Sakit Hati Seorang Wanita 3
Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo Bagian 3 semak belukar, dan pada saat dua ekor kuda itu t iba di depannya, dia meloncat ke depan sa mbil me ngeluarkan gerengan yang nyaring. Biarpun terkejut, dua ekor kuda itu agaknya tahu bahwa yang muncul dan menggereng ini bukan harima u aseli. Akan tetapi tidak demikian dengan dua orang dara itu. Siauw Giok menjad i de mikian kagetnya sehingga ia me mbedal kudanya dan kabur meninggalkan tempat itu tanpa meno leh lagi, penuh rasa takut karena seolah-olah merasa ada harimau mengejar di belakangnya! Memang de mikian lah orang yang dicengkera m rasa takut. Ta Giok lebih tabah daripada adiknya, akan tetapi ia pun terpaksa harus mencabut pedangnya karena tidak mungkin lagi me mpergunakan busur dan anak panahnya. Harimau itu terlampau de kat dan sebelum ia siap dengan busur dan anak panahnya, harimau itu dapat menyerangnya lebih dahulu. Dengan gagah sekali, dara ini siap dengan pedang di tangan, menghadap i harima u itu. Akan tetapi, dapat dibayangkan betapa kaget dan heran rasa hatinya ketika ia me lihat harima u itu t iba-tiba dapat bangkit berdiri di atas kedua kaki belakang, seperti seorang manusia! Ta Giok adalah puteri kepala suku yang masih terbelakang dan tentu saja ia percaya akan tahyul. Melihat betapa ada harimau dapat berdiri seperti manusia ia pun segera menduga bahwa tentu ia berhadapan dengan seekor harimau jadi-jad ian atau seorang siluman! Ketabahannya luntur dan ia pun me mandang pucat dengan tubuh agak menggigil. Apalagi ketika tiba-tiba harimau itu dapat menge luarkan suara ketawa, ia sema kin takut lag i. Harimau itu tiba-tiba bergerak dan terlepaslah kulit harimau itu dan kini yang nampa k berhadapan dengan dirinya adalah seorang pemuda yang tampan dan gagah sekali! Pe muda itu, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Pangeran Huang Thai Ci, dengan sigapnya melompat ke depan, sekali renggut dia sudah merampas pedang dari tangan Ta Giok yang masih terpesona dengan tangan kirinya, lalu tangan kanannya meraih dan dia me mondong tubuh Ta Giok dar i punggung kuda. Dara itu meronta-ronta, akan tetapi dia sama sekali tidak berdaya dalam dekapan Huang Thai Ci yang pandai merayu. Dihujani rayuan dan belaian pemuda yang sudah amat menar ik hatinya itu, akhirnya Ta Giok bertekuk lutut, takluk dan tidak melawan lag i, bahkan menya mbut pencurahan cinta birahi Pangeran Huang Thai Ci dengan penuh gairah dan semangat pula. Tanpa bicara kedua orang muda itu menurut kan gelora hati penuh birah i di balik semak belukar, di atas rumput hijau yang lunak tebal. Baru kemudian Tanpa bicara kedua orang muda itu menurutkan gelora hati penuh birahi di balik se ma k belukar, di atas rumput hijau yang lunak tebal. Ta Giok bertanya dengan lembut, me mandang kekasihnya itu dengan sinar mata penuh kagum dan kasih sayang siapa adanya pemuda itu yang demikian beraninya melakukan siasat untuk menghadangnya. Sa mbil tersenyum dan merang kul leher kekasihnya, menciumnya, pemuda itu berb isik di de kat telinga Ta Giok. "Aku adalah Pangeran Huang Tha i Ci" "Ahhhh.....!" Pengakuan ini me mbuat Ta Giok terkejut, akan tetapi juga kagum dan girang sekali. Kekasihnya, pria Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ pertama yang menyentuhnya, adalah sang pangeran yang sudah amat terkenal itu. Dan dia pun balas merangkul dan keduanya kemba li tenggela m ke dalam kemesraan yang menda la m. Kemudian mereka beristirahat, rebah di atas rumput sambil me mper kenalkan diri mas ing-masing. Pangeran itu me mbujuk Ta Giok agar suka ikut bersama dia ke istana keluarganya. Ta Giok merasa ragu-ragu. Kalau ayahnya atau anggauta suku bangsanya tahu bahwa ia bukan hanya berkenalan dengan pangeran pihak musuh, bahkan telah bermesraan dan menyerahkan dirinya, tentu ayahnya akan marah sekali. Bahkan kalau pangeran itu ketahuan, besar sekali kemungkinannya Pangeran Huang Tha i Ci akan d ikeroyok dan dibunuh tanpa banyak cakap lagi. Selagi ia ragu-ragu dan belum dapat menjawab, tiba-tiba terdengar bunyi banyak kaki kuda menuju tempat itu, diseling teriakan-teriakan me manggil na manya! "Celaka.... mereka datang....!" kata Ta Giok. "Cepat, kau pergilah, pangeran.....!" Huang Thai Ci juga terkejut sekali dan maklum akan bahaya yang mengancam, tanpa berkesempatan pamit lagi kepada kekasihnya, cepat melompat dan lari menuju ke guha di mana dia menyimpan kudanya, kemudian dia m-dia m dia kabur dari tempat itu me lalui lain jurusan. Sementara itu, Ta Giok setelah me mbereskan pakaiannya, lalu pura-pura rebah pingsan di dekat semak-sema k di tepi jalan. Ternyata rombongan itu terdiri dari be lasan orang perajurit dipimpin oleh ayahnya sendiri dan dite mani oleh Siauw Giok yang menjadi penunjuk ja lan. Ayahnya segera melompat turun dan bersama Siauw Giok menyadarkan Ta Giok. Kepala suku itu menghujaninya dengan pertanyaan di mana adanya harimau itu, akan tetapi karena khawatir kalau-kalau ayahnya merasa curiga, Ta Giok hanya mengge leng kepala ketakutan dan pura-pura tidak ma mpu bicara saking takutnya. Mereka me mbawa Ta Giok pulang dan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ dara ini dapat menyimpan rahasianya, hanya menyimpan pertemuannya dengan Pangeran Huang Thai Ci itu sebagai sebuah kenangan yang manis dan indah sekali. Akan tetapi ayahnya bukan orang bodoh dan diam-dia m ayahnya menaruh hati curiga karena terjadi perubahan dalam sikap Ta Giok yang suka duduk termenung. Karena itu, ayahnya lalu me maksanya untuk menikah dengan seorang kepala suku yang masih muda dan yang menjadi sahabatnya. Pernikahan Ta Giok ini terdengar pula oleh Pangeran Huan Thai Ci. Tentu saja hati pangeran ini merasa kecewa sekali dan ketika terbuka kesempatan, yaitu ketika kaisar menga mbil keputusan untuk me mbasmi kelompok-ke lompok suku bangsa yang tidak mau tunduk kepada Kerajaan Ceng-tiauw, pangeran ini lalu mengepalai sendiri pasukan yang kuat dan dia lalu menyerbu ke perka mpungan suku bangsa di mana Ta Giok ini menjadi isteri kepala sukunya. Dia me mbas mi kepala suku itu dan berhasil merampas Ta Giok dan Siauw Giok. Pertemuan dua hati yang dipisahkan keadaan ini a mat mengge mbirakan kedua piha k. Dengan penuh kasih sayang, Huang Thai Ci lalu mengangkat Ta Giok menjad i isterinya, dan Siauw Giok lalu dinikahkan pula dengan adiknya, yaitu Pangeran Tuo Ek Kun. Sifat mata keranjang Pangeran Huang Thai Ci me mang sudah tidak ketulungan lagi! Biarpun d ia sudah me nguasai Ta Giok sebagai isterinya, namun melihat betapa Siauw Giok yang menjad i adik iparnya kini pun nampa k cantik jelita menyaingi kakaknya, dia tidak dapat menahan gelora hatinya. Dan karena adiknya pun merupakan seorang pria yang tidak pantang melakukan pelanggaran susila, maka terjadilah tukarmenukar antara kakak beradik ini! Bukan merupakan ha l yang aneh lagi kalau seringkali Ta Giok mene mani adik iparnya dalam kamarnya, sebaliknya Siauw Giok tidur bersa ma Huang Thai Ci' Perist iwa seperti itu tidak jarang terjadi di dalam istana yang megah dan mulia, bahkan seringkali di te mpattempat yang dianggap penuh kemuliaan dan kemewahan ini Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ terjadi pelanggaran susila yang lebih hebat dibandingkan dengan yang terjadi di luar tembok istana. Hal ini adalah karena kebebasan para wanita di dalam tembok istana a mat terbatas, dan kehidupan mereka itu seperti di dalam rumah penjara saja, di dalam tahanan walaupun mereka berenang dalam kemewahan. Dan para pangeran, keluarga kaisar, yang merasa bahwa mereka berada di puncak kekuasaan, kadangkadang tidak pantang melakukan hal-hal yang tidak pantas, bahkan yang tidak akan dilakukan oleh seorang petani gunung yang bagaimana terbelakang dan bodoh sekalipun. Tentu saja hal-hal se maca m itu tidak pernah dicatat di dalam sejarah. Sejarah orang-orang besar selalu penuh dengan kebaikankebaikan dan kebersihan-kebersihan be laka, penuh dengan catatan perbuatan yang patut-patut dan mulia. Demikianlah, ketika Pangeran Huang Thai Ci diangkat menjad i kaisar menggantikan ayahnya dan berjuluk Kaisar Thai Cung dari kerajaan Ceng, Ta Giok yang berasal dari keluarga kepala suku bangsa kecil sederhana itu diangkat pula menjad i Per maisuri! Dan ia masih menjadi per maisuri yang amat berpengaruh dan berkuasa ketika balatentara Mancu terus mengancam kota raja Kerajaan Beng-tiauw yang sudah hampir runtuh itu. Dala m keadaan Kerajaan Beng-tiauw yang sudah makin le mah itu, tentu saja roda pemerintahan tidak dapat berjalan lancar. Para pembesar di daerah-daerah seperti terlepas dari pengaruh kota raja dan mereka itu seolah-olah berdiri sendiri, menjad i raja-raja kecil di daerah masing-mas ing yang berada di dalam kekuasaan mereka. Dan dalam hal ini pun, hukum rimba tetap berlaku. Pe mbesar yang dekat dengan pasukan, terutama pembesar yang menguasai atau mengepalai pasukan yang terkuat, dialah yang menjadi raja tanpa mahkota! Dengan moda l kekuatan pasukannya, dia dapat memaksakan kehendaknya di daerah yang dikuasainya dan tidak ada s iapa pun yang berani menentangnya. Hal ini terjadi karena atasan mereka yang lebih kuat dan besar kekuasaannya berada di Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kota raja dan kota raja sedang kacau dilanda pemberontakanpemberontakan. Akan tetapi, di mana ada kekeruhan, di situ pasti ada yang ingin me mancing ikan di air keruh, manusia- manusia yang ingin me mpero leh keuntungan dari keadaan kacau itu. Setiap kali negara mengalami kekacauan, pasti muncul oknumoknum yang mencari sasaran dan ingin me mperoleh keuntungan diri send iri me lalui kekacauan-kekacauan itu. Hal ini terjadi karena terbukanya kesempatan-kesempatan bagi mereka. Karena itu, ada benarnyalah kalau dikatakan bahwa kesempatan men imbulkan kemaksiatan! Demikian pula dengan para pe mbesar tinggi di kota raja. Mereka melihat kesempatan terbuka dengan adanya penguasa-penguasa daerah yang berdiri sendiri di daerah-daerah. Dengan pengaruh dan kekuasaan mereka, para pe mbesar tinggi ini mendatangi para pe mbesar daerah, menggertaknya dan menganca mnya dengan tuduhan korupsi dan kalau mereka me lawan, akan dituduh pe mberontak! Tentu saja, di jaman merajalelanya pe mberontakan itu, para pejabat daerah paling takut dituduh pemberontak dan untuk meredakan kemarahan dan ancaman para pejabat tinggi yang datang dari kota raja untuk "mencar i-cari kesalahan" itu, para pembesar daerah tidak sayang untuk menge luarkan banyak harta guna menyogok. Maka merajalela pula penyogokan dan penyuapan, agar para pemeriksa dari kota raja itu me laporkan yang baikbaik saja men genai daerah mereka! Di kota Thian-cin yang dekat dengan kota raja, hal serupa juga terjadi. Para pejabat kota ini, tidak terkecuali, menggunakan keadaan selagi pe merintah pusat le mah, mereka ini hidup sebagai raja-raja kecil. Sebagai seorang kepala jaksa, maka Pui Kian atau Pui Taijin (Pembesar Pui), tidak mau ketinggalan berlumba mengumpulkan kekayaan dan me mper kuat kedudukan. Dipeluknya komandan pasukan keamanan kota Thian-cin sebagai kawan akrabnya dan mereka berdualah yang seakan-akan menjadi raja-raja kecil di Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Thian-cin. Pui Taijin sebagai seorang kepala jaksa, berhak untuk menangkap siapa saja dan menuntutnya dengan tuduhan-tuduhan palsu atau tidak, dan men jebloskan mereka yang dianggap tidak taat atau menentang ke dalam tahanan penjara. Dan komandan pasu kan itu, Ji-ciangkun (Perwira Ji), berdiri di belakang sang ja ksa bersama pasu kannya dan tidak seorang pun berani menentang atau me lawan mereka! Dengan cara demikian, mudah saja bagi Pui Kian untuk me meras para hartawan, merampas tanah-tanah pertanian yang luas dan me lakukan segala maca m penindasan lagi. Karena itu, tidaklah mengherankan apabila dia me njadi panik setengah mati ketika mendengar berita pengumuman bahwa pekan depan a kan datang seorang pe mbesar tinggi dari kota raja untuk mengadakan pemer iksaan di Thian-cin! Dan dia mendengar bahwa Kwa Taijin (Pembesar Kwa) itu adalah seorang pembesar tinggi yang keras dan suka menga mbil tindakan tegas, juga me miliki kedudukan yang kuat di kota raja! Tentu saja dia menjadi panik dan ketakutan, maka cepat dia me ne mui 3i Ciangkun, sekutunya di Thian-cin. "Ciangkun, engkau harus dapat menyelamatkan aku sekali ini. Aku gelisah sekali menghadapi pe meriksaan Kwa Taijin. Kabarnya dia keras sekali dan suka bertindak tegas!" demikian katanya dengan muka agak pucat membayangkan kemungkinan-ke mungkinan buruk yang akan dapat menimpa Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo dirinya. Wajah pembesar militer itu juga na mpak gelisah. "Pui Taijin, permintaanmu itu sungguh me mbingungkan hatiku. Bagaimana aku akan dapat menolongmu" Aku send iri pun bingung mendengar dia akan muncul di sini. Sungguh heran, bagaimana dia tahu-tahu a kan me lakukan pe meriksaan di sini" Aku khawatir kalau-kalau ada orang yang mengadu ke kota raja." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Apa..... apa maksudmu" Apakah engkau tidak dapat me mpergunakan kekuasaan dan pengaruhmu untu k..... untuk sekedar me le mahkan semangatnya?" "Aih, kau tidak tahu, Taijin. Pembesar she Kwa itu amat berkuasa dan hatinya seperti terbuat dari baja. Kalau dia sedang tidak senang, biarpun disogok harta berapa banyak sekalipun, dia t idak akan goyah. Dan aku bahkan pernah menjad i korban ketegasannya. Ketahuilah bahwa aku dipindah ke Thian-cin dari kota raja juga karena dia!" "Apa..... apa maksudmu?" tanya pembesar she Pui itu dengan kaget dan semakin panik. Perwira itu menarik napas panjang, mengenang kembali pengalamannya yang pahit ketika dia menjad i korban ketegasan Kwa Taijin. Ketika itu, lima tahun yang lalu, kedudukannya adalah seorang panglima di kota raja yang berkedudukan baik. Akan tetapi, pada suatu hari dia telah me lakukan kesalahan, menggunakan kedudukan nya untuk menekan keluarga yang sejak lama menjad i musuhnya. Dia berhasil menggunakan kekuasaannya untuk menuntut keluarga itu sehingga mereka ditahan dan dihukum dengan tuduhan me lakukan per lawanan kepada alat negara dan me mberontak, dan dia berhasil menguasai se mua harta milik musuh itu. Dan gara-garanya hanyalah karena pu-teranya bentrok dan berkelah i dengan putera keluarga itu, dan puteranya itu kalah dalam perkelah ian itu dan terluka. Akan tetapi, akhirnya urusan itu sa mpai ke tangan Kwa Taijin yang turun tangan menyelidiki dan mengad ilinya me lalui pengadilan kota raja. Dalam urusan ini, dia dianggap bersalah. Keluarga musuh itu dibebaskan, harta mereka dikemba likan dan dia sendiri lalu diturunkan pangkatnya dan dipindahkan ke Thiancin. Dan kini, sahabatnya ini minta kepadanya agar mau me lindunginya dari Kwa Taijin! Tentu saja nyalinya belum apaapa sudah menjadi kecil. Se mua ini dia ceritakan kepada Pui Taijin yang menjadi semakin panik. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Celaka, kalau begitu, bagaimana baik nya?" "Jangan khawatir, sahabatku. Sebaik-baiknya orang, sekeras-kerasnya orang, pasti ada cacatnya dan ada kele mahannya. Kukatakan tadi bahwa kalau hatinya sedang tidak senang, Kwa Taijin itu dapat keras seperti baja dan sukar sekali dibelokkan kehendak dan keputusannya, bahkan disogok pun tidak dapat. Akan tetapi kalau hatinya sedang senang, dia pun murah hati sekali. Karena itu, engkau harus berusaha menyenangkan hatinya." "Bagaimana caranya, ciangkun" Ingat, ini kepentingan kita berdua. Engkau harus membantuku me mikirkan jalan yang baik agar kita berdua dapat lolos dari bahaya. Bagaimana caranya untuk menyenangkan hatinya" Perempuan" Makan minum yang lezat?" Perwira itu menggeleng kepala. "Bukan, dia bukan tukang ma in perempuan, bukan pula pelahap ma kanan lezat. Akan tetapi dia punya kelemahan terhadap batu-batu permata yang indah, terutama sekali batu kemala dan mutiara. Terhadap dua maca m batu permata itu, melebihi batu-batu mulia yang lain, dia tergila-gila." "Batu giok (ke mala)" Mutiara" Wah.... alangkah mahalnya....!" "Apa artinya harta benda, taijin" Habis harta, bisa cari lagi. Kalau kehilangan kedudukan, apalagi dihukum, kita akan mati seperti tikus dala m jebakan." Pembesar itu mengangguk-angguk seperti ayam makan jagung. "Kau benar, kau benar! Baiklah, mula i sekarang aku akan mengumpulkan batu giok dan mutiara, akan kubeli dari semua pedagang batu per mata. Akan kukumpulkan yang paling bagus, biar sampai hab is uang simpananku asal hatinya menjad i senang." Pada saat itu, di dalam kegelapan ma la m, ada bayangan orang mengangguk-angguk pula ketika mendengar Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ percakapan dua orang pembesar ini. Orang itu tadi menyelinap dan meloncat seperti seekor kucing saja, tanpa menge luarkan suara dan tidak kelihatan oleh para penjaga. Orang itu bertubuh ra mping, berpakaian serba hita m dan me miliki gerak-an luar biasa ringan dan cepatnya. Bayangan hitam ini adalah Kim Cu i Hongl Sepasang matanya mencorong menger ikan ketika na mpak ber kilat. Seperti telah kita ketahui, gadis ini turun dar i sebuah di antara puncak Pegunungan Lu-liang-san, berpisah dari guru nya, Toat-beng Hek-mo, me mbawa buntal an pakaian dan juga ilmu kepandaian t inggi yang dipe lajarinya selama tujuh tahun setiap hari tak pernah berhenti secara tekun sekali. Tentu saja ia langsung menuju ke Thian-cin. la melakukan penyelidikan tentang jenazah ayahnya dan suhengnya, namun ia gagal dalam penyelidikannya. Tak seorang pun tahu di mana kuburnya dua orang itu. Tadinya ada niat di hatinya untuk menghubungi saudara-saudara seperguruannya, akan tetapi niat ini la lu d ibatalkannya. Tidak, la t idak akan mencari teman atau pe mbantu dalam usahanya me mba las denda m. Akan ditanganinya sendiri dan andaikata gagal pun akan ditanggungnya sendiri! Balas denda m ini merupakan satusatunya tujuan sisa hidupnya. Pertama-tama ia harus dapat mencari dana untuk penyelidikan dan usahanya me mbalas denda m. Ia tahu ke mana harus mencari uang. Ke rumah gedung keluarga jaksa Pui! Ke mana lag i kalau bukan ke rumah musuh besar nomor satu itu" Mengambil harta dari s itu merupakan sebagian pembalasan denda mnya. Demikianlah, dengan menggunakan ilmu kepandaiannya, ia berhasil menyelinap dan naik ke atas wuwungan rumah gedung keluarga Pui Taijin. Secara kebetulan saja ia melihat dan mendengar percakapan antara Kepala ja ksa Pu i Kian dan ji Ciangkun. Tentu saja percakapan antara kedua orang itu amat penting baginya. Dari percakapan itu ia dapat Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ menang kap bahwa akan ada pembesar tinggi dari kota raja datang ke Thian-cin dan agaknya Kepala jaksa Pui bersama sekutunya yang berpakaian perwira itu akan berusaha menga mbil hati pe mbesar tinggi itu dengan ja lan menyogok dengan barang-barang yang amat disukainya, yaitu batu-batu mulia berupa batu kemala dan mut iara yang tentu amat mahal harganya. Kebetulan sekali, pikirnya dan kepalanya yang penuh dengan siasat terdorong oleh keinginannya me mba las dendam itu sudah diputarnya dan ia sudah me mperoleh siasat yang baik sekali. Sekali turun tangan, ia harus dapat menguasai barang-barang berharga itu dan juga me mukul keluarga Pui! Setelah selesai urusan ini, baru ia akan turun tangan langsung kepada Pui Ki Cong yang belum dilihatnya di gedung itu. Diurungkannya niatnya mencuri barang berharga dari gedung itu dan pada keesokan harinya, kemba li ia melakukan penyelidikan tentang keluarga Pui dan tentang segala sepakterjang kepala jaksa itu. Dan ia memperoleh keteranganketerangan yang amat penting. Kiranya sudah empat tahun lebih Pui Kongcu atau Pui Ki Cong tidak tinggal lagi di Thiancin, dan men urut keterangan yang diperolehnya, musuhnya nomor satu itu telah pergi pindah. kini tinggal di kota raja, menduduki jabatan tinggi dan penting di istana! Dan tentang Jaksa Pui sendiri, ia me mperoleh berita bahwa pe mbesar itu kini seperti raja kecil, seolah-olah dia lah yang paling ber kuasa di Thian-cin, menentukan segala huku m yang berlaku di Thian-cin, berbuat sewenang-wenang mengandalkan kedudukannya dan dilindungi pula oleh sekutunya, yaitu Ji Ciangkun, komandan pasukan kea manan Thian-cin. Juga gadis yang cerdik ini berhasil mendengar percakapan antara dua orang pegawai kabupaten yang sudah tua tentang diri Kwa Taijin, pe mbesar tinggi yang datang dari kota raja untuk mengadakan pene liti an dan pe meriksaan di Thian-cin dalam pekan depan ini. Cui Hong mengangguk-angguk dan ia mulai Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ me mintal siasat yang direncanakannya seperti seekor labalaba me mintal jaring laba- labanya dengan teliti dan tekun. Beberapa hal penting dicatatnya dan dikumpulkannya dari pendengarannya dalam percakapan Pui-taijin dan Ji Ciangkun, dan dari has il penyelidikannya, yaitu Kwa Taijin, pembesar yang keras dan tegas dari kota raja akan tetapi me miliki kele mahan terhadap batu-batu permata, akan datang mengadakan pe mer iksaan dan agaknya pembesar tinggi itu sudah mendengar akan sepak-terjang Pui Taijin di Thian-cin. Pui Taijin dibantu oleh sekutunya, Ji Ciangkun, sudah me mpers iapkan diri untuk menyogok pembesar Kwa itu dengan batu-batu kemala dan mut iara yang indah-indah untuk menyenangkan hatinya agar terlepas dari pengamatan dan tuntutan, tentu saja. Mala m terakhir dari hari kedatangan Kwa Taijin, kembali Pui Kian dan Perwira Ji mengada kan pertemuan di dalam kamar Jaksa Pui. Kepala jaksa itu me mperlihatkan hasil usahanya mengumpulkan batu-batu kema la dan mutiara, dan me mbuka sebuah bungkusan ka in merah. Di dalam bungkusan itu terdapat sebuah peti berukir indah dari kayu berwarna hitam. "Ciangkun, coba kauperiksa, apakah barang-barang ini kiranya cukup untuk menyenangkan hati Kwa Taijin?" kata Pui Kian sa mbil tersenyum bangga. Ditaruhnya peti itu di atas meja dan ketika peti dibuka, Ji Ciangkun menge luarkan seruan kagum. Di dalam peti itu nampak benda-benda indah dari batu giok yang berwarna kehijauan, gilang-ge milang dengan ukiran halus sekali. Ada sepasang naga berebut mustika terbuat dari batu giok kemerahan, ada burung merak hijau, burung hong terbang sepasang juga dari giok hijau, ada pula gelang-gelang batu giok yang amat halus dan indah, semua itu diukir dengan halus dan pengikatnya dari e mas putih. Benda-benda ukiran yang demikian indahnya, terbuat dari batu-batu giok murni, sukar ditaksir berapa harganya. Tentu amat mahal! Dan di Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ samping itu ada pula perhiasan-perhiasan terbuat dari batubatu mut iara pilih an. Ada kalung mutiara, ada pula giwang yang terbuat dari mutiara bermaca m warna, dan ada pula gelang dari mutiara hitam yang tentu amat mahal harganya. "Ah, selama hidupku belum pernah aku melihat kumpulan giok dan mut iara seindah ini, Taijin! " kata Ji Ciangkun dengan kagum. "Kalau dia tidak puas dan senang dengan bendabenda ini, aku sendiri tidak tahu harus me mberi yang bagaimana! Hebat sekali!" "Tentu saja hebat! Benda-benda ini adalah barang-barang pilihan, ciangkun. Bahkan ukiran naga dan burung hong kemala ini tadinya adalah benda dar i kamar pusaka istana kaisar yang !olos keluar! Tak ternilai harganya dan untuk mengumpulkan benda-benda ini, apalagi dalam waktu tiga empat hari ini, uangku tidak cukup dan a ku harus pinjam dari banyak kawan." "Ah, apa artinya uang, Taijin" Yang penting, kedudukanmu masih selamat dan engkau mas ih tetap berkuasa. Apa sukarnya kelak mencari uang lag i" Yang penting, harimau dari kota raja itu harus dibikin senang hatinya agar tidak mencakar dan menggigit!" Ji Ciangkun mengakhiri kata-katanya sambil tertawa. Pui Taijin juga tertawa bergelak dan menutup kembali peti itu. "Ha-ha-ha, engkau benar. Harimau! Dia me mang seperti harimau yang galak. Akan tetapi harimau pun akan kehilangan galaknya kalau dia diberi daging kesayangannya dan perutnya kenyang, bukan" Ha-ha-ha!" Pui Taijin na mpak ge mbira sekali karena kekhawatirannya hilang atau setidaknya banyak berkurang setelah dia me mpero leh kepastian sahabat dan sekutunya bahwa hadiah itu cukup untuk menyenangkan hati Kwa Taijin yang ditakutinya itu. Dia me mbungkus lag i peti hita m itu dan me letakkan bungkusan merah ke da la m almar i yang berdiri di sudut ka mar itu, di be lakang te mpat tidurnya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Mari kita rayakan hasil ini, ciangkun. Hatiku terasa lega dan aku berterima kasih padamu atas nasihat mu. Kelak aku tentu tidak akan melupakan budimu ini. Mari, mar i kita makan minum sepuasnya di ruangan ma