Ceritasilat Novel Online

Pendekar Guntur 22

Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong Bagian 22


terlihat Ya Ya Ie beberapa kali berusaha untuk menotok dan hampir bius, sehingga
ia dengan dahsyat, mengenai sasarannya, jika saja Kwang Tan tidak cepatcepat
mengelakkan diri. Rupanya Ya Ya Ie sekarang kepandaiannya, sebab selain mengeluarkan seluruh
serulingnya yang menyambarnyambar semakin hebat, juga telapak tangan kirinya
telah melakukan pukulan2 dengan dahsyat.
Kwang Tan sendiri bukannya memiliki kepandaian yang lebih rendah dari Ya Ya Ie,
hanya saja, perhatiannya sering terpecahkan, karena ia tidak mau melihat jelasjelas tubuh telanjang di depannya, ia sering mengalihkan pandangannya kearah
lain, dengan demikian, tentu saja ia
tidak bisa bertempur lebih baik dan semestinya. Karena itulah, tampaknya ia
terdesak. Akhirnya rupanya Kwang Tan menyadari akan kelemahannya tersebut, walaupun
hatinya sudah bimbang, namun ia telah mementang matanya lebar2, memperhatikan
kedua tangan dari Ya Ya Ie, untuk dapat mengikuti setiap gerakannya dan
mengawasi cara menyerangnya.
Dengan begitu, Kwang Tan dapat bertempur jauh lebih baik. Dan ia pun akhirnya
berhasil juga untuk dapat mengimbangi setiap serangan Ya Ya le, tidak terdesak
seperti tadi. Setiap kali menyerang dengan kedua tangannya, mempergunakan ilmu pukulan Guntur,
maka tampak Ya Ya le agak terdesak, yang membuatnya tidak bisa bertempur dalam
jarak yang dekat, karena ia tidak kuat menahan hawa panas dari angin pukulan
tangan Kwang Tan. Terutama sekali tubuhnya yang memang putih halus seperti salju, jelas hal itu
membuat ia kuatir akan merubah kehalusan kulit tubuhnya jika terbakar tentu akan
meninggalkan cacad. Belakangan, Ya bertempur dengan bertempurnya. Ia serangan Kwang Tan tanpa
membalas menyerang, sambil berkelit kesana kemari dengan tubuh yang me-liuk2,
tampak ia meniup serulingnya.
Suara serulingnya mengalun dengan irama yang melambangkan kejorokan, karena
setiap bunyi seruling itu akan menimbulkan rangsangan birahi buat siapa saja,
terutama Kwang Tan yang berada paling dekat dengannya.
Memang Kwang Tan memiliki lwekang yang tinggi,
akan tetapi Ya Ya le pun memiliki sinkang yang terlatih mahir, karena itu, berat
juga buat Kwang Tan menindih perasaanya yang melonjak2, terlebih lagi
dihadapannya Ya Ya le sambil meniup serulingnya itu dengan meliuk2kan tubuhnya,
sehingga menambah rangsangan belaka, membuat Kwang Tan benar2 jadi tersiksa
sekali. Sengit dan marah Kwang Tan menyerang dahsyat, tapi tetap saja Ya Ya le selalu
mengelak kesana kemari dengan liuk tubuhnya yang merangsang dari bertelanjang
bulat seperti itu. Benar2 pemandangan yang akan meruntuhkan hati setiap laki2, apa lagi memang Ya
Ya le seorang wanita yang sangat cantik sekali.
Yang celaka adalah tujuh orang gadis itu. Mereka memiliki sinkang yang
belum tinggi, mereka hanya memiliki ilmu bertempur yang merupakan barisan dan
kerja sama yang baik, Tapi sinkangnya berada di bawah sinkang Kwang Tan maupun
juga Ya Ya Ie. Karena suara seruling, dan menyaksikan liuk-liuk tubuh dari Ya Ya le yang begitu
merangsang, semakin lama suara seruling juga menguasai mereka semakin
merangsang, Ya Ie juga tidak mau terlalu lama
Kwang Tan, ia merobah cara mengelakkan diri saja, dari setiap maka mereka tidak
kuat bertahan lagi, masing2 mulai meng-gerak2kan tubuh mereka dengan gerakan
yang terangsang, masing2 juga mulai melepaskan pakaian mereka sepotong demi
sepotong. Benar2 keadaan mereka kalap sekali terangsang oleh suara seruling itu, juga dari
mulut mereka terdengar suara mendesis yang merangsang.
Setelah melepaskan seluruh pakaian mereka sehingga ketujuh wanita itu pun dalam
keadaan bertelanjang bulat, maka mereka menari-nari terus, sekarang ini bisa
dipersamakan dengan tarian erotis, yang merangsang.
Dan celaka buat Kwang Tan, matanya terasa nanar, di seputarnya ada delapan orang
wanita yang bertelanjang bulat dan meliuk-liukkan tubuh mereka menari, ditambah
dengan iringan dari suara seruling yang mengandung sinkang.
Mati2an Kwang Tan menindih perasaannya, berulang kali ia menjerit nyaring untuk
membuyarkan pengaruh rangsangan itu, disertai terjangannya buat menghantam Ya Ya
Ie, akan tetapi Ya Ya Ie selalu mengelak saja, dan juga memang ia mengetahui
bahwa Kwang Tan mulai dapat dipengaruhinya.
Tujuh orang gadis itu, yang jadi korban dari suara serulingnya yang merangsang
merupakan bantuan yang tidak kecil buat Ya Ya Ie karena adanya tujuh gadis
tersebut, berarti daya rangsang buat Kwang Tan semakin kuat.
Kemana saja Kwang Tan memandang, untuk mengelakkan matanya dari pandangan
dan memuakkan hatinya, juga sangat
yang menjijikkan merangsang itu, selalu dilihatnya salah seorang wanita yang bertelanjang. Benar2
kali ini Kwang Tan menghadapi cobaan yang membuat dia tidak berdaya lagi dan
tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Gunturnya, semakin serangannya dengan
ilmu pukulan lama juga semakin lemah, karena
pikiran Kwang Tan waktu itu tengah kacau bukan main. Ya Ya Ie terus juga meniup
serulingnya, semakin lama semakin halus, seperti suara ajakan tengah merayu.
Hebat memang cara Ya Ya Ie seorang gadis yang berusaha menguasai Kwang Tan,
pemuda itu pun merasakan bahwa ia hampir tidak tahan dengan keadaan yang
dihadapinya. Hatinya berdegup keras, pikirannya mulai dibayangi oleh perasaan yang kurang
baik menjurus ke porno, dan ia sendiri merasakan sepasang tangannya seperti
sudah tidak menuruti perintah hatinya keseluruhannya, karena kedua tangan itu
berulang kali hendak membuka bajunya.
Kwang Tan mengeluh, jika memang ia dirubuhkan Ya Ya Ie, niscaya ia akan rubuh
dengan sia-sia dan percuma, hina dan rendah sekali.
Karena jika ia rubuh, bukan sekedar rubuh dalam suatu pertempuran belaka, ia
rubuh tentu akan melakukan suatu yang hina dan rendah sekali, inilah yang
mengerikan Kwang Tan. Rangsangan seperti itu, yang merupakan cumbu rayu setan yang menakutkannya,
membuat Kwang Tan tidak hentinya masih berusaha untuk mengempos sinkangnya, guna
melawan terjangan pengaruh dari rangsangan seruling wanita itu.
Di saat itu, keempat orang Lhama itu, mereka dalam keadaan lemas. Tapi mereka
dalam keadaan sadar, karenanya, mereka bisa melihat pemandangan yang membuat mereka "asik" sekali.
Mereka memang memiliki sinkang yang tinggi, tapi mereka tidak bermaksud untuk
membendung pengaruh seruling dari Ya Ya le karena memang begitu terpukau melihat
tubuh yang mulus dan putih bersih, seperti kapas
atau salju, betapa tengah menari2 dalam keadaan merangsang sekali, maka keempat
Lhama itu tidak kuat lagi menahan hatinya, gugurlah imannya, karena waktu itu
juga, dengan langkah kaki yang lesu dan lemah, mereka berdiri dan ikut menari
perlahan-lahan, dan juga mereka telah menghampiri gadis2 itu.
Tahu2 mereka telah memilih salah seorang gadis untuk mereka masing2, jadi empat
orang gadis, Mereka bergulingan di atas tanah Siang-siang para Lhama itu telah
membuka pakaian mereka. Dan juga, mereka mendengus keras sekali dengan napas yang memburu, Di samping
itu ketiga orang gadis lainnya yang tidak kebagian telah menyerbu kepada mereka
juga, kepada Lhama2 itu, karena mereka telah berusaha untuk merebut Lhama
tersebut dari tangan kawan mereka.
Mereka telah di kuasai oleh pengaruh yang bukan main kuatnya, yang begitu
merangsang. Mereka lupa sama sekali apa yang mereka lakukan, benar-benar
perbuatan yang sangat rendah dan hina sekali, suatu perbuatan yang benarbenar
akan membuat mereka bunuh diri jika memang
mereka menyadari apa yang mereka lakukan itu.
Karena itu, jika saja suara seruling itu tidak mempengaruhi mereka, tentunya
mereka tidak terpengaruh sehebat itu.
Ya Ya le hanya bersorak didalam hatinya, karena ia girang sekali menyaksikan
semua itu. Hatinya girang, karena dengan menyaksikan apa yang ada di hadapannya
terangsang, tiupan merangsang.
Dan juga, yang celaka adalah tujuh gadis itu dengan empat orang Lhama mereka
jadi "buas" sekali, karena mereka di waktu itu telah menjadi binatang-binatang
jalang!" Demikian juga halnya dengan Kwang Tan semakin lama itu, membuat ia sendiri
sangat serulingnya jadi semakin hebat merangsang, membuatnya oleh nafsu
berahinya, ia suara seruling itu, semakin
benar2 jadi tersiksa sekali merasakan tidak lama lagi tentu ia akan dipengaruhi
oleh suara serulingnya Ya Ya Ie.
Bahkan di waktu itu tampak Kwang Tan mulai gugur imannya, pemandangan yang
disaksikannya, di mana empat orang Lhama bergumul dengan tujuh gadis cantik
diatas tanah, membuat ia tidak dapat menahan segalanya.
Dengan muka yang merah padam dan juga dengan sikap yang tegang dipengaruhi oleh
nafsunya, ia melangkah satu demi satu mendekati Ya Ya le.
Sedangkan Ya Ya le memasang aksi yang lebih merangsang sambil terus meniup
seruling malah Ya Ya Ie telah mulai duduk, agak merebahkan tubuhnya di atas
rumput. Terus juga ia meniup serulingnya, menantikan Kwang Tan.
Kwang Tan benar2 sudah tidak tahan karena itu, segera juga lenyap segala
persiapannya untuk dapat mengendalikan diri, pemandangan yang disaksikannya,
empat lhama itu, dengan tujuh gadis itu, yang berdengus buas sekali membuat
Kwang Tan jadi lenyap seluruh perbentengannya.
juga rambutnya digelung berwarna biru.
Diwaktu itu, ia tengah tubuhnya melesat dengan lincah namun para pengejarnya pun
memiliki ginkang yang tinggi, sehingga dapat mengejarnya dengan cepat.
Gadis itu tampaknya hendak meloloskan diri dari kejaran para pengejarnya.
Namun para pengejarnya tidak mau membiarkan gadis itu lolos dari kejaran mereka.
Juga suara mereka berisik sekali dalam pengejaran itu. Senjata mereka sering di
acungkan untuk menyerang, jika memang mereka sudah dapat mengejar lebih dekat
pada gadis itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karena memang tampaknya ia sudah tidak kuat lagi buat mempertahankan
dirinya...dengan muka yang memerah panas, mata yang memandang aneh, dan Kwang
Tan pun merasakan tubuhnya menguap seperti sedang mengeluarkan uap yang panas
sekali, ia melangkah setindak demi setindak menghampiri Ya Ya le, yang tengah
menelentang itu, napas Kwang Tan panas dan memburu keras....tangannya pun telah bergerak2 untuk membuka
pakaiannya sendiri....! ooooo)OdwO(ooooo DILUAR mulut lembah terpisah belasan lie tampak belasan orang yang berpakaian
seragam kerajaan, sebagai tentara kerajaan, mereka pun membekal senjata tajam,
tengah berlari2 mengejar seseorang.
Orang yang di kejarnya adalah seorang gadis berusia dua puluh tahun dengan wajah
yang manis sekali, cantik dan dua dengan bajunya yang
berlari dengan cepat sekali, Gadis tersebut sendiri mencekal sebatang pedang di
tangan kanannya, yang siap akan dipergunakannya jika saja para pengejarnya itu
berhasil mengejarnya. Rupanya, dugaan gadis itu, bahwa ia tidak bisa meloloskan diri dari para
pengejarnya itu benar juga, karena dikala itu, memang tampak beberapa
pengejarnya berhasil mengejarnya jauh lebih dekat dari yang lainnya.
Malah dua orang di antara mereka teluk melepaskan senjata rahasia.
Gadis itu merasakan berkesiuran angin serangan yang tajam dan sangat kuat. ia
berkelit. Cuma saja, akibat ia sejenak, walaupun hanya berkelit, larinya jadi terhenti
beberapa detik, tokh hal ini merupakan kesempatan yang sangat besar buat para
pengejarnya, beberapa orang pengejarnya yang paling depan malah telah berhasil
menyandak si gadis, mereka menghadang dan mengurung gadis itu,
Gadis itu berhasil menghindarkan diri dari serangan senjata rahasia, akan tetapi
lekas ia mengeluh juga, sebab
para pengejarnya telah berhasil mengurung dan menghadangnya, jelas ia sudah tidak memiliki kesempatan
buat meloloskan diri lagi. Dilihatnya, betapa sisa dari para datang dekat, tidak
lama lagi tentu mengepung, guna mengeroyoknya.
Dikala itu, si gadis sudah tidak memiliki pilihan lain, maka sambil berseru
nyaring, tubuhnya berkelebat sangat cepat, dia telah kepada beberapa bermaksud
untuk menerobos penghadangan orang-orang itu.
pengejarnya telah mereka akan bantu menyerang dengan pedangnya bertubi2 orang penghadangnya itu, karena ia Tapi para
tentara itu pun telah melakukan perlawanan dengan senjata mereka yang menyambar2
dengan cepat dan kuat, karena sebagian dari mereka telah berusaha menangkis
pedang si gadis, sedangkan waktu itu beberapa orang lainnya telah membacok dan
menikam kepada si gadis. Gadis itu lincah, hanya saja ia dikeroyok demikian banyak lawan, membuatnya jadi
tidak dapat bergerak leluasa, ia terdesak.
Terlebih lagi di saat itu, tentara yang lain telah datang dan tiba ditempat itu,
tujuh orang tentara yang ketinggalan tadi telah ikut, maju mengeroyok. Maka
gadis tersebut semakin terdesak juga.
Dengan begitu, gadis ini jadi mengeluh didalam hati, ia berpikir keras karena ia
hendak mencari jalan keluar, agar dapat menghadapi lawan2nya itu.
Begitulah, terdengar suara bentakan yang bengis dari para tentara kerajaan itu,
Ada yang menganjurkan agar gadis ini menyerahkan saja baik2, karena kalau sampai
tubuhnya terluka, tubuh yang begitu halus, dengan wajah yang cantik, tentu akan
rugi sendiri. Ada juga yang mengejek. Ada yang memaki dengan kata2 yang kotor, Gadis itu jadi
kalap bukan main. Walaupun ia terdesak, tokh kenyataannya ia masih terus melakukan perlawanan yang
gigih. Lewat beberapa jurus, bahunya terluka ringan, bajunya robek dan kulitnya
tergores sehingga mengeluarkan darah. Tapi luka pada bahunya itu membuat si
gadis jadi kalap, ia berseru nekad, dengan pedang yang diputar cepat sekali, ia
menyerang beruntun, menikam dan menabas berulang kali.
