Ceritasilat Novel Online

Si Dungu 6

Si Dungu Karya Chung Sin Bagian 6 pemuda semrawut ini " Mengapa tidak keruan macam " Bila saja berani ia memberi pertanggungan jawaban kepada si Pemilik kuku besi 'Cakar bebek', tentu To It Peng sudah ditendang pergi Hal ini membawa risiko besar, buntut perkara tentu akan menjadi panjang, ia tidak mempunyai keberanian itu. "Apa yang saudara kemukakan memang harus diperhatikan." kata orang tua beralis panjang itu, "Hanya kami ditakdirkan berkawan 14 orang, para saudara dan saudariku ini belum pernah berpisah, menghadapi ratusan orangpun tidak gentar, dengan kekuatan kami yang berjumlah 14 orang ini, melawan mereka. Maka kebiasaan ini tak dapat dirubah, kami adalah mempunyai tali persaudaraan kompak yang tak mungkin dipisah-pisah, tak mungkin dipecah-belah." Arti dari kata2 pemimpin 14 orang itu ialah tidak melakukan pengeroyokan, tetapi menonjolkan kekompakannya! Menonjolkan kekompakan sesuatu organisasi adalah baik, menonjolkan kerukunaln keluarga tidak dapat dicela, maksudnya ialah menarik simpati To It Peng yang diduga keras sabagai kurir sipemilik kuku besi 'Cakar bebek'. Isi otak To lt Peng memang terlalu rapat, kurang olie pelumas untuk mengencerkannya, didalan hal pengeroyokan dan kekompakan seseorang, ia kalah debat. "Ng........" Demikian terdengar suaa To It Peng yang berdengung. "Kukira kau dan kawanmu rnempunyai alasan kuat." Setelah itu, iapun berjalan pergi rneninggalkan lapangan. Orang tua beralis panyang dan kawan2nia mengambil sikap mengurung, segera mereka memberi jalan agar sipemuda meninggalkan arena pertempuran. Tidak jauh To It Peng berjalan, terdengar suara Pie-lie Sian-cu yang mencemohkan dirinya "Hm Seperti apa yanq telah kuduga. Kau bukanlah manusia baik, ternyata dugaanku tidak salah. Kau adalah salah satu komploton dari para siluman dari daerah Thian-kang Cip-hiat." To It Peng menghentikan Iangkahnya segera ! Bila To It Peng bukan dilahirkan didaerah Thian-kang Cip-hiat, besar kemungkinannya tidak mengenal siapa2 para silumnn dari Tiang-kang Cit-hiat itu, Mereka adalah para manusia malas yang mau hidup mewah, kerjanya ialah menjagal dan menbegal, penipu dan pembunuh, walau dengan dalih membela kebenaran den keadalan, tetap langkah2 mereka itu tidak dapat dibenarkan. To It Peng membalikkan badannya, dihampiri siorang tua beralis panjang, ia menudingkan dengan jarinya kepada orang tua itu, terdengar suara gemerencing dari kuku2 besi 'Cakar bebek' "Hei....... " geramnya. Orang tua beralis panjang itu adalah pemimpin dari 14 manusia siluman dari daerah Thian-kang Cip-hiat, tak urung iapun mundur selangkah mandapat tunjukan To It Peng tadi. "Tentunya kau yang bernana Siluman Alis Panjang Tiang bie Lo yauw?" kata To It Peng. Orang tua beralis panjang Tiang bie Lo-yauw menganggukkan kepala. "Mata saudra sungguh tajam katanya. Aku adalah Dewa Alis Panjang Tiang Bie Lo-sian" Nam?Yauw' atau siluman adalah nama pernberian para tokoh rimba parsilatan kepada 14 orang tadi. Hanya meraka tidak mau menarima panggilan para siluman itu. Digantinya kata2 `Yauw' dengan Sian' yang berart?Dewa', la menyebut diri sendiri sabagai Tiang bie Lo-sian yang berarti Dewa Alis Panjang. Membenarkan dugaannia, To It Peng segera menyapu 14 orang itu dengin sinar meta tajam. Ditunjuknya seorang laki2 kurus bermata satu dan berkata : "Kau..... Kau tentunya yang bernama Siluman Mata Satu Tok-bok yauw" Laki2 kurus yang ditunjuk menganggukkan kepala katanya : "Benar, namaku adalah Dewa Mata Satu Tok Bok-sian." "Tentunya kau yang bernama Siluman Pincang" kata To It Peng kepada seorang brewok berkaki tunggal. "Betul namaku Dewa Pincang." "Kau Siluman Tangan Panjang." "Betul namaku Dewa Tangan Panjang." "Kau Siluman Kumis Kucing." "Betul namaku Dewa Kumis Kucing." Sebagian besar dari 14 siluman itu mempunyai ciri2 yang khas, dan To It Peng dapat menebak kesemuanya dengan tepat satu persatu. Mereka adalah 14 siluman dari daerah Thian-kang Cip-hiat, hal ini tidak perlu diragukan lagi. To It Peng kurang pintar, kurang cerdas, hal ini tidak perlu disangkal. Satu keistimewaannya yang boleh dipungut ialah dapat membedakan kebenaran dan keadilan didalam arti kata2 se-jujurjujurnya. Ngoo-bie-pay adalah satu dari beberapa partay besar yang terkenal sebagai penegak hukum, didalam hal ini, belum tentu setiap langkah dapat dibenarkan, namun pada garis besarnya, haluan mereka itulah yang tepat. Berlainan, dengan para siluman dari dierah Thian-kang Cip-hiat, kadang2 mereka dapat melakukan kebaikan tetapi apa yang menjadi tujuan dan garis penghidupan rnereka ini salah. Golongan inilah yang disebut sebagai golongan sesat. Memilih kebenaran dan keadilan, meninggalkan jalan sesat adalah pedoman hidup bagi setiap pendekar yang berhati mulia, T o it Peng adalah salah satu dari mereka yang bersendikan 'Hidup untuk keamanan dunia'. Salah satu dari tokohNgo-bie-pay, yaitu Pie-lie Sian-cu mengaku telah membunuh ayahnya, dendam ini tak dapat dipisah-pisahkan. To It Peng wajib memberi tuntutan. Dan ia tidak dapat manyatukan diri dari para siluman dari daerah Thiankang Cip-hiat itu, hal inipun-sudah menjadi suatu kewajiban. To It Peng mengalami kesulitan. Maksudnya ingin berpihak kepada Ngo-bie-pay, hanya saja disana ada Pie-lie Sian-cu sedikit gangguan. To It Peng tidak mendengar percakapan diantara Thian-u Po-po dan Ban Lo Lo, dilembah Can-cu kok dahulu, maka iapun tidak tahu bahwa orang yong. membunuh ayahnya adalah komplotan ibu Kat Siauw Hoan, yaitu Kat Sam Nio yang jahat. Siluman Alis Panjang Tiang-bie Lo-yauw berpandangan luas, segera ia dapat menduga ada sesuatu yang membingungkan sipemuda, orang yang dianggap salah satu dari beberapa kurir sipemilik kuku besi 'Cakar bebek`. Mereka tidak takut kepada T o It Peng yang telah mempunyai ilmu kepandaian pada batas2 tertentu didalam hal ini dapat dibuktikan dengan beraninya mereka melawan 3 jago Ngo-bie-pay. Yang ditakuti ialah sipemilik 'Cakar bebek' itu yang terkenal mau menang sendiri, membela golongannya dengan tidak mempedulikan kesalahan dipihak s iapa. Maksud Siluman Alis Panjang adalah menghindari diri dari bentrokan dengan To It Peng. Terdengan ia berkata : "Kukira maksud saudara tidak guna turut mengeroyok tiga orang itu bukan?" " Betul!....... lain dari pada itu adalah ......." Siliuman Alis Panjang tidak menunggu To It Peng menyelesaikan kata-katanya, iapun memberi aba-aba cepat : "Siap!" Dengan mengepalai para kawan2-nya yang berjumlah besar, Siluman Alis Panjang mengurung Thian-sim Siang-jin bertiga. Setelah itu ....... sret ...... ia mengeluarkan senjatanya berupa prima dan mulai mengadakan serangan. Gerakan Siluman Rambut Panjang disusul oleh kawan2-nya, belasan macam senjata yang tidak sama meluruk kearah Thian-sim Siang-jin. Pie-lie Sian-cu dan Cu Hun Hui-liong Kiam-khek. To It Peng terasing keluar dari gelanggang pertempuran! Ketiga jago Ngo-bie-pay telah siap, maka pedang merekapun bergerak cepat, menangkis setiap senjata yang datang menyerang datang. Suara beradunya senjata diselingi oleh aba2 Siluman Alis Panjang, kadang2 terdengar juga suara geraman Thian-sim Siangjin. Semakin lama, semakin terasa ketidak adilan pertempuran yang tak seimbang. To It Peng berteriak: "Berhenti!...... Berhenti!...... hayo lekas hentikan pertempuran ini." Teriakannya tidak mendapat sambutan, ketiga jago Ngo-bie-pay mulai terdesak, tidak mempunyai kesempatan menghentikan. Bagi ke 14 Siluman dari daerah Thian-kang Cip-hiat, mereka harus menyelesaikan pertempuran dengan segera. To It Peng berteriak keras : "Siluman Alis Panjang Tiang-bie Lo-yauw, kuperintahkan kau berhenti, mengapa tidak dengar perintah" " Senjata prima Tiang-bie Lo-yauw selalu mengarah jalan darah maut Thian-sim Siang-jin dengan gencar, mendengar namanya disebut langsung, mau tidak mau ia harus memberi jawaban : "Saudara mempunyai dendam kepada tiga orang ini bukan" Mengapa tidak turut memberi hajaran kepada mereka dan berteriakteriak menghentikan pertempuran?" Hati T o It Peng tergerak, cepat ia berteriak : "Aku segera menuntut balas, makanya segera kalian enyah" Tiang-bie Lo-yauw bertanya : "Cukup kuatkah saudara seorang diri menghadapi mereka?" To it Peng berkata : "Mengapa tidak" aku adalah jago kelas satu" Orang yang ber-uang tidak akan perhatikan uang itu, bagi seseorang yang betul2 jago kelas satu tentu tidak berani mengatakan hal tersebut. Apa yang To It Peng katakan membuat si Siluman Alis Panjang tertegun. Setelah menimang-nimang untung ruginya, dari pada membiarkan pemuda ini berkoar tidak henti-henti, mengganggu ketenangan bertempur, ada lebih baik membiarkannya melawan tiga jago Ngo-bie-pay. Dengan jumlah mereka yang besar tak mungkin mereka melarikan diri. Siluman Alis Panjang mengeluarkan siulan panjang, senjata primanya dan mundur dari gelanggang pertempuran, inilah aba-aba untuk mundur! 14 Siluman Thian-kang Cip-hiat membuat satu lingkaran diluar arena tadi. "silahkan saudara mulai me lawan mereka" kata Siluman Alis Panjang kepada To It Peng. Dasar To It Peng pendek pikirannya, iapun tahu bahwa untuk menghadapi Pie-lie Sian-cu seorang belum tentu menang, apalagi ditambah dengan Thian-sim Siang-jin dan Cu Hun Hui-liong Kiamkhek, mungkinkah ia berhasil" ---ood0woo--- BAGIAN 24 TO IT PENG 'JAGO KELAS SATU' YANG TIDAK DAPAT MENGGUNAKAN ILMU KEPANDAIAN DAN TENAGA KEKUATANNYA TIGA JAGO Neyo-bie-pay berhadapan dengan To It Peng. Sipemuda rnengeluarkan kepalan dan menjotos. Thian-sim Siang-jin, Cu Hun Hui-liong Kiam-khek dan Pie-lie Siancu melintangkan pedang mereka rnembuat jaring pertahanan kuat, bila To It Peng tidak membatalkan serangannya, pasti c'elaka! To It Peng terkejut, tiepat serangannia disusutkan kembali, beruntung tenaga dalamnya hebat, walaupun dilakukan secara paksa, ia berhasil menghindari bentrokan itu. Telapak tangannya terbuka dan suara kuku besi itu gemerincing keras. Thian-sim Siang-jin dan Cu Hun Hui-liong pernah berkenalan dengan To It Peng digunung mereka, kala itu sipemuda tidak mempunyai kepandaian yang berarti, mereka terkejut atas kemajuannya yang hebat dan pesat. Thian-sim Siang-jin memindahkan pedang ketangan kiri, ia berkata : "Saudara To apakah hubunganmu dengan pemilik kuku besi 'Cakar Bebek'?" "kuku besi 'Cakar Bebek'?" "Betul" T hian-sim Siang-jiyn menganggukkan kepalanya. "Orang yang memiliki kuku-kuku besi pada kelima jarimu itu yang kumaksudkan" To It Peng berkata bangga : "Diakah yang kau maksudkan" Dia adalah kawan baruku. Kami telah mengangkat saudara, aku memanggil engkoh pendek kepadanya." Apa yang To It Peng kemukakan adalah keadaan yang sibenarnya, hanya saja hal ini agak kurang masuk diakal. Kakek kerdil yang menghadiahkan kuku besi 'Cakar bebek' itu adalah seorang tokoh disegani yang belum pernah menampilkan dirinya dimuka rimba persilatan, masakan seorang tokoh istimewa mau mengangkat saudara dengan pemuda dungu" Thian-sim Siang-jin lebih percaya akan keteranqan To It Peng bila pemuda ini rnenyebut sipemilik kuku bes?Cakar bebek' sebagai majikan atau tingkatan tua dari salah satu familinya. Apa mau jawaban yang didapat bukanlah menurut ukuran pikirannya! Didalam hal ini bukan saja Thian-sim Siang-jin bertiga tidak percaya, ke-14 siluman dari daerah Tiang-kang Cip-hiat yang turut mendengar saling