Ceritasilat Novel Online

Jurus Tanpa Bentuk 3

Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira Bagian 3 kalian temukan di sini!" "Ampuni sahaya Tuan Pendekar, nama saya Widya, dan inilah istri sahaya yang bernama Mutra. Kami semua, duapuluh orang berasal dari desa yang sama, yakni desa Budur, bagian dari negeri Mantyasih. Kami telah menyerahkan tanah dengan janji akan diganti oleh kerajaan, tetapi selain janji itu belum pernah dipenuhi, kami telah dipaksa untuk bekerja demi pembangunan sebuah candi yang tidak merupakan kuil kepercayaan kami." "Apakah kalian menyembah Siwa?" "Tidak, Tuanku." "Kalau bukan Siwa dan bukan Mahayana, mungkin kalian penganut bid'ah." "Tidak, Tuanku." "Apakah kalian menolak agama-agama baru?" "Tidak tuanku, kami para penyembah leluhur, penyembah arwah nenek moyang.," Aku masih berdiri di atas puncak pohon beringin. Para penganut kepercayaan ini biasa melakukan upacaranya di bawah pohon beringin. "Baiklah, sebelum kamu lanjutkan, katakan siapa yang memberitahu kalian bahwa aku akan melewati tempat ini." "Ampuni sahaya Tuan, mohon agar dibiarkan sahaya bercerita, karena akan sampai juga nanti ke sana, ya Tuanku Sang Mahapendekar Tanpa Nama yang perkasa." TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Hmm. Aku tahu zamanku, dan dari caranya bersikap aku tahu bahwa mereka adalah orang-orang yang berani. "Baik kudengarkan kalian, tetapi kuharap kalian hentikan sujud kalian yang konyol itu." Orang-orang Desa Budur itu, lelaki maupun perempuan, lantas bangkit dari sembah sujudnya. Aku melayang turun dengan ringan dari atas pohon beringin itu. Memang enak jadi orang sakti. "Teruskan," kataku. "Nenek moyang kami telah melakukan upacara penyembahan leluhur jauh sebelum orang-orang Jambhudwipa tiba di Yawabumi dan sambil berdagang memperkenakan igamanya. Ketika beberapa saudara kami datang dari pantai utara membawa penyebar igama, mula"mula kaum pedanda Siwa yang brahmana, kemudian para pendeta Mahayana, harus kami akui ajaran mereka sangat menarik, bijak, dan kami menyukainya-tetapi orang seperti sahaya tidak merasa perlu melepaskan kepercayaan kami sendiri. "Telah kami berikan tanah yang sudah kami garap secara turun temurun demi pembangunan Kamulan Bhumisambhara, telah kami abaikan janji ganti rugi yang tak juga kunjung dipenuhi, tetapi masih mereka paksa kami bekerja tanpa bayaran karena candi raksasa itu pembangunannya membutuhkan puluhan ribu tenaga. Kami akui candi ini akan menjadi candi termegah dan sangat indah di tengah semesta, tetapi apakah artinya mengajarkan kebajikan me lalui candi yang dibangun oleh orang-orang yang terpaksa karena keluarganya disandera?" "Disandera?" "Setelah tanah kami diambil, putera-puteri kami menjadi budak di pura para pejabat tinggi negara dan istana penguasa, wahai Pendekar Tanpa Nama yang perkasa." TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Menjadi budak?" "Begitulah Tuanku, katanya itu dibenarkan oleh hukum negara, tetapi itulah pemaksaan agar kami terpaksa bekerja. Sudah tidak terhitung lagi berapa yang telah mengorbankan nyawa karenanya Tuanku, dan tiada jelas pula kemudian nasib anak mereka." Cerita tentang para pekerja yang memberontak bukan sesuatu yang baru bagiku. Ketika aku melayang dari pohon ke pohon itu sebetulnya aku baru saja mengakhiri penyamaranku sebagai tukang batu di Kamulan Bhumisambhara. Berarti itu sekitar tahun 820-an, karena ketika candi jinalaya itu diresmikan pada 824, aku sudah jauh dari sana. Sebagai pekerja, telah kudorong s iapapun yang seharusnya tidak berada di sana untuk mogok. Kuracuni mereka dengan pikiran-pikiran baru yang tidak terbayangkan sebelumnya, bahwa hidup mereka adalah kedaulatan mereka sendiri. Apalah artinya sebuah candi, yang dibangun atas nama ajaran yang mencerahkan, jika nantinya akan berdiri, ternyata dibangun di atas pemerkosaan hak asasi mereka yang memiliki kepercayaan berbeda" "Apa yang kalian pikir bisa mereka lakukan jika kalian menolak bekerja" Apakah mereka akan mengiris batu sendiri, mengukir batu sendiri, dan terutama mengangkat batu sendiri sampai di puncak bukit ini" Mereka yang menguasai kalian sebetulnya sangat tergantung kepada kalian, tetapi mereka menciptakan alam pikiran yang membuat kalian percaya memang merupakan hak mereka untuk menguasai hidup kalian. Sadarlah! Bangkitlah! Maka kita semua akan duduk bersama dalam kesetaraan!" "Bagaimana dengan semua peraturan negara" " Apa maksud mereka" Rupanya mereka semua juga ditindas dengan pemutarbalikan Arthasastra yang tidak dapat mereka baca, tentu saja karena memang buta huruf namanya TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ sayangnya, kalaupun Arthasastra itu dapat mereka baca, seberapa jauh mereka akan menyadari betapa kitab tata negara itu sangat berpihak kepada golongan yang berkuasa" Dalam Bab 13 Bagian 65 tentang "Hukum tentang Budak dan Pekerja" misalnya, pada Pasal 1 sampai 4 disebutkan: Bagi seseorang yang menjual dan memelihara seorang Arya di bawah umur sebagai janji kecuali budak untuk mata pencaharian, dendanya adalah duabelas pana bagi suatu kerabat jika Sudra, dua kali lipat jika Vaisya, tiga kali lipat jika Ksatriya, empat kali lipat jika Brahmana. Bagi orang asing, denda terendah, menengah dan tertinggi serta mati adalah (masing-masing) hukuman juga bagi para pembeli dan saksi Bukan pelanggaran bagi Mleccha untuk menjual keturunan atau memelihara sebagai janji Tapi tidak boleh ada perbudakan bagi Arya dalam keadaan apa pun Seluruhnya terdapat 25 pasal dalam Arthasastra mengenai perbudakan itu, dan terbaca bahwa hanya dengan termasuk sebagai golongan Arya, maka seseorang boleh dianggap merdeka-sedangkan jika tidak, seseorang sejak lahirnya telah TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ tertakdirkan oleh segala macam peraturan yang dibuat manusia untuk mengamankan kedudukan golongan yang berkuasa. Adapun golongan yang berhasil memperjuangkan diri untuk dianggap boleh berkuasa itu adalah golongan Arya. Namun kitab tata negara yang ditulis dan berlaku di Jambhudwipa itu ketika diterapkan di Yawabumi tentu menghadapi susunan masyarakat yang berbeda, sedangkan yang boleh disebut sebagai golongan Arya hanyalah para bangsawan dari Jambhudwipa, yakni mereka yang melepaskan diri dari Dinasti Chandella di Jambhudwipa dan berlayar ke selatan sekitar tiga ratus tahun lalu. Tidak terbukti bahwa mereka yang mendirikan Dinasti Syailendra di Yawabumi42 tetapi jika saja benar, sampai masaku kini tentu kemurnian darahnya telah bercampur, begitu juga dengan kebudayaannya. Apalah yang masih bisa disebut murni di dunia ini bukan" Mereka yang terlibat dalam kepentingan untuk berkuasa, dengan begitu berusaha menyesuaikan diri dan memanfaatkan paham kekuasaan yang datang bersama para pendatang dari Jambhudwipa, dengan sedapat"dapatnya. Maka susunan masyarakat yang terdapat di Yawabumi menjadi serbabertumpang tindih, dan yang tidak dapat dikatakan adil adalah terdapatnya golongan masyarakat yang harus dikorbankan-yakni yang ditempatkan di bawah, diperbudak, dan dikuasai. Mereka yang rela akan menjadi golongan bawah, sejak dari sudra sampai paria. Mereka yang melawan akan dianggap bid'ah dan disebut candala.43 Seperti yang akan dihadapi mereka yang anak-anaknya disandera ini. "Peraturan yang membenarkan penguasa memperbudak kita harus dilawan," kataku, "Itulah yang sedang kalian lakukan.'' Orang yang bernama Widya menyembah. "Pendekar Tanpa Nama, tunjukkanlah jalan!" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Aku tidak ingin dan tidak suka berada dalam kedudukan disembah. "Bagaimana mungkin kalian ingin me lawan dan memberontak, jika kalian masih sudi menyembah?" Namun tidaklah mudah membuang adat istiadat yang telah mendarah daging begitu rupa. Sikap seperti itu tentu berada di luar jangkauan pemikirannya. "Ampuni sahaya Tuan Pendekar!" Jadi siapa kiranya yang telah mencegat dan seolah-olah menugaskan diriku untuk menangani masalah orang"orang yang malang ini" "Aku telah mendengar semua keluhanmu dan akan berusaha membantu kalian. Sekarang katakan siapa yang menunjukkan tempat ini untuk menemuiku." Orang-orang itu saling berpandangan. "Maaf Tuanku, beliau seorang tua gemuk yang berkulit sangat putih dan berjambul, beliau tidak menyebutkan namanya." "Begitu" Bagaimana kalian bisa percaya?" "Beliau tampak berwibawa sekali Tuan, beliau selalu diiringi seekor macan putih." Sudah sekian lama aku malang melintang di sungai telaga dunia persilatan, belum pernah kudengar apalagi kujumpai tokoh seperti ini. Aku akan mencarinya-tetapi jika ternyata dialah yang menemuiku dengan cara seperti ini, mampukah aku mencarinya" Gong bertalu-talu. Aku masih di tengah tontonan. Jaway dan Bayyrut berceloteh berganti-ganti. Karigna, Dharini, dan Rumpug memutar tubuhnya seperti gangsingan yang berkilat keperakan. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Pembangunan Kamulan Bhumisambhara terhenti beberapa saat lamanya karena pemogokan yang digalang Pendekar Tanpa Nama! Ia meracuni para pekerja dengan pikiran-pikiran yang berbahaya! Demi tujuan jahatnya ia telah menyamar sebagai tukang batu, mempelajari segenap kemungkinan untuk mengacau agama dan negara, lantas menghilang untuk kembali bersama para candala!" Mereka meneruskan kisahku, tetapi dengan pembelokan demi kepentingan mereka. Sebenarnya aku telah mengusahakan agar pembangunan candi raksasa itu bisa diteruskan kembali. Hanya saja aku telah meminta kepada acarya yang merancang ragam bangun candinya, yang barangkali tidak tahu menahu darimana para tukang batu itu berasal, agar pembangunan tidak diberlangsungkan secara paksa-karena hanya akan menodai kesuciannya.44 Kepadanya kuingatkan sebuah kutipan dari Sang Hyang Kamahayanan Mantranaya: tidak ada ajaran lain yang lebih mendalam dari Sang Hyang Mahayana Cara yang Agung yang lebih dalam dari yang terdalam tidak dapat (hanya) dipikir salahlah yang demikian itu tanpa dosa tanpa terlibat khayalan terkena pencemaran seperti kemabukan, kepalsuan, kerakusan, kedunguan, kecintaan, kebodohan hendaknya Anda ketahui semua itu TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ sesungguhnya semua itu takberwujud karena nafsu, kebencian, kedunguan Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo khayalan itu muncul sebagai kebenaran Kepada para pekerja, kusampaikan gagasan bahwa manusia itu lahir sebagai makhluk merdeka, dan tidak ditakdirkan untuk menjadi milik siapapun jua kecuali dirinya sendiri merelakannya, yang telah disambut para tukang batu dengan cara berhenti bekerja. Pada suatu pagi, para pekerja bakti itu sudah menghilang, kembali ke wilayah wanua atau thani, yang maksudnya adalah pinggiran46, ketika merasa pembangunan candi itu bukanlah kewajiban mereka. Mereka menghilang pada malam hari dan keesokan harinya diburu oleh pasukan berkuda kerajaan yang pasti akan mudah menyusul mereka, dan barangkali akan membakar desanya pula. Di sanalah tenagaku yang sebenarnya diperlukan. Kucegat salah satu rombongan pasukan berkuda itu di tengah jalanan. Baru melayang turun dari atas pohon saja, kuda mereka sudah meringkik-ringkik dan sulit dikendalikan. Belum sempat para prajurit bersenjata tombak itu mengangkat senjatanya, aku berkelebat menotok jalan darah mereka. Maka mereka jatuh tertidur di atas kudanya. Lantas kutepuk setiap pantat kuda tunggangan ini agar kembali ke arah darimana mereka datang. Ini merupakan pekerjaan mudah, yang lebih susah adalah menyusul setiap regu pasukan berkuda ini di delapan penjuru angin, bahkan mungkin lebih tidak jelas lagi di mana, karena tidak setiap pekerja yang berpuluhribu itu mempunyai arah kepulangan yang jelas. Begitulah aku me lesat dari satu tempat ke tempat lain secepat mungkin. Aku memilih untuk melesat secepatnya, melayang dari puncak pohon yang satu ke puncak pohon lain, agar segera dapat melihatnya dari kejauhan. Ada kalanya pasukan pemburu ini sudah sangat dekat dengan mangsanya. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Tinggal mengangkat tombak dan menghunjamkannya kepada para pekerja yang berlari. Maka aku harus melebur dalam angin agar segera dapat melumpuhkan mereka, melalui totokan-totokan penidur yang akan membuat mereka bermimpi di atas kudanya, yang berderap kembali ke asalnya. Lain kali para pekerja itu taktahu menahu bahaya apa yang sedang mengancam, karena aku telah melumpuhkan para pengejarnya jauh sebelum mereka mendengar derap pasukan kuda yang menyerbu. Pasukan berkuda yang mengejar dalam regu yang terdiri dari duabelas orang itu sebetulnyalah luar biasa cepat. Rombongan terakhir yang kuselamatkan bahkan telah diobrakabrik dan tinggal dibantai saja ketika aku tiba pada detik yang menentukan. Pasukan ini hanya akan mendengar kesiur angin dan tidak akan bisa menatapku, meski hanya bayangan maupun bayang-bayangku, karena aku memang tidak akan mengizinkan kemewahan seperti itu. Mungkin hanya akan terdengar suara tepukan, itu pun karena aku membiarkannya terdengar, dan ambruklah mereka tiba-tiba di atas kudanya masing-masing. Setelah itu baru aku memperlihatkan diri, karena beberapa orang telah tergores senjata tajam. Aku mengobati mereka dengan daun-daunan yang berada di sekelilingku. Para pekerja itu memperhatikan aku. Mereka tentu melihat aku sama saja seperti mereka, karena aku memang baru usai menyamar menjadi tukang batu. Mengangkat dan memasang batu lantai terbawah, yang akan mendukung seluruh candi sepuluh tingkat itu. Aku hanya berkain melilit pinggang, sama seperti semua orang dari varna atau kasta sudra, yang hanya mempunyai tenaga dan tiada mempunyai keahlian sedikit jua. Justru persoalan Kamulan Bhumisambhara muncul di sana, jika agama Buddha yang dibawakannya memang tidak mengenal, bahkan menghapuskan kasta, mengapa harus ada orang yang wajib bekerja padahal dia tidak menghendakinya" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Candi pemujaan harus dibangun dengan semangat pemujaan, bukan pemaksaan, tetapi selama aku menjadi tukang batu hanya keluhan demi keluhan itulah yang selalu kudengar. Berkali-kali aku mengajukan gugatan kepada juru/tuha nin mawuat haji47 untuk menyampaikan keluhan mereka yang merasa tidak seharusnya berada di sana, tetapi tidak pernah digubris. Bahkan ia bertanya. "Siapakah kamu, yang terlalu lancar bicara masalah berbahaya" Tidakkah kau sadari betapa kamu seperti bermaksud menentang raja" Apakah kamu seorang candala" (Oo-dwkz-oO) Episode 14: [Kesadaran Tukang Batu; Pertarungan Makna; dan Aroma Sebuah Patung] AKU sudah lupa apa jawabanku, tetapi percakapanku dengan punggawa itu terdengar oleh orang-orang yang bekerja di dekat kami, dan dengan cepat tersebar ke seputar bukit tempat candi itu dibangun. Percakapan itu membuat para pekerja berpikir. Memang benar pembangunan Kamulan Bhumisambhara ini memberi tempat bagi pengukir batu, pematung, maupun ahli-ahli bangunan, dan pembangunan candi ini memang mempunyai makna yang besar bagi mereka. Namun bagi mereka yang hanya dibutuhkan tenaganya, bukan sebagai budak yang memang tidak punya hak, tetapi sebagai penduduk yang wajib bekerja bakti, pembangunan candi jinalaya ini adalah suatu beban luar biasa jika tidak ingin mengatakannya suatu bencana. Kutinggalkan orang-orang thani ini setelah kuberi pengobatan secukupnya. Mereka segera melanjutkan perjalanannya. Aku tahu kini Bhumisambhara kosong tanpa TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ pekerja. Mungkinkah ini yang dianggap sebagai dosa karena menyebarkan pikiran berbahaya, karena menolak ketentuan penguasa" Namun itu sudah lama sekali. Kamulan Bhumisambhara sudah direncanakan tata letaknya ketika aku masih bocah ingusan umur empat tahun48. Itu adalah tahun 775, dan Yawabumi bagian tengah ini sudah dipenuhi oleh bangunan-bangunan Hindu, ketika kerajaan Mataram dikuasai oleh Rakai Panamkaran sejak tahun 746 selama 38 tahun. Sering disebutkan Bhumisambara mulai dibangun tahun 780-an, bersama dengan pembangunan sebuah candi dengan ratusan arca di Mataram wilayah selatan, tetapi meme rlukan waktu lima tahun untuk mengangkut batu-batu dari seluruh penjuru negeri ke Mantyasih itu. Pada saat yang bersamaan, agama Buddha Mahayana telah menjadi lebih kokoh di wilayah utara. Kuperhatikan, tampaknya Kamulan Bhumisambhara merupakan limas berundak yang dimaksudkan untuk agama Hindu, tapi kemudian diubah menjadi bangunan Buddha50. Ketika bekerja di sana, aku melihat pelipit51 atas dinding dalam lorong pertama terlalu besar dibandingkan dengan tinggi dinding itu, dan pada awalnya tidak direncanakan pelipit bawah sama sekali-seingatku pelipit bawah baru ditambahkan sesudah batu-batu persegi selesai dipahat. Dalam pengalamanku yang seadanya sebagai tukang batu, kedua ciri perbingkaian itu bertujuan supaya dinding itu kelihatan lebih tinggi, dan mestinya begitu pula dengan tahap pertama dinding lorong kedua. Namun petunjuk tentang ketinggian semula sudah sengaja dihilangkan. Kenapa" Karena untuk bentuk bangunannya sendiri, rancang bangun agama Buddha tidak membenarkan pemakaian kesan kedalaman untuk membetulkan bentuk yang tidak dilihat seadanya oleh mata manusia, atau demi pembesaran kerangka bangunan, terutama dalam hal stupa, mengingat bentuknya yang kurang lebih seperti belahan bolaTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ dalam rancang bangun Hindu, sebaliknya cara ini sangat laz im. Dari para guru di masa kecilku, aku mendapat pengetahuan bahwa agama Buddha di bagian tengah Yawabumi berkembang di bagian selatan, bahkan diresmikan sebuah prasasti pada tahun 778 di wilayah selatan tentang pembangunan candi untuk Tara. Ketika agama Buddha menjadi semakin kokoh pada tahun-tahun berikutnya, sehingga candi luas dengan ratusan arca dapat mulai dibangun di selatan, candi jinalaya Kamulan Bhumisambhara juga mulai dibangun di utara. Namun sekitar tahun 790, ketika pembangunan kedua candi ini belum selesai, Yawabumi bagian tengah terlanda gelombang perubahan besar dalam bidang rancang bangun dan perlambangan, sehingga segenap pendekatan dalam bentuk pembermaknaan di daerah itu dirombak. Gelombang perubahan ini adalah bagian dari pertarungan kekuasaan dan perebutan pengaruh antarkerajaan yang membawa pula pengaruh agama, karena bentuk-bentuk baru itu diterapkan juga di berbagai candi, termasuk Kamulan Bhumisambhara yang belum usai pembangunannya. Perubahan ini tentu menghentikan pekerjaan untuk sementara, dan para pekerja tentu tidak termangu-mangu saja di sana-karena perubahan budaya tentu menyangkut manusia yang memperjuangkan kepentingannya dalam negara. Ketika pekerjaan dilanjutkan, tempat-tempat masuk diubah. Seingatku, perubahan tempat-tempat masuk ini berlangsung lama, karena mulainya saja sekitar tahun 800 dan ketika aku mengundurkan diri dari dunia ramai pada tahun 846 sebetulnya belum selesai. Saat itu pintu-pintu lorong pertama belum diubah. Tahun 840 ditemukan cara baru dalam pembuatan dinding, yakni diisi dengan urukan, yang kemudian ternyata digunakan untuk bangunan Hindu maupun Buddha. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Namun sebelum hal ini terjadi, pembagian wilayah budaya Yawabumi bagian tengah ini telah berubah, agama Buddha yang semula berkembang hanya di selatan sampai tahun 790, telah mencapai utara di dekat Kamulan Bhumisambhara pada tahun 832. Dengan pengetahuanku yang terlalu sederhana sebagai tukang batu, dapat kukenali bahwa dalam tahap pembangunan Bhumisambhara yang pertama, pemasangan batu di atas bangunan diletakkan tanpa pengait, sehingga sambungannya hanya terjamin oleh bobot batu itu sendiri; tetapi sejak lapisan batu yang ke-65, yakni selama pembangunan tahap kedua, dibuat takuk sejajar dengan sisi luar bangunan. Sekarang ini, tahun 871, apabila semakin sering terlihat kemiripan, tetapi yang tidak pernah berarti sama, dalam berbagai ungkapan keagamaan Hindu dan Buddha, termasuk bangunan, tentulah ada sesuatu yang terlewatkan olehku selama menghilang 25 tahun dalam sebuah gua -karena selama 50 tahun lebih, dari tahun 780 sampai 832 itu, terpisah secara jelas terdapatnya dua kerajaan yang berbeda agama, sebagai akibat persaingan antara wangsa Sanjaya dan Syailendra. Aku masih berada di tengah kerumunan penonton, yang masih terus menikmati wayang topeng tentang Pendekar Tanpa Nama. Jika memang yang dimaksudkan betapa tokoh Pendekar Tanpa Nama itu adalah diriku, maka harus kukatakan betapa berbahaya mempercayai kesan selintas, yang barangkali hanya terdengar dari sana-sini, sebagai bukti tersahih atas kenyataan. Wayang topeng yang berkisah tentang Pendekar Tanpa Nama adalah suatu cerita yang dibangun untuk menyudutkan diriku, atas suatu sebab yang aku belum mengerti. Mereka yang menyebutkan bahwa aku menyebarkan ajaran rahasia untuk menghina agama pasti sangat memahami betapa aku tidak me lakukannya-aku berpikir bahwa kehilanganku dari TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ dunia ramai itulah yang dimanfaatkan, bagaikan sebuah ruang kosong yang bisa diisi apa saja untuk mengalihkan perhatian dari tujuan yang sebenarnya. Namun meski diriku telah menghilang begitu, kehilanganku harus tetap dipastikanmungkin tadinya aku disangka tentunya sudah mati, mengingat usia yang sudah waktunya mati, tetapi pengiriman regu pembunuh itu tentunya menandai kepastian bahwa aku ternyata masih hidup dan karena itu perlu dibunuh. Masalahnya, kenapa baru sehari aku keluar gua sudah kutemukan selebaran lontar tentang hadiah 10.000 keping emas bagi yang berhasil membunuhku" Mungkinkah ada ketakutan betapa penguasa Jurus Tanpa Bentuk memang tidak akan bisa dikalahkan, kecuali oleh waktu" Namun aku juga berpikir betapa bukan kematian diriku benar yang penting dalam tujuan itu, melainkan bahwa namaku bisa dipersalahkan demi suatu tujuan yang aku belum tahu-yang berusaha dibunuh adalah namaku. Jika aku mati, baik karena terbunuh maupun karena usia, seluruh rahasia di balik kabut ini akan ikut tenggelam dalam kegelapan-sedangkan jika aku takdapat dibunuh dan mampu melawan, maka semakin sahihlah keberadaan diriku sebagai orang berbahaya yang pantas diburu, demi pengesahan suatu tujuan tertentu yang mengorbankan diriku, baik nama maupun nyawaku. Barangkali tidak cukup memeriksa apa yang hilang dalam Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo 25 tahun terakhir, masa ketika aku barangkali saja tidak pernah dianggap hilang sama sekali, karena selama malang melintang di rimba hijau pun aku jarang memperlihatkan diri. Apalah yang bisa dilakukan seorang pendekar silat di dunia awam" Seorang pendekar silat biasanya hanya tahu bersilat. Sejak kecil ia dilatih bersilat, setelah remaja ia bercita-cita menjadi pendekar silat, setelah dewasa ia mengembara di dunia persilatan, belajar silat dari guru yang satu ke guru yang lain, dan mungkin ia akan mati atau berjaya dan mendapat nama di dunia persilatan-bahkan mereka yang tewas terkapar setelah pertarungan usai tiada jarang adalah juga mereka TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ yang mempunyai nama besar. Dalam sungai telaga dunia persilatan berlaku pepatah, di atas langit ada langit, seberapa pun tinggi ilmu silat yang dikuasai seorang pendekar, akan tiba saat seorang pendekar lain mengalahkannya-tetapi saat itu belum pernah tiba kepadaku. Seperti kata Naga Emas, aku hanya bisa dikalahkan oleh waktu, ini berarti pepatah dunia persilatan yang berlaku bagiku adalah: gelombang yang di depan digantikan oleh gelombang yang di belakang -betapapun hebatnya seorang pendekar, suatu ketika ia akan memudar dan raib, atau dikalahkan juga akhirnya, untuk digantikan seorang pendekar yang bukan hanya lebih tinggi ilmunya, tetapi juga lebih muda. Namun bukan saja pendekar tua maupun pendekar belum mampu mengalahkan ilmu silatku, tetapi yang disebut waktu pun belum kunjung memudarkan ilmu silatku, apalagi mengakhiri hidupku. Umurku sudah seratus tahun, aku tidak merasa daya hidupku mengendur sama sekali-hanya memang ingatanku, jika mengingat sesuatu tidak terlalu kuyakini akan selalu tepat seperti yang telah kualami setiap kali mengingatnya. Bahkan aku sangat khawatir bahwa ingatanku akan sesuatu hal itu berubah-ubah. Jika memang ini yang terjadi atas diriku, ini tentu sangat mengerikan. Betapa aku selalu bisa menyelamatkan nyawaku dari perburuan para pembunuh bayaran, tetapi aku tidak dapat menyelamatkan diri dari diriku sendiri, yang akan mengikis daya ingatku dari waktu ke waktu seperti layaknya setiap manusia uzur yang akan jadi pelupa. Tiga penari yang tadi berputar seperti gasing itu mendadak berhenti mematung, lantas bergerak begitu lambat, sangat lambat, lebih lambat dari pergerakan bumi. Mereka membawakan Tarian Kematian seperti aku telah menyerap dan mengulangnya sebagai cara kerja Jurus Bayangan Cermin. Namun mereka telah mengira mampu menyerap Jurus Bayangan Cermin yang mereka bawakan untuk menarikan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ diriku. Kulihat diriku di sana, diriku yang menjadi tiga, dalam pembawaan tiga penari wayang topeng yang topeng putihnya begitu pucat, dingin, bahkan sama sekali tiada berwajah. Begitukah aku telah dikenal" Barangkali bukan salah mereka untuk tidak mengenalku. Bukankah aku tidak ingin dikenal maupun mengenal" Jadi teringat lanjutan Upacara Pembuka Mata: legakanlah pikiranmu telah hilang ketiada -pengetahuam yang menyelimuti hatimu disapu bersih Bhatara Sri Vajradhara seperti penyakit mata yang membuat rabun menjadi sembuh dan bening kembali demikian pula ketiada -pengetahuan sebagai penghambat telah dibabad oleh Bhatara enakkanlah perasaanmu janganlah ragu-ragu (Oo-dwkz-oO) KUTINGGALKAN tempat itu dan aku melangkah di dalam kota. Jalanan gelap dan sepi. Hanya obor di sana-sini. Itu pun bagian dari penerangan gapura atau gerbang memasuki puri. Tidak semua puri memasang penerangan. Begitu malam turun penduduk sebagian besar tidur"kecuali ada upacara agama, yang dalam agama Hindu berlangsung hampir setiap hari, TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ tetapi tidak malam ini. Dewa-dewa bagaikan turun ke bumi dan minta disembah serta diberi sesajian tiap hari. Tanpa dewa, hidup ini bagaikan tiada artinya-dewa harus selalu ada untuk melindungi manusia dari anasir-anasir jahat entah darimana datangnya. Namun para dewa tidak bisa hidup sendiri. Berbeda dengan para bhiksu, para dewa tidak mampu berselibat, mereka harus didampingi pasangan yang berdaya, dan daya para dewi yang mendampingi ini sangat sering begitu luar biasa tanpa dapat diduga. Daya itu membuat mereka disebut sakti. Jika bagi Siwa sakti"nya adalah Devi, maka bagi Wisnu sakti itu adalah Laksmi. Kotaraja Mantyasih ini jelas sangat dipengaruhi budaya agama Siwa, meski doa puja Mahayana terdengar di lorong-lorongnya. Di tengah kota terlihat patung Durga Mahisasuramardini yang bertangan delapan, perwujudan kroda atau kedahsyatan sakti Siwa tersebut. Patung tinggi besar yang terbuat dari batu berpori-pori besar ini tubuhnya bersikap tribhangga, empat tangan kanan masing-masing memegang cakra berapi, sara, dan sara lagi, serta ekor kerbau; empat tangan kiri masing"masing memegang sangkha, pasa, dan pasa lagi, serta rambut asura. Matanya melotot, tubuhnya kecil, langsing dan anggun. Jatamukuta-nya tinggi, rambut tergerai di atas bahu, pita seolaholah menempel kepada sirascakra di kiri dan kanan kepala. Pilinan upav ita besar. Uncal hampir mencapai ujung kain, selendang menyilang kain sebatas lutut, dan panjangnya kain sampai pergelangan kaki. Asura atau anasir jahatnya baru keluar dari kepala kerbau, kakinya masih terlihat lentur; sedangkan mahisa menghadap ke kiri. 55 Itulah Bhatari Durga. Jika terdapat patung sebesar ini di tengah kota. Tentu berarti penguasa mengharapkan perlindungannya. Devi juga mempunyai daya santa atau saumya yang berarti ketenangan, itulah sakti yang akan menjelma pesona kecantikan menghanyutkan; tetapi yang kutatap adalah kroda atau kedahsyatannya sebagai pembantai TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ asura, yang bahkan telah ia kelupas rambut kepalanya. Kutatap matanya dan kurasakan sesuatu yang aneh, karena mata patung yang seperti sedang menatap dengan hidup itu bagaikan pernah kukenal dan mengenalku. Siapakah yang pernah menjadi begitu dekat kepadaku sehingga mengenal dan kukenal" Jelas bukan Bhatari Durga, tetapi seorang perempuan yang dibayangkan, atau bahkan berdiri di dekat para pematung, yang diandaikan sebagai Durga. Di depan patung itu terdapat sesaji yang berasap dan berbau. Terlihat juga sebuah jambangan penuh air, di dalamnya terlihat mengambang beberapa jenis daun; tujuh periuk tembaga tidak diisi air, tetapi satu di antaranya diisi jenis daun-daun tertentu; sebuah lampu terbuat dari tepung beras, salah satunya berbentuk wajah manusia; dan sebuah tombak yang ditancapkan di tanah. Aku tidak mengerti kenapa seperti tercium olehku bau yang sangat kukenal. Tiba-tiba saja dari ujung jalan yang gelap muncul serombongan orang menuju patung ini. Terdengar suara tangis. Aku tertegun. Paling depan seorang lelaki yang membawa bocah lelaki yang tampak sangat lemas. Seorang perempuan yang mungkin isterinya mengikuti di belakang dengan kepala tertunduk, diikuti dua lelaki dan dan dua perempuan muda yang kuduga merupakan saudara"saudara mereka. Wajah mereka semua tertunduk dan tampak sangat berduka. Kain yang mereka kenakan semuanya berwarna hitam pekat. Kaum perempuannya menutup pula bagian atas tubuh mereka dengan kain yang hitam itu, sehingga berbeda dengan semua perempuan lain, buah dada mereka hanya tampak sebelah. Aku menghindar dari pandangan mereka, bersembunyi di bagian yang tergelap dari kekelaman malam. (Oo-dwkz-oO) TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Episode 15: [Pertarungan di Bawah Pohon Beringin yang Terbakar] LELAKI yang membawa bocah mati itu meludah ke arah pohon dan berucap dengan nada tinggi. "Lihatlah anak ini Bhatari, lihatlah! Seseorang telah berusaha mengambil nyawanya untuk dipersembahkan kepadamu! Berapa banyak lagi darah yang harus mengalir untuk memuja dan meminta perlindunganmu Bhatari" Berapa banyak lagi" Jika seseorang ingin mengorbankan nyawa bocah takbersalah demi santapanmu, mengapa tidak dia korbankan bocah dari darah dagingnya sendiri, keluarganya sendiri, kelompoknya sendiri, atau dari sesama pemujamu sendiri" Mengapa harus mereka korbankan seorang bocah takbersalah dari keluarga lain yang menganut kepercayaan berbeda" Aku dulu memang memang menyembahmu Bhatari, tetapi sekarang tidak lagi! Itukah sebabnya mereka mengorbankan anakku" Apakah dikau akan menelannya Bhatari, Dewi Durga Mahisasuramardini" Tidakkah engkau seharusnya melindungi siapapun dari mereka yang hanya mengatas namakan dirimu Bhatari" Kini kubawa anak yang belum mati ini ke hadapanmu, kuminta kepadamu Bhatari, pertahankanlah nyawanya! Biarkanlah nyawanya tetap berada di tubuhnya dan hancurkanlah mereka yang telah berusaha membunuhnya atas namamu!" Kemudian suaranya merendah, yang sebentar-sebentar disela dengan bunyi tanda setuju oleh orang-orang yang datang bersamanya. "Harap ia kau bunuh oh Bhatari! Dewi Durga Mahisasuramardini! Bunuhlah ia tanpa sempat menoleh ke belakang, tanpa akan melihat bagian belakang, terjang tubuhnya, tempeleng sebelah sisi, pukul punggungnya, belah kepalanya, sobek perutnya, tarik ususnya, keluarkan isi TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ perutnya, tarik keluar hatinya, makan dagingnya, minum darahnya, sempurnakan dengan kematiannya." Lantas istrinya mengeluarkan sebutir telur dan maju untuk memecahkannya di atas batu kulumpang, seseorang yang lain rupanya membawa ayam di balik jubah dan segera memotong lehernya di atas batu itu. Sementara ayah bocah itu meneruskan kata-katanya. "Biarkanlah orang jahat itu akan bernasib seperti ayam ini, putus kepalanya, tidak akan kembali bersatu, seperti telur hancur lebur tidak dapat pulih kembali!" Di balik kegelapan malam, aku tertegun menyaksikan perilaku orang-orang berbusana hitam itu. Sejauh yang pernah kupelajari, Durga menerima persembahan korban manusia dan jenis binatang tertentu. Berbagai cerita yang pernah kubaca dalam kitab-kitab lontar menyebutkan betapa sang dewi gemar minum darah kerbau, menyukai daging mentah dan minuman keras. Itu semua tertulis dalam kitab Mahabharata karangan Vyasa, Kadambari karangan Banabhatta, Harsa-carita karangan Bhana, Vasavadatta karangan Subandhu, Malatimadhawa karangan Bhavabhuti, maupun Kathasaritsagara karangan Somadeva. Masih kuingat dalam Kadambari disebutkan tentang upacara pemujaan kepada Durga oleh suku Sabara di daerah pegunungan Vindhya di Jambhudwipa. Disebutkan betapa dengan seringnya berlangsung upacara korban manusia, maka pundak kepala pendetanya sangat kasar, karena dipakai memanggul kapak dan seringnya tergores oleh kapak ketika memenggal kepala korban. Dalam kitab Yasatilaka bahkan terdapat cerita tentang orang-orang Kapalika yang telah menjual daging dari hasil sayatan tubuh sendiri sebagai sesajian kepada Durga. Salah seorang guruku pernah menyampaikan kisah Devi"mahatmya, yang bercerita tentang raja Suratha dan pedagang dari Samadhi secara bersama TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ memuja Durga selama tiga tahun. Di antara persembahannya adalah darah dari tubuh mereka sendiri. Maka sangat bisa dimaklumi jika bekas penyembah Durga dari aliran sakta ini yang juga datang dari Jambhudwipa itu menjadi sangat marah, ketika ada seseorang atas nama Durga mencari korban dari pemeluk lain agama untuk persembahannya. Sejauh kubaca sendiri maupun kudengar dalam perbincangan dengan guru"guruku yang telah mengembara sampai Jambhudwipa, terdapat juga Durga yang telah dibaurkan dengan Mahakali dalam aliran Tantra, yang dianggap menguasai kehidupan semesta, terutama dalam penghancuran segala makhluk. Korban binatang yang disebut pasubali maupun manusia dipersembahkan di kuil-kuil tertentu bagi dewi, yang begitu banyak tersebar di Jambhudwipa. Dalam kitab Kalika-Purana disebutkan tentang betapa jumlah korban manusia itu akan menentukan jangka waktu kepuasan Durga. Satu korban manusia akan memuaskannya selama seribu tahun, jika tiga manusia yang dikorbankan, kepuasannya berlipat menjadi seratus ribu tahun.61 Lelaki itu masih menyampaikan daftar kutukan, ketika kudengar suara embusan nafas penghabisan. Aku tercekat. Lelaki itu terhenti kata-katanya. Perempuan itu mendekat dan Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo menjerit. "Ooohh! Anakkuuuu!" Suara jerit dan tangisnya segera memecah malam. Perempuan itu menjerit begitu rupa sehingga pada malam yang begitu sepi dan begitu kelam itu terdengar begitu keras begitu pedih dan amat sangat menyayat. "Holooooongngng.." Rupanya Holong adalah nama anak itu. Jeritan perempuan tersebut segera disusul raungan amarah para lelaki yang semuanya berbaju. Jeritan dan raungan itu bagiku terdengar ganjil, karena lebih mirip lolongan anjing liar dalam cahaya TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ bulan purnama. Mengerikan tetapi bernada pilu dan kepiluan itulah yang membuat perasaanku menjadi was-was. Ketika ia berbicara ke arah patung itu lagi, suaranya sudah menjadi serak. "Oh Bhatari khianat, tega dikau menyantap nyawa yang bukan menjadi hakmu!" Kulihat dari sudut bibir anak itu mengalir darah hitam yang sangat kental. Kukira ia mati karena diracuni. Ia diletakkan oleh ayahnya di atas batu datar untuk meletakkan sesajian, bukan untuk memberi makan Durga yang dipikirnya telah membunuh anak itu, melainkan agar ia bisa bergerak bebas. Lantas diobrak-abriknya segenap perangkat sesajian yang ada di sana. Jambangan pecah, periuk bergelimpangan, lampu terguling, apinya membakar daun-daun kering. Bahkan kemudian menjalar ke sulur"sulur pohon beringin yang menaungi patung itu. Pohon beringin itu langsung menyala. Keenam orang pemberang ini, termasuk yang perempuan, sudah kehilangan kata-kata selain melolong ke langit dengan suara memilukan. Orang-orang terbangun dan menyadari betapa altar pemujaan mereka telah menjadi berantakan. Mereka mendatangi tempat itu sambil berusaha memadamkan api, tetapi sungai terlalu jauh, dan agaknya kebakaran bukanlah peristiwa yang telah dipikirkan cara memadamkannya dengan segera. Barangkali kebakaran diterima sebagai penjelmaan dewa. Namun kali ini mereka tahu orang-orang berbaju hitam ini menjadi penyebabnya. Aku berkelebat dan melenting ke atas atap, karena bayangan gelap tempatku berlindung telah menjadi terang akibat kebakaran itu. Kusaksikan mata pada patung Durga itu seperti berkedip, wajahnya mempunyai perasaan, dan kobaran api itu bagaikan membuat delapan tangannya bergerak. Aku seorang pesilat, segala sesuatu kupandang sebagai pencari ilmu dalam dunia persilatan, dengan cepat sekali aku TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ merekam delapan tangan patung yang bergerak karena pembayang-bayangan dari kobaran api, dan kutemukan suatu jurus yang mampu membuat sepasang tangan tergandakan kemampuannya seperti delapan tangan. Namun suasana membuat aku harus menunda dulu ketertarikanku kepada penemuan jurus baru, karena dari segala sudut muncul begitu banyak orang yang berusaha mengeroyok keenam orang berkain serba hitam yang mengamuk itu. "Penganut bid'ah! Candala tidak tahu diri! Apa yang kamu lakukan di sini" Kamu mencari mati!" Orang-orang datang dengan segala macam senjata yang segera bisa dipegang, sehingga yang bukan senjata seperti alu, arit, maupun cambuk sapi pun tampak di tangan mereka. Namun rupanya kelima lelaki dan seorang perempuan yang semuanya berbusana kain hitam itu bukanlah sekadar orang awam. Mereka segera membentuk lingkaran dan saling memunggungi, sementara di tangan mereka masing sudah tergenggam golok yang tidak berkilat karena tajam, karena sekujur badan golok itu berwarna hitam. Orang banyak tidak sadar dengan kuda-kuda kokoh keenam orang itu. Dalam kelam malam yang diwarnai cahaya api mereka menyerbu seperti gelombang pasang. Mula-mula belasan, kemudian puluhan, lantas ratusan orang sudah berada di perempatan tempat bernaungnya patung Bhatari Durga di bawah pohon beringin itu berada. Cahaya api yang bergoyang-goyang dari pohon beringin yang menyala membuat ratusan orang