Sakit Hati Seorang Wanita 4
Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo Bagian 4 "Jangan....! Ah, ampunkan mereka..... jangan....!" Dia berteriak-teriak akan tetapi teriakannya semakin le mah karena dia menga la mi guncangan batin yang amat hebat. Membayangkan isterinya diperkosa orang dan anak-anaknya disiksa, tanpa ma mpu berbuat apa pun untuk me nyelamatkan mereka, sungguh mer upakan siksaan yang lebih hebat daripada siksaan badan. Akhirnya dia menangis mengguguk seperti anak kec il. Kini sunyi saja dari kamar itu. Tangis isterinya dan jerit anak-anaknya sudah berhenti. "Jangan-jangan mereka sudah mati...., pikir Louw Ti dan tangisnya makin mengguguk. Ketika daun pintu itu terbuka, Louw Ti menghent ikan tangisnya, mengedip-ngedipkan matanya untuk mengusir air mata yang menghalangi pandang matanya, lalu me mandang dengan melotot ke arah orang berkedok itu, yang keluar dari kamar dengan langkah seenaknya. Diakah yang memper kosa Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ isteriku" Ataukah ada kawan-kawannya" Tentu d ia yang telah me mbunuh anak-ana kku. Sa mpai mati dia tidak akan me lupakan ini. Dia harus mengena l orang ini agar kelak, kalau ada kesempatan, dia akan me mba las dendam! "Binatang she Louw, sudah puaskah hatimu mendengar isterimu diper kosa orang dan anak-anakmu dis iksa" Aku menyerahkan isterimu kepada orang-orang ku agar diper mainkan secara bergilir sampai ma mpus, dan juga me mbunuh anak-anakmu di luar dusun. Akan tetapi aku masih belum selesai dengan dirimu." Louw Ti yang merasa berduka, marah dan penuh kebencian itu kini sudah nekat dan lupa akan rasa takut. "Jahanam! Iblis keji! Siapakah engkau" Jangan menjad i pengecut dan perlihatkan muka mu kepada ku!" Tiba-tiba dari balik kedok itu terdengar suara ketawa halus dan disusul suara merdu seorang wanita, berbeda dengan suara si kedok hitam tadi yang seperti suara pria. "Tentu saja engkau akan mengenal aku." Dan orang itu lalu me mbuka kedoknya dan sepasang mata Louw Ti terbelalak lebar dan penuh keheranan ketika dia me lihat bahwa muka di balik kedok itu adalah wajah cantik dari nona bangsawan tadi! Kini mengertilah dia. Si kedok hita m itu bukan la in adalah nona bangsawan itu pula. Seorang wanita! Dan demikian lihainya, dan demikian penuh dendam kepadanya sehingga mengatur siasat yang sudah direncanakan dengan rapi untuk menghancurkannya! "Kau....!!" Dia berseru dan habislah harapannya. Bagaimana wanita ini tidak akan berlaku kejam kepadanya" Baru saja dia hendak me mbunuhnya, bahkan hendak me mper kosanya! "Ya, akulah si kedok hitam yang mengganggu para hartawan yang kaulindungi itu. Aku pula yang mera mpas harta pusaka yang dititipkan oleh nona bangsawan yang juga aku Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ sendiri orangnya. Aku telah me ngatur se mua ini untuk menjatuhkan mu, untuk menghancurkan mu, Louw Ti!" "Tapi.... tapi..... mengapa engkau lakukan semua ini kepadaku" Siapakah engkau" Siapa nama mu?" "He mm, buka matamu lebar- lebar dan lihat siapakah diriku, Louw Ti." Kim Cui Hong lalu menghapus bedak yang menutupi tahi lalat di dagunya. Ia memang menyembunyikan tahi la lat itu, satu-satunya ciri pada mukanya, agar tidak dikenal oleh musuh-musuhnya sebelum saatnya tiba. "Buka matamu dan lihatlah baik-baik siapa aku!" Wanita itu mendekatkan mukanya dan sepasang matanya mencorong, penuh dengan api denda m. "Aku.... aku tidak mengenalmu...." kata Louw Ti ragu-ragu. Memang kembali perasaan bahwa dia telah mengenal wanita ini timbul, akan tetapi dia tetap saja tidak dapat mengingatnya siapa wanita ini. "Siapakah engkau....?" Bibir yang merah basah dan indah bentuknya itu tersenyum. "Agaknya terlalu banyak sudah engkau menyiksa orang sehingga tidak dapat kauingat kembali satu-satu. Nama ku adalah Kim Cu i Hong. Ingatkah engkau akan na ma itu?" Louw Ti menggeleng kepalanya. "Tidak, aku tidak kenal...." Memang, waktu yang tujuh tahun lamanya itu telah terisi dengan pengalaman yang banyak sekali seh ingga sukar baginya mengingat gadis ini yang sudah la ma sekali dianggapnya mati dan tidak ada lag i di dunia ini, apa pula dengan kepandaian se liha i itu! "Jahanam keparat, kenal atau tidak, engkau akan menerima pe mbalasanku!" tiba-tiba dengan hati mendongkol sekali Cui Hong menggerakkan ca mbuk ra mpasannya tadi. Terdengar bunyi me ledak dua kali dan ujung ca mbuk sudah me matuk dan menotok, me mbebaskan Louw Ti. Orang ini lalu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ menggerakkan kaki tangannya dan bangkit. Cui Hong me le mparkan ca mbuk itu kepada pe miliknya. "Aku tidak mau menyerang orang yang tak berdaya. Nah, pergunakan senjatamu, dan pertahankan nyawamu!" Hati Louw Ti merasa gentar sekali. Baru se karang dia tahu apa artinya takut. Akan tetapi, dia teringat akan isteri dan dua orang anaknya. Mungkin dua orang anaknya telah tewas dan isterinya.. ... dia menelan ludah, isterinya telah diper kosa orang-orang secara bergantian, mungkin sudah mendekati maut lagi. Perempuan ini me mbalas denda m" Apakah dia pernah me mbunuh anak-ana k pere mpuan ini" Rasanya tak mungkin karena ia masih begitu muda. Kalau begitu, me mperkosanya" Memperkosanya secara bergantian" Banyak sudah perempuan yang pernah diperkosanya ketika dia mas ih menjadi jagoan dan tukang pukul, dan dia tidak ingat lagi pernah memper kosa gadis cantik ini. Isteri dan anak-anaknya sudah tewas, dia sudah jatuh miskin. Dia tidak me miliki apa-apa lagi. Pikiran ini mengusir rasa takutnya, bahkan mendatangkan kemarahannya dan tekad untuk melawan mati-matian, untuk sedapat mungkin me mbunuh wanita yang telah membuatnya sengsara ini. "Baik, kita mengadu nyawa!" bentaknya marah. Dia menya mbar cambuknya dan dengan gerengan seperti seekor singa terluka, dia pun menyerang Cui Hong dengan cambuknya. Cambuk itu me ledak-leda k di atas kepalanya ketika diputar cepat dan meluncurlah cambuk itu turun ke arah kepala Cui Hong. Dalam keadaan nekad dan marah itu, Louw Ti yang me mang lihai sekali menjad i sema kin berbahaya. Dia nekad dan bernapsu sekali untuk me mbunuh lawan tanpa me mperdulikan keselamatan dirinya sendiri. Dala m ilmu silat yang dipergunakan untuk berkelah i, seorang ahli silat hanya mengerahkan setengah bagian dari tenaga dan kepandaiannya untuk melakukan penyerangan, sedangkan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ setengahnya lagi untuk melindungi diri. Akan tetapi dalam keadaan nekad, Louw Ti mengerahkan seluruh tenaga yang ada padanya untuk menyerang tanpa me mperdulikan pertahanan atau perlindungan diri, oleh karena itu seranganserangannya amatlah dahsyat. Namun, pada waktu itu, tingkat Kepandaian Cui Hong sudah lebih tinggi dari tingkat kepandaian lawan. Gadis ini menang da la m segalanya. Menang tinggi ilmu s ilatnya, menang da la m hal gin-kang (ilmu meringankan tubuh) dan menang pula dalam kekuatan sinkang (tenaga sakti). Maka, biarpun ia hanya bertangan kosong menghadapi ca mbuk yang diputar dengan cepat dan kuat itu, ia masih tenang saja dan menganda lkan ginkangnya untuk menyelinap di antara gulungan s inar ca mbuk yang tak pernah berhasil menyentuh tubuhnya. Sebaliknya, di da la m hati Cui Hong juga terjadi kebakaran! Api dendam dan kebencian menyala-nyala di dalam dadanya. Sambil mengimbangi kecepatan gerakan cambuk yang me ledak-ledak, Cui Hong me mbayangkan peristiwa yang terjadi tujuh tahun lebih yang lalu. Masih nampak jelas di depan matanya ketika dia diperkosa oleh musuh-musuhnya, dan pada saat itu, selagi berhadapan dengan Louw Ti, yang terbayang adalah ketika Louw Ti me mperkosanya dengan buas. Laki-laki bertubuh pende k tegap yang ber muka hita m ini, dahulu ketika me mperkosanya, kelihatan a mat mena kutkan. Matanya yang lebar melotot merah dan Cui Hong yang ketika tiba giliran Louw Ti me mperkosanya sudah lemah dan dalam keadaan setengah pingsan, merasa seolah-olah ia menjadi seekor domba yang dicabik-cabik dan di lahap seekor harimau buas. Hatinya kini merasa sakit bukan ma in dan kalau saja ia tidak teringat akan sumpahnya kepada gurunya, tentu akan dibunuhnya orang ini. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Tida k, aku tidak boleh me mbunuhnya ...." katanya kecewa di dalam hatinya dan ia pun mene kan kemarahannya agar jangan sampai kelepasan tangan me mbunuh lawan ini, kalau ia mau tentu pada saat itu ia akan mampu me mbunuh Louw Ti. Akan tetapi, kemba li per istiwa yang lalu me mbayang di depan matanya, kini dilihatnya bayangan ayahnya dan suhengnya yang disiksa sa mpa i mati oleh tiga orang jagoan itu, ialah Louw Ti, Koo Cai Sun, dan Gan Tek Un. "Wuuuuttt....!" Kaki kiri Cui Hong menyambar dahsyat, dengan kecepatan yang tak dapat diikuti oleh kecepatan gerakan Louw Ti. "Krekk....!" Louw Ti menjerit karena tendangan dahsyat yang dilepaskan Cui Hong dengan kemarahan meluap-luap ini tepat mengenai pergelangan tangan kanannya sehingga tulangnya patah dan kembali ca mbuknya sudah pindah ke tangan wanita cantik itu. "Tar.... tar....!" Cui Hong mengayun cambuk itu di atas kepala dengan s ikap me ngancam. Louw Ti menahan rasa nyeri di lengan kanannya, lalu dengan nekad dia menubruk ma ju, menggunakan tangan kirinya yang membentuk cakar, mencengkeram ke arah dada Cui Hong. Sebagai seorang jagoan berilmu t inggi, biar lengan kanannya sudah patah tulangnya dan tak dapat dipergunakan lagi, dia mas ih berbahaya. "Wuuuuttt.... tarrr.... singgg....!" Cambuk di tangan Cui Hong menyambar seperti kilat cepatnya, dengan amat kuat menya mbut tangan kiri Louw Ti yang mencengkeram itu dan samping. Nampak sinar berkilat saking cepatnya cambuk itu menya mbar. "Crokkk....!" Untuk kedua kalinya Louw Ti menjerit dan dia me mandang terbelalak kepada lengan kirinya yang kini buntung karena ca mbuk itu me mbabat lengannya seperti sebatang pedang saja. Tangan kirinya putus sebatas Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ pergelangan tangan dan terlempar jauh, dan dari lengan yang buntung itu bercucuran darah! Kini kedua tangan Louw Ti tak dapat dipergunakan lag i, yang kanan telah patah tulang lengannya yang kiri buntung. Hal ini me mbuat Louw Ti menjad i sema kin nekad. Dia maklum bahwa dia takkan ma mpu menand ingi gadis itu, ma ka dia tak takut lagi menghadapi kematian, apalagi kalau dia teringat bahwa isteri dan dua orang anaknya tentu akhirnya akan mati pula. Maka biarpun kedua tangannya sudah tak dapat dipergunakannya lag i, dia mas ih be lum ma u menyerah. "Perempuan iblis kejam!" bentaknya sambil menyerang dengan tendangan bertubi-tubi, menggunakan kedua kakinya bergantian. Cui Hong mengelak ke sana-sini, me mper ma inkan. "Louw Ti jahana m busuk, orang macam engkau masih dapat me ma ki orang lain keja m?" Melihat kenekatan lawan, Cui Hong kembali mengayun cambuknya yang meluncur ke depan. "Tarrr....!" Louw Ti mengeluh dan menggerakkan kedua lengan yang sudah tak berdaya itu ke arah mukanya. Mata kirinya pecah oleh ujung ca mbuk dan berdarah. Ketika lengan kirinya yang buntung bercucuran darah itu digerakkan untuk menutup mukanya, muka itu pun berlumuran darah yang keluar dari mata kirinya dan dari lengan kiri yang buntung. Mengerikan seka li keadaan Louw Ti di saat itu, namun dia me miliki tubuh yang kuat. Biarpun kedua lengan sudah tak berdaya dan mata kirinya sudah menjad i buta, dia mas ih maj u lagi dengan ganasnya, menyerang dengan tendangan-tendangan me mbabi buta. Kembali ca mbuk itu meledak-ledak dan tubuh Louw Ti kini roboh terpelanting karena kedua kakinya tak dapat dipakai untuk berdiri lagi. Tulang kering kaki kirinya patah-patah dan sambungan lutut kaki kanannya terlepas. Dia tidak berdaya Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ lagi, hanya rebah sambil me mandang wanita itu dengan mata kanan yang melotot. Mukanya penuh darah dan mulutnya menge luarkan busa saking marahnya. "Iblis betina, bunuhlah, aku tidak takut mati!" bentaknya penuh gera m. Cui Hong sudah merasa puas dengan pembalasan dendamnya dan ia tersenyum sambil mengge leng kepala, me mandang dengan s inar mata mengejek. "Aku t idak akan me mbunuhmu, aku ingin me lihat engkau menyesali hidup dan menyesali dosa mu yang terkutuk!" "Perempuan iblis! Dosa apakah yang telah kulakukan kepadamu maka engkau berlaku sekeja m ini, bahkan