Ceritasilat Novel Online

Pendekar Tanpa Tanding 4

Wisang Geni Pendekar Tanpa Tanding Karya John Halmahera Bagian 4 sudah siap untuk digunakan. Tingkat ini diselesa ikan Geni dalam tempo tigapuluh hari. Selesainya tingkat empat ini, selesai sudah Geni berlatih ilmu Wiwaha. Geni berhasil mewarisi ilmu W iwaha itu seluruhnya dalam waktu sembilanpuluh hari. Begitu mengakhiri latihan tingkat empat, ia segera mencoba ilmunya. Ia menyelam ke dasar kolam yang paling dingin. Pojokan itu masih membuatnya merasa dingin nyaris membeku. Ia berpikir akan menggunakan tenaga panas melawan dan mengusir rasa dingin. Pada saat itu juga ketika tubuhnya bergerak, ia tak lagi merasa dingin. Ia takjub akan reaksi tenaga batinnya. Tenaga panas itu muncul cepat sekali, hanya butuh sesaat saja. Luar biasa! Wisang Geni sangat gembira. Seharian ia berlatih silat. Mengulang semua jurus yang pernah dipelajarinya Bang Bang Alum Alum, Garudamukha Prasidha, bahkan juga Waringin Sungsang. Dia memainkan semua jurus itu dengan menggunakan tenaga Wiwaha. Dia merasakan banyak kemajuan. Ia merasa lebih leluasa bergerak. Gerakannya lebih pesat, lebih ringan dan lebih pegas. Pukulan lebih berbobot. Gerak jari tangan mematuk dari jurus Manusuk dulu hanya bis membuat sebuah batu retak. Kini hancur jadi bubuk. "Sama imbang dibanding tenaga guru Padeksa. Ah, betapa aku hutang budi kepadamu, terimakasih guru Lalawa. Engkau bukan saja telah menolong nyawaku, kau juga mewariskan ilmu Wiwaha yang dahsyat itu kepadaku." Siang hari itu Wisang Geni merasa seakan bangkit dari kematian. Ia merasa gembira. Tapi pada saat yang sama ia merasa begitu duka. Kini ilmunya sudah maju pesat Jauh lebih pesat dari tingkat yang dicapainya sebelum tersesat ke lembah. Ia tahu dengan tingkat ilmu yang dicapainya sekarang ini tidak sulit baginya untuk keluar dari lembah ini menuju keramaian dunia. Tapi hatinya berduka karena harus berpisah dengan kera-kera sahabatnya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Tetapi biar bagaimanapun juga, hari ini dia harus pergi meninggalkan lembah kera. Dia telah menghitung hari. Dia sudah menghabiskan waktu seratus hari di lembah. Dia merasa tidak pasti, tetapi perkiraannya, dia masih punya waktu tigapuluh hari lagi untuk menghadiri pertemuan para pendekar di puncak Mahameru. Dia akan menghadiri pertemuan Mahameru. Tidak hanya itu, masih banyak tugas lain yang harus ia selesaikan. Tugas sebagai murid untuk membangun kembali perguruan Lemah Tulis. Tugas membalas kematian dua orangtua dan gurugurunya. Tugas sebagai pendekar pembela keadilan dan kebenaran. "Memang setiap pertemuan, adalah awal perpisahan. Tapi setiap perpisahan belum tentu awal suatu pertemuan. Belum tentu aku bisa sampai ke lembah ini lagi. Belum tentu aku bisa bertemu dengan kalian lagi." Dia bicara dengan nada sendu, kera-kera itu seperti mengerti maksudnya. Mereka berteriakteriak. Kera besar memegang tangan Geni, membawanya ke dekat kolam Dia menunjuk ke atas ke tebing yang tinggi, sambil berteriak dan merundukkan kepalanya. Dia seperti memberi hormat ke arah tebing itu. Geni mengerti ada sesuatu di tebing yang ditunjuk kera besar. Dia memerhatikan seksama. Ada sebuah lubang di tebing itu. "Mungkinkah itu goa" Tetapi letaknya sangat tinggi, permukaan tebing juga rata dan licin. Sulit untuk didaki." Geni menggeleng kepala. Tak mungkin aku bisa mendaki, tak ada tempat berpijak dan berpegangan di tebing yang begitu rata dan licin. Kera besar berteriak dan berguling-guling di tanah. Dia kecewa me lihat sikap Geni yang menolak mendaki tebing itu. "Baiklah sahabat, aku akan mendaki dan memasuki goa itu, pasti ada sesuatu di dalamnya Mungkinkah ada ilmu silat lagi di s itu?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Geni tertawa, menertawakan dirinya yang begitu tamak. "Kamu sudah memperoleh jurus W iwaha masih juga belum puas dan menghendaki tambahan lain. Tamak dan serakah." Kera besar dan seluruh pasukannya berteriak memberi semangat pada Geni yang beberapa kali gagal dalam usahanya mendaki tebing itu. T iba-tiba Geni menemukan jalan keluar. "Menuruni tebing lebih mudah dari mendaki," gumamnya. Dia me lihat keliling, kemudian berlari dan mendaki di bagian lain. Dari tempat yang tinggi di atas goa itu, Geni turun dengan mudah dan menjejak kakinya di mulut goa. Goa itu sebenarnya bukan goa, hanya sebuah celah di tebing yang cukup untuk tubuh satu orang. Geni terkesiap ketika melihat tumpukan tulang dan tengkorak manusia. Diterangi sinar matahari, dia me lihat ada tulisan di dinding dekat tumpukan tulang belulang. Kamu pasti telah menguasai ilmu Wiwaha. Aku merestui kamu sebagai murid tunggal. Tugas pertamamu, membawa tulang-belulang tubuhku ini dan kuburkan di tempat kamu menemukan ilmuku. Aku pendekar Lalawa, menemukan dan menciptakan jurus Wiwaha di lembah kera ini. Aku mengembara dan tarung selama puluhan tahun, tak seorang pendekar pun bisa bertahan lebih dari dua puluh jurus. Aku tak punya tandingan. Aku kesepian, tak punya lawan tak punya kawan. Semua orang takut padaku, juga takut menjadi kawanku. Kawanku hanya wanita-wanita yang kutiduri. Tetapi tak ada yang bertahan lama di sampingku. Aku kembali ke lembah ini, mewariskan Wiwaha entah siapa yang akan mewarisinya. Tugasmu yang kedua muridku, jadilah pendekar budiman yang menolong orang yang tertindas. Pesanku padamu muridku, hati-hatilah dengan wanita, ilmu Wiwaha akan membuat kejantanan dan nafsu birahimu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ berlipat ganda. Tapi tak perlu takut, itu hanya reaksi dari ilmu. Sekarang dalam usia lebih dari delapanpuluh tahun, aku bertapa di sini sampai aku moksa. Selamat tinggal muridku. Aku, gurilmu, Lalawa. Geni termenung membaca tulisan itu yang diukir atas dinding tebing yang keras. "Kasihan nasib guruku." Tanpa ragu, Geni berlutut sungkem "Guru Lalawa, terimakasih atas ilmu W iwaha, aku pasti akan menjalankan tugas dan pesanmu. Maafkan aku, menyentuh tulang tubuhmu yang sangat kilmuliakan." Geni mencari-cari sesuatu untuk membungkus tulangbelulang gurunya. Tak ada. Dia melihat bajunya, sudah compang-camping, tak mungkin bisa dijadikan pembungkus. Tiba-tiba dia melihat sesuatu di pojok. Ternyata selembar kulit yang digulung. Kulit itu tidak lapuk dimakan usia ratusan tahun. Geni tahu, ada ramuan khusus yang membuat kulit bisa tahan sampai ratusan tahun. Hati-hati dan penuh hormat, Geni membungkus tulang gurunya kemudian menuruni tebing. Dibantu kera sahabatnya, dia menggali lagi tempat dia menemukan batu bertuliskan ilmu itu. Dia mengubur tulangbelulang gurunya kemudian memberi hormat dengan sungkem Kera-kera ikut memberi hormat dengan cara berdiam diri dan tidak berceloteh. Kera besar memeluknya kemudian memberi tanda, menyuruh Geni pergi. Kera itu menunjuk ke atas tebing yang tak terlihat ujungnya. Tampak hanya langit putih bersih. Mendaki tebing itu ibarat mendaki menuju langit. Geni berlari memanjat tebing. Tiba di suatu tempat di celah tebing, dia menoleh ke bawah dan melambai tangannya. Dia bersiul keras, seperti siulan kera. Siulannya bergema dan memantul di tebing-tebing. ---ooo0dw0ooo--- Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Pagi hari di lereng bagian selatan gunung Lejar, udara masih saja sejuk kendati matahari sudah agak tinggi. Sisa-sisa tetesan embun masih membasahi dedaunan yang rimbun. Suasana hutan sunyi dan lengang. W isang Geni menghirup udara pagi sepuasnya. Ia baru saja keluar dari lembah kera. Tebing terjal itu bukan lagi penghalang sulit baginya. Mudah saja ia memanjat menggunakan ilmu Waringin Sungsang&xn. Garudamukha dengan tenaga batin Wiwaha. Seperti baru keluar dari kurungan, ia melangkah santai sambil memandang alam sekeliling. Dia tiba di tempat yang banyak pohon rindang. Di tempat ini, empat bulan lalu dia menemukan tari K inanti Prasidhayang kemudian berhasil digabungnya menjadi jurus Garudamukha Prasidha. Suara ki dalang seperti mengiang kembali di telinga. Matanya seperti melihat kembali gerak gemulai gadis yang menarikan tari Kinanti. Ia menghela napas, merasa berduka dan menyesal. "Seharusnya aku menemui mereka, si penari dan si dalang, paling tidak aku harus mengucap terimakasih dan memperkenalkan diri." Ia juga menyesal, tidak bertanya lebih lanjut tentang makna tarian. Terutama kalimat Parahwanta Angentasana Dukharnawa (Aku hendaknya menjadi perahilmu menyeberangi laut kesusahan). Dia berkata dalam hati, "Tapi kalau memang jodoh, suatu waktu pasti akan jumpa lagi. Dan saat itu aku pasti akan menanyakan makna kalimat tersebut." Tak disangka bahwa arti dan makna kalimat itu begitu penting dan sangat menentukan penguasaan ilmu tingkat tinggi dari perdikan Lemah Tulis itu. Setiap melatih Garudamukha Prasidha Geni selalu terbentur pada penggunaan tenaga. Ada sesuatu yang membuat penyaluran tenaga seperti terhambat, tenaga tak bisa dipusatkan pada saat hendak digunakan, tenaga selalu menyebar saat hendak digunakan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Anehnya, kalau dia menggunakan jurus Garudamukha tingkat awal atau Bang Bang Alum Alum tenaga itu bisa leluasa digunakan. Tapi begitu ia menggelar jurus Garudamukha Prasidha maka tenaganya seperti tersumbat. Ia tahu sebabnya. Tidak lain lantaran makna dan arti kalimat itu belum bisa terpecahkan. Hampir tiap saat ia memikirkan, tapi tetap saja menemui jalan buntu. Dalam keadaan termenung itu sayup-sayup ia mendengar suara ribut. Seperti bentakan dan teriakan banyak orang. Hanya sekejap saja suara makin dekat. Pertanda orang-orang itu bergerak pesat Geni bergerak cepat. Ia melompat ke pohon terdekat. Bersembunyi di kerimbunan daun. Suara bentakan orang dan benturan senjata tajam memecah kesunyian hutan di sekitar persembunyian Geni. Tampak beberapa orang bertarung dengan sengit. Memerhatikan lebih seksama, ia melihat ada kesamaan di antara sejumlah orang. Sepertinya mereka terdiri dari satu rombongan. Pakaian sama, seragamkeraton. Tapi yang ini berbeda dengan seragam Tumapel yang pernah ditemuinya bersama Sekar beberapa waktu lalu. Mereka yang berseragam, semuanya berjumlah sembilan orang. Tujuh lelaki, dua perempuan. Rombonganyangmenjadi lawan, terdiri empat orang. Seorang kakek dan tiga orang muda. Di antaranya seorang gadis kurus dengan wajah putih cantik. Geni teringat seseorang. "Bukankah dia gadis kurus cantik dan misterius yang juga menguasai jurus Garudamukha?" Melihat ini, simpati Geni lantas memihak pada kakek dan tiga orang muda. Empat orang ini terdesak hebat. Kakek bertempur hebat menghadapi tiga pengeroyok. Mata Geni terbelakak, heran menyaksikan kakek memainkan Garudamukha dengan hebatnya. "Siapa kakek ini, ilmunya tidak di bawah guru Padeksa" Ia pasti orang Lemah Tulis, tapi siapa?" Meski tiga pengeroyok berilmu tinggi tapi tampaknya kakek itu masih bisa menguasai keadaan. Geraknya masih leluasa, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ malah berkali-kali ia menoleh ke tiga anak muda itu. "Larilari... biar kutahan mereka di sini!" Teriakannya sia-sia. Tiga anak muda itu agaknya tak mau lari. Para punggawa mengepung rapat, juga tak mau mereka lolos. "Mau lari ke mana" Kalian jangan mimpi bisa lolos!" Pemuda berpakaian putih tertawa sinis. "Kalian tak punya guna semua, tak punya malu, apa pikirmu bisa menaklukkan kami?" Ia dikeroyok dua orang, lelaki separuh baya dan perempuan cantik usia empatpuluhan. Kepandaian mereka lumayan. Geni bisa membedakan kepandaian mereka yang bertarung. Kakek itu yang paling tinggi ilmunya. Namun ia tidak punya kesempatan membantu kawannya karena dilibat tiga lawannya. Tiga punggawa itu kelihatan paling jago di antara rekan-rekannya. Kalau si kakek terlibat pertarungan ketat yang memerlukan konsentrasi, tidak demikian dengan pemuda baju putih. Pemuda ini bertarung sambil memerhatikan dua temannya. Terkadang ia menerobos keroyokan meninggalkan kedua lawannya membantu dua temannya yang terdesak. Meski tak sehandal kakek itu, namun Wisang Geni Pendekar Tanpa Tanding Karya John Halmahera di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo ilmu pemuda baju putih cukup tinggi dan jurus-jurusnya aneh. Tapi sesungguhnya yang hebat adalah keampuhan kerisnya yang bagaikan ular naga menyambar ke sana kemari. Semua punggawa itu jeri terhadap keris di tangan si pemuda. Keris itu berkilauan diterpa sinar mentari. Cahayanya hijau kemerahan, terkadang birukekuningan. Mereka tak berani mengadu senjata. Geni teringat, itulah keris yang pernah menjadi senjata si gadis kurus cantik yang akhirnya membenam di dada pendekar Tambapreto. Gadis kurus seperti juga pemuda berbaju hitam terdesak hebat oleh empat lawan. Tapi setiap si gadis