Ceritasilat Novel Online

Budha Pedang Penyamun Terbang 6

Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira Bagian 6 Amrita sendiri tenggelam dalam permainan kekuasaan dari sebuah keadaan yang sungguh penuh jebakan tipu daya dalam kekacauan. Amrita tidak bodoh. Barangkali ia juga ingin memanfaatkan sesuatu di situ. Aku tidak tahu apa yang berada dalam kepalanya. Lagipula perang siasat dan muslihat dalam saling bersilangnya kekacauan di selatan dan di utara ini selalu menampilkan segala sesuatu yang berada di luar dugaan. Namun sudah jelas bagaimana Naga Kecil telah diseret oleh sesuatu yang tidak terlalu diketahuinya. Baginya adalah baik jika Amrita memiliki pasukan sendiri untuk menggulingkan kekuasaan ayahnya; tetapi tidak diketahuinya seperti apakah kekuatan Negeri Atap Langit itu, dalam peperangan panjang yang tidak hanya mengandalkan pertempuran antarmanusia bersenjata, tetapi dengan segala cara penguasaan yang dikenal manusia. Dalam hal itu, Negeri Atap Langit hanya dapat ditandingi oleh kerajaan-kerajaan dari Jambhudvipa. Tanpa mengirim balatentara, pengaruh keduanya turut membentuk kebudayaan di mana-mana, dari Kambuja sampai Suvarnadvipa. Dalam hal Amrita, tidak juga diketahuinya bahwa meski bukan takmungkin, tetapi mengalahkan pasukan manapun dari Negeri Atap Langit tidaklah mudah; itu pun jika Amrita mampu melakukannya, siapa berani menjamin bahwa perjanjian taktertulis itu akan dipenuhi dengan santun" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Demikianlah Naga Kecil dihubungi, tentu saja melalui suatu daya pengerahan batin seseorang dari dunia persilatan. Tidak dapat kubayangkan betapa dengan kekuatan batinnya Naga Kecil tidak dapat menangkap pesan-pesan yang ditangkapnya sebagai bagian saja dari tujuan yang lebih besar. Dunia persilatan memberi kesempatan manusia menjadi sakti mandraguna, tetapi agaknya belum cukup juga membuatnya peka terhadap segala daya muslihat yang begitu merajalela di atas dunia. Itulah sebabnya aku pun tidak ingin terkungkung oleh cerita dan perburuan ilmu tentang silat sahaja, melainkan juga segala ilmu tentang manusia dan dunia, yang tanpa itu diriku hanyalah akan menjadi gentong nasi yang terbutakan dari kenyataan bahwa dunia ini begitu kaya. Betapapun kekuatan batin Naga Kecil itu sendiri tentu juga mengagumkan. Tentu memang telah dikerahkan ratusan mata-mata untuk melacak keberadaan kami, yang meski sudah sangat berhati-hati, bisa saja tetap mengundang kecurigaan seseorang, seperti yang telah berlangsung sepanjang penyamaran kami. Namun kurasa memang kekuatan batin Naga Kecil itulah yang dapat menemukan kami dengan tepat, karena saat itu kami sudah berada di hulu Sungai Mekong yang terpencil sekali, dan sudah lama berjalan kaki di dalam hutan naik turun gunung tidak berjumpa dengan satu pun manusianya. Jikalau pun ada yang menguntit, kujamin kami telah mengetahuinya, karena memang berharihari kami berjalan di wilayah yang tampaknya belum dirambah manusia, sebelum tiba di pangkalan perahu-perahu yang berangkat ke hilir itu. Sebagai saudara seperguruan, keduanya telah mengetahui kelemahan masing-masing, dan itulah penjelasannya kenapa Amrita dapat diringkusnya dengan mudah. "Ia menggunakan mantra yang diberikan guru kepadanya, dan tidak kepadaku," kata Amrita,"karena memang hanya bisa digumamkan oleh lidah yang bercabang. Waktu tersadar daku TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ sudah dikerumuni banyak orang dan sangat marah karena kupikirkan selalu tentang dirimu. Apakah yang dikau rasakan saat itu?" Aku tidak menjawab, dan hanya tersenyum saja, menyadari semakin mustahilnya hubungan kami. Seorang pengembara dalam perjalanannya tidak berhenti untuk menikah dan punya anak. Ia bisa jatuh cinta, tetapi ia tidak mungkin setia. Seorang pengembara hanya bisa mencintai dan setia kepada perjalanan itu sendiri. Lagipula apakah yang bisa kulakukan dengan seorang perempuan yang kini memimpin sepasukan pemberontak seperti Amrita, yang juga sedang terlibat dalam permainan kekuasaan rumit yang tidak kukuasai sama sekali. Amrita tampak kecewa aku tidak mengeluarkan suara, tetapi ia berusaha menutupinya. "Namun setelah tertawan beberapa lama, diikat di atas kuda dan dibawa keluar masuk hutan, dan selama itu Naga Kecil menjelaskan dengan tenang keberadaan dunia yang lebih nyata, daku pertimbangkan tawaran orang-orang Viet untuk bergabung. Mereka janjikan padaku bantuan sepenuhnya untuk menyerang Angkor jika Thang-long bisa direbut, dan kemungkinannya besar karena Wangsa Tang sedang melemah. Suatu pasukan pemberontak yang besar jumlahnya telah berkumpul di Hoa-lu dari segala penjuru. Bergabunglah denganku pendekar, agar dapat kita bebaskan negeri ini dari penindasan Negeri Atap Langit!" AMRITA terdidik bukan hanya dalam ilmu silat, tetapi juga cara mengatur siasat dalam pertempuran dengan pasukan berjumlah besar. Menghadapi balatentara Negeri Atap Langit yang sangat terlatih dalam pertempuran-pertempuran besar, pasukan pemberontak yang berasal dari berbagai macam golongan, tetapi sebagian besar adalah petani, sangat membutuhkan kepemimpinan seseorang seperti Amrita. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Saat itu kami telah memasuki hutan. Hujan masih deras, tetapi di dalam hutan yang rimbun kederasannya sama sekali tidak terasa. Amrita masih sempat bercerita tentang Naga Kecil, yang mengaku ingin mengembara untuk mendapatkan pengalaman di dunia orang awam, tetapi tidak disangkanya sengaja menanti kedatanganku, dan melakukan segala usaha untuk memusnahkan aku, sembari melanggar larangan gurunya untuk tidak memasuki air sebelum luka hatinya sembuh. Maka aku tahu bukan hanya kemungkinan terbunuhnya bayi itu yang membuat Naga Bawah Tanah turun tangan, melainkan terbunuhnya makhluk-makhluk air takbersalah maupun manusia karena banjir bandang yang diarahkan kekuatan batinnya untuk menyapuku. Meski air pasang adalah bagian dari kehidupan sehari-hari di sepanjang tepian Sungai Merah, seorang mahasakti seperti Naga Bawah Tanah tidaklah dapat dikelabui oleh muridnya. Namun setelah mendengar cerita Amrita aku merasa sangat iba kepada Naga Kecil dan kehidupannya, dan betapa secara tidak langsung aku telah menjadi penyebab akhir hidupnya yang mengenaskan, yakni mati di tangan guru yang dulu telah menyelamatkannya dari dalam perut ular sanca itu sendiri. Tiba-tiba Amrita mengangkat tangannya, dan gerak barisan ini langsung berhenti. Dalam kegelapan hutan yang meruapkan bau kayu dan dedaunan basah, hanya terdengar suara tetesan hujan yang merayapi daun-daun lebar sebelum sampai ke tanah. Hujan lebat di luar hutan masih terdengar, tetapi jelas juga bagi kami semua terdengarnya ringkik kuda berkali-kali. Dengan berbagai macam gerakan tangan yang tidak kupahami maknanya, Amrita mengatur agar pasukan itu bersembunyi dalam suatu kedudukan tertentu. Mula-mula setiap orang yang turun membisikkan sesuatu ke telinga kudanya. Mungkinkah supaya kuda itu tidak meringkik bahkan jangan pula mendengus" Lantas setiap TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ orang yang bersenjata panah melenting dengan ringan ke atas dahan yang serba melintang dengan dedaunan rimbun. Malam begitu gelap. Aku tertegun. Ini bukan sembarang pasukan pemberontak yang hanya mengandalkan kemarahan dan perasaan diperlakukan tidak adil. Ini suatu pasukan yang sangat terlatih. Seusai pasukan panah, melesat pula para pelempar batu, termasuk dua perempuan yang agaknya sudah selesai tugasnya menyusui bayi. "Kita akan menyergap mereka di s ini," bisik Amrita selintas, ketika melesat ke arah setiap regu dari pasukan besar dalam hutan itu. Ratusan orang dalam pasukan itu bagaikan lenyap ditelan bumi. Semua kuda ditinggal, dan setelah mendapat bisikan, ratusan kuda juga tenang. Pernah kuketahui adanya mantra para pawang kuda, yang dapat digunakan untuk meminta kuda itu berlari lebih cepat, melompati jurang, menggigit, atau justru untuk diam seperti sekarang. Kukira Raja Pembantai dari Selatan juga mewariskan mantra-mantra untuk mengendalikan kuda, tetapi sampai sekarang pun aku belum sempat menengoknya. "Ini sebetulnya hutan larangan," bisik Amrita setelah kembali ke dekatku, sembari menggamit tanganku, "para tetua desa pernah menyatakan hutan ini terlarang untuk dirambah, karena akan merusak kehidupan desa-desa di sekitarnya." Aku tahu siasat orang-orang bijak yang menjadi tetua desa, juga di Jawadwipa, yang mengatakan suatu hutan adalah keramat, sehingga menjadi hutan larangan yang tidak akan dirambah manusia. Orang-orang bijak mempunyai pandangan jauh ke depan. Mereka mengetahui penduduk desa menebang pohon-pohon, menjadikannya tiang bangunan atau kayu bakar, dengan kecepatan yang tidak terimbangi oleh tumbuhnya pohon-pohon itu kembali. Para petugas kerajaan terkadang bahkan mengerahkan ratusan sampai ribuan orang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ untuk masuk ke dalam hutan dan menebang pohon, demi pembangunan istana-istana para penguasa, yang hanya akan habis dibakar manakala musuh berhasil menguasainya. Maka pada bagian-bagian tertentu dari sebuah hutan, mereka sebutlah hutan itu sebagai hutan yang terlarang untuk dirambah manusia. Dilarang untuk memburu binatang di hutan itu, dilarang untuk bahkan mematahkan sepotong ranting, apalagi menebang pohon. Dengan demikian memang tiada gunanya manusia masuk ke sana, kecuali untuk melakukan tapabrata atau bersamadhi, yang akibatnya tentu harus ditanggung sendiri. Tidaklah jarang bahwa orang-orang sadhu dari pemuja Siva maupun Visnu masuk ke sana dan tidak pernah kembali. Ular dan harimau tentu taktahu menahu apakah makhluk di hadapannya adalah orang suci yang tinggal kulit dan tulang, karena dalam keadaan lapar hanya makhluk inilah yang tidak bergerak menghindar ketika di dekatinya. Dalam hal ular sanca yang besar, konon orang sadhu itu ditelan utuh begitu saja dalam samadhi, karena ketika dilibat dan diremukkan tulangnya barangkali memang rohnya telah menyatu dengan Roh Besar di luarnya, seperti udara dalam bambu yang menyatu dengan udara di luar bambu. Jadi memang tidak ada hantu di hutan larangan, tetapi terlalu banyak cerita yang terlanjur dipercaya sebagai nyataosemua orang bijak tahu itu, dan orang bijak tidak selalu tua, tetapi juga bisa muda seperti Amrita, sehingga ia tidak punya beban untuk membawa masuk pasukannya bersembunyi si sana. Namun bagaimana kalau kepala pasukan pemerintah Daerah Perlindungan An Nam tidak kalah bijaknya dengan Amrita" Amrita memberi tanda agar segenap pasukannya benarbenar takbersuara. Saat itu hujan telah berhenti sama sekali. (Oo-dwkz-oO) TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Episode 128: [Maut Berkelebat dalam Kegelapan] SUNYI tidaklah tanpa suara. Dalam kegelapan hutan, kesunyian memberikan suatu dengung yang sama sekali tidak berbunyi. Namun perasaan tegang karena menanti kedatangan pasukan lawan membuat dengung itu terasa bagaikan denging. Semua orang memegang senjatanya eraterat. Mereka telah berbulan-bulan diburu oleh pasukan pemerintah yang memang bertugas untuk menangkap mereka, sehingga meskipun belum pernah berhadapan, adu siasat sebetulnya sudah lama sekali berlangsung. Peperangan antara pasukan pemerintah yang kuat dengan pasukan pemberontak yang tidak terdiri atas prajurit terlatih, sebetulnya tidak pernah merupakan pertempuran berhadapan di suatu lapangan, melainkan seperti permainan lempar dan sembunyi. Pasukan pemberontak menyergap secepat kilat, tetapi untuk segera menghilang kembali. Siasat seperti itu bukan tidak dikenal oleh para ahli siasat perang Negeri Atap Langit yang sejarahnya sendiri juga penuh dengan pemberontakan dan peperangan. Seorang ahli falsafah perangnya sekitar 1300 tahun lalu berkata: dalam seni perang, jika kekuatanmu sepuluh kali kekuatan lawan, kepunglah dia; jika lima kali kekuatan lawan, seranglah dia; jika dua kali kekuatan lawan, ceraikanlah dia; jika seimbang dengan kekuatan lawan, dikau dapat bertempur melawannya; jika kurang daripada kekuatan lawan, dikau dapat mundur; jika tidak setara dengan kekuatan lawan, dikau dapat menghindarinya. Namun apakah yang sedang terjadi sekarang" Pasukan Amrita berlaku seperti sedang terdesak dan tiada jalan lain selain masuk hutan. Tidakkah pasukan lawan yang Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo mengejarnya tahu betapa di dalam hutan ini para petani mampu bergerak seperti harimau kumbang, sehingga kekuatan setiap orang bagaikan berlipat ganda sepuluh kali menghadapi pasukan yang tak berdaya dalam kegelapan" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Itulah persoalannya. Jika kesuny ian telah menusuk begini rupa, tidakkah lawan yang mengetahui kami memasuki hutan ini, lantas sengaja tidak memasuki, dan mengepungnya saja dari luarnya" Kesunyian itulah yang mengepung kami sekarang, karena jika lawan masuk tentu ia tidak ingin bersuara supaya tidak dengan mudah menjadi sasaran, dan apabila demikian tentu kami pun takjuga ingin bersuara sama sekali, karena dalam kesunyian seperti ini siapa yang menimbulkan bunyi nyawanya