Budha Pedang Penyamun Terbang 8
Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira Bagian 8 Orang-orang yang antri berteriak kepada rahib itu. "Hei pendeta! Jangan asyik sendiri! Tugasmu membagi makanan kepada kami!" Kusaksikan orang-orang yang sungguh dekil. Wajah-wajah berbulu tak terurus. Baju tebal bertambal-tambal. Karung yang mereka bawa entah berisi apa. Orang-orang yang desanya terbakar maupun yang desa-desanya terendam air. Kanak-kanak yang menempel di punggung ibunya seperti monyet, dengan wajah-wajah serba ketakutan tanpa kepercayaan diri sama sekali, sementara ibunya sibuk mengulur-ulurkan tangan dengan wajah mengiba agar segera mendapatkan makanan sedekah. Kulihat Iblis Suci mengatakan sesuatu kepada rahib, dan rahib yang kurasa masih muda itu memanggilku dengan pandangan mata penuh belas. "Datanglah kemari Anak," TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ katanya, "masuklah ke kuil bersama temanmu ini, di sana banyak makanan untukmu." Ah! Apakah yang telah dikatakan Iblis Suci Peremuk T ulang itu tentang diriku" Sementara rahib itu kembali sibuk, Iblis Suci berlagak merangkul bahuku dan mengajakku masuk ke bagian dalam. Ia berbisik di telingaku. "Rahib itu temanku. Lebih baik kita bersembunyi di sini sambil mencari keterangan. Kukatakan kamu sakit dan sudah tiga hari tidak makan." Pantaslah rahib itu memandangku begitu rupa! Kami menembus lorong panjang menuju asrama tempat para rahib bermukim. Di dalam sana lebih banyak lagi makanan, meskipun tidak ada yang berasal dari makhluk hidup, tetapi sambil melangkah kami telah menghabiskan kentang. Jadi tiba di tempat kami ikuti saja suatu upacara pembayatan Bodhisattva, makhluk yang bertekad untuk mencapai Kebuddhaan bagi kepentingan segala makhluk lain itu. Ia telah melakukan sumpah dalam suatu upacara memasuki mandala yang disebutkan kitab Sang Hyang Kamahayanan Mantranaya sebagai berikut: seandainya ada seseorang yang benci kepada Sang Hyang Samaya tetapi yang ingin melaksanakan Sang Hyang Mantranaya seandainya ada seseorang yang telah mengingkari sumpahnya sesudah mengalami pembayatan tetapi masih juga mengharapkan pengajaran hasil apakah yang diharapkannya" bila bertemu dengan guru, maka guru itu dihinanya; orang demikian yang menunjukkan kebencian terhadap samaya dan yang mengingkari samaya TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ dapat disuruh untuk dibunuh ia tidak dilindungi oleh Bhatara karena ajaran Bhatara Hyang Buddha haruslah dipelihara serta Sang Hyang Samaya haruslah ditepati sehingga mereka yang memusuhi samaya akan mendapatkan kematian sebagai hasilnya INILAH kesempatan terakhir seorang murid untuk mengundurkan diri, jika ia mengalami keraguan untuk mengikuti Sang Hyang Samaya dengan akibat yang menakutkan itu. Sejauh yang pernah kudengar, dalam Mahayana terdapat dua macam pengucapan sumpah, yaitu pengucapan sumpah bagi para rahib atau pendeta, dan pengucapan sumpah bagi seorang Bodhisattva yang diucapkannya sebelum ia memasuki jalan kebodhisattvaan. Bagi mereka yang akan memasuki jalan Tantrayana, maka mereka ini pun harus mengucapkan sumpah, yang hanya diperuntukkan bagi yana. Adapun yana berarti cara, jalan, atau kendaraan. Demikianlah rahib yang tentu juga seorang yogin itu, yakni orang yang telah melaksanakan yoga dengan sempurna itu bersumpah. "Saya mengucapkan Sumpah Agung ini, hai Raja atas Segala Hukum; jika saya sampai mengingkarinya saya mohon kepada para Buddha dan Bodhisattva mereka semua yang melindungi jalan mantra yang tertinggi cabutlah dari dalam diriku jantung dan darahku." Aku terhenyak. Benarkah murid yang menghindari sumpahnya harus dibunuh" "Sumpah atau samaya ketiga dalam Tantrayana, yang diucapkan sebelum memasuki mandala ini, harus diartikan sebagai sumpah yang diucapkan murid itu sendiri, jadi bukan dibunuh oleh guru, atau orang yang diperintah untuk melakukannya," ujar Iblis Suci kepadaku. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Ya, sekarang aku teringat, seperti pernah kuceritakan pula, seorang guru sebelum murid itu bersumpah berkata. "Dikau dilarang untuk membicarakan tentang rahasia yang tertinggi dari Para Tathagata ini dengan mereka yang belum pernah memasuki mandala. Jika sumpah dikau terputus, dan jika dikau tidak menepatinya, maka pada waktu dikau meninggal, dikau pasti akan jatuh ke Neraka." Sesudah mengucapkan sumpahnya, Bodhisattva itu menjalani pembayatan sambil memasuki mandala, seperti meminum vajrodaka. Aku pun memikirkan kembali makna mandala itu, yang terdiri dari empat jenis: yang dibuat dari bubuk berwarna, yang dilukis di atas kain, yang diciptakan melalui dhyana , dan yang mempergunakan badan sebagai mandala. Adapun mandala dalam Sang Hyang Kamahayanan Mantranaya adalah mandala yang diciptakan melalui dhyana, karena penciptaannya melalui upacara pembuka-mata. "TENTANG mandala yang diciptakan melalui dhyana," ujar Iblis Suci lagi, "tidaklah semua guru atau murid mampu untuk memberi atau menerima pembayatan. Lebih tepat untuk dikatakan, bahwa hanyalah mereka yang mempunyai kepribadian menonjol, seperti misalnya guru yang teguh samadhinya, murid yang telah mampu menguasai alat inderanya dan telah mantap keyakinannya." "Tapi bagaimana mungkin suatu mandala yang hanya diciptakan melalui penglihatan itu dapat dimasuki?" Sengaja kuuji pengetahuan Iblis Suci Peremuk Tulang itu sebagai bekas rahib. Mungkin tahu diuji, kulihat senyum tersembunyi ketika menjawab. "Istilah yang pertama mengandung arti lebih pada perenungan daripada arti memasuki mandala secara lahiriah, karena tiada seorang pun yang akan menginjak atau memasuki mandala yang terbuat dari bubuk berwarna, untuk tujuan apa pun." TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Masih kami ikuti upacara itu. "Baiklah, sekarang pertajamlah pandanganmu, pada waktu berada dalam Sang Hyang Mandala," kata gurunya, "dengan demikian dikau telah terpaut pada mandala, telah dituntun untuk membuka rahasia. Sebagai hasilnya, hilanglah segala dosa-dosamu, bagai dibasuh sampai bersih, lenyap sampai ke akar-akarnya. Legakanlah perasaanmu, jangan sampai sangsi." Tidakkah pernah kuceritakan pula soal ini" Iblis Suci berbisik kembali di telingaku. "Uraian itu menguatkan kembali perumusan, bahwa mandala yang dimaksud adalah diciptakan kembali me lalui dhyana. Penguatan itu dapat dilihat dari kalimat, 'pertajamlah pandanganmu'. Juga uraian yang telah memastikan sejak awal pembicaraan, bahwa Dewa yang 'dibayangkan' dan kemudian juga 'diundang' adalah Vajradhara." Vajradhara" Iblis Suci itu tidak menyebutkannya sebagai Buddha atau Jina. Apakah yang dipelajarinya juga berasal dari Sang Hyang Kamahayanan Mantrayana yang beredar di Jawadwipa" Murid itu pun sambil menutup mata, melemparkan sekuntum bunga ke dalam mandala, yang dalam ruangan tertutup itu terlindungi dari hujan salju. Kedudukan Dewa tempat bunga itu jatuh akan menjadi Dewa murid tersebut. Demikianlah upacara itu berlangsung terus sampai pada saat pembayatan air, yang disebut toyabhiseka, sebagai bagian pertama dari Pembayatan Lima Bejana. "Melalui pembayatan air," ujar Iblis Suci, "dengan melakukan dhyana atas cara yang ditentukan, seseorang akan mampu mencuci bersih segala noda yang menghalangi pencapaian tingkat Kebudhaan dengan sempurna dalam keluarga yang sudah ditentukan." TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Pembayatan air adalah suatu tingkat pengalaman yang dijalani Bodhisattva, yang merupakan tahap pertama dari serangkaian empat pembayatan tertinggi dalam tingkat pengalaman anuttarayoga-tantra. Sampai pada tingkat pencapaian pengalaman ini, seorang Bodhisattva itu telah dinyatakan menerima ajaran Tantrayana menguraikan segala rahasia, dengan segala akibat dan kewajibannya, serta juga dengan segala kemungkinan untuk memperoleh hasilnya. SETELAH itu, ia harus mengikuti upacara persiapan, karena tanpa dikukuhkan melalui pembayatan, badan manusia biasa disebutkan tiada akan kuat menahan kekuatan Vajradhara, suaranya tiada akan kuat mengumandangkan mantranya, dan batinnya tiada akan kuat melaksanakan samadhi terhadapnya, yang mempunyai hakikat ketiadaan. Setelah menerima pengukuhan ini, Bodhisattva tidak hanya diizinkan melaksanakan segenap upacara atau menjalankan semua ajaran yang telah diturunkan, tetapi juga telah mampu melakukannya sendiri melalui kekuatan yang disalurkan lewat gurunya. Untunglah bahasa dalam upacara ini adalah bahasa Sansekerta, jika berlangsung dalam bahasa orang-orang Viet, tentulah aku hanya dapat mengikutinya sepotong-sepotong, meski sebagian isi Sang Hyang Kamahayanan Mantranaya itu pernah pula kubaca, meski dalam bahasa dan huruf yang digunakan di Jawadwipa. Demikianlah guru itu berujar. "Sekarang giliranmu untuk melaksanakan Sang Hyang Mantranaya, sudah selayaknya seseorang seperti dikau memasuki Sang Hyang Marga. Selanjutnya apabila dalam melaksanakan abhyasa Sang Hyang Mantra disertai dengan ketekunan, maka dikau pasti akan menemukan Kesempurnaan, sehingga akan terlepas dari gangguan Mara serta kekuatannya. Oleh karenanya legakanlah perasaan dikau. Upayakanlah untuk terus menerus melaksanakan Sang Hyang Mantra dengan penuh pengabdian." TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Dengan mengikuti upacara ini secara langsung, kini aku tahu bahwa yang tertulis dalam Sang Hyang Kamahayanan Mantranaya itu hanya sebagian. Apakah itu merupakan hasil penafsiran, ataukah peniruan yang kurang sempurna" Apa yang diuraikan Sang Hyang Kamahayanan Mantranaya hanyalah hasil upacara itu, sedangkan yang harus dilalui untuk mencapai hasil itu tidak diungkapkan. Adapun hasil yang dicapai Bodhisattva ini agaknya dibandingkan hasil yang diraih oleh Bhatara Sri Sakyamuni, yakni dengan kekuatan Mantranaya yang menaklukkan beserta balatentaranya. Tentang kerahasiaan ajaran Tantrayana, berkatalah pula gurunya yang konon dalam usia 90 tahun, masih tampak seperti 50 tahun saja. "Jagalah baik-baik Sang Hyang Samaya oleh dikau, dan jangan sampai tidak dengan sepenuh hati di dalam dikau menjaga kerahasiaannya. Hendaknya dikau ketahui pula kepada siapa seyogyanya Sang Hyang Samaya itu diajarkan. Hendaknya ia dinilai kemampuannya, perasaannya, kelakuannya, dan ciri-ciri tubuhnya; demikian juga apakah ia itu teguh keyakinannya dan apakah ia bersungguh-sungguh terhadap Sang Hyang Mantra. "Dalam hal inilah dikau bertindak sebagai penjaga pintu Sang Hyang Rahasya. Namun demikian, janganlah ragu-ragu dan jangan pula segan-segan untuk mengajarkan Sang Hyang Samaya yang kuat keyakinannya, adhimukti sattva, karena dikau telah diberi izin oleh para T athagata untuk mengajarkan Sang Hyang Samaya, atau lebih telah diizinkan oleh Bhatara untuk melaksanakan semua perintah para Tathagata." Sembari menelan sisa-sisa kentang yang telah diremukkan itu, kuperhatikan adanya penyamaan dan pembedaan arti dari kata Bhatara dan Tathagata dalam satu kalimat. Kiranya terdapat dua tingkat pengalaman, yakni Vajradhara sebagai benih yang disebut hetu, dan Vajradhara sebagai hasil yang disebut phala. Diterapkan dalam kalimat sang guru, maka TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Bhatara melambangkan Vajradhara yang pertama, sedangkan Tathagata melambangkan Vajradhara yang kedua. SAAT itu datanglah rahib teman Iblis Suci Peremuk T ulang. Ia berteriak dalam bisikan. ''Apa yang kalian lakukan di sini" Untuk apa kalian mengikuti upacara membosankan ini" Sudah daku bilang tadi, di dalam sana itulah terdapat banyak makanan!'' Ia menggamit kami berdua meninggalkan upacara pembayatan dan terus berjalan sepanjang lorong yang gelap. Dari arah depan sejumlah rahib dengan jubah mereka yang kuning dan merah tampak akan berpapasan. Sebetulnya aku sama sekali tidak bosan dengan upacara itu, meski bukan upacara itu benar yang memikatku, melainkan segenap pemikiran di baliknya. Namun Iblis Suci Peremuk Tulang telah Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo memperkenalkan aku sebagai pengemis bodoh kelaparan, jika aku tampak berbeda dari yang dikatakannya, bukan rahib temannya itu yang kukhawatirkan, melainkan mata-mata yang mungkin saja sudah lama tertanam dalam kuil tersebut. Meskipun pengepungan telah dibubarkan dan pasukan pemerintah dianggap meraih kemenangan, betapapun kematian Amrita menunjukkan bahwa kota ini masih sangat waspada terhadap penyusupan. Sudah sangat sering terjadi, pasukan yang kalah dalam pertempuran akan berusaha menebusnya dengan penyusupan, saat pihak yang menang berada dalam kelengahan, untuk melakukan pembunuhan gelap atas para pemimpinnya. Kuingat tentang bodhicitta, kitab Sang Hyang Mahakayanan Mantrayana menguraikannya seperti berikut. Sang Hyang Bodichitta janganlah dikau tinggalkan bodhicitta berarti Sang Hyang Vajra dan Sang Hyang Mudra karena yang terdiri atas keduanya akan membuat dikau menjadi Hyang Buddha kelak yang membuat dikau terbebas dari keterikatan pada bentuk badan dikau TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ melalui pengabdian kepada Sang Hyang Vajra, Ghanta, dan Mudra Sejauh yang masih kuingat dari ma lam-malam perbincangan