Ceritasilat Novel Online

Pendekar Muka Buruk 9

Pendekar Muka Buruk Pendekar Berwajah Seribu Karya Tjan Id Bagian 9


Orang itu agak terperanjat, dengan cepat ia bertanya:
"Dari siapa kau pernah mendengar tentang namaku itu?"
"Dari empat iblis sakti, aku sudah pernah menjumpai tiga orang lainnya!"
Sekali lagi sekujur badan orang itu nampak gemetar keras, buru-buru ia berseru
dengan nada gelisah: "Jadi kau sudah pernah ketemu Suto hong?"
"Benar!" "Dan kalian telah bertempur?"
"Tidak! kita bahkan sudah mengikat hubungan!"
"Mengikat hubungan?" bisik orang itu degan wajah terperangah kangzusi.com
karena heran. "Benar, ia menyuruh aku memanggil dirinya sebagai Ik poo (adik nenek)!"
"Oooh...! jadi hubunganmu dengan Suto Ing adalah...."
Giam In kok telah mengetahui apa yang hendak diucapkan
olehnya, buru-buru ia mengangguk dan menceritakan duduk
persoalan yang sebenarnya.
Selesai mendengar keterangan itu, orang menghela napas
panjang dan berkata: "Ooooh....! kiranya begitu, tak aneh kalau aku merasa simpatik sekali kepadamu,
sejak pertemuan yang pertama tadi, ternyata kau masih mempunyai hubungan dengan
diriku, kalau tidak.... wah! bisa berabe, ayo naik ke pohon dan makan beberapa
buah pepaya untuk mengisi perut, ada perkataan dibicarakan nanti saja!"
Giam In kok memang sudah merasa sangat lapar, walaupun ia
masih ragu, apakah orang itu benar-benar adalah iblis langit Suto Liong atau
bukan, tapi sedikit banyak ia sudah merasa simpati
kepadanya. Maka bocah itu segera mengikuti orang itu naik keatas pohon,
disana ia disuguhi pepaya besar dan segera melahap dengan
nikmatnya. Selesai mengisi perut, bocah itu segera bertanya:
"Cianpwee, apakah semalam kau tidak mendengar ada orang
memasuki lembah ini?"
"Ada!" orang itu mengangguk.
"Apakah dia setan tua bermuka seratus?"
"Tidak, orang itu ialah kau sendiri!"
"Aaaaah! masa ya...."
"Aku sama sekali tak membohongi dirimu, lembah ini merupakan kangzusi.com
sebuah lembah buntu, ada jalan masuk tapi tak ada jalan keluar, kecuali orang
itu sudah mengundurkan diri lewat jalan semula, tak mungkin ia bisa keluar dari
sini lewat jalan lain"
"Kalau kuperhatikan keterangan dan bentuk badan seperti yang kau ceritakan,
orang ini tidak mirip dengan keadaan dari setan tua bermuka seratus, sebab kalau
mengikuti tabiatnya dimasa silam
yang luntang lantung seorang diri, tak mungkin ia bersedia
memimpin kawanan manusia yang jumlahnya banyak, kurasa
persoalan ini amat mencurigakan sekali, kau harus memeriksanya
dengan seksama dan hati-hati, kalau sampai menyalahi dirinya
maka banyak kesulitan yang bakal kau temui!"
Setelah mendengar penjelasan orang itu, Giam In kok makin
kebingungan dibuatnya, ia tak tahu apakah yang diucapkan olehnya benar atau cuma
emosi kosong belaka. Melihat kesangsian yang terpancar diatas wajah bocah muda itu,
sambil tertawa orang itu berkata kembali:
"Kalau kau tidak percaya, begaimana jika kuajak dirimu mengitari seluruh lembah
ini?" "Tentu saja aku percaya, dengan perkataan cianpwee, tapi
dengan mata kepala sendiri kusaksikan kakek yang menyaru
sebagai setan tua bermuka seratus itu kabur kearah lembah ini
dengan membawa Sim Peng, aku harus menyelidiki persoalan ini
hingga jelas duduknya perkara!"
"Baik! mari kita memeriksa lebih dahulu disekitar lembah ini...."
Dalam pada itu, sang surya sudah berada diawang-awang, kabut
tebal tersapu lenyap dari lembah, apa yang terlihat disekitar situ hanyalah
tebing-tebing berbatu runcing, karang yang tinggi
menjulang keangkasa, luasnya dalam lembah hanya beberapa
hektar dan pemandangan-nya sangatlah indah.
Ketika orang itu mengajak Giam In kok kemulut lembah, diatas
sebuah batu cadas, mereka temukan sesosok mayat terkapar disitu, lebih seksama,
ternyata diketahuinya bahwa mayat itu merupakan
mayat dari Sim peng, kepala keluarga dari perkampungan keluarga kangzusi.com
Sim. Tubuhnya sudah dingin dan kaku, diihat dari keadaannya, jelas
membuktikan bahwa ia sudah menemui ajalnya sekitar kira-kira tiga jam berselang.
Giam In kok jadi gusar bercampur dendam, sambil mendepakkan
kakinya keatas tanah ia berseru:
"Bangsat itu benar benar amat keji, apa salahnya Sim cengcu terhadap dirinya"
ternyata ia begitu tega menghabisi nyawanya...!"
Orang itu membungkam, dengan pandangan yang seksama ia
periksa mayat Sim Peng dan meneliti sebab kematiannya,
mendadak ia berseru dengan terperanjat:
"Aaaah...! kenapa ilmu silat yang dipergunakan orang itu untuk membinasakan
korbannya persis seperti kepandaian andalanku?"
"Tayhiap, kepandaian apakah itu?"
"Menotok putus urat nadi dikepala!"
"Aaaah...! kalau begitu orang itu ada maksud menfitnah
dirimu...!" Orang itu termenung beberapa saat lamanya, kemudian sambil
menghela napas panjang katanya:
"Aaaai....! sudah tiga puluh tahun lamanya aku mengasingkan diri ditempat ini,
sungguh tak nyana ada orang yang berani
menfitnah diriku... orang seperti itu harus dibunuh... bunuh! bunuh!
sampai mampus!" Saking mendongkolnya, sembari berteriak dia mengayunkan
tangannya menghantam sebuah batu cadas setinggi beberapa depa
hingga hancur berantakan.
Serunya kemudian kepada si anak muda itu:
"Hey, bocah cilik! berangkatlah lebih dahulu, setelah
menyelesaikan keadaan di tempat ini, akupun segera akan
menerjunkan diri kembali kedunia persilatan!"
kangzusi.com "Tayhiap, apakah kau dapat menduga siapakah orang itu?" tanya Giam In kok
kemudian. "Selama hidup sudah terlalu banyak manusia yang kubunuh,
permusuhan telah terikat dimana-mana, dari mana aku bisa tahu
siapakah orang itu....?"
Giam In kok tahu kalau pihak lawan berkata sesungguhnya,
banyak bertanyapun tak ada gunanya, maka diapun segera
berpamitan kepada orang itu, kemudian sambil membopong jenasah
Sim Peng ia berlalu dari sana.
Beberapa li kemudian, disuatu tempat yang berpemandangan
indah ia berhenti dan membaringkan jenasah Sim Peng diatas
tanah, lalu ia berkemak-kemik membaca doa, bisiknya:
"Sim cianpwee, walaupun kau tidak ingin mati, namun dalam
kenyataannya kau telah tiada didunia ini, aku tak bisa menolongmu kecuali
mengembumikan tubuh kasarmu disini, semoga kau dapat
beristirahat dengan tenang dan melindungi aku dari alam baka agar sakit hatimu
bisa kutuntut balas....!"
Habis membaca doa, pemuda itu menggali sebuah liang disana
dan mengubur jenssah Sim Peng ketua perkampungan keluarga
Sim! Setelah berdiri termangu-mangu beberapa waktu lamanya,
akhirnya pemuda itu membalikkan badan menuju keperkampungan
keluarga Sim. Berpuluh-puluh ii sudah lewat tanpa terasa, sementara Giam In
kok masih melainjutkan perjalanan sambil melamun, tiba-tiba dari arah samping
jalan berkumandang datang suara panggilan:
"In siau hiap! tunggu sebentar...."
Bocah muda itu segara berhenti dan mengalihkan pandangannya kearah mana
berasalnya suara itu, terlihatlah Kiu ci sian koh, dewi berjari sembilan Go Lin
muncul dari sebuah persimpangan
jalan dipinggir hutan, ia segera menegur:
kangzusi.com "Bibi Go! kemana perginya beberapa orang pendekar tua"
mengapa tidak melakukan perjalanan bersamamu?"
"Kami sedang mencari jejakmu diempat penjuru, tapi tak berhasil menemukan
engkau, karenanya kamipun memisahkan diri untuk
mencari jejakmu.... eiii....! kenapa paras mukamu nampak murung dan sedih?"
Mendengar pertanyaan itu, Giam In kok menengadahkan
kepalanya dengan sedih, ia menjawab:
"Sim cengcu telah menemui ajalnya!"
"Aaaah! masa ya?" seru dewi berjari sembilan dengan wajah tidak percaya.
"Benar, akulah yang mengebumikan jenasahnya!"
"Ooooh... sungguh kasihan...."
Melihat tanggapan yang amat hambar dari pihak lawan, Giam In
kok merasa agak tercengang, pikirnya:
"Nenek ini aneh sekali, dia toh sahabat karib perempuan suci Ho hoo siuli,
kenapa paras mukamu tidak kelihatan sedih atau kesal setelah mendengar suami
dari murid sahabatnya mati"... heran...."
Timbul perasaan curiga dalam hatinya, ia tatap wajah dewi
berjari sembilan itu tajam-tajam, lalu sambil tertawa tanyanya:
"Bibi Go hendak berkumpul dimana" apakah kalian hendak
kembali keperkampungan keluarga Sim?"
Kami telah berjanji untuk berkumpul didusun sebelah sana!"?sambil berkata dewi berjari sembilan menuding kearah sebuah
dusun kecil ditempat kejauhan.
Pada saat ia sedang menuding kearah depan itulah, tiba-tiba
Giam In Kok merasakan datangnya segulung desiran angin tajam
yang langsung mengancam kearah pinggangnya.
Hawa murni It goan kang ki yang berada dalam tubuhnya secara
kangzusi.com otomatis memberikan reaksinya dan menghimpun kedalam
pinggang untuk melakukan perlawanan, bersamaan itu pula telapak tangan kirinya
membabat kearah bawah melenyapkan tenaga
serangan yang terpencar dari jari lawan.
"Eeeei... bibi Go!" serunya dengan tercengang, "kenapa kau mengajak aku bergurau?"
Tiba-tiba.... sorot matanya menemukan sesuatu yang
membuatnya jadi tertegun, ternyata perempuan itu mempunyai
sepuluh jari yang komplit, dengan kegusaran yang berkobar ia
segera membentak keras: "Siapa kau?" Sembari berteriak, cengkeraman maut segera dilepaskan kearah
depan. Agaknya Kiu ci sian koh, dewi berjari sembilan menemukan pula
kekurangan dalam penyaruan-nya, tidak menunggu sampai
serangan Giam In kok meluncur tiba, ia segera menyingkir
kesamping dan kabur dari situ.
Sambil melarikan diri ia tertawa keras, serunya:
"Bajingan cilik! tengah hari nanti, jiwa anjingmu akan segera melayang
meninggalkan ragamu...... hahaha.... hahaaa... hahaaa...
selamat jalan bangsat!"
Diam-diam Giam In kok merasa amat terperanjat setelah
mendengar perkataan tadi, pikirnya dihati:
"Aneh, kenapa ia berkata begitu" jangan-jangan aku sudah kena dibokong olehnya?"
Kecurigaan-nya semakin tebal, tanpa sadar si anak muda
memperlambat gerakan tubuhnya.
Sementara itu Kiu ci sian koh, dewi berjari sembilan ibaratnya
anak panah yang terlepas dari busurnya telah kabur terbirit-birit dari situ,
dalam waktu singkat ia sudah berada setengah li jauhnya dari tempat semula.
kangzusi.com Ditinjau dari sepulah jari tangan Kiu ci sian koh yang utuh, tak usah dipikir
lagi sudah dapat dipastikan bahwa ia merupakan dewi berjari sembilan gadungan,
pemuda itu kembali berpikir:
"Ucapannya mencurigakan sekali, untuk membuktikan apakah
aku sudah terkena bokongan-nya atau tidak, aku harus mencari
tempat sepi memeriksa kesehatan badanku!"
Waktu itu ia berada didepan sebuah persimpangan jalan, melihat
daerah disekitar sana tak ada orang, bocah itu segera duduk
bersemedi dan memeriksa keadaan tubuhnya.
Tiba-tiba..... tatkala hawa murninya mencapai pada bagian tubuh sekitar jalan
darah Tiang jiang hiat, seluruh hawa murninya
tersumbat dan tak bisa ditembusi kembali, kejadian ini segera
membuat hatinya sangat terperanjat.
"Aduuuh celaka!" keluhnya dihati.
Pemuda itu sudah pernah menghisap cairan kumala dalam buli-buli emas, pernah
pula menghisap buah rotan sehingga urat nadi
penting Jin toknya tembus, kemudian berlatih pula ilmu silat
peninggalan Cing Khu sangjin, bilamana luka yang dideritanya tidak parah, tak
mungkin hawa murninya tersumbat.
Ia sadar bahwa apa yang diucapkan dewi berjari sembilan
gadungan itu sedikitpun tak salah, ia hanya mempunyai kesempatan hidup selama
satu jam belaka. Andaikata mulai saat itu ia bisa duduk bersemedi dengan tenang, dan berusaha
menembusi seluruh hawa murninya yang tersumbat,
lalu beristirahat barang satu dua hari, mara bahaya itu pasti bisa dilewatkan
dengan selamat. Tapi.... mungkinkah ia bisa bersemedi dengan tenang" ditinjau
dari kelicikkan dan kekejian lawan dalam melakukan penyergapan
tersebut, bisa ditarik kesimpulan bahwa dewi gadungan itu selalu mengejar
keselamatan jiwanya.... Belum sempat anak muda itu berpikir lebih jauh tentang luka
kangzusi.com parah yang sedang diderltanya itu, tiba-tiba dari tempat kejauhan kembali
berkelebat datang tujuh sosok bayangan manusia, empat
pria dan tiga wanita, bahkan orang yang pertama berjalan dipaling depan adalah
Kiu ci sian koh, dewi berjari sembilan.
"In Siau hiap...! terdengar ia menegur dengan suara yang merdu.
Sekali terpagut ular, selamanya takut melihat tali tambang,
setelah terjebak oleh tipu muslihat lawan, Giam In kok benar-benar dibuat jeri.
Tatkala menyaksikan kehadiran tujuh orang jago itu, tanpa
bertanya diam-diam ia memaki:
"Sialan....! rupanya aku telah bertemu dengan setan...." ia segera kabur dari situ.
Dalam pada itu, Kiu ci sian koh jadi tercengang sewaktu
menyaksikan pemuda itu kabur setelah bertemu dengan dirinya,
diam-diam ia mengeluh: "Aneh benar, kenapa In siau hiap segera kabur dari sini setelah berjumpa
denganku?" Rupanya ketujuh orang yang munculkan diri pada saat ini adalah
tujuh pendekar yang sesungguhnya.
