Pusaka Jala Kawalerang 1
Pusaka Jala Kawalerang Karya Herman Pratikto Bagian 1 Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Jilid 01 Persembahan : Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ & http://dewi-kz.info/ Dengan Truno Penyak & Ismoyo Gagakseta 2 http://cersilindonesia.wordpress.com/ Editor : Dewi KZ Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ BIARA RUSAK DI ATAS BUKIT MALAM ITU, udara segar bugar. Bintang-bintang bergetar lembut di angkasa. Awan meniup lembut membawa rangkaian awan putih berarak-arak. Kadangkala menutup cahaya bulan yang menebarkan kesemarakannya di atas bumi. Pangeran Jayakusuma menunggu abu Ki Ageng Mijil Pinilih dengan hati pilu dan khidmat. Pengalamannya bergaul dengan almarhum berkesan dalam baginya. Seumpama tiada bertemu dan berguru padanya, barangkali pada saal ini dia hidup sebagai binatang piaraan yang menderita siksaan batin dan jasmani. Tatkala matahari timbul di permukaan langit, dengan hati-hati ia mengumpulkan dan membungkus abu jenasah dengan kain pembungkus pakaian pemberian Dandung Gumilar. Setelah dibupgkusnya rapih, bungkusan itu di ikatnya pada punggungnya. Lalu membuat sebuah liang kubur dan mengubur sisa-sisa abu pembakaran. Bersembahlah ia beberapa kali seolah-olah seseorang sedang bersujud kepada Dewata Agung. Dan barulah ia meneruskan perjalanannya. Kira-kira matahari sepenggalah tingginya, ia memasuki sebuah kota kecil. Segera ia mencari rumah makan dan pemangkas rambut. Setelah itu, membeli dua perangkat pakaian dan berangkat mengarah ke barat. Tiba-tiba hatinya kehilangan arah. Mau ke mana " Apakah kembali ke Goa Kapakisan " Mengenangkan goa itu, hatinya jadi pedih bukan main. Malahan ia merasa takut. Takut pada bayangannya sendiri dan rasa sunyi. Karena berbimbang-bimbang, ia menghentikan langkahnya. Selagi demikian, tangannya menyentuh bungkusan abu Ki Ageng Mijil Pinilih. Seketika itu juga, terbangunlah semangat hidupnya. Suatu gumpalan tekat tersembul dalam lubuk hatinya. Berkata kepada dirinya sendiri: Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Goa Kapakisan kini memang merupakan suatu siksaan bagiku. Pastilah aku akan menjadi boneka permainan kenangan lama yang menyakitkan hati. Tetapi aku pernah tersekap di dalam penjara demikian pula. Ah, rasanya di dalam goa jauh lebih baik daripada tersekap di dalam penjara. Baiklah kakang, demi menenteramkan arwahmu aku akan kembali ke Goa Kapakisan untuk menyempurnakan ilmu warisanmu.............." Memperoleh ketetapan hati demikian, ia jadi bersemangat kembali. Dengan berlarilarian ia mengarah ke Goa Kapakisan. Beberapa hari kemudian, sampailah ia di depan goa. Dan melihat goa itu, benar saja hatinya mulai bergolak hebat, la lantas duduk berjuntai di tepi tebing batu dengan hati pepat. Di goa itulah, ia dahulu bertemu dengan Retno Marlangen dan melepaskan cintanya yang pertama. Sekarang Retno Marlangen tiada lagi di dalam goa itu. Dia hilang, dia lenyap karena terenggut suatu kekuasaan maha dahsyat. Dan bayangan Nayaka Madu tersembul di antara angan-angannya yang keruh. Kemudian muncul pula Pangeran Anden Loano, Ulupi dan akhirnya Ki Ageng Mijil Pinilih : "Carilah harta itu dan serahkan kepada Ulupi. Kemudian rebutlah Retno Marlangen kembali!" Mendengar bisikan suara, jantungnya berdegupan. Seketika itu juga semangat juangnya berkobar-kobar bagaikan membakar seluruh sendi-sendi tubuhnya. Terus saja ia memasuki goa Kapakisan. Ces ! Hatinya teresapi perasaan dingin sampai menembus tulang-sumsumnya. Ia memasuki rumahnya sendiri, kini. Melihat dinding goa, ia menggerayangi dan merabanya dengan perasaan damai. Ingin ia mengadukan nasibnya yang buruk. Tetapi tentu saja, dinding goa tidak pandai diajaknya berbicara untuk memuntahkan semua isi hatinya. Beberapa hari kemudian, mulailah ia memeriksa dinding goa yang terdapat tulisan Ki Ageng Mijil Pinilih. Diantaranya terdapat beberapa kalimat yang berbunyi demikian : "Empat tahun kemudian, kayu dan batu dapat digunakan sebagai pedang. Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/ -Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Kemajuanmu sudah mencapai tataran tanpa senjata melebihi senjata apapun". la membaca kalimat itu berulang kali dan mencoba menyelami maknanya. Berpikirlah ia di dalam hati : "Dengan bersenjata rantai aku sudah berhasil merobohkan pendekar-pendekar kelas satu, dalam satu gebrakan saja. Apalagi, bila aku menggunakan pedang. Rasanya tiada tandingnya lagi di dunia. Tetapi kakang Mijil Pinilih dapat dirobohkan oleh racun Nayaka Madu. Memang kepandaian Nayaka Madu hebat. Kalau begitu, meskipun aku kelak dapat mewarisi semua kepandaian yang diharapkan kakang Mijil Pinilih, aku harus tetap berwaspada terhadap tipu-muslihat yang menggunakan racun berbahaya. Nayaka Madu memang licik, jahat dan terlalu licin ! Baiklah, biarlah aku bersabat sampai empat tahun lagi sebelum menuntut dendam. Bila kepandaianku sudah maju seperti makna bunyi kalimat kakang Mijil Pinilih, pada waktu itu belum kasep untuk membuat perhitungan dengan Nayaka Madu." Setelah memperoleh keputusan demikian, ia keluar goa membuat sebatang pedang kayu. Kemudian mulailah ia berlatih mengikuti petunjuk-petunjuk tulisan dan gambar yang terdapat pada dinding goa. Memang tidak semudah orang mendengarkan petunjuk seorang guru yang dapat berbicara daripada petunjuk seorang guru yang tidak hanya bisu tetapi tidak pandai bergerak pula. Tetapi Jayakusuma selamanya tidak pernah menyerah dengan suatu kenyataan betapa sulitpun. Makin ia menghadapi suatu kesukaran, makin berkobarlah semangat juangnya untuk mengatasi. "Pedang kayu memang mudah sekali patah." Pikirnya di dalam hati. "Beratnya jauh sekali bila dibandingkan dengan rantai Simagalu. Agaknya hanya terdapat dua jalan. Pertama, aku harus menyelami intipati jurus-jurus sakti yang terdapat dalam kitab sakti Pancasila. Dengan berbekal jurus-jurusnya, aku harus dapat bergerak cepat mendahului gerakan lawan. Dan kedua : himpunan tenaga saktiku harus menemukan salurannya yang Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ tepat dan cepat. Kakang Mijil Pinilih menganjurkan agar aku memperhatikan petunjuk-petunjuk yang terdapat pada dinding goa ini. Pastilah ada alasannya." Semenjak hari itu, mulailah ia berlatih jurus-jurus ilmu sakti Pancasila. Hasilnya benar-benar diluar dugaan. Himpunan tenaga saktinya mendadak saja membanjir keluar tanpa rintangan, seolah-olah menemukan salurannya yang tepat. Karena tidak mempunyai kawan berlatih, ia mencebur di dalam arus terusan yang dulu pernah mementalkan tubuh Retno Marlangen. Heran, kini ia bisa bertahan dan bahkan hampir mampu memundurkan arusnya yang deras. Dan tak terasa enam bulan, lewatlah sudah. Selama itu, ilmu pedangnya kini berubah gaya dan bentuknya. Itulah ilmu pedang Pancasila yang tiada taranya di jagad ini. Sebab selain sudah manunggal dalam dirinya, sesungguhnya