Dengan demikian telah membuat para tentara kerajaan itu tidak dapat mendesaknya
buat sementara waktu. Tapi mereka tetap mengepung ketat sekali, karena memang
mereka tidak mau membiarkan gadis itu meloloskan diri dari kepungan mereka,
terlepas seperti tadi. Gadis itu terus juga mengamuk seperti seekor singa yang terluka, napasnya
memburu keras. Ia menyadarinya, jika saja keadaan seperti ini berlangsung lebih
lama lagi, tentu ia akan rubuh dengan sendirinya, sebab ia akan kehabisan
tenaga. Ia berpikir keras, sambil mengamuk seperti itu ia berusaha mencari kesempatan
buat dapat menyingkirkan diri dari kepungan lawan-lawannya itu.
Waktu itu, terlihat para tentara kerajaan mulai memperketat lagi kepungan
mereka, sebab mereka melihat si gadis telah bernapas memburu, dan juga telah
lemah seperti kehabisan tenaga. Karena itu, mereka bermaksud mempergunakan
kesempatan ini buat cepat2 merubuhkan si gadis dan menawannya.
Gadis itu mengeluh, hampir saja ia menangis karena bingung dan marah. Sambil
diiringi dengan seruan nyaring, segera juga pedangnya diputar sekeliling dirinya
buat melindungi dirinya. Dikala itu terlihat, belasan tentara kerajaan memperhebat serangan mereka.
Sedangkan gadis itu merasakan matanya semakin lama jadi semakin berkunang2, dan
juga tubuhnya mulai lemas tidak bertenaga, sebab tenaganya mulai habis,
pedangnya sudah tidak dapat diputar dengan rapat seperti tadi.
Dua kali pedangnya terbentur dengan senjata lawannya dan ia merasakan telapak
tangannya itu pedih sekali, pedangnya itu hampir saja terlepas dari cekalannya.
Para tentara kerajaan itu mengeluarkan ejekan yang semakin kotor, membuat gadis
ini benar2 jadi gusar tidak terkira.
Dengan segera ia menggerakkan pedangnya mengempos seluruh sisa tenaganya, ia
menikam salah seorang tentara yang ada di hadapannya, karena ia bermaksud hendak
mengadu jiwa dengan lawannya.
Pedang itu meluncur kearah lawannya, tapi golok lawannya menangkisnya dengan
keras. "Tranggg !" pedang itu terpental dan terlepas dari cekalan tangan sigadis.
Muka gadis itu berobah jadi pucat.
"Hahaha !" banyak tentara kerajaan itu tertawa dengan suara yang mengejek.
"Sekarang engkau harus menyerah secara baik2, karena kami tidak bermaksud ingin
mempersakiti engkau! Tapi jika engkau menimbulkan kesulitan. hemmm, hemmm, tentu
kamipun tidak akan berlaku sungkan lagi !"
Sambil berkata begitu, beberapa orang tentara kerajaan tersebut telah maju


Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mendekati sigadis. Sedangkan sigadis tampaknya jadi gugup, ia telah kehabisan tenaga, ia mundur
dengan muka yang berobah pucat karena bingung dan marah.
Waktu ia mundur seperti itu, justeru beberapa orang tentara kerajaan yang
dibelakang nya telah maju tahu2 mengulurkan tangan mereka mencengkeram ramai2
lengan sigadis. Gadis itu tersadar dikala ia merasakan tangannya dicekal oleh para tentara
kerajaan tersebut, ia berusaha meronta, akan tetapi ia tidak berhasil, membuat
para tentara kerajaan tersebut tertawa bergelak-gelak, merekapun mengeluarkan
kata2 yang kotor. Si gadis mengeluh. Dengan ditawannya dia, berarti dia tidak akan berdaya lagi mengadakan
perlawanan. Apalagi sepasang tangannya seketika diikat oleh tali yang tebal
sekali. Pasukan tentara tersebut rupanya seorang yang kasar dan juga berjiwa rendah, dia
mencolek2 pipi dan dada si gadis. Bukan main murkanya si gadis, jika memang
diwaktu itu ia memperoleh mempergunakan mempergunakan kebebasannya, pedangnya,
pedangnya buat sehingga dia bisa niscaya dia akan menikam mati tentara
tersebut. Dengan kasar ia didorong agar jalan, untuk dibawa kembali ke kotaraja.
Dikala itu, dari arah depan berlari-lari seseorang yang cepat sekali. Suara
siulannya terdengar nyaring, Tidak lama kemudian orang itu telah tiba di depan
para tentara kerajaan tersebut, dan ia seorang laki2 bertubuh cebol.
Namun cara berpakaiannya sebagai seorang tojin, tojin itu memiliki muka yang
seperti kanak-kanak sepasang tangannya juga pendek-pendek.
"Ihhhh!" para tentara itu mengeluarkan seruan kaget, tapi mereka cepat-cepat
bersiap sedia, karena mereka tampaknya mengetahui siapa adanya tojin cebol itu.
"Mi Liang Tojin, jangan ganggu kami !" kata pemimpin tentara itu dengan suara
yang tawar. "Hemmm, memang pinto tidak bermaksud mengganggu kalian !" menyahuti
tojin tersebut. "sekarang kalian bebaskan gadis itu !"
Pemimpin tentara itu tertawa dingin.
"Mi Liang Tojin, tampaknya engkau tidak takut lagi pada hukum kerajaan, tahukah
engkau, jika memang kau mengganggu kami, berarti engkau mencari2 urusan dengan
Kaisar.!" Tampaknya pemimpin tentara itu bermaksud menggertak tojin itu dengan nama
Kaisar. Tapi Mi Liang Tojin tertawa dingin. "Hemmm, aku tidak perduli siapa yang ingin
kau tampilkan buat menggertakku" Aku tidak takuti Kaisar! Tidak takut juga para
Raja Langit atau juga Raja Laut, Dengan demikian jika memang kalian tahu diri,
ayo bebaskan gadis itu?"
Sambil berkata begitu, segera juga ia mengibaskan lengan bajunya.
Para tentara kerajaan itu menduga tojin itu menyerang mereka, semuanya bersiap2.
Akan tetapi tojin itu cuma mengibaskan tangannya belaka, sama sekali tidak
bergerak dari tempatnya, ia tidak menyerang.
"Ayo cepat bebaskan gadis itu ! Mengapa kalian cuma bengong saja"!" bentak tojin
itu dengan nyaring, "Apakah menanti pinto turun tangan"!"
Muka pemimpin tentara itu berobah, ia memang tahu tojin ini memiliki kepandaian
yang tinggi, Tapi biar bagaimana ia juga merasa malu di hadapan anak buahnya
kalau menyerah begitu saja.
Mukanya berobah merah sejenak, kemudian dia tertawa dingin, katanya dengan
tawar: "Baiklah Mi Liang Tojin, jika memang engkau tidak mau menyingkir, kami
akan menerjang membuka jalan!"
Tojin cebol itu tertawa bergelak-gelak.
"Hahaha, rupanya kau telah makan nyali harimau sehingga berani membentur aku"!"
katanya dengan suara yang mengejek, lalu ia melompat, tubuhnya yang cebol itu
seperti bayangan belaka, telah melayang dengan kedua tangan yang bergerak sangat
cepat mengandung kekuatan tenaga dalam yang dahsyat.
"Praangggg...! Prangggg !" Terdengar beberapa kali suara yang nyaring itu, Entah
beberapa batang senjata dari para tentara kerajaan itu telah terpental dan
terlepas dari cekalan tangan mereka masing2, dan malah tubuh empat orang tentara
kerajaan telah terpelanting dan bergulingan ditanah.
Bukan main murkanya pemimpin tentara kerajaan itu, ia memang takut, akan tetapi
ia pun tidak mau mengalah begitu saja. Maka ia memberikan isyarat lagi kepada
anak buahnya dimana tampak mereka serentak menerjang dengan senjata masing2.
Tojin cebol itu tertawa dingin dan tampak kedua tangannya digerakkan.
Terdengar suara jeritan yang menyayatkan karena beberapa orang tentara kerajaan
yang terkena serangan telapak tangan lojin cebol itu seketika jadi terpental dan
ambruk di tanah tanpa bergerak lagi, karena diwaktu itu mereka pingsan tidak
sadarkan diri. Pemimpin tentara kerajaan itu tampaknya ciut nyalinya, dengan
membawa sigadis baju biru, ia bermaksud menyingkirkan diri, Tojin itu tidak
mengejarnya, melainkan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menggerakkan tangan kanannya, ia menyentil sebutir batu kecil. Batu itu melesat
sangat cepat sekali, akan tetapi yang hebat batu itu menyambar dengan disertai
oleh kekuatan tenaga dalam yang dahsyat.
"Tokk!" punggung dari pemimpin tentara kerajaan yang kena tertotok.
Tubuhnya seketika terjungkel bergulingan di tanah, ia pun menjerit jerit. Si
Tojin cebol tidak memperdulikan tentara kerajaan itu,
ia membangunkan si gadis kemudian di tuntunnya, diajak untuk memasuki lembah
itu. Mereka berlari2 dengan cepat sekali, dan ketika hampir mendekati mulut lembah,
justeru mata si tojin cebol itu melihat sesuatu di kejauhan, orang-orang yang
bertelanjang bulat dan tengah bergumul, laki perempuan.
Tojin itu mengeluarkan seruan tertahan. Si gadis heran, ia pun memperhatikan
kearah mulut lembah yang diawasi tojin itu, ia menjerit kaget dan malu, mukanya
cepat2 ditutup dengan kedua tangannya, matanya juga di pejamkan rapat-rapat.
Dan ia memutar tubuhnya buat menjauhi diri. Tojin itu tertawa.
"Mengapa harus bersikap seperti itu " Bukankah, tadi engkau telah terlanjur
melihat "!" Tojin cebol tersebut tidak meneruskan perkataannya, karena di waktu
itu ia telah menyaksikan betapa seorang pemuda, yang tangannya perlahan-lahan
dengan sikap yang tegang tengah membuka pakaiannya, berjalan menghampiri
wanita telanjang yang tengah rebah dengan meniup seruling.
Suara seruling itu juga telah didengar oleh tojin tersebut. Suara seruling yang
mengandung kekuatan sinkang dan pengaruh yang merangsang.
Tojin tersebut tersenyum, ia menjejakan kedua kakinya, tubuhnya segera melesat
kedepan. Tahu-tahu ketika tubuhnya meluncur turun, ia menghantam dengan tangan
kanannya. Telapak sinkang yang dahsyat sekali, menyambar kepada wanita telanjang yang
tengah meniup seruling itu.
Bukan kepalang kagetnya Ya Ya Ie. Sebenarnya ia tengah senang bukan main melihat
Kwang Tan telah berhasil dipengaruhinya dan
telah membukai bajunya, maka ia hanya menanti, dan tiupan serulingnya semakin
lama terdengar jadi semakin merdu dengan irama yang semakin merangsang, semakin
perlahan. Seperti bisikan seorang gadis yang tengah terangsang oleh birahi.
Akibat pukulan dari tojin cebol itu, yang datangnya begitu mendadak sekali,
membuat Ya Ya Ie jadi kelabakan juga, ia tengah mencurahkan seluruh perhatiannya
pada Kwang Tan dan tengah girang.
Karena itu, ia tidak memperhatikan kedatangan dari Mi Liang Tojin. Hanya tahu2
tenaga serangan Mi Liang Tojin telah datang dekat sekali.
Segera juga ia mengelak. Karena melompat berkelit ia tidak meniup serulingnya beberapa kali.
tangan kanannya itu mengandung kekuatan Kwang Tan seperti baru tersadar dari
mimpinya. Karena suara seruling itu lenyap selama beberapa detik, ia terlepas
dari pengaruh hitam Ya Ya Ie.
Sedangkan gadis2 yang bertujuh itu juga tersadar. Mereka kaget tengah bergumul
dengan keempat Lhama itu. Mereka menjerit kaget se-jadi2nya dan meronta.
Tapi Ya Ya Ie segera meniup pula serulingnya, sambil tubuhnya me-liuk2. Diwaktu
itu, keempat Lhama itu dan tujuh orang gadis itu, bergumul lagi, sinkang tujuh
orang gadis itu memang masih rendah, maka mereka dapat dipengaruhi lagi.
Berbeda dengan Kwang Tan. Begitu ia terlepas beberapa detik dari irama seruling
tersebut, seketika ia mengempos semangatnya, sehingga ia tidak terpengaruh lagi.
Cuma saja ia jadi kaget dan malu, memperoleh kenyataan sebagian dari pakaiannya
telah dilepaskannya. Tapi Kwang Tan tidak memiliki kesempatan buat mengambil
pakaiannya itu. Ya Ya le terus juga meniup serulingnya dimana irama serulingnya itu semakin lama
jadi semakin Dalam keadaan seperti itu, tampaknya memperoleh kesulitan, karena
pemusatan walau pun ia telah mengepos seluruh kekuatan tenaga dalamnya, tetap
saja tidak bisa menjadi satu dan selalu buyar.
Jika memang pamusatan pikirannya buyar lagi, maka akan menyebabkan ia akhirnya
terpengaruh lagi oleh suara seruling itu yang sangat merangsang.
Mi Liang Tojin, berseru: "Kerahkan pernapasan kejalan Cit-hiat, kemudian juga
jalan darah Mo hiat dibuntu, merangsang. Kwang Tan
pikirannya, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
disalurkan sinkang kejalan Liong hiat !" Berseru Tojin itu yang di tujukan buat
Kwang Tan. Sedangkan sambil berseru seperti itu. Mi Liang Tojin telah
menjejakkan kedua kakinya, tubuhnya dengan segera melesat dan menghantam lagi
kepada Ya Ya Ie. Ya Ya le telah meniup serulingnya dengan mengerahkan ilmu-hitamnya, akan tetapi
tetap saja ia tidak berhasil untuk mempengaruhi tojin cebol itu.
Mi Liang Tojin sama sekali tidak terlihat tanda-tandanya akan terpengaruh, ia
malah dapat menyerang terus bertubitubi.
Di kala itu Kwang Tan yang mendengar anjuran dari Tojin cebol itu, seketika
mencobanya. Benar saja, setelah ia menuruti petunjuk dari lojin itu, ia merasa
lagi. ia tidak terpengaruh lagi oleh suara seruling Ya
Ya Ie, ia pun dapat mengerahkan tenaga dalamnya dengan leluasa.
Girang dan berterima kasih Kwang Tan pada tojin cebol itu. Pertama-tama yang
dilakukannya adalah mengambil pakaiannya yang tadi sempat dibuka dan di
lemparkannya, ia memakainya kembali,
Lalu Kwang Tan berdiri sejenak buat menyaksikan Mi Liang Tojin yang tengah
bertempur dengan Ya Ya Ie. Semakin lama Ya Ya Ie jadi terdesak, karena ia selalu
mengelak kesana-kemari dengan meniup seruling, sehingga ia tidak bisa memberikan
perlawanan. Dan akhirnya ketika melihat suara serulingnya sudah tidak membawa pengaruh lagi
buat tojin itu juga Kwang Tan, ia berhenti meniup serulingnya dan mulai
menyerang dengan hebat kepada Mi Liang Tojin, setiap serangan nya mengandung maut.
Suara seruling telah lenyap, dan tujuh gadis yang tengah bergumul seru dengan
keempat Lhama itu, jadi kaget dan tersadar dan mereka menjerit keras sekali,
berusaha berdiri. Bukan main malunya mereka, dan mereka pun murka sekali, Segera mereka mengambil
baju masing-masing sambil menangis.
Mereka melakukan pengambilan baju mereka dengan ter
gesa2, ketika mereka mengenakan baju mereka kembali ternyata salah mengambil,
karena mereka mengambil baju kawan mereka, sehingga tampaknya dengan salah baju
yang yang lain ukuran ini membuat mereka semakin panik.