telah Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo menyiksa dan me mbunuh isteri dan anak-anakku yang sama sekali tidak berdosa" Katakanlah agar aku tidak mati penasaran!" "Me mang matamu buta sehingga engkau tidak mengenal aku, Louw Ti. Ingin aku me mbutakan kedua mata mu, akan tetapi biarlah kutinggalkan sebuah agar engkau dapat melihat akibat dari perbuatanmu yang terkutuk. Na ma ku Kim Cui Hong tidak kauingat lagi, akan tetapi agaknya engkau tidak akan lupa kepada gadis puteri guru silat Kim di Dusun Ang-ke-bun itu, ketika si jahanam Pui Ki Cong dibantu oleh Thian-cin Butek Sam-eng me mbunuh guru silat Kim bersama seorang muridnya, kemudian mereka bere mpat itu secara biadab me mper kosa dan menghina puteri guru silat Kim dan me mbuangnya di dalam hutan" Akulah puteri guru s ilat Kim itu!" Mata tunggal itu terbelalak, muka yang sudah pucat itu menjad i sema kin pucat. Kini teringatlah Louw Ti. "Kau.... kau.... gadis itu.... benar.... tahi lalat di dagumu itu.... ahhhh....!" Louw Ti me meja mkan matanya yang tinggal sebuah seperti hendak mengusir peristiwa tujuh tahun yang lalu, yang kini kemba li terbayang di dalam benaknya. Tentu saja dia teringat karena dia pun ikut pula me mperkosa gadis Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ yang sudah hampir mati itu, me mperkosanya setelah gadis itu oleh Pui Ki Cong dihadiah kan kepada mereka bertiga, dia sendiri, Koo Cai Sun, dan Gan Tek Un, dipelopori oleh Koo Cai Sun yang me mang s uka sekali me mper mainkan wanita cantik. Pantas saja gadis ini menyuruh orang-orang me mper kosa isterinya sampai mati, kemudian menyuruh orang-orang menyiksa kedua anaknya sampai mati. Kiranya gadis yang mereka lempar dan tinggalkan di dalam hutan itu masih belum mati dan kini telah menjadi seorang wanita yang me miliki ilmu kepandaian tinggi bukan main! "Kau.... kau.... menjadi iblis betina yang kejam. Aku hanya me musuhi engkau, akan tetapi kenapa engkau me mba las kepada anak isteriku pula yang tidak tahu apa-apa" Siksalah aku, bunuhlah aku, akan tetapi kenapa engkau menyiksa mereka?" Cui Hong tersenyum mengejek. "Manusia berhati b inatang! Engkau lupa betapa kalian telah menyiksa dan me mbunuh ayahku dan suheng, juga tunanganku. Akan tetapi aku tidaklah serendah dan sekeja m engkau." Cui Hong lalu me lompat ke pintu dan me mbuka daun pintu tembusan itu. Keluarlah seorang wanita dan dua orang anak yang tadi dibawa ke dalam. Isteri Louw Ti itu masih berpa kaian biasa, dan sama sekali tidak men unjukkan tanda-tanda bahwa ia telah diperkosa orang! Dan dua orang anak-anak itupun dalam keadaan sehat-sehat saja, sama sekali tidak menderita cidera. Melihat Louw Ti rebah dengan berlumuran darah, isterinya dan kedua orang anaknya lalu lar i mengha mpiri dan menang isinya. Melihat mere ka, Cui Hong merasa kasihan pula dan ia pun berkata, suaranya tenang dan jelas terdengar oleh isteri Louw Ti. "Seperti sudah kuceritakan kepadamu, Enci, suamimu ini telah melakukan dosa yang tak dapat diampuni terhadap diriku dan ayahku, juga tunanganku. Dia dan komplotannya tidak saja menyiksa dan me mbunuh ayah dan tunanganku Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ yang sama sekali tidak berdosa, bahkan dia dan komplotannya itu me mperkosa aku di depan mata ayah dan tunanganku sebelum me mbunuh mereka. Dia dan komplotannya telah me mper kosa aku bergantian selama beberapa hari, kemudian karena mereka mengira aku mati mereka melempar aku ke dalam hutan dan men inggalkan a ku. Aku sudah puas sekarang, memba las dendam kepadanya akan tetapi aku tidak me mbunuhnya." Diingatkan akan perbuatan suaminya yang sudah didengarnya dari Cui Hong, isteri Louw Ti berhenti menangis dan kini ia me mandang wajah sua minya yang berlumuran darah. Di bawah ancaman Cui Hong, juga karena sudah mendengar penuturan gadis itu, ia tadi me mbantu Cui Hong dengan merintih dan menang is seperti orang diperkosa, dan anak-anaknya ditakut-takuti sehingga mereka pun menangis dan berteriak-teriak. "Benarkah se mua yang diceritakan itu" Benarkah engkau dahulu me lakukan i se mua perbuatan terkutuk itu?" tanyanya sambil bangkit berdiri. Louw Ti tak dapat menyangkal lagi. Tiada gunanya menyangkal. Dengan mata tunggalnya yang berkedip-kedip dia me mandang anak isterinya seorang demi seorang, lalu berkata dengan suara lirih dan parau, "Benar.... semua benar...." Jawaban ini seperti me mukul isterinya. Wanita itu cepat meraih dan me megang tangan kedua anaknya, ditariknya menjauh dari tubuh yang rusak itu seolah-olah takut kalaukalau mereka akan ikut menjadi kotor. "Engkau me mang manusia biadab! Aku sendiri pun dulu kau paksa menjadi isterimu, dengan menggunakan pengaruh uangmu dan kepandaian mu. ayahku takut meno lak dan aku terpaksa menjad i isterimu. Aku berusaha untuk menyesuaikan diri, belajar mencinta ayah dari anak-anakku, akan tetapi.... kiranya engkau pernah melakukan hai yang sedemikian Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kejinya. Terkutuk kau! Aku tidak sudi menjad i isterimu lagi, aku tidak sudi melihat muka mu lagi!" Wanita itu menang is dan me mba likkan diri, me mbelakangi suaminya. Cui Hong menyerahkan sebuah bungkusan kepada wanita itu. "Enci, terimalah uang ini untuk bekal hidupmu bersama anak-anakmu." Isteri Louw Ti menerima bungkusan itu yang berisi uang yang harganya seratus tail e mas lebih, yaitu uang yang diterima Cui Hong dar i Louw Ti sebagai uang tanggungan, hasil penggadaian rumah dan se isinya. Isteri Louw Ti menerima uang itu la lu mengajak pergi kedua orang anaknya, untuk pulang ke rumah orang tuanya dan selamanya tidak akan mau lagi bertemu dengan bekas suaminya itu. Melihat isteri dan anak-anaknya meninggalkannya, Louw Ti merasa gelisah bukan main. Dia sudah kehilangan segalagalanya, rumahnya dan seisi rumah, juga tubuhnya sudah cacat. Kalau sekarang isteri dan kedua orang anaknya men inggalkannya, bagaimana dia dapat hidup" Dia me manggil-ma nggil, meratap dan menangis, akan tetapi isteri dan anak-anaknya tidak memperdulikannya lagi sampa i lenyap ke luar rumah. Cui Hong me mandang dengan sinar mata penuh ejekan. "Nah, baru sekarang engkau merasakan akibat dari perbuatanmu terhadap diriku tujuh tahun yang lalu. Rumah ini hanya kusewa dari orang. Selamat tinggal, Louw Til" Cui Hong lalu me loncat ke luar. Louw Ti kini menjerit-jerit dan menang is, akan tetapi tak la ma kemudian terdengar dia tertawa bergelak, lalu menangis lagi. Kiranya pukulan batin leb ih hebat daripada pukulan lahir baginya dan dia telah menjadi gila secara mendadak! Sesal kemudian me mang tiada gunanya sa ma sekali. Penyesalan tidak akan mengubah seseorang dari wataknya yang sesat, karena penyesalan biasanya datang setelah akibat Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ perbuatan itu menimbulkan kerugian bagi dirinya, kerugian lahir maupun batin. Jadi yang disesalkan bukanlah perbuatan pesatnya, melainkan akibatnya yang merugikan. Andaikata tidak ada akibat yang merugikan, penyesalan pun tidak akan ada, dan biasanya, kalau akibat yang merugikan itu sudah mereda dan t idak begitu terasa lagi, maka pengulangan perbuatan sesat itupun terjadilah! Yang penting bukan penyesalan, melainkan penga matan setiap detik terhadap diri sendiri, setiap detik pada penga matan apa yang kita pikirkan, ucapkan, lakukan. Pengamatan diri sendiri ini harus terjadi tanpa adanya "aku" yang menga mati, karena kalau terdapat sang aku, tentu pengamatan ini akan menilai dan pengamatan itu pun akan menjad i miring dengan adanya pendapat-pendapat baik dan buruk, benar dan salah. Padahal, setiap penilaian adalah palsu karena si pen ila i tentu akan mendasari setiap penilaian dengan perhitungan untung rugi bagi d iri sendiri. Jadi, tidak ada "aku" yang menga mati, me lainkan yang ada hanyalah pengamatan itu saja, perhatian sepenuhnya tanpa penilaian dari sang a ku. Pengamatan inilah yang akan mengubah! Perubahan seketika pada saat itu juga, tanpa penyesalan, tanpa pamrih. 0odwo0 Laki-laki itu berus ia empat puluh tahun lebih. Mukanya yang bulat bersih tidak ada kumis atau jenggotnya selembar pun juga, agak putih dan mata itu bergerak-gerak lincah, mulutnya selalu tersenyum mengejek, akan tetapi seketika menjad i senyum ra mah kalau ada wanita lewat berpapasan dengannya. Perutnya gendut dan pakaiannya serba mewah dan dari sutera mahal. Mukanya masih dibikin leb ih putih dengan olesan bedak tipis, dan pakaiannya mengeluarkan bau wangi sekali, seolah-olah sebotol minyak wangi telah tumpah dan menyira m pakaiannya. Biarpun dia kelihatan seperti seorang laki-laki hidung belang tukang pelesir, dengan s inar mata me mbayangkan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kecabulan dan mata keranjang, namun pr ia ini bukan seorang biasa, bukan sembarang orang. Dia adalah seorang jagoan yang me miliki ilmu silat tinggi! Dia lah Koo Cai Sun, dan. seperti pembaca tentu masih ingat, Koo Cai Sun merupakan seorang di antara Thian-cin Bu-tek Sa m-eng atau Tiga Jagoan Tanpa Tanding dar i Thian-cin! Dialah seorang di antara tiga jagoan yang pernah me mbantu Pui Ki Cong, me mbunuh Kimkauwsu dan Can Lu San, muridnya, dan me merkosa Cui Hong. Bahkan dalam perbuatan me mperkosa Cui Hong, dialah yang menjad i pelopornya, karena di antara tiga orang jagoan itu, dialah yang berwatak paling mata keranjang dan suka sekali me mper ma inkan wanita cantik, baik secara halus me mpergunakan pengaruh uang dan kepandaiannya, namun juga secara kasar dengan jalan mengancam dan me mperkosa. Dan sela ma ini tidak ada orang berani menentangnya, karena selain dia sendiri liha i, juga se mua buaya darat dan kaum penjahat adalah sahabat baiknya! Seperti juga Louw Ti, Koo Cai Sun tinggal di kota raja. Akan tetapi di antara mereka berdua jarang mengadakan perhubungan karena pekerjaan mereka me mang berbeda. Louw Ti me mpergunakan pengaruhnya untuk "melindungi" para hartawan dengan imbalan jasa, juga kadang-kadang me lindungi pengiriman barang-barang berharga dengan upah tinggi. Adapun Koo Cai Sun yang tinggal di tengah kota, me mbuka sebuah toko yang berdagang macam-maca m senjata kuno yang dianggap sebagai pusaka-pusaka yang ampuh. Tokonya terkenal sekali dan dia me mpero leh banyak keuntungan, menjad i kaya raya. Para pembesar di kota raja mengenalnya karena para pembesar itu suka me mbe li benda-benda kuno yang dianggap keramat dan bertuah, dan dalam hal mencarikan senjata-senjata kuno yang ampuh untuk para pembesar itu, Cai Sun a mat pintar. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Sejak dulu Cai Sun berwatak mata keranjang, tak boleh me lihat wanita cantik. Mudah saja dia tergila-g ila kalau melihat wanita cantik, dan celakanya, kalau dia sudah tertarik, tidak perduli wanita itu masih perawan, ataukah sudah janda, bahkan isteri orang, akan diusahakan agar jatuh ke dalam pelukannya. Dan setelah kini men jadi kaya-raya, kegemarannya akan paras cantik ini makin me njadi, sehingga terkenallah nama Koo Cai Sun sebagai seorang hartawan yang mata keranjang. Di dalam rumahnya, dia telah me mpunyai seorang isteri dan tiga orang anak, dan di sa mping isterinya yang dianggapnya sudah tua, masih ada lagi e mpat orang isteri muda di dalam rumahnya. Namun, lima orang isteri di rumah ini mas ih belum cukup bagi Cai Sun. Dia masih berkeliaran ke luar rumah, mencari-cari mangsa baru dan setiap kali mendengar ada janda cantik tentu akan didatangi dan digodanya sampai dapat. Di sa mping itu, dia pun menjadi langganan rumah-rumah pelacuran yang paling terkenal di kota raja. Pada suatu hari, pagi-pagi pada saat matahari mulai naik, Koo Cai Sun meninggalkan sebuah rumah yang terletak di dekat sebuah jembatan. Rumah itu te mpat tinggal seorang janda yang terpikat pula oleh rayuan Koo Cai Sun, seorang janda yang tidak muda lag i sudah empat puluh tahun lebih usianya, akan tetapi masih sexy dan genit. Cai Sun yang mata keranjang dan rakus akan wanita ini tidak me lewatkan janda itu sehingga terjadilah hubungan di antara mereka, hubungan gelap tanpa menghirau kan kritik yang dilontarkan oleh anakanak janda itu yang besar-besar, bahkan janda itu sudah me mpunyai beberapa orang cucu! Tanpa mengenal malu, Cai Sun keluar dari rumah itu dalam keadaan yang agak kusut dan lesu, tidak seperti biasa dia selalu necis dan pesolek. Ketika dia tiba di je mbatan itu, sesosok tubuh yang mengge letak di tepi jalan menarik perhatiannya. Bagi orang lain yang lewat di situ, tubuh yang menggeletak itu tidak diperdulikan, bahkan dengan jijik mereka me mbuang muka Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ agar jangan terlalu lama me man dang keadaan orang yang menger ikan itu. Keadaan laki-laki yang oleh umum dianggap sebagai seorang gelandangan yang terlantar ini me mang Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo menger ikan sekali. Tangan kirinya buntung dan ujung lengan sebatas pergelangan itu diba lut kain yang mulai kotor. Tercium bau yang busuk dan banyak lalat merubung balutan tangan buntung itu. Agaknya kedua kaki orang itu pun cacat karena ia mengge letak setengah rebah di tepi jembatan. Matanya yang kiri juga buta, biji matanya tidak ada dan pelupuknya mas ih me mperlihatkan luka borok. Rambutnya awut-awutan dan pakaiannya compang-ca mping lagi kotor. Akan tetapi, Cai Sun terkejut dan mengha mpiri orang itu. Biarpun keadaan orang itu seperti gelandangan terlantar, dia masih dapat mengenal orang pendek muka hitam itu. "Louw Ti! Bukankah engkau Louw Ti....?" tanyanya sambil berjongkok dan me mandang penuh rasa kaget dan heran. Dia ingat bahwa sahabatnya ini telah menjadi seorang yang cukup kaya dan berhasil, tinggal di tepi kota raja. Kenapa kini berada di sini seperti seorang gelandangan dalam keadaan cacat seperti itu" Orang itu me mbuka mata tunggalnya me mandang kepada Cai Sun, lalu tertawa ha-ha-he-he, kemudian menang is. Tahulah Cai Sun bahwa orang ini telah menjad i gila! Hai ini me mbuat dia me njadi se makin penasaran dan dipegangnya kedua pundak orang itu, diguncangnya agak keras. "Louw t Ti! Sadarlah! Aku Koo Cai Sun, sahabat baikmu!" Orang itu me mang Louw Ti yang telah menjadi cacat dan gila setelah Cui Hong melampiaskan denda mnya kepada musuh besar ini. Dia me mandang Cai Sun dan alisnya berkerut. Agaknya dia mula i ingat kepada wajah sahabatnya ini. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Koo Cai Sun" Ahhh, Koo Cai Su.... hu-hu-huuu....!" Dan dia pun menangis dan menja mbak-ja mbak rambutnya. "Louw Ti! Tenangkanlah dan ceritakan apa yang telah terjadi" Kenapa engkau menjadi begini?" "Hu-hu-huuu.... Cai Sun.... hu-huuuuu, aku celaka.... habishabisan....." "Kenapa" Apa yang terjadi" Kenapa kau tinggalkan rumah mu....?" "Aku tidak punya rumah lagi, isteri dan anak-anakku pergi semua.... aku.... aku...." "Kenapa" Dan engkau cacat seperti ini! Siapa yang me lakukan hal ini terhadap dirimu, Louw Ti?" "Cui Hong.... ia Kim Cui Hong, anak guru silat Kim dar i Angke-bun itu.... ia gadis bertahi la lat di dagunya yang kita. perkosa dulu.... ha-ha-ha, ia hidup lagi, ia lihai dan aku disiksanya..... ha-ha-ha, engkau pun tentu dicarinya. Cai Sun.. .... ha-ha-ha.... " Setelah tertawa-tawa, Louw Ti me nangis lagi. Wajah Louw Ti menjadi pucat seketika Dan dia pun me lompat berdiri me mandang ke sekeliling, seolah-olah takut kalau-kalau gadis itu muncul di s itu. Tentu saja dia teringat. Gadis man is itu! Gadis yang dimusuhi oleh Pui-kongcu di Thian-cin, kemudian ayah dan tunangan gadis itu dibunuhnya bersama dua orang temannya, yaitu Louw Ti dan Gan Tek Un, dan gadis itu diperkosa habis-hab isan sampa i disang ka mati. Pertama oleh Pui-kongcu tentu saja, kemudian dioperkan kepada mereka bertiga, dan setelah me mper kosanya sampai sepuasnya, mereka lalu me le mparkan tubuh gadis itu di tengah hutan. Gadis itu kini menjad i liha i sekali dan me mba las dendam" "Huh, takut apa menghadapi seorang gadis saja?" Hatinya me mbantah dan mencela diri sendiri. Akan tetapi dia me mandang Louw Ti dan bergidik. Dia tahu bahwa ilmu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kepandaian Louw Ti cukup tinggi, tidak lebih rendah dari kepandaiannya sendiri, terutama ilmu ca mbuknya yang lihai. Dan kini Louw Ti dibikin cacat seperti itu oleh gadis itu. "He mm, jelas bahwa gadis itu tentu merupakan lawan berbahaya," pikirnya. Dia harus cepat mene mui Pui Ki Cong yang juga tinggal di kota raja, karena kalau gadis itu hidup lagi, menjadi liha i dan me mbalas denda m, tentu bukan hanya Louw Ti saja yang disiksa seperti itu, melainkan gadis itu tentu akan mencar i dia pula, dan tentu saja Pui Ki Cong! Gan Tek Un tidak tinggal di kota raja dan ada sesuatu yang me mbuat Cai Sun segan untuk menyampaikan berita mengejutkan tentang Louw Ti dan gadis bertahi lalat di dagunya itu kepada Tek Un. Bekas sahabatnya itu kini telah menjadi seorang pendeta! Dan telah condong bergaul dengan para pendekar, bahkan kabarnya Gan Te k Un yang telah me njadi pendeta itu kini berpiha k kepada para pendekar, menentang golongan hitam! Biar lah gadis itu mencar i dan me ne mukan Tek Un dan menyiksanya, pikirnya. Akan tetapi dia harus mencar i Pui Ki Cong, berunding dan bersa ma-sa ma mencar i daya upaya dan persiapan untuk menghadapi gadis itu kalau-kalau benarbenar gadis itu akan datang men cari mereka! Cai Sun tidak jadi pulang melainkan langsung saja dia pergi mengunjungi gedung te mpat tinggal Pui Ki Cong. Seperti telah kita ketahui, Pui Ki Cong adalah putera kepala jaksa Thian-cin. Kini usianya sudah tiga puluh tujuh tahun dan dia menikah dengan puteri seorang bangsawan di kota raja, masih kerabat keluarga kaisar. Karena ayah mertuanya adalah seorang pejabat tinggi di istana, maka Pui Ki Cong dengan mudah me mpero leh kedudukan pula sebagai seorang pejabat tinggi di bagian perpajakan. Kedudukannya itu me mbuat dia mudah mencari uang hara m dan me mbuat dia menjadi kaya raya dan terhormat. Dia tinggal di sebuah gedung yang terjaga oleh pasukan pengawal, hidup bersama isterinya yang bangsawan dan telah me mpunyai seorang putera yang berusia empat tahun. Seperti juga Cai Sun yang mata keranjang, Pui Ki Cong Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ setelah berkeluarga tidak pula meninggalkan kesenangannya itu, dan karena me miliki kesenangan yang sama, keduanya gemar mengejar paras cantik, ma ka selalu terjalin hubungan dekat antara Pui Ki Cong dan bekas pe mbantunya itu. Akan tetapi, sudah sebulan lebih Cai Sun t idak pernah berjumpa dengan bekas majikannya yang kini tidak pernah nampak keluar ke tempat pelesir, dan tentu saja amat heranlah hati Cai Sun ketika berkunjung ke rumah Pui Ki Cong, dia ditahan oleh para penjaga. Penjagaan di gedung itu a mat ketat, nampak belasan orang pengawal berjaga dengan senjata tombak dan golok di tangan. Para pengawal itu tentu saja mengenal Cai Sun yang sudah sering datang berkunjung, akan tetapi pada pagi hari itu, mereka menahan Cai Sun dan tidak diperbolehkan dia langsung masuk. "Eh" Apakah kalian tidak mengenalku lag i" Aku ada lah Koo Cai Sun, sahabat baik tuan muda Pui Ki Cong!" "Maaf, kami harus melaporkan dulu setiap orang tamu yang hendak berkunjung kepada majikan kami," kata kepala penjaga. Terpaksa Cai Sun menunggu dengan hati yang tidak ena k, dan kepala jaga lalu pergi melapor ke dalam. Tidak la ma kemudian, kepala jaga itu datang lagi dan Cai Sun dipersilakan masu k, akan tetapi diantar atau dikawal oleh dua orang pengawal! Hal ini merupakan hal baru baginya, akan tetapi walaupun merasa penasaran, terpaksa dia pun diam saja dengan hati mendongkol karena dia hanya seorang tamu yang harus tunduk a kan peraturan tuan rumah. Cai Sun merasa lebih heran lagi me lihat kenyataan betapa di gedung besar itu pun na mpak penjagaan yang ketat. Hampir di setiap sudut terdapat seorang pengawal berjaga. Ketika akhirnya dia disa mbut oleh Pui Ki Cong, dia me mandang dengan kaget. Tidak berjumpa dengan be kas maj ikan itu sebulan saja, kini Pui Ki Cong na mpak kurus dan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ pucat, pada matanya terbayang kegelisahan. Cai Sun me mandang penuh selidik. Putera kepala jaksa di Thian-ciri itu me mang masih na mpak ta mpan dengan pakaian yang mewah, akan tetapi tubuhnya yang memang sudah tinggi kurus itu kini kelihatan se makin kurus dan mukanya yang tampan agak pucat seperti orang yang baru sembuh dari penyakit berat. "Pui-kongcu, ada terjadi hal apakah?" Cai Sun bertanya, hatinya merasa semakin tidak enak karena langsung saja dia menghubungkan keadaan sahabatnya itu dengan keadaan Louw Ti yang mengerikan. "Rumah mu penuh dengan pengawal, dan engkau na mpak beg ini kurus dan pucat." Pui Ki Cong menarik napas panjang. "Duduklah, Toako, kebetulan sekali kau datang karena me mang a ku sebetulnya ingin bertemu dan bicara denganmu." Semakin tidak enak rasa hati Cai Sun ketika dia duduk berhadapan dengan bekas majikan itu. "Pui-kongcu, katakanlah kepadaku, ada urusan apakah yang membuat mu nampak begini gelisah?" "Urusan Ayahku...." "Ayahmu" Ah, apa yang terjadi dengan Pui-taijin?" Cai Sun masih pura-pura bertanya, padahal tentu saja dia sudah mendengar a kan peristiwa yang menimpa diri Jaksa Pui di Thian-cin itu. Dia sudah mendengar betapa Jaksa Pui itu kini masu k penjara karena dianggap memberontak dan kesalahan terhadap pembesar atasannya. "Koo-toako, jangan kau pura-pura lagi. Semua orang sudah mendengar akan apa yang terjadi dengan Ayahku." kata Ki Cong sambil me mandang taja m dengan alis berkerut. Wajah Cai Sun menjadi agak merah dan dia pun mengangguk. "Me mang sesungguhnya saya sudah mendengar berita angin bahwa Pui-taijin tertimpa musibah dan dihukum penjara oleh atasannya." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Tahukah engkau apa yang telah terjadi sehingga Ayahku tertimpa musibah seperti itu?" Cai Sun menggeleng kepalanya. "Saya tidak tahu, Kongcu, dan saya tidak berani me ncampuri....." "Dengar baik-ba ik, Toako, karena dalam urusan ini, engkau pun terlibat. Baru beberapa hari kemudian setelah ayah dipenjara, aku sempat berkunjung dan bertemu dengan ayah di dalam penjara. Ayah menceritakan semua yang telah terjadi dan ternyata bahwa ayah masuk penjara karena fitnah. Ada orang menukar batu-batu per mata yang oleh ayah diberikan kepada Kwa Taijin dengan batu-batu biasa. Batu-batu permata yang amat mahal harganya itu lenyap dicuri orang dan ditukar dengan batu-batu koral. Dan bukan itu saja, malam harinya ada orang mencuri cap kebesaran Kwa Taijin dan menye mbunyikan nya di dalam kamar ayah sehingga ketika diadakan penggeledahan, cap kebesaran yang hilang itu ditemukan di kamar ayah." "Ahhh....! Aneh sekali!" kata Cai Sun. "Siapakah yang me lakukan fitnah keji itu, Kongcu?" Pui Ki Cong menatap tajam wajah yang bulat itu. "Kootoako, coba kau terka, siapa kiranya orang yang mence lakakan Ayah itu?" Cai Sun merasa betapa jantungnya berdebar kencang, bulu tengkuknya mere mang karena dia merasa ngeri sekali. "Ia.... ia.... bukankah ia puteri Kim-kauwsu yang bernama Kim Cui Hong itu....?" Kini Pui Ki Cong yang terkejut bukan main. Dipegangnya lengan Cai Sun dan dengan suara gemetar dia bertanya, "Kootoako, bagaimana engkau dapat menduga begitu?" Cai Sun menarik napas panjang untuk menenangkan hatinya yang terlanda rasa takut. "Ceritakanlah dulu apa dugaanku itu benar, Kongcu." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Ki Cong me ngangguk. "Ayah sendiri tadinya tidak tahu siapa yang telah melakukan fitnah keji terhadap dirinya, akan tetapi ketika dia berada di dalam kamar tahanan, surat ini me layang kepadanya. Kau baca sendiri!" Ki Cong menyerahkan selembar surat kepada Cai Sun yang me mbacanya dengan muka pucat dan kedua tangan agak gemetar. "Kepala Jaksa Pui, ka mi mengucapkan selamat kepada mu!" "Mendiang guru silat Kim Siok sekeluarga." Keringat dingin me men uhi muka dan leher Cai Sun yang gemuk itu ketika dia menge mbalikan surat itu kepada Pui Ki Cong. "Tak salah lag i, tentu ia yang menulisnya...." "Koo-toako, ia siapakah" Bicaralah yang jelas!" "Kongcu, lupakah engkau akan gadis re maja puteri guru silat Kim Siok dari dusun Ang-ke-bun itu" Gadis manis yang bertahi lalat di dagunya" Kita..., kita telah me mbunuh ayahnya dan tunangannya dan kita..... kita telah me mperkosanya...." Pui-kongcu mengangguk-angguk dan meraba-raba dagunya, mengenangkan peristiwa tujuh tahun yang lalu. Tentu saja kini dia teringat akan semua itu. Seorang gadis man is yang angkuh dan galak sehingga dia pernah menerima tamparan tangan gadis itu. Akan tetapi dia telah memba las sakit hatinya sampai sepuasnya, bukan hanya me mbunuh ayah dan tunangan gadis itu, melainkan juga me miliki tubuh gadis itu sampai sepuasnya, selama tiga hari dia me mper ma inkan gadis itu sa mpai me njadi bosan. Dia lalu me mber ikan gadis itu kepada Thian-cin Bu-tek Sa m-eng. "Tapi, bukankah ia telah kalian bawa pergi dan kalian bunuh....?" "Itulah kecerobohan kami, Kongcu. Kami me le mparkan ia di dalam sebuah hutan, dalam keadaan hampir mati dan kami yakin bahwa binatang buas tentu akan me mbunuhnya. Akan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ tetapi ternyata ..... ah, ia hidup kembali dan agaknya hendak me mba las dendam kepada kita semua." "Tida k per lu takut! Sebaiknya kita menghubungi saudarasaudara Gan Tek Un dan Louw Ti untuk bersa ma-sama Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo menghadap i gadis itu. Masa kita harus takut menghadapi seorang anak perempuan seperti anak guru silat itu! Kalau ia terjatuh ke tanganku, sekali ini akan kuper mainkan ia sa mpai mati di depan mataku sendiri!" Ki Cong berkata dengan gemas. "Kongcu, Louw Ti..... Louw Ti.... dia... dia...." Melihat sikap Cai Sun seperti orang ketakutan, Ki Cong me mandang dengan alis ber kerut. "Ada apa dengan Louw Ti?" "Celaka, Kongcu, dia.... dia.... ah, gadis itu telah turun tangan terhadap Louw Ti. Karena itulah saya datang mene mui Kongcu. Baru saja di jembatan sana, saya bertemu dengan seorang gelandangan gila yang tubuhnya penuh cacat, dan dia adalah Louw Ti! Dia kehilangan segala-galanya, hartanya, rumahnya, anak isterinya dan tubuhnya sendiri cacat, bahkan dia telah menjadi gila, semua itu adalah perbuatan Kim Cui Hong, gadis puteri guru silat Kim di Ang-ke-bun itu!" "Ahhh....?"" Wajah Ki Cong menjad i se makin pucat. "Tapi..... tapi..... bukankah Louw Ti me miliki ilmu kepandaian yang tinggi" Bagaimana mungkin gadis itu dapat me mbikin dia cacat?" Cai Sun menggeleng-geleng kepala. "Entahlah, Kongcu, ketika Louw Ti masih ma mpu bercerita, dia berkata bahwa gadis itu kini lihai bukan main." "Mari kita temui dia, aku ingin mendengar send iri ceritanya." kata Ki Cong, mengajak Cai Sun untuk keluar. "Nanti dulu, Kongcu..." Cai Sun berkata dan ternyata mukanya yang bulat itu selain pucat juga penuh keringat dingin. Mendengar betapa gadis puteri guru s ilat Kim itu juga Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ sudah menjatuhkan denda mnya terhadap Jaksa Pui, dia menjad i sema kin gentar. "Agaknya.... tidak amanlah kalau kita berdua pergi keluar.... bagaimana kalau ia muncul?" Mendengar ucapan ini, Ki Cong terkejut. Tak disang kanya Cai Sun demikian berubah. Sikap jagoannya hilang dan kini dia menjad i seorang penakut. Dia tidak tahu bahwa me mang demikianlah watak orang yang suka bersikap kejam, seorang jagoan atau tukang pukul. Seorang tukang pukul bersikap kejam dan pemberani kalau menghadapi lawan yang sekiranya dapat ditundukkan. Akan tetapi begitu berhadapan dengan lawan yang lebih kuat, nampaklah wataknya yang sebetulnya. Dia seorang pengecut, seorang penakut yang hendak menye mbunyikan rasa takutnya di balik kekeja man terhadap pihak yang lebih lemah. Karena Cai Sun, bekas jagoannya itu memper lihatkan s ikap takut-takut, Ki Cong juga men jadi gentar dan dia lalu me mer intahkan sepasukan pengawal yang terdiri dari be lasan orang untuk men gawalnya keluar rumah bersa ma Cai Sun. Dengan adanya pasukan ini, besarlah hati Cai Sun dan dia pun me langkah dengan gayanya di samping Ki Cong, dengan sikap seolah-olah dia yang melindungi putera bekas jaksa Thian-cin itu! Mereka mene mukan Louw Ti yang kini sudah meninggalkan jembatan dan berusaha sedapatnya untuk pergi dari s itu. Ki Cong me mandang dengan mata terbelalak dan muka pucat. Dia pun mengenal Louw Ti, akan tetapi Louw Ti sekarang telah menjadi seorang yang cacat lahir batinnya. Mata kiri orang itu buta, tangan kiri buntung, tangan kanan tergantung seperti lumpuh, jalannya pun terpincang-pincang, kaki kanan pincang, kaki kiri diseret. Keadaan orang itu sungguh menyedihkan dan mengerikan. Dia tertawa-tawa, lalu menang is dan ketika melihat rombongan Pui Ki Cong mengha mpirinya, tiba-tiba dia terbelalak dan berteriak, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Jangan.... ah, jangan bunuh mereka..... ampunkan aku....!" Dan dia pun me larikan diri sa mbil terpincang-pincang menyeret kakinya. Wajah Ki Cong menjadi sema kin pucat me lihat keadaan Louw Ti. Juga Cai Sun mengikut i lar inya bekas rekan itu dengan hati penuh kegelisahan dan kengerian me mbayangkan betapa nasib seperti itu mungkin akan men impa dirinya. "Tida k!" Tiba-tiba dia me mbentak marah dan mengepal tinju tangan kanannya, mengacungkan ke atas. "Aku akan me lawannya, aku akan me mbunuh pere mpuan iblis itu!" "Tenanglah, Koo-toako. Sungguh menyedihkan se kali nasib Louw-toako. Mari kita kembali, kita harus me mbicarakan urusan ini dan me ngambil langkah-langkah de mi keselamatan kita." Cai Sun mengangguk dan mereka semua me mba likkan tubuh dan berjalan kembali menuju ke gedung te mpat tinggal Pui Ki Cong. Akan tetapi pada saat itu mereka mendengar suara ketawa seorang wanita, disusul kata-kata yang halus merdu. "Pui Ki Cong dan Koo Cai Sun, giliran kalian akan tiba. Tunggu sajalah!" "Setan!" Koo Cai Sun sudah mencabut senjatanya, yaitu sepasang siang-kek, tombak pendek yang bercagak dan dia me loncat ke arah datangnya suara tadi, dari kiri di mana terdapat sebuah bangunan tembok. Akan tetapi, dia hanya me lihat bayangan yang bertubuh langsing berkelebat dan bayangan itu pun lenyap dari situ. "Akan kuhajar perempuan iblis itu! Akan kuhancurkan kepalanya dengan kepalanku, akan kucabik-cab ik dagingnya dengan siang-kek ini!" Sumbarnya, namun dia m-dia m dia terkejut melihat betapa cepatnya bayangan tadi berkelebat dan bergerak. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Akan tetapi, Ki Cong sudah menjadi de mikian takutnya sehingga dia cepat-cepat mengajak Cai Sun dan pasukan pengawalnya untuk kemba li ke rumahnya. Setelah me mer intahkan para pengawalnya untuk melakukan penjagaan yang lebih ketat dan mendatangkan pasukan pengawal lain, Pui Ki Cong lalu mengajak Koo Cai Sun untuk berunding di da la m ruangan sebelah dala m. "Bagaimana baiknya sekarang?" tanya Ki Cong dengan suara agak gemetar. Melihat keadaan Louw Ti tadi, kemudian me lihat berkelebatnya bayangan yang mengeluarkan suara ancaman, dia menjadi ketakutan. Di lubuk hatinya, Cai Sun juga sudah takut setengah mati. Dia bukan seorang bodoh, melainkan cerdik dan licik sekali. Dia tahu bahwa wanita puteri g uru silat Kim itu muncul untuk me mba las denda m dan bahwa wanita itu kini lihai bukan ma in. Sudah terbukti ketika ia mencelakakan Pui-taijin kemudian menyiksa Louw Ti dan tadi pun kemunculannya me mbuktikan kelihaiannya. Dia dan keluarganya terancam! Dia harus dapat mempergunakan kecerdikannya untuk menyelamatkan keluarganya dan dirinya sendiri, di samping itu jangan sa mpai kelihatan sebagai seorang pengecut besar yang ketakutan. Maka dia pun tersenyum. Wajahnya yang bulat itu seperti terbelah menjadi dua ketika mulutnya terbuka lebar. "He-he-he, Pui-kongcu. Menghadapi anca man bocah setan itu, tidak perlu kita takut. Memang jelas bahwa ia tentu akan berusaha untuk mencelaka i kita, terutama sekali engkau, Kongcu, mengingat bahwa engkaulah musuh uta manya, akan tetapi aku yakin akan dapat mengatasinya. Pui-kongcu, me mang seba iknya kalau untuk se mentara waktu ini, kita bergabung untuk menghadapinya, dan juga aku merasa berkewajiban untuk me mbantu mu dalam meno lak anca man perempuan itu. Bagaimana kalau untuk sementara ini aku Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ me mbawa keluargaku tinggal di sini agar dapat menjaga keselamatan Kongcu?" Tentu saja Pui Ki Cong yang merasa gentar menghadapi ancaman gadis puteri Kim-kauwsu itu menjadi girang bukan ma in. Dia tidak tahu bahwa sebetulnya bekas pembantunya itu pun ketakutan dan ingin berlindung di gedungnya yang banyak dijaga para pengawal! "Baik sekali kalau begitu, Toako. Dan akupun akan mencari jagoan-jagoan di kota raja ini untuk melindungiku. Selain itu, juga aku akan me ngerahkan orang pandai untuk mencari dan me mbe kuk pere mpuan iblis itu." Girang sekali rasa hati Cai Sun. Memang itulah yang dikehendakinya. Selain dapat berlindung di gedung Pui Ki Cong dan dalam me nghadapi Kim Cu i Hong dia me mperoleh bantuan orang-orang pandai, juga dia dapat berjasa terhadap bekas majikan itu karena seolah-olah dia berada di s itu untuk me lindungi keselamatannya, bukan untuk mengungsikan keluarganya! 0-dw-0 Cui Hong me masu ki rumah ma kan yang tidak begitu ra mai itu. Rumah ma kan yang sederhana dan berada di ujung kota. Seorang pelayan restoran yang selama beberapa hari ini me layaninya, segera menyambut dengan senyum ra mah. Nona cantik ini me mang telah menjadi langganan restoran, setiap hari makan di situ. "Selamat siang, nona. Selamat duduk, dan nona pilih saja meja mana yang nona kehendaki. Banyak yang masih kosong, nona." pelayan itu menegur. Cui Hong mengangguk sed ikit lalu matanya menyapu ruangan. Memang tidak banyak tamu, hanya lima ena m meja yang ada orangnya. Mereka ini berkumpul di bagian depan, ma ka ia pun me milih meja di sudut agak belakang yang sepi. Hanya ada seorang tamu lain Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ duduk di meja belakang, hanya terpisah dua meja dari tempat yang dipilihnya. "Sediakan makanan seperti kemarin," kata Cui Hong singkat kepada pelayan itu yang mengangguk-angguk ra mah. Setelah pelayan itu mengundurkan diri untuk me mpersiapkan pesanannya, Cui Hong menga mbil te mpat duduk dan tanpa disengaja ia me ma ndang ke depan. Kebetulan se kali pada saat itu, pemuda yang duduk di meja la in, yang juga duduk sendirian saja, sedang memandangnya. Dua pasang mata bertemu dan Cui Hong segera me mbuang muka. Wajah seorang pria yang sangat menarik, pikirnya. Heran ia men gapa tiba-tiba saja ia tertarik kepada pria itu. Padahal, pria itu me mandangnya dengan sinar mata kagum yang demikian jujur, tidak mengandung s inar kurang ajar seperti yang seringkali ia lihat dalam pandang mata pria lain. Biarpun ia tidak pernah me mandang langsung, dari sudut kerling matanya ia beberapa kali menga mati keadaan pemuda berpakaian serba kuning itu. Pemuda itu bukan re maja lagi, tentu sudah tiga puluh tahun usianya, atau kurang pun hanya sedikit. Seorang pemuda yang berpakaian sederhana, dari kain kuning yang tidak mahal. Ra mbutnya yang hita m dan tebal agak keriting itu dige lung ke atas dan diikat dengan pita biru. Wajahnya tidak terlalu tampan, na mun ganteng dan penuh kejantanan, dengar, hidung mancung dan dagu meruncing me mbayangkan ketabahan dan kemauan besar. Sinar matanya lembut namun taja m, terbayang kejujuran di dalam pandang matanya. Bentuk tubuhnya sedang, dengan dada yang bidang dan leher yang nampak kuat. Melihat bentuk pakaiannya, tentu dia seorang pe muda petani, pikir Cui Hong yang merasa semakin heran melihat diri sendiri yang begini menaruh perhatian terhadap seorang pria yang tidak pernah dikenalnya. Padahal, biasanya ia belum pernah me mperhatikan seorang pria. Se menjak ia diperkosa dan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ diper mainkan e mpat orang laki-laki, kemudian ia ikut be lajar ilmu silat dari gurunya, ia tidak pernah tertarik kepada pria. Apalagi ketika ia mendapat kenyataan betapa pandang mata hampir semua orang pria yang ditujukan kepadanya selalu mengundang sifat kurang ajar, ingin menggoda, kekaguman yang mengandung nafsu, membuat ia teringat akan pandang mata e mpat orang pria musuh besarnya dan ia seperti tak pernah merasa tertarik atau suka kepada pria. Bahkan ada sedikit perasaan benci, menganggap bahwa semua pria adalah makhluk yang kejam dan hanya mengejar kesenangan nafsu berahi belaka! Inilah sebabnya mengapa ia merasa heran sendiri melihat ia merasa begitu tertarik kepada pria yang satu ini! "Ah, dia hanya seorang laki-laki....." Akhirnya Cui Hong mencela diri sendiri dan segera mengalihkan perhatiannya kepada hidangan yang baru saja dikeluarkan oleh pelayan. Sambil makan ia me mikirkan dan mencari siasat untuk menghadap i dua orang musuhnya. Setelah berhasil me mba las dendam terhadap Louw Ti, ia me lakukan penyelidikan dan dengan mudah saja ia dapat menemukan