merupakan perasan dari semua intisari ilmu sakti yang terdapat dalam jagad raya ini. Suatu hari teringatlah dia kepada buah Klepu Dewadaru. Segera ia membuka peti penyimpannya dan memakan buah itu setiap tiga hari sekali. Sekarang himpunan tenaga saktinya selalu bergolak setiap kali ia mengadakan gerakan-gerakan sekecil-nyapun. Dahulu, tatkala ia mencoba-coba merenungi lekak-lekuk garis ilmu sakti tentu ada tenaga perlawanan yang kuat. Kini, sama sekali tidak. Maka timbullah niatnya hendak mulai menyelami gurat-guratan ilmu sakti Carang Gesing dan Bende Mataram. Tetapi aneh ! Begitu ia merenungi garis-garis lekukannya, seluruh badannya tergetar. Namun ia dapat bertahan dan tak usah sampai dipentalkan. Hanya saja, sewaktu ia menggerakkan pedang kayunya, tiba-tiba angin berderu bergulungan seakan-akan hujan badai melanda bumi. Terdorong oleh rasa girang, ia menyambitkan pedangnya. Sing ! Pedang kayunya menyambar dinding goa. Cres ! Dan batu dinding goa itu ambrol seperti Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/ -Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ tergempur tenaga gempa bumi. Sebaliknya pedang kayu itupun patah pula menjadi dua. "Hai ! Tenagaku !" ia berseru terkejut bercampur girang. "Dengan memiliki tenaga sehebat ini siapa lagi yang dapat menandingi diriku " Ah ! tak mengherankan apa sebab bunyi ucapan kakang Mijil Pinilih berkesan sombong dan tinggi hati. Katanya, ilmu saktinya dapat menindih semua ilmu sakti Empu Kapakisan. Nyatanya, warisannya memang begini hebat dan dahsyat." Seperti diingatkan, ia berlari-larian mencari tempat penyimpanan abu Ki Ageng Mijil Pinilih. Berulang kali ia membuat sembah. Lalu berkata berkomat-kamit: "Kakang ! Tanpa pertolonganmu, pastilah aku tidak mempunyai kepandaian begini tinggi. Kakang, legakan hatimu ! Pastilah aku akan menuntutkan dendam bagimu menggempur kesaktian Patih Madu. Orang itu tidak hanya menjahatimu, tetapi berkhianat kepada negara dan menghancurkan masa depanku pula." Satu tahun lagi ia berlatih siang dan malam. Sekarang, gerakannya tidak lagi menerbitkan suara mendengung. Bahkan tidak bersuara sama sekali. Akan tetapi bila menghendaki, ia bisa menerbitkan suara deru menderu dahsyat seperti tinggal memijat tombolnya saja. Ringkasnya ia kini dapat menguasai ilmu sakti Pancasila sekehendak hatinya. Mau halus jadi halus. Sebaliknya bila menghendaki kasar, menjadi gumpalan tenaga dahsyat bagaikan badai melanda bumi. "Tatkala aku melepaskan pedang kayuku, dinding goa ambrol Tetapi pedang kayu, patah menjadi dua. Kalau aku bisa mempertahankan pedang kayuku tetap utuh, barulah aku mendekati kehendak kakang Mijil Pinilih." katanya di dalam ha. Demikianlah, ia berlatih satu tahun lagi. Karena disibukkan masa latihannya, kenangannya terhadap Retno Marlangen sudah Dendam Empu Bharada http://dewi-kz.inco/ Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ bisa tersisihkan. Pada suatu hari ia mencoba melemparkan pedang kayunya. Dengan suara mengaung pedang kayunya terbang menabas batu dinding goa. Bres ! Dinding goa ambrol seperti dulu. Hanya kali ini, pedang kayunya tetap utuh. Ia bergembira, namun belum puas juga. Tiga bulan kemudian, setelah dapat melemparkan pedang kayunya dan dapat menabas dinding goa tanpa menerbitkan bunyi, barulah ia berhenti berlatih. Tak usah dikatakan lagi, bahwa ilmu kepandaiannya kini sudah mencapai puncak kemahiran. Ia tidak hanya mengantongi kedahsyatan manunggalnya ilmu sakti Sasanti madu dan Pancasila saja, tapipun dapat menggunakan jurus-jurus sakti warisan Empu Kapakisan yang sama dahsyat dan saktinya. Keesokan harinya, kembali lagi ia bersujud di depan abu Ki Ageng Mijil Pinilih. Lalu berkata : "Mari kakang, kita mencari ayunda Prabasini. Aku akan mencari bibi Retno Marlangen. Mulai saat ini, dapatlah aku menuntutkan dendammu. Moga-moga pula aku dapat menemukan harta terpendam atas petunjukmu.........." Setelah berkata demikian, ia membungkus guci abu Ki Ageng Mijil Pinilih dan dimasukkan ke dalam kantong bajunya. Ia membawa pedang kayu yang tergantung pada dinding goa. Rantai Srinagaluh yang pernah berjasa melindungi dirinya digubatkan di pinggangnya, seolah-olah sebuah ikat pinggang berwarna hitam. Kemudian berangkatlah ia meninggalkan goa Kapakisan. Waktu itu tahun ketiga pemerintahan Rangga Permana yang menggantikan kedudukan ayahanda Mapatih Gajah Mada, sebagai perdana Menteri kerajaan Majapahit Negeri berkesan aman sentausa dan rakyat hidup makmur. Di sawah ladang terdengar senandung petani menggarap tanamannya. Kanak-kanak bermain petak dan lumpur meniru pekerti kerbau-kerbau gembalaannya. AVajah mereka cerah. Secerah matahari di Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ pagihari yang menembus deretan awan berarak-arak. Akan tetapi benarkah suasana negara aman dan sentausa " Tidak! Di salah satu sudut wilayah negara masih hidup Nayaka Madu dengan saudara seperguruannya yang sudah semenjak lama merongrong kewibawaan negeri. Untuk sementara mereka hidup sentausa, karena kekuasaannya belum terobohkan. Apalagi Pangeran Jayakusuma tiada lagi berada di wilayah kekuasaannya. Meskipun tentara negeri masih saja mencoba menerobos daerah pertahanannya, tetapi Nayaka Madu selalu dapat mengundurkan atau lari menyembunyikan diri. Karena Markas Besarnya berada dalam suatu tempat yang penuh dengan jebakanjebakan dan racun-racun berbahaya, lagipula bersembunyi pada suatu tebing yang hanya diketahuinya sendiri, maka tentara negeri tidak berhasil menangkapnya hidup atau mati. -o~dwkz~o- SEMENTARA ITU musim panas sudah berganti dengan musim hujan. Setiap kali matahari muncul di udara, hujan selalu turun. Mula-mula turun rintik-rintik yang didahului dengan angin meniup kencang. Lalu makin lama makin deras dan akhirnya menjadi hujan badai yang menakutkan hati kanak-kanak yang sedang mengenal silat alam. Mereka menangis atau lari berlindung di bawah ketiak orang tuanya. Dan dengan manis ayah-bundanya membesarkan hati mereka dengan dongeng-dongeng kepahlawanan. Karena riwayat Pangeran Jayakusuma sudah meresap dalam hati dan pendengaran penduduk, maka tokoh itu pulalah yang selalu menjadi paraga tauladan. "Jangan takut, anakku ! Selama Pangeran Jayakusuma masih hidup, semua kesukaran macam apapun akan dilaluinya. Hujan badai akan ditentangnya. Bahkan kekuasaan nga berani dilawannya, demi cinta-kasihnya yang tulus kepada bibinya Retno Marlangen..............." "Apakah dia jahat, bu ?" Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/ -Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Jahat " O, tidak ! Dia seorang pahlawan besar" "Mengapa berani melawan raja ?" "Karena dia tidak diperkenankan mengawini bibinya sendiri. Padahal Pangeran Jayakusuma dan Retno Marlangen adalah sepasang dewa-dewi yang selaras. Tetapi kekuasaan raja merenggut bibinya dan dikawinkan dengan Pangeran Anden Loano......" Tentu saja si anak belum puas memperoleh keterangan sependek itu. Maka ia minta kejelasan lagi dan kejelasan lagi. Dan demi melupakan rasa takut anaknya terhadap hujan badai yang menyerang alam di luar rumah, sang Ibu kemudian menceritakan riwayatnya sebisa-bisanya menurut pendengaran dan tutur-kata orang lain yang tersebar dari mulut ke mulut. Sementara itu, hujan badai terus mengaung-aung di udara luas. Awan hitam menutupi penglihatan orang. Angin meraung-raung dari tempat ke tempat. Akan tetapi hujan badai yang demikian menakutkan biasanya tidak berlangsung terlalu lama. Beberapa jam kemudian, hujan berhenti dengan tiba-tiba. Sekarang angin mulai meniup dengan lembut menyapa puncak mahkota pohon-pohon. Dibuainya pelahan-lahan lalu ditinggalkan dalam keadaan basah dan gemeresah. Hawa jadi terasa lapang. Rasa sejuk mulai meraba tiap insani. Matahari mulai mencongakkan diri dan memancarkan cahayanya kembali yang berwarna keemas-emasan. Lalu-lintas mulai hidup kembali. Baik yang berada di dalam kota, di pedusunan maupun yang sedang melakukan perjalanan. Di senjahari itu, tiga orang penunggang kuda melarikan kudanya mengarah kota Wengker. Pada dewasa itu, Wengker merupakan urat nadi perdagangan yang banyak dikunjung orang. Akan tetapi mereka bertiga bukan golongan pedagang. Mereka terdiri dari dua gadis dan seorang pria. Ketiga-tiganya mengenakan pakaian orang berada. Terutama gadis yang berumur 24 tahun. Busana yang dikenakan amat mentereng. Mungkin sekali, ia sudah Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ seorang nyonya. Paling tidak baru saja melampaui masa temanten baru. Sedang gadis lainnya yang sama pula cantik dan agungnya mengenakan pakaian perajuriL Dan yang pria berpakaian seorang pendekar model putera seorang hartawan Merekalah Diah Carangsari, Diah Perwita Mustika dan Harya Demung Panular. "Penular !" ujar Carangsari dengan suaranya yang lantang. "Setelah melampaui bukit itu, kita harus melintasi rimba raya lagi. Pusaka Jala Kawalerang Karya Herman Pratikto di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Kau siapkan saja pedangmu." "Daripada susah-susah, mengapa tidak balik saja ke kota ?" Panular minta pertimbangan kakaknya yang beradat panas itu. "Kau berkata apa ?" bentak Carangsari. "Maksudku.....maksudku apakah kakang Pangeran Jayakusuma berada di Wengker ?" "Ada atau tidak, itu bukan soalnya." bentak Carangsari "Pendek kata, aku harus bertemu dulu dengan dia dan barulah hatiku jadi tenteram. Ini semua kulakukan demi kepentingan negara." "Tetapi kakanda Wira Wardhana sudah diangkat Sri Baginda dengan resmi sebagai pengganti Panglima Panji Angragani. Apa lagi yang diributkan ?" "Hm, kau tahu apa ?" Harya Demung Panular tercengang. Di dalam hati ia merasa tidak mengerti jalan pikiran ayundanya. Carangsari kini sudah menjadi isteri Panglima Wira Wardhana. Sebenarnya dia harus bersyukur karena suaminya yang dipilih raja menggantikan kedudukan Panji Angragani yang diimpi-impikan setiap perwira tinggi. Tetapi mengapa dia tidak senang " Memang sekalian orang-tahu, bahwa yang berhak menduduki jabatan itu sebenarnya Pangeran Jayakusuma. Sebab Pangeran itulah yang memenangkan pertandingan. Tetapi Pangeran Jayakusuma yang Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ senang menuruti kehendak hatinya sendiri itu, menghilang tak keruan rimbanya. Masakan Negara harus menunggu kehadirannya entah sampai kapan " Maka dilantiklah Wira Wardhana untuk menempati kedudukan yang kosong itu. Nyatanya Wira Wardhana tidak mengecewakan Sri Baginda. Berulang kali ia menyerbu dan merusak markas Nayaka Madu. Meskipun belum berhasil menangkap Nayaka Madu hidup atau mati, namun markasnya sudah rusak. Sebaliknya, Harya Demung Panular tidak tahu, bahwa Pangeran Jayakusuma mempunyai tempat sendiri dalam hati Diah Carangsari. Coba, kalau tidak ditinggalkan bocah edan itu di markas Wira Wardhana, tentunya tidak bakal dirinya menjadi nyonya Wira Wardhana. Bagi Carangsah alias Nyonya Wira Wardhana, pergaulannya dengan Pangeran Jayakusuma akan tetap manis dan indah sampai kapanpun. "Apakah ayunda yakin, bahwa kakang Pangeran Jayakusuma berada di tanah Wengker ?" Harya Demung Panular masih mencoba. "Paling tidak, dia berada di atas dunia." sahut Carangsari sengit. Harya Demung Panular tidak berani mengumbar mulutnya lagi. Dengan patuh ia memeriksa pedangnya yang tergantung di pinggangnya. Pedang panjang bersarung perak pemberian ayah-angkatnya Pandan Tunggaldewa. Selama mereka berdua berbicara, Diah Munstika Perwita membungkam mulut. Diah Mustika Perwita mempunyai kesan sendiri terhadap Pangeran Jayakusuma. Terhadap pemuda itu yang memiliki hati panas dan selalu bergolak, ia merasa diri berusia jauh lebih tua daripadanya. Rasa keibuannya membersit dengan tak setahunya sendiri. Padahal, usianya terpaut jauh dengan Pangeran Jayakusuma. Mungkin terpaut sembilan atau sepuluh tahun. Namun baginya, tidaklah menjadi halangan. Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/ -Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Andaikata......ah, andaikata......... Pendek kata hatinya mempunyai pengucapan sendiri yang khusus dan hanya dapat dimengerti hatinya sendiri pula. Karena itu, terhadap Pangeran Jayakusuma ia merasa seperti wajib mendampingi. Itulah sebabnya ia merasa berbahagia, tatkala dahulu sempat merawat luka Pangeran Jayakusuma di dekat kota Singasan. Dan tatkala Pangeran Jayakusuma hilang tiada kabarnya, barulah ia mengetahui pertumbuhan hatinya sendiri. Diluar kesadarannya sendiri, ternyata ia mencintai pemuda itu selaras dengan watak dan budipekertinya, yang halus. Dalam pada itu, kuda mereka bertiga mulai mendaki bukit. Tatkala tiba di atas bukit, matahari nyaris mendekati ufuk barat. Cahayanya tidak panas lagi. Malahan terasa nyaman dan menyedapkan penglihatan. Suasana alam jadi semarak. Apa lagi sehabis hujan deras melanda bumi. Semuanya berkesan segar menyalakan semangat hidup yang lembut dan damai. Selagi mereka menikmati penglihatan itu, tiba-tiba terdengar bentakan sayup-sayup dan suara beradunya senjata tajam. Dengan berbareng mereika memalingkan pandang. Dua orang sedang bertempur dengan serunya, sedang seorang perempuan berdiri dengan tertawa riuh tiada hentinya. Siapakah mereka " Apa yang sedang dipertengkarkannya " Kelihatannya, meskipun bertempur seru, masing-masing tidak bermaksud melukai. Apalagi sampai saling membunuh. Mereka hanya bergerak demi melampiaskan rasa mendongkolnya. Dan si perempuan yang berada di luar gelanggang berkali-kali berseru: "Hayo ! Hayo ! Gajor ! Kau masih bisa melawan atau tidak ?" "Nenek bangsat !" teriak yang bernama Gajor sambil menangkis serangan lawannya. "Pantas kau disebut nenek Kajoran. Memang mulutmu seperti gerojogan kotor." (gerojokan=terusan air terjun) Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Nenek Kajoran yang dimaki Gajor hanya menanggapi dengan tertawa terkekeh-kekeh. Lalu berseru kepada dua orang laki-laki yang duduk di bawah sebatang pohon besar : "Lembu Jenar! Kebo Asem! Bagaimana pendapat kalian ?" Dua orang yang disebut dengan nama Lembu Jenar dan Kebo Asem berdiri dengan pelahan-lahan. Kebo Asem yang berperawakan gagah perkasa kemudian menyahut: "Nenek Kajoran, aku baru saja datang. Jadi aku tidak mengerti pokok persoalannya." "Tetapi bukankah engkau sempat mendengar " Kita semua baru mempertengkarkan masalah Pangeran Jayakusuma." teriak nenek Kajoran dengan nada marah. Mendengar kata-kata nenek Kgjoran, Diah Carangsari bertiga tertarik hatinya. Segera mereka melarikan kudanya, kemudian berhenti di luar gelanggang baku hantam. "Coba kalian berhenti dulu !" seru Kebo Asem. "Aku ingin mendengarkan mula-mula ucapan kalian." Yang sedang berbaku hantam adalah Gajor melawan Kalungkung. Gajor berperawakan kasar. Bentuk badannya pendek buntet, sedang Kalungkung tinggi jangkung. Mendengar seruan Kebo Asem dengan berbareng mereka berdua melompat mundur. "Benarkah kalian mempertengkarkan masalah Pangeran Jayakusuma ?" Kebo Asem menegas. "Kalungkung, katakanlah lagi! Kau tadi berkata bagaimana ?" nenek Kgjoran menyela. "Aku bertata, pada hari-hari terakhir ini, sepak terjang Nayaka Madu makin menjadi-jadi. Karma apa " Karena Mapatih Gajah Mada sudah mukswa. Laskarnya jadi ganas dan kejam. Untung, tentara kerajaan cukup tangkas dan berjumlah banyak. Cuma sayangnya, kita tidak mempunyai panglima setangguh Panji Angragani dulu. Kabarnya Panglima Panji Angragani diminta Dendam Empu Bharada http://dewi-kz.inco/ Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ bekerja kembali, akan tetapi beliau menolak. Beliau masih tidak dapat melupakan peristiwa pembunuhan terhadap Utusan Negeri Singgela, yang menjadi tanggung jawabnya. Hai Lembu Jenar, lantas engkau berkata apa ?" Lembu Jenar yang berdiri di samping Kebo Asem menjawab: "Aku bilang, mungkin sekali panglima Panji Angragani kena fitnah lawan. Bukan mustahil Nayaka Madu yang menjadi dalangnya." "Bagus ! Memang begitu." seru Kalungkung dengan bersemangat "pastilah semua itu terjadi oleh jaring-jaring fitnahan Nayaka Madu yang sudah direncanakan jauhjauh sebelumnya terjadi. Panji Angragani harus disingkirkan dahulu dari percaturan negara. Sebab, sesungguhnya ia segan terhadap ketangguhan Panglima andalan almarhum Mapatih Gajah Mada itu. Setelah Panglima Panji Angragani terguling dari kedudukannya, mulailah Nayaka Madu menunjukkan gigi dan taringnya. Lalu kau berkata apa lagi ?" Lembu Jenar mengeluh. Menyahut: "Apakah Panglima Panji Angragani tidak menunjuk siapakah penggantinya yang pantas " Kabarnya Pangeran Jayakusuma berhak menempati kedudukannya, karena dia menang dalam arena adu kepandaian di Kepatihan dulu. Kalian semua tahu, bahwa Pangeran Jayakusuma putera Sri Baginda, bukan ?" "Benar." sahut Kalungkung. "Cuma sayang sekali. Pangeran Jayakusuma hilang tiada kabar beritanya." "Apakah bukan kena jaring tipu-muslihat Nayaka Madu ?" Lembu Jenar menegas. "Jaring apa ?" Gajor membentak dengan kasar. "Kalau kena jaring Nayaka Madu, namanya sih lumayan. Tetapi dia minggat justru karena linglung." Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/ -Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Linglung " Kau masih bilang dia linglung ?" Lembu Jenar menggas dengan tercengang. "Gila pada paras cantik, bukankah namanya linglung ?" sahut Gajor dengan suara nyaring. "Karena tergila-gila paras cantik, dia tidak memperdulikan semuanya. Apakah pemuda macam bggitu, tidak boleh disebut linglung " Aku malah mengatakan manusia edan ! Manusia sinting !" setelah berkata demikian, ia tertawa terbahakbahak sambil menyembut-nyemburkan ludahnya. Carangsari yang mempunyai kesan manis terhadap Pangeran Jayakusuma tidak sering mendengar kata-kata Gajor yang diucapkan dengan kasar pula. Tiba-tiba saja ia merenggut sebuah kancing bajunya dan disentilkan dengan jari kanannya. Kancing baju sebesar kerikil terbang mengenai pundak Gajor. Tak ! Gajor terkejut. Tertawanya sirap seketika itu juga. Sebenarnya ia orang berangasan. Tetapi melihat peribadi Carangsari dan kepandaiannya, tak berani ia mengumbar adatnya. "Ayunda !" bisik Harya Demung Panulan "Tak usah ayunda melayani perangainya." Dan setelah berbisik demikian, ia bersenyum kepada Gajor. Lalu berkata ramah : "Sebenarnya, siapakah saudara ?" "Aku " Aku bernama Gajor Lawang Pamokswa. Panggil saja aku Gajor ! Aku memang orang kasar" "Saudara Gajor, lanjutkan kata-katamu !" Harya Demung Panular berkata lagi dengan manis. Terhadap Pangeran Jayakusuma, Harya Demung Panular mempunyai kesan kurang senang. Hal itu akibat pengaruh ayah-angkatnya Pandan Tunggal-dewa yang bermusuhan dengan Mapatih Gajah Mada. Tetapi setelah memperoleh keterangan-keterangan dari Diah Mustika Perwita, sikapnya agak lunak. Apalagi, karena Pangeran Jayakusuma mempunyai adik yang menggugurkan imannya. Dialah Diah Galuhwati. Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Meskipun tidak pernah terkatakan melalui mulutnya, akan tetapi Diah Mustika Perwita yang berperasaan halus dapat menangkap keadaan hatinya. Maka gadis itu kemudian menganjurkan dirinya agar ikut serta memasuki ujian Bhayangkara. Karena memiliki kepandaian tinggi, ia lulus dan diterima sebagai bintara. Dalam waktu kurang dari dua tahun, ia naik pangkat menjadi seorang perwira. Berkat kepandaiannya, ia naik pangkat sampai dua kali dalam waktu enam bulan saja. Jadilah ia seorang perwira menengah. Dan sebagai seorang perwira menengah dapatlah ia keluar-masuk Istana dengan leluasa. Ia bisa bergaul dengan Lukita Wardhani, puteri Rangga Permana yang kini menggantikan kedudukan Mapatih Gajah Mada sebagai Perdana Menteri Kerajaan Majapahit. Karena Diah Galuhwati ibarat pengawal Lukita Wardhani, maka ia sering bertemu. Ia jadi kian tergila-gila setelah mengenal Diah Galuhwati dari dekat. Kini tidak hanya cantik jelita saja, tetapi menurut penglihatannya, Diah Galuhwati adalah seorang gadis yang berkepandaian tinggi, cerdas dan halus budi-pekertinya. Pendek kata, Diah Galuhwati adalah pengejawantahan selera hatinya. Tetapi ia jadi berkecil hati, karena mengingat Diah Galuhwati adalah puteri Sri Baginda. Sedang dirinya hanyalah anak-angkat Pandan Tunggaldewa. Satu-satunya jalan pendekatannya hanyalah apabila ia berjasa terhadap raja dan kerajaan. Tak mengherankan, ia bekerja dengan sungguh-sungguh. Bintang terang mulai terasa memayungi dirinya, sewaktu Panglima Wira Wardhana berkenan menyunting ayundanya. Jalan makin rata. Apalagi setelah Sri Baginda berkenan menunjuk kakak-iparnya sebagai pengganti Panglima Panji Angragani Diluar dugaan, ayundanya justru tidak puas sebelum bertemu dengan Pangeran Jayakusuma yang sebenarnya berhak menduduki jabatan itu. Maka demi kepentingannya sendiri, ia berharap ayundanya membatalkan maksudnya hendak mencari Pangeran Jayakusuma sampai ketemu. Itulah sebabnya pula, ia mendukung ucapan Gajor yang kasar terhadap Pangeran Jayakusuma. Kalau Gajor bisa Dendam Empu Bharada http://dewi -kz.inco/ Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ membuktikan kata-katanya sebagai suatu kenyataan, bukankah kesan ayundanya akan berubah terhadap Pangeran Jayakusuma" Sementara itu dengan agak segan, Gajor Lawang Pamokswa berkata: "Aku memang orang kasar. Tetapi menurut pendapatku, Pangeran Jayakusuma terlalu menuruti kata hatinya berlebih-lebihan. Katakan saja, dia seorang pemuda yang pendek pikir, pendek akal. Seorang pemuda yang tidak mengenal adat-istiadat dan peradaban hidup." "Belum tentu !" bentak nenek Kajoran. "Belum tentu bagaimana ?" bentak Gajor dengan geram. "Seperti kataku tadi, aku justru beranggapan bahwa Pangeran Jayakusuma seorang pendekar yang berani dan jujur. Dia pergi. Dia menghilang dari hadapan ayahanda raja, demi kata hatinya yang jujur. Kalau dia seorang pemuda yang tidak tahu adat, tentunya akan melampiaskan rasa penasarannya terhadap siapa saja yang menentang perkawinannya. Nyatanya, dia tidak berbuat demikian." "Huuuuu.........." "Huu apa ?" nenek Kajoran merah padam. "Apakah penilaianmu terhadap Pangeran Jayakusuma bukankah menurut ukuranmu sendiri ?" "Kalau seseorang hendak mengawini bibinya sendiri, bukankah manusia biadab ?" Gajor tidak mau mengalah. "Karena menuruti gejolak perasaannya saja ia mau mendesakkan kemauannya terhadap adat-istiadat. Bukankah dia pemuda linglung ?" "Belum tentu." ujar nenek Kajoran "Dengarkan ujar orang-orang tua dulu ! Wahyu, rejeki, jodoh dan maut ada di tangan Hyang Widdhi Wasesa. Mengapa engkau berani mengadili " Kalau bibinya itu memang dipastikan menjadi jodohnya, manusia bisa berbicara apa " Raja bertahta karena memperoleh kepercayaan Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ rakyat. Kepercayaan orang satu dan sarunya. Kepercayaanku, kau dan kepercayaan dia, bahwa raja akan membahagiakan hidupnya, hidupku dan hidupmu. Mengapa sekarang raja justru menghancurkan kebahagiaan orang yang percaya padanya " Nah, siapakah sebenarnya yang tidak mengenal adat-istiadat dan peradaban hidup " Raja atau Pangeran Jayakusuma ?" Kata-kata nenek Kajoran itu menarik perhatian Diah Carangsari, Harya Demung Panular dan Diah Mustika Perwita, termasuk Kebo Asem. Siapakah sebenarnya nenek Kajoran " Mustahil, ia seorang nenek dari dusun yang tidak mempunyai pengetahuan. Sebaliknya, Gajor Lawang Pamokswa malahan tertawa geli. Ia menganggap ucapan nenek Kajoran tiada beda dengan orang yang sedang berkhotbah. Katanya: "Perjodohan antara bibi dan kemenakan, bukan raja yang melarang. Tetapi oleh dan atas persetujuan kita semua. Jadi kalau raja melarang, disebabkan kita semua yang melarang. Meskipun Pangeran Jayakusuma puteranya sendiri, raja tetap tunduk dan patuh kepada bunyi undang-undang peradaban dan adat-istiadat kita semua. Hal itu membuktikan, bahwa rajajustru mengenal dan memegang teguh adat-istiadat serta peradaban hidup. Ah, raja yang memerintah sekarang adalah seorang raja yang adil dan bijaksana." "Kau bilang, kita melarang perkawinan itu ?" bantah nenek Kajoran. "Hm, kau boleh melarang, tetapi aku boleh tidak melarang. Bagiku, aku akan ikut bersyukur bila melihat sepasang muda-mudi hidup berbahagia. Hidup sehati dan setujuan." la berhenti untuk mengesankan ucapannya. Meneruskan : "Di dalam cerita Mahabharata, satria Abimanyu boleh mengawini neneknya sendiri yang bernama Utari. Padahal Utari puteri seorang raja. Raja Matswa yang memerintah negeri Wiratha. Raja-raja dan sanak keluarganya, tiada yang berani menghalang-halangi. Kenapa " Karena mereka sadar, itulah kehendak Dewata. Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Siapa yang menentang perjodohan suatu insan, samalah halnya menentang kekuasaan dewa sendiri." Hebat ucapan nenek Kajoran, sehingga Diah Carangsari mengerinyitkan dahinya. Pusaka Jala Kawalerang Karya Herman Pratikto di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Tiba-tiba ia mendengar Kebo Asem berkata dengan suara menggelegar : "Kalian tak usah bertengkar mengenai sesuatu yang kurang jelas. Apakah kalian pernah bertemu, bertatap muka atau berbicara dengan Pangeran Jayakusuma ?" Nenek Kajoran bungkam sejenak. Kemudian menyahut: "Terus terang saja, belum pernah aku bertemu apalagi berkenalan dengan Pangeran Jayakusuma. Tetapi aku seringkali mendengar nama dan perbuatannya. Meskipun anak seorang raja, Pangeran Jayakusuma gemar menolong penderitaan penduduk. Kalau perlu dia sanggup mengorbankan jiwanya sendiri. Bukankah manusia semacam dia pantas kita hormati dan cintai." "Ha, sekarang ketahuan belangnya." Gajor tertawa menang. "Jadi engkau hanya mengenal namanya. Sebaliknya, aku pernah bertemu. Memang dia seorang Pangeran yang rendah hati. Dengan siapa saja dia mau bergaul. Sepak-terjangnya tidak tercela. Hanya saja, dalam hal memilih jodoh, aku tidak dapat menyetujui." "Bagus !" ujar Kebo Asem. "Kau mengaku pernah bergaul dengan dia. Kalau benar, coba tunjukkan padaku di mana dia kini berada." Gajor Lawang Pamokswa berbimbang-bimbang. Wajahnya berubah. Lalu menjawab dengan hati-hati : "Saudara siapa " Apakah saudara pernah bertemu dengan Pangeran Jayakusuma ?" Kebo Asem si tinggi besar itu tertawa melalui dadanya. Menyahut : Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/ -Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Aku seorang pemburu. Namaku Kebo Asem. Pada suatu hari aku sedang berburu harimau. Karena rejekiku besar, aku melihat dua ekor harimau. Sekaligus kuuber dua harimau itu dengan tombakku. Tiba-tiba aku melihat seorang pemuda duduk di atas batu. Dialah Pangeran Jayakusuma yang kukenal kemudian" "Mengapa dia duduk di atas batu ?" mendadak Carangsari minta keterangan. "Di kemudian hari aku baru tahu. Dia berada di jalan simpang. Separoh hatinya ingin kembali ke ayahanda baginda. Tetapi kemudian teringat, bahwa dia hendak menuntut dendam kepada Nayaka Madu dulu." sahut Kebo Asem dengan tersenyum. "Coba lanjutkan keteranganmu !" perintah Diah Carangsari Kebo Asem tidak segera menanggapi. Setelah berdehem beberapa kali, ia menjawab : "Pada saat itu aku perlu uang untuk membelikan makan-minumnya sahabatku itu." "Siapa yang kau maksudkan sahabatmu ?" Diah Carangsah menegas. "Pangeran Jayakusuma. Apakah aku kurang pantas ?" Diah Carangsari menimbangnimbang sejenak. Lalu melemparkan sekantung uang emas di atas tanah sambil berkata : "Ambillah ! Apakah masih kurang ?" "Hai!" Harya Panular terkejut. "Ayunda rupanya terlalu royal" "Kenapa " Apakah tidak boleh ?" jawab Diah Carangsari dengan suara sengit. Dan mendengar nada suaranya, Harya Panular membungkam. Diah Carangsari kini tidak hanya sebagai kakaknya perempuan saja, tetapi berbareng menjadi atasannya. Sebab Diah Carangsari adalah isteri panglimanya. Dengan gembira Kebo Asem memungut kantung itu. Setelah dilihat isinya, kedua matanya