itu bagaikan makhluk-makhluk berwarna tembaga, yang bergerak serentak ingin melumat keenam manusia itu. Namun apa yang terjadi" Keenam orang itu secara bersama bergerak memutar ke arah kanan seperti melakukan pradaksina, tetapi dengan sangat cepat sembari menggerakkan golok hitam di tangan mereka seperti balingbaling. Dengan segera korban jatuh bergelimpangan bersimbah darah. Orang-orang awam ini tidak mengerti. Ilmu TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ silat harus dihadapi dengan ilmu silat. Ilmu perang dengan ilmu perang. Ilmu kekuasaan dengan ilmu kekuasaan. Dari atap rumah seperti ini, dalam cahaya api yang berkobar karena beringin menyala, sangat jelas bagiku betapa keenam orang ini telah menyerap gelar pertempuran Cakrabyuha, yang berlaku untuk pertempuran yang melibatkan puluhan ribu sampai ratusan ribu orang, untuk sebuah pertarungan ketika menghadapi lawan yang jauh lebih banyak seperti sekarang. Cakrabyuha artinya susunan cakram, mahir sekali keenam orang ini membentuk cakram berputar dan menggunakan golok mereka sebagai ujung tombak dari cakram berputar menghajar itu. Orang-orang yang menyerbu tanpa akal tentu saja hanyalah ibarat mengantarkan nyawa. Golok hitam dalam kegelapan dan digerakkan dengan sangat cepat itu tidak dapat ditangkap mata awam. Aku sangat prihatin dan ingin mengurangi jatuhnya korban yang tidak perlu, tetapi aku juga muak dengan sifat pengeroyokan yang sangat pengecut itu. Ada pikiran mensyukuri mereka yang mati karena menyerbu tanpa akal dan pikiran, tetapi ada juga kesadaran betapa para penyerbu yang bodoh ini sungguh-sungguh awam. Kelemahan mereka tidak sepatutnya dimanfaatkan mereka yang lebih dari paham ilmu persilatan. Keenam orang ini menguasai ilmu perang yang diterapkan kepada ilmu golok berpasangan. Meskipun jumlah mereka lebih sedikit, sangatlah berbahaya membiarkan mereka menumpahkan darah seperti itu. Aku sudah nyaris ikut campur untuk mencegah pembantaian ini ketika muncul duabelas anggota pengawal rahasia istana, yang langsung memasuki gelanggang dan mencegah rakyat jelata itu meneruskan amukannya. Pemimpinnya, seorang perempuan paruh baya berjubah dan terurai rambutnya yang sebagian telah berwarna keperakan, segera memberi perintah di sana-sini. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Padamkan api! Padamkan api! Biar kami hadapi para candala ini!" Ia membagi anak buahnya, sebagian memimpin pemadaman api, sebagian menghadapi para pemegang golok hitam. Mereka berhadapan. Perempuan paruh baya yang dadanya tertutup jubah putih dengan sepasang pedang di punggungnya itu bicara. "Apa yang kalian pikir sudah lakukan" Membakar tempat pemujaan dan lolos dari hukuman?" "Hukuman apa yang harus ditimpakan bagi korban penindasan?" "Penindasan" Siapa menindas siapa" Jelaskan!" Lelaki yang murka dan berduka itu menunjuk anak yang tergeletak di batu. "Kau lihat anak itu" Seorang penyembah Durga telah menculik dan meracuninya, agar bisa dibawa kemari untuk mengalirkan darahnya di atas batu. Siapakah anak ini" Dia anakku, anak orang merdeka, bukan budak yang sudah dibeli dan bukan pula pemuja Durga itu sendiri. Mengapa korban persembahan harus mengorbankan orang lain yang tidak sudi jadi korban" Kami dulu memang penyembah Durga, tapi kini tidak lagi-bahkan kami juga tidak lagi memuja Siwa. Kami merdeka dari kewajiban sebagai pemeluk Hindu. Jadi kami berhak melawan dan membela diri kami!" ''Kalian pengikut Mahayana?" Lelaki itu menggeleng. "Tantrayana?" Lelaki itu tidak menjawab. "Tidak penting siapa kami. Apa urusan dan kepentinganmu atas kepercayaan kami?" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Karena tiada tempat bagi aliran sesat di kerajaan ini!" "Aliran sesat! Siapakah dia yang begitu benar sehingga berhak mengatakan kepercayaan lain sesat!" "Katakan itu di depan para samget62, sekarang kalian harus ditangkap karena membuat kekacauan!" "Kekacauan" Apa yang akan kalian lakukan dengan penculikan?" "Penculiknya sudah kalian bunuh bukan" Ada lima mayat terbantai di tepi sungai, kami ikuti jejak kalian kemari! Ternyata pembunuhan itu tidak cukup bagi kalian!" "Kami membela diri!" Perempuan paruh baya itu mendadak sudah memegang sepasang pedang. Ia melangkah maju dan memberi isyarat kepada anak buahnya untuk mengepung. "Kalian tahu hukuman untuk perusakan tempat pemujaan agama?" Aku mencoba mengingat Arthasastra. Aku tidak bisa mengingat apapun-apakah karena Arthasastra memang tidak menyebutkan apa-apa" Betapapun negara dapat menambahkan apapun ke dalam undang-undangnya. Namun pertanyaan itu dijawab. "Siapa mempertanyakan agama jika harus mengorbankan darah manusia tak bersalah" Agama itu ada untuk kebahagiaan atau penderitaan?" "Katakan semuanya dalam sidang pengadilan! Kini serahkan dirimu atau kalian temukan kematian!" Para pengawal rahasia istana segera menyerbu dengan Ilmu Pedang Suksmabhuta mereka yang juga telah dikembangkan untuk pertarungan antarkelompok yang berpasangan seperti sekarang. Di antara kobaran api yang tiada juga padam kusaksikan bentrok seru Ilmu Pedang Suksmabhuta yang dikuasa i kaum perempuan serba jelita dengan pedang keperakan berkilat-kilat yang membentuk TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ perisai cahaya melawan ancaman golok-golok hitam yang menetak tanpa ampun dengan tikaman kejam. Apa perbedaan golok dengan pedang" Tidakkah keduanya sama saja" Keduanya tidak dibedakan oleh bentuk, melainkan tujuannya. Golok memang bisa dimainkan seperti pedang, tetapi golok dibuat untuk segala keperluan, mulai dari memotong kayu, membabat semak, atau membelah buah kelapa-suatu peralatan rumahtangga yang terdapat dalam setiap gubuk rakyat. Ini berarti dari tujuannya golok berbeda dengan pedang, yang memang dibuat sebagai senjata tajam, baik digunakan sekadar oleh seorang prajurit dalam suatu pasukan untuk bertempur, maupun dimainkan oleh seorang pendekar dengan ilmu pedang yang tinggi. Maka jika golok bisa dibuat oleh sembarang tukang besi, maka pedang dibuat oleh para ahli senjata; itu pun harus dibedakan antara pedang yang dibuat dan dicetak sekaligus dalam jumlah ribuan di pabrik senjata, dengan pedang yang dibuat seorang empu pembuat pedang, demi ilmu pedang tertentu. Meski begitu, pada awal dan akhirnya, adalah siapa pemegang senjata itu yang akan menunjukkan kegunaaannya dalam pertarungan. Dalam dunia persilatan, dengan ilmu silatnya yang tinggi, seorang pendekar bisa tetap unggul meski hanya bersenjatakan sebatang lidi atau selembar daun. Bahkan tak jarang seorang pendekar menjadi harum namanya karena ilmu silat tangan kosong. Ilmu-ilmu silat tanpa senjata tidak kurang berbahaya dari ilmu-ilmu silat bersenjata. Namun itu tidak berarti ilmu-ilmu silat bersenjata tidak diperlukan lagi, karena ilmu s ilat yang manapun, termasuk pembuatan senjata itu sendiri, telah disikapi sebagai suatu seni. Para empu masih selalu tertarik menempa pedang yang terbaik untuk ilmu pedang yang masih terus diperdalam dan dikembangkan oleh para pendekar. Dari gunung ke gunung dari lembah ke lembah para pendekar masih terus mengembara di rimba hijau dan sungai telaga dunia persilatan mencari kesempurnaan. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ (Oo-dwkz-oO) Episode 16: [Ilmu Halimunan, Ilmu Penyamaran, Bayangan Hitam Peradaban] PERTARUNGAN di bawah sana masih berlangsung dengan seru. Sekarang aku tidak menonton peristiwa ini sendirian. Sejumlah bayangan hitam yang bagaikan muncul begitu saja dari balik ma lam telah berkelebat mendekat dan mengamatinya tanpa terlihat. Mereka semua menguasai ilmu halimunan, yakni ilmu yang berhubungan dengan penyusupan ke wilayah musuh, yang penuh dengan tindak penyamaran dan pengelabuan. Bukan dalam arti menyamar sebagai matamata yang merupakan agen rahasia, melainkan penyamaran dalam arti betapa seluruh kegiatan mereka diusahakan tiada tercerap oleh pancaindera manusia. Maka wajarlah jika Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo mereka membungkus tubuhnya dengan ketat dalam warna serba hitam, sehingga bukan hanya kehitaman busana itu akan menyamarkan pandangan dalam kegelapan malam, melainkan juga suaranya tiada akan terdengar sepelan apapun jua, karena cara berbusana itu memang merupakan bagian dari ilmu-ilmu halimunan atau ilmu penyusupan. Mereka itulah yang telah datang ke dalam gua dengan tugas membunuhku, tentulah karena kepercayaan yang tinggi atas kemampuan mereka dalam tugas-tugas pembunuhan. Semula kelompok macam ini merupakan bagian dari gugusgugus tugas yang terdapat dalam militer, terutama ketika diperlukan penyusupan rahasia ke wilayah musuh, seperti mencuri peta siasat, naskah rahasia, senjata pusaka, atau bahkan sampai membunuh panglima atau raja. Menghadapi kemungkinan macam ini, maka terdapatlah pengawal rahasia istana, yang tugasnya bukanlah berbaris di samping gajah dalam upacara kenegaraan, melainkan memiliki kebebasan untuk melakukan apapun yang dianggap perlu untuk dilakukan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ demi keselamatan raja-karena raja dianggap sebagai penjelmaan dewa yang kepadanyalah kesejahteraan negara dan rakyatnya tergantung sepanjang masa. Kepercayaan macam ini tidak berubah ketika agama Buddha makin besar pengaruhnya, apalagi ketika para raja yang memeluk Hindu kembali berkuasa. Dengan demikian antara gugus tugas halimunan yang sengaja tidak pernah diberi nama, bahkan keberadaannya juga sedapat mungkin dirahasiakan, dengan para pengawal rahasia istana itu merupakan musuh bebuyutan, selama masing-masing berada di pihak yang berlawanan. Seringkali terdapat pengawal rahasia istana yang semula merupakan anggota gugus tugas halimunan tersebut, karena menguasai ilmu yang sama dengan pihak yang berusaha melakukan penyusupan dianggap adalah cara terbaik sebagai pertahanan menghadapinya. Memang terdapat perbedaan besar antara ilmu halimunan sebagai ilmu penyusupan ke wilayah musuh, dengan ilmu para mata-mata yang wajib dikuasai dalam penyamaran; dalam ilmu halimunan penguasaan ilmu silat adalah mutlak, karena tugasnya sudah jelas menunjukkan risikonya-tetapi meskipun risiko seorang mata-mata juga sama berbahayanya, ilmu silat bukanlah merupakan syarat mutlak, karena tugasnya itu sendiri tidak selalu berada di tengah bahaya. Dalam Arthasastra Bab 12 Bagian 8 Pasal 6 disebutkan : Raja hendaknya mempekerjakan mereka dengan penyamaran yang meyakinkan dalam hal asalnegara, pakaian, jabatan, bahasa dan kelahiran, untuk memata-matai, sesuai dengan kesetiaan dan kemampuan mereka, TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ terhadap para tirtha (pejabat tinggi), penasehat, mantripurohita (pendeta), panglima tertinggi, putera mahkota, kepala pelayan istana, kepala penjaga istana, para kepala bagian, penata harian, sanndhatri (bendaharawan), prasastri (hakim), nayaka (kepala jagabaya), paura (kepala daerah), karmantika (kepala pabrik), mantriparisadha (dewan menteri), adhyaksa (pengawas), dandapala (kepala angkatan perang), durgapala (pemimpin benteng), antapala (pemimpin wilayah perbatasan), dan atavika (kepala kehutanan) di daerahnya sendiri. Meskipun begitu, bukan tidak mungkin ilmu halimunan dan ilmu penyamaran itu terdapat dalam diri satu orang, sehingga segala tugas yang berhubungan dengan kedua ilmu itu dapat dirangkapnya. Demi kepentingan negara, kemampuan seperti ini membuat yang memilikinya menjadi penyusup maupun mata-mata unggulan. Namun kemampuan istimewa yang semula dipersembahkan kepada negara dan raja, bisa terbelokkan oleh kemilau harta, pesona tahta, dan daya tarik cinta membara. Maka bukanlah pengkhianatan yang terjadi ketika kedua ilmu penting bagi negara itu justru tidak lagi secara mutlak dikuasa i negara, melainkan betapa semangat perdagangan telah menjadikan penguasaan atas ilmu-ilmu tersebut sebagai modal untuk memperjualbelikannya. Ini berarti siapapun bisa membayar untuk mendapatkan jasa ilmu halimunan maupun ilmu penyamaran, dengan bayaran yang dapat lebih TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ mencengangkan dari 10.000 keping emas yang telah ditawarkan untuk memburuku. Perseteruan dalam kekuasaan dan cinta sudah lama melibatkan segala daya ilmu halimunan dan ilmu penyamaran tersebut-dan aku tidak bisa menduga apa tujuan maupun apa yang akan dilakukan sosok-sosok berbalut busana hitam yang memenuhi atap-atap rumah di sekeliling tempat pertarungan. Aku teringat kelanjutan Arthasastra perihal "Peraturan untuk Petugas Rahasia" tadi, mulai dari Pasal 7 sampai Pasal 12. pembunuh bayaran yang bekerja sebagai pembawa payung, tempat air, kipas, sepatu, kursi, kereta dan hewan tunggangan, hendaknya memata-matai dan mengawasi kegiatan luar para opsir agen rahasia hendaknya menyampaikan kepada