akan melayang lebih dahulu. Demikianlah kesunyian ini semakin menjadi dengung yang mendenging. Dalam gelap Amrita menatapku dan kutatap pula matanya. Meski malam sungguh kelam untuk dapat dengan tegas saling memandang, kurasakan cintanya yang masih membara dan kebahagiaan betapa diriku berada di dekatnya. Dalam saatsaat menegangkan seperti sekarang kurasakan keharuan yang diakibatkan oleh pertemuan dan perpisahan. Kusadari betapa tidak mungkin diriku hidup bersamanya seperti pasangsan pendekar yang telah mengasuhku, Sepasang Naga dari Celah Kledung, karena meski kami segera menyatu kembali dalam sekilas tatapan, kepentingan kami masing-masing dalam kehidupan tidaklah mengarah kepada sesuatu pun yang akan membuat kami hidup bersama. Amrita adalah seorang perempuan yang berselancar di atas gelombang kekuasaan, yang dapat menikmati debur dan empasan ombaknya sebagai tantangan permainan, sementara diriku yang hanya ingin mengembara, mereguk pengalaman dan mencari pengetahuan, tentu suatu hari pasti akan pergi, menuruti langkah kaki yang dihela kata hati. Merenungkan diriku sendiri menjelang pertempuran dalam kegelapan antara hidup dan mati, membuat aku malu sendiri membandingkan diriku dengan setiap orang yang siap bertempur ini. Betapa setiap orang dalam pasukan ini mempertaruhkan nyawanya untuk sebuah tujuan mulia dan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ pasti, apapun itu setidaknya sebuah tujuan, yang dimuliakan dan dipastikan dalam pembermaknaan, tempat setiap orang siap berkorban; tidak seperti diriku, yang hanya mengambil dan menikmati segala sesuatu dalam kembara perjalanan, hanya untuk diri sendiri dan sungguh hanya untuk diriku sendiri semata. Tidakkah perbandingan ini sangat memalukan" Jika aku siap maka itu hanyalah kematian yang memang direlakan tetapi atas nama kesempurnaan ilmu silat dalam puncak pencapaian, betapa nyawa pun diberikan untuk mencapai kesempurnaan diri pribadi dan sama sekali bukan suatu pengorbanan, kecuali dikatakan pengorbanan demi kesempurnaan diri dalam ilmu persilatan. Jika aku mati dalam pertarungan maka aku hanya akan mati untuk diriku sendiri. Menolong, membela, dan berpihak kepada siapapun yang lemah dan menderita adalah kewajiban seorang pendekar, tetapi di sungai telaga dunia persilatan hanya golongan putih yang menjadikan kewajiban semacam itu menjadi tujuan, sedangkan para pendekar golongan merdeka, yang tidak pernah mendirikan perguruan dan selalu mengembara, meski tidak akan menghindari kewajiban yang sama, menjadikan kesempurnaan ilmu silat sebagai tujuan hidupnya. Kini aku berada di sini, di dalam hutan yang gelap ketika pasukan pemberontak yang dipimpin Amrita berada di ambang pertempuran melawan pasukan pemerintah yang kekuatannya tidak bisa dianggap ringan, karena dengan segenap pengalaman dalam sejarah pemberontakan dan peperangan Negeri Atap Langit, menghadapi para pemberontak di Daerah Perlindungan An Nam ini telah dikirim pasukan yang memang dikirim setelah mempelajari siasat pasukan pemberontak dengan cermat. Jika untuk memburu penjahat yang sukar ditangkap cara terbaiknya adalah menggunakan penjahat lainnya, maka cara terbaik melumpuhkan pasukan pemberontak yang menyergap serentak dan segera menghilang lagi tentu adalah menggunakan pasukan lain yang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ sangat mengenal cara-cara itu, yakni pasukan pemberontak juga. Demikianlah Amrita sempat bercerita, "Dalam beberapa bulan terakhir ini banyak sekali pasukan pemberontak yang menyerah karena dirongrong dari dalam dengan segala macam kebocoran rahasia dan adu domba. Namun yang sangat menyedihkan adalah penggunaan pasukan pemberontak yang menyerah itu untuk menghadapi dan memburu pasukan pemberontak lainnya. Pemerintah Daerah Perlindungan An Nam telah mendapat banyak keberhasilan dengan cara itu, sehingga di daerah selatan tinggal pasukan kami yang masih selamat, dan setiap kali suatu pasukan dilumpuhkan selalu berhasil dilebur dan bergabung untuk memburu kami. Maka karena sudah sangat saling mengenal siasat masing-masing, kami berusaha mengelabui mereka dengan cara-cara yang mereka kira sudah mereka kenal, padahal kami sedang menjebaknya. Namun tentu saja masih mungkin mereka pura-pura saja dapat dijebak, sebagai suatu jebakan lain." Kusadari betapa rumitnya siasat jebak menjebak seperti itu, sehingga memang benar betapa pentingnya peranan seorang mata-mata. Sun Tzu, ahli seni perang Negeri Atap Langit itu berkata: ... yang menyebabkan raja bijaksana dan panglima ulung bergerak dan mengalahkan musuh, dan mencapai hasil yang melampaui apa yang dapat dicapai orang banyak, adalah mengetahui lebih dulu. Mengetahui lebih dahulu itu tidak dapat diperoleh dari makhluk halus dan dewa dengan membaca ramal, tidak dapat ditebak dari dalam berdasarkan banyak peristiwa yang telah dialami, tidak pula dapat diduga dari luarnya betapapun cermatnya perhitungan penuh kepastian, melainkan dapat diperoleh dari orang yang mengetahui keadaan musuh. 4) ORANG yang mengetahui keadaan musuh itulah rumusan seorang mata-mata. Menurutnya terdapat lima jenis mataTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ mata, yakni mata-mata setempat, penduduk daerah musuh yang digunakan sebagai mata-mata; mata-mata dalam, petinggi musuh yang digunakan sebagai mata-mata; matamata ganda, mata-mata musuh yang berbalik digunakan sebagai mata-mata; mata-mata mati, yang digunakan membocorkan keterangan menyesatkan kepada musuh; dan mata-mata hidup, yakni mata-mata yang memang dikirim untuk menyelidiki dan kembali dengan segala keterangan perihal keadaan lawan. Menurut Sun Tzu pula, jika kelima jenis mata-mata ini serentak digunakan, tidak seorang pun boleh mengetahui rahasia jaringan mata-matanya...dan itulah yang disebut sifat dewa. Mata-mata dengan sifat seperti ini adalah harta raja yang tiada ternilai harganya. Amrita belum sempat bercerita lebih jauh tentang keadaan jaringan mata-matanya, tetapi keadaan genting sekarang ini, ketika kesunyian siap berubah menjadi hujan maut, jenis mata-mata keempat itulah, yakni membocorkan keterangan menyesatkan, yang mungkin berada di sana, atau juga mungkin berada di sini. Amrita telah bercerita tentang adu siasat, meski tak pernah saling berhadapan, jadi seharusnya ada mata-matanya di sana yang menjadi dasar pertimbangan lawannya pula. Segera kutanyakan dengan bahasa isyarat kepada Amrita, adakah pasukan ini mempunyai mata-mata di pihak sana. Dalam kegelapan masih dapat kulihat ia menggeleng dengan pandangan mata bertanya-tanya. Aku harus berpikir cepat: Amrita mengambil keputusan tidak berdasarkan pertimbangan dari langit, melainkan karena penjelasan para kepala regu dan anggota pasukannya. Jika harus ada yang tersesat, maka yang tersesatkan mestinya adalah pasukan Amrita, karena tidak ada pasukan dalam pendidikan Negeri Atap Langit yang tidak akan mengirim mata-mata mati ke pihak lawan dalam peperangan panjang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ seperti sekarang. Kesunyian sungguh mencekam. Apabila pasukan Amrita mengira akan bisa menjebak lawan dalam hutan larangan, mengapa kita tak harus berpikir bahwa pasukan Amrita sedang dijebak oleh lawan di hutan larangan. Bagaimana cara menjebaknya" Kemungkinan pertama adalah tidak masuk ke dalam hutan melainkan mengepungnya; kedua, masuk ke dalam hutan dengan kepastian untuk mengalahkan musuh, yang telah mereka kenali segenap kemampuannya, termasuk dengan cara seolah-olah terjebak lebih dahulu, untuk kemudian memberikan serangan mematikan; ketiga, melakukan keduaduanya, menyerang masuk hutan dan mengepung, agar jika serangannya tak berhasil melumpuhkan lawan maka kepungan tetap bisa dijalankan. Kupikir kemungkinan ketiga itulah yang akan dijalankan, sehingga harus dilakukan tindakan di luar perhitungan tersebut, yakni bahwa kepungan itu sendiri bisa dikacaukan. Mereka mungkin telah memperhitungkan kemampuan setiap orang, termasuk cara menghadapi Amrita yang ilmu silatnya belum kulihat ada yang bisa melawan; tetapi siapa pun tentu saja tidak memperhitungkan keberadaanku. Dalam keadaan senacam itu, dan suasana sepenting ini, keputusan berada di tanganku untuk mengubah dan membalik keadaan. Kugamit Amrita sebentar, kubisikkan sesuatu ke dalam telinganya, lantas aku berkelebat. Dalam kegelapan, tiada dapat kuandalkan mataku sepenuhnya menghadapi kepungan musuh, maka kupejamkan mataku dan kugunakan ilmu pendengaran Mendengar Semut Berbisik di Dalam Lubang. Dengan segera dalam keterpejaman terlihat bahkan embusan napas orang-orang yang mengintai dalam suatu warna tertentu. Dengan penguasaanku yang semakin matang terhadap ilmu pendengaran ini, setiap kecenderungan terlihat dalam suatu pijar warnanya masing-masing dalam kegelapan. Jika sosok tubuh terlihat sebagai garis pijar redup warna hijau, TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ maka dengus napasnya terembus sebagai uap berwarna kuning, dan setiap senjata yang disandang, di mana pun diselipkan, jika digerakkan karena akan digunakan segera tampak sebagai pijar kebiruan, apakah itu penggada batu maupun jarum-jarum rahasia yang berlesatan. Namun yang luar biasa dari penguasaanku sekarang, bahwa dalam keterpejaman niat membunuh dan mencelakakan terlihat sebagai pijar redup di sekitar dada dengan warna merah. Demikianlah aku melayang dalam kegelapan hutan, tidak menyentuh bahkan sebatang ranting maupun dahan. Ternyata pihak lawan mengirimkan pengintai terbaik sebagai lapisan terdepan, mereka memang berkemampuan tinggi jika dilihat dari kemampuannya berkelebat dalam kegelapan tanpa menyentuh dedaunan. Jumlah mereka hanya satu regu, tetapi kemampuannya sangat tinggi untuk mengacaukan dan mendobrak jebakan yang sudah dipersiapkan, artinya mereka inilah yang pertama kali harus dimusnahkan. KEMAMPUAN mereka memang tinggi dalam melayang di antara pepohonan seperti terbang dengan jejakan-jejakan ringan kadang bahkan hanya dengan sentuhan tangan pada dedaunan. Dalam gelap, seluruh tubuh mereka dibalut kain hitam, sehingga pasukan Amrita yang mengira akan mampu menjebak dengan mudah tiada akan melihatnya bahkan tersergap dan tenggelam dalam kekacauan. Saat kekacauan menimbulkan kepanikan itulah lapisan kedua yang memang dipersiapkan untuk menyerbu masuk akan mampu menyerang dengan penuh kejelasan atas kedudukan lawan. Jika serangan ini tidak berlangsung sempurna, apakah itu masih ada lawan yang tersisa dan lari keluar hutan, bahkan mungkin saja mampu menggagalkan serangan, maka masih barisan pengepung yang telah melingkari hutan larangan. Terlihat betapa cermat siasat itu dijalankan, tetapi kini sudah waktunya untuk dikacaukan. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Orang pertama yang melayang paling depan tak mengira aku seolah akan menabraknya dari depan. Saat ia mencoba berkelit kedua jari tangan kiriku telah menotok jantungnya, sehingga berhenti seketika dan mengakibatkan kematian. Namun bukanlah kematian benar yang menjadi kesulitan untuk diadakan, melainkan bagaimana cara kematiannya takdiketahui yang lainnya karena akibatnya belum dapat diperhitungkan. Jadi menotok jantung dan membunuhnya bagiku cukup mudah dalam kecepatan takterlihat di tengah gelap, tetapi setelah itu menjaga agar tubuhnya tak jatuh bersuara serasa bagaikan pekerjaan yang maha berat. Sekali terdengar suara kematian seorang anggota regu pelopor ini, saat itu mereka akan berbalik mengundurkan diri, karena sadar akan hadirnya kekuatan di atas kemampuan, dan memilih untuk hanya melakukan pengepungan. Maka aku harus berkelebat sangat amat cepat, sehingga setelah menotok jantung dan lawan melayang ke bumi, aku dengan segera sudah berada di bawah untuk menyambut Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo tubuhnya agar tidak terjatuh tanpa suara. Namun aku tidak bisa meletakkan tubuhnya di atas tanah begitu saja, meskipun berada di balik semak dan onak berduri rapat, karena masih berkemungkinan ditemukan oleh pasukan penyerbu lapis kedua yang mengira segala jebakan pasti telah dibersihkan. Tentu saja lapisan pertama yang ditembuskan masuk ke dalam hutan memang suatu regu yang tidak terdiri dari sembarang orang. Bahkan harus kukatakan betapa mereka ini berdasarkan kemampuannya sungguh setara tingkatnya dengan para pendekar pilihan. Bahwa dengan tingkat ilmu silat setinggi itu mereka tidak mengembara sebagai pendekar, tetapi memilih untuk menjadi prajurit tanpa nama adalah sebesar-besarnya pengabdian. Bersama tubuh yang kuterima agar tak jatuh berdebam aku melesat ke atas pohon dan mengikat orang yang baru saja meninggal itu dengan sulur akar-akaran pada dahan yang melintang dan segera berkelebat kembali. Meski kecepatanku TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ bergerak jelas melebihi kecepatan kata-kata menceritakannya, tetaplah harus kuceritakan kesulitanku bahwa takmembuat suara ini merupakan pekerjaan yang sungguh tidak ringan. Jika aku dapat memburu dan melumpuhkan lawan dengan mata tertutup, berkat ilmu pendengaran Mendengar Semut Berbisik di Dalam Liang, ketika menerima tubuh