Mendengar pertanyaan itu, petapa nelayan dari sungai Kang ciu
segera mengawasi sekejap bayangan punggungnya, kemudian
dengan terperanjat dia berseru:
"Aaaah....! dia memang benar-benar In siau hiap, tapi... kenapa langkah kakinya
kalut dan tidak karuan" jangan-jangan ia telah
menderita luka parah?"
"Kalau begitu ayoh kita kejar!" seru tangan sakti penghancur baja dengan
gelisah, "ia pasti telah berjumpa dengan setan bermuka seratus yang menyaru
sebagai kita, karena itu ketika bertemu
dengan kita lantas kabur!"
"Ehhm!....benar juga perkataanmu itu...."


Pendekar Muka Buruk Pendekar Berwajah Seribu Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Demikianlah, maka ketujuh orang pendekar itu segera
kangzusi.com mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya dan segera melakukan
pengejaran dari belakang.
Sementara itu Giam In kok telah mengerahkan ilmu meringankan
tubuhnya sedemikian rupa, sehungga gerakan tubuhnya benar-benar cepat sekali,
dia memang ada maksud untuk melepaskan diri dari pengejaran dari beberapa orang
itu, sehingga bisa mencari
tempat yang aman untuk menyembuhkan diri, karena itulah dalam
waktu singkat ia sudah jauh meninggalkan para pengejarnya.
Kabut yang tebal menyelimuti seluruh permukaan tanah, bukit
terjal dan curam menjulang tinggi keangkasa, tanpa sadar si anak muda itu telah
memasuki sebuah daerah perbukitan yang bentuknya mirip sekali dengan sebilah
pedang tajam yang berdiri berjajar.
Dalam perkiraan bocah itu, asal dia berhasil memasuki daerah
yang diliputi kabut itu berarti ia telah aman, karena itulah walaupun keringat
mengucur dengan derasnya, napasnya sudah tersengkal-sengkal,namun ia masih tetap
berusaha keras untuk lari masuk
kearah perbukitan yang aneh itu.
"Hahaha... hahaa.... hahaaa...." serentetan gelak tertawa yang amat keras dan
mengetarkan hati tiba-tiba berkumandang dari arah depan, kemudian disusul
meloncat keluarnya sesosok makhluk aneh yang berwajah amat jelek, berambut
panjang dan bermuka separuh
setan dari belakang sebuah batu cadas.
"Bocah keparat!" setu orang itu dengan seram, "jalan kesurga tidak kau tempuh,
jalan keneraka malah kau dobrak.... puncak tiga pedang merupakan tempat kuburmu
untuk selamanya!" Giam In kok merasa bahwa nada suara makhluk aneh itu sangat
dikenai olehnya, tapi untuk beberapa saat lamanya ia tak dapat
mengingatnya kembali siapakah orang itu, apalagi isi perutnya
sedang terluka dan kesadarannya agak terganggu saat ini.
Melihat ada orang menghadang jalan perginya, dengan mata
merah membara ia segera malancarkan serangan kearah depan.
kangzusi.com "Weeeessss....!"
Desiran angin tajam berhembus lewat menyapu batu cadas
disekitarnya, hingga hancur berantakan, sementara makhluk aneh
tadi buru-buru menghindarkan diri kesamping, walaupun begitu
badannya termakan juga oleh percikan batu kerikil yang membuat tubuhnya jadi
kesakitan. Rupanya didalam melancarkan pukulan tadi, Giam In kok telah
mengerahkan segenap sisa kekuatan yang di milikinya, setelah
melepaskan pukulan tersebut, ia mundur ke belakang dengan
sempoyongan dan jatuh terduduk diatas tanah, darah kental
muntah keluar dari mulutnya.
"Hahaaa.... hahaaa.... hahaaa....." makhluk aneh bermuka jelek itu maju kedepan
selangkah demi selangkah, sorot matanya
memancarkan cahaya bengis dan gelak tertawanya membuat orang
jadi bergidik. Pada saat itu kesadaran Giam In kok sudah menurun, asal pihak
lawan mengetahui keadaan tersebut maka dengan mudah ia dapat
membinasakan jiwanya.... Sepuluh langkah.... lima langkah.... tiga langkah.... satu
langkah.... Dengan sorot mata yang bengis dan tak berkedip, makhluk aneh
itu mengawasi calon korbannya, telapak tangannya perlahan-lahan diangkat keudara
dan siap melepaskan pukulan yang mematikan.
Tiba tiba.... seakan-akan ia teringat akan suatu peristiwa yang penting, wajahnya
kelihatan agak sangsi, lalu gumamnya seorang
diri: "Aku tak boleh membiarkan dia mampus dengan begitu saja, ia telah berhasil
mendapatkan kitab pusaka Cing Khu Hun pit, aku
harus memaksanya agar ia menyerahkan kitab pusaka tersebut
kepadaku....." "Sreeat.....!" kangzusi.com Tiba-tiba dari atas sebuah pohon besar, kurang lebih sepuluh
tombak dari tempat kejadian berkelebat sesosok bayangan manusia, sambil meluncur
kedalam gelanggang bentaknya keras-keras
Suara bentakan orang itu keras bagaikan guntur yang membelah
bumi disiang hari bolong, bersamaan dengan meluncur datangnya
tubuh orang itu, sebuah pukulan yang maha dahsyat dilancarkan
kedepan. Makhluk aneh bermuka setan itu jadi terperanjat, merasakan
datangnya ancaman angin pukulan, buru-buru ia berkelit lima depa kesamping untuk
melepaskan diri dari ancaman tersebut.
Menggunakan kesempatan itulah, dengan gerakan tubuh yang
enteng, orang itu sudah melayang turun keatas tanah, lalu sambil menuding
makhluk aneh tadi, orang itu membentak keras:
"Siapakah kau" apa yang sedang kau katakan barusan" apakah kitab pusaka Cing khu
hun Pit?" Rupanya makhluk aneh bermuka setan itu sudah mengetahui
siapakah lawannya, seketika itu juga sekujur badannya gemetar keras, tanpa
mengucapkan sepatah katapun, sepasang tangannya
berputar kencang melepaskan pukulan-pukulan berantai kearah
orang itu. Orang itu mendengus dingin, sepasang tangannya disilangkan
didepan dada dan membendung semua pukulan yang ditujukan
kearahnya. "Blaaaaaam....!"
Bentrokan keras terjadi diudara menimbulkan suara menggelegar
yang memekikkan telinga, debu dan pasir beterbangan diudara.
Giam In kok yaug berada di seputar arena pertarungan segera
tersapu oleh desiran angin berpusing itu hingga mencelat sejauh tiga tombak dan
membentur diatas sebuah batu cadas.
Kebetulan sekali, jalan darah Hui in hiatnya yang kena terbentur, bocah muda itu
menjerit kesakitan dan segera sadar dari pingsannya.
kangzusi.com Sementara itu pertarungan yang sedang berlansung ditengah
gelanggang berlangsung dengan serunya, kedua belah pihak samasama mangerahkan
jurus yang tercepat dan terampuh untuk
berusaha merobohkan pihak lawannya, dalam waktu yang singkat
belasan jurus telah lewat.
Tiba-tiba terdengar jeritan setan yang tinggi melengking dan
menyeramkan berkumandang diangkasa, dari balik semak belukar
segera berlompatan keluar lima, enam makhluk aneh bermuka
setan, ditinjau diri langkah tubuh mereka, jelas orang-orang itu merupakan jago
lihay dari dunia persilatan.
Begitu munculkan diri, makhluk aneh itu segera menyebarkan diri dan mengurung
lawannya rapat-rapat. Melihat dirinya terkepung, orang itu bersuit nyaring, suaranya
lengking, hingga menembusi angkasa, tangannya segera
berkelebat lewat, tahu-tahu dalam genggamannya telah bertambah
dengan sebilah senjata tajam yang bentuknya mirip dengan sebuah piring.
Setelah mengetahui senjata yang dipergunakan orang itu,
kawanan makhluk aneh itu jadi terperanjat dan samasama
mengundurkan diri satu langkah kebelakang.
Makhluk aneh itu yang barusan melibatkan diri dalam
pertarungan itu meski tidak menunjukkan perubahan apa-apa,
namun dengan nada suara agak gemetar, ia membentak:
"Cin Too Han! rupanya kau telah menggabungkan diri kedalam perguruan Bu Liang
Sinhud?" Orang itu terperangah, kemudian sambil tertawa tergelak
jawabnya: "Hahaaa.... hahaaaa.... hahaaa.... aku mengira sedang
berhadapan dengan siapa, tak tahunya kau si bajingan tengik, tak aneh kalau aku
merasa agak kenal dengan jurus-jurus yang kau
pergunakan... bagus....! bagus....! hari ini aku orang she chin akan kangzusi.com
menuntut keadilan kepadamu dengan mengandalkan roda terbang
jit gwat hun lun ini!"
Giam In kok yang baru saja tersadar dari pinsan-nya, diam-diam
jadi terperanjat ketika mendengar pembicaraan itu, pikirnya:
"Aaaah...! rupanya bajingan tua itu yang telah datang, tak aneh kalau aku merasa
sangat kenal dengan suaranya.... aaaiii.... sedang yang ini merupakan murid Bu liang
sin hud, semuanya bukan merupakan manusa baik-baik, lebih baik aku kabur saja....!"
Ketika bocah itu merasa bahwa badannya masih bisa bergerak,
perlahan-lahan ia merangkak bangun, siapa tahu baru saja ia akan bangkit
berdiri, tiba-tiba selangkangan-nya terasa amat sakit sekail, membuat pemuda itu
tak tahan dan terpaksa kembali duduk
kembali keatas tanah. "Aaaai....! habis sudah riwayatku, seluruh tenaga dalam yang kumiliki telah punah,
dari pada hidup lebih baik mati... tapi.... masih terlalu banyak pekerjaan yang
harus kuselesaikan, dari pada mati lebih baik hidup menderita...."
Belum habis ingatan tersebut berkelebat dalam benaknya, tiba-tiba dihadapannya
muncul sesosok makhluk aneh, terdengar
makhluk aneh itu berderu sambil tertawa seram:
"Haaaah... hahaaa.... hahaha... keparat cilik, biar aku yang merawat dirimu!"
Kelima jari tangannya dipentangkan bagai kan cakar, dengan
cepat ia lancarkan sebuah cengkeraman keatas bahunya.
Dalam sangkaan Giam In kok, tenaga dalamnya sudah punah
sama sekali, walaupun begitu jurus serangannya sama sakali tak lupa, melihat
pihak lawan melepaskan satu cengkeraman maut,
timbullah keinginan-nya untuk melanjutkan hidup dalam benaknya.
Tanpa sadar tangan kirinya menjangkau kemuka, sementara
tangan kanannya menekan kedepan.
"Plooook!" kangzusi.com
Tulang iga orang itu terhantam telak oleh pukulannya.
Jeritan ngeri yaag menyayatkan hati berkumandang
memecahkan kesunyian, tahu-tahu tubuh orang itu mencelat sejauh beberapa tombak
dari tempat semula. Kejadian ini sungguh mencengangkan Giam In kok, ia segera
berpikir dalam hatinya: "Eeeei.... sungguh aneh, kenapa tenaga dalamku sama sekali tidak punah....?"
Kebetulan pada waktu itu muncul lagi beberapa orang makhluk
bermuka setan didepan mukanya, maka secara beruntun ia
melepaskan beberapa pukulan kedepan.
Hembusan angin puyuh menderu-deru diangkasa, pasir dan debu
beterbangan mengaburkan pandangan, beberapa orang makhluk
aneh itu jadi ketakutan dan samasama mengundurkan diri dari situ.
Kenyataan yang membuktikan bahwa tenaga dalamnya sama
sekali tidak punah mengobarkan kembali semangatnya, ia segera
bersuit nyaring, begitu nyaringnya suitan tersebut, membuat seluruh permukaan
bumi jadi bergerar. Makhluk aneh yang sedang bertempur melawan Chin Tee Han
kelihatan amat terperanjat, ia tidak mengubris lawannya lagi, dari dalam sakunya
ia keluarkan sebungkus bubuk dan melepaskan
gumpalan kabut kuning disekitar tempat itu, kemudian tanpa
banyak bicara lagi, ia segera kabur terbirit-birit.
Chin Tee Han membentak keras:
"Bangsat she Giam! sekalipun kau kabur sampai keujung
langitpun, suatu ketika aku orang she Chin pasti akan mencabut
jiwa anjingmu....!" Tanpa banyak bicara ia kabur dari situ dengan mengambil arah
yang berlawanan dengan kawanan makhluk aneh tersebut.
Setelah pemimpinnya kabur, kawanan makhluk aneh itupun
kangzusi.com tanpa menanti komando, segera menyambar rekannya yang mati
dan ikut melarikan diri terbirit-birit dari sana.
Giam In kok segera membentak nyaring, dengan sekuat tenaga
ia meloncat bangun dari atas tanah, tapi tubuh bagian bawahnya
sama sekali tak mau mengikuti perintahnya lagi.
Sekarang bocah itu baru menyadari bahwa tubuh bagian
bawahnya telah lumpuh, ia menghela napas sedih dan kembali
duduk keatas tanah. Tatkala mendengar bentakan keras yang menggelegar diangkasa
tadi, kawanan makhluk aneh itu jadi ketakutan dan melarikan diri secepatnya
masuk kedalam hutan. Tapi setelah dilihatnya Giam In kKok sama sekali tak melakukan
pengejaran, bahkan hanya duduk belaka diatas tanah, dengan cepat kawanan makhluk
aneh itu memahami apa yang telah terjadi, salah seorang diantaranya segera
tertawa terbahak-bahak dan berseru:
"Hahaaa.... hahaaa.... hahaaa.... rupanya kita semua telah salah melihat, ternyata
tubuh bagian bawah dari bangsat cilik itu sudah lumpuh, apa yang perlu kita
takuti lagi" ayoh! kita serang dari empat penjuru, bila nanti ia sudah lelah dan
kehabisan tenaga, maka kita akan berhasil membekuk dirinya dengan mudah!"
Seruan itu segera disambut dengan teriakan keras oleh kawan-kawan-nya yang lain,
dengan cepat gerombolan makhluk aneh itu
membalikan badan dan mendekati bocah itu lagi.
Menyaksikan perbuatan orang-orang itu, Giam In kok segera
tertawa dingin, pikirnya:
"Ayo maju semua! bajingan tengik, selama siauya masih hidup, akan kusuruh kalian
semua mampus dalam keadaan yang
mengerikan!" Dengan duduk bersila diatas tanah, sepasang tangannya
ditempelkan keatas permukaan tanah, sementara napsu membunuh
yang amat tebal telah menyelimuti seluruh wajah nya, dengan sorot mata berapiapi yang memancar dari kelopak matanya, dia
kangzusi.com mengawasi lawannya lekat-lekat.
Sementara itu kawanan makhluk aneh tersebut telah
memecahkan diri jadi dua rombongan, setibanya diluar hutan,
meskipun dari gerakan tubuh mereka yang ringan dan lincah bisa
diketahui bahwa hati mereka riang dan gembira.