di mana tinggalnya Pui Ki Cong dan Koo Cai Sun. Segera ia melakukan penyelidikan tentang keadaan hidup dua orang musuh besarnya itu. Ia sempat melihat rombongan Ki Cong dan Cai Sun yang dikawal be lasan orang perajurit mene mui Louw Ti yang telah menjadi gila di je mbatan itu, dan ia se mpat pula mengejek dan menganca m dua orang musuh besarnya. Kalau ia menghendaki, tentu pada waktu itu juga ia dapat menyerangnya dan meluka i mere ka. Akan tetapi tidak, ia tidak mau dan tidak mau menimbulkan keributan, apalagi harus menga muk di antara pasukan pengawal. Ia harus mencari siasat yang tepat dan baik. Sakit hati yang dider ita Cui Hong terlalu besar sehingga me mpengaruhi seluruh hidupnya, me mbentuk suatu watak tersendiri terhadap musuh-musuh besarnya. Ia ingin Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ men ikmati keman isan pe mba lasan denda m sedikit de mi Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo sedikit! Ia tidak tergesa-gesa. Sudah hampir de lapan tahun ia menahan sakit hati, sudah bertahun-tahun ia bersabar, maka sekarang pun ia tidak tergesa-gesa. Bagaikan seekor kucing yang melihat dua ekor tikus yang akan dijadikan korban, ia tidak tergesa-gesa menerkam mere ka, melainkan hendak me mper ma inkan sepuasnya, seperti ketika ia diper ma inkan oleh musuh-musuhnya dahulu! la ingin melihat mereka mender ita ketakutan, kengerian dan akhirnya barulah ia akan turun tangan me mbuat mereka menderita badan. Ia ingin mereka men derita lahir batin secara hebat, seperti yang pernah dideritanya dahulu oleh perbuatan mereka. Betapa nikmat dan man isnya melakukan pemba lasan dendam seperti ini! Seperti orang makan hidangan lezat, tidak segera ditelannya, melainkan dikunyahnya perlahan-lahan, demikian pikir Cui Hong sambil mengunyah makanannya. Ia tidak tahu bahwa pria berpakaian kuning itu, yang tadi tidak mau me mandang kepadanya secara langsung, kini menatapnya dengan penuh perhatian dan penuh kagum, selagi ia mencurahkan perhatiannya kepada ma kanannya. Selama beberapa hari ini, Cui Hong diam-dia m mengikuti semua gerak-gerik dua orang musuhnya. Ia seringkali tersenyum mengejek me lihat kesibukan mereka, melihat betapa Cai Sun me mbawa se mua keluarganya, mengungsi ke rumah gedung Pui Ki Cong, ....... Halaman gak ada dan ia pun me lihat yang ada hanyalah seorang pemuda yang telah melukai para perajurit pengawal dan aku sebagai seorang kepala pengawal. "Menyerahlah untuk kutangkap dan aku pun tidak akan me mpergunakan senjata terhadap dirimu." Tan Siong me ngangguk. "Baiklah, ini urusan pribadi dan tidak ada sangkut-pautnya dengan Siauw-lim-pai maupun Kun-lun-pai. Akan tetapi aku tidak merasa bersalah, maka terpaksa aku menolak untuk menyerah dan ditangkap." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Su-toako, pemuda ini so mbong sekali. Kalau tidak diberi hajaran tentu akan memandang rendah kepada kita!" teriak Cai Sun marah karena dia merasa khawatir kalau-kalau rekannya itu akan berda mai dan tidak me lanjutkan perkelahian melawan pe muda itu. Dia sendiri sudah menggerakkan pedang di tangannya melakukan serangan dahsyat yang disambut oleh Tan Siong dengan tenang. Melihat ini, terpaksa Su Lok Bu maj u lagi me lakukan serangan dengan sepasang pedangnya. Juga dua orang pengawal me mbantu dengan pedang mere ka. Tiba-tiba muncul seorang laki-laki pendek berkulit putih dan berperut gendut, dengan rambut dan jenggot putih se mua. "Penjahat muda yang nekat, lihat golok besarku!" bentak orang itu dan begitu tiba di s itu, dia me mbentak dan menggerakkan sebatang golok besar dan berat dengan gerakan yang amat dahsyat. Suara golok itu se ma kin berdesing-desing dan menya mbar-nyambar ganas menyerang Tan Siong. Tentu saja Tan Siong terkejut bukan main karena golok itu tidak kalah bahayanya dengan sepasang pedang di tangan Su Lok Bu! Orang yang baru datang ini adalah Cia Kok Han yang menyusul re kannya dan begitu melihat rekan-rekannya mengeroyok seorang pemuda yang amat liha i dan me lihat ada empat orang pengawal yang terluka, dia pun segera maju mengeroyok. Kini Tan Siong kewalahan sekali, apa lagi karena dia tahu bahwa yang baru datang ini tentulah seorang Bu-tong-pai hatinya merasa semakin ragu dan khawatir. Karena itu, gerakan pedangnya agak.... Halaman gak ada ...... nanti kemanisan balas denda m sepenuhnya tanpa gangguan orang lain. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Napsu yang me mbakar hati Cui Hong mirip dengan napsu yang me mbakar d iri Kai Sun atau Ki Cong ketika me mper kosa wanita itu tujuh tahun yang lalu. Dan untuk menjatuhkan pembalasan denda mnya, Cui Hong seperti seekor kucing yang tekun dan sabar mengintai tikus-tikus ca lon korbannya, kini dengan amat sabarnya menanti saat baik dan me ncari-cari siasat bagaimana agar ia dapat berhadapan dengan dua orang musuh besar itu tanpa adanya gangguan orang lain. Tiba-tiba Cui Hong dikejutkan dari la munannya oleh suara ketawa seorang laki-laki. Ia mengangkat mukanya dan melihat seorang laki-la ki berus ia tiga puluhan tahun, ber muka penuh bopeng dan bertubuh tinggi besar, berdiri dekat mejanya dan sedang me mandang kepadanya sambil tertawa terkekehkekeh. Masih ada lag i tiga orang laki-laki lain, te man-teman dari orang yang kini berada di dekat mejanya, berada di meja sebelah kirinya, dan mereka pun tertawa-tawa dan me mberi semangat kepada s i muka bopeng. "Hayo, A-cauw, apakah engkau kehilangan nyalimu setelah berhadapan dengan wanita cantik?" de mikian antara lain orang itu berkata. Agaknya laki-laki yang berada di dekat meja Cui Hong itu bernama A-cauw dan kini dia me mbungkuk dengan s ikap hormat dibuat-buat kepada Cui Hong. "Nona, apakah Nona sendirian saja ma kan di sini?" Cui Hong ma klum bahwa laki-laki ini hendak kurang ajar, akan tetapi ia tidak mau mencari keributan. Dengan suara datar ia pun menjawab, "Benar, aku duduk dan makan sendirian. Ada sangkutan apakah hal itu dengan dirimu?" "Begini, Nona. Aku dan teman-teman ku itu, kami berempat baru saja menang taruhan, dan kami mengadakan pesta di restoran ini. Melihat Nona seorang diri saja, kami bere mpat ingin sekali mengundang Nona untuk makan bersama kami, bersenang-senang dan ikut menghabiskan uang kemenangan kami." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Cui Hong mengerutkan alisnya dan ingin mena mpar muka yang bopeng itu. Akan tetapi ia menahan diri. Ia sedang berada di kota raja dan dengan tugas yang a mat penting. Kalau ia me mbuat ribut tentu akan menarik perhatian, apalagi kalau sampai ia me mperlihatkan kepandaiannya, tentu akan men imbulkan kecurigaan. Ia harus merahasiakan dirinya agar tidak ada yang tahu bahwa ia adalah Kim Cui Hong yang sedang berusaha membalas denda m terhadap musuhmusuhnya. Untuk ini pula ia sudah bersusah payah menghias mukanya dengan penyamaran sehingga tahi lalat di dagunya juga tidak na mpak. Ia percaya bahwa seperti juga Louw Ti, musuh-musuhnya yang lain tidak akan dapat mengenalnya tanpa adanya tahi lalat di dagunya itu. Kalau kini ia me layani segala urusan kecil seperti gangguan laki-laki kurang ajar ini, hai itu amat berbahaya karena dapat membocorkan rahasia tentang dirinya yang hendak dirahasiakan. Pula, sejauh ini, laki-laki bermuka bopeng itu belum me mperlihatkan sikap kurang ajar, bahkan me mpersilakannya dengan sopan, walaupun kesopanan itu dibuat-buat. "Terima kasih, Saudara. Akan tetapi aku sudah kenyang, maka terpaksa aku tidak dapat menerima undanganmu. Terima kasih, aku ma lah sudah selesai makan dan hendak pergi." Berkata demikian, Cui Hong bangkit dan me mberi isyarat kepada pelayan untuk datang agar ia dapat membayar harga ma kanan dan perg i secepatnya dari situ. Akan tetapi, ketika pelayan itu datang dengan sikap takut-takut Si Muka Bopeng me mbentaknya, "Mau apa kau" Pergi!" Pelayan itu mundur lagi dengan muka me mbayangkan ketakutan. Hal ini menyadarkan Cui Hong bahwa e mpat orang itu me mang sudah dikenal di situ dan agaknya sudah biasa ditakuti orang. "Nona, seorang gadis secantik engkau tidak patut kalau makan sendirian, maka mar ilah ikut bersama kami, Nona. Nanti kami a kan mengantar Nona pulang. Di manakah Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ rumah mu dan siapa pula nama mu, Nona?" Si Muka Bopeng kini se makin beran i dan pertanyaan-pertanyaannya itu mulai kurang ajar. "Apakah sudah ada yang punya, Nona man is?" terdengar seorang temannya berteriak dari meja sebelah. "Aihh, jangan jual mahal, Nona manis," kata yang lain. "Ka mi baru saja mendapat rejeki besar, jangan khawatir, kami ma mpu me mber i hadiah besar kepadamu, Nona man is" sambung orang ke tiga. O0oodwoo0O Jilid 7 MENDENGAR ucapan-ucapan itu dan me lihat sikap mereka. Cui Hong mulai naik darah. Ia merasa serba salah, menghajar mereka berarti akan me mbuka rahasianya. Mendiamkan saja, mereka tentu akan semakin kurang ajar dan ia tidak akan kuat menahan kesabarannya lagi. Akan tetapi pada saat itu, terdengar suara seorang laki-laki yang terdengar tegas dan halus, biarpun penuh dengan nada teguran. "Saudara-saudara adalah laki-la ki, maka tidak sepatutnya kalau mengganggu seorang wanita baik-baik di tempat umum. Nona ini sudah ma kan dan meno lak undangan kalian, kenapa me ngeluarkan ucapan yang tidak sopan?" Cui Hong cepat me mandang dan ternyata yang menge luarkan kata-kata itu adalah pe muda yang berpakaian kuning yang tadi duduk seorang diri di sudut belakang. .Kini pemuda itu telah bangkit dari tempat duduknya dan me mandang kepada Si Muka Bopeng dengan s inar mata penuh teguran. Tentu saja Si Muka Bopeng menjadi marah. Mukanya berubah merah sekali. Dia dan kawan-kawannya terkenal Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ sebagai jagoan-jagoan di lorong itu, dan kini seorang pe muda yang asing berani menegur mereka! Si Muka Bopeng men inggalkan meja Cui Hong dan cepat melangkah mengha mpiri meja Si pe muda berpakaian kuning dengan mata me lotot dan tangan terkepal. Akan tetapi dia berhati-hati, ingin tahu dulu siapa adanya orang yang berani menegur dia dan teman-temannya. Di kota raja banyak terdapat orang pandai dan golongan-golongan yang kuat, maka dia tidak boleh salah tangan menentang orang yang leb ih tinggi kedudukannya atau leb ih kuat. Memang, di bagian ma na pun di dunia ini, orang-orang yang suka bertindak sewenangwenang, yang suka me mpergunakan kekerasan untuk menekan orang la in, selalu me miliki watak pengecut dan beraninya hanyalah kepada orang-orang yang lebih lemah dari padanya. Sekali bertemu yang lebih kuat atau lebih tinggi kedudukannya, maka akan na mpaklah wataknya yang aseli dan dia a kan berubah dari s inga buas menjadi seekor do mba yang mengembik, menjad i seorang penjilat yang tidak mengenal malu. "Siapakah engkau, berani menca mpuri urusan kami?" bentak Si Muka Bopeng. Juga tiga orang kawannya sudah bangkit berdiri dan me mandang ke arah pe muda berpakaian kuning itu dengan mata me lotot dan muka menganca m. Dengan sikap mas ih tenang pe muda itu menjawab, "Na maku Tan Siong dan aku tidak ber maksud menca mpuri urusan kalian, me lainkah hanya menasihatkan bahwa tidak sepatutnya laki-laki menggoda wanita di tempat umum." "Perduli apa engkau" Apa sih kedudukan dan pekerjaan mu maka engkau berani menentang kami?" Si Muka Bopeng kembali bertanya karena dia mas ih ragu-ragu untuk turun tangan terhadap pemuda yang belum dikenalnya ini. Sementara itu, sambil me lirik dan mengikuti peristiwa itu dengan sudut matanya, Cui Hong men ghampiri pe layan dan menyerahkan pembayaran harga makanannya. Akan tetapi ia Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ masih berdiri di de kat pintu, me mandang ke arah dua orang laki-laki yang sedang bertengkar itu. Hatinya semakin tertarik karena pemuda berpakaian kuning itu bersikap de mikian tegas, jujur dan penuh dengan keberanian. juga hatinya senang sekali karena pemuda itu telah me mbe lanya, walaupun ia yakin bahwa pemuda itu akan me mbela wanita mana pun yang diganggu orang. Pemuda itu tidak me mbela pribadinya, me lainkan me mbe lanya karena ia wanita yang mengalami gangguan laki-la ki kurang ajar . "Aku tidak mempunyai kedudukan apa-apa, dan pekerjaanku adalah bertani Aku seorang perantau yang baru saja masuk ke kota raja dan kebetulan melihat apa yang kalian lakukan