dan membawanya melesat ke atas serta mengikatnya, aku merasa tetap menggunakan ilmu pendengaran itu adalah berlebihan, jadi aku me lakukannya dengan mata terbuka dan saat itu telingaku bekerja hanya sebagai telinga awam biasa. Tanpa alasan yang kuat, pelepasan ilmu pendengaran dalam kegelapan itu ternyata berakibat. Setelah naik turun tiga kali untuk menyambar, melumpuhkan, dan mengikat tiga lawan dengan sulur akarakaran dengan cara yang sama, justru tiga lawan lagi datang sembari me lepaskan serangan kilat tanpa suara tanpa kuketahui sebelumnya. Aku yang baru saja mengikat tubuh segera berkelit ke baliknya. Duabelas pisau terbang pun menancap di tubuh itu, sementara aku melenting ke atas tanpa suara pula ketika ketiganya serentak tiba. Kutotok ketiga tengkuk mereka dari belakang sebelum mereka sadar betapa pisau-pisau terbang mereka menancap pada tubuh kawannya sendiri. Aku bergerak cepat meringkus ketiga orang yang napasnya sudah tersumbat dengan akar-akaran sebelum mereka terjatuh berdebum tanpa nyawa, kali ini tanpa membuka mata, karena hanya dengan memegang ilmu Mendengar Semut Berbisik di Dalam Liang aku dapat melihat dalam keterpejaman dan lebih dahulu menyerang. Enam orang berkelebat lagi pada enam titik yang segaris tanpa mengetahui betapa kawan-kawan mereka yang melesat sebelumnya sudah mati. Dari ilmu silat dan meringankan tubuhnya yang sangat tinggi, kuperkirakan hanya duabelas orang itulah yang diandalkan sebagai regu pelopor untuk menembus hutan, karena memang layak dipertimbangkan tidak akan terjebak perangkap lawan, bahkan sebaliknya TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ mampu menjebak dan mengacaukan mereka yang mengira setiap saat akan ada yang masuk jebakan. DALAM keadaan biasa, mereka telah membantai barisan panah dan pelontar batu dari belakang tanpa suara, tetapi yang setelah mayat-mayatnya jatuh berdebum atau berkerosok menyerempet dahan dan semak-semak nan lebat segera menimbulkan kepanikan -saat yang tepat bagi para penyerbu masuk hutan dan menyerang, karena kepanikan yang menimbulkan suara membuat kedudukan pasukan terlacak bagai hari s iang. Demikianlah keadaan ini kubalikkan. Sama seperti cara bergerak keenamnya, kususul satu persatu mereka dengan cara melesat dan berkelebat melalui sentuhan dahan. Sengaja kutepuk yang seorang pada punggungnya dengan tepukan Telapak Darah, sehingga ia jatuh begitu rupa menimpa dahandahan dan menimbulkan keributan. Dengan kecepatan melebihi kilat, kelima temannya yang bergerak kususul dengan cara yang sama, tetapi tidak semuanya kuhabisi dengan pukulan Telapak Darah. Ada yang kusabet dengan pedang yang kucabut dari punggungnya sendiri. Ada yang kudorong begitu saja sehingga kecepatan geraknya tak teratasi dan menabrak batang pohon dengan tulang remuk. Ada yang kusambut dari depan dengan kecepatan tak terlihat sehingga tiada tangkisan apa pun terhadap angin pukulanku yang mematikan. Ada yang kubarengi begitu saja laju geraknya di sampingnya, tetapi ketika ia menoleh aku telah berada di sisi lain tubuhnya dan menotok titik tertentu tubuhnya sehingga prananya bocor seketika mengakibatkan kematian di udara. Ada pun yang terakhir tanpa diketahuinya kujerat kakinya dengan sulur akarakaran sehingga mendadak terhenti, tergantung dengan kepala di bawah dan tanpa sadarnya berteriak-teriak pula. Semua ini berlangsung lebih cepat dari kejapan mata, aku melesat cepat hanya dengan sentuhan dan kadang justru dari TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ sentuhan atau jejakan atas mayat-mayat yang masih melayang, dan hanya untuk menyusul yang cukup jauh kuperlukan jejakan pada dahan. Begitulah enam titik penembusan mereka di dalam hutan kujelajahi dengan cepat, amat sangat cepat, bahkan seolah terlalu cepat, dengan tujuan memang untuk membuat keributan seolah-olah tugas kedua belas orang anggota regu pelopor itu telah berhasil menimbulkan kekacauan. Sun Tzu berkata: dengan menyerbu bagian musuh yang kosong, majumu tidak akan dapat ditahan; dengan mundur demikian cepatnya sehingga tidak tersusul oleh musuh, mundurmu tidak akan dapat dikejar. Aku telah berada di samping Amrita, ketika para penyerbu masuk sambil membuat suara. ''Habiskan mereka,'' kataku, ''sementara kukacaukan lingkaran yang bermaksud mengepung kita sampai akhir zaman.'' (Oo-dwkz-oO) Episode 129: [Serangan Angin dan Api] Maka aku pun melayang dalam kegelapan hutan, melesat dengan sentuhan dari dahan ke dahan, sementara di bawahku para penyerbu yang tertipu menyerang pasukan Amrita yang telah menunggu. Dapat kubayangkan dalam gelap dan ketiadaan pandangan mereka tidak menemukan apapun dari keributan yang semula mereka sangka sebagai kekacauan lawan. Saat itulah ratusan anak panah beracun akan meluncur dari atas pepohonan di balik kegelapan, anak panah yang racunnya segera bekerja membiru dan menghitamkan badan. Mereka yang cukup tangkas tentu sempat menangkis anak panah dengan pedangnya yang tajam, tetapi apa lagi yang bisa dilakukan jika pada saat yang sama batu yang dilesatkan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ para pelontar jitu telah mendera kening atau pelipisnya yang membuat mereka setidaknya pingsan atau mati sekalian" Masih kudengar jeritan mereka dari luar hutan, ketika para pengepung yang mengira kawan-kawan mereka sedang melakukan pesta pora pembantaian kulabrak dan kukacaukan dengan serangan kilat yang jelas takterlihat di malam gelap segelap-gelapnya kegelapan dari suatu ma lam yang paling kelam. Mereka tidak kubunuh tetapi hanya kuobrak-abrik dengan sapuan angin pukulan yang membuat mereka terjengkang, terkapar, atau terlontar saling bertabrakan. Barisan yang rapi dalam kedudukan penuh perhitungan dalam pengepungan menjadi berantakan, karena serangan mendadak yang kulakukan telah memancing sayap manapun memberikan pertolongan. Hal ini tidak akan terjadi jika mereka biarkan saja aku dihadapi pasukan dari bagian yang kuserang, dan hanya mengirim seorang atau beberapa prajurit pilihan yang tinggi ilmu silatnya, sementara kedudukan mengepung tetap dipertahankan. MASALAHNYA aku telah menggunakan Jurus Seribu Naga Menyerbu Bersama yang mengandalkan kecepatan sangat amat tinggi sehingga meski pada dasarnya seranganku berpindah-pindah tetapi terasa bagaikan serbuan ribuan orang dalam waktu berasamaan. Bukan hanya terasa sebagai serbuan ribuan orang yang menimbulkan kepanikan, tetapi bahwa serbuan itu nyaris tidak kelihatan, takhanya karena gelap melainkan sangat cepat, sehingga menimbulkan kepanikan. Kesan itu bertambah kuat karena tak hanya manusia tetapi juga kuda kubuat berpentalan ke udara ratusan depa yang membuatnya meringkik dan ketika jatuh tentu menimbulkan keributan. Malam seusai hujan di tepi hutan yang semula amat sangat sepi mencekam berubah menjadi penuh teriakan kekagetan dan ringkikan kuda yang sungguh mengacaukan pengepungan. Bintang di langit bertebaran membentuk rasi TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ sayap, menandakan malam yang akan banyak anginnya. Kata Sun Tzu: kobarkanlah api dari mata angin, janganlah menyerbu dari arah yang berlawanan dengan mata angin. Tak kugunakan api di musim hujan seperti ini tetapi kuandaikan seranganku sebagai api yang mengacaukan perhatian dan taktergantung angin karena diriku sendirilah api sekaligus angin yang bergerak atas perintahku sendiri kepada seribu naga penyerbu yang bahkan tak terbayangkan keberadaannya di dalam mimpi. Malam penuh bahasa burung yang mencericit-cericit dalam kepanikan, tetapi kecepatanku telah membuat segalanya bisa kusaksikan sebagai kelambanan dalam tarian. Hanya satu penyerbu yaitu aku, tetapi barisan pasukan ratusan orang ini setiap orangnya bagaikan baru saja dipukul entah siapa dari belakang. Prajurit yang baru dipukul ini akan dengan cepat menyabetkan pedang tajamnya atau menusukkan tombak runcingnya ke belakang dan demikianlah mereka menjadi saling berbacokan. Setiap sayap barisan menekuk ke dalam dengan tergopoh-gopoh mendatangi apa yang mereka kira sebagai sumber keributan dan pusat serangan, dengan maksud menjebaknya dari belakang. Namun saat itulah setiap lapisan paling belakang dari sayap-sayap barisan yang menyerbu itu kukacaukan. Jurus Seribu Naga Menyerbu Bersama memang diciptakan oleh seorang ahli siasat perang dan seorang pendekar ilmu silat yang tidak diketahui namanya, karena lembaran lontar pada bagian menyebut nama penulisnya pada Kitab Seribu Naga itu telah hilang ketika ditemukan ayah dan ibuku di sebuah gua di atas gunung. Agaknya penulisnya telah menuliskannya tetapi sengaja melepasnya lagi sebelum menghilang selama-lamanya meninggalkan kitab itu di atas batu datar pada sebuah gua sebagai warisan bagi dunia. Dari lembar-lembar pengantarnya memang disebutkan bahwa jurus ini terutama ditujukan bagi keadaan ketika seseorang harus menghadapi lawan yang sangat tidak seimbang jumlahnya, TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ seperti ketika satu orang harus menghadapi seribu orang -dan terutama jika yang seribu orang itu berkedudukan dan bertatanan sebagai barisan tempur dalam keadaan perang. Seribu orang yang berkelahi dengan serabutan tidaklah sama dengan seribu orang yang terlatih sebagai prajurit tempur dalam suatu barisan pasukan. Seribu orang dalam satuan tempur diandaikan akan dan boleh terkecoh menghadapi segala siasat dan pancingan, karena kedudukannnya dalam suatu pertempuran memang mempunyai tujuan. Adapun tujuan itu tentunya adalah mencapai kemenangan. Demikianlah Sun Tzu dengan ungkapan terkenalnya: Umumnya dalam seni perang, menaklukkan negara musuh dengan utuh adalah siasat yang paling baik; mengalahkannya melalui perang adalah yang kedua. Menundukkan satu tentara, satu div isi, satu brigade, satu resimen, satu batalyon, satu kompi, satu peleton, bahkan satu regu musuh sekalipun dengan utuh adalah siasat yang paling baik; mengalahkannya melalui pertempuran adalah yang kedua. Itulah sebabnya, berperang seratus kali dan menang seratus kali bukanlah siasat yang paling baik; menaklukkan tentara lawan tanpa berperang adalah siasat yang paling baik. Namun aku telah berhasil membuat pasukan yang semula ingin meraih kemenangan dengan pengepungan ini bertempur meski hanya melawan satu orang. Jika pasukan yang menyerbu masuk hutan itu mengalami kegagalan, yang sebetulnya tidak dimungkinkan jika regu pelopor yang terdiri dari dua belas pendekar itu penyusupan dan segenap siasatnya tidak kubatalkan, para pengepung di luarnya akan bertahan selama-lamanya dengan perkiraan yang berada di dalam hutan menyerah tanpa pertempuran. Siasat seperti ini sering dijalankan balatentara Negeri Atap Langit jika mengepung kota-kota besar dengan benteng perlindungan yang kuat. Jika ada sungai melewati kota itu maka akan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ dituangkan ke dalamnya sumber penyakit dan racun. Demikianlah siasat pengepungan adalah salah satu cara meraih kemenangan tanpa pertempuran. Aku berusaha mengacaukan siasat itu dengan melibatkannya dalam suatu pertempuran tanpa pasukan. DENGAN Jurus Seribu Naga Menyerbu Bersama diandaikan yang menggunakannya mampu bergerak dengan kecepatan begitu tinggi bagaikan satu orang serentak menjadi seribu orang. Dalam kecepatan sangat tinggi segala gerak yang kusaksikan menjadi begitu pelan, amat pelan, amat sangat terlalu pelan sehingga dengan mudah kutepuk ubun-ubun kepala mereka dan kujungkir balikkan, kuambil tombak mereka dan kukembalikan ke kedua tangan setelah Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo kupatahkan, kuangkat mereka bersama kudanya dan kulemparkan, kusapu seratus kaki dan terbangkan ke seratus arah tanpa peringatan. Tiada kematian dan hanya kegemparan kuberlangsungkan selama pasukan Amrita menyelesaikan pekerjaan mereka yang mau takmau penuh dengan kekejaman. Begitulah kecepatanku sangat tinggi tetapi aku merasa melayang selamban kapas, sementara pasukan itu bagaikan patung-patung hidup yang bergerak dengan berat. Ini berlangsung ketika kecepatanku telah melebihi kilat dan nyaris hampir setiap anggota pasukan kusergap. Dari seorang prajurit kurampas seuntai cambuk yang tampaknya terpilin dari kulit ular yang segera kuledak-ledakkan sembari melenting dengan menjejak kepala, bahu, kepala kuda, sepanjang tepi hutan Dengan membuat setiap lecutan menyalakan lelatu api, yang berkilatan bagai kembang api di mana-mana dan kembali lagi sebelum menghilang, kubuat pengacauan ini bagaikan sebuah pesta sambil menunggu pasukan Amrita dari dalam hutan. Namun muncul pula seorang prajurit sakti berilmu silat tinggi yang tak dapat dikelabui Jurus Seribu Naga Menyerang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Bersama dan menyerang langsung dengan dua pedang lurus panjang. Ia mengeluarkan bahasa burung yang tidak kumengerti tetapi jurus kedua pedangnya sungguh mematikan. Kugerakkan cambuk yang kupegang dengan Jurus Ular Mabuk Menelan Tulang yang membuat cambuk itu segera melingkari pedang seperti seekor ular yang melibat sungguhan. Sekali sentak pedangnya terlontar ke udara dalam gelap malam. Dalam