Setelah semua orang mengambil posisi mengurung disekeliling
arena, salah seorang makhluk aneh yang memakai tanduk kambing
diatas kepalanya segera tertawa dingin dan berseru:
"Heheee.... heheee..... hehee... keparat cilik she Giam, lebih baik kutungi sendiri
lengan kirimu, agar gaya sekalian...."
Belum habis ia berkata, tiba-tiba Giam In kok membentak keras,
sepasang tangannya yang menempel diatas tanah menekan kuat-kuat membuat sang
badan mencelat ketengah udara.
Pada saat itulah, tenaga dalam yang telah dihimpun selama ini
segara dihamburkan keluar, angin puyuh yang menggulung lewat
dengan dasyatnya menerjang lawannya, tiga sosok bayangan
manusia segera roboh terkapar diatas tanah dalam keadaan yang
mengerikan. Seorang bocah muda yang lumpuh separuh badannya, ternyata
dalam satu gebrakan berhasil merobohkan tiga orang jago
persilatan yang amat lihay, kejadian ini benar-benar merupakan
suatu peristiwa yang mengerikan sekali...
Makhluk aneh lainnya yang masih hidup jadi terperanjat dan
ketakutan setengah mati, sementara mereka masih bingung dan tak tahu apa yang
musti dilakukan, dari dalam hutan segera
berkumandang suara tertawa dingin disusul seseorang berkata:
"Kalian semua benar-benar manusia goblok, apakah kamu semua tak dapat menghadapi
dirinya dengan memakai senjata rahasia?"
Dari suara pembicaraan tersebut, Giam In kok segera mengenali
orang itu sebagai Cuan In jin atau telapak penembus awan, salah seorang dari


Pendekar Muka Buruk Pendekar Berwajah Seribu Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sepuluh manusia bengis anak buah ayahnya Giam Ong
Hui semasa masih ada diperkampungan Ang sim san ceng tempo
kangzusi.com hari. Ia segera tertawa dingin sambil tertawa mengejek:
"Heheee... heheee... heheee... tangan penembus awan! apa
salahnya kalau kau mencoba sendiri?"
"Tuan muda kelima! memandang diatas hubungan dengan Giam
Cengcu dimasa lampau, aku orang she To merasa tak tega
menderita siksaan hebat selama berhari-hari lamanya sebelum
mampus, karena itu ku peringatkan kepada saudara-saudaraku agar mengirim kau
pulang kealam baka secepat mungkin, hmm! apa
kauanggap aku takut menghadapi seorang manusia cacad macam
dirimu itu?" "Terima kasih atas kebaikan hati anjingmu itu, sebelum itu aku ingin bertanya
kepadamu, apakah Giam Ong Hui bangsat tua itu
juga berada dalam satu komplotan dengan dirimu?"
"Tentu saja, dia merupakan salah seorang diantara lima manusia terhormat!"
"Apakah kalian bergabung dengan perguruan yang dipimpin oleh setan tua bermuka
seratus?" "Hmm! bajingan cilik, saat kematianmu sudah dekat, buat apa kau banyak bertanya
lagi?" bentak tangan penembus awan dengan cepat.
"Huuuh.... setan Too! walaupun siauya sudah jadi setanpun, aku masih tetap akan
menuntut balas kepadamu!"
"Bagus, punya semangat...."
"Beranikah kau munculkan diri dari dalam hutan?" tantang Giam In kok sambil
tertawa sinis. "Kenapa tak berani" akan kulihat sampai dimanakah
kebengisanmu itu....!"
Ditengah tanya jawab itu, tangan penembus awan segera
kangzusi.com munculkan diri dari hutan dengan langkah santai, ia masih tetap mengenakan
tanduk kambing diatas kepalanya eehingga
dandanannya tampak aneh sekali.
Giam In kok tertawa dingin, ejeknya:
"Baik-baik hidup jadi manusia tak sudi, sebaliknya malah senang menyaru jadi
setan dan makhluk aneh, siauya akan segera menguliti badanmu hingga tampangmu
yang asli jadi kelihatan!"
Tangan penembus awan segera tertawa terbahak-bahak.
"Hahaaa.... hahaaa.... hahaaa... kalau ucapaamu kau utarakan pada pagi tadi, aku orang
she Too pasti akan mempercayainya,
sayang seribu kali sayang kau sudah tak mempunyai kemampuan
apa-apa lagi saat ini!"
Walaupun diluaran sitangan sakti penembus awan bicara besar,
namun dalam hati kecilnya dia tahu akan kelihayan yang dimiliki Giam In kok,
karena itulah dengan sorot mata yang tajam dia
mengawasi lawannya tanpa berkedip.
Giam In kok sendiri tetap tenang, rupanya ia sudah mempunyai
rencana yang matang didalam hatinya, mendadak tubuhnya
berputar kencang sambil melepaskan pukulan-pukulan gencar, dua
orang makhluk aneh yang berdiri dibelakang tubuhnya segera
mencelat ketengah udara, ditengah jeritan ngeri yang memilukan
hati, nyawa mereka melayang meninggalkan raganya.
Menggunakan kesempatan dikala tubuhnya sedang berputar,
tiba-tiba tubuh bagian atasnya menjatuhkan diri kebelakang, lalu dengan batok
kepala menahan tanah, sekali lagi tubuhnya mencelat keudara, sepasang tangannya
segera berputar kencang melepaskan pukulan-pukulan dengan jurus Lak gwe hai siang atau
salju beterbangan pada bulan keenam.
Bayangan tangan bagaikan bunga salju yang melayang diudara,
dengan cepat menyelimuti seluruh arena.
Tangan sakti penembus awan yang terkurung dalam jaring
kangzusi.com serangan lawan menjadi sangat kaget dan kelabakan setengah mati, sebelum ia
sempat berteriak, tahu-tahu jalan darah Claa keng hiat diatas bahunya sudah
tertotok dan badannya segera terkapar
diatas tanah dalam keadaan lemas.
Giam Ia Kok yang duduk bersila tepat dihadapannya segera
tertawa cekikikan sambil mengejek:
"Hihiii... hihii.... hihiii... paman To! wah... tak nyana kau sudi duduk dihadapanku,
itu berarti aku akan punya teman untuk
bergurau" "Benar-benar pucuk dicinta ulum tiba!"
Tangan sakti pembalik awan yang tertotok jalan darahnya,
hampir saja jatuh pingsan karena gusarnya, dengan penuh
kemarahan ia berteriak: "Sekarang aku sudah terjatuh ketanganmu apa yang hendak kau lakukan atas
diriku?" Kembali Giam In kok tertawa tergelak.
"Hahaaa... hahaa... hahaa... apa yang harus kulakukan"
bagimana kalau kita membicarakan tentang asal-usul dimasa
lampau" waktu aku masih kecil dan tinggal sekampung denganmu?"
Tangan sakti penembus awan mendengus gusar, ia tetap
membungkam dalam seribu bahasa.
"Paman To!" Kembali Giam In kok mengoceh, "kau masih ingat ketika memberi
pelajaran silat kepadaku secara diam-diam, coba
ingatlah kepandaian silat apakah yang telah kau ajarkan kepadaku waktu itu?"
"Kepandaian apa?"
"Empat jari menunjuk kedalam, ibu jari menuding keluar lalu dengan sekuat tenaga
mencengkeram kulit perut musuh, dengan
begitu maka perut musuh tentu akan rusak dan hancur isi perutnya, dan sang
korban akan sangat menderita, mau hidup tak bisa atau
matipun tak dapat" kangzusi.com Pemuda itu berhenti sebentar, kemudian sambil menatap wajah
lawannya tajam-tajam ia menambahkan:
"Paman To! kau masih ingat bukan akan keganasan dari ilmu
kepandaian tersebut?"
Meskipun ucapan itu diutarakan dengan senyuman dan nada
datar tapi bagi pendengaran tangan sakti menembus awan jadi
sangat mengerikan sekali, ia jadi bergidik dan tanpa terasa bulu kuduknya pada
bangun berdiri. "Kau hendak menyiksa diriku dengan kepandaian keji itu?"
serunya dengan nada terperanjat.
"Ooooh... tidak, tentu saja tidak.... aku tak berani berbuat kurang ajar kepada
paman, tapi.... omong-omong apakah paman masih
ingat bahwa paman Lie wi juga memiliki sejenis kepandaian yang
luar biasa dahsyatnya?"
Tangan sakti penembus awan tahu bahwa bocah itu sengaja
menggoda dirinya, kendatipun begitu mau tak mau terpaksa ia
harus mendengarkan juga. "Kepandaian ampuh yang mana?" tak tahan ia bertanya.
"Menurut paman Lie Wi, jika jalan darah Yang kwan hiat ditotok kuat-kuat maka
darah murni akan mengalir kembali kejantung,
tulang dan otot disekujur badan akan terasa gatal seperti dilewati oleh beriburibu ekor semut merah, kalau dibayangkan sekarang
aku rasa kepandaian itu jauh lebih tangguh beberapa kali lipat jika dibandingkan
dengan kepandaian dari paman To!"
Tercekat hati tangan sakti penembus awan setelah mendengar
ucapan tersebut, namun ia mesih tetap membungkam dalam seribu
bahasa. Giam In kok tertawa, tiba-tiba ia mengerakkan tangannya dan
menyambar topeng kulit manusia yang dikenakan orang itu
sehingga terlepas, katanya lagi sambil tertawa:
kangzusi.com "Empek Hek dijuluki tangan racun yang mempunyai suatu
kepandaian yang sangat ampuh, apakah paman juga tahu?"
"Emmm.....!" dengan perasaan apa boleh buat, tangan sakti penembus awan itu
mengangguk. -ooo0dw0ooo- Jilid : 20 TAPI sayang aku tak tahu apakah kepandaian itu benar-benar?ampuh atau tidak...."
Giam In kok kembali mengoceh, "menurut apa yang kudengar,
katanya apabila seseorang kena ditotok urat Jit In meh-nya
sehingga putus, maka orang itu akan berubah bagaikan sesosok
mayat hidup, orang lain suruh dia berbuat apa, maka dia akan
berbuat apa, tentu saja termasuk disuruh makan kotoran sendiripun tentu akan
dilakukan juga, apa kau juga pernah mendengar hal ini?"
Perasaan bergidik timbul dari dasar hati tangan sakti penembus
awan, tangan dan kakinya mulai terasa dingin, bulu kuduknya pada bangun berdiri,
ia tahu bahwa majikan mudanya itu bisa melakukan apa yang dia ucapkan, asal
sebuah pukulan dilepaskan kearahnya, maka ia akan menderita suatu siksaan yang
maha dahsyat sebelum akhirnya perlahan-lahan mati secara konyol.
Dengan pandangan mengejek, Giam In kok mengawasi paras
muka lawannya, dari kerutan-kerutan tajam yang kelihatan pada
wajahnya, ia tahu bahwa orang itu sudah mulai dibuat ketakutan, ia segera
tertawa. "Paman To!" katanya, "tentunya kau sudah tahu bukan, bila salah satu macam
kepandaian mu itu kugunakan diatas tubuhmu,
maka kau akan merasakan suatu penderitaan yang luar biasa sekali, apalagi kalau
ketiga macam kepandaian itu digunakan bersamasama.... oh...! dapat kubayangkan
betapa hebatnya siksaan yang
kangzusi.com akan kau alami itu.... ooh.... sungguh mengerikan!"
"Benarkah kau akan menggunakan cara seperti itu untuk
menyiksaku?" tak tahan lagi telapak tangan sakti penembus awan berteriak keras.
Keadaan Giam In kok pada saat ini kaku bagaikan patung,
mukanya dingin tanpa perasaan, dengan sinis ia menjawab:
"Sebalum jiwaku melayang meninggalkan raga, aku ingin
membuktikan dahulu apakah kepandaian yang kau sebutkan tadi
betul-betul ampuh atau tidak, bahkan ingin kubuat kau menjadi tuli dan bisu
sehingga menutup mulutmu agar kau tak bisa memperoleh
pertolongan.... tapi...."
Ia sengaja berhenti sebentar, rupanya memberi waktu kepada
pihak lawan untuk mempertimbangkan persoalan ini, kemudian baru selanjutnya
lebih jauh: "Tapi... bila kau bersedia menjawab beberapa buah
pertanyaanku, dan jawabanmu itu memuaskan hatiku, maka aku
memberi sebuah jalan kehidupan bagimu...!"
Tertarik juga tangan sakti penembus awan setelah mendengar
tawaran itu, dengan penuh minat ia bertanya:
"Coba katakanlah pertanyaan apa yang hendak kau ajukan
kepadaku...?" "Beritahu kepadaku, saat ini si bajingan tua she Giam sudah masuk kedalam
perguruan mana?" "Ia sudah mengangkat setan tua bermuka seratus sebagai
gurunya!" "Sekarang mereka berada dimana?"
"Aku sendiripun tidak tahu!"
"Ibuku telah mereka boyong kemana?"
"Entahlah, aku juga tak tahu..."
kangzusi.com Giam In kok jadi amat mendongkol, mukanya berubah hebat,
napsu membunuh menyelimuti seluruh wajahnya, dengan nada
mengancam ia berteriak: "Oooh....! jadi kau ingin mencicipi suatu siksaan yang kejam lebih dahulu sebelum
bersedia menjawab?" "Tidaaak... terus terang saja kukatakan, aku memang benar tak tahu..." sahut orang
itu ketakutan. "Baiklah, sekarang aku hendak bertanya lagi, selama ini setan tua bermuka
saratus itu berdiam dimana?"
"Ia selalu luntang-lantung tiada menentu, tak ada tempat tinggal yang pasti
baginya!" "Omong kosong" bentak Giam In kok, "kalau ia tak punya alamat yang pasti, kenapa
kalian bisa menemukan orang itu dan menjadi
anggota perguruannya?"
"Tentang soal ini...."
Mendadak dari dalam hutan berkumandang keluar suara tertawa
nyaring yang amat panjang, begitu keras suaranya, sehingga
membuat paras muka tangan sakti penebus awan berubah hebat,
buru-buru serunya: "Aduuh celaka, raja setan telah datang! cepat totok jalan darah pingsanku dan
cepatlah menyingkir dari sini....!"
Meskipun pemuda itu memiliki tenaga dalam diseparuh tubuh
bagian atasnya, namun mempergunakan hawa Ki Kang pelindung
badannya sudah tak dapat seperti biasanya, gelak tertawa orang itu dengan cepat
menggetarkan telinganya sehingga mendengung
keras, ia sadar bahwa musuhnya ini amat tangguh.
Dengan cepat ia melancarkan sebuah totokan untuk merobohkan
tangan sakti penembus awan, kemudian dengan sepasang tangan
digunakan sebagai pengganti kaki, ia menjejakkan tangannya
keatas tanah dan berjumpalitan beberapa kali hingga mencapai
kurang lebih lima lemparan tombak dari tempat semula.
kangzusi.com Dengan keadaan begini, ia tak ada minat untuk memperhatikan
macam apakah manusia yang bernama setan tua bermuka seratus
itu, dengan tangan pengganti kaki, ia berjumpalitan berulang kali dan berusaha
untuk kabur dari kejaran orang.
