Si Rajawali Sakti 7
Si Rajawali Sakti Karya Kho Ping Hoo Bagian 7 para penduduk dusun-dusun yang merasa hutang bud,i kepada pertapa itu, membalasnya dengan menyediakan semua keperluan hidupnya yang tidak banyak. Hanya sekedar untuk makan sewaktu lapar dan beberapa helai pakaian pengganti. Beberapa orang tokoh kang-ouw yang kebetulan lewat di daerah itu dan tertarik lalu mengunjungi Thian Te Siankouw mendapat kenyataan bahwa pertapa wanita itu memiliki ilmu kepandaian silat tinggi. Akan tetapi a irir?ya, tidak pernah ia mau menerima murid walaupun banyak orang-orang muda bersujut kepadanya dan mohon menjadi muridnya. Hal ini terkadang membuat orang-orang kangouw itu menjadi marah dan sengaja menguji kepandaian Thian Te Siankouw, namun tak seorang pun mampu membuat per-tapa itu bangkit dari duduknya. Hanya dengan duduk bersila saja n mampu mengalahkan dan mengusir semua pengganggunya. Pada suatu pagi, seorang pemuda berpakaian serba kuning yang gagah dan seorang gadis muda yang cantik, lembut namun tampak gagah pula, tiba di dusun yang berada di kaki Bukit Tengkorak. Mereka adalah Liu Cin dan Ong Hui Lan. Seperti kita ketahui, sepasang orang muda ini mendapat petunjuk dari Si Han Lin bahwa kalau mereka, atau lebih tepat Hui Lan, ingin memperdalam ilmu dan mencari guru, dia mendengar dari gurunya bahwa di Puncak Bukit Tengkorak di tepi Sungai Luan itu terdapat seorang pertapa wanita bernama Thian Te Siankouw yang sakti. Maka Hui Lan lalu mencarinya, ditemani oleh Liu Cin yang diam-diam mencinta gadis itu. Para penduduk dusun itu tentu saja memandang sepasang orang muda itu dengan heran. Maklum daerah itu jarang -kali menerima kunjungan orang luar. alau ada yang kebetulan datang juga ereka adalah orang-orang kangouw yang asar. Ketika Liu Cin bertanya kepada tereka tentang Bukit Tengkorak dan Thian Te Siankouw, para penduduk dusun itu dengan gembira menunjuk ke arah Nukit Tengkorak yang tampak dari situ. "Kongcu (Tuan Muda) dan Kouwnio Nona) tentu hendak minta obat dari Siankouw, bukan" Karena kalau Ji-wi Kalian berdua) minta hal lain, pasti , kan ditolaknya. "Ya benar, kami mau minta obat," awab Hui Lan yang tidak ingin men-apat banyak pertanyaan kalau ia bilang ngin mencari guru. "Kami mendengar bahwa selain ilmu pengobatan, Thian Te Siankouw juga nerupakan seorang sakti. Benarkah itu?" tanya Liu Cin. "Thian Te Siankouw adalah seorang ewi, bukan manusia biasa, tentu saja beliau sangat sakti! Karena itu, harap Ji-wi tidak main-main kalau berada di sana menghadap beliau." kata seorang kakek dengan suara sungguh-sungguh. "Apakah beliau mempunyai mur i tanya Hui Lan. "Murid" Siankouw tidak pernah ma menerima murid, hanya mau mengobai orang sakit. Itu saja!" Mendengar ini, tentu saja hati Hu Lan menjadi gelisah. Jangan-jangan se telah melakukan perjalanan yang ama sukar, mendaki pegunungan menur u jurang-jurang dan tebing terjal, setela bertemu dengan orang yang dicarinya, i akan ditolak menjadi murid! Ia tida boleh ragu. Segala harus dicoba dulu! "Mari, Liu Cin, kita pergi menghadap Siankouw!" katanya dan mereka mengucapkan terima kasih kepada para penduduk dusun lalu berangkat mendaki bukit kapur itu. Di lereng bukit itu mereka bertemu dengan beberapa orang dusun yang pulang setelah mengantarkan orang yang sedang menderita sakit dan minta obat, ada pula yang pulang dari mengirim bahan-bahan makanan kepada Siankouw. Dari mereka inilah Liu Cin dan Hui Lan mendapat >etunjuk di mana adanya gua besar tempat tinggal pertapa wanita itu. Akhirnya mereka berdiri di depan gua tu. Karena gua itu menghadap ke timur dan saat itu matahari masih berada con-ong di timur walaupun sudah agak tinggi, maka sinar matahari memenuhi gua. Mereka melihat seorang wanita duduk bersila di atas sebuah batu besar di depan gua, sikapnya seperti seorang dewi dan memang pantas kalau ia disebut dewi. Wanita itu usianya sekitar lima puluh lima tahun, namun masih tampak cantik, rambutnya yang panjang masih hitam dan wajahnya yang lembut itu masih cerah dan halus tanpa keriput. Di dalam gua, di belakang wanita itu terdapat buah-buah dan bahan-bahan makanan yang agaknya baru saja dikirimkan ke situ oleh para penduduk dusun. Hui Lan dan Liu Cin tertegun. Inikah calon guru yang mereka cari, guru yang ditunjuk oleh Si Han Lin" Wanita itu mengenakan pakaian kuning dan putih dari kain yang kasar, namun bersih dengan potongan sederhana, mungkin buatan para wanita dusun. Dua orang muda 1 saling pandang, lalu Hui Lan mengangg dan mereka berdua maju lalu menjatul kan diri berlutut di depan batu besar it "Siankouw, mohon maaf kalau k datangan kami mengganggu ketenanga Siankouw yang terhormat." kata Hui L karena Liu Cin tidak tahu harus berka apa. Yang memiliki kepentingan adai Hui Lan, dan dia hanya mengantarkann saja. Thian Te Siankouw membuka ked matanya dan memandang kepada d orang muda itu bergantian, lalu terd ngar ia berkata, suaranya lembut. "Kulihat kalian sehat saja, kenap kalian datang ke sini" Apa yang kalia kehendaki?" Biarpun suara itu lembut, namun d dalamnya mengandung getaran yang pe nuh wibawa sehingga Hui Lan meras betapa jantungnya berdebar tegang. Ia pikir, kalau ia langsung minta agar di terima menjadi murid, ia khwatir kalau kalau nenek itu menolak, maka sambi memberi hormat ia berkata. "Siankouw yang mulia, saya mohon belas kasihan Siankouw agar sudi meolong saya " "Hemmm, kulihat engkau sehat, tidak akit " "Badan saya memang tidak sakit, Siankouw, akan tetapi batin saya sakit, sakit parah sekali, rasanya ingin mati aja." Thian Te Siankouw mengerutkan alisnya dan menatap wajah Hui Lan penuh perhatian. Sinar matanya yang tajam itu seolah akan menembus dan menjenguk ke dalam hati gadis itu. Agaknya ia tertarik dan berkata. "Engkau menderita sakit hati" Sakit hati apakah yang membuatmu ingin mati saja?" Tentu saja Hui Lan tidak ingin menceritakan bahwa dirinya telah diperkosa oleh Chou Kian Ti, apalagi di depan Liu Cin. Malapetaka itu akan ia rahasiakan untuk dirinya sendiri, tidak akan diceritakannya kepada siapapun juga, kecuali mungkin, kalau terpaksa, kepada ayah ibunya. "Siankouw, saya merasa sakit hati sekali karena telah ditipu. Ayah ibu saya telah menerima lamaran Jenderal Chou yang hendak menjodohkan saya dengan puteranya. Saya menerimanya karena saya harus berbakti kepada orang tua saya. Akan tetapi ternyata Jenderal Chou itu melamar saya untuk puteranya I bukan karena puteranya ingin menikah dengan saya, melainkan karena keluarga Chou itu hendak memanfaatkan tenaga saya untuk membantu rencana pemberontakan mereka. Saya menolak dan mereka menghina dan memaki saya. Saya melawan akan tetapi kalah, maka saya mohon Siankouw sudi mengajarkan ilmu silat tinggi kepada saya agar saya dapat membalas perlakuan mereka dan terutama sekali agar saya mampu menantang mereka yang hendak memberontak kepada Sribaginda Kaisar." Thian Te Siankouw menggelengkan kepalanya. "Aku tidak bisa mengajarkan ilmu silat, kalau engkau mau belajar ilmu pengobatan, boleh saja." "Tolong, Siankouw. Saya melakukan itu bukan sekadar membalas dendam, melainkan terutama sekali untuk menentang dan menghalangi niat mereka untuk membunuhi para pejabat tinggi yang setia kepada Sribaginda Kaisar." Kembali Thian Te Siankouw menggelengkan kepalanya. "Aku tidak mempunyai urusan dengan dendam atau pun pemberontakan. Biar mereka yang berkepentingan saja yang mengurusnya." "Siankouw yang mulia, tolonglah saya saya tidak akan bangkit berdiri lagi sebelum Siankouw mengabulkan permohonan saya dan menerima saya sebagai murid " Hui Lan tidak dapat menahan kesedihan hatinya dan mulailah ia menangis teringat akan dendamnya kepada Kian Ki yang tidak mungkin dapat terbalas kalau ia tidak memperoleh bimbingan seorang