gosok kuping, tidak satupun diantara mereka mempercayai akan kebenaran keterangan To It Peng itu. Thian-sim Siang-jin maklum betapa dungunya pemuda yang berani mengacau gunung Ngo-bie-pay ini. "Bukan" To It Peng membentak "Ia memanggilku adik dungu" Thian-sim Sing-jin mengerutkan alisnya' "Kalian telah mengangkat saudara hanya keterangan ini yang kau berikan, tentu sudah mendapat kepercayaan" katanya. "Mengingat tidak ada dosa-dosa padamu, lekaslah kau pergi dari tempat ini." Siluman alis panjang berseru celaka, maksudnya kesempatan untuk mengadu domba akan batal, bila pemuda lucu itu mengikuti nasihat dan pergi meninggalkan tempat dimana mereka berada. Harapannya ialah Thian-sim Siang-jin bertiga melukai atau membunuhnya, dan tentu sipemilik kuku besi 'Cakar Bebek' tidak Si Dungu Karya Chung Sin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo mau mengerti, maka akan panjanglah buntut dari perkara ini. Sebelum Siluman Alis Panjang dapat cara untuk meruskan usaha, terdengar suara To It Peng berkata : "Mana boleh" Kecuali kau mau menyerahkan Nenek keriput ini padaku. Biar kubawa dirinya kedaerah Koan-gwa, disana kubunuh dirinya membayar jiwa ayahku dialam baka." Hati T hian-sim Siang-jin mangkel dan geli, katanya : "Agaknya kau ingin mengadakan dagelan ditempat i ni?" "Eh, dia sendiri telah mangaku atas segala dosanya, bukan ?" Teriak To It Peng. "Saudara To, kematian ayahmu menyangkut rahasia rimba persilatan, bukanlah sumoayku yang membunuhnya." Thian-sim Siang-jin memberi keterangan dengan sabar. "Diatas gunung, kaupun turut dengar akan pengakuannya, bukan" Mengapa'masih mencoba membela?" To It Peng tidak puas. Sifat Pie-lie Sian-cu sangat pemarah, pedangnya digerakan dan membentak : "Membela bapakmu yang telah mati itu." Mendapat seranqan mendadak, To It Peng kaget, tepat ia mundur kebelakang, hanya gerakannya kurang cepat, maka sebentar lagi, kelima jarinya akan terpapas oleh tajamnya pedang. Thian-sim Siang-jin telah memindah padang ke tangan kiri, maka tangan kanannya bebas bergerak, melihat suasana seperti itu, ia bergerak, mecengkeram baju sang sumoay yang segera ditarik mundur. Maka bebaslah bahaya yang mengancam kelima jari, To It Peng! Reaksi T o It Peng didelam ilmu s ilat lambat lamban, hal ini bukan berarti tidak ada sama sekali, tangannya bergerak mencakar, maka kuku2 besi itu bergerak mencakar, hasilnya lumayan, sebagian baju Pie-lie Sian-cu tertarik, sobek. Tihian-sim Siang-jin melepaskan pegangannia, membenarkan kedudukan sang Sumoay. Pie-lie Sian-cu berteriak : "Suheng, kau tega membiarkan aku luka?" Thian-sim Siang-jin telah memindahkan pedang ketangan kanan, maka tubuhnya bergerak... ser.... Ser.... Ser.... ia mendesak To It Peng. Sipemuda terhuyung-huyung mundur kebelakang, serangan Thian-sim Siang-jin luar biasa hebat, ia tidak bardaya. Beberapa saat kemudian.... Seat.... Set.... Ser.... Terasa dingin, To It Peng mengusap kepalanya dan sebagian besar rambutnya telah lenyap telah lenyap terbang, kelimis botaklah kepala pemuda kita, `jago nomor satu' ini. Thian-sim Siang-jin marasa cukup memberi hajaran, ia mengundurkan diri. Sangkanya To It Peng tahu diri dan pergi dari tempat itu. Apa mau ia bertemu dengan seorang kepala batu. Setelah mengusap kepalanya, bukan To It Peng mundur lari, ia menubruk deagan bertariak kalap : "Berani kau membela sumoaymu " Hayo, ganti jiwa ayahku." To It Peng telah menggerakkan kuku2 besi 'cakar bebek' nya, sayang kurang pandai ia menggunakan senjata tersebut, Thian-sim Sian-jin dapat menghindari dengan mudah. Berulang kali T o It Peng menyerang, berulang kali pula T hian-sim Siang-jin menghindari dari cakaran-cakaran itu, akhirnya ia naik darah, pedang dikasih bekerja, terdengarlah desingan pedang dan terlihat berkelebatnya sinar pedang, dan rambut To It Peng dibuatnya beterbangan. "Periksalah kepalamu !" perintah T hian-sim Siang-jin. To It Peng mengusap kepalanya yang telah menjadi gundul kelimis itu, ia cengar-cengir bengong ...... entah apa yang harus dilakukan olehnya" Cu Hun Hui-liong Kiam-khek tertawa, katanya : "Rambut yang hilang dapat tumbuh lagi, tetapi apa akibatnya bila kepalamu turut terbang" Terpisah dari tempatnya?" To It Peng meleletkan lidah dan melototkan matanya. "Lekas kau pergi dari sini" demikian bentak Cu Hun Hui-liong Kiam-khek. Sebelum To It Peng mengambil keputusan, Thian-sim Siang-jin telah menggerakkan kakinya, hanya dengan sekali sepakan saya tubuh T o It Peng telah terpental. Siluman Alis Panjang Tiang-bie Lo-yauw mengucapkan kata2 yang sifatnya membakar : "Mengapa kau tidak undang saudara tuamu itu?" Yang dimaksud dengan saudara tua To It Peng adalah si Kakek kerdil dengan ciri khas kuku besi 'Cakar Bebek' yang istimewa. Setelah itu ia memberi aba-aba. "Mulai!" Maka, ke-14 siluman dari daerah Tiang-kang Cip-hiap menurung tiga jago Ngo-bie-pay. Mereka mengadu jiwa. Belnsan macam senjata menghadapi tiga bilah pedang Ngo-biepay, pertempuran ini hebat dan ramai. To It Peng mangelus elus kepalanya yang telah tiada rambut, Ia ngeloyor pergi dengan hati kecewa. Ternyata ilmu kepandaian 'jao nomor satu'nya belum cukup kuat untuk menandingi Thian-sim Siang-jin sekalian. Tentu saja, biar bagaimana. Thian-sim Siang-jin adalah ketua Ngo-bie-pay yang ternama. Didalam dunia persilatan ini, hanya ada beberapa gelintirkah manusia yang sepertinya" Marilah kita meninggalkan pertempuran ke 14 siluman dan 3 jago Ngo-bie-pay dan mengikuti perjalanan To i t Peng. Sipemuda berjalan dengan menundukkan kepaIa. la tiba disahlah tepi sungai, dilihat bagaimana kepalania te lah tindak berambut lagi, botak meletek sehingga memantulkan cahaya diair yang tenang. Ia menghela napas panjang. Tiba2 terdengar suara tertawa dietas kepala T o It Peng, dari atas sebuah pohon melayang turun seorang kekek kerdil, inilah sang tokoh yang mempunyai hobby bergelandangan diantara pohon dan daun. "Ha, ha,...... Kau di usir olehnya?" la bergurau. To It Peng segera mengenali akan engkoh pendeknya, ia mendelikkan mata. "Hei, kau mencukur rambut menjadi hwesio " tanya iagi sikakek kerdil. Mendengar ejekan itu kemarahan To It Peng tak dapat dikendalikan, maka kesalahan dijatuhkan kepada kakek kerdil tersebut, bentaknya : "Gara-gara kuku besi hadiah pemberianmu inilah aku menderita" Si kakek kerdil tertawa geli. "Apa arti kata2 mu tadi ?" Tanyanya. "Kuku besimu tiada guna." kata To It Peng, "Thian-sim Siang-jin menyabetkan pedangnya kekanan ...... sret ..... melemparkan arah pedang kekiri...... sret ..... maka Ienyaplah rambutku sedikit demi sedikit, akhirnya menjadi ...... seperti ini..... Kau lihat!" SambiI meraba-raba gundulnya To It Peng menjelaskan. Sikakek kerdil mengeluarkan suara dengusan : "Hm....... Thian-sim Siang-jin " Berani dia menghina dirimu " Kau telah kuaku adik, telah kau beritahukan kepadanya ?" "Bagaimana tidak ?" "Mari, kau kemari" kata sikakek kerdil. "Kuberi petunjuk satu jurus ilmu silat simpanan, setelah itu kau boleh menemuinya lagi, kutanggung kau dapat mencuci malumu dan merebut pedang kurang ajarnya itu." Rasa riangnya To It Peng pulih kembali, ia berjingkrak-jingkrak. "Hei, mengapa kau tidak memberi beberapa jurus, agar aku dapat mencukur seluruh bulu rambutnya" Demikian To It Peng membayangkan telah bertemu dengan Thian-sim Siang-jin. Kakek kerdil mengoyangkan kepala berkata : "Kukira tidak mudah, dia adalah seorang ketua partay ilmu kepandaianmu masih terpaut jauh. Perhatikanlah dahulu petunjukku ini." la menggerak-gerakkan tangannya memberi contoh bagaimana harus merebut pedang Thian-sim Siang-Jin dari tangan ketua partay tersebut. "Ilmuku ini diberi nam?Liong seng-kiu-cu' atau 'Naga melahirkan sembilan putranya'." Sikakek kerdil memberi keterangan. Terdiri dari sembilan perubahan yang akan menutup sembilan penjuru angin (lebih satu dari delapan penjuru angin, nih !), kemana lawan lari, ia -akan dapat kau gagalkan. Salah satu perubahan itu cukup untuk merebut pedang Thian-sim Siang-jin. Bila ia menyingkir kekiri, kau harus menggunakan perubaban ini dan bila ia menyingkir kearah kanan, kau harus menggunakan perubahan ini. Dia lompat tinggi, kau harus bergerak seperti ini, ia merendahkan diri ketanah, kau harus bergerak seperti ini. Setiap perubahan dipertunjukkannya dengan jelas, perlahan dan banyak keterangan2 yang telah diperhitungkan masak2. To It Peng memperhatikan dengan seksama, matanya semakin besar, semakin melotot dan bingunglah ia akan perubahan2 yang bereneka ragam itu. "Telah kau fahami?" tanya sikakek setelah selesai memberi gambar atas ilmu kepandain yang diturunkan kapada T o It Peng. To It Peng bengong, memandang dengan mata tiada berkedip, la tidak memberi jawaban. Kakek kerdil itu mengulang pelajarannya. Mata To It Peng dirasakan berkunang-kunang, tak sanggup ia mengikuti gerakan-gerakan engkoh pendeknya. Sikakek mengulang pelajaran tersebut hingga 5 kali, masih juga To It Peng melototkan mata tak mengerti. Setengah juruspun tidak dapat difahami pelayyaran itu. Sikakek kerdil paham bahwa pemuda dihadapannya kurang berbakat, ia membawakan sikapnya yang sabar. Diulang lagi pelajaran 'Liong seng-kiu-cu' itu hingga 20 kali. Setelah disaksikan bagaimana To It Peng tidak dapat menerima pelajarannya, ia manghela napas. "Untuk mamahami pelajaran ini memang agak sukar." katanya. "Cobalah kau tunyukkan beberapa bagian yang telah kau pahami." To It Peng manggoyengkan kepala berkata : "Kukira tidak bisa." "Adik dungu" kata sikakek kerdil, "belum pernah kutemukan ada manusia yang labih dungu darimu." To It Peng agak malu, perlahan ia bertanya : ,,Adakah pelajaran yang lebih mudah dari ini?" Sikekek manggoyang goyangkan kepala. ujarnya "Untuk menghadap! Thian-sim Siang-jin dengan ilmu yang lebih mudah, kukira tiada guna." "Wah, ilmu kepandaian Than-sim Siang-jin itu tentunya lebih hebat darimu, bukan?" Tanya To It Peng: Pertanyaan ini tidak masuk kedalam kuping sikakek, ia sedang termenung memikirkan cara2 untuk menghadapi Thian-sim Siangjin. Beberapa saat kemudian, ia menepok kepala. "Nah!" teriaknya. Kuatur begini saja, setelah bertemu dengan Thian-sim Siang-jin, kau harus segera menantangnya seperti ini. Hei, mari kita bertempur lagi. Dapatkah kau mengucapkan kata2 seperti ini ?" "Tentu dapat." kata To It Peng "Tentunya ia berkata 'Sudahlah, tiada guna kau menempurku' kata sikakek kerdil menirukan logat Thian-sim Siang-jin. "Maka, tidak menunggu ia menutup mulut, segera kau mekarkan kuku2 besi pemberianku itu kearah pedang, pedang tersebut dengan kuku, tak perlu kau takut, kuku besi tersebut cukup kuat, setelah berhasil, kau harus sagera bergulingan ditanah menjauhinya" "Apa guna harus bergulingan ditanah ?" tanya To It Peng. "Menambah kekuatan, tolol." Sang saudara pendek agak gemas. "Bila ia kurang hati2, tentunya pedang dapat kau bawa lari. Tetapi bila tidak barhasil merebut pedang tersebut, mempergunakan tenaga gulingan ditanah itu, kau harus segera melarikan diri, tahu !" "Mana boleh." To It Peng tidak setuju. "Maksudnya merebut pedang. Bahkan lebih dari itu, aku wajib menuntut balas, atas kematian ayahku. Mengapa kau memberi pelajaran untuk melarikan diri ?" Maka tertawa getirlah kakek kerdil tersebut. "Adik dungu" katanya, "kukira dendam ayahmu itu tidak mudah terbalas. Ilmu kepandaian