Suara tertawa seram kembali berkumandang dari arah belakang,
disusul seseorang berkata dengan suara dingin:
"Hehehe... hehehe...hehehe.. kali ini aku benar-benar
menyaksikan siluman monyet jumpalitan diudara... ayoh...
berjumpalitan terus, ingin kulihat kau bisa berjumpalitan sampai kapan?"Giam In kok dapat merasakan bahwa suara tersebut muncul dari
sisi telinganya, ia sadar bahwa setan tua bermuka seratus sedang menganggap
dirinya sadang melakukan joget monyet, kendatipun
begitu, untuk keselamatan jiwanya, mau tak mau ia harus
berjumpalitan terus tiada hentinya.
Agaknya setan tua bermuka seratus sendiripun mengetahui
bahwa Giam In kok tak mungkin lolos dari cengkeramannya,
dengan riang gembira dia mengikuti terus disisinya sambil
melontarkan kata-kata ejekan.
Dalam keadaan begitu Giam In kok tak bisa berbuat apa-apa
kecuali berjumpalitan dan berusaha sebisanya melarikan diri dari kejaran musuh.
Suatu ketika, tiba-tiba tangannya menempel pada tempat yang
kosong, tak ampun lagi tubuhnya segera terjerumus kedalam liang kecil tepat
berada dibawahnya. "Aduuh celaka...!" teriak pemuda itu.
Belum sempat ia berbuat sesuatu, mendadak dari atas mulut
liang berhembus segulung hawa pukulan yang amat dahyat
menekan tubuhnya, sehingga membuat daya turun-nya semakin
cepat. Dalam waktu singkat, hawa murninya jadi lenyap dan bocah
kangzusi.com itupun segera jatuh tak sadarkan diri.
Entah sudah berapa lama telah lewat, perlahan-lahan Giam In
kok tersadar dari pingsannya, ia lihat sebuah bintang kecil
memancarkan cahaya yang redup jauh diatas langit, empat penjuru gelap gulita
tidak tampak sesuatu apapun, diam-diam ia merasa
tercengang.

Pendekar Muka Buruk Pendekar Berwajah Seribu Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Oooooh.....! rupanya aku belum mati!" pikirnya dihati, "tapi...
kini aku entah berada dimana?"
Ia merasa tubuhnya bagian bawah menindih diatas sebuah
benda yang lunak, ketika diraba dengan tangan, terasalah benda itu merupakan
sebangsa gandum, tapi berhubung suasana disekitar
tempat itu gelap gulita, maka sulit baginya untuk melihat itu.
Bocah itu mencoba mengatur hawa murninya, tapi setiap kali
mencapai jalan darah Tiang jing hiat, hawa murninya segera
tersumbat dan tak dapat disalurkan lebih jauh.
Gagal mengerahkan tenaga murninya, pemuda itu berusaha
mengingat kembali akan semua kejadian yang dialaminya selama
ini. Ia masih ingat katika melarikan diri dengan cara berjumpalitan
ditengah udara..... iapun masih ingat ketika setan tua bermuka
seratus itu mengejar dari belakang tubuhnya, kemudian tangannya menginjak tempat
kosong dan ia terperosok kedalam sebuah liang
kecil... Ia tak habis mengerti apa sebabnya ia masih bisa selamat,
walaupun sudah terjatuh kedalam liang yang dalamnya beberapa
puluh tombak itu. Dalam keadaan setengah lumpuh, tak mungkin bagi pemuda itu
untuk keluar lewat mulut liang tadi, maka dengan perasaan apa
boleh buat, terpaksa ia mulai merangkak dan berusaha untuk
mencari jalan keluar. Siapa tahu baru saja ia merangkak beberapa langkah, mendadak
napasnya menjadi sesak dan dan ia mengendus asap yang tebal.
kangzusi.com Satu ingatan segera berkelebat didalam benaknya, ia berpikir:
"Eeeeeeaai.... jangan-jangan aku sudah terjatuh kedalam
cerobong asap....." kalau tidak, kenapa disini berbau asap yang sangat tebal?"
Sekarang ia baru mengerti, benda lunak yang menyerupai
gandum dialas liang kecil itu pastilah tumpukan abu yang tebal, kalau tidak
tertolong oleh tumpukan abu itu, badannya tentu sudah hancur!
Dengan perasaan curiga dan ragu-ragu, bocah itu mulai
merangkak kesana kemari mencari jalan keluar, tak salah lagi
akhirnya ia menemukan sebuah mulut liang sebesar tiga, empat
depa. Mengikuti liang tersebut kembali ia merangkak kedepan sejauh
beberapa tombak, tiba-tiba tangannya menempel ditempat kosong
dan tubuhnya terperosok kembali kebawah.
Tapi kali ini ia berada dalam keadaan sadar, buru-buru hawa
murninya disalurkan keluar, dengan kepala diatas dan kaki dibawah, perlahanlahan ia meluncur kebawah.
Seberkas cahaya tajam memancar dari bawah, membuat pemuda
itu dapat melihat dengan jelas keadaan sekeliling tempat itu.
Dihadapannya terdapat setumpukan abu yang masih hangat,
kalau dilihat dari baunya, maka tempat itu merupakan sebuah
tungku api yang sangat besar dan tempat dimana ia munculkan diri bukan lain
merupakan cerobong asap. Untung diatas tungku tak ada apinya, kalau tidak, tubuhnya yang berada dalam
cerobong asap tentu akan mati terpanggang.
Teringat akan kejadian yang sangat berbahaya itu, buru-buru
Giam In kok merangkak keluar dari dalam cerobong asap.
Tempat itu merupakan sebuah ruang batu yang besarnya kurang
lebih sepuluh tombak, kayu dan rumput kering bertumpuk setinggi bukit, sebuah
tungku diatasnya terdapat hiolo untuk memasak obat kangzusi.com
selain sebuah lentera yang tergantung ditengah ruangan, tak
nampak benda lain. Giam In kok yang baru keluar dari cerobong asap, semua tubuh
dan pakaiannya telah berubah jadi hitam semua, memandang
keadaan dirinya yang aneh itu, diam-diam pemuda itu tertawa geli.
Tiba-tiba.... Pemuda itu teringat bahwa bukit Sam Sian hong merupakan
tempat tinggal dari Bu Liang Senghud, jangan-jangan ruang batu dengan hiolo ?besar ini merupakan sarang iblis?"
Diam-diam ia jadi bergidik, bocah itu tahu andaikata jejaknya
sampai ketahuan, maka jiwanya pasti akan melayang ditempat itu.
Dengan pakaian yang kotor dan badan hitam, ia mulai mencari
akal untuk membersihkan-nya dan berusaha untuk menyembuhkan
diri.... pandangannya dengan tajam mengawasi keadaan disekitar tempat itu, ia
lihat pintu besi itu tertutup rapat dan tak nampak sesosok bayangan manusia yang
berada disitu, menurut dugaannya tentu tak ada orang yang bakal datang dalam
waktu yang singkat. Dengan sekali enjotan badan, ia meloncat naik keatas tumpukan
kayu bakar, disana ia melepaskan pakaiannya dan membersihkan
tubuhnya ddari debu, kemudian dengan hati-hati ia membersihkan
bekas-bekas abu yang tertinggal sewaktu ia keluar dari cerobong asap tadi.
Ketika semua pekerjaan itu telah selesai, perutnya terasa amat
lapar sekali apalagi ketika memandang hiolo untuk memasak obat
yang berada dihadapannya itu, rasa lapar semakin menjadi,
akhirnya ia berpikir: "Bu Liang sinhud bukan merupakan manusia budiman, sekalipun kucuri sedikit
makanan-nya, aku rasa tak akan jadi soal...."
Berpikir sampai disini, ia lantas merangkak dan mendekati hiolo itu, ketika
penutupnya dibuka maka bau harum semerbak segera
berhambur keluar memenuhi seluruh ruangan, beberapa puluh biji
pil berwarna kuning muncul didepan matanya.
kangzusi.com "Ooooh alangkah harumnya, ini tentu merupakan makanan yang lezat, aku harus
berterima kasih karena menjumpai benda sebagus ini...." jeritnya dalam hati.
Bocah muda itu pernah mempelajari ilmu obat-obatan dari kitab
yang ditinggalkan oleh tabib sakti dari gunung lam San, dari bau harum yang
terpancar keluar dari obat mustajab tadi, diam-diam ia merasa kagum.
Dalam keadaan perut lapar, Giam In kok tak mau pikir panjang
lagi, ia segera mengambil seluruh butir obat itu dan disikatnya sampai habis,
kemudian penutup hiolo itu dikembalikan pada tempat asalnya dan ia melayang
kembali keatas tumpukan kayu bakar,
disitu ia segera membuat sebuah liang, kemudian ia masuk
kedalamnya setelah itu ia berbaring dalam liang tadi, dan kemudian ditutupnya
kembali liang itu dengan kayu bakar yang lain, sehingga tak tampak dari luar
kalau ia berada didalamnya.
Belum lama pemuda itu menyembunyikan diri, tiba-tiba terdengar
suara langkah kaki manusia berkumandang datang, terdengar
seorang pria dengan suara yang lantang berkata:
"Sute, apakah kau datang untuk menggantikan tugasku?"
"Benar!" suara lain kedengaran menyahut, "aku akan menggantikan suheng untuk
meronda diluar kamar ini"
"Kalau begitu silahkan periksa dulu keadaan dalam ruang obat"
"Aaaah! tak perlu, suheng toh sudah menjaga ruang ini dengan baik-baik, siapa
yang mampu memasuki ruang ini tanpa
sepengetahuanmu?" "Oooh!.... kau terlalu memuji, kau harus tahu bahwa pil mujarab Hwee cay song wan
yang dimasak sucou kali ini mempunyai arti
yang penting sekali, aku dengar obat ini harus dimasak sampai
empat puluh sembilan hari lamanya, dan pada waktu itulah bawa
panasnya baru lenyap dan obat itu baru diambil untuk dibagikan
kepada setiap murid yang ada hingga tenaga dalamnya memperoleh
kangzusi.com kemajuan yang pesat, untuk keamanan obat itu maka lebih baik
sute melakukan pemeriksaan lagi!"
"Ehmmm!" sahut orang yang satunya lagi, "kecuali untuk menambah tenaga dalam,
apakah pil Hwee cay song wan itu masih
mempunyai kasiat yang lain?"
Sambil membuka pintu besi, orang itu menjawab:
"Banyak sekali manfaatnya! kudengar pil Hwee cay song wan
juga bisa memperlancar jalan darah, menyembuhkan luka racun dan apabila ada
orang yang berhasil memakan keseratus delapan biji pil yang ada dalam hiolo itu,
dan kemudian minum air dingin serta
melatih diri selama satu tahun ditengah gunung salju paling dingin, maka bukan
saja tenaga dalamnya akan memperoleh kemajuan
yang pesat, bahkan tubuhnya akan kebal terhadap segala serangan racun yang
bagaimanapun juga, lagi pula usianya akan bertambah
panjang..." "Eiii... sungguh aneh sekali, kenapa dalam ruang obat ini bisa berhembus bau harum
yang begini tajam" jangan-jangan tungku
pemasak obat itu bocor?"
Sementara itu Giam In kok merasa girang sekali setelah
mendengar kasiat obat mujarab itu, sementara ia hendak mengatur pernapasan untuk
memperlancar peredaran darah dibagian bawah
tubuhnya, terdengar olehnya perkataan terakhir orang itu, saking gelinya hampir
saja ia tertawa tergelak.
Dalam pada itu, orang yang dipanggil sebagai kakak seperguruan
itu tertawa keras, lalu sahutnya:
"Hahaaa.... hahaaaa... haaaah... sute, kau ini lucu sekali, kalau hiolo itu bocor maka
sedari tadi baunya merembes keluar, kurasa masa matangnya pil mujarab itu sudah
tiba, sehingga bau harum itu merembes keluar dari tutup hiolo itu...waah, dari bau
harum yang begini kerasnya, dapat dibayangkan betapa besar kasiat dari obat
tersebut...!" Setelah berhenti sebentar, ia melanjutkan kembali:
kangzusi.com "Tiga puluh tahun berselang, sucou juga pernah membuat satu hiolo obat sejenis
ini, tapi baunya tidak seharum sekarang, ini tandanya kalau obat itu benar-benar
merupakan suatu obat mujarab yang jarang dapat ditemui dalam seribu tahun
belakangan ini, haaah... haaah... haaah... itu tandanya jika rejeki kita semua benar-benar besar!"
Gelak tertawa nyaring berkumandang tiada hentinya memenuhi
seluruh ruangan, karena membayangkan bakal mendapat bagian
obat yang sangat mujarab itu, karena girangnya, mereka berdua
tertawa tergelak. Giam In kok yang mendengar pembicaraan itu, diam-diam
tertawa geli, pikirnya dalam hati:
"Wah, kalian berdua manusia tolol, kenapa tak cepat-cepat pergi dari sini,
ngoceh terus tiada hentinya... huuuh! sungguh
menyebalkan, tahukah kalian bahwa siauya mau berlatih ilmu dan
pil mujarab yang kalian idam-idamkan itu sudah tak ada walau
sebijipun?" Meskipun dalam hatinya ia sangat berharap agar kedua orang itu
secepatnya pergi dari situ, tapi apa hendak dikata ternyata pihak lawan sangat
betah menunggu disitu sambil menikmati harumnya
bau obat itu. "Suheng, coba lihatlah!" kembali orang itu berkata, "kenapa tutup hiolo itu
kurang rapat, jangan-jangan ada orang yang telah berhasil membuka hiolo itu?"
"Aaaah! omong kosong" jawab orang yang lain, "siapa yang berani membuka hiolo
itu secara gegabah" ketika aku bertugas
kemaren sore, pintu besi itu segera kukunci dan setengah
langkahpun tak pernah kutinggalkan tempat ini, jangan dibilang
manusia, sekalipun nyamuk juga tak mungkin bisa terbang kedalam ruangan ini!"
"Baiklah kalau begitu, mari kita kunci lagi pintu besi ini!"
kangzusi.com Giam In kok jadi sangat kegirangan setelah mendengar kalau
kedua orang itu akan segera berlalu dari situ, menanti pintu besi itu benarbenar sudah dikunci, maka bocah muda itu baru dapat
menghembuskan napas lega.
Sampai dimanakah manfaat dari pil mujarab Hwee cay song wan,
kecuali sesudah mendengar dari pembicaraan kedua orang tadi itu, Giam In kok
sama sekali tak mengerti, tapi ditinjau dari bahan obat-obatan dipergunakan Bu
liang Sin hud untuk membuat obat tadi, ia yakin bahwa khasiatnya pasti luar
biasa sekali. Kini penjaga ruangan telah berlalu, pemuda itu segera duduk
bersila dan mulai menyalurkan hawa murninya untuk menembusi
seluruh hawa murni tubuh bagian bawahnya yang tersumbat, ia
juga berusaha memulihkan kembali kekuatan tubuhnya sebelum
musuh mengetahuinya. Entah berapa waktu telah lewat, ketika semedinya mencapai
pada puncak yang paling kritis, tiba-tiba....trang....! kunci diluar pintu dibuka,
disusul terbukanya pintu besi itu.
