Ceritasilat Novel Online

Pendekar Guntur 21

Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong Bagian 21


menantikan mereka bergerak menyerangnya, Kwang Tan menjejakkan kakinya, Tubuhnya
melesat ketengah udara, kedua kaki dan kedua tangannya bergerak sebat sekali.
Segera juga mereka tumbang seperti pohon yang di terjang angin, delapan orang
itu jungkir balik di lantai, Mereka juga mengeluarkan suara jerit kesakitan.
Waktu mereka merangkak bangun, maka mereka tidak melihat Kwang Tan lagi, yang
entah telah pergi kemana. Mereka memaki dan mengutuk sambil berlari keluar buat
mengejar. Tapi mereka cuma melihat ketiga orang kawan mereka, termasuk Coa Toa
dan Kim Lin, sedangkan Kwang Tan sudah tidak terlihat bayangan lagi.
Karena itu, mereka segera juga melakukan pengejaran, walaupun hati mereka
masing2 merasa gentar buat mengejar jejak si pelajar setengah baya tersebut,
sebab mereka telah menyaksikannya, betapa tingginya kepandaian Kwang Tan mereka
sebelas orang di buat tidak berdaya dalam beberapa gebrakan saja.
Waktu tengah melakukan pengejaran, hati Coa Toa pun telah terpikir sesuatu.
"Apakah tidak mungkin dialah si pembunuh yang kita cari" Bukankan ia memiliki
kepandaian yang tinggi"!"
Kim Lin segera tercekat hatinya, ia pun berpikir sama seperti Coa Toa.
"Tepat! Pasti dia! Ayo kejar!" Dan ia mempercepat larinya.
"Tunggu dulu!" teriak Coa Toa waktu yang lainnya pun hendak berlari mengejar
lebih cepat lagi. Semuanya berhenti, mengawasi Coa Toa.
"Mengapa ?" tanya Kim Lin.
"Kita harus segera memberikan laporan, bahwa pembunuh Kie Bun Taijin telah
berhasil kita temui jejaknya, ia masih berada dikotaraja, karena itu, semua
pintu kotaraja harus ditutup, mencegah dia melarikan diri keluar kotaraja, kita
kemudian meminta bantuan pasukan kerajaan mengadakan pemeriksaan terhadap semua
rumah penduduk !" Usul itu dibenarkan kawan2nya, segera juga mereka berlari pergi ke markas
mereka, karena memang mereka semua ternyata adalah para pahlawan istana yang
tengah bertugas buat mencari jejak pembunuh Kie Bun Taijin, dan
mereka melakukan penyamaran sebagai penduduk biasa saja, untuk mempemudah tugas
dan pekerjaan mereka. Seketika itu juga, keadaan didalam kotaraja agak sibuk, karena pintu kotaraja
segera di tutup, semuanya berjumlah delapan pintu dan semua itu telah ditutup,
dan penduduk dilarang masuk ataupun keluar, Dan ditutupnya pintu
kotapun tidak diumumkan sebelumnya, dilakukan begitu tiba2 sekali, juga tidak diumumkan kapan
akan dibuka kembali pintu2 itu.
Pasukan kerajaan pun segera mengadakan pemeriksaan dari rumah penduduk yang satu
ke rumah penduduk yang lainnya.
Begitu ketatnya pemeriksaan tersebut, sehingga setiap tempat tidak ada yang
lolos. Tapi Kwang Tan seperti telah lenyap ke-dalam perut bumi, sebab ia sama sekali
tidak terlihat bayangannya pula. Semua ini membuat para pahlawan istana jadi
penasaran bukan main, Mereka mengadakan pemeriksaan sampai menjelang pagi hari,
Dari sore sampai pagi hari, satu malaman suntuk mereka bekerja, tapi tanpa
hasil. Namun Kaisar yang diberitahukan peristiwa itu, segera juga perintahkan kepada
Komandan Gie Lim Kun dan Komandan Kim Ie Wie membantu dengan mengerahkan anak
buah mereka, disamping itu mereka berduapun harus membantu mencarikannya.
Dikala itu, tampak semua pahlawan istana yang seluruhnya berjumlah hampir seribu
orang, yang telah ditugaskan untuk mencari jejak pembunuh Kie Bun Taijin, telah
bekerja dengan tekun, mereka berusaha menemukan jejak Kwang Tan.
Tapi pelajar setengah baya yang tadi tampaknya begitu lemah gemulai dan tidak
bertenaga, telah lenyap tanpa meninggalkan setitik jejak sedikitpun.
-ooo0dw0ooo KEMANAKAH perginya Kwang Tan" ternyata pemuda itu dari rumah makan tersebut
segera kembali kerumah penginapan. ia segera mengunci pintu kamarnya, ia pun
telah menghapus mukanya dengan air. sehingga bubuk halus buat penyamarannya
telah dihapus. Sekarang ia merupakan seorang pemuda yang sangat tampan sekali, ia bersemedhi
untuk mengatur jalan pernapasannya, Tidak lama kemudian ia mendengar ribut2
diluar rumah penginapan. Dari seorang pelayan ia diberitahukan bahwa pihak kerajaan hendak mengadakan
pemeriksaan penginapan tersebut, Kwang Tan tersenyum
dirumah pasukan kerajaan yang berjumlah belasan orang, telah melakukan pemeriksaan
Akhirnya tiba pada giliran kamar Kwang Tan, dengan tenang Kwang Tan membuka
pintu kamarnya. Setelah melihat penghuni kamar tersebut adalah seorang pemuda
tampan yang belum lagi berusia dua puluh tahun, para tentara kerajaan itu
berlalu dengan menggerutu, sebab mereka tidak berhasil menemui jejak orang yang
tengah dicarinya. Para tentara kerajaan itu telah menerima perintah buat mencari laki2 setengah
baya, dengan wajah dan keadaan dirinya digambarkan menurut apa yang diceritakan
Coa Toa. Dan sekarang Kwang Tan telah menghapus bubuk halus penyamarannya, dengan
demikian ia berobah menjadi seorang yang muda belia.
Tentu saja para tentara kerajaan itu tidak mengetahui bahwa orang yang mereka
tengah cari adalah Kwang Tan, yang waktu itu ada di depan mata mereka.
Setelah menutup pintu kamarnya, Kwang Tan tertawa keras, karena telah
mempermainkan Coa Toa, ia pun kemudian mengatur jalan pernapasannya.
Setelah agak malam, Kwang Tan tidur dengan nyenyak. Waktu besok pagi ia
terbangun dari tidurnya, ia segera merencanakan apa yang harus dilakukannya hari
itu. Dan Kwang Tan ketika keruang bawah rumah penginapan itu, mereka itu sudah tidak
melihat kesibukan pemeriksaan lagi. Rupanya para tentara kerajaan itu sudah
bubaran, karena mereka tidak berhasil mencari jejak orang buruan mereka.
Kwang Tan merapihkan pakaiannya, kemudian meninggalkan rumah penginapan itu, ia
berjalan dengan menundukkan kepalanya, agar tidak menarik perhatian orang2 yang
pernah melihat dia beberapa waktu yang lalu, dalam keadaan menyamar merupakan
seorang pemuda mukanya dan tidak menyamar, namun ia kuatir ada yang mengenali
akan potongan tubuhnya. Setelah berjalan kesana kemari, ia tiba di pasar. Pasar di Kotaraja merupakan
pasar yang besar dan ramai sekali. Sesak dan juga yang berdagang ramai
menjajakan barang dagangan mereka.
Tiba2 Kwang Tan merasakan bahunya di bentur seseorang. Kwang Tan memiliki
kepandaian yang tinggi sekarang walaupun ia tampan, tanpa memoles maka dengan
segera waktu bahu orang itu akan membenturnya, ia telah dapat membuat pundaknya
melejit. Tapi masih juga terbentur sedikit. biar pun Kwang Tan melakukan gerakan
itu sangat cepat. Kwang Tan segera menoleh, tapi ia terlambat, orang itu telah berhasil menyelinap
kedalam orang ramai, dan ia
segera menghilang. Orang itu mengenakan baju kuning.
Kwang Tan segera mengejarnya. ia ingin tahu, entah siapa orang yang sengaja
hendak membentur bahunya, jika memang orang itu tidak sengaja membentur
pundaknya, tentu benturan pada pundak Kwang Tan terjadi tidak keras
dan tidak mendatangkan perasaan sakit seperti tadi.
Sedangkan tadi Kwang Tan merasakan betapa pundak orang itu mengeluarkan angin
yang kuat, menunjukkan bahwa orang itu berkesiuran sangat bermaksud hendak
membentur pundaknya dengan kekuatan yang tidak kecil. Kwang Tan berhasil juga
mengikuti orang itu. Tapi jarak mereka terpisah telah cukup jauh. Dilihatnya
orang yang berpakaian baju kuning itu tengah menyelinap kesana kemari di antara
orang ramai, gerakannya lincah dan gesit sekali.
Kwang Tan tidak membuang2 waktu lagi, segera iapun menyelinap diantara orang
ramai untuk menyergapnya. Tiba2 orang yang dikejarnya itu, yang memakai baju
kuning, telah menghentikan larinya ia malah memutar
tubuhnya. Dialah seorang lelaki bermuka kasar, bertubuh tegap, dengan kumis dan
jenggotnya yang kasar memenuhi wajahnya.
Ia telah bersiul nyaring sekali, suara siulannya bergema disekitar tempat itu,
sebab ia bersiul bukan dengan siulan
biasa belaka, melainkan bersiul dengan disertai sin kang yang kuat, sehingga
siulan tersebut bisa terdengar jauh.
Kwang Tan ketika melihat orang itu berhenti berlari, iapun bermaksud
memperlambat larinya, akan tetapi tahu2 orang2 yang ada disekelilingnya telah
mengepungnya, mengurung Kwang Tan di tengah2, jumlah mereka
mungkin hampir dua puluh orang lebih, semuanya berpakaian serba penduduk biasa. Kwang Tan cerdik,
ia segera bisa menerka apa yang sebenarnya terjadi, Bahwa ia ternyata telah
tertipu pandang, yaitu semula ia menyangka orang2 yang ada disekelilingnya
adalah penduduk kotaraja, padahal mereka adalah para pahlawan istana Kaisar yang
tengah menyamar! Kwang Tan memandang tajam pada mereka, matanya memancarkan sinar yang berkilauan
terang. Orang yang memakai baju kuning tertawa bergelak. "Tidak salah! Memang dia!" Dia
bilang sambil menunjuk Kwang Tan dengan sikap yang angkuh, mukanya juga bengis
sekali. Kwang Tan mengerutkan alisnya sedangkan salah seorang dari pengepungnya telah
berkata: "Ya memang dia. .telah kuduga memang pasti dia..."
"Tidak salah lagi. Memang dia!" tiba2 terdengar orang lainnya telah berseru
nyaring, Kwang Tan menoleh. Dilihatnya orang tersebut tidak lain dari Siauw
Toako. Cuma saja ia berdiri agak jauh, mungkin disebabkan ia telah dimusnahkan
kepandaiannya, sehingga ia menjadi lemah dan tidak bisa ikut mengepung.
Kwang Tan yang cerdas segera dapat menerka apa yang sebenarnya terjadi, iapun
mengetahui, tentunya Siauw Toako itu telah melihatnya, namun belum merasa pasti
bahwa Kwang Tan sebagai pembunuh dari Kie Bun Taijin,
Maka orang yang memakai baju kuning itu, yang tidak lain dari salah seorang
pahlawan istana Kaisar, telah mencobanya, mengujinya dengan membenturkan
pundaknya. Dengan cara seperti itu, ia mengetahui Kwang
Tan memiliki kepandaian ilmu silat atau tidak.
Ternyata memang Kwang Tan lihay, ia telah berusaha membentur Kwang Tan dengan
kuat dan cepat, akan tetapi Kwang Tan dapat mengelakkan diri dan hanya terbentur
sedikit saja, memang di waktu itu, ia sengaja berlari dengan
cepat, Kwang Tan bisa mengejarnya tidak kalah cepatnya. Jika saja waktu itu
tidak dalam keadaan ramai, tentu ia telah kena dikejar oleh Kwang Tan.
Maka tidak sangsi lagi orang berpakaian kuning itu, bahwa Kwang Tan lah orang
yang tengah mereka cari, sedangkan pada waktu itu Kwang Tan telah berkata dengan suara yang dingin:
"Mengapa kalian mengepungku" Dan mengapa kau telah sengaja membentur pundakku?"
Kata-kata yang terakhir itu ditujukan kepada orang yang memakai baju kuning itu.
Disaat itu terlihat betapa pun juga, orang-orang yang mengepungnya merasa jeri,
karena mereka telah mendengar pembunuh Kie Bun Taijin seorang pemuda yang
memiliki kepandaian sangat tinggi dan lihay sekali, karena itu,
mereka berwaspada, tidak berani sembarangan turun tangan.
Orang yang memakai baju kuning telah berkata dengan suara yang bengis dan dalam
"Hmmm, kau mengakuinya bahwa engkaulah pembunuh Kie Bun Taijin bukan"!"
Mata Kwang Tan mencilak. "Kalian jangan sembarangan menuduh." katanya dengan
tersenyum dingin, "Apa buktinya yang bisa kalian kemukakan, bahwa aku ini adalah
pembunuh dari orang yang kau sebutkan itu"!"
Orang berpakaian baju kuning tersebut tertawa dingin, katanya tetap bengis,
"Jika memang engkau tidak mau mengakui tetap saja engkau harus kami tawan!"
Kwang Tan tiba2 tertawa bergelak, "Bagus! Bagus! Dengan demikian sudah jelas,
engkau dan kawan2mu itu adalah orang2 kerajaan... dan kalian dalam keadaan
menyamar bukan" Nah, dengarlah baik2, bahwa aku memang telah mengirim Kie Bun
Taijin ke neraka, karena ia tidak pantas buat hidup terus di dunia, dimana ia
hanya akan mengganggu dan membuat rakyat tersengsara dengan tingkah lakunya yang
buruk, bejat moral!"
Muka orang berpakaian baju kuning itu berubah bengis, ia mendengus beberapa
kali, dan bilang, "Memang tidak ada salah yang kami duga, akhirnya kami berhasil
juga mencari jejak si pembunuh!"
Dan sambil berkata begitu, iapun telah mengeluarkan senjatanya Ternyata
senjatanya merupakan dua bandulan segi tiga, yang tampaknya berat dan memiliki
rantai besi yang panjang sekali.
Waktu itu, orang2 yang mengepung Kwang Tan juga telah mengeluarkan senjata
mereka masing2, bermacammacam, ada golok, ada yang memakai pedang, ada yang
bersenjata poan-koan-pit, ada juga yang bersenjata patung, Mereka bersiap sedia
buat serentak maju mengepung Kwang Tan.
Dengan mengeluarkan suara berkesiuran menderu-deru dahsyat, orang yang memakai
baju kuning itu telah memutar2 bandulannya, kedua bandulan itu berputar
bergantian. Dengan demikian, telah membuat kawan2nya melompat mundur, membuka kalangan
lebar, sedangkan orang2 lainnya, penduduk kotaraja yang kebetulan lewat ditempat
itu, segera menyingkirkan diri, karena mereka ngeri dan kuatir kalau2 mereka
nanti terkena sasaran dari kemarahan para pahlawan istana Kaisar karena memang
sering terjadi peristiwa seperti itu, dimana para pahlawan istana Kaisar,
menyamar sebagai penduduk biasa.
Diwaktu itu Kwang Tan tetap berdiri tenang-tenang ditempatnya. ia berusaha
bersikap dengan tenang, karena walaupun ia menghadapi musuh2nya yang memiliki
kepandaian tidak terlalu tinggi, tokh jumlah mereka sangat
banyak sekali, jika ia tidak tenang, kemungkinan dirinya yang bisa kehabisan
tenaga dan kena dicelakai mereka.
