Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong Bagian 3
akan tetapi yang jelas kalian akan menjadi manusia yang bercacad dan juga tidak
akan memiliki sedikitpun lagi kepandaian ilmu silat maupun tenaga dalam kalian!"
Setelah berkata begitu, Kwang Tan merogoh sakunya dan suara bajunya
berkeresekan. "lnilah semacam obat istimewa, obat untuk
melumpuhkan dan ditubuh seseorang memutuskan semua otot2 terpenting yang mencium baunya, apakah kau
masih tidak berobah pikiran atas keputusanmu itu "!" Dan sambil berkata begitu,
Kwang Tan memperdengarkan lagi suara tertawanya.
Sedangkan si Jangkung telah berdiam diri karena bimbang, sampai akhirnya dia
bilang: "Kau bebaskan dulu kami, baru kami akan bicara !"
"Hemmm. aku tidak akan sebodoh itu !" kata Kwang Tan. "Jika kalian dibebaskan
terlebih dulu agar kalian mau bicara, hal itu hanya akan menimbulkan kesulitan
buatku. Nah, sekarang kau bicaralah yang sebenarnya."
"Aku akan menghitung sampai tiga, jika memang setelah aku menghitung angka tiga
dan kau masih tidak mau bicara, maka tutup botol obat ini akan kubuka."
Mendengar ancaman Kwang Tan, sijangkung berdiam diri, dia benar2 ragu. Untuk
mati dia memang tidak takut, akan tetapi jika memang mati tidak dan menjadi
manusiapun tidak karena dia akan menjadi bercacad dan seluruh ilmu serta
lwekangnya lenyap itulah yang hebat.
"Satu....!" Kwang Tan mulai menghitung, si jangkung tetap berdiam diri, hanya
saja kebimbangannya semakin hebat.
"Dua...!" Kwang Tan menghitung terus. Tetap si jangkung masih menutup mulut,
hatinya goncang keras. "Tiga !" Kwang Tan telah menghitung sampai angka tiga. "Tunggu..!" teriak si
jangkung tergesa-gesa karena ia kuatir kalau2 Kwang Tan membuktikan ancamannya
dan membuka tutup botol tersebut.
"Kau bersedia bicara "!" tanya Kwang Tan kemudian, tangannya telah siap membuka
tutup botol itu, karena Kwang Tan telah mengambil keputusan yang pasti, begitu
dia menghitung sampai tiga, ia ingin membuka tutup botol itu.
Hanya saja disebabkan si jangkung telah mencegahnya, dia menundanya. Namun jika
si Jangkung berbelit2, sudah menjadi tekad Kwang Tan buat kawannya menjadi
membahayakan lagi. "Ya... ya.... aku akan bicara !" kata si jangkung kemudian dengan suara tidak
lancar. "Nah, katakanlah, siapa Yu-ong yang kalian maksudkan itu...!" kata Kwang Tan.
"Sebenarnya.,., sebenarnya Yu-ong adalah Kaisar... Kaisar dari kerajaan...
kerajaan...!" berkata sampai disitu, si jangkung berhenti sebentar, karena dia
benar2 bimbang. "Cepat katakan !" desak Kwang Tan.
"Ohhh, kau bunuh saja aku..." kata si jangkung dengan suara sesambatan. "Kau
memang keras kepala! Baiklah, tadi aku telah menghitung sampai tiga, dan
sekarang aku hanya tinggal membuka tutup botol ini !"
membuat manusia laki2 jangkung ini dan bercacad, agar tidak "Tunggu... tunggu...
jangan.... jangan dibuka dulu!" cegah lelaki jangkung itu gugup bukan main,
seluruh tubuhnya memang lemas bagaikan tidak bertenaga, demikian jelas dia tidak
bisa berbuat banyak. Kwang Tan tertawa tawar. "Aku tidak bisa menanti lama2. Terserah kau ingin mengatakannya atau tidak,
karena aku memang harus membuat kalian menjadi manusia bercacad, agar engkau dan
kawan mu tidak membahayakan diriku lagi !"
"Tidak.... jangan.... aku akan memberitahukan kepadamu semuanya !" berseru si
jangkung dengan suara tergetar gugup sekali.
"Hemm, jika memang engkau ingin menceritakan semuanya itu, lakukanlah, jika
engkau membuang2 waktu saja dan meng-ulur2 waktu, aku tidak bisa menunggu!" kata
Kwang Tan tegas. Lenyap kebimbangan si Jangkung, sebab sekali saja Kwang Tan membuka tutup botol
obatnya, akan habislah dia selamanya sebagai manusia tidak punya guna, dimana
dia akan menjadi manusia bercacad selama-lamanya.
"Baik... dengarlah!" kata si jangkung dengan napas memburu keras, "sebenarnya
Yu-ong adalah Kaisar... Kaisar dari negeri Cidan!"
"Kaisar dari negeri Cidan?" tanya Kwang Tan terkejut "Kau jangan bergurau..."
"Sungguh. Apa yang kukatakan itu yang sebenarnya!" kata si jangkung. "Lalu, apa
hubungan Kaisar Cidan itu denganku" Aku hanya rakyat jelata biasa, sedang kan
dia seorang Kaisar! Ohh, dustamu itu tidak bisa diterima oleh akal sehat kau jangan mempermainkan
aku.!" "Sungguh.... aku tidak berdusta!" berseru si jangkung gugup dan agak panik.
"Tutup botol... kau jangan membukanya dulu, aku telah mengatakan yang
sebenarnya.. dan aku akan menceritakan seluruhnya
sehingga engkau mengerti duduknya persoalannya!"
"Hmm!" Kwang Tan telah mendengus perlahan. "Ayo katakanlah!?"
"Sebenarnya... Kaisar Cidan itu ingin mengutus beberapa orang pahlawan lainnya
dibinasakannya, akan tetapi buat mencarimu untuk kami sendiri yang telah
memohon agar tugas-itu diberikan kepada kami berdua, sebab kami pasti dapat
melaksanakan tugas itu sebaik
mungkin, terlebih lagi kami yakin bahwa engkau masih terlalu kecil, sehingga
tidak sulit buat kami menawanmu... jika perlu membinasakanmu..!?"
"Apa sangkut pautnya dengan Kaisar Cidan itu"!" tanya Kwang Tan tambah tidak
mengerti. "Itulah urusan didalam keluarga Kaisar, kami sendiri tidak mengetahui jelas
segalanya. Hanya saja kaisar Cidan tampaknya benci sekali kepadamu !"
Perkataan terakhir dari si jangkung membuat Kwang Tan jadi berdiam diri sesaat
lamanya dan telah memandang tajam kepada si Jangkung.
Walaupun bagaimana memang Kwang Tan tengah diliputi keheranan yang luar biasa.
Diwaktu itu si jangkung telah meneruskan ceritanya: "Sesungguhnya kau....
kau.,.. berasal dari keluarga Kaisar Cidan...!"
"Apa "!" tanya Kwang Tan dengan suara yang terheran2, bukan main takjubnya "Kau
bilang, aku sesungguhnya masih termasuk salah salah seorang dari anak Kaisar
Cidan itu"!" Si jangkung mengangguk. "Benar..!" menyahuti si jangkung kemudian "Dan yang kami
ketahui, kau benar salah seorang sanak keluarga Kaisar Cidan....!"
Sejenak lamanya Kwang Tan tidak mengatakan suatu apapun juga, dia hanya berdiam
diri. Sedangkan si jangkung telah berusaha mementang matanya lebar2, mengerahkan daya
penglihatannya, agar dapat melihat sesungguh nya Kwang Tan berada dimana.
Ketika Kwang Tan berkurang rasa kaget dan takjubnya, dia menoleh kepada si
Jangkung, kemudian juga melangkah keluar untuk melihat si pendek.
Di peroleh kenyataan si pendek tetap dalam keadaan rebah pingsan tidak sadarkan
diri. "Hemmm !" melihat si pendek masih dalam keadaan tidak sadarkan diri Kwang
Tan memperdengarkan suara dengusan mengejek dia telah kembali ketempatnya
didekat si jangkung, katanya: "Kau jangan coba2 mempermainkan diriku. Katakan yang
sebenarnya !" "Apa yang tadi kuberitahukan memang merupakan hal yang sebenarnya, sama sekali
aku tidak berdusta...!" kata si jangkung, "Aku dan kawanku itu adalah pahlawan
pilihan dari Kaisar Cidan, dimana kami berdua yang akhirnya ditugaskan buat mencari
dirimu ! Karena memang sejak kau melarikan diri dengan keluargamu, di Cidan
Kaisar telah menyebar orang2nya, sehingga Kaisar mengetahui bahwa engkau berdiam
di puncak Lam-san ini dan juga sebagai
Tabib Dewa, dengan begitu, tidak sulit buat kami mencari jejakmu ..."
"Lalu sekarang kau jelaskan lagi, jika memang aku merupakan salah seorang sanak
keluarga Kaisar Cidan, lalu apa bukti2nya "!" tanya Kwang Tan lagi.
"Soal bukti kami tidak mungkin bisa beritahukan, karena urusan ini hanya
diketahui oleh Kaisar Cidan belaka !" "Jadi Kaisar Cidan itu adalah orang yang telah perintahkan kalian buat membunuhku dengan kejam dan
kalian memangginya dengan sebutan Yu-ong itu "!"
"Yu-ong adalah gelaran Kaisar kami, Kaisar Yu Ong," menjelaskan si jangkung.
"Hmm...!" mendengus Kwang Tan. "Baiklah, jadi aku ini sebenarnya putra siapa di
istana Cidan"!"
Si jangkung ragu2, dia tidak segera menjawab pertanyaan Kwang Tan, cuma saja
setelah lewat beberapa saat lagi, dia berkata "Di dalam urusan ini kami
sebenarnya tidak mau tahu sebenarnya kau memiliki sangkutan dan hubungan dengan
Kaisar Cidan itu... jika memang sesungguhnya dan kau adalah salah seorang sanak
keluarga Cidan, tentu kau masih ingat masa kanak2mu! Kami hanyalah melaksanakan tugas
belaka, dan kami tidak bisa melalaikannya. Yang kami ketahui hanyalah kami
ditugaskan dan diperintahkan buat membunuhmu, dan urusan hanya habis sampai
disitu saja!" "Baik! Baik!" kata Kwang Tan, "Jika demikian akupun tidak akan memaksa kalian!
Lalu, bisakah kalian memberitahukan kepadaku, kalau2 kalian berdua memang
mengetahui rahasia-rahasia didalam gedung istana Kaisar Yu ong itu."
"Hemm aku... tidak berani untuk memberitahukan hal itu kepadamu, karena jika
diketahui oleh Kaisar, kami berdua akan menerima hukuman yang berat sekali."
Waktu itu, Kwang Tan berkata dengan suara yang tawar: "Jika memang engkau tidak
mau bicara, itupun tidak jadi soal! Nah jika kau hendak pergi, pergilah..!"
Sejenak perasaan girang memenuhi hati si Jangkung.
"Ohh, benarkah... benarkah bahwa aku akan dibebaskan olehmu"!" tanya si
Jangkung. "Ya... silahkan kau meninggalkan tempat ini!" kata Kwang Tan. "Ya, ya, ya...!"
Akan tetapi berkata sampai disitu, tiba2 si jangkung telah merandek sejenak,
kemudian katanya: "Dalam urusan ini ... sesungguhnya...
akupun kurang begitu jelas mengenai
sesungguhnya... keadaan didalam istana, sebab aku hanya berhamba kepada Kaisar dan hanya
menerima perintah langsung dari Kaisar...!"
"Baiklah, apakah, Kaisarmu itu tidak menyinggung2, siapakah aku sebenarnya dan
merupakan putera siapa?" Si jangkung tambah ragu2, akan tetapi tiba2 sekali dia
mencium bau harum. "Eh... kau... kau?" katanya gugup, "Bau obat itu.,.!" gugup dan panik si
jangkung ini. Namun Kwang Tan tetap tenang, katanya: "Sesungguhnya, segalanya telah terlanjur dan terlambat,
karena dari itu, aku telah membuka tutup botol ini dan tidak bisa menutupnya
lagi." Mendengar perkataan Kwang Tan seperti itu, lemaslah sekujur tubuh si Jangkung.
"Ohhh, untuk selanjutnya aku akan menjadi manusia bercacad"!" tanyanya dengan
suara gemetar. Kwang Tan memperdengarkan suara tertawanya. "Ya, engkau akan
memang didalam tiga menjadi manusia hari kau bisa
bercacad. jika menerima obat
penawarnya dariku. niscaya kau tidak akan jadi bercacad..." Tiba2 sekali, dengan
tidak kenal malu si jangkung menekuk kedua kakinya, dia berlutut di hadapan
Kwang Tan. "Ampun... ampunilah.... jangan membuatku bercacad, jika memang engkau
menghendaki jiwaku, ambillah, bunuhlah aku, aku tidak akan menyesal. Akan tetapi
kau jangan menyiksaku dengan segala macam obatmu itu yang sangat jahat sekali.!"
Gemetar sekali suara si jangkung itu.
Sedangkan Kwang Tan tetap tersenyum, "Obat penawarnya ada didalam sakuku, jika
saja kau menepati janji tidak akan mempergunakan kepandaianmu buat melakukan
suatu yang tidak baik, maka akan kuampuni kau dan kawanmu itu, agar tidak
bercacad." Mendengar janji Kwang Tan, si jangkung menghela napas tenang, hatinya tidak
tergoncang seperti tadi dan dia bisa menguasai dirinya lagi.
"Baiklah, aku akan menceritakan hal yang sebenarbenarnya.." kata si jangkung
kemudian. Akan tetapi baru saja dia berkata sampai disitu dikejauhan terdengar suara
rintihan pendek, membuat si jangkung jadi tambah gemetar ketakutan.
Sedangkan Kwang Tan memperdengarkan suara tertawa dingin, anak inipun telah
mendengar jelas suara rintihan si pendek.
"Hemmm, dengarlah, betapa kawanmu itu telah menderita kesakitan yang hebat,
sebab tidak lama lagi tentu dia akan segera bercacad dengan urat-urat
berputusan." Tambah ketakutan saja si jangkung, besarnya Biasanya, menghadapi maut saja dia
tidak pernah takut. Akan tetapi sekarang ini justru menghadapi Kwang Tan yang
liehay ilmu pengobatan dan racun, maka mereka telah dirubuhkannya, sehingga si
jangkung tampak begitu ketakutan, padahal ilmu silatnya sangat tinggi.
"Aku akan mulai!" kata si Jangkung. sedangkan Kwan Tan hanya berdiam diri
mendengarkan saja. Tampak si jangkung meluruskan napasnya goncangan yang
dialaminya dan serba takut, marah serta kecewanya itu.
Sedangkan Kwang Tan telah berkata: "Ya, kau mulailah!" dia berkata begitu, sebab
si jangkung masih saja berdiam diri tidak mulai dengan ceritanya itu.
"Sebenarnya Kaisar Cidan merupakan raja yang belum begitu lama menduduki taktha
kerajaan! Dulu, yang menjadi Kaisar adalah kakak kandungnya, akan tetapi akhirnya Yu-ong telah
menggulingkan saudaranya itu, dan dia yang berkuasa selanjutnya.
Dengan begitu, seluruh keluarga Kaisar yang lama telah dibunuh-bunuhi oleh
pengikut2nya Kaisar Yu Ong, sebab Kaisar Yu Ong kuatir kalau2 kelak keturunan
dari Kaisar yang lama itu akan menuntut balas sakit hati kepadanya yang
terpenting akan menuntut haknya sebagai pewaris kedudukan dan
segera seluruh takhta sebagai seorang Kaisar. Dengan
keluarga Kaisar yang lama telah dibinasakannya!"
berdiam diri sejenak, buat dan menenangkan kembali "Lalu, urusan Kaisar Cidan
itu apa sangkut pautnya dengan diriku "!" tanya Kwang Tan memotong cerita si
jangkung. Si jangkung menghela napas lagi tampak nya dia tengah meluruskan pernapasannya.