Tapi ini jauh lebih baik di bandingkan mereka harus bertelanjang terus seperti
tadi. Tanpa membuang waktu lagi, tujuh orang gadis itu segera juga melesat ringan
meninggalkan tempat itu, terdengar isak tangis mereka, karena mereka tadi, di
luar sadar telah melakukan suatu perbuatan yang mesum sekali, yang telah sempat
mereka lakukan ! Keempat lhama itu juga tidak terpengaruh lagi oleh suara seruling, tapi mereka
tidak menyesal, Malah yang mereka sesalkan mengapa suara seruling yang ditiup
oleh Ya Ya Ie berhenti, sehingga mereka tidak bisa menikmati lebih jauh
kemulusan tubuh tujuh orang gadis itu, yang kini telah pergi menghadang !
Keempat Lhama itu bangun berdiri. Mereka mengerahkan tenaga dalam mereka. Lancar
kembali. Karena obat bubuk Kwang Tan telah lenyap pengaruhnya termakan oleh sang
waktu. Dengan segera keempat lhama itu mengenakan jubah mereka, tahu2, salah seorang
diantara mereka, Lhama yang jadi pemimpin itu memberikan isyarat, segera keempat
Lhama itu menerjang kepada Kwang Tan.
Walaupun perhatiannya tengah tercurahkan mengawasi jalannya pertempuran antara
Mi Liang Tojin dengan Ya Ya le, akan tetapi Kwang Tan waspada.
Ketika mendengar menyambarnya angin serangan dari segala penjuru,
mengelakkannya, keempat Lhama biarpun sinkang mereka telah pulih, namun belum lagi pulih
keseluruhannya. Keempat Lhama itu setelah melompat mundur, dengan muka yang merah padam karena
murka dan penasaran, segera melompat menyerang lagi. Mereka berlaku waspada
sekali, karena mereka tidak mau jika rubuh oleh obat bius Kwang Tan pula.
Sedangkan Kwang Tan melayani mereka dengan tenang, Satu kali, ketika ada
kesempatan Kwang Tan malah berhasil menghantam telak sekali dada salah seorang
Lhama dengan salah satu pukulan Gunturnya.
"Bukkkk!" Tubuh Lhama itu terpental dengan dada yang hangus, Hanya saja,
disebabkan Lhama itu memiliki latihan sinkang yang kuat, maka ia tidak
terbinasa, ia hanya menggeletak ditanah sambil mengerang.
Ketiga orang Lhama lainnya segera menerjang pula kepada Kwang Tan, namun nyali
mereka mulai ciut, mereka mengakui bahwa Kwang Tan memang seorang pemuda yang
benar2 tangguh dan memiliki kepandaian yang tinggi karena biarpun mereka
berempat dan masing2 Kwang Tan tanpa menoleh telah segera ia balas menyerang, memaksa itu harus
melompat mundur, karena memiliki kepandaian yang tinggi, namun kenyataannya
Kwang Tan bisa menghadapi mereka dengan baik sekali.
Dikala itu Mi Liang Tojin dengan Ya Ya le memang memiliki kepandaian tinggi,
sedangkan Mi Liang Tojin juga berkepandaian tinggi, karena itu, mereka berdua
bertempur berimbang. Angin senangan kedua orang ini berkesiuran tidak hentinya, sampai satu kali Ya
Ya Ie berseru: "Hati2 seranganku ini !" Dan seruling nya itu meluncur akan
menyerang Mi Liang To jin. Tapi yang luar biasa, dikala seruling itu menyerang,
justeru Ya Ya Ie melepaskan
cekalannya pada serulingnya.
Maka seruling itu Liang Tojin.
Mi Liang Tojin menyambar kuat sekali kedada Mi
terkejut, ia menyampok dengan tangannya.
Hanya saja, seruling itu seperti juga memiliki mata, sebab ia bisa merandek dan
tahu-tahu menukik ke bawah dan telah menyambar keperut Mi Liang Tojin.
Hebat memang cara menyambar seruling itu, waktu Mi Liang Tojin menghindarkan
diri, justeru seruling itu telah berobah arah lagi, menyambar pulang kepada Ya
Ya le, sehingga Ya Ya Ie bisa menanggapi lagi serulingnya tersebut.
Begitu mencekal serulingnya, tubuh Ya Ya Ie yang bertelanjang bulat tersebut
telah meluncur lagi untuk menotok beberapa jalan darah di tubuh Mi Liang Tojin.
Mi Liang Tojin sendiri tidak mau membuang2 waktu, ia segera balas menyerang dua
kali, begitu ia mengelakan diri dari serangan Ya Ya Ie.
Tojin cebol ini juga telah mengetahui bahwa kepandaian lawannya ini memang
tinggi, dan tidak boleh ia menghadapinya dengan setengah hati, jika memang ia
kurang waspada, jelas ia akan terkena serangan lawannya itu tanpa ampun lagi,
malah kemungkinan ia bisa mati atau juga terluka parah.
Dikala itu, Kwang Tan yang tengah menghadapi terjangan ketiga Lhama, sekonyongkonyong tubuhnya melesat, sambil menyerang sekaligus dengan kedua telapak
tangannya. "Dukkk, dukkkk, dukkkk !" tenaga ketiga Lhama itu saling bentur dengan tenaga
dalam Kwang Tan, terdengar begitu keras sekali.
Tubuh Lhama-lhama itu mundur terhuyung karena mereka tidak kuat menahan hawa
panas yang terkandung dalam pukulan Kwang Tan tersebut.
Malah salah seorang segera berjongkok menggendong kawannya yang terluka dan
dadanya telah menghitam itu, buat dibawa kabur. Demikian juga dengan kedua Lhama
lainnya, yang segera juga memutar tubuhnya, meninggalkan tempat itu.
Kwang Tan tidak mengejarnya, ia berdiam diri mengawasi jalannya pertempuran
antara Mi Liang Tojin dengan Ya Ya Ie.
Waktu itu kedua orang yang tengah mengukur kepandaian itu tampaknya sama2 hebat
dengan demikian membuat Kwang
dan berimbang, Tan akhirnya bermaksud untuk menolongi.
Tanpa berpikir dua kali, ia menjejakkan kaki nya, tubuhnya seketika telah
melesat ketengah udara bagaikan seekor burung rajawali, lalu meluncur turun
dengan kedua tangannya yang menyambar kepada Ya Ya le,


Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ya Ya Ie melihat dirinya. Cepat-cepat menjejakkan lagi kakinya, meninggalkan
tempat itu. samarsamar masih terdengar ancamannya: "Nanti aku akan
mencari kalian buat menyelesaikan urusan ini....!"
Kwang Tan menghela napas, Memang luar biasa sekali wanita yang bertelanjang
bulat itu, yang kepandaiannya memang tinggi sekali.
Mi Liang Tojin menghela napas, setelah melihat Ya Ya Ie menghilang, ia tertawa.
"Hemmm, engkau hampir saja menjadi korban Ya Ya Ie !" ujar Mi Liang Tojin.
Kwang Tan mengangguk. "Ya jika memang Cinjin tidak segera datang menolongiku, tentu aku telah menjadi
korbannya, melakukan perbuatan yang hina sekali. Terima kasih atas pertolongan
locianpwe." Mendengar perkataan Kwang Tan, Mi Liang Tojin, telah mengulapkan tangannya.
"Jangan banyak peradatan... jangan banyak peradatan !" katanya kemudian
"Walaupun tidak menyukai wanita itu keadaan yang tak menguntungkan
dia melompat mundur. Kemudian bagaimana, memang aku yang mengumbar nafsu
birahinya untuk menyempurnakan ilmu hitamnya.... jika memang ia berhasil melatih
ilmu hitamnya itu, niscaya aku sendiri tidak akan sanggup buat menghadapinya !"
Kwang Tan mengangguk, kemudian tanyanya: "Bagaimana caranya locianpwe mengetahui
bahwa wanita cabul itu tengah mengumbar kecabulannya disini "!"
Mi Liang Tojin seketika teringat seseorang ia menoleh. Dilihatnya gadis berbaju
biru tengah mendatangi ragu2 kepadanya.
"ltulah dia !" tunjuknya kepada gadis itu, "Pinto baru saja menolongnya... dan
kebetulan lewat ditempat ini, menyaksikan urusan yang sangat memalukan itu, segera juga
pinto turun tangan untuk menolongi dirimu. Cuma saja kasihan nasib ketujuh gadis
itu, tampaknya mereka telah menjadi korban dari pengaruh seruling Ya Ya Ie! Dan
juga, siapakah keempat lhama itu, tampaknya kepandaian mereka sangat tinggi
sekali !" Kwang Tan mengatakannya: "Jika tidak salah mereka adalah orang-orang Persia !"
"Hemm, pantas, mereka adalah orang2 asing, Tapi kepandaian mereka tidak boleh di
pandang rendah...!" kata Mi Liang Tojin.
Kwang Tan mengangguk. "Ya...!" katanya kemudian, "Memang dilihat demikian, cukup
banyak orang2 asing berkepandaian tinggi berkumpul di kotaraja!"
Bola mata Mi Liang Tojin menatap tajam sekali mengawasi Kwang Tan. "Kau
tampaknya memiliki kepandaian yang tidak rendah, tidak berada di sebelah bawah
kepandaianku siapakah gurumu"!" tanya Mi Liang Tojin.
Kwang Tan ragu2, namun akhirnya ia menyahuti: "Maafkanlah locianpwe,
sebenarnya.... guruku itu seorang yang tidak senang di sebut2 namanya !" kata
Kwang Tan kemudian. Mi Liang Tojin mengangguk.
"Ya sudahlah... memang banyak sekali tokoh2 Kangouw berperangai aneh... dan
mereka umumnya tidak mau di sebut2 namanya..!"
Gadis berbaju biru itu telah sampai di dekat Mi Liang Tojin, ia melirik kepada
Kwang Tan, pipinya segera terasa
panas, karena ia masih ingat, betapa tadi pemuda ini hampir saja melakukan perbuatan mesum dengan
wanita yang bertelanjang bulat dan bersenjata seruling itu. "Kau sebenarnya
seorang yang memiliki masa depan sangat baik sekali !" kata Mi Liang tojin
kepada Kwang Tan. "Karena itu, engkau harus lebih tekun untuk
memperdalam ilmumu, agar kelak engkau tidak dapat dipengaruhi lagi oleh ilmu
hitam seperti yang dipergunakan Ya Ya Ie..!"
Malu Kwang Tan di tegur seperti itu, pipinya berobah merah dan panas, ia memberi
hormat. "Terima kasih atas nasehat locianpwe...!" "Memang boanpwe akan memperhatikan
baik2 katanya. nasehat locianpwe, agar kelak boanpwe tidak terpedaya lagi oleh
ilmu hitam seperti itu."
Sedangkan gadis berbaju biru telah berkata. "Locianpwe, aku ingin... ingin minta
diri..." Mi Liang Tojin memperlihatkan sikap heran.
"Kau ingin kemana"-!" tanyanya.
"Ke lembah itu!"
"Hah"!" Kau....!?" Kwang Tan pun heran.
"Ada sesuatu yang perlu ku urus."
"Tapi... kau mencari penyakit pergi kesana!" kata Mi Liang Tojin. "Tapi memang
aku harus kesana untuk menyelesaikan urusan itu, apapun yang terjadi, aku harus
memasuki lembah itu !" menyahuti si gadis.
"Urusan yang penting sekali ?"
Gadis itu mengangguk. "Benar locianpwe.... urusan yang sangat penting dan tidak boleh ditunda-tunda !"
"Jika memang kau tidak keberatan," maukah engkau menceritakan kepadaku, urusan
apa yang tengah kau urus itu ?" tanya Mi Liang tojin lagi.
"Urusan itu... urusan itu..."
Mi Liang Tojin tampak tertawa.
"Jika engkau keberatan memberitahukannya, ya sudahlah. Tapi seperti engkau
ketahui, didalam itu terdapat perempuan cabul Ya Ya le tadi, yang kepandaiannya
sangat tinggi.!" Gadis baju biru itu menghela napas. "Tapi aku terpaksa harus memasuki lembah
itu... urusan ini menyangkut dengan urusan seorang manusia.... keselamatan
jiwanya maksudku ?" "Hemmmm, kawanmu "!"
Gadis itu tampak malu, wajahnya berobah merah, namun akhirnya ia mengangguk.
"Ya...!" sahutnya kemudian. "Memang aku perlu menolongi seorang sahabat !"
Mi Liang Tojin melirik Kwang Tan, kemudian tertawa penuh arti, katanya:
"Tentunya sahabat pria, bukan "!"
Muka gadis itu berobah merah lagi, ia segera juga mengangguk dengan kepala
tertunduk. "Benar, locianpwe....!" perlahan sekali suaranya.
Kwang Tan meragukan akan keinginan gadis itu, karena jika saja ia pergi memasuki
lembah itu, niscaya akan menyebabkannya terancam bahaya.
"Apakah nona tidak bisa menunda kepergian nona kelembah itu "!" tanya Kwang Tan.
Gadis itu menggeleng "Kukira tidak bisa..."
"Tapi jika kau pergi kesana sama saja engkau mengantarkan jiwa dan membuang jiwa
di sana. "Akan kupertaruhkan jiwaku..!"
"Namun, jelas engkau bukan tandingan Ya Ya le !" kata Mi Liang Tojin.
Gadis itu menghela napas, wajahnya berobah jadi muram dan murung sekali.
"Ya locianpwe, memang aku mengetahui akan hal itu.,. Ya Ya le tentu akan
membunuhku." "Lalu mengapa engkau memaksakan diri buat pergi kesana "!" tanya Mi
Liang Tojin, sambil mengawasi gadis itu dengan tajam, begitu juga Kwang Tan.
"Karena aku telah bertekad, walaupun harus membuang jiwa, harus tetap memasuki
lembah itu buat menolongi sahabat!" menyahut sigadis.
Mi Liang Tojin menghela napas.
"ltulah perbuatan yang harus dipuji, setia kawan yang tinggi sekali !" katanya.
Kwang Tan mengangguk-angguk.
"Ya, jika memang nona tidak keberatan, kami bisa mengantar nona masuk kedalam
lembah itu !" "Terima kasih..!" kata sigadis sambil merangkapkan kedua tangannya
memberi hormat, "lnilah untuk meminta pun aku tidak berani menyebutkannya !"
Kwang Tan girang gadis itu tidak menolak permintaannya, ia pun segera menoleh ke
pada Mi Liang Tojin. "Locianpwe, sesungguhnya aku pun tengah menghadapi urusan yang aneh sekali !"
katanya kepada Mi Liang Tojin. "Urusan apa yang aneh itu "!" tanya tojin cebol
tersebut sambil memperhatikan Kwang Tan. Kwang Tan segera menceritakan perihal
surat yang diterimanya dari pelayan rumah penginapan yang katanya dari seorang
gadis, yang, memintanya datang kelembah itu.
Muka si gadis baju biru berobah ketika Kwang Tan tengah menceritakan perihalnya
itu. "ltulah perbuatanku!" akhirnya si gadis bilang begitu Kwang Tan selesai
bercerita. Bola mata Kwang Tan bergerak dengan mata terbeliak heran, mengawasi gadis.
"Jadi... jadi nona yang menitipkan surat buatku "!" tanya Kwang Tan. Si gadis
mengangguk. "Benar.." "Maksud nona ?"
"Aku... aku hanya ingin kau hati2, karena banyak tentara negeri yang
mengincarmu, terutama sekali para pahlawan istana..!" menjelaskan si gadis.
Kwang Tan baru mengerti duduk persoalannya, ia mengangguk beberapa kali.
"Oh begitu "!" katanya kemudian, "Terima kasih atas maksud baik nona-! Tapi ada
sesuatu yang belum kumengerti dan hendak kutanyakan, apakah nona bersedia
menjelaskannya?" "Apakah itu "!" tanya si gadis.
"Pesan agar aku datang kemari!" menyahuti Kwang Tan sambil mengawasi si gadis.