kan." Kepala jaksa itu mengajak se kutunya untuk mengadakan pesta di kamar makan. "Akan tetapi, engkau tentu tidak akan men inggalkan begitu saja barang-barang yang amat berharga itu di da la m kamar ini, Taijin!" Ji Ciangkun berseru ketika mereka hendak men inggalkan kamar. Pui Taijin tersenyum lebar dan me mbuka pintu kamar. "Kau lihat, aku tidaklah sebodoh itu, ciangkun. Kamar itu kusuruh jaga siang ma la m. Aku selalu berhati-hati menjaga diriku, dan setiap hari, kamar ini dijaga oleh enam orang penjaga secara bergilir. Mereka berada di luar kamar dan siapa pun, kecuali aku dan keluargaku, tidak mungkin dapat me masu ki kamar ini. Belu m lag i diingat bahwa di sekeliling gedung ka mi ini sela lu d ijaga pengawal-pengawal siang malam. Penjahat yang berani mencoba me masu ki Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo gedung kami sa ma saja dengan bosan hidup dan mau bunuh diri. Ha-ha-ha!" Ji Ciangkun juga tertawa dan men gangguk kagum ketika dia me lihat ena m orang penjaga yang bersenjata lengkap me mang na mpak berjaga di depan kamar itu. Mereka lalu men ingalkan kamar yang hanya ditutupkan begitu saja daun pintunya oleh Pui Taijin, dan menuju ke ruangan makan di mana telah menanti pelayan-pelayan wanita yang siap melayani mereka berdua ma kan minum dengan hidangan-hidangan yang masih panas dan mewah. Para penjaga di luar kamar itu, mau pun yang berjaga di sekeliling gedung Pui Taijin, adalah penjaga-penjaga biasa yang menjaga keamanan keluarga pembesar itu dari gangguan orang-orang biasa yang hendak memusuhi keluarga itu. Tentu saja mereka itu tidak ada artinya bagi seorang pengunjung seperti Kim Cui Hong yang sejak tadi sudah mengintai di antara wuwungan rumah dan mendengarkan, bahkan me lihat ke dalam kamar ketika Jaksa Pui dan Ji Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Ciangkun bercakap-cakap dan me lihat kumpulan batu permata yang hendak diserahkan sebagai sogokan kepada pembesar Kwa Taijin yang akan datang besok. Selagi dua orang pembesar itu bersenang-senang makan minum di ruangan makan d ilayani o leh pelayan-pelayan wanita yang muda-muda dan cantik-cantik, Cui Hong yang memang sejak tadi sudah me mpers iapkan rencana siasatnya, melayang turun ke dalam kamar tidur pe mbesar itu. Ia me mbuka genteng dan me mbongkar langit- langit, melayang turun bagaikan seekor burung walet ke dalam kamar itu sehingga sama sekali tidak terlihat atau terdengar oleh para penjaga. Cui Hong menggendong sebuah buntalan yang kini diturunkannya dari atas punggung dan diletakkannya di atas meja. Ia pun lalu me mbuka almari di belakang te mpat tidur, menga mbil buntalan kain merah yang tadi sudah dilihatnya ketika ia melakukan pengintaian. Dengan tenang namun cepat dibukanya buntalan itu dan dengan hati-hati agar tidak menge luarkan suara, dibukanya peti hitam yang penuh dengan barang-barang indah dari batu giok dan mutiara. Semua benda itu dikeluarkan ke atas meja, kemudian peti itu ia isi dengan isi buntalannya sendiri yang terisi batu-batu biasa. Setelah penuh dan beratnya sama dengan berat barang-barang berharga tadi, ditutupnya kemba li peti Itu dan dibuntalnya kembali dengan kain merah, kemudian dikembalikan benda itu ke da la m almar i. Barang-barang berharga itu kini dibuntalnya dan digendongnya di atas punggung. Setelah me meriksa dengan telit i dan merasa yakin bahwa ia tidak meninggalkan be kas-bekas yang mencurigakan, Cui Hong lalu me loncat ke atas, tangannya menya mbar tiang melintang dan menerobos melalui langitlangit yang sudah dibongkarnya dan me lalui genteng-genteng yang sudah dibukanya. Ia me mbetulkan kembali langit-langit dan genteng dari luar, kemudian tersenyum puas me lihat hasil perbuatannya. Ia telah melakukan siasat yang telah direncanakannya dengan sempurna. Seperti sebatang pedang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ yang tajam kedua sisinya, sekali bergerak ia telah mendatangkan dua hasil yang baik. Pertama, ia me mperoleh barang-barang berharga yang akan dapat menja min biaya semua usahanya me mba las denda m, me mpero lehnya dari keluarga Pui Ki Cong musuh besarnya nomor satu, dan ke dua, ia pun dapat menjerumuskan Jaksa Pui ke dalam kesulitan kalau peti yang sudah diganti isinya dengan batubatu kali itu besok diserahkan kepada pe mbesar tinggi dari kota raja! Memang tadinya tidak sedikit pun terkandung dalam hati Cui Hong untuk mence lakakan Kepala Jaksa Pui ini, kecuali menga mbil harta untuk dipakai sebagai biaya mencar i dan me mba las dendam kepada empat orang musuhnya. Akan tetapi, ketika ia mendengar bahwa putera jaksa itu tidak berada lagi di situ, dan ketika secara kebetulan selagi me lakukan penyelidikan hendak me ncuri harta ia mendengar percakapan antara Jaksa Pui itu dengan Perwira Ji, timbul ah rencananya untuk mencelaka kan Pui Taijin. Bagaimanapun juga, kepala jaksa ini adalah ayah Pui Ki Cong dan telah me mbantu perbuatan puteranya tujuh tahun yang lalu! Ia maklum bahwa belum tentu usahanya mendatangkan kesulitan kepada keluarga Pui ini berhasil. Bisa saja gagal, misalnya, kepala jaksa itu kebetulan me mer iksa peti atau me lihat kemba li isi peti sebelum diserahkan kepada pe mbesar tinggi dar i kota raja itu. Andaikata benar demikian, ia pun tidak akan terlalu kecewa karena tujuan utamanya adalah mencari dana untuk biaya usahanya me mba las denda m dan dalam hal itu ia telah berhasil dengan ba ik. la akan menanti saja sampai besok dan menyelidiki has il perbuatannya malam ini. Agaknya me mang nasib Cu i Hong sedang ba ik atau nasib Kepala Jaksa Pui Kian sedang sial. Peti hita m itu tak pernah dibuka lagi oleh pe mbesar itu sa mpai t iba saatnya peti itu diserahkan kepada Kwa Taijin dari kota raja! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Matahari telah condong ke barat ketika akhirnya rombongan yang dinant i-nanti dengan jantung berdebar tegang oleh para pejabat di Thian-cin itu tiba. Sebuah kereta berkuda empat yang dikawal oleh pasukan pengawal kota raja yang berpakaian indah dan gagah sebanyak lima puluh orang. Pada waktu itu, para pembesar kota raja tidak berani rne lakukan perjalanan ke luar kota raja tanpa pengawal yang kuat, karena banyak nya kerusuhan dan pemberontakan yang timbul di mana- mana. Biarpun di Thian-cin ada kepala daerah yang sebetulnya me miliki kedudukan lebih tinggi dar i Kepala Jaksa Pui, na mun pengaruh dan kekuasaan kepala daerah Teng itu kalah oleh Pui Taijin sehingga ketika para pembesar melakukan penyambutan, kepala daerah ini dia m saja, bahkan menganjurkan ketika Pui Taijin me mpersilakan tamu agung itu untuk tinggal di gedungnya. Diam-dia m Kwa Taijin mencatat sikap ini. Memang dia sudah mendengar desas-desus dan keluhan ra kyat di Thian-cin yang sampai ke kota raja tentang pembesar she Pui ini, yang menurut kabar h idup sebagai raja yang berkuasa penuh di Thian-cin! Maka, me lihat sikap Pui Taijin dan mendengar penawarannya agar dia suka tinggal di gedung pembesar itu, dia pun menerimanya karena hal itu akan me mudahkan usahanya untuk me lakukan penelitian dan penyelidikan. Penyambutan di gedung Pui Taijin a mat meriah. Hal ini me mang sudah dipersiapkan lebih dahulu oleh Pui Taijin. Pembesar tinggi Kwa dari kota raja itu disa mbut seperti orang menya mbut kaisar sendiri saja. Dan begitu tiba di rumah gedung Pui Taijin yang luas, pe mbesar dari kota raja itu bersama para pengiringnya lalu dija mu dengan hidanganhidangan yang mewah dan lezat. Bahkan lima puluh orang pengawal itupun dija mu d i ruangan la in oleh kepala pengawal yang dikepalai oleh Ji Ciangkun, komandan pasukan keamanan di Thian-cin. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Di dalam kesempatan ini, setelah me mberi sa mbutan selamat datang dan penghormatan dengan cawan-cawan arak, disaksikan oleh para pe mbesar lain, dengan wajah penuh senyum, Pui Kian lalu menyerahkan buntalan kain merah terisi peti hita m itu kepada Kwa Taijin. "Mendengar akan kesukaan taijin, maka sebagai penyambutan selamat datang dan penghormatan, saya haturkan sedikit barang-barang kesenian terbuat dari batu kemala dan mutiara ini, harap taijin sudi menerimanya dengan senang hati." Kwa Taijin adalah seorang yang paling suka mengumpulkan barang-barang terbuat dari batu kemala dan mutiara. Mendengar ucapan itu, dengan mata berseri dia memandang ke arah buntalan kain merah itu. "Batu giok dan mut iara" Ah, Pui Taijin terlalu sungkan," katanya sambil menerima buntalan itu, me letakkannya ke atas meja dan karena ingin sekali melihat benda-benda yang tentu amat indah itu, dibukanya bundalan itu, kemudian dikeluarkannya peti kec il hita m itu, diikuti oleh pandang mata Pui Taijin yang tersenyum ge mbira karena hadiahnya diterima dengan sikap de mikian ge mbira oleh pe mbesar tinggi yang amat ditakuti ini. Peti hita m itu dibuka o leh Kwa Taijin sendiri dan..... wajah Kwa Taijin berubah keruh, sinar matanya penuh kemarahan, sebaliknya wajah Pui Taijin me njadi pucat, matanya terbelalak dan dikejap-kejapkan beberapa kali seolah-olah dia tidak dapat percaya kepada matanya sendiri melihat betapa barangbarang ukiran batu giok dan mutiara yang a mat indah itu kini telah berubah menjadi setumpuk batu-batu kali biasa! Juga mereka yang duduk dekat meja itu me mandang dengan kaget. Gilakah kepala jaksa itu" Sungguh beran i mati me mper ma inkan Kwa Taijin dari kota raja, memberi hadiah berupa batu-batu biasa dikatakannya perhiasan dari batu giok dan mutiara! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Dapat dibayangkan betapa besar kemarahan yang bergelora di hati Kwa Taijin. Dia merasa dipermainkan, bahkan dihina oleh kepala jaksa yang dia dengar merupakan orang paling berkuasa di Thian-cin ini. Dia begitu datang ke Thiancin dihina dan dijadikan bahan tertawaan oleh kepala jaksa ini! Diangkatnya peti terbuka itu dan dilemparkannya ke atas lantai dengan wajah -berubah merah se kali. "Brakkkk....!" Peti itu pecah dan isinya, batu-batu kali itu berantakan di atas lantai. Pe mbesar itu lalu me mutar tubuhnya menghadapi Kepala Daerah Teng yang duduk di dekatnya. "Teng Taijin, mari kita pergi!" Dan dia pun me mberi isarat kepada komandan pasu kan pengawalnya untuk pergi dari situ tanpa pa mit kepada Pui Taijin. Tentu saja Pui Kian tidak ma mpu bicara apa-apa, saking kagetnya, heran dan takutnya. Baru setelah pembesar itu pergi, dia berjongkok dan me munguti batu-batu itu, menga matinya satu-satu seperti orang kehilangan ingatan. "Taijin, apakah yang terjadi" Bagaimana bisa menjad i batubatu ini....?" Suara Ji Ciangkun menyadarkan Pui Taijin dan dia pun cepat me megang tangan Ji Ciangkun. "Ciangkun, ada..... ada yang tidak beres. ...." Dan dengan marah sekali, tanpa me mperdulikan betapa para pejabat lainnya sudah berbondong-bondong men inggalkan ruangan itu untuk meninggalkan te mpat itu agar tidak terlibat, Pui Kian lalu berteriak me manggil kepala pasukan pengawa lnya. "Periksa mereka yang semalam berjaga di luar kamarku! Siksa mereka agar mengaku s iapa yang telah mencuri barangbarang dari dalam peti ini. Lakukan penggeledahan d i te mpat tinggal mereka!" Dengan marah akan tetapi juga khawatir sekali Kepala jaksa Pui mengaja k Perwira Ji berunding di da la m kamarnya. Mereka berdua juga melakukan pe meriksa an di da la m kamar itu, akan tetapi tidak nampak tanda-tanda bahwa kamar itu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kebobolan. Keduanya menga mbil kesimpulan bahwa yang bermain gila tentu seorang di antara para pengawal! Kita tinggalkan dulu dua orang pe mbesar yang berunding dengan hati penuh kekhawatiran itu, dan mengikut i perjalanan Kwa Taijin yang dengan muka merah saking marahnya kini menuju ke gedung Kepala Daerah Teng. Karena marah dan juga kesal hatinya, pembesar dari kota raja ini langsung saja me masu ki kamar yang sudah disediakan untuknya dan menyatakan kepada piha k tuan rumah bahwa malam itu dia tidak mau diganggu lagi dan baru pada keesokan harinya dia mulai bekerja! Dia m-dia m Kepala Daerah Teng merasa girang me lihat adanya peristiwa aneh itu. Dia pun menduga bahwa pasti terjadi hal-hal yang luar biasa karena dia tahu bahwa orang she Pui itu kaya raya dan sudah biasa me mberi hadiah kepada atasannya. Tak mungkin Jaksa Pui itu sengaja menghina Kwa Taijin. Hal ini sa ma dengan bunuh diri! Akan tetapi, diam-dia m dia merasa girang karena peristiwa itu mungkin saja akan menjatuhkan Pui Taijin yang menjadi saingan utamanya, atau setidaknya akan mengurangi kekuasaan Pui Taijin sehingga dia send iri a kan ma mpu menge mbangkan kekuasaannya di Thian-cin yang sebenarnya merupakan wilayahnya karena dialah kepala daerah di situ, sedangkan Pui Taijin hanyalah kepala jaksa yang terhitung anak buahnya. 