Thian-sim Siang-jin terlalu hebat bagimu". Mendengar keterangan seperti ini, timbullah rasa sedihnya yang tidak teritahankan Iagi. To It Peng menangis sedih, semakin lama samakin keras, akhirnya ia menggerung-gerung seperti 'sapi'mau disembelih. Kakek kerdil berusaha menahan tangis To It Peng tentu saja ia tidak berhasil. Lewat kuping kanan, dilempar pula kekuping kiri, To It Peng akhirnya menutup kuping. Sehingga kakek kerdil itu membentak keras, baru To It Peng terlompat. la sangat keget. "Dungu," maki sang saudara pendek. "manusia tidak guna." "Aku memang tidak guna." kata To It Peng. "Apa pula gunamu sebagai saudara tuaku ?" "Dasar sial." Menggerundal sikakek kerdil "Entah nenek moyangku yang mana berbuat dosa, maka kutukan Tuhan dibebankan kepada diriku sehingga mengikat tali persaudaraan dengan si dungu yang sepertimu, pemuda dungu, tolol dan goblok." Mendapat makian seperti ini, To It Peng tidak puas, bantahnya : "Bagus, Aku memang dungu, aku goblok, aku tolol. Mengapa harus mengikat tali persaudaraan denganmu?" Didalam artinya seolah-olah sang engkoh pendek itupun dungu, goblok dan tolol pula. Belum puas sampai disini, To It Peng menarik-narik kuku2 besi pemberian sikakek kerdil untuk dicopot. Hanya ia tidak berhasil. "Sudahlah," akhirnya sang engkoh mengalah. "Janganlah kau terlalu mengumbar napsumu." To It Peng belum dapat mengerti kata2 engkoh pendek. Sang kakek kerdil kewalahan, maka ia pun membentak : "Hei, tak mau kau mendengar perintah" Biar kuberi hajaran" "Hajarlah" To It Peng menyerahkan badannya. Ia menangis menggerung-gerung kembali. Rasa sayanq kakek kerdil kepada To It Peng keluar dari hati sanubari yang setulusnya maka iapun berkata : "Baiklah. Mari kukawani kau menemui T hian-sim Siaing-jin," T o it Peng melompat girang, ia menghentikan tangisannya. "Nah, segera kuajak kesana." katanya. "Jauhkah ?" kata si kakek kerdil. "Tidak, hanya lewat beberapa tikungan." Si Dungu Karya Chung Sin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Aku akan membikin perhitungan atas perlakuannya terhadapmu. Tetapi bukan kematian ayahmu. Kukira, ayahmu bukan mati dibawah tangan Ngo-bie-pay." To It Peng mangusap botaknya. "Aku........" "Hayo, kau beri Petunjuk jalan." kata kakek kerdil itu, Mereka balik kembali, arah tujuannia ialah dimana terjadi pertarungan kacau diantara 14 s iluman dari daerah Tiang-kang Ciphiat dan tiga jago Ngo-bie-pay. Samar2 terdengar suara bentrokan senjata, si kakek kerdil berlari menambah kecepatannya, bagaikan agin yang lewat .... To It Peng kehilangan jejak engkoh pendeknya. Suara bentrokkan-bentrokkan senjata tiba2 lenyap sirap, keadaan menjadi sunyi sepi. Dan To It Peng telah tiba ditempat pertarungan, dilihatnya ke-14 siluman masih lengkap .... komplit, hanya dua diantaranya telah terluka. Tiga jago Ngo-bie-pay membelakangi membuat suatu posisi, tempat segi tiga, hanya T hian-sim Siang-jin yang masih terlihat gagah, Cu Hun Hui-Liong Kiam-khek dan Pie-lie Sian-cu telah mendapat luka dibeberapa bagian tubuhnya. Akhir pertarunga dapat dikatakan berimbang, karena jumlah para siluman lebih banyak maka tenaga, maka tenaga tiga jago Ngo-biepay terkuras lebih cepat, tidak mempunyai kesempatan untuk beristirahat ataupun mengempos tenaga barunya. Si kakek kerdil telah menghadapi T hian-sim Siang-jin, maksudnya ingin memberi ketegasan tentang bagaimana duduk perkara yang telah terjadi diantara ketua Ngo-bie-pay itu dengan adik angkatnya. Ke-14 siluman dari daerah Thian-kang Cip-hiat telah mundur, mereka berdiri belasan pal dari tokoh aneh itu, diwajah mereka masing2 terlihat tanda2 yang menunjukkan kekhawatiran serta ketakutan. Kakek pendek mengangguk-anggukan kepalanya, dan segera berkata: "Kalian segera berhenti berselisih" ..... Bagus..... Bagus..... suatu tanda bahwa mereka belum lupa akan keberadaanku, mereka memberi muka kepadaku. Kalian para siluman, lekas menjauhkan diri" Ke-14 siluman dari daerah Thian-kang Cit-hiat adalah jago-jago daerah yang telah lama malang melintang didalam rimba persilatan, dibawah pimpinan Siluman Alis Panjang T iang-bie Lo-yauw, tak ada yang berani mengganggu dan mengusiknya, karena ilmu kepandaian mereka rata2 tinggi .... Maka mereka tak segan2 berhadapan dengan ke-3 jago dari Ngo-bie-pay. Hanya saja mereka segan terhadap si kakek kerdil yang terkenal dengan kuku besi 'Cakar Bebek' nya yang sangat istimewa ini. Mendengar perintah itu, mereka satu persatu memberi hormat dan menjauhkan diri. "Perintahmu, siorang tua mana mungkin kami bantah." demikian kata Siluman Alis pinjang. "Kini segera menjauhkan diri" Dipandangnya kawan2 silumannya dan berkata : "Mari, kawan2, kita laksanan perintah beliau" Setelah jarak ke-14 siluman itu cukup jauh, baru kakek kerdil menghadapi tiga jago Ngo-bie-pay. "Tga saudara dari Ngo-bie-pay betulkah keterangan anak muda ini yang mangatakan bahwa kalian yang membunuh mati ayahnya?" Diantara katiga jago itu, sifatnya Pie-lie Sian-cu paing cepat marah, ayah To It Peng, si Golok Emas Tanpa Tandingan Kim-to Butie To Tong Sin mempunyai hubungan baik dengannya, kamatian jago itupun bertalian keras, segera ia naik darah, dan membentak : "Hubungan apakah dengan dirimu?" Sikakek kerdil tartawa berkakakkan, katanya: "Ha ha,..... seharusnya tiada hubungan dengaku. Tetapi ketahuilah bahwa anak muda ini telah mengikat tali parsaudaraan denganku, setelah kalian membunuh ayahnya, mungkinkah aku berpeluk tangan?" Thian-sim Siang-jin, Cu Hun Hui-liong Kiam-khek, tiga orang saling pandang. Dikala To It Pang partana kali muncul dihadapan mereka yang sedang dikeroyok oleh 14 silumanan dari daerah Thian-kang Cit-hiat, pemuda itu pernah mengatakan bahwa sipemilik kuku besi 'Cakar bebek' adalah orang yang dianggap Saudara tua hal ini tentu tidak masuk akal. maka tidak percaya. Munculnya sikakek kerdil sacara mendadak segera mengejutkan ke-14 siluman dari daerah Tiang-kang Cit-hiat yang masih kenal dengan siapa adanya manusia aneh ini maka pertempuran segera terhenti. Disusul dengan ketarangan yang seperti tadi, tidak dapat disangkal bahwa To It Peng teldah mengikat tali persaudaraan dengannya. Sajarah tokoh silat ini penuh keanehan, masa mudanya penuh dengan kejadian2 yang tidak masuk diakal lagi, hanya terlebih tidak masuk diakal lagi ialah masakan seorang tua yang telah mendekati liang kubur dapat mengangkat saudara dengan anak beIasan tahun " Sudah sepantasnya bila T o It Peng menjadi cucu atau kawan main dari cucu atau buyutnya. Thian-sim Siang-jin menyentuh sikut Pie-lie Sian-cu, maksudnya mencegah sumoay ini membawakan adatnya. Batapa keras adat Pie-Iie Sian-cu, belum kuat jago wanita ini untuk melawan kakek kerdil yang sakti: kemarahannya tertahan didalam hati. "Ha, ha......." Thian-sim Siang-jin tertawa. "Aneh.... Ajaib..... Sukar untuk diparcaya .........Tokoh silat berkepandaian tinggi, berdarajat tua sepertimu mau mangangkat saudara dengan saudara ini ?" Kakek kerdil mempelototkan matanya. "Apa yang aneh " Apa yang ajaib ?" Tanyanya "Tali persaudaraan bukan didasarkan kekayaan atau kepandaian. Hati adik dunguku ini tulus, jujur .... Jauh baik dari manusia2 yang ada." Apa yang si kakek kerdil katakan membuat To It Peng malu, ia turut berbicara : "Akh....., aku tidak patut mendapat pujian seperti itu." "Tentang kematian ayah saudara To It peng menyangkut banyak orang." Kata Thian-sim Siang-jin. "Berliku-liku kejadian telah diketahui sumoayku, tetapi bukan berarti mati dibawah tangannya" "Jangan percaya pada keterangannya" To It Peng berteriak. "Nenek keriput ini pernah mengaku akan kesalahannya itu" Kakek kecil membalikkan kepalanya, memandang kearah To It Peng bentakknya : "Lupakah akan pesanku, apa yang kukatakan sebelum pergi tadi?" "Tak mungkin lupa" kata To It Peng. "Dahulu, Nenek keriput ini pernah mengaku bahwa dialah yang membunuh ayahku" Kakek kerdil menggoyangkan kepala dan berkata : "Jangan kau ulangi panggilan 'Nenek Keriput' itu, dia adalah Pielie Sian-cu, kau harus memanggil Pie-lie Cian-pwee, tahu?" To It Peng membungkam. Kakek kerdil melepaskan pandangannya matanya, kini diarahkan kepada tiga jagi Ngo-bie-pay. "Pie-lie Sian-cu ......." Tidak perlu meneruskan kata2 ini, sudah jelas yang diperlukan adalah penjelasan sijago wanita itu. Wajah Pie-lie Sian-cu berubah, belum pernah ia tunduk kepada siapapun juga. Hanya kali ini karena musuhnya terlalu kuat, untuk melawan ..... tak mungkin menang, menyerah berarti melanggar pantangan dirinya .... Yang tidak mengenal arti tunduk itu. Thian-sim Siang-jin segera mewakili sumoaynya berbicara : "Dikala saudara To It Peng naik kegunung Ngo-bie-san dahulu, sumoayku ini naik darah setelah mengetahui bahwa dia adalah anak To Tong Sin, lupa keadaan .... hingga menimbulkan kesalah pahaman" "Kini sudah waktunya kesalah pahaman ini dibenarkan, bukan" " kata si Kakek kerdil. "Betulkah dia yang telah membunuh To Tong Sin?" Thian-sim Siang-jin menggelengkan kepala, dengan tertawa getir berkata : "Sumoay sangat membenci To Tong Sin, karena ia terlalu mencintainya. Dimulut ia bersumpah ingin membunuh T o Tong Sin, tetapi kau percaya bila ia bertemu dengan orang yang pernah menjadi kekasihnya itu, aku percaya ...... " "Suheng" Tiba2 Pie-lie Sian-cu menjerit keras .... "Jangan kau sebut2 kejadian lama tersebut" Bukan Thian-sim Siang-jin saja yang terkejut, ...... terapi semua orang yang mendengar .... Tidak ada kecuali .... Mendenganr suara Pie-lie Sian-cu terdengar sebagai jeritan kalbu yang sangat mengenaskan hati. Thian-sim Siang-jin tertegun sebentar, tetapi penjelasannya sangat penting sekali, ia harus yelaskan duduk perkaranya, ....... Maka dengan tidak menghiraukan sumoaynya tersebut ia berkata : "Setiap orang yang usianya telah lanjut, tentu tahu hubungan To Tong Sin dengan Sumoayku dahulu, hal ini tidak perlu diragukan lagi...... bahwa tak mungkin ia berlaku kejam membunuh seseorang yang pernah dikasihinya, orang yang pernah dirindukan siang malam." Si kakek kerdil menganggukkan kepalanya sampai berulang kali. "Aku pernah mendengar akan ceritanya," demikian ia berkata. "Maka aku meminta keterangan pasti. Dikala adikku ini mengajukan persoalan tersebut, aku pernah mengingatkan kepadanya bahwa dalam perkara ini mungkin ada sesuatu yang kurang beres." Pikiran T o It Peng sedang kalut, baru ia ketahui bahwa salah satu dari 3 jago Ngo-bie-pay, yaitu Pie-lie Sian-cu adalah kekasih ayahnya. "Mengapa ia mengaku bila tidak membunuh ayahku" teriak T o It Peng. "Aku yang telah membunuhnya, aku yang menjadi penyebab kematiannya." Pie-lie Sian-cu berteriak kalap matanya merah menjadi liar. "Aku yang membunuh To Tong Sin. Aku yang menjadi penyebab kematian To Tong Sin ........" "Sumoay" Thian-sim Siang-jin menggeram Dihadapan si kakek kerdil dia berkata : "Bolehkah aku yang memberi keterangan?" Kakek kerdi itu menganggukkan kepala. "Berita tentang adanya musuh2 kuat yang ingin membunuh To Tong Sin telah didengar oleh Ngo-bie-pay" Thian-sim Siang-jin memberi keterangan. "Musuh ini terdiri dari beberapa orang kuat, sebelumnya mereka mendatangi handai taulan To Tong Sin dan mengancam, siapa yang berani membantu atau menyebarkan berita, dia akan dibunuh terlebih dahulu, ancaman disertai dengan kekerasan, maka atas dasar menyelamatkan diri sendiri lebih