g.ru yang sakti. Mendengar ini, nenek itu mengerutkan alisnya lagi, akan tetapi ia tetap menggelenggelengkan kepalanya, bahkan ia lalu memejamkan kedua matanya lagi, tidak mempedulikan dua orang mu yang berlutut di depannya itu. Liu Cin merasa iba sekali kepada Hu Lan. Dia dapat merasakan b tapa besa kekecewaan hati gadis itu yang ditola mentah-mentah oleh Thian Te Siankouw. Apalagi kini melihat gadis yang dicinta nya itu menangis sedih sedangkan nenc" yang dimintai tolong sama sekali tida mempedulikan malah memejamkan mata nya kembali. Perutnya terasa panas! "Sudahlah, Hui Lan!" katanya denga nyaring. "Tidak ada gunanya lagi minta minta kepadanya. Seorang yang telah menggunakan julukan Siankouw biasanya berhati penuh belas kasihan kepada orang, akan tetapi mungkin yang satu ini merupakan kekecualian. Lebih baik engkau menghadap gurumu, Locianpwe Tiong Gi Cinjin, dan minta betiau melatihmu lagi untuk memperdalam ilmu silatmu." "Siapa ?"" Pertanyaan yang merupakan teriakan ini mengejutkan Liu Cin dan Hui Lan. Mereka memandang dan melihat nenek itu sudah membuka matanya dan kini memandang tajam kepada Hui Lan. "Siapa nama gurumu, Nona?" "Suhu bernama Tiong Gi Cinjin," kata Hui Lan sambil mengusap air matanya dan berhenti menangis. "Dia mempunyai tahi lalat di dagu kanannya dan tubuhnya agak pendek?" Nenek itu bertanya cepat. "Benar, Siankouw, Suhu Tiong Gi Cinjin mempunyai tahi lalat di dagu kanannya dan beliau agak pendek dan gemuk." "Ahhh, dulu dia tidak gemuk " Nenek itu berdiam diri, memandang ke atas seperti orang melamun. "Siankouw mengenal Suhu?" tanya Hui Lan, harapannya timbul kembali. "Hemmm berapa lamanya engkau belajar silat dari Tiong Gi Cinjin?" "Sekitar sepuluh tahun, Siankouw." "Hemmm, sepuluh tahun" Kalau begitu, tingkat kepandaianrnu sudah cukup kuat. Apalagi yang d tra dan tatanegara yang diberikan o* guruguru yang pandai. Oleh karena i Pangeran Thian Cu yang masih kecil i lebih banyak tinggal di bagian ista sebelah Timur yang menjadi tempat tin gal Pangeran Chou K uang Tan. Pada suatu sore. Pangeran Tryan Ci bermain-main di taman bunga yang berada di samping bangunan tempat tinggi Pangeran Chou K uang Tian, bersama d? orang putera Pangeran Chou Kuang T m yang usianya tujuh dan sembilan tahun. Yang mengawasi dan menjaga Pan ran Thian Cu saat itu adalah tiga or pengawal dari pasukan pengawal kh d perbantukan kepada Chou Kuang n untuk menjaga keselamatan Pange-Mahkota Thian Cu. Mereka bertiga wk dengan santai di atas bangku sam-menonton tiga orang anak bangsawan bermain-main. _ Tiba-tiba datang dua orang berpakai-m* perajurit pengawal memasuki taman Hk Tiga orang perajurit yang menjaga fcarlamatan PanjreraW Mahkota Thian Cu iMmantlang dengan heran. Mereka tidak ftatigenai dua orang perajurit pengawal m i padahal tentu saja mereka mengenai fcmua (perajurit yang bertugas di situ. -m* orang pengawal itu menjadi curiga )mrt cepat mereka berlari, mengejar arena dua orang perajurit yang tidak p?reka kenal itu mendekati anak-anak bang sedang bermain-main. f" *Heir kailan berdua, berhentilah!" Bfttak mereka,. Tiba-tiba dua pera)urit tak dikenai itu pwtcabut pedang. Setelah t iga orang iHoS8 'tu dekat, langsung saja mereka Krrfua menyerang dengan pedang mereka, orang perajurit sudah mencabut golok dan melawan. Seorang di antara dua perajurit pai itu berkata kepada kawannya. "Cep* laksanakan tugas, biar aku yang menahi tiga ekor anjing ini!" Pangeran Mahkota Thlan Cu dan du orang saudara sepupunya melihat per kelahian itu dan melihat pula betapa M orang di antara dua orang perajurit menj hampir i mereka dengan pedang di tangaf Pangeran Thian Cu yang baru berusi lima tahun itu sama sekali tidak metal takut, bahkan dia berdiri tegak, bertoli pinggang dan membentak perajurit paM yang menghampirinya dengan sikap meng ancam. "Siapa engkau dan mau apa engkau"*1 Pembunuh yang menyamar sebaga perajurit itu tiba-tiba tersentak dan ter> cengang karena dalam bentakan anal kecil itu terkandung wibawa yang a besar. Sejenak dia berdiri diam seperi patung dan hal ini menyelamatkan nyawa; pangeran kecil itu karena pada saat itu muncul Pangeran Chou Kuang Tian Dh melihat perajurit itu menggerakkan pe-l g ya akan menyerang Pangeran Thian 11- u* "Jahanam!" Chou 'Kuang Tian me-Mmpat dan kakinya menendang. Pem I .nun itu terpaksa mengelak dan tidak ttadi membacok Pangeran Thian Cu. * hot/ Kuang Tian sudah menerjangnya lengan pedang 4an mereka berdua segera berkelahi dengan seru. Akan tetapi, pembunuh itu tidak mampu menandingi kelihaian Chou Kuang Tian dan setelah ewat belasan jurus, pedang di tangan Chou Kuang Tian atau Pangeran bung Thai Cung itu telah menembus dadanya dan dia pun terkulai roboh dan tewas. Sementara itu, pembunuh ke dua masih dikeroyok tiga orang perajurit pengawal dan dia bahkan telah merobohkan seorang perajurit dan perajurit yang dua orang lagi sudah terdesak, tidak mampu mengimbangi kelihaian penjahat itu* Me-ihat ini, Chou Kuang Tian meiompat dan menyerang dengan pedangnya. Pembunuh itu hanya mampu bertahan sepuluh jurus. Tiba-tiba lengan kirinya terbabat pedang dan putus sebatas pergelangan tangannya. Pedangnya terlepas dan sebelum dia dapat melarikan diri, kaki Chou KuaraJ Tian menendang lututnya dan dia pul roboh. Chou K uang Tian menodongkan pedangnya ke leher orang itu dan menghardik? "Hayo cepat katakan siapa yan^ mengutusmu membunuh Pangeran Mahkota Kaiau Si Rajawali Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo tidak mau mengaku, akan kupotong potong sedikit demi sedikit bagian tubuhmu " Pembunuh itu agaknya hendak bunuh diri dengan menelan sesuatu karena tangan kirinya mengeluarkan sebuah pil dari saku bajunya. "Crakkk1" Putuslah tangan ku inya terbabat pedang Chou Kuang Tian* "Cepat katakan atau aku mulai memotong telinga dan hidungmu!" Diancam demikian, pembunuh itu ketakutan. Kalau dibunuh mati dia tidak takut, akan tetapi disiksat dipotong sedikit-sedikit, sungguh amat nyeri dan tersiksa setengah mati. "..... ampunkah hamba...? yang mengutus..... ada tiga orang..... mereka meti di luar tembok gerbang sebelah rtan....." Gedang di tangan Chou Kuang Tian ktrtoctebat dan pembunuh itu pun tewas, ipabrrapa orang pera juri t pengawal ber l"i i lari ke dalam taman. "Lindungi Pangeran dan bawa ke da m gedung. Urus mayat-mayat ini!" katanya dan cepat Pangeran Sung Thai f ung lari ke istal lalu tak lama kemudian kudanya sudah membalap keluar dan kta raja melalui pintu gerbang selatan. Setelah tiba di luar tembok kota raja, di jalan umum yang sudah sepi di tepi Larsawahan, dia melihat tiga orang ber iflri di tepi jalan. Dia segera menahan kudanya dan setelah kuda Itu berhenti tak jauh dan mereka, Chou Kuang Tian dapat melihat mereka dengan jelas. Saat Itu sudah menjelang senja, namun sinar matahari sore masih cukup terang. Dia mel Ihat seorang kakek berusia sekitar enam puluh tahun, bertubuh tinggi kurus berpakaian seperti tosu akan tetapi pakaiannya dari sutera halus dan mewah, berpedang di punggungnya, dan orang ke dua Juga seorang laki-laki berusia seki enam puluh tabun, tinggi besar berkuli kehitaman wajahnya brewok menyerar kan dan pinggangnya digantungi sebala golok besar dan di punggungnya tampa sebatang gendewa dan tempat anak pa nah. Orang in] dari pakaiannya dapa diketahui bahwa - Pedangnya patah oleh pedang pemuda mil Hampir dia tidak dapat percaya dan dia lihat betapa ^pemuda itu dengan tebangnya rocnyarutia)ian kembali pedang-iya. Gerakan ini memanaskan perutnya, las bahwa pemuda itu memandang |m dah dirinya. Setelah pedangnya di-Mn paten, pemuda itu agaknya merasa " lak perlu menggunakan senjata iagj untuk melawan dia yang senjatanya s patah! Tentu saja sebagai seorang t besar dunia kangouw yang juga be dudukan sebagai Ketua Hongsa p Hongsan Siansu Kwee Cin Lok r penasaran dan marah sekali. Masa tidak mampu menandingi seorang yang usianya baru dua puluh tahun dan yang pantas menjadi cucunya" A tetapi, dia juga ingin sekali menge siapa adanya pemuda ini. "Bocah sombong, siapa e gka be melawan-aku Hongsan Siansu ketua san-pang"1 "Hongsan Siansu, namaku SI Han L Pergilah dan jak dua xang temj itu. Tidak pantas rasanya seorang y berjuluk Siansu sepertlmu menge o dan hendak membunuh orang!" kata ! Lin dengan tenang. Dia* memang t d tahu mengapa ada perk elahian di stt akan tetap! melihat ' jrang dlkero tentu saja dia dan Ku Lin turun ta membantu pihak yang e'lkeroyok kar mereka berdua melihat betapa para ngeroyok itu berusaha sungguh sungg k membunuh orang yang dikeroyok. Lin tidak ingin membuat permusuh-ka dia mengalah dan hanya me-ruh mereka pergi. Akan tetapi Hongsan Siansu sudah dapat mengendalikan dirinya lagi dikuasai oleh kemarahan karena asa dipandang remeh oleh pemuda san Itu. 