Ceritasilat Novel Online

Jurus Tanpa Bentuk 2

Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira Bagian 2 hubungannya dengan persilatan, tetapi dengan mendalami TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ pemikiran, kita bisa membongkar dan menyusun jurus-jurus baru-bukan hanya dalam persilatan, melainkan dalam segala hal, termasuk ketatanegaraan. Jadi ada yang berpikir tentang Jurus Tanpa Bentuk dalam rangka keterhubungan, tetapi dengan suatu perkiraan yang keliru. Jurus Tanpa Bentuk tidak bisa dipelajari bukan karena dirahasiakan, tetapi karena harus ditemukan dalam olah pemikiran, bukan persilatan. Adapun ajaran rahasia memang suatu ajaran yang harus dipelajari melalui suatu bimbingan, karena hanya para guru yang mengetahui kunci pembuka rahasia-rahasia itu. Aku masih berpikir tentang kenapa suatu ajaran harus dirahasiakan, ketika kuda itu mendekati gerbang kota yang bergaya candi bentar. Burung-burung sriti memenuhi langit bagaikan mata-mata yang mengawasi. Langit mendadak mendung dan angin menderu-deru menerbangkan segala daun yang tadinya berserakan ke udara. Di luar perbentengan kulihat gajah-gajah kerajaan dimandikan. Kupinjam tenaga angin untuk melayang ke atas tembok, turun menjejak punggung gajah, dan tibalah aku di dalam kota lebih dahulu dari pelempar pisau terbang itu. Gajah itu meluruskan belalainya dan mengeluarkan suara, taktahu ke mana harus mencari penyebab kesakitannya. Orang yang kubuntuti berputar-putar di dalam kota. Barangkali ia menghindari kemungkinan seseorang akan mengikutinya. Aku berjalan kaki saja mengikutinya secara tersembunyi. Setiap kali ia menoleh ke belakang, aku menyelinap ke balik tembok, atau ke balik punggung orangorang lain yang berjalan. Dari lorong ke lorong, tembus ke jalan besar, masuk lorong lagi, akhirnya ia berhenti di sebuah kedai dan menambatkan kudanya. Ia tidak memasuki kedai itu, melainkan berjalan kaki ke pintu belakang kedai melalui lorong di sampingnya. Lorong itu sepi dan ia masih terus sesekali menoleh ke belakang. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Bagaimana caranya aku bisa mengikuti sampai masuk ke dalam kedai" (Oo-dwkz-oO) Episode 7: [Diculik Gerombolan Tangan Besi; Mengamati Kota Perbentengan & Ilmu Pedang Suksmabhuta] AKU masih berpikir ketika dari dua ujung lorong sempit itu muncul sejumlah orang mengepungku. Lima orang di utara dan lima orang di selatan. Tubuh mereka dibalut selempang kain seperti para rahib, tetapi kepala mereka tidak gundul. Rambut mereka semua digelung ke atas seperti aku sekarang dan tidak seperti pendeta yang selempangnya sudah mempunyai warna tertentu, selempang mereka warnanya berbeda dan masing-masing tidak sama. Ada yang abu-abu, hijau, biru, merah, dan hitam, bermacam-macam, tetapi ratarata warnanya sudah kusam-karena jenis kain dan cara pewarnaan yang tampaknya sengaja dibuat kusam. Apa yang harus kulakukan" Apakah aku harus meloncat ke atas genting, melenting, dan menghilang" Apakah mereka semua harus kulumpuhkan" Namun dengan kedua cara ini aku tidak akan mencapai maksudku, yakni menyelidiki segala sesuatu yang ada hubungannya dengan pelempar pisau terbang tersebut. Juga, kurasa dengan datangnya kepungan ini, tentunya entah siapa pun yang berada di bagian belakang kedai yang ditemui oleh pelempar pisau terbang itu sudah mengetahui keberadaanku. Ini bisa berarti orang yang kubuntuti tahu betapa aku telah mengikuti sejak tadi, tetapi aku lebih percaya kepada kemungkinan lain, yakni TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ bahwa ada orang lain yang juga membuntutinya. Namun aku belum tahu apakah yang membuntutinya itu kawankawannya atau justru lawan-lawannya! Kembali ke dunia ramai setelah 25 tahun menghilang, dalam usia 100 tahun pula, mengakibatkan aku bergerak dengan serba meraba-raba. Ilmu silatku tinggi, tetapi pengetahuanku tentang dunia awam yang sangat tertinggal `telah mempengaruhi segenap keputusanku. Kubiarkan diriku terkepung. Seseorang berkata. "Orang tua! Jangan melawan, jika tidak ingin merugikan dirimu sendiri!" Maka aku pun tidak melawan, bukan karena merasa akan terkalahkan, melainkan karena kata-katanya kutangkap mengandung pesan: Mereka mengetahui kelebihanku, tetapi jika aku ingin mendapatkan lebih banyak kejelasan, sebaiknya tidak menjadikan mereka lawan. "Ikutlah kami dan berlakulah seperti kami!" Ternyata mereka mengatupkan tangan seperti orang memuja dan mulutnya komat-kamit berdoa. Mata orang yang berbicara kepadaku memberi tanda agar aku mengikuti sikap dan langkah mereka. Aku mengikuti sikap mereka yang melangkah keluar dari lorong seperti sedang memuja dan berdoa. Begitu banyaknya aliran kepercayaan yang berkembang di antara berbagai aliran di dalam agama Hindu dan Buddha itu sendiri, membuat aku tidak bisa mengerti yang mereka ucapkan adalah doa yang terhubungkan ke mana, karena aku sama sekali tidak mengerti bahasanya. Aku rasa ini memang sebenarnyalah merupakan sikap pura-pura berdoa, dan tiada yang akan mencurigainya karena begitu banyaknya aliran kepercayaan tersebar di seantero Yawabumi. Sembari ikut berpura-pura kuamati Mantyasih yang penuh dengan manusia. Jalan raya yang tanahnya telah diratakan dan dikeraskan dengan injakan kaki gajah di atas lempengan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ batu. Kerumunan manusia menyibak ketika rombongan ini lewat, tanpa perhatian seperti kepada sesuatu yang tidak biasa. Di beberapa bagian kota yang lain, kulihat juga rombongan yang memuja dan berdoa dengan cara yang sama maupun cara yang lain. Rombongan yang mengepung dan menggiringku ini menggumamkan entah apa, seperti doa, tetapi aku tidak mengenalnya. Apakah selama aku menghilang dalam 25 tahun telah muncul agama baru" Sejauh yang kuketahui selama hidupku, aliran kepercayaan apapun yang muncul selalu bisa dikaitkan dengan agama Hindu atau Buddha, atau kedua-duanya, tepatnya dengan Siwa-Mahayana. Dalam setiap agama terdapat aliran dan dari setiap aliran terlahirkan sekte"sekte yang diakui maupun tidak diakui, yang masing"masingnya sangat mungkin melebur sebagai aliran baru. Adapun aliran baru kadang mengandung unsur yang masih bisa dikenali dari agama dan aliran sumbernya, bahwa ada lebih dari satu agama dan seribu satu aliran yang diacunya; tetapi ada pula yang sudah tidak bisa dikenali lagi atas nama usaha memurnikannya. Namun dalam hal perilaku rombongan ini, aku tidak bisa mengatakan apaapa. Karena perjalanan ini nyaris menjelajahi kota, aku bisa mengenali tata kotanya yang mengacu kepada tata kota perbentengan. Tiga jalan raya kerajaan dari barat ke timur dan tiga dari selatan ke utara sekaligus menjadi cara membagi daerah permukiman. T erdapat dua belas gerbang yang diberi tempat saluran air, kolam, dan jalan di bawah tanah. Setiap jalan itu lebarnya paling tidak empat danda dan jalan raya kerajaan sampai delapan danda. Seingatku ini juga berlaku untuk jalan di pedesaan, daerah gembala, pelabuhan, maupun daerah pembakaran mayat. Jalan kecil di desa, di tempat saluran air untuk sawah dan hutan dibuat empat danda, sementara jalan untuk gajah dan sepanjang ladang cukup dua danda. Di dalam kota ini juga ada jalan untuk kereta, lebarnya TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ lima aratni, jalan ternak yang empat aratni, sedangkan untuk manusia dan hewan piaraannya paling tidak dua aratni. Kuperhatikan istana raja didirikan di bagian kesembilan di sebelah utara jantung daerah pemukiman, menghadap ke timur; dari timur ke utara terdapat kediaman para guru dan pendeta, termasuk tempat-tempat untuk korban suci maupun sumber air, dan kediaman para penasihatnya. Dari bagian timur ke selatan, terlihat kandang gajah maupun gudang penyimpanan mesiu. Masih di bagian timur terdapat permukiman kasta ksatria, dan agak di luarnya adalah permukiman para penjaja parfum, bunga dan ramuan cair, maupun pembuat barang-barang untuk mandi. Orang-orang lalu lalang, tetapi aku harus memperhatikan tata kota yang kurasa akan berguna jika aku harus bergerak sendiri di kota ini suatu hari. Melintasi bagian timur ke selatan itu kulihat gudang untuk barang-barang, gedung penyimpanan catatan negara, kantor pemeriksaan keuangan, kediaman para pekerja. Dari selatan ke barat mulai terlihat gudang"gudang hasil hutan dan penyimpanan senjata; di luarnya, para pedagang beras dari kota, pejabat pabrik, perwira militer, pedagang makanan masak seperti arak dan daging, para penghibur dan penari, mereka yang dari kasta waisya ditempatkan di bagian se latan. Juga di bagian selatan terlihat kandang-kandang kuda, sapi, kereta, kendaraan apa pun, dan bengkel-bengkel para pandai besi. Di luarnya lagi, di ujung barat, para penenun, pemintal benang, penyamak kulit, pengrajin bambu, pakar perlengkapan perang, senjata, dan perisai; kaum berkasta sudra juga ditempatkan di sana. Aku berusaha keras merekam semua hal yang kulihat ke dalam kepalaku, yang selama 25 tahun hanya berurusan dengan kegelapan gua. Tentu saja pengalamanku 25 tahun sebelumnya, ketika mengundurkan diri dari dunia persilatan dengan cara melebur ke dunia orang awam masih sangat TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ membantu; bahwa bangunan penyimpanan obat-obatan biasa terletak antara bagian barat-utara dan ternak serta kuda selalu di bagian timur-utara. Patung-patung para dewa pengawas, patung raja, berdekatan dengan pemukiman tukang logam dan perhiasan, maupun juga mereka yang tergolong kasta brahmana, semuanya ditempatkan di utara. Semua ini sesuai dengan Arthasastra, kitab tentang tata negara, yang ditulis Kautilya di India lebih dari seribu tahun dari masa hidupku sekarang. Bahkan penempatan serikat pekerja dan orang asing terletak di dalam tanah berpagar di daerah bukan permukiman, juga sesuai anjuran Arthasastra tersebut mengenai sebuah kota perbentengan. Jadi berkembang pesatnya Buddha Mahayana di Yawabumi tidak berarti kemunduran Hindu sama sekali. Maka begitulah di dalam kota terdapat kuil"kuil Aparajita, Apratihata, Jayanta, maupun candi-candi Siwa, Waisrawana, Aswin, Sri, dan Madira. Di setiap sudut juga terdapat dewa-dewa penjaga sesuai daerahnya. Asap dupa dan kemenyan campur aduk tercium di mana-mana. Kuperhatikan toko-toko, hampir semuanya menjual bahan yang tahan lama, mulai dari gula, garam, obatobatan, parfum, sayuran kering, makanan ternak, daging kering, rumput kering, kayu, logam, kulit, arang, urat daging, racun, tanduk lembu, kulit kayu, kayu yang kuat, senjata, perisai, dan batu. Karena kami nyaris berkeliling, semua gerbang kota kuketahui sesuai dengan nama Dewa Brahma, Indra, Yama, dan Senapati. Di luar kota, pada jarak seratus dhanuse dari parit, terlihat pertapaan, tempat-tempat suci, belukar dan bangunan air, dengan patung para dewa penjaga. Aku terus melangkah sambil mengamati. Di bagian utara dan timur rupanya tempat pembakaran mayat disediakan kepada yang terbaik di antara varna, sementara di bagian selatan untuk varna yang lebih rendah. Seingatku, pelanggaran atas pembedaan ini akan didenda dengan kekerasan. Artinya para brahmana sungguh masih berkuasa. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Namun yang menarik perhatianku adalah kediaman para candala dan kaum bid'ah yang ditempatkan di pinggiran wilayah pembakaran mayat6. Dari jauh terlihat anak-anak kecil berlarian di antara rumah-rumah gubuk yang usang. Beberapa anak bahkan saling bersilat. Hmm. Apakah yang membuat seseorang menjadi brahmacari dan candala" Kemudian aku tergiring masuk ke sebuah lorong yang panjang. Di kiri kananku tembok yang dibuat dari tumpukan batu-batu persegi. Aku masih sibuk dengan kepalaku sendiri ketika dari balik tembok itu, dari kiri maupun kanan, muncul sejumlah orang berpakaian serba putih yang langsung menyerbu para penggiringku ini. Para penyerbu ini semuanya bersenjatakan pedang putih lurus panjang yang berkilauan seperti perak. Pertarungan berlangsung begitu cepat sehingga sulit diikuti mata telanjang. Jumlah mereka seimbang, sehingga pertarungan berlangsung satu lawan satu, yang di lorong sesempit ini berlangsung dengan sangat tidak leluasa. Hidungku segera mencium bau harum yang mengingatkan aku kepada Pendekar Melati. Melihat jurus -jurusnya kukenali ilmu pedang mereka sama dengan ilmu pedang pendekar perempuan tersebut. Tangkas, lugas, tetapi tidak kehilangan kehalusan ilmu pedang yang hanya bisa dimainkan perempuan, karena diciptakan sesuai Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo dengan daya ketubuhan perempuan itu sendiri, yang dikenal sebagai ilmu pedang Suksmabhuta yang sudah tua sekali umurnya -meskipun tentu Pendekar Me lati telah mengembangkannya. Ciri ilmu pedang ini adalah kehalusan dan kecepatan luar biasa yang membuat lawan bahkan tidak sadar betapa nyawanya sudah melayang. Makanya semakin tinggi ilmu yang melawannya justru akan semakin tersiksalah oleh tekanan Suksmabhuta yang nyaris tiada tandingannya. Dalam dunia persilatan di Yawabumi memang hanya ada tiga ilmu pedang yang kedahsyatannya setara, yakni ilmu pedang Cahaya Naga TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ yang menjadi andalanku sebelum menemukan Jurus Bayangan Cermin dan Jurus Tanpa Bentuk; ilmu pedang Aliran Naga yang hanya dikuasa i oleh para pewaris Naga Emas dari Tiongkok; dan ilmu pedang Suksmabhuta yang hanya bisa dikuasai oleh perempuan, warisan para leluhur di Yawabumi yang berusaha melindungi kaum perempuan dari segala bentuk kekerasan kaum pria. Aku pernah merasakan kehebatan ilmu pedang Suksmabhuta ketika Pendekar Melati menempurku. Kini ilmu pedang itu tersesuaikan oleh bentuk pertarungan berbanyak orang, sehingga dima inkan secara berbeda oleh penggunanya sebagai suatu regu. Orang-orang yang menggiringku melawan dengan ilmu Tangan Besi. Tangkisan tangan mereka atas sambaran pedang-pedang itu di antara cahaya berkilatan terdengar berdentang"dentang. Namun mereka segera dibingungkan oleh pergantian lawan yang saling bertukar dengan sangat cepatnya. Setiap lawan baru menggunakan jurus baru yang mengejutkan dengan cara yang sangat tidak biasa di ruang sempit ini. Para penyerbu ini kakinya tidak pernah menginjak tanah, mereka menggunakan tembok sebagai pijakan, agar bisa melenting-lenting dengan secepat kilat, maupun tetap menempel di tempat seperti cicak tetapi pedangnya berputar bagaikan perisai cahaya dan menusuk begitu rupa sehingga pucuknya bagaikan selaksa. Umurku memang sudah 100 tahun, tetapi mataku sangat terlatih dalam pertarungan dunia persilatan, sehingga meskipun mata manusia biasa tidak akan mampu mengikutinya aku bahkan bisa menikmatinya seolah-olah mereka bergerak dengan sangat lambatnya. Maka kulihat bagaimana para pemegang ilmu pedang Suksmabhuta itu mempermainkan lawan-lawannya. Ketika kaki masih menempel di tembok seseorang menepuk"nepuk kedua pipi lawan dengan sisi datar pedang, tapi kemudian ujung pedang segera menembus jantungnya untuk dicabut lagi dengan seketika. Dalam pertarungan lain sesosok bayangan putih TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ melompat terbalik di atas ubun-ubun lawannya dan ketika melenting kembali ubun"ubun itu sudah berlubang setipis pedang. Demikianlah hampir setiap cara mengakhiri pertarungan dilakukan dengan cara yang sangat mematikan untuk meniadakan penderitaan. Meskipun mereka berkelebat seperti bayangan, karena ilmu silatnya belum setinggi Pendekar Melati maka aku bisa mengamati mereka dengan jelas. Mereka semua adalah perempuan muda yang cantik jelita. Mata mereka serbatajam dengan alis serbatebal, dan hanya mata dan alis itulah yang bisa dilihat dengan tegas, karena nyaris seluruh tubuh mereka terbalut kain serbaputih. Meskipun begitu kain putih yang mereka kenakan tidak membalut tubuh dengan ketat, sebaliknya cukup longgar sehingga memungkinkan mereka bersilat dengan sebat, dan karena itu juga memperlihatkan beberapa bagian tubuh yang kadang tertutup dan kadang terbuka. Namun seorang awam dalam persilatan tentu tidak akan melihat apapun jua. Suksmabhuta mempunyai makna jiwa yang tiada tampak, dengan pencapaian itulah ilmu pedang ini mendapat namanya. Ilmu pedang yang dikuasai para perempuan itu pun akan segera bekerja, seandainya ada mata yang terbuka lebih lebar dari seharusnya, karena menyaksikan sesuatu yang tidak biasa. Aku masih berdiri di lorong itu ketika sosok terakhir melorot pada tembok. Sepuluh perempuan perkasa menyarungkan pedang mereka kembali setelah membersihkan darahnya dengan kain busana korban"korban mereka. Pemimpinnya menundukkan kepala dengan takzim. "Kami pengawal rahasia istana, pengawal pribadi raja, memohon maaf atas gangguan kenyamanan yang telah diterima. Kami tidak mengetahui sama sekali Bapak ini siapa, tetapi kami mendapat tugas untuk melindungi siapa pun yang mendapat ancaman gerombolan Tangan Besi. Sudah lama mereka menjual tenaganya demi keping"keping emas, kepada TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ para menteri culas yang berusaha merongrong kewibawaan negara. Sekarang Bapak harus ikut kami, untuk dihadapkan kepada para petugas dinas rahasia." Mendengarkan kalimat itu aku merasa lega. Penyamaranku tidak terbongkar. Jika bersembunyi dalam gua selama 25 tahun masih dipergoki dan sudah menyamar masih terbongkar pula, apakah aku masih memiliki diriku sendiri" Kurasa aku tidak akan bisa hidup dengan tenang dalam sisa usia yang tinggal sedikit ini, jika aku tidak bisa membongkar apa yang terjadi di balik serbuan para pembunuh ke gua itu. Gua yang kukira akan menjadi tempat tinggalku selama-lamanya sampai aku meninggalkan dunia ini, tetapi yang kenyataannya harus kutinggalkan karena banyak orang tidak terlalu sabar menunggu aku mati sebentar lagi. "Baik," kataku dengan memendam hasrat penyelidikan. Aku harus berhati-hati, karena ilmu silat setinggi langit belum tentu berguna menghadapi kelicikan siasat dalam permainan kekuasaan. (Oo-dwkz-oO) Episode 8: [Tipu Daya dan Tipu Muslihat; Dunia yang Membingungkan] AKU dibawa menghadap Kepala Dinas Rahasia" Hmm. Aku lagi-lagi teringat nasehat Kautilya dalam Arthasastra, pada Bab 11 Bagian 7, tentang Pengangkatan Orang Dalam Dinas Rahasia. Pasal 1 Ayat 1 adalah perihal "Membangun Mata-Mata". dengan dewan menteri-menteri yang terbukti jujur me lalui ujian rahasia, TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ raja hendaknya mengangkat orang-orang dalam dinas rahasia kapatika chatra (murid yang cerdas) udhasita (pendeta yang ingkar) grihapatika (yang menyamar sebagai pengurus rumahtangga) vaidehaka (yang menyamar sebagai pedagang) tapasa (pertapa suci) satri (agen rahasia) tikshna (pembunuh bayaran) rasada (pemberi racun) bhiksuki (pertapa wanita) Pada bagian lain juga jelas disebutkan: Dilengkapi banyak uang dan pembantu-pembantunya, ia harus menyelesaikan pekerjaan di tempat yang ditentukan baginya, untuk menjalankan suatu tugas. Mereka yang menjadi pegawai negara tentu diajarkan ketata negaraan melalui Arthasastra, tetapi aku pernah membahasnya bersama seorang mahaguru tata negara, yang hanya memberi aku kesempatan satu malam untuk mempelajari kitab tebal itu. Karena bukan kitab ilmu silat, aku tidak terlalu bersemangat membacanya pada masa mudaku dahulu, meskipun kuakui ada juga pasal-pasal yang menyita perhatian seperti pada Bab 8 Bagian 83 tentang "Penyelidikan Melalui Interogasi dan Melalui Penyiksaan". Pada Ayat 22 tertulis: dalam hal pelanggaran yang sangat berat sembilan pukulan dengan tongkat, dua belas cambuk, dua pelingkaran paha, duapuluh pukulan dengan tongkat naktamala, tigapuluhdua tamparan, dua ikatan kalajengking, dan dua penggantungan, jarum di tangan, membakar sendiri jari orang yang mabuk, membakar di matahari selama sehari orang yang minum lemak, dan ranjang ujung balbaja TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ pada malam musim dingin MENURUT guruku saat itu, Kautilya yang juga bernama Wisnugupta adalah seorang brahmana yang menjadi ahli politik dan menteri negara, tetapi di India sana, sehingga disebutkan perkara musim dingin segala -barangkali para pedagang membawa kitabnya ke Yawabumi. Mungkin yang membawanya adalah salah satu anggota rombongan rohaniwan Vajrabodhi yang datang dari Sri Lanka pada 711, ketika ia terpaksa tinggal lima bulan di kerajaan Sriwijaya untuk menunggu angin, dalam perjalanan menuju Tiongkok. Bukan tidak mungkin ada anggota rombongan yang tetap tinggal di Suwarnadwipa, dan suatu hari menumpang kapal dagang Sriwijaya ke Yawabumi. Kemungkinan besar gagasan-gagasan seperti dalam Arthasastra itulah yang menjadi pedoman para raja Yawabumi, dan karena itu guruku merasa aku harus mempelajarinya juga. "Tentu saja di Yawabumi banyak isinya disesuaikan, atau ditafsirkan sesuai keinginan yang mempunyai kepentingan," kata guruku. Aku tidak tahu apa yang diinginkan Kepala Dinas Rahasia, tetapi kewaspadaanku sungguh bertambah. Tidak berlebihan jika aku menganggap perempuan-perempuan jelita berambut panjang beralis tebal dengan mata tajam menyala-nyala yang berbusana bagaikan bhiksuki ini adalah juga para tikshna dan rasada- dan itu jauh lebih berbahaya daripada menghadapi mereka dalam pertarungan terbuka. Aku dibawa ke sebuah candi-bukur, paviliun di atas bukit yang sekaligus merupakan candi-bagajing atau rumah bertiang delapan. Bangunan berbubungan tanah bakar itu secara keseluruhan berwarna kuning, memiliki waruga, serambi yang ditinggikan baik di tengah maupun bagian belakang. Kulihat sekeliling, kain benanten terlihat di beberapa bagian rumah, sebagai tirai dan rumbai"rumbai di bagian atas. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Tentu ada witana atau pendapa di sana, dan sudah menunggu seseorang yang dari caranya berbusana tentu seorang pejabat tinggi negara. Kain yang dipakainya halus, berprada emas dan berpola bunga teratai, hiasan rambutnya juga terbuat dari emas. Ia duduk di bangku kayu. Pada kedua tiang di belakangnya terdapat payung kuning tanda kebesaran. Di dekat bangku terdapat meja kecil tempat seperangkat peralatan makan sirih. Waktu kami tiba ia sedang mengunyah sirih-dan ketika melihatku ia langsung me ludah, begitu merah, melayang langsung ke jambangan tempat ludah yang terbuat dari perak berukir. "Kami bermaksud membayar tikshna yang diperintahkan mengakhiri tugas para satri. Tetapi ia cukup bodoh untuk bisa dibuntuti orang tua ini sampai kemari. Kami tidak tahu siapa dia, gerombolan Tangan Besi bermaksud menculiknya, kami sudah selesaikan riwayat mereka." Jadi mereka tidak tahu siapa aku. Namun mereka sempat melihat aku membuntuti pembunuh bayaran berpisau terbang itu. Mereka tentu melihatku hanya ketika mendekati kedai melalui lorong sempit, saat gerombolan Tangan Besi yang malang itu muncul hanya untuk menghilang lagi selamalamanya. Kuingat guru mereka yang tangan besinya patah setelah memukulku sebagai patung. Jurus Tanpa Bentuk telah menerbitkan kecemburuan banyak orang. Mereka mengira aku mempelajarinya dari sebuah kitab ilmu silat. Padahal aku menemukannya berdasarkan suatu olah pemikiran. "Siapa dikau orang tua, katakanlah dikau ini parivrajaka atau candala tak berharga. Berkatalah terus terang. Tapi jangan kami temukan bahwa dikau adalah mata-mata pengundang bala." Aku tertegun tidak menjawab. Wajahku pasti tampak tolol. Kulihat mereka semua memandangku dengan curiga. Parivrajaka berarti pendeta kelana, agaknya aku masih tampak TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ lusuh juga. Hanya menyangka aku pendeta kelana ataukah gelandangan yang lusuh tiada terkira, dan seorang gelandangan tanpa kejelasan kasta tentu saja dianggap candala. Mata-mata" Pertentangan di antara para raja Mataram di Yawabumi memang hampir selalu ruwet, karena di dalam setiap pihak yang bertentangan masih terdapat berbagai pihak yang saling bertentangan lagi dengan alasannya masingmasing. Aku mulai mengembara di sungai telaga dunia persilatan pada usia 25 pada tahun 796, saat itu Rakai Panunggalan sudah berkuasa 12 tahun dari pemerintahan yang berusia 19 tahun. Ketika aku meleburkan diri dengan dunia ramai pada usia 50, pada tahun 821 itu penggantinya, Rakai Warak, telah bercokol 18 tahun. Ia akan turun enam tahun kemudian. Digantikan Dyah Gula yang hanya berada di singgasana setahun, antara 827-828. Ketika aku menghilang tahun 846, Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Rakai Garung yang lebih dikenal sebagai Samarattungga, penggantinya, setahun kemudian turun dan Rakai Pikatan naik tahta. Aku tahu kisah perseteruannya dengan Balaputradewa, yang menyeberang ke Suwarnadwipa dan secara tidak langsung mencoba minta bantuan Raja Dewapaladewa dari India untuk merebut tahta di Yawabumi; tetapi masa setelah itu bagiku ibarat kegelapan. Aku hanya tahu sekarang ini yang berkuasa adalah Lokapala yang bergelar Rakai Kayuwangi, sejauh kudengar adalah anak Pramodawardhani, permaisuri Rakai Pikatan yang dulu bernama Jatiningrat. Raja-raja Mataram ada yang memerintah lebih dari 20 tahun, tetapi ada juga yang berkuasa kurang dari satu tahun. Namun masa pemerintahan yang panjang tidak selalu menunjukkan kekuasaannya mantap, sedangkan masa pemerintahan yang pendek tidak juga berarti sama dengan kekacauan. Pendiri kerajaan Mataram yang pertama, Sanjaya, hanya bisa bertakhta selama 24 tahun, setelah berperang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ dengan banyak kerajaan kecil di sekitarnya. Itu juga yang berlangsung selama 38 tahun masa pemerintahan Rakai Panamkaran agar meraih puncak kedaulatan. Apakah masa