penting .... orang lain... tak seorangpun yang berani memberikan bantuan, walaupun mereka tahu dimana letak drama itu akan terjadi." "Pengecut ...... pengecut ....... kalian para manusia pengecut" tiba-tiba T o It Peng berteriak. Sifat pengecut, adalah sifat manusia yang paling khas, sampaikan jago nomor satu dari daerah Koan-gwa Teng san, orang yang menjadi kawan baik To Tong Sin, setelah mengetahui bahaya yang mengancam sang kawan ..... tak berani ia memberi bantuan. Thian-sim Siang-jin menganggukkan kepala "Apa yang saudara To It Peng katakan itu tidak salah." Katanya. "Bukan sedikit tokoh2 silat kenamaan yang menjadi kawan baik ayahnya mengetahui berita ini, tetapi tak satupun diantara mereka yang berani membantu. Sifat pengecut dan sifat sayang pada diri sendiri memenangkan atas sifat patriot, sifat kesatria berjiwa besar, mereka berpeluk tangan ..... tinggal diam." "Pengecut ...... pengecut ....... kalian para manusia pengecut" "Hanya seorang yang mendapat pengecualian" sambung Thiansim Siang-jin ..... "orang ini melepaskan kepentingan diri sendiri ..... dengan tidak mengenal lelah .... Ia melakukan perjalanan ke Koangwa, ia siap memberi bantuan tenaganya" To It Peng berteriak : "Bagus Siapakah orang yang berjiwa besar ini " Katakan segera padaku, tak peduli dimana dia berada aku akan segera menghaturkan terima kasihku dan berlutut dibawah kakinya atas pertolongan yang diberikan pada ayahku." Thian-sim Siang-jin tertawa-tawa, katanya "Orang itu adalah orang yang kau kenal betul, dia telah berada dihadapan matamu" Ketajaman otak To It Peng berada dibelakang orang, ia belum paham akan arti kata2 Thian-sim Siang-jin, tak dapat ia menduga orang tersebut, matanya dipentangkan lebar2, menunggu keterangan berikutnya. "Inqinkah kau tahu siapakah orang ini ?" tanya Thian-sim Siangjin. "Dia adalah sumoayku Pie-lie Sian-cu yang kau benci,-" Hampir To It Peng berjingkrak, dengan-menudingkan tangan kearah Pie-lie Sian-cu, ia berkata ragu2: "Nenek keriput ini yang kau artikan ?" Kesan buruknya terhadap Pie-lie Sian-cu sukar dilepas, walau mendapat teguran keras untuk tidak menggunakan istilah 'nenek keriput', didalam kemarahan To It Peng masih manggunakan istilah tersebut. Kakek kerdil itu mempelototkan matanya. To It Peng belum sadar akan kesalahan yang diperbuat, kesannya terhadap seseorang sangat sukar dirubah bila baik, tatap baik sehingga akhir jaman, bila kesan itu buruk, maka sehingga akhir jaman pun sukar untuk diubah olehnya. Cu Hun Hui-liong Kiam-khek tidak puas atas sikap T o It Peng, ia turut bicara : "Hei, belum lama kudengar kau berkata, Tak perduli dimana dia berada kau akan segera menyembahnya bukan" Sumoayku telah berada dihadapanmu, mengapa tidak segera kau menghaturkan terima kasihmu?" "Dia .......dia........." T o It Peng ter-gagap2 dan gugup. "Dia adalah orang satu2-nya yanq mau menolong ayahmu." Sambung Thian-sim Siang-jin. To It Peng kalah debat. la diam dengan wajah Merah. Pie-lie Sian-cu memandang jauh kedepan, terbayang kembali kejadian dimana ia melupakan bahaya menuju kedaerah Koan-gwa, dimana To Tong Sin sedang dikeroyok oleh musuh2 kuat, dengan melupakan bahaya, manerjang salju yang menutup jalan, dengan melakukan perjalanan siang dan malam, Pie lie Slan-cu hampir dapat menolong bekas kekasih itu. ---ood0woo--- BAGIAN 25 KISAH KEMATIAN TO TONG SIN THAN-SIM SANG JIN memandang sumoay itu, ia melanjutkan keterangannya : "Sumoayku, meninggalkan gunung dengan tidak memberi tahu kepergiannya, maka kamipun tidak tahu kemana ia pergi. Sungguh kebetulan ada kawan yang datang memberi tahu kepada kami Si Dungu Karya Chung Sin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo bahwa ia bertemu dengan sumoay dijalan yang menuju kearah Koan-gwa. Maka dugaan kami segera dihubungkan dengan kejadian bahaya yang mangancam To Tong Sin. Segera kami menyusul untuk membantu, Apa mau kami terlambat, sebelum tiba ditempat, telah terdengar berita yang mengatakan bahwa To Tong Sin telah mennjadi korban keganasan musuh2nya " Thiam-sim Siang-jin menuturkan kejadian itu dengan penuh kesedihan, setiap orang telah dibawa kealam sedih. To It Peng turut bersedih, hal ini pernah dibayangkan olehnya. "Hanya berita kematian To Tong Sin yang kami dapat." Thian-sim Siang-jin menyambung cerita. "Kami tak berhasil menemukan sumoay kami." "Dikala sumoay kembali, Cu Hun Hui-liong Kiam-khek bercerita wajahnya kumal dan kucal, kami tanyakan tentang siapa musuh yang membunuh To Tong Sin. Apapun tidak diceritakan, Sumoay hanya mengatakan bahwa betul2 To Tong Sin telah dibunuh orang" "Dia telah dibunuh orarg." Pie-lie Sian-cu tiba2 mengoceh. "Dia telah dibunuh orang ..... dia telah mati, dia telah mati dibunuh orang" Semua orang terkejut, perhatian ditujukan kearah Pie-lie Sian-cu. Hasilnya nihil, setelah mengucapkan kata2 tadi, wajah jago wanita tadi seperti membeku, kaku dan memutup mulutnya rapat2. Thian-sim Siang-jin memandang Sumoaynya dengan penuh rasa kasihan, ia mengeleng-gelengkan kepalanya dan berkata : "Sumoay tidak mau membuka mulut, sampai saat inipun kami belum tahu bagaimana kejadian yang menyangkut kematian To Tong Sin. Dikala saudara To It Peng naik gunung membikin teguran, iapun sengit dan mengatakan bahwa dialah yang membunuh To Tong Sin. Tapi kami percaya bahwa hal itu tidak mungkin terjadi. Hubungan kami cukup lama, mungkinkah kami tidak tahu sifat dan tabiat Sumoay sendiri?" Keadaan menjadi sunyi dan sepi. Semua orang memandang Pie-lie Sian-cu, jago wanita ini masih mematung kaku ..... alam pikirannya telah dibawa kearus kejadian lama, terkenang akan kejadian yang mengganggu lubuk hatinya. Tiba2 dan secara mendadak saja, Pie lie Sian-cu berteriak : "Berhenti !" Suara itu mengandung bentakan. Matanya memandang ketempat jauh, penuh kekosongan. Thian-sim Siang-jin paham akan sumoaynya itu, ia menghampiri dan berkata perlahan : "Sumoay, apa yang sedang kau pikirkan ?" Pie lie Siancu terkejut, ia memandang sang suheng, kemudian beberapa orang yang berada ditempat itu, segera sadar bahwa ia telah melamun terlalu jauh. "Aku.... Aku.... Seolah-olah telah balik kealam kejadian lama." Pie lie Siancu menjawab pertanyaan suhengnya. "Alam kejadian pada tahun2 yang telah silam, alam kejadian didaerah Koan-gwa............" "Setelah kau kembali dari perjalanan itu, belum pernah kau bercerita." kata Thian-sim Siang-jn "Menggunakan kesempatan ini, ceritakanlah perjalananmu dahulu." Mata Pie-lie Sia-ncu memandang langit lepas, sekian saat termenung, setelah itu berkata : "Hari itu, setelah aku mendapat kabar tentang keadaannya seorang diri aku melakukan perjalanan segera, arah tujuanku adalah Koan-gwa ..... Seperti yang dikatakan suheng, dimulut aku mengatakan benci kepadanya, tetapi hatiku mengenangnya ......" Pie-lie Sian-cu tersenyum getir. Kakek kedil, To It Peng, Thian-sim Siang-jin dan Cu Hun Huiliong Kiam-khek mendengarkan dengan penuh perhatian, tidak mau mereka memutuskan cerita. Terdengar suara Pie Lie Sian-cu berdengung seperti suara nyamuk : "Tak kenal lelah aku me lakukan perjalanan siang dan ma lam. Masih aku terlambat, dikala aku tiba ditempat itu, ..... mereka telah mengurungnya dan bergebrak hebat, mereka berjumlah lima orang .... masing2 mengenakan kerudung tutup muka, tak kukenal dari golongan mana. Dia gagah ....... dengan menggunakan golok emas tanpa tandingan melawan lima orang, yang disayangkan ialah, ..... ia tidak mendapat bantuan, tentunya telah lama lama melawan mereka, napasnya kudengar memburu, setiap gerakan disertai ketelan darah yang menetes diatas ssalju yang putih ...... berceceranlah noda merah yang mencolok mata, ..... aku terkesiap ....." "Ayahku telah terluka?" turut dibawa kealam yang telah silam. Pie-lie Sian-cu menganggukkan kepala. "Dia telah menderita luka" katanya. "Kondisi badan seseorang tak mungkin disamakan dengan lima orang." Hal ini telah diketahui jelas, Kim To Butie To Tong Sin telah meninggal dunia, hanya cara bagaimana ia menghembuskan napasnya yang terahir yang belum diketahui. "Berhenti, aku segera berteriak Pie-lie Sian-cu meneruskan ceritanya. Tidak seorangpun yang mentaati perintahku. Mereka mengurung To Tong Sin rapat, salah seorang berkerudung memisahkan diri dan menerjang diriku .... Maka terjadilah pertarungan orang ini denganku." "Seiring dengan pertempuranku, lama-lama terdengar mereka meminta peti batu pualam, tetapi To Tong Sin tidak menghiraukannya dan berdaya upaya melepaskan diri dari kurungan. Kami dua orang, kecuali satu yang memisahkan diri, ..... empat orang lainnya yang mengurungnya semakin hebat." "Hujan salju kian kuat, ratusan jurus kemudian napasku mulai tersengal-sengal, tiba2 terdengar tanda aba2 lawanku itu melesat meninggalkan aku seorang diri. Keadaan menjadi sunyi dan sepi, ternyata pertempuran telah se lesai. To Tong Sin tergeletak ditanah, dan lawan-lawannya telah lenyap tak berbekas." "Taburan salju menutupi tubuh To Tong Sin, melapisi ceceran darah merah. Golok emasnya tergeletak tidak jauh dari tubuhnya, aku lari menubruk kearah orang yang tergeletak itu." "Kuangkat tubuhnya, ia sudah tidak dapat bergerak sukar bernapas, ia menghembuskan napasnya yang penghabisan didalam pelukanku...... dia betul2 mati didalam tanganku ..... mati didalam pelukan tanganku......... Sebelum meninggal dunia, mulutnya bergerak-gerak ingin mengatakan sesuatu, tetapi tidak berhasil..... ia mati penasaran....." Semakin lama, suara Pie lie Sian-cu semakin kecil dan samakin rendah, yang terakhir, hampir2 tak terdengar. "Kuletakan jenazahnya." Pie-lie Sian-cu menyambung cerita. "Tidak kuketahui siapa lima orang berkerudung itu, kuperhatikan Keadaan dan pada tanah salju bertebaran beberapa batang jarum merah............" "Ooooo......" Thian-sim Siang-jin turut bicara "Diantaranya tentu terdapat si Lebah Beracun Kat Sam Nio." Jarum Thian-hong-ciam adalah senjata rahasia khas yang dimiliki keluarga Kat teristimewa Kat Sam Nio dan Kat Siauw Hoan. Dikala To Tong Sin terbunuh mati, umur Kat Siauw Hoan belum cukup 10 tahun. Maka dugaan itu jatuh kepada Kat Sam Nio. "Dugaanku jatuh pada wanita itu" kata Pie-lie Sian-cu. "Hanya aku tidak mempunyai bukti2 yang kuat. Kecuali itu Kat Sam Nio tak pernah dijumpai lagi sehingga tak sempat mengajukan persoalan kepadanya." "Didalam kejahatan2, Kat Sam Nio tentu mempunyai andil sebagian." kata Thian-sim Siang-jin "Tidak terkecuali, tentunya dia turut serta." Mereka memperbincangkan persoalan Kat Sam Nio wajah To It Peng menundukan kecanggungan, hal ini disebabkan ibu Kat Siauw Hoanlah yang menjadi pokok persoalan. Percekapan berikutrrya, tedak didengar sama sekali. la dikejutkan oleh tepukan kakek kerdil. "Hei, sudah selesaikah urusanmu dengan Ngo-bie-pay?" Kakek kerdil ini mengajukan pertanyaan. To It Peng menganggukan kepala. "Kukira tidak ada yang harus diperkarakan lagi." demikian ia berkata. Kakek kerdil mendelikkkan mata. "Begitu mudah kau menyelesaikan perkara?" tanyanya. To It Peng mengusap-ngusap kepalanya yang telah berobah jadi botak. "Maksudmu"...... Ooo....... Baiklah...... Aku segera melaksanakan janjiku, berlutut dan mengucapkan terima kasih atas jerih payahnya yang bersedia menolong ayahku dahulu." To It Peng menjatuhkan diri, dihadapan Pie-lie Sian-cu ia berlutut, suatu tanda