Bayangan Berdarah 12
Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen Bagian 12 ia lantas berpikir. "Benarkah simanusia sombong ini mempunyai kemampuan untuk meramalkan hal2 mendatang?" Dalam pada itu Tjioe Tjau Liong telah tersenyum setalah mendengar ocehannya. "Suma-heng menurut pendapatmu ada berapa orang mata2 yang telah menyelundup masuk ke dalam perkampungan kami ini?" "Menurut perhitungan ramalanku paling sedikit ada belasan orang banyaknya! "Tidak banyak, tidak banyak, kalau menurut penilaian Cungcu kami paling sedikit seharusnya ada dua puluh orang banyaknya" "Hmm! kalau begitu Shen Toa Cungcu kalianpun pandai dalam soal meramal....?" jengek Suma Kan dingin. Mendengar ketidak puasan tetamunya ini, Tjioe Tjau Liong segera tertawa. "Walaupun Toa Cungcu kami tidak dapat meramal namun semua dugaannya tidak pernah meleset!" Suma Kan segera menyimpan kembali mata uang emasnya sembari masukkan benda itu ke dalam saku ujarnya kembali dengan nada dingin. "Menurut ramalah siauw-te mata2 yang menyelundup masuk ke dalam perkampungan tidak mendatangkan keberuntungan bagi perkampungan kalian...." "Ha.... ha.... tentang soal ini Suma heng tak usah kuatir" tukas Tjioe Tjau Liong sambil tertawa bergelak. "Kemungkinan terjadinya bencana serta kekalutan sudah berada di dalam perhitungan Toa Cungcu kami!" "Aku lihat ada kemungkinan besar perubahan yang bakal terjadi jauh ada diluar dugaan Toa cungcu kalian" ujar Suma Kan kembali, agaknya ia menaruh keyakinan penuh atas hasil ramalan sendiri. "Sekalipun situasi dalam kekalutan tersebut mungkin sekali sedikit berada diluar dugaan Toa Cungcu kami. Aku pikir tidak akan sampai mengacaukan seluruh keamanan perkampungan" sambung Tjioe Tjau Liong kembali dengan cepat setelah melirik sekejap ke arah Be Boen Hwie. Suma Kan semakin tidak puas. ia simpan kembali mata uangnya dan berseru dingin. "Baik kalau memang Tjioe Tjau Liong tak mau mendengarkan peringatan dari siauwte, akupun tidak ingin banyak bicara lagi. Akan siauwte lihat dengan cara apa perkampungan kalian hendak mengatasi kekalutan yang bakal terjadi"!" Sikap Suma Kan yang begitu kukuh atas hasil ramalannya ini sangat aneh sekali hampir menimbulkan rasa tercengang dihati Thay-san Sam HIong dalam waktu hampir berbareng mereka bersama2 berpikir. "Dikolong langit mana ada manusia yang begitu kukuh hendak memaksa orang lain mempercayai hasil ramalannya, Suma Kan boleh terhitung seorang manusia paling kukoay." Sementara itu lambat2 Be Boen Hwie meninggalkan tempat duduknya ia berpaling ke arah Jie Cungcu dari perkampungan Pek Hoa Sancung dan menegur. "Saat ini arak serta sayur sudah mengenyangkan perutku, apakah Jie Cungcu masih ada petunjuk lain?" "Tidak berani. tidak berani. Kalau Be-heng tidak ada urusan lagi silahkan berlalu dari sini" "Kalau begitu siauwte mohon diri lebih dulu Be Boen Hwie segera menjura dan mengundurkan diri. Dengan kepala tertunduk Siauw Ling mengikuti dibelakang Be Boen Hwie kembali keruangan Bambu Hijau. Memandang bayangan punggung Be Boen Hwie yang lenyap dibalik ruangan tiba-tiba Suma Kan berkata. "Jie Cungcu kenalkah kau dengan orang ini" "Baru ini hari aku saling berjumpa dengan dirinya, namun terhadap asal usul serta perbuatannya selama ini aku sudah mengetahuinya jelas bagaikan melihat jari tangan sendiri. "Orang ini merupakan manusia pertama yang terselubung oleh persoalan besar. Jie Cungcu harus berlaku hati2 terhadap dirinya!" Selesai bicara, tidak menanti jawaban dari Tjioe Tjau Liong lagi ia segera mengundurkan diri. Sementara itu Be Boen Hwie serta Siauw Ling yang kembali kepesanggrahan Bambu Hijau dengan hati mendongkol disambut oleh Hong Tju yang penuh dihiasi dengan senyuman. Sambil menghidangkan air teh tegur dayang itu sambil tertawa. "be-ya apakah kau hendak beristirahat?" "Aku hendak duduk tenang sejenak silahkan nona pergi beristirahat sendiri!" "Budak hendak melayani Be-ya!" "Tidak usah!" dengan cepat Be Boen Hwie ulapkan tangannya setelah merandek sejenak sambungnya lebih jauh. "Seandainya Nona ada maksud meninggalkan perkampungan Pek Hoa Sancung nanto setelah berjumpa dengan Shen Toa Cungcu aku bisa bantu kau membicarakannya...." "Be-ya!" buru-buru Hong Tju menukas. "Sekalipun kau tidak suka budak melayani dirimu terus menerus jangan sekali2 mohonkan budak untuk bebas dari perkampungan ini dihadapan Toa cungcu...." "Aku tahu" ujar Be Boen Hwie sambil tertawa, "Aku akan mohon pada Shen Toa Cungcu untuk menghadiahkan nona kepada cayhe, menanti kita sudah meninggalkan perkampungan Pek Hoa Sancung, nonapun boleh pergi kemanapun kau ingin pergi!" "Kolong langit demikian luas, aku tiada bersanak tak berkeluarga kau hendak suruh aku pergi kemana" ujar Hong Tju dengan nada sedih "Tidak berani merepotkan Be-ya banyak bicara dihadapan Toa Cungcu!" Ia segera putar badan dan berlalu. Melihat wajah dayang itu memperlihatkan kesedihan bercampur ketakuran. Be Boen Hwie lantas berpikir dalam hatinya. "Agaknya dayang ini ada maksud meninggalkan perkampungan Pek Hoa Sancung hanya tidak kuketahui maksudnya ini benar2 atau palsu! Aaai.... hanya seorang dayang dari perkampungan Pek Hoa Sancung pun sudah cukup membuat orang pusing tujuh keliling dan tak tahu apa sebenarnya yang mereka sedang tuju...." Sementara ia berpikir, mendadak tampak Hong Tju yang baru saja meninggalkan ruangan telah muncul kembali dengan langkah ter-gopoh2. "Be-ya.... Be-ya....!" teriaknya cemas. "Ada seorang sianseng she Suma datang berkunjung" "Suma Kan datang berkunjung" apa sebabnya ia datang kemari?" seru Be Boen Hwie dengan hati keheranan. "Orang ini punya watak tinggi hati dan tujuan yang sukar diduga aku harus baik2 menjaga diri...." Ia lantas berkata. "Cepat undang ia masuk kedalam...." Belum selesai ia berkata Suma Kan telah menerobos masuk ke dalam ruangan sembari terseru "Be-heng maaf kalau aku telah mengganggu ketenanganmu" Nada suaranya dingin kaku boleh dikata ia tidak sedang mengutarakan kata2 menghormat. Sebenarnya Be Boen Hwie pun akan mengucapkan beberapa patah kata merendah namun mendengar nada suaranya dingin kaku pikirannya segera bergerak pikirnya. "Terhadap manusia yang demikian sombongnya akupun tidak usah berlaku banyak adat lagi...." Dengan suara yang tidak kalah dinginnya ia segera menegur. "Apa maksud kedatangan Suma-heng"!" Tidak menanti ia dipersilahkan duduk Suma Kan telah ambil tempat duduk sendiri jawabnya. "Dihadapan manusia budiman lebih baik kurangi bicara palsu. bukankah kedatangan Be-heng ke dalam perkampungan Pek Hoa Sancung ini mengandung maksud jelek.... mungkin kau masih bisa mengelabui didi Tjioe Tjau Liong, namun tidak akan berhasil mengelabui siauwte!" "Heee.... heee.... Suma-heng hanya ingin mengutarakan beberapa patah kata ini saja?" jengek Be Boen Hwie sambil tertawa dingin. "Siauwte sudah tahu!" "Tjioe Tjau Liong tidak sudi mendengarkan peringatanku ia terlalu yakin penjagaan dalam perkampungan Pek Hoa Sancung nya kuat dan kokoh bagaikan dinding baja hal ini sungguh membuat siauw-te merasa kheki bercampur mendongkol" tukas Suma Kan dengan cepat. Beberapa patah perkataan ini sungguh mengejutkan sekali, Be Boen Hwie tidak mengira kalau orang ini berani mengutarakan kata2 yang demikian terang2an menentang perkampungan Pek Hoa Sancung dihadapan orang lain. Untuk beberapa saat lamanya Be Boen Hwie tak dapat meraba maksud hatinya. dengan alis berkerut ia bertanya. "Maaf kalau siauw-te bodoh sehingga tidak dapat menangkap maksud ucapan dari Suma heng barusan dapatkah kau memberi penjelasan!" "Maksud Siauw-te sederhana sekali aku ingin memaksa Tjioe Tjau Liong percaya dan mengerti kalau ramalan dari aku Suma Kan bukan permainan iseng belaka yang sama sekali tiada bukti dan fakta" "Dan entah apa rencana Suma-heng untuk membuktikan ramalanmu itu?" "Tjioe Tjau Liong tidak mau percaya perkataan dari aku Suma Kan, aku akan memaksa dia merasakan sedikit pahit getir dan tahu akan kelihayan dari aku Suma Kan" "Coba terangkan lebih jelas lagi" Suma Kan tidak langsung bicara sinar matanya menyapu ke arah Hong Tju yang berdiri diujung ruangan bibir yang bergerak segera dibatalkan kembali. Hong Tju yang mengetahui keadaan segera menyadari akan situasi yang ada didepan mata tanpa banyak bicara ia segera mengundurkan diri dari dalam ruangan. "Nah sekarang kau mulai bicara!" kata Be Boen Hwie sambil tertawa sepeninggalnya dayang tersebut. "Maksud kedatangan Be-heng kemari bukan saja siauw-te sudah mengetahui sangat jelas sekalipun Tjioe Tjau Liong sendiri aku rasa ia jauh lebih jelas lagi" "Tidak salah! kata Be Boen Hwie sambil tertawa hambar. "Siauw-te memang tidak bisa hidup berbareng dengan orang perkampungan Pek Hoa Sancung, namun berkat perhatian mereka yang suka memberi muka kepadaku mereka telah mengirim undangan untuk mengharapkan kehadiranku dalam perjamuan ini. Seumpama siauw-te tidak datang bukankah mereka akan mentertawakan aku seorang manusia berhati kecil?" "Tetapi menurut pandangan cayhe kedatangan Be-heng kali ini ada kemungkinan besar bukan disebabkan nama besar serta muka belaka" Mendengar perkataan itu pikiran Be Boen Hwie rada bergerak pikirnya. "Orang ini sangat jarang berkelana didaerah Tionggoan, jarang berhubungan dengan orang2 dunia persilatan, aku tidak tahu asal usulnya dan tidak tahu pula apa hubungannya dengan pihak perkampungan Pek Hoa Sancung aku tidak boleh banyak membocorkan maksud kedatanganku...." Karena berpikir demikian ia lantas ambil keputusan dalam hatinya dan tertawa hambar katanya. "Perduli bagaimanakah cara Suma-heng berpikir dalam hatimu namun siauw-te tidak akan mengubah pendapatku sendiri" "Seumpama Be-heng mau membeberkan rencanamu selanjutnya kepada siauw-te, ada kemungkinan siauw-te bisa membantu usahamu mencapai sukses" "Suma-heng amat percaya akan hasil ramalanmu, kenapa tidak diramalkan saja apa rencana siauw-te di dalam hati?" Air muka Suma Kan seketika berubah hebat agaknya ia sangat tidak senang mendengar ucapan itu. Mendadak ia bangun berdiri. "Aku rasa Be-heng pun tidak mau menaruh kepercayaan terhadap diri siauw-te?" Melihat pihak lawan berlari, Be Boen Hwie pun ikut bangun berdiri. jawabnya sambil tertawa. :Masing-masing pihak belum berkenalan terlalu lama, apakah Suma-heng tidak merasa pertanyaan yang kau ajukan sedikit keterlaluan?" Air muka Suma Kan berubah semakin hebat. "Apakah Be-heng ingin memaksa siauwte membantu pihak perkampungan Pek Hoa Sancung?" ancamnya. "Tentang soal ini sih terserah pada pribadimu sendiri. Mendadak Suma Kan angkat cawan air teh dan meneguk setegukan. lalu dengan nada dingin berkata kembali. "Dalam beberapa hati mendatang Be-heng tentu akan menjumpai bencana berdarah maukah kau mendengarkan satu petunjuk jalan keluar dari siauwte!" "Seorang lelaki sejati tidak jeri menghadapi mati maupun hidup tentang soal ini tak usah Suma-heng kuatirkan." "Jikalau Be-heng memang tidak percaya akan ketepatan hasil ramalan siauwte, yah sudahlah! kita tak usah membicarakan soal ini lagi!" ia letakkan cawan air teh itu ke atas meja kemudian berlalu dengan langkah lebar. Si Peramal sakti dari Lautan Timur Suma Kan jauh2 datang dari daerah Tong Ih dengan maksud angkat nama dan mempopulerkan diri diantara para jago kangouw. ia percaya dengan kepandaian yang dimilikinya dengan mudah bisa tersohor dikolong langit. Oleh sebab itu ketika ia tiba didaerah Tionggoan dan ikut mendengarkan peristiwa Perkampungan Pek Hoa Sancung yang menggemparkan seluruh dunia persilatan ia lantas mohon bertemu. Dalam hatinya ia ingin mengandalkan kepandaian yang dimilikinya membuat orang kagum dan menerima penghormatan dimana2. Siapa sangka ia tidak mendapat perhatian serius oleh Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo perkampungan Pek Hoa Sancung, dalam keadaan gusar ia ada maksud membantu Be Boen Hwie untuk mengobrak-abrik perkampungan Seratus bunga ini. siapa sangka niatnya kembali ditampik oleh Be Boen Hwie. Nona Hong Tju yang menanti diluar ruangan, setelah melihat Suma Kan berlalu dalam keadaan gusar segera balik ke dalam ruangan untuk membereskan cawan itu. Siapa sangka ketika jari tangannya terbentur dengan cawan air teh itu, sebuah cawan kumala yang kuat mendadak hancur ber-keping2 dan tersebar diatas lantai. Be Boen Hwie kelihatan tertegun setelah menjumpai peristiwa tersebut, setengah harian lamanya ia bungkam dalam seibu bahasa. "Eeeh! ilmu silat yang dimiliki Suma siang-seng tidak lemah" puji Hong Tju sambil tertawa. "Asalkan ia bisa menahan diri dan tidak terlalu terburu napsu untuk mendapatkan nama kedudukan, dengan cepat sekali ia akan dipergunakan oleh pihak perkampungan Pek Hoa San-cung". Be Boen Hwie merasa pikirnya rada berengsek, agaknya tidak sedikit yang diketahui budak ini, bahkan sewaktu memperbincangkan ilmu silat dari Suma Kan nadanya begitu tenang, sama sekali tidak memperlihatkan rasa kaget kecuali berkmaksud memuji belaka, mungkinkah dayang ini memiliki ilmu silat yang sangat lihay" "Mengapa aku tidak menggunakan dayang ini untuk banyak menyelidiki rahasia perkampungan Pek Hoa San-cung?" pikirnya dalam hati. Setelah mendehem segera ujarnya "Sudah lama cayhe dengar katanya pihak