"Sebenarnya... sebenarnya kau adalah putera pertama, putera sulung dari Kaisar
Cidan yang lama itu, karenanya, engkau selalu dikejar dan akan dibinasakan oleh
orang2nya Kaisar Yu-ong. Yang aneh, engkau bisa meninggalkan Cidan dan berada
didaratan Tionggoan dipuncak gunung Lam-san ini menjadi seorang tabib yang masih
kanak2, akan tetapi ilmu pengobatannya sangat hebat sekali!"
Karena itu pula, waktu Kaisar Yu-ong mendengar akan perihal dirimu, dia telah
perintahkan orang2nya buat melakukan pengejaran padamu di Lam-san ini. Dan kami
yang telah memohon kepada Kaisar Yu-ong, agar kamilah
yang diperintahkan mencarimu itu. Dan ternyata kami berhasil menemui jejakmu,
Hanya saja sayangnya justru kami telah ditipu mentah-2 oleh kau..."
Mendengar perkataan orang tersebut, Kwang Tan jadi tertawa terbahak-bahak.
"Sebenarnya, siapakah kau dan kawanmu itu "!" tanya Kwang Tan pada akhirnya.
"Kami adalah pahlawan pilihan Kaisar, yang akan melindungi keselamatan Kaisar."
menjelaskan sijangkung. Baru saja Kwang Tan ingin bertanya lagi waktu itu
terdengar suara keluhan dari sipendek.
Setelah melirik sejenak, Kwang Tan melanjutkan pertanyaannya lagi.
"Sesungguhnya, dengan diperintahkan kalian berdua, yang memiliki pangkat dan
kedudukan begitu tinggi sebagai pengawal keselamatan Kaisar kalian yang sangat
dipercaya, maka betapa pentingnya diriku..."!" mengejek Kwang Tan.
"Ya ya, kami memang tidak menyangka bahwa engkau sesungguhnya memiliki otak yang
cerdas sekali, karena kurang waspada, membuat kami berdua akhirnya rubuh ditangan kau, bocah
ingusan "!" Kwang Tan memperdengarkan suara tertawa kecil, kemudian katanya: "Jika memang
apa yang kau katakan itu seluruhnya benar, berarti aku ini masih keturunan orang
Cidan?" tanya Kwang Tan akhirnya.
"Betul, bahkan merupakan putra mahkota yang akan menggantikan kedudukan dan
takhta dari Kaisar yang lama. Hanya saja belum lagi sang putera raja sempat
duduk ditakhta, keduluan Kaisar yang lama itu telah digulingkan
Yu-ong, dengan demikian, walaupun engkau sebagai putera sulung Kaisar yang lama,
tetap saja engkau tidak bisa duduk ditakhta kerajaan! Karena kalau Yu-ong telah
merebut takhta, yang sebenarnya menjadi hakmu itu."
Kwang Tan jadi diliputi kebimbangan, inilah hebat, dia sama sekali tidak pernah
menyangkanya, bahwa ia sebenarnya seorang putra mahkota dari kerajaan Cidan.
Cuma saja, setelah berdiam sejenak, suara rintihan sipendek membuat Kwang Tan
tidak bisa berdiam diri, dia ingin melihatnya, sesungguhnya bagaimana keadaan si
pendek, untuk sekalian memancing keterangan dirinya."
"Kau diam dulu disini, jika nanti aku telah memperoleh keterangan dari kawanmu
Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dan ternyata apa yang kau jelaskan itu benar, aku akan memberikan obat penawar
dari obat yang telah kalian makan...". kata Kwang Tan sambil
memutar tubuhnya untuk menghampiri si pendek.
Si jangkung mengeluh, dia merasakan seluruh tubuhnya lemas tidak bertenaga
walaupun dia bermaksud hendak melarikan diri dengan mempergunakan kekerasan akan
tetapi dia tidak berdaya, Terutama sekali, sekarang dia diliputi ketakutan bukan
main, bahwa dirinya akan menjadi manusia bercacad. dan jika tidak memperoleh
obat penawar dari Kwang Tan, tentu kelak dirinya menjadi manusia yang sudah tidak punya guna
lagi. sijangkung jadi berdiam diri saja.
Sedangkan Kwang Tan telah Disebabkan itu, maka menghampiri sipendek. Jarak
antara si jangkung dengan si pendek terpisah cukup jauh, belasan tombak.
Ketika tiba didekat sipendek, Kwang Tan melihat sipendek belum lagi bisa
berdiri, dia tengah mengeluh dan merintih dengan meringkuk ditempatnya. Dalam
keadaan seperti ini telah membuat Kwang Tan tersenyum.
"Hemmm, jika demikian daya tahan sijangkung ternyata jauh lebih kuat
dibandingkan dengan kawannya ini, karena dia telah bisa segera berdiri begitu
tersadar dari pingsannya, akan tetapi sipendek ini walaupun telah siuman tetap
saja tidak bisa bangkit berdiri !" pikir Kwang Tan didalam hatinya.
"Hemmm !" sengaja Kwang Tan mendehem.
Sipendek yang tidak bisa didalam goa itu, tengah melihat dalam kegelapan
mengeluh dan berusaha memandang sekelilingnya dengan mementang matanya lebar2 guna menembus kegelapan
yang ada. Akan tetapi kenyataannya dia tetap saja tidak bisa melihat sesuatu apapun juga,
hanya kegelapan dan kepekatan belaka yang dilihatnya.
Karena itu, betapa terkejutnya dia ketika Kwang Tan mendehem dari jarak yang
dekat sekali. "Kau... kau... kau telah menganiaya diriku..."!" berseru sipendek
dengan suara mengandung kegusaran yang sangat, akan tetapi dibalik nadanya yang
menyeramkan dan bengis itu terkandung perasaan takut.
Kwang Tan tertawa kecil, katanya: "Aku akan memulihkan keadaanmu seperti
sediakala. Akan tetapi jika memang engkau bersedia bicara yang sejujurnya dan
sebenarnya ! Namun, jika saja engkau berdusta dan tidak mau menjawab dengan
jujur semua pertanyaanku, maka
engkau akan tetap dengan keadaan dirimu ! selewatnya empat puluh hari, jika
engkau tidak memperoleh obat penawar dariku, maka engkau akan menjadi manusia
bercacad. Kau bersedia buat menjawab setiap pertanyaanku dengan jujur "!"
Sipendek mengeluarkan suara menggumam mengandung kegusaran, dia tidak menyahuti
pertanyaan Kwang Tan. "Bagaimana"!" tanya Kwang Tan dengan suara yang tawar.
"Kau bersedia menjawab sekitar pertanyaanku
dengan jujur "!" Sipendek masih berdiam diri.
"Baiklah...!" kata Kwang Tan yang tidak memperdulikan sikap si pendek yang tetap
berdiam diri. "Benarkah engkau dan kawanmu itu adalah pahlawan2 istana Kaisar Cidan "!"
Sipendek mengeluarkan seruan kaget dan mengandung keheranan yang sangat, dia
tidak menyangka akan mendengar pertanyaan seperti itu. Memang tidak disangkanya
bahwa Kwang Tan mengetahui bahwa dia bersama kawannya yaitu si jangkung, adalah
pahlawan Kaisar Cidan. "Eh darimana... dari mana engkau mengetahui hal itu "!" tanya sipendek kemudian
dengan suara yang tergetar, diapun diliputi perasaan kuatir juga, kalau2 dirinya
akan memperoleh malapetaka yang lebih hebat.
"Hemm, mengetahui tidak perlu kau mengetahui darimana aku bahwa kau bersama kawanmu itu adalah
pahlawan Kaisar Cidan!Akupun telah mengetahui bahwa Yu-ong adalah Kaisar
kalian !" Kembali si pendek mengeluarkan seruan.
"Apakah... apakah dia yang telah memberitahukan padamu "!" tanyanya kemudian.
Yang dimaksudkan dengan "dia" adalah sijangkung.
"Sudah kukatakan, engkau tidak perlu tahu dari mana aku mengetahui semua itu,
akan tetapi yang kukehendaki engkau bicara yang jujur, semua pertanyaanku harus
dijawab dengan sebenarnya !"
"Tetapi....tetapi....!" kata sipendek dengan suara tergetar mengandung
kebimbangan yang sangat. Kwang Tan memperdengarkan suara tertawa tawar. "Jika memang engkau tidak mau
bicara, maka kuberitahukan obat2 yang telah kuberi makan padamu, akan membuat
engkau menjadi bercacad seumur hidupmu ! Kau sekarang merasakan bukan, betapa
seluruh tenagamu lenyap, sehingga engkau lebih lemah dari orang biasa yang tidak
melatih ilmu silat !"
Kembali si pendek mengeluarkan suara keluhan, dia memang memperoleh kenyataan
dirinya tengah terancam dalam kecacadan yang tidak ringan, karena iapun
merasakan betapa sekujur tubuhnya lemas tidak bertenaga. Disamping itu juga,
memang diapun merasakan, bahwa
banyak jalan darahnya yang telah tersumbat, juga ada beberapa otot penting
didalam tubuhnya yang telah putus.
Karena itu dia tidak bisa tidak mempercayai pula ucapannya. Kwang Tan telah
berkata lagi dengan suara yang sabar: "Sekarang jawablah dulu, sebenarnya apa
maksud dari Kaisar kalian mengutus kalian berdua buat membunuhku..?"
Sipendek tidak segera menyahuti, dia hanya bilang ragu2: "Ini...ini...."
"Mengapa ini, ini, segala ini, tidak perlu kau pergunakan untuk mengulur waktu,
kata2 yang tidak penting tidak kuhendaki. Yang mengapa Kaisar kuinginkan adalah
keteranganmu kalian mengurus kalian untuk
membinasakan diriku "!"
"Sebenarnya urusan ini mana kami ketahui !" kata sipendek kemudian. "Hal ini
memang kami hanya melaksanakan tugas dan perintah saja... kami tidak mengetahui
apapun juga selain hanya melaksanakan tugas belaka !"
"Hmmm, karena Kaisar Yo-ong kuatir aku kelak merebut takhta kerajaan !" kata
Kwang Tan kemudian, "Bukankah begitu ?"
Disanggupi seperti itu, sipendek kembali kaget, dia sampai mengeluarkan seruan
tertahan. "Ini... ini...!" katanya tergagap.
"Bicara yang jelas..!" bentak Kwang Tan, "Semua itu kami benar2 tidak mengetahui
!" kata sipendek kemudian dengan suara tidak lampias.
"Hemm, ternyata engkau tidak jujur !!" kata Kwang Tan kemudian, "Aku telah
mengetahui, bahwa aku sebenarnya adalah putera mahkota yang sah dari negeri
Cidan, dan seharusnya aku yang duduk ditakhta kerajaan menggantikan ayahku yang
telah digulingkan Yu-ong....,! Nah, jika engkau bicara masih memutar kesana
kemari, biarlah engkau menjadi manusia bercacad seumur hidupmu, aku hanya
memberikan obat penawar kepada sijangkung, kawanmu itu.
Kaget tidak terkira sipendek ini. "Apakah., .. apakah dia yang memberitahukan
semuanya kepadamu "!" tanyanya. Kwang Tan tertawa mengejek, "Ya, benar..,.!"
katanya, "Memang tidak salah! Dia yang telah menjelaskan seluruhnya kepadaku "!"
"Hemm... jika demikian, baiklah! Aku, ... aku akan bicara sejelas2nya .!" kata
si pendek yang telah mengambil keputusan, karena dia yakin, percuma dia berusaha
menutup-nutupi segalanya, sebab kawannya telah
membuka rahasia tersebut, sehingga Kwang Tan mengetahui jelas siapa dirinya yang
sebenarnya. "Ya, Jika engkau kenal selatan dan tidak mau menjadi manusia bercacad,
katakanlah yang jujur dan sejelasnya perihal yang sebenarnya, kelak aku akan
memberikan obat penawarnya kepadamu, sehingga engkau tidak menjadi manusia bercacad!"
Mendengar perkataan Kwang Tan yang terakhir, sipendek masih berdiam diri. Hanya
bola matanya yang men-cilak2 berusaha menembus kegelapan itu, guna
melihat dimana sebenarnya berada Kwang Tan, apakah disebelah kiri atau terpisah
agak jauh. Akan tetapi kegelapan didalam goa tersebut tidak bisa ditembus oleh matanya,
sehingga dia tidak mengetahui sebenarnya Kwang Tan berada dimana.
Sedangkan Kwang Tan yang melihat lagaknya sipendek itu, berkata dengan tawar:
"Kau agak licik, karena dari itu, jangan sekali2 engkau bermaksud mendustai aku.
Jika memang aku menghendaki jiwamu dengan
seperti sekarang ini, sama mudahnya
keadaanmu seperti aku membalikan telapak tanganku!"
Sipendek jadi putus asa, dia menyadari tidak mungkin dia bisa mengadakan
perlawanan kepada Tabib Dewa yang cerdik ini.
Walaupun Tabib Dewa itu masih berusia muda sekali, dan juga kepandaian sipendek
sebenarnya sangat tinggi, namun dia tengah dipengaruhi obat yang membuatnya dia
lemas dan tidak bertenaga, dengan begitu, membuat dia tidak mungkin mengadakan
perlawanan kepada Tabib Dewa tersebut.
Akhirnya sambil menghela napas, sipendek telah bilang: "Apa yang kau katakan
tadi memang sebenarnya... Kami... kami telah menerima perintah dari Kaisar Yuong buat membunuhmu karena dimata Kaisar Yu-ong, kau merupakan duri didepan
matanya, karenanya kau harus dilenyapkan....!"
"Teruskan....!" desak Kwang Tan waktu melihat sipendek berdiam diri sejenak.
Sedangkan sipendek telah berkata lagi dengan suara tawar: "Dan sebenarnya kami
melaksanakan tugas yang diberikan Kaisar kami ini sudah tidak memikirkan mati
hidup kami., jika memang kau hendak membunuhku bunuhlah Akan tetapi kau harus
mengetahuinya jika saja kami tidak kembali ke Cidan selama enam bulan, maka
Kaisar Yu-ong akan mengutus dua puluh pahlawan kelas satu dari istananya, buat
mencari jejakmu dan tetap akan membinasakan dirimu...!"
Kwang Tan menghela napas. Apa yang diketahuinya sekarang ini memang benar2
urusan yang sangat ganjil dan tidak pernah diduganya, dimana sesungguhnya dia
merupakan putera mahkota dari kerajaan Cidan.
Dengan demikian, jelas membuat dia harus bertindak lebih hati2, sebab Kaisar Yuong, orang yang telah menggulingkan takhta kerajaan ayahnya, telah bermaksud
melakukan pengejaran terus padanya, buat membinasakannya.
Karenanya, Kwang Tan sebagai seorang anak yang cerdas segera juga tahu apa yang
harus dilakukannya, untuk
menjaga keselamatan dirinya. Dan dia pun segera mengetahui, didalam urusan ini
tentunya terselip banyak urusan lainnya yang belum lagi diketahuinya.
Disamping itu, yang menjadi tanda tanya dihati Kwang Tan, sebagai seorang
Kaisar, ayahnya jelas mempunyai banyak pengikut dan para pahlawannya yang pasti
memiliki kepandaian dan kegagahan melindungi ayahnya disaat sebagai Kaisar.
Namun setelah ayahnya digulingkan Kaisar Yu-ong, mengapa tak ada seorangpun dari
para pahlawan ayahnya itu yang melindungi Kwang Tan, sehingga dia berada di Lamsan seorang diri, sampai akhirnya ditemui gurunya" Tanda tanya seperti itu benar
tidak terjawab oleh Kwang Tan.