'H i i ttt.MMr Dia berteriak lantang dengan kedua tangannya secara ber t an dia memukul dengan pukulan jauh Thai-tek-jiu Sebelum memu-lk n kedua telapak tangannya, dia tadi ggosok-gosok kedua telapak tangannya ifai tngga tampak asap pengepul dan ter vMigar suara berkeritikan o susui m |At ya bunga apil Itulah ilmu pukular t??-, lek-jiu (Pukulan Halilintar yang mhM ampuh. | Han Lin memang sudah siap sejak kll. Dia maklum bahwa dia berhadapan K?igun seorang lawan tangguh, maka dia sikap hati-hati dan waspa a. Begit f\* hat kakek itu menggosok-gosok kedua [pak tangannya yang engelua kar bara api dan asap, dia pun mengetah* bahwa Hongsan Siansu memiliki pukulan yang berhawa panas melebihi dan kalau pukulan Itu mengenai tut yang tidak memiliki kekebalan yang kuat, kulit tubuh dapat hancur terki seperti terkena air mendidih. Dia cepat menyambut ttengei? kedua tangi nya didorongkan ke depan sambil hkan sin-kang yang berhawa dingin, Wuuuttttt. - wessssshhhhb.?..!** itu berkepanjangan seperti ba/a dlm< kan ke dalam air dan tampak dari kti tangan Hongsan Siansu mengebulkan nyak asap. Tadinya Hongsan Siansu yar ngm membuat ia wan roboh, menyerat sambil menerjang maju sehingga k< tangannya bertemu dengan kedua ti Han Lln. Akan tetapi akibatnya memt dia kaget setengah mati karena hai panas dari kedua telapak tangannya perti api yang disiram afr. Seluruh t" buhnya menggigil dan ketika Han i melepaskan tenaganya, barulah Hongsaj Siansu dapat menarik kembali k< tangannya yang tadi seolah melekat Ulnpak tangan pemuda Itu. Dia terhu-Bto ke belakang dan segera melompat Nlindung di balik asap putih tebal. [ Kini Han Lin yang tidak mempeduJi-mi< lawannya, cepat mengibaskan tangan ffc* ke arah Ang Hwa Niocu dan Kailon " membuat Kul Lln dan Pangeran ~ i K uang Tian terdesak. Sambaran u yang keluar dari kibasan tangannya pun terasa berat bagi Ang Hwa Niocu ? Kailon sehingga mereka terdorong ke _ nkang. Mereka terkejut, apalagi met betapa Hongsan Siansu sudah melari-dlrl. Mereka juga segera berlompatan I mengejar ketua Hong-san-pang Itu. ngeran Chou Kuang Tian kini ber-Upan dengan Han Lin dan Kui Lin. memandang kagum sekali dan amat ukur karena dia tahu bahwa tanpa ya dua orang muda itu dia pasjr : akan mampu meloloskan diri dari man maut di tangan tiga orapg^yang alan tinggi itu. Maj af biarpun seorang pangeran adik Kaisar, namun ran Chou Kuang Tian mendahului beri hormat dengan kedua tangan dirangkap di depan dada dan menjura* "Terima kasih atas pertolongan wl (Anda berdua) yang menyelamat) saya dari tangan orang-orang jahat tad* "Ah, tidak perlu berterima kasih pada kami, Sobat. Sudah menjadi wajiban kami untuk membantu oran4 orang yang terancam oleh orang-oraa" lahat. Akan tetapi mengapa engkau keroyok oleh dua orang sakti itu. 5iai kah engkau?" tanya Han Lin sambil mer amati wajah yang gagah dan pak yang terbuat dan sutera halus itu. Tanpa ada nada membanggakan di Pangeran Chou K riang Tian menjawa' "Saya adalah Pangeran Chou K uang Tian. Tentu saja Han Lin dan Kui Lin ter kejut bukan main. Bahkan Kui Lin cepat, berlutut di depan pangeran itu. "Aih, ampunkan saya, Pangeran, saya tidak nengenal Paduka sehingga bersikap kurang hormat." "Pangeran" Sungguh? mengejutkan dapat berjumpa dengan Paduka di tempat ini." kata Han Lin sambil memberi hor mat dan membungkuk. geran Chou Kuang Tian tertawa. , jangan bersikap berlebihan. Nona. utan seperti ini kita tidak perlu nakan banyak upacara peradatan. siapakah kalian dua orang pen-muda yang lihai?" mgeran, saya bernama Si Han Lm i adalah Song Kui Lin. Kebetulan kami dapat bertemu dengan Pa-sini karena sesungguhnya kami 'i ia juga sedang dalam perjalanan jfu ke kota raja dan hendak meng-Paduka." Ah, benarkah" Kalian berdua hendak ulku di kota raja?" "Benar, Pangeran. Sebetulnya, Adik ig Kui Lin inilah yang hendak meng-p Paduka dan saya hanya mengantar-ft-.i la membawa surat dari ayah tirinya Btuk disampaikan kepada Paduka." i "Ah, benarkah itu, Nona Song" Siapa-ih ayahmu dan di mana dia tinggal?" "Ayah tiri saya bernama Kwa Siong w*\ dia menjadi perwira kepala keaman-n kota Cin-an, Pangeran." Perwira Kwa Siong, kepala keamanan Si Rajawali Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo 01 Cln-an" Ahhh, ya, aku ingat dia engkau ini anaknya, Nona?" HAnak tirinya. Pangeran. Per* ta K Siong seorang duda, ibuku seorang ja maka. mereka..... eh? kini Pe Kwa menjadi ayah tiri saya.-Ini surat untuk Paduka." Pangeran Chou K uang Tian meneri surat Ttu, membuka dan membaca Dia mengangguk-angguk dan alisnya kerut. "Hem m m, agaknya Perwira K Siong lebih tahu akan pengkhlnatan 3e derai Chou Ban Heng* Aku memang s dah curiga ketika melihat Hongtan Sur tadi karena dia adalah orang kepercayaa Jenderal Chou Ban Hengl Bagus sekal Ayahku menganjurkan agar engkau me bantu kami memperkuat Kerajaan *?" dari pemberontakan sisa-sisa orang y berniat mendirikan kembali Keraja Chou. Mari, engkau ikut denganku k istana, Song Kui Lin. Dan engkau g Si Han Lin. Aku menyeout nama kai begitu saja karena bagaimanapun jug kalian masih muda dan pantas menj anak atau keponakanku. Mari kita l?"kat." 'Silakan Paduka perg*. ke istana ber-M Adik Kui Un, Pangeran. Saya sen-pi siap sedia membantu, akan tetapi iya ingin bebas dan akan tinggal di V*oh penginapan saja." [ Pangeran Chou Kuang Tian maklum 14? watak para pendekar kangouw yarig mk suka terikat, maka ja menawarkan tatanya untuk ditunggangi Kui Lin. Dia ?*tirl berjalan kaki ditemani Han Lin. ap ini saja membuat Han Lin dan M Ljn kagum sekali. Pangeran adik * wr ini benar-benar seorang yang bi 0isana dan sama teka)! tidak sombong, au mengalah kepada seorang wanita, enyuruh Kui Lin menunggangi kudanys sungkan dia sendiri malah berjalan akil e&deral Chou Ban Heng tentu saja era mendengar betapa usahanya menyuruh bunuh Pangeran Mahkota meh] tiga orang sekutunya telah gagal, bahl| dua orang anggauta Hong-san-pang yi melaksanakan tugas pembunuhan itu "al tewas di tangan Pangeran Chou Ku* Tlaru Diam-diam dia telah mendenj berita ini dari gurunya, yaitu Hong* Siansu yang menceritakan betapa Hoi^ san Siansu, Kailon, dan Ang Hwa Ni < juga gagal membunuh Pangeran Cmt Kuang Tian karena munculnya Si Han LJ dan seorang gadis berjuluk Hek I Lihiej Peristiwa ini dengan sendirinya mau buat Jenderal Chou Ban Heng berhati hati dan dia memesan agar Horur?" Siansu jangan kembali ke kota raja ms lainkan siap di luar kota raya menur? gu perintah darinya. Demikian pul dengan Kailon dan Ang Hwa Niocu kai rena mereka telah dikenal oleh Pangerai Chou Kuang Tian sebagai tiga oran| yang menyuruh bunuh Pangeran Mahkota Thian Cu. Akan tetapi kegagalan itu sama sekali tidak membuat Jenderal Chou Ban Heng gentar atau mundur. Dia tetap bersemai untuk