Ceritasilat Novel Online

Pendekar Muka Buruk 8

Pendekar Muka Buruk Pendekar Berwajah Seribu Karya Tjan Id Bagian 8


menggunakan kesempatan dikala pihak lawan kehilangan jejaknya
karena debu dan pasir melayang itulah pemuda tersebut menyusup
kebelakang tubuhnya serta membuat sebuah liang kecil tepat
dibelakang kaki imam tua tadi, kemudian dengan cepat pula ia
kangzusi.com menerobos kedepan serta melancarkan sebuah pukulan dahsyat.
Hoa Toa Hiong tak menyangka kalau di belakang tubuhnya telah
dipasang sebuah liang kecil untuk menjebak dirinya, dalam benturan keras yang
kemudian terjadi, badannya segera terdorong
kebelakang dan kakinya terperosok kedalam liang tersebut.
Tak dapat dicegah lagi ia segera jatuh terjungkal ketanah.
Giam In kok yang sementara itu sudah meloncat sepuluh tombak
dari kalangan berteriak sambil tertawa:
"Too ya, pertarungan ini akulah yang menang.... kau menyerah tidak?"
"Aku belum kalah," jawab Hoa Too Hiong sambil meloncat bangun dari dalam liang,
"kau yang main licik, sehingga aku terperosok kedalam liang tersebut!"
"Tidak bisa.... kau jatuh ketanah karena pukulanku, engkau sudah kalah dan sudah
sepantasnya kalau kau segera pergi dari
sini....!" Rupanya Hoa Too hiong menyadari bahwa ia tak dapat
menangkan pemuda itu, setelah menghela napas, katanya:
"Baiklah aku akan mengalah kepadamu....!"
Kepada Siau In Tiangloo ia segera memberi hormat sambil
katanya: "Pinto tak punya kepandaian apa-apa, sehingga membuat malu nama sembilan partai
dan tiga perkumpulan besar saja, maka
biarkanlah aku mohon diri lebih dahulu......"
Setelah memberi hormat, meka ia segera berlalu dari sana.
Para jago jadi melongo ketika menyaksikan kepergian imam itu,
siapapun tak akan menyangka kalau seorang pemuda yamg baru
berusia enam belas tahun mampu merobohkan seorang jago tua
macam Hoa Too Hiong, seandainya mereka tidak menyaksikan
kangzusi.com dengan mata kepala sendiri, tentu tak akan ada yang mempercayai peristiwa itu.
Dengan alis mata berkenyit Siau In Tiangloo segera berpikir:
"Bocah ini bukan saja memiliki kecerdasan yang luar biasa, ilmu silatnyapun
sangat lihay, sayang....."
Sementara ia masih termenung, jago pedang beracun tiba-tiba
berseru: "Bagaimana kalau babak berikutnya serahkan saja kepada aku orang she Liong serta
saudara Oei?" Siu In Tiangloo tidak langsung menjawab, kembali dia berpikir:
"Jago yang berilmu tinggi silat selihay Hoa To hiong pun tak mampu menghadapi
kelihayan bocah itu, apalagi cuma kalian
berdua... apakah hal ini tidak berarti mencari penyakit buat diri sendiri?"
Tapi jago tua inipun sadar, selain jago-jago dari sembilan partai dan tiga
perkumpulan besar, disana hadir pula jago-jago dari
pelbagai daerah yang tak boleh disinggung perasaannya, terpaksa ia menggangguk.
"Bocah ini sangat licin dan banyak akal busuknya, kalian berdua harus bertindak
lebih hati-hati!" -ooo0dw0ooo- Jilid : 17 JAGO pedang beracun itu mengiyakan, kepada dewa seruling
baja segera serunya dengan suara lantang:
"Oei hong! ayo kita coba-coba melawan bocah ini dengan
menggunakan gabungan permainan pedang dan seruling...."
Giam In kok yang mendengar seruan itu segera mengejek sambil
tertawa: kangzusi.com "Hahaaa.... hahaaa..... hahaaah... betul, betul .... ayo cepat sedikit kalau mau keluar,
waktu banyak semakin baik.... sebab kalau sendirian nanti bisa-bisa digigit
setan.... siauya sudah kangen sekali dengan kalian berdua!"
Sebetulnya dewa seruling baja masih sangsi untuk turun tangan
kegelanggang, karena harus mengerubuti seorang bocah cilik, tapi setelah diejek
oleh Giam In kok, ia jadi naik pitam.
"Bangsat cilik, kau terlalu sombong!" bentaknya dengan gusar.
Jago itu meloncat maju kedapan dan segera meloloskan senjata
andalan-nya, seruling baja itu diputar membentuk tiga lingkaran tajam diudara
sehingga menimbulkan suara desiran tajam,
kemudian teriaknya lagi: "Bangsat cilik! cepat cabut keluar senjata mu... ayo, jangan hanya berpeluk tangan
belaka.... entar kupuntir batok kepalamu
baru tahu rasa!" Dalam pada itu, jago pedang beracun telah meloloskan pula
sebilah pedang aneh yang tipis panjang bagaikan ruyung, sambil
tertawa seram serunya pula:
"Heeeeeh... heeeeh... heeeehhh.... bocah keparat! pernahkah kau dengar nama besar jago
pedang beracun?" "Huh! peduli amat pedang beracun atau pedang pantat,
pokoknya aku akan mengalah tiga jurus buat kalian berdua!"
Jago pedang beracun segera tertawa seram, kepada dewa
seruling baja katanya: "Coba lihat, sombongnya bangsat cilik itu....! dia anggap
umurnya yang paling panjang sendiri, kita bereskan nyawanya
selekas mungkin....."
Dewa seruling baja tertawa dingin, ia kembali menyambung:
"Bangsat cilik she Giam! selama tiga puluh tahun belakangan ini aku, si jago
pedang racun dan dewa seruling baja tak pernah
mengampuni jiwa manusia kurcaci dan gembong iblis macam
kangzusi.com dirimu, kulihat lebih baik segeralah loloskan dulu senjatamu, dari pada setelah
tiba saatnya nanti kau akan kehilangan kesempatan
untuk berbuat demikian!"
"Tua bangka reyot, lebih baik tutup mulutmu, ayo tak usah
banyak cerewet, lancarkan seranganmu, aku bersedia mengalah
enam jurus kepadamu!"
"Kau benar-benar manusia yang tak tahu diri" umpat jago pedang racun semakin
gusar, "ketahuilah bahwa diujung pedangku, tak ada manusia yang bisa lolos dalam
keadaan hidup!" "Oooooo....! maksudmu, kau ingin diberi kesempatan beberapa jurus lagi" mau
dikalahi sembilan jurus apa?"
Dewa seruling baja serta jago pedang racun merupakan dua
orang jago kawakan yang sudah punya nama besar dalam kolong
langit, mereka tahu bahwa tindakan yang dilakukan dalam
menghadapi musuhnya yang masih muda dan bertangan kosong itu
merupakan suatu perbuatan yang sangat merendahkan derajatnya,
kendatipun begitu, mereka toh merasa jeri juga untuk melawan
dengan tangan kosong, sebab dengan mata kepala sendiri mereka
saksikan bagaimana Hoa to hiong dikalahkan hanya dalam satu
gebrakan belaka. Dalam keadaan terdesak dan apa boleh buat, mereka saling
bertukar pandangan sekejap.
Sesungguhnya Giam In kok memang mempunyai tujuan untuk
menundukkan kawanan jago tersebut dan berusaha menyingkirkan
bencana dari dunia persilatan, ia berusaha mencari simpati
dikalangan pendekar sehingga usahanya mencari tahu akan asal
usul sendiri dikemudian hari bisa mendapat bantuan banyak orang.
Karena itu setelah menyaksikan keadaan musuh yang serba
salah, ia tak ingin bertindak kelewat batas, sambil tertawa segera ujarnya:
"Baiklah, kalau kalian memaksa sauya menggunakan senjata...., aku akan pergunakan
juga, tapi kalian meski tahu senjataku ini
kangzusi.com terlalu ganas dan tak boleh digunakan secara sembarangan, maka
kalau kalian memaksa terus, apa boleh buat... nah! lihatlah
senjataku ini!" Ia merogoh kedalam sakunya dan mengambil keluar cakar
burung garuda tersebut. Senjata tajam Giam In kok memang sangat aneh dan merupakan
senjata yang langka dikolong langit, bentuk cakar itu runcing
didepan bagaikan kaitan emas dan berwarna kuning bercahaya,
disekitar tempat pegangan nampak sisik yang berminyak
menyerupai sisik naga, walaupun jago pedang racun berdua
merupakan jagoan kawakan yang berpengalaman luas, tak urung
mereka saling berpandangan juga dengan wajah melongo.
Buyung Siu, jago pedang dari perguruan Ji ban, segera maju
ketengah arena, sambil tertawa tegurnya:
"Engkoh cilik, apa sih nama senjatamu itu" katakanlah agar semua orang tahu akan
nama senjatamu itu" "Oooh! kau ingin tahu" hmmm.... baiklah, kusebut saja nama senjata ini dengan nama
cakar Leng ciu jiau atau cakar garuda
sakti!" "Apa" Leng ciu jiau" apa-apaan itu" sudah delapan puluh tahun lamanya aku hidup
dikolong langit, kalau yang ciu jiau atau gatal lantas menggaruk sih pernah
kudengar, tapi senjatamu itu masa
kau namakan dingin lantas menggaruk" apa encok barangkali..."
"Kakek tua, kau keliru" teriak Giam In kok penasaran, "benda itu adalah sisa
cakar dari burung rajawali yang dipelihara Ban Kee
Senghud Buddha hidup dari selaksa keluarga, karena tajamnya
maka kugunakan cakar ini sebagai senjataku dan kunamakan cakar
garuda sakti! mana ada senjata yang bernama dingin lantas
menggaruk... atau gatal lantas menggaruk.... kenapa tidak disebut saja kepala banyak
kutu lantas menggaruk?"
"Waaaah.... kaki burung garuda milik Ban Kee Seng Hud...."
kangzusi.com sungguh hebat kau....!" seru Buyung Siu dengan perasaan kagum.
"Bagaimana sih caramu untuk mendapatkan benda itu" dapat
dari mencuri ya....?"
"Waduuh.... Kakek sungguh menghina, masa kudapat dari
mencuri" tentu saja cakar ini kudapat dari memotongnya sendiri dari tubuh garuda
sakti itu....!" "Mungkin palsu" masa kau mampu berbuat begitu" apakah boleh kupinjam untuk
kuperiksa?" "Kenapa tidak boleh! nih! periksalah dengan teliti....!"
Giam In kok segera mengayunkan benda itu kedepan, serentetan
cahaya emas dengan cepat meluncur ketangan orang itu.
Tenaga dalam yang dimiliki Buyung Siu amat sempurna,
kendatipun begitu, tatkala dilihatnya cakar garuda tersebut
meluncur datang dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat, maka
dengan cepat ia berkelit kesamping, lalu menyambar kaki garuda
tersebut dengan sebuah cengkeraman kilat.
Ketika benda itu menyentuh tangan, maka terasalah adanya
tekanan yang besar dan berat menggulung tiba, tanpa sadar jago
she Buyung itu berseru tertahan memuji:
"Sungguh suatu kekuatan tenaga yang luar biasa!"
Ketika cakar itu diamati dengan teliti, maka terlihatlah besar
cakar itu seperti lengan bocah, beratnya biasa dan pada mulutnya kutungan masih
ada tulang patah serta noda darah, tak salah lagi benda itu memang sebuah cakar
burung. Kalau cakar burung biasa, maka bagian depan berkuku tiga buah
dan sebuah kuku lain ada dibagian belakang, sebaliknya jika kuku garuda ini
empat didepan dan satu di belakang, bahkan
memancarkan cahaya kuning keemas-emasan, sudah terang tak
mungkin barang palsu. Lama sekali Buyung Siu termenung dan berpikir, tiba-tiba ia
kangzusi.com berseru dengan suara lantang:
"Kalau menurut pendapatku, lebih baik persoalan yang terjadi pada hari ini, kita
sudahi sampai disini saja, entah bagaimana
maksud Siu In taysu dan saudara sekalian?"
"Hmm! apa dianggapnya orang-orang dari sembilan partai dan tiga perkumpulan
besar yang sudah mati itu harus mati dengan sia-sia belaka?" teriakan nyaring
berkumandang dari kelompok para jago.
Tatkala Buyung Siu mengalihkan pandangannya kearah mana
berasalnya teriakan itu, maka ia mengenali orang itu sebagai In heng taysu dari
kuil Siau lim si, maka sambil tertawa segera
jawabnya: "Harap taysu jangan marah dulu, ketahuilah bahwa anak murid perguruan Ji bun
kami yang mati ditangan sepasang iblis langit dan iblis bumi tidak sedikit
jumlahnya, malahan mungkin jauh diatas korban yang berjatuhan dari partai serta
perguruan lain, tetapi akupun menyadari bahwa diantara anak murid perguruan Ji
bun banyak juga terdapat manusia-manusia yang tergolong sebagai
sampah masyarakat maka sudah sepantasnya kalau mereka mati!
andaikata perbuatan Suto lihiap tidak terlalu keji, mungkin anak murid perguruan
Ji bun kamipun tak akan menjadi gusar,
sedangkan mengenai engkoh cilik ini, dia mampu melawan Ban Kee
senhud dan bahkan mampu melukai pula burung garuda yang telah
berusia seribu tahun miliknya, boleh dikata perbuatannya ini adalah mendatangkan
kebajikan buat seluruh umat manusia dikolong
langit..." Seorang pria kekar yang merupakan ketua dari perkumpulan Su
hay pang yang bernama Kang Beng ya tiba-tiba berseru lantang:
"Buyung cianpwee! ini hari iblis itu sudah membinasakan dua orang anggota kami,
hal ini tak bisa diampuni dengan begitu saja!"
Teriakan tersebut dengan cepat mendapat sambutan dari jago-jago partai Ceng bun,
Gobi dan Hoa san yang jatuh korban paling banyak, mereka berteriak penasaran dan
samasama menuntut kangzusi.com keadilan. Suto hong jadi naik pitam juga setelah mendengar teriakan-teriakan itu, ia
segera tertawa keras: "Haaaaa... hahaaa... hahaaa.... begitu kerasnya suara itu
sehingga mendengung di angkasa dan menekan suara gaduh dari
para jago, serunya kemudian dengan suara serius:
"Kong Beng ya! kau tak usah menghasut orang lain untuk
menghantar kematiannya dengan percuma, hmm! kecuali Su hay
sia hong, naga sakti dari empat samudra yang masih erhitung
seorang pendekar sejati, apakah diantara anggota Su hay pang
yang berbuat kebajikan dan kebaikan?"