0ooo-d-w-ooo0 Jilid 5 BIARPUN hatinya marah sekali akhirnya saking lelahnya, Kwa Taijin dapat pulas juga di dalam kamarnya yang mewah, disediakan oleh Kepala Daerah Teng. Akan tetapi lewat tengah ma la m, dia terbangun. Dia terkejut melihat bayangan orang di dalam kamarnya, dan jelas bahwa orang itu mengambil cap kebesarannya yang terletak di atas meja, lalu orang itu me loncat keluar dari jendela kamarnya. Kwa Taijin bangkit Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ dan mengucek-uce k matanya. Akan tetapi dia tidak bermimpi dan cap kebesaran itu sudah lenyap dari atas meja. Kemudian terdengar suara orang di luar kamarnya, di luar jendela dari mana orang tadi me loncat ke luar. "Aku berhasil menga mbil cap kebesarannya. Cepat larikan cap ini kepada Pui Taijin. Cepat!" Mendengar suara itu, Kwa Taijin kini yakin bahwa me mang Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo ada maling me masuki kamarnya dan mencuri cap kebesarannya. Dia lalu berteriak-teriak keras "Maling.. ...! Maling.. ...! Tangkap.....!!" Teriakannya disa mbut oleh derap kaki para pengawal yang lari mendatangi. Kwa Taijin sendiri lari ke jende la yang terbuka dan dia melihat bahwa empat orang penjaga yang berada di luar jendela telah roboh pingsan! Gegerlah gedung itu ketika para pengawal lari berserabutan untuk men gejar dan mencari maling itu. Akan tetapi, bayangan maling itu tidak nampak lag i. "Cepat, antar aku ke rumah Jaksa Pui. Sekarang juga!" Tiba-tiba Kwa Taijin me mberi perintah kepada komandan pengawalnya, "Dan bersiaplah untuk menangkapnya!" Komandan pengawal itu segera mengumpulkan anak buahnya, dan ditemani oleh Kepala Daerah Teng yang masih merasa bingung dan kaget itu, Kwa Taijin la lu naik keretanya menuju ke rumah gedung Kepala jaksa Pui. Dapat dibayangkan betapa kagetnya rasa hati Kepala jaksa Pui Kian ketika dia menerima kedatangan Kwa Taijin bersama Kepala Daerah Teng dan se mua pengawa l dari kota raja itu pada waktu lewat tengah ma la m! Begitu berhadapan dengan Pui Kian, Kwa Taijin mengerutkan alisnya, dengan mata bersinar-sinar penuh kemarahan, telunjuk kanannya menuding ke arah muka kepala Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ jaksa itu, dia me mbentak, "Pengkhianat she Pui! Hayo cepat kau kemba likan Cap besaranku!" Tentu saja Pui Kian me longo, tidak mengerti apa yang dimaksudkan pembesar tinggi itu. "Cap..... cap kebesaran...." Apa..... apa yang taijin maksudkan?" Sikap dan ucapan ini oleh Kwa Taijin dianggap sebagai sikap pura-pura yang palsu, ma ka kemarahannya ma kin me muncak. "Keparat, kau masih mau berpura-pura lagi setelah menyuruh maling mencuri cap itu dari kamarku" Pengawal, geledah kamarnya dan cari cap itu, dan tahan dia!" Para pengawal pribadi Pui Kian hanya me longo, tidak berani me mbe la maj ikan mereka karena mereka pun mengenal s iapa Kwa Taijin dan tahu bahwa para pengawal kota raja itu adalah pasukan yang lebih tinggi kedudukannya daripada mereka. Kepala pengawal bersama anak buahnya cepat melakukan penggeledahan dan tak lama kemudian, kepala pengawal sudah keluar dar i kamar me mbawa sebuah cap kebesaran milik Kwa Ta ijin yang tadi dicuri ma ling. "He mm, lihat ini! Kau masih hendak menyangkal lagi?" Kwa Taijin me mperlihatkan cap itu di depan hidung Pui Kian. Pucatlah wajah Pui Kian. "Tapi..... sungguh mati...... saya..... saya tidak mencurinya....." "He mm, kau penjahat kepalang tanggung! Kalau t idak menyuruh curi, apakah cap kebesaranku itu bersayap, terbang men inggalkan meja kamarku lalu hinggap di meja dalam kamar mu?" "Fitnah...., ini tentu fitnah....." Pui Kian meratap. "Tangkap dia! Bawa ke dalam tahanan di tempat kepala daerah!" bentak Kwa Taijin. Mala m itu Pui Kian, kepala jaksa Thian-cin yang biasanya menjad i raja kecil di kota itu, harus meringkuk di dalam Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ penjara di belakang gedung kepala daerah, dijaga ketat oleh pengawal-pengawal kota raja atas perintah Kwa Taijin sendiri. Akan tetapi, penjagaan yang amat ketat ini masih tidak ma mpu men cegah Cui Hong yang me mbungkus sebuah kerikil dengan kertas yang telah diberi tulisan, lalu melontarkan kertas itu ke dala m kamar tahanan dari jauh, dan kertas yang me mbungkus kerikil itu melayang me lalui jeruji besi, dan tepat mengenai kepa la Pui Kian. "Tukk!" Pui Kian mengaduh dan melihat benda kecil putih itu yang tadi menya mbar kepalanya, dia cepat me mungutnya. Penerangan lampu di luar kamar tahanan cukup terang menerobos melalui jeruji-jeruji bes i dan dia lalu me mbuka kertas yang membungkus kerikil itu, dan dibacanya tulisan tangan yang halus di atas kertas. "Kepala Jaksa Pui, kami me ngucapkan selamat kepada mu!" "Mendiang guru silat Kim Siok sekeluarga". Membaca tulisan itu, Pui Kian mengerutkan alisnya. Guru silat Kim Siok" Sudah mendiang" Dia mengingat-ingat, lalu mengepal tinju dengan geramnya. Ah, kini dia teringat akan peristiwa tujuh tahun yang lalu. Guru silat Kim" Dengan anak gadisnya yang dila mar oleh Pui Ki Cong puteranya, akan tetapi ditolak. Guru silat itu bersama seorang muridnya telah tewas dan gadis itu..... ah, ke mana perginya gadis itu" Bukankah menurut kabar yang diperolehnya, gadis anak Kim Kauwsu itu oleh puteranya diberikan kepada Thian-cin Bu-tek Sa m-eng" Dan bagaimana mungkin guru silat Kim yang sudah mati itu ma mpu melempar kan surat ini" Kini dia dapat menduga bahwa yang mencuri barang-barang berharga dan menggantinya dengan batu, kemudian melakukan fitnah atas dirinya dengan mencuri cap kebesaran milik Kwa Taijin kemudian menaruh ke dala m kamarnya tentu juga orang yang me le mparkan surat itu! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Akan tetapi siapa" Kim Kauws u tidak mungkin karena dia sudah mati. juga muridnya yang akan menjadi mantunya itu. Lalu siapa" Anak perempuannya" Rasanya tidak mungkin. Anak perempuan itu sudah dibawa Bu-tek Sa m-eng, kalau belum mati pun tentu menjadi bini muda mereka. Apakah murid-murid Kim Kauwsu" Ah, bisa jadi. Bukankah banyak juga murid-murid guru silat itu" Dia mengepal t inju. Dikirimkannya surat pember ian selamat atas malapetaka yang men impa dirinya itu jelas merupa kan ejekan. Ingin dia menang kap orang itu, menghukumnya dengan tangan sendiri. Akan tetapi, pembesar itu teringat akan keadaan dirinya dan lenyaplah semua kemarahan terhadap orang yang me mfitnahnya, terganti oleh ketakutan yang amat hebat. Dia me mbayangkan dirinya dihuku m, dipecat, dan dibuang, atau bahkan mungkin dihukum mati! Gemetar seluruh tubuhnya mengingat ini dan tanpa dapat ditahannya lagi dia menangis! Kerap kali terbukti bahwa orang-orang yang paling kejam hatinya adalah orang-orang yang paling penakut! Ada kalanya pula sifat pengecut dan penakutlah yang mendorong seseorang untuk berwatak kejam terhadap sesama ma nusia. Karena merasa takut dan merasa terancam keselamatannya, maka orang itu akan menyerang siapa saja yang dianggapnya men jadi anca man bagi keselamatannya, kesejahteraannya atau kemuliaan hidupnya. Agaknya Kepala Jaksa Pui ini orang seperti itulah. Biasanya, kalau dia me mper lihatkan kekuasaannya men indas orang lain, hatinya merasa ge mbira dan puas sekali me lihat orang la in itu meratap-ratap minta ampun, menangis di depan kakinya minta keringanan hukuman. Puas dan ge mbira karena tangis orang lain itu merupakan mah kota kekuasaannya. Ratap tangis orang lain bagaikan nyanyi merdu di telinganya. Kini, menghadapi ancaman terhadap dirinya yang sukar untuk dapat dihindarkannya, melihat betapa kekuasaannya runtuh dan dia sama sekali tidak ber daya, kebanggaan dirinya runtuh pula dan timbul iba diri yang berlebihan besarnya, yang mendorong Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ menga lirnya air mata dari sepasang matanya yang sudah lama menger ing tak pernah disentuh perasaan itu. Dan si pelempar surat, Kim Cui Hong, sambil tersenyum puas dengan sinar mata berkilat dan wajah berseri-seri, men inggalkan kota Thian-cin pada pagi hari itu juga, masih gelap, me mbawa bungkusan pakaiannya yang kini juga terisi sebuah kantung terisi barang-barang berharga yang indah dan amat mahal harganya. Kota raja masih na mpa k megah dan ra mai, walaupun sebenarnya banyak penduduknya merasa gelisah karena kini pasukan-pasukan pe mberontak sudah se makin maju mende kati kota raja dari semua jurusan. Dari timur kabarnya pemberontak yang dipimpin oleh Lie Cu Seng sudah semakin maju sampai ke perbatasan propinsi, hanya tinggal tiga ratus li dari kota raja. Di barat juga pasukan pemberontak yang dipimpin oleh Bu Sa m Kwl me mperoleh kemenangankemenangan. Apalagi di utara. Pasukan kerajaan kewalahan menghadap i serbuan-serbuan bangsa Mancu yang sema kin kuat saja. Pendeknya, kota raja telah dikepung dari berbagai jurusan oleh banyak musuh. Bukan hanya tiga golongan musuh itu saja. Mereka bertiga itu adalah golongan musuh paling besar dan pa ling kuat. Masih banyak lagi pemberontakan-pemberontakan kecil terjadi di daerah-daerah. Semua ini me mbuat para menteri yang mas ih setia kepada kerajaan menjad i se makin gelisah. Akan tetapi apa daya mereka" Kaisar dininabobokkan oleh para thaika m dan selalu menerima pelaporan yang baik-ba ik saja dari para thaikam itu. Karena keadaan seperti mendung dan gelap oleh kegelisahan, oleh anca man-anca man yang tidak na mpak dan terasa oleh semua orang bahwa kota raja berada dalam ancaman bahaya besar, maka yang berpesta pora dalam keadaan seperti itu adalah orang-orang yang menjual tenaga dan kepandaian s ilat mereka sebagai pengawa l-pengawal dan penjaga-penjaga keamanan. Orang-orang berpangkat dan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ orang-orang hartawan yang memiliki uang, tidak sayang menge luarkan banyak uang me mbayar jagoan-jagoan yang bertugas menjaga keamanan mereka dan keluarga mereka. Dala m keadaan ketakutan, orang memang dapat melakukan hal-hal yang menggelikan. Orang-orang hartawan itu sama sekali tidak ingat lagi bahwa ancaman perang tidak mungkin dapat dihindarkan oleh perlindungan yang diberikan jagoanjagoan silat begitu saja! Dan mereka pun lupa bahwa yang mungkin mengganggu dala m keadaan kacau itu justeru orangorang yang biasa bertindak kasar dan keras, yaitu orang-orang yang merasa punya kepandaian silat dan yang merasa unggul, termasuk orang-orang yang mereka angkat menjadi jagoanjagoan itu! Mereka tidak ingat betapa sudah banyak terjadi adanya pagar makan tanaman, atau orang-orang yang diandalkan sebagai penjaga keamanan bahkan menjadi pengacau keamanan itu sendiri! Seperti me melihara harimau untuk mencegah serbuan serigala. Serigalanya tidak datang, akhirnya sang harimau peliharaan itu yang akan menerka m dan me mangsanya! Betapapun juga, sudah pasti bahwa para jagoan atau mereka yang merasa me miliki kepandaian silat dan yang berani berkelahi, dalam keadaan seperti itu menjad i laris sekali. Tenaga mereka dan jaminan mereka dibayar mahal oleh orang-orang beruang yang rela me mbayar mahal hanya sekedar untuk menentera mkan hati mereka dan "merasa terlindung". Banyak jagoan-jagoan atau tukang-tukang pukul yang me miliki ilmu silat tinggi dan yang ditakuti dan disegani orang, yang perlindungannya berharga mahal sekali, berhasil mengumpulkan kekayaan dan menjad i orang kaya. Di antara mereka terdapat seorang jagoan yang terkenal sekali dengan julukannya, yaitu Toat-beng joan-pian (Cambuk Pencabut Nyawa)! Dia telah menjad i kaya raya karena menjadi pelindung beberapa orang hartawan di kota raja. Melihat betapa usaha di luar lebih ba ik daripada menjadi kepalaTiraikasih Website http://kangzusi.com/ kepala pengawal yang makan gaji, sudah la ma jagoan ini men inggalkan pekerjaannya sebagai pengawal seorang pembesar di kota raja dan me mbuka usaha me lindungi hartawan-hartawan dengan menerima bayaran mahal setiap bulannya. Dan dia agaknya me mang berdarah