menjatuhkan Kerajaan Sung baru berdiri selama sebelas tahun dan membangun kembali Kerajaan n yang telah jatuh. Cita-citanya un-merampas tahta kerajaan ini bukan Ikadar ambisi pribadi, melainkan terna sekail karena perasaan dendam ' hadap Kaisar Sung Thai Cu, kaisar krtama Kerajaan Sung. Kaisar Sung Thai K? dahulu adalah bernama Chou Kuang pin, masih semarga dengannya, karena merupakan keluarga jauh dari Kaisar Chou Ong. Chou Kuang Yin tadinya rang panglima yang kemudian membe tak, merampas tahta kerajaan, bahkan nggantl Dinasti Chou menjadi Dinasti fcVng. Padahal dia merupakan keponakan r marga dengan mendiang Kaisar Chou Ong. Jadi, sepantasnya dialah yang meng gantikan kaisar itu dan melanjutkan Di nasti Chou, Dendam inilah yang membuat Jenderal Chou Ban Heng bersemangat dan nekat untuk menggulingkan Kaisar Sung Thai Cu, bahkan membunuh Putera Mahkota Thian Cu yang kemudian gagal Itu. Tentu saja Jenderal Chou Ban Hl-bukan hanya mengandalkan bdnKi Hongsan Siansu, Kailon, dan Ang H* Niocu untuk mencapai niatnya me* gulingkan Kaisar Sung Thal Cu. Dia sih mempunyai banyak pembantu pendukung yang lihai, di antaranya Kau lam Sinklam K wan In Su, !m Yang Tot dan terutama sekali puteranya sendu Chou Kian Ki yang kini memiliki k saktian melampaui tiga orang guru yaitu Hongsan Siansu, Kangtam Smkl dan lm Yang Tosu, setelah dia menerl gemblengan dari manusia sakti roendl Thian Beng Siansu. DI samping dua on. sakti dan terutama puteronya sendiri V Jenderal Chou Ban Heng masih mei. punya) belasan orang perwira y$rtg dtehuli merupakan bekas perwira Kerajaan Om dan dapat dibujukny untuk membangul kembali Kerajaan Chou dan memusu! kerafaan baru Sung Itu. D) sini terbukti bahwa tidak ada $< suatu yang seluruhnya baik atau selufU nya buruk. Yang baik mendatangkan ya buruk, sebaliknya yang buruk mendatai B* V B Mk. Sikap Chou Kuang Yin .ih rl a menjadi kaisar pertama Di-Sung dengan nama Kaisar Sung Cu? adalah sikap lunak terhadap \ keluarga dan bangsawan Kerajaan Hal ini mungkin karena dia sendiri terhitung sanak keluarga Chou. Dia rima mereka yang menaluk, bahkan beri kedudukan terhormat kepada i pejabat tinggi Kerajaan Chou. n dia mengangkat Jenderal Chou Heng yang dahulu merupakan keluar dekat kaisar, menjadi Penasehat stan Perang dari Kerajaan Sung. lu, pada waktu Kerajaan Chou, dia h panglima yang bertugas di daerah itu mtu saja sikap Kaisar Sung Thai Cu mengandung maksud agar para bangsawan bekas pejabat tinggi Keraja^r"' Chou itu akan merasa senang dan/^tia kepada kerajaan baru Sung kareoa^ mereka sama sekali tidak dihukum atau dikucilkan, bahkan diberi pangkat dan kehormatan. Akan tetapi segi buruknya era muncul. Karena mereka itu berada di pihak kerayaan yang dikalal dan dijatuhkan, mereka masih dam kepada kerajaan baru dan seti mereka diberi kedudukan tinggi? Jusi mereka mendapatkan peluang untuk balas dendam mereka kepada pemer i an barui Kalau saja Kaisar Sung Thal tidak bersikap demikian, melainkan ( sikap keras kepada bekas para pe t tinggi Kerajaan Chou, kiranya mereka tidak mempunyai kesempatan uni menghimpun kekuatan karena gen mereka sedikit saja akan ketahuan mudah ditumpas! Biarpun usahanya membunuh Pangei Mahkota gagal dan kini tidak ada sempatan lagi karena keamanan Pangei Mahkota dijaga kuat oleh Pangeran O K uang Tlan, namun Pangeran Chou Heng tidak mundur. Dengan kepandai nya yang tinggi, kini bahkan Chou K K i sendiri diam-diam mengamuk dalam dua atau tiga hari sekali teni ada pejabat tinggi pemerintah yang sel kepada Kaisar Sung Thai Cu dibunuhnj Dia tidak meninggalkan bekas dan sai tinggi terbunuh di dalam kamar tanpa ada yang melihat siapa pem-hnyal Tentu saja bukan hanya dia k melakukan pembunuhan ini, melaln-juga Kanglam Sinkiam dan tm Yang let? yang keduanya setia kepada KerajaChou yang sudah jatuh. [ Kota raja menjadi gempar setelah ada kiasan orang pejabat tinggi tewas ter-II* n h dan tidak ada yang tahu ataumenduga siapa pelaku pembunuhan m. Pangeran Chou K uang Tian tentu saja lidah menduga atau setidaknya dia curi-jVi terhadap Jenderal Chou Ban Heng. Akan tetapi tidak mungkin dia menuduh Ifcegitu saja tanpa ada buktinya Bahkan usaha Hongsan Siansu untuk membunuhnya Itu pun tidak dapat dia jadikan sebagal bukti terlibatnya Jenderal Chou I an Heng karena dari para penyel d knya dia mendengar bahwa kini Hongsan Slan-i tidak lagi berada di istana Jenderal hou Ban Heng. Pada suatu pagi yang cerah, seorang pemuda melangkah lebar memasuki pintu gerbang kota raja bagian selatan, l muda itu berusia sekitar dua pulug tl tahun, bertubuh tinggi besar, pakaian', sederhana terbuat dari kain kasar kuat. Wajahnya jantan dan gagah dei sepasang mata yang membayangkan jujuran dan keberanian. Biarpun usk masih muda, namun pemuda itu ti malu atau ragu untuk berjalan sai membawa tongkat! Sebetulnya, tentu t dia tidak membutuhton bantuan tongl untuk berjalan* Langkahnya tegap lebar seperti seekor harimau. Yang bawanya rt* bukan sembarang tong*-metainfcar? sebatang toya yang men; senjata ajrkfelerfiya. Tiba-tiba dia melihat orang-ori yang berlalu lalang di jalan raya minggir ke tepi jalan. Ternyata depan datang serombongan perajurit kuda, dipimpin oleh seorang perwira g; gah yang rnenunggang kuda paling depan Agaknya sang perwira ml bangga sekal menunggang kuda yang tinggi dan ' ngan pakaian gemerlapan dia merat seolah seorang panglima besar. Wajahnj i senyum bangga melihat di kanan jalan orang-orang berdiri dan mc-\gnya dengan kagum. Pasukan itu I dari dua losin oran? perajurit. I ba tiba) seorang gadis remaja merang jalan sambil membawa sebuah mang berisi telur. Agaknya ia ter hendak mengantarkan sekeran-telur itu kepada warung langganan-dan karena ada pasukan hendak le-i , ia mendahului menyeberang. Karena NHisa-gesa Ini, dua butir telur meng-Mkng dan jatuh ke atas jalan. Gadis ftja itu terkejut dan otomatis ia berseolah hendak memungut dua >i lr telur. Tentu saja sia-sia karena Iur Itu telah pecah. Karena berjongkok Itu maka perwira g menunggang kuda paling depan tahu[nhu telah berada di dekatnya. Kuda g ditunggangi perwira itu kaget dan meringkik sambil mengangkat kedua kaki pan ke atas. Hampir saja perwira itu i uh? akan tetapi oto segera dapat me-iHuasai dan menenangkan kudanya. Me? ah dia karena kalau sampai dia tadi terjatuh, dia tentu akan menjadi tertawaan para penonton. "Gadis >ahat Apa kau sudah gila Cambuknya melecut ke arah gadis i "Tar-tar.?"l" Gadis remaja Itu menjerit, keran a Itu terlepas dari tangannya yang berdarah dan tentu saja beberapa pu' butir telur dalam keranjang itu semual , "Hai, jangan pukul anakku ** terdeng seorang laki-laki setengah tua berlari depan kuda sang perwira dan menud ~ kan telunjuknya menegur perwira sambil merangkul putennya. M ngglr kau. pengemis busuki" Per wira itu kini marah sekail dan kembar cambuknya meledak-ledak, kini tubuh muka petani Itu yang dijadikan sasar Petani Itu mengaduh-aduh, akan te*. Sang Perwira melanjutkan lecutan ca buknya. "Pergi kailan!" bentaknya. Tiba-tiba cambuknya yang melec Itu tertahan dan ketika dia memanda ternyata ujung cambuknya itu telah kap oleh seorang pemuda tinggi be-yang membawa tongkat. Pemuda l ah yang segera menolong ayah dan K Itu dengan menangkap ujung cam* Ba gsat, lepaskan cambukku!" Per a itu menarik-narik dengan sekuat hfwiga. Akan tetapi cambuknya tetap pt tahan oleh tangan yang kuat dari pmuda tinggi besar itu. "Paman, bawalah anakmu minggir, ar aku yang menghajar anjing ini!" tanya. Petani itu merangkul anaknya |V terseok-seok mereka melangkah ke ppl jalan raya. "Jahanam busuk, berani engkau me-kaki aku anjing" Engkau bosan hidup" t* r w ra Itu marah sekali dan kini denga pkuat tenaga dia menarik cambuknya. Tiba tiba pemuda itu melepas ujung cambuk dan mengarahkannya kepada muka I- wira itu. Syuuut..... p akkk Muka perwira itu hantam cambuknya sendiri sehingga hropak bilur merah melintang di wajah-po. Orang-orang yang melihat ini rnen jadi geli dan mereka tertawa, blarj sambil menahan suara tawa mereka sih tampak mulut mereka terbuka menyeringai! Perwira Itu bagaikan kesetanan. Sai bil memaki-maki, kembali cambut melecut ke arah kepala pemuda ' Ketenangan pemuda itu luar biasa seki Dia menanti sampai ujung cambuk menyambar dekat lalu tangan kiri yJ memegang tongkat dia angkat seni ujung cambuk perwira Itu mengenai toj dan melibat, kemudian tangan menjangkau ke depan, menangkap kt perwira itu dan sekali tarik dengan takan kuat tubuh perwira itu tertai jatuh dari atas kuda dan cambuknya y< melibat toya Juga telah dapat diramr. lepas dari tangannya* Sebelum tubul perwira Itu dapat bangkit kembali, muda Itu memegang gagang cambuk ngan tangan kanannya lalu dia mencai bukl perwira itu sambil 'berseru. "ku untuk gadis remaja tadi.