sentakan kedua, kuambil pedang dan kusimpan cambuk, dan dengan pedang itu secepat kilat kuselesaikan riwayat sang prajurit yang bisa sangat merepotkan. Prajurit itu jatuh ke bumi yang menjadi gemuruh karena manusia-manusia yang panik. Dari pernak-pernik busananya kubayangkan dia adalah pemimpin dan bagaimana seseorang akan memimpin pasukan tanpa ilmu silat yang tinggi bukan" Sepintas kulihat hiasan alas dan penutup kakinya yang disebut sepatu itu memang membuatnya berbeda dari para prajurit lain. Hmm. Kata Sun Tzu: Yang kalut dihadapi dengan yang tertib; yang gelisah dihadapi dengan yang tenang. Itulah seni mengatur keseimbangan jiwa seorang panglima. Pasukan pengepung ini semula mengacu kepada apa yang dikatakan Sun Tzu: Yang jauh dari medan perang dihadapi dengan yang dekat dari medan perang; yang letih dihadapi dengan yang segar; yang lapar dihadapi dengan yang kenyang. Itulah seni mengatur kekuatan sebuah tentara 4) . Namun mereka lupakan satu dari delapan larangan dalam seni perang yang juga dikatakan Sun Tzu: jangan termakan umpan musuh. Dengan cambuk dan aku menari-nari sambil berkelebatan menyebar lelatu api. Kugunakan lelatu api dari lecutan cambuk itu untuk mengalihkan perhatian. Lantas sengaja pula cambuk kuledak-ledakkan dengan suara keras. Masih menggunakan Jurus Seribu Naga Menyerang Bersama, lelatu api pun tersebar merata sepanjang tepi hutan bersama suara ledakan. Ketika itu sekali lagi pasukan ini bermaksud menjalankan siasat Sun Tzu tentang kedudukan seperti berikut: Mereka TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ yang ahli dalam seni perang menyerupai Shuai Ran, nama sejenis ular yang terdapat di Gunung Chang. Bila ular itu kita pukul kepalanya, ekornya segera datang menolong; kita pukul ekornya, kepalanya segera datang menolong; kita pukul tengahnya, kepala dan ekornya serentak datang menolong. Namun tentu saja kedudukan Ular Shuai Ran ini gerakannya sangat kalah cepat menghadapi Jurus Seribu Naga Menyerang Bersama yang amat sangat cepat untuk menempur dan menghilang. Saat itu pasukan Amrita sudah keluar dari dalam hutan. BAGAIKAN air bah mereka menggulung pasukan pemerintah Daerah Perlindungan An Nam yang sedang terkacaukan oleh tipuanku yang membuat mereka mengira sedang berhadapan dengan seribu orang. Pasukan pemberontak ini tidak hanya terdiri dari orang-orang Viet yang melawan penjajahan Negeri Atap Langit, tetapi segenap orang-orang pinggiran yang menganggap kekuasaan yang menindas di mana pun harus digulingkan. Mereka orang-orang tersingkir yang gagah perkasa dan bernyali, serta kepandaian bersilat dan bertempurnya sangatlah tinggi, yang berasal dari negeri-negeri di sekitar An Nam seperti Khmer, Campa, bahkan juga para pejuang dari Pagan. Gelombang pasang ini mengempas dari dalam hutan bagai naga raksasa kehitaman yang menyeruak dari balik langit malam dan di kepala naga raksasa yang menganga itu kulihat Amrita di atas kudanya maju menerjang di tengah pusaran kekacauan. Aku mengambil jarak dan mengamati dari atas sebuah batu besar. Amrita terlihat melenting-lenting dengan dua pedang menyebarkan kematian. Para kepala regu di pihaknya yang takkalah sakti mandraguna segera menyusulnya dalam pembantaian. Pasukan pemerintah Daerah Perlindungan An Nam bagaikan diaduk-aduk dan terlalu banyak yang perlaya pada gebrakan pertama yang luar biasa mengejutkan. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Pada pihak pasukan pemberontak terdapat para pendekar yang nama-namanya baru kuketahui kemudian. Seorang pendekar bersenjata dua bandul besi disebut sebagai Iblis Suci Peremuk Tulang. Dengan senjata bandul besinya ia melayanglayang seperti dewa pencabut nyawa, tak terhitung lagi berapa banyak korban bergelimpangan dengan kepala dan tubuh remuk bagai ditumbuk oleh tenaga raksasa. Ia dinamakan Iblis Suci yang maknanya bertentangan karena meskipun ilmu silatnya mengerikan sebetulnya ia seorang pendeta. Konon semula ia seorang pendeta Buddha biasa yang tidak dikenal, tetapi semenjak kuilnya dihancurkan pasukan pemerintah karena menampung keluarga pemberontak, ia yang sejak semula ditugaskan menimba ilmu silat untuk menjaga keamanan lantas bergabung dengan para pemberontak. Kini kepalanya tidak lagi gundul, bahkan panjang sampai ke bahu. Ia mengenakan busana kulit hitam yang sudah usang, wajahnya penuh dengan brewok kasar yang beruban, dan matanya merah sehingga berkesan menakutkan. Berapa orang pun yang mengepungnya, sekali ia berputar dengan sepasang bandul terpentang, bandulnya berputar semuanya terpental. Banyak lagi pendekar golongan merdeka yang bergabung dengan pemberontak, dan setiap orang dari mereka memiliki kemampuan yang istimewa, sehingga pasukan pemberontak yang dipimpin Amrita ini tidak bisa dihadapi sebagai pasukan tempur biasa. Jika prajurit pasukan tempur sangat terlatih sebagai bagian dari gerak seluruh barisan, pasukan pemberontak mampu melakukan hal yang sama, tetapi ketika kedua pasukan berhadapan langsung, para pendekar yang bergabung dengan pemberontak ini jelas memiliki kelebihan ketika bermuka-muka dalam pertarungan satu lawan satu. Namun pasukan pemerintah juga memiliki prajurit berilmu tinggi yang lulus dari berbagai perguruan silat ternama. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Mereka terdiri atas gabungan prajurit yang berasal dari berbagai tempat di Negeri Atap Langit maupun orang-orang Viet sendiri. Untuk membangun pasukan pemerintah di luar wilayahnya, bagian pembentuk pasukan kerajaan biasanya memanfaatkan tenaga para penjahat yang tertangkap, tetapi yang kejahatannya tidak cukup berat, yakni mencuri, merampok, memperkosa, tapi tidak membunuh, sehingga apabila penjara di berbagai penjuru negeri telah semakin penuh, sungguh menambah beban keuangan negara. Mereka inilah yang dibuang ke luar batas negeri untuk menjadi anggota pasukan kerajaan, yang mereka turuti saja karena pekerjaan ini memberikan jaminan hidup yang lebih baik daripada menjadi penjahat kambuhan. Wajarlah jika meskipun telah diberi latihan bergerak dalam kesatuan barisan, dalam pertempuran jarak dekat yang berhadapan langsung muka bertemu muka, watak mereka yang berangasan kembali menyeruak ke permukaan. Tidak jauh berbeda adalah keberadaan orang-orang Viet di dalam pasukan pemerintah Daerah Perlindungan An Nam, yang juga terdiri dari penjahat-penjahat kambuhan yang tertangkap dan hanya akan menghabiskan banyak makanan atas beaya negara. Sebaliknya, mereka yang berjiwa prajurit dan mencintai tanah airnya tidak sudi bekerja untuk pemerintahan boneka yang dikendalikan dari Negeri Atap Langit, maka mereka pun bergabung dengan pasukan pemberontakan. Sikap mereka ini menarik kesetiakawanan orang-orang tersingkir dari berbagai negara tetangga, yang sangat bisa memahami sikap mereka, sehingga bergabung mendukung perjuangan mereka. "DI mana pun penjajahan adalah buruk," kata orang-orang tersingkir ini, "baik dilakukan bangsa asing, apalagi bangsa sendiri." Adalah benar betapa tak kurang dari orang-orang Viet sendiri yang bekerja sebagai pegawai pemerintah Daerah TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Perlindungan An Nam, karena para petinggi yang berasal dari Negeri Atap Langit tentu tidak mengenal daerah yang diperintahnya sebaik orang Viet sendiri. Maka dalam pertempuran yang sedang berkecamuk di hadapanku itu, kusaksikan orang Viet berhadapan dengan orang Viet, dan orang-orang Negeri Atap Langit berhadapan orang-orang tersingkir dari negeri-negeri seperti Khmer, Campa, Pagan, Siam, bahkan Malayu! Jika sudah berhadapan seperti itu, apakah masih mungkin memisahkan yang baik dari yang buruk, dan yang dianggap benar dari yang jahat" Dalam kegelapan, senjata tajam menikam dan senjata tumpul menggebuk, dentang logam disusul percikan api berbintang, darah muncrat, tubuh ambruk, jerit membahana, kepala lepas dari tubuhnya, kuda meringkik, panah melesat, perisai tembus, cambuk meledak-ledak, batu-batu meluncur, dan di atas mereka yang mengadu jiwa para pendekar kedua belah pihak yang berilmu tinggi berkelebat dan melesat-lesat dalam pertarungan antara hidup dan mati. Amrita dikurung oleh tujuh manusia berangasan yang masing-masing mengenakan senjata penggada, kapak, lembing, toya, cambuk, bandul, dan sepasang golok besar. Mereka adalah Tujuh Pemburu dari Gunung Wudang, yang busananya berupa kulit harimau, dan bukan pemburu binatang melainkan pemburu manusia dalam perjalanan di sekitar Gunung Wudang di Negeri Atap Langit. Mereka berhasil ditangkap hidup-hidup semuanya ketika sedang mabuk, dan di dalam penjara selalu membuat onar sehingga dibuang ke Daerah Perlindungan An Nam untuk menghadapi orang-orang Viet yang gemar berperang. Ternyata ilmu silat mereka yang tinggi membuat mereka selalu selamat, bahkan kemudian digabungkan dengan pasukan pilihan yang memburu para pemberontak ini. Kini mereka mengurung Amrita yang sudah lama diincar, sebagai pelarian asal Khmer dan puteri raja Jayavarman II, TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ yang sangat tinggi ilmunya dan menguasai ilmu perang, sehingga pasukan yang dipimpinnya sangat sulit diburu dan dilumpuhkan. Namun kini mereka sudah berhadapan dan Tujuh Pemburu dari Gunung Wudang mengharapkan suatu hadiah atau peningkatan jabatan, maka mereka ingin meringkus perempuan pemimpin pasukan ini dengan secepatcepatnya. Mereka saling berkelebat, dan kusaksikan suatu kedudukan yang tentu menyulitkan Amrita yang bertarung dengan dua pedang. Tujuh Pemburu dari Gunung Wudang itu tidak mengurung Amrita dalam lingkaran, melainkan set iap orang melingkarinya dalam tujuh tingkatan yang membujur maupun melintang, sehingga Amrita bagaikan terkurung dalam suatu bola yang setiap saat siap merajamnya dalam penyempitan ruang. Kedudukan Amrita sebenarnya sangat rawan karena kedua pedang akan mampu menangkis dua senjata, tetapi lima senjata lainnya akan ditangkis dengan apa" Kecepatan Amrita takdapat mengatasinya karena Tujuh Pemburu dari Gunung Wudang ternyata memang berilmu tinggi untuk dapat mengimbangi kecepatannya. Namun kusaksikan Amrita segera menggunakan Jurus Penjerat Naga. Aku terkesiap karena jika ia masih menggunakan jurus itu berdasarkan kitab curian yang sengaja dikelirukan, tentu bukan keberhasilan melainkan kegagalan yang berarti kematianlah yang akan diterimanya dalam malam yang telah menjadi semakin kelam. Demikianlah Tujuh Pemburu dari Gunung Wudang yang berbusana kulit harimau itu tampak bagaikan tujuh harimau yang siap menerkam seekor anak kambing. Kedudukan seekor Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo anak kambing di hadapan tujuh harimau perkasa tentulah suatu kedudukan yang sangat amat lemahnya, dan itulah kesan yang akan didapat jika Jurus Penjerat Naga dimainkan, yakni betapa jurusnya tidaklah seperti suatu jurus sama sekali. Amrita bagaikan begitu siap diterkam dan dirajam karena seluruh kelemahannya tampak begitu terbuka. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Apalagi, dalam kecepatan yang akan tampak biasa saja bagi yang bergerak sama cepatnya, Amrita tampak terbuka segala pertahanan dengan begitu lemahnya: kedua tangan terpentang, mata terpejam, bibir merekah, seolah tak sedang terancam melainkan bercinta... Ketujuh orang gagah ini bergerak serempak dalam kedudukan yang akan membuat ke mana pun Amrita mengelak tetap saja akan menemui ajalnya. Terbayang sudah hadiah dan pangkat yang akan mereka terima dengan kematian perempuan Khmer yang memimpin pasukan pemberontak dan telah lama menyulitkan pasukan pemerintah Daerah Perlindungan An Nam. ORANG pertama yang bersenjata gada mengira mendapat peluang emas untuk meremukkan kepala, gadanya yang mampu meremukkan gajah dalam sekejap telah terayun ke sasarannya. Amrita masih saja terpejam matanya seperti orang tertidur, gada itu tinggal sejengkal lagi akan meretakkan pelipisnya; tetapi saat itulah kepalanya lenyap dan kepala pemegang gada itu sendirilah yang sudah terlepas dari tubuhnya yang menyuruk ke bumi. Dalam sekejap mata keenam orang gagah sisanya menyusulkan serangan, tetapi tidak lagi berurutan satu persatu, karena memang begitulah jurus mereka dalam pertarungan bersama, bahwa pihak yang kuat menutupi kekurangan bagian yang lemah. Artinya kegagalan adik seperguruan yang bungsu, harus diganti dengan serangan berlipat ganda ancamannya, sehingga dua kakak seperguruan yang di atasnya, pemegang senjata lembing dan toya, pun menyerang bersamaan. Namun saat itu pula kepala keduanya lepas dari batang lehernya. Dari jauh kusaksikan bagaimana Amrita membantai lawanlawannya dengan Jurus Penjerat Naga. Sungguh jurus yang sangat berbahaya, karena penampilannya sebagai bukan jurus sama sekali yang membuat lawan mengira telah melihat kelengahan musuhnya. Seperti juga dengan berbagai jurus langka di dunia, Jurus Penjerat Naga mensyaratkan ilmu silat yang sudah sangat tinggi, terutama kecepatan bergerak dan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ tenaga dalam peringkat para naga. Betapa tidak jika memang ilmu ini diciptakan untuk menghadapi dan mengalahkan para naga" Aku teringat