terhadap Nona itu. Aku hanya memberi nasihat kepada kalian, tidak ber ma ksud buruk.. Mendengar bahwa pemuda itu hanya seorang petani dan perantau, Si Muka Bopeng men jadi marah sekali. "Keparat! Kiranya hanya seorang petani dusun busuk! Berani engkau menegur aku" Tidak tahu engkau siapa aku" Aku adalah Si Harimau Sakti, jagoan di kota raja. Manusia usil maca m engkau ini harus dihajar!" Dan Si Muka Bopeng lalu menendang meja di depannya itu. "Brakkk....!" Meja itu terpelanting, berikut man gkok piring dan semua benda itu menabrak pe muda berpakaian kuning. Ada kuah sayur me mercik ke pakaian pe muda dusun itu yang terpaksa melangkah ke belakang dan agak terhuyung karena meja itu men impa dadanya cukup keras. Melihat ini, Cui Hong mengerutkan alisnya. Pemuda itu adalah pemuda dusun yang sama sekali tidak pandai ilmu silat. Kalau pemuda itu pandai ilmu silat, tentu akan dapat menghindarkan d iri dengan mudah. Akan tetapi, kenyataan ini me mbuatnya semakin kagum. Kalau pe muda itu gagah perkasa, maka tidak aneh kalau dia berani menentang Si Muka Bopeng yang berjuluk Harimau Sakti itu bersama temantemannya. Akan tetapi, pemuda tani ritu t idak panda i ilmu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ silat namun berani menentang. Kegagahan ini amat mengagumkan hatinya dan ia pun siap untuk me lindungi pemuda itu kalau sa mpai terjadi perkelahian karena ia dapat menduga bahwa tentu pemuda tani itu akan disiksa oleh Si Muka Bopeng dan kawan-kawannya yang kini sudah datang beramai-ramai dan mengep ung pe muda itu. "Toako, perlu apa banyak bicara dengan cacing tanah ini" Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Hajar saja dia agar dia tahu rasa dan tahu diri! " kata seorang teman Si Muka Bopeng yang hidungnya pesek. "Ya, mar i kita pukul dia setengah mati!" teriak yang la in. Melihat sikap mereka, pemuda yang bernama Tan Siong itu kelihatan penasaran, akan tetapi sedikit pun tidak nampak rasa takut me mbayang di wajahnya. "Kiranya kalian adalah orang-orang yang suka melakukan kejahatan. Aku tidak takut karena aku percaya bahwa di kota raja ini tentu berlaku hukum yang melindungi orang-orang yang tidak bersalah." "Heh-heh-heh, siapa yang akan melindungimu" Aku akan menghajar mu, siapa yang akan melarang" Di sini tidak ada hukum, hukumnya berada di dalam genggaman tanganku." "He mm, siapa bilang di sini tidak ada hukum?" Tiba-tiba terdengar suara keras dari ambang pintu muncul ah tiga orang. Orang- terdepan adalah seorang laki-laki berusia e mpat puluh tahun leb ih, berperut gendut, mukanya putih bersih berbentuk bulat, wajahnya nampak ge mbira dan ramah, pakaiannya indah-indah dan di pinggangnya tergantung sepasang tombak pendek bercagak. Di belakangnya masuk dua orang laki-laki berusia lima puluhan tahun, yang seorang pendek putih gendut, yang ke dua tinggi besar hitam. Hanya tiga orang ini saja yang me masuki restoran, mas ih ada dua belas orang perajurit yang menanti di luar rumah ma kan itu. Cui Hong yang tadi lebih dulu me lihat tiga orang ini. Melihat orang pertama, diam-dia m ia terkejut. Orang itu bukan lain adalah Koo Cai Sun! Dan dua orang kakek di be lakangnya adalah Cia Kok Han dan Su Lok Bu, dua orang jagoan yang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kini menjadi kepala pengawal di rumah gedung keluarga Pui Seperti biasa, setiap kali me lihat wanita cantik, sepasang mata Cai Sun mulai ma in dengan lirikan genit dan senyum penuh gaya. Dan dia pun langsung saja me mperlihatkan kekuasaan dan pengaruhnya juga hendak mema mer kan "kebaikan nya" kepada wanita cantik yang begitu d ilihatnya me mbuat hatinya terguncang keras karena kagum itu. Sementara itu, empat orang jagoan yang ternyata hanyalah jagoan-jagoan kecil yang banyak berkeliaran di kota-kota besar begitu me lihat masu knya Koo Cai Sun, menjadi terkejut dan seketika sikap mereka berubah. Bagi mere ka Koo Cai Sun adalah seorang jagoan yang lebih besar, baik kedudukannya maupun ke kuatannya. "Aihh, kiranya Koo-enghiong yang datang!" kata Si Muka Bor-ng. "Maafkan, kami sedang menegur seorang pemuda tani yang tidak tahu diri, berani hendak menentang kami berempat. " Koo Cai Sun melirik ke arah Cui Hong dan kemudian mengangkat muka me mandang pe muda berpakaian kuning itu. "Siapakah kamu dan apa yang telah terjadi di sini?" tanyanya, sikapnya demikian angkuh seolah-olah ia berpangkat hakim yang berwenang untuk me meriksa seseorang! Pemuda itu menjura dengan sikap hor mat, mengira bahwa penanya itu tentulah seorang pembesar. "Saya bernama Tan Siong, ketika saya sedang makan di sini, saya melihat empat orang saudara ini mengganggu Nona di sana itu. Saya lalu menegur untuk menasehati mereka, akan tetapi mere ka malah marah dan henda k me mukul saya, bahkan me mbalikkan meja saya." Koo Cai Sun kemba li melirik ke arah Cu i Hong dan dia lalu bertolak pinggang me nghadapi Si Muka Bopeng. "Hem, bagus sekali perbuatan kalian, ya" Berani mengganggu seorang gadis di tempat umum! Apa kalian kira di s ini tidak ada Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ hukum" Se la ma aku di s ini, kalian tidak boleh berbuat sewenang-wenang. Hayo cepat kalian minta maaf kepada Nona itu!" Si Muka Bopeng dan teman-te mannya saling pandang dengan bingung. Mereka cukup mengenai Cai Sun, seorang yang paling suka kepada perempuan cantik dan sering pula me mpergunakan kepandaian dan uangnya untuk me ma ksa perempuan cantik yang dikehendakinya. Akan tetapi kini bersikap sebagai seorang satria yang hendak melindungi seorang perempuan. Akan tetapi Si Muka Bopeng itu agaknya mengerti. Tentu Cai Sun hendak mencari muka kepada gadis cantik itu, pikirnya! Dia dan kawan-kawannya tidak berani me mbantah. Keempatnya lalu mengha mpiri Cui Hong, menjura dan Si Muka Bopeng ber kata, "Harap Nona suka me maafkan kelancangan kami tadi." Akan tetapi Cui Hong hanya mengangguk dan ia pun sudah me mba likkan tubuhnya dan melangkah pergi dari rumah makan itu. Hati send iri terlalu tegang berhadapan dengan Cai Sun, seorang di antara musuh-musuh besarnya, bahkan merupakan orang ke dua sesudah Pui Ki Cong, yang paling hebat menghinanya tujuh tahun yang lalu. Maka, ia tidak mau menge luarkan suara, takut kalau-kalau suaranya akan terdengar gemetar saking menahan kemarahan dan kebenciannya. "Kalian harus mengganti semua kerusakan di sini." kata Cai Sun dengan suara keras, dengan maksud agar terdengar oleh Cui Hong yang meninggalkan tempat itu. Pemuda berpakaian kuning itu la lu menjura kepada Cai Sun dan berkata, "Terima kasih atas kebija ksanaan Tuan." Cai Sun hanya mengangguk. Memang tidak ada sed ikit pun juga maksudnya untuk meno long atau me mbe la pe muda tani itu. Andaikata di s itu tadi tidak ada gadis cantik itu, agaknya ia pun tidak akan peduli apakah pemuda tani ini akan dihajar setengah mati ataukah dibunuh sekali pun! Pemuda itu pun Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ cepat meninggalkan rumah makan setelah me mbayar harga makanan. Cai Sun me mang datang ke rumah makan itu untuk menja mu Cia Kok Han dan Su Lok Bu, dua orang rekan barunya yang dianggap cukup kuat untuk me mbantunya menghadap i Kim Cui Hong. Dia sudah me mbuktikan send iri betapa hebatnya kepandaian dua orang ini, tingkat mereka bahkan lebih tinggi daripada tingkatnya. Dengan adanya kedua jago ini, dia sama sekali tidak takut akan ancaman gadis puteri Kim-kauwsu itu. Kalau saja di situ tidak ada dua orang kakek jagoan ini, tentu dia me mbayangi gadis cantik tadi untuk dirayunya karena dia sudah tergila-g ila kepada gadis yang cantik man is tadi. Akan tetapi setidaknya dia telah berdaya dan gadis itu tentu berterima kasih kepadanya, pikirnya. Tentu sudah ada kesan baik dalam hati gadis itu mengenai dirinya, dan kalau lain kali dapat bertemu kembali, hemm, tida k akan sukar me nundukkannya! "Nona, mari ikut bersama ku, cepat!" Cui Hong meno leh dan melihat bahwa pemuda berpakaian kuning tadi telah berjalan dengan cepat mengejarnya dan me mber i isyarat kepadanya untuk mengikutinya. Tentu saja ia merasa heran, bahkan ada perasaan kecewa menyelubungi hatinya. Apakah pemuda ini, yang tadi sempat menarik perhatiannya dan membangkitkan rasa kagumnya, pada kenyataannya hanyalah seorang laki-laki biasa saja, seperti yang lain-la innya dan yang selalu menyembunyikan pa mrih di balik se mua sikap dan perbuatannya terhadap seorang wanita" Seorang pe muda yang me mpergunakan kehalusan sikapnya untuk me mikat seorang gadis, dan kini, setelah merasa bahwa dia tadi melindungi dan me mbelanya, pemuda itu lalu me mperlihatkan watak yang sesungguhnya dan mengajaknya ikut ke rumahnya untuk minta imbalan jasa" Akan tetapi, pandang mata pe muda itu de mikian serius, sedikit pun tidak na mpak ma ksud kurang ajar. Dan karena Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ me mang ingin sekali tahu dan mengenal pe muda ini lebih menda la m untuk mengetahui apakah benar pemuda ini seorang laki-laki yang patut dikagumi. 'Cui Hong tidak banyak berpikir lagi dan segera mengangguk dan mengikuti pe muda itu. "Cepat, ke sini....!" Berkali-kali pe muda itu berseru dan nampak tergesa-gesa mengajak Cui Hong keluar masuk lorong sempit di antara rumah-rumah di dalam kota raja itu. Akhirnya, dengan mengambil jalan melalui lorong-lorong sempit, mereka tiba di ujung selatan kota raja dan pemuda itu mengajaknya untuk me masu ki sebuah kuil tua yang nampaknya sudah tidak terpakai lagi. Di depan kuil itu na mpak beberapa orang gelandangan berteduh. Mereka adalah para tuna wis ma yang me mpergunakan kuil tua itu sebagai te mpat berteduh mereka. Agaknya pemuda itu sudah biasa me masu ki kuil tua itu sehingga para pengemis itu t idak ada yang me mperhatikannya, walaupun ada beberapa orang yagg meno leh dan me mandang heran melihat betapa pemuda itu datang bersama gadis de mikian cantiknya. Cui Hong merasa semakin heran dan hatinya tambah tertarik. Dengan hati yang agak tenang dan menduga-duga, ia pun terus mengikuti pemuda itu masuk kuil rusak yang sudah tua itu dan akhirnya pemuda yang menga ku berna ma Tan Siong itu berhenti di ruangan belakang yang biarpun sudah rusak dan tidak terawat, namun lantainya sudah dibersihkan. Di s itu tidak terdapat lain orang kecua li mereka berdua. "Nah, di sini kita a man sudah." kata Tan Siong sa mbil menarik napas panjang, wajahnya yang tadi serius nampak lega. Kembali timbul kecurigaan di dalam hati Cui Hong. Benarkah kekhawatirannya tadi bahwa pemuda ini ber maksud kurang ajar terhadap dirinya" "Apakah artinya semua ini" Apa maksudmu mengajak aku pergi ke s ini dengan tergesa-gesa seperti menyembunyikan diri?" Cui Hong bertanya sambil menatap tajam. Pe muda itu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ balas me mandang dan kembali, seperti terjadi di dalam rumah makan tadi pada saat mereka berte mu pandang untuk pertama kali, dua pasang mata itu berte mu pandang, bertaut dan sampai la ma mereka saling pandang, seolah-olah dua pasang mata itu saling menjajagi dan s inarnya saling melekat, sukar dipisahkan lagi. Akhirnya pe muda itu yang menundukkan sinar matanya karena dia harus menjelaskan tindakannya yang agaknya menimbulkan keheranan dan kecurigaan wanita itu. "Maafkan aku, Nona, tadinya aku tidak sempat menje laskan, dan terima kasih bahwa engkau begitu percaya kepadaku dan me menuhi permintaanku tanpa ragu-ragu." Lega rasa hati Cui Hong. Bukan begini s ikap seorang pria yang hendak berbuat kurang ajar, pikirnya, la tersenyum dan kembali pe muda itu terpesona. Biarpun usianya sudah tiga puluh tahun, na mun selama hidupnya, rasanya baru sekali ini dia me lihat senyuman yang demikian man is, demikian menyentuh perasaannya. "Tida k ada maaf dan tidak perlu berterima kasih. Yang penting jelaskan apa maksudnya engkau mengajak aku bersembunyi di sini." "Nona, sungguh a ku merasa kagum dan heran sekali me lihat betapa dalam keadaan terancam bahaya tadi, Nona bersikap de mikian tenangnya, bahkan sampai sekarang engkau seperti tidak merasa bahwa dirimu terancam bahaya. Empat orang tadi, apakah engkau kira akan mau sudah begitu saja, Nona" Mereka tentu akan mencari dan mengejar mu, dan karena itulah, sebelum mere ka keluar dari ru mah makan, aku cepat mengejar mu dan mengajakmu perg i berse mbunyi, dan di te mpat ini mere ka tentu tidak