Ceritasilat Novel Online

Jurus Tanpa Bentuk 16

Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira Bagian 16 menganga ke arah langit" Saat senja tenggelam, keemasan langit usai, dan gerimis berhenti, hari pun menjadi ma lam. Puteri Asoka tertidur. Aku membaca pemikiran Nagarjuna. atra vayam brumah yadyevam, tavapi vacanam yadetaccgunyah sarvabhava iti tadapi sunyam kim karanam tadapi hetau nasti mahabhutesu samprayuktesu viprayuktesu va, pratyayesu nastyurahkanthausthajihvadantamulatalunasikamurdhaprabhrti su yatnesu, ubhayasamagryam nasti yasmadatra sarvatra nasti tasmannihsvabhavam yasmannihsvabhavam tasmacchunyam TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ tasmadanena sarvabhavasbhavavyavartanamasakyam kartum na hyasatagnina sakyam kledayitum evamasata vacanena na sakyah sarvabhavasvabhavapratisedhah kartum tatra taduktasm sarvabhavasvabhavah pratisiddha iti tanna Aku masih membaca, ketika terdengar suara kecapi dari balik kegelapan. Mula-mula suara kecapi itu timbul dan tenggelam, lirih dan hanya terdengar sayup-sayup di balik kegelapan. Semula kukira hanya kerinduanku kepada daratan yang telah memberikan suasana ini, tetapi ternyatalah kemudian bahwa suara kecapi itu lama kelamaan telah menjadi bertambah keras. Segera kupejamkan mataku dan kupasang ilmu pendengaran Mendengar Semut Berbisik di Dalam Liang, yang segera menelisik sumber suara itu me lalui bulir-bulir udara yang telah mengantarkannya. Maka terbentuklah dalam pandangan mataku yang terpejam sesosok manusia yang sedang bersila sambil memetik kecapi di atas papan dan terapung-apung di lautan. (Oo-dwkz-oO) Episode 92: [Pendekar Dawai Maut] Pasangan pendekar yang mengasuhku pernah berkata, bahwa mengembara dalam dunia persilatan artinya aku akan menjumpai banyak pendekar, yang semakin tinggi ilmu silatnya akan semakin aneh pula perilakunya jika dibandingkan perilaku orang awam dalam kehidupan sehari-hari. Keanehan pendekar yang satu akan sangat berbeda dengan keanehan pendekar yang lain, yang meskipun tampak aneh, sebetulnya berhubungan erat dengan ilmu silat yang mereka dalami dan andalkan dalam pencapaian menuju kesempurnaan. Maka, TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ meskipun merasa takjub dan terheran-heran dengan perilaku manusia yang memetik kecapi di tengah lautan luas di atas selembar papan dalam kegelapan, aku wajib menahan diri dari rasa takjub dan terheran-heran, karena keterpesonaan semacam itu hanya akan membuka kelengahan. Sebaliknya, aku bersikap amat sangat waspada terhadap sosok yang tidak kasat mata dalam kegelapan, tetapi dapat kulihat me lalui cahaya yang berasal dari suatu daya dalam tubuhnya di dalam keterpejaman mataku. Ilmu Mendengar Semut Berbisik di Dalam Liang sangat baik dalam menerjemahkan kedudukan udara yang tersibak benda-benda padat, cair, maupun sesama udara dengan beban yang berbeda, seperti yang terjadi ketika dirambati daya bunyi. Lantas kudengar suara tertawa yang amat lirih, tetapi terasa getir dan menusuk perasaan. Sementara kecapi itu masih terus berbunyi. Puteri Asoka terbangun, menggeliat bagaikan berada di istananya sendiri, kuberi tanda agar jangan membuat suara dan memang kemudian tidak kudengar ia bergerak, mungkin justru dinikmatinya suara kecapi itu yang seperti menyanyikan kisah cinta yang sedih. Justru karena itulah tawa yang lirih tetapi tajam dan getir itu semakin menusuk perasaan. Ini bukan jenis suara yang ketajamannya dapat menjelma benda padat, melainkan benar-benar mempermainkan perasaan dan berarti sangat mengganggu pemusatan perhatian. Puteri Asoka sudah menangis tersedu-sedu. Aku memecah belah pusat perhatian di dalam kepalaku, yang berarti kubiarkan bagian itu saja yang terganggu, sembari mempelajari kisah yang dibawakannya. "Kenalilah lawanmu sebaik dikau mengenal dirimu Anakku," kata ibuku dulu, "karena hanya dengan begitu dikau dapat mengenali kelemahannya,." Mengenal dalam waktu singkat, bagaimana caranya" Memang pernah kudengar tentang ilmu-ilmu penjerat sukma TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ seperti ini, yang membuat seseorang takperlu membunuh untuk melumpuhkan lawan-lawannya dan mencapai kemenangan. Konon pernah terjadi beribu-ribu orang dari dua kerajaan pada masa lalu Yawabhumipala yang siap saling menyerbu, hanya bisa diam di tempat, meneteskan airmata sampai meratap dan merayap di medan yang seharusnya menjadi gelanggang pertempuran. Aku hanya mendengar dongengnya, tetapi kini kudengar suara kecapi yang bisa menjerat sukma itu. Kubayangkan sesuatu yang terkisahkan oleh suara kecapi itu, dan betapa siapa tiada akan menangis jika penafsiran apapun dari suaranya akan membawa seseorang kepada cermin dirinya sendiri" Mendadak saja aku dihadapkan kembali kepada sebuah suasana ketika aku bergelayut di dalam selendang ibu kandungku. Pergelayutan yang tenang, diiringi kidung pengantar tidur yang penuh kasih dan sayang. Di dalam selendang artinya aku tidak melihat apapun kecuali bayangbayang baur dalam kelembutan dan keharuman dada ibuku, ketenteraman mutlak yang tidak dapat kubayangkan jika seseorang tidak pernah, meski sekejap dan cukup sekejap saja, merasakan suatu ketenangan dalam buaian. Suasana yang kemudian tinggal menjadi kesepian panjang, sepanjangpanjang kesepian yang bisa dirasakan manusia. Kesepian panjang, kekosongan panjang, kehampaan terpanjang, sepanjang-panjang kehampaan yang menyakitkanO Dirikukah yang sedang berjalan sendirian dalam gambaran seorang lelaki yang berjalan sendirian di atas tanah yang retak-retak dengan kepala tertunduk sehingga dari hari ke hari dalam perjalaan tanpa henti hanya melihat ujung kakinya sendiri" Aku terhenyak. Maksud hati mengenal lawan, mengapa justru tergambarkan diri sendiri dari bagian yang takkukenali sama sekali" Kubuka mata, agar terjadi jarak dengan suara kecapi yang sudah kuketahui darimana asalnya itu. Sekali lagi kucoba menduga sesuatu. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ DI antara percik riak gelombang dan kekelaman malam, denting-denting kecapi itu membayangkan suatu ratapan karena cinta yang tak putus dirundung malang, kasih tak sampai, kesia-siaan yang mengenaskan, jerit kerinduan tak berbalas, yang berputar silih berganti, tumpuk-menumpuk, menggumpal, menyatu dendam sepanas karena perasaan berterima. Pada saat itu denting kecapi telah menjadi dentang yang memenuhi langit, dan diakhiri suara ledakan! Kubayangkan, jika masih terbayangkan oleh diriku sendiri dalam ledakan itu, tamatlah sudah riwayatku sampai di situ. Suara kecapi itu kemudian tidak terdengar lagi. Hanya suara tawa lirih yang seperti sengaja tidak diperdengarkan, tetapi hanya dititipkan kepada angin yang asin agar sampai ke telingaku. Aku tetap waspada. Terdengar suara yang sama lirihnya dengan tawa itu. "Dikau seorang pendekar yang hebat anak muda, orang lain sudah mimpi dan tak bangun lagi mendengar petikan kecapiku, langsung terbang ke alam barzah. Ketahanan batinmu tinggi, tak bisa kubayangkan akan setinggi apa lagi kepandaianmu seumurku nanti. Janganlah menjadi jumawa anak muda, pelajarilah segala sesuatu, apa pun itu, meskipun dari sesuatu yang sangat sederhana" Kupejamkan mataku, tetapi sosoknya tiada dapat dilacak lagi oleh ilmu Mendengar Semut Berbisik di Dalam Liang, artinya kukejar dengan Jurus Naga Berlari di Atas Langit pun tak akan bisa tersusul. Lagi pula, kuanggap ia tidak bermaksud jahat kepadaku. Jika mau, ia bisa saja membunuh Puteri Asoka misalnya, tetapi ia memang bukan seorang pembunuh, melainkan seorang pendekar yang sedang menguji kesempurnaan pencapaian ilmunya. Mungkin itulah yang disebutkan ibuku sebagai para pendekar yang perilakunya semakin aneh, seiring dengan pertambahan ketinggian ilmunya. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Barangkali dulu ia juga seperti orang-orang lain yang belajar ilmu silat. Mula-mula belajar dengan tangan kosong, disambung senjata tajam seperti golok, pedang, kelewang, dan tombak berbagai ukuran, dan baru kemudian memikirkan sebuah jurus yang bukan sekadar dapat diandalkannya, melainkan merupakan penemuan dan pernyataan atas keberadaan dirinya di dunia persilatan. Siapakah nama pendekar itu, yang menyebutku anak muda dengan suara lemah seolah-olah dirinya sudah tua sekali" Namun segera kupetik makna lain kalimat itu, karena seorang pendekar sakti kuanggap tidak akan sembarang bicara, yakni bahwa dari penilaiannya, apa pun dasarnya, aku akan dapat bertahan hidup sampai seusia dirinya. Mungkinkah itu berarti juga bahwa dalam pendapatnya aku akan mengalahkan lawanlawanku siapa pun itu" Seperti anjurannya, aku memang tidak berani memastikan apa pun, selain menghargai pengalamannya, dalam arti tidak melibatkan perkembangan ilmu s ilat yang belum diketahuinya. Ibuku memang pernah bercerita bahwa pada masa mudanya terdapat seorang pendekar tak terkalahkan yang sebelum mempelajari ilmu silat adalah pengamen yang mencari nafkah di kotaraja. Sebagai pengamen ia telah sangat dikenal, dan karena itu dialah yang ditangkap karena seorang tikshna atau pembunuh bayaran telah menggantikannya masuk istana, dengan membawa kecapinya itu. Pembunuh bayaran tersebut telah membekuknya terlebih dahulu, mengikat tangan dan kakinya, lantas menyamar sebagai dirinya memasuki istana pada malam hari. Dalam suasana keramaian dan kesibukan pesta, ia lolos dengan mudah. Bahkan para pengawal rahasia istana yang biasanya waspada, tak mengira penyamaran seperti yang akan menjadi jalan masuk seorang pembunuh bayaran. Ternyata bahwa pembunuh bayaran itu telah menggunakan salah satu dawai kecapi tersebut untuk mencekik leher seorang tamu negara. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Dengan adanya pembunuhan tersebut, telah berlangsung sengketa dengan pengorbanan yang tidak sedikit. Diduga, negeri yang utusannya tewas itulah yang sengaja melakukan pembunuhan tersebut, agar memiliki alasan menyerbu kotaraja. Penyerbuan dan penumpasan atas pemberontakan tersebut akan menjadi cerita tersendiri, di sini hanya akan kuceritakan kembali apa yang terjadi terhadap pengamen tersebut. Para pengawal rahasia istana yang kesal dengan kelengahan mereka sendiri, dalam sekejap telah tiba di balai persinggahan dekat pasar, tempat para pengamen dan pedagang keliling, pengembara, juga tentunya pengemis dan gelandangan, ditampung dengan sekadarnya. Dalam sekali sabet lepaslah ikatan yang membelenggu pemain kecapi. "Pintar! Dikau ikat dirimu sendiri! Jangan kira kami akan terkecoh oleh tipuan murah semacam ini!" Pemain kecapi itu diseret sepanjang jalan menuju ke istana. Semua orang melihatnya. "Apa kesalahan pemain kecapi itu" Ia hanya seorang pengamen, bicara saja tidak pernah, mengapa ia harus dianggap membunuh tamu istana yang sial itu?" "Itulah! Untuk menutupi kegagalan sendiri, orang lain yang disalahkan!" Namun kemungkinan itu bukan mustahil. Seorang penyusup ulung dapat saja berkelebat ke istana dan kembali lagi untuk pura-pura terikat. Hanya saja kali ini yang terjadi tidak demikian. Meski ternyata para pengawal rahasia istana memilih untuk mempercayai kemungkinan itu saja, karena harus ada sesuatu untuk dipersalahkan! Demikianlah pengamen itu telah disiksa agar mengakui perbuatan yang tidak pernah dilakukannya-dan ia memang tidak pernah bisa dipaksa untuk mengakui apapun. Setelah berhari-hari menyiksa, tanpa memberinya makan dan minum, TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ tanpa pengadilan ia pun dihukum: Kedua kakinya dipotong. Adapun alasannya seperti tidak ada hubungannya. "Jika ia dapat bertahan hidup, maka ia masih akan dapat mengamen dengan kecapinya itu." Namun sebetulnya ia diharapkan akan mati, karena para Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo pengawal rahasia istana itu kemudian waswas, bahwa pengamen itu tahu benar mereka telah sangat keliru. Konon, tubuhnya yang sudah tanpa kaki di lemparkan begitu saja ke dalam jurang setelah membawanya naik ke atas gunung. Setelah tubuhnya, dilemparkan pula kecapinya, yang dawainya sudah berkurang satu, karena digunakan pencurinya untuk mencekik tamu istana tersebut. Para pengawal rahasia istana yang berkuda, yang berbusana serba putih, dengan senjata pedang keperakan yang ketajamannya berkilat pada dua sisi, yang sungguh tampan dan gagah lelakinya, cantik dan perkasa perempuannya, mereka semua, duabelas orang banyaknya, mengamati tubuh takberkaki dan kecapi itu melayang jatuh ke jurang yang dalam. Begitu jauh dan dalamnya, sehingga mereka takmungkin tahu apakah keduanya mencapai dasar dalam remuk atau utuh. Tentu saja, seharusnya, orang maupun kecapi itu akan remuk dan hancur. Artinya orang itu akan mati dan kecapi itu tidak akan berwujud lagi, karena tepian jurang