Sesosok bayangan manusia dengan gerakan yang enteng dan
lincah melompat kesamping hiolo itu dan secepatnya membuka
penutup hiolo tadi, tetapi setelah menyaksikan keadaan yang
sebenarnya, orang itu nampak terperanjat sehingga cekalannya
terlepas dan tutup hiolo itu jatuh diatas tanah.
"Ong sute!" serentetan suara teguran berkumandang
memecahkan kesunyian, "perbuatanmu kali ini sungguh merupakan tindakan yang tak
terpuji, sucou membuat obat itu toh tujuan-nya hendak dibagikan kepada kita
semua, seorang sebutir, kenapa
sekarang kau telah menyikatnya semua seorang diri, ayo cepat
kembalikan obat itu kedalam hiolo!"
"Lu suheng! apakah dalam hiolo itu sudah tak ada obatnya
barang sebutirpun?" seru orang tadi dengan penasaran.
"Setelah kau curi sampai ludas, tentu saja tak ada walau
kangzusi.com sebutirpun, kau tak usah berlagak pilon lagi....!"
"Suheng, kau jangan semaumu asal menuduh orang dengan
tuduhan yang bukan-bukan, aku baru saja masuk dan tak pernah
makan obat itu walau sebutirpun!"
"Hmm! obat itu merupakan obat yang sangat mujarab, siapa
tahu kalau kau sekaligus telah menghabiskan keseluruhan-nya?"
"Suheng! mungkin engkau sendiri yang telah mencurinya?"
"Kurang ajar, kau berani menuduh aku secara sembarangan"
rupanya kau minta ditempeleng?"
Kedua orang saudara seperguruan itu ribut saling tuduh
menuduh, kedua belah pihak samasama bersikeras mengatakan
kalau bukan mereka yang menghabiskan, bahkan hampir saja saling bergebrak antara
satu dengan lainnya. Sementara itu Giam In kok sudah mencapai pada taraf yang
paling tinggi dalam semedinya, ia sudah berada dalam keadaan lupa diri....
Mendadak.... dari dalam lorong berkumandang datang suara
bentakan keras: "Lu Beng! Ong po! apa yang sedang kalian ributkan itu?"
"Ngo susiok! Ong sute telah memakan semua obat mujarab itu!"
seru Lu seng dengan lantang.
"Tidak... tidak... aku tidak mengambil obat itu! sahut Ong po dengan penasaran, "aku masuk untuk melakukan pemeriksaan dan
kutemui penutup hiolo itu kurang rapat, karena curiga, maka
kuperiksa dengan lebih seksama lagi, ternyata ketika penutup hiolo itu kubuka,
obat mujarab yang sedang masak itu telah lenyap
semua tak berbekas!"
"Hmm! kalau bukan engkau yang menghabiskan, lantas siapa
yang mencuri obat mujarab itu?" seru Lu Pang dengan ngotot.
kangzusi.com "Kalau ditinjau dari pembicaraan kalian berdua, kurasa siapapun diantara kalian
berdua tak ada yang mencuri," ujar orang yang disebut Ngo susiok itu, "persoalan
ini sangat penting sekali, dan harus kita selidiki sampai jelas, mari kalian
berdua ikut denganku!"
Seorang kakek rua yang berusia tujuh puluh tahunan berjalan
masuk kedalam ruangan diikuti oleh Lu Peng dan Ong Po, setelah
melakukan pemeriksaan sekejap, seakan-akan telah menyadari akan sesuatu, ia
berseru tertahan, lalu ujarnya:
"Kalian berdua tak usah ribut lagi, mungkin obat mujarab itu sudah dicuri oleh
orang luar....!" "Tapi.... secu sekalian tak pernah meninggalkan pintu barang sekejappun, darimana
orang luar bisa masuk kedalam ruangan dan


Pendekar Muka Buruk Pendekar Berwajah Seribu Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mencuri obat...?" "Coba kalian perhatikan abu hitam diatas jalan, ada orang yang telah masuk
menerobos lewat cerobong atap, menurut berita yang
baru saja kita terima, katanya kemarin ada orang yang bernama
bocah ajaib bermuka seribu yang telah terjatuh kedalam liang hui kui hiat,
padahal liang tersebut tembus dengan cerobong asap
diatas tungku ini, aku rasa kemungkinan besar orang itulah yang telah mencuri
obat tersebut, cepat! kalian berdua ceritakan kejadian ini kepada semua anggota
perguruan agar siap sedia dan menjaga
baik-baik mulut liang hui kui hiat, setelah itu undang Toa supek dan supek untuk
datang kemari, kita harus melakukan pemeriksaan
yang cermat dari cerobong asap sampai kemulut liang itu, sebab hanya dengan
jalan ini, kemungkinan besar masih ada harapan
untuk menangkap bajigan cilik itu!"
Tak lama kemudian suara genta dibunyikan secara bertalu-talu
diatas puncak tiga gedung, tua, muda dan seluruh anggota
perguruan telah mengepung rapat ruangan itu, mereka geser
tungku itu kesamping kemudian memerintahkan beberapa orang
yang berilmu silat tinggi untuk menyusup masuk kedalam cerobong asap itu guna
melakukan pemeriksaan. Tapi hasilnya tetap nihil, tak nampak sesosok bayangan
kangzusi.com manusiapun yaag mereka temukan, bukan hanya begitu saja,
bahkan sewaktu mereka mengundurkan diri dari cerobong asap,
badannya jadi hitam karena terkena abu arang.
Sementara lima orang sedang berkeluh kesah, tiba-tiba diantara
para jago yang hadir itu terdengar seseorang berteriak keras:
"Kurang ajar! siapa yang telah membuang arang yang masih
membara kedalam tumpukan kayu bakar itu" coba lihat!"
Berpuluh-puluh pasang mata samasama mengalihkan
pandangannya kearah tumpukan kayu bakar itu, terlihatlah asap
putih yang tebal sedang mengepul keluar dari tumpukan kayu itu.
Seorang kakek tua yang bermuka penuh keriput segera maju
kedepan dan mengawasi tumpukan kayu bakar itu dengan seksama,
beberapa saat kemudian ia berteriak:
"Aduh celaka! ayoh cepat kalian mundur dari situ, dibalik kayu bakar itu ada
jago lihay yang sedang bersembunyi!"
"Aaaah! kalau begitu asap itu tentu merupakan himpunan hawa sakti Ji gi ceng
ki...!" sambung yang lain lagi.
"Tidak....! mungkin juga It goan ceng ki!"
Untuk beberapa saat suasana berubah jadi sangat gaduh,
pelbagai terkaan dan dugaan berhamburan diudara, sementara
jago-jago lihay itu samasama mengundurkan diri kearah lorong.
Rupanya kakek tua berwajah penuh keriput itu takut kalau
sampai banyak jatuh korban, bila sampai terjadi pertarungan
melawan jago lihay dibalik tumpukan kayu bakar itu, menunggu
sebagian jago lainnya sudah pada mengundurkan diri kearah lorong dan didalam
ruangan hanya tinggal enam kakek tua, ia baru
menghimpun tenaga dalamnya bersiap sedia melancarkan serangan
seraya berkata sambil tertawa dingin:
"Hay jago lihay dibalik kayu bakar! harap kau segera
menggelinding keluar, puncak tiga pedang bukan merupakan
ruangan tempat kau melatih ilmu!"
kangzusi.com Dari balik tumpukan kaya bakar tak terdengar suara jawaban,
sementara kabut putih yang mengepul keluar semakin tebal.
Melihat teguran-nya sama sekali tak digubris, kakek tua berwajah keriput itu
jadi amat gusar sekali, kembali serunya dengan suara lantang:
"Engkau hanya berani menyembunyikan diri macam kura-kura,
sebenarnya apa maksudmu itu" kalau tak mau segara keluar,
jangan salahkan kalau aku segara bertindak dengan menggunakan
kekerasan...." Dari balik tumpukan kaya tetap tak ada jawaban yang
kedengaran, kabut putih mengepul semakin tebal dan
bergelombang naik terus mengikuti dengusan napasnya.
Rupanya kakak tua itu merupakan seorang jago kawakan yang
telah berpengalaman, dari keadaan yang berada dihadapannya, ia sudah menyadari
kalau musuhnya itu bukan jago sembarangan,
maka ia tak berani bertindak secara gegabah, setelah berhenti
sebentar, ia berseru lagi:
"Saudara, kali ini kuperingatkan buat yang terakhir kalinya, jika kau masih tak
mau menjawab pertanyaanku, maka jangan salahkan
kalau kau tak akan berlaku sungkan-sungkan lagi kepadamu....!"
Kabut putih masih saja membumbung dalam ruangan batu itu,
namun beberapa orang kakek tua itu dapat melihat bahwa kabut itu sudah tidak
bergelombang lagi bahkan mulai menerobos masuk
kedalam celah-celah kayu bakar.
Untuk ketiga kalinya ketika pertanyaan yang diajukan tiada
mendapat jawaban juga, maka meledaklah hawa amarah kakek tua
itu, katanya sambil berpaling kearah rekan-rekan-nya sambil
berkata: "Ini hari kebetulan suhu tak ada dirumah, tapi justru telah terjadi peristiwa
besar, aku sebagai orang tertua dalam perguruan ini
terpaksa harus mengambil tindakan guna mewakili suhu, kuharap
sute sekalian segera membentuk barisan Thian Loo tin, dan bersiap kangzusi.com
siaplah menghadapi segala yang tak diinginkan!"
Enam orang kakek yang berdiri dibelakangnya segera menyahut
dan dengan cepat segera menyebarkan diri menduduki posisi yang
berbeda. Melihat rekan-rekan-nya telah siap, kakek itu mengangguk dan
segera mengalihkan pandangannya kearah tumpukan kayu bakar
itu, sambil bentaknya: "Saudara, kau jangan terlalu jumawa dan tak pandang sebelah matapun terhadap
kami, aku sudah bersikap baik untuk
mengundang kemunculanmu tapi kau tetap masih bersikeras.... kali ini merupakan
kesempatan yang terakhir bagimu, jika engkau tetap membungkam, maka tanpa
sungkan-sungkan kami akan segera
menyerangmu!" Baru saja ia menyelesaikan kata-katanya, kabut putih yang amat
tebal itu tiba-tiba menyusut kian menipis.
Kakek tua itu cukup waspada, ia sadar bahwa suata perubahan
bakal terjadi, buru-buru tubuhnya mundur kebelakang selangkah,
tenaga dalamnya dihimpun kedalam telapak sambil mengawasi
tumpukan kayu itu tanpa berkedip, suasana semakin bertambah
tegang, tiba-tiba terjadilah suatu peristiwa yang sangat aneh....
Tumpukan kayu bakar itu tanpa sebab tahu-tahu bisa
membumbung tinggi keudara dan melayang-layang diangkasa, para
jago tadi amat terperanjat,sekarang mereka baru tahu kalau musuh yang sedang
mereka hadapi ini benar-benar mempunyai kapandaian
yang sangat dahsyat. Sementara semua orang masih berdiri menjuplak, cahaya tajam
berkelebat didepan mata, tampak sesosok bayangan manusia tahu-tahu telah
munculkan diri dari balik tumpukan kayu bakar dan
berdiri tegak di hadapan bebarapa orang itu.
Dia merupakan seorang pemuda yang berwajah tampan dan
bermata jeli, berusia kira-kira limas belas tahunan, tubuh bagian atasnya
bertelanjang dada, pada pinggangnya tergantung sebilah
kangzusi.com pedang pendek, sebuah senjata aneh yang bentuknya menyerupai
cakar burung garuda serta sebuah buli-buli berwarna emas.
Ditangannya dia membawa sebuah buntalan kain, sementara
pada dadanya tergantung sebutir mutiara besar yang memancarkan
cahaya berwarna merah. Dengan muka berseri dia berkata secara tiba-tiba sambil tertawa lebar:
"Sesungguhnya aku In Kok hui terjatuh kedalam cerobong asap dan tiba didalam
ruangan pembuat obat dari perguruan kalian tanpa sengaja, oleh karena terluka
dan terpaksa mesti berobat, ruangan ini terpaksa kupinjam untuk beberapa saat,
rasanya kalian tak keberatan bukan" Barusan aku sedang bersemedi dan mengapa
pada saat yang paling gawat hingga membuat kalian menunggu
terlalu lama, untuk itu kuucapkan beribu-ribu maaf kepada kalian, tentunya
kalian semua bersedia untuk menerimanya bukan?"
Sesudah memberi hormat, dia berkata lebih jauh.
"Tolong tanya, ruang rahasia ini sebetulnya milik perguruan mana....?"
Melihat seorang bocah yang baru berusia lima belas tahunan
ternyata sanggup memiliki ilmu silat hingga mencapai taraf selihay ini,
seandainya tidak menyaksikan dengan mata kepala sendiri,
mungkin beberapa orang kakek tersebut tak akan percaya dengan
begitu saja. Semula, kakek berkeriput itu mengira dalam tumpukan kayu
bakar masih terdapat jago lain, sebab dia tidak menyangka kalau seorang bocah
ingusan semacam itu ternyata memiliki ilmu silat
yang begitu hebat dan luar biasa.
Tapi sekarang, dia percaya seratus persen kalau bocah tersebut
hanya seorang diri bahkan bisa jadi dialah si bocah ajaib bermuka seribu yang
konon telah terjatuh di tempat itu.
Maka setelah termenung sejenak, diapun menegur dengan suara
keras dan dalam: kangzusi.com "Oooh.... rupanya si bocah ajaib bermuka seribu Giam siauhiap yang berada disini!
Aku si orang tua Phoa Hong sudah lama
mengagumi nama besarmu, sungguh beruntung bila dapat bersua
pada hari ini, mumpung ada kesempatan aku mengajukan satu
pertanyaan kepadamu, harap siauhiap menjawab dengan
sejujurnya..." Kemudian setelah berhenti sejenak, ia berkata lebih jauh:
"Didalam hiolo itu tersimpan seratus delapan biji obat mujarab Hui cay leng wan,
apakah siauhiap telah mengambilnya semua?"
Mendengar pihak lawan mengajukan pertanyaan dengan nada
yang halus dan penuh kesopanan, Giam In kok tak ingin
mengurangi keramahan sendiri, segera jawabnya dengan suara
lembut: "Betul, karena lapar aku telah mengambil obat didalam hiolo tersebut sebagai
penangsal perutku yang lapar, tapi aku sama sekali tak tahu kalau obat tersebut
bernama Hui cay leng wan, karenanya bila aku telah berbuat kesalahan, harap kau
sudi memaafkan, terus terang saja kukatakan, obat dalam hiolo tersebut jumlahnya
hanya seratus tujuh biji!"
Phoa Hong menjadi terperangah sesudah mendengar jawaban
itu, setelah termangu-mangu hingga beberapa saat dia segera
berkata lagi: "Kurang sebiji atau dua biji bukan menjadi persoalan, yang menjadi masalah
sekarang apakah kau sudah mempunyai sesuatu
rencana untuk mempertanggung jawabkan diri atas peristiwa
tersebut?" "Rencana apa?" tanya Giam In kok keheranan, "aku sama sekali tidak mengerti
dengan perkataanmu itu, tolong tanya lotiang berasal dari perguruan mana?"