Terlebih lagi dilihatnya orang yang memakai baju kuning itu, yang memiliki
kepandaian cukup tinggi kemudian berseru nyaring: "Kau bersiaplah, aku Ifoan
Lung, akan segera menghancurkan batok kepalamu..."
Salah satu bandulannya telah menyambar kearah kepala Kwang Tan.
Kwang Tan cuma berkelit Tapi bandulan yang satunya telah menyambar lagi cepat sekali ke arah pundak
Kwang Tan. Kwang Tan menyampoknya dengan disertai sinkang pada tangannya.
"Blesss" Dia jadi kaget sekali, karena bandulan itu bukan terbuat dari besi atau
juga benda logam keras lainnya, sebab tangan Kwang Tan malah jadi melesak begitu
terkena bandulan tersebut.
Belum lagi Kwang Tan sempat menarik pulang tangannya, bendulan lawannya yang
satu telah menyambar lagi.
Kwang Tan tidak sempat memikirkan perihal bandulan itu terbuat dari bahan apa,
yang bisa lunak dan bisa menjadi keras jika dikehendaki sipemiliknya, karena ia
harus cepat2 menghindar. Dan sekarang Kwang Tan cepat seperti bayangan,
Karena tubuhnya tahu2 berkelebat lenyap dari hadapan orang berbaju kuning itu.
"Bagus" Engkau memang harus dihajar juga !" tiba2 orang berpakaian baju kuning
itu mendengar suara Kwang Tan disisi telinganya membuatnya jadi kaget tidak
terkira. Dan belum lagi ia memutar tubuhnya, tangannya telah mendahului menyerang
kebelakangnya, tahu2 ia merasakan pundaknya sakit bukan main, ia sampai menjerit
diluar kehendaknya. Dan tubuhnya juga terhuyung kedepan, ia memuntahkan darah segar, mukanya pucat,
dan kemudian terguling rubuh. Waktu ia berusaha bangun, untuk berdiri, tubuhnya
menggigil keras sekali, matanya terbuka lebar2, dimana ia menunjuk kepada Kwang
Tan sambil katanya: "Kau... kau..."!" Lalu ia rubuh lagi, karena dari sepasang mata, hidung, mulut,
telinga dan pori2 kulitnya, telah mengalir keluar darah merah..... napasnya
telah putus disaat itu juga.
Kwang Tan tadi telah menyaksikan betapa orang yang memakai baju kuning ini
memiliki tabiat yang sangat kejam, tangannya telengas dengan melihat dua kali
cara menyerang orang itu, segera ia mengetahuinya bahwa orang tersebut memiliki
hati yang sangat kejam dan tidak memiliki perikemanusian, karena waktu menyerang
yang diincarnya selalu jalan darah kematian ditubuh Kwang Tan.
Itulah sebabnya Kwang Tan menurunkan tangan berat, membunuh orang tersebut.
Terutama sekali memang ia pun
hendak menggempur hati orang2 yang mengepungnya, menciutkan nyali mereka.
Disaat itu, orang2 yang mengepung Kwang Tan memang kaget dan takjub, mereka
sampai tertegun beberapa saat lamanya, namun akhirnya ketika mereka tersadar,
segera juga mereka jadi murka, dengan disertai suara bentakan bengis, tampak mereka
menyerbu menyerang Kwang Tan dengan segala macam senjata mereka.
Kwang Tan tertawa panjang, tubuhnya berkelebat kesana kemari lincah sekali,
Tahu2 terdengar beberapa kali suara jeritan. Ternyata dalam keadaan kacau dimana
mereka menyerang serabutan seperti itu, Kwang Tan telah berkelebat lenyap.


Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sehingga senjata mereka justeru mengenai kawan sendiri,
mereka mereka maka mereka pada menjerit kesakitan Ketika mengawasi mencari-cari dimana Kwang
Tan, tidak melihat bayangan sipemuda, Entah telah
lenyap kemana, Dan salah seorang diantara mereka yang tersadar paling dulu,
segera juga berteriak: "Kejar ! Kejar !"
Merekapun segera juga berpencar keberbagai penjuru, untuk mengejar Kwang Tan.
Tetap saja mereka tidak berhasil menemui jejak Kwang Tan, sebab pemuda itu
seperti telah lenyap masuk kedalam bumi. Bayangan nya juga tidak terlihat.
Kemana Kwang Tan " ia telah rebah diatas pembaringannya di dalam rumah
penginapan ia tersenyum2 sendiri, membayangkan kejadian tadi, karena ia merasa
lucu, betapa para pahlawan istana kerajaan yang biasanya dibangga-banggakan
ilmunya, ternyata sekarang dapat di permainkan nya begitu mudah.
Tapi, tiba2 Kwang Tan mengerutkan alisnya, karena ia mendengar suara sesuatu
pada depan kamarnya. Suara yang sangat perlahan sekali.
Namun memang Kwang Tan memiliki pendengaran yang sangat tajam, maka ia
mendengarnya bahwa itu adalah suara langkah kaki manusia ! Dan suara langkah
kaki itu, yang didengarnya di depan pintu kamarnya, tentunya orang yang memiliki
ginkang atau ilmu meringankan tubuh yang tinggi.
Kwang Tan cuma melirik kepintu kamarnya, ia tidak bergerak dari tempat tidurnya,
ia hanya berwaspada saja. Waktu itu Kwang Tan telah bersiap2. Jika dari luar
menerobos masuk seseorang, dan menyerangnya, maka ia akan menghantam orang itu
dengan pukulan Gunturnya.
Tapi keadaan sunyi pula. Suara langkah kaki itu lenyap tidak terdengar lagi.
Kwang Tan agak lama berdiam diri mengawasi pintu kamarnya, ia tidak melihat
pintu di dorong orang. Akhirnya, karena kesunyian itu masih berlangsung, Kwang
Tan yang jadi tidak sabar. ia turun dari pembaringannya, dan melesat kedekat
pintu. Membarengi dengan itu, tangannya di ulurkan buat menarik daun pintu, agar
terbuka. Akan tetapi, Kwang Tan kaget tidak terkira, belum lagi tangannya menyentuh daun
pintu, tahu2 daun pintu itu telah ambruk dan jebol akan menimpa dirinya, seperti
di dorong dan di hantam oleh suatu kekuatan tenaga dalam yang dahsyat. Dan daun
pintu itu akan menindihnya.
Segera juga Kwang Tan melesat ke samping, ia menghindarkan diri dengan segera.
Beruntung bahwa Kwang Tan gesit, maka dengan mudah ia bisa menghindar. Daun
pintu ambruk jatuh dilantai dan menimbulkan suara yang berisik,
Beberapa orang tamu dirumah penginapan telan berlari2 mendatangi, disertai oleh
pelayan2 rumah penginapan itu,
Kwang Tan itu diri telah mengawasi tajam kedepan kamarnya, persis ditempat pintu kamarnya tadi, berdiri
seorang yang tinggi besar, berpakaian sebagai lhama, dengan sepasang tangan
dirangkapkan, seorang seperti tengah membaca liam-keng, matanya memandang tajam kepada Kwang Tan,
berdiri tegak tanpa bergeming.
Rupa nya dialah yang telah menghantam rubuh daun pintu. Cuma saja luar biasa,
justeru ia menghantam pintu tanpa menimbulkan suara, dan daun pintu itu telah
rubuh akan menimpa Kwang Tan.
Padahal Kwang Tan memiliki pendengaran yang sangat tajam, dengan tidak
menimbulkan sedikitpun suara daun pintu itu dapat dihantam rubuh, benar2 sinkang
orang itu sangat mahir sekali.
Kwang Tan segera juga lebih waspada, ia melihat orang yang berpakaian sebagai
lhama itu bukan seperti bangsa Han melainkan seorang asing, yang memiliki
sepasang mata ke-biru2an, dengan hidung yang mancung, sekujur tubuh yang tumbuh
bulu, dan kulit yang ke-hitam2an.
Segera juga Kwang Tan menduga, apakah tidak boleh jadi lhama ini adalah seorang
Persia " Berpikir seperti itu, segera juga Kwang Tan merangkapkan sepasang
tangannya memberi hormat dia telah bertanya. "Siapakah Taisu?"
Lhama itu berdiam diri, cuma mulutnya tampak bergerak perlahan, memuji kebesaran
sang Buddha. Melihat lhama itu berdiam diri saja seperti tidak mengacuhkan
dirinya, Kwang Tan jadi mengawasi lebih tajam, ia tidak menyukai sikap lhama
tersebut. Waktu Kwang Tan tengah mengawasi seperti itu, mendadak pemuda tersebut merasakan
berkesiuran angin yang sangat perlahan sekali menyambar padanya. Kwang Tan
mengerutkan alis, dia mengetahui dirinya diam2 tengah diserang oleh
membuat Kwang Tan lhama tersebut. Hanya saja yang
heran, mengapa tenaga serangan lhama tersebut perlahan sekali.
Tetapi tengah Kwang Tan heran melihat pendeta asing tersebut bukan menyerang
dengan hebat padanya, justeru ia merasakan semakin lama tenaga serangan itu
semakin besar, bergelombang semakin kuat.
Kwang Tan tidak berani berayal, segera juga ia mengibaskan tangannya, ia
bermaksud menangkisnya. "Wutt..." Angin serangan itu tidak bisa di tangkis oleh
Kwang Tan, karena tenaga serangan itu begitu perlahan sekali.
Kwang Tan kehilangan keseimbangan tubuhnya, karena menangkis tempat kosong,
tanpa mempunyai bobot membendung kekuatan tenaganya. Tapi tengah Kwang Tan
terhuyung seperti itu, tenaga serangan dari si lhama telah meningkat jadi
semakin kuat. Terancam sekali keselamatan Kwang Tan, tapi ia pun tidak bodoh membiarkan
dirinya dipermainkan lhama tersebut, ia segera bisa menerkanya, bahwa lhama
tersebut tentunya menguasai sinkang aliran lunak, yang bisa di pergunakan tanpa
lawannya merasa dirinya di serang, padahal angin serangannya hebat luar biasa.
Dan orang yang bisa melakukan penyerangan seperti itu adalah seorang yang
sinkangnya telah mencapai tingkat yang sangat tinggi, sebab orang baru bisa
mempelajari cara menyerang seperti itu kalau sinkangnya benar2 telah mahir.
Kwang Tan cepat-cepat mengeluarkan seruan yang nyaring sekali, tanpa
memperdulikan tenaga serangan si lhama yang menerjang kepadanya, tangan Kwang
Tan menghantam hebat dengan salah satu jurus ilmu Pukulan Gunturnya.
"Ihhhh!" Lhama itu mengeluarkan seruan tertahan, rupanya ia kaget, karena jika
sebelumnya ia meremehkan Kwang Tan, yang dilihatnya masih begitu muda dan tidak
di pandang sebelah mata. Sekarang justeru ia merasakan terjangan tenaga pukulan Kwang Tan sangat kuat
sekali juga betapa istimewanya ilmu pukulan itu, yang menderu2 panas bukan main.
Lhama itu tidak berani berdiam diri terus, cepat sekali ia bergerak menyingkir
kesamping. -ooo0dw0ooo Jilid 34 KWANG TAN menyusuli dengan hantaman lainnya, hal itu buat membikin si
Lhama tidak memiliki kesempatan mendesaknya.
"Hemmm!" Lhama tersebut mendengus segera tangannya mengibas. Hawa yang panas
telah berkesiuran kesana kemari, menerjang kepada para tamu yang berkumpul cukup
jauh. Tidak urung mereka menjerit, karena mereka panas luar biasa.
Lhama itu mendelik, katanya: "Siapa kau?"
Kwang Tan tertawa dingin.
"Seharusnya bukan kau yang bertanya, aku yang musti bertanya kepadamu, siapa
engkau adanya, yang telah merusak pintu dikamarku, dan juga telah menyerangku
secara licik seperti tadi?"
Muka Lhama itu berobah merah, rupanya ia jengah, pemuda ini mengetahui bahwa ia
tadi mengharapkan memiliki kesempatan bisa merubuhkan Kwang Tan dengan cara
menghajarnya secara terselubung, yaitu mempergunakan sinkang yang lunak.
Tapi siapa tahu justeru ia sempat di bikin jadi kelabakan oleh penyerangan Kwang
Tan, Rupanya Lhama ini memang seorang lhama yang berkepandaian tinggi, dan ia
jarang sekali memperoleh tandingan, membuatnya jadi angkuh, dan selalu tidak
memandang sebelah mata kepada lawannya, sekarang dia sampai kelabakan diserang
dua kali oleh Kwang Tan, pemuda yang berusia masih muda seperti itu, membuatnya benar2
jadi malu berbareng murka bercampur dengan penasaran juga.
"Bocah, coba kau terima ini. . .!" sambil berkata begitu, ia mengibaskan
tangannya, menyambar kemuka Kwang ujung jubahnya telah
Tan. Angin kibasan itu berkesiuran sangat kuat sekali, membuat Kwang Tan
mencelos hatinya, karena aneh bukan main, sepasang tangannya tahu2 seperti
terkunci dan tidak bisa digerakkan bagaikan kedua tangannya itu telah terbendung
oleh sesuatu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kekuatan yang menguasainya sehingga ia tidak bisa menggerakkan menuruti
keinginan hati kecilnya. Tapi Kwang Tan tidak percuma telah melatih dan
memperoleh ilmu silat kelas tinggi, di samping itu ia pun telah memperoleh
petunjuk langsung dari Thio Sam Hong dan Thio Bu Kie.
Dalam keadaan detik-detik berbahaya seperti itu, Kwang Tan cepat2 menutup
beberapa jalan darah besarnya iapun menghirup udara segar dalam2.
Dan terakhir ia merangkapkan kedua tangannya satu dengan yang lain, seluruh
kekuatan sinkangnya disalurkan pada dadanya, Didadanya itu telah disaluri
seluruh sinkangnya, sehingga jika sampai dadanya tergempur hebat, namun ia akan
dapat melindungi dadanya dengan sinkangnya itu.
Hal ini ditempuh Kwang Tan karena ia dalam keadaan tidak biasa, ketika tangannya
tidak bisa dipergunakannya. "Bukkkk!" Terdengar suara yang nyaring sekali, angin
serangan si lhama menghantam dada Kwang Tan. Tapi tubuh Kwang Tan tidak
bergeming, ia tetap berdiri tegak ditempatnya, cuma mukanya yang agak berobah.
Lhama itu mengeluarkan seruan "Ihhh.... !" Dan belum lagi habis seruannya itu,
justeru Kwang Tan telah berhasil menggerakkan sepasang tangannya. Jika
sebelumnya ia tidak bisa menggerakkan kedua tangannya disebabkan
sepasang tangannya bagaikan terkunci Begitu dadanya terkena serangan, tenaga mengunci dari lhama
itu buyar, maka ia membarengi dengan menghantam mempergunakan jurus Pukulan
Gunturnya, angin yang sepanas sambaran kilat telah menyambar kepada lhama itu.
"Ihhh!" kembali lhama itu telah berseru nyaring, in
berusaha menghindar dengan segera. Gagal! Lengannya kena terserempet serangan
dari Kwang Tan. "Aduh," pendeta asing itu mengeluarkan suara seruan kaget
kesakitan, mukanya berobah pucat merah dan ungu kehijau-hijauan. kemudian
dibarengi dengan suaranya yang
aneh, sepasang tangannya bergerak beruntun menghantam Kwang Tan.
