Budha Pedang Penyamun Terbang 9
Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira Bagian 9 penaklukan pasukan Negeri Atap Langit. Namun tidak seperti bangsa Turk dan Mongol, mereka tidak meninggalkan bekas pembunuhan, pembakaran, dan pemusnahan. Memang benar memenggal kepala tak terhindarkan, tetapi keberadaban dalam bentuk pemerintahan teratur, serta ikatan raja-raja yang memerintah kepada Negeri Atap Langit, telah meningkatkan perdamaian dan ketertiban. Kemampuan mengelola pasukan tempur yang terbangun semasa T'ai T sung itu, yang secara pribadi mampu memimpin balatentara menyerang suku-suku di sekitarnya, dilanjutkan semasa kepemimpinan Kao Tsung, dan Wu Chao yang lebih dikenal sebagai Maharani Wu. Balatentara Wangsa Tang merangsek bahkan sampai ke wilayah-wilayah utara seperti Dataran Mongolia, Gaogouli, dan Baiji. Pada abad lalu, bagian tengah benua sudah dikuasa inya, berkat dukungan kemakmuran perdagangan dan kecanggihan ilmu pengetahuan serta perekaaan peralatannya. Salah satu kunci kejayaan pasukan Wangsa Tang adalah kebijakan para maharaja untuk menerima para panglima tempur yang tangguh dari suku-suku pinggiran, seperti dari Gaogouli, Qidan, Mojie, dan Tujue. Dengan itulah kesejahteraan dan kebudayaan berkembang sebagai suatu masa keemasan yang tidak akan pernah terulang. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Namun Negeri Atap Langit telah mengubah tatacara pembentukan dan pemeliharaan pasukan dari Tatacara Ketentaraan Fubing, ketika prajurit tidak memiliki kepala pasukan yang tetap dan mendukung diri sendiri dengan pertanian, menjadi Tata Cara Mubing, ketika prajurit dipilih sejumlah kepala pasukan dan mengikutinya. Tatacara yang terakhir itu membuat para panglima penjaga keamanan perbatasan, dapat dengan mudah membentuk pasukan yang kuat untuk melawan pemerintah. Dengan cara inilah Pemberontakan An Shi dapat terjadi, yang dengan tekanan suku-suku pinggiran maupun kelompok yang ingin memisahkan diri, memang melemahkan kekuatan balatentara Wangsa Tang. Kisah kerajaan besar memang tidak sepi dari masalah. Maharaja Kao Tsung yang menggantikan ayahnya dan memerintah antara 650-683, meski berhasil menaklukkan Semenanjung Korea yang tidak dapat dilakukan T'ai T sung, ia adalah seorang kepala negara yang disebut-sebut lemah. Kubaca betapa kelemahan hatinya terhadap cinta telah berakibat kepada kekacauan negara. TERTULIS bahwa sebelum ia naik takhta menggantikan T 'ai Tsung, ayahnya yang sakit-sakitan semenjak gagal menaklukkan bangsa Korea, ia ternyata mencintai salah seorang perempuan yang dipelihara ayahnya. Perempuan piaraan ini, demikian istilahnya, bukanlah selir yang resmi, apalagi perma isuri. Namun ketika ayahnya meninggal, Kao Tsung mengambil perempuan tersebut dari rumah berhala, tempat ayahnya menempatkan perempuan piaraan dan para selir, lantas menjadikannya sebagai selirnya sendiri. Selir ini kemudian berhasil menjatuhkan permaisuri, bahkan membinasakannya dengan kejam. Bukannya dihukum, Kao Tsung mengangkatnya jadi permaisuri, menggantikan permaisuri sebelumnya yang dibunuh itu. Masih belum puas, permaisuri baru ini menyingkirkan semua menteri yang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ menentang pengangkatannya jadi perma isuri, karena mengawini bekas perempuan piaraan ayahnya dianggap perilaku tak patut sebagai maharaja. Semua menteri itu dibinasakannya tanpa sisa. Permaisuri itulah yang bernama Wu Chao. Pada 656 ketika Kao Tsung pun sakit-sakitan, ia mengizinkan permaisurinya membaca surat-surat pemerintahan, yang lantas mengambil keputusan sendiri. Permaisuri itu memang anak seorang menteri negara di Shansi, jadi tak kurang pintar dan cerdiknya, menguasai sejarah maupun kesusastraan. Begitu Kao Tsung meninggal pada 683, anak permaisuri tersebut, Chung Tsung, naik takhta, tetapi tetap saja Wu Chao yang memegang dan mengatur kekuasaan. Lantas, menyadari Chung Tsung ingin melepaskan diri dari pengaruhnya, ia turunkan Chung Tsung dari singgasana, dan mengangkat Hui Tsung, adiknya, sebagai maharaja baru. Tentu saja kekuasaan tetap dipegang oleh sang ibu. Pada 690 akhirnya Wu Chao mengangkat dirinya sendiri sebagai Maharani Wu, dengan gelar lengkap Wu Tze T'ien. (Oo-dwkz-oO) HARUS kukatakan betapa mataku tak bisa lepas dari catatan-catatan para rahib itu, terutama setelah menceritakan perilaku Wu Tze T'ien ini. Banyaklah perilaku buruk diceritakan perihal nafsu syahwatnya yang besar, pembunuhan demi lancarnya kekuasaan, dan akhirnya usaha menghapus Wangsa Tang itu sendiri, juga diiringi pembunuhan segenap keturunannya, diganti dengan peresmian Wangsa Chou. Dalam sebuah catatan disebutkan, karena minum arak terlalu banyak pada musim dingin, Wu Tze T'ien yang mabuk memerintahkan agar bunga-bunga mekar meskipun bukan musimnya. Dikisahkan betapa bunga-bunga itu menuruti perintahnya, yakni mekar pada musim dingin, kecuali yang disebut bunga botan, sehingga bunga itu pun dihukum buang. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Namun sebagai perempuan, Wu Tze T'ien memperjuangkan kepentingan kaumnya. Ia membela hak perempuan untuk turut dalam ujian negara dan lain sebagainya. Bahkan justru lulus ujian negara inilah yang menjadi syarat bagi banyak jabatan, sehingga yang berlangsung sebelumnya, bahwa keluarga raja atau keluarga sahabat raja yang berasal dari keluarga Li di wilayah Shensi dengan sendirinya mendapat jabatan penting, yang banyak akibat buruknya, dapat diperbaiki. Ia menitikberatkan pada ujian dan karena itu orang-orang biasa, dan juga orang-orang yang berasal dari bagian lain di Negeri Atap Langit, dapat memegang jabatan tinggi dan penting. Riwayat Wu Tze T'ien berakhir tahun 705 karena diturunkan Chung Tsung, anaknya sendiri yang dulu diturunkannya. Namun sejarah segera berulang, karena permaisurinya bagaikan ingin menjadi Wu Tze T'ien kedua. Suami sendiri diracuninya, meski ternyata gagal membunuhnya. Pemberontakan pun marak karena dikobarkan Li Lung Chi, anak maharaja kedua, Hui T sung, yang dulu juga diturunkan Wu Tze T'ien. Tanpa ampun, permaisuri yang meneladani Maharani Wu ini dibinasakan dan Hui Tsung pun naik tahta untuk kedua kalinya. Adalah Li Lung Chi, anaknya yang akan bertahta antara 713 dan 756, dan bergelar Tang Ming Huang atau Tang Hsuan Tsung, yang akan termasyhur karena mengembangkan kesenian dan ilmu pengetahuan. Meskipun begitu lagi-lagi urusan negara terganggu masalah cinta, ketika sete lah 745 ia tergila-gila kepada perempuan yang termasyhur keelokannya, Yang Guifei. Semenjak perempuan ini bergabung ke rumah berhalanya, Tang Ming Huang menjadi seorang pemboros besar. (Oo-dwkz-oO) TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ KITAB 8: NEGERI PARA PENYAIR (Oo-dwkz-oO) Episode 142: [Penyusupan Senja] BETAPAPUN adalah pada masa pemerintahannya Wangsa Tang mencapai puncak keemasan, dengan tatanegara dan kebudayaan sebagai ukurannya. Adanya Dewan Han Lin atau Dewan Kesusastraan di Negeri Atap Langit adalah berkat Ming Huang. Pekerjaan dewan ini antara lain mendirikan sekolah di seantero negeri. Namun baiklah kita ikuti dahulu sepak terjang Yang Guifei, perempuan yang telah membuat maharaja Ming Huang bertekuk lutut. Selir cantik jelita ini ternyata jatuh cinta kepada An Lushan, seorang panglima Turk berdarah campuran yang menguasai enam bahasa. Panglima ini sering datang ke istana dengan meninggalkan wilayah yang menjadi tugasnya di Hopei, tempat seharusnya ia mengamati bangsa K'i-tan di Manchuria. Memanfaatkan kesibukan negara berperang melawan orang Arab, Tibet, dan memadamkan berbagai kekacauan lain, An Lushan yang ahli perang me lancarkan pemberontakan pada 755. Tak kurang dari maharaja Ming Huang terpaksa meninggalkan istana, lari dari kotaraja Chang An yang segera jatuh ke tangan An Lushan, ke Szechuan. Dalam perjalanan, pasukan yang mengawal raja menuntut kepada Ming Huang agar Yang Guifei dihukum mati. Terus terang tak dapat kubayangkan perasaan maharaja itu, yang memerintahkan kekasihnya tercinta menjerat leher sendiri dengan kain sutera. Perempuan cantik itu beserta sanak keluarganya dianggap berdosa dalam timbulnya kekusutan di dalam negeri. Pada 763 pemberontakan An Lushan dapat dipadamkan. Negeri Atap Langit terpaksa menggunakan bangsa-bangsa asing di perbatasan, terutama bangsa Turk Uigur, yang setelah perang usai menguasai berbagai wilayah di dalam TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ negeri dan tidak berminat kembali. Demikianlah wibawa Wangsa Tang mulai pudar, dan telah kuketahui pada saat seperti inilah muncul semakin banyak pemberontakan di negeri-negeri bawahan, seperti kusaksikan sendiri di Daerah Perlindungan An Nam ini. Kini, kudengar Tang Ming Huang telah turun takhta dan digantikan putranya. Pemberontakan tak kunjung habis, para panglima menjadi penguasa wilayah, sementara bangsa Tibet datang menyerbu, dan hanya bisa ditepis dengan bantuan bangsa Turk Uigur, yang kepada mereka Negeri Atap Langit ini bahkan membayar. Aku mencermati kembali kisah pemberontakan ini. Setelah bertempur tujuh tahun, pasukan An Lushan merebut Luoyang maupun Chang An. Tahun 757 ia terbunuh, tetapi putranya, An Qingshu, meneruskan perjuangannya sampai 763. Seberapa jauhkah pemberontakan benar-benar telah selesa i" Kenapa pula Negeri Atap Langit harus membentuk perserikatan dengan Harun al-Rasyid, khalifah bangsa Arab itu" Kemudian kubaca dari catatan-catatan para rahib yang pernah berkunjung ke Chang An, bagaimana wibawa Wangsa Tang semakin memudar setelah istana dikuasai orang-orang kebiri atau sida-sida, terutama setelah Tang Ming Huang turun takhta. Masih banyak catatan yang dapat kupelajari, bahkan aku merasa wajib mempelajarinya lebih lama lagi, jika ingin menguasai persoalan dengan lebih baik. Namun setidaknya kini telah dapat kupertimbangkan suatu dugaan, mengapa seorang Harimau Perang dibutuhkan segera oleh Negeri Atap Langit. Tentu para pejabat tinggi di negeri itu mendengar betapa cermatnya Harimau Perang ini telah membangun kepercayaan di antara para pemberontak di Daerah Perlindungan An Nam. Berhasil meyakinkan mereka untuk keluar dari hutan dan turun gunung mengepung Thang-long, hanya untuk tertambus api pada musim dingin, yang tak akan pernah terduga karena dipersiapkan dengan penuh kerahasiaan oleh suatu jaringan mata-mata. Sungguh orang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ yang dibutuhkan, untuk menanggulangi pemberontakan oleh berbagai macam suku yang bagaikan tiada habisnya. Aku pun tidak dapat memperkirakan betapa licin dan cerdiknya Harimau Perang, yang telah berhasil dipercaya para pemimpin pemberontak, kemudian menjadi satu-satunya penghubung yang dikenal para pemimpin pasukan di medan peperangan, sehingga mengenal segala kemungkinan yang membuat tugasnya sungguh-sungguh berhasil. Memang benar pemberontakan dalam arti sebenarnya tidak akan pernah bisa dipadamkan, tetapi menggagalkan pendudukan Thang-long adalah penting, karena suatu pendudukan dalam peperangan niscaya tiada akan luput dari pembakaran, penjarahan, pembantaian, dan pemerkosaanO Tidak sadarkah penduduk kotaraja Daerah Perlindungan An Nam ini betapa kehidupan mereka semula ibarat telur di ujung tanduk" KUPIKIRKAN sesuatu: jika hanya Harimau Perang yang dikenal semua orang, oleh pemimpin kedua pihak yang bertentangan, maupun antara para pemimpin pasukan, bukankah itu berarti hanya Harimau Perang yang mengenal Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo pemimpin kaum pemberontak" Artinya tidak seorang pun dapat melindungi pemimpin pemberontak itu sekarang selain Harimau Perang, yang mengingat perkembangan keadaan, justru pasti akan membunuhnya! Masalahnya sekarang, siapakah sebenarnya pemimpin pemberontak itu" Persiapan di istal kuda bagi rombongan sudah beberapa lama selesai, tetapi duapuluh kuda terbaik yang dipersiapkan itu masih tetap berada di tempatnya. Aku memikirkan kemungkinan, bahwa sebelum berangkat memenuhi panggilan panglima tertinggi di Chang An, maka Harimau Perang merasa harus menuntaskan tugasnya lebih dahulu. Ia telah mengenal pemimpin pemberontak itu, tetapi tentu kini sudah tidak dapat menemuinya lagi. Kematian Amrita kurasa tidak akan tersebar tanpa desas-desus tentang pengkhianatan Harimau Perang itu. Pengkhianatan yang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ belum tentu merupakan pengkhianatan, karena Harimau Perang mungkin saja adalah bagian dari jaringan mata-mata yang ditanam. Betapapun Harimau Perang masih mencari mangsanya lagi, dan menurut pendapatku bukan tak mungkin pemimpin pemberontak itu ada di dalam Kuil Pengabdian Sejati ini! DENGAN pemikiran semacam itu aku keluar dari bilik pustaka yang penuh gulungan naskah. Tidak semua catatan ditulis di atas lontar, karena peradaban Negeri Atap Langit telah memperkenalkan kepada orang-orang Viet naskah pada gulungan kain yang ditulis dengan apa yang disebut sebagai tinta. Tentu saja ini berlaku untuk naskah dengan aksara Negeri Atap Langit yang baru mampu kubaca dengan sangat amat terbatas. Seorang bhiksu membantuku untuk menerjemahkan dan mengajariku cara menuliskannya sedikit demi sedikit. Betapapun terlalu banyak bahasa dan aksara baru yang terpaksa kupelajari dalam waktu singkat setahun terakhir ini, karena jika tidak maka jalanku untuk masuk ke dalam pengetahuan akan sangat terbatas. Adapun hanya berdasarkan pengetahuan secukupnya, maka aku dapat mengambil keputusan yang sedikit banyak bertanggungjawab. Aku keluar dari bilik pustaka dan menyusuri lorong-lorong dalam kuil, yang penuh dengan gambar berwarna perjalanan hidup Buddha pada dinding kanan maupun kirinya. Kulewati tempat dahulu kelompok Kalakuta yang menyamar sebagai bhiksu bermaksud membunuhku. Kuingat barisan bhiksu penjaga yang begitu banyak dan bersenjatakan toya. Kuingat kembali wajah bhiksu kepala yang matanya kecil itu, dari mana kubayangkan ia melihat dan berpikir tentang dunia. Siapakah yang membayar kelompok pembunuh dengan racun bernama Kalakuta itu" Benarkah hanya diriku dan Iblis Suci Peremuk Tulang itu yang diincar dan diawasi Kalakuta, dan bukannya para rahib yang di balik jubah merah kuningnya ternyata mengamati keadaan di seantero negeri" Dari cara TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ mereka bergerak melingkar dan menjadikan titik pertemuan sebagai saat menyampaikan pesan, kusadari betapa para bhiksu dan bhiksuni dalam Kuil Pengabdian Sejati ini bukanlah sekadar rahib biasa. Mengingat kembali berbagai percakapan dengan bhiksu kepala maupun para rahib lainnya, kusimpulkan betapa masalah dunia menjadi bagian yang penting dalam pengabdian mereka. Mereka adalah para bhiksu dan bhiksuni yang telah mendapat ajaran untuk berpihak, kepada siapa lagi jika bukan kepada rakyat yang tertindas. Bahkan bila kuingat adegan hukuman bagi bhiksu muda yang diminta bersujud selama-lamanya itu, kurasakan betapa adegan itu sebetulnya dibuat untuk mengelabuiku. Iblis Suci Peremuk Tulang kurasa mengetahui penyamaran ini. Bukankah ia pun dahulu kala seorang bhiksu" Aku sering merasa Iblis Suci Peremuk T ulang yang berangasan itu lebih seorang bhiksu yang menyamar daripada seorang bekas bhiksu. Artinya ia mengerti kebudayaan para bhiksu. Jadi tanpa harus diberitahu iapun akan ikut merahasiakannya, sampai aku dengan sengaja maupun tidak sengaja akan mengetahuinya. Bukankah ketika menyamar sebagai tukang kuda, tampak begitu terbiasa ia bekerja bersama dengan cara-cara para bhiksu yang mengemis dan menghubungkan pesan dengan cepat dari istal kuda sampai ke Kuil Pengabdian Sejati" Para bhiksu pengemis yang begitu sigap dan terlatih, agaknya bukan saja telah selalu menyampaikan dan meneruskan keterangan rahasia, melainkan juga mencari dan menggali segenap rahasia dunia, termasuk rahasia negara. KUBAYANGKAN Kota Thang-long dengan para bhiksu dan bhiksuni yang seolah-olah berkeliaran mengemis dari lorong ke lorong dengan batok di tangannya. Mereka tidak berkeliaran, mereka membentuk jaringan arus keterangan yang teratur rapi. Kuil Pengabdian Sejati ini bukan sembarang kuil. Bahkan kepada diriku mereka rahasiakan siapa TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ sebenarnya diri mereka. Aku teringat Iblis Suci Peremuk Tulang yang sebelum menyamar jadi tukang kuda sungguh meyakinkan sebagai bhiksu sahaja. Bukankah dia memang bhiksu" Atau tak seorang bhiksu pun adalah bhiksu" Di lorong gelap ini berkilasan kembali gambaran sepuluh bhiksu gadungan yang ternyata para pembunuh kelompok Kalakuta. Mereka tak seperti pembunuh jika tangannya tidak menggenggam pisau melengkung yang sekali sabet bisa mengeluarkan seluruh isi perut. Semua orang berkepala gundul dan berwajah kelimis dalam gulungan jubah merah kuning yang menyeragamkan semua. Bagaimana caranya kita mengetahui siapa berbeda dari siapa" Hmm. Sepuluh orang itu bisa masuk begitu saja karena saat itu banyak orang masuk ke kuil untuk mengantri bantuan pangan. Semenjak kejadian itu bhiksu penjaga bersenjatakan toya tampak di segala sudut. Bahkan utusan istana pun mesti digeledah begitu rupa sebelum diizinkan masuk jika ingin bertemu bhiksu kepala. Di ujung lorong kulihat langit senja yang kemerahmerahan. Sudah terlalu lama kubenamkan diriku ke dalam kuil hari ini. Pengetahuanku atas bahasa-bahasa maupun aksara Negeri Atap Langit yang masih sangat sedikit, membuat aku membaca gulungan catatan-catatan di atas kain itu dengan sangat lama. Untunglah bhiksu petugas bilik pustaka yang menguasai banyak bahasa dan aksara itu bersedia membantuku jika aku menemui kesulitan. Sekarang aku bermaksud menanti mata rantai terakhir bhiksu penyampai pesan, yang akan memberi tahu tentang perkembangan terakhir hasil pengamatan Iblis Suci Peremuk Tulang yang menyamar sebagai tukang kuda. Pada dasarnya segala sesuatunya sudah diketahui: Harimau Perang akan melakukan perjalanan rahasia ke Chang An dengan dikawal 20 pengawal istana pilihan. Aku tahu betapa dengan kawalan orang-orang pilihan seperti itu, serbuan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ mendadak 200 orang pun dapat mereka halau dengan mudah. Bahkan jalur perjalanan pun, yang tentu saja setiap saat bisa berubah karena sengaja diubah-ubah untuk menghindari pelacakan, setiap perubahannya selalu terendus oleh Iblis Suci tersebut. Hanya kapan rombongan itu tepatnya akan berangkat, memang masih tertutup rapat. Aku tiba di luar lorong tepat pada saat bayangan kemerahmerahan itu berkelebat menghilang ke balik cahaya senja. Seorang penyusup sedang bergerak masuk, dengan berlindung di balik cahaya kemerah-merahan senja yang tak akan mungkin terlacak, kecuali oleh mereka yang memiliki ilmu sejenis. Aku teringat ketika menyaksikan bagaimana Amrita berhadapan dengan Pendekar Cahaya Senja. Memang aku tidak berhadapan langsung dengan pendekar yang sangat terpesona oleh keindahan senja itu, yang menyediakan dirinya untuk membunuh atau terbunuh hanya ketika langit semburat kemerah-merahan, sehingga tak dapat kugunakan Jurus Bayangan Cermin untuk menyerap ilmunya, tetapi betapapun aku telah mengamatinya. Adapun dalam pengamatan itu sempat kusimpulkan, bahwa kunci untuk mengimbangi ilmu yang mengacu kepada filsafat aliran Yogachara itu adalah penyandaran diri kepada jiwa semesta, sebagai sumber jiwa dalam diri, agar tak terkecoh oleh penalaran yang terikat kepada pancaindera dalam kebertubuhan. Aku harus bergerak cepat jika tidak ingin kehilangan jejak di balik cahaya senja yang kemerah-merahan. Ia seorang penyusup dan kukira ia menyusup untuk melakukan pembunuhan, karena jika tidak tentu takperlu mengirimkan seorang penyusup dengan ilmu luar biasa seperti itu. Memang tidak setiap penyusupan berarti pembunuhan, karena penyusupan juga dilakukan demi pengamatan, tetapi pengalamanku bersinggungan dengan orang-orang yang berkelebat ini memberitahuku tentang tujuan yang dapat ditafs irkan dari sifat-sifat geraknya. Dalam pengamatan tersifatkan ketenangan dan kesabaran, dalam pembunuhan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ tersifatkan keyakinan dan ketegasan, sedangkan yang terakhir itulah sebenarnya terbaca desirannya olehku. Seperti pengamatanku terhadap Pendekar Cahaya Senja, terhadap penyusup yang menggunakan cahaya kemerahmerahan sebagai tabir ini hanya dapat kuandalkan kecepatan, terutama untuk memburunya ke balik cahaya kemerahmerahan itu, dan apabila ia menyerangku maka tiada lain yang dapat kulakukan selain memejamkan mata terhadap segala pesona dan mengandalkan ilmu Mendengar Semut Berbisik di Dalam Lubang. Penyusup masih berada di udara, tiada yang melihatnya karena semakin luas kemerahan langit semakin tersamar dia adanya. Berkelebat takterlihat di balik cahaya kemerahan senja, yang hanya bisa dilakukan karena kecepatannya yang luar biasa. Membaca arah geraknya, kutahu dari garis lengkungannya bahwa ia akan menukik tepat pada sebuah jendela terbuka di bilik bhiksu kepala, tempat kulihat samar-samar dirinya sedang berdoa. Sudah jelas penyusup ini bermaksud membunuhnya! Aku berkelebat menyusulnya memasuki cahaya senja dengan kecepatan yang tidak bisa diikuti mata. Kumasuki sebuah dunia penuh dengan lapisan tabir kemerah-merahan yang bagaikan selalu bergerak dan berkibar seperti kain meski kutahu itu bukan kain melainkan tabir-tabir cahaya senja yang mengungkungku bagaikan seekor ikan di dalam lautan cahaya kemerah-merahan. Dalam dunia kemerah-merahan kuburu bayangan yang berkelebat itu, yang menjejak udara bagaikan menjejak zat padat, berkelebat begitu cepat dengan tubuh berbalut kain kuning merah yang terikat ketat, dan hanya matanya yang terlihat. Tahu dikejar ia pun menyerangku dengan senjata kaum pembunuh yang mengerikan, yakni sabit melengkung yang seperti dibuat secara istimewa untuk memenggal kepala dan betapa piawai sang penyusup ini memainkannya. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Begitu ia melayang terbang menujuku dalam kelebat tercepat yang dapat kulihat sembari mengangkat sabitnya, segera kupejamkan mataku karena pesona tabir-tabir senja dapat mengalihkan perhatianku dari kecepatan dan ketajaman sabitnya yang luar biasa. Mengandalkan ilmu Mendengar Semut Berbisik terbentuk dalam pandangan mataku yang tertutup itu garis tepi seluruh tubuh maupun yang sedang diayunkannya, sebagai garis yang menyala redup kehijauan. Namun ia bukan sekadar penyusup jika terpilih memasuki Kuil Pengabdian Sejati untuk mencabut nyawa bhiksu kepala. Ketika sabitnya menyambar seperti ingin nembelah tubuhku, tidaklah terasa bagaikan satu saja sabit yang terayun dengan kecepatan kilat, melainkan lima sabit, itu pun tidak serentak melainkan berturut-turut. Sabit manakah yang merupakan sabit sebenarnya" Dalam kelebat gerak yang nyaris tak terlacak, aku harus memutuskan dengan cepat, manakah sabit sebenarnya yang wajib kuhindari dan manakah sabit tipuan, karena sekali keliru dalam penilaian saat itulah nyawa melayang. Jika sabit tipuan kuhindari, saat itulah sabit yang sebenarnya menancap di badan; jika sabit yang sebenarnya kuketahui dan ingin hindarkan, berarti aku harus membiarkan sabit-sabit tipuan itu seolah-olah menancap di badan, karena hanya dengan begitu ketika sabit yang sebenarnya tiba, akan dapat dielakkan atau ditangkis tepat pada waktunya. Namun bagaimana jika sabit yang kubiarkan menancap adalah sabit yang sebenarnya" Dalam pandangan mataku yang terpejam pun, seperti terdapat lima tangan yang mengayunkan lima sabit berturutturut. Namun kutahu jika kubuka mataku betapa akan lebih banyak hal yang mengecoh mataku. Ini berarti untuk kali pertama mesti kutingkatkan kedalaman ilmu Mendengar Semut Berbisik di Dalam Liang, yang memisahkan bunyi sebenarnya dari bunyi-bunyi. Ini berarti ilmu penyusup ini memang sangat tinggi, karena bukan hanya mata yang dapat dikecohnya dengan kecepatan tinggi TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ itu, melainkan juga telinga dengan ketajaman lebih dari biasa, dan bukanlah sembarang manusia yang sungguh-sungguh dapat melakukannya. Dalam peningkatan kedalaman ilmu Mendengar Semut Berbisik di Dalam Lubang, bunyi-bunyi semu itu akan tetap tinggal dalam pandangan mata tertutupku sebagai garis berpijar buram warna hijau, sedangkan bunyi yang sebenarnya dari sambaran sabit itu akan berwarna biru. Tentu saja dengan begitu masalah ini seharusnya dapat segera kupecahkan, yakni biarkan garis cahaya redup membentuk sabit berwarna hijau menancap dan pusatkan perhatian kepada garis cahaya redup membentuk sabit berwarna biru. Namun aku menjadi terkejut ketika dalam tingkat Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo kedalaman ilmu Mendengar Semut Berbisik di Dalam Liang yang baru ini maka kelima sabit yang menyambar berturutturut ini semuanya berwarna biru! Semua ini memang lebih cepat dari kerjapan mata. Bahkan tentunya saat itu tentulah pertimbanganku tidak terurai serinci ini. KUPEGANG kenyataan bahwa sebelum mataku tertutup aku hanya melihat satu sabit. Ini berarti kelima sabit tersebut tetap berasal dari satu sabit, tetapi yang digerakkan berulang dengan kecepatan begitu tinggi, sehingga indera belum usai menangkap ujudnya sabit itu telah datang, datang, datang, dan datang lagi. Jadi kuanggap tak akan keliru jika terhadap gambaran sabit berwarna biru yang datang terakhirlah aku harus memusatkan perhatianku. Sabit itu hanya satu jari dari tengkukku ketika aku berguling di udara untuk segera melenting kembali di atasnya. Kubuka mataku sejenak, dan dunia senja masih membara raya. Rasanya enggan menutup mata kembali di tengah dunia yang kemerah-merahan ini, tetapi pembunuh itu telah berbalik pula dan menyabetkan sabitnya kembali. Tak cukup menyambarku kembali, tetapi tangan kirinya telah terkibas ke arah tertentu, yang membuatku terkesiap karena itu berarti TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ telah dilepaskannya jarum-jarum beracun ke arah bhiksu kepala, yang dari jendela tampak masih membaca sutra! Aku bahkan tak sempat memejamkan mataku, karena bukankah memang kulihat setidaknya 25 jarum beracun berbinar redup kuning hijau berkeredap meluncur ke arah bhiksu kepala yang sedang membaca" Demikianlah semua ini berlangsung tanpa dapat diikuti mata orang biasa dan nyaris tanpa suara. Namun seandainya seseorang yang berilmu tinggi menyaksikannya akan terlihat tarian maut berpasangan dalam dunia senja kemerah-merahan, tempat tabir-tabir senja sebentar tersibak sebentar menutup oleh bayangan hitam sabit lebar mengejar bayangan berkelebat yang tentu bayanganku, yang kini kembali mesti berkelit tanpa mampu menghentikan jarum-jarum beracun yang meluncur dengan amat sangat terlalu cepat. Pada saat kuhindari sabit itu tanganku dengan mudah menepuk lengan kanannya, yang akan langsung lumpuh dan memang menjadi lumpuh sehingga sabitnya terpental jauh sampai membentur puncak pagoda dan jatuh berdentingdenting di lantai kuil. Namun sabit tersebut belum membentur pagoda dan belum jatuh berdenting-denting di lantai ketika usai tanganku menepuk lengan kanannya yang menjadi lumpuh, ternyata bhiksu kepala itu telah mengibaskan sutra yang dibacanya seperti mengusir lalat tanpa menoleh, yang membuat 25 jarum itu berbalik me luncur kembali! Penyusup senja itu masih meneruskan arah geraknya di udara dengan tangan kanan lumpuh, yakni menuju bhiksu kepala di jendela yang tadi hendak dibunuhnya dengan sabit, hanya untuk disambut jarum-jarum beracunnya sendiri! Tangan kirinya mencoba berbuat sesuatu karena tangan kanannya sudah kulumpuhkan, tetapi kedudukannya yang menyamping kanan tak mungkin lagi menyampok jarum-jarum beracun yang langsung menembus segenap kain merah jingga yang membelit seluruh tubuhnya, dan tentu menancap masuk TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ ke dalam dadanya. Ke dalam jantung dan paru-parunya. Dua puluh lima jarum beracun mematikan menembus tubuh pelemparnya sendiri, yang langsung mati ketika tubuhnya masih terus melayang ke arah bhiksu kepala, yang sementara itu telah menutup jendela tanpa menoleh. Bruaaaakkk! Tubuh penyusup senja itu terbanting di luar jendela tanpa nyawa lagi ketika aku pun mendarat ringan di dekatnya. Barulah kemudian sabit itu terdengar membentur puncak pagoda, lantas terdengar dentangnya ketika jatuh di lantai. Jendela tetap tertutup. Bhiksu kepala terdengar menggumam masih membaca sutra. Tidak seorang pun dari para rahib yang berdatangan berani mengganggunya. Kuperiksa penyusup yang telah kehilangan nyawa sesuai dengan pertaruhan tugasnya. Kusingkap kain penutup wajahnya, dan kulihat betapa bibirnya menghitam di atas wajah yang pucat. Racun jarum-jarum itu bekerja dengan seketika. Aku bergidik. Sadarkah penyusup ini bahwa jarumjarum yang diterimanya dari seorang peramu racun itu ternyata akan menembusi tubuhnya sendiri. Suatu ketika dalam perjalananku aku pernah tanpa sengaja melihat jarum-jarum direndam dalam ramuan bisa ular, bisa kalajengking, dan bisa tumbuh-tumbuhan sekaligus. Kulihat itu di lorong tersembunyi di belakang pasar, ketika menyamar sebagai pengemis yang mengembara dari kota ke kota sepanjang pantai Champa sebelum sampai kemari. Saat itu berpikir bahwa jarum-jarum yang direndam dalam racun ini suatu ketika akan membunuh seseorang. BAHWA tempat perendaman jarum itu tersembunyi, tentu karena senjata rahasia memang hanya berhubungan dengan kelompok rahasia, untuk mendukung tugas-tugas rahasia. Adapun rahasia bisa bersifat sementara, seperti tugas negara yang suatu ketika terbuka, tetapi juga bersifat gelap, yakni menjadi rahasia selama-lamanya, seperti pembunuhanTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ pembunuhan gelap yang takmenjadi kepentingan pelaku pembunuhannya. Rahasia yang tetap menjadi gelap, diusahakan tetap gelap, jika perlu dengan mata rantai pembunuhan lanjutan untuk menjaga kegelapannya. Jaringan kerahasiaan dapat berlangsung di medan penugasan, seperti peramu racun dan pengguna racunnya, dan keluarga masingmasing tak tahu kehidupan mereka; bisa melibatkan seluruh keluarga, yang akan saling memahami pekerjaan masingmasing tanpa kata. Maka kematian penyusup ini adalah kemungkinan terbaik dari kegagalan tugasnya. Itulah sebabnya kukagumi kehidupan mereka dalam dunia kaum penyusup ini, yang terwajibkan untuk tetap tinggal takterlacak sampai kematian menjemputnya. Mereka hidup dalam suatu kepercayaan dan tata cara kehidupan, yang dengan setia dan bangga dipegangnya, bahwa kerahasiaan, kegelapan, dan bahaya, adalah kehidupan di atas dunia yang mulia. Para rahib membalikkan tubuhnya, membuka selubung kain di bagian dada. Terlihat rajah gambar dua pedang bersilang di sana. ''Golongan Murni,'' ujar seseorang. Jadi itulah tanda Golongan Murni, kelompok yang menganggap bangsa penguasa Negeri Atap Langit sebagai bangsa termulia di dunia, sedangkan bangsa-bangsa lain hanya wajib mengikutinya saja. Adapun bangsa-bangsa yang tidak bersedia mengikuti dan tunduk kepadanya, adalah bangsa yang harus diberi pelajaran. Aku ingat pernah bentrok dengan mereka dalam peristiwa pembakaran gubuk-gubuk darurat para pengungsi bencana banjir. Aku tidak pernah tahu bahwa rajah dua pedang bersilang adalah penanda seseorang dari Golongan Murni. Apakah kenyataan ini mengubah seluruh perhitunganku" Jika memang Golongan Murni yang telah menyusup ke dalam Kuil Pengabdian Sejati ini untuk membunuh bhiksu kepala, maka TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ urusannya tak berhubungan langsung denganku yang dapat dikatakan sedang saling mengincar dengan Harimau Perang. Setidaknya ini membenarkan dugaanku bahwa Kuil Pengabdian Sejati ini memang bukan sembarang kuil, bahkan sebaliknya merupakan bagian dari jaringan pemberontak yang selama ini tidak pernah diketahui siapa pemimpinnya -dan memang rahasia tentang siapa sebenarnya yang memimpin pemberontakan hanya diketahui oleh Harimau Perang... (Oo-dwkz-oO) Episode 143: [Tipu Daya Bhiksu Kepala] LANGIT masih menyisakan semburat cahaya senja yang kemerah-merahan, meski suasana kuil telah menjadi gelap. Suasana yang paling tepat bagi suatu tindak penyusupan, tetapi bahkan penyusup setinggi itu pun ilmunya telah juga gagal. Pantaslah Harimau Perang tak bisa sembarangan mengirim orang. Jika untuk sepuluh orang yang melakukan penyusupan pertama waktu itu disewanya kelompok racun Kalakuta, maka senja ini dipinjamnya tangan Golongan Murni. Jika untuk yang pertama, pembunuhan macam apa pun, selama menggunakan racun, dapat dipesan dengan bayaran; maka untuk yang kedua, bayaran sama sekali tidak diperlukan, karena segenap tindak dilakukan atas nama citacita kesempurnaan, bahwa siapa pun mereka yang menentang kekuasaan Negeri Atap Langit layak dimusnahkan. Mungkinkah bhiksu kepala adalah pemimpin pemberontak itu sendiri" Jika tidak, mengapa Harimau Perang ataupun Golongan Murni mengirimkan seseorang untuk membunuhnya" Kusimpulkan saja bahwa Kuil Pengabdian Sejati setidaknya adalah bagian dari jaringan mata rantai kaum pemberontak di Daerah Perlindungan An Nam, yang tentu diketahui oleh Harimau Perang, tetapi bukanlah yang dibentuknya sendiri, sehingga tak dapat dikuasainya untuk bergabung dengan pemerintah. Sebaliknya, besar TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ kemungkinan ia pun gelisah dan merasa jiwanya terancam, ketika diketahuinya Amrita menyerbu masuk sampai ke dalam kota hanya untuk memburu dirinya. SESEORANG telah membuka rahasia dan ia tahu kedudukannya telah terbongkar. Benar tidaknya simpulan yang tentu masih sangat sementara ini belum dapat kuketahui, tetapi setidaknya membuat aku lebih penasaran membuntutinya dalam perjalanan ke Chan'an, dan tentunya mewajibkan diriku untuk belajar lebih jauh lagi tentang permainan kekuasaan di Negeri Atap Langit. Para bhiksu penjaga berdatangan tanpa suara dengan toya di tangan mereka. Mereka memandangku dengan penuh hormat karena pertarungan singkat di balik tabir-tabir lembaran senja yang kemerah-merahan itu, yang hanya dapat dilakukan dengan kecepatan yang amat sangat, meski dalam kenyataannya bukan diriku me lainkan bhiksu kepala yang telah menyelamatkan dirinya sendiri. Bagiku tingkat kepandaian seperti itulah yang selayaknya berada di tingkat para naga, tingkat ilmu silat yang sangat amat sulit ditandingi. Mereka membolak-balik mayat itu dan menggeledah isinya. Masih terdapat lagi sejumput jarum bercahaya hijau redup, pertanda sangat beracun, dan sebuah sabit pendek yang dipangkalnya terukir gambar pedang bersilang, sama dengan rajah di dadanya. Tidak ada yang dapat digali lebih lanjut dari penemuan itu selain menegaskan keberadaan dirinya yang mewakili Golongan Murni. Justru kepastian itulah yang membuat setiap perhitungan harus mempertimbangkan adanya jebakan: mungkinkah ada pihak yang ingin kami mengira penyusupan ini adalah tanggung jawab Golongan Murni" Seorang bhiksu penjaga datang menggamitku. "Yang Mulia Bhiksu Kepala mengharapkan kunjungan Pendekar Tanpa Nama," ujarnya dengan sopan. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Aku pun mengangguk dan menjura, lantas segera melangkah masuk ke dalam biliknya yang diterangi cahaya lilin. "Maafkanlah sahaya, Bapak," kataku, "gerakannya terlalu cepat untukku, sehingga Bapak harus membuang tenaga baginya." "Pendekar Tanpa Nama, janganlah terlalu merendahkan diri, karena dikau memperlambatnya maka dapat kukembalikan jarum-jarumnya," jawabnya, "sejak dari luar tembok ia telah me lenting dari genting ke genting di balik keremangan sebelum kau susul di udara." Aku terkesiap. Jika semua yang dikatakannya benar, tentu tingkat ilmu silatnya tinggi sekali, karena diketahuinya itu semua sembari membaca sutra. Tapak-tapak nyaris tanpa suara di atas genting; desir, desis, dan desau yang tidak mungkin terdengar dari tempat yang begitu jauh; dan tentu kelebat jarum-jarum beracun yang terlalu cepat dan tanpa bunyi itu; tak mungkin terdengar jika bhiksu kepala tua itu tak pernah, bahkan masih, menguasai ilmu silat yang luar biasa tinggi. "Bapak jangan merendah, saya masih harus banyak belajar," kataku menunduk, "berikanlah kepada saya pelajaran itu." Bhiksu kepala itu menghela napas. "Pendekar Tanpa Nama," katanya, "dikau harus membunuhku." Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Aku tertegun sejenak, tetapi cepat mengerti, bahwa Harimau Perang harus dijebak, yakni mengira usahanya untuk membunuh bhiksu kepala telah berhasil. Namun bagaimana caranya" "Mendekatlah kemari pendekar," katanya lagi, "kita akan belajar bagaimana caranya bersandiwara." TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Aku mendekat, bhiksu kepala membisikkan sesuatu kepadaku, dan aku pun mengangguk mengerti. Sebentar kemudian aku keluar dari bilik itu, menemui kepala pasukan bhiksu penjaga yang menjadi orang kepercayaan bhiksu kepala. Lantas sebentar kemudian kami umumkan meninggalnya bhiksu kepala, satu dari dua puluh lima jarum beracun yang dilepaskan penyusup senja itu telah membunuhnya. Hanya karena ilmunya yang tinggi sajalah, maka beliau masih dapat menutup jendela, ketika tubuh penyusup senja tanpa nyawa itu meneruskan laju penyerangan ke arahnya. (Oo-dwkz-oO) LANGIT telah sepenuhnya gelap ketika berita ini tersebar ke seantero kota. Dengan segera para pelawat berdatangan ke Kuil Pengabdian Sejati, memberikan penghormatan terakhir kepada tokoh yang sangat dihormati segenap warga Kota Thang-long tersebut. Pada sebuah balairung di dalam kuil, disemayamkanlah jenazah bhiksu kepala yang nama maupun gelarnya dalam bahasa Viet sangat sulit kuingat, tak dapat kuucapkan, sehingga menuliskannya pun bagiku menjadi sangat mustahil. DI dalam balairung para bhiksu dan bhiksuni menyanyikan sutra dengan nada rendah. Ruangan itu penuh sesak, tetapi antara jenazah dan para rahib terdapatlah ratusan lilin menyala yang asapnya membuat mata pedas dan ruangan semakin bertambah panas. Para pelawat dapat menyaksikan jenazah bhiksu kepala di seberang lautan lilin, terbaring seperti orang tidur, bahkan mungkin karena pengaruh asap dan cahaya lilin yang bergerak-gerak, tampak pula seperti orang bernapas. Demikianlah para pelawat yang datang tiada habisnya sepanjang malam akan menyaksikan pemandangan semacam itu dari kejauhan, yang justru membuatku merasa khawatir, karena sesungguhnyalah tubuh bhiksu kepala itu TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ tidak bernapas. Tepatnya ia tidak bernapas melalui hidung, melainkan melalui pori-pori dari kulitnya. Tentu saja ia masih hidup. Dengan seni pernapasan tertentu yang dicangkokkan kepada yoga langit, yakni seni pernapasan yang mengakibatkan kematian dengan sengaja sebagai pencapaian kesempurnaan, bhiksu tak menjadi meninggal, melainkan seperti meninggal untuk sementara saja, karena jantungnya masih berdetak dan paru-parunya tetap bekerja. Aku hanya diminta membantunya dengan berbagai totokan jalan darah, yang akan membuatnya seperti orang mati dan bukan sekadar seperti orang tertidur. Maka jika nyala ratusan lilin yang kadang-kadang tertiup angin dari luar bilik membuatnya seperti orang tidur dan bernapas, tentu saja segenap rencana kami dapat menjadi sia-sia. Di sebuah sudut, dengan masih berjubah merah kuning dan berkepala gundul seperti bhiksu, aku dapat mengawasi beriburibu pelawat dari segala lapisan yang datang menggumamkan sutra sambil ber-pradhaksina. Dari ribuan orang bahkan puluhan ribu manusia pelawat, mulai dari pejabat tinggi, pedagang, tukang, sampai pelacur dan pengemis, setidaknya tentu terdapat satu atau beberapa mata-mata, yang bertugas menyampaikan pesan secara berantai dengan cepat kepada Harimau Perang, bahwa bhiksu kepala memang benar-benar sudah mati. Berita kematian bhiksu kepala ini penting, karena hanya dengan begitu maka perjalanan rahasia ke Chang 'an bisa dilangsungkan. Di antara ribuan pelawat yang masih terus mengalir, dan di antaranya tidak sedikit pula yang menangis tersedu-sedu, kusadari betapa sulitnya mengetahui mana yang mata-mata dan mana yang bukan. Kubayangkan diriku jika melakukan penyamaran dan berada di antara mereka, tentu tidaklah akan terlalu mudah bagi s iapa pun untuk mengetahui dengan pasti, apakah seseorang itu aku atau bukan diriku. Bagi mereka yang bergerak dalam dunia penugasan rahasia, barangkali TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ mudah dan cepat untuk mengetahui sesuatu itu wajar atau tak wajar, seperti sering kualam i ketika menyamar dan tetap saja mengundang kecurigaan. Namun bagiku kini kusadari betapa untuk mengetahui seseorang itu dirinya atau bukan dirinya ternyata sama sekali tidak mudah. Memang, aku sendiri tidak berharap banyak, karena untuk mengetahui jebakan kami mengenai sasarannya atau tidak, kami tunggu dengan cara lain. Kedudukan bhiksu kepala dalam masyarakatnya dapat diketahui dari para pelawat, yang tidak hanya berasal dari segala lapisan, tetapi juga para rahib penganut Buddha berbagai aliran, seperti para bhiksu Theravada dengan hanya sehelai kain warna kuning kecokelatan melingkari raganya, para bhiksu Mahayana yang kainnya kuning kunyit dijahit jadi jubah, dan bermacam aliran lagi yang menunjukkan kebijaksanaan dan keluasan pandangannya. Para bhiksu Kuil Pengabdian Sejati sendiri tidak selalu seragam busananya, selain kain jubah merah kuning seperti para bhiksu Tibet, terdapat juga yang setia kepada Therevada tetapi para bhiksunya berpakaian seperti guru-guru Mahayana. Aku merasa tidak perlu terlalu terkejut dengan kenyataan itu, meski tetap heran jika semua ini menyangkut seseorang yang barangkali saja sebetulnya hanya menyamar. Ya, seorang bhiksu kepala yang menguasai ilmu silat peringkat naga, sekaligus menggalang pemberontakan diamdiam dari balik kuilnya, apakah ini tidak terlalu berlebihan" Masalahnya, memang, tidakkah hanya kesempurnaan dalam peleburan pencapaian kesempurnaan rohani dan kesempurnaan jasmani yang dapat dikatakan sebagai kesempurnaan yang sebenarnya" Namun kurasa Nagarjuna, bahkan juga Nagasena, tak akan pernah menyetujuinya. Para pelawat masih terus mengalir sepanjang malam. Gumam doa terus berkumandang dan membubung, bersama TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ asap dalam ruangan yang mencari jalan keluar dari ce lah atap sampai ke langit. UNTUNGLAH bahwa balairung yang terbuka dapat menampung para pelawat yang bagaikan tiada putusputusnya. Dengan sia-sia kucari wajah dengan pandangan mata seperti mata-mata, meski kusadari betapa aku sangat tidak berbakat untuk pekerjaan seperti itu. Pada dini hari, ketika langit masih gelap, kuterima berita dari Iblis Suci Peremuk Tulang melalui mata rantai bhiksu pengemis yang selalu berputar dalam lingkaran, sambung bersambung dan ganti berganti, sepanjang siang dan malam. Bhiksu pengemis itu berbisik di telingaku ketika kutemui di gerbang kuil. ''Pesan dari Iblis Suci, katanya ia diperintahkan membawa dua puluh kuda yang s iap berangkat segera, rombongan akan berangkat sekarang juga!'' Hmm. Jadi jebakan kami mengena! Harimau Perang tidak merasa bisa berangkat dengan tenang jika bhiksu kepala yang selama ini dianggapya menjadi pemimpin kaum pemberontak masih menjadi duri di dalam dagingnya. Betapapun Kuil Pengabdian Sejati berada di tengah-tengah Kota Thang-long, bagaikan pisau tajam yang berada di bawah urat lehernya sendiri. Tentu dengan pengetahuanku yang terbatas sebagai orang asing, membuat aku sendiri mencadangkan terjadinya kesalahpahaman dan kejutan, mengingat pengalamanku dengan berbagai macam mata rantai kerahasiaan dalam kegelapan. Selain karena bhiksu kepala tidak pernah berterus terang tentang siapa dirinya, bukankah aku juga tidak pernah memastikan, bahwa Harimau Perang adalah seseorang atau beberapa orang" Namun kuketahui suatu siasat pengamanan, bahwa seseorang berwajah dan berperawakan mirip raja, dapat menggantikan seorang raja untuk berjaga terhadap serangan pembunuhan. Meskipun begitu tentang Harimau Perang aku TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ memikirkan sesuatu yang berbeda. Bukan bahwa terdapat Harimau Perang tiruan untuk menggantikan Harimau Perang yang sebenarnya, melainkan bahwa Harimau Perang adalah nama untuk suatu tata cara kerahasiaan yang terdiri dan dilaksanakan oleh banyak orang. Betapapun dugaan liarku ini tidak mendapat bukti yang membenarkan. Sementara itu, jika duapuluh kuda dipersiapkan untuk duapuluh pengawal pilihan, maka kuda Harimau Perang tentu dipersiapkan di tempat terpisah. Tepatnya tentu ia persiapkan sendiri. Namun apakah itu memang berarti Harimau Perang ternyata seorang pribadi" Bhiksu pengemis itu juga menyampaikan pesan, bahwa sebaiknya aku menunggu saja di Celah Dinding Berlian, karena jika mengikuti perjalanan dari dalam kota, ketika rombongan melewati gerbang kota, tentu saja akan terlalu kentara betapa aku sedang membuntutinya. Setelah bhiksu pengemis itu menghilang, kusadari kini segala sesuatu tertanggungkan ke pundakku. Iblis Suci telah menjalankan penyamaran dan pengamatannya sebagai tukang kuda dengan hasil pemberitahuan terakhir ini. Bhiksu kepala telah terpaksa berpura-pura mati demi memancing dilaksanakannya perjalanan rahasia itu, yang berarti juga ia harus menghilang selama-lamanya dari dunia sebagai bhiksu kepala, agar aku dapat melacak keberadaan Harimau Perang. Kini tergantung kepada diriku, apakah segala jerih payah itu akan menjadi tersia atau bermakna. Aku terpaku di gerbang Kuil Pengabdian Sejati tempat banyak orang masih saja mengalir tiada hentinya, karena memang sungguh-sungguh berduka cita. Aku masih mengenakan jubah seorang bhiksu, berkepala gundul, dan berwajah kelimis. Tentu aku tidak mungkin melaksanakan tugasku dengan busana seperti ini, bukan sekadar karena warna kuning merahnya yang menyolok mata dalam pembuntutan perjalanan rahasia di pedalaman, tetapi bahwa TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ dalam keramaian seorang bhiksu akan terlibat dengan bermacam-macam kewajiban yang membuatku tidak bisa bebas bergerak. Ini juga berarti aku harus segera pergi dan tidak dapat mengikuti rencana siasat selanjutnya. Di dalam bilik bhiksu kepala waktu itu sebetulnya berlangsung perbincangan seperti berikut. ''Jika Bapak memang harus tampak terbunuh, bagaimanakah caranya Bapak melanjutkan kehidupan yang sebenarnya.'' Bhiksu kepala tersenyum lebar. ''Anak, Pendekar Tanpa Nama, dapatkah dikau jawab pertanyaanmu sendiri"'' Hmm. Apakah bhiksu kepala ini bermaksud mengujikan sesuatu" ''Harimau Perang itu tidak bermaksud membunuh Bapak,'' jawabku, ''melainkan cerita yang beredar jika Bapak tidak dibunuh, selain karena hanya Bapak yang mengetahui rahasia Harimau Perang.'' Bhiksu kepala tidak menanggapi, dan menantikan kalimat selanjutnya. "Perang bukanlah sekadar pertempuran bersenjata, melainkan pertarungan gagasan dan pemahaman, bahwa ada pihak yang menolak penguasaan dan ada pihak yang berusaha menguasai. Tidak ada kekuasaan yang tersahihkan tanpa penguasaan pikiran, karena hanya cukup melalui pikiran itulah suatu kekuasaan dapat dihancurkan." Bhiksu kepala itu manggut-manggut. "Teruskan, Anak, teruskan..." "Setelah pengepungan gagal dan para pemberontak diburu sepanjang Sungai Merah, pertempuran untuk sementara TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ seperti selesa i, tetapi perang belum dimenangkan karena para pemberontak sama sekali tidak menyerah, terutama karena pemimpin pemberontak, yang bahkan tidak diketahui siapa, tidak pernah terberitakan tertangkap atau dihukum mati. Padahal dalam perang, adalah penting untuk membunuh pemimpinnya dalam arti membunuh pikiran untuk berontak itu." Bhiksu kepala itu menunduk dan memejamkan mata, masih menunggu kalimat selanjutnya. "Apalah gunanya membasmi para pemberontak, jika pikiran untuk memberontak dan menolak kekuasaan masih berada di dalam kepala setiap orang" Maka suatu peperangan memang tak hanya mengadu pasukan, melainkan berperang melawan keyakinan. Harimau Perang berusaha menamatkan cerita tentang semangat perjuangan, dengan menamatkan riwayat seorang pemimpin tersembunyi yang keberadaannya begitu nyata bagaikan dongeng. Dongeng akan dilawannya dengan dongeng, tetapi dongeng apakah kiranya yang akan kita Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo gunakan pula untuk menanggapinya?" Bhiksu kepala membuka mata dan menepuk pundakku. "Dikau memahami arti perang, Anak, dan inilah rencanaku..." Telah diketahui bagaimana aku membantu permainan ini, dengan totokan jalan darah yang akan membuatnya seperti orang mati. Bhiksu kepala sendiri telah mengolah seni pernapasan tertentu, yang tidak akan membuatnya sengaja meninggalkan dunia ini ketika menjalankan yoga langit, melainkan justru bangun kembali pada saat yang dapat ditentukannya sendiri. Apakah dirinya akan menunjukkan diri tidak dapat atau mampu hidup kembali" "Bukan begitu, Anak, aku akan menghilang setelah mereka membakarku." TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Aku mengerti. Jika bhiksu kepala itu sekadar tetap hidup, peristiwanya mungkin hanya akan diterima sebagai gagalnya suatu pembunuhan. Namun jika ia muksa, lenyap ke langit bersama tubuhnya, maka akan diterima sebagai hidup selamanya dan pemberontakan dianggap sebagai tidak akan dan tidak perlu padam lagi. Kemerdekaan akan menjadi sesuatu yang sah dan diimpikan setiap orang, dan tidak akan ada lagi yang dapat dilakukan, oleh Harimau Perang atau siapa pun, terhadap dongeng yang akan beredar ke seluruh wilayah pemberontakan di Daerah Perlindungan An Nam dari peristiwa semacam itu. (Oo-dwkz-oO) AKU masih berada di gerbang Kuil Pengabdian Sejati, tetapi tidak untuk waktu yang terlalu lama. Aku harus bergerak cepat jika tidak ingin kehilangan jejak perjalanan rahasia itu, karena tidak terdapat pesan apa pun dari Iblis Suci Peremuk Tulang perihal jalur perjalanan yang akan ditempuh. Adapun jika keterangan tentang jalur perjalanan itu didapatkannya, pun aku tidak akan dapat terlalu meyakininya, karena siapa pun yang bergerak dalam jaringan kerahasiaan seperti Harimau Perang pastilah setiap saat bisa mengubah jalur perjalanannya. Sementara itu, jika akhirnya memang aku akan melangkah masuk ke dalam keluasan wilayah Negeri Atap Langit yang luar biasa itu, terus terang aku sendiri masih merasa gamang. Betapapun roda kehidupan tidak dapat ditunda lagi dan aku masih harus mengganti busana rahibku ini. Aku merasa sedih karena takdapat menyaksikan sendiri bagaimana bhiksu kepala akan dibakar dan saat api padam takdapat ditemukan sisa jenazahnya, sehingga akan diterima sebagai muksa, raib bersama tubuhnya, yang menandakan kebenaran sikapnya untuk menentang penjajahan. Meski dalam hal Daerah Perlindungan An Nam, setelah beratus tahun pendudukan, kebudayaan dan bahasa orang Viet yang sudah tidak dapat TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ melepaskan diri lagi dari jejak-jejak Negeri Atap Langit membuatku berpikir bahwa penjajahan dan penguasaan itu telah pula dipandang secara berbeda. Perlawanan terhadap tertindasnya kemerdekaan itulah kiranya gagasan pemberontakan yang tidak akan pernah bisa dipadamkan. Muksanya tubuh bhiksu kepala bersama jiwanya akan diterima sebagai kesahihan untuk terus hidupnya semangat perlawanan. KUPANDANG langit sekali lagi. Aku harus tiba di Celah Dinding Berlian lebih dahulu dari rombongan Harimau Perang. Mereka pasti berangkat sebelum terang tanah. Untung sebelumnya telah disiapkan seekor kuda yang perkasa untukku. Seekor kuda yang diternakkan oleh orang Uighur, suku pengembara di utara Negeri Atap Langit yang dengan sendirinya membuat kuda menjadi bagian penting, jika tidak terpenting, dalam kebudayaan mereka. Sebelum pergi kupandang ruangan balairung yang masih diterangi nyala ratusan lilin. Enam bulan lamanya aku tinggal di dalam Kuil Pengabdian Sejati ini dan begitu kuat perasaanku bahwa diriku tidak akan pernah kembali lagi. Aku melompat ke atas kuda, memacunya segera di jalanan Thang-long yang masih kosong, melaju ke luar kota. (Oo-dwkz-oO) Episode 144: [Atap Langit, Atap Peradaban] Negeri Atap Langit di bawah pemerintahan Wangsa Tang yang memegang kekuasaan sejak 618 sebenarnyalah berada pada zaman keemasan. Seperti yang telah kupelajari dari catatan para rahib Kuil Pengabdian Sejati yang pernah mengunjungi negeri itu, dapat kuceritakan setidaknya tiga pokok penting yang menunjukkan kejayaan Negeri Atap Langit. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Kemakmuran Wangsa Tang dihasilkan oleh pencerahan dalam tata cara permainan kekuasaannya, yakni tata cara pengaturan dan pemerintahan, tata cara hukum yang ketat, dan tata cara kepantasan ujian kerajaan, yang ketiganya terpadu. Dalam tata cara pengaturan, Wangsa Tang membangun kerangka jajaran Dao dan Fu untuk memisahkan daerah pemerintahan yang satu dengan yang lain. Selama kekuasaan Zhen Guan, wilayah kebangsaan dibagi menjadi sepuluh daerah pemerintahan, yang berkembang menjadi lima belas pada masa Kaiyuan. Daerah-daerah kekuasaan terbawahkan disebut Zhou atau Fu, sedangkan yang lebih kecil disebut Xian untuk kota, Xiang untuk lima Li, sedangkan satu Li maksudnya seratus keluarga. Masih ada Cun untuk desa, Bao untuk lima keluarga, dan Lin untuk empat keluarga. Pada akhir pemerintahan Kaiyuan misalnya, dapat diketahui terdapatnya 328 Zhou dan 1573 Xian di Negeri Atap Langit. Dalam tata cara pemerintahan, pengaturan Wang Tang melibatkan tata cara pemerintahan pusat dan tata cara pemerintahan setempat. Tata cara pemerintahan pusat mengikuti yang telah dibangun Wangsa Sui antara 581 sampai 618, yakni Tata Cara Tiga Bagian dan Enam Kementerian. Namun ditambahkan sembilan Si dan lima Jian yang dibentuk untuk bekerja dengan enam kementerian. Tata cara pemerintahan setempat sesuai dengan kerangka pengaturan kekuasaan, tempat kepala pemerintahannya bergelar Guancha Shi atau pengamat Dao, Chi Shi atau Ta Shou yang maksudnya kepala pemerintah Zhou, maupun seperti Xian Ling, Qi Lao, Li Zheng, Cun Zheng, Bao Zhang, dan Lin Zhang. Dalam tata cara hukum, dibandingkan dengan wangsawangsa sebelumnya di Negeri Atap Langit, Wangsa Tang memiliki tatacara hukum yang paling lengkap dan paling rinci. Secara umum, tatacara hukum Tang terdiri dari empat bentuk dasar, yakni Lu atau hukum kejahatan, Ling atau peraturanTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ peraturan badan pemerintah, Ge atau peraturan-peraturan pengaturan, dan Shi atau bentuk-bentuk surat resmi pemerintah. Himpunan Tang Lushu Yi yang disusun semasa kekuasaan Maharaja Gaozong mewakili persyaratan hukum bangsawan, yang termasuk di dalamnya hukum kriminal, hukum pertahanan dan keamanan, hukum bagi pejabat kerajaan, hukum perkawinan dan pencatatan penduduk. Peraturanperaturan boleh dianggap lengkap, dan ketentuan-ketentuan hukum lebih ringkas. Terutama pada awal pemerintahan Zheng Guan, Maharaja T aizong memusatkan perhatian untuk mendengarkan nasihat-nasihat bijak ketika menerapkan hukum. Dengan cara seperti ini, tata kemasyarakatan yang damai terbentuk, dan menjadi teladan negeri-negeri tetangganya di benua yang sama. Cara lama untuk memilih orang-orang berbakat diganti dengan tata cara ujian kerajaan, yang adil dan layak untuk menguji tatacara memilih pegawai bagi kerajaan. Biasanya terdapat empat soal yang diujikan pada saatnya masingmasing, termasuk Jinshi, Mingjing, Mingfa, dan Mingyu. Ujian tingkat tertinggi disebut Sheng Shi atau ujian negara, yang diadakan tiap tahun oleh Shangshu Sheng di kotaraja Changian. Mereka yang terpilih untuk mengikuti Sheng Shi disebut Ju Ren. Peserta ujian yang lulus Sheng Shi disebut Ji Di. ADAPUN yang menduduki peringkat pertama disebut Zhuang Yuan. Segenap Ji Di yang memenuhi syarat untuk maju lebih jauh akan dinilai oleh Li Bu, yang menentukan apakah mereka mendapat gelar resmi atau tidak. Pada dasarnya, tata cara ujian kerajaan adalah suatu ujian yang memperbaiki keadaan, karena mengizinkan cendekiawan yang dilahirkan keluarga miskin untuk mendapat kesempatan menjadi pegawai kerajaan. Dari sudut kerajaan sendiri, tata TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ cara ujian ini membantu peningkatan terpusatnya kuasa kerajaan dan mendorong kesamaan pemikiran. Namun ini semua belum menjelaskan, kenapa Wangsa Tang pada puncak kekuasaannya lantas menjadi makmur. Kesejahteraan pada awal kekuasaan Wangsa Tang maju pesat dengan berlangsungnya perbaikan, perkembangan, dan kemakmuran. Di bawah pemerintahan Zhen Guan dan masa kegemilangan Kaiyuan, kesejahteraan negeri mencapai taraf yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dalam hal pertanian, sejak runtuhnya Wangsa Sui yang berkuasa antara 581 sampai 618, hasil bumi mengalami penurunan besar-besaran dan perdagangan di seantero negeri berada dalam kelumpuhan. Setelah Wangsa Tang menyatukan seluruh negeri, Maharaja Kao Tsu memusatkan perhatian kepada pengembangan pertanian dan secara berturut-turut melaksanakan rangkaian pembaruan, seperti Juntian Zhi atau tata cara penyetaraan tanah maupun tata cara Zuyongdiao. Dengan cara ini, penderitaan para petani terkurangi dan kesangkilan kerja menjadi lebih baik. Hasilnya, pembuatan alat-alat pertanian dan perkebunan pun mengalami peningkatan kecanggihan. Ditambah dengan penyelesa ian kerja pengairan segera setelah berdiri Wangsa Tang, pertanian semasa pemerintahan Zhen Guan dan keemasan Kaiyuan ini maju pesat tak terbendung lagi. Kemajuan dalam penyelenggaraan pertanian ini kemudian memberikan banyak tenaga kerja tersisa, yang disalurkan ke dalam pembuatan kerajinan tangan secara besar-besaran. Dari sisi kecanggihan, jenis, maupun jumlah yang dihasilkan, perkembangan dunia kerajinan masa Wangsa Tang melampaui pencapaian wangsa-wangsa sebelumnya. Pada umumnya cara-cara pembuatan kain cita mencapai tingkat yang canggih, seperti cara pembuatan sutera yang semakin halus dan lembut. Pembuatan tembikar juga memasuki tahap baru, ketika selain porselin hijau pucat, ditemukan pula porselin TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ putih maupun tembikar tanah liat berlapis kaca tiga warna. Berbagai macam pusat pembuatan kertas, penggarapan daun teh, pengolahan logam, dan perakitan kapal juga berkembang pesat pada masa ini. Perkembangan pertanian dan pembuatan kerajinan secara besar-besaran yang pesat, memberikan dorongan kemakmuran bagi perdagangan di dalam maupun luar negeri. Barang dagang utama termasuk bahan makanan, garam, minuman keras, teh, obat-obatan, kain cita, perhiasan emas dan perak, maupun barang keperluan sehari-hari. Tumbuh kota-kota yang menjadi pusat perdagangan di seantero Negeri Atap Langit, seperti Lanzhou, Chengdu, Guilin, Hangzhou, seperti juga kotaraja Chang'an dan tambahannya, Luoyang. Di kota-kota tersebut terdapat pasar tersendiri, tempat peraturan pasar yang ketat berjalan dengan sangat baik. Sementara itu, sebagai kelanjutan pembukaan Jalur Sutera semasa Wangsa Han hampir seribu tahun sebelumnya, sejumlah besar pedagang asing dan utusan resmi negara lain datang berdagang ke Negeri Atap Langit. Ini juga mendorong lintas perdagangan laut. Kapal-kapal Wangsa Tang dapat melintasi samudera di wilayah Jambhudvipa dan mencapai Teluk Persia. Kapal-kapal dagang Wangsa Tang berlayar kian kemari antara Negeri Atap Langit dan negeri-negeri di selatan maupun di utaranya, tempat kudengar cerita tentang terdapatnya binatang yang disebut singa. Namun agaknya Pemberontakan An Shi pada 755 yang dikobarkan An Lu Shan dan baru berakhir 763 sungguh berhasil merusak kesejahteraan Wangsa Tang. Tata cara Juntian Zhi maupun Zuyongdio sama-sama hancur. Untuk mengatasi gawatnya keuangan yang disebabkan oleh pemberontakan dan kelompok-kelompok yang memisahkan diri, suatu kebijakan baru yang disebut Tatacara Pajak Ganda, berdasarkan beban waktu, diberlakukan. Dengan membebankan pajak berdasarkan kekayaan, Tatacara Pajak TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Ganda menghidupkan kembali pendapatan keuangan dan Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo menjadi contoh yang bagi pembaruan pajak selanjutnya. Kekacauan yang berlangsung akibat pemberontakan membuat penduduk di bagian utara berpindah ke sebelah selatan Sungai Yangtze, yang juga berarti membawa tenaga kerja dalam jumlah besar dan cara-cara canggih pembuatan barang dagang ke wilayah-wilayah di selatan. Kemudian, sekarang ini, kesejahteraan penduduk di selatan berkembang sangat pesat, dan segera menggantikan wilayah-wilayah utara sebagai pusat keuangan negara. Pertanian dan pembuatan kerajinan secara besar-besaran di wilayah selatan jauh lebih memakmurkan daripada di wilayah utara. SEMENTARA itu, banyak sekali pusat-pusat perdagangan baru yang tumbuh bukan saja pusat di kota, tempat banyak orang berdatangan dari berbagai penjuru, tetapi juga di pinggiran maupun di luar kota. Adapun yang harus dicatat dari masa ini, untuk kali pertama berlangsung tata cara pertukaran mata uang, yang menunjukkan betapa perdagangan Negeri Atap Langit telah memasuki babak baru. Dalam ilmu pengetahuan, Wangsa Tang banyak menyumbang kepada perkembangan ilmu perbintangan, obatobatan, dan cara-cara mencetak. Ilmuwan perbintangan terkenal, rahib Yixing, adalah orang pertama yang berhasil mengukur garis bujur bumi. Adapun Raja Obat Sun Simiao, menulis buku pengobatan Qianjin Fang atau Seribu Catatan Emas Penyembuhan yang merupakan harta karun dalam dunia obat Negeri Atap Langit. Namun entah kenapa yang sangat menarik perhatianku adalah catatan para rahib itu tentang para penyair. Semasa pemerintahan Wangsa Tang, banyak sekali penyair di Negeri Atap Langit. Tidaklah biasa bahwa jumlah penyair yang luar biasa sangat banyak dalam masa pemerintahan siapa pun di negeri mana pun, tetapi hal itu dimungkinkan semasa pemerintahan Wangsa Tang. Diawali dengan Chen Zi'ang, TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ muncullah Lu Zhaolin, Luo Binwang, Wang Bo, dan Yang Jiong, yang segera disusul para penyair yang mengukuhkan masa keemasan tersebut, seperti Li Ba i, Du Fu, Cen Shen, dan Wang Wei. Ini masih disusul Ba i Juyi, Li He, dan Han Yu. Para rahib itu seingatku mencatat, puisi mereka sangat beragam, mulai dari kehidupan di pedalaman, bidang kehidupan yang penuh kedamaian, cerita sejarah, dan cerita khayalan. Bukan hanya puisi, tetapi cerita panjang pun, yang sejak dahulu kala disebut Chuan Qi, mulai berkembang semasa Wangsa Tang, ketika mulai terdapat kerangka cerita yang lengkap dan berbagai macam watak. Cerita panjang itu juga mulai bercerita tentang kenyataan hidup sehari-hari, seperti yang berjudul Zhenzhong Ji, Yingy ing Zhuan, dan Liwa Zhuan. Tentu perhatianku tertarik pula kepada catatan para rahib tentang kehidupan igama di Negeri Atap Langit itu. Dari berbagai catatan, dapat kusimpulkan secara ringkas bahwa hubungan luar negeri telah menyemarakkan kehidupan negeri itu, karena tak hanya manusia yang datang bersama barang dagangan, tetapi juga keyakinan dan kepercayaannya. Maka apabila orang-orang datang belajar dari Jepun dan Korea, orang-orang yang datang dari wilayah Arab membawa merica, zamrud, dan Islam. Sejak awal Wangsa Tang berdiri, kebijaksanaan pemerintah dalam perkara igama penuh dengan kemakluman. Setidaknya Buddha dan Dao mempunyai sangat banyak penganut di Negeri Atap Langit. Semasa pemerintahan Maharaja Taizong, seorang bhiksu terkenal bernama Xuan Zang pergi mencari sutra Buddha ke Jambhudvipa. Melalui perjalanan yang susah payah, akhirnya ia mendapatkan 657 sutra, yang untuk menyimpannya perlu dibangun Kuil Angsa Liar Perkasa. Dalam menerjemahkan sutra-sutra tua, para bhiksu semasa Wangsa Tang secara bertahap menyusun tatacara yang matang untuk menangani berbagai aliran dalam masyarakat Buddha. Bersama dengan pesatnya pertumbuhan Buddha, berbagai igama dari negeri-negeri asing seperti yang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ dilambangkan tanda bernama salib dan igama orang-orang Semenanjung Arab yang membuat mereka disebut orangorang muslim, semakin memperkaya dunia Negeri Atap Langit. Kisah tentang Xuan Zang yang mengembara ke Jambhudvipa untuk mendapatkan kejelasan mengenai Buddha, karena beragamnya aliran Buddha di Negeri Atap Langit yang dapat membingungkan seorang pelajar sejati, bagiku sangatlah mengagumkan. Ajaran Buddha memasuki Negeri Atap Langit dari Jambhudvipa semasa kekuasaan Wangsa Han jauh sebelumnya, terutama sebagai igama para pedagang asing, dan tersebar bersama jatuhnya Wangsa Han dalam suatu babak yang disebut Masa Perpecahan, ketika Negeri Atap Langit terus menerus diharu biru oleh kekacauan, perang, dan kemalangan. "Aku mengajarkan penderitaan," demikian Buddha berkata, "dan bagaimana menghindarinya." MENURUT catatan para rahib yang kubaca dengan kemampuan berbahasa seadanya, ajaran semacam itu sangat berbeda dari yang dianut Wangsa Han, yang sebetulnya merupakan tafsiran resmi negara atas Kong Fuzi atau campuran kepercayaan gaib, sihir, dan ajaran Dao, yang akibatnya menjadi tindak kesewenangan yang membuat Negeri Atap Langit terpecah-pecah saat itu. (Oo-dwkz-oO) SEPERTI yang kubaca, masa muda Xuanzang berlangsung pada saat Negeri Atap Langit mengalami penyatuan kembali semasa Wangsa Sui yang pendek usia. Sebagai anak pandai diterimanya beasiswa untuk belajar Kuil Tanah Murni. Ketika Wangsa Sui runtuh pada 618, Xuanzang menyelamatkan diri Chang'an tempat Wangsa Tang menyatakan pengambilalihan kekuasaannya. Ia berpindah ke Chengdu di pedalaman Sichuan, tempat ratusan rahib juga mengungsi. Kemudian ia menjelajah ke segenap pelosok, berguru kepada para rahib setempat tentang apa saja yang mereka ketahui perihal ajaran TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Buddha. Lantas ditemukannya betapa di antara mereka sendiri pun terdapat perbedaan yang sangat besar dalam pemahaman ajaran, dan segera menyadari sangat terbatas dan membingungkannya ajaran Buddha di Negeri Atap Langit, karena kekurangan naskah resmi yang menjadi patokannya. Naskah-naskah Buddha di Negeri Atap Langit telah diterjemahkan pada saat dan tempat yang berbeda-beda, oleh para penerjemah yang berbeda-beda pula tingkat kemampuan dan pemahamannya atas pokok-pokok ajaran Buddha. Bahkan berlangsung terjemahan atas terjemahan atas terjemahan lagi melalui berbagai bahasa sepanjang Jambhudvipa dan wilayah tengah benua di utara Negeri Atap Langit. Xuanzang dapat menyaksikan bahwa di balik kekacauan ini terdapat Kebenaran besar, tetapi kebenaran yang hanya dapat terdapat pada naskah-naskah asli yang belum terubahkan sama sekali. Ini akan berujung dengan suatu kepergian ke Jambhudvipa untuk mengambilnya. Rahib Faxian telah pergi ke Jambhudvipa antara 399 dan 414 sebelumnya, dan Xuanzang telah pula mempelajari catatan-catatannya. Diketahuinya bahkan di Jambhudvipa pun terdapat berbagai aliran penafsiran ajaran Buddha, dan ia terutama tertarik untuk menguasai naskah Sansekerta dari yoga sastra, yang mengajarkan bahwa ''yang di luar tak ada, tetapi yang di dalam ada, segalanya hanyalah kegiatan jiwa.'' Itulah dasar Aliran Hanya Kesadaran Buddha yang kemudian didirikan oleh Xuanzang di Negeri Atap Langit. Sebagai pemikiran tak benda aliran ini tidaklah banyak pengikutnya, tetapi pengaruhnya berlangsung lama. Xuanzang masih berusia 28 ketika ia mengawali perjalanan ziarahnya ke Jambhudvipa, ziarah yang mempunyai suatu tujuan, demi kepentingan orang banyak dan bukan pribadi, yakni membawa naskah-naskah asli ke Negeri Atap Langit demi penyelamatan jiwa-jiwa yang tersesat. Selama enam belas tahun, ia melakukan perjalanan dari Chang'an me lalui Gansu, melewati kota-kota oasis di sekitar Gurun Taklamakan, menuju wilayah TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ tengah benua, melintasi berbagai negeri menuju Jambhudvipa. Sepulangnya ke Negeri Atap Langit, ia menulis penjabaran yang rinci tentang letak tempat-tempat yang dilaluinya, dengan catatan atas orang-orang, bahasa-bahasa, maupun kepercayaan-kepercayaannya. Kemudian catatan ini menjadi kitab Xiyuji atau Catatan atas Wilayah-wilayah Barat. Tanpa disengaja, sebetulnya dalam perjalanan pulang ke Chang'an, Xuanzang melewati Dunhuang, tempat ia mendapatkan pengawalan dari Khotan atas perintah sang maharaja. Meski begitu para rahib Kuil Pengabdian Sejati yang catatannya kubaca tak berani memastikan, siapakah kiranya orang yang tergambar di dinding salah satu gua di sana, apakah Xuanzang atau bhiksu pengembara yang lain. Dalam perjalanan ke Jambhudvipa ia melewati banyak kerajaan. Di Turfan, rajanya bermaksud menahannya, sampai pada tahap tidak membolehkannya berlalu, dan hanya terpaksa menyetujuinya setelah Xuanzang mogok makan. Sang raja begitu terperangah sehingga menyediakannya pengawalan dan perbekalan untuk s isa perjalanannya. Bahkan sang raja mengirim duapuluhempat surat perkenalan kepada kerajaan-kerajaan kecil di wilayah tengah benua yang akan dilalui Xuanzang. Mereka melanjutkan perjalanan ke oasis Kucha, salah satu tempat pemberhentian sepanjang Jalur Sutera, tempat penguasa Tokharia yang bermata biru dan berambut merah serta menganut ajaran Buddha menyambutnya. Di sanalah ia mendapat peluang berdebat dengan kaum Hinayana, yang mengikuti jalan Perahu Kecil untuk mencaopai pencerahan, yang oleh kaum Mahayana dianggap kurang cerdas atau lebih rendah mutunya daripada jalan Perahu Besar, yang merupakan bentuk ajaran Buddha pada umumnya di Negeri Atap Langit. Perdebatan semacam itu berlangsung terus selama perjalanan Xuanzang, yang menambah pengetahuannya atas berbagai aliran dalam penafsiran ajaran Buddha itu sendiri. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ SELAMA tujuh hari perjalanan melintasi pegunungan Tianshan, tak kurang dari empat belas orang, hampir separo rombongan itu mati kelaparan atau kedinginan dan membeku. Mereka pergi ke perkemahan Yehu, seorang khan di wilayah Turk, tempat surat pengantar raja Turfan sangat membantu. Khan ini pun menganjurkan agar Xuanzang tidak pergi lebih jauh lagi, tetapi akhirnya memberikan seorang pemandu berbahasa Negeri Atap Langit kepadanya, yang menemaninya sampai ke wilayah tengah benua. Dilewatinya patung raksasa Buddha yang dipahatkan pada dinding tebing di Bamiyan, diceritakannya rincian patung tersebut, dan dilanjutkannya perjalanan sampai ke T ashkent dan Samarkand, bahkan masih terus sampai Bactria di dekat Persia. Penguasa tempat itu adalah Tardu, putera tertua Yehu, dan ipar raja Turfan. Isteri Tardu telah meninggal, dan ia pun lantas menikahi adik perempuannya sendiri, yang ternyata kemudian meracuninya. Adik perempuan itu, bersama kekasihnya, lantas merebut kekuasaan. Saat itulah Xuanzang berada di sana dan bertemu dengan Dharmasimha, yang mempelajari ajaran Buddha di Jambhudvipa; dan berjumpa pula dengan Prajnakara, seorang rahib dari wilayah dekat Kashmir. Demikianlah Xuanzang semakin dalam mengenali dan memasuki lingkungan kebudayaan Jambhudvipa, meskipun belum melintasi Hindukush menuju Jambhudvipa itu sendiri. Ketika ia menyeberangi Sungai Kabul, ia semakin dekat ke tempat-tempat berbagai peristiwa berlangsung dalam hubungannya dengan kehidupan Sang Buddha. Ajaran Buddha itu sendiri telah mengalam i kemunduran di Jambhudv ipa pada saat kedatangan Xuanzang, sementara banyak kuil-kuil termasyhur yang pernah dipenuhi para rahib telah ditinggalkan dan menjadi reruntuhan... Ia mengunjungi Sravasti, yakni Balairung Besar yang menjadi tempat Buddha bersabda menyampaikan ajaranTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ ajarannya, maupun Kapilavastu, tempat kelahirannya, serta Kusinagara, tempat Buddha meninggal dan diperabukan. Menurut catatan para rahib Kuil Pengabdian Sejati yang mengulas isi kitab Xiyuji tersebut, bagian yang sangat mengharukan adalah ketika Xuansang menceritakan dirinya untuk pertama kali mendekati pohon bodhi tersebut, tempat di bawahnya Buddha telah menerima pencerahan. Saat itu ia menjatuhkan dirinya di depan pohon dengan wajah mencium tanah dan menangis, bertanya-tanya dengan sedih atas dosa macam apa kiranya telah ia perbuat di masa lalu, sehingga Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo lahir dan hidup pada zaman Wangsa Tang di Negeri Atap Langit, dan tidak sezaman dengan kehidupan Buddha sendiri di Jambhudvipa. Selama delapan sampai sembilan hari ia tak dapat meninggalkan pohon suci itu, sampai beberapa rahib tiba dari Nalanda, kuil yang diakui sebagai tempat terbaik untuk mempelajari ujaran Buddha di Jambhudvipa, dan mengawalnya ke sana. Di Nalanda ia disambut oleh masyarakat sepuluh ribu rahib itu dengan sangat baik. Ia mengarungi seluruh Jambhudvipa, termasuk ke Benggala dan Orissa, bahkan nyaris ke Lanka, seandainya tidak terjadi kerusuhan di sana yang membuatnya sulit menyeberang. Tercatat bahwa ia sempat berada di atas kapal, ditangkap bajak laut yang ingin memanfaatkannya sebagai korban upacara, tetapi badai yang menyapu dari hutan membuat para bajak laut yang percaya takhayul itu ketakutan dan melepaskannya. Menjelang akhir perjalanannya di Jambhudvipa, Xuansang menemui raja besar penganut Buddha, Harsha, dan menjelaskan tujuan perjalanannya. Segera setelah itu, Harsha mengirim utusan ke Chang'an, mengukuhkan hubungan antarnegara dengan Negeri Atap Langit. Sementara para rahib di Jambhudvipa menganjurkan Xuansang tetap tinggal di negeri mereka, dengan alasan bahwa Jambhudvipa adalah rumah Buddha, sedangkan Negeri Atap Langit bukanlah TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ tempat yang tercerahkan sehingga persaudaraan Buddha akan dapat tercapai di sana. Menurut Xuansang, justru itulah yang menyebabkannya datang untuk mendapatkan naskah-naskah asli, dan karena itulah ia merencanakan kembali ke Negeri Atap Langit. Selama berada di Jambhudvipa, sepanjang perjalanannya ia telah mengumpulkan banyak naskah dan patung. Setelah merasa tiba saat harus kembali, dilakukannya persiapan yang sungguh-sungguh, mengingat akan dilaluinya wilayah yang berat, sulit, dan berbahaya dalam perjalanannya. Meskipun begitu, ketika diseberanginya Sungai Indus yang mahaluas, bahkan dengan menunggang seekor gajah, sejumlah kitab dan patung terlempar ke sungai karena badai mendadak, dan sebagian hilang. Namun Xuansang yang pantang menyerah kembali ke Jambhudvipa, untuk mendapatkan gantinya sebelum melanjutkan perjalanan. Rombongannya terdiri dari tujuh rahib, duapuluh pemikul barang, sepuluh keledai, empat kuda, dan seekor gajah. Ia berhenti di Kashgar, kemudian Khotan, yang dicatatnya terkenal karena pasar batu permata hijau. Sampai di sini, tampaknya ia telah menjadi tersohor, begitu rupa sehingga maharaja Wangsa Tang menerintahkan raja Khotan agar menyediakan pengawalan bagi Xuansang dan rombongannya ke Dunhuang, dan dari sana ke Chang'an. Khalayak ramai menyambut kedatangannya di Negeri Atap Langit. Maharaja Taizong berkenan menyambutnya secara pribadi, dan memintanya untuk menuliskan peta wilayah perjalanannya, yang melintasi lebih dari tujuhpuluh kerajaan, secara rinci. Begitulah Xiyuji itu diselesaikannya pada 646. Sampai saat maut menjemputnya, sang peziarah menerjemahkan ulang semua naskah yang ada, dan diterjemahkannya pula naskah-naskah yang semula tidak dikenal. Ia meninggal dunia taklama setelah menyelesaikan Sutra Berlian yang panjang dan rumit. Terjemahannya yang pernah kudengar dibacakan seorang bhiksu di Kuil Pengabdian Sejati adalah Sutra Hati, yang diungkapkan dan dikutip setiap TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ hari di mana-mana oleh penganut Buddha di Negeri Atap Langit maupun Daerah Perlindungan An Nam. Lantas kuingat bagaimana seorang rahib mengutip Xunsuang. jubah keigamaan takperlu di ndahkan tetapi cita-cita kebenaran batin bebas dari debu bumi watak sempurna terlihat melalui seribu jahitan mutiara dan perhiasan mesti serasi dengan Jiwa Utama diaturlah malaikat melayani dengan hormat rahib-rahib tulus dikirim memurnikan hidup kita Begitulah aku melaju di atas kudaku menyusuri jalan setapak di tepi Sungai Merah di luar kota Thang-long ke arah hulu, karena di sanalah terletak Celah Dinding Berlian yang harus dilalui siapapun jika bermaksud mengambil jalan pintas ke Negeri Atap Langit. Sembari memacu kuda secepatcepatnya pada pagi yang sudah mulai terang langitnya, kuingat segenap penjelasan tentang Negeri Atap Langit yang sempat kubaca. Kubayangkan bukan hanya Xuansang, tetapi juga para rahib lain yang telah melakukan perjalanan panjang untuk meraih pengetahuan sebenarnya atas ajaran Buddha. Kukira perjalanan meraih pengetahuan takhanya berlaku seperti Xuansang yang mengembara ke Jambhudvipa, tetapi juga bagi para rahib yang bermaksud mendalaminya ke Negeri Atap Langit dari Daerah Perlindungan An Nam maupun negara-negara tetangganya. Maka aku pun tiba-tiba teringat cerita seorang rahib, bahwa setelah Xuansang meninggal, seorang rahib pengagumnya yang bernama I Ching pun berangkat ke Negeri Atap Langit, tetapi melalui laut, sehingga karena itu disebabkan oleh keadaan angin, harus tinggal antara lima sampai enam bulan di Samudradvipa yang menjadi wilayah Kedatuan Srivijaya. TERNYATA selama tinggal di sana dicatatnya bahwa di wilayah itu ajaran Buddha dipelajari dengan sungguhTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ sungguh, takkurang dari seribu rahib dari berbagai bangsa tinggal di sana, tempat rahib-rahib Negeri Atap Langit juga datang untuk belajar dari guru-guru Jambhudvipa. I Ching, seperti pernah kudengar di Jawadwipa, lantas kubaca sendiri di Kuil Pengabdian Sejati, mencatat selama 20 tahun sejak 670-an sampai 690-an. Takkurang dari 25 tahun ia mengembara ke luar Negeri Atap Langit dan ketika kembali pada 695 membawa sekitar 4.000 naskah yang memuat 500.000 seloka Tripitaka, yang tampaknya sempat tertinggal di Kedatuan Srivijaya dan mesti diambilnya kembali. Lantas dari tahun 700 sampai 712 diterjemahkannya 56 kitab dari Jambhudvipa menjadib 230 jilid naskah yang bisa dibaca di Negeri Atap Langit. Aku memacu kudaku tanpa pernah memperlambatnya untuk menjamin diriku tiba lebih dulu dari rombongan Harimau Perang di Celah Dinding Berlian. Setelah melalui celah itu terdapat sejumlah jalan kecil yang dapat dilalui menuju jalan besar ke Kunming, kota besar pertama di wilayah Negeri Atap Langit yang terdekat dengan Thang-long. Namun jika kehilangan jejak setelah melalui celah, tiada jaminan akan dapat melacaknya, karena banyaknya jalan kecil itu yang berada di dalam hutan, maupun banyaknya celah demi celah di antara gunung-gunung batu sete lah hulu Sungai Merah dilalui. Iblis Suci Peremuk Tulang memastikan bahwa Celah Dinding Berlian adalah satu-satunya tempat yang memungkinkan untuk menanti rombongan Harimau Perang, terutama, tentu saja, karena aku tidak menguasai medan. "Dikau pun tidak dapat mengikuti mereka dari dalam kota, karena mereka akan memergokimu ketika tiba di padangpadang terbuka di luar kota," ujarnya. Iblis Suci Peremuk Tulang sudah tentu ingin pula pergi bersamaku, karena kematian Amrita baginya terasa sangat tidak adil, dan bagi rahib yang telah memilih jalan pemberontakan ini, rasa keadilan sangatlah banyak berbicara. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Namun bhiksu kepala te lah menasehatinya untuk membangun kembali kuilnya di Sungai Hitam. "Rakyat kecil memerlukan ajaran Buddha yang bisa dipertanggungjawabkan," kata bhiksu kepala pula, "bukan ajaran Buddha yang bercampur dengan takhayul. Cerdaskanlah mereka seperti dirimu, dan ajarkan mereka keberanian untuk berjuang." Itulah sebabnya aku tidak mempunyai teman perjalanan. Ketika berpisah dengan Amrita dan menyusuri pantai Campa sampai ke An Nam, di setiap pelabuhan masih dapat ditemukan seseorang berbahasa Malayu maupun bahasa yang digunakan di Jawadwipa, sementara aku sudah sedikit bisa berbahasa Khmer. Betapapun pengaruh kebudayaan yang dibawa Wangsa Syailendra di T anah Kambuja sangatlah jelas. Di sini sungguh keadaannya berbeda. Sejauh telah kupelajari wilayah yang harus kutempuh, dengan pembayangan yang amat sangat sulit tentang keadaan sesungguhnya, meski setidaknya beberapa hal tentang Negeri Atap Langit telah dapat kuketahui, takdapat kuhindarkan perasaan betapa aku merasa berlayar di lautan keterasingan. Kuda yang kupacu adalah kuda padang rumput yang diternakkan suku-suku pengembara. Ini berarti aku mendapatkan kuda terbaik dari peternak terbaik di wilayah ini. Namun sebetulnya istilah peternak tidaklah terlalu tepat, karena mengandung pengertian menghasilkan kuda sebanyakbanyaknya, sedangkan suku-suku tersebut tidak bermaksud menghasilkan kuda sebanyak-banyaknya melainkan menghasilkan kuda-kuda pilihan. Kuda terbaik diberikan kepada manusia terbaik. Adapun kuda terbaik dihasilkan oleh penjagaan kemurnian turunan, maupun persilangan cermat, dengan tujuan mendapatkan kuda yang takhanya kuat, perkasa, dan kencang larinya, tetapi juga memiliki kecerdasan dan kesetiaan. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Kudaku adalah kuda hitam yang didapatkan dari suku Uighur atau disebut juga Huihe. Demikianlah beragamnya bahasa-bahasa Negeri Atap Langit sehingga kata-kata bisa begitu berbeda untuk menunjuk hal yang sama. Suku Huihe adalah bagian dari suku-suku pengembara di utara Negeri Atap Langit yang telah membuat perjanjian dengan Wangsa Tang. TELAH kuketahui serba sedikit, bahwa untuk menghadapi Pemberontakan An Lushan yang berlangsung dari tahun 755 sampai 762, berlangsung kerjasama segitiga antara Wangsa Tang dengan penguasa Tibet atau Tubo yang memerintah sejak 629, maupun penguasa Uighur atau Huihe yang memerintah sejak 744. Dengan demikian Wangsa Tang, untuk mengatasi kelemahan yang telah ditimbulkan oleh Pemberontakan An Lushan, terpaksa membina persekutuan dengan para penguasa di utara maupun selatan wilayahnya, yang pada masa sebelumnya tentu lebih baik ditundukkannya. Suatu persekutuan yang diterima, karena tentu saja dipertimbangkan segi-seginya yang menguntungkan. Setidaknya terdapat empat kebijakan utama Wangsa Tang yang berhubungan dengan suku-suku di luar batas negerinya. Pertama, mengirim pasukan untuk menangani pelanggaran batas oleh para bangsawan suku-suku tersebut; kedua, membiarkan pemimpin suku-suku pinggiran tersebut memerintah di wilayah mereka sendiri, dengan tatacara pengaturan dari pemerintahan Wangsa Tang; ketiga, menikahkan puteri-puteri istana Wangsa Tang dengan para pemimpin suku, untuk membina rasa kesetaraan dua pihak; keempat, berdagang dan saling menukar penghargaan, seperti dengan Huihe berlangsung pertukaran sutera dan kertas dengan kuda. Jadi kuda hitam yang kutunggangi ini dapat berada dalam penanganan istal pemerintah Daerah Perlindungan An Nam karena datang dari utara, menyeberangi Negeri Atap Langit, TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ untuk keluar lagi ke selatan. Ini menyangkut jarak beribu-ribu li. Kecerdasannya membuat kudaku dapat melaju tanpa kuarahkan lagi. Apabila padang ilalang di tepi sungai telah habis, dan jalan menyempit memasuki hutan, dan keluar lagi di pegunungan batu, ia seperti telah mengetahui jalan yang harus ditempuhnya, karena tentu memang pernah melewatinya. Maka sembari melaju, aku dapat mengarahkan perhatian atas pemandangan di depanku dan betapa aku sungguh terperangah dan terpesona. Pegunungan batu itu puncakpuncaknya serba menjulang dan jurangnya curam serta dalam. Aku bagaikan berada di lautan puncak-puncak gunung Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo batu yang segalanya berwarna kelabu. Apabila kemudian aku tiba di ketinggian, maka kabut semakin mengelabukan segalanya, membuat aku tenggelam dalam dunia kelabu. Kini aku ingat, pemandangan semacam ini sering terdapat dalam gambar-gambar yang menghiasi kitab-kitab dari Negeri Atap Langit. Meski kemampuanku mengeja aksaranya masih terbatas, sangatlah kunikmati gambar yang menjelaskan katakata tentang tempat atau pemandangan yang diceritakannya, dan sekarang betapa pemandangan itu menjelma. Pemandangan. Baru kusadari betapa bertuahnya kata itu. Kudaku yang takperlu membuatku terlalu peduli dengan tali kekang, karena ia tahu di mana dapat melaju kencang dan di mana harus berjalan pelan, bahkan melangkah hati-hati menuruni jurang, dan juga di mana berhenti sebentar demi pesona sebuah pemandangan, membuat diriku mendapat banyak kesempatan mencerap segala sesuatu sejauh mata memandang. Maka kuserap semuanya ke dalam diriku pemandangan langit bertemu dengan permukaan lautan kelabu gunung batu itu, tempat cakrawala membentang kekelabu-kelabuan sejenak sebelum lenyap segalanya di telan kabut yang sebentar pekat sebentar berpendar. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Kudaku tahu bagaimana berjalan di antara kabut yang memekat tiba-tiba dan tidak memperlihatkan apapun selain bunyi denging tanpa suara yang baru kemudian akan ternyatakan berasal dari dalam hati. Ketika kemudian kabut itu menjauh bagaikan arakan mega tertiup angin maka tampaklah kembali pemandangan yang ternyata telah berubah. Ada kalanya kudaku membawaku ke puncak gunung batu, tempat pemandangan menghampar dapat disaksikan dari tepi jurang yang curam, di kala lain kudaku membawaku turun dalam kedalaman jurang, sehingga perjalanan menyadarkan betapa pemandangan bukanlah segala sesuatu yang tampak di depan mata melainkan dunia tempat kita berada di dalamnya. Suatu kesadaran yang terasakan bagai keberadaan semesta yang menelan kita. Mungkinkah aku menyatakan sesuatu sebagai berada di hadapanku, sebagai pemandangan yang dapat kurinci dan kuceritakan, seolah-olah aku berada di luar pemandangan itu, sementara aku ternyata berada di dalamnya" Aku hanya dapat menyatakan keberadaan, sedangkan keberadaannya ditentukan oleh pemandangan yang selalu berubah. Begitulah kuarungi pemandangan demi pemandangan dalam alam kekelabuan serba luas yang memberikan kepadaku suatu gejolak dan gelombang perasaan. Jadi meskipun denging tanpa suara kemudian teredamkan dan menghilang dari hatiku, tetap saja di atas kudaku aku bagaikan berlayar di lautan suasana jiwa yang terkadang tenang dan terkadang bergelombang. Bukanlah bahwa pemandangan dengan pesonanya akan mengharu biru dan mengacaukan perasaan, melainkan sekadar membuat nyata betapa rasa di dalam jiwa memanglah ada, yang pada gilirannya dapat menyeruak dan menjelma. Kemudian kusadari betapa kita dapat menyaksikan dan menyatakan pemandangan dengan cara yang sama sekali berbeda. Seperti ketika menyatakan keluasan suatu TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ pemandangan seperti misalnya dengan pengalamanku mengarungi lautan, kesan keluasan semesta kudapatkan karena seolah tiada batas antara kiri dan kanan sehingga arah bahkan seolah hilang dan hanya dapat dilacak dengan membaca susunan bintang. Namun ketika menaik turuni lautan gunung batu seperti ini, kesan keluasan kudapatkan karena bagaikan tiada batas antara atas dan bawah sehingga hanya dapat digambarkan ketiada batasannya dengan lukisanlukisan terindah sebagai gulungan terbuka dari atas ke bawah. Demikianlah kusaksikan kini tebing-tebing curam mahatinggi dengan garis lekukan pada dinding tebing yang memanjang dari atas ke bawah, timbul tenggelam dalam kabut yang bergerak bagaikan perahu berlayar perlahanlahan. Dalam dunia seperti ini mataku tidak memandang dari kiri ke kanan, melainkan dari atas ke bawah, atau juga bawah ke atas, sebetulnya sekaligus karena pemandangan yang akan kuceritakan ini terlihat dan berlangsung juga sekaligus dan tidak satu per satu. Mega-mega kelabu berarak menelan dan melepaskan puncak-puncak gunung batu yang menjulang bagaikan menyapa langit, sementara di dinding tebing-tebingnya tampak menempel jalan setapak melingkar-lingkar dengan sejumlah rombongan merayap menyusurinya. Di antara salah satu dinding itu terdapatlah air terjun kecil dari sebuah sumber entah di mana di dalam gunung, yang tidak menderu berbuncah-buncah tetapi membentuk aliran air jernih dengan arus cepat melingkar-lingkar seperti jalan setapak itu meski di beberapa tempat memisahkan diri, menyeberang jalan, dan kadang-kadang juga menjadi air terjun lagi untuk melompati beberapa lingkar jalan setapak. Segalanya tampak jelas sekali pandang. Pohon yang m iring di kelokan tebing, burung-burung yang membangun sarang di atasnya, yang sesekali berkepak menyeberang jurang, maupun gubuk yang tampak begitu nyaman bertengger di tepi TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ jurang. Siapakah kiranya yang membuat gubuk seperti itu di tempat tersunyi di dunia seperti ini" Namun tempat ini tidaklah begitu sunyi seperti tampaknya. Bukan sekadar karena kesunyian ini kemudian bergumam, tetapi karena betapapun jalan setapak yang melingkar-lingkar di badan gununggemunung batu itu adalah jalan menuju Negeri Atap Langit. Ada sebuah gubuk yang dibangun seolah-olah hanya untuk seseorang yang bermaksud berhenti sejenak untuk merenungrenung sambil menyaksikan pemandangan, tetapi di sudut lain pada lingkaran yang lebih rendah, terdapatlah sebuah pondok yang tampaknya biasa menjadi tempat perhentian, bahkan mungkin pula untuk menginap, dan karena itu tampaknya juga menjadi kedai. Di bawah sekali, nun jauh di sana, kulihat sebuah perahu kecil muncul dari balik tebing dan menghilang kembali. Perahu bertudung para pencari ikan yang memang hanya hidup dari memakan ikan. Aku menghela napas ketika merasakan betapa pemandangan ini merasuki diriku meski dalam kenyataannya akulah yang berada di dalam pemandangan itu. Dari kejauhan pepohonan dan dinding tebing tampak menyatu dalam warna hijau tua, tetapi dinding tebing terus menyeruak mengelabu ke ketinggian dalam sapuan mega-mega. Kini lebih jelas rombongan orang-orang bercaping yang menghela sejumlah keledai yang membawa beban entah apa pada kedua sisi punggungnya, tampak menyusuri jalan setapak pada dinding tebing nan curam. Sudah berapa harikah mereka berjalan dan masih berapa harikah mereka akan terus berjalan" Mereka masih sangat jauh dan mereka tidak melihatku, tetapi jika kudaku berjalan terus maka pada suatu di hari ke sekian tentu kami akan berpapasan. Di manakah kiranya Celah Dinding Berlian yang dimaksudkan Iblis Suci Peremuk Tulang" "Jika siang dindingnya menyala karena cahaya matahari dan jika malam tetap cemerlang karena cahaya rembulan," ujarnya. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Kukira memang begitulah seharusnya jika disebut sebagai Celah Dinding Berlian. Namun di sini tidak kulihat matahari sama sekali karena segalanya hanya kelabu. Mega-mega kelabu menutupi matahari, kabut mengendap meredam setiap cahaya, dan dinding-dinding tebing raksasa yang serba kelabu mengabu-abukan dunia ke mana pun aku memandang. Tentu ada yang tidak kumengerti dari keadaan ini sehubungan dengan tugas yang kujalani. Mungkinkah aku mengikuti rombongan Harimau Perang yang dikawal duapuluh pengawal pilihan tanpa diketahui" Bahwa yang diikuti sulit melepaskan diri tentu telah dijelaskan keadaan medan, tetapi tidakkah yang membuntutinya pun nanti akan mudah dipergoki" Kuperhatikan jalan setapak ini, ada yang masih bertanah dan berumput, tetapi tidak kurang dari jalan setapak yang hanya berbatu-batu, yang berarti takmungkin kucari jejaknya di situ. Apabila terdapat sungai dangkal yang cukup panjang untuk dijejaki sebelum menyeberang, maka seorang ahli pencari jejak tak akan mendapatkan sesuatu yang dapat dilihatnya sama sekali. Aku dapat memperkirakan sampai di mana rombongan Harimau Perang berada, tetapi jika takjuga kutemukan Celah Dinding Berlian maka perasaanku akan lebih sebagai orang yang diburu daripada memburu. Sedangkan dari pemandangan seluas ini takdapat kuperkirakan di sebelah mana tempatnya Celah Dinding Berlian. Betapapun disebutkan, bahwa jika tidak kunantikan rombongan Harimau Perang di celah itu, akan sulit bagiku untuk memperkirakan, percabangan jalan mana yang telah mereka lalui. Kudaku bergerak kembali. Aku yakin Iblis Suci Peremuk Tulang tidak sembarangan memberi keterangan. Jika tidak ada satu dinding pun yang berkilat menyilaukan seperti berlian tertimpa cahaya, berarti aku masih harus melalui dan melampaui seluruh jalan setapak yang melingkar-lingkar di segenap gunung batu yang terlihat olehku sebagai bagian dari TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ segenap pemandangan. Dengan kudaku bergerak, sudut pandangku pun berubah, dan dengan sendirinya pemandangan juga berubah. Jalan setapak itu tak selalu setapak dan tak selalu di tepi dinding curam yang mengerikan, adakalanya menembus masuk gua batu yang gelap dan dingin dengan tonjolan batu-batu runcing di atapnya. Namun begitulah kudaku tahu bagaimana mesti melangkah. Ia sungguh tahu kapan dapat melaju dan kapan berjalan biasa, dan kalau perlu melangkah dengan sangat amat hati-hati di antara batu-batu tajam. Ini memang kuda yang luar biasa. Suatu ketika ia diam tidak bergerak tetapi mendengus. Semula aku tidak mengerti mengapa ia diam mematung dengan telinga tegak seperti itu. Kemudian kulihat sesuatu bergerak di antara batu-batu gunung yang besar. Ternyata itu harimau gunung yang berwarna kelabu, seperti kucing tetapi besar, dan tampak sangat cekatan. Ia bangkit seperti siap me loncat, warna kulitnya sungguh sama dengan batu-batu di sekitarnya. Jika bukan berkat kudaku tentu aku tidak akan mengetahuinya, meski takjelas bagiku yang diincarnya kuda atau diriku. Kudaku diam dan aku pun diam menanti serangan. Harimau gunung itu menyeringai. Mataku bertemu pandang dengan matanya. Di tengah alam, binatang membuat kesalahan lebih sedikit daripada manusia. Ia memang bangkit, tetapi kemudian melangkah pergi, menghilang tanpa suara di balik bebatuan menjulang. Kudaku mendengus lega dan kami melanjutkan perjalanan. (Oo-dwkz-oO) Aku telah mengganti jubah rahib yang dipinjamkan Kuil Pengabdian Sejati, kembali ke baju pengemis compangcampingku yang lama, meski tentu bukan baju musim dingin lagi. Rambutku masih gundul karena aku pergi belum lagi sehari, tetapi tidak bercukur sehari ini saja sudah membuat wajahku mungkin berubah, artinya kembali seperti semula. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Mungkinkah aku sebaiknya membuatku wajahku tetap kelimis agar siapapun yang pernah melihat diriku tidak mengenaliku" Rombongan yang akan kuintai dan kuikuti ke mana pun pergi adalah rombongan pengawal yang menjaga Harimau Perang, seseorang yang terangkat namanya karena kegiatan rahasia. Takmungkin rasanya ia tidak akan mengenaliku jika wajahku kembali lusuh seperti ketika bergabung dengan pasukan Amrita. Jadi kuputuskan bahwa aku harus selalu berwajah kelimis, yakni selalu mencukur kumis, janggut, dan berewokku setiap hari. BERSAMA dengan itu kurasa juga sudah tidak semestinya aku berbusana lusuh dan tidak terurus, selain karena justru mengundang kecurigaan karena akan kentara hanya menyamarkan wajah, bukan tak mungkin mengingatkan kembali kepada sosokku yang dahulu. Jika istilah Pendekar Tanpa Nama telah disebutkan para mata-mata pemerintah Daerah Perlindungan An Nam, itu berarti diriku bukan hanya dilihat, melainkan diperhatikan dengan cermat. Namun untuk sementara ini aku tak tahu bagaimana dapat bertukar baju dengan yang lebih menyamarkan diriku, lagipula aku dimaksudkan membuntuti rombongan Harimau Perang tentu tanpa terlihat sama sekali. Betapapun, aku harus menjaga segala kemungkinan, yakni seandainya mereka memergoki betapa seseorang telah membuntutinya, maka sangatlah tidak menguntungkan kiranya jika diketahui bahwa seseorang itu adalah aku. Sudah jelas kiranya bahwa jika Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo diriku membuntuti mereka, itu pasti ada hubungannya dengan Amrita yang tewas dengan cara begitu rupa. Itu juga dapat diartikan bahwa seseorang akan membuntuti mereka atas nama pembalasan dendam. Bukankah dendam membara memang merupakan salah satu sumber segala cerita dalam dunia persilatan" Jika ini menjadi keyakinan mereka, memergoki kehadiranku tentu sama dengan kewajiban membunuhku. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Maka tak hanya tidak boleh terlihat, melainkan jika terlihat juga tidak dikenali sama sekali. Namun sekarang, bahkan Celah Dinding Berlian belum juga menampakkan diri. Setelah seharian berjalan, kurasa dapat kukatakan aku telah ditelan pemandangan dan kini berada di perut pemandangan itu, meski aku merasa telah terus-menerus menelan pemandangan itu sendiri. Kukira hubungan manusia dengan dunia tidaklah terlalu sederhana, karena sementara dunia bagai menelan dan menempatkan manusia di dalamnya, keberadaan dunia hanyalah mungkin karena pembermaknaan manusia. Masalahnya, seberapa jauh pembermaknaan manusia atas dunia dimungkinkan, jika ia tak mungkin keluar dari dunia untuk mampu melihat dunia seutuhnya, melainkan selalu berada di dalam dunia itu sendiri" Nah, jika pengambilan jarak atas dunia tidak dimungkinkan, cara apakah yang dapat dianggap lebih sahih untuk mengenali dunia" Kucoba mengingat segala pelajaran dan pengetahuan yang pernah kudapatkan, dan kuingat cerita tentang suatu aliran Buddha yang disebut sebagai Chan. Dalam aliran ini pengambilan jarak atas dunia, dengan cara mengolah pemikiran dalam pembelajaran atas kitab-kitab suci ditolak. Dalam Chan terwujudkan kecenderungan penafsiran ajaran Buddha di Negeri Atap Langit yang mementingkan pengalaman langsung, didorong pula oleh kecenderungan budaya mereka yang mengidamkan kebatinan. Chan merendahkan tulisan dan menegakkan pemahaman berdasarkan naluri, dan pengikutnya diyakinkan bahwa cara yang paling langsung dan mangkus untuk meraih kenyataan tertinggi. Demikianlah penghargaan atas pengalaman, kebatinan, dan bukti-bukti dapat berjalan bersama. Bagi penganut Buddha aliran Chan, bukti-bukti pengalaman adalah yang dicari, sedangkan penyusunan kerangka nalar di sekitar mereka dengan tersipu dihindari. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Bagiku ini berarti bahwa jika pengambilan jarak terhadap dunia, yang memang mustahil dilakukan selama manusia berada di dalamnya, tidak dianggap memungkinkan, kemungkinan yang ditawarkan aliran Chan justru adalah peleburan dengan dunia itu. Bahwa dunia ini tidak untuk dipikirkan, melainkan untuk dialam i. Sedangkan untuk menjamin tercapainya pengalaman hakiki, yang sebetulnya adalah pencerahan itu sendiri, diperlukan latihan keras menyangkut olah pernafasan dan pemusatan pikiran, demi tercapainya dhyana sempurna. Melebur dengan dunia berarti juga melebur dengan alam, bagaimanakah hal itu bisa dilakukan" Ah! Bagi penganut Chan, bepikir dengan penalaran semacam inilah yang harus dihindarkan. Jadi baiklah kuserahkan diriku kepada alam dan kepada kudaku, yang melangkah di jalan-jalan setapak di antara jurang curam dan puncak-puncak gunung batu. Kabut membuat segalanya kelabu dan berembun. Daun-daun dan rerumputan berkilat karena basah. Kesunyian yang mengingatkanku kembali kepada AmritaO (Oo-dwkz-oO) Eposide 146 ga ada (Oo-dwkz-oO) Episode 146: [Melayang Seperti Elang] AKU harus berterima kasih kepada Iblis Suci Peremuk Tulang karena telah memilihkan kuda ini untukku. Tanpa kuda ini aku tidak akan pernah terlalu meyakini lang-kah-langkahku, apalagi justru de-ngan perasaan seperti diburu karena kuperkirakan Harimau Perang dengan segenap pengawal dan penunjuk jalannya terus melaju, se-mentara aku bahkan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ belum menemukan tanda-tanda terdapat Celah Dinding Berlian. Dengan kudaku yang membuatku yakin betapa sebenarnyalah ia mengerti jalan maupun bagaimana harus berjalan, di tengah alam yang luas terbentang dengan puncakpuncak gunung batu yang menjulang dengan segala keagungan, aku pun dapat memperhatikan semua itu sehingga memergoki sesuatu. Semula kukira keduanya sepasang burung elang. Ternyata dua manusia yang melayang dari pucuk pohon satu ke pucuk pohon lain, dan setiap kali tiba pada sebuah pucuk cukup menyentuhkan kaki-nya agar dapat melayang kembali. Semula aku mengira keduanya sepasang burung elang, karena memang keduanya mampu mela-yang seperti burung elang ketika sayapnya hanya terbentang. Ta-ngan keduanya, yang memegang pe-dang maupun sarungnya, me-mang hanya terpentang dan mereka melayang dari puncak ke puncak dari dinding ke dinding dari pu-cuk pohon ke pucuk pohon, sekali lagi cukup hanya dengan menyentuhkan kakinya, tidak menjejak, ha-nya menyentuhkan bagian ba-wah dari a las kaki yang disebut sepatu. Mereka tidak berkelebat, mereka tidak melesat, tidak ada gerakan cepat seperti kilat, apalagi melebihi kilat, karena memang melayang seperti burung elang, dan hanya melayang, terlihat nyata oleh mata telanjang. Bahkan apabila burung elang melayang di lembah yang curam sesekali masih mengepak-kan sayapnya sebelum kembali me-layang tanpa gerakan, kedua manusia ini sama sekali tidak perlu melakukan sesuatu agar bisa melayang, seperti mereka memang sedang terbang. Namun tentu saja hanya burung yang terbang dengan mengepakkan sayapnya, sedangkan kedua manusia ini menerapkan ilmu meringankan tubuh yang sudah mencapai tingkat sempurna. Tubuh yang ringan membuat keduanya melayang, tenaga dalam sempurna membuat keduanya TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ mampu mengarahkan diri ke mana mesti melayang, sehingga tampak sebagai terbang. Jika kemudian terlihat gerakan, itu bukanlah gerakan yang mem-buat keduanya tampak sebagai terbang, melainkan gerak suatu ilmu persilatan yang sedang diterapkan. Namun mereka sungguh tidak tampak seperti sedang beradu ilmu silat, karena segenap pertimbangan geraknya bagaikan pertimbangan atas keindahan. Mereka sungguh tampak terbang, tetapi apabila tubuh mereka berputar pelan dan kedua tangan yang masing-masing memegang pedang dan sarungnya itu juga mereka gerakkan, maka terbangnya mereka sungguh bagai-kan tarian. Bahkan kulihat rombongan kecil yang membawa ke-ledai-keledai beban itu, yang mun-cul kembali di jalan setapak di tebing dinding setelah memutari gu-nung batu, tampak sengaja ber-henti untuk menonton. Memang ge-rak kedua manusia yang mela-yang seperti burung elang itu keindahannya lebih dari layak sebagai tontonan. Mereka melayang dan tubuhnya berputar sangat amat pelahan sementara kedua tangan yang memegang pedang dan sa-rung pedang itu membuka me-nu-tup bagaikan tarian, tetapi mataku melihatnya sebagai gerak pembunuhan yang mematikan! Setiap kali telapak alas kaki me-reka yang disebut sepatu itu me-nyentuh apa pun untuk mendapatkan daya dorongnya, yang satu di dinding sebelah timur dan lawannya di dinding sebelah barat, arah terbang mereka saling men-dekat untuk bertemu di udara, seperti berpapasan, tetapi saling melancarkan serangan. Tampak amat sangat lambat gerak tubuh dan tangan mereka, tetapi yang berlangsung adalah serangan dan tangkisan, adu jurus silat yang amat sangat cepat, sehingga tak dapat dilihat kecuali yang tampak amat sangat lambat. Ini justru berarti gerakan mereka lebih cepat daripada yang bergerak begitu cepat melebihi kilat, seperti pikiran, sehingga gerakannya tidak terlihat. Itulah ilmu silat yang nya-ris sempurna. Disebut nyaris, karena tidak ada ilmu TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ silat yang tidak me-miliki kelemahan. Be-gitulah setiap usaha mencapai kesempurnaan adalah juga usaha untuk me-nutupi kelemahan. Tubuh ma-nusia penuh dengan titik kelemahan yang cukup disentuh dengan sedikit dorongan saja sudah akan me-newaskan. Kepada titik itulah setiap serangan ditujukan dan itu pula sebenarnya yang terjadi ketika keduanya saling mendekat dengan segenap gerak keindahan. DI atas jurang yang begitu curam dan dalam mereka melayang seperti elang dan saling berpapasan, setiap kali mengadu gerak, dan tak bersentuhan, tetapi sungguh itulah gerak pembunuhan. Seusai berpapasan dan mengadu jurus yang tak kelihatan mereka terus melayang ke mana pun dapat menyentuhkan telapak alas kaki mereka yang disebut sepatu, untuk segera terbang me layang dan berpapasan kembali. Tiada terbayangkan besar tenaga dalam dan tinggi ilmu meringankan tubuh yang diperlukan. Kulihat dari kejauhan rombongan yang membawa keledai-keledai beban pada jalan setapak di pinggang gunung batu seberang itu membuka capingnya agar dapat melihat dengan jelas, karena ini memang bukan sembarang tontonan. Di atas jurang yang dalam, untuk kesekian kali kedua pendekar bak elang perkasa itu berpapasan. Siapa-kah akan mengira betapa setiap saat nyawa seseorang akan tercabut dan melayang dalam keadaan melayang" Kami para penonton belum tahu siapakah kiranya di antara dua pendekar ini yang akan binasa dalam puncak kesempurnaan sebuah pertarungan. Apakah mereka memang berjanji untuk bertarung di tengah lautan kelabu gunung batu ini" Apakah mereka musuh lama yang kebetulan saja berpapasan dalam pengembaraan masing-masing tanpa direncanakan" Ataukah mereka tidak pernah saling mengenal dan hanya pernah mendengar nama masing-masing dan ketika kebetulan Rajawali Sakti Dari Langit Selatan 14 Si Tolol 6 Perhitungan Terakhir Bagi Nyi Peri Lentera Maut 1