perkampungan Pek Hoa Sancung amat gemar mengumpulkan jago-jago lihay, sehingga dalam perkampungan banyak terdapat orang pandai. Tetapi aneh sekali, mengapa sikap mereka bergitu dingin dan hambar terhadap diri Suma Kan?" "Tentang soal ini sebenarnya budak tidak berani memperbincangkan namun Be-ya adalah seorang lelaki sejati aku percaya Be-ya tidak akan menjebloskan budak ke dalam lembah penderitaan beritahu kepadamu pun tiada halangan." Ia memeriksa lebih dulu situasi diluar kamar setelah itu barulah ujarnya lebih lanjut. "Hal ini harus disalahkan Suma Kan datang tidak pada waktunya. Toa Cungcu sedang pusatkan seluruh perhatiannya untuk menghadapi pertemuan para jago sehingga tiada waktu baginya untuk berjumpa sendiri, tidaklah kalau seorang bakat bagus harus di-sia2kan dengan percuma." "Apakah Jie Cungcu tidak tahu kalau Suma Kan memiliki ilmu silat luar biasa?" "Pertama. ketajaman mata Jie Cungcu tak bisa melebihi ketajaman Toa Cungcu. itu walaupun ia tahu kalau Suma Kan adalah seorang manusia aneh yang memiliki kepandaian luar biasa namun ia tak sanggup untuk mengetahui sampai dimanakah kepandaian yang dimilikinya dan kedua, iapun tidak berhak untuk menerima Suma Kan menjadi anggotanya" "Kenapa?" Bukankah dia sebagai Jie Cungcu dari perkampungan Pek Hoa Sancung" apakah ia tidak berhak sama sekali untuk memutuskan sesuatu?" "Dalam perkampungan Pek Hoa Sancung kami kekuasaan tertinggi selamanya hanya terletak ditangan Toa Cungcu seorang, Jie cungcu tidak lebih hanya sipenyampai perintah dari Toa cungcu" "Oouw kiranya begitu" Dengan sedih Hong Tju menghela napas panjang ujarnya kembali. "Be-ya! beberapa patah perkataan ini budak hanya berani mengutarakan kepadamu seorang seumpama berita ini sampai bocor ditempat luaran sehingga dapat diketahui oleh Toa cungcu atau Jie cungcu maka penderitaan yang bakal budak terima sangat besar sekali. Kendati Jie cungcu tidak berkekuasaan untuk memutuskan suatu kenalan besar. namun dengan gampang sekali ia bisa memberi hukuman kepada budak." "Tentang ini harap nona berlega hati aku Be Boen Hwie bukan manusia rendah yang suka menceritakan persoalan in ikepada orang lain...." Ia merandek sejenak kemudian ujarnya. "Nona. tahukah kau Toa Cungcu hendak buka perjamuan ini pada tanggal berapa?" "Waktu yang tepat adalah besok siang namun malam ini akan diselenggarakan suatu perjamuan malam yang megah dan besar, tempat perjamuan adalah dalam kebun bunga di depan loteng Penengok bunga. Sampai waktunya Toa Cungcu akan memimpin sendiri perjamuan tersebut". "Bisa memperoleh petunjuk dari nona, cayhe sangat berterima kasih sekali." Hong Tju tersenyum. "Semoga saja janji yang telah Be-ya ucapkan, sepanjang masa tidak sampai terlupakan" "Tentang hal ini nona tak usah kuatir!" Diluar ia bicara demikian, sementara dalam hati keheranan, pikirnya. "Sejak kapan aku pernah mengucapkan janji kepada dirinya" dan janji apakah yang telah kuutarakan?" Tampak Hong Tju tersenyum dengan wajah penuh kegembiraan ia segera berlalu dari dalam ruangan. Beberapa saat kemudian muncul Siauw Ling dari ambang pintu, sembari berjalan masuk pemuda itu berkata. "Tjong Piauw Pacu meminjamkan kesempatan yang sangat baik ini duduklah mengatur pernapasan kemungkinan besar malam nanti tenaga kita banyak yang harus dibuang dengan percuma" "Baik! aku akan mengatur pernapasan di ruang ini saja" "Mengapa kau tidak bersemedi dalam kamar tidur saja?" tanya Siauw Ling keheranan. "Aku Siauw Ling akan bertindak sebagai pelindungmu, apakah kau masih tidak lega hati?" Sementara ia masih diliputi rasa heran dan curiga Hong Tju telah balik ke dalam ruangan terdengar ia berkata sambil tertawa. "Be-ya boleh beristirahat dengan lega hati di dalam kamar, budak telah memindahkan kedua kuntum bunga merah itu ketempat lain". "Ehmmm! dayang ini sungguh cerdik sekali" pikir Be Boen Hwie di dalam hati. Ia segera kembali ke dalam kamar tidurnya sedikitpun tidak salah bau harum yang menggelorakan napsu telah lenyap tak berbekas, ia segera duduk bersila diatas pembaringan dan mulai mengatur pernapasan. Menanti Be Boen Hwie telah bersemedi Siauw Ling baru berpaling sekejap ke arah Hong Tju sambil berkata, "Sewaktu Tjong Piauw Pacu kami sedang bersemedi, siapapun dilarang melakukan gangguan, untuk sementara waktu biarlah hamba yang berjaga2 disini, silahkan nona berlalu" Walaupun wajah pemuda ini kuning pucat namun obat penyaruan tak dapat mengubah seluruh raut mukanya, terutama sekali sepasang matanya yang tajam dan memancarkan cahaya berkilat. Ketika sinar mata Hong Tju berbentrokan dengan sepasang mata Siauw Ling, mendadak hatinya tergetar keras. Tak kuasa lagi ia memperhatikan diri Siauw Ling beberapa saat lamanya. "Wajahmu sinar mataku, aku rasa mirip sekali dengan seseorang" katanya selang beberapa saat kemudian. "Mirip siapa?" tanya Siauw Ling suaranya dingin bagaikan es. Hong Tju bertopang dagu dan berpikir beberapa saat kemudian ia baru menjawab. "Waah....! kalau suruh ingat2 sekarang aku tidak sanggup pokoknya sinar matamu yang jeli itu pernah kutemui." "Ketajaman mata serta daya ingat dayang ini sangat bagus sekali" puji Siauw Ling di dalam hati. "Walaupun aku sudah menyaru ia masih dapat melihatnya juga. Tentu pada masa berselang ia sering kali bertemu dengan diriku" "Sudah lama kau mengikuti Beya" tiba-tiba Hong Tju bertanya lagi dengan suara merdu. "Sudah lama sekali" Perlahan-lahan Hong Tju bertindak keluar dari ruangan, namun baru saja kaki kirinya melangkah keluar mendadak ia tarik kembali kemudian putar badan seraya menggape. "Eee.... sekarang aku sudah teringat kembali, coba kemari aku beritahu kepadamu" Walaupun dalam hati Siauw Ling tidak suka menuruti permintaannya, namun ia menyadari sangat jelas dayang yang dikirim kemari dalam pandangan umum sedang melayani tetamunya, padahal diam2 sedang melakukan pengawasan. Seumpama ia bersikap terlalu dingin terhadap dirinya, asalkan dayang itu mengucapkan beberapa patah kata jelek dihadapan Tjioe Tjau Liong sehingga Shen Bok Hong memperkecil lingkungannya, hal ini sangat mempengaruhi sekali gerak gerik selanjutnya untuk menolong kedua orang tuanya. Karena itu terpaksa ia melangkah kedepan dan bertanya, "Nona, apa yang hendak kau utarakan?" "Kau mirip sekali dengan Sam-cung cu kami!!!" "Aku mirip dengan Sam-cung cu kalian?" seru Siauw Ling dengan hati terperanjat. aah! masa, nona sedang bergurau mungkin?" "Aku bukan lagi bergurau, apa yang kuucapkan adalah suatu kenyataan Sepasang matamu mirip sekali dengan SamTiraikasih Website http://kangzusi.com/ cung-cu kami, hanya sayang raut mukamu kuning pucat dan jauh berbeda dengan kegantengan wajah cung-cu kami itu" Tidak menanti jawaban dari Siauw Ling lagi, ia segera putar badan dan berlalu. "Ooouw.... jadi dayang ini bisa mengatakan aku mirip dengan Sam Cungcu nya karena ditinjau dari sepasang mataku ini" pikir Siauw Ling. Ditinjau dari keadaan ini, mulai sekarang aku harus lebih waspada terhadap sepasang mataku ini". Sang surya lenyap disebelah Barat, malam haripun menjelang datang. Dari ufuk sebelah Timur rembulan perlahan-lahan munculkan diri. Hong Tju dengan membawa lampu lentera lambat2 berjalan mendekat kepada Siauw Ling bisiknya lirih. "Be-ya sudah bangun?" "Belum. nona ada keperluan apa?" "Waktu perjamuan yang diadakan toa cung cu untuk menghormati tamunya sudah hampir tiba, harap Be-ya segera dibangunkan untuk siap2 menghadiri perjamuan tersebut. "Tjong Piauw Pacu kami selamanya menghadiri perjamuan dengan pakaian biasa, ia tidak pernah memakai pakaian mentereng." "Sekalipun tidak biasa memakai pakaian mentereng, seharusnya ia dibangunkan bukan?" ujar Hong Tju lebih lanjut, ia menggantungkan lentera itu dalam kamar lalu memasang lampu. "Urusan ini gampang sekali nona tak usah kuatir dan tidak bakal urusan jadi runyam karena soal ini...." Siauw Ling sambil tertawa. Ia merandek sejenak kemudian sambungnya. "Cayhe ada satu persoalan ingin ditanyakan kepada nonda entah maukah nona memberi petunjuk?" "Urusan apa?" "Dalam perjamuan malam ini entah dapatkah kita orang menjumpai Sam cungcu kalian itu?" "Tentu saja bisa bertemu tujuan Toa cung cu kami mengadakan pertemuan para jago justru ingin memperkenalkan Sam cungcu kami ini dihadapan para pendekar Bu-lim" Mendengar jawaban itu kontan Siauw Ling berpikir. "Entah siapa lagi yang akan bertindak sebagai Sam cungcu untuk menyaru sebagai aku Siauw Ling" apakah Lan Giok Tong telah diterima Shen Bok Hong sebagai anggota perkampungan Pek Hoa Sancung?" Dalam pada itu Hong Tju telah berkata kembali. "Kau bertanya demikian apakah disebabkan tadi aku pernah berkata bahwa wajahmu rada mirip dengan Sam cungcu kami?" "Tentu saja hal ini merupakan alasanku yang paling utama cayhe ingin sekali menjumpai Sam cungcu kalian dan ingin membuktikan apakah benar wajahku mirip sekali dengan hamba" Hong Tju segara tertawa bantahnya. "Eeei....! siapa yang bilang keseluruhanmu mirip sekali dengan Sam Cungcu kami" aku hanya bilang sepasang biji matamu tok yang mirip sedang bagian2 yang lain jauh berbeda sekali" Mengingat soal ini Siauw Ling teringat pula akan masalah lain pikirnya lebih jauh. "Entah pada saat ini Sepasang pedagang dari Tiong-tjhiu serta si Pencuri sakti Siang Hwie sudah masuk ke dalam perkampungan Pek Hoa Sancung atau belum?" Sementara mereka berdua masih ber-cakap2 Be Boen Hwie telah munculkan diri dari balik ruangan. Hong Tju segera bongkokkan badan memberi hormat. "Be-ya apakah kau hendak berganti pakaian?" tanyanya. "Tidak perlu. Kapan perjamuan malam yang diadakan Toa cungcu kalian akan dibuka?" "Nanti setelah rembulan melewati ujung pohon" jawab Hong Tju sambil memandang rembulan di-awang2. "Siapa saja yang akan hadir dalam perjamuan itu?" "Semua jago yang diundang oleh perkampungan Pek Hoa Sancung kami diundang semua untuk menghadiri perjamuan malam ini" "Ehmm! kalau begitu mari kita segera berangkat!" "Budak akan membawa jalan untuk Be-ya!" Hong Tju dengan cepat mengambil lampu lentera tersebut dan melangkah keluar lebih dahulu. Be Boen Hwie berpaling sekejap ke arah Siauw Ling kemudian dengan ilmu menyampaikan suara ujarnya "Siauw-heng. sewaktu dalam perjamuan nanti jangan lupa mengadakan hubungan dengan sepasang pedagang dari Tiong-tjhiu sekalian kemudian rundingkan rencana kita Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo selanjutnya. Siauw Ling mengangguk, langkahnya segera dipercepat untuk menyusul diri Hong Tju. "Eeeei.... nona. apakah selama ini kau berdiam dalam pesanggrahan Bambu Hijau ini?" "Benar! diantara kakak beradik yang memakai nama dengan permulaan huruf atau bambu, semuanya bekerja untuk melayani tamu yang menginap dipesanggrahan Bambu Hijau." - - - - - - - 33 Ooouw! kiranya begitu, jadi kalau begitu mereka yangbekerja untuk melayani para tetamu di Pesanggrahan bunga Lan-hoa, maka namanya juga menggunakan kata "Lan?" "Kau pandai sekali! dugaanmu memang tidak meleset" "Terima kasih atas pujianmu!" sementara dalam hati pikir Siauw Ling dengan hati mendongkol "Sewaktu aku menjabat sebagai Sam Cungcu dalam perkampungan Pek Hoa Sancung kedudukanku begitu mentereng dan gagah. Hmm! pada waktu itu macam dayang seperti kau untuk bicara beberapa patahkata dengan diriku pun tidak gampang sekarang kau berani menyindir dan mengejek diriku...." Sementara ia masih termenung mereka telah mengelilingi dua kebun bunga yang luas. Ketikda mereka angkat kepala, tampaklah sebuah bangunan loteng yang tinggi megah menjulang keangkasa muncul diantara penerangan cahaya obor. Dibawah loteng dalam sebuah lapangan rumput yang luas telah diatur puluhan meja perjamuan. ditinjau dari keadaan itu tamu yang diundang tidak banyak jumlahnya. "Nona! Apakah kedatangan kita terlalu kepagian?" tegur Be bOen Hwie dengan alis berkerut sewaktu dilihatnya meja perjamuan masih kosong. "Tidak, tidak terlalu pagi" Coba lihat bukankah dari sana muncul pula tetamu lain!" Be Boen Hwie segera mendongak, sedikitpun tidak salah dari balik pepohonan sebelah Utara lambat2 muncul seorang dayang berbaju biru yang mengangkat lampu lentera tinggi2 Dibelakang dayang berbaju biru itu mengikuti seorang Siucay berusia empat puluh tahunan yang memakai baju panjang. memelihara jenggot sepanjang dada dan membawa sebuah kotak terbuat dari emas. Dandanan orang ini istimewa sekali, dalam sekalipandang Siauw Ling telah mengenalinya sebagai si Pemilik Perpustakaan dari Siang Yang Peng Ih Boen Han To adanya. Dibelakang siutjay tadi mengikuti Si "Pek So Suseng" atau pelajar bertangan seratus Seng Ing. TAmpak Ih Boen Ban To serta Seng Ing dibawah petunjuk dari dayang berbaju biru itu ambil tempat duduk dimeja perjamuan paling dekat dengan loteng Wang Hoa Loo. Dalam waktu yang amat singkat itulah dari empat penjuru muncul ber-puluh2 lentera disusul munculya para tetamu yang mencari tempat duduk masing-masing dibawah bimbingan dayang2 cantik. Agaknya tempat duduk para tetamu itu sudah diatur, berpuluh2 dayang cantik tadi berjalan melalui jalanan yang telah ditentukan dan satu sama lain tak ada yang saling bertabrakan. "Be-ya, silahkan ambil tempat duduk!" tiba-tiba Hong Tju berseru sambil tertawa iapun meneruskan