Tiga puluh tahun berselang, andaikata perkumpulan Su hay?pang kalian tidak membuat keonaran dan menghimpun banyak
orang untuk membunuh adik iparku Han Kong lui sekeluarga, kami
dua orang kakak beradikpun tidak akan melakukan pembantaian
secara besar-besaran.... huu, bajingan tengik she Kong, jika kau merasa tidak
terima.... lihat saja dalam sepuluh jurus nenekmu akan membereskan selembar nyawa
anjingmu itu!" Merah padam selembar wajah Kong Beng yu setelah dicaci maki
habis-habisan oleh pihak lawan, beberapa kali ia hendak menyela, tapi begitu
tajam dan kerasnya suara lawan, membuat sirap
kembali. Akhirnya setelah makian Suto hong selesai, dengan mata melotot
dan muka beringas, bentaknya seram:
"Suto hong! kau menuduh perkumpulan Su Hay pang yang
melakukan pembantaian terhadap Han Kong lui sekeluarga, dengan
dasar dan bukti apa engkau bisa mengatakan demikian" coba
katakan" "Bukti?" ejek Suto hong sinis, "kalau aku berhasil mengumpulkan bukti yang kuat,
sudah sedari dulu kesebarkan surat undangan Bu lim hiap untuk mengumpulkan semua
jago yang berada dikolong
langit guna membasmi manusia-manusia busuk semacam diri mu


Pendekar Muka Buruk Pendekar Berwajah Seribu Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu...." kangzusi.com Kong Beng ya membentak gusar, ia segera mengenjotkan badan
dan menenjang masuk kedalam gelanggang.
Dibelakang tubuh ketua Su hay pang itu mengikuti tiga orang
imam tua, empat padri tua dan dua orang kakek yang bermat
tajam. Begitu terjun kedalam gelanggang, dengan cepat kesebelas
orang itu menyebarkan diri dan mengurung Suto hong rapat-rapat, dari sikap
mereka yang menyeringai seram, tampaklah napsu
membunuh telah menyelimuti benak setiap orang, pertarungan
sengitpun tentu tak akan bisa dihindari lagi.
Buyung Siu diam-diam mengeluh setelah menyaksikan situasi itu,
ia segera mengembalikan cakar burung garuda itu ketangan Giam
In kok, serunya dengan suara lantang:
"Eiii.... engkoh cilik, kau masih muda dan gagah, masa depanmu masih cemerlang,
bersediakah kau untuk lepas tangan didalam
pertumpahan darah yang akan terjadi ini?"
Sambil menerima kembali senjatanya, bocah muda itu menjawab
dengan muka serius: "Terima kasih atas nasehat dan perhatian kakek, tapi sayang pertikaian dan
pertumpahan darah tak dapat dihindari oleh setiap warga persilatan, kalau setiap
orang harus cuci tangan dan tak
urusan semacam ini, lalu bagaimana mungkin keadilan bisa
ditegakkan dan bagaimana mungkin kebenaran bisa dipegang
teguh" meskipun pengalamanku masih cetek dan usiaku masih
sangat muda, namun aku merasa muak menyaksikan tingkah laku
dari manusia-manusia cecunguk yang sombong dan tak tahu diri
seperti itu!" "Bajingan cilik! kau mengatakan aiapa yang merupakan manusia-manusia cecunguk?"
bentak Kong Beng yu penuh kemarahan.
Giam In kok mmendengus dingin, ia tidak menjawab tapi
kangzusi.com malahan maju kedepan dan berdiri disamping Suto hong, jawabnya:
"Aku mengatakan engkaulah manusia cecunguk yang tak tahu
diri, memangnya kenapa" mau berkelahi dengan aku?"
Dari sikap Giam In kok yang berdiri disamping Suto hong itu, Siu In tiangloo
tentu saja dapat memahami maksud hatinya, diam-diam pikirnya dihati:
"Sudah terang ia membela iblis perempuan itu, Ban Kee Seng Hud saja ia berani
melawan sehingga kaki burungnya kena
dipotong, jika Kong Beng yu beserta jago dari partai Gobi, Ceng Shia dan Hoa san
berani bertindak secara gegabah, bukankah itu
berarti mereka hanya mencari penyakit buat diri sendiri?"
Berpikir sampai disini, dengan cemas ia berseru:
"Kong tayhiap! harap tunggu sebentar...!"
Setelah berhenti sebentar, ia melanjutkan dengan suara lantang:
"Tadi, kita sudah tetapkan bahwa pertarungan akan berlangsung dalam enam babak,
dan sekarang masih ada lima babak yang belum
berlangsung, kuharap tayhiap bisa memaklumi keadaan dan jangan
sampai melupakan peraturan Bu lim yang sudah disepakati!"
Kalau menuruti maksud dari Sin In tiangloo tentu aja ia berharap agar
pertarungan dilangsungkan sesuai dengan peraturan dan
membiarkan Giam In kok bertarung sebanyak enam babak melawan
para jago dari pelbagai partai dan perguruan, kemudian dalam
suasana yang tetap tenang, pertarungan dimundurkan sampai lain
waktu. Dalam keadaan demikian, bukan saja pertumpahan darah bisa
dielakkan, bahkan menggunakan kesempatan tersebut mereka bisa
melakukan penyelidikan kembali atas peristiwa berdarah yang telah berlangsung
beberapa puluh tahun berselang.
Kong Beng yu merupakan manusia durjana yang senang
membuat keonaran, mendengar perkataan itu segera ia menjawab:
"Tiangloo, harap kau maklum! setiap parsoalan tentu ada biang kangzusi.com
keladinya, mumpung pada saat ini manusia iblis yang sedang kami cari berada
disini, maka kami telah bertekad untuk membereskannya, itu berarti persoalan
kami tak ada sangkut pautnya dengan
persoalan yang telah dirundingkan oleh tiang loo barusan!"
Suto hong segera tertawa dingin.
"Heheee.... heheee.... heeeee....engkau mencari aku" bagus!
kalau begitu carilah teman dahulu agar kau tidak sendirian jika pulang ke
akherat....!" Salah satu diantara dua orang kakek yang bermata tajam yang
berdiri dibelakan Kong Beng yu segera maju kedepan, serunya
sambil tertawa seram: "Heeeeh... heeeh.... heeeeh... kakak beradik she Bok dari partai Hoa san siap minta
petunjuk dari Suto Lihiap!"
Empat padri yang berada disampingnya ikut pula maju kedepan,
dan salah seorang rekannya yang bermuka bercahaya segera
menyambung: "Empat harimau dari partai Go bi siap minta petunjuk"Suto hong tertawa sinis, pandangan-ya segera dialihkan keatas
wajah tiga orang imam tua yang selama ini belum bersuara, serunya dengan suara
ketus: "Aku rasa too ya bertiga pastilah tiga serigala dari Ceng shia pay bukan...."
bagus, silahkan kalian maju bersamasama dengan
binatang busuk dari Su Hay pang itu...!"
Tiga oramg imam tua dari partai Ceng shia itu memang memakai
gelar "Tiga serigala", mendengar ejekan tersebut, paras muka mereka kontan
berubah jadi merah padam bagaikan kepiting rebus, sambil membentak gusar, ketiga
orang itu dengan cepat menerjang maju kemuka.
Kong Beng yu yang paling marah dan dendam diantara beberapa
kangzusi.com orang itu, sebab ia dijuluki sebagai binatang busuk dari
perkumpulan Su Hay pang, dengan muka membesi karena
mendongkol dan mata melotot berapi-api ia segera terjun
kegelanggang. "Ayo, hajar ia sampai mampus!" teriaknya dengan penuh kemarahan, sepasang
telapak tanganya berbareng disodok kemuka
melepaskan sebuah pukulan yang dahsyat.
Dalam pada itu, Giam In kok telah mendapat bisikan dari Suto
hong agar jangan turut serta dalam pertarungan itu, bocah itu tahu meskipun
pihak lawan terdiri dari belasan orang pria yang bertenaga besar, namun beberapa
orang itu masih belum tandingan dari
perempuan sakti ini. Sementara Giam In kok masih berdiri sambil berpeluk tangan,
jago pedang racun telah saling bertukar pandangan dengan si
seruling baja, kemudian katanya sambil tertawa:
"Eiiii... bocah cilik! apa benar kaki burung garuda itu merupakan kaki burung yang
asli" coba, lihatlah pedang ular perak ku sudah kucabut keluar dari sarungnya,
itu berarti sebelum meminum darah tak akan ku sarungkan kembali, kurasa lebih
baik segeralah kau melancarkan serangan!"
Giam In kok segera tertawa.
"Baiklah! kalau kalian memang memaksa terus silahkan saja
turun tangan! dalam enam jurus pertama aku tak akan melancarkan serangan
balasan... kalian tak usah kuatir, aku tak akan
berbohong!" "Bangsat, siapa suruh kau mengalah?" hardik dua orang jago lihay itu bersama.
Dengan senjata tajam masing-masing, mereka segera memutar
senjatanya dan menerjang maju kedepan.
Dengan mengandalkan seruling bajanya, dewa seruling baja
sudah banyak tahun berkelana dan malang melintang dalam dunia
kangzusi.com persilatan, sudah banyak musuh yang jatuh kecundang ditengah
permainan senjatanya yang ampuh itu.
Tampaklah benda itu berputar kencang bagaikan gangsingan,
desiran tajam yang memekikkan telinga mendengung tiada
hentinya, bagi para jago yang bertenaga dalam agak rendah,
mereka semua segera merasakan jantungnya berdebar keras dan
samasama melompat mundue kebelakang.
Sebaliknya jago pedang racun telah mendapat warisan langsung
dari Gin coa longkun, ia memutar senjata tajamnya sedemikian rupa sehingga
ibaratnya naga berputar, burung Hong menari, selapis
cahaya perak yang menyilaukan mata membentuk pelangi warna
warni diangkasa, ditambah pula desiran tajam yang terpancar dari seruling baja,
membuat suasana begitu menyeramkan dan membuat
hati orang jeri. Dipihak lain, Suto hong telah terlibat pula dalam pertarungan
yang tak kalah serunya melawan kesebelas orang pria kekar,
seruling kumalanya berputar silih berganti, kesana kemari
mengacaukan pikiran musuh, walaupun ia dikerubuti oleh musuh
yang berjumlah banyak, namun posisinya jauh lebih
menguntungkan. Ditengah dentingan senjata yang saling beradu dan bayangan
pukulan yang menyilaukan mata, terdengar seruan lantang Giam In kok bergema
diseluruh angkasa: "Jurus pertama....! jurus kedua....jurus ketiga...."
Suara pemuda itu begitu nyaring, berat, bertenaga dan mantap,
membuat hati semua orang berdebar-debar, sorot mata semua jago
yang berada disamping kalangan tanpa terasa samasama diarahkan ketengah
gelanggang. Setiap orang samasama membelalakkan matanya lebar-lebar,
mereka berusaha mencari tahu dimanakah gerangan bayangan
tubuh pemuda itu, namun mereka gagal menemukan-nya....
Cahaya perak tajam dan tebal melingkari seluruh gelanggang,
kangzusi.com membentuk cahaya yang besar, ditengah bungkusan cahaya tajam
yang amat menyilaukan mata itulah suara pemuda itu berasal.
Tiba-tiba.... bentakan yang menggelegar bergema lagi diudara:
"Jurus keenam!"
Bentakan nyaring mendebarkan hati setiap jago yang berada
diluar gelanggang, yang diikuti suara dentingan nyaring menyusup kedalam telinga
orang-orang itu.... hal 29-34 hilang dari arena, kemudian roboh terkapar diatas tanah dan tak
berkutik lagi. Rupanya salah seorang dari tiga pendekar pedang dari partai
Cong Shia telah menemui ajalnya ditangan lawan.
Sejak dulu Suto hong memang sudah terkenal karena kekejaman
hatinya, apalagi setelah teringat kembali akan dendam jurus
serangan yang dilancarkan kian lama kian bertambah keji.
Seruling kumala bajanya berkelebat kesana kemari menyebarkan
maut, dibungkus oleh selapis cahaya yang kemilauan, perempuan
itu menerjang kekiri, menubruk kekanan, serentetan jeritan
ngeripun berkumandang saling susul menyusul....
Beberapa orang jago dari partai Hoa san, Go bi dan Ceng shia
bergelimpangan diatas tanah serta bermandikan darah, keadaan
mereka benar-benar amat mengerikan sekali.
"Omtohud...!" dengan alis mata berkerut tiba-tiba Siu In Tiang loo berseru:
"Suto hong! kau janganlah membunuh lagi, hentikanlah
perbuatanmu yang banyak memakan korban itu sekarang juga!"
Diam-diam hawa murninya disalurkan dalam tubuh dan sekali
menggenjotkan badan dengan enteng ia melayang kedepan.
kangzusi.com Giam In kok segera bertindak cepat, ia melintangkan badannya
kemuka dan menghadang jaln pergi kakek tua itu, lalu ujarnya
sambil tertawa: "Taysu, kenapa kau mencampuri pertikaian ini" mereka toh
mencari kematian buat dirinya sendiri, apa sangkutpautnya dengan dirimu?"
Sementara bocah itu menghadang jalan pergi Siu In Tiang loo, di tengah arena
kembali berkumandang jeritan kesakitan, padri
penakluk harimau nampak roboh dan terjungkang keatas tanah dan
bermandikan darah. Tiba-tiba Suto hong membentak keras:
"Bangsat! hendak kabur kemana kau....?"
Bagaikan sambaran petir, tubuhnya melesat ketengah udara,
kemudian meluncur kedepan mengejar sesosok bayangan manusia
yang telah kabur lebih dahulu, dalam waktu singkat, kedua sosok bayangan manusia
itu sudah lenyap dari pandangan.
Rupanya Kong Beng yu dari perkumpulan Su Hay pang
merasakan gelagat yang tidak menguntungkan bagi pihaknya, ia
menjadi cemas dan kuatir sekali.
Tatkala Suto hong melancarkan serangan mematikan terhadap
padri penakluk harimau, ia segera menggunakan kesempatan yang
sangat baik itu untuk mengenjotkan badan dan melompat keluar
dari arena lalu melarikan diri dengan terbirit-birit dari situ.
Namun sayang, iblis perempuan itu cukup tajam pandangan
matanya, dengan cepat ia segera melakukan pengejaran.
Kini ditengah gelanggang hanya tinggal lo ji dari partai Hoa san, padri penakluk
harimau serta seorang imam dari partai Ceng shia yang bernama Tok Cong toojin,
wajah mereka nampak murung dan
sedih sekali, sementara mayat rekan-rekan-nya bergelimpangan
diatas tanah tepat dihadapn mereka....
kangzusi.com Tiba-tiba Sin In Tiang loo menghela napas sedih, sambil katanya:
"Siau sicu, andaikata kau tidak menghadang jalan pergiku, maka padri penakluk
harimau tak akan sampai menjumpai ajalnya
ditangan perempuan iblis itu!"
Giam In kok tertawa dingin.
"Tiang loo, andaikata kau benar-benar hendak mewujudkan
keadaan dengan berlandaskan cinta kasih diantara sesama manusia dan kehidupan
berdasarkan perikemanusian, maka menurut
pendapatmu, siapakah diantara mereka yang patut menemui
ajalnya?" Dengan cepat pertanyaan itu membungkam padri tua itu, untuk
beberapa saat lamanya ia tak tahu apa yang mesti dikatakan.