Untuk menduga bahwa semua pengiring ayahnya, yang melindunginya keluar dari
Cidan itu, telah terbinasa oleh kaki tangannya Kaisar Yu-ong, hal inipun tidak
mungkin, karena jika terjadi begitu jelas Kwang Tan pun tidak bisa hidup sampai
hari ini. yang menakjubkan, untuk ayahnya itu masih berkuasa Setelah berdiam diri sejenak, akhirnya Kwang Tan
berkata lagi: Nah, sekarang coba kau jelaskan duduk persoalannya dengan cara
bagaimana Kaisar Yu-ong memberontak dan menggulingkan takhta kerajaan ayahku "!"
Sipendek telah berdiam diri sejenak, namun akhirnya dia menghela napas. "Itulah
urusan politik, sesungguhnya aku tidak mencampurinya, Aku hanya sebagai pahlawan
Kaisar yang setiap saat hanya berusaha menjaga keselamatan Kaisar dan
junjunganku belaka ! urusan di luar keselamatan Kaisar sama sekali tidak
dimengerti olehku !"
"Hmmm.... jika demikian, baiklah ! Kau hanya cukup menjelaskan, bagaimana
keadaan istana Cidan bagaimana sikap junjunganmu itu setelah naik takhta dia
berhasil menggulingkan ayahku" Kau ceritakanlah yang jelas...!"
"Sesungguhnya, hal ini,., hal ini tidak ada manfaatnya buatmu, karena jika aku
telah menjelaskan seluruh keadaan diistana Cidan, dan bagaimana keadaan Kaisar
Cidan itu setelah naik takhta, itupun tidak ada gunanya karena kau tokh tidak
mungkin buat kembali ke Cidan untuk merebut
kekuasaan dan takhta dari tangan Kaisar Yu-ong, walaupun engkau adalah putera
mahkota yang sebenarnya..!"
"Itu bukan urusanmu!" kata Kwang Tan kemudian dengan suara yang tawar. "Apa yang
kuperintahkan harus kau turuti.,.!"
Sipendek ragu2 sejenak, akan tetapi kemudian mengangguk "Baiklah! sebenarnya
Kaisar Yu-ong telah mempersiapkan kekuatan yang terdiri dari ribuan orang
pahlawan istana yang semuanya terdiri dari orang2 yang memiliki kepandaian
tinggi. Juga disamping itu, memang diapun telah berusaha untuk membasmi semua
pengikutpengikut setia dari ayahmu... dan tidak seorangpun diberi kesempatan
buat hidup terus, pengikut setia ayahmu itu karena walaupun bekas diberikan
pangkat dan kedudukan, malah mereka bisa merupakan sebagai musuh
dalam selimut, dimana sewaktu2 mereka bisa memberontak dan membokong Kaisar Yuong dari belakang. Dengan memiliki perkiraan seperti itu, Kaisar Yu-ong tidak mau memberi ampun dan
juga kesempatan kepada bekas pengikut ayahmu itu untuk duduk dalam pemerintahannya dan mereka semuanya telah di basminya,
sehingga tidak seorangpun diantara mereka yang boleh dibiarkan hidup lebih
jauh!" Akan tetapi pengikut setia ayahmu itu telah melarikan diri ke berbagai tempat,
banyak juga yang telah melarikan
diri ke daratan Tionggoan ini, dimana mereka memilih tempat2 yang sunyi, yang
sukar didatangi orang, untuk bersembunyi.
Dengan demikian, tempat persembunyian mereka telah sukar ditemui ! Akan tetapi
orang2 Kaisar Yu-ong tetap
bekerja keras dan mereka telah berhasil membinasakan ratusan orang2 ayahmu itu, dan mereka seorang
demi seorang telah ditemui tempat persembunyiannya dan jiwanya dihabisinya.
Dan yang terpenting, adalah mencari jejakmu, karena Kaisar Yu-ong tidak
menginginkan engkau putera mahkota yang sah dari negeri Cidan sempat dewasa dan
kembali ke Cidan, sehingga bisa menggoncangkan kedudukan Kaisar Yu-ong....!"
Selama itu Kwang Tan mendengarkan dengan berdiam diri, hanya hatinya belaka yang
telah diliputi oleh berbagai tanda tanya, dimana dia telah memikirkan betapa
urusan yang tengah dihadapinya ini merupakan urusan yang sangat besar dan juga
tidak pernah disangka-sangkanya.
Bahkan yang membuat dia jadi berpikir keras serta tidak mengerti, dirinya
ternyata adalah keturunan dari seorang Kaisar, bahkan dia adalah putera mahkota
yang sah dari negeri Cidan.
Inilah urusan yang sangat besar, dan tentu saja setelah mengetahui jelas asalusul diri nya, Kwang Tan tidak bisa berdiam diri saja.
Diwaktu itu, tampak sipendek telah menghela napas dalam2, katanya: "Jika memang
engkau hendak membunuhku, bunuhlah!"
Sedangkan Kwang Tan telah mengawasi sipendek, dan kemudian tanyanya: "Apakah
engkau akan tetap bersetia kepada Yu-ong?"
Mendengar pertanyaan Kwang Tan itu, si pendek jadi tertegun.
"Apa"!" tanyanya kemudian seperti juga apa yang diucapkan Kwang Tan tadi tidak
didengarnya. "Apakah sekarang engkau tetap akan bersetia kepada Yuong "!" tanya Kwang Tan
lagi mengulangi pertanyaannya yang tadi,
"Maksudmu "!"
"Setelah engkau bertemu denganku, putera mahkota yang sah dari negeri Cidan,
apakah engkau masih akan tetap bersetia kepada raja tidak mahkota itu " Dia
sesungguhnya tidak berhak duduk diatas takhta kerajaan karena dari itu, tidak
bisa dia menyebut dirinya sebagai
Kaisar ! Terlebih lagi sekarang aku sebagai putera mahkota yang sah dari negeri
Cidan masih hidup ! Apakah setelah engkau bertemu denganku ini, engkau masih
akan bersetia kepada junjunganmu itu"!"
Ditanya seperti itu, sipendek jadi ragu2, dia berdiam diri beberapa saat,
barulah berkata: "Dalam urusan ini.... dalam urusan ini !"
Kwang Tan mengetahui bahwa si pendek dan si jangkung ini adalah orang
kepercayaan dan setia kepada Yu-ong, mereka jelas tidak mungkin mengkhianati
junjungan mereka. Karena itu, diapun memang tidak mengharapkan kedua orang itu berpihak kepadanya,
sebab suatu waktu tentu kedua orang itu akan mempergunakan kesempatan yang ada
buat mencelakainya. Akan tetapi sebagai seorang anak yang cerdas sekali, dia
seperti juga setelah mengetahui asal usulnya, dia sesuatu.
menyadari bahwa harus melakukan Dengan bertanya begitu, Kwang Tan bermaksud hendak mengetahui pendirian si
pendek dan si jangkung ini.
Benar saja si pendek jadi bimbang, dan dia berkata dengan ragu2: "Sebenarnya...
sebenarnya dalam urusan ini... aku... aku terpaksa sekali bekerja buat Kaisar Yu
Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ong...!" Mendengar jawaban dari si pendek, Kwang Tan jadi tertawa didalam hatinya. Itulah
kata2 palsu, yang diucapkan untuk memperoleh kesempatan dimana dia akan disembuhkan oleh Kwang Tan
dan setelah tenaga dan kepandaian mereka pulih, diwaktu itu mereka pasti akan
mempergunakan kesempatan yang ada buat membinasakannya, sesuai dengan perintah
yang dikeluarkan oleh Kaisar Yu-ong.
Kwang Tan tetap tidak memperlihatkan sikap mencurigai sipendek, hanya dengan
suara yang cukup terang dan nyaring ia berkata: "Jika memang kalian bersedia
hendak bekerja buatku, dan kalian berusaha mendukungmu sepenuh tenaga dan
kemampuan kalian, agar aku bisa kembali pada takhta kerajaan di Cidan, yang
memang menjadi hak dan milikku, maka setelah aku naik takhta, kalian akan ku
anugrahi mentriku." Mendengar tawaran seperti itu, hatinya berpikir. "Hemmm, bocah seperti kau, apa
yang bisa kau lakukan " Mana mungkin engkau akan berhasil naik takhta lagi"
sedangkan ayahmu saja telah mampus... dan engkaupun juga tidak lama lagi akan
mampus, karena jika dalam enam bulan aku dan si jangkung tidak kembali ke Cidan,
Yu-ong akan mengutus ratusan orang pahlawannya kedaratan Tionggoan buat mencari
jejakmu dan membinasakan dirimu...
Sekarang kau masih bermimpi hendak merebut takha kerajaan lagi! Akan tetapi
biarlah aku berpura2 tunduk dan kedudukan sebagai si pendek didalam
mendukungnya, menyembuhkan untuk memperoleh obat guna lukaku
ini, sehingga tenaga dan kepandaianku pulih sebagaimana biasa, diwaktu itulah
aku akan membinasakannya tanpa ragu2 dan juga tanpa membuang2 waktu lagi seperti
yang terjadi beberapa waktu lagi, semua ini adalah kesalahan sijangkung juga,
jika dia tidak temaha untuk memiliki kitab ilmu pengobatan bocah
ini, tentu tugas yang diberikan Yu-ong telah dapat kami selesaikan dan
laksanakan dengan sebaik-baiknya !"
Karena berpikir begitu maka si pendek menghela napas diam2. kemudian berkata
seperti juga menyesal: "Memang kami telah salah memilih junjungan, Sesungguhnya,
jika saja Kaisar yang lama masih hidup, niscaya kami akan memilih Kaisar lama sebagai
junjungan kami." "Apa gelar ayahku "!" tanya Kwang Tan kemudian.
"Cie Ong !" menyahuti si pendek. "Apakah ayahku telah dibunuh oleh orangorangnya Yu-ong ?" Sipendek ragu2, akan tetapi akhirnya ia membenarkan juga.
"Ya, dalam pengejaran. Kaisar Cie Ong telah Kaisar Yudibinasakan oleh belasan
orang kepercayaan ong." menyahuti sipendek.
Lalu bagaimana dengan keluargaku yang lainnya ?" tanya Kwang Tan pula.
"Sebagian dari mereka telah terbunuh, sebagian lagi sempat meloloskan diri dan
berpencar keberbagai tempat,
kepercayaan ayahku "!"
menyedihkan, mereka entah dimana mereka berada..!" "Bagaimana dengan orang2
tanya Kwang Tan lagi. "Untuk itu memang cukup semuanya telah dibinasakan, hanya beberapa orang saja
yang sempat meloloskan diri.
Yu-ong telah mengatur rencananya sematang mungkin, dan rencananya itu
berlangsung dengan baik, sehingga waktu dia mengadakan pemberontakan
menggulingkan ayahmu, dia telah bisa membunuh seluruh orang2 kepercayaan ayahmu, tidak
seorangpun yang dibiarkan hidup. Hanya saja sayang beberapa orang diantara
mereka masih sempat meloloskan diri.
Alasan itu pula yang menyebabkan Yu-ong bermaksud mencari jejakmu dan
membinasakan engkau juga, karena beberapa orang kepercayaan ayahmu itu jelas
mereka akan mencarimu, untuk menceritakan hal yang sebenarnya dan mereka juga
pasti akan berusaha mendukungmu buat merebut takhta kerajaan di Cidan, begitu
engkau menjelang dewasa."
Kwang Tan berdiam diri, urusan demikian berbelit dan merupakan urusan besar,
dengan demikian membuat Kwang Tan tidak bisa bertindak sembarangan dan juga
tidak mau Kwang Tan bicara sembarangan
sipendek atau juga sijangkung, karena
dihadapan walaupun bagaimana, tidak mungkin kedua orang itu, orang-orang kepercayaan dari
Yu-ong, akan berbalik mendukungnya dan bersetia kepadanya.
Hanya saja, Kwang Tan sengaja membaiki mereka, untuk memperoleh keterangan
belaka. "Waktu itu si pendek telah berkata lagi : "Sebenarnya.. kami memang hendak
mengabdikan diri kepada junjungan yang lama, jika memang kami memperoleh
kesempatan untuk meninggalkan Yu-ong. Akan tetapi sejauh itu kami tidak berhasil
menemui junjungan yang lain itu, sekarang setelah bertemu kami bersumpah dengan
Taycu (putera mahkota), maka
hendak mengabdikan diri pada Taycu,
karena Tay cu merupakan orang yang sah memiliki takhta kerajaan Cidan. Jika saja
Taycu kembali ke Cidan dan rakyat mengetahui bahwa Taycu masih hidup, jelas
mereka akan mendukung Taycu untuk naik ke takhta Taycu pula..."
Kwang Tan berdiam diri. "Jadi kau bersedia mendukungku dengan penuh kesetian "!" tanyanya. "Ya...!"
sahut si pendek, "Akan tetapi, harap taysu mau memberikan obat pemunah dan
penawar dari racun yang mengendap didalam tubuh Siauwjin..."
"Hemm, itu urusan yang mudah, begitu aku memberikan obat penawarnya, segera kau
akan pulih tenaga dan semangatmu." kata Kwang Tan.
Muka sipendek sejenak berseri-seri.
"Hamba mengucapkan terima kasih atas pengampunan Taycu, budi besar atas kebaikan
Taycu tidak akan kami lupakan, hamba akan bekerja dengan mempertaruhkan jiwa
untuk mendukung Taycu kembali keatas takhta Taycu...!"
Kwang Tan waktu itu tengah berpikir keras dan ingin mengatakan sesuatu.
Akan tetapi tiba2 sekali terasa dinding bergoncang sangat keras, banyak batu2
didalam goa itu yang runtuh karena goyangan tersebut, bagaikan ditempat itu
terjadi gempa yang kuat sekali.
"Henm, terjadi gempa ?" mengeluh Kwang Tan kaget tidak terkira. Sedangkan
sipendek dan si jangkung yang merasakan goncangan tersebut jadi terkejut, kaget
dan ketakutan, karena mereka tidak bisa melihat apa yang terjadi didalam goa
yang terlalu gelap itu, mereka hanya bisa merasakan
goncangan yang sangat keras, juga batu2 yang meluruk sangat banyak sekali,
dimana mereka mendengar suara batu2 yang berguguran berisik itu dan hati mereka
jadi ciut, karena jika benar-benar terjadi gempa dan goa itu ambruk, berarti
mereka akan terkubur hidup2.
"Taycu"!" kata sipendek dengan suara setengah berteriak. "Tenang, hanya gempa
kecil belaka !" kata Kwang Tan. "memang ditempat ini seringkali terjadi gempa.
Tampaknya gunung Lam-san ini masih mengandung api yang sewaktuwaktu akan meledak
mengeluarkan dan memuntahkan laharnya..!"
Sipendek tambah terkejut.
Angin yang berhembus dimulut goa itu, menerjang masuk keras sekali, sampai
sipendek merasakan pakaiannya berkibar2, dan mukanya terasa diterjang oleh
pasir2 yang halus dan membuat kulit mukanya sakit dan pedih sekali.
Dia jaga tidak membuka matanya bisa membuka matanya. Namun atau juga terpejam,
sama saja, walaupun dia tidak memejamkan matanya, tokh tetap saja si pendek
tidak bisa melihat kegelapan yang terdapat didalam goa itu.
Dalam keadaan seperti ini, maka Kwang Tan telah berlari-lari keluar goa.
Sipendek yang mendengar suara langkah kaki Kwang Ta. semakin menjauh, jadi
tambah katakutan, sambil me raba2 dan melangkah dengan langkah kaki yang tidak
tetap, dia me~manggil2: "Taycu... jangan tinggalkan kami... kami...kami tidak bisa keluar dari goa
ini...!" Kwang Tan mendengar teriakan si pendek, dia berseru: "Kalian tunggu saja disitu,
tidak akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan...aku akan segera kembali..!"
Dan Kwang Tan telah berlari2 terus keluar dari goa itu.
Memang benar, waktu itu terjadi gempa yang tidak kecil, karena goncangan yang
terjadi keras sekali. Batu2 gunung diluar mulut goa itu banyak yang berguguran
dan longsor. Kwang Tan mengerutkan dahinya, dia melihat gempa yang terjadi sekarang ini
merupakan yang terkeras dan terhebat dibandingkan dengan gempa2 sebelumya,
selama dia berdiam dan berada ditempat ini.
