Ceritasilat Novel Online

Bayangan Berdarah 7

Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen Bagian 7 dari pihak mereka. Sinar mata Siauw Ling segera berkilat. "Hmm asal kena kutangkap basah jangan harap mereka bisa lolos dalam keadaan hidup." "Menurut pendapat budakmu," ujar Giok Lan dari samping. "Sebelum kita menjumpai Looya serta Hujien lebih baik Sam ya jangan melukai dulu orang perkampungan Pek Hoa San cung." Siauw Ling merasa amat sedih tak terasa titik-titik air mata jatuh berlinang ujarnya sambil mendongak. "Sebelum aku Siauw Ling berbakti dihadapan mereka berdua kini menyusahkan dulu beliau berdua. Dosa ini benar2 sangat mendalam." Mendadak Siauw Ling teringat kembali dengan kuil bobrok yang pernah digunakan untuk melakukan Tiong Cho Siang Ku serta menjumpai Tok So Yok Ong itu. "Ayoh berangkat aku akan membawa kalian kesebuah tempat baik untuk beristirahat." Siauw Ling sangat hapal dengan jalanan disana dengan membawa kedua orang dayang tersebut tidak sampai sepertanak nasi kemudian mereka sudah tiba di dalam kuil bobrok tadi. Siauw Ling berangkat menuju keruang belakang sebelah Timur. "Sam ya budak pernah datang kemari untuk mencari Sam ya tapi tidak ketemu," ujar Giok Lan tiba-tiba sambil hela napas panjang. Sewaktu mereka sedang bercakap2 ruangan yang dituju sudah ada didepan mata.... Sepasang pintu kayu tertutup rapat2 suasana sunyi tak kedengaran sedikit suarapun. Melihat pintu tertutup Siauw Ling merasa hatinya agak bergerak. Karena curiga ia jadi berhenti. "Sam ya mengapa kau berhenti?" "Kalian berhati2 siapkan senjata," bisik Siauw Ling lirih. Dalam ruangan kecuali beberapa buah peti mati tak kelihatan benda apapun juga. Perlahan lahan Siauw Ling melangkah masuk ke dalam ruangan dan langsung menghampiri peti mati sebelah selatan, penutup peti segera dibuka dengan sepenuh tenaga. Dilihatnya sebuah sangkar burung terdapat di dalam peti tadi, dalam sangkar terdapat seekor burung beo warna hijau yang meloncat tiada henti kesana kemari. Sangkar itu terbuat dari serat emas indah halus dan menarik hati. "Sungguh indah burung itu," pujinya. "Burung beo ini sudah ada banyak hari disimpan dalam peti mati ini ...." serunya pula. "Bagaimana kau bisa tahu?" Coba kau lihat bahan makanan yang ada disangkar sudah habis, air telah mengering paling sedikit sudah dua hari dua malam disini. Bicara sampai disitu ia merandek, sinar matanya perlahanlahan dialihkan ke atas wajah kedua orang itu, sambungnya, "Entah kalian berdua takut tidak?" "Tidak takut." "Bagus sekali kita beristirahat satu malam disini." Suara kicauan burung yang nyaring berkumandang keluar dari balik peti mati memecahkan kesunyian yang makin mencekam. "Aaaach.... burung itu pasti kelaparan lebih baik kita lepaskan saja," ujar Giok Lan lirih. Siauw Ling merasa ucapan itu sedikit tidak salah karenanya ia bungkam. Giok Lan segera membuka sangkarnya seraya bergumam, "Nah burung kelaparan pergilah selamatkan jiwamu." Setelah burung beo itu terbang dari sangkarnya ia tidak langsung pergi ia berputar dulu diatas kepala Giok Lan kemudian baru melayang pergi. Tak terasa ia menghela napas panjang, "Mengapa kalian tidak menggunakan kesempatan yang baik ini untuk mengatur pernapasan, besok pagi kemungkinan besar kita harus mengalami suatu pertarungan sengit...." JILID 10 "Budak sedang memikirkan suatu cara yang baik untuk mengatasi persoalan ini" kata Kiem Lan. "Tapi setelah dipikir bolak balik belum juga memperoleh suatu cara yang bagus." "Urusan sudah jadi begini apa perlunya kalian murung tak usah dipikirkan lagi besok pagi kita bertindak sesuai dengan keadaan." Mendadak Giok Lan menegakkan badannya. "Samya" serunya cemas. "Apakah kau punya pegangan untuk menangkan Toa Cungcu?" "Soal ini susah untuk dibicarakan Djen Bok Hong jadi orang licik dan banyak akal. Dari luaran susah bagi kita untuk meninjau keadaan sebenarnya cuma perduli kepandaian silatnya seberapa lihay jadi orang seberapa licik aku Siauw Ling sama sekali tidak takut." "Samya, budak ada beberapa patah kata yang terasa tidak seharusnya dikatakan kalau kami salah bicara harap Samya jangan marah." "Katakan." "Walaupun kepandaian silat yang dimiliki Samya sangat lihay keberanian susah ditandingi, tapi dengan kekuatan kau seorang hendak menangkan kerubutan jago-jago lihay dari perkampungan Pek Hoa San cung aku rasa bukan suatu pekerjaan yang sangat mudah, aku rasa satu2nya jalan untuk menghadapi kejadian besok kalau bisa bersabar2lah terus. Kalau tak bisa bersabar dan harus bergebrak kita tak bisa bertempur terlalu ngotot. Samyapun tak usah mengurusi keselamatanku serta Kiem Lan. Usahakan dulu untuk menerobos keluar dari kepungan...." ooooo0ooooo Alis Siauw Ling langsung berkerut cepat-cepat ia menukas, "Jadi putra manusia tidak bisa berbakti pada orang tuanya sudah merupakan suatu dosa yang besar apalagi menyebabkan orang tua menderita sekalipun mati susah untuk mencuci bersih dosa2 ini." "Samya maksud Djen Bok Hong menculik Looya serta Hujien justru bertujuan hendak menaklukkan Samya asal Samya bisa menjaga diri sebaik2nya maka usaha Djen Bok Hong selama ini akan sia2 belaka." Berhubung banyak persoalan yang merasa tidak leluasa untuk diutarakan secara terus terang terpaksa budak ini mengajak Siauw Ling berputar2 dulu kemudian baru mengutarakan maksudnya yang sebenarnya. Siauw Ling seorang pemuda yang cerdik sudah tentu ia dapat menangkap maksud dayang ini yang mengharapkan ia batalkan saja pertemuan besok siang alisnya berkerut. "Untuk urusan ini kalian berdua tak usah merasa cemas aku sudah punya rencana sendiri justru kalian berdualah yang tidak perlu ikut aku menghadiri pertemuan besok siang gunakanlah kesempatan ini untuk melarikan diri." Giok Lan tertawa sedih. "Budak sekalian tak akan menyesal walaupun harus mati justru Samya sendiri." "Cukup kita tak usah membicarakan soal ini lagi" potong Siauw Ling cept sambil goyangkan tangan berulang kali. "Kalian berdua harus pergi beristirahat." Giok Lan tak berani banyak bicara lagi sepasang mata segera dipejamkan untuk atur pernapasan. Semalam lewat dengan cepatnya dalam sekejap matahari telah terang tanah. Siauw Ling menghembuska napas panjang sinar mata perlahan-lahan menyapu sekejap suasana disekelilingnya tampak Kiem Lan serta Giok Lanpun duduk berjejer belum sadar dari semedinya. Melihat wajah yang sayu dari mereka berdua timbullah suatu perasaan iba dalam hati Siauw Ling pikirnya, "Aaaai....mungkin satu malaman hati mereka tidak tenang jelas barusan saja pikiran mereka bisa tenang dan mulai mengatur pernapasan...." Karena kasihan ia tidak mau menyadarkan mereka diam2 pemuda ini bangun berdiri dan berjalan keluar maksudnya hendak berlatih ilmu silat. Mendadak.... Suara langkah kaki manusia berkumandang memecahkan kesunyian dipagi hari mendengar suara itu Siauw Ling merasa hatinya agak bergerak. "Mungkinkah siempunya burung telah kembali." Braaak pikiran kedua belum berkelewat, lewat pintu ruang sudah terbuka lebar. Kiem Lan serta Giok Lan sama2 meloncat bangun saking kagetnya sikap mereka terkejut sedang mata terpelotot bulat2. Sebaliknya Siauw Ling yang sudah mendengar dahulu suara langkah kaki orang itu dalam keadaan begini sama sekali tidak terperanjat sikapnya sangat tenang. Seorang lelaki dengan mata melotot bulat dan seluruh badan berlepotan darah berdiri tegak didepan pintu. Bagaimanakah raut muka orang ini susah dibayangkan karena seluruh wjaah maupun badannya ternoda oleh darah kering hanya saja sepasang matanya jelas melotot penuh kegusaran. Agaknya ia ingin mengucapkan sesuatu tapi badannya tidak takut menahan diri lagi setelah bibirnya bergerak dan belum sempat kata2nya meluncur keluar ia sudah roboh terjengkang ke atas tanah. Kiem Lan dan Giok Lan berseru tertahan buru-buru mereka lari menghampiri orang itu untuk membimbingnya bangun. "Jangan pegang dia" teriak Siauw Ling tiba-tiba. Mendengar suara bentakan kedua orang dayang itu tertegun dan menghentikan langkahnya lalu mundur dua langkah ke belakang. Perlahan-lahan Siauw Ling bangun berdiri berjalan kesisi orang itu dan berjongkok untuk memeriksa keadaan lukanya. "Ehmm....luka yang ia derita sangat parah" kata pemuda ini sesaat kemudian. "Diseluruh badan ada enam tempat bekas luka senjata isi perutpun menderita luka yang amat parah. Aiii...." "Ia masih bisa ditolong?" tanya Kiem cepat. "Soal ini susah untuk dibicarakan tapi kitapun tak boleh berpeluk tangan meligat orang berada diambang kematian." "Seluruh badannya berlepotan darah" kata Giok Lan dari samping kalangan. "Untuk mengobati luka dibadannya kita harus mencuci dulu darah yang menodai badannya." "Tidak salah....cepat kalian berdua ambil air." Sedang Siauw Ling segera mengeluarkan tangannya untuk ditekankan diatas dadanya terasa jantung masih berdetak walaupun amat lemah. Diam2 hawa murninya disalurkan keluar segulung aliran panas dengan cepat keluar sudah masuk ke dalam tubuh siluka itu melalui jalan darah Sian Khie Hiat. Dengan tenaga kweekangnya yang amat sempurna setelah menyalurkan hawa murninya ke dalam tubuh orang itu semula denyutan jantungnya lemah kini berdebar kembali seperti sedia kala sedang sepasang matapun perlahan-lahan dibuka. Saat ini sinar matanya amat sayu ia memandang wajah Siauw Ling beberapa saat kemudian memperdengarkan suara helaan napas yang lemah. "Siapa kau?" tanyanya lirih. "Cayhe Siauw Ling kalau luka Heng thay hanya terbatas pada luka luar saja tanpa diberatkan oleh luka dalam rasanya tidak susah bagiku untuk turun tangan menolong." "Jangan goyangkan badanku" seru orang itu sambil pejamkan kembali sepasang matanya. "Di dalam peti mati sebelah selatan ada seekor burung beo." Napasnya tersengkal2 setelah merandek sejenak sambungnya lebih lanjut, "Lepaskan burung itu kemudian masukkan badanku ke dalam peti mati itu asal aku bisa bertahan dua belas jam maka aku...." Jelas ia sudah kelelahan belum habis ucapannya diutarakan mulut telah membungkam kembali. Siauw Ling sendiripun tahu dalam keadaan seperti ini banyak mengucapkan sepatah kata berarti mengurangi suatu bagian harapan untuk hidup karena itu walaupun banyak persoalan yang tidak ia ketahui terpaksa pemuda ini pendam niatnya di dalam hati pemuda ini. Pada waktu itu Kiem Lan serta Giok Lan dengan membawa segentong air telah berjalan masuk ke dalam ruangan. Dari dalam sakunya Giok lan mengambil keluar secarik sapu tangan. Setelah dibasahi dengan air gentong perlahan-lahan diusapkan ke atas wajah orang itu. Setelah nona darah bersih, muncullah sebuah mulut luka yang amat besar dan dalam diatas kening sebelah kirinya memanjang ke atas batok kepala, darah segar mengucurkan keluar tiada hentinya dari mulut luka tersebut. Melihat luka itu sangat parah Giok Lan berpaling memandang sekejap wajah Siauw Ling. "Samya" katanya. "Luka yang ia derita sangat parah mungkin sulit bagi kita untuk melakukan pertolongan...." Mendadak sepasang mata orang itu yang semula terkatup kini terpentang kembali. "Jangan ganggu diriku." Karena harus menggerakkan matanya darah mengucur keluar semakin deras dari mulut luka. Giok Lan berhenti mengusap ia memandang sekejap wajah Siauw Ling dan berseru, "Samya, kita tak punya obat2an mungkin sulit bagi kita untuk menolong." "Ehmmm....dia minta kita menggotong badannya dan dimasikkan ke dalam peti mati itu kemudian lepaskan burung beo hijau asalkan bisa bertahan selama dua belas jam maka jiwanya bisa tertolong." "Tidak salah" sambung orang yang terluka itu cemas. "Cepat kalian masukkan aku ke dalam peti mati dua belas jam kemudian kemari lagi." Ia marandek sejenak untuk tukar napas lalu tambahnya, "Tolong ambilkan sepucuk surat yang ada di dalam dadaku...." Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo belum habis ucapan itu diutarakan mendadak dia membungkam jelas orang ini merasa terlanjur bicara. "Heng thay berkata demikian aku duga tentu ada tujuan tertentu" ujar Siauw Ling tidak mau mendesak tahu lagi rahasia orang itu. "Akupun tak akan terlalu memaksakan diri untuk menolong kau cuma da satu persoalan hendak cayhe katakan kepadamu. Burung beo yang ada di dalam peti mati itu sudah cayhe lepaskan berhubung makanan serta minumannya sudah mengering cayhe tidak tega melihat burungmu itu mati kelaparan." "Sudah berapa lama kalian lepaskan burung itu?" seru orang ini dengan nada cemas. "Mungkin satu dua jam yang lalu" jawab Siauw Ling setelah termenung sebentar. "Bagus sekali pada saat sang surya lenyap dibalik gunung besok hari harap kalian datang lagi kemari sekarang cepatlah masukkan aku ke dalam peti mati itu." Walaupun dalam hati Siauw Ling merasa keheranan dengan sikap orang ini dimana berulang kali minta dirinya dimasukkan ke dalam peti mati. "Apa mungkin peti mati bisa membantu dirimu untuk merawat luka yang demikian parahnya itu?" Tetapi setelah dilihatnya ucapan orang itu begitu bersungguh2 terpaksa ia menurut juga untuk memasukkan badannya ke dalam peti mati. "Heng thay apakah kau percaya penuh dalam dua belas jam kemudian pasti orang yang datang memberi bantuan?" "Kecuali burung beoku menemui peristiwa ditengah jalan." Bicara sampai disitu ia tak tahan lagi sepasang matanya dipejamkan kembali rapat2. "Kalau besok cayhe masih bisa hidup dikolong langit tentu akan kupenuhi janjimu ini dan datang menjenguk saudara" kata Siauw Ling sambil menekan peti mati tersebut. "Kalau tidak beruntung kami harus menemui ajalnya sudah tentu tak bisa datang lagi." Sepasang mata yang semula telah terpejam mendadak terpentang kembali. "Kenapa?" "Cayhe telah mengadakan suatu perjanjian dengan seseorang bagaimana akhir pertemuan ini masih susah diduga mulai sekarang." Sepasang mata yang sudah sayu dari orang itu memandang wajah Siauw Ling tajam2 lama sekali ia baru berkata kembali, "Bocah kau harus kembali kalau loohu masih hidup dikolong kangit boleh pergi keujung langit mencari dirimu kalau loohu tidak beruntung menemui ajalnya disini bukankah...." Napasnya tersengal2 sehingga sulit baginya untuk melanjutkan kembali kata2nya, "Baiklah asalkan cayhe berhasil mempertahankan jiwaku aku pasti akan datang kemari perlukah aku menutupi peti mati ini." "Kalian harus mempertahankan diri bagaimanapun juga jiwa kalian harus tetap dipertahankan" ujar orang itu lagi dengan seluruh tenaga yang dimiliki. Melihat orang itu sudah merasa sulit untuk bicara Siauw Ling tidak membiarkan ia banyak bicara lagi. "Aku pasti datang silahkan Heng thay baik2 beristirahat disini...." Perlahan-lahan ia menutup peti mati itu dengan hanya meninggalkan sedikit celah sebagai lubang pernapasan kemudian putar badan keluar dari ruangan itu dan menutup kembali pintu kayu tersebut. "Samya agaknya orang itu menjumpai banyak persoalan yang hendak dibicarakan dengan dirimu" bisik Kiem Lan seraya diluar ruangan kuil. "Mungkin ia minta aku membantu dirinya untuk menyelesaikan upacara yang terakhir." Ia mendongak untuk menghela napas tambahnya, "Jarak saat ini dengan siang hari masih ada beberapa jam mari meminjam kesempatan ini kita belajar beberapa macam ilmu pukulan ikuti saja beberapa petunjukku untuk menghadapi serangan lawan walaupun waktu sudah sangat mendesak sehingga susah mendatangkan hasil yang memuaskan rasanya masih bermanfaatkan pula untuk menambah pengetahuan kalian di dalam menghadapi serangan lawan." Tidak menunggu jawaban lagi ia membawa kedua orang dayang itu memasuki sebua hutan diluar kuil ditempat itu ia memberi petunjuk dua jurus serangan kepada mereka berdua setelah itu barulah bersama2 berangkat menuju keperkampungan Pek Hoa San cung. Ditengah perjalanan mereka menjumpai sebuah kedai mendadak Kiem Lan berhenti dan berbisik lirih, "Samya siang hari masih ada satu jam bagaimana kalau kita bersantap dulu dikedai ini?" "Tidak salah setelah memasuki perkampungan Pek Hoa San cung kita tak boleh makan maupun minum barang2 mereka." Mereka bertigapun bersantap di dalam kedai itu walaupun yang disantap hanyalah nasi kasar dan teh pahit tapi bagi ketiga orang ini sudah cukup lezat. Selesai bersantap mereka segera berangkat menuju keperkampungan Pek Hoa San cung. Tjioe Tjau Liong sejak semula telah menantikan kedatangan mereka diluar perkampungan begitu melihat munculnya Siauw Ling disana dengan langkah lebar ia segera menyambut. "Siauw heng masih mengira Samte telah lupa dengan janji pertemuan kita ini hari?" tegurnya. "Hubungan persaudaraan diantara kita sudah putus harap Djie Tjung tju jangan menyebut aku dengan sebutan itu lagi" tukas Siauw Ling dingin. "Empat samudra merupakan kawan ujung langit bagaikan tetangga walaupun hubungan persaudaraan diantara kita sudah putus. Apa salahnya kalau kita saling membahasai pihak lawan dengan saudara" seorang lelaki sejati tidak suka memandang rendah derajat lawan. Siauw heng apakah tidak merasa caramu berpikir terlalu picik?" Siauw Ling merasa gusar, tapi ia tekan rasa gusar tersebut dalam rongga dadanya. "Kalau begitu aku harus merepotkan Tiioo heng untuk membawa jalan...." jengkelnya sambil tertawa hambar. Tjioe Tjau Liong tersenyum, sinar matanya beralih ke atas wajah kedua orang budak itu. "Bagaimana dengan kedua orang dayang ini?" "Sudah tentu akan masuk ke dalam bersama2 aku Siauw Ling." Suatu senyuman mengejek melintas diatas wajah manusia she Tjioe ini. "Bagus sekali derajat kedua orang budak ini sudah dinaikkan beberapa kali lipat oleh Siauw heng" ejeknya sinis. "Djie Cungcu" seru Kiem Lan dingin. "Kita kakak beradik sudah menjadi penghianat2 dari perkampungan Pek Hoa San cung kalian kalau bicara harap Djie Cungcu sedikit tahu kesopanan budak2 terus siapa yang kau maksudkan?" "Bangsat kerparat" teriak Tjioe Tjau Liong mencak2. "Berani betul kau budak laknat berani cari gara2 dengan aku?" Sembari berteriak telapak tangannya melancarkan sebuah pukulan ke arah budak2 itu. Siauw Ling yang berdiri disisinya dengan cepat menggerakkan tangan kanan mencengkeram pergelangan kanan Tjioe Tjau Liong yang sedang melancarkan serangan. "Tjioe heng kau ingin bergebrak pada saat ini juga?" tantangnya. Tjioe Tjau Liong seketika itu juga merasakan seluruh tulang belulangnya linu dan sakit walaupun semua tenaga sudah dikeluarkanpun percuma saja akhirnya ia menghela napas panjang. "Aku hanya ingin memberi sedikit pelajaran kepada budak2 ini aku tidak bermaksud menantang Siauw heng untuk bergebrak." Sepasang mata Siauw Ling berkilat selapis hawa napsu membunuh melintasi seluruh wajahnya. "Djie Cungcu kau dengar baik2" ujarnya keren. "Apalagi orang tua cayhe terluka barang seujung rambutpun aku Siauw Ling tentu akan membasmi seluruh isi perkampungan Pek Hoa San cung ini dan orang pertama yang akan menerima kematian adalah Djie Cungcu pribadi." Sembari berkata ia lepaskan cengkeramannya pada pergelangan kanan Tjioe Tjau Liong. Mendengar ucapan tersebut sang Djie Cungcu dari perkampungan Pek Hoa San cung tertawa terbahak2. "Haaa....haaa....kalau kupandang dari ucapanmu agaknya Siauw heng merasa paling benci dengan diri cayhe?" "Sedikitpun tidak salah...." Setelah melihat hawa amarahnya yang berkobar2 dalam dada Siauw Ling orang she Tjioe ini tidak berani mencari gara2 lagi ia takut dirinya kena dikecudangi lagi oleh pemuda tersebut. "Baiklah biar siauwte membawa jalan buru-buru." Dengan langkah cepat ia segera berlalu. Siauw Ling pun mengikuti dari belakangnya dengan kencang ketika itulah Giok Lan mempercepat langkahnya mendekati pemuda tersebut. "Samya harap tenangkan hatimu jangan sampai membikin pikiran jadi kawau balau." Siauw Ling menghembuskan napas panjang ia tertunduk sedih. "Aaaai....kedua orang tuaku sudah tua dan berbadan lemah mana ia sanggup menahan siskaan ini?" Dua titik air mata jatuh berlinang membasahi pipinya. Beberapa saat kemudian mereka sudah tiba diruang tengah perjamuan telah dimulai dengan Djen Bok Hong dikursi pertama disamping itu terdapat pula seorang kakek tua kurus kering berbaju hitam duduk saling berhadap2an dengan Toa Cungcu. Kulit maupun badan orang ini kaku wajahnya kukoay susah dilukiskan kalau bukan sepasang biji matanya berputar2 mungkin orang lain akan menganggapnya sebagai sesosok mayat hidup. Terhadap orang ini Siauw Ling mempunyai suatu kenangan yang sangat mendalam karena dia bukan lain adalah Tok so Yok Ong yang ditemuinya sewaktu ada dikuil bobrok tempo dulu. Halaman yang demikian luasnya hanya teratur sebuah meja perjamuan kecuali dihadiri oleh Djen Bok Hong serta Tok So Yok Ong tak kelihatan seorang manusiapun. Ketika Tok So Yok Ong melihat munculnya Siauw Ling disitu mendadak dari sepasang matanya memancarkan cahaya tajam tiada hentinya ia perhatikan tubuh pemuda tersebut. Menjumpai si raja obat bertangan keji terbayang kembali dalam benak Siauw Ling akan peristiwa yang mengerikan malam itu tak kuasa lagi hatinya merasa bergidik. Djen Bok Hong tersenyum melihat kehadiran mereka bertiga dengan cepat ia bangkit berdiri menjura. "Mari....mari....kalian bertiga silahkan duduk" ujarnya mempersilahkan. Jelas dari maksud ucapan itu memandang Kiem Lan, Giok Lan sebagai tetamunya pula. Dengan langkah lebar Siauw Ling berjalan mendekati meja perjamuan cari kursi untuk duduk. Kiem Lan, Giok Lan pun mengikuti jejak Siauw Ling duduk dikedua belah sisinya. Sepanjang waktu kedua orang dayang ini menaruh rasa hormat dan jeri yang luar biasa terhadap Djen Bok Hong kini mengharuskan mereka duduk saling berhadapan sebagai musuh hati mereka kebat kebit juga dibikinnya. Kembali Djen Bok Hong tertawa hambar sembari angkat cawan sendiri katanya, "Nona berdua sungguh beruntung bagaikan sepasang mutiara yang bersinar Siauw heng bisa memandang tinggi kalian membuat cayhepun harus mengucapkan selamat kepada kamu berdua." "Toa Cungcu terlalu memuji" sahut Giok Lan sambil menjura. "Budak sekalian hormati watak Samya yang gagah perkasa...." "Haaa....haaaa....jadi maksud kalian aku tidak sesuai untuk menerima penghormatan kalian?" sindir Djen Bok Hong tertawa terbahak2. Giok Lan kontan merasa jantungnya berdebar keras air mukanya berubah merah padam. "Budak tidak bermaksud demikian." "Haaa....haaa....beberapa patah kata guyon jangan kalian anggap sungguh2." Air mukanya mendadak berubah jadi keren sambungnya, "Peraturan perkampungan Pek Hoa San cung kami selamanya keras dan disiplin barang siapa yang berani berhianat selamanya kami tidak kasih ampun kepada mereka ini hari aku ingin mempertontonkan beberapa ornag penghianat dihukum." Bicara sampai disitu ia ulapkan tangannya kemudian bertepuk tangan dua kali. Dari balik pepohonan serta bunga berkumandang suitan panjang diikuti dari puncak loteng Wang Hoa Loo muncul suara sautan. Jantung Siauw Ling berdebar semakin keras tak kuasa iapun ikut mendongak ke atas. Tambang bambu panjang perlahan-lahan muncul dari atap loteng Wang Hoa Loo diujung bambu panjang itu terikatlah seorang lelaki setengah telanjang yang hanya memakai celana pendek. Jarak permukaan tanah dengan puncak loteng Wang Hoa Loo sudah ada puluhan tombak tingginya, ditambah pula orang itu digantung diatas bambu panjang yang dijalurkan dari pucuk loteng keadaannya sangat mengerikan. "Orang ini secara diam2 ada maksud menghianati diriku" ujar Djen Bok Hong sambil memandang si orang yang digantung diatas tiang. "Oleh karena itu ia berhak untuk merasakan bagaimanakah rasanya kalau ditembusi dengan berpuluh2 batang anak panah." Ketika itulah mendadak suara desiran angin tajam berkumandang memecahkan kesulitan sebatang anak panah meluncur keluar dari loteng pertama tepat menghajar paha orang itu. Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Suara jeritan bergema sangat menyayatkan hati butiran darah muncrat keempat penjuru. "Walaupun orang ini ada maksud berhianat tapi belum melakukan sesuatu gerakan" sambung Djen Bok Hong lebih lanjut. "Maka biarlah ia sedikit merasakan siksaan diatas tiang penggantungan." Kembali ia ulapkan tangannya ke atas, seketika anak panah berhamburan bagaikan hujan deras dari pelbagai tingkat loteng mengarah tubuh orang itu. Jeritan ngeri bergema sangat mengerikan darah muncrat bagaikan hujan gerimis dalam sekejap mata seluruh badan orang itu sudah dipenuhi dengan anak2 panah. "Ooouw....sangat menarik. kematiannya sangat memuaskan" seru Toa Cungcu dari perkampungan Pek Hoa San cung seraya melirik wajah Siauw Ling. Suasana hening beberapa saat lamanya atau secara tibatiba ia bersuitan kembali. Bambu panjang tadi perlahan-lahan ditarik kembali sebagai gantinya dari loteng sebelah barat muncul kembali dua batang bambu yang diatas masing-masing bambu terikat dua kursi diatas kursi duduk seorang laki2 dan perempuan. Setelah melihat dengan teliti siapa yang duduk diatas kursi itu seketika itu juga Siauw Ling merasa nyawanya seperti melayang diawang2. Matanya melotot keringat dingin mengucur keluar membasahi seluruh tubuhnya. Orang itu bukan lain adalah orang tuanya sendiri. "Siauw heng sudah melihat jelas siapakah mereka" jengek Djen Bok Hong tersenyum. Hawa bergidik muncul dari dasar hati Siauw Ling seluruh badannya merinding keras. "Sudah....sudah kulihat cepat turunkan" serunya cemas. "Haaaaa....haaaaa....haaaaa....enteng sekali kau bicara hubungan persaudaraan diantara kita sudah putus apakah kau merasa ucapan ini tidak sedikit keterlaluan?" Keringat dingin mengucur keluar semakin deras sambil menyeka keringat kembali Siauw Ling berseru, "Apa yang hendak kau katakan cepat diutarakan keluar...." "Haaaa....haaaaa....haaa....tali yang mengikat kursi itu diatas bambu walaupun kelihatan sangat tipis dan kecil tapi kuatnya luar biasa Siauw heng tak perlu kuatir tali itu bisa putus ditengah udara." "Usia kedua orang tuaku sudah lanjut cukup digantung ditempat tinggi sudah mengejutkan hati mereka mungkin sekali perbuatanmu ini membuat mereka jadi ketakutan" kata sang pemuda sedih. "Kalau Siauw heng belum memutuskan hubungan persaudaraan dengan aku orang she Djen maka kedua orang tuamu sama pula dengan kedua orang tuaku aku akan menghormatinya sebagai seorang angkatan lebih tua...." Siauw Ling merasakan setiap patah kata yang diucapkan orang itu bagaikan sebuah palu besi yang menggodam hatinya jantung berdebar keras keringat mengucur semakin deras memikirkan kelamatan orang tuanya. Lama sekali akhirnya ia berhasil juga menekan perasaan tersebut ke dalam hati katanya tenang, "Peristiwa yang telah berlalu tak akan balik kembali lebih baik kita bicarakan