ia melaksanakan janjina, mewakili sang ayah mengucapkan terima kasih. Pie-Lie Sian-cu menarik napas. "Sudahlah." la berkata sedih. To It Peng telah menyelesaikan salah paham yang terjadi diantaranya dengan Ngo-bie-pay. Kakek kerdil menarik tangan sipemuda berkata : "Mari kita meningalkan tempat ini." To It Peng siap berjalan. Dilihat olehnya 14 siluman dari daerah Tiang-kang Cit-hiat belum mau mau meninggalkan tempat itu, mereka berdiri ditempat yang agak jauh. Maksudnya meneruskan usahanya yang ingin membunuh tiga jago Ngo-bie-pay, hal ini dapat terjadi setelah sipemilik kuku bes?Cakar bebek' itu pergi. Menyaksikan hal itu To It Peng batal bergerak, terdengar pemuda ini berkata : "Bila kita meninggakan tempat ini, mereka segera maju meluruk pula." Kakek kerdil tertawa barkakakan. "Ha, ha,......" la menjadi geli "Mereka ingin menempur tiga jago Ngo-bie-pay hubungan apa dengan perjalanan kita ?" "Kukira jumlah mereka terlalu besar. Mungkinkah tiga orang ini kuat menghadapinya ?" To It Peng mendebat. "Eh, mengapa kau usil urusan orang lain?" Kakek kerdil menatap sipemuda. "Kukira kekalahan berada dipihak Ngo bie-pay." kata To It Peng. Kakek kerdil tidak puas. Ia memberi penjelasan : ,,Diantara kedua pihak yang bertempur, salah satu pasti menderita kalah. Mengapa harus ikut campur ?" To It Peng melototkan mata. "Tak malukah, bila Ngo-bie pay kalah karena kepergianmu ?" debatnya. "Pemuda goblok." Kakak kerdil memaki. "Apa hubungan Ngo-biepay denganmu " Mengapa harus mementingkan urusannya " Ngobie pay jaya karena ilmu kepandaian dan tidak tunduk mereka, hal ini tidak pernah menyinggun-nyinggung namaku. Bila mereka runtuh dan kalah, akupun tidak kalah, bukan " Mengapa harus marasa malu?" To It Peng mengedip-ngedipkan matanya. "Bila kau ingin pergi. Pergilah seorang diri." demikian ia mengambil keputusan. "Apa kerjamu disini ?" tanya sikakek kerdil. To It Peng berkata : "Dahulu, dikala ayahku mengalami ancaman-bahaya, salah satu dari orang Ngo-bie-pay melupakan kepentingan diri sendiri dan turun gunung memberi bantuan. Sudah waktunya aku membalas budi ini, tak dapat kubiarkan mereka dibunuh oleh para siluman itu." "Phui." Sikakek kardil me ludah. "Apa ilmu kepandaian mu" Dapatkah kau menolong mereka dari bahaya kesusahan?" To It peng melowakkan mulutnya dan berkata ; "Tak dapat aku menolong mereka dari kesusahan. Tetapi kau dapat melakukan hal ini. Aku adalah adik dungumu bukan" Bila tidak aku pergi meninggalkan tempat ini. Tega kau pergi seorang diri, membiarkan adiknya turut binasa dikeroyok orang." Kakek kerdil itu tercengang. Beberapa saat ia tertawa berkakakkan, "Ha, ha, ha ........ menurunkan ilmu kepandaian kamu, memerlukan waktu berbulan-bulan, mungkin tahunan belum tentu kau dapat meyakinkannya. Tetapi pikiranku kau tak perlu tahu, segera kau dapat mewariskannya penuh Ha, ha, ha ........" Ternyata akal si kakek lebih dari seribu macam, salah satunya 'merembet-rembet membawa orang' seperti yang To It Peng kemukakan. Ia memandang ke-14 siluman dari daerah Tiang-kang Cit-hiat dan menggapaikan tangan kepada mereka. "Kemari" perintahnya. Ke-14 siluman selalu siap, mendapat panggilan serentak mereka bergerak ..... hut ..... hut .....hut ...... mereka telah berbaris rapih dihadapan sipemilik kuku besi 'Cakar Bebek' yang disegani. Gerakan ini sepontan dan gesit, tidak terjadi kekalutan, suatu tanda kekompakan mereka, ketaatan mereka terhadap si kakek dan kesiap siagaan mereka kepada tiga jago Ngo-bie-pay yang masih diarah. Dihadapinya ke-14 siluman itu, dan segera kakek kerdil angkat bicara : "Tiga jago Ngo-bie-pay melakukan perjalanan jauh karena urusan mereka sangat penting, tak boleh urusan ini diganggu, kalian mencegatnya ditengah jalan kukira tidak pantas dan dapat menggagu sehingga menelantarkan urusan orang. Menurut hematku, sudah selayaknya kalian memberi kelonggaran kepada mereka tiga orang, menunggu setelah urusannya selesai menunggu sampai mereka kembali kedaerah Su-coan, kalian tak kularang membikin perhitungan." Ke-14 siluman tak berani membangkeng, tetapi mereka pun tidak dapat menyetujui usul ini, membiarkan tiga jago Ngo-bie-pay pulang kedaerah Su-coan, berarti melepas harimau pulang kandang tak mungkin mereka dapat mengalahkannya lagi. Daerah Sup-coan adalah daerah kekuasaan Ngo-bie-pay, orang mereka berjumlah besar, tak mungkin mereka dapat melawan kakuasaan Ngo-bie-pay. Kakek kerdil itu menunggu jawaban sekian lama, setelah tahu akan maksud 14 siluman yang tak menyetujui sarannya iapun tertawa berkata : "Tidak setuju" Kukira aku sudah hampir mendekati liang kubur sehingga tak mempunyai kekuasaan lagi, telah hilang kewibawaanku, nah, ber-siap2lah menjaga seranganku." Ucapannya ditutup dengan gerakan, hanya satu kali uluran tangan ruyung siluman Muka Kuda telah berhasil direbut olehnya. Gerakan ini tidak dihentikan, maka terdengar jeritan dari para siluman, senjata mereka telah digeser satu persatu, gerakan sikakek kerdil terlalu cepat, terlaIu gesit, terlalu aneh dan terlalu sukar diraba, selalu mereka tahu siapa yang diancam, tahu2 senjatanya telah lenyap direbut orang. Ke-14 siluman dibuat kalang kabut, mereka siap menjaga senjata, bentakan2 dan teriakan2 aneh berkumadang diangkasa. Kakek siluman adalah tokoh silat jaman silam, ilmu kepandaiannya belum ada yang dapat memadai enak saja ia mengulurkan tangan tentu ada sebuah senjata yang direbut, dilemparkan kebelakang dan menk-isul merebut lain senjata. Setiap orang yang diarah tak luput dari kekalahan, senjatanya Si Dungu Karya Chung Sin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo pasti melayang, yang terakhir ialah senjata Siluman Alis Panjang yang menjadi pemimpin kepala rombongan. Ke-14 siluman telah kehilangan senjata mereka. Tak ada perlawanan sama sekali, lawan terlalu kuat dan hebat. Kakek kerdil selesai merebut aneka macam senjata dari ke 14 siluman itu, ia menepuk-nepuk tangannya dan berkata : "Nah, kalian tidak mau menempur orang didaerah Su-coan dan mau menempur disini, bukan" Lawanlah dengan tangan kosong. Senjata kalian telah pindah tangan, berarti tidak guna sama sekali. Macam senjata ini telah menjadi milikku. tak boleh kalian menyentuh." Sikakek Kerdil mengundurkan diri menjaga aneka macam senjata yang belum lama direbut dari tangan ke-14 siluman. Akan disaksikan bagaimana para siluman itu me lawan tiga jago Ngo-biepay dengan tangan kosong. Para siluman saling pandang, maka tampillah Siuman Alis Panjang, ia maju kedepan, memberi hormat dan berkata : "Ilmu kepandaianmu tetap menguasai dunia, kami tidak berdaya dan segera menjalankan perintah." "Nah, inilah maksud tujuanku," kata sikakek kerdil. "Aneka macam besi rongsokan itu sukar kubawa, ambilah dan segera enyah dari tempat ini." Para siluman taat perintah ini, masing2 mengambil kembali senjatanya, setelah itu, melesat pergi meninggalkan medan laga. Thian-sim Siang-jin menghaturkan terima kasih : "Terima kasih atas bantuan kalian berdua. Para siluman sangat mengganggu ketenangan. Tak mudah untuk menghalau mereka." Memandang bayangan kebelakang tiga jago Ngo-bie-pay, To It Peng menghela napas. "Kukira Pie-lie Sian-cu yang membunuh ayahku." ia mangoceh. "Tak tahunya lima orang berkerudung yang tidak diketahui asal usulnya." Tak disebut olehnya, bahwa salah satu dari lima orang berkerudung itu adalah ibu Kat Siauw Hoan, hal ini besar, sekali kemungkinannya. Memandang wajah To It Peng kakek kerdil itu menganggukkan kepala berkata : "Aku mengerti." "Apa yang telah mengerti ?" To It Peng mendongakkan kepala, memandang engkoh pendek itu. "Diantara kelima wanita berkerudung yang membunuh ayahmu, terdapat seorang yang menggunakan jarum merah Thian-hong ciam, orang itu tentunya Kat Sam Nio, bukan ?" "Kuharap saja bukan." Kakek kerdil menatap tajam, ia tidak mengerti atas jawaban To It Peng yang seperti ini. "0ooooo......." Tiba2 iapun mengerti, "Kau baik pada Kat Siauw Hoan, maka tidak mengharap kan ibu dari wanita yang kau, kasihi itu telah membunuh ayahmu, bukan?" To It Peng menganggukkan kepala. Ia meruntuhkan pandangan matanya ketanah. Kakek kerdil itu menepuk pundak sipemuda, katanya : ,,Adikku yang dungu, kulihat jangan kau memikirkan Kat Siauw Hoan lagi." "kenapa?" To It Peng mangajukan protes. "Dia baik sekali kepadaku." "Baik kepadamu?" Kakek kerdil mengkerutkan alisnya. Bayangan To It Peng dibawa kembali kepada kejadian dirumah batu, dimana Kat Siauw Hoan telah menyerahkan diri kepadanya. "Betul." la membuat jawaban singkat. Kakek kerdil menggoyangkan kepala. "Bila ia baik kepadamu, tak mengkin melakukan perjalanan bersama dengan siperunyus Siang-koan Bu-ceng itu." katanya. To It Peng kukuh pendiriannya, tak mau ia menghadapi kenyataan seperti ini. "Aku akan segera menyusulnya." ia berkata, "dan bertanya bagaimana pertanggungan jawabnya tentang hal ini." "Kemana kau menyusulnya ?" "Kegunung Thian-san." "Baiklah." Kakek kerdil itu menghela napas. "kau boleh mengambil jalan ini lurus kedepan, maka akan tiba digunung T hian-san." "Kau tidak turut serta ?" Kakek kerdil menggoyangkan kepala. "Kau tidak me larang aku baik dengannya, bukan?" tanya To It Peng. "Dungu" kakek kerdil itu memaki. "Bila aku tidak menyuruhmu melihat bagaimana cara2 wanita genit itu mempermainkanmu, maka kau percaya keteranganku " "Dia tidak genit" Lagi2 To It Peng memprotes keras. "Temukanlah dia, maka kau segera dapat membuktikan kebenaranku." Rasa berat untuk berpisah, membuat kakek kerdil itu hampir mengucurkan air mata. Disayangkan kebandelan To It Peng tak dapat diberi mengerti, maka iapun tidak berdaya. Dua saudara yang sepantasnya menjadi kakek dan cucu ini mengambil selamat berpisah, atas petunjuk sikakek kerdil, To It Peng melakukan perjalanan menuju kegunung T han-san Beberapa hari kemudian, To It Peng telah menginjakkan kakinya didaerah es dan salju, inilah daerah dingin. Rumput hijau telah tertutup lapisan salju, es memutih menguasai jagat. Tiba dilereng gunung harus memakan waktu tiga hari, gunung Thian-san tidak dapat disamakan dengan gunung biasa, tinggi dan dingin, tak mudah untuk mencapai puncaknya. To It Peng tidak berhenti, maksud tuyuannya naik gunung T hiansan, ialah mencari Kat Siauw Hoan, usaha ini harus dicapai segera. Semakin tinggi, haa dingin semekin meresap badan, bila bukan hadiah Sieng-koan Cie yang ingin menanam budi dengan pemberian tiga buah Lo-han-ko, mana mungkin To It Peng bertahan diatas puncak tinggi. To It Peng memandang keliling gunung, hanya salju putih yang terpentang luas, tidak ada tanda2 yang menyatakan Kat Siauw Hon berada ditempat ini. Sungguh tak mudah mencari jejak seorang dilautan sadju. To It Peng mementang mulut, ia berteriak : "Nona Kat . . . . Nona Kat........." Suara ini berkumandang, bergema diangkasa bebas, desingan mana seolah-olah penunggu gunung yang kehilangan kekasih. Diketahui Kat Siauw Hoan menuju kegunung Thian-san, entah puncak mana yang dituju, tak mudah untuk menemukannya. 