langkahnya kedepan. Demikianlah dibawah bimbingan Hong Tju, Be Boen Hwie pun ambil tempat duduk sesuai dengan apa yang telah diatur. "Nona, apakah aku mendapat pula tempat duduk?" mendadak Siauw Ling berbisik lirih. Mendapat pertanyaan ini Hong Tju kerutkan alisnya. namn dengan cepat ia menjawab. "Asal kau berani duduk, duduk sajalah disisi majikanmu! bagaimanapun juga setiap meja perjamuan dapat menampung delapan orang dan didalm kenyataan jumlahnya tidak sampai begitu banyak." "Terima kasih atas petunjuk nona." "Kau tak usah banyak terima kasih kepadaku!" dayang ini segera mengundurkan diri. Mendadak tersengar suara yang amat dingin berkumandang datang memecahkan kesunyian. "Oooouw....! buat kita jalan dikolong langit sungguh terasa amat sempit, kembali siauwte duduk jadi satu meja dengan Beheng!" Be Oen Hwie egera berpaling, melihat munculnya Suma Kan disana ia segera menyahut. "Mungkin inilah yang dinamakan Suma-heng ada jodoh dengan siauwte" Suma Kan membungkam. ia ambil tempat duduknya berhadap2an dengan Be Boen Hwie sementara dayang cantik yang membawa jalan itu mengundurkan diri. Menanti Be Boen Hwie menyapu kembali seluruh ruangan, terlihat puluhan orang dayang cantik yang membawa lampu lentera tinggi2 itu dalam sekejap mata telah lenyap tak berbekas, tak kuasa diam2 ia memuji pikirnya, "Perkampungan Pek Hoa San-cung betul2 tak boleh dipandang enteng, cukup ditinjau dalam didikannya terhadap dayang2 cantik itu sehingga berdisiplin keras kepandaiannya sudah dapat melebihi berdisiplinan sebuah perguruan besar...." Mendadak terdengan Suma Kan berbicara, "Dayang2 cantik yang ada di dalam perkampungan Pek Hoa San-cung ini, seorang lebih cantik dari dayang yang lain. Ooouw....! entah berapa banyak orang yang terjerumus dalam siasat perempuan cantik ini?" Beberapa patah perkataan ini diutarakan dengan nada tinggi agaknya sengaja ia berkata demikian agar semua hadirin dapat menangkap suaranya ini. Sedikitpun tidak salah, ucapannya itu segera mendatangkan reaksi. Ber-puluh2 pasang mata ber-sama2 dialihkan ke arahnya. Air muka Suma Kan masih tetap tenang saja sambil mengangkat cawan teh ia meneguk satu tegukan setelah itu berkata kembali. "Racun tawon kuning tidak terhitung benda berbisa, paling keji hati perempuan. bunga mawar berduri, arak mendatangkan napsu birahi, entah berapa banyak enghiong terpengaruh oleh licinnya pipi perempuan dan mendatangkan bencana buat diri sendiri. Oouw.... sungguh kasihan! sungguh menyedihkan" Setiap patah perkataannya diutarakan dengan penuh mengandung hawa murni walaupun suaranya tidak keras namun ucapan ini dapat disampaikan ketempat jauh atau dengan perkataan lain setiap hadirin dapat mendengar suara itu dengan nyata. "Suma-heng! sudah cukup" cegahnya dengan suara lirih. "Coba kau lihat beberapa patah perkataanmu sudah memancing perhatian dari semua orang!" "Hmm! menurut penilaian siauwte" tukas Suma Kan dengan nada dingin. "Sebagian besar para jago yang hadir dalam perjamuan malam kali ini sudah terjerumus ke dalam siasat perempuan cantik. apakah aku boleh bersedih hati atas kejadian ini?" Melihat kekerasan hati orang ini Be Boen Hwie lantas berpikir dalam hatinya, "Agaknya orang ini belum puas kalau ucapannya tidak mendatangkan suatu kegemparan.... lebih baik aku kurangi pembicaraanku dengan dirinya...." Karena berpikir demikian ia lantas melengos dan pura2 tidak mendengar. Mendadak Suma Kan mendongak tertawa terbahak2 Hee.... hee.... he.... kenapa begitu banyak orang bodoh hidup dikolong langit" kematian sudah berada diambang pintu masih juga mereka tahu diri dan datang memenuhi perjamuan terakhirnya?" Ucapan ini seketika menggemparkan seluruh kalangan, suasana jadi gaduh dan suara bisik2 mulai kedengaran dimana2. Ketika Suma Kan melihat tak ada orang yang menggubris dirinya, mendadak ia hantam meja keras2 membuat mangkuk dan sumpit beterbangan diangkasa untuk kemudian jatuh berhamburan diatas lantai. Dari balik pepohonan dengan cepat muncul empat orang bocah berbaju hijau yang mengangsurkan kembali mangkok serta sumpit baru. Perbuatan Suma Kan semakin lama makin gila, lama kelamaan Be Boen Hwie tidak sabar juga, ia ada maksud maju kedepan menasehati dirinya dengan beberapa patah kata namun iapun takut juga bilamana persoalan ini menyeret dirinya karena itu dengan paksakan diri ia bersabar. Terdengar Suma Kan mengangis ter sedu2 suara tangisannya makin lama semakin keras dan semakin pilu membuat suasana makin gempar. Ketika Be Boen Hwie mendengar tangisan Suma Kan ini makin lama makin pilu ia jadi keheranan, pikirnya. "Ilmu silat yang dimiliki orang ini tidak lemah bahkan kelihatan luar biasa sekali tapi mengapa suara tangis serta gelak tertawanya menunjukkan gejala tidak normal" mungkinkah ia betul2 sudah gila?" Ia berusaha untuk bersabar namun akhirnya ia tak dapat menahan diri, bisiknya lirih. "Suma-heng para jgao berkumpul disini dan perjamuanpun baru saja dibuka, kau menangis seperti orang gila apakah tidak merasa malu?" Suma Kan angkat kepala mengusap air mata dan menghela napas. "Semua orang yang kulihat dewasa ini bakal menemui ajalnya semua siapa suruh aku tidak jadi sedih!" katanya. Diam2 Be Boen Hwie menghembuskan napas panjang. "Aaai.... orang ini betul2 tidak ketulungan lagi" pikirnya. Terdengar Suma Kan dengan suara serak meneruskan kembali kata2nya. "Sungguh kasihan manusia dijagad. buru-buru datang kemari perlunya hanya mengantarkan kematian diri sendiri." Gumaman ini tidak digubris oleh sebagian orang namun ada pula diantara mereka yang bersipat kasar, mendengar kata2 itu jadi tidak tahan dan tertawa dingin tiada hentinya. "Orang gila. manusia endan, orang gila...." makian bersimpang siur memecahkan kesunyian. Sementara Suma Kan akan balas menyindir mendadak terdengar suara genta dipukul tiga kali. Dari ujung puncak loteng Wang Hoa Loo mendadak melayang turun sekilas pelangi warna warni langsung melayang ke arah bebungahan beberapa tombak diluar kalangan. Dengan ketajaman mata Be Boen Hwie ia segera dapat menemukan yang dianggap sebagai pelangi tersebut bukan lain adalah beberapa angkin yang digundel jadi satu kemudian dilepaskan dari atas loteng ia jadi tercengang. "Apa gunanya Shen Bok Hong melepaskan kain angkin tersebut?" pikirnya. Mendadak terdengar suara tetabuhan alat khiem berkumandang datang diikuti bergemanya irama lagu yang merdu dari empat penjuru. "Hmm! Shen Bok Hong sengaja menciptakan suasana semacam ini, tentu permainan ini pun termasuk salah satu cara untuk mempermainkan orang" pikir Be Boen Hwie. Dalam pada itu dengan sepasang mata yang tajam Siauw Ling menyapu empat penjuru sewaktu ia gagal menjumpai Tiong-tjhiu Siang Ku beserta Siang Hwie sekalian, hatinya amat gelisah pikirnya. "Seandainya diantara rekan2ku cuma aku sertaBe Boen Hwie yang lolos dari penjagaan sekalipun ini hari mendapatkan kesempatan juga percuma, entah kegagalan ini disebabkan jejak mereka konangan dan ditolak masuk ke dalam kampung ataukan Siang Hwie bicara besar dan gagal mendapatkan tanda pengenal untuk masuk ke dalam perkampungan. Terdengar diantara bergemanya irama musik berkumandang datang suara seruan lantang "Cianghujien keluarga Tong dari Su Tzuan Tong Loo Thahthay tiba?" Keluarga Tong Tuan selama ini berdiri sendiri dalam dunia persilatan, mereka angkat nama dan menggemparkan Bulim karena senjata rahasia beracunnya. Dari keluarga Bulim ini sejak jaman dulu tertinggal suatu peraturan yang aneh dan terus turun menurun. yaitu ilmu silat keluarga Tong hanya diturunkan kepada menantunya. sedang putra sendiri tak boleh mempelajarinya, dalam keluarga tersebut, hanya seorang bocah cilikpun pandai melepaskan beberapa macam senjata rahasia beracun. Disamping itu keluarga Bulim inipun mempunyai suatu peraturan turun menurun pula. yaitu sepasang dayang yang mengiringi ciang bunjien tidak terbatas punya hubungan dengan keluarga Tong atau tidak yang penting ia adalah seorang gadis cantik dan berakal cerdik. Setiap orang yang menjabat kedudukan ciang bunjien mempunyai hak untuk memilih dua orang dayang pribadinya mereka tak terbatas dari manapun dan dari keluarga she apapun yang penting mereka mempunyai syarat yang cukup untuk menerima jabatan ciangbunjien selanjutnya. Setiap orang yang sudah dipilih untuk menerima jabatan sebagai Ciangbunjien dan telah memilih dua orang dayang pengiringnya mereka harus menjalankan penghidupan tertutup selama lima tahun. Di dalam lima tahun, ia harus hidup disuatu tempat yang sunyi sepi dan tersendiri dari pergaulan masyarakat, orang yang mendampingi mereka cuma sepasang dayangnya. karena itu dayang pengiring setiap angkatan ciangbunjien pasti memiliki wajah keagungan. Kecuali mendapat ijin khusus dari ciangbunjien sepasang dayang mereka dilarang menikah mereka selalu harus mendampingi ciangbunjien nya sampai ia menyerahkan kedudukan ciangbunjien tadi ketangan orang lain dan mengundurkan diri, sepasang dayang tadi harus mengikuti ciangbunjien mengasingkan diri. Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Peraturan turun temurun ini memang sangat aneh dan kadang2 memberikan suatu pendangan yang lucu kebanyakan sepasang dayang dayang yang terpilih memiliki hubungan yang lebih akrab dari hubungan ibu dan anak. JILID 18 Hanya syarat yang paling berat adalah mereka harus mengorbankan masa mudanya, mengorbankan waktu yang paling berharga dimasa mudanya buat majikan. Karena itu, sepasang dayang pengiring ciangbunjien keluarga Tong selalu mendapat penghargaan serta rasa hormat dari seluruh anggota keluarga. Sepasang dayang dari ciangbunjien ini bukannya sama sekali tidak boleh menikah hanya sebelum kawin dia harus mendapat ijin dahulu dari ciangbunjiennya kemudian mengembalikan seluruh ilmu silat yang pernah dipelajari. Per-lahan-lahan Be Boen Hwie angkat kepalanya tampak dari sebelah Utara lambat2 muncul seorang nenek tua berambut uban berbaju hijau dengan membawa sebuah tongkat. Disisi kiri kanan nenek itu mengikuti dua orang dara cantik berusia dua puluh tahunan berbaju ringkas warna biru dan menggembol pedang. Dayang cilik pembawa jalan segera menghantar nenek itu ambil tempat duduk sementara sepasang dayang berbaju biru menyoren pedang itu tidak duduk sebaliknya satu dikiri yang lain dikanan berdiri dibelakang Tong Loo Thay-thay. Dalam pada itu seruan lantang kembali berkumandang datang "Hek, Pek Jie-loo dari gunung Tiang-pek san tiba!" Siauw Ling mengerutkan alisnya, ia berpikir. "Macam apalagi manusia yang bernama Hek Pek Jie-loo ini" akan kulihat lebih seksama lagi" Ketika ia menengok, tiba-tiba ditemuinya air muka Be Boen Hwie memancarkan rasa terperanjat, pikirannya segera bergerak, pikirnya. "Aaah orang she Be itupun kelihatan kaget jelas manusia yang disebut Hek Pek Jie-loo adalah seorang jagoan Bu-lim yang tersohor" Ketika ia melongok lagi kedepan, tampak seorang dayang cantik mengiringi dua orang manusia yang mengenakan pakaian berbeda lambat2 berjalan mendekat. Orang yang ada disebelah kiri memakai baju serba putih dengan topi warna putih, perawakannya tinggi jenggotnya putih memanjang sedada. Sedangkan orang yang ada disebelah kanan memakai baju serba hitam, topinya menuruti dari kepala sampai leher. yang terlihat cuma sepasang mata serta hidungnya. "Mungkin kedua orang inilah yang disebut Pek Jie Loo" pikir Siauw Ling. Dibawah petunjuk dayang cantik tadi. |Hek Pek Jie Loo ambil tempat duduk. Irama musik yang berkumandang dari balik bebungahan tiba-tiba berubah, dari irama lembut kini berubah menjadi cepat dan keras. Dari atas kain yang menjulur dari puncak loteng tadi mendadak muncul sesosok bayangan manusia yang meluncur kebawah menginjak kain angkin tadi. Cukup meninjau dari ilmu meringankan tubuh serta nyalinya. seluruh hadirin dibikin terkesiap bayangan manusia itu laksana kilat menyambar kebawah lapat2 mulai kelihatan jelas bentuk bayangan, dia adalah seorang lelaki setengah baya yang berperawakan tinggi besar, sepasang keningnya menonjol jauh kedepan dengan alis tebal, mulut besar bajunya potongan sastrawan dengan jenggot hitam terurai sepanjang dada. Orang ini bukan lain adalah Toa cungcu dari perkampungan Seratus Bunga, si bayangan berdarah Shen Bok Hong. Ketika berada kurang lebih tiga tombak dari permukaan tanah, mendadak Shen Bok Hong melangkah setindak kedepan, badannya meninggalkan angkin tadi dan melayang turun kebawah bagaikan burung elang. Siauw Ling mengerti sinar mata orang she Shen ini amat tajam dan teliti ia tak berani banyak memandang buru-buru kepalanya melengos kesamping. Tampak Shen Bok Hong menjura kepada para hadirin kemudian berseru. "Tjuwi sekalian jauh2 datang kemari dan suka memenuhi undangan aku orang she Shen, untuk budi ini siauwte mengucapkan banyak terima kasih. Para jago yang ada dikalangan sebagian besar bangun berdiri untuk balas memberi hormat. Perlahan-lahan Toa Cungcu dari perkampungan seratus bunga ini menempati kursi utama sinar matanya menyapu empat penjuru kemudian ujarnya kembali. "Masih ada beberapa orang tamu yang berasal dari tempat jauh belum tiba, aku pikir Cu-wi sekalian tentu sudah lapar, kita tak usah menunggu mereka lagi" Seraya berkata