^. tj tar tam - . IH* Ujung cambuk melui dan merotak lengan baju berikut ku) bmi sang perwira. P'lni untuk ayah gadis tadi..... m)i, mereka segera maju menyerbu telah melompat turun oarl kuda mere* . Tanpa di komando mereka sudah meribut golok dan mengeroyok pemuda itu. Para penonton kini berlarian menjauhi, y t terlibat. Akan tetapi pemuda itu/ nya tersenyum dan setelah para p*> erbu dekat, dia mengamuk, menautkan cambuk perwira tadi m"?bagl-bagK^ i- tan. Ketika pengerowk"*/a semakin yak, dia melempar ^cambuknya dan memainkan toyanya yang berat itu ngan dahsyat. Ke manapun ujung t menyambar, tentu ada seorang penge yok terjungkal dengan tulang patah a muka bengkak matang birui Tiba-tiba terdengar bentakan nyari "Tahan semua, berhenti jangan berkel Mendengar bentakan suara mi, perajurit yang belum roboh segera nahan senjata mereka dan cepat mu sambil membantu para kawan me yang terluka sehingga kini pemuda berdiri berhadapan dengan orang mengeluarkan bentakan tadi. Dia me seorang laki-laki tinggi besar gagah usia lima puluh tahun lebih, menge pakaian panglima yang gemerlapan, ngan kumis dan Jenggot pendek terpe hara rapi, turun dari atas kereta berada di dekat situ. "Hemmm, ada apa ribut-ribut 1 Apa yang telah terjadi?" tanya pangli yang bukan lain adalah Jenderal C San Heng itu kepada seorang pera terdekat* Perajurit itu memberi hor dan menjawab. "Lapor, Jenderal! Pemuda ini telah i ikuli Perwira Tong, maka kami lalu heeroyoknya!" Jenderal Chou Ban Heng tadi sudah hat kehebatan ilmu silat pemuda itu. memandang penuh perhatian lalu tanya. "Pemuda gagah, siapakah engkau dan ng pa engkau memukuli perwira tadi tt gga pasukan lalu mengeroyokmu?" Melihat sikap panglima yang gagah -i pemuda itu bersikap tegak dan hor-t. "Thai-ciangkun (Panglima Besar), n bernama Bu Eng Hoat. Saya tidak , berani memukul orang kalau tidak alasannya yang kuat. Ketika saya at di sini, saya melihat perwira ituJ ncambuki seorang gadis remaja yang yeberang dan telurnya terjatuh pecah gga gadis itu berdarah lengannya semua telur dalam keranjangnya < ah. Ayah gadis itu hendak melarang, on tetapi dia pun menjadi korban camkan yang sewenang-wenang dari per-ra itu. Tentu saja saya tidak dapat embiarkan dia bersikap seperti itu, kejam dan sewenang-wenang menu rakyat kecil, maka terpaksa saya me ei Akan tetapi dia malah melecut* saj maka saya melawan dan memberi ha) kepadanya. Akan tetapi anak lalu mengeroyok saya. Demikianlah, clangkun." Chou Dan Heng menoleh kepada a] dannya, seorang perwira yang masih da 'Tangkap Perwira- Tong dan anak buahnya, masukan ke sel. harus diberi hukuman berat telah bertindak sewenang-wenang kepada i ya t!" "Baik, Jenderal " Perwira Itu membcr hormat dan pergi. "Bu Eng Hoat, aku merasa kagi kepadamu yang muda dan gagah peri Mari, naiklah ke dalam keretaku, ingin bicara denganmu." Bu Eng Hoat mengangguk dan mengikuti jenderal itu memasuki kerei K ita pernah bertemu dengan Bu Ei Hoat ketika dia menyerang Ang Nlocu Lal Cu Yin akan tetapi kemudi; Ltu Cin yang belum mengenal orai am apa adanya Ang Hwa Nlocu mem-m wanita Itu sehingga Bu Eng Hoat raksa meninggalkan mereka karena k mungkin dapat mengalahkan mereka dua* Pemuda ini adalah murid Thong png Lesu, pendeta Lama Tibet yang i lu bersama Tiong Gl Cinjm dan Louw ng Tojin, pernah mengadakan pertemu-di puncak Bukit Naga Kecil dan di *a mereka bertiga yang memperbin-sn&kan soal agama dan lain-lain ber-Bmu dengan Thai Kek Siansu. Hal itu i? Jadi kurang lebih sebelas atau dua be-m* tahun yang lalu. Tiga orang sakti lari tiga agama itu tertarik ketika me-hat Thai Kek Siansu mempunyai seorang " id. Mereka bertiga lalu masing-masing jin mencari seorang murid. Thong Leng usu yang mengembara mencari murid bertemu dengan seorang anak laki-laki im piatu berusia sebelas tahun berita Bu Eng Hoat. Dia mengambil anak }iu sebagai murid dan setelah dia mengitarkan Umu-ilmunya kepada Bu Eng [k>at selama kurang lebih sepuluh tahun* lalu menyuruh muridnya itu turur gunung dan terjun ke dunia ramai, tindak sebagai pendekar. Dia Juga mt berikan sekantung uang emas simpa nya kepada pemuda itu dan mem agar di manapun dia berada, Bu Hoat selalu mempertahankan dan me bela kebenaran dan keadilan, menanta kejahatan. Demikianlah, Bu Eng Hai merantau, membawa toyanya dan di panjang Si Rajawali Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo perjalanannya dia selalu men tang ke ahatan dan membela me yang lemah tertindas. Dia melihat bet dunia penuh dengan manusia-man sesat yang hanya mementingkan sendiri, mengumbar hawa nafsu meng kesenangan tanpa pantang me ak segala cara yang jahat demi mem oleh apa yang mereka inginkan. Ban sudah gerombolan penjahat yang dia * mi sehingga dalam waktu kurang I setahun saja namanya terkenal seba seorang pendekar muda yang baru mur di dunia kangouw. Permainan toyan yang amat kuat disegani banyak ora sehingga dia memperoleh julukan Si tung Eng-hiong (Pendekar Tongkat Sakti Setelah duduk di dalam kereta ber a Jenderal Chou Ban Heng, barulah Eng Hoat mengetahui bahwa dia ber-- n dengan seorang jenderal yang kedudukan tinggi. Dia merasa kagum Ika panglima itu mengecam para pe t tinggi yang suka bersikap sewenang "Mereka Itu menjemukan sekail1" de> ion antara lain Jenderal Chou Ban f*ng berkata. "Sayang aku tidak mem-i^yal kekuasaan untuk bertindak ter jlep mereka. Hanya Kaisar yang mam-I menindak mereka akan tetapi mereka pandai bermukamuka sehingga Kaisar ganggap mereka itu pejabat-pejabat g bijaksana dan baik. Terutama sekail ang She Liong yang menjadi Menteri budayaan itu, sungguh, membikin hatiku \*k dan Jengkel sekali kalau mengingat on kelal mannya" Jenderal Chou Ban ng mengerutkan alisnya yang tebal dan lukanya berubah merah. Bu Eng Hoat tertarik. "Apa yang d akukan Menteri She Liong itu, l-ciangkun?" leiumni, biarpun seorang pende1 seperti engkau tidak akan dapat met usiknya, orang muda' Dia Itu menj; kepercayaan Kaisar, gedungnya ar j ketat. Entah berapa banyaknya sav ladang milik para petani di luar "i raja yang dia rampas, dan antah ( banyak anak gadis orang yang dia menjadi penghiburnya. Ah\ pe**__ tidak ada satu pun bentak kefoh&tsi yang tidak pernah dia lakukani Hemrro kalau saja aku menjadi seorang muda c memiliki kesaktian, tentu sudah lai jahanam itu kubunuhl1' "Jahanam Itu patut diberi hajat kata Bu Eng Hoat dengan hati panas. "Hemmrn, jasamu terhadap negara bangsa akan besar sekali kalau engl dapat memberi hajaran kepada jahai Liong Itu sehingga dia tidak akan mai mengganggu rakyat lagi" kata 3eftoV.. Chou Ban Heng "Bu Ing Hoat, apakaj engkau belum mendapatkan tempat inap" Bagaimana kalau engkau sementara tinggal di rumahku" *1 Bu Eng Hoat belum mengenal kei al Itu, dan gurunya pernah berian