Kali ini Kwang Tan tidak berani berlaku ayal, ia segera juga telah mengelak
kesana ke mari, mengandalkan ginkangnya. Hal ini disebabkan Kwang Tan tidak mau
sampai terjadi lagi sepasang tangannya terkunci oleh kekuatan tenaga dalam lhama
itu. Tadi walau pun ia berhasil menerima gempuran tenaga tangan si-lhama dengan
dadanya akan tetapi tetap saja hal itu mendatangkan perasaan sakit yang hebat
pada dadanya, jika saja ia tidak berusaha menyalurkan tenaga dalamnya dengan tepat dan keburu
menutup beberapa jalan darahnya, maka ia akan terluka didalam.
Walaupun sekarang ia tidak sampai terluka di dalam, Kwang Tan tidak mau terulang
lagi diserang seperti itu,
karena dua atau tiga kali lagi ia terserang seperti itu, bagaimana kuatnya
tenaga dalam Kwang Tan, niscaya ia akan terluka didalam yang cukup parah.
Lhama itu sudah tidak sabar, ia beruntun menyerang hebat. ilmu silatnya aneh
sekali, karena bukan seperti ilmu silat di daratan Tionggoan. Setiap jurus yang
aneh dan juga jurus2nya dipergunakannya begitu membingungkan.
Untuk jurus2 pertama Kwang Tan tidak membalas menyerang, karena ia lebih banyak
mengelakkan diri, hal ini disebabkan memang ia tidak mau sembarangan turun
tangan sebelum mengetahui ilmu silat macam apa yang di pergunakan Lhama itu.
Setelah lewat dua-puluh jurus lebih, waktu itulah Kwang Tan telah bisa melihat,
bahwa ilmu silat Lhama itu merupakan ilmu silat yang mementingkan "lunak
menghancurkan keras" maka Kwang Tan segera merobah
cara bercampurnya, ia mencoba dengan menghantam bertubi2 mempergunakan pukulan
Gunturnya. Hawa panas dari pukulan itu sempat membuat Lhama itu jadi kelabakan.
Kekuatan tenaga serangan Kwang Tan tidak begitu membingunkannya, namun justeru
hawa napas itu membuat lhama tersebut sulit menghadapinya.
Setelah beberapa kali menyerang, Kwang Tan sekarang memperoleh angin.
Lhama tersebut menyambut dua jurus lagi, kemudian ia merangkapkan tangannya.
"Menakjubkan! Usiamu masih muda, tapi engkau memiliki kepandaian yang tinggi. .!
Selamat tinggal. Nanti kita bertemu lagi." Kemudian lhama itu telah menjejakkan
kedua kakinya dimana tubuhnya biarpun tinggi besar, namun ia bisa mencelat
dengan ringan meninggalkan tempat itu.
"Tunggu dulu..." Kwang Tan coba mencegah, tapi lhama itu tidak memperdulikannya
dan berlalu dengan cepat. Kwang Tan tidak mengejarnya.
Kepada pelayan di perintahkan nya agar memperbaiki pintu kamarnya, setelah itu
Kwang Tan rebah dengan memikirkan siapakah sebenarnya lhama itu. Namun besar
dugaan-nya, bahwa lhama itu tentunya orangnya Cu Goan Ciang.
"Tampaknya kedatanganku dikotaraja mulai disorot dan menjadi perhatian dari
pihak kerajaan. Aku harus semakin waspada, karena tampaknya yang muncul sekarang
mulai orang-orang yang berkepandaian tinggi seperti lhama itu." Dan Kwang Tan
mulai memikirkan rencana selanjutnya dalam menjalankan tugasnya ini.
Malam itu Kwang Tan tidur tidak terlalu nyenyak, karena ia kuatir akan terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan, musuh akan datang pula, Namun malam itu berlalu
tanpa terjadi sesuatu. Malam dingin sekali dan sepi. Dan tidak terlihat tanda2
bahwa akan terjadi sesuatu. Ketika matahari
fajar muncul, maka tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.
Kwang Tan segera salin pakaian, pagi itu ia keluar dari kamar buat bersantap. ia
pun ingin sekali melihat apakah ada sesuatu yang mencurigakan di depan rumah
penginapan. Tidak ada sesuatu yang mencurigakan, dan pelayan rumah penginapan melayani Kwang
Tan dengan sangat menghormat Kemarin ia telah menyaksikan betapa Kwang Tan
merupakan seorang pemuda yang memiliki kepandaian sangat tinggi.
Sedang Kwang Tan makan, tiba2 pelayan menghampirinya. ia memberikan secarik
kertas, Kwang Tan mengerutkan alisnya. "Siapa yang memberikan surat ini "!"
tanyanya kemudian sambil melirik kepada surat yang dilipat empat itu,
"Tadi seorang gadis !" menyahuti pelayan itu.
"Dimana gadis itu sekarang !"
"Telah pergi lagi, ia hanya berpesan agar memberikan surat ini kepada Kongcu !"
"Bagaimana keadaan gadis itu "!"
"Ciri2nya merupakan gadis yang memiliki wajah bentuk lonjong telur, dengan
rambut yang dikonde dua, dan berpakaian serba merah, ia membawa pedang pada
punggungnya !" menjelaskan pelayan tersebut.
Kwang Tan mengangguk2, ia merogoh sakunya, mengeluarkan satu tail perak
diberikan pada pelayan itu. "Tidak, jangan Kongcu, terima kasih?" menolak
pelayan itu sambil menggeleng2kan kepalanya. Kwang Tan memandang heran, Dia baru
pertama kali ini mengalami ada pelayan yang menolak hadiah dari seorang tamu.
"Mengapa "!" tanyanya. "Nona itu tadi telah berpesan, agar aku tidak menerima
upah dari Kongcu, ia telah memberikan satu tail emas kepadaku."
Menerangkan pelayan itu dengan wajah berseri-seri, dan ia merogoh satunya
mengeluarkan uang yang disebutnya itu, yang berwarna kuning berkilauan.
Kwang Tan memandang lebih heran. Terbuka sekali tangan gadis itu, Aneh bukan
main. Mengantarkan surat saja sampai dihadiahkan satu tali emas, "Itulah
sebabnya mengapa kau menolak pemberianku"!"
"Ya, karena berulang kali
demikian, jika memang aku
gadis itu telah berpesan berani menerima hadiah
Kongcu, maka ia akan datang lagi buat... buat...!" pelayan itu ragu-ragu buat
meneruskan perkataannya. "Buat apa ?" "Buat membunuhku !" menyahuti pelayan itu setelah ragu-ragu sejenak.
Kwang Tan tertegun "Begitu "!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pelayan itu mengangguk, dan memutar tubuhnya buat meninggalkan Kwang Tan.
Perlahan2 Kwang Tan membuka lipatan surat itu. Di hatinya ia menduga2, entah apa
isi surat tersebut, karena ia sendiri tidak bisa menduganya, entah siapa adanya
gadis yang telah menitipkan surat tersebut kepada pelayan, yang
di antarkan kepadanya dengan memberikan hadiah sebesar satu tail emas kepada
pelayan itu. Begitu surat tersebut terbuka, segera juga Kwang Tan membaca cuma beberapa
huruf: "Hati2, datang ke Ping-gay !"
Benar2 Kwang Tan tidak mengerti, ia seorang yang cerdas, tapi bunyinya surat itu
terlalu singkat. Segera dipangginya pelayan yang tadi. si pelayan menghampiri dengan sikap
takut2. "Dimana letak Ping-gay "!" tanya Kwang Tan setelah pelayan berada didepannya.
Mata pelayan itu terbeliak. "Ping... Ping-gay "!" suaranya tergetar, mukanya


Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berobah pucat, tampaknya ia jadi ketakutan.
Kwang Tan jadi tambah heran, "Kau tahu letak Ping-gay "!" tanya Kwang Tan lagi
menegaskan. Pelayan itu mengangguk sambil menelan air liurnya, mukanya tetap pucat.
"Apakah Kongcu ingin pergi kelembah itu "!" tanyanya kemudian dengan suara masih
tergetar, menggigil takut. Kwang Tan mengangguk.
"Apakah ada sesuatu yang luar biasa dilembah itu "!" Tanya Kwang Tan. Pelayan
itu memandang sekelilingnya, waktu melihat tidak ada orang yang mengawasi kearah
mereka, segera juga pelayan itu bilang:
"Lebih baik Kongcu jangan pergi kesana, walaupun urusan penting bagaimana pun,
lebih baik Kongcu membatalkan maksud kepergian Kongcu kesana !"
"Memangnya kenapa "!" tanya Kwang Tan. "Karena... karena siapa saja yang pergi
kesana, kelembah itu, jangan harap bisa pulang dengan masih bernapas. Tentu
nyawanya melayang dan hanya pulang nama belaka !"
Kwang Tan tambah heran. ia telah menerima titipan surat, buat datang ke Pinggay, berarti ia memang harus datang kesana. Bunyi surat itu memang aneh dan juga
tidak diketahuinya siapa yang mengirimnya. Tapi Kwang Tan justeru ingin sekali
mengetahuinya, siapa sebenarnya gadis yang mengirim surat seperti itu kepadanya.
Didalam surat tersebut pun telah dikatakan, agar ia hati2. Dengan demikian tentu
saja membuatnya benar2 jadi heran dan tanda-tanya dihatinya tidak terjawab.
"Sudah banyak orang yang pergi ke lembah itu "!" tanya Kwang Tan. Pelayan
mengangguk. "Cukup banyak !" sahutnya. "Umumnya mereka adalah orang2 rimba persilatan."
"Hemm, kalau begitu biarlah aku pergi kesana! Sekarang
kau beritahukan, arah mana yang ditempuh agar tiba disana "!" tanya Kwang Tan.
Pelayan itu menjelaskan Ping-gay atau Lembah Es tidak terlalu jauh dari
kotaraja. Dinamakan sebagai Lembah Es, karena disana terdapat sebuah bangunan
yang dibuat seluruhnya dari kaca, sehingga dari jauh tampaknya bangunan itu seperti sebuah rumah es. karena nya
lembah tersebut diberi nama Ping-gay. Hanya terpisah tiga puluh lie lebih dari
kotaraja, Kwang Tan menghabisi santapannya, dan kemudian berangkat menuju
kelembah itu. Perjalanan ke Ping-gay memang tidak terlalu jauh. Dengan menuruti petunjuk yang
diberikan pelayan, ia berhasil tiba di Ping-gay dua jam kemudian.
Itulah sebuah lembah yang tidak begitu subur. Banyak pohon2 yang kering, ia
memandang sekelilingnya. Sepi, tidak terlihat seorang manusia pun juga.
Diam2 Kwang Tan jadi heran, ia berpikir entah siapa yang mengundangnya agar
datang ke Ping-gay, sebab ia tidak kenal siapa gadis itu, ia pun tidak pernah
melihatnya, dan tidak mengetahui apa maksud gadis itu mengundang nya ke Ping
gay. Yang menjadi tanda-tanya dihati Kwang Tan juga, mengapa gadis itu tidak
menemuinya langsung, hanya menitipkan sepotong surat kepada sipelayan agar
menyampaikan kepadanya"
Tengah Kwang Tan berdiam diri memandangi sekelilingnya, tiba2 ia melihat
sesuatu, ia memiliki mata yang jeli, maka dari itu, ia melihat dikejauhan tampak
sesuatu yang bergerak perlahan. Segera juga Kwang Tan berlari menghampiri.
Ternyata diatas batu gunung yang tinggi sekali, hampir empat puluh tombak,
berdiri seorang laki2 berusia pertengahan baya, dengan tubuhnya yang tinggi
besar dan hanya mengenakan celana tanpa sehingga terlihat dadanya yang
tangannya. memakai baju atas, berbulu dan otot2
Yang membuat Kwang Tan tertegun, ia melihat laki laki itu berdiri dengan
sepasang tangan terangkat keatas, tengah menyanggah sepotong batu berukuran
sepelukan tangan yang sangat besar sekali, manusia. mungkin seberat
seribu kati. Dan Kwang Tan segera menyadari, laki2 ini tentunya bukan sembarangan orang,
karena ia bisa mengangkat batu itu, niscaya merupakan seorang yang memiliki
tenaga yang sangat kuat. ia segera juga melompat ke atas batu besar itu sambil
berseru: "Jangan kuatir aku akan membantu melepaskan Lopeh dari batu itu."
Tangan kanan Kwang Tan bergerak menyanggah batu tersebut, kemudian menyusul
tangan kirinya, ia tahu, jika orang itu, biar pun kuat, tapi melihat ia telah
berkeringat dan juga tubuhnya tampak sering bergerak2, ia tidak mungkin bisa
bertahan lama, jika lebih jauh ia masih bisa
meletakkan batu itu, berarti ia akan tergelincir jatuh dari atas batu besar itu,
dan ia pun akar tertimpa batu yang di sangganya.
Karenanya Kwang Tan melompat untuk menolonginya, membantunya menyanggah batu
itu, Kwang Tan yakin, dengan bantuannya itu, lelaki setengah baya tersebut tentu bisa meletakkan batu
itu lebih mudah, agar terlepas dari beban yang tidak ringan itu.
Laki-laki setengah baya itu mendengus dingin. Wajahnya sekilas tampak kejam, ia
melepaskan kedua tangannya menyanggah
menyanggah batu itu, sehingga Kwang Tan yang harus terus batu besar tersebut sedangkan laki2
setengah baya tersebut melompat turun dari batu besar itu. Kwang Tan terkejut,
ia harus mengerahkan tenaganya menyanggah terus batu itu.
"Hei lopeh, mengapa kau pergi begitu saja" Ayo cepat bantu untuk menurunkan batu
ini!" teriak Kwang Tan, yang jadi mendongkol bukan main.
Laki2 setengah baya tersebut tertawa dingin.
"Engkau yang harus menyanggah batu itu seumur hidupmu!".katanya dengan suara
yang dingin, iapun telah memandang dengan muka yang bengis. Diam2 Kwang Tan jadi
gusar, karena ia segera mengetahui bahwa dirinya telah salah mata menolongi
manusia jahat, yang telah membalas budi dengan kejahatan.
Karena itu, segera Kwang Tan memusatkan tenaga dalamnya pada kedua tangannya, ia
memperkokoh kuda2 kedua kakinya, sambil mengeluarkan suara bentakan nyaring,
kemudian ke dua tangannya diturunkan sedikit, dengan men dadak sekali dia
mendorong keatas. Tenaga yang di pergunakan Kwang Tan sangat kuat
sekali, batu besar itu terlontar ketengah udara, dan waktu akan meluncur turun
menimpah Kwang Tan, pemuda itu telah sempat melompat turun.
Begitu kakinya hinggap di tanah, segera ia menjejak lagi,
tubuhnya melesat terengah udara. Lebih jauh lagi beberapa tombak memisahkan diri
dari batu besar itu. Batu yang beratnya ribuan kati itu telah turun meluncur keras menghantam batu
besar. kemudian menggelinding turun. Menyaksikan peristiwa yang tidak pernah
diduganya, laki-laki setengah baya itu kaget tidak terkira karena batu
berat itu pun meluncur justeru menuju kearah tempat di mana ia berdiri. Tidak
membuang waktu, ia pun menjauhi diri.
Batu yang beratnya ribuan kati itu telah meluncur turun dengan cepat dan
kemudian menghantam sebatang pohon, di muka lembah itu, sampai batang pohon itu
tumbang, Namun batu besar itu pun tidak menggelinding lebih jauh.
Kwang Tan dengan gusar telah menatap kepada laki laki setengah baya itu katanya:
"Hemm, manusia tidak mengenal budi! Ternyata engkau hendak mencelakai aku!"
Laki2 setengah baya tersebut telah menyahuti dengan sikap yang bengis: "Memang
aku ingin Dan bukan cuma berkata, melainkan membunuhmu!" tubuhnya telah
melesat menerjang kepada Kwang Tan.