pedagang. Usahanya ini dapat diperluasnya menjadi se maca m perusahaan penjaga keamanan dan dia me miliki puluhan orang pembantu yang bertugas men jaga rumah-rumah hartawan. Dia sendiri hanya dipakai namanya saja untuk menakuti-nakuti orang. Dan me mang sesungguhnyalah, hartawan yang dijaga oleh anak buah Toat-beng Joan-pian ini, Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo tidak ada yang berani mengganggu. Agaknya para penjahat di kota raja tidak berani menentang Si Ca mbuk Pencabut Nyawa yang selain terkenal lihai bukan main, akan tetapi juga terkenal bertangan besi dan tidak pernah mau menga mpuni siapa yang berani mengganggu hartawan yang dilindunginya. Setelah me mbunuh beberapa orang yang berani mencobacoba, akhirnya tak seorang pun berani mengganggunya lagi dan dalam waktu dua tiga tahun saja dia telah menjadi seorang yang kaya raya. Jagoan itu kini me mpunyai sebuah gedung besar di pinggir kota raja dekat pintu gerbang sebelah barat. Dia hidup mewah di situ bersa ma seorang isterinya dan dua orang anaknya. Usianya sudah empat puluh tahun lebih, tubuhnya pendek tegap dan mukanya buruk, ternyata isterinya masih muda dan cantik sekali! Isterinya itu baru berusia dua puluh lima tahun dan dua orang anaknya baru berusia tujuh tahun dan tiga tahun. Hal ini tidak mengherankan karena dia me miliki kepandaian tinggi, me miliki banyak uang dan nama besar! Dan karena dia pun pandai mencinta isterinya yang muda dan cantik, wanita ini pun dapat menjadi seorang isteri yang setia dan seorang ibu anak-anaknya yang baik. Pendek kata, Toatbeng Joan-pian Louw Ti, ya namanya adalah Louw Ti, hidup serba kecukupan dan dapat diduga hidup berbahagia bersama keluarganya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Para pembaca tentu masih ingat kepada nama ini. Louw Ti, jagoan yang pandai me ma inkan joan-pian, se maca m ruyung le mas atau cambuk yang saking tangguhnya diberi nama Cambuk Pencabut Nyawa yang kemudian menjadi julukannya. Ya, dia adalah Louw Ti, seorang di antara Thian-cin Bu-tek Sam-eng (Tiga Jagoan Tanpa Tanding dari Thian-cin), bahkan orang yang paling tua, lebih tua setahun daripada dua jagoan lainnya dari Bu-tek Sa m-eng. Louw Ti, seperti yang lainnya, mendengar juga akan kejatuhan Kepala Jaksa Pui Kian di Thian-cin. Akan tetapi karena persahabatannya dengan pejabat itu dahulu hanyalah persahabatan belian, dalam arti kata persahabatan yang dijalin karena saling menguntungkan, ma ka di dalam hatinya dia sama sekali t idak merasa a krab dan sa ma sekali bukan sahabat Pui Kian. Karena itu, mendengar betapa bekas kepala jaksa itu kini menjad i orang hukuman, dia hanya tersenyum saja dan beberapa menit kemudian sudah me lupakan lagi berita tentang kejatuhan orang she Pui itu. Kalau saja dia tahu mengapa dan siapa yang menyebabkan kejatuhan Pui Kian, mungkin dia tidak akan tersenyum acuh! Dia sama sekali tidak tahu bahwa mendung kelabu mulai datang dari jauh untuk me mbikin ge lap sinar keberuntungan yang menerangi kehidupannya. Mula- mula terjadi pencurian di rumah gedung seorang hartawan yang dijaga oleh empat orang anak buah Louw Ti. Bukan hanya sejumlah perhiasan emas per mata yang dicuri orang, akan tetapi juga empat orang anak buah itu dihajar babak-belur oleh pencuri itu. "Orangnya bertubuh kecil, akan tetapi mukanya me ma kai topeng hitam dan pakaiannya juga hitam se mua," de mikian empat orang ana k buah itu melapor kepada Louw Ti. "Ilmu silatnya lihai se kali. Ketika dia melakukan pencurian, kami berempat yang berjaga di depan pintu besar sama sekali tidak mengetahuinya. Adalah dia sendiri yang mendatangi kami dan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mengejek, mengatakan bahwa dia telah mencuri banyak barang perhiasan berharga dari ka mar tuan ruma h." "He mm....!" Louw Ti mengerutkan alis nya dan sepasang matanya yang lebar itu me mancarkan sinar ber kilat karena marahnya. "Apakah kalian t idak me mberi tahu bahwa kalian adalah anak buahku?" "Sudah kami ber i tahu, Louw-twako. Kami me mberi tahu bahwa kami adalah pe mbantu-pe mbantu Toat-beng Joan-pian yang bertugas menjaga di rumah itu dan kami minta agar dia menge mba likan barang-barang itu dan jangan mengganggu kami." Orang yang bercerita itu berhenti seolah-olah takut me lanjutkan. "Dan apa katanya?" Louw Ti menuntut, penasaran. "Saya..... saya tidak berani menceritakan....." "Dess....!" Tubuh orang itu terlempar dan bergulingan kena tendangan Louw Ti yang menjadi marah bukan main. "Apakah kau ingin ma mpus" Sudah gagal melakukan penjagaan sehingga tuan rumah kema lingan, masih berani merahasiakan keterangan kepadaku?" "Ampun, twako. Akan tetapi orang itu..... dia menghina sekali kepada twako." "He mm, berani menghinaku" Apa kata nya?" "Dia bilang bahwa tidak takut kepada Toat-beng Joan-pian, bahwa dia tidak takut kepada Louw Ti yang pendek bermuka hitam, bahkan dia minta kami menya mpaikan kepada twako bahwa dia adalah Pencabut Nyawa orang she Louw....." "Jahanam keparat. ...!!!" Louw Ti meloncat dan tentu dia sudah menerjang empat orang pembantunya itu kalau saja dia tidak ingat bahwa dia sendiri yang me maksa mereka mengaku. Sepasang mata yang lebar itu menjadi kemerahan, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mulutnya terengah-engah seperti mengeluarkan uap panas, kedua tangannya dikepal dan berbunyi berkerotokan. "Di ma na dia?" hanya itu yang dapat ditanyakan karena kemarahan yang hebat me mbuat dia sukar bicara. "Ka mi tidak tahu, twako. Mendengar penghinaannya, kami lalu maju mengeroyoknya, akan tetapi kami tidak ma mpu menand inginya dan kami dihajar sa mpai tida k ma mpu bangun kembali." "Kerbau tolol! Kamu tidak tanya siapa namanya dan di mana te mpat tinggalnya?" bentak Louw Ti. "Saya sudah tanyakan, akan tetapi dia hanya tertawa dan me loncat pergi, menghilang dalam kegelapan ma la m." Tentu saja peristiwa itu me mbuat hati Louw Ti me njadi panas dan marah se kali. Hiburan isterinya pun tidak dapat mengobati luka di hatinya dan sejak malam itu, dia sering keluar malam untuk meronda, kalau- kalau dia akan dapat bertemu dengan orang bertopeng hitam itu. Dan untuk menjaga na ma ba iknya, dia mengganti kerugian hartawan yang kecurian itu dan meyakinkan hati hartawan itu bahwa pencurian seperti itu tidak akan terulang kembali dan dia akan menang kap si pencuri. Memang perbuatannya mengganti kerugian ini me mbuat namanya menjadi bersih kembali dan kepercayaan para hartawan itu timbul lag i walaupun tadinya mereka meragu dengan adanya pencurian itu. Akan tetapi hanya untuk beberapa hari saja karena segera terjadi lagi pencurian-pencurian yang sama. Pencuri itu datang mencuri uang yang cukup banyak atau perhiasan dari hartawanhartawan yang rumahnya dijaga oleh anak buah Louw Ti, dan selalu menghajar para penjaga itu sambil menyampaikan ucapan penghinaan kepada Louw Ti. Setelah terjadi peristiwa seperti itu sa mpai lima ena m kali, Louw Ti benar-benar merasa dirongrong dan setiap malam dia me lakukan penyelidikan untuk menang kap pencuri itu. Tanpa Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ hasil. Hartanya sampai ha mpir habis untuk mengganti kerugian para hartawan itu, karena yang dicuri oleh pencuri berkedok hita m itu bukan jumlah yang kecil. Kalau begini terus, akhirnya dia akan jatuh miskin dan namanya tentu akan menjad i rusak. Di antara hartawan langganannya bahkan sudah ada tiga orang yang berhenti dan mencari jagoan lain untuk menjaga keamanan keluarga mereka. Hal ini merupakan pukulan hebat bagi Louw Ti. "Aku bersu mpah untuk menangkap pencuri keparat itu!" ome lnya marah- marah ketika pada suatu malam dia pulang dari meronda tanpa hasil. "Akan kupatah-patahkan kedua lengannya, kubikin buntung kedua kakinya dan kutusu k buta kedua matanya!" Isterinya bergidik mendengar anca man-anca man itu. "Ah, kenapa marah- marah setiap hari, suamiku" Kalau pencuri itu me mang tidak ma u bertemu denganmu, biar setiap malam kau meronda pun, takkan ada gunanya. Lebih baik mengurangi jumlah langganan dan me lipatgandakan penjagaan agar lebih kuat." "Uang kita sudah hampir habis untuk mengganti kerugian. Kalau dikurangi jumlah langganan, mana penghasilan kita bisa cukup" Selama pencuri jahana m itu masih berkeliaran, aku akan tak dapat tidur nyenyak. Agaknya dia me mang sengaja me musuhiku. Sudah kuselidiki di kota raja ini, tidak ada tempat lain yang diganggunya kecuali ruma h-rumah hartawan yang menjad i langgananku." "Aih, kalau begitu jelas dia itu seorang musuhmu." kata isterinya khawatir. "Cari saja siapa musuhmu itu, tentu engkau akan dapat menduga siapa adanya pencuri itu." Suaminya mengge leng-geleng kepala dan matanya yang lebar itu makin bercahaya penuh anca man yang a mat bengis. "Mana aku tahu" Selama menjadi pengawal orang-orang besar dahulu, sudah banyak yang menjad i lawan dan musuhku. Hemm.... sekali waktu aku pasti akan bertemu dengan dia dan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ joan-pianku inilah yang akan menghabiskan nyawanya!" Dia meraba senjata itu yang tak pernah terpisah dari pinggangnya. "Hati-hatilah, sua miku. Bagaimana kalau kau kalah" Menurut laporan ana k buahmu, pencuri itu liha i bukan ma in." "Betapapun lihainya, aku tidak mungkin kalah!" bentak suami itu dengan hati mendongkol dan isterinya tidak berani banyak cakap lag i. Pada keesokan harinya, ketika Louw Ti masih tidur karena semalam dia kurang t idur seh ingga setelah matahari na ik tinggi belum juga bangun, dia tergugah oleh isterinya. "Ah, aku mas ih ngantuk, kenapa kau me mbangunkan ku?" O melnya dengan sikap ogah untuk men inggalkan bantal gulingnya. "Sua miku, ada tamu penting yang ingin sekali berte mu dan bicara denganmu. Katanya dia mempunyai pekerjaan untukmu yang akan mendatangkan penghasilan besar sekali dan hanya dapat dilakukan oleh engkau sendiri." "He mm.... pekerjaan apa" Siapa dia?" "Agaknya ia puteri seorang bangsawan atau hartawan besar, ia seorang wanita yang cantik sekali dan pakaiannya serba mewah, seperti puteri istana saja...." Mendengar keterangan ini, Louw Ti seketika me mbe lalakkan matanya dan cepat dia membersihkan mukanya, bertukar pakaian lalu keluar mene mui ta munya yang disambut oleh isterinya di ruang depan. Ketika berhadapan dengan tamu itu, Louw Ti cepat me mberi hormat dan dia merasa kagum bukan ma in. Benar isterinya. Tamu ini seorang wanita yang luar biasa cantiknya! Seperti seorang puteri istana me mang. Ketika dia menoleh keluar, di sana berdiri sebuah kereta dengan empat ekor kuda, sebuah kereta yang amat indah. Tentu dia seorang wanita bangsawan, pikirnya dan dia m-dia m dia merasa heran karena belum Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ pernah dia me lihat wanita ini. Dengan kedua matanya yang lebar dan bersinar tajam, dia me mperhatikan tamu itu. Ia seorang wanita muda, usianya masih leb ih muda dari isterinya, antara dua puluh satu dan dua puluh dua tahun. Wajahnya cantik jelita dan terutama se kali matanya yang lebar dan jernih, mulutnya yang berbibir segar kemerahan itu, sungguh a mat menarik hati. Rambutnya dige lung ke atas dan dihias dengan hiasan sanggul terbuat daripada e mas per mata yang amat indah, berbentuk seekor burung Hong. Pakaiannya juga terbuat dari sutera yang amat mahal, dan tubuhnya penuh dengan perhiasan yang serba indah. Gelang, kalung, cincin, hiasan ra mbut, hiasan baju di dada, semua begitu indah dan mahal, gemerlapan. Ketika Louw Ti me mberi hormat, wanita itu pun bangkit berdiri dan mengangguk, lalu tersenyum man is dan bertanya, "Apakah aku berhadapan dengan Louw-enghiong (Pendekar Louw)?" suaranya merdu dan halus, sikapnya le mbut seperti seorang puteri istana atau puteri bangsawan tinggi. Girang hati Louw Ti men dengar dirinya disebut enghiong! "Benar, siocia (nona), saya adalah Louw Ti, seorang di antara Thian-cin Bu-tek Sa m-eng!" Dia sengaja menyebut julukan itu untuk menonjolkan diri dan mengaku bahwa me ma ng dia seorang enghiong, seorang di antara Sam-eng (Tiga Pendekar). "Ah, kalau begitu tepat sekali nasihat pamanku agar aku minta bantuanmu, Louw-enghiong. Pekerjaan ini a mat penting, barang yang harus dilindungi berharga ribuan tail emas, dan mengingat bahwa pada waktu sekarang ini sangat tidak aman, maka pekerjaan ini hanya dapat dilakukan dengan hasil baik oleh seorang yang memiliki kepandaian tinggi seperti Louw-enghiong." "Barang apakah yang dilindungi dan di ma na, siocia" Dan kalau boleh saya mengetahui, siapakah siocia?