kurus atau pemuda baju hitam terancam, selalu si pemuda baju putih sempat membantu. Namun tampaknya keadaan takkan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ bertahan lama. Pemuda baju hitam itu sudah terluka di beberapa tempat Gadis itu tampak mulai letih. Keadaan kritis. Geni beraksi cepat, melayang turun menggunakan Waringin Sungsang sambil berteriak. Tanpa sadar Geni meniru teriakan kera, sesuatu yang dipelajarinya di lembah kera. Teriakan dengan tenaga batin luar biasa, menggema hebat di penjuru hutan. Semua orang yang bertempur, terkejut tak terkecuali kakek yang berilmu tinggi itu Belum lenyap gema teriakan itu, serangan Geni sudah menyergap salah seorang lawan yang mengeroyok si gadis. Geni memang sengaja memilih lawan paling lemah, si punggawa wanita. "Lebih cepat seorang lawan roboh lebih bagus, itu akan merontokkan nyali dan semangat tarung yang lainnya," pikirnya. Ia melancarkan jurus Gora Andaka (Banteng Besar) dari Bang Bang Alum Alum mengarah kepala punggawa wanita itu. Serangan yang dibungkus tenaga dingin W iwaha melanda bagai serbuan hamuk banteng. Punggawa wanita itu terkejut. Dari angin pukulan saja, ia tahu, ia bukan tandingan Geni. Tiga kawannya juga terkejut. Punggawa wanita mengelak dengan merunduk sambil memutar tubuh menyabetkan pedang. Salah seorang rekannya ketika melihat wanita itu terancam serangan ganas, segera meninggalkan pemuda baju hitam. Ia melesat ke arah Geni, mencegat gerakan Geni dengan tebasan golok. Tidak percuma Geni berlatih di lembah kera. Tanpa menghentikan pergerakan majunya, ia melontarkan pukulan jarak jauh ke perut si punggawa wanita. Tangan lainnya memukul ke arah ketiak lawan prianya. Geni seperti tak menghiraukan datangnya golok. Ia yakin pukulan jarak jauhnya akan melukai pundak si lelaki Benar! "Buukkk!" lengan lelaki itu keseleo kena angin pukulan Geni. Golok itu jatuh tepat di depan wajah Geni. Hanya sekali Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ gebrak, dua lawan terluka Lelaki itu cidera lengan. Wanita itu terhuyung-huyung, pedangnya terlempar. Wajahnya pucat, tubuhnya menggigil kedinginan, sesaat kemudian ia muntah darah! Geni tak berhenti. Ia menerobos kepungan tiga lelaki yang mengeroyok kakek tua. Kak ini ia menggelar jurus Nanawidha (Beraneka Warna). Dua tangan mengirim pukulan berantai ke dua lawan sekaligus. Dia menggunakan tenaga panas. Tiga lawan itu terkejut bukan main. Meski tak menyaksikan langsung, namun mengetahui dua rekannya sudah menjadi korban Geni, mau tak mau timbul rasa keder dalam hati. Kalau lawan terkejut melihat kehebatannya, Geni pun tak pernah menyangka bisa kejadian begitu. Di luar dugaan, kepandaiannya kini sudah maju pesat terutama kekuatan tenaga dalamnya. Pukulan Geni belum tiba, tapi hawa panas sudah menerjang. Dua lelaki itu tak bisa menghindar. Mau tak mau, dua punggawa itu menarik serangan mereka yang mengarah ke kakek tua. Dua lelaki itu beralih menghadapi serangan Geni yang seperti luapan air bah. Yang seorang mengirim beberapa tusukan berantai dengan sepasang tombak pendek. Rekannya yang bertangan kosong memukul dengan dua tangan sambil mengerahkan segenap tenaga dalam. Seorang lagi, yang paling tinggi ilmunya, tetap melanjutkan pertarungan dengan kakek tua. Tusukan berantai sepasang tombak mendatangkan kesiuran angin tajam, pertanda tenaga lelaki itu cukup besar. Geni tak berani ambil resiko, ia mengelak dengan bergerak ke sisi kanan. Saat itu pukulan tenaga dalam lawan lainnya sudah menghadang di depan mata. Tak ada ruang gerak lagi, Geni memukul dengan dua tangan, mendorong ke depan. Terdengar suara orang mengeluh. Lawannya itu terdorong mundur sampai tiga langkah. Gerakan Geni masih berlanjut, menyongsong serangan tombak lawan. Ia melancarkan pukulan me lingkar. Lawan mengelak ke samping sambil Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ menikam dengan dua tombak. Geni membatalkan serangan. Ia merundukkan kepala. Tubuhnya membungkuk ke depan seperti sengaja menabrak tusukan tombak. Lawannya terkejut, tapi tentu saja gembira. "Cari mati kau!" Pada saat tombak sudah di depan hidung, mendadak kepala dan tubuh Geni seperti membal melenting ke belakang. Itu memang gerak tipu yang menjadi ciri jurus Nanawidha dari Bang Bang A.lum Alum. Tubuhnya melenting ke belakang sekaligus kaki kanan naik menerpa pergelangan tangan lawan. Kena! Tombak terpelanting ke udara! Pada saat itu lelaki yang satu dengan curang menghantam punggung Geni. Mabuk kemenangan, itu yang membuat Geni lengah. Ia baru sadar ketika pukulan itu hanya berjarak sejengkal dari punggungnya. Terlambat untuk mengelak! Geni cuma bisa menahan napas untuk mengurangi luka dalam. Buk! Pukulan dua tangan yang digerakkan tenaga dalam tingkat tinggi itu menghantam punggungnya, Geni terlempar sampai terduduk di tanah. Sesaat ia merasa mual. Ia merasa sakit seperti ribuan semut menerobos pori-pori di punggungnya. Aneh, sesaat kemudian, sakit itu lenyap begitu saja. Tubuhnya kembali segar, aliran darah berjalan lancar. Geni merasa heran. Belum sempat berpikir, ia melihat lawan datang memburu dengan mengirim pukulan mematikan. Geni bangkit dari duduk. Dua tangannya terentang luwes, itulah jurus Makanjaran (Menari dengan Lengan T erkembang) dari Garudamukha. Lawan merasa heran. Diam-diam ia mengagumi tenaga dalam Geni yang meskipun sudah terkena pukulan telak jurus Kelabang tapi masih sanggup berdiri. Bahkan sanggup melanjutkan tarung. Tapi punggawa istana itu tak peduli. "Sekali lagi kena Aji Kelabang, kau pasti modar" serunya. Tak pernah terpikir oleh punggawa itu ada ilmu sehebat Wiwaha. Dia tak tahu, bahwa saat Geni mengetahui pukulan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ akan menimpa punggung saat itu juga tenaga Wiwaha melindungi bagian tubuh di sekitar punggung. Itu sebab Geni hanya terlempar. Dan pukulan Kelabang hanya menerobos sesaat, dan saat berikut sudah terusir oleh tenaga Wiwaha Lelaki itu mengerahkan segenap tenaga dalam. Nafsu membunuh memancar dari sepasang matanya. Geni bersikap biasa. Tak terhindarkan lagi terjadi benturan tenaga Geni mengibas dua tangan. Begitu pukulan lawan membentur dua tangannya, Geni memutar dan mendorong dalam jurus Gongkrodha (Kemarahan Luar Biasa) dan Garudamukha. Suara tulang patah diiringi suara orang mengeluh kesakitan. Lelaki itu terhuyung-huyung mundur, dua tangannya tergantung lemas tak bertenaga. Ia berkata dengan wajah pucat. "Ilmu apa itu... siapa kamu...?" Tanpa ada yang memberi komando, mendadak perkelahian berhenti. Semua orang seperti sepakat. Mereka bertanyatanya siapa pengemis gembel yang dengan beberapa pukulan sudah menjatuhkan empat punggawa keraton. Geni tersenyum ke gadis kurus. "Kau baik-baik saja nona?" Gadis kurus memandang heran. "Siapa kau, apakah kita pernah berjumpa?" "Ah kau tentu lupa, kita pernah bertemu di....," mendadak saja Wisang Geni teringat akan dirinya. Wajahnya dipenuhi kumis dan brewok yang lebat bahkan sampai menutupi mulutnya. Rambut panjang tak terurus. Pakaian dekil dan compang-camping. Ia tak melanjutkan kata-katanya. Penampilannya yang macam pengemis, tentu saja tak dikenal orang. Wulan pun tak mungkin bisa mengenalnya lagi. Ia batal melanjutkan kata-katanya. "Tentu saja kau tidak mengenalku! Ha... ha...." Tertawanya tiba-tiba terhenti. Dia melihat semua orang memandangnya aneh. Geni menatap semua orang di situ. "Apakah kalian merasa perlu bertanya siapa aku?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Lelaki separuh baya yang tadi bertarung sengit dengan kakek tua itu maju. Rupanya dialah pemimpin rombongan. "Sampean telah ikut campur dan menggagalkan usaha dan perintah Paduka Baginda Raja Kediri. Itu sebabnya kami ingin tahu siapa nama sampean, pendekar yang berilmu tinggi yang berani menentang perintah Baginda Raja?" "Aku tak ada urusan dengan kerajaan. Aku cuma tidak senang melihat kalian yang mengandalkan jumlah orang lebih banyak mengeroyok empat orang, itu tidak adil dan aku tidak suka!" "'Sampean harus mengerti bahwa sekarang ini sampean sudah tergolong musuh kerajaan. Katakan nama sampean, hutang ini akan kami bayar kembali!" "Namaku tak perlu kalian tahu. Dan kalau mau bayar hutang ini, boleh saja, kapan dan di mana saja kita bertemu!" "Katakan namamu, atau mungkin kau takut pembalasan kami" Seorang pendekar berani berbuat, berani bertanggung jawab." "Persetan dengan pendekar atau bukan pendekar. Sekali aku tidak mau menyebut nama, selamanya tak akan kuberi tahu!" Lelaki itu menoleh ke rekan-rekannya, tampak ia merasa geram T etapi ia tahu persis kekuatan pihaknya melemah dan kini berada di bawah angin. Empat rekannya sudah terluka, apalagi di pihak sana ada pengemis brewok yang kosen dan misterius. Saat itu mata Wisang Geni bentrok dengan sepasang mata punggawa wanita yang tadi kena pukulan tenaga dingin. Mata itu memancarkan sinar memelas. T ubuh wanita itu menggigil, rupanya rasa dingin belum juga hilang. Tampaknya luka parah. Tubuhnya dipapah rekannya yang wanita. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Geni teringat akan keadaannya ketika terluka oleh pukulan Kalayawana. Ia terserang rasa dingin yang amat sangat hampir setiap hari. Apakah wanita ini akan menderita seperti apa yang dirasakannya waktu itu" Tiba-tiba Geni melesat ke wanita itu. Punggawa wanita yang memapah rekannya terkejut. "Hei apa yang kau lakukan?" Rekan-rekannya yang lain memburu. Tapi mana bisa mendahului gerakan Geni yang menggunakan Antarlina (Menghilang) jurus paling handal dari Waringin Sungsang. Geni seperti hilang dari pandangan. Punggawa wanita itu merasa angin menerpa wajahnya. Ia tahu Geni berada di depannya. Ia melepas tubuh rekannya, mencabut pedang, memukul dengan tangan kiri diikuti tebasan pedang ke arah bayangan Geni. Sambil tetap maju, Geni merunduk dari tebasan pedang, mengelak dari pukulan lurus lawan. Ia melonjorkan tangan kanan mendorong wanita itu pergi. Tangan kiriinya menjambret lengan wanita yang terluka. Saat itu tiga punggawa lelaki sudah sampai di situ. Tapi mereka ragu-ragu menyerang melihat tangan Geni menggenggam lengan rekannya yang terluka. "Kalian diam di tempat, sekali kepruk temanmu ini akan mati!" Semua orang terdiam. Punggawa yang menjadi pimpinan berteriak. "Itu bukan tindakan pendekar!" "Memang aku bukan pendekar," berkata demikian, tangan Geni cepat menotok dua belas titik di punggung dan pundak wanita itu. Sebat dan cepat. Telapak tangannya menempel di punggung. Punggawa wanita yang terluka itu merasa hawa panas menerobos punggung, berputar-putar di seluruh tubuhnya. Sesaat kemudian ia muntahkan darah beku. Saat itu juga Geni mendorongnya ke arah rekan-rekannya. Secara naluriah Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ wanita itu melakukan salto, jatuh berdiri di samping teman wanitanya. Ia tak lagi menggigil. Sudah sembuh! Semua orang diam, terpaku di tempat. Satu lagi gebrakan aneh lelaki brewok itu. Menyerang, merebut dan menyembuhkan orang yang tadinya adalah lawan. Gerakan Geni juga menakjubkan semua orang. Itulah ilmu ringan tubuh tingkat tinggi dan langka. Gerakan yang sulit diikuti mata. Caranya mengobati luka punggawa wanita juga menunjukkan penguasaan ilmu pengobatan serta tenaga batin yang tinggi. Punggawa wanita memberi hormat. "Terimakasih kamu sudah menolong, tetapi..." Ia tak bisa melanjutkan katakatanya, wajahnya merah menahan malu. Pemimpin rombongan punggawa segera ke depan. "Pertolonganmu itu tidak bisa menghapus dosa-dosamu kepada kerajaan Kediri. Kami, dari regu Sinelir, tetap akan mencarimu untuk menagih hutang ini, kamu sudah dianggap pemberontak." Berkata demikian, lelaki itu mengibaskan tangan Sesaat kemudian mereka menghilang dari pandangan. Geni tak peduli. Ia masih meresapi kegembiraan. Tidak disangka hanya dalam waktu sekitar seratus hari, ia sudah Wisang Geni Pendekar Tanpa Tanding Karya John Halmahera di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo salin rupa. Dari seorang yang terluka parah dan nyaris mati, menjadi seorang yang memiliki kepandaian silat yang begitu tinggi. Mendadak saja ia merasa kesiuran angin disertai seruan, "Awas serangan!" Ada orang menyerangnya. Geni memutar tubuh setengah putaran dengan jurus Paghasa (Pergeseran Kaki dalam Jarak Dekat) dari Waringin Sungsang. Mudah saja ia lolos dari serangan. Ternyata kakek tua itu yang menyerang. Geni heran, apa kesalahan yang dilakukan nya" "Tunggu dulu, hei kenapa kamu menyerangku?" Kakek itu tak menjawab. Malah serangan semakin gencar. Sepak terjangnya mendatangkan angin kencang dan hawa Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ panas luar biasa. Anehnya, semua jurus yang dimainkan si kakek, tidak asing bagi Geni. Itulah dua belas jurus luar biasa dari Garudamukha. Berturut-turut kakek itu menempurnya dengan tiga jurus yakni Warayangungas, Sikepdhebak, Dekungpulir. Geni terdesak mundur. Ada sebabnya mengapa Geni terdesak. Dari semula Geni sudah tahu kakek itu menguasai jurus Garudamukha. Karenanya ia tak berani sembarangan menggunakan tenaga Wiwaha. Siapa tahu, kakek ini salah seorang ketua Lemah Tulis. Ia tak berani kurang ajar. Tapi lawan yang dihadapi Geni kali ini bukan sembarang orang. Itu sebab begitu konsentrasinya terpecah, kontan pukulan kakek itu menampar bahunya. Geni terpental mundur. Rasa panas membakar bahunya. Ia mengerahkan tenaga dalam dan sekejap kemudian panas itu lenyap. Belum sempat ia menentukan sikap, serangan kakek itu datang lagi. Terdengar bentakan orang tua itu. "Keluarkan ilmu s impananmu!" Kakek im kembali menyerang dengan jurus-jurus Garudamukha. Dua jurus sekaligus Shuhdrawadan Gongkrodha. Semuanya mengarah titik kematian, ulu hati, pelipis, kemaluan, jantung, tenggorokan, pusar dan kepala. Sepanjang pertarungan Geni hanya menggunakan Waringin Sungsang untuk menghindar. Tapi ini saja tak cukup. Ia terdesak hebat. Mau tak mau akhirnya ia membalas dengan jurus dari Bang Bang Alum Alum. Pertarungan sengit terjadi. Geni yang bertarung setengah hati, makin terdesak. Kembali dua pukulan menghajar pundak dan pahanya. Dan kali ini ia tak sempat untuk berbenah diri. Pundak dan pahanya terasa panas seperti terbakar. Terpaksa untuk menolong diri Geni memainkan jurus-jurus Garudamukha. Kali ini pertarungan jadi imbang. Ke mana serangan kakek itu tertuju, ke situ Geni menahannya dengan jurus yang tepat. Persis seperti latihan saja. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Geni teringat, dulu ia sering berlatih tarung dengan guru Padeksa menggunakan cara ini. Hanya bedanya, waktu itu tenaga batinnya tak ungkulan untuk adu tenaga. Kali ini lain. Mulanya dalam adu tenaga Geni berlaku setengah-setengah. Tapi karena tenaga kakek itu begitu kuat, Geni akhirnya menggunakan seluruh tenaga batin. Pertarungan menjadi imbang. Keduanya sama kuat. Kakek itu lebih matag bertarung dan memainkan Garudamukha, sedang Geni lebih menguasai ilmu ringan tubuh dan lebih unggul tenaga dalamnya. Tak terasa pertarungan berlangsung puluhan jurus. Seperti waktu menyerang yang begitu tiba-tiba, mendadak saja kakek itu menghentikan serangan. "Hebat, tak dinyana ada murid Lemah Tulis yang begini handal. Siapa kau, murid siapa kau?" Kakek itu memandang Geni dengan sorot mata wibawa. Suaranya pun terdengar mantap, memerintah. "Rupanya ia sengaja menguji ilmu Garudamukha. Ia mengenalku ketika tadi aku memainkan jurus Makanjaran dan Gongkrodha. Tapi siapa kakek ini." Berpikir demikian, tanpa dibuat-buat Geni benar-benar merasa takluk. "Namaku, Wisang Geni, anak Gajah Kuning dan Sukesih. Aku murid Manjangan Puguh." "Jangan bohong, dari mana kau peroleh Garudamukha itu?" "Dari guru Padeksa". "Apa arti Parasada Atishasha?" "Itulah sikap kebesaran jiwa dan percaya diri untuk menjadi menara yang tinggi. Dari ketinggian yang luar biasa ini, kita bisa melihat semua gerakan lawan dengan jelas." Kakek itu memandang Geni dengan tajam. Geni merasa bulu kuduknya berdiri. "Apa saya salah bicara?" Kakek menggeleng kepalanya. Tiba-tiba matanya basah. "Di mana kangmas Padeksa, gurilmu itu?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Saya tidak tahu di mana guru berada. Maafkan saya yang tak kenal peradaban, tapi dengan siapa saya berhadapan?" Itulah kata-kata paling sopan yang pernah diucapkan W isang Geni. "Namaku sebenarnya Gajah Watu. Tapi kini orang mengenalku sebagai Ki Bhojana". Wisang Geni bagai disengat kalajengking. Kaget luar biasa. Lama ia bersama Padeksa mencari paman guru yang satu ini tetapi tak pernah ketemu. Tak dicari justru jumpa di s ini. Geni menjatuhkan diri. "Saya haturkan sungkem kepada paman guru atau mungkin saya harus menyebut kakek guru, karena saya putra Gajah Kuning dan Sukesih." "Ha... ha... ha... Mana bisa kau jadi cucu muridku. Kau murid Padeksa, berarti aku ini paman gurilmu." "Tetapi ayah dan ibu saya adalah murid kakek Bergawa. Dan saya juga murid paman Gubar Baleman." "Tidak peduli, itu urusan lain. Kau tetap murid keponakanku. Kau pilih saja, kamu jadi keponakan muridku atau menjadi keponakan murid dari muridku yang perempuan ini?" Berkata demikian, Gajah Watu menunjuk gadis kurus berwajah cantik itu. Gadis cantik itu tertawa riang. "Guru, aku segan dan tidak mau punya keponakan murid yang kepandaiannya begini hebat." Kakek itu tertawa keras. "Kenapa kau ngomong pakai tetapi... apa yang kurang dari Wisang Geni ini?" Gadis kurus itu tertawa kecil. Dengan matanya yang jenaka ia memandang Geni dan berkata dengan agak malu-ma lu. "Kalau mau jadi keponakan muridku, harus berpakaian bersih, harus mencukur jenggot dan kumis harus...." "Ah itu kan mudah saja...." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Berkata demikian, kakek itu menoleh kepada pemuda baju putih. "Pinjam kerismu, Den Mas" Kontan saja Geni melangkah mundur. "Jangan, jangan. Saya mau dan sedia menjadi keponakan murid paman Gajah Watu." "Kau bersedia karena terpaksa?" tegas kakek itu. "Tidak, tidak terpaksa. Aku memang lebih suka begitu. Karena memang itu yang sebenarnya, aku kan murid guru Padeksa. Terimalah sungkemku, paman Gajah Watu." "Hei... kau harus memanggilku paman Bhojana. Itu namaku yang sekarang!" Gadis kurus itu nyeletuk, "Bagus, aku kini memperoleh kakak seperguruan yang ilmunya jauh lebih tinggi dari aku." Gadis itu menoleh dan tersenyum kepada pemuda baju putih. "Kau terlalu memujiku, nona," kata Geni agak malu. "Eh tadi kau menegurku seakan-akan kita pernah bertemu, di mana kita pernah ketemu, aku benar-benar tak ingat lagi?" "Nona, memang tak mengenalku. Sekarang ini dandananku macam pengemis, kita dulu pernah bersama-sama seorang perempuan, bertiga, mengeroyok dan membunuh Tambapreto, masih ingat?" Gadis itu tertawa. "Oh itu kamu" Tapi dulu ilmu silatmu tidak sehebat sekarang" Hei, mana kawan wanitamu, dia pasti dari Lemah Tulis juga?" "Iya namanya Walang Wulan. Dia murid paman Bergawa. Berarti dia saudara perguruanmu". Mereka berkenalan. Wisang Geni terkejut mengenal tiga orang muda yang ditolongnya. Gadis kurus cantik berkulit putih, tidak lain adalah puteri keraton yang dicari-cari, puteri Waning Hyun. Ia lebih terkejut lagi mengetahui pemuda baju putih itu, adalah putera mahkota keraton Tumapel yakni Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ pangeran Ranggawuni, putera dari Baginda Raja Anusapati. Sedang pemuda berbaju hitam adalah saudara kandung puteri Hyun, Mahisa Cempaka. Entah bagaimana, mendadak ada rasa tidak suka muncul dalam dirinya. Geni tak bisa mengingkari dendam sejarah. Orang-orang dari keraton Tumapel dulu yang membantai dan menghancurkan Lemah Tulis. Orangtuanya, meski dibunuh Kalayawana, tapi pasukan Arek merupakan bagian dari peristiwa berdarah itu. Dan tiga orang muda ini, tak lain keturunan Ken Arok. Keturunan dari orang yang paling bertanggungjawab atas musnahnya perdikan Lemah Tulis. Tapi bagaimana bisa terjadi, paman Gajah Watu mengambil puteri Hyun sebagai murid. Dan bagaimana lagi hubungan paman Gajah Watu dengan dua pangeran itu" Geni bingung. Apa yang dirasa Geni, tanpa sadar memancar dari wajah dan sinar matanya. Gajah Watu melihat ini. Ia mengerti. Tanpa sadar orang tua itu menghela napas. Ia tahu persis apa itu dendam. Karena dendam juga maka perjalanan hidupnya berubah. Ia masih ingat, dua kali dia berusaha menerobos istana Tumapel, untuk membalas dendam dan membunuh raja. Pertama di tahun 1222 dan yang kedua di tahun 1239. Yang pertama, gagal membunuh Ken Arok karena keraton dijaga banyak punggawa berilmu tinggi yang berasal dari para pendekar kenamaan. Tujuhbelas tahun kemudian (1239) atau duabelas tahun sete lah kematian Ken Arok (1227) yang kemudian digantikan Anusapati, dia kembali menyatroni keraton. Baginya membunuh raja Tumapel adalah tugas perguruan. Raja Tumapel, Anusapati meski bukan keturunan Ken Arok melainkan putra Ken Dedes dengan suami pertamanya Tunggul Ametung, tetapi tetap saja adalah raja Tumapel. Malam itu dia berhasil menyusup sampai ke dalam keraton. Di taman keraton ia memergoki bayangan berlari dengan gesit. Orang itu bertopeng. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Rasa curiga menuntunnya membuntuti bayangan tersebut yang menggendong sesuatu di punggung. Pada saat itu terdengar suara ribut, tanda rahasia istana berbunyi. Rupanya istana kebobolan musuh. Gajah Watu sadar malam itu tak mungkin meneruskan niat membunuh raja. Ia memutuskan lari menyelamatkan diri. Tiba-tiba dia mendengar suara berteriak minta tolong. Suara itu, suara anak kecil. Rupanya orang itu menculik anak kecil. Sesaat ia berpikir, jangan-jangan yang diculik salah seorang pangeran. Tanpa pikir panjang lagi ia bergerak lebih cepat Ia berhasil mengejar. Bertarung beberapa jurus, ia tahu lawannya sedang terluka. Tahu tak mungkin menang, malah jiwanya terancam, orang bertopeng itu me lempar anak kecil gendongannya dan kabur cepat. Gajah Watu memeriksa keadaan anak kecil itu yang ternyata gadis kurus. Gadis kecil itu tersenyum padanya. "Terimakasih pak tua. Kau sudah menolongku. Eh, sebagai tanda terimakasih nanti kau kuberi hadiah emas dan pakaian bagus-bagus." Gajah Watu terkesima. Gadis kecil ini punya nyali luar biasa. Ia sama sekali tak merasa takut. Suaranya wajar-wajar saja. Pada saat itu terdengar kesiuran angin. Beberapa bayangan berkelebat mengepung dan menyerang Gajah Watu. Semuanya ada enam orang. Empat orang menyerang. Dua lainnya menjaga gadis kecil itu. Gajah Watu kini benar-benar sibuk. Empat orang itu berilmu tinggi dan dalam sekejap saja terjadi pertarungan sengit. Gadis kecil itu berteriak-teriak kegirangan. Lucunya, ia berteriak membantu Gajah Watu. Ia balikan mengolok-olok empat punggawa istana itu. Tak lama kemudian tempat itu sudah dikepung banyak orang. Tak mungkin lagi Gajah Watu bisa lolos. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Seorang lelaki berjubah panjang mendekati pertarungan. "Huh, betapa beraninya sampean, dengan kepandaian sejengkal itu berani membentur istana Tumapel." Mendadak gadis kecil itu berteriak, "Hei kamu jangan mengejek pak tua itu. Dia yang menolongku. Kalau bukan karena dia, tentu aku sudah dibawa kabur jauh oleh penculik itu." "Apa katamu, Den Puteri" Dia bukan penculikmu?" "Kamu semua apa kerja kamu, penculik itu masuk keraton dan menerobos sampai keputrian, kalian di mana" Kerjamu cuma tidur, dasar goblok." "Maaf kami terlambat datang tuan putri." "Sudah jangan banyak omong, cepat hentikan perkelahian itu." Malam itu Gajah Watu melihat kesempatan emas. Ia dibawa menghadap ke hadapan Baginda Raja Anusapati. Sekali lagi gadis kecil itu menolongnya, memaksa baginda raja mengampuni Gajah Watu, juga memberi ijin tinggal di istana menjadi guru pribadinya. Gadis kecil itu ternyata puteri Waning Hyun, keponakan Anusapati Nenek putri Hyun adalah Ken Dedes. Ayah Waning Hyun, Bhatara Parameswara adalah Wisang Geni Pendekar Tanpa Tanding Karya John Halmahera di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo putra Ken Dedes dari suami Ken Arok. Sedang Anusapati adalah putra Ken Dedes dari suami Tunggal Ametung. Sejak itu Gajah Watu tinggal di istana, menggunakan nama samaran Ki Bhojana. Dia menjadi guru silat putri Hyun. Ternyata meski sangat dimanja, tetapi Waning Hyun sangat rajin berlatih s ilat. Jika sebelumnya dilatih banyak guru secara bergantian, kini ia hanya bersedia berlatih di bawah bimbingan Gajah Watu. Gajah Watu pura-pura senang mengabdi keraton tetapi dalam benaknya menanti kesempatan bertindak. Waktu berjalan terus, tahun berganti tahun Gajah Watu akhirnya Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ sadar, bahwa dendam hanyalah ilusi dari nafsu angkara. Tegakah ia membunuh gadis kecil yang tak tahu apa-apa tentang dendam Lemah Tulis, hanya lantaran ia adalah cucu Ken Arok" Cerita Gajah Watu tentang pengalamannya tak bisa melumerkan bara dendam dalam sanubari Geni. Dendam bagi Gajah Watu diartikan sebagai ilusi nafsu angkara. Selama belum terlampiaskan selama itu juga ilusi bergelayut di pelupuk mata. Bagi Wisang Geni, dendam adalah semangat. Dendam sama dengan tujuan hidup. Karena dendam itulah ia bisa lolos dari kematian. Dendamlah yang memelihara dan membesarkannya selama ini. Ia tak mungkin bisa menghapus ingatan masa kecil saat Manjangan Puguh menggendong membawanya lari dari istana yang sudah dikepung musuh. Meski waktu itu usianya delapan tahun tetapi ia mengerti kenapa mereka kabur dari istana. Masih lekat di ingatannya, hiruk pikuk di keraton. Semua orang berhambur ingin menyelamatkan diri. Di mana-mana orang berteriak tentang kekalahan pasukan keraton di perang Ganter. Orang-orang berlarian sambil membawa harta benda dan keluarganya. Geni menahan tangis. Ia menanyakan keadaan orangtuanya. Dari jawaban gurunya, ia merasa orangtuanya dalam bahaya besar. Tapi ia tak boleh menangis, itu pantangan bagi seorang pendekar, begitu yang diajarkan kepadanya. Geni telah me lalui hari demi hari yang penuh kekerasan dan kegersangan hidup. Tak ada kasih sayang ibu, tak ada kebanggaan memiliki seorang ayah. Yang ada hanyalah perasaan dendam yang melecut diri untuk giat berlatih ilmu silat. Dendam bagi Geni adalah urusan besar. Mengetahui Warung Hyun dan dua kawannya adalah keturunan Ken Arok, Geni tak bisa menyembunyikan perasaan tidak sukanya. Dia tak bisa berpura-pura. Sikapnya dingin dan kaku. Tentu saja sikap ini menjengkelkan Gajah Watu. Tapi Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ orangtua ini tak bisa memaksa Geni mengubah sikap. Suka atau tidak suka, Gajah Watu harus menerimanya sebagai hal yang wajar. Tidak demikian dengan tiga orang muda itu. Namun reaksi ketiganya tidak sama. Ranggawuni berpikir sikap Geni itu lantaran ma lu dan segan setelah mengetahui mereka keturunan keraton. Mahisa Cempaka pun berpikiran sama. Tapi Waning Hyun seakan bisa membaca jalan pikiran Geni. "Ki Wisang Geni, bersama kami, anda tak perlu basa-basi. Kalau berada di luar keraton, kami adalah orang biasa. Jadi kau tak perlu sungkan." Wisang Geni menyahut dingin ucapan Ranggawuni "Mana berani aku kurang ajar terhadap seorang putera mahkota yang tak lama lagi akan menjadi Yang Dipertuan di kerajaan Tumapel." Ranggawuni dan Mahisa Campaka menganggap jawaban Geni adalah sejujurnya. Tapi Waning Hyun merasa adanya nada sinis. Hanya sebelum gadis itu menjawab, Gajah Watu sudah mendahului. "Geni, ada yang ingin kutanyakan kepadamu." Gajah Watu memisahkan diri bersama Geni. Ia menanyakan tentang ilmu Geni yang bertenaga panas dan dingin. Ia tahu pasti ilmu hebat itu bukan ajaran Lemah Tulis. Geni menceritakan pengalamannya. Gajah Watu merasa takjub akan peruntungan Geni. "Aku pernah mendengar cerita guruku tentang kehebatan pendekar Lalawa itu. Ia hidup lebih dari seratus tahun lampau, ilmunya memang tinggi. Kau beruntung Geni, mewarisi ilmunya itu." "Tapi paman, aku mengalami kesulitan yang tak bisa kuatasi sampai saat ini. Setiap memainkan jurus Garudamukha Prasidha aku tak bisa menggunakan tenaga Wiwaha. Sepertinya tenagaku tersumbat Tapi kalau menggunakan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Garudamukha tingkat biasa atau ilmu dari guru Manjangan Puguh, tenaga Wiwaha itu mengalir lancar tanpa hambatan." "Geni, kau beruntung memperoleh ilmu paling handal dari Lemah Tulis itu. Gurilmu Padeksa juga aku bahkan kangmas Bergawa dan kangmas Branjangan selalu memimpikan ilmu ini. Kalau saja kami terutama kangmas Bergawa berjodoh memperolehnya, aku yakin ma lapetaka di Lemah Tulis itu tak akan pernah terjadi." Gajah Watu muram tiba-tiba ia sadar, mungkin peruntungan Geni, merupakan pertanda awal bangkitnya Lemah Tulis" "Geni, selalu dalam melatih ilmu diperlukan pengenalan mutlak terhadap ilmu itu sendiri. Apakah kau sudah mengenal Prasidha mutlak, utuh dan tuntas?" "Paman, aku memang sudah mempelajari tuntas Prasidha. Tapi kau benar, paman, ada satu kalimat yang sampai sekarang tak bisa kumengerti Aku rasa mungkin ini kunci permasalahan mengapa tenagaku tak bisa mengalir lantar saal memainkan Garudamukha Prasidha. Buny inya begini, Parahwanta Angentasana Dukharnawa, (Hendaknya aku menjadi perahilmu menyeberangi laut kesusahan) mungkin paman tahu artinya?" Wisang Geni penuh harap kalimat itu akan terpecahkan maknanya. T api sayang Gajah Watu pun tak bisa menembus maksud kalimat itu. Gajah Watu memandang Geni dengan gundah. "Agaknya kalimat itu sebuah perumpamaan yang mengandung falsafah. Aku belum pernah mendengar sebelumnya. Aku juga tak tahuapamalmakalimat itu, tapi akan kupikirkan. Mungkin suatu hari kelak aku bisa menjawabnya." Tanpa terasa hari sudah senja. Tak lama lagi matahari akan tenggelam di peraduan. Baik Geni maupun rombongan Gajah Watu sama-sama bertujuan ke puncak Mahameru. Ranggawuni mengajak Geni untuk me lakukan perjalanan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ bersama. Tapi Geni menolak, dia lebih suka melakukan perjalanan sendiri. ---ooo0dw0ooo--- Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Dendam Turun Menurun Begitu tiba di kaki gunung, Wisang Geni pamitan pada Gajah Watu dan rombongannya. Ada satu perasaan yang sulit dilukiskan yang membuat dia merasa enggan berjalan bersama-sama tiga bangsawan itu. Dia merasa lebih bebas melakukan perjalanan sendiri. Apalagi dia juga tidak perlu bergegas mengingat hari pertemuan Mahameru masih lama. Malam itu ia tidur di atas pohon. Keesokan harinya dia terjaga pada saat matahari sudah agak tinggi. Ia melanjutkan perjalanan dengan me langkah santai. Siang hari ia tiba di Ngadas, sebuah desa kecil di timur laut gunung Lejar dekat kali Bango. Meski tergolong kecik tapi Ngadas adalah desa yang padat penduduk. Ketika sedang mencari warung makan, di tengah jalan ilmum dia berpapasan dengan seorang lelaki. Geni merasa tak asing me lihat wajah tampan lelaki berusia lirnapuluhan itu. Tapi ia lupa di mana pernah bertemu. Lelaki itu sudah agak jauh saat mana Geni teringat siapa orangnya. Dialah lelaki yang bergandengan mesra dengan Wulan di keramaian pesta tahunan gunung Lejar. Tanpa sadar Geni berbalik arah, mengikuti lelaki itu dari jauh. Tak lama kemudian mereka tiba di luar desa. Lelaki itu melesat cepat menggunakan ilmu ringan tubuh. T ak ayal Geni pun menggelar Waringin Sungsang mengejar lelaki itu. Mudah bagi Geni karena ternyata ilmu ringan tubuhnya masih satu tingkat di atas lelaki itu. Namun ia tak berani terlalu mendekat Lelaki itu tiba di tengah hutan. Dari jauh tampak sekumpulan orang duduk-duduk. Khawatir kehadirannya kepergok, Wisang Geni me lesat ke kerimbunan pohon menggunakan Waringin Sungsang yang paling handal. Dia melesat dari pohon ke pohon tanpa menimbulkan suara yang mencurigakan. Diam-diam dia bersyukur pernah melatih ilmu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ringan tubuh dengan mencontoh gerakan kera bermain di pepohonan. Ternyata ilmu itu kini bermanfaat. Ia mengendap di salah satu pohon terdekat yang memungkinkan dia melihat dan mendengar dengan jelas. Sampai saat itu dia masih belum sadar apa dan mengapa alasan dia membuntuti dan mengintip lelaki itu. Pada awalnya Geni hanya merasa ingin tahu, siapa lelaki yang sanggup membetot cinta Wulan darinya. Dia juga berpikir adanya kemungkinan lelaki itu menuntunnya ke tempat Wulan berada. Namun setelah melihat situasi di tengah hutan itu, dia merasa curiga Dia merasa aneh melihat banyak orang berkumpul di tengah hutan. Jumlahnya sekitar limapuluh orang. Semua mengenakan pakaian dan ikat kepala serba hitam Lebih lanjut dia memerhatikan, rupanya lelaki yang dibuntutinya adalah pemimpin. Orang-orang itu bangkit dari duduk. Mereka berdiri sambil memberi hormat kepada lelaki itu. Sesaat kemudian suasana lengang dan sunyi Seorang lelaki tua tampil ke depan. Setelah memberi hormat kepada si pemimpin, ia berseru, "Karena saudara ketua sudah tiba dan hari sudah agak siang maka pertemuan dimulai. Silahkan saudara ketua bicara" Lelaki itu maju dan duduk di atas batu besar. Orang-orang itu mengucap salam dan memberi hormat kepada ketuanya, kedengarannya riuh. Suasana kembali hening saat si ketua mengangkat tangan dan mulai bicara, suaranya tidak keras tapi lantang dan jelas. "Saudara dan kerabatku, pertemuan hari ini tidak akan lama. Aku hanya ingin mengetahui apakah beberapa anggota sudah melaksanakan tugasnya dan apa hasilnya" Apakah sudah menghubungi Ki Sempani dan pendekar Sapikerep, dan juga bagaimana hasil penyelidikan di Alas Irengan, apakah si Padeksa itu masih tinggal di sana?" Tiga orang maju, mereka memberi hormat Salah seorang melapor. "Saudara ketua, kami bertiga telah melaksanakan tugas. Kami jumpa langsung dengan Ki Sempani dan dua Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ pendekar Sapikerep. Mereka bertiga berjanji menghadiri pertemuan Mahameru dan mereka merasa gembira telah diajak serta dalam upaya membasmi perguruan Lemah Tulis." Setelah berkata demikian, mereka mundur ke dalam barisan. Beberapa orang lain maju. Salah seorang melapor. "Kami sudah menyelidik perdikan Lemah Tulis dan Alas Irengan. Tak sejengkal tanah pun yang lolos dari pengamatan kami, tapi Padeksa tak kami temukan. Di Lemah Tulis tak ada lagi murid. Hanya orang-orang desa biasa. Di perdikan Alas Irengan, kata orang di sana, sudah lima tahun lebih Padeksa bepergian. Sepanjang perjalanan pulang kami mencari kabar, tetapi Padeksa lenyap seperti ditelan bumi." Ketua itu mengibas tangannya. Ia berseru, "Baik, terimakasih kalian telah melaksanakan tugas. Rencana kita tidak berubah. Aku harapkan Padeksa dan Gajah Watu akan muncul di Mahameru. Kalau mereka muncul, kalian sudah tahu bagaimana harus bertindak. Sekali ini mereka tidak boleh lolos, harus mati!" Dengan penuh semangat dia melanjutkan, "Kalian ingat, saat ini adalah saat kebangkitan perguruan kita, inilah saat menentukan bagi kita semua untuk menebus malu dan membayar hutang darah keluarga dan perguruan kita. Tapi satu hal yang kalian tidak boleh lupa, perempuan bernama Wulan itu sekali-sekali tak boleh dilukai. Ingat siapa melanggar perintah ini, akan menerima pukulan Pitu Sopakara dan itu berarti mati dengan tubuh hancur!" Setelah melalui pembicaraan singkat yang hanya menyangkut tata aturan perguruan, pertemuan kemudian diakhiri. Semua orang termasuk ketua perguruan duduk bersila dalam sikap semedi. Mereka seperti menggumam, mulanya terdengar suara mendengung, suara makin lama semakin keras sampai akhirnya mereka berteriak membahana, "Turangga jaya!" Mereka bubar, satu demi satu meninggalkan hutan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Wisang Geni terpaku di atas pohon. Bulu kuduknya berdiri. Tanpa sengaja dia menemukan keuntungan. Secara kebetulan bisa menyaksikan sendiri pertemuan partai Turangga yang sedang menyusun rencana jahat menghancurkan Lemah Tulis. Bahkan secara tersembunyi orang-orang partai Turangga ini mengincar nyawa gurunya, Padeksa dan Gajah Watu, dua tokoh paling sepuh dari Lemah Tulis. Untung Padeksa tidak ada di Alas Irengan. Tetapi ke mana perginya" Geni risau memikirkan keselamatan Padeksa. Ia berharap gurunya hadir di Mahameru supaya ia bisa memastikan keselamatannya. Tetapi hati kecilnya berharap Padeksa tidak hadir di Mahameru mengingat ancaman partai Turangga. Tetapi kenapa harus takut" Apa hebatnya Turangga" Dulu pun orang-orang hebat di Turangga tak ada yang lolos dari kematian ketika Rama Balawan dan muridmurid Lemah T ulis menyerbu dan membasmi habis perguruan sesat itu. Tetapi yang ditakuti W isang Geni adalah musuh bersembunyi dari tidak ketahuan identitasnya. Musuh-musuh itu pasti akan menyerang, tetapi kapan waktunya dan di mana Wisang Geni Pendekar Tanpa Tanding Karya John Halmahera di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo tempatnya, adalah hal tersembunyi. "Orang-orang itu tidak punya malu, mereka bisa menghalalkan segala cara meskipun melanggar tatacarakependekaran. Aku harus memberitahu guru dan semua murid Lemah Tulis tentang ancaman tersembunyi ini. Tetapi apakah aku masih punya kesempatan memberitahu mereka, semoga aku akan bertemu guru dan paman Gajah Watu di Mahameru nanti." Di balik ketakutan akan serangan gelap musuh-musuhnya, dia merasa gembira. Di Mahameru nanti kemungkinan besar Sempani dan sepasang pendekar Sapikerep akan hadir. Dia akan memanfaatkan pertemuan itu untuk balas dendam. Dengan ilmu Wiwaha dia yakin akan sanggup mengalahkan musuh-musuhnya. Geni tak pernah lupa cerita Padeksa. Tiga Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ nama itu masuk dalam rombongan yang membumighanguskan Lemah Tulis. Hutang darah bayar darah. Sempani, Bango Samparan dan Tambapreto dibantu para punggawa mengeroyok mati Gubar Baleman dan Mahisa Wlungan. Satu sudah mati, Tambapreto, tetapi Sempani dan Bango Samparan masih hidup. Begitupun Sepasang Iblis Sapikerep yang mengeroyok mati Kebo Jawa, adik perguruan ayah Geni. Jantung Wisang Geni berdegup kencang. Hari pembalasan sudah dekat. Tubuhnya menggigil menahan geram. Namun ia sadar, ia belum tahu seluruhkekuatan lawan. "Aku harus hatihati, tidak boleh memandang enteng lawan." Geni melihat sekeliling. Sunyi, tak ada orang. Sesaat ia berpikir, menculik salah seorang lawan yang lemah untuk diperas rahasianya atau membuntuti ketua Turangga itu. "Siapa tahu Wulan dalam bahaya besar?" Berpikir begitu Geni segera menggelar Waringin Sungsang mengejar ketua Turangga. Tak lama kemudian ia melihat sosok lelaki yang dicarinya. Rupanya ketua T urangga itu tidak bergegas. Geni membuntuti dari jauh. Ia sampai di desa. Lelaki itu menuju sebuah rumah besar di pinggiran desa. Rumah dikelilingi pagar bambuyang tinggi sehinggakegiatan apa pun yang terjadi di balik pagar itu, tidak akan terlihat dari jalanan. Geni memandang keliling. Dekat rumah itu ia melihat sebuah pohon cemara besar yang menjulang tinggi Tak ayal lagi Geni melesat memanjat pohon. Dari ketinggian itu ia bisa leluasa melihat lintas pagar. Rumah itu besar, pekarangannya luas. Tak heran kalau banyak penghuninya. Geni mencium sesuatu yang kurang wajar. Semua orang berpakaian rombeng seperti pengemis. Geni melihat dua pengemis keluar dari rumah. Mereka berlari menuju ke arah T imur. "Aku punya akal," gumam Geni. Cepat ia me lompat turun membuntuti dua pengemis. Dari Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ gerakannya tampak kepandaian mereka rendah. Sesampai di luar desa, di tempat sunyi, Geni menyerang. Cepat dan telengas. Hanya dalam satu gebrakan saja dua pengemis itu bisa dilumpuhkan. "Aku akan bertanya dan kalian harus menjawab jujur. Awas, kalau jawaban kalian tidak sama, itu berarti kalian berbohong. Hukumannya, kalian mati tersiksa, lihat ini!" ' Berkata demikian sambil mengerahkan tenaga panas Geni mencengkeram pohon kecil yang ada di situ. Seketika saja, pohon itu layu dan kering. Pengemis yang muda usia memandang dengan ketakutan sedang yang tua tampaknya tidak gentar. Geni tersenyum dingin. Ia mencengkeram lengan pengemis tua yang seketika juga menggigil kedinginan. Saat berikut wajahnyamerah kepanasan, keringat membasahi tubuhnya. "Kamu rupanya mau menderita panas dingin bergantian seilmur hidupmu, tak akan ada obat pemunahnya. Aku adalah raja racun yang paling ganas di kolong langit. Kalau itu mailmu maka aku tak punya pilihan lain." Pengemis tua itu ketakutan. "Jangan, jangan!" Geni memisahkan dua orang itu, jaraknya cukup jauh sehingga satu sama lain tak bisa saling mendengar. Dia bertanya pertanyaan yang sama kepada dua pengemis itu. Dari jawabannya dia bisa meneliti mereka berbohong atau menceritakan hal yang benar. Setelah memperoleh banyakketerangan, Geni me lepas dua pengemis itu. Ketika mereka melangkah, mendadak Geni melayangkan pukulan. Lawan jatuh tertelungkup. Dua pengemis itu kaget. Geni tertawa. "Tidak! Aku tidak membunuh kalian. Itu pukulan ringan, tapi kalian sudah kena racun panas. Kalian bisa sembuh dengan sendirinya apabila pergi dari sini dan tinggal di daerah dingin di lereng gunung, lebih cepat lebih baik sebelum racun itu mengganas." "Tetapi kami..." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Tidak perlu takut, kalian tidak akan mati kalau menuruti apa kataku. Pergilah ke lereng gunung, tinggal di sana selama satu bulan, maka kalian akan sembuh. Jika tidak pergi sekarang, aku khawatir terlambat dan kalian akan mati tersiksa." Dua pengemis itu pergi bergegas. Geni tertawa dalam hati. Ia mengusir dua pengemis agar mereka tidak membocorkan rahasia. Dari keterangan yang diperoleh Geni mengetahui rumah itu milik Ki Demung Pragola, tokoh sakti ketua perguruan Daridra. Dua hari lagi di rumah itu akan diselenggarakan pesta kawin Pengantin pria adalah Ki Jaranan ketua partai T urangga, sahabat Ki Demung Pragola. Siapa si pengantin wanita, pengemis itu tidak tahu karena belum pernah me lihat wajahnya. "Tetapi menurut kawankawanku si pengantin sangat cantik," tutur si pengemis. T api pengemis muda merasa ada yang aneh karena sempat mendengar isak tangis dari balik jendela kamar pengantin. Mendengar pengakuan pengemis itu, Geni merasa ada sesuatu yang tidak wajar. Ia bertekad menyelidiki. Menanti sampai hari gelap, Geni menyelinap lewat pagar. Geni beruntung, malam itu bulan bersembunyi di balik awan tebal. Keadaan agak gelap. Dia menggunakan Waringin Sungsang menyelinap mendekati kamar pengantin. Sebagaimana cerita pengemis itu, ada dua pengawal yang menjaga di sekitar jendela kamar. Geni menanti kesempatan. Begitu dua pengawal berbalik badan, ia melesat cepat Ia menggunakan jurus paling handal dari Waringin Sungsang hingga gerakannya cepat bagai siluman serta jurus Garudamukha agar sekali gebrak dua lawan roboh. Ia tak mau ambil resiko. Dua lawan itu jatuh lemas. Ia menahan tubuh mereka agar tidak menimbulkan suara. Dia mengendap di bawah jendela. Dia mendengar percakapan lelaki dan perempuan. Suara lelaki dikenalnya sebagai ketua partai T urangga. Tetapi dia merasa seperti bumi Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ yang dipijaknya amblas, saking terkejutnya. Dia mengenal suara perempuan itu, suara Wulan, "Kangmas, cukup, tapi... oh... jangan." Geni bergerak pelan-pelan menjaga agar tak ada suara sekecil apa pun, dia mengintip. Dilihatnya lelaki itu sedang menggilmuli perempuan yang dari suaranya sudah pasti Wulan. Keduanya berpelukan. Lelaki itu menciumi wajah dan leher Wulan. Perempuan itu menggeliat Keduanya berciuman. Tangan lelaki itu menjamah dan mengelus buah dada Wulan. Nafasnya memburu Saat itu Geni merasa ulu hati seperti ditikam belati Perlahan ia beringsut dan mengendap pergi Ia tak pernah membayangkan Wulan bercinta dengan lelaki lain. Dan lelaki itu adalah orang yang sedang menyusun rencana membunuh Padeksa, Gajah Watu, serta menghancurkan Lemah Tulis. Ia sudah hampir ke luar pagar ketika samar-samar mendengar jeritan. Ia memasang telinga, suara datang dari arah kamar pengantin. Apakah Wulan" Ketika suara terdengar lagi, dia yakin itu suara Wulan. Kenapa" Apakah Wulan dalam bahaya" Apakah ia perlu kembali" Tanpa sadar Geni kembali ke jendela. Ia melihat pemandangan aneh. Wulan berontak. "Jangan Mas, cukup, jangan dilanjutkan." Tetapi ia tak berdaya, si lelaki punya kekuatan lebih. Lelaki itu menggilmuli, memeluk kasar, tangannya merambah kasar tubuh Wulan. Pakaian Wulan sudah berantakan, tidak utuh lagi, banyak bagian yang sudah tercabik-cabik. Ia nyaris bugil. Si lelaki terengah-engah berkata dengan nada tinggi, "Kenapa kau menolak, Wulan. Kau tahu betapa cintaku padamu, aku kasmaran, aku tak bisa hidup tanpa kamu. Dari dulu sejak masih di Lemah Tulis, aku sudah mencintaimu, kau tahu itu kan. Dulu kita pernah bercinta, berulang kali aku menidurimu, tetapi belakangan kamu selalu menolak, kau Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mengulur-ulur waktu, menunda-nunda! Kenapa" Apakah ada lelaki lain?" "Kangmas, jangan berkata demikian. Sekarang ini aku belum siap, aku belum bisa...." "Wulan aku tak bisa bersabar lagi, sudah bertahun-tahun rindu dan cintaku ini kupendam, dan ini sangat menyiksaku, Wulan maafkan aku, malam ini aku akan mengambil hak milikku atas tubuhmu meskipun aku harus memaksamu." "Kamu tak punya hak atas diriku, aku belum menjadi isterimu." "Sebenarnya aku tak memerlukan upacara Dunia kependekaran tak memerlukan upacara kawin, dan upacara besok hanya untuk memperlihatkan kepada semua orang bahwa kamu sudah resmi milikku. Besok malam kita rayakan upacara, tapi malam ini aku bersenang-senang dulu dan kamu harus melayaniku Wulan, kamu tak perlu pura-pura tidak mau karena sebelumnya aku sudah berulangkali menidurimu, bahkan waktu itu kamu menjerit saking bahagianya" "Itu dulu, Mas. Sekarang tidak lagi. Jika kau jamah tubuhku lagi, aku akan bunuh diri, aku bersungguh sungguh Mas" "Kamu ngaco, bagaimana mau bunuh diri, menggerakkan tenaga saja kau tak bisa. Lagi pula setelah malam ini aku akan menjagamu siang dan malam, jika kebetulan aku keluar rumah maka ada anak buahku yang menjagamu, dan agar supaya kamu benar-benar jinak maka aku tak akan memberi obat pemunah, untuk selamanya tenagamu tak bisa pulih " "Mas, apa enaknya kamu mengawini aku dalam keadaan lemah tak punya tenaga seperti ini. Mengapa tidak kau sembuhkan aku, kemudian beri aku kesempatan satu bulan untuk berpikir." "Tak ada waktu lagi. Malam ini aku harus menikmati tubuhmu, besok malam upacara kawin, setelah itu kita berdua Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ menuju Mahameru sebagai pasangan suami isteri. Opo ora hebat?" Geni melihat lelaki itu merobek kebaya Wulan yang memang sudah compang camping. Ketua Turangga itu tertawa,"Wulan kamu cantik dan sungguh montok, aku makin terangsang." Tidak bisa menahan sabar Geni menghantam jendela menerobos masuk. Ia melihat pemandangan yang membangkitkan amarahnya. Wulan terbaring di dipan, tubuhnya hampir bugil, dua tangannya berusaha menutupi buah dada. Celana panjangnya robek, kelihatan pangkal pahanya. Rambutnya yang panjang riap-riapan. Wajahnya pucat, airmata membasahi pipi. Ia gembira melihat ada seseorang yang menolongnya. Ia tak kenal Geni, karena sejak keluar dari jurang Geni belum memangkas rambut, brewok dan kumisnya yang acak-acakan tak terurus. Geni tak sempat mengawasi lama-lama karena saat itu terdengar bentakan. Lelaki bernama Jaranan itu gesit melompat dan menyerang Geni. "Siapa kamu, berani lancang masuk kamarku!" Tak cuma membentak, ketua partai Turangga itu menyerbu dengan serangan ganas. Geni mencium hawa pukulan berbau busuk. Ini pasti pukulan beracun dan ganas. Tak ayal lagi Geni menggelar Bang Bang Alum Alum dengan tenaga inti Wiwaha. Bentrokan tak terhindar, keduanya mundur selangkah. Ternyata ketua Turangga ini ilmunya jauh lebih hebat dari yang dibayangkan. Tadinya Geni agak memandang enteng karena melihat ilmu ringan tubuhnya yang tak begitu handal. Saat berikut keduanya terlibat tarung lagi. Cepat, ganas dan berkekuatan dahsyat. Sekejap saja kamar itu dibuat berantakan. Beberapa jurus sudah lewat Pertarungan makin beringas. Geni lebih unggul dalam ringan tubuh dan tenaga pukulan. Tetapi dari kematangan jurus, ketua T urangga lebih unggul. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Suara hingar bingar di kamar memancing orang berdatangan. Seorang lelaki berjenggot putih menerobos masuk. Ia tertegun sesaat kemudian membentak, suaranya mengguntur, "Hentikan! Siapa orang ini?" Dua lelaki itu memisahkan diri. Geni mundur ke dekat Wulan yang sibuk menutupi tubuhnya dengan kain seprei. Geni menatap orang tua itu dengan tajam Wajah lelaki itu tampak teduh dan berwibawa. Jenggot dan kumisnya Wisang Geni Pendekar Tanpa Tanding Karya John Halmahera di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo menyatu, putih. Tubuhnya tinggi tegap. Pakaian penuh tambalan tetapi bersih. Dari sinar matanya yang bening dan sikap berdirinya, Geni yakin ilmu silat orangtua itu cukup tinggi. Geni memberi hormat "Maaf aku terpaksa masuk kamar ini karena mendengar suara jerit perempuan minta tolong." Tiba-tiba Wulan berteriak "Geni, kau Wisang Geni, oh jagad dewa batara terima kasih." Ternyata sekilas menyaksikan jurus Bang Bang Alum Alum dimainkan ia sudah curiga. Setahunya hanya tiga orang di dunia yang mahir memainkan jurus gunung Merapi itu, Ki Sagotra, Manjangan Puguh dan Wisang Geni. Tetapi penampilan W isang Geni yang mirip pengemis berewok membuatnya bingung. Wulan segera mengenali Geni dari suaranya. Suara yang sering dikenangnya. Geni memandang Wulan dengan sinar mata bahagia Ia gembira karena meskipun pakaian dan dandanan kumal macam pengemis, Wulan bisa mengenalinya Itu artinya Wulan tak pernah melupakannya. Ingin Geni memeluk perempuan yang dicintainya itu. Tetapi ia menahan diri. Bahaya masih mengancam. Wulan membalas tatapan Geni dengan sinar mata berbinar dan hati berbunga T ak sehari pun berlalu tanpa ia memikirkan Geni kekasihnya Malam ini, ia menolak si pengantin pria juga sebab teringat akan Geni. Di luar dugaan justru lelaki yang datang menolongnya adalah W isang Geni. Ia senang. Namun berbarengan hatinya ketar ketir memikirkan keselamatan Geni. Setahu dia, ilmu silat Wisang Geni tak mungkin bisa Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ menandingi kepandaian lelaki itu. Karena lelaki itu adalah paman guru Geni, yakni Lembu Agra Apalagi orang-orang di rumah itu semuanya pendekar berilmu tinggi. Tidak mungkin Geni bisa lolos begitu saja dari kepungan orang-orang itu. Pada saat itu seorang gadis kecil menerobos masuk kamar. "Kakek ada apa" Kenapa pengantin berkelahi?" Jaranan tadi sempat melihat bagaimana pandangan Wulan terhadap pengemis berewok itu. Ia juga menangkap getar suara Wulan ketika menyebut nama Wisang Geni. Sesaat ia tahu, Wisang Geni adalah putra Gajah Kuning dan Sukesih. "Rupanya laki-laki ini yang sering disebut-sebut Wulan. Kurang ajar!" Tiba-tiba ia merasa tak bisa menahan diri lagi, hatinya dibakar cemburu. Ia menyerang Geni dengan hebat Pukulannya mengancam dada, ulu hati, pelipis dan leher. Semuanya titik kematian. Pukulannya ganas dan telengas. Sebelum serangan tiba, Geni telah menemukan jalan keluar dan situasi yang tak menguntungkan. Begitu diserang, ia justru melihat adanya kesempatan. Ia bergerak secara naluriah dengan jurus Antarlina dari Waringin Sungsang, tubuhnya seperti lenyap dari pandangan. Tak berhenti di situ saja, sambil mengelak ia menyerbu ke depan dengan jurus Warajangungas (Anak panah menembus) dari Garudamukha, sasarannya orang tua berjenggot putih itu. Si orang tua mendengus dan menyampok sambil balas menendang. Angin pukulan dan tendangannya mengeluarkan hawa panas. Tetapi Geni tak meladeni. Tujuannya lain, serangan kepada si orangtua hanya siasat. Geni berlaku nekad. Kesempatan ini sangat kecil, tetapi harus digunakan. Geni mengelak dari tendangan lawan dan sengaja menerima sampokan orang tua itu di pundaknya. Pada saat sampokan mengenai pundaknya, Geni melempar tubuh ke sisi orang tua. Ia menyergap si gadis kecil! Orang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ tua itu sadar tetapi sudah terlambat! Begitu juga Ki Jaranan. Gadis itu memapak Geni dengan tusuk konde panjang yang digenggamnya sejak memasuki kamar. Geni mengibas. Lengan si gadis kesemutan dan tusuk konde itu terlempar. Geni me lejit ke samping dipan berada di dekat Wulan, ia mencekal leher si gadis. "Kalian mundur semua, aku tak ingin mencelakai gadis ini, jangan paksa aku membunuh anak tak berdosa ini!" Orang tua itu marah besar, wajahnya merah marong. "Hei sedikit saja kau sakiti cucuku, jangan harap kamu lolos dari siksaanku! Aku Demung Pragola akan melumat tubuhmu." "Kamu tenang saja Ki Demung. Aku hanya ingin membawa kawanku ini pergi dari sini tanpa diganggu anak buahmu Kalian tak boleh menghalangi kami. Ki Demung jika masih mau melihat cucilmu hidup, sekarang juga perintahkan anak buahmu menjauh." Demung Pragola segera memerintahkan anak buahnya keluar dan menjauh dari kamar. Saat itu terdengar Jaranan tertawa. "Kamu pasti Wisang Geni, putra kangmas Gajah Kuning dan mbakyu Sukesih. Kau sudah dewasa bahkan berpakaian macam pengemis, tentu saja aku tak mengenali keponakanku sendiri. Tentu saja kamu tak mengenalku, aku pamanmu, Lembu Agra. Nah, lepaskan gadis kecil itu dan semua urusan bisa kita selesaikan dengan aturan" Wisang Geni terkesiap. "Inikah Lembu Agra, adik perguruan ayahnya. Dan kakak perguruan Wulan" Lembu Agra murid Bergawa. T etapi bagaimana mungkin ia bisa jadi ketua partai Turangga dan bernama Jaranan" Lantas apa hubungannya dengan musuh perguruan, Sepasang Iblis Sapikerep dan Sempani" Dan kenapa ia berniat membunuh guru Padeksa?" Ketika itu Lembu Agra alias Jaranan melangkah maju. Geni berseru "Awas, sekali pencet leher gadis ini remuk!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Demung Pragola berseru, "Ki Jaranan, jangan mendekat!" Lembu Agra berhenti dan mundur kembali ke tempat ia berdiri. Pragola berkata perlahan namun sangat berwibawa. "Kalian semua diam di tempat, jangan bergerak. Ikuti apa maunya. Geni, namamu Geni ya, kamu putra Gajah Kuning dan Sukesih, mereka adalah sahabatku, lepaskan cucuku itu, aku jamin kalian berdua akan meninggalkan rumah ini tanpa ada yang menghalangi. Ini semua kan persoalan Lemah Tulis, tak ada hubungan dengan aku, hayo Wisang Geni lepaskan cucuku!" Geni masih bingung, tapi cekalan pada si gadis tetap erat Malah sebelah tangannyayang lain berada di atas ubun-ubun kepala si gadis. Seperti ancaman! Sekali tangan itu turun maka batok kepala cucu Ki Demung Pragola berantakan. Melihat Geni dalam keadaan bingung, Lembu Agra mempersiapkan suatu serangan maut. Untuk itu ia hanya memerlukan kelengahan Geni. Lengah sesaat saja! Itu saja yang diperlukan. Ia berusaha memecah perhatian Geni. "Wisang Geni, kau harus tahu, yang kau hadapi ini, Ki Demung Pragola, sahabat baik ayah dan kakek gurilmu Kamu tak pantas mengancam cucunya, lepaskan saja. Lagipula urusanku dengan Wulan adalah urusan pribadi, kami berdua akan menikah, kamu sebagai keponakan murid tak pantas ikut campur." "Omongan apa itu, aku memang putra ayahku, tetapi kamu murid paman Bergawa, aku murid guru Padeksa, artinya kita sederajat, aku bukan keponakanmu dan kamu bukan pamanku!" Saat itu Wulan berseru, "Ki Demung, aku tak mau tinggal di sini, aku mau ikut W isang Geni pergi dari s ini." Lalu ia berseru kepada Geni. "Kamu jangan lepaskan gadis kecil itu, dia adalah kunci untuk kita me loloskan diri. Sekarang bawa aku keluar dari tempat ini." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Dalam keadaan bingung, tak bisa mengambil keputusan, Geni gembira mendengar perintah Wulan. Tak ragu lagi, ia membentak Lembu Agrayang dari tadi bersiap-siap akan menyerangnya. "Kamu menyingkir jauh-jauh, kalian semua menyingkir ke dinding sana. Wulan mendekat kemari! Ki Demung, aku mohon maaf atas kelancanganku, aku hanya membawa adik kecil ini sampai di batas desa, tolong kamu siapkan dua ekor kuda buat kami, begitu kami sudah bebas dan tidak diikuti, maka adik kecil ini akan segera aku serahkan padamu" "Geni kamu jangan nuiu mani denganku, seujung rambut cucuku copot, nyawamu jadi ganti!" "Tidak usah khawatir, akan kutepati janjiku!" Orang-orang itu patuh pada perintah Ki Demung, mereka tidak merintangi kepergian Geni dan Wulan. Tiba di batas desa, Geni memanggil empat orang anak buah Ki Demung yang membuntuti dari jauh. Ketika hendak kembali ke rombongan, si gadis kecil menatap Geni. "Apakah benar kamu akan membunuh aku seandainya keadaan tidak menguntungkan kamu?" Geni tersenyum, mengusap kepala si gadis. "Aku belum pernah membunuh orang tak berdosa, apalagi adik kecil yang manis seperti kamu. Jika keadaan tidak menguntungkan mungkin aku akan mendorong kamu kepada kakekmu, selanjutnya terserah pada nasib keberuntunganku." Gadis itu belum mau pergi. Ia bertanya pada Wulan. "Bibi kenapa kamu membatalkan perkawinan?" Wulan memeluk s i gadis. "Orang kawin itu harus suka sama suka, tak boleh main paksa." "Jadi bibi tak suka pada paman itu, lalu paman mau memaksa bibi, kemudian paman yang ini datang menolong bibi?" Gadis kecil itu tersenyum Wulan juga tersenyum dan mengangguk. Si gadis kecil pergi diiringi empat pengawal itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Suasana malam sepi dan lengang. Geni menatap Wulan. Ini dia perempuan yang paling ia rindukan selama ini Wulan menangkap pancaran kehangatan cinta dalam sinar mata Geni. Tanpa sadar ia menghela napas panjang. Wulan merunduk, Geni memegang lengan perempuan itu. "Kenapa Wulan, kamu menyesal meninggalkan dia?" Wulan memegang ujung kain seprei yang membungkus tubuhnya. "Sudah berapa lama kau berada di luar jendela?" Geni menatap Wulan "Lama. Aku tadinya sudah pergi setelah melihat kau berpelukan dan berciuman, aku cemburu. Tetapi aku kembali lagi karena mendengar suara jeritanmu." Wulan menatap Geni dengan mata yang berkaca-kaca. "Aku tak menyesal meninggalkan Lembu Agra, lagipula setelah kejadian itu aku tak akan bisa memaafkan dia. Aku berterimakasih padamu, Geni, nanti setelah aku sembuh dan tenagaku pulih, kamu boleh pergi tinggalkan aku." "Lho kenapa begitu?" "Kamu kan sudah mendengar semua apa yang diucapkan Lembu Agra. Ia telah meniduri aku, berulang-ulang." Geni bertanya spontan, "Kamu menyukainya?" Wulan menggeleng kepala. Namun sebelum dia menjawab, Geni memegang lengannya. "Kita harus cepat pergi dari sini, sebelum mereka datang mengejar." Keduanya melecut kuda menembus kepadatan hutan. Sinar rembulan samar menerobos pepohonan, namun tak cukup terang. Kuda tak bisa berlari cepat karena Wulan yang tenaganya belum pulih tampak kesulitan. Ia bahkan terhuyung-huyung. Melihat itu Geni tak sampai hati Ia menghentikan kuda. "Wulan, kita naik seekor kuda saja, satunya lagi dituntun, biar lebih cepat" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Wulan diam saja ketika Geni membopongnya. Berjalan beberapa langkah, Geni memeluk lebih erat. Ia merasakan tubuh montok yang lunak, tubuh perempuan yang sudah lama ia rindukan. Ia memeluk lebih erat lagi. Wulan membalik tubuh, pahanya di atas paha Geni, tangannya menggelayut di leher Geni. Ia menatap lelaki itu dengan sinar mata penuh bara cinta. "Keadaan masih berbahaya, sewaktu-waktu mereka bisa mengejar kita, aku sekarang tak punya tenaga terkena racun pelemas tulang." "Baik, kita cari tempat yang sunyi, nanti aku akan membantu mengeluarkan racun dari tubuhmu." "Peluk aku, Geni, bawalah ke mana kamu mau membawa diriku." . Hati-hati dan waspada, Geni mengendalikan kuda menembus kegelapan hutan. Malam itu bagi sepasang kekasih itu suatu malam yang tak mungkin dilupakan. Tengah malam di tengah hutan Geni menghentikan kudanya, mereka sudah jauh dari desa tadi. Geni turun dari kuda kemudian melecut dua ekor kuda itu yang kontan berlari cepat. Wulan tak bertanya, ia mengerti Geni sedang menyesatkan lawan. Jika lawan mengejar, mereka akan melacak jejak kuda dan memburu kuda tanpa tunggangan itu. Keduanya melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki, ke arah lain dari yang ditempuh dua kuda tadi. Geni membopong kekasihnya. Wulan menggelayut manja, kepalanya rebah di dada bidang sang kekasih. Tak lama kemudian, keduanya istirahat Di tengah gelapnya hutan, Geni memeluk dan menciumi kekasihnya. Dua insan itu bergilmul dalam panasnya birahi. "Apa kau merindukan aku, Geni?" "Oh Wulan, tiada hari tanpa aku merindukan kamu." "Geni, apakah kamu masih mencintaiku setelah mengetahui kisahku dengan Lembu Agra?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Geni mencium mulut Wulan. "Aku sangat mencintaimu, tetapi aku juga sangat cemburu dan kesal." Wulan berbisik lirih, "Geni, setelah berpisah dengan kamu, secara kebetulan aku bertemu Lembu Agra. Aku ingin melupakan kamu, itu sebab aku menjalin hubungan dengan Agra." Dengan nafsu birahi membara, Geni memeluk erat kekasihnya. "Aku tak mau mendengar itu, biarkan itu berlalu Wulan." "Tidak Geni. Kamu harus mendengarkan ceritaku, agar Wisang Geni Pendekar Tanpa Tanding Karya John Halmahera di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo kamu bisa menentukan sikapmu. Dengarkan aku Geni. Sekarang ini aku sudah tahu, sudah yakin bahwa aku hanya mencintai kamu, tetapi kamu harus mendengarkan ceritaku." Ia berbisik di telinga kekasihnya. "Wulan, masih banyak waktu untuk menceritakan itu." Ia melepas seprei yang membungkus tubuh molek itu, mencium semua bagian tubuhnya. Perempuan itu menggelinjang, bibirnya bergetar. "Cintailah aku, oh betapa aku merindukan kamu, Geni, aku mengingatmu selalu." Keduanya bergilmul dan berpelukan sampai fajar menyingsing. Malam itu mereka temukan lagi pesona cinta dan panasnya birahi yang tadinya pernah diselimuti keraguan. Geni pernah begitu sengsara dan cemburu melihat Wulan digandeng seorang lelaki di pesta tahunan gunung Lejar. Sampai tadi pun Geni masih bimbang dan meragukan cinta Wulan. Ketika ia me lihat Wulan dan lelaki itu berpelukan dan berciuman di kamar pengantin, ia merasa dunia kiamat Tetapi keajaiban saja yang menuntunnya kembali ke jendela dan tiba pada saat yang tepat menolong Wulan yang hendak diperkosa. Ketika fajar menyingsing. Udara dingin dan lembab. Kedua insan masih berpelukan dan berselimutkan seprei. Wulan menceritakan betapa sengsaranya dia setelah berpisah dari Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Geni. Ia memeluk Geni. "Dulu sewaktu sama-sama berlatih di Lemah Tulis, beberapa kali aku bercinta dengan Lembu Agra, ia memang kasmaran padaku, tetapi aku tak pernah mencintainya. Setelah Lemah Tulis hancur, aku bertemu dengannya satu kali, aku bersamanya selama lima hari tapi hanya sekali-sekali bercinta. Setelah itu, aku tak pernah bertemu lagi dengannya. Baru di pesta gunung Lejar itu kami bertemu lagi. Saat itu aku masih bingung, aku ingin melupakan kamu. Tapi aku tak bisa menipu diri sendiri. Semakin berupaya melupakan kamu, makin aku sadar betapa aku sangat mencintai kamu. Aku tak hanya membiarkan Agra merayu dan menggauliku, bahkan aku berusaha agresif dalam bercinta. Tetapi bayangan kamu selalu hadir di antara desah nafas Lembu Agra. Wajahmu seakan menertawakan dan mengejek aku." "Jadi kamu tidak mencintai Lembu Agra, kamu mencintai aku." "Kamu percaya sekarang ini, bahwa aku sangat mencintaimu?" "Aku percaya, apalagi melihat semalaman kamu begitu kasmaran." Wulan mencubit paha kekasihnya. "Kamu yang gila Geni. Kamu seakan hendak melumat habis tubuhku. Tetapi aku memang merindukan kamu, sudah lebih dari tiga purnama aku mendambakan pertemuan denganmu, bercinta denganmu." Ia menceritakan kisah pelarian asmaranya dengan Lembu Agra. Mereka bercinta hanya beberapa hari setelah pesta tahunan bukit Lejar. Kemudian mereka berpisah. Saat itu ia sudah sadar betapa ia sangat mencintai Geni. Ia bertekad mencari kekasihnya itu. Lima hari lalu, ketika ia menginap di desa Ngadas, beberapa orang masuk menyergapnya. Ia heran tenaganya seperti lenyap begitu saja, ia tak mampu melawan. Orang-orang itu membawanya ke hutan dan akan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ memerkosanya. Tetap entah kebetulan atau keajaiban, Lembu Agra muncul sebagai penolong. "Dia membawa aku ke rumah Demung Pragola. Ia membujuk aku, merayuku, tetapi aku tak bisa lagi meladeninya. Aku selalu ingat padamu. Ia memaksa akan mengawiniku dalam upacara resmi, tetapi aku menolak. Malam itu rupanya dia sudah tidak sabar lagi, selanjurnya kamu tahu apa yang terjadi" "Aku melihat kamu berpelukan dan berciuman, itu yang membuat aku kabur karena cemburu" "Ia memeluk dan menciumku, kuakui aku memang sempat terangsang. Tetapi hanya sesaat, kemudian bayangan wajahmu muncul membuat aku sadar. Ketika aku menolak dan meronta melepaskan diri, ia memaksa, hendak memerkosaku, ia merobek kebaya dan celanaku, itulah kenapa aku menjerit, jeritan yang membuat kamukembali dan menolongku. Jika kamu tidak kembali, aku tidak tahu apa yang terjadi pada diriku." Fajar menyingsing, Geni mendukung kekasihnya. Wulan memeluk makin erat Geni melangkah tak tahu ke mana arah tujuan. Hutan itu lebat Ia berhenti, menatap perempuan dalam pondongannya. Wulan membuka mata. "Geni, kalau letih, biar aku berjalan saja, kalau hanya berjalan aku masih kuat" Berkata demikian, bukannya melonggarkan pelukan, Wulan malah lebih erat memeluk kekasihnya. Ia menciumi leher Geni. "Kau tak perlu berjalan, biar aku mendukungmu sampai kita menemukan tempat berteduh." Tak pernah sebahagia itu, Geni me langkah terus. Ia keberatan melepas Wulan berjalan. Ia lebih suka memeluk menggendong kekasihnya. Wulan pun merasakan hal yang sama, ia tak mau turun dari dekapan lelaki yang dicintainya. Ia merasa aman terlindung dalam pelukan kekasihnya. Wulan membayangkan betapa Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ perkasanya Geni ketika menolongnya dari perkosaan Lembu Agra. "Dia inilah lelaki yang akan menjadi pelindungku, aku tak akan mau berpisah lagi darinya," gumamnya dalam hati Ia berbisik lirih. "Geni, aku ngantuk, semalaman bercinta denganmu, aku kelelahan, apalagi tenagaku belum pulih, kamu juga letih?" Geni menggeleng kepala. "Aku tak pernah letih bercinta denganmu. Malahan membuat aku lebih bersemangat dan kuat" Pagi itu Geni terus mengayunkan langkah. Ia melangkah teratur, khawatir Wulan dalam pondongannya terbangun oleh guncangan. Geni memandang kekasihnya yang tidur lelap. Wulan tampak cantik diterangi matahari pagi. Geni merasa bahagia. Bagaimana tidak, separuh malam dia berdua Wulan menunggang seekor kuda. Selama itu dia memangku dan memeluk Wulan. Lantas di tengah malam, ia menggilmuli tubuh montok, menciumi kaki dan buah dada Wulan, dua bagian tubuh yang paling indah milik perempuan itu. Malam itu ia tahu persis, ia tak mungkin mencintai perempuan lain. Hanya perempuan ini! Walang Wulan inilah yang paling ia maui. Ia merasa garis tangan dan nasibnya sudah ditentukan. Ia tahu hidupnya tak akan bahagia tanpa Wulan di sisinya. Matahari siang sudah berada di titik paling tinggi. Geni melangkah terus, Wulan masih tertidur. Geni memandang keliling. Ia tak tahu berada di hutan bagian mana. Di kejauhan ia me lihat bukit kecil. Ia membawa Wulan ke sana. Pemandangan di sekitar indah. Bukit itu padat dengan pepohonan dan ilalang yang tinggi dan kasar. Tampaknya jarang dilewati manusia. Ia menemukan tempat persembunyian, sebuah goa kecil. "Tempat ini bagus, Geni, kita nginap di sini saja." Rupanya Wulan sudah terjaga Ia meronta turun dari pondongan Geni. Wijahnya yang cantik tampak bersinar diterpa matahari siang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ yang agak terik. Geni terpesona memandang kecantikan tubuh perempuan di hadapannya. Wulan tersipu-sipu. Ia merunduk. Tiba-tiba ia menjerit. Seprei pembungkus tubuhnya terbuka. Tubuh bagian atasnya telanjang, hanya celana sebatas lutut itu pun compang camping. Tampak buah dadanya menyembul. Tangannya bergerak mendekap dada. Tetapi kemudian ia tertawa kecil ketika Geni memegang dan menurunkan tangannya. Geni memandang buah dada montok itu dan menggumam, "Sungguh indah, kamu sungguh cantik, Wulan." Tak tahan menahan keinginannya, Geni memeluk perempuan itu, mencium mulutnya. Keduanya berciuman lama. Wulan mendorong Geni, melepaskan diri. "Geni, goa itu harus dibersihkan dulu, supaya bisa dijadikan rumah kita, ayo kau bantu aku." Wulan melangkah, namun Geni menahannya. "Biar aku yang bekerja, kamu duduk saja di situ." Wulan duduk bersandar di pohon memerhatikan Geni yang bekerja cepat Goa itu kecil di bagian mulut, tetapi luas di dalam. Kotor dan bau busuk. Bekas tinggal binatang. Ia mengumpulkan rumput dan dahan kering, membakar mengasapi agar bau busuk itu hilang. Kemudian ia merancang tempat tidur dengan menumpuk ranting kecil, dedaunan dan rumput kering. Ia menutup mulut goa dengan batu besar yang ditemukan tak jauh dari situ. Kemudian menumpuk daun dan ranting sehingga tak terlihat dari luar. Geni mengajak Wulan masuk goa, membiarkan kekasihnya istirahat Hari sudah senja, ia cepat mencari daun obat dan binatang buruan. Namun ia tak berani terlalu jauh dari goa, khawatir ada binatang atau manusia mengganggu Wulan. Sebab dengan keadaan tubuh yang belum pulih tenaga dalamnya, Wulan tak akan mampu bertarung. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Ia juga tidak terburu-buru mengobati Wulan. Semalam ketika bercumbu dengan kekasihnya ia memastikan Wulan hanya kena racun pelemas tulang yang ringan. Tanpa diobati pun tenaga Wulan akan pulih dalam beberapa hari. Jika dengan bantuan tenaga dalamnya mungkin tiga hari sudah pulih seluruhnya. Tak lama kemudian Geni masuk goa. Wulan sedang memeriksa celananya yang robek. Samar-samar dalam cahaya matahari senja Geni terpesona akan kecantikan tubuhnya. Wulan tertawa. "Jangan melotot memandangku, kamu kan sudah sering melihatnya. Kamu lihat Geni, kebaya dan celana ini sudah tak mungkin bisa kupakai lagi, sudah robek di banyak tempat. Kurang ajar si Lembu Agra," kata Wulan yang tidak berusaha menutupi tubuhnya yang bugil. "Aku sudah lapar, biar kusiapkan makanan," Geni keluar. Ketika ia sedang memanggang ayam hutan, Wulan keluar menemuinya. Ia menggunakan kain seprei menutupi tubuh bagian atasnya. Ia duduk berhadapan dengan Geni, matanya memandang dengan jenaka. "Biar aku saja yang memanggang ayam, ini kan pekerjaan perempuan, supaya kamu bisa membuat ramuan obat" Geni tak puas-puasnya memandang Wulan. Ia menyodorkan ayam tanpa mengalihkan mata dari kecantikan perempuan di hadapannya. Wulan memanggang ayam. Ia merunduk karena mengetahui Geni sedang menatapnya. Setiap matanya bentrok dengan mata kekasihnya, ia merunduk dan berkata lirih, "Geni, kenapa kau memandangku terus seperti itu, kamu seperti ingin menelan aku." "Kamu terlalu cantik untuk tidak kupandang. Sudah lama kita berpisah, hampir empat bulan lamanya." "Kapan kamu akan mulai menyembuhkan aku?" "Tak perlu tergesa-gesa, racun itu racun ringan. Aku akan membantilmu dengan tenaga dalam supaya lebih cepat Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ sembuh." Setelah menyantap habis ayam panggang, Geni menyodorkan segenggam rumput yang siang tadi sudah ia kumpulkan. Kemudian ia mengajak Wulan masuk goa. Agar cepat sembuh, Geni melepas kain seprei yang menutupi tubuh bagian atas kekasihnya. Wulan bersila hanya mengenakan celana rombeng, tubuh atasnya bugil. Sesaat Geni terganggu pemandangan punggung kekasihnya yang mulus, tetapi dia kemudian memusatkan perhatian, dua tangannya menempel di punggung. Tenaga panas membanjir menerobos tubuh kekasihnya, kemudian ia mengurut punggung. Ketika Geni mengurut bagian pingang, Wulan merasa perutnya mual. Rasanya ingin muntah. Keringat mengucur keluar dari seluruh pori tubuhnya. Mendadak saja tenaga panas itu lenyap begitu saja. Wulan merasa seperti jatuh ke jurang yang dalam. Ia hendak menjerit tetapi belum sempat suaranya keluar, ada tenaga dingin merembes dari punggung masuk ke tubuhnya. Makin lama makin dingin. Tenaga itu kemudian berpencar merambah ke seluruh tubuh. Rasanya enak, tetapi makin lama makin dingin. Saat ia sudah tak tahan lagi, tenaga itu lenyap dan berganti tenaga panas. Demikian seterusnya, Wulan tak mengerti dari mana Geni memperoleh tenaga batin sedahsyat itu. Saat pengobatan selesai, hari sudah ma lam. Di luar goa, gelap gulita. Wulan merasa tubuhnya segar. Ia mengerahkan tenaga dalam, ternyata tenaganya sudah pulih meski belum seluruhnya. Wulan kagum, tak disangkanya ilmu silat Geni maju begitu pesat hanya dalam waktu empat bulan perpisahan. Dilihatnya Geni memejam mata, semedi mengembalikan tenaganya yang cukup terkuras tadi. Wulan memerhatikan wajah kekasihnya. Di balik brewok lebatnya terlihat raut wajah yang keras. Tampak lebih tegas dan lebih keras ckbanding saat pertama jumpa di air terjun. "Beberapa bulan berpisah telah membentuk dia semakin dewasa dan matang. Apa saja pengalaman lelaki ini sete lah Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ berpisah dulu, apakah ia merasa kehilangan seperti yang kurasakan?" gumamnya. Hari-hari yang dilaluinya setelah perpisahan dengan Geni Wisang Geni Pendekar Tanpa Tanding Karya John Halmahera di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo adalah saat-saat yang memeras perasaan dan pikiran. Dari hari ke hari ia tak bisa me lupakan lelaki ini. Bayangan Geni tetap melekat di benaknya meski berulangkah' ia berupaya melupakan. Hari-hari itu ia masih tetap bimbang. Tak bisa memutuskan antara dua pilihan. Mengakui Geni sebagai keponakan murid dan melupakan cintanya. Atau mengingkari hubungan keponakan murid demi memperoleh cinta yang begitu diidamkan sejak dia masih gadis. Dalam keadaan bimbang itu ia berjumpa Lembu Agra, kakak perguruannya. Ia memang merindukan Agra, karena sejak masih sama-sama menuntut ilmu silat di Lemah Tulis, Agra sudah menyatakan cinta dan bercinta dengannya. Bahkan melamarnya menjadi isteri. Tetapi ia selalu menunda dan belum bisa menerima cinta Agra. Entah mengapa setiap Agra mencium mulurnya, meraba bagian tubuhnya, bercinta dengannya, ia merasa sesuatu yang asing. Ada sesuatu dalam diri Agra yang tak disukainya, yang sulit ia mengerti, membuat seperti ada jarak antara dia dengan Agra. Ia tak tahu. Mungkin semacam firasat terselubung dan penuh misteri. Belakangan ia tahu, perasaannya terhadap Lembu Agra hanya kasihan, bukannya cinta. Geni membuka mata, memandang Wulan yang sedang melamun. "Wulan, kamu sudah sembuh, tetapi belum pulih seluruhnya, mungkin empat atau lima kali pengobatan dengan tenaga dalam, tenagamu akan pulih." "Bagus, Geni. Paling tidak jika tenagaku sudah pulih, aku merasa lebih percaya diri, tak ada orang bisa sembarangan menghinaku." "Wulan, ada sesuatu yang ingin kutanyakan, apakah dia benar Lembu Agra, kakak perguruanmu dan adik perguruan ayahku?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Maksudmu dia palsu" Tidak. Tak mungkin dia palsu. Aku kenal betul. Dia Lembu Agra!" "Tunggu! Ketika bertarung denganku, kamu menyaksikan sendiri ia begitu perkasa dan memiliki pukulan ganas. T enaga dalamnya juga sangat besar. Padahal menurut ceritamu dulu, ia cacat, dia tak bisa mengerahkan tenaga dalamnya secara maksimal. Ia cuma bisa kerahkan separuh kekuatannya. Tetapi malam itu, aku rasa Agra sehat, bahkan tenaga dalamnya jauh lebih besar dari tenagamu yang sebenarnya." "Memang benar, cacat luka dalam itu diperolehnya sebelum kejadian Lemah Tulis dibumihanguskan. Menurut ceritanya dia kena pukulan dingin Kalayawana. Tetapi kau benar Geni, malam itu ia sangat perkasa, tak ada tanda bahwa ia cacat Mungkin ia menemukan keajaiban yang membuatnya sembuh. Ketika ia mengusir para penjahat, kemudian membawaku ke rumah Demung Pragola, ia mengaku cacatnya belum sembuh." "Aku rasa dia bukan Lembu Agra yang sebenarnya." "Tak mungkin Geni, aku yakin dia Lembu Agra yang asli, tak mungkin keliru sebab ia bisa menceritakan pengalamannya di masa lalu, ketika kami masih sama-sama belajar di Lemah Tulis." Geni menghirup nafas panjang kemudian menghembus perlahan, ia merasa gundah. Tetapi ia harus menceritakan pertemuan partai Turangga di hutan di luar desa Ngadas itu. Bagaimana secara kebetulan ia membuntuti Lembu Agra yang ternyata punya nama lain Ki Jaranan yang juga ketua partai Turangga dan rencana partai Turangga yang berniat membunuh Padeksa dan Gajah Watu serta menghancurkan Lemah Tulis sampai ludas dari muka bumi Wulan menatap Geni dengan mimik penuh teka teki. Ia hampir tak percaya apa yang didengarnya. "Geni, kamu sungguh-sungguh" Tidak main asal tuduh?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Geni merasa tidak nyaman. "Kebenaran harus diungkap betapapun pahitnya. Aku tidak main-ma in, aku menceritakan sesuatu yang benar. Kau ingat jurus yang dimainkan Lembu Agra ketika tarung dengan aku" Coba ingat-ingat dan katakan jurus apa itu, apakah itu jurus Lemah Tulis?" Wulan membayang ulang pertarungan di kamar pengantin itu. Ia yakin jurus itu memang bukan jurus Lemah Tulis. Bahkan ia sempat mencium kesiuran angin berbau bacin. Jurus itu cenderung dari golongan kaum sesat. Wulan memandang Geni, menggeleng kepalanya, "Itu bukan jurus Lemah Tulis." "Kamu perlu tahu, itulah jurus Pitu Sopakara ilmu andalan partai T urangga." Wulan makin heran. Ia tahu ilmu s ilat Geni kini sudah maju pesat bahkan sudah melewati kemampuan dirinya Diam-diam ia bangga pada Wisang Geni. Tetapi baru sekarang ia tahu bahwa Lembu Agra sudah mewarisi ilmu dahsyat Pitu Sopakara. Ia sendiri belum pernah melihat ilmu sesat itu karena konon sudah puluhan tahun hilang dari dunia kependekaran. "Geni, ilmu dahsyat itu sudah lama hilang, bagaimana kau bisa mengenal bahwa itu Pitu Sopakara?" "Di pertemuan itu aku mendengar ia menyebut ilmu itu sebagai warisan leluhurnya para pendiri perguruan Turangga. Wulan, di belakang hari kamu akan mengetahui apakah aku berbohong untuk menjelekkan lelaki itu atau memang berkata benar." Wulan tertawa. Ia merasa lucu melihat wajah Geni yang cemberut. Tapi Geni justru lebih tersinggung, mengira Wulan menertawakan. "Wulan, aku ini lelaki sejati, aku tidak akan mau menjelekkan lelaki lain dengan tujuan supaya kau tidak menyukai lelaki itu dan agar..." Wulan memotong perkataan Geni. "Kamu jangan salah sangka Geni, aku tidak bermaksud demikian. Aku percaya Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ padamu. Kamu mau buktinya" Kemarin ma lam itu buktinya. Apakah kau tidak melihat waktu bercinta, bagaimana aku melepas rinduku padamu." Selesai berkata, Wulan membalik tubuhnya. Ia menghadap dinding goa, membelakangi Geni. "Wulan, maafkan aku. Aku tidak bermaksud menyakiti hatimu." Geni mendekat dan memeluk kekasihnya dari belakang, menciumi lehernya Wulan berkata lirih. "Aku tidak meragukan ceritamu, aku ingin tahu lebih jelas. Sejak dulu Agra sudah mencintaiku, tetapi aku tak pernah mencintainya, apalagi sekarang setelah ia mau memperkosa aku, aku tak akan pernah memaafkan dia" Geni membelai rambut kekasihnya "Seharusnya aku yakin kau mempercayai aku. Tetapi terus terang saja, setiap mendengar kau menyebut namanya, aku merasa cemburu." Geni tak melihat wajah Wulan yang berseri mendengar pengakuan cemburu itu. Perempuan itu gembira, itu tanda Geni sangat mencintainya. "Geni, ceritakan bagaimana kamu bisa sampai di rumah itu dan datang tepat waktu menolong aku." "Semua serba kebetulan. Di pesta gunung Lejar, aku melihat kamu bergandengan dengannya Aku sempat memanggil namamu, tetapi kau tak mengenalku, mungkin mengira aku pengemis." Wulan membalik tubuh, memandang Geni. "Aku ingat waktu itu ada seseorang memanggil namaku, nama Sari, kaukah itu?" Geni mengangguk. "Aku cemburu dan sakit hati, itu sebab wajah lelaki itu kuingat terus. Kemarin ketika aku berpapasan dengannya di jalanan, seketika aku mengenalnya Aku membuntutinya dengan harapan barangkah dia tahu climana kamu berada Ternyata akhirnya aku menemukanmu." Wulan memandang dengan berbagai perasaan dalam sanubarinya. Ada rasa haru tapi ada juga geli. "Kuperhatikan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ selama ini, kamu tak pernah memanggil Lembu Agra dengan panggilan paman, bukankah dia adik seperguruan ayah ibilmu?" Geni memandang lekat perempuan di hadapannya. "Aku tak akan pernah memanggil paman kepada seseorang yang punya niat buruk membunuh guru Padeksa dan paman Gajah Watu." Wulan tertawa menggoda. "Kamu salah, bagaimanapun juga kau harus memanggilnya paman perguruan." "Lalu setelah itu aku harus memanggilmu bibi, bukan?" "Kenapa kamu takut memanggilku bibi, aku kan sudah milikmu, apakah kau takut kehilangan aku?" Geni mengangguk. "Kamu tak perlu khawatir Geni, aku mencintaimu, aku tak akan pernah mencintai lelaki lain selain dirimu. Kalau tak bisa menjadi isterimu, aku tak akan pernah mau menjadi isteri lelaki lain." Geni menatap mata kekasihnya. Sepasang mata indah yang memancarkan sinar ketulusan cinta. Wulan telah memperlihatkan cintanya dalam bercinta kemarin malam, namun baru saat ini ia mendengar langsung dari mulurnya. Geni bahagia. Malam gelap di goa, namun ia bisa melihat sinar mata yang gemerlap di mata Wulan. Ia memeluk dan menciumnya. Wulan mengimbanginya. Tangan Geni mengelus dan meraba. Jemari Wulan mengelus lembut. "Geni aku ingin mendengar kau memanggilku bibi, ucapkan kata-kata bibi, aku ingin mendengarnya, kekasihku." "Kau aneh." "Aku ingin mendengarnya." Geni berbisik, "Bibi, aku mencintaimu, aku mencintaimu bibi." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Aku bahagia. Aku mau setiap bercinta, kau memanggilku bibi, bibi guru, supaya ketakutan menjadi bibi guru itu bisa lenyap dari benakku." "Baiklah. Aku laksanakan perintahmu, bibiku yang cantik dan montok." Keduanya bergilmul Dua insan itu sangat bernafsu. Mencumbu, merayu, dengan cara lembut dan kasar. Mengarungi lautan cinta dan birahi, keduanya terdampar. Kelelahan. Wulan tertawa. "Aku senang mendengar panggilan bibi itu, coba ulangi lagi, sayangku." Geni tertawa. "Bibiku, bibi aku mencintaimu." "Bibimu ini lebih tua usianya dari kamu," katanya. "Aku tak peduli. Lagi pula kamu masih seperti gadis belasan tahun, Cantik, montok dan segar." Wulan cekikikan. "Hanya beberapa bulan berpisah, kamu sudah pandai merayu, pandai bicara, hayo mengaku dari mana kamu belajar jurus rayuan itu." "Aku belajar dari kera-kera di lembah kera." Wulan tersenyum mendengar gurauan itu, lantas ia teringat jurus Geni yang aneh ketika bertarung lawan Lembu Agra. "Geni waktu bertarung lawan Lembu Agra, kau menggunakan jurus Bang bang Alum-alum dan Garudamukha tetapi hawa pukulanmu panas lalu sesaat kemudian berubah dingin, tadi mengobati aku, tenagamu juga panas lalu bisa dingin. T enaga dalammu itu pasti bukan ajaran Lemah Tulis." "Cintaku padamu tulus dan sangat besar sehingga aku mendapat pertolongan, keajaiban. Dari seorang yang sekarat hampir mati berubah menjadi pendekar dengan tenaga dalam Wiwaha yang dahsyat kekuatannya." Geni menutur pengalamannya sejak berpisah dengan Wulan. Hanya bagian ia bercinta dengan Sekar, ia Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ sembunyikan. Ia hanya menceritakan bertemu Sekar yang membawanya berobat ke Dewi Obat di Lembah Cemara. Sesaat ia terdiam, teringat Sekar, tubuh gadis itu begitu indah dan permainan cintanya yang begitu merangsang di Lembah Cemara masih terbayang di matanya. Mata Geni yang berbinar-binar tidak luput dari penglihatan Wulan meski gelap malam menyelimuti goa. "Kamu melamun, Geni, kamu ingat Sekar, iya kan?" Geni terkejut. Ia gugup, mencoba melanjutkan cerita namun lupa sampai di bagian mana. "Tidak, tidak, aku hanya lupa sampai di mana ceritaku tadi" Wulan tertawa, mengingatkannya, "Kamu keluar dari Lembah Cemara, menuju ke mana?" Geni melanjutkan cerita. Agak rikuh, sebab Wulan memeluk sambil mengusap dadanya. Wulan mendengar dengan setia, terkadang ia bertanya. Ketika Geni menyelesaikan cerita, Wulan mencium kekasihnya. Pengalaman Geni sangat dramatis. Ia terharu dan bangga. "Kamu menjadi murid Lemah Tulis paling berjasa karena telah menemukan jurus pusaka Garudamukha Prasidha. Sungguh luar biasa pengalamanmu." Geni me lihat sepasang matakekasihnya berkaca-kaca. Ia meraba, mata itu basah. "Kamu menangis." Wulan menengadah, mencium wajah kekasihnya "Kau sangat menderita, gara-gara aku, gara-gara bibimu yang bodoh ini." Geni mengelus buah dada Wulan. "Tidak, kau tidak bersalah, memang jalan hidupku harus demikian supaya aku menemukan ilmu silat yang lebih tinggi dari kamu." Wulan menggoda, "Kamu yakin ilmu silatmu lebih tangguh dari aku?" "Sudah tentu, supaya aku bisa mengendalikan isteriku." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Mendadak Wulan bertanya, "Geni, tentang gadis bernama Sekar itu, kau pasti sudah bercinta dengannya, menidurinya, berulang kali dan sangat mengesankan, jangan bohong padaku!" Bagai disambar halilintar, saking terkejutnya. Geni merasa bumi yang dipijaknya terbalik, langit-langit goa runtuh. Dunia kiamat! "Bagaimana dia bisa tahu!" gumamnya dalam hati. Sebelah kaki Wulan melingkar ke pinggang Geni. "Ayo ceritakan, aku ingin mendengarnya, hebat enggak Sekar, Wisang Geni Pendekar Tanpa Tanding Karya John Halmahera di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo kekasihmu itu?" Geni merasa gugup, tak sanggup bicara. Perempuan itu mendadak membalik tubuh menindih tubuh Geni. "Aku tidak marah. Aku mencintaimu, tetap mencintaimu, jika kau pernah bercinta dengan Sekar, atau mungkin gadis lain, aku tidak marah. Selama kamu masih mencintaiku, masih kasmaran dengan Walang Wulan, aku tetap setia di sisimu. Jika kamu sudah bosan padaku dan tidak lagi mencintaiku, barulah aku pergi." Ia masih bingung. Ia seperti tak percaya apa yang didengarnya. "Kamu tidak marah, Wulan?" Wulan mencium lelaki itu. "Geni, ceritakan saja, aku hanya ingin mendengar ceritamu, apakah dia cantik" T entu dia masih muda dan perawan, iya?" 'Wulan, kamu keliru. Dia memang cantik tetapi wajahnya penuh dengan bintik bekas cacar, tetapi mungkin sekarang ini sudah sembuh. Tetapi Wulan, kamu tak boleh meninggalkan aku lagi." Wulan menggeleng kepala, "Tidak, aku tak mau berpisah denganmu lagi." Agak canggung ia menceritakan pengalaman dengan Sekar sejak tarung dan dilukai Kalayawana serta dua pendekar India itu sampai harus berobat di Lembah Cemara. "Aku bercinta Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ dengan Sekar, berulang-ulang, ia sangat mencintaiku, aku pun mencintainya. Tapi aku juga mencintaimu Wulan. Cintaku padamu tak pernah berubah meskipun aku juga mencintai Sekar." Wulan merapat dan memeluk kekasihnya. "Geni, jika kita hanya berdua dan sedang bercinta, kamu panggil aku dengan sebutan bibi, itu membuat aku lebih terangsang. Dan lebih menikmati." Geni heran, namun tak mau berpikir panjang, karena Wulan masih menindih tubuhnya. Geni merasakan rangsangan birahi membuat jalan darahnya merambah kencang. "Bibi, aku mencintaimu bibi." Keduanya bergelut, bergilmul, bercinta, memburu kenikmatan dan kebahagiaan. Fajar menyingsing keduanya tidur berpelukan, lelap. Matahari pagi sudah tinggi ketika keduanya terbangun. Geni berburu mencari makanan. Wulan memanggang anak kambing hutan. Geni menceritakan pengalamannya berjumpa Gajah Watu dan Waning Hyun serta dua pangeran keraton. "Jadi paman Gajah Watu sudah muncul di dunia kependekaran. Dan Lembu Agra sedang menyusun rencana jahat akan membunuh dua sesepuh perguruan. Geni, kita harus cepat mencari mereka." "Mencari ke mana" Lagipula, sekarang ini yang paling penting menyembuhkan racunmu dulu, setelah itu baru kita pergi mencari dua sesepuh itu sekalian menuju Mahameru, aku pikir guru dan paman Gajah Watu juga bakal hadir di Mahameru." Hari ketiga di goa. Wulan gembira, karena tenaganya sudah pulih seperti sediakala. Keduanya berlatih tarung. Geni mengajari Wulan jurus Garudamukha Prasidha. Keduanya masih tinggal di goa itu beberapa hari lagi. Dari pagi sampai sore berlatih silat, malam hari bercinta memadu kasih asmara. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Dalam beberapa hari itu Wulan telah menguasai Garudamukha Prasidha. Seperti pengalaman sebelumnya, kalimat misterius Parahwanta Angentasana Dukharnaiva tetap tidak terpecahkan. Wulan pun tak bisa menembus misteri kalimat itu. Meskipun demikian, Wulan telah mencatat kemajuan pesat dalam penguasaan jurus pusaka Prasidha itu. "Kau hanya perlu berlatih melancarkan jurus dan memadukan dengan pikiran sampai suatu saat jurus itu bisa kau mainkan cepat dan lancar berdasarkan naluri." Hari kesepuluh, keduanya meninggalkan goa. "Kita harus mencari desa, membeli kebaya untuk aku, pakaianmu dan pisau tajam untuk mencukur jenggot, kumis dan berewokmu." Romantika Sebilah Pedang 6 Kisah Pedang Di Sungai Es Pengemis Berbisa Karya Liang Ie Shen Misteri Menara Berkabut 1

Cari Blog Ini