Cuma saja, disebabkan ia menyaksikan tadi, betapa Kwang Tan bisa melontarkan
batu itu, dan kemudian melepaskan diri dari batu tersebut, yang sangat berat
sekali, ia berlaku hati-hati, sebab ia tahu Kwang Tan tentunya lihay, pukulan
tangannya itu merupakan pukulan yang kuat
sekali, dan iapun memukul pada tempat kematian ditubuh Kwang Tan.
Kwang Tan tertawa dingin, kemudian dia bilang dengan suara yang tawar: "Manusia
seperti engkau tidak boleh dibiarkan hidup lebih lama dipermukaan dunia ini!
Karena jika tadi yang bermaksud menolongimu adalah orang yang tidak memiliki kepandaian
berarti, tentunya ia akan mati dengan kecewa!"
Dan sambil berkata begitu Kwang Tan-pun telah menangkis pukulan tersebut. Cara
menangkis Kwang Tan tampak perlahan, hanya saja, benturan kedua tangan mereka
sangat keras dan nyaring sekali.
Berbareng dengan itu tampak Kwang Tan telah mengulurkan tangannya yang lain buat
menepuk pundak orang tersebut seketika ia laki2 setengah baya itu
mengeluarkan seruan tertahan, tubuhnya jadi lemas, dari mulutnya mengeluarkan
darah dan tubuhnya terhuyung.
"Hemmm, sekarang kau katakan, apa alasanmu ingin membunuhku" "tanya Kwang Tan
dengan suara yang dingin.
Laki2 setengah baya itu terluka didalam yang tidak ringan, oleh tepukan tangan
Kwang Tan, kepandaian silatnya ataupun tenaga Iwekangnya telah musnah, ia
berdiri dengan muka yang pucat pias, dengan sulit ia menyahuti: "Kau.,.kau
memang harus....harus dibunuh!
Kwang Tan tertawa dingin, kemudian dengan sikap yang galak ia bilang, "Baiklah,
rupanya engkau minta dihajar lebih keras lagi!"
Sambil berkata begitu, tampak Kwang Tan telah menghampiri laki2
setengah baya tersebut. Tangannya tahu-tahu bergerak, dan ia menotok beberapa
jalan darah ditubuh laki-laki setengah baya itu. Seketika tubuh laki-laki
setengah baya tersebut terjungkal rubuh bergulingan ditanah.sambil menjeritjerit kesakitan, karena ia merasakan kesakitan yang sangat perih.
Kwang Tan berdiri sambil tersenyum mengejek. Diwaktu itu, laki2 setengah baya
itu, sambil menjerit, iapun telah bilang: "Ampun... ampun,.. bebaskan aku dari
totokanmu aku akan segera bicara..."
Kwang Tan ujung kakinya tertawa dingin, ia menghampiri, dengan ia menendang beberapa jalan darah,
terbebaslah laki2 setengah baya itu dari siksaan totokan Kwang Tan.
"Sebenarnya.... sebenarnya.... akkh..." Tiba2 laki2 setengah baya itu
mengeluarkan suara jerit kematian yang menyayatkan hati, sebab sebatang pisau
kecil telah melesat menancap dalam sekali didadanya, menembus kejantungnya, ia
menggeletak tidak bergerak lagi, sebab napasnya telah putus.
Kwang Tan sendiri tercekat hatinya, karena ia memang mendengar suara berkesiuran
menyambarnya pisau kecil itu, yang halus sekali Tapi ia tidak keburu turun
tangan menolongi jiwa laki-laki setengah baya tersebut sehingga orang itu
terbunuh oleh sambaran pisau kecil itu.
Gesit sekali Kwang Tan melesat kearah tempat dari mana menyambarnya pisau kecil
itu, Di lihatnya dari balik batu yang tertimbun cukup tinggi, sesosok bayangan
berkelebat lenyap di balik gerombolan pohon. Orang itu memakai baju warna biru.
Sambil berseru: "Berhenti...!?" Kwang Tan mengejarnya dengan cepat, Kwang Tan
memang memiliki ginkang yang tinggi, dengan demikian membuatnya jadi bisa
mengejarnya dengan cepat. ia segera menyerbu kegerombolan pohon itu, karena ia
tidak mau melepaskan orang buruannya.
Namun orang yang dikejarnya nampaknya memiliki kepandaian yang tidak lemah, ia
bisa berlari begitu cepat, sehingga ia masih tidak bisa dikejar oleh Kwang Tan
dalam waktu yang singkat.
Pada saat itu terlihat orang tersebut telah berlari terus menuju kedalam lembah,
Dan Kwang Tan mengempos semangatnya mengejar terus.
Setelah mengejar sekian lama Kwang Tan dapat memperpendek jarak pisah diantara
mereka. Dikala itu, Kwang Tan pun mengayunkan tangan kanannya, dia menghantam
dari jarak jauh dengan mempergunakan pukulan Gunturnya, pukulan itu menimbulkan
angin yang panas sekali, seperti juga sambaran petir belaka.
Rupanya orang yang tengah berlari keras itu, yang berusaha menyembunyikan
jejaknya dari kejaran Kwang Tan, merasakan sambaran hawa panas itu, ia terkejut.
Dan iapun terpaksa menghentikan larinya, berkelit ke-samping.
Karena berkelit untuk beberapa detik itu Kwang Tan sempat mengejar semakin
dekat. Melihat Kwang Tan telah datang dekat, orang itu tidak berusaha menyingkirkan
diri lagi. Dia seorang lelaki berusia antara tujuh puluh tahun, wajahnya panjang
dan kurus, tubuhnya juga kurus, jubahnya yang warna biru tampak kebesaran. Hanya
matanya yang seperti mata kucing itu
memancarkan sinar yang sangat tajam.
Kwang Tan tiba cepat sekali dihadapannya. Orang tua berjubah biru itu mendengus
berkata dingin: "Hemmm, kau berani memasuki lembah ini, berarti engkau memiliki
kepandaian tinggi! Baiklah, aku akan melihat berapa tinggi
kepandaianmu...!" Setelah berkata begitu, ia bersiap-siap hendak menyerang Kwang
Tan. Sedangkan Kwang Tan waktu itu telah tertawa tawar, ia bilang: "Membunuh orang
dengan membokong bukanlah pekerjaan yang patut dipuji."
Waktu itu orang tua tersebut telah menggerakkan tangan kanannya, ia menghantam
dengan dahsyat, pukulan yang dilakukannya menderu-deru menimbulkan angin yang
tidak lemah, dan bisa menghancurkan batu atau menumbangkan pohon besar.
Kwang Tan juga memaklumi akan hal itu, ia bisa mengetahui jika saja ia menangkis
tanggung-tanggung, niscaya akan
menderita kerugian tidak kecil.
dengan tenaga yang membuat ia yang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karenanya Kwang Tan mengempos semangatnya, ia menyambuti, lalu balas menghantam
kedada orang tua itu, disusul dengan totokannya juga.
Orang tua itu memang lihay, ia melayani setiap serangan Kwang Tan. Malah iapun
selalu menyerang dengan gencar, Mereka berdua dalam waktu yang singkat sekali
telah terlibat dalam pertempuran yang seru sekali telah melewatkan lebih dari dua
puluh jurus. Diam2 Kwang Tan berpikir "Di lembab ini ternyata banyak sekali orang yang
berkepandaian tinggi! Lalu siapa gadis yang menyuruhku datang kemari" Mengapa ia
sendiri tidak memperlihatkan batang hidungnya?"
Namun Kwang Tan tidak bisa berpikir terlalu lama, karena waktu itu orang yang
mengenakan jubah warna biru telah menyerangnya gencar sekali, membuat Kwang Tan
harus menghadapinya dengan lebih sungguh2.
Dalam waktu yang sangat singkat sekali telah dilewatkan lagi belasan jurus. Kini
orang tua itu yang mengetahui bahwa Kwang Tan tidak mudah untuk dirubuhkannya,
mulai bergelisah. Tampaknya ia mulai memikirkan cara untuk melepaskan diri dari libatan Kwang Tan,
karena berulang kali ia telah mendesak Kwang Tan, hendak mempergunakan
kesempatan dikala Kwang Tan mengelak ia ingin melepaskan diri dari libatan Kwang
Tan. Namun Kwang Tan sama sekali tidak mau mengendorkan penyerangannya, Setiap kali
di serang, maka ia selalu membalas dengan serangan yang sama dahsyatnya.
Semakin lama orang tua berjubah biru itu semakin gugup, keringat juga telah
mulai menitik dari kening dan
sekujur tubuhnya. Kwang Tan telah melihatnya, maka ia memperhebat setiap
gempurannya. "Hemm, sekarang telah tiba waktunya aku harus menyerangnya lebih hebat!"
berpikir Kwang Tan didalam hatinya.
Sambil berpikir begitu, Kwang Tan mengempos semangatnya dan ia menyerang dengan
mempergunakan Pukulan Gunturnya. Setiap serangannya mengandung kekuatan yang
sangat dahsyat dan panas sekali, inilah cara bertempur yang membuat orang tua
itu jadi kelabakan juga. Berobahnya cara bertempur Kwang Tan mengejutkan orang tua itu, apa lagi memang
ia merasakan betapa dirinya diterjang oleh tenaga serangan Kwang Tan yang selain
sangat dahsyat juga mendatangkan angin yang panas seperti sambaran api.
Malah beberapa kali ia mengelak dari pukulan itu, ia tambah kaget. Angin
serangan yang tidak berhasil menghantamnya dan telah
menyebabkan batang pohon petir, dan tumbang dengan
memukul batang pohon itu hangus seperti disambar keadaan yang kering hitam seperti arang.
Orang tua itu berobah mukanya jadi pucat, dan ia melompat mundur sambil berseru:
"ilmu pukulan Guntur...!"
Kali ini Kwang Tan tidak meneruskan serangannya, ia berdiam diri mengawasi orang
tua itu sambil tertawa dingin.
"Ya, memang itulah ilmu pukulan Guntur!" menyahuti Kwang Tan dengan suara yang
dingin, "Kau katakan, apa sebabnya engkau memusuhi diriku! Siapa engkau
adanya"!" Orang tua itu mengawasi Kwang Tan agak gugup, sampai akhirnya ia memandang
sekelilingnya dan berkata: "Aku.,., aku hanya menerima perintah dan melaksanakan
tugas, Sesungguhnya, antara aku dengan engkau sama sekali tidak terdapat
sangkutan apapun juga, tidak ada permusuhan atau dendam, namun aku harus
menjalankan perintah guna membinasakan dirimu..!"
"Siapa yang perintahkan kau membunuhku?" tanya Kwang Tan sambil mangerutkan
sepasang alisnya.

Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Orang tua itu semakin ragu2, ia berdiam diri beberapa saat, barulah kemudian ia
bilang: "Sulit buat aku menjelaskannya! "katanya kemudian dengan sikap yang gugup dan
bingung. Kwang Tan mendesis. "Hemm, baiklah, jika memang engkau tidak mau menjelaskan apa sebabnya kalian
memusuhi diriku, mari kita bertempur terus, sampai salah seorang diantara kita
ada yang sampai mati !"
Setelah berkata begitu, Kwang Tan bersiap-siap hendak menyerang lagi dengan
pukulan Gunturnya. Akan tetapi orang tua berbaju biru itu telah menggoyanggoyangkan tangannya, ia
telah bilang: "Jangan... hentikan!" Kwang Tan menatap tajam padanya, dia bilang:
"Apakah engkau ingin bicara terus terang?"
Orang tua itu tambah ragu2, dia bilang dengan sikap yang bingung: "Sebenarnya...
sebenarnya... sebenarnya...." "Ayo katakan, siapa yang perintahkan kau
membunuhku"! Mengapa engkau harus bimbang seperti itu"!" bentak Kwang Tan sudah
tidak sabar. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku... sebenarnya yang memerintahkan aku untuk membunuhmu adalah...adalah..."
Tapi orang tua itu tidak meneruskan perkataannya, biji matanya mencilak kesana
kemari karena ketakutan, kemudian dengan sikap yang bingung sekali telah memutar
tubuhnya, dia bermaksud melarikan diri.
Kwang Tan memang telah berwaspada sejak tadi, melihat laki2 tua itu bermaksud
melarikan diri, segera juga ia menjejakkan kedua kakinya, tubuhnya melesat cepat
sekali, sambil mengulurkan kedua tangannya, ia bermaksud mencengkeram pundak
orang tua itu. Tapi orang tua itu memang bukan berkepandaian lemah, ia mendengar menyambarnya
angin dari tangan Kwang Tan, maka ia berkelit sambil terus lari sekuat
tenaganya. Kwang Tan benar2 habis sabar, dengan di iringi suara bentakan nyaring tahu2
tangan kanannya telah dipergunakan buat menghantam dengan mempergunakan ilmu
pukulan gunturnya. Serangan yang dilakukannya kali ini benar-benar hebat dan
memberikan hasil. Sebab mereka terpisah dalam jarak yang tidak terlalu jauh, dan Kwang Tan
melakukan pukulan itu dengan delapan bagian tenaga dalam nya. Orang tua itu
tidak keburu berkelit lagi tahu2 ia merasakan punggungnya dingin seperti juga
ditemploki es. Padahal, itulah hawa yang sangat panas sekali, karena terlalu panas akibat
pukulan guntur, ia merasa seperti dingin sebab waktu itu baju di punggungnya
telah koyak dan hangus terbakar, begitu juga di kulit punggungnya, malah
kemudian hawa dingin itu berobah jadi panas pedih sekali, orang tua itu
mengeluarkan jerit kesakitan, tubuhnya jadi bergulingan di tanah, karena ia
terluka didalam yang parah sekali, di mana isi
dadanya telah hangus juga. Napasnya memburu, mukanya pucat mengalir keluar dari
sekujur tubuhnya. "Aku terpaksa menyerangmu dengan pias, keringat serangan keras
seperti itu, semua ini di sebabkan engkau yang cari penyakit sendiri." kata
Kwang Tan dengan suara yang dingin.
"Jangan.... jangan membunuhku, aku sebetulnya sebetulnya..." Suara laki2 tua itu
sangat lemah sekali, ia tampaknya ketakutan
"Hemmm, katakan terus, aku ingin mendengar pengakuanmu yang jujur, jika sekali
saja engkau berdusta, jangan harap aku bisa mengampuni jiwamu!"
Orang tua itu telah merintih kesakitan, mukanya meringis menahan sakit tidak
terkira. Sampai akhirnya ia bisa berkata2 lagi. "Sebetulnya....aku ini diperintahkan
oleh.... oleh...!" Dan berkata sampai disitu, tubuhnya mengejang, dia menahan
sakit. "Oleh siapa!" desak Kwang Tan tidak sabar lagi, karena ia tahu orang tua itu
cuma hendak mengulur-ngulur waktu belaka.
"Oleh...oleh..." berkata sampai disitu, orang tua itu bergelinjang gelisah dan
kesakitan, suara tidak terdengar lagi, dari kejauhan terdengar suara seruling
yang terhembus angin, suara seruling itu halus. tapi hebat buat orang tua itu.
Mukanya jadi ketakutan bukan main, dia merintih tidak hentinya, dan juga
keringat lelah membasahi tubuhnya. "Itu... itu dia datang... itu dia datang...
Ooh, habislah jiwaku, suara seruling itu telah terdengar berarti kematian
buatku..." Dan ia menggelinjang lagi karena menahan sakit yang tidak terhingga.
