengis, sehingga pelayan itu tambah ketakutan, karena ia yakin, bahwa orang ini tidak akan main-main dengan
perkataannya, ia pasti akan disiksa jauh lebih hebat lagi.
"Cang Wanggwe... Cang Wanggwe berada berada di dalam rumah!" kata pelayan itu
kemudian dengan suara yang tergetar dan ia meringis, karena dirasakan dadanya
sakit bukan main, seakan juga dadanya itu akan robek oleh cengkeraman tangan
orang yang bengis itu. "Hemmm!" mendengus Siauw toako itu dengan wajah yang berseri memancarkan
kegirangan yang tidak kecil, "Aku berikan kesempatan hidup kepada kau, tapi jika
kau berdusta, nanti kami akan membinasakan engkau dengan
cara yang paling menyenangkan sekali"
Sambil berkata begitu, tangannya melempar dan tubuh pelayan itu terlempar tinggi
lalu terbanting di tanah dengan keras. Sampai pelayan itu menjerit kesakitan
tulang tangan kanannya telah patah.
Siauw Toako dan kawannya, tanpa memperdulikan keadaan sipelayan, telah melangkah
lebar memasuki rumah Cang Wanggwe.
Keadaan didalam rumah sunyi sekali dan sepi, tidak terlihat seorang
manusiapun juga, Mereka berdua melangkah masuk terus setelah saling memandang
beberapa saat lamanya. Setelah memasuki ruangan tengah, yang luas dan penuh
dengan barang2 yang serba mahal dan juga mewah, kedua
orang ini merandek, karena melihat seorang pelayan tengah menghampiri.
Siauw Toako tertawa dingin, sipelayan telah melihat mereka, lebar2, tampaknya ia
heran dan bingung melihat dua orang asing didalam rumah.
Dan belum lagi sipelayan tahu apa2, maka disaat itulah terlihat betapa tubuh
Siauw Toako telah melesat gesit sekali. Sipelayan cuma
bayangan, dan tahu2 ia melihat berkelebatnya sesosok
menjerit kesakitan, tangannya
sedangkan waktu itu ia membuka matanya ditelikung kebelakang, ia mengeluh
kesakitan dan berusaha meronta. "Ohhh, kalian apakah perampok yang tidak takut pada hukum kerajaan!
Aduhhh, Lepaskan! Lepaskan!" Teriak si pelayan sambil meronta terus, Tapi ia
mana bisa melepaskan diri.
Siauw Toako malah telah melepaskan cekalannya membuat mencium lantai, hidungnya
segera darah merah segar.
"Dimana Cang Wanggwe "!" bentak Siauw Toako dengan suara yang bengis, matanya
mendelik menakutkan. Kawannya pun berdiri dengan wajah yang memancarkan
kekejaman hatinya. Pelayan itu ketakutan, semula ia hendak marah, tapi setelah mengetahui bahwa
kedua orang itu adalah dua orang yang memiliki kepandaian dan galak sekali,
segera juga nyalinya jadi kuncup dan katanya terbata2: "Jika memang kalian
hendak mencari Cang Wanggwe, mengapa harus... harus menyiksaku...?"
Mendengar perkataan pelayan tersebut, kawan Siauw Toako telah menghampiri dan
kaki kanannya tahu2 telah melayang, menendang muka orang itu, sehingga seketika
si pelayan terjungkel rubuh dilantai.
"Mengapa kau tidak cepat2 menjawab, heh" Apakah
memang kau hendak merasakan siksaan yang lebih hebat lagi "!" tegur kawan Siauw
Toako itu dengan suara yang tidak kalah bengisnya.
Diwaktu itu, tampak Siauw Toako menghampiri, ia tampaknya hendak turun tangan
lagi, untuk menghajar pelayan itu, sedangkan sipelayan, yang telah merangkak mendorongnya dan pelayan
itu ngusruk bocor mengeluarkan bangun, rupanya ketakutan sekali, ia segera juga berlutut dan
berkata: "Ampun, jangan menyiksaku lagi aku akan memberitahukan... aku akan
menjawab...!" "Dimana Cang Wanggwe "!" bentak Siauw Toako dengan suara tidak kurang bengisnya.
"Ada... ada didalam !" menyahuti pelayan itu. "Di... dikamarnya !" Siauw Toako
dengan kawannya tidak memperdulikan sipelayan lagi, mereka segera juga memasuki
rumah tersebut dengan langkah lebar. Dari dalam tampak berlari
lari kecil mendatangi seorang lelaki tua berusia antara enam puluh tahun,
memakai baju panjang warna biru dengan sikap yang bingung.
Ia rupanya Dilihat dari hartawan, ia pun telah melihat Siauw Toako dan kawannya
itu, segera juga bentaknya:
"Siapa kalian, mengapa kalian lancang masuk kedalam rumahku "!"
Dibentak seperti itu, kedua orang tersebut Siauw Toako dengan kawannya, segera
berkata dengan sikap yang dingin, dan jawaban yang hampir berbareng: "Kami
datang kemari hendak meminta kepastian dari Cang Wanggwe, apakah lamaran Kie
Taijin diterima "!"
Muka hartawan itu, yang ternyata tidak lain dari Cang Wanggwe, jadi berobah,
Dengan sikap yang agak gugup dan kaget, ia bilang:
"Ini... ini mana bisa mempergunakan cara seperti ini" Tidak memakai aturan, jika
memang Kie Taijin menginginkan jawaban, mengapa ia tidak mengirim orang secara
baik2 "!" telah mendengar suara ribut-ribut diluar.
cara berpakaiannya, tentunya ia seorang "Kami datang cukup baik !" menyahuti
Siauw Toako dengan sikap yang congkak, iapun telah meneruskan perkataannya:
"Jika memang kami datang tidak dengan cara baik2, tentu rumah ini telah kami
bakar dibumi hanguskan dan kalian juga tidak seorang manusia pun yang masih bisa
lolos dari kematian !"
Muka hartawan itu berobah. Ia tampaknya mulai takut, ia memandang sekelilingnya,
rupanya ia hendak melihat apakah ada pelayannya.
Tapi keadaan ditempat itu cuma ia bersama kedua orang asing yang galak ini.
"Bagaimana, apakah lamaran dari Kie Taijin diterima "!" tegur Siauw Toako lagi,
"Telah cukup sabar Kie Taijin selama ini menanyakan jawaban yang tidak kunjung
datang, karena itu, sekarang juga kau harus memberikan kepastiannya, Cang
Wanggwe !" Cang Wanggwe mengulap2kan tangannya. menggelengkan kepalanya, ia bilang: "Mana
bisa begitu " Mana boleh begitu " Tentu lamaran itu harus dipertimbangkan, tidak
bisa main paksa seperti sekarang, meminta kepastian dengan cara mengancam
seperti ini !" Siauw Toako tertawa dingin, kemudian katanya, "Hemmm, kami tidak mau tahu alasan
apa yang hendak kau berikan, tapi yang kami inginkan jawabanmu. Lamaran Kie
Taijin diterima atau tidak "!"
Sambil berkata begitu, Siauw Toako dengan kawannya mengawasi tajam kepada Cang
Wanggwe. Benar2 Cang Wanggwe ketakutan, tapi ia tidak bisa berdiam diri saja,
karena ia harus segera perintahkan kedua orang ini meninggalkan rumahnya:
"Hemm, baiklah! Kalian pulanglah Beritahukan kepada Taijin kalian, bahwa aku
akan segera menghadap padanya, untuk memberitahukan keputusan kami...!"
Siauw Toako menggelengkan kepalanya. "Kami cuma diperintah buat mendengar
jawaban dari kau, Cang Wanggwe, jika memang jawaban itu memuaskan, kami
baru diperbolehkan pulang, jika jawaban itu tidak memuaskan, kami telah diberi
tugas lainnya...!" Sambil berkata begitu, Siauw Toako tersebut telah melirik dengan sorot mata yang
mengancam sekali, dan Cang Wanggwe menyadari bahaya yang mengancam dirinya.
"Sebenarnya yang akan menikah adalah puteriku, mana mungkin aku bisa memberikan
jawaban sebelum puteriku itu diberitahu perihal lamaran Kie Taijin "!" Gugup
sekali tampaknya Cang Wanggwe.
Siauw Toako tertawa dingin.
"Jadi jawaban yang dikehendaki Kie Taijin belum bisa diberikan "!"
"Ya!" mengangguk Cang Wanggwe. "Baiklah, jika demikian kami harus melaksanakan
tugas lainnya yang diberikan oleh Kie Taijin !" kata Siauw Toako, Dengan
mengeluarkan suara "Srenggg..." ia telah menghunus goloknya, yang berkilauan.
Mata Cang Wanggwe terbuka lebar memandang ngeri, ia jadi ketakutan.
"Kalian... kalian... apa yang kalian ingin lakukan "!" tanya Cang Wanggwe dengan
gugup. "Kami diperintahkan menghabiskan seluruh keluarga Cang! Termasuk kau! Batok
kepalamu harus kami bawa pulang guna dipersembahkan kepada Kie Taijin !" Bengis
sekali. Diwaktu Siauw Toako menyahuti seperti itu, suaranya perlahan, tapi mengandung
hawa pembunuhan. Muka Cang Wanggwe berobah pucat pias, ia juga menggigil ketakutan.
"Kalian.... kalian....!" katanya dengan suara tergagap. memperdulikan sikap
menghampiri dengan Kemudian Siauw Toako tanpa
Cang Wanggwe, telah melangkah golok tersoren didepan dadanya, ia siap hendak
membunuh Cang Wanggwe. "Jadi jawaban yang diinginkan oleh Kie Taijin belum bisa diberikan "!?" tanyanya
kemudian dengan suara yang dingin.
"Kami... kami belum bisa mengambil keputusan... kami belum lagi
merundingkannya." menyahuti Cang Wanggwe ketakutan, dirasakan sepasang lututnya
telah lemas. "Hemmm, engkau sebagai ayah dari puterimu, kau yang berhak buat memberikan
keputusan! Sekarang juga engkau
harus memberikan jawaban atas lamaran dari Kie Taijin, apakah diterima atau
tidak" Jika memang engkau menolaknya lamaran itu, akan percuma saja sebab kami
akan membawa puteri mu secara paksa !"
Tubuh Cang Wanggwe menggigil keras.