pemerintahan Rakai Kayuwangi tergolong pemerintahan yang tenang di atas kekacauan ataukah yang akan berubah dan berganti dalam ketenangan belum dapat kupikirkan. Lagipula aku tidak bisa membicarakannya kepada Kepala Dinas Rahasia ini. Ia meludah langsung ke wajahku. "Bikin dia bicara!" Apakah aku sebaiknya pergi" Atau sudah seharusnya aku bersandiwara agar mendapat kejelasan yang menenangkan hati" Sepucuk pedang putih mendadak sudah berada di bawah daguku. Salah satu pengawal rahasia istana itu mendekat. Harum tubuhnya nyaris membuat aku tidak bisa berpikir. "Orang tua, dikau masih bisa hidup agak lebih lama jika bicara." Aku memilih yang terakhir. "Sahaya... Sahaya...." "Bicaralah terus terang! Cepat!" "Sahaya hanya menurut perintah..." Perempuan- perempuan itu maju lebih dekat. "Perintah siapa?" Aku benar-benar harus bersandiwara. "Sahaya tidak bisa mengatakannya...." Ugh! Sebuah tendangan bersarang di ulu hatiku, dan kepalaku yang tertunduk maju disambut lutut sekeras besi. Aku menerima semua ini dengan Jurus Pasir Menyerap Air, TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ sehingga pukulan dan tendangan yang seperti apa pun kerasnya sama sekali tidak terasa. Aku menjatuhkan diri dan menggelinding di lantai batu. Punggawa berbaju mewah itu menginjak-injak dan menendang diriku. "Katakan! Siapa! Siapa! Siapa!" Aku harus bersandiwara. "Ampun, Tuanku! Ampunilah sahaya! Ampun! Sahaya hanya rakyat jelata!" Dia terus menendang dan menginjak-injak, sementara aku berusaha terus tengkurap agar kepura-puraan tidak terbaca dari wajahku. "Dikau sudah tua dan siap masuk neraka! Kurangilah dosamu dengan pengakuan sejujujurnya! Kecuali dikau ingin merasakan neraka hari ini juga! Katakan dikau bekerja untuk siapa!" Entah dari mana Kepala Dinas Rahasia ini sudah memegang cambuk berduri yang akan merajam kulit manusia dengan sangat menyakitkan, sebelum akhirnya disiram air garam. Aku berpikir keras. Jika aku tidak membiarkan kulitku terajam karena Jurus Pasir Menyerap Air, pasti akan sangat mengundang kecurigaan. Namun membiarkan cambuk itu merajamku juga akan menimbulkan persoalan. Selain akan sangat menyakitkan, kulitku tidak akan terlalu mudah melakukan pemulihan karena umurku sudah 100 tahun. Rasa sakit bisa diatasi oleh tenaga dalam, tetapi waktu yang telah mengauskan kulitku tidak bisa kulawan. Apakah aku harus mengorbankan diri begitu rupa demi penyamaran" Punggawa itu mencambuk punggungku. Breeett! Kain busanaku robek dan duri-duri cambuk itu menembus kulitku. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Sulit dibayangkan manusia akan mampu menahan kesakitan dan kepedihan seperti ini. Saat itu aku mendapat akal. "Ampun!" Aku berteriak seolah-olah sangat kesakitan, dan tentu seolah-olah tidak tahu bahwa gendang telinga punggawa itu bergetar karena gelombang suara sangat tinggi yang kukirimkan bersama teriakanku. "Ampun!" Demikianlah setiap kali cambuk itu menyambar, teriakanku mungkin terdengar wajar, tetapi berkat tenaga dalamku dapat kutiup gendang telinganya dengan gelombang suara tinggi yang membuat kepalanya sakit. Aku tahu punggungku bersimbah darah karena tercacah. Kepala Dinas Rahasia ini akan mengiranya sebagai penyebab teriakanku. Baru lima cambukan ia sudah berhenti. "Orang tua, dikau telah berkata hanya mendapat perintah. Katakanlah siapa yang memerintahmu agar dikau tidak lebih menderita lagi!" Aku sudah tahu apa yang akan kukatakan sejak tadi. Namun jika aku mengatakannya dengan terlalu mudah, tentu sangat mencurigakan. Aku harus mengulur waktu. Lagipula aku masih ingin mendapat lebih banyak kejelasan. "Sahaya tidak berani mengatakannya Paduka, karena sahaya pasti akan mati jika mengatakannya." Punggawa itu memilin kumisnya. Aku mencoba bangkit dan bersimpuh. "Sama saja! Dikau juga akan mati jika tidak mengatakannya!" "Ampuni sahaya Paduka!" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Dikau harus mengatakannya! Ataukah dikau menginginkan imbalan?" Kepalaku kuangkat, sempat kulihat ia memberikan isyarat kepada para pengawal rahasia istana. Kuingat kembali nasihat Kautilya alias Canakya dalam Arthasastra tentang "Mengawasi Pihak-Pihak yang Dapat Dibujuk dan Tidak Terbujuk dalam Daerah Sendiri" yang merupakan Bab 13 di Bagian 9 dari kitab tersebut. Aku teringat Ayat 17 dan 25. ia hendaknya mengambil hati mereka dengan hadiahhadiah dan perdamaian kepada mereka yang tidak puas supaya mereka menjadi puas ia hendaknya menangani mereka yang tidak puas dengan cara perdamaian (sama) hadiah (dana), perselisihan (beda), atau kekerasan (danda) Kiranya penting untuk memahami jalan pikiran mereka ini, supaya dapat mengambil sikap yang tepat. Dengan cara apa pun yang mereka gunakan, aku akan bersikap seolah-olah merupakan mata-mata yang membuka rahasia. Namun sebaiknya aku mengetahui lebih banyak hal lebih dahulu sebelum melakukan tipu daya yang satu tersebut. Punggawa itu meninggalkan ruangan. Tinggal para pengawal rahasia, pengawal pribadi raja, yang telah membuatku penasaran karena menguasai ilmu pedang Suksmabhuta. Mereka bersikap ramah. "Bapak, maafkanlah Kepala Dinas Rahasia itu, ia tidak mengerti bahaya yang mengancam Bapak -sekarang Bapak boleh pergi dengan bebas..." Pergi dengan bebas" Padahal aku belum mendapatkan apa pun yang dapat menjelaskan keadaanku! "Sekarang luka Bapak akan kami obati." Salah seorang perempuan itu menggamitku. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Mari Bapak, bajunya dibuka dulu." Ah! Mereka mau mengobati lukaku -jika mereka membuka bajuku, akan terlihat pundi-pundi uang maupun gambarku sebagai Pendekar Tanpa Nama dalam lembaran lontar itu! Aku belum tahu apa yang bisa kulakukan jika itu menjadi masalah baru. "Maafkanlah sahaya, Puan, biarkanlah saya pergi sahaja. Maafkanlah, sahaya sudah tidak tahan lebih lama lagi berada di s ini. Biarkanlah sahaya pergi..." Mungkin aku berhasil memainkan peran sebagai orang yang sangat layak dikasihani. Namun aku lebih percaya mereka mempunyai siasat lain, ketika dengan mudahnya begitu saja mengizinkan aku pergi. Aku cepat menangkap, mereka saling berpandangan dengan ilmu angavidya, yakni ilmu menafsirkan sentuhan tubuh. "Baiklah Bapak, jika Bapak memang sudah tidak mampu menanggung penderitaan, kami tidak akan menahan Bapak lebih lama lagi, tetapi bawalah ramuan obat ini, oleskan pada luka Bapak, semoga akan segera pulih kembali." Aku diantarkan sampai ke depan gerbang, mereka membiarkan aku melangkah dengan terseok-seok dan pergi. Aneh sekali. Seharusnya mereka tetap menahan aku dengan penuh kecurigaan. Mereka sudah mengetahui aku membuntuti pembunuh bayaran mereka di lorong sempit. Aku sudah memancing rasa ingin tahu mereka dengan berbuat seolaholah memang ada yang memerintahkan aku berbuat seperti itu-dan bahwa yang memerintah itu tampaknya berkuasa sekali. Seharusnya mereka masih menahanku, terus menerus bertanya dengan penasaran, kalau perlu dengan siksaan, karena hal itu memang dibenarkan oleh Arthasastra. Namun mereka melepaskan aku yang memang tidak siap mendapat pertanyaan tentang Pendekar Tanpa Nama dengan terlalu TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ cepat. Aku memang ingin lepas karena lembar pengumuman tentang perburuan Pendekar Tanpa Nama itu, tetapi bahwa mereka melepaskan aku dengan terlalu mudah, sangat menimbulkan kecurigaanku. Aku masih melangkah dan berpikir. Apakah Arthasastra masih bisa memberikan jawaban" Karena aku mempelajarinya ketika masih muda, masih cukup banyaklah yang bisa kuingat. bila ia telah mempunyai mata-mata untuk para pejabat tinggi hendaknya ia menetapkan mata-mata untuk para warga negara dan orang desa agen-agen rahasia, yang saling berlawanan hendaknya mengadakan perdebatan di tempat-tempat suci, tempat rapat, perkumpulan masyarakat dan pada kelompok-kelompok lain Aku melangkah tertatih-tatih memasuki tempat keramaian. Orang-orang lalu lalang di jalan. Kurasa dunia makin sesakdan bagiku berarti makin membingungkan. Apakah yang masih diberikan ilmu silat dalam keadaan seperti itu" Aku melangkah, melenyapkan diri di antara banyak orang. Aku tidak sekalipun menoleh ke belakang. Namun aku tahu betapa aku dibuntuti orang. (Oo-dwkz-oO) Episode 9: [Menengok Pasar, Ramuan Sihir, dan Impian Naga Hitam] TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ AKU melangkah dengan gontai di tengah kerumunan orang-orang yang lalu lalang di jalanan. Inilah kesempatanku untuk mengamati apakah ada yang berubah dan tidak berubah dalam 25 tahun terakhir. Rakyat jelata, orang-orang awam berkulit coklat yang lalu lalang masih berbusana seperti dulu, kain tanpa hiasan yang kusam, dililitkan sekitar pinggang, dengan tubuh bagian atas tanpa penutup dan tanpa hiasan apapun jua. Lelaki perempuan sama saja. Hanya rambut mereka masih berbeda gaya sanggulnya. Lelaki tersanggul ketat, seperti asal tidak mengganggu gerakan, sedangkan perempuan ada yang lebih memperhatikan keindahan, dengan menjatuhkan rambutnya ke pundak, menghiasinya dengan bunga, dan kadang-kadang berkalung dan bergelang pula, dari kulit, akar bahar, atau cetakan perunggu. Namun di antara mereka, terdapat juga yang berbusana lebih mewah, dan tampak lebih kaya, atau mempunyai kedudukan tinggi, sehingga berhak mengenakan jenis busana tertentu untuk menunjukkan martabatnya tersebut. Maka tampaklah olehku mereka yang mengenakan ringring bananten (kain halus), patarana benanten, kain berwarna emas, pola patah, ajon berpola belalang, berpola kembang, warna kuning, bunga teratai, berpola biji, kain awali, dulang pangdarahan, dodot dengan motif bunga teratai hijau, sadangan warna kunyit, kain nawagraha, kain pasilih galuhbahkan ada juga yang ditandu, dengan iringan budak belian dan hamba sahaya, berpayung kutlimo maupun payung lain yang bertingkat. Aku teringat, hak untuk mengenakan kain yang bergambar emas bahkan tertulis dalam sebuah prasasti, seperti juga dengan hak memiliki perangkat makan sirih. Para pejabat Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo tinggi akan tertandai bukan saja dari payung yang mengiringinya, tetapi juga dari perhiasan gelang, sisir, dan ikat pinggang emas dengan perhiasan intan. Hak memasang payung putih atau payung kuning di depan rumah juga TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ ditentukan berdasarkan kedudukan penggunanya dalam masyarakat13. Aku melewati pasar yang terletak di dekat sungai. Kulihat tumpukan bawang, beras, garam, gula, lnga (minyak), jahe, pja (ikan laut asin), buah-buahan terutama pinang di bagian makanan. Kuhirup bau rempah-rempah seperti sirih dan kapulaga, kutatap warna-warni tumpukan durian, rambutan, manggis, jeruk, kecapi, sukun, langsat, jamblang, salak, nangka, jambu bol, wuni, mangga, pisang, dan kelapa. Aku menyuruk makin jauh ke dalam pasar besar di lapangan ini, sembari meyakinkan diri bahwa agen rahasia yang membuntuti aku masih menjalankan tugasnya. Ternyata memang begitu. Kadang-kadang aku berbuat seperti tidak sengaja menoleh ke arahnya, dan sosok yang membuntuti itu segera menyembunyikan diri. Namun ada kalanya ia mendekat ke sampingku, seperti ketika aku memasuki bagian sandang dan berhenti di tempat amahang (bahan pewarna) . Kemudian kulihat ia mendahuluiku di tempat wasana (pakaian), dan di belakangku lagi ketika aku menyusuri kios-kios para penjual kapas dan lawe (benang). Aku berjalan terus, sama sekali tidak berusaha menghindarinya, menyusuri pasar di bagian perlengkapan umum, tempat dijualnya galuhan (batu permata), gangsa (perunggu), anganam (keranjang), labeh (kulit penyu), makacapuri (kotak sirih), tamwaga (peralatan tembaga), tambra (lempeng tembaga), timah, wsi (besi), maupun mangawari (permata). Di sini juga terdapat barang-barang yang dibuat para undhahagi atau tukang kayu, berikut alat-alat kerja para tukang seperti kapak, kapak perimbas, beliung, tampilan, linggis, tatah, parang, keris, pisau, sekop kecil, ketam, kampit, bor, tombak pendek, alat pemotong kuku, siku"siku, jarum, dan pemukul besi16, tempat aku melangkah dan menyelinap di antara deretan pedati, gerobak, dan kuda-kuda TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ pengangkut, tetapi kubiarkan agen rahasia itu tetap berhasil melihatku dan aku sengaja mencari jalan ke sana kemari supaya ia tetap mencurigaiku. Di seberang jalan dari tempat sarana pengangkutan terdapat pasar hewan. Aku tidak masuk, tetapi hanya mengitarinya saja. Masih sama, dulu orang juga berjual beli kerbau, sapi, kambing, babi, dan unggas, terutama bebek. Kuingat apa saja makanan hewani yang masih dimasak rakyat jelata sejak 25 tahun lalu, celeng (babi ternak), wok (babi hutan), kbo (kerbau), kidang (kijang), wdus (kambing), sapi, wrai (kera), andah (bebek), angsa, ayam, kaluang (kalong), alap-alap (sejenis burung), sampai hewan-hewan air tawar seperti hayuyu (kepiting sungai), hurang (udang sungai), wagalan, kawan-kawan, dan dlag (ikan-ikan di sungai); hewan-hewan air laut seperti getam (kepiting laut), hnus (cumi), iwak knas (kerang), kadiwas, layar-layar, prang, tangiri, rumahan, slar (ikan-ikan di laut) . Kepala tuaku sudah tidak bisa mengingat, apakah ikan"ikan seperti bijanjian, bilunglung, harang, halahala, kandari termasuk ikan laut atau air tawar, tetapi beberapa jenis daging dan ikan juga diawetkan sebagai deng (dendeng) dan asinasin (ikan as in), dan baunya sampai ke hidungku. Kura (kurakura) juga mereka makan, tetapi tentu tidak selaz im kerbau, kambing, dan itik yang memang diternakkan. Aku berhenti, kurasakan sesuatu di punggungku. Rupanya darah dari luka-luka cambuk berduri itu lengket dengan bajuku. Aku memang tidak merasakan kesakitan yang mestinya dialam i seseorang yang dicambuk, tetapi luka-luka itu tidak dengan sendirinya sembuh hanya karena aku memiliki tenaga dalam. Aku harus memanfaatkan obat yang diberikan para pengawal rahasia istana. Itupun aku tidak tahu bagaimana cara mengoleskannya ke punggungku. Aku harus mencari seorang tabib. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Bapak, tunjukkanlah kepada sahaya rumah tabib," ujarku kepada salah seorang yang lewat, ia juga sudah tua, hanya mengenakan kancut dan kepalanya bertutup serban. Kumis dan jenggotnya putih menutupi wajah. Ia menunjuk sebuah umbul-umbul di seberang jalan, dan terkejut melihat lukaku. "Datanglah ke sana orang tua! Lukamu sangat mengerikan! Apakah kesalahanmu sampai mendapat cambukan begini rupa?" Aku sudah membuka mulut, mau mengatakan hanya perlu minta tolong seseorang yang sudi membubuhkan obat ke punggungku. Namun ia menukas. "Cepat pergilah ke sana orang tua. Anakku sendiri yang menjadi tabib di sana." Aku siap melangkah ke arah umbul-umbul warna ungu yang berkibar di seberang jalan, tetapi dari belokan jalan muncul rombongan pejabat tinggi sehingga semua orang harus bersujud ke tanah. Pejabat tinggi itu dari busananya tampak sebagai hakim, mungkin hakim tertinggi, karena ia berkendaraan seekor gajah. Ada tandu dengan tirai sutra keemasan yang tersibak di atas punggung gajah itu, dan di tengkuk gajah itu terlihat sais berkulit hitam legam yang masih muda sekali. "Orang tua! Bersujudlah!" Seorang pengawal yang menyisir tepi jalanan menekan pundakku agar aku bersujud ke tanah. Aku pun bersujud. Kurasakan debum kaki gajah yang melangkah menuju ke gedung pengadilan, tempat orang-orang yang melanggar hukum diadili. Aku tidak habis pikir betapa peradaban tidak pernah menghapuskan kejahatan sama sekali. Seseorang bahkan tidak perlu bergabung dengan golongan hitam untuk melakukan kejahatan. Orang-orang awam yang tidak berilmu TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ melakukan kejahatan dengan nekat - mungkinkah karena segala bidang pekerjaan telah dikuasa i orang-orang berilmu" Kalau orang awam tidak mampu menjadi pandai besi, pandai emas, pandai kayu, ataupun tukang jagal, mengapa mereka tidak mencari ikan, membajak di sawah, atau menjadi kuli" Ketika menyamar sebagai tukang batu yang membangun candi jinalaya Kamulan Bhumisambhara aku pernah ditugaskan untuk memasang bagian-bagian gambar adegan perampokan. Tergambarkan dalam gambar di dinding itu seorang penjahat berwajah seram menyerang tiga orang sambil memegang pisau. Satu orang digambarkan jatuh dan kedua orang lain menghindar ketakutan sambil membela diri dari serangan. Digambarkan pula betapa barang-barangnya sebagian terbawa dan sebagian lagi jatuh ke tanah18. Memang banyak perampokan di jalur perdagangan, sedangkan peradaban tidak akan hidup tanpa jalur perdagangan tersebut, dan di jalur itulah perampok menanti di daerah terpencil, daerah perbukitan, daerah perhutanan, dan di daerah muara sungai yang berdelta. Kuingat pula ketika menyamar sebagai sais pedati pengangkut barang, di antara dua desa aku pernah dicegat para perampok yang tiba-tiba muncul dari balik pohon beringin. Mereka menyerang serabutan ke arahku yang sedang mengangkut berkarung-karung beras. Segera kuraup segenggam beras dari salah satu karung yang terbuka dan kulemparkan ke arah mereka. Bulir-bulir beras itu menotok berbagai jalan darah tertentu pada tubuh, sehingga para perampok yang kurang makan itu langsung lemas tanpa daya dan terpuruk seperti karung yang kosong. "Orang tua! Untuk apa bersujud terus, rombongan rakryan mapatih itu sudah lewat!" Aku beranjak. Orang-orang tersenyum. "Orang tua pikun! Kenapa bisa dicambuk seperti itu?" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Waktu aku bersujud tentu saja seluruh punggungku yang bersimbah darah dan melengketkan kain baju koyak moyak itu pada kulit terlihat jelas. Namun aku segera ditinggalkan sendirian lagi, karena keberadaan seseorang yang dihukum rupa-rupanya bukan sesuatu yang harus membuat seseorang berhenti di jalan. Di depan umbul-umbul aku menengok ke sana kemari. Di manakah rumah tabib" Kutanyakan kepada seorang perempuan tua yang kepalanya berserban dan dadanya bergelayutan. "Tabib" Dukun maksudmu" Masuk saja ke dalam pura itu." Aku melangkah masuk. Seorang perempuan tua lain, yang kali ini kepalanya tidak berserban, tetapi dadanya juga bergelayutan, menyambutku. "Orang tua, dikau mau berobat" Masuklah ke pintu itu." Aku melewati halaman tempat anak-anak dengan hidung ingusan bermain-main telanjang bulat. Banyak sekali anjing berkeliaran di mana-mana. Bahkan ada yang sedang berkelahi memperebutkan sepotong dendeng yang jatuh dari jemuran di atas atap. Kusingkap tirainya. Tidak ada orang. Namun dari balik dinding terdengar suara perempuan mengerang-erang kesakitan, disambut suara lelaki membentak-bentak. "Bacakan! Bacakan!" Terdengar suara perempuan lain, membaca dengan terbata-bata. "Setelah menekan dalam bejana berbentuk onta, janin abortus dari semua varna atau bayi mati di kuburan-lemak yang dihasilkan dari itu memungkinkan berjalan tanpa lelah sejauh seratus yojana." Mendengar itu aku langsung menghilang. Berkelebat ke atas genting dan turun lagi di lorong bertembok bata merah di TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ luar pura. Meski aku mampu menghilang dengan cepat, aku tidak mau pengawal rahasia istana yang bertugas membuntuti kehilangan jejakku. Kulihat ia baru mau masuk ke dalam pura. Kulempar pecahan genting agar dia menoleh. Sebelum dia menoleh aku sudah melangkah gontai ke arah sebaliknya dengan penuh makian dalam hati. Sudah makan asam garam kehidupan begini, hampir saja aku terjerumus ke dalam dunia mengerikan tersebut. Padahal aku hanya perlu seseorang untuk mengoleskan obat ke punggungku. Tentu aku masih ingat nasihat-nasihat Kautilya untuk menipu musuh-musuh negara melalui ilmu gaib yang tidak pernah bisa diperiksa benar tidaknya! Seperti terdapat dalam Buku Keempatbelas : Mengenai Cara-cara Rahasia pada Bab 2 Bagian 177, yakni "Praktik-praktik Rahasia untuk Menghancurkan Pasukan Musuh". Dalam campuran racun untuk membunuh musuh misalnya terdapat ramuan seperti ini: Bubuk kodok bertutul, serangga kaudinyaka dan krkana, pancakustha dan kelabang, bubuk uccidinga, kambali, satakanda, dihma dan kadal, bubuk cicak, reptil buta, karakntaka, serangga bau, dan gomarika, yang bercampur dengan air bhallataka dan avalguja, menyebabkan mati secara langsung, atau disebabkan oleh asapnya. Dari ramuan seperti ini, aku tidak menolak kemungkinannya membuat orang mati. Namun aku tidak akan pernah bisa mengerti kenapa reptil yang disebutkan itu harus buta matanya dan serangganya pun bau" Kukira itulah khayalan para dukun. Perhatikan ini juga misalnya: Campuran kadal dan cicak menimbulkan lepra, yang sama dicampur dengan isi perut kodok berbintik dan madu menimbulkan sakit kandung kencing, dicampur dengan darah manusia menimbulkan sakit paru-paru. Hmm. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Juga ini: Minyak biji mostar putih, digodok dengan butir gandum yang diambil dari tahi keledai putih yang diberi makan susu mentega dan gandum, setelah tujuh malam, adalah cara untuk membuat cacat. Benarkah ini juga dilakukan orang di India seribu tahun lalu" Sedangkan yang bagiku sangat ajaib adalah dua ramuan ilmu halimunan berikut ini: (1) setelah berpuasa selama tiga hari dan malam seseorang harus menyiapkan pada hari pusya, sebuah peniti dan tempat salep (yang) mengandung tulang paha seorang pembunuh kemudian, dengan mata dibubuhi bubuk Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo dari salah satu mata, orang bisa bergerak tanpa tampak bayangan dan bentuknya (2) setelah berpuasa selama tiga hari dan malam, seseorang harus menyiapkan pada hari pusya, sebuah tempat salep dan sebuah peniti dengan mengisi tengkorak salah satu makhluk yang mengembara waktu malam dengan salep mata, lalu harus dimasukkan ke dalam vagina wanita yang sudah meninggal dan membakarnya mengeluarkan salep itu pada hari pusya TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ harus disimpan dalam tempat salep itu dengan mata dibubuhi (salep) itu seseorang bergerak tanpa kelihatan bayangan dan bentuknya Ilmu sihir, ilmu hitam, ilmu gaib, aku tidak pernah mengerti dan tidak merasa perlu mengerti cara bekerjanya. Bukan karena ilmu itu bersifat jahat dan hanya bertujuan mencelakakan orang, melainkan karena terlalu mirip dongeng yang memualkan perut, meski dalam kehidupan awam sangat dipercaya. Adalah kepercayaan ini yang membenarkan keberadaan para dukun, yang dengan bersemangat akan mengembangkan khayalan dalam dongengan berbahasa meyakinkan. Mendadak di hadapanku muncul orang tua berjenggot putih, yang mengenakan kancut dan serban putih tadi. "Sudah berjumpakah dikau dengan anakku, wahai orang tua?" Aku terperangah. Teringat janin yang akan menjadi korban. "Ah! Dikau pasti salah masuk ke rumah dukun sihir yang tolol itu! Hahahaha! Ikutilah aku!" Begitulah aku sampai di rumah sebelahnya, yang hanya berdinding bambu dan beratap rumbia. Kunikmati diriku tidur tengkurap di sebuah dipan kayu berkasur jerami dalam kain lurik. Aku berada dalam perawatan seorang tabib muda yang mengerti apa artinya menyembuhkan seseorang dengan ramuan obat, bukan dengan ilmu gaib yang menolak dipahami. Obat pemberian orang-orang yang menyiksaku memang bagaikan pemunah terbaik dari akibat siksaannya. Tabib muda itu mengoleskannya dengan hati-hati sepanjang luka-luka TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ cambukan berduri di punggungku. Bajuku yang koyak tergantung di dinding. Di dalam kantung sebelah dalam terdapat pundi-pundi uang dan lembaran lontar dengan gambarku. "Orang tua, minumlah ramuan ini, akan mempercepat sembuhnya luka-lukamu." Aku meminumnya dengan penuh kepercayaan. Apalah yang lebih bisa dipercaya daripada seorang tabib, dalam negara yang penuh ilmu sihir ini" Jika bahkan prasasti yang resmi berisi kutukan untuk menakut-nakuti, apakah yang masih bisa diharapkan dari seorang awam di Yawabumi yang jiwanya harus dilindungi, selain kepastian sebuah cara berpikir yang memang mengandalkan akal dan budi" Sembari terbaring dengan perasaan sejuk dan nyaman, kubayangkan Yawabumi telah menjadi gelap dalam dekapan naga raksasa yang hitam, kejam, dan sangat menakutkan. Kulihat mata Naga Hitam ini berkedip-kedip karena silau, oleh cahaya terang yang datang dari puncak sebuah stupa. Naga Hitam ini mengaum takrela melepas Yawabumi dalam dekapannya, tetapi cahaya yang amat sangat menyilaukan telah menggelisahkannya. Ia mengaum dan menggeliat-geliat, tetapi akhirnya terbang mengangkasa, membuat Yawabumi yang semula gelap kembali terang. Sayup-sayup seolah terdengar bisikan Pembuka Mata. bayangkanlah Sri Bhatara Vajrasattva di dalam matamu ia akan membuka matamu berbesar hatilah terbuka matamu terlihat TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Sang Hyang Mandala Angin dari sebuah kipas besar membelai diriku pelahan membawaku makin jauh ke alam mimpi. (Oo-dwkz-oO) Episode 10: [Kisah Rakit dan Perbincangan yang Kudengar] KUSAKSIKAN pemandangan sebuah sungai. Perm ukaan sungai itu berkilauan memantulkan cahaya. Kemudian dari balik lembah sungai muncul sebuah rakit. Apakah dalam mimpi ini aku bermaksud menyeberang" Rakit itu datang bersama arus dengan seorang tukang rakit di atasnya. Namun aku merasa tidak dapat menatapnya dengan jelas karena cahaya berkilauan di atas sungai itu kemudian menjadi sang at menyilaukan. Berapakah rakit yang datang ke arahku itu" Satu atau dua" Apakah ini karena permainan cahaya" Tentu aku bisa menyeberang tanpa rakit sebetulnya, cukup asal telapak kakiku bisa menyentuh benda-benda yang terapung di sungai. Aku pernah menyeberangi sebuah sungai deras dengan jembatan udara, yakni