"Haaaah.... haaaah.... haaaah.... kalau toh sudah tahu, apa gunanya kau pura-pura
berlagak pilon" Apakah kau memang benar-benar tidak tahu" Aku adalah murid
tertua dari Bu liang sinhud, kenapa kau tanyakan persoalan ini?"
kangzusi.com Giam In kok segera tertawa.
"Seandainya obat mujarab itu milik perguruan lain, maka biar harus menjelajahi
seluruh tempat kemanapun, aku akan berusaha
keras untuk mengembalikan semua bahan pembuat obat Hui cuy
leng wan tersebut kepada kalian agar bisa dibikin pil yang baru, tapi kalau
memang barang itu milik Bu liang sinhud, lebih baik kau suruh guru mu sendiri
yang memintanya kembali dari ku!"
Kontan saja Phoa Hong naik darah setelah mendengar perkataan
itu, mukanya berubah jadi merah membiru, matanya melotot bear,
dengan penuh kegusaran bentaknya:
"Bocah yang tak tahu diri, kau benar-benar sombong dan
takabur... dengan dasar apa kau bisa mengatakan begitu" apakah
kau punya hubungan dengan guruku?"
"Sama sekali tak punya hubungan apa-apa, tapi dia toh
merupakan tuan rumah tempat ini" maka sudah sepantasnya kalau
sang tuan rumah menjamu tamunya.... benar bukan?"
"Bocah keparat yang tak tahu diri, memangnya kau ini siapa"
apakah kau anggap dirimu pantas untuk menerima kehormatan
itu?" "Aaaah.... tak usah banyak bicara lagi, memandang pada obat-obatan yang telah
kumakan, maka biarlah hari ini ku ampuni
selembar nyawa kalian!"
Hawa amarah yang berkobar dalam dada Phoa Hong tak dapat
dibendung lagi, sepasang bahunya segera bergerak dan menerjang
kearah tumpukan kayu bakar, dan bersamaan itu pula sebuah
pukulan yang maha dahsyat segera dilepaskan kedepan....
Angin pukulan berhembus lewat, sebelum serangannya
mengenai sasaran, mendadak kakek tua itu merasakan-nya jadi
kabur, serentetan suara tawa ringan bergema lewat diatas
kepalanya, menyusul suara pemuda itu kembali bergema dari
kangzusi.com tengah lorong: "Haaah... haaah.... haaaah.... banyak terima kasih atas bantuan kalian semua yang
telah sudi menghantar aku sampai kesini,
selamat tinggal! Siauya akan pergi dulu..."
Phoa hong merupakan murid kepala dari Bu liang Sinhud, tenaga
dalamnya tidak berada dibawah kepandaian iblis bertangan seribu maupun iblis
sakti, kendatipun begitu, pukulannya bukan saja gagal untuk merobohkan lawannya,
malahan tenaga pukulannya
dipergunakan oleh pemuda itu kabur dari ruangan tersebut.
Mendengar ejekan tersebut, hawa amarahnya benar-benar tak
bisa dibendung lagi, ia segera membentak keras:
"Ayo kejar....!"
Pertama-tama ia yang bergerak lebih dahulu kemuka, Giam In
kok telah sembuh dari lukanya berkat kemujaraban obat Hui cay
leng wan, maka ia segera mengerahkan segenap kepandaian
silatnya untuk kabur dari situ, kendatipun Phoa hong sudah
mengejar dengan sepenuh tenaga, namun ia masih belum juga
dapat menyusul anak muda itu.
Dalam lorong itu sebenarnya tersebar para jago yang
menghadang jalan pergi pemuda itu, namun mereka semua tak bisa
berbuat apa-apa, sebab sebelum mereka sempat melihat jelas
wajah lawan, tahu-tahu pemuda itu lewat dari sisinya....
Dalam waktu singkat ia telah kabur keluar dari lorong yang
berliku-liku itu dan tiba ditengah sebuah bangunan, dia langsung meloncat keluar
dari ruangan dan tiba ditengah sebuah bangunan
besar, megah dan indah. Dalam keadaam tergesa-gesa, pemuda itu tak sempat melihat
jalan keadaan disekeliling tempat itu, dia langsung keluar dari ruangan dan
kabur kearah bawah bukit.
Belum jauh ia berlalu, tiba-tiba dari sebuah jalan gunung
berkelebat datang tiga sosok bayangan manusia, meskipun
tampaknya langkah mereka amat lambat namun dalam kenyataan kangzusi.com nya bukan main cepatnya. Orang yang berada dipaling depan merupakan seorang kakek
berambut panjang bagaikan perak dan berjenggot sepanjang dada.
Tatkala ia saksikan kemunculan seorang pemuda dalam keadaan
setengah telanjang, kakek itu kelihatan agak tertegun, kemudian tegurnya dengan
suara nyaring:

Pendekar Muka Buruk Pendekar Berwajah Seribu Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Engkoh cilik, jangan lari dulu!"
Giam In kok tak mau membuang banyak waktu, segera berkelit
kesamping sambil menjawab:
"Lo tiang, jangan kau halangi perjalananku!"
Sementara itu Phoa hong telah menyusul datang dari arah
belakang, ketika melihat kehadiran kakek tua tadi, ia segera
berteriak keras: "Suhu! cepat hadang bajingan cilik itu! Jangan biarkan ia kabur dari sini..."
Setelah mendengar teriakan itu, Giam In kok baru tahu kalau
kakek tua yang saat ini berada dihadapannya bukan lain adalah Bu Liang Siu Hud,
ia segera mendengus dingin lalu melayang
kesamping. Sesudah mendengar teriakan Phoa hong tadi, Bu Liang Sin hud
segera melakukan persiapan, melihat pemuda itu berkelit
kesamping, diapun segera menggerakkan tubuhnya dan
menghadang jalan perginya, sambil tertawa ia berkata:
"Hey engkoh cilik, jangan gugup dan terburu napsu, terangkan dulu apa yang telah
kau perbuat dalam perguruanku?"
Sebelum Giam In kok sempat menjawab, Phoa Hong telah
berteriak lebih dahulu: "Ia telah mencuri obat Hui cay leng wan kita.... semuanya disikat sampai ludas dan
tak ada sebuahpun yang tertinggal..!"
kangzusi.com Mendengar laporan itu, paras muka Bu liang siu hud berubah
sangat hebat, ia tatap pemuda itu tajam-tajam lalu tegurnya:
"Engkoh cilik, benarkah kau telah menghabiskan semua
persediaan obat mujarabku?"
Giam In kok tetap bersikap tenang, ia tersenyum dan
mengangguk. "Sedikitpun tak salah!"
"Bagus! mengingat keberanianmu untuk mengaku, aku bersedia untuk mengampuni
jiwamu, tapi.... kaupun harus menyanggupi pula sebuah permintaanku!"
Giam In kok jadi terperangah dan berdiri termangu-mangu, ia tak menyangka kalau
Bu Liang Sinhud yang dicaci-maki orang sebagai
iblis keji ternyata bersedia menyudahi persoalan itu dengan begitu saja, setelah
berdiam beberapa saat, ia balik bertanya:
"Permintaan apakah yang hendak toting ajukan?"
"Tahukah engkau apa maksud dan tujuanku membuat obat
mujarab Hut cay leng wan tersebut?"
Giam In kok menggelengkan kepalanya.
"Tidak tahu!" "Tentu saja kau tak akan tahu! aku membuat obat mujarab itu dengan tujuan hendak
menambah tenaga dalam yang dimiliki oleh
anak muridku, sehingga nama perguruan bisa cemerlang dan
terkenal diseluruh kolong langit, untuk mencapai harapanku itu aku telah
menghabiskan waktu selama belasan tahun untuk
mengumpulkan bahan obat-obatan itu diseluruh penjuru dunia,
setelah bersusah payah selama beberapa waktu, akhirnya aku
berhasil membuat obat itu, sekarang tak nyana kau telah
menghabiskan obat mujarab itu seorang diri.... maka untuk
membayar hutangmu itu, lebih baik kau masuk kedalam
perguruanku saja!" kangzusi.com Diam-diam Giam In kok merasa geli setelah mendengar tawaran
itu, ia balik bertanya: "Mau apa aku kau suruh masuk kedalam perguruan mu itu?"
"Tentu saja untuk menjadi muridku!" sahut Bu liang Siu hud dengan cepat.
"Waaaahh.... rasanya kurang cocok dengan seleraku!"
"Kaaapa tidak cocok" aku merupakan jago lihay nomor satu
dikolong langit, jika engkau menjadi muridku maka engkau akan
disegani oleh setiap musuh...."
Giam In kok tertawa. "Kalau cuma jadi muridmu sih aku ogah, tapi kalau engkau mau anggap aku sebagai
cikal bakal perguruanmu, dengan senang hati
akan kuterima tawaranmu itu...."
Bu liang Siu hud tak menyangka kalau bocah yang masih belum
dewasa berani bicara jumawa dihadapannya, bukannya marah, ia
malahan tertawa terbahak-bahak.
"Haahaaa.... hahaa.... hahaaa.... bocah yang tak tahu diri, ucapanmu itu belum pernah
kudengar selama ini, dan engkau
merupakan orang yang pertama berani bicara secara jumawa
dihadapanku...." Tiba-tiba ia kembali menarik senyuman-nya, kemudian dengan
nada menyeramkan ia menegur:
"Siapa namamu?"
"Aku" aku bernama Kok In hui...!"
Mendengar nama itu, Bu Liang Sin hud tampak terperangah,
sedang salah seorang rekannya yang menyertainya, yakni padri
berbaju hijau yang berbadan kurus dan berkepala gundul segera
maju kedepan sambil berseru tertahan:
"Aaaah...! rupanya kau si bocah keparat yang sedang berada kangzusi.com
dihadapanku..." teriaknya dengan suara keras.
Giam In kok mengalihkan pandangannya serta mengawasi padri
itu, dalam sekali pandangan saja ia telah mengenali orang itu
sebagai Hweesio setan yang bertarung melawan manusia paling
rakus dikolong langit. Peristiwa dari kematian manusia paling rakus dari kolong langit yang sangat
mengerikan itu dengan cepat terlintas kembali di depan matanya, ia masih ingat
dalam pertarungan tersebut, hweesio setan itu telah terhajar masuk kedalam
jurang, sungguh tak nyana
ternyata ia masih hidup. "Hey setan gundul!" bentaknya dengan cepat, "rupanya umurmu cukup panjang dan
belum mampus waktu pertarungan dahulu!"
"Heeeeh.... heeeeh.... hehee.... bukan saja belum mati, bahkan kedatanganku kali ini
justru untuk meminta kitab pusaka
peninggalan Cing Khu sangjin dari tanganmu!"
"Mau minta kitab pusaka" wah... susah... susah... apa salahnya kalau kau minta mampus
saja" sebab itu lebih gampang kau terima dari pada minta buku!"
"Huuh...! kudengar kau sudah menguasai semua isi kitab pusaka itu, hari ini Hud ya
kepingin mencoba sampai dimanakah taraf
kepandaian yang kau banggakan itu?"
Sambil mengoceh, padri setan maju kemuka, sementara tenaga
dalamnya telah dihimpun kedalam telapak tangan dan siap untuk
melancarkan pukulan yang mematikan.
Bu Liang siu hud segera mencegah perbuatan rekannya, ia
berkata: "Hong wan taysu! kau merupakan tamu kehormatanku, tak usah repot-repot turun
tangan sendiri, biar aku saja yang meringkus
bocah yang tak tahu adat ini!"
"Suhu, untuk membunuh ayam kenapa mesti mamakai golok
penjagal kerbau" kan terlalu kebesaran! biar tecu saja yang
kangzusi.com memutar leher bocah keparat ini!" seru Phoa Hong menawarkan jasanya.
Bu Liang Siu hud jadi girang melihat muridnya bersedia
membekuk musuh kecil yang sombong itu, ia segera mengangguk.
"Bagus, bagus... memang paling tepat jika Phoa Hong yang turun tangan" katanya,
tapi kau mesti hati-hati, nama perguruan kita selama ini berada diatas "pundakmu, kau jangan terburu napsu dan bertindak secara gegabah hingga merusak
nama perguruan!" "Suhu tak perlu kuatir, serahkan saja kepada tecu!"
Dengan penuh semangat, Phoa hong tampil kedepan, setelah
pasang kuda-kuda ia membentak keras:
"Bocah keparat she In! ayoh serahkan jiwa anjingmu sebagai ganti obat mujarab
yang telah kau makan!"
Giam In kok tetap bersikap tenang, bahkan senyuman manis
tersungging di mulutnya. "Lo tiang, kenapa sih kau mendesak aku terus menerus?"
omelnya. Toh sejak tadi telah kuterangkan, memandang diatas obat mujarab yang
telah kumakan, siauya mu bersedia mengampuni
selembar nyawamu, jangan kau anggap aku takut kepadamu...
terus terang saja kukatakan kepadamu, sebetulnya kau masih bukan tandinganku!"
Merah padam seluruh wajah Phoa Hong mendengar hinaan itu, ia
jadi naik pitam dan mata gelap, tanpa banyak bicara lagi tenaganya segera
dihimpun kedalam telapak dan langsung melancarkan
sebuah pukulan kedepan. Hembusan angin puyuh dengan hebat dan dahsyatnya
menggulung kemuka dan menyapu tubuh sang bocah yang berada
dihadapannya. Giam In kok tertawa nyengir, ia mengigos ke samping dan tahu-tahu dengan suatu
gerakan yang manis telah lolos dari hembusan
angin pukulan lawan. Tubuhnya langsung menerobos kedepan dan berdiri dihadapan
kangzusi.com padri setan, lalu sambil tertawa dingin pemuda itu mengejek:
"Hweesio gundul, setan gundul! kau apa ingin berpeluk tangan belaka" huuh... tak
usah bermimpi disiang hari bolong, kau toh
sudah berhutang nyawa maka harus kau bayar dengan darah, kalau
kau telah berhutang nyawa kepada manusia rakus, kenapa sekarang kau suruh orang
lain yang membayar kematian itu?"
Hong Wan taysu atau yang dikenal sebagai padri setan jadi
tertegun dan melongo. "Aneh benar orang ini, apa sih hubunganmu dengan manusia
rakus, kenapa ribut melulu?"
"Manusia rakus adalah tuan penolongku, maka sudah menjadi
kewajibanku untuk menuntut balas atas kematiannya, ayoh cepat
serahkan jiwa anjingmu itu!"
Belum sempat Hong wan taysu melakukan suatu tindakan, Phoa
Hong telah menyerang kembali, sambil memutar telapak tangannya melepaskan
pukulan yang bertubi-tubi kearah Giam In kok,
teriaknya keras-keras: "Bocah keparat, hayo sambut dulu pukulan-pukulan ini..."
Diam-diam Giam In kok merasa mendongkol juga oleh tindak
tanduk kakek tersebut, dia sadar, dalam posisi yang terkurung,
maka satu-satunya cara yang harus dilakukan adalah menghemat
tenaga dan berusaha merobohkan musuh sebanyak mungkin dalam
waktu yang singkat. Sesudah dilihatnya Phoa Hong mendesak terus menerus, diapun
tidak berlaku sungkan-sungkan lagi, tenaga dalamnya segera
dihimpun hingga mencapai delapan bagian, lalu sambil melepaskan sebuah pukulan
dahsyat, bentaknya: "Enyah kau dari sini!"