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Maaf, aku harus merahasiakan diriku, juga pekerjaan ini harus dirahasiakan, dan hanya Louw-enghiong dan isteri saja yang boleh mengetahui. Kalau engkau setuju dengan syarat itu, kami akan me mberi upah sebanyak lima puluh tail e mas! Kalau tida k setuju, biarlah aku pergi me ncari pengawa l lain." Mendengar upah lima puluh tail e mas, jantung dalam dada Louw Ti berdebar. Jumlah itu bukan sedikit! Jauh lebih banyak daripada jumlah yang sudah dikeluarkannya untuk mengganti kerugian kepada hartawan-hartawan langganannya yang kecurian. Hartanya akan pulih kembali bah kan berta mbah! "Baik, ceritakanlah, nona. Pekerjaan apakah yang harus saya lakukan?" "Ayahku seorang pejabat tinggi dalam istana yang kini mengundurkan diri. Ka mi me mpunyai harta pusaka yang harus Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo kami kirim ke dusun di mana ayah telah me mbeli dan mendirikan sebuah ruma h. "Nah, tugasmu ada lah mengirim dan mengawal harta kami itu ke dusun itu sampai tiba di sana dengan selamat. Akan tetapi tak seorang pun boleh tahu akan harta itu. Karena itu, engkau harus me mbawanya sendiri, jangan me mberi tahu lain orang dan jangan me mbawa kawan. Harta pusaka itu terdiri dari benda-benda berharga terbuat dari e mas per mata yang amat mahal harganya, mencapai seribu tail e mas lebih, dapat kaubawa dengan berkuda. Setelah tiba di dusun itu, kami menanti di sana untuk menerimanya dan setelah ka mi terima dengan selamat, kami a kan me mbayar lima puluh tail e mas, dalam bentuk emas murni." Wajah Louw Ti berseri ge mbira, akan tetapi dia pun khawatir. Membawa harta sebanyak itu bukan merupakan hal yang ringan, apalagi perjalanannya jauh. Cukup berbahaya pada waktu itu, apalagi kalau sa mpai ketahuan orang-orang dunia hita m, tentu harta sebanyak itu akan menjad i rebutan dan perjalanannya akan mene mui banyak ha langan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Dari mana dan ke manakah harta pusaka itu harus dibawa, nona?" "Tida k begitu jauh, hanya mema kan waktu dua hari saja kalau menggunakan kuda yang baik. Dibawa dari kota raja ini menuju ke dusun dekat Thian-cin." Makin giranglah hati Louw Ti. Begitu dekat! "Dusun manakah, nona?" "Ayahku telah me mbeli sebidang tanah di dusun Ang-kebun dekat Thian-cin, dan sudah me mbangun rumah di sana. Kakekku berasal dar i dusun itu, ma ka ayah ingin ber istirahat di hari tuanya disana." "Ang-ke-bun" Aku tahu tempat itu. Baiklah, saya bersedia, nona." "Ah, tidak begitu mudah. Louw-enghiong. Harta itu berharga ribuan tail, kalau saya serahkan kepadamu, lalu apa tanggungannya" Bagaimana kalau sa mpai harta pusaka itu hilang dira mpas orang" Bagaimana tanggung jawabmu" Hal ini harus kita bicarakan dulu, kita rundingkan pahitnya dulu. Setidaknya, setelah harta itu kau bawa, engkau harus menyerahkan sejumlah uang tanggungan, walau tidak sepenuh harga harta itu, sedikitnya setengahnya." "Hayaaa.....! Mana kami ada uang begitu banyak, nona" Kalau ada, tentu dengan senang hati saya akan memberikan uang tanggungan itu. Akan tetapi...." Dia menengo k kepada isterinya dengan bingung. "Bukankah engkau masih me mpunyai rumah gedung ini dan semua is inya" Kalau digada ikan dengan bunga tinggi, kukira banyak hartawan di kota raja yang menerimanya. Nah, kau gadaikan rumah mu ini, kau serahkan uang tanggungan itu kepadaku, dan aku akan menyerahkan harta itu pada mu. Kau boleh me meriksa is inya agar hatimu tenang. Dan tentang bunga uang penggadaian rumah mu, biarlah a ku yang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ me mbayarnya, sebagai tambahan upahmu. Bagaimana" Setujukah?" Tentu saja Louw Ti setuju. Upah lima puluh tail e mas bukanlah sedikit! Dan apa salahnya menyerahkan uang penggadaian rumahnya kepada nona ini" Bukankah dia juga menerima harta pusaka itu yang jauh leb ih besar harganya" Hanya dua hari dan dia akan menerima upah lima puluh tail emas, berikut uang tanggungannya dan bunga penggadaian rumahnya. Dari kota raja ke Ang-ke-bun, dusun kecil di luar kota Thian-cin itu. Amat dekat dan amat mudah! Dia yakin benar bahwa perjalanan antara dua tempat itu aman. Belum pernah terjadi gangguan perampokan besar di daerah itu. Kalaupun ada tentu hanya gangguan penjahat-penjahat kecil yang sudah akan berlari terbirit-birit kalau berjumpa dengan dia. Louw Ti tertawa girang. "Baiklah, nona. Besok pagi atau nanti saya kira saya sudah akan berhasil menggadaikan rumah ka mi ini berikut is inya." "Baiklah, Louw-enghiong. Besok pagi saya akan datang lagi me mbawa harta pusaka itu, menyerahkan kepadamu dan menerima uang tanggungan darimu, dan sekalian akan kujelaskan bagaimana engkau harus melaksana kan tugas itu." Wanita muda yang cantik jelita itu tersenyum man is lalu berpamit, diantar sampai ke depan pintu oleh Louw Ti dan isterinya. Kefeta berkuda e mpat itu lalu bergerak dan dengan cepat lalu men inggalkan ruma h Louw Ti. Tentu saja Louw Ti ge mbira bukan main. Untuk se mentara dia melupakan maling berkedok hita m yang menggangunya. Ada pekerjaan yang lebih penting, yang akan ma mpu meno longnya dan me mulihkan keadaan keuangannya. Dan me mang tidak sukar baginya untuk me ne mukan seorang hartawan yang mau menggadai rumahnya berikut isinya, hanya untuk jangka waktu beberapa hari saja dengan bunga tinggi tentunya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Demikianlah, ketika pada keesokan harinya nona bangsawan yang cantik itu datang bersama keretanya, dengan bangga Louw Ti dapat menumpuk uang hasil penggadaian rumah dan is inya itu di atas meja. Hanya kurang dari sepersepuluh harga harta pusaka itu, namun nona cantik itu menerima nya dengan girang dan puas. "Bukan uang dan jumlahnya yang penting." katanya. "Melainkan tanggungan itulah. Karena ada tanggungan rumah dan semua isinya, tentu Louw-enghiong akan be kerja leb ih hati-hati lagi. Dan inilah pusaka itu, harap enghiong periksa sebentar dan cocokkan dengan catatannya." Bungkusan kain kuning yang tebal itu dibuka dan Louw Ti bersama isterinya terbelalak kagum. Benar-benar isinya merupakan benda-benda yang amat berharga, tak ternilai harganya. Berkilauan per mata yang besar-besar, seperti mata yang banyak dan yang hidup berkedip-kedip kepada mereka. Dengan jari-jari tangan agak gemetar karena selama hidupnya belum pernah me lihat, apalagi me megang harta pusaka sebanyak itu, Louw Ti lalu mencocokkan jumlah benda-benda itu dengan catatannya. Kemudian, setelah merasa cocok, dia menandatangani catatan itu dan menyerahkannya kepada nona bangsawan itu bersama uang hasil penggadaian rumahnya. "Nah, hari ini juga engkau boleh me mbawa harta ini dengan berkuda menuju ke dusun Ang-ke-bun, Louw-enghiong. Sebaiknya dibungkus dengan buntalan kain yang tua agar tidak menyolok, seperti buntalan pakaian saja. Engkau terpaksa harus bermalam di tengah perjalanan dan besok siang akan dapat sampai ke Ang-ke-bun. Rumah yang dibangun ayahku berada di dekat jembatan di sebelah dalam pintu gerbang dusun yang di selatan. Dia sana ada rumah baru yang paling besar di dusun itu, bercat kuning dan jendela depannya berbentuk bulan purnama. Aku akan menantimu di sana. Sudah jelaskah, Louw-enghiong?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Louw Ti mengangguk-angguk dan tersenyum gembira. "Sudah cu kup, lebih dari jelas. Saya akan berangkat sekarang juga mungkin ma la m ini terpaksa harus ber malam di tengah perjalanan....." "Berhati - hatilah, Louw - enghiong.. ..." Nona bangsawan itu me mperingatkan dengan wajah agak khawatir. "Ha-ha-ha, jangan khawatir, nona. Di luar hutan pohon pek di sebelah selatan bukit, di lereng itu terdapat sebuah kuil tua. Di sanalah biasanya kami yang melakukan perjalanan beristirahat atau bermalam. Tempat itu a man sekali, belum pernah ada gangguan. Saya jamin bahwa pada besok hari, harta pusaka ini akan saya serahkan kepada nona di Ang-kebun dalam keadaan utuh dan sela mat!" "Baiklah, kini tenteram hatiku." Nona bangsawan itu lalu berpamit dan me mbawa uang tanggungan itu keluar, lalu keretanya pun pergi dengan cepat meninggalkan pekarangan rumah gedung Louw Ti. Derap kaki kuda itu me mecah kesunyian dalam hutan. Seekor kuda yang besar dan kuat berlari cepat di senja hari itu. Penunggangnya adalah Louw Ti yang berpakaian ringkas dan menggendong buntalan di punggungnya. Buntalan kain hitam kasar dan kuat, tidak menarik perhatian. Wajahnya yang angker itu, dan kemilau ca mbuknya yang me lingkari pinggangnya, lebih menarik dan me ndatangkan kesera man. Biarpun tubuhnya pendek, orang ini me mang me mpunyai pembawaan diri yang berwibawa dan menyeramkan. Wajahnya yang hitam buruk dan terutama se kali sepasang matanya yang lebar dan mencorong itulah yang mendatangkan perasaan segan dan takut orang lain, karena wajahnya itu me mbayangkan kebengisan dan keberanian. Louw Ti me mbalapkan kudanya karena dia ingin tiba di kuil tua itu sebelum hari ge lap. Tadi dia berangkat agak siang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ karena harus mene mui dulu para pembantunya dan me mesan agar mereka bekerja dengan hati-hati, agar selama dia pergi jangan sampai terjadi pencurian-pencurian lagi di rumahrumah hartawan yang mereka jaga. Perdagangan agak sunyi semenja k kota raja terancam bahaya oleh para pemberontak yang makin mendekat. Para saudagar enggan untuk melakukan perjalanan jauh men inggalkan keluarganya. Karena itu, perjalanan kali ini dari kota raja men uju ke selatan a mat sunyi. Hanya beberapa kali saja Louw Ti bertemu dengan pejalan kaki atau penunggang kuda yang lewat jalan kecil itu. Akan tetapi dia tidak berkecil hati. Sudah biasa jagoan itu me lakukan perjalanan seorang diri. Dia terlalu percaya akan kema mpuan send iri. Siapakah orangnya berani mengganggu di daerah yang sudah amat dikenalnya ini" Setiap orang penjahat, dari yang kecil sampai yang besar, semua telah mengenalnya dan takkan ada seorang pun di antara mereka yang berani mencoba-coba mengganggunya. Apalagi, tak seorang pun yang tahu bahwa buntalan kain hita m di punggungnya itu terisi harta pusaka yang harganya mencapai seribu tail emas! Cuaca sudah mulai re mang-re mang akan tetapi belum gelap benar ketika akhirnya dia tiba di depan kuil tua. Me-lihat kesunyian di sekitar situ, juga di depan kuil t idak na mpak ada kereta atau kuda, Louw Ti merasa lega. Lebih enak kalau kuil itu kosong daripada kalau ada orang lain yang juga bermalam di situ, pikirnya. Dia meloncat turun dari atas punggung kudanya, menuntun kuda me masu ki kuil tua itu dan mena mbatkan kudanya di ruang depan yang sudah agak rusak. Berbahaya juga meninggalkan kuda itu di luar, karena pada malam harinya mungkin saja ada orang yang akan mencuri kudanya itu. Baru saja dia selesai mengikat kendali kuda pada tiang ruangan depan dan hendak menuju ke ruangan belakang yang masih agak bersih dan tidak bocor, tiba-tiba dia mendengar Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ suara dan cepat-cepat dia menengok. Matanya yang lebar itu semakin me lebar ketika dia melihat bahwa di sebelah kanannya, hanya dalam jarak tiga empat meter, berdiri seorang yang berpakaian serba hitam dan yang mengenakan topeng hitam pula di depan mukanya. Dua lubang pada topeng itu memperlihatkan dua buah mata yang amat tajam, mencorong dari dalam topeng atau kedok itu! Jantung dalam dada Louw Ti berdebar walaupun dia tidak merasa takut. Dia terkejut dan merasa tegang karena dia me ngenal orang berkedok itu. Bertubuh ra mping sedang, berpakaian serba hitam dan berkedok hita m, tidak me megang senjata apa pun. Inilah yang diga mbarkan oleh orang-orangnya, pencuri yang selalu mengganggu rumah-rumah hartawan yang dilindunginya, pencuri yang telah banyak merugikannya bahkan yang berani mengeluarkan kata-kata menghinanya! Dan orang yang selama ini dicari-carinya tanpa hasil itu tahutahu sekarang muncul di kuil ini, selagi dia seorang diri dan me mbawa barang-barang berharga! Kecut-kecut juga hatinya teringat akan buntalan di punggungnya terisi barang-barang yang amat berharga dan men jadi tanggung jawabnya untuk me