7 hari To It Peng menjelajahi gunung Thian-san, belum juga ia berhasil menemukan Kat Siauw Hoan yang telah dilarikan oleh Siang-koan Bu-ceng. Dimisalkan orang ini bukan T o It Pang, tentu cepat putus asa dan meninggalkan gunung itu dengan penuh penyesalan. Menyimpang dari segala adat istiadat, menyimpang dari segala kebiasaan, To It Peng berterkad bulat menemukan sang kekasih ditempat ini, kemauannya kukuh, tak mudah merubahnya. Hari itu, dikala senja mulai berkuasa To It peng terpekur disebuah batu es besar, cahaya matahari berkombinasikan putih sangat menyolok mata, berkemilauan mengarungi angkasa. Ia menghela napas panjang. Bila saja dapat melukiskan pemandangan ini bersama Kat Siauw Hoan betapakah bahagianya " la duduk hingga malam tiba, setelah itu berjalan pergi. Beberapa langkah kemudian, samar2 terdengar suara sesuatu yang diketuk, sangat jelas, sangat menarik perhatianya. Mulai dari ia menginjakkan kaki digunung Thian-san, belum pernah ia menjumpai orang, belum pernah ia mendangar sesuatu suara lain, kecuali suara langkah kakinya, ketiuali suara bergema dari teriakannya yang memanggil-manggil Kat Siauw Hoan, Suara ketukan ini adalah suara pertama yang keluar dari dirinya. Mengikuti arah datangnya suara, To It Peng merayap naik. Setengah jam kemudian, rembulan telah bercahaya, maka pada tanah2 yang telah membeku menjadi es terlihat bayangan dewi malam tersebut. To It Peng telah tiba disebuah puncak es, dari balik batu es inillah suara ketukan terdengar semakin jelas. Ia berjalan semakin dekat, batu2 disekitar tempat tersebut hening, tertembus cahaya rembulan, sungguh menarik pemandangan alam itu. Kini To It Peng dapat melihat dua bayangan, seorang berdiri disisi, dan seorang lainnya mengetuk es, mereka berdiri tepat dimulut sebuah goa. Gerakan ini aneh, apakah keja mereka ditempat sepi dan sunyi, tempat dingin membongkar es batu " Mereka adalah Kat Siauw Hoan dan Siang-koan Bu-Ceng. To It Peng membuka, mulut, maksudnya berteriak memanggil, apa mau tenggorokan itu seperti tersumbat, sukar ia memanggil, hanya terdengar seperti binatang melolong. Suara To It Peng mengejutkan Kat Siauw Hoan dan Siang-koan Bu-ceng, mereka menolehkan kepalanya kaget. Segera dikenali si dungu, mereka saling pandang heran atas kedatangannya. Bila satru bertemu, maka kemarahan ini sukar dilukiskan. Siangkoan Bu-ceng menunjukan kemarahannya. ia telah berhasil merebut Kat Siauw Hoan, tak mungkin mau diserahkan kembali. Kat Siauw hoan mendapat rencana baru, kedatangan To it Peng menghidupkan keputus asaannya. Ia melirik kearah Siang-koan Buceng, memberi isyarat mata, tangannya digerakan mencegah kemarahannya. Setelah itu, ia mendekati T o It Peng berkata dengan suara merdu yang penuh rayuan : "Eh To Toako, bagaimana kau tiba ditempat ini" " "Suara Kat Siauw Hoan telah melenyapkan kerinduannya, suara yang merdu dan merayu, maka segala jerih payahnya tidak percuma, ia akan mendapatkan kembali wanita muda ini." Demikian kata To It Peng didalam hati. "Aku ...... Aku ........" lupa ia atas pertanyaan yang diayukan padanya. Kat Siauw Hoan telah berada dekat, sebelah tangannya telah berada dipundak T o It Peng. Dengan cara ini ia akan menundukkan iman sipemuda. Madu asmara telah memabukkan To It Peng, kedua matanya dipejamkan, lupa bahwa dihadapan mereka masih ada seorang Siang-koan Bu-ceng. Siang-koan Bu-ceng tak dapat mengendalikan ghawa kemarahannya, tingkah laku Siauw Hoan yang berani dan genit itu sukar diterima olehnya. "Siauw Hoan ....." ia berteriak. Kat Siauw Hoan merasa pasti dapat mengendalikan To It Peng, didengar suara teriakan Siang-koan Bu-ceng iapun membentak : "Jangan turut campur urusan" Siang-koan Bu-ceng telah me langkah maju, "Siauw Hoan" bentaknya. "Kau ......." Kat Siauw Hoan memandang To It peng, kepala pemuda itu telah menjadi botak gundul, menambah muak hatinya yang telah menjadi bosan. Apa mau ia harus menggunakan dirinya, dilihat kedua mata To It Peng meram, suatu kepuasan yang tak terhingga. Turut campurnya Siang-koan Bu-ceng akan menggagalkan rencana, maka ia menoleh sebentar memberi isyarat dan berkata : "Dapatkah kau berdiri ditempatmu" Mengikuti percakapan tadi To It Peng menyangka telah berhasil merebut kembali wanita muda yang cantik menarik kedalam pangkuannya. Ia puas dan gembira, dikira ia telah berhasil memenangkan pertandingan lawan satrunya. "Kedatanganmu tepat pada waktunya" kata Siauw Hoan. "Maukah kau melakukan sesuatu untukku ?" To It peng segera memberikan dayawaban dengan spontan, "Tentu Mau" Didalam keadaan seperti ini, perintah Kat Siauw Hoan akan dijalankan tanpa tawaran, To It Peng akan taat seribu persen. Bila wajah Siang-koan Bu-ceng menunjukkan rasa gusar yang tidak terhingga, mendengar ucapan Kat Siauw Hoan, tersenyumlah dia. Sebagai seorang pintar, mana mungkin putra dari pemilik bunga Bwee tidak tahu maksud-maksud tertentu yang terkandung dibalik hati Kat Siauw Hoan" Mereka sama liciknya, sama jahatnya dan sama pula rencana kontruksi otaknya. To It Peng tidak tahu telah masuk perangkap orang, segera ia bertanya : "Nona Kat perintah apa yang harus kulaksanakan ?" Kat Siauw Hoan menudingkan jari tangan kedalam goa es tembus bening, ia berkata : "Aku ingin mengambil sesuatu benda dari tempat itu, tetapi terlalu dingin sekali. Aku takut dingin, dapatkah kau mewakili aku mengambilnya ?" Ucapan ini sungguh tidak masuk diakal, setiap orang dapat dengan segera melihat kecurangan wanita muda itu, hanya To It Peng yang tak sadar, dikiranya hanya melakukan tugas yang sukar dan sulit, tidak tahunya hanya mengambil barang dari dalam goa kaca es. "Segera kumasuk kedalam goa kedalam goa itu" kata To It Peng menyanggupi permintaannya. "Entah benda apa yang kau ingini ?" Maksud tujuan Kat siauw Hoan sangat jelas dan gamblang, setelah dia dan Siang-koan Bu-ceng gagal dalam usahanya, ia ingin menggunakan tenaga tenaga To It Peng. Belum ia ketahui bagaimana Siang-koan Cie telah memberi makan tiga buah Lo-hanko, tentunya tidak diketahui pula bahwa tenaga dalam To It Peng mengalami kemajuan sangat pesat, dengan menyuruh sianak pemuda itu masuk kedalam goa kaca es, maksudnya ialah mengorbankan dan memungut hasil yang akan dicapai. Siang-koan Bu-ceng maklu akan hal ini, maka ia pun tidak menunjukkan kemarahan dan kegusaran, ia tersenyum atas kepintaran kekasihnya, didalam hal ini Kat Siauw Hoan yang dimaksud. Si Dungu Karya Chung Sin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo To It Peng bergerak maju kearah goa kaca es itu. "Baik aku segera mengambilnya" Ia berkata lupalah bahwa Kat Siauw Hoan belum menerangkan benda apa yang harus diambil. Kat Siauw Hoan menarik tangan si Pemuda "Tunggu Dulu" teriaknya. "Kau harus tunggu hingga jam 12 malam, disaat itu akan terjadi pusaran angin dingin yang menembus keluar goa kaca es ini. Panjang goa kaca es hanya 20 kaki dan buntu. Dikala terjadi pusaran hawa dingin, ulurkan tanganmu kedalam pecahan es, dari sana merengut sebuah kotak, bawalah kotak itu kepadaku" "Mengapa harus menunggu terjadinya pusaran hawa dingin yang memecah dinding goa ?" Kat Siauw Hoan tertawa, katanya : "Telah ber-hari2 kupecahkan kaca es itu, tetapi belum juga berhasil" Segera terpikir oleh To It Peng yang mulai encer. Bukan sehari dua hari Kat Siauw Hoan dan Siang-koan Bu-ceng berada ditempat ini. Apa kerja mereka disaat jam 12 malam, mengapa tidak mengambilnya sendiri" Dimisalkan Kat Siauw Hoan takut dingin, mengapa tidak menyuruh pemuda perunyus itu" Kecurigaan ini segera diajukan To It Peng : "Eh kalian tentunya telah lama tibanya bukan" ...... apa kerja kalian dikala ........ " Kat Siauw Hoan segera menghilangkan kecurigaan orang, ia menyenderkan dirinya kedalam pelukan To It Peng, dengan suara merdu dan merayu dia berkata : "To Toako selama kita berpisah, pernahkah kau memikirkan diriku ?" tanya Kat Siauw Hoan lagi. "Tentu" kata To It Peng. "Maka kususul kau ketempat ini" Se-olah2 mereka telah mengabaikan kehadirannya Siang-koan Bu-ceng ditempat itu. "Akupun memikirkanmu" kata Kat Siauw Hoan. To It Peng merasakan kehangatan hawa badan wanita muda itu, bau harum yang dikenangnya tercium kembali. Siang-koan Bu-ceng meninggalkan tempat itu perlahan, ia menjauhkan diri. Telah diduga tipuan apa yang dijalankan oleh Kat Siauw Hoan, demi kepentingan mereka, demi kepentingan diri sendiri tak mau ia menggagalkan rencana. Menggunakan kecantikannya, menggunakan kepandaiannya didalam soal mencumbu rayu ....... Kat Siauw Hoan mempermainkan To It Peng. To It Peng Belum Sadar akan hal ini, ia terkejut dikala waktu menunjukkan jam dua belas malam. "Ingat" pesan Kat Siauw Hoan. "Dikala terjadi pusaran hawa dingin yang menembus keluar, segera kau ulurkan tanganmu ke cela2 pecahan kaca es, disana ada sebuah kotak ..... dan ambillah kotak itu" To It Peng lari masuk kedalam goa. ---ood0woo--- BAGIAN 26 PENUTUP CERITA "SI DUNGU TO IT PENG" KAT SIAUW HOAN memandang bayangan To It Peng yang masuk kedalam goa dingin, berhasil atau tidaknya usaha pemuda itu tidak mempunyai sangkut paut dikira To It Peng akan mati kedinginan, atau mungkin juga mati diterjang pusaran hawa dingin yang hebat, tak dipusingkan hal ini, yang penting dan menjadi harapan, mudah2an kotak itu depat dilempar keluar dari tempatnya. To It Peng melangkahkan kakinya, semakin lama semakin berat dirasakan sesuatu kekuatan yang tertampak mendorongnya keluar. Hawa dingin terasa meresap tulang, tak perduli, tenaga dalam To It Peng hebat dan kuat, hawa dingin dan menyerangnya terlalu hebat, hampir ia menangkis keras. Hawa dingin inilah yang memaksa Kat Siauw Hoan dan Siang-koan Bu-ceng tidak berdaya, tenaga dalam mereka boleh dikatakan tidak dapat memadai To It Peng, mana mungkin masuk goa kaca es, angin dingin itu" To It Peng menggigil kedinginan, hampir darahnya membeku. la telah tiba pada dinding buntu goa itu samar2 terlihat kotak yang terkurung oleh es, kotak itulah yang harus diambil olehnya. Terdengar suara gemuruh memekak telinga, tiba2 saja dinding goa itu pecah. dari cela2 dinding es itulah menembus keluar gumpalan hawa dingin. Segera teringat akan pesan Kat Siauw Hoan, ia harus segera mengambil kotak yang berada di gumpaIan es membeku, To It Peng mangulurkan tangannya mengarah kotak itu. Pusaran hawa dingin yang menembus dinding keca es menyerang To It Peng, tangannya tak berhasil menjangkau, lebih dari pada itu, kekuatan pusaran hawa dingin yang hebat mendorongnya mundur kebelakang. To It Peng dipaksa mundur kebelakang, seharusnya mengikuti arus kekuatan hebat itu keluar goa, maka akan selamatlah jiwanya. Disayangkan benak pikirannya tak dapat dipisahkan dengan bayangan Kat Siauw Hoan, pesannya palsu berdengung ditelinganya. Dipaksakan kuat2 dan berusaha mengambil kotak didalam kaca es. Pusaran hawa dingin yang menembus keluar semakin hebat, begaikan ribuan jarum menusuk badan, To It Peng tersentak mundur, tubuhnya terpental keluar goa dan jatuh ditanah. Dilihat Kat Siauw Hoan dan Siang-koan Bu-ceng memandang dirinya, ia berusaha bangun sayang kurang tenaga maka yatuh pula ditanah. Kat Siauw Hoan dan Siang-koan Bu-ceng saling pandang, tidak berhasilnya To It Peng telah berada didalam dugaannya, hal ini tidak terlalu mangherankan. To It Peng merayap bangun. la mendekati Kat Siauw Hoan bertanya : "Nona Kat, betulkah keteranganmu ?" Kat Siauw Hoan tertawa cekikikan, katanya : '"Dasar dungu, belum pernah kulihat ada orang yang tolol sepertimu." Siang-koan Bu-ceng merangkul tubuh Kat Siauw Hoan, pemuda ini turut bicara: "Pada sebelumnya, aku kurang percaya keteranganmu. Kini terbukti betapa dungunya kacungmu ini." Telinga To It Peng dirasakan berdengung hebat, ia Sadar dari lamunan muluknya. Kat Siauw Hoan lebih cinta pada Siang koan Buceng, dirinya hanya dianggap seperti kacung pesuruh biasa. Terdengar suara tertawa Siang-koan Bu-ceng yang manyakitkan hati, maka gelaplah penglihatan To It Peng, tak sanggup ia manerima pukulan batin dan serangan hawa dingin, ia jatuh pingsan ditanah es yang membeku batu. Beberapa lama kemudian ........ To It Peng sadar dan siuman setelah hari manjadi pagi, hanya sebagian dari sinar matahari yang dapat menyinari tempat. ini, maka es dan salju tetap membeku kuat dan kokoh. Ia telahi kehilangan jejak Kat Siauw Hoan dan Siang-koan Bu-ceng, entah kemana perginya pasangan itu. la bangun berdiri, diusahakan mencari jejak dua orang itu, To It Peng tidak barhatil, karena mereka telah pergi meninggalkannya. Pada seuah kaca es tampak bayangan diri sendiri, bayangan ini berkepala botak, hasil kerja Thian-sim Siang-jin yang melicininya, dengan wajah ini memang tak pantas mendampingi Kat Siauw Hoan. Karena memandang rendah diri sendiri, To It Peng tidak manylahkan Kat Siauw Hoan yang meninggalkannya. Hat itu dianggap sebagai suatu impian hidup. Matanya dapat melihat goa es tembus yang putih jernih itu, didalam goa inilah tersimpan kotak yang Kat Siauw Hoan harap2kan. Bila saja ie berhasil mendapat kotak tersebut, tentu Kat Siauw Hoan girang. Satu2nya untuk menyenangkan wanita itu ialah memenuhi hasratnya yang ingin memiliki kotak didalam goa es. Tekat To It Peng dibuktikan, segera ia masuk kedalam goa kaca es, disana terlihat sebuah kotak terbungkus oleh gumpalan es yang membeku keras. Kotak ini mempunyai ukuran, bentuk yang sang dengan kotak batu pualam peninggalan ayahnya, kotak batu pualam itu telah disersahkan kepada Ban Lo Lo yang kemudian telah jatuh ketangan Kat Siauw Hoan. Mungkinkah tertinggal didalam bekuan es " To It Peng mengerahkan kepelan tangannya memukul kaca es, maksudnya memecahkan gumpulan es itu, hanya ia tidak berhasil, pukulannya yang dapat menghancurkan batu mempunyai kekuatan lebih dari 20 kati, tetapi tebal es didalam goa ini tak mudah dipecahkan. To It Peng tertawa getir, maka ia harus menunggu sehingga tengah malam, dikala terjadi pusaran hawa dingin, maka dinding kaca es akan belah, menggunakan kesempatan itu, mungkin ia dapat menjangkaunya. Untuk semantara, ia mendapat kebebasan, setelah mengejar ayam hutan yang memang banyak berkeliaran digunung Thian-san ia membakar ayamnya tadi sebagai pengisi perut. Menjelang malam harinya, menunggu sampai tepat tengah malam, To It Peng mengulang usahanya yang ingin mengambil kotak, seperti biasa goa kaca es tetap dingin, dikala pusaran hawa meletus keluar dari isi gunung, disertai oleh serangan tekanan tanaga yang kuat dan hebat, To It Peng dibuat terpental keluar, tak berdaya ia melawannya. la jatuh pingsan dimulut goa. Beruntun beberapa hari To It Peng melawan kekuatan pusaran hawa dingin yang menggelegar itu, ia selalu menderita kekalahan, sebelum tenaganya sanggup menjangkau benda yang menjadi isi dari goa kaca es, ia telah terlempar keluar. Waktu2 timbul lenyapnya pusaran hawa dingin yang keluar dari perut gunung telah diketahui tepat, To It Peng sagera mengerti cara, tidak lagi masuk kedalam goa, sebelum pusaran hawa dingin itu terjadi. Menunggu sehingga kekuatan dingin itu buyar, baru ia masuk kedalam goa. Kali ini ia berhasil, hawa tetap dingin, hanya tidak sedingin dikala terjadinya pusaran kekuatan dari perut gunung, pun tidak ada tenaga yang mendorong, ia tiba dihadapan tempat yang mambekukan kotak wasiat. Ie hanya berhasil menyentuh dinding dimana tersimpan kotak wasiat itu, hal ini bukan bararti berhasil didalam keseluruhannya, ia gagal mengambil kotak tersebut walau telah memecahkan sebagian kaca es. To It Peng harus mengulang kerjanya yang harus melawan pusaran hawa dingin yang kuat, setiap tengah malam, ia berkutet maju, tangannya gemetaran dingin kakinya hampir membeku, ia berhasil tiba dicelah pecahan es, setelah itu dikala tangonnya diulurkan ingin menjangkau kotak..... tak kuat melawan kekuatan yang sangat kuat. Hal ini dilakukannya hari demi hari, tekadnya telah dibulatkan, tak pernah ia putus asa. Minggu demi minggu telah dilewati . Bulan demi bulan terlewatkan, To It Peng melakukan tugas tersebut hingga 5 bulan. Hasil dari jerih payahnya ialah, ia dapat berdiri dimulut pecahan kace es dengan kokoh dan kuat, kekuatan pusaran hawa dingin telah dapat dilawan olahnya. Hanya letak kotok wasiat itu tarlalu dalam, tangannya tak berhasil menjangkaunya, ia harus masuk kedalam perut gunung mengambilnya, hal ini belum dapat dilakukan. Hawa dingin terlalu kuat, semakin-masuk semakin hebat dan keras. Dimisalkan orang lain yang, melakukan hal itu tentu ia akan putus asa. Lain dengan To It Peng, kemajuan yang dicapai olehnya sangat menggembirakan walau kemajuan itu harus dltempuh didalam waktu yang sangat-lama. Kerena latihan inilah, tenaga dalam To It Peng mendapat kemajuan sangat pesat, dikolong langit, mungkin hanya ia seorang yang dapat bertahan dengan kekuatan alam, melawan pusaran hawa dingin yang keluar dari perut gunung. Satu tahun kemudian ............... To It Peng telah berhasil masuk kedalam perut gunung kaca es, ia mulai membongkar gumpalan es tersebut. Hal ini tidak dapat dilakukan terlalu lama, ia harus dapat menghitung tepat pergi datangnya pusaran hawa dingin, atau ia akan terbekukan didalam es itu, dikala hawa dingin hampir lenyap, ia harus segera meninggalkan goa. Maka belum juga berhasil mengambil kotak wasiat yang tersimpan. Tiga tahun lagi dilewatkan olehnya ............. To It Peng berhasil pergi datang bebas, hari ini, menjelang tengah malam, datayg pusaran gelombang hawa dingin: la melesat masuk, gerakannya sangat gesit, maka tibalah ia ditempat lama. Disini ia menggempur bongkahan es batu dengan menggunakan tangannya, maka pecahlah bongkahan es batu itu dan ia berhasil memungut kotak itu, disisi kotak terdapat sebilah pedang berikut sarungnya, maka dibawanya, keluar goa. To It Peng harus segera meninggalkan tempat itu, puseran hawa-dingin telah mulai buyar maka es yang telah Pecah akan segera membeku. Hal ini betul2 terjadi, kala ia tiba dimulut goa, dinding goa kaca es telah merapat pula. la memperhatikan kotak dan pedang yang didapat, pedang itu tidak as ing, inilah pedang Hu ie berikut sarung pedang kulit naga! "Hei !" Seru T o It Peng seorang diri. "Mungkinkah Siu Jin Mo Say meletakkan pedang dan sarung ditempat ini ?" Diperhatikannya sekali lagi, dugaan tadi adalah tidak tepat. Pedang Hu ie dan sarung kulit naga yang sedang dipegang olehnya agak berat dan lebih bercahaya, berbeda dengan pedang Hu ie dari Seng-po-chung. Maka dibukanya kotak wasiat, disini diterangkan sebagai berikut : Tak sedikit pedang Hui-ie palsu yang tersebar luas didalam rimba persilatan, tetapi hanya pedang inilah yang asli. Demikian pula dengan sarung pedang kulit naga, ia berkhasiat dapat menyembuhkan setiap luka yang diderita. Terlampir catatan ilmu pedang Sang-yang Kiam-hoat. Sadarlah To It Peng bahwa pedang Hu ie dalam Seng-po-chung hanyalah pedang Hu ie palsu, demikian pula dengan sarung padang kulit naga. Entah kemana Siu Jin Mo Say bawa kedua benda palsu itu " To It Peng tidak ada niatan untuk mengambil benda2 pusaka ini, maksudnya ialah menyenangkan Kat Siauw Hoan, maka disimpannya segera untuk diserahkan kepada wanita itu. Memang tenaga dalam To It Peng telah berada pada puncak keagungan, tak mungkin ada orang yang dapat melawan kekuatannya. tak perlu ia menggunakan ilmu s ilat atau ilmu pedang. Setiap gerakan telah mengandung kekuatan hebat dan dahsyat. Dengan membawa pedang Hu ie, sarung pedang kulit naga dan catatan ilmu pedang Sang yang Kiam -hoat, To It Pang meninggalkan gunung T h;an ban. Si Dungu Karya Chung Sin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Berbeda dengan kedatangannya, setiap langkah To It Peng dirasakan sangat enteng dan ringan. Hanya rambutnya yang tidak terurus itu mengurai panjang, bagaikan orang hutan yang baru turun gunung. Hari itu, To It Peng melakukan perjalanan malam. Jauh didapannya terlihat obor2 dipasang terang, terdengar suara hiruk pikuk banyak orang. Telah bertahun-tahun, To It Peng tidak bertemu dengan manusia. rasa kangen terhadap sesamanya telah menggirangkan, dengan satu emposan tenaga, ia melesat kedepan, luar biasa sekali gerakannya, ia tiba di tempat tersebut dengan sangat cepat. Rasa girang To It Peng tidak mudah dilukiskan, tahulah dia bahwa ilmu tenaga delamnya teah mendapat kemajuan yang lebih hebat lagi, betul-betul sekarang ia telah rnenjadi jago nomor satu, jago nomor satu dalam arti sesungguhnya. Obor api dinyalakan oleh banyak orang, disana berkumpul para jago rimba persilatan, mereka terdiri dari orang tua, lelaki dan wanita, jumlahnya lebih dari 40 orang, berkumpul menjadi satu membuat lingkaran. To It Peng mencampurkan dirinya kedalam rombongan ini. Kehadirannya rombongan ini mengurung seorang, mengarahkan, pandangannya ketengah lingkaran, hati To It Peng memukul keras, berdebar-debar, disana berdiri seorang wenita muda, itulah Kat Siauw Hoan yang dirindukan olehnya, semakin cantik semakin menarik. Tidak terlihat sipemuda perunyus Siang-koan Bu-ceng menyertainya. Kat Siauw Hoan berada didalam bahaya, para jago rimba persilatan dengan api obor ditangan telah menguurungnya. To It Peng memperhetikannya dengan hati berdebar-debar. Kat Siauw Hoan menunjukkan rasa yang tidak gentar, terdengar ia mulai angkat bicara : "Maksud kalian bukan bertempur, bukan ?" Suara hiruk-pikuk menjadi sirap. Bila sebelum Kat Siauw Hoan bicara.banyak terjadi keributan, setelah suara wanita muda itu mendengung. mereka tutup mulut, keadaan sangat sepi dan sunyi. Hanya lidah2 api memain diatas obor2 yang mereka bawa. "Maksud dan tujuan kalian ialah rahasia simpanan To Tong Sin," sambung Kat Siaow Hoan. "Rahasia itu telah tidak jauh lagi, letaknya ialah digunung Thian-san yang telah berada diambang mata, mengapa kalian tidak dapat menahan sabar ?" Dari rombongan orang terlihat seorang tua kurus menampilkan dirinya dihadapan Kat Siauw Hoan barkata dingin : "Telah tahunan kau menyebar berita tentang rahasia To Tong Sin dan benda pusaka, apa maksud tujuanmu menyebarkan luas berita ini ?" Kat Siauw Hoan memandang siorang tua kurus, di tatapnya sekian saat, iapun tarsenyum katanya: "Dikatakan orang tua Sie Loya-cu mempunyai sifat yang tidak szbar, ternyata berita ini sesuai dengan kenyataan. " "Kukira sudah waktunya untuk memberi penjelasan bukan " kata orang tua kurus itu. Kat Siauw Hoan menganggukkan kepalanya. To It Peng tidak tahan membenam rasa rindunya, ia mendesek maju kerarah tempat pusat Iingkaran. Banyak orang yang menghadang kedepan, mereka tidak membiarkan To It Peng. bergerak maju. Hanya mereka tak sanggup melawan kekuatannya, hanya menggunakan sedikit tenaga, To It Peng menarik setiap orang yang mengganggu dirinya. Terjadilah sedikit kegaduhan, mereka memandang kearah To It Peng. Dari mana munculnya pengacau ini" Terlihat seorang Iaki2 berpakaian compang-camping, rambut panjang, kumis dan jenggot tidak terpelihara mendekati Kat Siauw Hoan dipusat lingkaran. Tak seorangpun yang kenal dengan kehadirannya si 'siluman'. Kat