"Hemmm, kau tetap tidak bisa memberikan jawabannya"!" tanya Siauw Toako
bertambah bengis. Cang Wanggwe memaksakan diri untuk menjawab: "Nanti aku akan mengunjungi Kie
Taijin... nanti...!" Tapi ia baru berkata sampai di situ, Siauw Toako telah
menandakan mata goloknya pada leher Cang Wanggwe.
"Katakan, kau mau memberikan jawabannya atau tidak"!" bentak Siauw Toako dengan
suara yang bengis dan sengaja menekan goloknya lebih keras, agar kulit Cang
Wanggwe terluka dan mendatangkan rasa pedih.
"Tunggu... tunggu dulu...!" teriak Cang Wanggwe ketakutan .
"Cepat katakan!" bentak Siauw Toako bengis dan galak sekali.
"Aku....... aku akan mengatakannya, golokmu itu disingkirkan dulu...!" kata Cang
Wanggwe dengan suara tergetar karena gugup dan ketakutan bukan main.
Tiba2 Siauw Toako yang baru saja ingin menekan goloknya lebih keras dan belum
sempat membentaknya lagi, disaat itulah terlihat ia terpental sampai dua tombak
lebih, rubuh terjengkang dan mengeluarkan jeritan.
Muka Cang Wanggwe tambah pucat, Kawan Siauw Toako tertegun sejenak, tapi segera
ia jadi murka. "Ohhh, kau mau memberikan perlawanan!" bentaknya mengguntur.
Tangan kanannya di angkat buat mencengkeram pundak Cang-Wanggwe.
Akan tetapi, belum lagi tangannya itu sempat mencengkeram, iapun menjerit,
tubuhnya terjungkal rubuh bergulingan di lantai. Waktu itu ia merangkak bangun,
Muka mereka berdua berlumuran darah.
Cang Wanggwe memandang heran, namun disamping itu ia jadi tidak mengerti,
mengapa kedua orang itu bisa terpental sendirinya. Belum berpikir terlalu jauh,
dan belum lagi Siauw Toako bersama kawannya itu sempat berdiri tetap, disaat itu
berkelebat sesosok bayangan yang sangat gesit sekali.
Tahu2 telah berdiri disamping Cang Wanggwe, Siauw Toako dan kawannya mementang
mata mereka lebar2 dan melihatnya bahwa orang yang baru datang itu tidak lain
seorang pemuda berusia hampir dua puluh tahun, dengan tubuh yang tinggi dan
tegap serta wajah yang tampan sekali.
"Kau.... kau yang telah membokong kami"!"Bentak Siauw Toako sambil
memperlihatkan sikap hendak menerjang, guna menyerang sipemuda.
Tapi pemuda itu tertawa dingin, katanya: "Hemmm, seharusnya kalian tidak
diampuni... mengapa tidak cepatcepat angkat kaki" Apa memang ingin minta mati"!"
Siauw Toako telah saling pandang dengan kawannya, kemudian diiringi bentakan
bengis, tubuh Siauw Toako telah melambung ke tengah udara, tangan kanannya
bergerak, goloknya menabas dengan kuat sekali. Angin
sambaran golok itu berkesiuran mendera deru, karena Siauw Toako hendak membacok
batang leher pemuda itu. Pemuda itu berdiri tenang disamping Cang Wanggwe yang menyaksikan hal-hal itu
jadi menjerit karena ketakutan dan memejamkan matanya, menutup mukanya dengan
kedua tangannya. Golok berkesiuran hanya terpisah tidak lebih dari tiga dim, barulah pemuda itu
menggerakan tangan kanannya, ia menyentil pelahan sekali.
Hebat kesudahannya, Siauw Toako terlepas menimbulkan suara Kemudian Siauw Toako
itu pun menjerit menyayatkan hati, tubuhnya terhuyung mundur dan telah rubuh
terkulai dilantai dengan muka yang pucat pias.
karena diwaktu itu juga golok
terpental dan jatuh berkontrangan yang dilantai nyaring. Terdengar suara berkerotokan dari terlepasnya seluruh sendi2
tulangnya. Sebagai seorang yang mengerti ilmu silat, baik Siauw Toako sendiri,
Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mau pun kawannya segera mengetahui dengan terdengarnya suara berkerotokan di
sendi-sendi tulang Siauw Toako, berarti musnahlah seluruh kepandaian Siauw
Toako. Waktu itu kawan Siauw Toako mengawasi dengan muka yang pucat dan pandangan
seperti tidak mempercayai apa yang terjadi Namun beberapa saat kemudian segera
ia menyadari pemuda yang baru muncul ini seorang yang memiliki kepandaian
tinggi. Baru saja kawan Siauw tubuhnya, tubuh sipemuda sekali, sehingga tidak bisa di
lihat jelas gerakannya, tahu2 ia telah menepuk pundak kawan Siauw Toako itu. Ia
mengeluh dan kemudian rubuh terkulai dengan suara
berkerotokan dari sendi-sendi tulangnya yang terlepas.
Dan juga disaat itu, terlihat pemuda itu sama gesitnya, telah kembali
ketempatnya sebelumnya, yaitu berdiri disisi Cang Wanggwe, Apa yang berlangsung
beberapa detik Toako hendak memutar telah melesat sangat cepat dilakukannya tadi, hanya saja
dan telah berhasil memusnahkan seluruh kepandaian Siauw Toako dan kawannya.
Kedua orang itu berdiri dengan muka pucat pias, pemuda itu membentak bengis:
"Mengapa kalian tidak
cepat-cepat angkat kaki" Beritahukan pada Kie Taijin kalian, aku akan
mengunjunginya!" Siauw Toako dia kawannya menyadari bahwa mereka tidak mungkin berdiam lelah lama
lagi disitu, kalau lebih lama lagi, tentu mereka akan menerima bencana yang
lebih berat, kemungkinan bisa dibinasakan oleh pemuda itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tanpa mengucapkan sepatah katapun, mereka lelah memutar tubuh dan berlari
meninggalkan tempat tersebut. Sedangkan waktu itu terlihat, mereka berlari
perlahan dan lemah sekali, karena kepandaian mereka telah musnah, tenaga dalam
mereka telah kandas dan mereka jadi manusia yang lebih lemah dari manusia yang
tidak mempelajari ilmu silat.
Diwaktu itu terlihat pemuda itu sambil tersenyum, menggumam perlahan: "Hemm,
manusia-manusia jahat yang cuma bisa membawa bencana buat rakyat!"
Cang Wanggwe sejak tadi memandang takjub seperti tidak percaya apa yang
dilakukan oleh pemuda itu, yang dalam beberapa detik telah merubuhkan kedua
orang galak itu. Ketika ia tersadar dari tertegunnya, cepat-cepat ia menekuk kedua kakinya,
berlutut dihadapan pemuda itu. "Terima kasih atas pertolongan Inkong!" katanya
dengan suara bersyukur dan berterima kasih sekali. "Jika tidak ada Inkong,
niscaya jiwa Lohu yang sudah tua ini melayang siang-siang."
Pemuda itu cepat-cepat membangunkan Cang Wanggwe, tapi hartawan itu tetap
berlutut, ia malah sempat bilang: "Jika Inkong tidak keberatan, bolehkah Lohu
mengetahui siapa nama besar Inkong"!"
"Ya, bangunlah Lopeh.... marilah kita bicara !" kata pemuda itu. Cang Wanggwe
menurut juga, ia berdiri. "Sesungguhnya, aku yang muda she Kwang dan bernama
Tan." Menjelaskan pemuda itu yang ternyata memang tidak lain dari Kwang Tan yang
sebelumnya telah mengikuti Siauw Toako dengan kawannya itu.
Sebetulnya Kwang Tan hendak turun tangan menghajar Siauw Toako dengan kawannya
itu, waktu mereka menganiaya si pelayan di luar pintu gerbang rumah.
Namun akhirnya ia menunda maksudnya itu karena ia hendak mengetahui duduk
persoalannya. Cuma saja sebagai seorang yang cerdik, segera juga Kwang Tan dapat
menduga bahwa Siauw Toako dengan kawannya itu adalah sebangsa manusia yang jahat
karena mereka memperlihatkan sikap yang garang dan bengis, tangan mereka
telengas sekali, dengan demikian tentunya mereka datang mengunjungi rumah Cang
Wanggwe mengandung maksud tidak baik.
Setelah mendengar tanya jawab antara Cang Wanggwe dengan Siauw Toako berdua maka
Kwang Tan telah mengerti sedikit duduk persoalannya. Tentunya pembesar yang
disebut-sebut sebagai Kie Taijin itu, yang merupakan
atasan Siauw Toako dengan kawannya itu, telah mengajukan lamarannya, Wanggwe belum lagi
dan sampai saat itu, Cang memberikan jawaban dan
keputusannya. Karenanya Kie Taijin telah mengutus kedua orangnya, buat memaksa Cang Wanggwe,
Maka melihat Siauw Toako dan kawannya hendak menyiksa Cang Wanggwe, Kwang Tan
tidak membuang2 waktu lagi, segera turun tangan.
Kali ini terhadap Siauw Toako dan kawannya itu, Kwang Tan turun tangan tidak
kepalang tanggung, karena tanpa segan-segan ia menurunkan tangan berat
memusnahkan kepandaian mereka.
Masih untung Kwang Tan ingat bahwa mereka berdua cuma orang suruhan belaka, Dan
Kwang Tan bermaksud untuk mendatangi Kie Taijin itu.
Waktu itu Cang Wanggwe telah merangkapkan sepasang tangannya, membungkuk kan
tubuhnya memberi hormat lagi kepada Kwang Tan, sikapnya menghormat sekali, juga
ia telah bilang: "Pertolongan Inkong benar2 telah menyelamatkan jiwa Lohu dan untuk budi kebaikan
ini tentu Lohu tidak akan melupakannya.
Sambil berkata begitu, tampak Cang Wanggwe membungkukkan tubuhnya sampai tujuh
kali, itulah penghormatan besar buat seseorang.
Kwang Tan cepat2 menyingkir kesamping, karena ia tidak mau menerima penghormatan
besar seperti itu. Cang Wanggwe telah mempersilahkan tamunya duduk, ia sendiri
yang melayaninya buat menyediakan minuman untuk tamunya ini yang menjadi tuan
penolongnya. Tampak Kwang Tan ragu2 sejenak, baru kemudian ia bertanya: "Jika memang aku
tidak salah dengar, kedua orang itu menjadi utusan dari seorang pembesar negeri
yang bejat moralnya. Benarkah begitu, Wanggwe"!"