Sepasang Naga dari Celah Kledung dengan para bhiksu maupun bhiksuni yang selalu kucuri dengar, kuketahui bahwa bodhicitta yang harus dipupuk ini juga dikenal dalam tingkat ajaran Mahayana di samping tingkat Tantrayana. Dalam ajaran Tantrayana menurut penafsiran Anandagarbha dikenal adanya lima rahasia, yakni bodhicitta, pengertian terhadapnya, pencapaian pengalaman atasnya, sesudah dialam i untuk tetap dikuasa i, dan pengetahuan tersendiri sebagai hasil yang dicapai atas pengalaman itu. Kemudian, kelima rahasia itu diungkapkan melalui bahasa semu, yakni dengan perbendaharaan kata yang berhubungan dengan sanggama, untuk menyembunyikan pengertian yang dirahasiakan itu. Dengan kata lain, langkah-langkah menuju pencapaian pengalaman bodhicitta itu dilambangkan sebagai langkah-langkah persanggamaan. Dalam perlambangan semacam itu bodhicitta dilambangkan sebagai Vajrasattva, sedangkan yang lainnya, seperti pengertian, pengalaman, penguasaan, dan pengetahuan, berturut-turut dilambangkan sebagai empat devi. Perwujudannya dalam bentuk susunan dewa-dewa , mereka itu dilukiskan sebagai mandala yang dirahasiakan dan disebut sebagai Kota Kebebasan. Diungkapkan bahwa hubungan antara bodhicitta dengan keempat rahasia yang lain itu ibarat hubungan sanggama antara Vajrasattva dengan keempat devi yang terjadi di dalam mandala yang dirahasiakan. Hubungan itu dilakukan untuk menghadirkan rahasia yang lebih mendalam, yakni mahasukha. Menurut Anandagharba, vajra dalam bahasa semu menyembunyikan arti kemaluan lelaki, sedangkan mudra adalah pasangan perempuan dalam upacara bersanggama, dan akhirnya bodhicitta yang terdiri atas atau tercipta dari TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ kedua unsur tersebut berarti benih. Dalam naskah lain, Hevajra-tantra, diartikan bahwa bodhicitta adalah perpaduan antara yogin dan mudra, yang masing-masing melambangkan karuna dan sunyata. Sesungguhnya, langkah-langkah perpaduan antara yogin dan mudra itu sendiri merupakan langkah-langkah dhyana, sebagai padanan terhadap langkahlangkah perpaduan antara upaya dan prajna. BAGAIKAN masih kudengar suara bhiksu tua di pondok kami waktu itu. "Upaya atau yogin, dalam Hevajra-tantra, melambangkan kesadaran akan kebenaran yang diakibatkan oleh kehadiran karunia rasa iba terhadap penderitaan makhluk serta timbulnya niat untuk menolong membebaskan diri mereka dari penderitaan. Disebut upaya karena merupakan sarana-agung untuk mencapai Kebuddhaan secara sempurna. Tentang mudra yang disebut juga prajna, adalah sunyata dalam pengertian semua dharma itu tidak terciptakan, yang disebut utpada. Demikian juga dengan segala makhluk, karena tiada apa pun yang tercipta dengan sendirinya atau dari bendabenda lain, atau dari keduanya, dan atau dari tidak dari kedua-duanya." Begitulah rahasia yang berlindung di balik bahasa semu tentang persanggamaan itu ada kalanya hanya ditangkap bahasa semunya sahaja. Itulah saat para rahib gadungan yang tidak mengerti atau pura-pura tidak mengerti mempermainkan pengertian peleburan dalam sanggama sebagai persanggamaan yang sebenarnya, agar mendapat banyak pengikut yang akan dengan sukarela bersanggama satu sama lain, terutama dengan dirinya! Para rahib cabul yang menjajakan gagasannya di antara para pelacur ini bertebaran di mana-mana dan memberikan nama buruk bagi penganut Tantrayana. Kami masih melangkah sepanjang lorong, ketika aku berpikir bahwa Nagarjuna tentulah telah membaca kitab-kitab TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ tua sebelum menuliskan kitabnya sendiri, karena aku merasakan suatu hubungan dengan cara berpikirnya. Kami belum berpapasan dengan sederet rahib di depan. Aku dan Iblis Suci berpandangan. Kami sudah saling mengerti, sementara teman rahibnya tersebut masih terus bicara penuh sukacita karena pertemuannya kembali dengan Iblis Suci Peremuk T ulang. Namun ia mendadak tertegun ketika melihat para rahib yang berendeng maju ke depan. T entu ia tertegun karena tidak mengenal mereka! Meski lorong itu gelap, sisa cahayanya masih memperlihatkan pisau melengkung yang digenggam para rahib itu di balik jubahnya, ketika angin musim dingin bagaikan tiba-tiba saja menemukan jalan masuk ke lorong, dan menyibakkan jubah mereka. Pisau me lengkung itu berkilat, begitu siap menebas leher maupun perut siapa pun jua. (Oo-dwkz-oO) Episode 138: [Kuil Pengabdian Sejati] LORONG di dalam kuil itu luas, karena tak hanya sekadar ruang yang menghubungkan ruang satu dengan ruang lain, melainkan juga tempat pemujaan dengan genta-genta, gambar pahatan pada dinding yang menceritakan perjalanan Siddharta Gautama, dan lilin-lilin yang menyala di bawahnya. Asap dari lilin-lilin itu membuat mata pedas, tetapi udara musim dingin di luar yang begitu menusuk membuat orangorang tetap saja masuk, mencari sekadar kehangatan dengan pura-pura berdoa dan lain sebagainya. Begitulah suasana di dalam lorong ketika pisau melengkung itu menyambar dari balik jubah dan dengan seketika saja sudah berada di dekat urat leherku. Setidaknya sepuluh bikhsu, atau orang-orang yang menyamar sebagai bhiksu, bergerak cepat dengan pisau melengkung yang seperti punya TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ mata. Aku pun berkelebat dengan kecepatan kilat, yang membuat pisau itu berdesir di samping telingaku. Serangan yang sama juga terarah kepada Iblis Suci Peremuk Tulang, maupun rahib kenalannya yang bagaikan tak terlalu sadar betapa ujung pisau melengkung siap mencongkel matanya! Sepuluh pembunuh berbusana bhiksu itu tak hanya bergerak cepat, tetapi juga mengepung kami, lima menyerang dari depan dan lima lagi berkelebat untuk menyerang dari belakang. Namun aku dan Iblis Suci Peremuk Tulang belum tertarik untuk mati di tempat ini, maka berkelebatlah kami menghadapi serangan ini. Demikianlah dalam kegelapan pisau berkilat karena cahaya lilin, di antara kibar jubah kuning dan merah itu aku berkelebat melakukan menghindar maupun serangan balasan. Mereka bergerak sangat amat cepat, sehingga setiap kali hanya kulihat pisau berkilat yang dengan kemelengkungannya itu tergerakkan dengan indah meski penuh ancaman. BEGITULAH maut di ujung pisau melengkung itu mengejarku dengan kilatan cahaya yang mendahuluinya. Semenjak pertempuran berakhir pedang biru dan cambuk kuning keemasan itu tidak kubawa lagi, aku menukarnya dengan sejumlah uang di tempat seorang pandai besi pembuat senjata, yang pura-pura tidak tahu menahu itu milik siapa. Aku tidak butuh senjata bagi ilmu silatku, tetapi aku butuh uang, sehingga aku merasa tidak ada salahnya menjual kedua senjata mestika itu. Jika aku menyamar sebagai paria pengemis, tidak berarti bahwa dalam arti sebenarnya aku harus tidak punya uang; sebaliknya juga adalah wajar bagi seorang paria untuk menjual apa pun yang ditemukan, karena memang tak tahu apa gunanya bagi dirinya. Maka tak dapat kumanfaatkan kilatan cahaya yang mendahului itu, m isalnya dengan pantulan pedang biru, tetapi harus kutunggu pisau itu semakin dekat agar bisa kurebut. Namun kecepatan mereka luar biasa, sehingga aku harus TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ terus waspada, karena kelengahan sedikit saja akan bisa membuatku tidak pernah pulang ke Jawadwipa. Aku berkelebat menghindari gulungan cahaya merah dan kuning, dengan kilatan tajam pisau di tengah-tengahnya. Perlawananku menjadi sulit, karena mereka berusaha juga membunuh rahib kawan Iblis Suci itu. Mereka tahu betapa diriku dan Iblis Suci Peremuk Tulang tidak akan pernah membiarkan hal itu terjadi, dan karena itu mereka menggunakannya untuk memecah perhatian kami. Pertarungan yang tidak dapat diikuti mata awam ini hanya terdengar sebagai desis, desau, dan desir bagi mereka; kukira demikian juga bagi kawan rahib baik hati yang berada di tengah-tengahnya. Ia ta ktahu sama sekali betapa setiap saat nyaris mati. Begitulah suatu ketika, karena mesti memukul jatuh pisau yang mengarah ke jantungnya, suatu dorongan pukulan membuatku terlempar ke dinding, dan terbanting tepat pada gambar pahatan Siddharta Gautama di bawah pohon bodhi. Pada saat yang sama suatu bayangan kuning merah yang dari desirnya kuketahui sebagai jubah para bhiksu palsu, tidak hanya satu tetapi tiga pisau melengkung menikam dari kanan, kiri, dan belakang. Itulah Jurus Tiga Perawan Mencabut Bunga yang taklebih takkurang maksudnya memastikan berhasilnya pencabutan nyawa. Inilah saatnya aku bergerak lebih cepat dari kilat, saat gerakan mereka tampak menjadi sangat lambat, sehingga aku sempat menyambar lilin dan dengan sentakan menjadikan apinya sebagai bola api yang menyambar jubah ketiganya. Seketika terdengar raungan manusia yang terbakar. Itulah Jurus Anak Perawan Bermain Api yang sudah jarang dipelajari lagi. Jubah yang mereka kenakan membuat tubuh mereka jadi obor menyala yang berjalan tertatih-tatih menabrak dinding. Lorong itu menjadi terang benderang dan mengundang lebih banyak orang. Semuanya para bhiksu penjaga keamanan yang masuk dari kedua ujung lorong dengan senjata toya mereka. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Iblis Suci Peremuk Tulang telah melumpuhkan dua lawan yang tergeletak layu bagaikan tanpa tulang. Tinggal lima bhiksu palsu yang kini terkepung dan saling memunggungi. Para bhiksu dari kedua sisi semakin mendekat. "Siapa kalian semua" Berani-beraninya bikin onar di Kuil Pengabdian Sejati ini hah?" Keadaan sangat menegangkan. Aku tahu kemampuan bhiksu penjaga keamanan sangat tinggi. Jika bhiksu penjaga keamanan datang sebanyak itu dengan kemampuan permainan toya mereka yang terkenal, bagaimanakah aku bisa keluar dari Kuil Pengabdian Sejati ini dalam keadaan hidup" Aku menyiapkan Jurus Seribu Naga Menyerbu Bersama, bersiap menghadapi kemungkinan bahwa para bhiksu itu akan memberi hukuman kepada siapa pun yang dianggap menodai kesucian kuilnya. Betapapun aku merasa tidak bersalah, dan karena itu aku harus melawan. "Bukan hanya bikin onar, tapi juga menumpahkan darah! Hukuman seperti apa yang kalian harapkan jika bukan seberat-beratnya hukuman?" Aku tak tahu apakah bhiksu di kuil pertapaan boleh melakukan sembarang penghakimannya sendiri. Namun Kuil Pengabdian Sejati terletak di tengah keramaian Kota Thanglong, tempat segala nilai tidak selalu bisa dipegang seperti ujaran dalam kitab yang taklekang oleh waktu. Rahib kawan Iblis Suci Peremuk T ulang mengangkat kedua tangannya dan mengeluarkan bahasa burung. Ia lantas bersujud. Kuawasi sisa lima bhiksu pembunuh yang masih hidup. Mereka saling melirik dan memandang dengan cepat. "Kawanku berkata kita tidak bersalah, dan bahwa dialah yang telah mengajak kita berdua masuk kemari, sebelum kita menyelamatkan dirinya dari senjata para pembunuh yang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ tidak dikenalnya. Lantas dia menyerahkan dirinya untuk dihukum jika bersalah," kata Iblis Suci Peremuk Tulang. Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo KAWAN bhiksu yang baik hati itu bersujud di tanah. Ia tidak akan bangun jika bhiksu kepala kuil tidak mengatakan ia boleh berdiri. Seorang bhiksu penjaga keamanan yang agaknya memimpin regu bertoya ini menunjuk Iblis Suci Peremuk Tulang. ''Daku mengenal dikau sebagai bhiksu malang dari Sungai Hitam yang berubah menjadi seorang pendendam. Kami sayangkan tidak cukup dalam penghayatan dirimu atas Jalan Kebuddhaan, janganlah mengaku sebagai rahib yang mampu menahan godaan duniawi untuk membalas dendam. Namun kami percaya dalam hal ini dikau tak bersalah. Minggirlah bersama kawanmu itu, agar kami bisa menangkap para bhiksu yang tidak pernah kami lihat batang hidungnya ini!'' Bisa kuikuti kata-katanya karena ia menggunakan bahasa Viet. Barisan toya bergerak membentuk kedudukan yang mengepung sisa lima pembunuh itu, melepaskan kami berdua dari pengepungan, sementara kawan bhiksu satu itu masih terus bersujud di tengah ketegangan. Aku mengikuti perkembangan dengan sangat khawatir. Namun aku terlambat. Kelima bhiksu gadungan itu bergerak sangat cepat, berputar sambil menyebarkan jarum-jarum beracun dari balik jubahnya. Suaranya mendesis mengerikan karena banyaknya jarum beracun yang siap mencabut nyawa itu. Dengan cepat pula para bhiksu penjaga keamanan memutar toya mereka untuk menangkis, tetapi jarum-jarum beracun itu dilepaskan oleh para pembunuh gelap yang sudah berpengalaman. Sebagian bhiksu berhasil menepis rontok jarum-jarum itu, tetapi sebagian yang lain meski dapat pula merontokkan sebagian jarum-jarum tersebut, tetap saja tewas terjengkang dengan badan menghitam, ketika satu dua jarum menembus mata, leher, dan jantung mereka. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Namun serangan jarum-jarum beracun itu sendiri pun adalah suatu tipuan, karena belum lagi para bhiksu penjaga keamanan itu selesai memutar toya masing-masing seperti baling-baling untuk menepis jarum-jarum terakhir, kelima bhiksu palsu dari jaringan rahasia pembunuh gelap itu telah menelan butiran obat beracun untuk bunuh diri. Mendadak saja mereka jatuh terbanting dengan mulut berbusa. Tidak ada keterangan yang bisa digali dari mereka. Namun mereka tidak mati sendirian, tidak kurang dari dua belas bhiksu ikut mati bersama mereka. Bhiksu kepala penjaga keamanan itu mengambil sebilah pisau melengkung dan memeriksanya dalam sisa cahaya api korbanku yang masih menyala. Aku pun dapat melihatnya dari jauh. Pada bidang lebar pisau itu terukir gambar seekor ular. ''Hmmhh!'' Bhiksu kepala itu mendengus, dan pisau melengkung di tangannya itu dipatahkannya menjadi dua! (Oo-dwkz-oO) DEMIKIANLAH untuk sementara aku dan Iblis Suci Peremuk Tulang diminta para bhiksu untuk tinggal di Kuil Pengabdian Sejati. Bagi mereka, siapa pun yang terancam oleh perburuan kelompok jaringan rahasia pembunuh gelap Kalakuta, bukan hanya terancam bahaya dan harus dilindungi, melainkan juga harus dibela karena berada di pihak orang-orang baik. ''Hanya orang-orang jahat akan tega memanfaatkan jasa Kalakuta dengan racun mereka yang kejam. Iblis Suci Peremuk Tulang, ceritakanlah sesuatu yang dapat memberi penjelasan,'' ujar bhiksu kepala Kuil Pengabdian Sejati kemudian, ketika keadaan sudah tenang. Maka berceritalah Iblis Suci Peremuk Tulang bahwa diriku adalah orang yang dicari oleh mata-mata pemerintah Daerah Perlindungan An Nam. Iblis Suci menyatakan bahwa diriku TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ adalah bagian dari orang-orang asing, seperti juga orang Thai, orang Khmer, orang Cam, orang Melayu, dan orang Pagan, yang bergabung dengan para pemberontak Viet, yang kini telah terkalahkan. Iblis Suci menyatakan gaya diriku hanyalah memenuhi tugas sebagai pendekar, tetapi setelah pertempuran usai bermaksud meneruskan pelajaran atas filsafat Nagarjuna. ''Hmm, Nagarjuna! Semua orang mempelajarinya sekarang, tetapi tidak semua orang bisa memahaminya, karena tidak bisa melepaskan dirinya dari f ilsafat lama. Hmm....'' Bhiksu tua itu manggut-manggut sembari mengelus dagunya yang kelimis. ''Katakanlah kepadaku Iblis Suci, kenapa di antara ratusan ribu anggota pasukan pemberontak, justru kawanmu ini yang dicari"'' Iblis Suci memandangku, seperti meminta persetujuan. Aku mengangguk. Kurasa aku harus mempercayainya, bukan karena golongan para bhiksu, seperti juga para rahib Hindu dari golongan brahmana, diandaikan menggenggam kesucian, tetapi bhiksu kepala telah menunjukkan betapa ia berpihak. SETELAH mengenal siapa Iblis Suci Peremuk Tulang yang membangkang terhadap pemerintah Daerah Perlindingan An Nam, terbukti ia tidak memerintahkan para bhiksu penjaga keamanan menangkapnya. Meskipun Kuil Pengabdian Sejati terletak di dalam Kota Thang-long, agaknya para bhiksu memiliki kebijakannya sendiri. Kurasa sepantasnyalah aku merasa aman di dalamnya. Demikianlah Iblis Suci Peremuk Tulang itu pun angkat bicara. "Setidaknya terdapat tiga nama yang dicari mata-mata pemerintah di kalangan pemberontak, yakni Amrita, Harimau Perang, dan Pendekar Tanpa Nama. Dialah yang disebut terakhir itu." TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Bhiksu tua itu tetap tenang wajahnya, dan tersenyum. "Jadi dikaulah Pendekar T anpa Nama yang sangat bernama itu. Jika kita tidak berjumpa karena kejadian ini, niscaya dirimu bagiku hanyalah hadir sebagai cerita yang disampaikan dari kedai ke kedai. Kudengar dikau berasal dari Jawadwipa bukan" Bagaimana keadaan di sana?" Aku tersentak. Meskipun seperti disampaikan seperti sambil lalu, ini bukanlah pertanyaan yang begitu mudah dijawab, karena meskipun yang ditanyakannya adalah Jawadwipa, sebetulnya itu pertanyaan tentang Suvarnadvipa dalam keseluruhan wilayahnya. Adapun diriku, meskipun singgah ke Kota Kapur di Pulau Wangka, tidaklah sempat menginjak pusat Kedatuan Sriv ijaya, yang pulaunya dalam Ramayana dari Lanka disebut Samudradvipa, tetapi yang oleh banyak orang disebut Suvarnabhumi. Adapun Suvarnadvipa dan Suvarnabhumi adalah penyebutan wilayah yang bertumpang tindih. Betapapun aku harus segera menjawab, jadi kuceritakan saja sesuatu yang mungkin akan membuatnya tertarik, yakni pembangunan candi raksasa Kamulan Bhumisambhara pada sebuah bukit di wilayah Budur. Demikianlah kuceritakan bahwa saat ini terdapat kerajaan Mataram di Jawadwipa yang pemerintahannya dikepalai oleh Rakai Panunggalan yang berkuasa sejak 784. Namun sejak masa pemerintahan sebelumnya, yakni masa Rakai Panamkaran yang berkuasa sejak 746, mulai dibangunlah Kamulan Bhumisambhara sejak 780. Jadi sampai sekarang sudah berlangsung 17 tahun, dan itu barulah bagian terbawah dari keutuhan candi yang direncanakan terdiri atas tiga bagian bertingkat menuju ke atas, yang mewujudkan peleburan tiga unsur dalam suatu kesatuan. Itulah unsur nafsu atau kamadhatu pada dasar candi, yang sempat kulihat sebagian dari penatahan 160 bingkai gambar pahatan; unsur wujud atau rupadhatu, yang kudengar direncanakan berupa empat lorong dengan 1.300 gambar TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ pahatan sepanjang 2.500 langkah panjang mengitari bukit dengan 1.212 bingkai berukir; unsur tak berwujud atau arupadhatu, yang juga hanya kudengar dari perbincangan para pekerja, melingkar bundar tanpa lorong, tempat terdapat 72 patung Buddha dalam stupa berterawang dan satu stupa induk besar yang menunjuk ke langit. Maka selengkapnya terdapat 504 patung Buddha setinggi manusia yang 432 di antaranya terdapat dalam relung terbuka pada pagar langkan di empat lorong, dengan lebar 123 langkah dan rencana ketinggian 42 langkah lebar ke atas. "Uh!" Aku tak tahu seberapa tepat aku dapat membayangkan wujud candi baru, dan seberapa jauh pula mampu menggambarkannya kembali, tetapi bhiksu tua itu ternyata juga mencoba membayangkannya sambil memejamkan mata, dan rupanya mengikuti kata-kataku dalam bahasa Viet yang terbata-bata, terbayangkan olehnya suatu candi yang luar biasa. Kuceritakan pula bahwa gambar pahatan pada dindingdindingnya, mulai dari bawah akan dimulai dengan uraian Karmawibhangga, yang menggambarkan ajaran sebab akibat perbuatan baik dan jahat; kemudian di atasnya lagi akan diisi dengan kisah Lalitav istara, yang menggambarkan kehidupan Buddha Gautama sejak lahir sampai amanat pertama di Benares, yang akan disaksikan sambil berkeliling lewat loronglorong candi; di atasnya lagi adalah Jatakamala atau rangkaian Jataka yang aslinya merupakan rangkaian sajak sebanyak 34 Jataka karya Aryacara sekitar abad keempat atau hampir 400 tahun lalu, tempat Jataka menceritakan peristiwa dan perbuatan Buddha dalam kehidupannya yang lampau, kisahkisah penjelmaan kembali sebagai contoh-contoh pengorbanan diri; lantas disambung Awadana, Jataka juga tetapi bukan Buddha peranan utamanya, melainkan kehidupan lampau para bodhisattva dalam persiapan mencapai tingkat TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ kebudhaan; disambung naskah penting Buddha, yakni Gandawyuha yang mengisahkan Sudhana, putera seorang saudagar kaya, yang dalam tujuan mencapai kebenaran berjumpa dengan beberapa Bodhisattva Maitreya, yakni Buddha yang akan datang, dan Samanthabadra menjadi contoh hidupnya; ditutup oleh Bhadracari, yang menampilkan sumpah Sudhana untuk mengikuti Bodhisattva Samanthabhadra sebagai teladan. "SELURUH cerita ini diikuti melalui langkah keliling, dari lorong pertama sampai keempat...," kisahku, sementara dengan masih memejamkan mata, bhiksu tua itu menggelenggelengkan kepala. "Terbayang daku menyusuri lorong-lorong itu," katanya, "luar biasa!" Lantas ia membuka mata, masih terpesona, seolah-olah candi raksasa itu telah berdiri dan disaksikannya. "Orang-orang macam apa kalian itu?" Bhiksu itu mendesis, seperti bicara kepada dirinya sendiri. Maka kujelaskan bahwa apa yang berlangsung di Jawadwipa barangkali tidaklah sehebat yang dibayangkannya. Pertama, bukan hanya satu kerajaan terdapat di sana, karena dalam kenyataannya terdapat kerajaan-kerajaan kecil bersaingan, antara lain karena pengaruh igama yang melatarbelakangi kerajaannya. Meski Rakai Panamkaran dan Rakai Panunggalan berkuasa pada masa pembangunan Kamulan Bhumisambhara itu, yang kudengar, seperti pernah kuceritakan, adalah nama lain di belakang berlangsungnya kegiatan besar-besaran itu, yakni penguasa bernama Samaratungga, dengan Gunadharma sebagai perancangnya sehingga yang tampaknya hebat sebetulnya merupakan hasil persaingan antarwangsa dan antarigama. "Hmm....," gumam bhiksu kepala itu lagi, sembari manggut-manggut dan mengusap janggutnya yang kelimis, TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "dan apakah kiranya yang membawa dikau kemari, wahai Pendekar Tanpa Nama?" "Naluri pengembaraan," jawabku dengan nada rendah, "dalam kehendak mencari kesempurnaan dalam ilmu persilatan." "Ilmu persilatan....Hmm...," ia manggut-manggut lagi, "bagaimana dengan dikau Iblis Suci" Apakah dikau melakukan hal yang sama?" "Sahaya" Sahaya mencari kesempurnaan hidup sebagai rahib dengan menjadi bhiksu, tetapi menemukannya dalam ilmu persilatan, ketika ilmu yang semula sahaya pelajari sebagai bhiksu penjaga keamanan sahaja, menjadi bermakna ketika digunakan untuk membela hak hidup sebuah kuil yang dihancurkan." "Artinya?" "Suatu ilmu tidak akan pernah sempurna dalam ilmu itu sendiri sahaja, melainkan bersama tujuan di baliknya. Sahaya dapat mencapai kesempurnaan ilmu sebagai pelajar ilmu s ilat, tetapi hanya mencapai kesempurnaan hidup ketika Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo menggunakannya untuk membela kehidupan, dalam hal ini berperang melawan Golongan Murni yang ingin membersihkan dunia dengan pembantaian." Aku tertunduk, merasa rendah diri dengan kematangan Iblis Suci Peremuk Tulang yang tampaknya berangasan. Bhiksu kepala itu ganti bertanya kepadaku. "Dan apakah kiranya yang dikau cari dengan filsafat Nagarjuna, wahai Pendekar Tanpa Nama, adakah kiranya berhubungan dengan ilmu s ilatmu juga?" Aku berpikir sejenak. Aku tak pernah mengungkap apa yang kupikirkan dalam pengembangan ilmu silatku, bahkan aku merasa itu sebaiknya dirahasiakan saja. Namun aku juga tahu betapa dengan cara itu aku tidak dapat menguji TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ pemikiranku. Maka kujawab jugalah pertanyaan bhiksu tua itu.' ''SAHAYA belajar filsafat dengan daya tangkap sahaya yang terbatas, Bapak, memang untuk mengembangkan ilmu silat sahaya.'' ''Silat dan filsafat, bagaimanakah keduanya bisa berhubungan, Anak"'' ''Sahaya mempelajari filsafat, dan menafsirkannya kepada suatu bangunan gerak, tempat gerak menerjemahkan gagasan-gagasan filsafat.'' ''Apakah mungkin gerak terpadankan dengan gagasan, Anak"'' ''Memang tiada padanan gerak dan makna tanpa bentuk dalam gagasan filsafat, Bapak, tetapi membangun suatu pemadanan yang setia dan tertata, adalah mungkin untuk membangun suatu rangkaian gerak yang akan menjadi jurusjurus silat. Dalam pemahaman sahaya, selalu terdapat gagasan filsafat di balik setiap bangunan jurus-jurus ilmu silat.'' ''Masalahnya, Anak, bagaimanakah caranya pengembangan gerakmu terpadankan dengan bangunan-bangunan ilmu silat yang tidak Anak kenal sama sekali"'' ''Betapapun seluruh bangunan ilmu silat itu, gerakan maupun makna di baliknya haruslah dikenali, Bapak, karena jika tidak, maka pengembangan yang sahaya lakukan tidak akan menjadi tanggapan yang tepat terhadap ilmu silat yang telah ada sebelumnya.'' ''Itulah tugas yang sangat berat, Anak, apakah yang Anak lakukan jika menghadapi jurus-jurus yang tidak dikenal"'' ''Untuk itu, sahaya telah mengembangkan Jurus Bayangan Cermin, Bapak, yang segera akan menjadi Ilmu Bayangan Cermin, tempat ilmu silat mana pun yang menyerang, akan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ terserap dengan seketika oleh sahaya, yang dapat seketika menguasai dan mengembalikannya dengan cara baru yang tidak akan dikenalinya lagi.'' ''Hmm...,'' bhiksu tua itu manggut, ''sebetulnya tidak usah terlalu mengherankan, untuk orang-orang dari suatu tempat yang membangun candi raksasa dengan bagian tak berwujud....'' Aku diam tepekur. Bhiksu kepala ini penglihatannya bisa melayang ke Jawadwipa, dan menghubungkannya dengan ilmu silat. Tentu, jika gagasan tentang perjalanan bentuk menuju tanpa bentuk dapat berwujud sebuah candi raksasa, maka suatu rangkaian jurus yang membentuk bangunan ilmu silat, tentunya dapat pula menampung gagasan yang sama. Barangsiapa dapat menemukan atau menciptakan jurus-jurus tidak berbentuk akan mencapai kesempurnaan dalam ilmu silatnya. ''Namun merontokkan suatu bangunan tidaklah mungkin tanpa mengenal seluk beluk bangunan itu,'' ujarnya, seperti diucapkan kepada diri sendiri, ''untuk mengenal bangunan ilmu dunia persilatan, kita harus bertarung dengan sebanyak mungkin pendekar....'' Aku teringat filsafat Nagarjuna, jika ada satu orang saja yang telah menguasainya, dan berdasarkan filsafat Nagarjuna telah mengembangkan ilmu silatnya dan bertarung denganku, tidaklah mungkin aku dapat mengalahkannya, karena aku belum menguasai filsafat Nagarjuna itu. Tanpa mengangkat kepala aku berpikir. Iblis Suci Peremuk Tulang tampak menguasai segala sesuatu tentang Nagarjuna, tetapi tidak tampak memanfaatkannya sama sekali, karena memang tidak setiap orang berpikir tentang bagaimana mengembangkan atau menciptakan suatu bentuk ilmu silat atas suatu dasar filsafat. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ NAMUN bagiku mendalami ilmu silat dengan mempelajari dasar filsafatnya akan membawa kita kepada berbagai penemuan lain. Di luar kuil hujan salju berhenti. Di halaman terlihat para bhiksu meratakan salju. Mereka membentuk barisan yang tertib dan bergerak sangat teratur dalam perataan salju dengan penyapu bergagang panjang. Salju yang bertumpuktumpuk itu kemudian memang menjadi rata, dan di halaman terhampar permadani putih, dengan bhiksu berjubah tebal merah dan kuning menyeret gagang penyapuan secara berderet dan bersama-sama dalam perataan terakhir. Mereka adalah para rahib yang telah menyerahkan seluruh hidupnya untuk mencapai Kebuddhaan, meski untuk itu barangkali akan selamanya tinggal di Kuil Pengabdian Sejati. Saat itu, aku merasa betapa diriku tidak akan sanggup hidup dengan tujuan semacam itu. Memang benar betapa dalam sepuluh tahun telah kubuktikan kesanggupanku hidup di dalam gua, tetapi bukanlah karena keinginan sendiri melainkan pengarahan seseorang yang belum kuketahui s iapa. Pencarian kesempurnaan dalam ilmu silat dalam apa yang kulakukan, agaknya belum mencapai tingkat tanpa tujuan dan tanpa keinginan, seperti yang diajarkan dalam kebuddhaan itu sendiri. Aku hanyalah seorang pengembara, yang menikmati segala sesuati demi kesenangan dirinya sahaja. Aku tertunduk makin dalam. Seolah tidak akan pernah mengangkat muka kembali. (Oo-dwkz-oO) Episode 139: [Nagarjuna dalam Pemujaan] DEMIKIANLAH kami ditampung oleh para bhiksu di Kuil Pengabdian Sejati. Sebagian untuk melindungi kami dari intaian mata-mata dan perburuan para penyusup, sebagian untuk memberi kesempatan kepadaku mempelajari ajaran TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ filsafat Nagarjuna. Maka kami pun hidup bersama para bhiksu dan hidup seperti bhiksu, yang meskipun terletak di tengah kota Thang-long, sangatlah tertutup dan ketat pengawasannya, apalagi sete lah peristiwa masuknya sepuluh pembunuh dari jaringan Kalakuta itu. Setiap hari kami ikuti segenap upacara para bhiksu dan bhiksuni di situ, yang tidak menjadi masalah besar bagi Iblis Suci Peremuk T ulang, karena pada dasarnya memang ia seorang rahib, tapi tentu saja merupakan hal baru bagiku, yang meski mengenal tetapi tak pernah melakukannya sama sekali. Kami berdua juga dianjurkan untuk menyamar sebagai bhiksu dan kami turuti, yang berarti sekarang aku berkepala gundul dengan wajah kelimis, serta mengenakan jubah merah dan kuning. Namun jika para bhiksu dan bhiksuni telah mendapat tugas hariannya masing-masing, maka tugas kami hanyalah mempelajari f ilsafat Nagarjuna, tepatnya aku belajar dari Iblis Suci Peremuk Tulang yang dipercaya untuk memberikan pengantarnya. Pada suatu hari, dalam sebuah bilik, Iblis Suci berkisah tentang bagaimana Nagarjuna dipuja begitu rupa, sehingga sosoknya lebih dikenal sebagai tokoh daripada guru filsafat yang sangat bersungguh-sungguh. "Nagarjuna telah dipertimbangkan sebagai Buddha kedua dan telah menempati kedudukan kedua itu dalam garis kepala keluarga hampir semua aliran Buddha Mahayana, terutama karena penganut aliran-aliran ini menolak untuk mengakui kedudukan jiwa ribuan murid-murid langsung Buddha, yang menurut pengakuan Buddha sendiri, telah mencapai pengetahuan dan pengertian atau nana-dassana yang sama dengan kesempurnaan akhlak dan jiwa yang dicapai Buddha. "Jika pencapaian kecendekiaan dan kejiwaan dari muridmurid langsung dengan jelas diungkapkan dalam naskah seperti Theragata dan Therigata, tidak ada penjelasan bagi kita tentang pencapaian jiwa Nagarjuna, kecuali catatan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ tentang masuknya beliau ke dalam igama Buddha dan kegiatan pengajarannya yang diterjemahkan Kumarajiva ke bahasa orang Negeri Atap Langit, Lung-shu-p'u-sa-ch'uan. Kedudukan Nagarjuna sebagai Buddha kedua diturunkan dari tulisan-tulisan utamanya, yang secara keseluruhan dipandang sebagai penafsiran falsafi sutra-sutra Mahayana. Nagarjuna kemudian menjadi begitu terkenal, sehingga sering dimanfaatkan berbagai aliran untuk mengatas namakan ajarannya, dengan mengalihkan pemikiran filsafatnya sebagai igama. Bukankah ini merupakan kekacauan luar biasa?" Adapun yang dimaksudkan Iblis Suci Peremuk Tulang agaknya penulis-penulis Tantrayana yang mencari pengakuan atas kewibawaan dan kesucian bagi gagasan-gagasannya, yang tak diragukan lagi dipengaruhi oleh upacara-upacara Hindu. Bahkan jika akibat buruk semacam ini diabaikan, masih mungkin untuk mempertahankan bahwa kedudukan tinggi yang terhubungkan dengan Nagarjuna belum mencerminkan sikap tanpa kejelian dan setia berlebihan pengikut Buddha belakangan, terhadap jiwa sempurna pengikut Buddha pertama. Sikap semacam itu tercerminkan bukan hanya dalam sejumlah naskah Mahayana tetapi dalam beberapa ujaran Theravada. "MISALNYA naskah-naskah tafsiran T heravada yang muncul akhir-akhir ini," lanjut Iblis Suci lagi, "suatu pemujaan kedudukan teracu kepada Abhidamma dalam hubungannya dengan wacana-wacana yang begitu rupa sehingga Buddha harus mendaki dunia kedewaan atau devaloka dan menceramahkan Abhidamma kepada ibunya yang tinggal di sana. Bukankah itu ajaib" "Penambahan semacam itu, meskipun dimaksud untuk menambah kewibawaan dan kesucian kepada suatu susunan naskah yang muncul lama setelah kepergian Buddha, jelas menunjukkan betapa murid-murid langsung Buddha pun tidak mampu memahami isinya." TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Jadi naskah-naskah menjadi gelanggang pertarungan gagasan berbagai aliran dalam igama Buddha?" "Setidaknya antara penganut yang tidak pernah bertemu Buddha sendiri, dengan murid-murid langsungnya itu, yang tentu merasa pendapatnya tak bisa lebih benar lagi." Betapapun, meski terdapat akibat dari kisah pertentangan ini, para penganut Theravada tidak memanfaatkannya dalam suatu cara yang akan mengarah kepada jatuhnya cita-cita awal para arahant atau orang suci. Sebaliknya, saat kebutuhan serupa dirasakan penganut Mahayana untuk memberikan wibawa dan kesucian bagi naskah-naskah Mahayana mutakhir seperti sutra-sutra Prajnaparamita, yang sudah jelas lebih baru daripada risalah-risalah Abhidarma, mereka takpuas hanya dengan mengatakan itu merupakan wacana agung atau vaipulya-sutra, melainkan lebih jauh lagi mengutuk cita-cita kesempurnaan arahant yang terwujudkan dalam wacana-wacana itu dan mengecam pencapaian jiwa murid-murid langsung Buddha. Dalam keadaan semacam ini, Saddharmapundarika-sutra beredar dari kuil ke kuil. Tujuan gerakan ini dianggap sebagai mulia, karena merupakan usaha pertama untuk menyatukan segenap gagasan dan cita-cita bertentangan, yang telah menyebabkan keretakan besar di antara para penganut Buddha. Namun kehendak untuk menyatukan ini ternyata lebih meningkatkan pertentangan daripada kerukunan dan ketenteraman. Bahkan suatu pandangan sekilas di permukaan sejarah igama Buddha, akan menampakkan keberadaan para bhiksu yang menyimpang dari cita-cita dan secara keliru mengakui suatu pencapaian jiwa, ketika beralih dari kehidupan tertutup kepada kehidupan seperti rakyat biasa. Para bhiksu seperti itu dikabarkan sudah ada sejak masa kehidupan Buddha. Kitab seperti Vinayapitaka maupun Kasyapararivar tidak tampak suka dengan para bhiksu yang dianggap menyempal semacam itu. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Kitab yang terakhir itu malah mengibaratkan mereka sebagai sekelompok anjing yang berkelahi satu sama lain demi sejumput makanan yang dilemparkan kepada mereka," ujar Iblis Suci Peremuk Tulang. Sikap mementingkan diri sendiri dan perilaku takterhormat sebagian rahib mungkin memang merugikan. Dalam kaitan ini, pengorbanan diri dan sifat mengutamakan kepentingan secara habis-habisan dapat timbul sebagai cita-cita mulia. Betapapun, tindakan dan tanggapan seperti itu tidaklah bisa menjadi alasan untuk mengecam para murid langsung Buddha, orangorang suci arhant seperti Sariputta, Mogallana, dan Kassapa, sebagai orang-orang hinabhirata, dan memaksa mereka untuk menyangkal pencapaian demi menerima Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo cita-cita kesempurnaan yang baru, karena suatu kesempurnaan tentu bertentangan Jalan Tengah yang disebutkan Buddha dalam ajarannya yang pertama bagi dunia. "Hanya dengan mengikuti Jalan Tengah yang menghindari kedua kutub dari pemuasan-diri dan penghancuran-diri itulah," lanjut Iblis Suci, "bahwa murid-murid Buddha mencapai tingkat kebebasan yang disebut sankhara-samatha atau penenangan atas watak dan terus bekerja demi kesejahteraan dan kebahagiaan manusia." Suatu catatan asli dalam Thera maupun Therigata menyimpan banyak pengakuan atas cita-cita para murid langsung, dan juga suatu cita-cita yang dikenal oleh Nagarjuna, seorang jawara dalam Filsafat Jalan Tengah. Sembari mendengarkan Iblis Suci berbicara, aku mencoba memahami betapa ketika penganut Theravada mengangkat Abidhamma ke suatu kedudukan penting tanpa mengurangi nilai gagasan-gagasan dalam ajaran awal, Saddharmapundarika tampil sebagai telah me langkah jauh dalam penanganan segenap adat filsafat dan igama, dimulai dengan Buddha sendiri. Kitab itu bertanggung jawab tak TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ hanya atas kecamannya terhadap para murid langsung, tetapi juga dalam merendahkan nilai wacana-wacana awal. ADAPUN wacana seperti dalam nikaya-nikaya dan agamaagama disadari tertutup isinya. Alasan yang dihadirkan, karena para murid langsung tidak dapat memahami ajaran yang lebih dalam, Buddha harus mengujarkan suatu ajaran yang tertutup dan takmemuaskan untuk menyesuaikan dengan kemampuan berpikir mereka. Pernyataan semacam itu mempunyai akibat tersembunyi, misalnya bahwa Buddha tidak mampu menyampaikan ajaran yang lebih dalam dengan cara yang dapat dimengerti orangorang yang hadir. Dalam adat Mahayana, panggung telah dibuat siap pakai untuk para pemikir seperti Nagarjuna, yang setidaknya telah menguraikan ajaran, untuk diangkat ke tingkat Buddha kedua. Namun bahkan kedudukan Buddha tertinggi lebih penting daripada Sakyamuni. ''Kedudukan Nagarjuna telah dilebih-lebihkan begitu rupa, sampai ada yang berkata, bahwa kuncup teratai yang muncul di dunia bersama kelahiran Buddha, tumbuh dan mekar dengan kemunculan Nagarjuna,'' kisah Iblis Suci, ''agak terlihat sungguh-sungguh adalah pernyataan bahwa saran Buddha tentang praduga bagian-bagian atau dharma telah ditolak Nagarjuna dengan praduga kekosongan atau sunyata. Ini tentu menempatkan kedudukan Nagarjuna lebih penting daripada kedudukan yang ditempati Buddha.'' Kemudian kusadari bahwa mungkin saja para pengagum Nagarjuna telah membangun suatu ruang, yang membuat orang mengira bahwa filsafatnya sedikit banyak telah disarankan, bukan diajarkan, Buddha sebenarnya dalam sejarah. Kukira aku pun harus waspada terhadap para penulis yang teracuni gagasan tentang perubahan pemikiran, sehingga gagal mengenali kecanggihan gagasan-gagasan filsafat yang disampaikan Buddha sekitar 1400 tahun lalu. Setelah gagal menggali keaslian filsafat Buddha seperti yang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ tercerminkan oleh nikaya-nikaya dan agama-agama, seperti juga merosotnya pendekatan tersebut dalam ujaran-ujaran adat. Hanya setelah berlangsung pembaruan atas pendekatan pada masa lebih awal, oleh pemikir seperti Moggaliputta-tissa dan Nagarjuna, para penulis dan para pengajar dapat melihat bahkan melakukan pencanggihan filsafatnya secara menyeluruh. ''Bukankah begitu"'' Iblis Suci membuyarkan renunganku. Kuangkat kepala. Seperti diriku, ia pun kini berkepala gundul dan wajah kelimis. Kami berada di dalam sebuah bilik batu, sebagai bagian dari ruangan dalam kuil yang digunakan untuk samadhi. Sebagai tingkat lanjut dari dharana dan dhyana, samadhi layak mendapat bilik tersendiri, dan memang tidak sembarang bhiksu dapat mencapai tingkat tersebut. Sejauh kuamati kehidupan dalam kuil, semakin tenggelam seorang bhiksu dalam penalaran filsafat, semakin sulit kemungkinannya mencapai tingkatan jiwa dalam samadhi; sebaliknya semakin tenggelam seorang bhiksu ke dalam samadhi, semakin sulit otaknya memecahkan penalaran. Itulah sebabnya hanya bhiksu tertentu yang mampu menguasai keduanya, dan melangkah lebih cepat dalam jalan menuju Kebuddhaan. Namun bhiksu yang terhebat tentu mereka yang selain mampu berfilsafat sekaligus bersamadhi, ternyata kuat dan mantap dalam ilmu silat pula. Bahkan kemudian kuketahui bahwa terdapat juga ilmu silat yang dima inkan dalam kerangka samadhi. Kiranya inilah yang juga ingin kucapai, karena jika menguasainya maka kesempurnaan tidaklah menjadi mustahil untuk dimiliki. Betapapun, akhirnya filsafat jua yang akan mencari jalan, bagaimana semua ini dapat diberlangsungkan dalam kebudayaan igama yang diterima penalaran. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ ''Bagaimana Pendekar Tanpa Nama" Apakah dikau sependapat bahwa pemujaan berlebihan terhadap Nagarjuna, tentu akan menutupi jalan filsafatnya"'' ''Filsafat betapapun adalah penalaran Iblis Suci, dan pemujaan akan mengaburkan ketajaman penalarannya.'' ''Bhiksu kepala sangat kagum dengan candi raksasa meskipun belum melihatnya. Aku tidak bisa melakukannya.'' ''Lupakanlah dahulu candi itu Iblis Suci,'' aku menyela, ''ceritakanlah lagi tentang Nagarjuna.'' IBLIS Suci mengambil napas. Ia memang ditugaskan menjawab semua pertanyaanku. Kuakui aku memang pernah mempelajari filsafat Nagarjuna, tetapi dengan pendekatan awam yang tidak menjamin ketepatan dalam pemahaman. Kuketahui belajar ilmu filsafat sebaiknya setapak demi setapak, tidak seperti yang kulakukan selama ini, asal menelan semua kitab tanpa bimbingan seorang guru. Pembelajaran Nagarjuna secara rinci sebetulnya juga kuperlukan demi kepentingan lain, yakni sedikit demi sedikit, lambat laun tapi pasti, untuk menghilangkan ilmu racun dan ilmu sihir yang terwariskan kepadaku tanpa kukehendaki, karena kehendak Raja Pembantai dari Selatan yang merasa perlu menurunkan ilmu-ilmu hitamnya yang mengerikan itu. Ternyatalah betapa segenap mantra yang terpindahkan tanpa bisa kutahan itu adalah ujaran-ujaran Nagarjuna, yang akan tetap menjadi mantra selama ujaran berbahasa Sansekerta itu tidak dapat kupahami. Seiring dengan pemahamanku terhadap ujaran-ujaran Nagarjuna sebagai suatu bangunan f ilsafat, akan memudar pula daya-daya racun dan sihirnya, artinya segala daya gaibnya, sebagaimana takhayul yang penuh pesona dengan pasti akan runtuh oleh penalaran. Tentu saja ini akan membuat tubuhku kehilangan kekebalan terhadap racun, darahku akan kehilangan daya pemunah racun yang selama ini berlangsung, dan sihir tak akan bisa kulawan dengan sihir, melainkan dengan otak yang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ mengandalkan penalaran menghadapi berbagai tipuan bagi pancaindera. Betapapun ilmu racun dan ilmu sihir Raja Pembantai dari Selatan itu telah banyak berjasa, serta bahwa suatu ilmu menjadi ilmu hitam maupun ilmu putih tergantung dari tujuan penggunaannya, tetaplah akan kurelakan kehilangan ilmu-ilmu sakti itu dengan harapan kukuasai filsafat Nagarjuna. Kubutuhkan filsafat yang membongkar bangunan sejarah filsafat ini, untuk mengembangkan apa yang telah kurintis selama ini, yakni penyempurnaan Jurus Tanpa Bentuk. "Jadi," demikianlah Iblis Suci Peremuk Tulang melanjutkan uraiannya, "Nagarjuna sebetulnya adalah seorang pengulas besar, yang sama sekali tidak ingin memperbaiki ajaran Buddha, seperti dikatakan para pemujanya, melainkan ibarat kata justru berusaha keras menghancurkan tumbuh-tumbuhan liar yang telah tumbuh di sekitar ajaran Buddha, sebagai hasil sejumlah gagasan yang diungkapkan oleh para pemikir dalam adat Sthaviravada dan Mahayana." Menurut Iblis Suci, akan diperlihatkan dalam Mulamadhyamakakarika, suatu ulasan luar biasa terhadap Kaccayanagotta sutta karya Buddha sendiri, catatan Nagarjuna yang menegakkan setiap pernyataan yang diucapkan Buddha dalam perbincangan itu, maupun banyak bahan dari perbincangan Buddha yang lain, bagai membersihkan air berlumpur akibat prakiraan-prakiraan penuh takhayul para penganut Buddha belakangan ini. Kelanjutan prasangkaprasangka sepihak yang ingin memisahkan diri di antara pengikut setia Theravada dan Mahayana mungkin bisa dimengerti, tetapi para pelajar dan pengulas hari ini justru bertanggungjawab untuk tidak terpengaruh oleh prasangkaprasangka tersebut. Betapapun harus disadari pembedaan antara Theravada dan Mahayana adalah berlebihan, dan bahwa dasar ajaran Buddha tetaplah utuh dari abad ke abad. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Kini sudah waktunya untuk membuang pengertianpengertian Theravada dan Mahayana dari tatabahasa kita," ujar Iblis Suci, "dan halangan besar untuk menghapus perbedaan ini adalah sikap bahwa filsafat Nagarjuna harus dijelaskan para pemikir baru. Betapapun, nanti akan kujelaskan bagaimana Karika Nagarjuna bersifat memperbaiki segenap penafsiran tersebut." Suatu pengamatan cermat atas naskah-naskah Buddha dengan jelas menunjukkan bagaimana gagasan-gagasan mendasar selamat menembus zamannya, meski kadangkadang muncul pemikiran yang bertentangan dengan ajaran dasar Buddha, yang mengakibatkan perdebatan di antara para pemikir Buddha. Tanpa kecermatan dan kejelian, wacana-wacana awal Buddha itu telah dikumpulkan begitu saja dan dilestarikan dalam apa yang disebut Abhidharma, bersama dengan semua naskah penafsirannya, dalam bentuk vibbhasa atau atthakata, dan mengulas segenap himpunan itu sebagai mewakili pandangan T heravada atau Hinayana. Ini juga terjadi dengan sejumlah wacana Mahayana yang disebut sutra, maupun risalahnya yang disebut sastra. Isi wacana-wacana tersebut, seperti terjadi pada Abhidarma telah diulas dan diberi catatan sekadar sebagai penjelasan tambahan, dan bukan pembebasan daripadanya. Jadi seperti saling membedakan diri tetapi dalam kenyataannya tidak berbeda sama sekali. Abhidarma dikatakan sebagai karya terpisah penganut Theravada, pada umumnya Theravada dan Sthaviravada, dan secara tidak biasa adalah Sarvastivada dan Sautrantika. Mereka disebut memisahkan diri, tetapi pandangan terpisahnya tidak ditemukan dalam wacana-wacana maupun Abhidarma, melainkan dalam himpunan catatan ulasan tersebut. PENGANGKATAN Abhidarma ke tingkat bacaan utama, lebih penting dari wacana-wacana, adalah kerja para pengulas dan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ bukan pengumpul naskah-naskah Abhidarma. Penganut Mahayana sendiri, yang terganggu oleh pemikiran kehakikatan aliran Sarvastivada dan Sautrantika, berusaha keras untuk menyelamatkan ajaran-ajaran awal dengan menekankan sisisisi yang dianggapnya buruk dari ujaran Buddha, tepatnya ujaran tentang sunyata atau kekosongan. Kasyapaparivarta sebagaimana juga naskah-naskah awal Prajnaparamita menghadirkan kembali tanggapan terhadap kehakikatan ajaran Buddha akhir, dan naskah ini mesti takdihubungkan dari pemisahan yang muncul sebagai akibat usaha penyatuan dalam risalah seperti Saddharmapundarika. "Para pemikir Mahayana," ujar Iblis Suci, "benar-benar berusaha mengatasi penafsiran yang berusaha memisahkan diri, dan kembali kepada bentuk umum igama Buddha seperti tercermin dalam wacana-wacana awal, tanpa menolak ketentuan resmi naskah-naskah Abhidarma yang mewujudkan cara pengajaran-pengajaran yang baik, yakni sutra Mahayana yang menekankan sisi tidak baik dari ketentuan-ketentuan Buddha. Dalam pembahasan filsafat Nagarjuna, mungkin akan terlihat apakah terdapat persaingan antara dua aliran filsafat besar, Madhyamika dan Yogachara." Yogachara" Tidakkah pernah kuceritakan perihal aliran filsafat ini" Salah satu aliran Mahayana yang menekankan pentingnya ketenangan dan kedalaman dhyana menuju pencerahan" Pendekatan seperti itu telah dikembangkannya menjadi cara-cara yang rumit, pada dasarnya menempatkan diri antara kaum penghamba kenyataan Sarvastivada dan penghamba ketiadaan Shunyatavada. Bagi mereka benda tak nyata ada, melainkan ada dalam pencapaian kebenaran dan kesadaran dalam dirinya. Kadang disebut Chittamatra, atau pikiran saja, karena sesuai ajaran Mahayana secara umum, suatu hasil akal dalam dirinya belumlah pada hakikatnya nyata. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Perbedaan utama Yogachara dan Madhyamaka adalah, bahwa yang pertama berkilah, betapa sesuatu itu ada tetapi merupakan kekosongan." "Tidakkah ini jatuhnya merupakan kecurangan atas Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo perjuangan melawan kemenduaan?" "Nanti kita akan dalami ini, tetapi untuk sementara dapat dikatakan, kita berada dalam kedudukan untuk mengikuti keberadaan dua hal, kekosongan dan ketakberadaan. Kilah ini menyatakan tidak ada kemenduaan terdapat dalam pendapat bahwa kekosongan tidak berarti ketidakhadiran keberadaan nyata, karena pikiran atas ketidakhadiran adalah kosong, tetapi tiada sesuatupun dalam dirinya benar-benar mengada. Madhyamaka mempertentangkan kekosongan dan keberadaan nyata, sedangkan Yogachara mempertentangkan kekosongan dan hubungan yang mengamati -yang teramati. Berpikir tentang apa yang tidak benar-benar ada setara dengan kesadaran, aliran penerimaan dan pengalaman, tetapi sebagai arus pengalaman takterbedakan. Kedudukan Madhyamaka memahami kekosongan sebagai tidak terdapatnya keberadaan-dalam, sedangkan Yogachara mengambil kekosongan untuk memaknai tidak adanya kepengamatan dan keteramatan dalam pengalaman kita, karena semua yang berada di sana adalah aliran yang mengubah penerimaan." Hmm. Meski cukup rumit. Namun aku yang selalu menghubungkan gagasan filsafat dengan jurus-jurus silat dapat membayangkan dengan jelas, betapa jika berdasarkan Madhyamaka atau Filsafat Jalan Tengah akan dapat kubangun Jurus Tanpa Bentuk, maka jika terdapat seorang pendekar yang membangun ilmu silatnya berdasarkan Yogachara, yang bahkan pernah kucoba juga, sungguh akan menjadi lawan sepadan. Kubayangkan akan menjadi sebuah pertarungan berhari-hari tanpa ada kepastian siapa yang akan kalah dan siapa yang akan menang; saat kemenangan hanya dapat TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ dipastikan ketika salah satunya lebih kuat dalam pemahaman dan akan unggul dalam perdebatan filsafatnya. Memang benar bahwa bhiksu kepala itu mengetahui kehendakku dalam penyusunan jurus itu, dan benar juga bahwa Iblis Suci Peremuk Tulang telah mendengar masalah tersebut, tetapi tidaklah mungkin penafsiran keduanya atas pembayanganku akan tepat seperti yang berlangsung di dalam kepalaku. Tidak mungkin. Seperti juga aku taktahu apakah yang dibayangkan bhiksu kepala tersebut tentang candi raksasa yang kugambarkan akan bagaimana jadinya secara rinci, akan sama dengan pembayanganku, karena kami berdua sama-sama membayangkan sebuah candi yang belum jadi. IBLIS Suci menjelaskan kepadaku, bahwa takdapat dipastikan jika Nagarjuna itu seorang penganut Mahayana, meski sudah pasti pula bukan Theravada. Pendapat ini berdasarkan kenyataan, bahwa Mulamadhyamakakarika atau laz im disebut Karika saja sebagai karya utamanya, tidak mengacu sama sekali kepada wacana besar manapun dalam adat Mahayana, takjuga kepada Prajnaparamita-sutra yang sangat dikenal. Iblis Suci lebih percaya bahwa risalah Nagajuna itu bersumber kepada wacana Samyukta, meski tidak pernah menyatakannya secara tersendiri. Satu-satunya sumber wacana yang disebut namanya adalah Katyayanavavada, suatu wacana yang terdapat pada Nikayanikaya Pali maupun Agama-agama Negeri Atap Langit. Bukti tunggal yang penting ini jarang disadari oleh para pelajar maupun guru mereka yang mendalami Nagarjuna. Sementara Iblis Suci berkisah, aku menghela nafas dalam hati. Kurasakan betapa miskin pengetahuanku dan betapa masih banyak yang mesti kupelajari dengan sungguhsungguh, jika memang aku harus mendalami ilmu filsafat setuntasnya dalam pencarian ilmu s ilatku. Kusadari betapa aku telah belajar dengan cara-cara yang sangat sembarangan, dan pengetahuan yang kumiliki tidak menjadi ilmu, karena diriku TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ tidak memiliki pengetahuan tentang suatu pendekatan, yang dapat menjadikan segala pengetahuanku menjadi ilmu pengetahuan. Demikianlah dalam diriku berlangsung perbincangan, apakah aku harus memilih salah satu saja antara ilmu silat dan ilmu filsafat, ataukah masih merasa mampu akan dapat meleburkan keduanya dalam pencarian atas jurus silat yang ingin kunamakan sebagai Jurus Tanpa Bentuk. (Oo-dwkz-oO) Episode 140: [Penulisan, antara Ingat dan Lupa] Kuletakkan pengutik dengan mata yang pedas. Peristiwa penyanderaan Nawa telah membuatku menulis semakin banyak dan artinya harus menulis lebih lama dari biasa. Seperti hari ini, aku telah menulis sepanjang malam tanpa tidur sama sekali. Belakangan hal itu semakin sering kulakukan. Ada kalanya setelah sepanjang malam menulis, aku masih terus menyambungnya sepanjang hari, seolah-olah seperti tidak memiliki waktu lagi. Namun bagaimanakah kiranya seorang tua berumur 101 tahun bisa berpikir lain" Ia akan selalu merasa setiap saat kematiannya akan tiba. Apabila ia merasa ada pekerjaan yang harus diselesaikannya sebelum meninggal dunia, niscaya ia akan memanfaatkan setiap waktu dan tenaga yang tersisa untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Agaknya itulah yang juga terjadi dengan diriku. Maka setelah kejadian itu, aku merasa lebih baik bersikap menunggu dan tidak memburu, seperti biasanya berlangsung dengan naluriku. Betapapun, penyelesaian tulisanku untuk sementara kuanggap lebih mendesak dari apapun. Biarlah para pembunuh dari kelompok Kalapasa itu, jika memang mereka bekerja demi kelompok itu, yang pasti memenuhi permintaan seseorang atau kelompok tertentu; biarlah perempuan yang telah membunuh ketiga lelaki dari TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ perkumpulan rahasia itu; biarlah siapapun yang berkepentingan mendatangi aku, karena aku memang merasa lebih baik menunggu. Segalanya masih terlalu rumit diuraikan sekarang, dan aku sendiri perlahan-lahan sedang mengurainya. Aku akan tetap berada di sini sementara ini. Berpindahpindah tempat hanya akan menyulitkan diriku sendiri. Selain terlalu banyak kemungkinan untuk bertemu banyak orang, juga dengan membawa lembaran-lembaran lontar yang sudah sangat banyak ini ke mana-mana, bukankah terbuka peluang untuk tercecer, hilang, atau menarik perhatian. Pengalaman mengajarkan, siapapun dia orangnya yang melangkah di jalan persilatan, akan selalu terlibat dalam pertarungan. Para penyoren pedang akan segera waspada terhadap siapapun orangnya yang mengarungi sungai telaga dan menjelajahi rimba hijau. Ibarat burung, ia mengerti beda persamaan warna dengan persamaan bulu. Ibarat kata hanya dari langkahnya, seseorang akan dapat memperkirakan apakah seseorang itu berada di jalan persilatan yang siap bertarung dengan siapapun sampai mati, ataukah seorang awam yang hanya hidup untuk mencari keselamatan sahaja. Seperti yang telah kualami, kadangkala seorang petarung langsung menyerang begitu saja dengan jurus-jurus mematikan, yang berarti mau takmau akan membuatku terlibat untuk memberikan perlawanan. Adapun pertarungan untuk mencapai kesempurnaan hanya bisa dihentikan sete lah salah satunya bisa dilumpuhkan, yang hanya berarti telah ditewaskan. BEGITULAH di sungai telaga dunia persilatan, ilmu yang tinggi ibarat madu yang mengundang semut, yang untuk mencicipinya berkemungkinan menerima kematian. Aku sangat menyadari adat semacam itu, sehingga aku tahu jika kubawa pula gulungan keropak berisi tulisanku, sangat mungkin pula dikira sebagai kitab ilmu silat, yang lantas akan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ menjadi rebutan, dan tentu saja tidak usah dikatakan lagi bahwa dalam setiap usaha merebut selalu dipikirkan kemungkinan melakukan pembunuhan. Jadi lebih baik aku di sini, tetap tinggal di dalam pondok sederhana ini, menulis kata demi kata secepat-cepatnya dan sebanyak-banyaknya, tanpa harus mempedulikan keindahannya. Maklumlah, wahai Pembaca yang Budiman, mau dibolak-balik aku ini bukanlah seorang empu yang mampu menulis dengan kata-kata indah penuh kemanisan atas pesona dunia. Aku hanyalah seorang tua yang menulis karena merasa telah difitnah dan disia-siakan. Aku menulis tanpa pemahaman tentang bagaimana segala sesuatunya harus menjadi indah. Apakah keindahan itu" Aku tak tahu. Apakah tulisan yang indah itu" Aku sungguh-sungguh tak tahu. Namun aku tahu apakah kiranya yang bermakna bagiku, dan bagi seseorang yang selalu berada di jalan pertarungan seperti diriku, hanya ilmu silatlah yang menjadi cukup bermakna dalam kehidupanku yang memasuki tahun ke 101. Maka, maafkan aku Pembaca, maafkan jika riwayat hidupku sampai saat ini adalah perjalanan dari pertarungan yang satu menuju pertarungan lainnya. Betapapun itulah jalan yang telah kupilih, karena memang tampaknya tiada jalan lain bagi seseorang yang telah dibesarkan oleh suami istri pendekar bergelar Sepasang Naga dari Celah Kledung. Begitulah aku telah menulis terus, nyaris tanpa makan dan tidur, untuk memeriksa kembali segenap rincian dalam riwayat hidupku. Aku harus melakukannya, jika ingin mendapatkan jalan menuju titik terang, tentang mengapa begitu banyak pihak ingin membunuhku. Jika hanya perkara balas dendam, yang sangat umum dalam dunia persilatan, mungkin aku tidak akan terlalu peduli; karena memang tiada akan terlalu besar bedanya, apakah aku akan mati karena seorang pendekar yang menantangku bertarung, atau sekadar anak dan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ keturunannya yang membalas dendam. Namun jika bahkan negara yang semestinya menjadi tempat setiap warga bernaung, telah menyebarkan selebaran berwujud lembaran lontar bergambar diriku dalam perburuanku, tentu saja aku menjadi sangat penasaran. Demikianlah makanya kutulis riwayat hidupku, karena aku yakin bahwa pasti akan ada sesuatu, apa pun itu, dari masa laluku, yang menjadi penyebab hiruk pikuk perburuan orang tua seperti aku ini. Kusadari tidak mudah memecahkan masalah, bukan sekadar karena pengetahuan yang kuperlukan sebagai syarat pemecahan masalah itu terbatas, tetapi juga bahwa dalam kenyataannya tidak dapat kujamin diriku sendiri, dalam usia 101 tahun ini, dapat mengingat segenap rincian secara pasti. Aku memang akan menuliskan kembali apapun yang masih kuingat sampai kepada rincian yang sekecil-kecilnya. Namun apalah kiranya yang bisa kutuliskan dari sesuatu yang sesungguhnyalah sejak awal telah kulupakan" Bagaimana jika yang kulupakan itulah justru yang semestinya begitu penting untuk kuingat kembali" Bagaimana jika aku mungkin tahu ada sesuatu yang kulupakan, tetapi tidak dapat mengingatingatnya kembali" Adakah kiranya cara untuk dapat mengembalikan ingatan yang hilang itu" Tidak kalah penting, bagaimanakah jika segala sesuatu yang kuingat itu ternyata bukanlah kenyataan yang dapat diandalkan, karena kusadari segala sesuatu yang berlangsung dalam duniaku ini, tidak ada yang terbebaskan dari keterlibatan perkumpulan rahasia. Bukanlah karena tindakan seperti penyusupan dan pembunuhan gelap seperti yang menjadi pekerjaan Kalapasa, melainkan tindak penyamaran teramat licin dalam kehidupan sehari-hari dalam segenap lapisan masyarakat dan berbagai bidang kehidupan, seperti yang menjadi pekerjaan jaringan Cakrawarti, yang bagiku sangatlah meresahkan. Bagaimanakah kiranya jika yang kuketahui selama ini, apa pun dan di mana pun, ternyata hanyalah penampakan seperti yang ingin selalu diketahui TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ orang, sebagai tindak penyanaran yang diberlakukan para pengawal rahasia istana" SEKARANG ini, pada 872, ketika Rakai Kayuwangi telah berkuasa 17 tahun, harus kuingat kembali bahwa di Mataram ini terdapat susunan kekuasaan yang terdiri atas rajya, watak, dan wanua. Rajya atau istana adalah pusat pemerintahan tertinggi, sehingga merupakan daerah inti atau pusat. Sedangkan daerah pinggiran terdiri dari watak dan wanua. Daerah watak yang dipimpin oleh seorang raka atau rakryan adalah daerah berdaulat yang cukup luas dan memiliki perangkat pemerintahannya sendiri. Pada umumnya para raka mempunyai hubungan keluarga dengan raja. Para raka ini tidak dianggap sebagai bawahan raja, karena kedudukan mereka bukan berdasarkan wewenang yang berasal dari raja, melainkan berdasarkan hukum adat. Jadi kekuasaan seorang rakryan tidaklah lebih besar dari kekuasaan yang memimpin rajya, tetapi kedaulatan yang dimiliki rakryan yang memimpin watak itu juga tidak berarti mereka harus bersikap sebagai bawahan terhadap rajya. Jika kemudian terjadi perselisihan paham, rakyat kecil yang tidak Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo selalu tahu susunan pemerintahan seutuhnya tentu sangat mudah tenggelam dalam kebingungan. Lima puluh tahun lalu, pada 832, Sri Kahulunan, seorang ratu wangsa Syailendra menikahi Rakai Pikatan dari wangsa Sanjaya. Pengaruh sang ratu sebagai penganut Mahayana terlihat dalam bantuan Rakai Pikatan atas berdirinya sebuah candi Buddha di selatan sana, tetapi Pikatan sendiri sebagai penganut Siva mendirikan candi Hindu yang menjulang ke langit di dekatnya, jelas merupakan jawaban terhadap Kamulan Bhumisambhara yang menjadi kebanggaan wangsa Syailendra, yang pada tahun perkawinan mereka itu pun masih belum selesai dibangun meski telah diresmikan pembangunannya sejak 824 oleh Sri Kahulunan yang bergelar Pramodawardhani. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Kini, 40 tahun kemudian, mengapa seorang tua sepertiku, seperti yang pernah kudengar, diburu dengan tuduhan menyebarkan aliran sesat" Bagaimana mungkin sesuatu yang pernah menjadi aliran utama menjadi sesat tiba-tiba jika bukan karena permainan kekuasaan" Maka, memang benar aku menulis terutama untuk mengembalikan ingatan dan melacak perkara, tetapi aku tahu jika tulisanku dapat bertahan lebih lama dari kehidupanku, sedikit banyak akan berbicara atas namaku untuk mendapatkan keadilan. Para penguasa sering lupa, tidaklah terlalu mudah menancapkan kekuasaan dalam bentuk apa pun tanpa perlawanan. Telah kusebutkan tentang susunan kekuasaan yang terpusatkan di kotaraja sebetulnya merupakan pembagian kekuasaan, antara penguasa rajya di istana dan para rakryan di daerah watak atau pinggiran. Ini tidak berarti bentuk yang sama berlangsung di desa atau wanua, karena sebagai kesatuan kekuasaan dan kesejahteraan terkecil, tata pemerintahan di desa jauh lebih berdaulat dan berkesetaraan. Tidak ada seorang pun yang berkuasa mutlak di desa, kecuali sekelompok dewan pemuka desa yang disebut rama atau ramanta, yang sepenuhnya menjalankan kegiatannya dengan pengandaian bahwa setiap orang itu setara dan sederajat. Meskipun pemerintah kerajaan berakar pada kesatuan desa, tetapi desa-desa tersebut tak tergantung pada pemerintah kerajaan. Sekarang ini, kerajaan Mataram memiliki 28 negara bawahan dengan empat orang menteri utama, keduapuluhdelapan negara bawahan inilah wilayah kerakaian atau watak. Sebagai penguasa pusat raja dibantu oleh empat menteri utama, sebagai penguasa wilayah sekitar ibukota kerajaan. SEKARANG ini, kerajaan Mataram memiliki 28 negara bawahan dengan empat orang menteri utama, kedua puluh delapan negara bawahan inilah wilayah kerakaian atau watak. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Sebagai penguasa pusat raja dibantu oleh empat menteri utama, sebagai penguasa wilayah sekitar ibukota kerajaan. Keempat menteri utama itu adalah mahamantri i hino, mahamantri i halu, mahamantri i sirikan, dan mahamantri i wka. Keempat pejabat tinggi kerajaan itu biasanya dijabat oleh anak-anak raja atau kerabat raja. Adapun para rakai adalah penguasa di daerah yang merupakan raja-raja bawahan. Daerah watak yang dikuasai para rakai inilah yang merupakan daerah pinggiran. Mantyasih sebagai pusat pemerintahan yang menjadi tempat tinggalku sekarang, terletak di bagian utara dari Kamulan Bhumisambhara, lainnya adalah desa Kawikwan, Panunggalan, Raja, dan Kapung sebagai daerah watak; sementara Surusunda, Luitan, Gulung, Jati, Manghujung, Ayamteas, Er Hangat, Sangut Mangli, Hasinan, Pabuharan, dan Pasir. Terdapat 24 desa dalam lingkungan yang berkiblat delapan dan setiap kiblatnya memuat tiga desa. Terdapat tiga desa dari pusat, yang menjadi pusat adalah Mantyasih, secara berturut-turut ke arah selatan menuju Kedu, Pamandayan, lantas Tepusan. Dalam susunan kekuasaan yang menghubungkan segenap wilayah itu tentulah bermain segala kemungkinan permainan, karena setiap kelompok dalam wilayah kekuasaan yang sama tentu berusaha membebankan makna pandangan hidupnya. Dalam perjuangan atas makna itulah berlangsung penggabungan ataupun perlawanan, yang betapapun harus ditanggapi dan disalurkan, jika kelompok yang berkuasa dengan segenap makna pandangan hidupnya ingin tetap bertahan. Demikianlah wangsa Sanjaya yang pernah tenggelam kini tampak bangkit lagi dengan segala dewa Hindunya dari delapan penjuru angin, mendesak kembali segenap gerakan kebuddhaan wangsa Syailendra yang diturunkan dari atas. Balaputradewa, yang tidak sudi menyaksikan bercokolnya Rakai Pikatan di pusat kekuasaan, memeranginya dan kalah serta terusir untuk ditampung TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ kedatuan Srivijaya yang menguasai lautan dan menjadi penganut Mahayana. Semua ini terjadi sebelum 856. Tentunya ketika aku masih tenggelam dalam samadi di dalam gua. Benarkah sengketa itu berakhir dengan kepergian Balaputradewa" Jika kemudian adik bungsu Samaratungga ini menjadi seorang raja di Srivijaya, bahkan membina hubungan baik dengan Raja Dewapaladewa di Nalanda, Jambhudvipa, yang memenuhi permintaannya atas tanah untuk kuil bagi para rahib Sriv ijaya, mengapa pula ia tak berusaha mengganggu kekuasaan Mataram dengan segala cara" Sriv ijaya dengan segenap jaringan pelayarannya sangat mungkin menyebarkan matamata yang mengemban berbagai tugas tak terduga. Jika Balaputradewa takbisa menang dalam peperangan yang mengerahkan pasukan, tidakkah ia bisa berperang dengan berbagai cara lainnya" Meskipun adalah Rakai Kayuwangi yang berkuasa kini, apakah jaminannya bahwa perseteruan antara Srivijaya dan Mataram tak berlanjut sampai hari ini" Aku tidak berani meneruskan lamunanku yang barangkali saja mulai pikun ini. Diriku tidaklah harus menjadi begitu penting, sehingga kerajaan-kerajaan dari dua wangsa terbesar itu harus mengorbankan seorang tua sepertiku dalam permainan kekuasaan mereka. Lebih baik aku mulai menulis lagi, memperhatikan segala rincian dalam perjalanan hidupku yang sudah berumur 101 tahun dan takkunjung mati ini, karena aku percaya dari peristiwa kecil sangat mungkin muncul jawaban-jawaban besar. Peristiwa-peristiwa kecil yang tampaknya tidak berhubungan antara satu dengan lainnya, jika dilihat dalam suatu jarak dan cara memandang tertentu, barangkali akan memperlihatkan hubungan-hubungan yang membentuk gambaran jelas. Tentu saja untuk itu segala rincian tersebut harus ditulis dulu, sembari berusaha keras mengingat apapun yang tampaknya tidak penting, dalam usaha untuk menggambarkan segala sesuatu dengan seutuh dan selengkap-lengkapnya. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Kupegang lagi pengutik itu, dan menyiapkan lagi selembar lontar yang masih kosong. Di pondok sebelah, agak jauh di balik pohon sawo, terdengar tangis bayi. Akhirnya keluar juga bayi itu, setelah sejak semalam mengalami kesulitan untuk dilahirkan. Beberapa orang keluar masuk pondok tersebut dengan panik sebelumnya, sebelum akhirnya seorang perempuan dukun bayi datang menolong. RUPANYA yang keluar masuk itu adalah para dukun lelaki, yang tampaknya tidak mampu berbuat sesuatu terhadap kelainan kandungan perempuan tetanggaku itu. Sebetulnya aku sudah lama tahu bahwa bayi dalam perutnya itu sungsang, yakni bukan kepalanya yang berada di bawah, siap keluar dari rahim, melainkan kakinya. Dalam banyak kejadian, bayi itu tidak dapat keluar dan ibunya meninggal. Saat melihatnya aku menjadi gelisah, dan sudah semestinya harus menolong perempuan itu, tetapi jika itu kulakukan maka perhatian tetangga sekitar akan tertuju kepada diriku, dan mengingat keadaanku sekarang aku justru harus menghindari perhatian semacam itu. Aku tahu, jika kulakukan sesuatu terhadap kandungan perempuan tersebut, dan berhasil, maka para tetangga, bahkan penduduk di luar lingkungan ini, akan datang berbondong-bondong minta pertolongan, dan selesailah sudah kehidupanku sebagai seorang penulis. Namun aku sudah lama menyelidiki keadaan di sekitarku, dan tahu bahwa ada seorang perempuan dukun bayi yang kemampuannya tinggi, tetapi selama ini tersamarkan oleh banyaknya dukun bayi dari kaum lelaki. Aku teringat tabib bapak-anak yang telah memberiku ramuan pelupa itu, yang membuat aku terkadang ragu apa yang kuingat dan kucatatkan selama ini memang peristiwa-peristiwa yang memang kuingat, ataukah sekadar sisa ingatan di antara banyak hal yang sudah terhapus dan tak mungkin kuingat. Mereka adalah tabib terkenal, dan tabib, dukun bayi, serta banyak penggenggam keterampilan serta kecendekiaan adalah kaum lelaki. Maka keberadaan perempuan dukun bayi itu TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ memang di luar kebiasaan, bagaikan suatu kelainan, tetapi ada juga yang memanfaatkannya, terutama kaum paria, karena ia tidak pernah meminta bayaran apapun jua. Keberadaan perempuan dukun bayi itulah membuatku tenang dan kejadiannya berlangsung seperti yang telah kubayangkan. Sepanjang malam perempuan yang baru kali pertama mengandung itu mengerang kesakitan, dalam usaha setiap lelaki dukun bayi yang tidak pernah berhasil itu. Bahkan kudengar betapa para lelaki dukun bayi itu berani berkata bahwa perempuan itu barangkali pernah berbuat kesalahan dan terkutuk. Tentu saja mereka sedang menutupi kelemahannya sendiri. Dalam keadaan putus asa akhirnya suami perempuan yang mengandung itu mendatangi pondok perempuan dukun bayi yang telah dipandang sebelah mata, karena yang datang meminta bantuannya hanyalah kaum paria, yang terkadang melahirkan di tepi jalan begitu saja. Memang kaum paria telah terbiasa tidak meminta bantuan dalam segala perkara dari siapa pun jua, karena memang tidak seorang pun boleh diharap akan sudi mendekat apalagi menolongnya. Namun bahkan kaum paria pun bukanlah perkecualian ketika ada kalanya mengalami kesulitan dalam persalinan. Demikianlah lelaki muda dari kasta waisya yang sehari-harinya berdagang di pasar itu akhirnya mendatangi perempuan dukun bayi tersebut. "Maafkan sahaya Puan telah mengganggu malam-malam," ujarnya merendahkan diri setengah menangis di depan pondok itu, "mohon pertolongan bagi istri sahaya yang malang. Semua dukun mengatakan istri sahaya terkutuk dan karena itulah bayi kami menjadi sungsang. Namun sahaya telah mengenal istri sahaya sejak lama, dan tahu tiada kesalahan yang telah dibuatnya begitu rupa, sehingga layak menerima kutukan tak tertolakkan. Tolonglah kami Puan..." Kudengar suami muda itu bicara di luar rumah, ketika pintu masih tertutup, seperti begitu yakin bahwa perempuan dukun TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ bayi itu tidak sedang tidur dan mendengar semua katakatanya. Namun kudengar pintu digeser, dan terdengar suara seorang perempuan dengan kepercayaan diri yang matang. "Sejak tadi daku dengar istrimu mengerang, kutahu bayi itu sungsang dan percayalah itu bukan kutukan. Namun tak bisa daku bebaskan bayi itu tanpa membedah perut ibunya, dan daku taktahu cara menyatukan kembali perutnya itu tanpa keajaiban." Suami yang kebingungan itu tentu tertegun. Perempuan dukun bayi itu berkata lagi. "Ya, mungkin daku dapat menolong anakmu, tetapi tidak dapat kujamin kehidupan seorang perempuan yang perutnya dibedah." Terdengar lagi erangan perempuan yang mengandung bayi sungsang di kejauhan. "Tolonglah Puan! Sahaya mohon! Tolonglah!" Suami itu telah menyerahkan segalanya ke tangan perempuan dukun bayi tersebut, yang selama ini tiada pernah terpikirkan akan ia minta pertolongannya, karena hanya kaum paria tanpa kasta sajalah datang kepadanya tanpa pernah memberikan imbalan. TIADA pernah disadarinya, betapa justru dunia kaum paria yang serbamiskin lagi hina dina itulah tempat segala persoalan dalam persalinan mengasah keterampilan sang perempuan yang hidup sendirian. Adapun perempuan yang hidup sendirian, entah kenapa, selalu dicurigai sebagai tukang tenung atau penyihir, yang dipesan untuk menyebarkan teluh... Maka ketika akhirnya kudengar tangis bayi yang baru dilahirkan pagi hari ini, aku tahu betapa suatu kehidupan telah diselamatkan, tetapi tidak kuketahui apakah memang atas TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ kematian dari kehidupan lain. Kuletakkan pengutik di atas lontar yang masih kosong dan berkelebat ke atas pohon sawo di dekat pondok, tempat perempuan dukun bayi itu telah membedah perut atau kandungan perempuan yang bayinya sungsang tersebut. Suami istri itu hanya tinggal berdua di dalam pondok itu. Kulihat perempuan dukun bayi tersebut keluar membawa bayi yang masih merah ke tepi sungai diikuti ayah bayi itu. Mereka tentu akan mencuci bayi itu. Kutunggu sampai mereka hilang menuruni tebing. Lalu aku Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo berkelebat memasuki rumah. Kulihat perempuan itu pingsan, nyaris seperti sudah mati, tetapi ketika kudekatkan telingaku ke wajahnya, jelas ia masih bernapas. Ia tergeletak bersimbah darah pada amben bambu. Dari peralatan sederhana yang masih terserak di sana, aku tahu betapa kandungan perempuan yang bayinya sungsang itu telah dibedah oleh ketajaman bambu. Darah membasahi seluruh amben. Bekas kulit perut yang disayat itu disatukan kembali oleh jahitan tali yang terbuat dari usus kucing, kemudian di atasnya dioleskan dan ditumpuk-susunkan ramuan dari berbagai tumbuhan, yang kukira mustahil menyatukan kulit perut itu kembali sekarang juga. Mungkin ramuan tetumbuhan dimaksud untuk segera mengeringkan darah, tetapi darah masih terus merembes dari bekas sayatan. Perempuan itu akan mati karena kehabisan darah. Apakah aku harus tinggal diam saja" Untuk sementara suaminya bersama perempuan dukun bayi itu masih akan berada di sungai. Hari masih pagi, tetapi cahaya matahari terserak di dalam pondok. Kuletakkan tangan kiriku di atas perut terbedah yang penuh dengan ramuan tumbuhan, sementara telapak tanganku menghadap cahaya matahari. Prana udara, prana matahari, dan prana bumi terbuat dari prana putih atau prana umum. Prana udara dan prana bumi bumi dalam bahasa yang hanya dipahami kalangan tertentu, disebut gelombang daya hidup, sebab bila dilihat secara waskita oleh mereka yang kepekaan matanya tinggi, prana-prana itu tampak sebagai celah sempit atau TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ gelembung cahaya. Gelembung daya hidup berukuran macammacam. Beberapa di antaranya mengandung lebih banyak satuan prana putih dan yang lain kurang. Gelembung daya hidup bumi menembus bumi dan melingkupinya dalam ketebalan tertentu. Gelembung tersebut lebih padat dan berhimpitan dan biasanya lebih besar dari gelembung daya hidup udara. Beberapa gelembung daya hidup udara yang lebih besar mudah dilihat dengan memandang ke langit selama beberapa menit, terutama tepat sebelum matahari terbenam. Siapapun tidak perlu menjadi manusia waskita untuk mampu melihat gelembung daya hidup udara. Siapa pun dapat melihatnya jika terlatih, bahkan mampu melihat gelembung daya hidup bumi yang setengah depa dari tanah. Demikianlah gelembung daya hidup atau kumpulan satuan prana putih diserap chakra untuk kemudian dicerna dan dipecah bagian-bagiannya. Bila dicerna, prana putih menghasilkan enam jenis prana berwarna seperti warna pelangi. Sejumlah besar prana udara diserap langsung oleh chakra limpa di depan dan belakang. Prana udara dipecah menjadi berbagai prana berwarna dan dibagikan ke chakra lain. Prana bumi diserap melalui chakra telapak kaki. Sejumlah prana bumi diarahkan naik ke tulang belakang dan chakra lain, sementara sejumlah besar diarahkan ke chakra kecil , chakra pusar, lalu ke chakra limpa, tempat prana itu dipecah dan dibagikan ke chakra lain. Semuanya berlangsung dengan sendirinya tanpa disadari. Prana putih terdiri dari prana merah, jingga, kuning, hijau, biru, dan ungu. Dari keenam prana berwarna; prana merah, biru, dan hijau paling sering digunakan dalam penyembuhan; dan dari ketiganya kuambil prana biru untuk menghentikan pendarahan. JADI mungkin ramuan tumbuhan itu tidak menyatukan kulitnya dengan segera, tetapi dengan berhentinya pendarahan, perempuan itu masih berpeluang hidup, dan jika TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ ia terus hidup, lukanya akan mengering dan kulit perutnya bersambung kembali. Tentu berhentinya pendarahan saja takcukup. Perempuan yang bayi sungsang-nya masih dibesihkan di tepi sungai itu harus dirawat. Namun untuk itu kukira perempuan dukun bayi itu tahu apa yang harus dilakukannya. Betapapun, berhentinya pendarahan itu kurasa akan membuat sang ibu muda itu tetap hidup. Aku berkelebat menghilang setelah mereka kudengar berbicara sambil mendaki tebing. "Tabahkanlah hatimu, Anak," ujar perempuan dukun bayi itu, "istrimu telah menjelma kembali ke dalam diri bayi perempuan cantik ini." Aku telah memegang kembali pengutik itu, dan siap menulis di atas lontar yang masih kosong, ketika terdengar teriakan kaget riang gembira dari dalam pondok tersebut. "Keajaiban! Sudah daku katakan isterimu akan tetap hidup jika ada keajaiban! Sekarang pendarahannya berhenti, artinya ia bisa sembuh kembali! Berikan sesaji kepada Durga sekarang juga!" Suami perempuan itu taklangsung menjawab. "Sahaya pemeluk Tantrayana, Puan, tidak memberi sesaji kepada Durga." "Ah! Omong kosong! Hanya Bhatari Durga Mahisasuramardini yang akan melindungi perempuan! Cepat kerjakan jika masih butuh pertolongan!" Aku tersenyum mendengar percakapan itu, dan mulai menulis kembali. Kulihat para tetangga berkerumun dan ikut membantu mereka, sementara burung-burung berkicau riuh rendah di atas pepohonan pada pagi yang berbahagia ini. (Oo-dwkz-oO) TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Episode 141: [Memburu Harimau Perang] SETELAH mempelajari filsafat Nagarjuna selama enam bulan di dalam sebuah bilik di Kuil Pengabdian Sejati, sedikit demi sedikit aku mulai memahami cara pemikir ini menafsirkan ajaran Buddha, dan menerjemahkannya sebagai perbincangan filsafat yang sangat merangsang pemikiran itu sendiri. Setidaknya aku mengenali kembali betapa filsafat Nagarjuna ini mengacu terutama kepada penolakan Buddha atas dua kutub, yakni keberadaan atau atthita dan ketiadaan atau natthita. Artinya sangatlah keliru mengandaikannya sebagai penganut Mahayana. Acuan Nagarjuna terhadap murid langsung Buddha, yang lebih kepada Katyayana daripada Kasyapa adalah penting, karena ia menanggapi bukan hanya isi penafsiran seperti Ratnakuta, tetapi juga penafsiran yang terdapat dalam niskaya dan agama. MAKA dengan mempelajari filsafat Nagarjuna seseorang akan mendapat pemahaman lebih baik tentang filsafat dalam ajaran Buddha, tanpa melebih-lebihkan perbedaan antara Hinayana dan Mahayana. Aku tenggelam dalam pembelajaran Nagarjuna, selain karena menyembunyikan diri dari ancaman para mata-mata Kalakuta, juga karena berusaha mengatasi kehampaan perasaan luar biasa dalam diriku semenjak kematian Amrita. Tidak dapat kuingkari betapa sejak kali pertama menginjak negeri manca Tanah Kambuja di pelabuhan bekas Kemaharajaan Fu-nan waktu itu, tanpa terasa Amrita akhirnya menjadi bagian diriku. Tanpa Amrita pengembaraanku mungkin berlangsung ke tempat lain. Bukankah memang demi dan karena Amrita maka aku telah melacak jejaknya dari Tanah Kambuja, melewati segala bahaya dan peristiwa sehingga aku tiba dan terlibat pertempuran demi pertempuran di Daerah Perlindungan An Nam" Amrita Vighnesvara telah menjadi bagian diriku dan kematiannya mengakibatkan kehampaan besar dalam diriku yang menuntut untuk kuatasi. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Maka cara terbaik untuk mengatasinya menurut diriku adalah menghadapinya. Bahkan persoalan itu bagiku bagaikan suatu utang piutang kehidupan yang wajib dibayar. Apa kata Amrita kiranya, jika kubiarkan diriku melenggang tanpa kejelasan tentang apa yang sebenarnya telah terjadi, yang bukan hanya membuat gabungan pasukan pemberontak terkurung api, tetapi telah merenggut nyawa Amrita sendiri" Aku memasuki kota karena mencari Harimau Perang, tetapi justru dirikulah yang terburu untuk dibunuh, sehingga bhiksu kepala menganjurkan aku untuk tetap tinggal dalam kuil untuk menghindarinya. Betapapun seseorang telah mengetahui keberadaanku di dalam kuil dan tidak ada jaminan telah melupakan aku. Persoalannya sekarang, mungkinkah aku menemukan Harimau Perang" Dalam enam bulan, selain mempelajari filsafat Nagarjuna, aku telah mencoba mengumpulkan keterangan sedapatnya, dari para bhiksu yang penugasannya berada di luar kuil, tetapi tidak kudapat kemajuan yang berarti. Mengingat tugas Harimau Perang selama ini sebagai penghubung yang mengatur jaringan antarpasukan pemberontak, jika ia memang ternyata seorang mata-mata ganda, apalagi mengepalai jaringan mata-mata musuh pula, adalah mudah baginya menghilang, bagai membalikkan telapak tangan. Di lain pihak, dengan semakin menguasai filsafat Nagarjuna, ilmu racun dan ilmu sihir Raja Pembantai dari Selatan yang terwariskan tanpa kuminta telah hilang pula, sehingga tiada mungkin kugunakan tenaga gaib untuk memburunya. ''Harimau Perang....,'' kata Amrita waktu itu, ''merusak segalanya...'' Aku berpikir keras. Meskipun adalah darah mudanya yang bergejolak waktu itu, tetapi pada saat terakhir ketika memberi pesan untukku, pastilah ia mengerahkan kecerdasannya untuk memberikan arah agar diriku tidak mengulang kesalahannya. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Jadi apakah kesalahannya" Tentang serbuannya ke sarang harimau sendirian itu, tentu bukan kesalahan yang perlu diungkapnya lagi. Namun apakah kiranya yang telah membuatnya menyangka dapat membalaskan dendamnya segera, itulah yang agaknya harus kuketahui, karena itu pula yang diketahui Amrita sebagai kesalahannya. Ia menyebutkan Harimau Perang merusak segalanya. Tafsiran pertama, tentu bahwa seseorang bergelar Harimau Perang telah memorakporandakan siasat pasukan pemberontak gabungan dengan sangat berhasil. Namun tafsiran kedua bukan tak mungkin, bahwa dugaan yang hanya tertuju ke arah nama Harimau Perang itulah yang justru merusak segalanya. Itulah yang membuat aku berpikir keras. Suatu jawaban harus ditemukan, tetapi betapa rumit mendekati suatu kebenaran jika memang memungkinkan. Bukankah kebenaran memang selalu merupakan sesuatu yang rumit, bahkan mustahil dinyatakan, seperti mustahilnya kenyataan itu sendiri" Namun aku tidak bisa tinggal diam. Lagipula para bhiksu dan bhiksuni yang menyebar ke dalam kota, bahkan ke dalam istana, pusat pemerintahan Daerah Perlindungan An Nam, berusaha mencari keterangan sekuat bisa. Iblis Suci Peremuk Tulang bahkan menyamar dengan menumbuhkan rambut dan kumisnya, tetapi tidak cambangnya, sehingga wajahnya tidak kembali seperti semula. Dengan perantaraan jaringan rahib masuklah ia ke dalam istana dan bekerja sebagai tukang kuda. ''Akan kupasang telingaku,'' katanya, ''jika kita waspada tentu kita mendapatkan titik-titik terang.'' Ternyata memang dari Iblis Suci Peremuk Tulang itulah terdapat suatu jalan untuk mengetahui sesuatu. Ia tiba pada saat yang tepat, ketika aku sudah jenuh dengan filsafat, karena telah mempelajarinya terus-menerus tanpa putus dalam enam bulan terakhir ini, hanya dengan selingan upacara TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ harian yang juga terus berlangsung seperti perputaran. Betapapun, meski kepalaku gundul, wajahku kelimis, mengenakan jubah pendeta, tak pernah makan daging, belajar filsafat, dan tenggelam dalam samadi, aku bukanlah seorang bhiksu, bahkan bukan seorang penganut Buddha dari aliran mana pun. MESKI tak bersenjata, aku hanyalah seorang penyoren pedang dari sungai telaga dan rimba hijaunya dunia persilatan. Jiwaku adalah pedangku dan tubuhkulah sarungnya, pada saat jiwaku bertarung tubuhku bagaikan tangan yang memegang pedang. Tiada lagi pedang dan tiada lagi sarung, hanya peleburan menuju jalan pertarungan antara hidup dan mati. Ketika jarak antara hidup dan maut hanya berbatas seujung rambut, saat itulah manusia mendapat peluang mencapai kesempurnaan dalam puncak pendakian kehidupannya. Itulah yang membuat kehidupan seorang pendekar silat menggairahkan. Maka ketika pendalaman naskah filsafat menjadi ujian yang menantang kesabaran, otakku terserap daya tarik penalaran filsafat yang menuntut ketekunan, sementara tubuh dan jiwaku terpanggil untuk berangkat mengembara setiap kali angin bertiup dan cahaya matahari pagi mengabarkan janji kebahagiaan di luar sana. Aku memang tidak punya alasan untuk pergi, sampai Iblis Suci Peremuk T ulang datang dengan berita ini. ''Sejumlah kuda yang segar dan sehat diminta untuk dipersiapkan diam-diam, katanya untuk suatu perjalanan rahasia.'' ''Perjalanan rahasia"'' ''Ya, persiapan ini sangat dirahasiakan dan kami semua disumpah dengan kutukan jika melanggarnya.'' Aku tahu, kutukan yang mana pun tidak akan membuat Iblis Suci Peremuk T ulang gentar. Apalah artinya kutukan bagi Iblis Suci yang bagaikan mewakili kutukan itu sendiri setiap Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ kali berhadapan dengan lawan. Namun dalam penyamaran, tentulah ia berlagak menerima persumpahan itu dan mempercayainya, karena hanya dengan begitu akan mendapat keterangan yang sangat amat kami butuhkan. ''Disebutkan bahwa seorang tokoh dipanggil oleh penguasa Negeri Atap Langit karena jasa-jasanya, sehingga akan mendapatkan kedudukan di sana. Namun karena sifat pekerjaannya, maka kepergiannya pun tidak boleh diketahui orang. Bahkan disebutkan, tidak seorang pun tahu bahwa tokoh ini ada. Jadi adalah dosa besar yang harus dibayar dengan darah jika keberadaannya terbocorkan, sengaja maupun tidak sengaja,'' kisahnya. Keterangan itu dikumpulkan sedikit demi sedikit. Mula-mula bahwa jumlah kuda yang dibutuhkan adalah dua puluh ekor. Artinya tokoh tersebut dijaga oleh lima belas pengawal rahasia istana, dan bersamanya terdapat empat pembantu yang tentu kedudukannya sangat penting. Kemudian terdengar bahwa tokoh ini adalah seorang warga An Nam, seorang Viet yang berperan penting dalam penyelamatan Thang-long dari pendudukan para pemberontak. Sangatlah dirahasiakan, kapan rombongan dua puluh orang itu akan berangkat dan jalur mana saja yang akan dilalui. Hanya diketahui betapa tujuannya adalah Chang An. Lantas, hanya kemudian sekali, Iblis Suci Peremuk Tulang yang menyamar sebagai tukang kuda itu, mendengar bahwa tokoh tersebut adalah Harimau Perang.... ''Waspadalah dengan berbagai macam tipu daya dalam penyebaran keterangan semacam ini,'' ujar bhiksu kepala. Aku setuju dengan pendapatnya. Jika segenap mata-mata di bawah pengawasannya bertugas dengan baik, kenapa mereka dapat mengawasi diriku maupun Amrita, tetapi tidak memperhatikan Iblis Suci Peremuk Tulang" Betapapun dalam TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ pasukan yang dipimpin Amrita, Iblis Suci Peremuk Tulang merupakan andalan yang tidak terkalahkan, dan korban di pihak pasukan pemerintah karena bandul besinya mencapai angka yang besar sekali. Sosok seperti ini pasti tidak akan luput dari pengawasan para mata-mata. Namun bukan tentang keberadaan Iblis Suci Peremuk Tulang itu yang menjadi masalahku, melainkan yang dilihat, didengar, dan dibayangkannya. Apa pun yang dibayangkannya tentang Harimau Perang tentu sangat berpengaruh kepada pertimbangan dan simpulannya. Tidak ada yang lebih rumit daripada tindak pengelabuan dalam dunia mata-mata. ''Tentu kita harus tahu kapan yang disebut Harimau Perang itu berangkat, jalan mana saja yang akan dilaluinya, dan kenapa sebenarnya ia harus melakukan perjalanan ini,'' kataku. ''Daku usahakan sebaik-baiknya,'' ujar Iblis Suci yang segera menghilang lagi. Setiap kali menghilang dari tempatnya bekerja, yakni istal pemeliharaan kuda-kuda pasukan pengawal istana, Iblis Suci berkata pergi ke tempat pamannya yang sedang sakit keras. TENTU akan memancing kecurigaan jika ia pergi terlalu sering dan apalagi terlalu lama. Bhiksu kepala akhirnya memasang mata rantai bhiksu dan bhiksuni yang mengemis dengan batok kelapa di dalam kota, untuk menyampaikan pesan Iblis Suci Peremuk T ulang itu dari lorong ke lorong dan dari sudut ke sudut di jalan utama sampai ke Kuil Pengabdian Sejati. Pesan itu cukup diucapkan kepada seorang bhiksu atau bhiksuni, yang muncul dengan batok kelapa kosong di depan asrama para tukang kuda di samping istal, maka pesan itu akan tersampaikan dari mulut ke mulut, karena para bhiksu dan bhiksuni pengemis masing-masing berjalan dalam suatu bidang wilayah dengan cara melingkar, sehingga masingmasing membentuk suatu lingkaran yang selalu bersinggungan. Pesan itu akan berjalan dari titik singgung TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ satu ke titik singgung lain, dan tidak sampai sepenanak nasi lamanya akan segera sampai ke telingaku. Begitu pula akan berlangsung dengan pesan balasan dariku maupun bhiksu kepala yang mengawasi langsung pekerjaan rahasia ini. Tidak selalu ada pesan setiap hari, jadi aku berkesempatan mempelajari apa saja yang berlangsung di Negeri Atap Langit di bawah kekuasaan Wangsa Tang secara ringkas, melalui catatan-catatan para rahib yang pernah me lakukan perjalanan ke sana, yang tersimpan di perpustakaan Kuil Pengabdian Sejati. Tentu juga harus kuketahui apa yang sedang berlangsung akhir-akhir ini, yang barangkali menjelaskan kenapa Negeri Atap Langit membutuhkan seorang Harimau Perang. (Oo-dwkz-oO) AKU berada di Thang-long pada pertengahan 797. Saat itu Wangsa Tang sudah menguasai Negeri Atap Langit selama 179 tahun semenjak mengambil alih kekuasaan dari Wangsa Sui pada 618. Pendiri resmi Wangsa Tang adalah Li Yuan, tetapi adalah putra keduanya, Li Shih Min, yang disebut-sebut sebagai gagah berani dan berjaya dalam ilmu perang, yang telah membesarkan Negeri Atap Langit sampai dikenal dengan kemegahan seperti sekarang. Bahkan sebelum Li Shih Min berkuasa sepenuhnya, telah berlangsung peristiwa mengenaskan, karena ia terpaksa membunuh kedua saudaranya sendiri, sebelum dirinya sendiri dibinasakan keduanya yang ternyata bersekongkol itu. Li Yuan yang masih berkuasa tahu duduk perkara, jadi tidak menghukum Li Shih Min, tapi bagaimanakah kiranya perasaan orangtua dengan sengketa di antara anak-anaknya yang menghilangkan nyawa" Li Yuan sebagai maharaja bergelar Tang Kao Tsu, Li Shih Min yang menggantikannya kemudian bergelar Tang T'ai Tsung, dan berkuasa antara 627 sampai 649. Di bawah pemerintahannya, Negeri Atap Langit berkembang lebih TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ megah dibandingkan masa pemerintahan Wangsa Han. Sampai-sampai penduduk Negeri Atap Langit menyebut diri mereka sendiri dengan bangga, seperti akan sering kudengar nanti, sebagai Orang Tang. Disebutkan, dalam catatan Teng Ssu-yu pencapaian Tang T'ai Tsung sangatlah ringkas: T'ai Tsung merampungkan persatuan negeri memajukan kebudayaannya menambah kemakmurannya dan menempatkan semua itu di atas menara baru kekuasaan Dalam hampir semua catatan yang kubaca, masa pemerintahan Tang T'ai Tsung tak hanya merupakan masa keemasan negeri, melainkan juga masa keemasan bagi kesusastraan. Begitu rupa pentingnya kesusastraan sehingga ujian untuk bekerja dalam pemerintahan, antara lain adalah menulis puisi. Demikianlah Negeri Atap Langit menjadi negeri yang sangat beradab, tetapi peradaban setinggi ini pun belum dapat melepaskan dirinya dari peperangan. Pada 627, bangsa Turk yang sebetulnya merupakan sekutu pendiri Wangsa Tang, menyerang Chang An. Namun Tang T'ai Tsung bukan hanya berhasil mencegatnya di atas jembatan yang menghubungkan ibu kota Chang An itu dengan wilayah pertahanan bangsa tersebut, tetapi cukup dengan memperlihatkan besarnya balatentara Tang di medan perang telah membuat penyerbu itu mundur tanpa pertempuran. NAMUN dua tahun kemudian, pada 629, Tang T'ai Tsung mengirimkan pasukan berkekuatan 100.000 orang untuk menaklukkan bangsa ini di kaki Gunung Besi yang berada di wilayah mereka sendiri. Sebetulnya bangsa ini adalah bangsa pengembara yang hidupnya berpindah-pindah dan datang dari utara, sedangkan bangsa apa pun yang datang dari utara disebut orang-orang Tang sebagai bangsa Tartar. Padahal tak hanya satu bangsa berada di utara dan di antara bangsabangsa pengembara yang saling berperang itu kadang terjadi TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ peleburan. Seperti yang sejak tiga ratus tahun lalu berlangsung antara bangsa Turk dan Mongol, yang kini disebut Tartar atau juga bangsa Hun. Dua puluh tahun setelah Tang T'ai Tsung naik takhta, sekitar 647, ia menjadi dipertuan yang tidak dapat diingkari lagi dari seluruh bagian timur dan tengah di benua tempat terdapat Negeri Atap Langit. Sesudah berabad-abad lamanya bersikap sebagai orang beradab yang menghindari peperangan, bahkan bersedia membayar harga perdamaian terhadap suku-suku liar, setelah dirasuki jiwa Tartar berubah menjadi pemberani bernyali nan tak kenal gentar. Gunung gemunung maupun padang pasir tak mampu menghalangi laju Dua Musuh Turunan 12 Pendekar Kelana Sakti 6 Bidadari Kuil Neraka Ratu Tanpa Tapak 2