Gadis itu menunduk malu. "Aku melihat kau memiliki kepandaian yang tinggi, karena para pahlawan istana
saja tidak berani sembarangan turun tangan kepada mu! Maka dari itu, sengaja aku
mengundang kau kemari, jika memang engkau tidak keberatan, sebetulnya...
sebetulnya..." Melihat si gadis tidak meneruskan perkataannya Kwang Tan semakin ingin
mengetahui nya. "Sebetulnya apa?" tanyanya.
"Sebetulnya aku pun hendak meminta bantuanmu, jika engkau tidak keberatan agar
membantu aku membebaskan sahabatku itu...!" menjelaskan si gadis.
"Ohhh, begitu"!" Kwang mengangguk lagi, urusannya sekarang telah terang.
"Dan... kau sekarang bersedia membantunya?" tanya Mi Liang Tojin sambil tertawa.
Kwang Tan tersenyum. "Tentu ! Tadi saja aku pun telah menyanggupi buat menolongi nona ini,
locianpwe !" menyahuti Kwang Tan. "Baiklah ! Mari kita masuk kedalam lembah
itu !" ajak Mi Liang Tojin.
"Tunggu dulu, locianpwe!" mencegah si gadis.
"Kenapa?" Kwang Tan dan Mi Liang Tojin telah menoleh menatap sigadis dengan
heran. "Didalam lembah itu bukan hanya terdapat Ya Ya Ie belaka, ia masih memiliki
banyak kawannya yang berkepandaian tinggi, juga ditempat itu ada beberapa orang
lainnya yang semuanya memiliki kepandaian tidak rendah, maka kita harus hati2,
tidak bisa memasuki lembah itu secara berterang."
Mi Liang Tojin tersenyum.
"Tampaknya engkau mengenal keadaan dalam lembah itu dan juga mengetahui siapa2
yang berada didalam lembab ini, bukan !?" tanya Kwang Tan.
Si gadis mengangguk. "Ya, memang aku mengetahuinya !" menyahuti si gadis dengan agak malu. Sedangkan
Mi Liang Tojin dikeroyok oleh para tentara bertanya: "Tadi engkau kerajaan,
sesungguhnya mengapa kau bisa bentrok dengan mereka ?"
Si gadis ragu2, tapi kemudian dia menghela napas dalam-dalam dengan muka murung.
"Semuanya itu berpangkal urusan sahabatku yang sekarang berada didalam lembah
ini." menjelaskan sigadis. "Maksudmu "!" tanya Mi Liang Tojin. "Sahabatku itu
telah mencuri semacam benda mustika dari istana Kaisar, ia dikejar, tapi ia
telah lenyap jejaknya, sedangkan aku diketahui
ditangkap. sebagai sahabatnya, maka akupun hendak
Namun aku memberikan perlawanan dan akhirnya telah berhasil ditawan oleh mereka.
Beruntung saja ada locianpwe yang segera turun tangan untuk menolongi aku !"
Mi Liang Tojin mengangguk mengerti, ia menghela napas, ia bilang: "Kalian
telah menceritakan sebab2 mengapa kalian bisa tiba disini. sekarang giliranku
untuk menjelaskannya. Keberangkatanku kekotaraja sebetulnya merupakan perjalanan
yang tidak menyenangkan karena aku sebetulnya lebih senang hidup mengasingkan diri, Namun memang pada
dasarnya, aku harus melakukan pekerjaan besar, maka aku harus juga melakukan
perjalanan." "Urusan besar, locianpwe "!" tanya Kwang Tan dan gadis itu hampir berbareng.
Mi Liang Tojin mengangguk.
"Ya, urusan besar!" ia membenarkan. "Dan telah lama didalam rimba persilatan
belakangan ini tersiar, telah muncul seorang utusan Bengkauw, yang tengah
melakukan perjalanan ke kotaraja. Karena itu, aku ingin sekali bertemu
dengannya. Aku sengaja telah melakukan perjalanan ke Kotaraja !"
Kwang Tan tercekat didalam hatinya, ia bersikap lebih waspada, karena segera ia
ingat bahwa ia belum mengetahui apakah Mi Liang Tojin ini sahabat atau lawan.
Mi Liang Tojin tersenyum, ia meneruskan ceritanya. "Tapi aku telah setengah
bulan berkeliaran dikotaraja, orang yang kucari itu belum juga berhasil
kujumpai. Sudahlah, biarlah aku tidak perlu mencarinya lagi !"
Kwang Tan mengawasinya. "Locianpwe..." katanya ragu.
"Ya !" "Apakah locianpwe tidak bermaksud mencari orang itu terus sampai bertemu "!"
"Kukira, orang itu sulit dicari dan aku tidak mungkin bisa bertemu dengannya,
Sudah setengah bulan aku berkeliaran dikotaraja, tapi aku tidak mengendus
jejaknya!" "Menurut cerita locianpwe, locianpwe memiliki urusan besar dengan orang itu.
Sesungguhnya urusan apakah itu ?" tanya Kwang Tan kemudian.
Mi Liang Tojin bimbang, buat sejenak lamanya ia tidak memberikan jawabannya.
Kwang Tan tersadar di tatap dan diawasi begitu oleh Mi Liang Tojin, ia segera
merangkapkan kedua tangannya. "Maafkanlah locianpwe atas kelancangan boanpwe,
tidak seharusnya boanpwe bertanya terlalu melit seperti itu...!"
Mi Liang Tojin tertawa. "Tidak apa2... tidak apa2.." katanya kemudian. "Tentu
saja kau heran, karena sebelumnya aku mengatakan memiliki urusan besar, tapi
lalu menganggap urusan selesai
begitu saja sebelum bertemu dengan utusan Bengkauw itu! Aku sesungguhnya ingin
sekali bertemu dengan Kauwcu Bengkauw, yaitu Thio Bu Kie karena ada sesuatu yang
perlu kupersembahkan kepadanya."
-ooo0dw0ooo Jilid 36 "LEWAT utusannya itu, tentu aku bisa diajak menemui Thio Bu Kie. Tapi
memang sulit mencari jejak dari utusan itu terpaksa aku telah menunda maksudku
itu, dan kupikir, ada baiknya aku pergi langsung saja buat menemui Kauwcu
Bengkauw Thio Bu Kie. Tentu tokoh2 Bengkauw yang kujelaskan perihal maksudku
yang sangat penting, mereka akan mempertemukan juga aku dengan Kauwcu Bengkauw
itu !" Kwang Tan di liputi tanda tanya yang tidak terjawab olehnya, akan tetapi tidak
bertanya lagi, karena ia kuatir disebut sebagai pemuda ceriwisan, yang telah
bertanya melit sekali ingin mengetahui urusan orang lain.
Maka ia berdiam diri saja, memasang telinganya, Dikala itu tampak, betapa si
gadis baju biru itu telah memandang tajam pada Mi Liang Tojin, dia bilang:
"Locianpwe, sebenarnya. apakah memang locianpwe ingin bertemu dengan utusan Bengkauw itu?"
Kwang Tan terkejut memandangi gadis tersebut, demikian juga halnya dengan Mi
Liang Tojin. "Kau ?"
"Locianpwe belum menjawab pertanyaanku?"
"Apakah engkau tahu di mana adanya utusan Bengkauw itu?" tanya Mi Liang Tojin,
Gadis itu mengangguk. "Ya, Tapi locianpwe belum menjawab pertanyaanku yang tadi!" kata si gadis.
Mi Liang Tojin mengangguk segera.
"Tentu saja aku mau bertemu dengannya!" sahutnya dengan cepat. Gadis itu
tersenyum. "Sesungguhnya locianpwe tidak perlu mencarinya jauh2, karena dia berada di dekat
locianpwe." menyahuti gadis itu kemudian dengan tersenyum,
Mi Liang Tojin terkejut, ia memandang heran tidak mengerti kepada si gadis,
"Maksudmu?" Sigadis tertawa, ia menunjuk kepada Kwang Tan.
"lnilah utusan dari Bengkauw....!" dia menjelaskannya, memberitahukan sambil
tertawa. Kwang Tan terkejut. tidak terkecuali juga buat Mi Liang Tojin. Kwang Tan
terkejut karena gadis itu mengetahui dia adalah utusan dari Bengkauw, sedangkan
Mi Liang Tojin sama sekali tidak menyangka bahwa si gadis akan menunjuk Kwang
Tan. Dengan tajam dia mengawasi Kwang Tan sedangkan Kwang Tan sendiri belum lagi
mengetahui apakah maksud Mi Liang Tojin ini memang baik buat Bengkauw atau
sebaliknya maka ia berdiam diri tidak memberikan reaksi dulu.
"Benarkah apa yang di katakan oleh gadis itu" "tanya Mi Liang Tojin kemudian
sambil terus menatap kepada Kwang Tan.
Kwang Tan hanya tersenyum.
"Mungkin nona itu hanya bergurau saja, locianpwe!" ia bermaksud menyangkalnya.


Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Gadis itu tertawa. "Kau jangan menyangkal, aku telah mengetahui jelas, engkau
adalah utusan Bengkauw. Hemmmmm, bukankah pahlawan istana selalu mengejarmu,
untuk menawanmu?" Kwang Tan terpojokkan, dia bilang: "Nona memang matamu sangat awas!" Setelah
berkata begitu, Kwang Tan baru bilang kepada Mi Liang Tojin katanya.
"Locianpwe, apa yang dikatakan nona itu memang benar adanya! Ada urusan penting
apakah locianpwe hendak mencariku?"
Sambil bertanya begitu, Kwang Tan mengawasi Mi Liang Tojin dengan terwaspada.
Mi Liang Tojin tidak segera menjawab, dia tertawa bergelak gelak.
"Ha, didepan tertawa. ku cari2 setengah mati, tidak tahunya berada
mata!" berseru Mi Liang Tojin setelah puas
Melihat sikap Mi Liang Tojin, tampaknya tojin ini memang tidak bermaksud buruk
padanya, maka dari itu, segera juga agak lega hati Kwang Tan.
"Coba locianpwe tolong jelaskan, apa maksud locianpwe yang sebenarnya."
"Jadi memang kau benar utusan Bengkauw" Kwang Tan mengangguk, "Benar,
locianpwe?" "Bagus! inilah namanya jodoh! Telah setengah bulan lamanya aku
mencari2 engkau, tapi tidak juga bertemu!" setelah berkata begitu, tampak Mi
Liang Tojin memandang sekelilingnya, dia baru meneruskan perkataannya: "Begini,
urusan ini menyangkut dengan kejayaan Bengkauw! Dulu secara kebetulan aku
beruntung telah memperoleh sebuah peta yang menjelaskan diletakkannya harta
kekayaan dari pangeran2 kerajaan yang lama, harta itu tidak ternilai harganya,
dan aku bermaksud menyerahkan peta harta itu kepada Thio Bu Kie, Kauwcu
Bengkauw sekarang telah bangun
Bengkauw. Kudengar kembali mengadakan pengerahan, tentu saja memerlukan banyak
sekali biaya, Jika memang harta karun itu bisa diperoleh Bengkauw, niscaya
Bengkauw dapat berbuat yang lebih banyak lagi."
Kwang Tan kaget dan girang mendengar berita itu.
Mi Liang Tojin mengangguk.
"Kukira, aku bicara dari hal yang sebenarnya dan kau tentu bersedia nanti
mengantarkan aku menemui Thio Bu Kie kauwcu, bukan?" tanya Mi Liang Tojin.
Kwang Tan segera merangkapkan sepasang tangannya, dia bilang: "Mewakili Kauwcu
mengucapkan terima kasih atas maksud luhur locianpwe."
Mi Liang Tojin cepat-cepat memimpin Kwang Tan agar tidak memberikan penghormatan
seperti itu. "lnilah disebabkan akupun mengetahui bahwa Bengkauw melakukan perjuangan yang
luhur !" kata Mi Liang Tojin, "Dan mudah2an saja harta karun itu memang bisa
dipergunakan oleh Bengkauw untuk menunjang perjuangan yang berhasil..."
Kwang Tan girang bukan main, inilah yang benar-benar tidak di sangkanya. "Karena
urusan ini sangat membantu nona ini menolongi melakukan perjalanan buat pergi
menemui Kauwcu!" kata Kwang Tan.
Mi Liang Tojin setuju, "Berada di Kotaraja terlalu lama juga tidak ada gunanya!"
katanya. Kwang Tan bersemangat sekali, dia menoleh kepada si gadis "Nona,
siapakah kau sebenarnya, bolehkah kami mengetahui nama nona yang mulia?"
penting sekali, setelah sahabatnya, kita boleh
Gadis itu memandang Kwang Tan sejenak barulah dia menyahuti dengan suara yang
perlahan: "Sesungguhnya aku dari pintu perguruan Go Bie Pay, hanya saja, aku
tidak mencukur rambut menjadi nikouw, Dan bernama Lian Kie Lin."
"Nona Lian, mari kita mulai memasuki lembah ini, agar tidak terlalu membuang
waktu!" ajak Mi Liang Tojin tidak sabar, Gadis itu mengangguk.
Mereka bertiga segera memasuki lembah, seperti yang telah di jelaskan oleh gadis
itu, bahwa mereka tidak bisa
mengambil jalan berterang, karena di dalam lembah itu berkumpul cukup banyak
orang2 tangguh, mereka mengambil jalan yang agak sulit, agar menghindarkan
pertemuan dengan para orang2 sakti yang berada didalam lembah.
Kwang Tan dan Mi Liang Tojin tidak jeri, mereka sebenarnya mau masuki lembah itu
dari depan! Tapi Lian Kie Lin tidak menyetujuinya. Gadis itu lebih senang jika
mereka memanjat tebing dari samping, untuk memasuki lembah.
Kwang Tan dan Mi Liang Tojin tidak menolak lagi permintaan si gadis, merekapun
telah memanjat tebing, dengan mudah mereka tiba di dalam lembah.
Kepandaian mereka memang tinggi sekali Walaupun Lian Kie Lin memiliki kepandaian
Kwang Tan atau Mi Liang Tojin, ginkang yang mengagumkan.
yang tidak setinggi namun ia memiliki
Setelah berada didalam lembah dibalik lembing, ternyata tempat itu mereka lihat
merupakan sebuah taman bunga yang teratur dengan sangat rapi sekali. Tentunya
kebun bunga ini dirawat oleh tangan manusia.
Segera juga Kwang Tan dan kawannya menduga, pasti di sekitar tempat ini ada
orang yang berdiam dan tentu penghuninya salah seorang yang memiliki kepandaian
tinggi. Waktu Mi Liang Tojin hendak menyelidiki keadaan tempat itu, tiba-tiba
terdengar suara orang tertawa mengejek.
Tapi mereka tidak melihat seorang manusiapun juga di sekitar tempat itu.
Kwang Tan mendengar suara tertawa itu berasal dari balik pohon bunga, ia
mencelat kesana. Tapi Kwang Tan kecele, di sana tidak terlihat orang, karena seekor binatangpun
tidak nampak. Segera juga Kwang Tan dan Mi Liang Tojin serta Lian Kie Lin berwaspada.
"Hmm!" kembali terdengar suara tertawa dingin, tapi dari arah barat, berbeda
tempat dari yang tadi. Kembali Kwang Tan, malah sekarang bersama Mi Liang Tojin, telah mencelat kesana.
Tetap saja tidak terlihat seorang manusia pun juga, sepi dan sunyi sekali.
"Hmmm!" terdengar lagi suara tertawa mengejek, sekarang dari sebelah timur,
Cepat sekali Kwang Tan tidak membuang waktu, Begitu mendengar suara tertawa
mengejek itu, segera ia melesat. Tetap saja dia tidak melihat seorang manusia
pun. Terdengar suara mengejek dari sebelah Utara.
Begitulah mengejek itu bergantian, semakin lama suara tertawa semakin terdengar
jelas dan berpindah 2 tempat, gencar bukan main. Tentu saja Kwang Tan bertiga
terkejut. Hal itu membuktikan orang yang tertawa mengejek itu memiliki ginkang
yang sangat tinggi dan mahir sekali.