akan mene mukan mu." Hampir Cui Hong tertawa geli. Pe muda ini terlalu khawatir, padahal pe muda ini send iri tadi de mikian tabah menghadapi empat orang itu walaupun dia t idak panda i ilmu silat sed ikit Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ pun. Kenapa pe muda ini tidak mengkhawatirkan diri sendiri, sebaliknya amat mengkhawatirkan dirinya" "Tapi, bukankah tadi muncul orang yang mereka takuti?" "Aih, Nona, apakah Nona tidak dapat menduga" Orang gendut tadi jelas me miliki kedudukan atau kekuasaan yang lebih t inggi daripada e mpat orang itu, dan dengan adanya orang tadi, Si Muka Bopeng tidak berani mengganggumu. Akan tetapi, jelas bahwa di antara mereka ada hubungan, buktinya Si Muka Bopeng de mikian men ghormat, dan aku me lihat bahwa Si Gendut yang baru datang tadi lebih jahat" dan berbahaya lagi bagi dirimu." "Ehhh...?" Cui Hong benar terkejut. Pemuda ini me mang dapat menduga dengan amat cepatnya! Tentu saja Koo Cai Sun jauh lebih berbahaya daripada empat orang bajingan kecil tadi. "Bagaimana kau bisa tahu bahwa orang yang baru datang tadi lebih jahat dan berbahaya" Apakah engkau mengenalnya?" Tan Siong mengge leng kepalanya. "Aku tidak mengenalnya, Nona, akan tetapi siapapun dapat melihat bahwa dia me mpunyai niat buruk di dalam benaknya tehadap dirimu, ketika dia melirik ke arahmu, Nona. Dan melihat senjata di pinggangnya itu.... hemm, aku sungguh khawatir terhadap keselamatan mu, maka aku segera menyusul dan mengajakmu dan lari bersembunyi ke sini." Ketika menyadari bahwa sejak tadi mere ka hanya bercakap-cakap sambil berdiri saja, Tan Siong lalu cepat me mpersilakan Cui Hong duduk. "Silakan duduk, Nona. Akan tetapi maaf, tidak ada tempat duduk yang layak di sini. Lantainya sudah kubersihkan dan kita hanya dapat duduk di atas lantai." Cui Hong men gangguk dan melihat pe muda itu duduk, ia Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo pun duduk bersimpuh d i atas lantai dan memandang ke kanan kiri. "Te mpat ini adalah sebuah kuil tua yang tidak dipakai lagi. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Mengapa engkau tinggal di te mpat ini" Bukankah engkau tadi mengatakan bahwa engkau seorang petani dari luar kota?" Tan Siong menarik napas panjang. "Benar, Nona. Namaku Tan Siong dan pekerjaanku selama ini hanya bertani.... dan bertahun-tahun aku tinggal di pegunungan yang sunyi. Aku datang ke kota raja ini karena hendak mencari seorang Pamanku. Karena belum berhasil, untuk menghemat biaya karena bekalku tidak banyak, aku menga mbil keputusan untuk me lewatkan malam di te mpat ini. Dan, kalau boleh aku mengetahui, siapakah na ma mu, Nona, dan di mana engkau tinggal?" "Na maku..." Cui Hong teringat bahwa ia harus menye mbunyikan rahasia dirinya, maka disa mbungnya cepat, Cin Hwa, she Ok, dan aku.... aku pun sebatangkara di kota raja ini. Aku seorang yatim piatu..." Tan Siong me ma ndang dengan penuh selidik dan a lis berkerut, agaknya dia merasa heran karena melihat betapa pakaian gadis itu cu kup indah dan mahal, dan betapa seorang yang demikian cantik jelita hidup seorang diri saja di dunia ini! "Tapi.... tapi kau.. .. benar-benar hidup sendirian saja, Nona?" tanyanya, seperti tidak percaya. Cui Hong maklum bahwa tentu pemuda itu heran melihat pakaiannya yang indah dan mahal. "Aku me mang hidup sendirian saja, akan tetapi aku menerima peninggalan warisan yang cukup banyak dari orang tuaku. Untuk kehidupanku, aku tidak khawatir, dan a ku suka sekali pesiar." Ia merasa bahwa ia telah bicara terlampau banyak, maka ia pun bang kit berdiri. "Sudahlah, Saudara Tan Siong, aku harus perg i sekarang dan terima kasih atas semua kebaikanmu terhadap diriku " Tan Siong juga ikut bangkit. "Tapi, Nona Ok Cin Hwa... alangkah berbahayanya kalau engkau keluar dari sini. Bagaimana kalau sampa i bertemu dengan mereka bere mpat yang tentu masih penasaran dan sedang mencar i-carimu?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Cui Hong tersenyum man is. "Aku tidak takut. Bukankah selama ini a ku pun merantau seorang diri dan selalu se la mat" Aku tidak khawatir, karena bukan kah seperti kaukatakan tadi, di kota raja ini terdapat hukum yang melindungi orang-orang yang tidak berdosa?" "Benar, itu untuk diriku, Nona. Siapa yang akan mengganggu aku dan untuk apa mengganggu aku, seorang laki-laki yang tidak punya apa-apa. Akan tetapi engkau! Engkau begini. ah, keadaan mu...." Cui Hong me ma ndang taja m dan senyumnya masih menghias bibirnya yang merah me mbasah bukan karena gincu. "Begini..... apa, Saudara Tan Siong?" tanyanya mendesak. "Maaf engkau begini cantik jelita dan pakaian mu.... menunjukkan engkau me miliki uang. Keadaan dirimu dan pakaian mu itu saja sudah cukup untuk me mbangkitkan se lera buruk da la m hati orang-orang jahat." Untuk ke tiga kalinya Cui Hong merasa heran terhadap hatinya sendiri. Kenapa hatinya begini girang, sampai berdebar mendengar pemuda tani ini mengatakan bahwa ia cantik jelita" Padahal biasanya, kalau ada laki-laki yang berani me mujinya, me muji kecantikannya di depannya, ia akan merasa sebal dan marah. Mengapa demikian" Apakah karena laki-laki lain me muji untuk merayu dan u ntuk ber kurang ajar, sedangkan pe muda ini me muji dengan sinar mata jujur dan untuk me mperingatkannya akan bahaya yang menganca mnya karena kecantikannya" Entahlah, akan tetapi yang jelas, ia merasa senang sekali mendengar pe muda itu mengatakan ia cantik jelita! "Jangan khawatir, Saudara Tan. Aku me lihat bahwa di kota raja ini pusat wanita-wanita cantik dengan pakaian-pakaian mereka yang serba indah. Apakah mereka semua itu pun takut untuk keluar rumah" Tak mungkin kiranya empat orang itu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ hanya mengejar-ngejar aku seorang saja. Nah, sela mat tinggal dan sampai berjumpa lag i!" Berkata demikian, Cui Hong lalu men inggalkan ruangan belakang kuil itu. "Nanti dulu, Nona Ok....!" Tan Siong mengejar dan berjalan di sa mping Cui Hong. "Biar aku mengantar Nona sa mpa i ke tempat tinggalmu." "Ah, tidak perlu, Saudara Tan, tidak perlu," kata Cui Hong yang khawatir kalau orang ini mengetahui tempat ia bermalam. Dengan uangnya ia telah menyewa sebuah rumah gedung kecil di pinggir kota, tempat yang dipergunakannya untuk beroperasi dan berusaha me mbalas dendam terhadap musuh-musuhnya, la akan merasa tidak enak kalau sa mpai ada orang yang mengetahui te mpat tinggalnya. "Baiklah, Nona Ok. Setidaknya aku akan merasa lega dan aman kalau engkau sudah t iba di te mpat tinggalmu. Di manakah engkau tinggal?" "Di.... di rumah penginapan." Terpaksa Cui Hong berkata me mbohong dan ia pun mendapatkan akal. Kalau ia menolak terus, tentu akan menimbulkan kecurigaan pemuda ini, dan pula rasanya ia pun segan untuk berpisah begitu saja. Ingin ia berada lebih la ma dekat dengan pemuda ini dan bercakapcakap. Mereka lalu berjalan ke luar dari kuil. Matahari sudah condong ke barat dan sambil berjalan, mereka bercakapcakap. Percakapan kecil saja, hanya omong-omong dan ngobrol tentang hal-hal re meh untuk mengisi kesunyian, akan tetapi sungguh aneh, Cui Hong merasa gembira bukan main karena belum pernah ia mengalami keakraban seperti dengan pemuda yang baru saja dikenalnya ini. Dia m-dia m, ketika bercakap-cakap, ia me lirik dan menga mati wajah pe muda itu penuh perhatian. Seorang pemuda yang ganteng, menarik, jujur, sopan dan me miliki keberanian yang mengagumkan. Kesopanan dan keberanian Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ itu wajar, sesuai dengan kejujurannya, tidak berpura-pura atau menyembunyikan pa mrih apa pun. Seorang pemuda yang belum tentu dapat ditemukan di antara seribu orang pemuda lain, pikirnya. Setelah tiba di depan sebuah penginapan, Cui Hong berkata, "Di sinilah untuk se mentara aku menginap, Tan-toako (Kakak Tan). Terima kasih engkau telah mengantarku sampai di sini." Wajah pemuda itu na mpak berseri mendengar Cui Hong menyebutnya kakak, sebutan yang lebih akrab daripada sebutan saudara. "Baiklah, aku pergi sekarang, Hwa-moi (Adik Hwa). Harap kau suka berhati-hati menjaga diri. Ingat, di kota raja ini banyak terdapat orang jahat." "Terima kasih, Toako. Sa mpai berju mpa kembali." "Tapi. tapi.. .. dapatkah kita berjumpa kembali?" "Mengapa tidak" Kita sudah saling mengena l, bukan" Dan selama kita berada di kota raja, tentu saja besar kemungkinan kita akan saling jumpa." "Mudah-mudahan begitu. Selamat tinggal, Hwa- moi." Pemuda itu lalu me mbalikkan tubuhnya dan pergi dengan langkah cepat dari situ. Cui Hong mengikutinya dengan pandang matanya. Seorang pemuda yang amat baik, pikirnya, dan selalu menjaga kesopanan. Kalau tidak de miki-an, tentu setelah tiba di depan rumah penginapan ini, Tan Siong akan berusaha mengikutinya sampai ke kamarnya. Tentu saja ia tidak tinggal di rumah penginapan ini dan setelah bayangan Tan Siong t idak na mpak, ia menyelinap ke sa mping rumah penginapan itu dan me ngambil jalan lain untuk kembali ke rumah yang disewanya, yang berada di satu jalan dengan rumah penginapan itu. -odwo- Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Koo Cai Sun merasa tersiksa batinnya setelah dia tinggal di dalam gedung Pui Ki Cong bersa ma keluarganya. Memang, gedung itu besar dan megah, jauh lebih mewah daripada rumahnya sendiri, dari di situ terjaga ketat oleh para pengawal, juga merasa a man karena adanya dua orang jagoan yang tangguh. Akan tetapi perasaan aman dan tenteram ini hanya dinikmatinya di waktu ma la m. Dia dapat| tidur nyenyak, tidak khawatir lagi akan kedatangan musuh besar yang ditakutinya. Cai Sun adalah orang yang suka keluyuran, suka mencari kesenangan di luar rumah. Setelah beberapa belas hari lamanya dia tinggal terkurung saja di dalam rumah, akhirnya dia tidak kuat, merasa seperti di dalam rumah tahanan saja. Dia rindu untuk me ngunjungi rumah rumah pe lesiran, rindu untuk mencari wanita-wanita baru yang akan dapat menghibur hatinya yang selalu haus akan kesenangan itu. Dan ternyata bahwa bayangan musuh itu sa ma sekali t idak pernah muncul! Juga setelah beberapa kali dia pada siang hari keluar rumah bersa ma Cia Kok Han dan Su Lok Bu. Tak pernah dia menga la mi gangguan dar i Kim Cui Hong. Hal ini me mbuatnya berbesar hati dan mula ilah dia berani keluar dari rumah gedung itu di waktu siang. Dia berpendapat bahwa Kim Cui Hong tentu hanya berani turun tangan di waktu malam saja, hanya berani bertindak secara sembunyi. Kalau terangterangan di waktu siang tentu wanita itu tidak berani karena pertama, dia sendiri me miliki kepandaian cukup untuk me lawannya dan kedua, di waktu siang hari wanita itu tentu akan dikenal orang dan di kota raja terdapat banyak penjaga keamanan yang telah dikenalnya. Kalau di waktu s iang dia berkelahi dengan seorang wanita asing, tentu banyak orang akan me mbantunya. Jelaslah bahwa Kim Cui Hong tida k akan berani menyerangnya di waktu siang di tempat umum yang ramai. Dengan pikiran seperti itu, Cai Sun mula i berani keluar dari gedung untuk berjalan-jalan dan tak lama kemudian, dia pun Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mulai berani keluar mengunjungi rumah-rumah pelesiran untuk bersenang-senang dengan pelacur-pelacur baru. Dan pada suatu hari, setelah matahari naik tinggi, pergilah Cai Sun keluar dari gedung seorang diri saja, tidak diteman i Cia Kok Han, Su Lok Bu atau seorang pun pengawal. Dengan santai ia me langkah keluar dan berjalan-jalan menuju ke pasar. Tiba-tiba matanya tertarik oleh seorang wanita muda yang me ma kai pakaian merah muda, pakaian yang cukup indah dan mewah berjalan seorang diri di depannya. Melihat lenggang yang me mikat dari belakang, pinggul yang seperti menari-nari di balik celana sutera tipis, tergeraklah hati Cai Sun yang mata keranjang. Dia tidak ingat lag i dari mana wanita itu tadi muncul, karena tahu-tahu sudah berjalan di sebelah depan, dengan lenggang yang nampak dari celah-celah rambut yang hitam itu a mat putih mulus dan timbul keinginan hati Cai Sun untuk melihat bagaimana wajah pere mpuan itu. Dari belakang me mang a mat menggairahkan, dengan bentuk tubuh yang ramping dan padat, dengan lekuk lengkung tubuh yang matang, akan tetapi hatinya belum puas kalau belum melihat bagaimana wajahnya. Betapa pun indah tubuh dan kulit seseorang, kalau tidak disertai wajah yang