Si Dungu 3
Si Dungu Karya Chung Sin Bagian 3 cepat. Pada wajah Kat Siauw Hoan yang kurus pucat itu tampak rasa girang. "Aku tahu, kau pasti dapat meluluskannya." Wanita muda itu berkata. "Katakanlah. Apa permintaanmu itu" "Tolong kau tutup pintu." Kat Siauw Hoan meminta. Sigadis kecil telah pergi entah kemana, To It Pang menutup pintu. Maka didalam kanar tarsebut hanya tinggal dirinya dengan Kat Siauw Hoan berdua, ia menghampiri pambaringan dan memandang tajam. "Duduklah disisiku." Kata Siauw Hoan meminta "Banyak sekali kata2 yang ingin kusampaikan kepadamu." To It Peng ragu2, hatinya memukul kembali, luar biasa kerasnya, berdebar-debar dan hampir ia tak tahan godaan. Kat Siauw Hoan menarik napas "Kau tidak ingin menggembirakanku?" ia bertanya lemah. To It Pang belum berani bergerak. "Mungkin karena aku sakit, maka wajahku manjayi menakutkanmu, bukan ?" tanya wanita muda yang sangat cantik itu. "Kau tidak mau dekat denganku?" To It Peng menggoyangkan kepala barkata : "Bukan, kau cantik,.....Kau masih tetap menarik." "Mengapa kau tidak bersedia duduk disisiku?" To It Peng duduk dipambaringan Kat Siauw Hoan. "To tayhiap kau saorang baik. Tetapi aku wanita jahat, wanita busuk yang telah melarikan diri dari suamiku."Kat Siauov Hoan berkeluh kesah. Tentunya kau mammdang rendah padaku bukan?" "Siapa yang memandang rendah?" To It Peng membantah. "Kau tahu. Aku adalah isteri pelarian Seng-po-khung." "ya. Tetapi aku tidak memandang rendah dirimu. Kau melarikan diri dari Seng-po-khung, tentunya ketua Seng-po-khung yang bangsat." "Ketua Sang-po-khung bukannya seorang bangsat." kata Kat Siauw Hoan lemah. la memandang api lilin yang memain, kadang2 bersinar terang, kadang2 suram. Suatu perbandingan dengan hidup dirinya. "Kau......" To It Peng memandang wajah wanita itu, ia heran. "Aku menyesal atas seqala apa yang telah kulakukan. Sayang telah terlambat." kata Kat Siauw Hoan. "Eh, betulkah kau bersedia membantuku?" "Tentu." To It Pang hampir berteriak. "Mengapa tidak meu membantuku" Aku bersumpah, bila aku, To It Peng tidak berniat membantumu, maka....." ,.Sudahlah. Aku tidak membutuhkan sumpahmu. Tenteng anakku itu ........ jinakkah ia kepadamu ?" "la baik sekali." kata To It Peng. "Menurut dan menyenangkan." "Setelah; kau antar ke Seng-po-khung, tentunya merasa sepi bukan?" "Aku....." Seharusnya T o It Peng ingin menceritakan bahwa anak itu belum tentu berada di Seng-po-khung, tetapi ia batal memberi tahu. Berat rasanya untuk bercerita tentang hal ini. Kat Siauw Hoan tak tahu apa yang sipemuda pikirkan; ia meneruskan kata2nya : "Permintaanku yalah agar kau dapat menyusul dan mengawaninya di Seng-po-khung." "Aku ke Sang-pokhung" Apa kerjaku disana?" "Kau telah memulangkan anak itu kepada ayahnya, sang anakpun berkesan baik kapadamu .... Ketua Seng-po-khung tentunya berterima kasih. Bila kau mengajukan permintaan untuk menetap di Seng-po-khung, tentunya ia tidak keberatan. Maka kau dapat melihat bagaimana ia dibesarkan." To It Peng belum mengerti, apa guna ia diminta untuk melihat seorang anak dibesarkan! "jangan kau tinggalkan anak itu." kata Kat Siauw Hoan. "Kau kutunjuk sebagai wali anak itu. T olong tilik dirinya. Bila tiba saatnya ia berumur 20 tahun. Serahkanlah pedang ini kepadanya." Dari balik pembaringan, Kat Siauw Hoan mengeluarkan sebuah pedang. Itulah pedang Hu-ie yang pernah dilihat To It Peng, pada saat Liok T ianglo mengejar Kat Siauw Hoan dulu. To It Peng menyambuti pedang Hu-ie yang diserahkan kepadanya. "To tayhiap....." kata Kata Siauw Hoan. "Pedang Hu-ie ini berhasil kudapat dari pertaruhan jiwa. Baik2lah kau menyimpannya. jangan kau perlihatkan kapada siapapun. Maka setelah anakku berumur genap 20 tahun, berikanlah kepadanya dan katakan bahwa hadiah peninggalan ibunya yalah hanya berupa pedang Hu-ie ini....." Air mata Kat Siauw Hoan telah bercucuran, maka kata2-nya dikeluarkan dengan kurang lancar. "Eh, jangan kau menangis." To It Peng menghibur. "janganlah kau manangis." "To tayhiap, hanya ini permintaanku kepadamu." Kat Siauw Hoan menyusut air matanya. Ia sangat sedih bila memikirkan tak dapat berkumpul dengan anaknya yang tercinta. "Tak dapat kumemberi sesuatu kepadamu. Kuharapkan saja dilain dunia, kita dapat berkumpul kembali. Maka aku akan menyerahkan diri kepadamu." To It Peng menyusut keringat yang membasahi dirinya, melihat keadaan itu, ia kurang mangerti. "Eh, mungkinkah kau sudah tiada harapan hidup lagi ?" la menduga bahwa wanita muda itu sudah hampir mendekati ajalnya. "Mati yang kau maksudkan?" Kat Siauw Hoan tertawa sedih. "Kurasa belum waktunya." "Mengapa kau membayangkan kehidupan dilain dunia?" Berkata To It Ping. "Mengapa.., kau .., mengatakan bersedia menyerahkan diri kepadaku?" Daging2 To It Peng berkerinyut. "Terlambat, kata Kat Siauw Hoan. "Saudara terlambat" "Masih belum terlambat. Mengapa kau tidak bersedia menyerahkan diri kepedaku dimasa in! ?" Hati To It Peng memukul keras. la memberanikan diri mengucapkan kata2 ini. Disaat selesai ia bicara, iapun menyesal. Wajah Kat Siauw Hoan yang kurus pucat bersemu dadu, semakin terlihat kecantikannya. "Aku sudah tidak pantas menyerahkan diri." Katanya. "Tetapi bila kau mau, akupun bersedia....." " Perlahan sekali kata2 Kat Siauw Hoan. Inipun sudah cukup manggiranqkan To It Peng, darahnya bergelora cepat, panas membara, bagaikan menungqang awan yang melayang-layang, bagaikan menaiki kuda yang beringasan, ia memeluk tubuh Kat Siauw Hoan. Wanita muda itu tidak berusaha melepaskan diri, seperti apa yang telah dikatakan, ia membiarkan sipemuda malakukan apa yang dikehendakinya. Bagi To It Peng, malam itu penuh kenangan, kenanan mesra yanq tak dapat dilupakan untuk seumur hidupnya. Diantara sadar dan tidak, To It Peng telah melakukan sesuatu. Setelah mana ia lelah dan tidur disamping Kat Siauw Hoan. Mereka tidur disebuah pembaringan. Malampun berlalu Pada hari berikutnya, To It Peng terbangun setelah Matahari bercahaya terang. la telah kehilangan Kat Siauw Hoan. Hanya dirinya seoranq yang tidur ditempat itu. cepat To It Peng bangun, ia memeriksa seluruh isi rumah, tak terlihat tanda2 akan adanya wanita yang teah menyerahkan diri itu. la berjalan keluar, juga tidak terlihat sesuatu yang dapat mengembalikan kenangan lamanya. Kat Siauw Hoan telah pergi meninggalkannya, termasuk sigadis kecil yang membawa ia ketempat ini. Bagaikan berada dialam impian, To It Peng mengenang kajadian semalam, kejadian yang penuh kenangan, kejadian yang tak dapat dilupakan untuk seumur hidupnya. Diketahui hal ini bukan khayalan, pedang pusaka Hu-ie masih berada padanya. Dibungkusnya pedang ini dan lari turun tebing. Dengan harapan dapat menyusul Kat Siauw Hoan yang telah meninggalkan dirinya. Beberapa kali hampir ia terperosok jatuh. Belum juga ia berhasil menyusul. ---oo0oo--- BAGIAN 12 SIU JIN MO SAY YANG MENGGEGERKAN RIMBA PERSILATAN DICERITAKAN Kat Siauw Hoan meninggalkan pesan kepada To It Peng, dan setelah itu, dengan tidak pamit lagi, wanita muda tersebut meninggalkannya. To It Peng tidak berhasil mengejarnya. Berkesan didalam alam pikirannya, apa yang harus dilakukan. la harus membawa pedang Hu-ie, tinggal menetap di Seng-po-chung menunggu besarnya sianak, anak ketua Seng-po-chung dan Kat Siauw Hoan. Waktu yang diperlukan yalah 12 tahun! itu, tak mungkin ada seseorang yang pernah menyediakan dirinya bekerja selama itu, .... 12 tahun ...... waktu yang tidak dapat dikatakan pendek bagi umur seseorang. To It Peng telah mandapat 'sesuatu' dari Kat Siauw Hoan, budi ini mengeram kuat didalam benaknya, ia tidak dapat melupakan, rela mengabdikan diri secara percuma sehingga 12 tahun. Ia mangambil putusan tetap, menuju ke Seng-po-chung! Belum pernah To It Peng kekampung Seng-po-chung ia memilih arah tujuan dengan pikiran, berjalan maju, tentu akan tiba. Baberapa hari kemudian, tak seorangpun yang di jumpai, ia tidak dapat meminta petunjuk, tetapi ia maju terus pantang mundur. Hari ini, matahari telah condong kearah Barat, To It peng berjalan dangan bergegas, ia harus menuju ke Seng-po-chung, dimana ia harus mengawani ketua muda Seng-po-chung anak Kat Siauw Hoan sehingga dewasa. Jauh didepannya tampak sebuah pohon, seseorang duduk dibawah pohon itu. To It Peng girang, kini ia dapat menemukan orang yang dapat ditanyai dimana letak desa Seng-po chung. la lari dan menghampiri orang tadi. Satelah dekat, To It Peng mengeluarkaen jeritan tertahan........ Aaaaaeaaaaaaaaa........ Ternyata orang yang duduk bersender dipohon itu sudah tiada bernapas, bukan itu saja, darah masih mengalir dari dadanya, dimana tertancap pedanq yang menembus tubuh sang korban. Kepala orang itu tunduk kebawah, Iemah lunglai. To It Peng ingin melihat wajah orang itu, ia mendekati dan mangangkatnya. Aaaaaaa ................ Lagi2 To It Peng mengeluarkan suara jeritan, ternyata kulit wajah orang itu telah lepas dari tempatnya, dibeset orang sehingga mengelotok terkelupas tak karuan macam dan tak sedap dipandang. Kejadian lama terbayang kembali, 4 Wajah Tak Berkulit dua orang Baju Putih, si Hantu Wanita dan si Patung Arca berempat itu suka membeset wajah kulit orang, hal ini diduga semacam balas dendam atas wajah2 mereka yang telah tidak berkulit itu. Merekalah yang sering malakukan perbuatan terkutuk itu, jago2 Ban-keechung banyak yang telah menjadi korban. Mungkinkah 4 orang ini yang mengganas di sini" To It Peng memperhatikan wajah yang telah dibeset itu, samar2 ia seperti mangenal wajah dibalik kekejaman itu, ....ooooo.... la ingat, orang ini adalah salah satu kawan Liok Tianglo, kakek tua berpakaian hijau, salah satu dari tianglo2 dari Seng po-chung. "Lok Tienglo ...... Liok Tianglo..... To It Peng membuka suara memangil2!, ia menduga bahwa kakek berpakaian hijau itu berada ditempat yang tidak jauh dari kejadian. Tidak ala jawaban! To It Peng membikin pemeriksaan, maju tidak jauh, lagi2 ada orang yang menjadi korban dengan wajah kulitnya dibeset, orang ini pun tidak bernyawa. Berturut-turut, To It Peng menemukan korban2 yang sama, wajah mereka tak karuan macamnya, ha! itu karena kulit wajah orang2 tersebut telah dibeset orang lain. "Liok Tianglo ...... Liok Tianglo...... To It Peng memanggilmanggil. Kakek itulah yang telah merebut anak Kat Siauw Hoan dari tangannya. Tidak terlalu sukar untuk menemukan Liok Tianglo, seperti apa yang To It Peng duga, karena 3 komplotannya teleh binasa, Liok Tianglo tidak luput dari pen deritaan jasmaniah, terlihat sasosok tubuh yang meringkal disemak-semak pohon. "To tayhiapkah yanq datang ?" tanya orang itu lemah. To It Peng menghampiri, orang itu adalah Liok Tianglo, ia belum mati, tetapi dilihat dari keadaan, ajalnya sudah tidak lama lagi. "Liok Tianglo ?" To It Peng memanggil. "Betul." Orang itu memberi kepastian. To It Peng memandang kesekitar tempat dimana Liok Tianglo hampir menqhembuskan napasnya yang penghabisan, tak terlihat anak Kat Siauw Hoan yang diharapkan. Badan Liok Tianglo meringkal seperti gumpalan daging. "Liok Tianglo, dimanakah anak yang kau rebut dari tanganku?" tanya To It Peng segera. "Di manakah anak yang kau rebut itu" Telah kau sampaikan ke Seng-po-chung ?" Liok T ianglo merintih sakit, ia berkata terputus-putus : "Anak ..... Anak itu direbut orang......" "Direbut orang " Siapakah yang merebutnya ?" To It Peng bingung. "Siu jin.... Mo.... Say......" Sampai dlsini, tamatlah riwayat hidupnya seorang yang jahat, Liok Tianglo menghembuskan napasnya yang terakhir setelah menderita siksaan yang cukup hebat juga setelah menderita sakit yang lama. To It Peng memperhatikan mayat Liok Tianglo, tidak seperti tiga kawannya, kulit wajah Liok T ianglo tidak dibeset, masih utuh seperti biasa, kematiannya yalah karena pukulan tenaga dalam, seluruh tubuhnyapun penuh noda darah, tidak sedikit luka yang diderita olehnya. Ucapan Liok Tianglo yang terakhir menarik perhatian sipemuda, diketahui s i Singa Kuning Siu jin Mo Say adalah guru 4 Wajah Tidak Berkulit yang dikatakan telah mati lama, mengapa masih disebut Si Dungu Karya Chung Sin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo sebut saja" Yang penting yalah anak Kat Siauw Hoan, ia harus menjaga sehingga dewasa, tetapi anak itu telah Ienyap, kemanakah ia harus cari" To It Peng mamandang jenasah Liok Tianglo dengan bimbang, kakek berbaju hijau inilah yang menjadi biang keladinya, bila bukan dia yang merebut anak itu, tentu telah barada di Seng-po-chung. Beberapa bayangan melayang datang, mereka segera mengurung To It Peng dan mayat Liok T ianglo. Jumlah mereka 4 orang, terdiri dari kakek2 yang sudah tua, dengan warna pakaian hitam, kuning, merah dan putih. Inilah jago2 Seng-po-chung. Hek Tianglo dan Pek T ianglo. Mengetahui bahwa 4 kakek yang mengurungnya dari Kampung Seng-po-chung, hati T o It Peng tidak merasa kewatir. "Eh!, mengapa Liok Tianglo berada disini?" Kakek barpakaian warna hitam Hek Tianglo berseru kaget. Tiga kakek lainnyapun dapat mengenali Liok Tianglo dengan warna pakaiannya yang khas hijau. "Betul, ia binasa." Kakek pakaian putih Pek T ianglo berkata. "Siapa suruh ia mempunyai niatan jahat?" kata Ang Tianglo. "Siapakah yang membunuhnya ?" tanya Oey Tianglo. "la melarikan ketua muda kita, maka sudah selayaknya menerima pembalasan ini." kata Ang Tianglo gemes. Samar2, To It Peng mengerti akan duduk perkara. Pada sebelumnya, ia menduga hahwa Liok Tianglo merebut anak Kat Siauw Hoan untuk diserahkan kepada ketua Seng-po-chung dengan mendapat pahala besar. Ternyata dugaan ini salah, Liok Tianglo malarikan anak Kat Siauw Hoan dengan maksud tertentu, tetapi ditengah jalan menemukan musuh kuat, dan musuh itu merebut anak ketua Seng-po-chung dan Kat Siauw Hoan "Ternyata Liok Tianglo mampunyai niatan jahat." To It Peng ikut bicara. 