Setelah melihat banyak batu yang berguguran Kwang Tan bermaksud masuk kembali
kedalam goa. Akan tetapi tiba2 saja terdengar suara tertawa seseorang yang keras dan
menggetarkan sekitar tempat itu.
"Tabib Dewa ! Tabib Dewa!" berseru orang itu dengan suara yang nyaring sekali,
seperti juga ingin menindih suara gemuruh dari suara getaran disekitar tempat
itu: "Aku datang mencarimu..tentunya kau seorang tabib yang benarbenar hebat
sekali.." Sepasang alis Kwang Tan mengkerut, ia memandang
kearah asal suara tersebut. Dilihatnya puluhan tombak terpisah dari tempatnya
berada, berkelebat sesosok tubuh dengan gerakan yang gesit sekali. Orang itu
berpakaian agak aneh, dengan pakaian baju rangkap dua. Didalam, orang itu
memakai baju yang ringkas dengan terbuat dari bahan yang tebal. dan juga
diluarnya ia mengenakan baju
yang agak longgar, akan tetapi terbuat dari bahan kain yang tebal juga.
Orang tersebut memiliki bentuk tubuh yang tinggi besar, kepalanya tepat ditengah
ubun2, tampak gundul, di bagian bawahnya tumbuh rambut yang tidak begitu banyak,
akan tetapi terjuntai sampai kebahunya.
Sambil berkata2 seperti itu, dalam sekejap mata saja orang tersebut telah tiba
dihadapan Kwang Tan. Sedangkan Kwang Tan terkejut melihat kegesitan orang
tersebut, waktu mana ia belum lagi sempat bertanya orang yang keadaannya agak
luar biasa, dengan hidung yang besar montok dan pipi yang menonjol, terlihat
tengah memperhatikan padanya dan berkata dengan suara yang tetap nyaring:
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tabib Dewa ! Tabib Dewa! Tentunya engkau orangnya yang disebut Tabib Dewa,
karena kudengar Tabib Dewa yang kupuja itu merupakan seorang anak laki-laki
sebaya engkau..." Kwang Tan cepat2 merangkapkan sepasang tangannya, membungkuk memberi hormat,
sikapnya tetap sopan, dan tubuhnya agak bergoyang sedikit, karena goncangan
gempa yang masih berlangsung.
"Memang akulah orang yang tengah kau cari, akan tetapi mengenai gelaran sebagai
Tabib Dewa, itu hanya gurau dan kawannya belaka..."
"Hahahaha," tertawa orang yang memakai baju dua rangkap itu, tangan kanannya
dilipatkan mendekap sebuah bungkusan yang agak panjang. "justru senang sekali
hatiku niat bertemu dengan orang yang tengah kucari2! Disini tentu bisa bertukar
pikiran denganmu !" Dan sambil berkata begitu, tahu2 tangan kanannya telah diulurkan. Gerakannya
begitu cepat, dan dia telah mencekal tangan Kwang Tan.
Kwang Tan kaget, cepat2 dia ingin menarik terlepas tangannya dari cekalan orang
tersebut. Akan tetapi cekalan itu sangat kuat sekali, sehingga dia tidak
bergeming dalam cengkeraman tangannya.
Terlebih lagi orang berpakaian rangkap tersebut telah menghentak sedikit,
disertai kata2 nya yang nyaring: "Duduklah...duduklah..."
Kwang Tan merasakan tangannya seperti ditarik oleh suatu kekuatan yang tidak
bisa dilawannya, diluar keinginannya dia telah duduk.
sungkan orang itu juga duduk dihadapan Kwang Tan, namun dia telah melepaskan
cekalannya. Sedangkan matanya terus memandang tajam kepada Kwang Tan.
"Hahaha..." tertawa orang itu. "Mana gurumu ?"
"Guruku telah meninggal dunia." menyahuti Kwang Tan dengan hati masih diliputi
keraguan. Orang yang memakai baju rangkap dua ini seperti juga tidak
memperdulikan gempa yang tengah terjadi. Namun gempa itu tidak sekeras tadi,
mulai perlahan dan getarannya tidak sekeras tadi lagi
"Tidak apa2 gurumu telah mampus! Akan tetapi, kau jangan sekali-kali berusaha
untuk menyembunyikan kepandaianmu yang telah di warisi oleh gurumu..."
"Apa maksudmu ?" tanya Kwang Tan yang masih diliputi tanda tanya melihat lagak
orang ini. "Dua orang saudara seperguruanku terluka parah sekali oleh semacam racun, mereka
membutuhkan semacam obat, bernama Ang-kwi hoa, dan tentunya kau memilikinya,
bukan?" Kwang Tan tidak menyahut, dia mengawasi orang itu, Ang-kwie hoa adalah sejenis
bunga yang paling sulit buat dicari karena bunga itu baru akan tumbuh setiap
seratus tahun satu kali, dengan daunnya,yang hanya tiga helai. Dan itupun boleh
dibilang tempat tumbuhnya bunga itu tidak mudah untuk ditemui seseorang.
"Bagaimana" Kau mau membagikan bunga itu kepadaku, bukan, buat menyelamatkan
jiwa kedua orang saudara seperguruanku itu?" tanya orang yang memakai baju
rangkap itu. Kwang Tan menghela napas, "Sayang sekali aku tidak menyimpan barang yang kau
inginkan itu..." kata Kwang Tan.
"Apa...?" berseru orang yang memakai baju rangkap tersebut dengan suara bengis.
"Kau ingin mampus! Dua pilihan yang kau miliki! Memberikan daun bunga yang
kuhendaki dan kau boleh hidup terus, atau engkau menolak permintaanku, namun
engkau harus mati." "Mengapa begitu" Aku sungguh2 tidak memiliki benda yang kau inginkan itu!" kata
Kwang Tan. Bengis bukan main mata orang itu, tiba2 dia telan membuka bungkusan yang sejak
bungkusan itu diletakkan diatas
pembungkusnya, ternyata di dalam
tadi dikempitnya, tanah. Dibukanya bungkusan tersebut terdapat tiga batang pedang pendek.
Ketiga batang pedang pendek tersebut terbuat dari tiga macam benda logam, Yang
satu berwarna hitam, terbuat dari besi, yang satunya lagi berwarna putih,
terbuat dari perak, dan yang satunya lagi berwarna kuning kemilau, terbuat dari
emas. "Disini ada tiga batang pedang pendek, jika kau bermaksud menolak permintaanku
maka aku akan mempergunakan ketiga macam pedang pendek ini buat menyiksa dirimu!
walaupun engkau sebagai Tabib Dewa, akan tetapi, sekali saja akan mempergunakan
pedang pendek ini, maka jangan harap engkau bisa hidup dengan
tubuh utuh dan juga dalam keadaan yang baik.... karena untuk selanjutnya kau
hidup bukannya hidup, mampus pun bukannya mampus, sehingga mirip2 jadi setan
tidak bisa, menjadi manusiapun tidak dapat...!"
"Akan tetapi obat yang kau kehendaki itu tidak berada ditanganku... aku bicara
dari hal yang sebenarnya! walaupun engkau memaksa tetap saja aku tidak bisa
memberikannya kepadamu !" kata Kwang Tan.
Muka orang yang memakai baju rangkap tersebut jadi merah padam.
"Sebelum mencarimu, aku memang telah mendengar, walaupun ada seseorang
yang membutuhkan sekali pertolongannya, namun jika engkau tidak ingin menolong
orang itu, walaupun orang itu hanya tinggal napasnya satu2, tetap saja kau tidak
akan menolongnya! Akan tetapi, terhadap kau, jangan harap engkau bisa membawa
lagak seperti ini, karena aku akan menyiksa dirimu dengan hebat,
dan selanjutnya walaupun engkau bersedia memberikan apa yang kuminta, jangan
harap engkau bisa kembali utuh dengan keadaan yang mengenaskan, engkau akan
menjadi setan tidak bisa, menjadi manusia tidak dapat Nah, lebih baik sekarang
engkau memberikannya kepadaku..."
"Akan tetapi, aku memang sungguh2 tidak memiliki barang yang kau minta itu..."
kata Kwang Tan. "Ohh, jika demikian sudah nasib dari kedua saudara seperguruanku
itu bahwa mereka akan binasa, Biarlah, akan tetapi engkau juga harus mengalami
penderitaan yang hebat !" kata orang yang memakai baju rangkap tersebut.
Sambil berkata begitu, tangan kanannya telah mengambil pedang pendek yang
terbuat dari besi, kemudian diacungkan untuk ditujukan keleher Kwang Tan.
"Apakah engkau tetap menutup mulut ?" tanyanya dengan suara yang menyeramkan.
"Benar2 aku tidak memiliki barang yang kan kehendaki..." kata Kwang Tan.
"Kalau kau memang sudah nekad ingin menjadi manusia bercacad, yang seumur
hidupmu tidak akan mempunyai guna apa2 lagi...!"
"Aku tetap tidak memiliki barang yang kau kehendaki, walaupun kau menyiksa
diriku dengan hebat atau membunuh sekalipun..." kata Kwang Tan tetap dengan
pendiriannya. Orang itu telah habis sabar, dia bilang : "Baiklah, aku datang kemari dengan
maksud meminta sedikit dari bunga Ang-kwie hoa, akan tetapi kan tidak mau
memberikannya. Aku yakin sebagai Tabib Dewa, engkau tentu memilikinya, karena
dari itu aku tidak perlu bermanis2 dengan engkau lagi ! sekarang juga, lehermu
akan kutabas dengan pedang ini. kugorok, akan tetapi tetap engkau tidak akan
mampus, hanya saja engkau akan sangat menderita sekali."
0ooo0dw0ooo0
Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Jilid 5 KETIKA keadaan Kwang Tan terancam seperti itu, mendadak tempat itu tergetar
sangat keras dan hebat sekali, disusul dengan suara menggelegar yang keras.
Tubuh orang berpakaian baju rangkap tersebut telah terpelanting karena getaran
yang sangat kuat dan keras itu, sedangkan tubuh Kwang Tan juga telah terguling
ditanah. Dengan adanya gempa yang cukup keras itu, dan juga beberapa batu dimulut goa
telah meluruk jatuh menimbulkan suara yang cukup berisik, serangan dari orang
berpakaian baju rangkap kepada leher Kwang Tan jadi tidak mengenai sasarannya.
Cepat sekali orang berbaju rangkap itu telah melompat berdiri, Mukanya merah
padam tampaknya dia gusar selalu "Hemmm, alam rupanya sudah menolong dan
melindungi dirimu ! Akan tetapi tetap saja aku akan menyiksa dirimu !"
Setelah berkata begitu, dia menghampiri pisau perak dan pisau emasnya,
Diletakkan pisau besinya, dia mengambil pisau peraknya, yang dicekalnya kuat2.
Sedangkan Kwang Tan juga telah merangkak berdiri. "Sudah menjadi peraturanku
sendiri, jika aku menyerang gagal kepada lawanku dengan pedang pendek yang satu,
aku harus menggantinya dengan pedang pendek yang lainnya. Jika memang gagal lagi
dengan pedang perak ini, aku akan mempergunakan pedang emas. Dan jika saja
ketiga pedang itu gagal, berarti memang kau beruntung, aku tidak bisa
menyerangmu lagi...!"
Hati Kwang Tan berdebar. Agak luar biasa sekali orang ini. Dia ganas dan bengis
akan tetapi diapun memiliki peraturan seaneh itu.
Dengan mempergunakan pedang peraknya dia menyerang kearah leher Kwang Tan lagi.
Sekarang, jangan harap Kwang Tan bisa menghindarkan diri dan siksaan orang itu,
karena walaupun terjadi gempa bumi lagi, orang berpakaian rangkap tersebut,
tentu sudah bersiap2, dengan begitu, jelas dia tidak akan meleset dengan
serangannya tersebut. Pedang peraknya menyambar dengan cepat kearah leher Kwang Tan. Walaupun Kwang
Tan memiliki ginkang yang lumayan,
akan tetapi menandingi kegesitan orang bertubuh tinggi besar dan memakai baju
rangkap itu, masih terpaut jauh, meskipun dia berusaha mengelakkan diri, jangan
harap dia bisa berkelit Karena dari itu, segera juga pedang perak itu meluncur telah terpisah dekat
sekali dengan lehernya, dan akan segera merobek kulit lehernya.
Diwaktu itu, tampak orang berpakaian baju rangkap itu gembira sekali, dia tambah
bersemangat serangannya kali ini memang tidak akan gagal.
Waktu itu juga tengah terjadi gempa yang perlahan, getarannya tidak begitu kuat.
Sedangkan Kwang Tan yang menyadari tidak mungkin dia bisa berkelit dari tangan
orang tersebut, dan tidak bisa mengambil obat yang ampuh yang bisa merubuhkan
musuhnya dengan baunya itu, jadi memejamkan matanya saja.
Disaat itulah, pedang dari orang berbaju rangkap itu, ujungnya telah menempel
dikulit leher dari anak tersebut. "Ohh, kejam sekali, seperti juga ingin
memotong leher ayam saja.!" terdengar seseorang berkata dengan suara yang biasa
saja, tidak keras, juga tidak perlahan.
Aneh sekali, tangan orang berpakaian baju rangkap itu seperti kaku tidak bisa
meluncur lebih jauh, kesemutan. Dan juga diwaktu Kwang Tan membuka kelopak
matanya, masih sempat dia melihat orang berpakaian rangkap itu telah menarik
pulang tangannya dan pedang pendeknya digerakkan, kemudian membanting2 kakinya
dengan murka. "Siapa yang telah membokongku"!" tegur nya dengan suara yang mengandung
kemarahan Kwang Tan pun memandang sekelilingnya tentu ada seseorang yang telah
menolongi dirinya! Terdengar seseorang berkata: "Anak kecil itu walaupun bagaimana adalah seorang
manusia yang tidak mungkin digorok lehernya seperti menyusul kata2nya itu,
memotong leher ayam saja !"
muncul sesosok tubuh yang memakai baju serba putih.
Melihat orang itu, bola matanya orang yang memakai baju rangkap itu mencilak
memain tidak hentinya. Sosok tubuh yang baru muncul tersebut adalah seorang
pemuda yang berusia diantara dua puluh empat tahun, dengan wajah yang cukup
tampan, Akan tetapi dari sikapnya jelas dia agak bego dan ketolol-tololan.
Dia memakai jubah warna putih seperti seorang pelajar, Disamping itu juga dia
memakai kopiah Siauw-yau-kin. "Kau...."!" tanya orang yang memakai baju rangkap
tersebut "Kau Suma Lin Liang"!"
Mendengar perkataan orang itu, si pelajar baju putih tersebut tetap saja
melangkah dengan tenang, kemudian katanya: "Benar, Siau te memang Suma Lin
Liang.. siapa kau yang begitu galak dan ganas, hendak memotong leher anak itu
seperti juga memotong leher seekor ayam"!"
Orang yang memakai baju rangkap tersebut telah memperdengarkan suara yang
bengis, tiba2 dia telah berseru nyaring, "Kau kembali merintangi pekerjaanku!
Kedua saudara seperguruanku telah kau lukai, sekarang kau muncul buat merintangi
pekerjaanku.... aku akan membinasakan kau! Telah dua kali aku gagal menyiksa anak itu, dengan pedang besi
dan pedang perak, Kesempatanku hanya tinggal satu kali saja untuk menyiksanya
dengan pedang emas itu..!"
Suma Lin Liang tersenyum. "Oh, jadi setiap kali kau gagal dengan penyerangan mu,
engkau harus mengganti pedangmu "!" tanyanya.
Orang yang memakai baju rangkap itu mengangguk
"Ya !" katanya, "Dan jika aku gagal dengan tiga kali serangan, berarti aku gagal
sudah tidak memiliki kesempatan buat menyiksa lagi, karena aku tidak memiliki
pedang lainnya!" "Kalau begitu, kan boleh menyerang satu kali lagi kepada anak itu, jika memang
engkau gagal lagi, berarti engkau akan melepaskan anak itu "!" tanya Suma Lin
Liang. Orang yang memakai baju rangkap tersebut mengangguk membenarkan.