kepadanya agar dia berhati-hati mi berkenalan dengan para bangsawan wna mereka Itu biasanya suka menaatkan tenaga orang fcangouw untuk lentingan mereka sendiri. Maka me-att keramahan jenderal Ini yang meng-Kknya naik keretanya, kemudian me-b^arkan tempat tinggal di rumahnya, Bs nreholak. "Terima kasih, Tr^i-ciangkun, saya V*n bermalam di rumah penginapan saja ir leWh leluasa dan tidak merasa sung Baiklah, kalau begitu." Jenderal k? Heng lalu memerintahkan kusir tirtanya untuk menuju ke rumah Fp*pan L ok Koan yang P antara rumah-rumah pengi/upan besar p mewah di kota raja. Kdmah peng papan Lok Koan Itu memiliki rumah takan di bagian depan/dan juga memiliki sebuah po*koan (terapat perjudian) di labelah kirinya. Karena biaya penginapan situ mahal, maka yang menginap ha IValah tamu-tamu hartawan dari luar kota, pedagang-pedagang atau pem daerah yang dat ng ke kqta raja. . "Kita tunggu di kereta sebent kata jenderal itu kepada Bu Eng H lalu kepada kusirnya dia mengutus $ si kusir memesankan kamar untuk! Eng Hoat. Kusir Itu pergi dan tak lama ke an dia datang kembali dan melapor ba* kamar untuk pemuda itu sudah terse yaitu kamar nomor lima di loteng. Eng Hoat mengucapkan terima kasih turun dari kereta dan menuju ke r penginapan itu karena kereta itu ber di tepi jalan raya di depan halaman mah penginapan Lok Koan. Begitu memasuki pendapa yang di samping rumah makan, Bu Eng mulai merasa ragu. Rumah pengi itu besar dan mewah. Tentu sew mahal sekali, pikirnya. Dia harus m hemat uang bekal pemberian gur karena kalau sampai kehabisan hal akan merepotkannya. Akan tetapi sec pelayan tergopoh-gopoh keluar meny but ya. Melihat pemuda itu berpaka sederhana dan hanya membawa ia g tongkat dan sebuah buntala Jan dari kain kasar yang gendong , pelayan itu termangu heran, akan pl memaksa diri tersenyum menyam-telamat datang, Kongcu. Kami me-erhormat dan senang sekali me-but kedatangan Kongcu." Bu Eng Hoat tercengang. Dalam per rtnya merantau selama ini, belum Mh ada ya g menyebutnya Kongcu tn Muda). Ada yang menyebutnya "hons atau That-hiap (sebutan para dekar) setelah dia melakukan sesuatu ?k salatnya menentang para penjahat menolong orang. Sekarang pelayan ig pakaiannya bahkan lebih bagus dari-ia pakaiannya sendiri, tentu saja dia njadi sungkan. Dia memandang pelayan ngah tua itu lalu berkata ragu sam-berhenti melangkah dan memandang arah pendopo yang mewah, yang me 1 indah dengan adanya lukisan-lukisan ah, tiraitirai sutera dan pot-pot bu-i besar terukir indah. "Ah, Paman, agaknya saya telah masuk. Rumah penginapan bu megah bagi saya. Saya hendak . kamar "di rumah penginapan yang hana dan murah saja/1 Setelah 1 demikian dia membalikkan tubuhnya dak keluar lagi. Akan tetapi pelayan lari mendahului dan menghadangnya bil menjura dengan hormat. "Maaf, Kongeu, kalau pany: kami kurang baik. Saya akan kepada kepala pengurus rumah an Lofc Koan untuk menyambut ser *Ah, )engafs Paman! Bukan maksudku, hanyaw. rumeh ini tarbn%pau~~ mahal Tiba-tiba pelayan itu lertowa. harap Kongeu tidak main-main. K tidak usah membayar sekeping pun boleh tinggal di rumah penoinapan Koan berapa lama pun, kami akan layani sebaik mungKIn dan Kongeu dak pesan makan apa persiapkan dengan baiki" Bu Bng Hoat memandang . Gilakah pelayan ini" Ataukah dia 1 senang mendapatkan kamar di ho-mewah berikut makan setiap hari, * waktu yang tidak terbatas lame-, tanpa membayar sekeping pun" Akan npl cfl samping perasaan senang Ini, perasaan curiga dan khawatir. Apa r>ya jenderal itu bersikap demikian baik dan royal terhadap dirinya" maunya" Dia fer Ingat akan pesan nya dan dia bersikap waspada dan haj hati sekail* Akan tetapi setelah dua malam t i gal di hotel Lok Koan, tidak terji sesuatu dan jenderal itu pun tidak ganggu, bahkan tidak pernah bunginya. Pada malam ke tiga, Hoat duduk termenung di dalam kamj nomor lima yang mewah den letaknya loteng rumah penginapan Lok Koan Jendela kamarnya dia buka dan dari dalam kamar dia dapat melihat jajaran genteng- genteng di rumah di dekat i itu. Teringat dia akan percakapannya , dan Jenderal Chou Ban Heng dalam kereta. Menteri Kebudayaan Liong! Tiba dia teringat akan pejabat tinggi she Liong yang amat jahat, tukang peras dan tindas rakyat, suka mempermainkan gadis orang, kejam dan sewenang yang. Kalau dia sudah mendengar berita seperti itu tidak turun tangan memberi hajaran kepada pejabat lalim itu, percuma saja dia belajar ilmu silat bertahun-tahun kepada gurunya. Gurunya, Thong Leng Losu yang gagah perkasa tentu akan merasa malu dan marah kepadanya! Kemarin siang dia sudah berjalan-jalan mencari tahu di mana letak gedung tempat tinggal Menteri Liong. Ternyata gedung besar itu tidak ter ketat, tidak seperti yang digamb.* Jenderal Chou. Baginya, tidak akan I menyusup masuk ke dalam gedung dilihatnya hanya dijaga belasan perajurit di gardu penjagaan, di gerbang halaman gedung itu. Dia teri akan ucapan Jenderal Chou yang gf perkasa itu. "Kalau saja aku me seorang muda dan memiliki kesak tentu sudah lama jahanam itu kub Demikian jenderal itu berkata, mana dengan dia" Apakah dia akan diamkan saja pejabat tinggi yang itu mengganggu rakyat" Bagaimana' di antara pesan gurunya, Thong Losu, kepadanya ketika dia hendak1 rangkat mengembara" "Wi bin m kok, hiap ci tai cia juang demi rakyat dan negara, I yang paling utama)!" Dan sekarang buka kesempatan baginya untuk me' nakan perintah suhunya itu. Mem Menteri Liong yang lalim berarti telah berjuang demi kepentingan r dan negara! Setelah berpikir demij %0 11 g Hoat lalu berkemas, mengenakan Ttalan yang ringkas, kemudian sambil Kubawa toyanya dia keluar dari jen i kamarnya, menutupkan daun jendela I luar setelah meniup padam lampu km kamarnya, kemudian dari loteng i dia melayang ke atas genteng rumah l"lah, kemudian dia mempergunakan t kang berlompatan dari wuwungan ftrti.ih rumah ke wuwungan rumah di ".(. Dia berlompatan dengan cepat F ringan sehingga tidak menimbulkan tftr.i dan berlarilarian menuju ke rumah i i ti r i Liong! Setelah tiba di dekat gedung "yang dike-i gi pagar tembok itu, dia mendekam di "i pat gelap dan mengamati sekelilinginya. nl.im itu sudah agak larut dan suasananya ,myi sekali. Seperti dugaannya, penjagaan i Jung itu tidaklah terlalu ketat. Hanya ada lx rapa orang pera n irit tampak duduk di i "s bangku panjang di luar gardu dekat itu gerbang, ada pula beberapa orang ig agaknya bermain kartu di dalam i ilu. Ada pula yang meronda mengeli-r?gi gedung membawa lentera. Dia menanti sampai bagian di belaka gedung itu dilewati petugas ronda, kemm an sekali melompat dia telah berada atas pagar tembok. Melihat kc dalam, t nyata di bagian belakang gedung itu t dapat sebuah taman bunga yang tidak t lalu besar. Dia cepat melompat turun P sejenak bersembunyi di balik segerombo Kui-hwa (Bunga mawar). Dari jauh dat dua orang peronda. Mereka meronda deng santai saja. Agaknya memang mereka sari sekali tidak mencurigai sesuatu dan n rasa aman. Setelah dua orang pero" itu lewat jauh, mulailah Bu Eng H bergerak mendekati gedung. Setelah yakin"keadaannya aman melompat ke atas wuwungan gedun? merangkak dengan hati-hati, mulai men intai ke bawah mencari di mana adany Menteri Liong1 Setelah agak lama men-l cari dan hanya menemukan kamar-kamar di mana penghuninya telah tidur, dan dia tidak dapat membedakan mana yang menjadi kamar Pembesar Liong, akhirnya dia melihat cahaya lampu menyinari lubang jendela sebuah kamar. Cepat dia ffigintai dan dia melihat bahwa kamar ndalah sebuah ruangan baca, semacam aan karena di sana terdapat vak buku di almari, ruangan yang luas ' di tengah ruangan itu terdapat se y meja yang lebar. Seorang laki-laki ngah tua berusia sekitar lima puluh m, bertubuh tinggi kurus dengan jeng-1 ?n kumis terpelihara rapi, pakaian-santai sebagaimana biasa pakaian ink tidur, wajahnya membayangkan mbutan^ akan tetapi biarpun wajah-belum keriput, rambutnya sudah 11 ir putih semua. Laki- laki itu sedang 't baca kitab di bawah penerangan >tpu meja yang cukup besar. Bu Eng ? 