4 kakek dengan pakaian 4 warna memandang sipemuda. "Dimanakah ketua muda kami kini berada?" tanya Ang Tianglo dan Pek Tianglo hampir berbareng. "Menurut keterangan Liok Tianglo, ketua muda kalian itu telah direbut orang" T o It Peng memberi keterangan. "Siapa yang telah merebutnya?" tanya kakek pakaian hitam Hek Tianglo. "Dikatakan orang itu seperti Siu jin Mo Say." Wajah 4 kakek berubah, mereka saling pandang memanda,ng sebentar, dan tiga diantaranya menggeleng-gelengkan kepala. "Hm...." kakek pakaian merah Ang Tianglo mengeluarkan suara dari hidung. "la ingin menyesatkan kita." Manakala To It Peng bingung dengan kata-kata tadi, kakek pakaian putih Pek Tianglo menggerakkan tangannya, cepat sekali tangan ini telah mengancam dada To It Peng. "Hei! ......" To It Peng berteriak kaget. Kakek pakaian kuning Oey Tianglo bergerak, ia menahan serangan Pek Tianglo dan berkata : "Tahan. Biar kita minta keterangan sejelasnya dahulu." Pek Tianglo menarik serangannya, tidak urung kebutan itu telah menyebabkan To It Peng terjengkang jatuh. Pek Tianglo tahu jelas behwa si Singa Kuning Siu jin Mo Say telah tiada didalam dunia, tetapi dikatakan tokoh inilah yang merebut anak ketuanya dari tangan Liok Tianglo, dikira s ipemuda ada niatan untuk menyesatkan mereka kejalan yang salah, mungkin menjerumuskan mereka kejalan jauh sehingga tidak berhasil menemukan ketua muda yang masih kecil itu, ia marah sekali, tadi ada niatan untuk memukul sipemuda, beruntung Pek Tianglo mencegah, bila tidak, entah apa yang tarjadi, tentu T o It Peng Iuka parah, mungkin juga binasa, karena si dungu tiada berkepandaian. Tetapi in tldak berhenti sampai disitu, disaat To It Peng jatuh, tangan Pek Tianglo telah mencengkeram, begaikan seekor burung alap2 yang menenteng anak ayam, ia menjinjing sipemuda tinggi2. "Bila berani kau bergerak, pukulanku akan segera manamatkan riwayat mu." Pek Tianglo memberi ancaman. "Siapa yang menyuruhmu menipu kami?" Kakek pakaian merah Ang Tianglo turut membentak. "Aku tidak menipu kalian." kata To It Peng. "Bila betul keterangan itu dianggap sebagai tipuan, hal itu adalah Liok Tianglo yang menipu kalian. Bukanlah aku." "Mengapa?" Btanya kakek pakaian kuning, Oey Tianglo. "Karena keterangan tadi kudapat dari Liok Tianglo. Dialah yang mengatakan bahwa anak ketua kalian direbut oleh Siu jin Mo Say." Oey Tianglo mengkerutkan alisnya tinggi2, terdengar ia bergumam : "Dikabarkan Siu jin Mo Say telah binasa, dari mana pula muncul satu Siu jin Mo Say?" "Siu Jin Mo Say adalah guru dari 4 Wajah Tak Berkulit......" "Kami tahu." "Dan 4 Wajah Tak Berkulit itu pernah kujumpai, dikatakan bahwa mereka telah tidak ada. T etapi kenyataan masih hiduip segar bugar. Dari sini mudah diketahui bahwa Siu ji Mo Say itu masih hidup dalam dunia." "Dari mana kau tahu?" tanya kakek pakaian putih Pek T ianglo. "4 Wajah Tak Berkulit mengganas dan membakar Ban-keechung, tidakkah kalian dengar akan kabar ini ?" "Dimanakah Ban-kee-chung itu, aku tidak tahu." kata kakek berpakaian merah Ang Tianglo. "Di manakah Seng-po-chung itu " Akupun tidak tahu." Mengikuti lagu suara orang, To It Peng berkata seperti tadi. Wajah sikakek pakaian merah Ang Tianglo berubah, tangannya diangkat dan ...... Pang......menampar pipi s ipemuda dogol. To It Peng berteriak, pipinya menjadi merasa sakit sekali dirasakan tamparan tadi. "Kalian sungguh tidak tahu aturan." To It Peng berteriak "Anak ketua kalian telah hilang direbut orang, tidak manpu mengejar, tetapi menjatuhkan kemarahan itu kepadaku." 4 kakek itu saling berpandangan, setelah itu, mereka kasakkusuk seperti merundingkan sesuatu, T o It Peng tak tahu apa yang mereka rundingkarn itu, hanya mulut2 msreka yang bergerak, semua kata2 nya diucapkan perlahan, tentu saya tidak dapat didengar olehnya. Tak seberapa lama, Hek Tianglo, Oey Tianglo, Pek Tianglo dan Ang T ianglo salesa i mendapat kesempatan, mereka mendekati T o It Peng kembali. "Kaukah orang yang pertama menemukan mayat Liok Tianglo, bukan?" tanya kakek pakaian hitam Hek Tianglo. "Betul!" "Disaat kau tiba. Liok Tianglo masih sempat bicara, bukan ?" Kali ini kakek pakaian putih Pek T ianglo yang mengajukan pertanyaan. "Betul." To It Peng menganggukan kepala. "ya belum menghembuskan napasnya yang penghabisan?" "Tentu saja." teriak To It Peng. "Dikatakan kepadamu bahwa anak ketua kami telah hilang dibawa Iari orang?" tanya kakek pakaian merah Ang Tianglo. "Ya." "Dikatakan juga bahwa orang yang membawa anak ketua kami itu si Singa Kuning Siu jin Mo Say." "Memang demikian." "Baik." kata kakak pakaian hitam Hek Tianglo. "Kuharap saja kau tidak mangubah keterangan ini." "Apa yang kau maksudkan?" tanya To It Peng tidak mengerti. "Nanti, setelah bertemu dengan ketua kami. Kuharap saja kau dapat memberi keterangan yang sejujur-jujurnya." Hek Tianglo memberi keterangan. "Hanya manusia bajingan yang tidak membsrikan keterangan secara jujur." To It Peng berteriak. "Syukurlah, bila kau dapat diajak bekerja sama kata kakek pakaian kuning Oey Tianglo. "Bersediakah kau ikut kekampung Seng-po-chung?" tanya Hek Tianglo. To It Peng memandang 4 kakek-kakek itu, niatnya memang menuju kearah Seng-po-chung, sayang ia s,esat dijalan, tidak menemukan kampung itu. Kini ia mandapat tawaran, suatu hal yang menggembirakan dirinya. "Terus terang, aku ada niatan untuk berkunjung kekampung kalian." Sipemuda memberi jawaban. "Baik" kata Pek Tianglo. "Kau boleh turut kami pulang ke Sengpo-chung." Ang Tianglo talah bersiul panjang, maka tidak lama terdengar suara derap kaki kuda yang menuju ketempat dimana mereka berada. Ternyata Hek Tianglo, Pek Tianglo, Ang Tianglo dan Oey tianglo tidak datanq dengan jumlah kecil, mereka hampir mengerahkan sebagian besar tenaga Seng-po-chung yang ada untuk mencari jejak ketua mudanya yang lenyap itu. Diceritakan To It Peng mengikuti rombongan ini pulang ke Sengpo-chung. Setelah melakukan perjalanan selama tiga hari, mereka mulai memasuki daerah pegunungan Pek Tianglo membuka jalan, dan yang lain2nya turut dibelakang kakek pakaian putih itu menaiki gunung. Dilihat sepintas lalu, gunung itu tiada jalan, tetapi Pek Tianglo maju dengan bebas, malalui batu2 gunung, mereka tiba disuatu tempat yang agak terbuka. Terlihat bangunan yang megah, pintunya dibuat dari tembaga kuningan, bercahaya kemilauan, cahaya matahari memantulkannya jauh kedepan. To It Peng dibesarkan di Ban-Kee-chung, belum pernah ia melihat pamandangan ini, pintu tembaga itu berkilat-kilat, tak ubah seperti emas kuningan. Delapan orang2 berbadan tegap menjaga pintu, berbaris dengan gagah. Ternyata Seng-po-chung merupakan kerajaan tersendiri yang mengasingkan dari keramaian, ia dibangun digunung yang tak mudah didatangi manusia, menyepi dan tidak ada jalan yang tersedia untuk berkunjung kekampung kerajaan ini!. Mereka tiba disana, 8 penjaga segera mengenali para Tianglo itu, mereka mendorong pintu tembaga untuk membukakan pintu. Tinggi pintu berukuran dua puluh kaki, besar dan tinggi, 8 penjaga tadi berbadan tegap, hal ini disediakan untuk membuka pintu yang berat. Akhirnya pintu terbuka, Pek Tianglo, Hek Tianglo, Oey Tianglo dan Ang Tianglo mengajak To It Peng kebangunan megah itu. Kedatangan Pek Tionglo sekalian telah disampaikan kepada ketua Seng-po-chung, tidak lama terdengar suara genta dipukul. "Ketua kami bersedia menemuimu, berhati-hatilah kau bicara dengannya." kata Pek Tianglo kepada T o It Peng. Sipemuda tak mendenqar apa yang dikatakan kepadanya, pemandangan Seng-po-chung mempersonakan dirinya, ternyata pintu tembaga itu hanya pintu gerbang terdepan. Setelah me lewati lapangan luas, mereka baru tiba disebuah bangunan dalam bangunan ini megah dan terhias bagus, inilah tentunya bangunan tempat dimana Ketua Seng-po-chung menetap. Mereka menuju kebangunan itu, seorang tua pendek dengan pakaian aneh membukakan pintu. Wajah Pek Tianglo, Hek Tianglo, Oey Tianglo dan Ang Tianglo terlihat tegang. Mereka berjalan masuk. "cara ketua kita membikin sambutan sangat terburu-buru, tentu ada sasuatu yang terjadi, kita harus berhati-hati" kata Ang Tianglo pada ketiga kawannya. "Kehilangan ketua muda kita menyebabkan perubahan sifatnya." kata Tianglo. Memasuki tempat kediaman ketua Seng-po-chung, mata To It Peng terbelalak, dari pintu sehingga keruangan dalam, terpapar permadani yang terbuat dari kulit lutung Su-coan. Mereka berjalan dikulit lutung Su-coan ini dengan tidak menimbulkan suara sama sekali. Seperti apa yang diketahui, lutung Su-coan tidak mudah ditangkap, apa Iagi membeset kulit mereka sehingga puluhan ekor, jarak pintu hingga diruang dalam puluhan meter, berapa banyakkah kulit lutung Su-coan yang diperlukan " Keistimewaan dari lutung Su-coan ialah kulit mereka yang seperti kuning emas, bila terkena sinar matahari atau sinar lilin, berkilatkilat seperti cahaya bintang dilangit, sungguh sangat menakjubkan sekali. Karena itu, harganyapun sangat, mahal. Ketua Seng-pochung dapat mengumpulkan kulit2 lutung Su-coan dengan jumlah banyak, mudah dibayangkan, berapa banyak uang yang harus dikeluarkan " Berapa banyak harta kekayaannya " ---oo0oo--- BAGIAN 13 KETUA SENG PO CHUNG BERHADAPAN DENGAN SI PEMAKAI NAMA SIU JIN MO SAY DIRUANG BESAR duduk beberapa orang, mereka terdiri dari macam2 orang, ada lelaki, perempuan, tinggi, pendek. To It Peng dibawa masuk kedalam ruangan ini. Dipandangnya satu persatu, tak satupun yang dikenali olehnya. Pada kursi tengah yang seharusnya diduduki oleh ketua sesuatu perkumpulan atau ketua kampung, kosong tiada diduduki orang. Kursi inipun dilaputi oleh kulit lutung Su-coan. To It Peng, Pek Tianglo, Hek Tianglo dan Oey Tianglo telah duduk dikursi yang disediakan untuk mereka. Ruang itu cukup besar, jumlah orang yang berkumpul puluhan orang, tetapi tidak satupun yang membuka suara. Mendadak pintu samping terbuka, Teng.... Teng ... Tong... Tang.... terdengar empat kali suara kentongan dipukul. Berbareng muncul 4 anak lelaki dengan pakaian lutung emas dari Su-coan, mereka berbaris rapi dan berdiri ditepi pintu. To It Peng segera menduga ketua Seng po cung, 4 anak laki2 itu berupa barisan pengawalnya. Dari ketua Seng-po-chung, ia teringat akan Kat Siauw Hoan, diketahui Kat Siauw Hoan melarikan diri dari Seng-po-chung, apakah yang menyebabkan wanita muda itu mangambil niatan nekad meninggalkan suami begitu saja " Terdengar suara batuk2, suara itu datang dari arah samping. Maka 4 anak Iaki2 dengan pakaian lutung emas dari Su-coan bergerak jalan, mereka menuju kekursi tengah yang kosong, setelah tiba disana, mereka berjejer dibelakang kursi. Betapa dungunya To It Peng, iapun dapat mamaklumi bahwa ketua Seng-po-chung akan segera keluar menampakkan dirinya. Ingin disaksikan, bagaimanakah wajah suami Kat Siauw Hoan itu" Ruangan segera bercahaya terang, gumpalan sinar emas kuning bergerak, untuk sekejap mata, mereka tidak dapat malihat jelas, ternyata ketua Seng-po-chung telah manampilkan dirinya, ia mengenahan pakaian istimewa, entah apa yang dibuat, sehingga dapat menyilaukan orang yang memandangnya. Siap . . . . . Si Dungu Karya Chung Sin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Semua orang bangun berdiri, meninggalkan tempat duduk untuk sementara, menyambut kehadiran ketua Seng-po-chung. To It Peng tidak disebut dungu bila mengerti akan tata peraturan yang ada, karena sinar kuning gemilauan tadi, ia mengucek-ucek kedua matanya, ia lupa dan tidak turut menghormat kedatangan ketua Seng po chung. Ia tetap duduk dikursinya. Hal ini menimbuIkan keistimewaan, diantara puluhan orang yang hadir pada ruangan itu, hanya To It Peng seorang yang tidak bangun berdiri, tentu saja sangat menarik perhatian. To It Peng belum sadar akan kesalahan yang diperbuat, ia memperhatikan ketua Song po chung - laki2 yang manjadi suami Kat Siauw Hoan. Orang Itu sangat kurus, denqan mengenakan pakaian kulit lutung emas dari Su-coan yang diberi hiasan bahan istimewa, pakaian itu semakin besar dan tidak cocok dengan badannya yang kecil. Dikala semua orang memusatkan perhatiannya kearah To It Peng, termasuk ketua Seng-po-chung itu yang marah atas perlakuan yang sangat kurang ajar kepadanya, To It Peng memandang tajam, maka beradulah 4 mata mereka. "Ha, ha ...." To It Peng mangeluarkan suara gelak tertawa, keadaan badan dan peraturan tata cara yang ketua Seng-po-chung itu tetapkan sangat tidak serasi, hal ini dianggap sangat lucu olehnya. Manurut apa yang si Dungu bayangkan, seharusnya ketua Sengpo-chung mempunyai ukuran badan yang besar, gagah dan tegap, maka ia dapat manguasai banyak orang, termasuk Pek Tianglo sekalian. Tidak tahunya ia hanya manusia kerdil yang kurus kecil, karena itulah ia tertawa. Kemarahan ketua Seng-po-chung memuncak. Wajah semua orang yang ada ditampat itu sagera berubah. Disaat ini To It Peng bangun dari tempat duduknya, ia menuju kearah kursi tengah, dimana ketua Seng-po-chung terduduk, dengan menudingkan jari tangan, sipemuda dogol itu bertanya : "Kau inikah yang menjadi ketua Seng-po-chung?" Ketua Seng-po-chung mendelikan mata, tetapi kurang wibawa, badannya terlalu kecil, lagi pula kurus, tidak menakutkan orang yang belum mengenal wataknya. "Betul" la mengeluarkan suara geraman. "Ha, ha, ha, ha....." To It Peng tertawa terpingkal-pingkal, perutnya sampai dirasakan menjadi mulas, kini diketahui pasti bahwa orang inilah yang berkuasa atas keseluruhan dari Seng-pochung, orang yang didalam anggapannya harus mempunyai ukuran badan tinggi besar, gagah den tegap. Seluruh ruangan hanya terdengar suara gelak-tawa To it Peng, semua orang memandangnya dengan wajah tegang dan penuh kekhawatiran. Manyaksikan wajah tegang dan khawatir tadi, To It Peng menghentikan suara tertawanya. Maka ruangan menjadi sunyi kembali. Hati sipemuda mulai memukul keras, kini ia sadang berhadapan dengan suami Kat Siauw Hoan, teringat apa yang telah dilakukan kepada wanita muda itu, ketidak tenangan meliputi alam pikirannya. Memandang sidungu sekian lama, kesabaran ketua Seng-pochung tidak tertahankan lagi, ia memandang kearah Pek Tianglo, Hek Tianglo, Ang Tianglo, dan Oey Tianglo. "Siapakah orang ini?" Ia bertanya kepada mereka. "Kawan ini bernama To It Peng, orang yang nyonya Kat tugaskan untuk mengantarkan ketua muda kembali." Pek Tianglo memberi keterangan. Ketua Seng-po-chung menganggukkan kepala. "Ng....." Suatu tanda ia puas dengan keterangan tadi. "Dimanakah kini anakku itu?" "Ditengah jalan, Liok Tianglo telah menyambut anak itu." To It Peng memberi ketarangan. "Dan dimanakah kini Liok Tianglo berada ?" Ketua Seng-po-chung bertanya. Pek T ianglo, Hek Tianglo, Oey Tianglo dan Ang T ianglo berempat yang sejak tadi tunduk saja, seorang dari mereka memberi keterangan. Liok Tianglo me larikan ketua muda, maksudnya ingin berhianat kepada Ketua Seng-po-chung. Tetapi ditengah jalan ia mengalami sesuatu, perubahan mana menyebabkan gagalnya rencana. Segala sesuatu yang menyangkut hal ini, saudara To-it-penglah yang mengetahui sangat jelas. Ketua Seng-po-chung memandang To It Peng, ia bertanya : "Perubahan apakah itu ?" "Liok Tianglo dengan tiga komplotannya melarikan anak itu, ditengah jalan ia bertemu dengan Siu jin Mo Say, ketiga komplotannya mati dengan kulit wajahnya dibeset sehingga mengelotok, ia sendiripun harus mati dengan penuh penderitaan. Tentang anak yang kubawa itu, ia telah berada ditangan Siu jin Mo Say". Aaaaaaaa .......... Seluruh ruangan bergemuruh dengan ber-macam2 reaksi dari orang2 yang berada disitu, hal itu sungguh diluar dugaan mereka. Anak ketuanya telah direbut oleh si Singa Kuning Siu jin Mo Say yang pernah menggegerkan dunia persilatan. Ketua Seng-po-chung lompat bangun dari tempat duduknya, tapi ia dapat menguasai keadaan yabng tegang itu, ia duduk kembali. "Tahukah kau, kemana Siu jin Mo Say itu pergi ?" ia bertanya. "Mana kutahu ?" To it Peng memaparkan kedua tangannya. "Mungkinkah aku mau berpeluk tangan dan tidak membikin pengejaran, bila kutahu kemana Siu jin Mo Say itu pergi ?" Ketua Seng-po-chung meninggalkan tempat duduknya, ia berjalan perlahan, arah tujuannya ya!ah dimana To It Peng berada, tidak sekecappun kata2 keluar dari mulutnya. Semua orang yang menyaksikan hal itu memandang dengan hati berdebar debar, entah apa akan dilakukan oleh ketua mereka " To It Peng berdiri tegak, pemuda dogol ini tidak tahu bahaya. jarak diantara ketua Seng-po-chung dan To It Peng telah dekat sekali, setelah itu, ketua Seng-po-chung menahan langkah kakinya, ia berdiri tepat dihadapan muka sipemuda. Beberapa lama keadaan seperti itu berlangsung. Tiba-tiba ketua Seng-po-chung menghela napas. "Kau .... kau telah bertemu dengan Kat Siauw Noan ?" la bertanya dengan suara perlahan, hampir2 tidak terdengar. Seperti apa yang telah diketahui, Kat Siauw Hoan adalah istri dari ketua Seng-po chung, karena sesuatu hal, wanita muda itu melarikan diri. Suara siketua Seng-po-chung penuh dengan kehampaan, To It Peng merasa kasihan, ia pernah merasakan bagaimana sengsaranya seorang yang ditinggalkan oleh manusia yang dicintainya apa Iagi orang itu adalah istrnya. "Aku . . . . Aku....." Suara To It Peng tersumbat ditengah tenggorokan, tak dapat ia meneruskan keterangannya. la telah bertemu dengan Kat Siauw Noan didalam rumah batu, disana ia .... Ah ..... mana mungkin kajadian ini diceritakan " Apa lagi dihadapan ketua Seng-po-chung yang menjadi suami Kat Siauw Hoan. Maka setelah melepas dua kali kata2 'Aku' tadi, To It Peng menutup rapat mulutnya. cepat ketua Seng-po-chung bergerak, tangannya memegang tangan To It Peng erat2, tangan ini sangat dingin sekali. "Apa yang kau lihat tentang dirinya?" la bertanya gugup. "Kau telah berjumpa dengannya, bukan?" Be. . . . Betul . . . ." To It Peng tidak berhasii menarik tangannya yang telah dipegang oleh ketua Seng-po-chung. "Dimana " ....Dimana...,.... Lekas kau katakan: "Hanya beberapa hari berlangsung." "Dimana ?" "Disebuah rumah batu yang gelap." "Dimanakah letak rumah batu itu ?" "Dipuncak sebuah lereng gunung yang berdataran tinggi.'' Ketua Seng-po-chung memandang kepada orang2-nya, segera ia mengeluarkan bentakan : "Sudah kalian dengar " Lekas undang pulang dirinya." Puluhan orang yang berkumpul diruangan itu saling pandang, mereka mendengar apa yang To It Peng katakan, tetapi lereng gunung yang berdataran tinggi itu bukan nama sebuah teraipat, dimanakah mereka harus cari " Mengetahui kebingungan mereka, To It Peng segera berkata : "Tak usah dicari lagi." "Mengapa ?" Bartanya ketua Seng-po-chung dengan mata terbelalak. "la telah pergi dari situ." To It Peng memberi keterangan. "Tak guna kalian men-cari2." "Kemana pulakah ia pergi ?" Bartanya ketua Seng-po-chung. "Mata kutahu" Bila ia memberi tahu kemana arah tujuannya, tak sudi aku berkunjung kemari, aku akan mengejar dan mengawaninya." Berkata sidungu yang mempunyai otak sangat dogol dan tolol. "Eh, kau juga mengijinkannya?" Ketua Seng-pochung mamandang dengan rasa penuh keheranan. To It Peng meruntuhkan pandanqan matanya ketanah. "Denqan maksud tujuan apa kau mencarinya lagi?" Bertanya ketua Seng-po-chung dengan suara keras. "Aku . . . Aku ku . . . ingin . . . ." "Katakan lekas! apa yang kau ingini darinya ?" Suara ketua Sengpo-chung menggelegar. To It Peng terkejut, tidak disangka, orang kurus kecil seperti ketua Seng-po-chung mempunyai suara seperti guntur. "Katakan lekas. Apa yang kau inginkan darinya ?" Ketua Seng-pochung mengulang pertanyaan. ,,Aku ingin menjumpainya sekali lagi." To It Peng mengucapkan keterangan seperti ini. Ketua Seng-po-chung meruntuhkan pandangan matanya ketanah, ia barkata perlahan : "Ia cantik menarik, siapa yang melihat pasti terpikat, hal ini dapat kumaklumi. Aku tidak menyalahkan kepadamu yang suka dan tertarik kepadanya. Dapatkah kau ceritakan tentanq keadaan dirinya?" Wajah To It Pang merah, terbayang kemba!i kejadian dirumah batu itu, kenangannya terhadap Kat Siauw Hoan tak mungkin dapat dilupakan, "Ng......Ng .... Tak dapat kuceritakan kepadamu" Berkata To It Peng. "Mengapa ?" Tanya ketua Seng-po-chung. "Munqkinkah ada sesuatu diantara dia dengan dirimu?" Hati T o It Peng tercekat, wajahnya seperti kepiting yang direbus, merah padam, kadang2 tampak juga warna biru ke-hitam2 an. Apa yang sipemuda perlihatkan berarti tidak menyangkal dugaan ketua Seng-po-chung, kemarahan jago ini tak terkendalikan lagi, tangannya bergerak, maka dua jari diantaranya segera berada tepat dihadapan mata sipemuda, sedianya ia ingin menusuk buta mata tersebut. "Tahan" T eriak To It Peng kaget. "Aku adalah jago nomor satu, tak boleh sembarangan manggebrak sembarangan dengan orang." Beberapa kali To It Peng dijatuhkan orang, tapi ia kukuh pada pendiriannya, dianggap kata2 dan keterangan sinenek baju hitam Nian-u Po-po yang mendudukkan dirinya kedalam jago nomor satu itu benar2 terjadi, tentu saja dia bangga dengan 'jago nomor satu'nya itu. "Katakan dengan terus terang, apa yang kau lakukan terhadap dirinya. Ketahuilah, biji2 matamu telah berada dibawah ancaman tanganku." Ketua Seng-po-chung mengancam. "Tidak dapat kukatakan." Berkata sipemuda dungu. "Tidak dapat kau katakan ?" Ketua Seng po-chung menggerakkan maju dua jari tangannya lambat2, dan ancaman ini memberi tekanan bathin yang hebat. To It Peng tidak akan membiarkan kedua biji matanya dicukil, ia menggeserkan badannya mundur kebelakang, hal mana beruntun dikerjakannya sehingga babarapa kali, sehingga tubuhnya bersandar kedinding ruangan, tak ada jalan mundur lagi. Disaat To It Peng membuka kedua matanya, dua jari tangan ketua Seng-po-chung masih saja mengancam, tepat berada ditempat beberapa senti meter dari bulu matanya. "Tidak dapat kukatakan ....... Tidak dapat kuceritakan ........Tidak akan kuceritakan kepadamu............... " To It Peng berteriak teriak. Seperti kucing mempermainkan korbannya, ketua Seng-po-chung tidak segera turun tangan, ia mendesak ingin mengetahui apa yang telah dikerjakan oleh sipemuda dungu dan istrinya yang telah melarikan diri itu. Disaat ini terjadi sedikit kegaduhan, orang2 Seng-po-chung saling kasak kusuk. "Laporan." Berkata seorang yang lari tergesa-gesa. Pek Tianglo maju menghampiri, ditanyakan sesuatu apa yang telah terjadi. Maka kejadian ini menolong To It Peng, terlihat ketua Seng-po-chung menoleh dan bertanya : "Ada apa ?" Pek Tianglo maju, dengan suara perlahan, ia memberi penjelasan. Wajah ketua Seng-po-chung berubah, ditinggalkannya To It Peng untuk sementara, ia harus menyelesaikan perkara baru yang lebih hebat, lebih mengandung ancaman malapetaka. Terdengar suara genta dipukul, berbareng tardengar suara laporan keras: "Siu jin Mo Say dari Kiong-lay membikin kunjungan." Ketua Seng-po-chung mengerahkan pandangannya keluar, maka iapun berteriak : "Silahkan masuk!" "Ha, ha, ha ...." Dari jauh terdengar suara gelak tertawa. Suara ini semakin dakat, semakin dekat, dan secara mendadak saja telah berada diruangan tengah. Dihadapan orang banyak telah bertambah seorang, orang ini mempunyai rambut pirang, kuning mengkilat. "Siapa ketua kalian ?" Memandang orang banyak yang ada disitu, Iaki2 berambut pirang itu mengajukan pertanyaan. Ketua Seng-po-chung telah duduk kembali diatas kursi kebesarannya, segera memberi tanggapan. "Harap tuan suka bersabar, duduklah dahulu. Setelah menculik anakku, seorang diri tuan datang, tentunya ada mengandung maksud tertentu, bukan ?" Laki2 berambut pirang yang baru datang menyapu dengan matanya keseluruh ruangan, setalah itu berhenti pada katua Sengpo-chung, ia berkata gagah : Si Dungu Karya Chung Sin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Tidak percuma kau menjadi ketua Seng-po-chung, ternyata kau memiliki daya ilmiah yang paling cepat, Paling tepat. Sonder kubari tahu maksud kedatanganku, kau telah menduga tepat." Sambil bicara, tangan laki2 berambut pirang itu mengaitkan tangannya kesamping, maksudnya mengambil kursi dari jarak jauh. Dan betul saja, sebuah kursi melayang terbang ke arahnya. Terdengar suara tetawa dingin, Ang Tianglo bergerak maju, maka kursi itu berhasil dipertahankan olehnya. Ternyata kursi yang diambil oleh laki2 berambut pirang itu adalah kursi Ang Tianglo. Kejadian mana di anggap terlalu menghina dirinya, maka ia lompat keluar untuk mempertahankan. "Mana ada aturan yang membiarkan ssorang tamu mengambil kursi sendiri ?" Demikianlah alasan Ang Tianglo berkata dingin. Tangan laki2 berambut kuning itu tidak menyentuh kursi, tetapi tempat duduk itu melayang kepadanya, hal ini membuktikan batapa hebat ilmu tenaga dalam yang dipertontonkan kepada orang banyak. Kini mendadak sontak Ang Tianglo mempertahankan kursinya, maka kursi itu tertahan ditengah udara. Ternyata kekuatan tenaga mareka masih seimbang, kursi tidak bergeser, diam terapung ditangah-tengah udara. Laki2 berambut pirang itu mengeluarkan tertawa dingin, tiba2 saja mendorong kedepan, melalui kursi ia mengadakan serangan secara tidak langsung, maka dilihat sepintas lalu, seolah-olah kursilah yang menyaring Ang Tianglo. Sebelumnya, Ang Tianglo telah memperhitungkan apa yang harus diterima, nama si Singa Kuning Siu jin Mo Say pernah menggegerkan rimba persilatan, nama tersebut bukanlah nama kosong. Tenaga tarikannya kuat hebat, ia mempertahankan kursi duduknya. Kini mendadak saja kursi tersebut menyerang, bagaimana ia tidak menjadi kaget" Hampir2 ia terjengkang jatuh, bila kurang siap siaga, untunglah ia sebat, maka diganti posisi menarik tadi menjadi 'sikap bertahan. Laki2 berambut pirang itu memuji kepintaran Ang Tianglo, kini ia menambah kekuatan, memperhebat tekanan serangan, seperti tadi juqa, serangan itu dilontarkan melalui kursi, kursi itulah yang disuruh menyerang. Ang T ianglo tak sanggup mempertahankan posisi kedudukannya, kursi dilepaskan sambil berteriak : "Kiu thian-to-lie-kang " Setelah mengucapkan kata2 tadi, tubuh Ang Tianglo duduk numprah ditanah dengan menyemburkan darah segar, ia terluka! Maka selesaIah pertempuran memperebutkan kursi itu, benda tersebut melayang dan tersanggah oleh laki2 berambut pirang. Ia membenarkan letak kursi dan duduk ongkang2 kaki. Hal mana tak lepas dari kesaksian orang banyak, ilmu Kiu-thianto-lie-kang adalah ilmu kebanggaan si Singa Kuning Siu jin Mo Say, rambut laki2 inipun barwarna pirang, mungkinkah betul Siu Diyn Mo Say hidup kembali " To It Peng teringat akan kampung halamannya, Ban-kee-chung dibakar oleh 4 Wajah Tak Berkulit, dan kaempat manusia durjana itu adalah murid dari Siu jin Mo Say, semua kemarahan dijatuhkan kepada laki2 ranbut pirang ini, ia tampil kemuka berteriak : "Hei, bangsat, permusuhan apakah dengan Ban-kee-chung, mengapa kau mengutus keempat muridmu membakar dan meratakan kampung Ban-kee-chung sehingga sama dengan tanah ?" Laki2 berambut pirang itu sedang berhadap-hadapan dengan ketua Seng-po-chung, mendengar ada orang yang membentakbentak, ia menoleh dan dilihat s ikap T o it Peng yang berlaku kurang ajar kepada dirinya ia menatap tajam, tangannya bergerak, maka .... ser... ser... ser..... terdengar tiga kali suara angin bardesir, tiga jalan darah To It Peng tertekan sakit. Bagaikan ditusuk pisau tajam, To It Peng merasakan tiga bagian tubuhnya sakit, kajadian itu menjalar hingga kese luruh tubuhnya, ia bergelimpangan ditanah melawan rasa sakit tersebut, jahat sekali serangan laki-laki berambut pirang lemparkan itu, sipemuda tak sanggup menahan rasa sakitnya. Hek Tianglo menghampiri, mendepak jalan darah Kie hay-hiat, maka To It Pang bebas dari penderitian, ia bangun berdiri dengan badan bermandikan keringat. Wajahnya masih pucat. Ketua Seng-po-chung memperhatikan gerak gerik lawannya, maklumlah ia betapa tinggi kepandaian lawanya tersebut, tetapi ia sudah dapat memastikan laki2 rambut kuning ini bukanlah si singa kuning Siu jin Mo Say dahulu, ia membuka suara : "ilmu kepandaian tuan memang hebat. cukup untuk menandingi Siu jin Mo Say. Tetapi tuan bukanlah Siu jin Mo Say, mengapa harus mengganti nama memungut nama tarsebut?" Apa yang ketua Seng-po-chung katakan berada diluar dugaan semua orang, ternyata Iaki2 berambut pirang ini bukan Siu jin Mo Say, itu Singa Kuning yang mempunyai ciri2 khas berambut pirang. Maklumlah, orang yang mempunyai rambut pirang tidak, terlalu banyak, apa lagi laki2 rambut pirang, terlalu sedikit sekali, mengapa orang ini mengakukan dirinya sebagai Siluman Kuning Siu jin Mo Say" Manakala samua orang bingung dan berpikir-pikir, laki2 rambut pirang itu telah memberikan jawabannya yang pasti : "Ha,....ha,... ha...... Matamu lihay. Tentunya kau menyaksikan pertarungan di K iong-lay dahulu, bukan?" "Sang-po-chung mengasingkan diri menjauhkan kerumitan dunia, tetapi Siu jin Mo Say pernah membikin kunjungan, sedikit banyak, ilmu kepandaiannya tak lepas dari penilaianku," Berkata ketua Sangpo-chung. "Betul ... Betu! ...." Laki2 rambut pirang itu membenarkan kata2nya, "Aku bukan Siu jin Mo Say lama, tetapi rambutku pirang apa salahnya aku ganti nama" Nama Siu jin Mo Say belum digediponir, bukan sedikit orang2 yang mempunyai nama sama, bukan?" "Ooo ... Tuan te!ah ganti nama" Dan nama baru tuan itu Siu jin Mo Say-?" Laki2 berambut pirang itu menganqgukkan kepala. "Baiklah" Berkata ketua Seng-po-chung Iagi. Telah lama aku tidak berjumpa dengan anakku , kami sangat rindu sekali. Bolehkah tuan mengembalikan anakku itu?" Separti telah diketahui, anak ketua Sang-po-chung telah dibawa ibunya Kat Siauw Hoan, telah lama merka tidak bertemu, setelah itu, To It Peng mendapat tugas untuk mengembalikan anak tersebut, di tengah jalan, datang kakek pakaian hid yau Liok Tianglo, direbutnya anak tersebut. Tetapi Liok Tianglo tidak berumur panjang, ditengah jalan bertemu dengan orang yang menyebut dirinya Siu jin Mo Say ini, disiksanya kakek pakaian hijau itu, direbutnya anak tersebut. Kini Iaki2 berambut pirang ini datang membikin kunjungan, maka ketua Seng-po-chung meminta kembali anak tersebut. Laki2 berambut pirang, untuk selanjutnya kita sebut sebagai Ganti Nama Siu jin Mo Say, hal ini untuk membedakan dengan Siu jin Mo Say asli. Karena Siu jin Mo Say asli masih hidup didunia, untuk menjaga kesimpang siuran, maka harus ada sedikit perbedaan. Orang yang mangaku bernama Siu jin Mo Say menengadah, lalu ia tertawa. "Ha, ha, ha,....... Putramu itu sangat lucu dan menarik. Sungguh mengecewakan orang, bila sempai terjadi sesuatu atau ada mala petaka yang menimpa dirinya. Orang yang menamakan dirinya Siu jin Mo Say itu tidak manyebut dimana putra ketua Seng-po-chung, dikatakan bila sampai tarjadi sesuatu atau ada mala petaka yang menimpa dirinya, tentu sangat mengecewakan, ucapan ini mengandung ancaman. To It Peng telah pulih kepribadian 'jago nomor satu'nya, degan menampilkan diri kedepan, ia berteriak : "Bohong! Anak itu segar bugar dan berada didalam keadaan sehat, mana mungkin ada sesuatu mala petaka yang menimpanya ?" Suara To It Peng telah membuat Siu jin Mo Say mengalihkan perhatian, ia menatap pemuda dogol itu tajam2. Sangat menakjubkan sekali ilmu kepandaian laki2 berambut pirang ini, dengan sekali raih, maka kursi terbang 'menghampirinya', dengan menunjukan jari2 tangan, To It Peng pernah bergelimpangan, sakit luar biasa, maka pemuda dungu itu mundur dan menyembunyikan dirinya dibalik pilar besar, takut kena serangan jari tangan dari jarak jauh. Ketua Seng-po-chung segera berkata : "Apa yang saudara To It Peng katakan tadi tidak salah, putraku berada didalam keadaan segar bugar, sehat walafiat, mana mungkin ada sesuatu malapetaka yang menimpa dirinya ?" Siu jiu Mo Say mengeluarkan suara dengusan : "Mau atau tidaknya 'mala petaka' itu datang membikin kunjungan kepada anakmu, targantung dari kebiyaksanaan ayahnya." "Katakanlah dengan terus terang, apa yang kau inginkan dariku" Bertanya ketua Seng-po-chung secara blak-blakan. "Bagus:'' Siu jin Mo Say menganggukan kepala: "Barang yang kuinginkan ialah pedang pusaka, pedang Hui-ie itu." Disebutnya 'pedang Hui-i? wajah ketua Seng-po-chung berubah cepat, seluruh ruangan menjadi gaduh. jantung To It Peng berdegup keras, pedang Hui-ie berupa pedang pusaka, tetapi pedang ini telah dibawa lari oleh Kat Siauw Hoan, disaat meninggalkan Seng-po-chung, setelah itu, dirumah batu, wanita muda itu menyerahkan kepada dirinya dengan pesan agar ia dapat menyaksikan putranya dewasa, setelah umurnya 12 tahun, pedang Hui ie akan dihadiahkan ke pada anak tersebut. Jantung To It Peng berdegup keras, karena ia tahu bahwa pedang Hui-ie yang diincar oleh laki2 berambut pirang itu berada pada dirinya. Samar2 terbayang, betapa penting pedang Hui-ie ini, tentunya mangandung rahasia abadi. Bukan, satu atau dua kali To It Peng mamegang pedang tadi, takut terbang mendadak dan lenyap dari tubuhnya. Beruntung kelakuan sidungu tidak ada yang memprhatikan, siapakah yang menduga, sebuah pedang pusaka dapat berada ditangannya seorang pemuda ketolol-tololan itu " Ketua Seng-po-chung segara mamberi jawaban : "Sungguh tidak kebetulan. Pedang Hui-ie te lah tidak ada di SengPo-tlhung." Orang yang menamakan dirinya Siu jin Mo Say bangun dari tempat duduknya, ia berkata : "Baiklah. Aku meminta diri." Laki2 berambut pirang ini s iap pergi, siap meninggalkan Seng-pochung. Beberapa bayangan bargerak, tiga kakek berpakaian merah, hitam dan kuning telah menghadang kapergian Syu jin Mo Say, mereka adalah Ang Tianglo; Hek T ianglo dan Oey Tianglo. Ketua Seng-po-chung tidak tinggal diam, ia turut melesat dari tempat duduknya dan berteriak : "Tunggu dulu." Siu jin Mo Say menghentikan geraknya, ia berkata adem: "Tuan tidak ada minat untuk manyelesaikan urusan, apa gunanya aku menunggu lama ditempat ini ?" "Kau kira mudah meninggalkan Seng-po-chung begitu saja ?" Bentak Ang Tianglo. "Kambalikanlah ketua muda kami." Hek Tianglo-turut berkata. "Bukan aku tekebur," berkata Siu jin Mo Say. tak mungkin Sengpo-chung menahan diriku." "Sabar." Barkata ketua Seng-po-chung. "Bukan maksud kami melarang tuan pergi. Maksud kami yalah, selasa ikanlah perkara kita dahulu." "Mengapa kau tidak bersedia menyerahkan pedang Hu-ie?" "Atas nama Song-po-tlhung, aku bersumpah bahwa pedang pusaka itu telah tiada didalam Seng-po-chung." Berkata katua Sengpo-chung. "Pedang pusaka Hu-ie a ialah pedang pusaka Seng-po-chung, dengan alasan apa kau menyangkal ?" Siu jin Mo Say bertanya. "Terus terang kukatakan, bahwa didalam Seng-pochung telah terjadi drama menyedihkan, pedang itu telah dibawa pergi pleh Kat Siauw Hoan. Maka, kecuali pedang Hu-ie yang tidak ada, segala harta benda, mas intan, berlian pusaka, berapa gerobak yang tuan mau, aku rela manyerahkannya. Demi keselamatan putra tunggalku itu." Kata2 ketua, Seng-po-chung belum pernah serendah ini. Apa boleh buat, demi menolong Putra tunggalnya, ia harus mengalah. Didalam anggapan T o It Peng, tawaran ketua Seng-po-chung itu telah berlebih-lebihan, tentunya akan diterima oleh laki2 berambut pirang yang kurang ajar itu. Penilaian manusia itu tidak mungkin sama, lain sidungu dan lain pula dengan Siu jin Mo Say, terlihat ia menggoyang-goyangkan kepalanya yang berambut kuning itu sambil berkata : "Maksud tujuanku yalah pedang Hui-ie itu." Ang Tianglo maju dengan langkah lebar, ia membentak keras : "Siu jin Mo Say, kau adalah tokoh kenamaan ternama yang disegani orang, mengapa prilakumu seperti bajingan, seperti penculik kekurangan makan" Mengadakan tekanan fisik dengan menculik anak orang?" "Hm......Hm......" Orang yang menamakan dirinya Siu jin Mo Say mengeluarkan suara dari hidungnya "Mau tidak kalian menyerahkan pedang Hui-ie?" Sambungnya pula. Giliran Hek Tianglo yang maju tampil kemuka, katanya : "Siu jin Mo Say, ketahuilah bahwa pedang Hu-ie harus disertai dengan sarung pedang kufit naga. Seng-po-chung mempunyai pedang Hui-ie, tetapi tidak ada sarung kulit naga itu, apa gunanya" Pedang tak dapat dibawa keluar, hanya sebagai hiasan yang boleh dipandang belaka ?" Siu jin Mo Say bergumam : "Hm......Hm......" dari dalam libatan bajunya, ia mengeluarkan sesuatu, diperlihatkan kepada Hek Tianglo berkata : "Kenalkah dengan benda ini ?" "Sarung pedang kulit naga "'' Hak Tianqlo berseru mundur. Perhatian orang terpusat kepada mereka, pada tangan Siu jin Ma Say terpagang sebuah sarung pedang, tidak terlalu menyolok mata, hitam kebiru-biruan, bila dilemparkan ditengah jalan, karena sudah lama tidak terurus dan lapuk, agaknya tak ada yang mau memungut, sarung pedang seperti inikah yang dikatakan sebagai sarung pedang kulit naga" "Ha, ha, ha ...." T o It Peng mengeluarkai suara gelak tertawa. la tertawa, tidak lama, seluruh ruangan mengalihkan perhatian mereka, ternyata semua orang diam tegang, banyol pemuda dungu ini sad ya yang tertawa, sungguh manarik perhatian. Betapa dungupun To It Peng, ia dapat merasakan sesuatu yang kurang pantes, tidak ada orang lain yang tertawa, berarti tidak ada orang yang membenarkan langkahnya tadi, ia menyeringai dan diam. Pusat, perhatian berganti kearah sarung pedang kulit naga butut itu. mareka sedang menimang-nimang, betulkah sarung pedang ini sarung pedang kulit naga asli" Beberapa saat, terdengar suara Si Dungu Karya Chung Sin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo ketua Seng-po-chung manunjukkan keheranan : "Sarung pedang kulit naga! Sarung padang kulit nagakah yang kau pegang ?" Siu jin Mo Say menganggukkan kepala. la membenarkan pertanyaan yang diayukan oleh ketua Seng-po-chung. Ketua Seng-po-chung kepada orang2-nya, ia memberi isyarat mata. Maka seluruh isi dari ruangan itu bergerak, puluhan orang memperapat kurungannya, memperketat jarak diantara sesamanya, siap menahan orang yang menamakan dirinya Siu jin Mo Say. Siu jin Mo Say adalah lambang dari keganasan, lambang dari keseraman, tetapi daya pemikat sarung pedang kulit naga terlalu hebat, ketua Seng-po-chung lupa akan-bahaya, lupa akan putranya yang masih berada dibawah ancaman" orang, ia ingin merebut sarung pedang itu. Bergeraknya puluhan orang sangat Iambat, hal ini tidak disadari oleh Siu jin Mo Say nama tiruan itu. "Tentunya kau maklum, mengapa aku datang kemari meminta pedang Hu-ie, bukan ?" Kata2 ini ditujukan kepada ketua Seng-pochung. Ketua Seng-po-cung tidak menjawab pertanyaan tadi, ia berjalan maju, Iangkahnya kuat dan kaku, tidak disangka tokoh kurus kecil ini mempunyai kewibawaan, bila mana ada keperluan, Ketua Seng-po-cung terhenti disuatu jarak yang tertentu, menatap wajah Siu jin Mo Say. Laki2 berambut kuning itu segera merasakan adanya perubahan suasana, Ia memandang kesekitar kedudukan dirinya, maka sadarlah akan bahaya, dirinya telah berada dibawah kurungan puluhan orang Seng-po-chung. "Hei, inikah cara2 kalian menyambut kedatangan tamu ?" Tanya nya dengan suara gentar. "Serahkan sarung pedang kulit naga itu!" Ketua Seng-po-chung memberi perintah. Siu jin Mo Say tertegun, tetapi tidak lama kemudian ia menengadahkan kepalanya, tertawa terbahak-bahak. "Lucu..... Lucu....." Katanya. ,,.Aku datang kemari dengan rnaksud tujuan meminta padang Hui-ie tetapi kau mengajukan tuntutan akan sarung pedanq kulit naga?" "Seorang diri kau datang kemari. Kini telah berada dibawah kurungan orang2-ku. dapatkah kau melepaskan diri ?" Berkata ketua Seng-po-chung dingin. "Dapat atau tidaknya aku keluar dari kepungan orang-orangmu masih belum dapat dipastikan. Tetapi yang jeias, ialah putramu masih berada didalam tanganku bukan ?" Ketua Seng-po-chung sadar akan bahaya yang masih mengoancam keselamatan putra tunggalnya itu. "Bila sampai terjadi apa2 atas diriku, maka kau akan putus turunan karena tamatlah putra tunggalmu itu ! " Siu jin Mo Say meneruskan ancamannya. Pengikat sarung pedang kulit naga itu terlalu besar, karena ini, hampir ketua Seng-po-chung melupakan anaknya. Mendapat peringatan Siu jin Mo Say, baru ia engah bahwa kecuali diri sendiri, iapun mampunyai seorang anak yang berada didalam kaadaan yang sangat tidak menguntungkan. Orang lain yang teringat akan anak Kat Siauw Hoan itu yalah sidungu To It Peng, bila laki2 rambut pirang itu mati atau terluka, tentu jiwa Tay Koan turut dikorbankan olehnya. Tay Koan adalah nama yang To It Peng beri kepada anak Kat Siauw Hoan dan katua Seng-po-chung itu. Mengetahui sifat ketamakan ketua Seng-po-chung, To It Peng segera berteriak : "chungcu, kau mau mati" Lupakah akan jiwa putramu sendiri ?" Ketua Seng-po-chung adalah raja daerahnya, perintahnya belum pernah dibantah, tidak ada orang yang membentak-bentak seperti itu, teriakan To It Peng yang mengatakan ia mau mati itu sangat menyinggunq perasaan. Tangannya bergerak, dan . . . . ser ....... sebuah aliran menyerang pemuda dungu dan membungkam mulutnya karena serangan itu tepat mengenai jalan darah Kiankeng-hiat, tidak saja sampai disini, serangan tenaga itu teralalu kuat, sipemuda terdorong mundur dan jatuh. Langkah yang ketua Seng-po-chung perlihatkan itu membuat wajah Siu jin Mo Say berubah. Diantara T o It Peng dan Siu jin Mo Say tiada hubungan keluarga. jatuhnya sipemuda membuat perubahan wajah, laki2 berambut kuning itu, ialah dikarenakan salah perhitungannya, ternyata ketua Seng-po-chung lebih mementingkan sarung pedang kulit naga dari pada keselamatan anaknya, maka menutup mulut si dungu agar tidak ikut campur pertikaian mereka. Laki2 berambut kuning ini berani berkunjung kemarkas besar Seng-po-chung seorang diri karena tahu pasti, ketua Seng-po-chung tidak berdaya, mengingat anaknya yang berada didaam suatu tempat tertentu, dan dengan mudah ia dapat meminta pedanq Huiie, dengan bersarungkan kerangka sarung pedang kulit naga, pedang Hui-ie te lah mendapatkan tempatnya. Belum lama, ketua Seng-po-chung rela menyerahkan apa yang ada, bergerobak mas intan dan berlian pusaka, dengan maksud tujuan menukar anak tunggalnya. Tetapi kejadian ini segera berubah setelah melihat munculnya sarung pedang kulit naga yang berupa salah satu dari beberapa pusaka rimba persilatan. Para jago Seng-po-chung telah mengurung laki2 berambut pirang ini, ketua Seng-po-chung menotok jalan darah To It Peng, agar pemuda itu tidak turut ambil bagian. "cungcu, kau ingin Menyusahkan diriku?" Bertanya orang yang bernama Siu jin Mo Say itu. Sinar mata ketua Seng-po-chung menatap dan terpaku pada sarung pedang kulit naga yang Siu jin Mo Say pegang, ia berkata mantep : "Tinggalkanlah sarung pedang kulit naga itu dan kau bebas meninggalkan perkampungan Seng-po-chung" Ketua ini telah lupa kepada anaknya, karena pusaka rimba persilatan saja. Siu jin Mo Say semakin tercekat, apa daya" Apa yang harus dilakukannya" Pikirannya berputar cepat. " cungcu,......" la mengganti sebutan hormat. "Belum lama kau telah katakan bahwa pedang Hui-ie tiada didalam bangunanmu. Apa guna sarung pedang kulit naga dengan tiada pedang Hui-ie ?" Ketua Seng-po-chung mengeluarkan suara dari hidung, manusia kurus kecil inipun tidak kalah akal, terdengar ia berkata : "Memang. Pedang Hui-ie tidak berada didalam bangunan Sng-pocung. Tetapi setelah mendapatkan sarung pedang kulit naga, dengan mengerahkan seluruh kekuatan Seng-po-chung yang ada, tak terlalu sukar untuk menemukan pedang Hui-ie. Kerangka sarung padang kulit naga hanya tersedia bagi pedang Hui-ie, bukan ?" "Lupakah kau kepada putramu ?" Siu jin Mo Say memberi peringatan, "..........." Ketua Seng-po-chung tidak dapat memberi sahutan. "Dimisalkan kau telah kuberi sarung pedang kulit naga, dimisalkan kau berhasil mendapat pedang Hui-ie yang hilang itu, kau kehilangan putra kandungmu, se imbanqkah penghasilanmu ini " Dua pusaka, pedang Hui ie dan sarung pedang kulit naga dapatkah mengimbangi jiwa putramu ?" ---oo0oo--- BAGIAN 14 SIU JIN MO SAY BERTEMU SIU JIN MO SAY KETUA SENG-PO-CUNG berhadap-hadapan dengan seorang laki2 dengan rambut kuning yang menyebut dirinya sebagai si Singa Kuning Siu jin Mo Say. Siu jin Mo Say palsu menginginkan pedang Hu-ie dari ketua itu, sedangkan ketua Sang-po-chung mengharapkan sarung pedang kulit naga darinya. "Pikir masak2" Berkata si pemakai nama Siu jin Mo Say. "Mana yang lebih penting, anak atau benda pusaka ?" Ketua Seng-po-chung memberi jawaban yang menyimpang dari pertanyaan. Beberapa turunan Seng-po-chung telah menyimpan pedang Huie, mereka berusaha mendapatkan sarung pedang kulit naga, tidak berhasil. Pesan turun temurun yalah berusaha menyatukan sarung dan pedang. Kini sarung pedang kulit naga telah berada diambang mata, mungkinkah kulewatkan secara percuma?" Mendadak saja si pemakai nama Siu jin Mo Say berteriak, badannya melesat, tangannya memukul atap bangunan, maka kayu dan genting bertaburan, pada atas ruangan dimana mereka berada telah berlubang, laki2 berambut kuning ini telah siap me larikan diri dari lubang yang belum lama dibuat itu. Gerakan Siu jin Mo Say cepat, tetapi para jago Seng-po-chung tidak lambat, membarengi gerakan laki2 berambut kuning itu, merekapun melakukan hal yang sama, 6 atau 7 orang telah berada diatas wuwungan rumah, sebelum si pemakai nama Siu jin Mo Say berhasil menerobos keluar, 7 jago Seng-po-chung itu mengirim pukulan, membuat jaring kekuatan yang tidak terlihat, menekan dirinya turun kebawah kembali. Ketua Seng-po-chung tidak berpangku tangan, iapun turut melesat, dilihat tubuh si pemakai nama Siu jin Mo Say tertahan dan diam ditengah ruangan, ia mengirim pukulan menyerangnya. Siu jin Mo Say tergencet oleh dua kekuatan pukulan, 7 jago Seng-po-chung menyerang dari atas kepalanya, ketua Seng-pochung menyerang dari bawah kakinya. Wajahnya pucat pasis seketika, maka ia menggeram, manambah kekuatan tenaga dan memukul dua kali, satu keatas menahan 7 gabungan kekuatan itu, dan satu lagi menahan pukulan ketua Seng-po-chung. Buuum ...... Kekuatan yang kelantai segera beradu dengan kekuatan ketua Seng-po-chung, tubuh laki2 berambut kuning itu terdesak naik. Maka 7 jago Seng-po-chung menekan tenaga gabunqannya, bila satu lawan satu, tak mungkin mereka memenangkan pertandingan, tetapi gabungan ini hebat, tak perduli Siu jin Mo Say memiliki ilmu kepandaian Kiu-thian-to-lie-kang, tak mungkin ia sanggup diserang dari atas bawah, tulang2-nya terdengar mengeluarkan suara ....... keretek ........keretek....... Tak mungkin ia bertahan beberapa lama lagi. Ilmu kepandaian laki2 berambut kuning ini hampir menyamai kekuatan Siu jin Mo Say tadi, rambut-nya kuning, maka ia menyebut dirinya sebagai si Singa Kuning Siu jin Mo Say, bila ia tidak mempunyai rencana untuk melarikan diri segera, dengan ilmu kepandaian yang dipunyai, belum tentu mengalami kekalahan. Tetapi ia takut sarung pedang kulit naga dirampas orang, biar bagaimana harus diusahakan manjauhkan diri dari para mata hijau gila pusaka itu, maksudnya malarikan diri cepat, tidak tahu langkah ini kurang tepat, maka tubuhnya tergencet oleh dua kekuatan, naik tidak, turunpun urung. Tangannya ingin meraih dinding menambah kekuatan, hal ini tidak dapat, kakinya ingin berpijak lantas mencelat, rencana inipun hanya berupa bayangan. Kekuatan ketua Seng-pochung Iebih kuat dari gabungan tenaga 7 orang. Keadaan si pemakai nama Siu jin Mo Say sungguh mengenaskan, tubuhnya terapung diudara, sebentar naik dan sebentar turun, sadikit demi sedikit, semakin lama, daerah geraknya semakin sempit. Manakala keadaan tidak menguntungkan bagi si laki2 berambut pirang, orang2 Seng-po-chung telah mulai menghunus senjata mereka, ada yang merambat naik keatas genting mencegah larinya lawan, ada yang bertepuk sorak, dan ada juga yang siap membantu ketuanya mengait kaki lawan itu. Mulut To It Peng tidak dapat mengeluarkan suara, badannya tidak dapat digerakkan, hal ini karena ditotok oleh ketua Seng-pochung tadi. Tetapi matanya terpentang lebar, ia dapat melihat kejadian itu. Dilihat bagaimana tubuh Siu jin Mo Say tidak menyentuh tanah, tetapi dapat 'terbang' lama sekali, dianggapnya hal ini menandakan kehebatan dari ilmu kepandaian laki2 berambut kuning itu. Beruntung mulut sidungu terkatup, bila tidak, mana mungkin ia tinggal diam" Tentunya bertepuk tangan bersorak keras. Sipengganti nama Siu jiu Mo Say itu, tuIang2-nya berbunyi semakin keras, wajahnya merah kebiru-biruan, menyeringai kesakitan, setelah tidak tahan, iapun mengeluarkan jeritan. Baru To It Peng sadar akan pandangan matanya yang salah, keadaan si pemakai nama Siu jin Mo Say tidak menguntungkan, maka ia berteriak. Hal ini menyebabkan hati sipemuda bimbang, diketahui Tay Koan berada ditangan laki2 berambut kuning itu, bila ia mati atau menderita Iuka, kemana harus menernukan T ay Koan anak Kat Siauw Hoan yang tidak dapat dilupakannya itu" la diwajibkan menjaga Tay Kean hingqa umur 12 tahun, bila terjadi sesuatu apa dengan laki2 ini, bagaimana Tay Koan tidak menemukan sesuatu 'malapetaka'" To It Peng ingin memperingatan akan apa yang menjadi pikirannya, tetapi ia tidak berdaya, seratus persen tidak berdaya, bungkam seribu bahasa. Orang Seng-po-chung mulai bertepuk tangan, suara mereka gegap gempita, tidak lama Iagi, kemenangan tentu berada dipihaknya. Dikala ini, masuk seorang pendek dengan kepala lebih besar dari kepala manusia biasa, rambutnyapun kuning, umurnya telah tua, orang inilah yang berulang kali membantu To It Peng. Dilihat keadaan didalam ruangan itu, ia berteriak : "Aduh, sungguh ramai sekali." Suara manusia aneh ini diucapkan saperti biasa, tetapi aneh, suaranya dapat mengalahkan semua suara yang ada, hanya suaranya yang terdengar jelas sekali. Mengetahui ada orang yang datang, ketua Seng-po-chung mengajukan pertanyaan : "Hei, siapa nama tuan yang mulia?" Orang aneh ini menunjukkan senyumnya yang lucu, rambut kuning dan kepala gentongnya bergoyang, ia berkata memberi sahutan : "Aku adalah tamu yang tidak diundang, datang ke mari untuk mengerjakan dua tugas yang dapat menyinggung nama Seng-pochung. Apa guna menyebut nama ?" Sambil berkata, tangannya meraih kearah tempat dimana To It Peng barada, maka terjadi pusaran angin yang kuat, menyedot tubuh sipemuda. Sebenarnya saja orang aneh ini berhasil menentengnya. Wajah ketua Seng-po-chung berubah, dengan nada tidak lancar ia berkata: "Ilmu Bu-siang-sin-lek yang hebat. Tuan tentunya dari golongan Buddha," Orang tua berambut kuning ini mempunyai ukuran kepa!a yang tidak normal, mulutnya bila terbuka sangat lebar, tingkah lakunya saperti angin-anginan, mana mungkin orang dari golongan Buddha yang pendiam" Hanya saja ilmu Bu-siang-sin-lek itu terbatas, hanya golongan Budha saja yang, berhasil meyakinkannya, maka ketua Seng-po-chung mengajukan pertanyaan seperti tadi. Orang tua aneh ini menganggukan kepala, ia berkata : "Benar. Si Dungu Karya Chung Sin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Telah lama aku menyucikan diri dan masuk kedalam golongan Budha." Bila kata2 ucapannya keluar dari mulut seorang hwesio gundul atau tosu, tentu tidak dapat dicela. Lain lagi halnya keluar dari mulut orang tua aneh ini. "Kau mamelihara rambut, dapatkah digolongkan kedalam golongan Budha?" Ketua Seng-po-chung menunjukkan keraguraguannya. Manusia aneh ini tertawa : "Ha...., ha.... Apakah perbedaan Budha atau bukan?" Dengan satu tangan menenteng To It Peng, ia berjalan pergi. Lain tangannya meraih kearah sipemakai name Siu jin Mo Say. Persamaan diantara dua orang ini adalah rambut mereka yang pirang kuning. Perbedaannya yalah simanusia aneh teIah menolong To It Peng berulang kali, tetapi s ipemakai nama Siu jin Mo Say ingin menyulitkan pemuda itu. Orang yang memakai nama Siu jin Mo Say masih terapung ditengah udara, kedatangan orang tua aneh ini yang menyebabkan ketua Seng po-chung menarik tenaga bukan berarti kebebasan baginya, orang2 Seng-po-chung telah menggantikan kedudukan ketuanya, puluhan tenaga telah menyongsong si pemakai nama Siu jin Mo Say, dan 7 tokoh kuat tetap menekan dari atas, keadaannya tidak banyak berbeda dengan keadaan sebelum ketua Seng pochung lepas tangan. Orang aneh berambut kuning mengulurkan tangan, terjadi lagi pusaran kekuatan, daya sedot memasuki tekanan tenaga2 kekuatan orang2 Seng-po-chung, setelah itu, menarik tubuh sipemakai nama Siu jin Mo Say. Maka dua tangan orang tua aneh berbadan pendek berambut kuning ini telah berisi dua orang, satu T o It Peng dan lain tangan si Siu jiu Mo Say nama tiruan. cepat sekali badannya melesat keluar dari kepungan orang2 Seng-po-chung. "Selamat tinggal" .... dan orang tua aneh berambut kuning ini meninggalkan mereka. Puluhan orang berteriak-teriak, mereka tidak puas dan siap mengejar, masakan dua tawanannya dicomot begitu saja dengan tidak berdaya" Ketua Seng-po-chung melesat, ia mencegah : "jangan sembarang bergerak." Badannya melesat dan berhasil berada dibelakang orang tua aneh berambut kuning itu, orang tersebut harus menenteng dua tubuh berat, sedangkan ketua Seng-po-chhung bebas dari segala beban bobot berat, maka ia dapat melakukan hal itu dengan mudah. Tangannya dipaparkan dan menekan punqgung orang tua aneh yang ingin membawa To It Peng dan sipemakai nama Siu jin Mo Say. Dua tangan orang yang ketua Seng-po-chung serang tidak dapat digunakan menyambuti serangan itu, apalagi dilihat dari gelagat seperti itu, manusia aneh berambut kuning tidak ada niatan untuk menghindari serangan. cepat dan tepat serangan ketua Seng-pochung mengenai gegar atau punggung lawan, tetapi aneh, serangan itu seperti membentur kaca yang tidak terlihat, biar bagaimana, tak dapat meneruskan tekanannya. Kecepatan orang tua rambut kuning itu tidak dapat dilukiskan, bagaikan anak panah lepas dari busurnya, lewat terbang dan lenyap tak terlihat lagi. Hal ini hanya ketua Seng-po-chung yang dapat memaklumi, diketahui serangannya menambah kecepatan orang itu yang memang sudah cepat, maka kecepatan ganda itu melebihi kecepatan siapapun juga. Pedang Hu-ie lenyap dibawa oleh Kat Siauw Hoan, sarung pedang kulit naga berada ditangan si pemakai nama Siu jin Mo Say, dikala ketua Seng-po-chung hampir berhasil merebut sarung pedang pusaka, tiba2 datang orang tua berambut kuning dengan kepala berukuran besar itu, ditolong sipemakai nama Siu jin Mo Say, dibawanya To It Peng, hal ini sungguh memalukan Seng-po-chung. Dengan teriakan penasaran, ketua Seng-po-chung melesat, ia mengejar. Sebentar kemudian, ia tiba dipintu gerbang depan yang terbuat dari tembaga berat itu, dilihat 8 penjaga pintunya te!ah menggeletak ditanah, hal ini karena ditotok oleh orang berkepandaian tinggi, tentunya orang tua berambut kuning, berkepala ukuran besar tadi. la memandang kesekelilingnya, tidak terlihat ada tanda2 yang mencurigakan. Orang tua berambut kuning, berkepala ukuran besar itu telah lenyap dengan membawa sirambut pirang yang mengaku bernama Siu jin Mo Say, dan sidungu To It Peng. Manakala ketua Senq-po-chung bingung, datanglah pu!uhan jago2 peliharaannya. Mereka turut mengejar dan tiba terlambat. "Bagi kekuatan menjadi 4 bagian, dan pecah kekuatan ini untuk menyusul musuh." Ketua Seng pochur.g mamberi perintah. Kakek baju hitam Pek Tianglo, baju merah Ang Tianglo, baju putih Hek Tianglo dan baju kuning Oey Tianglo mengepalai 4 rombongan itu, masing2 berunding sebentar, terpecah membikin penqejaran. Ketua Seng-po-chung telah memilih beberapa orang, diajaknya pilihan ini dan membikin pengejaran. Kita menyusul orang tua berambut kuning, berbadan pendek, berkepala ukuran tidak normal itu, dengan kedua tangan menenteng To It Peng dan sipemakai nama Siu jin Mo Say meninggalkan Seng-po-chung. Seperti apa yang te!ah kita ketahui dibagian, depan dari cerita ini, orang tua berambut kuning, berbadan pendek dan berkapala ukuran gentong dengan mulut lebar ini mempunyai kesan yang baik atas apa yang To It Peng perlihatkan, bukan satu dua kali ia menolong si pemuda dari berbagai kesukaran. Kini ia manolongnya lagi. Mengenai alasan ia menolong Iaki2 berambut kuning yang menamakan dirinya Siu jin Mo Say ialah persamaan rambut mereka, jarang sekali menemukan persamaan ini, apalagi mengingat keadaan sipemakai nama Siu jin Mo Say yang terjepit, bila ia tidak menolong, tentu manusia yang mengaku bernama Siu jin Mo Say ini akan menderita Iuka parah dibawah tekanan kekuatan puluhan orang Seng-po-chung. Mereka telah meninggalkan jauh Seng-po-chung, larinya orang aneh ini cepat luar biasa, ia telah menotok hidup jalan darah To It Peng, maka sipemuda ingin bicara, hanya angin yang berkesiur terlalu cepat, sukar untuk mangajak tuan panolongnya bicara. Akhir nya mereka tiba disebuah lembah, manusia aneh itu meletakkan dua orang yang ditolong olehnya pada sebuah batu besar. Tangannya bergerak cepat, diletakannya To It Peng dan laki2 berambut pirang itu, sedangkan ia sendiri duduk tenang. Mengetahui dirinya bebas, laki2 rambut kuning yang mengaku bernama Siu jin Mo Say itu mencelat, kedua tangannya disilangkan dan memukul orang tua yang mempunyai warna rambut sama itu. 0rang tua ini seperti sudah dapat memperhitungkan apa yang akan dihadapi, dengan merapatkan jari2 nya ia berhasil menangkis sarangan. Wajah laki2 berambut kuning yang mengaku bernama Siu jin Mo Say berubah, ia mambalikan badan dan siap melarikari diri. Tetapi orang tua berambut-kuning mencelat terbang, dengan kedudukan tetap bersila, ia melewati diatas kepala laki2 berambut kuning itu, kemudian menghadang jalan larinya. "jangan kau lari !" katanya. "Dimanakah kini anak itu berada ?" Orang yang telah mengganti namanya menjadi Siu jin Mo Say itu membelalakkan mata, ia berkepandaian tinggi, tetapi kini ia harus menghadapi tokoh silat yang berkepandaian lebih tinggi darinya. Orang tua berambut kuning mempnnyai sikap yang sabar, ia hanya menghadang didepan orang yang mempunyai warna rambut sama dengannya, tidak memukul atau memaki, ia hanya meluwekkan mulutnya yang lebar, tersenyum puas. Beberapa saat, dua orang berambut pirang itu saling pandang memandang. Orang yang menyebut dirinya sebagai Siu jin Mo Say menggerakkan langkahnya, terdengar suara gemeretak keras, dipasang kedua telapak tangan dan memukul kearah orang tua yang menghadang dijalan itu. Orang tua berambut kuning mementilkan jarinya, maka terdengar suara benturan keras .... Buuummm , ... Ia berhasil mendesak mundur Iaki2 berambut kuning itu. Wajah laki2 berambut kuning berubah semakin pucat. "Siapakah kau ?" la bertanya dengan suara yang kurang lancar. "Nama apa yang kau gunakan itulah namaku." Berkata orang tua berambut kuning dengan malowakkan mulutnya yang lebar. "Maksudmu ?" Si pemakai nama Siu jin Mo Say mangkerutkan alisnya. "Bertanyalah kepada dirimu sendiri. Siapa kau".... Maka kau akan mendapat jawaban tentang diriku.." Orang yang mengaku bernama Siu jin Mo Say harus berpikir masak-masak, hal ini suagguh membingungkan dirinya. "Masih belum mengerti ?" Bertanya orang tua berambut kuning itu. To It Peng menyaksikan adegan dua manusia rambut kuning saling tanya jawab, tentu saja anak dungu kita tidak mengerti. Tiba2 laki2 berambut kuning yang menyebut dirinya sebagai Siu jin Mo Say itu manepuk kepala, ia tersadar, kini dengan siapa ia berhadapan. Orang yang mempunyai rambut kuning itu dapat dihitung dengan jari. -o0dwo0- "Kau..... kau..... adalah........" la tidak meneruskan kata2-nya, tiba2 saja tertawa. "Ha........ Ha...., ha...., ha...... ....." "Betul" Orang tua barambut kuning itu menganggukkan kepala. Maka jelaslah siapa dia manusia berambut kuning itu, mereka adalah dua Siu jin Mo Say, sama2 menggunakan nama Siu jin Mo Say, satu tidak mau mengakui nama itu karena nama tersebut sudah busuk, satu lainnya menggunakan nama tersebut karena kagum akan ilmu kepandaiannya yang maha tinggi. Orang tua berambut kuning adalah Siu jin Mo Say asli dan laki2 berambut kuning itu adalah Siu jin Mo Say palsu. "Ha........ Ha...., ha...., ha...... ....." Siu jin Mo Say palsu yang dahulu kita sebut sebagai sipemakai nama Siu jin Mo Say karena ia tidak mau menyebut nama aslinya dan mengganti nana itu menjadi Siu jin Mo Say asli tertawa. "Mengapa kau malu menyebut nama sendiri ?" Siu jin Mo Say asli, orang tua berambut pirang, berbadan pendek, berkepala ukuran besar dan bermulut lebar itu tidak memberi keterangan tentang mengapa ia malu menyebut namanya. "Ilmu kepandaian Kiu-thian-to-lie-kang yang kau gunakan itu tidak sempurna, beum waktunya kau mempa memamerkan ilmu itu." Demikian ia berkata. "Sebaiknya kau simpan dahu!u, sebelum kau mendapatkan inti sari, dari ilmu tersebut, jangan sekali-kali untuk mencoba, hal ini akan mengakibatkan susutnya kekuatan tenaga murni." "Ha........ Ha...., ha...., ha...... ....." Siu jin Mo Say palsu menge!uarkan suara tertawa mengejak. "Kau mengatakan ilmu kepandaian Kiu-thian-to-lie-kang yang kupela jari belum sempurna. Hanya kau seorang ssjakah yang dapat menyempurnakan "Kau tidak percaya" " "Hm....." "Lebih baik kau menyucikan diri, jauhilah kejahatan2 dan ketamakan, ikut denganku dan berguru kepadaku. " "Minggir." Bentak Siu jin Mo Say palsu, "Urusan kita belum selesai, bukan?" Tangan Siu jin Mo Say gemeretak, ia siap mengerahkan ilmu K iuthian-to-lie-kang yang maha dahsyat itu. Siu jin Mo Say asli Mengqoyang goyangkan kepala berkata : "!lmu Kiu-thian-to-lie-kang terla!u ganas. Tetapi bila ia gagal menjatuhkan lawan. Tenaga jahat itu menyerang diri sendiri. Maklumlah kau akan hal ini?" "Kau kira aku mudah digertak ?" Tangan Siu jin Mo Say palsu telah bergerak cepat memukul Siu jin Mo Say asli. Ilmu Kiu-thian-to-lie-kang memang maha dahsyat, To It Peng yang kena diserempet angin pukulan itu sudah jatuh terjengkang, bergelimpangan ditanah. "Aaaaaa ......." Sin jin Mo Say asli mengeluarkan suara kaget. "Kau akan mencalakakan dirimu sendiri." yang dinamakan ilmu Kiu-thian-to-lie-kang ialah kekuatan seseorang yang dilatih secara istimewa, kekuatan ini terdiri dari 9 gelombang pukulan, setiap gelombang bertambah secara berthap, maka bilamana berada pada gelombang yang terakhir, mudah dibayangkan betapa hebat dan dahsyat ilmu itu. Ilmu inilah yang dibanggakan oleh Siu jin Mo Say dahulu, tidak sedikit dari para jago rimba persilatan dijatuhkan olehnya. Siu jin Mo Say palsu telah mengerahkan ilmu Kiu-thian-to-liekang, gelombang pertama berhasilmenggulingkan To it Peng, gelombang ini tidak berhenti disitu, langsung menyerang orang tua berambut pirang itu. Orang tua rambut pirang adalah Siu Din Mo Say asli, dia inilah yang pernah mengegerkan rimba persilatan, tetapi dengan jalan yang sesat dan jahat, ia dikeroyok sehingga ia hampir binasa, setelah itu insyaf dari segala kesalahannya, malu menggunakan nama Siu jin Mo Say yang telah busuk itu, ia tidak mau ada yang tahu, siapa dirinya, ia tidak mau menyebut nama aslinya, ia tidak mau menceritakan asal usulnya. Maka untuk mau hormati kepribadian orang selanjutnya kita tidak menyebutnya dengan katakata Siu jin Mo Say Iagi, orang itu tahu betapa jahat ilmu K iu-thianto-lie-kang, kini laki-laki rambut pirang yang memalsukan dirinya menyerang, apa boleh buat, iapun bertahan. Gclombanq kesatu disusul oleh gelombang kedua setelah itu beruntun saling susul datang gelombang2 berikutnya. Tetapi tidak satupun yang berhasii menjatuhkan simanusia aneh kita ini. Kejadian yang berada diluar dugaan yalah setiap gelombang itu dilepas. Siu jin Mo Say akan mundur satu langkah, mana kala ia selesai me lepas semua gelombang yang berjumlah 9 kekuatan itu, mundurnya telah terjadi sehingga 9 langkah, semakin lama, langkah2 mundur itu samakin lebar, sehingga pada langkah yang terakhir, tubuhnya jatuh numprah ditanah dengan memuntahkan darah segar. Siu jin Mo Say adalah lambang kejahatan dan kejahatan dan kaganasan, laki-laki barambut pirang ini jahat dan kejam, tidak mengenal pri-kemanusiaan, lupa budi orang mangabdikan diri pada kejahatan. namanyapun telah dilupakan dan mengganti nama dengan kata2 Siu jin Mo Say, maka untuk mengabulkan angan2nya, seterusnya, kita sebutnya sebagai Siu jin Mo Say. Walaupun Siu jin Mo Say ini palsu adanya. Siu jin Mo Say duduk terluka, tetapi lawan yang dipukul itu tetap berada ditempat semula dengan tidak menderita sagala cidera. "Kau terlalu cepat bergerak." Berkata manusia aneh, orang tua berambut kuning yang telah membuang nama diahatnya Siu jin Mo Si Dungu Karya Chung Sin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Say. "Bila tidak,mungkin aku rela menerima serangan Kiu-thian-tolie-kang yang kau lontarkan dengan cepat, tentunya kau tiada akan terluka." Luka sipemakai nama Siu jin Mo Say yang kiri telah dapat pengesahan resmi menggunakan nama Siu jin Mo Say dan menghilangkan embel2 'ganti nama'nya, sungguh berat. T ak dapat ia mengeluarkan bantahan, kedua matanya dimeramkan membenarkan peredaran darah yang kacau. Si dogol To It Peng belum tahu siapa dua manusia yang sedang berada dihadapannya, hanya diketahui satu jahat satu baik, Siu jin Mo Say itu jahat, sedangkan manusia aneh, orang tua berambut pirang dengan kepala ukuran besar dan mulut besar yang telah menolong dirinya itu baik. Orang tua ini bersedia mengorbankan kesehatan diri sendiri, bila Siu jin Mo Say jahat tidak bergerak terlalu cepat. Siu jin Mo Say selesa i mengalirkan peredarannya tiga putaran, maka luka2 yang diderita berhasil diperingan, ia bangun berdiri saraya berkata : "Ilmu kepandaianku belum dapat manandingmu, biar lain kali saja aku meminta petunjuk-petunjuk berhargamu lagi." la pergi. Hanya saja jalan belum terbuka, orang tua berambut kuning yang tidak mau manggunakan nama Siu jin Mo Say itu masih menghadang dijalan. "Tak mungkin kau dapat mernuntut balas." Berkata manusia aneh ini. ,Aku tidak ada niatan mempersulit dirimu. Katakanlah, dimana anak itu kau letakan" " yang dimaksudkan dengan 'anak itu' yalah anak ketua Seng-potihung dan Kat Siauw Hoan, anak yang To It Peng pernah bawa untuk diserahkan kapada Seng-pochung. To It Peng telah bangun berdiri. "Betul." Berteriak sidungu. "Katakan, dimana kau simpan Tay Koan." Tay Koan adalah nama yang To It Peng berikan kepada calon ketua muda Seng-po-chung itu, hal ini sangat lumrah, bila T ay Koan telah meningkat dewasa, bila sudah waktunya ketua Seng-po-chung mengundurkan diri, tentu Tay Koan yang akan menggantikan kedudukan ayahnya. Wajah Siu jin Mo Say masih pucat biru, tetapi ia bandal, dengan mengeluarkan suara dari hidung, ia berkata : "Anak itu sengaja kubawa untuk ditukar denqan pedang Hu-ie. Dan seperti apa yang kalian maklum, pedang itu belum kudapat, ketua Seng-po-chung tidak mau menyerahkanny? mana mungkin kuberi tahu, dimana ia berada ?" "Tetapi, pedang Hui-ie sudah tiada didalam Seng-po-chung." Teriak To It Peng, Suara sidungu cukup keras dan jelas. "Dari mana kau tahu?" Bertanya Siu jin Mo Say dingin. Manusia aneh badan pendek, kepala ukuran besar dengan mulut lebar memandang orang yang berani menggunakan namanya itu, tetapi ia tidak bicara. "Bagaimana kau tahu?" Tanya lagi Siu-jin Mo Say dengan masih penasaran. "Bagaimana aku tidak tahu?" Berteriak To It Peng, Pedang Hui-ie itu ......." Maksud sidungu yalah mengatakan behwa pedang Hui-ie telah barada pada dirinya, tetapi segera sadar bahwa kata2 ini tidak dapat dikeluarkan, maka ia menyetopnya ditengah jalan. Perintah Kat Siauw Hoan yalah harus manyerahkan pedang Hui-ie kepada Tay Koan 12 tahun kemudian, dan tentang pedang Hui-ie tidak boleh disebut kepada siapapun juga. Apa lagi berada padanya, hal ini tidak boleh diketahui olehnya. Siu jin Mo Say baru tidak maenarik panjang perkara, dianggap sidungu ingin menyimpangkan duduk persoalan itu kepada proporsi yang salah, ia mengeluarkan suara dengusan dari hidung. To It Peng bingung, ia berkata iagi : "Hei, segera serahkan Tay Koan kepadaku. Ketahuilah cianpwe ini mempunyai ilmu yang lebih tinggi darimu, bila ia mengulurkan tangan, maka kau segera terpegang ...... itu wakktu ....... Hm ...... hm......." Orang tua aneh melowekan mulutnya yang lehar, ia tertawa. Siu jin Mo Say termundur, wajahnya berubah, diliriknya orang yang udah disanya tiada didalam dunia itu dengan penuh kekhawatiran, ilmunya terlalu hebat, ia harus mundur menjauhinya. Menyaksikan laki2 rambut pirang ini ingin pergi lagi To It Peng berteriak "Hei, jangan kau pergi! jangan kau pergi! " Sesuatu semboyan harus disertai dengan pelaksanaan, To It Peng bergerak maju, tangannya dipanjangkan, siap menarik baju orang itu. Sipemakai nama Siu jin Mo Say telah terluka, tetapi untuk menghadapi manusia seperti To It Peng, sisa kekuatanya masih banyak lebih, sikutnya digerakan menyambuti tangan sipemuda. Menghadapi perlawanan ini, To It Peng gugup ..... ia menyampingkan cakarannya dan berteriak : "Hayo katakan dimana kini anak itu berada ?" Sipemakai nama Siu Din Mo Say tidak mempunyai banyak keleluasaan bergerak, lain sikutnya dikasi main, make bila To It Peng tidak menghentikan gerakannya, dada sipemuda yang terbuka itu yang membentur sikut sijahat. Tidak sadar akan bahaya yang mengancam, tidak pandai, ia menyingkirkan diri, To It Peng akan segra terluka. Orang tua berambut pirang itu mempunyai badan pendek, tetapi cukup gesit, ilmu kepandainyapun tinggi luar biasa, dengan satu kali raihan tangan, ia berhasil menarik To It Peng dipegangnya erat2. Siu jin Mo Say jahat segera melarikan diri, larinya bukan kedepan karena orang tua aneh itu menghadang didepan jalannya, tetapi ia membalikkan badan dan lari kebelakang. To It Peng berteriak : "Lepaskan diriku..... Lepaskan diriku..... Aku segera hampir menangkapnya, mengapa kau mencegah " .......... Lihat, dia melarikan diri, bila kau tidak me lepaskan diriku, bagaimana aku dapat menangkapnya ?" Orang tua berambut pirang me lowekan mulutnya yang lebar, kepala berukuran tidak norma l itu lucu sekali. "Dapatkah kau menangkapnya?" Ditatap To It Peng dengan pandangan mata penuh kasih sayang. "Tentu saja. Aku adalah jago nomor satu, mana mungkin tak dapat menangkap orang ?" To It Peng bangga kembali, teringat bahwa dirinya adalah 'jago nomor satu'. Orang tua aneh itu tersenyum lebar. Diketahui orang yang telah mencaplok nama dan gelarnya itu telah terluka, tak mungkin lari jauh, bila perlu, dengan satu kali loncatan ia dapat menangkap kembali. Maka tidak perlu tergesa gesa. Siu jin Mo Say gadungan itu telah me larikan diri tetapi luka yang diderita cukup hebat, ia tidak dapat lari cepat, masih terlihat bayangannya ditempat jauh. "Dia telah terluka," berkata To It Peng. "Sedangkan aku adalah jago nomor satu, mana mungkin tak dapat menangkapnya " Hayo, segera lepaskan cekalanmu" Orang tua aneh itu melepaskan pegangan tangan yang mengekang To It Peng. "jago nomor satu" Siapakah yang memberi tahu hal ini kepadamu?" la mangajukan pertanyaan. "Seorang nenek berpakaian hitam yang menyebut dirinya sebagai Hian-u Po-po." To It Peng memberi tahu, siapa yang menobatkan dirinya menjadi "jago nomor satu". "Aaaaa........" Orang tua berambut kuning ini ternganga. ?"Dia?". Setelah itu, ia menarik napas panjang, ada sesuatu yang mengingatkan kejadian lama, agaknya ia bersedih. "cianpwe, kau ingin berkeluh-kesah" Berkeluh-kesahlah seorang diri dahulu, aku ingin mengejar Siu jin Mo Say itu dahulu" To It Peng mengayunkan langkahnya siap mengejar Iaki-laki berambut pirang, ia tidak tahu bahwa orang tua dihadapannya inilah yanq bernama Siu jin Mo Say asli, tanpa ganti2 nama segala. Manusia aneh kita meraihkan tangan, sabentar ia berhasil menarik tangan To It Peng, "Apa guna kau mengajarnya?" Ia bertanya. "Aku ingin mananyakan dimana anak, itu disimpan." Sidungu memberi jawaban. "Anak siapa" Mungkin anakmu?" Tanya orang tua rambut kuning ini, kepalanya yang besar bergoyengan. Wajah To It Peng berubah merah. "Hus!" la membentak. "jangan kau sembarang bicara, Tay Koan adalah anak ketua Seng-po-cung. Lihat orang itu semakin jauh. Bagaimana aku dapat mengejarnya lagi?" "Anak itu adalah anak ketua Seng-po-cung. Mati hidupnya tidak ada hubungan nya denganmu, mengapa kau harus memusingkan kepala ?" Manusia aneh kita ini tidak mengambil pusing kerisauan hati T o It Peng. "Ibu dari anak itu Kat Siauw Hoan adalah .........." To It Peng- mendekap mulutnyacepat, mulut itu kadang2 terlalu lancang. Haruskah diberi tahu bahwa karena Kat Siauw Hoan pernah tidur ber-sama2 dengan nya satu malam sehingga menyebabkan ia bersedia diperbudak " "lbu dari anak itu yang bernama Kat Siauw Hoan memohon kepadaku untuk merawat dan menjaga anaknya." To It Peng memberi keterangan tentang mengapa ia harus mengejar orang yang menyebut dirinya sebagsi Siu jin Mo Say, ia harus menanyakan kepadanya, dimana Tay Koan sekarang " Manusia aneh kita menganggukkan kepala dengan penuh arti, dibalik alis dan bulu matanya yang berwarna kuning terlihat sepasang mata yang bersinar terang, sinar mata ini seperti dapat menembus hati. jantung To It Peng dibuat ber-debar2 karenanya, degupan hati ini memukul keras sekali, ia menundukkan kepala meruntuhkan pandangan matanya ketanah, tidak berani menantang sinar mata yang tajam itu. Orang tua rambut kuning, berbadan pendek, kepala gentong dan mulut lebar itu diam tenang-tenang saja. Lama sekali kejadian seperti itu, To It Peng melirik kaarahnya, orang tua itu cukup sabar, tak usah menakutkan dirinya. Dilirik lagi Siu jin Mo Say jahat, bayangan laki2 rambut pirang itu telah tidak tampak. "Nah, semakin lama dia semakin jauh. Kini sudah tak tampak. Hayo ............ lepaskan cekalanmu." Pinta To It Peng. "jangan takut, akan kutolong memanggilnya kembali." Berkata orang tua aneh itu sabar. To It Peng menyeringai, bagaimana cara pertolongan itu diberikan kepadanya" Dilihatnya bibir orang tua pendek itu bergerak-gerak seperti mengucapkan sesuatu, tetapi tidak terdengar suara. Tidak diketahui olehnya, inilah puncak ilmu bicara jarak jauh dengan tekanan gelombang tinggi. Memandang jauh dimana bayangan Siu jin Mo Say jahat. To It Peng melihat sesuatu yang bergerak ......Eh ......... Itulah Siu jin Mo Say yang balik kembali. jalannya perlahan, hal ini karena ia masih berada didalam keadaan luka, yang aneh ialah tidak iagi ia melarikan diri, tetapi balik kembali. To It Peng kurang yakin kepada apa yang dilihatnya, ia mengusap-usap matanya, dan betul apa yang dilihat, Siu jin Mo Say itu kembali lagi. "Bagaimana, bukankah telah kupanggil kembali?" tanya orang tua pendek dengan rambut kuning itu. To It Peng tunduk dan takluk, maka ia berkata : "Hebat ! IImu, kepandaianmu ini, lebih tinggi dari apa yang kumiliki." Mereka menyaksikan bagaimana 'Siu jin Mo Say' kembali, ia menjura dan berkata kepada orang tua : "Aku menyerah. Untuk selanjutnya tidak berani aku memalsukan namamu lagi. Belum puaskah dengan pernyataanku ini ?" To It Peng mengkerutkan alisnya, didengar kata2 ucapan yang menyatakan 'aku tidak berani memaIsukan namamu lagi', nama apakah yang dipalsukan oleh Iaki2 rambut pirang itu " "Heh! " Nama apakah yang dipalsukan oleh Siu jin Mo Say?" P!kir To It Peng didalam hati. Seharusnya, manusia manapun akan dapat menduga tentang hal itu, siapa dia manusia berambut pirang yang berada ditempat itu" Hanya sidungu yang jalan pikirannya hanya satu itu sulit untuk meng-ilmiah perkara-perkara rumit, sampai pecah kepalanyapun tidak dapat ia menduga. Bergantian To It Peng memandang dua manusia berambut pirang, satu yang menyebut dirinya bernarna Siu jin Mo Say tunduk tak berkutik, satunya lagi yalah siorang tua pendek dengan ukuran kepala lebih besar dari manusia biasa itu melowekan mulutnya yang lebar, ia tersenyum-senyum saja. "Kau telah menemukan ilmu Kiu-thian-to-lie-kang, tetapi belum cukup latihan, setelah itu berani menyerangku. Tadi terkena seranganmu sendiri, luka yanq kau derita tidak ringan, tahukah, bagaimana kau harus menyembuhkannya?" Orang tua berambut pirang memandang laki2 yang mampunyai warna rambut sama dengannya itu. Wajah 'Siu jin Mo Say' menunjukkan rasa khawatir yang tidak terhingga, peluh membasahi tengkuknya. "Bila kau tidak berhasil menemukan cara yang tepat, betul kau berhasil menghilangkan rasa sakit, tetapi bukan berarti sembuh didalam arti sesungguhnya." Berkata lagi siorang tua pendek rambut kuning. "Kurang lebih satu tahun kemudian, jalan2 darah dan pembuluh darahmu pecah berantakan, darah mengalir bagaikan air bah yang memecah bendungan, itu waktu, penderitaan yang kau alami terlalu seram untuk dibayangkan." Peluh dan keringat 'Siu jin Mo Say' mengetel cepat, bagaikan tetesan air hujan yang berjatuhan dari emper rumah. To It Peng adalah cakal bakal para manusia yang bermotto semboyan 'kasih', tak dapat membiarkan seseorang menderita sengsara, melihat hal itu, ia berkata : "cianpwe, beri tahukanlah kepadanya, bagaimana ia harus manghilangkan penderitaan hebat itu." "Tentu. Setelah ia berjanji mengabulkan tiga permintaanku." kata orang tua pendek rambut kuning itu. 'Siu jin Mo Say' kembali denqan maksud tujuan meminta adpis, bagaimana ia harus menyembuhkan luka 'Kiu-thian-to-lie-kang'. Diketahui ilmu Kiu-thian-to-liekang terdiri dari sembilan gelombang, setiap tingkat kian menghebat, maka sehingqa gelombang yang terakhir, semakin sulit mempertahankannya. Kini senjata makan tuan, dengan ilmu yang dipunyainya ia menyebabkan dirinya menderita. Setiap hari, luka yang diderita akan menghebat, maka 9 hari kemudian, dikala luka itu menjalar keseluruh tubuh, seharusnya tidak ada tabib yang dapat memberi pertolongan. Belum lama, ia telah mengerahkan ilmu Kui-thian-to-lie-kang, bukan musuh yang dilukai, tetapi diri sendiri yang akan mengalami Si Dungu Karya Chung Sin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo siksaan badan, belum lama ia telah Iari menjauhkan diri, tetapi dengan tekanan suara-gelombang tekanan tinggi Siu jin Mo Say asli telah memanggilnya kembali, dikatakan ia akan memberi petunjuk2 bagaimana harus menghilangkan penderitaan badan itu, maka dengan menebalkan muka, memberanikan diri, ia balik kembali. To It Peng telah memberi jalan, segera berkata : "Tiga permintaan apakah itu?" Orang tua pendek dengan kepala gentong itu cukup sabar, ia berkata dan menyebut tiga syaratnya: "Dengarlah baik2. Syarat yang pertama ialah tidak diperbolehkan kau mengganas, kau hanya boleh menetap didaerah See-gak dan baik2 menjaga keempat muridmu itu. " "Syarat ini dapat kuterima." Setelah berpikir sebentar, 'Siu jin Mo Say memberi jawaban. "Permintaanku yang kedua ialah katakan dimana anak itu berada ?" "Ditangan muridku. " "Lekas panggil mereka dan serahkan anak itu kebangunan Sengpo-chung." 'Siu jin Mo Say' mengkerutkan alisnya. "Permintaanmu ini bararti kau telah menghilangkan kesempatanku untuk memiliki pedang Hui-ie." la masih mengharapkan pedang pusaka itu. "Ha, ha ......" Siu jin Mo Say tua yang telah bertobat tertawa. "bukan saja kehilangan kesempatan untuk memiliki pedang Hui-ie, sampaipun sarung pedang kulit naga yang berada padamu itu akan kuminta." 'Siu jin Mo Say' termundur, ia berteriak : "Tidak! Dengan mati2an aku mempartahankan nya, maka hampir2 nyawaku tertinggal di Seng-po-chung tergencet oleh tekanan kekuatan puluhan jago2nya. Hal ini untuk memiliki pedang Hui-ie dan mempertahankan sarung pedang kulit naga. Tak mungkin dapat kuserahkan kepadamu. " "Baik. Kau tidak mau menyerahkan kepadaku. Tetapi pikirlah masak2, dengan keadaanmu seperti sekarang ini, mungkinkah dapat mempertahankan lagi" Bila aku bergerak, kemana kau melarikan diri ?" Wajah 'Siu jin Mo Say' semakin pucat, keringat mengucur semakin banyak, sugguh ia tidak berdaya. "Aku tidak mau merampas benda itu dari tanganmu." Berkata lagi Siu jin Mo Say tua. "Ilmu Kiu-thian-to-lie kang yang kau kerahkan tadi telah ada pada tingkat kesembilan, maka hanya memerlukan waktu lima hari, kujamin kau jatuh menggeletak ditanah tidak dapat bergerak" Badan'Siu jin Mo Say' menggigil dingin. "Pada waktu- itu, dengan mudah, seseorang yang tidak berkepandaian silatpun dapat mengambil sarung pedang kulit naga itu dari tanganmu." Berkata lagi orang tua berbadan pendek itu, Tiba2 laki2 berambut kuning itupun berteriak, tangannya meraih sarung pedang kulit naga yang segera dilempar kehadapan orang tua aneh. Siorang tua memanjangkan tangannya, maka sarung pedang kulit naga tidak jatuh ketanah, tetapi pindah kedalamtangannya. Setelah melemparkan sarung pedang kuht naga, 'Siu jin Mo Say' mengambil sesuatu dari dalam saku bajunya, dilempar keudara bebas, maka.... sssiiiuuuttt ............. sesuatu benda bercahaya merah pecah diudara, bertaburan dan lama sinar itu memancar diudara. Tidak berapa lama, terlihat 4 bayangan berlari mendatang, mereka melihat tanda panggilan dan datang segera. To It Peng bermata tajam, segera ia melihat kedatangan mereka, itulah 4 Manusia Wajah Tak Berkulit, Hantu Wanita, Patung Arca dan dua baju putih 4 bayangan itu telah tiba sagera, pada tauaan si Hantu Wanita tergendong seorang anak, itulah Tay Koan yang dicari, To It Peng segera menyongsong kedatangannya, mengulurkan dua tangan kedepan berkata : "Lekas ..... Lekas serahkan anak itu kepadaku." ---oo0oo--- BAGIAN 15 BAGAIKAN TIKUS MENEMUKAN KUCING, JAGO NOMOR SATU DARI DAERAH LIAUW-TONG TENG SAM TAK BERANI MENEMUI NENEK HlTAM HlAN-U PO-PO TERNYATA 4 Wajah Tak Berkulit adalah 4 murid Siu jin Mo Say gadungan, mengatahui guru mereka melepaskan tanda panggilan, mereka datang segera. Murid tertua yalah wanita rambut panjang, si Hantu Wanita, demikian To It Peng menamakannya, dan putra ketua Seng-pochung berada pada tangannya. Mengetahui anak itu diminta, Hantu Wanita memutar putarkan matanya yang bergantungan seperti lampu setan itu, dari sela2 rambut yang terurai masih jelas terlihat wajahnya yang menakutkan. "Serahkan kepadanya!" Sang guru memberi perintah. Perintah ini berada diluar dugaan Hantu Wanita, tetapi ia tidak membantah, diserahkan Tay Koan kepada To It Peng. Agaknya Tay Koan masih mengenali sidungu, ia lari dan merangkul leher T o It Peng dengan mesra. Putra Kat Siauw Hoan tehah berada didalam pelukannya, maka To It Peng lupa akan segala penderitaan ia harus membawa anak ini ke Seng-Po-chung dan menyerahkan kepada ayahnya, sete!ah itu ia mengawaninya hingga 12 tahun. Dengan membawa Tay Koan, To It Peng berjalan perqi. Boleh dikata, ia telah lupa daratan, Iupa akan keadaan sekelilingnya, lupa orang tua berambut kuning yang telah berulang kali menolongnya, lupa Siu jin MO Say dan lupa 4 Wajah Tak Berkulit, ditinggalkannya mereka itu semua. To It Peng menuju kearah Seng-po-chung. Berjalan beberapa waktu, keadaan sipemuda mulai dingin, ia segera teringat bahwa beberapa orang telah ditinggalkan begitu saja, diantaranya termasuk orang tua pendek berambut kuning yang baik hati. la menolah kebelakang dan . . . . Eh . . . . orang tua pendek berambut kuning, berkepala gentong dengan mulut lebar itu masih berada dibe!akangnya, ia tertawa-tawa menyaksikan kekagetan sipemuda. Tidak terlihat Siu jin MO Say dan keempat muridnya yang tidak mempunyai kulit pada wajahnya itu. "Hanya kau seorang diri ?" T o It Peng mengajukan pertanyaan. "Begitu menemukan anak itu, kau segera menggendongnya dan pergi, meninggalkan kawan dan lawan. Setelah pu!uhan lie, baru kau teringat dan membalik-kan kapala. Mungkinkah kau menyuruh mereka mengikuti jejakmu, mengintil dibelakangmu?" Demikian orang tua berambut kuning itu berkata. "Oooooo . . . . Aku telah berja!an puluhan lie?" To It Peng garuk2 kepala. "Dan mengapa kau turut dibelakangku ?" "Tentu ada urusan denganmu. Aku ingin meminta sesuatu darimu." To It Peng kaget, dipeluknya Tay Koan karas-keras, takut kalaukalau orang tua berambut kuning itu merebut dari tangannya. "Apakah yang kau mau?" Tanyanya gemetar. "Bila kau ingin merebut anak ini dari tanganku, aku akan mengadu jiwa, tahu" "Mengadu jiwa?" Orang tua itu tertawa. "jiwa mana yang ingin kau adu ?" To It Peng mamandang penuh kesiap siagaan. "Nah, kau lihat !" kata orang tua pendek itu. jarinya ditudingkan, maka tangan To It Peng kaku. Tay Koan lepas dari pelukannya dan terbang. To It Peng lompat maju, ia menubruk tubuh Tay Koan, takut jatuh atau terluka. Tetapi orang tua berambut kuning itu lebih gesit darinya, disaat To It Peng menubruk, Tay Koan telah berada didalam rangkulannya. "Bagaimana kau dapat mengadu jiwa?" orang tua pendek itu tertawa. To It Peng membentak, dan iapun mengejar, siap merebut kembali anak Kat Siauw Hoan. Orang tua pendek dengan rambut pirang itu ada niatan mempermainkan sipemuda, tubuhnya melesat, dan dengan membawa Tay Koan, ia melarikan diri. To It Peng membikin pengejaran. Sayang! Ilmu ke pandaiannya sungguh minim sekali, betapa kuatpun ia mengejar, mana mungkin dapat mengejar tokoh kenamaan jaman dahulu kala" Bila mau, orang tua itu dapat meninggalkan To It Peng. Tetapi hal ini tidak dilakukan, ia menunggu sipemuda, manaka!a hampir tercapai, baru ia melesat, dipertahankannya jarak2 yang tertentu. Napas To It Peng memburu keras, beberapa kali ia jatuh banqun, tapi tekatnya membuat, walau kebulan Tay Koan dibawa, tetap akan dikejar juga olehnya. Orang tua pendek, dengan rambut kuning itu marasa kasihan, ia manghentikan kakinya dan bertanya : "Bagaimana ?" "Serahkan anak itu !" T o It Peng berteriak. "Baik." Dan Tay Koan diserahkan keptida sipemuda. "Bila aku ada niatan merebut anak itu, dapatkah kau mengadu jiwa ?" To It Peng tidak mengerti s ikap orang tua ini, ia menggoyangkan kepala dan ber-kata2 : "janganlah kau merebutnya lagi." "Tentu saja. hubunganmu dengan ibunya baik sakali. Aku tidak mau merebut darimu. Maksudku hanya meminta sesuatu darimu." Kata2 'Hubunganmu dengan ibunya baik sekali' itu sangat mengejutkan To It Peng, hampir2 ia jatuh ditanah. "Kau ....... kau mau meminta sesuatu ?"Tanyanya. "Apakah yang kau ingini itu ?" "Pedang pusaka yang diberi nama pedang Hu-ie itu Suara siorang tua berambut kuning tidak terlalu keras, tetapi masuk kedalam telinga sipemuda keras dan berdengung-dengung. Ia terlompat berkata : "jangan . . . . jangan...... Aku tidak mau menyerahkan pedang itu...... Aku.... Aku.... tidak mermpunyai pedang Hu-ie. " To It Peng menyebut jangan beberapa kali, dipeluknya Tay Koan erat2, takut jatuh atau direbutnya lagi. Orang tua pendek dengan rambut kuning itu tidak mendesak, ia menggoyangkan kepalanya yang sebesar gentong itu berkata : "Lebih baik kau s impan pedang itu didalam tanganku. Bila tidak....... Tahukah bahaya yang mengancam kalian " " Didalam kamus perbendaharaan benak sipemuda tidak ada kata2 yang menerangkan apa itu artinya 'ancaman bahaya', ia tidak mengenal takut, yang penting yalah menjaga Tay Koan hingga berumur 12 tahun, setelah itu menyerahkan pedang Hu ie kepada anak tersebut. Inilah pesan dari ibunya. "Serahkan pedang itu kepadaku," kata orang tua berambut pirang itu. Tidak sedikit kutahu tentang keadaanmu. Bia saja kau tidak mau menyerahkan, dan kukatakan tentang keadaanmu itu ......" "jangan...... jangan......To It Peng berteriak "jangan kau katakan kepada siapapun juga." "Kau bersedia menyerahkan pedang Hu-ie" " "Kulihat kau tidak jahat kepadaku, seharusnya kuserahkan pedang itu kepadamu, hanya saja benda pusaka itu bukan barang milikku, tetapi pesan seseorang untuk dihadiahkan kepada anaknya." Orang tua itu mengkerutkan alisnya yang berwarna kuning, ia berkata : "Sungguh Kau juyur! Baik! Akan kuberi sedikit keterangan, tahukan betapa bahaya kau membawa-bawa pedang pusaka ?" "Tokh tidak ada yang tahu, Bahaya apa yang mengancam?" "Kau harus menunggu sehingga anak dewasa dan menyerahkan pedang Hu ie kepadanya bukan ?" "Betul." "Berapa Iama, waktu itu kau butuhkan ?" "12 thun." "Nah, itulah ! Waktu itu terlalu panjang. Bila sampai terjadi sesuatu, dapatkah kau mempertahankan pedang itu hingga tidak direbut orang?" "Kukira .... " To It Peng tidak dapat menjamin tentang hal tersebut. "Lebih baik kau serahkan kepadaku. Biar aku yang tolong menyimpannya. Aku hanya ingin pinjam untuk sementara." "Betul ?" To It Peng ragu2. "Percayalah kepadaku. Aku bukan hidup ditahun 1968, dimana banyak kawan yang memakan kawan, banyak penipu berkeliaran, banyak bajingan dengan seribu janji2 muluk yang tidak akan ditepati." Sipemuda mengeluarkan pedang Hu-ie didalam keadaan seperti itu, mana mungkin ia tidak menyerahkannya, orang tua aneh dengan kepala berukuran tidak normal ini dapat merebut pedang pusaka dari tangannya, tetapi ia tidak melakukan hal itu, suatu tanda betapa jujur sifat kepribadiannya, betapa baik hatinya. "Bilakah kau akan mengembalikan pedang ini ?" To It Peng tidak segera menyerahkan. "Setelah anak itu dewasa" kata orang tua berambut kuning itu." jari tangannya dipentilkan, maka . . . . ser.... menyerang pedang yang masih berada ditangan orang. Terdengar suara.... teng..... pedang Hu-ie terpental dan lepas dari tangan To It Peng, naik keatas tinggi, berputar dan menukik turun, arah tujuannya yalah dimana ia berada. cepat luat biasa, sarung pedang kulit naga dikeluarkan dan terpasang untuk menyanggah datangnya pedang. Dan slep, pedang masuk kedalam warangkanya. Manakala To It Peng mengeluarkan pedang Hu-ie, keadaan cahaya terang karena pantulan sinar pedang pusaka itu, setelah masuk kedalam sarung pedang kulit naga, cahaya itupun lenyap tanpa bekas. Dengan menenteng pedang Hu-ie dengan telah bersarung tempat pedang kulit naga, orang tua pendek dengan ukuran kepala Pendekar Remaja 4 Pendekar Pulau Neraka 09 Menembus Lorong Maut Hamukti Palapa 1