"Ya, jika memang aku gagal pula dengan siksaan mempergunakan pedang emas,
berarti nasib anak itu bagus sekali, sehingga dia tidak perlu sampai tersiksa
ditanganku !" "Nah, kalau begitu kau boleh menyerangnya lagi! Aku jamin engkau akan gagal !"
kata Suma Lin Liang, pemuda pelajar tersebut.
"Hemmm..!" mendengus orang berbaju rangkap dua tersebut "Jangan kau bicara besar
seperti itu, walaupun engkau memiliki kepandaian tinggi belum tentu engkau bisa
menghalangi maksudku !" Sambil berkata begitu, tubuh orang berbaju dua rangkap
itu telah melompat kearah
pedang pendek yang terbuat dari emas, dia meletakkan pedang peraknya dan
mengambil pedang emasnya, lalu melompat kearah Kwang Tan.
Waktu itu Kwang Tan tengah berdiri tertegun saja, mengawasi heran tidak mengerti
atas kunjungan orang2 yang tidak dikenalnya itu,
Diwaktu itulah orang yang memakai baju berangkap dua tersebut telah menggerakkan
pedang emasnya menyerang kepadanya, dengan begitu, membuat Kwang Tan mati2an
mengelakkannya dan melompat kesamping.
Akan tetapi gerakan dari orang yang memakai baju rangkap tersebut sangat gesit
sekali, mana bisa Kwang Tan menghindarkan diri dari serangan pedang emas itu,
yang mata pedang telah menempel dikulit leher Kwang Tan.
Sedikit saja orang memakai baju rangkap itu mengerahkan tenaganya dan menghentak
pedang nya, maka kulit leher Kwang Tan akan robek. Namun waktu
orang yang memakai baju rangkap dua tersebut hendak menggerakkan pedang emasnya,
disaat itulah Suma Lin Liang telah bergerak cepat juga.
Tahu-tahu pelajar berpakaian serba putih ini telah
mengibaskan lengan bajunya, angin dari kibasan lengan bajunya telah membuat
tubuh orang yang memakai baju rangkap itu seperti juga diterjang oleh serangkum
kekuatan yang luar biasa hebatnya, sehingga seperti juga terjadi gempa lagi,
tubuhnya tidak bisa berdiri tetap, dia telah terhuyung dua langkah.
Kembali orang berbaju rangkap itu telah gagal dengan serangannya, karena dia
tidak berhasil melukai leher Kwang Tan dengan mata pedang pendeknya yang terbuat
dari emas itu. Sedangkan Kwang Tan telah menyusut keringat dinginnya, dia seperti baru lolos
dari lobang kematian. Suma Sin Liang dengan sikapnya yang agak ketolol2an telah
tertawa kecil, dia berkata: "Apa yang kubilang tadi, engkau tidak mungkin bisa
melukai anak tersebut."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bola mata dari orang yang memakai baju rangkap itu telah bermain tidak hentinya
berputar kesana kemari, dan katanya dengan bengis: "Baiklah! Aku kelak akan
memperhitungkan semua ini denganmu ! Tahukah, karena engkau merintangi aku,
berarti jiwa kedua orang saudara seperguruanku itu tidak bisa ditolong lagi "
Hemm, dengan demikian, berarti benar2 kedua saudara seperguruanku itu akan menemui
kematiannya !" Setelah berkata begitu, orang yang memakai baju rangkap dua tersebut, telah
membungkus ketiga pedang pendeknya, pedang besi, pedang perak dan pedang emas
itu. Dia telah membungkusnya rapi dan kemudian berkata lagi dengan sengit. "Baik !
Baik ! Aku sekarang akan pergi, namun ingatlah, walaupun bagaimana semua ini
akan kuperhitungkan kepadamu !" Sesaat kemudian, belum lagi suaranya itu lenyap, tubuh orang berpakaian baju
rangkap tersebut telah ketengah udara, Dia lalu mengeluarkan suara mencelat
raungan, bukan tertawa mirip sekali seperti suara tangis penasaran, tubuhnya telah
berlari meninggalkan tempat itu. Sedangkan Kwang Tan telah mengawasi kepergian
orang itu dengan hati bertanya-tanya. Karena dia tidak mengetahuinya, entah apa
maksud sebenarnya orang yang
berpakaian baju rangkap dua tersebut, yang datangnya hanya buat meminta daun kembang Ang-kwie-hoa, yang
katanya untuk menolongi jiwa kedua orang saudara seperguruannya.
Hanya saja, kebiasaan orang tersebut aneh sekali, yaitu setiap gagal dengan
serangannya mempergunakan selalu satu pedang pendeknya, dia tidak akan
mengulangi serangannya dan mengganti dengan pedang pendek lainnya, itulah
kebiasaan yang benar2 aneh sekali.
Setelah tersadar dari bengongnya dan takjubnya, Kwang Tan sempat melihat pemuda
pelajar yang di sebut2 Suma Lin Liang itu menghampiri dan berada didekatnya,
cepat2 Kwang Tan merangkapkan kedua tangannya memberi
hormat, katanya: "Terima kasih atas pertolongan Inkong !"
Pemuda itu tersenyum sambil menggoyang goyangkan tangannya.
"Apa itu Inkong.." Aku tidak merasa menolongimu! Aku hanya bertaruh dengan orang
itu, bahwa dia tidak mungkin bisa melukai lehermu dengan pedangnya itu "!"
Kwang Tan jadi bengong. Lucu orang ini, dia sama sekali tidak merasa pernah menolonginya.
"Akan tetapi secara tidak langsung In-kong memang telah menolongiku "!" kata
Kwang Tan. "Husss !" kata Suma Lin Liang, "Apa itu Inkong, Inkong ?" katanya
"jangan memanggilku dengan sebutan Inkong
lagi, memangnya aku menolongi dirimu " Heh, mengapa dia ingin menggorok lehermu
seperti leher ayam ?" tanya Suma Lin Liang kemudian sambil mementang matanya
lebar2 mengawasi Kwang Tan jika dipikir2 sekarang ini, sangat mengerikan sekali,
ya ?" Dan waktu berkata terakhir itu Suma Lin Liang memperlihatkan sikap yang benar2
bodoh dan ketolol2an. Kwang Tan yang melihat pemuda ini seperti juga pelajar
yang bego, namun memiliki kepandaian yang tinggi, karena dengan mudah dapat
menolonginya, jadi geli didalam
hatinya. Bayangkan saja seorang penolong yang tidak bersedia dipanggil Inkong, malah dikatakannya ia
merasa tidak pernah menolong Kwang Tan. Disamping itu, sekarang pelajar yang
disebut2 sebagai Suma Lin Liang tersebut seorang anak kecil yang memperlihatkan
sikap seperti merasa ngeri dan ketakutan
katanya jika membayangkan betapa leher Kwang Tan tadi
hampir digorok oleh pedang pendeknya orang yang memakai baju rangkap itu,
merupakan hal yang sangat mengerikan hatinya.
Akan tetapi Kwang Tan yang cerdas dan sangat cerdik, menyadari, walaupun
sikapnya yang ketolol-tololan serta bego seperti itu memang sesungguhnya Suma
Lin Liang ini memiliki kepandaian yang tinggi. Dan dia jadi teringat sesuatu.
Cepat2 tangannya katanya: "Inkong ada yang ingin kumohonkan padamu, entah kau
mau meluluskannya atau tidak "!"
"Ohh, kau memanggilku dengan sebutan In kong lagi ! Benar2 menjengkelkan
sekali ! Mengapa kau selalu menyebutku dengan panggilan Inkong itu "!"
Sambil berkata begitu, Suma Lin Liang telah membanting-banting kakinya,
sedangkan Kwang Tan jadi serba salah, "Lalu, jika memang Inkong, sebutan apa
yang harus kupergunakan buat memanggil In-kong..."!" tanya Kwang Tan lagi.
Suma Lin Liang berhenti membanting2 kakinya, dia seperti berpikir dengan
memiring kan kepalanya. "Apakah Siauwte memanggil dengan sebutan Tayhiap
saja "!" tanya Kwang Tan waktu melihat orang tengah berpikir seperti itu.
Kwang Tan telah merangkapkan kedua memberi hormat kepada Suma Lin Liang,
kepandaian mungkin aku "Apa "!" tersentak kaget Suma Lin Liang menoleh mengawasi Kwang Tan
dengan mata yang terpentang lebarlebar.
"Jika memang Inkong tidak mau disebut dengan panggilan Inkong, biarlah aku
memanggilmu dengan sebutan Tayhiap saja !" kata Kwang Tan lagi.
"Tayhiap (pendekar besar) "!" berseru Su ma Lin Liang masih dengan mata
terpentang lebar2, "Oh, jangan, jangan, jangan! Mengapa harus menyebut dengan
panggilan Tayhiap "! Aku masih muda, lihat, belum lagi tumbuh
uban, didalam kalangan Kangouw masih
orang2 yang memiliki kepandaianku bagaimana sebutan sebagai Tayhiap" banyak
sekali tinggi diatas bisa memiliki itu tidak cocok, jangan, tidak cocok, tidak boleh
kau memanggil aku dengan sebutan Tayhiap !"
Dan waktu berkata begitu, tampaknya Suma Lin Liang gugup sekali. "Lalu," kata
Kwang Tan yang hampir saja tidak bisa menahan geli didalam hatinya karena
melihat lagak Suma Lin Liang, yang hanya disebabkan sebutan belaka jadi
dipertengkarkan begini, "panggilan apa yang harus Siauwte pergunakan" Inkong
tidak mau disebut sebagai Inkong (tuan penolong), juga tidak mau disebut sebagai
Tayhiap, Apakah disebut Hohan saja "!"
"Oh, itu juga jangan! Aku bukan seorang pahlawan! Belum tentu perbuatanku itu
selalu baik !" kata Suma Lin Liang sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Habis sebutan apa yang kupergunakan ?" tanya Kwang Tan.
"Ya, ya, habis sebutan apa ya, yang cocok "!" kata Suma Lin Liang yang semakin
kelihatan sikap bego dan ketololtololannya itu, Kwang Tan hampir saja tertawa
karena dia tidak bisa menahan perasaan geli hatinya.
Namun Kwan Tan masih bisa berusaha tidak tertawa hanya tersenyum saja, karena
dia tidak ingin memperlihatkan sikap yang kurang pantas. Bukankah, biarpun begobego begini. Suma Lin Liang adalah tuan penolongnya, yang baru saja
menyelamatkan jiwanya "
"Lalu dengan sebutan apa yang cocok buat kau "!" tanya Kwang Tan lagi.
"Akh, sebutan apa saja asal jangan Inkong, Tayhiap atau Hohan !" kata Suma Lin
Liang. Kemudian karena sudah pusing memikirkannya dan dia tidak mengetahui sebutan apa
yang cocok buatnya. "Apakah aku memanggil kau dengan sebutan Kongcu saja,
"Jangan.,...Kongcu juga jangan... kau bukan pelayanku !" kata Suma Lin Liang.
"Lalu apa sih yang harus kupergunakan memanggilmu "!" tanya Kwang Tan.
Belum Suma Lin Liang menyahuti, terjadi gempa yang tidak begitu keras
getarannya. "Eit, eit tanah ini akan longsor..!" kata Suma Lin Ling sambil menunjuk kearah
goa berbentuk kepala tengkorak manusia itu.
"Perlahan, tidak akan terjadi sesuatu memang bisa terjadi gempa seperti ini
Kwang Tan. apa pun, disini !" menjelaskan
"Kita sudah tidak usah pusingi soal panggilan !" kata Suma Lin Liang kemudian,
"Namaku Suma Lin Liang, Dan kau " Siapa namamu " Berapa usiamu "!"
Kwang Tan menyebutkan namanya.
"Usiaku tahun ini mungkin tiga belas tahun...!" menambahkan Kwang Tan. "Akh, kau
ini benar2 seperti orang bego !" kata Suma Lin Liang tertawa, "Masakah soal...
masakah soal usiamu sendiri saja kau tidak mengetahui dengan pasti, kau
mengatakan mungkin tiga belas tahun ! Jika memang
berumur tiga belas tahun, katakan saja tiga belas tahun, mengapa harus ditambahi
dengan kata-kata "mungkin" segala "!"
Kwang Tan didalam hatinya jadi tertawa, dia berpikir: "Kau menyebut diriku bego,
tapi sesungguhnya engkau sendiri yang sebenarnya bego...!"
Namun Kwang Tan karena ingat akan budi kebaikan Suma Lin Liang yang telah
menolongnya, dia tidak membantah walau pun dirinya disebut bego, dia hanya
Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bilang: "Ya, ya, karena memang aku tidak mengetahui pasti umurku...!"
"Hahaha, sampai umurmu sendiri kau tidak tahu dengan pasti ?" kata Suma Lin
Liang setelah tertawa. "Lucu ! Aku sendiri, aku mengetahui dengan pasti, bahwa
tahun ini aku memasuki usia dua puluh lima tahun ! Jika tiba bulan tujuh,
jadi dua bulan lagi, maka aku genap dua puluh lima tahun !"
"Jika begitu, biarlah aku memanggil kau dengan sebutan Koko saja dan kau boleh
memanggilku dengan sebutan adik ! ini karena umurku yang baru tiga belas tahun
dan kau dua puluh lima tahun !"
"Cocok ! Cocok !" berseru Suma Lin Liang senang dengan muka berseri2. "Kau boleh
memanggil aku dengan sebutan Koko, aku memanggil kau dengan sebutan adik !
Cocok, cocok!" Kwang Tan hanya tersenyum saja melihat lagak Suma Lin Liang
seperti itu. Suma Lin Liang menepuk lengannya beberapa kali, kemudian katanya : "Jika memang
kau tidak keberatan aku ingin mengetahui, mengapa seorang anak kecil seperti
engkau bisa berada dipuncak Lam-san yang sesungguhnya sangat berbahaya sekali,
dengan jurang dan tempat2 yang mengerikan, belum lagi orang2 jahatnya, yang
sewaktu2 bisa mengganggu dan mengancam keselamatan dirimu !"
Kwang Tan tersenyum, baru kemudian menjawab: "Sebenarnya, memang aku telah
beberapa tahun berdiam ditempat ini...!"
"Telah beberapa tahun berdiam ditempat ini, dengan siapa "!" tanya Suma Lin
Liang terheran-heran. "Semula bersama guruku, akan tetapi setelah guruku meninggal, aku hanya hidup
seorang diri ditempat ini !" "Luar biasa !" berseru Suma Lin Liang.
"Anak sekecil engkau bisa hidup seorang diri ditempat seperti ini !" Setelah
berkata begitu. Suma Lin Liang mengawasi sekelilingnya, sampai akhirnya dia bilang: "Ihhh, jika
aku disuruh seorang diri menetap ditempat ini, sungguh mengerikan sekali! Benar2
mengerikan! selama ini dimana kau berdiam" sedangkan di tempat ini aku tidak
pernah melihat sebuah rumahpun juga !"
Kwang Tan menunjuk ke goa yang bentuk nya seperti tengkorak kepala manusia.
"Didalam goa itu !" kata Kwang Tan kemudian. Mata Suma Lin Liang terbuka lebar2,
sampai akhirnya dia bilang: "Benar2 menakjubkan. Goa itu saja bentuknya
mengerikan, seperti tengkorak kepala manusia, justru engkau tinggali. Benar2
merupakan hal yang menakjubkan! Aku melihat goa dengan bentuk se-ngeri itu saja
mungkin tidak berani memasukinya."
Kwang Tan tersenyum. "Koko, didalam goa itu tidak terdapat sesuatu yang membahayakan !" dia
menjelaskan "akan tetapi, memang goa itu diperlengkapi dengan berbagai ruangan
dan peralatan rahasia, untuk menghadapi manusia2 jahat."