cantik, maka wanita itu tidak a kan dapat menarik hati pria, terutama pria mata keranjang seperti Cai Sun. Dia pun me mpercepat langkahnya dengan hati berdebar penuh kegembiraan Sebentar saja Cai Sun dapat menyusul wanita itu dan dia lewat di sebelah kanannya, mendahului dan sengaja melepas batuk. Wanita itu terkejut dan menoleh ke kanan. Mereka saling bertemu pandang dan Cai Sun merasa jantungnya seperti akan copot. Wanita itu cantik jelita dan man is sekali! Dan yang leb ih daripada itu, dia men genal wan ita itu sebagai gadis yang pernah menimbulkan keributan di da la m rumah makan beberapa hari yang lalu! Selama itu, dia tidak pernah dapat melupakan gadis itu. Sudah dicobanya untuk bertanyatanya para pelayan rumah ma kan, sudah diusahakannya untuk mencari, na mun d ia tak pernah berhasil. Dan sekarang, tanpa Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ disangka-sangka, dia berte mu dengan gadis cantik menar ik itu. Juga wanita itu nampak kaget, lalu tersipu-s ipu ma lu. "Ah, kiranya engkau, Nona...l" Kata Cai Sun dengan sikap ramah dan segera ia me masang aksinya, tersenyum-senyum dan mencoba untu k me mper lebar matanya yang sipit dan kec il seperti mata babi itu. Memang wajah Cai Sun yang bulat dan gemuk itu mirip wajah seekor babi. "Ah, In-kong (Tuan Penolong) Wan ita itu berseru dengan suara tertahan sehingga terdengar merdu sekali, lalu ia menundukkan mukanya yang berubah merah. Bukan ma in besar dan girangnya rasa hati Cai Sun disebut in-kong oleh gadis itu. Bagus, pikirnya, setelah gadis itu mengakuinya sebagai tuan penolong, tentu tidak akan sukar menariknya. "Engkau masih ingat kepadaku, Nona?" pancingnya. Dengan sikap ma lu-malu karena ditegur seorang laki-laki di tempat umum, gad is itu menjawab lirih. "Tentu saja, semenjak mendapat pertolongan darimu, aku tidak pernah dapat me lupakan penolongku." Hampir berjingkrak laki-la ki itu saking girangnya. "Benarkah itu" Kalau begitu, boleh kah aku berkenalan denganmu dan singgah ke rumah mu, Nona?" Dengan sikap masih tersipu gadis itu pun menjawab, "Tentu saja boleh, in-kong dan aku akan merasa terhormat sekali." Cai Sun hampir bersorak penuh kemenangan. Tak disangkanya akan begini mudahnya me mperoleh seorang calon pacar baru. Demikian muda, cantik jelita, dan agaknya semua ini berkat ketampanan dan kegagahannya, di samping kepandaiannya merayu dengan rayuan mautnya. Bangga akan diri send iri, lubang hidung Cai Sun mere kah dan kembangkempis. Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Kalau beg itu, mar i kuantar engkau pulang, Nona. Ataukah engkau masih ada keperluan lain?" "Aku me mang hendak pulang, In-kong. Sudah lelah berjalan-jalan sejak pagi pulang. Di mana kah rumah mu?" "Di ujung kota sebelah sana, In-kong." Mereka berjalan bersa ma dan dengan hati girang bukan ma in berkali-kali Cai Sun melirik ke arah gadis itu yang berjalan sa mbil menundukkan mukanya dan tak pernah me mbuka mulut. Seorang gadis yang luar biasa manisnya, pikir Cai Sun, dan tentu mudah didapatkannya karena gadis yang me makai bedak agak tebal "tu tentu bukan wanita yang suka jual mahal! Akan tetapi dia teringat a kan keluarga gadis itu, dan timbul kekhawatirannya bagaimana kalau keluarga gadis itu berkeberatan dia menggauli gadis ini" "Nona, selain engkau, siapa lagi yang tinggal di rumah mu?" Wanita itu menggeleng kepala. "Tida k ada orang lain, hanya aku dan seorang pelayanku, In-kong." "Orang tuamu....?" "Mereka tinggal di dusun di luar kota raja..." "Engkau seorang gadis t inggal seorang diri saja?" ?"ua miku sudah men inggal beberapa bulan yang lalu..." Cai Sun hampir bersorak. Seorang janda! janda muda yang beberapa bulan menjanda. Janda kembang! Bukan main girang rasa hatinya. Dia lebih senang seorang janda daripada seorang gadis. Seorang janda mempunyai banyak pengalaman dan jauh lebih pandai me nyenangkan hati pria daripada seorang gadis yang masih bodoh! Tanpa disadarinya, Cai Sun mengikuti wanita itu sa mpai d i ujung kota, bagian yang cukup sepi dan agak jauh dari tetangga, tidak seperti di tengah kota yang rumahnya berhimpitan Namun, Cai Sun yang sudah tergila-g ila ini lupa Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ akan keadaan dirinya, menjad i lengah dan lupa lagi akan ancaman terhadap dirinya selama ini. Yang dibayangkannya hanyalah janda kembang yang cantik molek itu sebentar lagi tentu akan menjadi miliknya, me masrahkan diri dengan suka rela kepadanya yang menjad i tuan penolongnya! "Di sana itulah rumahku, In-kong, yang bercat hijau. Sebaiknya In-kong menunggu dulu. Tidak baik kalau kita masu k bersama, aku.... aku merasa malu. .....sebagai seorang janda.... ah, tentu In-kong mengerti. Biar a ku pulang dulu baru nanti In- kong datang bertamu. Dengan de mikian, kalau pun ada yang melihatnya, tentu disangka bahwa In-kong masih ada hubungan keluarga denganku. Akan tetapi sebaiknya jangan sampa i ada orang lain me lihatnya, Inkong..." Ucapan itu disertai senyum dikulum dan kerling tajam menya mbar. Kata-kata dan sikap itu saja sudah merupakan janji yang amat mesra bagi Cai Sun. Kalau wanita ini hendak merahasiakan perte muan mereka, berarti wanita itu memang "ada maksud" dan tentu saja dia mengangguk-angguk dengan muka merah dan ber kali-kali menelan ludah. Dipandangnya lenggang yang mengga irahkan itu, dan nafsu-nya semakin me muncak. Setelah wanita itu lenyap ke dalam rumah cat hijau, dengan tergesa-gesa Cai Sun setengah berlari menuju ke sana dan dengan girang dia melihat bahwa tempat itu sunyi dan tidak seorang pun melihatnya. Dan pintu depan itu tidak terkunci karena ketika daunnya ditolakkan, segera terbuka. Dia masu k dan men utupkan kembali daun p intu depan itu. Ia me lihat wanita tadi telah berdiri di ruangan tengah, me mandang kepadanya dengan senyum simpul. Cai Sun sengaja mengunci daun pintu itu, me masangkan palang pintunya dan ternyata janda muda itu hanya tersenyum saja. Ingin Cai Sun lar i dan menubruknya, karena semua sikap itu jelas menandakan bahwa dia telah me mperoleh "lampu hijau". Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Berbeda dengan dandanan wanita itu yang agak mewah, dengan pakaian yang indah dan mahal dan perhiasan di tubuhnya, keadaan di dalam rumah itu sendiri agak gundul. Hanya nampa k meja kursi di ruangan tengah. "In-kong, silakan d uduk. Kita dapat bercakap-cakap di sini. Pelayanku sedang keluar kusuruh me mbeli arak karena arakku telah habis." "Ah, tidak perlu repot-repot. Oh ya, pintunya terlanjur kupalang, bagaimana nanti pelayanmu dapat masuk?" katanya setengah berkelakar. "Ia menga mbil jalan pintu belakang, In-kong." Cai Sun lalu duduk, berhadapan dengan wanita itu, terhalang sebuah meja bundar yang kecil. Ingin Cai Sun menendang perg i meja itu dan langsung me me luk janda kembang yang duduk dengan manisnya di depannya. Bau semerbak harum telah tercium olehnya, bau harum yang sejak di jalan tadi sudah mengganggu hatinya. Akan tetapi, dia belum mengenal siapa janda muda ini, ma ka dia menahan hatinya untuk bersabar. Perlu apa tergesa-gesa kalau domba sudah tergiring masuk kandang" "Nona, ataukah aku harus me manggil Nyonya" Akan tetapi kurasa lebih baik kupanggil Ad ik saja, bagaimana" " "Terserah kepada mu, In-kong." "Aih, jangan menyebut In-kong, membikin hubungan kita menjad i kaku dan canggung saja. Moi-moi, aku berna ma Koo Cai Sun, dan pekerjaanku ada lah pedagang senjata-senjata pusaka yang maha l. Aku me mpunyai sebuah to ko di pusat kerama ian kota. Nah, kau sebut saja aku Koko (Kakanda). Siapakah na ma mu dan cer itakan keadaanmu agar perkenalan antara kita menjadi se ma kin.... akrab dan mesra." Wanita itu menundukkan mukanya yang menjadi merah dan ia tersipu malu. "Na maku Ok Cin Hwa dan seperti sudah Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kuceritakan tadi, orang tuaku tinggal di dusun dan suamiku telah meninggal dunia empat bulan yang lalu." Tiba-tiba daun pintu depan digedor orang. Cai Sun terkejut, juga wanita itu. Seperti para pembaca tentu sudah dapat menduga, wanita itu yang mengaku bernama Ok Cin Hwa sesungguhnya adalah Kim Cui Hong yang menyamar! Sudah berhari-hari ia me mbayangi Cai Sun yang suka berjalan-jalan seorang diri keluar dari gedu ng keluarga Pui dan kesempatan itu dipergunakannya untuk me mancing musuh besar itu. Tentu saja ia dapat menyerang roboh musuhnya di tengah jalan, akan tetapi hal ini ia tidak mau me lakukannya. Ia ingin me mba las denda mnya sepuas hatinya, dan hal itu baru dapat tercapai kalau ia dapat berhadapan berdua saja dengan musuhnya. Dengan kecantikannya, ia berhasil me mikat hati Cai Sun yang mata keranjang dan kini sudah bersiap-siap untuk me lakukan balas denda mnya. Maka ketika daun pintu digedor orang dengan kerasnya, Cui Hong terkejut bukan ma in. "Pelayanmukah itu?" Tanya Cai Sun, mengerutkan alis nya. Cui Hong mengge leng kepalanya, "la tidak berani menggedor seperti itu, akan tetapi masuk melalui pintu belakang." Tiba-tiba wajah Cai Sun menjad i pucat. Baru dia teringat akan ancaman musuh besarnya. Jangan-jangan yang datang itu adalah musuhnya yang melihat dia berada di dalam rumah sunyi ini! Dia meraba gagang sepasang to mbak pendeknya dan berkata kepada Cui Hong, "Hwa-moi, kau tanya dulu siapa yang menggedor pintu itu sebelum me mbukanya." katanya dan suaranya terdengar agak gemetar. Batu sekarang dia sadar bahwa dia telah terlalu jauh meninggalkan gedung keluarga Pui, bahwa dia telah terlalu lengah. Dengan sikap takut-takut Cui Hong men ghampiri pintu, sementara itu Cai Sun sudah mencabut sepasang senjata tombak pendeknya. Ke mbali terdengar pintu digedor dari luar. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Siapa itu yang menggedor pintu?" teriak Cui Hong dengan nyaring. Suasana hening dan menegangkan, terutama bagi Cai Sun yang menanti terdengarnya jawaban dari luar, siap dengan senjata di tangan. Kemudian terdengarlah suara laki-la ki menjawab dar i luar, "Buka pintu, kami datang mencari Saudara Koo Cai Suni Tadi dia masuk ke dalam rumah ini. Buka atau.... akan kami jebol pintu ini! " Mendengar suara itu, Cai Sun tertawa. Legalah hatinya ketika mengenal suara Su Lok Bu, seorang di antara dua jagoan yang diangkat menjadi kepala pengawal oleh Pui Ki Cong. Lenyaplah rasa khawatirnya. "Ha-ha-ha, kiranya engkau, Su-toako!" teriaknya dan dia pun me mandang Cui Hong dengan penuh gairah. "Dia sahabatku sendiri, Hwa-moi, jangan takut. Bukalah pintunya." Tentu saja Cui Hong diam-dia m merasa mendongkol sekali. Musuh besar yang amat dibencinya ini telah berada di dalam genggaman tangannya, tinggal melaksanakan ba las dendamnya saja dan kini datang gangguan yang merupakan pertolongan bagi Cai Sun. Tentu saja mudah baginya untuk meroboh kan Cai Sun dan melarikannya dari situ, akan tetapi tempatnya telah diketahui orang dan kalau dila kukannya hal itu, berarti ia membuka rahasia sendiri. Padahal masih ada Pui Ki Cong yang harus dibalasnya pula. Tidak, ia harus me lakukan pe mbalasan tanpa diketahui orang. Setelah semua musuhnya dibalas, ia tidak perduli lagi apakah ia dikenal orang ataukah tidak. Maka, sambil menyembunyikan kekecewaannya, ia lalu me mbuka daun pintu. Di depan pintu berdiri seorang laki-laki bertubuh tinggi besar bermuka hita m penuh brewok yang me megang sepasang pedang. Laki-laki itu bukan lain adalah Su Lok Bu, jagoan yang menjadi pe lindung keluarga Pui, dan di belakangnya nampak setengah losin perajurit pengawal yang bersenjata lengkap. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Su-toako, ada urusan apakah engkau menyusulku?" Cai Sun bertanya. Sejenak Su Lok Bu me mandang kepada Cui Hong penuh perhatian, lalu bertanya, "Koo-siauwte, siapakah wanita Ini?" Cai Sun tertawa. "Ia adalah..... sahabatku yang baru, Toako, namanya Ok Cui Hwa, seorang.. eh, janda kembang....." Su Lok Bu mengerutkan alisnya me mandang kepada rekannya itu. "Koo-siauwte, engkau terlalu se mbrono, pergi seorang diri sampa i di bagian yang sepi ini. Seorang pengawal me lihat mu dan me mber i laporan kepada Pui Kongcu yang mengutus aku untuk segera menyusulmu. Engkau me mbikin pekerjaan ka mi menjadi repot saja, Koo-siauwte." "Maaf, maaf! Dalam bersenang-senang aku sampai lupa Bara Diatas Singgasana 23 Dewa Arak 88 Puteri Teratai Merah Kisah Si Pedang Terbang 6