setiap kali me lemparkan poton gan lontar ke depan untuk kujadikan pijakan, dan begitu seterusnya sampai ke seberang. Namun lontar berisi kisah Mahabharata itu langsung hilang di su ngai begitu aku menginjaknya. Tentu saja aku sangat sedih, tetapi saat itu aku harus memburu lawan yang tidak mungkin kubiarkan hidup. Rakit-rakit ini datang dalam mimpiku dan aku tidak bis a bergerak. Kalau mau menyeberang, aku harus menggunakan salah satu rakit itu, tetapi yang mana" Tadi sepertinya rakit itu satu, tetapi sekarang menjadi dua. Tukang rakitnya, yang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ menghela rakit dengan ba mbu panjang untuk menekan dasar sungai, juga menjadi dua. "Mau menyeberang Bapak" Naiklah ke rakit sahaya." "Naik ke rakit sahaya saja Bapak, lebih nyaman dan lebih cepat mencapai tujuan." Aku tahu, menumpang rakit yang manapun akan sama saja rasanya dan juga sama saja cepatnya untuk sampai ke seberang. Namun aku tetap harus menentukan pilihan. Bagiku, ini cukup membingungkan, karena menentukan\ pilihan harus mempunyai suatu dasar dan alasan. Kutatap lagi, ternyata salah satu rakit itu memecah diri lagi, sehingga semuanya menjadi tiga rakit dengan tukang rakitnya masing-masing. "Naik ke rakit sahaya saja, Bapak," ujar tukang rakit yang ketiga, seperti sengaja menambah kebingunganku. Jika ingin sampai ke seberang, aku harus memilih salah satu dari ketiga rakit itu, padahal tiada perbedaan apa pun di antara ketiga rakit, yang membuat aku setidaknya memiliki alasan untuk memilih salah satu. Ternyata rakit yang satunya juga membelah diri, bahkan menjadi tiga, sehingga kini terdapat lima rakit menuju ke arahku. "Naiklah rakit sahaya Bapak, naiklah rakit sahaya saja!" Lima rakit dengan tukang rakitnya masing-masing menuju ke arahku, dalam silau cahaya mereka tampak timbul dan tenggelam bagai sosok bayang-bayang. Permukaan sungai bercahaya menyilaukan. Banyak pilihan tidak selalu membuat segalanya lebih mudah-tidak ada pilihan lain jauh lebih mudah, meski ketiadaan pilihan bagaikan suatu nasib yang memaksa kita untuk pasrah. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Namun, bagaimana kalau kita tidak usah memilih saja" Meski hanya ada satu pilihan di depan kita" Kemudian muncul rakit yang keenam. Rakit ini kecil sekali. Justru karena itu tukang rakitnya mampu membawa rakit itu melaju lebih cepat, menyalip kelima rakit yang lain, dengan segera menuju tempatku berdiri. Hmm. Aku memang tidak punya pilihan lain kali ini, tetapi aku juga mempunyai alasan yang kuat. Aku tidak menunggu rakit itu mendekati tepi sungai. Aku telah menjejakkan kaki dan melayang. Dengan sekadar menyentuhkan kaki pada daun-daun yang terapung pada permukaan sungai aku segera tiba di atas rakit itu. "Bapak, mau menyeberang?" Tukang rakitnya bertanya. "Tentu saja menyeberang, kamu pikir apa pekerjaanmu?" "Sahaya tidak hanya memberi jasa pelayanan agar penumpang bisa sampai ke seberang, sahaya juga membawa penumpang ke hulu maupun ke hilir, ke mana pun penumpang menghendakinya." "Kamu bisa membawaku ke mana saja?" "Ya, sahaya bisa membawa Bapak ke mana sahaja." "Kalau begitu bawa aku ke suatu tempat di mana aku bisa melihat dunia." Tukang rakit itu tersenyum. "Melihat dunia" Bukankah kita berada di dalam dunia ini Bapak?" "Bukankah kamu bisa membawa penumpang ke mana saja dia menghendakinya?" "Benar Bapak, sahaya sanggup membawa Bapak ke tempat Bapak dapat melihat dunia." "Kalau begitu bawalah aku ke sana segera." TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Baik Bapak, tetapi itu berarti kita harus ke luar dari dunia." Aku tertegun. "Tidak mungkin kita melihat dunia dari dalam dunia bukan" Kita hanya bisa melihat dunia dari luar dunia." "Apakah itu mungkin?" "Sahaya sanggup membawa Bapak ke sana, masalahnya apakah Bapak masih bersedia pergi ke sana?" "Pertanyaanku, apakah masih mungkin ada sebuah tempat di luar dunia" Bukankah tiada yang ada di luar dunia?" "Itulah menariknya dunia ini Bapak, bagaimana yang tidak mungkin menjadi mungkin! Nah, kita jadi pergi ke sana atau tidak?" Hanya itulah tujuan hidupku di dunia ini. Tidak lebih dan tidak kurang, memahami segala sesuatu tentang dunia. Itulah sebabnya aku selalu mencari tempat yang memungkinkan aku melihat dunia. Pertanyaan tukang rakit itu sungguh benar adanya: Bagaimana mungkin kita bisa melihat dunia dari dalam dunia" Namun meski kami tidak mungkin keluar dari dunia supaya bisa melihat dunia, tukang rakit dari rakit yang terkecil ini sanggup membawaku ke tempat semacam itu. Mungkinkah" Aku tentu saja penasaran. "Jadi, mari kita berangkat." "Baiklah, kita berangkat, Bapak tidur-tiduran saja dahulu." (Oo-dwkz-oO) SEPERTI masih terdengar desisan sungai ketika aku menyadari diriku masih tidur tengkurap di ruangan tabib muda itu, dan mendengar bisik-bisik percakapan mereka. Maka meski masih tengkurap, aku tetap mengatur nafas seperti orang tidur dan tetap memejamkan mataku. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "...Ayah, orang tua ini menyimpan banyak uang di kantongnya, dan ia juga menyimpan selebaran tentang perburuan Pendekar Tanpa Nama." "Apa yang aneh dengan itu, semua pemburu hadiah memegang selebaran semacam itu, dan kenapa seseorang mesti tidak punya banyak uang jika bekerja..." "Entahlah, aku tidak merasa dia seperti seorang pemburu hadiah, dan juga bukan orang yang tampak selalu bekerja keras. Lagipula cambukan yang di dapatnya mengandaikan dia seorang musuh negara..." "Musuh negara" Hmm. Apa salahnya dengan itu?" "Dia bisa membahayakan kita. Mungkin dia dimata"matai." "Hmm." "Juga aku menemukan perkara lain." "Apa itu?" "Rambutnya..." "Kenapa rambutnya?" "Tadi aku tidak sengaja, tanganku masih beroles minyak penghilang warna sehabis membersihkan patung, lihat..." Mungkin ia menunjukkan rambut pada bagian kepala yang dipijat. "Aaahhhh...?" Mereka bercakap begitu pelahan, tetapi aku mendengar desisan bernada khawatir. "Siapa dia kiranya?" "Dia jauh lebih tua dari tampaknya, mungkin lebih tua dari Ayah..." "Apa yang harus kita lakukan?" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Dalam pura-pura tidurku, aku juga belum tahu apa yang harus kulakukan. Segalanya bagaikan menggelinding begitu cepat setelah penyerbuan para pembunuh ke gua tempatku bersembunyi selama 25 tahun. Setelah seperempat abad tenggelam dalam samadi, tidak terlalu mudah bagiku kembali ke dunia ramai dengan segala muslihat yang menutupi segenap kepentingan. Namun aku tidak mungkin meninggalkan dunia ramai ini sekali lagi sebelum misteri terpecahkan. Meskipun aku telah menjadi sangat terlatih dalam olah tubuh dan pernapasan seperti yang dijalankan para ahli yoga, jiwaku bukanlah jiwa seorang brahmana atau bhiksu yang menjadikan nirwana sebagai tujuannya. Aku hanyalah seorang pengembara di sungai telaga dunia persilatan, yang mencari ilmu sebanyak-banyaknya sekadar demi kesenangan, bahkan tidak merasa terlalu wajib Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo mengabdikan diri untuk membela kebenaran dan keadilan. "Apakah dia bisa menjadi masalah bagi kita?" "Kita belum tahu Ayah, tetapi Pendekar Tanpa Nama dianggap sebagai musuh negara paling berbahaya saat ini, dan kita belum tahu apakah dia teman atau lawan pendekar yang sudah lama menghilang itu." Aku masih memejamkan mata. Aku sudah menghilang 50 tahun semenjak peristiwa Pembantaian Seratus Pendekar. Seharusnya lebih dari cukup untuk membuat siapapun di dunia persilatan, apalagi orang-orang awam, untuk melupakan diriku. Namun dalam kenyataannya justru berkembang sebuah cerita baru tentang diriku, yang tidak pernah kuketahui sama sekali! Bagaimana caranya aku telah menjadi musuh negara yang paling berbahaya- saat ini pula" Ingin sekali aku bertanya! Kudengar ayahnya mendesah. "Hhhhhh! Pembantaian Seratus Pendekar... Bahkan pahawuhawu dan atapukan telah membuat wayang topeng tentang peristiwa itu." TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Ayah tahu peristiwa itu?" "Aku masih berumur 20 tahun ketika peristiwa itu terjadi, orang membicarakannya di kedai dan di pasar"pasar." "Apa sebetulnya yang terjadi, sampai Pendekar Tanpa Nama harus membantai seratus pendekar itu?" "Ah, itu bukan seratus pendekar, lebih dari separonya golongan hitam. Tetapi tewasnya para pendekar golongan putih dan golongan merdeka dalam jumlah yang lumayan banyak dengan seketika itu mempunyai akibat, karena kejahatan yang tumbuh di mana-mana lantas menjadi sulit dibasmi." "Apakah itu dianggap sebagai dosa Pendekar Tanpa Nama?" "Mungkin. Aku tidak tahu. Bagiku bukanlah tugas para pendekar untuk saling bertarung seperti itu." "Aku juga tidak mengerti Ayah, orang-orang dunia persilatan itu, kenapa kedudukan sebagai pendekar nomor satu menjadi terlalu penting?" "Itulah kalau orang hanya diajarkan untuk berkelahi, tanpa ada yang lain lagi, mereka pikir kalau sudah tidak pernah kalah maka hidupnya menjadi sempurna." Hmm. Pendapat ayahnya itu sebagian benar, dan sebagian lagi tidak, karena ilmu silat yang paling dangkal pun dilandasi suatu falsafah. Jadi orang belajar silat tentu tidak hanya belajar berkelahi. Namun memang benar banyak orang belajar ilmu silat hanya dengan maksud belajar berkelahi, meskipun itu membela diri, dan tidak mampu menangkap ilmu yang tersirat dari ilmu silat itu. (Oo-dwkz-oO) SELAMA aku menjelajahi rimba hijau dunia persilatan, kupelajari betapa ilmu silat hanya dapat menjadi ilmu jika TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ segenap gerak, jurus, siasat, dan tipu dayanya, dipertimbangkan sebagai bentuk suatu cara berpikir. Hanya dengan begitu ilmu s ilat itu akan menjadi milik s iapa pun yang mempelajarinya, menjadi ilmu yang dimiliki dan mewakili pemikirannya sendiri. Pendapat orang tua berjenggot dan berkumis putih itu juga benar, ketika ia menggugat kemenangan sebagai bentuk kesempurnaan. Menurut pendapatku, dalam ilmu silat, mengalami kemenangan dan kekalahan jauh lebih sempurna sebagai pengalaman daripada selalu menang tanpa pernah terkalahkan. Itu berarti ilmu silatku belum mencapai kesempurnaan, karena aku belum pernah mengalami kekalahan. (Oo-dwkz-oO) "AYAH, jadi siapakah kiranya orang tua ini" Dia dicambuk seperti itu. Hanya mungkin dilakukan dinas rahasia yang memiliki dan menguasai segala jenis alat maupun cara menyiksa." "Aku juga tidak tahu bagaimana mesti menghubungkan luka-lukanya itu dengan Pendekar Tanpa Nama, tetapi kita wajib menolongnya." "Tentang ajaran rahasia itu, benarkah Ayah?" "Kenapa dengan ajaran rahasia?" "Bukankah Pendekar Tanpa Nama dianggap bermasalah dengan ajaran rahasia yang tidak boleh diajarkannya?" Telingaku menegang. "Aku tidak pernah tahu soal itu. Tidak ada penjelasan dalam selebaran itu bukan?" "Itu yang kudengar dibicarakan semenjak selebaran itu ada di mana-mana." "Apa masalahnya?" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Rasanya aku ingin berbalik dan ikut membicarakannya, karena barangkali aku bisa menggiring perbincangan ke arah yang kukehendaki. Namun aku masih menunggu. "Pendekar Tanpa Nama dianggap menyebarkan ajaran sesat dengan sengaja untuk menghina agama." Bagaimana mungkin! Seseorang telah mengisi hilangnya diriku dengan omong kosong! Dalam sekejap seluruh riwayat hidupku berkelebat dalam benakku. Bagian manakah dari riwayat hidupku yang begitu keliru sehingga barangkali saja benar kiranya yang dikatakan orang-orang itu" Aku mencoba berprasangka baik bahwa mungkin saja memang ada sesuatu yang ditanggapi secara keliru. Namun tak bisa pula kusangkal dugaanku sendiri, betapa menghilangnya diriku yang begitu lama dari dunia persilatan telah dimanfaatkan demi suatu kepentingan tertentu. "Menghina agama" Sejauh yang kudengar Pendekar Tanpa Nama itu tidak terlalu peduli dengan agama. Bagi para pendekar golongan merdeka seperti Pendekar Tanpa Nama, tidakkah ilmu silat itu sendiri bagi mereka sudah berlaku sebagai agama?" "Itulah yang kudengar dalam perbincangan di kedai, Ayah..." "Kukira sebenarnya tidak ada yang peduli apakah Pendekar Tanpa Nama itu bersalah atau tidak. Mereka hanya peduli dengan hadiah sepuluh ribu keping emas." "Aku juga berpikir seperti itu Ayah, lagipula menurut aku apa salahnya menyebarkan suatu ajaran rahasia" Bukankah pengetahuan itu seharusnya menjadi milik semua orang?" "Itulah persoalannya anakku, dengan memiliki pengetahuan seseorang memiliki kekuasaan." Orang tua berjenggot putih itu benar, tetapi kebenaran diriku belum juga terungkap, bahkan ketidak benarannya bisa TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ diterima sebagai kebenaran baru. Betapa kebenaran itu ternyata seperti ruang kosong yang akan diperebutkan siapapun yang berk ehendak mengisinya. Ajaran rahasia ap akah yang mereka maksudkan itu" Kuingat perbincangan di kedai yang menghubungka Jurus Tanpa Bentuk dengan pengetahuanku atas s ajaran rahasia. Dunia persilatan ternyata tidak begitu terasing dari dunia awam seperti yang kusangka . Orang"orang awam yang tidak pernah bersilat satu jurus pun berbicara tentang ilmu silat dengan lebih fasih daripada para pendekar itu sendiri. Orangorang di rimba hijau telah meremehkan kemampuan orangorang awam untuk memanfaatkan dunia persilatan demi kepentingan mereka. Persoalannya, masih mungkinkah aku melacak sumber segala cerita tentang diriku ini" Masih mungkinkah membongkar dongeng dan menemukan sumbernya yang pertama" Namun jika terdapat lebih dari satu sumber yang saling tidak mengenal tetapi saling menambahi arti, masih mungkinkah aku menemukan seseorang yang bisa kuanggap sebagai bersalah" Aku belum mendapatkan kisah tentang Pendekar Tanpa Nama yang sudah beredar itu dengan selengkapnya, tetapi sudah jelas itu merupakan riwayat yang terbangun bukan atas nama diri yang kuhayati detik ini. Aku tidak pernah menceritakan riwayat hidupku kepada s iapapun, tiada seorang pun, siapapun tidak, dan kukira tidak akan pernah, karena kuanggap diriku tidak perlu ada sebagai seseorang yang pernah ada. Aku telah menghilang untuk menghilangkan diriku. Siapa nyana diriku terhadirkan begitu rupa di luar kehendakku" Apakah yang tidak lebih berlawanan dari diriku selain dinyatakan sebagai orang yang paling berbahaya untuk negara karena menghina agama" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Aku telah menjadi bukan diriku. T iada kenyataan yang lebih menyakitkan bagi seorang pengembara di sungai telaga dunia persilatan, yang menempuh jalan pertarungan antara hidup dan mati untuk mencari nama, selain mendapatkan nama yang bermakna sebaliknya! Aku memang disebut sebagai Pendekar Tanpa Nama, karena tiada pernah seorang pun kuberi kesempatan untuk mengetahui diriku ini siapa -tetapi itu tidak berarti maknanya bisa ditafsirkan seenak perut mereka! Kuputuskan untuk membuka mata. (Oo-dwkz-oO) Episode 11: [Rajamangsa; Agen Rahasia Ganda; Kepada Siapakah Kita Harus Percaya"] AKU membuka mata. Mereka tidak berada di ruangan ini. Aku masih tengkurap. Kudengar mereka masih berbisik"bisik di ruangan sebelah. "Ayah, nanti malam mereka akan memainkan Pembantaian Seratus Pendekar itu..." "Hhhh... Salah satu korban pembantaian itu adalah kakekmu." "Ya, ayah pernah bercerita tentang itu, dan ilmu pengobatan ini adalah warisan beliau." "Ia juga berpesan agar kita tidak menaruh dendam, karena kematian dalam pertarungan adalah jalan seorang pendekar." Mereka terdiam. Aku menahan nafasku. Itulah yang tidak pernah terpikir pada masa lalu oleh kepalaku. Mereka yang tewas mungkin punya keluarga, yang meskipun rela, tidak akan pernah melupakannya. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Siapakah kakek dan ayah dari bapak-anak yang telah merawatku ini" Bukankah tidak terlalu mudah menerima kebaikan dari keturunan seseorang yang tewas di tanganku, betapapun melalui tata nilai yang tersahihkan dalam rimba hijau" Aku tak berusaha mengingatnya karena merasa akan sia-sia. Barangkali aku mengingat seratus lawanku malam itu, tetapi jelas sulit menentukan siapa kiranya yang ilmu pengobatannya tergunakan kepada diriku sekarang ini. Lima puluh tahun telah berlalu. Peristiwa itu tidak dilupakan, bahkan mengilhami pertunjukan wayang topeng. Bagaimanakah pandangan banyak orang atas peristiwa itu" Seberapa jauh orang"orang awam memahami dunia orangorang sungai telaga dunia persilatan" Aku menggerakkan tubuh, balai-balai kayu itu berbunyi, dan mereka bergegas datang dari ruang sebelah. "Sudah bangun Bapak" Minumlah dan silakan makan. Bagaimana rasa punggungnya?" Aku tidak segera menjawab, tetapi kurasakan seperti sudah hilang luka-luka karena cambuk berduri itu. Kalau memang sudah sembuh, obat mereka sungguh-sungguh mujarab! "Maafkan kami tidak dapat menghilangkan bekas luka itu Bapak, bekas itu tidak bisa hilang..." Maksud mereka jelas, banyak orang akan mengetahui aku pernah dicambuk oleh alat negara, selama aku tampak di jalanan tanpa jubah yang menutupi seluruh tubuh. Aku jadi teringat baju berkantung dan isinya. "Baju Bapak sudah sobek, bahkan hancur punggungnya, kami terpaksa membuangnya. Sebagai gantinya kami sediakan kain yang bisa dipakai sebagai jubah. Ini milik Bapak yang terdapat dalam kantung baju Bapak..." Aku beranjak bangkit. Ingin sekali melihat punggungku, tetapi tidak semua orang memiliki cermin sebagai bagian rumahnya. Bahkan aku sudah terlalu lama tidak tahu bentuk TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ rupa wajahku sendiri. Tabib muda itu mengulurkan pundipundi kulit dan lembaran lontar dengan gambar diriku sendiri. Kami saling berpandangan, tetapi kurasa ia tidak mengenaliku. Meski ia mengetahui rambutku hitam karena disemir, aku telah mencukur kumis dan jenggot, dan aku tahu itu akan sangat menyamarkan siapa diriku sebenarnya. "Bapak membawa gambar Pendekar Tanpa Nama yang diburu negara" Apakah Bapak seorang pendekar yang sedang memburunya?" Memalukan sekali tentunya, jika mengaku pendekar tetapi memburu hadiah dari pencelakaan orang lain pula. "Ah, sahaya bukan seorang pendekar, sahaya hanya menemukannya tergeletak di jalanan. Sahaya hanya seorang paria pengembara, candala tiada berharga yang tidak memiliki kepandaian apa pun jua. Terima kasih banyak dan maaf telah menyibukkan Bapak berdua." Wajah mereka jelas tak percaya, tetapi mereka tampaknya percaya aku bukan orang yang jahat. Dari dalam muncul seorang perempuan muda, mungkin istri tabib muda ini. Ia membawa talam berisi piring dan gelas tanah liat, yang langsung diletakkan di balai-balai tempatku tidur. Ia mengenakan kain yang dicelup warna merah, dikenakan dari pinggang ke bawah. Rambutnya yang panjang tampak diminyaki sehingga berkilat. Dadanya bidang dan buah dadanya membusung. Seorang anak ingusan usia dua tahun tampak memegangi kainnya itu. Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Silakan dimakan Bapak, maaf tidak ada makanan lain di sini." Aku makan dan mereka semua duduk di bawah memandangiku. "Kakek sahaya, orang tua ayah sahaya juga tewas di tangan Pendekar Tanpa Nama dalam peristiwa Pembantaian TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Seratus Pendekar. Apakah Bapak pernah melihat Pendekar Tanpa Nama itu" Karena tampaknya usia Bapak sudah sangat lanjut, meski Bapak memang sehat sekali." Dia seorang tabib yang baik, aku tidak bisa berpura"pura jadi gelandangan dengan sakit paru-paru di hadapannya. Namun kurasa ia hanya ingin menunjukkan betapa ia tahu masalah disemirnya rambutku. "Pendekar Tanpa Nama" Bagaimana mungkin sahaya melihatnya, bukankah siapa pun yang pernah melihatnya pasti akan mati?" Mereka menghela nafas. "Memang cerita semacam itulah yang kami dengar. Bahkan ia mendapat nama Pendekar Tanpa Nama karena kesempatan untuk mengenali apa pun darinya hanya berakhir dengan kematian." Cerita ini tentu tidak sepenuhnya benar. Bukankah Pendekar Naga Emas masih hidup ketika meninggalkan aku" Begitu juga dengan Pendekar Melati. Namun aku tiba-tiba seperti menemukan jalan masuk ke dalam penyelidikanku. "Tapi jika memang begitu, bagaimana kiranya gambar Pendekar Tanpa Nama terdapat pada lembaran lontar seperti itu dan tersebar di antara para pemburu hadiah dan pembunuh bayaran?" Mereka saling berpandangan. Adakah kata-kataku yang salah" Aku merasa terlalu fasih bicara jika mengaku sebagai candala hina dina. Tabib muda itu menjawab. "Itulah yang kami tidak mengerti dan tidak seorang pun mengerti. Namun karena ini datang dari istana, sebagai pengumuman negara, banyak orang percaya saja, dan bagi pemburu hadiah hanyalah janji hadiah uang itu yang mereka pikirkan." Ayahnya menambahkan. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Kenyataan bahwa Pendekar Tanpa Nama itu tidak terkalahkan dengan Jurus Tanpa Bentuk yang dikuasainya seperti sudah dilupakan. Bahkan mereka mengira jika Pendekar Tanpa Nama kini sudah berusia 100 tahun tentu lebih mudah mengalahkannya." Hmm. Setelah 50 tahun berlalu, pengetahuan yang agak mendekati kenyataan tentang diriku memudar, tetapi sebaliknya beredar cerita ibarat dongeng justru karena tidak mengenali kenyataannya tersebut. Aku makan dengan lahap. Ternyata aku kelaparan. Kuperhatikan, makanan ini merupakan rajamangsa atau makanan yang biasa dimakan raja. Dalam prasasti bahkan makanan yang hanya berhak disantap bangsawan itu dipahatkan, seperti kambing yang belum keluar ekornya, penyu badawang, babi liar pulih, babi liar matinggantungan, taluwah, anjing yang dikebiri26, dan sebagainya- tapi yang kumakan ini tak jelas bagiku, karena sudah dimasak dan diberi bumbu. "Itu penyu badawang masak kari, Bapak, istri saya adalah juru masak istana, jadi bisa membawa pulang rajamangsa," ujar tabib muda itu, seperti bisa membaca apa yang sedang kupikirkan. Aku mengangguk-angguk sambil menelan makanan. Sudah lama aku hanya makan daun-daunan mentah dan lebih mengandalkan zat asam dan air yang begitu penting bagi tubuh untuk bertahan hidup. Sekarang aku makan nasi hangat berkepul-kepul.27 Hmm. Apa yang dicari seorang pendekar dengan segala tapabratanya, jika hanya dengan menjadi orang awam saja kita bisa bahagia" Nun di suatu tempat yang sunyi dan sepi, barangkali dua orang pendekar sedang bertarung mengadu jiwa-apakah yang mereka cari sebenarnya, setelah ilmu silat salah seorangnya terbukti unggul dan pendekar yang lain terkapar tinggal nama" Kehormatan dalam jalan pertarungan, itulah pertaruhan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ filsafat seorang pendekar. Sampai setua ini, aku belum mampu menjawab, seberapa jauh kehormatan itu begitu tingginya sehingga nyawa yang melayang seolah tiada artinya. Nasi yang hangat dengan lauk rajamangsa ini membuatku berpikir bahwa kehidupan ini sungguh layak dijalani. Namun seberapa lama seseorang yang berumur seratus tahun masih bisa terus hidup" Aku teringat agen rahasia yang membuntutiku, apakah dia masih di luar" Aku tahu dia akan terus membuntuti aku selama kecurigaannya belum terpuaskan, dan aku membutuhkan kecurigaannya itu agar aku dapat membongkar segala sesuatu yang direncanakan istana terhadap Pendekar Tanpa Nama. Di luar, seseorang mengucapkan salam, dan tabib itu keluar. Agen rahasia itu sudah muncul di depan pintu. "Bisakah mengurutkan pinggang saya Bapak" Rasanya sakit sekali." Dia berpura-pura sakit pinggang. Sama sekali tidak melirikku. Sebaliknya aku punya banyak alasan untuk menatapnya dengan jelas. Ia bukan salah seorang perempuan pengawal rahasia istana yang menguasai ilmu pedang Suksmabhuta itu. Mungkinkah ia tidak berasal dari tempat yang sama" Inilah intrik kalangan awam yang kubenci. Permusuhan tidak berlangsung terus terang. Betapa sulitnya memastikan dari pihak mana orang ini membuntutiku. Memang ia membuntuti aku setelah keluar dari rumah kepala dinas rahasia, tetapi apa jaminannya ia berasa l dari sana atau bekerja untuk mereka juga" Aku jadi teringat ketentuan Arthasastra lagi, pada Bab 3 Bagian 173 tentang "Mempekerjakan Para Agen Rahasia", terutama Pasal 1, 2, dan 5: ia hendaknya membuat TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ seorang kepala gerombolan yang dapat dipercaya (berpurapura) membelot dengan berlindung pada musuh, ia hendaknya membawa teman dan rekan dari negerinya dengan dalih keberadaan mereka adalah dari kelompoknya sendiri setelah mendapat kepercayaan musuh ia hendaknya mengirim berita kepada majikannya Ingatan ini membuat aku mempertimbangkan kemungkinan terdapatnya agen rahasia ganda. Mereka bisa berbuat sangat banyak, seperti tertulis dalam Pasal 3: atau dengan membawa masuk para agen rahasia setelah mendapat persetujuan musuh ia hendaknya menghancurkan kota majikannya yang berkhianat atau tentara tanpa gajah dan kuda yang berkhianat di belakang majikannya dan hendaknya memberi tahu musuh Agen rahasia ganda sebetulnya paling berbahaya, karena kedua majikannya tidak pernah akan tahu dia bekerja untuk siapa. Bisa juga dia tak berpihak dan bekerja untuk dirinya sendiri saja. Tentu pada saat yang genting dia harus memilihtetapi pilihan dan kesetiaannya sangat sulit diduga. Dalam Bab 6 Bagian 144 tentang "Berbagai Bahaya yang Berkaitan dengan Pengkhianat dan Musuh", dalam Pasal 8 dan 11 Kautilya berkata: karena yang berkhianat dan tidak berkhianat bergandengan tangan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ maka itu adalah bahaya campuran karena sekutu dan musuh menjadi satu itulah bahaya campuran dengan musuh Seorang agen rahasia memang harus cerdas. Salah satu syarat pengangkatan adalah mereka yang tergolong kapatika chatra atau murid yang cerdas.31 Persyaratan ini dapat dipahami jika membaca nasihat-nasihat Kautilya bagi pengelola negara, bahwa penguasa selalu berada dalam bahaya pengkhianatan dan bahwa pengkhianatan itu harus segera diketahui. Persoalanku adalah, kepada penguasa macam apakah kiranya kecerdasan itu mengabdi" Lamunanku tentang agen rahasia ganda itu belum selesai, ketika makananku ternyata sudah habis. Istri tabib yang dadanya padat membusung itu segera menyodorkan minuman. Aku minum dan merasa agak asing dengan rasanya. Baru seteguk aku sudah merasa pusing. Hmm. Ramuan apa pula ini" Mendadak dari dalam kamar sebelah, tempat orang yang semula kuduga pengawal rahasia istana itu dibawa untuk pijat, terdengar jeritan. Aku tahu itu jeritan si tabib muda. Pada pintu muncul tabib muda itu. Orang yang membuntuti aku telah melepas serban yang tadinya juga menutup seluruh wajah kecuali matanya, sehingga rambutnya yang panjang bergelombang jatuh ke pundak. Ia juga telah melepas jubahnya, hanya berkain putih dari pinggang ke bawah. Dadanya kecil, padat seperti buah manggis. Ia berkulit sangat putih dan ternyata sangat cantik, tetapi aku tidak bisa mengagumi keindahannya kalau ia sedang memegang tengkuk dengan cekalan mematikan seperti itu. "Mengaku!" Ia membentak tabib muda itu. Tabib muda itu membuka mulut, tetapi tidak ada suara yang keluar. Perempuan itu mengeraskan cekalannya. "Ahck!" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Mengaku!" "Ya, ya, sahaya mengaku..." "Mengaku apa"!" ''Bermaksud mencuri pundi-pundi itu..." Hah" Sebegitu lengahnya aku" Tapi" "Hanya itu?" Cekalan mengeras lagi. "Ahhhhcccckkk!" "Bicara!" "Sebenarnya sahaya diperintahkan memberikan minuman itu..." Ah! Aku sudah menduga! Kewaspadaanku meningkat seketika. "Untuk apa minuman itu"! Atas perintah siapa"!" "Itu minuman untuk menghapus ingatan..." "Kenapa?" "Karena ingatan beliau sangat berbahaya..." Ingatan yang mana" Ingatan bahwa aku disiksa" Ataukah ingatanku sebagai Pendekar Tanpa Nama" Tapi benarkah mereka mengenaliku tanpa berusaha menangkapku" "Atas perintah siapa, wahai tabib muda yang budiman?" Aku masih berkutat dengan samaranku. Untunglah hal itu kulakukan, karena aku ternyata masih mampu memergoki, betapa perempuan tersebut telah membunuh tabib muda yang malang itu melalui tekanan tertentu pada tengkuknya. Ia pura-pura terkejut ketika tabib muda itu roboh dalam keadaan tidak bernyawa. Ia menempelkan telinganya ke dada. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Jantungnya lemah sekali," katanya. Aku mengangguk seolah sedih dan takut, meskipun aku belum tahu bagaimana aku bisa mengambil keuntungan dalam dunia tipu muslihat ini. Dunia persilatan telah membuatku bahagia dengan keterus-terangan dalam sikap jantan para pendekar. Jelas ini bukan duniaku. Namun, seperti sudah kukatakan, aku tidak akan puas mati tanpa memecahkan tekateki. Padahal bagi seorang tua berumur 100 tahun, seberapa lama lagi waktu tersisa untuk memecahkannya" Ia memandangku. Jantungku berdetak karena kecantikannya. Namun aku belum lupa bacaanku dari Arthasastra, bahwa tiada yang lebih berbahaya daripada seorang agen rahasia ganda. Ia seperti berpihak kepadaku, tetapi tiada jaminan ia tidak bermaksud menjebakku. Akulah yang harus bisa menjebaknya! Aku tidak boleh lupa. Perburuan diriku digalang oleh negara-meski aku tidak tahu dengan tepat siapa. Seorang pendekar boleh berilmu setinggi langit. Namun bukan saja di atas langit ada langit, tetapi negara yang menerjemahkan dirinya dalam sabda raja, pada zamanku ini bagaikan titisan dewa yang menguasai seluruh langit. Bilamana perlu seluruh rakyat dapat digerakkannya. Seperti ketika mereka membangun Kamulan Bhumisambhara. Aku tidak berpendapat bahwa seorang raja diraja kerajaan Mataram akan begitu peduli dengan seseorang yang baginya hanya seorang pesilat, tetapi siapa pun mereka yang terlibat dalam perburuan yang belum dapat kupahami ini, boleh kupastikan telah melibatkan dan memanfaatkan peranan negara. Perempuan itu menatap orang-orang di dalam rumah, lantas berkata kepadaku. ''Rumah ini sudah lama diawasi kegiatannya. Mereka suka Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo melebih-lebihkan sakitnya seseorang untuk menipunya, memberi ramuan penghapus ingatan agar para korban lupa semua perlakuan mereka kepadanya." TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Aku sudah telanjur menelan ramuan itu seteguk. Adakah sesuatu yang hilang dari ingatanku" Aku tidak keberatan untuk lupa perlakuan mereka kepadaku, yang kurasa baik-baik saja- ataukah ini bukti aku telah menjadi lupa" Atau mungkinkah perempuan ini telah menggunakan tipu daya agar aku merasa seolah-olah ingatanku ada yang terhapus" Namun jelas aku tidak bisa membayangkan seandainya ingatanku yang hilang adalah riwayat hidupku sendiri! "Ampuni kami Puan!" Istri tabib muda itu menyembah dengan kepala menempel ke tanah. "Kami tidak bermaksud jahat terhadap orang tua ini," katanya lagi, "kami hanya menuruti perintah!" Aku berpikir keras. Tiada pernah kusangka satu hari ini bisa terasa begitu lama. Aku menarik napas dalam-dalam, mengalirkannya ke seluruh tubuh, dan mengembuskannya dengan sangat pelahan. Aku harus tenang, setenang Buddha, yang merupakan setengah cahaya dan setengah bayangan. (Oo-dwkz-oO) Episode 12: [Wayang Topeng; Tarian Kematian; dan Siapa Jadi Buronan] MALAM telah turun. Bulan sabit di antara bintang. Aku berada di antara para penonton yang menyaksikan wayang topeng Pembantaian Seratus Pendekar. Setelah limapuluh tahun, peristiwa itu telah menjadi sebuah dongeng. Konon seorang kawi takdikenal telah menuliskan ceritanya dalam pupuh-pupuh di atas lontar. Aku tidak dapat membayangkan apakah yang tertulis pada lembaran"lembaran lontar yang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ langka itu, tetapi kini aku berada di depan pertunjukannya. Penonton menanti dengan tertib di sekitar tanah kosong di dalam puri. Rumah tabib hanya beberapa langkah dari situ. Seseorang muncul membawa gong kecil dan menabuhnya. Setelah penonton terdiam, ia pun berbicara. "Para penonton yang terhormat, malam ini kami akan membawakan cerita Pembantaian Seratus Pendekar yang sampai hari ini tidak diketahui siapa penulisnya. Cerita ini mulai beredar secara lisan hanya beberapa hari setelah berlangsung peristiwa yang sebenarnya lima puluh tahun lalu, tetapi baru dituliskan dua puluh lima tahun sesudahnya, ketika Pendekar Tanpa Nama menghilang dari dunia ramai, dan penjaga perpustakaan menemukannya sebagai naskah tanpa kejelasan nama penulisnya. Terdapat dugaan, naskahnya ditulis oleh Pendekar Tanpa Nama itu sendiri yang selama duapuluhlima tahun sebelumnya melebur dalam penyamaran di dunia ramai untuk menghindari musuh-musuhnya, tetapi dugaan ini belum bisa dibuktikan. Kini Pendekar Tanpa Nama menjadi musuh negara, tersedia hadiah sepuluhribu keping emas bagi mereka yang berhasil membunuhnya. Cerita ini dipertunjukkan bagi khalayak, agar kita semua mengenal riwayat Pendekar Tanpa Nama." Aku tertegun dengan keajaiban dunia. Apa saja yang telah terjadi selama aku tenggelam dari samadi ke samadi dua puluh lima tahun lamanya" Betapa mungkin aku yang selalu berusaha menghilang dan menyendiri, telah mengada dengan suatu cara tanpa aku sendiri berniat dan menghendakinya" Aku tidak habis pikir, betapa mumgkin terdapat banyak orang yang merasa tahu tentang diri dan kehidupanku yang selalu menghindar untuk dikenal ini" Begitu bodohkah aku sehingga begitu yakin merasa tiada seorang pun akan mengetahui siapa diriku" Ataukah begitu keterlaluan seseorang dan siapa pun mereka yang merasa begitu yakin mengetahui siapa diriku sehingga berani menuliskan dan mementaskannya sebagai pertunjukan keliling dari desa ke desa" Ataukah aku saja yang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ begitu naif, tidak mengakui hak seorang penulis untuk mengguratkan apa saja yang pernah dia dengar maupun apa saja yang dipikirkannya" "Selamat menyaksikan!" Di sekeliling tanah kosong itu telah menyala obor. Sekelompok penonton berdesak-desakan di bawah pohon, ada yang berdiri dan ada yang duduk. Paling depan anak"anak kecil duduk dengan usil, di belakangnya orang-orang dewasa berdiri dan ada juga yang memanggul anak33, muda-mudi saling menempel dan bercubit-cubitan. Lelaki dengan perempuan, lelaki dengan lelaki, perempuan dengan perempuan. Mereka berbagi berbagai macam minuman seperti tuak, arak, waragan, badyag, dan budur. Aku menghela napas. Apakah aku sudah keliru memilih jalan hidup di dunia persilatan" Namun benarkah aku sendiri yang telah memilih dengan sadar jalan hidupku, dan bukannya berbagai macam ketentuan telah membentuk dan menetapkan riwayat hidupku" Kemudian manapal atau manrakat atau matapukan tampak dima inkan. Tiga araketan36 perempuan terkenal menari-nari dengan mengenakan topeng. "Itulah Karigna, Dharini, dan Rumpug,"37 kudengar gunjingan penonton. Mereka bergerak melonjak-lonjak diiringi tetabuhan yang dipukul dua pemain lain sembari berkeliling. "Jaway dan Baryyut!" Rupa-rupanya rombongan teledek ini memang terkenal, tetapi kali ini mereka disewa oleh negara untuk memainkan wayang topeng Pembantaian Seratus Pendekar. Mereka benar-benar pemain topeng, karena hanya dengan tiga orang, dapat memainkan kepribadian seratus orang melalui seratus topeng, tetapi yang sepanjang pertunjukan tidak memperlihatkan diriku. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Karigna, Dharini, dan Rumpug secara berganti-ganti memainkan seratus ilmu silat dari seratus perguruan dengan indah. Namun setiap kali para pesilat yang mereka perankan itu berjatuhan bagai disambar dewa pencabut nyawa yang tidak kelihatan. Jaway dan Baryyut sembari memukul tabuhan juga bergantian menjadi juru cerita. "Demikianlah Pendekar Tanpa Nama berkelebat begitu cepat sampai tiada dapat diikuti mata orang biasa! Seratus pendekar ditewaskannya seperti membalik telapak tangan! Lihatlah nyawa mereka terbang, terbang, terbang, dan menari-nari! Ooooo..!" Lantas ketiga penari topeng itu menarikan apa yang disebut nyawa terbang. Topeng mereka kali ini hanya putih, tanpa mata tanpa mulut dan tanpa hidung, meski tentu ada lubang nafas pada topeng itu. Kedua pengiringnya menabuh sambil menari juga dengan gaya melayang-layang. Kukenal semua itu sebagai jenis Tarian Kematian. Mereka mengenakan kalung tengkorak kecil"kecil dan berkain sulaman perak dari pinggang ke bawah. Rambut mereka, yang perempuan lelaki terurai panjang, dan mereka jadikan rambutnya sebagai bagian dari tarian mereka. Kedua penabuh terus berkisah. "Maka Pendekar Tanpa Nama semakin merajalela mencabut nyawa dalam dunia persilatan. Pendekar Tanpa Nama yang tiada pernah ingin dikenal akan membunuh siapa pun yang mengenalinya. Dia membunuh secepat kilat selembut bayangan dengan Jurus Tanpa Bentuk yang tiada terkalahkan. Jurus Tanpa Bentuk, jurus yang tidak bisa diajarkan dan tidak bisa diturunkan, karena harus diciptakan dalam pemikiran, untuk mencapai kesempurnaan. Ooooo, dengan ilmu apakah dia bisa dikalahkan kiranya, jika Jurus Bayangan Cermin pun dimilikinya" Jurus penyerap ilmu, jurus pengubah ilmu, yang akan kembali kepada lawan dengan membingungkan! Oooo!" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Demikianlah para penari itu menarikan silat yang mencoba membayangkan Jurus Bayangan Cermin. Gerak indah penari pertama ditirukan gerak indah penari kedua untuk dikembangkan penari ketiga yang telah menjadi sangat berbeda-tarian berlapis yang susul menyusul itu sangat mengesankan, dan sebetulnya dapat kubaca sebagai jurus ilmu silat tersendiri yang hanya terdapat naskah-naskah tua dengan nama yang sama, yakni T arian Kematian. Mungkinkah ada seseorang yang pernah melihatku menggunakan Jurus Bayangan Cermin ketika menghadapi lawan yang memiliki Jurus Tarian Kematian" Karena dengan cara begitulah Jurus Bayangan Cermin akan dikira seperti Jurus Tarian Kematian. Barangkali kuhadapi lawan seperti itu dalam pertarungan terbuka yang disaksikan banyak orang, termasuk orang-orang awam, karena terbukti ada yang mengira Jurus Bayangan Cermin seperti Jurus T arian Kematian dan kemudian menjiplaknya. Padahal Jurus Bayangan Cermin akan menyerap bentuk ilmu silat seperti apa pun yang dihadapinya, untuk dipertunjukkan kembali secara berbeda, sehingga akan sangat membingungkan lawan, yang merasa mengenal jurus -jurus tersebut tetapi tidak mampu mengatasinya. Bagi mereka yang ilmu silatnya masih rendah, juga tidak akan mampu memahami hubungan antara Jurus Bayangan Cermin dan Jurus Tanpa Bentuk. Kukira ini menambah kekacauan dalam perbincangan orang-orang tanpa diriku, baik di dunia persilatan, apalagi di antara orang-orang awam. Siapakah yang kuhadapi waktu itu" Kukira jauh sebelum peristiwa Pembantaian Seratus Pendekar, ketika aku masih senang menghadapi lawan ditonton orang banyak, dan kukira pendekar golongan merdeka yang kuhadapi adalah seorang pria. Tentu saja tidak ada urusan apa pun di antara kami kecuali mengadu ilmu dan siapa pun yang kalah harus berjiwa besar menerimanya. Seingatku ia menamakan diri Wrehatnala, TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ mengambil nama samaran Arjuna dalam Mahabharata ketika menyamar sebagai wanita bertubuh pria di kerajaan Wirata. Dalam kenyataannya Wrehatnala adalah lelaki terindah yang pernah kutemui, karena ia memang begitu cantik dan jelita. Ia berbusana seperti kaum wanita Jambudwipa, yakni berkain sari melibat seluruh tubuh kecuali perut dan kelihatan pusarnya yang berhiaskan anting-anting permata. Bahwa suaranya yang lembut merayu adalah suara seorang pria, tidak menutupi kenyataan betapa aku terpesona oleh kecantikannya. Namun aku tahu itulah kecantikan maut yang membunuh dan telah menjadi bagian dari andalan Jurus Tarian Kematian. "Hari ini aku mendapat kehormatan bertarung dengan Pendekar Tanpa Nama," ujarnya. "Wrehatnala yang besar namanya di Jambudwipa terlalu merendah, sahaya sungguh merasa kecil berhadapan dengannya." "Dikau tiada terkalahkan, dan barangkali aku akan mati, tapi memperkenalkan Tarian Kematian kepada Pendekar Tanpa Nama adalah kesempatan langka." Wrehatnala memang berasal dari Jambhudwipa, tetapi aku tak tahu apakah dari Goda, Kancipuri, atau Karnataka. Namun setidaknya karena kulitnya kuning langsat, bisa kupastikan dia bukan orang kling drawida yang juga berasal dari Jambhudwipa, tetapi hitam legam kulitnya. "Wrehatnala yang ternama tidak usah sungkan, silakan mempertunjukkan Tarian Kematian." Kemudian orang-orang yang menonton tidak akan melihat lagi Wrehatnala kecuali bayangan merah muda dari sari-nya yang berkelebat terlalu cepat bagi mata orang biasa. Aku sangat menikmati pertarungan dengan Wrehatnala, karena aku mampu bergerak lebih cepat, dan karena itu dapat TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ menikmatinya sebagai gerak tarian yang sangat diperlambat, tanpa kehilangan pesona mautnya yang sangat berbahaya. Giring-giring di kakinya berbunyi dan biasanya tentu mengalihkan perhatian. Jadi hanya itulah yang tercerap pancaindera mereka yang bermaksud menonton-bayangan merah muda berkelebatan diiring bunyi giring-giring. Karena itu tentu bukanlah sembarang penonton yang akan mampu melihatku ketika menyerap Jurus Tarian Kematian dengan Jurus Bayangan Cermin, meski masih keliru mengira Jurus Tarian Kematian yang berhasil kuserap itulah sebagai Jurus Bayangan Cermin itu sendiri. Aku bergerak di antara kelebat ujung kain sari Wrehatnala yang menyabet seperti selendang tetapi mempunyai ketajaman pedang mustika. Pernah kusaksikan korban-korban sabetan selendang itu terkoyak tubuhnya dengan luka merekah yang sangat mengerikan. Memang benar betapa keindahan geraknya merupakan tarian kematian. Wrehatnala dengan segenap kelembutan tutur katanya sempat merajalela di Yawabumi, meninggalkan mayat berkaparan di berbagai pelosok negeri, dan tiada seorang pun punya nyali menghadapi, sampai akhirnya dia menantangku pula. Aku tidak usah merasa terlalu bersalah untuk menamatkan riwayatnya. Di antara kelebat bayangan merah muda dan suara giringgiring terdengar suara seperti orang tersedak. Sebelum banyak orang menyadari apa yang terjadi, aku sudah lenyap dari pandangan mereka, meninggalkan Wrehatnala yang sudah tengkurap tanpa nyawa. Dari mulutnya mengalir darah membasahi tanah. Kini kusaksikan T arian Kematian diperagakan sebagai Jurus Bayangan Cermin. Seseorang telah menonton lebih cermat dengan kesalahan duga, tetapi kecermatannya tetaplah harus kupujikan juga. Mereka tidak mengenakan sari, bahkan dadanya terbuka, tetapi dari bagian pinggang dari kain TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ bersulam perak yang dikenakannya terdapat kain selendang yang dimainkannya seperti ketika aku melawan Wrehatnala. Sebagai tarian, pesonanya tidak dimanfaatkan untuk mencari kelengahan seperti dalam pertarungan silat. Kulihat semua Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo orang ternganga. Aku begitu juga. T openg mereka yang putih dan dingin memberiku perasaan aneh. Para penabuh bercerita lagi s ilih berganti. "Dari lawan satu ke lawan lainnya, tiada satu pun yang dapat mengatasi Jurus Tanpa Bentuk. Pendekar Tanpa Nama tiada terlawan, Pendekar Tanpa Nama menjadi ukuran, siapa ingin mencapai kesempurnaan harus mengalahkan Pendekar Tanpa Nama, dan siapapun yang menantang Pendekar Tanpa Nama selalu mencapai kesempurnaan hidupnya dalam kematian." "Namun setelah Pembantaian Seratus Pendekar dia menghilang, me lebur duapuluhlima tahun dalam dunia awam...." "Menjadi mapadahi menjadi widu mangidung...." "Menjadi pamanikan menjadi limus galuh.... " "Menjadi payungan menjadi tuhan judi..." "Menjadi tuhan jalir menjadi padam apuy...." "Menjadi walyan menjadi wli hapu..." "Menjadi wli hareng menjadi tuha dagang..." "Dan banyak lagi! O!" "Dan banyak lagi! O!" "Setelah dua puluh lima tahun menyamar dalam kehidupan awam, dan selalu kepergok karena selalu punya urusan, ia menghilang dari peradaban, O!" "Apakah yang dilakukannya"! O!" "Apakah yang dilakukannya"! O!" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Dia merongrong kewibawaan negara! O!" "Dia merongrong kewibawaan negara! O!" "Jadi..." "Jadi..." "Siapa pun melihat dia..." "Tangkaplah dia!" "Bunuhlah dia!" "Menjadi payungan menjadi tuhan judi..." "Menjadi tuhan jalir menjadi padam apuy..." "Menjadi walyan menjadi wli hapu..." "Menjadi wli hareng menjadi tuha dagang..., "Dan banyak lag! 0!" "Dan banyak lagi! 0!" "Setelah duapuluhlima tahun menyamar dalam kehidupan awam, dan selalu kepergok karma selalu punya urusan, ia menghilang dari peradaban, 0!" "Apakah yang dilakukannya"! 0!" "Apakah yang dilakukannya"! 0!" "Dia merongrong kewibawaan negara" 0!" "Dia merongrong kewibawaan negara! 0!" "Jadi... "Jadi..." "Siapa pun melihat dia..." "Tangkaplah dia!" "Bunuhlah dia!" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Padahi atau gendang dipukul bertalu-talu, wangsi ditiup meliuk-liuk. Para penari berganti topeng, tiga topeng yang ketiganya serba jahat, dima inkan dengan gerak yang menunjukkan jiwa jahat. Sambil menggeram-geram pula. Grrhh! Grrrhhh! Grrrrhhhh! Kucoba mendengarkan percakapan orang di sekelilingku. Apakah yang mereka pahami dari pertunjukan ini" Sangat berbeda pendapat antara orang tua yang hidupnya semasa denganku, dan orang muda yang hanya mendengar cerita yang sudah terlalu jauh dari peristiwanya. "Kalau Pendekar Tanpa Nama dikatakan merongrong kewibawaan negara, barangkali memang ada masalah dengan yang disebut negara itu," kata seorang tua, "aku termasuk salah seorang ulun yang dibebaskannya, ketika kami dipaksa membangun Kamulan Bhumisambhara." "Apa yang dilakukannya?" "la mempertanyakan kesahihan sebuah candi pemujaan leluhur yang tidak dibuat dengan sukarela." "Siapa yang tidak membuatnya dengan sukarela?" "Menurut Pendekar Tanpa Nama, kesucian sebuah candi ternoda jika dalam pembuatannya banyak masalah yang bertentangan dengan agama." "Perbudakan maksudnya?" "Bukan hanya perbudakan, ia terutama menunjuk pembebasan tanah secara paksa." Hmm. Benarkah aku pernah berperilaku seperti itu" Umurku bukan saja sudah 100 tahun, tetapi aku juga telah meminum seteguk ramuan penghapus ingatan. Apakah yang bisa kuingat dari pernyataan itu" Memang Aku mengetahui kewajiban rakyat untuk membayar pajak TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ yang disebut drawya haji atau juga melakukan kerja bakti bagi kerajaan yang disebut bwat haji. Misalnya saja bahwa setiap desa mempunyai kewajiban menunjuk beberapa orang tiap tahun untuk bekerja bakti bagi raja. Namun ada saja pajak yang dibebankan terlalu tinggi, sehingga rakyat mempertanyakan, atau bahkan menolak dikenai pajak. Memang, penduduk yang diwakili oleh pejabat desanya akan mengajukan kepada raja, melalui pemerintah daerahnya, agar ketetapan itu diubah. Biasanya permohonan itu dikabulkan. Namun bisa terjadi juga tidak. Sebaliknya, sangat mungkin ada satu dua orang yang sama sekali tidak dapat menerima kebijakan pemerintah daerahnya, yang tanpa pernah tercatat dalam prasasti manapun ternyata melakukan penindasan. Apakah aku juga terlibat dalam pembelaan atas pemberontakan para ulun atau budak dan gugatan perkara pembebasan tanah untuk candi, termasuk yang berlangsung di Desa Budur" Jika aku melakukannya, itu berarti aku telah dianggap menantang Wangsa Syailendra. Entah karena sudah berumur 100 tahun, entah karena ramuan penghapus ingatan, aku tidak dapat langsung mengingatnya kembali-tetapi aku harus mendapatkan seluruh ingatanku kembali. Harus! Untunglah masih kuingat urutan kejadian yang baru saja kualami. Aku masuk ke rumah seorang rogajna atau rogasantaka muda untuk menyembuhkan luka cambukan. Rogasantaka muda itu mengaku ingin mencuri pundi-pundi uang dariku, atas paksaan orang berserban yang membuntuti aku, yang ternyata memperlihatkan dirinya sebagai seorang perempuan. Aku memergoki betapa perempuan itu telah membunuh rogasantaka muda itu, setelah menyatakan bahwa ramuan penghapus ingatan diberikan kepadaku atas suatu perintah. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Istri rogasantaka muda itu juga mengaku, mereka sekeluarga telah menjebakku karena diperintah. Janda yang malang itu hampir saja menyusul suami"nya, jika usaha pembunuhan dirinya oleh perempuan yang membuntuti aku tidak kucegah. Sayang sekali, aku hanya bisa mencegah pembunuhan untuk menutup mulut itu dengan pembunuhan pula. Kulihat tangannya mengirim"kan totokan jalan darah mematikan dari jarak jauh, aku mengembalikan totokan maut itu ke pemiliknya dari jarak jauh pula. Senjata makan tuan. Namun rencanaku untuk menjebak orang yang membuntuti aku, yang kukira sebagai anggota kadatuan gudha pariraksa itu, tentu menjadi gagal. Semula aku ingin mengaku kepadanya, bahwa sebetulnya aku adalah utusan Pendekar Tanpa nama yang masih hidup dan meminta penjelasan atas pencemaran nama baiknya. "Pendekar Tanpa Nama yang ternama, kini menjadi buronan! O!" Aku tergeragap. Tontonan masih berlangsung. Tabehtabehan berbunyi dengan riuh dan bertalu-talu. (Oo-dwkz-oO) Episode 13: [Lelaki Tua yang Gemuk, Berjambul, dan Selalu Diiringi Macan Putih] AKU masih di tengah tontonan, yang maksudnya berkisah tentang diriku, tetapi takkukenali siapa tokoh yang disebut Pendekar Tanpa Nama di sana. Kucoba mengingat apa yang terjadi saat itu. Aku sedang melayang dari pohon ke pohon ketika di tengah jalan sekitar duapuluh orang menyembah di tanah, jelas maksudnya menyembah diriku. Aku tidak bisa mengerti. Jika mereka begitu awamnya sehingga menganggap seorang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ pendekar dari rimba hijau sangat hebatnya, bagaimana mereka dapat mengetahui betapa aku akan melewati jalan ini pada saat itu juga" Seseorang berbicara. "Pendekar Tanpa Namal Hanya Tuan kiranya yang akan mampu membela dan membebaskan kami semua!" Di puncak pohon beringin, aku bagaikan seorang dewa yang tiada mampu mereka tatap, karena dari belakang kepalaku cahaya matahari tentunya menyilaukan mata. Orangorang awam sering lupa ini hanyalah peristiwa alam. Mereka pikir dirikulah yang datang membawa cahaya. Aku tidak suka mereka mengenaliku, tetapi aku tidak mungkin membunuh mereka semua. "Seharusnya aku membunuh kalian yang telah mengganggu jalanku, tetapi kuampuni kalian jika kalian katakan siapa yang memberitahu kalian bahwa aku bisa kalian temukan di sinil" "Ampuni sahaya, Tuan Pendekar, kami semua, duapuluh orang berasal dari desa yang sama, yakni desa Budur, bagian dari negeri Mantyasih. Kami telah menyerahkan tanah dengan janji akan diganti oleh kerajaan, tetapi selain janji itu belum pernah dipenuhi, kami telah dipaksa untuk bekerja demi pemba"ngunan candi yang tidak merupakan kuil kepercayaan kami." Seseorang berbicara. "Pendekar Tanpa Nama! Hanya Tuan kiranya yang akan mampu membela dan membebaskan kami semua!" Di puncak pohon beringin, aku bagaikan seorang dewa yang tiada mampu mereka tatap, karena dari belakang kepalaku cahaya matahari tentunya menyilaukan mata. Orangorang awam sering lupa ini hanyalah peristiwa alam. Mereka pikir dirikulah yang datang membawa cahaya. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Aku tidak suka mereka mengenaliku, tetapi aku tidak mungkin membunuh mereka semua. "Seharusnya aku membunuh kalian yang telah menggganggu jalanku, tetapi kuampuni kalian jika kalian katakan siapa yang memberi tahu kalian bahwa aku bisa Pendekar Wanita Buta 1 Pendekar Pulau Neraka 39 Warisan Iblis Pendekar Cacad 16

Cari Blog Ini