Pahoman Sembilan Naga, adakah suatu kali harus kuhadapi salah satu dari mereka dan aku mengalahkannya" Bahkan Naga Hitam yang telah menjual jiwanya kepada kejahatan, dan sebaiknya kuburu demi keselamatanku sendiri maupun banyak orang, justru kutinggalkan sampai ke Tanah An Nam ini. Adakah suatu ketika kami akan saling berhadapan" Apakah sebenarnya yang dipikirkan Naga Hitam, jika sampai ke pantai negeri Campa yang membujur dari utara ke selatan para pembunuh bayarannya masih memburuku jua" Barangkali aku memang telah melakukan persiapan untuk menghadapi Naga Hitam dengan Ilmu Pedang Naga Hitam ternamanya yang belum terkalahkan. Dalam dunia persilatan, jika aku telah membunuh murid-muridnya dan Naga Hitam telah mengirimkan para pembunuh kepadaku, sudah semestinyalah kami pada akhirnya bahkan wajib saling berhadapan. Namun juga di dalam dunia persilatan, jika tidak akan pernah ada lagi yang bisa kukalahkan, jika memang ingin kucapai kesempurnaan dalam dunia persilatan, maka bukan saja Naga Hitam, melainkan yang manapun wajib kutantang. Jika siapapun dari anggota Pahoman Sembilan Naga tidak menantangku bertarung lebih dulu, karena di sungai telaga dunia persilatan menantang s iapapun yang belum terkalahkan adalah keharusan, akulah yang diwajibkan untuk menantangnya. Kutengok gelanggang pertempuran, dalam kelam Amrita menghindari ancaman cambuk, bandul, dan kapak yang datang dari tiga jurusan secara bersamaan, dan saat itu pula sepasang pedangnya yang pipih, lentur, dan tajam, telah memisahkan kepala ketiganya tanpa mereka rasakan. Orang terakhir, murid tertua dalam Tujuh Pemburu dari Gunung TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Wudang, tampak lebih cerdik dari yang lain, dan karena itu membatalkan serangan sepasang golok lebarnya. Maka Amrita pun tentu tidak perlu memasang Jurus Penjerat Naga lagi, ia menggulung lawannya dengan dua pedang yang telah berubah menjadi sepasang baling-baling, lantas dimainkannya seperti kipas dalam Jurus Kipas Menggunting dalam Lipatan, yang dengan segera membuat sepasang golok lebar lawannya terpental ke angkasa. Bersama dengan melayangnya kedua golok itu, lenyap pula nyawa pemiliknya dari badannya, ambruk dengan pedang menembus badan dari depan dan belakang. Pertempuran tampaknya hampir selesai. Jumlah pasukan pemerintah tinggal separuh. Rembulan yang akhirnya muncul dari balik awan memperlihatkan mayat yang bertumpuktumpuk. Di pihak Amrita juga jatuh korban, sekitar seratus orang, sehingga kekuatan kini berimbang. Kata Sun Tzu: ...dalam seni perang jika kekuatanmu sepuluh kali kekuatan lawan, kepunglah dia; jika lima kali kekuatan lawan, seranglah dia; jika dua kali kekuatan lawan, ceraikanlah dia; jika seimbang dengan kekuatan lawan, dikau dapat bertempur melawannya; jika kurang daripada kekuatan lawan, dikau dapat mundur; jika tidak setara dengan kekuatan lawan, dikau dapat menghindarinya. BETAPAPUN bijaksana segala ujaran sang empu, peristiwa di medan tempur tidak selalu berjalan sesuai perkiraan kitab seni perangnya itu. Dalam dunia persilatan yang melibatkan kesaktian para pendekar yang tak selalu dapat diukur, hukum pertempuran semacam itu bisa terbolak-balik di luar akal sehat, meski kuakui dari segi falsafah pendapat Sun Tzu tersebut banyak benarnya. Pasukan pemerintah yang siasatnya sudah begitu tepat, menjadi kacau karena para perintisnya yang berilmu tinggi takdisangka dapat tumbang olehku, seorang pengembara tanpa nama dari Jawadwipa. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Amrita mencabut kedua pedang sambil menahan tubuh korbannya dengan kaki. Ia putarkan kedua pedang sebelum memasukkannya kembali ke sarung pedang yang saling melintang di punggungnya. Lantas ia meloncat ke punggung kuda, menoleh ke sana kemari mencariku. Saat itulah aku melesat, karena sesosok bayangan berkelebat dengan kecepatan kilat bermaksud menikam Amrita dari belakang punggungnya. Aku memang berdiri cukup jauh, tetapi dengan Jurus Naga Berlari di Atas Langit segera saja aku telah berada di hadapannya sembari tangan kiriku mendorongkan angin pukulan. Jarum-jarum beracun yang diluncurkannya meluncur balik kepadanya, tetapi hebatnya ia pun bisa menyampoknya sehingga jarum-jarum itu rontok, bahkan telah diuraikannya cambuk di pinggang untuk menyerangku. Maka dengan cambuk kulit ular di tanganku kusambutlah serangannya itu. Demikianlah pertempuran yang hampir selesai itu kini dimeriahkan oleh lelatu api dari pertarungan kedua cambuk kami yang meledak-ledak mencerahkan malam. Ujung cambuk merupakan bola kecil dengan duri-duri beracun yang setiap kali meledak menyemburkan tepung beracun. Udara malam yang basah segera berbau amis dan suatu mantra penolak racun warisan Raja Pembantai dari Selatan tanpa kuminta segera bekerja melindungi pernapasanku. Kami berkelebatan di atas bahu para penunggang kuda yang masih bertempur tanpa menyadari terdapatnya pertarungan kami yang tidak bisa diikuti mata, kecuali suara meledak-ledak berbunga api yang terdengar di mana-mana. Kuketahui ia menggunakan Ilmu Cambuk Menari di Atas Api yang merupakan ilmu cambuk langka di dunia, yang segera kulayani dengan Ilmu Cambuk Gembala Sunyi, suatu ilmu cambuk yang pernah kupelajari dari salah satu kitab dalam peti kayu warisan orangtua asuhku. Dengan begitu kedua cambuk akhirnya saling melibat. Kami terpaku di atas tanah saling menyalurkan tenaga dalam ke dalam cambuk, sampai kedua cambuk itu berasap dan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ menyala. Cambukku bercahaya biru redup, cambuknya bercahaya merah jingga. Adalah warna yang lebih kuat dan mengubah warna cambuk lainnya yang akan menang karena tenaga dalam yang lebih tinggi tingkatnya. Pertarungan tenaga dalam seperti ini hanya akan berakibat kematian, setidaknya luka dalam yang parah karena tidak mungkin ditarik kembali. Kulirik siapa musuhku dan aku terkesiap. Ternyata ia seorang nenek berambut putih! Ia berbaju musim dingin yang tebal dan mengenakan alas yang disebut sepatu, dengan bebatan kain dari mata kaki sampai ke lututnya. Sungguh perempuan tua yang gagah, tetapi sungguh besar kehendaknya untuk mencabut nyawaku secepatnya. Saat perhatianku tersita oleh adu tenaga dalam melalui cambuk, ia menyemburkan uap racun kuning dari mulutnya. Kemudian akan kuketahui betapa uap kuning semacam itu akan membuatku kulitku terkelupas dan terbakar. Maka sekali lagi ilmu-ilmu racun warisan Raja Pembantai dari Selatan menunjukkan keajaibannnya, karena tanpa kukehendaki mulutku menyemburkan asap biru muda yang menyambut dan memunahkan segenap daya racunnya. Nenek tua itu untuk sesaat terperangah karena tak menduga, tetapi lebih dari cukup bagiku untuk menyentak lepas cambuk di tangannya yang masih saling melibat dengan cambukku, dan kulecutkan cambuknya sendiri yang menyala merah jingga itu ke tubuhnya. "Aaaaaarrggh!" Bukan hanya Amrita, tetapi juga prajurit yang sudah kehilangan lawan dan menonton, bahkan diriku sendiri berteriak terperanjat, karena cambuknya yang menyala seperti bara merah jingga itu begitu lepas dari cambukku dan menyentuh tubuhnya, langsung membuat tubuhnya terbakar seperti obor raksasa! TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Aku terperangah. Kubuang cambukku ke tanah dan sentuhan nyala birunya dengan tanah basah menimbulkan asap yang mendesis. Pertempuran telah selesai. Amrita mendekat, turun dari kudanya dan memelukku dalam tatapan semua orang. "Pendekar Tanpa Nama," bisiknya, "berapa kali daku berutang jiwa?" Tubuh perempuan tua yang gagah itu masih berkobar menyala, ia perlaya dalam keadaan masih berdiri tegak dengan perkasa. (Oo-dwkz-oO) Episode 130: [Pengepungan] MUSIM dingin belum berlalu ketika kami mengepung Thang-long saat memasuki tahun baru 797. Gabungan pasukan pemberontak yang turun gunung dari berbagai wilayah di Daerah Perlindungan An Nam memasuki Hoa-lu sebulan sebelumnya tanpa perlawanan sama sekali. Pasukan pemerintah yang semakin terdesak telah meninggalkannya untuk bertahan di Thang-long, yang tidak seperti Hoa-lu, memiliki benteng kuat yang lebih memungkinkan untuk bertahan lebih lama, bahkan mungkin saja membalikkan keadaan dan meraih kemenangan. Hoa-lu begitu mudah direbut, karena jaringan rahasia pemberontak telah banyak menyabot perbekalan, dan juga melakukan pembunuhan tokoh-tokoh serta para petinggi penting, sehingga tidak ada lagi yang bisa diandalkan memimpin pertahanan. Kota di seberang Sungai Merah, Bohai, yang terletak di tepi pantai, bahkan sudah lama menjadi sarang pemberontak itu sendiri, yang sulit dilacak karena berbaur dengan orang-orang asing. Jangan lagi dikata NgheTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ an, yang jauh di selatan, tempat pengaruh Negeri Atap Langit tidak terlalu terasa. Saat itu kekuasaan Wangsa Tang di Negeri Atap Langit memang sedang melemah. Wangsa itu telah berkuasa sejak tahun 618, artinya memasuki tahun ini sudah 179 tahun. Adalah semasa pemerintahan Wangsa Tang maka kota pelabuhan K wangtung di bagian selatan Negeri Atap Langit itu terbuka bagi perdagangan dengan berbagai negeri as ing. Dari kota inilah jalur perdagangan Negeri Atap Langit terbuka, dengan Kedatuan Srivijaya, maupun Jambhudvipa dan Dashi. Seperti berbagai kota pelabuhan lain, kota ini menjadi pusat perdagangan maupun pusat kekuasaan, ke-igama-an, dan kebudayaan. Maka dari barang perdagangan andalan seperti kain sutra berlangsung pula pertukaran yang menyangkut pengetahuan mengenai berbagai bidang tersebut. Wangsa Tang bahkan mengeluarkan perintah tertulis untuk melindungi para pedagang asing yang bermukim di Kwangtung. Antara 763 dan 778 sekitar empat ribu kapal asing berlabuh di Kwangtung setiap tahun. Para pedagang dari Dashi yang kudengar memuja Allah yang tak berbentuk dan tak terbayangkan, maupun para pedagang negeri-negeri lain, membuka jalur perdagangan dan bermukim di tempat yang disebut fanfang, bagian kota yang hanya ditinggali orang asing. Namun masa ini sebetulnya adalah kelemahan pemerintahan Wangsa Tang, sejak kaisarnya yang tua, Xuanzong, yang segala kebijakannya bertentangan dengan para penasehatnya, jatuh ke pelukan selirnya yang cantik jelita, Yang Yuhuan, sementara segenap petinggi Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo pemerintahannya berlomba memperkaya diri mereka sendiri. Pada 755, An Lushan bersekutu dengan Shi Siming untuk mengobarkan pemberontakan, yang terkenal dengan sebutan Pemberontakan An Shi. Mereka adalah pasukan penjaga perbatasan yang bergabung sebagai kesatuan tentara yang kuat. Pertempuran yang dikobarkan para pemberontak ini TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ berlangsung delapan tahun, yang membuat kekuasaan Wangsa Tang menjadi lemah dan memancing lahirnya pemberontakan baru pada tahun-tahun berikutnya di berbagai wilayah, termasuk di Daerah Perlindungan An Nam sekarang ini. Untuk selanjutnya, secara turun temurun Wangsa Tang menjadi semakin rapuh, karena di dalam istana sebagai pusat pemerintahan pun berlangsung perma inan dalam perebutan kekuasaan tanpa henti antara jaringan orang-orang kebiri dan para petinggi negara. Pemberontakan yang tiada habisnya membuat banyak penduduk berpindah ke selatan, dan mengubah segala sesuatunya di wilayah selatan, termasuk wilayah jajahannya seperti Daerah Perlindungan An Nam. Aku tidak mempunyai kepentingan apa pun dalam pertentangan kekuasaan ini. Kuikuti pasukan Amrita yang telah bergabung, bercerai, dan bergabung lagi dengan banyak pasukan pemberontak yang lain, tak lebih dan tak kurang karena Amrita tidak pernah rela kutinggalkan. Aku memang hanyalah seorang pengembara, mengikuti langkah kaki ke mana pun langkah itu menuju sesuai kata hatiku, dan kata hatiku kini masihlah mengikuti Amrita Vighnesvara, puteri Khmer anak raja Jayavarman II yang melawan ayahnya sendiri dalam pemersatuan Angkor. Ketika kami mengembara bersama di wilayah Khmer dan Campa, sebetulnya Amrita menemukan kenyataan betapa suatu rongrongan terhadap kekuasaan ayahnya itu tidak berguna, karena kehadiran Kerajaan Angkor telah memberikan kebanggaan bagi rakyatnya. NAMUN kebijakan Angkor pula yang tidak memberi ampun atas langkah-langkah Amrita, yang demi dendam lama nasib ibunya sebagai selir keturunan Tchen-la, bersama kelompoknya telah melakukan banyak pembunuhan rahasia di dalam istana. Seperti telah diketahui, orang-orang Viet yang mengetahui kedudukan dan kemampuan Amrita, berhasil mengajaknya bergabung atas nama perlawanan semesta terhadap penjajahan, terhadap pemerintah Daerah TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Perlindungan An Nam yang merupakan pemerintahan boneka Negeri Atap Langit. Begitulah aku mengikutinya atas nama cinta, karena memang tiada kepentinganku dalam perjuangan para pemberontak ini, yang tidak kurang-kurangnya diwarnai pertentangan kepentingan. Namun itu tidak berarti aku tidak mendapatkan suatu keuntungan, karena inilah kesempatanku mempelajari segala macam bahasa. Telah kuceritakan betapa para pemberontak ini, meski sebagian besar memang terdiri atas orang-orang Viet, juga memanfaatkan tenaga tempur orang-orang gagah berbagai suku bangsa. Maka lambat laun, dengan kemampuan berbahasaku yang terbatas, akhirnya bahasa orang Viet maupun bahasa-bahasa Negeri Atap Langit tak lagi terdengar hanya seperti bahasa burung bagiku. Bahkan kukenali juga seperlunya bahasa Pagan dan bahasa Siam, karena rombongan orang gagah mereka bergabung pula dengan para pemberontak ini. Dengan bekal perbendaharaan bahasa seadanya itu, dalam perjalanan menyelusuri lembah, naik turun gunung, menyeberangi sungai, dan menembus hutan ini, aku dapat bercakap-cakap dengan Pendekar Iblis Suci Peremuk Tulang, bekas pendeta yang berasal dari Sungai Hitam di utara Thanglong, jadi seorang Viet juga, yang sangat menguasai ajaranajaran Nagarjuna. Suatu kebetulan yang menyenangkan! Maka sambil berkuda berdampingan kami dapat bercakapcakap mengenai pemikiran Nagarjuna, yang kumaksudkan untuk mendorong pengembangan nalar di balik ilmu silatku itu. Ini pula yang terjadi ketika gabungan pasukan pemberontak melakukan pengepungan yang tampaknya akan berlangsung panjang. Pada malam-malam musim dingin yang membekukan tulang, di depan api unggun dalam tugas jaga kami bersama, percakapan tentang filsafat Nagarjuna dapat memanaskan otak dan menghangatkan badan. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Demikianlah Iblis Suci Peremuk Tulang memilih untuk menjelaskan perihal Nagarjuna sejak awal, memulainya dengan suatu pengantar dan pembahasan tentang latar belakangnya lebih dahulu, sebelum memasuki ujaran-ujaran Nagarjuna. Maka, harap dimaafkan jika terdapat segala sesuatu tentang Nagarjuna yang telah kuungkapkan sebelumnya, karena mantra sihir dalam bahasa Sansekerta yang dipendamkan kepadaku oleh Raja Pembantai dari Selatan memang ujaran Nagarjuna yang suka terbaca tanpa kesengajaan olehku. Belum jelas bagiku, kenapa Raja Pembantai dari Selatan itu menggunakan ujaran Nagarjuna. Seperti telah diketahui, jika kata-kata dalam bahasa Sansekerta itu tidak dikenal, maka mantra itu akan sahih sebagai mantra, karena mantra memang harus berada di luar bahasa. Tidakkah terdapat bahaya betapa tuah mantra itu akan hilang ketika bunyinya menjadi kata biasa bagi yang menguasai bahasa Sansekerta" Betapapun kata-kata Sansekerta yang biasa ini pun sebagai kalimat dalam kenyataannya tidak dapat dengan mudah dipahami maknanya. Sembari menghadapkan telapak tangannya ke arah api unggun, seperti menyerap prana api, Iblis Suci Peremuk Tulang menjelaskan, "Takhayul tak masuk akal telah berkembang di sekitar tokoh-tokoh filsafat dan ke-igama-an, nyaris pada hampir setiap aliran dalam igama Buddha. Lebih sering takhayul ini dihembuskan oleh persaingan antar aliran yang terus menjadi penyakit dalam sejarah igama Buddha, khususnya persaingan dua ajaran utama, yakni T heravada dan Mahayana. Berbagai prasangka yang timbul karenanya, cenderung membentuk ajaran filsafat kedua aliran ini terkutubkan kepada asalnya pula, yang dalam kenyataannya mirip bahkan nyaris sama. Keduanya bermiripan dalam kesetiaan kepada ajaran-ajaran dasar Buddha, mereka terbandingkan dalam cara menolak sejumlah gagasangagasan adikodrati yang masih terus menempel bagai benalu pada ajaran-ajaran ini." TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Kedua sisi ajaran Buddha, yang bersifat falsafi maupun yang berlaku untuk kehidupan sehari-hari, dan keduanya saling tergantung, secara jelas tersebutkan dalam dua wacana, yakni Kaccayanagotta-sutta dan Dhammacakkappavattana-sutta, yang dihargai tinggi oleh hampir setiap perguruan igama Buddha, lepas dari persaingan demi pemisahan yang dilakukan setiap aliran. KACCAYANAGOTTA-SUTTA dikutip oleh hampir semua perguruan Buddha yang utama, membahas perkara 'jalan tengah', dan ditempatkan berlawanan dengan latar belakang dua pemikiran filsafat yang serba mutlak dari Jambhudvipa, yakni atthita atau keberadaan tetap yang diajukan dalam awal Upanisads dan natthita atau kehampaan ketakberadaan yang diajukan Kaum Pemihak Jasad. Kedudukan tengah dijelaskan sebagai paticcasamuppada atau kebangkitan yang tergantung, yang ketika diterapkan kepada perilaku kepribadian manusia dan dunia pengalaman, muncul sebagai ramuan yang berisi dvadasanga atau dua belas penentu. Jalan tengah yang berlaku dalam keseharian dinyatakan dalam Dhammacakkappvattana-sutta, dan dihargai oleh para penganut Buddha sebagai ujaran-ujaran Buddha yang pertama. Di sini, jalan tengah adalah antara dua titik bertentangan kamasukhalliyoga atau penurutan katahati sendiri dan attakilamathanyoga atau pemberian aib kepada diri sendiri, dan berisi ariyo atthangiko maggo atau jalan delapan lipatan menuju kebebasan dan kebahagiaan.'' Amrita datang dengan kudanya. Melihat wajah kami berdua yang sungguh-sungguh ia pun turun, dan tanpa mengatakan apa pun lantas duduk dan turut mendengarkan. ''Sepanjang sejarah igama Buddha,'' ujar Iblis Suci Peremuk Tulang melanjutkan, ''para penganutnya berusaha keras tetap setia kepada peraturan yang ternyatakan dalam dua wacana ini, meskipun pembagian kepada Therevada dan Mahayana, dan dalam tekanan besar baik dari dalam maupun luar, TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ apakah dari rakyat atau dari penguasa, yang memaksa mereka kadang-kadang menyimpang dari ajaran yang asli.'' ''Misalnya"'' Hmm. Cepat sekali Amrita menyela. ''Dalam wilayah perdugaan filsafat, terdapat suatu aliran yang bersumber dari Sthaviravada, disebut Sarvastivada, mengajukan pemikiran tentang 'alam-diri' atau ''hakikat'' yang disebut svabhava dan sebagian kaum Mahayana menyatakan rancangan pemikiran seperti bodhi-citta atau 'pikiran dalam pencerahan, yang keduanya, seperti akan daku jelaskan, adalah pemikiran yang bertentangan terhadap dasar ajaran Buddha tentang paticca-sammupadda atau ekebangkitan yang tergantung'. ''Jalan tengah dalam kehidupan sehari-hari dijelaskan dalam Dhammacakkappavattana-sutta yang terkenal itu, yang menambah kepada ataupun menjadi dasar filsafat jalan tengah yang disebut tadi, lebih lemah terhadap pengembangan. Kajian dari keragaman yang luas dari kehidupan igama sehari-hari muncul dari dua peradatan, Theravada dan Mahayana, yang ternyata bertentangan terhadap jalan tengah, yang perbincangannya daku sampaikan nanti. ''Jika ingin tahu, daku harus menjelaskan bagaimanakah filsafat jalan tengah ini tahan uji mengarungi zaman, di tengah begitu banyak penafsiran menyimpang dan sesat yang kadang-kadang muncul dalam peradatan igama Buddha. Bertahannya kedudukan tengah dalam filsafat ini berkat jasa pembaharu seperti Mogalliputta-tissa dan Nagarjuna. Pribadi semacam itu muncul dari masa ke masa dan bertanggung jawab atas kelanjutan pesan-pesan Buddha. Kegiatan para pembaharu semacam itu telah diabaikan, seperti dalam hal Mogalliputta-tissa, atau dilebih-lebihkan, seperti Nagarjuna.'' ''Dilebih-lebihkan bagaimana"'' TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Amrita yang membaca ujaran-ujaran Nagarjuna melalui lembaran-lembaran lontar di Pertapaan Naga Bawah Tanah, tampaknya merasa perlu bertanya. Ia pernah mengalami akibat yang gawat dengan Jurus Penjerat Naga karena belajar dari kitab curian yang salah. Konon salah memahami filsafat Nagarjuna yang menguji daya jelajah nalar manusia bisa membuat seseorang menjadi gila. ''ITU akan kujelaskan, Putri Amrita yang perkasa, setelah daku sampaikan bahwa penjelasan tersebut juga bermaksud menunjukkan sumbangan Mogalliputta-tissa, yang karya pentingnya, Kathavattu, tak pernah diperbincangkan di perguruan Buddha mana pun. Sebaliknya, ini justru akan membantu cara kita melihat kedalaman falsafi dan rohaniah dari Nagarjuna, yang telah dilebih-lebih sampai ke luar batas.'' Aku tercenung. Apabila ujaran Nagarjuna terucapkan sebagai mantra sihir, tidakkah ini termasuk sebagai cara memperlakukan filsafat Nagarjuna sampai ke luar batas" Aku bersedia kehilangan seluruh daya sihir dan ilmu pemunah racun yang terwariskan akibat paksaan Raja Pembantai dari Selatan, jika demi pengertian yang kudapat aku memang harus kehilangan semua kemampuan yang memang tidak pernah sengaja kupelajari. Aku siap kehilangan segenap daya sihir, apabila segenap kalimat Nagarjuna itu dapat dimengerti oleh penalaranku. ''Kini baiklah didengarkan apa yang membuat filsafat Nagarjuna diterima lebih dari seharusnya..., awas!'' Iblis Suci Peremuk Tulang itu berkelebat cepat menangkap sebilah anak panah yang tertuju ke punggung Amrita. Telah terjadi penyusupan! Aku dan Iblis Suci Peremuk Tulang yang bertugas jaga telah menjadi lengah karena tenggelam dalam riwayat suatu pemikiran filsafat yang bernama Filsafat Jalan Tengah. Amrita berkelebat, dengan segera pedangnya telah memakan korban, tetapi rupanya penyusupan berlangsung tak TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ hanya pada titik yang kujaga. Dari dalam kota pihak pemerintah telah me lepaskan penyusup-penyusupnya yang terbaik untuk mengacaukan perhatian para pengepung. Jika pemusatan perhatian bisa dipecahkan, pasukan yang kuat dan segar akan menyerbu dari dalam kota, menggasak kepungan Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo yang telah mengerahkan segala daya dalam keterbatasan ini. Pengepungan memang belum berlangsung lama, baru beberapa hari saja, padahal mungkin dapat dan berlangsung berminggu-minggu sebagaimana seharusnya sebuah pengepungan dilakukan. Namun kami telah bermingguminggu me lakukan perjalanan naik turun gunung dan keluar masuk hutan yang berat, sehingga meskipun jumlah gabungan pemberontak ini cukup banyak, semuanya berada dalam keadaan letih, dengan perbekalan pangan yang telah semakin menipis. Adapun pasukan pemerintah yang bermaksud menjadikan Thang-long sebagai benteng terakhir, telah memperhitungkan semuanya, dan tentu dalam persiapannya mengandalkan kesegaran badan sebagai suatu kelebihan. Dalam malam musim dingin yang berat, kelelahan pasukan semakin terasa sebagai siksaaan. Para penyusup berusaha memecahkan perhatian pasukan pemberontak dengan menciptakan pertempuran kecil pada dua belas titik. Jika pasukan pemberontak terpancing, akan terbentuk dua belas gelanggang pertempuran yang tidak dapat saling menolong, dan saat itulah dari dalam pasukan pemerintah akan menyerbu bagaikan air bah. Tentu saja ini harus dicegah. Dengan bahasa sandi yang berupa suitan karena lingkaran jari dalam mulut, kusampaikan bahwa pasukan penyusup harus dihadapi dengan jumlah orang yang sama. Ke setiap titik itu dikirim regu penyusup yang terdiri dari sepuluh orang. Berarti 120 orang dengan serentak menyusup dan bergerak ke dua belas sasaran. Tentu saja karena menyusup ke daerah TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ lawan maka dipilih mereka yang ilmu silatnya tinggi dan memang terlatih dalam penyusupan itu sendiri. Sandi suitan beredar cepat dan maksudnya segera dapat ditangkap. Pada setiap titik hanya sepuluh orang yang diizinkan bergerak menghadapi para penyusup, karena jika nafsu mengeroyok dan membantai para penyusup itu tidak dicegah, kekacauan yang diharapkan akan menjadi kenyataan, sementara para penyusup yang berilmu tinggi menyebarkan maut dengan senjata rahasia sesuka-sukanya. Segera terdengar denting dan lelatu api karena senjata yang beradu. Sepuluh penyusup dihadapi sepuluh orang yang berilmu seimbang dan sisanya bersiap menghadapi segala keadaan. Kini para penyusup yang seluruh tubuhnya terlilit kain hitam pekat, dan wajahnya kecuali mata juga dilibat kain hitam, bagaikan tikus terperangkap di dalam lubang. Amrita yang dimaksudkan menjadi korban pertama, agar kekacauan semakin dimungkinkan, mengangkat tangan. Artinya ia ingin menghadapi sembilan orang yang lain, selain dari yang telah dibunuhnya sendirian. Dengan dua pedang yang telah berlumur darah ia memasuki gelanggang yang baru saja diciptakan. ''Kalian para pengabdi Negeri Atap Langit! Bersiaplah menghadapi kematian!'' (Oo-dwkz-oO) Episode 131: [Perempuan dan Penyusupan] SEMBILAN penyusup tersisa di titik penjagaanku berjuang keras untuk tidak menjadi tewas di tangan Amrita, dan ilmu mereka yang tinggi memang membuat mereka bertahan agak lebih lama, meski tidak terlalu lama. Dalam malam yang dingin dan kelam, kedua pedang Amrita Vighnresvara, puteri Khmer yang terbuang keluar dari kerajaan Angkor yang dibangun TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ ayahnya, bergerak cepat di antara senjata lawan-lawannya. Pedangnya yang ringan dan lentur itu dapat membabat lepas kain hitam penutup wajah para penyusup tersebut, tanpa melukai kulit wajah mereka sama sekali. Cahaya api unggun segera memperlihatkan wajah mereka. Memang orang-orang Negeri Atap Langit. Semula wajah orang-orang Negeri Atap Langit dan orangorang Viet tak bisa kubedakan, tetapi sekarang aku bisa mengenalinya. Dengan ganas Amrita membabat mereka satu per satu. Meskipun ilmu mereka memang tinggi, tidaklah terlalu mudah mencapai peringkat ilmu silat Amrita, murid Naga Bawah Tanah yang tidak pernah memperlihatkan dirinya itu. Senjata rahasia yang mereka lepaskan rontok hanya dengan sampokan pedang di tangan kirinya, sedangkan pedang di tangan kanannya