Kwang Tan bertiga memiliki mata yang awas dan kepandaian tinggi, tapi mereka
masih tidak bisa melihat orang yang tertawa mengejek itu, yang selalu
berpindahpindah tempat. Mi Liang Tojin merangkapkan kedua tangannya, sambil tertawa ia bilang. "Maafkan
atas kelancangan kami bertiga yang telah berkunjung tanpa di undang ketempat
tuan, aku si tua bangka yang sudah mau mampus, tojin yang tidak
pernah liamkheng, Mi Liang Tojin, dengan ini memohon bertemu dengan tuan rumah."
Sunyi sekali, cuma suara Mi Liang Tojin belaka yang bergema.
"Hmmm!" terdengar lagi suara tertawa dari sebelah timur, lalu menyusul terdengar
di barat, utara dan selatan. Mi Liang Tojin jadi habis sabar.
"Baiklah, jika memang demikian cara menyambut tamu, kami pun tidak bisa memaksa
agar penyambutan tamu yang jauh lebih baik lagi!"
Setelah berkata begitu, tampak Mi Liang Tojin menoleh kepada Kwang Tan, katanya:
"Hmmm, rupanya kedatangan kita di tempat ini memang tidak disukai oleh mereka!"
Baru saja berkata sampai disitu, terdengar suara tertawa dingin lagi, dan tampak
dikala itu sesosok bayangan meluncur dengan cepat sekali, dibarengi juga dengan
tangan kanannya yang telah bergerak menghantam.
"Dukkk!!" Mi Liang Tojin menangkisnya. Hebat kesudahan dari tangkisan tersebut,
karena di saat saat seperti itu memang terlihat jelas sekali, tenaga dalam Mi
Liang Tojin berimbang dengan orang itu, tangan mereka saling bentur dengan kuat
sekali. Sedangkan sosok tubuh itu, setelah gagal merubuhkan Mi Liang Tojin, segera juga
ia membarengi menyerang kepada Kwang Tan.
Apa yang dilakukannya itu memang sangat cepat sekali, sehingga tangannya berobah
menjadi berapa tangan. Kwang Tan menangkis dengan ilmu Pukulan Gunturnya.
Memang mereka berdua sama2 terpental beberapa tombak, tapi kesudahannya orang
itu yang menjerit kaget. Rupanya ia sama sekali tidak menyangkanya bahwa Kwang
Tan memiliki tenaga yang begitu panas dan juga telah menyesakkan pernapasannya,
angin pukulan yang seperti api tersebut membuatnya benar-benar jadi seperti
terbakar. Mi Liang Tojin telah berdiri tetap dan melihat orang itu adalah seorang laki2
berusia delapan puluh tahun lebih, telah tua dan juga mukanya dipenuhi oleh
kerut keriput. Di samping itu tubuhnya kurus kering. Rambutnya maupun jenggot dan kumisnya
memang telah putih semuanya.
Dalam keadaan seperti itu, telah Tojin segera bisa menduga, bahwa seorang
memiliki kepandaian tidak boleh diremehkan.
Tadi saja, waktu mereka saling mengadu kekuatan Iwekang, telah membuatnya
terhuyung, dan hampir saja jadi terdesak dengan hebat. Untung saja Mi Liang
Tojin membuat Mi Liang orang ini tentunya memang memiliki sinkang yang kuat, dengan demikian ia
berhasil untuk mengekang dirinya dan mengendalikan kuda-kuda kedua kakinya tidak
sampai rubuh terguling. Kwang Tan sendiri merasakan, betapa tangannya pedih sekali ketika membentur
tangan orang itu. Hawa panas yang meluncur keluar dari tangan Kwang Tan justeru membuat orang
tersebut melompat dengan tubuh yang gesit sekali, kemudian dia berdiri tegak,
memandang dengan sepasang mata yang sangat tajam, tampaknya dia sangat heran
sekali. "Apakah engkau murid dari si Manusia Tidak Berumah?" tanyanya dengan suara
tawar. "Ya!" mengangguk Kwang Tan. Memang gurunya digelari sebagai Manusia Tidak
Berumah. "Apakah Locianpwe kenal dengannya?"
Mendadak saja orang itu tertawa bergelak gelak dengan sikap yang angkuh.
"Manusia Tidak Berumah mana pantas menjadi sahabatku?" katanya kemudian dengan
sikap yang sombong sekali. "Hemm, hem, dengan engkau ingin mempersamakan
kedudukan ku dengan gurumu, apakah kau cukup berharga buat bercakap-cakap dan
lancang memasuki tempatku ini ?"
Muka Kwang Tan berobah merah, ia tertawa, kemudian katanya: "Ya, memang boanpwe
mengakui telah lancang datang kemari. Tetapi boanpwe mempunyai suatu urusan !"
"Mempunyai suatu urusan?" Tanya orang itu sambil membuka matanya lebar-lebar.
Kwang Tan mengangguk. "Ya !" sahutnya kemudian sambil mengangguk beberapa kali lagi, ia mengharapkan
orang tua itu mau mengerti dan tidak tersinggung karena dia dianggap sebagai
seorang yang telah lancang datang ketempat ini.
Terlihat orang itu telah tertawa dingin. dia bilang: "Urusanmu adalah urusanmu,
bukan urusanku!" Dingin sekali suaranya, "Sekarang yang hendak kubicarakan,
adalah kesalahanmu..kau telah demikian lancang, berani memasuki tempatku, maka
engkau harus mempertanggungjawabkannya..!"
Setelah berkata begitu, segera juga terlihat betapa ia telah bersiap2 hendak
menerjang lagi, Kwang Tan pun bersiap2. Orang tua itu melangkah mendekatinya,
sampai terpisah cuma satu tombak saja, dengan sikap yang mengancam sekali.
Karena tampaknya memang ia bermaksud hendak segera menyerang, kalau memang Kwang
Tan memberikan jawaban yang tidak menyenangkannya.
Sedangkan Kwang Tan berusaha terjadinya pertempuran diantara mereka. "Kami
datang kemari hanya ingin sahabat," menyahuti Kwang Tan dengan suara perlahan
dan sikap menghormat "Melihat sahabat?" tanya orang itu kaget.
"Ya!" Kwang Tan mengangguk.
"Siapa sahabatmu itu?" tanyanya lagi, Kwang Tan menoleh kepada si gadis, Gadis
itu tersenyum, dia bilang: "Tentunya locianpwe tidak mengetahui siapa adanya
sahabatku itu karena pasti memang sahabatku itu tidak berurusan dengan locianpwe
!" Setelah berkata begitu, si gadis telah mengawasi orang tua itu dengan sikap
heran sekali, baru kemudian dia untuk mencegah melihat seorang melanjutkannya
pula: "Siapakah locianpwe ini sebenarnya"!"
Orang tua itu tampak gusar, karena mereka bukannya menjawab pertanyaannya, malah
telah balik bertanya, dengan begitu, telah membuatnya jadi naik darah, dengan
cepat tangan kanannya dikibaskannya, Kwang Tan
memang berada paling dekat dengannya, maka dari itu kibasan tangan orang tua
tersebut telah jatuh pada dirinya, dan membuatnya jadi terhuyung satu langkah.
Sebetulnya Kwang Tan telah berusaha agar kuda-kuda kedua kakinya tetap kokoh dan
kuat, tapi ia masih juga gagal, karena tetap saja ia tidak berhasil membendung
kekuatan tenaga dalam dari lawannya itu.
Dalam keadaan seperti itu, memang terlihat bahwa Kwang Tan kurang berhati-hati
dalam penyerangan yang mendadak itu, yaitu ia menangkisnya dengan tenaga yang
kurang dipertimbangkan. Dengan demikian, telah membuat ia menangkis hanya dengan lima bagian tenaga
dalamnya belaka. Sedangkan orang tua itu, telah mengibaskan tangannya dengan sembilan bagian
tenaga dalamnya. Tidak mengherankan kalau memang diwaktu itu ia berhasil
menggempur kuda-kuda kedua kaki Kwang Tan.
Mi Liang Tojin tidak senang dengan sikap orang tua itu, ia mendengus
mengeluarkan suara tertawa dingin.
"Kami datang dan berkunjung kemari secara baik2, kami pun tidak meninggalkan
kerusakan apa2 pada tempatmu, tapi engkau sangat kasar dan tidak tahu menerima
tamu, dengan demikian, kamipun tidak perlu menghormati manusia semacam engkau
ini!" Sambil berkata begitu, segera juga tampak tangan Mi Liang Tojin telah menghantam
kepada orang itu. Hal ini dilakukan oleh Mi Liang Tojin, karena ia kuatir kalau2
Kwang Tan nanti terdesak dan diserang pula oleh orang tua itu, karenanya Mi
Liang Tojin telah membarengi mendahuluinya buat menyerang terlebih dahulu.
Cepat sekali angin serangan itu tiba, dan ditangkis punah oleh orang tua
tersebut. Malah dengan segera ia membalas menyerang, Mi Liang Tojin juga bukan
sebangsa manusia lemah, karenanya ia bisa menangkisnya juga. Begitulah kedua
orang ini terlibat dalam pertempuran yang seru.
Sedangkan saat2 seperti itu telah lewat dua puluh jurus lebih, Kwang Tan pun
tidak sabar, ia melihat, walaupun Mi Liang Tojin tangguh, kepandaian tojin cebol
itu masih berada dibawah satu tingkat dibandingkan dengan kepandaian orang tua
tersebut Karenanya, ia segera juga melompat menerjang maju.
"Locianpwe, biarkanlah aku yang menghadapinya!" berseru Kwang Tan dengan suara
yang nyaring, tampak ia telah menghantam dengan kedua tangannya. Sekali ini ia
menyerang dengan mempergunakan ilmu pukulan
Gunturnya dengan mengerahkan delapan bagian tenaga dalamnya.
ILMU pukulan Guntur memang merupakan ilmu pukulan yang hebat sekali, telah
dikenal betapa dahsyatnya setiap kali dipergunakan oleh Kwang Tan.
Apa lagi sekali ini Kwang Tan telah mempergunakan delapan bagian tenaga dalamnya
Angin yang menyambar kepada orang tua itu, juga mengandung hawa yang panas
seperti api membakar. Orang tua itu mendengus. "Hemm, ilmu mentah hendak di pertontonkan kepadaku !" katanya tawar. Lalu
membarengi dengan perkataannya itu, tampak orang tua tersebut telah mengerahkan
tenaga dalamnya untuk menangkis. Sama sekali dia tidak merasa gentar kalau2
tubuhnya itu nanti bisa jadi hangus oleh hawa panas pukulan tersebut.
Segera terjadi bentrokan keras, yang telah membisingkan pendengaran di barengi
juga dengan tubuh Kwang Tan terpental sampai tiga tombak, sedangkan tubuh orang
tua itu pun terpental tiga tombak ! Mereka tampaknya memiliki
kekuatan lwekang yang berimbang.
Cuma saja, yang membuat Kwang Tan jadi heran bercampur kagum, dilihatnya orang
tua itu sama sekali tidak terluka oleh pukulannya itu, tidak menjadi hangus.
Padahal tenaga Pukulan Guntur mengandung hawa yang panas, yang bisa
menghanguskan ! Orang tua itu berdiri diam saja sejenak lamanya, mukanya berobah
agak pucat, jika sebelumnya ia sama sekali tidak memandang sebelah mata terhadap
lawannya, sekarang ini justeru ia telah menerima gempuran di luar dugaannya, yang memang
sangat dahsyat sekali. Karena itu pula, telah membuatnya benar2 jadi kaget tidak terkira, dan ia
seperti tidak mempercayai bahwa pemuda berusia masih remaja seperti itu bisa
menandingi kekuatan tenaga Iwekangnya.
Seumur hidupnya, jarang sekali ia mempergunakan sampai delapan bagian tenaga
dalamnya, sedangkan untuk menyerang dua bagian saja itu akan membuat lawannya
yang berkepandaian cukup tinggi, sudah cukup bisa dirubuhkannya.
Justeru sekarang ini, memang terlihat bahwa Kwang Tan benar2 seorang pemuda yang
tangguh dan tidak bisa di pandang sebelah mata, Kemudian tampak orang tua itu
menerjang lagi. Kwang Tan waktu terpental merasakan dadanya menyesak, namun ia cepat sekali bisa
mengendalikan diri, mengatur jalan pernapasannya.


Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sekarang melihat penyerangan dari orang tua itu lagi, ia tidak membuang2 waktu,
segera juga mengempos kepandaiannya yang tertinggi yaitu jurus Pukulan Guntur
yang terakhir, di mana ia pun mempergunakan seluruh
tenaga dalamnya, yang segera saling bentur dengan kekuatan dari lawannya.
Orang tua tersebut telah menghantam dengan sepenuh tenaganya, karena ia
bermaksud sekali hantam seperti itu, bisa membunuh Kwang Tan.
Siapa tahu Kwang Tan pun telah mengerahkan seluruh kekuatan sinkangnya, juga
telah mempergunakan ilmu pukulannya yang paling hebat. Dengan demikian telah
membuat tenaga mereka saling bentur di tengah udara dengan dahsyat.
"Bukkkk !" tempat itu tergetar hebat sekali oleh getaran beradunya dua kekuatan
tenaga raksasa. Kwang Tan merasakan dadanya menyesak isi perutnya seperti
tertarik. Tubuhnya juga terhuyung mundur. Cepat2 ia melompat menjauhi diri.
Begitu juga halnya dengan orang tua itu, tubuhnya menggigil keras, dan ia telah
mengeluarkan beberapa tetes darah dari sudut mulutnya.
Dengan demikian telah membuatnya jadi dalam keadaan terluka yang mengenaskan,
jenggot dan kumisnya yang putih berlepotan darah.
Sedangkan Kwang Tan melangkah maju setindak demi setindak, pemuda ini ingin
meneruskan pertandingan mereka, ia tahu, kalau saja orang tua itu dapat
diberikan kesempatan, kesulitan lagi.
Karenanya, pertempuran niscaya dirinya yang akan mengalami ia bermaksud itu,
sebelum orang mengatur jalan pernapasannya. Orang tua itu telah memandang dengan
sorot mata yang sangat tajam, dia melihat betapa Kwang Tan tengah bersiap-siap
untuk menyerangnya pula. Orang tua itu di dalam hatinya heran bukan main, karena ia tidak yakin bahwa
diwaktu itu seorang pemuda seperti Kwang Tan bisa menghadapi serangannya yang
disertai oleh seluruh kekuatan Iwekangnya.
Hebat luar biasa cara menyerang yang dilakukan oleh Kwang Tan, membuat ia
terluka di dalam. Waktu ia menghirup hawa udara, dirasakannya dadanya sangat sakit. Tengah ia
terkejut dan terheran2 seperti itu, justeru waktu itu Kwang Tan telah berada di
depannya, dan pemuda itu telah melompat sambil menghantam lagi.
Sekarang, walaupun tenaga serangan Kwang Tan tidak sehebat seperti tadi. tapi
tetap saja ia menyerang dengan seluruh sisa tenaganya.
Orang tua itu bermaksud menghindarkan diri dengan menyilakan pertempuran
tersebut, akan tetapi ia tidak untuk melanjutkan tua tersebut dapat berhasil
untuk berkelit, datangnya serangan tersebut terlalu cepat sekali. Dengan
demikian terpaksa ia jadi harus menyambut dan menerima serangan itu.
Segera ia mengangkat kedua tangannya, Orang tua itu telah membayangkan jika
memang tenaga tangkisannya kali ini tidak mencukupi tenaga serangan dari Kwang
Tan, berarti ia akan terluka di dalam yang parah.
