Ceritasilat Novel Online

Mentari Senja 4

Mentari Senja Seri Arya Manggada V Karya Sh Mintardja Bagian 4 antara sisa kayu dan pecahan genting yang berserakan di bekas banjar itu berdiri, sementara malam seakan-akan menjadi semakin hitam. Orang-orang yang berada di halaman padukuhan itu termangu-mangu. Oncor di regol halaman banjar masih menyala, meskipun cahayanya tidak dapat menggapai seluruh halaman, juga tidak dapat menerangi sosok tubuh yang muncul dan dalam sisa-sisa kebakaran itu, meskipun disanasini masih nampak lidah api menyala meskipun hanya sejengkal. Juga masih ada kayu yang membara dan kerangka bambu yang meledak. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Orang-orang yang ada di halaman tiu merasa bulu-bulu tengkuk mereka meremang ketika mereka mendengar sosok yang hitam itu tertawa berkepanjangan. "He, orang-orang padukuhan yang dungu" Kenapa kalian percaya bahwa banjar kalian telah ditelan oleh murka Sang Maha api karena terhina oleh persembahan orang bongkok itu" Kalian mengira bahwa kuasa Sang Maha Api itu mengatasi segala-galanya, sehingga mampu menghukum kalian dengan menelan banjar itu" Semua itu omong kosong. Lihatlah dua orang yang terikat itu. Merekalah yang telah membakar banjar kalian atas perintah orang-orang dari padepokan. Mereka ingin meyakinkan kalian, betapa besar kuasa Sang Maha Api, sementara orang-orang itu sendiri tidak percaya akan kuasa Sang Maha Api itu sendiri. Lihat kedua orang itu. Apa yang telah mereka lakukan" Tanyakan kepada mereka, mereka tentu tidak dapat menjawab, karena mereka juga tidak tahu, tidak pernah merasa bersentuhan, apalagi bahwa Sang Maha Api itu menanggal didalam dirinya. Yang mereka tahu adalah, bahwa api itu panas. Sedangkan sinar matahari juga panas dan bersumber dari Maha Sumbernya di langit. Yang mereka tahu bahwa api itu memancarkan sinar sebagaimana bulan di iangit." Halaman itu telah dicengkam oleh ketegangan Sementara itu, kedua orang yang terikat itu menggeretakkan gigi mereka. Tetapi mereka tidak dapat berbuat apa-apa karena mereka masih terikat pada batang pepohonan. Dalam pada itu, sosok yang kehitam-hitaman itu masih berkata, "Sekarang kalian berhadapan dengan kenyataan. Tidak ada kuasa Sang Maha Api yang dapat murka karena orang bongkok itu telah menghinanya. Yang terjadi adalah dua orang itulah yang telah membakar banjar ini." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Orang-orang padukuhan itu semuanya telah memandang kedua orang yang terikat itu dengan penuh kebencian. Namun sosok yang hitam itu berkata pula, "Tetapi kalian jangan bertindak apa-apa. Kita justru harus melaporkannya. Jika kalian berbuat sesuatu atas kedua orang itu, maka seisi padepokan itu akan marah dan mendatangi kalian untuk membalas dendam. Karena itu, jangan kecewa bahwa orang yang membakar banjar padukuhanmu aku lepaskan. Keduanya telah melakukan tugas mereka dengan baik, membakar banjar padukuhan. Orang-orang padukuhan itu memang menjadi bimbang. Ia tidak tahu pasti maksud sosok yang tiba-tiba saja muncul dari reruntuhan banjar yang terbakar itu. Namun sosok itupun kemudian telah melangkah kearah kedua orang yang terikat itu sambil berkata, "Biarkih keduanya kembali ke padepokannya. Biarlah keduanya melaporkan kepada orang yang menyebut dirinya Banyu Bening tetapi tidak tahu artinya, bahwa orang-orang padukuhan itu sudah tahu, merekalah yang membakar banjar padukuhan. Sama sekali tidak ada hubungannya dengan setandan pisang yang disiapkan untuk persembahan dari orang bongkok itu." Tidak seorangpun yang berbicara di antara orang-orang yang ada di halaman banjar itu. Mereka merasa seakan-akan mereka berada didalam sanggar. Suasananya justru lebih mencekam ketika bayangan itu melangkah mendekati kedua orang yang terikat di batang pepohonan itu. Sejenak kemudian orang itu mencabut sebuah pisau kecil. Kemudian dengan pisau itu, ia telah memutuskan tali pengikat kedua orang itu. Adalah diluar dugaan, bahwa tiba-tiba seorang yang bertubuh gemuk telah menyerang orang yang melepaskan http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ talinya itu. Dengan cepat ia mengayunkan tangannya menghantam kearah kening. Tetapi orang itu sendirilah yang kemudian menjerit sambil meloncat surut. Ternyata tangannya sama sekali tidak menyentuh kening. Tetapi tangan itu telah menyambar tajamnya pisau di tangan orang yang telah memotong tali pengikatnya. Orang itu tertawa. Katanya "Bukan salahku. Jika kalian masih saja keras kepala, maka pisau ini akan menggorok leher kalian berdua." Orang itu memegangi tangannya yang berdarah. Tetapi ia tidak menjawab. "Nah, sekarang pergilah. Katakan kepada Banyu Bening yang tidak bening itu, bahwa kami akan tetap menentangnya sampai ia menyadari, bahwa yang dilakukan itu sama sekali tidak pantas. Ia merasa terpukul karena anaknya terbakar. Tetapi pada suatu saat ia akan merasa terhibur melihat bayibayi yang terbakar seperti anaknya. Sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan matahari dan bulan." Kedua orang itu termangu-mangu, sehingga orang yang semula muncul dari antara reruntuhan itu membentak mereka "Cepat, pergi atau aku akan mengambil keputusan lain." Keduanya pun kemudian dengan tergesa-gesa melangkah menjauhi orang yang melepaskan mereka itu. Sementara orang-orang padukuhan telah melihatnya. Namun ketika keduanya sampai di regol, seorang diantara keduanya berteriah, "Awas. Pada suatu saat aku akan kembali untuk membunuhmu. Kau akan mati di atas api persembahan. Tubuhmu akan hancur menjadi debu. Ingat besok jika purnama naik, maka kami benar-benar akan mengorbankan http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kau. Jika kau bersembunyi, maka salah seorang penghuni padukuhan ini akan kami korbankan. Demikian berturut-turut setiap purnama. Kecuali jika ada seorang bayi yang diserahkan." Tetapi demikian ia selesai berbicara dan melangkah untuk meninggalkan halaman banjar itu, sebuah pukulan yang keras telah mengenai mulutnya. Sambil meloncat surut dan bahkan hampir kehilangan keseimbangannya, orang itu mengaduh. Ternyata dua giginya telah tanggal dan darah mengalir dari sela-sela bibirnya. "Kau sudah dibebaskan. Tetapi mulutnya masih saja meneriakkan kegilaanmu." Kedua orang yang akan meninggalkan halaman itu tersentak. Dipandanginya orang yang berdiri di hadapannya. Karena orang itu membelakangi oncor di regol halaman, maka wajah orang itu tidak nampak jelas. "Kau sudah dibebaskan dan dapat kembali ke padepokan. Tetapi suaramu menyengat telinga. Sebenarnya aku ingin membunuhmu sekarang. Tetapi biarlah kau kembali kepada Kiai Banyu Bening untuk memberikan laporan lengkap tentang peristiwa yang terjadi disini. Juga tentang keberhasilanmu membakar banjar tepat pada waktu yang sudah diperhitungkan oleh kawan-kawanmu." Kedua urang itu tidak menyahut. Ketika mereka berpaling, mereka masih melihat orang yang melepaskannya itu berdiri di sebelah batang pohon itu. Ternyata ada beberapa orang-berilmu tinggi yang membayangi kekuatan padepokan mereka. "Nah," berkata orang yang telah memukul mulut salah seorang dari kedua orang itu hingga berdarah "sekarang http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ pergilah. Beritahukan kepada Banyu Bening, bahwa kami akan tetap membayanginya sampai ia menyadari, bahwa ia tidak dapat melontarkan dendamnya kepada bayi diseluruh permukaan bumi ini." Kedua orang itu masih berdiri mematung. Namun orang yang telah memukulnya itu berkata lagi, "pergilah. Kesempatan bagi kalian masih terbuka." Kedua orang itupun kemudian telah beringsut perlahanlahan. Namun kemudian keduanya seakan-akan telah meloncat dan berjalan dengan cepat meninggalkan regol banjar padukuhan itu. Dalam pada itu, orang yang telah memutus tali yang mengikat kedua orang yang membakar banjar itu berkata kepada orang-orang yang berada di halaman, "Sekarang, pulanglah. Pesanku, jangan dengan serta-merta menentang orang-orang dari padepokan itu. Tetapi kalian sudah mengetahui, bahwa mereka telah berusaha memperbodoh kalian. Orang yang bernama Kiai Banyu Bening itu telah kehilangan anak bayinya yang terbakar. Ia merasa terpukul oleh peristiwa itu. Tetapi kami belum tahu pasti, siapakah yang telah bersalah atas kematian bayi itu. Mungkin justru Kiai Banyu Bening sendiri. Dan ia berusaha menimpakan kesalahannya kepada orang lain." Orang-orang yang berada di halaman itu memang telah tersentuh hatinya. Tetapi mereka menyadari, bahwa menentang orang-orang padepokan akan berarti hancurnya padukuhan mereka. Demikianlah, maka satu-satu mereka telah keluar dari regol halaman banjar padukuhan yang telah menjadi abu. Di beberapa bagian api masih nampak menyala. Tetapi sudah menjadi semakin kecil. Masih ada pula bara yang merah http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ diantara setumpuk reruntuhan. Namun sudah tidak banyak berarti lagi. Sebuah kentungan yang menjadi kebanggaan padukuhan itu, karena besarnya dan bunyinya yang mendengung seperti gema yang menyusuri lembah di antara bukit-bukit, telah ikut menjadi abu pula. Malam itu setiap keluarga telah membicarakan banjar mereka yang terbakar. Satu dua diantara mereka telah membicarakan pula orang-orang yang disebut membakar banjar itu. "Siapakah sebenarnya orang bongkok itu?" desis Ki Krawangan yang duduk bersama keluarganya, "ternyata kedatangannya di p adukuhan ini bukan sekedar kelaparan dan kehausan." Delima mengangguk-angguk. Tetapi ia sama sekali tidak menyahut. Yang kemudian berbicara adalah Nyi Krawangan, "Orang bongkok itu agaknya membawa pesan yang lebih berarti bagi para penghuni padukuhan ini." Ki Krawangan mengangguk-angguk. Namun kemudian katanya "Aku tidak tahu, bagaimana sikap kakang terhadap peristiwa yang baru saja terjadi di sanggar dan di banjar. Dua peristiwa yang memang saling berhubungan. Jika benar kedua orang itu membakar banjar, maka segala sesorah orang-orang padepokan itu adalah omong kosong." "Apalagi menilik keterangan orang yang tidak dikenal itu. Kiai Banyu Bening, eh, jabang bayi, aku telah menyebut namanya, orang yang dibayangi oleh dendam karena kematian bayinya itu, ingin melihat orang lain juga mengalami sebagaimana dialaminya. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Jika demikian, ia adalah orang yang perlu dikasihaninya," desis Ki Krawangan. Nyi Krawangan termangu-mangu sejenak. Dipandanginya anak perempuannya. Delima memang menjadi gelisah, tetapi ia tetap berdiam diri. Namun peristiwa yang terjadi di sanggar itu nampaknya akan menjauhkan orang bongkok dan dua orang cucunya itu dari padukuhannya, karena orang-orang padukuhan ini telah mengenalnya. Delima tidak dapat membayangkan tanggapan orang-orang dipadukuhannya terhadap Ki Pandi. Apakah mereka menjadi marah, merasa terhina, atau justru seperti ayah dan ibunya, yang nampaknya mempunyai sikap tersendiri terhadap orang bongkok itu. Dalam pada itu, maka Ki Krawangan pun kemudian berkata, "Sudahlah. Kita akan tidur. Kita akan melihat perkembangan keadaan esok pagi." Tetapi Nyi Krawangan agaknya justru merasa cemas. Karena itu, iapun bertanya kepada suaminya, "Apakah orangorang padepokan itu dapat menuduh kita terlibat dalam persoalan ini" Maksudku, apakah orang-orang padepokan menganggap bahwa kita telah menjadi jembatan kehadiran orang bongkok dan kawan-kawannya di padukuhan ini karena orang bongkok itu pernah berada dirumah ini?" Ki Krawangan menarik nafas dalam-dalam. Katanya "Entahlah Nyi. Tetapi mudah-mudahan tidak. Karena itu, aku berharap besok kakang datang kemari. Aku ingin berbicara dengan kakang." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Nyi Krawangan pun mengangguk-angguk. Namun ia pun kemudian berkata kepada Delima dan Kenanga, "Sudahlah. Hari telah larut. Sebaiknya kita pergi tidur saja." Ketika kemudian Nyi Krawangan, Delima dan Kenanga sudah berbaring didalam biliknya, Ki Krawangan masih duduk di ruang tengah. Sebuah mangkuk berisi wedang jahe telah Mentari Senja Seri Arya Manggada V Karya Sh Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo dihirupnya beberapa kali. Bagaimanapun juga Ki Krawangan juga menjadi gelisah. Orang-orang dari padepokan Kiai Banyu Bening itu memang dapat menuduhnya bahwa ia telah berhubungan sebelumnya dengan orang bongkok itu. Kakaknya memang pernah memberitahukannya dan bahkan para cantrik pernah datang pula kepadanya. Baru menjelang dini, Ki Krawangan itu sempat tidur beberapa saat. Ketika fajar menyingsing, Ki Krawangan telah terbangun. Ia minta agar isterinya tidak pergi ke pasar atau ke mana-mana. "Ada apa kakang?" bertanya Nyi Krawangan. "Apapun yang terjadi, kita ada dirumah." Nyi Krawangan mengangguk. Katanya "Baiklah. Biarlah Delima mencuci di sumur saja nanti." Tetapi ketika kemudian matahari terbit, Delima telah mengumpulkan cuciannya di dalam bakul yang selalu dibawanya mencuci ke sungai. "Delima," berkata ibunya "kau nanti tidak usah pergi ke sungai. Kau cuci saja pakaian kotor itu di sumur." "Kenapa" " bertanya Delima. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Kau tahu bahwa baru semalam terjadi keributan. Banjar kita masih berasap. Kita tidak tahu apakah orang-orang dari padepokan semalam ada yang menjadi korban. Maksudku, terbunuh. Karena itu, maka sebaiknya kita berkumpul saja dirumah. Mungkin pamanmu akan datang memberikan penjelasan, apakah keluarga kita dianggap terlibat atau tidak." Delima termangu-mangu sejenak. Tetapi rasa-rasanya ia ingin pergi ke sungai, justru karena semalam terjadi keributan. Apakah orang bongkok itu masih datang atau benar-benar menjauhkan dirinya dari padukuhan ini. Karena itu, maka Delima itupun berkata "Tetapi mencuci di sungai lebih bersih ibu. Lagi pula aku tidak usah menimba air." "Tetapi suasananya tidak menguntungkan Delima. Sebaiknya kau tetap dirumah. Jika terjadi sesuatu di padukuhan ini karena peristiwa yang terjadi semalam, kita sudah berkumpul di rumah." Delima menjadi kecewa. Tetapi ia memang menjadi cemas bahwa sesuatu akan terjadi di padukuhan itu sebagaimana dikatakan oleh ibunya. Bahkan mungkin sesuatu akan terjadi pada keluarganya, karena kecurigaan orang-orang dari padepokan Kiai Banyu Bening terhadap keluarganya. Orangorang dari padepokan itu dapat menganggap bahwa keluarganya merupakan jembatan kehadiran orang bongkok itu di padukuhan. Karena itu, maka Delima pun memutuskan untuk tidak pergi ke sungai hari iiu. Ia akan mencuci di sumur. Tetapi Delima itu pun kemudian berkata kepada adiknya, "Kau harus membantu aku menimba air." "Aku membantu menggosok dengan lerak saja," jawab Kenanga. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Kau tidak boleh malas." "Aku sudah mencuci mangkuk." "Sudahlah," ibunya memotong, "bukankah ayahmu sudah mengisi jambangan sampai penuh. Nanti ayahmu akan mengisinya lagi." "Bukan karena jambangan penuh ibu. Tetapi Kenanga tidak boleh bermalas-malasan saja. Ia menjadi semakin tumbuh dan menjadi besar. Ia tidak boleh selalu bermanja-manja." "Delima, kau kenapa sebenarnya" Bukankah kau tidak pernah berkata demikian?" Delima termangu-mangu sejenak. Namun ia tidak menjawab lagi. Dipugutnya bakul yang berisi pakaian-pakaian kotor itu dan dibawanya ke sumur. Sambil berjalan ia melihat adiknya mengusap matanya yang basah. Sambil melangkah Delima berdesis perlahan yang hanya dapat didengarnya sendiri, "Anak manja yang cengeng." Tetapi ketika ia mulai duduk di atas dingklik kayu setelah merendam pakaian-pakaian yang kotor itu, hatinya menjadi luluh melihat Kenanga melangkah mendekatinya sambil berusaha menghapus air matanya. "Biar aku menimba air kak" " suaranya agak serak. Delima memandang adiknya yang berdiri termangu-mangu. Namun katanya" Sudahlah Kenanga. Jambangan itu sudah penuh. Ayah sudah mengisinya." "Tetapi kak Delima marah" berkata adiknya. "Tidak. Aku tidak marah Kenanga." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Kenanga masih ragu. Selangkah ia mendekat, sementara Delima berkata, "marilah. Bantu aku menggosok dengan lerak!" Kenanga pun kemudian berjongkok di sebelah Delima. Dicobanya untuk membantu mencuci pakaian-pakaian yang kotor itu. Dalam pada itu, Delima sempat merenungi dirinya sendiri. Kenapa tiba-tiba saja ia menjadi kesal. Namun akhirnya Delima menyadari bahwa ia menjadi kecewa karena ia tidak dapat pergi ke sungai untuk bertemu dan berbicara dengan orang bongkok itu. Tetapi ia telah menimpakan kekesalannya itu kepada adiknya. Dalam pada itu, Ki Krawangan yang duduk di ruang dalam masih saja merasa gelisah. Nyi Krawangan yang sibuk di dapur, sempat melupakan kegelisahannya sejenak, justru karena kesibukannya. Ketika matahari menjadi semakin tinggi, maka Ki Krawangan bergegas menyongsong kakaknya yang benarbenar telah datang ke rumahnya. Dipersilahkannya kakaknya itu duduk didalam. Rasa-rasanya Ki Krawangan tidak sabar menunggu, apa yang akan dikatakan oleh kakaknya itu. "Krawangan," berkata kakaknya "beberapa orang kawanku memang mempertanyakan hubunganmu dengan orang bongkok itu." "Tetapi kakang tahu, bahwa aku tidak mempunyai hubungan apa-apa." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Ya. Para cantrik yang kemarin ada disini itu juga mengatakan bahwa kau tidak mempunyai hubungan apa-apa." kakaknya itu termangu-mangu sejenak. Namun kemudian katanya "Tetapi sekarang yang ada hanya aku, Krawangan. Aku ingin kau berkata dengan jujur. Apakah sebenarnya kau mempunyai hubungan atau tidak." Sementara itu Delima yang diberitahu oleh ibunya, bahwa pamannya telah datang, berkata kepada adiknya, "Kau tunggu cucian ini Kenanga. Jika kau dapat membantu, lakukanlah. Tetapi jika kau merasa lelah, tunggui sajalah disini." Kenanga yang masih dibayangi oleh kemarahan kakaknya tidak berani membantah. Sambil mengangguk Kenanga menyahut "Baik, kak. Tetapi jangan lama-lama." "Tidak. Aku tidak akan menunggui pembicaraan ayah dan paman sampai selesai." Bersama ibunya, maka Delima pun kemudian masuk ke dalam. Tetapi keduanya tidak menemui pamannya. Keduanya berusaha mendengarkan pembicaraan Ki Krawangan dengan kakaknya yang menjadi salah seorang penghuni padepokan Kiai Banyu Bening dari balik dinding. Dalam pada itu, Krawangan berusaha menjelaskan sekali lagi, kenapa orang bongkok itu pernah berada dirumahnya sebelum terjadi peristiwa yang mengguncang tatanan yang dibuat oleh orang-orang dari padepokan Kiai Banyu Bening itu. Kakak Ki Krawangan itu mengangguk-angguk. Dengan nada berat ia berkata, "Ternyata segala sesuatunya telah disusun dengan rapi oleh orang bongkok itu. Tetapi kenapa ia telah memilih rumah ini" Apakah orang bongkok itu mengetahui, bahwa kau adalah adik dari salah seorang penghuni padepokan itu?" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Aku tidak tahu, kakang. Yang aku ketahui, orang bongkok itu ada didepan rumahku. Sementara itu, ia mengaku kelaparan dan kehausan." Kakak Ki Krawangan itu kemudian berdesis, "Ternyata kelompok mereka terdiri dari beberapa orang berilmu tinggi. Semalam, tiga orang kawanku terluka cukup berat. Seorang diantaranya jiwanya sangat terancam. Sedangkan yang lain. semuanya terluka dan pingsan. Aku juga tiba-tiba saja tidak ingat apa-apa lagi." Ki Krawangan mengangguk-angguk. Namun iapun kemudian (teks tdk terbaca) "Dua orang-orang yang tidak dikenal ini dikatakan telah membakar banjar dengan sengaja uniuk memberikan kesan kemurkaan Sang Maha api." Wajah kakak Ki Krawangan itu menjadi tegang. Sementara kepada kakaknya, Ki Krawangan itu berkata "Aku hanya berani mengatakan kepadamu kakang. Aku tidak berani mengatakan kepada siapapun juga, karena akan dapat menimbulkan salah paham. Bahkan aku tidak berani membicarakannya dengan orang-orang yang juga mendengar langsung keterangan orang yang tiba-tiba saja muncul dari reruntuhan banjar itu." "Mereka akan dapat menghancurkan padepokan Kiai Banyu Bening itu." Ki Krawangan melihat kecemasan di wajah kakaknya. Namun kemudian diberanikan dirinya untuk bertanya, "Kakang, kakang minta agar aku berkata dengan jujur. Akupun telah menjawab semua pertanyaan kakang dengan jujur. Sekarang, apakah aku juga dapat minta kakang menjawab pertanyaanku dengan jujur dan tidak menimbulkan salah paham. Jika kakang bersedia menjawab dan tidak akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, maka aku akan http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mengajukan beberapa pertanyaan. Tetapi jika kakang berkeberatan, maka akupun akan mengurungkannya." Wajah kakak Ki Krawangan itu menjadi tegang. Tetapi ia seakan-akan mempunyai hutang kepada adiknya. Ketika adiknya itu menagihnya, maka sulit baginya untuk mengelak. "Apa yang akan kau tanyakan?" desis kakaknya. Ki Krawangan menarik nafas dalam-dalam. Kemudian barulah ia bertanya, "Apakah yang dikatakan oleh orang yang tiba-tiba saja muncul dari rerumputan itu benar?" "Yang mana yang kau maksudkan?" kakak Ki Krawangan memang menjadi agak bingung. "Maksudku, aku ingin mendapat jawaban tentang apakah benar bahwa banjar itu memang sengaja dibakar" Kemudian apakah benar, bahwa sebenarnya upacara yang dilakukan setiap bulan purnama yang mengarah kepada penyerahan korban seorang bayi itu semata-mata karena dendam yang membakar jantung Kiai Banyu Bening dan sama sekali tidak ada hubungan dengan kepercayaan tentang kesejahteraan lahir dan batin?" Wajah kakak Ki Krawangan menjadi sangat tegang. Dengan nada berat ia berkata, "Jangan bertanya kepada siapapun tentang kebenaran ceritera itu. Jika terdengar orang-orang dari padepokan, maka kau akan dapat dibunuh." "Sudah aku katakan, kakang. bahwa aku tidak berani berbicara tentang keterangan orang-arang yang tidak dikenal itu dengan siapapun juga. Bahkan dengan orang-orang yang langsung mendengarnya." Kakak Ki Krawangan itu mengangguk-angguk. Namun kemudian katanya, "Krawangan. Jika semula aku hanya ingin http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ tahu tentang isi padepokan Kiai Banyu Bening, maka akhirnya aku terjerat didalamnya. Sulit bagiku dan bagi orang-orang yang sudah terikat dapat melepaskan diri. Kami, orang-orang padepokan Kiai Banyu Bening itu, satu dengan yang lain selalu saling mencurigai, saling mengawasi dan jika perlu saling membunuh di antara kami." "Jadi bagaimana menurut pendapat kakang tentang ceritera orang yang tidak dikenal itu?" Kakak Ki Krawangan itu menarik nafas dalam-dalam. Katanya, "Sebagian besar dari yang dikatakannya itu benar, Krawangan. Banjar ini memang sengaja dibakar. Aku sebagai penghuni padukuhan ini sebenarnya merasa berkeberatan. Tetapi aku tidak berani mencegahnya, agar tidak menimbulkan masalah baru. Sedangkan dendam yang menyala dihati Kiai Banyu Bening tentang bayinya yang terbakar itu juga benar." "Jika demikian, apa artinya sebuah padepokan dengan para pengikutnya yang besar dan bahkan semakin besar" Mungkin Kiai Banyu Bening mendapat kepuasan kelak, jika korban bayi itu sudah dimulai. Ia akan merasa bahwa ia tidak sendiri kehilangan anak bayinya yang ditelan api. Ia akan tertawa mendengar jerit bayi yang kepanasan dan kemudian membakarnya menjadi abu. Tetapi apa yang didapatkan oleh para pengikutnya, seperti kakang, misalnya. Atau orang bertubuh raksasa yang terluka itu. Atau yang lain lagi. Bahkan yang hampir mati terbunuh oleh orang- orang yang tidak dikenal itu. "Krawangan, isi padepokan itu bukan sekedar orang-orang yang sesorah mengelabuhi banyak orang dengan ceritera Sang Maha Api. Tetapi dipimpin oleh Kiai Banyu Bening sendiri sekelompok orang telah berkeliaran dengan alasan untuk mendapatkan dana bagi perkembangan padepokannya serta http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ menyebarkan kepercayaan untuk mendapatkan kesejahteraan Mentari Senja Seri Arya Manggada V Karya Sh Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo lahir dan batin." "Bagaimana cara mereka untuk mendapatkan dana itu?" "Kau sengaja bertanya untuk memancing agar aku menyebutnya" Baiklah. Kami memang sering melakukan perampokan. Tentu tidak atas nama padepokan Kiai Banyu Bening. Selanjutnya, di kemudian hari, jika kami sudah berhasil mengikat orang-orang yang sudah terlanjur percaya, maka kami akan dapat memeras mereka. Uang dan barangbarang itu akan mengalir dengan sendirinya ke padepokan kami." "Dan kakang menjadi salah seorang diantara mereka?" bertanya Ki Krawangan. "Aku sudah terlanjur terlibat didalamnya. Sulit bagiku untuk melepaskan diri. Jika aku hilang dari lingkungan mereka, maka semua keluargaku tentu akan ditumpas habis. Termasuk kau dan anak isterimu. Apalagi sekarang, setelah orang bongkok itu hadir di padukuhan ini," kakaknya berhenti sejenak. Namun kemudian dengan kerut yang semakin dalam di keningnya ia berkata, "Selama ini aku adalah salah seorang diantara mereka yang mendapat kepercayaan itu untuk tetap dapat berbuat banyak. Tetapi aku sebenarnya sedang mencari jalan untuk keluar dari neraka itu. Apalagi Kiai Banyu Bening sudah mengatakan niatnya, untuk benar-benar mengorbankan seorang bayi meskipun baru akan dilakukan di padepokan itu saja." Ki Krawangan menarik nafas dalam-dalam. Semula ia tidak mengira bahwa kakaknya itu justru merasa tersiksa. Ia mengira bahwa kakaknya benar-benar merasa terpanggil untuk bekerja keras menyebarkan kepercayaan yang sekedar http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ menjadi selubung dari satu gerakan yang kotor. Dendam dan pemerasan. Tetapi Krawangan sendiri tidak berdaya untuk membantu kakaknya melepaskan diri dari lingkungan yang terkutuk itu. Kakaknya yang melihat wajah Ki Krawangan menjadi muram, berkata "Sudahlah. Jangan hiraukan aku. Aku akan dapat menjaga diriku sendiri." Ki Krawangan mengangguk-angguk. Katanya "Maaf kakang. Aku tidak dapat membantu apapun juga." "Aku mengerti" jawab kakaknya, jika kau melibatkan diri, maka kaulah yang lebih terancam daripada aku sendiri. Bahkan dengan anak dan isterimu. Karena itu, kau justru harus berdiri pada jarak tertentu. Sementara ini aku masih orang yang dipercaya sehingga sikapku masih harus tidak berubah." Ki Krawangan mengangguk-angguk sambil berdesis, "Baik kakang." Demikianlah, maka kakak Ki Krawangan itupun segera minta diri. Sebelum ia meninggalkan tempat itu ia berkata, "Kau harus berhati-hati Krawangan. Meskipun sampai, saat ini kau masih di-anggap bersih tetapi kau termasuk salah seorang yang pernah dibicarakan oleh para pemimpin padepokan Kiai Banyu Bening itu." "Ya, kakang. Tetapi sebenarnyalah aku tidak mempunyai hubungan apa-apa dengan orang bongkok itu." Sejenak kemudian, maka kakak Ki Krawangan itu telah meninggalkan rumah adiknya. Sementara Ki Krawangan mengantarnya sampai ke luar regol halaman rumahnya. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Ketika seseorang lewat didepan regol itu, maka iapun telah mengangguk dalam-dalam. Mereka menganggap bahwa kakak Ki Krawangan itu adalah salah satu dari antara orang-orang yang dihormati di padepokan Kiai Banyu Bening, karena kakak Ki Krawangan itu sudah mendapat wewenang untuk memberikan sesorah di sanggar diluar padukuhan itu. Karena kakaknya itu pula, maka Ki Krawangan sendiri termasuk orang yang dihormati pula di padukuhan itu. Delima dan ibunya mendengar semua pembicaraan itu. Ibunya, seperti juga ayahnya, sama sekali tidak melihat jalan yang dapat ditetapkan oleh kakak Ki Krawangan itu. Namun Delima agak su8ngkan untuk menyampaikannya kepada orang bongkok itu apabila mendapat kesempatan. "Besok aku akan mencuci di kali. Mudah-mudahan orang bongkok itu masih mau datang lagi." berkata Delima didalam hatinya. Sebenarnyalah di keesokan harinya, Delima telah minta ijin ayah dan ibunya untuk mencuci di kali. "Suasananya masih belum menentu, Delima," berkata ibunya. "Jika terjadi sesuatu, tentu telah terjadi kemarin, ibu," jawab Delima "agaknya memang tidak terjadi sesuatu. Apakah paman mengatakan http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ bahwa crang-orang dari padepokan itu akan berbuat sesuatu atas orang-orang padukuhan ini?" "Tidak" jawab ayahnya, "tetapi kita harus tetap berhatihati." "Bukankah aku tidak akan berbuat apa-apa, ayah. Hanya mencuci pakaian. Tidak lebih." Ki Krawangan menarik nafas panjang. Namun akhirnya ia berkata "Tetapi jangan terlalu lama. Kaupun harus berhatihati. Jika bukan orang dari padepokan, mungkin orang-orang yang tidak kita kenal itu masih berkeliaran disini. Terutama orang bongkok itu." "Bukankah orang bongkok itu tidak berniat jahat" Ia justru mencoba untuk mengingatkan kita, bahwa jalan yang selama ini kita tempuh harus kita pertimbangkan lagi." "Delima "potong ayahnya "kau jangan berkata begitu. Hatihatilah dengan setiap kata yang kau lontarkan. Jika lidahmu tergelincir maka kau akan dapat terjerumus kedalam kesulitan" Delima memandang ayahnya dengan tajamnya. Namun kemudian ia mengangguk kecil sambil menjawab, "Ya, ayah." "Untuk selanjutnya, kau jangan mengatakan apa saja tentang hubungan kita dengan orang-orang dari padepokan Kiai Banyu Bening, Mereka adalah orang-orang tanpa hati tanpa jantung." Delima mengangguk pula. Katanya, "Ya, ayah." "Nah, berhati-hatilah. Jangan terlalu lama." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Delima pun kemudian membawa bakul berisi pakaian yang kotor itu ke sungai. Seperti biasanya iapun merendam cuciannya. Satu-satu ia mulai mencuci dengan lerak. Beberapa saat lamanya Delima mencuci. Ternyata memang belum ada orang lain yang keluar dan mencuci pakaiannya di kali sebagaimana dilakukan oleh Delima, sehingga karena itu, maka Delima itupun berada di tepian itu sendiri. Setiap kali Delima selalu memandang genunbul-gerumbul di-seberang. Orang bongkok dan kedua orang cucunya, atau kadang-kadang sendiri, sering keluar dari gerumbul disederang. Namun setelah i a menunggu beberapa lama, namun orang bongkok itu belum juga keluar dari dalam gerumbul. "Agaknya kakek bongkok itu tidak mau lagi datang," berkata Delima didalam hatinya. Sebenarnya, ingin menceriterakan sikap pamannya yang sangat menarik baginya. Pamannya yang harus berada ditempat yang dibencinya, sehingga karena itu, maka ia merasa selalu tersiksa. Tetapi Delima masih menunggu. Ia masih. tetap mencuci meskipun sebenarnya cuciannya sudah bersih. Sekali-sekali Delima meletakkan cuciannya. Bangkit terdiri dan menggeliat karena pinggulnya terasa menjadi pegal. Namun orang bongkok itu tidak juga datang. Akhirnya Delima menjadi kesal. Dimasukkannya cuciannya yang sudah bersih itu kedalam bakulnya. Dibenahinya pakaiannya, kemudian Delimapun siap untuk meninggalkan tepian. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Namun langkah Delima berhenti. Dua orang laki-laki berjalan kearahnya. Dua orang laki-laki yang agaknya belum dikenalnya. Tetapi ketika kedua orang itu menjadi semakin dekat, maka Delimapun merasa pernah melihat wajah kedua orang itu. Namun Delima tidak menghiraukannya. Ia tidak tahu pasti, apakahia pernah melihat atau belum. Tetapi ketika ia melangkah sambil menjinjing bakulnya, salah seorang dari kedua orang itu memanggilnya, "nDuk. Tunggu." Karena tidak ada orang lain, maka Delimapun merasa bahwa orang itu telah memanggilnya. Karena itu, maka Delimapun telah berhenti. "Tunggu," berkata orang itu pula. "Kenapa kau tergesagesa pergi" Bukankah hari masih pagi?" Delima merasakan nada yang tidak wajar pada suara lakilaki itu. Karena itu, maka iapun justru telah melangkah pula naik ke tanggul. Tetapi laki-laki itu berkata lebih keras lagi. "Tunggu, he nduk. Jangan pergi. Ada yang ingin aku katakan kepadamu." Delima tidak menghiraukannya. Justru ia menjadi semakin ketakutan. Karena itu, maka ia berusaha untuk. semakin cepat meninggalkan tempat itu. Tetapi kedua orang laki-laki itu juga melangkah semakin cepat. Ketika Delima hampir mencapai ujung tanggul, kedua orang itu sudah berada dibawahnya. Bahkah seorang diantara mereka telah memegang kaki Delima dan menariknya dengan kasar. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Delima terseret turun. Bakulnya terlepas dari tangannya dan. bahkan ia sendiri bergulir, beberapa kali dan kemudian terbaring kembali di tepian. Delima dengan tergesa-gesa berusaha bangkit. Sementara kedua orang laki-laki itu tertawa berkepanjangan. "Kau akan lari kemana nduk?" bertanya salah seorang dari keduanya. Wajah Delima menjadi pucat. Ia menyesal, bahwa ia telah pergi ke kali untuk mencuci. Kenapa ia tidak mendengarkan nasehat ayah dan ibunya, agar tidak pergi dalam suasana yang masih tidak menentu. Tiba-tiba saja Delima mulai mengenali kedua orang itu. Keduanya tentu orang dari padepokan Kiai Banyu Bening. Dengan gagap Delima pun bertanya "Siapakah kalian berdua?" Kedua orang itu masih tertawa. Seorang dari merekapun kemudian menyahut "Tidak ada gunanya kau mengetahui siapa kami." "Kenapa kalian menggangguku?" bertanya Delima pula. "Kami tidak mengganggumu. Kami hanya ingin dudukduduk bersamamu disini. Kenapa kau lari?" "Aku harus segera pulang. Aku harus masak bagi keluargaku." "Itu tidak perlu" jawab salah seorang dari kedua orang itu" lebih baik bersama kami disini." Delima benar-benr menjadi ketakutan. Mata kedua orang laki-laki itu menjadi semakin liar. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Tepian itu memang sepi. Biasanya banyak kawan-kawannya yang mencuci pakaian. Sekali-sekali ada orang yang memandikan kerbau atau sapinya. Sering juga anak-anak yang menggembalakan kambingnya bermain-main di tepian. Atau seorang pencari ikan yang menyusuri arus sungai itu. Tetapi hari itu tepian itu sama sekali tidak disentuh kaki seorangpun kecuali Delima. Ternyata kedua orang ini benar-benar menjadi liar. Seorang diantara mereka berkata, "Marilah. Kita bawa anak ini ke seberang. "Jangan" Delima mulai menangis. "Diam kau," bentak salah seorang dari kedua orang itu. "Aku akan berteriak " tangis Delima. "Tidak akan ada orang yang mendengar. Tetapi jika kau lakukan juga, aku akan membunuhmu." Ternyata Delima tidak menghiraukannya. Ia benar-benar berteriak nyaring. Tetapi dengan cepat, kedua orang laki-laki itu menyergapnya dan menutup mulutnya dengan telapak tangan. "Iblis betina," geram yang seorang. Tetapi yang seorang berkata "Aku senang kepada perempuan yang tidak mudah menyerah. Marilah, kita bawa anak ini keseberang. Cepat." Namun sebelum kedua orang laki-laki itu menyeret Delima keseberang, maka tiba-tiba seseorang telah berdiri diatas Mentari Senja Seri Arya Manggada V Karya Sh Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo tanggul memandangi mereka dengan dahi yang berkerut. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Kedua orang laki-laki yang menyeret Delima itu terkejut. Tetapi keduanya menarik nafas lega. Seorang diantara mereka berdesis, "Ki Warana. Aku kira siapa?" "Apa yang kalian lakukan?" bertanya orang itu. Kedua orang laki-laki itu tertawa. Katanya, "Biasa, Ki Waraha. Kami sudah terlalu lama tenggelam didalam tugas yang tidak berkeputusan. Tiba-tiba saja kami melihat perempuan yang kesepian ini. Kami memang merasa kasihan, sehingga kami perlu menemaninya." Delima memandang orang yang berdiri di atas tanggul itu dengan mata yang tanpa berkedip. Tetapi mulutnya justru bagaikan membeku. Delima tidak tahu, apa yang akan terjadi kemudian atas dirinya meskipun orang itu hadir diatas tanggul. Namun dengan nada berat orang itu berkata, "Lepaskan anak, itu." "He?" kedua orang laki-laki ini terkejut. "Lepaskan," suara orang yang berdiri di atas tanggul itu menjadi semakin keras. Delima mendengar kata-kata itu. Tiba-tiba saja ketegangan yang mencengkamnya sehingga membuat mulutnya bagaikan membeku itu, larut dalam satu pengharapan. Karena ini, maka tiba-tiba saja Delima berteriak, "Paman." Kedua orang laki-laki itu terkejut. Sejenak mereka termangu-mangu, tetapi mereka belum melepaskan Delima. "Lepaskan," berkata orang yang berdiri diatas tanggul itu semakin lantang. "Anak itu kemanakanku, kalian dengar?" "Tetapi, tetapi ......." salah seorang laki-laki itu berdesis. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Biarlah anak itu pulang kepada orang tuanya." Namun tiba-tiba seorang dari kedua orang itu berkata "Ki Warana, hal itu tidak biasa. Biasanya tidak ada orang yang mencampuri persoalan orang lain di padepokan." "Ini bukan persoalan orang lain. Aku sudah mengatakan, anak itu kemanakanku, apakah kalian tuli?" Tetapi kedua orang itu tidak mau kehilangan korbannya. Karena itu, maka seorang diantara mereka berkata "Kami tidak akan melepaskan anak ini. Kami memerlukannya." Orang yang berdiri diatas tanggul itu melangkah turun. Demikian ia berdiri di tepian, maka suaranya yang berat terdengar lagi, "Lepaskan, biarlah aku membawanya pulang. Gadis itu anak adikku." "Aku tidak peduli," jawab salah seorang dari kedua orang itu. "Aku memberi peringatan terakhir kepada kalian. Jika kalian tidak melepaskannya, maka kita akan membuat perhitungan menurut kebiasaan kita, orang-orang padepokan Kiai Banyu Bening. "Bagus," sahut seorang diantara kedua orang yang menangkap Delima itu, "kami akan membunuhmu. Kaulah yang mencari persoalan. Karena itu, jika kau mati, adalah karena salahmu sendiri. Wajah Ki Warana, kakak Ki Krawangan itu menjadi merah. Dengan geram ia berkata, "Jadi kau berdua sudah berani menentang aku, he" Berapa lama kalian berada di padepokan. Kalian sudah berani menentang orang-orang tua di padepokan itu. Karena itu, maka kalian tidak pantas lagi berada di http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ padepokan Kiai Banyu Bening, karena kau tentu hanya akan membuat air yang mengalir dari padepokan menjadi keruh." Kedua orang itu termangu-mangu sejenak. Tetapi benak mereka telah dicengkam oleh nafsu iblis yang menyuruk kedalamnya. Karena itu seorang diantara mereka berkata, "Ki Warana. Kami berani menentangmu, karena kau memiliki kelainan dari orang-orang tua yang lain. Mereka tidak akan pernah menghalangi apapun yang kami lakukan. Tetapi kau telah mencoba merampas sesuap nasi yang sudah berada di mulutku. Karena itu, siapa pun orangnya, akan kami lawan dengan segenap kemampuan kami. Tetapi melawan orangorang tua yang tidak berarti seperti kau, tidak boleh setengahsetengah. Jika kakiku menginjak ular, maka sebaiknya aku injak kepalanya sampai mati, agar ular itu tidak akan mematuk aku dikemudian hari." Ki Warana tidak dapat menahan diri lagi. Iapun segera bergeser mendekati kedua orang itu. Kedua orang itupun segera bersiap pula. Seorang di antara mereka masih memegangi Delima. Dengan geram Ki Warana pun telah menyerang salah seorang diantara mereka, sedangkan yang lain justru telah menyeret Delima agak menjauh. Sejenak kemudian, terjadi perkelahian antara salah seorang diantara kedua orang itu dengan Ki Warana. Namun Ki Warana memang memiliki banyak kelebihan. Dalam waktu singkat, lawannya telah terdesak. Beberapa kali serangan Ki Warana sempat mendorong lawannya, sehingga kadang-kadang keseimbangannya pun telah terguncang. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Namun dalam keadaan yang paling gawat bagi orang itu, terdengar kawannya berteriak "Cukup. Hentikan perkelahian atau gadis itu akan mati." Ki Warana terkejut. Iapun kemudian melihat tangan orang yang memegangi Delima itu mencengkam lehernya. "Setan licik," geram Ki Warana "jika kalian laki-laki sebagaimana penghuni padepokan Kiai Banyu Bening, lepaskan gadis itu. Kita bertempur sampai tuntas disini. Aku tidak berkeberatan jika kalian bertempur berdua. "Persetan dengan igauanmu itu. Sekarang kau harus memilih, kau atau gadis ini yang mati." Wajah Ki Warana menjadi sangat tegang. Tetapi Delima seakan-akan tidak lagi dapat bernafas. Tangan orang itu benar-benar telah mulai mencekik leher Delima. "Cepat, katakan. Kau atau gadis ini yang akan mati." Ki Warana menjadi semakin tegang. Namun kemudian iapun berdesis, "Jika kau bunuh aku, apa jaminanmu, bahwa gadis itu akan tetap hidup tanpa kau sakiti?" "Kau tidak dapat menuntut jaminan apapun. Sekarang, berbaringlah menelungkup. Kami akan menghancurkan kepalamu dengan batu. Jika kau mati ditepian, maka anak ini akan tetap hidup." Namun tiba-tiba Delima berteriak, "Jangan hiraukan aku paman." Tetapi suaranya pun segera tertelan. Tangan yang kuat telah menutup mulutnya. Tetapi nampaknya Delima memang sudah mempersiapkan diri sebaik-baiknya. Ketika tangan itu menutup mulutnya, Delima justru telah membuka mulutnya http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ itu. Demikian tangan itu berada diantara giginya, maka Delima telah menggigit tangan itu keras-keras. Orang itu berteriak kesakitan. Justru pada saat itu, Delima merenggut dirinya dari tangan orang itu dan berusaha berlari meninggalkan tepian. Ki Warana tanggap akan keadaan itu. Dengan cepat ia meloncat memburu ketika orang yang kesakitan tangannya yang berusaha menggapai Delima lagi. Orang itu memang mengurungkan niatnya mengejar Delima. Ia harus dengan cepat mempersiapkan diri melawan Ki Warana yang menyerangnya seperti badai. Tetapi pada saat itu, orang yang hampir dikalahkan oleh Ki Warana itulah yang kemudian berlari memburu Delima yang naik keatas tanggul. Delima memang mempunyai sedikit waktu berlebih. Tetapi ia memang tidak setangkas lawannya. Ketika ia hampir sampai diatas tanggul, maka orang yang mengejarnya itu hampir saja dapat menggapainya. Tetapi tiba-tiba saja orang ku menjerit kesakitan. Tubuhnya meluncur dan berguling jatuh ke tepian. Sementara itu Delima telah berdiri di atas tanggul. Namun yang sangat mengejutkan orang-orang yang berada di tepian itu adalah, seorang yang bertubuh bongkok duduk diatas tanggul itu. Ki Warana pun berdiri termangu-mangu. Ia tahu, bahwa orang bongkok itu telah memusuhi seisi padepokan Kiai Banyu Bening. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Tetapi orang bongkok itupun kemudian berkata "Delima, beruntunglah bahwa kau telah ditolong oleh pamanmu. Tetapi persoalan pamanmu dengan kedua orang itu belum selesai." "Setan, kau bengkok." geram salah seorang dari kedua orang yang akan menyeret Delima "jangan lari. Kami akan membunuhmu." Orang bongkok itu tertawa. Katanya, "Kalian tidak usah mengurusi aku. Aku berjanji tidak akan mencampuri persoalan kalian sendiri. Akupun tidak akan mengganggu Delima. Ia anak baik. Sudah sepantasnya ia kembali kepada orang tuanya." Ki Warana termangu-mangu sejenak. Namun kemudian dengan nada rendah ia berkata "Aku ingin mengambil keuntungan dari keadaan kami sekarang ini bongkok?" "Tidak Ki sanak. "jawab Ki Pandi "tetapi baiklah. Jika kalian menganggap aku mengganggu. Biarlah aku pergi." "Dan kau akan mempergunakan kesempatan itu untuk mengganggu Delima?" bertanya Ki Warana. Ki Warana justru terkejut ketika Delima menjawab, "Tidak paman. Kakek bongkok itu tidak akan mengganggu Delima." Ternyata yang terkejut bukan hanya Ki Warana. Tetapi Delima sendiri ternyata juga terkejut. Tetapi ia sudah terlanjur mengucapkannya. Tetapi kedua orang yang mengganggu Delima itulah yang agaknya tidak ingin melepaskan Delima. Karena itu, maka seorang diantara mereka berkata kepada Ki Warana Kita tunda persoalan kita. Kita selesaikan dahulu orang bongkok itu." "Kemudian kau akan mengulanginya. Menangkap Delima dan mengancamku?" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Pengkhianat kau," geram orang itu. Ki Warana sendiri tidak mengerti, kenapa tiba-tiba saja ia mempercayai orang bongkok itu, bahwa ia tidak akan mengganggu Delima. Karena itu, maka ia menganggap bahwa Delima telah aman ditangan orang bongkok itu. Ki Warana menganggap bahwa kedua orang itu justru lebih berbahaya dari orang bongkok itu. Yang terjadi di sanggar itu juga menunjukkan bahwa orang bongkok dan kawan-kawannya bukan orang jahat. Ternyata mereka tidak membunuh kawankawannya yang sudah tidak berdaya. Mereka justru meninggalkan kawan-kawannya dari padepokan meskipun mereka dapat membunuhnya dengan mudah jika mereka inginkan. Karena itu, maka iapun kemudian berkata "Biarlah Delima dibawa oleh orang bongkok itu. Aku sendiri tidak tahu kenapa aku justru lebih percaya kepada orang bongkok itu daripada kepada kawan-kawanku sendiri." "Bagus," geram salah seorang dari kedua orang yang merasa kehilangan Delima itu, "satu pihak diantara kita memang harus mati. Jika kau masih hidup, maka kau tentu akan melaporkan tingkah laku kami. Sebaliknya kami pun akan melaporkan pengkhianatanmu, karena kau lebih mempercayai orang bongkok yang sudah jelas ingin menghancurkan padepokan kita daripada kawan sendiri." "Persoalannya bukan persoalan padepokan atau yang bersangkut paut dengan padepokan. Tetapi persoalannya menyangkut kemanakanku, anak adikku. Nah, karena kita masing-masing mempunyai mulut, sehingga kami masingmasing dapat memberikan laporan, maka terserah kepada Kiai Banyu Bening, siapakah yang akan dipercaya." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Itu sama sekali tidak perlu" jawab orang iiu, "karena kau akan mati disini. Mayatmu akan dibawa hanyut oleh arus sungai itu meskipun tidak terlalu kuat. Saudara-saudara kita di padepokan akan mengira bahwa kau telah dibunuh oleh orang bongkok itu dengan kejam karena mayatmu akan kulumatkan. Jika mayatmu kemudian hilang sampai ke muara, maka saudara-saudara kita di padepokan akan mengira bahwa telah melarikan diri." "Bagus" Ki Warana mengangguk-angguk "jika demikian, biar kalian sajalah yang mati." Kedua orang itu tidak menunggu lebih lama lagi. Tiba-tiba saja keduanya menyerang hampir bersamaan. Jika seorang melawan seorang, mereka tidak dapat mengalahkan Ki Warana, maka berdua mereka tentu akan dapat menang. Tetapi sebenarnyalah bahwa Ki Warana memang seorang yang berilmu tinggi. Meskipun kedua orang lawannya menyerangnya seperti banjir bandang, namun tidak mudah bagi mereka untuk dapat mengalahkan Ki Warana. Sementara itu Ki Warana pun tidak lagi mengekang diri. Dengan kelebihannya, maka Ki Warana segera mampu mendesak kedua orang lawannya. Tetapi kedua orang itu agaknya tidak mau melihat kenyataan. Karena itu, maka keduanya masih berusaha untuk dapat memenangkan perkelahian itu. Kedua orang itu berusaha untuk memecah perhatian Ki Warana, Mereka menyerang dari dua jurusan yang berbeda. Namun mereka berusaha untuk dapat melakukannya bergantiganti, susul menyusul tidak henti-hentinya. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Tetapi Ki Warana sama sekali tidak menjadi bingung, meskipun kadang-kadang ia juga terkejut mengalami serangan yang datang tidak terduga. Tetapi Warana masih saja mampu mengatasi keduanya, sehingga kedua lawannya itu semakin terdesak. Mentari Senja Seri Arya Manggada V Karya Sh Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Namun justru karena keduanya tidak lagi mampu menguasai Ki Warana, maka keduanyapun telah menggenggam senjata ditangan mereka. Keduanya telah menarik pedang yang tergantung di lambung mereka. Ki Warana yang melihat kedua orang lawannya telah menggenggam senjata, meloncat beberapa langkah surut. Dengan wajah yang tegang iapun kemudian berkata, "Senjata kalian akan mempercepat kematian kalian. Bersiaplah untuk mati." Kedua orang lawannya sama sekali tidak mendengarkannya. Jantung mereka telah membeku. Bahwa Delima lepas dari tangan mereka, membuat kedua orang itu seakan-akan menjadi gila. Demikianlah, maka pertempuran itu menjadi semakin sengit. Ki Warana juga sudah memegang senjata ditangannya. Kedua orang yang kehilangan buruannya itu menyerang berganti-ganti dari arah yang berbeda. Namun kadang-kadang keduanya justru mengambil kesempatan untuk bersama-sama meloncat maju dengan senjata teracu. Dalam pertempuran bersenjata, Ki Warana memang harus mengerahkan kemampuannya untuk melawan kedua orang itu. Ia harus mengerahkan tenaganya. Perhatiannya yang terpecah membuatnya kadang-kadang harus! meloncat mengambil jarak. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Namun ternyata bahwa Ki Warana yang bertempur dengan tangkas itu sempat membuat kedua lawannya, terkejut ketika Ki Warana itu seakan-akan terbang menyerang keduanya berganti-ganti. Demikian cepatnya senjatanya menyambar lawannya yang seorang kemudian yang lainnya, Dalam puncak kemarahannya, maka Ki Warana telah melenting dengan senjata terjulur lurus menyusup pertahanan salah seorang lawannya. Terdengar teriakan nyaring. Ujung pedang Ki Warana sempat menembus dada orang itu sehingga meraba jantung. Ketika Ki Warana menarik senjatanya, maka darahpun telah memancar dari dadanya, menghambur di tepian. Sementara itu, kawannya tidak berhasil menyelamatkannya. Ketika ia menyerang Ki Warana, ujung pedang Ki Warana sudah terlanjur menikam jantung. Melihat kawannya sudah tidak berdaya, maka lawan Ki Warana yang seorang lagi menjadi gentar. Berdua mereka tidak mampu mengimbangi kemampuannya. Apalagi seorang diri. Karena itu, maka orang itu berusaha untuk melarikan diri dari arena pertempuran. Namun orang itu gagal memanfaatkan kesempatan. Ketika ia melangkah meninggalkan arena, senjata Ki Warana justru telah mencapai punggungnya. Orang itupun menjerit kesakitan. Ujung senjata Ki Warana telah menembus pula punggung lawannya yang seorang lagi. Ki Warana pun kemudian berdiri termangu-mangu memandang dua sosok tubuh yang terbaring diam di tepian. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Darah yang mengalir dari luka mereka membasahi pasir dan kerikil yang terserak. Beberapa saat Ki Warana berdiri mematung. Ternyata ia sudah membunuh kawannya sendiri. Namun Ki Warana akan dapat mempertanggung jawabkan tindakannya, karena kedua orang kawannya itu telah mengganggu seorang gadis yang justru adalah kemanakannya. Selagi Ki Warana masih berdiri termangu-mangu, maka terdengar suara Delima dari atas tanggul, "Paman." Ki Warana tersentak. Ketika ia berpaling, dilihatnya Delima berdiri disebelah orang bongkok itu. Bagaimanapun juga, Ki Warana menjadi berdebar-debar. Orang bengkok itu tentu orang yang berilmu sangat tinggi. Ia tidak tahu apa yang telah dilakukan ketika tiba-tiba saja salah seorang diantara kedua orang yang mengganggu Delima, yang hampir berhasil menangkap gadis itu selagi ia memanjat tanggul, telah menjadi kesakitan dan berguling dari lereng tanggul itu. Orang bongkok itu pula bersama-sama dengan beberapa orang kawannya telah mengacaukan pertemuan di sanggar. Bahkan orang bongkok yang hampir saja dikorbankan diatas api itu bersama-sama dengan kawan-kawannya, telah mengalahkan beberapa orang kawan-kawannya dari padepokan Kiai Banyu Beriing. Karena itu, jika ia harus berhadapan seorang melawan seorang dengan orang bongkok itu, maka ia harus sangat berhati-hati. "Atau segala sesuatunya memang harus berakhir disini" berkata Ki Warana itu didalam hatinya. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Tetapi ia. menjadi heran ketika Delima justru menggandeng tangan orang bongkok itu turun ketepian. Kepada orang bongkok itu. Delima berkata, "Ini adalah pamanku, kek. Kakak ayahku." Ki Pandi tersenyum. Katanya "Bukankah kita sudah berkenalan, Ki Warana?" "Ya," jawab Ki Warana. "Paman " berkata Delima "sambil mengamati paman bertempur melawan kedua orang itu, aku sempat berceritera tentang paman." "Tentang apa" Wajah Ki Warana menjadi tegang. "Tentang niat paman keluar dari padepokan Banyu Bening" jawab Delima. "Siapa yang mengatakannya?" Ki Warana rhenjadi tegang, "ayahmu?" "Tidak, paman. Aku telah mendengar sendiri ayah berbicara dengan paman dirumah." jawab Delima. "Delima, kau telah melanggar unggah-ungguh. Kau tidak boleh mendengarkan orang-orang tua berbincang." "Maaf, paman. Aku tidak sengaja mendengarkan paman dan ayah berbincang. Tetapi aku kebetulan duduk dibelakang http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ dinding dan mendengarnya. Aku mencoba untuk melupakan pembicaraan itu, tetapi aku membayangkan betapa paman setiaphari merasa tersiksa, karena apa yang paman lakukan, sama sekali tidak sesuai dengan nurani paman sendiri, karena itu, ketika hari ini kebetulan aku bertemu dengan kakek bongkok, yang pernah aku kenal di rumahku dan kemudian aku lihat kehadirannya di sanggar, maka aku ingin mempertemukan paman dengan kakek bongkok ini." "Delima ~ berkata pamannya apakah sebelumnya orang bongkok itu sering datang kerumahmu?" "Sekali paman. Ketika kakek bongkok itu mengaku kelaparan dan kehausan. Ayah dan ibu merasa iba melihatnya dan kemudian menolongnya. Aku tidak tahu kenapa tiba-tiba saja kakek bongkok ini mengatakan kepada ayah, berniat untuk ikut mendengarkan sesorah didalam sanggar, sehingga kita lihat, apa yang terjadi kemudian." Ki Warana itu berdiri termangu-mangu. Sementara itu, Ki Pandi pun melangkah mendekat sambil berkata "Ki Warana. Aku memang sudah mendengar dari Delima, apa yang Ki Warana katakan kepada Ki Krawangan. Jika aku menemui Ki Warana sekarang, aku berniat untuk membantu agar Ki Warana tidak selalu dibelenggu oleh keadaan." Ki Warana menarik nafas dalam-dalam. Namun kemudian katanya "Untuk waktu yang pendek ini, belum ada yang dapat aku lakukan, Ki Sanak. A ku berterima kasih atas sikapmu. Aku kira kau mendendamku. Tetapi temyata dugaanku keliru." "Baiklah, Ki Warama. Aku akan selalu menghubungi anak ini. Justru karena ia seorang gadis maka ia akan luput dari pengawasan kawan-kawanmu." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Ki Warana mengangguk-angguk. "Nah, sekarang, bagaimana dengan kedua orang kawanmu itu?" Ki Warana termangu-mangu sejenak. Namun kemudian katanya kepada Delima "Menyingkirlah Delima. Aku akan menguburkan kedua orang kawahku ini di tepian. Aku tidak dapat berbuat lain." "Duduklah diatas batu itu," berkata Ki Pandi "aku akan membantu pamanmu.. Kau tidak perlu melihat apa yang terjadi dengan kedua orang itu." Delima pun kemudian menurut. Ia duduk diatas sebuah batu yang besar sambi! mengulangi membersihkan pakaian yang kotor . lagi oleh debu dan pasir ketika bakulnya tertumpah. Ki Pandi memang telah membantu Ki Warana membuat lubang di tepian yang memang agak lunak. Kemudian memasukkan tubuh itu kedalamnya dan menimbuninya dengan batu-batu kali. Agar tidak menarik perhatian, maka disekitarnya telah ditaburkan batu kerikil dan pasir sebagaimana semula. Dirumah, Ki Krawangan dan Nyi Krawangan menjadi gelisah. Delima sudah terlalu lama pergi. Beberapa kali Kenanga sudah menanyakan, kenapa Delima masih belum pulang. "Aku akan pergi ke tepian " berkata Ki Krawangan "mungkin terjadi sesuatu dengan anak itu." "Anak ini memang keras kepala" desis ibunya "seharusnya ia tidak pergi ke sungai." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Ki Krawangan pun kemudian bersiap-siap untuk pergi ke sungai. Tetapi justru karena suasana yang masih belum menentu, maka Ki Krawanganpun telah menyelipkan pedang dilambungnya. Tetapi demikian Ki Krawangan keluar dari regol halaman, maka dilihatnya Delima melangkah sambil menjinjing bakul berisi cuciannya. Ki Krawangan menarik nafas dalam-dalam. Apalagi ketika ia melihat wajah Delima yang tidak memberikan kesah sesuatu yang menggelisahkan. "Ayah akan kemana?" bertanya Delima ketika ia melihat ayahnya berdiri termangu-mangu di depan regol halaman rumahnya. "Kemana saja kau Delima?" ayahnya ganti bertanya, "kami menjadi gelisah. Adikmu mulai merengek karena kau tidak segera pulang. Justru dalam suasana yang tidak menentu ini." "Sekarang ayah akan mencari aku?" "Ya. Aku akan menyusulmu ketepian." Delima tersenyum. Katanya, "Aku sudah pulang, ayah. Bukankah aku tidak apa-apa?" "Kau memang tidak apa-apa. Tetapi jantung kamilah yang apa-apa." Delima justru tertawa. Katanya, "Sebenarnya aku sudah selesai beberapa waktu yang lalu." "Jadi kenapa kau baru pulang sekarang?" "Ketika aku naik tebing, aku tergelincir. Pakaian yang sudah bersih itu tumpah dan menjadi kotor kembali. Nah, aku terpaksa mencucinya lagi ayah." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Bukankah ibumu sudah mengatakan, bahwa sebaiknya kau mencuci dirumah saja." Delima memandang ayahnya sekilas. Ia memang melihat kecemasan membayang di mata ayahnya. Karena itu, maka Delimapun berkata, "Marilah ayah. Mungkin ibu juga gelisah." "Tidak sekedar mungkin. Bukankah aku sudah mengatakan, seisi rumah menjadi gelisah. Kenanga sudah ribut saja menanyakan kenapa kau tidak segera pulang." Keduanya pun kemudian masuk kembali ke regol halaman rumah menyeberangi halaman. Kenanga yang melihat Delima datang diiringi oleh ayahnya, segera berlari-lari Mentari Senja Seri Arya Manggada V Karya Sh Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo mendapatkannya. "Lama sekali kau di tepian kak?" bertanya adiknya. Delima mengusap pipi adiknya sambil berkata "Aku harus mencucinya dua kali, karena cucian yang sudah bersih itu tumpah karena aku tergelincir ketika aku naik tanggul" "Ah, lain kali hati-hati ya kak. Kau tidak terluka?" Pertanyaan adiknya tiba-tiba membuat Delima merasa pedih di kakinya. Tcringat olehnya betapa ngerinya ketika kawan pamannya itu menarik kakinya ketika ia hampir sampai keatas tanggul. Ketika ia kemudian mengamati kakinya, baru ia melihat bahwa kakinya memang tergores kerikil. "Sakit kak?" bertanya adiknya. Tetapi Delima tersenyum. Katanya "Tidak. Hanya sedikit pedih. Tetapi segera akan baik." "Aku carikan daun metir, kak." "Ah. tidak seberapa," jawab Delima. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Ketika ia masuk ke dapur, ibunyapun menyatakan kegelisahannya karena Delima tidak segera pulang. Ketika kemudian Delima menjemur cuciannya dibelakang rumahnya, matahari telah menjadi agak tinggi. Ia memang terlambat pulang. Namun yang terjadi di tepian membuatnya sedikit berpengharapan, bukan saja tentang pamannya, tetapi justru seisi padukuhannva akan dapat menyadari jalan sesat yang telah mereka tempuh, bahwa selama ini mereka sekedar menjadi alas berpijak oleh seorang yang membenci kenyataan yang dialaminya. Kemudian dendamnya menebar ke lingkungan luas yang dapat dijangkaunya. Tetapi jalan tentu masih agak jauh. Dalam pada itu, ketika Delima mendapat kesempatan untuk berbicara dengan ayahnya seorang diri, maka Delima pun telah menceriterakan apa yang telah terjadi di tepian. Hampir saja ia menjadi korban kebiadaban orang-orang dari padepokan Kiai Banyu Bening. Untunglah bahwa pamannya melihatnya. Bahkan kemudian ternyata bahwa orang bongkok itu juga berada di tempat itu. "Paman telah membunuh dua orang kawannya, ayah." Ayahnya mengangguk-angguk. Namun kemudian katanya, "Dengan demikian, pamanmu ada dalam bahaya." "Paman telah berbicara langsung dengan kakek bongkok itu, ayah. Tetapi nampaknya paman masih belum siap untuk mengambil langkah-langkah penting untuk meninggalkan padepokan." "Ya. Tentu tidak dapat dilakukan dengan serta-merta. Bukan karena pamanmu mencemaskan dirinya sendiri. Tetapi pamanmu justru memikirkan nasib kita sekeluarga." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Delima mengangguk-angguk. Dugaannya tentang pamannya ternyata keliru. Pamannya bukannya orang yang tidak berjantung. Tetapi pamannya masih mempunyai perasaan wajar dan bahkan selalu memikirkan keselamalan adiknya. Namun aknirnya Delima tidak dapat menyimpan rahasianya lagi. Ketika orang bongkok itu tidak lagi merupakan iblis yang dianggap menggoda untuk melemahkan kepercayaan keluarganya, Delima merasa aman untuk mengatakan kepada ayahnya, bahwa sejak sebelum peristiwa di sanggar itu terjadi, dan bahkan sejak sebelum orang bongkok itu datang sebagai orang yang kelaparan dan kehausan, Delima memang sudah mengenalnya. "Jadi, kau sudah berhubungan dengan orang itu?" bertanya ayahnya. "Ya ayah," jawab Delima "tetapi aku takut mengatakannya kepada ayah." Ki Krawangan menarik nafas dalam-dalam. Namun kemudian iapun berkata, "Untunglah, bahwa keadaan berkembang ke arah yang menguntungkan bagi kita. Sikap kakang yang tidak kita duga sebelumnya, serta perkembangan padepokan Kiai Banyu Bening itu sendiri. Seandainya yang terjadi sebaliknya, apa jadinya kita semuanya?" "Jika perkembangannya tidak seperti ini, tentu aku tidak akan mengatakannya kepada ayah,"' jawab Delima. "Baiklah Delima. Tetapi kau harus tetap berhati-hati. Kita tidak tahu, apa yang terjadi sebenarnya di sekitar kita. Kita tidak tahu, apakah orang-orang lain di padukuhan ini mempunyai perasaan yang sama seperti kita." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Aku kira demikian, ayah. Aku kira sebagian besar orangorang padukuhan kita mempertanyakan kebenaran sesorahsesorah yang sering kita dengar di sanggar. Apalagi setelah peristiwa yang terjadi di sanggar itu, serta banjar padukuhan kita terbakar. Orang yang tiba-tiba muncul dari reruntuhan itu tentu kawan kakek bongkok itu pula. Demikian pula yang tibatiba saja sudah berada di pintu gerbang halaman banjar." "Nampaknya mereka mempunyai kekuatan yang cukup," berkata Ki Krawangan. Namun kemudian katanya "Meskipun demikian, sekali lagi aku peringatkan Delima, kita harus berhati-hati. Banyak kemungkinan masih daput terjadi. Demikian juga hubungan kita dengan padepokan Kiai Banyu Bening itu." Delima mengangguk kecil. Namun iapun menyadari, bahwa banyak hal yang tidak dapat diperhitungkan dahulu mungkin akan terjadi. Peristiwa di pinggir kali itu, membuat Ki Krawangan sehariharian merenung. Ia mulai menyadari, banwa anaknya memang sudah menginjak usia dewasanya. Sementara itu, orang-orang dari padepokan Kiai Banyu Bening sering berkeliaran kemana-mana. Mereka melakukan tindakantindakan yang tidak terkendali. Agaknya, peristiwa yang hampir saja menimpa Delima itu juga pernah menimpa gadis yang lain. Tetapi gedis itu, atau mungkin orang tuanya, sama sekali tidak berani mengatakan kepada siapapun juga, karena orang-orang dari padepokan itu tentu mengancamnya untuk membunuh atau tindak kekerasan yang lain. Bersukurlah Ki Krawangan, bahwa anaknya ternyata masih selamat. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Tetapi tiba-tiba terbersit pertanyaan "Mengucap sukur kepada siapa" Sang Maha Api" Matahari atau rembulan?" Ki Krawangan menarik nafas dalam-dalam. "Tidak. Tentu bukan Sang Maha Api yang telah menelan banjar padukuhan itu. Karena ternyata banjar padukuhan itu telah dibakar oleh orang-orang dari padepokan Kiai Banyu Bening." Dalam pada itu, dari hari ke hari, orang-orang padukuhan itu masih tetap merasa tegang. Mereka masih belum yakin, bahwa padukuhan mereka akan benar-benar menjadi tenang. Apalagi ketika kepada orang-orang padukuhan itu diberitahukan bahwa untuk sementara tidak ada kegiatan apaapa didalam sanggar. "Orang bongkok dan kawan-kawannya akan dapat mengacaukan suasana yang seharusnya hening itu" berkata orang dari padepokan yang ditugaskan menemui orang-orang padukuhan. "Sementara itu. orang-orang tua yang berada dirumah Ki Ajar Pangukan pun tidak dengan tergesa-gesa mengambil tindakan. Mereka menunggu perkembangan keadaan. Namun mereka tidak henti-hentinya mengamati padepokan Kiai Banyu Bening, serta padukuhan yang pernah mereka rambah untuk menyatakan, bahwa ada pihak yang menentang perbuatan Kiai Banyu Bening, yang tidak lebih dari ungkapan gejolak perasaan pribadinya yang penuh dengan dendam dan nafsu. Dihari-hari berikutnya, ternyata Ki Pandi pun masih juga sering menemui Delima di pinggir kali, ketika Delima mencuci pakaian. Bahkan masih belum ada orang lain yang berani melakukan sebagaimana yang dilakukan oleh Delima. Namun bagi Delima, hal itu justru menguntungkan baginya. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Justru karena tepian itu selalu sepi, maka bukan saja Ki Pandi yang_sering datang, tetapi juga Manggada dan Laksana. Namun yang penting bagi Ki Pandi, ia justru dapat selalu berhubungan pula dengan Ki Warana. Ceritera yang menarik yang dibawa oleh Ki Warana adalah ceritera tentang burung-burung elang yang sering berterbangan diatas padepokan Kiai Banyu Bening. Ki Pandi selalu tertarik setiap kali ia mendengar ceritera tentang burung-hurung elang. Ia sendiri pernah melihat burung-burung elang itu terbang diatas padepokan Kiai Banyu Bening itu. "Berhati-hatilah dengan burung elang itu "berkata Ki Pandi kepada Ki Warana ketika mereka bertemu di tepian, justru saat Delima sedang mencuci. "Aku juga pernah mendengar ceritera tentang burungburung elang itu," berkata Ki Warana. "Burung-burung itu selalu membawa perlambang buruk. Burung-burung elang berkuku timah itu adalah milik seorang yang menamakan diri Panembahan Lebdagati." "Kiai Banyu Bening telah mendengar nama itu," desis Ki warana. "Ia pernah membuat hal sama di daerah ini," berkata Ki Pandi. "Ya. Kiai Banyu Bening pernah mengatakan demikian. Karena itu, ia memilih tempat ini untuk mengembangkan kepercayaan yang disebarkannya, meskipun ia sendiri tidak pernah mempercayainya," sahut Ki Warana, namun Panembahan Lebdagati itu sudah lebur bersama padepokannya ketika padepokannya dihancurkan disini oleh http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ pasukan Pajang dan orang-orang berilmu tinggi yang menentang kepercayaannya." "Aku ada diantara mereka waktu itu," berkata Ki Pandi. Ki Warana mengangguk-angguk. Dengan demikian ia menjadi semakin yakin, bahwa orang bongkok itu tidak sekedar bermain-main jika ia berniat menghancurkan padepokan Kiai Banyu Baning. "Berhati-hati sajalah," pesan Ki Pandi "jika elang itu sudah semakin sering nampak dan berputar-putar, maka itu merupakan isyarat bahwa Panembahan Lebdagati akan segera datang." Ki Warana mengangguk-angguk. Katanya "Kiai Banyu Bening menganggap bahwa Panembahan Lebdagati sudah benar-benar tidak ada. Jika ada orang yang menamakan Panembahan Lebdagati, maka tentu bukan Panembahan Lebdagati yang sebenarnya." "Tidak. Kiai Banyu Bening salah. Panembahan Lebdagati yang sebenarnya itu masih ada. Masih hidup. Ia masih menunjukkan gejala-gejala kesalahan penalaran." Ki Warana masih saja mengangguk-angguk. Sementara itu Ki Pandi berkata "Namun apa yang dikembangkan Panembahan Lebdagati adalah benar-benar yang diyakini. Sedangkan Kiai Banyu Bening justru sekedar pelepasan dendamnya karena ia sudah kehilangan anak bayinya yang mati di dalam nyala api." Ki Warana mengangguk-angguk sambil berdesis "Ya. Agaknya memang demikian." "Dengan demikian, maka dari sisi keyakinan, Panembahan Lebdagati masih lebih jujur dari Kiai Banyu Bening. Tetapi http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ sayang, bahwa keyakinan Panembahan itupun merupakan keyakinan yang sesat." berkata Ki Pandi. "Ya "jawab Ki Warana "tetapi aku tidak tahu, apakah aku dapat memberi peringatan kepada Ki Banyu Bening." "Kaulah yang mengetahui kemungkinan itu. Tetapi untuk melengkapi keteranganku tentang Panembahan Lebdagati, aku beritahukan bahwa aku telah bertemu dan bertempur melawannya dalam memperebutkan pusaka-pusaka yang berada di tangan Kiai Gumrah, dari sebuah perguruan yang murid-muridnya sebagian besar menjadi pembuat dan pedagang gula kelapa." Ki Warana mengerutkan dahinya sambil bertanya "Kau telah bertempur melawan Panembahan Lebdagati?" "Ya. Sudah beberapakali aku alami. Tetapi aku tidak pernah berhasil mengalahkannya. Mentari Senja Seri Arya Manggada V Karya Sh Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Apalagi menangkap atau membinasakannya. Karena itu, maka aku yakin, bahwa Panembahan Lebdagati! itu masih ada sampai sekarang! Elang-elang itu adalah pertanda dari perhatiannya kepada padepokan Kiat Banyu Bening. Aku tidak tahu, apakah Kiai Banyu Bening memiliki kemampuan sebagaimana Panembahan Lebdagati." "Kiai Banyu Bening juga seorang yang berilmu sangat tinggi. Tetapi aku juga tidak tahu, apakah ia mampu mengimbangi Panembahan Lebdagati, karena aku belum pernah menyaksikan ilmunya." Ki Pandipun kemudian berkata, Baiklah. Aku minta kau dapat memberi tabukan kepadanya, langsung atau lewat Delima setiap perkembangan yang terjadi di padepokanmu, juga dalam hubungannya dengan Panembahan Lebdagati." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Ki Warana menganggukangguk. Namun kemudaan iapun minta diri meninggalkan Ki Pandi dan Delima di tepian. Dihari berikutnya, Ki Pandi bersama Manggada dan Laksana telah melihat lagi, dua ekor burung elang yang berputar-putar tinggi di udara. Burung itu tidak menukik dan tidak pula menyambar-nyambar. Nampaknya burung-burung itu dalam keadaan tenang, meskipun agaknya ada sesuatu yang sedang diawasinya.. Ternyata dikeesokan harinya, Delima telah berceritera kepada Ki Pandi yang datang bersama Manggada dan Laksana pula. Paman baru saja meninggalkan tempat ini," berkata Delima "ia harus segera berada di padepokan." "Apa ada sesuatu yang penting?" bertanya Ki Pandi. Paman minta disampaikan kepada kakek, bahwa kemarin di padepokan telah datang dua orang utusan Panembahan Lebdagati." "O," wajah Ki Pandi berkerut. Sementara Manggada bertanya, "Apa yang dibicarakan oleh utusan itu?" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Paman tidak mengatakannya. Tetapi paman berpesan, bahwa paman ingin bertemu dengan Ki Pandi lewat tengah hari di sini." "Baiklah, nduk," berkata Ki Pandi kemudian, "nanti kami akan datang kemari." "Apakah aku juga harus datang kemari, kek" "bertanya Delima. -Ah, tentu tidak," jawab Ki Pandi, "keadaan menjadi makin gawat, nduk. Persoalannya tidak lagi terbatas antara padepokan Kiai Banyu Bening dengan kakek yang bongkok ini, tetapi melihat Panembahan Lebdagati pula." Delima dapat mengerti keterangan Ki Pandi itu. Karena itu, maka iapun menjawab "Baiklah kek. Tetapi besok pagi aku akan berada disini lagi." "Tetapi kau harus melihat suasana, Delima. Jika suasananya tidak memungkinkan, maka kau harus tetap tinggal dirumah. Yang perlu kau ketahui Delima, para pengikut Panembahan Lebdagati tidak kalah liarnya dengan orang-orang padepokan Kiai Banyu Bening. Bahkan kemampuan orang-orangnya agak lebih tinggi dari orang-orang padepokan itu." Delima mcngangguak-angguk. Katanya, "Baik, kek." "Nah, sekarang, jika kau sudah selesai, pulanglah. Keadaan lingkungan ini benar-benar menjadi semakin gawat." berkata Ki Pandi. Ternyata Delima menuruti nasehat itu. Ia pun segera mengemasi cuciannya dan kemudian menjinjingnya. Ketika ia mulai naik tanggul, maka Laksana telah menyusulnya sambil berkata, "Marilah, aku.bawakan bakul itu." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Aku sudah terbiasa membawa bakul sambil memanjat naik." "Tetapi jika ada yang membantumu, bukankah itu lebih baik?" Delima tidak menolak ketika Laksana kemudian mengambil, bakul cucian itu dari tangannya. Manggada hanya memandanginya saja sambil tersenyum. Tetapi ketika Delima sudah sampai diatas tanggul, maka iapun berkata "Sudahlah. Biar aku membawa bakul itu." "Aku antar kau sampai kerumahmu," berkata Laksana. Tetapi Delima berkata "Bukankah keadaan.sekarang menjadi semakin gawat" Jika aku pulang bersama seseorang, maka tentu akan sangat menarik perhatian. Meskipun kita dapat mengabaikan perhatian tetangga-tetangga, tetapi tentu kita tidak dapat mengabaikan perhatian orang-orang padepokan dan mungkin para pengikut Panembahan Lebdagati itu." Laksana tersenyum masam. Tetapi ia sempat juga berkata, "Bagaimana jika kita juga mengabaikan perhatian orang-orang padepokan Kiai Banyu Bening dan para pengikut Panembahan Lebdagati." "Mungkin akibatnya tidak terasa bagimu. Tetapi bagiku" Bagi keluargaku?" Laksana tertawa. Katanya, "Ah, bukankah aku tidak bersungguh-sungguh?" Wajah Delima berkerut. Tetapi iapun kemudian tertawa pula. "Sampai besok," desis Delima. Ketika Delima kemudian menjadi semakin jauh dan mendekati padukuhannya, maka Laksanapun segera turun kembali ketepian. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Bertiga mereka meninggalkan tepian. Mereka akan kembali lagi sesuai dengan pesan Ki Warana lewat lengah hari. Demikianlah, maka lewat lengah hari, Ki Pandi, Manggada dan Laksana telah berada kembali di tepian. Mereka menunggu kedatangan Ki Warana untuk mendengarkan perkembangan terakhir padepokan Kiai Banyu Bening. Ketiga orang itu tidak perlu menunggu terlalu lama. Beberapa saat kemudian, maka Ki Warana benar-benar datang sesuai dengan pesannya lewat Delima. "Mereka adalah cucu-cucuku," berkata Ki Pandi, ketika Ki Warana memandangi.Manggada dan Laksana. "Mereka juga ada di sanggar malam itu" desis Ki Warana. "Ya. "sahut Ki Pandi "mereka berusaha menolong kakeknya." "Tidak Ki Sanak. Bukan mereka berusaha menolong kakeknya. Tetapi semuanya sudah terpencar. Sejak kau kelaparan dan kehausan di rumah Krawangan." Ki Pandi tertawa. Katanya "Ya. Sekarang aku tidak akan ingkar. Kami memang telah membuat rencana itu, meskipun sebagian sedikit menyimpang. Tetapi untunglah bahwa kami dapat menyelesaikan bagian pertama dari permainan kami dengan baik meskipun ada unsur keberuntungan." "Kalian terdiri dari orang-orang berilmu tingg," jawab Ki Warana. "Nah, sekarang, apakah yang akan kau katakan kepada kami?" "Di padepokan kami telah datang dua orang utusan Panembahan Lebdagati." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Ki Pandi mengerutkan dahinya. Sambil mengangguk-angguk ia pun kemudian berkata, "Jadi mereka telah benar-benar datang?" "Ya, Ki Pandi." "Apa yang mereka katakan?" bertanya Ki Pandi. "Panembahan Lebdagati menuntut agar apa yang dianggapnya haknya, supaya dikembalikan." "Apa yang dimaksud?" "Daerah ini. Panembahan Lebdagati menuntut agar Kiai Banyu Bening meninggalkan lingkungan ini dan menyerahkan padepokannya kepada Penambahan Lebdagati yang akan menanamkan kembali pengaruhnya di daerah ini. Panembahan Lebdagati merasa bahwa tanah ini adalah tanahnya." "Apa jawab Kiai.Banyu Bening?" "Tentu saja Kiai Banyu Bening tidak ingin menyerahkannya. Ia pun tidak akan meninggalkan tempat itu. Ketika Kiai Banyu Bening membangun padepokannya, maka Panembahan Lebdagati sudah tidak ada di tempat itu." Ki Pandi mengangguk-angguk. Namun kemudian iapun berkata "Jika Kiai Banyu Bening bersungguh-sungguh ingin mempertahankan padepokannya, ia harus benar-benar mempersiapkan dirinya. Panembahan Lebdagati masih mendapat kepercayaan dari beberapa orang pemimpin padepokan yang melandasi ilmunya dengan kepercayaankepercayaan hitam yang akan dapat diajaknya bergerak." "Kiai Banyu Bening memang telah mulai mempersiapkan dirinya. Tetapi Kiai Banyu Bening tetap menganggap bahwa Panembahan Lebdagati yang mengirimkan utusannya itu bukan Panembahan Lebdagati yang sebenarnya." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Kau benar-benar tidak dapat, memperingatkannya?" bertanya Ki Pandi. "Dalam keadaan yang demikian, Kiai Banyu Bening tidak dapat mendengarkan pendapat orang lain." "Bagaimana pendapat pembantu-pembantu Kiai Banyu Bening?" "Sebagian besar dari mereka juga tidak percaya bahwa yang mengirirnkan utusan itu adalah Panembahan Lebgadati." "Apakah Kiai Banyu Bening pernah mengenal wajah Panembahan Lebdagati?" Ki Warana termangu-mangu sejenak. Namun kemudian katanya, Aku tidak tahu, Ki Pandi. Tetapi menilik setiap pembicaraan mengenai Panembahan itu, nampaknya Kiai Banyu Bening pernah bertemu dan berbicara dengan Panembahan Lebdagati. Namun yang terang, Kiai Banyu Bening mengakui bahwa Panembahan Banyu Bening adalah orang yang berilmu sangat tinggi. Namun sebagaimana dikatakannya, bahwa Kiai Banyu Bening telah siap menghadapinya, meskipun orang yang mengaku Panembahan Lebdagati itu memiliki ilmu setinggi Panembahan Lebdagati sendiri." Ki Pandi mengangguk-angguk. Katanya "Meskipun aku belum pernah menjajagi kemampuan Kiai Banyu Bening, namun rasa-rasanya sulit bagi Kiai Banyu Bening untuk mengimbangi kemampuan Panembahan Lebdagati." Ki Warana mengerutkan dahinya. Dengan ragu ia berkata, "Tetapi Kiai Banyu Bening juga memiliki ilmu yang sangat tinggi." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Mudah-mudahan," jawab Ki Pandi. Namun kemudian ia berkata "Tetapi sebaiknya kau berhati-hati Ki Warana. Bukan maksudku untuk menghasutmu agar kau berkhianat terhadap Kiai Banyu Bening, tetapi nurani Ki Warana sendiri sudah memanggil, agar Ki Warana meninggalkan padepokan yang diwarnai oleh kepalsuan sikap pemimpinnya. Kiai Banyu Bening sama sekali tidak jujur dengan kepercayaan yang disebarkannya. Disinilah letak kelebihan Panembahan Lebdagati. la bersikap jujur terhadap kepercayaannya, meskipun kepercayaan itu adalah kepercayaan hitam yang harus dihapuskan. Karena itu. jika terjadi perang antara kedua padepokan yang sama-sama harus dimusnahkan itu, sebaiknya Ki Warana berusaha untuk melepaskan diri. Jika Ki Warana tidak bersiap-siap sejak semula, maka Ki Warana akan terjebak kedalam satu pertempuran yang akan mengikat Ki Warana." Ki Warana termangu-mangu. Memang sulit untuk melakukannya. Meskipun ia sendiri merasa tersiksa hatinya selama ia berada di padepokan itu, namun untuk begitu saja meninggalkan justru di saat yang gawat, rasa-rasanya Ki Warana itu tidak akan sampai hati. Seandainya ia tidak membela Kiai Banyu Bening, namun apakah ia akan dapat membiarkan kawan-kawannya yang setiap hari selalu berhubungan, digilas oleh kekuatan lain tanpa melibatkan Mentari Senja Seri Arya Manggada V Karya Sh Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo dirinya". Ki Pandi melihat keragu-raguan ini. Karena itu, maka iapun berkata, "Ki Warana. Kekuatan dan kemampuan Ki Warana seorang diri tidak banyak berpengaruh. Namun keselamatan Ki Warana sangat berarti bagi Ki Warana sendiri. Bukan keselamatan kewadagan saja, tetapi juga keselamatan jiwa Ki Warana. Jika Ki Warana bertempur dipihak Kiai Banyu Bening, itu akan berarti bahwa Ki Warana telah ikut serta http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mempertahankan sesuatu yang tidak sesuai dengan nurani Ki Warana sendiri." "Tetapi Ki Pandi, seandainya Kiai Banyu Bening dikalahkan oleh Panembahan Lebdagati, apakah bukan berani bahwa kepercayaan hitam Panembahan Lebdagati akan berkembang lagi di daerah ini" Betapa jujurnya Panembahan Lebdagati terhadap kepercayaannya, namun kepercayaan itu sendiri adalah kepercayaan yang sesat. Bagi orang lain, justru akan menjadi lebih berbahaya karena orang yang menerima keyakinan itupun akan menjadi yakin dan mengakar. Tidak seperti orang-orang yang menerima kepercayaan yang sekedar pura-pura, sehingga bagi para pengikutnya pun kepercayaan itu hanya sekedar mengambang saja?" "Bukankah sudah aku katakan, bahwa kepercayaan yang ditebarkan oleh Panembahan Lebdagati itu pun harus dimusnahkan?" Ki Warana mengangguk-angguk. Katanya, "Aku mengerti. Ki Pandi." -oo0o0dw0o0oo- http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Seri Arya Manggada V Mentari Senja Oleh : SH MINTARDJA Sumber DJVU : Koleksi Ismoyo http://cersilindonesia.wordpress.com/ Convert, edit, ebook : MCH & Dewi KZ http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/ http://kang-zusi.info http://cerita-silat.co.cc/ http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ JILID 4 KI PA NDI menarik nafas dalam-dalam. Ia melihat kebimbangan di mata Ki Warana. "Kau harus mengambil sikap Ki Warana. Kau tidak boleh mengorbankan dirimu untuk sesuatu yang tidak kau yakini kebenarannya. Dengan demikian maka pengorbananmu akan sia-sia." "Aku menjadi bingung," desis Ki Warana. "Jika kau dengar pendapatku. Ki Warana. Kau jangan hilang tanpa arti. Jika kau harus terlibat dalam pertempuran sekedar untuk menunjukkan kesetia-kawanan meskipun tidak didukung oleh keyakinan apapun, maka kau sebaiknya menentukan takaran, sampai dibatas manakah kau pantas menunjukkan kesetia-kawananmu itu." "Maksud Ki Pandi?""Kau tidak perlu mati dalam benturan kekerasan itu. Bukankah dengan demikian kau akan mati tidak untuk apaapa?" Ki Warana mengangguk-angguk. Sementara Ki Pandi berkata selanjutnya, "Jika kau hidup, maka kau masih mempunyai kesempatan untuk berbuat sesuatu yang lebih berarti. Berarti bagi dirimu sendiri dan berarti bagi orang lain." Ki Warana mengangguk-angguk. Katanya, "Aku mengerti. Dan aku akan berusaha untuk melakukannya. Jika aku tidak melihat kemungkinan apapun kalau Panembahan Lebdagati benar-benar datang, maka aku akan mempergunakan kesempatan terakhir untuk berusaha tetap hidup." "Kau dapat menularkan sikap ini kepada beberapa orang lain. Jika kau berhasil, maka yang tersisa dari padepokan Ki http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Banyu Bening, masih akan memberikan arti bagi kehidupan di lingkungan ini." Ki Warana mengangguk-angguk. Sementara Ki Pandi berkata selanjutnya "Kami akan mengamati perkembangan di padepokanmu." "Terima kasih" desis Ki Warana yang kemudian minta diri "aku harus segera kembali ke padepokan." "Silahkan Ki Warana. Jika Ki Warana menganggap perlu, Ki Warana dapat berpesan kepada Delima." "Tetapi kadang-kadang aku merasa cemas melihat Delima berada ditepian. Mungkin orang-orang padepokan sendiri yang berkeliaran scperti yang pernah terjadi. Tetapi mungkin orangorang Panembahan Lebdagati, justru akhir-akhir ini tepian menjadi sepi." "Kami akan mengawasinya. Setidak-tidaknya salah seorang diantara kami bertiga atau kawan-kawan kami yang lain." Ki Warana mengangguk kecil. Tetapi ia masih bertanya, "Berapa orang kawan kalian?" Ki Pandi tersenyum. Katanya "Tidak tentu. Kali ini ada beberapa orang tua bersamaku. Orang-orang tua yang ingin merasa dirinya masih berarti. Termasuk aku sendiri." Ki Warana menarik nafas panjang. Namun kemudian iapun minta diri, "Terima kasih. Aku akan kembali ke barak." Sepeninggal Ki Warana, ketiga orang itu memang tidak segera meninggalkan tepian. Mereka duduk-duduk diatas batu sambil berbincang. Tetapi beberapa kali Laksana membelokkan pembicaraan mereka yang berkisar sekitar kemungkinan kedatangan Panembahan Lebdagati. Kadangkadang seperti orang yang tidak menyadari apa yang http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ dikatakannya. Laksana berbicara tentang gadis yang bernama Delima itu. "Kenapa Delima harus dalang ke tepian" Seharusnya kita justru memperingatkannya, agar ia tidak lagi pergi ketepian ini. Seperti yang dikatakan oleh Ki Warana, kemungkinan buruk itu dapat terjadi pada Delima sebagaimana yang pernah terjadi. Seandainya kita mengawasi tepian ini, namun bahaya itu dapat menyergap Delima sepanjang jalan menuju ke tepian ini." "Jadi menurut pendapatmu?" bertanya Manggada. "Aku tidak berkeberatan datang kerumahnya setiap hari untuk menanyakan, apakah ada pesan dari Ki Warana atau tidak." "Apakah kau ingin Ki Warana atau keluarga Delima digantung di padepokan" " bertanya Manggada, "orang-orang padepokan yang saling mencurigai tentu akan saling mengawasi. Dengan perintah atau tidak." "Kesetia-kawanan mereka cukup tinggi, sebagaimana sikap Ki Warana." "Untuk menghadapi bahaya dari luar. Tetapi kedalam mereka akan berebut kedudukan. Seperti juga terjadi dimanamana, kadang-kadang seseorang yang saling menolong dalam keterkaitan dengan orang lain, akan sampai hati saling memfitnah justru diantara keluarga sendiri karena mereka berebut kedudukan." Laksana menarik nafas panjang. Namun agaknya ia dapat mengerti alasan itu. Ki Pandi hanya tersenyum-senyum saja mendengarkan pembicaraan kedua orang anak muda itu. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Namun akhirnya, Ki Pandi itu berdesis "Marilah. Kita tinggalkan tempat ini. Kita dapat berbicara dengan saudarasaudara kita. Bahwa Panembahan Lebdagati siap untuk mengambil alih padepokan Ki Banyu Bening akan merupakan berita yang menarik bagi mereka." Sebenarnyalah, ketika hal itu disampaikan kepada mereka yang berada di rumah Ki Ajar Pangukan, ternyata bahwa mereka menjadi sangat tertarik. "Jadi Panembahan iiu benar-benar akan mengusir Ki Banyu Bening?" bertanya Ki Ajar Pangukan. "Menurut Ki Warana memang demikian. Dua orang utusannya telah bertemu dengan Ki Banyu Bening. Namun Ki Banyu Bening nampaknya berkeras untuk bertahan. Bahkan menurut Ki Warana, Ki Banyu Bening tidak percaya bahwa Panembahan Lebdagati itu masih ada." "Kita akan mengambil kesempatan," berkata Ki Ajar Pangukan. "Kesempatan apa" "bertanya Ki Jagaprana. "Kita tidak menghendaki kehadiran kedua-duanya di lingkungan ini. Bahkan dimanapun juga. Karena itu, kita akan memanfaatkan benturan kekuatan mereka. Bukankah dengan demikian kedua-duanya menjadi lemah?" Ki Pandipun kemudian menyahut "Aku sependapat. Tetapi aku sedang berusaha untuk selalu berhubungan dengan Ki Warana. Aku berharap bahwa pada suatu saat, kita dapat bekerja bersamanya." "Bekerja bersama bagaimana" " bertanya Ki Lemah Teles. "Kalau Ki Warana menyadari kedudukannya serta panggilan nuraninya, maka aku kira aku akan berhasil." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Dengan singkat, Ki Pandi menceriterakan hubungan yang dibuatnya dengan Ki Warana. Kemudian katanya, "Aku menaruh harapan pada sikapnya." Ki Lemah Telespun berkata, "Jika demikian, teruskan hubunganmu dengan orang itu. Setidak-tidaknya kita dapat mengikuti perkembangan persoalan yang menyangkut hubungan antara padepokan Kiai Banyu Bening dan Panembahan Lebdagati." "Baiklah," berkata Ki Pandi "namun nampaknya segala sesuatunya sudah menjadi semakin mendesak. Kitapun harus mempersiapkan diri untuk terlibat kedalam persoalan ini. Tentu saja dengan sudut pandang kita terhadap persoalan yang terjadi." Yang lain pun mengangguk-angguk. Mereka memang sudah meletakkan niat mereka untuk melawan kegiatan Kiai Banyu Bening dan apalagi Panembahan Lebdagati." Demikianlah dari hari ke hari, Ki Pandi dapat tetap berhubungan dengan Ki Warana lewat Delima. Sehingga pada suatu hari, Ki Warana itu berkata "Panembahan Lebdagati telah menyampaikan ancamannya." "Ancaman apa?" bertanya Ki Pandi. "Dua orang utusannya telah datang lagi. Panembahan Lebdagati minta dalam waktu sepuluh hari, padepokan itu harus sudah menjadi kosong. Semua kegiatan dihentikan, dan menyerahkan segala-galanya kepada Panembahan Lebdagati." Ki Pandipun mengangguk-angguk. Namun tiba-tiba ia bertanya "Apakah padepokan itu masih tetap melakukan kegiatan di sanggar-sanggar dibeberapa padukuhan?" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Sejak peristiwa di sanggar itu, maka beberapa kegiatan telah disusut. Tetapi menurut Kiai Banyu Bening, semuanya itu sekedar ancang-ancang untuk langkah-langkah panjang berikutnya. Tetapi kehadiran utusan-utusan orang yang menyebut dirinya kemenakan Lebdagati itu agaknya sangat berpengaruh terhadap kegiatan Kiai Banyu Bening. Apalagi setelah Panembahan Lebdagati mengancam dan memberikan waktu sepuluh hari. Maka kegiatan seisi padepokan terutama adalah mempersiapkan diri menyambut kedatangan Panembahan Lebdagati itu. Ki Pandi mendengarkan keterangan Ki Warana itu dengan sungguh-sungguh. Dengan nada berat, Ki Pandi itu menyahut, "Panembahan Lebdagati tentu tidak sekedar mengancam. Aku mengenal waktunya dengan baik. Ia tentu akan bersungguhsungguh datang dengan kekuatan yang cukup untuk menghancurkan Kiai Banyu Bening. Bukan sekedar mengusirnya. Seperti yang pernah aku katakan, kekuatan Panembahan Lebdagati tentu sulit untuk dilawan oleh Kiai Banyu Bening." "Tetapi Kiai Banyu Bening tetap pada pendiriannya. Ia tidak akan beranjak dari padepokan itu." "Ki Warana," berkata Ki Pandi "jika para pengikut Kiai Banyu Bening akan bertahan, silahkan. Tetapi aku ingin memperingatkan, bahwa Ki Warana tidak perlu membunuh diri. Jika Ki Warana mempunyai beberapa orang yang dapat sungguh-sungguh dipercaya, maka Ki Warana dapat mempersiapkan diri untuk membuat garis pertahanan kedua, justru diluar padepokan." "Maksud Ki Pandi?" bertanya Ki Warana. -"Jika keadaan memaksa, maksudku jika pertahanan Kiai Banyu Bening benar-benar pecah dan tidak mungkin bertahan http://dewi-kz.info/ Mentari Senja Seri Arya Manggada V Karya Sh Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ lagi, sebaiknya Ki Warana menyingkir dari padepokan. Ki Warana harus mempersiapkan tempat untuk mengumpulkan sisa-sisa kekuatan dari padepokan itu." "Lalu, apa artinya" Jika bersama Kiai Banyu Bening kami sudah tidak mampu bertahan, apa yang kemudian dapat kita lakukan jika Panembahan Lebdagati memburu kami?" "Ki Warana" berkata Ki Pandi, "kami berjanji untuk berada ditempat itu. Kami akan bersama membantu sejauh dapat kami lakukan untuk melawan kekuatan Panembahan Lebdagati. Tetapi sudah tentu dengan janji." "Janji apa?" bertanya Ki Warana. Ki Pandi termangu-mangu. Namun kemudian ia berkata, "Semua ajaran Kiai Banyu Bening yang tidak lebih dari sekedar memanjakan nafsu dan dendam itu harus dihentikan. Padepokan itu harus menjadi tempat yang berani bagi kehidupan lahir dan batin bagi orang-orang di lingkungan ini. Padepokan itu harus menjadi tempat orang-orang mencari pengetahuan yang berarti bagi kesejahteraan hidup lahiriyahnya, tetapi juga tempat orang menemukan dirinya dihadapan penciptanya menurut ajaran yang benar." Ki Warana memandang Ki Pandi dengan tajamnya. Namun kemudian Ki Warana itupun bertanya, "Tetapi siapakah yang akan dapat melakukannya" Maksudku, siapakah yang akan memimpin padepokan itu, karena tidak seorangpun diantara kami yang mampu melakukannya" Kami adalah orang-orang yang selama ini hanyut dalam arus yang liar dan bermuara pada genangan yang keruh." "Jalan telah dibuat menembus hutan yang menyekat lingkungan ini dengan dunia yang lebih cerah. Karena itu, jika http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ segalanya telah dapat diselesaikan, maka pergilah ke pajang. Kalian akan dapai memecahkan persoalan yang kalian hadapi." "Haruskah kami menempuh perjalanan yang jauh itu?" "Kau pernah ke Pajang" Pajang tidak terlalu jauh dari tempat ini. Apalagi setelah hutan Jatimalang terbuka." Ki Warana mengangguk-angguk. Katanya "Baiklah Ki Pandi. Aku akan berusaha sejauh dapat aku lakukan. Tetapi aku pun harus berhati-hati, agar aku tidak dicurigai oleh Kiai Banyu Bening dan para pengikutnya yang paling setia. Yang menurut penglihatan Kiai Banyu Bening termasuk aku sendiri." "Mudah-mudahan Ki Warana berhasil. Usaha Ki Warana ini juga merupakan usaha untuk melestarikan keberadaan padepokan itu, meskipun isinya akan berubah." Namun Ki Warana tidak dapat berbincang terlalu panjang, ia harus segera berada di padepokannya kembali. Meskipun demikian, Ki Warana telah membawa bekal yang akan sangat berarti bagi padepokannya. "Ki Warana" pesan Ki Pandi "beritahukan kami, kemana Ki Warana akan menyusun pertahanan kedua sebelum Ki Warana akan kembali memasuki padepokan." "Baiklah Ki Pandi. Aku akan menyampaikannya dalam dua hari sebelum batas waktu yang sepuluh hari itu sampai. Jika aku tidak sempat menunggu Ki Pandi karena waktuku yang sempit, aku akan berpesan kepada Delima." Sepeninggal Ki Warana, Ki Pandi yang diikuti oleh Manggada dan Laksana telah menyusuri tepian. Ketika mereka sampai di tempat yang hampir tidak pernah di kunjungi orang, Ki Pandi berkata, "Sepuluh hari lagi, Lebdagati akan datang ke padepokan. Kalian pun harus bersiap." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Manggada dan Laksana mengangguk-angguk. Namun mereka tanggap bahwa Ki Pandi telah menemukan tempat yang baik untuk berlatih. "Kita manfaatkan waktu yang pendek ini," berkata Ki Pandi. Untuk beberapa lama, maka mereka bertiga telah berlatih di tepian. Ki Pandi sengaja mengajak Manggada dan Laksana berlatih diatas pasir yang tebal, agar menambah hambatan pada langkah kaki mereka. Sejak hari itu, maka orang-orang yang berada di rumah Ki Ajar Pangukan telah benar-benar mempersiapkan diri. Karena Manggada dan Laksana adalah orang-orang yang paling muda diantara mereka, bukan saja umurnya, tetapi juga ilmunya, maka seakan-akan orang-orang tua yang ada dirumah itu telah berusaha membantu mereka meningkatkan ilmunya. Bahkan tanpa diminta oleh siapapun, masing-masing berusaha menyesuaikan kemungkinan-kemungkinan yang tidak justru mengganggu bagi perkembangan ilmu dan tubuh Manggada dan Laksana. Diantara mereka berusaha membantu perkembangan ilmu Manggada dan Laksana melengkapi unsur-unsur geraknya. Tetapi Ki Lemah Teles lebih senang mengajak kedua anak muda itu berkelahi. "Aku tidak akan merusak dasar ilmu mereka. Dengan berkelahi, anak-anak itu akan mendapat pengalamanpengalaman baru sehingga dasar kemampuan mereka akan berkembang dengan sendirinya. Karena didunia olah kanuragan, merekapun akan menghadapi kekerasan dari orang-orang yang semula ilmunya tidak dikenalnya sama sekali." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Manggada dan Laksana memang memanfaatkan kesempatan itu sebaik-baiknya. Beberapa pintu yang rasarasanya masih tertutup baginya, telah menjadi terbuka, sehingga Manggada dan Laksana menemukan kemungkinankemungkinan baru didalam tatanan kemampuannya. Dengan demikian maka ilmu Manggada dan Laksana dengan pesatnya telah meningkat. "Kalian tidak boleh menjadi beban," berkata Ki Pandi "jika benar kita akan terlibat, maka kalian akan dapat mandiri menghadapi para pengikut Panembahan Lebdagati." "Jika Kiai Banyu Bening diluar dugaan menang atas Panembahan Lebdagati dan dapat mengusirnya atau bahkan menghancurkannya sama sekali?" bertanya Manggada. Ki Pandi menarik nafas dalam-dalam. Katanya "Memang mungkin sekali. Selama ini kita selalu menganggap bahwa Kiai Banyu Bening akan dikalahkan oleh Panembahan Lebdagati." "Lalu apa yang harus kita lakukan" "bertanya Laksana. "Kita harus mempergunakan kesempatan sebaik-baiknya. Sebelum Kiai Banyu Bening sempat bernafas, kita akan datang dan menghancurkannya sama sekali. Terutama bangunanbangunan yang ada hubungannya dengan nafsu dan dendamnya karena ia telah kehilangan anak bayinya. Sedangkan kita tidak tahu, siapakah yang telah bersalah, sehingga anak bayinya itu ditelan api." Manggada dan Laksana mengangguk-angguk. Mereka mengerti sepenuhnya, apa yang harus mereka lakukan jika Panembahan Lebdagati berhasil. Tetapi merekapun tahu apa yang harus mereka lakukan jika Kiai Banyu Bening berhasil mengusir Panembahan Lebdagati dan bahkan menghancurkan para pengikutnya. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Seperti yang sudah direncanakan, maka dua hari sebelum hari-hari yang menegangkan itu, Ki Warana ternyata masih sempat menemui Ki Pandi di tepian seperti biasanya. Bahkan Ki Warana sudah menunggu bersama Delima yang sedang mencuci. Ki Warana menemui Ki Pandi dan Manggada ditempat yang terpisah, sementara Laksana lebih senang menunggui Delima yang sedang sibuk dengan cuciannya. "Kau tidak ikut dalam pembicaraan itu?" bertanya Delima. Laksana menggeleng. Katanya "Seandainya aku ikut duduk bersama mereka, akupun hanya mendengarkan saja." "Bukankah dengan demikian kau akan mengetahui rancangan yang seharusnya kalian lakukan?" "Bukankah aku dapat bertanya kepada kakang Manggada atau langsung kepada Ki Pandi?" "Tetapi tentu lebih puas jika dapat langsung mendengar urut-urutan pembicaraan itu." "Hasil pembicaraan itu akan dapat aku dengar dari orang lain. Tetapi apa yang akan kau katakan hanya dapat aku dengar langsung dari kau sendiri." "Apa yang akan kau katakan?" Delima justru terkejut. "Tidak tahu. Tentu kau yang lebih tahu," jawab Laksana. "Ah, kau," desis Delima yang kemudian telah tenggelam dalam kesibukannya, mencuci pakaian sebagaimana selalu dilakukannya. Biasanya bahkan Delima datang dengan beberapa orang kawan-kawan Delima masih belum berani turun ke sungai. Dalam pada itu, Ki Warana telah memberikan ancar-ancar kepada Ki Pandi tentang garis pertahanan keduanya. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Beberapa orang yang benar-benar dapat aku percaya telah sepakat," berkata Ki Warana "jika keadaan memaksa kami akan menyusun pertahanan di sebuah padukuhan yang tidak terlalu jauh dari padepokan. Sebanyak kawan-kawan kami yang dapat melarikan diri, maka kami akan mencoba menyusun kekuatan kami kembali. Tentu saja dengan harapan, bahwa Ki Pandi akan membantu kami. Terutama untuk menghadapi Panembahan Lebdagati itu sendiri." Ki Pandi mengangguk-angguk. Kalanya "Baiklah. Tetapi aku mempunyai syarat lagi." "Syarat apa Ki Pandi" " "Jika padepokan kalian memenangkan pertempuran melawan Panembahan Lebdagati, maka Kiai Banyu Bening akan berhadapan dengan kami. Kami memang ingin menghapus nafsu dan dendam Kiai Banyu Bening. Jika Kiai Banyu Bening menang atas Panembahan Lebdagati, maka kepercayaan terhadap dirinya menjadi semakin tebal. Dengan demikian, maka kegiatan yang selama ini agak mengendor karena berbagai macam sebab, akan semakin meningkat. Kiai Banyu Bening tentu akan benar-benar memerintahkan mengorbankan bayi-bayi yang tidak berdosa sekedar untuk didengar tangisnya saat api mulai menjilat tubuhnya." Ki Warana menarik nafas dalam-dalam. Katanya "Lalu, apa yang sebaiknya kami lakukan?" "Bukankah Ki Warana juga ingin membebaskan diri dari cengkeraman kepercayaan yang pura-pura itu?" "Ya.?"jawab Ki Warana. "Nah, jika demikian, perintahkan orang-orang yang sejalan dengan pikiran Ki Warana untuk mengenakan tanda. Jika kalian mampu mengalahkan Panembahan Lebdagati, http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ sementara kemu dan kami memasuki padepokan itu sebelum Kiai Banyu Bening sempat bernafas, agar kami dapat membedakan, siapakah yang berniat mempertahankan kehadiran Kiai Banyu Bening dan siapa yang tidak, kalian harus mengenakan sesuatu." "Apa menurut pendapat Ki Pandi?" "Apa yang paling mudah kalian dapatkan di dalam padepokan Kiai Banyu Bening" Janur atau bulu ayam, bulu itik atau apa" "Memang ada beberapa batang pohon kelapa yang terkurung oleh dinding padepokan." "Nah, pastilah janur kuning. Sebelum kalian perlukan, ikatkan janur kuning itu dibawah baju kalian. Baru kemudian janur kuning itu diperlihatkan dan dipergunakan sebagai pertanda setelah diperlukan," berkata Ki Pandi. Ki Warana mengangguk-angguk. Katanya, "Baiklah, Ki Pandi. Kami akan mencobanya. Kami akan bertahan terhadap Panembahan Lebdagati, tetapi disisi lain kami ingin bebas dari belenggu Kiai Banyu Bening tanpa menumbuhkan kecuriagaan." "Terima kasih Ki Warana. Mudah-mudahan kita berhasil," jawab Ki Pandi. "Jika Panembahan Lebdagati bersungguh-sungguh, maka waktu kita tinggal dua hari." "Aku kira Panembahan Lebdagati bersungguh-sungguh. Berhati-hatilah. Kau tidak boleh hancur dalam permainan ini, karena kau akan membawa perubahan sikap dari beberapa orang yang terbelenggu didalam cengkeraman lingkungan yang kau benci." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Baiklah " berkata Ki Warana, "aku akan berusaha." Seperti biasanya maka Ki Warana tidak dapat terlalu lama berada di pinggir sungai itu. Apalagi disaat padepokannya sedang mempersiapkan kesiagaan tertinggi menghadapi tantangan Panembahan Lebdagati. Karena sebenarnyalah Kiai Banyu Bening sendiri menjadi berdebar-debar menghadapi ancaman itu. Tetapi sebagai seorang yang berilmu tinggi dan berkeyakinan atas kemampuannya, maka Kiai Banyu Bening tidak akan begitu saja menyerah terhadap ancaman Panembahan Lebdagati. Pada malam-malam terkhir, mendekati Mentari Senja Seri Arya Manggada V Karya Sh Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo saat yang ditentukan oleh Panembahan Lebdagati, maka Kiai Banyu Bening sendiri memang lebih banyak berada didalam sanggarnya. Beberapa orang kepercayaannya memang diperintahkan untuk meningkatkan kemampuan mereka. Memantapkan pengabdian mereka kepada Sang Maha Api dan menyediakan senjata secukupnya. Kiai Banyu Bening telah memerintahkan pula membuat panggungan dibelakang dinding padepokannya. Para cantrik sudah diperintahkan untuk menghancurkan lawan sebelum mereka memasuki dinding padepokan. "Sediakan anak panah sebanyak-banyaknya. Juga sediakan lembing dan senjata lontar yang lain. Sedangkan para cantrik juga diperintahkan untuk melihat din-ding, pintu gerbang dan pintu butulan. Yang nampak lemah harus segera diperkuat. Selarak pintu pun dibuat rangkap pula. Menjelang hari-hari yang ditentukan, maka segala sesuatunya telah siap. Kiai Banyu Bening menjadi semakin yakin, bahwa orang yang menyebut dirinya Panembahan Lebdagati itu tidak akan dapat memasuki padepokannya. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Namun dihari-hari terakhir itu pula sepasang burung elang nampak berputaran di langit. Sekali-sekali menukik rendah. Namun kemudian membubung tinggi menyentuh mega-mega di langit. Dengan matanya yang tajam sepasang burung elang itu memperhatikan apa yang ada didalam dinding padepokan. Kemudian dengan gerak isyarat sepasang burung elang itu memberikan laporan tentang penglihatannya sesuai dengan kemampuannya. Sementara itu orang- orang yang mampu mengendalikan burung- burung elang itu mencoba untuk menangkap arti dari isyarat-isyarat yang diberikan oleh sepasang burung elang itu. Namun bukan hanya orang-orang yang mengendalikan burung-burung elang itu saja yang memperhatikan sepasang burung itu dari kejauhan. Tetapi Ki Pandi, Manggada dan Laksana pun ikut memperhatikan pula dari kejauhan. "Menurut Ki Warana, besok adalah batas terakhir yang diberikan oleh Panembahan Lebdagati," berkata Ki Pandi. "Besok akan terjadi pertempuran yang sengit antara dua aliran hitam yang garang." desis Manggada. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Bukan besok," sahut Ki Pandi "besok adalah batas terakhir. Aku kira baru besok lusa Panembahan Lebdagati akan dalang Kisah Si Pedang Terbang 6 Pendekar Naga Putih 36 Misteri Desa Siluman Pedang Kayu Harum 20

Cari Blog Ini