lindungi dan mengantar sampai ke te mpat tujuan. "Siapa kau dan mau apa!" bentak Louw Ti untuk mendahului dengan gertakan, selain untuk me mbesarkan hati sendiri juga untuk menggertak orang itu. Terdengar dengus suara mengejek dari balik topeng. "Louw Ti, jangan pura-pura tidak mengenal aku, cepat serahkan buntalan di punggungmu itu kepadaku!" Dapat dibayangkan betapa hebat kemarahan me mbakar hati Louw Ti. Dugaannya tidak keliru. Inilah pencuri kurang ajar itu! Dan sekarang pencuri itu agaknya me mang sengaja menghadangnya di te mpat ini untuk merampas buntalan di punggungnya. Perasaan benci, marah, dendam, akan tetapi juga gelisah berca mpur-aduk dalam hatinya. Otomatis tangan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kirinya meraba buntalan di pinggangnya, dan tangan kanannya mencabut keluar ca mbuk dari pinggangnya. "Jahanam busuk, me mang a ku sedang mencarimu untuk menghancurkan kepala mu!" bentaknya dan tanpa banyak cakap lagi, ca mbuknya menyambar dengan suara meledakledak ke arah kepala orang itu. Akan tetapi, dengan gerakan yang amat gesit, orang itu sudah mengelak dengan loncatan Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo ke belakang. Cambuk di tangan Louw Ti menya mbar terus karena dia me mang bernafsu sekali untuk segera merobohkan orang itu, melucuti kedoknya dan menyiksanya sampa i mati. Akan tetapi, biarpun didesak oleh menyan barnya cambuk yang dahsyat itu, orang berkedok itu dapat menge lak pu la ke samping kanan dan kakinya tiba-tiba menya mbar ke arah perut Louw Ti. Cepat sekali gerakan ini dan serangan ba lasan yang tidak terduga-duga ini hampir saja mengenai perut Louw Ti. Namun, dia seorang ahli silat yang sudah biasa melakukan perkelahian, maka dia pun dapat cepat melemparkan diri ke belakang dan cambuknya meledak-ledak dari atas menyambar ke depan sehingga lawannya terpaksa mengelak pula. Tentu saja orang berkedok itu bukan lain Kim Cui Hong! Dan seperti pembaca tentu sudah dapat menduga, gadis bangsawan cantik je lita yang menyerahkan harta pusaka kepada Louw Ti untuk diantarkan ke Ang-ke-bun itu adalah Cui Hong pula! Dengan hasil ra mpasannya, yaitu benda-benda berharga dari tangan Kepala jaksa Pui, gadis ini telah menjadi seorang yang kaya raya. Ia menjual beberapa potong benda itu kepada pedagang besar di kota raja, menerima banyak uang dan diaturnyalah rencananya untuk mulai dengan pembalasan denda mnya. Karena menurut hasil penyelidikannya, musuh yang pertama kali diperoleh keterangan adalah Louw Ti, maka dara ini pun segera mengatur siasat untuk turun tangan terhadap Louw Ti terlebih dahulu. Dengan sebagian uangnya, ia membe li tanah bekas keluarga ayahnya, tanpa memperkenalkan diri kepada penduduk dusun itu, dan me mbangun sebuah gedung yang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ megah. Kepada para tetangga yang sama sekali tidak mengenal gadis bangsawan berkereta itu, ia hanya mengatakan bahwa ayahnya seorang pembesar tinggi dari kota raja yang sudah pensiun dan ingin beristirahat di dusun itu. Mula- mula ia mengganggu anak buah Louw Ti, selain untuk merusak na ma baik Louw Ti sebagai pelindung bayaran juga untuk me mbikin rugi Louw Ti yang harus mengganti kerugian-kerugian para hartawan yang kecurian itu. Kemudian, ia pun muncul sebagai gadis bangsawan yang menyerahkan harta pusakanya kepada Louw Ti untuk dilindungi dan dengan cerdiknya ia minta uang tanggungan sehingga terpaksa Louw Ti men ggadaikan ruma hnya dan semua is inya! Dan kini, ia telah menjad i si topeng hita m lagi yang melakukan penghadangan di kuil tua un-tuk mera mpas buntalan di punggung musuh besarnya itu. Louw Ti merasa terkejut juga menyaksikan orang bertopeng ini benar-benar me miliki gerakan yang a mat lincah dan juga aneh. Sampai belasan kali ca mbuknya yang biasanya ampuh se kali itu menya mbar-nyambar ganas, namun selalu lawan itu dapat menghindarkan diri dengan cepat. Padahal, dalam be lasan jurus itu dia sengaja mengeluarkan jurusjurusnya yang paling a mpuh untuk cepat merobohkan lawan yang amat dibencinya itu! Dia bukan seorang bodoh dan setelah melihat bukti keliha ian orang itu, Louw Ti maklum bahwa lawannya amat berbahaya. Mulailah dia merasa khawatir akan keselamatan harta pusaka yang berada di punggungnya. Dia m-dia m dia mula i mencari kesempatan untuk melarikan diri. Akan tetapi, kudanya sudah diikat kendalinya kuat-kuat pada tiang di luar, dan untuk me lepaskan kendali me mbutuhkan waktu. Orang ini tentu takkan me mbiarkan dia lari, maka dia pun kini mengubah gerakan cambuknya. Cambuk itu tidak lagi meledak-ledak menghujankan serangan, melainkan sebagian dipergunakan untuk me lindungi tubuhnya dari serangan lawan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Setelah mengubah gerakan cambuknya, kini gulungan sinar cambuk itu merupakan benteng yang a mat kuat, yang me lindungi tubuh Louw Ti sehingga lawannya sukar me lakukan serangan, apalagi hanya dengan tangan kosong. Ilmu ca mbuk dari Louw Ti me mang dahsyat dan kuat sekali, walaupun kini kehilangan daya serangannya namun masih me miliki daya tahan yang luar biasa kuatnya. Cui Hong juga ma klum bahwa hanya dengan tangan kosong saja sukarlah baginya untuk menundukkan lawan ini. Pantas mendiang ayah dan suhengnya dahulu tidak ma mpu menang, karena me mang ilmu silat orang ini a mat tinggi. Kalau ia menghenda ki kematian orang ini, walau tanpa senjata pun ia akan sanggup melakukannya karena di antara berkelebatnya sinar cambuk bergulung-gulung, ia masih dapat me lihat lowongan-lowongan yang dapat diterobosnya.. Akan tetapi, tidak, dia tidak akan melanggar sumpah nya, tidak akan me mbunuh orang ini. Juga, terlalu enak kalau dibunuh begitu saja, tidak sepadan dengan perbuatannya yang terkutuk tujuh tahun yang lalu terhadap dirinya. Orang ini, seperti tiga orang musuhnya yang lain, harus disiksa lahir batinnya, agar mati perlahan-lahan, bukan mati langsung oleh tangannya. Cui Hong me loncat jauh ke kiri dan ia sudah menyambar sebatang tongkat yang tadi ia sandarkan di dinding ruangan itu. "Wirrrr....!" Tongkat itu diputarnya secara aneh, menyerbu gulungan sinar ca mbuk dan terkejutlah Louw Ti ketika tibatiba saja cambuknya macet dan mene mpel pada tongkat lawan! "Haiiiitttt....!" Dia mengerahkan tenaganya membetot cambuknya agar terlepas dari tempe lan tongkat, akan tetapi tiba-tiba kaki Cui Hong sudah bergerak menyambar ke depan mencium lututnya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Dukk....!" Tak dapat ditahan lagi Louw Ti jatuh berlutut karena sebelah kakinya tiba-tiba menjadi lumpuh dan tiba-tiba saja cambuknya terlepas, akan tetapi ujung tongkat itu sudah berkelebat an menya mbar ke arah kedua pundak dan kedua pinggangnya, menotok secara cepat bukan main sehingga tahu-tahu Louw Ti merasa betapa kedua kaki tangannya tak dapat digerakkan lagi. "He mm, kiranya hanya begini saja kema mpuan Louw Ti yang berjuluk Toat-beng Joan-pian, yang terkenal sebagai seorang di antara Thian-cin Bu-tek Sa m-eng!" orang berkedok itu mengejek dan sekali tangan kirinya merenggut, buntalan di punggung Louw Ti sudah berp indah ke tangannya! Wajah Louw Ti menjad i pucat sekali, akan tetapi karena kaki tangannya tidak dapat digerakkan lagi, dia hanya memandang dengan mata terbelalak. "Ja..... jangan rampas itu..... aku mohon pada mu, itu..... bukan..... bukan milikku....." Akhirnya dia dapat mengeluarkan kata-kata yang penuh per mohonan dan kegelisahan. Orang berkedok itu berdiri di depan Louw Ti yang sudah rebah terlentang tak berdaya itu. Biarpun tidak nampak karena tertutup kedok, namun mudah diduga bahwa mulut di balik kedok itu tentu ter senyum, entah tersenyum mengejek ataukah tersenyum puas. "Louw Ti, orang maca m engkau ini mas ih dapat me mohon, masih dapat minta dikasihani" Aih, betapa aneh dan lucunya! Louw Ti, pernahkah engkau me menuhi per mohonan orang lain, pernahkah engkau mengasihani orang la in?" Setelah berkata demikian, Kim Cui Hong, orang berkedok itu, me loncat ke luar kuil dan terdengarlah derap kaki kuda. Louw Ti menjadi bingung. Buntalan terisi barang-barang berharga itu dira mpas orang, dan kudanya juga dibawa pergi, dan dia sendiri tidak ma mpu men ggerakkan kaki tangan karena totokan yang luar biasa sekali. Dia mencoba untuk menduga-duga siapa orang berkedok yang selama ini Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mengganggunya, akan tetapi tidak mene mukan orang yang cocok. Saking bingung, gelisah dan marahnya, Louw Ti tak dapat menahan menga lirnya air matanya! Baru sekarang selama ia menjadi jagoan dia tahu dan me rasakan sendiri apa artinya duka. Dia sudah menggadaikan rumahnya, dan kalau barang-barang harta pusaka itu tidak dapat dira mpasnya kembali, dia kehilangan segala-galanya. Rumah dan semua isinya, dan dia bahkan tentu akan dituntut oleh puteri bangsawan itu! Kehilangan se mua hartanya masih masuk penjara lagi! Setelah lewat tengah ma la m, barulah dia ma mpu menggerakkan kaki tangannya karena pengaruh totokan jalan darah mulai men ipis. Begitu dia dapat bergerak, Louw Ti cepat bangkit dan dia lalu melakukan perjalanan secepatnya menuju ke dusun Ang-ke-bun. Dia harus berjalan ka ki atau lari karena kudanya juga dibawa perg i pera mpok berkedok itu. Sa mbil menyumpah-nyu mpah Louw Ti berlari cepat. Setengah malam la manya otaknya diputar mencari siasat. Dia tidak me mikirkan lagi s i kedok hita m karena dia kini terhimpit oleh pertanggungan-jawabnya. Dia harus menghadapi nona bangsawan itu dan urusan inilah yang terpenting dan harus dapat diselesaikan dan diatasinya terlebih dahulu. Dan dia sudah merencanakan siasatnya untuk dapat keluar dari ancaman bahaya itu dengan baik. Teringatlah dia akan kedatangan nona bangsawan cantik itu, ketika nona itu menerima uang tanggungan, dan menyerahkan harta pusaka, dan me mesan agar dia merahasiakan kesemuanya itu. Yang tahu akan urusan harta pusaka itu hanyalah nona bangsawan itu sendiri dan dia disaksikan pula oleh isterinya. Tidak ada orang lain yang mengetahuinya! Tidak ada ja lan la in kecuali yang sudah direncanakannya ketika dia masih rebah tak ma mpu bergerak dan kini dia bergegas lari menuju ke Ang-kebun untuk me laksanakan rencana s iasatnya menyelamatkan diri, bahkan me mperoleh keuntungan dari masalah yang menghimpitnya itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Pada keesokan harinya, matahari telah naik tinggi ketika Louw Ti me masuki dusun Ang-ke-bun dan dia segera langsung menuju ke rumah besar baru seperti yang diterangkan oleh nona bangsawan itu. Jantungnya berdebar tegang ketika ia me masu ki pekarangan rumah itu. Punggungnya menggendong sebuah buntalan besar. Dia merasa lega dan girang sekali me lihat betapa rumah besar itu na mpa k sunyi, tidak ada orang lain. Ketika dia mengetuk pintu, yang me mbuka daun pintu adalah nona bangsawan itu sendiri. Nona itu na mpa k ma kin cantik je lita, dengan pakaian yang indah dan sungguh aneh sekali, Louw Ti merasa seolah-olah ia pernah mengenal nona ini. Bukan kemar in du lu ketika nona bangsawan itu datang ke rumahnya di kota raja, melainkan jauh sebelum itu. Dia pernah mengenal atau setidaknya bertemu dengan wanita ini. Akan tetapi dia lupa lagi kapan dan di mana. Akan tetapi, hati dan pikirannya segera dipenuhi oleh rencana siasatnya dan dia tidak mau repot-repot tentang hal itu. Apalagi nona bangsawan itu sudah tersenyum sehingga nampak deretan gigi yang putih seperti mutiara dan rapi. "Ah, kiranya Louw-enghiong baru datang?" Tepat seperti yang direncanakan, Louw Ti me mandang ke kanan kiri seolah-olah takut kalau-kalau kedatangannya diketahui orang. "Kudaku jatuh sakit di tengah jalan, nona, sehingga saya terpaksa berjalan kaki. Maaf, saya agak terlambat, akan tetapi saya berhasil me mbawa harta..... eh, ini sampai ke sini." Kembali ia me man dang ke kanan kiri dan menahan katakatanya hendak menyebut harta pusaka. Nona bangsawan itu tersenyum. "Tida k usah khawatir, Louw-enghiong, di sini tidak ada orang lain hanya aku sendiri. Masuklah, aku girang bahwa engkau sudah berhasil me mbawa harta pusaka itu dengan selamat sampai ke ru mah ini. Rumah ini mas ih kosong, karena masih baru dan be lum ada pe layan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Besok pagi baru keluarga ayah datang bersama barangbarang