Diantara berkesiuran angin serangan yang sangat hebat itu, terlihat jelas
sekali, betapapun juga, memang Kwang Tan dan orang tua itu tengah terancam
bahaya yang tidak kecil. Sebagai seorang yang memiliki kepandaian sangat tinggi, Mi Liang Tojin
menyadarinya, bahwa ia tidak mungkin bisa memisahkan kedua orang itu.
Jika memang Mi Liang Tojin memaksakan diri buat menyelak ditengah2 mereka dan
memisahkan dua kekuatan yang akan saling bentur itu, sama saja seperti semut
yang tertindih oleh dua gajah yang tengah bertarung.
Dan Mi Liang Tojin hanya berdiri tertegun mengawasi kehebatan ilmu kedua orang
itu. Gadis yang memakai baju biru, Lian Kie Lin, juga berdiri dengan sikap yang kaku,
ber diam diri saja, memandang dengan sorot mata yang tajam, dan diwaktu itulah
terlihat bahwa ia bermaksud hendak menyerang orang tua itu, karena ia ingin
membantui Kwang Tan. Lian Kie Lin telah menyaksikan bahwa kepandaian Kwang Tan berimbang dengan orang
tua tersebut, namun Kwang Tan dalam keadaan yang kehabisan tenaga, maka jika
sekali ini tenaga dalamnya saling bentur dengan lwekang dari orang tua itu, Lian
Kie Lin percaya, bahwa tentunya Kwang Tan terluka di dalam yang lebih parah lagi.
Justeru Lian Kie Lin tengah bermaksud menolong Kwang Tan. dikala ia menerjang,
Mi Liang Tojin melihat maksud dan keinginan si gadis, ia hendak mencegahnya,
namun terlambat, gadis itu telah melesat dengan gesit sekali.
"Celaka!" berseru Mi Liang Tojin. Dan apa yang ditakutinya memang menjadi
kenyataan, sebab Lian Kie Lin di waktu itu telah menerjang maju, menghantam
dengan seluruh tenaga yang dimilikinya, namun belum lagi tenaga serangannya itu
tiba pada sasarannya, justeru telah berbalik dan menghantam kepada Lian Kie Lin
sendiri. Gadis itu mengeluarkan seruan tertahan tubuhnya terpental dan bergulingan di
tanah. Mi Liang Tojin segera menolonginya. Tojin cebol ini menghela napas, sebab
dilihatnya betapa Lian Kie Lin dalam keadaan terluka parah dan pingsan tidak
sadarkan diri. Mi Liang Tojin segera menotok beberapa jalan darah ditubuh gadis tersebut, agar
ia tersadar dari pingsannya. Usaha Mi Liang Tojin tidak berhasil, karena si
gadis tetap saja dalam keadaan pingsan. Kwang Tan sendiri walaupun seluruh
perhatiannya tengah dicurahkan buat menghadapi orang tua yang kukoay tersebut,
tokh dia masih bila menyaksikan betapa Lian Kie
Lin telah menerjang maju dengan sendirinya Kwang Tan kaget tidak terhingga. ia
tidak bisa memberikan peringatan, karena ia tengah mengerahkan seluruh kekuatan
tenaga dalamnya. Maka dari itu pula, telah membuatnya jadi tergempur cukup hebat oleh tenaga dari
orang tua itu, sebab perhatiannya jadi terpecahkan Dan juga dia mengeluarkan
suara yang nyaring sekali di tenggorokan tubuhnya terhuyung2 beberapa langkah,
kemudian terpental. Hampir saja ia terluka, kalau memang Kwang Tan tidak buru2 memperkuat kuda2
kedua kakinya. Dikala itu terlihat orang tua itu tidak mau memberikan kesempatan kepada Kwang
Tan, Sambil tertawa dingin, dengan menahan rasa sakit didadanya, tampak kedua
telapak tangannya bergerak. dan ia menghantam semakin kuat pula, ia bermaksud
sekali ini bisa menghabisi jiwa Kwang Tan.
Akan tetapi Kwang Tan tetap masih bisa melayaninya, Hanya saja kali ini Kwang
Tan tidak menangkis, dia cuma berkelit dengan menjatuhkan diri bergulingan di
tanah. Cara menghindarkan diri seperti itu memang hebat sekali, itulah cara
pembelaan diri yang diajarkan oleh gurunya, yang memiliki dua cara, jika memang
dirinya tengah terancam bahaya maut dan ia dalam keadaan tidak berdaya, maka dia
bisa mempergunakan kedua jurus atau kedua macam ilmu pembelaan diri.
Dengan ilmunya tersebut, benar saja Kwang Tan bisa menyelamatkan dirinya. Sedang
orang tua itu dengan tenaganya yang kuat pada kedua telapak tangannya telah
nyelonong, karena ia menghantam tempat kosong, ia pun tengah dalam keadaan
terluka di dalam, karena itu, ia mengendalikan dirinya.
Karena mengeluarkan tenaga takaran, ia telah memuntahkan darah segar.
Disaat itu, tampak orang tua itu memutar tubuhnya dengan jenggotnya yang merah
tersiram muntahan darah, kurang berhasil buat berkelebihan melewati matanya
memancarkan sinar yang mengandung hawa pembunuhan.
Kwang Tan menggidik melihat sinar mata orang tua tersebut, Seumurnya, terutama
sekali, sejak ia berkelana dalam rimba persilatan, baru kali inilah Kwang Tan
bertemu dengan musuh yang benar2 tangguh.
Dengan demikian pula, telah membuatnya jadi mengalami luka didalam yang sangat
berat. Kwang Tan mengempos seluruh sisa tenaga dalamnya, ia telah menyerang lagi
kepada orang tua itu, buat menyambuti serangannya tersebut.
Kembali telah membuat dua kekuatan tenaga saling bentur, dan itulah merupakan
sisa terakhir tenaga dalam dari kedua orang tersebut, setelah tenaga dalam
mereka saling bentur, tubuh mereka juga terpental dan kemudian menggeletak di
tanah tidak sadarkan diri.
Baik Kwang Tan maupun orang tua itu, kedua-duanya telah sama-sama pingsan.
Menyaksikan hal itu Mi Liang Tojin jadi semakin
bingung karena Lian Kie Lin sendiri belum lagi dapat disadarkannya, sekarang
Kwang Tan tampak telah rubut pingsan tidak sadarkan diri.
Dengan demikian telah membuatnya benar-benar jadi bingung Kalau sampai Kwang Tan
tidak dapat ditolong dan menemui ajalnya, niscaya ia yang akan menyesal, karena
telah mengajaknya untuk menempuh bahaya ikut bersama gadis ini, padahal ia
memiliki kepentingan yang sangat besar dengan Bengkauw.
Waktu itu Kwang Tan tampak telah merangkak bangun, ia terluka parah sekali.
Begitu tersadar dari pingsannya, yang pertama kali di ingatnya adalah untuk
mengambil obatnya. Maka ia berusaha untuk berdiri.
Melihat hal itu, cepat-cepat Mi Liang Tojin telah melepaskan cekalannya pada
Lian Kie Lie, ia memburu kepada Kwang Tan untuk membantunya.
Kwang Tan berdiri dengan muka yang pucat pias, Mi Liang Tojin bertanya kuatir
sekali: "Kau....kau tidak apa2?" Kwang Tan menggeleng.
Tangannya segera juga meroboh sakunya, ia mengeluarkan beberapa macam pil, ada
yang berwarna hijau, merah, kuning dan biru, ia menelan semua pil itu.
Dan ia telah merasa lebih nyaman dan segar, karena segera juga obat itu
membuatnya jadi lebih bertenaga, ia bisa bisa berdiri tanpa dibantu lagi oleh Mi
Liang Tojin. Sedangkan orang tua yang menjadi lawannya telah tersadar juga dan pingsannya.
Cuma saja, ia mengerang tidak bisa bangun berdiri. Rupanya ia memang terluka
sangat parah. Kwang Tan melirik kepada Lian Kie Lin, katanya: "Ohhh, gadis itu terluka juga ?"
Dengan langkah yang tidak terlalu cepat Kwang Tan menghampiri Lian Kie Lin. Mi
Liang Tojin kagum sekali untuk kekuatan tubuh pemuda ini,
kesegarannya belakangnya. yang telah bisa berjalan sendiri dan
pulih dengan cepat. ia mengikuti di
Kwang Tan berjongkok disamping Lian Kie Lin, kemudian memeriksanya, ia tampak
agak senang, luka yang diderita oleh Lian Kie Lin tidak terlalu parah. Maka ia
mengeluarkan beberapa obat, yang kemudian dimasukkan ke dalam mulut si gadis.
Dengan memijit rahang si gadis, maka obat itu dapat ditelan, walaupun Lian Kie
Lin masih dalam keadaan pingsan.
Si gadis kemudian tersadar ia meringis menahan sakit. "Jangan terlalu banyak
bergerak. kau terluka di dalam?" kata Kwang Tan, "Rebahlah dulu disini..."
Si gadis menurut, ia merebahkan lagi tubuhnya, hanya mukanya masih meringis,
karena ia menahan sakit yang tidak terkira. Untung saja ia telah menerima obat
pemberian Kwang Tan jika tidak tentu lukanya sukar diohati.
Kebetulan sekali memang Kwang Tan pun seorang yang memiliki pengetahuan sangat
tinggi di bidang pengobatan, sehingga ia digelari sebagai Tabib Dewa, Dengan
demikian telah membuatnya dengan mudah dapat mengobati gadis itu.
Setelah gadis itu mengerang pelahan sambil memejamkan matanya, Kwang Tan tidak
menguatirkan lagi keselamatan gadis tersebut, ia segera menghampiri orang tua yang menggeletak diam dengan
muka meringis. Tapi dia tidak merintih. Matanya memandang bengis kepada Kwang
Tan. Sedangkan Kwang Tan telah memandang dengan sorot mata yang tidak senang, karena
ia tadi merasakan bahwa orang tua ini telah berlaku nekad, menyerangnya telengas
sekali seperti juga mereka adalah musuh turunan.
Dikala itu tampak Kwang Tan telah mengulurkan tangannya walaupun dihatinya ia
tidak menyukai orang tua itu, tokh ia bermaksud untuk menolonginya, agar ia
tidak mati begitu saja. Bukankah kepandaian orang tua itu sangat tinggi dan harus dibuat sayang jika
memang ia mati begitu saja" Bukankah diantara mereka memang tidak tersangkut
urusan apapun juga, apalagi permusuhan"
Kwang Tan telah mengeluarkan beberapa macam obat, dimasukkan kedalam mulut orang
tua itu. "Telanlah!" katanya kemudian dengan suara yang datar. Orang tua itu sangat
angkuh, sesungguhnya ia hendak memuntahkan lagi obat yang hendak di masukkan
Kwang Tan ke dalam mulutnya.
Namun tiba-tiba ia merasakan kesakitan yang hebat pada dadanya waktu
mengeluarkan sedikit tenaga, buat memuntahkan obat itu, ia jadi merobah
pikirannya: "Hemmm, biarlah aku menerima pemberian obatnya, Dia tadi terluka berat juga,
tapi setelah memakan obatnya, ia bisa segar - bugar seperti itu, nanti budinya
kubayar, tapi hutang penasaran sekarang ini pun harus di bayarnya....!" karena
berpikir seperti itu, ia telah menelan obat-obat itu.
Ia merasakan obat tersebut harum menyegarkan, Dan
sebentar saja, rasa berkurang, dia bernapas jauh lebih lancar, dan berhasil
menyalurkan sinkangnya pada tan-tiannya. Dengan demikian pula, membuatnya benarbenar jadi bisa memperoleh kesegarannya dan tenaganya, ia pun berusaha untuk
duduk. Dia dipejamkan, dalamnya, berhasil, dia bisa duduk dengan baik, matanya
ia menyalurkan dan mengatur tenaga untuk memusatkan tenaga murninya,
menyembuhkan luka didalamnya.
semerbak dan sakitnya telah Kwang Tan tidak memperdulikan lagi orang tua itu, ia
telah menghampiri Mi Liang Tojin.
"Kau "!" kata Mi Liang Tojin dengan suara ragu-ragu ketika Kwang Tan datang
dekat padanya. Kwang Tan tersenyum.
"Kenapa locianpwe "!" tanyanya.
"Kau menolongnya "!"
"Ya !" mengangguk Kwang Tan. "la memang harus ditolong, karena diantara kita
tidak terdapat permusuhan apa2 pun juga "!"
"Tadi dia telah mencelakaimu, juga telah melukai nona Lian !" menegaskan Mi
Liang Tojin. Kwang Tan tertawa. "Walaupun demikian, tentu saja kita harus mengobatinya dulu, urusan ini bisa
kita urus jika memang lukanya itu telah sembuh!" kata Kwang Tan.
Di waktu itu Mi Liang Tojin memandang kagum, katanya: "Kau masih berusia muda
belia, tapi hatimu mulia sekali, besar serta gagah perkasa, juga kepandaianmu
sangat tinggi dan mengagumkan sekali, Didalam rimba persilatan, jarang ada
pemuda yang segagah engkau !"
Kwang Tan tersenyum. "Locianpwe terlalu memuji....!" katanya. "Maafkan, aku hendak mengatur jalan
pernapasanku dulu, locianpwe !" "Ya, ya !" mengangguk Mi Liang Tojin seperti
terkejut. Dan dilihatnya Kwang Tan telah duduk bersemedi, mengatur jalan
pernapasannya. Sedangkan Mi Liang Tojin tetap duduk di samping Kwang Tan, karena ia berjagajaga kalau saja ada orang yang hendak mencelakai Kwang Tan.
Seseorang yang tengah memusatkan dan mengerahkan singkangnya, tentu saja tidak
dapat terganggu pemusatan pikirannya, Dan ini memang diketahui baik oleh Mi
Liang Tojin, Karena itu, ia telah menungguinya disamping pemuda ini.
Sedangkan Lian Kie Lin telah merangkak bangun. Mi Liang Tojin ketika melihat si
gadis telah dapat bangun dan hendak berdiri, telah memberikan isyarat agar tidak
menimbulkan keributan dulu, tidak bicara dulu.
Lian Kie Lin mengerti apa yang diisyaratkan oleh Mi Liang Tojin, ia cuma
mengangguk. Muka sigadis masih pucat pias, tubuhnya yang masih lemah, mukanya
guram sekali, karena ia masih terluka didalam. Hanya saja detik2 berbahaya telah
dilewatkan. Dikala itu Kwang Tan mengatur jalan pernapasannya tidak lama, cuma kurang lebih
sepemasangan satu batang hio, ia telah melompat berdiri. Gerakannya ringan
sekali, sama sekali tidak terlihat tanda2 bahwa ia baru saja terluka didalam.
Sambil tertawa Kwang Tan menoleh kepada Lian Kie Lin, tanyanya: "Bagaimana
keadaanmu, nona "!"
Si gadis tersenyum. "Terima kasih ! Obat yang kau berikan itu mujarab sekali!" menyahuti Lian Kie
Lin. Kwang Tan tersenyum. "Tapi kau masih terluka didalam dan perlu perawatan beberapa hari !" menjelaskan
Kwang Tan, iapun telah Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ menghampiri sigadis, memegang tangannya.
Ketika mendengarkan denyut nadi pergelangan dan ketukan nadi pergelangan tangan
si gadis, Kwang Tan menganggukangguk.
"Ya, dalam beberapa hari kau sudah pulih sebagaimana biasa, dan yang perlu
engkau lakukan sekarang adalah menyalurkan sinkangmu ke tan-tian !"


Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Gadis itu mengangguk mengerti, ia pun segera duduk bersemedhi, mengatur jalan
pernapasannya dan mengerahkan juga sinkangnya, untuk melancarkan jalan darahnya, di samping untuk
menyembuhkan luka didalam tubuhnya.
Kemudian Kwang Tan telah menghampiri orang tua yang tadi menjadi lawannya. Orang
tua itu masih duduk bersila, matanya terpejamkan dan mukanya pucat. Pada mukanya
yang pucat itu, dengan sepasang alis yang mengkerut dalam-dalam, terlihat
kekuatirannya yang sangat.
Kwang Tan segera mengetahui tentunya orang tua ini mengalami sesuatu yang kurang
menggembirakan tentunya peredaran darahnya belum bisa berjalan lancar.
Sebenarnya, orang tua itu tengah berkuatir bukan main, karena memang disaat itu
jalan kucar-kacir, tidak bisa disatukan, pernapasannya tengah Napasnya pun selalu sesak, jika ia mengerahkan
sinkangnya ke tan-tian. Karena itu, telah membuat orang tua ini berpikir, bahwa
ia akan menemui ajalnya, atau setidak-tidaknya tentu akan menjadi manusia
bercacat. Sebagai seorang yang telah memiliki kepandaian sangat tinggi, orang tua ini
memaklumi apa artinya dengan tidak berhasilnya ia mengerahkan dan menyalurkan
sinkangnya. Maka ia pun jadi berkuatir sekali.
Seseorang yang terluka didalam dan juga tidak berhasil menyalurkan dan
mempersatukan kembali singkangnya itu,
maka jelas bahwa ia akan menghadapi kesulitan yang tidak kecil buat
kesembuhannya. Karena dari itu pula, orang tua ini mati-matian berusaha memusatkan seluruh
kemampuannya buat mempersatukan
kembali pernapasannya dan
juga tenaga dalamnya. Berulang-kali ia gagal.
Walaupun sepasang matanya terpejamkan akan tetapi telinganya sangat tajam.
Ia mendengar suara langkah kaki yang mendekati, ia menduga Kwang Tan. Di bukanya
perlahan-lahan matanya, benar saja dilihatnya Kwang Tan tengah datang
mendekatinya. ia jadi mengeluh, karena dalam keadaan seperti ini, jika memang
Kwang Tan menyerangnya, niscaya ia tidak akan bisa
menghadapinya. Segera juga ia bersiap-siap, jika memang Kwang Tan mempergunakan keadaan dan
kesempatan waktu ia tengah terluka berat seperti ini menyerangnya, maka iapun
bermaksud mengadu jiwa buat yang terakhir kali.
Orang tua itu telah menyalurkan seluruh sisa kekuatan yang masih ada padanya
pada kedua telapak tangannya, yang seketika berobah menjadi merah, ia menantikan
jika memang Kwang Tan telah datang dekat dan menyerangnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Diantara keadaan yang sunyi dan hening
itu, suara langkah kaki Kwang Tan, walaupun sangat perlahan, tapi terdengar
jelas, karena menginjak ranting-ranting pohon yang telah kering dan jadi patah
atau daun-daun kering. Sedangkan orang tua itu berdebar
dibuka sedikit buat mengintai apakah mendatangi lebih dekat lagi.
hatinya, matanya Kwang Tan telah
Hanya saja Kwang Tan tidak memperlihatkan tandatanda bahwa ia akan menyerang,
karena memang ia tidak bermaksud mempergunakan kesempatan musuh tidak berdaya
buat menyerangnya. Ia hanya mengawasi orang tua itu, dilihatnya muka orang tua itu bersemu
kehitaman. "Hai!" Kwang Tan menghela napas dalam-dalam. "Kau telah terluka didalam yang
cukup berat, ilmu pukulan Gunturku walaupun tidak sampai mematikan engkau dan
tubuhmu tidak sampai hangus namun sebagian dari isi perutmu telah hangus akibat
pukulan itu." Setelah berkata begitu, Kwang Tan merogoh sakunya, mengeluarkan beberapa macam
obat, kemudian katanya sambil mengangsurkan obat kepada orang tua tersebut. "Ambillah dan telanlah,
jika tidak, kemungkinan besar jiwamu sulit di tolong lagi!"
Orang tua itu membuka matanya, ia mengawasi Kwang Tan dengan sikap tertegun.
"Ambillah !" kata Kwang Tan ketika melihat orang tua itu ragu-ragu.
Orang tua itu tetap tidak mengulurkan tangannya, dia bimbang bukan main.
"Jika terlambat luka didalam tubuhmu sulit sekali diohati lagi !" kata Kwang
Tan. Orang tua itu lenyap bimbangnya, karena memang ia masih ingin hidup. Segera
disambutnya obat yang diberikan oleh Kwang Tan, itulah obat yang pulungnya cukup
besar berwarna biru. "Jika memang engkau tidak keberatan, aku bersedia untuk menguruti beberapa jalan
darah ditubuhmu." kata Kwang Tan dengan suara ang tawar.
Orang tua itu masih bimbang, dia memegangi obat itu sambil mengawasinya. Ia
kuatir juga, kalau2 obat itu yang diberikan oleh Kwang Tan bukanlah obat yang
sebenarnya bahkan racun. Tapi akhirnya, karena ia telah menyaksikan tadi Kwang Tan memberikannya obat dan
lukanya jauh lebih ringan. Kepercayaannya pada Kwang Tan jadi tumbuh, segera ia
menelan obat itu. Setelah menelan obat tersebut, seketika orang tua itu merasakan perutnya sangat
panas sekali seperti juga diperutnya timbul api yang berkobar-kobar.
Tanpa diinginkannya, diluar kesadarannya, ia melompat berdiri sambil
berjingkrak. "Bangsat, bocah setan!" teriaknya memaki dengan muka yang bengis sekali. "Kau...
kau telah meracuni aku !" Kwang Tan terkejut, tapi segera juga ia tersenyum, dia
bilang: "Aku dengan hati yang bersih dan setulusnya ingin mengobati engkau, tapi
ternyata engkau seorang manusia yang tidak kenal budi! Aku telah memberikan obat
langka itu, yang jarang terdapat di dalam dunia ini, tapi engkau malah menuduh ku
sebagai seorang manusia rendah yang telah memberikan engkau racun. Sungguh
keterlaluan sekali" Setelah berkata begitu, segera juga Kwang Tan tubuhnya, dia bermaksud
meninggalkan membalikkan orang tua itu. Tapi orang tua tersebut, yang merasakan
tubuhnya jauh lebih bersemangat dan dalam waktu yang begitu singkat obat itu
memang telah memberikan hasil yang sangat baik, membuatnya jadi malu dan segera
yakin bahwa obat yang diberikan oleh Kwang Tan memang benar-benar
merupakan obat yang mujarab.
"Terima kasih buat obatmu itu!" kata orang tua itu kemudian dengan suara
nyaring. Kwang Tan menahan langkah kakinya, dia memutar tubuhnya, katanya: "Selama dua
minggu engkau tidak boleh mempergunakan tenagamu, walaupun untuk beberapa kati
saja, karena begitu engkau mempergunakan tenagamu, maka engkau akan segera
menemui ajal! Jika dalam dua minggu engkau tidak mempergunakan tenagamu dan
baik-baik beristirahat maka engkau akan sembuh
keseluruhannya, tanpa bercacad dan juga tanpa harus kehilangan tenaga
dalammu.,." Mendengar perkataan Kwang Tan seperti itu, orang tua tersebut jadi bimbang, ia
segera dengan ragu-ragu bertanya. "siapakah engkau ini sebenarnya"!"
"Sudah kukatakan, bahwa aku murid dari Manusia Tidak Berumah! Bukankah dengan
melihat kepandaianku saja dan ilmu silatku, engkau segera mengenalinya..."!"
"Hemmm, gurumu itu memang seorang raja obat. Tapi apakah selain ilmu silatnya,
ia pun lelah menurunkan ilmu pengobatannya itu kepadamu"!"
Kwang Tan tersenyum mendengar pertanyaan orang tersebut, ia mengangguk.
"Benar, memang begitu adanya!" katanya. Orang tua itu mementang matanya, ia
mengawasi lagi beberapa saat. "Lalu sekarang dimana beratnya guru-mu?" tanya
orang tua itu pula. Kwang Tan tidak segera menjawab, hanya saja ia berpikir keras, Sampai akhirnya
ia tersenyum lebar. "Apakah kau tidak berkeberatan buat menjelaskan mengapa kau memusuhi guruku?"
Kini giliran orang tua itu yang ragu-ragu tapi akhirnya mengingat Kwang Tan,
walaupun telah diserang dan didesak hebat olehnya, masih mau mengobatinya pada
akhirnya, dan rasa terima kasih itu membuat orang tua ini bersedia menceritakan
sebab-sebabnya ia merasa benci dan dendam kepada Manusia Tidak Berumah itu.
"Hemmm, Manusia Tidak Berumah itu seorang manusia yang paling jahanam dan
terkutuk, dia kejam sekali. karena tidak memiliki perikemanusian...."
Mendengar perkataan orang tua tersebut seperti itu muka Kwang Tan berobah merah
padam. "Hentikan, engkau tidak perlu meneruskan keteranganmu Sekali lagi kau menghina
guru ku, aku akan membunuhmu tanpa ada tawar-menawar lagi!"
Muka orang tua itu tidak berobah, dia tidak menjadi marah untuk perkataan Kwang
Tan. "Ya, ya, baiklah! Urusan itu kita singkirkan dulu! Aku menjelaskan saja,
bahwa aku membencinya karena ia tidak menolongi jiwa adik seperguruanku walaupun
aku telah berlutut dan memohon kepadanya agar adik seperguruanku itu ditolong
jiwanya, tapi dia cuma menggeleng, selalu menggeleng. sampai akhirnya adik
seperguruanku itu telah menghembuskan napasnya di depan si Manusia Tidak Berumah itu!"
Kwang Tan tersenyum. "ini pasti ada sebabnya!!" kata Kwang Tan. "Tidak biasanya
guruku itu menolak setiap permintaan orang, siapa adanya orang itu, untuk
berobat padanya! Tentu adik seperguruanmu itu memang sudah
tidak bisa ditolong lagi jiwanya..!"
Mendengar perkataan Kwang Tan seperti itu, orang tua tersebut tertawa dingin.
"Memang pantas kau memuji gurumu dan membelanya, karena engkau muridnya!"
katanya dengan suara yang tawar, "Tapi menurut tabib-tabib yang memeriksa adik
seperguruan ku disaat itu, menyatakan bahwa ia hanya bisa diohati oleh gurumu!
Tapi gurumu itu tidak mau turun
tangan, diapun tidak mengobatinya, tentu saja adik seperguruanku itu dengan lukanya yang parah,
akhirnya harus pergi juga ke neraka..."
Kwang Tan menggelengkan kepalanya.
"Aku tidak percaya bahwa guruku tidak akan mengobati seseorang yang tengah
sekarat ! Aku menduga, tentunya adik seperguruanmu itu seorang manusia jahat
yang kejam sekali, maka guruku berpikiran, mengobatinya juga percuma saja,
karena hanya akan mendatangkan bencana yang hebat buat manusia-manusia lemah
lainnya. Setelah adik seperguruanmu itu diohati sembuh, tentu dia akan
malang melintang dan mengacau lagi, main bunuh pula..!" Muka orang tua berobah
merah, ia mengangguk. "Ya, alasan seperti itu memang telah kuketahui ! Memang demikianlah menurut apa
yang di katakan gurumu ! Dia bilang adik seperguruanku terang manusia jahat,
yang telah menjadi Ok-pak, dimana ia selalu turun tangan kejam pada korbannya.
Dengan begitu gurumu tidak
mau mengobatinya! Hemmm, tapi aku penasaran sekali.
Baik buruknya adalah adik seperguruanku! Dan juga, dalam hal ini, tentu saja aku
sangat penasaran, karena jika ia mau mengobatinya dan kemudian memesan agar
selanjutnya adik seperguruanku itu tidak melakukan
kejahatan lagi, tentu adik seperguruanku itu akan menurut ...
Mengapa adik seperguruanku itu harus dibiarkan mati tanpa ditolong barang
dipegang sedikitpun juga, seperti juga itu
setumpukan kotoran manusia, tanpa ditolongnya. Benar-benar adik seperguruanku
dibiarkannya mati membuat aku bersakit hati."
Mendengar kata-kata orang tua itu, Kwang Tan menghela napas.
"Apa yang kuketahui guruku tentu tidak akan menolak permintaan seseorang yang
membutuhkan pertolongannya. Tentunya didalam urusan ini terdapat urusan lainnya,
yang membuat guruku tidak bersedia menolongi adik seperguruanmu!" kata Kwang Tan
kemudian. Di waktu itu, Mi Liang Tojin telah berkata dengan suara yang tawar: "Jika memang
adikmu itu terluka berat dan memohon pertolongan dari gurunya, mengapa justeru
engkau yang harus bersakit hati jika umur adik seperguruanmu hanya sampai disitu
saja" seharusnya engkau malah berterima kasih, mungkin juga adik seperguruanmu itu kalau diohati,
hanya akan hidup dalam keadaan bercacad dan ini lebih menyiksanya!"
Perkataan Mi Liang Tojin membuat orang tua itu mendelik kepadanya.
"Kau ikut campur urusan ini"!" tanyanya dengan suara yang dingin. "Kau tidak
mengetahui duduk persoalannya, hemm.... coba kau bayangkan, jika saja adikku itu
ditolongnya, diobati, mungkin ia masih bisa tertolong. Jika memang dengan begitu
adikku akan bercacad, aku akan puas, ia tidak bersedia menolongnya, sehingga aku
bersakit hati dan aku akan menaruh dendam terus kepadanya! Karena itu, aku bertekad walaupun bagaimana aku
akan menuntut balas!" Waktu berkata seperti itu, tampak mata dari orang tua
tersebut memancarkan sinar yang sangat bengis sekali, memancarkan penuh dendam
dan pembunuhan. Mi Liang Tojin tiba-tiba tertawa bergelak-gelak.
"Kau ini lucu sekali!" katanya.
"Lucu" Apanya yang lucu"!" marah sekali tampaknya orang tua itu,
"Lucu sekali !" "Katakan ! Apa yang lucu ! jika engkau bicara yang bukan-bukan,
kelak jika memang aku telah sembuh dari luka didalam ini, aku akan mencarimu,
buat membunuhmu!" "Hemm, jika memang engkau mengandung maksud buruk seperti itu, bisa saja
membunuhmu sekarang juga agar tak menimbulkan bibit penyakit di kemudian
hari..!" Mata orang tua itu tetap memancarkan sinar yang sangat tajam, tampaknya ia
memang benar-benar penasaran di samping menaruh dendam.
Sedangkan waktu itu Kwang Tan telah bilang: "Sudahlah.... urusan ini tidak perlu
ditarik panjang, tentu locianpwepun mengerti bahwa guruku pasti memiliki alasan
yang kuat sampai ia menolak permintaan locianpwe!"
Orang tua itu tetap memandang penuh dendam, wajahnya memerah karena dia
penasaran sekali. Cuma saja disebabkan memang ia mengetahui bahwa ia tidak boleh terlalu mengumbar
kemarahan hatinya, sebab jika sampai ia mengumbar kemarahan hatinya, niscaya
akan membuat ia mempergunakan tenaga dan luka didalam tubuhnya tidak mungkin
sembuh, malah jika sampai tenaga dalamnya itu buyar, celakalah dia. sedapat
mungkin dia telah menahan kemarahannya.
Mi Liang Tojin waktu itu dengan sikap mengejek telah berkata, "Hemm, seharusnya
engkau bisa berpikir lebih baik lagi dari yang sekarang...!"
"Berpikir lebih baik bagaimana" Mulutmu ... oooh, jahat sekali!" teriak orang
tua itu yang naik darah dan sulit membendung kemarahan hatinya.
"Hemmm, sekarang aku ingin mengajukan satu pertanyaan, aku minta engkau
menjawabnya dengan sebaik-baiknya dan sejujur-jujurnya dari dasar hatimu !"
"Baik! Katakanlah !" teriak orang tua itu yang sudah kalap karena kemarahannya,
hampir saja ia tidak memperdulikan lagi pantangannya yang tidak boleh marah dan
mengumbar nafsu angkara murkanya, karena bisa membuyarkan tenaga dalamnya.