Setelah termenung lama sekali, Siu In Tiang too baru
mengenyitkan sepasang alis matanya dan berkata:
"Aku merasa bertanggung jawab atas banyaknya korban yang
berjatuhan pada hari ini, kagagalanku untuk menjadikan keadaan
menjadi damai diantara kedua belah pihak, sehingga membuat
hatiku sangat menyesal, kalau kalian tidak keberatan, dengan ini aku mengundang
kehadiran kalian untuk beradu kepandaian lagi
dipuncak Ban Sin Hong digunung Go bi, bagaimana menurut sicu?"
Usul ini dengan cepat mendapat sambutan yang hangat dari
partai-partai yang hadir disitu, untuk beberapa saat lamanya
suasana menjadi gaduh. Giam In kok tersenyum, ujarnya:
"Kalau toh Tiang loo hendak mengadakan pertandingan lagi
dengan kami berdua, keinginan tersebut sudah pasti akan kuterima dengan senang
hati, walaupun Suto Li hiap tak ada disini, biarlah kuwakili dirinya untuk
menerima undangan ini, kuharap batas
waktunya pertarungan ada baiknya agak diundurkan sedikit agak
lama!" "Bagaimana kalau Siau hiap yang menentukan waktu dari
kangzusi.com pertarungan itu?" Giam In kok menganggap masih banyak pekerjaan yang harus
diselesaikan, dasamping akan menyelidiki asal usulnya, ia masih harus mencari
musuh besarnya serta ia harus pula memberi
pelajaran silat kepada adiknya, Giam In kian, maka kalau


Pendekar Muka Buruk Pendekar Berwajah Seribu Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

diperhitungkan paling sedikit lima tahun mendatang saja semua
persoalan itu belum tentu terselesaikan semua.
Bocah itupun tahu kalau Siu In Tiang loo beserta para jago dari pelbagai partai
itu tak mungkin akan menyetujui kalau pertarungan diundurkan sampai lima tahun
lagi, sebab begitu besar hasrat
mereka untuk mengalahkan Suto hong.
Maka setelah berpikir sejenak, akhirnya dia menjawab:
"Bagaimana kalau pertarungan ini diadakan pada bulan Tiong ciu tahun depan?"
Siu In Tiang loo segera menyetujui usul itu dan langsung
mengatakan kepada para jago yang lain, setelah itu dengan
dipimpin oleh padri tua itu, berlalulah semua orang meninggalkan tempat itu.
Kini yang tertinggal hanya lima orang padri dari partai Go bi yang sedang
mengebumikan jenasah anggota perguruannya, serta
orang-orang dari Ceng Shia dan Hoa san.
Badai pertarungan yang mengakibatkan banjirnya darahpun telah
berlalu, suasana diatas bukit itupun jadi pulih dalam keheningan....
Sambil mengandeng tangan adiknya, Giam In kok bersama
keluarga Sim dan suami istri petapa nelayan dari sungai Kang ciu berdiri diatas
puncak bukit sambil menyaksikan berlalunya para jago persilatan yang dipimpin
oleh Siu In Tiang loo.... tak ada yang berkata-kata, suasana amat hening dan sepi.
Sementara itu sang surya telah condong kebalik bukit, namun
Suto hong belum nampak juga, Giam In kok jadi gelisah sekali,
serunya dengan cemas: kangzusi.com "Sungguh aneh...! kenapa sampai sekarang Ik poo ku belum juga muncul kembali
kesini" jangan-jangan ia sudah menjumpai bencana lain?"
Petapa nelayan dari sungai Kang ciu segera termenung dan
berpikir sebentar, lalu menjawab:
"Aaaaaah....! hal ini tak mungkin terjadi, seruling kumala hijau miliknya sudah
malang melintang sejak lima puluh tahun berselang, barusan diapun berhasil
membasmi dua orang jago lihay, mana
mungkin ia bisa menjumpai bencana... mungkin ia sudah menemui
urusan yang lebih penting....!"
"Suhuku paling benci dan mendendam terhadap bangsat tua dari perkumpulan Su Hay
pang itu!" sela Sim Soh sia menerangkan,
"sebelum berhasil membinasakan bangsat tua itu ia tenta tak akan puas,
kendatipun harus mengejar sampai keujung langitpun
mungkin akan dilakukan, kulihat lebih baik kita pulang
keperkampungan saja dan menunggunya disana!"
Giam In kok berpikir sebentar, tiba-tiba ia berpaling kearah Sim Peng suami
istri, lalu katanya: "Cianpwee berdua, aku ingin berpisah untuk sementara waktu, bila lain waktu ada
kesempatan kami pasti berkunjung kembali
keperkampungan kalian"
"Aaaaaah....! apakah kau tak mengambil pakaianmu kembali?"
tegur Sim Soh sia sambil tertawa.
"Beberapa stel pakaian sih tidak terhitung seberapa harganya, aku masih ada
urusan yang sangat penting yang harus segera
kuselesaikan...." "Siau hiap akan pergi kemana?" tanya petapa nelayan dari sungai Kang ciu dengan
gelisah. "Aku hendak mencari tempat yang sepi dan terpencil letaknya, guna mewariskan
ilmu silatku kepada adikku!"
kangzusi.com "Ooooh...!" semua orang berseru tertahan, dalam kenyataan persoalan itu memang
merupakan suatu masalah besar.
Sambil tertawa tergelak petapa nelayan dari sungai Kang ciu
segera berkata: "Jika kau hendak mencari tempat yang sepi dan terpencil untuk menurunkan ilmu
silat kepada adikmu, apa salahnya kalau kalian
pergi ketebing curam dimana kau pernah bertempur sengit melawan Ban Kee seng hud
beserta garuda saktinya" pertama, tempat itu
terpencil letaknya, kedua sekalian bisa berlatih ilmu berenang, ketiga kami
suami istri berduapun bisa mengirimkan sayur dan arak kepada kalian berdua, dan
keempat, itu letaknya dekat sekali
dengan perkumpulan keluarga Sim, mau minta beras atau gandum
tak usah terlalu jauh, coba bayangkan bukankah tempat itu
merupakan tempat yang ideal?"
Sim soh sia yang berdiri disampingnya segera menggoda sambil
tertawa: "Tak usah banyak bicara lagi, dia pasti tak mau menerima tempat itu sebagai
tempat latihan, sebab ia takut nanti ada orang yang mencuri lihat pelajaran ilmu
silatnya....!" "Oooo.....! cici.... kau jangan menggoda aku," pinta Giam In kok dengan gugup, "ilmu
silat kucing kaki tiga yang tak karuan ini mana bisa menarik perhatian orang
lain, malahan mungkin orang segan
untuk mempelajarinya... yang benar, untuk berhasil mencapai suatu ilmu silat yang
lihay maka seseorang harus hidup menderita dan
jauh dari keramaian manusia, kehidupan yang terjamin justru akan mendatangkan
kemalasan dan akan mengganggu kemajuan yang
bakal dicapai oleh adikku!".
"Kalau memang begitu, kami tak akam memaksa lebih lanjut!"
seru petapa nelayan dari sungai Kang ciu dengan cepat.
"Siau hiap, sekalipun urusan harus diselesaikan, rasanya tak usah terlalu
terburu-buru, bagaimana kalau malam ini kau menginap
kangzusi.com semalam dalam gubuk kami?" tanya Sim Peng menawarkan jasa
baiknya. Sebelum Giam In kok sempat menjawab, petapa nelayan dari
sungai Kang ciu telah berseru kembali sambil tertawa:
"Kalau cuma diundang semalam saja, kenapa mesti pergi jauh-jauh
keperkampunganmu" sekarang malam sudah tiba, dari pada
menempuh perjalanan hampir seratus li jauhnya, apa salahnya
kalau kita menuju kekota yang terdekat dan minum beberapa cawan arak?"
Satu ingatan dengan cepat kerkelebat dalam benak anak muda
itu, pertama-tama ia yang menyetujui dahulu, bahkan ujarnya:
"Sesudah tiba dikota nanti, aku masih ingin minta bantuan kakek sekalian untuk
bersusah payah selama beberapa jam lamanya!"
"Jangan dikata hanya beberapa jam, sekalipun kami kau suruh terjun lautan apapun
kami tak akan menolak, entah siauhiap ada
perintah apa?" "Kata perintah tak berani kuterima, aku hanya ingin
menggunakan kesempatan ini untuk membuka urat-urat penting
yang ada didalam tubuh adikku, sehingga dalam berlatih tenaga
dalam nanti bisa berjalan lebih pesar, karena itulah aku
membutuhkan bantuan kakek untuk semua untuk melindungi diriku
selama beberapa jam lamanya!"
Mendengar perkataan itu, bukan saja petapa nelayan dari sungai
Kang ciu suami istri yang menyanggupi, bahkan suami istri Sim Peng dan Sim Soh
sia pun menyatakan kesediaan-nya untuk bertindak
sebagai pengawal. Terdengar gadis itu menggoda:
"Eeeeii.... boleh saja kau minta bantuan kami, tapi jangan lupa ya, sehabis
selesai nanti kau mesti menjamu kami...."
kangzusi.com Begitulah setelah tiba didalam kota, mereka segera mencari
rumah penginapan, dan di bawah perlindungan dua pria dan tiga
wanita, Giam In kok segera membantu adiknya untuk membuka
semua urat-urat penting diseluruh tubuhnya, setelah bersusah
payah selama satu jam lebih, akhirnya pekerjaan itupun bisa
diselesaikan juga. Meskipun hanya satu jam, tapi bagi Giam In kian mendatangkan
manfaat yang tak terkirakan besarnya, tenaga dalamnya segera
mendapat kemajuan bagaikan orang yang berlatih selama enam
puluh tahun, begitu girang dan harunya bocah itu, sehingga air
mata bercucuran membasahi wajahnya.
Giam In kian segera menjatuhkan diri berlutut dihadapan
kakaknya, Sim Soh sia sendiri diam-diam ikut merasa gembira
bercampur kagum, hampir saja ia tak dapat menguasahi diri dan
akan memohon pula kepada Giam In kok agar membukakan pula
urat-urat penting dalam tubuhnya.
Malam itu, tua muda tujuh orang berpesta pora didalam rumah
penginapan, selain merayakan pertemanan, mereka menganggap
perjamuan itu sebagai perjamuan perpisahan.
Dalam perjamuan itu, tiba-tiba Giam In kok teringat akan sebuah anak panah kecil
yang pernah digunakan seseorang untuk membidik burung garuda sakti milik Ban Kee
Senghud, dengan cepat benda itu diambilnya keluar dan diserahkan ketangan Sim
Soh sia, serunya: "Cici, tolong tanya apakah anak panah yang berbentuk pendek ini hanya dipakai
oleh perguruanmu?" "Tentu saja!" jawab Sim Soh sia dengan alis mata berkernyit.
"Anak panah itu bernama Hui hong ciam, panah burung Hong
terbang, dan merupakan salah satu kepandaian andalan perguruan
kami, panah kecil itu bisa disembunyikan dimana saja diseluruh
badan, bahkan cara membidikan-nyapun bisa dilakukan sekehendak
hati, eeei...! kalau kau ingin belajar, dengan senang hati pasti akan kuwariskan
kepadamu!" kangzusi.com Ibu Sim Soh sia tak menduga kalau putrinya begitu cepat
memberikan janjinya, sambil tertawa ia membentak:
"Budak liar! selamanya kau memang berangasan dan tak pernah berpikir panjang,
kalau bicara seenakmu sendiri... ngaco belo tak karuan! Giam siau hiap punya ilma
silat yang berkali lipat lebih lihay dari padamu, masa ia bersedia mempelajari
kepandaian macam permainan anak kecil itu?"
Giam In kok segera teringat kembali dengan ucapan nenek
nelayan kemarin malam, sambil tertawa geli ujarnya:
"Belajar aneka ragam ilmu memang banyak faedahnya, lain kali aku pasti akan
minta palajaran dari cici.... tapi ngomong-ngomong, bolekah aku tahu, apakah panah
pendek itu dibidik dengan
semacam busur kecil?"
"Ooooh....! tentu saja, coba kau lihat" nih! macam beginilah busur kecil itu!"
Sim Soh sia merogoh kepinggangnya dan mengeluarkan sebuah
busur kecil sapanjang lima cun dan segera diperlihatkan kepada
Giam In kok. Sekilas memandang, Giam In kok segera mengenali bahwasanya
bentuk busur kecil itu tidak berbeda dengan busur kecil yang
digunakan oleh Cung Yan ji, bahkan bentuknya persis sekali.
Tanpa terasa dengan nada heran dan tercengang, ia berseru:
"Eeeeii!.... aneh sekali! aku juga pernah melihat orang lain menggunakan busur dan
anak panah persis seperti ini...!"
"Apa" orang lain juga pernah menggunakan panah seperti ini"
siapakah orang itu?" tanya Sim Soh sia keheranan.
"Seorang gadis....!"
"Aaaah, omong kosong, guruku tak pernah menerima murid lain kecuali aku
seorang!" "Betul! aku tidak berbohong, bocah perempuan itu kukenal, dia kangzusi.com
merupakan cucu perempuan dari Lak jiu Sian sio atau Dewi
bertangan keji, anak panah tersebut pernah digunakan olehnya
untuk menghadang pengejaran dari Tui Mia Siam ong atau Raja
Akherat pencabut nyawa, sewaktu berada dilembah tugu batu
raksasa...." Dari perkataan tersebut, terutama sekali setelah mendengar
nama dan jumpai kejadian yang diucapkan Giam In kok dengan
serius, sedikit banyak Sim Soh sia mulai mempercayai beberapa
bagian, ia segera mencibirkan bibirnya dan mendengus:
"Hmmm, sekalipun bocah perempuan itu pandai menggunakan
anak panah kecil, tapi aku percaya kepandaian membidikku pasti
jauh lebih hebat dan tepat dari pada dirinya, percaya tidak?"
Giam In kok membungkam seribu bahasa, sebab dalam
kenyataannya dia belum menyaksikan Cung Yan ji membidikkan
anak panahnya dengan mempergunakan kaki.
Tiba-tiba terdengar petapa nelayan dari sungai Kang ciu berkata dengan nada
tercengang: "Aku juga pernah bertemu dengan perempuan yang disebut
sebagai Dewi bertangan keji itu, namun senjata andalan-nya
merupakan sabuk angkin lemas, aneh sekali, kenapa cucunya malah menandalkan ilmu
bidikan panah" atau... jangan-jangan cucu
muridnya itu mempunyai guru lain?"
"Hal itu tak mungkin terjadi!" tukas Sim Soh sia dengan tegas,
"ilmu burung Hong terbang merupakan kepandaian terunggul dari perguruan kami,
kecuali kalau perempuan yang disebut bertangan
keji ini merupakan paman guruku!"
Perkataan itu segera menggerakkan hati Giam In kok, satu
ingatan dengan cepat berkelebat dalam benaknya, tanpa sadar ia
berguman seorang diri: "Anak panah burung Hong terbang.... anak panah burung Hong terbang.... burung wallet
terbang... katanya orang itu mempunyai ilmu meringankan tubuh yang tiada
tandingannya dikolong langit...
kangzusi.com jangan-jangan dialah orangnya?"