persoalan yang terjadi didepan mata...." "Baik" Djen Bok Hong tertawa hambar. "Siauw heng bersiap sedia hendak menggunakan tindakan apa untuk menolong aah ibumu?" "Urusan sudah jadi begini Toa Cungcu pun tak perlu jual maal lagi apa yang hendak kau suruh aku Siauw Ling lakukan cepat diterangkan sejujur2nya." Djen Bok Hong tersenyum. "Baik kita bicarakan secara blak2an saja asal kau bisa mendapatkan batok kepala Hong tiang dari kuil Siauw limsi maka ayahmu akan kami lepaskan." "Hong tiang dari kuil Siauw lim si?" seru Siauw Ling melengak. "Tidak salah dengan kepandaian silat yang dimiliki Siauw heng rasanya tidak susah untuk mendapatka batok kepala Hong tiang dari kuil Siauw lim si." "Toa Cungcu" tiba-tiba Giok Lan menyela dari samping. "Budak ada beberapa patah kata hendak diutarakan entah sesuaikah kuucapkan?" "Baik katakanlah." "Toa Cungcu minta Samya mengambil batok kepala Hong tiang dari kuil Siauw lim sie untuk melepaskan Looya seorang rasanya untuk membebaskan Hujien masih ada syarat lain pula." "Oooouw....sungguh teliti pendengaranmu." Siauw Ling terkejut ia merasakan hawa mangkel menerjang naik ke atas kerongkongan mendadak sambil bangun berdiri ia berteriak gusar, "Kalau aku tidak setuju." "Gampang sekali terpaksa aku harus menahan ayah ibumu untuk selamanya di dalam perkampungan Pek Hoa San cung ini." "Kepandaian silat Toa Cungcu sangat lihay sudah lama aku Siauw Ling mendengarnya sungguh kebetulan ini hari aku ingin minta pelajaran darimu." "Haaa....haaa....aku percaya kau Siauw Ling bukan seorang tukang pukul kasaran...." Mendadak air mukanya berubah jadi keren dengan dingin terusnya, "Sekalipun kau ada maksud untuk menantang aku bergebrak itu merupakan urusan dikemudian hari saat ini jiwa kedua orang tuamu masih berada dalam genggamanku asalkan aku ulapkan tangan maka mereka berdua akan mati tertembus oleh hujan anak panah." Mendengar ancaman itu Siauw Ling mendongak memandang ayah ibunya yang tergantung diangkasa semangat jantannya seketika hancur luluh dengan sedih ia menghela napas panjang. "Katakanlah masih ada syarat apalagi?" "Dengan batok kepala Hong tiang kuil Siauw lim untuk mengganti nyawa ayahmupun merupakan perbuatan satu nyawa dibayar dengan satu nyawa aku rasa tidak saling merugikan bukan" sedangkan mengenai ibumu urusan makin gampang lagi." "Apa yang hendak kau lakukan?" seru Siauw Ling sambil menekan pergolakan dalam dadanya. "Haaaa....haaaa....haaa....gampang sekali asalkan kau suka menyelundupkan masuk kegunung Bu tong san...." "Membinasakan Boe Wie Tootiang agar orang2 Bu tong pay membenci aku hingga merasup ketulang sumsum?" sambung Siauw Ling dingin. "Kau mempunyai hutang budi dengan Boe Wie Tooiang tentu mereka tak akan mencurigai dirimu asalkan kau bisa turun tangan keji tanpa ia sadari bukankah urusan akan berlangsung dengan sangat gampang?" Siauw Ling mendongak menghembuskan napas panjang saking sedihnya tak sepatah katapun bisa diutarakan lagi. Sikap Djen bok Hong semakin dingin lagi sambungnya, "Kita tetapkan saja perjanjian ini dnegan beberapa patah kata tersebut kalau kau bisa memperoleh batok kepala Boe Wie Tootiang, cayhe secara melepaskan ibumu. Kalau kau bisa memperoleh batok kepala Tjiangbun tjiang dari Siauw lim sie aku lepaskan ayahmu perkataan ini tak bisa diubah2 lagi." Siauw Ling menunduk sedih, air mata jatuh bercucuran. "Tidak ada cara lainnya lagi?" Djen Bok Hong segera menggeleng. "Kita batasi waktu sampai tiga bulan, di dalam tiga bulan ini cayhe bisa merawat ayah ibumu sebaik2nya." Jelas dibalik ucapan tersebut ia mengartikan kalau dalam tiga bulan Siauw Ling tidak dapat memperoleh batok kepala Ciangbujien dari Siauw lim pay serta batok kepala dari Boe Wie Tootiang maka ia akan mulai menyiksa kedua orang tua Siauw Ling. Siauw Ling sendiripun tahu banyak bicara tak ada gunanya perlahan-lahan ia bangun berdiri sambil menekan pergolakan dalam dadanya. "Tiga bulan kemudian cayhe pasti akan muncul kembali dalam perkampungan Pek Hoa San cung." "Kau harus ingat usia orang tuamu sudah lanjut badannya lemah sekali aku rasa ia tidak akan kuat menahan siksaan badan" sambung Djen Bok Hong lebih lanjut. "Ketika Siauw heng muncul kembali dalam perkampungan Pek Hoa San cung cayhe berharap perkampungan Pek Hoa San cung cayhe berharap kau telah berhasil memperoleh batok kepala Ciangbunjien dari Siauw lim pay serta batok kepala dari Boe Wie Tootiang." Siauw Ling merasakan beberapa patah kata dari Djen Bok Hong ini bagaikan sebilah pisau belati yang menghujam dalam dadanya seluruh badan gemetar keras tanpa bicara lagi ia putar badan dan berlalu. Kiem Lan, Giok Lan saling bertukar pandangan merekapun sama2 bangun berdiri. "Budak sekalian mohon diri" ujarnya berbareng. "Haaa....haaa....nona berdua harus baik2 menjaga serta merawat Siauw Ling jangan biarkan ia sakit karena mendongkol bukan saja badannya akan rusak bahkan akan mencelakai pula kedua orang tuanya." "Toa Cungcu boleh berlega hati" seru Giok Lan dingin. "Budak rasa masih sanggup untuk menasehati Samya." "Bagus sekali maaf aku tak dapat menghantar kalian." Kembali Kiem Lan, Giok Lan menjura lalu putar badan mengejar Siauw Ling dan keluar dari perkampungan Pek Hoa San cung. Pikiran pemuda she Siauw pada saat ini kacau balau tidak karuan dadanya bergolak dan kebingungan dengan tiada arah tujuan ia berjalan terus kedepan hingga akhirnya berhenti ditepi sungai. Kiem Lan, Giok Lan pun tahu saat ini pikirannya sedang kacau mereka tidak berani banyak bicara untuk memberi nasehat karenanya selama ini selalu membungkam terus sambil menguntil dari belakangnya. Tapi sungai itu sangat sunyi dan liar ombak menggulung saling berkejaran tak tampak sebuah sampanpun hilir mudik diatas sungai. Memandang segulung ombak yang berkejaran Siauw Ling berdiri termangu2 sepertanak nasi lamanya ia bungkam dalam seribu bahasa. "Ssst....coba kau lihat agaknya kesadaran Samya sudah mulai pudar" bisik Kiem Lan lirih kepada Giok Lan. "kita harus mencari suatu akal untuk menyadarkan dirinya." Belum sempat mereka melakukan sesuatu mendadak Siauw Ling menghembuskan napas panjang dan berpaling. "Aku sangat baik kalian tak usah repot ataupun kebingungan." Giok Lan mengedipkan sepasang matanya. "Dalam keadaan dan situasi semacam ini kita harus menggunakan kecerdasan serta ketabahan untuk menghadapi situasi yang kritis Samya kau harus baik2 berjaga diri untung saja tiga bulan tidak terhitung pendek mungkin sekali dalam jangka waktu selama ini kita berhasil mendapatkan suatu cara untuk menolong Looya serta Hujien." Siauw Ling menghela napas panjang. "Aku sudah putus hubungan persaudaraan dengan Djen Bok Hong serta Tjioe Tjau Liong lain kali tak usah menyebut aku dengan sebutan Samya lagi." "Budak sekalian sudah terbiasa memanggil dengan sebutan Samya kalau tidak kami harus memanggil apa?" kata Kiem Lan. "Panggil saja aku dengan Siauw Ling." "Kalau sebutan ini budak tidak berani" buru-buru Giok Lan menggeleng. "Kita sama2 manusia dari mana datangnya tingkat terhormat dan tingkat bawah mengapa tidak boleh memanggil aku sebutan Siauw Ling." "Untuk memanggil dengan nama asli budak sekalian kendati punya nyalipun tidak berani menyebut jikalau Siauw ya memang begitu pandang kami enci dan adik, budak memanggil diri Siauw ya dengan sebutan Siangkong saja...." "Sesuka kalian mau panggil apa saja...." perlahan-lahan ia duduk ke atas tanah. Giok Lan ikut berlutut disisinya sambil menghibur dengan kata2 halus, "Budak sudah banyak menerima budi kebaikan dari siangkong setiap hari ingin sekali kami balas budi kebaikan ini dan kini Looya serta Hujien kena dikurung dalam perkampungan Pek Hoa San cung tentu mereka tak ada orang yang merawat maksud budak lebih baik aku kembali saja keperkampungan mohon Djen Bok Hong suka mengijinkan budak untuk merawat Looya serta Hujien Siangkong ada Kiem Lan cici yang merawat rasanya sudah cukup." "Apa" kau mau pulang keperkampungan pek Hoa San cung?" seru Siauw Ling tertegun. "Tidak salah aku mau merawat Looya serta Hujien." "Sudahlah kau tak usah banyak buang pikiran Djen Bok Hong tak akan setuju dengan permintaanmu ini." "Kalau budak biarkan dia memusnahkan ilmu silatku dan mengatakan kedatanganku karena mendapat perintah dari Samya mungkin ia bisa menyetujuinya." "Tidak bisa" seru Siauw Ling sambil menggeleng. Mendadak terdengar suara gelak tertawa yang keras memutuskan ucapan Siauw Ling yang belum selesai. Pemuda itu segera berpaling kurang lebih satu tombak dibelakangnya berdiri seorang lelaki kurus kering berbaju hitam dengan angkernya orang itu bukan lain adalah Tok So Yok Ong. Siauw Ling yang pada dasarnya sedang menekan hawa mangkel di dalam dada melihat munculnya orang ini meledaklah hawa amarahnya. "Apa yang kau inginkan?" bentaknya sambil meloncat bangun. "Sudah bocan hidup?" Tok So Yok Ong tenang saja ia tertawa hambar. "Aku ingin membicarakan soal jual beli dengan kau." "Jual beli apa?" "Bukankah kau iangain menolong orang tuamu yang terkurung?" "Bisa menolong keluar kedua orang tua cayhe aku Siauw Ling matipun rela." Si raja obat bertangan keji tertawa hambar. Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Tahukah kamu dikolong langit pada saat ini hanya Loohu seorang yang bisa menolong sepasang orang tuamu?" ujarnya kembali. "Baik katakan, apa syaratmu." "Sekalipun Loohu tidak bicara, seharusnya dalam hati kau paham sendiri bukan." "Mengambil darah badanku untuk menolong jiwa putrimu." "Tidak salah" si raja obat bertangan keji mengangguk. "Cuma kali ini Loohu sudah mempersiapkan obat untuk memulihkan kesehatanmu sembari melepaskan darah aku kasih obat tambah darah untukmu dengan demikian walaupun jiwa putri pun Loohu selamat, jiwamu pun tidak sampai terancam, orang tuamupun bisa ditolong bukankah ini yang dinamakan satu batu mendapat tiga hasil." Loocianpwee" mendadak Giok Lan menimbrung dari samping. "Budak ada beberapa patah kata rasanya tidak enak kalau tidak diutarakan keluar." "Cepat katakan." "Sekalipun terhitung Loocianpwee berhasil menolong Siauw Loo ya serta Siauw Hujien dengan lancar tindakanmu ini bukankah akan mengakibatkan pencarian secara besar2an oleh orang2 perkampungan Pek Hoa San cung...." "Kita bisa mencari suatu tempat yang tersembunyi asal tempat itu terpencil mereka tak bakal bisa menemukan diri kita." "Bersembunyi untuk sementara sih bisa tapi selamanya aku rasa tidak mungkin apalagi Loocianpwee sudah lama bersahabat dengan Djen Bok Hong rasanya kau tahu bukan bagaimanakah wataknya." "Tentang soal ini Loohu sudah punya rencana." "Kalau putrimu hanya ingin mengganti darah saja untuk menyelamatkan jiwanya mengapa harus menggunakan darah yang ada ditubuh Samya?" seru Giok Lan. "Budak rela menyumbangkan seluruh darah yang ada ditubuhku untuk menolong putrimu." "Budakpun rela menyumbangkan darahku untuk menolong putrimu" sambung Kiem Lan cepat. Si raja obat bertangan keji dengan cepat menggeleng. "Kalau urusan ini demikian gampangnya Loohu setiap saat dapat mencari sepuluh atau delapan orang untuk diambil darahnya, apa perlunya membicarakan soal jual beli ini dengan kalian" ujarnya dingin. "Jika demikian adanya kau harus menggunakan darahnya baru bisa?" "Sudah ada sepuluh tahun lamanya Loohu mencari diantara seribu bahkan puluhan orang tapi hanya dua orang saja yang bisa digunakan untuk mengganti darah putriku." "Yang satu adalah cayhe, lalu siapa orang yang lain?" tanya Siauw Ling tak tertahan. "Sekarang dikolong langit hanya tinggal kau seorang, karena orang kedua sudah lama mati." "Siapa." "Beritahu kepadamu pun tiada halangan tapi dengan usiamu yang sedemikian kecil mana mungkin dengan orang itu. Dia adalah Gak Im Kauw." Seluruh badan Siauw Ling tergetar keras, buru-buru ia menghembuskan napas panjang. "Gak Im Kauw, nama besarnya sudah tersohor dimana2, cayhe menaruh hormat kepadanya." Si raja obat bertangan keji mendehem berat katanya tibatiba, "Loohu tidak bisa lama berdiam diri kalau kau setuju cepat ambil keputusan." "Baik aku setuju" jawab Siauw Ling dengan wajah yang kukuh. "Tapi cayhe harus melihat dulu kedua orang tuaku sudah lolos dengan selamat...." "Hal ini sudah tentu malam ini pada kentongan ketiga kita berjumpa muka dalam kuil bobrok dimana kita pernah berjumpa untuk pertama kalinya disana Loohu akan beritahu kepadamu bagaimana caranya menolong ayah serta ibumu." "Baik kita tetapkan demikian." Sekali loncat Tok So Yok Ong berkelebat pergi lalu dalam sekejap mata sudah lenyap dari pandangan. Menanti bayangan punggung dari si raja oebat bertangan keji sudah lenyap dari pandangan Giok Lan baru berpaling dan memandang sekejap ke arah Siauw Ling. "Siangkong kau benar2 setuju untuk melepaskan darah buat menolong putrinya?" "Sebagai manusia tidak bisa berbakti untuk orang tua hal ini merupakan suatu tindakan yang salah apalagi sepasang orang tuaku menderita disebabkan aku jangan dikata melepaskan darah dibadanku sekalipun suruh aku hancur leburkan badankupun tak akan kutolak." "Tapi si raja obat bertangan keji bukan termasuk orang2 baik." "Aku tahu tapi demi menolong jiwa putrinya ia tak akan melakukan siasat licik kitapun tak usah memikirkan persoalan ini terlalu jauh." "Kalau