Cang Wanggwe mengangguk. "Ya, memang mereka utusan dari Kie Bun Taijin, seorang pembesar yang kejam dan
jahat sekali, tapi ia memiliki kekuasaan yang sangat besar. Karena itu, kami
tidak berdaya dan kami selalu tertindas! iapun seorang pembesar yang gemar muka
licin disamping pinggul besar, tidak boleh melihat wanita cantik.
Sudah banyak gadis-gadis yang diboyong kerumahnya, dengan cara paksa pada
umumnya. Yang menentang tentu akan menemui kematian, begitu juga keluarga dari gadis yang
menentangnya, disebabkan itu pula, tentu membuatnya jadi semakin ditakuti.
Umumnya jika pembesar itu telah penuju dengan salah seorang gadis, maka tidak
ada yang berani menolak lamarannya. Namanya saja pembesar itu mengajukan
lamaran, tapi sebenarnya, ia melakukan permintaan dengan cara paksa, lamaran itu
diterima atau tidak, tentu gadis itu akan diboyongkan dengan cara paksa.
Cuma bedanya, jika lamarannya itu disetujui maka keluarga gadis itu tidak akan
ditimpa malapetaka, malah akan diberikan hadiah yang mahal2 dan uang yang cukup
banyak. Namun jika ditentang, berarti kehancuran buat keluarga itu."
Kwang Tan mengangguk beberapa kali, kemudian ia bilang: "Jika
membasmi tersebut..!" demikian, aku harus pergi kesana, untuk
pembesar bejat seperti Kie Bun Taijin "Tapi Inkong, ia memiliki banyak sekali
kaki tangannya, yang semuanya memiliki ilmu silat yang tinggi. Kalau memang
Inkong pergi kesana seorang diri, niscaya Inkong
akan menghadapi ancaman bahaya yang tidak kecil karena memang ia tidak segansegan membunuh orang yang tidak disenanginya!
Yang Lohu kuatirkan justeru kalau Inkong sampai tertawan oleh orang-orangnya,
tentu sulit meloloskan diri lagi...!"
Kwang Tan tersenyum. "Untuk itu tidak usah Wanggwe kuatirkan, nanti bisa kuatur sebaik2nya...!"
katanya. "Tapi Inkong..."
"Jangan memanggilku dengan sebutan In-kong, Wanggwe!" memotong Kwang Tan. "Ya.
ya, Kwang Siauwhiap, perlu kau ke tahui, bahwa orang dari Kie Bun Taijin
merupakan jago2 rimba persilatan yang memiliki kepandaian tinggi! Mereka
semuanya jadi tukang pukulnya. yang akan mengobrakabrik rumah dari keluarga
gadis yang menentang keinginan Kie Bun Taijin.
Karena itu, waktu Lo hu menyatakan bahwa majikan menerima utusannya yang mereka
hendak melamar puteriku, Lohu benar2 bingung. Tidak bisa Lohu menolaknya dan hanya meminta
waktu untuk memikirkan perihal lamaran tersebut.
Tapi nyatanya Kie Bun Taijin rupanya memang sudah tidak sabar lagi, tadi ia
telah mengirim dua orang tukang
pukulnya buat memaksa... Jika saja tidak ada Inkong, niscaya Lohu sekeluarga
telah mengalami nasib buruk dan malapetaka yang tidak kecil.!"
"Hemmm!" Kwang Tan jadi gusar, ia sampai memukul tepi meja, karena geram, Tapi
ia bilang "Pembesar bejat
seperti itu tidak boleh dibiarkan terlalu lama dengan kedudukan dan pangkatnya, karena rakyat yang
menjadi korban tentu semakin banyak!" Sambil berkata begitu, Kwang Tan menoleh
kepada Cang Wanggwe, ia bilang: "Nah, Wanggwe, sekarang juga aku ingin pergi ke
gedungnya Kie Bun Taijin... dapatkah
Cang Wang gwe memberitahukan dimana letak gedung pembesar itu "!"
Kwang Tan ingin cepat2 pergi mendatangi gedung Kie Bun Taijin, sebab ia
memikirkan juga keselamatan dari Cang Wanggwe dan keluarganya.
Tadi ia telah menghajar dan memusnahkan kepandaian Siauw Toako dengan kawannya,
tentu mereka telah melaporkan apa yang terjadi pada majikan mereka, Jika sampai
Kie Bun Taijin mengirim tukang2 pukulnya buat mengobrak-abrik rumah Cang Wang
gwe, hal ini tentu merupakan peristiwa yang tidak
samping menggembirakan buat keselamatannya dan Cang Wanggwe, di keluarganya terancam sekali. Karenanya,
Kwang Tan bermaksud sekarang juga pergi menyatroni gedung dari Kie Bun Taijin.
Cang Wanggwe pun menjelaskan di mana letak dari gedung pembesar kerajaan
tersebut, yang ternyata terletak dekat pintu kota sebelah barat, dan juga
terpisah dari pintu kota tidak terlalu jauh, hanya beberapa rumah penduduk
belaka. Boleh dibilang, gedung pembesar negeri itu yang terluas dan terbesar.
Di waktu itu, Cang Wanggwe berulang kali berpesan, agar Inkong atau tuan
penolongnya tersebut membatalkan saja maksudnya pergi kegedungnya Kie Bun
Taijin, namun Kwang Tan cuma tersenyum saja.
Sampai akhirnya, Cang Wanggwe telah maklum ia tidak mungkin bisa membujuk Kwang
Tan agar membatalkan rencananya itu, ia cuma berpesan agar Kwang Tan berlaku
hati-hati. Dari rumah Cang Wanggwe, segera juga Kwang Tan pergi ke pintu kota sebelah
barat, Tidak sulit buat ia
mencari gedung Kie Bun Taijin, karena begitu ia menanyakan kepada penduduk, segera ia ditunjukkan
gedung pembesar kerajaan tersebut. Sebuah gedung yang mewah mirip sebuah istana
kecil, dengan pekarangan yang luas, dan yang menonjol sekali
justeru penjagaan yang ada digedung pembesar kerajaan itu sangat ketat sekali.
Di gerbang depan gedung itu, telah berdiri belasan orang penjaga, yang semuanya
lengkap dengan senjata tajam mereka masing2. Rata-rata muka mereka itu bengis2
dan memandang kepada Kwang Tan dengan mata yang galak
sekali. Salah seorang diantara mereka telah melangkah maju menghampiri si pemuda, dengan
garang ia membentak nyaring:
"Hei babi kecil, mengapa engkau berkeliaran di sini, apakah engkau tidak
mengetahui tempat ini terlarang untuk umum?"
Kwang Tan bersikap tenang, ia mengawasi orang tersebut Tubuhnya tinggi besar,
dengan kumis dan berewok yang tebal, ganas matanya dan juga bengis sikapnya. Ia
tersenyum, sahutnya: "Tempat ini adalah tempat umum, barang siapa yang hendak lewat di jalan ini
siapa yang bisa melarangnya" Tempat ini bukan milik nenek moyang kalian, mengapa
orang lain tidak boleh memakai jalan ini"!"
Bola mata orang tersebut mencilak tambah bengis, ia membentak berang: "Ohhh,
kalau begitu memang engkau sengaja mencari mampus dan juga, aku tidak akan
mensia2kan harapanmu !"
Setelah berkata begitu, segera tubuhnya melesat ke depan Kwang Tan. Senjata
tajamnya, sebilah pedang panjang telah dihunusnya, ia telah menikam dengan kuat
sekali, angin dari tikaman tersebut berkesiuran menuju kepada Kwang Tan.
"Telengas sekali tanganmu !" kata Kwang Tan mendongkol melihat kekejaman orang
itu. jika orang yang diserang tidak memiliki ilmu silat yang cukup tinggi,
bukankah orang itu akan tertikam mati ?"
Tanpa membuang waktu lagi, tahu2 tangan Kwang Tan bergerak merampas pedang orang
itu, tangan kanannya menyelonong masuk menghantam dada orang itu, sehingga orang
itu terjengkang kebelakang dengan mengeluarkan suara jerit kematian. Tubuhnya
menggeletak tanpa bernapas lagi.
Kwang Tan memang sengaja menurunkan tangan keras seperti itu, sebab ia melihat
tangannya telengas, maka ia memberikan pengampunan kepada orang ini, niscaya
hanya bisa menimbulkan ancaman bencana buat penduduk setempat saja dikemudian
hari. Kawan-kawannya, tukang pukul dari Kie Bun Taijin yang lainnya jadi mengeluarkan
seruan marah, mereka telah bergerak menerjang kepada Kwang Tan. Masing2 telah
mengayun senjata mereka. "Bocah keparat, kau berani mencelakai orang "!" bentak beberapa orang diantara
mereka, senjata mereka pun telah orang tersebut kejam dan berpikir, jika memang
ia meluncur dengan kuat dan pesat sekali. Tapi Kwang Tan bersikap sangat tenang,
berkelebat dengan lincah. Diwaktu itulah,
tangannya bergerak sangat sebat.
tubuhnya sepasang Dia telah berhasil merampas semua senjata dari kelima orang lawannya.
Malah, tangan dan kakinya bekerja terus, maka kelima orang itu terjungkel rubuh
ditanah tanpa berkutik lagi, pingsan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Sisa dari kawan2nya jadi kaget. Sekarang
mereka mengetahui bahwa Kwang Tan memang bukan seorang biasa, ia memiliki
kepandaian yang tinggi. Orang2 itu umumnya adalah buaya dari kota tersebut, yang mempelajari ilmu silat
pada batas kulitnya saja, yang selalu dipergunakan buat menindas penduduk dan
manusia lemah yang tidak berdaya.
Menghadapi Kwang Tan, mereka tidak berdaya, malah mereka jadi bingung.
Tidak menyerang salah, menyerangpun salah.
Jika tidak menyerang, pamor mereka akan runtuh. Tapi jika menyerang, mereka
kuatir akan mengalami nasib sama seperti kawan2 mereka.
Karena itu, buat sejenak mereka berdiri tertegun ragu ditempat masing2 sambil
mencekal senjata mereka. Kwang Tan tertawa dingin.
"Hemmm, mengapa kalian tidak maju "!" ejeknya dengan suara yang dingin.
Orang2 itu mengeluarkan menggerakkan seperti baru tersadar, segera juga mereka
suara bentakan mengguntur, masing2 senjata mereka dan menerjang kepada Kwang
Tan. Mereka bermaksud mengeroyok dengan cara begitu bisa merubuhkan Kwang Tan.