Didalam pukulannya ini, si anak muda itu sudah menyertakan
pukulan lembek ajaran dari manusia rakus dikolong langit, bukan saja tidak
menimbulkan suara, bahkan sama sekali tidak
kangzusi.com menunjukkan suatu gejala apapun jua.
"Blaaammm.....!"
Ketika dua gulung angin pukulan bertemu satu sama lainnya,
segera timbullah suara ledakan dahsyat yang amat memekikkan
telinga. Ditengah berhembusnya pusaran angin tajam, tubuh Phoa Hong
mencelat sejauh tiga tombak lebih dari tempat semula dan segera roboh tak
sadarkan diri. Seorang jago lihay yang memiliki kekuatan bertanding dengan
lima manusia aneh serta empat iblis sakti, ternyata berhasil
dirobohkan didalam satu gebrakan saja oleh seorang pemuda yang
berusia belasan tahun, peristiwa tersebut benar-benar mengejutkan hati si
Hweesio setan serta Bu Liang siu hud.
Sesudah tertegun beberapa saat lamanya, dengan suara yang
berat Bu Liang sin hud segera berseru:
"Hey anak muda, usiamu masih belasan tahun, namun
kekejaman hatimu sungguh jauh melebihi apa yang kuduga, mari...
mari... cobalah dahulu kelihayan dari pukulan Bu Liang ciang milikku ini!"
Si hweesio setan Hong-wan taysu buru-buru mencegah:
"Sahabat Bu Liang! Kau jangan cepat naik darah, sebagai
seorang ketua dari suatu perguruan besar, tidaklah pantas jika kau melayani
sendiri tingkah pola dari seorang cecunguk muda seperti dia, lebih baik serahkan
saja persoalan tersebut kepadaku, biar aku yang menyelesaikan jiwa dari kutu
busuk itu...!" Namun dengan cepat Bu Liang sin hud menggelengkan
kepalanya berulang kali. "Jangan sahabat Hong wan, bagaimanapun juga kau adalah
tamuku! Tidak pantas kalau engkau yang mesti bersusah payah
sementara aku si yuan rumah malah berpeluk tangan belaka,
apalagi bocah keparat ini sudah mencelakai muridku dan mencuri
obat mujarabku, aku harus memberi pelajaran yang setimpal
kangzusi.com kepadanya...!" Dalam pada itu, Giam In kok yang mengikuti jalannya
pembicaraan tersebut, tiba-tiba berteriak keras:
"Eeei.... Bu Liang sin hud! Obat mujarab mu sempat
menyembuhkan luka dalam yang kuderita, aku tak mau bertempur
melawanmu hari ini.... aku rasa lebih baik kau suruh si hweesio setan saja yang
melayaniku....! Tapi... heeehh.... heeehh....
heeehh.... kalau toh si hweesio setan merasa tak punya nyali dan tak berani
melayaniku, tentu saja dia tak usah maju kedepan!"
Mendengar ejekan tersebut, si hweesio setan benar-benar naik
darah, bukan saja dia telah ditantang, bahkan telah dihina pula habis-habisan,
bisa dibayangkan apakah dia mampu untuk menahan
diri...." Sambil membentak keras, tubuhnya segera menerjang maju
kemuka, jeritnya: "Bajingan cilik, kutu busuk sialan! Hayo cepat maju, akan
kuhantar dirimu untuk berpulang kerumah nenek moyangmu..."
-ooo0dw0ooo- Jilid : 21 "HUUUUH....! Enak betul kalau berbicara, kau tahu, bukan suatu pekerjaan yang
terlalu berat bagiku untuk melayani manusia macam dirimu itu, baiklah! Kali ini
biar siauya bermurah hati dengan
mengalah tiga jurus lebih dulu untukmu!"
Kegusaran si Hwesio setan betul-betul tak terbendung lagi,
matanya melotot bengis dan mukanya berubah menjadi merah
membara, kembali jeritnya:
"Kutu busuk! Kalau kau mampus nanti, jangan salahkan aku telah bertindak kelewat
keji!" "Aaaah! Kamu ini bisanya hanya ngoceh melulu, aku sampai
kangzusi.com muak rasanya.... kalau memang jagoan, hayo cepat lancarkan
seranganmu itu!" Kali ini, si Hweesio setan tak dapat mengendalikan hawa
amarahnya lagi, dia himpun segenap hawa murni yang dimilikinya, kemudian sebuah
pukulan dahsyat segera di lancarkan kearah
musuh. Segulung hembusan angin pukulan yang memancarkan hawa
panasa segera meluncur kedepan dan langsung menghantam
ketubuh si anak muda tersebut.
Giam In kok sadar bahwa hweesio gundul ini memiliki kepandaian
silat yang sangat tangguh, dan lagi tenaga dalamnya telah
memperoleh kemajuan yang pesat sekali.
Diam-diam pikirnya: "Rupanya si bangsat botak ini telah berhasil melatih ilmu


Pendekar Muka Buruk Pendekar Berwajah Seribu Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pukulannya hingga memancarkan hawa panas, tak heran kalau
manusia rakus dari kolong langit jatuh pecundang ditangannya..."
Pemuda itupun tahu bahwa pukulan hawa panas semacam ini
merupakan sejanis ilmu silat yang sudah kuno sekali, kendatipun ia pernah
membaca tentang kelihayan ilmu pukulan semacam ini dari
kitab catatan ilmu silat Cing khu hun pit, namun pada saat ini
dia tak berani bertindak kelewat gegabah.
Dengan cepat tubuhhya berkelebat lewat dan berkelit sejauh
beberapa tombak kesamping, kemudian sambil tertawa dingin,
ejeknya dengan suara sinis:
"Ini dia, jurus pertama!"
Biarpun ejekan tersebut diutarakan sangat sederhana dan
singkat, namun bagi pendengaran si hweetio setan tersebut justru ibarat sebilah
pisau tajam yang menyayat hatinya.
Demikian geramnya hweesio tersebut, untuk beberapa saat
kangzusi.com lamanya dia sampai tak mampu mengucapkan sepatah katapun.
Permainan jurus serangannya segera di rubah, sekilas cahaya
merah yang amat menyilaukan mata dengan cepat menyelimuti
seluruh angkasa, bentuknya tak berbeda seperti gulungan awan
gelap, kemudian disertai dengan deruan angin puyuh yang amat
memekikkan telinga dan himpitan tenaga sebesar beberapa ribu
kati, serangan tersebut langsung menghantam kedada Giam In kok.
"Jurus kedua.... jurus ketiga....! Nah, sekarang berhati-hatilah...!"
Ditengah seruan nyaring yang terpancar keluar dari mulut Giam
In kok, segulung angin puyuh yang maha dahsyat tiba-tiba
dilontarkan kedepan.... "Duk, Blaaam...! Bentrokan nyaring kembali menggelegar ditengah udara,
menyusul kemudian tampak dua sosok bayangan manusia saling
berpisah kearah belakang.
Paras muka si hweesio setan telah berubah menjadi hijau
membesi, dengan napas tersengkal-sengkal bentaknya:
"Keparat cilik! Beranikah kau beradu senjata denganku.....?"
"Siapa bilang tak berani?" jawab Giam In kok sambil tersenyum.
Pelan-pelan dia mencabut keluar senjata kuku garudanya.
Sedikit tertegun si hwesio setan itu setelah menyaksikan bentuk senjata yang
sangat aneh itu, dengan cepat otaknya berputar keras berusaha untuk mengenali
senjata yang berada ditangan anak muda itu, namun sayang, biarpun sudah
dipikirkan sekian lama alhasil tetap nol besar.
Akhirnya dengan parasaan keheranan dia pun bertanya:
"Hey kutu busuk! Senjata apa sih yang kau pergunakan itu?"
"Senjata cakar kaki garuda!" sahut Giam In kok sambil tersenyum, "kau tahu"
Cakar ini semula milik burung garuda dari Ban kee Seng hud, tapi akhirnya justru
kena kutebas, ingin kangzusi.com melihat?" Sembari berkata, dia segera mengebaskan senjata cakar kuku
garuda itu kedepan, sementara senyuman masih menghiasi ujung
bibirnya. Diam-diam hweesio setan merasa amat terperanjat, cepat-cepat
ia melompat mundur kebelakang untuk menghindarkan diri dari
serangan tersebut, kemudian sambil mengeluarkan sebuah senjata
palu pendek dari sakunya, dia berteriak:
"Hey bocah keparat, kenalkah kau dengan senjata tajam yang berada dalam
genggaman Hud ya mu ini?"
Giam In kk mencoba untuk mengawasi palu tersebut dengan
seksama, kemudian sambil tertawa terkekeh-kekeh sahutnya:
"Hahaaa.... hahaaa.... hahaaa.... rupanya kau adalah seorang pendeta yang menjaga
lonceng dalam kuil. eeeei! kalau palu itu
sudah dipakai, harus kuil, jangan asal disambar dan akhirnya
masuk kantong sendiri, itu sih namanya hweesio korupsi..!"
"Hmmm, aku tebak palu itu pasti kau peroleh dengan jalan
mencuri!" Merah jengah selembar wajah hweesio setan sesudah
mendengar ajekan tersebut, dengan penuh amarah teriaknya:
"Hey kutu busuk! bajingan cilik! Kematianmu sudah berada
diambang pintu, kau malah bicara sembarangan.... Hmmm!
Sambutlah serangan ku ini!"
Didalam beradu tenaga dalam tadi, si hweesio setan telah
menderita kalah satu tingkatan bila dibandingkan dengan bocah
tersebut, maka ia segera mengusulkan untuk melanjutkan
pertarungan dengan memakai senjata.
Kendatipun demikian, dia sadar bahwa ilmu silatnya masih kalah
jauh dari lawannya ini, oleh sebab itu, begitu serangan dilancarkan, dia telah
mempergunakan jurus serangannya yang paling ampuh.
kangzusi.com Palu pendeknya dengan disertai kilatan cahaya yang amat
menyilaukan mata segera membumbung tinggi keangkasa,
kemudian menyebar kemana-mana dan mengurung daerah sekitar
beberapa tombak disekeliling anak muda itu.
Bu Liang siu hud yang mengikuti jalannya pertarungan tersebut
dari sisi arena segera berteriak memuji:
"Hong wan taysu, ilmu silatmu memang luar biasa sekali..."
Sementara itu Giam In kok telah menarik napas panjang sambil
melompat mundur dari kurungan senjata lawan, kemudian sambil
tertawa serunya: "Eeeei.... nanti dulu! Siauya masih ada urusan penting yang hendak disampaikan
lebih dulu!" Ketika menyaksikan serangannya mengenai sasaran yang
kosong barusan, hweesio setan telah dibikin amat berang, apa lagi setelah
mendengar seruan tersebut, dengan penuh amarah segera
teriaknya keras-keras: "Kalau ingin menyampaikan pesan yang terakhir, lebih baik cepat utarakan!"
"Hweesio setan, aku hanya ingin memperingatkan kepadamu,
janganlah bersikap terlalu jumawa dan takabur, ketahuilah tadi aku sudah
mengampuni jiwamu karena aku masih memberi muka
kepada tuan rumah tempat ini, tapi kalau kau memang tak tahu diri dan tetap
bersikeras ingin mampus, hati-hatilah menjaga nyawamu, aku kuatir kalau sebentar
lagi kau bakal kehilangan selembar
jiwamu yang sangat berharga itu!"
Hweesio setan Hong wan taysu tak dapat mengendalikan
emosinya lagi, ia segera membentak keras, senjata palunya untuk kesekian kalinya
melancarkan serangan yang maha dahsyat.
Serentetan cahaya berkilauan dengan cepat menyelimuri seluruh
angkasa, dengan menggunakan gerakan Gunung Tay san menindih
kepala, ia hantam batok kepala Terhadap datangnya ancaman
kangzusi.com tersebut, ternyata anak muda ini tidak mencoba untuk menghindar ataupun berkelit
kesamping, menunggu sampai palu besi itu hampir mengenai batok kepalanya, tibatiba senjata cakar garuda saktinya diputar keatas untuk menangkis, sementara
jari tangan kirinya secepat kilat melancarkan sebuah totokan.
"Kena!" bentaknya nyaring.
Segulung hawa putih bagaikan anak panah yang terlepas dari
busurnya langsung meluncur kedepan dan menghajar perut bagian
bawah dari hweesio setan itu.
Bagaimaaa juga, hweesio setan bukanlah manusia yang bodoh,
dia berpengalaman sangat luas dan berkepandaian silat amat tinggi.
Sejak pertama kali tadi, ia sudah meningkatkan kewaspadaannya, maka begitu
dilihatnya ancaman musuh menyerang tiba, secepat
kilat tubuhnya segera menyingkir satu langkah kesamping.
Kemudian dengan suatu gerakan yang amat cepat, ia berhasil
menghindarkan diri dari ancaman maut tersebut.
Sesudah melepaskan serangan kilatnya tadi, dalam perkiraan
Giam In kok pihak lawan pasti akan mampus atau paling tidak
menderita luka yang amat parah.
Siapa tahu bukan saja pihak lawan tidak sampai menderita luka
apa-apa, malahan berhasil lolos dalam keadaan selamat, hal
tersebut kontan saja membuat pemuda tersebut menjadi tertegun.
Tapi sejenak kemudian ia sudah menegur lagi sambil tertawa
terkekeh-kekeh: "Aaaah.... ternyata seranganku barusan tak berhasil menembusi perutmu, ini berarti
umurmu masih cukup panjang.... tapi,
beranikah kau untuk maju lagi sambil menyambut lagi beberapa
buah seranganku?" Hweesio setan bukan seorang yang bodoh, diapun tahu bahwa
musuhnya sangat lihay, apalagi setelah melihat dari ujung jari
kangzusi.com tangannya telah menyembur keluar hawa pukulan yang tajam, hal
mana segera membuat hatinya semakin berdesir.
Kendatipun begitu, setelah diejek berulang kali oleh Giam In kok, tanpa sadar
hawa napsu membunuhnya telah berkobar kembali,
maka sambil membentak keras, tubuhnya menerjang maju sambil
melancarkan serangan. Setelah mempunya dua kali pengalaman, dia tak berani bertindak
terlalu gegabah lagi, tubuhnya segera berputar mengikuti gerakan senjata.
Deruan angin pukulan yang menyapu seluruh peemukaan tanah
segera membuat pasir dan batu beterbangan disekeliling tempat itu, begitu
dahsyatnya serangan tersebut, memaksa kawanan jago yang
mengikuti jalannya pertarungan dari sisi arena menjadi terdesak mundur sejauh
beberapa tombak dari tempat semula.
Namun Giam In kok masih tetap berdiri tenang, seakan-akan
sedang menikmati permainan lawan, dia sama sekali tidak
melakukan tangkisan ataupun melakukan serangan balasan.
Biar begitu, nyatanya tak sebuah jurus serangan yang berhasil
mengena diatas tubuhnya. Dalam pada itu, dari luar arena telah terdengar ada dua orang
sedang bercakap-cakap dengan suara lirih.