si raja obat bertangan keji setelah melepaskan darah Siangkong dan menolong jiwa putrinya lalu menangkap kembali Looya serta Hujien untuk dijebolkan ke dalam perkampungan Pek Hoa San cung bukankah Siangkong akan tertipu mentah2?" "Aaaai....dalam keadaan seperti itu sekalipun tidak mati seluruh kepandaian silatku akan punah kendati Djen Bok Hong menangkap sepasang orang tuakupun percuma saja kalau ilmu silatku sudah punah ia pasti tak mau mengurusi tentang kedua orang tuaku lagi." Giok Lan menghela napas panjang. "Asal kau masih bisa bernapas Djen Bok Hong tak akan melepaskan dirimu apalagi kalau Siangkong kehilangan ilmu silatnya kau akan memperoleh hinaan cemohan serta siksaan yang hebat orang2 kangouw memang dasarnya keji dan bahaya Siangkong tak usah membicarakan soal kepercayaan serta peraturan Bulim lagi dengan mereka." "Menurut pendapatmu bagaimana baiknya?" tanya Siauw Ling. "Maksud budak lebih baik kita menjanjikan suatu tempat yang bersembunyi untuk bertemu kita turun tangan bersamaan waktunya untuk menolong Looya serta Hujien entah bagaimana maksud Siangkong?" "Menggunakan tentara tidak bosan mengeluarkan siasat makin licik siasat itu makin sempurna kita boleh saling bermain siasat dengan Tok So Yok ong apa kau kira Tok So Yok Ong sendiri tidak mengadakan persiapan?" "Aaaai...." Kiem Lan menghela napas panjang. "Jumlah tenaga kita tidak banyak sekalipun berhasil menolong Looya serta hujien juga sulit untuk mengejar kita." "Orang budiman selalu dilindungi Thian, Siangkong tidak perlu terlalu murung akan soal ini" hibur Giok Lan cepat. Siauw Ling mendongak dan menghembuskan napas panjang. "Orang itu berjanji hendak menjumpai kita di dalam kuil bobrok sore nanti sedang Tok So Yok Ong berjanji hendak menjumpai kita pada kentongan ketiga ditempat yang sama tidak kusangka kuil bobrok ini mempunyai jodoh dengan aku Siauw Ling" "Siangkong" kata Giok Lan kemudian setelah memeriksa sejenak suasana disekeliling perkampungan Pek Hoa San cung. "Banyak tersebar pos2 pengintai yang mengawasi semua gerak gerik kita maksud budak lebih baik kita berputar dulu satu kalangan untuk mengacaukan perhatian mereka setelah itu secara diam2 baru berusaha untuk telundup masuk ke dalam kuil itu." "Baiklah aku ikuti saja pendapatmu." Sembari berkata ia lari menuju ke arah selatan. Demikianlah mereka dengan mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya dengan cepat berlari kedepan dalam sekejap mata sepuluh li sudah dilewati. Seperminum teh kemudian Siauw Ling sambil tersenyum berhenti berlari sinar matanya menyapu sekejap kesekelilingnya. Ditempat itu hanya terdapat sebuah rumah gubuk disekelilingnya merupakan tanah ladang yang amat luas. "Siangkong" seru Giok Lan sambil tersenyum. "Mari kita beristirahat di dalam rumah gubuk itu sekeliling tempat ini merupakan tanah ladang yang luas sekali pandang bisa mengawasi pemandangan sejauh seratus tombak kalau para pengintai dari perkampungan Pek Hoa San cung datang mengawasi kita paling mudah bagi kita untuk menemukannya." "Benar!" sambung Kiem Lan sambil mengangguk. "Lebih baik lagi kalau kita berusaha menangkap seorang atau dua orang pengintai mereka untuk paksa mengirim berita palsu sehingga mengacaukan pengawasan mereka dengan demikian gerakan kita akan lebih leluasa." "Siauw moay pun punya maksud demikian." Agaknya nyali kedua orang nona ini sudah bertambah besar, sudah tentu saja tindakan mereka ini mendatangkan rasa heran diatas Siauw Ling pikirannya, "Selamanya kedua orang ini menaruh rasa hormat terhadap Djen Bok Hong. Mengaoa sikap mereka saat ini bagaikan berobah dengan orang yang lain...." Karena berpikir demikian tanpa terasa ia sudah bertanya, "Eeeeei....agaknya nyali kalian berdua sudah jauh lebih besar?" Giok Lan tertawa lucu. "Apakah Siangkong merasa rada heran?" serunya. "Kalian sudah lama hidup dibawah kekuasaan Djen Bok Hong selamanya memandang dia sebagai dewa, mengapa sekarang kalian punya nyali berani mencari gara2 dengan dirinya." "Hal ini dikarenakan kami sudah memahami akan satu persoalan." "Persoalan apa yang sudah kalian pahami?" "Siangkong bersikap sangat baik kepada kami budak sekalian bukan saja akan membantu Siauwya sekuat tenaga sekalipun mai juga tidak menyesal inilah sebabnya mengapa nyali budak berdua bertambah berani." Ketika pembicaraan sedang berlangsung mereka sudah mendekati rumah gubuk tersebut. Diluar rumah gubuk yang terpencil ini bertumpuk2 gandum disimpan disana kecuali itu tak tampak benda lainnya lagi. Dengan langkah lebar Siauw Ling segera masuk kedalam. "Aaaakh tempat ini tidak jelek" katanya memuji. "Kita bisa beristirahat disini menanti sore hari sudah tiba baru kembali kekuil bobrok tersebut." Giok Lan tidak menjawab hanya secara tiba-tiba ia mencabut keluar pedangnya sambil mengasi tumpukan gandum disisinya. "Ayoh cepat menggelinding keluar kalau tidak akan kubakar tumpukan gandum ini" teriaknya keras. Siauw Ling mengerutkan dahi selagi mau bertanya mendadak Giok Lan mengedipkan matanya terpaksa ia tahan sabar. Kiem Lan pun menengus dingin. "Enci mari kita keluar kita bakar saja tumpukan gandum ini." Kedua orang ini satu tanya satu menjawab yang dikatakanpun kata2 kosong belaka sedang dari balik tumpukan gandum itu tidak kelihatan sesuatu gerakanpun. "Beri aku korek api! kita bakar dari kedua belah pihak" teriak Kiem Lan kembali. Baru saja ucapannya itu meluncur keluar tumpukan gandum membelah dua dan meloncat keluarlah seorang pengemis cilik berambut awut2an serta berkaki telanjang sambil memandang kedua orang dayang itu ia tertawa terbahak2. "Haaa....haaa....bagus2 sekali ternyata nona berdua berhasil juga menipu keluar aku sipengemis dari tempat persembunyian." Sinar mata Giok Lan berputar setelah memperhatikan sekejap sipengemis cilik itu bentaknya, "siapa kau?" "Seorang pengemis peminta2" jawab sipengemis sambil tertawa. "Kuda dikolong langit dimanapun bisa menjumpai bangsat apa perlunya kau keheranan." "Hmm gerak gerikmu gesit jelas seorang jago Bulim yang pandai bersilat." "Kalau benar gimana?" "Sering kudengar ornag berkata dalam dunia persilatan ada sebuah partai pengemis" tiba-tiba Kiem Lan menyela. "Anggota dari partai ini kebanyakan kaum pengemis tetapi kepandaian silat yang dimiliki sangat lihay apakah kau naggota Kay pang?" "Dan kalian adalah anggota perkampungan Pek Hoa San cung?" pengemis itu balik bertanya. Selama ini Siauw Ling hanya membungkam terus sambil berdiri disisi kalangan terhadap tanya jawab antara sipengemis dengan kedua orang dayanganya ia tidak ambil gubris. Oleh karena itu pengalamannya sangat cetek setelah mendengar pertanyaan sipengemis segera jawabnya, Tidak salah cuma sekarang kami sudah bukan anggota perkampungan Pek Hoa San Cung lagi. Walaupun watak sipengemis itu kukoay dan banyak akal tapi ia dibikin melengak juga dengan jawaban sang dayang. Mengapa" tanyanya. Sekarang kami sudah melepaskan diri dari ikatan perkampungan Pek Hoa San Cung. Mendadak ia merasa dirinya sudah terlanjur bicara, buruburu sambungnya, "Apa maksudmu bertanya demikian jelasnya?" Kalau apa yang kalian berdua ucapkan adalah kata sejujurnya disini Cayhe memberikan ucapan selamat dulu kepada kalian seru sipengemis sambil tertawa. Apa yang kau tanyakan sudah kami jawab semua sedangkan pertanyaan yang kami tanyakan seharusnya kaupun memberi jawaban. "Sekalipun kalian adalah orang2 perkampungan Pek Hoa San cung aku juga tidak takut tidak salah aku adalah anggota Kay Pang seperti apa yang sering kau dengar." Dari Cung San Pek yang sering bercerita Siauw Ling dapat Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo tahu bahwa partai Kay Pang merupakan partai terbesar didaratan Tionggoan seratus tahun berselang, jumlah anggotanya sangat banyak dan tersebar baik didaerah utara maupun diselatan. Jago-jago lihay mereka sangat banyak mengungguli kekuatan partai besar lainnya bahkan partai Siauw Lim yang dianggap sebagai sumber dari segala ilmu silatpun tidak bisa menandingi kekuatannya. Tiga puluh tahun berselang mendadak ditubuh Kay pang terjadi suatu perubahan drastis. Para tianglo dari partai itu saling berebut jadi ketua sehingga mengakibatkan terjadinya suatu pembunuhan besar2an diantara sesama anggota. Pihak yang kalah akhirnya bersekongkol dengan pihak luar untuk menghantam pihak yang menang. Hal mana tentu saja mengakibatkan pertarungan tersebut semakin mengerikan. Di dalam pertempuran ini akhirnya kedelapan belas Orang Tianglonya sama2 tewas. Ini mengakibatkan pula banyak ilmu silat lihay dari partai mereka ikut dibawa kekubur. Sejak kejadian itu pamor Kay Pang makin merosot kendati begitu kalau dibicarakan dalam jumlah anak muridnya perkumpulan mereka masih terhitung sebagai partai besar. Perlahan-lahan sinar mata sipengemis itu dialihkan ke atas tubuh Siauw Ling dan memperhatikan dari atas hingga kebawah Ooooouw.... kiranya Sam Tjungtju dari perkampungan Pek Hoa San tjung, sudah lama aku sipengemis cilik mendengar nama besarmu serunya cepat. Dari mulut Ih, Ouw, Siang, Kan, Tjung Piauw Pa Tju, aku sipengemis cilik telah mendengar nama besar dari Siauw heng. Saat ini Be Boen Hwie ada dimana" Ini hari Siauw te masih banyak persoalan yang harus diselesaikan, besok siang bagaimana kalau kita berjumpa lagi disini. Peng Im termenung sejenak, akhirnya ia mengangguk. Baik, kita berjanji begitu saja.... Ia merandek sejenak lalu sambungnya, Untuk sementara aku mengalah dan berikan tempat ini untuk kalian bertiga. Sekali loncat ia melayang keluar dari gubuk dalam sekejap mata sudah lenyap dari pandangan. Siauw Ling menghela napas panjang perlahan-lahan ia melangkah keujung gubuk dan duduk bersila, ujarnya, Orang yang hendak kita jumpai sore nanti masih sulit diduga bagaimana keadaannya. Lebih baik kita duduk bersemedi untuk mengatur pernapasan. Tanpa buang banyak waktu Kiem Lan menuju kepojokan gubuk dan mulai duduk bersemedi. Mendadak.... Suara ringkikan kuda berkumandan dari tempat kejauhan makin lama semakin mendekat, bahkan jumlah yang datang tidak sedikit, Tampaklah dari tempat kejauhan meluncur datang kereta kuda dengan cepatnya. Ditengah dataran yang sunyi dan terpencil secara tiba-tiba muncul sebuah kereta kuda yang lari kencang2 kejadian ini sudah tentu luar biasa sekali. Sewaktu Giok Lan bermaksud menyadarkan Kiem Lan mendadak horden kereta tersingkap dan meloncat keluar seorang perempuan genit berbaju serba putih sebuah sulaman bunga dari benang emas didadanya. Terdengar perempuan muda itu tertawa terkekeh2 Eeei.... apakah Sam Cungcu ada disini" tegurnya lirih. Orang ini bukan lain adalah Kiem Hoa Hujien yang memiliki banyak benda beracun. Giok Lan tahu ia tak bakal sanggup menghadang dirinya karena itu sengaja ia menegur dengan mempertinggi suaranya. Hujien baik2kah selama ini" Jelas meminjam kesempatan ini ia hendak memberikan peringatan buat Siauw Ling serta Kiem Lan. Bagaikan segulung angin taupan Kiem Hoa Hujien langsung menerjang masuk ke dalam ruangan. Waktu itu Siauw Ling sudah tersadar dari semedinya, diam2 iapun telah mengadakan persiapan. Setibanya di dalam ruangan Kiem Hoa Hujien mengeluarkan tangannya yang putih dan halus untuk membereskan rambutnya lalu tertawa. Haaa.... beruntung kau belum pergi terlalu jauh. Terhadap Kiem Hoa Hujien ini Siauw Ling merasa bimbang bercampur benci, segera jawabnya, Mengapa" Saudara cilik urusan segampang ini masa kau tak bisa berpikir" Kalau kau sudah pergi jauh mana aku bisa menemukan dirimu sedemikian gampang" Tiada tempat berteduh yang tepat, empat penjuru sebagai tempat tinggal. Kau anggap Shen Bok Hong bisa melepaskan dirimu" Aku tidak jeri terhadap dirinya.... Sudahlah jangan bicara begitu Kiem Hoa Hujien tertawa bukankah kau setuju untuk membunuh Hong Tiang dari Siauw Lim Sie" Selama ini kuil Siauw Lim sie dipandang jago-jago daratan Tionggoan sebagai tulang punggung dunia persilatan, aku duga penjagaan disana tentu sangat ketat. Dengan kekuatan kau seorang mana mungkin berhasil membunuh mati sang Ciangbun Hongtiang dari Siauw Lim Sie. Siauw Ling dapat meresapi alasan2 yang benar dari ucapan perempuan ini tak kuasa ia menunduk sedih dan menghela napas panjang. Perkataan hujien sedikitpun tidak salah. Kiem Hoa Hujien tertawa senang. Sejak kita berkenalan baru untuk pertama kali ini kau memuji diriku.... serunya. Perlahan lahan Siauw Ling mendongak ke atas butiran air mata jatuh berlinang membasahi pipinya. Eeeei.... mengapa kau suka membantu diriku, tanya Siauw Ling melengak. Kiem Hoa Hujien tertawa terkekeh2. Kau tidak perlu berterima kasih kepadaku. Baik2lah kalian merawat dirinya jangan bertindak secara gegabah. Nah aku pergi dulu.... Dalam sekali loncat ia sudah berada diluar ruangan. Sambil memandang bayangan kereta yang makin menjauh Giok Lan menghela napas. Pikiran Siauw Ling dipenuhi dengan persoalan, lama sekali ia berusaha belum berhasil juga, perlahan-lahan ia bangun berdiri dan mengalihkan sinar matanya keluar jendela. Pemuda ini menemukan rerumputan diluar jendela sedikit bergoyang walaupun waktu itu tidak ada angin berhembus. Kurang lebih seperminum teh kemudian rumput tadi kembali bergoyang lalu pulih lagi seperti sedia kala, Kali ini rumput itu tersingkap lebih besar, jelas dibalik semak seseorang yang sedang mengintai. Kembali sepeminum teh berlalu mendadak rumput tadi tersingkap lebar dan muncullah selembar wajah yang penuh keseriusan dengan sepasang mata yang besar jeli melongok ke dalam ruangan. Wajah orang ini sangat dikenali Siauw Ling, dalam sekali pandang saja ia sudah mengetahui sebagai sinona berbaju hijau yang dijumpai waktu membokong Cioe Cau Liong dirumah makan kota Koei Cho. Tampak sepasang mata yang besar jeli dilapisi hawa napsu membunuh dengan tajam memandang keadaan dalam ruangan. Disertai serentetan cahaya tajam dengan membawa desiran perlahan meluncur masuk ke dalam ruangan langsung mengancam dada Siauw Ling. Tangan kanan Siauw Ling dengan cepat menyambut datangnya senjata rahasia tersebut. Tanpa banyak bergerak ia simpan senjata rahasia tersebut ke dalam saku dan tetap duduk tak berkutik.... Tampak sepasang mata yang penuh dengan napsu dendam itu muncul kembali dari balik jendela dengan mendelong ia melototi wajah Siauw Ling lalu mengalihkan sinar matanya ke arah kedua orang dayang itu.... Tampak selembar wajah yang mencuri lihat dari balik jendela perlahan-lahan lenyap dari pandangan, jelas ia tidak bermaksud membokong kedua orang dayang tersebut. Hanya ada satu hal yang membuat Siauw Ling tidak paham, badannya tidak terdapat luka. Badannya tidak terdapat luka, badanpun tetap tak berkutik. Apakah gadis itu tak dapat melihat kalau ia sedang berpura2. Beberapa saat kemudia Giok Lan serta Kiem Lan berturut2 telah sadar dari semedinya. Gadis itu bangun berdiri membuka pintu, setelah memeriksa cuaca katanya lagi, Sang surya sudah hampir lenyap dibalik gunung. Paling banyak setengah jam kemudian hari akan gelap, bagaimana kalau sekarang juga kita berangkat" Baik, ayoh berangkat kata Siauw Ling. Setelah keluar dari gubug dengan ilmu meringankan tubuh ia berlari menuju kekuil. Siauw Ling langsung menuju keruang belakang dimana terdapat peti mati, membuka penutup dan melongok kedalam, Tapi peti mati itu kosong, orang yang terluka tadi sudah lenyap dari sana. Ia sudah menipu kita, bisik Giok Lan lirih, Sebelum ucapan itu selesai diutarakan, mendadak terdengar suara terbangnya seekor burung melayang masuk ke dalam ruangan. Seekor burung beo telah muncul dari balik senja. Burung beo itu terbang mengelilingi ruangan satu kali kemudian baru perlahan-lahan terbang keluar. Di bawah bimbingan sang burung beo ketiga orang itu dibikin lupa arah manakah mereka pergi. Setelah berjalan kurang lebih tujuh delapan li sampailah beberapa orang itu didepan sebuah rumah petani. Dengan dipimpin oleh Siauw Ling, kedua dayang itu ikut melangkah masuk kedalam. Malam hari sudah tiba hal mana menambah kegelapan dalam ruangan tersebut sehingga sulit melihat lima jari sendiri. Dengan dasar tenaga lweekang yang sempurna dari Siauw Ling, sepasang matanya berhasil dilatih sangat tajam sehingga dapat melihat ditempat kegelapan bagai ditempat terang saja. Kurang lebih enam tujuh langkah didepan mereka berdirilah sesosok bayangan perempuan. Kalian bertiga silahkan ikut aku masuk kedalam, Sembari berkata ia putar badan berlalu. Dengan pedoman bayangan punggung sigadis itu Siauw Ling melangkah kedepan diikuti Kiem Lan serta Giok Lan dari belakang. Tampak gadis itu menerobos ruangan belakang membuka pintu kecil dan berjalan terus kemuka melintasi sebuah jalanan kecil yang sunyi dan terpencil.... JILID 11 Sambil memandang bintang yang bertaburan dilangit Siauw Ling berpikir, "Orang kangouw paling suka merahasiakan keadaan sendiri gubuk petani tadi sama sekali tiada sangkut pautnya dengan mereka, apa maksud mereka memancing aku memasuki dahulu ruangan gubuk tersebut .... sungguh mengherankan..." Sewaktu ia masih berpikir perempuan sipembawa jalan yang berada didepan sudah berhenti, sudah sampai harap kalian bertiga suka menunggu sejenak disini katanya. Melihat dirinya kembali disuruh menunggu dalam hati Siauw Ling merasa gusar, "Hmm entah permainan apa lagi yang sedang mereka lakukan" pikirnya dalam hati kalau sejak tadi tahu begini aku tak sudi datang memenuhi janji ini." Sekalipun dalam hati menggerutu diluar ia masih bersikap sungkan. Giok Lan sebagai seorang gadis yang cerdik lagi teliti mendadak menemukan suatu hal yang mencurigakan hatinya ia merasa siperempuan pembawa jalan itu selalu berusaha menghindari perjumpaan muka dengan mereka ia selalu melengos bahkan waktu bicarapun membelakangi diri mereka bertiga. Timbullah rasa ingin tahu dalam gadis cerdas ini pikirnya. Apakah orang ini mempunyai hal2 yang malu diperlihatkan kepada orang lain" mengapa ia selalu melengos dan membelakangi kami" Karena curiga dan tak dapat menahan diri perlahan-lahan Giok Lan mulai bergeser kesamping dan berputar ke arah muka bermaksud melihat bagaimanakah wajah perempuan itu. Siapa nyana gadis itu mempunyai kewaspadaan yang tinggi baru saja Giok Lan bergeser selangkah ia sudah bergeser kesamping menghindari pertemuan mata dengan Giok Lan. Aku harap kalian bertiga suka menanti ditempat ini katanya dingin, Jangan sembarang pergi atau berlalu sesuka hati anda. Langkahnya dipercepat mendadak ia meloncat ke depan dan melayang pergi loncatannya sungguh lihay sekali bergerak satu tombak telah dilalui dengan enteng. Ehmmm tidak jelek ilmu meringankan tubuh orang ini puji Siauw Ling di dalam hati. Tampak bayangan tubuh perempuan itu bergerak kedepan di dalam beberapa kali kelebatan saja ia sudah lenyap dibalik kegelapan. Memangdang hingga bayangan perempuan itu lenyap dari pandangan Giok Lan baru berpaling ke arah Siauw Ling. Siangkong apakah dalam hati kau menaruh curiga" tanyanya setengah berbisik. Ehmmm aku tidak begitu senang dengan tindak tanduk mereka yang main sembunyi. Banyak perguruan serta partai dalam dunia persilatan yang sengaja bersikap misterius guna menambah kewibawaan perkumpulannya, ini sudah sering kita dengar orang berkata. Sedang orang ini telah terluka parah dan takut ada musuh yang datang menyerang bisa saja mengatur persiapan seketat dan secermat ini Tapi siperempuan pembawa jalan itu sangat mencurigakan, setiap kali ia berusaha menghindari bentrokan pandangan dengan kita orang, apakah Siangkong merasakan hal ini". Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Tidak salah setelah kau ungkap kembali aku baru teringat hal ini sebenarnya beberapa kali ia berdiri dalam posisi saling berhadapan muka dengan aku, tapi setiap kali pula kena dihindari olehnya. Mungkinkah diatas wajahnya tumbuh suatu penyakit atau cacad sehingga dia malu kalau sampai kita melihatnya" kata Kiem Lan memberi pendapatnya. Semoga saja apa yang enci katakan benar. akupun berharap perbuatannya ini bukan disebabkan alasan yang lain. Ehmm.... aku rasa persoalan ini tak akan segampang apa yang kalian sayangkan. Sebaliknya Siauw Ling berpendapat lain setelah ia termenung sejenak. Budak menaruh curiga kalau orang ini pernah saling kenal dengan kita sehingga ia tidak berani berhadap hadapan dengan kita. takut kita mengenalinya kembali ujar Giok Lan. Siauw Ling segera mengangguk. Dugaan ini ada kemungkinannya benar, Seembari berkata dia merogoh ke dalam sakunya meraba senjata peluru kecil yang ditangkapnya sewaktu ada di dalam rumah gubuk siang tadi pikirnya dalam hati, Apakah mungkin dia" Yang dimaksudkan, Dia dalam benaknya adalah sinona berbaju hijau yang selalu berada disisi sinaga sakti berlengan delapan Toa Bok Ceng tapi pikirannya ini segera dipunahkan setelah mengingat si orang yang menderita luka bukan Toa Bok Ceng sendiri. Sewaktu ia masih berpikir mendadak terdengar suara yang nyaring tadi kembali berkumandang datang, Saudara bertiga silahkan datang kemari. Siauw Ling segera mendongak dilihatnya sesosok bayangan perempuan berdiri kurang lebih dua tombak dari arah mereka berdiri ditengah malam yang gelap sekalipun Siauw Ling memiliki ketajaman mata melebihi siapapun gagal juga untuk melihat jelas bagaimanakah raut mukanya dia hanya berhasil meraba lekukan badannya serta tinggi badannya yang besar. Giok Lan memang dalam hatinya menaruh curiga begitu mendengar seruan tersebut ia segera menghampiri siapa sangka lawan sudah sampai disitu Baru saja Giok Lan bergerak sejauh satu tombak perempuan itu sudah putar badan berjalan ke depan terlebih dahulu. Maafkan aku terpaksa harus berjalan selangkah terlebih dahulu serunya. Siauw Ling serta Kiem Lan cepat-cepat mengikuti jejak Giok Lan lari kedepan tapi perempuan tadi sudah bergerak empat lima depa lebih kedepan. Karena maksudnya gagal terpaksa ketiga orang iru menguntil saja dibelakang perempuan itu. Kembali mereka melakukan perjalanan sejauh setengah li dan akhirnya tiba didepan sebuah halaman bangungan yang tinggi dan besar Tampaknya gadis itu mendorong pintu membuka jalan bagi tamunya untuk masuk ke dalam ruangan. Saudara bertiga silahkan masuk, katanya mempersilahkan. Walaupun diluaran kata2 ini diucapkan penuh kesopanan tapi ia melangkah terlebih dulu kedalam, Gerakannya kali ini cepat dan sebat sama sekali tak memberi kesempatan bagi Siauw Ling sekalian untuk memperhatikan keadaan ruang bangunan tersebut, Setelah menerobosi dua buah halaman luas mereka berputar dan masuk ke dalam sebuah serambi Meminjam cahaya bintang yang remang2 kali ini Siauw Ling dapat melihat bahwa perempuan sipembawa jalan itu memakai baju warna serba biru hanya saja bagaimana raut mukanya kembali pemuda ini gagal untuk melihat jelas. Waktu itu perempuan berbaju biru tadi sudah berada didepan sebuah bangunan rumah yang tinggi besar ia berhenti seraya berkata, Saudara bertiga silahkan masuk. Setelah membuka pintu kembali gadis itu makin besar rasa ingin tahu yang bergelora dalam dada Siauw Ling bertiga tapi selama ini tak ada sebuah kesempatanpun yang berhasil mereka temui untuk melihat bagaimanakah raut muka orang ini, Kali ini sebelum Siauw Ling melangkah masuk ke dalam ruangan Kiem Lan telah mendahului meloncat kedepan. Siauw Ling mengerti gadis ini tentu takut di dalam ruangan telah dipasang alat2 jebakan karena itu berbuat membawa jalan didepan. Dengan demikian asalkan didepan ada bahaya ataupun serangan bo'ongan maka yang kena nomor satu bukan Siauw Ling melainkan Kiem Lan yang ada didepan sudah tentu saja dengan demikian banyak memberi kesempatan padanya untuk mengadakan persiapan. Cahaya api berkelebat memenuhi ruangan suasana yang gelap gulita itu segera diterangi dengan cahaya sebatang lilin. Diatas sebuah pembaringan kayu yang luas dan besar duduklah bersaudara seorang lelaki berbaju kuning yang batok kepalanya dibalut kain putih, Didepan pembaringan kayu berdiri seorang bocah lelaki yang mencoreng pedang dipunggung dan membawa sebatang lilin ditangan. Begitu mereka bertiga melangkah masuk ke dalam ruangan si orang berbaju kuning itu segera menghela napas panjang. Saudara bertiga harap suka memaafkan tindakan kami yang keliwat hati2 ini demi menjaga keselamatan terpaksa banyak penjagaan harus kuatur, aku rasa kalian bertiga tak akan marah bukan" Tidak berani tidak berani bagaimana dengan luka Heng thay" sudah lebih baik" Keadaan luka sih sudah banyak baikan terima kasih atas perhatian kalian bertiga. Aaaai kalau cayhe sekalian sejak semula sudah tahu bahwa Heng thay telah ditolong orang kami pun tak usah datang kemari menepati janji lagi. saudara dapat begitu pegang janji cayhe merasa sangat kagum perjalanan Heng thay kali ini tentu tak akan kubiarkan sia2 belaka ada sebuah benda berharga harap saudara suka terima sebagai hadiah tanda terima kasih. Mendengar ia hendak diberi hadiah Siauw Ling segera tertawa dingin, Heng thay kau jangan salah sangka kedatangan kami bukan untuk minta balas jasa kami hanya merasa kuatir buat keselamatanmu tentang balas jasa apalagi barang berharga cayhe merasa tidak sanggup untuk menerimanya, Ia merandek sejenak lalu terusnya, Cayhe masih ada urusan lain yang harus diselesaikan maaf kami tak dapat berdiam disini terlalu lama dan selamat tinggal. Ia putar badan segera hendak berlalu. Heng thay harap tunggu sebentar seru orang berbaju kuning iru buru-buru. Siauw Ling berhenti dan berpaling. Saudara masih ada urusan apa" Merepotkan Cuwi jauh2 datang kemari cayhe merasa sangat tidak enak hati.... Hanya sedikit urusan kecil harap Heng thay jangan pikirkan dalam hati.... Tolong tanya siapakah nama besar Heng thay" tanya si orang berbaju kuning itu lagi lambat. Cayhe Siauw Ling Bagaimana jantungnya digodam dengan sebuah martil besar seluruh tubuh si orang berbaju kuning itu gemetar sangat keras. Kau adalah anggota perkampungan Pek Hoa San cung" serunya cemas Aaaai.... .... dua hari berselang cayhe memang masih menjabat sebagai Sam Cungcu dari perkampungan Pek Hoa San cung kata Siauw Ling sambil menghela napas panjang Tapi sekarang aku sudah berubah jadi musuh bebuyutan orang2 asal perkampungan Pek Hoa San cung Apa maksud ucapanmu ini" Alasan dibalik kejadian ini susah bagiku untuk diutarakan hanya yang jelas ucapan dari cayhe ini muncul dari dasar lubuk hatiku setiap patah kata adalah kata2 sejujurnya. Si orang berbaju kuning itu termenung sejenak akhirnya ia berkata, Perduli kau adalah anggota dari perkampungan Pek Hoa San cung atau bukan yang jelas watakmu masih belum kehilangan keperkasaan seorang lelaki sejati. Bicara sampai disitu ia merandek dan berpaling ke arah sibocah yang disisinya dan bisiknya lirih, Bawa kesini bungkusan kuning yang ada disamping bantalku dan berikan kepada Siauw heng ini. Bocah itu menyahut dari bawah bantal si orang berbaju kuning tadi diambilnya sebuah bungkusan kecilberwarna kuning dan diserahkan ketangan Siauw Ling. Pemuda she Siauw tidak langsung menerima bungkusan kuning tadi sebaliknya dengan sepasang mata yang tajam diperhatikannya benda itu dengan seksama. Hey-thay dapatkah kau jelaskan dulu apa isi benda bungkusan kuning itu. Tapi si orang berbaju kuning itu tidak menerangkan sepasang matanya perlahan-lahan dipejamkan dan bersandar ditepi dinding. Sudah cepatlah kau terima serunya lirih Loohu sudah tidak tahan lagi segera harus beristirahat. Selama mengadakan pembicaraan dengan Siauw Ling ornag itu selalu membahasai diri sebagai saudara tapi kini secara mendadak nada ucapannya berubah. Terpaksa Siauw Ling menerima buntalan kain kuning itu dan ditimang2nya ditangan ia merasa benda tersebut sangat enteng. Belum sempat dibuka buntalan tadi mendadak si orang berbaju kuning tadi sudah berkata lagi dengan suaranya yang berat dan rendah. Jangan dilihat cepat bawa pergi. Mendapat teguran Siauw Ling berhenti dan segera menjera. Cayhe akan menurut perkataan saudara. Ia merandak sejenak lalu ujarnya lagi. Tolong tanya siapakah nama Heng thay bolehkan cayhe mengetahui. Sudahlah tidak perlu dikemudian hari kau bisa tahu dengan sendirinya kalian bertiga silahkan cepat cepat pergi berlalu dari sini. Harap Heng thay suka baik2 jaga diri. Sesudah menjura dengan langkah lebar Siauw Ling berjalan keluar dari ruangan tersebut. Kiem Lan Giok Lan menguntil dari belakang sang pemuda berjalan keluar dari ruangan itu pula. Belum saja mereka bertiga berlalu sejauh beberapa tombak cahaya lilin yang menerangi ruangan itu sudah padam sehingga suasana pulih kembali seperti sedia kala gelap gulita susah melihat lima jari tangan sendiri. Aaaai.... orang ini sungguh misterius seru Siauw Ling menghela napas panjang. Giok Lan, Kiem Lan mau menjawab tapi pada saat itulah mendadak terdengar suara yang nyaring dan berat berkumandanga datang, Kalian bertiga harap suka datang kemari. Siauw Ling tidak berkutik ia teliti dulu suara yang barusan didengar setelah dikenalnya sebagai suara siperempuan berbaju biru yang menghantar jalan buat mereka tadi pemuda ini lantas berpaling sejenak kepada Kiem Lan. Aku lihat urusan ini ada sedikit kukoay katanya lirih. Agaknya orang yang berbaju kuning ini mempunyai kedudukan tinggi tapi sudah kehilangan kebebasannya disamping ia memperoleh perlindungan orang lain juga mendapat pengawasan yang ketat dari orang2 itu. sedikitpun tiak salah jawab Giok Lan seraya mengangguk mari kita tengok kesana Demikian ketiga orang itu segera berjalan ke arah mana suara tadi terdengar kurang lebih empat lima tombak tempaklah si perempuan berambut panjang itu sedang berdiri menantikan kedatangan mereka dibawah kerdipan cahaya bintang. Angin malam berhembus lewat menggoyangkan rambutnya yang panjang serta mengibarkan ujung gaunnyayang terurai kebawah. Agaknya tidak mirip nona sipembawa jalan tadi bisik Giok Lan kepada Kiem Lan. Yang dibisiki segera mengangguk. Terdengar Siauw Ling mendehem perlahan lalu menegur, Apakah nona sedang menyapa kami sekalian" Panggil aku Hujien, tukas siperempuan berbaju biru itu dingin iapun berdiri dengan membelakangi mereka bertiga. Siauw Ling tertegun akhirnya menyapa juga, Hujien.... Tidak salah panggil aku Hujien Hujien menyapa kami sekalian entah ada urusan apa" tanya Siauw Ling kemudian Kalian sudah jumpa dengan dia" Hmmm.... ornag in bersikap sembunyi2 mendatangkan perasaan misterius bagi orang lain entah apa maksudnya" pikir sang pemuda dalam hati sedang diluaran ia menyahut, Maksudnya si orang berbaju kuning itu" Tidak salah dia adalah suamiku Oooouw .... kiranya kau adalah .... Mendadak pemuda she Siauw ini teringat bahwa ia sama sekali tidak kenal siapakah nama si orang berbaju kuning itu karenanya ucapan hanya diutarakan sampai setengah jalan saja lalu membungkam Apakah suamiku pernah menyerahkan semacam benda kepadamu" kembali siperempuan berbaju biru itu bertanya. Ia menyerahkan sebuah bungkusan kain kuning kepadaku. Bagus sekali letakkan bungkusan kuning itu ke atas tanah dan kalian buru-buru berlalu dari sini. Siauw Ling memandangn sejenak bungkusan warna kuning itu dan mengikuti ucapannya meletakkan benda tadi ke atas tanah pikirnya. Kalian adalah suami istri aku rasa berikan kepadamu pun sama saja.... .... Karena berpikir demikian setelah meletakkan benda tadi ke atas tanah ia segera putar badan bermaksud pergi dari sana Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo atau secara mendadak teringat olehnya akan sesuatu hal. Terbayang kembali oleh pemuda ini sewaktu si orang berbaju kuning itu menyerahkan benda tersebut kepadanya jelas air muka maupun nada ucapannya sangat serius dan bermaksud menitipkan benda ini kepadanya, benarkah perempuan ini adalah istri orang itu iapun tidak dapat membuktikan jikalau sampai benda berharga ini dirampas orang lain bagaimanakah pertanggungan jawabnya dikemudian hari. Agaknya siperempuan berbaju biru itu merasa bahwa Siauw Ling telah meletakkan bungkusan tadi ke atas tanah mendadak pnggangnya menekuk tangan kanan secepat kilat bergerak menyambar ke arah bungkusan tadi. Pada saat siperempuan berbaju biru itu mengarahkan tangannya untuk menyambar bungkusan tadi bersamaan waktunya pula Siauw Ling menggerakkan tangan kanannya untuk menyambar kembali bungkusannya. Jarak Siauw Ling dengan benda itu jauh lebih dekat karenanya sewaktu jari tangan perempuan berbaju biru tadi menempel dengan kain bungkusan Siauw Ling sudah berhasil merampas kembali benda itu ke dalam genggaman. Melihat maksudnya gagal siperempuan berbaju biru itu jadi gusar tangannya langsung menyerang pergelangan Siauw Ling dengan sebuah serangan totokan yang gencar. Buru-buru Siauw Ling menarik kembali pergelangannya meloncat mundur lima depa ke belakang. Perempuan berbaju biru itu sungguh, lihay dalam gerakannya merebut bungkusan kunging serta menyerang urat nadi diatas pergelangan sangan pemuda, ia sama sekali tidak berpaling barang sekejap pun. Setelah Siauw Ling berhasil merebut kembali buntalan kain kuning itu, dengan nada berat segera ujarnya, Cayhe tidak bisa membuktikan kalau kau adalah Hujien orang itu maaf kalau aku tak dapat memberikan benda itu kepadamu. Kalian tak bakal berhasil membawa pergi benda itu buat apa kamu semua mencari kerepotan buat diri sendiri. Melihat niat yang begitu besar dari siperempuan ini untuk memperoleh bungkusan yang didapatkan dari si orang berbaju kuning Siauw Ling jadi suriga pikirnya, Benda berharga apakah yang ada di dalam bungkusan itu" agaknya suatu benda yang sangat penting dan berharga. Hujien jangan salah paham cayhe sama sekali tidak berniat untuk mengangkangi benda ini hanya saja cayhe tak dapat membuktikan kedudukan yang sebetulnya dari Hujien sehingga susah bagiku untuk menghadiahkan benda itu kepada orang lain dengan demikian gampang. Secara bagaimana kau baru suka percaya aklau aku adalah Hujiennya" akhirnya siperempuan berbaju biru ini bertanya. Kalau kau benar2 adalah Hujiennya mengapa ia tidak suka memberikan benda ini kepadamu sebaliknya diberikan kepada seorang asing yang sama sekali tiada sangkut paut dengan dirinya. Tahukah kamu orang benda apa yang berada di dalam bungkusan kuning itu. Tidak tahu cayhe belum membukanya untuk diperiksa. Kalau kau tidak mau berikan benda itu kepadaku lain kali jangan menyesal ancam perempuan itu lagi. Siauw Ling berpaling dan memandang sekejap wajah Kiem Lan Giok Lan lalu menghela napas panjang. Aaaai.... kalu sejak tadi tahu begini kita tidak seharusnya datang memenuhi janji. Coba lihat bukankah ini yang dinamakan mencari kerepotan sendiri" Urusan sudah jadi begini Siangkong merasa murungpun percuma saja mari kita pergi hibur Giok Lan. Siauw Ling mengangguk setealh menyembunyikan bungkusan tadi ke dalam saku ia putar badan dan berlalu. Terdengar siperempuan berbaju biru yang ada dibelakangnya tertawa dingin tiada hentinya. Hmmm manusia goblok yang tak tahu diri ini yang dinamakan mencari bencana buat diri sendiri. - - - - - - - 9 Seorang lelaki sejati tak mau bertempur dengan kaum wanita teriak Siauw Ling pula keras2. Cayhe tak sudi bergebrak dengan perempuan macam kau. Sembari berseru ia percepat larinya kedepan sedang dalam hati berpikir keras, Apakah benda yang ada di dalam bungkusan ini benar2 merupakan benda mustika yang sangat berharga" mengapa ia tidak suka memberikan benda ini kepada isterinya sebaliknya diberikan kepadaku seorang manusia asing yang baru dijumpainya ke dua kali. Rasa ingin tahu segera menyerang dalam benaknya ingin sekali pada saat itu juga membuka bungkusan yang ada di dalam sakunya untuk diperiksa apa sebenarnya benda yang ada di dalam saku. Tapi akhirnya ia berhasil mempertahankan diri untuk tidak membuka bungkusan tadi dalam sekejap mata tiga empat li sudah dilalui dengan cepatnya. Saat itu malam sudah kelam kabut dingin melayang dekat permukaan mendatangkan rasa bergidik di dalam badan empat penjuru terbungkus warna hitam pekat yang tak tembus dipandang pemandangan terasa kabur susah melihat benda yang ada beberapa tombak didepan mata. Siauw ya agaknya perempuan berbaju biru itu hanya menggertak kita belaka bisik Giok Lan lirih. Belum selesai ia berkata mendadak terdengar suara tertawa dingin berkumandang datang. Kalau tahu diri cepat tinggalkan benda itu dan menyingkir dari sini. Suara orang itu berat lagi kasar jelas berasal dari suara seorang lelaki. Hati2 senjata rahasia.... bisik Siauw Ling kepada kedua orang dayangnya sendan ia sendiri dengan kerahkan kekuatan matanya menengok ke arah mana berasalnya suara tadi. Tenaga Iweekang yang dimiliki Siauw Ling telah mencapai puncak kesempurnaan ketajaman matanya melebihi siapapun dalam sekali pandang ia dapat menemukan berdirinya bayangan manusia di balik sebuah pohon kecil diarah sebelah selatan. Ia segera tertawa dingin. Heee heee sebatang pohon kecil mana bisa digunakan sebagai tempat persembunyian tindak tanduk tersembunyi bukan perbuatan seorang enghiong hoohan. Suara tertawa dingin kembali bergema memecahkan kesunyian. Sungguh lihay ketajaman matamu. Sesosok bayangan manusia per lahan-lahan munculkan diri dari balik pohon dan melangkah mendekat. Diam2 Siauw Ling kumpulkan semua tenaga murni yang dimilikinya untuk melindungi badan sedang diluar katanya, Kita tidak saling mengenal apa maksudmu menghadang jalan pergiku" .... Ketika itu bayangan hitam tadi sudah menghentikan langkahnya pada jarak empat lima depa di hadapan ketiga orang itu dengan demikian secara lapat2 Siauw Ling dapat melihat bagaimanakah raut mukanya. Orang itu adalah seorang lelaki kekar berjenggot sepanjang dada, sebuah senjata tajam tersosen pada punggungnya dan ia memakai seperangkat baju singsat warna hitam. Tampak orang itu mencabut keluar senjatanya yang tersoren dipunggung sebal ujarnya dingin, Keadaan kalian sudah sangat berbahaya sekeliling kalian berdiri sudah dikepung rapat2 lebih baik dengarkan nasehat baik cayhe dan tinggalkan benda itu ke atas tanah, Siapa kau" Soal ini kau tak perlu tahu. Kalau begitu kitapun tak usah banyak bicara lagi. Mendadak orang itu mendongak tertawa terbahak bahak Kalian bertiga sudah terjerumus ke dalam kepungan yang sangat kuat buat apa kita orang harus bergebrak macam binatang berkelahi" Kalau seseorang harus mati muda sekalipun dikolong langit ada semacam benda mustika yang bagaimana berhargapun juga percuma saja. Selama cayhe paling tidak suka mendengar gertak sambal orang lain.... seru Siauw Ling dingin. Tidak salah, aku memang membawa sebuah buntalan tapi benda ini bukan hasil mencuri atau membegal dari tangan orang lain sedang kini saudara mencekal senjata tajam sembari menggertak apakah kau ada maksud membegalnya dengan kekerasan" Hmm kau anggap aku sedang menggertak kalian" jengek lelaki kekar itu dengan nada dingin silahkan kalian bertiga memeriksa keadaan disekitar sini benarkah ucapan cayhe hanya kosong belaka" Sepasang mata Siauw Ling berputar keempat penjuru sedikitpun tidak salah disekelilingnya telah berdiri puluhan sosok bayangan manusia yang sedang berjalan mendekat dengan langkah lambat. Kiem Lan Giok Lan segera mencabut keluar pedangnya siap menyambut serangan pihak lawan. Sebaliknya Siauw Lingpun dibikin gusar dengan kejadian ini ujarnya dengan nada dingin. Cayhe tidak bermaksud mengangkangi barang milik orang lain tapi sebelum urusan ini dibikin terang cayhepun tak bisa menyerahkan benda ini kepada Cuwi kalau seluruh orang Bulim macam kalian semua urusan belum dibikin terang sudah gerakkan senjata untuk berkelahi Hmm perbuatan ini sungguh amat memalukan .... silelaki berjenggot itu mendongak tertawa terbahak bahak. Haaaa haaaa kau anggap kami hendak mengadu jiwa dengan kalian" Kalian menyebarkan diri dari empat penjuru mengepung kami berdiri ditanganpun mencekal senjata tajam kalau tidak bermaksud adu jiwa apakah kedatangan kalian hendak membicarakan soal pelajaran agama" Orang2 yang mengepung kalian dari empat penjuru adalah jago-jago kelas wahid dari perguruan kami jikalau sampai bergebrak cayhe percaya kalian tidak bakal tahan barang sepuluh juruspun. Siauw Ling jadi gusar. Soal ini ak tidak percaya kalau Cuwi bersikeras hendak mencoba Hmm jangan salahkan aku Siauw Ling akan turun tangan melukai kalian.... Lelaki berjenggot itu jadi tertegun setelah mendengar ucapan itu. Apakah kau adalah Siauw Ling yang tersohor dikolong langit" tanyanya. Mungkin orang ini salah menganggap aku sebagai Lan Giok Tong tersebut" .... pikir sang pemuda dalam hati. Diluar ia mengangguk. Cayhe adalah Siauw Ling. Mendadak lelaki berjenggot itu menghela napas panjang dan bergumam seorang diri. Seharusnya sejak tadi dapat kuduga kalau orang yang diserahi benda tersebut pasti buka mausia sembarangan.... .... Sinar matanya dialihkan ke atas wajah Siauw Ling dan sambungnya Walaupun sudah lama cayhe mendengar nama besar saudara, tapi urusan ini menyangkut persoalan yang penting bagi perguruan kami kalau Siauw Thay hiap tidak suka menyerahkan benda tadi kepadaku terpaksa kita harus melakukan suatu peraturan mati matian. Kembali Siauw Ling keheranan pikirnya, Kalau betul benda itu adalah benda berharga dari perguruan mereka mengapa si orang berbaju kuning itu menyerahkan benda mustika tersebut kepada aku sebagai orang luar" mengapa orang2 ini tidak langsung memninta benda ini dari tangan oran gitu sebaliknya justru menunggu setelah orang itu menyerahkan barang tadi kepadaku mereka baru menghimpun jago-jagonya untuk memaksa aku serahkan barang itu kepada mereka" Semakin dipikir hatinya semakin curiga dan ia semakin berhati2 dalam melayani permintaan orang itu. Terdengar silelaki berjenggot itu berkata kembali. Dengan nama besar Siauw Thay hiap dalam dunia persilatan aku rasa kau tak akan suka merebut barang milih orang lain disini kami menanti penyerahan barang tersebut kepada kami. Kalau Heng thay bisa membawa datang si orang berbaju kuning itu dan mendapat pesan darinya cayhe segera akan serahkan benda ini kepada kalian .... seru Siauw Ling keras. Lukanya sangat parah dia tidak leluasa untuk bergerak Baik kalau begitu mari kita sama2 balik menjumpai dirinya setelah mendapatkan keputusannya bukankah urusan akan segera jadi beres. Air muka silelaki berjenggot itu berubah hebat. Jadi kalau begitu Siauw thay hiap memang ada maksud mencari gara2 dengan kami. Eeeei .... Saudara ini lucu benar ucapan cayhe yang mana kau anggap salah" Siauw Ling keheranan. Kembali orang itu tertawa dingin tiada hentinya. Kalau ia rela memberikan benda tersebut kepada kami sudah tentu tak perlu barang tadi diberikan kepada kau. Ehmm .... ucapan ini sedikitpun tidak salah pikir sang pemuda di dalam hati, si orang berbaju kuning itupun sangat aneh ia tidak mau berikan benda tersebut kepada isteri atau saudara seperguruannya tapi terhadap aku yang baru dikenalnya satu kali sudah menaruh kepercayaan penuh .... Aaaai sebenarnya apa toh isi buntalan ini sehingga memancing perpecahan diantara suami isteri dan penghianatan dari saudara seperguruan Ketika silelaki berjenggot itu melihat Siauw Ling tidak menjawab tak sabar tanyanya kembali, Bagaimana pendapat Siauw Thay hiap" Urusan apa" Kembalikan benda perguruan kami. Sepasang mata Siauw Ling berputar memandang sekejap keadaan disekelilingnya tampak lelaki kekar yang mengepung dirinya dari empat penjuru pada melotot ke arahnya dengan pandangan gusar, jelas mereka sudah berniat untuk turun tangan asalkan mendapat komando dari lelaki berjenggot itu. Dengan demikian iapun dapat menarik kesimpulan kalalu barang yang disarhkan si orang berbaju kuning itu kepadanya Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo mempunyai hubungan yang erat dengan mereka. Agaknya silelaki berjenggot itu sudah tidak kan ti menahan sabar lagi kembali ia berteriak, Siauw Thay hiap sebetulnya kau rela menyerahkan benda itu atau tidak" kami sudah tidak kan ti menahan sabar lagi harap kau cepat-cepat ambil keputusan. Siangkong bisik Giok Lan cepat kepada diri Siauw Ling sambil menggoyangkan pedangnya. Sewaktu orang itu menyerahkan bungkusan tadi kepada Siauw ya wajah maupun sinar matanya penuh rasa memohon kalau Siangkong serahkan benda ini kepada orang lain bukankah kau akan menyia nyiakan harapan orang itu" Ehmmm .... tidak salah .... sinar matanya segera dialihkan ke atas wajah lelaki berjenggot itu katanya. Bila saudara ingin cayhe menyerahkan benda ini kepada kalian aku rasa satu-satunya jalan yang bisa kita tempuh hanyalah mengundang sipemilik benda ini untuk minta sendiri kepadaku. Kecuali berbuat demikian apakah tidak ada cara lain yang bisa dirundingkan lagi" Selamanya keputusan yang telah cayhe ambil tak pernah diubah lagi. Hmmmm menurut pendapat cayhe aku rasa masih ada satu jalan lagi bisa kita tempuh kata lelaki itu dengan nada yang dingin. Ehmmmm .... benar kecuali kalian turun tangan merampas dengan kekerasan. Tidak salah. turun tangan dengan kekerasan. Kalau Saudara merasa punya kekuatan untuk merampas barang ini dengan kekerasan. Nah, coba coba saja. Kalau Siauw Thay hiap memang bersikeras tak mau serahkan kembali benda mustika milih perguruan kami terpaksa kami harus berbuat demikian. Sambil menggerakkan senjataknya ia menerjang ke depan terlebih dahulu. Sebelum Siauw Ling turun tangan mendadak sesosok bayangan manusia berkelebat lewat Kiem Lan telah mendahului turun tangan pedangnya bekerja keras menyambut datangnya serangan itu. Terdengar suara bentakan gusar bergema dari empat penjuru cahaya sembat lewat ber-sama2 menerjang kedepan. Telapak kanan Siauw Ling segera bergerak melancarkan sebuah babaran kedepan. Segulung tenaga pukulan menyambar lewat memaksa dua orang yang menerjang terlebih dahulu kena didesak munduk ke belakang. Pedang panjang Giok Lan mulai bergebrak menangkis datangnya serangan musuh dari arah Barat sedang dimulut ia berseru, Kiranya pada saat ini Siauw Ling masih memikirkan haruskah ia mengembalikan benda yang berada dalam sakunya kepada orang ini dan sama sekali tidak berniat untuk turun tangan, setelah mendengar seruan Kiem Lan mendadak pikirannya jadi tersadar kembali pikirnya, Sedikitpun tidak salah sekalipun tidak serahkan kembali barang ini kepada mereka kitapun tak ada harganya bergebrak dengan mereka. Karena berpikir demikian sepasang telapaknya melancarkan serangan berantai bentaknya gusar ; Siapa berani menghadang perjalananku akan kubunuh mati Segulung angin taupan menggulung keluar menerjang buka sebuah jalan mundur. Pedang Giok Lan dengan menggunakan jurus Hu Teh Tui Hog atau Bertiarap ditanah mengejar angin memaksa mundur dari orang pengepung hingga terdesak ke belakang ia pertama2 meloncat terlebih dulu meloloskan diri dari kepungan. Tangan Siauw Ling pun segera diayun dengan Thian Be Heng Gong atau kuda langit terbang diangkasa memaksa lelaki berkenggot itu menarik kembali senjatanya. Kiem Lan cepat lari, seru pemuda itu cepat. Dengan pedang melindungi badan Kiem Lan segera enjotkan badan meloncat sejauh tujuh delapan depa kedepan.Sepasang telapak tangan Siauw Ling membabat berulang kali menahan serangan gabungan iapun berkelebat lewat dari sisi badan lelaki berjenggot itu. Gerak geriknya sebat dan gesit menanti lelaki berjenggot itu menggerakkan senjatanya kembali Siauw Ling sudah berada beberapa tombak diluar kalangan. Disebelah sini lelaki yang mengadakan pengepungan dari empat penjuru sudah pada bubuaran untuk ber sama2 mengejar kedua orang dayang itu cahaya golok berkilauan ditengah malam yang buta. Melihat keganasan orang2 itu mengejar musuhnya timbul suatu pikiran dalam benak Siauw Ling pikirnya, Kalau tidak kuusahakan untuk melukai salah seorang diantaranya mereka tak akan tahu diri dan mengejar terus menerus bila sampai begini pertarungan ini akan berlangsung tiada hentinya. Dengan kerahkan ilmu meringankan tubuh Pat Poh Teng Gong atau Delapan langkah mencapai dilangit dia berkelebat kedepan mengejar kedua orang dayang tersebut sedang jari tangannya secara diam2 melancarkan serangan dengan ilmu jari Siauw Loo Sin Ci. Suara jeritan kesakitan bergema ditengah malam buta seorang lelaki kekar yang mengejar terlalu dekat dengan kedua orang dayang itu mendadak roboh ke atas tanah. Menanti dia dapat melihat jelas siapakah kena dibabat serangan goloknya tak sempat ditarik kembali sebuah lengan kawan sendiri kena dibabat putus jadi dua bagian. Karena kelambatan ini Siauw Ling berhasil mengejar kedua orang dayang tersebut sepasang lengan bekerja keras satu mencekal Kiem Lan yang lain mencekal Gak Lan dengan mengepos napas berkelebat kedepan. Walaupun ilmu meringankan tubuh yang dimiliki kedua orang dayang ini tidak sempurna tapi mereka memiliki dasar yang baik ditambah pula Siauw Ling menyeret mereka berlari kecepatannya makin keras lagi. Dalam sekejap mata mereka bertiga sudah meninggalkan para pengejar sangat jauh sekali. Kembali ketiga orang itu berlari selama seperminum teh lamanya kemudian Siauw Ling baru melepaskan kedua orang dayang itu dan menghela napas panjang. Aaai dimanapun di dalam dunia kangouw penuh dengan persoalan2 walaupun diantara kita tidak saling mengenal tanpa sebab berkelahi juga dengan orang lain. Siangkong justru karena kau bersikap terlalu baik dengan orang lain maka banyak kerepotan datang menempel pada dirimu serunya. Mengapa justru orang baik yang banyak ditempel kerepotan" Siauw Ling keheranan. Urusan ini sangat gampang untuk dijawab kalau Siangkong berwatak licik dan banyak akal maka sekalipun kita bisa menjumpai si orang tua yang terluka parah, belum tentu kau suka mengadakan janji dengan dirinya pada malam ini. Ehmmmm .... ucapanmu amat cengli. Setelah terluka parah iapun tahu kalau keadaannya sangat berbahaya .... sambung Giok Lan lebih lanjut sambil tersenyum. Wajah Siangkong ramah dan bersih hal ini membuat orang itu segera dapat meraba apabila Siangkong adalah seorang yang dapat dipercaya. Aaaaaai sungguh aneh sekali orang orang yang kita jumpai pada malam ini kalau bukan istrinya adalah anak buahnya setelah berada di dalam lingkungan yang penuh dengan perlindungan berlapis keselamatannya tentu terjamin sekali tapi mengapa ia telah menyerahkan benda itu kepadamu bukankah ucapannya ini mirip dengan sebuah benda terakhir" tapi mirip pula ia sudah aturkan sebuah Pertempuran sengit buat kita maksud orang itu sungguh membuat aku jadi kebingungan. Justru maksudnya terletak dalam soal ini - kata Giok Lan ia tidak mau serahkan benda itu kepada istri maupun anak buahnya hal ini disebabkan dua alasan yang kuat. Ehmm tidak kusangka kau adalah seorang Cukhek perempuan yang cerdik dan banyak akal apa yang kau maksudkan" Siangkong jangan keburu memuji dahulu budak masih tak tahu benarkah apa yang kau ucapkan Ia tertawa manis dan sambungnya, Orang itu memberikan benda tersebut kepada Siangkong kalau kita bicarakan dari maksud yang pertama ia ingin mengalihkan bencana ini kepada orang untuk menyelamatkan jiwa sendiri agar istri serta anak buahnya tahu kalau benda itu sudah diserahkan kepada orang lain akan membunuh dirinyapun tak ada gunanya. Bagus sekali lalu bagaimana dengan alasanmu yang kedua" Alasan yang kedua adalah si orang berbaju kuning itu tentu sudah merasakan maksud2 jahat dari istri serta anak buahnya maka di dalam keadaan jengkel ia berikan benda itu buat Siangkong. Siauw Siangkong sela Kiem Lan dari samping benda apakah yang ada di dalam buntalan tersebut mari kita buka untuk memeriksanya. Tidak bisa jadi benda ini bukan milik kita apa gunanya kita lihat benda milik orang lain" Tapi orang itu sudah hadiahkan benda ini kepadamu ujar Giok Lan sambil tertawa setiap saat Siangkong bisa membukanya untuk diperiksa apa isi sebenarnya dari bungkusan tersebut. Siauw Ling termenung beberapa saat kemudian ia mengangguk. Tidak salah jika kutinjau dari nada ucapannya orang ini memang bermaksud menghadiahkan benda ini kepadaku. Tangannya segera merogoh saku mengambil keluar benda itu dan diangkatnya ke atas tapi karena cuaca yang gelap tak berkata kembali. Kabut terlalu tebal dan udara sangat gelap tidak jelas buat kita untuk menelitinya mari kita cari tempat untuk berteduh kemudian baru kita periksa lagi. Setelah pergaulan yang akrap selama beberapa hari ini terutama sekali menanggung sengsara bersama sama jarak antara majikan dan budak diantara mereka bertiga sudah semakin menipis. Budak segera membawa jalan kata Giok Lan cepat segera melangkah terlebih dahulu kedepan. Siauw Ling Kiem Lan mengikuti dari arah belakang. Kurang lebih sepertanak nasi kemudian sampailah mereka didepan dusun petani setelah memperhatikan sebentar suasana disekeliling sama Giok Lan berputar kesebelah Barat kembali mereka berjalan beberapa ia sehingga akhirnya tiba didepan sebuah kuil. Heeei bagaimana kau bisa tahu kalau disini ada sebuah kuil" tanya Siauw Ling kepada gadis itu sambil tertawa. Giok Lan tersenyum. Menurut ingatan budak kebanyakan kuil terletak disebelah barat dusun oleh karena itu budak dengan memberanikan diri menjalankan dugaanku tersebut dan ternyata sedikitpun tidak salah disini ada sebuah kuil. Sungguh lihay ingatanmu benar2 cermat puji Siauw Ling perlahan-lahan ia melangkah masuk di dalam kuil tersebut. Kuil yang menyembah dewa bumi ini sangat kecil sebuah rumah sederhana hanya bisa memuat empat lima orang saja. Mari kita periksa apa isi bungkusan kuning itu seru Giok Lan cepat ia segera membakar obor sebagai penerangan. Siauw Ling menurut ia merogoh ke dalam saku mengambil keluar bungkusan itu dan membuka kain kuning pembungkusnya. Tampaklah di dalam bungkusan tadi terletak sebuah kotak kayu yang terbuat dalam bentuk sangat indah diatas penutup kotak kayu itu terukir seekor burung elang yang sedang mementangkan sayapnya ukiran itu sangat hidup dan indah luar biasa. Dibawah ukiran burung elang terukir pula beberapa patah kata, Siapa yang mendapat benda ini ia akan menjadi pemimpin yang mulia. Membaca beberapa patah tulisan yang kecil tapi indah itu Siauw Ling segera berseru dalam hatinya. Ooouw sungguh besar omongan orang itu. Ia segera membuka kotak kayu tadi didasar kotak beralaskan sutera diatas sutera terdapat sebuah kunci terbuat dari tembaga. Dibawah sorotan cahaya obor tampaklah beberapa patah kata terukir diatas kunci tembaga itu. Kunci cadangan pembuka Istana terlarang. Begitu membaca tulisan diatas tadi hati Siauw Ling tergetar sangat keras pikirnya, Banyak orang dengan susah payah dan sekuat tenaga berusaha mencari anak kunci Istana terlarang siapa sangka tanpa membuang banyak tenaga aku Siauw Ling berhasil mendapatkannya. Tapi sebuah ingatan kembali berkelebat dalam benaknya. Aah....! tidak benar pikirnya kembali. Diatas kunci tembaga ini bukankah terukir kata2! Anak kunci Cadangan Istana Terlarang" ini mengartikan kalau disamping kunci ini masih ada sebuah anak kunci yang asli. Mendadak dari tempat kejauhan berkumandang datang suara ringkikan kuda memutuskan jalanan pikiran Siauw Ling. Dengan sebat Giok Lan memadamkan api obor yang ada ditangan. Siauw Ling pun bersamaan waktunua menutup kembali kotak kayu itu kemudian disembunyikan ke dalam saku. Terdengar suara derapan kaki kuda makin lama semakin mendekat dan akhirnya berhenti didepan kuil kecil ini. Suara seorang lelaki yang kasar dan berat segera bergema memecahkan kesunyian ditengah malam buta, aaaah .... disini hanya terdapat sebuah kuil kecil Benar. aku dapat melihat jelas cahaya api tadi berasal dari tempat ini ujar seorang yang lain dengan suara yang nyaring kekanak kanakan. Mungkin matamu sudah kabur. kenapa Loohu tidak menemukan sesuatu apapun" kata seorang yang lin dengan suara serak tua. Tidak. aku dapat melihat cahaya api itu dengan sangat jelas sambung sibocah dengan cepat. Kalau kalian tidak percaya yaa sudahlah aku tak bisa memaksa. Sudah .... suah tak usah ribut2 lagi tukas si orang yang Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo pertama dengan suara berat dan kasar. Mari kita masuk ke dalam untuk melakukan pemeriksaan! Aduuuh celaka! diam2 pikir Siauw Ling di dalam hati. Kuil ini hanya seluas beberapa depa saja mana bisa digunakanuntuk bersembunyi" kelihatannya jejak kami bakal konangan! Giok Lan dengan sebat menarik ujung baju Kiem Lan mereka berdua secara terpencar suara langkah kaki manusia berjalan mendekat seorang lelaki berbaju serba hitam muncul didepan pintu. Ketika itu Siauw Ling masih belum mendapatkan suatu cara yangbagus untuk menghadapi orang orang itu tapi iapun tidak ingin membiarkan jejaknya diketahui orang lain sambil mengepos napas badannya dengan mendatar segera melayang naik ke atas wuwungan rumah. Ternyata kewaspadaan lelaki kekar itu sangat tajam begitu kakinya melangkah ke dalam pintu kuil mendadak ia berhenti dan mencabut keluar goloknya yang terseoren dipunggung. Siapa" bentaknya keras. Kiranya gerak gerik Siauw Ling sewaktu melayang naik ke atas wuwungan rumah dilakukan terlalu buru-buru ia tidak memperhatikan kalau ujung bajunya bersuara sewaktu terampok angin. Kiem Lan Giok Lan walaupun menempelkan seluruh badannya diatas dinding tembok dan berusaha mengecilkan badannya tapi berhubung ruangan kuil itu terlalu sempit asalkan lelaki tadi mengalihkan sinar matanya kekiri kanan maka ia akan menemukan kalau disitu berdiri dua orang manusia yang sedang mengawasi dirinya. Cuma sayang seluruh perhatiannya sudah terhisap oleh bunyi ujung baju Siauw Ling yang tersampok angin barusan ia alihkan sinar matanya ke atas patung dewa didepan meja sembahyangan beserta kedua belah sisinya. Pada saat ini hari belum terang tanah kabut masih sangat gelap membuat suasana dalam ruangan kuil itu makin suram untuk beberapa saat lamanya lelaki kekar itu tak sanggup memandang elas pemandangan yang ada di dalam ruangan kuil itu. Bagaimana" terdengar si orang tua dengan suaranya yang serak itu menegur apakah dalam kuil benar benar ada orang" Lelaki berbaju hitam itu mendehem perlahan. Agaknya aku mendengar suara seseorang sedang bergerak jawabnya lirih. Kuil ini sangat kecil tidak lebih dari luar sebuah ruangan kamar. Kalau ada sesuatu benda seharusnya dapat dilihat dengan jelas kata si orang tua itu lagi. agaknya silelaki berbaju hitam itu merasa jengah, dengan langkah lebar ia segera melangkah masuk ke dalam kuil. Sejak permulaan Giok Lan sudah bikin persiapan, jari tangannya dengan disertai tenaga penuh menyentuh kedepan tepat mengarah jalan darah orang itu. Sejak mendengar suara ujung baju tersampok angin dari Siauw Ling tadi lelaki itu menyilangkan goloknya didepan dada bersiap sedia terhadap bokongan musuh, ia tidak menyangka kalau dari arah belakang ada seseorang yang mengancam. Tidak bisa terhindar lagi badannya tertotok dan badannya roboh ke atas tanah. Tapi sebelum ia sempat roboh Kiem Lan dengan sebat sudah meloncat keluar tangan kanan mencengkeram badan lelaki itu sedang tangan kiri menerima goloknya yang terjatuh ketanah. Semua perbuatan ini dilakukan cepat tenang tanpa menimbulkan sedikit suarapun, bagi orang yang ada diluar sama sekali tidak akan menduga kalau dibalik ruangan kuil sudah terjadi suatu perubahan. Ketika lama sekali tidak ada jawaban kedua orang yang ada diluar kuil mulai menaruh curiga terdengar si orang tua itu menegur dari ruangan kuil. Eeeei .... bagaimana keadaan di dalam kuil Tangan kirinya segera mencabut keluar goloknya yang terseoren dipunggung sedangkan tangan kanannya mengambil keluar sebatang Suo Cu Piauw dan disambit ke arah pintu kuil tanpa menimbulkan sedikit suarapun. Giok Lan yang waktu itu bersembunyi dibalik pintu kuil karena lama tidak mendengar ada sedikit suarapun tak sabaran ia melongok keluar. Siapa nyana baru saja kepalanya melongok separuh mendadak serentetan cahaya tajam berkelebat masuk kedalam. Buru-buru Giok Lan menarik kembali badannya sambil menempelkan badan ke atas dinding tiba-tiba senjata rahasia tadi dengan cepat berdesir lewat dari depan wajahnya. Traaang .... dengan menimbulkan suara nyaring senjata rahasia tadi tepat menghajar diatas arca kuil. Giok Lan meloloskan pedangnya siap meloncat keluar dari kuil untuk menghadapi orang itu atau secara tiba-tiba sesosok bayangan manusia menerobos keluar. Gerakan orang itu sangat cepat luar biasa jelas dia adalah Siauw Ling yang tak dapat menahan sabar lagi. Segera teriaknya cemas, Siangkong jangan lepaskan mereka barang seorangpun Dengan kencang badannya ikut meloncat keluar kuil. Waktu itu Siauw Ling sudah bergebrak dengan orang itu walaupun si kakek mencekal golok ditangan tapi pada saat ini kena didesak hebat oleh serangan2 gencar Siauw Ling, kekalahan hanya merupakan kejadian sekejap mata lagi. Sinar mata Giok Lan berputar mendadak disuatu tempat beberapa tombak dihadapannya tampak sesosok bayangan manusia sedang meloncat naik ke atas kuda tunggangannya, dengan cepat ia mengitari Siauw Ling mengejar kedepan. Walaupun ia tidak tahu siapakah ketiga oran gini tapi dalam hati gadis inipun tidak ingin ada seorangpun diantara mereka yang berhasil meloloskan diri. Ketika orang yang ada diatas kuda itu melihat Giok Lan mengejar dtang buru-buru ia ceplak kudanya untuk melarikan diri. Giok Lan tidak mau kalah, iapun mengepos tenaga melakukan pengejaran dari belakang dalam sekejap mata ia sudah mengejar sejauh lima tombak lebih. Mendadak terdengar ujung tersampok angin melayang lewat diatas kepalanya sesosok bayangan manusia, bagaikan seekor burung elang menyambar lewat ke atas tubuh orang itu dan mencengkeram orang tadi dari atas punggung kuda. Dengan cepat Giok Lan memburu kedepan sekalian melancarkan sebuah totokan menotok jalan darah orang tadi ujarnya sambil tertawa: Siangkong ilmu gerakan apakah demikian cepatnya" Ilmu langkah Leng Poo Poh! Giok Lan segera cengkeram oran gitu ke atas dan diperiksa wajahnya ternyata orang ini hanya seorang bocah berusia empat lima belas tahunan ujarnya sambil tertawa. Entah dari manakah datangnya ketiga orang ini kita harus memeriksa keadaan mereka. Dengan langkah lambat2 gadis ini kembali ke dalam kuil. Waktu itu Kiem Lan sudah menyeret badan si orang yang menggeletak diluar kuil masuk ke dalam ruangan Giok Lan pun segera melemparkan badan bocah itu kesisi tubuh dua orang lainnya. Siangkong silahkan kau mulai bertanya kepada mereka, bisik Giok Lan lirih. Siauw Ling segera menggeleng. Lebih baik kau saja menanyai dirinya. Giok Lan segera ayunkan pedangnya ke atas wajahnya ketiga orang itu kemudian membentak keren. Aku berharap kalian suka menjawab semua pertanyaanku dengan sejujurnya kalau ada sepatah kata saja merupakan kata2 berbohong asal ketahuan kucabut nyawa kalian. Sekali tabok ia bebaskan jalan darah yang tertotok ditubuh lelaki berbaju hitam itu tapi sekalian kakinya melancarkan sebuah totokan menghajar jalan darah Yong Sian Hiat nya. Kau jawab terlebih dahulu serunya. Lelaki berbaju hitam itu menghela napas panjang. Kami sedang melakukan perjalanan malam sewaktu lewat ditempat ini mendadak menjumpai cahaya lampu api di dalam kuil dan berjumpa dengan kalian bertiga siapa nyana kena ditangkap semua Kalau cuma segampang ini akupun tak perlu pertanyaan kepada kalian - tukas Giok Lan cepat Nona apa yang ingin kau ketahui Baik aku bertanya satu pertanyaan kau jawab satu jawaban kalian berasal dari partai mana" Kami adalah jago-jago gelandangan dalam dunia persilatan tidak punya partai tertentu Tapi seharusnya mempunyai seorang pemimpin bukan" kata Giok Lan sesudah berpikir sebentar Untuk menjawab pertanyaan ini bagi kami sih tidak mengapa, tapi terlebih dahulu cayhe harus menanyakan satu persoalan dulu dengan diri nona! Bagus sekali! bukannya aku yang bertanya kepada kalian justru kalian yang ingin bertanya lebih dulu dengan kami Cayhe harus mengetahui dahulu asal usul nona kata lelaki berbaju hitam itu cepat Kalau kami merasa bahwa pertanyaan tsb harus kami jawab tentu akan kami katakan seadanya kalau tidak seharusnya bicara sekalipun nona banyak bertanya juga percuma saja lebih baik sekali tusuk mencabut nyawa kami. Bagus .... bagus. Nah, kau boleh bertanya! Nona termasuk golongan mana" Giok Lan termenung sebentar setelah itu sambil menuding Siauw Ling katanya Dia adalah kongju kami, sedang kami kakak beradik sengaja menemani kongju kita untuk berpesiar menikmati pemandangan alam jarang sekali kam iberhubungan dengan orang2 Bulim. Tolong tanya siapakah nama siangkong kalian ini" Giok Lan menengok sekejap wajah Siauw Ling kemudian jawabnya Siangkong kami she Siauw .... Walaupun gadis ini adalh seorang yang cerdik tapi bagaimana pun juga tidak berpengalaman dalam soal dunia persilatan sehingga tanpa terasa ia sudah membuka rahasia sendiri Siauw" siapa nama selanjutnya" Giok Lan jadi serba salah teringat persoalan Siauw Ling menggabungkan diri dengan perkampungan Pek Hoa San cung sudah diketahui oleh seluruh jago yang ada dikolong langit kalau mengutarakan nama Siauw Ling maka lelaki ini pasti akan menganggap mereka sebagai orang2 perkampungan Pek Hoa San cung. Oleh sebab itu untuk beberapa saat lamanya ia tak sanggup untuk menjawab pertanyaan itu. Cayhe Siauw Ling mendadak terdengar Siauw Ling menjawab. Lelaki itu jadi kegirangan setelah mendengar nama tersebut serunya Oooouw kiranya kau adalah Siauw Thay hiap cayhe sudah lama mengenal namamu. Tidak berani tidak berani buru-buru Siauw Ling merendah walaupun dengan alis berkerut. Sudahlah kalian tak perlu pura2 bersikap kenal dengan Siangkong kami cepat katakan asal usul kalian. Terhadap apa yang dikatakan Giok Lan silelaki tersebut tidak ambil gubris sembari memandang wajah Siauw Ling ujarnya, Siauw Thay hiap sudah lama kami mencari kau tidak disangka setelah berkelana hingga sepatu robek tak ketemu kini berjumpa tanpa sengaja .... Kalian mencari aku" tanya Siauw Ling tercengang Bukankah kau Siauw Ling, Siauw Thay hiap" Cayhe benar adalah Siauw Ling Kalau begitu tak akan salah lagi Mendadak Siauw Ling teringat kembali akan Lan Giok Tong yang menyaru sebagai dirinya segera ia menggeleng Mungkin kalian bukan mencari aku, yang kau cari adalah Siauw Ling yang lain. Giok Lan mencegah pemuda ini berkata demikian, tapi Lentera Maut 9 Dewi Ular Terjerat Asmara Mistik Siasat Dewi Kasmaran 2

Cari Blog Ini