Siauw Hoan dapat melihatnya, tak terlihat jelas orang yang datang, dikiranya ada lain pertanyaan maka ia berkata : "Ada apa ?" Keberanian To It Peng menjadi luntur, la kecewa, ternyata wanita muda itu tidak mengenalnya. Maka langkah kaki yang telah berderap maju diundurkan pula, mencampurkan diri dengan rombongan orang tadi. "Ti..... Tidak ....." la menjadi gugup. Tenaga kekuatan To It Peng telah menarik perhatian beberepa orang, mereka memberi kesan lain kepadanya, diberinya tempat yang agak lowong. Hal ini tidak diketahui oleh To It Peng. Terdengar Kat Siauw Hoan memberi keterangan kepada rombongan orang itu : "Disalah satu puncak gunung Thian-san yang selalu terbenam oleh salju putih tordapat goa es, didalam goa inilah benda2 itu tersimpan." Kakek kurus mengelaurkan suara dari hidung : "Hm ....... kukira bukan sakali ini kau beri keterangan yang sama, bukan ?" "Betul." kata Kat Siauw Hoan. "Hanya tahukah kalian, bahwa hawa dingin yang keluar dari goa tersebut tidak mudah tertahankan" Benda" itu terbenam didelam gumpalan kaca es, tak mudah untuk mengambilnya." Seorang nenek tampil kedepan, ia berteriak : "Ternyata maksudmu membawa obor penerangan untuk membakar dan mencairkan ganung es tadi ?" "Betul." Kat Siauw Hoan membenarkan pertanyaan itu. Nenek itu telah barada ditengah lingkaran, maka jelas terlihat wajahnya yang sangat buruk, beberapa oreng yang berada dekat dengannya terkejut, ada juga yang menjadi gemetaran kerena takut. To It Peng tak kenal dengan nenek buruk itu, dilihat dari gelagat keadaan, tentunya tokoh jahat yang kejam, maka tidak sedikit dari rombongan itu yang takut. Takut nenek buruk ini melukai Kat Siauw Hoan, ia agak maju kedepan. Betul saja, Kat Siauw Hoan segera mengenali nenek buruk itu. "Oh, ternyata Bu cianpwe dari gunung Kauw-lauw-san?" Serunya kaget : "Kau......kau..... turut datang "... Sungguh diluar dugaan." Bila Kat Siauw Hoan dapat berlaku tenang dan tertawa-tawa, sebelum kedatangan nenek buruk itu. Kini wajahnya telah berubah pucat takut, matanya memandang kesekeliling rombongan orang, agaknya ingin meminta bantuan. Ia mundur kebelakang memperjauh jaraknya dengen sinenek. Ternyata sifat sinenek buruk sangat kejam dan jahat, ilmu kepandaiannya sangat tinggi dan hebat, belum pernah ia dikalahkan oleh siapapun juga, ia dapat membunuh siapa yang tidak menyenangkan hatinya. Kat Siauw Hoan dan banyak orang maklum yakin hal ini, mereka harus menyingkir jauh2, maka tidak sedikit yang melarikan diri pergi. Sinenek buruk mendekati Kat Siauw Hoan, ia tertawa terkekehkekeh. "Tak usah kau ajak banyak orang !" katanya. "mari ikut kepadaku." Tangannya yang telah banyak Iipetan diulurkan Mencengkeram Kat Siauw Hoan. Jelas dan gamblang, meksudnya ialah mencari benda pusaka untuk dimiliki olehnya. Kat Slauw Hoan menggeser ujungkaki, maka ia berhasil menyigkirkan diri dari cengkereman itu. "Sabar ...... sabar ......" teriaknya. Sinenek buruk tidak menghentikan serangannya yang pertama, disusul dengan cengkereman yang kedua. To It Peng bergerak maju, ia berteriak : "Hei, mengapa kau mengganggu orang ?" Nenek buruk itu belum pernah mendapat tantangan, teriakan T o It Peng berada diluar dugaan, serangan yang mengancam Kat Siauw Hoen dibatalkan, ia menoleh memandang sipemuda. "Kau sudah bosan hidup?" Benteknya. To It Peng mengoyangkan kepala. Nenek itu telah menutup mulutnya. Ia mencengkeram dengan cepat, maka cakar kukunya terpancang mengarah dada To It Peng. Gerakan ini tarlalu cepat, gesit dan berada diluar dugaan sipemuda. To It Peng mempunyai Iatihan tenaga dalam yang kuat dan hebat, hal ini bukan berarti ia mempunyai ilmu kepandaian silat, reaksinya terhadap serangan selalu terlalu lamban, diketahui serangen yeng datang, tak tahu bagaimana ia harus menghindarinya. Terdengar suara teriakan terkejut dari beberapa orang, diiantaranya ada juga yang menyayangkan jiwa laki2 berambut panjang ini, anggapannya tak mungkin To It Peng luput dari kamatian. "Sreettttt ..............." Disusul oleh jeritannya nenek berwajah buruk itu, badannya terlempar kebelakang dan jatuh dltanah, keIima jari kanannya telah hancur remuk, darah berceceren ditanah. Rombongan orang yang menyaksikan heran tak mengerti, mereka memandang kearah To It Peng. Dada laki2 berpakaian kumal ini telah terbuka sebagian, bajunya yang tidak rapi robek, maka jelas terlihat lima baris tanda cengkeraman pada dadanya yang bidang, disana t idak terlihat darah keluar, ternyata cekeraman si nenek buruk tidak membawa hasil. Nenek buruk Itu telah terkenal lama, didalam kesan setiap orang, seranggannya tak mungkin gagal. Apa mau ia bertemu dengan To It Peng, patah, hancur remuklah semua jarinya. Suatu kejadian yang mempersonakan semua orang. Segera terdengar pujian2 yang berdengung. "Laki2 pengemis Ini hebat sekali." "Ilmu tenaga dalamnya cukup kuat untuk memindahkan gunung." "Tentu. Masakan ia dapat menghancurkan jari tangan nenek dari Kauw lauw-san yang telah terkenal lama ?" Kat Siauw Hoan segera mengenali akan pemuda yang pernah ditinggal pergi. "To toako...... Kau......" Mulutnya seperti tersumbat. Akhirnya dikenali juga dirinya, To It Peng sangat terharu. "Betul...... Aku......" Katanya hampir mencucurkan air mata. "To toako, kau datang?" tanya Kat Siauw Hoan. "Masih kenalkah kepadaku ?" Kat Siauw Noan menganggukan kepala, To It Peng berjalan maju. Kat Siauw Hoan segera merangkulnya. "To.......To toako........" katanya perlahan. "masih marahkah kepadaku?" To It Peng tertawa. "He, ha....... sudeh lama kulupakan kejadian lama itu." Dikeluarkannya kotak berisi catatan ilmu pedang Sam-yang Kiamhoat, pedang Hu ie dan sarung pedang kulit naga "Nah, Iihat." Katanya : "Aku telah berhasil mengambil pedang Hu-ie dari goa kaca es itu." Kat Siauw Hoan memberi lirikan mata mencsgah sipemuda menyebut nama pedang itu, tetapi telah terlambat. Terjadi sedikit kegaduhan. Rombongan orang itu bergolak kembali. "Kecuall pedang Hu ie, masih ada sarung pedang kulit naga dan catatan ilmu silat Sang-yang Kiam-hoat." To It Peng menyambung pembicaraannya. Tak tahu bahwa bahaya telah mengancam mereka. Suatu rombongan orang semakin jelas, mereka bergolak semakin hebat. Memandang tiga mat yam benda pusaka itu, Kat Siauw Hoan sangat terharu. Laki2 yang telah tiada terurus ini adalah pemuda yang pernah ditingggalkan olehnya, pemuda yang pernah ditipu olehnya, pemuda yeng pernah diabaikan keselamatan jiwanya. Tetapi ia masih tetap baik hati, melupakan semua dendam itu dan memberinya pusaka2 yang tak dapat dinilai dengan harga. Teringat akan Siang-koan Bu-ceng lebih menarik dari T o It Peng, lebih pandai memikat hati wanita, karena inilah, Siang-koan Bu-ceng lebih cepat melupakannya pula. Setelah ia ditinggalken oleh Siang-koan Bu-ceng satu tahun yang lalu, Kat Siauw Hoan putus harapan. Pemuda yang dikasihi, Siang-koan Bu-ceng berjumpa dengan wanita lain, wanita yang lebih cantik darinya, lebih muda darinya. Dikatakan bahwa dia telah 'tua'. Suatu hal yang paling menyakitkan hati seorang wanita. Bukan sedikit kejahatan2 yang telah dilakukan oleh Kat Siauw Hoan, maka dianggapnya olehnya sebagai suatu pembalasan, pemerasan manusia atas manusia kejahatan diantara sesama manusia hidup diatas dunia. Apa yang To It Peng perlihatkan kepadanya sungguh mengharukan adalah manusia sepertinya " Membalas kejahatan dengan kebaikan " Memandang pemuda yang telah lama tidak terurus, mata Kat Siauw Hoan menjadi basah, ia menangis ter-sedu2 Hal ini sagera diketahui oleh To It Peng, ia kaget. "Hei, kau menangis, tidak senangkah atas kedatanganku ?" tanyanya. Kat Siauw Hoan menggoyangkan kepala. "Aku terlalu gembira." katanya. "Nah, ambilIah pedang, sarung pedang dan catatan ini." To It Peng menyerahkan tiga pusaka itu. "To toako, mengapa kau baik kepadaku?" Kat Siauw Hoan mengajukan pertanyaan. "Kerena...... Kerena........" Tak dapat To It Peng memberi jawaban dengan pasti. Kat Siauw Hoan menolak segala pemberian, didorongnya kembali tiga macam benda pusaka itu berkata : "Simpanlah padamu. Aku ........ Aku telah menyerahkan diriku kepadamu...... maka segala sesuatu yang menjadi milikku langsung menjadi milikmu pula." To It Peng kurang percaya akan apa yang didengar "Apa?" Teriaknya keras. Kat Siauw Hoan menempelkan mulutnya ditelinga sipemuda, ia mengulang apa yang diucapkan tadi perlahan. To It Peng dapat mendengar jelas, ia berdiri lama, ditatapnya wajah wanita cantik itu lama. Saking gembiranya, ia mengeluarkan suara seruan. "Huraass............." Betapa hebat tenaga dalam. To It Peng telah dibuktikan dengan hancurnya jari2 nenek buruk dari gunung Kauw-lauw-san tadi. Si Dungu Karya Chung Sin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Teriakannya dikerahkan dengan tenaga penuh, lupa kepada keadaan dirinya. Suara ini bergemuruh, seolah-olah bumi meledak. To It Peng tidak ada niatan memamerkan tenaga dalamnya untuk menakut-nakutkan orang, letak Kat Siauw Hoan terlalu dekat, tak sanggup menerima getaran-getaran suara yang dikerahkan dengan tenaga dalam tadi, maka tubuhnya jatuh segera. Segera To It Peng menyanggah tubuh ini. Dikala ia mendongakkan kepala terlihat semua orang telah lari pontangpanting, mereka bergelimpangan jatuh, tunggang-langgang meninggalkan tempat tersebut, beberapa diantaranya jatuh pingsan. Tak seorangpun yang sanggup menerima getaran suara tenaga dalam To It Peng Rombongan orang telah lari menjauhkan diri. Beberapa orang yang jatuh pingsan, setelah mereka sadar dan dilihat keadaan itu, merekapun bergulingan pergi. Didelam sekejap mata, keadaan telah sepi dan sunyi. Obor2 berjatuhan dan bertebaran ditanah karena ditinggalkan oleh para pemegangnya. Tak ada seorang manusiapun yang tinggal disana. Nama To It Peng membubung cepat, tak perlu ia mengerahkan tenaga, tak guna ia mempertontonkan ilmu kepandaiannya, hanya dengan pekikan suara, cukuplah mengusir puluhan jago terkenal. Kejedian, ini tetap tercatat didalam sejarah ilmu silat. Dikala Kat Siauw Hoan sadar dan siuman, keadaan te!ah manjadi gelap. Obor2 telah padam, tidak terdengar sura napas seorang manusiapun juga. To it Peng melamun jauh, tak pernah dibayangkan olehnya bahwa Kat Siauw Hoan dapat kembali kedalam pelukannya. "Mimpikah aku"...... bermimpikah aku?" Mulut To !t Peng bergumam. Kat Siauw Hoan segera sadar apa yang telah terjadi, ia girang manyaksikan kemajuan yang To It Peng telah capai. "Kau tidak mengimpi, dungu." la menuding-nudingkan tangannya kejidat pemuda dogol. To It Pang menepuk kepalanya. "Betul...... Aku tidak mimpi ......... Betul ........... Aku ....... Dungu.......... " Gumamnya seorang diri. To it Peng melamun jauh, tak pernah dibayangkan olehnya bahwa Kat Siauw Hoan dapat kembali kedalam pelukannya. "Mengimpikah aku" ...... Mengimpikah aku?" Mulut To It Peng bergumam.. Kat Siauw Hoan segera sadar apa yang telah terjadi. ia girang menyaksikan kemajuan yang To It Peng telah capai. "Kau tidak mengimpi, dungu." ia menudingkan tangannya ke jidat pemuda dogol. To It Peng menepuk kepalanya. "Betu!. Aku tidak mimpi ......... Betul ......... Aku dungu....." Gumamnya seorang diri. Dan berakhirlah cerita Si DUNGU sampat dibagian ini. ---o Tamat o--- Kisah Pedang Di Sungai Es 11 Gento Guyon 8 Topeng Kedua Golok Yanci Pedang Pelangi 8

Cari Blog Ini