pusat mata-mata pemberi racun yang bekerja sebagai tukang masak, pelayan, pelayan pemandian, pencuci rambut, penyiap ranjang, pencukur, pelayan berpakaian dan pelayan air, mereka yang tampil sebagai orang bongkok, orang kerdil, kirata, tunawicara, tunarungu, tunapirsa64, pemain wayang, penari, penyanyi, pemusik, juru cerita, dan penghibur maupun para wanita hendaknya memata-matai dan mengamati para petugas di dalam rumah TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ mata-mata pertapa wanita hendaknya menyampaikan itu kepada penguasa mata-mata para pembantu tempat itu hendaknya melaksanakan penyampaian berita mata-mata itu dengan menggunakan samjnalipbhi (sandi) dan antara penguasa itu maupun pembantu (mata-mata) ini hendaknya tidak saling mengenal Bukankah dunia penuh dengan permainan rahasia" Di bawah sana, api tidak bisa diatas i, tetapi lama kelamaan menyurut dengan sendirinya. Pertarungan berlangsung dalam temaram sisa-sisa nyala api, membuat setiap gerakan golok dan pedang itu menjadi ancaman maut yang semakin n yata. "Aaaaaahhhhhhh!" Perempuan yang anaknya mati itu menjerit keras, ketika pedang tipis lawannya menusuk perutnya, tembus sampai ke punggungnya. Namun jerit kesakitan lain menyusul, ketika seorang pengawal rahasia istana terpapas lambungnya ketika sedang berputar menghindar di udara. Satu persatu jatuh korban di kedua belah pihak, karena setiap kali berhasil menjatuhkan lawan masing-masing segera mendapat lawan baru-dan tidak ada pertarungan yang tidak memakan korban. Lima dari kelompok orang-orang yang disebut sebagai penganut aliran sesat dan lima dari para pengawal rahasia istana telah bergelimpangan tanpa nyawa. Busana para pengawal rahasia istana yang putih tidak kelihatan ujudnya lagi karena bersimbah darah. Tinggal kedua pemukanya berhadapan, TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ lelaki itu masih memegang golok hitam legam yang nyaris tiada kelihatan, perempuan paruh baya berambut keperakan dengan sepasang pedang di tangan. "Menyerahlah jika ingin mendapat keadilan, barangkali nyawamu bisa diselamatkan!" "Dikau telah menuduh kami beraliran sesat, apakah masih sesat jika aku tahu bahwa mati dalam pertarungan adalah kehormatan?" Perempuan itu menggeleng-gelengkan kepala. "Mengapa kaum bid'ah selalu pandai berbicara" Mungkinkah kepandaiannya itu yang menyesatkan mereka?" Lelaki itu tersenyum pahit. "Aku sudah kehilangan segalanya. Anak, istri, saudara"saudara. Tapi aku akan bahagia mati tanpa kehilangan keyakinanku. Apakah kalian bisa seperti itu" Masih bahagiakah kalian tanpa kekuasaan, tanpa kekayaan, tanpa keunggulan apapun juga, masihkah?" Perempuan itu menunjuk dengan pedang di tangan kanannya. "Hmmmh! Bicaramu seperti orang golongan putih! Padahal yang kalian pelajari adalah ilmu hitam!" Kini lelaki itu tertawa terbahak-bahak. "Ilmu hitam" Aku rasa pikiran kalianlah yang tersesat! Sayang sekali, sayang sekali untuk perempuan berilmu tinggi seperti kamu-kukira seorang pengawal rahasia istana seharusnya lebih pintar dari itu!" "Apa yang bisa diminta dari seorang tertuduh yang tidak sudi menyerahkan diri. Jika dikau menganggap dirimu seorang warganegara, percayakanlah nasibmu kepada peradilan. Hanya atas nama keadilan aku wajib menangkapmu!" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Tawa lelaki itu mendadak berhenti. "Aku seorang merdeka, aku tidak mengakui peradilanmu!" Suasana tegang. Aku tahu sudah tidak ada lagi titik temu. "Setidaknya dikau merusak tempat peribadatan, jika dikau mengakuinya sebagai bukan agamamu, itu kejahatan yang lebih tidak terampunkan! Ataukah aliran sesatmu justru membenarkan?" Lelaki itu tampak tidak tertarik lagi untuk menjawab. Wajahnya tampak pasrah dan mantap. Hanya sepotong kain melilit pinggang dan golok hitam di tangan. Apalagi yang diinginkannya dari dunia ini, jika keluarga mati, tanah dirampas, dan keyakinan pun tertindas" "Lakukanlah apa yang harus kamu lakukan," katanya. (Oo-dwkz-oO) PEREMPUAN itu mengangkat kedua pedangnya, yang kiri menunjuk ke depan, yang kanan terangkat ke atas, sementara kaki kanannya ditarik merendah dan menekuk ke belakang, yang kukenal sebagai jurus pembuka Ilmu Pedang Suksmabhuta Tingkat Kedua. Ilmu silat memang bisa dikembangkan bertingkat-tingkat, sejauh pemilik ilmu silat memang ingin mengembangkannya. Seorang penemu meletakkan dasar dan mengembangkannya. Namun seorang murid yang mempelajari ilmu silat, dengan dasar yang sama dapat mengembangkannya secara berbeda. Murid yang cerdas bahkan akan mampu mengembangkan dasar-dasar itu menjadi pengembangan yang lebih hebat dari ilmu silat gurunya. Jika disebutkan terdapatnya tingkat dalam pengembangan itu, maka dimaksudkan bahwa semakin tinggi tingkatnya semakin canggihlah ilmu silat pada tingkat itu, dan karenanya tenaga pendukung pada tingkat itu mesti lebih besar pula dayanya. Jika terlihat seorang pendekar tampak bergerak TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ sangat cepat seperti bayangan melesat, meski gerakannya tampak ringan tanpa suara, maka sebenarnyalah betapa daya pendukungnya berasal dari tenaga yang luar biasa besar, sehingga hanya kemampuan tenaga dalamlah yang akan mampu mendukungnya. Maka melihat jurus pembukaan itu, aku tahulah sudah apa yang akan terjadi. Dengan segera pendekar perempuan itu bergerak sangat cepat, sampai tidak terlihat, dan lelaki bergolok hitam itu menjadi tampak berada dalam kesulitan. Rakyat tidak pernah mempunyai waktu semewah para pendekar silat, yang memang hidup hanya demi ilmu s ilat, mengorbankan segenap tuntutan bermasyarakat, mulai dari berkeluarga sampai membela negara, karena para pendekar memang hidup hanya untuk dirinya sendiri saja, dalam apa yang mereka kira sebagai perjalanan mencari kesempurnaan. Rakyat belajar silat hanya untuk membela diri dan tidak untuk menguasainya sebagai seni, sehingga ilmu silat rakyat jelata memang disesuaikan dengan keterbatasan waktu maupun minat mereka. Akibatnya segera tampak dalam pertarungan ini. Jika semula tampak bayangan hitam dan bayangan putih keperakan saling melesat di antara dentang benturan golok dan pedang, sebentar kemudian tampaklah betapa bayangan hitam itu makin lama makin jelas sosoknya, sementara bayangan putih dengan leluasa menyerangnya dari segala penjuru sembari mengitari bayangan hitam yang telah semakin lambat geraknya. Agak mengherankan bahwa sabetan dan tusukan pedang tipis keperakan itu masih saja tertangkis oleh golok hitam, yang masih berputar seperti baling-baling sebisanya melindungi tubuh dari dua pedang sekaligus yang selalu datang dari dua arah! Sejak tadi aku mengamati para pemegang golok hitam, Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo karena sangat penasaran tidak bisa mengenali ilmu pedang kerakyatan yang mereka andalkan -jelas ini bukan perkara TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ tinggi rendahnya ilmu, melainkan bahwa mereka ini pada dasarnya bukan pesilat. Ilmu pedang rakyat jelata yang purba memang sudah tidak dapat diketahui asal-usul penemu dan penyebarnya, tetapi sejak mereka peragakan ilmu pedang sebagai cakram berputar bagaikan gelar perang Cakrabyuha, kuduga seorang pendekar yang memahami ilmu perang telah melakukan pembaruan. Aku bertanya-tanya dalam kepala, apakah karena keenam orang tadi sekadar bekas tentara, ataukah ilmu pedang yang digabungkan ilmu perang, dan diterapkan kepada golok pembelah kayu ini, sebenarnya telah dikuasai banyak orang" "Matilah kamu yang telah menghina Durga!" Saat itu golok hitam tampak terpental ke langit dan sepasang pedang dalam sepersekian detik sudah akan memenggal leher lawannya dari kiri dan kanan, ketika mendadak saja puluhan pisau terbang berdesau mengancam berbagai titik mematikan pada tubuhnya. Pendekar perempuan itu rupanya bukanlah pendekar sembarangan, ia mengubah arah kedua pedangnya dan melenting ke udarasejumlah pisau terbang berhasil ditangkisnya, tetapi betapapun puluhan pisau terbang itu me luncur dari segala arah! Jap! Jap! Jap! Jap! Jap! Tak urung lima pisau terbang menancap di tubuhnya, tetapi karena dengan melenting ke udara itu berarti sebagai sasaran ia sudah berpindah, lima pisau terbang itu tidak tertancap di tempat mematikan. Sebaliknya, karena lompatannya ke udara yang tiba-tiba itu, lebih dari selusin pisau terbang justru menancap di tubuh lawannya. Bahkan sebelum jatuh menyentuh tanah, nyawa orang itu telah lepas dari tubuhnyasebilah pisau terbang menancap pada jantungnya. Aku terkesiap dan melesat. Golok hitam yang masih melayang jatuh itu kusambar di udara-dan sebelum siapapun menyadarinya, aku telah menghabisi orang-orang berbalut TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ busana hitam pekat yang hanya tampak matanya itu. Sebetulnya aku tidak ingin turut campur, dan dalam tujuan penyelidikanku seharusnya aku memang tidak melibatkan diri. Namun usia seratus tahunku tiada mampu menahan luapan marah serentak yang datang tiba-tiba, ketika menyaksikan pelemparan puluhan pisau terbang dari kegelapan. Pengecut! Aku sangat muak setiap kali berhadapan dengan orang-orang seperti ini. Aku lebih menghargai pengecut yang dengan jujur melarikan diri, dibanding penyergap malam yang licik seperti ini. Kusadari betapa kelicikan ini telah menjadi suatu aliran dalam dunia persilatan, atas nama segenap siasat dalam perang antarkerajaan-tetapi meskipun belum jelas bagiku keberadaan para pelempar pisau terbang ini, memanfaatkan kelemahan seperti itu membuat aku tidak bisa hanya menonton di luar lingkaran. Saat turun dari menyambar golok hitam di udara, tanganku menyambar kepingan-kepingan emas dari balik baju. Begitu mendarat di tanah, limabelas orang menggelinding jatuh dengan kepingan emas menancap dalam-dalam di antara kedua matanya. Tujuh orang segera disergap tujuh pengawal rahasia istana yang melejit ke atas atap, termasuk perempuan paruh baya yang belum mencabut lima pisau dari tubuhnya-sebaliknya delapan orang sisanya melarikan diri ke delapan penjuru. Aku bergerak cepat memburu salah satu agar bisa mengorek keterangannya. Dari atap ke atap kubuntuti dia yang tidak mengetahui aku mengejar di belakangnya. Aku harus waspada karena membuntuti orang secara diam-diam adalah bagian dari ilmu halimunan. Mereka akan sangat mengerti sedang dibuntuti atau tidak dibuntuti di mana pun mereka berada. Maka ketika ia selalu mewaspadai arah belakangnya, aku dengan segera sudah berada jauh di depannya, dan selalu berusaha mendahuluinya ke manapun dia pergi. Tentu saja aku harus memastikan bahwa dia juga tidak akan memergoki dan dapat menangkap kelebat bayangan di depannya itu. Tinggi TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ rendahnya ilmu seseorang tidaklah begitu mudah untuk gampang kita tebak-seperti ketika aku telah selalu mengelabui orang dalam masa dua puluh lima tahun penyamaranku. Semakin jauh dari wilayah kebakaran, kotaraja semakin gelap dan hanya gelap, menyisakan titik-titik lentera di balik dinding bambu yang tiada berarti. Kegelapan yang sangat menolongku. Aku ingin tahu ke mana dia akan kembali. Meskipun tampaknya mereka melemparkan pisau-pisau terbangnya ke arah pengawal rahasia istana, aku mempertimbangkan kemungkinan bahwa lelaki bergolok hitam itu juga menjadi tujuan pembunuhan mereka-karena begitu tepat sasaran pisau-pisau terbang itu menancap di tubuhnya. Ia mendekati sebuah dinding di dekat pura. Ketika dia semakin dekat, aku sudah berada di balik dinding, menempel pada dinding dengan ilmu cicak. Kupejamkan mataku karena pandanganku memang terhalangi dinding bata merah. Kuandalkan pendengaranku untuk menembus kegelapan. Sebentar kemudian tujuh temannya yang lain tiba. Mereka berpencar sebagai cara untuk mengelabui jika ada yang mengejarnya. Tentu mereka merasa aman, sehingga berani berkumpul kembali. Aku merasa lega telah mengambil keputusan dengan tepat, karena mereka yang hidup dalam pekerjaan penyusupan bahkan tega membunuh dirinya, demi menjaga kerahasiaan pekerjaannya itu. Mereka berbicara dengan berbisik-bisik. Kutajamkan pendengaranku. "Siapa orang tua yang muncul tiba-tiba itu" Gerakannya terlalu cepat untuk diikuti mata, bahkan ia terlalu cepat menghilang sebelum kita bisa mengingatnya -apakah kalian yakin tidak seorang pun telah diikutinya?" "Teman-teman kita yang tertinggal mati terbunuh semua oleh para pengawal rahasia istana, yang belum mati dibantai rakyat di bawah patung Durga." TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Aku menahan napas. Tidak bisa kubayangkan apa yang telah terjadi di sana. Rakyat yang marah ibarat gelombang pasang, bahkan kerajaan bila perlu dapat mereka runtuhkan. "Jawab dulu pertanyaanku! Apakah kalian yakin orang tua dengan ilmu setinggi itu akan bisa kalian pergoki jika membuntuti kalian?" Tidak ada jawaban. "Periksa dulu sebelum kita lanjutkan percakapan!" Hhhhh! Memang mereka sangat terlatih dalam tugas rahasia. Mereka menyebar ke delapan penjuru dan berputar searah ke kanan. Jika mereka melakukannya berulang-ulang dan semakin mendekat karena mengecilkan lingkarannya, tidak satu manusia pun dapat lolos dari ketajaman mata mereka. Aku menahan napas. Apa yang harus kulakukan jika mereka memergoki persembunyianku" (Oo-dwkz-oO) Episode 17: [Kalapasa atawa Jerat Maut, Kaum Penyusup yang Menolak Dikhianati] MALAM sungguh-sungguh kelam, bagaikan tiada lagi yang lebih kelam dari kekelaman yang sedang kuhayati sekarang. Rembulan memang tertutup awan, tetapi sampai berapa lama" Jika mega-mega yang menganga bagaikan mulut Batara Kala melepaskan rembulan itu kembali, tempat ini akan menjadi terang, dan jika mereka berhasil memergoki aku, maka aku akan mengalami kegagalan untuk mendapat keterangan. Aku menempel di tembok seperti cicak yang sama sekali tidak bergerak, tetapi telinga yang terlatih dengan ilmu penyusupan mestinya mampu mendengar napasku. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Jarak antara mereka makin dekat, dan makin dekat pula mereka semua ke tempat persembunyianku. Napasku akan segera mereka dengar, dan apabila mega-mega meninggalkan rembulan yang memang tidak akan pernah dimakannya, jelas terlalu mudah untuk segera mereka pergoki keberadaanku. Kudengar langkah-langkah mereka yang bersijingkat telinga awam tidak akan bisa menangkap suara sehalus itu, tetapi aku dapat melacak bunyi tergesernya debu di antara suara-suara malam. Kuhentikan napasku. Bukan masalah besar untuk menundukkan delapan orang ini, tetapi aku ingin mendengar sesuatu dari percakapan mereka. Kulirik ke atas, aku mencoba menduga lamanya rembulan tertutup awan dan seberapa lama orang yang memeriksa berada di dekatku. Di balik tembok, tujuh orang telah berkumpul, berarti satu orang lagi masih berada di sekitarku, karena sejak tadi kutunggu belum juga tampak melewatiku. Namun ketujuh orang di balik tembok itu mulai bercakap. "Siapa orang tua yang gerakannya sangat cepat itu" Aku belum pernah melihat gerakan secepat itu." "Lima belas teman kita tewas dalam sekejap, kalau dia mau tampaknya bisa saja orang tua itu menghabisi kita semua." "Justru itulah yang kupikirkan. Kenapa dia tidak melakukannya jika lima belas orang terlatih dilumpuhkannya dengan terlalu mudah." Mereka terdiam sejenak. Namun aku menjadi curiga. Apakah mereka menduga dengan tepat bahwa aku mungkin saja telah mengikutinya, tanpa mampu mereka ketahui aku berada di mana" Mereka masih diam. Apakah mereka meneruskan percakapan dengan bahasa isyarat" Dalam Arthasastra Bab 12 Bagian 8 tentang "Peraturan untuk Petugas Rahasia" tertulis: mereka yang tidak memiliki sanak keluarga TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ dan harus dipertahankan, ketika mereka mempelajari laksanam (ilmu penafsiran tanda-tanda), angavidya (ilmu sentuhan tubuh), mayagata (ilmu sihir), yang menyangkut penciptaan jambhakavidya (khayalan), tugas-tugas asrama, antara-chakra (ilmu pertanda), "roda dengan ruang", dan lain sebagainya adalah petugas rahasia, jika mereka mempelajari seni berhubungan dengan manusia Jika mereka memanfaatkan semua ilmu yang jelas mereka kuasai tersebut, tentu saja aku tidak akan mampu mengetahui sesuatu pun, karena kunci bahasa sandi selalu diubah dari waktu ke waktu. Hanya mata-mata yang telah lama berkecimpung di dalamnya akan mengetahui perkembangan kunci bahasa sandi tersebut, itu pun masih harus dibongkarnya makna kalimat-kalimat di dalamnya. Jika seorang pembongkar kunci bahasa sandi mampu menemukan kalimat "Orang suci itu mampu menjamin kesejahteraan setiap orang" misalnya, maka ini sudah jelas menunjuk kepada suatu maksud lain. Betapa sulitnya membongkar rahasia yang diemban para petugas rahasia ini, juga karena seorang petugas rahasia tidak akan pernah mengetahui seluruh rahasia, mereka hanya akan mengetahui TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ sepotong rahasia -tidak akan pernah lebih, bahkan bisa kurang. Itulah sebabnya banyak rahasia hanya bisa terbongkar jika terdapat pengkhianatan-yang dengan sengaja akan selalu diusahakan, melalui pesona harta, kekuasaan, dan pemerasan cinta... Apakah mereka sedang bertukar tanda dengan gerak tangan atau isyarat pandangan dan gerak tubuh di balik tembok itu" Jika begitu, maka seluruh usahaku tentu saja akan sia-sia. Namun kenapa mereka harus melakukannya jika berkumpul antara mereka sendiri" Aku harus merayap sepelan mungkin dan me lihat sendiri mereka yang sedang berkumpul itu, tetapi aku tidak mungkin merayap naik sebelum memastikan keberadaan orang kedelapan. Ia bisa saja sedang menunggu gerakanku, karena tidak dapat menduga diriku berada di mana. Waktu berjalan sangat lambat dalam keadaan seperti ini, karena memang tidak ada yang bisa kulakukan selain menunggu agar orang kedelapan itulah justru yang akan melakukan kesalahan. Malam makin larut. Aku tidak bergerak. Menunggu dan menunggu. (Oo-dwkz-oO) SAAT-SAAT seperti ini rasanya lama sekali-tetapi kesabaran dalam hal seperti ini sangat menentukan hidup dan mati. Orang kedelapan itu akhirnya muncul di antara mereka, tetapi hanya setelah melewatiku! Dia sempat berhenti lama dalam jarak yang sangat dekat denganku, mencoba mendengar sesuatu dalam kegelapan pekat seperti itu, tetapi ia tak akan pernah mendengar nafasku. Begitu dia pergi kutirukan bunyi serangga malam hari, yang tidak mungkin berbunyi jika terdapat manusia di s itu, agar dia lebih yakin tak ada siapa pun di tempatku sekarang. Ia segera bergabung dengan tujuh orang lainnya. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Tidak ada petak yang tidak terlewati oleh penyisiran kita. Aku juga sudah menunggu gerakannya. Seandainya ia memang terdapat di sini kita sudah mengetahuinya. Kita bisa merundingkan masalah kita dengan bebas." Aku berharap mereka mengikuti anjurannya, agar aku Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo cukup mendengarkan saja perbincangan mereka. "Kita mendapat tugas untuk memberi kesan bahwa kelompok yang disebut aliran sesat itu merupakan ancaman untuk negara." "Kesan itu berhasil kita tanamkan, tetapi kita tidak mengira jatuh korban begitu banyak di antara kita." "Padahal kita begitu yakin sebelumnya akan bisa menghabisi kadatuan gudha pariraksa dengan mudah."' "Orang tua itulah yang mengacaukan rencana. Apa yang dipikirkannya sehingga ikut campur urusan kita?" "Itulah sikap para pendekar yang biasa. Bagi mereka pertarungan harus adiI dan terbuka." "Hmmh! Orang-orang dunia persilatan! Mereka itu pemimpi semual" Kepalaku melewati tembok, kulihat seseorang sedang mengangkat tangan"aya sehingga semua terdiam. "Dengar baik-baik. Kita semua hares lebih hati-hati karena tugas kita adalah tugas rahasia. Kita tidak tahu tindakan pendekar tua itu karena dia memang pendekar, ataukah karena dia memang dikirim untuk menghadapi kita. "Pendekar golongan merdeka tidak akan bekerja untuk kelompok tertentu, mereka hanya mengabdikan diri kepada kebenaran." Mereka semua hanya kelihatan matanya, tapi kudengar suara taws di balik kain penutup wajah. "Kebenaran" Heheheheh! Kebenaran siapa" Hampir semua pendekar sini bisa dibeli. Kita tidak lagi hidup di zaman TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ kegelapan tanpa agama, ketika para pendekar sangat diperlukan untuk membasmi kejahatan yang timbul di manamana, karena memang hanya ada gerombolan dan tidak ada rajaan atau negara." Rembulan masih di balik awan. Namun suara burung kulik bagai mengabarkan kematian seseorang. Kematian siapa" Kulihat bayangan berkelebat. Mereka tak mengetahuinyal Bahkan masih terus berbicara ... "Jadi bagaimana dengan rencana kita?" "Meskipun kita gagal menghabisi para pengawal rahasia istana, kita berhasil memberi kesan sebagai pendukung golongan sesat." "Kecuali kalau teman-teman kita buka mulut." "Sudah kukatakan mereka tewas, orang banyak membantai mereka dengan pengertian mereka adalah penganut aliran sesat..." Mereka terdiam sejenak. Sebetulnya tiap orang dari mereka dipilih dari orang-orang yang hidup sendiri. Kautilya dalam Arthasastra berkata bahwa mereka yang terpilih adalah: mereka yang tidak memiliki sanak keluarga mereka yang telah melepaskan pikiran tentang keamanan pribadi dan mau berkelahi demi uang melawan gajah atau binatang buas mereka yang tidak punya kasih sayang terhadap kaum kerabatnya TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Namun justru karena itu mereka seperti merasa dipersatukan oleh nasib. Kehilangan itu bukanlah sekadar kehilangan kawan sekerja, melainkan kehilangan dalam sebuah matarantai persaudaraan. Masing-masing dari mereka berlatih untuk tidak mengenal satu sama lain, tetapi bentuk kebersamaan terkecil pun mendekatkan hati manusia. Mereka terdiam seperti mengingat nasib kawan-kawan mereka yang malang. Mereka telah dilatih bersama dalam ilmu penyusupanterbantai di tangan rakyat jelata yang tidak berilmu spa pun bukanlah kematian yang telah dibayangkan. Di balik tembok aku berpikir. Namaku telah disangkutpautkan dengan sebuah ajaran rahasia, yang kemudian disebut-sebut sebagai mithya-drsti atau viparitadrsti atau aliran sesat. Namun yang disangkutpautkan adalah Jurus Tanpa Bentuk. Bagaimana mungkin suatu jurus dalam ilmu persilatan diandaikan bisa terlarang, jika bahkan ilmu hitam dan ilmu sihir di mana-mana diajarkan" Bahwa Jurus Tanpa Bentuk tidak dapat dipelajari maupun diajarkan, itu persoalan lain, karena Jurus Tanpa Bentuk memang harus ditemukan, melalui pencarian dalam kepala yang bermaksud memahaminya. Dengan pengertian memahami artinya tidak ada yang ajaib dalam pembelajaran Jurus Tanpa Bentuk -justru karena memang tidak berbentuk. Orang-orang berbaju hitam yang menggugat Bhatari Durga itu juga telah disebut sebagai aliran sesat, meski mereka sendiri tidak merasa begitu. Adapun orang-orang berbaju hitam yang sedang kumata-matai ini memanfaatkan kesamaan busana hitam-hitam mereka untuk memberi kesan tertentu atas orang-orang berbaju hitam itu --yakni, seperti telah kudengar, agar terdapat kesan betapa aliran sesat yang dimaksud merupakan ancaman berbahaya bagi negara. Bukan karena ajaran itu sendiri barangkali, tetapi karena mereka TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ memiliki pasukan pembunuh yang tangguh dan kejam mematikan bukan buatan. Namun begitu mudahkah kiranya mengelabui orang" Orang-orang yang dianggap pengikut aliran sesat itu memang berbaju hitam, tetapi baju hitam rakyat kebanyakan -taklebih dan tak kurang hanyalah kain hitam melilit pinggang, yang sebenarnya juga sudah tidak terlalu berwarna hitam. Semua warna adalah hasil celupan, dan jika kain yang sama terus menerus dicuci dan dipakai, hanya akan luntur jua jadinya. Penanda betapa mereka hanyalah rakyat jelata yang miskin adanya. Berbeda dari busana serbahitam yang diandalkan dalam ilmu penyusupan, yang begitu pekat seperti malam yang tergelap, dan dibuat oleh para penjahit yang mengetahui maksud dan tujuan dari potongan baju seperti itu: membungkus seluruh tubuh, ringan tak bersuara, hanya menampakkan sepasang mata, dengan berbagai kantong dan ikat pinggang penyandang senjata. Meski sama-sama hitam busananya, sebenarnyalah tiada sesuatu pun yang harus menghubungkan keduanya - kecuali memang tidak diperlukan terlalu banyak alasan untuk membantai siapa pun yang dianggap berbeda, seperti golongan yang dianggap sesat. Apakah yang telah terjadi" Apakah yang sedang berlangsung" Aku memikirkan kemungkinan bahwa aliran sesat dalam pengertian memang sesat pikirannya dan apalagi berbahaya itu sebenarnya tidak ada. Namun tampaknya segala usaha telah dikerahkan untuk membuat orang banyak yakin bahwa a liran sesat itu ada. Demi kepentingan apa" Demi kepentingan siapa" Aku belum bisa mengatakan apa-apa, karena setelah dua puluh lima tahun mengundurkan diri dari dunia ramai, tiada kesahihanku menyebutkan sembarang dugaan. Namun aku tahu betapa keberadaan aliran yang disebut sesat ini sangat dibutuhkan, dan untuk itu diperlukan sejumlah kambing hitam yang meyakinkan. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Maka bukanlah Jurus Tanpa Bentuk, melainkan ketidakhadiranku, telah sangat membantu penyusunan cerita yang dihadirkan sebagai kenyataan itu. Telah kusebutkan betapa perburuan diriku menjadi penting, justru karena tertangkap maupun tidak tertangkapnya aku, terbunuh maupun tidak terbunuhnya diriku, tetap saja akan menguntungkan bagi yang menyebarkan cerita tentang aliran sesat itu. Aku tertangkap atau terbunuh, seluruh cerita yang dibangun atas namaku akan tetap berlaku; aku tidak kunjung tertangkap dan tidak dapat terbunuh, justru akan membuktikan betapa memang berbahayanya diriku. Memang cerdik sekali. Bagaimanakah cara melawannya" Namun aku sungguh tidak mengetahui apa pun yang kiranya dapat membenarkan dugaan-dugaanku. Kini kusadari betapa bukan aku sendirian yang menjadi korban. Orang-orang berbusana serba hitam itu telah terpancing untuk mengamuk, dan dibunuh atas nama kepercayaan yang sampai mati tidak pernah mereka lepaskan. Perbincangan orang-orang yang sedang kucuri dengar ini semakin meyakinkan aku akan terdapatnya sebuah siasat; bahwa mereka memanfaatkan kesamaan warna hitam baju mereka, agar orang banyak mengira mereka adalah bagian dari kekuatan suatu pasukan, dari yang disebut aliran sesat. Apakah cerita ini dibangun suatu kelompok yang bermaksud merongrong kewibawaan negara dan merebut kekuasaan" Ataukah cerita semacam itu dibangun oleh pihak penguasa sebagai pembenaran atas pembasmian mereka kepada suatu golongan yang ingin mereka hapus dari muka bumi" Mereka masih berada di balik tembok ketika sekali lagi terdengar suara burung kulik. Kali ini bahkan dua kali. Aku terkesiap. Memang seperti suara burung, tetapi kusadari bahwa suara itu berasal dari manusia. Itu suatu tanda! Meniru suara binatang adalah bagian dari ciri-ciri ilmu penyusupan. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Bagaimana mungkin orang-orang yang sedang berbicara itu tidak mengenalnya" Kuketahui sekarang betapa sejumlah orang berkelebat dalam gelap tanpa diketahui oleh mereka yang sedang kucuri dengar pembicaraannya. Busana mereka sama belaka dengan orang-orang yang sedang berbicara itu. Aku menyembunyikan kepalaku. Tepat pada saat awan menyingkir dan rembulan menyapu halaman dengan cahaya lembut keperakan, terdengar bentakan dan teriakan keras dari segala penjuru yang sangat mengejutkan orang-orang itu. Aku mendengar desing jarum bersuit-suit dari hembusan sumpit beracun. Serangan mendadak ini agaknya memang taktertahankan. Terdengar lenguh pendek mereka yang tertembus jarum sumpit pada leher atau jantungnya. Terdengar juga suara pedang yang sempat menangkis jarum, tetapi saat kutengok sebuah rantai telah menjerat leher, disusul gagang berpengait yang menempel pada ujung lain rantai itu membabat putus kepalanya. Lantas malam menjadi sangat amat sunyi. Kudengar sebuah suara, dan sekitar tigapuluh orang yang takbersuara mengitarinya. "Inilah nasib para pengkhianat dalam Kalapasa, janganlah siapa pun di antara kalian mengikuti jejak mereka." Tidak ada seorang pun menanggapinya, dan suara itu melanjutkan. "Tetapi kita harus mengetahui siapakah orang tua yang disebut-sebut telah membunuh limabelas cecunguk lainnya dengan keping-keping emas di antara dua mata. Kita telah memiliki daftar semua pendekar di Yavabhumi, Ketua tidak ingin seorang pun lolos dari pengamatan kita." Jadi mereka adalah orang-orang Kalapasa yang berarti jerat maut. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Ketika aku baru mulai mengarungi sungai telaga dunia persilatan di kala muda, sudah kudengar cerita tentang Kalapasa-suatu guhyasamayamitra atau perkumpulan rahasia, kelompok para penyusup yang sangat tertata, sehingga meskipun setiap, orang membicarakannya, tiada pernah sekali pun seseorang mengaku pernah melihat sosoknya. Kelompok ini dahulu dikenal sebagai pengabdi agama dan negara, jasanya sangat besar dalam usaha memperlemah musuh, dan bagi mereka ilmu penyusupan maupun ilmu penyamaran adalah ilmu-ilmu yang harus dikuasai sekaligus dalam tugastugas rahasia mereka. Namun semenjak setiap kerajaan di Yavabhumi selalu berkutat dengan dua agama, maupun aliran-aliran baru yang terbentuk di antaranya, tidak kuketahui lagi kebijakan Kalapasa. Juga setelah kudengar betapa penguasaan ilmu penyusupan dan ilmu penyamaran dapat diperjualbelikan kepada siapa pun yang membayarnya. Telah kudengar tentu, bagaimana pengkhianatan orang dalam harus ditebus dengan kematian. Ini berarti Kalapasa tidak kebal terhadap perubahan zaman yang berlangsung di luarnya. Bahkan para anggota yang ilmunya belum terlalu tinggi berani berkhianat dan barangkali telah memperjualbelikan kemampuan mereka yang belum seberapa. "Hanya Pendekar Tanpa Nama yang belum dapat kami jejaki, setiap kah karni tiba hanya kami jumpai mayat yang ditinggalkannya..." Bulan bergeser dan menerangi ubun-ubunku. Dengan ilmu bunglon kusatukan warna kulitku dengan warna tembok bata merah di bawah cahaya bulan. "Hmm, pendekar satu itu juga selalu berada antara ada dan tiada, sampai aku tak tabu lagi beds antara cerita dan kenyataannya." TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Sekarang dia lebih sering ada Tuanku, berbagai macam laporan untuk hari ini saja menunjukkan keberadaannya." "Hmm. Hmm. Tapi tidak ada jaminan bahwa ia akan tertangkap, apalagi terbunuh oleh s iapa pun jua. Pembantaian Seratus Pendekar bukanlah sekadar cerita." Begitukah" Aku selalu meragukan cerita tentang diriku sendiri selama pembicaranya tidak mengenal atau belum pernah bertarung melawanku. Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Sekarang kita harus pergi, awas, jangan tinggalkan jejak siapa pun jua." Kudengar suara-suara melejit, berkelebat, dan menghilang. Aku cepat melompat ke atas tembok, mencari bayangan yang masih bisa kubuntuti, tetapi hanya keremangan yang tersisa. Aku juga merasa lelah, semenjak keluar dari gua aku belum beristirahat sama sekah. Hhhhh. (Oo-dwkz-oO) Episode 18: [Mengolah Rontal Menjadi Lontar] SUDAH tiga bulan aku menenggelamkan diri. Menikmati kehidupan sebagai orang awam yang menjual kepandaian sebagai pembuat lontar. Kekosongan pengetahuan karena menghilang dua puluh lima tahun dari dunia, tidak bisa ditebus dalam semalam sahaja -sebaliknya pengalaman sehari semalam bagi seseorang yang telah menghilang dua puluh lima tahun dari dunia, begitu penuh sesak serasa, bagai terpadatkannya dunia. Semenjak malam ketika kucuri dengar perbincangan orangorang Kalapasa itu, aku menghilang kembali ke dalam kota. Pada malam pertama aku bergabung dengan orang-orang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ yang tidur di pasar. Ada orang gila, ada gelandangan, dan juga candala yang terbuang dari kelompok sesama candala. Kuandaikan bahwa meskipun Arthasastra menganjurkan penyelidikan dan penyamaran di semua tempat, pasar pengap seperti yang kudatangi adalah tempat yang paling dijauhi para mata-mata, karena terlalu mudahnya orang luar ditandai. Aku memang orang asing bagi mereka, tetapi siapa yang akan mengira betapa seorang tua renta yang seratus tahun umurnya akan bisa berbahaya bagi mereka" Sebaliknya justru akulah yang harus menghindari perkara dengan mereka. Bukankah aku membawa keping-keping emas" Menyuruk di tempat gelandangan, aku hanya harus mewaspadai orangorang Partai Pengemis. Karena mereka seperti mempunyai kemampuan istimewa untuk mengetahui pengemis sesungguhnya atau pengemis pura-pura-karena mereka sendiri memanglah bukan pengemis, melainkan orang"orang persilatan yang memilih jalan hidup sebagai pengemis. Maka aku pun tidak terlalu lama menyuruk dalam kegelapan bersama kaum candala dan orang-orang yang tersingkir dari masyarakatnya itu. Persembunyian terbaik sesungguhnyalah bukan menjauhi keramaian, melainkan justru melebur bersamanya. Maka, begitulah suatu ketika aku menyewa sebuah ruang di penginapan yang berdinding bambu dan beratap rumbia, memulai langkah-langkah pengamatanku sedikit demi sedikit dengan pelan dan sabar. Ini bukanlah sekadar soal siapakah manusianya yang memerintahkan pembunuhan dan perburuan atas diriku, tetapi keadaan macam apakah yang membuat keputusan itu diambil. Aku ingin mempelajari semuanya dan baru setelah itu melakukan perhitungan: Benarkah aku harus mencari dan mengadili mereka yang melakukan fitnah dan merancang perburuan diriku, seperti yang berlaku dalam dunia persilatan; ataukah terdapat suatu cara lain untuk mengatakan kepada TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ dunia betapa aku tidak bersalah, sebagai cara yang barangkali akan dianggap lebih berbudaya. Setidaknya aku ingin menenangkan diriku dahulu. Tentulah terlalu banyak hal yang telah kualam i dalam waktu singkat bagi seseorang yang telah mengurung dirinya dalam sebuah gua di rimba raya. Seorang pendekar boleh memiliki ketahanan jiwa yang hebat, misalnya ketika mengalami pengeroyokan dalam pertarungan. Seringkali terdapat seorang pendekar dikeroyok oleh seratus orang dan bisa memenangkannya, sebetulnya hanya karena ia telah berlaku tenang maka ia bisa menundukkannya satu persatu, seperti yang kulakukan dalam Pembantaian Seratus Pendekar. Namun jika seorang pendekar harus tinggal bersama dirinya sendiri selama duapuluhlima tahun, itu berarti ia harus melawan banyak masalah yang timbul dari dirinya sendiri, itulah tantangan yang sungguh-sungguh menguji ketahanan jiwanya. Di dalam hutan, di dalam gua, tak berjumpa manusia selama duapuluhlima tahun lamanya, aku harus membangun duniaku sendiri, agar aku tetap merasa menjalani kehidupan dengan sewajarnya. Itulah yang kulakukan di dalam hutan dahulu, yang antara lain harus kuatasi dengan melakukan hal-hal lain, misalnya seperti membuat lontar tersebut. Pada lontar itu aku bisa menuliskan apa pun yang ingin kutuliskan -apa pun, sejauh pemikiran apapun me lewati kepalaku. Tentu saja aku tidak dengan sendirinya langsung mampu membuat lontar itu. Aku mempelajarinya sedikit demi sedikit pada masa ketika aku harus menyamar dan melebur ke dalam kehidupan awam sehari-hari. Kata lontar adalah kesalahan ucap dari rontal -helai daun yang dimanfaatkan untuk menulis. Pohon lontar juga disebut pohon siwalan, yang termasuk jenis pohon palem. Daunnya memang lebar seperti kipas dan tumbuh secara liar dengan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ sangat lambat-tetapi di dalam hutan dulu, aku mempunyai cukup waktu. Daun lontar yang untuk menulis adalah yang masih muda, artinya yang masih berwarna hijau, tetapi ujungnya mulai berubah menjadi cokelat. Cara memetiknya juga tidak sembarangan, yakni tidak boleh dijatuhkan dan harus dibawa turun. Maka sering terjadi aku melompat ke atas dengan ilmu meringankan tubuh, sekadar untuk memetik daun itu lantas turun perlahan-lahan seperti tubuhku tidak mempunyai bobot. Setelah dipetik, maka daun itu disayat dari batang daunnya, lantas dijemur selama dua sampai tiga hari sampai kering. Setelah itu, daun-daun ini direndam lagi dalam air selama tiga hari, lalu lagi-lagi dijemur. Barulah sete lah kering yang kali ini, lidinya dibuang dan dipotong menurut ukuranukuran tertentu. Kemudian direbus dalam dandang, dengan air yang diberi campuran rempah"rempah, dengan bahan seperti babakan pohon intaran, babakan pohon book, umbi pohon sikapa, putik kelapa, temu tis, dan jagung tua. Bayangkanlah bagaimana di dalam hutan aku harus mempersiapkan semua itu sendirian. Campuran rempah ini berguna, supaya lontar itu tahan lama dan tidak dimakan rayap. Lama juga lontar itu akan direbus, dibatasi sampai jagung menjadi bubur dan daun lontar menjadi lemas, baru setelah itu diangkat dari dandang, untuk dicuci dengan air dingin sampai bersih. Ini belum berakhir, karena setelah lontar dijemur sampai kering, sore hari lontar itu dijajarkan selama beberapa saat68 di atas tanah yang disiram dulu dengan air dingin, agar mendapatkan hawa lembab. Ini dilakukan supaya lontar yang tadinya mengerut, melebar kembali seperti asalnya. Esoknya, baru daun lontar dibersihkan dengan kain dan ditekan lama, setidak-tidaknya empatbelas hari. Pada waktu itu, daun lontar diukur panjang dan lebarnya, menyesuaikan diri dengan kebutuhannya, lantas diberi tiga lubang; dua buah pada tepi TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ dan satu buah di tengahnya. Setelah selesai, ketiga lubang itu dipasak dengan lidi dari bambu, supaya terikat erat. Lantas tepi lontarnya diserut supaya licin dan rata, kemudian digosok dengan batu apung, supaya selain lemas juga jadi kuat. Setelah ini baru dicat dengan pewarna merah dan dijadikan berkilat. Hanya untuk membuat lontar saja aku mengalami puluhan kali kegagalan, bukan saja karena bahan"bahannya mesti kutanam dan tumbuhkan lebih dahulu, tetapi juga karena cara pembuatannya hanya bisa kuingat"ingat saja. Dari para guruku, aku memang mendapatkan banyak sekali ilmu, tetapi hanya kepada ilmu silat perhatianku tertuju. Namun setelah mengalami banyak kegagalan, akhirnya aku bisa menghasilkan lembaran"lembaran lontar yang siap ditulisi, dan begitulah dari saat ke saat aku menuliskan kitab-kitab ilmu silat yang kuandaikan dapat mewakili keberadaanku di bumi jika aku mati. Jadi aku memang meninggalkan banyak naskah di gua itu, tersembunyi di tempat yang aman dan terjamin keawetannya, tiada seorangpun akan bisa menemukannya jika mencarinya tanpa petunjuk dariku. Kecuali, tentu, jika ada seseorang yang menemukannya secara kebetulan, dan alangkah celakanya jika ia taktahu apa yang telah ditemukannya. Betapapun orang Yawabumi telah menemukan hurufnya sendiri, sebagai imbangan bahasa dan huruf Sansekerta yang berasal dari Jambhudwipa, kepandaian membaca dan menulis masih sangat langka. Kemampuan membaca dan menulis hanya dikuasai mereka yang mempunyai kewajiban memimpin upacara agama dan menjalankan hukum-hukum tatanegara. Itu pun tidak selalu mereka semua menguasainya. Kadang"kadang mereka hanya mengandalkan kemampuan para juru tulis, untuk menyampaikan isi suatu naskah, ataupun mencatat apa yang perlu dimasukkan pada naskah. Maka, apapun yang tertulis dan dituliskan mempunyai nilai tinggi dan dianggap sebagai pusaka. Tempat penyimpanannya TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ pun dijaga oleh bukan sembarang pengawal, karena siapapun yang terlibat dalam penulisan naskah sangat menyadari betapa naskah"naskah ini sangat penting artinya sebagai catatan masa kini bagi anak cucu mereka pada masa yang akan datang. Namun, seperti yang telah kualami, kusadari betapa segenap penulisan naskah-naskah itu penuh diselimuti dengan kepentingan. Itulah kepentingan mereka yang memberi perintah untuk menuliskannya, dan itulah yang lebih sering terjadi: dunia naskah, tulisan, dan pembacaan tulisan itu adalah dunia para penguasa. Penulisan naskah itu hidup dan beredar di kalangan penguasa sebagai suatu usaha pembenaran. Nah, apakah yang bisa lebih mengerikan dari ini" Dengan huruf-huruf yang tertera pada naskah dan bertahan menembus waktu dari abad ke abad, para penguasa masih dapat melakukan penjajahan pikiran, atau mengabarkan kebohongan, sampai masa yang mereka sendiri tidak akan pernah bisa menduganya. Itulah, menguasai ruang saja tidak cukup, menguasai waktu juga dianggap perlu-maka hal itu dipastikan dengan penulisan naskah yang isinya akan selalu berpihak kepada kepentingan penguasa. Aku mulai memikirkan hal ini ketika mendengar keluhan orang-orang yang tanahnya harus diserahkan untuk bangunan keagamaan. Dalam prasasti kedudukan mereka selalu terhormat, yakni dipersilakan menghadiri upacara peresmian prasasti, dengan pendapat bahwa penyerahan tanah itu dilakukan secara suka rela demi negara dan agama. Di luar dari yang tertulis pada prasasti, tidak ada yang tahu nasib mereka selanjutnya-dan aku mengetahuinya. Jika aku menuliskan segala cerita tentang dunia semasa aku hidup, dari sudut pandang rakyat jelata, dan bukan penguasa, apakah TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ masih akan banyak berguna sebagai perlawanan terhadap penjajahan pikiran para penguasa" Di dalam bilik bambu aku masih berpikir, ketika di luar pondok terdengar olehku orang berlalu lalang. Umurku sudah seratus tahun lebih dan barangkali tidak banyak lagi waktu untuk menuliskan segalanya dari sudut pandang rakyat jelata. Namun pemahaman betapa para kawi dengan kemampuan berbahasa terindah hanya mengabdikan dirinya kepada para penguasa, membuat aku merasa telah berlangsung semacam persekongkolan"karena di sana hanya raja, dan bukan rakyat yang telah bekerja keras menjadi penting. Bukankah bukan hanya raja, tetapi juga rakyat, yang membuat kebudayaan berjalan" Namun para kawi selalu membuka tulisannya dengan suatu manggala, bahwa tulisan itu dipersembahkan kepada sang raja sebagai titisan dewa, dan hanya karena kesempatan yang diberikan oleh raja itulah, sebagai pelindung dan pengayom mereka, maka mereka dapat menghasilkan karya tersebut. Aku bertanya kepada diriku sendiri, apakah keadaannya akan berubah jika semua orang bisa membaca, menulis, dan mengemukakan pendapatnya sendiri" Dunia ini harus dibikin seimbang, pikirku, setidaknya harus ditunjukkan terdapatnya perlawanan- dan itu semua tentunya harus dituliskan. Kadangkadang menyesal juga aku, bahwa selama duapuluhlima tahun pengasinganku di rimba raya, waktuku habis untuk menuliskan kitab-kitab ilmu silat-tetapi itulah memang duniaku sejak dulu, dunia persilatan. Memang benar aku telah mempelajari banyak hal duapuluhlima tahun sebelumnya, ketika me leburkan diri dengan kehidupan orang awam, tetapi itu semua masih dalam rangka penyamaran, dan dalam sudut pandang seorang pendekar silat yang bersembunyi. Kini, mungkin karena umur, keadaannya agak berbeda. Dalam hari-hari tenang di penginapan, aku menyadari bahwa umurku menuntut aku berpikir masak-masak: Apakah yang masih bisa kulakukan dalam sisa hidupku, yang tentunya tidak akan lama lagi" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ (Oo-dwkz-oO) DI MANTYASIH, rempah-rempah untuk pembuatan lontar bisa kudapatkan di pasar. Aku melamar pekerjaan kepada pembuat lontar yang selalu menerima pesanan dari para penulis istana. Sebagai orang yang tampak tua, meski rambutku tetap kupertahankan dengan semir hitamnya, pengakuanku pernah bekerja pada masa Rakai Pikatan, yang berkuasa antara tahun 847 sampai 855 cukup meyakinkan. Sebetulnya sejak tahun 846 aku sudah menghilang dari dunia ramai. Kini, dalam masa pemerintahan Rakai Kayuwangi yang sudah berada di singgasana kekuasaan selama 16 tahun, kebutuhannya untuk mengukuhkan keberadaan diri tentu juga ada. Setidaknya tiga prasasti telah memuat namanya, dan tentu saja selama ia masih berkuasa tidaklah akan berhenti. Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Memang, tidak selalu namanya termuat dalam prasasti yang dibuat pemerintahnya sendiri, seperti prasasti tahun 856 yang terdapat di Nalanda, perguruan agama Buddha di Jambhudwipa, dan pernah kubaca ringkasannya dalam catatan seorang pelaut baru-baru ini. Seorang raja yang bernama Jatiningrat, pemeluk agama Siwa, kawin dengan seorang permaisuri yang memeluk agama lain. Balauputra menimbun ratusan batu untuk dijadikan benteng pertahanan dan tempat bersembunyi dalam perang melawan Jatiningrat. Raja mengambil nama Brahmana Jatiningrat mendirikan kraton Medang di daerah Mamrati. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Sesudah itu beliau mengundurkan diri sebagai raja menyerahkan kuasa kepada Dyah Lokapala. Rakyat terbagi empat asrama, masing-masing dikuasai seorang brahmana. Sang raja bersiap mengadakan upacara kematian. Rakai Mamrati menyerahkan tanah Wantil. Beliau merasa malu, dusun Iwung pernah menjadi gelanggang pertempuran. Setelah beliau mencapai kekuasaan dan kejayaan, beliau mendirikan candi makam, menghimpun pengetahuan dharma dan adharma. Tidak ada orang yang berani melawan beliau. Sang raja mendirikan halu70 , Semua orang turut menyumbang Pembangunan lingga yang indah. Di gapura terdapat arca penjaga yang gagah berani menjaga keselamatan bangunan. Di pintu masuk, didirikan dua bangunan yang berbeda bentuknya Halaman lingga ditanami pohon tanjung dan didirikan rumah-rumah kecil untuk para pertapa pokoknya indah sekali Ruang bangunan terindah bagi yang diperdewa TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Para pengunjung dan penyembah berdiri dalam deretan dengan hormat dan tenang Semua orang diminta datang bersembah Peresmian berlangsung tahun Saka 778 hari ke sebelas bulan terang Selasa Wage setelah bangunan selesai sungai dipindahkan tanah menjadi wilayah candi tanah merdeka pameger Wantil tanah merdeka milik candi semua orang bertugas menjaga dan melakukan persembahan harap tekun dan tabah tidak mengalami lahir-mati tanpa henti Bagi banyak orang pada masaku sekarang ini, tulisan pada batu dianggap setara dengan mantra, dan itulah yang membuat orang lebih suka menjauhinya-meski tiada kutukan dalam prasasti ini. Namun bagaimanakah orang"orang di masa mendatang menafsirkan tulisan pada prasasti itu" Aku tidak bisa menduganya, tetapi aku merasa bahwa akan lebih baik orang di masa mendatang itu juga membaca tulisan-tulisan yang lain, terutama yang tidak ditulis oleh penguasa. Betapa aku merasa pengetahuan semacam ini datang dengan sangat terlambat. Masih kudengar suara orang-orang berlalu lalang di luar dinding bambu. Penginapan sederhana ini terletak di perempatan. Di mana pun agaknya perempatan menjadi pusat pertumbuhan. Aku tak tahu apakah mesti pindah, untuk TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ menghindari pertemuan dengan banyak orang, ataukah tetap di sini, agar lebih cepat mendapatkan kejelasan tentang duniaku sekarang ini. Aku keluar ruangan dan menuju ke tepi sungai. Di sinilah semua orang mandi dan mencuci. Namun di tepi sedang terjadi kegemparan, karena seseorang telah terkapar menjadi mayat, dengan sebilah pisau menancap pada jantungnya. (Oo-dwkz-oO) Episode 19: [Cakrawarti, Nagasena, Dharmacakra] MELIHAT mayat terkapar di tepi sungai dengan belati di jantungnya -apakah yang harus kulakukan" Hari baru terang tanah, jadi penemunya tentu orang-orang pertama yang turun ke kali, orang-orang tua yang mau buang air, ibu-ibu yang mengambil air untuk masak, karena baru agak siang nanti gadis-gadis akan turun untuk mandi dan mencuci. Dengan menjadi gempar artinya mereka menjauhi mayat itu sambil berteriak-teriak. Untuk sejenak aku ragu"ragu, apakah aku harus melibatkan diri atau tidak" Di satu pihak aku membutuhkan ketenangan untuk memahami dunia secara lebih meyakinkan, di lain pihak aku merasa peristiwa apa pun dapat menjadi penanda bagi kepentinganku untuk memahami dunia di sekitarku. Aku mengambil keputusan dengan cepat dan berkelebat mendekati mayat itu. Aku harus melakukan pengamatan segera, sebelum orang-orang itu kembali bersama para gramanam atau para petugas kampung. Ia tak berbaju. Hanya berkain, pergelangan kaki dan tangannya bergelang. Ini masih seperti pencuri biasa. Namun yang menarik adalah rajah di dada kanannya, karena itulah rajah cakra yang menjadi tanda perkumpulan Cakrawarti, kelompok golongan hitam yang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ jaringannya telah menembus segala lapisan. Semula mereka hanya dikenal di dunia persilatan, tetapi menyadari bahwa kekerasan saja tidak cukup untuk menguasai dunia, karena para pendekar golongan putih maupun golongan merdeka selalu bisa mengimbangi bahkan menundukkan mereka, maka jaringan diperluas dan merasuk ke segala lapisan. Maka bukan hanya dalam dunia persilatan akan dijumpai para anggota jaringan Cakrawarti, melainkan juga di dunia awam para petani, pedagang, perajin, seniman, bahkan sampai ke lingkungan istana, termasuk di kalangan pejabat agama-sesuai dengan arti cakrawarti, yakni roda-roda kereta yang menggelinding tanpa halangan. Adapun makna kereta di sini, tentu kereta kekuasaan. Aku tertegun. Ternyata mereka memang masih ada. Jaringan ini sudah mengakar ratusan tahun lamanya, seorang guruku bercerita kelompok Cakrawarti terdengar sejak masa kekuasaan Sanjaya antara tahun 732 dan 746. Aku sendiri pernah bentrok beberapa kali dengan tokoh"tokoh mereka pada masa mudaku, yang mengesahkan keberadaan diriku sebagai musuh mereka dari masa ke masa. Apalah artinya umur sepanjang seratus tahun melawan tugas turun temurun sebuah kelompok besar untuk membunuh dan menghancurkan namaku" Kelompok Cakrawarti menggunakan segala jalan untuk mencengkeramkan kuku kekuasaan, dan telah kukatakan bahwa tidak ada lapisan masyarakat yang tidak akan diselusupinya. Dari lingkaran brahmana, pendetapendeta Buddha, para bangsawan, tentara, pedagang, para pekerja sampai kaum candala tak luput dirasukinya. Keempat varna, bahkan yang terendah di antara paria, seperti m leccha, bukanlah tabu pula untuk diakrabi demi kekuatan jaringan mereka. Sikap kerahasiaan mereka begitu terjaga, sehingga antarmereka tak saling mengenal, dan pada masa awal pergerakan mereka hanya mungkin saling mengenali me lalui TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ tanda rajah cakra tersebut, yang bisa terdapat di sembarang tempat, dengan ukuran yang berbeda. Rajah itu bukan sekadar tanda anggota, melainkan tanda telah diterima melalui pelantikan resmi, yang juga dilakukan secara rahasia. Hanya beberapa mahaguru tertentu yang mengetahui keberadaan jaringan Cakrawarti, seperti yang pernah kuterima dalam berbagai pengajaran mereka, itu pun dengan pengetahuan yang sangat terbatas. Cakrawarti adalah golongan hitam yang telah merembes dari dunia persilatan ke dunia orang-orang biasa, karena bukan lagi kesempurnaan dalam ilmu silat yang dianggap bernilai bagi mereka, melainkan kekuasaan duniawi secara nyata: harta, takhta, dan syahwat asmara. Maka terdapatnya rajah cakra di dada kanan mayat lelaki ini menjadi tanda tanya bagiku, karena penampakannya yang begitu kentara. Dalam berbagai peristiwa pada masa lalu, Si Kumbang Merah 12 Si Rase Kumala Giok Hou Ko Kiam Karya S D Liong Perkampungan Hantu 1

Cari Blog Ini