Suma Lin Liang berdiam diri beberapa saat dengan menggigit bibirnya, dia
kemudian menghela napas setelah mengawasi goa dengan bentuknya seperti tengkorak
kepala manusia itu. "Luar biasa, goa itu seperti juga dipahat oleh seseorang, sehingga bentuknya
benar2 mirip tengkorak kepala manusia !" kata Suma Lin Liang kemudian.
"Kwang Tan telah menoleh kepada Suma Lin Liang, katanya: "Koko, apakah engkau
didalam goaku itu?" Suma Lin Liang ragu-ragu, ingin melihat2 keadaan
akan tetapi akhirnya mengangguk.
"Baik, mari kita lihat-lihat sebentar jika memang engkau tidak keberatan.
Tentunya di dalamnya indah dan amat menarik hati !"
"Salah dugaanmu itu Koko, keadaan didalam goa itu tidak terdapat sesuatu apapun
juga selain dinding batu2
gunung kasar sekali dan lembab dingin ! jadi tidak terdapat sesuatu apapun yang
menarik !" Kwang Tan setelah berkata begitu, berjalan menghampiri mulut goa itu yang bentuk
seperti tengkorak kepala manusia, dia telah masuk lebih dulu.
Suma Lin Liang mengikuti dibelakangnya, akan tetapi begitu melangkah masuk Suma
Lin Liang jadi terkejut, karena seketika dia melihat keadaan didalam goa itu
sangat gelap pekat, membuat Suma Lin Liang jadi berseru perlahan.
"Kenapa "!" tanya Kwang Tan sambil menoleh.
"Gelap sekali keadaan didalam goa ini...!" kata Suma Lin Liang.
"Ya, karena kau belum biasa, maka engkau tidak bisa melihatnya dengan jelas.
Sesungguhnya, jika engkau telah terbiasa tinggal di goa ini, engkau bisa melihat
ditempat gelap seperti ini !"
"Jadi.... jadi kau bisa melihat jelas ditempat segelap ini, adikku ?" tanya Suma
Lin Liang. "Ya..." menyahuti Kwang Tan. "Memang aku bisa melihat dengan jelas."
"Kau tuntun saja tanganku !" kata Suma Lin Liang kemudian.
"Ohh, jangan kuatir, Koko ikuti saja aku, tentu engkau tidak akan mengalami
sesuatu apa pun juga yang tidak diinginkan." kata Kwang Tan.
"Bagaimana aku bisa mengikuti dirimu, sedangkan aku melihat saja tidak bisa,
tentu aku akan tertinggal jauh oleh kau."
Kwang Tan tersenyum, dia mengulurkan tangannya dan menuntun Suma Lin Liang.
Begitulah mereka memasuki goa itu. Suma Lin Liang seperti juga buta tidak bisa
melihat sesuatu apapun juga. Untuk melihat tangannya saja tidak bisa. Dia hanya
mengikuti saja ke mana dirinya diajak berjalan terus
memasuki goa yang gelap itu oleh Kwang Tan.
Dan Suma Lin Liang hanya merasakan dirinya diajak berbelok beberapa kali. Tiba2
pendengaran mendengarkan sesuatu, dengan memasang telinganya tajam2.
"Kenapa "!" tanya Kwang Tan waktu merasakan Suma Lin Liang tidak melanjutkan
langkah kakinya dan berdiam diri, tangan Kwang Tan masih juga menuntun tangan
Suma Lin Liang. "Aku seperti juga mendengar suara keluhan seseorang eh, bukan seorang, akan
tetapi dua orang, seperti juga mereka tengah bicara dengan bicara dengan suara
yang perlahan!" Kwang Tang tersenyum, katanya: "Mereka adalah tawanan2ku, karena mereka adalah
manusia-manusia jahat dari Cidan !"
"Eh, mereka orang2 Cidan " Apa maksud mereka datang kemari" Bukankah mereka
hendak melakukan sesuatu yang tidak baik didaratan Tionggoan "!"
Kwang Tan tersenyum lagi, dia menyahuti: "Mereka adalah dua orang pahlawan
kepercayaan dari Kaisar Yuong, Kaisar Cidan yang tengah berkuasa disana,
kedatangan mereka kemari hendak membunuhku atas perintah kaisar mereka !"
Suma Lin Liang yang tajam
Dia menahan langkah kakinya "Ihhhh !" Suma Lin Liang berseru perlahan. "Luar biasa!
Tentunya kau bukan orang sembarangan, sampai seorang Raja dari Cidan itu menaruh
perhatian padamu, sampai dia mengutus kedua orang pahlawannya itu buat datang
kemari membunuhmu...!"
Kwang Tan tertawa, nada suara Suma Lin Liang terdengarnya lucu sekali.
"Nanti akan kuceritakan semuanya, Koko, sekarang mari kita melihat keadaan
mereka dulu..." katanya kemudian. Suma Lin Liang membiarkan dirinya dituntunkan
oleh Kwang Tan, mereka memasuki jalan didalam goa itu lebih jauh, semakin ke-dalam
semakin dingin dan lembab.
Sedangkan suara orang yang tengah bercakap2 itu telah terhenti, keadaan sunyi
sekali. Rupanya kedua orang pahlawan Kaisar Cidan telah mendengar suara langkah
kaki Kwang Tan dan Suma Lin Liang, sehingga mereka tidak meneruskan percakapannya.
Kwang Tan melihat betapa sijangkung berada didekat sipendek, rupanya waktu Kwang
Tan keluar, sijangkung telah memaksakan diri dengan meraba dan merayap
disamping dinding goa tersebut, dia telah menghampiri sipendek, yang masih lemas
tidak bisa berjalan. "Kalian telah memikirkan baik-baik usul ku, yaitu meninggalkan majikanmu dan
bekerja buatku, bukan "! tanya Kwang Tan dengan suara cukup nyaring.
"Adikku, apa maksudmu "!" tanya Suma Lin Liang yang tidak mengetahui, bahwa
kata2 Kwang Tan ditujukan buat kedua orang pahlawan Kaisar Cidan itu.
Si jangkung telah berkata dengan segera: "Baik, baik, kami jelas akan berpihak
dan bekerja serta berbakti kepada Taycu, karena Taycu adalah putera mahkota yang
benar2 berhak atas takhta kerajaan Cidan!"
Mendengar suara si jangkung, kembali Suma Lin Liang terkejut Suara itu nyaring,
juga berat, menunjukkan orang itu memiliki latihan lwekang.
Disamping itu, yang membuat dia kaget tidak terkira, si jangkung itu telah
menyebut2 anak lelaki kecil yang dipanggil sebutan adik itu sebagai Taycu,
putera mahkota. "Apakah.... apakah engkau benar2 Taycu dari Cidan "!" tanya Suma Lin Liang
kemudian dengan suara tidak lancar. Kwang Tan tersenyum. "Menurut mereka memang
begitu, mereka menjelaskan kepadaku, bahwa aku sebenarnya adalah Taycu dari
Cidan yang telah lenyap, itulah sebabnya, untuk dapat memiliki kekuasaan yang
telah terjatuh kedalam tangannya, agar
takhtanya tidak di rebut olehku lagi" Yu-ong, Kaisar Cidan yang tengah berkuasa
sekarang ini, berusaha mengutus orang2nya buat membunuhku!"
Suma Lin Liang benar2 bingung dia jadi semakin tidak mengerti duduk
persoalannya. Dikala itu, tampak si jangkung dan si pendek telah berkata
berbareng: "Taycu, terimalah hormat kami dan ampunilah dosa-dosa kami !"
"Bagus ! Bagus !" kata Kwang Tan dengan segera, "Jika memang demikian, berarti
kalian sudah mengerti, membaktikan diri kepada Kaisar yang sesungguhnya bukan
orang yang berhak atas takhta kerajaan adalah sama juga dengan mengabdi kepada
orang yang tidak bertanggung jawab ! Akan tetapi kelak jika aku telah berhasil
merebut kembali takhta kerajaan Cidan, yang sesungguhnya milikku
itu, kalian berdua akan kuanugerahi kedudukan dengan pangkat sebagai
menteri2ku ! Karenanya, mulai sekarang engkau harus berjuang sekuat tenagamu!"
"Ya ya Taycu !" menyahuti kedua orang itu dengan segera.
Suma Lin Liang yang mendengar suara si jangkung dan si Pendek, jadi sangat ingin
sekali mengetahui dan melihat bentuk kedua orang yang dikatakan oleh Kwang Tan
sebagai pahlawan Kaisar Cidan. Dia merogoh sakunya mengeluarkan bibit api,
kemudian menyalakan nya. Seketika api memercik dan kemudian menyala. Diwaktu itu tempat tersebut menjadi
terang benderang. Memang disekeliling tempat itu hanyalah dinding dari batu
gunung yang penuh berlumut.
Dan dengan segera Suma Lin Liang dapat melihat rupa dari kedua pahlawan Kaisar
Cidan, Kedua orang dengan
bentuk tubuhnya yang sangat luar biasa. Yang seorang jangkungnya
Sedangkan melebihi tinggi tubuh manusia normal.
yang seorangnya lagi pendeknya tidak tanggung2.
Akan tetapi melihat potongan kedua orang itu, rupanya si jangkung dan si pendek
ini memang bukan orang sembarangan. Cuma saja yang membuat Suma Lin Liang tidak
mengerti mengapa kedua orang itu seperti juga tunduk dan patuh sekali kepada
Kwang Tan. Bukankah Kwang Tan hanya memiliki kepandaian
disebabkan usianya yang masih memang.kedua orang pahlawan negeri Cidan itu serentak menyerangnya, tentu
Kwang Tan tidak bisa berbuat banyak buat melindungi dirinya.
Si jangkung dan sipendek waktu melihat ada seseorang yang menyalakan bibit api,
segera juga mempergunakan kesempatan itu buat memandang sekitarnya.
yang tidak berarti, terlalu kecil! Jika Karena memang si mengetahui bagaimana jangkung dan sipendek
tidak bentuk dalam goa tersebut Walaupun bibit api itu hanya menyala sekejap
mata saja si jangkung dan si Pendek telah cukup mempergunakan kesempatan
tersebut untuk memandang sekitarnya.
Dan mereka melihat bahwa seluruh tempat itu dikelilingi oleh dinding yang
berlumut terdiri dari batu2 gunung, jelas tidak ada jalan keluar lagi buat
mereka selain me lewati pintu goa tersebut.
"Hemm, sekarang kau jelaskan, siapa nama kalian berdua"!" tanya Kwang Tan waktu
itu. "Aku bernama Eng ong Tit dan ini kawan ku, bernama Pisong Tai!" menjelaskan SI
Jangkung. "Hemmm, jika demikian kalian berdua benar2 orang Cidan!" kata Kwang Tan. "Dan
sekarang coba kau jelaskan, sedikitnya kalian tentu mengetahui tentang asalusulku, maka kalian pasti mengetahui gelaran ataupun juga nama sebenarnya aku
sebagai Taycu Cidan.,.!"
"Apakah Taycu benar2 sudah melupakan nama sendiri dan gelaran Taycu ?" tanya si
jangkung terheran2, seketika timbul perasaan heran hatinya.
Kwang Tan tertawa. "Tentu saja aku ingat dan mengetahui jelas "siapa nama dan
gelaranku." menyahuti Kwang Tan dengan cerdik. "Akan tetapi, jelas aku pun tidak
bisa begitu saja mempercayai bahwa engkau sesungguhnya benar2 merupakan pahlawan kepercayaan dari Kaisar Cidan,
jika memang kalian benar2 utusan dari Kaisar Cidan, niscaya kalian akan
mengetahui nama dan gelaranku itu."
Si jangkung dan si pendek pikir memang beralasan juga apa yang dikatakan oleh
Kwang Tan. "Taycu bernama Rangsu Tamtam, Sedangkan gelaran Taycu adalah Ko Ong!"
kata si jangkung, "Bukankah begitu "!"
"Tepat!" sengaja Kwang Tan berseru, Rangsu Tamtam gelaran Ko Ong !"
"Apakah Taycu sekarang benar-2 mempercayai bahwa kami berdua datang dari
Cidan"!" tanya sipendek yang ikut nimbrung bertanya, dia berusaha bersikap
semanis mungkin dan nada suaranva tidak sebengis tadi sebelum dia dirubuhkan
Kwang Tan. "Tentu ! Tentu ! saja aku mempercayai-kalian !" kata Kwang Tan. "Akan tetapi
dengarlah, selama ini kalian tidak akan kusembuhkan keseluruhannya, berangsur2
aku akan memberikan obat penawar itu. sampai akhirnya jika aku melihat kalian
benar2 setia kepadaku, disaat itu barulah aku akan memberikan obat penawar itu
keseluruhannya...!" "Taycu...!" kata Si jangkung dan si pendek dengan suara yang ragu2.
"Ya "!" "Jika kami tidak disembuhkan secara keseluruhannya, sehingga tenaga dan
kepandaian kami pulih sebagaimana biasa, tentu sulit buat kami mencurahkan
seluruh kemampuan kami guna melindungi Taycu... ampunilah hamba, ada saran yang
hendak hamba ajukan, apakah tidak lebih baik jika Taycu menyembuhkan kami
keseluruhannya, sehingga dengan melindungi Taycu mungkin"!"
demikian kami bisa sepenuh tenaga
dan melaksanakan tugas kami sebaik Kwang Tan tersenyum, katanya: "Itu dapat kita
lihat saja nanti.. akan tetapi yang pasti sekarang ini kalian tidak perlu
mempergunakan kepandaianmu buat melindungi diriku! Nah, ini aku berikan obat
penawarnya sebagian. Setiap pagi hari diwaktu kalian bangun tidur, harus
memakannya satu butir, Masing2 memperoleh sepuluh butir, Setelah sepuluh hari,
berarti kalian masing2 telah menelan sepuluh butir pil ini, dan jiwa kalian
dapat lebih panjang satu tahun! Nanti setelah lewat satu tahun, baru aku akan
memberikan lagi obat penawarnya! jika kelak memang terbukti kalian setia kepadaku, diwaktu itu
aku akan memberikan obat pemunah yang sebenarnya, dan juga malah aku akan
membagi kepada kalian obat2 mujijat, sehingga selain luka didalam tubuh kalian
itu akan sembuh, juga tenaga dalam kalian akan bertambah kuat."
Lemas si jangkung dan si Pendek. Dengan demikian sama saja mereka telah terikat
oleh Kwang Tan. Sekali saja mereka dicurigai tidak setia, berarti mereka tidak
akan memperoleh obat pemunah untuk memperpanjang umur mereka.
Waktu itu si pendek telah berpikir "Hem biarlah! jika ada kesempatan, aku akan
menyelidiki dimana dia menyimpan obat pemunahnya dan diwaktu itu, jika aku
berhasil menemui obat pemunahnya, tanpa banyak rewel, aku akan membunuhnya!"
Kawannya juga berpikir seperti itu, maka walaupun mereka kecewa, mereka
memperdengarkan tertawa manis dan mengucapkan terima kasih berulang kali kepada
Taycu mereka, Kwang Tan. Segera juga mereka telah menelan masing, masing satu butir pil yang berwarna
merah darah. Hanya saja, dalam tempat yang segelap itu, si jangkung maupun si
pendek tidak bisa melihat keadaan pil tersebut, mereka hanya memegang dan
merasakan bahwa pil itu berukuran kecil dan bulat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Mereka telah menelannya dan merasa
segera sebagian tenaga mereka pulih, Sipendek sesaat kemudian juga berhasil
melompat berdiri. Hanya saja, begitu dia berdiri, tubuhnya sempoyongan, seperti
juga akan rubuh. Dia berusaha mengempos semangatnya, akan tetapi sipendek
jadi kaget, tenaganya sehingga hampir saja los seperti tidak kedua kakinya itu terkendalikan, mencelat ke belakang dan dia hampir kejengkang. Beruntung dia
memang telah berpengalaman begitu tubuhnya doyong kebelakang, cepat sekali
sipendek ini dapat mengendalikan tubuh dan kuda2nya.