bergerak begitu cepat seperti tiba-tiba saja ujungnya sudah berada di belakang tengkuk, menyusup jantung, memapas perut, atau menyilang dada. Para pendekar mempelajari cara terbaik untuk menamatkan riwayat lawannya dengan cara yang tidak menyakitkan, tetapi sering kulihat Amrita seperti pura-pura melupakannya. Mungkinkah karena kesempurnaan dalam ilmu silat sebagai kesempurnaan manusia, tidaklah menjadi tujuan sebesar tujuannya dalam permainan kekuasaan" Delapan orang segera tumbang bersimbah darah, tetapi Amrita menyisakan satu orang yang telah kehilangan senjatanya dan tertelungkup dalam injakan Amrita. Sejumlah anggota pasukan pemberontak datang meringkusnya. Mereka menggelandangnya pergi untuk diperiksa. Artinya ia akan disiksa jika tidak mau berbicara tentang keadaan di dalam kota Thang-long. Adu siasat dalam pertempuran sangat ditentukan oleh banyak sedikitnya pengetahuan tentang keadaan lawan. Semakin sedikit pengetahuan tentang keadaan lawan yang kita miliki, semakin mudah kita jatuh dalam jebakan. Namun aku ragu apakah penyusup yang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ tersisa itu akan berbicara, karena menahan derita akibat siksaan adalah bagian dari ilmu penyusupan. Tidakkah pernah kuceritakan bahwa penyiksaan dalam penyelidikan dalam Arthasastra juga dianjurkan" ia hendaknya menyiksa orang yang mungkin bersalah tetapi sekali-sekali tidak boleh wanita hamil atau wanita yang sebulan lagi melahirkan tapi bagi wanita, hanya sepao penyiksaan atau pemeriksaan dengan penyidikan saja bagi seorang Brahmana hendaknya dipakai pengawal rahasia jika ia ahli Veda juga bagi para pertapa jika aturan ini dilanggar denda tertinggi akan dikenakan kepada orang yang melakukan atau menyebabkan penyiksaan juga bagi yang menyebabkan kematian dalam penyiksaan Pada sebelas titik lain pertarungan masih berkecamuk. Sepuluh penyusup yang berniat memecahkan pemusatan perhatian dalam pengepungan masing-masing dihadapi oleh sepuluh anggota pasukan pemberontak, artinya pendekar golongan merdeka dengan tingkat ilmu silat yang sama tingginya, sehingga gagal menimbulkan kekacauan. Pertarungan dengan tingkat ilmu yang sama tinggi, artinya para penyusup pun mampu membunuh lawan dari pihak pemberontak. Pada berbagai titik, hal itu memang terjadi, sangat menyedihkan melihat kawan tumbang di tangan lawan. NAMUN tetap harus dijaga bahwa yang menggantikannya cukup satu orang, selama ilmunya setara, atau boleh juga lebih tinggi. Para penyusup ini adalah orang-orang pilihan yang berilmu tinggi, sehingga memang hanya yang tertinggi TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ ilmu silatnya pada setiap titik penyusupan yang dapat maju menghadapinya. Betapapun dapat terjaga bahwa kekacauan tidak berlangsung, sehingga jika berlangsung penyerbuan dari dalam kota, maka pasukan pemberontak akan mampu menghadapi mereka dengan semestinya. Pada sebuah titik, Iblis Suci Peremuk Tulang mengurung lima penyusup dengan putaran sepasang bandul besinya yang bagaikan angin puting beliung, sehingga pada titik ini cukup lima orang dikerahkan menghadapi sisanya. Sungguh mengherankan betapa rantairantai berbandul besi yang berat ini dapat digerakkannya seringan tali permainan dan setiap bandulnya bagaikan bermata mengejar batok kepala lawan-lawannya. Aku taktega menceritakan bagaimana tepatnya lawan-lawan Iblis Suci Peremuk Tulang ini sungguh-sungguh diremukkan, tetapi sungguh ingin kusampaikan bagaimana sang pendeta yang dapat bergerak di udara seperti terbang tanpa pijakan di antara pergerakan bandul-bandulnya. Maka takselalu bandul itu yang meremukkan tulang-tulang di dalam tubuh lawan, tetapi justru dirinya sendiri dengan sentuhan tenaga dalam telah berada di belakang lawan, saat lawan itu menangkis serangan bandulnya. Betapa cepat pergerakannya! Demikianlah kelima lawan Iblis Suci Peremuk Tulang itu menemui ajalnya satu persatu dalam waktu yang singkat. Sesudah itu tampaknya ia siap melesat menuju ke titik-titik lain untuk segera menyelesaikan pertarungan, tetapi Amrita yang berkelebat dari titik ke titik mencegahnya. "Iblis Suci," katanya, "jangan tinggalkan bidang penjagaan pasukan kita." Aku pun mengerti apa yang dimaksudkan Amrita. Pasukannya yang kuikuti naik turun gunung keluar masuk hutan sampai ke Thang-long ini hanyalah salah satu pasukan yang baru tiba untuk bergabung melakukan pengepungan. Siasat pengepungan hanya dapat dilakukan oleh pasukan yang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ berjumlah besar. Para pemimpin pemberontak telah saling berhubungan dengan sangat baik, sehingga dapat mengatur bahwa pasukan-pasukannya yang tersebar di berbagai penjuru masing-masing dapat mengatasi pasukan pemerintah yang mengejarnya, dan dengan begitu menyingkirkan segala halangan untuk keluar dari wilayah persembunyian, serta melakukan penggabungan untuk mengepung Thang-long, pusat pemerintahan Daerah Perlindungan An Nam. Tentu saja ini berarti segenap pasukan yang keluar dari persembunyian, meski disatukan oleh semangat dan siasat yang sama, sebenarnya memang belum terlalu banyak saling mengenal. Bahkan para pemimpin pasukannya, juga tidak dapat dianggap dengan sendirinya telah saling mengetahui kedudukan dan kepribadian masing-masing. Seperti terjadi dengan Amrita, para pemimpin pemberontak yang tidak selalu bisa ditemui, untuk menghindarkannya dari pembunuhan rahasia, telah mengajak orang-orang asing yang terampil memimpin pasukan dan menguasai ilmu peperangan untuk bergabung menggoyang penjajahan Negeri Atap Langit. Mengingat bahwa bukan hanya pemimpin pasukan, tetapi juga para pengikutnya tidak hanya terdiri dari orang-orang Viet, melainkan orang-orang pinggiran beraneka ragam dari berbagai wilayah negeri tetangga, bahkan sejauh Jawadwipa seperti diriku, maka perbedaan lawan dan kawan sangat mungkin menjadi kabur. Dalam Arthasastra disebutkan: kesempatan untuk menggunakan berbagai jenis pasukan turun-temurun, yang disewa, gerombolan, sekutu, asing, dan hutan, adalah: bila pasukan turun-temurun melebihi yang diperlukan untuk mempertahankan pusat pengendalian bila pasukan turun-temurun menjadi bertebaran oleh pengkhianat mungkin menimbulkan masalah TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ di pusat pengendalian Tidak akan kukatakan apalagi kupastikan akan terdapat pengkhianatan di kalangan pasukan pemberontak, karena kehidupan yang berat dalam peperangan panjang telah merupakan ujian bagi kesetiaan setiap orang yang tergabung dalam penderitaan bersama. NAMUN tidak kuingkari betapa rawan keadaan jika diingat betapa gabungan besar pasukan pemberontak ini tidak saling mengenal, sehingga banyak kesalahan taksengaja dimungkinkan, dan terutama betapa rawan bagi tindak penyusupan yang penuh ketabahan. Betapapun, dalam peperangan yang telah berlangsung timbul tenggelam sejak ratusan tahun, tepatnya tahun 43 ketika para perempuan perkasa T rung Bersaudara memberontak terhadap kekuasaan Wangsa Han, sangatlah dimungkinkan ditanamnya apa yang disebut Mata-mata Tidur. Adapun mata-mata tidur tidak terdapat dalam seni perang Sun Tzu, juga tidak ditemukan dalam nasehat kepada raja yang berperang dalam Arthasastra, karena siasat penggunaan mata-mata tidur adalah penemuan baru yang belum terbukti. Mata-mata tidur hidup sebagai rakyat di dalam negeri lawan dalam kurun waktu yang lama, bagaikan bagian dari bangsa yang menghuni negeri itu sendiri. Mereka kawin dan beranak pinak, kemungkinan besar memang mata-mata itu merupakan pasangan, dan dalam waktu lama tidak melakukan tugas apa pun. Itulah saat mereka "ditidurkan", artinya melebur dan terlibat ke dalam segenap sendi dan urat syaraf kehidupan rakyat, seperti bagian dari bangsa negeri itu sendiri. Pada saat yang menentukan mereka akan "dibangunkan", untuk menjalankan tugas yang amat sangat penting, yang tidak terdapat dalam perumusan Sun Tzu maupun Kautilya. Mata-mata tidur ini tentu sangat amat sulit dilacak, karena ia te lah mendekam tanpa melakukan kegiatan se lama puluhan tahun. Mungkinkah saat ini, ketika pusat pemerintahan Daerah TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Perlindungan An Nam berkemungkinan jatuh ke tangan pemberontak, maka mata-mata tidur itu sudah waktunya dibangunkan" Pada berbagai titik pertarungan masih berlangsung. Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Denting logam dan percik lelatu api senjata yang beradu masih terdengar, diseling raung kesakitan mereka yang terbunuh. Namun kedudukan ternyata berimbang. Dari sepuluh orang yang saling berhadapan dengan sepuluh orang, masing-masing kehilangan lima orang dan lima orang sisanya segera menghadapi lima orang lainnya. Amrita melirikku dan kami saling memahami, para ahli siasat perang Negeri Atap Langit dalam keadaan segenting ini, tidak akan menjalankan siasat yang terlalu mudah dibaca. Kami telah menduga bahwa pengiriman pasukan penyusup ke duabelas titik pengepungan adalah usaha memecahkan perhatian dengan cara menimbulkan kekacauan. Jika kekacauan berhasil ditimbulkan, akan muncul pasukan pemerintah dari pintu gerbang, dan karena itu sepuluh penyusup yang tiba-tiba muncul dari balik malam pada setiap titik tidak dihadapi lebih dari sepuluh orang, lebih bagus lagi jika hanya perlu satu orang seperti dilakukan Amrita. Namun tidak banyak orang di atas bumi ini dapat menyamai tingkat ilmu silat Amrita, bahkan Iblis Suci Peremuk Tulang pun hanya menghadapi lima penyusup. Betapapun, melihat siapa saja yang menjadi korban di pihak pasukan pemberontak, termasuk sejumlah pendekar golongan merdeka, sudah jelas para penyusup itu ilmu silatnya sangat tinggi. Telah kuceritakan betapa tugas penyusupan itu tidak dapat dijalankan oleh sembarang orang, bahkan mengingat penjagaan kami yang dilakukan para pendekar tangguh, tak dapat kubayangkan bagaimana mereka mampu tiba-tiba muncul begitu saja dari balik kegelapan. Dikatakan bahwa dalam ilmu penyusupan seseorang dapat mengenakan malam TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ itu sendiri sebagai jubahnya. Tentu saja ia menjadi tidak terlihat sama sekali. Maka, jika setelah beberapa lama para penyusup masih bertahan meski akhirnya dihadapi mereka yang berilmu tinggi dari pihak pasukan pemberontak, dan tidak juga muncul penyerbuan susulan, terpikir olehku sesuatu; pertama, bahwa usaha mengobarkan kekacauan dianggap gagal, dan karena itu serbuan susulan dibatalkan; kedua, sebetulnya terdapat siasat lain yang tidak dapat diduga. Aku pun menjauh dan mencoba melihat dari ketinggian, yang segera diikuti Amrita. Namun dari sini pun hanya terlihat separuh pemandangan, karena bagian lain dari lingkaran pengepungan tentu berada di balik kota itu sendiri. Dari atas bukit, kulihat lelatu api berkilat di antara hujan salju yang untuk pertama kalinya kulihat dalam hidupku. "Amrita," kataku, "perhatikan pertarungan itu. Katakan apa yang dikau saksikan." Amrita memicingkan matanya menembus kegelapan. Cahaya api unggun masih cukup besar untuk memperlihatkan pertarungan yang hanya akan terasa anginnya bagu mata orang awam dan prajurit biasa. "Ilmu mereka tinggi sekali," katanya kemudian, "seharusnya mereka sudah bisa menyelesaikan pertempuran dari tadi." "Bagaimana dengan sudah mati" Ilmunya juga tinggi sekali?" "TENTU, mereka hanya tidak beruntung karena menghadapiku dan Iblis Suci Peremuk Tulang." "Selebihnya?" "Daku memang mencurigai sesuatu." "Apakah itu Amrita?" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Mereka yang terbunuh sama sekali bukan karena ilmunya lebih rendah. Dalam ilmu penyusupan kemungkinan terbunuh tidak diperhitungkan, karena kemungkinannya untuk membuka jejak dan membongkar kerahasiaan. Jadi dalam keadaan semacam ini hanya ada satu kemungkinan." "Yakni?" "Sengaja membiarkan diri terbunuh demi berhasilnya tujuan!" "Dan apakah kiranya tujuan mereka itu" Membubarkan pengepungan?" "Seandainya kita tahu!" Kuingat nasihat Arthasastra. antara gangguan kecil di belakang dan keuntungan besar di depan gangguan kecil di belakang lebih penting karena bila ia pergi orang pengkhianat, musuh, dan penjaga hutan akan memperbesar gangguan kecil di belakang pada semua sisi Ya, seandainya kami tahu. Artinya kami harus mengadakan penyelidikan. Telah kugiring Amrita ke arah perbincangan ini, karena aku ingin tahu apakah pikiran kami sejalan. Dulu kami seperti sepasang kekasih, tetapi sekarang kurasakan tidaklah terlalu seperti itu lagi. Mungkin karena suasana perjalanan bersama suatu pasukan pemberontak yang terus menerus berpindah dan bertempur, dan kenyataan bahwa Amrita memimpin pasukan itu, membuat hubungan kami menjadi seperti ini. Namun itu tidak berarti perasaan atas kebersamaan kami terhapus. Kurasakan betapa dia masih memperhatikan aku seperti aku memperhatikan dirinya. Penyelidikan harus dilakukan di dua tempat sekaligus, sebelum tujuan penyusupan itu dapat berlangsung. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Daku saja yang masuk ke dalam kota," kataku, "dikau lebih mudah dikenali daripadaku." "Tetapi daku juga ingin masuk kota bersamamu," jawabnya pula. Kulihat matanya yang sendu. Masihkah ia Amrita yang dulu" Kehidupan bersama pasukan pemberontak ini telah banyak mengubahnya. Rambutnya yang lurus panjang dan hitam jatuh ke bahu putih takpernah terlihat lagi, karena tertutup tudung tempur yang sebetulnya takdiperlukannya. Namun kurasa ia mengenakan tudung tempur untuk menunjukkan dirinya sebagai kepala pasukan, tepatnya sebagai bagian dari pasukan, yang sangat perlu ditunjukkannya dalam kehidupan dari hutan ke hutan. Pada musim dingin di bagian utara ini, tentu juga takmungkin lagi ia mengenakan busana tembus pandang. Ia taktampak lagi seperti patung Laksmi gaya Sambor dari Koh Krieng, yang menampakkan segalanya dalam udara panas, seperti ketika kupandang ia pertama kalinya di pelabuhan bekas Kerajaan Fu-nan itu. Seperti juga semua orang dan diriku juga, musim dingin dan langit kelabu membuat kami semua bagaikan makhlukmakhluk sejenis yang berbaju tebal, atau baju kulit berlapislapis, melangkah di antara tumpukan salju yang semakin rata seluas mata memandang. Namun bagiku bukanlah busana dan lingkungan itu benar yang membuatnya terasa berubah, melainkan sesuatu pada matanya, semacam cahaya kesedihan, yang meski ditutupinya tetap saja mempengaruhi caranya memandang. "Pendekar Tanpa Nama, biar daku saja yang masuk ke dalam kota, dan dikau berjaga di s ini." Jika garis belakang dalam pertempuran menentukan apa yang terjadi di garis depan, kurasakan lawan sekarang sedang melakukan sesuatu di garis belakang. Apakah kami harus mengimbangi dengan setidaknya menyelidik ke garis TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ belakang. Di antara pasukan pemberontak ini tidak terdapat regu penyusupan, karena ilmu penyusupan adalah bagian dari suatu budaya kerahasiaan yang hanya mungkin dibangun dan dipelihara dalam kemapanan kekuasaan. PERSOALAN lain dengan pasukan pemberontak ini adalah kedudukan pemimpinnya yang selalu dirahasiakan. Belajar dari penjajahnya, orang-orang Viet bukan hanya merahasiakan keberadaan para pemimpinnya, tetapi juga bahkan namanya mereka rahasiakan. Amrita hanya mengenal seorang perwira penghubung yang disebut Harimau Perang, yang memiliki sejumlah anak buah yang sangat bisa diandalkan sebagai penghubung antara dirinya dengan para pemimpin pasukan pemberontak yang tidak selalu saling mengenal itu. Tentu regu penghubung ini sangat penting dalam wilayah peperangan yang sengaja diperluas untuk memancing pasukan pemerintah pergi semakin jauh ke segala arah, dan jauh pula dari sumber-sumber pangan. Selain itu regu penghubung yang merupakan para penunggang kuda terbaik di seluruh wilayah, yang masing-masingnya jelas pula berilmu silat dan ilmu meringankan tubuh yang tinggi, memang pengganti yang diperlukan dalam kelemahan jaringan rahasia. Bukan berarti kelompok pemberontak itu tidak memiliki jaringan rahasia sama sekali. Justru itulah yang akan menjadi persoalan seperti yang akan berlangsung berikut ini. (Oo-dwkz-oO) AKU berkelebat tanpa bisa dicegah Amrita lagi. "Selesaikan pertarungan mereka," kataku, "mereka sengaja mengulur waktu. Daku ke dalam kota untuk mengalihkan perhatian." Demikianlah kulakukan juga bagaimana para penyusup memperlakukan ma lam sebagai jubah yang menyembunyikannya. Aku berkelebat di antara bayangbayang. Di dalam bayang-bayang aku berhenti dan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ menunggu, sebelum akhirnya berkelebat lagi. Dalam hujan salju yang kutembus dengan ilmu Naga Berlari di Atas Langit, aku merasa melayang dalam dunia mimpi kapas-kapas berjatuhan. Dunia seperti begitu ringan, dengan lapisanlapisan tabir yang sebentar putih sebentar hitam. Dengan kecepatan sangat tinggi, segala gerak yang lebih lambat menjadi terlalu lamban, sehingga kunikmati hujan salju yang membuatku bagaikan merasa terbang melayang perlahanlahan. Dalam kenyataan aku dengan segera telah tiba di tepi sungai di luar kota. Jarak antara garis depan pengepungan dan gerbang kota Thang-long sekitar duaribu langkah. Dapatlah dibayangkan lingkar pengepungan yang tidak terputus itu. Seperti para penyusup aku memasuki air yang terlalu dingin itu, bernapas dengan buluh melalui mulut, aku berenang di bawah permukaan sungai yang hampir membeku, bahkan sudah terdapat lapisan-lapisan es di atasnya. Tidak berapa jauh terdapat tembok perbentengan yang mengelilingi kota, yang meski tampak tidak mulus lagi, karena hantaman pelurupeluru batu di masa lalu, dijaga dengan sangat ketat. Di atas tembok, terdapat gardu-gardu jaga setiap limaratus langkah dan di antara gardu-gardu itu terdapat penjagaan yang kuat sekali. Penjagaan ketat yang sama juga terdapat di luar tembok di sekeliling kota itu. Belum kutahu lagi tentunya bagaimana penjagaan di balik tembok itu. Pada masa perang, penyusupan untuk mengacau kubu lawan adalah siasat andalan, dan karena itu setiap penjagaan selalu mempertimbangkan kemungkinan penyusupan. Jadi aku harus menyusup seperti yang tidak pernah dilakukan penyusup mana pun. T hang-long adalah kota besar yang dihuni ratusan ribu manusia. Kubayangkan akan sangat mudah menyelinap di antaranya. Namun di luar tembok, antara sungai dan tembok itu, hanya terdapat bidang tanah TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ kosong selebar dua ratus langkah yang kini memutih karena salju. Mungkinkah melewatinya tanpa satu penjaga pun memergokinya" Dalam hal para penjaga yang terdiri dari prajurit biasa, bagiku tidaklah akan menimbulkan kekhawatiran. Namun aku harus waspada terhadap regu penjaga pilihan, yang tidaklah aneh jikas ilmu silatnya setingkat dengan para pengawal istana, dan dari sana pula biasanya dipilih pengawal rahasia istana yang bertugas melindungi raja. Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Aku sudah sangat kedinginan karena tak kunjung bergerak. Jika aku terlalu lama bersembunyi, bukan saja tujuan lawan yang belum diketahui akan terjadi, tetapi aku sendiri sangat mungkin akan mati. Jadi aku keluar dari tepi sungai dan bertiarap. Aku harus masuk ke dalam kota, jika tidak untuk menyelidik dan menemukan sesuatu, setidaknya dapat kusulut kekacauan yang kiranya dapat menggagalkan apa pun rencana mereka, karena serangan di garis belakang tentu akan berpengaruh kepada sasaran mereka di garis depan. Untuk itu aku harus melewati garis belakang, dan melakukan serangan dari belakang. Dalam tiarapku itu aku menunggu. JIKA dalam beberapa saat tidak terdapat sesuatu baru aku maju lagi, tetapi hanya sebadan demi sebadan. Dalam jarak dua ratus langkah, tentu akan sangat lama diriku mencapai tembok kota, itu pun belum tentu lolos dari mata elang para pengawal yang memang ditugaskan untuk waspada. Sembari beringsut sebadan demi sebadan, kusadari betapa harapan begitu tipis, karena keadaan bisa saja berbalik: bagaimana misalnya jika para penyusup itu tak kunjung bisa dilumpuhkan, atau bahkan meraih kemenangan demi kemenangan, yang berarti tetap saja berhasil mengalihkan perhatian" Selain itu, jika aku beringsut dengan cara seperti ini, jika pagi tiba maka terlalu mudah keberadaanku ditandai, sehingga hujan ribuan anak panah dari langit tak akan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ memberi ruang bagiku untuk menyelamatkan diri. Aku harus masuk ke dalam kota sebelum fajar tiba, bahkan mengacaunya sebelum cahaya yang pertama. Maka aku pun menunggu angin. Itulah satu-satunya cara bagiku untuk melewati ketatnya penjagaan, tetapi angin tidak juga datang, meski rasanya aku telah beringsut nyaris sepanjang malam. Hujan salju telah berhenti. Bertumpuk salju di atas punggungku. Kusempatkan mendongak dan menoleh ke kanan dan ke kiri. Salju yang memutih sepanjang dataran tentu akan membuat titik hitam sepertiku akan sangat tertandai pergerakannya. Memang aku dapat menggunakan ilmu bunglon sehingga oleh mata biasa sungguh aku akan tersamarkan, tetapi tak dapat kujamin diriku sendiri bahwa tiada seorang pendekar di atas tembok itu yang dapat melihat segalanya dengan terang seperti siang. Demikianlah aku beringsut dengan sabar tanpa sedikit pun menarik perhatian. Sebegitu lama rasanya aku baru mendapatkan tiga puluh langkah, meski sudah cukup bagi sebatang anak panah yang meluncur hanya sejengkal di atas tanah secepat kilat untuk menembus leherku. Maka begitu angin yang kutunggu tiba, berdesir dan berhembus kencang sampai mengeluarkan bunyi seperti siulan, kuringankan tubuhku begitu rupa seringan kapas dan seperti layang-layang kubentangkan tanganku sehingga aku pun segera melayang ke atas. Begitulah aku melayang berjungkir balik seperti layang-layang diterbangkan angin sampai ke langit. Dengan segera jarak yang tadinya serasa harus ditempuh sepanjang malam terlewatkan bahkan tanpa terlihat. Meskipun dalam kegelapan malam mata yang tajam mungkin saja melihat sesuatu seperti bayangan hitam bergerak diterbangkan angin ke atas dengan cepat sekali, siapakah kiranya yang akan mengira itulah manusia yang terlalu ringan, sangat amat ringan, sampai terterbangkan ke langit malam begitu rupa bagaikan layang-layang" Angin TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ bersiul di telingaku dan di dalam angin aku menyapukan tangan seperti berenang mengatur embusan. Melewati garis perbentangan, yang setelah hujan salju tampak bagaikan garis memanjang, kuluruskan dan kuberatkan tubuhku kembali, meluncur ke bawah untuk mencari tempat hinggap yang aman. Kulihat hamparan salju telah memutihkan jalanan dan genting-genting rumah. Kulihat juga rumah-rumah besar bertingkat dua yang disebut gedung. Tampak para peronda menyusuri ma lam dengan senjata lengkap sambil membawas lentera. Kota perbentengan dalam keadaan perang, bahkan sedang menghadapi pengepungan, di manakah kiranya tempat yang lolos dari pengawasan" (Oo-dwkz-oO) Episode 132: [Perbincangan yang Kudengar] PEMANDANGAN kota Thang-long pada malam hari dari langit bagiku sangatlah memesona. Kerlap-kerlip lampion bertebaran dan berkerlipan bagai kunang-kunang di persawahan Jawadwipa. Kenyataan betapa kota berpenduduk ratusan ribu orang ini sedang berada dalam pengepungan tidaklah berarti kehidupan sehari-hari harus berhenti. Tentu saja tidak ada pesta pora dan setiap orang dengan sendirinya siaga, tetapi bahkan dari atas pun, ketika aku sudah melayang makin rendah, dan sengaja mengelilingkan diriku bagaikan elang menghentikan kepaknya, masih terlihat orang berkumpul di depan kedai tempat makanan disajikan di udara terbuka. Menjelang dini hari, tentu orang tidak lagi makan malam. Namun kaum lelaki masih berkumpul di depan tiap kedai dan bercakap-cakap. Terlihat setiap orang membawa senjata, meskipun hanya pentungan, jadi rupanya mereka memang telah disiagakan. Pada setiap petak pemukiman terlihat TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ kelompok-kelompok ini berjaga, dan antarpetak selalu terlihat sebuah regu melakukan ronda. Dingin ma lam yang bersalju membuat pekerjaan berjaga dan meronda sebetulnya berat, tetapi telah dipelajari bahwa ma lam seperti itulah yang menguntungkan para penyusup dan karena itu dalam keadaan kota sedang terkepung sudah sewajarnya penjagaan diperkuat. DARI atas kucari gedung yang paling besar dan memang kutemukan berada di tengah kota. Dari pintu-pintu dan jendela-jendelanya keluar banyak cahaya, pastilah banyak orang di dalamnya. Di berbagai sudut kota kulihat masih ada orang di jalanan. Ada yang sedang berjalan dan ada pula yang menggeletak di tepi jalan. Ketika telah semakin rendah kuketahui mereka sebagai pengemis, gelandangan, dan pengamen jalanan. Sebenarnya aku belum tahu apa yang harus kulakukan, tetapi naluri membawaku ke gedung besar tersebut, yang kubayangkan sebagai tempat berkumpulnya orang-orang penting. Dalam keadaan dikepung lawan, wajarlah di dalam gedung itu masih berlangsung kegiatan. Ketika berputar mengelilingi gedung yang tinggi itu, di tingkat atas terlihatlah sejumlah orang mengadakan pertemuan saat pintu dibuka karena seorang perwira pasukan masuk. Firasatku mengatakan bahwa tentunya aku bisa mendapatkan keterangan berharga jika mampu mendengarkan percakapan mereka. Maka aku pun melayang turun tanpa suara, langsung menempel pada dinding di samping jendela dengan ilmu cicak. Angin tidak lagi menderu bersama salju, sehingga terasa sepi, dan musim dingin pada malam hari membuat pintu dan jendela tertutup rapat. Kukerahkan ilmu pendengaran Mendengar Semut Berbisik di Dalam Liang menembus celah papan kayu. Mereka berbicara keras dalam bahasa Viet yang sempat kupelajari selama mengikuti pasukan pemberontak itu. Berarti mereka semua orang-orang Viet. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ ''Pedang Biru, dikau baru tiba dari garis depan, apakah yang hendak dikau katakan"'' ''Rencana kita...'' ''Kenapa dengan rencana kita"'' ''Kita tidak menduga terdapat sejumlah pendekar yang sangat hebat di antara mereka.'' ''Apakah berarti rencana kita akan gagal"'' ''Sahaya tidak tahu, karena sebagian rencana kita sebetulnya berhasil.'' ''Pedang Biru! B icaralah yang jelas! Apakah Harimau Perang Eng Djiauw Ong 3 Pendekar Mabuk 122 Kencan Di Lorong Maut Kelelawar Hantu 1

Cari Blog Ini