Kwang Tan jadi mengangkat kepalanya, karena ia mencari-cari orang yang meniup
seruling itu. Dilihat dan sikap orang tua berbaju biru itu, tampaknya ia memang sangat
ketakutan sekali. Tentunya sipeniup
seruling itu seorang yang ditakuti dan hebat sekali kepandaiannya, disamping tentunya sangat kejam
dan bertangan telengas. Kwang Tan mengawasi terus sekelilingnya. Tapi ia tidak
bisa melihat orang yang meniup seruling itu, karena disekitar tempat itu sama
sekali tidak terlihat seorang manusiapun juga.
memandang heran, kemudian
ia memandang sekelilingnya, Kwang Tan memasang pendengarannya baik-baik, ia
mendengar suara seruling itu berasal dari sebelah timur lembah itu, ia mengawasi
kearah sana, tapi tetap saja tidak terlihat seorang manusiapun mendatangi.
Suara seruling tersebut masih juga terdengar mengalun, semakin lama semakin
menyayatkan hati, seperti tangisan seorang perawan yang ditinggalkan kekasih,
atau seperti seorang ibu yang tengah menangisi kematian anaknya.
Bulu kuduk Kwang Tan bangun berdiri, ia merinding sendirinya Tapi tidak lama
kemudian, setelah ia tersadar dan cepat2 mengerahkan Sinkangnya, ia dapat
menguasai diri tidak terpengaruh oleh suara seruling itu.
Ternyata, suara seruling tersebut mengandung sinkang dan semacam ilmu hitam,
yang bisa mempengaruhi orang yang mendengarnya, mempengaruhi perasaannya,
sehingga orang itu akan berada diluar kesadaran alam yang sebenarnya, terjatuh
kedalam bawah alam sadar, sehingga dengan begitu akan mudah di kuasai oleh
peniup seruling tersebut.
Hanya saja, disebabkan Kwang Tan memiliki sinkang yang terlatih, juga memang ia
menerima petunjuk langsung dari Thio Sam Hong dan Thio Bu Kie, dengan begitu
jelas membuatnya jadi tidak dapat terpengaruh oleh bunyinya seruling tersebut.
Dalam keadaan seperti itu, suara seruling juga mendadak lenyap, Keadaan sunyi
sekali Dan di susul kemudian dengan kata2 seseorang.
"Hemmm, cukup tinggi sinkangmu
berhembus angin yang sangat kuat, ?" Dan kemudian yang membawa semacam harum
semerbak. Kwang Tan mengendus hawa yang harum semerbak itu, mendadak hatinya
tercekam itulah angin yang mengandung racun.
Dan mencium baunya saja Kwang Tan telah mengetahuinya bahwa itulah racun Sip-tok
(sepuluh racun), yang diolah dari sepuluh macam racun binatang berbisa, seperti
ular, kala jengking, tawon Thian-san, dan bisa lainnya.
Semua itu di campur menjadi satu, dan dapat dipergunakan bersamaan dengan tenaga
menyerang, sehingga lawan tidak mengetahui bahwa telah tertebar
racun disekitar dirinya. Dengan demikian lawan akan keracunan tanpa ia sadari, dimana akhirnya ia akan
seketika itu juga menemui ajalnya, dua atau tiga menit setelah mengendus hawa
beracun tersebut. Tidak berayal lagi Kwang Tan menutup jalan pernapasannya, ia pun telah
mengerahkan tenaganya buat melawan mendesaknya hawa racun yang telah keburu
dihirupnya waktu tadi ia belum menutup pernapasannya.
Tangannya juga mengambil sesuatu dari kantongnya, ia memasukkan kedalam
mulutnya, segera, itulah obat pemunah racun menelannya dengan yang sangat ampuh,
Sebagai tabib yang digelari Tabib Dewa, tentu saja Kwang Tan bisa menghadapi
racun yang terselubung dalam hembusan angin pukulan tersebut
Begitu Kwang Tan menelan pil tersebut, mendadak terdengar jeritan yang
menyayatkan hati. Laki2 tua itu menjerit. Sambil menjerit ia memegangi lehernya,
seperti juga orang tercekik dia telah membuatnya seperti sulit
bernapas, ia bergulir beberapa saat dengan wajah yang mengerikan, akhirnya
tubuhnya bergerak semakin perlahan, semakin perlahan, diam tidak bergerak lagi,
Napasnya telah putus, arwahnya telah terbang ke neraka !
Menggidik Kwang Tan melihat dahsyatnya racun itu, ia
memang pernah mendengar tentang kedahsyatan racun tersebut, karenanya begitu ia
menduga bahwa hawa yang harum itu adalah racun Sip-tok. segera ia tidak berayal
telah memakan pil pemunah racun nya.
Dengan begitu, ia bisa melindungi dirinya. Coba kalau tidak, niscaya ia akan
mengalami nasib yang sama seperti laki2 tua itu.
Dikala itu, terdengar lagi orang yang berkata dengan suara yang dingin: "Hemm,
rupanya engkau memang mengerti juga soal menghadapi racun, Bagus! Engkaulah
seorang pemuda yang agak luar biasa dan ada harganya
menghadapi aku.... ! jarang sekali aku keluar menampakkan diri kepada orang2
yang tidak pantas melihatku, tapi kukira, engkau cukup ada harganya buat melihat
diriku !" setelah berkata begitu, tampak berkelebat sesosok bayangan, semakin
lama sosok bayangan itu semakin dekat juga.
Kwang Tan bayangan itu merupakan gumpalan warna kecoklat-coklatan muda belaka,
dan tidak lama kemudian tampak sosok bayangan itu semakin dekat.
Tadi waktu mendengar orang itu berkata2 dengan suara yang dingin, itulah suara
seorang wanita, maka Kwang Tan menduga, tentunya orang itu adalah seorang
wanita. Benar saja, setelah bayangan itu berlari dekat padanya, dia tidak lain dari pada
seorang wanita berusia antara tiga puluh tahun, sangat cantik luar biasa,
Rambutnya tumbuh panjang dan hitam ikal, dibiarkan terurai menutupi bahunya.
Tapi yang luar biasa sekali, justeru
mengenakan pakaian, tidak
memakai wanita itu tidak sehelai benang sekalipun juga! ia dalam keadaan bertelanjang
bulat! Kulit tubuhnya yang begitu putih bagaikan salju di biarkan saja terbuka
tanpa ada penutupnya, sama sekali ia tidak memperlihatkan perasaan canggung atau
malu! Kwang Tan sampai kaget, ia memejamkan matanya, kemudian membukanya lagi buat
memandang, ia menduga mungkin matanya yang telah salah memandang. Tapi tetap
saja wanita yang ada dihadapannya sekarang ini, tidak lain seorang wanita cantik
tanpa sehelai benang yang menutupi tubuhnya, bahkan semua alat yang penting di
tubuh nya tidak ditutupi, dengan gamblang bisa dilihatnya, ia berdiri
malah dengan sikap menantang sekali, dengan seruling tercekal ditangan kiri.
"Sudah kukatakan, engkau memang cukup berharga buat melihatku!" kata wanita itu,
yang memang luar biasa, dan tampaknya sangat genit sekali ketika ia berkata2.
mementang mata nya, ia melihat sosok
berlari sangat cepat sekali, sehingga Kwang Tan tidak mau membuka matanya lagi,
sambil memejamkan matanya, ia telah memutar tubuhnya, memukul dengan tangan
kanannya buat mencegah wanita itu menyerang dia.
"Hemmm, engkau sudah kukatakan cukup berharga melihatku, tapi mengapa engkau
begitu tolol tidak mau melihat ?" Suara wanita itu terdengar merdu dan nyaring.
Sedangkan tangan wanita itu bergerak, serangan Kwang Tan ditangkisnya, Dan waktu
itulah tampak betapa ia telah melesat kedepan Kwang Tan. ia berdiri dengan sikap
menggiurkan. Kwang Tan serba salah, jika ia tidak membuka matanya maka kemungkinan ia bisa
diserang dengan cara membokong. Tapi jika memandang ia membuka matanya niscaya
ia akan menyaksikan pemandangan yang memalukan sekali.
Tengah pemuda ini bimbang, wanita ini tertawa. Suara tertawanya itu suaranya itu
demikian aneh, dan kemudian berubah,
seperti juga suara men-deru2nya angin serangan.
Kwang Tan yang masih memejamkan matanya mendengar berkesiuran angin serangan, ia
segera juga menangkisnya. Tapi ia selalu menangkis tempat kosong.
"Hemm, kau akan kuserang dengan hebat jagalah serangan ini !" berseru wanita
itu. Benar saja, kesiuran angin yang hebat menuju kepada Kwang Tan, membuat pemuda
ini harus bersilat dengan cepat sekali menghindar kesana kemari.
Tapi ia selalu menangkis tempat kosong, disamping itu, iapun selalu bergerak
seperti tidak memperoleh benturan tenaga lawan, tidak ada angin serangan yang
menyentuh dirinya, karena ia hanya mendengar suara men-deru2 angin serangan
belaka. Akhirnya ternyata Kwang Tan membuka matanya. Maka diperoleh kenyataan wanita itu
masih berdiri diam di tempatnya tanpa bergerak sedikitpun juga.
Rupanya ia hanya memperdengarkan suara dari mulutnya, karena ia pandai sekali
memperdengarkan suara yang mirip dengan angin serangan. Dan juga ia rupanya
mengerti ilmu hitam, sehingga ia bisa mempengaruhi jalan pemikiran seseorang
terutama lawannya, (Sekarang ini menyerupai ilmu hipnotis.)
Di waktu itu tampak Kwang Tan tidak mau membuka matanya lama2, ia memejamkan
lagi matanya sambil menjejakkan kakinya, karena ia hendak meninggalkan tempat
itu secepat mungkin, walaupun bagaimana melihat seorang wanita yang telanjang
bulat di hadapannya, merupakan hal yang sangat memalukan sekali.
Tapi wanita itu sangat gesit, Kepandaian nya juga memang tidak lemah. ia bisa
bergerak sama cepatnya, karenanya Kwang Tan selalu dibayangi.
Malah suatu kali, Kwang Tan mendengar suara seperti runtuhnya bukit batu, dan
merasakan bahwa ada sebungkah batu gunung yang besar sekali tengah meluncur
turun akan menimpahnya. Kwang Tan cepat2 menangkisnya, menyampok dengan sinkang ilmu menyaropok pukulan
Guntur. Tapi ia menangkis atau tempat kosong, karena itu ia membuka
matanya. Ternyata tidak ada bukit yang rubuh dan juga tidak ada batu yang
menyambar kepadanya. Segera juga Kwang Tan menyadari bahwa wanita itu memiliki ilmu hitam dan memang
sengaja hendak memaksa agar Kwang Tan tidak memejamkan matanya.
Jika Kwang Tan memejamkan matanya, tentu ia akan dipengaruhi oleh khayalnya yang
dikendalikan oleh wanita itu, yang selalu dapat meniru bunyikan dari berbagai
benda dari juga angin serangan. ini karena bisa membuat Kwang memang membahayakan,
Tan akhirnya kehabisan tenaga.
Karena itu, Kwang Tan terpaksa membuka matanya, tidak memejamkan pula matanya,
dengan demikian ia tidak akan tertipu lagi oleh suara2 itu.
Tapi dengan membuka matanya, Kwang Tan jadi bisa melihat jelas lagi wanita yang
bertelanjang bulat itu....
Wanita itu telah tertawa di hadapan Kwang Tan, dengan sikap yang genit, sambil
menggoyang-gayangkan seruling ditangan kirinya,ia bilang: "Ya. ya, sekarang
engkau harus memandang sepuas hatimu!"
Dan telah berkata begitu, dengan cepat sekali, tampak ia telah melangkah maju
menghampiri Kwang Tan, sedangkan Kwang Tan telah mundur, tapi berwaspada.
Wanita itu sambil tersenyum telah melangkah terus menghampiri sampai akhirnya
dari mulutnya terdengar suara desis yang aneh.
Kwang Tan mengerutkan sepasang alisnya karena ia tidak mengerti mengapa wanita
itu mendesis seperti itu. Namun akhirnya, ia jadi kaget sendirinya karena di
waktu itu ia merasakan sesuatu yang aneh pada dirinya, sesuatu yang membuat dia
tergoncang hatinya. Semakin lama perasaan itu semakin bergolak dan ia merasakan mukanya jadi panas
memerah, ia merasa seperti juga berahinya telah memuncak.
"Celaka!" mengeluh Kwang Tan, karena ia menyadarinya bahwa itu adalah di
sebabkan pengaruh dari ilmu hitam wanita tersebut. Karenanya, ia segera
mengempos sinkangnya! Usaha Kwang Tan tidak berhasil dengan baik, karena pengaruh yang merasuki
dirinya begitu kuat! Berulang kali Kwang Tan gagal guna mengempos semangatnya untuk
mengusir perasaannya yang tidak karuan itu, sampai akhirnya merasakan betapapun
juga, memang wanita itu tangguh sekali, terutama dengan ilmu hitamnya.
Terlihat wanita tersebut telah melompat maju mendekati Kwang Tan, seruling
ditangan kirinya telah bergerak, dia bermaksud menotok
Kwang Tan tengah menindih perasaannya memusatkan sinkangnya buat yang tidak
keruan itu, sampai akhirnya telah menyambar datang totokan wanita tersebut,
Hati Kwang Tan tercekat, ia segera berteriak sekuat suaranya, kemudian
menghantam dengan telapak tangan kirinya mempergunakan pukulan Guntur.
Hantamannya kali ini dahsyat sekali, karena Kwang Tan
mempergunakan seluruh kekuatan yang ada padanya, Tidak terlalu mengherankan jika
wanita itu kaget bukan main, dimana ia melompat mundur dengan segera sambil
mengeluarkan seruan tertahan, karena ia merasakan tubuhnya seperti terbakar oleh
api yang sangat panas Beruntung dia masih bisa menghindarkan diri, sehingga tubuhnya yang putih mulus
itu tidak sampai terbakar dan menjadi hangus karenanya.


Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Diwaktu itu Kwang Tan tidak mau mem buang-buang waktu lagi, maka segera ia
melompat bermaksud akan berlalu dari tempat itu disaat wanita itu terpisah cukup
jauh darinya. Waktu ia melompat, empat tombak lebih telah dilewatkannya.
Tapi wanita itu berseru: "Tunggu jangan pergi dulu!" Malah disusul dengan
tubuhnya yang seperti terbang mengejar Kwang Tan.
Kwang Tan tidak berani menoleh, dia mengempos seluruh ginkangnya buat berlari
secepat2nya, kedua kakinya seperti juga tidak menginjak tanah, tubuhnya seperti
terbang melesat dalam bentuk gumpalan warna pakaiannya.
Tapi wanita itu juga gesit, karena ia segera bisa mengejar dekat, sama sekali
dia tidak memperdulikan bahwa ia waktu itu tengah bertelanjang bulat. Malah,
ketika tiba diluar mulut lembah, tangan kanannya bergerak.
Terdengar suara "Siungggg!" yang nyaring sekali, serulingnya telah menyambar
cepat sekali melesat sambil mengeluarkan suara yang aneh itu, menuju kearah
punggung Kwang Tan. Kwang Tan mendengar suara yang aneh itu, juga merasakan menyambarnya angin
serangan yang tajam. ia telah mengibas kebelakang, karena ia menyampok jatuh
seruling itu. Gerakannya itu tidak menolong, seruling bermaksud itu seperti memiliki mata. Hal
ini disebabkan memang wanita itu mempergunakan ilmu menimpuk yang luar biasa,
yaitu tenaga menimpuknya itu seperti telah diperhitungkan, jika tidak bertemu dengan
rintangan, akan terus menuju pada sasaran.
Tapi begitu Kwang Tan menangkis, maka begitu angin kibasan tangannya mengenai
sedikit saja seruling itu seruling tersebut telah terlompat keatas dan berputar,
kemudian menukik menuju kearah batok kepala Kwang Tan.
Kwang Tan mengeluarkan seruan, tubuhnya cepat-cepat menyingkir kusamping, dan ia
telah berhasil mengelakkan diri dari sambaran seruling itu.
Hanya saja disebabkan gerakannya Kwang Tan jadi terhenti berlari Kesempatan itu
dipergunakan oleh menyusulnya yang tahu2 telah berada dihadapannya.
Cepat sekali tampak wanita itu telah menyerang beruntun dengan tangannya yang
silih berganti. Gerakan2 yang dilakukannya merupakan gerakan yang mendesak
dengan hebat karena ilmu pukulan yang dipergunakannya merupakan ilmu pukulan
yang bisa sekaligus membinasakan lawannya, kalau saja satu kali pukulan itu
mengenai pada sasarannya.
Kwang Tan mengeluh didalam hatinya, ia segera menyadari bahwa wanita ini bukan
wanita sembarangan dan memang memiliki kepandaian yang sangat tinggi sekali.
Karena itu ia harus menghadapinya dengan sebaikbaiknya dan waspada.
Dikala itu terlihat wanita tersebut sambil menyerang gencar, juga lelah berkata
dengan suara yang genit: "Hemm, lebih baik engkau kembali kedalam lembah.!"
Dan ia berkata begitu menganjurkan namun kedua tangannya tidak pernah berhenti
bergerak, malah itu menyebabkan beberapa detik. wanita itu buat serangannya
tidak kurang gencarnya, ia telah menyerang terus.
Kwang Tan mengempos semangatnya. Tadi ia tampaknya terdesak karena ia sering
memejamkan mata dan beranggapan tidak pantas ia menurunkan tangan keras kepada
seorang wanita. Namun melihat wanita itu memang memiliki kepandaian yang sangat tinggi dan
setiap dengan dahsyat mematikan, karenanya Kwang Tan tidak serangannya menyambar
juga berbahaya sekali, sungkan2 lagi. Apa lagi tampaknya tangan wanita itu memang telengas.
Segera juga ia bersilat dengan mempergunakan jurus2 ilmu pukulan Guntur, setiap
jurus yang di pergunakannya sangat hebat, waktu kedua tangannya bergerak, segera
juga terdengar suara berkesiuran yang santer sekali, juga di sekeliling tempat
itu diliputi oleh hawa yang sangat panas.
Wanita itu kembali kaget. Tapi ia tertawa dingin, ia pun telah bilang: "Hemmm,
ilmu yang cukup tinggi!" Dan ia pun merobah cara bertempurnya. Tubuhnya tahu2
berkelebat kelebat kesana-kemari dengan lincah. Setiap gerakan yang dilakukannya
merupakan gerakan yang memiliki kecepatan luar biasa di samping kedua tangannya juga setiap saat
meluncur ke bagian-bagian yang mematikan di tubuh lawannya, membuat Kwang Tan
benar-benar jadi terdesak hebat.
Dengan begitu Kwang Tan juga harus memasang matanya dengan baik-baik, karena
jika ia tidak berwaspada, niscaya tentu akan kecolongan dan akan diserang wanita
itu. Dengan mengandalkan Pukulan Gunturnya Kwang Tan bisa membuat wanita itu tidak
dapat mendekatinya Untuk melengkapi ilmu silatnya itu, Kwang Tan telah
mempergunakan sinkangnya menurut petunjuk yang diberikan Thio Sam Hong dan Thio
Bu Kie, sehingga benar2 tubuhnya terlindung oleh angin serangan yang hebat
sekali, yang tidak mungkin dia bisa mendesak lebih dekat, jika memang wanita itu
berlaku nekad hendak menerjang
maju lebih dekat, niscaya ia akan hangus terkena pukulan Gunturnya itu.
Dikala itu Kwang Tan sendiri tidak mau membuka matanya terus menerus. ia yakin
bahwa dengan mempergunakan ilmunya tersebut tentu wanita itu tidak
akan dapat menerobos pertahanannya karenanya ia bertempur sambil memejamkan
matanya, ia muak sekali melihat tubuh wanita yang bertelanjang itu. ia bersilat
terus, sampai akhirnya ia jadi kaget sendirinya, sebab segera juga ia teringat
sesuatu, ia membuka lagi matanya, benar saja
diwaktu itu siwanita cantik itu sudah tidak menyerang dirinya, tengah berdiri
diam sambil tersenyum-senyum saja. Kwang Tan mendongkol bukan main.
Jika memang ia bersilat terus seperti itu dengan mata terpejam, sedangkan
siwanita cantik itu tidak
menyerangnya, akhirnya Kwang Tan bisa kehabisan tenaganya dan wanita cantik itu tetap terpelihara
tenaganya, inilah yang bisa membahayakan dirinya. Dalam keadaan seperti itu,
Kwang Tan menjejakkan kedua kakinya, in bermaksud meninggalkan tempat itu lagi.
Namun wanita cantik itu menyerang dan merintanginya
pula. Sekarang ini Kwang Tan bertempur mempergunakan taktik lain, ia melayani wanita
itu sambil terus menggeser tidak mau terlibat terus ditempat itu, ia hendak
kedudukan dirinya, karena ia bertempur dengan wanita
itu meninggalkan lembah, karena ia yakin, biarpun wanita itu terus
merintanginya, akan tetapi jika ia bisa menyingkir meninggalkan tambah tersebut
cukup jauh, sehingga mereka berada ditempat yang ramai, niscaya wanita itu akan
merasa malu, dengan sendirinya dia tidak mungkin merintangi Kwang Tan terus.
Karena berpikir seperti itu, Kwang Tan telah menggeser terus kedudukan kedua
kakinya ia memang terus melayani setiap serangan yang dilakukan wanita itu.
Dalam keadaan seperti itu, wanita cantik tersebut juga telah dapat menerka apa
yang tengah dipikirkan Kwang
Tan. Karenanya ia menyerang semakin hebat. Ia bermaksud akan merintanginya agar Kwang
Tan tidak bisa meninggalkan mulut lembah lebih jauh lagi. Cara menyerangnya juga
telah berobah. Didetik itu, wanita itu telah mengeluarkan ilmu andalannya, ia tidak menyerang
langsung kepada Kwang Tan, melainkan ia selalu menepuk kedua tangannya.
Tepukan tangannya menimbulkan suara yang nyaring, bergema disekitar tempat
mengandung lwekang itu, Dan suara tepukan yang
tinggi itu, seperti hendak memecahkan gendang telinga Kwang Tan. dan anehnya,
hati Kwang Tan tergoncang, tubuhnya seperti diterjang oleh suatu kekuatan yang
tidak tampak oleh mata. Maka terlihat Kwang Tan mulai terdesak. Karena ilmu Pukulan Gunturnya seperti
sudah tidak berdaya buat menghadapi wanita itu, di mana wanita itu tidak perlu
berada dekat-dekat dengan Kwang Tan, dia menyerang dari jarak jauh, yaitu dengan
menepuk tangannya belaka. Dengan begitu, Kwang Tan semakin terdesak.
Yang membuat pemuda ini tambah panik justeru wanita itu telah mempergunakan juga
ilmu hitamnya, sehingga setiap kali ia menepuk tangannya, Kwang Tan merasakan
betapa hatinya tergoncang dikuasai oleh perasaan aneh.
Dan birahinya juga telah terbangun kembali. Sebagai seorang pemuda, juga memang
di hadapannya berdiri seorang wanita cantik jelita dalam keadaan telanjang
bulat, disamping itu dipengaruhi oleh ilmu hitam wanita itu,
benar2 Kwang Tan menghadapi percobaan yang tidak ringan.
Kwang Tan menyedot hawa udara dalam2 dia memutar otak dengan keras dan hati yang
gelisah sekali, ia bermaksud hendak menguasai dirinya dan menindih perasaan yang tidak keruan itu,
ia juga bermaksud mencari jalan, guna dapat merubuhkan wanita itu dan
meninggalkan lembah ini secepat mungkin.
Teringat olehnya, betapapun juga, memang kata-kata Thio Sam Hong, yang
memberitahukan kepadanya, bahwa seorang akhli silat dilihatnya dikala kelas
satu, yang pertama-tama harus menghadapi lawan tangguh adalah
ketenangan. Dengan ketenangan itu, tentu bisa dihadapi berbagai macam terjangan dan tipu
muslihat musuh. Maka Kwang Tan berusaha memusatkan ketenangan dirinya, karena ia
menyadari, dengan ketenangan yang ada, tentu ia bisa menguasai dirinya, tidak
akan terpengaruh lagi oleh ilmu hitam wanita itu.
Segera juga ia mengerahkan sinkangnya menuruti petunjuk dari Thio Sam Hong. Dia
telah membuka matanya lebar2, ia beranggapan seperti juga tidak melihat wanita
bertelanjang bulat, melainkan melihat seorang musuh yang tangguh dihadapannya.
Karena itu, per-lahan2 ketenangan hatinya pulih, ia malah bisa mengendalikan
sinkangnya jauh lebih baik. Dikala itu wanita cantik tersebut menepuk kedua
tangannya berulang kali semakin gencar, karena dilihatnya Kwang Tan perlahan
lahan mulai tenang dan bisa menguasai diri.
Tapi usaha dari wanita yang luar biasa itu ternyata telah gagal dan tidak dapat
menguasai Kwang Tan lagi. Sedangkan Kwang Tan begitu berhasil mengendalikan
perasaan hatinya, tahu-tahu menjejakkan sepasang kakinya,
Bagaikan seekor burung rajawali, tubuhnya melesat ketengah udara, dan tangan kanannya menghantam tidak
kalah hebatnya. Dengan cara seperti itu, telah membuat wanita cantik itu di
hantam beruntun dua kali oleh gempuran hawa yang
sangat panas mengelakkan tangannya. sekali, sehingga mau tidak mau ia harus
diri, Dan ia terus juga masih menepuk
Kwang Tan telah menukik turun, tapi ia membarengi dengan menghantam dua kali
lagi ketika kakinya menyentuh tanah, memaksa wanita itu ia melompat mundur.
Tanpa membuang waktu dan tidak memperdulikan segala apapun juga, Kwang Tan
memutar tubuhnya, ia melesat meninggalkan tempat itu dengan mengerahkan seluruh
ginkang nya. Wanita itu tersenyum, ia kemudian menghela napas, wajahnya berobah muram jika ia
hendak melibat terus Kwang Tan, seharusnya ia bisa melakukannya, ia bisa
mengejar dan terus melibat
pemuda itu.Tapi sekarang justeru dia tidak mengejarnya dia membiarkan Kwang Tan
angkat kaki meninggikan tempat itu. Cuma saja pada wajahnya justeru terlihat
betapa ia sangat menyesal sekali.
Kwang Tan membuka langkahnya selebar mungkin, karena ia ingin segera bisa
meloloskan diri, Biar bagaimana dia mengakui tadi dirinya menghadapi ancaman
bahaya yang tidak kecil dari wanita yang luar biasa dan aneh tersebut.
Karena dia telah berlari mengerahkan seluruh kemampuannya agar dapat melepaskan
diri dari libatan wanita cantik yang porno itu.
Setelah memburu, tempatnya berlari sekian lama, napas Kwang Tan agak
dia telah berhenti berlari dan berdiri di memandang kearah dari mana tadi dia
meninggalkan lembah itu. Dia tidak melihat wanita itu mengejarnya. Dia menghela napas dalam dalam dan
lega. lantas dia mengeluh perlahan, "Wanita yang sangat luar biasa sekali dan
berbahaya!" Dan Kwang Tan menggidik waktu teringat betapa apa yang tadi di
alaminya. Kemudian dia duduk dibawah sebatang pohon, karena Kwang Tan bermaksud untuk
beristirahat, melepaskan lelah dan jaga mengatur tenaganya, hendak memulihkan
semangatnya, ia tahu, tentunya wanita itu tidak mengejarnya disebabkan dia dalam
keadaan telanjang bulat. jika memang dia mengejar terus, niscaya akan membuat
dia malu bertemu dengan penduduk disekitar tempat itu. itulah sebab utama mengapa
wanita itu tidak mengejarnya lagi.
Setelah mengasoh sekian lama, dan semangatnya pulih, Kwang Tan melanjutkan
perjalanannya, ia bermaksud akan kembali ke rumah penginapan.
Tapi baru saja ia melangkah beberapa tindak, justeru diwaktu itu ia mendengar
suara orang yang berkata dengan suara yang perlahan, disertai tertawanya:
"Hihihi, sungguh seorang pemuda yang tidak tahu malu dan kurang ajar! Engkau
telah menyaksikan pemandangan yang sangat menggembirakan bukan "!"
Kata2 itu disusul dengan melesat keluar sesosok bayangan putih, dimana seorang
gadis berusia dua puluh tahun lebih, dengan baju yang lebar dan berwarna putih,
berdiri dengan seruling ditangan kanannya, di gerak2kan, tengah memandang
tersenyum kepada Kwang Tan.
Kwang Tan tercekat hatinya, dia mengeluh karena menyangka wanita yang tadi telah
mengejarnya, setelah mengenakan pakaian dan hendak melibat dirinya lagi.
Tapi setelah dia memperhatikan wanita itu, dia segera mengenalinya bahwa wanita
itu tidak dikenalnya dan bukan wanita yang tadi melihatnya. Dia jadi bertanya2
didalam hati, entah siapa wanita berpakaian serba putih ini, dan juga, apakah
ada hubungannya dengan wanita yang luar biasa itu.
Setelah dia berdiam diri kedua tangannya memberi katanya: "Nona, siapakah
nona "!" Gadis berpakaian serba putih itu tertawa tawar, ia bilang dengan sikap yang
genit dan bola mata memain tidak
hentinya: "Siapa aku
" Untuk apa engkau tahu" Yang terpenting aku hendak bertanya kepadamu, apakah
pemandangan tadi mengasyikkan sekali "!"
Muka Kwang Tan berobah merah.
"Nona jangan bergurau.... itu merupakan urusan yang tidak sengaja kusaksikan,
karena memang wanita itu tidak sejenak, dia merangkapkan hormat kepada wanita
itu, tahu malu!" kata Kwang Tan dengan mata yang terpentang lebar dan muka yang
berobah merah panas. Gadis itu tertawa dingin, dia bersiul, barulah dia bilang: "Bukan hanya aku
seorang saja yang sempat mengintip
engkau begitu cabul bermain2 dengan wanita cabul itu. hemmm, justeru kawan2ku
juga sempat menyaksikannya dan semua ini akan kami siarkan seluas2nya didalam
rimba persilatan." Bukan main kagetnya Kwang Tan.
"Nona, kau jangan bergurau !"
"Aku bukan tengah bergurau...!"
"Tapi..,. tapi..."
Belum lagi Kwang Tan menyelesaikan perkataannya, diwaktu itu telah berkelebat
lagi beberapa sosok tubuh, yang bergerak sangat lincah sekali. Dan juga, orang2
yang bara muncul itu, mengenakan baju warna putih dan semuanya merupakan gadis2
cantik yang rata2 berusia antara dua puluh tahun lebih sedikit.
Kwang Tan telah memandangi mereka dengan mata terbeliak kaget dan heran. Kaget
karena melihat bahwa wanita itu berkata benar, bahwa ia tidak sendirian dan juga
tentunya mereka semua telah sempat menyaksikan Kwang Tan berhadapan dengan
wanita yang bertelanjang bulat itu.
Hal ini tentu sangat memalukan sekali jika sampai tersiar didalam rimba
persilatan disamping itu, juga akan menjatuhkan nama Kwang Tan.
Walaupun memang benar, peristiwa itu terjadi diluar dari kekuasaan Kwang Tan
buat mencegahnya, namun tokh para gadis-gadis ini bisa menceritakannya dan
menyiarkannya di dalam rimba persilatan dengan memutar balikan kenyataan.
Heran. karena melihat para gadis itu, yang berjumlah semuanya tujuh orang,
mengenakan baju warna putih. Mereka juga cantik-cantik,
Murid siapakah mereka dan mengapa bisa berada di sini, Dan tangan mereka masingmasing mencekal sebatang seruling rupanya mereka memang bersenjatakan seruling,
sama seperti wanita bertelanjang bulat itu.
Cuma saja di dengar dari kata-kata gadis yang seorang itu tampaknya mereka ini
membenci sekali wanita bertelanjang bulat itu, Jika memang mereka ada
hubungannya dengan wanita bertelanjang bulat itu, tentunya mereka tidak
mengeluarkan kata-kata kasar yang di tujukan kepada wanita bertelanjang bulat
itu. Kwang Tan merangkapkan sepasang tangannya memberi hormat, dia bilang : "Nona,
kau jangan bergurau, bicaralah yang sebenarnya !"
Gadis itu tertawa tawar, "Bicara yang bersungguh2" Bergurau katamu" Mengapa kau menyangka aku bergurau"
Aku telah bicara dari hal yang sebenarnya !" bilang gadis itu, dengan sikap yang
tawar. Kwang Tan jadi mendongkol, dia bilang dengan suara agak marah: "Jika memang


Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

benar2 kalian telah menyaksikan apa yang tadi terjadi, tentu kalian melihatnya
bahwa aku berusaha beberapa kali buat meninggalkan tempat itu dari wanita...
wanita yang tidak tahu malu itu, tapi dia yang selalu melibat aku."
Gadis itu tertawa dingin, sedangkan gadis2 lainnya juga memperdengarkan suara
mendesis mengejek. "Hemmm!" mendengus gadis itu dengan suara yang dingin, "Jika
memang engkau tidak melayaninya, tentu tidak akan terjadi urusan seperti itu!
Namun berhubung engkau sama saja dengan dia, bejat moral, maka terjadi urusan
seperti itu! Hahaha, bayangkan
pemuda yang mengaku dirinya sebagai saja, seorang seorang yang
terhormat, tidak tahunya selalu berurusan dengan wanita yang bertelanjang
bulat," "Mulutmu terlalu kotor, nona!" bentak Kwang Tan sengit bukan main,
mukanya memerah karena marah, "Kau menuduh yang tidak2"
"Kami bukan menuduh!" tiba2 gadis lainnya telah berkata dengan suara yang
dingin. "Justeru kami telah menyaksikannya sendiri dan kami memang akan
menceritakannya kepada seluruh sahabat2 rimba persilatan! Kami ingin melihat,
apakah engkau masih punya muka atau tidak"!"
Kwang Tan sudah tidak bisa menahan diri, dia sudah tidak bisa mengendalikan
tubuhnya melesat sambil perasaan gusarnya, segera tangannya bergerak buat
menempeleng mulut si gadis.
Gadis itu bergerak gesit, ia mengelak ke samping, Dan gadis2 lainnya mengepung
Kwang Tan. Kwang Tang tertawa dingin.
"Hemmm, jika kulihat, kalian pun bukan sebangsa wanita baik2!" katanya dengan
suara yang tawar, "Hemm, dengan demikian tentunya engkau memang hendak mencari
persoalan denganku, dan kau, kau, kau juga!"
Sambil berkata begitu, Kwang Tan sengit sekali menunjuk gadis itu seorang demi
seorang. Dalam keadaan marah seperti itu Kwang Tan sulit mengendalikan diri. Memang ia
lihay dan juga biasanya dapat berlaku tenang, tapi ditubuh dia sebagai pemuda
yang bejat moral disamping juga sebagai seorang pemuda yang porno dan main
dengan wanita tidak tahu malu yang bertelanjang bulat dan katanya gadis itu akan
menyiarkan peristiwa itu diseluruh rimba persilatan, membuatnya jadi sengit bukan main
dicampur murka. Karenanya, dia telah memaki gadis2 itu dan dihatinya sudah memutuskan, dia tidak
akan sungkan2 turun tangan menghajar gadis2 itu.
Sedangkan gadis yang pertama datang tadi telah memperdengarkan suara mengejek,
kemudian bilangnya: "Baik, justeru kamipun hendak menangkap engkau, kami hendak
menyerahkannya nanti kepada tokoh rimba persilatan buat menyidangkan urusan ini!
Engkau telah memalukan rimba persilatan ! Sebagai orang rimba persilatan, engkau telah
melakukan perbuatan yang memalukan sekali!"
Sambil berkata begitu, serulingnya bergerak, seruling itu menyambar bukan lurus
ke-depan, melainkan menyambar dengan berputar putar.
Kwang Tang mengelakkan diri, dia menyentil seruling itu. ia tengah gusar, maka
tenaga menyentilnya kuat sekali. Tapi gadis itu memang gesit, tangannya juga
sebat, rupanya dia sudah mengetahui bahwa Kwang Tan seorang pemuda yang memiliki
kepandaian tinggi disamping sinkangnya yang kuat. Dia tidak mau serulingnya kena
disentil, dia telah mengelak dengan segera.
Belum lagi Kwang Tan menyusuli dengan serangan lainnya, dua batang seruling dari
gadis2 lainnya telah menyambar kepadanya, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kwang Tan melayani terus, sampai akhir nya dia melihat lwekang maupun ilmu silat
gadis2 itu belum terlalu tinggi, hanya saja mereka bisa memiliki cara bertempur
yang erat sekali kerja samanya satu dengan yang lainnya, mereka dapat mengisi
kelemahan kawan masing2 Dengan begitu, mereka bertujuh seperti juga barisan yang sulit sekali diterobos,
karena kerja sama yang erat yang saling menolong dan membela satu dengan yang
lainnya. Kwang Tan tertawa dingin, ia sengit sekali, dan ia pun menduga gadis-gadis ini
tentunya bukan sebangsa manusia
baik-baik, karenanya ia turun tangan tidak tanggungtanggung. Begitu ada kesempatan, dia menghantam salah
seorang lawannya dengan ilmu Pukulan Gunturnya, sehingga gadis itu menjerit
kaget, karena merasakan tubuhnya panas sekali walaupun belum terkena angin
serangan Kwang Tan. Dia mengelak, berhasil namun dia menggidik melihat sebatang pohon yang jadi
hangus. Gadis-gadis lainnya serentak menerjang lagi. tertegun sejenak, tapi mereka
Berulang kali Kwang Tan menghantam dengan ilmu pukulan Gunturnya akhirnya
barisan dari gadis-gadis itu telah kocar kacir, mereka tidak bisa mengadakan
kerja sama lagi karena masing masing jadi repot sekali selalu menghindarkan diri
dari sambaran angin serangan yang
panas seperti mengandung api.
Rupanya ketujuh gadis itu menyadari bahwa mereka sudah tidak sanggup buat
menghadapi Kwang Tan lebih lama, salah seorang bersiul maka mereka bermaksud
hendak memisahkan diri dari Kwang Tan.
Tapi Kwang Tan semakin sengit, dia bilang "Kalian jangan harap bisa meloloskan
diri dariku! Aku sekarang justru ingin mengetahui siapa kalian sebenarnya ....!"
Gadis2 itu berobah mukanya, karena mereka jadi berkuatir, telah mereka saksikan
bahwa Kwang Tan memang memiliki kepandaian yang sulit sekali dihadapi mereka.
Kwang Tan juga selalu menyerang dengan mempergunakan Pukulan Gunturnya.
"Hemm, mengapa harus mendesak gadis-gadis tidak berdaya " Benar2 pemuda tidak
tahu malu ! Sudah bejat moral, juga bermartabat rendah sekali itu !" Suara
parau, suara seorang laki2, juga dalam bukan main, seperti juga dalam suara itu
mengandung lwekang yang tinggi dan mahir.
Kwang Tan menghentikan serangannya, dia memutar tubuhnya untuk melihat orang
yang menegur itu. sedangkan ketujuh orang gadis itu telah melompat mundur
mempergunakan kesempatan tersebut, mereka bertujuh berdiri berjajar.
Kwang Tan terbeliak matanya, karena orang yang baru muncul dan menegurnya tidak
lain dari Lhama tua yang pernah merubuhkan pintu kamar dirumah penginapan ia
tambah mendongkol. Segera juga Kwang Tan menduga, semua ini pasti diatur oleh Lhama itu, Maka
dengan berang dia bilang. "Inilah yang disebut maling berteriak maling! Engkau
sendiri sebagai seorang Lhama yang beribadat dan harusnya alim, ternyata
merupakan seorang Lhama yang tidak tahu malu! Diam2 dan sangat hina merubuhkan
orang untuk menyerang dengan
memperalat gadis2 yang tidak tahu malu ini, buat daun pintu kamar membokong,
lalu melakukan hal2 yang hina sekali, menuduh aku yang tidak2 !"
"Tutup mulutmu !" bentak Lhama itu dengan suara yang bengis, "Hemm, apakah
engkau beranggapan kepandaianmu sudah mencapai tingkat yang tinggi, sehingga
dari kalangan muda berani bicara begitu kurang
ajar kepada orang yang tingkatannya lebih tinggi " Hemm, sekarang justeru aku
akan memperlihatkan kepadamu, siapa aku sebenarnya !"
-ooo0dw0ooo Jilid 35 SETELAH berkata begitu, ia menepuk tangannya! Dari balik batang2 pohon
melompat keluar tiga orang Lhama lainnya. Sama seperti Lhama yang seorang itu,
ketiga Lhama itu juga tampaknya merupakan Lhama asing, dengan mata yang ke-biru2an,
hidung mancung dan sikapnya yang sangat angkuh memandang Kwang Tan dengan sorot
mata yang sangat tajam. Kwang Tan mengawasi mereka, diam2 hatinya tercekat dan mengeluh. Pemuda ini
segera mengetahui ketiga Lhama itu juga tentunya Lhama yang lihay dan
berkepandaian tinggi seperti Lhama asing yang seorang itu.
Jika hanya menghadapi Lhama itu seorang tentu Kwang Tan tidak jeri, Tapi jika
memang keempat Lhama itu maju sekaligus ini tentu merupakan hal yang perlu
dipertimbangkan oleh Kwang Tan, karena kemungkinan besar ia sulit menghadapi
mereka berempat, karena kepandaian mereka tidak rendah.
Lhama yang seorang itu telah berkata lagi: "Hemmm, seperti telah kukatakan bahwa
aku akan membehritahukan kepadamu, siapa adanya aku ini... aku adalah Lhama dari
Persia, yang hendak membekuk kau dan akan di serahkan kepada Kaisar....Kaisar Cu
Goan Ciang, Raja Agung dari kerajaan ini, di daratan Tionggoan..!"
Sambil berkata begitu, ia mendengus beberapa kali, memperlihatkan sikap yang
angkuh sekali, baru kemudian dia meneruskan perkataannya: "Hemmm, engkau telah
menimbulkan kekacauan di kotaraja " dan juga telah membunuh seorang keponakan
Kaisar, membinasakan banyak sekali Kim ie-wie dan Gie Lim Kun. Karena itu,
engkau harus kami tangkap hidup-hidup, agar Kaisar Cu
Goan Ci ang bisa mengadilimu, agar kelak Kaisar, yang menjatuhi hukuman buat kau
...!" Sambil berkata begitu, Lhama ini mengibaskan tangannya.
Kwang Tan merasakan angin kibasan tangan Lhama itu perlahan sekali menyambar
dirinya, Hal itu membuktikan
bahwa Lhama ini mempergunakan lagi ilmunya yang aneh itu, yaitu tenaga
menghantamnya yang perlahan namun akhirnya pasti menjadi lebih kuat, datang
menerjang secara bergelombang.
Karena waktu di penginapan Kwang Tan pernah menghadapi Lhama ini dengan ilmunya
yang luar biasa seperti itu, maka Kwang Tan tidak mau membuang2 waktu lagi,
segera ia menghantam dengan mempergunakan pukulan Gunturnya.
Kuat sekali dia menghantamnya, dengan mengerahkan delapan bagian tenaga
dalamnya. Angin yang panas dan dahsyat menerjang Lhama itu, Tapi kali ini Lhama
asing itu tindak menyingkir berbeda seperti ketika dirumah penginapan.
Tampaknya dia jeri dan tidak gentar menghadapi Pukulan Guntur Kwang Tan lagi,
segera ia menarik pulang tangannya tiga orang Lhama lainnya maju selangkah
mengulurkan tangan mereka.
Tenaga pukulan Kwang Tan seperti batu yang lenyap kedasar lautan, lenyap begitu
saja, tidak dapat terus menyambar kepada Lhama itu.
Hal ini disebabkan ilmu yang aneh dari ketiga Lhama itu, dengan mempergunakan
ilmu yang tidak diketahui oleh Kwang Tan entah ilmu apa mereka telah berhasil
membendung tenaga Pukulan Guntur Kwang Tan, sampai pukulan itu tidak dapat
menerjang terus, itulah cara memunahkan pukulan yang aneh sekali.
Kwang Tan kaget juga, ia segera mengulangi lagi pukulannya. Namun sama seperti
tadi, kembali ia memukul hampa belaka, karena tenaga pukulannya tidak bisa
menyambar terus mendekati Lhama itu.
Lhama itu sebaliknya, setelah ketiga orang kawannya membantuinya, seperti
melindungi dirinya dengan tenaga gabungan ketiga Lhama itu dan ilmunya yang
aneh, dia mengibaskan tangannya.
Kwang Tan merasakan sambaran angin yang halus, Namun angin itu
berobah menjadi kuat, datang lagi gelombang angin terjangannya yang jauh lebih
kuat! Begitulah seterusnya, semakin lama jadi semakin kuat! Kwang Tan tidak
membuang waktu lagi, ia memutar tubuhnya, dia mengempos sinkangnya, dia teringat
kepada tiga jurus sinkang yang diturunkan Thio Sam Hong kepadanya. itulah cara berlatih ilmu sinkang murni
dari Bu Tong Pay. Dan Kwang Tan memang telah melatihnya, telah menguasainya cuma saja selama ini
dia tidak pernah mempergunakannya sekarang dikala ia menghadapi lawan
Lhama yang seorang itu berhasil diselamatkan kawannya, malah ia
sepasang tangannya segera menyerang dengan menderu-deru menghantam yang tangguh2 ini, ia segera mempergunakannya. ia
memakai jurus yang pertama, yang bernama "Daun Kering Di Hembus Angin".
Nama yang sederhana dari jurus sinkang yang di kerahkan pada kedua telapak
tangannya, ternyata memiliki daya gempur yang luar-biasa dahsyatnya.
Lhama itu jadi kaget diserang seperti itu oleh Kwang Tan, ia sampai berseru
perlahan, dan cepat-cepat mengempos lebih kuat tenaga dalamnya.
Di waktu itu, ketiga lhama lainnya telah menerjang maju serentak untuk mengepung
Kwang Tan dengan gabungan tenaga mereka.
Dengan kerja sama seperti itu, yang merupakan suatu kerja sama yang memang
terlatih baik dan kompak, membuat Kwang Tan tidak mudah menghadapi keempat lhama
ini. Terlebih lagi memang mereka memiliki kepandaian yang aneh, ilmu silat yang belum
pernah dilihat Kwang Tan, dengan begitu membuatnya jadi tidak bisa cepat-cepat
mengambil keputusan dalam menghadapi setiap jurus dan serangan lawannya.
Kwang Tan menarik pulang tenaganya waktu ketiga lhama berusaha menggempurnya
dengan gabungan tenaga mereka, Kwang Tan kemudian juga mundur selangkah.
ketiga hebat, kepada Kwang Tan. Dalam keadaan seperti itu, tentu saja Kwang Tan tidak mau berlaku ayal. Ia tahu,
keempat pendeta ini bukan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lawan ringan, dan ia harus dapat menghadapinya dengan sebaik-baiknya. Di samping
itu juga ia langsung mengeluarkan ilmu simpanannya, dengan mengkombinasikan,
pukulan Guntur dan sinkang yang diwarisi Thio Sam Hong, tubuh Kwang Tan berubah
seperti juga sesosok bayangan yang berkelebat ke sana-kemari.