Engong Tit, si jangkung, juga merasakan kepalanya agak pusing, namun dia licik
tanpa mengemukakan perasaan nya itu, dia berdiam diri saja.
Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Nah, sekarang mari kita pergi keluar goa !" ajak Kwang Tan. "Baik, Taycu..,. !"
kata Engong Tit dan Pisong Tai. Segera juga mereka jalan dengan meraba2
dipinggiran jalan goa tersebut.
Sedangkan Kwang menuntun Suma Lin Tan berjalan cepat sekali dengan Liang, dalam
waktu yang singkat mereka berdua telah sampai diluar goa itu.
Tidak lama kemudian barulah tampak Engong Tit dan Pisong Tai.
Setelah berada diluar goa tersebut, Engong Tit dan Pisong Tai baru bisa menghela
napas dalam2. Mereka juga sekarang seperti orang buta yang baru bisa melihat,
segera juga mereka memandang kesekitar tempat, dan sekarang mereka tidak berada
dalam dunia yang gelap pekat, dimana banyak pohon yang bisa mereka lihat, juga
pandangan alam disekitar tempat itu.
Tanpa mereka inginkan, Engong Tit dan Pisong Tai telah saling lirik dan tersenyum. Dalam
senyum mereka itu tampak hawa yang yang bengis dan maksud kurang baik.
Kwang Tan walaupun berada cukup jauh, tokh matanya sangat tajam, dia bisa
melihat senyum dari kedua orang itu, namun dia berdiam diri saja, cuma hatinya
yang berpikir: "Hemm memang benar2 mereka tidak bisa di percayai. Jika saja mereka memiliki
kesempatan bisa membunuhku, tentu mereka akan segera melaksanakannya !"
Setelah berpikir begitu, Kwang Tan menoleh kepada Suma Lin Liang, katanya:
"Koko... mari kita pergi kesana dulu !"
Suma Lin Liang yang waktu itu tengah di liputi tanda tanya dan tidak mengerti
duduk persoalan yang sebenarnya, memang ingin sekali dapat berdua dengan Kwang
Tan, sehingga dia leluasa bisa menanyakan segalanya kepada Kwang Tan.
Kwang Tan sebelum pergi lebih dahulu berpesan kepada Engong Tit dan Pisong Tai,
katanya: "Kalian tunggu saja disini dulu, ada sesuatu yang hendak kubicarakan
dengan Kokoku ini !"
Engong Tit dan Pisong Tai telah mengangguk sambil tersenyum semanis mungkin.
"Baik Taycu !" kata mereka serentak dengan sikap yang menghormat sekali.
Kwang Tan telah menarik tangan Suma Lin Liang pergi menjauh dari kedua orang
Cidan itu. "Apa sesungguhnya yang terjadi"!" tanya Suma Lin Liang setelah mereka terpisah
cukup jauh dengan kedua orang Cidan tersebut.
Kwang Tan segera menceritakan apa yang telah dialaminya dan juga diketahuinya
dari ke dua orang Cidan itu.
Mendengar itu, Suma Lin Liang jadi bengong, sikapnya seperti orang tolol.
Kwang Tan melihat Suma Lin Liang seperti itu jadi tertawa.
"Koko tidak perlu gelisah, aku bisa menghadapinya !" kata Kwang Tan kemudian.
"Bukan Bukan! Aku bukan gelisah atau berkuatir !" kata Suma Lin Liang kemudian.
"Akan tetapi justru aku tengah memikirkan, jika engkau menarik kedua orang
pahlawan Kaisar Cidan yang tengah berkuasa disana, tentu mereka merupakan orang2
berbahaya, sedikit saja kau lengah, niscaya engkau akan dicelakainya! Bukankah
maksud kedatangan mereka mencarimu adalah melaksanakan perintah rajanya, buat
membunuhmu" Jika memang mereka memiliki kesempatan buat membunuhmu, mustahil
tidak mereka lakukan !"
Kwang Tan tertawa. "Hal itu memang aku sendiri telah memikirkannya !" kata Kwang Tan, "Akan tetapi
justru aku sengaja pura2 ingin menarik mereka kepihakku, mengorek keterangan
dari mulut hanya sekedar buat
mereka! Aku sendiri menyadari bahwa suatu saat kelak mereka tentu akan mencari kesempatan buat
mencelakai diriku !"
Suma Lin Liang mengangguk2, dia tidak mengatakan apa2 lagi. hanya duduk bengong
lagi dengan membawa sikap seorang yang benar-benar bego.
Kwang Tan jadi tidak sabar, katanya: "Koko, ada satu permintaan dariku, entah
kau mau bantu tidak "!" "Permintaan apa "!" tanya Suma Lin Liang seperti
terkejut dari bengongnya, tetapi mukanya tetap saja memperlihatkan sikapnya yang
bego itu. "Sebenarnya, aku ingin sekali memohon bantuanmu, Koko !" kata Kwang Tan. "justru
aku telah menceritakan segalanya se-jelas2 nya kepadamu, agar engkau dapat
membantuku." "Membantumu "!"
"Ya !" mengangguk Kwang Tan, "Membantuku mengatasi kedua orang itu !"
"Ohh.... untuk menangkap mereka ?" tanya Suma Lin Liang tidak mengerti.
"Bukan !" "Lalu apa "!"
"Untuk mengatasi mereka !"
"Ya, aku mengerti, mengatasi kedua orang Cidan itu! Akan tetapi apa maksudmu
dengan mengatasi seperti itu, apakah aku harus membunuh mereka atau juga
menangkap mereka !" Kwang Tan tertawa. "Selama Koko berada disisiku, tentu aku tidak perlu merasa
takut terhadap mereka. Akan tetapi begitu aku berpisah dengan Koko, niscaya aku
akan segera dianiaya oleh mereka, mereka akan mempergunakan kekerasan buat memaksaku agar
mengeluarkan obat pemunah racun yang telah kuberi makan pada mereka!"
Mendengar penjelasan itu, Suma Lin Liang baru mengerti.
"Oh, jadi maksudmu agar aku selalu mendampingimu "!" tanyanya kemudian. Kwang
Tan mengangguk lagi, katanya: "jika memang Koko tidak keberatan, namun justru
adikmu kuatir kalau2 permintaanku ini akan mempersulit dirimu !"
Suma Lin Liang seperti tidak mendengar apa yang dikatakan Kwang Tan, dia duduk
bengong lagi, lama sekali, sekarang bengongnya semakin jelas, Kwang Tan juga
tidak berani mendesak, dia hanya membiarkan Suma Lin Liang duduk bengong dengan
sikap yang bego seperti itu.
Setelah lewat beberapa saat lamanya, barulah Suma Lin Liang berkata: "Untuk
sekarang ini aku mendampingimu memang bisa, akan tetapi buat selama2nya, kukira
hal itu tidak mungkin! Aku sendiri sebenarnya tengah memiliki
urusan yang cukup penting, ini kukatakan secara terus terang dan kau
aku bermaksud jangan tersinggung, sebenarnya memang untuk membantumu sepenuh tenagaku,
namun apa daya. memang kemampuanku tidak ada! Jika hanya untuk menghadapi kedua
orang itu saja aku kira memang masih dapat... lebih baik mereka dibuat bercacad
saja, sehingga kelak tidak membahayakan lagi !"
Kwang Tan berdiam diri, dia pikir memang apa yang dikatakan Suma Lin Liang ada
benarnya, mengapa dia harus menempuh bahaya yang tidak perlu !
Setelah berdiam sejenak dia mengangguk.
"Jika begitu, baiklah Koko !" kata Kwang Tan, "Biarlah aku memberikan obat pula
kepada mereka, padahal obat itu merupakan semacam ramuan untuk merusak seluruh
otot2 halus ditubuh mereka, jika otot2 halus disekujur tubuh mereka dihancurkan
jangan harap mereka bisa memiliki kepandaian lagi seumur hidupnya! Aku jadi
tidak perlu kuatir lagi terhadap ancaman mereka !"
"Tunggu dulu !" kata Suma Lin Liang
"Jika engkau mempergunakan caramu seperti itu, dengan memberikan mereka semacam
obat buat merusak otot2 halus ditubuh mereka, jelas mereka akan curiga dan belum
tentu akan makan obat itu !"
"Aku mempunyai akal!" kata Kwang Tan. "Akan kukatakan bahwa obat yang diberikan
itu adalah obat penawar buat menghilangkan seluruh racun yang telah kuberikan
kepada mereka, sebab memang aku melihat mereka benar2 akan bersetia kepadaku!
Dengan demikian bukankan orang Cidan itu akan segera memakan obat yang kuberikan itu !"
Suma Lin Liang menepuk tangannya cukup keras. "Kau cerdik, adikku !" katanya,
"Boleh juga akalmu itu !" Akan tetapi jika mereka bercuriga dan ingin melakukan
sesuatu kekerasan, biarlah aku yang akan menghadapi mereka."
"Terima kasih Koko, memang aku yakin, bertindak walaupun mereka memiliki
kepandaian tinggi tetapi mereka belum pulih kesegaran seluruh tenaga dalamnya,
maka kau yang memang memiliki kepandaian tinggi, mudah saja menundukkan dan merubuhkan
mereka..!" "Jangan terlalu memuji seperti itu!" kata Suma Lin Liang. "Kita lihat saja
nanti! Menurut apa yang kudengar, justru jago2 Cidan semuanya memiliki
kepandaian yang aneh2 dan tinggi, mereka juga terlatih mahir sekali tenaga dalamnya, karena
biasanya orang2 Ci-dan telah mempelajari tenaga dalam sejak mereka berusia masih
kecil..!" Waktu Suma Lin Liang dan Kwang Tan tengah bercakap2 merundingkan rencana mereka
buat menghadapi Engong Tit dan Pisong Tai, maka diwaktu itu Engong Tit dan
Pisong Tai berdua juga tengah berunding.
"Sebenarnya bisa saja kita mempergunakan kekerasan membekuk bocah itu, lalu kita
tidak usah membuang-buang waktu lagi, kita binasakan saja dan mencari obat yang
sesuai untuk melenyapkan racun yang mengendap ditubuh kita! sedangkan tenaga
kitapun saat sekarang ini telah pulih, maka kita bisa menghadapinya dengan
mudah!" kata Engong Tit. Pisong Tai tampak ragu-ragu.
"Akan tetapi jika dia berhasil meloloskan diri dari kita, kemudian melarikan
diri, bukankah kita yang akan menghadapi kerepotan sendiri, dimana setelah lewat
satu tahun kita tidak memiliki obat pemunahnya lagi"!"
"Apa yang dikatakannya itu belum tentu benar, bisa saja itu hanya gertakan
belaka!" kata Engong Tit dengan bersemangat.
"Kau harus ingat, sekarang disamping bocah itu ada pemuda pelajar yang
tampangnya bego itu... matanya kulihat memiliki sinar yang tajam sekali, jelas
dia bukan orang sembarangan, sedikitnya dia memiliki kepandaian yang lumayan!"
Engong Tit telah ragu2 juga, dia memang mengakui apa yang dikatakan Pisong Tai
memang benar, sebab dia sendiri telah melihatnya betapa Suma Lin Liang memiliki
mata yang sangat tajam sekali.
Diwaktu itu tampak Pisong Tai telah berkata lagi: "Atau kita coba saja, nanti
dalam suatu kesempatan, kita uji dulu pelajar bego itu"!"
"Begitu juga boleh!" kata Engong Tit. Begitulah, kedua orang itu dengan kasak
kusuk telah mengatur rencana mereka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tidak lama kemudian tampak Suma Lin Liang telah kembali bersama Kwang Tan.
"Taycu..!" segera juga Engong Tit berkata kepada Kwang Tan. "Taycu belum
memperkenalkan kami dengan kawan Taycu!"
"Hemm. apakah itu perlu untuk kalian?" tanya Kwang Tan. hatinya mulai curiga.
Engong Tit tersenyum. "Ya, jika memang Taycu keberatan, kami tentu saja tidak berani buat meminta agar
diperkenalkan akan tetapi jika saja Taycu tidak keberatan tentu akan
menggembirakan sekali jika saja kami bisa berkenalan dengan sahabat Taycu,
karena tampaknya kawan Taycu bukan orang sembarangan dan dalam perjalanan nanti
kami bisa bertukar pikiran dengannya!"
Kwang Tan ragu2 sejenak, namun akhirnya setelah melirik sekali kepada Suma Lin
Liang yang hanya berdiri berdiam diri dengan tampangnya yang kebego-begoan itu,
tampak Kwang Tan berkata: "Baiklah! Kokokuini she Suma dan bernama Lin
Liang...!" "Ohh!" berseru Engong Tit dan Pisong Tai hampir berbareng, "Suma Lin Liang.."
jika memang tidak salah apa yang telah kami dengar selama ini, Suma Lin Liang
Kongcu tentunya berasal dari Bengkauw, yang sangat terkenal itu, bukan "!"
Suma Lin Liang mengangguk.
"Ya, aku memang berasal dari Bengkauw...." katanya. "Dan akupun senang sekali
berkenalan dengan kalian!" Engong Tit telah melangkah maju, dia merangkapkan
kedua tangannya memberi hormat. Akan tetapi diam2 dia telah mengerahkan tenaga
dalamnya, angin tenaga dalamnya menerjang kepada Suma Lin Liang.
Suma Lin Liang merasakan sambaran angin yang tidak tampak, namun sangat kuat.
Cepat2 dia merangkapkan kedua tangannya, membalas memberi hormat, Suma Lin Liang
walaupun tampangnya memang bego, tokh dia bisa bekerja cepat sekali.
Begitu dia merasakan tenaga yang membokong padanya, yang akan membuat dia
terjungkel kalau saja dia tidak segera menghadapinya dengan segera maka Suma Lin
Liang menyalurkan kekuatan tenaga dalamnya empat bagian.
Tubuh dari Engong Tit tiba2 terhuyung mundur tiga langkah, mukanya berubah
pucat. "Ohhh, maaf, maaf....!" kata Engong Tit mencoba untuk mengurangi malunya,
"Rupanya kesehatanku belum pulih keseluruhan-nya.... maafkan.... maafkan.,.,!"
Dan dia telah mundur lagi, mendekati Pisong Tai.
Sedangkan Kwang Tan hanya dapat menduga2 apa yang terjadi. Namun Suma Lin Liang
sama sekali tidak mengeluarkan komentar apa-apa.
Disaat itu tampak Kwang Tan telah ber kata : "Kalian tampaknya merupakan
pengikut2 yang bisa dipercaya ! Aku yakin, setelah kalian mengetahui bahwa aku
Taycu dari kerajaan Cidan yang berhak atas takhta kerajaan tentu
kalian akan meninggalkan Yu-ong yang merebut takhta kerajaan dari tangan ayah
ku, kalian akan berbakti sebaik2nya dan setia kepadaku ! Maka, kupikir, memang
tidak ada baiknya aku me-ngulur2 waktu lagi buat memberikan obat pemunah kepada
kalian ! Tadi juga aku melihatnya, dengan hanya memberi hormat saja, engkau
belum lagi bisa berdiri tetap dan terhuyung. Dengan keadaanmu seperti itu, mana
mungkin kalian bisa melindungi diriku jika suatu waktu tengah menghadapi
bahaya "!" Sambil berkata begitu, Kwang Tan telah mengeluarkan sebuah botol dan
mengeluarkan tiga butir pil berwarna abu2. "Ini buatmu, ..!" katanya sambil
memberikan ketiga butir pil itu kepada Engong Tit, Kemudian dia mengeluarkan lagi tiga butir,
diberikan kepada Pi song Tai.
"Nah, kau makanlah sekarang, agar kalian segera sembuh dan kesehatanmu pulih
sebagaimana biasanya..!" kata Kwang Tan.
Engong Tit dan Pisong Tai sama sekali tidak menyangka bahwa Kwang Tan telah
merobah pikirannya dan memberikan obat pemunah yang mereka harapkan. Bukan main
girangnya mereka. Namun kedua orang pahlawan Kaisar Cidan itupun merupakan
manusia2 licik mereka berpikir didalam hati.
