Bayangan Berdarah 9
Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen Bagian 9 pit dengan tangan. setelah kau datang tentunya Sang Pat ada disekitar sini bukan. Orang yang barusan datang bukan lain adalah Si Pit Besi berwajah dingin Tu Kioe salah satu dari tiong Co Siangku. Terdengarlah ia menyahut dengan nada yang dingin bagaikan es. Untuk menghadapi kalian Kanglam Su Kongcu aku Tu Lo-jie seorang sudah cukup untuk membereskan kalian! Sisegulung angin Thio Ping dengan cepat meloncat keluar sambungnya, Kami kakak beradik belum pernah mengikat tali permusuhan dnegan kalian Tiong Cho Siangku entah apa maksud Taheng dengan mencampuri urusan kami empat bersaudara" Sangat gampang sekali, cayhe merasa tidak puas dengan perbuatan kalian menganiayai gadis" Hmmm! kagum. kagum. pikir Siauw Ling dalam hati. Walaupun dimanapun juga Tiong Cho Siangku mengutamakan perdagang mencari untung tapi setiap kali menumpai hal2 yang tidak patut mereka masih mempunyai semangat semangat seorang pendekar. Terdengar sisegulung angin Thio Ping tertawa hambar. Kalian Tiong CHo Siangku suka harta sedang kami empat bersaudara suka perempuan. masing-masing mempunyai kegemaran ersendiri siapapun tidak pernah membicarakan tentang hal2 kegagahan kependekaran maupun keadaan. Menurut pepatah kuno seorang lelaki sejati suka harta itu sudah lumrah tukas si Pit Besi berwajah dengan suar aketus. Selama hidup kami bersaudara mencari untung dengan kepandaian dan kejujuran belum pernah menipu atau merugikan orang lain barang satu kalipun mana bisa dibandingkan dengan kalian Kang Lam Su Kongcu yang bisanya bikin keonaran. Ooouw kalau begitu kalian Tiong Cho Siang Ku bleh terhitung seorang enghiong yang mengutamakan keadilan. Kagum!kagum. Hmm! atau paling sedikit kami bersaudara bukan terhitung bajingan keparat yang pandai memperkosa perempuan. sepasang mata si Racun Lima Bunga celingukan kekanan kekiri sewaktu dilihatnya Sang Pat belum muncul juga dengan suara berat segera ujarnya kepada Thio Ping. Loo-toa kalau kedatangannya memang bermaksud cari gara2 lebih baik kita tak usah banyak bicara lagi mari kita kurung dia dengan barisan pedang yang kita latih selama ini! Sebelum Thio Ping menjawab Tu Kioe sudah berebut berkata, Bagussekali bagus sekali! cayhe bisa minta petunjuk ilmu sakti dari Kang Lam su Kongcu benar2 patut merasa bangga mari .... mari .... kalian berempat silahkan mulai turun tangan. Si Segulung Angin Thio Ping adalah pemimpin dari Kanglam su Kongcu di dalam keempat orang itu imannyapun paling kuat, ia tahu selamanya Tiong Cho Siang Ku tidak pernah berpisah dimana ada Tu Kioe disitu tentu ada Sang Pat, maka dari itu walaupun saat ini hanya hadir Tu Kioe seorang hatinya belum juga merasa lega. Karenanya ia ragu2 untuk turun tangan. Sejenak Kanglam Su Kongcu menderita kekalahan total digunung Butong san lima tahun berselang watak sombong dari mereka berempat sudah jauh berkurang perasaan memandang rendah orangpun ikutmusnah dari pikiran mereka. Sebelum menderita kekalahan mereka hanya menghabiskan waktu dengan berpesiar kesana kemari, cari perempuan, minum dan makan tiada hentinya, tapi setelah mendapat kalah keempat orang itu mulai berlatih dengan rajin. Mereka ber sama2 menciptakan sebuah barisan pedang yang kuat untuk menghadapi musuh setelah lima tahun berlatih keras dan barisannya mencapai kesempurnaan mereka baru muncul kembali kedunia persilatan. - - - - - - - 10 Pertama kali mereka berempat muncul dalam dunia persilatan pelbagai berita yang menggemparkan sempat mereka tangkap Pertama adalah munculnya seorang pendekar muda yang sangat menggemparkan seluruh dunia persilatan mereka dengar orang itu She Siauw bernama Ling. Kedua adalah munculnya Si Bayangan Berdarah Jen Bok Hong setelah lenyap kabar berita selama puluhan tahun. dan ketiga ialah menggabungnya Siauw Ling ke perkampungan Pek Hoa San cung jadi konconya Jen Bok Hong. Kabar berita itu sudah tersebar luas dan hampir merata keseluruh dunia persilatan. Munculnya Kanglam Su Kongcu tempo dulu agak terlambat waktu itu Jen Bok Hong sudah mengundurkan diri dari apa yang mereka ketahuipun hanyalah cerita2 yang masih tersebar dalam Bulim. Berita inilah yang memancing rasa ingin tahu dari keempat orang ini sehingga mereka buru-buru berangkat kekota Koei Cho. Disepanjang jalan mereka menemukan banyak jago Bulim yang berangkat kesatu arah yang sama mereka main yakin kalau di dalam dunia persilatan bakal lahir sebuah pergolakan yang maha dahsyat. Setibanya dikota Koei Cho sedikitpun tidak salah mereka menemukan banyak jago-jago lihay berkumpul disana. Karena menjumpai begitu banyak jago-jago lihay sepanjang jalan Kanglam Su Kongcu tidak berani bersikap terlalu sombong apalagi nama Tiong Cho Siangku pun sudah tersohor sejak puluhan tahun berselang maka mereka tidak ingin melibatkan diri dalam satu pertarungan yang tak berguna. Terdengar si Pit besi berwajah dingin tertawa terbahakbahak. Bagaimana" apakah kalian berempat tidak mau turun tangan" ataukah ingin aku orang she Tu mengundang dulu satu per satu" Tangan kanan berkelebat meloloskan pedangnya dari sarung kemudian mengirim sebuah tusukan mengancam dada orang she Tu itu. Mendadak badan Tu Kioe berputar menghindarkan diri dari datangnya serangan Ong Kiam ini dimana sepasang telapak berkelebat kedua macam senjatanya sudah dicabut kelur. Tangan kiri mencekal gelang perak sedang tangan kanan mencekal sebuah pit besi. Ketika si Enam bulan salju Lie Poo melihat situasi sudah berubah iapun terpaksa ikut turun tangan ujarnya, Saudara2 sekalian kalau dia ada maksud minta pelajaran dari kita baiklah kita keluarkan barisan pedang baru kita agar ia bisa melek sepasang matanya. Melihat pertarungan sudah berlangsung Thio Ping pun tahu ikatan dengan tak akan terlepas lagi. Ia segera mengambil keputusan untuk melukai dulu Tu Kioe di dalam kerubutan mereka sampai waktunya kendati Sang Pat datangpun percuma saja bahkan mungkin sekali mereka dapat melenyapkan kedua orang ini sekaligus. Karena berpikir demikian sang pedangpun digerakkan membuka barisan pedang mereka. Empat orang berpencar dari empat penjuru yang berbeda menyerang diri Tu Kioe rapat2. Tu Kioe dengan tangan kiri mencekal gelang perak, tangan kanan mencekal senjata pit besi melancarkan serangan secara berpisah menahan datangnya serangan Kanglam Su Kongcu dari empat arah yang berlainan. Perputaran barisan pedang Kang lam Su Kongcu makin lama semakin cepat dalam sekejap mata mereka berempat sudah melancarkan dua puluh tusukan lebih. seketika itu juga cahaya berkilauan hawa pedang membumbung tinggi memenuhi angkasa. Tu Kioe yang menganggap ilmu silatnya tinggi pada mulanya tidak pandang keempat orang itu dalam hati tapi setelah bergebrak beberapa saat ia baru merasa bahwa dirinya telah menjumpai musuh tangguh! Kanglam Su Kongcu yang ditemuinya saat ini bukan termasuk jago-jago kasaran seperti tempo dulu lagi, posisinya dengan cepat diubah, dari menyerang ia pilih jadi kedudukan bertahan. Pit besi serta gelang peraknya dengan menciptakan selapis cahaya tajam melindungi sekeliling badan dan menangkis datangnya babatan2 gencar pihak musuh. Setelah melakukan pertarungan sebanyak tigapuluh jurus. Kanglam Su Kongcu belum juga berhasil memaksa musuh menyerah kalah mereka pun mulai terkesiap pikirnya, Nama besar Tiong Cho Siang Ku ternyata bukan nama kosong belaka, kalau bergebrak macam begini terus menerus kendati dua puluh jurus lagi pun susah merebut kemenangan. Melihat lawan sangat kuat, dan mereka takut pula Sang Pat tiba pada saat yang bersamaan Thio Ping mendadak mengubah permainan ilmu pedangnya. Dengan cepat barisan pedang merekapun ikut berubah. Segulung angin Thio Ping adalah otak dari barisan pedang tersebut perubahan gerakan semuanya dipimpin oleh dirinya. Tampak serangan2 dari Kanglam Su Kongcu makin gencar, masing-masing orang mengirim tiga buah babatan dahsyat kedepan. Kedua belas buah serangan ini dilakukan dengan kecepatan bagakan kilat, walaupun serangan dilancarkan tidak sama waktunya tapi mendapatkan pertahanan yang kuat, serangan mereka bagaikan serangan gabungan yang dilancarkan dalam waktu yang sama. Tu Kioe tidak menyangka barisan pedang lawan ternyata sedemikian lihaynya terasa cahaya berkilat menyerang dari empat penjuru ia mulai keteter dan merasa tidak kuat menahan diri. Siauw Ling yang bersembunyi ditempat kegelapan melihat Tu Kiow berada dalam keadaan bahaya dan mulai keteter sehingga tidak tahan otaknya dengan cepat berputar pikirnya. Kanglam Su Kongcu turun tangan secara berbareng semisalnya kau membantu Tu Kioe secara diam2pun tidak termasuk suatu perbuatan yang kurang cemerlang .... inilah kesempatan bagiku untuk menjajal sampai dimanakah kesempurnaan ilmu menyambit yand diajarkan Liauw San Cu kepadaku. Karena berpikir demikian, sinar matanya segera menyapu seluruh ruangan dari ujung dinding tiba tiba ditemuinya segentong kacang ijo. Dengan cepat ia meraup segenggaman lalu kumpulkan tenaga dan siap melancarkan serangan ke arah pihak lawan. Ketika itu si Segulung angin Thio Ping sedang mengirim sebuah tusukan mengancam dada Tu Kioe tapi baru saja lengan kanannya diangkat ke atas mendadak jalan darah Nau Hwie-hiatnya terasa amat sakit gerakan pedangpun jadi lambat. Ternyata serangan Siauw Ling yang pertama ini sebagai percobaan kurang sempurna dilakukan sekalipun berhasil menghajar jalan darah Nah Hwee Hiat ditubuh Thio Ping, tapi tenaga sambitannya kurang keras sehingga sama sekali tidak terpengaruh di dalam permainan pedangnya. Haruslah diketahui pertarungan para jago tidak boleh lambat barang sedikitpun juga, karena permainan pedang ThioPing agak terlambat mengambil kesempatan itulah Tu Kioe menerjang keluar dari kurungan. Senjata pit besinya digerakkan menangkis perdang Thio Ping senjata gelang perak ditangan kiri menggulung keluar dengan jurus Hong Kie Im Yong atau angin bertiup awan berkumpul. Triiing.... triiing.... pedang Ong Kiam Lie Poo serta Cau Kuang bertiga kena dihantam kesamping sehingga barisan itu terbukalah sebuah lubang kelemahan yang besar. Senjata Pit bergetar menotok badan Thio Ping. Thio Ping membalikkan tangannya menciptakan selapis bunga pedang menangkis serangan senjata dari Tu Kiow dengan jurus Kong Tio Kay Ping atau Burung Merak Pentang Sayap. Sedang Lie Poo serta Cau Kuang bersamaan waktunya mendesak maju lagi dari dua arah samping. Setelah merasakan bagaimanakah pahit getirnya dikurung barisan empat orang itu Tu Kioe tidak membiarkan mereka berempat bergabung diri lagi. Senjata Pit diputar menyerang ke arah Lie Poo, sedang gelang ditangan kiri menahan babatan Cau Kuang badannya mencelat keangkasa dan melayang delapan depa keluar dari kalangan. Si Segulung angin Thio Ping segera tertawa terbahak bahak. Bagaimana" bagaimana rasanya kurungan barisan pedang kami bersaudara" ejeknya. Tidak terhitung suatu barisan yang terlalu lihay kalau barisanmu benar benar hebat bukankah cayhe tak bisa pergi datang semuanya" Thio Ping tertawa getir. Bagus, bagaimana kalau kita coba lagi" Dalam hatinya ada kesusahan yang tak bisa dikatakan kalau bukan lengan kanannya secara tiba-tiba sehingga gerakan pedangnya agak lambat mana mungkin Tu Kioe bisa memecahkan barisan ini sedemikian gampang" Sebaliknya di dalam hati Tu Kioe pun berpikir. Barisan pedangn mereka walaupun tidak sampai mencabut nyawaku tapi untuk menangkan beberapa orang ini tidak gampang kalau aku tidak setuju orang akan menganggap aku jeri. Untuk beberapa waktu ia merasa bingung apa yang harus dijawab pada saat ini. Selagi ia merasa serba salah mendadak terdengar gelak tertawa bergema datang dari tempat luaran seseorang menyambung dengan suara lantang. Bagus sekali! kalian berempat biar kami berdua saja, jual beli ini akan kami terima. Tanpa menoleh lagi Tu Kioe sudah tahu kalau Sang Pat telah tiba ditempat itu. Kanglam Su Kongcu sama2 berpaling tampaklah seorang Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo lelaki gemuk cebol dengan memakai jubah warna hijau dan perut kembung muncul lambat2 disana. Melihat munculnya Sang Pat di dalam hati si Segulung angin Thio Ping berseru tertahan, Aduuh celaka kalau Tiong Cho siangku turun tangan ber-sama2 ungkin kami bersaudara bukan tandingannya. Diluaran segera membentak dengan nada dingin. Hmm sudah lama kedatanganmu" Sudahlah buat apa kau bicarakan soal itu, kedatanganku rada terlambat setindak kalau Cuwi suka memaapkan kata Kiem Sie poa sambil tersenyum. Hmmm bersembunyi ditempat kegelapan sambil membokong orang. inilah tindakan seorang lelaki sejati. Pada mulanya Sang Pat agak tertegun kemudian segera tertawa terbahak bahak. Menggunakan tentara tiada jerinya mencari siasat sekalipun kedatanganku lebih pagianpun tak akan kuberitahukan kepada kalian. Selamanya Tiong cho siangku tidak pernah berpisah satu sama lainnya aku sudah sepatutnya menduga kalau kau bersembunyi ditempat kegelapan. Haaa .... haaa justru kali ini kalian tak berhasil menebaknya. Kanglam Su Kongcu sambung Tu Kioe ketus Anjing tidak pernah menjilat kencing sendiri kini kalian setiap kali berjumpa dengan perempuan seperti lalat mencium bau busuk saja Loo toa ayoh keluarkan senjatamu kita bereskan Kang Lam Su Kongcu disamping menyelamatkan nona2 baik yang ada dikolong langit. sang Pat teriak Thio Ping selamanya kalian berdua hanya gemar dengan harta kalau dibandingkan dengan aku tak begitu terpaut seberapa. Pada saat itu Kiem Lan sedah mengundurkan diri kesisi Siauw Ling bisiknya segera. Siangkong bukankah mereka berdua adalah Tiong Cho Siang ku yang setiap saat hari siangkong pikirkan kini mereka sudah ada didepan mata mengapa kau tidak menyapa dirinya" Tidak usah cemas tidak usah gugup aku mau lihat dulu bagaimana watak mereka berdua. Sungguh besar ambisi Siangkong ini diam2 pikir Kiem Lan di dalam hati kecilnya Bagaimana Tiang Cho Siangku kau betul2 sangat mendengarkan ucapanmu. Terdengar Sang Pat kembali berkata Walaupun kami dua bersaudara suka dengan harta, tapi belum pernah melukai pihak lawan apalagi berbuat sesuatu hal yang main rampas semakin tidak pernah lagi. Lama kelamaan si Pit besi berwajah dingin Tu Kioe tidak dapat menahan sabar lagi sembari melancarkan sebuah serangan menusuk Thio Ping teriaknya Loo toa, tak usah banyak bicara lagi dengan dirinya! Dengan sebat Thio Ping berkelit kesamping pedang diayun ke atas dan Kanglam Su Kongcu pun segera bergabung kembali. Dalam pertarungan yang terjadi barusan walaupun mereka berempat berhasil mengurung Tu Kioe rapat2 tapi mereka gagal melukainya kini bertambah pula dengan seorang Sang Pat mereka makin menyadari kalau pihak musuh susah dihadapi. Merekapun menyadari kalau mereka tidak menghadapi kedua orang ini dengan andalkan barisan pedang seratus juruspun susah dilewatkan dengan selamat. Kembali Sang Pat tertawa tergela. Selama lima tahun ini aku rasa kalian berempat tentu banyak berlatih ilmu silat lihay bukan! Ditengah suara bentakan tangan kanannya merogoh ke dalam saku mengambil keluar sie poa emasnya ditengah getaran tangan yang menimbulkan suara ramai terpeciklah butiran2 cahaya tajam. Thio Ping menggerakkan pedangnya sebagai komando, empat orang ber sama2 menyebarkan diri membentuk sebuah barisan pedang untuk membendung serangan lawan. Tu Kioe berebut posisi sebelah kanan teriaknya. Keempat cucu kura2 ini berhasil melatih sebuah barisan pedang mari kita menyerang dari kedua belah sisi sehingga membuat mereka kalang kabut tidak karuan. endengar teriakan itu Thio Ping jadi terperanjat pikirnya, sungguh hebat Tiong Cho Siang ku ini, bukan saja kepandaian silat sangat lihay pengalaman dalam menghadapi musuhpun sangat luas kalau mereka berdua benar2 menyerang dari kedua belah sisi maka kekuatan barisan ini akan banyak berkurang. sang pat terenyum iapun segera bergeser kesebelah kiri sembari menggoyangkan sie poa ditangan ujarnya, Pada saat ini kita masih bisa membicarakan soal harga, kalau kita sudah mulai bergebrak berarti dagangan ini sudah diputuskan untung atau rugi kalian harus bayar .... si Segulung angin Thio Ping ragu2 sejenak akhirnya ia menggoyangkan pedangnya memberi tanda posisi keempat orang itupun dengan cepat berubah jadi sebuah barisan segi empat. Harga apa yang kau maksudkan cepat katakan. Murah kalau kalian berempat mau menerima sebuah syaratku .... Belum habis ia berkata mendadak terdengar suara gonggongan anjing berkumandang datang dari tempat kejauhan. Tu Kioe sebagai oarng yang paling dekat dengan Sang Pat mengerti jelas bagaimanakah cerdiknya orang ini kadang2 ditengah gurauannya sering diselipi dengan suatu rencana bagus karena itu setelah mendengar dia berbicara seranganpun ditarik kembali. Apa syaratmu itu" terdengar Thio Ping bertanya denga alis berkerut. Pada saat itu banyak jago-jago lihay yang berkumpul disekitar kata Kioe Cho aku rasa kalian suah tahu bukan" Kami bersaudara bukan orang buta, suah tentu dapat kami lihat dengan jelas, teriak Ong Kiam kasar. Terdengar suara gonggongan anjing makin lama terdengar semakin santar jelas ada orang yang sedang bergerak mendekati gubuk mereka. sinar mata Sang Pat menyapu sekejab wajah Kiem Lan yang berdiri dekat jendela lalu sambi tertawa tanyanya, Kalian berempat pernah mendengar nama Sin Hong Pay Sudah tentu pernah kami dengar Tahukah kalian paycu perkumpulan Sin Hong Pay ini seorang lelaki atau perempuan" Kami hanya pernah mendengar nama partai Sin Hong Pay berlum pernah menjumpai paycu mereka. Soal ini aku bisa beritahu kepada kalian. paycu dari perkumpulan Sin Hong Pang adalah seorang gadis muda yang sangat cantik. Apa sangkut pautnya urusan ini dengan kami berempat" tanya Thio Ping setelah termenung sebentar. Sudah tentu ada hubungan yang sangat erat, kalian berempat rakus dengan perempuan, sedang kami dua bersauara gemar harta sebaliknya perkumpulan Sing Hong Pang adalah pusat harta dan perempuan kalau kau suka bekerja sama dengan kami bukankah masing-masing pihak mendapat bagiannya seiri2.... Aaakh benar kau tentunya minta bekerja sama dengan kalian untuk menghadapi Sin Hong Pang si sie poa emas Sang Pat tidak bicara sebaliknya sambil membaca rumus dagangnya ia pukul biji2 sie poa pulang pergi. Melihat cara Sang Pat memukul pulang pergi sie poanya dengan gaya seorang Tauke diam2 Kanglam Su Kongcu merasa geli. Sebaliknya si Pit besi berwajah dingin mengetahui pada saat ini saudara angkatnya ini sedang menemui hal2 yang menyusahkan hatinya. Setiap kali ia menjumpai hal2 yang susah diputuskan maka biji sie poanya yang dipukul pulang pergi disamping otaknya untuk mengambi keputusan diamping itu Sang Pat pun menghitung nasib mereka dan perhitungannya sie poanya ini. Selama pergaulannya dengan sang Pat selama beberapa tahun di dalam ingatannya bukan saja satu dua kali ia berbuat demikian. Setelah menghitung beberapa saat lamanya mendadak terlintas suatu perasaan heran diwajahnya ia berpaling sekejab ke arah Kiem Lan kemudian sambil menggoyangkan biji sie poanya ia beruit panjang. Suara gonggongan anjing makin keras dua anjing hitam yang besar meloncat melewati pagar dan berlari kesisi Sang Pat. Tinggi kedua ekor anjing ini kalau berdiri melebihi tinggi seorang waluapun berbentuk anjing tetapi secara lapat2 mempunyai wajah yang menyeramkan sembari berdiri dibelakang Sang Pat empat buah mata menyapa tajam empat penjuru. Selama ini Si segulung angin Thio Ping sedang menantikan jawaban dari Sang Pat siapa sangka orang itu bagaikan lupa dengan ucapannya saja mulutnya bungkam seribu bahasa, ia berdiri penuh keseriusan disana bagaikan sedang menunggu sesuatu. Timbullah rasa curiga di dalam benak Kanglam Su Kongcu mereka tidak mengerti permainan apa yang sedang disusun orang itu. Mendadak pintu pagar didepak orang sehingga terpental dan membentang lebar2. Segerombolan manusia berdandan aneh lambat2 munculkan diri didepan mata. Dua orang lelaki pertama mempunyai perawakan yang kurus tinggi sepasang matanya menyapu Tiong cho Siang Ku tiada hentinya. Hmm! ternyata benar2 kalian musuh bebuyutan selalu saja berjumpa di mana2 tegur orang itu dingin. Sang Pat memandang sekejap wajah kedua orang itu setelah mengenali siapakah mereka ia tertawa ter bahak2 Oooouw .... kiranya Cuo heng serta Poei heng dua setan pembuka jalan dari Sin Hong Pang .... aku rasa Paycu kalianpun sudah datang bukan! Kedua orang ini bukan lain adalah dua Setan pembuka jalan dari Sin Hong Paycug, si panglima Baja Cuo Hwee serta sisukma sial Poei Heng. Dibelakang kedua orang itu mengikuti seorang manusia aneh berjubah pendeta warna hitam, berdandankan seorang toosu dan baju bagian dadanya bersulamkan seekor ular kecil warna emas. Walaupun manusia aneh itu kecil dan kurus tapi sepasang matanya memancarkan cahaya yang menggidikkan. Dibelakang toosu bersulamkan seekor ular emas pada bajunya mengikuti empat orang lelaki kekar yang menyoren sebilah golok pada punggungnya. Terdengar sipanglima Baja Cau Hwie tertawa dingin tiada hentinya. Kau anggap paycu kami manusia macam apa, begitu gampang bisa dijumpai" Sitoosu bersulamkan ular emas kecil itupun menyambung dengan nada dingin. Aku adalah Kiem Coa Leng cu dibawah pimpinan Sin Hong Pay cu ada urusan sampaikan saja kepadaku, aku akan ambil keputusan atau menyampaikan kepada pay cu kami. Oooouw .... kalau kudengar dari nada ucapanmu agaknya kedudukanmu dalam perkumpulan sin Hong Pang tidak rendah! seru Sang Pat sambil tertawa. Aku adalah salah satu Sam Toa Leng cu kekuasaanku meliputi segala bidang. Oooouw .... kiranya begitu cayhe harus memberi hormat kepadamu Kiem Coa Lengcu tertawa dingin. Lima tahun berselang kau pernah mencari keonaran dengan partai kami Waktu itu karena lengcu kami ada urusan maka tidak sampai menarik panjang urusan itu aku rasa kau masih ingat bukan dengan peristiwa tempo dulu" Haaaaaa.... haaaa.... haaa .... kami adalah orang dagang. selamanya yang dipentingkan adalah keuntungan dendam sakit hati tak pernah kami pikirkan jangan dikata lima tahun berselang sekalipun tiga bulan yang lalu juga sudah kami lupakan cayhe tak ingat lagi urusan itu! Sekali lagi Coa Lengcu tertawa dingin. Kau tidak ingat lagi Pengcu kami masih teringat dengan jelas maka dari itu sengaja ini hari mengirim aku untuk menangkap kalian berdua! Hmm! apa yang dapat kalian lakukan" dengus Tu Kioe ketus Aku minta kalian berdua suka ikut kami menghadapi Pay cu kami! Coba kau sebutkan harganya, selama ini cayhe tidak suka melakukan perdagangan yang rugi - kata Sang Pat sambil tertawa. Sinar mata Kiem Coa Lengcu berkilat kepada keempat orang lelaki berbaju hitam yang berdiri dibelakangnya ia berseru Tangkap mereka berdua! Keempat orang berbaju hitam itu mengiakan golok segera dicabut keluar dengan berpisah melakukan pengepungan. Sepasang pundak si Pit besi berwajah dingin bergoyang dengan kecepatan bagaikan kilat dia merebut posisi yang berjarak sembilan depa dengan Sang Pat senjata Pit besi melindungi dada gelang dipersiapkan melancarkan serangan ujarnya dingin Senjata tak bermata kalau sampai bergebrak tentu ada yang terluka atau mati. kalau kalian berempat tidak takut mati silahkan maju kedepan. Jarak yang diambil kedua orang ini sangat sempurna sekali dengan demikian keempat orang lelaki beraju hitam itu tak dapat melakukan kerja sama tapi bagi Tiong Cho Siangku dapat saling bantu membantu. Mendadak keempat orang lelaki berbaju hitam itupun Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo memecahkan diri jadi dua bagian, dua orang jadi satu rombongan secara terpisah menyerang Tiong Cho Siangku. Melihat pertarungan sudah berlangsung si segulung angin Thio Ping menggoyangkan pedangnya menarik barisan dan bermaksud mengundurkan diri dari kalangan. Siapa nyana tindakannya ini justru memancing rasa curiga bagi Kiem Coa Lengcu terdengar ia tertawa dingin dan membentak keras, Jangan biarkan mereka berempat menggabungkan diri Pengetahuan Kiem Coa Lengcu ini amat luar biasa dalam sekali pandang saja ia telah dapat mengetahui kalau Kanglam Su Kongcu telah mempelajari ilmu pedang bergabung asalkan ilmu itu bersatu padu maka kekuatannya sangat luar biasa. Dalam pandangan Kiem Coa Lengcu gerakan pedang Thio Ping dianggap sebagai komando untuk menggerakkan barisannya maka ia mendahului perintah orang untuk menyerang. Kedua setan pembuka jalan Si Panglima baja Cuo Hwie serta Si sukma sial Poei Heng pernah menderita kekalahan total ditangan Tiang Cho Siang Ku mereka tahu kepandaian silat kedua orang ini sangat lihay sehinga tanpa terasa mereka sudah menaruh rasa jeri kepada mereka. Beruntung Kiem Coa Lengcu tidak memerintahkan mereka berdua untuk menghadapi Tiong Cho Siangku tapi orang ini tidak memandang sebelah matapun terhadap Kanglam Su Kongcu. Begitu mendapat perintah mereka menyahut dan segera menyerang keempat orang itu. Pada mulanya sisegulung angin Thio Ping bermaksud hendak membawa ketika saudara menyingkir kesamping dan berpeluk tangan menonton jalannya pertarungan tersebut menanti Tiong Cho Siang Ku sudah sama2 lelah dalam pertarungan ini mereka tinggal pungut hasil dari tengah. Siapa sangka Kiem Coa Lengcu turun tangan terlebih dahulu untuk menangkap mereka bercampa. Kejadian ini mendatangkan rasa gusar dalam hati Kanglam Su Kongcu, Thio Ping segera menggerakkan pedangnya meluncurkan sebuah tusukan menangkis datangnya serangan Cuo Hwie sedang Ong Kiam Lie Poo serta Cau Kuang dengan cepat menyebarkan diri membentuk barisan dan mengurung kedua orang itu rapat2 Seketika itu juga cahaya berkilauan memenuhi angkasa angin desiran menggidikkan hati. Serangan2 pedang Kanglam Su Kongcu bagaikan hembusan angin taupan memaksa kedua orang setan pembuka jalan itu tidak sempat menggerakan senjatanya. Melihat kejadian itu Kiem Coa Lengcu mengerutkan keningnya ia tidak menyangka baru saja turun tangan kedua setan pembuka jalan sudah kena dikurung dalam barisan pedang lawan dan terdesak hebat sehingga berada dalam posisi yang sangat menguatirkan. Keempat orang lelaki bersenjata golokpun telah melangsungkan pertarungan sengit melawan Tiong Cho Siangku cahaya pedang bayang pit berkelebat dengan ramainya. Setelah memandang sekejap suasana dikalangan Kiem Coa Lengcu segera mengetahui bahwa pertarungan ini hari sangat tidak menguntungkan pihaknya. Walaupun Tiong Cho Siangku harus menghadapi empat orang musuh sekaligus tapi mereka lebih banyak menyerang dari pada bertaha. jelas posisi mereka ada diatas angin. Keadaan kedua setan pembuka jalan semakin parah lagi, mati hidup mereka sudah berada diujung tanduk. kalau demikian terus keduanya sebentar lagi mereka bakal menemui ajalnya. Menjumpai situasi seperti ini mau Kiem Coa Lengcu harus mengatasi dahulu keadaan mereka berdua, dari pinggang ia lepaskan senjata cambuk ular emasnya. kemudian sambil membentak keras senjatanya diayun menyerbu ke dalam barisan Su Kongcu itu. Si Segulung angin Thio Ping menggoyangkan pedangnya menangkis cambuk itu badannya dengan cepat menyingkir dua langkah kesamping. Barisan pedang ini sudah membuang banyak pikiran maupun tenaga Kanglam Su Kongcu selama banyak tahun, entah sudah berapa puluh bahkan beberapa ribu kali barisan itu dilatih. Sejak Pertarungan melawan Tu Kioe tadi perubahan barisan ini semakin lincah lagi dengan mundurnya Thio Ping ke belakang Ong Kiem Lie Po serta Cau Kuang segera memahami maksud hatinya mereka sama2 mundur ke belakang secara serempak. Dengan demikian kalangan kepunganpun semakin luas hal ini membuat Kiem Coa Lengcupun tak kuasa kena terseret sekalian ke dalam barisan pedang tersebut. Mengambil kesempatan yang amat sedikit inilah Tjou Hwie serta Poei Heng meloloskan senjata tajamnya. Senjata Cuo Hwie adalah dua pasang gada Lang Ya pang sendan senjata Poei Heng adalah sebuah tekeh San Bun Cang. Kiem Coa Lengcu segera tertawa dingin Hmm ingin sekali kujajal barisan pedang gabung ini sebetulnya mempunyai keistimewaan apa saja. Sembari bicara cambuk Kiem Tjoa Piannya berturut turut melancarkan empat buah serangan secara terpisah mengancam Kanglam Su Kongcu seorang sejurus. Cambuk Kiem Coa Pian ini dibuat amat bagus bila dipandang sepintas lalu bagaikan seekor ular hidup. Tangannya mencekal pada ekor ular sedang kepalanya ular menyerang musuh lidah yang warna merah berkelebat tiada hentinya mendatangkan rasa bergidik bagi semua orang. Kanglam Su Kongcu yang melihat bagaimana sempurnanya senjata cambuk itu diam2 merasa jeri kalau2 dari mulut ular tadi menyembur senjata rahasia mereka tidak berani menangkis buru-buru keempat orang itu meloncat mundur ke belakang. Dengan demikian tanpa terasa lagi kekuatan barisan pedang itupun punah sama sekali! Kiem Coa Lengcu segera tertawa ter-bahak2 Haaaaaa .... haaa tidak kusangka barisan pedang kalian berempat hanya begini saja. Thio Ping tertawa dingin, mendadak serangan pedangnya terpental. Dia adalah komando dari barisan pedang ini sudah tentu tiga orang lainnya harus mengimbangi setiap gerakan yang dilakukan begitu Thio Ping menyerang ketiga orang lainnya pun sama2 berputar keras. Barisan pedang seketika makin menyempit. Melihat sekelilingnya penuh dengan kelebatan cahaya pedang yang menekan makin dekat Kiem Coa Lengcu terkesiap, cambuknya dengan cepat diputar bagaikan roda menahan serangan pedang keempat orang itu. Cuo Hwie dan Poei Heng sama2 menggerakkan senjatanya menyerang maju sembari mengimbangi serangan2 dari cambuk Kiem Coa Pian dengan berbuat demikian semakin mengecilnya lingkungan kepungan barisan Kanglam Su Kongcu bisa ditahan Diluaran posisi Kanglam Su Kongcu lebih menguntungkan padahal hati mereka sangat terkejut. terasa oleh keempat orang itu bahwa jurus serangan cambuk dari Kiem Coa Leng cu amat aneh dan susah diduga sering2 ia menggunakan waktu yang singkat untuk melancarkan sebuah serangan ketengah kalangan sehingga membuat barisan mengalami perubahan besar. Dalam pertarungan ini masing-masing pihak sama2 menderita, sama2 payah siapapun tidak berani memperlihatkan sikap gegabah. Ditengah berlangsungnya pertarungan sengit mendadak suara jeritan ngeri berkumandang memenuhi angkasa seorang diantara pengepung Si Pit besi berwajah dingin kena ditusuk pundak kanannya sehingga darah segar bercucuran, senjata terlepas dari genggaman. Sisanya yang tinggal seorang kini melangsungkan pertarungan yang sengit melawan Tu Kioe ia kena dibungkus oleh serangan2 keji lawan sehingga kalang kabut dan keteter hebat. Kiem Coa Lengcu tidak menyangka kepandaian mush rata2 hebat. melihat seorang anak buahnya terluka ia hanya merasa cemas saja tanpa berhasil turun tangan menolong. Terdengar Sang Pat pun tertawa ter bahak2 ayoh! berbaring! Dua orang lelaki berbaju hitam yang mengerubuti dirinya sangat penurut sekali, mereka lepaskan senjatanya dan roboh terjengkang ke atas tanah. Kiranya Sang Pat yang melihat pertarungan tidak juga selesai serangannya makin diperketat, ditengah gelak tertawanya yang keras berturut ia menotok jalan darah kedua orang itu. Kaupun berbaringlah! seru Tu Kioe pula ketus. Gelang peraknya menguji golok lawan, sedang kakinya mengirim sebuah tendangan menghajar lutut kiri orang itu. Braaak .... badannya kena disepak sampat mencelat sejauh delapan depa dan menggeletak tak berkutik lagi diatas tanah. Sang Pat segera goyangkan sie poa emasnya memancarkan cahaya keemas emasan, sambil tertawa teriaknya Saudara berempat perlu Siauw te bantu kalian" Tidak perlu! dengus Thio Ping dingin Pedang diputar ia menyerang semakin gencar lagi. Setlah dilihatnya Tiong Cho Siang Ku berhasil merobohkan empat orang musuhnya dengn mudah sedang mereka berempat tidak dapat menangkan musuh yang cuma tiga, hatinya jadi malu bercampur gusar karena itu serangannya makin diperhebat. Dengan menempuh bahaya ia babat tubuh Kiem Coa Lengcu tajam2 melihat serangan itu Kiem Coa Lengcu terkesiap ia tidak sempat melancarkan serangan untuk menangkis lagi datangnya serangan yang penuh menanggung resiko ini. Dalam keadaan gugup dengan cepat badannya berkelit kesamping. Dengan tidak mudah Thio Ping mencari kesempatan ini sudah tentu ia tak mau melepaskanbegitu saja pergelangan kanan ditekan ujung pedang menyambar lewat bagaikan kilat merobek lengan kanan Kiem Coa Lengcu. Sreeeeeet muncullah sebuah luka panjang ditangan orang itu darah segar muncrat berceceran. Kiem Coa Lengcu mendengus dingin pergelangan kanan ditekuk cambuknya ditarik kembali ke belakang lalu melancarkan sebuah serangan balasan ke arah Thio Ping. Melihat serangannya mencapai sasaran saking bangganya ia tertawa ter-bahak2 Pepatah berkata mau menumpas kawanan perampok harus menangkap pemimpinnya dahulu kalau sejak tadi kita bereskan Kiem Coa Lengcu maka kalian berduapun tak perlu terlalu lama bergebrak melawan keempat orang lelaki tersebut. Maksud dari ucapannya sangat jelas tidak usah diragukan ia berkata bahwa Tiong Cho Siang Ku walaupun brhasil melukai empat orang merupakan prajurit2 tak bernama semua kalau bisa mengalahkan Kiem Coa Lengcu inilah yang dinamakan jago, Tak usah kau kuatir, pedang disilang menangkis datangnya serangan cambuk lawan. Traaang .... ujung pedang bentrok dengan cambuk tersebut menimbulkan suara yang nyaring tiba cambuk tadi mematah jadi dua bagian mentok batok kepala Thio Ping. Kejadian ini ada diluar dugaan semua orang dalam keadaan terperanjat Thio Ping segera berkelit kesamping kiri Cambuk Kiem Coa Pian melanjutkan gerakannya menotok lengan kanan Thio Ping Ong Kiem, Lie Poo yang melihat saudaranya terancam sama2 bergerak maju, sepasang pedang menyerang dari sisi kiri dan kanan mengancam iga Kiem Coa Lengcu Cuo Hwie, Poei Heng pun tak mau ambil diam mereka gerakan senjata menahan datangnya serangan pedang kedua orang itu. Kanglam Su Kongcu yang melihat Thio Ping terluka hati mereka sangat cemas karena berniat turun tangan menolong saudaranya barisan pedang pun kacau balau tak karuan. Mendadak Kiem Coa Lengcu menjatuhkan badannya kedepan meloloskan diri atas datangnya serangan babatan Cau Kuang dari arah belakang cambuk Kiem Coa Pian diputar balik mengancam lambung orang she Cau itu. Melihat datangnua ancam Cau Kuang menekan pedangnya kebawah mengunci serangan cambuk di tengah udara Siapa nyana sewaktu cambuk tersebut membentuk pedang Cau Kuang serangannya berputar arah dan mengancam dari arah samping menemui kejadian seperti itu ia jadi terperanjat. Tak kuasa lagi lutut kirinya termakan oleh sambaran ujung cambuk tersebut. Ong Kiem Lie Poo buru-buru menggerakkan pedangnya menyerang dari dua belah sisi kiri dan kanan. Kakak berdua harap ber-hati2 teriak si Rembulan ditengah telaga keras2 senjatanya bisa berputar putar. Kiem Coa Lengcu tertawa dingin mendadak dia mundur tiga langkah ke belakang menghindarkan diri dari datangnya serangan gabungan pihak lawan. Merasa serangannya mencapai sasaran yang kosong Ong Kiem serta Lie Poo menarik kembali serangannya mereka tidak mengejar lagi sebaliknya bersiap siap menanti serangan musuh selanjutnya Kiranya dimana Kiem Coa Lengcu mundur tepat berada dihadapan si Segulung angin Thio Ping sedang orang she Thio ini mempunyai kepandaian silat paling tinggi diantara keempat orang itu asalkan dia melancarkan seraangan dengan cepat maka Kiem Coa Lengcu terpaksa harus putar badan menghadapi serangan lawan. Ketika itulah mereka berdua melancarkan serangan kembali mengancam punggungnya agar ia menjadi kelabakan setengah mati. Per-lahan-lahan Thio Ping angkat pedangnya ke atas tapi belum sempat dibabat keluar mendadak tangannya Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo mengendor dan senjata yang ada ditanganpun tergeletak jatuh ke atas tanah Kiem Coa Lengcu tertawa dingin tangan kirinya berputar mencengkeram pergelangan kiri Thio Ping Hati2 diantara cambuk Kiem Coa Piannya mengandung racun.... teriak sang Pat tiba-tiba. Terlihatlah oleh semua orang sabaran Kiem Coa Lengcu tidak mendatangkan perlawanan sama sekali. Mendadak cahaya berkilauan menyambar lewat disertai desiran tajam mengancam tubuh Kiem coa Lengcu bersamaan itu pula Sang Pat telah menerjang kedepan sembari menggerakkan senjata Sie Poa nya. CAyhe akan menerima beberapa urus seranganmu! serunya. Kiem Coa Lengcu goyangkan lengan kanan menarik kembali cambuknya ke belakang lalu dengan cepat menotok keluar. Tu Kioe pun menggerakkan senjata Pit serta gelang emasnya melancarkan tubrukan menghadang kedua setan pembuka jalan. Toako apakah lukamu sangat parah" terdengar Ong Kiam m\berseru sambil menghampiri Toakonya Thio Ping. Walaupun lukaku tidak begitu parah tapi daya kerja racun yang mengeram dalam badanku sangat dahsyat, seluruh lengan kananku tak bisa digunakan lagi seluruhnya kaku dan linu Sute! cepat tutup seluruh jalan darahmu jangan membiarkan racun keji menyerang ke dalam isi perutmu seru Lie Poo pula sambil membimbing diri Cau Kuang. Sembari bergebrak melawan Kiem Coa Lengcu si sie poa Sang Pat terus menerus memperhatikan keadaan luka dari Thio Ping. Tampak lengan kanan orang itu semakin lama semakin lemas dan akhirnya tergantung kebawah jelas sudah keracunan hebat hatinya kontan terkesiap pikirnya, Diatas ujung cambuk Kiem Coa Piannya mengandung racun yang amat keji kalau kuajak bertempur begini terus akhirnya akulah yang akan menderita rugi orang2 Sin Hong Pay kebanyakan bukan manusia baik2 lebih baik aku turun tangandahulu untuk menguasahi mereka Setelah berpikir begitu tanpa sungkan2 tangannya mendadak bergetar keras seketika itu juga cahaya tajam berkelebat menyilaukan mata butiran2 sinar berkembang memenuhi angkasa mengurung seluruh tubuh Kiem Coa Lengcu. Kiranya butiran2 biji sie poa Sang Pat kecuali dapat digunakan sebagai senjata dapat pula digunakan sebagai senjata rahasia. Dalam keadaan seperti ini sekalipun kepandaian silat Kiem Coa Lengcu sangat lihay tak urung terhajar oleh sie poa Sang Pat dalam jarak sedemikian dekatnya Cahaya berkelebat menyilaukan mata beberapa buah jalan darah ditubuhnya tahu2 sudah kena dihantam biji2 sie poa tadi dan tak kuasa lagi badannya roboh terjungkang ke atas tanah. Kedua setan pembuka jalan yang melihat anak2 buahnya bila bukan matitentu terluka, nyalinya jadi pecah karena pikirannya permainan senjata menjadi lampat Mengambil kesempatan itulah Tu Kioe mengirim sebuah bacokan menghantam pundak kiri Cuo Hwie Merasa datangnya bacokan orang she Cuo kaget buruw pundaknya ditarik untuk berkelit Siapa nyana mengambil kesepatan itulah Tu Kioe melancarkan sebuah tendangan menghajar lutut orang itu Sipanglima baja mendengus berat badannya terpental sejauh enam tujuh depa dan menggeletak tak berkutik Sepasang pundak Pat bergerak cepat bagaikan kilat ia menerjang kemuka memrseni sebuah hantaman ke atas punggung si sukma sial Badan Poei Heng ter hoyong2 dan akhirnya roboh tak berkuti Setelah membereskan mush2nya Sang Pat memungut kembali biji2 sie poanya dari atas tanah karena biji sie poa itu memancarkan sinar berkilauan tidak sulit baginya untuk mengumpulkan kembali benda benda itu tanpa kekurangan sebijipun Ketika itu racun yang mengeram dalam tubuh Thio Ping serta Cau Kuang sudah mulai bekerja disekitar mulut luka penuh dipolesi dengan darah warna hitam pekat bagaikan tinta bak Sambil gerakan pedangnya Ong Kiem meloncat kehadapan Kiem Coa Lengcu ujung pedang ditempelkan ke atas leher orang itu sambil mengancam, dimana kau simpan obat pemunah itu" ayoh cepat jawab Walaupun beberapa buah jalan darahnya kena terhajar oleh biji2 sie-poa Sang Pat tapi pikiran Kiem Coa Lengcu masih sadar dia segera tertawa dingin Racun keji yang ada diujung cambuk Kiem Coa Pian milik cayhe itu merupakan campuran berbagai macam racun yang keji siapa saja yang termakan hajaran cambukku itu seluruh kulit badannya akan berkerut dan akhirnya mati Hmm sebelum racun mereka mulai bekerja akan kubunuh kau dalam tusukan pedangku sesudah diriku kena ditawan soal mati hidup buat aku bukan suatu persoalan lagi sungguh enak sekali ucapanmu kau anggao aku sudi menusuk dirimu dalam sekali tusukan saja" aku hendak mengiris setiap lembar badanmu agar kau mati dengan per lahan-lahan Pedang panjang berkelebat lewat ia babat kulit diatas leher Kiem Coa Lengcu sehingga robek dan darah segar mengucur keluar membasahi seluruh tubuhnya. Kiem Coa Lengcu yang menjumpai keadaan seperti ini hati kecilnya sadar bila kesempatan baginya untuk hidup sudah habis, sepasang mata segera dipejamkan dan tidak ambil gubris lagi terhadap mereka, Tiba-tiba Lie Poo meloncat bangun ia sambar senjata cambuk Kiem Coa Pian itu dan serunya Kalau benar cambuk ini beracun mari kitapun gunakan cambuk ini untuk melukai dirinya Mendengar ancaman itu Kiem Coa Lengcu jadi sangat terperanjat serunya gugup Tahan!! Waktu itu Lie Poo sudah angkat cambuk Kiem Coa Pian ke atas siap dihantamkan kebadan iem Coa Lengcu mendengar teriak itu ia segera tertawa dingin Kami Kanglam Su Kongcu selamanya akan berbuat seperti apa yang diucapkan, kalau kau tidak mau menyerahkan obat pemunahnya kami akan cabut jiwamu sedang kalau kau suka memberikan obat pemunah tersebut kami bersaudara tanggung akan lepaskan dirimu dalam keadaan hidup2. Haaaa .... haaaa .... haaa .... saudara apakah kalian tidak merasa perkataanmu itu sedikit keterlaluan" seru Sang Pat tiba-tiba sambil tertawa tergelak Maksud Sang heng" tanya Ong Kiam sambil berpaling Orang itu berhasil cayhe tawan aku rasa kalian bisa meilhat peristiwa ini dengan mata kepala sendiri bukan" sekalipun saat ini kamu semua ada maksud hendak melepaskan dirinya seharusnya kamu minta ijin dulu dari mulutku! Dan sekarang Sang heng sudah tahu entah dapatkah mengijinkan permintaan kami ini" Kami berdua adalah kaum pedagang dimanapun juga yang dipentingkan adalah keuntungan kalau suruh siauwte menyanggupi permintaanmu itu tanpa peroleh hasil sebetulnya hati kami tidak rela. Sang Heng kalau mau bicara katakan terus terang berapa yang kalian inginkan" Mendadak Sang Pat menggerakkan badan menerjang dihadapan Kiem Coa Lengcu sekali sambar ia membawa oran gitu mundur lima depa ke belakang Ong Kiem serta Lii Poo tidak menyangka ia bisa berbuat demikian ketika menyadari akan hal tersebut waktu sudah terlambat Tu Kioe dengan sebat menghadang jalan pergi Ong Kiem serta Lii Poo serunya, Lebih baik kalian berdua jangan sembarangan bergebrak sehingga tidak semua orang merasa tidak enak Karena didahului oleh Tiang Cho ku dan mengingat kekuatan mereka tidak memadahi maka baik Ong Kiam maupun Lii Poo sama2 membungkam Waktu itu Sang Pat telah meletakkan Kiem Coa Leng cu ke atas tanah Dimana kau simpan obat pemunah tersebut" Obet pemunah tersebut berada ditangan Pay cu kalau saudara ingin mendapatkan obat tersebut terpaksa kita harus menghadap sendiri dengan paycu kami Haaaaa .... haaaaaa .... haaa aku tak akan percaya terhadap omonganmu Jalan darah cayhe tertotok dalam keadaan seperti ini aku tak berkekuatan untuk mengadakan perlawanan kalau kau tak percaya silahkan memeriksa seluruh tubuhku Hmmm! kalau ia tak mau bicara lebih baik kita menggunakan cara yang sama melukai dirinya seru Tu Kioe menyela dari samping, Sang Pat mengalihkan sinar matanya ke arah Kiem Coa Lengcu lalu sambil tertawa ujarnya, Kalau kau menolak arak kehormatan dan lebih suka arak hukuman jangan salahkan aku akan turun tangan keji terhadap dirimu Dengan cepat ia sambar cambuk Kiem Coa Pian dan menotok ke arah pergelangan kiri orang itu Kiem Coa Lengcu jadi amat cemas buru buru teriaknya Kalau dalam dua jam kalian tak berhasil mendapatkan obat pemunah kedua orang kawanmu tak tertolong lai Hmm atau paling sedikit ada orang yang mengiringi kematian mereka sambung Tu Kioe Bibir Kiem Coa Lengcu bergerak tapi dia batalkan kembali waktunya untuk berbicara sepasang mata lambat2 dipejamkan Ong Kiem, Lie Poo sama2 menengok dilihatnya ssaudara mereka Thio Ping serta Cau Kuang sedang kerahkan tenaga lweekang mereka untuk daya kerjanya racun yang mengeram dalam tubuh mereka dari air mukanya dapat dilihat bagaimana menderitanya kedua orang itu pada saat ini jelas makin lama daya kerja racun itu makin ganas sehingga mereka mulai kelihatan tidak tahan Mendadak Ong Kiem miring kesamping dengan gerakan secepat kilat meloncat melewati Tu Kioe langsung menusuk dada Kiem coa Lengcu yang menggeletak diatas tanah Sang Pat ternyata sangat waspada kakinyapun melancarkansebuah tendangan mengancam lengan orang itu sedang sie poa emasnya didorong kedepan menangkis datangnya tusukan pedang Serangan memaksa Ong Kiem terdesak mundur lima depa ke belakang ia segera tertawa dingin Justru dia memang bermaksud ingin mati kalau kau tusuk dadanya bukankah apa yang ia harapkan kau penuhi" Obat pemunah itu tak ada disakunya apa gunanya kita tinggalkan ia tetap hidu" aku mau menjagal dirinya kemudian menghancurkan badan bangsat keparat ini sehingga rasa dendam dalam hatiku bisa dilenyapkan Oooouw .... kaupun percaya seseorang yang membawa senjata berbisa tiak sekalian menggembol obat pemunah dalam saku" Ong Kiam tertegun mendengar teguran tersebut Jiwanya sudah berada diujung tanduk mungkin ia masih berbohong kepada kita Kalau ia diganti dengan kau Ong heng sukakah kau orang berterus terang" Ong Kiam mendehem ia telah kembali ucapan yang semula hendak diutarakan keluar Kalau racun yang mengeram ditubuh saudara kalian sesuai dengan apa yang diucapkan Kiem Coa Lengcu ia tak akan membiarkan dirinya keracunan terlebih dahulu kau tunggu saja hasilnya kata Sang Pat Dua orang saudara cayhe terluka lebih dahulu ditangannya bukankah racun yang mengeram dalam tubuhnya akan kambuh terlebih dulu Aku menggunakan lidah ular cambuk itu untuk melukai urat nadi tangan kirinya. kalau racun itu meyebar mengikuti aliran darah maka daya kerja racun itu akan mulai menunjukkan kehebatannya jauh lebih pagi dari kedua orang saudaramu Mendengar ucapan itu mendadak Kiem Coa Lengcu membuka sepasang matanya dan melototi wajah Sang Pat tajam2 Kalau aku beritahukan dimana obat pemunah itu aku simpan, kau hendak bereskan diriku secara bagaimana" Sembari memukul biji sie poanya pulang pergi ujar Sang Pat tenang Dipihak kami ada dua orang yang terluka sedang dipihakmu seorang mati enam orang terluka tidak terhitung yang mati akan kami lepaskan dua orang diantara kalian Siapa kedua orang itu" Kecuali kau masih ada lima orang kau boleh pilih dua orang diantara mereka Mengapa tidak termasuk juga diri cayhe" Harga saudara terlalu tinggi permintaan kitapun harus tinggi untuk membicarakan persoalan ini aku harus berunding sendiri dengan pihak Sin Hong Pay kalian Jadi kau berlum tahu watak2 partai kami .... Serahkan dulu obat pemunahmu kita baru bicara lagi sela Ong Kiam berteriak keras Hmmm apa yang perlu kau kuatirkan" Melihat keketusan orang ini Ong Kiam jadi murka sambil gerakkan pedangnya ia membentak keras Kujagal dirim terlebih dahulu Aku kira kau tak bakal punya nyali untuk membinasakan diriku tu Kioe segera goyangkan senjata pit besinya ia berkata Jangan karena urusan kecil menjadi besar lebih baik Ong heng jangan mengubris dirinya Ong Kiam mendengus ketus Pada suatu hari akah kucabut jiwamu teriaknya penuh rasa Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo dongkol Haa .... haa kau berani berbuat demikian" jengek Kiem coa Lengcu sambil tertawa panjang Aku menasehati kau lebih baik bungkam saja seru Sang Pat dingin Kanglam Su Kongcu adalah jago-jago yang sudah lama berkelana dalam Bulim mereka tak akan tertipu oleh siasatmu. kalau kau ingin membuat mereka marah sehingga menginginkan agar mereka sekali bacok mencabut nyawamu. Heee .... heee .... jangan bermimpi di siang hari bolong Setelah ucapan ini diutarakan keluar sekalipun Ong Kiam ada maksud mencabut jiwanyapun tak beran iberkutik lagi Agaknya Kiem Coa Lengcu pun tahu bahwa ia tak akan berhasil membuat pihak lawan marah lagi sehingga mereka turun tangan mencabut jiwanya terpaksa sikapnya berubah seratus delapan puluh derajat Aku akan beritahu kepada kalian dimana obat pemunah itu aku simpan kalian harus menerima dahulu sebuah syaratku Apa syaratmU" cepat katakan Obat pemunah itu hanya cukup digunakan untuk lima orang kecuali dua orang yang terluka itu kalian harus memberi sebutir buat cayhe Orang ini sungguh aneh pikir Sang Pat di dalam hati. Untuk matipun dia tidak takut ternyata begitu jeri atas kedahsyatan racun keji dari senjata cambuk Kiem Coa Piannya racun itu tentu sangat lihay .... Hal ini sudah tentu kamipun masih membutuhkan nyawamu untuk membuat perundingan dengan pihak Sin Hong Paycu sekalipun kau tidak berkata kamipun tak akan membiarkan kau mati keracunan didepan mata kami! Kiem Coa Lengcu segera menghela napas panjang Obat pemunah itu berada diatas rambutku! ujarnya lirih dengan sebat Ong Kiam meloncat mendekat pedangnya berkelebat membabat rambut orang itu Tapi dengan cepat Sang Pat suah mendorong senjata sie poanya untuk mengangkis datangnya babatan pedang tadi, katanya dingin, Kalau Ong heng berani berbuat gegabah lagi jangan salahkan aku dengan membawa obat pemunah tersebut meninggalkan tempat ini. JILID 13 Ong Kiam menyadari apabila ia bukan tandingan dari Sang Pat, kalau ia benar2 meninggalkan tempat itu sambil membawa serta obat pembunuhnya, maka sekalipun ia berniat untuk merebutpun percuma saja. Karena itu terpaksa ia membungkam dan tidak berani banyak bergerak lagi. Per-lahan-lahan Sang Pat menyingkap rambut Kiem Coa Lengcu, dari sana ditemuinya sebuah kotak hitam yang kecil tersembunyi diantara gulungan rambut, setelah kotak tadi dibuka maka terdapatlah lima butir pil berwarnia merah tawar. Ong Kiam sudah tak dapat menahan sabar lagi ia segera angsurkan tangannya untuk minta beberapa butir pil tersebut, serunya cemas. "Racun yang mengeram dalam tubuh kedua orang saudara kami sudah mulai bekerja, mereka tak bisa lama2 bertahan, harap Sang-heng suka membagikan dua butir pil buat saudara kami!" "Kita jangan terlalu percaya terhadap ucapan mereka, buat apa kau merasa cemas pada suatu saat?" Sinar matanya dialihkan ke atas wajah KIem Coa Lengcu, sambungnya. "Benarkah pil ini" kau tidak salah ambil?" "Pasti benar tak bakal salah lagi" "Baik silahkan kau menelan sebutir untuk dicoba lebih dahulu! Dengan sedikitpun tak gentar Kiem Coa Lengcu membuka mulutnya siap menanti. Dari dalam kotak Sang Pat mengambil keluar sebutir pil merah itu, sesaat dilemparkan ke dalam mulut Kiem Coa Lengcu mendadak niatnya berubah, kepada Tu Kioe bisiknya "Carikan seorang manusia hidup!" Air muka Kiem Coa Lengcu kontan berubah hebat, buruburu dia melengos. Dari antara empat orang lelaki kekar, Tu Kioe memilih salah seorang diantaranya yang terluka agak ringan dan diseretnya kehadapan Sang Pat. Sambil memandang ke arah Kiem Coa Leng tju, Sang Pat tertawa terbahak2. "Hahaha .... kau punya lima biji obat pemunah, sekalipun kita buang sebutir rasanya masih cukup untuk kebutuhan kita bukan?" Ia mengambil sebutir pil berwarna merah itu kemudian dimasukkan ke dalam mulut lelaki berbaju hitam tadi. "Aaai .... habislah sudah!" diam2 bisik Kiem Coa Lengtju sambil menghela napas panjang. Tampak lelaki yang terluka ringan itu menenangkan seluruh badannya sesudah gemetar keras ia menghembuskan napasnya yang terakhir. "Aaaah....! obat beracun!" teriak si Racun Lima Bunga Ong Kiam sambil menggigit bibir "Tidak salah obat beracun, kalau tadi kuikuti maksud Ongheng maka yang mati saat ini bukan oran gini melainkan dua orang dari antara empat saudara!" Dengan wajah jengah Ong Kiam menundukkan kepadanya rendah2. "Pengetahuan Sang-heng amat luas siauwte merasa tidak mampu untuk melebihinya!" Sang Pat tersenyum, sinar matanya per-lahan-lahan dialihkan ke atas wajah Kiem Coa Leng tju ujarnya. "Dengarkan nasehatku lebih baik lenyapkan niatmu untuk bunuh diri, di dalam pandangku jangan harap ingin masukkan sebiji pasir ke dalam kelopak mataku" "Lepaskan sepatu kulit kaki kiriku!" akhirnya Kiem Leng tju menyerah dan berbisik. Tu Kioe menggerakkan senjata Pit besinya membabat robek sepatu kulit sebelah kiri dari Kiem Tjoa Leng tju, disana ia menyentak keluar sebuah botol porselen. Sang Pat pungut botol kumala tadi dan membuka penutupnya isi botol hanya terdiri dari lima biji pil berwarna hitam. "Obat ini tak bakal salah lagi bukan!" ujar Ong Kiam. "Tak akan salah lagi!" Si sie poa emas mengeluarkan dua biji pil berwarna hitam itu dan diberikan kepada Ong Kiam. Siauw Ling yang selam aini bersembunyi di balik jendela serta melihat jalannya peristiwa Bu lim dimana terlihatnya oba2 berwatak licik diam2 menjulurkan lidahnya. "Tidak kusangka dalam soal kecerdikan serta siasat licik, aku Siauw Ling masih belum dapat menangkan mereka" pikirnya dihati. Setelah menerima kedua butir pil tadi si Racun Lima Bunga berdiri termangu2 ia masih ragu2 atas kebenaran obat tadi. Setelah termenung beberapa waktu akhirnya ia berkata "Sang-heng! kalau kedua butir pil ini adalah obat racun! bukankah kita akan menanggung sesal sepanjang masa?" "Hmm! kalau kau curiga lebih baik tak usah diberikan kepada saudara2mu!" dengus Si Pit besi berwajah dingin ketus. Ong Kiam mendongak tertawa terbahak2. Cayhe bukannya menaruh curiga terhadap kalian Tiong Cho Siang ku...." Sinar matanya perlahan-lahan dialihkan ke atas wajah Kiem Coa Lengcu lalu sambungnya "Yang kami takutkan justru ia menggunakan siasat licik!" "Aku Sang Loo-toa sudah setengah umur melakukan perjalanan didunia persilatan selamanya pandanganku tidak pernah meleset kalau kalian percaya terhadap diri aku Sang Loo-toa berikanlah obat itu kepada saudara2 kalian kalau tidak percaya ya apa boleh buat" "Tiong Cho Siang Ku tersohor diseluruh kolong langit" tibatiba si segulung angin Thio Ping berseru "Jiete cepat berikan obat pemunah itu kepadaku!" Kembali Ong Kiam ragu2 sejenak akhirnya ia mendekati Thio Ping dan memberikan obat itu kepadanya, Thio Ping menerima sebutir tanpa memandang lagi ia telan obat tadi tidak ragu2 Toako saja tidak takut mati apakah aku harus takut" sambung Tjau Kuang, Jie=ko cepat berikan sisanya yang sebutir untuk siauwte" Baik kami Kanglam Su Kongtju sehidup semati kalau Toako dan sute menemui sesuatu aku serta Loo Sam pun tidak ingin hidup lebih lanjut" Ia segera mengangsurkan pil tadi kepada saudaranya, melihat hal itu diam2 Siauw Ling merasa kagum "Walaupun Kanglam Su Kongtju jarang melakukan perbuatan baik tapi terhadap kesetiaan mereka betul2 hebat dan patut ditiru" pikirnya. Setelah Sang Pat melihat Thio Ping maupun Tjau Kuang telah menelan pil pemunah, dari dalam botol ia mengambil kembali sebutir dan diberikan kepada Kiem Tjoa Leng tju kemudian menotok jalan darahnya. "Merepotkan saudara harus beristirahat beberapa hari, kami akan gunakan kau sebagai modal untuk membuka perdagangan dengan partai Sin Hong Pay" "Aaai....! maksudmu akan sia2 belaka" seru Kiem Coa Lengcu sambil menghela napas pangjang. "Pay-cu kami tak akan merasa kuatir akan keselamatan cayhe" "Walaupun beberapa kali cayhe bentrok dengan partai kalian, selama ini belum pernah barang satu kalipun mengadakan pembicaraan dengan pay-cu kalian, ia bisa mendirikan suatu perkumpulan yang berdiri sendiri dalam Bu lim sudah boleh dikata merupakan suatu perbuatan luar biasa, sudah tentu ia tak akan memandang terlalu tinggi akan kematianmu" "Setelah kau tahu akan hal ini, apa gunanya menahan diriku?" "Yang diutamakan oleh orang2 pedagang macam kami adalah modal dan barang" ujar Sang Pat sambi tertawa. "Walaupun Sin Hong Pay-cu tidak terlalu mementingkan kematianmu tapi iapun tak bisa membuang anggotanya begitu saja, asal nilai yang kuminta tidak terlalu besar, aku duga Sin Hong Pay-cu kalian tak akan menampik tawaran tersebut". Sinar matanya dialihkan ke arah Tu Kioe, lalu tambahnya, "Seret Lengtju serta kedua setan pembuka jalan dan menyembunyian disuatu tempat!" Tu Kioe mengiakan ia membopong Kiem Tjoa Lengtju dan menyeret kedua setan pembuka jalan itu buru-buru berlalu. Sinar mata Ong Kiam berputar setealh dilihatnya Thio Ping maupun Tjau Kuang rada bagaikan rasa kuatir yang menindih dalam dada pun jauh berkurang, sinar matanya segera menyapu beberapa orang lelaki berbaju hitam yang menggeletak diatas tanah tanyanya "Bagaimana dengan orang2 ini!" "Kalau lukanya terlalu parah totok saja jalan darah kematiannya kalau lukanya ringan punahkan ilmu silat yang mereka miliki dan lepaskan mereka dari sini! "Soal ini biarlah cayhe lakukan sendiri, Sang heng tak perlu repot2!" Setelah membimbing bangun keempat orang lelaki berbaju hitam itu, iapun berlalu. Beberapa waktu lewat dalam keadaan sunyi setelah mengatur napas beberapa saat lamanya baik Si Segulung angin Thio Ping maupun Rembulan Ditengah Telaga Tjau Kuang telah pulih kembali kesehatannya, mereka bersama2 bangun berdiri dan menjura kepada Sang Pat ujarnya, "Terima kasih atas bantuan saudara, siauwte merasa amat berhutung budi!" Mendengar ucapan itu Sang Pat mendongak tertawa terbahak. "Thio-heng tak usah berterima kasih kepadaku, siauwte selamanya tidak suka melakukan perdagangan yang rugi!" "Kami empat saudara tentu akan membayar kembali modal yang telah Sang-heng keluarkan!" buru-buru Thio Ping menyahut diiringi suatu senyum. Sinar matanya dialihkan ke arah Kiem Lan, lalu sambungnya "Sebenarnya budak ini ada kesempatan untuk melarikan diri, tapi ia tidak mau berlalu juga, aku duga ia tentu punya rencana tertentu. Samte tangkap budak itu! Lie Poo menyahut dan berjalan mendekati Kiem Lan, setelah mengetahui ilmu meringankan tubuh gadis ini amat lihay ia tidak berani memandang enteng lagi pedang segera diloloskan dan berseru. "Kau hendak turun tangan mengadakan perlawanan atau menyerah saja" ....?" "Eeei .... kau bicara dengan siapa?" tegur Kiem Lan sambil tersenyum "Dengan kau?" "Nyalimu sungguh tidak kecil!" Lie Poo menggerakkan pedangnya menusuk kedepan, ujarnya dingin "Budak busuk sungguh tajam mulutmu, siapa yang suka bergurau dengan dirimu?" Dengan gesit Kiem Lan berkelit kesamping, telapak dibalik menabok pergelangan kanan Lie Poo. Dengan gusar Lie Poo membentak "Budak setan! kalau kau tidak mencabut lagi senjatamu kalau mati jangan salahkan aku!" Walaupun ia berteriak2 permainan pedangnya makin lama semakin cepat, seketika itu juga Kiem Lan kena dibungkus di dalam selapis cahaya pedangnya. Kepandaian silat yang dimiliki Kiem Lan walaupun ia mendapat petunjuk pula beberapa jurus dari Siauw Ling tapi serangan itu belum begitu hapal sehingga susah untuk menggunakan. Ditambah pula Lie Poo mencekal pedang dan Kiem Lan bertangan kosong, ia semakin keteter, belum lewat tiga, lima gebrakan gadis ini sudah terdesak hebat dan berada dalam keadaan kritis. Melihat budaknya menjumpai bahaya, Siauw Ling salurkan tenaga murninya kejari2 tangan, sekali ayun sebiji kacang ijo meluncur keluar bagaikan bidikan peluru. Waktu itu Lie Poo sedang melancarkan serangan sehebat2nya, Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo mendadak lengan kanan menjadi kaku dan permainan pedangnya seketika jadi lambat. Kiem Lan sudah menduga dari semula, asal posisiinya keteter maka Siauw Ling pasti akan turun tangan membantu, oleh karena itu walaupun berada dalam keadaan bahaya ia tak menjadi bingung, dengan tenang dilayaninya pihak lawan sembari menunggu saat2 serangan balasan. Ketika dilihatnya permainan pedang Lie Poo agak merandak, mengambil kesempatan sangat baik Kiem Lan lancarkan serangan balasan. Tangan kiri dengan jurus "So Hwee Ngo Sian" atau Sapuan Tapak Lima Busur mendesak mundur telapak kiri Lie Poo, sedang tangan kanan dengan jurus "Mu Ku Djan Tjong" atau Teguran Pedas Manusia tersadar mengikuti gerakan tangan kirimya menghajar pergelangan kanan Lie Poo. Setelah kacang ijo dari Siauw Ling kali ini telah menggunakan kekuatan yang besar bahkan yang dihantampun jalan darah penting. Ong Kiam tak sanggup menahan diri lagi pedangnya terlepas dari tangan dan dia tersentak maju, Kiem Lan tidak mau menyia2kan kesempatan ini lagi. Kepalanya dengan cepat dihantam kedepan tepat bersarang diatas pipi kanan Ong Kiam membuat pipi itu bengkak dan mengucurkan darah. Thio Ping mengepos napas meloncat kedepan menahan badan Ong Kiam jangan sampai roboh sembari membalik badan ia menangkis serangan Kiem Lan dengan sebuah tendangan Sang Pat mendehem berulang kali serunya secara tiba-tiba "Jago lihay mana yang bersembunyi ditempat kegelapan, disini siauwte mengunjuk hormat terlebih dulu" Sembari berkata ia benar2 menjura ke arah dalam ruangan Lambat2 Kiem Lan mengundurkan diri kedepan jendela, katanya dingin "Kalian tak perlu curiga lagi, dirumah gubuk ini hanya ada aku seorang diri" "Aku Sang Loo toa sudah ada setengah umur berkelana dalam dunia kangouw selamanya kelopak mataku belum pernah dimasuki pasir bukannya aku memandang rendah diri nona kalau tidak ada orang yang membantu dirimu dari tempat kegelapan jangan dikata kau berhasil menangkan dua kali pertandingan secara berturut2 sekalipun pertandingan pertempuran kau tak bakal bisa menangkan, "Oooouw .... jadi kau tidak percaya" bagaimana kalau kita coba" .... " tantang Kiem Lan sedikitpun tidak jeri. "Sekalipun aku ingin turun tanganpun tak akan berkelahi melawan nona!" Sembari menjawab si sie poa emas ini melangkah kedepan, Berhenti! teriak Kiem Lam sambil mengepos napas, kepalanya langsung dihantam kedepan. Sang Pat gerakan tangan kiri mengunci datangnya serangan dari Kiem Lan lalu ujarnya tenang Seorang lelaki sejati tak suka berkelahi melawan kaum gadis, aku Sang Pat tak akan sudi berkelahi dengan kaum gadis apalagi kau?" Sepasang kepalan Kiem Lan bergerak berulang kali, dalam sekejap mata ia sudah melancarkan empat,lima belas jurus serangan tapi satu persatu berhasil digagalkan Sang Pat tanpa membalas. "Bocah perempuan ini sunggu tidak tahu diri" tiba-tiba dari belakang tubuhnya berkumandang datang suara Tu Kioe, "Lo toa kasih saja sedikit pelajaran agar ia benar2 takluk Sang Pat gerakan tangan kanan kembali menangkis dua buah serangan Kiem Lan, sembari menangkis tanyanya. "Kiem Tjoa Lengtju serta kedua setan pembuka jalan telah kau sembunyikan baik2" "Sangat aman!" "Bagus sekali!" Mendadak serangannya diperketat, ia melancarkan serangan balasan memaksa Kiem Lan tersedak mundur ke belakang berulang kali. Walaupun Kiem Lan berada dalam keadaan bahaya, gadis ini sama sekali tidak jeri dengan penuh semangat ia melancarkan serangan balasan. Melihat keberanian sang gadis Sang Pat tertawa terbahak2 "Budak cilik kau benar2 keras kepala" serunya. Tangan kiri diam2 disaluri tenaga Iwekang mengangkis serangan Kiem Lan kesamping mendadak tangannya dengan jurus Puh Hong Cu Im atau Menubruk Angin Menangkap Bayangan mencengkeram urat nadi pergelangan kanan Kiem Lan. Walaupun gadis ini tahu bahaya karena menurut pikirannya Siauw Ling bisa membantu maka ia tenang saja, siapa sangka pemuda she Siauw itu tidak turun tangan membantu. Begitu urat nadi pergelangan kanannya kena dicengkeram, separuh badannya jadi kaku dan susah untuk melawan lagi. Sang Pat segera tersenyum. "Jago lihay mana yang masih bersembunyi di dalam ruangan" kalau tidak suka keluar lagi jangan salahkan aku orang she Sang akan menganiaya gadis ini!" serunya. Sesosok bayangan manusia berkelebat lewat, mendadak Siauw Ling melayang keluar dari tempat persembunyiannya sambil berseru "Lepaskan dia!" Begitu melihat siapa yang muncul dengan kaget Sang Pat lepas tangan dan buru-buru menjura. "Menemui Toako!" Si Pit besi berwajah dingin Tu Kioe pun buru-buru menjura, sikapnya sangat menghormat. Thio Ping pun alihkan sinar matanya, ia melihat orang itu hanya seorang pemuda berusia tujuh, delapan belas tahun, tapi melihat sikap yang begitu hormat dari Tiong Cho Siang Ku terhadap dirinya ia jadi keheranan. Cayhe tidak tahu Toako ada disini sehingga banyak melakukan kekasaran harap Toako suka memaafkan" terdengar Sang Pat berkata kembali. "Saudara berdua tak usah banyak adat "Tu-heng! karena tidak dapat menahan rasa ingin tahunya Thio Ping segera berbisik. "Siapakah orang ini?" "__________Dia adalah Ling Tauw Toako kami!" "Ia tentu seorang jago lihay yang punya nama tersohor dalam dunia persilatan?" Sebelum Tu Kioe menjawab, Siauw Ling sudah mendahului memperkenalkan diri, "Siauw te Siauw Ling!" "Ooouw.... sudah lama kukagumi nama besar tuan, beruntung ini hari kita bisa berjumpa maka buru-buru Thio Ping menjura memberi hormat. Siauw Ling tahu orang ini kembali salah menyangka dirinya sebagai Siauw Ling yang lain iapun tahu bicara terus terangpun tak berguna karenanya ia hanya tersenyum. "Cayhe pun sudah lama mengagumi nama besar Kanglam Su Kongcu!" "Mana .... mana ....!" Sinar mata Sang Pat per-lahan-lahan dialihkan ke atas Kanglam Su Kongcu, katanya tiba-tiba, "kami bersaudara sudah lama tidak berjumpa, banyak persoalan penting yang harus kami bicarakan, kalau kalian berempat tak ada urusan lagi, silahkan!" "Pertolongan yang kalian berikan ini hari, pada suatu hari kami empat bersaudara akan membalasnya, selamat tinggal!" Setelah putar badan mereka dengan cepat berlalu dari sana. "Kalian berempat silahkan berangkat sendiri maaf cayhe tak bisa menghantar terlalu jauh!" seru Sang Pat sambiil memperhatikan mereka berempat berlalu. Sepeninggalnya Kanglam Su Kongcu, Tu Kioe memandang wajah Siauw Ling tajam2 serta ujarnya "Kami sekalian telah menjumpai suatu persoalan yang diluar dugaan, karena itu tempo dulu tak bisa datang memenuhi janji, setelah persoalan itu dua kali kami menempuh bahaya menyelusup masuk ke dalam perkampungan Pek Hoa San-tjung tapi kesemuanya kena didesak mundur oleh serangan2 gencar para jago mereka .... tidak disangka kita bisa berjumpa disini dengan Toako!" Siauw Ling menghela napas panjang. "Aaaii .... saat ini akupun sedang menemui sesuatu kejadian yang menyulitkan! setelah berjumpa dengan kalian berdua mungkin bisa bantu aku memberikan keputusan!" "Urusan apa yang membuat Toako bersedih hati?" tanya Sang Pat tercengang. "Silahkan kalian berdua duduk2 di dalam kamar!" "Menurut perintah!" dengan langkah lebar Tiong Cho Siang Ku melangkah masuk ke dalam ruangan. Kiem Lan pun segera menghidangkan air teh ujarnya sambil tertawa. "Silahkan minum teh!" "Maaf! tadi kami telah melukai nona" "Aakh! tidak mengapa, kalian berdua tentu lapar sekali bukan, biarlah aku masakkan mie untuk kalian berdua!" Wajah gadis ini cantik, potongan badanpun sangat menarik hal ini membuat Tiong Cho Siang Ku untuk sesaat tidak mengetahui apakah hubungannya dengan Siauw Ling. "Aaakh.... mana berani kami merepotkan nona!" serunya hampir berbareng. Kiem Lan tertawa manis, ia segera putar badan berlalu. Sepeninggalnya gadis itu Tu Kioe mendehem dan berkata, "Siauw-te ada sepatah dua patah kata entah pantaskah kuutarakan?" "Silahkan!" "Siapa nona ini" dan apa hubungannya dengan Toako?" "Seharusnya dia adalah pelayanku, tapi sekarang aku telah memandangnya sebagai sahabatku...." Bagaimanakah kisah yang sebenarnya iapun menceritakan kepada kedua orang saudara angkatnya. Sehabis mendengar kisah tersebut Sang Pat mengerutkan dahinya. "Saat ini persoalan yang paling penting dan harus cepat diselesaikan adalah bagaimana menolong kedua orang tuamu...." ujarnya. "Watak Djen Bok Hong kaku, keras kepada dan mau menang sendiri!" tukasi Siauw Ling ditengah pembicaraan. "Setelah kedua orang tuaku disekap, penjagaan disekitar sana pasti amat ketat. secara bagaimana kita dapat turun tangan memberi pertolongan?" sang Pat termenung sebentar kemudian katanya. "Pada saat ini lebih baik Toako berusaha untuk menyembunyikan jejakmu, agar Djen Bok Hong tak tahu saat ini kau berada!" "Batas waktu tiga bulan sekejap saja akan berllau, dengan watak Djen Bok Hong yang keji dan telengas apa yang kita ucapkan mungkin ia lakukan sampat saatnya bukankah nyawa kedua orang tuaku...." "Menurut pendapat siauwte!" kata Sang Pat menukas, "Sekalipun batas waktunya sudah habis belum tentu Djen Bok Hong bisa benar2 mencabut nyawa kedua orang tua, tapi sedikit siksaan serta aniaya tak akan terhindar!" "Aai.... kwsu Orang tuaku tidak pernah belajar ilmu silat, mereka mana mungkin tahan terhadap siksaan2 yang ditimpakan kepada mereka?" "Tidak salah, satu2nya jalan yang baik adalah sebelum batas waktunya selesai kita harus menolong kedua orang tua itu lolos dari perkampungan Pek Hoa San tjung" "Untuk menantang Sen Bok Hong secara terang2an tidak mungkin terjadi satu2nya cara adalah menolong orang secara diam2 tapi penjagaan yang diatur dalam perkampungan Pek Hoa San tjung sangat ketat, sekalipun burung pun susah terbang lewat apalagi kita, aku takut perbuatan kita susah menemui kesukaran" "Toako tak kusah murung ataupun kesal beruntung batas waktu masih panjang, biarlah siauwte perlahan-lahan memikirkan suatu siasat yang bagus untuk kita laksanakan." Bicara sampai disitu mendadak terdengar suara gonggongan anjing berkumandang datang dari depan pagar rumah Sang Pat dengan sebat meloncat bangun. "Ada orang datang Toako! kau jangan sembarangan munculkan diri, silahkan bersembunyi untuk sementara waktu," Siauw Ling menurut, ia bangun dan melangkah ke dalam ruangan. Sepeninggalnya pemuda itu, Sang Pat lantas berbisik kepada diri Tu Kioe, "Perduli siapa saja yang datang, kita berikan suatu kesan yang membingungkan kepada mereka" "Baik! akan kupanggil kedua ekor anjing kita dan lepaskan orang itu masuk" Ia segera mendongak bersuit rendah. Sedikitpun tidak salah, mendengar suitan itu tidak lagi kedengaran suara gonggongan anjing yang ramai. Pada saat itulah Kiem Lan muncul kembali sambil membawa dua mangkok Mie yang masih panas. "Nona! terlalu merepotkan dirimu" seru Sang Pat sambil tersenyum. "Kembali muncul seorang jago Bulim ketempat ini, nona harap kau suka menyingkir sebentar!" seru Tu Kioe. "Aku punya seorang enci Giok Lan yang sedang pergi mengadakan janji dengan orang2 kay-pang. harap kalian berdua jangan menaruh kesalah pahaman lagi dengan dirinya ujar Kiem Lan memberi tahu "Tentang soal ini nona boleh berlega hati" Ditengah pembicaraan mendadak dengan timbulkan suara keras pintu pagar dihajar orang hingga terpentang. Dengan sebat Kiem Lan berkelebat menyembunyikan diri dibalik ruangan Tu Kioe segera berpaling, dilihatnya seorang pengemis cilik berbadan kurus kecil dengan pakaian butut bagaikan kilat menerjang masuk ke dalam ruangan. Sebagai seorang jago yang sering melakukan perjalanan dalam dunia persilatan, dalam sekali pandang saja si sie poa emas Sang Pat dapat mengenali orang ini sebagai jago andalan pihak Kay Pang Peng Im adanya. Tampak Peng Im menerjang masuk ke dalam ruangan. badannya bersandar didepan pintu dengan sepasang mata Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo melotot bulat2 memendang wajah Tiong Cho Siang Ku tanpa suara. Melihat keadaan orang itu Tu Kioe kerutkan dahinya "Eeeei.... pengemis cilik, apa yang sedang kau lakukan disini?" Sembari menegur tangan kanannya dengan cepat mencengkeram kedepan. "Jangan pegang dirinya, ia menderita luka dalam yang parah" teriak Sang Pat memberi peringatan Dengan terkesiap Tu Kioe menarik tangan kanannya, sedang Sang Pat berjalan menghampiri tangan kanannya bergerak berulang kali menotok beberapa buah jalan darah Peng Im bantu menenangkan pergolakan darah di dalam rongga dadanya setelah itu ujarnya, "Cepat atur pernapasan dan jangan bicara dahulu!" Perlahan-lahan Peng Im memejamkan matanya. "Siauw Ling...." sebelum kata2 selanjutnya diutarakan ia sudah muntah darah, badannya sempoyongan roboh ke atas tanah, "Bagaimana dengan Siauw Ling?" cepat-cepat Sang Pat menahan badan Pengemis itu jangan sampai roboh ke atas tanah. "Ah.... adalah Siauw Ling disini?" Siauw Ling yang bersembunyi dibalik ruangan, sewaktu mendengar ada orang menyebut namanya ia segera melangkah keluar dari dalam ruangan sambungnya "Siauwte disini, entah ada urusan apa Peng heng mencari aku?" "Cepat pergi menolong nona Giok Lan" ucapan belum selesai ia sudah jatuh tidak sadarkan diri. "Kenapa dengan enci Giok Lanku" cepat katakan!" seru Kiem Lan. terperanjat seraya meloncat keluar dari tempat persembunyian. Melihat kepanikan gadis itu Sang Pat menghela napas panjang, katanya, "Nona jangan memaksa dirinya lagi untuk mengucapkan kata2 tersebut ia telah menggunakan seluruh kekuatan yang masih tersisa dalam badan, luka yang sebenarnya telah parah membuat hawa murni yang disimpan untuk melindungi denyutan jantung jadi buyar" Siauw Ling berpaling memandang sekejap wajah Peng Im, kemudain ujarnya, "Kalian berdua harap suka turun tangan menolong dirinya, aku mau pergi menolong Giok Lan" "Aku juga ikut pergi" sambung Kiem Lan cepat. "Toako harap tunggu sebentar, bagaimana kalau mendengar ucapan siauw-te terlebih dahulu?" bisik Sang pat tenang. "Kepandaian silat Peng-heng jauh lebih hebat beberapa kali lipat dari kepandaian Giok Lan, iapun terluka sedemikian parah bukankah keadaan Giok Lan makin bahaya" menolong orang bagaikan api, bagaimana mungkin aku boleh ulur2 waktu lagi" ada perkataan kita bicarakan setelah aku kembali" Waktu itu ia sudah berada didepan pintu pagar siap berangkat. "Toako, jagat luas tiada ujung pangkalnya, kau hendak pergi kemana untuk mencari dirinya?" Siauw Ling tertegun dan berhenti, pikirnya Ucapan ini sedikitpun tidak salah, sipengemis ini sama sekali tidak memberitahukan dimana aku harus menemui Giok Lan, lalu aku harus pergi kemana untuk mencari?" Terdengar Sang Pat berkata kembali "Urusan sudah jadi begini, cemaspun tiada berguna, lebih baik Toako tenangkan pikiran dan kita berunding kembali" "Ayo kita cari ditempat luaran, aku rasa berbuat begitu jauh lebih baik daripada menanti di dalam rumah saja" teriak Kiem Lan gelisah "Jika Giok Lan telah berjumpa dengan seorang jago yang memiliki kepandaian silat jauh lebih lihay darinya, pada saat ini kalau bukan sudah dibunuh tentu sudah tertangkap, apa gunanya kau merasa gelisah" kata Tu Kioe dengan suaranya yang khas dingin kaku. "Kalau kepandaian orang itu tidak tinggi dengan sendirinya ia bisa loloskan diri dan kembali. Hal ini semakin tak perlu dirisaukan lagi!" Walaupun beberapa patah kata ini diucapkan dengan nada yang tidak enak didengar tapi kenyataannya memang benar. "Satu2nya jalan yang dapat kita lakukan saat ini adalah berusaha untuk menyadarkan kembali sipengemis cilik ini kemudian menanyakan kejadian yang sebetulnya" sambung Sang Pat. "Setelah itu kita rundingkan siasat untuk pergi menolong Giok Lan, bagaimana menurut pendapat Toako?" Sambil berjalan kembali ke dalam ruangan Siauw Ling mengangguk sedih. "Sedikitpun tidak salah, saat ini kita hanya bisa berbuat demikian saja" Sudah ada beberapa bulan Siauw Ling bergaul dengan Kiem Lan maupun Giok Lan, tanpa ia sadari hubungan mereka kian hari kian erat sehingga menimbulkan rasa sayang yang mendalam. Sang Pat pun berpaling ke arah Kiem Lan sambil ujarnua pula, "Nona! maukah kau menyingkir sebentar" kami akan melepaskan pakaian yang ia kenakan untuk memeriksa dimanakah luka itu berada" setelah dibubuhi obat kita coba sadarkan dia cepat-cepat!" Kiem Lan tidak mengucapkan sesuatu, ia segera putar badan dan masuk ke dalam ruangan. Tu Kioe pun cepat-cepat lepaskan pakaian Peng Im, dilihatnya pada bagian dada pengemis ini tertera nayta sebuah bekas telapak tangan berwarna merah tawar. Sang Pat berjongkok melakukan pemeriksaan yang teliti, kemudian ujarnya. "Aku lihat dia sudah terluka oleh semacam ilmu pukulan Kiem Sah Tjiang, mirip pula kena dihantam ilmu pukulan Tjoe Jap Tjiang. Aaai....! luka ini tepat diatas daerah bahaya, aku takut ia tiada harapan untuk hidup lebih lanjut!" Tu Kioe pun ikut menghela napas panjang. "Pengemis cilik ini mempunyai nama harum di dalam dunia persilatan sebagai seorang jago budiman, sepuluh tahun sudah terjunkan diri ke dalam dunia persilatan tapi ia terhitung seorang berbakat yang diandalkan oleh pihak Kay Pang, tidak disangka dengan usia sekecil itu harus menemui bencana yang berbahaya." "Kalau pukulannya hanya terkena ilmu Kiem Sah Tjiang saja, aku bisa menyembuhkannya" kata Siauw Ling dengan alis melentik. "Tapi kalau ia terluka oleh ilmu pukuln Tjoe Jap Tjiang.... hal ini susah dikatakan lagi!" Walaupun pengalaman pemuda ini di dalam dunia persilatan tidak terlalu banyak, tapi apa yang didengar sangat luas, ditambah pula Tjung San Pek merupakan seorang jago cerdik yang mengerti akan ilmu silat berbagai partai serta perguruan, dari gurunya inilah Siauw Ling mendapat banyak pelajaran secara bagaimana menolong serta menyembuhkan luka2 terkena ilmu pukulan sesat maupun ilmu kalangan lurus. "Kepandaian silat pengemis cilik ini sangat lihay" kata Sang Pat. "terutama sekali di dalam hal ilmu meringankan tubuh, kecepatannya bagaikan segulung angin taupan, karena itulah gelarnya adalah si angin puyuh, nama besar Kanglam Su Kongtju tapi wataknya jauh berbeda, jikalau Toako bisa menolong dirinya silahkan cepat turun tangan, agar semuanya dapat cepat diselesaikan!" "Barang siapa terkena pukulan ilmu Tjoe Jap Tjiang yang khusus melukai isi perut, sekalipun diluar ada bekas luka barangkali isi hatinya sudah hancur remuk, aku tak sanggup untuk menolongnya lagi. tapi kalau ia terluka oleh Kiem Sah Tjiang aku masih punya pegangan untuk menyembuhkannya...." Sembari berkata ia berjongkok, sepasang telapak perlahanlahan ditekan diatas bekas luka Peng Im. Beberapa saat kemudian Siauw Ling menarik kembali telapaknya, termasuk bengkak yang ada didada Peng Im saat ini banyak berkurang. Melihat hal tersebut Tu Kioe segera berseru "Agaknya Toako bisa menolong dirinya, coba lihat merah bengkak didadanya banyak berkurang!" Eeeei.... ucapan Tu Kioe ini hari sangat aneh diam2 pikir Siauw Ling setelah mendengar ucapan tersebut, "Selamanya ia bersikap dingin belum pernah menguatirkan keselamatan orang, mengapa sikapnya ini hari sejauh berbeda?" "Aku lihat agaknya ia bukan terluka oleh pukulan ilmu Tjoa Jap Tjiang!" kata Sang Pat "Ehmm.... dia kena dihantam Kiem San Tjiang!" Kembali pemuda she Siauw ini menggosok tangannya satu sama lain lalu ditekankan ke atas luka Peng Im. Kali ini tekanan itu dilakukan hampir setengah jam lamanya, menanti pemuda itu tarik kembali tangan kanannya disekitar luka Peng Im hanya tersisa sebuah bekas luka yang berwarna merah. Sedangkan Peng Im sendiri pulas begitu nyenyak, sedikitpun tidak kelihatan terjaga. "Eeeei.... kenapa tidak melihat ia tersedar?" tanya Sang Pat setelah mendehem. "Dengan menggunakan tenaga Yang aku telah melumerkan darah dibadannya yang membeku, sekarang aku harus melancarkan pula peredaran darah di dalam tubuhnya!" Ooouw.... kiranya begitu tentang soal ini tak usah Toako repot2 turun tangan sendiri, biarlah aku yang lakukan!" Ia bimbing bangun tubuh Peng Im dan melekatkan telapak kanannya diatas jalan darah Ming Bun Hiat pada punggungnya. "Walaupun aku telah melumerkan kembali darah dibadannya yang membeku. tapi luka yang ia derita di dalam badan masih tidak ringan" ujar Siauw Ling lebih jauh. "Untuk membantu peredaran darahnya hingga lancar kita tak boleh bersikap terlalu cemas!" "Terima kasih atas petunjuk Toako!" Diam2 hawa murninya disalurkan keujung telapak kemudian menyerang masuk ke dalam badan pengemis itu melalui jalan darah Ming Bun Hiatnya. Kurang lebih beberapa saat kemudian Peng Im baru membuka sepasang matanya lambat2. "Kalau isi perutmu tidak terluka terlalu parah, cepat atur hawa murnimu mengelilingi seluruh badan, lebih baik gunakan hawa murnimu dengan hawa murni yang menyerang ke dalam badanmu" "Soal ini kau tak usah kuatirkan lagi, cepat tolong nona Giok Lan" seru Peng Im lirih. "Sekarang ia berada dimana?" "Kurang lebih lima lie disebelah Barat daya ada sebuah kuil kaum toosu, mereka berada di dalam kuil itu" Kiem Lan yang ada dibalik ruangan segera ikut berseru, "Enci Giok Lan selamat bukan?" "Ia kena ditawan sedang aku terluka dihantam.... kalau mau menolong cepat tolonglah!" "Pada waktu itu kalian hanya berdua saja" tanya Sang Pat tiba-tiba "Hanya kami berdua, semula kami berhasil mengajak pula Be Boen Hwie itu si Tjong Piauw Pa-tju dari Ih, Puw, Siang dan Kan empat keresidean besar, tapi ia tidak datang tepat waktunya...." - - - - - - - 30 "Baiklah!" tukas Sang Pat cepat. "Sekarang kau boleh pejamkan mata sambil atur pernapasan, jangan terlalu banyakbicara lagi. baik2lah beristirahat, asalkan kau dapat menyalurkan hawa murnimu menyusupi urat2 nadi, tidak susah untuk pulih kembali seperti sedia kala!" Peng Im tidak bicara lagi, ia menurut dan pejamkanmata mengatur pernapasan. "Biarlah aku pergi periksai" seru Siauw Ling kemudian sambil bangkit berdiri. "Bagiamana kalau siauwte mengiringi Toako?" sambung Sang Pat. Sebelum Siauw Ling menjawab mendadak Kiem Lan munculkan diri dari balik ruangan seraya berseru. "Akupun ikut pergi!" Melihat sikap sang gadis Sang Pat kerutkan dahinya, diam2 ia berpikir "Bocah perempuan mana boleh sembarangan pergi kesana kemari...." Belum habis ia berpikir Siauw Ling sudah menukas ucapan gadis itu. Disana mungkin sekali kami akan menjumpai suatu pertarungan sengit, tempat ini tidak cukup orang, lebih baik kau tetap tinggal di sini bersama Tu Kioe!" Walaupun dihati Kiem Lan tidak rela, tapi iapun tidak berani banyak bertingkah dihadapan Siauw Ling, terpaksa dengan hati tidak puas ia membungkam dalam seribu bahasa. "Kapan kita berangkat?" tanya Sang Pat segera bangun berdiri "Sekarang juga!" "Baik, siauwte akan bukakan jalan!" ia segera berlari kedepan terlebih dahulu. Sebelum berangkat Siauw Ling berbisik lebih dahulu kepada Kiem Lan. "Perduli apa yang terjadi, kau harus baik2 mendengar petunjuk dari saudara Tu!" Tidak menunggu jawaban lagi dalam beberapa kali loncatan ia mengejar kesisi Sang Pat. /sesuai dengan arah yang dimaksudkan Peng Im, setelah berjalan beberapa li muncullah sebuah kuil ditempat kejauhan, Kuil ini tidak begitu besar, sekalipandang sudah tertera keseluruhannya. kecuali sebuah halaman kecil hanya terdepat sebuah ruang besar serta beberapa deret ruang keci. Ketika itu pintu besar tertutup rapat2, sedikitpun tidak terdengar suara yang berisik. Lambat2 Sang Pat berjalan mendekati pintu dan mengtuk beberapa kali diatas pintu yang tertutup rapat tadi. Kurang lebih seperminum teh kemudian pintu kuil yang tertutup rapat mendadak terbentang dan muncullah seorang toosu cilik berusia tiga, empat belas tahunan. Sepasang mata si sie poa emas Sang Pat sungguh tajam sekali, setelah memperhatikan sekejap seluruh tubuh toosu itu Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo ujarnya sambil tertawa. "Bukankah baru untuk pertama kali ini kau mengenakan jubat toosu?" "Bagaimana kau bisa ta...." mendadak sitoosu cilik itu membungkam. Kembali Sang Pat tersenyum "Tolong sampaikan kedalam, katakan saja Siauw...." "Tiong Cho Siang Ku datang berkunjung!" tukas Siauw Ling cepat-cepat. Dengan termangu2 sitoosu cilik itu memperhatikan sang pemuda serta Sang Pat secara bergantian, jelas ia dibikin kebingungan sehingga tidak tahu apa yang harus diucapkan. "Baik...." seru Sang Pat sembari mendehem "Kalau kau tak suka laporkan hal ini ke dalam kami akanmemasuki sendiri kuil tersebut" Tunggu sebentar!" mendadak toosu cilik itu meloncat masuk dan menutup kembali pintu kuil itu rapat2, Mari kita loncat ke atas atap dan awasi gerak gerik toosu cilik itu...." bisik Sang Pat sepeninggal toosu itu. Siauw Ling menyetujui, ia mengangguk dan sekali enjot badannya sudah melayang naik ke atas genting! Ketika ia mendongab, dilihatnya toosu tadi laksana kilat sedang berlari masuk keruang tengah, Siauw Ling pun meloncat turun kebawah dan membuntuti toosu tadi kencang2. Sang Pat membuntuti dari belakang Siauw Ling dengan mulut membungkam. Setibanya didepan ruang tengah, toosu cilik tadi langsung berlari masuk kedalam. "Toako berhenti!" bisik Sang Pat cepat. Kaki kiri Siauw Ling sudah melangkah kepintu, mendengar bisikan itu ia berhenti dan berpaling. "Kenapa?" tanyanya keheranan "Walaupun kita tak usah takuti mereka gunakan siasat licik, tapi tindak tanduk kita harus ber-hati2!" Ketika itulah dari dalam ruangan tengah berkumandang keluar suara teguran seseorang dengan nada dingin "Siapa?" "Kiem Sie-poa, Sang Pat!" "Silahkan masuk kedalam!" sambung suara yang dingin kaku itu lebih jauh. Diam2 Sang Pat salurkan hawa murninya mengelilingi badan lalu bisiknya lirih "Toako hati2!" Dengnan penuh kewaspadaan ia melangkah masuk terlebih dahulu ke dalam ruangan tersebut. Sebuah arca besar berwajah menyeramkan berada didepan meja sembahyangan, sedang toosu cilik tadi lenyap tak berbekas. Per-lahan-lahan Sang Pat mendongak dan memandang sekejap arca tersebut, sebelum buka suara mendadak dari balik arca berkumandang keluar suara seseorang yang dingin dan hambat menegur. "Setelah berjumpa denganku, mengapa kalian tidak berlutut menghunjuk hormat?" Arca itu tinggi besar wajahnya seram, dalam sekali pandang siapapun dapat melihat bila benda ini terbuat dari baja yang kuat, hanya saja entah secara bagaimana bisa bersuara. Sang Pat mendehem. "Tentu saudaralah Paycu dari Sin Hong Pang?" tanyanya. "Sedikitpun tidak salah" "Lima tahun berselang cayhe pernah berjumpa sekali dengan dirimu tidak disangka lima tahun kemudian kembali kita berjumpa dalam kuil yang terpencilini tidak disangka hidup manusia dimanapun selalu berjumpa!" "Cayhe paling tidak suka denganmanusia yang banyak bicara!" kembali orang itu menegur dingin. Sang Pat melirik sekejap ke arah Siauw Ling diam2 denganmenggunakan ilmu menyampaikan suara bisiknya "Toako, hati2, agaknya disekitar ruangan ini sudah diatur jebakan2 lihay!" Sepasang mata Siauw Ling berputar, setelah memperhatikan sejenak suasana disekeliling tempat itu ujarnya pula "Tanya kepadanya apakah ia telah menawan Giok Lan?" Sang Pat mengangguk, sinar matanya segera dialihkan kembali ke arah patung berwajah seram itu, katanya "Pay cu agaknya tidak suka bergaul dengan manusia2 luar, sehingga tidak sayang2nya membuat patung seseram ini untuk digunakan dalam menjumpai jago-jago Bu-lim, telah lama cayhe dengar...." "Eeei.... apakah kau tidak merasa terlalu banyak bicara?" tukas si patung berwajah seram itu dingin. Dengan seksama Sang Pat mendengarkan suaranya, tapi ia tak berhasil mengetahui lelaki atau perempuankah suara orang itu. "Patung sebesar dan setinggi ini entah terbuat dari bahan apa?" pikirnya dalam hati "Tapi jelas ada sebuha pintu rahasia yang menghubungakan tempat luar dengan perut patung tadi orang itu pasti duduk di dalam patung sambil menyalurkan suaranya muncul dari mulut patung.... tapi apa maksudnya ia berbuat demikian...." Sembari berpikir ujarnya kembali lantang "Kedatangankami ini hari, terus terang saja ada suatu persoalan hendak dirundingkan dengan dirimu!" "Urusan apa?" "Dua orang kawan kami tadi lewat disini, yang lelaki kena pay-cu pukul hingga terluka sedang yang perempuan kalian tawan...." "Sejak munculkan diri aku belum pernah bergebrak melawan siapapun!" tukasi Sin Hong Pay-cu cepat. "Sekalipun bukan pay-cu yang melakukan, hal ini pasti hasil perbuatan anah buahmu...." Ia merandek sejenak, lalu tambahnya, "Kami sebagai kau pendatang selamanya paling suka bicarakan masalah dengan adil asalkan Pay tju suka melepaskan kawan cayhe itu maka cayhepun pasti tak akan merugikan Pay-tju, kami rela kawan kami ditukar dengan selembar jiwa Kiem Tjoa Leng-tju entah bagaimana menurut pendapat Pay-tju?" Kurang lebih seperminum teh kemudian baru tersengar suara Sin Hong Paytju berkumandang kembali. "Kiem Tjoa Leng tju?" "Sedikitpun tidak salah, dia adalah salah seorang Lengtju dari antara ketiga orang leng tju lainnya, kini ia berhasil cayhe tawan!" "Sekarang ia berada dimana?" Mendengar pertanyaan tersebut Sang Pat mendongak tertawa terbahak2 "Hahaha.... siauwte telah menyembunyikan dirinya disuatu tempat yang sangat terahasia tempat itu tidak bernama, sehingga susah bagiku untuk memberitahukannya kepadamu!" "Baik bawa kemari dahulu orang itu!" "Cayhe harus menerima dahulu apakah orang yang kena PAy-tju tawan adalah kawanku atau bukan, setelah itu keputusan baru bisa diambil!" "Kalau bukan?" "Kalau bukan, sudah tentu harga yang cayhe buka tak akan semurah apa yang baru saja aku katakan!" "Kalian berjumpa dua orang itu kawanmu maka ada baiknya kau serta kawanmu tetap tinggal disini saja!" "Mana, mana, .... cayhe akan periksa dulu baru berbicara lagi!" "Baik, akan kutunjukkan kepadamu" seru Sin Hong Pay tju. Badan Sang Pat dengan cepat berkelebat dan langsung berputar ke belakang patung arca dimana Sin Hong Pay tju bersembunyi itu! "Berhenti" terdengar suara bentakan gusar muncul dari dalam patung arca tersebut "Sebelum mendapat ijin dariku untuk maju, lebih baik kalian berhenti tak berkutik" "Baik cayhe percaya atas ucapanmu." Sembari berkata ia mundur kembali ke belakang Sin Hong Pay-cu tertawa dingin dengan cara yang seram "Hee.... hee.... sepasang mataku tajam bagaikan kilat, jangan harap kau bisa main tangkap ikan diair keruh, kalau berani berbuat kurang ajar akan kucabut jiwamu!" "Haa.... haa....!" Sang Pat tek bisa menahan diri lagi, ia tertawa terbahak-bahak. "Selama hidup cayhe sudah sering mendengar kata2 gertakan banyak orang paycu punn tak perlu menakui2 diriku lagi!" Suara dari balik patung arca itu tidak muncul kembali, suasana di dalam ruangan kembali pulih jadi sunyi senyap. Kurang lebih seperminum teh kemudian barulah terdengar Sin Hong Pay cu berkata. "Mundur dari ruang tengah, berputar kesebelah kanan dan orang itu ada dikamar nomor tiga!" "Baik! cayhe berdua akanmemeriksa dahulu kemudian baru datang kembali untuk membicarakan soal harga tukar menukar!" Dengan lebar si sie ini berlalu mengikuti petunjuk dari Sin Hong Pay cu tersebut. Siauw Ling mengikuti dari belakang dengan kencang kepergian Sang Pat ini. Setelah keluar dari pintu ruangan mereka berputar kekanan dan mendorong pintu kamar ketiga. Kraak....! dua belah pintu terpentang lebar. Giok Lan dengan rambut terurai duduk di atas sebuah kursi kayu, walaupun ia sudah konangan penyaruannya tapi pakaian yang dikenakan masih pakaian orang lelaki. "Giok Lan kami datang untuk menolong dirimu...." seru Siauw Ling seraya berjalan mendekati gadis terebut. Melihat munculnya Siauw Ling disana bukannya gembira Giok Lan kelihatan begitu cemas, sepasang matanya terbelalak lebar2. "Jangan sentuh diriku, cepat mundur.... cepat mundur...." Kenapa" Siauw Ling tertegun dan berhenti "Kau tidak boleh mendekati diriku!" "Sekalipun Sin Hong Paycu berada disini, akupun tidak takut" Sekali lagi pemuda itu berjalan dua langkah kedepan mendekati sisi tubuh Giok Lan dan mencengkeram dirinya. Giok Lan semakin cemas lagi, teriaknya melengking "Jangan sentuh aku, jangan sentuh aku....!" Mendengar jeritan gadis itu penuh ketakutan dengan terkesiap Siauw Ling menarik kembali tangannya. "Kenapa?" "Mereka sudah memasang sesuatu dibadanku asal Siauwya menarik aku...." "Kita adalah saudara kakak beradik, lain kali kau tidak boleh panggil aku dengan sebutan Siauw-ya lagi!" "Perkataan siangkong budak tidak berani membantah, tapi.... apakah kau tidak melihat kalau mereka sengaja membiarkan kau datang kemari?" "Apakah mereka sudah menaruh racun keji disekitar badanmu?" "Tidak, aku sendiripun tidak tahu apa yang diletakkan dihadapanku, justru karena inilah kita harus ber-hati2" "Kedatanganku dengan saudara Sang kemari justru hendak menolong kau meloloskan diri, kesempatan ini sangat baik...." "Jangan kau jangan menarik diriku, cepat mundur ke belakang!" teriak Giok Lan lagi penuh rasa cemas. Terpaksa Siauw Ling mundur lima langkah ke belakang. "Nah, kalau begitu kau datanglah sendiri kemari!" "Tidak bisa jadi! mereka telah menotok jalan darah disepasang lutut. sepasang pundak serta igaku! sekarang aku tak bisa berdiri tak dapat menggerakan sepasang tangan dan tak bisa goyangkan pinggang!" "Menghadapi keadaan seperti ini kitapun tak usah peduli tata cara adat istiadat lagi kalau kau tak bisa bergerak bagaimana kalau aku menggendong dirimu?" kata Siauw Ling dengan alis berkerut. Saking cemasnya Giok Lan mengucurkan air mata. Siangkong, kau jangan ceroboh, budak lebih baik mati daripada siangkong menempuh bahaya! "Apa kau kata?" tukas Siauw Ling. "Aku sama sekali tidak mengerti terhadap apa yang kau katakan, aku bantu kau membebaskan jalan darah yang tertotok, menolong jiwamu yang terancam, apakah tindakan ini merupakan suatu tindakan menempuh bahaya?" Toako! untuk sementara harap kau bersabar! ujar si sie poa emas Sang Pat kemudian. "Di dalam hati kecil nona ini pasti tersembunyi suatu rahasia pertanyaan Toako yang terlalu mendesak membuat ia tidak sempat untuk memberi penjelasan lebih terang" "Rahasia" rahasia apa" kenapa aku tidak menemukan hal tersebut?" "Sejak aku ditawan mereka hingga saat ini sepasang mataku dikerudung oleh secarik kain hitam sehingga tak kuketahui dimanakah saat ini akuberada!" tutur Giok Lan dengan nada lirih. "Tadi, kain kerudung hitam itu dilepas dan tahu2 aku sudah berada disini. Waktu sebelum aku dikirim kemari jalan darah pingsanku ditotok mereka, pada saat kesadaranku hampir punah terasa oleh ku agaknya di dalam badan telah ditaruh semacam benda aku tidak tahu benda apakah itu! tapi aku merasa perbuatan tersebut pasti bukan tiada berguna!" Mendengar penuturan itu Sang Pat mendehem perlahan, gumamnya. "Sungguh aneh sekali! sudah ada separuh umur aku Sang Pat melakukan perjalanan di dalam dunia persilatan, tapi belum pernah kujumpai peristiwa semacam ini, Toako! harap kau keluar dulu dari ruangan ini. biarlah akumelakukan pencarian terhadap benda tersebut!" "Silahkan! jikalau ada perubahan aku akan memberi bantuan seketika itu juga!" Pemuda ini tahu dalam soal pengalaman dunia persilatan, ia tak dapat memadahi kematangan Sang Pat, maka dariitu terpaksa ia menurut dan mengundurkan diri ke belakang. Per-tama2 Sang Pat memperhatikan disekeliling tempat itu, setelah mencari jalan masuk untukmengundurkan diri, dengan langkah perlahan ia mendekati Giok Lan, katanya, "Nona! apakah di dalam badanmu kau merasa telah disembunyikan Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo semacam benda?" "Sedikitpun tidak salah!" "Benda itu terasa disembunyikan disebelah mana?" "Agaknya ada didada sebelah depan!" Sang Pat tertegun, pikirnya, "Aduh.... mak! kalau tempat terlarang sana, mana aku bisa melakukan pencarian" apa suruh aku me raba2 dada gadis itu?" Ia mendehem, katanya lagi. "Pada saat ini apakah nona masih merasakan suatu perasaan yang aneh?" "Aku tak dapat merasakannya, tapi dapat kuduga meraka pasti membawa maksud tidak baik" "Ooouw.... urusan ini memang mengherankan!" Sembari berkata selangkah demi selangkah ia berjalan mendekati diri Giok Lan. Gadis tersebut dengan cepat pusatkan pikiran tenangkan hatinya yang bergolak, ujarnya. "Aakh! ada akal, coba kau bebaskan dulu jalan darah yang tertotok pada pundak kananmu, asalkan sebelah tanganku bisa pulih kebebasannya maka kau tak usah menempuh bahaya!" Dengan mengincar jalan darah "Kay Hiat" diatas pundak kanan Giok Lan mendadak Sang Pat meloncat kedepan melayang dari sisi gadis tersebut sekalian melancarkan sebuah tabokan ke arah lengannya. Walaupun dalam saat melayang kedepan tangannya meluncurkan serangan mengincar jalan darah, tapi serangannya amat tepat dan dengan telak bersarang diatas jalan darah yang diincar. Tapi Giok Lan tetap duduk tak berkutik di tempat semula, jalan darahnya sama sekali tidak terbebaskan. "Bagaimana" tanya Sang Pat kemudian sambil berhenti dan berpaling. "Tidak benar mereka bukan menotok jalan darah Tjian Tjing Hiat pada pundaku, nah! coba kau lihatkan lenganku masih tak bisa berkutik" Alis Sang Pat langsung berkerut kencang Baik, biar aku kesana melakukan pemeriksaan sendiri Lambat2 ia berjalan mendekati diri Giok Lan Mendadak,.... Dari luar ruangan berkumandang datang suara teguran seseorang dengan nada yang dingin dan kaku. "Kalian berdua sudah melihat jelas bukan?" Siauw Ling berpaling, tampak olehnya seorang lelaki kekar berjubah hitam dengan bagian dadanya bersulamkan sebuah naga emas berdiri kurang lebih empat, lima depa didepan pintu, Pengetahuan Sang Pat amat luas, sekali menemukan tanda simbol yang bersulam didepan dada lelaki itu, ia segera mengerti apa kedudukan orang ini di dalam perguruannya. "Ternyata saudara adalah Kiem Liong Leng tju yang berkedudukan dibawah pimpinan Sin Hong Pay-tju bukan!" tegurnya, "Sedikitpun tidak salah." "Kiem Tjoa Lengtju dari perguruan saudara berhasil kami tawan, asal kalian suka melepaskan nona ini maka kamipun rela melepaskan dirinya untuk ditukar satu jiwa dengan satu nyawa." "Untukmemutuskan persoalan ini kalian harus menanti jawaban dari mulut Pay-tju sendiri, jikalau kalian berdua memang merasa bahwa tindakan kami menangkap orangmu sudah tak berguna lagi, silahkan segera masuk ke dalam ruangan! paytju kami masih menantikan kalian disana." Siauw Ling yang melihat Giok Lan telah berada didepan mata, tapi mereka tak sanggup untuk menolong dirinya lolos dari mara bahaya, dalam hati merasa sedikit tidak puas air mukanya kontan berubah hebat. Sang Pat adalah seorang jago kawakan yang sangat berpengalaman, sewaktu sinar matanya menyapu sekejap wajah pemuda itu ia segera dapat menangkap maksud hati orang she Siauw ini. Buru-buru dengan nada yang rendah ujarnya. "Jikalau tahu keadaan maka setiap pertarungan akan menang, harap untuk sementara waktu Toako suka bersabar" Perlahan-lahan Siauw Ling menghela napas panjang, mengikuti dari belakang Kiem Liong Lengtju mereka berdua kembali ke dalam ruangan besar. Ketika itu patung arca yang tinggi besar itu dan menyengir seram tadi berdiri pada ujung sudut ruangan tersebut. Kepada patung arca tadi, Sang Pat segera menjura, katanya, "Kami semua telah melakukan pemeriksaan dan nona tersebut benar2 adalah orang yang sedang kami cari!" "Bagus.... bagus sekali. "Cayhe ingin menggunakan selembar jiwa dari Kiem Tjoa Lengtju kalian untuk ditukar dengan selembar jiwa nona ini, entah bagaimana pendapat Paytju! ujar Sang Pat kembali. Sin Hong Pay-tju tertawa dingin suaranya seram dan amat mengerikan. "Walaupun aku sangat jarang berkelana di dalam dunia persilatan, tapi sudah sering kudengar orang membicarakan soal Tiong Cho Siang Ku yang selamanya membicarakan soal perdagangan, selamnya mengutamakan keuntungan, kau harus tahu aku orang selamanya paling tidak suka menerima bagian yang sudah dirugikan orang...." Suara yang meluncur keluar selama ini muncul dari balik patung arca berwajah bengis itu bahkan suaranya sebentar merdu dan halus kemudian melengking sebentar lagi suaranya kasar berat dan lantang membuat orang susah menduga sebenarnya orang yang ada di dalam patung itu seorang lelaki atau seorang perempuan, Dengan sendirinya hal ini menambah kemisteriusan suasana disekeliling tempat itu, Siauw Ling yang mengerti akan kecetekan pengalaman sendiri dan susah untuk ditandingkan dengan kehebatan si sie-poa emas Sang Pat, sampai saat itu tetap membungkam dalam seribu bahawa, Terdengar Sang Pat tertawa hambar "Dagang tidak jadi mengapa asal kebajikan tetap dipegang semisalnya Paytju merasa keberatan untuk melakukan perdagangan dengan diriku, cayhepun tidak mau terlalu memaksa. Tapi kaupun harus ingat sejak perkumpulan Sin Hong Pang munculkan diri dalam dunia persilatan gerak gerik ataupun tindak tanduknya selalu diliputi kemisteriusan, jikalau cayhe berhasil memaksa Kiem Tjoa Lengcu mengutarakan rahasia kemisteriusan partai kalian kemudianmembocorkan di dalam Bu-lim aku takut hal ini akan mempengaruhi ketenaranmu" "Hm! di dalam partai kami perduli bagaimana tingginya kedudukan orang itu selalu hanya terbatas mengerti tentang mengurusi tugasnya masing-masing, apa yang mereka ketahui sangat terbatas sekali, kalau kau ingin menggunakan hal ini untuk me-nakut2i diriku.... Hmm! hmm! tindakanmu ini mirip dengan orang tolol yang bermimpi disiang hari bolong Sewaktu Sang Pat hendak membantah lagi, mendadak dari sepasang mata patung berwajah buas itu memancarkan serentetan cahaya ke-merah2an. Walaupun dalam hati kecilnya terang2an ia tahu perbuatan ini hanya suatu perbuatan kesengajaan dari Sin Hong Paycu untukme-nakut2i orang lain, tak urung hatinya dibikin tegang juga, serunya kepada Siauw Ling dengan nada lirih. "Toako harap kau melakukan persiapan, hati2 terhadap serangan bokongan dari mereka" Tampak sepasang mata raksasa dari patung arca berwajah seram itu makin lama berubah semakin merah, sepasang biji matanya berputar tiada hentinya bagaikan hendak menerkam orang saja. Sang pat segera berpaling ke belakang, ketika itu Kiem Liong Lengcu yang membawa jalan tadi kini sudah lenyap tak berbekas, entah kapan orang itu lenyap dari pandangan. Hawa murninya segera disalurkan mengelilingi seluruh badan kemudian dengan langkah lambat berjalan mendekati patung arca tersebut, pikirnya di dalam hati. "akan kulihat terbuat dari benda apakah badanmu itu...." Terdengar Sin Hong Paycu dengan suara penuh kegusaran membentak keras. "Eeei.... jangan coba2 berjalan mendekati badan keramatku, kalau kau tidak suka mendengar nasehatku, Hmm! akan kuhancurkan seluruh badanmu!" Sang Pat mendongak tertawa ter-bahak2. "Ha.... ha.... mati atau hidup menurut takdir, siapa yang bisa memaksa kemauan sendiri!" Mendadak ia percepat langkah kakinya menerjang ke arah patung arca tersebut, tangan kanannya disilangkan didepan dada melindungi badan sedang tangan kiri meluncur keluar meraba punggung dari patung arca itu. Terasa olehnya dimana tangannya meraba terasa dingin dan kaku, ternyata patung arca itu terbuat dari besi baja. Hawa murninya segera disalurkan mengelilingi badan siap mengirim sebuah pukulan untuk menjajal kekuatan daya tahan besi tadi, siapa sangka pada saat yang bersamaan dari atas kepalanya mendadak meluncur datang segulung hawa tekanan yang luar biasa. Dalam keadaan gugup ia mendongak ke atas, tampaklah sebuah lengan kiri raksasa dari patung arca berwajah buas itu meluncur datang menghantam badannya. Dengan sebat Sang Pat berkelit kesamping meloloskan diri dari datangnya babatan itu, ujarnya dengannada dingin. "Berjumpa muka lebih mantap dari pada mendengar nama besar belakam kepandaian silat Pay tju tidak lebih hanya begitu saja" "Kurang ajar, keparat, kau berani menghina aku orang!" Mulut patung yang besar dan lebar mendadak membuka lebar, tiga rentetan cahaya putih dengan kecepatan laksana kilat meluncur ke arah diri Sang Pat. Waktu itu si sie poa emas telah mengadakan persiapan, badannya cepat-cepat berkelit kesamping senjata sie poa emas pun dicabut keluar dan didorong kedepan dengan gerakan mendatar. Sreet....! sret.... diantara desiran angin tajam dua batang jarum beracun yang memancarkan cahaya ke biru2an meluncur kedepan menancap diatas meja sembahyangan, sedang sebatang yang lain terkena hadangan senjata sie poa emas Sang Pat terpental kesamping menancap diatas tiang kayu ditengah ruangan tersebut. Siauw Ling yang melihat Sang Pat telah turun tangan, ia tidak mau ambil diam telapak tangannya segera didorong kedepan mengirim sebuah pukulan udara kosong. Patung arca itu kelihatan sangat tinggi besasr menyeramkan dan membuat hati orang bergidik, tapi badannya susah bergerak. serangan yang dilancarkan Siauw Ling barusan, dengan telak bersarang diatas badannya Patung arca tinggi besar itu bergoyang beberapa kali, hampir2 saja terdorong jatuh dan roboh ke atas tanah. Semangat Siauw Ling berkobar, nyalinya semakin besar dengan langkah lambat ia berjalan mendekati patung itu lebih dekat. Paytju! patung malaikat berwajah bengis yang kau cimpatkan ini mungkin bisa digunakan untuk menakut2i manusia bodoh yang tidak tahu urusan, tapi kau jangan harap bisa membuat kami jadi jera dan pecah nyali. kalau kau tak setuju untuk melepaskan nona Giok Lan hmm! jangan salahkan kami berdua ini hari juga akanmembongkar kedok yang sebenarnya dari kalian!" Berbicara sampai disitu, dengan ilmu menyampaikan suara ujarnya pula kepada Siauw Ling. "Toako, kau jangan bertindak terlalu ceroboh disekeliling patung malaikat ini telah dipasang senjata rahasia yang sangat ampuh jangan sampai kena terjebak siasatnya." Terhadap betapa luas serta matangnya pengalaman Sang Pat, pemuda she Siauw ini benar2 takluk, mendengar nasehat tersebut ia benar2 berhenti bergerak. Ketika dilihatnya dari pihak Sin Hong Paycu tidak memberikan reaksi, Sang Pat kembali berseru. "Walaupun kami bersaudara pernah mengikat suatu ganjalan kecil dengan partai saudara, tapi kejadian itu timbul dikarenakan suatu kesalah pahaman, masing-masing pihak tiada ikatan permusuhan maupun dendam sedang kami pun tidak ingin memusuhi partai kalian, harap Paycu suka berpikir tiga kali sebelum mengambil keputusan" Ber-turut ia membentak beberapa kali, tapi tidak kedengaran juga suara jawaban dari Sin Hong Paycu. Siauw Ling mulai tidak sabaran, sepasang matanya dengan tajam memperhatikan sekejap seluruh patung arca tersebut, ujarnya tiba-tiba dengan nada lirih. "Mari kita dorong patung arca ini biar roboh ke atas tanah, kemudan dari bentuk patung ini kita cari alat rahasianya, dan lenyapkan kekuatan daya guna alat2 rahasia tersebut atau paling sedikit kita bisa mengurangi kehebatan dari permainan setan mereka!" "Pendapat Toako sangat lihay dan bagus sekali" sahut Sang Pat dengan ilmu menyampaikan suara, "Tapi dalam hati kecil siauwte masih terdapat banyak urusan yang belum berhasil kupahami! aku harus berpikir keras terlebih dahulu!" "Di dalam kuil Too-koan yang demikian besar tentu Topeng 2 Wiro Sableng 101 Gerhana Di Gajahmungkur Pangeran Perkasa 1