"Kau tadi hampir saja mampus!" kata Mi Liang Tojin, "Lalu siapa yang mengobati
kau?" "Dia !" "Dia ini apamu "!" tanya Mi Liang Tojin sambil memperhatikan orang tua
itu yang tengah menunjuk Kwang Tan. . Orang tua itu tergagap. "Dia ... dia !"
"Hemmm, sekarang mengapa engkau tidak bisa menjawabnya " Dia adalah murid dari
orang yang kau taruh dendam dan juga musuhi !" kata Mi Liang Tojin.
Muka orang tua itu berobah merah, tampaknya ia jengah, karena segera ia bisa
menduga kemana arah tujuan dari kata-kata Mi Liang Tojin.
"Sekarang kau harus jawab lagi dari hati kecilmu! jika memang tadi dia ini tidak
memberikan pertolongan dan membiarkan engkau terluka didalam, apakah engkau
masih bisa hidup sampai sekarang ini "!" kata Mi Liang Tojin lagi.
Muka orang tua itu berobah semakin merah, ia menghela napas dalam2. "Baiklah!"
katanya kemudian dengan wajah yang guram. "Aku akui, jika aku tidak memperoleh
obatnya, tidak juga yang ditolongnya, aku akan mati !"
"Nah... bukankah engkau dengannya tidak terhitung sebagai sahabat" Malah engkau
sebagai musuhnya " Sebagai musuhnya, dia masih turun tangan! Hemm. kau paham
maksudku?" Mi Liang Tojin waktu bertanya begitu, mengawasi tajam sekali.
Orang tua itu menghela napas lagi, iapun telah mengangguk dua kali, "Ya, aku
mengerti !" katanya kemudian. "Memang jika menuruti apa yang ada, bahwa aku ini
adalah musuh gurunya, tentu dia tidak akan menolongiku, dan jelas ia pun malah
akan segera membunuhku, mempergunakan kesempatan dikala aku terluka berat
seperti itu, dia bisa saja menurunkan tangan kematian kepadaku!"
"Bagus jika memang engkau mengerti! Maka dari itu, engkau tidak boleh menaruh
dendam terus kepada gurunya, jelas gurunya memiliki alasan tertentu yang tidak
dimengerti oleh kau, sehingga dia menolak buat menolongi adik seperguruanmu !"
Orang tua itu termenung sejenak, akhirnya ia mengangguk lagi sambil menghela
napas. "Ya, aku mengerti! Sudahlah! Urusan itu sudah kuanggap habis, itulah dia
disebabkan nasib buruk adik seperguruanku itu!" kata orang tua itu.


Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Bukan itu saja !" kata Mi Liang Tojin sambil tertawa dingin. "Jika memang
engkau beranggapan gurunya berhutang satu jiwa, yaitu jiwa adik seperguruanmu,
karena tidak mau diohati sehingga menyebabkan dia mati! Dan sekarang, engkau
yang seharusnya mati, telah diobatinya,
sehingga berarti hutang satu telah dibayar satu, telah lunas! Kau mengerti "!"
Mata orang itu telah mendelik, tapi kemudian wajahnya jadi guram lagi, dia
bilang dengan suara yang dingin. "Ya, baiklah! Jika memang begitu, sudahlah!
pergilah kalian meninggalkan tempat ini !"
Kwang Tan merangkapkan sepasang tangannya, ia bilang: "Locianpwe, sudahlah,
urusan yang sudah lalu, buat apa harus diperpanjang terus " Lebih baik kita
mengikat tali persahabatan. Boanpwe yang muda dengan ini
menyampaikan hormat buat locianpwe !"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang tua itu malu hati, dia membalas hormat Kwang Tan, walaupun hatinya masih
diliputi oleh perasaan gusar dan penasaran, karena dengan keadaannya seperti
sekarang, dia seperti telah dipojokkan oleh Kwang Tan dan Mi Liang Tojin.
"Sudahlah... sudahlah laote... aku tidak menarik panjang lagi urusan itu, yang
sudah biarlah sudah !" kata orang tua itu dengan suara yang perlahan dan wajah
yang guram sekali, tampaknya ia masih tidak puas.
Kwang Tan pun segera bilang: "Locianpwe jika memang boleh, bisakah kami
mengetahui nama Locianpwe yang sangat harum "!"
Orang tua itu tidak segera menyahuti, tampaknya dia ragu-ragu buat
memberitahukan namanya: "Ini... ini !" "JIka memang locianpwe keberatan buat memberitahukannya, kamipun tidak akan
memaksanya..." kata Kwang Tan cepat, karena ia kuatir kalau saja orang tua ini
masih menaruh sakit hati kepadanya dan juga tidak mau menyebutkan namanya.
Orang tua itu menghela napas sambil menggelengkan kepalanya, dia bilang: "Ya,
jika memang demikian, baiklah! Marilah kita bicara secara terus terang!
sebenarnya aku si orang tua Thong Hok !"
Mi Liang Tojin kaget mendengar bahwa orang tua ini adalah Thong Hok.
"Apa... apakah engkau yang bergelar Si Kalajengking Kaki Seribu "!" tanya Mi
Liang Tojin. Orang tua itu mengangguk.
"Benar...!" Thong Hok merupakan seorang tokoh rimba persilatan yang pada
beberapa puluh tahun yang lalu sebenarnya orang disegani oleh jago-jago rimba
persilatan dengan kepandaian yang sangat tinggi sekali Sepak terjangnya juga
agak luar biasa, sehingga sukar diterka, apakah ia berdiri di pihak jalan putih
atau memang dijalan hitam. Yang jelas, memang dia selalu berbuat sekehendak
hatinya. Dikala itu, Kwang Tan telah menjurah memberikan hormat, katanya dengan suara
yang sangat menghormat: "Sungguh beruntung sekali boanpwe bisa bertemu dengan
Thong locianpwe... sudah lama
menggetarkan rimba persilatan dan sangat ingin sekali bertemu dengan locianpwe."
Thong Hok tampak semakin guram, memang dulu namanya pernah
orang2 kangouw menggemparkan rimba persilatan dan
semuanya gentar buat berurusan nama locianpwe memang boanpwe
dengannya. Namun sekarang, ditangan seorang pemuda nama besarnya itu telah runtuh dengan
mudah. Malah akhirnya, jiwanya telah diselamatkan oleh Kwang Tan. Dengan sendirinya hal
ini membuatnya benar2 tidak puas, ia juga sangat penasaran sekali, karena
kepandaiannya yang dipelajarinya selama puluhan tahun itu ternyata seperti tidak
memiliki arti apa2 lagi, sebab menghadapi seorang pemuda seperti Kwang Tan saja
ia telah runtuh dan dirubuhkan, hampir saja ia membuang jiwa juga. Sungguh
membuatnya jadi penasaran sekali.
"Kiranya kau menyembunyikan diri disini !" kata Mi Liang Tojin dengan suara yang
diiringi tertawanya. "Telah
belasan tahun engkau tidak
muncul dalam kalangan kangouw Thong-heng !"
Muka Thong Hok tetap guram.
"Aku tengah menjalani hukuman !"
"Menjalani hukuman "!" tanya Mi Liang Tojin kaget, begitu juga dengan Kwang Tan
yang jadi memandangnya dengan sinar mata bertanya heran.
Thong Hok menghela napas lagi, kemudian dia bilang dengan wajah yang guram: "Ya,
aku memang tengah menjalani hukuman telah empat belas tahun! setahun lagi aku
boleh bebas meninggalkan tempat ini !"
Semua orang kaget. Thong Hok adalah seorang tokoh kangouw yang memiliki
kepandaian tinggi, siapakah yang telah berhasil untuk menaklukkannya dan telah
membuat tokoh kangouw ini menyerah begitu saja buat menjalankan hukumannya,
tanpa berusaha buron dan melarikan diri.
"Tentunya seorang yang sangat luar biasa yang mengendalikan dan memenjarakan
engkau "!" Tanya Mi Liang Tojin kemudian.
Thong Hok menghela napas, ia mengangguk "Ya, jika tidak, apakah kau mau berdiam
disini belasan tahun lamanya "!" sahutnya kemudian.
Mi Liang Tojin tertarik sekali.
"Siapakah orang itu "!"
"Hemmm maaf, aku tidak bisa menyebutkan namanya, ini sudah menjadi
pantangannya !" kemudian.
Mi Liang Tojin dan Kwang Tan heran dan bertanya-tanya, tokh mereka tidak berani
untuk mendesak terus, karena mereka kuatir kalau-kalau Thong Hok akan
tersinggung karenanya. kata Thong Hok walaupun semakin Kwang Tan tertawa, dia bilang: "Baiklah locianpwe, kami akan
meninggalkan tempat ini." Thong Hok mengangguk "Ya, lebih baik kalian cepat2
angkat kaki dari tempat ini, jika memang kalian terlihat olehnya, hemm, walaupun
kalian tumbuh sepuluh pasang sayap, jangan harap bisa meninggalkan tempat ini
lagi !" Mi Liang Tojin jadi tercengang, ia melihat Thong Hok yang begitu lihay ternyata
tampaknya gentar sekali kepada orang yang disebutkannya itu, bagaikan orang itu
memang seorang yang benar-benar luar biasa sekali.
Diwaktu itu, tampak Thong Hok telah mengibaskan tangannya: "Maafkan, aku tak
bisa menemani kalian terlebih lama lagi!" katanya, dengan sikap mempersilahkan
tamunya buat berlalu. Kwang Tan melirik Mi Liang Tojin dan juga Lian Kie Lin, saat itu tampak si gadis
tengah rebah karena dia memang masih dalam keadaan terluka didalam.
Disaat itulah Kwang Tan jadi ragu-ragu, tadi dia memang basa-basi hendak
berlalu. Siapa tahu justeru Thong Hok memang mempersilahkan mereka berlalu.
"Baiklah!" kata Kwang Tan kemudian, dia menoleh kepada Mi Liang Tojin, katanya:
"Tolonglah locianpwe menggendong adik Lian!"
Mi Liang Tojin mengangguk: "Ya....baiklah!" Si Tojin telah melompat kepada Lian
Kie Lin, dia telah menggendong sigadis.
"Maafkan, karena kita harus berlalu dan kau belum lagi bisa bergerak terlalu
mengeluarkan tenaga, didalam yang lebih parah."
banyak, karena jika engkau kemungkinan engkau terluka
Lian Kie Lin mengangguk saja, sedangkan pada waktu itu terlihat Thong Hok hanya
mengawasi dengan sinar mata yang dingin saja, karena dia memang tidak bermaksud
menahan mereka untuk berdiam lebih lama di tempat ini.
Kwang Tan memberi hormat lagi, sedangkan Mi Liang Tojin mengangguk, sebagai
tanda pamitan. Tapi baru saja mereka hendak melangkah pergi, tiba2 terdengar
suara "Hemmm!" seperti yang tadi, ketika pertama kali mereka datang ketempat
ini. Malah kemudian disusul dengan suara yang dingin sekali, suara itu
mendengus seperti mengandung kemendongkolan. nadanya mendengung bagaikan
terdengar dari tempat jauh, juga seperti terdengar dari jarak yang dekat.
Terperanjat bukan main Mi Liang Tojin dan juga si pemuda bersama Lian Kie Lin,
itulah menunjukkan orang yang berkata2 itu adalah seorang memiliki sinkang
sempurna. Maka mereka telah berusaha untuk memasang mata dan pendengaran mereka, mengawasi
sekeliling mereka dan juga ingin mendengar lebih jelas.
"Kau hendak membiarkan mereka pergi begitu saja?" suara teguran itu terdengar
menyeramkan sekali, dan tentu saja kata-kata itu ditujukan kepada Thong Hok.
"Apakah jiwamu yang akan dipergunakan sebagai pengganti jiwa
mereka bertiga" itupun kukira masih belum cukup, masih kurang dua !"
Tubuh Thong Hok menggigil keras, mukanya seketika jadi pucat.
"Loya (tuan besar).... ampunilah hambamu...!" kata Thong Hok yang kakinya
menggigil keras, ia malah telah berlutut.
"Hemmm, walaupun bagaimana perintah ku tidak bisa dirobah, engkau harus
melaksanakannya!" kata suara itu, yang mendengung seperti terdengar dari tempat
jauh. "Tapi Loya . . . !"
"Tapi, tapi apa?"
"Hambamu tengah terluka parah . . . !"
"Itu bukan alasan ! perintahku harus dilaksanakan sama seperti bunyi perintah
itu!" "Loya !" "Oh, sekarang engkau mulai pandai membantah, heh"!" dingin sekali suara itu.
"Ampun Loya.... Thong Hok memang manusia tidak beruntung, dan Thong Hok tidak
sanggup melaksanakan perintah itu ! Jika memang Loya mau membunuhku, bunuhlah!"
"Membunuhmu?" Tubuh Thong Hok tambah gemetar.
"Ya, Loya... jika memang Loya hendak menghukumku bunuhlah... janganlah aku di
siksa oleh siksakan yang lebih parah lagi!"
Suara Thong Hok terdengarnya bergeletar dan tubuhnya menggigil dia malah sambil
berlutut juga telah mengangguk-anggukkan kepalannya, tampaknya dia memang sangat
ketakutan, rupanya orang itu, yang di panggil dengan sebutan Loya adalah seorang
yang sangat ditakuti sekali.
Bukan main herannya Mi Liang Tojin dan Kwang Tan, demikian juga Lian Kie Tin
yang berada dalam gendongan Mi Liang Tojin.
Mengapa seorang tokoh rimba persilatan yang memiliki kepandaian sangat tinggi
seperti Thong Hok bisa ketakutan seperti itu, sikapnya jadi sehina itu dan tidak
malu, dimana dia menyembah-nyembah ketakutan seperti itu" Benarbenar mereka jadi tidak habis
mengerti dan memandang heran.
Disaat itu terdengar lagi suara dari orang itu, yang terdengar sangat
menyeramkan sekali. "Hemm, jadi engkau meminta aku membunuhmu?"
"Ya, loya !" "Tidak gampang! Tidak gampang buat mati!" kata suara itu kemudian dengan suara
yang dingin menyeramkan. Tubuh Thong Hok semakin menggigil keras, dimana ia
telah seperti hendak menangis, mukanya pucat pias dan ia pun tampak begitu
ketakutan, bola matanya telah mencilakcilak kesana-kemari!
Disaat itu terlihat Kwang Tan hendak maju menghampiri Thong Hok, untuk bantu
membangunkannya. "Bangunlah locianpwe... mengapa harus ketakutan seperti itu"
jika memang ada sesuatu yang mengancam keselamatan locianpwe, nanti kami
membantu!" "Ohh, kau"!" Bukannya berterima kasih karena mendengar janji dari Kwang Tan,
yang bersedia menolongnya jika ia menghadapi kesulitan, justeru diwaktu itu
tampaknya Thong Hok jadi marah,
"Kau... kau kau bicara sembarangan....!"
"Hemm!" terdengar suara dengusan yang dingin dari suara yang mendengung itu.
"Sungguh hebat! Sungguh hebat! Dengan hanya memiliki kepandaian hanya sebegitu
saja, kepandaian rendah, kau berani bicara besar mementang mulut seenakmu?"
Kwang Tan sudah tidak bisa menahan diri.
"Baiklah! jika memang ingin memberikan petunjuk, silahkan keluar." Tantang Kwang
Tan. Terdengar suara "Hemmm" lagi, kemudian sunyi. .
Thong Hok menggigil keras.
"Kalian....kalian akan menerima bencana." katanya dengan suara menggigil keras.
Tapi Kwang Tan tidak memperdulikan ia memperhatikan keadaan disekitar tempat
itu. Tetap sunyi. Mi Liang Tojin sendiri heran melihat Thong Hok bisa ketakutan
seperti itu, tapi belum lagi ia ikut bicara, di saat itu telah terdengar suara
Lambang Naga Panji Naga Sakti 11 Raja Naga 10 Misteri Labah-labah Perak Pusaka Rimba Hijau 1

Cari Blog Ini