11 mendengar laki-laki itu membaca ngan suara yang cukup kuat sehingga >at terdengar jelas olehnya. Kun-cu souw ki wi ji neng, Put goan houw ki gwe!" Eng Hoat mengenal bacaan itu se-gai pelajaran dalam kitab Tiong Yong r i Guru Besar Khong Cu yang berarti: "Seorang Budiman bertindak sesuai dengan kedudukannya, dia tidak menginginkan apa-apa bukan menjadi bagiannya. Kemudian laki-laki setengah tua melanjutkan bacaannya. "Dalam keadaan kaya atau misk senang atau susah, dia selalu dapat u nyesuaikan diri dengan lingkunganny Karena itu seorang Budiman selalu hid tenteram bahagia dan dapat meneri apa adanya." Laki-laki itu berhenti sejenak, ag nya dia ingin mendalami maksud pelajaran itu, kemudian melanjutkan. "Berkedudukan tinggi dia tidak mer hina bawahannya. Berkedudukan re dia tidak menjilat-jilat atasannya, memperbaiki diri sendiri dan tidak me harapkan mendapat apa-apa dari orai lain. Karena itu, dia tidak pernah me/ benci siapa pun. Ke atas dia tidak nuntut Tuhan, ke bawah dia tidak nyalahkan orang lain." Kembali dia merenungkan pelajar itu lalu melanjutkan. "Maka dari i seorang Budiman senantiasa berada dala keadaan tegak dan tenteram menari m Beng (Karunia Tuhan). Sebaliknya wig Siauw-jin (Manusia berbudi ren-senantiasa melakukan perbuatan jahat membahayakan orang lain mendapatkan apa-apa yang bukan |.*Ji haknya!" Laki-laki itu kini bersandar di kursi- dan menghela napas panjang, ter-m>-"g seolah mengenang kembali apa j telah dibacanya, yaitu sebagian dari Kl Tiong Yong f asal U. Biarpun guru-m seorang Pendeta Lama Tibet, ber-hia Buddha dan dia mendapat pelajar-[ u-ntang agama itu, namun gurunya L< memberinya kitab-kitab lain untuk I? ya, di antaranya, kitab Tiong Yong Wk mengandung pelajaran dari Guru Br Khong Cu, sehingga Bu Eng Hoat Bm mengenal apa yang dibaca oleh laki setengah tua itu. i t-laki itu menghela napas pan. "Hayaaa " Dia mengeluh. "Siapa vang tidak tahu akan semua pelajaran pekerti dalam segala agama" Siapa-orangnya yang tidak tahu bahwa KKanggu, menyakiti, merugikan orang lain adalah perbuatan jahat dan menol menyenangkan, dan menguntungkan ora lain adalah perbuatan baik" Siapa y tidak tahu bahwa dalam hidupnya setiap orang manusia harus menghara kan perbuatan jahat dan memperbany perbuatan baik" Akan tetapi sunggu celaka, di mana-mana orang melakuka perbuatan jahat! Di mana sih terdaj" manusia yang pantas disebut Kuncu (B diman) sekarang ini" Aku melihat 1 empat penjuru dipenuhi orang-crang ya menjadi hamb nafsunya sendiri dan s gala tindakannya hanya menyebar jahatan!" Kembali dia menghela napas.' Eng Hoat merasa heran dan dia diam dia bertanya-tanya siapa gerang orang setengah tua ini. Mendengar sem ucapannya, tidak mungkin orang seper ini berwatak jahat! Dia mulai tering akan niatnya mengunjungi tempat i, Dia harus menemukan Menteri Lt yang kabarnya lalim dan jahat itu. Tiba-tiba dia mendengar daun pin ruangan itu diketuk dari luar. Laki-' setengah tua itu menoleh ke arah pin mi bertanya dengan suara bernada kesal arena keasyikannya terganggu. "Siapa itu?" "Saya, Loya (Tuan) " jawab suara hrnnita. "Masuk!" Daun pintu dibuka dan seorang wanita I- layan memasuki ruangan dengan sikap i'fmat lalu berjongkok memberi hormat. "Ada apa?" tanya laki-laki itu, suaranya lembut dan sabar. "Loya, saya diutus Hujin (Nyonya) mtuk mengingatkan Paduka bahwa ma-nm telah larut, agar Loya beristirahat ena kata Hujin besok pagi Loya harus menghadiri persidangan para menteri di htana Sribaginda Kaisar." ' Hemmm, tidak perlu di ngatkan aku tidak akan melupakan kewajiban itu. Sudah, keluarlah dan katakan kepada Hujin bahwa aku sed-j"* membaca kitab." "Baik dan ampunkan kalau saya roeng-Kanggu, Loya." "Sudahlah, engkau tidak bersalah, hanya diutus Hujin. Pergilah." Pelayan itu memberi hormat lalu keluar dari ruangan dan menutupkan daun pintu. Diam-diam Bu Eng Hoat terke' Kiranya laki-laki inilah Menteri Lio Tidak salah lagi. Siapa lagi kalau bu Menteri Liong yang besok pagi har menghadiri persidangan para menteri istana" Inikah Menteri Liong yang ka nya lalim dan jahat itu" Akan tet rasanya tidak mungkin! Ucapannya t penuh kebijaksanaan, dan sikapnya te hadap pelayan wanita tadi juga Jemb dan penuh kesabaran. Orang yang begi rasanya lebih banyak baiknya daripa buruk budinya. Tiba-tiba daun pintu ruangan itu ter buka lagi, kini terbuka dengan sentaka dan sesosok bayangan hitam berkeieba masuk. Eng Hoat melihat seorang yan berpakaian hitam, mukanya ditutupi kain. hitam pula, memegang sebatang tongkat baja dan dengan kecepatan luar biasa dia menyerang Menteri Liong! "Menteri jahanam, mampus kau!" bentak suara laki-laki di balik kain hitam itu dan tongkat bajanya sudah menyam-dahsyat. Menteri itu mencoba untuk lak, namun kalah cepat. Wuuuttttt bukkk!!" Dia terpukul tubuhnya roboh terbanting dengan sekali. Eng Hoat cepat melompat k*an tetapi, Nona. Kamar nomor lima i sudah ada yang menyewa!" Lalu di-mbungnya cepat. "Dia malah agaknya lum bangun dari tidurnya." "Hemmm, siapa dia" Orang macam fa dia?" Kui Lin bertanya tidak sabar. "Dia seorang pemuda gagah dan tam|.. n, Nona " "Cepat bawa aku ke kamar itul Aku ^i gin bertemu orangnya!" Pelayan itu meragu. "Akan tetapi ya tidak berani mengganggu tamu yang ang tidur, Nona. Apakah Nona ini saudaranya, sahabatnya, atau kek.. Pelayan itu tidak melanjutkan kata I kasihnya" ketika melihat betapa sepa. mata yang indah itu tiba-tiba mentor "Apa katamu" Hayo * lanjutkan! itu kek kek ?" "Eh, maksud saya kek apa Nona keponakannya?" "Ngawur! Cerewet! Hayo cepat tu jukkan padaku di mana kamar norr lima di loteng itu!" Kui Lin membenT dan menyambar lengan pelayan itu. i rasa betapa pergelangan lengannya se ti dijepit besi sehingga tulangnya ter nyeri, pelayan itu menyeringai. "Baik baik ampunkan saya...I dan dia lalu bergegas melangkah ke ar tangga yang menuju ke loteng setel Kui Lin melepaskan lengannya. Setelah tiba di depan pintu ka nomor lima, pelayan itu mengetuk dai pintu. Selama menjadi pelayan belu pernah dia berani mengganggu tamu h tel itu yang berada dalam kamar. Ak tetapi sekarang karena dia takut kepa Kui Lin yang pegangan jari- jari tanga yang mungil itu seperti cepitan besi, " memberanikan diri. "Tok-tok-tok !" Pada saat itu, Bu Eng Hoat masih [Kir pulas karena memang baru men-11 g fajar tadi dia dapat tidur pulas. ? n tetapi sebagai seorang ahli silat ing peka, ketukan di pintu kamarnya 1m cukup untuk membangunkannya. Dia bangkit duduk, seketika sadar sepenuhnya ?ni pertama kali melihat bahwa dia Mur dengaa pakaian lengkap berikut sedunya dia segera teringat akan peris-wa semalam. Dia menjadi waspada dan emandang ke arah pintu kamar itu. "Ya, siapa di luar?" tanyanya dengan tenang. "Saya, Kongcu, pelayan hotel. Ini ada orang nona inRin bertemu dengan Kong-feu!" Mendengar ini, hati Eng Hoat menjadi lega dan lebih tenang, walaupun tentu ?aja dia merasa heran bagaimana di tempat asing ini ada seorang nona hendak bertemu dengan dia! Karena baru saja bangun tidur dan yang akan menemuinya adalah seorang nona, maka otot? tanpa disengaja kedua tangannya mei kan pakaian dan rambutnya. Setelah rapi dia lalu melangkah ke ointu membukanya. Bu Eng Hoat tercengang ketika buka pintu dia melihat seorang g cantik manis berdiri di depannya de pandang mata tajam penuh selidik! tidak mengenal gadis ini dan saking rannya dia sampai tidak dapat bers Dia mengira bahwa tentu gadis itu alamat dan mengira dia orang lain. "Siapa namamu"!" Kui Lin memben dengan galak. Sebetulnya ia sendiri cengang ketika melihat munculnya orang pemuda tinggi besar berpaka sederhana dan berwajah ganteng, jan dan bersih. Tadinya ia mengira berhadapan dengan seorang laki-laki tampang pembunuh yang menyeramk Bentakannya yang galak sebagian unt menyembunyikan rasa herannya. Kalau tadinya Eng Hoat merasa gum kepada gadis yang cantik manis i kini dia mengerutkan alisnya. Ada gadis ini, pikirnya. Belum mengt-"\ t akan tetapi sikapnya begini galak! " na, mengapa engkau menanyakan i.\ku" Kita tidak saling mengenal dan engkau yang mengganggu tidurku, turnya kalau engkau yang memperMlkan namamu kepadaku." "Mengapa" Jangan berpura-pura bodohi kau pembunuh!" [ "Aku tidak membunuh siapapun juga." f "Bohong! Engkau semalam membunuh f teri Kebudayaan Liong!" Bu Eng Hoat tertegun. Kiranya urusan i bunuhan atas diri Menteri Liong" Ba-> miana gadis ini dapat mendakwanya" ikah gadis ini semalam melihat dia ada di ruangan perpustakan Menteri ng" "Aku tidak membunuh siapa pun!" Eng it berkeras karena dia memang tidak mbunuh menteri itu. Pada saat itu tampak belasan orarg n enaiki tangga dan yang paling depan .1 alah seorang perwira yang segera meng-f mpin Kui Lin dan berkata. "Lihiap, inilah toya yang ditemukan di ruangan pembunuhan." Dia adalah j wira dari istana yang disuruh Panj Chou Kuang Tian menyusul Kui Lin n ajak sepasukan perajurit dan men? bukti toya yang diterima oleh pangj itu dari penyelidiknya. Kui Lin mener toya itu, memegangnya di kedua taiv nya lalu menatap wajah Bu Eng Hoal. "Engkau jelas berbohong. Hayo kan, toya ini milik siapa?" Eng Hoat menggangguk mantap, memang milikku!" Dia menjulurkan k tangan untuk mengambil senjatanya dari tangan Kui Lin. Akan tetapi Kui cepat mengelak dengan sikap mema kuda-kuda dan siap menyerang. "Hei ttt! Jangan main-main! H jawab, ke mana semalam engkau per Hayo jawab!" Bu Eng Hoat menggaruk-garuk ke nya. Bukan main gadis ini, bertanya ngan nada seorang hakim memer terdakwa, atau seorang isteri menur?' suaminya. Dia merasa geli juga, m bayangkan dirinya menjadi suami gadis ini menjadi isterinya yang me "I ngkau jelas berbohong. Hayo katakan, toya ini milik siapa?" riksa Ingin mengetahui ke mana sema suaminya pergi! "Aku..... aku....." sukar dia menjaw "Alaaaaa , akui saja sejujurn Semalam engkau pergi ke gedung Mentf Liong, bukan" Engkau membunuh Ment Liong dan ini toyamu tertinggal di angan itu. Hayo mengaku saja, bukti sudah jelas!" Bu Eng Hoat menghela napas panjat "Tidak akan kusangkal. Aku memang t malam pergi ke gedung Merteri Lior akan tetapi aku tidak membunuhnya "Bohong lagi! Malam-malam ke sa bawa senjata bahkan senjatanya terti gal di sana dan Menteri Liong tew Kalau engkau tidak membunuhnya, v; kah engkau datang ke sana mau jala jalan lalu tersesat, begitu" Hayo m nyefah, atau terpaksa aku akan men gunakan kekerasan menghajarmu ieT dulu!" Bu Eng Hoat 'mengerutkan al sn yang tebal. Hatinya mulai merasa pan Gadis ini menuduhnya secara keras tan memberi kesempatan kepadanya unti mberi keterangan. Watak pemuda ini tiang keras. "Heh, gadis sombong! Kamu ini siapa i, lagakmu seperti seorang hakim! Ada j apakah engkau hendak menangkap u?" dia bertanya marah. Eh-eh, aku ditugaskan oleh Istana 'l ik menjaga keamanan dan menangkap n jahat dan pembunuh macam kamu!" "Engkau menuduh aku bohong, engkau mdiri yang bohong! Tidak mungkin Is-Lma mempunyai petugas seorang anak prempuan kecil Si Rajawali Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo macam kamu!" "Keparat! Aku adalah Hek I Lihiap >ng Kui Lin, kepercayaan Keluarga itana, tahu" Hayo engkau menyerah, lau harus kuparahkan dulu kedua kakiiu?" "Siapa takut kepadamu" Mau tangkap *u" Cobalah kalau engkau mampu!" Bu I ng Hoat tiba-tiba menyerang dengan ksud untuk merampas toya dari tangan | h. Aku mengenal dia sebagai seorang idekar yang menentang kejahatan." >vik Liu Cin. "Hemmm, kalau begitu, gadis itu Ji lak boleh membunuhnya. Kita harus melerai perkelahian itu dan men kesempatan kepada pemuda itu ui membela diri dan memberi keteranga Biarpun Liu Cin dan Hui Lin b suami isteri. bahkan bukan sepasang kasih resmi karena sampai kini Hui masih belum berani mengaku bahwa mencinta Liu Cm, namun di antara dua orang itu terdapat hubungan b; yang amat erat. Mereka amat peka sama lain dan hal ini terjadi setC mereka berdua melatih ilmu Tr a -te yang Sin-kun bersama-sama. Maka s kata-kata tadi sudah merupakan ke katan dan keduanya lalu melompat tengah halaman di mana Bu Eng i dan Song Kui Lin sedang bertanding se "Kalian berhentilah berkelahi!" Liu Cin dan Hui Lan hampir berbar Liu Cin menghadang di depan Bu Hoat sedangkan Hui Lan menghadang Lin. Terpaksa dua orang yang se bertanding itu menahan senjata masi masing dan berlompatan mundur. Melihat dua orang yang tidak dike nya akan tetapi yang memiliki gera' mi itu melerai. Kui Lin mengira bah mereka tentu merupakan teman-Mu si pembunuh. Maka ia cepat ber* langkap mert* a' Mereka tentu ka-k si pembunuh ini!" .'"rwira tadi cepat mengerahkan para ;urit untuk menyerang Bu Eng Hoat, Cin, dan Ong Hui Lan sehingga ter-hn tiga orang ini membela diri dan gkisi senjata para perajurit yang un mengeroyok. liu Eng Hoat sendiri tidak mengenal Hui Lan, akan tetapi begitu melihat Cin, dia segera teringat. Inilah pe-n fa yang dulu membela Ang Hwa < u, iblis betina pembunuh banyak pe-Kla itu ketika dia menyerangnya. Ten-saja dia merasa heran karena tadinya mengira bahwa tentu Liu Cin me-kan -seorang sesat pula maka memita iblis betina seperti Ang Hwa Niocu. kan tetapi mengapa sekarang muncul rrsarha seorang gadis cantik membelaKarena Liu Cin dan Hui Lan tidak bermaksud menentang para pera' maka mereka berdua hanya melindi diri saja. Akan tetapi segera lebih nyak perajurit datang mengepung, menuhi halaman hotel itu. Mereka tadinya menonton sudah bubar melar dan menjauhkan diri karena khawatir libat. Tiba-tiba terdengar suara lem namun berpengaruh karena mengan getaran kuat. "Tahan semua senjata! Lin-moi, h kan perkelahian!!" Mendengar suara Han Lin, Kui segera berhenti, memutar badan me dang kepada kakak angkatnya itu de cemberut. "Lin-ko, engkau ini bagaimana Mengapa menahan kami menangkap pembunuh ini" Semestinya engkau m bantu kami menangkap mereka!!" Sementara itu, melihat Han Lin, Cin dan Ong Hui Lan juga menjadi rang sekali. "Han Lin !" Mereka berseru den berbareng. Hui Lan lalu mengham n Lin dan berkata. "Han Lin, kami i.in pembunuh dan tidak melakukan Lihatan. Kami berdua hanya ingin me-bi dan mencegah orang ini disakiti m dibunuh karena menurut keterangan i Cin, orang ini tidak bersalah dan uin pembunuh." "Bohong! Bu Eng Hoat ini jelas telah mbunuh Menteri Liong dan aku telah erl tugas oleh Pangeran Chou Kuang n untuk menangkapnya, tapi dihalangi i orang ini! Lin-ko, engkau harus mem-tuku menangkap mereka bertiga." "Nanti dulu, Lin-moi. Agaknya ada salah pahaman di sini. Suruh para pe-turit itu mundur dan mari kita semua uk ke ruangan rumah makan yang song itu untuk membicarakannya. Di na kita lihat, kalau memang ada yang salah baru ditangkap, dan sebagai ng gagah, yang merasa bersalah harus rani mempertanggung-ja wabkan per-uatannya!" Ucapan Han Lin yang lembut un tegas dan sikapnya yang halus itu dak ada yang membantah. Kui Lin me-yuruh perwira tadi menarik mundur pasukannya dan mereka berlima lalu masuki ruangan rumah makan yang kosong karena semua tamunya tadi larikan diri. Bahkan tidak ada sec pun pelayan tampak karena mereka mua juga pergi bersembunyi. M segera mengambil tempat duduk mei Hngi sebuah meja bundar yang kosong. "Nah, sekarang mari kita bicara ngan sejujurnya. Lin-moi, engkau bercerita, Anak Pendekar 16 Wiro Sableng 183 Bulan Biru Di Mataram Kisah Pedang Di Sungai Es 10