Atau jika mungkin, mereka pun hendak membinasakan pemuda itu.
-ooo0dw0ooo Jilid 33 KWANG TAN hadapi mereka dengan baik, setiap serangan dapat dihindarkan dengan
mudah, malah, setiap kali tangannya bergerak, rubuhlah satu atau dua orang
lawannya. Cuma beberapa saat saja, belasan orang lawan nya telah dirubuhkan.
Ketika tukang pukul dari Kie Bun Taijin mengeroyok Kwang Tan, disaat itu ada
beberapa orang diantara mereka berlari masuk kedalam, mereka memberikan laporan
kepada kawan2nya yang lain, sebab tidak lama kemudian dari dalam gedung itu
berlari keluar belasan orang lagi.
Berlari didepan adalah seorang bertubuh tinggi besar, gerakannya ringan dan
tampaknya ia memiliki kepandaian yang paling tinggi dibandingkan dengan kawankawannya. Pula, ia melihat berlari didepan, berulang kali berseru memberikan perintah,
tampaknya orang ini adalah pemimpin dari tukang-tukang pukul Kie Bun Taijin.
Kwang Tan berdiri tenang ditempatnya, dengan bibir tersenyum, ia tidak gentar.
"Hemmm, anjing budukan mana yang berani jual lagak disini!?" teriak orang
bertubuh tinggi besar itu dengan suara yang garang sekali "Hemmm, Siauw Hauw
akan membereskan nya!"
Sambil berseru begitu, kedepan Kwang Tan. tubuhnya cepat sekali maju Kepalan
tangan kanannya menyambar, dan angin pukulan itu berkesiuran dengan dahsyat.
Kwang Tan memandang datangnya kepalan tangan lawan, ia mengangkat tangan
Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kanannya, dan menangkis "Bukkkk "Tubuh Siauw Hauw terpental sejauh empat tombak,
tangannya patah dan karena terlalu kesakitan, iapun telah pingsan tidak sadarkan
diri. Kawan2nya kaget dan bercampur murka, mereka segera juga menerjang dengan senjata
masing-masing, serangan mereka dilakukan begitu ganas.
Tubuh Kwang Tan berkelebat-kelebat seperti bayangan, setiap kali tangannya
menepuk. Maka rubuhlah orangorang itu beruntun satu persatu, mereka dirubuhkan
dengan sekalian ilmu ilmu silat mereka telah dimusnahkan.
Maka tidak terlalu mengherankan mereka merangkak berdiri dengan lesu dan lemah,
seperti juga sudah tidak memiliki tenaga lagi.
Kwang Tan tertawa dingin, dengan langkah lebar ia memasuki gedung itu. Dari
dalam gedung menyerbu keluar puluhan orang yang berpakaian sebagai tentara
kerajaan, mereka menyerbu dengan senjata masing2.
Kwang Tan tidak mundur, malah ia melangkah maju terus, sepasang tangannya
bergerak-gerak dengan cepat sekali, tubuh orang-orang itu telah terpental dan
Kwang Tan membuka jalan dengan caranya seperti itu, yaitu telah merubuhkan
lawan2nya tersebut dengan sekalian
memusnahkan kepandaian dan tenaga mereka.
Sisanya yang beberapa orang segera menyingkir karena sekarang mereka insyaf
bahwa lawan mereka, walaupun cuma seorang pemuda kepandaian yang sangat muda
usia, ternyata memiliki tinggi. Mereka tidak mau jadi
korban tangan Kwang Tan. Sedangkan Kwang Tan menjejakkan kakinya, tubuhnya
melesat seperti bayangan, ia mencengkeram seorang tentara kerajaan.
"Dimana Kie Bun Taijin"!" bentaknya dengan suara dan sikap bengis.
Tentara kerajaan yang kena ditawannya jadi ketakutan, dan tubuhnya menggigil.
"Taijin ada didalam." katanya dengan suara sember gemetar.
Kwang Tan menenteng tubuh orang tersebut, iapun telah melangkah masuk kedalam
gedung itu, dan memandang kesekelilingnya. Ada beberapa tentara kerajaan yang
tengah berlari keluar, tapi mereka segera menyingkir dengan muka yang pucat,
sebab mereka tampaknya jeri dan takut.
Disaat itulah Kwang Tan melompat masuk kedalam sebuah kamar. Didalam kamar cuma
ada seorang wanita cantik yang tengah bersolek. Wanita cantik itu terkejut waktu
pintu kamarnya terbuka, ia berseru marah, dan memaki.
Kwang Tan tidak memperdulikannya dan terus menenteng tentara kerajaan yang
seorang itu, untuk memasuki kamar lainnya, Sama seperti tadi, kamar seorang
wanita. "Kamar mana yang merupakan kamar Kie Bun Taijin"!" bentak Kwang Tan sambil
meremas dada tentara kerajaan tersebut.
Tentara yang telah kena ditawannya, jadi tambah ketakutan karena ia menderita
kesakitan yang hebat. "Ho... itu kamar Kie Bun Taijin!" Dan ia menunjuk kepada
pintu kamar berwarna kuning emas menyilaukan mata.
Tanpa bilang apa2, Kwang Tan menjejakkan kedua kakinya, tubuhnya melesat
ketengah udara menerjang pintu itu. ketika pintu menjeblak, didalam kamar ada
seorang pembesar yang bertubuh gemuk, tengah mengenakan topi nya. Rupanya ia
mendengar suara ribut2. Maka ia bermaksud keluar dari kamarnya, siapa tahu, Kwang Tan telah tiba lebih
dulu dari dia yang bermaksud keluar, Kwang Tan mendorong tubuh tentara kerajaan
itu terpelanting keluar kamar, dengan keras Kwang-Tan menutup daun pintu, lalu
menguncinya dari dalam. Muka Kie Bun Taijin, pembesar gemuk itu berobah pucat, ia segera membentak:
"Manusia kurang-ajar! Berani mati sekali engkau memasuki kamarku"!"
Sambil berkata begitu, tangan kanannya meraih goloknya, ia telah menghunusnya.
Tanpa membuang waktu lagi, berkelebat, Tangannya menyambar. "Plakkk!!" kepala
pembesar ditempelengnya, sehingga batok
berantakan, peluh dengan darah tubuh Kwang Tan kerajaan itu kena kepala itu hancur mengalir bercampur
menjadi satu, dan jiwanya telah melayang serta napasnya telah berhenti.
Kwang Tan menendang tubuh pembesar itu, sampai mayatnya terpental kesamping.
Dengan ringan Kwang Tan menjejakkan kedua kakinya, keluar lewat jendela, Lalu ia
berkelebat-kelebat meninggalkan gedung itu.
Semua itu dilakukannya dengan cepat sekali, dan semuanya berlangsung dengan
sangat mudah. ia melakukannya demi keselamatan penduduk, karena itu, ia turun
tangan tidak kepalang tanggung.
Dimana memang ia telah membinasakan Kie Bun Taijin, sebab ia tidak menghendaki
kalau sampai kelak Kie Bun Taijin, seorang pembesar bermoral bejat itu melakukan
kejahatan merugikan penduduk lagi.
Dengan terbunuhnya pembesar besar seperti Kie-Bun Taijin, tentu keselamatan
rakyat akan terjamin. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kwang Tan telah meneruskan perjalanannya, ia memasuki kota raja, dan meminta
sebuah kamar disebuah rumah penginapan, dimana iapun memesan santapan yang dapat
mengisi dan mengenyangkan perutnya. Dengan lahap Kwang Tan telah menghabiskan
empat mangkok nasi. Kemudian Kwang Tan rebah dipembaringannya, ia tidur sampai besok paginya dengan
nyenyak, karena memang ia letih sekali setelah melakukan perjalanan yang jauh,
dan telah mengeluarkan tenaga yang tidak sedikit buat membasmi Kie Bun Taijin
dan orang2nya, justeru sekarang iapun ingin memulihkan semangat dan tenaganya
dengan tidur sepuas-puasnya.
Diwaktu itu, Kie Bun Taijin telah mati, dan peristiwa ini sangat menggemparkan
kota-raja, segera juga pihak kerajaan melakukan penggeledahan terhadap rumah2
penduduk mencari jejak sipembunuh, penjagaan dikotaraja
pun sangat ketat sekali, dan pintu kota baik yang diTimur maupun yang diBarat,
telah ditutup rapat. tidak seorangpun yang diperkenankan meninggalkan kotaraja.
Tapi jejak sipembunuh tidak berhasil dicari, karena Kwang Tan terus juga tidur
sepanjang hari. Dan besok
paginya, dengan memborehkan sedikit
mukanya, pemuda ini telah berobah
obat bubuk pada wajahnya, ia bisa menyamar dengan sempurna sekali, Sekarang tampaknya Kwang Tan
sebagai laki2 berusia empat puluh tahun lebih... sehingga pula pagi itu ia
menyelidiki keadaan dikotaraja, ia bisa melaksanakan tugasnya dengan leluasa
tanpa menemui kesulitan apapun juga.
-ooo0dw0oooBUKAN main murkanya Kaisar Cu Goan-Ciang waktu mendengar perihal
kematian Kie Bun Taijin, karena Kie Bun masih terhitung sebagai keponakannya,
karena dari itu Kie Bun bisa memiliki pangkat yang tinggi dan kekuasaan yang
besar, bisa bertindak sekehendak hati dikotaraja, sebab memiliki tulang punggung
yang kuat sekali, yaitu Kaisar Cu Goan Ciang.
Waktu pada pagi itu, Cu-Goan Ciang telah mendengarkan laporan perihal Kie Bun
Taijin dibinasakan oleh seorang pemuda, dan tubuh Kaisar Cu Goan Ciang menggigil
sebab murka. "Cari pembunuh itu sampai dapat, mati atau hidup! Dan kerahkan seribu tentara
serta lima belas orang pahlawan
istana untuk mencari jejak pembunuh!" Begitulah perintah Kaisar Cu Goan Ciang.
Kaisar Cu Goan Ciang waktu itu pada telah mempunyai prasangka bahwa pembunuh Kie
Bun Taijin tentunya memiliki hubungan dengan Bengkauw.
Tentu salah seorang anggota Bengkauw yang melakukan perbuatan itu, untuk
menimbulkan kekacauan. Dugaan itu semakin kuat, karena ia mendengar kepandaian
pemuda itu tinggi sekali, sangat lihay dan juga tidak banyak bicara, tahu-tahu
telah membunuh beberapa orang anak buah Kie
Bun Taijin dan juga telah membinasakan Kie Bun Taijin tanpa menanyakan sesuatu
apapun juga. "Bengkauw!" mendesis Kaisar Cu Goan Ciang dengan muka yang merah padam. "Memang
Bengkauw harus dibasmi sampai keakar-akarnya!" Geram sekali Kaisar
waktu menggumam seperti itu.
Thio Kim, penasehat pribadi Kaisar, segera juga menghampiri, katanya dengan
hati2: "Bengkauw sekarang telah mengembangkan sayap, dan jika memang dibiarkan
berlangsung terus seperti ini, dikuatirkan justeru rakyat akan berpihak pada
Bengkauw, Hongsiang harus bertindak lebih tegas, karena Bengkauw sekarang ini
telah berhasil merampas beberapa kota !"
Kaisar Cu Goan Ciang tidak menjawab, cuma memandang lurus kedepan dengan
sepasang alis berkerut dalam2. Rupanya ia tengah berpikir keras. Sampai akhirnya
ia bilang: "Berikan perintah Tiro kepada Peng Po Siang Sie, agar mengerahkan pasukan yang
lebih kuat untuk menumpas Bengkauw, Urusan persoalan nomor diutamakan!"
Setelah berkata mengambil alat tulisnya, menulis firman.
Sidang dibubarkan dengan hati Kaisar Cu Goan Ciang mangkel sekali.
Belakangan ini memang telah banyak masuk laporan penilai kegiatan Bengkauw.
Sejauh itu, Cu Goan Ciang yakin, kekuatan pasukan tentaranya pasti
berhasil menumpas dan menghadapi pasukan Bengkauw, Namun justeru laporan yang
masuk akhir-akhir mengalami dan persoalan
dua, persoalan begitu, Kaisar lainnya dijadikan Bengkauw harus
Cu Goan Ciang ini menunjukkan pasukan banyak kerusakan dan kerajaan yang hancur dipukul
Bengkauw, yang berhasil merebut beberapa kota.
Malah Cu Goan Ciang mendengar pula, Bu Kie telah duduk sebagai Kauwcu lagi,
memimpin langsung perlawanan Bengkauw terhadap kerajaan.
"Heran, dengan cara seperti ini tentunya Bu Kie, sibocah tidak tahu diuntung
itu, ingin memperalat Bengkauw untuk berhasil meraih tahta kerajaan... rupanya
ia penasaran diperintahkan penyelusupan takhta kerajaan telah jatuh kedalam tanganku...!" Begitulah pikir
Kaisar Cu Goan Ciang. Dan segera juga ia memanggil menghadap komandan Gie Lim Kun dan Kim Ie Wie, pada
mereka semua untuk bekerja cepat, guna mengadakan masuk kedalam badan Bengkauw,
dimana banyak pahlawan istana yang harus dikirim, guna menyamar dan menyelusup
masuk kedalam barisan Bengkauw.
Orang-orang kepercayaan dari Kaisar Cu Goan Ciang, segera mempersiapkan segala
sesuatu kebutuhan untuk pergi menyikat Bengkauw dari dalam.
Memang Cu Goan Ciang terkenal sangat cerdik sekali, sebagai seorang Kaisar,
memperkuat kedudukannya demi memperkokoh dan sebagai seorang raja yang
berkuasa penuh, Dan Cu Goan Ciang memang telah mengatur segalanya dengan baik.
Tadinya, ia meremehkan sisa pasukan Bengkauw, itulah satu2nya kesalahan dan
kelemahan yang dilakukan Kaisar Cu Goan Ciang. Ia menyangka, dalam waktu yang
singkat, akan berhasil menumpas Bengkauw.
Tapi justeru, perkembangan terakhir yang terjadi, memperlihatkan Bengkauw memang
sangat kuat dan telah bangun kembali. Terlebih lagi dengan Thio Bu Kie yang
telah duduk sebagai Kauwcu lagi. Banyak pahlawan istana yang dikabarkan mati
ditangan Bengkauw. Memang yang jadi pemikiran Kaisar Cu Goan Ciang, Bengkauw memiliki banyak sekali
orang2 pandai, tokoh2 rimba persilatan yang kepandaiannya tidak boleh
diremehkan. Belum lama yang lalu, Cu Goan Ciang sengaja telah mengadu domba antara Bengkauw
Persia dengan Bengkauw Tionggoan sebagai diketahui bahwa Bengkauw Persia
merupakan Bengkauw pusat, dan tentu saja dihasut oleh Cu Goan Ciang, yang
diketahui oleh Bengkauw Persia
sebelumnya sebagai anggota Bengkauw juga, mereka mempercayai Thio Bu Kie
bermaksud mengadakan pemberontakan hendak merebut kekuasaan Bengkauw Persia.
Dengan demikian telah membuat Bengkauw Persia mengutus beberapa tokohnya untuk
datang ke Tionggoan, guna menghukum Thio Bu Kie.
Tapi, menyaksikan perkembangan yang ada, di mana sekarang Bengkauw semakin kuat,
Cu Goan Ciang menyadarinya, bahwa ia tidak boleh berayal lagi, kekuatannya
bertambah besar, dengan di dukung oleh
orang-orang rimba persilatan niscaya kedudukan takhta kerajaannya akan terancam.
Yang paling di takuti Cu Goan Ciang adalah Thio Bu Kie, Dulu saja Cu Goan Ciang
merebut takhta kerajaan dari
tangan Thio Bu Kie, justeru
dengan mempergunakan muslihat dan tentunya Bu Kie bersakit hati, jika sampai
Bengkauw bisa menang, musnah Cu Goan -Ciang dengan kerajaannya.
Itu pula alasannya mengapa Cu Goan Ciang perintahkan agar semua urusan di nomor
duakan, dan persoalan Bengkauw di nomor satukan! Karena itu pula, tanpa memperhitungkan besar biaya yang harus
dikeluarkan kerajaan Cu Goan Ciang telah perintahkan agar pasukan perangnya,
yang di kirim buat memerangi Bengkauw, di besarkan kekuatannya menjadi empat
kali, di tambah dengan seratus ribu orang tentara kerajaan.
Besar sekali keinginan Cu Goan Ciang untuk menumpas
Bengkauw sampai ke-akar2nya, menumpas bersih, agar tidak menimbulkan bahaya di
kemudian hari. Bagi Cu Goan Ciang, adanya Bengkauw didaratan Tionggoan, sama
saja dengan adanya duri didepan matanya.
Sebagai seorang Kaisar yang cerdik, Kaisar Cu Goan Ciang-pun telah berhasil
dapat memilih beberapa orang panglima perangnya yang trampil dan cerdik, dimana
semua panglima perang yang gagah dan juga pandai mengatur pasukan dalam
peperangan telah dikirimnya kegaris depan buat menghadapi Bengkauw.
Tindakan yang terakhir dilakukan Ciang memang dapat membendung Bengkauw bahkan
salah satu kota yang telah direbut oleh Bengkauw, berhasil dirampas pulang oleh
pasukan kerajaan. Hal ini disebabkan perbesar dan diperkuat Kaisar Cu Goan majunya pasukan
pasukan kerajaan yang telah di sampai empat kali, dan banyak panglima perang
yang telah dikirim kegaris depan.
Disamping itu, juga telah dimasukkan para pahlawan istana kedalam tubuh
Bengkauw, untuk mengadakan keonaran didalam, guna mengadakan usaha-usaha yang
bisa menghancurkan Bengkauw dari dalam.
Bu Kie sendiri merasakan kemunduran yang diperoleh Bengkauw belakangan ini.
Hampir satu tahun Bengkauw tidak bisa maju lebih jauh lagi, karena selalu
memperoleh perlawanan yang gigih dari pasukan kerajaan.
Banyak tokoh2 Bengkauw yang kalap dan nekad, bermaksud hendak mengadakan pasukan
khusus, yaitu pasukan yang bersedia buat mati, dimana mereka yang akan maju guna
membunuh sebanyak mungkin tentara musuh,
dengan mempertaruhkan jiwa mereka masing-masing.
Tapi pemikiran seperti itu tidak disetujui oleh Bu Kie, karena walaupun
bagaimana Bu Kie masih menghargai jiwa seorang manusia, dalam peperangan menemui
ajal, itu lain persoalannya. Tapi jika sengaja membentuk pasukan khusus, yang
memang telah di tandai harus mati, hal ini tidaklah mengena dengan hati Bu Kie.
Cuma saja, belakangan ini yang membuat Bu Kie jadi heran serta bercuriga,
diketahui oleh pihak setiap rencana Bengkauw, pasti musuh, sehingga beberapa
kali penyerangan yang dilancarkan pasukan Bengkauw kandas dan malah pasukan Bengkauw
dapat dihancurkan oleh pasukan musuh, karena tentara kerajaan seperti telah mengetahui rencana
penyerangan tersebut. Maka secara diam2 Bu Kie pun telah perintahkan kepada orang2 kepercayaannya,
untuk mengamati lebih cermat dan teliti, apakah di dalam tubuh Bengkauw telah
kemasukan orang-orang Cu Goan Ciang.
Memang penyelidikan itu dilakukan tidak secara terbuka, diadakan dengan cara
diam2, tanpa menimbulkan kecurigaan dan menarik perhatian, sebab Bu Kie tahu,
jika saja penyelidikan itu dilakukan dengan cara berterang,
niscaya musuh yang berhasil menyelusup masuk kebadan Bengkauw, akan segera
mengundurkan diri dan lenyap tidak meninggalkan jejak.
Dan atas penelitian seperti itu Bu Kie menerima laporan, bahwa didalam Bengkauw
memang telah menyelusup masuk banyak orang2 yang dicurigai, mereka sebagai orang2 yang tidak dikenal dan tidak diketahui
asal usulnya. Dan juga diduga keras mereka adalah kaki tangan Cu Goan Ciang.
Bu Kie perintahkan untuk sementara tidak mengambil tindakan dulu, membiarkan
orang2 itu tetap berada didalam Bengkauw, Hanya saja, setiap gerak-gerik mereka
diawasi dengan ketat. Juga, Bu Kie sengaja telah mengadakan beberapa kali rapat memaparkan berikutnya.
Hal ini Ciang, yang diduga rencana
agar semua penyerangannya yang orang-orang Cu Goan
telah menyelusup kedalam tubuh Bengkauw akan memberikan laporan mereka kepada
pihak kerajaan! Padahal, penyerangan yang dilakukan Bu Kie akhirnya tidak sesuai dengan rencana
semula, malah menjadi kebalikannya, jika penyerangan di lakukan dari Timur, malah akhirnya penyerangan
Selatan, dari timur cuma
Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
telah berasal dari sebelah buat membendung jalan
mundurnya musuh, yang telah berkumpul disitu buat menghadapi penyerangan.
Dengan salahnya informasi yang
kerajaan yang menyelusup masuk
diberikan orang2 kedalam tubuh Bengkauw, maka beberapa kali pasukan perang
kerajaan mengalami kekalahan dan dapat dihancurkan.
Bu Kie gembira rencananya berjalan baik tetap saja ia perintahkan agar orang2
yang di curigakan sebagai kaki tangan Cu Goan Ciang di biarkan saja dulu, tidak
di tangkap, karena memang Bu Kie malah hendak memperalat mereka, guna
mengacaukan semua persiapan dari pihak kerajaan.
Tentu saja gerak-gerik mereka tidak pernah lepas dari pengamatan orang Bengkauw,
sehingga Bu Kie tidak kuatir bahwa salah seorang di antara mereka bisa lolos
dari pengamatan itu dilakukan sesuatu yang bisa merugikan Bengkauw.
Dengan adanya orang2 kerajaan yang menyelusup masuk kedalam tubuh Bengkauw, maka
Bengkauw telah Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sengaja untuk memberikan rencana2 yang salah, juga lewat anggota2 Bengkauw,
mendekati orang2 itu dan mengajaknya bercakap2.
Dari hasil percakapan, memang dapat ditarik kesimpulan yang lebih jelas, karena
orang2 yang di duga sebagai kaki tangan Cu Goan Ciang, setiap kali memiliki
kesempatan, tentu berusaha mempengaruhi pasukan Bengkauw dengan cerita angan-angan yang
muluk, berusaha membujuk agar mereka menyeberang saja berpihak kepada kerajaan,
karena pangkat dan harta menanti mereka di pihak kerajaan.
Jika memang telah diketahui dengan jelas dan pasti seperti itu, orang tersebut
segera ditangkap. Dan dari mulut orang itulah banyak sekali keterangan yang bisa
dikumpulkan Bu Kie, dengan demikian juga maka cukup banyak hal yang bisa
dikerjakan Bu Kie dalam menghadapi tentara kerajaan.
Tidak terlalu mengherankan belakangan ini Bengkauw kembali dapat menerjang maju
mematahkan perlawanan kerajaan. Dua kota telah berhasil dirampas kembali.
Dan juga Bu Kie telah merencanakan, untuk mengadakan penyerangan besar2an, cuma
saja, waktunya yang belum tiba. secara besar2an
Dengan adanya rencana penyerangan itu, Bu Kie bermaksud hendak menemukan, apakah
Bengkauw dapat merebut kembali kekuasaan di daratan Tionggoan.
Yang masih dinantikan Bu Kie adalah dukungan dari rakyat, Setiap rakyat yang
dihubungi pasukan Bengkauw, pasti mereka menyetujui untuk mendukung Bengkauw,
cuma saja Bu Kie yang bekerja sangat baik serta hati2, kuatir kalau2 diantara
mereka ada yang bermuka dua. Karena itu pula, Bu Kie tidak bertindak sembarangan
Yang menggembirakan hati Bu Kie, banyak sekali, hampir seluruh dari orang2 rimba
persilatan, mendukung Bengkauw, Kekuatan Bengkauw kali ini telah meningkat jadi
beberapa kali lipat lebih besar dari sebelumnya.
Bu Kie sebagai seorang pemimpin yang berwibawa, memiliki kepandaian tinggi dan
juga memang sangat cerdik, dibantu oleh Tio Beng isterinya, ia bisa bekerja
dengan baik sekali. Cuma saja penyerangan secara besar2an belum lagi dilakukan
Bu Kie, sebab ia masih menantikan laporan dari Kwang Tan.
Jika saja Kwang Tan kembali dan telah berhasil mengumpulkan
mengumpulkan data2 yang diperlukan, berhasil
keterangan yang lebih memungkinkan Bengkauw bisa memperoleh kemenangan, tentu Bu
Kie akan segera mengumumkan penyerangan secara besar2an itu.
Justeru selama dua tahun lebih ini, Kwang Tan belum juga kembali, entah apa yang
tengah dilakukan Kwang Tan tidak diketahui Bu Kie. Dengan sabar ia menanti.
Cuma saja, sambil menanti, Bu Kie-pun perintahkan pasukan Bengkauw maju terus,
untuk merebut kota demi kota yang dilewatkan pasukan Bengkauw.
Dengan bertambahnya kota rampasan oleh Bengkauw, maka kekuatan Bengkauw jauh
lebih kuat, sekarang mereka telah memiliki perbentengan yang kuat sekali
menghadapi Cu Goan Ciang, karena mereka seperti juga sebuah pasukan
kerajaan lain, yang mengerahkan pasukan dalam jumlah besar, dengan daerah
kekuasaan yang sangat luas, hampir meliputi dua propinsi.
Inilah yang benar2 sangat menguatirkan Cu Goan Ciang dan jika Bengkauw berhasil
menguasai tiga propinsi maka Cu Goan Ciang akan terancam sekali kedudukannya,
walaupun bagaimana kuatnya pasukan perang kerajaan.
Jika memang Bengkauw berhasil merebut tiga propinsi, maka sulit sekali buat
membereskan dan membasmi Bengkauw, apa lagi buat meruntuhkannya.
Dan kemungkinan besar malah Bengkauw yang akan dapat meruntuhkan dan
menghancurkan Cu Goan Ciang dengan kerajaannya itu.
Dan Cu Goan Ciang sudah tidak memperdulikan lagi betapa besar biaya peperangan
yang harus dikeluarkan oleh
pihak kerajaan, yang terpenting buat Cu Goan Ciang adalah menghancurkan Bengkauw
dan juga membasminya sampai habis.
Justeru biaya peperangan yang disedot oleh Cu Goan Ciang dengan mengeluarkan
beberapa pajak baru, membuat rakyat semakin tidak menyukainya.
Jika dulu, Cu Goan Ciang mempergunakan tangan besi. tapi tindakannya itu
didukung oleh dihapusnya beberapa macam pajak yang membebaskan rakyat, dengan
begitu, rakyat masih bisa mendukungnya dan juga tidak terlalu memihak kepada
Bengkauw. Namun sekarang, dengan ditimbulkannya beberapa pajak baru, akibat dibutuhkannya biaya untuk peperangan
tersebut, membuat rakyat jadi semakin tidak menyukainya dan akhirnya banyak yang
memihak kepada Bengkauw. Dengan pasukan Bengkauw semakin kuat, sedangkan Cu Goan Ciang semakin terancam
kedudukannya. Apalagi belakangan ini disebabkan kekalapannya, Cu Goan Ciang
mempergunakan tangan besi yang semakin menjadi2. Orang2 yang dicurigai sebagai
anggota Bengkauw, boleh dihukum mati oleh pembesar setempat.
Dengan adanya pembesar kerajaan mereka. Jika ada orang yang tidak di senangi
mereka, tentu akan dijatuhi hukuman mati.
Dengan demikian telah membuat banyak rakyat yang menjadi korban dan bersengsara.
peraturan seperti itu, maka banyak yang menyalah gunakan kekuasaan
Sedangkan dengan tentara berkepanjangan bertahun2
ooooo)OdwO(ooooo peperangan antara pasukan Bengkauw kerajaan masih terus juga berlangsung KWANG
TAN yang telah berada di kota raja, sesungguhnya banyak telah melakukan dan
melaksanakan tugasnya, seperti yang diperintahkan Thio Bu Kie.
Tiga tugas pokok Kwang Tan. Pertama, ia harus menyelidiki berapa besar kekuatan
yang dimiliki kerajaan dalam menghadapi peperangan, dan untuk tugas yang pertama
ini, Kwang Tan harus menyelidiki berapa banyak harta dan anggaran yang masih
tersedia dalam kas negara.
Lalu tugas yang kedua, jika memang memungkinkan Kwang Tan pun boleh membunuh
Kaisar Cu Goan Ciang, Untuk tugasnya yang kedua ini, jelas Kwang Tan sulit
melakukan, walaupun ia memiliki kepandaian yang sangat tinggi.
Sebab betapapun lihaynya ia, namun di istana Kaisar terdapat penjagaan yang
ketat, Cu Goan Ciang sendiri memang memiliki ilmu silat yang sangat tinggi.
Untuk tugas yang ketiga adalah Kwang Tan harus membasmi para pembesar yang korup
dan jahat. Dengan membunuh pembesar jahat sebanyak-banyaknya, tentu kemungkinan
rakyat terhindar dari penindasan, dan tentu saja penggantinya merupakan pembesar
yang belum di ketahui tabiatnya. jika memang sebagai pembesar jahat lagi, maka
Kwang Tan harus membunuhnya pula.
Disamping itu, jika memang Kwang Tan bisa melakukannya, ia harus mempengaruhi
beberapa orang menteri, agar terdapat jalanan kerjasama diantara mereka dengan Bengkauw, nanti
mereka sebagai orang2 Bengkauw yang menyambut dari dalam.
Kwang Tan menyadari tugas yang tengah dilakukannya itu semuanya merupakan tugas
yang berat. Akan tetapi, ia bersedia melaksanakannya, walaupun bagaimana
beratnya tugas itu, karena Kwang Tan memang ingin mencobanya dulu. sebelum ia
menyatakan bahwa ia tidak sanggup.
Bu Kie memilih Kwang Tan, karena pemuda ini disamping mengerti ilmu pengobatan
yang sangat tinggi sekali, yang bisa dipergunakan sebagai salah satu jembatan mendekati para
pembesar kerajaan atau para menteri kerajaan sebab jika ada salah seorang mereka
yang sakit berat dan tabib istana sudah tidak sanggup mengobatinya, maka Kwang
mengobatinya. Jika berhasil Tan bisa mendekati dan berusaha
menyembuhkan menteri yang sakit itu, niscaya Kwang Tan bisa berhubungan baik
dengan menteri itu, berarti juga, terus Kwang Tan bisa mempengaruhinya.
Lalu prihal ilmu silat Kwang Tan yang memang tinggi serta lihay, dengan begitu,
membuat Bu Kie yakin Kwang Tan bisa menjaga keselamatan dirinya dengan baik.
Kwang Tan sendiri telah hampir setengah bulan berada di kota raja, ia melihat
suasana di kota raja tidak ada tanda2 seperti kerajaan tengah menghadapi
peperangan. Semua berlangsung ramai dan gembira, penduduk sibuk dengan pekerjaan mereka.
Yang dagang, tetap berdagang dengan gembira dan bersemangat sedangkan yang
mencari hiburan, tetap saja datang ke-tempat2 pelesiran bermain dengan bunga
raya. Juga musik dan tertawa wanita cantik selalu terdengar sepanjang malam hari di
kota raja. Sebagai seorang yang memiliki mata sangat jeli dan tajam, Kwang Tan
bisa melihat bahwa di balik dari semua kegembiraan dan keramaian di kota raja,
sesungguhnya penjagaan sangat ketat sekali.
Banyak pahlawan istana, yang penduduk biasa, yang berkeliaran. menyamar sebagai
Mereka semuanya umumnya memiliki kepandaian sangat tinggi.
Kwang Tan mengetahui hal itu, karena ia di kala tengah berjalan jalan di kota
raja, seringkali bertemu dengan penduduk yang langkah kakinya sangat ringan.
Segera juga Kwang Tan mengetahuinya, bahwa itulah bukan seorang penduduk biasa,
Dengan memiliki kepandaian begitu tinggi, tentunya ia seorang akhli silat
tingkat tinggi. Jika memang hanya bertemu satu atau dua orang saja seperti itu, tentu Kwang Tan
menduga mereka itu cuma orang2 kangouw belaka. Tapi justeru acapkali ia bertemu
dengan orang2 seperti itu, yang
puluhan orang, dengan demikian bahwa kotaraja memang terjaga ketat sekali.
Belum lagi, ditempat2 tertentu ditempatkan penjagaan pasukan kerajaan, baik dari
Kim Ie Wie dan Gie Lim Kun, yang banyak berkeliaran.
jumlahnya meliputi telah memperlihatkan Cuma saja, sebagai kotaraja yang selalu ramai dan diliputi
oleh kesibukan dan segala macam hiburan, maka Kwang Tan pun bisa melihat segala
macam ulah dari penduduk.
Kwang Tan sangat hati-hati sekali, sedikit saja ia menimbulkan kecurigaan,
niscaya dirinya bisa memperoleh kesulitan yang tidak kecil. Maka dari itu, Kwang
Tan pun masih tetap menyamar sebagai seorang laki2 setengah baya, yaitu yang
berusia hampir empat puluh tahun.
Gerak-geriknya pun diusahakan agar tampak lemah, tidak terlihat bahwa ia
memiliki kepandaian yang sangat tinggi.
Sore itu, Kwang Tan duduk di sebuah rumah makan yang cukup besar, pengunjung
rumah makan itu ramai sekali, terdiri dari orang2 bermacam golongan.
Pelayan yang melayani Kwang Tan, melihat laki2 setengah baya ini sebagai pelajar
yang lemah gemulai, yang tampaknya tidak memiliki tenaga dan jika tertiup angin
tentu bisa rubuh, maka ia tidak melayani dengan sikap menghormat ia tampaknya
acuh tak acuh dan seganseganan, karena ia benar-benar tidak memandang mata
pada tamunya yang lemah ini.
Dan ia pun tahu, tentunya dilihat dari pakaiannya yang sederhana itu, Kwang Tan
tidak akan menghadiahkan padanya tip yang besar.
Kwang Tan tidak memperdulikan sikap pelayan tersebut, ia bersantap perlahan2,
tampak nya ia memang seorang pelajar yang lemah, tapi sebenarnya matanya telah
mengawasi sekitar rumah makan itu, mengawasi semua tamu yang berada di dalam
ruangan tersebut. Walaupun yang berada dalam ruangan makan tersebut merupakan orang2 yang
berpakaian sebagai penduduk biasa, tokh Kwang Tan mengetahui diantara mereka ada
orang2 yang berkepandaian tinggi.
Hal ini diketahui Kwang Tan dari sikap dan sinar mata mereka yang tajam. juga
mereka memandang secara diam2, selalu memperhatikan sekitar ruang tersebut.
"Aneh!" berpikir memang didalam sehingga selalu diadakan penjagaan seketat ini!
Dilihat dari gerak-gerik mereka, tentunya mereka adalah sebangsa pahlawan istana Kaisar, yang menyamar sebagai
penduduk biasa. Tapi mereka tidak bisa melenyapkan tangan dan kaki mereka yang
selalu bergerak sangat ringan !"
Kwang Tan berpikir seperti itu, dari luar masuk dua orang laki2 berusia
pertengahan. berpakaian sebagai penduduk biasa, dengan
Tengah melangkah Merekapun Kwang Tan didalam hati. "Apakah kotaraja sering
terjadi kerusuhan, rambut digulung keatas dan diikat oleh sehelai angkin warna kuning dan yang
seorangnya lagi oleh warna hijau. Mereka telah menuju kesebuah meja yang masih
kosong. "Kurang ajar sekali!" menggumam salah seorang diantara mereka, "Jika malam ini
kita tidak bisa mencari jejak si pembunuh, kita akan dihukum !"
"Stttt !" Yang seorang telah memperingati agar kawannya itu hati2 dalam berkatakata, "Jangan terlalu ceroboh!"
Kawannya tersadar dengan segera, dan ia segera juga memandang sekitarnya,
Kemudian tersenyum. "Umumnya kawan2 kita juga...!" katanya kemudian dengan suara
yang perlahan, namun Kwang Tan masih juga mendengarnya dengan jelas, karena
mereka duduk di meja yang terpisah tidak begitu jauh, disamping itu memang telinga Kwang Tan sangat
tajam sekali. "Walaupun mereka terdiri dari kawan, namun kita tetap harus hati-hati!"
memperingati kawannya. Mendengar percakapan kedua orang itu, yang
selanjutnya membicarakan soal makanan yang mereka gemari, segera juga Kwang Tan
bisa menarik kesimpulan bahwa dugaannya, bahwa orang2 yang menyamar sebagai
penduduk biasa itu, yang diduganya adalah orang2 yang memiliki kepandaian
tinggi, ternyata tidak meleset. Mereka adalah orang2 yang bekerja pada menyamar.
kerajaan dan tengah Hanya yang membuat Kwang Tan heran, mengapa mereka dikerahkan dalam jumlah yang
demikian banyak, selain menyamar, juga mereka harus melakukan tugas mengamati
keadaan di sekitar tempat itu.
Kwang Tan memasang telinga terus, sampai akhirnya salah seorang diantara kedua
orang itu, yang mengenakan pita warna hijau, telah berkata: "Apakah engkau telah
mendengar berita baru "!"
Kawannya menatapnya, menggeleng sambil senyum. "Untuk apa " Tidak ada gunanya !
Tugas kita saja belum lagi bisa diselesaikan !" katanya kemudian "Lebih baik
kita curahkan perhatian buat melakukan penyelidikan dan mencari jejak si
pembunuh!" "Kukira sulit buat menyelidiki jejak si pembunuh, mungkin juga pembunuhnya telah
pergi jauh meninggalkan kotaraja, maka akan sia-sia belaka usaha kita !" bilang
yang seorangnya. "Hemmm, mendengar apa yang dikatakan oleh majikan kita, pembunuh itu adalah
orang Bengkauw!" bilang yang seorang.
Hati Kwang tercekat, ia jadi lebih teliti dalam memasang telinga, ia berusaha
memperhatikan setiap kata yang diucapkan kedua orang itu.
"Ya, memang menurut dugaan, besar kemungkinan pembunuh itu adalah orang
Bengkauw, pertama kepandaiannya yang sangat tinggi..."
"Juga memusuhi orang kerajaan...?" menimpali kawannya dengan suara yang
perlahan. "Hemmm, jika jejak si pembunuh telah berhasil kita temui, tentu
biarpun ia memiliki sayap, jangan harap bisa meninggalkan kotaraja!" bengis
suaranya, walaupun ia berkata-kata dengan suara yang perlahan sekali.
Kawannya nyengir dia bilang: "Kau bicara enak saja, Kau sendiri yang bilang,
kepandaiannya sangat tinggi dan ia bergerak seperti bayangan belaka, tidak bisa
dilihat jelas, Diwaktu itu, kepandaian Kie Bun Taijin sangat tinggi sekali,
mungkin berimbang dengan kepandaian kita. Maka,
jika memang kita yang menghadapi si pembunuh, jika kita kurang waspada tentu
dalam satu atau dua jurus, kitapun akan terbinasa.."
"Hemmm, tapi Hongsiang telah mengerahkan hampir seribu pahlawan istana! Mustahil
dengan kekuatan seperti itu, sipembunuh yang hanya seorang diri tidak bisa kita ringkus?" kata kawannya
seperti juga meremehkan. Mereka bersantap, dan Kwang Tan telah dapat menduga, tentu pembunuh yang tengah
mereka cari adalah dirinya sendiri. Mereka mencari jejak Kwang Tan yang telah
membunuh Kie Bun Taijin. Cuma saja yang membuat Kwang Tan heran, mengapa Kie Bun Tai-jin tampaknya
seorang penting, sehingga kematiannya
mengerahkan membuat Kaisar sendiri yang telah
seribu pahlawan istananya buat mencari pembunuh itu?"
Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tengah Kwang Tan berpikir seperti itu, di dengarnya lagi kata2 dari salah
seorang kedua orang itu, yang bilang: "Jika kita yang berhasil melacak jejak si
pembunuh, tentu kita memperoleh hadiah yang tidak sedikit !"
"Kau bermimpi saja," kata kawannya.
"Aku tidak bermimpi, aku bicara sungguh-sungguh, kalau memang aku bisa menemui
jejak pembunuh, hemm, hemm, akan kupuntir kepalanya, untuk mematahkan batang
lehernya kemudian mempersembahkan kepalanya itu pada Hongsiang.!" Sebelum
berkata begitu orang tersebut tertawa tergelak-gelak.
Kwang Tan mendongkol melihat sikap jumawa orang itu, diam-diam dia mengambil
sebutir bakso, Kemudian disentilnya.
Bakso itu telah meluncur masuk kedalam mulut orang itu, ia memang melihat
meluncurnya bakso itu, Tapi ia tidak keburu mengelakkannya, iapun tengah tertawa
bergelak2, mulutnya terbuka lebar, ia tidak keburu menutupnya lagi mulutnya.
Maka dari itu, seketika bakso itu telah meluncur masuk kedalam lehernya,
sehingga dia keselak dan kelabakan melompat berdiri dari duduknya.