ia angkat tangan kanannya dan diulapkan satu kali. Dari balik bebungahan segera muncul beberapa orang dayang cantik menghidangkan sayur dan arak. Agaknya dayang2 ini sudah memperoleh didikan yang keras, gerak gerik mereka gesit dan lincah namun teratur dan tidak simpang siur dalam sekejap mata sayur dan arak telah dihidangkan. Sekilas pandang diam2 Siauw Ling menghitung manusia yang telah hadir dalam perjamuan malam ini, satu meja diisi tiga orang dan disana tersedia sepuluh meja dus berarti ada dua, tiga puluh orang yang hadir, dalam hati segera pikirnya. "Apakah Shen Bok Hong hanya mengundang tamu sedemikian dikitnya" sungguh aneh sekali, mengapa Tjioe Cau Liong serta Kiem Hoa Hujien sekalian tidak kelihatan munculkan diri untuk menemani para tetamu" apakah mereka dikirim untuk melakukan sesuatu?" Sementara ia masih berpikir, Shen Bok Hong telah angkat cawan araknya sambil berseru lantang. "Ini hari siauwte merepotkan TJuwi sekalian datang kemari sebenarnya punya dua persoalan yang diumumkan, pertama, sejak ini hari aku Shen Bok Hong akan munculkan diri kembali dalam dunia persilatan dan kedua, ingin memperkenalkan seorang jago muda kepada Tjuwi sekalian." Walaupun suaranya rada serak parau, namun setiap patah kata diutarakan amat nyata membuat semua orang merasakan hatinya tergetar keras. Tong Loo Thay Thay yang telah berubah tiba-tiba mengetukkan tongkat kepala burung hong nya ke atas tanah lalu berseru, "Sudah banyak tahun aku mengasingkan diri dari pergaulan dunia persilatan, tak kusangka dimasa tuaku ternyata harus meninggalkan Su Tzuan dan melakukan perjalanan ribuan li untuk menghadiri pertemuan yang diadakan Shen Toa Cungcu!" "Hal ini menandakan bila hujien sangat memandang Shen Bok Hong, cayhe merasa sangat berterima kasih." "Hee.... hee.... walaupun usiaku sudah melewati tujuh puluh tahun namun paling benci bicara putar kayun macam begini" kembali Tong Loo Thay Thay berseru sambil tertawa dingin. "Ini hari aku datang, besok pagi akan kembali ke Su Tzuan mungkin aku tak dapat menghadiri pertemuan para enghiong yang hendak Shen Toa Cungcu adakan besok siang" "Kau datang kemari dengan ter-buru-buru kemudian pulang dengan ter-gopoh2 apakah hujien tidak merasa tindakan ini salah besar?" "Soal ini tak perlu Toa Cungcu kuatirkan setiap keputusan yang sudah kutetapkan tak ingin dirubah kembali" "Jikalau memang demikian adanya, cayhe pun tidak ingin terlalu memaksa, namun kesudian Hujien mengunjungi perjamuan ini telah membuat nama besar perkampungan Seratus Bunga dari cayhe ini semakin cemerlang...." Sepasang alis yang putih dari Tong Loo Thay Thay kontan berkerut habis mendengar ucapan itu, cepat ia menukas. "Tiga puluh tahun sudah aku menjabat ciang bunjien dari keluarga Tong, belum pernah aku memperoleh paksaan macam ini. Kali ini Shen Toa Cungcu dapat memaksa aku tinggalkan Su Tzuan, hal ini menunjukkan bahwasanya kau betul2 manusia hebat" "Haa.... haa.... tong Hujien terlalu merendahkan diri" Setelah beberapa saat meninjau keadaan situasi Siauw Ling pun bisa menyadari apa sebabnya orang yang hadir dalam perjamuan malam ini berjumlah tidak banyak. Ternyata pihak perkampungan seratus bunga sudah adakan persiapan, mereka2 yang diundang dalam perjamuan ini kebanyakan adalah jago-jago yang patut dicurigai, tentu orang she sen itu berharap bisa cepat-cepat diketahui siapa musuh siapa kawan daripada mereka mengacau dalam perjamuan besok siang...." Terdengar Tong Loo Thay Thay dengan suara keras telah menghardik. "Maksud kedatanganku kemari rasanya Shen Toa Cungcu tentu sudah paham bukan?" "Loo Hujien usiamu sudah lanjut namun tabiatmu masih berangasan dan terburu napsu, apakah kau tidak takut watak jelekmu ini akan merusak kesehatanmu sendiri?" ujar Shen Bok Hong sambil tertawa. lambat2 ia ambil cawan araknya dan minum satu tegukan. Disindir semacam ini, Tong Loo Thay Thay tak dapat menahan diri lagi, ia naik pitam. "Aku tidak ingin bersilat lidah dengan dirimu persoalan diantara kita akan diselesaikan pada saat ini" atau hendak diundur beberapa saat." "Pada saat ini kentongan pertama belum lewat. sampai fajar nanti masih amat lama lebih baik Loo Hujien bersantap dan minum arak sampai kenyang lebih dahulu setelah aku Shen Bok Hong mengumumkan diri untuk terjun kembali dalam dunia persilatan. apakah kau takut aku bisa melarikan diri, Walaupun Tong Loo Thay Thay teramat gusar sampai hatinya merasa tidak sabaran namun seakan2 ada sesuatu benda yang berada ditangan Shen Bok Hong sebagai barang sandera membuat mereka tak berani banyak berkutik, tongkatnya segera diketukan ke atas tanah dan berseru penuh kebencian. "Aku tidak akan menanti lewat dari kentongan ketiga?" "Baik! sebelum kentongan ketiga, cayhe pasti akan memberikan pertanggungan jawab kepada Tong Hujien." Tong Loo Thay Thay tidak berbicara lagi, ia segera pejamkan mata, dan duduk tak berkutik. Tampak tusuk kondenya tiba-tiba terjatuh ke atas tanah, rambutnya yang telah beruban kibar kalut terhembus angin malam. "Tong Loo Thay Thay bisa begini gusar tentu hatinya diliputi penuh kemasgulan serta kekesalan" pikir Siauw Ling. "Hawa gusar memburu tusuk kondenya terlepas tenaga lweekang semacam ini betul2 mengejutkan hati" Sementara itu Shen Bok Hong telah angkat cawan araknya dan meneguk satu tegukan lagi ujarnya sambil tertawa. "Diantara Tjuwi sekalian bilamana diantaranya pernah mengikat tali permusuhan dengan cayhe silahkan cepat-cepat diutarakan." Pikiran Be Boen Hwie sedikit bergerak, sewaktu ia bermaksud bicara. mendadak terdengar Suma Kan yang berada dihadapannya sudah berebut berkata. "Cayhe Suma Kan ingin mohon petunjuk Shen Toa Cungcu akan dua hal." Sepasang mata Shen Bok Hong bagaikan sambaran kilat menyapu tubuh Suma Kan dan berhenti diatas wajahnya, dengan sepasang alis berkerut tanyanya. "Suma-heng ada urusan apa?" Jelas Shen Bok Hong merasa tindakan Suma Kan ini sedikit ada diluar dugaan. Suma Kan mendehem perlahan kemudian jawabnya. "Aku pikir jago-jago Bu-lim yang diundang untuk menghadiri perjamuan dalam perkampungan Seratus Bunga ini lebih dari seratus orang mengapa dalam perjamuan yang diselenggarakan ini cuma diundang dua, tiga puluh orang belaka sebenarnya apa maksud Toa Cungcu sebenarnya" inilah persoalan pertama yang membuat siauw-te tidak paham!" "Bagus!" Shen Bok Hong tertawa hambat. "Masih ada satu persoalan lagi silahkan sekalian diutarakan kemudian cayhe akan menjawab pertanyaan tersebut satu persatu!" "Cayhe baru untuk pertama kalinya memasuki daerah Tionggoan, dengan orang2 perkampungan anda tidak saling mengenal tentu saja tak bisa dibicarakan punya ikatan dendam atau permusuhan mengapa anda mencantumkan nama cayhe diantara nama2 kerbaumu" inilah pesoalan kedua yang tidak siauw-te pahami" Mendengar ucapan itu pikiran Be Boen Hwie rada bergerak, pikirnya. "Orang ini kelihatan seperti orang gila padahal dalam kenyataan dia adalah seorang manusia yang cerdik dan berpikiran panjang...." Shen Bok Hong mendongak tertawa ter-bahak2. "Haa.... haa.... mengapa Suma heng ingin sekali mencari mati" hali ini malah membuat aku orang she Shen rada tidak paham?" Suma Kan tertawa dingin. "Jikalau Shen Loo-toa tiada maksud membinasakan diriku sekalian, mengapa...." "Maksudmu aku menaruh semacam racun keji di dalam arak serta sayur tersebut?" sambung Toa Cungcu dari perkampungan Seratus bunga itu sambil tertawa bergelak. "Perbuatan rendah semacam ini dengan kedudukan Shen Toa Cungcu yang tinggi tentu saja tak akan dilakukan apalagi orang2 yang hadir dalam perjamuan ini adalah tokoh2 lihay dari dunia persilatan, racun yang ada dalam sayur serta arak tidak mungkin bisa meracuni seluruh hadirin" Air muka Shen Bok Hong berubah hebat dengan cepat ia menghardik dengan nada dingn Suma Kan kalau kau ada maksud menghasut para jago yang kuundang dengan segala macam perkataan tak senonoh jangan salahkan kalau aku orang she Shen akan bertindak Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo telengas dan memberi kematian untukmu." Diantara para jago yang hadir dalam perjamuan saat ini, sebagian besar pernah mendengar akan kekejian serta keganasan Shen Bok Hong dalam berkelana didunia persilatan tahun berselang. Sekarang melihat air muka Shen Bok Hong mendadak berubah hebat, bahkan diantara ucapannya sudah mencapaikan ancaman agar Suma Kan tidak banyak campur tangan dalam urusan tersebut. tak kuasa mereka sama2 memandang ke arah orang itu. Melihat sinar mata para jago sama2 dialihkan ke arahnya Suma Kan kegirangan setengah mati. ia mendongak tertawa terbahak2. "Hahaha.... walaupun perbuatan Shen Bok Hong semuanya ada diluar dugaan dan tertutup sehingga semua jago dikolong langit kena dikibulin namun tak akan berhasil mengelabuhi sepasang mata Suma Kan...." serunya. Shen Bok Hong tertawa dingin, mendadak serunya, "Manusia kurang ajar yang tahu diri bicara seenaknya dengan maksud menghasut, sungguh terkutuk! Pengawal! tangkap orang itu. Dari balik bebungahan muncul suara sahutan diikuti sua sosok bayangan manusia meluncur ke arah Suma Kan. Melihat perbuatan serta tindakan yang telah dilakukan Suma Kan, timbul rasa simpatik dalam hati Be Boen Hwie. "Suma-heng, perlu bantuan siauwte?" ia bertanya dengan nada berat. "Tak usah" sinar matanya segera dialihkan ketengah kalangan. Tampak olehnya dua orang yang menerjang ke arahnya telah berhenti tepat didepan mata orang yang ada disebelah kiri berusia dua puluh lima, enam tahunan, memakai baju ringkas warna hijau dan menggembol pedang di punggung, Sedangkan orang yang ada disebelah kanan memakai baru warna merah, air mukanya dingin kaku sema sekali tidak menunjukkan perasaan. Siauw Ling yang ada disampingpun angkat kepala memandang sekejap ke arah kedua orang itu lalu bisiknya kepada Be Boen Hwie dengan suara lirih. "Be-heng, orang berbaju hijau yang ada di sebelah kiri adalah murid pertama Shen Bok Hong yang bernama Tang Hong Tjiang sedangkan si orang berbaju merah yang ada disebelah kanan bukan lain adalah salah satu dari Delapan manusia bayangan berdarah yang diciptakan Shen Bok Hong" Dalam pada itu kedua orang tadi sama2 berhenti kurang lebih empat, lima depa didepan Suma Kan si orang berbaju hijau yang ada di sebelah kiri segera menegur dingin. "Kau hendak mengerahkan diri" ataukah memaksa kami harus turun tangan?" Suma Kan tertawa ter-bahak2. "Ha.... ha.... Dalam arak yang dihidangkan Toa Cungcu tak ada racunnya, dalam hidangan tak ada bisa namun disetiap bangku yang kalian duduki telah disebari racun keji ulat emas yang paling dahsayt!" serunya. Perkataan tersebut seketika menggemparkan seluruh kalangan, walaupun sebagian besar para hadirin belum pernah mengunjungi Se-Ih dan belum pernah melihat sendiri bagaimana macamnya racun keji ulat emas tersebut, namun kebanyakan sudah pernah mendengar bahwasanya racun keji Ulat emas merupakan racun paling dahsyat diantara racunracun lainnya yang ada didaerah Biauw. Setiap orang merasa hatinya tercekat, air muka berubah hebat dan suasana makin gempar. Dari sepasang mata Shen Bok Hong terlintas hawa membunuh tetapi dalam sekilas mata wajahnya pulih kembali dalam ketenangan ia tertawa ter-bahak2. "Haa.... haa.... Suma-heng, kau adalah manusia bodoh yang sedang mengigau disian ghari bolong" serunya. "Hmm! Toa Cungcu kau memang bisa mengelabuhi sepasang mata para enghiong dari seluruh kolong langit namun jangan harap bisa lolos dari sepasang mata aku Suma Kan" Tang Hong Ciang yang berdiri dihadapan Suma Kan sudah bikin persiapan tapi berhubung Shen Bok Hong menyampaikan perintah selanjutnya ia tetal bertahan diri. Shen BOk Hong yang licik dan banyak akal setelah memeriksa keadaan disekelilingnya serta menemukan air muka para jago dihiasi hawa marah, ia lantas sadar bilamana pada saat ini ia menyelesaikan Suma Kan maka para jago yang hadir dalam kalangan akan percaya kalau mereka telah tersengat oleh racun keji Ulat Emas saat itu suatu pertempuran sengit tak bisa dihindari lagi. Menemukan para jago yang hadir dalam kalangan rata2 berkepandaian tinggi, jikalah pertempuran in isampai dibiarkan terjadi sekalipun kemenangan ada dipihak perkampungan Seratus Bunga namun korban yang berjatuhan tentu tak sedikit. Ia tak ingin menempuh bahaya besar seperti ini, orang she Shen ini merasa tindakan pertama yang harus dilakukan adalah menenangkan kembali hawa gusar yang menyerang para jago kemudian menghilangkan kecurigaan yang mulai menempel dalam benak mereka setelah itu baru membereskan pengacau tersebut. Setelah ambil keputusan ia tertawa tergelak. "Suma-heng! serunga, "Umpama kau pernah mengikat permusuhan dengan diriku atau pernah menaruh dendam terhadap perkampungan Seratus Bunga, lebih baik tantanglah kami secara terang2an atau langsung menegur perkampungan kami. apakah kau tidak merasa malu dengan tindakanmu menghasut para jago?" "Setiap patah kata yang cayhe utarakan adalah kata2 jujur, kalau Shen Cungcu masih juga mungkir.... Shen Bok Hong tidak biarkan ia bicara lebih jauh, kembali ia tertawa terbahak2 sambil menukas. "Setiap orang yang hadir disini adalah jago berkepandaian tinggi, tenaga lweekang mereka pasti sangat lihay. benarkah