Dalam pada itu, Sim Soh sia jadi geli ketika menyaksikan bocah
lelaki itu berkemak-kemik seorang diri, maka tegurnya:
"Hey, apa yang sedang kau omongkan itu" kenapa kau seperti orang lagi berdoa...?"
"Huuus....!" bentak ibunya Sim Soh sia dengan suara nyaring,
"kau si budak cilik ini kenapa jadi bawel sekali, kenapa kau suka memperolok
terus engkoh Kok mu"
"Ibu, aku tidak memperolok-olok dirinya, coba lihatlah
tampangnya... bukankah mirip sekali dengan orang yang sedang
membaca doa" hihihihi..... hihihi.."
Giam In kok pun jadi tertawa.
"Terserah deh, kau mau bilang apa saja" katanya, "tapi apakah memang benar dalam
perguruanmu pernah ada panah yang disebut
panah walet terbang" atau mungkin gurumu belum pernah
membicarakan soal ini denganmu" tapi..."
Pemuda itu berhenti sebentar, lalu sambungnya lagi:
"Kalau dewi bertangan keji memang benar walet terbang, kenapa ia tidak bermarga
Han, sebaliknya malah memakai she Song" kan ini namanya tidak cocok?"
Giam In kian yang selama ini tak pernah berkomentar, tiba-tiba
menyela dari samping: "Jangan-jangan nenek telah berganti nama guna menghindarkan diri dari pengejaran
musuh besarnya?" "Kemungkinan besar bisa terjadi" sambung nenek petapa nelayan dari samping,
"sebagai orang persilatan, ganti nama atau
menyembunyikan nama sudah menjadi suatu yang umum!"
Setelah berbicara sampai disitu, Giam In kok semakin yakin
bahwa burung walet terbang Song giok ciu kemungkinan besar
merupakan neneknya, yakni Suto Ing.
kangzusi.com Tatkala perjamuan telah bubar, Giam In kok bersama Giam In
kian menuju kekamarnya untuk tidur, pikiran serta perasaannya
semakin lama semakin kacau, sampai jauh malam matanya belum
juga dapat terpejam. Sebaliknya Giam In kian yang baru saja dibebaskan urat-urat
pentingnya, karena girang, maka sebentar saja sudah terlelap
dengan nyenyaknya. Dalam keadaan pikiran kalut dan gaduh perasaannya, akibatnya
Giam In kok bangun dari tempat pembaringan, ia memasang lampu
lentera dan melewatkan sisa waktunya untuk menulis catatan
tentang inti sari ilmu silat yang pernah dipelajarinya dari telapak tangan sakti


Pendekar Muka Buruk Pendekar Berwajah Seribu Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Giam Tok, golok kilat dibalik senyuman Kang yong,
harimau berwajah senyum, Lam san Gi seng, manusia paling sakti
dikolong langit, serta manusia monyet dari selat Wu sia.
Ketika ia selesai mencatat, sementara fajar telah menyingsing
diufuk sebelah timur, cahaya sang surya yang berwarna keemas-emasan memancar
keseluruh jagad. Pemuda itu segera membangunkan Giam In kian dari tidurnya,
diam-diam pesannya dengan suara lirih:
"Saudaraku! menggunakan waktu selama setengah malaman
tadi, aku telah berhasil mencatat inti sari ilmu silat dari enam jago persilatan
yang sangat kenamaan dalam dunia kangouw, jika
keenam macam kepandaian tersebut dapat digabungkan menjadi
satu, kemudian dilebur menjadi kepandaian yang baru, maka pada
saat itulah kau akan mempunyai kepandaian yang mampu
mengalahkan bajingan tua tersebut, kendatipun belum bisa
dikatakan berhasil mencapai puncak prestasinya sebagai jago kelas wahid,
sedangkan mengenai ilmu silat yang tercantum dalam kitab pusaka Cing Khu hun
pit, karena guruku telah berpesan bahwa
beliau hanya boleh menerima seorang murid, dan lagi kaulah
merupakan orang pertama yang penujui, maka sudah sepantasnya
kalau kepandaian tersebut kuwariskan kepadamu, tapi kau mesti
kangzusi.com tahu, untuk mempelajari kapandaian tersebut, seseorang
membutuhkan waktu latihan sampai bertahun-tahun lamanya,
sebelum kau menguasahi penuh kepandaian silat yang telah kucatat dari enam jago
lihay itu, maka tidak kuberikan dulu ilmu sakti Cing Khu hun pit itu!"
Giam In kian menerima kitab itu dengan perasan terharu, ujarnya dengan penuh
rasa terima kasih: "Engkoh kok, asal aku bisa belajar silat sehingga dapat
mengalahkan bajingan tua itu dan dendamku dapat terbalas,
rasanya hal ini sudah lebih dari cukup bagiku, aku tidak
mengharapkan dapat menjadi seorang jago kelas satu dalam dunia
persilatan...." Setelah berhenti sebentar, tiba-tiba ia berkata lagi:
"Engkoh kok, mengapa secara tiba-tiba kau memberikan kitab catatan ini kepadaku,
memangnya kau ada maksud mau
meninggalkan diriku?"
"Oooh.... tidak... tidak.... aku tidak bermaksud demikian" jawab Giam In kok dengan
gelisah, "musuh besar yang kita hadapi
merupakan manusia yang sama, maka untuk membalas dendam
kita harus membalasnya bersamasama, kalau tidak begitu,
andaikata salah satu diantara kita berhasil membalas dendam,
bukankah yang lain harus menanggung rasa sesal seumur
hidupnya" adik Kian ketahuilah, meskipun kita merupakan dua
orang, tapi dalam kenyataannya terdiri dari satu badan"
"Pepatah kuno mengatakan, walaupun sepasang burung berada
dihutan yang sama, bila menghadapi bahaya akan terbang terpisah, siapa tahu
sebelum kau berrhasil menguasai ilmu silatmu, aku telah lebih dahulu menghadapi
musuh tangguh" dalam keadaan demikian,
sepantasnya kalau kau harus berusaha melarikan diri..."
"Tidak! seru Giam In kian cepat, kalau harus mati, maka kita kangzusi.com" "harus mati bersama!"
"Tidak adikku! pendapatmu itu keliru besar, jika kau berhasil melarikan diri
dahulu, maka akan mudah bagiku untuk kabur dari
ancaman bahaya, tapi bila kita sampai mampus bersamasama, lalu siapakah yang
akan membalaskan dendam dan sakit hati kita?"
Mendengar perkataan yang penuh semangat dan masuk diakal
itu, terpaksa Giam In kian mengangguk dan memasukkan kitab
catatan inti sari ilmu silat itu kedalam sakunya.
Dalam pada itu, cahaya sang surya telah bersinar terang, gelak
tertawa Sim Soh sia terdengar berkumandang dari luar kamar,
ketika mereka keluar dari kamar menuju ke ruang tengah, kakak
adik itu jadi terperangah dan melongo.
Ternyata diatas meja telah bertambah dengan dua buntalan
kuning yang besar, salah satu diantaranya terdapat lukisan sebuah telapak tangan
baja. Suami istri petapa nelayan dari sungai Kang ciu. Sim Peng suami istri dan Sim
Sih sia berkumpul semua didalam ruangan itu, bahkan disitu kelihatan juga
seorang bocah lelaki berusia kira-kira dua tiga belas tahunan.
-ooo0dw0ooo- Jilid : 18 Tatkala menyaksikan kedatangan kedua orang kakak beradik itu,
sambil tertawa, petapa nelayan dari sungai Kang ciu segera berkata:
Siau hiap, pakaian nelayan yang kau kenakan sudah?sepantasnya kau kembalikan lagi kepadaku, dua buntalan itu adalah milik kalian,
pergilah kalian tukar pakaian lebih dahulu!"
Sementara istrinya Sim Peng menarik tangan bocah kecil itu dan
berkata sambil tertawa: "Dia merupakan anakku yang paling kecil, bernama Thian Sim, kangzusi.com
kuharap dikemudian hari Siau hiap bisa ikut menjaga keselamatannya!"
"Oooooh....! tentu saja" jawab Giam In kok cepat.
Pandangan matanya segera dialihkan kewajah petapa nelayan
dari sungai Kang ciu suami istri, dari mata mereka yang
membengkak, cepatlah diketahui bahwa semalaman mereka tidak
tidur, bahkan melakukan perjalanan cepat menuju perkampungan
keluarga Sim untuk mengambilkan buntalan kain-nya, buru-buru ia bertanya:
"Cianpwee....! banyak terima kasih atas kebaikan kalian, untuk bersusah payah
mengambilkan buntalan pakaianku, kau pasti lelah bukan?"
"Aaah....! siau hiap jangan berkata begitu, sudah sepantasnya kalau kami
mengembalikan buntalan pakaian itu bagimu....! sahut petapa nelayan dari sungai
Kang ciu dengan cepat. Begitulah, setelah bersantap pagi, maka Giam In kok dengan
membawa adiknya segera berpamitan kepada semua orang dan
berangkat meninggalkan rumah penginapan itu.
ooo0ooo dw ooo0ooo Bukit Kong To san terletak ditengah kelilingan bukit barisan yang memanjang
sampai beratus-ratus li jauhnya, pemandangan
alam ditempat itu indah permai dan menarik hati.
Diatas bukit itu terdapat sebuah kolam kecil yang dinamakan
kolam Siau thian li, airnya jernih dan dingin sekali, berhubung letaknya di
ditengah bukit Kong lo san yang sukar dicapai manusia, mala hampir tak ada
manusia yang berhasil mencapai tempat itu.
Sejak beberapa bulan berselang, disekitar kolam itu seringkali
muncul dua orang pemuda yang berusia antara sekitar lima belasan yang
berkeliaran ditempat itu, walaupun batu cadas berserakan
dimana-mana, tapi dalam pandangan kedua orang itu, tempat
kangzusi.com tersebut merupakan tempat paling baik untuk melatih ilmu silat.
Tak usah diterangkan lagi, kedua orang itu bukan lain merupakan jago muda kita,
Giam In kok beserta adiknya, Giam In kian.
Mereka berlatih tekun setiap hari, kalau malam duduk bersemedi, kadang kalau
siang berlatih jurus, tanpa terasa beberapa bulan
sudah lewat tanpa terasa.
Suatu ketika mereka sedang beristirahat setelah berlatih tekun, tiba-tiba Giam
In kok berseru dengan hati terkejut:
"Saudaraku! ketika masuk kegunung dahulu, waktu menunjukan musim gugur, dan kini
telah mulai musim panas, padahal janji kita dengan orang-orang sembilan partai
dan tiga perkumpulan besar
akan diadakan pada bulan Tiong ciu dibukit Go bi, sementara nenek Ik poo belum
ketahuan kabar beritanya, maka aku harus pergi
mencari jejaknya"Ia berhenti sebentar untuk tukar napas, kemudian sambungnya
lagi: "Selama beberapa bulan ini, kau telah berhasil menghapalkan semua pelajaran
silat yang tercantum dalam kitab pusaka Cing Khu hun pit, kendatipun untuk
mencapai kesempurnaan masih selisih
jauh, namun kurasa untuk mencapai keadaan itu kau tak perlu
terlalu tergesa-gesa, berlatihlah beberapa tahun dengan tekun dan selama itu
janganlah kau tinggalkan kolam Siau thian si ini barang setapakpun....!"
"Engkoh kok, aku ingin ikut denganmu!" rengek Giam In kian dengan cepat.
"Tidak, kau harus tetap tinggal disini untuk menyempurnakan ilmu silatmu yang
baru kau pelajari dari kitab pusaka Cing Khu hun pit, bila urusan telah selesai,
aku pasti datang kemari untuk
menjemputmu!" "Engkoh kok!" seru Giam In kian kembali dengan suara lantang,
"bukankah kau telah mengatakan kalau ilmu silat yang kumiliki pada kangzusi.com
saat ini sudah cukup kalau digunakan untuk membunuh bangsat tua itu" kenapa
sekarang kau malah tak mengijinkan aku untuk
mengikutimu?" "Oooooh....! adik Kian, aku kuatir setelah kita kehilangan jejak bangsat tua itu,
ia pergi berguru kepada orang yang lebih pandai lagi atau mengundang pengawal
yang lihay buat melindungi
keselamatan jiwa anjingnya, jika sampai begitu, bukankah
keselamatan jiwamu jadi terancam?"
Meskipun niat Giam In kian untuk mengikuti abangnya terjun
kedunia persilatan besar sekali, namun setelah dinasehati oleh
abangnya, diapun menyadari bahwa mara bahaya selalu
mengancam dari segala jurusan dan bila memang tak mempunyai
persiapan memang sangat berbahaya, maka terpaksa ia menyahut:
"Baiklah kalau begitu, aku akan mendengarkan nasehat engkoh kok dan tetap
berlatih tekun disini, tapi..... sampai kapankah engkoh kok baru akan kembali
kesini untuk menjemputku?"
"Kurasa selewatnya bulan sembilan tanggal sembilan mungkin aku sudah akan tiba
disini, atau paling lama sebelum akhir tahun aku tentu sudah menjemput dirimu,
tapi kau jangan terlalu mengharapkan, sebab banyak urusan yang sukar diduga
sebelumnya, andaikata waktu itu kebetulan aku berhasil mendapat tahu akan
bajingan tua itu, atau tanda terang menunjukkan sanak keluargaku, tentu saja aku
harus menngunakan kesempatan itu
untuk menyelidiki sampai jelas, dengan sendirinya kedatanganku
pun mungkin jauh lebih terlambat lagi!"
"Baiklah! Kalau sampai akhir tahun kau belum juga datang, maka aku akan terjun
kedalam dunia persilatan untuk mencarimu!"
"Baiklah kalau begitu kita tentukan kode rahasia bila hendak berjumpa nanti!"
Malam itu mereka merundingkan tentang tanda rahasia itu
dengan seksama, kemudian setelah membereskan buntalan-nya
maka pada keesokkan harinya sebelum fajar menyingsing ia sudah
berangkat turun dari bukit.
kangzusi.com ooo0oo dow ooo0ooo "Kemana aku harus pergi?" ingatan tersebut berkelebat didalam benaknya, "enaknya
pergi keperkampungan keluarga Sim"
atau.....?" Sesudah termenung beberapa saat lamanya, akhirnya pemuda itu
mengambil keputusan untuk berangkat keperkampungan keluarga
Sim, menurut jalan pemikirannya, andaikata perkiraan-nya Suto
hong telah berkunjung keperkampungan tersebut, maka berarti pula dia sudah
mengetahui akan pertemuan para jago yang akan
diadakan pada bulan Tiong Cu nanti, sebaliknya kalau Suto hong
belum kesana, maka ia bisa mencari tahu kira-kira tempat manakah yang biasanya
dikunjungi iblis perempuan itu, kemudian baru pergi mencari jejaknya.
Setelah mengambil keputusan, berangkatlah pemuda itu menuju
kerah keperkampungan keluarga Sim.