Didalam urusan ini tampaknya mencurigakan, karena setelah pergi berdua Suma Lin
Liang, mendadak sekarang Kwang Tan telah bersedia memberikan obat pemunah itu.
Sedang Engong Tit telah berkata: "Taycu kami sungguh2 hendak mengabdikan diri
kepadamu, dan kami harap Taycu tidak menjatuhkan hukuman kepada kami !"
Kwang Tan tersenyum melihat kedua orang Cidan itu bercuriga.
"Aku berterima kasih sekali jika memang kalian bisa insyaf dan sekarang hendak
bekerja buatku ! Maka dari itu, kita untuk apa me-ngulur2 waktu lagi" Terlebih
lagi aku sangat membutuhkan pertolongan dan tenaga kalian buat merebut takhta
kerajaan yang sesungguhnya milikku ! Dan
kalian berdua, setelah memakan obat itu, boleh meninggalkan tempat ini, kalian berangkat lebih dulu ke
Cidan, disana kau kumpulkan kawan2 kalian yang masih bersetia padaku, untuk
melakukan gerakan menggulingkan Yu-ong. Maka jika usaha ini berhasil, jasa2
kalian tidak akan kulupakan, dimana kalian aku kuanugerahi pangkat dan kedudukan
sebagai menteri2ku !"
Senang hati Engong Tit dan juga Pisong Tai. Namun mereka tetap bercuriga dan
tangan mereka digerakan pura2 memakan ketiga butir pil itu, akan tetapi
sesungguhnya ketiga butir pil tersebut dijepit oleh jari telunjuk mereka dan
tidak dimakan. Kemudian dengan gerakan yang tidak mencurigakan mereka masing2 me-masukan ketiga
butir pil itu kesaku baju mereka, Keduanya juga telah menjura memberi hormat
mengucapkan terima kasih mereka.
Kwang Tan telah mengibaskan tangannya. "Nah, sekarang kalian boleh berangkat
terlebih dulu ke Cidan, aku bersama Koko ini akan segera menyusul kesana!"
Engong Tai dan Pisong Tit menjura lagi mengiyakan buat menjalankan tugas dan
perintah. Setelah memberi hormat juga kepada Suma Lin Liang, keduanya memutar
tubuh dan berlalu dari tempat itu.
Setelah melihat Engong Tit dan Pisong Tai berlalu, Kwang Tan mengajak Suma Lin
Liang masuk kedalam goanya.
Engong Tit dan Pisong Tai tidak berlalu jauh, mereka telah kembali buat
mendengarkan percakapan antara Kwang Tan dengan Suma Lin Liang, Namun betapa
kecewanya, mereka waktu mengetahui Kwang Tan
mengajak Suma Lin Liang masuk kedalam goa istimewa Tabib Dewa itu.
Untuk masuk kedalam goa istimewa itu, jelas Engong Tit dan Pisong Tai sudah
tidak memiliki keberanian lagi. Dan sekarang mereka ragu2.
Sambil melirik kepada Pisong Tai disampingnya, Engong Tit telah berbisik:
"Bagaimana ?" "Apanya yang bagaimana?"
"Dengan obat yang diberikan tadi?" tanya Engong Tit lagi. "Kulihat, memang bocah
itu tidak menaruh kecurigaan apa2 pada kita.... kukira itu memang obat yang
sesungguhnya buat melenyapkan racun yang mengendap didalam tubuh kita ! Bukankah
sekarang ini sibocah tengah
membutuhkan bantuan dan tenaga kita, tentu dia menghendaki kita dapat bekerja
sebaik mungkin ! Maka dari itu, dia telah memberikan obat yang sesungguhnya...!"
Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Aku tetap masih curiga !" kata Engong Tit, "Dan kawannya itu, orang she Suma
itu dari Bengkauw, dia memiliki kekuatan lwekang yang tidak boleh diremehkan, tadi waktu dia menangkis
serangan gelapku dengan cara menjura, dia berhasil membuat aku terhuyung padahal
dia mengeluarkan tenaganya itu dengan sikap seenaknya belaka!"
"Dengan adanya orang she Suma itu didalam gua itu, kita sulit bekerja lagi !"
kata Pisong Tai. Engong Tit mengangguk "Biarlah kita makan saja ketiga butir obat ini mustahil dia mendustai kita, lalu
kita kembali ke Cidan buat melaporkan segala sesuatunya, biarlah Yu-ong nanti
yang mengirimkan pahlawan istana lainnya.... dalam jumlah yang banyak!"
Pisong Tai menyetujui usul kawannya, dia mengiakan. Mereka kemudian masing2
mengeluarkan tiga butir pil warna abu2. Setelah masing-masing mengawasi pil obat
tersebut, mereka memasukkan kedalam mulut dan dengan bantuan ludah mereka
menelannya. Begitu pil tersebut masuk lewat leher mereka, perasaan harum yang membuat mereka
segar bugar terasa nikmat sekali dan Engong Tit maupun Pisong Tai semakin yakin,
bahwa ketiga butir pil berwarna abu2 itu sesungguhnya pil
yang bisa memunahkan racun yang mengendap didalam tubuh mereka.
Pisong Tay dan Engong Tit jadi girang, wajah mereka berseri-seri.
"Akh, dasar bocah dungu !" mengerutu Engong Tit.
"Akan tetapi baru saja dia berkata begitu sepasang alisnya berkerut dalam-dalam.
"Kenapa "!" tanya Pisong Tit, yang jadi heran melihat sikap kawannya seperti
itu. Baru saja dia berkata sampai disitu belum lagi Engong Tit sempat menjawab,
tiba2 Pisong Tai merasakan perutnya sakit seperti di remas, sepasang alisnya
jadi mengkerut, mukanya seketika berobah pucat dan butir2 keringat mengucur
keluar. Pisong Tai dan Engong Tit segera menyadarinya apa yang telah terjadi, dan apa
artinya rasa sakit yang mereka rasakan itu.
Dengan serentak, seperti juga telah berjanji, keduanya melompat kedepan goa
istimewa Kwang Tan, mereka berseru dengan nyaring "Taycu.,.! Taycu!"
Kwang Tan dan Suma Lin Liang yang berada didalam goa itu mendengar suara jerit
dan teriakan Engong Tit dan Pisong Tai, mereka segera keluar.
Waktu berada dimulut gua, Kwang Tan dan Suma Lin Liang menyaksikan Engong Tit
dan Pisong Tai tengah berguling2 diatas tanah dengan keringat dingin mengucur
deras sekali, muka mereka meringis bagaikan tengah menahan rasa sakit yang
sangat hebat. "Taycu.., oooh. tolonglah kami, tolonglah Taycu... mengapa Taycu menjatuhkan
hukuman seberat ini kepada kami?" Engong Tit dan Pisong Tai telah berseru-saru
merintih. Sedangkan Kwang Tan telah tersenyum, katanya: "Kalian tidak akan mati, jangan
kuatir, hanya urat2 halus disekujur tubuhmu yang akan hancur dan selanjutnya
kalian menjadi orang biasa tidak memiliki kepandaian apa2 lagi, sehingga nanti
kalian berdua bisa menempuh hidup kalian secara baik2 tanpa mencampuri diri lagi
dalam pergolakan politik di Cidan !"
Semangat Engong Tit dan Pisong Tai serasa terbang dari raga mereka, keduanya,
walau pun tengah menderita kesakitan yang hebat, mati-matian telah melompat dan
berlutut, dengan kepala yang dimanggut2kan berulang kali,
sampai kening mereka menghantam tanah dengan keras.
"Taycu, ampunilah kami. bukankah kami telah bersumpah dan berjanji akan
membaktikan diri kepada Taycu" Mengapa kami di hukum seperti ini "!" kata Engong
Tit dan Pi song Tai dengan sesambatan ketakutan bukan main.
Kwang Tan tersenyum. "Bukankah menuntut penghidupan sebagai manusia biasa kalian lebih bahagia. Nah
pergilah kalian! Kalian tidak akan menemui ajal, hanya saja kepandaian kalian
kumusnahkan !" Bukan main murkanya Engong Tit dan Pisong Tai, akan tetapi dalam
keadaan seperti ini mana bisa
mereka memperlihatkan kemarahan mereka.
"Ampunilah Taycu, janganlah kami dijatuhi hukuman seberat ini,kami bersungguhsungguh akan bekerja sebaik mungkin buat Taycu !" kata Pisong Tai, yang duduk
tidak bisa menahan mengucur air matanya.
Selama itu Suma Lin Liang yang berdiri disamping Kwang Tan, ia mengawasi
bengong. Sedangkan Kwang Tan telah berkata: "Walaupun kalian memohon be-ribu2 ampun,
dan meminta agar aku menyembuhkan keadaan kalian, hal itu sudah tidak bisa lagi,
walaupun dewa turun buat menyebabkan keadaan kau bagaimana biasa lagi, tetap
saja tidak mungkin! Nah, kalian pergilah, aku tidak mau kalian ganggu lebih lama
lagi ...!" Setelah berkata begitu, tampak Kwang Tan mengibaskan tangannya, dia mengajak
Suma Lin Liang buat masuk kembali kedalam goa istimewanya.
Waktu itu Engong Tit yang tengah ketakutan yang sangat gusar, tahu-tahu telah
menubruk kearah Kwang Tan. Namun seluruh tenaganya telah lenyap, urat2 halus
disekujur tubuhnya telah putus! walaupun hatinya ingin sekali menubruk Kwang Tan
yang terpisah tiga tombak lebih darinya, yang biasanya akan dicapainya dengan
mudah, sekarang dia hanya bisa mencapai satu tombak lebih, tubuhnya menubruk
angin jatuh ngusruk dan mukanya mencium tanah, sehingga dari hidungnya mengucur
darah segar... Kwang Tan yang mengajak Suma Lin Liang masuk kedalam goa, sudah tidak terlihat
bayangan-bayangannya lagi.
Suma Lin Liang sesungguhnya tidak terlihat keadaan Engong Tit dan Pisong Tai.
Akan tetapi Kwang Tan sambil mengajaknya masuk kedalam goa telah berkata:
"Sebenarnya mereka manusia2 yang tidak bisa dipercaya, lidah mereka tajam
seperti lidah ular yang berbisa, jika memang sekarang mereka menyatakan ingin
bekerja buat kepentinganku, namun dihadapan Yu-ong akan lain
akan men-jilat2 juga buat
lagi persoalannya. mereka
mencapai kedudukan dan pangkat! Hemm. dikiranya aku tidak mengetahui tabiat
mereka yang bengis dan buas sekali, sekarang aku bisa berlega hati dengan
dihancurkannya seluruh otot2 halus disekujur tubuh mereka, karena mereka telah
dimusnahkan seluruh kepandaian dan tenaga dalamnya.
Dengan begitu, mereka juga tidak bisa melakukan sesuatu yang bisa merugikan
orang lain. Hemm, jika sekarang mereka menyesal, itupun telah terlambat. Si
Jangkung pernah ingin menyiksa diriku dengan hebat, dia
bengis sekali, sedangkan sipendek juga sangat ganas bukan main!"
Suma Lin Liang hanya menghela napas dan telah mengikuti Kwang Tan memasuki goa
istimewanya yang berbentuk sebagai tengkorak kepala manusia.
Engong Tit dan Pisong Tai yang waktu itu masih berada diluar gua, telah menangis
menggerung2, mereka menyesal sekali telah mempercayai begitu saja perkataan
Kwang Tan bahwa ketiga butir pil berwarna abu2 itu adalah obat penawar racun.
Akan tetapi sesungguhnya obat itulah yang telah merusak seluruh otot2 halus
disekujur tubuh mereka, dengan begitu, tenaga dalam mereka musnah dan juga
seluruh kepandaian mereka sudah tidak ada artinya. Mungkin juga selanjutnya
mereka akan jauh lebih lemah dari manusia biasa yang tidak pernah melatih ilmu
silat seumur hidupnya. Dengan hati yang diliputi kedukaan, tampak Engong Tit dan Pisong Tai telah
melangkah pergi meninggalkan tempat itu. Mereka murka bukan main, akan tetapi
mereka juga tidak berdaya, karena dari itu, hanya satu tujuan mereka,
yaitu kembali ke Cidan, guna memberikan laporan kepada Yu-ong semua yang telah
mereka alami dan tempat persembunyian dari Kwang Tan, Taycu Cidan yang tengah
dikejar2 oleh Kaisar Cidan itu dan hendak dibinasakan!"
Sedangkan Kwang Tan dan Suma Lin Liang bercakap2 dengan asyik didalam goa,
banyak yang mereka bicarakan. Jika Suma Lin Liang membicarakan soal kebesaran
Bengkauw, yang sekarang ini tengah menerima banyak gangguan dari Cu Goan Ciang,
yang telah melupakan Bengkauw sama halnya dengan kacang melupakan kulit,
sedangkan Kwang Tan banyak berita mengenai ilmu pengobatan.
Namun setiap kali Kwang Tan menceritakan perihal hebatnya ilmu pengobatan
gurunya maka Suma Lin Liang mendengarkan bagaikan orang bego, sampai akhirnya
Kwang Tan menduga bahwa Suma Lin Liang tidak tertarik dengan ceritanya tersebut,
dan tidak bercerita mengenai pengembaraan dan pengalamannya.
Tampaknya mereka cocok satu dengan yang lainnya
-ooo0dw0oooSEORANG hweshio berusia empat puluh tahun lebih, dengan jubah
kependetaannya yang berwarna kuning, tengah berjalan per-lahan2 dikampung Kiehoa-Cung, perkampungan itu merupakan perkampungan yang permai dengan berbagai
pohon bunga yang tumbuh permai sekali, sama halnya seperti juga nama
perkampungan itu. Pendeta tersebut tangan kanannya mengempit sebungkah batang2 hio (dupa lidi),
dan di tangan kirinya tampak membawa bok-kie yang tidak bisa diketuknya, dia
menghampiri rumah makan yang cukup besar di pintu
kampung tersebut, kemudian tanpa berkata sepatah perkataan juga, dan tanpa memperdulikan tamu-tamu
yang memang ramai mengunjungi rumah makan tersebut, pendeta itu telah duduk
diambang pintu rumah makan.
Dia duduk melintang sehingga selanjutnya orang sulit buat keluar atau masuk
kedalam rumah makan tersebut. Sambil meletakkan sebungkah batang-batang hio itu
diatas lantai, dia mulai mengetuk kayu bokkienya, dengan irama yang tenang dan
disertai liamkengnya. Pemilik rumah makan itu jadi panik dan bingung bercampur marah melihat lagak
pendeta itu, inilah hebat, karena tamu2 dari luar sulit buat masuk kedalam rumah
makan tersebut, demikian juga sebaliknya, tamu2 yang telah berada didalam rumah
makan tersebut jadi sulit sekali buat meninggalkan rumah makan itu, karena
mereka tidak bisa keluar. Tubuh pendeta yang gemuk besar itu duduk
melintang memenuhi ruang gerbang pintu rumah makan tersebut
Beberapa orang pelayan segera menghampiri sipendeta: "Siansu !" kata salah
seorang pelayan dengan sikap yang sengit. "Mengapa Siansu menimbulkan kekacauan
disini... jika memang Siansu hendak meminta derma, katakanlah kami akan memberikan
sekedarnya." Pendeta itu tersenyum, sikapnya tenang sekali, dia tidak memperdulikan keributan
yang terjadi didalam rumah makan tersebut, kayu bokkienya tetap diketuk.
"Apakah benar2 kalian akan memberikan derma kepadaku?" tanyanya dengan suara
yang sabar dan tenang sekali.
Para pelayan itu tambah mendongkol, salah seorang diantara mereka telah
menggerutu. "Huh, katakan saja sejak
tadi jika memang engkau hendak meminta derma, mengapa harus menghalangi pintu
Kencan Di Ujung Maut 2 Dewi Ular 84 Racun Kecantikan Mustika Lidah Naga 4 2
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama