Ceritasilat Novel Online

Mentari Senja 2

Mentari Senja Seri Arya Manggada V Karya Sh Mintardja Bagian 2 anak muda yang menyertainya itu telah melangkah meninggalkan Ki Sambi Pitu yang berdiri termangu-mangu seorang diri. Namun Ki Sambi Pitu itupun segera melangkah pergi, kembali pulang ke-rumahnya. "Nampaknya orang bongkok itu masih saja tidak membuat tempat tinggal yang tetap menjelang hari-hari tuanya." berkata Ki Sambi Pitu kepada dirinya sendiri. Tetapi kemudian ia berkata pula "Meskipun demikian, ia dapat meletakkan masa depannya pada kedua anak muda yang dibawanya. Nampaknya keduanya adalah anak-anak baik, kokoh dan cerdas. Tetapi aku tidak dapat merasa iri akan keberuntungannya itu." Sambil menundukkan kepalanya, Ki Sambi Pitu itupun melangkah menyusuri Bulak Parapat kembali ke padukuhan. Dalam perjalanan itu ia merasakan bahwa tubuhnya menjadi sangat letih. Kekuatan dan tenaganya memang serasa terkuras dalam perang tanding melawan Ki Lemah Teles. Perang tanding yang tidak ada artinya sama sekali. Baik bagi dirinya sendiri, apalagi bagi orang banyak. "Seperti dikatakan Ki Bongkok" desis Ki Sambi Pitu "jika perang tanding itu diteruskan, dan kami berdua atau salah seorang diantara kami mati, maka kematian itu adalah sia-sia." Sementara itu, Ki Pandi, Manggada dan Laksana telah berjalan meninggalkan Bulak Parapat. Tetapi merekapun kemudian telah berhenti ditepi hutan perdu itu untuk beristirahat. Meskipun mereka tidak terlibat sama sekali dalam perang tanding itu, tetapi ketegangan selama mereka mengikuti peristiwa di Bulak Parapat itu membuat mereka menjadi letih. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Dengan nada berat Ki Pandipun berkata "Besok kita melanjutkan perjalanan menuju ke hutan Jatimalang untuk melihat perkembangan lingkungan di kaki Gunung Lawu, dibelakang hutan itu." "Apakah kita akan singgah dirumah Ki Ajar Pangukan ?" bertanya Laksana. "Ya." jawab Ki Pandi dengan serta-merta "aku pernah tinggal bersamanya untuk ikut membayangi padepokan Panembahan Lebdagati itu." "Tetapi apakah Ki Ajar masih berada ditempat yang dahulu?" "Tetapi apakah Ki Ajar masih berada ditempat yang dahulu?" bertanya Laksana pula. "Mudah-mudahan Ki Ajar Pangukan masih tinggal digubugnya itu. Nampaknya ia sudah kerasan tinggal disana." jawab Ki Pandi. Di dini hari ketiga orang itu sudah bersiap. Mereka mencuci muka di sebuah sungai kecil yang mengalir dipinggir hutan perdu itu. Agaknya Laksana merasa malas untuk berburu binatang. Dengan nada berat ia berkata "Kita cari makan di kedai saja nanti." Ki Pandi tertawa.-Katanya "Berburu dikedai agaknya lebih mudah dari berburu dipadang perdu ini." "Bukankah kita mempunyai senjata yang baik untuk berburu di kedai." Manggadapun tertawa pula. Tetapi iapun berkata "Baiklah. Kami akan mengikuti saja apa yang kau inginkan." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Laksana ternyata tertawa paling keras. Namun dihutan perdu itu tidak seorangpun akan mendengarnya. Sebelum Matahari terbit, mereka sudah melanjutkan perjalanan mereka ke hutan Jatimalang. Mereka menyusuri jalan yang langsung menuju kehutan itu. Ketika Matahari terbit, mereka sudah semakin jauh dari Bulak Parapat. Mereka melintasi padukuhan dan bulak-bulak persawahan. Langit nampak bersih kebiru-biruan. Jalan-jalan mulai ramai dilalui orang yang akan pergi ke pasar dan yang akan pergi ke sawah. Ki Pandi, Manggada dan Laksana yang berjalan diantara orang yang mengalir itu menduga, bahwa mereka akan segera sampai ke pasar. Ternyata dugaan mereka benar. Beberapa saat kemudian, mereka memasuki lingkungan yang terasa semakin ramai. Manggada dan Laksana mencoba mengingat-ingat, apakah mereka pernah melewati pasar itu sebelumnya. "Belum" desis Manggada "kita belum pernah melewati jalan ini." Laksana mengangguk-angguk. Katanya "Ya. Agaknya memang belum." Namun ketika mereka sampai didepan pasar itu, tiba-tiba saja Laksana bertanya kepada Ki Pandi "Bagaimana dengan orang yang mengikuti kita itu " Apakah Ki Pandi tidak melihatnya lagi ?" Ki Pandi menggeleng. Katanya "Ya. Agaknya orang itu kehilangan jejak kita. Mungkin ketika kita berada di hutan perdu itu." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Mudah-mudahan kita tidak bertemu dengan orang itu lagi" geram Laksana. "Biar sajalah. Apakah kita akan bertemu lagi atau tidak" desis Manggada. "Jika kita bertemu lagi dengan orang itu, aku ragu-ragu apakah aku dapat mengekang diriku untuk tidak membunuhnya." berkata Laksana. Jangan begitu" berkata Manggada "kau akan menyesal jika ternyata orang itu bermaksud baik." "Apakah mungkin orang itu bermaksud baik ?" "Kenapa tidak ?" Laksana mengangguk-angguk. Tetapi ia tidak berkata apaapa lagi. Demikianlah mereka berjalan terus. Pasar yang berada di tempat yang cukup luas dipinggir jalan itu adalah pasar yang cukup ramai. Disebelah pasar itu terdapat pemberhentian pedati dan disebelahnya lagi sebuah tempat yang terbiasa untuk menginap para pedagang dan sais pedati yang datang dari tempat yang agak jauh. Ternyata Manggada dan Laksana tertarik untuk melihatlihat isi pasar itu, sementara Ki Pandipun tidak berkeberatan. Tetapi mereka tidak terlalu lama berada dipasar itu. Tidak ada benda-benda yang khusus yang tidak terdapat ditempat lain. Karena itu, maka ketiga orang itupun segera keluar lagi dari pasar itu untuk melanjutkan perjalanan. Jalan yang kemudian mereka lalui, adalah jalan yang lurus menuju ke lereng Gunung Lawu. Tetapi Ki Pandi berkata "Jika http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kita menempuh jalan ini, maka kita tidak akan mendekati lereng Gunung Lawu lewat hutan Jatimalang." "Jadi ?" bertanya Laksana "apakah kita akan menempuh jalan lain ?" "Sementara kita dapat mengikuti jalan lain. Tetapi kita akan berbelok ke kiri dan menyusuri jalan yang lebih kecil yang menuju ke Jatimalang, meskipun kita masih harus beberapa kali berbelok untuk sampai ke jalan yang pernah kalian lalui." Manggada dan Lakasana mengangguk-angguk. Ki Pandi tentu mengenal jalan di sekitar hutan Jatimalang dengan baik. Demikianlah, maka ketiga orang itu berjalan menyusuri jalan yang panjang. Mereka melangkah semakin jauh dari pasar yang bertambah-tambah ramai ketika Matahari menjadi semakin tinggi. Ketika Matahari naik semakin tinggi, maka ternyata Laksana berdesis "Marilah, kita mulai berburu." Manggada tertawa menghentak, sementara Ki Pandi tersenyum pula. "Kenapa kau tidak berburu dipasar saja ?" bertanya Manggada. dengan wajah yang bersungguh-sungguh. Laksanalah yang tertawa berderai. Tetapi ia tidak menjawab. Setelah mereka berhenti disebuah kedai, maka merekapun berjalan langsung menuju ke Jatimalang. Disepanjang jalan mereka mecoba mengenali kembali, jalan mereka lalui sebelumnya. "Memang sudah berubah" berkata Ki Pandi ketika melihat Manggada dan Laksana sekali-sekali menjadi bingung. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Manggada dan Laksana mengangguk-angguk. Nampaknya Pajang telah memerintahkan untuk membuka jalan menuju keseberang hutan Jatimalang, agar daerah itu tidak menjadi daerah yang seakan-akan terpisah. Namun Ki Pandi tidak kehilangan pengenalannya atas lingkungan yang dikenalnya dengan baik. Karena itu, maka dengan pasti Ki Pandi membawa Manggada dan Laksana menuju kerumah Ki Ajar Pangukan yang terletak di daerah terpencil. Ternyata meskipun Pajang telah mengusahakan agar lingkungan diseberang hutan Jatimalang tidak terpisah oleh hutan yang padat, namun tempat tinggal Ki Ajar Pangukan masih tetap rumit untuk dijangkau. Perjalanan yang melelahkan itu akhirnya berakhir. Menjelang senja mereka telah mendekati tujuan. Manggada dan Laksana ingat benar gerojogan air yang meluncur dari tebing. Beberapa kali mereka harus memanjat lereng yang terjal. Baru kemudian mereka sampai kesebuah dataran dengan bangunan kecil beratap ilalang. Dalam keremangan senja mereka melihat rumah itu masih berdiri ditempatnya. Pintu sudah tertutup. Namun ketiganya menarik nafas panjang ketika mereka melihat sinar lampu minyak yang memancar dari ruang dalam rumah kecil itu. "Ki Ajar Pangukan masih tinggal dirumah itu ?" desis Manggada meskipun agak ragu. "Siapa tahu kalau orang lain yang menempatinya sekarang" sahut Laksana. "Tentu tidak. Tempat ini sangat terpencil." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Keduanya terdiam ketika mereka menjadi semakin dekat. Bahkan Ki Pandipun nampak sedikit ragu untuk dengan serta merta mengetuk pintu. Namun Ki Pandipun kemudian melangkah mendekat. Perlahan-lahan Ki Pandi mengetuk pintu yang sudah tertutup itu. Tidak segera terdengar jawaban. Ki Pandi, Manggada dan Laksana menyadari, bahwa penghuni rumah itu harus sangat berhati-hati. Jarang orang yang mengetahui, bahwa ditempat itu terdapat sebuah rumah yang dihuni orang. Sejenak ketika orang menunggu. Tetapi tidak terdengar jawaban atau langkah kaki atau tanda-tanda bahwa rumah itu dihuni kecuali nyala lampu minyak didalam. Ki Pandipun kemudian telah mengetuk pintu itu sekali lagi. Tetapi Ki Pandi itu tiba-tiba telah berbalik. Ia mendengar langkah lembut. Tetapi tidak didalam rumah. Manggada dan Laksana terkejut melihat sikap Ki Pandi, karena mereka tidak mendengar desir kaki justru disebelah rumah, dibayangan kegelapan. Sejenak suasana menjadi hening. Namun tiba-tiba saja terdengar suara dari sebelah rumah "Kau itu Bongkok." "Ya Ki Ajar. Ini aku" sahut Ki Pandi yang bongkok itu sambil melangkah mendekat. Ki Ajar nampak sangat gembira sekali melihat kedatangan Ki Pandi. Apalagi bersama Manggada dan Laksana. "Marilah. Silahkan. A ku akan membuka pintu." Ki Ajar itupun kemudian masuk kembali kedalam rumahnya lewat pintu butulan. Langkah kakinya terdengar cepat mendekati pintu disusul suara selarak diangkat. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Sejenak kemudian pintu itupun terbuka. Ki Ajar Pangukan mempersilahkan Ki Pandi, Manggada dan Laksana untuk masuk keruang dalam. Setelah duduk disebuah amben bambu yang agak besar, yang hampir memenuhi sebagian ruang dalam itu, maka Ki Ajarpun telah menanyakan keselamatan perjalanan Ki Pandi serta kedua orang anak muda itu. Demikian pula Ki Pandi. Namun dalam pada itu, Ki Pandi nampak agak gelisah. Ia telah mendengar tarikan nafas seseorang dirumah itu. Tetapi Ki Pandi tidak segera menanyakannya. Namun agaknya Ki Ajar Pangukan dapat membaca perasaan Ki Pandi. Karena itu, maka katanya "Aku memang tidak sendirian dirumah ini." Ki Pandi menarik nafas dalam-dalam. Dengan nada berat ia bertanya "siapakah orang itu, Ki Ajar ?" "Aku mengenalnya dengan sebutan Ki Jagaprana." jawab Ki Ajar Pangukan "agaknya kau sudah mengenalnya." Ki Pandi mengangguk kecil. Katanya "Nama itu sudah pernah aku dengar Ki Ajar. Apakah ia sekarang tinggal bersama Ki A jar disini ?" "Untuk sementara. Ia terluka meskipun tidak terlalu parah. Lukanya sudah berangsur baik. Mudah-mudahan dalam beberapa hari lagi, ia sudah benar-benar sembuh." "Kenapa orang itu terluka, Ki A jar ?" bertanya Ki Pandi. Ki Ajar menarik nafas dalam-dalam. Namun katanya kemudian "Duduklah disini sebentar. Aku akan membuat minuman panas bagi tamu-tamuku." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Tidak usah" berkata Ki Pandi "biarlah kami merebus sendiri Mentari Senja Seri Arya Manggada V Karya Sh Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo minuman kami. Bukankah sudah terbiasa bagiku untuk membuat minuman?" "Tetapi sekarang kau dan kedua anak muda itu adalah tamu-tamuku. " berkata Ki Ajar kemudian. Namun Ki Pandi berkata "Sudahlah Ki Ajar. Ki Ajar jangan menjadi terganggu oleh kehadiranku sekarang." Ki Ajar Pangaukan tidak memaksa. Katanya kemudian "Baiklah jika itu yang kalian kehendaki. Bukan aku yang tidak ingin menghargai tamu-tamuku." "Kami sama sekali bukan tamu disini " sahut Ki Pandi. Ki Ajar tersenyum. Kepada kedua orang anak muda yang datang bersama Ki Pandi, Ki Ajar Pangukan bertanya "Bagaimana awalnya, sehingga kalian datang bersama dengan Ki Bongkok itu?" Manggada dan Laksana saling berpandangan sejenak. Namun kemudian Manggada itupun bertanya "Kisahnya cukup panjang Ki Ajar." "Tentu dalam rangka perjalanan Ki Bongkok memburu Panembahan Lebdagati." "Mulanya memang begitu Ki Ajar" desis Ki Pandi "namun kemudian keduanya ingin menyertai pengembaraanku untuk menambah pengalamannya yang masih terlalu sempit menurut pengakuan mereka berdua.'" Ki Ajar tertawa. Katanya "Agaknya tersimpan jiwa pengembara dihati kalian berdua. Tetapi aku ingin menasehatkan, kalian harus dapat mengendalikan jiwa pengembaraan kalian itu, sehingga pada suatu saat kalian tidak akan menjadi orang-orang yang hidup tidak sewajarnya http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ seperti kami. Maksudku, aku, Ki Bongkok dan barangkali ada orang-orang yang lain." Manggada dan Laksana mengangguk-angguk. Dengan nada rendah Manggada menjawab "Kami akan berusaha, Ki Ajar." "Bagus" jawab Ki Ajar "jika usiamu bertambah, maka kau harus menetap, berumah tangga, mempunyai keturunan dan menumbuhkan keturunan dengan baik sesuai dengan tuntunan Yang Maha Agung. Kalian jangan hidup di tempat terpencil atau pengembara tanpa akhir seperti Ki Bongkok, apapun alasannya. Kalian tidak usah menambah jumlah orangorang aneh seperti kami." Manggada dan Laksana masih mengangguk-angguk. Namun yang terbayang di angan-angan justru orang-orang yang hidup tidak sewajarnya itu tentu mengikuti panggilan hatinya untuk melakukan pengabdian. Namun kepada siapa mereka mengabdi, itulah yang penting diketahui. Panggilan untuk mengabdikan diri bagi Ki Pandi tentu berbeda dengan panggilan untuk mengabdi bagi Panembahan Lebdagati, yang mengabdikan diri pada dunia yang hitam. Namun dalam pada itu, nampaknya perhatian Ki Pandi masih tertuju kepada orang yang disebut bernama Ki Jagaprana itu. Sekali-sekali bahkan ia berpaling ke sentong sebelah kiri yang pintu leregnya tertutup hampir rapat. Ki Ajar Pangukan itupun kemudian berkata "Ki Jagaprana itu sudah berada dirumah ini selama lebih dari sepekan." "Bukankah Ki Jagaprana termasuk orang berilmu tinggi?" bertanya Ki Pandi. "Ya. Tetapi lawan bertandingnya memiliki kelebihan dari Ki Jagaprana." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Ki Pandi memang ingin mengetahuinya. Tetapi pertanyaannya yang sudah diucapkannya tidak langsung dijawab oleh Ki Ajar Pangukan sehingga Ki Pandi merasa kurang pantas untuk mengulangi pertanyaannya. Mungkin Ki Ajar memang mempunyai keberatan untuk menyebut siapakah yang telah melukai Ki Jagaprana. Namun ternyata bahwa Ki Ajar itu sendirilah yang berkata "Ki Bongkok. Seandainya aku tidak mengatakannya sekarang, kau tentu akhirnya juga mengetahuinya." Ki Pandi menarik nafas panjang. Sementara Ki Ajar Pangukan itu berkata "Ki Jagaprana itu telah dilukai oleh seorang pengembara berkuda yang bernama Ki Lemah Teles." Ki Pandi terkejut. Manggada dan Laksanapun terkejut pula. Bahkan hampir diluar sadarnya. Laksana bertanya "Jadi Ki Lemah Teles itu sampai ke tempat ini pula?" Ki Ajar Pangukanlah yang terkejut. Dengan dahi yang berkerut ia bertanya "Kau mengenal Ki Lemah Teles?" Ki Pandilah yang menyahut "Secara kebetulan keduanya mengenal Ki Lemah Teles dan Ki Sambi Pitu, Ki Ajar." "Kau yang memperkenalkan kedua anak muda ini kepada mereka" " bertanya Ki A jar Pangukan. "Dengan tidak sengaja" jawab Ki Pandi yang kemudian menceriterakan apa yang pernah mereka lihat di Bulak Parapat. Ki Ajar Pangukan mengangguk-angguk. Katanya "Jika demikian, Ki Lemah Teles itu sudah dihinggapi penyakit yang sangat berbahaya. Bukan saja buat dirinya sendiri, tetapi juga bagi orang lain yang pernah mempunyai persoalan dengan dirinya." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Ki Pandi mengangguk-angguk. Dengan ragu-ragu ia bertanya "Apakah Ki Lemah Teles juga mengungkit persoalan yang sudah lama lalu sehingga ia harus bertanding dengan Ki Jagaprana." "Ya. Persoalan yang sebenarnya tidak perlu diungkit lagi sekarang ini, setelah cukup lama berlalu. Apalagi persoalannya bukan persoalan yang pantas untuk diselesaikan dengan perang tanding." Ki Pandi mengangguk-angguk. Katanya kemudian "Ki Sambi Pitu memiliki ilmu yang setidak-tidaknya seimbang dengan Ki Lemah Teles. Tetapi justru karena itu, hampir saja keduaduanya mengalami kesulitan, sedangkan persoalannya juga bukan persoalan yang mendasar yang pantas diselesaikan dengan perang tanding sebagaimana aku ceriterakan." Ki Ajar Pangukan mengangguk-angguk. Katanya "Nampaknya Ki Lemah Teles memerlukan perhatian khusus dari orang-orang sebaya kita. Agaknya ia melihat hari-hari tuanya dengan tatapan mata yang buram." "Persoalan apakah yang dipergunakan Ki Lemah Teles untuk memancing pertengkaran dengan Ki Jagaprana?" bertanya Ki Pandi. "Ki Jagaprana justru orang yang terhitung dekat dengan Ki Lemah Teles. Ketika anak laki-laki yang tinggal satu-satunya meninggal, justru ketika ia sedang berusaha menyelamatkan seseorang, Ki Jagaprana berusaha untuk melerai pertengkarannya dengan keluarga menantunya. Agaknya mereka memperebutkan dua orang cucu. Saat itu, Ki Lemah Teles mau mendengarkan pendapat Ki Jagaprana untuk melepaskan cucunya dan menyerahkan kepada keluarga menantunya. Namun ternyata kemudian ia menyesal. Ia merasa kehilangan segala-galanya. Pada usia yang semakin http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ tua, Ki Lemah Teles menyesali keputusan itu, dan menganggap Ki Jagapranalah yang bersalah. Ia menantang sahabatnya itu untuk berperang tanding, sehingga Ki Jagaprana mengalami luka-luka parah." Ki Pandi menarik nafas dalam-dalam. Ia sependapat dengan Ki Ajar, bahwa Ki Lemah Teles telah dihinggapi sejenis penyakit aneh yang dapat berbahaya bagi orang lain. "Tetapi keadaannya sekarang sudah berangsur baik" berkata Ki Ajar Pangukan." Setelah makan, Ki Jagaprana telah tertidur nyenyak. Biasanya ia akan terbangun menjelang tengah malam. Setelah itu, Ki Jagaprana jarang sekali tidur lagi." Ki Pandi mengangguk-angguk. Namun agaknya malam itu Ki Jagaprana tidak dapat tidur nyenyak sampai menjelang tengah malam. Pembicaraan di dalam rumah itu telah membangunkannya. Untuk beberapa saat Ki Jagaprana mencoba mendengarkan pembicaraan diruang dalam. Ki Jagaprana itu mendengar namanya beberapa kali disebut. Bahkan kemudian ceritera Ki Ajar tentang dirinya. Perang tanding yang dilakukannya dan keadaannya saat itu. Karena itu, maka Ki Jagaprana itupun segera bangkit dan melangkah keluar dari biliknya. "O" Ki Ajar beringsut "marilah. Nampaknya kau telah terbangun." Sejenak Ki Jagaprana memandang Ki Pandi dengan tajamnya. Kemudian beralih kepada kedua orang anak muda yang menyertai Ki Pandi itu. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Ki Jagaprana memang sudah mengenal orang bongkok yang juga pernah disebut-sebut oleh Ki Ajar Pangukan itu. Tetapi pengenalannya memang tidak cukup akrab. Meskipun demikian, maka sejenak kemudian Ki Jagaprana itu tersenyum. Sambil duduk diamben itu pula ia berdesis "Selamat datang ketempat yang terpencil ini Ki Sanak bertiga." "Terima kasih, Ki Jagaprana." jawab Ki Pandi sambil membungkuk hormat. "Bukankah kalian sudah saling mengenal?" bertanya Ki Ajar Pangukan. "Ya" jawab Kt Jagaprana "setidak-tidaknya mengenal kehadirannya didunia olah kanuragan." Ki Pandipun tersenyum. Katanya "Aku lebih banyak dikenal bukan karena kemampuanku dalam olah kanuragan, tetapi karena kekhususan ujudku." "Ah, jangan begitu" Ki Ajar tersenyum "jika kau saudara seperguruan Panembahan Lcbdagati dan yang membebani dirimu dengan janji untuk membayangi dan bahkan melenyapkan wajah hitam yang melekat pada Panembahan itu, maka orang-orang setua kita akan dapat menilai tataran kemampuanmu. Meskipun aku sendiri pernah merasa penglihatanku kabur sehingga penilaianku atasmu keliru." "Ki Ajar sejak dahulu masih saja suka memuji" desis Ki Pandi. Demikianlah, maka mereka bertiga serta kedua orang anak muda yang menyertai Ki Pandi itupun mulai duduk berbincang tentang Ki Lemah Teles. Ki Jagaprana telah menceriterakan apa yang dialaminya saat ia harus berperang tanding melawan Ki Lemah Teles. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Aku, yang merasa mengenalnya dengan akrab, tidak menduga, bahwa ia memang bersungguh-sungguh. Itulah sebabnya, maka aku terlambat untuk mengimbangi kemampuannya, sehingga aku telah terluka didalam. Bahkan terhitung parah." berkata Ki Jagaprana sambil mengingat apa yang telah terjadi. Namun katanya kemudian "Tetapi ternyata masih juga tersisa nilai-nilai persahabatan kami. Ketika aku menjadi semakin tidak berdaya, maka ia telah meninggalkan aku begitu saja. Ia tidak membunuh aku sebagaimana tantangannya. Berperang tanding sampai tuntas." Ki Pandi mendengarkan ceritera itu dengan dahi yang berkerut, sementara Ki Jagaprana melanjutkan "Tetapi aku tidak merasa terhina karenanya. Aku menerima kekalahan serta pengampunannya dengan iklas. Karena itu, aku tidak membunuh diri." Ki Pandi termangu-mangu sejenak. Namun ketika ia melihat Ki Ajar dan Ki Jagaprana sendiri tertawa, iapun ikut tertawa pula. "Sikapnya sangat menarik perhatian" berkata Ki Pandi yang mempunyai penilaian yang sama dengan Ki Ajar Pangaukan. Dalam pembicaraan yang berkepanjangan kemudian. Laksana yang lebih terbuka itu tiba-tiba saja bertanya "Ki A jar. Apakah untuk seterusnya Ki Ajar akan tetap tinggal disini" Apakah sepeninggal Panembahan Lebdagati, Ki A jar tidak ingin tinggal ditempat yang lebih dekat dengan lingkungan kehidupan yang wajar sebagaimana Ki Sambi Pitu?" Ki Ajar Pangukan tersenyum. Katanya "Tentu aku ingin anak muda. Tetapi banyak hal yang mempengaruhi keputusan yang akan aku ambil. Aku kira tidak ada salahnya jika aku memberitahukan kepada kalian, termasuk Ki Jagaprana, bahwa tempat yang telah dibuka dilereng Gunung Lawu itu http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ belum sepenuhnya tenang dan bersih dari kepercayaan hitam. Hal ini merupakan salah satu sebab, kenapa aku masih tetap ingin tinggal disini." "Tetapi bukankah kehidupan di lereng Gunung Lawu itu sudah dialiri arus kehidupan sebagaimana nampak di lingkungan yang lain" Hutan yang sudah ditembus dengan jalan yang cukup baik itu, telah memungkinkan para pedagang keluar masuk lingkungan di belakang Gunung Lawu ini." berkata Laksana kemudian. "Ya, anak muda. Tetapi ketahuilah, bahwa di tempat yang sedikit lebih tinggi, pada arah yang lain, masih terdapat sebuah perguruan yang menyadap ilmu hitam. Perguruan itu Mentari Senja Seri Arya Manggada V Karya Sh Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo timbul setelah Panembahan Lebdagati meninggalkan lereng Gunung Lawu. Aku masih belum tahu pasti, apakah di perguruan itu tinggal bekas pengikut Panembahan Lebdagati atau orang lain yang juga berpijak pada ilmu hitam." "Jika demikian, tempat itu tentu agak jauh dari tempat tinggal Ki Ajar ini." desis Laksana pula. "Ya. Tetapi juga tidak terlalu jauh. Aku mencoba mengamati perguruan itu. Perguruan yang tinggal di-sebuah padepokan yang termasuk baru dibangun." "Mungkin beberapa pengikut Panembahan Lebdagati yang lepas dari ikatan ada yang memasuki perguruan itu, karena perguruan yang baru itu mempunyai pijakan yang sama dengan ajaran Panembahan Lebdagati," desis Ki Pandi. "Memang mungkin sekali" jawab Ki Ajar. "Menarik sekali" desis Laksana. "Apa yang menarik?" Ki Pandipun tiba-tiba bertanya. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Maksudku, perguruan itu memang menarik perhatian. Karena itu, maka Ki Ajar Pangukan tidak ingin pindah dari tempat ini. Setidak-tidaknya untuk sementara." jawab Laksana. Ki Pandi tersenyum. Katanya "Apakah kau juga tertarik?" Laksanapun tersenyum pula. Katanya "Memang sangat menarik." Ki Ajar Pangukan mengetahui arah bicara Laksana. Karena itu maka katanya "Jika kau memang tertarik, aku tidak berkeberatan jika kau ikut bersamaku mengamati nya." -oo00odwo00oo- http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Seri Arya Manggada V Mentari Senja Oleh : SH MINTARDJA Sumber DJVU : Koleksi Ismoyo http://cersilindonesia.wordpress.com/ Convert, edit, ebook : MCH & Dewi KZ http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/ http://kang-zusi.info http://cerita-silat.co.cc/ http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Jilid : 2 LAKSANA termangu-mangu sejenak. Diluar sadarnya ia berpaling kepada Manggada. Tetapi wajah Manggada tidak memberikan kesan apapun sehingga Laksana tidak segera dapat menjawab. Namun Ki Pandilah yang kemudian menjawab "Tentu Laksana akan mempergunakan kesempatan ini sebaik-baiknya. Bukankah dengan demikian ia akan mendapatkan suatu pengalaman baru sebagaimana diinginkannya?" Hampir diluar sadarnya laksana berdesis "Ya. Demikianlah agaknya. Tentu jika kakang Manggada tidak berkeberatan." Manggada tersenyum. Katanya "Aku akan sangat berterima kasih jika kami mendapat kesempatan itu. Bukan saja pengalaman baru. Tetapi juga kesempatan untuk ikut menghapus warna-warna hitam diwajah kehidupan ini." "Bagus" berkata Ki Ajar Pangukan "jika demikian, aku akan mempersilahkan kalian tinggal disini lagi, bersama Ki Bongkok." Ki Ajar berhenti sejenak. Baru kemudian berdesis "Maaf, aku sudah terbiasa memanggil demikian." Ki Pandi tertawa mendengar sebutan atas dirinya justru menjadi persoalan. Katanya kemudian "Apapun tetenger itu bagiku, asal jelas, bahwa akulah yang dimaksud." Orang-orang tua tertawa. Manggada dan Laksana saling berpandangan sejenak. Namun merekapun tertawa pula. Demikianlah, maka saat itu, Ki Pandi, Manggada dan Laksana berada dirumah Ki Ajar Pangukan bersama Ki Jagaprana yang terluka dibagian dalam tubuhnya. Namun dari hari kenari keadaannya menjadi berangsur baik sehingga akhirnya menjadi sembuh sama sekali. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Sementara itu, Ki Ajar Pangukan telah beberapa kali membawa Manggada dan Laksana berjalan-jalan menyusuri daerah yang pernah menjadi daerah pengaruh orang yang menyebut dirinya Panembahan Lebdagati. Kehidupan di daerah itu memang sudah nampak berubah. Nampaknya jalan yang menembus hutan Jatimalang itu memberikan banyak arti bagi daerah itu. Perdagangan hasil bumi yang terjadi dengan wajar, kemudi an kebutuhan alatalat pertanian yang didatangkan dari balik hutan, serta kebutuhan-kebutuhan yang lain seperti garam dan barang kerajinan, membuat daerah di lereng Gunung Lawu itu berkembang menjadi satu lingkungan yang wajar sebagaimana lingkungan-lingkungan yang lain. Hilangnya kekuatan hitam yang selalu memaksakan kehendaknya kepada para penghuni lingkungan yang sebelumnya terpisah itu mempunyai pengarah yang sangat besar. Para penghuninya tidak lagi dibayangi oleh perasaan takut serta tidak lagi dibebani oleh berbagai macam keharusan. Bukan saja upeti yang harus mereka serahkan kepada Panembahan Lebdagati dan para pengikutnya, tetapi juga berbagai jenis upacara yang mereka lakukan sejalan dengan kepercayaan sesat yang dianut oleh Panembahan itu. Namun semakin jauh Manggada dan laksana melihat keadaan yang berkembang dilereng Gunung Lawu itu, mereka justru mulai, mengenali warna-warna yang kusam. "Kita mulai melihat perkembangan tatahan kehidupan yang berputar balik" berkata Ki Ajar Pangukan "semula lingkungan kehidupan disini telah mengalami perubahan dan perkembangan sebagaimana tatanan kehidupan dilingkungan kehidupan.yang lain. Maksudku padukuhan-padukuhan yang mulai diwarnai oleh tatanan kehidupan yang wajar setelah http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ penghuninya banyak berhubungan dengan lingkungan disebelah hutan Jatimalang dan bahkan lingkungan yang lebih jauh yang melakukan hubungan perdagangan. Tetapi pada saat terakhir, perkembangan tatanan kehidupan mulai bergeser lagi. Meskipun hubungan perdagangan masih juga berlangsung sehingga pengaruh tatanan kehidupan dari seberang hutan Jatimalang masih nampak mewarnai tatanan kehidupan disini, tetapi upacara-upacara yang aneh mulai mewarnai kehidupan disini." Manggada dan Laksana mendengarkan keterangan Ki Ajar itu dengan sungguh-sungguh. Meskipun kehidupan yang kusam itu belum nampak jelas dalam kehidupan sehari-hari, tetapi lambat-laun, perubahan-perubahan yang mendasar akan dapat terjadi. Dengan ragu-ragu Manggada bertanya "Ki Ajar. Selagi keadaan itu belum berkembang, apakah tidak sebaiknya mulai diluruskan kembali ?" "Itulah yang akan kami usahakan. Tetapi tentu bukan satu pekerjaan yang mudah. Sudah aku katakan, bahwa telah lahir satu padepokan baru yang agaknya memuat satu jenis perguruan yang berpijak pada atau setidak-tidaknya dipengaruhi dleh ilmu yang sesat sebagaimana dianut atau sejenis yang dianut oleh Panembahan Lebdagati" "Dirnanakah letak padepokan itu?" "Kini tidak dapat dengan serta-merta mendekati tempat itu. Kita harus berhati-hati, karena didalam padepokan itu tentu tersimpan orang-orang berilmu tinggi dari aliran yang sesat itu." jawab Ki Ajar Pangukan. Manggada dan Laksana mengangguk-angguk. Keduanya mencoba untuk melihat kelainan yang mulai tumbuh di http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ beberapa padukuhan. Mereka melihat ditempat-tempat tertentu terdapat bangunan yang khusus. Dihalamannya yang luas terdapat batu tersusun rapi dengan permukaan yang datar setinggi orang dewasa dengan tangga batu pula di keempat sisinya." "Untuk apa , Ki Ajar ?" bertanya laksana. "Sampai saat ini, yang kami lihat, diatas landasan batu itu diserahkan korban seekor anak binatang yang dilahirkan dibulan purnama. Jika tidak diketemukan maka yang akan dikorbankan adalah seekor anak binatang jenis apapun yang lahir terdekat dengan bulan purnama." "Caranya ?" bertanya Laksana pula. "Dengan sepotong bambu yang ditajamkan, jantung anak binatang yang dikorbankan itu ditikam." jawab Ki Ajar Pangukan. "Ah" desis Laksana diluar sadarnya. "Yang menarik" berkata Ki Ajar Pangukan "sebelum anak binatang itu dikorbankan, anak binatang itu dimandikan, kemudian dibalut dengan kain yang berwarna putih. Kemudian sesudah binatang itu mati, maka beberapa orang yang nampaknya merupakan rangkaian dari upacara itu, menangisinya. Kemudian anak binatang itu dikubur dengan upacara yang khusus pula." "Satu upacara yang aneh" berkata Manggada. "Ya. Upacara yang aneh. Tetapi lebih dari itu, aku membayangkan apa yang akan terjadi kemudian. Maksudku, waktu-waktu mendatang. Jika kepercayaan yang aneh itu menjadi semakin menggigit, maka aku cemas bahwa korban itu tidak hanya sekedar seekor binatang dari jenis apapun." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Maksud Ki Ajar ?" bertanya Laksana. Ki Ajar tidak menjawab. Tetapi keningnya berkerut semakin dalam Laksana tidak mendesaknya. Ia sendiri tidak berani membayangkan apa yang akan terjadi kemudian. Manggadalah yang kemudian justru bertanya "jenis binatang apa sajakah yang dapat dipakai sebagai korban ?" "Segala macam binatang peliharaan. Dari anak lembu, anak kambing sampai anak ayam yang menetas pada atau disekitar bulan purnama." jawab Ki Ajar Pangukan. Manggada mengangguk-angguk. Tetapi iapun tidak ingin mendesak dan mendengarkan jawaban tentang kecemasan Ki Ajar di hari kemudian itu. Di rumah Ki Ajar, Manggada dan Laksana telah membicarakannya dengan Ki Pandi yang sibuk menyiapkan minum dan makan seisi rumah itu sebagaiman pernah dilakukannya dahulu. Memang ada perbedaan dengan upacara yang dilakukan oleh Panembahan Lebdagati. Tetapi bayangan dikemudian hari iiu, akan sama-sama mengerikannya. "Bagaimana mungkin masih saja ada orang yang mempergunakan cara-cara seperti itu untuk pemenuhan kepuasan batinnya." desis Manggada. "Kita tidak akan dapat tinggal diam atau sekedar sebagai penonton yang menutup wajah kita dan melihat peristiwa itu itu dari sela-sela jari tangan kita." berkata Ki Pandi. Ternyata bahwa kemudian Ki Jagapranapun telah tertarik pula kepada tata kehidupan yang tidak sewajarnya itu. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Dengan demikian, maka orang-orang yang tinggal dirumah Ki Ajar Pangukan itu telah menyusun rencana untuk melihat dan mengenali sebuah padepokan yang memancarkan kepercayaan yang berlandaskan pada ilmu hitam itu yang pengaruhnya sudah terasa dipadukuhan-padukuhan di lereng Gunung Lawu. Penghuni padukuhan-padukuhan itu,yang sejak, semula memang sudah tersentuh oleh kepercayaan hitam itu agaknya tidak terlalu sulit untuk menerima kembali tatanan kehidupan yang pernah dikenali sebelumnya. Meskipun mereka sudah dipengaruhi oleh tatanan kehidupan yang lain, tetapi ketika pengenalan mereka itu tersentuh kembali, maka merekapun seakan-akan telah hanyut kedalam dunia lama yang telah mereka kenal itu. Namun dalam pada itu, selagi Ki Ajar Pangukan, Ki Jagaprana dan Ki Pandi bersama Manggada dan Laksana akan mulai melangkahkan kaki, tiba-tiba saja telah datang dua orang yang pernah mereka kenal sebelumnya. Ki Ajar Pangukan terkejut atas kehadiran kedua orang yang tiba-tiba saja sudah berada di plataran rumah Ki Ajar Pangukan yang terasing itu. "Aku mencari Ki Jagaprana dan Ki Bongkok" teriak seorang di antara mereka. Bukan hanya Ki Ajar Pangukan sajalah yang kemudian keluar dan berdiri diserambi. Tetapi seisi rumah itu telah menyongsong kedua orang itu didepan rumah. "Selamat datang digubuk kecil ini, Ki Lemah Teles dan Ki Sambi Pitu." sapa Ki Ajar Pangukan. "Ki Ajar" berkata Ki Lemah Teles "sebaiknya kau tidak usah ikut campur. Aku mempunyai persoalan dengan keduanya. Aku memang menunggu Ki Jagaprana sembuh. Aku akan http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ menantangnya untuk berperang tanding. Kemudian aku juga akan menantang orang bongkok yang telah mengganggu perang tandingku dengan Sambi Pitu." Dalam pada itu, Ki Sambi Pitu telah menyahut "Ki Lemah Teles masih saja gila." Mentari Senja Seri Arya Manggada V Karya Sh Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Persetan kau" geram Ki Lemah Teles "kau akan mendapat giliran terakhir setelah aku menyelesaikan Jagaprana dan orang bongkok itu. Kecuali jika Ki Ajar ingin mencampuri persoalan ini. Maka ia akan aku selesaikan sebelum kau." Tetapi Ki Pandi justru tertawa. Katanya "Atas nama Ki Ajar, aku persilahkan kau duduk Ki Lemah Teles dan Ki Sambi Pitu. Ki Ajar menjadi heran melihat sikapmu yang gila itu sehingga ia tidak segera mempersilahkan kalian duduk." "Ya, ya" sahut Ki Ajar. "sikapmu aneh Ki Lemah Teles, sehingga aku kehilangan unggah-ungguh tanpa mempersilahkan kalian duduk, meskipun hanya disebuah amben tua di serambi gubug kecil ini." "Aku tidak memerlukan sejenis basa-basi seperti itu" geram . Ki Lemah Teles. "Bukan sekedar basa-basi. Aku benar-benar mempersilahkan kalian duduk" sahut Ki Ajar Pangukan. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Ki Lemah Teles masih saja ragu-ragu. Namun Ki Sambi Pitu lah yang kemudian melangkah ke serambi. Ia justru duduk mendahului Ki Ajar Pangukan sendiri. Namun akhirnya semuanyapun duduk di amben bambu tua diserambi ruamah itu, kecuali Manggada dan Laksana. Ketika amben itu berguncang, maka Ki Lemah Telespun berkata "Kau jebak aku dengan amben reotmu ini." Ki Ajar tertawa. Katanya "Hatimu yang goyah itu selalu dibayangi oleh kecurigaan. Kami sama sekali tidak bermaksud buruk terhadapmu." "Tetapi kenapa dengan amben ini ?" "Amben tua ini agaknya mengeluh karena bebannya yang terlalu berat. Tetapi tidak apa-apa. Aku jamin bahwa amben tua ini tidak akan roboh." Ki Lemah Teles tidak menjawab. Tetapi beberapa kali ia justru mengguncang amben bambu yang sudah tua itu. Dalam pada itu, Manggada dan Laksana telah pergi kedapur untuk menyiapkan minuman bagi tamu-tamu Ki Ajar Pangukan. Sementara itu, Ki Lemah Teles masih saja dengan nada marah berkata "Aku tidak mau diganggu lagi oleh siapapun juga. Aku harus membunuh mereka yang telah mengganggu perasaanku. Di umurku yang menjadi semakin tua, maka aku harus dapat hidup tenang, tenteram dan damai" Ki Ajar Pangukan dan Ki Pandii tertawa bersamaan, sehingga Ki Lemah Teles itu membentak "Apa yang kalian tertawakan ?" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Begitukah caramu untuk mendapat ketenangan dan ketenteraman hidup " Membasahi tanganmu dengan darah sahabat-sahabatmu ?" sahut Ki Ajar Pangukan. "Ya." jawab Ki Lemah Teles tegas "tanpa membunuh orangorang yang telah menyakiti hatiku, menjerumuskan aku kedalam sepi serta mereka yang menghalangiku, maka hidupku tidak akan tenang." "Tetapi sisa-sisa hidupmu akan selalu dibayangi oleh wajahwajah yang sendu dari sahabat-sahabatmu yang telah kau bunuh itu. Mereka akan selalu datang dalam mimpi-mimpimu. Manggapai-gapai tanganmu, mohon pertolongan dan perlindungan dari seorang sahabatnya yang baik." "Mereka tidak akan datang kepadaku. Mereka tidak akan minta pertolongan dan perlindungan kepadaku, justru karena aku yang membunuh mereka." "Jika demikian mereka akan datang sambil merengek untuk mohon kau ampuni dan kau hidupkan kembali. Karena merasa bahwa mereka belumjsampaipada saatnya untuk mati" berkata Ki Ajar Pangukan kemudian. "Setan kau" geram Ki Lemah Teles "aku tidak perduli." Tetapi tiba-tiba saja Ki Pandi berkata "Bagaimana jika kau yang mati ?" "Tidak. Aku tidak akan mati. Ilmuku lebih tinggi dari ilmu kalian." geram Ki Lemah Teles. "Jangan membohongi dirimu sendiri" berkata Ki Pandi "tentu ada orang lain yang ilmunya lebih tinggi dari ilmu yang ada padamu." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Ki Lemah Teles mengerutkan dahinya. Tiba-tiba saja ia menantang "Ayo. Siapa yang merasa ilmunya lebih tinggi dari ilmuku. Kita berperang tanding sampai mati." Pembicaraan itupun tiba-tiba terputus. Manggada dan laksana telah datang menghidangkan minuman panas. Wedang jahe dengan gula kelapa. "Pembicaraan kita akan kita lanjutkan nanti. Sekarang, aku persitahkan kalian minum lebih dahulu..". Ki Lemah Tetes termangu-mangu sejenak. Namun ketika Ki Sambi Pitu dan yang lain telah menggapai mangkuk mereka, maka Ki Lemah Telespun telah mengangkat mangkuknya pula. "Tetapi Ki Ajar jangan mencoba untuk mengekang sikapku dengan minuman ini" berkata Ki Lemah Teles. "Tidak" jawab Ki Ajar "Jika aku ingin mengekang sikapmu, aku tidak hanya sekedar mempergunakan semangkuk minuman. Tetapi aku akan mempergunakan ilmuku yang sangat tinggi" "Gila. Seberapa tinggi ilmumu ?" bertanya Ki Lemah Teles. Orang-orang yang mendengar pertanyaan itu tertawa. Ki Ajar justru tertawa berkepanjangan. Katanya "Ki Lemah Teles. Kenapa kau menjadi kehilangan akal disaat-saat kau merasa dicekik oleh kesepian. Kenapa kau harus menantang untuk berperang tanding dengan Ki Jagaprana, Ki Sambi Pitu dan kemudian Ki Pandi dan barangkali juga aku." "Mereka adalah orang-orang yang dengki atas kebahagiaan hidupku dan kemudian mendorong aku kedalam satu kehidupan yang kosong dan hampa seperti sekarang ini." "Tidak, Ki Lemah Teles" berkata Ki Ajar Pangukan "bukan karena itu. Tetapi kau merasa bahwa dihari-hari tua, kau dan http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ barangkali juga aku, Ki Jagaprana, Ki Sambi Pitu dan Ki Bongkok mulai kehilangan kebanggaan yang pernah kau miliki. Kau menjadi cemas, bahwa orang-orang yang mengenalmu tidak lagi menganggap bahwa kau adalah orang yang penting dan diperlukan oleh lingkunganmu. Karena itu, kau telah berbuat sesuatu untuk menarik perhatian orang untuk memaksa orang lain tetap menganggapmu , bahwa kau adalah orang penting. Orang berilmu dan orang yang dibutuhkan sekali Kau paksa orang lain bertempur untuk mengingatkan mereka akan kemampuan yang tinggi. Tetapi kau lupa bahwa orang lain juga memiliki kemampuan yang tinggi pula. Jika Ki Jagaprana terluka bagian dalam tubuhnya itu, karena ia menyangka bahwa kau tidak bersungguhsungguh. Sementara Ki Sambi Pitu juga tidak dapat kau kalahkan. Seandainya Ki Bongkok tidak menghentikan perang tanding antara kau dan Ki Sambi Pitu, maka kalian berdua tidak akan pernah sampai dirumah ini." Ternyata Ki Lemah Teles sempat mendengarkan kata-kata Ki Ajar Pangukan. Semula hatinya memang bergejolak Tetapi kemudian ia mulai merenungi kata-kata itu. Bahkan kemudian Ki Pandipun berkata "Ki Lemah Teles. Jika Ki Lemah Teles tetap berniat untuk berperang tanding dengan siapa saja yang kenal dan dapat kau hubungi sekarang ini, maka aku akan minta agar Ki Lemah Teles menundanya. Tetapi kalau hatimu sudah benar-benar menjadi gelap, segala sesuatunya terserah kepadamu." "Kenapa harus ditunda ?" bertanya Ki Lemah Tetes. "Kita sedang mengamati sebuah padepokan yang mungkin berisi satu perguruan yang berlandaskan pada ilmu hitam. Kami terpanggil untuk membayanginya, karena perguruan itu mempunyai pengaruh yang kurang baik bagi lingkungannya." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ jawab Ki Pandi. Lalu katanya kemudian "Kecuali jika Ki Lemah Teles telah kehilangan suara nuraninya yang jernih." "Setan kau bongkok" sahut Ki Lemah Teles. Namun katanya kemudian "Baiklah. Aku akan berusaha menahan diri. Aku akan memberi kesempatan kepada kalian untuk melakukan niat kalian membayangi perguruan yang berlandaskan ilmu hitam itu." "Satu kesempatan bagimu, Ki Lemah Teles" berkata Ki Jagaparana yang lebih banyak berdiam diri saja. "Kau akan menjerumuskan aku kedaiam jebakan dan membunuhku dengan cara yang licik ?" "Tentu tidak. Aku masih berharap kita dapat berperang tanding setelah kita menyelesaikan perguruan yang berlandaskan ilmu hitam itu" jawab Ki Jagaprana. Bahkan katanya pula "Aku berharap bahwa aku dapat membalas luka bagian dalam tubuhku dengan melukai bagian dalam tubuhmu pula." "Setan kau. A ku akan benar-benar membunuhmu" geram Ki Lemah Teles "Sudahlah" berkata Ki Ajar Pa'ngukan "kenapa kita hanya berbicara tentang bunuh membunuh " Kenapa kita tidak berbicara tentang satu rencana yang mungkin dapat kita lakukan untuk membayangi padepokan orang-orang berilmu hitam itu ?" Ki Lemah Teles termangu-mangu. Namun kemudian iapun bertanya "seandainya aku bergabung dengan kalian, apakah aku juga harus tinggal disini." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Itu terserah kepadamu" jawab Ki Ajar Pangukan "tetapi aku akan sangat senang jika kalian bersedia untuk tinggal bersama kami disini." "Tetapi bagaimana dengan kuda-kuda kami?" bertanya Ki Lemah Teles. "Kau membawa kuda ?" bertanya Ki Ajar Pangukan. "Ya." Ki Ajarpun kemudian berkata kepada Ki Pandi "Nah, kau adalah salah seorang di antara mereka yang tahu, bagaimana membawa seekor kuda ke tempat ini." Ki Pandipun mengangguk-angguk. Katanya "marilah, aku tunjukkan kepada kalian jalan yang dapat kalian lewati." Setelah minum beberapa teguk, maka Ki Pandi bersama kedua orang tamunya itupun meninggalkan tempat itu untuk mengambil kuda-kuda mereka yang terhalang oleh sulitnya jalan yang harus mereka tempuh sampai ke rumah Ki Ajar Pangukan itu. Rumah Ki Ajar Pangukan adalah rumah yang kecil saja. Tetapi tamu-tamunya bukan orang-orang manja yang memerlukan tempat yang baik untuk bermalam. Mereka dapat tidur dimana saja. Diserambi, diruang tengah atau bilik yang sempit. Sedangkan mereka bukan pula orang yang memilih makanan tertentu menurut selera yang sulit. Mereka dapat makan apa saja yang pantas dimakan. Karena itu, kehadiran orang-orang itu dirumah Ki Ajar tidak terlalu menyulitkannya. Mereka dapat makan ketela pohon, ketela rambat, jagung, apalagi nasi putih. Sementara itu, sayur-sayuran terdapat dihalaman dan di kebun rumah yang luas, bahkan seakan-akan tanpa batas. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Kemudian kolam yang direnangi oleh berbagai jenis ikan. Di halaman belakang juga berkeliaran berpuluh ekor ayam, irik yang menebarkan telur dimalam hari dan bahkan angsa. Di hari-hari berikutnya, rumah kecil itu memang menjadi ramai. Beberapa orang yang usianya telah merambat melampaui pertengahan abad dan dua orang anak muda, Manggada dan Laksana. Namun dengan demikian, Manggada dan Laksana telah mendapatkan pengalaman yang cukup banyak. Orang-orang tua itu kadang-kadang mengisi waktunya dengan latihanlatihan sesuai dengan aliran ilmu mereka masing-masing untuk mempertahankan kemampuan ilmu dan daya tahan tubuh Mentari Senja Seri Arya Manggada V Karya Sh Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo mereka. Ki Lemah Teles yang sebelumnya merasa hidup kesepian, mulai merasa bahwa ia masih mempunyai beberapa orang kawan yang memperhatikannya. Dalam pada itu, orang-orang yang tinggal dirumah Ki Ajar Pangukan itu mulai membagi diri untuk mengamati sebuah padepokan yang mereka duga, mempunyai landasan ilmu hitam sebagaimana padepokan Panembahan Lebdagati. Mereka tidak saja bergerak disiang hari, tetapi kadangkadang juga malam hari. Bahkan Ki Ajar Pangukan telah mulai berusaha untuk dapat berada dipadukuhan-padukuhan di sekitar padepokan itu. Dalam pada itu, Ki Pandi yang berjalan-jalan bersama Manggada dan Laksana disebuah padukuhan sempat melihat bangunan khusus yang agak lain dari bangunan-bangunan khusus yang pernah mereka lihat. Disekitar bangunan itu terdapat halaman yang cukup luas dipagari dengan potongan batang kelapa yang berjajar rapat Pagar itu cukup tinggi dengan sebuah pintu gerbang saja. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Apa yang ada didalam ?" desis Laksana. Lingkungan disekitar bangunan yang memang terletak menjorok diluar padukuhan itu memang sepi. Karena itu, maka Manggadapun berkata "Apakah kita akan memasuki dinding bangunan yang khusus itu ?" Ki Pandi masih saja temangu-mangu. Namun kemudian mereka melihat dua orang bocah yang menggiring beberapa ekor kambing untuk digembalakan. Anak-anak itu tertegun sejenak melihat orang yang mereka anggap asing berada disekitar bangunan khusus "Kita dapat berbicara dengan anak-anak itu. Tetapi jangan takut-takuti mereka." berkata Ki Pandi. Manggada mengangguk-angguk. Karena itu, maka iapun berkata "Biarlah aku sendiri datang kepada mereka." "Sebentar lagi" desis Ki Pandi. Baru ketika kedua orang anak itu duduk direrumputan sambi! melepas kambing mereka di tempat terbuka yang ditumbuhi rerumputan yang hijau subur itu, Manggada telah melangkah mendekati mereka. Ia berjalan dengan langkah yang wajar saja. Tidak tergesagesa dan tidak menarik perhatian. Sedangkan Laksana dan Ki Pandi justru berdiri saja ditempat mereka, dekat dengan bangunan khusus itu. Kedua orang anak itu memang menjadi berdebar-debar. Tetapi sambil melangkah mendekati kedua anak itu, Manggada menunjukkan wajah yang terang dengan senyum dibibirnya. Kedua anak itu beringsut menjauh ketika Manggada kemudian duduk direrumputan itu pula. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Jangan takut" berkata Manggada "aku memang orang asing bagi kalian dan barangkali bagi padukuhan ini. Aku ingin membuka perdagangan dengan para penghuni padukuhan itu." Kedua orang anak itu termangu-mangu. Namun tidak seorangpun diantara mereka yang menyahut. "Aku dengar di padukuhan ini terdapat beberapa orang yang membuat gerabah" desis Manggada. Kedua orang anak itu saring berpandangan, sementara Manggada bertanya pula "Apakah benar ?" Seorang dintara kedua orang anak itu menggeleng? Jawabnya singkat "Tidak." "O" Manggada mengangguk-angguk. Tetapi ia bertanya lagi "Dimana kami dapat membeli gerabah dalam jumlah yang cukup banyak untuk aku jual lagi diseberang hutan Jatimalang ?" Kedua anak itu menggeleng. Seorang diantara mereka menjawab "Aku tidak tahu." Manggada mengangguk-angguk lagi. Namun ia bertanya "he, bangunan apakah yang dikelilingi dinding potongan batang kelapa utuh itu ?" Kedua orang anak itu saling berpandangan lagi. Wajah mereka menunjukkan keragu-raguan. "Untuk menyelenggarakan upacara barangkali ?" Kedua orang anak itu mengangguk berbareng. "Upacara apa ?" bertanya Manggada lagi. "Tempat itu belum pernah dipakai" jawab salah seorang dari kedua orang anak itu. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "O" Manggada mengangguk-angguk. Dengan dahi berkerut ia bertanya "Apakah bangunan itu baru selesai dibuat ?" "Sudah beberapa bulan yang lalu." jawab anak itu. Manggada masih saja mengangguk-angguk. Sambil memandang dinding yang mengelilingi bangunan khusus itu ia bertanya "Kenapa tempat upacara itu tidak segera dipergunakan ?" Kedua orang anak itu menggeleng. Manggada sadar, bahwa ia tidak akan mungkin mendapat keterangan yang cukup dari anak-anak itu. Tetapi apa yang telah didengar sedikit banyak dapat memberikan gambaran tentang bangunan yang masih belum pernah dipergunakan itu. Sementara itu, Ki Pandi dan Laksana sempat melihat dari sela-sela potongan batang kelapa yang berjajar utuh itu, sesusunan batu yang ditata rapi. Dipahat seperti candi kecil bersusun agak tinggi mendatar dibagian atasnya.yang agaknya untuk meletakkan benda-benda upacara atau bahkan sesaji atau korban yang diserahkan. Sejenak kemudian, Manggada telah berada diantara mereka kembali. Yang dapat disampaikan kepada Ki Pandi adalah sekedar apa yang telah didengarnya dari kedua orang anak yang sedang menggembala itu. Namun nampaknya mereka bertiga mendapat perhatian khusus dari seorang yang melihat mereka dari kejauhan. Orang yang sudah terhitung tua. Bahkan lebih tua dari Ki Pandi. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Dengan tongkat kayu yang panjang orang itu melangkah mendekati Ki Pandi, Manggada dan Laksana yang masih berada dide-kat bangunan yang khusus itu. "Selamat datang dipadukuhan kami Ki Sanak" sapa orang tua itu. "Terima kasih" jawab Ki Pandi sambil membungkuk hormat "kami mohon maaf, bahwa kami telah mengganggu ketenangan padukuhan ini." Orang tua itu tersenyum. Kemudian iapun bertanya "Apa yang sebenarnya kalian kehendaki, Ki Sanak." Yang menyahut adalah Manggada "Kami mendengar disini banyak dibuat gerabah, kek. Mungkin kami dapat membelinya dan membawanya keseberang hutan Jatimalang." Orang tua itu termangu sejenak. Namun kemudian iapun menggeleng "tidak anak muda. Disini tidak ada orang yang membuat gerabah. Kami justru membeli dari padukuhanpadukuhan yang terletak agak kobawah. Jika kalian datang dari seberang hutan Jatimalang, maka kalian tentu sudah melewati padukuhan kecil yang semua penghuninya membuat gerabah." Namun Manggada dengan tangkas menjawab "sayang kek. Buatannya kurang baik menurut pendapat kami. Bahkan mudah pecah, sehingga kemungkinan rusak diperjalanan menjadi sangat tinggi." Orang tua itu tersenyum. Katanya "Gerabah dari Mungkid adalah gerabah yang terbaik yang pernah aku lihat." Manggada termangu-mangu sejenak. Tetapi ia masih dapat menjawab "Ternyata yang terbaik itu masih belum memenuhi syarat yang kami tentukan bagi perdagangan gerabah." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Orang itu tertawa. Namun kemudian ia bertanya."Apakah kalian tertarik kepada bangunan yang belum pernah dipergunakan ini ?" "Ya, Ki Sanak" yang menjawab adalah Ki Pandi "Kami belum pernah melihat bangunan seperti ini sebelumnya ?" "Bangunan ini dibuat untuk keperluan upacara. Tetapi upacara itu belum pernah diselenggarakan dipadukuhan ini. Dahulu, ketika tempat ini berada dibawah pengaruh Panembahan Lebdagati, juga sering dilakukan upacaraupacara khusus disetiap bulan purnama. Tetapi upacara itu dilakukan disatu tempat saja. Tetapi sekarang tidak. Upacara itu dilakukan dibeberapa tempat. Dipadukuhan ini telah dibuat tempat upacara yang besar. Lebih besar atau lebih lengkap dari padukuhan-padukuhan kecil yang lain. Tetapi upacara itu sendiri tidak pernah dilakukan dipadukuhan ini." "Kenapa kek ?" bertanya Laksana. Orang tua itu memandang bangunan itu dengan mata yang redup. Katanya kemudian "Sebagai seorang yang pernah mengalami pengaruh Panembahan Lebdagali, serta kemudian setelah daerah ini seolah-olah terbuka, sehingga hubungan dengan lingkungan seberang hutan Jatimalang berlangsung, maka upacara-upacara seperti itu rasanya sangat mengerikan. Aku sendiri sejak Panembahan Lebdgati menyelenggarakan upacara-upacara khusus didaerah ini, aku tidak pernah mengikutinya. Tetapi karena aku tidak mempunyai kekuatan apapun dan bahkan tidak mempunyai keberanian yang cukup, maka aku tidak berani berbuat apap-apa selain berharap." "Apakah upacara yang berlangsung waktu itu dan sekarang sama ?" bertanya laksana. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Tidak anak muda. Dahulu korban yang diserahkan adalah gadis-gadis." jawab orang tua itu. "Sekarang ?" desak Laksana. "Seekor anak binatang apapun. Ditusuk dadanya sampai mati. Bukankah itu mengerikan meskipun hanya seekor anak binatang " Seekor anak kambing berteriak melengking tinggi ketika sepotong bambu yang ditajamkan menusuk jantungnya, seperti tangis seorang bayi yang kesakitan." Laksana tidak bertanya lebih jauh. Sekilas melintas di angan-angannya sesuatu yang sangat mengerikan. Tetapi orang tua itu masih berkata "Bangunan ini dibuat oleh beberapa orang yang sejak semula melandasi kepercayaannya dalam pengaruh ilmu hitam. Mereka menganggap bahwa upacara seperti ini akan dapat memberikan keselamatan dan kesejahteraan bagi hidupnya" Orang itu berhenti sejenak. Namun kemudian ia meneruskannya "tetapi niat itu ditentang oleh banyak orang yang menyadarinya, bahwa upacara seperti itu hanya menimbulkan kengerian saja. Bahkan di hari mendatang akan menimbulkan malapetaka bagi penghuni padukuhan itu sendiri. Dan yang lebih buruk lagi jika malapetaka itu menyebar ke padukuhan-padukuhan disekitarnya, apalagi sampai keseberang hutan Jatimalang." "Apakah hal seperti itu akan mungkin terjadi ?" Laksana justru bertanya lagi. "Mungkin sekali. Jika di satu padukuhan tidak lagi terdapat seekor anak binatangpun, maka tentu akan dicari dari padukuhan-padukuhan yang lain, sementara padukuhanpadukuhan yang lain juga membutuhkan bagi upacara yang mereka selenggarakan sendiri. Jika demikian bukankah harus http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ dicari ditempai yang semakin jauh yang justru tidak mempunyai kepercayaan pada upacara seperti itu. Sekali lagi aku ingatkan, bahwa yang dilakukan sekarang dalam upacara itu barulah semacam pendahuluan. Pada kesempatan lain upacara itu akan menjadi upacara yang sesungguhnya menurut kepercayaan sesat itu." Laksana menarik nafas dalam-dalam. Sementara Ki Pandi bertanya "Apakah upacara itu tidak akan pernah dilakukan di padukuhan ini selama masih ada yang menentangnya ?" "Hanya untuk sementara" jawab orang itu "pada satu saat nanti, orang-orang dari padepokan dibelakang gumuk itu akan datang lagi. Mencoba untuk mempengaruhi orang-orang padukuhan itu serta mengungkit lagi kepercayaan hitam dari penghuni padepokan ini yang sebenarnya sudah mulai berubah. Jika mereka tidak berhasil, maka mereka tentu akan mulai dengan cara yang lebih kasar. Menakut-nakuti,! mengancam dan mengganggu ketenangan. Jika cara itu masih belum berhasil, maka mereka akan mempergunakan kekerasan. Mereka akan memaksa para penghuni padukuhan ini untuk melakukan upacara-upacara terkutuk itu." Ki Pandi mengangguk-angguk. Sementara orang itu berkata selanjutnya "Para pemimpin padepokan itu agaknya tidak berjantuhg lagi. Mereka melakukan apa saja yang ingin mereka lakukan tanpa mengingat lagi nilai-nilai dalam tatanan kehidupan yang berlaku bagi orang banyak." "Apakah Ki Sanak akan bertahan hidup dalam suasana yang demikian ?" bertanya Ki Pandi. "Aku lidak mempunyai pilihan lain. Orang tuaku tinggal disini. Aku mendapat warisan tanah berserta rumahnya. Sementara anak-anakpun tinggal disini pula. Bahkan cucucucuku." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Ki Pandi mengangguk-angguk. Namun kemudian katanya "Baiklah Ki Sanak. Untuk sementara kami merasa sudah Mentari Senja Seri Arya Manggada V Karya Sh Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo banyak mendengar tentang bangunan khusus itu. Mungkin pada kesempatan lain, kami akan singgah dirumah Ki Sanak. Namun apakah kami boleh mengetahui ancar-ancar tempat tinggal Ki Sanak ?" bertanya Ki Pandi. Alenia ini tertukar tempat di buku aslinya (dewi KZ) "Rumahku mudah dicari. Aku tinggal ditepi jalan induk padukuhan ini. Hampir berhadapan dengan banjar padukuhan. Jika kalian mengalami kesulitan, kalian dapat bertanya dirumah Ki Carang Ampel." "Baik, Kiai. Sekarang aku mohon diri." "Ki Sanak" desis Ki Carang Ampel "apakah Ki Sanak mempunyai pendapat khusus mengenai upacara yang sering dilakukan dipadukuhan-padukuhan yang lain." "Tidak Ki Carang Ampel. Kami hanya sekedar ingin tahu saja" jawab Ki Pandi. Orang tua itu mengangguk-angguk. Dengan nada berat orang itu bertanya "Dimanakah Ki Sanak tinggal ?" "Kami orang-orang Pajang" jawab Ki Pandi. Orang tua itu mengerutkan keningnya. Tetapi ia tidak bertanya apapun lagi. Ketika kemudian Ki Pandi, Manggada dan Laksana duduk berkumpul bersama orang-orang lain penghuni rumah Ki Ajar yang kecil itu disore hari, maka Ki Pandipun telah menceriterakan pertemuannya dengan Ki Carang A mpel. Ki Jagaprana dengan serta-merta menyahut "Sulit bagi kita untuk mempercayai sikap dan pendapat orang disini. Mereka nampaknya berbicara apa saja tanpa dipikirkannya masakmasak." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Tetapi Ki Pandi menyahut "Tetapi nampaknya Ki Carang Ampel telah mencoba untuk mengatakannya sesuai dengan tanggapannya" atas bangunan khusus di padukuhannya." "Memang mungkin" sahut Ki A jar Pangukan "aku masih juga percaya bahwa orang penalarannya mulai terbuka sejak hutan Jatimalang itu ditembus. Beberapa orang mencoba membuka jalur perdagangan didaerah ini dapat membuka hati orangorang yang semula dibayangi oleh ilmu hitam. Bahkan ada diantara para pedagang justru dengan sengaja berusaha membuka nalar budi orang-orang itu agar mereka mengenali hubungan antara mereka dengan penciptanya." Ki Jagaprana mengangguk-angguk. Sementara itu, Ki Lemah Teles berkata "Nampaknya para pemimpin di padepokan itu telah mempelajari dengan baik lingkungan ini, sehingga mereka telah memilih tempat ini untuk mendirikan padepokan yang bukan sekedar sebuah perguruan tertutup. Tetapi para pemimpin padepokan itu berusaha menyebarkan pengaruhnya disatu lingkungan yang luas, menurut pendapat mereka, merupakan lahan yang subur bagi kepercayaan hitam, karena lingkungan ini memang pernah dibayangi oleh ilmu hitam ketika Panembahan Lebdagati ada disini." "Ya." Ki Ajar Pangukan mengangguk-angguk. Katanya kemudian "Karena itulah, maka kita merasa mendapat beban tugas yang berat meskipun kita sendiri yang meletakkan beban itu dipundak kita. "Yang dapat kita lakuKan adalah mencegah menjalarnya pengaruh ilmu hitam itu. Tetapi kita tidak boleh melupakan, bahwa kita akan berhasil dengan baik, jika kita dapat mematikan sumbernya. Tetapi kita tahu, bahwa hal itu tidak akan mudah kita lakukan. Kita belum tahu kekuatan yang sebenarnya yang ada di padepokan itu." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Sementara itu Ki Sambi Pitupun berkata "Agaknya para pemimpin di padepokan itu menyebarkan pengaruhnya dengan bertahap. Satu hal yang menarik perhatian. Nampaknya para pemimpin di padepokan itu benar-benar mematangkan rencananya sebelum mereka bertindak." "Maksud Ki Sambi Pitu ?" bertanya Ki Jagaprana. "Mula-mula korban yang diserahkan oleh orang-orang yang sudah mulai terpengaruh lagi oleh ilmu hitam itu adalah anakanak binatang jenis apapun dengan menusuk jantungnya sampat mati. Tetapi disatu padukuhan yang terhitung dekat dengan padepokan itu, upacara mulai berubah. Adalah kebetulan bahwa aku dapat berbicara dengan seorang anak muda yang tidak menyadari dengan siapa ia berbicara." "Perubahan apakah yang terjadi ?" bertanya Ki A jar. "Di padukuhan itu, korban tidak lagi ditusuk. Tetapi dibakar hidup-hidup. Anak binatang itu diletakkan diatas seonggok kayu kering. Kemudian kayu itu dinyalakan." Orang-orang yang mendengar penjelasan Ki Sambi Pitu itu menjadi berdebar-debar. Mereka merasa ngeri membayangkan peristiwa itu terjadi. Apalagi ketika angan-angan mereka berkembang lebih jauh. Dengan demikian, maka orang-orang yang tinggal dirumah Ki Ajar itu sepakat untuk melihat keadaan lebih jauh lagi. Namun Ki Lemah Telespun berkata "Jika kita terlalu sering berkeliaran, maka kita tentu akan sangat menarik perhatian. Suatu ketika, maka kehadiran kita akan didengar oleh orangorang padukuhan itu." "Ya" Ki Ajar mengangguk-angguk "kita memang harus berhati-hati. Jika orang-orang padepokan itu mencium http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kehadiran kita, maka kita akan langsung berhadapan dengan mereka." Dengan demikian, maka orang-orang dirumah kecil itu sepakat untuk meningkatkan kewaspadaan mereka. Ki Pandi agaknya sangat tertarik dengan keterangan Ki Sambi Pitu tentang perubahan upacara yang mengerikan itu. Karena itu, maka tanpa Manggada dan Laksana orang bongkok itu telah menyusuri jalan ke padukuhan itu. Sebuah padukuhan yang letaknya agak tinggi di kaki Gunung Lawu itu bukan sebuah padukuhan yang besar. Para penghuninya juga bukan orang-orang yang termasuk orang-orang berada. Meskipun demikian, ternyata bahwa mereka telah berusaha dengan susah payah yang membuat satu bangunan khusus untuk menyelenggarakan upacara yang aneh itu. Ki Pandi telah memilih saat yang tepat. Ketika bulan purnama naik, maka dengan diam-diam ia telah berada di padukuhan itu. Apa yang disaksikan, benar-benar mengerikan. Meskipun yang dikorbankan sekedar seekor anak kambing. Ki Pandi melihat orang-orang padukuhan itu memasuki halaman bangunan khusus itu menjelang tengah malam. Mereka berjalan dengan kedua tangannya bersilang dimuka dada. Laki-laki dan perempuan. Kepala menunduk dan mereka tidak saling berbicara. Suasananya memang terasa mencekam. Yang dilihat oleh Ki Pandi seakan-akan bukan orang-orang yang berjalan. Tetapi seperti sebuah golek kayu besar, yang bergerak dengan sendirinya menuju ke tempat upacara. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Tetapi setelah upacara selesai dan orang-orang padukuhan itu sudah kembali kerumah masing-masing dengan cara yang sama sebagaimana mereka datang, Ki Pandi tidak segera meninggalkan tempat itu. Di pagi hari berikutnya, Ki Pandi masih berada disekitar padukuhan itu. Ketika Ki Pandi sedang mencuci kakinya di sebuah sungai kecil, maka dilihatnya seorang gadis yang sedang mencuci. Namun setiap kali gadis itu mengkerutkan lehernya sambil menggelengkan kepalanya. Menurut penglihatan Ki Pandi, gadis itu agaknya sedang dibayangi oleh perasaan takut dan ngeri. Ketika Ki Pandi mendekatinya, gadis itu menjadi cemas. Orang bongkok itu membuatnya gelisah. Apalagi ujud Ki Pandi yang lain dari kebanyakan orang.. Tetapi Ki Pandi yang menyadari perasaan gadis itupun segera berkata "Jangan takut ngger. Aku hanya ingin bertanya ?" Gadis itu tidak menjawab. Dipandanginya Ki Pandi dengan wajah gelisah. "Ngger" berkata Ki Pandi yang kemudian duduk diatas sebongkah batu tidak jauh dari gadis yang sedang mencuci itu "apakah angger tadi malam juga mengikuti upacara itu ?" "Ah" gadis itu tiba-tiba menutup wajahnya dengan kedua belah tangannya. Diluar sadarnya ia berdesis "Mengerikan sekali. Aku masih selalu dibayangi oleh peristiwa itu. Aku sedang berusaha mengusirnya dari bayangan angan-anganku. Tiba-tiba saja kakek justru bertanya tentang hal itu." Ki Pandi menarik nafas dalam-dalam. Katanya "Maaf ngger. Bukan maksudku untuk mengelitik perasaanmu dengan http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kengerian itu. Tetapi aku masih ingin bertanya serba sedikit tentang upacara yang aneh itu." "Jangan sebut-sebut lagi kek" minta gadis itu. "Tetapi bukankah sebelumnya daerah ini juga pernah dipengaruhi oleh upacara-upacara yang pernah dilakukan oleh orang yang bernama Panembahan Lebdagati. Jika korban kali ini yang diserahkan hanyalah seekor anak binatang, beberapa waktu lalu korbannya justru seorang gadis. Sehingga keresahan telah tersebar bukan saja dikaki Gunung Lawu ini, tetapi sampai keseberang hutan Jatimalang." "Tetapi aku belum pernah hadir pada upacara itu, kek. Sanggar pemujaannyapun terletak agak jauh dari padukuhan ini. Tetapi sekarang hampir disetiap padukuhan yang mempunyai banyak pendukung dari aliran yang mengerikan itu telah membangun sendiri sanggar seperti itu." Ki Pandi menarik nafas dalam-dalam. Dengan ragu-ragu iapun bertanya "Apakah dipadukuhanmu banyak orang yang menjadi pengikut aliran itu ngger ?" Gadis itu nampak ragu-ragu sejenak. Sekilas Ki Pandi melihat sinar matanya yang berkilat. Gadis itu hanyalah seorang gadis desa yang sederhana. Tetapi nampaknya ia seorang gadis yang cerdas. Ia sadar, bahwa jawaban yang diberikan akan dapat menjeratnya dalam kesulitan jika ia salah ucap. Namun gadis itu kemudian berdesis "Semua orang dipadukuhanku menjadi pengikut aliran itu." Ki Pandi mengangguk-angguk kecil. Katanya "Baiklah ngger. Terima kasih atas keterangan angger. Mungkin pada kesempatan lain kita akan bertemu lagi." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Tetapi jangan bicarakan tentang upacara itu lagi, kek." Ki Pandi tersenyum. Dengan nada ringan ia menjawab "Tidak ngger. Aku tidak akan bertanya lagi." Namun tiba-tiba sekali gadis itu menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Suaranya yang serak terdengar dari balik telapak tangannya "Tidak. Tidak akan lebih dari itu ?" "Kenapa ngger ?" bertanya Ki Pandi "bukankah aku tidak menyinggung lagi tentang upacara itu ?" "Bayangan itu selalu melintas di kepalaku kek. Semalam aku tidak dapat tidur setelah aku pulang dari upacara itu. Bayangan yang nampak dikepalaku, korban itu bukan sekedar seekor anak binatang." "Sudahlah ngger. Jika kau membayangkan yang, bukanbukan, kau akan menjadi semakin ngeri. Sebaiknya kau lupakan saja. Lihat pakaian yang kau cuci itu agar tidak hanyut. Kau perhatikan apakah cucianmu sudah bersih atau belum. Yang penting kau palingkah ingatanmu kepada apa saja yang baik kau kenang. Mungkin seorang jejaka yang tampan atau barangkali ayah dan ibumu pernah berbicara tentang jodoh bagimu atau bahkan kau sudah berkeluarga ?" "Aku memang belum berkeluarga kek. Ayah dan ibu juga belum pernah berbicara tentang jodohku. Ah, semuanya masih jauh bagiku." jawab gadis itu sambil duduk. "Waktunya tentu akan datang" desis Ki Pandi. Namun kemudian katanya "Sudahlah ngger. Aku akan pulang.." "Dimana kakek tinggal ?" bertanya gadis itu. "Dekat hutan Jatimalang." jawab Ki Pandi. Gadis itu memandang Ki Pandi yang melangkah meninggalkan gadis yang sedang mencuci itu. Meskipun orang http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ tua itu bongkok dan buruk, tetapi gadis itu tidak lagi merasa takut. Suaranya terdengar lembut seperti wajahnya yang banyak tersenyum. Bayangan yang mengerikan sebagaimana dikatakan oleh gadis itu, justru telah semakin mencemaskan pula orang-orang yang tinggal dirumah Ki Ajar Pangukan. Mereka semakin sering melihat perkembangan aliran sesat itu dipadukuhanpadukuhan yang dekat dan yang lebih jauh lagi dari padepokan. Namun ternyata bahwa aliran itu tidak dapat berkembang meliputi daerah dibelakang hutan Jatimalang sebagaiman sebelumnya, justru karena pengaruh hubungan yang lebih luas dengan orang orang seberang hutan. Namun yang tidak diperhitungkan oleh orang- orang dirumah Ki Ajar Pangukan itu telah terjadi. Ketika Ki Pandi, Manggada dan Laksana sedang berada tidak terlalu jauh dari padepokan itu, mereka telah melihat dua ekor burung elang yang terbang berputar-putar diatas padepokan yang Mentari Senja Seri Arya Manggada V Karya Sh Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo dilingkari dinding kayu yang kuat dan cukup dnggi. "Elang itu" desis Ki Pandi. "Apakah memang ada hubungan antara Panembahan Lebdagati dengan padepokan itu ?" bertanya Manggada. "Atau bahkan padepokan itu telah dibuat oleh para pengikut Panembahan Lebdagati dan memang dipersiapkan bagi http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kembalinya Panembahan itu di lereng Gunung Lawu ini ?" desis Laksana. "Perkembangan yang menarik" berkata Ki Pandi "jika benar padepokan itu dipersiapkan bagi Panembahan Lebdagati yang ingin kembali menguasai daerah ini, maka persoalannya justru akan menjadi jelas." Namun Laksana itupun bertanya "Apakah tidak ada orang lain yang mampu mengendalikan elang seperti Panembahan Lebdagati?" "Ada. Tentu ada" jawab Ki Pandi "salah seorang pengikutnya atau bahkan orang lain yang mempunyai kegemaran yang sama. Tetapi menilik sikap dan ujud burung elang itu, nampaknya burung itu dikendalikan oleh para pengikut Panembahan Lebdagati yang tersisa." Manggada dan Laksana mengangguk-angguk kecil. Namun kemudian mereka telah diajak oleh Ki Pandi berlindung dibawah sebatang pohon yang rimbun. "Jika saja burung itu mengenali kita bertiga" desis Ki Pandi. Tetapi Laksanapun menyahut "Seandainya mereka mengenali kita, apakah burung-burung itu mempunyai cara untuk memberitahukan kepada Panembahan Lebdagati atau pengikutnya" Bagaimana burung elang itu dapaf menyebut; bahwa burung elang itu sudah melihat Ki Pandi, Manggada dan Laksana?" Ki Pandi tertawa. Katanya "Tentu burung elang itu tidak dapat menyebut namamu, Laksana. Tetapi burung itu tentu dapat memberi isyarat bahwa ia melihat orang-orang yang pernah dikenalnya sebelumnya." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Laksana mengangguk-angguk. Katanya "Jadi pemilik burung itu akan dapat salah menangkap artinya. Mungkin pemilik burung itu mengira bahwa el?ng-elangnya melihat Kiai Gumrah atau melihat Ki Prawara atau orang lain lagi." Ki Pandi mengangguk-angguk. Katanya "Ya. Mungkin saja. Tetapi dengan demikian, maka Panembahan Lebdagati atau pengikutnya akan mengirimkan orang itu untuk melihat langsung sesuai dengan isyarat burung-burung elang itu. Nah, orang-orang itu akan dapat berbicara tentang penglihatannya. Apalagi tentang orang-orang yang mempunyai ciri khusus seperti aku ini." Laksana mengangguk-angguk. Katanya "Ya. Sementara kita tidak tahu, orang yang dikirim oleh Panembahan Lebdagati atau pengikutnya untuk mengamati kita." Dengan demikian, maka ketiga orang itupun kemudian telah duduk dibawah sebatang pohon yang rindang. Dari jarak yang agak jauh mereka melihat kedua burung elang itu masih saja berputar-putar. Namun kemudian menghilang kearah Utara. Ki Pandi menarik nafas dalam-dalam. Katanya "Kita dapat memperkirakan bahwa sarang kedua ekor burung elang itu ada di-sisi Utara Gunung ini, meskipun mungkin dapat juga salah, karena kedua ekor burung itu dapat juga mengelabuhi orang. Meskipun mereka menghilang ke Utara, namun kemudian mereka akan terbang kearah yang lain." Manggada dan Laksana yang memandang kedua ekor burung itu sampai hilang dikejauhan, mengangguk-angguk. Burung-burung elang yang terlatih baik itu seakan-akan memang mampu memperhitungkan sikap yang diambilnya. Demikian kedua ekor burung elang itu hilang, maka Ki Pandi-pun telah mengajak Manggada dan Laksana melihat http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ sebuah padukuhan yaag pernah dikunjunginya, justru ketika sedang berlangsung upacara disaat bulan sedang purnama. "Tetapi tentu tidak ada upacara disiang hari, Ki Pandi" berkata Manggada. "Memang tidak" berkata Ki Pandi "di malam haripun tidak, karena upacara itu resminya hanya dilakukan setiap purnama. Beberapa hari yang lalu, di padukuhan itu baru saja dilakukan sebuah upacara sebagaimana di katakan Ki Sambi Pitu yang mendapat keterangan dari seorang anak muda." "Jadi, apa yang akan kita lakukan?" bertanya Ki Pandi. "Kita akan dapat berbincang dengan penghuni padukuhan itu. Mumpung masih agak pagi." jawab Ki Pandi. Bertiga mereka menuju ke sebuah padukuhan yang pernah dikunjungi oleh Ki Pandi. Mereka tidak langsung menuju ke padukuhan. Tetapi mereka pergi kesebuah sungai diluar padukuhan itu. Dari kejauhan Ki Pandi melihat beberapa orang perempuan sedang mencuci pakaian. Karena itu, maka katanya "Nanti saja. Jika yang lain telah pergi." "Maksud Ki Pandi?" bertanya Manggada "apakah kita harus mengintip orang mandi dan mencuci pakaian itu?" Laksana menarik nafas dalam-dalam. Sementara Ki http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Pandi bertanya "Apakah upacara itu tidak akan pernah dilakukan di padukuhan ini selama masih ada yang menentangnya?" "Ah" Ki Pandi mengerutkan dahinya "tentu tidak. Tetapi duduk sajalah disitu. Aku akan memperlihatkan diri. Bukankah di-sebelah itu jalan penyeberangan yang banyak dilalui orang" Aku akan lewat jalan itu. Nanti, aku beri kalian isyarat." Manggada dan Laksana tidak tahu maksud orang tua bongkok itu. Tetapi mereka menurut saja. Keduanyapun kemudian duduk dibelakang gerumbul perdu yang tumbuh dibawah sebatang pohon nvamplung yang cukup besar. "Tentu banyak ular disini" jawab Laksana. Manggada tertawa. Katanya "Ki Pandilah yang bertanggung jawab jika kita dipatuk ular." Sementara itu, Ki Pandi telah turun ke jalan penyeberangan yang memang banyak dilalui orang yang lewat dari satu padukuhan ke padukuhan yang lain. Apalagi setelah hutan Jatimalang ditembus oleh jalan perdagangan yang sengaja dibuat oleh Pajang, agar lingkungan dibelakang hutan Jatimalang itu tidak menjadi terpisah dari lingkungan lainnya. Seperti yang diharapkan, seorang gadis yang sedang mencuci pakaian di antara beberapa perempuan yang lain telah melihatnya. Beberapa orang perempuan yang lain juga melihat orang bongkok yang lewat itu. Tetapi mereka tidak memperhatikannya. Orang bongkok itu hanyalah salah seorang saja diantara orang-orang lain yang lewat. Berbeda dengan perempuan-perempuan yang lain, gadis yang pernah ditemui Ki Pandi itu justru memperhatikannya. Orang bongkok itu tiba-tiba saja terasa sebagai seorang kawan yang akrab. Berbeda dengan orang-orang di http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ padukuhannya, orang bongkok itu rasa-rasanya dapat mengerti gejolak perasaannya menanggapi upacara-upacara yang diselenggarakan di padukuhannya. Orang-orang di padukuhannya, bahkan ayah ibunya, tidak lagi mau mengerti, betapa hatinya menjadi ngeri dan ketakutan melihat upacara yang dilakukan di bulan purnama itu. Ketika perempuan-perempuan dan gadis-gadis yang lain selesai mandi dan mencuci pakaian, maka merekapun segera bersiap untuk kembali ke padukuhan. Tetapi gadis itu ternyata masih belum selesai. Bahkan iapun berkata kepada perempuan-perempuan yang lain "Silahkan. Aku masih kurang sedikit. Nanti aku segera menyusul." Demikianlah, maka sejenak kemudian, sungai itu menjadi sepi. Hanya tinggal seorang gadis sajalah yang masih mencuci pakaiannya yang sebenarnya sudah bersih. Seperti yang diharapkan oleh gadis itu, maka orang bongkok itu telah datang mendekatinya. Wajahnya yang kusam itu nampak lunak karena senyumnya. "Kawan-kawanmu sudah selesai" berkata Ki Pandi. "Aku belum, kek. Cucianku banyak sekali," jawab gadis itu. Ki Pandi tertawa pendek. Katanya "Aku tahu, kau sudah selesai mencuci. Karena itu, berpakaianlah lebih rapi." "Kenapa?" wajah gadis itu tiba-tiba menjadi merah. "Aku tidak datang sendiri. Aku datang bersama kedua orang, cucuku yang ingin melihat-lihat daerah ini." "O" gadis itu memang merapikan pakaiannya yang belum mapan. "Jangan takut. Kedua cucuku dan aku sendiri ingin berbicara tentang kepercayaan yang berkembang di http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ padukuhanmu. Tetapi jangan cemas. Kami tidak akan berbicara tentang korban-korban yang diserahkan." Gadis itu mengerutkan dahinya. Namun, laki-laki bongkok itu rasa-rasanya mengerti perasaannya yang sebenarnya ingin menolak upacara yang sering diselenggarakan di padukuhannya. Karena itu, maka gadis itu mengangguk. Tetapi iapun kemudian berkata "tetapi aku tidak dapat berlama-lama disini. Kawan-kawanku sudah pulang. Ibu akan bertanya kepada mereka, kenapa aku tinggal." "Baiklah. Aku akan memanggil kedua orang cucuku" Gadis itu menunduk dalam-dalam. Wajahnya terasa panas ketika Manggada dan Laksana berdiri beberapa langkah disebelahnya. Di padukuhannya juga ada beberapa orang anak muda. Ketika gadis itu masih remaja, maka iapun sering bermain-main dengan anak-anak laki-laki yang sebaya. Tetapi setelah ia menginjak dewasa, maka pergaulannya dengan anak-anak muda menjadi semakin terbatas. Ketika kepercayaan hitam yang terdahulu berkembang, ia masih dapat bermain bersama di halaman jika bulan terang. Hanya saat buian purnama penuh, beberapa orang tua pergi ke upacara. Sedangkan sehari-hari, masa remajanya tidak begitu terpengaruh oleh kepercayaan yang sedang berkembang itu. Namun ketika ia sudah mulai disebut seorang gadis, maka ia mulai mendapat batasan-batasan bergerak. Bukan saja karena ia dijauhkan dari anak-anak muda. Tetapi dalam keadaan yang memaksa, tiba-tiba saja seorang gadis dapat hilang dari lingkungannya. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Gadis itu tidak banyak mengetahui, apa yang telah terjadi. Namun baru kemudian ia menyadari, bahwa ilmu hitam dibawah pengaruh Panembahan Lebdagati, didalam upacaraupacara besarnya telah mengorbankan gadis-gadis. Gadisgadis yang diambil dan dibeli dari seberang hutan Jatimalang. Tetapi jika gadis itu tidak didapatkannya, maka gadis dari lereng Gunung Lawu dibelakang hutan Jatimalang itu dapat saja tiba-tiba hilang. Memang mengerikan, tetapi ia tidak pernah mengetahui apa yang terjadi. Sedang apa yang dialaminya sekarang, membuat jiwanya tersiksa. Bersama orang-orang sepadukuhan, gadis itu harus pergi ke upacara. Ia harus menyaksikan, bagaimana seekor anak binatang diletakkan diatas seonggok kayu kering dan kemudian dinyalakan. Anak binatang itu berteriak-teriak kesakitan. Tetapi api itu sama sekali tidak mengenal belas kasihan. Bahkan orang-orang yang melakukan upacara itu juga tidak mengenal belas kasihan. Semua orang yang ada di lingkungan upacara itu seakan-akan telah kehilangan perasaannya. Untuk beberapa saat lamanya Manggada, Laksana dan Ki Pandi bercakap-cakap dengan gadis itu. Tetapi sikap gadis itu menjadi jauh berbeda dengan sikapnya terhadap Ki Pandi. Wajahnya selalu menunduk dan kata-katanya hampir tidak dapat didengar. Tetapi gadis itu sempat berkata "Didalam lingkungan upacara, maka segala keterbatasan pergaulan itu dilupakan." "Maksudmu?" bertanya Ki Pandi. Gadis itu bdak menjawab. Tetapi ia berusaha untuk Mentari Senja Seri Arya Manggada V Karya Sh Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo menyembunyikan wajahnya. Gadis itu berpaling. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Dipandanginya air sungai yang mengalir gemericik dibawah kakinya yang berpijak pada bebatuan. Beberapa lembar daun kering hanyut mengikuti aliran sungai. "Sudahlah, kek" berkata gadis itu kemudian "aku sudah terlalu lama ditinggalkan kawan-kawanku." Ki Pandi tidak menahannya. Namun ketika gadis itu beranjak dari tempatnya, Ki Pandi bertanya "Siapa namamu, ngger?" Gadis itu berpaling. Tetapi ia ragu. Apalagi ketika tatapan mata Laksana yang tajam seakan-akan menusuk sampai ke jantung. Namun gadis itu kemudian berkata "Namaku Delima, kek." Ki Pandi tersenyum. Katanya "Nama yang bagus, ngger." "Ketika ibu mengandung aku, ibu memang mengidam buah delima. Kemudian selain membeli delima, ayah juga menanam pohon delima di halaman rumahku. Sekarang pohon itu sudah berbuah." "Manis sekali" desis Laksana. Namun kemudian tergesagesa ia menyambung "Maksudku, buah delima yang benarbenar masak itu rasanya manis sekali." Wajah gadis itu terasa panas sesaat. Namun kemudian iapun meninggalkan tepian itu. Beberapa langkah kemudian Ki Pandi menyusul ketika Laksana berbisik "Dimana rumahnya, Ki Pandi." "Ngger, apakah angger tidak berkeberatan jika aku datang menemui orang tuamu untuk berbicara tentang upacaraupacara yang mengerikan itu?" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Ayah merupakan salah seorang pendukung kuatnya, kek. Juga paman-pamanku. Bahkan seorang diantara kakak ayahku berada di padepokan itu." "Apakah ia sering pulang ke padukuhan?" bertanya Ki Pandi. "Sering, kek. Tetapi waktunya tidak tentu,"-jawab gadis itu. "Baiklah. Aku akan mengunjungi rumahmu. Tetapi dimana rumahmu itu?" "Rumahku berseberangan dengan banjar padukuhan, kek. Tetapi jika kakek pergi kesana. jangan katakan, bahwa kita pernah berbicara tentang kepercayaan itu." "Baiklah" Ki Pandi mengangguk-angguk "aku akan menjaga, agar kau tidak mengalami kesulitan karena pembicaraan ini. Delimapun segera melangkah pergi. Manggada sambil menggamit Laksana berkata "Nah, rumahnya didepan banjar. Kapan kau akan kesana?" "Ah, kau. Bukankah wajar bertanya rumah seseorang yang baru dikenalnya?" jawab Laksana. "Tentu. Apakah aku tadi mengatakan tidak wajar?" "Kau selalu begitu" desis Laksana. Manggada tertawa. Namun kemudian ia bertanya "Laksana, yang manakah yang lebih cantik. Winih atau Delima." Laksanapun tetawa. Tetapi ia tidak menjawab. Demikianlah, Ki Pandi telah mengajak Manggada dan Laksana meninggalkan tempat itu. Dari kejauhan mereka melihat bangunan khusus yang dipergunakan untuk upacara menyerahkan torban. Tetapi mereka tidak mendekat. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Malam itu, dirumah Ki Ajar Anggara, beberapa orang sedang berbincang. Pada umumnya, mereka ingin berhubungan dengan isi padepokan itu. "Jika kita berhasil berhubungan dengan mereka, maka kita akan mengetahui, siapakah mereka itu. Dengan demikian, maka kita akan dapat menentukan langkah lebih jauh." "Tetapi kita jangan bersikap bermusuhan" berkata Ki Ajar "jika kita bersikap bermusuhan, maka segala-galanya leniu sudah tetutup." "Ya" desis Ki Lemah Teles "kita harus bersikap bersahabat. "Kita tidak boleh dengan serta-merta menantang perang tanding dengan pemimpin padepokan itu." berkata Ki Sambi Pitu . Ki Jagaprana termangu-mangu sejenak. Namun kemudian ia-pun tertawa. Ki Ajar memang terlambat pula tertawa. Namun Ki Lemah Teles berkata "Apa pedulimu" Semua orang akan aku tantang sampai pada satu saat ada orang yang mampu membunuhku." "Ada banyak orang yang dapat membunuhmu. Tetapi orang-orang itu menaruh belas kasihan kepadamu, justru karena kau kehilangan akal seperti itu." "He?" wajah KiLemah Teles berkerut. Dengan nada dalam ia justru bertanya "Apakah aku memang pantas dikasihani?" "Tidak. Memang tidak" sahut Ki Ajar Pangukan. Ki Lemah Teles bersungut-sungut. Tetapi kemudian iapun menarik nafas dalam-dalam. Dalam pada itu, orang-orang tua itupun kemudian telah memutuskan untuk mulai berhubungan dengan orang-orang padepokan itu dengan cara apapun. Dengan demikian, maka http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mereka akan dapat mengetahui, apakah isi dari padepokan itu. Yang paling baik dipergunakan sebagai alasan adalah, bahwa mereka ingin mendapatkan hasil bumi atau hasil kerajinan tangan di daerah ini untuk dibawa ke Pajang. Mereka harus menganggap bahwa di daerah yang semula tertutup ini tentu terdapat banyak sekali jenis pekerjaan tangan. Sebenarnyalah, Ki Sambi Pitu dan Ki Lemah Teles kemudian mempersiapkan kuda-kuda mereka. Meskipun letak padepokan itu tidak jauh sekali dari tempat tinggal Ki Ajar yang tersembunyi, tetapi berkuda mereka akan nampak lebih mapan. Dikeesokan harinya dua orang berkuda telah meninggalkan halaman rumah Ki Ajar Pangukan. Mereka harus menyusup melalui jalan yang khusus. Sedikit melingkar-lingkar untuk dapat keluar dari tempat yang tersembunyi itu. Baru kemudian mereka turun ke jalan dan melarikan kuda mereka memanjat kaki Gunung Lawu. Keduanya telah sepakat untuk mengaku sebagai pedagang yang mencari barang dagangan di daerah yang semula dipisahkan oleh hutan Jatimalang itu. Keduanya dengan tekad bulat menuju ke sebuah padepokan yang tidak mereka kenal sebelumnya, padepokan yang seakan-akan berdin dibelakang kabut sehingga yang nampak hanyalah bayangannya saja. Ki Sambi Pitu dan Ki Lemah Teles memang sudah bertekad untuk melihat apa yang ada didalam padepokan itu. Mereka dengan tabah akan menghadapi segala kemungkinan yang dapat terjadi. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Mungkin kita akan ditangkap dan dibantai didalam padepokan yang berisi orang-orang dari aliran hitam itu." berkata Ki Lemah Teles. "Atau kita akan diserahkan sebagai korban kepada iblis sebagaimana anak binatang yang diletakkan dialas seonggok kayu kering dan kemudian mereka nyalakan, sehingga kita akan terbakar hidup-hidup." sahut Ki Sambi Pitu. Ki Lemah Teles tertawa. Katanya "Tetapi sebelumnya kita tentu akan dipelihara sebaik-baiknya sampai saatnya purnama naik. Bukankah korban itu hanya diberikan setiap bulan purnama penuh." Ki Sambi Pitupun tertawa. Katanya "Bukankah itu lebih baik daripada kita saling membunuh diantara kita sendiri" Jika kita mati dipadepokan orang berilmu hitam itu, rasa-rasanya kematian kita ada juga gunanya, meskipun hanya sedikit?" Ki Lemah Teles segera memotongnya "Cukup. Cukup. Kau hanya akan mengatakan bahwa aku telah melakukan kesalahan dan bahkan pantas dikasihani. Tetapi jangan mengira bahwa kelak aku mengurungkan tantanganku untuk berperang tanding. Bukan hanya kau, tetapi orang-orang yang telah membuat hidupku kesepian." Tetapi Ki Sambi Pitu tertawa pula. Katanya "Apakah kita masih akan dapat keluar dari padepokan itu?" Ki Lemah Teles termangu-mangu sejenak. Namun katanya kemudian "Aku akan menantang pemimpin padepokan itu untuk berperang tanding. Orang itu harus tahu, siapakah Ki Lemah Teles." "Bukankah kita tidak akan menunjukkan sikap permusuhan?" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Kita memang tidak. Tetapi jika mereka memaksakan permusuhan itu, apa boleh buat." Ki Sambi Pitu tidak menjawab. Sementara itu, keduanya menjadi semakin dekat dengan padepokan yang belum mereka kenal itu. Sejak hutan Jatimalang dibuka, maka orang-orang yang belum dikenal, memang sering melintasi jalan-jalan di kaki Gunung Lawu itu. Hubungan antara dua lingkungan sebelah menyebelah hutan Jatimalang itu berjalan semakin lama semakin ramai. Namun perkembangan ilmu hitam itu membuat beberapa daerah yang terpengaruh, menjadi agak tertutup kembali. Tetapi ketika dua orang berkuda lewat di jalan-jalan pedukuhan, orang-orang yang melihat mereka tidak terlalu banyak memperhatikan. Mereka memang sudah mengira bahwa kedua orang itu adalah orang-orang yang ingin melihat-lihat lingkungan dibelakang hutan Jatimalang sebagaimana sering terjadi sebelumnya. Ki Sambi Pitu dan Ki Lemah Telespun memanjat terus menuju ke padepokan dari sebuah perguruan yang melandasi ajarannya dengan ilmu hitam. Beberapa saat kemudian, maka Ki Sambi Pitu dan Ki Lemah Teles itupun menjadi semakin dekat dengan padepokan yarig mereka tuju. Mereka telah berada di jalan yang langsung menuju ke pintu gerbang padepokan yang berdinding kayukayu utuh bulat yang dirangkai berjajar rapat. "Sebuah padepokan yang terhitung besar" desis Ki Sambi Pitu. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Bukan besar. Yang jelas kita lihat, padepokan ini cukup luas. Agaknya didalamnya terdapat bangunan-bangunan besar dan kecil bagi para.penghuninya" sahut Ki Lemah Teles. Ki Sambi Pitu termangu-mangu sejenak. Namun kemudian "Marilah. Kita sudah bertekad untuk masuk kedalamnya." Demikianlah, kedua orang irupun langsung melarikan kudanya ke pintu regol padepokan yang tertutup. Ki Sambi Pitu dan Ki Lemah Teles menghentikan kuda mereka didepan regol. Mereka melihat pada pintu regol, sebuah lubang yang kemudian telah dibuka dari dalam. Dari lubang itu, Ki Sambi Pitu dan Ki Lemah Teles melihat wajah seseorang yang nampaknya memang garang sekali. Seorang yang bermata tajam dan berkumis tebal. Ki Sambi Pitu yang tepat berada di muka lubang itupun mengangguk sambil tersenyum. Katanya "Selamat pagi Ki Sanak." Orang yang berada dibelakang pintu itu bertanya dengan nada berat "Siapakah kalian dan untuk apa kalian kemari?" "Kami datang dari seberang hutan Jatimalang, Ki Sanak. Kami ingin berkenalan dengan penghuni padepokan ini." jawab Ki Sambi Pitu. Wajah orang itu nampak berkerut. Dipandanginya Ki Sambi Pitu dan Ki Lemah Teles berganti-ganti. Namun kemudian katanya "Pergilah. Kami tidak memerlukan kalian." "Mungkin kalian memang tidak memerlukan kami, Ki sanak. Mungkin kamilah yang memerlukan kalian." jawab Ki Sambi Pitu. "Itu urusan kalian." sahut orang itu "tetapi pergilah." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Maaf Ki Sanak. Kami ingin berbicara serba sedikit. Mungkin kita dapat membuat hubungan yang saling menguntungkan" berkata Ki Sambi Pitu. "Tidak" jawab orang itu. "Kami tidak membuat hubungan dengan siapapun yang belum kami kenal." "Kita dapat memperkenalkan diri" jawab Ki Sambi Pitu. Tetapi orang itu justru membentak "Cukup. Pergilah, atau kami akan mengusir kalian." Ki Sambi Pitu dan Ki Lemah Teles saling berpandangan sejenak. Namun Ki Lemah Teleslah yang kemudian berkata "Bagaimana kalau kita mencoba untuk berbicara dan menjajagi segala kemungkinan?" "Sudahlah. Pergilah. Aku menjadi muak melihat wajah kalian berdua." Ki Sambi Pitu dan Ki Lemah Teles menjadi kehilangan harapan. Meskipun demikian, keduanya tidak segera pergi sehingga orang dibelakang pintu gerbang itu memoantak "Cepat, pergi, apalagi yang kalian tunggu?" Ketika keduanya benar-benar akan meninggalkan tempat itu, maka tiba-tiba saja terdengar suara didalam "Ada apa?" "Dua orang yang ingin masuk ke padepokan ini, Kiai." Mentari Senja Seri Arya Manggada V Karya Sh Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Untuk apa?" bertanaya suara itu. "Tidak jelas. Mereka hanya menyebutkan, ingin membuat hubungan dengan kita disini." "Hubungan apa?" bertanya suara itu. "Juga tidak jelas" jawab orang yang berkumis tebal itu. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Namun Ki Sambi Pitu mempergunakan kesempatan itu. Katanya hampir berteriak "Kami ingin membuat hubungan yang saling menguntungkan kedua belah pihak." Sejenak suasana menjadi hening. Namun tiba-tiba terdengar suara "Buka pintu gerbangnya. Biarlah dua orang itu masuk." Orang yang wajahnya nampak dari lubang pintu gerbang yang masih terbuka itu nampak ragu-ragu. Tetapi suara didalam itu berkata sekali lagi "Buka pintu gerbang. Aku ingin bertemu dengan mereka." Tidak terdengar jawaban. Namun sejenak kemudian, terdengar selarak pintu yang berat itu terangkat. Kemudian, perlahan-lahan pintu itupun terbuka. Ki Sambi Pilu daii Ki Lemah Teles terkejut. Ternyata dibelakang pintu itu berdiri beberapa orang yang bersenjata telanjang. Kemudian seorang lagi yang berdiri terpisah. Pakaiannya nampaknya agak berbeda dengan yang iain. Warna pakaiannya lebih cerah dan penampilannyapun nampak lebih rapi dan bersih. Meskipun demikian laki-laki itu nampak tidak muda lagi meskipun belum setua Ki Sambi Pitu dan Ki Lemah Teles. "Marilah Ki Sanak" berkata orang itu sambil tersenyum "aku merasa mendapat kehormatan, karena Ki Sanak bersedia singgah di padepokan yang tidak berarti ini." "Terima kasih atas perkenan Ki Sanak, menerima kami berdua" jawab Ki Sambi Pitu. Orang yang berpakaian rapi itupun kemudian telah mempersilahkan Ki Sambi Pitu dan Ki Lemah Teles untuk naik ke-pendapa. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Dengan ramah orang berpakaian rapi itupun kemudian telah mengucapkan selamat datang kepada kedua orang tamunya. "Kami jarang sekali mendapat kunjungan orang lain" berkata orang berpakaian rapi itu "sehingga karena itu, maka orang-orangku menjadi sulit untuk bergaul. Tetapi kunjungan kalian berdua akan membuka kemungkinan-kemungkinan baru bagi padepokan kami." "Kami mengucapkan terima kasih atas penerimaan yang sangat baik ini" berkata Ki Lemah teles kemudian. "Tetapi, jika aku boleh mengetahui, apakah keperluan Ki Sanak berdua ini sebenarnya?" bertanya orang itu. "Sudah aku katakan, kami sebenarnya sedang mencari hubungan dagang dengan penghuni dibelakang hutan Jatimalang ini." "Di belakang" Kemana sebenarnya hutan itu menghadap?" bertanya orang berpakaian rapi itu. "Maksudku, mereka yang tinggal di kaki Gunung Lawu yang dibatasi oleh hutan Jatimalang. Maaf, orang-orang diseberang hutan itu menyebut daerah ini, dibelakang hutan Jatimalang." Orang itu tertawa. Katanya "Sebenarnya bagi kami memang tidak ada bedanya. Sebutan apapun dapat kami terima asal sebutan itu menunjuk dengan jelas." orang itu berhenti http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ sejenak, lalu "dagang apakah yang Ki Sanak jalankan sekarang?" "Apa saja" jawab Ki Sambi Pitu "tetapi yang terutama adalah hasil bumi dan kerajinan tangan. Aku dengar didaerah ini terdapat kelebihan bahar, pangan padi, jagung dan ketan. Tetapi kami juga ingin membeli gerabah dalam jumlah yang besar." Orang itu tertawa pendek. Katanya "Jika demikian, kenapa kalian pergi ke sebuah padepokan?" "Biasanya padepokan mempunyai tanah yang luas digarap oleh para cantrik, sehingga kadang-kadang hasilnya cukup melimpah dan berlebihan. Demikian pula para cantrik sering membuat benda-benda lain yang menjadi kebutuhan seharihari apapun ujudnya Mungkin oarang-barang kerajinan dari bambu atau aari kayu atau gerabah atau apapun." Orang yang berpakaian rapi itu ternyata seorang yang berhati terbuka. Ia banyak tertawa dan mengatakan apa yang dipikirkan. "Ki Sanak berdua" berkata orang itu kemudian "aku tidak yakin kalian benar-benar seorang pedagang. Mungkin kalian berdua sedang bertualang, tetapi mungkin pula kalian memang ingin melihat apakah yang ada dibelakang dinding padepokan ini. Tetapi itu bukan soal bagi kami, selama kalian tidak mengganggu semua kegiatan yang kami lakukan." Ki Sambi Pitu dan Ki Lemah Teles saling berpandangan sejenak. Namun kemudian Ki Lemah Teles itupun berkata "Ki Sanak. Kami benar-benar pedagang yang sedang mencari lubang-lubang kemungkinan untuk membuka jalur perdagangan. Kami sedang menjajagi, apa yang dapat kami bawa dari daerah ini ke seberang hutan Jatimalang dan http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ sebaliknya apa yang dapat kami bawa dari seberang hutan itu kedaerah ini." Orang itu masih saja tertawa. Namun tiba-tiba ia bertanya "Siapakah nama kalian berdua"." "Namaku Sambi Pitu dan saudaraku ini dipanggil Ki Lemah Teles." "Ki Sambi Pitu dan Ki Lemah Teles "orang itu mengulang "nama yang baik." "Tetapi kami juga belum mengetahui nama Ki Sanak" desis Ki Sambi Pitu. "Namaku Gandawira. Tetapi orang lebih senang memanggilku Kiai Banyu Bening" Ki Sambi Pitu dan Ki Lemah Teles mengangguk-angguk. Namun tiba-tiba Ki Lemah Teles bertanya "Jadi, menurut Kiai, bagaimana sebaiknya kami memanggil" Kiai Gandawira atau Kiai Banyu Bening?" Orang itu tertawa pula. Katanya "Terserah Ki Sanak. Tetapi murid-muirdku di padepokan ini memanggilku Kiai Banyu Bening. Bahkan orang-orang disekitar padepokan ini juga memanggilku Kiai Banyu Bening." "Maksud Kiai, orang-orang disekitar padepokan ini juga berguru kepada Kiai?" "Ya. Tetapi itu terjadi begitu saja. Maksudku, bukan akulah yang memaksa mereka untuk mengikut aku, tetapi mereka sendiri berniat demikian." Ki Sambi Pitu dan Ki Lemah Teles itupun menganggukangguk pula. Sementara Kiai Banyu Bening itupun berkata "Nah Ki Sanak. Kalian telah melihat isi padepokan kami. Tetapi http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ jika kalian benar-benar berdagang, tidak ada yang dapat kami perdagangan disini." "Maksudku, jika kami tidak dapat membeli hasil bumi atau hasil kerajinan, kami dapat menawarkan barang-barang yang dibutuhkan oleh padepokan ini" Mislanya alat-alat pertanian atau barang-barang yang terbuat dari besi dan baja lainnya. Senjata misalnya." Kiai Banyu Bening mengerutkan dahinya. Namun kemudian ia menggeleng. Katanya "Sampai sekarang, kami dapat mencukupi kebutuhan kami sendiri. Tetapi aku tidak tahu kelak, jika padepokan kami ini berkembang. Mungkin kami memerlukan beberapa jenis senjata. Meskipun demikian, kami tidak akan membeli dari kalian. Kami dapat mengirim orang langsung ke seberang hutan Jatimalang untuk menghubungi beberapa orang pande besi yang cakap. Dengan demikian, kami akan dapat membeli senjata dengan harga yang lebih murah. Jika kalian benar-benar pedagang, kalian tentu akan mengambil keuntungan sebanyak-banyaknya." "Tetapi Kiai Banyu Bening, sebaiknya kalian tidak membeli senjata kepada pande besi. Kiai Banyu Bening harus berhubungan dengan seorang Empu yang mampu membuat pusaka yang pantas bagi Kiai Banyu Bening dan murid-murid Kiai." Kiai Banyu Bening tertawa berkepanjangan. Katanya "Jangan ajari aku Ki Sambi Pitu dan Ki Lemah Teles. Aku memimpin padepokan bukannya baru sejak kemarin pagi. Tetapi sudah berpuluh tahun. Karena itu, aku tahu apa yang sebaiknya aku lakukan." Ki Sambi Pitu mengangguk-angguk. Sementara Ki Lemah Teles berkala "Maafkan Kiai. Kami hanya bermaksud agar dagangan kami dapat laku." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Nah, aku sudah memberi kesempatan kepada Ki Sanak berdua untuk memasuki padepokan kami. Nampaknya tidak ada lagi yang akan kita bicarakan kemudian. Kami akan mempersiiahkan Ki Sanak untuk meninggalkan padepokan ini." "Baiklah Kiai" jawab Ki Sambi Pitu "kami mohon diri." "Kesempatan seperti ini jarang sekali kami berikan kepada orang lain. Karena itu, kalian berdua tentu merasa beruntung dapat memasuki padepokan kami." "Ya, ya" jawab Ki Lemah Teles "Kami memang merasa sangat beruntung" "Nah, sekarang kami persilahkan kalian meninggalkan padepokan kami." Ki Sambi Pitu dan Ki Lemah Teles itupun kemudian telah turun dari pendapa. Namun ketika mereka berada di halaman, mereka terhenti sejenak. Mereka tertarik pada sebuah bangunan yang menarik. Seperti yang pernah mereka lihat di padukuhan, sebuah bangunan batu yang ditata dengan baik. Lebih baik dan lebih besar dari bangunan serupa yang terdapat di padukuhan-padukuhan itu. Dibagian atasnya datar, sedangkan di ampat sisinya terdapat tangga untuk naik. Disebelah bangunan itu terdapat bangunan lain yang lebih tinggi. Namun yang menarik, diatas bangunan batu yang lebih tinggi itu terdapat batu nisan kecil. Kiai Banyu Bening yang mengetahui bahwa kedua tamunya tertarik kepada kedua bangunan yang terbuat dari batu itu bertanya "Apakah kalian belum pernah melihat bangunan kecil seperti itu" "Belum Kiai" jawab Ki Sambi Pitu dan Ki Lemah Teles hampir berbareng. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Tetapi Kiai Banyu Bening itu menyahut "Kalian tentu sudah pernah melihat di sebuah padukuhan. Bangunan seperti itu, tetapi lebih kecil, terdapat di beberapa padukuhan. Biasanya ditempatkan diluar dinding padukuhan, dipagari cukup rapat, sehingga jika diselenggarakan upacara didalamnya, tidak akan terganggu oleh lingkungan diluarnya." Ki Sambi Pitu dan Ki Lemah Teles mengangguk-angguk. Namun tiba-tiba saja Ki Lemah Teles bertanya "Lalu apa yang dilakukan oleh orang-orang padukuhan itu dalam upacara tertutup itu?" Orang itu mengerutkan dahinya. Namun kemudian sebagaimana sejak semula, orang itu tertawa lagi. Katanya "Kau tidak akan mengetahui makna dari upacara yang kami lakukan karena kau tidak berpegang pada ilmu yang kami yakini." Ki Sambi Pitu dan Ki Lemah Teles masih menganggukangguk. Tetapi Ki Lemah Teles itu bertanya lagi "Lalu, apa artinya batu nisan kecil diatas bangunan yang agak tinggi itu?" Wajah orang itu tiba-tiba menjadi suram. Katanya dengan nada rendah "Itu adalah bangunan khusus yang sangat berarti bagiku pribadi. Yang dikuburkan dibawah bangunan itu adalah anakku. Anakku mati dalam keadaan yang sangat menyedihkan. Pada umur satu tahun, anakku mati terbakar." "O" Ki Sambi Pitu berdesis "Aku ikut berduka cita atas peristiwa itu. Tetapi bagaimana hal itu dapat terjadi?" "Serangan itu datang demikian tiba-tiba. Ketika aku sedang bertempur, musuh-musuhku yang licik itu telah membakar rumahku Rumahku terbakar seisinya termasuk anakku," "Bagaimana dengan ibunya?" bertanya Ki Lemah Tcles. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Kesuraman diwajah Kiai Banyu Bening itu tiba-tiba larut. Yang kemudian nampak diwajahnya adalah senyumnya. Katanya "Isteriku adalah perempuan gila. Yang datang membakar rumahku itu adaiah laki-laki yang membuatnya gila. Ia lari dengan laki-laki itu dengan meninggalkan bayinya yang belum genap setahun. Bahkan kemudian dengan tidak langsung, ia telah membunuh bayi itu dengan tangan laki-laki yang buas itu. Bayiku mati dalam nyala api. Aku masih sempat Mentari Senja Seri Arya Manggada V Karya Sh Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo mendengar bayi itu menangis meraung-raung. Namun kemudian aku sendiri menjadi pingsan. Lukaku arang kranjang. Bahkan laki-laki itu dan kawan-kawannya menyangka bahwa aku telah mati." Ki Sambi Pitu dan Ki Lemah Teles mengangguk-angguk kecil. Sementara Kiai Banyu Bening itu berkata selanjutnya "Waktu itu suara tangis bayiku itu bagaikan menarik nyawaku iewat ubun-ubunnya. Mengerikan sekali." orang itu berhenti sejenak, namun kemudian katanya sambil tertawa berkepanjangan, semakin lama semakin keras "tetapi sekarang suara tangis bayi yang terbakar itu bagiku bagaikan lagu yang sangat merdu yang terdengar bergema dilangit yang didendangkan oleh peri-peri yang sangat cantik sambil melambai-lambaikan tangannya turun Kelana Buana 15 Pendekar Naga Putih 02 Dedemit Bukit Iblis Kisah Pedang Di Sungai Es 2

Cari Blog Ini