Beberapa hari kemudian sampailah Giam In kok didepan
keperkampungan keluarga Sim, sementara senja telah menjelang
tiba, suasana diluar perkampungan maupun didalam nampak sepi
dan tak kelihatan sesosok bayangan manusiapun.
Ketika ia masuk kedalam pintu gerbang perkampungan itu,
terlihatlah lumut hijau tumbuh dimana-mana, ilalang tumbuh amat lebat dan
tinggi-tinggi atau dengan perkataan lain tempat itu sudah lama tidak
berpenghuni. "Apa yang telah terjadi disini?" pikir Giam In kok dengan perasaan terperanjat,
"apakah anggota keluarga Sim telah dibantai orang" atau mungkin mereka telah
pindah dari sini?" Dengan perasaan penuh dengan tanda tanya dan ingin tahu,
pemuda itu menghimpun tenaga dalamnya untuk menjaga diri,
dan selangkah demi selangkah masuk kedalam perkampungan itu.
kangzusi.com Ketika kakinya melangkah masuk kedalam ruangan tengah, tiba-tiba...
"Weeessss!" Segerombolan burung merpati terbang keluar dari ruangan.
Giam In kok yang sama sekali tak menduga akan kejadian itu,
dengan perasaan kaget segara menarik tubuhnya dan
menyembunyikan diri dibalik pintu, sementara hawa murninya
dipancarkan untuk melindungi seluruh badan.
Setelah mengetahui apa yang terjadi dan merasa yakin kalau
dalam ruangan tak ada hal yang aneh, maka dengan langkah lebar
pemuda itu melanjutkan perjalanannya kembali keruang tengah.
Ditengah ruangan diatas tembok, tergantunglah selembar kertas
biru yang amat besar, diatas kertas tadi tertulislah beberapa huruf besar
berwarna putih, tulisan itu berbunyi demikian:
"Apakah kau sudah datang?"
Walaupun tulisan itu sangat sederhana dan tida keanehan-nya,
namun ditengah suasana yang sunyi tak berpenghuni, tulisan tadi mendatangkan
suasana seram yang mendirikan bulu roma.
"Kurang ajar.... siapa yang sengaja menempelkan tulisan
tersebut disana guna menakut-nakuti diriku?" umpat Giam In kok dalam hati
kecilnya. Kembali dia menghimpun segenap kekuatan tenaga murninya
untuk melindungi badan, kemudian dengan langkah lebar ia
meneruskan perjalanannya memeriksa setiap sudut ruangan.
Setiap ruangan dan setiap kamar telah diperiksanya dengan
seksama, semua perabot masih utuh seperti sedia kala, namun tiada tanda
kehidupan ada disana, kalau dikatakan penghuninya sudah
pindah ketempat lain, hal ini tak mungkin terjadi, sebab semua
pakaian dan perabotan masih utuh berada disana, dibilang
menyingkir untuk sementara waktu, kenapa begitu lama belum juga kembali"
sebaliknya kalau mereka telah dibasmi orang, tiada tanda-tanda perkelahian
disekitar tempat itu. kangzusi.com Untuk beberapa saat lamanya pemuda yang mendapat julukan
sebagai bocah ajaib bermuka seribu ini termenung tanpa sanggup
mengucapkan sepatah katapun.
Sesaat kemudian, pemuda itu mengambil kesimpulan
bahwasanya tuan rumah dari perkampungan itu kebanyakan sudah
mengungsi menghindar dari musuh yang mereka hadapi, sehingga
mereka tak berani kembali kesana.
Dengan perasaan berat, pemuda itu kembali melanjutkan
perjalanan keruang belakang, siapa tahu baru saja ia keluar dari tembok
perkarangan belakang, mendadak matanya terbelalak lebar
dan hatinya amat terperanjat!
Rupanya dibelakang tembok perkarangan merupakan sebuah
hutan, didalam hutan itulah kerangka manusia berserakan dimana-mana....
Meskipun jumlah yang pasti tidak diketahui, tapi sedikit banyak ada lima puluh
lebih... sebenarnya pemuda itu hendak mencari
petapa nelayan dari sungai Kang ciu, setelah menjumpai keadaan
tersebut, ia segera menghentikan langkahnya dan kembali
melakukan pemeriksaan dengan seksama.
Disamping tulang manusia yang berserakan diatas tanah,
tampaklah senjata tajam berhamburan disana sini, kurungan senjata dan puluhan
pedang telah berkarat semua, dari sini jelas senjata yang dipergunakan tidak
nampak senjata yang biasa digunakan oleh orang kenamaan.
Suatu ketika, dari atas sebuah pohon yang patah dan tumbang


Pendekar Muka Buruk Pendekar Berwajah Seribu Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

jadi dua bagian ia melihat percikan cahaya tajam yang memancar
dari sebuah kepingan baja.
Giam In kok segera mendekati kepingan baja itu lalu dicabutnya
dari tempat semula, apa yang terlihat ternyata merupakan kepingan baja dari
tangkai panji kecil yang telah usang, dia kenali panji usang itu sebagai panji
pembetot sukma dari perkumpulan Su Hay pang,
kangzusi.com tanpa terasa dengan suara gemas ia berseru:
"Bangsat! jahanam! ternyata perbuatan ini dilakukan oleh kawan bajingan itu!"
Dari hasil penemuannya ini, pemuda itu sudah menduga bahwa
penyerbuan itu pastilah dilakukan oleh orang-orang dari
perkumpulan Su Hay pang untuk menuntut balas sakit hati orang-orang itu dimasa
silam, mungkin serbuan mereka diketahui oleh
orang-orang yang berada diperkampungan dan mereka segera
mengundurkan diri kedalam hutan, maka disitu meletuslah sebuah
pertarungan yang seru. Dari bekas-bekas pertarungan yang masih tersisa dan ditinjau
pula dari kutungan panji pembetot sukma itu, bisa dibayangkan
betapa sengit dan ramainya pertarungan itu.
Teringat akan bencana yang menimpa keperkampungan keluarga
Sim, diam-diam pemuda itu merasa sedih dan ikut merasa
bertanggung jawab, karena bagaimanapun juga seandainya tidak
terjadi kesalah pahaman yang mengakibatkan Sim Soh sia menculik adiknya, Giam In
kian, maka pihak keperkampungan keluarga Sim
tak akan sampai mengikat permusuhan dengan orang-orang dari
perkumpulan Su Hay pang. Ditengah kesunyian yang mencekam seluruh jagad, mendadak
terdengar suara gelak tertawa yang aneh dan panjang
berkumandang keluar dari dalam hutan....
Begitu seram dan tajamnya suara tertawa itu sehingga
menyerupai jeritan setan ditengah kuburan, Giam In kok terperanjat hingga bulu
kuduknya tanpa terasa pada bangun berdiri.
Dengan cepat si anak muda memusatkan seluruh perhatiannya
untuk mengamati suara tertawa aneh itu, kemudian sambil
membentak keras, ia menerjang kearah mana berasalnya suara
tersebut. Ibarat anak panah yang terlepas dari busurnya, pemuda itu
meluncur kedepan, tapi ketika ia sudah tiba ditempat mana
berasalnya suara tertawa tadi ternyata tak nampak sesosok
kangzusi.com bayangan manusia yang berada disitu, sebaliknya dari arah
belakang bergema pula suara tertawa panjang yang dingin dana
menyeramkan. Dengan kepandaian sakti yang dimiliki Giam In kok sekarang,
seharusnya tak mungkin ada manusia yang dapat mendekati
tubuhnya tanpa diketahui olehnya, tapi dalam kenyataannya ia
tidak berhasil menemukan apa-apa, bahkan suara tertawa yang
muncul dari arah belakangnyapun tidak dirasakan olehnya, itu
berarti kepandaian yang dimiliki lawannya berkali lipat lebih
dahsyat dari kepandaian yang dimilikinya.
Tiba-tiba satu ingatan berkelebat dalam benaknya:
"Aaaaa...! jangan-jangan bukan manusia, tapi setan?"
Tapi ingatan lain dengan cepat menyanggahnya:
"Aaaah! mana mungkin setan, dikolong langit ini tak ada makhluk yang disebut
setan". Dengan cepat ia memperhatikan baik-baik, kemudian sambil
tertawa dingin serunya: "Sahabat, kalau kau berani menggoda ku, semestinya kau berani pula muncul
dihadapanku! hmm... lebih baik kau tak usah berpura-pura menjadi setan atau
menyaru jadi malaikat, aku tidak percaya dengan segala macam permainanmu itu....!"
Gelak tertawa aneh itu bukannya berhenti, malahan kian lama
suaranya kian berkembang tajam, seolah-olah ada beribu-ribu setan yang menjerit
bersamasama. Giam In kok semakin naik pitam, serunya:
"Kurang ajar, rupanya sebelum memberi pelajaran kepada kalian, kamu semua tak
akan menunjukkan diri....!"
Dengan hati mendongkol dan penasaran, pemuda itu duduk
bersila diatas tanah, dia mengambil dua kerat tulang manusia yang berada
disisinya. Sementara itu dengan diam-diam Giam In kok berdoa dalam hati:
kangzusi.com "Sahabat yang tulangnya kuambil, aku tak tahu siapakah kau sebenarnya dan kurasa
kaupun tak tahu siapakah aku, maka
sekarang kuberitahu bahwa aku bernama Giam In kok! kuharap
kalian semua yang berada dialam baka sana bersedia memberi
bantuan kepadaku, berilah petunjuk kepadaku sehingga dengan
tulangmu ini aku bisa membalaskan dendam bagi kematianmu itu,
engkau tentu tak akan menyalahkan diriku bukan?"
Tulang manusia itu disilangkan didepan dada, hawa murninya
diam-diam dihimpun kedalam telapak tangannya dan bersiap-siap
menghadapi segala kemungkinan yang tak diinginkan, andaikata
pihak lawan berani munculkan diri, niscaya dia akan gunakan tulang itu buat
melancarkan serangan. Dalam pada itu, gelak tertawa yang sangat aneh itu kian lama
suaranya kedengaran makin dekat, seketika mendengar seolah-olah suara itu muncul
dari sisi telinganya, bukan hanya begitu saja, gahkan disekeliling tubuhnya
seolah-olah mulai digulung dan diliputi segumpal hawa dingin yang aneh.
Giam In kok tetap bersikap tenang, menunggu suara tertawa itu
sudah benar-benar dekat sekali jaraknya, dengan tempat dimana ia berada, tibatiba sambil membentak keras pemuda itu meloncat
ketengah udara, sepasang telapaknya diayunkan kedepan dan
hancuran bubuk tulang yang berwarna putih itu bagaikan beribu-ribu buah batu
kerikil dengan dahsyatnya menyambar kedepan dan
mengurung daerah seluas beberapa tombak disekitar tempat itu....
"Sreeet....! sesosok bayangan menyelinap diantara tebaran
bubuk putih dan meluncur menjauh tempat itu.
Begitu cepat bayangan tubuh itu menyelinap sehingga sulit diikuti oleh pandangan
mata, andaikata Giam In kok tidak memiliki
ketajaman mata yang melebihi orang biasa, sudah pasti ia akan
kehilangan jejaknya. Sebagai seorang ahli silat yang sudah menguasahi penuh
kepandaian silatnya, sudah tentu pemuda itu tak mau melepaskan
kangzusi.com musuhnya dengan begitu saja, sambil memmbentak keras,
sepasang tanganya mendayung kebelakang, dengan kecepatan
yang tak kalah cepat dari lawannya ia menyusul kedepan kemudian melepaskan satu
pukulan dahsyat kearah batok kepala lawannya.
"Blaaaaam.....!"
Benturan keras yang menggelegar diangkasa menimbulkan angin
berpusing yang menerbangkan pasir dan debu.
Bukannya terluka, bayangan tubuh itu justru memanfaatkan
kekuatan pukulan itu sebaik-baiknya, hanya dalam sekejap saja ia sudah berada
tiga tombak jauh lebih kedepan.
Giam In kok tertawa dingin, dengan cepat ia menyusup
kesamping, kemudian dengan memotong jalan ia menghadang tepat
dihadapannya, sambil tertawa dingin ia berkata:
"Heheee.... heheheh.... hehehe.... kau sudah tak dapat kabur lagi dari cengkeramanku,
kuharap kau bersedia memberitahukan
siapakah namamu?" Orang yang berada dihadapannya itu merupakan seorang kakek
tua yang berperawakan kurus dengan jenggot panjang terurai
kedada, sepasang matanya bersinar tajam namun paras mukanya
tak tampak bengis. Ketika mendengar serua tersebut, ia segera tertawa dan
menjawab: "Siapa namaku rasanya kau tak perlu tahu, dari kepandaian sakti yang kau
pelajari dari kitab Cing Khu hun pit serta ilmu Pek kut kang dari selat Wu nia
yang kau campurkan kedalam kepandaian
tersebut, bisa kuduga bahwa kau pastilah si bocah ajaib bermuka seribu Giam In
kok, benar bukan?" Diam-diam Giam In kok merasa sangat terperanjat karena pihak
lawan dapat menebak secara jitu kedua kepandaian silat yang
diperagakan olehnya, dalam hati pikirnya:
kangzusi.com "Manusia ini bisa mengetahui kepandaian silat yang kugunakan, itu berarti dia
memiliki pengetahuan yang luas sekali, jangan-jangan dialah yang melakukan
pembantaian didalam keperkampungan
keluarga Sim" jika tidak kenapa ia berada disini dan bermaksud
menakut-nakuti diriku?"
Berpikir sampai disitu, dengan nada gusar ia segera menjawab:
"Kalau benar memangnya kau mau apa" kenapa kau menyaru
sebagai setan dan menakut-nakuti orang....?"
"Hehehehe.... heheheh.... hehehe.... kenapa aku harus menyaru jadi setan....?"
"Hmmmm! barusan bukankah kau berteriak-teriak macam setan
untuk menakut-nakuti diriku?"
"Dan engkau ketakutan?"
"Hmmmm, aku ketakutan" huuuh.... jangan mimpi disiang
bolong, orang lain mungkin bisa takut melihat tingkah lakumu itu, tapi.... aku...."
"Ooooh! jadi kau tak takut" baiklah kalau begitu, silahkan berpaling dan
lihatlah kebelakang!"
Tanpa curiga Giam In kok segera berpaling kebelakang, tiba-tiba sajaia menjerit
kaget dan segera meloncat tiga tombak kesamping.
Kiranya sewaktu ia berpaling itulah tampak sesosok tengkorak
manusia yang memancarkan cahaya keemas-emasan berdiri hanya
dua tombak dibelakang tubuhnya.
Pada saat itu sapasang telapaknya telah dibentangkan siap
melakukan tubrukan. Menghadapi kemunculan tengkorak yang sangat aneh dan luar
biasa ini, kendatipun ia berilmu silat tinggi, tak urung dibuat terperanjat
juga. Ketika ia melompat kesamping untuk menghindarkan diri itulah,
kangzusi.com tiba-tiba tengkorak emas dan kakek aneh itu bersamasama
mengayunkan tangannya kedepan.... dan mengumpullah segumpal
kabut kuning yang sangat tebal.
"Jangan lari!" bentak Giam In kok sambil menerjang kemuka, sepasang telapaknya
diayunkan kedepan, membuyarkan kabut
kuning yang sangat tebal itu.
Namun ketika kabut kuning tadi berhasil dilenyapkan, ternyata
dua sosok bayangan orang itu sudah lenyap tak berbekas.
Pemuda itu jadi sangat mendongkol sekali, ia segera meloncat
kepohon dan mengawasi daerah sekitar tempat itu, kemudian ia
berlari mengitari hutan tersebut sampai beberapa kali, namun jejak orang itu
tetap tidak ketahuan. Dari kemunculan dan kepergian sang kakek aneh tersebut yang
sama sekali tak terduga itu, timbullah perasaan curiga dalam benak Giam In kok,
ia segera berpikir: "Sungguh aneh tingkah laku mereka itu....! kenapa sebelum
sempat berbuat sesuatu mereka sudah kabur" padahal bila ditinjau dari kepandaian
ilmu silat yang dimiliki kakek itu, jelas kepandaiannya tidak berada dibawahku,
ditambah pula dengan kemampuan
tengkorak emas itu, bila sampai terjadi bentrokan, siapa menang, siapa kalah
sukar ditentukan, jangan-jangan mereka itu mempunyai maksud buruk atas diriku?"
Berpikir sampai disini, ia segera tertawa dingin sambil berseru:
"Hmmm! dua orang kurcaci yang pandai melihat gelagat, kalau nanti lain kali
sampai bertemu kembali, aku tentu tak akan
melepaskan kalian berdua dengan begitu saja..."
Setelah berdiam sejenak, akhirnya dia bersuit nyaring dan
secepatnya meluncur kearah sungai.
Dikala bayangan tubuhnya sudah lenyap dari pandangan, dari
balik hutan berkumandang suara helaan napas panjang disusul
seseorang berkata: kangzusi.com "Aaaiiii....! ketika semua orang membicarakan kelihayan-nya, aku masih tidak
percaya, tapi sekarang setelah menyaksikan dengan
mata kepala sendiri, bagaimanapun juga aku harus
mempercayainya, bangsat cilik itu memang benar-benar telah
menguasahi ilmu silat warisan dari Cing Khu sangjin si bajingan tua itu...."
Suara lain yang kedengaran lebih lantang juga menghela napas
dan menyambung: "Selama manusia durjana itu belum dibasmi, aku tentu tak bisa hidup dengan
tenang.... aaai! kapan bangsat cilik itu bisa dibasmi dari muka bumi ini....?"
"Ssstt....! jangan berisik, ia kembali lagi.... bisik orang yang satunya dengan
suara yang lirih. Baru saja kedua orang itu menyelesaikan kata-katanya, dari luar hutan telah
berkumandang suara desiran baju yang tersampok
angin menggema tiba. Orang itu bukan lain adalah Giam In kok yang muncul kembali
setelah meninggalkan tempat itu, tapi dia tidak masuk kembali
kedalam hutan yang penuh dengan kerangka manusia itu, tapi
langsung melewatinya dan kian lama suara sampokan ujung
bajunya terdengar makin lirih, sehingga akhirnya lenyap dari
pendengaran. Setelah pemuda itu lenyap dari pandangan, dari dalam hutan Pek
Kut lim menggema lagi suara helaan napas panjang, yang disusul
seseorang berkata kembali:
"Mari kita pulang dahulu! bagaimanapun juga tak sia-sia kita menunggu sampai
beberapa bulan disini, sekarang kita telah
mengetahui sampai dimanakah kepandaian silat serta tenaga dalam yang
dimilikinya.... menurut dugaanku dia pasti akan berdiam dalam perkampungan malam
ini, dan bisa jadi dia akan meniru cara kita dengan menanti kelinci masuk
jebakan, oleh sebab itu kita tak boleh sampai terjebak kedalam perangkapnya,
sehingga jejak kita ketahuan....!" kangzusi.com "Bocah itu biarpun masih muda, tapi sangat licik dan banyak akal busuknya,
apakah cianpwee tak mampu untuk merobohkan
dirinya?" tanya orang yang lain dengan suara yang amat lirih.
"Jangan kau baurkan seni menangkap disaat permulaan dan? ?"memukul rumput mengejutkan ular menjadi satu, karena hal ini
? "merupakan dua kejadian yang berbeda, ayoh berangkat! kenapa
kita mesti terburu-buru?"
Beberapa saat kemudian diluar pintu perkampungan keluarga
Sim telah muncul seorang pemuda yang memasuki perkampungan
itu dengan langkah yang amat lirih, ilmu meringankan tubuhnya
dikerahkan sedemikian rupa, sehingga ketika menyusup masuk
kedalam ruangan, sama sekali tak menimbulkan sedikit suarapun.
Rupanya pemuda itu sudah hapal sekali dengan sela-sela
bangunan dalam keluarga Sim, dengan langkah yang enteng dan
cekatan ia menyusup masuk kedalam sebuah kamar, lalu menutup
jendelanya dan membaringkan dirinya diatas sebuah pembaringan,
lalu guman-nya seorang diri:
"Setan bajingan yang licik dan tak berani ketemu orang, malam ini siauya pasti
akan memakan kalian berdua untuk memperlihatkan paras muka aslimu.....!"
Pemuda itu bukan lain bocah ajaib bermuka seribu Giam In kok
adanya. Untuk memancing musuhnya ia telah berlarian lebih dahulu
ketepi sungai, kemudian baru berbelok menuju kearah
perkampungan dengan mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya
yang paling lihay. Sambil membaringkan diri diatas pembaringan, sepasang


Pendekar Muka Buruk Pendekar Berwajah Seribu Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

matanya dipejamkan rapat-rapat, sementara telinganya dipasang
baik-baik, andaikata ada orang yang mendekati perkampungan itu, maka kehadiran
mereka pasti tak akan lolos dari pendengaran-nya.
Ia rela menahan lapar dan kembali keperkampungan keluarga
kangzusi.com Sim untuk memasang jebakan serta menunggu kedatangan musuh,
sebab ia dapat menduga pada akhirnya pihak lawan pasti akan
kembali kesana, terbukti selama beberapa bulan lamamya mereka
bersembunyi disana dengan sabar sambil menantikan kedatangan
Sim suami istri. Malam begitu sepi... tiada kedengaran sedikit suarapun disekitar tempat itu.
Angin berhembus sepoi-sepoi menggoyang kan ranting dan
pepohonan, kecuali bunyi jangkerik, tiada kedengaran suara
apapun. Tiba-tiba.... "Sreaeettt...."
Ditengah kesunyian yang mencekam, terdengar suara desiran
pintu yang amat lirih. Meskipun suara itu amat lirih, namun Giam In kok yang berbaring diatas
pembaringan dapat menangkap suara itu dengan sangat
jelas. "Aaah....! akhirnya toh dia datang juga, tidak sia-sia aku menunggu disini selama
ini....." pikirnya didalam hati
Sambil mengepos tenaga, dengan enteng pemuda itu melayang
turun kelantai dan bersiap sedia menghadapi segala kemungkinan
yang tidak diinginkan. "Sreeeet.... sreeet....!"
Beberapa desiran angin lirih berkumandang kembali memecahkan
kesunyian. Giam In kok berseru tertahan dengan nada tercengang, kembali
pikirnya dihati: "Eeeei....! sungguh aneh mengapa begitu banyak orang yang
telah datang kemari......?"
kangzusi.com "Oooo! satu... dua... tiga... wah! ada delapan orang yang sudah muncul disini.... bagus,
siauya akan memberi pelajaran yang paling setimpal buat kalian semua....."
Setelah mengetahui kalau jumlah yang datang banyak, maka
pemuda itu segera merencanakan suatu cara yang baik untuk
menghadapi penjahat tersebut untuk membiarkan masuk kedalam
ruangan lebih dahulu baru kemudian ia bertindak.
Dengan suatu serangan kilat, jika ia berhasil merobohkan atau
menangkap beberapa di antaranya lebih dahulu, maka posisinya
pasti akan jauh lebih menguntungkan.
Sementara itu suara langkah kaki makin lama makin mendekat,
rupanya pendatang itu sudah berada diluar ruangan.
Tiba-tiba terdengar salah seorang diantaranya berseru tertahan
lalu berkata: "Ah... aneh sekali, Sim Peng! siapakah yang berada dalam
ruangan ini?" Mendengar seruan tersebut, Giam In kok yang berada dalam
ruanganpun jadi agak tertegun, tanpa pikir panjang lagi ia segera berseru
lantang: "Aku Giam In kok yang berada disini!"
"Bangsat cilik! ayo cepat keluar dari tempat
persembunyianmu....!" terdengar seseorang membentak nyaring.
Sementara itu Giam In kok sudah munculkan diri dari tempat
persembunyiannya.... ia temukan orang yang barusan bicara itu
merupakan seorang kakek yang masih asing baginya.
Merasa dirinya terkecoh, bocah muda itu jadi naik pitam, ia
segera membentak nyaring:
"Kurang ajar, kau berani menipuku dengan siasat busuk... nih!
rasakan pukulanku!" kangzusi.com Dengan menghimpun segenap tenaganya, telapak tangannya
segera didorong kearah depan, gulungan angin puyuhpun bagaikan
mengamuknya ombak ditengah samudra luas seketika
menerbangkan semua benda yang berada di sekitar situ dan
langsung menghajar kemuka.
Mengikuti hembusan angin pukulan tadi, dengan suatu gerakan
tubuh yang cepat, pemuda itu langsung meluncur kedepan sambil
bentaknya: "Bajingan tua! kau berani bohongi diriku, serahkan selembar jiwa anjingmu...!"
Baru saja perkataan itu selesai diucapkan, tiba-tiba terdengar
suara seseorang yang sangat dikenal olehnya berseru kaget:
"Hey! bukankah kau In siau hiap" kenapa berada ditempat ini?"
Satu ingatan segera berkelebat dalam benak Giam In kok,
sekarang dia sudah ingat bahwa suara tersebut merupakan suara
dari petapa nelayan dari sungai Kang ciu, tak tahan diapun segera berseru:
"Sungguh aneh, kenapa kalianpun berada disini?"
Petapa nelayan dari sungai Kang ciu segera tertawa terbahak-bahak!
"Hahaaa.... hahaaa.... hahaaa.... ini namanya air bah
mengenangi kuil raja naga, baik aku sendiripun maupun Sim loo tit sama sekali
tak menduga kalau kita bakal berjumpa kembali disini...
mari....mari....! biar aku perkenalkan dirimu dengan beberapa orang sahabat kami!"
Giam In kok mengalihkan pandangannya kearah sekeliling
kalangan, terlihat olehnya kecuali nenek petapa nelayan dan Sim Peng suami
istri, hadir pula disitu lima orang kakek tua.
Petapa nelayan dari sungai Kang ciu segera menuding kearah
tiga orang kakek yang berada dihadapannya sambil
memperkenalkan: kangzusi.com "Mereka adalah tangan sakti penghancur baja Ku wi, gurunya Sim Peng, Pukulan
terbang dari negeri Kiu Tok, Lee Beng dan roda emas Liang Poh....!"
Kemudian sambil menuding dua orang kakek yang berada
disamping ketiga orang kakek itu, dia melanjutkan:
"Sedang kedua orang ini, yang satu adalah perempuan suci dari Hoo he Sin Li Yung
Can yang merupakan gurunya Sim Hujin serta
Kiu Ci sian koh dewi berjari sembilan Go Lin!"
Giam In mok segera memberi hormat kepada kelima orang itu
sambil bekata: "Cianpwee berlima, selamat bertemu muka, maaf kalau tadi aku berbuat kesalahan
kepada kalian berlima!"
"Siau hiap tak usah rendah hati!" jawab kelima orang itu hampir berbareng.
Perlahan-lahan pemuda itu mengalihkan pandangan matanya
kearah Sim Peng, kemudian tanyanya sambil tertawa:
"Lhooo...! kenapa bibi, enci Soh dan adik Thiam tidak nampak turut serta?"
Sim peng tertunduk sedih, jawabnya:
"Bibimu dan enci Soh berada dalam keadaan baik-baik, hanya adik Thian telah
diculik oleh kawanan bandit itu!"
Pertapa nelayan dari sungai Kang ciu yang berada disisinya,
segera menyela dari samping:
"Untuk sementara waktu kita tak usah membicarakan dahulu
persoalan tersebut, Siau hiap selama beberapa hari menginap di
sini, apakah kau menemukan sesuatu yang aneh?"
"Aaaai.... kalau dikatakan, sebenarnya tak terhitung seberapa aneh....!" sahut Giam
In kok, dengan cepat ia menceritakan semua pengalamannya selama berada didalam
hutan belakang perkampungan. kangzusi.com Mendengar kisah tersebut, Tangan sakti penghancur baja jadi
amat terperanjat, ia segera berseru:
"Aaaah....! jangan-jangan kakek itu adalah Pek Tian Kui Loo, Setan tua berwajah
seratus?" "Siapa itu setan berwajah seratus?" tanya Giam In kok dengan cepat, "bagaimana
ilmu silatnya kalau dibandingkan dengan
kepandaian silat dari satu dewa dua Buddha?"
Tangan sakti penghancur baja tidak menjawab pertanyaan itu,
dia hanya melirik sekejap kearah pemuda itu dengan perasaan
kurang percaya, rupanya ia masih kurang yakin kalau ilmu silat yang dimiliki
bocah semuda itu sudah mencapai tingkatan yang tinggi.
Sambil tertawa ia hanya berkata:
"Mari kita masuk kedalam ruangan dan berbicara didalam saja!"
Baru saja beberapa orang itu masuk kedalam ruangan dan
masing-masing mengambil duduk, tiba-tiba dari luar perkampungan berkumandang
datang suara jeritan dan tangisan yang mengerikan
sekali, suara tangisan itu mengiringi pula pangilan atas nama para jago yang
hadir disitu, jeritan yang seolah-olah muncul dari akhirat itu membuat siapa pun
yang mendengar jadi berdiri....
Mendengar suara yang menyeramkan itu, Giam In kok berkata:
"Barusan, sebenarnya aku sedang mengatur siasat untuk
menjebak para siluman tersebut, tak nyana kalian datang lebih
dahulu, jeritan dan tangisan yang kedengaran pada saat ini pasti berasal dari
para musuh dan siluman yang mengacau, biar aku pergi memeriksa diluar......."
"Siau hiap kau tak usah terburu napsu!" kata petapa nelayan dari sungai Kang ciu
dengan gelisah, "untuk sementara waktu lebih baik kau bersembunyi dahulu
ditempat kegelapan, biar kami rombongan
kaum tua yang berusaha membekuk batang leher keparat itu, jika
memang kami tak mampu, barulah kau turun tangan secara tiba kangzusi.com tiba..." Baru saja berbicara sampai disitu, tangan sakti penghancur baja telah berkata
pula: "Baik! biar aku yang menjumpai setan itu terlebih dahulu...."