itu bukanlah suatu dinding yang mulus. Sehingga mungkin saja tubuh dan kecapi itu akan terpental ke sana dan ke mari lebih dulu sebelum tiba di dasar jurang dan tinggal berada di sana selama-lamanya sampai akhir zaman tiba. "Biarlah kodratnya menentukan, apakah ia akan tetap hidup tanpa kedua kakinya itu, dan bisa melanjutkan kehidupannya dengan kecapi tersebut." Suatu kalimat tidak masuk akal, bertentangan dengan niat mereka untuk melenyapkannya dari muka bumi. Suatu kalimat TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ yang kemudian ternyata merupakan tulah, karena inilah yang kemudian terjadi. Setelah tubuh dan kecapi itu hilang dari pandangan, Setelah tubuh dan kecapi itu hilang dari pandangan, sesosok tubuh yang semula berkelebat dari pohon ke pohon di tepi jurang nyaris tertimpa oleh tubuh, dan kemudian oleh kecapi itu. "Uh! Hampir saja..." Tampaknya ia kenali tubuh itu sebagai tubuh manusia yang bernasib ma lang, maka dirinya pun me luncur bagaikan anak panah mendahului tubuh tanpa kaki itu. Mendekati tubuh, kedua kakinya yang semula di belakang diayunkannya ke depan ketika mendahului, sehingga kemudian dapat disangganya tubuh itu dengan tangan, sebelum mendarat perlahan-lahan seperti burung bangai mendarat di danau. Baru kemudian tiba pula benda jatuh yang lebih ringan, yakni kecapi itu, yang segera ditangkapnya dengan tangan yang lain. "Hmmh! Sendirian di dasar jurang yang gelap, dengan tubuh tanpa kaki dan kecapi yang dawainya hilang satu! Apakah yang bisa dilakukan Naga Putih dengan ini semua?" Waktu itu kutanyakan kepada ibuku, siapakah yang telah menceritakan riwayat ini kepadanya, sehingga setiap sudut pandang dapat diceritakannya" "Tentu dari Naga Putih sendiri, pendekar besar golongan putih yang sudah mengundurkan diri dari dunia persilatan. Peristiwa yang takdiketahuinya sendiri, ia dapatkan dari pemilik tubuh takberkaki itu." "Jadi dia belum mati?" "Belum! Begini lanjutan ceritanyaO" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Naga Putih, yang rambut bergelungnya sudah putih, alisnya putih, dan kumismya juga putih itu menggeleng-gelengkan kepala. "Hati manusia yang terbuat dari apa bisa memperlakukan manusia lain seperti ini" T idak satu manusiapun di muka bumi ini akan lolos dari karmapala perbuatannya sendiri. Hmm. Karmaku telah mempertemukan diriku dengan karma pemuda. Biarlah dunia menyaksikan apa yang akan terjadi nanti." Inilah kemudian yang disaksikan dunia. Beberapa tahun kemudian, seorang pengawal rahasia istana sedang dipijat oleh isterinya, ketika dari dalam kegelapan di luar rumah terdengar petikan kecapi. Semula hanya terdengar sayup-sayup, tetapi kemudian terdengar jelas, dengan nada dan lagu sangat amat sendu, sampai isterinya yang sedang memijat punggungnya itu menangis. "Kenapa dikau menangis tanpa sebab seperti itu, tidak biasanya bagimu tersedu sedan begitu, apakah karena suara kecapi yang aneh itu?" Sebetulnya suara kecapi tidak akan berubah terlalu banyak karena hilangnya satu dawai, kecuali tentu bagi yang sangat mengenalnya. Sedangkan seorang pengawal rahasia istana mungkin akan mendengar nada dan lagu petikan kecapi dengan sangat seringnya, karena berbagai acara kenegaraan selalu akan diturtup dengan hiburan. Jadi ia merasakan sesuatu yang aneh, meski tidak tahu sebabnya-yang jelas ia tidak suka isterinya menangis seperti itu. Ia berteriak ke arah jendela dengan keras. "He! Siapapun yang memetik kecapi di luar itu, berhentilah sekarang juga! Berisik! Malam-malam mengganggu orang istirahat!" Namun bukan saja kecapi itu tidak lantas berhenti, bahkan dari balik kegelapan itu terdengar suara orang tertawa. Lirih juga, tetapi terdengar jelas sekali. Suatu jenis tertawa yang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ muncul bukan karena perasaan geli atas sesuatu yang lucu, tetapi tawa getir atas nasib malang manusia yang begitu jumawa padahal bukanlah apa-apa di tengah keluasan semesta ini; juga tawa yang terdengar sedih dalam usaha menertawakan diri sendiri yang malang, agar selamat melewati kesengsaraan. Namun pengawal rahasia istana itu. rupanya takmampu menafsirkan berbagai lapisan makna yang mungkin diberikan oleh sebuah tawa yang begitu lirih dari balik kegelapan seperti itu. Sebaliknya, ia menganggap suara tawa itu sangat menertawakan dirinya. Ia bangkit dari ranjang tempat isterinya sedang memijat dirinya itu. Mengambil pedang yang tergantung di dinding. "Biar kubungkam mulut orang bodoh itu!" Lantas ia berkelebat ke arah suara kecapi itu. Kemudian para tetangga tidak mendengar apa-apa lagi, selain suara seperti orang tercekik. Malam sunyi. Rembulan sendirian di langit. Perempuan itu menuruni tangga rumahnya. "Kanda, di manakah dikau Kanda?" Ia melangkah menuju kegelapan malam. Hanya untuk menjerit sekeras-kerasnya. "Tolongngngng! Tolongngngng! Suam iku dibunuh! Tolongngng!" Penduduk berlompatan keluar dari rumahnya, sebagian membawa obor. Ada juga pengawal rahasia istana lain yang tinggal di situ. Ia keluar dengan rambut yang sudah lepas gelungannya. Di tangannya terdapat pedang yang masih berada di sarungnya. Mereka terbelalak. Pengawal rahasia istana ini tewas dengan leher tercekik dawai kecapi. Bahkan pedang yang dipegangnya pun belum keluar dari sarungnya, yang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ menandakan lawannya bergerak dengan amat cepat, dan menunjukkan pula tingkat ilmunya yang tinggi sekali, karena tidak ada pengawal rahasia istana yang ilmunya silatnya rendah. Semuanya menguasai ilmu tenaga dalam dan ilmu meringankan tubuh, selain menguasai olah segenap senjata yang terdapat di dalam dunia persilatan. Semula tidak ada yang paham apa yang sedang terjadi. Namun setelah tiga sampai empat orang pengawal rahasia istana terbunuh dengan cara yang sama, yakni mendengar suara petikan kecapi di malam hari, mendengar suara tawa yang lirih dan menggetirkan perasaan, terpancing keluar untuk memburu suara itu, hanya untuk terbunuh dengan cekikan dawai kecapi yang melingkar di leher, sisa anggota kelompok segera mempunyai dugaan. "TIGA tahun lalu kita membuang seorang pengamen, seorang pemain kecapi, setelah kita potong kakinya dari lutut ke bawah, ke dalam jurang. Kita telah menuduhnya sebagai tikshna, pembunuh bayaran yang menyamar sebagai pengamen kecapi, yang telah membunuh seorang tamu istana dan melibatkan kerajaan dalam suatu pertempuran besar, yang syukurlah kita menangi. Ia selalu menyangkal, tetapi kita menghukumnya sebagai mata-mata lawan, yang sengaja membunuh temannya agar negerinya memiliki alasan menyerbu kita." "Dia menyangkal, tetapi dia juga tidak dapat menunjukkan pembunuh yang sebenarnya!" "Tentu tidak mungkin. Dia hanya seorang pengamen!" "Sudahlah. Jangan bertengkar lagi. Kemungkinan besar dia tidak mati, mungkin menyangkut di batang pohon, menemukan seorang guru silat dan membalas dendam." "Dengan kaki terpotong seperti itu, tentu ilmu silatnya sudah sangat tinggi! Semua saudara kita tewas tanpa sempat mengeluarkan pedang dari sarungnya!" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Salah seorang dari pengawal rahasia istana itu memegang lehernya dengan wajah seperti baru saja menelan sesuatu yang pahit. "Mati dengan leher tercekik dawai kecapi. Sungguh kematian yang sangat tidak enak..." Mereka semua tinggal delapan orang sekarang. Semua berada di atas kuda perkasa. Berkumpul di perempatan jalan di kotaraja, yang pada tengah malam itu memang sudah menjadi sangat lengang. Saat itulah terdengar petikan kecapi dengan nada dan lagu sangat pilu. Meluruhkan hati s iapa pun yang mendengar. Serentak para pengawal rahasia istana itu menarik pedang dari sarung di punggung. (Oo-dwkz-oO) Episode 93: [Tawa Lirih dari Balik Kegelapan] Kemudian pada tengah malam itu terdengar bunyi tawa lirih di balik embusan angin yang menerbangkan daun-daun. Mereka menengok berkeliling mencari arah suara itu, tetapi hanya tawa itu yang tetap terdengar, kadang di sana dan kadang di s ini... "Hai pembunuh!" Salah seorang di antara delapan pengawal rahasia istana yang masih hidup itu berteriak lantang. "Perlihatkan wajahmu, supaya bisa kami ringkus penjahat licik sepertimu!" Belum selesai kata terakhir, dari balik malam telah datang melingkar-lingkar dawai panjang yang tentu saja tak terlihat, TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ tetapi memperdengarkan dengung tipis yang cenderung membingungkan. Srrrrrttt! Dawai yang sangat tipis tetapi sekaligus sangat amat kuat itu telah menjerat leher pengawal rahasia istana dan menyentakkannya ke atas. Suatu bayangan berkelebat di arah pohon sawo. Berputar-putar sebentar, dan tampaklah pengawal rahasia istana yang gagah perkasa itu tergantung tanpa nyawa. Dawai yang sangat amat tipis, tetapi jauh lebih panjang dari sebuah dawai kecapi tentunya, telah melingkari lehernya sampai lebih dari dua puluh kali, mencekik erat tanpa ampun dan tidak pernah terkendurkan lagi. Ketika digantungkan ke pohon apalagi, berat tubuhnya telah mempererat cekikan itu. Karena tipis dan tajam, dawai itu menembus kulit leher, sehingga darah pun bertetesan dari sana, dan makin lama makin deras. Beberapa dari pengawal rahasia istana yang gagah perkasa itu memegang leher masing-masing dengan wajah membayangkan perasaan tidak enak. Terdengar lagi suara petikan kecapi, dan suara tawa lirih yang tidak menunjukkan kebahagiaan, sebaliknya perasaan getir atas nasib malang anak manusia. Tujuh pengawal rahasia istana yang masih tersisa itu segera berlompatan turun dari kuda, membentuk lingkaran dengan punggung mereka saling beradu. Mereka melihat berkeliling, tetapi hanya angin yang berdesir menggoyangkan daun-daun pohon sawo. Kemudian terdengar suara yang tertawa lirih itu berlagu seperti gumam, sayup-sayup seolah datang dari tempat yang jauh. para pengawal rahasia istana dua belas orang jumlahnya menyiksa pengamen tak berdaya melemparnya ke jurang dalam tak terkira... TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ siapa nyana suratan berbeda pengamen disambar seekor naga di perutnya terbaca kitab berbahaya kini penyiksa sanggup dibantainya Lantas petikan kecapi itu berhenti. Syair lagu itu membuat wajah mereka pucat. Mereka teringat kembali peristiwa tiga tahun sebelumnya tersebut, dan menyadari kejahatan yang telah mereka lakukan. Keringat dingin terlihat mengalir di kening mereka. Namun bukan pengawal rahasia istana namanya, jika tidak mampu mengatasi ketakutan sendiri. "Perlihatkanlah wajahmu pengamen, supaya kami lihat wajah bodohmu tiga tahun yang lalu!" Terlihat sesosok tubuh berkelebat, begitu cepat, sehingga mata mereka tak pernah bisa menangkap sosok itu secara Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo utuh, tetapi terpaksa mengikuti juga karena setiap saat bayangan itu dapat berkelebat mencabut nyawa mereka. Sosok itu terus berkelebat dari pohon ke pohon, berputarputar mengelilingi mereka, dengan seperti sengaja memperlambat kecepatannya, supaya kelebatnya tetap bisa diikuti mata. Maka mata yang menatap terpaksa terusmenerus mengikuti gerakan itu, sampai mereka pusing mengikutinya, dan saat itulah sesosok bayangan berkaki buntung dari balik kegelapan menyambar ke arah mereka bagaikan burung hantu menyambar mangsa. Dalam kegelapan, tujuh pedang terlempar ke udara, dalam waktu bersamaan sosok itu melecutkan dawai yang mengitari tujuh pengawal rahasia istana tersebut, dan dengan sebat menariknya. Srrrrrttt! Ketujuh-tujuhnya segera terjerat erat oleh dawai yang tipis tajam menembus kulit, menimbulkan rasa sakit yang luar biasa. "Aaaaaaahhhh!" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Belum hilang dari rasa terkejut atas serangan mendadak seperti itu, bayangan tersebut menyambar tujuh pedang yang turun kembali ke bumi, dan menancapkan pedang itu ke jantung pemiliknya masing-masing, hanya untuk segera menghilang kembali. Meninggalkan denting-denting kecapi yang merayapi udara malam... Ketujuh pengawal rahasia istana itu mati dalam keadaan berdiri karena ketatnya dawai yang mengikat tubuh mereka sampai menembus kulitnya, dengan pedang menancap di jantung sampai kepada pangkalnya, sehingga saling menembus ke tubuh siapapun dan saling mengunci di belakangnya. Begitulah mereka berdiri saling memunggungi dengan tubuh saling tertancap, mata mereka terbuka dengan pandangan yang kosong. Semenjak saat itu, apabila terdengar suara petikan kecapi di tengah malam, di dalam rumah akan terdengar suara bisikbisik. "Sssshh! Itu Pendekar Dawai Maut datang lagi. Letakkan mata uang dalam mangkuk sedekah di luar rumah, tidak usah keberatan, ia takpernah minta lebih dari harga sebuah lagu..." Pengamen itu, setelah menghilang dan muncul kembali dengan kaki buntung, telah menjadi sakti mandraguna, tetapi ia hanya dapat mencari nafkah sebagai pengamen kecapi. Setelah peristiwa tewasnya para pengawal rahasia istana itu, dengan suara petikan kecapi sebagai penanda yang takteringkari lagi, ia takbisa lagi tampil mengamen secara terbuka. Hanya dengan cara itu, ia mendapatkan sedekah dari siapapun yang dapat memahami keadaannya, setelah membawakan lagu-lagu getir dari balik kegelapan malam... hidup dengan kaki buntung tanpa kawan sepanjang zaman mencari cinta takpernah untung TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ nasib tentukan jadi buronan, o! "Bagaimana ia bisa disebut pendekar, Ibu, kalau kerjanya hanya mengemis?" "Oh, anakku, ia memang pantas disebut pendekar, karena untuk beberapa lama ia selalu muncul pada saat yang tepat untuk menolong yang lemah dan takberdaya." "Muncul?" "Muncul artinya orang mendengarkan petikan kecapinya saja, dari kegelapan pula, tetapi cukup untuk membuat para penjahat lari lintang pukang." "Sebegitu menakutkannya dia?" "Penjahat mana yang tidak takut kepadanya, jika sangat sering para penjahat ini tiba-tiba saja sudah ditemukan tergantung di pasar, perempatan jalan, maupun gapura di batas kota, dengan dawai mengikat leher dan menembus kulitnya?" "Mengerikan..." "Itulah dunia persilatan anakku, mengerikan, Berpikirlah seribu kali jika ingin menempuh jalan persilatan." "Lantas kenapa Pendekar Dawai Maut itu menghilang, Ibu?" "Itulah, Anakku, seperti semua pendekar lain yang mencari dan menguji kesempurnaan ilmunya, ia berangkat mengembara, dan karena ia tidak ingin ma lang melintang di wilayah yang telah dikuasai Naga Putih, gurunya yang mulia, maka ia meninggalkan Javadvipa, mungkin untuk selamalamanya." Kini, jalanku dan jalan Pendekar Dawai Maut bersilangan. Apakah ia akan kembali lagi untuk menguji kesempurnaannya padaku" Aku tercenung membayangkan ketinggian ilmu silat TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ para pendekar dunia persilatan. Jika Pendekar Dawai Maut jelas sampai hari ini takterkalahkan, maka seberapa tinggi lagi ilmu gurunya yang ternyata Naga Putih itu, satu dari anggota Musyawarah Sembilan Naga dalam dunia persilatan" Mendadak saja aku merasa ciut, dalam kenyataannya aku mengikut saja diombang-ambingkan arus di atas rakit ini tanpa berani mengambil tindakan, sedangkan Pendekar Dawai Maut mengembara sendirian di laut mahaluas di atas selembar papan. Jadi bukan orang bersila yang tergambar dari garis cahaya hijau ketika kupejamkan mataku dalam ilmu pendengaran Semut Berbisik di Dalam Liang, melainkan seseorang yang kakinya buntung. (Oo-dwkz-oO) Entah sampai di mana aku melamun, ketika Puteri Asoka menunjuk ke suatu arah. Langit telah menjadi ungu, tetapi cahaya belum merekah. Pada arah yang ditunjuk Puteri Asoka itu terlihatlah kerlap-kerlip cahaya dari suatu garis kehitaman. Ah! Perkampungan nelayan! "Tuan! Perkampungan Tuan! Perkampungan!" Demikianlah Puteri Asoka meloncat-loncat di atas rakit. Kucoba menerka jarak, kurasa masih cukup jauh, meski jika tampak kasat mata begini memang lebih terdapat adanya kepastian. Apakah aku meluncur saja ke sana pada pagi yang dingin dan sunyi seperti ini" Me luncur seperti ikan lumbalumba sembari membawa Puteri Asoka ke sana, ataukah membiarkan rakit ini terseret arus dan terdampar dengan sewajarnya" Sebetulnya yang terakhir itu merupakan terbaik, tetapi aku tidak terlalu yakin apakah arus ini akan membawaku ke sana, karena bisa saja berbelok ke arah lain. Rakit ini memang belum terlalu dekat ke pantai, jadi keterdamparannya belum bisa dipastikan, dan ini berarti kami harus mencapai pantai tanpa tergantung kehendak alam. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Tidak tergantung arus ini mau membawa kami ke sana atau tidak. Puteri Asoka yang kegirangan melihat keraguanku. "Ada apakah Tuan" Adakah sesuatu yang membuat Tuan ragu untuk mendaratkan rakit ini ke pantai?" Aku tidak menjawab. Hanya menggeleng, karena sudah kuputuskan untuk menggunakan Jurus Naga Berlari di Atas Langit sahaja, hanya sedang kupikirkan akibatnya jika kami dipergoki di tempat yang tidak kukenal ini, karena segala sesuatunya tidaklah dapat kutebak sebelumnya. Namun lagi-lagi perjalanan nasib tidak pernah bisa diduga, ketika Puteri Asoka berseru lagi. "Tuan! Lihat!" Dari balik kabut yang tersibak pada pagi yang langit keunguannya semakin muda itu, muncul kapal bercadik dengan layar terbentang yang sangat kukenal. Terdengar suara berteriak dari puncak layar. "Ahooooiii! Rakit di haluan!" Para awaknya muncul di dinding kapal. Wajah-wajah yang juga kukenal. "Naga Laut!" Kapal itu menyerong dan melambatkan diri agar tidak menabrak rakit dan memberiku kesempatan melompat ke atas cadik, dan kemudian melenting ke dalam melewati selasar. Pagi masih gelap, tetapi suasana kapal itu sudah menjadi hangat dan hiruk pikuk. Di atas geladak aku melangkah ke arah Naga Laut, yang melihatku sambil tersenyum-senyum. Di hadapannya kuberdirikan Puteri Asoka yang kubopong itu, dan aku membungkuk dengan tangan kanan bersilang di dada. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Naga Laut! Awak kapalmu yang rendah menyerahkan kepada Tuan, Yang Mulia T uan Puteri Asoka!" Naga Laut bergeming, meski tetap tersenyum, menepuk pundakku. "Semua orang di sini memanggilku Nakhoda, Anak, dan bukankah dirimu sendiri memanggilku Bapak?" Aku tidak bisa menjawab sepatah kata. Mungkin perasaanku terlalu meluap-luap setelah sekian lama terkatungkatung di laut dan mendadak saja bertemu dengan kawankawanku. Nakhoda memandang Puteri Asoka, yang berdiri dengan kaku, meski tetap anggun, di antara para pelaut yang bertubuh serba besar itu. Nakhoda lantas membungkuk dengan takzim, seraya menyilangkan tangan kanannya di dada. "Selamat datang di atas kapal patik yang sederhana ini Tuan Puteri, hambamu yang rendah memohonkan maaf atas segala kekurangan." Puteri Asoka, meski masih berusia 12 tahun, sungguh kentara betapa terdidik dan berperadaban. "Paman yang Terhormat," katanya, "janganlah merendah bagaikan seorang hamba kepada diriku. Daku bukanlah puteri raja, hanya seorang anak perempuan yang terlunta-lunta dan malang nasibnya sebelum ditolong oleh Tuan pendekar yang tidak bernama ini. Taklayak diriku menerima penghormatan yang bagaimanapun jua." Naga Laut tampak terpesona oleh jawaban Puteri Asoka, dan merasa pantas telah mengerahkan segenap daya untuk memburunya. "Dengan segala hormat Tuan Puteri, janganlah merasa sungkan. Telah sahaya terima julukan bajak laut demi segala perongrongan wibawa Sriv ijaya, tiada lebih tiada kurang demi TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ negeri Muara Jambi jua adanya. Semua ini, mungkin tak bisa dipahami T uan Puteri hari ini, tetapi itu bukanlah masalah, kini istirahatlah Tuan Puteri, mohon ampun atas keberadaan kapal ini." Lantas pagi menjadi agak lebih terang. Semua kawan tak ada yang ketinggalan ingin memelukku. Pangkar, Darmas, Daski, Markis, tertawa gegap gempita menyambutku. "Kami sudah mengira dikau tewas oleh gerombolan Samudragni! Itulah sebabnya kami berangkat memburu ke arah ini! Apakah yang dikau alam i sehingga terkatung-katung di atas rakit begini, wahai pemuda Javadvipa yang takbernama?" Maka kuceritakan semua yang telah kualami sejak diriku terpisah dari mereka, ketika mereka ajak orang-orang yang mengaku berasal dari Muara Jambi itu masuk ke dalam rumah panggung. Tentu tidak kuceritakan segala sesuatu yang kiranya akan menunjukkan diriku sebagai orang persilatan, aku hanya menceritakan betapa segala peristiwa itu berlangsung seolah-olah sebagai suatu kebetulan, dan bukan hasil dari kemampuan diriku. "Jadi, bagaimana kalian dapat mencari aku di arah ini?" Maka silih berganti mereka bercerita, apa yang terjadi setelah kepergianku hari itu. "Mula-mula kami dengar apa yang disampaikan orangorang Muara Jambi itu. Dari mereka kami dapatkan kepastian bahwa memang telah seratus tahun ini, sisa-sisa bangsawan Jambi Malayu telah membangun jaringan rahasia dalam kedatuan Sriv ijaya, dan selama seratus tahun itu pula telah mereka pertahankan kemurnian darah bangsawan Jambi Malayu dalam tekanan peleburan darah dari Sriv ijaya." "Namun selama seratus tahun itu pula, secara turun temurun pihak kedatuan Sriv ijaya terus mengawasi para bangsawan Jambi Malayu, yang meski berbaur ke dalam TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ masyarakat tetap terawasi berusaha mempertahankan kemurnian darah dengan perkawinan hanya di antara mereka; setidaknya, meski bukan dengan bangsawan, tetapi dengan warga Jambi Malayu yang setia dan berasal dari Muara Jambi. Dari siasat ini terlahirkan Puteri Asoka yang sahih menduduki kursi singgasana kerajaan Jambi Malayu jika mampu berdiri kembali." "Kemudian mereka pastikan bahwa sejumlah utusan telah dikirim ke Javadvipa, untuk mencari hubungan dengan orangorang Mataram, yang dengan segera dikirimkan pula orangorang untuk mengejarnya. Pula diketahui bahwa dalamn seratus tahun terkumpul harta karun yang cukup untuk menggalang sebuah pemberontakan, termasuk membangun pasukan yang terlatih dan kuat untuk mendukungnya." "PERKEMBANGAN berlangsung sangat cepat, karena orangorang Malayu Jambi mengerti jika selama ini diri mereka memang diawasi, bahkan kemudian lantas bisa membaca makna pengawasan tersebut, yang membuat mereka ambil keputusan mendadak untuk berangkat segera dengan hanya sehari persiapan, yang ternyata juga tak lolos dari pengawasan meski agak terlambat. Kapal mereka telah berada di tengah laut ketika para pengawal rahasia istana menyergap ke pelabuhan di kotaraja." "Hanya sampai di sini orang-orang Muara Jambi yang menanti berita di Kota Kapur itu mengetahui perkembangan, dan mereka mengandaikan bahwa Naga Laut yang selama ini sebetulnya berjuang untuk Muara Jambi, dan pagi itu tampak Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo mendarat mungkin mengetahui sesuatu yang terjadi di selat pada malam sebelumnya. Suatu perkiraan yang tepat karena kita memang menjumpai kapal bernasib malang yang kita sempurnakan itu." "Mereka sangat terpukul. Mereka terdiam. Mereka menitikkan airmata dengan tubuh bergetar mendengar segala hal yang kemudian disampaikan oleh Naga Laut sendiri. Bara TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ kehidupan yang telah dipelihara selama seratus tahun bagaikan mendadak padam oleh berita itu, tetapi yang kemudian menjelma nyala lilin dalam kegelapan ketika mendengar bahwa yang disebut Asoka, kemungkinan besar masih hidup dan diculik." "'Naga Laut!' kata mereka kemudian' 'Beri kami petunjuk, agar dapat kami temukan dan hancurkan para penculik Puteri Asoka junjungan kami!'" Saat itu kami beritahukan kepada nakhoda semua hal yang telah didengar dirimu dan Daski di kedai, dan bahwa dikau telah membuntuti seseorang yang telah memata-matai kita semua, dan kami duga tentu ada hubungannya dengan segala peristiwa belakangan ini. Kami juga menceritakan peristiwa yang berlangsung di kedai, ketika seseorang tiba-tiba tewas setelah sebelumnya tampak seperti tercekik-cekik dengan mata melotot ke arahmu, meski untuk ini tentu hanya kamu sendiri yang tahu." "Setelah dirimu takjuga kembali, kami andaikan sesuatu memang terjadi yang erat hubungannya dengan peristiwa tersebut. Kami andaikan bahwa dirimu telah menemukan jejak, dan karena itu dirimu takkembali, tetapi kami taktahu apakah dikau menghilang karena mengikuti jejak ataukah mati terbunuh dalam penyelidikan itu. Kami mengkhawatirkan dirimu yang belum mengenal lingkungan dan tidak terbiasa dengan kelicikan dunia yang memang kejam dan takberperasaan." "Maka nakhoda menyebar kami semua dengan segera ke segenap penjuru Kota Kapur untuk menggali keterangan, mencari petunjuk, dan mengendus segala sesuatu yang mungkin mengarahkan kami. Pada ma lam hari Daski berhasil menemukan dan memaksa orang yang berbicara di kedai itu, bahkan terpaksa sedikit menyiksanya agar ia bicara lebih daripada yang telah disampaikannya di kedai itu. Dari sana ia mengaku bahwa hanya mendengar semuanya dari seorang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ ipar yang mabuk sehabis turun dari kapal. Sedangkan iparnya ini adalah anak buah bajak laut Samudragni." "Pada saat yang bersamaan Pangkar yang menyelidik sampai ke sebuah teluk tersembunyi, mengetahui dari seorang pencari kayu bahwa sebuah kapal telah berlayar setelah malamnya berlabuh dan menurunkan entah apa ke dalam gua-gua di dalam bukit karang. Kami bayangkan bahwa dirimu telah sampai ke tempat tersebut setelah Pangkar temukan buluh mengambang, yang potongannya jelas akibat perbuatan manusia. Suatu kemungkinan yang hanya dapat berlangsung dalam tindakan penyusupan." "Tentu bukti ini tidak cukup meyakinkan bahwa