"Kurang ajar!" makinya kalang kabutan setelah bakso itu dapat ditelannya masuk.
Kawannya memandang heran, Tadi dia tengah menunduk, dia tidak melihat,
menyambarnya bakso yang disentil Kwang Tan, maka dari itu ia heran melihat sikap
kawannya. "Mengapa engkau seperti monyet yang terbakar ekornya?" tanyanya kemudian dengan
suara yang tawar. Kawannya yang diejek, seketika mukanya berobah merah.
"Ada orang yang membokongku!" menyahuti kawannya. "Ihhh!" sahutnya terkejut, ia
memperhatikan kawannya dengan sepasang mata terpentang lebar, "Ada yang
membokong kau?" "Ya!" "Kau bisa mengelakkannya?"
"Tidak !" "Terluka"!"
"Tidak !" "Ahhh, kau ini bagaimana, kau mengatakan tidak bisa mengelakkan, tapi juga
engkau tidak terluka. Kau tengah
bergurau, kawan" Ayo,
teruskan makanmu.... nanti makanan ini dingin tentu tidak enak lagi !" dan dia
ingin memakan lagi santapannya.
Tapi kawannya telah berkata sengit: "Aku sungguh2 telah dibokong seseorang..."
"Mana dia senjata gelapnya itu?" tanyanya.
"Telah tertelan..."
"Tertelan?" kawannya tambah heran.
"Ya, kukira, sebutir bakso..." menyahuti orang yang tadi mulutnya telah
memasukkan bakso. Kawannya memandang heran lagi, kemudian tertawa: "Sudahlah,
mungkin engkau hendak mempermainkan aku. Mengapa kita tidak karuan harus
bergurau seperti ini, padahal kita tengah menghadapi tugas berat, karena kalau
sampai besok kita tidak bisa mencari jejak sipembunuh, kita akan dijatuhi
hukuman berat?" Kawannya itu mendelik. dia bilang. "Orang yang membokongku pasti berada didalam
ruangan ini!" Dan dia mengawasi sekitarnya. Tapi tidak mengetahui siapa orang
yang telah membokongnya, karena semua tengah menikmati santapan mereka.
Dan terakhir, orang tersebut memperhatikan setiap meja. ia mencari-cari, kalau
saja ada tamu yang tengah makan baso.
Dan tidak ada, Cuma di meja Kwang Tan, masih terlihat semangkok baso. Muka orang
itu berobah merah, ia melangkah menghampiri dengan langkah lebar. Kemudian
ditepuknya keras sekali meja Kwang Tan sampai beberapa mangkok terbalik.
Kwang Tan tenang saja mengangkat senang. "Sahabat! kepalanya, Mengapa kemudian
tegurnya tidak engkau tidak hujan tidak angin membalikkan barang santapanku"
Atau engkau tengah mabok dihari sore seperti ini?"
Orang itu tengah gusar, ia mendelik, katanya: "Kau telah membokongku "!"
"Membokongmu"!"
"Ya!" "Membokong dengan apa?"
"Dengan bakso"!"
Kwang Tan tertawa terbahak2. sedangkan beberapa orang tamu yang menyaksikan
peristiwa tersebut, segera juga tertawa bergelak-gelak. Mereka anggap apakah
orang yang satu ini tengah mabok atau memang sinting.
"Jangan tertawa!" bentak orang itu dengan suara yang bengis dan menepuk meja
Kwang Tan lagi. "Aku bersungguh2. Dan diruangan ini, cuma engkau yang bersantap
dengan bakso, ini mangkoknya."
"Aneh." kata Kwang Tan, "tidak hujan tidak angin, tidak tahu urusan apa2 aku
telah dituduh membokongnya. Sungguh menggelikan Sekali...!"
Kawan orang itu juga telah bangun dan menghampiri, menarik tangan kawannya.
"Ayo maju!" bisiknya perlahan.
Orang itu tampaknya penasaran sekali, karena memang benar2 ia telah dipermainkan
orang, diserang membokong dengan sebuah benda yang lunak2, yang diduganya adalah
bakso karena bentuknya yang bulat itu, ia belum bisa membuktikan siapa yang
telah membokongnya, ia baru bisa
menuduh Kwang Tan, karena justeru dimeja Kwang Tan terdapat semangkok bakso,
tapi ia tidak bisa membuktikannya.
Akhirnya ia menurut saja seretan kawannya, kembali kemeja mereka, Matanya tetap
mengawasi tajam kepada Kwang Tan.
Kwang Tan sambil tersenyum menggeleng-gelengkan kepala, pelayan telah datang
dengan cepat dan merapihkan meja.
Sedangkan kawan orang yang tadi kena di serang membokong oleh meluncurnya bakso
yang masuk tenggorokannya, telah berkata perlahan: "Kau ini ada-ada saja...!"
"Ada-ada bagaimana" Memang aku diserang secara menggelap oleh orang yang belum
kuketahui siapa." kata orang itu penasaran bukan main.
Ia menceritakan, tadi waktu ia tengah tertawa, telah meluncur sebutir benda
bulat sebesar bakso, Namun ia tidak keburu menutup mulutnya, sehingga benda itu
meluncur masuk kedalam mulutnya, Cuma saja benda itu lunak dan
telah membuat dia keselak tidak terlalu lama, ia bisa menelannya.
Kawannya mengawasi heran dan bingung.
"Jadi kau bersungguh2?" tanyanya.
"Siapa yang bilang aku tengah bergurau?"
"Lalu, siapa yang menyerangmu?"
"Mana aku tahu! Jika memang aku mengetahui, tentu akan kuremukkan batok
kepalanya itu!" menyahuti orang itu berang.
Kawannya menghela napas panjang2. "Sudahlah, mari kita habiskan santapan, dan
kita harus segera berlalu dari sini, karena kita harus pergi mencari jejak
sepembunuh. "Hemmm! kalau saja aku bisa membuktikan laki2 itu yang menimpukku, tentu aku
akan membunuhnya, agar dia tahu siapa aku, Coa Toa!"
Waktu berkata begitu, ia hendak mengerling kepada Kwang Tan. Tapi ia agak kaget,
karena tahu2 dilihatnya sebutir benda bulat tengah meluncur kearah matanya, ia
melihat benda bulat itu menyambar datang semakin besar, semakin besar, semakin
besar dan kaget. "Aduh..." ia menjerit kesakitan, karena di rasakan matanya sakit bukan main,
ternyata benda bulat yang juga lunak itu, telah menghantam mata kanannya.
Seketika ia melompat berlari. Kawannya juga telah melihat benda bulat itu yang
jatuh diatas meja, Ternyata sebutir bakso. Dan iapun telah melompat berdiri,
Dari arah datangnya bakso tersebut, maka bisa memperkuat dugaan orang itu, yang
menyerang adalah Kwang Tan, sebab menyambarnya bakso tersebut memang dari
jurusan Kwang Tan berada.
Tanpa berkata apa2, dengan mata yang masih pedih dan sakit, orang itu melompat
ke depan meja Kwang Tan, diikuti oleh kawan2nya.
"Akan kuremukkan batok kepalamu!" teriak orang itu kalap dan murka. Iapun bukan
berteriak saja, sebab tangan kanannya telah meluncur hendak menghantam balok
kepala Kwang Tan, yang ingin dihancurkan.
Kwang Tan tertawa dingin, ia telah menyingkir kesamping, sehingga tangan orang
itu meluncur menghantam meja.
"Brakkk..!" meja itu remuk dan hancur berantakan Kwang Tan telah melompat
kesamping. "Sudah kuduga bahwa engkau yang mempermainkan aku !" bentak Coa Toa
dengan suara yang dingin dan bengis, karena ia sangat murka, mukanya merah
padam, dengan tubuh yang menggigil
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dan sekarang aku akan membunuhmu, sebagai imbalan perbuatanmu! Nah, Kim Lin,
ayo maju !" Kawannya mengiyakan, segera juga tubuhnya melesat kedekat Kwang Tan,
ia membuka serangan, membarengi Coa Toa yang menghantam kepada Kwang Tan.
Hantaman kedua orang itu bukan sembarangan pukulan, karena bisa meremukan
sasaran yang dihantamnya, mereka memiliki gwakang atau tenaga luar yang kuat dan
terlatih baik sekali, kepalan tangan mereka mengandung kekuatan yang bisa
meremukan dan menghancurkan tubuh lawannya.
Kwang Tan melesat kesamping, Tahu-tahu Coa Toa dan Kim Lin kehilangan jejak.
Mereka mengeluarkan seruan heran. Belum lagi mereka tahu apa2, maka dirasakan
baju di punggung mereka kena di cengkeram kuat sekali, di barengi dengan kata2:
"Kalian hanya menimbulkan keonaran belaka!"
Tahu2 tubuh kedua orang itu terlontar keluar lewat pintu rumah makan itu
terbanting di tengah jalan.
Itulah cara melontarkan yang sangat lihay, karena sekaligus dan berbareng
melontarkan dua orang, malah melemparkannya sejauh enam tombak lebih. Tentu saja
membuktikan hal itu bahwa Kwang Tan memiliki tenaga dalam yang sangat kuat.
Orang lainnya, yang tadi di awasi Kwang Tan dan di duga memiliki kepandaian
tinggi berpakaian sebagai penduduk biasa, bangun, mereka berjumlah sembilan
orang, yang semuanya telah menyerbu kedekat Kwang Tan dengan muka yang bengis
bukan main. walaupun hanya telah melompat Malah salah seorang diantara mereka telah berkata: "Hemm, engkau,
rupanya hendak menimbulkan keonaran di kota raja ! Rupanya kawan kami tadi tidak
berdusta, bahwa ia telah diserang oleh kau dengan cara membokong mempergunakan
bakso!" Tangan kanannya di ulurkan, ia bermaksud menangkap lengan Kwang Tan.
Namun Kwang Tan bergerak cepat sekali. Tangan orang itu malah di sambuti oleh
tangannya. Bukan tangan Kwang Tan yang kena di cengkeram,
justeru pergelangan tangan orang tersebut yang kena di cengkeram Kwang Tan.
Malah Kwang Tan telah menariknya dengan segera, tubuh orang itu terpental sama
seperti yang dialami Coa Toa dan Kim Lin keluar rumah makan.
murka sekali, semuanya Delapan orang kawannya mencabut senjata mereka. Tanpa
Utusan Dari Neraka 1 Wiro Sableng 091 Tua Gila Dari Andalas Ratu Dinding Kematian 2
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama