Ceritasilat Novel Online

Si Dungu 4

Si Dungu Karya Chung Sin Bagian 4 tidak normal itu melesatkan dirinya, ia pergi meninggalkan sipemuda. "Selamat berjumpa lagi !" Lamat2 masih terdengar suaranya. "Hei....." To It Peng berkoar. "jangan lupa mengembalikan pedang itu, setelah anak ini dewasa." Bayangan orang tua berambut pirangpun telah tidak tampak, terlalu cepat untuk dilukiskan. Maka, dengan membawa Tay Koan, sipemuda melanjutkan perjalanan menuju Seng-po-chung. Seng-po-chung.................. Seng-po-chung adalah Iambang dari suatu kerajaan kecil yang memisahkan diri dari kerajaan dunia, ia dibangun diantara dua Iembah yang tidak mudah dicapai orang, yang menuju tempat itupun tidak ada. Bila tidak ada petunduk orang atau belum pernah berkunjung, tidak mudah untuk mencapainya. To It Peng pernah berkunjung, maka kali ini dengan mudah telah berada didepan pintu gerbang Seng-po-chung yang terbuat dari bahan tembaga kuning itu. 8 penjaga pintu menghampirirya, segera sipemuda berteriak : "Lekas beri tahu kepada ketua kalian, katakan kepadanya bahwa aku To It Peng telah membawa putranya kembali." Sudah tenu kejadian ini dilaporkan kepada ketua Seng-po-chung, cepat ia memberi perintah dan menyilahkan sipemuda masuk. Tiba2 didalam ruangan, To It Peng menghadapi kejadian yang diluar dugaan. Ketua Seng-po-chung membawakan sikapnya yang acuh tak acuh, ia berpaling kepada dua orang wanita pengasuh berkata : "Sambutilah anak itu dari tangannya." Dua wanita pengasuh maju, mereka meminta Tay Koan dari tangan sipemuda, mau tak mau, To It Peng menyerahkan anak itu kepada mereka. Dua pengasuh itu hanya menjalankan perintah, setelah manyambut anak ketua mereka, kedua-duanya berjalan masuk dengan membawa anak itu, tak sepatah kata dikeluarkan. To It Peng tertegun, hubungannya dengan Tay Koan bukan hubungan biasa, berat ia berpisah dengan anak itu. Terdengar suara ketua Seng-po-chung memberi perintah : "Bawa uang emas 50 tail dan serahkan kepada saudara ini." Perintah segera dijalankan, seorang tua telah membawa 50 tail uang emas yang diletakkan diatas baki nampan, dihampirinya sipemuda dan siap menyerahkan hadiah itu. To It Peng mengerutkan alisnya tinggi2. "Apa artinya ini " " la mengajukan pertanyaan. "Ambillah uang emas itu sebagai hadiahmu." kata 'ketua Sengpo-chung. "Setelahi itu, Pergilah kemana kau suka." "Aku . . . . Aku . . . Aku ingin menetap disini" kata T o It Peng. "Mengapa?" tanya ketua Seng-po-chung. "Aku..... aku ingin melihat bagaimanm Tay Koan dibesarkan. " Ketua Seng-po-chung mendelikkan mata,membentak : "Pergi !...... Pergi !....... Pergi ......" Tiga kali ia mengucapken kata2 'pergi', dan tiga kaIi pula ia mengibaskan tangan, dari mana keluar tenaga kekuatan yang mendorong sipemuda. Maksud sipemuda ingin mengadakan perdebatan, tetapi dua laki2 berbadan besar telah menentenq dirinya yang segera dibawa keluar. "Hayo..... keluar!......." bentak mereka kasar. To It Peng dilempar keluar dari Seng-po-chung. Setelah itu, pintu gerbang bisar ditutup rapat. "Hei......" T o It Peng meaggedor pintu. "Mengapa tidak mengenal aturan ?" Sambutan orang2 Seng-po-chunq yalah melempari batu dari atas, hal ini membuat sipemuda lari ter-birit2 menjauhkan diri dari pintu gerbang tembaga Seng-po-chung. Kawan dungu kita berjalan pergi, bingung ia memikirkan sifat2 seseorang yang seperti ketua Seng-po-chung itu. Hanya yang jelas yalah ia te lah menyerahkan Tay Koan kepadanya, keadaan anak itu akan menjadi anak, tak mungkin sang ayah melakukan sesuatu yang merugikan anak sendiri, To It Peng berjalan pergi meninggalkan Seng-po-chung. jauh2 ia melakukan parjalanan dengan tidak mengenal lelah, maksud tujuannya ialah bangunan dengan pintu tembaga kuning itu, setelah tiba disana, setelah menyerahkan anak siraja daerah, ia diusir mentah2, sungguh manjengkelkan. Hari ini, ma lam mulai berkuasa, keadaan disekitar pegunungan gelap gulita. To It Peng mamandang disekelilingnya, ia tidak mempunyai tujuan tertentu, kemana ia harus pergi. Ia duduk disebuah batu besar, mengenangkan pengalamanpengalaman pahitnya. Setelah Ban-kee-chung dibakar, ia telah terlunta-lunta, tidak ada tempat tinggal yang pasti. Kemana ia harus pergi " Malam telah tiba bintang2 berkelap-kelip, bertaburan diangkasa. To It Peng terpaksa harus tidur ditengah hutan itu. Terlihat empat bayangan bergerak, wajah mereka mengenakan topeng yang menakutkan, arah tujuannya yalah batu besar dimana sipemuda berada. Bolak-balik sipemuda tidak dapat tidur, tiba2 telinganya dapat menangkap suara yang membangunkan bulu roma. la lompat dan memeriksa keadaan disekeliling itu. 4 orang bertopeng telah mengurung, bentuk dari pada wajah topeng itu menakutkan sekali. "Hei, siapa kalian ?" Bentak To It Peng keras. 4 orang itu mendekatinya-lebih dekat. ,,Aaaaaa......" To It Peng berteriak, dilihat topeng2 itu berupa setan, bebegig dan jejadian2 jahat. "Mungkinkah orang ini yang majikan kita cari ?" Salah satu dari 4 orang manusia bertopeng itu bertanya kepada kawannya. "Mungkin." "Tanyakanlah terlebih dahulu." "Hei," Bentaknya kepada sidungu. ,Namamu To lt Peng ?" "Eh, kalian kenal denganku ?" To It Peng tidak mengerti, mengapa keempat iblis itu dapat mengenal dirinya, "Aaaaaa ......." Salah satu dari 4-manusia bertopeng tadi berseru girang. "Berhasil juga kita menemukannya." Terdengar lain suara dari keempat setan2 itu. "Bagus usaha kita tidak percuma." Berkata mereka kepada To It Peng. "Kemana saja kau pergi ?" "Majikan kalian ?" To It Peng mengkerutkan alis. "Siapakah majikan kalian itu" Kenalkah majikan kalian itu kepadaku ?" "Tentu. Majikan kami adalah Hian-u Po-po." "Aeaaa......." To It Peng berteriak girang. "Dimanakah dia " Dimanakah kini dia berada?" Bagaikan menemukan pegangan hidup, si pamuda berjingkrak. Lupa kepada 4 manusia bertopeng yang menakutkan itu. Diketahui Hian-u Po-po ingin mengajaknya kelembah cang-cu-kok untuk berkumpul dengan neneknya. Kemudian terjadi perkara Kat Siauw Hoan yartg mengganggu parjalanannya. Kini orang2 Hian-u Po-po mencari dirinya, tentu tak sukar ia bertemu dengan nenek berpakaian hitam itu. "Ikutlah dibelakang kami berempat. Segera kau dapat bertemu dengannya." Berkata 4 manusia bertopeng itu. To It Peng mengikuti dibelakang 4 manusia bertopeng itu, malam gelap, maka wajah buruk-pun tidak tidak terlihat jelas. Melewati jalan yang ber-liku2, lama sekali mereka belum tiba ditempat tujuan. "Masih jauhkah?" tanya To It Peng. Keempat orang bertopeng itu tidak memberi sahutan. "Hei, masih jauhkah tempat Hian-u Po-po?" Sipemuda mengajukan pertanyaan ulangan. Mereka jalan dimalam qelap, wajah keempat orang bertopeng itu sesungguhnya menakutkan, gerak-geriknya sangat aneh sekali. Mereka mulai merayap naik kejalan yang menanjak, tidak memberi tahukan dimana letak Hian-u Po-po. To It Peng bergidik, tiba2 timbul ilhamnya. "Hei, mungkinkah Hian-u Po-po telah teraniaya?" Ia berteriak. 4 manusia bertopeng itu sarentak menghentikan geraknya, mereka memandang dan menatap tajam To It Peng. Suara teriakan sipemuda dimalam gelap sangat karas sekali. Hal ini tidak boleh terjadi. "Hei, siapa kalian?" tanya To It Peng. "Mengapa membunuh Hian-u Po-po " Kini ingin memancing aku dan menganiayanya pula?" Melihat kedudukan sipemuda, keempat orang itu tertawa lebar. To It Peng ber-teriak2, keempat orang itu tertawa, dimalam gelap yang pekat, keadaan dapat membangunkan bulu tengkuk orang yang mendengar. Disaat inilah terdengar suara Hian-u Po-po yang dingin, agaknya jarak mereka cukup jauh. "Apa yang kalian tertawakan" Lekas bawa kemari." "Dikatakan olehnya bahwa kita telah menganiayamu. Dan kini sedang memancing dirinya kesuatu tempat sepi untuk dibunuh pula." Masih saja keempat orang itu tertawa. "Kau kira mudah membunuh aku ?" To It Peng mendebat. ,Aku adalah jago nomor satu." Keempat orang itu tertawa semakin terpingkal-pingkal. "jago nomor situ " Ha, ha, ha, ha, .......... "Dari manakah munculnya jago nomor satu sepertimu ?" "Ha, ha, ha,.......... "Siapa yang memberi tahu kepada kalian bahwa aku jago nomor satu gadungan?" Debat To It Peng "Hu, tidak pernahkah Hian-u Popo memberi tahu, bahwa aku telah diciptakan menjadi jago nomor satu" Karena ilmu kepandaianku terlalu tinggi, maka tidak boleh sembarangan memukul orang. celaka bila kalian kupukul mati semua." 4 orang bertopeng itu tertawa semakin keras, perut mereka dirasakan menjadi sakit mengingat ketololan pemuda dihadapannya. Sesuatu bayangan bergerak cepat, segera membentak keras: "Apa yang kalian tertawakan?" Inilah Hian-u Po-po yang segera membentak 4 orang peliharaannya. Perintah ini tidak boleh dibantah, segera mereka tutup mulut. Hian-u Po-po mendekati To It Peng, ditatapnya sipemuda sekian lama dan bertanya : "Kemana saja kau pergi " Seorang diri kau masuk kedalam lembah cang-cu-kok ?" "Dimana letak cang-cu-kok" Aku tidak tahu. Bagai mana dapat berada ditempat itu?" kata sipemuda memberi jawaban. "Kotak batu pualam ayahmu itu tentu masih ada, bukan ?" "Betul." "Dimana saja kau beberapa bulan ini ?" Hian-u Po-po bertanya lagi. "Ah, banyak sekali kejadian yang kualami. Beberapa kali aku bulak-balik disekitar Seng-po-chung." "Seng-po-chung" Ada hubungan apa dengan Seng-po-chung" mengapa kau dapat berada disana ?" "Perkara itu telah kuselesaikan." To It Peng memberi jawaban. Hian-u Po-po memandang dengan mata penuh kecurigaan, betulkah keterangan pemuda ini" Apa yang dikerjakan di Seng-pochung" Perduli amat. Bila ia belum pergi kelembah cang-cu-kok, segala sesuatu masih mudah untuk diselesa ikan. Karena mengetahui bahwa rencana tidak akan gagal, wajah Hianu Po-po tampak seperti biasa pula, ia berkata : "Kau belum pernah berkunjung kelembah cang-cu-kok, mari kita berangkat kesana. Diketahui nenekmu mengutus Teng Sam memagggilmu: Setelah lewat berbulan-bulan, kau belum sampai, tentunya ia khawatir" "Aku tidak tahu dimana letak cang-cu-kok." kata To It Peng. "Kau takut berjalan bersama-sama diriku, sehingga aku sesat dijalan. Kini kau ingin mengulangi kejadian lama?" "Baik, kini kita mengadakan perjalanan bersama." kata Hian-u Po-po, hal ini untuk menghindari dari perpisahan mereka. Setelah itu, dihampiri 4 orang bertopeng, kepada mereka Hian-u Po-po mengucapkan beberapa patah kata meninggalkan pesan, To It Peng tidak mendengar apa yang dikatakan kepada mereka, karena ucapan: Hian-u Po-po hanya ditujukan kepada 4 orangnya saja, bukan kepada sipemuda. 4 Orang Hian-u Po-po itu berulang kali menqanggukkan kepala, badan mareka melesat pergi, menjalankan perintah sang majikan. Hian-u Po-po memandang To It Peng dan berkata : "Mari !" Mereka menuju kearah Utara, ternyata lembah cang-cu-kok berada didaerah itu. Perjalanan dilakukan terus menerus sehingga tiga hari tiga malam, selama tiga malam ini tak pernah Hian-u Po-po bicara kepada sipemuda. To It Pang merasa kesal, ia ingin membuka suara, tetapi selalu dibatalkan setelah melihat sikap Hian-u Po-po itu. Hari ini, mereka telah mulai memasuki daerah pegununqan, tinggi diatas gunung terlihat saiju yang memutih, sinar matahari memantulkan cahayanya yang kemilauan, berklebat terang, itulah suatu pemandangan yang menakjubkan. Dari keterangan yang didapat dari dua murid Tiang-pek Sin-ong, Kang Yauw yanq cantik dan Lim cu jin yang gagah, lembah cang-cukok seperti tidak jauh dari gunung es, mungkinkah sudah tiba " Setelah me lakukan perjalanan jauh, tentu mereka merasa lelah, menjelang malam harinya, mereka telah tiba dilembah tersebut, Hian-u Po-po berhenti sabentar, memandang jauh kedepan, ia mengeluarkan suara keluhan napas lega. Setelah melakukan perjalanan beberapa lama dengan nenek baju hitam itu, sifat2 Hian-u Po-po cukup dikenal, To It Peng segera menduga akan mendapat istirahat, hal ini sangat lumrah ia duduk bersandar disebuah pohon. Hian-u Po-po mandelikkan mata serta membentak : "Bangun! " To It Peng tertegun. "Tidak istirahat?" la mengajukan pertanyaan. "Bangunlah dahulu. Lihat! Didepan seperti ada seseorang. Tidakkah kau lihat ?" Sipemuda bangun dari tempat duduknya, ia harus taat akan perintah Hian-u Po-po. Samar2 seperti ada orang yang menyalakan api, orang itu duduk ditepian api yang dinyalakan itu. "Sudah kau lihat ?" tanya Hian-u Po-po. "Pergilah lihat, siapa yang berada disana ?" To It Peng menjalankan perintah, dengan langkah lebar ia maju kedepan menghampiri orang itu. Pada api yang belum lama dinyalakan duduk terpekur 'seseorang dengan menyilangkan' kedua tengannya didengkul, dan kepalanya diletakkan pada kedua tangan itu. Agaknya seperti mengantuk dan kurang tidur. Derap langkah To It Peng mengejutkan orang ini, ia segera mendongakkan kepala memandang kearahnya. Karena sinar api unggun itu, To It Peng segera dapat melihat jelas wajah orang tersebut. Aaaa....... Orang ini cukup dikenal olehnya. Dia adalah si jaqo Nomor Satu dari daerah Liauw-tong, Si Dungu Karya Chung Sin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo paman Teng Sam itu. Teng Sam menatap To It Peng, ia mangedip kedipkan matanya mengucek uceknya. Kehadiran sipemuda sungguh berada diluar dugaan, ia kurang percaya. Dikala ia mengatahui keadaan yang sebenarnya, tiba2 badannya mencelat, tangannya mencengkeran dada sipemuda. Didalam sekejap mata, ia berhasil menentengnya. "Ouw ......" To It Peng berteriak. "Ha, ha, ha ....... " Teng Sam tertawa. "Kau" Kau cecurut kecil ini yang datang." "Paman Teng Sam, lepaskanlah tanganmu." To It Peng merasa sakit. "Lepas tangan" Ha, ha, ha,......... Teng Sam tidak mengabulkan permintaan sipemuda. "Begitu tanganku lepas, begitu pula kau melarikan diri. Kemana aku harus mengejarmu lagi " Ha, ha, ha, ha ........ rejekiku bagus, berhasil menemukanmu kembali, " "Apa yang membuat kau girang, menemukan aku?" To It Peng mengajukan pertanyaan. "Mengapa tidak" Pikirlah, apa nenekmu itu orang yang mudah dihadapi " Aku mendapat tugas untuk memanggilmu, tetapi tidak berhasil. Kini kau datang seperti muncul dari dasar bumi mendadak, aku segera pulang kelembah cang-cu-kok memberi pertanggung jawabku kepadanya." Saking girangnya, Teng Sam menari-nari.......... "Aku tidak dapat menembus bumi, muncul secara mendadak,To It Peng berkata. "Mungkin-jatuh dari langit. " "Pun bukan, aku datang dengan seorang kawan." "Kawan" Dimanakah dia -berada" Biar kuusir kawanmu itu. Lembah cang-cukok bukanlah tempat yang boleh dikunjungi oleh sembarang orang." kata Teng Sam memandang sekelilingnya. To It Peng menghadapi arah dimana Hian-u Po-po tadi berada dan berteriak: "Hian-u Po-po......." Bagaikan mendengar berita buruk, tubuh Teng Sam terjengkanq mendadak, badannya menggigil dingin. ,.Eh, paman Tong Sam, kau msngapa?" To It Peng bet tan ya. Wajah jago nomor satu dari daerah Liauw.tong ini pucat pasi, badannya menggigil semakin keras, in tidak dapat memberi jawaben. To It Peng be(um mengerti. Dan pada saat yang sa;na, terdsngarlah ware Hian"u Po-po : "Tidak perlu kau bingungkan keadaannya. Dahulu ia pernah berhutanq kepadaku. Maka tidak berani menemuiku, takut aku menagih hutangnya itu. Ia menggigil dan gemetar karena takut." "Ow......" To It Penq kini telah mengerti persoalannya. "Paman Teng Sam, tidak perlu kau takut, Hian-u Po-po adalah kawanku. Hutangmu kepadanya masih boleh ditunggak. Hal ini biar aku yang memberi d yaminan " Teng Sam menyengir me-ringis2. "Hian-u Po-po .... Tidak disangka kita berjumpa lagi" Katanya kurang lancar. "Inilah yang diartikan dunia tidak sedaun kelor." Hian-u Po-po berkata. "Oh...... Dunia tidak sedaun kelor... Dunia tidak sedaun kelor ....." Tubuh T eng Sam mundur kebelakanq m3njauhi Hian-u Po-po yang sangat ditakuti, tiba2 saja, setelah jarak msreka cukup jauh, tubuhnya mancelat, ia melarikan diri. Gerakan Teng Sam sungguh diluar dugaan, gesit dan cepat, tetapi langkah Hian-u Po-po lebih cepat darinya, terdengar ia berteriak marah, tubuhnya mumbul keatas, menukik beberapa kali, dan jatuh tepat dihadapan jalan lari Teng Sam. Menghadang kepergian sijago nomor satu dari daerah Liauw-tong. Teng San belum puas, ia berganti arah dan harus cepat2 menjauhkan diri dari nenek berbaju hitam ini. Sayang ia tidak berhasil menjauhkan dirinya, baru dua langkah, Hian-u Po-po telah berhasil menghalang-halangi. Beberapa kali T eng Sam berganti arah, beberapa kali pula Hian-u Po-po mendahului dirinya, kemana ia lompat, selalu kalah cepat. Semua penjuru telah dikuasa i oleh Hian-u Po-po. Rasa takut Teng Sam kepada Hian-u Po-po tidak dapat dilukiskan, ia masih berusaha melarikan diri. Hian-u Po-po naik darah, segera ia membentak : "Teng Sam, masih kau ingin me larikan diri" Kau memaksa aku membunuhmu, he?" Badan Teng Sam berhenti bergerak, maka dengan mudah tangan Hian-u Po-po telah menangkapnya. Menyaksikan kejadian tadi, maka To It Peng maju bicara : "Paman Teng Sam, sudah kukatakan bahwa Hian-u Po-po adalah kawanku, ma ........." "Minggir!" Bentak Hian-u Po-po keras. "Aku ada sedikit urusan yang harus diselesa ikan dengannya." To It Peng bandel, ia tidak minggir. "Hian-u Po-po, menagih hutang tak perlu menunjukkan kegalakanmu." kata sipemuda. "Hutang apakah yang belum dibayar kepadamu ?" Hian-u Po-po membentak : "Bila kau banyak cerewet. Aku tidak sudi menjalankan perjalanan bersamamu lagi, tahu" Hayo, pergi ! " To It Peng menggoyang-goyangkan kepala berjalan pergi, ia menggerundel : "Tidak mudah untuk menjadi orang baik. Tagihlah semua hatimu" "Tetapi, paman Teng Sam." Tiba2 ia ingat sesuatu, A, sidungu membalikkan kepala dan berkata. "jangan takut, bila ia terlalu mendesak, katakanlah kepadaku." Hanya mulutnya saja yang berani berlaku bawel, sebenarnya ia tidak dapat berbuat sesuatu. Hian-u Po-po tidak mau ambil pusing, tangannya menekan pundaknya Teng Sam dan berkata dengan suara perlahan : "Katakan, bagaimana harus masuk kedalam lembah cang cu-kok" " "Tidak...... T idak......" Keringat T eng Sam mengucur deras, ia jago nomor satu, berkepandaian tinggi, tetapi terhadap Hian-u Po-po, bagaikan tikus bertemu dengan kucing, ia mati kutu. Hian-u Po-po tertawa dengan suara yang sangat menakutkan, bila saja To It Peng menyaksikan bagaimana nenek baju hitam ini tertawa, tentu ia akan terke-jut dan lompat beberapa meter, hal mana dapat dimaklumi, karena tertawanya Hian-u Po-po lebih kejam dari tertawa iblis. Badan Teng Sam menggigil kencang. Terdengar lagi suara Hian-u Po-po berkata kepadanya . "Teng Sam, ilmu kepandaianmu agak lumayan. Tetapi nyalimu lebih kecil dari nyali tikus, bukan?" "Betul. Aku adalah seorang yang tiada nyali." Suara Tang Sam gemetaran. Hian-u Po-po menekan tangannya keras-keras, ia membentak : "Maka, katakan, bagaimana harus masuk kelembah cang-t yu-kok ?" "Ti....... Tidak......Tidak dapat kukatakan." To It Peng telah berjalan menjauhi mereka, tetapi apa.yang terjadi diantara dua orang itu dapat diduga, ia geli menyaksikan sijago nomor satu Teng Sam yang berkepandaian tinggi, menghadapi si 'Penagih hutang' itu, tidak berdaya sama sekali. "Kau akan katakan." kata Hian-u Po-po. "Karena jiwamu tergantung dari keterangan ini." "ja....... jangan........" "Katakanlah." Hian-u Po-po menekan pundak Teng Sam semakin keras. "Baik....... Ba ........ Baik." "Bagaimana cara masuk kedalam lembah cang-cu-kok?" ---oo0oo--- BAGIAN 16 HIAN-U PO PO BERHASIL MASUK KEDALAM LEMBAH CANG CU KOK. HIAN-U PO-PO, mengetahui jelas sifat dari tabiat T eng Sam yang terlalu sayang kepada jiwanya ia menekan keras dan memaksa jago nomar satu dari daerah Liauw-tong ini menaatakan bagaimana tiara untuk masuk kedalam lembah cang cu kok. Teng Sam akhirnya membuka rahasia berkata : "Masuk kedalam lembah cang-cu-kok harus menerjang tiga penjagaan, cara masuk dan lewat tempat tempat pos penjagaan tadi ialah harus mempunyai kode2 tertentu. Maka satelah berhasil melewati tiga penjagaan tersebut, kau dapat berada didalam lembah cang-cu-kok. Dan neneknya..........." Teng Sam menunjuk kearah To It Peng. "Neneknya menetap didalam lembah itu." la meneruskan keterangannya. "Bagaimana harus melewati ketiga tempat penjagaan yang kau sebut tadi ?" Bertanya Hian-u Po-po. "Kau harus memberi kode2 tertentu." "Katakan kode2 itu." "Kode . . . . Aduh . . . ." "Lekas katakan." Bentak Hian-u Po-po. "Aduh..... Mau kukatakan...... Kode penjagaan pertama ialah 'Hujan salju diluar kota yang hebat'." "Kedua ?" "Pemandangan didaerah Kang-lam sangat indah dan permai dan kode ketiga ialah 'Salah memilih jodoh akan sengsara badan'." "Apa artinya tiga bait kata2 yang seperti ini " Pantun bukan, sair bukan, sajakpun bukan ?" Hian-u Po-po mengkerutkan alis. "Mana kutahu " Kode2 ini adalah perintah Ban Lo Lo." Teng Sam telah selesa i memberi keterangan. Ban Lo Lo adalah nenek tua To It Peng, ibu Ban Kim Sen. Hian-u Po-po menganggukkan kepala, terdengar suara dari dua baris gigi T eng Sam yang gemeretuk keras?. "Apa yang kau lakukan, bila aku me lepas pegangan tanganku yang menekan pundak ini?" Hian-u Po-po mengajukan pertanyaan. "Segera aku angkat kaki, menyebrang lautan dan lari ke Selatan. Tidak berani aku menginjakkan kaki didaerah Utara lagi.........." "Hian-u Po-po mengeluarkan suara dingin : "Dimulut kau mengatakan seperti itu, tetapi kau mendapat kebebasan, dengan mengambil jalan cepat, kau pulang kelembah cang-cu-kok dan memberi tahu akan kedatanganku kepadanya, bukan " " Teng Sam menggoyangkan kepala berkata : "Bila aku mempunyai keberanian seperti ini, mung?kinkah ada orang yang mamski aku sabagai 'Ielaki yang tidak bernyali' ?" "Tentunya kau tidak berant." Hian-u Po-po melepaskan tangannya yang menekan orang itu. "Pergilah." Ilmu kepandaian Teng Sam tidak dapat dicela, setelah tekanan itu lenyap, cepat ia melejitkan badan?nya, hanya beberapa kali putaran badan ia telah berada jauh sekali, hanya dua kaki pantulan kaki. Bayang?annya telah lenyap tak terlihat. To It Peng tertawa geli, dilihat Hian-u Po-po telah datang menghampirinya, ia segera mengajukan pertanyaan : "Dia sungguh lucu! Berapa banyakkah hutangnya ke padamu!." Mengapa takut seperti itu?" Mana sidungu tahu, iImu kepandaian Teng Sam sangat tinggi, hanya nyali jago Liauw-tong itu terialu kecil sekali, ia takut mati, maka tidak berdaya menghadapi I Hian-u Po-po, bila saja Teng Sam nekat dengan ilmunya yang merajai daerah Liauw-tong, tak mungkin Hian-u Po-po menangkap dengan mudah. Hian-u Po-po tidak mau banyak bicara tentang Tang Sam, ia berkata singkat : "Hutangnya adalah hutang darah." To It Peng terkejut. "Akh....., kau ber-olok2" katanya. Hian-u Po-po memandang sipemuda itu dan bertanya : Hai, tahukah apa yang kita lakukan didalam lembah cang-cukok?" "Bukankah kau ingin mengawani aku bertemu dengan nenek tuaku ?" To It Peng memandang heran. "Bagus. Kau memang tahu diri," kata Hian-u Po?-po. "Lembah cang-cu-kok telah berada didepan, esok hari kita dapat tiba disana." "Maksudmu ingin mengadakan perjalanan malam" tanya To It Peng. Hian-u Po-po tidak menjawab, ia mengulurkan tangannya dan dengan menenteng To It Peng meninggalkan api yang Tang Sam" tidak sempat memadamkannya. To It Pang merasa dirinya menjadi enteng, pohon2 lewat dikedua samping sisinya. la sedang 'terbang' ber-sama2 dengan Hian-u Popo yang melakukan perjalanan malam untuk dapat tiba didalam lembah cang-cu-kok. Perjalanan dilakukan cepat sekeli, To It Peng bangga dengan ilmu 'kapandaian nomor sat?-nya, dia adalah 'jago nomor satu', maka dapat memiliki ilmu 'terbang' yang hebat, dapat melakukan parja!anan bersama-sama dengan Hian-u Po-po. Tentu saja, belum pernah terpikir oleh s ipemuda bahwa bila saja bukan Hian-u Po-po yang menentengnya 'terhang', mana mungkin ia dapat melakukan perjalan dengan kecepatan itu" Lubang jalan otak To It Peng hanya satu jurusan, ia me lihat dan menyaksikan bagaimana Teng Sam, sijago nornor satu dari daerah Liauw-tong takut setangah mati, hal ini dikarenakan ilmu kepindaian Hian-u Popo yang terlalu tinggi, bila nenek baju hitam ini mau, dengan menenteng seekor gajahpun, ia dapat me!akukan perja!anan cepat. Waktu terus berlalu, kini hari telah menjadi pagi........ sang Surya telah menampakkan sinarnya. Kecepatan Hian-u Po-po mulai mengendur per-lahan2, ia telah tiba dimulut lembah cang-cu-kok, ia harus berhati-hati, Ban Lo Lo bukanlah orang yang mudah dihadapi. To It Peng telah dapat menyaksikan pemandangan matahari yang memancarkan sinar keemasannya keluar dari balik gunung gelap, cahaya terang bercahaya menguasai jagat. Mereka te!ah malakukan perjalanan di lembah2 terjal yang sulit dilalui, tetapi Hian-u Po-po dapat melakukannya dangan mudah. Satu tikungan kemudian, mereka telah berada pada sebuah jalan yang buntu, didepan mareka terbentang tebing curam, disana terdengar suara gemuruh air terjun, pohon tua yang besar dan berakar panjang memenuhi keadaan ditempat itu. Hian-u Po-po langsung menghampiri air terjun, disana ia menghadang tebing tinggi berteriak : "Kami berdua ingin menuju kelembah cang-cu-kok, diharap tuan dapat memberi sedikit petunjuk." To It Peng memandang jauh kedepan, tak ada sesuatu makhlukpun disana, kepada siapa Hian-u Po-po bicara" Dari sebuah pahon besar melayang bayangan kurus, ......Ting..... tongkat orang ini menyentuh tanah dan menerbitkan suara yang nyaring, ia memandang Hian-u Po-po dan To It Peng tajam. Orang kurus yang melayang dari atas pohon itu adalah seorang kakek tua yang membawa tongkat, tongkat tersebut dapat menimbulkan suara keras, tentunya terbuat dari bahan besi atau baja. "Kami ingin menuju kelembah cang-cu-kok, harap tuan dapat mamberi sedikit Si Dungu Karya Chung Sin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo petunjuk." Hian-u Po-po mengulangi permintaannya........ Orang itu telah cukup memandang, ia membuka suara keras : "Bagaimana dengan keadaan hawa diluar kota?" Hian-u Po-po mangkerutkan keningnya, tetapi ia seorang pintar yang cepat menyesuaikan diri, segera teringat akan keterangan Teng Sam tentang tiga pos penjagaan cang-cu-kok yang membutuhkan kode2 tertentu. Segera ia menyambung pertanyaan orang tua dengan tongkat berat itu : "Hujan salju diluar kota sangat hebat." Orang tua bertongkat itu menatap tajam, setelah mana, ia menarik sebuah oyot pohon besar sehingga lurus, oyot ini menuju keatas tebing tinggi. "Silahkan naik." Katanya kepada Hian-u Po-po. Hian-u Po-po menenteng To It Peng, dengan jalan diatas oiot pohon itu ia naik keatas tebing. "Terima kasih." Ia berkata kepada orang tua dengan tongkat ditangannya itu. Maka penjagaan Iembah cang-cu-kok yang pertama dapat dilewati dengan mudah, tidak mengalami pertempuran. Keadaan diatas tebing jauh berbeda dengan keadaan dibawah, disini ternyata terdapat dataran tinggi yang luas, Hian-u Po-po dan To It Peng dapat melakukan perjalanan bebas. Beberapa lama kemudian, dataran tinggi itu mulai menyempit, semakin lama semakin menyerupai lorong panjang, tiba dimulut lorong panjang itu, mereka harus melewati pos penjagaan Iembah cang-cu-kok ?yang kedua. Tengah disekitar lorong panjang itu penuh dengan pisau2 tajam yang dipasang menghadap keatas langit, bukan itu saja yang mengganggu perjalanan, di-tengah2 jalan "duduk seorang wanita setengah umur, agaknya wanita inilah yang diberi tugas menjaga jalan tersebut. To It Peng segera mengetahui akan adanya rintangan itu. Hian-u Po-po langsung membawa sipemuda hingga tiba berada didepan wanita setengah umur yang menghadang ditengah jalan. Tak sekecap kata2 apapun yang dikeluarkan. Wanita setengah umur itu memandang dua pendatang baru, ia mengajukan pertanyaan : "Kalian berdua tentunya datang dari daerah Kang?lam. Bagaimana pemandangan disana?" Hian-u Po-po telah siap, segera ia menyambungnya : "Pemandangan didaerah Kang-lam sangat indah dan permai ! " "Bagaimana dengan sebutan kalian berdua?" Wanita setengah umur itu mengajukan pertanyaan yang kedua. Hian-u Po-po menunjuk kearah To it Peng mamberi keterangan : "Saudara kecil ini adalah cucu dari Ban Lo Lo yang ingin segera dijumpai olehnya. Kode2 yang kau butuhkan sudah cocok. Mengapa harus banyak curiga ?" Wanita setengah umur itu bangun berdiri, kakinya bergerak dan menyepak batu yang menonjol keluar. Maka terlihatlah keajaiban terjadi, pisau2 yang menghadang keluar itu masuk kedasar tanah. "Silahkan lewat." Demikian ia berkata. Hian-u Po-po menenteng T o It Peng, dengan kecepatan terbang mereka berhasil melewati jalan tersebut. Mereka melakukan perjalanan maju. Tiba2 dibela?kang terdengar suara bentakan: "Tunggu dulu !" Itulah suara siwanita setengah umur yang datang menyusul. Hian-u Po-po dan To It Peng harus menghentikan Iangkah mereka. Mengetahui bahaya, Hian-u Po-po tidak membalikkan wajahnya. "Bolehkah aku bertanya," wanita setengah umur itu berkata. "pada jaman yang belum lama berselang, ada seorang tokoh silat wanita kejam dan ganas yang bernama Lie Bu Siang, kenalkah dengan nama ini ?" Hian-u Po-po telah mangenal siapa adanya wanita setenga umur itu, dan diketahui pasti bahwa orang itu mengenal dirinya, maka ia cepat2 meninggalkannya dengan maksud untuk menghindari huruhura, tidak tahu hal itu tidak mungkin, wanita itu telah mengejarnya. Maka ia telah siap dengan rencana kedua, baru selesai pertanyaan wanita setengah umur itu, badan Hian-u Po-po mumbul keatas, balik kebelakang mengibaskan dua lengan bajunya, dengan lengan baju ini ia menyerang. Wanita setengah umur telah curiga, ia telah siap sedia, 'sret', sebilah pedang telah keluar dan..... bret..... bret..... ia menyabet putus dua lengan baju Hian-u Po-po. Disinilah letak kepintaran Hian-u Po-po, diketahui ilmu kepandaian wanita setengah umur ini hanya terpaut sadikit darinya, bila tidak menggunakan sedikit akal, didalam waktu yang singkat, tak mungkin ia da pat menjatuhkannya, itu waktu, Ban Lo Lo dan orang2nya segera sadar akan bahaya, dan ia akan tielaka. Mengetahui datangnya pedang, dibiarkan saja, kedua lengan baju terpapas sedikit, menggunakan kelengahan orang yang sedang bergirang, ia mengetuk tangan lawan, mendorong keras dan berhasil membuat wanita setengah umur itu jatuh terjengkang dengan pedang lepas dari pegangan. Maka sebelah kaki Hian-u Po-po telah menginjak dan berada dipinggang orang, disaat ini pedang yang dibuat terbang melayang turun, disambutnya dengan tangan, cepat-sekali pedang ini bekerja dan ces..... masuk kedalam perut wanita setengah umur itu. "Kau...... Aaaaa..........." Hanya dua patah kata ini yang dapat dikeluarkan oleh wanita setengah umur tersebut, ia telah menghembuskan napasnya yang penghabisan. Putih mata tersingkat dan tangan kakinya kaku segera. Perubahan drama tersebut terlalu cepat, manakala To It Peng membalikkan badan, Hian-u Po-po telah berhasil mengantar jiwa lawannya kelain dunia, dilemparkan pedang tersebut dengan segera. "Hian-u Po-po, kau rnembunuhnya ?" Sipemuda mengajukan teguran. "Mengapa?" "Wanita ini adalah tokoh jahat dijaman silam, mewakili nanekmu, aku telah membunuhnya." Hian-u Po-po berkata. "Ouw ... Diakah yang bernama Lie Bu Slang itu?" Lubang jalan otak pikiran To It Peng hanya satu jurusan. "Tutup mulut." Wajah Hian-u Po-po ditekuk masam "Untuk seterusnya, aku melarang kau menyebut nama ?ini, tahu ?" Dirasakan oyeh To It Peng, Hian-u Po-po tidak ramah, ramah lagi, sikapnya telah berubah galak dan kejam. la menjulurkan lidahnya dan tutup mulut segera. Hian-u po-po me lempar mayat sang korban kedalam semak2 rumput, setelah itu melanjutkan perjalanan lagi. To It Peng mangintil dibelakang Hian-u Po-po dengan penuh kesabaran, mareka telah melakukan perjalanan setengah hari penuh, kini matahari telah berada tepat diatas kepala. Didepan terlihat sebuah rumah kayu, menghadap rumah kayu itu, Hian-u Po-po pentang, suara? : "Kami ingin bertemu dengan Ban Lo Lo, diharap tuan dapat memberi sedikit petunjuk." Dari dalam rumah kayu itu keluar seorang laki laki, wajahnya merah dan kuning, entah makan apa, peru?bahan ini sungguh jarang terjadi. Laki-laki berwajah dua rupa itu menarik napas panjang, setelah itu bertanya: "Tahukah kalian, mengapa aku harus menarik napas panjang ?" To It Peng telah siap membuka mulut, mana ia tahu sebab musabab dari kesusahan orang, maksudnya ingin berdebat tetapi Hian-u Po-po lebih cepat, nenek berbaju hitam ini segera berkata memberi jawab?an : "Salah mamilih jodoh akan sengsara badan....." Laki2 itu tertawa. "Silahkan lewat. " Katanya. "terus saja kejurusan ini" Menenteng To It Peng, Hian-u Po-po segera mele?sat. Gerakannya cepat sekali. Gerakan Iaki-Iaki itupun tidak kalah gesitnya, tiba-tiba saja ia berjumpalitan dan menghadang ditengah jalan. "Tunggu dulu." la berkata. Hian-u Po-po dan To It Peng tertahan. "Apa artinya ini ?" Hian-u Po-po mengajukan pertanyaan. "Tahukah, siapa dan bagaimana asal usulku?" Laki2 berwajah dua rupa itu bertanya. "Sangat disayanqkan, pengalamanku sanqat sempit dan tidak mengenal tuan." "Kukira kata2 keteranganmu itu tidak diucapkan dengan hati sejujurnya." kata laki2 wajah dua macam itu. "Eh, mengapa kau mengatakan ucapan seperti ini" Ketahuilah bahwa anak ini cucu dari majikan kalian ini. " "Aaaaa...... Silahkan jalan." Dan ia pun tidak menghadang jalan To It Peng dan Hian-u Po-po. badannya melesat, balik kembali dan masuk kedalan rumah kayu. Lain bayangan melayang dari jurusan yang tidak sama, bayangan ini cepat sakali, iapun masuk kedalam rumah batu: Mata To It Peng terbelalak, menyaksikan gerak bayangan tadi, itulah bayangan orang yang telah lama diimpikan. la menghentikan langkahnya. "Perintah Ban Lo Lo yalah......" Terdengar suara yang cukup dikenal. Suara ini adalah suara bayangan tadi didalam rumah kayu. Hian-u Po-po turut menghentikan gerakannya, ia dapat mendengar apa yang dikatakan oleh orang itu. Tidak lama, laki2 berwajah dua rupa keluar kembali, ia menghampiri Hian-u Po-po dan T o It Peng. Dari bayangan dan suara yang didengar, To It Peng 'teringat akan wanita muda Kat Siauw Hoan, setelah melarikan diri dari Sangpo-chung, setelah kejadian didalam rumah batu itu, tidak ada khabar ceritanya. Melihat laki2 berwajah dua macam itu datang, segera To It Peng mengajukan pertanyaan : siapakah yang bicara denganmu tadi?" Laki2 itu telah berkata kepada Hian-u Po-po: "Ban Lo Lo telah memberi perintah, dikatakan kalian tidak usah menerjang bahaya dan diperbolehkan mengambil jalan singkat dan aman, mari kalian ikut aku." "Tidak menunggu jawaban dan persetujuan lagi, laki2 itu kembali kedalam rumah kayunya. Hian-u Po-po mangajak To It Peng masuk kedalam rumah kayu. Disini laki2 itu mengajak mereka kearah suatu lubang rahasia, lubanq itu sangat dalam. To It Pang memperhatikan keadaan rumah, kecuali mereka bertiga, tidak ada orang yang dicari, dipastikan bahwa bayangan tadi masuk kedalam rumah ini dan belum tampak ia keluar, mengapa tidak terlihat dirinya" "Hei, kemanakah wanita yang membawakan pesan perintah Ban Lo Lo itu?" tanya To It Peng. Laki2 berwajah dua macam itu mengkerutkan alisnya. Dianggapnya pemuda ini berhidung belang, suka akan paras cantik, maka mendengar suara wanita dapat tergila-gila segera, ia tidak menjawab. Mana diketahui bahwa betapa pentingriya suara Kat Siauw Hoan itu, wanita muda inilah yang pernah memberi kesenangan padanya. Laki2 berwajah dua rupa itu menunjuk ketempat goa gelap dan berkata : "jalan inilah yang berupa jayan terdekat dan aman untuk menuju kedalam lembah ceng-cu-kok. Betul berbahaya, tetapi dengan adanya rantai besi panjangyang kuat, tak mungkin kalian menderita sesuatu apa." Hian-u Po-po memandang dengan penuh kecurigaan. "Tak usah kalian curiga." Laki2 itu memberi kete?rangan. "jalan ini ada lebih aman dari pada harus me lewati jurang Kandas, Sungai Air Lemhah,Tebing Sembilan Puluh Derajat dan Iain2 rintangan bahaya. Seperti juga dengan T o It Pang, Hian-u Po-po dapat mengetahui bahwa didalarn rumah kayu ini pernah kedatangan seseorang, dan kini orang itu tidak keluar atau memunculkan diri tentunya melalui jalan rahasia ini, menud yu kedalam lembah cang-cu-kok. To It Peng tidak banyak pikir, ia telah marosot turun dalam lobang rahasia. cepat Hian-u Po-po menariknya dan memberi peringatan : "Hei, berhati-hati kau !" Dan iapun turut masuk kedalam lubang rahasia itu. To It Peng mengetahui Kat Siauw Hoan masuk labih dahulu, maka iapun barteriak kedalam : "Hei, berhati-hati kau !" Memang! Bila dibanding harus menerjang beberapa macam bahaya seperti yang laki2 penjaga pos ketiga itu katakan, jalan ini merupakan jalan yang terdekat dan aman. Tetapi aman bukan didalam arti 'sagat aman' Bila salah sedikit saja, keamanan itu akan segera lenyap mendadak. Maka To It Peng berteriak, agar Kat Siauw Hoan dapat berhati-hati. Hian-u Po-po berkepandaian tinggi, hanya lobang yang seperti ini tidak perlu ditakuti, apa lagi ada rantai yang dapat dibuat pegangan, mengikuti rantai2 tadi, dengan menenteng To It Peng, ia merosot turun. Hanya beberapa saat ia merosot, diatas terdengar suara 'plung', ternyata pintu rahasia te lah ditutup dari atas. Hian-u Po-po harus memperhitungkan sesuatu dengan seksama, ia tidak takut, tetapi lebih berhati-hati lagi. Berbeda dengan Hian-u Po-po, To It Peng yang ingin segera bertemu dengan Kat Siauw Hoan lupa bahaya, ia merosot cepat. Tak berapa lama kemudian, mereka telah berhasil keluar dari jalan rahasia itu, matahari terang me?nyilaukan mata. Menantikan didepan mulut goa yalah dua gadis pelayan. "Silahkan ikut kami." Mereka berkata. Hian-u Po-po mengajak To It Peng mengikuti dibebakang kedua gadis pelayan tadi, lembah dimana berada tumbuh dengan subur, tanaman menghijau, burung2 berkicauan, sungguh mengesankan. Kini mereka tiba diujung dari lembah tadi, beberapa baris bangunan yang tarbuat dari bahan yang sangat sederhana barada didepan mata, dibelakang dari bargunan itu adalah pohon lebat. "Bagus! Tempat yag bagus." To It Peng menge?luarkan pujian. Dua gadis pelayan tidak membawa tamu2-nya kedalam rumah, mereka mengajak ketempat pohon2 Iebat itu. "Ban Lo Lo, tamu kita telah tiba !" Mereka mem?beri laporan. "Persilahkan mereka masuk." Terdengar suara dari dalam pohon2-an itu. Dua gadis palayan menunjuk kearah rimba buatan itu dan berkata kepada dua tamunya : "Ban Lo Lo menunggu kalian disana, masukIah sendiri." To It Peng belum pernah mendengar cerita tentang nenek tuanya, ia tidak tahu bahwa nenek tua itu me?netap ditempat ini, ia diajak oleh Hian-u Po-po maka datang membikin kunjungan. Sikapnya tidak ada rasa kangen sama sekali. Si Dungu Karya Chung Sin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Dari suara Ban Lo Lo didalam rimba, To It Peng segera merasakan bahwa nenek tua itupun hampir me?lupakan, masakan ada seorang nenek yang tidak menyambut kedatangan seorang cucu yanq lama tidak ketemu ". Hian-u Po-po datang dengan maksud tertentu, ia segera mengajak To It Peng masuk kadalam rimba buatan itu. Duduk ditengah-tengah sabuah Pelataran, terlihat saorang nenek pakaian putih duduk membelakangi mereka, rambut nenek tersebutpun telah memutih, pada tangannya memegang tongkat yang berliku-liku, tak terlihat jelas wajahnya. Hian-u Po-po dan T o It Peng berjalan maju, mereka manghampiri nenek berbaju putih itu. Seperti tidak terjadi sesuatu apa, nenek berbaju putih duduk tidak bergerak, tetap ia membelakangi kedua tamunya. To It Peng mengerutkan alis, mungkinkah ada se?orang nenek yang bersikap sedingin itu ". la meman?dang Hian-u Po-po mengajukan pertanyaan: "Hian-u Po-po inikah nenek tuaku?" Hian-u Po-po mana tahu" ia mangeluarkan suara batuk2 dan tidak memberi jawaban. Terdenqar nenek barbaju putih itu mPmbuka suara : "Mendengar suara batuk2mu, kukira yang berkunjung datang adalah Hek yauw-hu bukan ?" Wajah Hian-u Po-po berubah, ia harus dapat meme?Iihara ketenanqannya, dengan menguasai getaran jiwa ia berkata : "Namaku Hian-u Po-po." Nenek berbaju putih itu mengerakan tonqkatnya perlahan, ia menggeser duduknya, maka perlahan-lahan dapat menghadapi kedua tamunya. To It Peng memandang mata tajam, ingin diketahui bagaimanakah wajah orang yang dikatakan men?jadi nenek tuanya ini" Dilihat nenek itu mempunyai wajah yang agak mirip dengan sang paman. Ban Kim Sin almarhum, yang membuat ia terkejut yalah mata nenek tua itu yang dipentang lebar tidak berhitam, hanya putih meletak, ternyata ia sedang berhadapan dengan seorang buta! Terdengar Ban Lo Lo mengeluarkan suara dingin : "Mataku tidak dapat malihat, tetapi telingaku belum pernah salah menangkap suara, tahu" Kau meng?aku bernama Hian-u Po-po, mungkinkah dimasa mudamu menggunakan nama itu ?" "Tentu saja bukan." Hian-u Po-po memberi sahutan; "Tetapi aku tidak mempunyai nama harum sepertimu, tentu kau tidak pernah mendengar. Aku datang dengan saudara ini, dia adalah cucu luarmu, maksudku yalah mengantarnya agar dapat bertemu dengan keluarganya. " ---oo0oo--- BAGIAN 17 HIAN-U PO PO ADALAH BIBI KAT SIAUW HOAN BAN LO LO tidak bersuara, kedua mata putih itu mengarah ketubuh Hian-u Po-po, agaknya ingin ia melihat jelas siapa orang yang sedang dihadapi, sungguh sayang, mata itu tidak depat digunakan. Hian-u Po-po tidak berani membuka suara, takut dikenali tepat oleh lawannya Seorang buta mempunyai pendengaran dengan daya ingat yang lebih hebat dari ma?nusia biasa, hal ini! cukup dimaklumi olehnya. Beberapa lama kejadian saperti itu berlangsung. To it Peng memandang dua nenek itu dengan penuh keheranan. Ban Lo Lo menarik napas panjang, ia memandang kearah To It Peng dan berkata "To It Peng, sudah kah kau datang?" Masakan ada seorang nenek yang bertemu dengan cucunya seperti Ban Lo Lo bertemu dengan To It Peng, memanggil nama sang cucu bagitu saja se?olah-olah tidak ada kasih sayang! Didalam benak pikiran sipemuda, sudah dibayangkan kejadian pertemuan itu, tentunya sang nenek memeluknya, merangkul dan mengeluarkan mata girang. T idak tahu hanya sambutan seperti itu, ia agak kece?wa. "Betul Aku telah tiba." la pun memberi jawaban adem, "coba kau datang kemari !" Berkata Ban Lo Lo menggapekan tangan. To It Peng ragu2, ia tidak menjalankan perintah itu. Dipandangnya Hian-u Po-po meminta adpist kepadanya. Hian-u Po-po membuat gerakan tangan, menyuruh sipemuda memenuhi panggilan itu. Denqan agak segan, To It Peng berjalan kedepan menghampiri Ban Lo Lo. Ban Lo Lo meraihkan tangan, maka sipemuda telah berada didalam rangkulannya. Karena ia tidak dapat menggunakan mata membuat penilaian, maka- dengan meng-usap2 tangan ia meraih wajah ToIt Peng. To It Peng merasakan satu tangan dingin yang seperti es menjalar ditubuhnya, To It.Peng menggigil kedinginnan, tangan sang nenek tua itu terhenti ditempat bagian wajahnya. "Hei, mengapa tanganmu dingin sekali ?" Ia menga?jukan protes. Lama sekali ia maraba wajah To It Peng, dahi Ban Lo Lo berkerinyut. "Mengapa wajahmu mirip dangan sibajingan?" la berkata. To It Peng memandang putih mata Ban Lo Lo yang dekat sekali itu, ia tidak mengerti apa yang diartikan oleh nenek tuanya. Ban Lo Lo panas tidak mendapat jawaban, tangannya melayang dan ... Pang ... menampar pipi sang cucu tersebut. Lagi2 kejedian yang berada diluar dugaan, setelah berjumpa, diantara cucu dan nenek seharusnya ada sedikit rasa kekeluargaan yang hanqat, tidak tahunya hanya makian dan tamparan itu. Hal mana mambuat To It Pang segan, kepalanya dirasakan menjadi pusing tujuh keliling, kena tamparan neneknya tadi. Hian-u Po po membikin pembelaan : "Eh, pertemuan kalian diantara cucu dan nenek tidak seharusnya dilakukan seperti ini, mengapa kau memukul ?" "Apa yang kau tahu ?" Bentak Ban Lo Lo. "dikala putriku mendapatkan bajingan itu, sudah kukatakan kepadanya bahwa untuk selanjutnya janganlah meng-harap bantuanku, jangan menemuiku : hm...... hm..... mereka telah berada didalam neraka dengan meninggalkan bajingan kurcaci ini yang disuruhnya meminta perlindunganku. Mengapa aku tidak boleh menamparnya" Masih baik bila wajah bajingan kecil mirip dengan putriku, tetapi kenyataan wajahnya banyak menyerupai ayahnya yang sudah tiada itu. Sungguh menjengkelkan." Betapapun dungunya To It Peng, iapun mangerti, siapa yang disebut sebagai 'bajingan' dan siapa yang dimaksud 'bajingan kecil'. Sungguh keterlaluan, ma-sakan seorang nenek mengatakan mantunya sebagai bajingan, mengatakan cucu sendiri sebagai 'bajingan kecil' " Kesan terhadap ayah dan ibunya terlalu suram, To It Peng harus menjunjung tinggi martabat kedua oranq tua itu, maka segera ia berteriak : "Hei, siapa yang ingin meminta perlindunganmu?" "Hm....... Hm......" Dengus Ban Lo Lo dari hidunq. . "Menyangkal" Apa guna kau berkunjung ketempat ini bila bukan dengan maksud berlindung ?" To It Peng membuka mulut, niatnya ingin memaki2 nenek buta ini, tetapi segera teringat bahwa nenek bertongkat yang berada didepannya adalah ibu dari orang tuanya, tidak pantas dan durhakalah bagi mereka yang malawan orang tua, batal ia mengucapkan kata2 untuk memaki neneknya itu. "Baiklah." la berkata. Kau mengutus Teng Sam mengundang datang, satelah itu membawaka sikap yang acuh tak acuh seperti itu. Bila kau benci kepada kedua ayah bundaku, benci kepadaku, apa guna aku berkunjung datang. Aku segara pergi dan angkat kaki dari s ini. Terbungkuk-bungkuk To It Peng bangun, ia siap meninggalkan lembah cang-cu-kok, dimina nenek tua itu menetap. Ban Lo Lo meunjukkan sikapnya yang marah, ia membentak : "Bagus! Bajingan kecil, berani kau melawan " Biar kuhajar dahulu, agar kau tahu rasa tangan besiku." Tongkat sinenek diayun, mengarah pantat To It Peng. To It Peng, lari pontang- pantting, dengan berguling-gulingan ditanah, ia berhasil menghindari pukulan itu. Hian-u Po-po mengkerutkan alisnya. "Hian u Po-po." Berkata To It Peng. "Lekas kita meninggalkan tempat ini. Kukira...... dia..... bukan nenek tuaku. Tentunya kau salah dengar cerita bohong." "Bukan cerita bohong." Berkata Hian-u Po-po, "Perkawinan diantara ayah dan ibumu tidak mendapat restunya, ia sangat penasaran dan sehingga kini, masih marah dan sakit hati, termasuk dirimu. Lekas kau ber?lutut dan maminta maaf, setelah hawa amarahnya mereda, tentu ia tidak memukulmu lagi." "Tidak ....... Tidak ....... " To It Peng tidak mengerti akan, sikap Hian-u Po-po, mengapa nenek baju hitam ini mengajaknya kemari" Mengapa mengatakan bahwa sinenek buta barbaju putih itu pernah nenek tua darinya ?" Hian-u Po-po menggerak-gerakkan tangan, ditunjuknya pangkuan sipemuda, tentu saja, To It Peng tidak mengerti akan maksud tujuannya. Hian-u Po-po mem-buat bentuk kotak dengan gerakan tangan, maka mengertilah apa yang dimaksudkan. Peti batu pualam pemberian ayah almarhum tentunya. Dikeluarkan peti batu pualam itu, T o It Peng memandang Hian-u Po-po meminta pendapat: Hian-u Po-po menunjuk kearah nenek buta Ban Lo Lo, artinya menyerahkan kotak tersebut kepadanya. "To i t Peng PanggiI Ban Lo Lo: "Disini." Dengan kata2 sengau sipemuda memberi sahutan. "Sebelum ayah meninggal, beliau mengirim sabuah peti kepada kawannya, dan peti itu kini berada padaku, disuruh membawanya peti ini kedalam lembah cang-cu-kok, tentunya manyerahkan kepadamu, bukan ?" Kin Lo Lo meraihkan tanqan, maka terasa satu se dot'ln hawa yang kuat, peti batu pualam telah berpindah tangan, dari cekalan To It Peng terbang ketangan Ban Lo Lo. Memegang peti batu pualam itu, wajah Ban Lo Lo menunjukkan ketegangan, kedua matanya yang hanya putih itu tampak jelas sekali. Hian-u Po-po mengegserka badannya dengan perlahan dan hati2 sekali, hal ini seperti takut diketahui oleh nenek buta. Ban Lo Lo mempunyai pendengaran yang cukup tajam, ia seperti telah sadar akan bahaya, kepalanya mendongak menatap dimana Hian-u Po-po berada. Gerakan Hian-u Po-po yang bergeser maju segara berhenti. Hal ini berakibat lenyapnya suara geseran badan itu. To It Peng segera merasakan akan adanya ketegangan, tidak diketahui ketegangan apa yang akan terjadi, ia memandang dua nenek itu, Hian-u Po-po yang berbaju hitam berada disebelah kanannya, sedangkan Ban Lo Lo, nenek buta-berbaju putih itu berada di sebelah kirinya. Terdengar suara Ban Lo Lo : "Hian-u Po-po minggirlah jauh2." Hian-u Po-po tidak menyingkir, ia menggerakan baju2-nya dikesampingkan cepat, maka dari geseran suara angin itu, seolah olah ia telah pergi jauh. Hal ini mudah dilakukan, Ban Lo Lo tidak mengetahui, karena hitam matanya telah tiada. Ban Lo Lo memasang kuping tajam, menunggu sehingga suara geseran angin yang ditimbulkan oleh baju Hian-u Po-po tadi telah jauh, baru ia bertanya : "Hian-u Po-po, berada jauhkah jarakmu dengan diriku ?" Setelah Hian-u Po-po mendekat, jarak diantara dua nenek itu hanya 5 kaki, jarak ini terlalu dekat. Ban Lo Lo dapat memaklumi, maka ia menyuruhnya menyingkir jauh2. Tetapi Hian-u Po-po tidak melaksanakan perintah tersebut ia hanya menggeser bajunya menimbulkan angin tipuan, badannya berdiri tetap ditempat lama. Hian-u Po-po datang dengan maksud tujuan tertentu, mendapat pertanyaan tadi, segera ia mengganti arah mukanya dan mulutnya terlihat bergerak gerak. Manakala mulut Hian-u Po-po bergerak, To It Peng tidak mendengar suara, beberapa saat kemudian, dari arah yang berjarak belasan tombak terdengar suara berkata : "Kurang lebih belasan tombak," Inilah suara Hian-u Po-po yang To It Peng kenal betul ! To It Peng memandang dengan penuh keheranan, mana diketahui bahwa Hian-u Po-po telah malepas suara sehingga belasan tumbakdari tempat itu baru suara tersebut memecah keras, ini yang dinamakan ilmu 'memecah suara'. Maka beberapa kali ia mamandang kearah 'pecah' nya suara itu, tidak terlihat seorang manusiapun juga. Ban Lo Lo puas, ia memperhatikan kotak batu pualam dari tangan To It Peng, dibukanya perlahan. To It Peng mendapat peti batu pualam itu dari tangan Kang Yauw dan Lim cu jin, diketahui hanya ukiran2 pemandangan alam biasa, tidak berisi. Kini diserahkan kepada Ban Lo Lo, sinenek buta sangat memperhatikan gurat2 lukisan itu, dipegangnya lama, setelah itu memanggil : "To It Peng, kau....." Tongkat Ban Lo Lo diangkat, dan tiba2 saja tongkat itu diayun kearah Hian-u Po-po. Gerakannya capat sekali, sungguh berada diuar dugaan. Seharusnya serangan mendadak yang berada diluar dugaan itu dapat membawa hasil, sedari tadi tangan Ban Lo Lo merayap disekitar peti batu pualam yanq To It Peng berikan, masakan dapat bergerak cepat" Mengangkat tongkat menyerang mendadak " Hanya saja orang yang dihadapi bukan manusia biasa, dia adalah sinenek berbaju hitam Hian-u Po-po yang gagah perkasa, mendapat serangan tadi, sungguh berada diluar dugaan, maka iapun menjatuhkan dirinya ketanah, sehingga rata dengan garis horisontal, setelah itu, dengan sebeyah tangan menekan batu, ia mencelat bangun kembali. Disaat itu, tongkat Ban Lo Lo telah lewat pergi. Serangan Ban Lo Lo gesit ! Gerakan Hian-u Po-po hebat ! Mereka sama sakti, sama perkasanya. Melihat serangan pertama gagal, Ban Lo Lo menarik kembali senjata tongkatnya, satelah itu mengayunnya kembali, ia tidak dapat melihat, tetapi pendengaran?nya terlalu hebat, bagaikan mata orang yang sempurna, ia mengetahui letak tempat dimana lawan itu berada Daun2 disekitar tempat itu rontok berjatuhan beterbangan kian Si Dungu Karya Chung Sin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo kemari. Terlalu hebat angin tongkat pukulan Ban Lo Lo. Hian-u Po-po telah menteyelat bangun" tangannya meraih tangkai pohon, ditariknya kuat, maka pohon tersebut terbongkar hingga akar, dengan indah ia manangkis serangan tongkat Ban Lo Lo. Batang pohon tak sanggup menahan kekuatan tong?kat Ban Lo Lo. Terdengar suara ..... Plak...... pohon itu patah ditengah. Hian-u Po-po melempar batang pohon, badannya me?lesat jauh. Mata Ban Lo Lo tidak dapat digunakan, tetapi bukan seperti telah 'cacad sama sekali, alat pendengarannya lebih hebat dari manusia biasa, mengikti geseran angin, ia tahu dimana lawan itu berada, tongkat diayun, berputar keras dan memukul hingga beberapa kali. Hian-u Po-po tidak berdaya, ia terdesak, badannya mundur berusaha manjauhi tongkat Ban Lo Lo yang hebat, demikian hingga posisi kedudukannya terje?pit, punggungnya telah menempel pada dinding batu. Tongkat Ban Lo Lo tarayun..... Tar.... Batu dimana Hian-u Po-po bersandar pecah, hancur beran?takan. Sampai disini, serangan Ban Lo Lo tertahan, tangan?nya tergetar keras. Menqggunakan kesempatan itu. Ia tidak bergerak, diam berarti aman, karena tak mung?in Ban Lo Lo dapat mangetahui dimana ia barada. Suara pecahannya batu menghilangkan semua suara, termasuk suara geseran badan Hian-u Po-po. Untuk sementara, pertempuran babak pertama berakhir sampai disini, Ban Lo Lo memasang kuping tajam, ia ingin mengatahui dimana Hian-u Po-po berada. To it Peng mandapat kasempatan menarik napas, sedari tadi jantung berdebar keras, menyaksikan per?tempuran diantara dua nenek tua itu. "Hei, hentikan pertempuran segera!" teriak sipemuda. "Hentikan pertempuran ini segera !" ia mengulangi perkataannya. Maksud To It Peng ingin mencegah terjadinya pertempuran, tetapi ia tidak mempunyai pengaruh. Dua nenek itu tidak menganggap kata2 permintaan dari sipemuda. "Hek Yauw Hu, masih kau menyangkal ?". Terdengar suara Ban Lo Lo barteriak keras. "Berani kau manghina aku" Kau kira aku tidak dapat mambedakan ilmu 'Keng?yap-piauw-piauw' dari keluarga Kat ?" Keluarga Kat" Hian-u Po-po orang dari keluarga Kat" T o It Peng segera teringat akan dirinya Kat Siauw Hoan, belum lama ia melihat bayangan wanita muda yang cantik itu. Hian-u Po-po menganggukkan kepala, ia barkata dengan suaranya yang dingin: "Bagus ! Memang kau hebat !" Mendengar suara Hian-u Po-po yang diharapkan oleh Ban Lo Lo itu, maka tongkatnya diayun dangan cepat memukul kearah nenek berbaju hitam itu. Hal ini sudah berada dalam perhitungan Hian-u Po-po, maka iapun menggeser kaki perlahan, sangat perlahan sehingga tidak menimbulkan suara geseran angin, tongkat lolos beberapa senti dari badannya, tetapi ia aman. Mengetahui hal semua ini ia tidak berani me?nimbulkan suara, Hian-u Po-po membuka mulut, tetapi ia tidak bicara langsung, sebaliknya ia menggunakan ilmu 'Memecah suara' .... yaitu dengan memindahkan asal suaranya, ketempat berjarak puluhan tombak dari suara asalnya itu memecah : "Lihay!...... Ban Lo Lo memang lihay!...... Sudah waktunya kau membuka rahasia yanq tersimpan didalam peti batu pualam itu, bukan ?" "Hm......." Ban Lo Lo mengeluarkan suara dari hidung. "Kau masih berada didalam lembah cang-cu-kok, berani mangucapkan kata2 tekebur?" Tongkat Ban Lo Lo tidak tinggal diam, ia meng?hantam arah datangnya suara. Tentu-saja, serangan ini tidak mengenai Hian-u Po-po, disitu suaranya dipe?cahkan, tetapi bukan berarti letak tempat dirinya. Tongkat Ban Lo Lo mengenai batu, batu2 itu hancur dan pecahan batu berhamburan. Siasat Hian-u Po-po berhasil, menggunakan ilmu 'memecah suar?, ia berkata : "Mengingat kedua matamu yang telah rusak, aku tidak mau menempurmu. Katakanlah apa rahasia yang tersimpan didalam peti batu pualam itu ?" "Kau mengimpi !" Ban Lo Lo membentak. Mengetahui tidak berhasil menemukan jejak lawan itu barada dimana, maka Ban Lo Lo memekik panjang, suara ini berkumandang keseluruh lembah. Disana muncul laki2 berwajah dua rupa. Melihat keadaan seperti itu, maka iapun mengerti mengapa Ban Lo Lo memanggilnya. "la berada 20 tombak disebelah kiri !" Suaranya menunjukkan letak tempat dimana Hian-u Po-po itu berada. Ban Lo Lo menggarahkan tongkat, memukul ketempat20 tombak disebelah kiri. Kurang tepat ! Nanya beberapa jauh dari mana Iawan itu berada. "Kekiri lagi 6 kaki !" teriak laki2 berwajah dua rupa itu. Mandapat petunjuk ini, Ban Lo Lo merasa mendapat angin, ia menyerang Hian-u Po-po. Maka dalam saat2 berikutnya, Hian-u Po-po terdesak hebat. "Hek Yauw Hu, lembah cang-cu-kok adalah tem?pat bersemayammu untuk se Iama2nya." kata Ban Lo Lo dengan tidak menghentikan serangannya." "Kau hanya berani karena mengandalkan orang2mu." Hian-u Popo lompat menyingkir dari serangan tongkat Ban Lo Lo. "jago2 cang-cu-kok bukan seorang, tetapi akupun sanggup mengalahkanmu dengan tanpa bantuan mereka." kata Ban Lo Lo yang mamperhebat serangan2 nya. Kini ia sudah tidak membutuhkan petunjuk2 laki2 berwajah dua rupa, kemana Hian-u Po-po pergi, tentu menimbulkan suara geseran angin, dengan menggunakan kupingnya yang tajam. Ban Lo Lo berhasil menang suara geseran angin itu, tongkatnya menyerang dengan gencar. Beberapa kali, keadaan Hian-u Po-po terjepit, bahaya mengancamnya. To It Peng yang hanya menyaksikan pertempuran itu! keringatnya bercucuran. Manakala dua nenek itu menyambung pertempuran mereka, pada lereng Iembah terdengar satu suara jeritan yang mengerikan. Itulah suara laki2 berwajah dua rupa yang ternyata telah jatuh, ia mendapat serangan bokongan yang mengakibatkan tewasnya. Ban Lo Lo menghentikan serangan2nya, ia mendongakkan kepala, menatap suara orang kuatnya itu, matanya tidak dapat melihat, maka tak tahu apa yanq menyebabkan Ban Hok, demikian nama Iaki2 berwajah dua rupa itu mengeluarkan suara jeritan. Ban Hok hanya menjerit sekali, setelah itu, ia kehilangan jiwanya dan tidak dapat bernapas. Ban Lo Lo me lintangkan tongkat didepan dada, serta berteriak dengan bentakan : "Hek Yauw Hu, apa artinya permainanmu ini Hian-u Po-po mengeluarkan suara tertawa puas. "Ketahuilah, mulai saat ini, dalam lembah can-cu-kok, kecuali kau seorang, sudah tidak ado orang2mu lagi." kata nenek baju hitam ini. "Kau...... Kau..... Bagaimana kau membunuh mereka ?" Suara Ban Lo Lo agak kurang lancar. la tidak mengerti, dengan cara bagaimana Hian-u Po-po membunuh Ban Nok, sedangkan dirinya digencar hebat dengan serangan2 tongkat" Tak mungkin To It Peng dapat membunuh Ban Hok, kepandaian sidungu terlalu rendah sekali. Sesosok `bayanqan melayang turun, bayangan inilah yang membunuh Ban Hok, cepat sekali ia te lah berada disana, ternyata ia seorang wanita muda. Kuping Ban Lo Lo seperti dapat membedakan suara orang yang datang, segera ia buka suara memanggil : "Siauw Hoan, Iekas kau kemari!" Nama yang tidak asing bagi To It Peng, ia ber?jingkrak dan memandang kearah bayangan tadi, disana berjalan datang seorang wanita muda yang sangat cantik siapa lagi bila bukan Kat Siauw Hoan yang dirindukan siang malam " "Siauw Hoan," Panggil Ban Lo Lo. "Dimana Ban Hok berada ?" "Tidak jauh." Kat Siauw Hoan memberi jawaban. "Bagaimana dengan keadaannya ?" "Ia, sudah tidak depat bernapas lagi." "Mengapa?" tanya Ban Lo Lo kaget. "la telah kena jarumku. Setelah itu jatuh, tentu saja ia tidak dapat hidup lama" kata Kat Siauw Hoan. jawaban Kat Siauw Hoan diluar dugaan Ban Lo Lo, wajahnya yang telah berkerinyut itu menunjukkan kegusaran yang tidak terhingga. "Bagus." Akhirnya in berkata. "Tidak kusangka, kau adalah musuh dalam selimut yanq berhasil manyusup masuk kedalam lembah cang-cu-kok. Tidak seharusnya aku mempercayai keteranganmu, dengan membuat cerita yang menarik kau berhasil mangelabuiku. Kau katakan keadaanmu yang terdesak, membutuhkan tempat perlindungan aman. Disinilah letak kesalahanku yang terbesar. Terlalu percaya kepada obrolan seseorang." "Ban Lo Lo jangan kau mengucapkan kata seperti itu." To It Peng membela wanita yang dikasihinya. "Kat Siauvd Hoan adalah orang yang baik "bukan musuh dalam selimut, bukan......" To It Peng tidak dapat melanjutkan kata2nya, karena disaat inilah Kat Siauw Hoan telah menerima segala tuduhan yang dijatuhkan kepadanya. "Betul. Aku adalah musuh dalam selimutmu." katanya. "Mengertikah kau" Kau sadar belum ter?lambat, Maka kau tidak akan mati penasaran, kau telah mengetahui, dimana letak kesalahanmnau e, bukan ?" To It Peng mamandang wajah wanita cantik yang dirindukan siang malam itu, inikah Kat Siauw Hoan" Ia kurang percaya. Kat Siauw Noan menghampiri Hian-u Po-po dan berkata : "Bibi, kedatanganmu lambat sekali." Ternyata Hian-u Po-po adalah bibi dari Kat Siauw Hoan. Masuknya Kat Siauw Hoan kadalam Iembah cang-cu-kok termasuk salah satu rencana sinenek berbaju hitam itu. "Samua gara2 bocah dungu ini" kata Hian-u Po-po menunjuk To It Peng. Ban Lo Lo turut mengikuti percakapan mereka, segera ia sadar akan bahaya, ia tertawa berkakakan, kemudian berkata : "Bagus..... Bagus...... Mataku telah buta, mereka tidak dapat mengenal bahwa orang yang kukasi?hani itu adalah anak perempuan si Lebah Beracun Kat Sam Nio. Ha, ha, ha,....... ha, ha, ha,........ Aku memang buta mata ... Aku telah tua...... Tiada guna......." "Betul! Kat Sam Nio adalah Ibuku." kata Kat Siauw Hoan. "Sudah kukatakan bahwa aku dari keluarga Kat, bukan ?" Wajah Ban Lo Lo ditekuk segera ia berkata geram : "Betu!. Kini kekuatanmu dua orang. Tetapi aku-nenek buta bukan berarti takut kepada kalian, majulah berbareng." Hian u Po-po segera berkata : "Ban LoLo, kuanjurkan kepadamu agar segera membuka rahasia peti batu pualam itu. Maka kau tidak akan mengikuti jejak putri dan mantumu yang telah menjadi korban penasaran, karena kukuh tidak mau mengatakan rahasia peti batu pualam tersebut." "0oooooo..... Rahasia peti batu pualam itukah yang menjadi tujuan utama kalian berdua?" Ban Lo Lo mengajukan pertanyaan. "Betul!" kata Hian-u Po-po. "Tentu." kata Kat Siauw Hoan. "Purti dan menantumu itu mati penasaran karena tidak mendengar nasihatmu" Mata To It Peng belum lepas dari wajah Kat Siauw Hoan, mendengar percakapan mereka yang menyebut2 'putri dan mantu Ban Lo lo', pikirannya segera tergerak. Bukankah kedua ayah bundanya yang mereka maksudkan " Diketahui bahwa Golok Emas Tanpa Tandingan Kim to Bu tie T o Tong Sin suami istri mati penasaran, tidak ada orang yang tahu, bagaimana kematian mereka. To It Peng belum mendapat gambaran jelas dilihat dari sudut2 tertentu, seharusnya Hian-u Popo dan Kat Siauw Hoan pernah turut didalam sengketa itu. "Hei, apa yang kalian cakapkan?" tanya To It Peng. Tidak ada oranq yang menjawab pertanyaan si dungu. Hian-u Po-po datang kedalam lembah cang-cu-kok dengan maksud tujuan memecahkan rahasia yang tersimpan didalam peti batu pualam peninggalan ayah To It Peng, segere ia berkata: "Ban Lo Lo, katakan rahasia-peti hatu pualam itu !" "Betul Maka jiwamu bebas dari ancaman maut." Sambung Kat Siauw Hoan. Ban Lo Lo telah rnengambil putusan, ia berkata : "Baik. Kukatakan kepada kalian, bahwa rahasia yang tersimpan didalamnya ialah........" Tiba2 saja, tongkat bergerak cepat, dengan kekuatan yang menderu-deru memukul, kearah Hian-u Po-po. Hian-u Po-po telah bersedia, sebuah pohon dilem?parkan, maka terjadi suara gemuruh dari bdradunya tongkat dan pohon yang pecah hahcur itu. Bagaikan bayangan iblis, Kat Siauw Hoan bergerak perlahan, ia telah berada dibelakang Ban Lo Lo, dengan menyebarkan jarum2 yang berwarna merah, ia melakukan bokongan. Mata Ban Lo Lo telah kehilangan biji hitamnya, namun bukan berarti ia mudah dihina, bila saja didalam keadaan biasa, serangan bokongan Kat Siauw Hoan tadi tidak mungkin membawa hasil, hanya disayangkan, saat ia diserang, keadaan dirinya panas, tongkatnya memukul kearah Hian-u Po-po yang melempar dengan pohon besar, suara beradunya tongkat dan batang pohon itu menimbulkan suara gaduh,. menelan suara gerakan Kat Siauw. Hoan. Manakala Ban Lo Lo sadar akan bahaya, tubuhnya telah ditumbuhi jarum2 merah Kat Siauw Hoan. "Oh....." Ban Lo Lo manggerakkan tangannya siap mencabut jarum2 itu. Kat Siauw Hoan talah mundur jauh, ia berteriak : "Hei, kau telah terkena racun Thian-hong-ciam Tentunya kenal dengan nama jarum dari keluarga Kat bukan" Si Dungu Karya Chung Sin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Masih berani kau meneruskan gerakan tanganmu menyentuh " " Ban Lo Lo kenal baik dengan sikap2 tamak dan jahat dari para keluarga Kat, ancaman Kat Siauw Hoan bukanlah bohong, ia menghentikan gerakan tangannya yang ingin mencabut jarum merah itu keluar dari tubuhnya. "Ban Lo Lo, hayo menyerah !" Ujar Hian-u Po-po. Ban-Lo Lo mengu'lurkan tangan kearah Kat Siauw Hoan, "Lekas serahkan obat pemunahmu !" la meminta. "Katakanlah rahasia apa yang tersimpan didalam peti batu pualam itu. Maka obat pemunah racun akan kuberikan kepadamu." Ban Lo-Lo tertawa dingin, katanya : "Bila kau menyerahkan obot itu setelah tidak ada rahasia, setelah aku mengatakan rahasia yang tesimpan ditempat itu, maka kau bukan putri tunggal si Lebah Beracun Kat Sam Nio. Kau kira aku tidak kenal akan sifat2mu ini" Hayo, segera serahkan obat pemunah racun itu." Plak........ Peti peningalan ayah To It Peng dibanting ketanah. Setelah itu, Ban Lo Lo berkata lagi "Sebelum aku mati, akan kupecahkan dahula benda ini. Maka rahasia tersebut terpendam untuk selama lamanya. Tak ada orang kedua yang tahu." Kat Siauw Hoan memandang Hian-u Po-po. "Bibi, bagaimana dengan pendapatmu ?" Ia bertanya. "Berilah obat pemunah racun itu." kata Hian-u Po-po. "jarum Thian-hong-ciam' ibumu bukanlah jarum biasa, setelah ia memakan obat pemunah, tidak mungkin ia bergerak cepat, itu waktu, bila ia tidak menepati janji, tidak memberi tahu rahasia, "beri saja beberape jarum lagi." "Betul!" Kat Siauw Hoan girang. Ser........ Istri pelarian Seng-po-chung ini melempar sebutir obat berwarna hijau. cepat Ban Lo Lo menyambuti obat pemberian Kat Siauw Hoan tadi, ditelannya segera, racun2 keluarga Kat sangat jahat dan hebat, ia harus segera melenyapkan dari tubuhnya. Keadaan sunyi dan sepi ....... Ban Lo Lo mengatur peredaran darahnya, Hian-u Po-po dan Kat Siauw Hoan menantikan kabar berita dari terbongkarnya rahasia lama yang terdapat didalam peti pualam. To It Peng memandeng sagala peristiwa dengan perasaan bingung, tak tahu perma inan sandiwara apa yang sedang ditonton oleh jago nomor satu kita ini. Baberapa saat kemudian, Ban Lo Lo memungut peti batu pualam yang didapat dari tangan To It Peng, ia mulai bercerita : "Kotak ini kudapat dari suamiku almarhum dahulu, in telah memenukar jiwanya dengan sebuah kotak misterius penuh rahasia teka-teki ini. Setelah aku tahu bahaya apa yang mengancam, dengan mengajak anak perempuanku, aku mengembara mencari tempat yang aman untuk melewatkan waktu. Tidak kusangka anak perempuanku itu terpikat oleh sibajingan To Tong Sin, dengan mencuri peti batu pualam ini, ia turut suaminya melarikan diri......." Air mata Ban Lo Lo dari sela2 kedua matanya yang hanya tinggal putih saja itu, agaknya ia bersedih mengenangkan kejadian lamanya. Apa yang To It Peng ketahui tentang ayah dan ibunya terlalu sedikit sekali, ia turut mendengarkan dan mengikuti jalan cerita tersebut. "Mereka tidak tahu isi rahasia yang tersembunyi didalam kotak ini." Ban Lo Lo menyambung cerita. "Dikira aku dapat memaafkan kesalahannya dan menga-takan rahasia itu kepada mereka. Tetapi tidak..... Aku tidak mengatakan apapun kepada mereka. Aku telah bosan dengan penghidupan, aku menyepi didalam lembah cang-cukok ini, tidak sudi aku menemui mereka lagi." "Apa guna kau mengoceh tidak keruan ?" Bentak Kat Siauw Hoan. "Aku harus mulai cerita dari pertama, bukan' Ban Lo Lo tidak mau kalah....... "Biarkanlah ia bercerita." kata Hian-u Po-po. Kat Siauw Hoan sangat gelisah, ia tidak dapat memaksa sinenek, buta membuka rahasia peti batu pualam itu dengan segera. "Mereka menunggu kedatanganku dikira aku dapat melakukan hal itu........ Hm..... Hm..... " Beberapa kali Ban Lo Lo mengeluarkan suara dari hidung. "Mereka gagal, maka diusahakan masuk kedalam lembah cang-cu-kok, tentu saja,-.aku tidak sudi menemu mereka, karena tidak berhasil, mereka mencoba memcahkan rahasia itu dengan meminta bantuan orang, karena itulah mereka binasa. Ha, ha, ha, ha ........" Ban Lo Lo tertawa puas! Kematian putri dan mantunya yang tidak mendapat restunya itu tidak diingat sama sekali. "Ban Lo Lo apa yang kau tertawakan ?" To It Peng mengajukan pertanyaan. Mana mungkin kejadian itu menjadi buah tertawaan ". "Mengapa aku tidak boleh tertawa?" Ban Lo Lo Membelalakkan putih matanya yang tidak dapat digunakan, untuk melihat itu. ,,Manakala putriku mencuri peti batu pualam dan ikut To Tong Sin untuk melarikan diri siapakah yang tidak mentertawakan dirinya" Ha, ha, ha....... Kini mereka kena tula, umur mereka tidak lama. satu persatu dibunuh orang, Ha, ha, ha........" To It Peng mengkerutkan alis, inilah prilaku seorang nenek tua " Mana mungkin ada ibu yang tidak sayang kepada anaknya " Tidak sayang kepada cucunya " Sungguh keterlaluan ! Ha, ha, ha........" Masih Ban Lo Lo tertawa "Mereka telah mati. Maka lenyaplah semua kebencianku kepadanya. Aku benci kepada putriku, aku benci kepada mantuku, tetapi belum tentu benci kepada cucuku sendiri. Maka kalian mengajak anak mereka ketempat ini, dengan membawa peti batu pualam dan menyerahkan kepadaku, harapan kalian ialah agar dapat memberi tahu rahasia teka teki apa yang tersembunyi dalam peti ini, bukan " Ha, ha, ha....... Tetapi aku tidak mengatakan kepadanya." "Aku tidak membutuhkan rahasia itu." kata To It Peng. Ban Lo Lo tidak manggubris sang cucu, ia menatap Hian-u Po-po dan Kat Siauw Hoan dengan putih matanya itu kemudian ia berkata : "Aku ingin mengajukkan pertanyaan, bila kalian menjawab dangan sejujur-jujurnya, maka rahasia ini akan kukatakan keoada kalian. Bersediakah kalian menjawab pertanyaanku" "Katakanlah !" kata Hian-u Po-po. Ban Lo Lo menarik napasnya dalam2, setelah itu bertanya : "Anak perempuan sialku itu tentunya mati dibawah tangan kalian, bukan " "Kematian mereka disebabkan oleh ibu Kat Siauw Hoan." kata Hian-u Po-po terus terang. "Kat Sam Nio menginginkan rahasia itu, tetapi tidak berhasil, maka dengan mengadakan persekutuan dengan beberapa orang, ia berhasil membnnuh mereka." To It Peng turut mendengar percakapan mereka, kepalanya terasa seperti dipukul oleh benda berat, tujuh keliling, dunia saperti berputar keras, tubuhnya jatuh ditanah, penderitaan itu terlalu hebat baginya. Ban Lo Lo, Hian-u Po-po dan Kat Siauw Hoan sedang berusaha mengadu kepintaran, tidak satu dari mereka yang memperdulikan sipemuda. "Baik." kata Ban Lo Lo. "Rahasia yang kalian ingin tahu ialah, kotak ini tidak berisi, tetapi ia menunjukkan lukisan pemandangan indah, itulah tempat gunung es digunung.Thian-san. Setalah tiba disana, kalian dapat menemukan 17 goa es, pada goa ke-6, kalian dapat menemukan benda yang diharapkan." Setelah membongkar rahasia itu, Ban Lo Lo melempar batu pualam tersebut. Hian-u Po-po menyambutinya cepat. To It Peng telah bangun lagi, ia mamandang dua nenek itu bergantian. "SeteIah mengetahui rahasia ini, tentunya kalian tidak membunuhku, bukan ?" kata Ban Lo Lo. "Tidak perlu membunuhmu, kau akan mati sendiri" kata Kat Siauw Hoan. Ban Lo Lo terkejut mendengar kata2 itu. "Apa artinya kata2mu ini?" Ia bertanya. "Kau kira obat yang kau makan tadi sebagai obat pemunah racun" Ha, ha, ha....... Itulah Yong-sin-tan kini racun tentunya telah menjalar cepat dan berada disekitar jantungmu." kata Kat Siauw Hoan. Lagi2 Ban Lo Lo kena tipu! ---oo0oo--- BAGIAN 18 KAT SIAUW HOAN - WANITA CANTIK YANG BERHATI BUSUK DAN KEJAM. BAN LO LO berteriak keras, badannya mencelat, dengan tongkat yang diayun kuat, ia menyerang Kat Siauw Hoan. Sayang ! Racun yang bersarang didalam tubuhnya telah menjalar cepat, sebelum ia dapat menyentuh tanah, matanya telah terbelalak, dan ia mati mendadak, mati secara penasaran. Tubuhnya jatuh ditanah dengan tidak berkutik, napasnya telah berhenti bekerja. Hian-u Po-po tertawa puas, ia berkata : ,,Siauw Hoan, kebijaksanaanmu lebih hebat dari ibumu almarhum." la tertawa Ruas atas segala sesuatu yang telah terjadi. Ban Lo Lo yang disegani berhasil disingkirkan dari permukaan bumi. Kat Siauw Hoan telah merencanakan lain rencana, ia membawakan sikapnya yang tunduk den taat. "Bibi," ia berkata. "baik2lah kau simpan peti batu pualam itu. Gunung Thian-san terlalu jauh, aku tidak tega meninggalken anak, tidak ingin ikut pergi kesana untuk mencari barang itu." Ucapan Kat Siauw Hoan sungguh berada diluar dugaan, Hian-u Po-po tertegun sejenak, tetapi tidak lama, setelah itu ia tertawa. "Ha, ha, ha......" Katanya: "Siauw Hoan, kau pandai melihat gelagat. Setelah bibimu mendapatkan benda pusaka itu, tentu aku tidak melupakanmu." "Mana berani aku merebut benda pusaka dari tangan bibi." "Kau tahu akan hal ini" Bagus! Kau tahu aku tidak melupakanmu, bukan?" "Tentu. Bila aku mempunyai niatan untuk memperebutkan benda pusaka itu, bukankah seperti telor membentur ujung tanduk?" Kat Siauw Hoan bergerak maju mendekati bibinya. " Hian-u Po-po belum sadar akan maut yang mengancam! "Kau pandai dan pintar .......... kau ........." Kata2 Hian-u Po-po terputus segera. Tangan Kat Siauw Hoan telah terpentang dari sana meluncur belasan batang jarum merah, jarum maut yang telah merengut niawa Ban Lo Lo. jarak diantara Hian-u Po-po dan Kat Siauw Hoan terlalu dekat, dalam keadaan kurang kesiap siagaannya, sinenek berbaju hitam telah mandapat 'hadiah' jarum Thian-hong-ciam. Selesa i melepas jarum herbisanya, tubuh Kat Siauw Hoan melayanq mundur, ia menjauhi bibinia. Hian-u Po-po menudingkan tangan berkata : "Siauw Hoan, kau.....Kau....... "Bibi, bukankah pernah kau katakan bahwa kebijaksanaanku lebih hebat dari pada ibu?" la berkata dingin. "Betul...... Betul....." Hian-u Po-po mengangguk2an kepala. T iba2 saja tubuhnya mencelat tinggi, bagaikan alap2 yang mau menyambar anak ayam, menerkam Kat Siauw Hoan. Maksudnya ingin merebut obat pemunah jarum berbisa darinya. Kat Siauw Hoan tersenyum ewah, ia tidak bergerak dari tempatnya. la tidak takut kena serangan, bisa yarum yang dilepas terlalu jahat, tak mungkin sang bibi bertahan lama. Betul saja, badan Hian-u Po-po ditengah udara tiba2 menukik turun, tetapi bukan menarkam kebawah, ia jatuh dengan langsung, matanya melotot keluar, napasnya telah tiada Iagi. la mati penasaran dibawah tangan kejam kemenakannya sendiri. Ternyata jarum Thian-hong-ciam mengandung racun yang sangat jahat, siapa yang terkena bisa ini, bila korban diam tidak bergerak, maka sikorban bisa bertahan hidup lebih lama. Semakin kuat mengerahkan tenaga, semakin cepat pula bisa didalam tubuh sikorban bekerja. Maka hanya memakan waktu beberapa detik, tubuh Hian-u Po-po tidak dapat berkutik lagi. Belum lama berselang, Ban Lo Lo diberi 'hadiah' itu, ia tahu betapa hebat racun keluarga Kat, maka sekarang ia diam tidak bergerak. Hian-u Po-po terlalu mengumbar hawa amarahnya, ia tidak memperhitungkan sampai disitu, sehingga kematiannya semakin cepat. Mayat dua nenek itu jatuh tidak jauh, mereka mati karena korban bisa racun dari keluarga Kat. To It Peng membuka lebar2 mulutnya, mempentang, besar2 matanya, wanita muda belia yang cantik inilah yang bernama Kat Siauw Hoan, wanita dirumah batu yang pernah menghibur dirinya" Wanita yang menyerahkan anak itu kepadanya" Wanita yang melarikan diri dari Seng-po-chung" Kat Siauw Hoan telah menamatkan dua lawan kuatnya, a memungut peti batu pualam milik To It Peng dan membalikkan badan, memandang sipemuda. "Hei, mengapa kau tidak menetap didalam Seng-po-chung menjaga anak?" la membentak. To It Peng belum berani memastikan bahwa ia sedang berhadapan dengan Kat Siauw Hoan yang harus dikasihani. "Kau..... Kau.....Kat Siauw Hoan ?" la mengajukan pertanyaan. "Betul. Ada berapa tubuhkah Kat Siauw Hoan?" To It Peng memandanq mayat2 Hian-u Po-po dan Ban Lo Lo, ia bergumam : "Tentunya aku sedang bermimpi ..... Tentunya aku sedang bermimpi........" Kat Siauw Hoan mendekati pemuda itu, ia memben -tak : "Hei, mangapa kau tidak memetap di Seng-po-cung" Kini dimana anak itu berada?" Anak yang Kat Siauw Hoan tanyakan yalah Tay Koan anak hasil darinya dengan ketua Seng po-chung. To It Peng memandeng wanita cantik dihadapannya, wanita ini terlalu muda, mempunyai wajah yang menggiurkan, mengapa tidak disertai hati yang baik " "Hei........." Kat Siauw Hoan mendorong tubuh sipemuda. To It Peng belum sadar seratus persen, kedatanqan Kat Siauw Hoan tidak diketahui olehnya, terasa bau harum semerbak yang menusuk hidung, baginya, bau harum ini tidak dapat dilupakan begitu saja. Kenangan didalam rumah batu timbul kembali, dimana ia mengecap kesenangan yang tak terhingga. Perbedaannya ialah bukan dirumah batu, tetapi berada dilembah cang-cu-kok didepannya tergeletak dua ;mayat, itulah mayat Ban Lo Lo dan Hian-u Po-Po. "Auuuaaaaaaa......" tiba-tiba.T o It Peng menangis. Wajah Kat Siauw Hoan berubah, ia menduga sesuatu telah menimpa anaknya : "Hei, dimana kini anakku berada ?" Ia berteriak. To It Peng menangis semakin keras, ia tidak dapat menyembunyikan atau menahan rasa sedihnya. Si Dungu Karya Chung Sin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Setelah beberapa kali Kat Siauw Hoan mendorong-dorongnya, baru ia sadar. "Tidak ada Tidak ada " la barkata. Rasa terkejutnya Kat Siauw Hoan semakin bertambah. "Bagaimana tidak ada?" Ia bertanya. "Aku Aku telah meninggalkan anak itu" Kat Siauw Hoan mengangkat tangannya, kini ia memastikan bahwa anaknya telah Ienyap tidak ada kabar cerita, mungkin dibunuh orang, mungkin juga te lah menjadi mangsa binatang buas, ia marah, tangannya menepuk kearah ubun2 sidungu. To It Peng belum bergerak, ia tidak tahu bahwa maut telah mengancamnya. Hanya beberapa senti lgi, Kat SiauwHoan mengenai korbannya. Disaat inilah Kat Siauw Hoan jatuh pingsan, getaran jiwa yang menduga bahwa sang anak telah mati mengganggu urat syaraf sang ibu. To It Peng belum sadar bahwa keterangannya yang tidak jelas itu hampir merengut jiwanya, melihat Kat Siauw Hoan jatuh, ia segera memayang bangun. "Nona Kat ...... Nona Kat......." Ia mamanggil-manggil : Kat Siauw Hoan sadar perlahan, dilihat ia telah berada didalam pelukan sipemuda, cepat bangun, berdiri seraya berkata : "Kau ....... Kau....... telah meninggaikan anak itu begitu sad ya ?" To It Peng menggoyangkan kepala. "Bukan begitu." Ia membikin pembelaan. .,la telah kuserahkan kepada ketua Seng-po-chung." "Mengapa tidak kau tunggu ditempat itu ?" "Ketua Seng po-chung tidak memberi ijin untukku menetap disana." Dan dimana pedang Hu-ie yang kusarahkan kepadamu " "Pedang Hu-ie " Telah kusete l dengan sarung pedang kulit naga. Tentunya kau gembira, bukan ?" "Heh Kat Siauw Hoan lompat, dirangkulnya To It Peng dan..... cup..... cup ia menghadiahan ciuman mesra. "Bagus, Lekas serahkan pedang itu kepadaku." la berkata, Tangannya diangsurkan meminta pedang dan sarunq pusaka itu. "Sekarang tiada pada diriku." To It Peng tertawa getir. "Mengapa ?" "Seorang berambut pirang dengan kepala sangat besar, denqan badannya yang pendek, tetapi berkepandaian sangat tinggi telah mewakili aku menyimpan ke-dua benda itu." To It Peng tidak tahu bahwa orang yang membewa pedang Hu-ie dan sarung pedang kulit naga itu adalah Siu jin Mo Say asli, maka in tidak dapat menyebut nama itu. Kat Siauw Hoan membanting kaki, perutnya dirasakan mau meledak. "Mengapa Kau serahkan kepadanya ?" la mencela. "Mengapa aku serahkan kepadanya" Dia berkepandaian tinggi, siapakah yang dapat merebut dari tangannya"Menyimpan ditangannya adalah langkah yanq paling aman." To It Peng tidak tahu bahwa ia telah mernbangkitkan kemarahan wanita muda tersebut. Kat Siauw Hoan mengangkat tangan, maksudnya ingin menampar sidungu, tetapi teringat bawa pemuda yang seperti ini sungguh tolol, terlalu goblok, apa gunanya bersitegang dengannya" Bukankah berarti mengadu mulut dengan oranqg mabuk, saling pukul dengan orang gila" la membatalkan maksudnya! "Dasar dungu!" la memaki, "Aku menyesal telah menyerahkan diri kepadamu, aku menyesal telah memberi tugas penting ini kepadamu, manusia dungu, goblok, tolol dan dogol." Semakin lama, semakin hebat Kat Siauw Hoan mengeluarkan kata2 ucapan makiannya. To It Peng agak tersinggung, ia telah biasa dimaki orang dungu, goblok tolol dan dogol, tetapi makian itu keluar dari mulut orang banyak, orang2 itu tidak mempunyai sangkutan dengannya, lain lagi dengan Kat Siauw Hoan, wanita yang dicinta, wanita yang pernah memberikan kesutiian tubuhnya itu, mengapa tidak dapat memaafkan segala kesalahan " Kat Siauw Hoan manarik pukulan yang hampir merenggut jiwa sidungu, terdangar ia berkata : "Hei, sedianya aku inggin membunuhmu. Mengapa kau menyerahkan pedang Hu-ie kepada orang yang tidak dikenal " Tetapi aku akan rnemaafkan kesaiahanmu, apa terima kasihmu kepadaku?" Bukan saja terima kasih, bila Kat Siauw Hoan tidak ,memaki-maki seperti tadi, diperbudak, disuruh apapun, akan dijalankan dengan segera, To It Peng telah tunduk betul2, maka apa perintah yang dikeluarkan oleh wanita yang dikasihi, tentu dilaksanakan olehnya. "Hai, bagaimanakah kejadian perkara itu, sehinqga kau menyerahkan pedang Hu-ie kepada oranq itu?" Kat Siauw Hoan bertanya. "Seorang laki2 berambut kuning yanq pertama masuk kedalam Seng-po-chung dengan membawa sarung pedang kulit naga, setelah itu datang lagi orang tua berambut kuning, laki2 berambut kuning tidak sanggup melawan orang2 Seng-po-chung, orang tua berambut kuninq datang menolong, setelah itu, orang rambut kuning dikalahkan oleh orang tua berambut kuning, orang berambut kuning menyerahkan sarung pedang kulit naga kepada orang tua berambut kuning, setelah itu ..." "cukup..... cukup......" Kat Siauw Hoan memotonq cerita orang. Ia bingung dengan sebutan 'orang rambut kuning' dan 'orang tua rambut kuning'. To It Peng segera menutup mulutnya. "Berilah keterangan yang lebih jelas." kata Kat Siauw Hoan. To It Peng mengulang cerita tentang dua orang rambut kuning, sehinqga bagaimana ia menyerahkan pedang Hu-ie kepada salah satu darinya. "Menurut ceritamu, orang tua berambut kuning itu hanya ingin meminjam dan menyimpan sementara pedanqg dan sarung pedang pusaka ?" "Tentu." "Mungkinkah ia mau mengembalikan kepadamu ?" "Tentu." Kat Siauw Hoan mengeluh, tidak saharusnya ia menyerahkan sebuah benda keramat kepeda manusia dungu seperti To It Peng. Kini, seperti nasi telah menjadi bubur, apa yang dapat dirubah " "Dimisalkan orang tua rambut kuning itu menyerahkan pedang Hui-ie dan sarung pedang kulit naga kepadamu, apa yang akan kau lakukan ?" tanya Kat Siauw Hoan. "Segera kutemui dan kuserahkan kepadamu !" jawab To It Peng pasti. "Ng......" kata Kat Siuw Hoan. "Dalam hal ini, ternyata kau masih mempunyai budi pekerti." "Mengapa tidak" Pedang Hui-ie adalah barang kepunyaanmu, sudah selayaknya bila kuserahkan kembali, bukan ?" "Sudahlah. Segera kau enyah dari tempat ini." Kat Siauw Hoan mengusir. To It Peng memandang siwanita muda, inikah istri ketua Sengpo-chung yang melarikan diri ".Inikah Kat Siauw Hoan yang dikasihi " "Hayo, pergi !" Kat Siauw Hoan membentak. To It Peng bingung. "Nona Kat," katanya. Itu malam, dirumah batu, kau.............." "Tutup muIut ! berani kau mengulang kata2 ini, segera kubunuh mati, tahu "!" Bentak Kat Siauw Hoan galak. To It Peng mana bersni meneruskan kata2nya" *diam bungkam, diam seribu bahasa. "Hei, kau tidak boleh mengatakan kata2 tadi, tahu?"Kat Siauw Hoan mengancam. Dan 'tidak boleh mengatakan kepada siapapun bahwa kau kenal dengan ku.' Seperti seorang sakit yang mengerang kesakitan, To It Peng mencoba buka suara : "Tidak boleh mengatakan kenal denganmu?" "Betul." To It Peng menundukkan kepala, maka lenyap dan buyarlah segala harapannya. Ia berjalan ngeloyor pergi meninggalkan lembah cang-cu-kok. Kat Siauw Hoan memungut peti batu pualam itu, dengan benda ini ia akan menuju kegunung es di T hian-san. Bercerita tentang To It Peng, setelah meninggalkan lembah cangcu-kok, setelah meninggalkan Kat Siauw Hoan, dengan langkah lesu dan tidak bersemangat ia melakukan perjalanan jauh, tidak ada arah tujuan, tidak ada pikiran, bagaimana hidup berikutnya. To It Peng dihidupkan didalam dunia seperti telah ditakdirkan untuk hidup sengsara, hidup merana, tidak ada kegembiraan, tidak ada kesenangan, tidak ada sanak pamili dan tidak ada orang yang mengashinya. Dikala ia hidup dikampung Ban-kee-chung, semua orang memandang rendah dirinya, tetapi ia tidak pernah mengalami kesukaan hidup. Ia bebas bergerak, bebas makan dan minium. Setelah Ban-kee-chung dibakar, setelah sang paman Ban Kim Sen meninggal ia hidup terlunta-lunta, hidup merana. Diketahul ayahnya teleh tiada, ibunya meninggal dunia, menyusul sang paman, kini nenek kolotnyapun dibunuh orang pula. To It Peng menangis sedih. Perjalanan dilakukan dengan tidak mengenal waktu, kadang2 ia tidur dipinggir jalan, kadang2 pula tidur dibatu, tidak ada waktu yang menentu. Bila ia lapar, dicari apa saja yang dapat digunakan untuk mangisi perutnya, memetik buah2an hutan, meminta sedekah pada oranq, dan seribu satu macam penderitaan yang harus dilakoni olehnya. Hidupnya seperti orang gelandangan. Hari ini, kala T o It Peng berjalan dengan perut lapar, terlihat dua orang menghampirinya, salah satu dari orang itu bertanya : "Numpang tanya, jalan manakah yang menuju lembah cang-cukok ?" To It Peny memandang dua orang itu, mereka adalah Laki2 setengah umur, pakaiannya seperti darikaum rimba persilatan. "Dapatkah kau memberi petunjuk jalan yang menuju kelembah cang-cu-kok?" tanya satu orang lainnya. "Dengan maksud apa kalian mau pergi kelembah cang-cu-kok?" tanya To It Peng. "Kami ingin menjumpai Ban Lo Lo." Mereka memberi jawaban. "Kuanjurkan kepada kalian tidak usah mencapaikan diri," kata To It Peng. Ban Lo Lo telah tiada didalam dunia." Dua orang itu saling pandang, mereka meragukan keterangan sipemuda. "Ban Lo Lo berkepandaian tinggi, mana mungkin binasa ?" Salah satu dari mereka berkate. "Mengapa tidak" Aku masih bersedih karena kematiannya." kata To It Peng" "Pernah apa kau dengan Ban Lo Lo" " "Beliau adalah nenekku, ibu dari orang tua perempuanku." "Aaaaa......... Sungguh kebetulan." "Apa yang kebetulan ?" tanya To It Peng. "Majikan kami berpesan, bila tidak berhasil menemui Ban Lo Lo, siapa saja yang mempunyai hubungan keluarga dengannya boleh diberi tahu." "Apa yang kalion ingin beri tahu kepada Ban Lo Lo ?" "Majikan kami bertany, bagaimna dengan perkara pada 16 tahun yang lalu itu?" To It Peng mengkerutkan alis, orang mengatakan dia dungu, tolol dan geblek, ternyata dua orang yang mengajukan pertanyaan ini lebih dungu darinya. Di misalkan ia hidup dengan nenek tuanya belasan tahunpun tidak mungkin tahu perkara itu, apa lagi ia hanya bertemu muka setengah hari. "Perkara apakah itu ?" To It Peng 6ertanya. "Kami tidak tahu. Lebih baik kau turut untuk menemui majikan kami." Tanpa banyak pikir, To It Peng menganggukan kepala. la tidlk mempunyai rumah tangga, dimana ia dapat menumpang hidupnya se-hari2 " Dua laki2 itu saling pandang, tidak disangka, mereka dapat mengundang cepat, sungguh diluar dugaan. Mengikuti dua laki2 itu, To It Pang tiba pada sebuah sungai, sebuah rakit telah menunggu kedatangan mereka. ,.Majikan kami menunqgu ditempat itu," kata due laki2 itu. Memandang keatas rakit, terlihat tiga laki2 sedang mengayuh, seorang terbarinq diatas rakit, agaknya sudah hampir mati, badannya kurus kering, hanya tinggal kulit2 yang membungkus tulang, seperti jerangkong hidup, "Hei"To It Peng terkejut. "Siapakah yang terbaring disitu?" itulah majikan kami." kata dua orang tadi. "Majikan kalian...... majikan kalian itu, sudah tidak bernapas?" "Hus, ia sedang menunggu kedatanganmu." Dengan mengikuti kedua orang itu, T o It Peng tiba diatas rakit. Sijerangkong hydup tidak bergerak, agaknya sukar untuk bergoyang, mengetahui ada orang datang, ia ingin menengoknya. "Ban Lo Lo telah tiada didunia." Dua orangnya memberi laporan, "Dan yang, datang adalah cucu nenek To It Peng merasa kasihan, ia berkata : "Agaknya kau sukar bergerak, biarlah berbarinq seperti itu." Ia menghampiri sijerangkong hidup yang berpenyakitan itu dan jongkok mendekatinya. Orang itu tiba2 mengeluarkan tangannya yang kurus, cepat telah menangkap To It-Peng. "Bagus, To Tong Sin, kau telah datanq?" ia bertanya. To It Peng kaget, gerakan orang ini cepat dan gesit sekali, mengapa terbaring seja " "Hei, kau salah. Aku To It Peng, Dan To Tong Sin yang kau sebut itu adalah ayahku" katanya. Pada wajah orang itu yanq keriput terkilas rasa keheranan, ia menyipitkan matanya dan berkata : "Kau....... Kau bukan To Tong Sin " Kau anak To Tong Sin"...... Kemanakah ayahmu itu ?" Kedatangan To It Peng dengan maksud tujuan bertanya tentang kematian ayahnya, kini orang inipun tidak tahu, maka ia kecewa. "Ayahku telah lama meninggal dunia." Ia memberi keterangan. "Mati "....... Siapakah yang membunuh ?" Oranq kurus seperti jerangkong itu bertanya lagi. To It Peng menarik napas barkata : ,,Akupun tidak tahu. Menurut kabar, dikatakan seperti mati dibawah tangan empat jago Ngo-bie-pay, tentang dendam dan permusuhan apa yang telah terjadi aku masih kurang jelas." Tangan sijerangkong hidup itu menarik semakin keras, hampir ia menempelkan tangan sipemuda kewajahnya. "To Tong Sin telah tiada. Dimanakah isterinya?" la bertanya "Ibu berumur pendek, ia meninggalkan dirinya sabelum aku dapat mengingat wajahnya." Rasa sedih menyerangl T o It Peng. "Oh....... To Tong Sin, kau telah pergi lebih dahulu........ Ban Neng Si Dungu Karya Chung Sin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Eng, kau telah tiada........ oh.......ia bergumam seorang diri. To It Peng belum pernah mengetahui nama ibunya, dari mulut jerangkong hidup ini ia mengena! 'Ban Neng Eng', nama inilah tentu yang menjadi nama ibunya. "Bagus." Orang itu berkata lagi. "Ban Lo Lo mati, To Tong Sin mati, Ban Neng Eng mati, tentunya kotak batu pualam itu jatuh padamu, bukan?" "Kotak batu pualam?" To It Peng bertanya. "Kotak kosong yang bergambar pemandangan alam itu yang kau maksudkan ?" "Betul Betul " Orang itu agak girang. "Kotak batu pualam ini telah ......." To It Peng menutup mulut, sedianya ia ingin mengatakan bahwa kotak itu telah berada ditangan Kat Siauw Hoan, tetapi teringat akan ancaman wanita muda itu, ia tidak berani mengatakannya. "Hayo, katakan, dimana kotak itu berada ?" "Kotak itu sudah tiada padaku." kata To It Peng. Wajah orang itu menunjukkan kemarahan, sinar matanya bercahaya terang, ia melepas tangan, tetapi tiba2 mencengkeramnya lagi, kali ini yang dicekuk yalah leher tenggorakan sipemuda. "Kau menghina aku yang berpenyakitan?" la berkata. "Kau menghina aku yang bertangan satu" Kau kira aku tidak dapat mencekik batang Iehermu" Hayo, katakan dimana kotak itu berada ?" Ternyata orang seperti jeranqkong hidup ini hanya bertangan tunggal. jalan pernapasan To lt Peng menjadi sesak, hampir ia mati engap, segera ia berusaha melepaskan cekikan itu, tetapi tidak berdaya. "Hei......." Teriaknya terputus putus. "Lekas katakan, dimana kau simpan kotak batu pualam itu." Sijerangkong hidup mangendurkan cekikannya, "Tidak ........ Tidak ada padaku ......." "Sudahkah kau perhitungkan masak2, apa akibat bila kau berkepala batu?" Sijerangkong hidup masih mengancam. "Tidak .... Tidak berada padaku." To It Peng berkata kukuh. "Dimana " Ditangan siapa ?" "Bukan ditanganku." "Aku tahu. Tetapi ditanqan siapa ?" "Tidak . . . . Tidak boleh aku mengatakannya." jari2 orang itu semakin mengencang, To It Peng telah merasa hampir terbang, matanya berkunang-kunang kepalanya dirasakan tujuh keliling, dunia seperti berputar-putar ......... Disaat ini, terdengar suara tertawa cekikikan. Inilah suara Kat Siauw Hoan yang To It Pang kenal betul. To It Peng dapat mendengar suara itu, hanya matanya tidak dapat melihat, bagaimana Kat Siauw Hoan telah berada disitu. "Eh, kakek itu mengapa marah2 " Mengapa kau harus mencekeknya ?" Kakek seperti jerangkong hidup itu tidak melayaninya. Terdengar lagi suara Kat Siauw Hoan yang merdu.: "Eh, kalian 5 orang mengapa tidak bergerak membiarkan kakek tua itu membunuh orang?" Dun orang yang mengajak To It Peng ketempat itu dan 3 orang penggayuh itu berdlumlah lima orang, tentunya mereka yang Kat Siauw Hoan maksudkan. Betul saja, salah satu dari orang itu berkata "Disini tidak ada urusanmu, pergilah kalian ketempat asalmu." "Kulihat pemuda yang hampir mati itu bersifat jujur, betul aku tidak mengenalnya, tetapi hal ini dapat kuketahui jelas." kata Kat Siauw Hoan. Kuping To It Peng berdengung, ucapan kata 'aku tidak mangenal` memutuskan semua harapannya. "Hm........." Salah satu dari 5 orang jerangkong hidup itu mengeluarkan suara dari hidung, sudah kau ketahuikah, dengan siapa kau sedang berhadapan ?" Kat Siauw Hoan tertawa semakin keras, katanya : "Kakek itu tidak kuketahui, tetapi kau tentunya "Si Raksaksa Kuat Sang Yong, dan kempat kawanmu itu adalah 4 manusia dari cangpen, bukan ?" "Aaaa ........." Sang Yong terkejut tidak disangka wanita muda ini dapat mengenal mereka. 5 orang ini segera mengurung Kat Siauw Hoan. Kat Siauw Hoan berdiri tenang, hal ini sudah berada didalam perhitungannya, ia tidak takut, Sang Yong dan keempat kawannya boleh menjagai didaerah cangpen, tetapi bukan disini, ditempat ini bukan sedikit jago2 berkepandaian tinggi, salah satu dari mereka yalah Kat Siauw Hoan. ---oo0oo--- BAGIAN 19 TO IT PENG MENYEDIAKAN DIRlNYA MENJADI BUDAK KAT SIAUW HOAN. SAN YONG dan keempat kawannya rnengurunq Kat Siauw Hoan. Mereka wajib menjamin keamanan majikannya yang ingin menanyakan peti batu pualam itu. Sijerangkong hidup masih mendesak To It Peng. "Hayo, katakan, dimana peti itu berada ?" Pesan Kat Siauw Hoan ialah tidak boleh ia mengatakan hahwa dirinya kenal dengan wanita muda itu, peti tersebut berada ditangan Kat Siauw Hoan, maka To It Peng semakin tidak berkutik. Manusia seperti jerangkong itu mengeraskan cekikannya, ia mengancam : "Bila kau membandel tidak mau memberi keterangan aku segera akan membunuhmu" "Kau...... Kau mau menbunuh ?" kata To It Peng. "Diantara kita tidak ada permusuhan, mengapa berlaku kejam?" Kat Siauw Hoan tiba2 bergerak, ia berhasil melepaskan dirinya dari kurungan 5 orang sijerangkong hidup itu, didalam tangannya telah tersedia belasan jarum merah, jarum ini telah terbukti kehebatannya, sinenek buta di lembah cang-cu-kok, Ban Lo Lo binasa karenanya, sang bibi, Hian-u Po-po tidak terkecuali, maka cepat sekali jarum2 itu melayang kaarah orang yang mencekek leher T o It Peng. "Aaaaa........"Orang itu tidak menyangka, disana ada lima orangnya, tetapi mereka tidak berhasil menahan kemajuan wanita muda itu, berbarerg dengan teriakannya, beberapa batang jarum rnarah t.elah bersarang didalan tubuhnya. Kat Siauw Hoan menarik tangan To It Peng, mengajaknya melarikan diri ! 5 orang manusia jerangkong itu segera memeriksa majikan mereka, tidak satupun yang membikin pengejaran, diketahui ilmu kepandaian mereka tidak dapat menandingi wanita itu, maka untuk mengejarpun tidak ada gunanya. Dengan menenteng To It Peng, Kat Siauw Hoan melarikan diri cepat sekali ! Seperti berada didalam ayunan, To It Peng merasa dirinya terbang, bau harum Kat Siauw Noan merangsang hidung, ia menjadi mabuk karenanya. Beberapa lama, mereka melarikan diri, dilihat keadaan To It Peng yang meram melek itu, Kat Siauw Hoan terkejut, ia menjatuhkan sipemuda dan bertanya : "Hei, matikah aku ?" To It Peng menyengir. "Kau........ Kau menolong diriku ?" la berkata. "Kau kira siapa ?" "Betul......... Betul........ Kau......... ,,Kau apa ?" "Tentu kau yang menolong. Karena biar bagaimana, kita teiah jadi suami istri." Mata Kat Siauw Roan melotot besar. "Agaknya kau lupa akan pesanku, he?" la membentak keras. Wajah Kat Siauw Hoan yang cantik itu berubah galak, sangat beringas dan menakutkan sekali. To It Peng mengkeret cepat. "Kau taat akan perintahku, tidak?" tanya lagi Kat Siauw Hoan. "Tentu. Aku telah bersalah karena menyerahkan pedang pusakamu kepada orang, maka setiap perintahmu akan kutaati betul2." kata To It Peng. "Sudah kuberi tahu bahwa tidak boleh menyebut hubungan" itu, mengapa kau berani menyebut lagi ?" "Nona Kat, beIum pernah ada orang yang baik kepadaku, kecuali kau......maka maka tidak nanti aku melupakanmu." Wajah To It Peng merah, semua kata2nya menanda kan kejujuran hati sipemuda. Kmt Siauw Hoan agak terharu. "janqan kau ber"sungguh2. Untuk pertama kalinya kau mengenal wanita, maka .kesanmu terhadapku lain sekah. Setelah berkenalan dengan wanita2 lain, tQntu kau mempunyai pandangan lain pula." berkata Kat Siauw Hoan. "Tidak......... Tidak mungkin......... Kecuali kau, aku tidak akan berkenalan dengan wanita lain." "Hm......... Apakah kebaikkanku ?" kata Kat Siauw Hoan, "Aku kejam, aku jahat. Sampaipun nenek tuamupun mati dibawah tanganku. Tidakkah kau benci " Tidak takutkah kau kubunuh ?" Aku......... Aku......... yang kutakuti......... " "Sudahlah." Potong Kat Siauw Hoan. "Kemana kau pergi. Kemana tujuanmu?" "Kemana aku harus pergi ?" Balik tanya To It Peng. "Aku sudah tidak punya rumah, aku tidak punya sanak pamili Maksudku......... Maksudku......... "Maksudmu bagaimana"'? "Maksudkuialah turut bersamamu ........ Tapi aku takut kau menolak permintaanku ini." Kat Siauw Hoan menatap wajah sipemuda, lama sekali, se-olah2, ingin mencari sesuatu yang tidak tampak. "Baiklah." Akhirnya ia menganggukkan kepala. To It Peng lompat girang, yawaban ini sungguh diluar dugaannya. "Kau...... Kau....... Kau baik sekali." Katanya "jangan terlalu cepat gembira." Tukas Kat Siauw Hoan. ,Belum selesai aku bicara. Kau boleh turut serta denganku dengan syarat harus tunduk kepada segala perintahu." "Tentu. Pernahkah aku tidak mematuhi perintahmu?" kata To It Peng. "Bila kusuruh kau kekanan, kau harus kakanan. Bila kusuruh kau kekiri, kau harus kekiri. Tampa bertanya rnembantah. Sanggup ?" "Sanggup." "Terlalu cepat kau memberi kesanggupanmu. Bila kusuruh kau membunuh seseorang, kau sanggup ?" To It Peng mementangkan kedua matanya lebar2, masakan ia disuruh membunuh orang " Entah siapa yang harus dibunuh olehnya " Didalam hal ini. To It Peng sedang memutar otak, siapa yang harus dibunuh olehnya, sedikitpun tidak terpikir bahwa ia adalah ia seorang jago nomor satu yang berkepandaian tinggi, bila ia mau, apapun sanggup dilakukan olehnya. Melihat kelakuan sipemuda, Kat Siauw Hoan tertawa, katanya : "Legakanlah hatimu. Masakan aku menyuruh kau membunuh orang ?" Wajah Kat Siauw Hoan semakin menarik, semakin menggiurkan, laki2 mana yang tidak tertaik" Laki2 mana yang tidak terpikat oleh kecantikan dan potongan bojnya itu " Apalagi sidungu yang sudah ter-gila2 kepadanya. Dianggapnya sedang berhadapan dengan bidadari dari kayangan. "Nona Kat, sudah kuketahui bahwa kau seorang baik. Mana mungkin kau manyuruhku membunuh orang ?" Puji s ipemuda "Sudahlah. Aku bisa muak mendengar kata2mu seperti itu. Aku seorang wanita jahat, wanita yang paling jahat, wanita yang terjahat." kata Kat Siauw Hoan. To It Peng dengan sungguh2 berkata: "Marusia manakah yang tidak pernah membuat kesalahan" kesalahan2mu itu hanya bersifat sementara mungkin kau lengah, mungkin pula kau tidak sadar akan apa yang telah kau lakukan itu." si dogol mencoba coba merayu. "Tentu," kata Kat Siauw Hoan : "kau sedang berusaha mengambil hatiku, maka semua ucapanmu itu berupa pudiian yang muluk2. Tetapi dikala kau sudah tidak suka, semua kejahatan akan kau jatuhkan kepadaku." "Tidak...... T idak...... Aku mengucapkan kata2 tadi dengan setulus hati." Debat To It Peng. Mata Kat Siauw Hoan hampir menjadi basah, ia sangat terharu. Unuk melenyapkan dugaan yang salah, ia berpaling kelain arah dan berjalan pergi. To It Peng mengikuti dibelakangnya. Beberapa lama mereka berjalan, tidak sepatah kata pun dikeluarkan. Karena wanita itu tidak bicara, maka To It Peng tidak berani mengganggu. Ia mengintil dibelakang wanita pujaannya itu. Menjelang hari hampir malam, baru Kat Siauw Hoan menghentikan langkahnya, la mamandang keadaan sekeliling tempat itu, tidak terlihat sebuah rumah atau kelenteng. To It Peng turut berhenti! "Eh, aku ingin pergi kegunung Thian-san," berkata Kat Siauw Hoan. "perjalanan ini jauh sekali, kau turut tidak ?" "Keujung langitpun kau pergi. Aku rela turut dibelakangmu." kata To It Peng. cterita singkatnya, T o It Peng turut Kat Siauw Hoan, melakukan perjalanan jauh, menuju kegunung Thian-san. Disana tersimpan rahasia pusaka, Kat Siauw Hoan ingin mendapatkan rahasia pusaka itu. To It Peng boleh merasa puas dapat mendampingi wanita muda yang cantik itu, perintah apapun yang dikeluarkan oleh Kat Siauw Hoan, dilakukannya segera. Mungkinkah sidogol ini memberikan cinta pertamanya pada Kat Siauw Hoan " Kat Siauw Hoan mangajak pemuda tersebut dengan maksud2 tertentu, diketahui bahwa peti batu pualam adalah kepunyaan Ban Lo Lo, setelah itu jatuh ketangan To Tong Sin, menyusul berada pada sidungu ini, bila ada sesuatu yang tidak mengerti, tenaga siapa masih dibutuhkan. Apa yang To It Peng perlihatkan padanya menimbulkan sedikit getaran jiwa, tentu, bila To It Peng berkepandaian tinggi, setidaktidaknya tidak seperti sekarang, atau kepintaran sipemuda berada diatas orang, tidak disangkal, ia bebas melakukan apa yang di suka. Sayang To It Peng dungu ia tidak berdaya, pemuda yang seperti ini hanya dapat dijadikan budak atau pesuruh biasa saja. Perjalanan dilakukan seperti biasa, hari ini, menjelang tengah malam, mereka tiba disebuah rimba. Si Dungu Karya Chung Sin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Hidung Kat Siauw Hoan yang tajam segera dapat menghisap bau sesuatu yang dibakar, bau hangus itu tidak lepas dari perasaannya. Dari batu besar yang melintang dijalan, terlihat keluar sinar api yang baru dinyalakan. Ternyata ada yang membuat api unggun ditengah-tenqah kegelapan rimba raya itu. Dengan berhati-hati, Kat Siauw Hoan dapat mandekati api unggun, disana tidak terlihat orang. Entah kemana orang yang membakar kayu2 itu " Kat Siauw Hoan memandang To It Peng. Dan kawan ini memandangnya menunggu perintah. "Naik !" Kat Siauw Hoan menunjuk keatas pohon memberi perintah. Sebelum To It Peng mendialankan perintah, Kat Siauw Hoan telah mancelat naik keatas pohon, ingin me lihat siapa yang membuat api unggun ini, siapa yang ingin merundingkan sesuatu ditempat ini, biasanya, orang2 rimba persilatan mengadakan musyawarah atau perundingan2 rahasia ditengah ma!am, dirimba gelap seperti ini. To It Peng merambat naik, maka tidak lama, mereka menyembunyikan diri diatas pohon tersebut. jarak mereka sangat dekat, bau wanita membuat To It Peng meram-melek, siang malam ia merindukan Kat Siauw Hoan, ia rela diperbudak olehnya, hanya karena ingin menikmati ........... Kat Siauw Hoan dapat mendengar dengup napas To It Peng yang seperti lokomotip buma l, ia menengok dah memandang heran. Dilihat kedua mata pemuda itu memancarkan cahaya yang seperti api, memandang dirinya dengan tak berkedip. Entah apa yang sedang dipikirkannya. Maksud Kat Siauw Hoan ingin membentak, hanya ia membatalkannya seqera setelah didengar derap suara orang yeng mendatangi kaarah mereka. Seorang wanita mengenakan pakaian putih dengan rambut terurai panjang berjalan mendatangi kearah api, ternyata wanita inilah yang membuat api unggun tersebut. "Wajah Tak Berkulit !" T o It Peng berteriak didalam hati. Dikenal betul bahwa wanita berabut panjang inilah yang pernah membakar kampung Ban-kee-chung. Betul! yang membuat api unggun yalah si Hantu Wanita, salah satu dari 4 Wajah Tak Berkulit yang jahat itu. Setelah datang, Hantu wanita duduk ditepian api unggun. Pembalasan Dari Liang Lahat 2 Wiro Sableng 059 Peti Mati Dari Jepara Pedang Kilat Membasmi Iblis 4

Cari Blog Ini