dan pelayan." Bukan main girang rasa hati Louw Ti. Keadaan tempat ini sungguh tepat sekali untuk pelaksanaan siasatnya! Sunyi tidak ada orang lain kecuali mere ka berdua! Dia mengikut i nona itu masu k ke ruangan sebelah da la m dan dia melihat bahwa rumah ini me man g besar, me mpunyai banyak kamar. "Mari, sila kan duduk dan berikan buntalan itu kepadaku, Louw-enghiong," kata nona itu setelah mereka tiba di ruangan sebelah dalam yang luas, di mana hanya ada beberapa buah kursi dan sebuah meja besar. Louw Ti merasa betapa jantungnya berdebar semakin kencang. Dia tidak pernah mengalami ketegangan seperti ini. Biasanya, biar ada maksud me mbunuh orang atau melakukan perbuatan apa pun, dia bersikap tenang saja. Akan tetapi entah mengapa, sekali ini dia merasa a mat tegang dan buntalan itu mengeluarkan bunyi ketika dia letakkan di atas meja, tanda bahwa tangannya agak ge metar. "Nanti dulu, Siocia, Buntalan ini akan saya serahkan kepada nona kalau uang tanggungan saya berikut ongkos pengirim an yang lima puluh tail emas itu nona serahkan dulu kepada saya." Nona bangsawan itu tersenyum manis dan kembali Louw Ti seperti merasa pernah melihat mulut yang a mat mengga irahkan itu. "Ah, tentu saja, tunggu sebentar," kata nona itu dan saking tegang dan ge mbiranya, Louw Ti telah melupakan lagi perasaannya itu. Nona itu me masuki sebuah kamar dengan langkah berlenggang-lenggok a mat menggairahkan dan pada saat itu Louw Ti me na mbah rencananya. Sayang kalau nona itu dibunuh begitu saja, pikirnya, sayang tubuh yang demikian indah, wajah yang demikian cantik! Mala m tadi dia merencanakan untuk me mbunuh nona bangsawan ini, karena Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ tidak ada seorang pun yang tahu bahwa nona ini berhubungan Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo dengan dia, tidak ada yang tahu bahwa nona ini menyuruh dia mengirim harta pusaka itu. Kalau dia dapat me mbunuh nona itu dan melenyapkan mayat dan bekas-bekasnya, tentu dia akan selamat. Biarlah harta pusaka itu hilang dirampok orang. Setidaknya dia akan dapat me mpero leh kem-ba li rumahnya dan isinya, bahkan menerima pula upah lima puluh tail e mas! Malapetaka yang menimpa dirinya akan berubah menjadi keuntungan! Dan kini, melihat wajah itu, melihat lenggang itu, dia mena mbahkan "perkosaan" pada rencananya, akan me mper kosa dulu nona bangsawan itu sepuasnya sebelum me mbunuhnya! Nona itu muncul kembali dari dalam kamar, me mbawa dua buntalan. Ia meletakkan dua buntalan di atas meja, lalu me mbuka dua buntalan itu. Mata Louw Ti bercahaya ketika dia me lihat uangnya, uang tanggungan hasil penggada ian rumah, berada di buntalan besar, sedangkan di buntalan ke dua nampak berkilauan emas batangan lima puluh tail! "Nah, ini upah lima puluh tail e mas, Louw-enghiong. Dan ini uang tanggungan-mu kukembalikan, di dalamnya sudah kusisipkan uang bunganya. Sekarang perlihatkan harta pusaka itu kepadaku, hendak kulihat apakah masih lengkap, sesuai dengan catatan ini." Tanpa bicara, Louw Ti me ndorong buntalannya, mende katkannya kepada nona itu. Buntalan dibuka dan nona itu terbelalak, lalu menatap wajah Louw Ti, "Louw enghiong, apa artinya ini?" Ia menuding ke arah tumpukan batu koral yang berada di dalam buntalan. Sepasang mata Louw Ti yang sejak tadi bersinar-sinar aneh itu kini mencorong dan wajahnya me mbayangkan kebengisan yang menyeramkan. Dia mendekati nona bangsawan itu dan menyeringai bengis. "Heh-heh, artinya bahwa engkau akan mat i di tanganku dan tak seorang pun tahu apa yang telah terjadi di antara Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kita!" Setelah berkata demikian, dia menerjang ke depan dengan kedua lengan dipentang lalu menyambar ke depan seperti dua kaki depan har imau menubruk kelenci. Dia me mbayangkan bahwa sekali tubruk saja tentu dia akan dapat menang kap nona itu dan akan diperkosanya di situ juga sebelum dibunuhnya dan mayatnya akan dikubur di belakang rumah malam nanti setelah ge lap. Akan tetapi, betapa kagetnya ketika dia melihat nona itu berkelebat ke samping dan tubrukannya mengenai te mpat kosong! Nona ini telah ma mpu me ngelak dari tubrukannya tadi dengan gerakan yang amat lincah! Dengan penasaran, Louw Ti lalu me mbalikkan tubuhnya dan menyerang lagi, lebih cepat dan dengan loncatan, menerka m ke depan. Dia sudah me mperhitungkan bahwa nona itu tentu tidak akan ma mpu menghindarkan diri sekali ini, karena selain cepat, juga terkamannya itu kuat, dan kedua tangannya menyambar dari kanan kiri menutup ja lan ke luar bagi lawan. Akan tetapi untuk kedua kalinya dia kecelik karena tiba-tiba saja tubuh nona bangsawan yang kelihatannya lemah-lembut itu sudah berkelebat ke belakang. Tubrukannya luput dan nona itu sudah lenyap menghilang ke dalam sebuah kamar dan menutupkan daun pintunya dari dalam. "Ha-ha-ha, hendak lari ke mana kau" Ke dala m kamar" Haha-ha, kebetulan sekali!" Louw Ti tertawa, mengira bahwa calon korbannya itu me larikan diri ke tempat tidur. Dengan beberapa kali loncatan saja, dia sudah berada di depan pintu yang tertutup. Sekali menendang, daun pintu itu roboh dan dia pun meloncat ke dalam. Sebuah kamar kosong dan ada sebuah pintu te mbusan ke be lakangnya. Dia menerjang pintu ini dan ternyata mene mbus ke sebuah lorong yang kosong pula. Louw Ti merasa penasaran, mencar i-cari. Banyak ka mar di kanan kiri lorong dan dia me mbuka daun pintu kamarkamar itu satu demi satu, akan tetapi semua kamar itu ternyata kosong tidak ada isinya, belum ada perabot Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kamarnya dan nona bangsawan itu tidak nampak bayangannya. Terpaksa dia kembali ke ruangan tadi me lalui kamar yang daun pintunya diruntuhkannya tadi dan..... di dekat meja di dalam ruangan itu kini telah berdiri seorang yang me mbuat jantungnya seperti berhenti berdenyut, seorang bertubuh sema mpai yang mengenakan pakaian serba hita m dan me ma kai topeng hita m pula, orang yang pernah merampas harta pusaka itu dan merobohkannya di kuil tua! Wajah Louw Ti yang hitam menjadi agak pucat dan dia merasa gentar sekali. Akan tetapi, orang itu berdiri di dekat me ja dan dua bungkusan uang dan emas telah dikumpulkannya di atas meja di dekatnya. Jelaslah bahwa orang berkedok itu akan mera mpas pula dua bungkusan berharga itu. Dan habislah kesemuanya untuk dia! Rumahnya habis, tidak ada sepeser pun di sakunya, dan dia masih a kan dituntut pula oleh nona bangsawan yang kini telah menghilang entah ke mana! Dan semua barang berharga itu telah dira mpas deh orang berkedok yang berdiri di depannya ini. Orang inilah biang keladi kejatuhannya, semenjak mengganggu rumah hartawan yang dilindunginya. Orang inilah yang me ncelakakannya! Teringat akan itu semua, Louw Ti menjad i sedemikian sakit hati dan marahnya sehingga dia men geluarkan suara teriakan yang terdengar seperti gerengan seekor binatang buas dan dia pun sudah menerjang ke depan sa mbil melolos dan menggerakkan senjata cambuknya. Akan tetapi, Kim Cui Hong yang kini menjadi orang bertopeng hitam itu tidak mau me mbuang waktu seperti ketika ia melayani Louw Ti di kuil tua. Dengan gerakan aneh, tubuhnya menyelinap di bawah s inar ca mbuk dan tahu-tahu tangan kirinya sudah menang kap ujung ca mbuk itu, tangan kanannya menotok ke depan disusul kaki kanan yang menendang ke arah lutut kiri lawan. Serangan ini sangat cepat dan tak terduga-duga oleh Louw Ti. Dia mencoba untuk Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ menarik kemba li senjatanya, namun cambuk itu tak dapat terlepas dari pegangan tangan lawan, sedangkan tangan kanan lawan sudah menya mbar dengan totokan ganas ke arah pergelangan tangan kanannya. Untuk menyelamatkan tangannya, terpaksa dia melepaskan cambuknya dan meloncat ke belakang menghindarkan tendangan lawan. Dala m segebrakan saja kini ca mbuknya sudah berpindah tangan. "Tar-tar-tar....!" Kini ca mbuk itu meledak-ledak dan menya mbar-nyambar, seperti ular-ular me matuk ujung cambuk itu menya mbar ke arah berbagai jalan darah penting di tubuh Louw Ti! Tentu saja orang ini terkejut dan s ibuk sekali, berusaha mengelak, na mun datangnya serangan cambuk yang bertubi-tubi itu terlampau cepat baginya sehingga akhirnya, dia pun terpelanting roboh dan tak mampu bergerak lagi karena jalan darahnya tertotok, seperti keadaannya malam tadi di kuil tua da la m hutan! Ia hanya rebah miring dan memandang dengan mata melotot tanpa dapat menggerakkan kaki tangannya yang menjadi lumpuh. Sinar matanya penuh kebenc ian kepada orang berkedok itu. Cui Hong me man dang kepada korbannya melalui lubang d i topengnya, sepasang matanya berkilat-kilat penuh denda m. Kemudian dia berkata, "Louw Ti, engkau jahanam keparat yang paling busuk di dunia ini, karena itulah maka aku hendak menghukummu sesuai dengan kejahatanmu." Karena sudah putus asa dan t idak berdaya, Louw Ti menjad i nekat. "Iblis kej i, siapakah engkau?" Cui Hong menge luarkan suara dengusan mengejek. "He mm, engkau ingin me lihat isterimu diperkosa di depan mata mu, seperti yang sering kali kau lakukan " Engkau ingin me lihat anak-anakmu dibunuh di depan matamu, seperti engkau me mbunuh mereka" Tunggu sebentar?" Dan Cui Hong lalu men inggalkan Louw Ti, me masuki sebuah kamar. Louw Ti tertegun dan diam-dia m merasa ngeri. Orang berkedok itu kejam seperti binatang buas, jahat seperti iblis, dan dia tidak Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ tahu apa yang dimaksudkan oleh orang itu, ucapan yang me mbuat hatinya gelisah dan jantungnya berdebar penuh ketegangan. Tak la ma kemudian orang berkedok ini muncul lagi dari dalam kamar itu dan Louw Ti merasa jantungnya seperti akan copot karena berdebar keras sekali ketika dia me lihat isterinya dan dua orang anaknya berjalan di samping si kedok hitam itu! "Ayah.....!" Dua orang anaknya itu, seorang anak laki-laki dan seorang anak perempuan yang usianya baru enam dan empat tahun, memanggilnya dan lari mengha mpirinya, lalu berlutut di dekat tubuhnya. Akan tetapi isterinya hanya berdiri saja me mandang, dengan kedua mata berlinang a ir mata. "Louw Ti, inilah isteri dan anak-anakmu. Engkau tentu ingin me lihat isterimu diperkosa orang, bukan oleh satu orang me lainkan a kan kudatangkan e mpat orang untuk me mper kosanya, dan melihat anak-anakmu dibunuh di depan mata mu, bukan?" Wajah yang hitam itu menjad i pucat. Dia mencoba untuk menggerakkan kaki tangannya namun tak berhasil. "Tidak ...... tidak...., jangan ganggu mereka....." dia meratap. "He mm, di mana kekerasan hatimu" Di mana kekeja man mu" Engkau terlalu sering me mbunuh orang begitu saja, di depan mata orang-orang yang mencintanya, dan engkau selalu sering me mper- kosa wanita, juga di depan orang-orang yang mencintanya. Kenapa sekarang engkau meratap agar isterimu jangan diperkosa di depan matamu dan anak-anakmu dibunuh di depan mata mu?" 0o-de-oo-wi-o0 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Jilid 6 "TIDAK.... jangan..,, ah, ampunkan mereka.... bunuh aku tapi jangan ganggu mereka...." "He mm, enak saja bicara! Aku pun tidak se kejam engkau untuk melakukan se mua itu di depan mata mu, akan tetapi setidaknya engkau akan me ndengarkan sendiri dengan kedua telingamu." Cui Hong lalu me megang kedua orang anak kecil Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ itu. Dua orang anak itu meronta dan memanggil-manggil ayahnya, akan tetapi Cui Hong menarik tangan mereka, bahkan kini dibantu oleh isteri Louw Ti yang sejak tadi dia m saja, hanya menitikkan air mata. Dengan paksa kedua orang anak itu diseret masuk ke dalam kamar yang tidak jauh dari ruangan itu. "Jangan....! Jangaaaannn....!" Louw Ti meratap, mer intih dan berteriak. Akan tetapi semua Tatapannya tidak ada yang me mperdulikannya. Akhirnya dia diam dan dengan mata terbelalak me mandang ke arah kamar itu yang pintunya ditutup dari da la m, lalu terdengar isterinya menangis dan terdengar pula anak-anaknya menjer it dan menangis ketakutan! Dapat dibayangkan siksaan yang diderita batin Louw Ti di saat itu. Dia membayangkan betapa isterinya diperkosa orang sa mpai merintih-ritih dan menang is, me mbayangkan kedua anaknya dis iksa dan dibunuh sa mpai menjer it-jerit ketakutan, Pendekar Pedang Sakti 20 Wiro Sableng 119 Istana Kebahagiaan Dendam Empu Bharada 25