keracunan asal mengerahkan tenaga untuk periksa bukankah segera akan dirasakan!" "Tentang soal ini, aku pikir Shen Toa Cungcu sudah bikin persiapan...." "Suma-heng mungkin ada sedikit sinting" seru Shen Bok Hong menukas kembali. Apa yang dia ucapkan tak bisa dipercaya. seandainya Cu-wi tidak percaya silahkan salur tenaga untuk memeriksa diri sendiri, kalau keracunan bukankah kalian akan segera tahu, orang ini mungkin sengaja berbuat demikian untuk memisahkan hubungan aku orang she Shen dengan kalian, lama kelamaan aku sendiripun tidak tahan lagi...." Ia segera ulapkan tangannya sambi berseru. "Tangkap manusia pengacau ini" Sejak semula Tang Hong Ciang sudah bersiap sedia, begitu perintah dilepaskan, tangan kanan orang she Tang tersebut segera meluncur kedepan mencengkeram pergelanan kanan Suma Kan. Merasakan datangnya ancaman, tangan kanan Suma Kan ditarik kembali meloloskan diri dari serangan, kemuidan tangan kirinya laksana kilat menyapu keluar. Be Boen Hwie yang duduk sambil menonton jalannya pertarungan, hanya terpaut empat lima langkah dari kalangan, setiap kali ia dapat merasakan deruan angin serangan yang kuat dari mereka berdua, terutama serangan balasan dari Suma Kan, diam2 ia memuji akan kehebatan ilmu silatnya. Ilmu silat yang dimiliki Tang Hong Ciang mendapat warisan langsung dari Shen Bok Hong tentu saja sangat luar biasa, tangan kanan segera diayun menyambut datangnya serangan tadi dengan keras lawan keras. "Braaak....!" diiringi bentrokan keras angin puyuh berputar masing-masing pihak tergetar mundur satu langkah ke belakang. Agaknya Tang Hong Ciang tidak menyangka manusia sinting yang tidak kelihatan istimewa ini sebetulnya memiliki ilmu silat yang maha dahsyat, tak kuasa ia dibikin tertegun beberapa saat lamanya. Disaat ia masih tertegun Suma Kan melancarkan serangan berantai. Dalam sekejap mata ia sudah mengirim delapan jurus serangan memaksa Tang Hong Ciang mundur dua depa ke belakang. Menjumpai murid pertamanya Tang Hong Ciang terdesak kalah terus menerus, Shen Bok Hong merasa amat malu, timbul hawa gusar dalam hatinya. Sementara ia bersiap sedia untuk turun tangan sendiri. mendadak dari posisi bertahan muridnya she Tang itu telah berubah jadi posisi menyerang. berturut2 ia melancarkan tiga buah serangan memaksa Suma Kan mundur satu langkah ke belakang, ambil kesempatan itu tangan kanannya segera diangkat ke atas. Selama pertarungan berlangsung, lelaki berbaju merah yang punya wajah dingin kaku itu selalu berdiri disisi Suma Kan bagaikan patung, sedikitpun tidak bergerak. Namun setelah Tang Hong Ciang ulapkan tangannya, keadaan tiba-tiba berubah. Orang berbaju merah itu ayun tangan kanannya, tanpa menimbulkan sedikit suarapun membabat punggung Suma Kan. "Hati2 serangan bokongan!" segera Be Boen Hwie memberi peringatan. Sekalipun Suma Kan sedang menghadapi musuh tangguh macam Tang Hong Ciang, pendengarannya masih cukup tajam, buru-buru ia ayun tangan kirinya membabat ke belakang. Sebenarnya ia ingin menghindari datangnya serangan bokongan tersebut, namun berhubung didepan sedang digencet musuh sedang sebelah kiri adalah meja orang lain sebelah kanan ada meja maka terpaksa ia ayunkan telapaknya untuk menangkis. Sewaktu sepasang telapak saling bertemu Suma Kan merasakan hatinya tercekat. "Kurang ajar...." pikirnya "Tenaga lweekang yang dimiliki orang ini jauh lebih dahsyat daripada si orang berbaju hijau itu jikalau kedua orang ini menggencet aku dari depan dan belakang, maka dalam pertarungan malam ini keadaanku yang lebih berbahaya daripada rejeki.... Sementara ia masih termenung, si orang berbaju merah itu sudah melancarkan serangannya meneter dia habis2an. Serangan si orang berbaju merah itu benar2 hebat, satu jurus lebih hebat dari jurus sebelumnya keganasan sulit diduga. sedangkan serangan Tan Hong Ciang mengutamakan kegesitan menggencet dari depan dan belakang dengan dua macam tenaga yang berbeda sungguh suatu kerja sama hebat. Suma Kan yang harus menahan serangan dari depan dan membendung gencaran serangan dari si orang berbaju merah, setelah lewat dua, tiga puluh jurus kemudian Suma Kan terdesak hebat, keringat dingin mulai membasahi seluruh tubuhnya. Setelah berlangsungnya pertarungan ini, pandangan para jago terhadap Suma Kan berubah seratus delapan puluh derajat, pikir mereka. "Sungguh tak disangka manusia sinting macam diapun memiliki ilmu silat sedemikian dahsyat...." Be Boen Hwie pun ikut dibikin terharu oleh semangat jantan Suma Kan, melihat dia mulai keteter dan sebentar lagi bakal roboh ia tidak tega, mendadak sambil bangun berdiri tangan kirinya mendorong meja ke arah depan sementara tangan kanan menerima datangnya serangan dari Tong Hong Ciang. "Suma-heng! serunya. "Pusatkan seluruh perhatian untuk menghadapi si orang berbaju merah itu, orang ini serahkan saja kepada siauw-te" Ditengah pembicaraannya salurkan tenaganya mengunci tiga serangan berantai dari Tang Hong Ciang. Walaupun tabiat Suma Kan tidak mau mengalah tetapi iapun tahu bahwa dirinya sulit untuk menahan serangan gabungan dua orang sekaligus jikalau pertarungan itu dipaksakan niscaya ia bakal binasa atau terluka parah. Oleh karena itu terhadap bantuan yang diberikan Be Boen Hwie ia merasa amat berterima kasih. Tanpa banyak bicara lagi ia pusatkan seluruh tenaganya untuk menghadapi si orang berbaju merah itu. Lelaki baju merah inipun hebat, baik jurus pukulan maupun serangan telapaknya makin lama semakin dahsyat, kehebatan serta kekejian serangannya membuat orang bergidik Jurus2 serangan dalam ilmu silat walaupun mengutamakan menyerang untuk memaksa orang bertahan namun di dalam jurus serangan pada umumnya secara lapat2 separuh bagian mengandung posisi bertahan. Lain halnya dengan serangan2 dari si orang berbaju merah ini semuanya bersifat menyerang bahkan kadang kala buat pertahanan diri sendiripun tak ada, karena itu tidak aneh kalau gencaran serangannya sangat dahsyat. Setelah menyadari betapa dahsyatnya tenaga lweekang yang dimiliki si orang berbaju merah itu ia tidak melakukan pertarungan keras lawan keras lagi, dengan gerakan yang cepat dan gesit ia paksa orang itu harus mempertahankan diri. Dipihak lain Be Boen Hwie yang melangsungkan pertarungan seimbang, baik dalam menyerang maupun bertahan masing-masing pihak memiliki keistimewaan yang berbeda, walaupun dua puluh jurus telah lewat keadaan masih tetap seperti sedia kala tak ada yang menang dan tak ada yang kalah. Shen Bok Hong yang selama in mengikuti jalannya pertarungan segera menyadari bahwa pertarungan ini tak mungkin bisa diselesaikan dalam waktu singkat hatinya mulai tidak sabaran, pikirnya. "Kalau pertarungan seperti ini dilangsungkan terus entah sampai kapan baru bisa selesai" peristiwa ini akan sangat mempengaruhi nama besar perkampungan Seratus Bunga...." Berada dalam situasi seperti ini apalagi berada didepan mata umum, tidak leluasa baginya untuk kumpulkan anak buahnya mengerubuti ber-sama2. hatinya amat serba salah. Dengan kecerdikannya yang tersohor. ternyata ia gagal Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo untuk mendapatkan sesuatu cara yang sempurnya. Dari tengah kalangan pertemuan yang sedang berlangsung mendadak berkumandang suara dengusan berat, seluruh hadirin segera alihkan sinar matanya ke arah mana berasalnya suara itu. Ketika angkat muka tampaklah Be Boen Hwie maupun Tang Hong Ciang sama2 mundur empat langkah dan berdiri saling berhadapan muka. Ternyata di dalam pertarungan sengit barusan masingmasing pihak telah saling beradu kekerasan satu kali. Dalam hal tenaga lweekang maupun ilmu silat mereka seimbang karena itu mereka sama2 tergetar mundur empat langkah ke belakang. Para jago memusatkan seluruh perhatiannya untuk menonton jalannya pertarungan tersebut namun tak seorangpun yang buka suara mencegah atau mencampuri urusan tersebut. Terdengar Tang Hong Ciang tertawa dingin serunya. "Sudah lama kudengar nama besar Be Cong Piauw Pacu, setelah berjumpa hariini baru kurasakan bahwa nama besarmu bukan kosong belaka" Sreet! ia loloskan pedangnya dari sarung. "Terima kasih, terima kasih" jawab Be Boen Hwie sambil tersenyum, dari sakunya ia ambil keluar sebuah kipas dan dibentangkan lebar. "Siauw-te ingin mohon petunjuk Be Cong Piauw Pacu dalam kepandaian senjata" "Akan kuiringi keinginanmu tersebut" Tang Hong Ciang segera ayunkan pedangnya mengobat abitkan kekanan kiri, seketika terlintas cahaya pelangi keperak2an yang memenuhi angkasa, namun ia belum mulai dengan serangannya. Melihat bagaimana caranya orang itu mengayunkan pedangnya Be Boen Hwie tidak berani memandang enteng pihak lawan, kipas ditangannya segera diayun kedepan, hawa murninya disalurkan mengelilingi badan sementara otaknya berputar mencari akal bagaimana caranya membendung serangan musuh. Dalam pada itu pertarungan antara silelaki berbaju merah melawan Suma Kan telah mencapai puncak ketegangan tibatiba Suma Kan menggunakan serangkaian ilmu telapak yang aneh. Bayangan telapak berkibar memenuhi angkasa bagaikan salju yang berhamburan dari langit ditengah kegencaran serangan terebut hawa pukulan menekan tiada hentinya. Pandangan para jago terhadap orang she Suma kembali berubah, mereka merasa ilmu silat orang sinting ini seperti hal orangnya, sukar diduga dan dimengerti. Walaupun lelaki berbaju merah itu ganas dan berani serangannya berat bagaikan godam namun semuanya terkurung oleh gerakan telapak Suma Kan yang cepat dan ringan ia gagal memperkembangkan jurus serangannya untuk memperkuat daya pengaruhnya. Shen Bok Hong sendiripun tidak menyangka kalau Suma Kan adalah seorang pendekar lihay, apalagi bantuan yang diberikan Be Boen Hwie, mimpipun ia tidak pernah berpikir sampai disitu dengan demikian perhitungannya semula mengalami perubahan besar. Kecuali Shen Bok Hong mengirim jago-jago lihay lagi untuk memperkuat posisi mereka, untuk beberapa saat sulit baginya untuk menentukan siapa menang siapa kalah. Ketika itu Tong Loo Thay Thay angkat kepalanya memandang keadaan cuaca, kemudian ujarnya dingin. "Shen Bok Hong waktu yang kita janjikan sudah hampir tiba." "Hujien boleh berlega hati" jawab Shen Bok Hong sambil meneguk arak. Setiap kata yang telah Shen Bok Hong katakan tidak pernah berubah" "Persoalan diantara kita lebih baik cepat-cepat diselesaikan, agar akupun lebih cepat berangkat kembali ke Su Tzuan." "Oooow jadi Hujien sudah yakin pasti dapat menangkan diri cayhe!" "Paling sedikit aku bisa paksa kau berpandangan dan bagaimanakah senjata rahasia dari keluarga Tong kami?" Shen Bok Hong tertawa terbahak2. "Heee.... heee.... heee.... tentang soal ini aku Shen Bok Hong sudah sejak semula, ilmu melepaskan senjata rahasia dari keluarga Tong asal Su Tzuan memang sudah tersohor dikolong langit, sepanjang ratusan tahun tak pernah mundur, tentu saja kalian memiliki suatu keistimewaan. hanya saja...." "Hanya saja kenapa?" setu Tong Loo Thay Thay dengan air muka berubah hebat. "Hanya saja selama hidup cayhe paling tidak takut terhadap segala macam senjata rahasia" "Hmm apakah kau tak merasa kegaian untuk bicara besar?" jengek sinenek kembali sambil tertawa dingin. "Seandainya Hujien tidak percaya lagi kau bakal tahu kalau ucapan cayhe bukan gertak sambal belaka. Dari tengan kalangan terdengar suara gelak tertawa dari Suma Kan diiringi dengusan marah menggemparkan seluruh kalangan. Ketika semua orang berpaling tampak silaki berbaju merah itu dengan sepasang mata melotot gusar dan sepasang telapak diayun kesana kemari memperdengarkan raungan amarah yang gegap gempita, suaranya seperti binatang buas yang siap menerkam mangsanya. Sebalinya Suma Kan tetap bersikap tenang dengan langkah ringan ia menggerakkan sepasang telapaknya melayani serangan2 gencar dari silelaki berbaju merah itu. Ia tidak mau melangsungkan adu tenaga dalam dengan lelaki berbaju merah lagi sebab ia telah menemukan apabila lelaki berbaju merah itu agaknya sudah kehilangan akal sehat, seperti binatang buas saja menerjang dan menerkam tiada hentinya. Dipihak lain pertarungan antara Be Boen Hwie melawan Tang Hong Ciangpun sudah mencapai puncak ketegangan. masing-masing pihak berusaha untuk mencari kemenangan. Diluar kalangan ada dua orang yangjauh lebih gelisah dari mereka yang sedang melangsungkan pertarungan orang itu adalah Siauw Ling serta Shen Bok Hong. Siauw Ling kuatir Be BOen Hwie menderita kekalahan ia takut berhubung persoalan ini akan mengakibatkan usahanya menolong kedua orang tuanya menjumpai kegagalan, ingin sekali ia membantu Be Boen Hwie secara diam2 namun setiap kali ia batalkan niatnya. Sedangkan Shen Bok Hong tidak ingin sebelum pertemuan dimulai, dihadapan umum mengundang anak buahnya lagi untuk rebut kemenangan dengan jumlah banyak sehingga melukai Suma Kan serta Be Boen Hwie, apalagi tempat duduknya terlalu jauh dari kalangan pertempuran, sekalipun ia bermaksud membantu Tang Hong Ciang secara diam2pun tidak mungkin. Dalam pada itu irama musik yang berkumandang keluar dari balik bebungahan telah berhenti, suasana sunyi senyap tak kedengaran sedikit suarapun kecuali deruan angin pukulan yang memekakkan telinga. Seperminum teh kembali sudah lewat, mendadak Suma Kan yang berada ditengah kalangan berseru lantang. "Harap Cuwi sekalian cepat tinggalkan kursi, orang2 dari perkampungan Seratus bunga mulai melepaskan racun keji ulat emas" Para jago yang hadir dalam kalangan saat ini rata2 merupakan jago kawakan yang berpengalaman sangat luas walaupun belum pernah melihat sendiri cara melepaskan racun keji dari daerah Biauw, namun mereka pernah mendengar, kebanyakan racun-racun semacam itu dilepaskan dalam air teh atau arak, sehingga seseorang tanpa sadar telah keracunan dan terpengaruh oleh racun tadi, sepanjang hidup tak berani berkhianat kembali. Kini mendengar Suma Kan berseru demikian mereka lantas berpendapat mungkin ada cara pelepasan racun keji lain kecuali melalui minuman serta makanan. Walaupun para jago sedikit tidak percaya tetapi peringatan yang diutarakan Suma Kan sampai berulang kali membuat mereka tanpa sadar mulai salurkan tenaga murninya untuk melakukan persiapan. Sebagian besar bahkan semua tamu yang diundang Shen Bok Hong dalam perjamuan malam ini kebanyakan adalah mereka2 yang dicurigai, ia sudah bersiap menarik mereka2 yang bisa digunakan dan membasmi mereka yang membandel agar dalam pertemuan para enghiong besok siang tak terjadi kericuhan kembali. Tetapi jago-jago yang diundang kebanyakan adalah jago kawakan yang punya pengalaman sangat luas, Shen Bok Hong sadar dengan nama jeleknya tempo dulu dalam dunia persilatan, orang2 ini tentu sudah bikin persiapan. Menaruh racun dalam arak atau makanan sulit untuk menjebak lawan bahkan kemungkinan malah terbongkar rahasianya. oleh sebab itu ia bermaksud mencari satu cara lain untuk meracuni para jago itu tanpa mereka sadari sendiri. Shen Bok Hong tahu Kiem Hoa Hujien adalah jago melepaskan racun keji nomor wahid dari daerah Biauw, ia lantas mengajak perempuan itu berunding dan menetapkan satu cara pelepasan racun itu. Ia minta Kiem Hoa Hujien yang melepaskan racun keji Ulat Emas paling lihay itu sehingga membuat para jago tanpa sadar keracunan semua. Saat ini waktu buat Kiem Hoa Hujien untuk melepaskan racun telah sampai. namun kena dibongkar rahasianya oleh Suma Kan, timbul rasa benci yang bukan buatan terhadap orang ini. kepingin sekali ia membinasakan orang itu jadi abu. Tetapi justru ilmu silat Suma Kan amat lihay, sampai salah satu dari delapan manusia bayangan berdarahnya pun gagal merobohkan dirinya. Walaupun dalam hati Shen Bok Hong merasa amat gelisah, namun tabiatnya yang licik banyak akal membuat ia tetap bersikap tengan sementara otaknya berputar kencang mencari cara paling bagus untuk mengatasi situasi. Setelah meninjau situasi beberapa saat, ia mengambil kesimpulan kecuali dia turun sama2 mengerubuti Suma Kan, Tetapi saat ini Shen Bok Hong sendiri sudah mengikat perjanjian lebih dahulu dengan Tong Loo Thay Thay. jagoan senjata rahasia beracun yang paling tersohor dari kolong langit jikalau ia turun tangan sendiri kemungkinan bisa timbulkan niat nenek itu untukturun tangan. Sebaliknya kalau ia mengumpulkan anak buahnya untuk mengerubuti Suma Kan, kemungkinan akan menimbulkan rasa puas dihati para jago sehingga akhirnya suatu pertarungan massal tak terhindarkan. Lama sekali ia termenung, memikirkan beratus2 macam cara namun selalu gagal mendapatkan akal yang paling bagus, Sementara Shen Bok Hong sedang mencari akal bagus, situasi pertarungan ditengah kalangan pun kembali terjadi perubahan besar. Tampak serangan telapak Suma Kan makin lama makin gencar, semakin aneh. harapan si lelaki berbaju merah untuk merebut kemenanganpun makin lama makin tipis. Namun kenekatan serta kegigihan si orang berbaju merah itu mempertahankan diri, membuat semua jago dalam perjamuan terkesiap. Ternyata sejak semula lelaki berbaju merak itu sudah terdesak kalah. beberapa kali terluka ditangan Suma Kan, namun setiap kali pula ia menggunakan jurus adu jiwa untuk mematahkan mara bahaya tersebut dan tetap mempertahankan posisi seimbang. Diantara para jago yang hadir disana cuma Siauw Ling seorang yang paham apa sebabnya bisa terjadi begini, ternyata delapan manusia bayangan berdarah yang diciptakan Shen Bok Hong ini sudah memperoleh latihan istimewa, bukan saja ilmu silatnya lihay, berani mati dan sangat bernyali bahkan kesadarannya boleh dikata sudah punah sama sekali. Terdengar Suma Kan kembali berteriak. "Kali ini cayhe dengan taruhan nyawa melangsungkan pertarungan sengit, serta tiada sayangnya mengikat tali permusuhan dengan pihak perkampungan Seratus Bunga bukan lain disebabkan muncul dari hati yang ramah, aku tidak tega melihat Tjuwi terkena racun keji. Aku rasa kalian semua sudah melihat sendiri bukan pertarungan ini benar2 terjadi, seandainya kalian mau percaya perkataan cayhe, cepatlah tinggalkan tempat duduk kalian itu." Sembari berteriak, perlahan ia mundur ke belakang. Pada saat ini sudah ada separuh bagian para jago yang mendengarkan peringatan itu. bangun berdiri dan mengundurkan diri. Walaupun Shen Bok Hong cukup licin namun setelah melihat usahanya menemui kegagalan, ia tak dapat menahan diri lagi. Seumpama ia biarkan para jago mengundurkan diri semua maka racun keji yang dilepaskan Kiem Hoa Hujien akan tak ada gunanya lagi, dalam keadaan cemas tanpa memperdulikan kegusaran yang mungkin timbul dari para jago lagi ia tertawa dingin dan menghardik. "Orang ini berlagak sinting dan bicara tidak karuan, kalau tidak memberi hukuman kepadanya, perkampungan Seratus Bunga mana bisa tancapkan kaki dalam dunia persilatan lagi?" Setelah bergumam sendiri mendadak ia angkat tangan kanannya dan bertepuk tangan tiga kali. Dari balik pepohonan segera bergema irama musik yang aneh sekali, dua orang gadis berbaju putih lambat2 munculkan diri. Dengan ilmu menyampaikan suara Shen Bok Hong memberi petunjuk kepada kedua orang gadis itu mendadak kedua orang dara tadi berbelok ke arah Suma Kan. Diantara para jago kebanyakan berpengalaman luas, selama ini mereka selalu mengawasi gerak gerik Shen Bok Hong dari gerakan bibirnya mereka tahu orang itu sedang mengirim pesanan dengan ilmu menyampaikan suara. hanya mereka tak tahu apa yang sedang dibicarakan. Irama musik yang aneh menambah keseraman serta kemisteriusan suasana tersebut. Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Tampak kedua orang dara berbaju putih itu mendekati punggung Suma Kan kemudian sama2 meloloskan senjata dan melancarkan serangan mematikan tanpa mengeluarkan sedikit suarapun. Pada mulanya jurus serangan dari kedua orang gadis itu tidak begitu hebat namun setelah lewat empat lima jurus daya tekanannya semakin hebat cahaya pedang berkilauan, serangannya makin gencar seketika Suma Kan didesak balik kedepan tempat duduknya. Setelah Suma Kan didesak dalam keadaan yang penuh bahaya ia harus pusatkan segenap pikirannya untuk menghadapi serangan, tak ada waktu lagi baginya untuk berteriak memberi peringatan. Sementara itu para jago yang sudah diperingati oleh Suma Kan kembali terhisap perhatiannya oleh sitauasi yang terjadi secara mendadak ini, karena lupa untuk meninggalkan tempat duduknya. Siauw Ling yang ada disisi kalangan diam2 mulai mengawasi jurus pedang kedua orang dara berbaju putih itu ia merasa serangannya ganas, aneh dan telengas, jauh lebih hebat daripada kepandaian bayangan berdarah ciptaan Shen Bok Hong itu, hatinya terkesiap segera pikirnya "Darimana Shen Bok Hong berhasil mengumpulkan gadis2 berkepandaian demikian lihaynya" orang ini tak boleh dipandang enteng, se-akan2 di dalam perkampungan seratus bunga yang kecil sudah tersembunyi ratusan jago Bu lim yang berkepandaian lihay." Pada saat pikirannya melayang jauh Suma Kan ditengah kalangan sudah menunjukkan tanda-tanda kalah. serangan pedang kedua orang dara berbaju putih itu cepat bagaikan hembusan angin. seketika memaksa Suma Kan jadi kalang kabut dan susah melayaninya. Shen Bok Hong mendongak memeriksa keadaan cuaca kemudian pikirnya di dalam hati. "Setengah Hioo lagi Kiem Hoa Hujien akan melepaskan racun ulat emas aku harus berusaha untuk mengundurkan waktu setengah hioo lagi, dengan demikian seluruh jago yang ada di dalam kalangan akan keracunan semua dan tenaganya bakal bisa kugunakan semua" Sementara ia masih berpikir dua orang lelaki bersenjata golok mendadak bangun berdiri, sambil ayun senjatanya mereka berbareng menyerbu ketengah kalangan. "Heng tahy jangan gelisah, kami akan membantu dirimu." hardiknya sang golok segera bekerja membabat kedua orang gadis itu. Ilmu silat yang dimiliki kedua orang lelaki ini tidak lemah, babatan golok mereka secara lapat2 disertai deruan angin tajam. Tampak kedua orang dara berbaju putih itu mendadak menyebarkan diri, satu menahan serangan gabungan dari kedua orang lelaki tersebut sedangkan yang lain tetap menerjang Suma Kan habis2an. Menemukan situasi makin lama semakin tidak menguntungkan dan keadaan tersebut tak bisa ditunda lebih jauh, Siauw Ling bermaksud turun tangan sendiri untuk membebaskan Suma Kan dari mara bahaya sebab kalau tidak berbuat demikian tidak sampai sepuluh jurus lagi Suma Kan pasti akan terluka oleh babatan pedang dara berbaju putih itu. Namun iapun ragu2, sebab kalau dia sampai berbuat demikian maka Shen Bok Hong bakal mengetahui rahasianya. Sementara ia merasa serba salah, mendadak satu ingatan berkelebat dalam benaknya ia teringat akan diri Tong Loo Thay Thay. "Mengapa aku tidak mencari akal untuk paksa dia turun tangan" pikirnya. Ketika ia berpaling, terlihat Tong Loo Thay Thay sedang pusatkan perhatiannya menonton jalannya pertarungan ditengah kalangan, terutama jurus pedang dari dara berbaju putih itu, sampai2 niatnya untuk menantang Shen Bok Hong bergebrakpun untuk sementara waktu terlupakan. Keadaan Suma Kan makin lama semakin bahaya. gerakan tubuh dara berbaju putih itu amat gesit, jurus pedangnya telengas membuat Suma Kan tak sanggup mempertahankan diri. ditambah pula terjangan2 silelaki berbaju merah posisinya semakin terjepit, Siauw Ling yang ikut memperhatikan jurus pedang kedua orang dara berbaju putih itu iapun berpendapat jurus pedangnya yang berbeda dengan jurus pedang pada umumnya. seluruh serangan mengambil gerakan berbalikan. semua ancaman ditujuka ketempat2 yang sukar diduga. Pertarungan antara Be Boen Hwie melawan Tang Hong Ciang pun sudah mencapai titik ketegangan, hanya cara bergebrak berbeda jauh dengan Suma Kan. Waktu saing berpandangan lebih banyak daripada waktu bergebrak, namun setiap serangan yang dilepaskan tentu dahsyat dan mengerikan. Ber-turut2 Tang Hong Ciang mengirim dua serangan berantai namun semuanya kena dikunci oleh Be Boen Hwie. Walaupun Be Boen Hwie berhasi memunahkan dua serangan tersebut, hatinya tercekat juga, asalkan Tang Hong Ciang menambahi tenaga kua bagian lagi dalam serangannya niscaya ia sudah terluka oleh babatan pedangnya. Ambil kesempatan semua orang pusatkan perhatian ketengah kalangan, Siauw Ling memungut selembar daun kemudian diatas daun tadi diukirnya beberapa patah kata yang kira2 berbunyi, "Situasi amat berbahaya, harap turun tangan" Setelah menimbang jarakanya dengan Tong Loo Thay Thay salurkan hawa murninya kemudian dengan ilmu Hwei Sian Hoat yang paling diandalkan Liauw Siancu dalam berkelana tempo dulu, lembaran daun tadi segera meluncur kedepan. Ketika daun tadi berada beberapa tombak jauhnya mendadak membuat gerakan berputar dan melayang ke arah Tong Loo Thay Thay. Walaupun Siauw Ling mengirim daun tadi dengan tenaga jari Hwie Sian Tji, namun berhubung daun itu terlalu ringan sulit mencapai tempat jauh, lagi pula jarak Tong Loo Thay Thay dengan dirinya lebih lima tombak mungkinkah diterima oleh nenek tersebut ia kurang yakin, Tampak daun tadi melayang langsung ke arah Tong Loo Thay Thay nemun sayang ketika tinggal dua depa jauhnya tenaga sambitan telah habis. "Ah sayang...." diam2 Siauw Ling gegetan, "Jikalau aku menambahi sedikit tenaga lagi niscaya daun tadi akan terjatuh ketangan Tong Loo Thay Thay." Sementara ia berpikir mendadak seorang dayang cantik berbaju biru yang ada dibelakang Tong Loo Thay Thay ayunkan tangannya mengisap daun tadi ketangannya. Melihat kejadian ini Siauw Ling kegirangan, pikirnya. "Semoga saja ia serahkan daun tadi ketangan Tong Loo Thay Thay...." Siapa sangka setelah dayang cantik tadi mencekal daun tersebut tanpa dipandang sekejap pun dibuang kembali ke atas tanah. Ketika itu perhatian semua jago ditujukan ketengah kalangan dimana sedang berlangsung suatu pertarungan sengit jarang atau hampir boleh dikata tak seorangpun yang memperhatikan perbuatan Siauw Ling menyambit mengirim berita. "Aduuh celaka agaknya aku harus berbuat repot lagi" seru Siauw Ling dengan hati kecewa. Ia tahu berbuat demikian adalah suatu tindakan yang sangat menempuh bahaya, sinar mata Shen Bok Hong amat tajam walaupun pertama kali ia berhasil mengelabuhi dirinya namun kali ini belum tentu ia seuntung tadi. Ia bukan takut konangan sehingga terjadi bentrokan langsung dengan Shen Bok Hong, yang dikuatirkan adalah keselamatan orang tuanya, cinta kasih ayah dan ibu membuat Siauw Ling tak berani memperlihatkan kedudukannya. Mungkin sekali dayang cantik yang memungut daun tadi secara tiba-tiba merasakan diatas daun ada tulisannya. dengan ujung kaki ia mencungkil kembali daun tersebut, kemudian dilihat sekejap dan segera dimasukkan ke dalam kantong senjata rahasia. "Wah celaka dua belas." Kembali Siauw Ling mengeluh. "Seharusnya diatas daun itu aku cantumkan nama Tong Loo THay Thay walaupun dewasa ini ia sudha memungut daun itu dan membaca tulisannya, namun tak tahu siapa yang dimaksudkan, inilah kesalahanku sendiri.... hanya budak tersebutpun menjengkelkan setealh mengambil daun tadi mengapa tadi tak diserahkan kepada majikannya...." Sementara ia tidak tengan. mendadak dayang cantik itu menunduk dan membisikkan sesuatu kesisi telinga Tong Loo Thay Thay. Seluruh rambut Tong Loo Thay Thay yang telah beruban berkibar kencang, sambil memukul meja ia berteriak. "Shen Bok Hong, aku sudah tak sabar menunggu lebih jauh, kalau kau tidak ingin mencari tempat lain ayoh kita bereskan persoalan kita ditempat ini saja!" Ketika itu menang kalah sudah tertera, keadaan Suma Kan sangat berbahaya, kedua orang lelaki yang turun tangan membantupun terjebak dalam situasi kritis, mereka telah tergulung ke dalam hawa pedang sang dayang berbaju putih itu, dalam sepuluh gebrakan lagi mereka pasti berhasil merobohkan Suma Kan serta kedua orang lelaki itu. Bahkan sepuluh gebrakan lagi Kiem Hoa Hujien pun akan mulai melepaskan racun kejinya seandainya sampai semuanya berlangsung beres maka para jago akan terkurung semua. Waktu itu Shen Bok Hong sedang membayangkan hasil yang bakal dicapai dengan hati bangga, siapa sangka mendadak Tong Loo Thay thay pukul meja sambi menantang perang. Sepasang alis Toa Cungcu dari perkampungan seratus bunga ini kontan berkerut, serunya dengan nada dingin. "Hujien mengapa kau begitu gelisah?" "Aku buru-buru mau pulang ke Su Tzuan" teriak Tong Loo Thay Thay dngan wajah penuh kegusaran. "Tidak sudi aku berdiam lebih lama lagi dalam perkampungan Seratus Bungamu ini" Ia sambar tongkat kepala burung Hongnya kemudian membentak keras. "Harap Cuwi sekalian menyingkir jauh2 agar senjata rahasiaku tidak sampai salah melukai kalian semua" Senjata rahasia dari keluarga Tong di Su Tzuan sudah tersohor puluhan tahun lamanya dalam dunia persilatan bahkan sebagian besar beracun kecuali obat pemunah dari keluarga Tong sendiri tak ada obat penolong lagi. Bentakan sinenek tersebut ternyata amat manjur para jago yang berada disekitar Tong Loo Thay Thay sama2 menyingkir. Sambil menhentakkan tongkat ke atas tanah selangkah demi selangkah Tong Loo Thay Thay maju kedepan teriaknya lagi. "Shen Bok Hong ayoh cepat terima tantanganku ini!" Melihat dirinya didesak terus menerus hawa amarah dalam hati Shen Bok Hong berkobar dengan hebatnya, namun ia tetap berusaha untuk menenangkan diri, lambat2 ia bangun berdiri. "Kalau memang Hujien memaksa cayhe harus bergebrak juga pada saat ini, terpaksa aku orang seh Shen akan mengiringi kemauanmu itu." "Shen Bok Hong!" jengek Tong Loo Thay Thay sambil tertawa dingin. "Sebelum kita muali bergebrak, terlebih dahulu aku hendak mengutarakan beberapa patah kata, cayhe ingin para jago bertindak sebagai saksi daripada nantikah kalah dengan hati tidak puas" "Haa.... haa.... mungkin yang kalah bukan aku Shen Bok Hong!" "Segera akan kita ketahui siapa menang siapa kalah. tak usah kita orang bersilat lidah...." Setelah merandek sejenak ujarnya kembali. "Pertarungan kita hari ini jauh berbeda dengan pertarungan pada umumnya siapa punya kepandaian boleh dikeluarkan semua, siapa mati atau terluka bukan urusan" "Tentang soal ini sudah cayhe duga, keluarga Tong kecuali memiliki beberapa macam senjata rahasia yang dahsyat cayhe tak bisa menduga kalian memiliki ilmu silat apalagi yang mengejutkan. "Baik. terimalah sebuah babatan taongkatku" Tongkat kepala burung Hongnya dikebaskan kedepan dengan gerakan Thay san Ya teng atau Gunung Thay san menekan kepala membabat keluar. Ujung baju kiri Shen Bok Hing segera dikebaskan kedepan. segulung tenaga pukulan yang maha dahsyat dengan cepat mengunci datangnya babatan tongkat Tong Loo Thay Thay yang disertai dengan deruan angin tajam itu, Menjumpai kedahsyatan lawan, para jago tercekat hatinya. "Ah ilmu silat yang dimiliki Shen Bok Hong betul2 luar biasa...." pikir mereka hampir berbarng. Tong Loo Thay Thay sendiripun amat terperanjat, namun saat ini ia sudah terlanjur turun tangan, keadaannya laksana menunggang mau turunpun tak mungkin terpaksa dengan keraskan kepala pergelangan diputar, dengan jurus Heng-sanCian-Kiem atau Menyapu Hancur Selaksa Prajurit, tongkatnya menyapu sejajar dada. Shen Bok Hong tertawa ter-bahak2, ujung baju kanannya dikebaskan kedepan menahan datangnya serangan itu sementara badan maju kedepan, ujung baju kiri menyapu ke atas kepala. Tong Loo Thay-Thay tekuk pergelangannya menarik kembali tongkat tersebut kemudian badannya laksana kilat mundur tiga langkah ke belakang. Gerakan Shen Bok Hong tidak sampai disitu ia mendesak kedepan ujung bajunya yang longgar melancarkan serangan berantai, dalam sekejap mata dariposisi bertahan ia berebut posisi menyerang. Para jago yang menonton jalannya pertarungan itu diam2 bergidik juga, pikir mereka, "Walaupun senjata rahasia beracun dari keluarga Tong sangat lihay tetapi ilmu silatnya biasa saja. Tong Loo ThayThay ini disebut juga nomor wahid dari keluarga Tong dewasa ini. tak disangka dalam bergebrak melawan Shen Bok Hong Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo belum sampai lima jurus pihak lawan berhasil merebut posisi, bahkan kelihatan sekali ia keteter hebat alangkah dahsyatnya ilmu silat Toa Cungcu ini,,," Serangan2 ujung baju Shen Bok Hong sepintas lalu kelihatan tidak cepat, tetapi arah ancamannya aneh sekali dan sulit dihindari bahkan kadang kala sampai separuh jalan berubah arah, Baru bergebrak sepuluh jurus, Tong Loo Thay Thay sudah didesak mundur sampai sejauh enam tujuh depa. Melihat Ciangbunjien keluarga Tong yang tersohor diseluruh kolong langit berhasil didesak sampai kalang kabut oleh serangan tangan kosongnya, ia jadi amat bangga, sambil tertawa ejeknya. "Ilmu silat dari keluarga Tong dari Su Tzuan tidak lebih begini saja...." Sebelum kata2 itu selesai diutarakan, mendadak ia mendengus dingin, badannya mundur ke belakang sementara sepasang ujung baju menari tiada hentinya. Tampak seklilas cahaya keperak2an menyebar keempat penjuru ditengah keyutan baju Shen Bok Hong yang dahsyat dan jatuh rontok ke atas tanah. Senjata rahasia keluarga Tong benar hebat, para jago yang ada dalam kalangan tak seorangpun yang berhasil melihat jelas bagaimana Tong Loo Thay Thay melepaskan jarum peraknya untuk membebaskan diri dari bahaya dan mendesak mundur Shen Bok Hong. Dengan adanya kejadian ini posisi Shen Bok Hong pun merebut kembali dengan tongkat kepala ularnya Tong Loo Thay Thay mulai merebut posisi menyerang menggencet musuhnya habis2an. Mendadak terdengar jeritan ngeri yang menyayat hati berkumandang memecahkan kesunyian. diikuti kemudian berjatuhannya senjata tajam. Ternyata dua orang lelaki yang turun tangan membantu Suma Kan tadi sudah menggeletak mati oleh babatan pedang dayang itu. Setelah berhasil membunuh kedua orang itu dengan sinar mata dingin dayang cantik berbaju putih itu menyapu sekejap seluruh kalangan kemudian selangkah demi selangkah mendekati Suma Kan. Waktu itu Suma Kan sudah terkurung hebat oleh serangan dayang berbaju putih serta lelaki berbaju merah itu. kini bila ditambah dengan seorang lawan lagi maka Suma Kan akan kepayahan, mungkin tidak sampai tiga jurus pun ia sudah roboh binasa. Siauw Ling sadar apabila ia tidak segera turun tangan maka situasi akan terjadi perubahan, diam2 ia salurkan hawa murninya ketangan kemudian dengan ilmu jari Siauw loo sin tji ia menotok ketengah udara mengancam dayang cantik berbaju putih tersebut. Kelihatan sekali dayang berbaju putih itu akan berhasil, mendadak ia berseru tertahan dan roboh terjengkang ke atas tanah. Waktu ituSuma Kan sudah merasa ia bakal mati, siapa sangka tiba-tiba musuhnya roboh sendiri. semangatnya berkobar. sepasang kepalanya bergerak cepat mendesak mundur lelaki berbaju merah, kemudian dengan ujung baju membesut keringat dan dengan ujung kaki mencukil pedang dayang yang roboh ke atas tanah itu. Setelah pedangnya berhasil dicekal bagaikan harimau tumbuh sayap ia balas melancarkan serangan gencar, dalam sekejap mata orang berbaju merah itu sudah terkurung dalam cahaya pedangnya. Siauw Ling yang berhasil dalam serangannya segera berpikir. "Jurus pedang kedua orang dayang berbaju putih ini paling ganas aku harus robohkan dulu mereka berdua kemudian baru bisa merebut posisi lebih menguntungkan" Karena berpikir demikian kembali ia menggunakan ilmu Siuw-loo-sin-tji menotok ke arah dayang berbaju putih itu. Segulung desiran angin tajam segera meluncur kedepan. Ketika itu dayang berbaju putih tadi sedang tertegun karena rekannya tiba-tiba roboh, sebelum ingatan kedepan berkelebat lewat segulung desiran angin tajam telah menghantam jalan darah Put-yong-hiat dipinggangnya, pedang segera terlepas dan ia roboh ke atas tanah. Perubahan secara mendadak membuat para jago kebingungan, mereka tak bisa membedakan lagi mana kawan mana lawan, dengan hati tercekat puluhan pasang mata menyapu berbareng keempat penjuru. Jurus pedang yang aneh dari sepasang dayang berbaju putih itu mendatangkan rasa takut bagi para jago namun robohnya mereka berdua secara tiba-tiba makin mengerikan hati para jago. Semua orang tahu tentu ada orang turun tangan secara diam2 melukai kedua orang dayang tersebut hanya tak jelas siapakah orang tersebut dan melukainya dengan kepandaian apa. Buru-buru Shen Bok Hong melancarkan dua serangan dahsyat mendesak mundur Tong Loo Thay-Thay kemudian badannya yang tinggi besar rada bongkok melayang ketengah udara menghampiri kedua orang dayangnya yang roboh ketanah, satu tangan sesosok badan, diperiksanya dengan seksama kemudian ia menghardik. "Tahan!" Tang Hong Ciang mengiakan dan mundur lima depa ke belakang. Be Boen Hwie pun segera melipat kipasnya ia tidak mengejar pihak lawan lebih jauh. Terdengar Tang Hong Ciang bersuit rendah lelaki berbaju merah tadi segera menarik serangannya mundur ke belakang. Suma Kan pun menarik kembali serangannya tidak mengejar lebih jauh. Dengan sepasang tangannya Shen Bok Hong melempar kedua orang dayang tersebut kepada Tang Hong Ciang. "Bawa mereka mundur ke belakang" perintahnya. Dengan suatu gerakan cepat Tang Hong Ciang masukkan pedangnya ke dalam sarung kemudian menerima tubuh kedua orang dara tadi, lalu bersama2 lelaki berbaju merah itu mengundurkan diri kebalik bebungahan. Menanti Tang Hong Ciang telah mengundurkan diri, Shen Bok Hong beru tertawa dingin tiada hentinya. "Sahabat dari mana yang memiliki ilmu jari amat dahsyat, membuat aku Shen Bok Hong betul kagum." Sembari berkata sepasang matanya dengan tajam menyapu keempat penjuru. Siauw Ling segera menarik kembali sinar matanya dan duduk tenang dikursinya, sementara raut mukanya menunjukkan se-akan2 tak pernah terjadi sesuatu. "Sahabat!" Shen Bok Hong kembali berseru. "Maaf kalau aku Shen Bok Hong tidak baik dalam melayani kehadiranmu setelah kini kau berani melukai dayang perkampungan Seratus bunga kami dengan ilmu jari Kiem Kong Tji, aku rasa ilmu silatmu tentu sangat lihay, setelah berani berbuat mengapa tak berani mengaku?" Beberapa kali ia ulangi bentakan itu nemun tak kedengaran seorang manusiapun yang memberi jawaban. Kendati Shen Bok Hong adalah seorang cerdik dalam keadaan seperti ini ia gagal untuk memperoleh jawaban. Tampak Tong Loo Thay-Thay sambil mengetuk tongkatnya berseru. "Shen Bok Hong, pertarungan kita belum selesai, siapa menang siapa kalah belum diputuskan, ayoh kita teruskan lagi" "Hmm! apakah Hujien punya keyakinan untuk menang" lebih baik kita teruskan saja nanti" jawab Toa Cungcu ini dengan nada dingin. Diluar ia berbicara, hatinya amat gelisah jikalau ia gagal menemukan sang pembokong maka kesalahan ini akan terhitung amat besar. Tong Loo Thay Thay hanya bergebrak sebanyak duapuluh jurus melawan Shen Bok Hong tetapi ia harus melepaskan empat kali jarum beracunnya, untuk merebut posisi. seandainya senjata rahasia keluarga Tong tidak lihay sehingga membuat Shen Bok Hong rada jeri. niscaya sejak tadi Tong Loo Thay Thay sudah terluka ditangan orang itu. Saat ini senjata rahasia yang dibekal sudah tak banyak lagi. apapula senjata rahasia tersebut tak mungkin melukai Shen Bok Hong karena itu sedikit banyak iapun sudah dibikin rada was2 hanya saja untuk menjaga nama baik keluarga Tong, mau tak mau ia harus meneruskan tantangannya. Dan sekarang Shen Bok Hong sudah mengutarakan maksudnya dengan senang hati ia ambil kesempatan itu untuk mengundurkan diri. Suasana dalam kalangan seketika menjadi sunyi senyap tak kedengaran sedikitpun juga suarapun, saking tenangnya sampai hembusan napaspun kedengaran. Dengan sepasang mata yang tajam Shen Bok Hong menyapu wajah setiap orang namun gagal menemukan sedikit titik terang, ia lantas tertawa dingin. "Saudara, kau memiliki ilmu silat yang lihay" serunya. "Kenapa perbuatanmu sembunyi2 seperti cucu kura2, apakah tidak takut kehilangan pamor seorang lelaki sejati?" "Gendang senja genta fajar, tak bakal bisa mengejutkan seseorang. Be-heng mari kita pergi" mendadak siperamal sakti dari lautan Timur Suma Kan berseru. Pada saat ini pandangan Be Boen Hwie terhadap Suma Kan telah berubah, ia merasa walaupun orangnya latah namun memiliki il mu silat yang sangat lihay, hanya sayang pengalamannya sangat cetek dan selalu ingin menonjolkan diri sehingga salah dianggap sebagai orang sinting, segera jawabnya. "Bagaimana" apakah Suma heng sudah menemukan mereka hendak melepaskan racun keji ulat emas?" "Kalau perhitungan siauwte tidak salah mereka sudah mulai melepaskan racun-racun keji tersebut, Tanya jawab antara mereka berdua dilakukan dengan suara keras, tujuan mereka bukan lain adalah berharap agar para jago bisa mendapat peringatan terakhir dan segera mengundurkan diri dari tempat bahaya. Melihat para jago sama sekali tak bergerak hatinya Be Boen Hwie menggembuskan napas panjang sambil mengundurkan diri serunya keras, "Suma-heng, tahukah kau sampai seberapa jauh jarak yang bisa tercapai racun keji ulat emas itu" kita harus mengundurkan diri sampai dimana baru bisa lolos dari ancaman mara bahaya?" "Menurut pengetahuan siauwte kalau orang yang melepaskan racun adalah seorang ahli serta memiliki tenaga lweekang yang sempurnya maka jaraknya bisa mencapai sejauh lima li, tetapi hal ini berlaku kalau korbannya satu orang sedangkan apabila yang dihadapi adalah para jago dalam kalangan seperti ini maka jaraknya tak akan jauh kalau kita bisa mengundurkan diri sampai suatu jarak tertentu maka bisa lolos dari mara bahaya itu. Mengikuti dibelakang Be Boen Hwie, Siauw Ling pun mengundurkan diri ketepi kebun sebelah Barat. Agaknya para jago yang ada dalam kalangan sudah dibikin jeri oleh ucapan Suma Kan, masing-masing segera tinggalkan tempat duduknya dan mengundurkan diri ketepi kebun.... Shen Bok Hong yang gagal menemukan manusia yang membokong dayangnya sedang mendongkol sekali, melihat para jago mengundurkan diri semua dan rencananya yang sudah tersusun masak2 gagal total ia makin membesi Suma Kan sampai merasuk ketulang sumsum pikirnya. Sepintas lalu orang ini kelihatan gila. tak disangka dialah seorang manusia cerdik, kalau ini hari tidak kuusahakan untuk membasmi dirinya mungkin dikemudian hari akan merupakan bibit bencana bagiku...." JILID 19 Tetapi saat ini adalah waktunya buat Kiem Hoa Hujien melepaskan racun, ia takut anak buahnya yang dikirim untuk membunuh orang itu akan keracunan pula. satu2nya jalan ia harus bekerja sendiri. Karena berpikir demikian ia segera menghardik. "Suma Kan berhenti!" Waktu itu Suma Kan sudah tiba ditepi kebun, mendapat teguran ia berhenti dan barpaling. "Shen Toa Cungcu ada urusan apa lagi?" tanyanya. "Antara perkampungan Seratus bunga dengan dirimu tak terikat permusuhan apapun, mengapa kau selalu menghasut...." "Ha.... ha.... ha.... bagaimana" apakah disebabkan cayhe telah merusak rencana busuk yang telah disusun Toa Cungcu secara susah payah maka sekarang kau marah2 kepadaku" Nah sekarang ketahuan sudah kalau Toa cungcu benar2 hendak mencelakai para jago dengan melepaskan racun keji" Mendengar ejekan itu Shen Bok Hong semaki gusar dan membenci ia terawa hambar. "Ucapanmu teralu menghasut orang banyak dan bernadakan memusuhi kami, sekalipun aku berjiwa besarpun lama kelamaan tak bisa berdiam diri" Sembari berkata selangkah demi selangkah ia mendekati orang she Suma dari Lautan Timur itu. "Ilmu silat yang dimiliki Shen Bok Hong amat dahsyat, serangannya tentu luar biasa, harap Suma heng ber-hati2" bisik Be Boen Hwie lirih. "Terima kasih atas petunjukmu" Hawa murninya segera disalurkan mengelilingi badan bersiap sedia menghadapi segala kemungkinan kemudai selangkah demi selangkah mundur ke belakang. Sekilas pandang Siauw Ling yang ada disampingpun dapat menangkap hawa membunuh yang terlintas diatas wajah Shen Bok Hong, dengan ilmu menyampaikan suara ia segera memberi peringatan. "Hawa membunuh yang melintasi wajah Shen Bok Hong. mungkin Suma Kan tak akan sanggup menerima sebuah hantamannya, harap Be heng berjaga disisi badan, berusahalah untuk menghadang jarak pandangan Shen Bok Hong sedang aku secara diam2 akan memberi bantuan." Be Boen Hwie menurut dan menggeserkan badannya Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo mengundurkan diri bersama2 Suma Kan. Meminjam perawakan tubuh yang metutupi badannya, diam2 Siauw Ling salurkan hawa murninya keseluruh badan, ia bersiap sedia setiap saat turun tangan memberi pertolongan. Pada waktu itu Shen Bok Hong telah berada tujuh, delapan depa dihadapan Suma Kan, sepasang matanya memancarkan cahaya berkilat tiba-tiba ia ayun telapaknya melancarkan sebuah babatan kedepan, Sejak semula Suma Kan pun telah bersiap sedia dengan kerahkan segenap tenaga yang dimilikinya, melihat serangan Shen Bok Hong membabat datang, ia pun segera mengayunkan telapak untuk menyambut kedatangan serangan tersebut. Dua gulung angin pukulan saling berbentrokan di tengah udara, Suma Kan seketika tak tertahan ia merasa ada segulung hawa tekanan yang maha dahsyat menubruk datang membuat isi perut serta darah segarnya bergolak keras. Shen Bok Hong benci Suma Kan telah merusak rencana besarnya. Serangan ini dilancarkan dengan disertai tenaga dahsyat maksudnya dalam sekali hantam mencabut nyawa orang she Suma ini. Sewaktu Suma Kan kepayahan menahan tenaga tekanan yang maha dahsyat, tiba-tiba terasa sebuah telapak menepuk jalan darah Ming-bun hiat dipunggungnya lambat2. Segulung hawa murni yang panas dan kuat segera menyusup ke dalam tubunya, seketika tenaagnya berlipat ganda dengan keras lawan keras ia menerima datangnya pukulan shen Bok Hong yang dahsyat bagaikan gulungan ombak samudra ini. Agaknya Shen Bok Hong mempunyai keyakinan Suma Kan pasti tak berhasil menahan pukulannya itu, sehabis melancarkan sebuah babatan ia putar badan dan berlalu. Siapa sangka sudah tujuh, delapan langkah ia berlalu namun belum kedengaran juga suara robohnya Suma Kan ke atas tanah ia jadi tercengang dan keheranan. Ketika berpaling ke belakang, tampak Suma Kan masih beriri ditempat semula dengan air muka tenang sedikitpun tidak ada perubahan ia semakin terkesiap. Namun dengan tabiatnya yang licik, kaget atau gembira tak terpancar diatas wajah, rasa kaget hanya sekilas berkelebat kemudian lenyap kembali, ia tertawa hambar. "Ehmm.... ternyata Suma-heng betul2 memiliki ilmu silat yang maha dahsyat, siauw-te merasa sangat kagum!" Sepasang matanya dengan amat tajam menyapu tiada hentinya sekitar tubuh Suma Kan agaknya ia sudah menduga pasti ada orang yang membantu dirinya secara diam2 hanya belum diketahui siapakah orang itu. Siauw Ling setelah menggunakan hawa murninya bantu Suma Kan menahan datangnya serangan tanpa menunjukkan sesuatu yang mencurigakan ia tarik kembali tangannya, lalu dengan meminjam hadangan tubuh kedua orang itu ia mundur empat langkah ke belakang dan berdiri dengan tangan lurus kebawah. Sepasang sinar mata shen Bok Hong yang tajam tiba-tiba beralih ke atas tubuh Siauw Ling kemudian tegurnya dingin. "Siapakah anda?" "Dia adalah pembantu cayhe" jawab Be Boen Hwie cepat. Shen Bok Hong tertawa hambar. "Siapa namanya?" "Hamba Be Seng!" cepat-cepat Siauw Ling menjura. "Ehmm...." sementara ia ada maksud bertanya lebih jauh, mendadak suasana diempat penjuru jadi gelap. Ternyata api yang ada dilampu lentera yang menerangi empat penjuru dalam sekilas waktu itulah tiba-tiba padam. Segulung awan hitam menutupi cahaya bintang dilangit. sebelum lampu padam keadaan masih tidak terasa seberapa sekarang setelah tiba-tiba padam seketika dirasakan suasana disana amat suram, gelap dan mengerikan. Ditengah kegelapan itulah terdengar ujung baju tersampok angin, bayangan manusia berkelebat lewat ke arah empat penjuru. Sinar mata Siauw Ling amat tajam, dalam sekilas pandang ia temukan salah seorang diantara bayangan manusia itu adalah Ih Boen Han To, pikirannya seketika bergerak. "Sejak semula orang ini sudah menggabungkan diri dengan perkampungan Seratus bunga yang dipimpin Shen Bok Hong" pikirnya "Mengapa sikapnya kelihatan begitu gagah dan tergopoh2" agaknya apa yang diucapkan Suma Kan bukan mengigau belaka, Shen Bok Hong benar2 akan melepaskan rencana keji.... Kengerian serta keseraman yang timbul akibat perubahan suasana dari terang benderang jadi gelap gulita, ditambah berkelebatnya Ih Boen Han To sekalian dengan langkah tergopoh2 seketika menimbulkan kekacauan dalam kalangan para jago bersama2 lari ke arah bebungaan diempat penjuru. Ditengah kekalutan itulah terdengar Suma Kan berteriak. "Tjuwi sekalian hati2. cepat menyingkir!" Menanti Siauw Ling berpaling kembali Shen Bok Hong sudah tidak berada ditempat semula. Cepat ia mencari. tampak olehnya ketika itu Shen Bok Hong sedang merambat naik ke atas lotengnya dengan menggantungkan diri diatas angkin yang terurai kebawah, gerakannya gesit melebihi kegesitan kera. Dalam sekejap mata orang itu sudah berada lima, enam tombak tingginya dari atas permukaan. Siauw Ling menghembuskan napas panjang, pikirnya, "Seandainya pada saat ini aku melepaskan senjata rahasia dengan segenap tenaga, ada kemungkinan bisa melukai dirinya kendati perbuatan ini kurang cemerlang, namun seandainya Shen Bok Hong terluka, terhadap masalah untuk menolong orang tuaku memperoleh bantuan yang amat besar." Ketika ingatan ini berkelebat dalam benaknya, Shen Bok Hong sudah berada tujuh, delapan tombak jauhnya dari permukaan. ingin turun tanganpun sudah tak sempat lagi. Terasa sebuah tangannya dicekal kemudian ditarik ke belakang, disusul suara dari Suma Kan berkumandang datang. "cepat, cepat mengundurkan diri ke dalam hutan!" Tempo dulu sewaktu Siauw Ling masih berada di dalam lembah Sam Sin Kok, dari mulut Cung San Pek ia pernah mendengar tentang kelihayan racun keji asal dari daerah Biauw ini, bahkan iapun mengerti diantara racun-racun keji tadi, racun keji ulat emaslah paling dahsyat. Seketika ia merasakan bahaya buru-buru badannya mengundurkan diri ke belakang. Dalam dugaan Siauw Ling, disekitar bebungaan diempat penjuru kalanan Shen Bok Hong pasti telah mempersiapkan anak buahnya untuk menahan para jago yang melarikan diri kesana, siapa sangka kejadian berada diluar dugaan, dalam hutan tersebut suasana sunyi senyap tak kelihatan sesosok manusiapun. Suara kekalutan yang gegap gempita telah sirap, suasana pulih kembali dalam ketenangan seperti semula, hanya terdengar hembusan angin malam yang menyampok pepohonan menimbulkan suara gesekan yang lirih. Waktu itu para jago yang ada dikalangan telah melarikan diri kebalik pepohonan semua dan bersembunyi dibalik semak2. Persoalan melepaskan racun keji dari daerah Biauw sudah tersohor dalam dunia persilatan, barang siapapun yang pernah berkelana dalam Bu-lim tentu pernah mendengar kisah tersebut namun melihat sendiri seseorang melepaskan racun keji jenis daerah Biauw ini boleh dikata kurang daripada kurang. Kebanyakan para jago mempunyai satu ingatan yang aneh mereka berharap dapat melihat sendiri suatu kejadian yang aneh, serta melihat bagaimanakah caranya melepaskan racun tersebut. Siauw Ling, Be Boen Hwie serta Suma Kan setelah bersembunyi dibalik pepohonan segera pusatkan seluruh perhatiannya ketengah kalangan. "Suma-heng?" ketika itulah Be Boen Hwie dengan ilmu menyampaikan suara berbisik lirih. "bagaimana bisa tahu kalau Shen Bok Hong hendak melepaskan racun keji?" Suma Kan tersenyum, dengan ilmu menyampaikan suara pula ia menjawab. "Ramalan siauwte menunjukkan apabila dalam perjamuan yang diselenggarakan malam ini penuh dengan mara bahaya hanya saja dalam ramalan tersebut menunjukkan tanda aneh ternyata ditengah bahaya terjadi perubahan." Siauw Ling berada diantara mereka berdua, walaupun kedua orang itu berbicara dengan ilmu menyampaikan suara namun agaknya ada maksud agar iapun ikut mendengar. Kendati ia tak dapat ilmu meramal, tetapi Cung San Pek adalah seorang jago yang maha tahu selama berguru selama banyak tahun sekalipun Siauw Ling pusatkan seluruh perhatiannya untuk berlatih ilmu silat namun setiap kali ada luang Cung San Pek tentu menambah pengetahuannya dengan pelbagai cerita2 aneh yang sering terjadi dalam dunia persilatan. Bukan saja dalam hal akal licik serta tipu muslihat yang sering dilakukan orang Bu-lim, Cung San Pek pun menerangkan pelbagai ilmu silat beracun yang ada dalam Bu-lim, jurus ilmu silat teristimewa dari pelbagai perguruan, penggunaan obat pertolongan pertama, ilmu meramal serta macam2 kepandaian aneh yang ada dalam dunia persilatan bahkan di dalam memberi keterangan setiap macam persoalan ditambahi dengan suatu cerita yang menarik, hal ini membuat Siauw Ling jadi kesemsem untuk mendengarkan, tanpa ia sadari keterangan keterangan tadi membekas dalam benaknya denganmendalam sekali. Karena kejadian inilah tanpa Siauw Ling sadari pengetahuannya bertambah pesat, pada hari hari biasa ia masih tidak merasakan tetapi setiap kali mendengar orang lain membicarakan tentang satu persoalan maka daya ingat yang sudah melekat dalam benakpun mulai menunjukkan reaksinya. Pendekar Mata Keranjang 18 Jodoh Si Naga Langit Karya Kho Ping Hoo Siluman Penghisap Darah 2