dikaulah yang telah melakukannya, tetapi tidak terdapat perkara lain di Kota Kapur ini, kecuali urusan yang sedang kita hadapi tersebut. Kemudian kami temukan ipar yang mabuk itu, yang sebetulnya merupakan mata-mata Samudragni untuk mengetahui perkembangan Kota Kapur, jadi tidak ikut berlayar ke mana-mana. Dari dialah Samudragni mengetahui pentingnya kedudukan Puteri Asoka, yang semula tidak diketahui Samudragni." "Dia mengetahuinya sebagai penerima merpati pos dari seberang laut, dari kotaraja tepatnya. Merpati pos pertama menyampaikan tugas pembantaian, merpati pos kedua menanyakan kepastian tewasnya Puteri Asoka, yang baru diterimanya setelah kembali dari laut. Maka baru kemudian Samudragni memahami pentingnya arti Puteri Asoka. Untuk pertama kalinya ia melaut dan menyaksikan pembantaian itu, yang telah membuatnya terpaksa minum tuak dan bicara melantur, hanya untuk didengar adik isterinya, yang kemudian kita dengar membual di kedai. Bual bagi para pendengar, tapi sangat berguna untuk kita!" (Oo-dwkz-oO) TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Episode 94: [Menuju Kotaraja] SEBETULNYA aku tidak mampu bermain sulap, tetapi aku tentu mampu bergerak dengan kecepatan yang tidak bisa diikuti oleh mata, dan memang dalam diriku terwariskan perbendaharaan ilmu sihir Raja Pembantai dari Selatan yang pada dasarnya tidak pernah kupelajari sama sekali. Apa yang telah diceritakan Daski kepada mereka" Sebenarnyalah belum terpecahkan keberadaan penyihir di kedai yang berusaha menyihirku waktu itu. Siapakah dia" Apakah dia mengenalku" Untuk apa dia berusaha menyihirku" Daski yang mungkin dapat membaca berlangsungnya pertarungan sihir tentu mengetahui apa yang kulakukan. Dia katakan bahwa di luar Javadvipa ilmu sihir adalah ma inan kanak-kanak. Mengapa tidak" Bukankah pernah kudengar cerita tentang prasasti di Kota Kapur yang dapat mengutuk itu" Aku berpikir keras. Kepada Daski telanjur kuakui betapa aku memang memiliki ilmu sihir, meski tanpa sengaja. Kemungkinan besar apa yang telah disaksikannya di kedai pun diceritakannya pula, meski takdapat kutebak seberapa jauh Daski sanggup menembus dunia dalam wilayah sihir itu untuk mampu mengetahui seluk beluk ilmu sihirkuosedang aku sendiri pun taktahu seluk beluk ilmu itu. Segala sesuatu berjalan dengan sendirinya, seperti baru kuketahui di kedai saat itu, bahwa ilmu-ilmu sihir dalam diriku itu akan tergerak menanggapi, tanpa harus dirapal atau dibaca mantranya sama sekali, saat mengalami serangan ilmu sihir. Bahkan tanggapan itu telah menyesuaikan diri dengan jenis ilmu sihir yang menyerangnya. Takbisa kubayangkan kesaktian Raja Pembantai dari Selatan dengan ilmu-ilmu ini. Sekarang aku sudah lupa kenapa bisa mengalahkannya. Mungkinkah dulu sebenarnya ia hanya mengalah" "Ayo! Anak muda tanpa nama! Berikan kami pertunjukan kalau begitu!" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Apa yang harus kulakukan" Kulirik Daski. Ia tak berkata apa-apa, artinya ia tidak mendesakku untuk memperlihatkan ilmu sihir itu. Aku merasa lebih wajar memanfaatkan ilmu silatku, tetapi aku pun tidak merasa nyaman harus memamerkannya di depan kawan-kawan seperti itu. Keadaanlah yang kemudian menolongku, ketika Naga Laut muncul dari balik kerumunan awak kapalnya kepada diriku. "Ada apa ini" Ayo sudah! Kembali ke pekerjaan masingmasing! Anak muda takbernama ini tentu belum makan! Berikan apa yang kita punya! Terapung-apung dua belas hari di lautan tentu bukanlah hal yang menyenangkan!" Kerumunan itu bubar. Naga Laut menghampiriku. "Gantilah bajumu itu, Anak, sayang sekali kita tidak punya sesuatu yang pantas untuk Putri Asoka." "Berikan saja pakaian seperti kita, Bapak, betapapun kini Putri adalah bagian dari kapal ini." Naga Laut mengarahkan kapalnya menuju kotaraja, dengan maksud mencari orang-orang yang telah memerintahkan secara langsung pembantaian di tengah laut itu. Mereka telah membawa sejumlah merpati yang mestinya dikirim kembali, karena pengurus merpati yang berada di Kota Kapur itu pun takpernah mengetahui nama-nama para pemesan pembantaian. Pesan-pesan dikirim lewat gulungan kain kecil yang diikatkan kepada kaki merpati. Segalanya dengan bahasa rahasia. Sehingga segala sesuatunya belum menjadi terlalu jelas. Merpati-merpati hanya tahu tempat asalnya, jadi memang terdapat sejumlah merpati yang dipertukarkan melalui sejumlah utusan, agar pesan-pesan dapat dikirim dan saling berbalas dengan cepat menyeberangi selat, antara Kota Kapur dan kotaraja. Lantas kuingat cerita tentang keahlian memanah di kalangan pengawal rahasia istana, yang antara lain tujuannya adalah memanah burung-burung merpati dengan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ tugas rahasia seperti itu, tentu untuk memergoki pesan-pesan rahasia yang dibawanya. Demikianlah kapal Naga Laut melaju dalam udara cerah menuju kotaraja. Selama perjalanan, Naga Laut bercerita kepadaku tentang Muara Jambi seperti dikenalnya, yang sebelum diserbu Sriv ijaya juga merupakan negeri makmur beradab dan berbudaya tinggi. "SUNGAI Batanghari berkelak-kelok seperti naga raksasa dan pada setiap kelokan itu, Anak, dari sungai bisa dikau lihat arca-arca terindah yang pernah dibuat orang di Suvarnabhumi. Arca Buddha, arca Prajnaparamita, arca Avalokitesvara, arca Gajasimha, dan arca padmasana. Namun arca-arca yang terindah itu telah dirusak oleh orang-orang yang cemburu kepada keindahannya, karena meskipun manusia memang lebih mulia daripada batu, kejahatannya telah membuat manusia itu merasakan dirinya lebih buruk dan semakin buruk di antara karya-karya terbaik yang pernah dihasilkan manusia. "Jika dikau saksikan arca-arca itu sekarang, Anak, sepuluh arca Buddha ada yang tinggal potongan kaki maupun tangannya. Gaya pahatan mereka sama, terutama pakaiannya, berupa jubah tipis yang menutupi sebelah atau kedua belah bahu, panjangnya sampai di atas mata kaki, dan di bawah jubah ini masih ada kain lagi yang lebih panjang dari jubahnya. Namun tangan mereka terpotong-potong begitu rupa sehingga tidak semua sikap tangannya, yakni mudra, dapat diketahui. Tujuh arca terbuat dari batu pasir, dan tiga sisanya terbuat dari logam, yakni perunggu dan perunggu berlapis emas. "Di antara yang tertua dari arca-arca Buddha itu, yang juga cara pemakaian jubahnya menutupi kedua bahu, adalah gaya pengarcaan yang sama dengan gaya seni Pala dari bagian timur Jambhudvipa dari masa sesudah dinasti Gupta. Namun para seniman Muara Jambi tidak mengikuti begitu saja gayaTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Jambhudvipa, karena mereka pun memiliki pandangannya sendiri, tentang yang indah dan tidak indah. "Arca Prajnaparamita, jika dikau akan sempat melihatnya, Anak, meski tampak indah penggarapannya, kepala dan kedua lengannya sudah hilang sama sekali. Orang-orang tua masih bisa bercerita tentang arca itu, betapa wajahnya cantik sekali." 20 Naga Laut matanya menerawang menentang angin, seperti terlihat olehnya bentuk utuh arca itu: Seorang dewi yang duduk bersila vajrapayanka, yakni kaki bersilang dan kedua telapak kaki menghadap ke atas; bertangan dua dalam sikap vyakhyanamudra atau chinmudra, yakni ibu jari dan telunjuk kanan membentuk lingkaran, jari yang lain ke atas, tangan kiri di bawahnya, keduanya di depan dada; di sebelah kiri badan terdapat teratai dengan kitab di atasnya. Sikap tangan vyakhyana menggambarkan sikap berbicara atau memberi penjelasan. "Arca itu terletak di samping kiri pintu masuk sebuah candi," ujar Naga Laut mengingat-ingat lagi, "duduk bersila vajraparyanka, tanpa sandaran arca di bagian belakangnya. Tidak ada lagi laksana yang tampak di sini, karena pecah pada bagian kanan kiri badan, tetapi pada salah satu sisi masih tampak tangkai teratai. Meski tidak utuh lagi, nilai seninya tetap tinggi, seperti terlihat dari kehalusan penggarapan lipitlipit ujung dan tepian kain yang menutup seluruh lapik arca. "Delapan arca Avalokitesvara dari perunggu! Mahkota meninggi dengan hiasan raya dan rambut ikal terurai pada kedua bahu, dengan cara berdiri dalam sikap tribhanga, kali ini gayanya membuktikan hubungan Muara Jambi dengan Jambhudvipa bagian selatan." Tentu pernah kupelajari perihal Avalokitesvara sebagai salah satu bodhisattwa, yakni tingkatan sebelum menjadi Buddha. Bodhisattwa merupakan kelompok dewa yang berasal dari kelima Dhyani-Buddha atau Tathagata. Sebuah cerita TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ mengatakan, Dhyani-Buddha Amitabha setelah berhenti samadhi memancarkan sinar putih dari mata kanannya dan keluarlah Padmapani atau Avalokitesvara itu sendiri. Jadi Avalokitesvara itu adalah anak rohani Amitabha dengan saktinya yang bernama Pandara. AVALOKITESVARA adalah bodhisattwa paling dikenal di antara para dewa Mahayana, dianggap menguasai alam semesta pada masa Buddha Gautama sampai munculnya Maitreya, yakni Buddha yang akan datang. Masa itu termasuk putaran waktu atau kalpa masa kini yang disebut Bhadrakalpa. Avalokitesvara justru menolak untuk mencapai nirvana, tujuan segenap penganut Buddha, karena melihat masih sangat banyak orang belum bisa mencapainya. Maka Avalokitesvara Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo memilih tetap tinggal, supaya dapat membantu manusia untuk menemukan jalan kebenaran yang akan membawanya ke nirvana. Ia berkorban tak menuju nirvana, karena kasih dan cintanya kepada manusia. Sikapnya ini membuat ia selalu dipuja dan diseru untuk dimintai pertolongan saat manusia berada dalam kesulitan. Bagiku, sangat menarik bahwa seruan-seruan kepada Avalokitesvara menggambarkan bahaya yang biasa dialami oleh para pedagang dan para pendeta Buddha. Avalokitesvara menjadi pelindung para pedagang dan pendeta Buddha yang banyak melakukan perjalanan, termasuk penjelajahan di lautan. Arca-arca logam berukuran kecil dibuat untuk keperluan pemujaan dalam perjalanan seperti itu. Aku baru sadar bahwa pada puncak lunas kapal Naga Laut ini juga terukir bentuk Avalokitesvara, sebagai tokoh yang mengenakan busana dan perhiasan seperti raja, dan juga memakai mahkota. Laksana-nya adalah aksamala atau tasbih dan teratai merah yang disebut padma, yang membuatnya disebut juga sebagai Padmapani. Delapan arca yang dikisahkan Naga Laut itu tergolong kelompok chala, yakni bisa dipindah-pindahkan, yang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ menunjukkan terdapatnya pergerakan dalam pemukiman, tetapi yang semuanya tak pernah jauh dari daerah aliran sungai. "Begitulah, Anak, arca gajah terdapat tiga buah, lambang kekuatan, sifat jantan dan kebijaksanaan, di punggungnta terdapat singa, tetapi singa ini juga sudah hilang entah ke mana. Ya, arca gajasimha, kami juga bisa membuatnya, semula terletak di kanan dan kiri pintu candi, kini tergeletak di sembarang tempat, takterawat dan rusak, merana sampai meneteskan airmata!" Arca tidak bisa menangis, tetapi kutahu Naga Laut yang termasyhur sebagai penghancur kapal-kapal Sriv ijaya itulah yang hatinya menangis. Kerinduan dan kesedihan atas nasib tanah airnya bagaikan mendadak saja menguak, mengharu biru begitu rupa. Ia masih terus berbicara dengan penuh kenangan tentang padmasana, lapik berhiaskan kelopak bunga teratai dengan lubang di tengah yang dapat digunakan sebagai alas arca; juga yang tidak berlubang sehingga menjadi alas untuk meletakkan sesajian; stupa yang tergunakan sebagai stambha, sejenis tiang pemujaan sebagai bagian empat makara. "Makara-makara terindah! Berserakan seperti batu tanpa guna!" Kurasakan nada kesedihannya, yang agaknya tak tergantikan oleh penghancuran kapal-kapal Sriv ijaya. Enam makara tersebar di berbagai tempat di Muara Jambi: Makara dengan tokoh laki-laki di dalam mulutnya, setidaknya ada tiga -tokoh laki-lakinya membawa gada dan pasa atau tali jerat, berbentuk membulat, bertaring atas dan bawah, belali melengkung, mata bulat menonjol, berhiaskan sulur, pada s isi kanan dan kiri terdapat hiasan seperti sayap burung. "Tapi salah satunya, gada dan pasanya sudah aus takterlihat lagi!" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Naga Laut, yang oleh kedatuan Sriv ijaya hanya dikenal sebagai bajak laut berbahaya, begitu rinci perhatian dan ingatannya kepada benda-benda seni, yang tentu saja merupakan sarana igama. Masih disebutkannya makara dengan untaian bunga dan malai terjulur di dalam mulutnya. Di bawahnya terdapat kinnara, makhluk berkepala manusia dan berbadan burung, yang juga telah aus. Makara ini bertaring, tetapi tampak halus, matanya sipit, kecil, diperhiaskan dengan sulur-suluran. Bahkan diingatnya rincian sebuah arca tanah liat yang kecil, menggambarkan wajah manusia yang alisnya tipis melengkung panjang, matanya terbuka berbentuk lonjong, mulutnya setengah terbuka, pada kedua sudut bibir ada lubang,Aisebetulnya ada taringnya dulu di situ. Pada telinga kirinya terdapat sebagian hiasan telinga, pada dahinya terdapat bulatan dengan titik di tengahnya, sementara di atas bulatan terdapat sisa-sisa jamang. "Bapak ingat semuanya!" "BEGINI Anak, umurku sekarang enam puluh tahun. Jika sekarang kita berada pada 796, berarti aku dilahirkan 736, sedangkan pada 690 saja kerajaan Jambi Malayu sudah tiada lagi.8) Namun semangat perlawanan itulah, Anak, ditiupkan kepada setiap jiwa secara turun-temurun, sehingga Sriv ijaya dengan segala kekuasaan tidak pernah bisa tetap tinggal tenang. Lagipula, kenapa harus dilupakan Anak, jika kedatuan Srivijaya sendiri dengan bangga menatahkan penyerbuannya pada batu?" Naga Laut ternyata mengingat sebagian dari prasasti yang terdapat di Kedukan Bukit, di tepi sungai, di arah barat daya kotaraja: Kemakmuran! Keberuntungan! Pada tahun Saka 605, hari ke sebelas paro terang bulan Waisakha, Sri Baginda naik kapal untuk mencari kesaktian. Hari ketujuh paro terang bulan Jyestha, raja membebaskan diri dari (...). Ia memimpin bala TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ tentara yang terdiri atas dua puluh ribu orang menggunakan perahu, pengikut yang berjalan kaki sejumlah seribu tiga ratus dua belas orang tiba di hadapan (Raja"), bersama-sama, dengan sukacitanya. Hari kelima paro terang bulan (...), ringan, gembira, datang dan membuat negeri (...) Srivijaya, sakti, kaya (...) "Kebanggaan buat para penakluk barangkali, tetapi sama sekali tidak bagi yang telah diserang dan dihancurkan, yang dalam kenyataannya selalu melakukan perlawanan. Jika tidak bersenjata, setidaknya dalam kehidupan sehari-hari; dan jika itu pun tidak maka masih dapat melakukannya dalam impian." Aku tertegun. "Jangan tertawa dahulu, Anak, dalam penindasan manusia harus melakukan segalanya agar tetap hidup. Dalam keadaan tertindas, impian adalah suatu sumbangan penting bagi siapa pun yang bertekad untuk tetap menegakkan kepala." Prasasti itu memang bukan tentang penaklukan JambiMalayu, tetapi bala tentara yang disebutkan di sana itulah yang telah ditafs irkan Naga Laut telah menimbulkan kehancuran di mana-mana di Muara Jambi. Begitulah Naga Laut, seperti juga pendekar Naga Emas, adalah nama yang digunakan turun temurun demi tujuan hidup di dunia yang sama. Namun anak buah mereka berubah. Jika Naga Laut I, sebagai salah satu bekas panglima Jambi-Malayu, ketika menyempalkan diri sebagai warga Srivijaya dan memilih untuk selamanya merongrong kewibawaan Sriv ijaya memiliki anak buah dari suku bangsa yang sama, yakni warga keturunan Jambi Malayu; maka semenjak kepemimpinan Naga Laut II, awak kapalnya lambat laun semakin beragam. Bajak laut selamanya merupakan orang-orang sempalan yang semula terasing dari masyarakatnya. Mereka tidak perlu memiliki s ifat jahat untuk menjadi bajak laut, cukup asal tidak TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ mendapat tempat karena berbagai macam alasan, dan merasa nyaman di antara kumpulan manusia berbagai suku bangsa tersebut, bergabunglah mereka ke sana. ORANG-ORANG yang terbuang, merasa nyaman dalam kumpulan orang-orang terbuang, dan bersedia melakukan apa pun demi kumpulannya yang terbuang itu. Begitulah mereka mengembara bersama dalam satu kapal, menjelajahi dunia dan mengarungi pelosok-pelosoknya; bertarung, berperang, dan berjuang dalam suka dan suka bersama, yang membentuk ikatan kesetia kawanan yang luar biasa di antara mereka, melebihi ikatan saudara. Bahwa kini mereka menuju kotaraja untuk mencari jejak otak pembantaian, tidak mesti diandaikan mereka turuti sepenuhnya kehendak Naga Laut III, yang selalu membagikan hasil jarahannya kepada orang-orang miskin, takpernah melakukan pemerkosaan, dan hanya membunuh jika jiwa terancam. Mereka juga berkepentingan bahwa samudera tidak harus dikuasai siapapun yang bermaksud memaksakan kehendaknya. Telah kuceritakan bahwa untuk mendapatkan nafkah mereka berdagang seperti para pelaut lain, tepatnya berdagang dan menyediakan jasa angkutan, baik di antara pulau-pulau dui Suvarnadvipa maupun ke wilayah yang lebih luas di luarnya, antara bagian selatan Negeri Atap Langit dan Jambhudvipa. Dalam jalur itulah mereka berebut tempat dengan kapal-kapal lain dari Sriv ijaya, dan tanpa alasan apapun Naga Laut memang akan selalu menyerangnya. "Begitulah kehidupanku, Anak, aku tak bisa menghindar untuk berjuang dan berbakti untuk negeriku yang terjajah. Jika aku harus mati di lautan seperti ayahku, atau mati dalam penjara bawah tanah seperti kakekku, biarlah aku mati, asal jalan hidupku tetap tegas dan jelas, yakni melakukan segala tindakan untuk menyatakan, bahwa samudera bukanlah hak milik kedatuan Sriv ijaya!" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Langit terang. Kapal melaju. Naga Laut memerintahkan agar Putri Asoka diurus dengan. Bagi Putri itu telah disediakan bilik para awak kapal yang sudah dikosongkan. Hanya dirinyalah kini menempati bilik itu, tertidur bersama nasibnya yang belum menemukan titik terang. Aku sedang memperhatikan lumba-lumba berloncatan mengiringi kapal, ketiga pengawas di puncak layar berteriak. "Hoi! T iga kapal di depan!" Kami berloncatan ke haluan. Tampak tiga kapal berbendera kedatuan Sriv ijaya! (Oo-dwkz-oO) Episode 95: [Tenggelamnya Tiga Kapal Srivijaya] KETIGA kapal Sriv ijaya itu mendekat dengan kecepatan penuh, yang tengah langsung menuju kapal ini, yang dua lagi masing-masing bergerak menyerong ke kiri dan ke kanan dengan rencana yang terbaca dengan jelas, yakni keduanya akan berbelok kembali untuk menyerang dari kiri dan kanan. Kapal Naga Laut akan segera terkepung, tetapi kulihat nakhoda kami itu begitu tenang. Ketiga kapal itu sama jenis maupun ukurannya dengan kapal ini, sehingga kuperkirakan jika setiap kapal mampu memuat 25 orang, maka setidaknya terdapat 75 orang yang harus kami hadapi, dalam pertempuran yang akan membabi buta sekali. Sudah bukan rahasia lagi bahwa kapal Naga Laut adalah kapal yang paling diburu oleh armada Sriv ijaya. Kapal Naga Laut biasanya sangat lincah. Sehabis menyerang, ia dapat segera menghilang sebelum kapal lain datang. Namun kali ini kapal Naga Laut membawa banyak muatan rempah-rempah untuk mereka perdagangkan ke mancanegara, jauh di luar Suvarnadvipa. Sebaliknya, kapal-kapal Sriv ijaya ini bukan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ hanya kosong, melainkan sangat mungkin lambung kapal diisi pasukan tambahan. Apakah mereka memang sudah mengincar kapal Naga Laut" Kukira Naga Laut sangat berhatihati menjaga kerahasiaan perjalanannya. Ataukah hanya kebetulan" Kukira tidak juga, karena serangan ini tampak jelas sebagai serangan yang siap dan sudah diperhitungkan. Apakah yang telah terjadi" Nakhoda memberi perintah ke sana kemari. "Pangkar! Jaga sisi kiri! Markis dan Daski! Jaga sisi kanan! Darmas! Jaga Putri Asoka! Anak! Jangan jauh dariku! Siapkan senjatamu! Setiap orang akan menghadapi tiga orang! Serang lebih dulu sebelum mereka menyerang kita!" Dengan cepat awak kapal bergerak dan terkelompok menjadi tiga, masing-masing dengan Pangkar, Markis, dan Naga Laut itu sendiri sebagai kepala regu. Mereka mempersiapkan anak-anak panah yang sudah direndam dengan racun, dan anak-anak panah itu kuperhatikan ternyata bergerigi. Sekali tertancap tidak akan bisa dicabut kembali, sehingga racun yang dibawanya terjamin segera bekerja tanpa terputus. Mereka berlindung di balik dinding kapal, supaya takbisa diserang lebih dulu. DENGAN berbisik-bisik, seorang awak menjelaskan kepadaku bahwa mereka akan menyerang setelah panahpanah dilepaskan, karena dengan jumlah yang lebih sedikit harus mampu menguasai keadaan. "Racun dalam panah-panah ini membuat orang langsung mati," katanya. Jarak semakin dekat. Kulihat dengan kepercayaan diri sangat tinggi mereka siap menyerang. Seseorang bahkan berdiri dekat lunas kapal dengan tombak di tangan seperti berburu ikan hiu. Suatu tindakan gegabah karena merasa jumlahnya lebih banyak. Namun, betapapun, para awak kapal Srivijaya tetaplah mesti diandaikan sebagai pasukan yang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ terlatih dengan baik. Meskipun kedatuan itu terasalkan dari berbagai gerombolan bajak laut, setelah tiga ratus tahun lebih tentulah menguasai ilmu pertempuran laut dengan lebih baik dari sebelumnya. Jadi Naga Laut pun tidak akan memandangnya remeh. "Jangan lupa! Kejutkan mereka dengan serangan mendadak! Ini pertempuran antara hidup dan mati! Arahkan perahu kepada yang tengah segera!" Mengikuti perintah Naga Laut, sebagian awak yang berada di kiri dan kanan berloncatan ke atas cadik dan mendayung. Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Tenaga angin pada layar dan tenaga dayung membuat kapal melaju lebih cepat dari kapal lawan. Naga Laut sungguh cerdik. Dari segi jumlah sudah jelas kedudukannya sangat lemah, meski begitu ia berusaha mengacaukan pemusatan perhatian lawan. Mereka berusaha mengepung, tetapi dengan kecepatannya sekarang, bukan saja ia akan mengejutkan kapal yang di tengah, melainkan juga membuat kedua kapal yang telah menjauh karena menyerong untuk berbalik mengepung itu kehilangan sasaran. Mereka terpaksa kembali ke arah semula untuk mengejar kami, dan itu memerlukan waktu. Saat ini kami sudah semakin dekat dengan kapal yang di tengah itu. Mereka tampak terkejut dan menghindari tabrakan. Siasat Naga Laut mengena! Kapal mereka akan melewati sisi kanan kami. "Markis! Daski! Sisi kanan!" "Siap Nakhoda!" Saat lunas kapal mereka terbelok ke kiri karena menghindari tabrakan, dari kapal kami meluncur sebatang anak panah yang langsung menancap di dada orang yang memegang tombak di haluan. "Aaaaaaaaaaaa!" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Ia langsung jatuh ke laut dan kemungkinan sudah mati sebelum tubuhnya menyentuh air. Racun yang diolah dari tubuh makhluk-makhluk dasar laut, karena keterbatasan mereka menghadapi bahaya yang datang dari ikan-ikan besar, memang sangat berbisa. Belum lagi hilang terkejutnya, ketika kapal secara utuh berada di sisi kanan, seluruh regu di sisi kanan mendadak berdiri dan melepaskan anak-anak panah mereka yang beracun. Jep! Jep! Jep! Jep! "Aaaaarrrggghhh!" Pasukan Sriv ijaya yang telah siap dengan tombak dan golok tiada mengira serangan akan datang lebih dulu seperti itu. Semula mereka berada dalam kedudukan menyerang, mereka taksiap untuk mendadak diserang. Markis dan Daski memimpin regunya untuk menyerang masuk ke kapal. "Bunuh! Bunuh! Bunuh!" Mereka berlompatan seperti kera di atas cadik kapal lawan, dengan lincah menghindari dan menangkis anak-anak panah yang dilepaskan. Lantas mengamuk dengan dua belati panjang melengkung begitu menginjakkan kaki di geladak. "Bantai! Bantai! Bantai!" Dalam sekali ayun kedua senjata Markis memakan korban. Disusul Daski yang berkelebat melewati selasar, berayun di atas tali, dan turun juga dengan dua belati panjang melengkung yang sekali putar merobek dua lambung lawan. Mereka rubuh sembari menghamburkan darah serta isi perut mereka di lantai geladak. "Aaaaaakhh!" "Aaaaakkkhhh!" "Aaaaakhkh!" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Aaaaakh!" Para awak kapal yang telah menyusul Markis dan Daski, dengan segera menetak-netakkan senjata mereka dengan ganas. Para awak kapal Sriv ijaya menjadi panik dan suasana semakin hiruk pikuk. Anak buah Naga Laut semuanya mengandalkan kepandaian mereka berayun pada tali temali layar untuk melayang kian kemari, dan hanya melepaskannya ketika melayang turun untuk menikam. "Aaaarrgghh!" Jerit kematian terdengar di mana-mana. DALAM pertarungan di atas kapal yang penuh sesak seperti itu, justru yang jumlahnya lebih sedikit jauh lebih diuntungkan, selama dapat bergerak cepat dan memanfaatkan ruang dengan cerdik. Itulah yang terjadi dalam pertempuran ini. Pihak Sriv ijaya menyerang dengan tiga kapal, tetapi gerakan kapal Naga Laut telah membuatnya jadi pihak yang diserang dengan mendadak, sedangkan serangan mendadak selalu lebih menguntungkan. Aku bergerak ingin membantu. Namun Naga Laut menahanku dengan tangannya. Ia menganggapku belum berpengalaman, meski pelaut-pelaut berpengalaman telah berada di atas kapal yang mengarungi dunia setidaknya sejak usia 15 tahun. Nakhoda itu betapapun belum menganggapku seorang pelaut, apalagi bajak laut yang selalu siap tempur, meskipun ceritaku meskipun tidak lengkap semestinya dapat dianggap sebagai ujian yang bagus bagi kemampuanku. Aku menurut, tapi kuperhatikan pertarungan di atas kapal. Kurasa pasukan Sriv ijaya yang berada di atas perahu itu juga belum berpengalaman. Bukan saja mereka masih sangat muda wajahnya, tetapi juga sama sekali tidak sigap menghadapi para bajak laut yang sangat mahir bertempur di atas kapal ini. Cukup dengan lima orang bergelayut ke sana kemari pada tali layar dan dua lagi me lenting-lenting di atas geladak, pasukan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Srivijaya di kapal itu telah diobrak-abrik. Seriap kali bergelayut turun, seorang bajak laut dipastikan memakan satu sampai dua korban, dengan belati panjang melengkung yang seolaholah diciptakan hanya untuk menyobek perut itu. Mereka yang di bawah terbingungkan oleh para lima bajak laut yang berayun sekaligus di berbagai tempat untuk mencabut nyawa dengan ganas. Sementara kepala mereka selalu menengadah ke atas, dua bajak laut yang melenting-lenting di atas geladak berkelebat menyobek perut mereka tanpa ampun. Dalam sekejap kapal itu telah berubah menjadi pemandangan bencana. Geladak berwarna merah oleh darah, mayat bergelimpangan dalam keadaan mengenaskan, yang belum mati mengerang-erang tanpa harapan akan tetap hidup. Para bajak laut tidak memberi ampun bagi yang setengah mati, mereka segera dihabisi. Hanya dengan tujuh orang melompat ke dalam kapal, lebih dari separo isi kapal yang berjumlah 25 orang itu telah ditewaskan. Sisa lima orang yang masih hidup tampak tersudut. Mereka masih memegang pedang dan tombak mereka, tetapi wajahnya jelas tidak mempunyai harapan. Mereka lepaskan senjata mereka, dan bersujud sambil berteriak. "Samudragni! Ampuni kami! Jadikanlah kami pengikutmu!" Para bajak laut saling berpandangan. Kapal-kapal Sriv ijaya ini rupanya dikirim untuk menangkap Samudragni, yang tidak mereka ketahui betapa kapalnya sudah dihancurkan badai puting beliung dan Samudragni sendiri lenyap ditelan sumur pusaran di tengah lautan. Namun tiada waktu berpikir. Naga Laut memberi tanda. Maka dari kapal kami berlesatan panah-panah api ke arah layar maupun berbagai sudut kapal Sriv ijaya itu. Anak buah Naga Laut mengambil tikar, kain, dan apa saja yang mudah terbakar dan melemparkannya ke arah panah-panah api yang masih menyala ketika menancap di berbagai sudutnya. Lantas TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ dengan segera mereka berlompatan kembali ke kapal, berayun dari tiang kapal itu langsung ke kapal kami. Kapal itu tidak segera menyala ketika kami tinggalkan, tetapi setelah agak berjarak layarnya terbakar habis menimbulkan asap hitam. Kutahu Naga Laut berusaha menggetarkan hati pasukan Sriv ijaya yang berada di dua kapal lainnya. Kapal kami berputar haluan, dan berdasarkan arah angin bergerak ke arah yang berada di sebelah kiri kami lebih dulu, yang juga lebih dekat kepada kami. Kusaksikan betapa berat pekerjaan pemegang kemudi dan pendayung yang harus memutar arah kapal secepatnya. Mereka yang menyesuaikan layar pun menarik tali sampai lengan-lengan penuh rajah mereka tampak menggembung. "Pangkar! Gunakan cara yang sama! Panah-panah siap! Markis dan Daski awasi perahu di kanan!" Naga Laut sungguh penuh perhitungan melawan kapalkapal yang lebih banyak itu. Perhitungan yang harus sesuai dengan kemampuan mereka menghabisi lawan secepatcepatnya. Salah perhitungan berarti bencana bagi pihak kami, karena lawan akan tiba saat kami masih bertarung. Namun kami sudah selesaikan satu kapal, dan akan menghadapi kapal kedua. Pertarungan yang berikut ini harus lebih cepat lagi, karena kapal yang ketiga akan lebih cepat lagi tiba. KINI kami sudah berhadapan. Kali ini Naga Laut tidak seperti akan menabrakkan kapal, karena s iasat ini pasti sudah diperhitungkan oleh lawan. Betapapun kapal-kapal ini adalah bagian dari armada Srivijaya yang menguasai lautan Suvarnadvipa. Betapapun banyak pengalamannya dalam pertempuran di lautan, Naga Laut tidak pernah ingin memandang rendah lawan. Naga Laut memberi tanda, dan segera panah-panah api berlesatan dari kapal kami ke arah layar mereka yang segera menyala, disusul panah-panah beracun yang memakan korban siapa pun yang menjadi lengah karena kebakaran itu. Dalam TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ sekejap korban berjatuhan. Mereka yang bermaksud mencabut panah hanya berhasil me lakukannya setelah merusak daging dan otot kawannya sendiri, yang karena racun anak panah itu pun sudah langsung mati. Belum hilang kepanikan mereka, kapal sudah menempel di samping kapal mereka dan para bajak laut berlompatan masuk dengan teriakan ganas. "Bantai! Bantai! Bantai!" Setidaknya sepuluh orang sudah tewas dengan panah menancap di tubuhnya ketika para bajak laut menyerbu, sehingga setiap bajak laut menghadapi dua orang dari pasukan Sriv ijaya di kapal itu. Sungguh pertarungan yang mengerikan, denting senjata, suara logam membacok daging, jerit kesakitan, dan gertak campur makian terdengar dalam kesunyian laut yang berangin. Namun kapal yang kedua ini berisi pasukan yang agaknya lebih berpengalaman. Maka para bajak laut yang bergelayutan dengan memanfaatkan tali dan tiang layar segera mendapat tandingan. Mereka berhadapan dengan sejumlah prajurit yang juga berayun-ayun dan bergelantungan mengejar. Kulihat pertarungan dengan cara bergelayutan seperti itu, kejar mengejar, sambar menyambar, dan suatu kali seorang bajak laut berhasil memutuskan tali yang digunakan berayun seorang prajurit ketika berpapasan. Prajurit itu berusaha memeluk tiang, tetapi seorang bajak laut lain yang berayun menendangnya sebelum ia sampai ke tiang itu, hanya untuk terlontar jatuh ke arah Pangkar, raksasa yang baru saja mengadu kepala dua orang sampai tewas. Tubuh yang jatuh itu disambutnya dengan tombak salah satu prajurit tersebut. Maaf, aku tidak sanggup menceritakan kelanjutannya. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Sementara itu, kapal yang ketiga sudah semakin dekat, bahkan telah lebih dulu meluncurkan anak-anak panahnya, meski tidak memakan korban. Panah-panah itu menancap pada perisai kami, dan belum ada balasan dari kami karena segalanya tergantung kepada nakhoda. Meskipun Naga Laut lebih dikenal sebagai bajak laut, cara bertempurnya tidak seperti bajak laut sama sekali. "Selesaikan cepat!" Naga Laut berteriak kepada anak buahnya di kapal kedua. "Bantu mereka!" ujarnya kepada regu Daski dan Markis di sisi kiri, yang segera berlompatan ke sana, "Biar kuhadapi kapal yang akan datang ini!" Lantas kepada regu di bawah pimpinannya ia memberi perintah. "Siapkan panah!" Kami semua mementang busur ke arah kapal ketiga. Panah yang terpasang di busurku juga bergerigi dan beracun mematikan sekali. Dari kapal kedua kudengar makin banyak jerit kesakitan karena tusukan senjata tajam. "Jangan lepaskan kalau tidak mengenai sasaran, daripada panah itu dikembalikan ke arah kita!" Kami membidik. "Kuambil yang di haluan!" teriakku. "Kuambil yang terdepan di selasar!" teriak yang lain. Kami sebutkan ini semua supaya tidak terjadi dua anak panah menancap pada satu sasaran. Demikianlah dengan sangat cepat setiap orang dari regu yang berada di bawah nakhoda meneriakkan sasarannya. "Lepaskan!" Naga Laut berteriak. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Kulepaskan panahku ke arah prajurit berperisai yang berdiri di anjungan, siap bertempur dengan tombaknya. Ia memang sudah memasang perisai menutupi tubuhnya, sadar bahwa senjata andalan bajak laut adalah anak panah dalam pertempuran antar kapal, sebetulnya seperti dikenal para prajurit Sriv ijaya juga, tetapi yang setelah ratusan tahun menguasai lautan tanpa tandingan berarti, agaknya telah kehilangan sebagian keterampilannya. Ia tak sadar lehernya masih terbuka. Kulepaskan panahku ke sana. PRAJURIT itu langsung terjatuh ke laut dengan panah yang menembusi lehernya. Begitu juga anak-anak panah lain telah mengenai sasarannya. Menembus leher, menembus mata, menembus perut, menembus lengan, menembus paha, bahkan menembus perisai untuk menancap tepat pada jantungnya! Sekarang aku mengerti kenapa kapal Naga Laut sangat disegani, sedangkan ketiga kapal ini diberangkatkan untuk memburu Samudragni. Tentu saja Samudragni adalah bajak laut terkejam yang akan selalu membantai dengan buas, tetapi armada Srivijaya dibangun antara lain dengan membasmi para bajak laut semacam Samudragni itu. Adapun Naga Laut bukanlah sembarang bajak laut, karena pengetahuannya atas cara bertempur di laut adalah pengetahuan seorang laksamana yang diwariskan turun temurun. Maka siasat dan jebakan yang diperagakan memang telah mengejutkan pihak Sriv ijaya. Naga Laut telah membaca angin, bobot kapal, kekuatan pasukan, dan kecepatan arus dalam pertempuran itu dan memanfaatkannya dengan tepat. Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Tetap di tempat!" Naga Laut memberi perintah regu Pangkar yang masih berada di kapal kedua. Segenap penumpang kapal yang kedua telah ditewaskan ketika kapal ketiga tiba. Kami biarkan mereka masuk menyerbu, karena kami semua sudah berada pada tiang-tiang layar. Sebelumnya mereka juga telah melepaskan panah-panah api untuk TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ merusak layar, tetapi siasat ini sudah ditebak dengan mudah dan para awak kapal yang terlatih telah berhasil menangkap atau setidaknya menangkis dan memapas putus panah-panah api itu. Aku tidak ikut memanjat tiang. Mungkinkah Naga Laut tidak menganggapku cukup terampil untuk bertempur dengan cara bergelayut dari tiang ke tiang" Bahkan telah dimintanya turun ke arah palka. "Bunuh setiap orang yang masuk ke sini," katanya. Di bilik para awak kulihat Darmas siaga menjaga Puteri Asoka, yang tampaknya juga tenang-tenang sahaja. Sementara aku tertunduk diam dengan perasaan tidak rela, kudengar pertempuran seru di atas geladak. Kudengar teriak dan sumpah serapah di antara raung dan erang orang-orang yang terbacok. Tanpa melihat sendiri dan hanya mendengar suara-suara pertempuran di atas geladak, gambaran yang membayang sama sekali menjadi lain. Aku seperti mengembara di antara orang-orang yang bertarung tanpa bisa mereka lihat, dengan segala gerakan yang menjadi sangat amat lambat sehingga pertarungan antara mereka menjadi sangat amat jelas: Pisau belati panjang melengkung yang membuat garis merah dari perut ke dada, yang kemudian terbuka menghamburkan gumpalan-gumpalan berdarah; mulut yang menganga tanpa suara dari suatu tubuh yang terjengkang dan terguling di lantai darah; gerak menghindar yang tampak lambat dan tetap saja lambat ketika sebilah pedang menyambar lambat di atas kepalanya. Pertempuran menjadi tampak seperti tarian. Kupejamkan mata. Tanpa sengaja ilmu Mendengar Semut Berbisik di Dalam Liang bekerja. Maka tampaklah dalam keterpejamanku sosok-sosok yang berkelebat itu. Setidaknya dua sosok, bergerak dengan kecepatan kilat, mereka telah menewaskan sejumlah awak kapal Naga Laut. Berbeda dari TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ kedua kapal sebelumnya, kapal yang ketiga ini ternyata membawa orang-orang dari sungai telaga dunia persilatan! (Oo-dwkz-oO) Episode 96: [Taring Kala] HANYA mereka yang datang dari dunia persilatan mampu berkelebat tanpa terlihat mata orang biasa dan melenting dengan ringan dari tiang ke tiang. Kutajamkan pendengaranku dan dapat kuketahui kecepatan dan tenaga dalam mereka yang luar biasa. Kedua orang yang ikut menyerbu kapal ini dalam sekejap telah menewaskan enam awak kapal kami, sementara Naga Laut sendiri dalam keterpejamanku tampak dikeroyok lima orang. Pertarungan mereka seimbang, bahkan Naga Laut dengan belati panjang melengkungnya yang ujungnya telah menjelma selaksa itu kukira akan bisa mengatasinya. Namun kedua sosok yang telah menewaskan enam kawan kami itu terlalu tinggi ilmunya bagi para bajak laut. Jika lawan mereka habis dan segera ikut menyerang Naga Laut, sungguh nakhoda itu berada dalam bahaya! Aku tidak bisa tinggal diam dan kuabaikan perintah nakhoda. Kubuka mata dan berkelebat untuk menghentikan pembantaian itu. Dalam sekejap kawan-kawanku segera kehilangan lawannya karena kuserbu keduanya dengan kecepatan kilat takterduga. Tentu saja mereka sangat terkejut tetapi masih berdaya menghadapiku dengan kecepatan yang sama. Aku tidak bisa tinggal diam, maka kuabaikan perintah Nakhoda. Kubuka mata dan aku berkelebat untuk menghentikan pembantaian itu. Dalam sekejap kawankawanku segera kehilangan lawan mereka karena kuserbu keduanya dengan kecepatan kilat takterduga. Tentu saja TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ mereka sangat terkejut tetapi masih berdaya menghadapiku dengan kecepatan yang sama. Mereka melenting ke atas dan kukejar ke atas. Segera beterbangan jarumjarum beracun berwarna kuning kehijauan ke arahku, tapi kusamplok dengan pedang hitam yang keluar sendiri dari dalam tanganku. Jarum-jarum itu rontok menjadi abu karena tenaga dalamku, yang sengaja kulakukan karena jika jarumjarum beracun itu bertebaran di geladak dalam keadaan utuh, maka ketika