Dengan suatu tindakan yang enteng dan cepat ia melompat
keluar dari ruangan dan segera bergerak menuju kearah mana
berasalnya suara itu. Para jago lainnya segera menyusul dari belakang.
Tiba-tiba Giam In kok menarik tangan Sim Peng dan bertanya
sambil tertawa: "Paman Sim, tunggu sebentar! sebenarnya sampai dimana sih
kemampuan yang dimiliki setan tua berwajah seratus itu?"
"Ooooh.....! setan tua berwajah seratus itu she Kho bernama Yang, dia merupakan
tokoh persilatan yang hampir semasa dengan
gurumu Cing Khu Sangjin, kalau berbicara tentang ilmu silatnya, kemungkinan
besar masih berada diatas taraf ilmu silat dari dua Buddha!"
"Persengketaan dan perselisihan apakah yang sudah terjalin antara setan tua itu
dengan perguruan paman?"
"Kurasa sama sekali tak ada perselisihan apa-apa!"
"Kalau begitu sungguh aneh sekali, apakah kehadirannya atas undangan dari
perkumpulan Su Hay pang?"
"Siau hiap, kenapa secara tiba-tiba kau bisa mencurigai orang-orang dari
perkumpulan Su Hay pang?"Giam In Kok yang ditanyai jadi terperangah, dia segera balik
bertanya: "Lhoooo.... jadi korban yang berjatuhan dalam perkampungan ini bukan hasil
perbuatan orang orang dari perkumpulan Su Hay pang?"
"Para pendatang itu mengenakan kain cadar untuk menutupi
kangzusi.com paras muka mereka, kami tak tahu siapakah orang-orang itu!"
"Tapi.... bukankah panji pembetot sukma milik mereka
merupakan suatu bukti yang sangat nyata!"
"Apa?" Sim Peng terperanjat, "kau telah menemukan panji pembetot sukma milik
mereka?" "Sewaktu mengadakan pemeriksaan dalam hutan belakang
perkampungan ini, secara tak sengaja telah kutemukan sekeping
kutungan dari panji pembetot sukma, cerita sejelasnya akan
kuberitahukan nanti saja... agaknya mereka sudah terlihat dalam suatu pertarungan
yang amat seru!" Sim Peng membenarkan dan bersamasama dengan pemuda itu
berangkatlah mereka berdua keluar dari perkampungan.
Dihalaman luar mereka saksikan api setan betebaran dimana-mana, bayangan setan
berkelebatan kian kemari, begitu banyak dan samarnya hingga sukar untuk
mengetahui berapa jumlah mereka
yang sebenarnya. Dipihak lain, belasan sosok tengkorak memancarkan api setan
dari tubuhnya sedang melibatkan diri dalam pertarungan yang
sengit melawan tujuh orang jago tua itu.
Gerakan tubuh tengkorak-tengkorak itu cepat dan ringan,
kendatipun ketujuh pendekar tua itu sudah menyerang dengan
gerakan macam apapun, namun pukulan-pukulan itu selalu meleset
dan mengenai pada sasaran yang kosong.
Dari keadaan pertarungan yang sedang berlangsung, dapat
diketahui bahwa rombongan tengkorak itu rupanya mempunyai
maksud tertentu, ternyata mereka selalu menghindarkan diri dari pertarungan adu
muka, mereka hanya menghindar dan main petak
dengan para pendekar tersebut, bahkan dalam posisi dua lawan
satu. Dengan ketajaman mata Giam In kok, sekilas memandang dia
telah mengetahui bahwa ilmu silat yang dimiliki rombongan
kangzusi.com tengkorak itu sebenarnya belum sesempurna ketujuh orang
pendekar tersebut, andaikata mereka tidak mengandalkan gerakan
aneh dan sakti, jangan dibilang dua lawan satu, meskipun tiga
lawan satupun masih bukan tandingan dari ketujuh orang itu.
Tiba-tiba.... Pemuda itu menemukan sesosok bayangan tengkorak yang
terasa amat dikenal olehnya, hanya untuk beberapa saat lamanya ia belum dapat
menduga siapakah orang itu.
Dalam keadaan demikian, satu ingatan segera berkelebat dalam
benaknya, ia segera berkata:
"Paman, tunggu sebentar! aku hendak menangkap tengkorak
sialan itu....!" Tidak menunggu sampai Sim Peng memberikan jawaban, sambil
bersuit nyaring ibarat anak panah yang terlepas dari busurnya, ia segera terjun
kedalam gelanggang. Secepat kilat tangannya melancarkan satu pukulan kedepan,
membuat sesosok tengkorak mencelat beberapa tombak dari tempat
semula. Begitu tubuh tengkorak itu berhasil dicengkeram, pemuda
tersebut dapat mengenali bahwa sasarannya tidak keliru, ia segera menjejakkan
kakinya dan melayang kembali kearah belakang.
Gerakannya menerjang, melukai musuh, menangkap lawan dan
kembali ketempat semula dilakukan dalam waktu singkat, bahkan
boleh dikata hanya dalam sekilas pandangan belaka, kehebatan ilmu silatnya
benar-benar sangat mengagumkan.
Baru saja ia berdiri tegak ditempat semula, tiba-tiba segulung
bayangan manusia dengan kecepatan yang luar biasa telah
berkelebat lewat dari sisi tubuhnya.
Mendengar desiran tajam itu, Giam In kok segera bersiap-siap,
dengan tangan sebelah ia melepaskan satu pukulan kesamping.
"Blaaamm....!" kangzusi.com Dua gulung angin pukulan yang bertemu satu sama lainnya
segera menimbulkan benturan keras yang menggelegar diangkasa,
angin puyuh berpusing hingga jarak beberapa tombak, begitu
hebatnya akibat benturan tersebut, membuat kawanan tengkorak
jadi sempoyongan dan tujuh orang pendekar itupun samasama tak
mampu mempertahankan tubuhnya.
Dalam benturan tadi, kedua belah pihak samasama tidak
berhasil mendapat keuntungan apa-apa, mereka samasama
mencelat mundur sejauh tiga tombak cari posisi semula.


Pendekar Muka Buruk Pendekar Berwajah Seribu Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Meskipun pukulan itu dilancarkan Giam In kok dalam keadaan
tergesa-gesa, akan tetapi tenaga pukulannya sudah mencapai tujuh bagian, kendati
begitu badannya kena didorong mundur juga oleh kekuatan lawannya, dari sini bisa
diketahui betapa dahsyatnya
kemampuan yang dimiliki orang itu.
Diam-diam pemuda itu bersyukur bahwasanya ia hadir disana,
sebab kalau tidak maka dengan kemampuan orang-orang tersebut,
sudah jelas beberapa pendekar tua itu tentu sudah musnah
ditangannya. Dalam pada itu Giam In kok telah menotok jalan darah tengkorak
yang berhasil di tangkap olehnya itu, tapi sebelum ia sempat berdiri tegak,
bayangan manusia tadi kembali sudah menerjang kearahnya
dengan suatu pukulan yang ganas.
Dalam keadaan begitu, ia segera menghimpun kekuatan hawa
murninya dan melepaskan satu pukulan udara kosong kedepan.
Orang itu mendengus dingin, sepasang tangannya didorong
segera secara berbareng kedepan menghantam lawannya.
Giam In kok tertawa sinis, ia tahu untuk menghadapi manusia
iblis seperti itu dia harus menggunakan akal licik, secara tiba-tiba tenaganya
ditambahi dengan dua bagian, dan pukulan tersebut
menggunakan pukulan lunak yang sama sekali tak bersuara atau tak kerwujud.
Orang itu sama sekali tak menduga jika lawannya sedang
kangzusi.com menggunakan akal untuk memencundangi dirinya, maka tak ampun
lagi dalam benturan keras yang terjadi, ia kena dibopong oleh
pukulan gelap itu sehingga badannya mencelat dan berjungkir balik beberapa kali
lompatan diudara. Sementara itu Giam In kok telah berhasil melihat dengan jelas
keadaan lawannya, ia segera membentak keras:
"Hey, setan tua, hendak kabur kemana kau?"
Sambil berseru, tubuhnya mencelat kemuka dan menubruk
kearah orang itu. Benarkah orang itu merupakan setan tua bermuka seratus, si
anak muda itu sendiripun tak tahu, tapi yang jelas ia tak ingin melepaskan
musuhnya itu dengan begitu saja.
Baru saja tubuhnya mendekati sang lawan, tiba tiba orang itu
mengebaskan ujung bajunya kedepan dan melepaskan segumpal
kabut kuning yang amat tebal.
Bersamaan itu pula suitan panjang diperdengarkan hingga
membumbung tinggi diangkasa, sinar cahaya api setan segera sirap dan bayangan
setan lenyap dari pandangan, suara gemercik
bergema dari dalam hutan, dimana suaranya kian lama kian
menjauh, hingga akhirnya lenyap dari pendengaran.
"Kejar!" bentak Giam In kok dengan cepat.
Ibarat anak panah yang terlepas dari busurnya, bocah muda itu
menembusi lingkaran kabut kuning itu dan langsung menerjang
masuk kedalam hutan. Sebelum tubuhnya tiba, pukulan gencar telah dilepaskan dengan
dahsyatnya.... "Blaaam....!" Dari bawah batang pohon yang tumbang bergema, jeritan-jeritan
ngeri yang menyayat hati, jelas ada orang yang telah kehilangan nyawanya oleh
pukulan tersebut. Giam In kok segera tertawa dingin, semangatnya kembali
kangzusi.com berkobar setelah menyaksikan serangannya mendatangkan hasil, ia segera berseru
kembali: "Setan tua bermuka seratus! kalau kau memang jantan dan
jagoan sejati, ayoh enyah dari hutan itu dan cepat terima
kematianmu, jangan kau suruh orang lain mewakili dirimu untuk
menerima kematian!" Lengan bajunya berputar tiada hentinya, cakar burung garudanya
diayun berulang kali, jeritan-jeritan ngeri berkumandang saling susul menyusul
membuat suasana dalam hutan tersebut jadi ngeri dan
menyeramkan. Ketujuh pendekar tua itu bersorak memuji, ketika menyaksikan
Giam In kok yang bukan hanya berani menerjang kedalam lapisan
kabut kuning, bahkan berhasil melukai lawannya, padahal dari
mereka sendiri tak ada yang berani melakukan penerjangan yang
sangat menempuh bahaya itu.
Dalam kenyataannya, Giam In kok sendiripun sama sekali tak
ambil perduli apakah kabut kuning itu baracun atau tidak, lebih-lebih tak
menduga kalau laba-laba langit yang berada dalam sakunya
merupakan benda mudtika yang dapat membuat orang jadi kebal
terhadap segala serangan beracun dan saat itu telah
menyelamatkan jiwanya dari keracunan.
Dalam keadaan gembira dan bersemangat tinggi, bocah muda itu
tak ambil perduli akan keadaan musuhnya lagi, setiap kali
menemukan tempat-tempat yang mencurigakan, ia segera
melancarkan serangannya, serta mencengkeram sana sini sambil
melancarkan pukulan-pukulan mautnya.
Dalam beberapa waktu seja pepohonan seluas dua tiga tombak
disekitar tempat itu telah berhasil dibuat rata oleh serangannya, dan entah
berapa banyak tengkorak hidup yang saat itu telah
berubah jadi tengkoran sungguhan.
Tiba-tiba.... Ditengah tegangnya suasana, terdengar seseorang menjerit
kangzusi.com kesakitan dengan suara yang amat mengerikan:
"Oooh...! Siau hiap tolonglah aku....!"
Dari jeritan tersebut Giam In kok segara mengetahui bahwa
jeritan itu berasal dari Sim peng, tanpa memperdulikan musuh-musuhnya lagi ia
segera memutar badannya dan meluncur kearah
mana berasalnya jeritan tadi.
Ia temukan tujuh pendekar tua sedang berlarian kearah utara
dengan mengarahkan ilmu meringankan tubuhnya, jauh didepan ke
tujuh orang itu berkelebat lewat sesosok bayangan manusia yang
sedang bergerak dengan kecepatan yang luar biasa.
Sekilas memandang, pemuda itu segera mengenali bayangan
tubuh itu sebagai tubuh dari setan tua bermuka seratus, dengan
cepat ia mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya hingga mencapai
pada puncaknya, bagaikan serentetan cahaya bintang, ia meluncur keudara dan
melesat kedepan. Beberapa saat kemudian bocah muda itu sudah berhasil
melampaui ketujuh orang tua itu, sambil melampaui mereka ia
berseru keras: "Kakek pertapa nelayan, aku akan berangkat lebih dulu"
Mendengar seruan tersebut, kakek pertapa nelayan dari sungai
Kang ciu segera menengadah keatas, ia saksikan beberapa buah
titik emas berkelebat lewat dari atas kepalanya, dengan cepat ia mengenali titik
emas itu sebagai senjata cakar garuda sakti di
tangan Giam In kok, tak tahan lagi sambil menghela napas panjang ia berkata:
"Aaaai.... gerakan langkah kita beberapa orang tua bangkotan sudah jauh lebih
lambat, biarlah dia yang mengejar orang itu dan menghadangnya kembali....!"
Pada mulanya tangan sakti penghancur baja Ku wi masih belum
percaya kalau bocah semuda itu berhasil memiliki ilmu silat yang begitu lihay,
tapi sekarang setelah menyaksikan dengan mata
kepala sendiri, dia baru sadar bahwa kemampuan pemuda itu
kangzusi.com memang sungguh luar biasa, ia menjadi sangat kagum.
Dalam pada itu, Giam In kok setelah berhasil melampaui ketujuh
orang pendekar tua itu, dengan cepat ia mengerahkan ilmu
meringankan tubuhnya sedemikian rupa hingga larinya semakin
cepat. Dalam waktu yang singkat ia telah dapat melihat dengan jelas
bahwa bayangan manusia yang sedang berlari dihadapannya
sedang mengempit tubuh seseorang, dalam perkiraan-nya orang itu pasti akan
berhasil di susul dan dihadang olehnya.
Pada waktu itulah mendadak orang itu meloncat masuk kedalam
sebuah selokan kering, kemudian kabur menuju kedalam sebuah
selat sempit yang dikelilingi oleh bukit berbatu yang tajam dan menjulang
keangkasa. Giam In kok jadi gelisah, ia segera mempercepat larinya untuk
mencegah orang itu agar tidak masuk kedalam selat makin dalam
tapi ia gagal untuk mencapai maksud hatinya itu, karena hanya
dalam beberapa kali kelebatan saja bayangan tubuh orang itu sudah lenyap dari
pandangan. Giam In kok jadi penasaran, dalam hati yang panas karena gusar
teriaknya: "Bangsat tua, kendati kau sudah kabur kedalam pintu akhiratpun, siauya akan
menyusul dirimu!" Menanti pemuda itu telah masuk kedalam lembah, ia saksikan
pohon yang lebat tumbuh memenuhi lembah yang sempit itu, batu
cadas yang tajam berserakan disana sini, jangan dikata bayangan manusia,
kendatipun burung atau binatangpun sama sekali tak
kelihatan. "Indah nian tempat ini, lagipula suasananya sunyi" bisik Giam In kok didalam
hati kecilnya, "tapi.... kemana perginya setan tua itu?"
Malam telah menjelang tiba, pemandangan disekitar lembah
itupun sukar dicapai dengan pandangan lurus, untuk mencari
kangzusi.com seseorang ditempat seperti itu benar-benar merupakan suatu
pekerjaan yang amat sulit.
Entah sudah berapa lama pemuda itu berjalan dan mencari,
namun Setan tua itu belum juga berhasil ditemukan, sementara
fajar telah menyingsing dari ufuk sebelah timur.
Giam In kok telah berjalan sehari semalam, perutnya sudah mulai merasa lapar dan
haus.... Kebetulan sekali ia tiba dibawah sebuah pohon yang besar dan
tinggi, pemuda itu segera berpikir dalam hatinya:
"Pohon ini sangat besar dan tinggi sekali, aku bisa menggunakan tempat ini
sebagai tempat untuk memeriksa keadaan disekitar sini, siapa tahu kalau didekat
lembah ini terdapat dusun kecil?"
-ooo0dw0ooo- Jilid : 19 Berpikir sampai disitu, ia segera menjejakkan kakinya dan
melayang naik keatas pohon.
Siapa tahu baru saja badannya mencapai separuh jalan,
mandadak dari atas pohon menggulung tiga gumpal hawa pukulan
yang maka dahsyat, begitu hebat serangan tersebut, membuat ia
jadi terperanjat dan buru-buru mengepos tenaga sambil melayang
kearah pohon lain yang juah lebih rendah.
Pada waktu itulah, dedaunan diatas pohon besar itu tersingkap
kesamping dan meluncurlah sesosok bayangan putih melayang
turun dari atas pohon, gerakan tubuh orang itu sangat aneh sekali, meskipun
melayang turun kebawah, namun badannya seakan-akan
sama sekali tak mempunyai berat, bahkan lebih mendekati seperti selempar kertas
yang sedang beterbangan ditengah hembusan
angin. Giam In kok mengawasi paras muka orang itu dengan seksama,
dia saksikan orang itu berusia diantara tiga puluh tahunan,
kangzusi.com wajahnya tampan dan berpakaian seperti seorang pelajar, sorot
matanya lembut dan mukanya ramah.
Meskipun demikian, Giam In kok merasa agak jengkel juga
karena ia sudah disergap orang tanpa mengucapkan sepatah
katapun, sambil mendengus dingin katanya:
"Hmm, kau benar-benar seorang manusia yang tak tahu sopan
santun, sebelum membedakan mana yang benar, mana yang salah,
mengapa kau pukul orang secara sembarangan?"
Orang itu melirik sekejap kearah Giam In kok, lalu sambil tertawa terbahak-bahak
jawabnya: "Haaaaa.... hahaaa..... hahaaa.... bocah cilik! aku tidak
memandang engkau sebagai seorang bocah yang tak tahu diri,
cukup berdasarkan perkataanmu itu aka sudah dapat menahanmu
untuk selamanya didalam lembah pertapaan iblis ini!"
"Lembah pertapaan iblis?" pikir bocah itu dalam hatinya, "jangan-jangan setan
tua bermuka seratus juga menyembunyikan diri dalam lembah ini?"
Berpikir sampai disini, ia segera membentak keras:
"Jadi setan tua bermuka seratus juga bersembunyi disini?"
"Setan tua bermuka seratus" mau apa kau mencari iblis tua
itu....?" Dari perubahan wajah orang itu, Giam In kok menduga bahwa ia
kenal dengan iblis yang bernama setan tua bermuka seratus, maka dengan gusar
segera serunya: "Jawab dulu pertanyaanku, aku yang bertanya kepadamu atau
kau yang bertanya kepadaku?"
"Ooooh....! kau anggap dirimu berhak mengajukan pertanyaan tersebut kepadaku?"
"Hmm!" Giam In kok mendengus dingin, "jika kau tidak kangzusi.com
menerangkan dimanakah setan tua itu bersembunyi, siauya pasti
akan menyuruh dirimu mampus sekarang juga!"
"Hahaaa.... hahaaa.... hahaaa.... orang kuat mengatakan ombak sungai Tiang Kang
mengurung didepan-nya, perkataan itu memang
tepat sekali, sampaisampai manusia muda macam dirimupun berani berlagak angkuh
dihadapan aku si orang tua!"
Giam In kok makin gusar mendengar ejekan orang itu, sekali lagi bentaknya:
"Sebenarnya kau bersedia untuk bicara atau tidak?"
"Terangkanlah dahulu siapakah namamu dan kau merupakan
anak murid siapa?" "Siauya bernama In Kok hui, soal perguruan... hmm! kau masih belum berhak
mengetahuinya!" "In Kok hui, mega diatas lembah yang terbang, ooooh....mega ditempat ini memang
benar-benar bisa terbang, tapi sayang lembah nya tak bisa terbang, namamu tidak
benar... bukan saja kurang
tepat bahkan aku orang tua pun juga belum pernah mendengar,
lebih baik katakan saja asal-usul perguruanmu...."
Giam In kok yang kehilangan jejak setan tua bermuka seratus,
sadari tadi sudah mangkel dan jengkel, apalagi sekarang setelah dipermainkan
orang, hawa amarah yang berkobar dalam dadanya
semakin memuncak, sambil mengayunkan tangannya keatas,
hardiknya: "Kalau kau tak mau berbicara lagi, jangan salahkan kalau aku akan segera
menghajar dirimu!" "Eeeei.... kau sudah tuli bagaimana" bukankah selama ini aku bicara terus" kau
yang keliru mencari alamat, meskipun lembah ini merupakan lembah pertapaan
iblis, namun itu bukan berarti
pertapaan ini dihuni oleh sebangsa setan, kalau kau bersedia
menerangkan perguruanmu, siapa tahu dengan memandang diatas
wajah gurumu aku bersedia membantumu untuk melakukan
pencarian?" kangzusi.com
"Kau tak usah ngaco belo tak karuan lagi! sudah jelas siauya tadi melihat setan
tua bermuka seratus itu kabur masuk kedalam lembah ini, ayoh cepat suruh ia
menggelinding keluar....!"
"Aaaah! kalau bicara yang benar! masa ia sudah masuk kedalam lembah ini?"
"Benar, aku tidak bohong!"
"Baik!" ujar pria itu kemudian sambil berpikir sebentar,
"sambutlah dahulu tiga buah pukulanku, aku ingin melihat, apakah kau pantas
untuk bermusuhan dengan setan tua atau tidak!"
"Siauyu tak sudi bertempur dengan orang tanpa alasan, kuharap kau bersedia
memberitahukan kemana larinya setan tua itu!"


Pendekar Muka Buruk Pendekar Berwajah Seribu Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Oooo....! selamanya aku bicara tetap satu dan tak pernah
berubah jadi dua, terimalah dulu sebuah pukulanku ini!"
"Tunggu sebentar...."
"Tak usah banyak bicara, terimalah pukulanku ini!"
Tanpa memperdulikan apakah musuhnya bersedia melakukan
perlawanan atau tidak, begitu selesai bicara, ibaratnya segulung asap yang
ringan ia menerjang kedepan dan melepaskan sebuah
pukulan yang maha dahsyat. Giam In kok jadi naik pitam
menghadapi keadaan seperti itu, pikirnya dalam hati:
"Orang ini sangat sombong dan jumawa, siauya harus memberi pelajaran dulu
kepadanya agar dia tahu akan kelihayanku!"
Gulungan angin puyuh diiringi desiran angin suara yang tajam
dengan cepat meluncur datang, buru-buru bocah itu segera
menghimpun tenaga dalamnya sebesar enam bagian dan menangkis
datangnya ancaman tersebut.
"Blaaaaam....!"
Ditengah benturan keras yang memekikkan telinga, tubuh orang
itu tergetar amat keras sehingga hampir saja terjungkal keatas
tanah. kangzusi.com Sebaliknya Giam In kok sendiri segera merasakan kuda-kudanya
tergempur dan badannya tergetar keras, hampir saja ia terjungkal keatas tanah.
Bentrokan ini mengobarkan hawa amarah dalam benak bocah
muda itu, dia segera membentak keras:
"Bagus sekali! hey orang tua, sambutlah sebuah pukulanku
ini....." Giam In kok pernah mempelajari ilmu pukulan tak berwujud dari
manusia paling rakus dari kolong langit serta ilmu silat yang
tercantum dalam kitab pusaka Cing Khu hun pit, dengan
menghimpun tenaga sebesar delapan bagian ia melepaskan satu
pukulan kedepan. Orang itu bersikap tegap dan tenang, perlahan-lahan tangannya
didorong kemuka melepaskan pula satu pukulan yang sama sekali
tak berwujud. Ketika kedua gulung angin pukulan itu bertemu satu sama lainnya, terjadilah
gulungan angin berpusing ditengah gelanggang,
daun dan ranting disekeliiing tempat itu ber guguran keatas tanah, pasir dan
debu beterbangan diangkasa, keadaannya betul-betul
menyeramkan sekali. Tiba-tiba orang itu menghela napas panjang dan berkata:
"Aaaaai....! sungguh tak kusangka walau pun aku telah berlatih dengan tekun dan
rajin sepuluh tahun lamanya, namun semua
usahaku hanya sia-sia belaka... dengan kemampuan seperti ini
mana bisa aku menangkan kaum durjana dari sembilan partai tiga
perkumpulan besar?" Giam In kok segera tercengang, kemudian tanyanya:
"Apakah kau mempunyai dendam atau perselisihan dengan kaum sembilan partai dan
tiga perkumpulan besar?"
"Aku sih tak ada dendam atau sakit hati dengan mereka, tapi merekalah yang ada
dendam dengan diriku!"
kangzusi.com "Waaaaah..... kalau begitu kejadiannya aneh sekali?"
"Sama sekali tak aneh! sekarang sambutlah kembali sebuah
pukulanku tapi kau musti hati-hati dengan pukulanku ini!"
"Agaknya ia tidak termasuk orang jahat, sayang ia berkumpul dengan setan tua
bermuka seratus.... sekalipun tidak jahat, karena pergaulan-nya itu ia bisa
menjadi jahat!" Dan sekarang, setelah mendengar peringatan dari orang itu
sebelum melepaskan serangannya, timbullah perasaan simpatik
dalam hati kecilnya, sambil tertawa ia menjawab:
"Silahkan kau melancarkan serangan sekehendak hatimu!"
"Hey.... bocah... kau jangan terlalu gegabah!" kembali orang itu memperingatkan,
"jurus Lak He Kui it atau enam bergabung jadi satu yang akan kulancarkan kali
ini akan meluncur dari empat
penjuru, kau musti hati-hati!"
"Jangan kuatir....!" sahut Giam In kok tertawa.
"Aaaa... aneh benar, sejak bertemu denganmu, entah mengapa dalam hatiku selalu
timbul suatu perasaan yang hangat, aku merasa seakan akan tak tega membiarkan
kau terluka.... baiklah! jurus
serangannya akan kugunakan secara komplit, tapi tenaganya akan kukurangi satu
bagian, nah! sambutlah pukulanku ini....!"
Dalam hati Giam In kok merasa geli, ia mengira orang itu sedang mengibul dan
sengaja menyombongkan diri, siapa tahu baru saja
pihak lawan menyelesaikan kata-katanya, dari tengah udara
meluncurlah bayangan tangan yang amat rapat, ibarat hujan badai, bahkan dari
delapan penjuru meluncur datang kekuatan besar yang hebat bagaikan gulungan
ombak, membuat posisinya jadi terjepit
dan tak mampu mengundurkan diri.
Menghadapi jurus serangan yang maha dahsyat itu, Giam In kok
jadi amat terperanjat, buru-buru ia menggunakan jurus Thian san ci bian atau
raja monyet memintal sutera untuk membendung
datangnya ancaman tersebut.
kangzusi.com "Ploook....! blaaammm.....!"
Dua sosok bayangan manusia saling membentur ditengah udara,
kemudian masing-masing berpisah kesamping kiri dan kanan,
meskipun orang itu tak sampai tergetar mundur kebelakang, akan
tetapi Giam In kok sendiripun masih tetap berdiri ditempai semula.
Melihat kelihayan musuhnya, dengan perasaan kagum orang itu
berseru lantang: "Engkoh cilik, aku percaya kau sanggup menandingi kelihayan setan tua bermuka
seratus, tapi selama puluhan tahun belakangan inipun ia juga melatih terus ilmu
silatnya dengan tekun, siapa tahu kalau kepandaiannya juga telah memperoleh
kemajuan yang amat pesat?" Giam In kok terperangah, kemudian jawabnya:
"Aaaah! kepandaian silat dari setan tua bermuka seratus itu tidak selisih banyak
dengan kepandaianku, bahkan semalam...."
Tiba-tiba pemuda itu merasa bahwa dibalik ucapan lawannya
terselip hal-hal yang mencurigakan, ia segera berpikir:
"Jika setan tua bermuka seratus berdiam di lembah ini, tak mungkin kalau ia tak
kenal dengan dirinya.... eeei, bukankah setan tua itu dijuluki orang "setan tua
bermuka seratus" jangan-jangan dia sendirilah yang merupakan penyaruan dari
setan tua itu?" Pemuda itu merasa andaikata dia sampai dikibull oleh lawannya, maka ia sebagai
bocah ajaib bermuka seribu tentu akan merasa
sangat malu sekali. Berpikir sampai disini, dengan muka dingin ia segera
membentak: "Sebenarnya siapakah kau ini?"
"Kenapa sih kau sangat ingin mengetahuinya?" jawab orang itu agak mendongkol.
"Hmmm! jangan-jangan kau sendiri yang merupakan setan tua
itu?" kangzusi.com "Atas dasar apa kau bisa mengatakan demikian?"
"Atas dasar ilmu silatmu, dan memiliki tenaga dalam sebesar enam puluh tahun
hasil latihan!" "Hahaaa.... hahaaa.... hahaaa.... aku orang tua sih tak sudi mengaku-aku sebagi orang
lain, asalkan dapat memecahkan nama
dari lembah ini, maka kau akan segara mengetahui apakah aku
merupakan setan tua atau bukan?"
Diam-diam Giam In kok berpikir:
"Lembahnya dinamakan lembah pertapaan iblis, kemudian dia
mengatakan kalau ada iblis tak ada setan, benarkah ucapannya itu"
tapi... terang-terangan aku melihat dengan jelas setan tua itu kabur kedalam
lembah, lalu kemana perginya kalau tidak bersembunyi
disini" dia mengaku sebagai iblis... padahal diantara empat iblis yang tersohor,
ada tiga diantaranya sudah pernah kujumpai,
jangan-jangan dia adalah..."
Mendadak pemuda itu seperti teringat akan sesuatu, dengan
senyum dikulum ia segera menegur:
"Bukankah kau iblis langit Suto Liong?"
Maut Bernyanyi Pajajaran 2 Wiro Sableng 067 Halilintar Di Singosari Alap Alap Laut Kidul 5

Cari Blog Ini