Salah seorang diantaranya tiba-tiba berseru tertahan kemudian
berseru: "Suheng! Coba lihat, bocah itu mirip sekali dengan salah seorang saudara
seperguruan kita!" "Ya... memang mirip sekali, apakah kau maksudkan menyerupai Chin sute kita?"
"Kalau bukan dia siapa lagi, tak heran kalau aku merasa amat kanal dengan
potongan wajahnya sewaktu bocah tersebut sedang
bercakap-cakap dengan Hong wan taysu tadi. Melihat wajahnya itu, kangzusi.com
aku jadi teringat bahwa bentuk mata, alis, bibir, hidung maupun potongan
wajahnya tak berbeda dengan suheng kita itu, coba kalau Chin suheng lebih muda
dua puluh tahun, aku pasti akaa mengira
mereka sebegai saudara sekandung....!"
"Aaaai...." orang yang satunya segera menghela napas panjang dan tidak berbicara
lagi. Dalam pada itu, Giam In kok yang sedang bertarung melawan si
hweesio setan telah berkata lagi sambil tertawa nyaring:
"Hey hwesio setan! Permainan tari monyet itu sudah terlampau berlebihan, dalam
sepuluh jurus mendatang, siauya akan segera
membereskan selembar jiwa anjingmu itu, aku harap kau bisa mulai bersiap sedia!"
Bu Liang sin hud pun mengerti bahwa hweesio setan sudah
terdesak hebat dan tak ada harapan lagi untuk meraih kemenangan sekalipun dalam
sepuluh jurus mendatang belum tentu hweesio
setan akan menderita kalah seperti apa yang diucapkan pemuda itu, tapi lama
kelamaan akhirnya toh dia akan kalah juga.
Oleh sebab disaat Giam In kok baru saja menyelesaikan kata-katanya, tanpa sadar
dia maju dua langkah kedepan.
Semua gerak gerik yang berada dalam gelanggang maupun yang
diluar arena, tak satupun yang lolos dari pengawasan Giam
In kok, baru saja Bu Liang sin hud mmenggeserkan tubuhnya
kedepan, ia sudah tertawa tergelak sambil mengejek:
"Hey kakek bangkotan, barusan toh aku sudah berkata
kepadamu bahwa hari ini aku akan mengampuni jiwamu! tapi jika
kau tetap bersikeras mencari penyakit buat diri sendiri, jangan salahkan kalau
akupun tak akan berlaku sungkan lagi!"
"Mencari penyakit atau tidak itu urusanku sendiri, kau tak usah banyak ngebacot
lagi!" bentak Bu Liang Sin hud dengan ketus.
Hweesio setan segera turut berteriak keras pula:
"Hud ya paling tak senang dibantu oleh siapapun, biarpun cuma kangzusi.com
seorang diri, aku masih mampu untuk menghantar keparat cilik ini berpulang ke
akhirat!" Giam In kok segera tertawa seram:
"Hahaha.... hahaha.... hahaha.... kalian tahu, kawanan jago dari sembilan partai besar
serta tiga perkumpulan terkenal pun tak malu untuk mencari kemenangan dengan
jalan main kerubut, kenapa
kalian manusia-manusia sesat tak mau ikut menggunakan cara
yang sama" Baiklah, kalau toh kalian ingin berlagak sok pahlawan, silahkan
menerima seranganku ini!"
Begitu selesai berbicara, cakar kuku garudanya segera diayunkan kemuka, lima
gulung hawa putih yang tebal pun segera memancar
keluar dari ujung kuku senjata tersebut.
Dalam sekejap mata dia telah melepaskan tiga buah serangan
berantai. Si hweesio setan segera memutar senjata palu ditangan kanannya dan melepaskan
pukulan tangan kosong dengan tangan kirinya
untuk meneter lawan secara habis-habisan, secara beruntun dia
sambut ketiga buah serangan tersebut bersamasama.
Dalam waktu singkat terasa olehnya daya tekanan yang
terpancar keluar dari senjata lawan kian lama kian bertambah berat, membuat
sepasang lengannya secara lamat-lamat menjadi kaku
dan sakit. Tak dapat ditahan lagi dia terdesak hebat dan mundur sejauh
tiga langkah kebelakang. Padahal pertarungan ini barulah merupakan suatu permulaan,
namun hweesio setan sudah keteter hebat sehingga terdesak
mundur berulang kali, peristiwa itu seketika menggemparkan semua jago yang
menyaksikan jalannya pertarungan itu.
Setelah mengetahui akan kelihayan si anak muda tersebut, rata-rata para jago
berpendapat bahwa hweesio setan tak bakal mampu
bertahan sebanyak sepuluh gebrakan lagi.
kangzusi.com Bagaimanakah akhir dari pertarungan ini" Tak seorangpun yang
dapat menduganya. Bu Liang Sin hud sebagai seorang ketua dari suatu perguruan
besar, apakah hanya akan berpeluk tangan belaka membiarkan
rekannya mampus ditangan musuh" Kalau tidak, apa yang akan
dilakukan" Turun kearena seorang diri..." Ataukah memerintahkan segenap
anak muridnyauntuk main kerubut"
Sebagaimana diketahui, hampir semua jago yang hadir disekitar
arena sekarang adalah anak murid Bu Liang Sin hud, tatkala mereka saksikan
pemuda tersebut berhasil mempermainkan seorang jago
kawakan secara mudah, rata-rata mereka merasakan hatinya
terkesiap bercampur ngeri...
Padahal selama berlangsungnya pertarungan itu, Giam In kok
belum sampai menggunakan segenap kemampuan yang dimilikinya,
tatkala semua orang masih kaget dan tertegun, tiba-tiba ia
membentak keras: "Hey setan gundul, kau tak usah takut! jadilah manusia baik-baik dalam penitisan
yang akan datang!" Tiba-tiba tubuhnya bergerak cepat, cahaya emas segera
menyelimuti seluruh angkasa, pasir dan debu beterbangan di


Pendekar Muka Buruk Pendekar Berwajah Seribu Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

seluruh arena sementara angin pukulan menderu-deru, suasanya
waktu itu benar-benar mengerikan sekali.
Ditengah suasana yang amat tegang itulah, Giam In kok
berteriak berulang kali. "Jurus ke empat....! Jurus ke lima...."
Tiba-tiba Bu Liang Sin hud membentak keras, tubuhnya secepat
kilat menerjang masuk kedalam gelanggang.
"Blaaaaammm ....!"
Suatu ledakan dahsyat menggelegar diangkasa, pasir dan debu
kangzusi.com berterbangan kemana-mana, dua sosok bayangan manusia dengan
cepat menghindarkan diri kesisi kalangan.
Ketika semua orang mengalihkan pandangan matanya kearah
mereka, maka tampaklah pakaian yang dikenakan oleh hweesio
setan telah hancur berkeping-keping, sampai jalur mulut luka yang masih
mengucurkan darah, menetes dari hati mencapai lambung.
Sebaliknya lengan kanan Bu Liang siu hud membengkak besar.
Warnanya merah menyala sehingga kelihatan mengerikan sekali.
Ditengah debu dan pasir yaag masih berterbangan diangkasa,
terdengar suara Giam In kok berkumandang datang:
"Hahaaa.... hahaaa.... hahaaa.... meskipun engkau tak tahu diri, tapi ucapan yang
telah siauya ucapkan tak mungkin kupungkiri lagi, maka lebih baik kalian rawat
hweesio setan itu secara baik-baik sehingga jadi gemuk, sekarang siauya mau
pergi dahulu.... jangan lupa, kalau setan gundul itu telah kau pelihara sampai
gemuk, cepat-cepatlah panggil aku, karena aku hendak menyembelihnya
seperti babi!" Mendengar dirinya diibaratkan seekor babi, hweesio setan ini
amat gusar dan mendongkol sekali, jeritnya keras-keras:
Kutu busuk, monyet jelek! kalau kita sampai bertemu sekali lagi, hud ya pasti ?akan memuntir batok kepalamu sampai putus!"
Kiranya untuk menyelamatkan jiwa hweesio setan dari tangan si
anak muda itu, ketika Giam In kok meneriakkan jurus kesembilan, tiba-tiba Bu
Liang sin hud menerjang masuk kedalam gelanggang
sambil melepaskan pukulan dahsyat.
Siapa tahu hanya dengan satu gerakan yang ringan, menangkis
serangannya itu, dalam bentrokan tersebut, ia merasakan lengan kanannya seakanakan terhajar oleh sebuah martil yang sangat
berat dan tak ampun lagi lengannya jadi tambah besar
membengkak, untung bocah muda itu tak ada maksud
membereskan jiwanya, kalu tidak, entah apa yang bakal terjadi!
kangzusi.com Sekarang, melihat hweesio setan marah karena diejek oleh
lawannya, dengan cepat ia mencekal lengan padri tua itu sambil menghibur:
"Taysu, engkau sedang terluka parah! untuk membalas dendam, sepuluh tahunpun
belum terlambat, kenapa maski terburu-buru?"
Giam In kok sendiripun ingin cepat-cepat membalaskan dendam
sakit hati bagi kematian manusia rakus dari kolong langit yang
pernah melepaskan budi kepadanya, tapi berhubung lumpuh
tubuhnya baru saja sembuh dan tenaga dalamnya baru saja
berjalan lancar, maka ia tak berniat bertindak secara gegabah
dengan membinasakan hweesio setan tersebut.
Ia tahu andaikata dirinya bersikeras hendak membunuh hweesio
tersebut, maka Bu Liang siu hud pasti akan mengerahkan seluruh
anak buahnya untuk mengerubutinya, dalam keadaan demikian
korban yang berjatuhan pasti banyak sekali dan ia tak
mengharapkan kejadian semacam itu.
Karenanya setelah mendengar ucapan Bu Liang siu hud tersebut,
sambil tertawa nyaring ia segera melanjutkan:
"Setan gundul!, babi bermuka jelek! ucapan Bu Liang siu hud tidak salah, untuk
membalas dendam selama sepuluh tahunan
belum terlambat, lebih baik makanlah yang banyak hingga badanmu menjadi gemuk,
suatu saat kalau siauya datang menjagalmu, akan
kuperoleh seekor babi gemuk macam kamu itu!"
Habis berkata, ia segera enjotkan badan dan meninggalkan bukit
tiga pedang itu. Sambil melanjutkan perjalanan menuruni bukit, kembali Giam In
kok membayangkan kembali peristiwa yang terjadi selama ini.
Ia membayangkan setelah dirinya mengejar setan tua bermuka
seratus kedalam lembah pertapaan iblis, kecuali berjumpa dengan seorang yang
dianggapnya sebagai iblis langit Suto Liong, maka tak seorang manusia yang
lainpun yang ia jumpai, tapi setelah ia
meninggalkan lembah pertapaan iblis ternyata ia segera berjumpa dengan dewi
berjari sembilan gadungan yang telah melukai
kangzusi.com tubuhnya, kalau dibayangkan kembali bukankah kejadian yang
berlangsung itu sangat aneh"
Tiba-tiba satu ingatan dengan cepat berkelebat dalam benaknya,
diam-diam ia menyumpah didalam hati:
"Anjing sialan....! aku memang tolol sekali, sejak kapan bajingan tua yang
kujumpai dalam pertapaan iblis itu mengaku bahwa dialah iblis langit Suto
Liong?" Dengan cepat pemuda itu menyadari kembali kesalahan-nya, ia
tak menyangka kalau perbuatannya yang sok pintar itu
membuatnya tertipu bahkan hampir saja jiwanya melayang, soal ini membuat
perasaan hatinya jadi kesal sekali.
Dengan api dendam yang membara dalam dadanya, pemuda itu
segera melanjutkan perjalanannya menuju kelembah pertapaan
iblis. Beberapa li sudah dilewatinya dengan cepat, tiba-tiba dari balik sebuah gundukan
tanah, ia mendengar bentakan keras dari seorang gadis, suara itu begitu dikenal
olehnya membuat Giam In kok
menjadi terperangah dan segera menghentikan langkah kakinya.
Biarpun suara bentakan dari perempuan itu sangat dikenal
olehnya, namun untuk beberapa saat dia lupa, suara siapakah itu"
Sementara pemuda tersebut masih berdiri termangu-mangu,
kembali terdengar suara bentakan lain berkumandang datang:
"Perempuan rendah! Siapa yang telah mengajarkan ilmu panah burung walet itu
kepadamu?" "Kau tak usah banyak berbicara lagi!" tegas si nona dengan suara gusar,
"serahkan saja jiwa anjingmu itu!"
"Haaaah.... haaaaahh.... haaaaah.... biarpun kau enggan
berbicara, aku dapat menduganya sendiri, bukankah kau si
perempuan rendah adalah keturunan dari Suto Ing" Yaa, kalau
bukan keturunannya pasti anak muridnya...., benar bukan?"
kangzusi.com Begitu mendengar kalau gadis tersebut ada hubungannya
dengan Suto Ing, dengan cepat pula Giam In kok teringat kembali kalau nona
tersebut tak lain adalah Cung Yan ji.
Tanpa berpikir panjang lagi dia segera mengerahkan ilmu
meringankan tubuhnya dan meluncur kearah mna berasalnya suara
tadi dengan kecepatan tinggi.
Ditepi jalan raya yang lebar terbentang sebuah sawah yang telah mengering,
dihadapan sawah gersang tadi merupakan semak
belukar yang amat lebat, sementara dibagian belakang semak
tersebut merupakan sebuah hutan yang luas.
Waktu itu, disisi hutan lebat tersebut nampak belasan orang
lelaki kekar yang bersenjata lengkap sedang berdiri berjaga-jaga disitu,
sementara disamping mereka membujur sesosok mayat yang
berlumuran darah. Sementara itu dua orang gadis muda sedang memutar
pedangnya yang tajam sambil melangsungkan suatu pertarungan
yang sengit melawan seorang kakek.
Walaupun kakek itu hanya melawan dengan tangan kosong, akan
tetapi kedua gadis tersebut sudah terdesar hebat sehingga gerak geriknya tak
beraturan dan berulang kali terdesak mundur
kebelakang...... Mendadak.... Dari atas sebuah bukit kecil tak jauh dari tempat kejadian,
berkumandang lagi suara bentakan yang sangat keras:
"Bajingan tua, jangan kabur kau!"
Bersamaan dengan bergemanya suara bentakan tersebut,
tampak sesosok bayangan manusia dengan kecepatan bagaikan
sambaran kilat meluncur kebawah.
Begitu mendengar bentakan tersebut, tiba-tiba saja paras muka
kakek tersebut berubah sangat hebat, kemudian tanpa
kangzusi.com memperdulikan lagi musuhnya, dia berjumpalitan ditengah udara
secara tergesa-gesa lalu melarikan diri terbiri-birit masuk kedalam hutan.
Pemuda yang baru saja munculkan diri tak lain adalah Giam In
kok, dari kejauhan dia telah mengenali ilmu silat yang sedang
dipergunakan kakek itu sebagai ilmu pukulan bayangan darah.
Selain itu diapun tahu bahwa kakek tersebut ternyata tak lain
adalah si Ular emas bayangan darah, Giam Ong hui yang sedang
dicari-cari jejaknya selama ini.
Misteri Gadis Gila 2 Tangan Berbisa Karya Khu Lung Manusia Kelelawar 1

Cari Blog Ini