terinjak bahkan goresannya saja kutahu bisa menghilangkan nyawa dengan kulit membiru. Sebagai balasan kukirim serangan angin pukulan Telapak Darah yang ternyata takberani mereka hadapi. Mereka melenting sampai ke puncak tiang dan aku jugs langsung ikut melenting untuk mengejar mereka. Hanya ada dua puncak tiang, dan mereka telah bertengger di atasnya, ketika aku melayang mereka mengirimkan angin pukulan secara bersamaan. Aku segera tahu bahwa ilmu kedua pendekar ini adalah ilmu yang berpasangan. Masih di udara kujungkirbalikkan tubuhku menghindari serangan, dan tetap juga melenting ke atas, lantas kuserang salah satu di antara mereka di salah satu puncak tiang itu, agar keberpasangan ilmu di antara mereka terbuyarkan. Sebagai anak sepasang Naga dari Celah Kledung kukenal dengan baik seluk-beluk keberpasangan ilmu silat, dan melalui Ilmu Pedang Naga Kembar bahkan aku mampu menghadapinya bagaikan diriku tidak hanya satu, melainkan sepasang pemain pedang. Demikianlah aku berada dalam satu tiang dengan salah satu di antara mereka berdua, dan karena puncak tiang itu hanya cukup untuk berdiri satu orang, itu pun dengan sebelah kaki, maka puncak tiang layar itu tergunakan bergantian dalam pertarungan secepat kilat yang takbisa diikuti oleh mata. Salah satu di antara kami memang harus berusaha menjatuhkan yang lain, karena hanya dengan begitu akan dapat berpijak, sehingga dalam beberapa kejap puncak tiang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ itu telah ditempati bergantian. Setiap kali seseorang berpijak dengan sebelah kaki maka yang lain akan menyerang. Demikianlah berlangsung terus di puncak tiang, dalam pertarungan yang hanya mungkin berlangsung antara mereka yang memiliki ilmu meringankan tubuh di luar pembayangan. Sekilas kuperhatikan lawanku. Ia mengenakan kancut hijau tua, rompi hijau tua, dan juga serban dengan warna yang sama, meski warna hijau itu hasil celupan pewarna itu sudah mulai memudar. Tubuhnya pendek gempal wajahnya berewokan, kedua tangannya yang diliputi rajah berbagai penjelmaan Kala tampak memegang sepasang keris kehitaman. Gerakannya sangat cepat sehingga aku tidak boleh lengah sekejap pun menghadapinya, di sampingnya kutahu pada tiang yang lain sosok satunya menunggu kesempatan pula. "Ah! Kali ini Taring Kala mendapat lawan bermain yang sepadan! Bolehkah kiranya Kalarudra mengenal siapa lawannya yang gagah lagi perkasa-."' Mendengar nama Taring Kala itu dadaku berdesir. Itulah nama pasapendekar yang keharuman namanya bahkan berhembus kencang sepanjang Yavabhumipala, yakni Kalarudra dan Kalamurti. Hmm. Taknyana kini aku harus berhadapan dengan mereka di tengah lautan seperti ini. Kalarudra artinya Rudra yang dianggap sebagai api penghancur dunia, sedangkan Kala berarti kelahiran kembali Kala; keduanya secara bersama kemudian memiliki nama Kaladangstra yang berarti Taring Kala, karena ilmu silatnya tinggi dan belum pernah terkalahkan. "Maafkan sahaya, Kalarudra, kiranya sahaya yang tiada bernama tidak mendapat sekadar pelajaran dari Taring Kala yang perkasa!" Kalarudra tampak terkejut. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Kalamurti Pendekar Tanpa Nama dari Javadvipa ada di sinil" Maka bukan saja Kalamurti maupun aku sendiri ikut terkejut karena diriku masih juga dikenali di tengah lautan ini, tetapi mereka yang bertempur di bawah dan mendengarnya ternyata terkejut juga. Namun diketahuinya siapa diriku bagi pasangan Taring Kala ini hanya berarti bahwa pertarungan akan berlangsung antara hidup dan mati. Maka Kalarudra pun segera meningkatkan serangannya, sementara Kalamurti yang busananya sama dengan Kalarudra, tetapi senjatanya golok yang ujungnya melengkung, pun menjejak tiang tempatnya berdiri sejak tali dan melesat menyerbuku. "Pendekar Tanpa Nama! Selamat datang di Suvarnabhumil" AKU mencoba mengingat apa yang kuketahui tentang Taring Kala sembari melayani serangan mereka. Konon, golok di tangan Kalamurti dengan ujung melengkung itu sengaja dibuat untuk memenggal leher lawan hanya dengan meletakkannya di tengkuk lantas ditarik ke depan. Itu dalam cerita dari kedai ke kedai. Dalam kenyataannya, kukira memang benar ia memenggal leher, tetapi melalui segala cara dengan golok yang ujungnya melengkung itu. Dipadu dengan sepasang keris kehitaman Kalarudra yang seperti selalu bisa menembus pertahanan lawan, pasangan ini belum pernah terkalahkan dalam pertarungan. Apakah menghadapi lawan satu pasukan, apalagi jika hanya satu orang. Dikatakan bahwa sepasang keris kehitaman Kalarudra akan begitu rupa mengancamnya, sehingga menyita perhatian sepenuhnya, dan saat itulah tebasan golok Kalamurti yang ujungnya melengkung akan memenggal kepala. Yah, sekarang kuingat cerita yang beredar tentang Taring Kala, yakni lawan mereka selalu kehilangan kepala. Dalam sekejap Kalamurti menyabetkan goloknya berkalikali dari segala arah menuju leherku, dan aku taktahu apakah ia lupa bahwa puncak tiang kapal ini hanya cukup memuat TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ satu orang itu pun dengan satu kaki. Segera kulepaskan ilmu meringankan tubuhku, sehingga aku bagaikan memberat tibatiba dan jatuh ke bawah. Namun Kalarudra memang hebat, ia lepaskan juga ilmu meringankan tubuhnya menyusulku jatuh ke bawah. Dengan begitu Kalamurti pun bisa hinggap di puncak tiang itu, karena betapapun hebatnya ilmu meringankan tubuh seorang pendekar silat, tidak berarti lantas bisa mengambang di udara tanpa pijakan. Melihat keadaan ini, ketika Kalarudra yang tubuhnya lebih berat dariku me lewatiku jatuh ke bawah, kupasang kembali ilmu meringankan tubuhku dan kujejakkan kaki ke tubuhnya setelah menghindari tusukan kilat kedua kerisnya. Maka tubuhku melesat ke atas kembali, sedangkan Kalarudra meluncur makin cepat ke bawah. Aku telah memisahkan pasangan ini. Tepat ketika aku berada di hadapan Kalamurti yang telah menungguku dengan golok pemotong kepala itu, seperti dugaanku ia menyabetkan goloknya pada saat aku berhenti di udara. Namun sebenarnya aku masih mempunyai cadangan daya dorong, untuk melompat jungkir balik ke atas kepalanya ketika goloknya menyabet ke depan, tempat semula leherku berada. Aku telah menahan napas sebentar agar tampak berhenti, dan memang Kalamurti tertipu, bukan saja sabetan goloknya luput, tetapi keseimbangan tubuhnya pun hilang sehingga ia terdorong ke depan. Saat itu aku sudah berada di atasnya, dengan kepala di bawah dan dari tanganku keluar sendiri kedua pedang hitam warisan Raja Pembantai dari Selatan itu. Masih dengan kepala di bawah kulakukan gerak menggunting. Maka meluncurlah Kalamurti ke bawah tanpa kepala lagi. Kuselesaikan gerak jungkir balik setelah menggunting, lantas ikut me layang turun, meski telah kupasang kembali ilmu meringankan tubuh. Saat itulah aku menyadari betapa Kalamudra sudah tidak kelihatan. Tubuhnya yang jatuh lebih cepat lagi karena jejakanku rupanya menjadi begitu berat dan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ keras, sehingga papan geladak jebol dan tubuhnya terjerembab di lambung kapal. Aku teringat Putri Asoka yang dijaga Darmas di bilik para awak kapal, apakah yang akan dilakukan bila ia naik melalui palka dan melihatnya" T idakkah ketiga kapal ini memang bermaksud memburu Samudragni yang telah berusaha memeras dengan menyandera Putri Asoka, mengancam tidak akan mem bunuhPutri Asoka jika bayaran tidak ditambah" Kini, meski bukan Samudragni yang mereka jumpai, tetapi langsung Putri Asoka sendiri, tidakkah Putri Asoka itu akan segera dihabisi" Aku langsung mendarat di lambung kapal melalui lubang yang jebol karena tubuh Kalarudra. Hanya barang muatan kapal ini yang terlihat di sana. Tentu ia sudah melejit lagi. Aku melesat ke bilik para awak kapal dan kulihat Darmas sudah menjadi mayat dengan dua tusukan pada kedua dadanya. Putri Asoka lenyap! Saat itu Naga Laut turun ke palka. Segera diketahuinya apa yang telah berlangsung. Seluruh tubuhnya merah oleh cipratan darah lawan. "Sudah daku katakan jangan pergi ke mana-mana!" Naga Laut tampak marah besar dan aku juga merasa bersalah. Namun kurasa aku juga akan merasa bersalah jika ketika tetap berjaga teman-temanku dihabisinya. Kalarudra dan Kalamurti yang dikenal sebagai Taring Kala, bahkan seluruh pertarungannya di Suvarnabhumi diceritakan kembali dari kedai yang satu ke kedai yang lain sepanjang Yawabhumipala, akan dengan cepat membantai seluruh awak kapal Naga Laut jika aku tidak segera menyerangnya. Aku telah berhasil membuyarkan keberpasangan ilmu silat mereka dan membunuh Kalamurti, tetapi Kalarudra lenyap membawa Putri Asoka, yang telah dipercayakan kepadaku untuk menjaganya. DI atas geladak, jatuhnya tubuh Kalamurti dengan kepala terpisah dari tubuhnya telah mengecilkan nyali pasukan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Srivijaya, yang agaknya selama ini telah mengandalkan kedua tokoh dunia persilatan tersebut. Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Naga Laut telah menewaskan para pengeroyoknya, dan sisa pasukan yang terdesak oleh anak buahnya berloncatan kembali ke kapal mereka yang semenjak tadi telah terjerat tak dapat pergi. Namun para awak kapal berloncatan mengejar dan aku pun me lesat untuk mencari Kalarudra yang telah membawa Putri Asoka. Jika ia tidak berlari di atas laut atau merenanginya seperti ikan lumba-lumba, mungkin dengan seribu lumba-lumba, tentu ia masih berada di kapal ini. "Tuan!" Kudengar suara Putri Asoka dan aku mendongak ke atas. "Ya, aku berada di sini, wahai Pendekar Tanpa Nama, kurasa putrimu ini tidak akan bisa terbang jika kulepaskan dari sini!?" Kalarudra berada di puncak tiang kapal Sriv ijaya yang bentuknya sama belaka dengan kapal Naga Laut, sembari menenteng Putri Asoka pada pinggang dengan tangan kirinya. Tangan kanannya memegang satu dari sepasang keris senjatanya itu dan ia tentu hanya berdiri dengan satu kaki. Kulihat Putri Asoka meronta-ronta ingin melepaskan diri. "Putri! Jangan meronta! Berbahaya!" Kalarudra itu, apakah kiranya yang dipikirkannya" Barangkali ia tidak pernah mengira akan kehilangan saudaranya hari ini, aku menduga ia kini berpikir hanya nyawanya sendirilah yang harus diselamatkannya sekarang ini. "Pendekar Tanpa Nama! Dikau datang jauh-jauh dari Javadvipa untuk apa" Aku ditugaskan untuk membekuk Samudragni, dan membebaskan Putri Asoka yang akan dibunuhnya, tetapi kutemukan dirimu bersama puteri ini. Jelaskanlah kepadaku apa yang telah terjadi!" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Apakah Kalarudra berkata jujur" Apakah dia tidak tahu Samudragni menyandera kematian, dan bukan kehidupan Putri Asoka" Semakin dibiarkannya Putri Asoka hidup semakin gelisah pihak yang berkepentingan dengan kematian Putri Asoka. Persoalannya sekarang, Kalarudra merebut Putri Asoka dari siapa pun yang dianggap telah menguasainya, untuk membunuhnya seperti yang menjadi tujuan siapa pun yang menugaskannya itu, ataukah sekadar mengambil alih penyanderaan Putri Asoka dari Samudragni untuk kepentingan yang sama, yakni memperpanjang kehidupannya hanya untuk dibunuh jika mendapat bayaran tambahan" Aku tidak merasa perlu percaya bahwa ia akan membebaskan Putri Asoka, karena dalam kata-katanya sendiri telah mengancam untuk melepaskannya ke bawah begitu saja, agar jatuh dan tentu saja akan mati. "Kalarudra! Apa pun yang terjadi, dikau akan mati jika Putri Asoka tidak dikau serahkan kembali sekarang ini!" Seorang pendekar tidak takut mati, tetapi apakah yang telah membuat Taring Kala bergabung dengan pasukan Srivijaya ini jika bukan karena kepentingan duniawi" Aku tidak ingin memberinya pilihan selain menyerahkan kembali Putri Asoka, yang kuduga telah direbutnya terutama untuk menyelamatkannya. Tanpa Kalamurti yang mati pun dengan nasib begitu rupa, kesaktian sepasang Taring Kala tinggal separo. Jika ketika berpasangan saja aku dapat membuyarkan keberpasangan mereka, maka apalah yang masih dipunyainya setelah tinggal satu orang pula" Kecuali jika Kalarudra ingin mati sebagai seorang pendekar dalam puncak kesempurnaannya. Menyerahkan kembali Putri Asoka, bertarung melawanku, dan mati terhormat dalam jalan persilatan yang telah dipilihnya. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Aku memandang dengan waswas ke atas. Betapapun Putri Asoka masih berada di atas sana, dalam kekuasaan seseorang yang sangat mungkin membunuhnya sekarang juga. Geladak mendadak sepi, anyir darah meruap di mana-mana. Pihak lawan sudah habis ditewaskan. Kami semua mendongak ke atas. (Oo-dwkz-oO) SAMPAI tiga hari kemudian kami masih berlayar dalam keadaan membisu. Semua perhitunganku ternyata keliru. Tujuan Kalarudra hanya satu, yakni membunuh Putri Asoka secepatnya begitu ketemu, sesuai dengan penugasan yang agaknya dilakukan berdasarkan kesepakatan tertentu. Sampai sekarang tidaklah kuketahui kesepakatan macam apakah itu, kecuali keyakinan bahwa tentulah suatu kesepakatan yang sangat penting artinya bagi Kalarudra, atau juga pasangan Taring Kala, sehingga rela kehilangan nyawa dem i tugas yang tidak akan pernah bisa dianggap terpuji, yakni bukan membela, melainkan membunuh pihak yang jauh lebih lemah dan tidak berdaya. SEGALA persoalan berkecamuk dalam diriku, menyeruak kepedihan atas tewasnya kawan-kawan seperjalanan yang mengenaskan di tangan pasangan Taring Kala. Pangkar, Daski, Markis, Darmas, dan beberapa yang lain lagi mati dan tidak berada bersama kami lagi. Dari saat ke saat Naga Laut tercenung di buritan, sementara kemudi diserahkannya kepada awak kapal yang lain. Sedangkan aku yang baru bergabung saja merasakan kehilangan yang begitu menggurat dan menorehkan luka, maka tentulah bagi nakhoda kehilangan anak buah yang telah menjelajahi tujuh lautan dalam segala suka dan duka dengan setianya itu terasakan lebih berlipat ganda. Seorang lelaki tidak menangis, tetapi hati kami semua berdarah-darah. Suatu kepedihan yang akan semakin terasa bagai selaksa sembilu yang menghunjam, manakali kami TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ sadari betapa tiada berdaya diri kami melindungi gadis kecil yatim piatu berusia 12 tahun dari tangan-tangan kekerasan dalam dunia yang tidak bisa lagi kami mengerti. Kami tidak menyalahkan Kala, kami tidak menyalahkan Rudra, tidak pula menyalahkan Buddha, selain menghayati karmapala dalam perjalanan menuju Nirvana. Betapa tiada artinya kemenangan pertempuran, dalam perbandingannya dengan kehilangan dalam kehidupan. Namun jika segala sesuatunya tiada lebih dan tiada kurang menggenapkan kesempurnaan, apakah kami tiada berhak lagi berduka dan berusaha membayar utang persoalan di dunia yang fana" Dalam salah satu suratnya kepada Raja Gautamiputra, Nagarjuna berkata: dalam memilih antara yang mengalahkan keterombang ambingan dalam tujuan sementara dari keenam indera dan yang mengalahkan pasukan lawan dalam pertempuran, yang bijak tahu bahwa yang pertama adalah pahlawan yang jauh lebih besar Dalam kesedihan, persoalan tetap saja menyeruak untuk dipikirkan. Siapakah sebenarnya yang telah mengirim pesan melalui burung merpati, menyeberang selat, dan ditujukan kepada Samudragni" Sebegitu besarkah ancaman yang mungkin datang dari para bangsawan Jambi Malayu, dengan segenap pendukungnya setelah lebih dari seratus tahun berlalu" Seberapa jauhkah semua ini masih berarti sete lah Putri Asoka tiada lagi" Kapal ini masih berada di tengah lautan, dan Naga Laut sama sekali belum mengambil keputusan, apakah akan tetap meminta pertanggungjawaban terbunuhnya orang-orang Muara Jambi, ataukah melanjutkan perjalanan sahaja ke TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ mancanegara, seolah-olah pembantaian seisi kapal di tengah lautan itu tidak pernah terjadi. Kupandang cakrawala yang mengitari kami. Laut dan langit terbentang kebiruan. Kapal ini bagaikan tidak pernah bergerak ke mana pun sama sekali. (Oo-dwkz-oO) Episode 97: [Jika Hidup Berjalan Tidak Seperti yang Kita Inginkan] Laut dan langit tidak selalu biru dan tidak selalu jelas batasnya pada cakrawala itu. Laut dan langit takjarang begitu kelabu dan kabut yang meliputi kapal tidak memberikan pemandangan apa pun selain kekelabuan kabut dalam dunia abu-abu. Hanya desir angin dingin yang begitu asin dan bunyi kecipak ombak saja yang menyadarkan keberadaanku di tengah lautan yang sunyi. Naga Laut telah mengambil keputusan untuk tidak meneruskan perjalanan ke kotaraja, tempat ibu kota Sriv ijaya berada. "Kita akan menjual rempah-rempah yang kita bawa seperti rencana semula, sebelum bertemu dengan kapal malang itu," katanya. Aku pun menyadari betapa cerita yang telah berlalu itu tidaklah sepenuhnya merupakan urusan kami, bahkan Naga Laut yang masih memiliki keterikatan sejarah juga tidak ingin terlibat lebih jauh lagi. KEMATIAN Putri Asoka agaknya telah dirasakan sangat memukul, dan memupus semangat yang barangkali saja TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ masih tersisa dalam penantian turun-temurun, lebih dari seratus tahun... "Jika hidup berjalan tidak seperti yang kita inginkan," katanya, "apa pula salahnya?" Kutelusuri lagi apa yang telah terjadi. Ketika berlabuh di pantai utara Javadvipa, mereka baru tiba dari wilayah timur Suvarnadvipa, tempat semua rempah-rempah yang ditunggu seluruh dunia berasal. Tidak seberapa lama setelah mengangkat sauh, yakni keberangkatan dengan diriku di dalamnya, tujuan yang semula menuju Negeri Campa, begitulah yang kemudian kudengar, berbelok ke Kota Kapur karena perjumpaan dengan kapal yang dibantai gerombolan Samudragni. Di Kota Kapur, lanjutannya telah kusampaikan, dan mereka berangkat kembali sebetulnya untuk menuju ke arah kotaraja, memburu kapal Samudragni yang diduga menahanku, maupun Putri Asoka. Kini, masih perlukah mencari pengirim merpati kepada mata-mata Samudragni di Pulau Kapur itu" Sebenarnya salah satu merpati yang jika dilepaskan akan kembali kepada pemiliknya telah dibawa dan masih ada. Aku sanggup mengikutinya dari bawah dan melihat siapakah kiranya yang telah mengirim merpati itu. Akan sangat menarik bagiku untuk hal itu, mengikuti dan membekuk, untuk kemudian membongkar jaringan dalam istana itu. Seberapa jauhkah kalangan istana mengetahui akan hal ini" Kuketahui betapa bisa rumit jaringan ini, jika berita pemberontakan itu datang dari Mataram, yang bisa berarti melibatkan pula jaringan rahasia Cakrawarti. "Kawan-kawan daku yang paling setia telah pergi, tidaklah terlalu penting apakah Jambi Malayu akan kembali berdiri atau tidak pernah terdengar lagi, selamanya daku bernegeri Muara Jambi," ujar Naga Laut, lagi. Naga Laut telah membuktikan pengabdiannya, dengan menghancurkan kapal-kapal Sriv ijaya mana pun yang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ ditemuinya, tetapi menuju kotaraja sebetulnyalah juga bukan soal yang mudah. Masalahnya, kehilangan kawan-kawan setianya itu, seperti Pangkar, Markis, Darmas, Daski, dan masih beberapa lagi, telah memupus minatnya sama sekali. "Kita tidak memiliki kepentingan langsung dengan urusan ini," kata Naga Laut, "apalagi mereka yang telah pergi itu. Aku telah menyeret mereka kepada sesuatu yang bukan urusannya, dan untuk itu mereka kehilangan nyawa." Namun kuingat saat dirinya tercenung di depan perempuan bangsawan menjelang kematiannya di kapal itu. Ia tidak sekadar menemukan korban, melainkan telah mengenalinya. Sudah semestinyalah Naga Laut memburu pembunuh yang sebenarnya, dan bukan hanya orang-orang yang dibayar untuk itu. "Bapak," kataku kemudian, "tugaskanlah sahaya untuk mengikuti merpati itu, dan biarlah Bapak meneruskan perjalanan ke Campa." "Anak, dikau memang berkepandaian tinggi, dan karena dikau kita semua selamat dari pembantaian Taring Kala, bahkan anak telah membunuh Kalamurti maupun Kalarudra. Tetapi kukatakan sungguh kepadamu Anak, jika kita berusaha menemukan pengirim merpati-merpati itu, ketika menemukannya kita hanya akan terjerat ke dalam suatu jaringan rahasia ruwet yang tidak mungkin kita uraikan lagi. Percayalah kepadaku Anak, daku tidak melepaskan masalah ini, tetapi setelah kita tenggelamkan tiga kapal Sriv ijaya, bukanlah hal yang bijak dengan seluruh awak kapal mendekati kotaraja. Aku tidak bisa memaksanya tentu, apalagi jika ia sudah memegang janji seperti itu. Apabila Naga Laut yang menjadi bagian dari sejarah negerinya sendiri telah mengambil kebijakan seperti itu, apalah pula yang bisa kulakukan sebagai orang luar yang sebetulnya tidak terlibat sama sekali" Tentu karena kematian Putri Asoka di tangan Kalarudra, dan bahwa TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ aku telah berada bersama-sama Putri Asoka terapung-apung di laut sekian lamanya itulah, yang membuat aku merasa terlibat di dalamnya. Mungkin itulah sebabnya kami semua lebih banyak termenung selama pelayaran ini. (Oo-dwkz-oO) Kami telah keluar dari perairan Suvarnadvipa. JIKA angin bertahan seperti, demikian kata para awak kapal, dalam sepuluh hari kami sudah akan memasuki muara Sungai Siemreap dan menyusurinya sampai ke Indrapura. Naga Laut sengaja tidak singgah ke berbagai kota pelabuhan yang biasa disinggahinya untuk menurunkan dan mengambil barang dagangan, seperti Langkasuka, Ligor, dan Chaiya, karena bahkan dari Yawabhumipala bagian tengah melalui kotaraja, Muara Jambi, dan seterusnya ke kota-kota itulah terbentuk poros pusat-pusat kekuatan Srivijaya. Wilayah kekuasaan Sriv ijaya memang sengaja membentuk kerangka suatu mandala, yakni terdapatnya suatu pusat Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo penuh daya dikelilingi lingkaran yang lebih rendah kekuasaannya. Penguasaan mutlak Maharaja berlangsung hanya di dalam lingkup istana dan kotaraja. Dalam jaringan sungai-sungai yang melingkari kotaraja, kekuasaan itu dibagikan kepada para datu di wilayahnya masing-masing. Mandala yang lebih kecil di luar wilayah inti bertempat di lembah-lembah sungai Samudradvipa, pulau-pulau lain, dan Semenanjung Malayu. Pada masa ketika aku berada di kapal Naga Laut itu, yakni tahun 796, garis yang membentuk poros itu nyaris tak pernah terputus, bersambung terus dari bagian tengah Yawabhumipala sampai Chaiya, membentuk lintas cukai yang mengawasi jalur dari semua kapal pengangkut barang antara Negeri Atap Langit, Jambhudvipa, maupun negeri-negeri yang berada di utara kedua negeri itu. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Jarak antara mandala-mandala yang melingkari dan kotaraja, seperti juga jumlah dari mandala-mandala ini, mewajibkan Maharaja Sriv ijaya untuk lebih mengandalkan kesetiaan daripada penaklukan untuk mempertahankan kesatuan wilayahnya. Dalam hal ini, menyusul pengiriman pasukan untuk menundukkan dan membawahkan penguasa setempat, mandala yang terkalahkan tidak pernah secara ketatanegaraan terleburkan dengan Sriv ijaya. Sebaliknya, penguasa setempat itu diangkat kembali sebagai kepala resmi dari pemerintahan swatantra yang kesejahteraannya mandiri, terikat melalui kesetiaan kepada Srivijaya. Ini membuat mandala kekuasaan Sriv ijaya sama sekali berbeda dengan pusat-pusat kekuasaan lainnya, yang akan mengandalkan pengerahan kekuatan tempur secara terus menerus. Sebagai ganti kesetiaan yang dipaksakan, pengikat yang mempersatukan Srivijaya tampaknya diamankan oleh jaringan ruwet pertalian keluarga dan kuasa antara Maharaja dengan pengikut-pengikutnya, maupun antara pengikut-pengikutnya itu sendiri, yang semuanya berbagi kepentingan yang sama dalam pengawasan dan penyediaan sarana perdagangannya. Pertukaran para datu dan perkawinan antara mereka membangun ikatan keluarga dan keagamaan yang kuat dengan pusat kekuasaan, yang bertempat di kotaraja. Kudengar pula bahwa para datu pengikut ini bekerjasama untuk meningkatkan terpandangnya mandala mereka dengan menundukkan kota-kota di sekitarnya yang tidak memperlihatkan kesetiaan kepada Srivijaya. Aku menatap berkeliling, garis lingkar cakrawala mengelilingi kami, tetapi para pelaut ini tidak pernah tersesat dalam keluasan terbentang. Pada malam hari, mereka selalu dapat memastikan arah pelayaran berdasarkan susunan bintang. Aku masih selalu terkagum-kgum, betapa bintangbintang yang bagiku porak poranda bagi mereka hanyalah penunjuk jalan yang begitu jelas pengarahannya. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Begitu pulakah caranya mereka bayangkan keluasan wilayah kekuasaan Sriv ijaya" KUTATAP samudera luas terbentang. Tentu tidaklah terlalu mudah membuat penggambaran, seolah samudera ini hanya sebesar kolam ikan, dan di sana terdapat tanah tanah tanah yang begitu luasnya, sehingga Javadvipa hanya tampak sebagai noktah saja, di dalam dunia yang bagiku belum terlalu jelas batasnya. Namun para pelaut, bahkan bajak laut yang tidak dapat membaca pun, dengan menatap langit malam mendapatkan suatu penggambaran tertentu tentang dunia. "Sampai di manakah laut ini akan berakhir, Bapak?" Naga Laut menghela napas. "Itulah pertanyaan semua orang yang kali pertama berlayar, Anak. Pertanyaan itu juga sama dengan pertanyaanku tentang langit. Apakah langit juga ada batasnya?" Aku menyadari kembali keberhinggaan manusia dalam memandang dan berpikir tentang dunia. Mereka yang berpengetahuan akan berpikir lebih jauh tentang dunia daripada mereka yang agak kurang berpengetahuan. Isi kepala yang tidak mungkin sama dan sebangun pada setiap orang mengakibatkan perbedaan pandangan yang tidak jarang takdapat didamaikan. Bukankah perbedaan pandangan itu, Tiga Naga Sakti 1 Dewa Arak 62 Perempuan Pembawa Maut Panji Tengkorak Darah 2

Cari Blog Ini