Cepat luar-biasa gerakan Kwang Tan, maka biarpun di keroyok berempat oleh Lhama
tersebut, tetap saja ia tidak terdesak, malah ia pun selalu dapat balas
menyerang kepada lawannya itu.
Apa yang dilakukannya merupakan cara yang terbaik, karena biar kepandaian
keempat Lhama itu tinggi dan mereka mengeroyok dengan serentak, namun
kenyataannya mereka tidak berbuat banyak terhadap diri pemuda ini.
Sampai lima puluh jurus lebih, keempat Lhama itu tetap saja tidak berhasil untuk
merobohkan Kwang Tan, sedangkan buat mendesak pemuda itu saja mereka tidak
sanggup. Perlahan-lahan pertempuran itu
pertaruhan mempertaruhkan jiwa, semakin hebat menyerang dan mengeluarkan ilmu
andalan mereka. Juga tubuh mereka berkelebat2 menyerupai bayangan belaka. Bagi manusia biasa,
tentu tidak bisa melihat dengan
jelas mana Kwang Tan dan mana keempat lhama itu, karena mereka bagaikan telah bergulung2 menjadi satu dan
merupakan gumpalan belaka. Ketujuh orang gadis itu telah memandang dengan mata
terbeliak lebar2, karena tidak disangkanya bahwa Kwang Tan memiliki kepandaian
yang demikian tinggi. berobah seperti juga karena kedua pihak
Mereka membayangkan, jika tadi Kwang Tan mengeluarkan kepandaiannya seperti saat
ini, niscaya mereka sudah tidak dapat bernapas lagi.
Sedangkan kepandaian keempat Lhama itu pun sangat tinggi, membuat ketujuh gadis
itu berpikir bahwa kepandaiannya sesungguhnya memang belum berarti apa2,
dan harus berlatih diri sepuluh atau dua puluh tahun lagi, buat memperoleh
kepandaian setinggi itu. Karena itu, ketujuh gadis tersebut memandang takjub dan kagum pada pertempuran
yang tengah berlangsung. Di waktu itu, Kwang Tan merasakan tekanan tenaga dari
keempat Lhama tersebut semakin lama jadi semakin kuat dan gelanggang pertempuran
semakin sempit, karena keempat lhama itu selalu menyerang dengan memperpendek
jarak pemisah mereka, sehingga Kwang Tan jadi terdesak juga pada akhirnya,
karena gerakannya semakin sempit juga, membuatnya tidak leluasa buat menggerakkan sepasang tangan
dan kakinya. Keempat lhama itu telah melihat adanya setitik kesempatan, dimana mereka mulai
Kwang Tan. walaupun Kwang Tan
berhasil mendesak belum bisa didesak lebih hebat akan tetapi mereka yakin, kalau saja mereka
mempergunakan taktik seperti itu terus, niscaya mereka akan berhasil untuk
merubuhkan pemuda itu. Kepandaian yang tinggi mengagumkan dari pemuda itu, malah membuat keempat lhama
tersebut jadi gusar dan penasaran mereka bermaksud benar2 merubuhkan Kwang Tan,
karena kalau tidak, jika sepuluh tahun lagi, niscaya Kwang Tan kelak memiliki
kepandaian yang berada diatas tingkat kepandaian mereka, mengingat memang usia
Kwang Tan yang masih begitu muda.
Dikala itu, diantara berkesiuran angin serangan keempat lawannya, Kwang Tan
memutar otak, ia berusaha untuk memecahkan kepungan lawannya, ia hendak mencari
jalan untuk balik mendesak keempat lhama itu atau memukul pecah barisan keempat
lhama itu. Akhirnya, waktu keempat lhama tersebut tengah bermaksud menyerang serentak,
Kwang Tan melihat adanya suatu kesempatan yang sangat baik buatnya, ia segera
juga menekuk kedua kakinya, berjongkok, kemudian mementangkan kedua tangannya
sambil membentak keras tubuhnya berputar cepat sekali.
Dari kedua tangan Kwang Tan mengalir hawa yang sepanas api, itulah jurus ilmu


Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pukulan Guntur yang kelima, jurus yang hebat sekali, yang dapat menghancurkan
dan menghancurkan dan menghanguskan puluhan batang pohon sekaligus jika memang
diserang dengan jurus ini.
Keempat lhama itu kaget, mereka merasakan napas mereka sesak dan panas sekali.
Mereka juga merasakan, tenaga gempuran Kwang Tan begitu kuat, dengan demikian,
merekapun mengakui hebatnya ilmu pukulan pemuda ini.
Tapi mereka tidak memiliki kesempatan buat menghindarkan diri dari pukulan itu,
Karenanya, telah membuat mereka memusatkan tenaga dalam untuk menangkis.
Waktu itu Kwang Tan tertawa dingin, dia terus juga mengerahkan tenaga dalamnya,
Terdengar suara benturan yang dahsyat, tubuh keempat lhama itu kemudian mereka
jatuh dengan sepasang dibumi terlebih dulu.
terpental, dan kaki hinggap Mereka pun memandang dengan merah padam, kemudian pucat dan padam
lagi muka yang berobah lalu berobah merah
Tampaknya mereka kaget, kagum dan juga penasaran,
karena mereka berempat sekaligus telah berhasil dibikin terpental seperti itu
oleh Kwang Tan. Yang mengejutkan lagi mereka justeru waktu itu mereka memperoleh
kenyataan lengan jubah mereka masing2 hangus seperti terbakar.
Dengan mata mendelik, lhama yang seorang itu, yang rupanya jadi pemimpin dari ke
tiga lhama tersebut, telah mengawasi Kwang Tan, malah ia membentak dengan suara
yang bengis: "Hemm, kau benar-benar mencari mampus! Tidak salah lagi memang
kata-kata sahabat kami dengan mengandalkan kepandaianmu yang lumayan ini engkau
telah jual lagak dan menimbulkan keonaran didalam kalangan Kangouw!"
Sambil berkata begitu, tampak ia memberi isyarat kepada ketiga lhama lainnya,
dan juga terlihat ia telah menerjang terlebih dulu.
Ketiga lhama yang lainnya menerima isyarat itu, dalam keadaan masih takjub,
mereka segera menerjang maju juga. Gerakan tubuh mereka sama gesitnya.
Sedangkan Lhama pemimpin, bukan hanya menyerang, dari telapak tangannya telah
ditaburkan bubuk halus berwarna kuning.
Kwang Tan mencium harum semerbak dari bubuk halus itu, ia mengetahui tentunya
bubuk halus tersebut semacam racun atau juga obat pulas, untuk membuat ia tidak
berdaya. Kwang Tan tertawa didalam hatinya, sebagai Tabib Dewa, ia mana jeri menghadapi
segala jenis racun atau obat pulas, Karenanya ia merogoh sakunya, malah ia pun
segera ingat akan obatnya yang luar biasa, yang bisa melumpuhkan lawan.
Karenanya, setelah mengeluarkan obat pemunah racun, mencegah jangan sampai ia
keracunan kalau memang bubuk kuning itu adalah racun, segera ia menelannya.
Tangannya pun telah mengeluarkan obatnya yang merogoh saku bajunya istimewa, ia
mengibaskan tangannya. Mendadak saja keempat lhama itu merasakan tubuh mereka lemas tidak bertenaga.
Mereka kaget dan heran, juga mengeluh, tubuh mereka segera rubuh terjungkel.
Dikala itu, Kwang Tan tidak mau membuang-buang waktu, ia mengetahui
bahwa Lhama-Lhama yang berkepandaian tinggi seperti itu jika dibiarkan kelak
hidup terus dengan kepandaiannya yang tinggi, niscaya akan meminta korban yang
tidak sedikit. Disamping itu, memang mereka pun terdiri dari orangorang yang berhati jahat
sekali. Maka segera Kwang Tan melompat kedepan, ia bermaksud akan menepuk leher
dari lhama-lhama itu, karena ia ingin memusnahkan kepandaian dari keempat Lhama
itu, Akan tetapi belum lagi ia sempat menepuk leher Lhamalhama tersebut, tiba2
berkelebat sesosok tubuh yang dibarengi kata-katanya yang halus: "Hemm, sudah
kukatakan, engkau tidak bisa meloloskan diri dariku!"
Bersamaan dengan kata-kata itu berkesiuran angin yang dingin sekali. Kwang Tan
terkejut segera ia mengelak sambil melirik. Hatinya terkesiap. Senjata yang
tengah meluncur kedirinya adalah sebatang seruling, dan tangan yang mencekal
senjata itu putih halus sekali, Orang yang menyerangnya adalah seorang wanita,
Dan yang mengejutkan dialah wanita yang bertelanjang bulat itu.
Menggidik Kwang Tao membayangkan perempuan yang tidak tahu malu ini selalu saja
mengejar dan melibat dirinya. Dengan demikian tentu saja membuat Kwang Tan harus
cepat-cepat menyingkirkan diri, karena ia tidak mau memandang lebih lama lagi
tubuh yang bertelanjang itu.
"Hihihi...." wanita bertelanjang itu tertawa nyaring dikata serangan serulingnya
kena dibelit oleh Kwang Tan. "Ya Ya Ie tidak akan membiarkan engkau pergi dari
tempat ini." Dan ia menyerang lagi.
Ya Ya le, adalah seorang wanita yang mempelajari semacam kepandaian yang sesat,
Dan untuk mempelajari kepandaiannya itu, ilmu hitam, ia pun selalu harus membuka
pakaiannya, untuk dapat menghirup udara lewat pori-pori kulit tubuhnya.
Sekarang ia melihat Kwang Tan, hatinya tertarik sekali atas ketampanan pemuda
tersebut, terlebih lagi memang ia pun melihat kepandaian Kwang Tan sangat
tinggi. Karenanya secara sengaja melibatnya terus, karena ia tidak ingin
membiarkan sipemuda berlalu meninggalkan lembah itu.
Ia memang seorang wanita yang gemar sekali pemuda tampan, ia pun memang sedang
menyempurnakan ilmu hitamnya, yang memerlukan sari pemuda sebanyak 100 orang.
Dengan demikian, jika saja telah genap seratus sari pemuda yang berhasil
dihisapnya, niscaya ia bisa memiliki kepandaian yang tinggi sekali dan bisa
menyempurnakan ilmu hitamnya.
Tentu saja sari pemuda yang dibutuhkannya bukanlah pemuda2 lemah. ia
menginginkan justeru sari pemuda yang bisa disebut sebagai bibit unggul.
Maka ia jadi tertarik sekali melihat Kwang Tan yang tampan serta gagah itu,
Karenanya, mati2an ia bermaksud hendak melibat pemuda itu terus.
Sedangkan saat itu, Kwang Tan sendiri muak bukan main, ia berutang kali
menyerang Ya Ya le, dengan gempuran yang sangat kuat, karena ia bermaksud hendak
melepaskan diri. Tapi Ya Ya Ie sama sekali tidak mau mengendurkan libatannya, ia
terus juga menyerang Kwang Tan dengan hebat.
Dalam keadaan demikian, ketujuh orang gadis yang berbaris
dengan berjajar dipinggiran, telah saling pandang satu
yang lain, Dengan munculnya Ya Ya Ie, maka mereka tidak kebagian.
Memang telah menjadi maksud mereka, bahwa mereka ingin menawan
Kwang Tan, karena memang mereka bermaksud untuk mempersembahkan Kwang Tan kepada
guru mereka. Siapa sangka, didalam urusan ini terlibat banyak sekali orang-orang
yang Dengan demikian memiliki kepandaian sangat tinggi.
telah membuat mereka yang berkepandaian sedang-sedang saja, jelas sulit untuk dapat
merebut Kwang Tan. Dengan begitu ketujuh wanita itu, yang semuanya masih mudamuda, hanya bisa mengawasi saja jalan pertempuran itu, Mereka pun telah
berpikir, jika memang Ya Ya Ie dapat
dirubuhkan Kwang Tan, mereka bertujuh akan mencoba sekali lagi buat mengeroyok
Kwang Tan, Tapi jika Kwang Tan yang dapat dirubuhkan oleh Ya Ya Ie, maka mereka
akan berlalu meninggalkan tempat tersebut.
Kwang Tan merasakan betapa bernafsunya Ya Ya Ie menyerang dan melibatnya dengan
suatu serangan yang tidak ringan dan tidak boleh dipandang remeh.
Tampak Kwang Tan pun mengempos semangatnya. Kepandaian Ya Ya le memang tidak
lebih tinggi dari lhama yang seorang itu, apa lagi ketiga Lhama itu yang memang
masih memiliki kepandaian dibawah lhama pemimpin mereka!
Tapi justeru seperti lhama Ya Ya le hanya seorang diri saja, tidak itu yang
berempat memiliki ilmu yang
merupakan suatu kerja sama yang kompak.
Tengah pertempuran itu berlangsung, tangan Kwang Tan yang kiri merogoh sakunya,
Karena ia pun bermaksud mempergunakan obat bubuknya, buat merubuhkan Ya Ya le
sama seperti merubuhkan keempat lhama itu.
Tapi belum lagi Kwang Tan menarik keluar tangannya dari dalam saku, justeru
diwaktu itu tampak Ya Ya le telah
bisa menerka apa maksud Kwang Tan. ia telah tertawa dingin dan berkata dengan
sikap mengejek, sambil serulingnya menyambar buat menotok pada pundak Kwang Tan:
"Hemm, kau kira dapat merubuhkan aku dengan segala macam obat bius "! silahkan
mencobanya !" Setelah berkata begitu, segera juga ia menyerang semakin hebat.
Kwang Tan tak memperdulikan ejekan dari wanita tersebut, ia tetap saja
mengibaskan tangannya. Ya Ya le tertawa mengikik. Benar saja, ia tidak rubuh seperti biasanya orang
yang terkena obat bius Kwang Tan. Kwang Tan terkejut.
"Apakah... apakah ia memiliki ilmu pengobatan juga dan menguasai ilmu racun "!"
pikir Kwang Tan dalam hatinya, sambil beruntun tiga kali menyerang dengan
pukulan Gunturnya, guna mencegah Ya Ya le mendahuluinya menyerang padanya.
Dikala itu, Ya Ya le setelah tertawa mengikik, tangannya tidak pernah diam,
karena terus juga ia menyerang dengan
seruling ditangan kanan, sedangkan telapak tangan kirinya juga tidak hentinya
menghantam. Dengan begitu. telah membuat Kwang Tan tidak bisa berayal lagi, karena
kepandaian dari wanita ini memang tidak berada dibawah kepandaiannya.
Ya Ya le telah berkata dengan suara yang mengejek: "Hemm, ayo keluarkan seluruh
obat pulasmu, tidak nantinya nona cantik-mu ini akan dapat kau rubuhkan dengan
cara yang rendah seperti itu !"
Kwang Tan mengeluh juga. Buat merubuhkan wanita ini memang ia bisa melakukannya,
tapi tentu saja membutuhkan waktu yang cukup lama, Kwang Tan sudah muak melihat
tubuh telanjang bulat seperti itu lebih lama, ia hendak menyudahi pertempuran
itu secepat mungkin. Namun apa hendak dibilang, rupanya Ya Ya Ie memang menguasai juga berbagai macam
obat tidak terbius karenanya.
Kedua orang ini bertempur terus semakin lama jadi semakin seru. Dikala itu juga
Pusaka Para Dewa 3 Joko Sableng 22 Liang Maut Di Bukit Kalingga Pedang Dan Kitab Suci 17

Cari Blog Ini