bersinar-sinar. Sambil menyimpan Dendam Empu Bharada http://dewi-kz.inco/ Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kantung uang pemberian Diah Carangsari ia mulai menuturkan pengalamannya. Katanya : "Seperti kataku tadi, aku sedang berburu harimau. Melihat aku sedang mengejar harimau, dia tertarik. Segera ia meloncat dan ikut mengejar. Sungguh ! Menyaksikan cara larinya, benar-benar aku kagum. Selama hidupku belum pernah aku menyaksikan sese-orang bisa lari secepat dia. Bagaikan bayangan ia berkelebat dari tempat ke tempat. Sebentar saja ia sudah menyusul diriku. Sedikit banyak akupun mempunyai kepandaian dan keberanian. Kepandaianku kuperoleh dari pengalaman. Tetapi dua harimau yang kukejar itu tiba-tiba membalik dan menerkamku. Cepat kusongsong dia dengan tombakku. Sasaran yang kubidik ialah lehernya. Eh, sama sekali tak kuduga harimau itu gesit dan cerdik. Dengan membantingkan lehernya kekiri, ia dapat mengelakkan tusukanku. Tepat pada saat itu, harimau yang satunya ikut menerkam dari arah lain. Secepat kilat aku membalikkan tombakku dan kubuat menggebuk pinggangnya. Buk ! Aku berhasil menggebuknya. Akan tetapi binatang itu tidak roboh. Ia hanya mengaum kesakitan. Kemudian lari terbirit-birit sambil mengempit ekornya yang panjang." "Jangan khawatir engkau kehilangan binatang buruanmu. Biarlah aku membantumu." Seru Pangeran Jayakusuma. Dan tiba-tiba saja ia sudah berada disampingku. Melihat ia sama sekali tidak bersenjata, segera aku mencegah : "Jangan ! Kedua harimau itu terlalu galak." Ia tidak menghiraukan. Ia melompat menghadang arah larinya harimau yang kugebuk tadi. la memukulkan tangannya ke arah kepala harimau. Tepat sekali pukulannya. Dan raja hutan itu terguling di atas tanah dengan menggerung. Dengan pandang beringas, binatang itu siap menerkamnya kembali. Pangeran Jayakusuma nampak keheran-heranan. Rupanya ia telah menggunakan setengah tenaganya sewaktu melepaskan pukulannya. Mungkin sekali pukulannya itu merupakan pukulan Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ andalannya. Katakan saja, barang siapa kena pukulannya pasti akan hancur tulangbelulangnya. Tetapi kepala harimau sangat keras. Meskipun pukulannya tepat, binatang itu hanya terguling saja. "Bagus !" Seru Pangeran Jayakusuma dengan suara girang. Sewaktu harimau menerkamnya, ia melompat ke samping sambil melepaskan pukulan dengan tangan kirinya yang tepat sekali mengenai punggung. Pukulan itu lebih dahsyat dibandingkan dengan pukulannya yang pertama. Seketika itu juga harimau roboh dengan terhuyung-huyung. Lalu lari ketakutan. Sudah barang tentu Pangeran Jayakusuma tidak sudi kehilangan binatang yang sudah dikalahkannya. Cepat sekali ia memburunya. Dengan sekali tangkap, ia menarik ekornya dan ditariknya. Tangan kirinya menghentakkannya ke udara sambil membentak. Dan harimau itu terpental tinggi di udara. Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/ -Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Tatkala itu aku sedang bertempur seru melawan harimau lainnya dengan tombakku. Begitu melihat Pangeran Jayakusuma dapat melemparkan seekor harimau ke udara, hatiku kaget bukan main. Pandang mataku kulayangkan dan melihat harimau yang melambung tinggi di udara itu membuka mulutnya memperlihatkan taring dan mengeluarkan kukunya. Tetapi Pangeran Jayakusuma sama sekali tidak gentar. Sekarang ia melepaskan pukulan dengan kedua tangannya. Pukulannya tepat mengenai perut. Hebat akibatnya. Perut harimau merupakan tempat yang lunak. Dan rupanya kali ini Pangeran Jayakusuma mengerahkan tenaganya benar-benar. Mungkin delapan atau sembilan bagian. Dan kena pukulannya, perut harimau itu meledak. Dengan suara menggabruk, harimau itu terbanting diatas rerumputan. Setelah berkelojotan sebentar, ia mati tak berkutik lagi. Tigapuluh tahun lebih aku menjadi seorang pemburu. Selama itu belum pernah aku menyaksikan seorang yang dapat membunuh seekor harimau hanya dengan tangan kosong. Benar-benar aku heran dan kagum. Pikirku, aku membawa senjata. Kalau tidak dapat membunuh harimau yang menyerang diriku, aku bakal ditertawakan orang. Segera aku mengerahkan tenagaku. Tombak kuputar ke kiri dan ke kanan. Dan entah berapa kali aku akhirnya berhasil menikam harimau itu. Mungkin sekali oleh rasa takut, binatang itu menjadi kalap. Dengan menyeringai ia memperlihatkan taringnya yang putih menyeramkan. Kemudian menubruk diriku dengan cepat sekali. Buru-buru aku mengelakkan tubrukan itu dengan melompat ke samping. Kemudian kutikamkan tombakku kembali dan tepat mengenai lehernya. Tanpa ampun lagi, harimau itu terjungkal dengan menggerung dahsyat. Tetapi aku tidak memberinya kesempatan lagi. Kutanamkan ujung tombakku di dalam tanah, sehingga binatang itu terpantek kuat-kuat. Dan melihat hal itu, Dendam Empu Bharada http://dewi-kz.inco/ Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ rupanya Pangeran Jayakusuma dapat menghargai kebisaanku. Wajahnya berseri-seri. Sementara itu, harimau yang terpantek tombakku, meronta-ronta. Keempat kakinya mencakar-cakar sejadiyadinya. Aku tidak melayaninya lagi, kecuali mempertahankan tancapan tombakku ke dalam tanah. Akhirnya binatang itu tidak bergerak lagi. Dan matilah dia. "Kau gagah perkasa. Siapa namamu ?" Pangeran Jayakusuma menyapa padaku. Dengan hati girang aku menjawab : "Kebo Asem. Kau siapa ?" "Aku Jayakusuma." "Jayakusuma " Maksudmu putera Sri Baginda Raja ?" Aku menegas. Dia tertegun sejenak. Lalu tersenyum. Katanya : "Kau kenal aku ?" Aku terkejut bercampur girang mendengar pengakuannya. Itulah suatu kehormatan besar bagiku, bahwa aku bisa berbicara berhadap-hadapan, dapat bertatap muka dengan seorang pangeran yang sudah kukagumi semenjak lama. Mimpipun aku tidak berani, bahwa pada suatu kali aku akan berkenalan dengannya." Maaf, rupanya Pangeran Jayakusuma kelaparan. Begitu aku mempersilahkan agar memanfaatkan hasil buruannya, wajahnya nampak girang. Dengan tenaganya yang kuat, ia menyobek paha harimau. Kemudian dipanggangnya di atas perapian yang baru saja kubuat. Menyaksikan caranya menyobek paha harimau seperti merenggut paha ayam, aku makin kagum namun ia tidak memperhatikan rasa kagumku terhadapnya. Dan begitulah kami berkenalan..................." Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/ -Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Hebat! Bagus !" sru Gajor Lawang Pamokswa. "Ceritamu enak didengar. Sebenarnya apa sih maksudmu ?" Kebo Asem tidak senang ditegor Gajor. Wajahnya berubah. Sahutnya dengan suara tertahan : "Maksudku sudah jelas. Kau tadi berkata pernah bergaul dengan Pangeran Jayakusuma. Kalau betul, coba tunjukkan padaku di mana Pangeran Jayakusuma berada." Gajor tidak segera menanggapi. Ia tertawa terbahak-bahak sambil menyemburkan ludahnya. Sejenak kemudian berkata mengejek : "Kau mengaku bernama Kebo Asem. Tetapi selama hidupku belum pernah aku mendengar seorang pemburu jempolan bernama begitu. Kau mengaku mempunyai tenaga hebat Bagaimana aku harus percaya bunyi mulutmu ?" Tutur-kata Kebo Asem memang berkesan terlalu mengagung-agungkan diri sendiri. Sebenarnya tidak hanya Gajor seorang yang menyangsikan. Mereka semua sangsi pula, kalau tidak boleh dikatakan tidak percaya. Tetapi mereka pandai menyimpan keadaan hatinya. Selagi mereka semua dalam keadaan demikian, sekonyong-konyong terdengar suara seruan dari kejauhan. Waktu itu matahari sudah tenggelam dengan diam-diam. Suasana alam cepat sekali menjadi gelap. Tak mengherankan suara seruan itu berkesan menyeramkan layak disebut suara hantu. "Kebu Dungkul, Kebo Landoh, Kebo Langking, kebo Rekta, Kebo Jenar dan Kebo Seta sudah datang. Hoeeee Kebo Asemmmmm..... kenapa sampai sekarang kau belum datang juga" Apa yang kau tunggu ?". Seruan itu terdengar halus nyaring dan terputus-putus. Meskipun demikian tiap patah kata-katanya terdengar jelas dan tegas sekali. Kesannya aneh sehingga menyeramkan. Dan mendengar seruan itu, Kebo Asem kelihatan terkejut Tidak Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ sempat ia menanggapi ejekan Gajor Lawang Pamokswa. Mendadak saja dengan membentak, ia melompat tinggi dan menghantam pohon sebesar dua pelukan tangan manusia yang berada dibelakangnya. Dan kena pukulannya, batang pohon itu retak dan roboh dengan suara bergemuruh. Sekarang mereka percaya, bahwa Kebo Asem benar-benar memiliki tenaga yang dahsyat sekali. "Kalungkung !" seru Lembu Jenar. "Orang itu benar-benar bertenaga luar biasa dahsyatnya. Hai, bagaimana engkau Jagor " Kau bilang apa " Kalau dia sampai mengagumi tenaga Pangeran Jayakusuma, maka bisa dibayangkan betapa hebatnya putera raja itu..............." Diah Carangsari, Harya Demung Panular dan Diah Mustika Perwita adalah murid Ki Pandan Tunggaldewa. Sudah barang tentu mereka mengenal perangai dan sepak terjang orang-orang yang berkepandaian tinggi. Tetapi menyaksikan seorang dapat merobohkan sebatang pohon sebesar dua pelukan tangan manusia dengan satu kali pukulan saja, baru untuk pertama kali itu mereka saksikan. Mau tak mau, mereka tertegun terlongong-longong. Pada saat itu tiba-tiba terdengar gemuruh robohnya sisa batang pohon dari arah belakangnya. Begitu hebat gempuran tenaga yang memukul pohon itu, sehingga kepingannya berhamburan mengenai mereka yang berada disekitarnya. Selagi mereka terperanjat, kebo Asem sudah berdiri kembali di tempatnya semula. Tidak perlu diterangkan lagi, yang memukul sisa pohon yang berdidi tegak bagaikan kaki raksasa itu adalah Kebo Asem. Pada waktu itu, kepandaian Diah Carangsah, Harya Demung Panular dan Diah Mustika Perwita dapat dibandingkan dengan kepandaiannya dahulu tatkala masih berada di rumah perguruan. Setelah beberapa tahun merantau, mereka bertemu dengan seorang pandai yang bersedia menjadi guru mereka. Orang itu Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ menyebut diri sebagai Lawa Ijo. Dan oleh bimbingan orang yang menamakan diri Lawa Ijo, ilmu sakti mereka maju pesat. Namun melihat tenaga Kebo Asem yang luar biasa, mereka terperanjat sampai paras mukanya menjadi pucat. Khawatir adik seperguruannya akan dicelakai Kebo Asem, buru-buru Diah Carangsari melompat turun dari kudanya hendak melindungi Harya Demung Panular dan Diah Mustika Perwita yang masih bercokol di atas kudanya. Kebo Asem tertawa lebar. Katanya kepada Diah Carangsari: "Kami sebenarnya tujuh saudara. Kami semua dalah teman Pangeran Jayakusuma. Dari Pangeran Jayakusuma kami kenal siapa nyonya sebenarnya. Semasa masih gadis, nyonya bernama Diah Carangsari, bukan " Kini engkau sudah menjadi nyonya Wira Wardhana. Perkenankan aku mengangguk hormat padamu." Wajah Diah Carangsari berubah, la kelihatan tidak senang. Hal itu disebabkan oleh kesan pergaulannya dengan Pangeran Jayakusuma yang mempunyai kenangkenangannya sendiri. Meskipun hanya bergaul beberapa hari saja, tetapi kesannya sangat mendalam, la kena dipermainkan bocah nakal itu. Kemudian ditinggalkan begitu saja di markas perwira Wira Wardhana. la terpaksa menyerah kepada perawatan Wira Wardhana. Akan tetapi hatinya, sebenarnya berontak. Itulah sebabnya, masih dapal ia bergerak bebas untuk bertemu kembali dengan Pangeran Jayakusuma di dekat kota Singasari. Kemudian pemuda itu hilang tiada kabarnya. Oleh hilangnya pemuda itu, ia bergaul dengan Wira Wardhana lagi. Akhirnya oleh pertimbangan-pertimbangan tertentu, ia menerima lamaran Wira Wardhana. Dan dua bulan yang lalu, ia menjadi nyonya Wira Wardhana yang menggantikan kedudukan Panglima Panji Angragani. Sebaliknya, sebagaimana Pangeran Jayakusuma mengetahui dirinya sudah menjadi nyonya Wira Wardhana " Pemuda itu sebenarnya hanya main tebak saja. Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/ -Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Dasar otaknya cerdas dan pandai membaca keadaan, ternyata tebakannya tepat sekali. "Kau berkata, aku nyonya Wira Wardhana. Kalau benar, engkau mau apa ?" sahutnya kepada Kebo Asem. Mendengar pengakuan Diah Carangsari, Lembu Jenar, Gajor Lawan Pamokswa, nenek Kajoran dan Kalungkung berubah wajahnya. Bukankah mereka tadi membandingkan Panglima Wira Wardhana dengan Panglima Panji Angragani " Meskipun mereka tidak menyebut nama Wira Wardhana, tetapi siapapun akan tahu maksudnya. Dan melihat kesan nyonya Wira Wardhana yang galak itu, jantung mereka berdegupan. Kebo Asem tertawa perlahan. Berkata : "Kalau kalian ingin bertemu dengan Pangeran Jayakusuma, ikutilah kami ! Kami bertujuh teman bermain Pangeran Jayakusuma." "Ah, bagus !" seru Diah Mustika Perwita. "Mari kita berangkat!" "Jangan terburu nafsu ! Kita belum mengenal siapa mereka." Carangsari memperingatkan. "Masakan ada bahayanya ?" Diah Mustika Perwita heran. "Bersikap berhati-hati dan berwaspada tiada buruknya". Gajor sikasar menimbrung. Pusaka Jala Kawalerang Karya Herman Pratikto di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Orang itu mengaku teman bermain Pangeran Jayakusuma. Lalu memamerkan kekuatannya Pohon yang tidak berdosa dipukulnya roboh. Padahal pohon ini sudah berusia puluhan tahun. Mungkin lebih ! Apakah perbuatan begitu membuat ruginya sesama makhluk hidup ?" Kebo Asem menyeringai. Sahutnya : "Hm, apakah engkau manusia baik pula " Coba buka penutup kepalamu ! Bukankah telingamu hilang sebelah ?" Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Setelah berkata demikian, tiba-tiba ia menghantam telapak tangannya. Suatu gumpalan tenaga menghantam dada Gajor. Orang kasar itu terhuyung mundur sampai membentur sisa batang pohon yang tinggal setinggi orang. Wajahnya pucat dan ia roboh dengan perlahan Carangsari terkejut. Ia tahu, kepandaian Kebo Asem berada di atasnya. Akan tetapi hal itu bukan alasan baginya untuk takut. Memang selamanya ia tidak mengenal takut. Katanya kepada Kebo Asem : "Berangkatlah engkau lebih dulu ! Kami bertiga akan mengikutimu dari jauh." Sebelum Kebo Asem menjawab ucapan Diah Carangsari, terdengar seruan kembali yang datang seperti angin menyusup gumpalan awan : "Kebo Asem ! Kami sudah siap berangkat. Mengapa engkau belum datang juga ?" Seperti tadi, seruan itu dikirimkan dari jarak jauh. Meskipun demikian terdengar jelas sekali. Dan mendengar seruan itu. Kebo Asem melompat tinggi sambil menyambar tangan Diah Mustika Perwita. Berkata : "Mari kita berangkat !" "Hai !" teriak Diah Carangsari terperanjat. Ia mencoba menghalangi dengan menyambar lengan Diah Mustika Perwita. Tetapi gerakan Kebo Asem lebih cepai dan lebih gesit. Tahu-tahu mereka berdua sudah melesat jauh. Memang Diah Mustika Perwita tidak berusah menolak, ia bahkan seperti menyetujui. Karena itu sewaktu dibawa lari Kebo Asem, ia ikut lari pula. "Penular !" teriak Diah Carangsari sambil melompat ke atas kudanya. "Bawa kuda adikmu !" Ia mendahului berangkat mengejar. Tetapi pada saat itu, Diah Mustika Perwita dan Kebo Asem sudah tiba di bawah bukit dan mengarah ke timur laut. Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/ - Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Dengan menggandeng tangan Diah Mustika Perwita, berkatalah Kebo Asem : "Nona benar-benar engkau seorang gadis yang berani dan tabah." Diah Mustika Perwita tidak menjawab. Ia hanya bersenyum sambil mengimbangi langkah Kebo Asem yang lari makin lama makin cepat. Tidak mengherankan, sebentar saja mereka berdua sudah memasuki hutan belantara. Dan begitu berada di tengah hutan, Kebo Asem tidak segan-segan lagi. Ia seperti merasa berada di tengah kebun rumahnya sendiri Terus saja ia lari dengan mengerahkan seluruh kebisaannya. Terpaksalah Diah Mustika Perwita mengimbangi lagi. Meskipun kalah tenaga, akan tetapi kalau hanya mengadu lari, ia tak usah takut bakal tersengalsengal nafasnya. Menyaksikan kepandaian Diah Mustika Perwita yang dapat mengimbangi langkah larinya, Kebo Asem tertawa senang. Serunya: "Nona ! Kau adalah sahabat Pangeran Jayakusuma. Pastilah memiliki keistimewaan tertentu. Marilah kita berlomba !" Diah Mustika Perwita berbimbang-bimbang. Dapatkah ia mengimbanginya " Tadi ia sempat menyaksikan ketangguhannya. Ilmu kepandaiannya berada diatasnya. Tetapi ia pernah menjadi murid orang bertopeng yang mengaku bernama Lawa Ijo. Meskipun belum pernah ia mencoba warisan ilmu saktinya, namun tiada alasannya untuk menolak tantangan Kebo Asem. Selagi demikian, Kebo Asem sudah tancap gas dengan menarik tangannya dan dibawanya lari seakan-akan terbang. Karena belum siap sepenuhnya, hampir-hampir Diah Mustika Perwita terserimpet kakinya. Syukur, ia dapat menggeserkan kaki kirinya ke samping. Dan barulah ia dapat menancapkan kakinya teguh-teguh. Di luar kemauannya sendiri, langkah itu justru yang dikehendaki ilmu rahasia ajaran Lawa Ijo yang pernah dipelajarinya. Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Oleh langkah yang tidak disengaja itu tetapi sesungguhnya tepat sekali, mendadak saja ia menyelonong ke depan mendahului Kebo Asem, sehingga tangannya terlepas dari genggamannya. Keruan saja hatinya girang bukan main. "Berhasil! Berhasil!" Ia berteriak di dalan hatinya. Itulah untuk yang pertama kaitnya ia menggunakan ilmu sakti ajaran gurunya yang baru. Hanya saja, karena belum terlatih masak-masak ia harus mencurahkan seluruh perhatiannya sehingga tidak berani berpikir yang lain. Sebentar tadi, sewaktu mula-mula dibawa lari Kebo Asem, ia menggunakan ilmu lari ajaran Ki Pandan Tunggaldewa. Ilmu ajaran Ki Pandan Tunggaldewa berpokok pada ketahanan jasmani. Dan begitu ia menggunakan ilmu ajaran Lawa Ijo, genggaman tangan Kebo Asem tergetar. Kesempatan itu dipergunakan Diah Mustika Perwita untuk membebaskan tangannya. Maka kedua orang itu kini sejajar larinya. Begitu cepat mereka berian, sehingga pohon-pohon yang tumbuh di seberang-me-nyeberang jalan setapak di tengah hutan seakan-akan melewati dirinya bagaikan terbang. Waktu Diah Mustika Perwita memperoleh ilmu sakti dari Lawa Ijo, tak terpikir olehnya bahwa pada suatu kali ia akan berlomba lari dengan seseorang. Kini sekali sudah menggunakan ilmu sakti ajaran Lawa Ijo ia lari bagaikan anak panah terlepas dari. gendewanya. Hanya saja ia belum mahir benar, sehingga kcepatan berlarinya mungkin sekali masih jauh seperti yang diharapkan gurunya. Meskipun demikian, ia bisa mendahului Kebo Asem. Keruan saja Kebo Asem terkejut. Segera ia mengerahkan seluruh tenaganya habis-habisan untuk mengejar. Sekali dua kali ia berhasil menjajarinya. Tetapi apabila ayal sedikit saja, Diah Mustika Perwita sudah mendahuluinya kembali. Diam-diam Kebo Asem kagum kepada kegesitan gadis itu. Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Pikirnya, benar-benar sahabat Pangeran Jayakusuma memiliki keistimewaannya masing-masing. Demikianlah, beberapa kali ia mencoba mengejar dan mendahuluinya. Ia tahu, untuk memenangkan perlombaan lari itu, dia akan berhasil manakala dalam jarak jauh. Sebab dalam hal mengadu tenaga, pastilah dia lebih unggul. Sebaliknya dalam jarak dekat, ia tidak mempunyai harapan. Oleh pertimbangan itu, ia tertawa terbahak-bahak dan menghentikan langkahnya. Kemudian duduk di atas sebuah batu yang berada di bawah sebatang pohon rindang. Serunya : "Nona, aku benar-benar menyerah kalah padamu. Semua handai-taulan Pangeran Jayakusuma ternyata berkepandaian tinggi. Maka sudah sewajarnya aku berbesar hati, karena akupun termasuk sahabatnya pula." Diah Mustika Perwita menghentikan larinya, la berbalik menghampiri Kebo Asem dengan tersenyum. Selagi demikian, terdengar suara tertawa di kejauhan. Dengan cepat sekali orang yang tertawa itu sudah berada di depan mereka berdua. Kata orang-orang itu: "Kebo Asem ! Mengapa terlambat datang " Apakah engkau belum berhasil mencari berita perembesan " Hai, siapa dia " Cantik sungguh bocah ini". "Dia sahabat Pangeran Jayakusuma. Namanya Diah Mustika Perwita. Dia kubawa serta kemari karena ingin bertemu dengan Pangeran Jayakusuma" sahut Kebo Asem sama sekali ia tidak mau menerangkan istilah perembesan yang diucapkan orang itu. "Sahabat Pangeran Jayakusuma " Apakah dia salah seorang penasehat Perdana Menteri Rangga Permana ?" orang itu menegas. Belum lagi Kebo Asem sempat menjawab, terdengar suara orang di balik bukit Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/ -Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Sekarang hampir larut malam. Hayo pulang !" Setelah suara itu lenyap dari pendengaran, muncullah tujuh ekor kuda dari balik bukit. Dua ekor kuda, tiada penunggangnya. Dan melihat kuda-kuda itu, Diah Mustika Perwita jadi teringat kepada kudanya sendiri. Tetapi ia tidak sempat berpikir berkepanjangan, karena perhatiannya tertarik kepada bentuk tubuh kelima orang yang bercokol di atas kudanya-masingmasing. Kebo Asem segera menyambut seekor kuda yang diberikan temannya kepadanya. Tetapi kemudian ia menyerahkan kuda itu kepada Diah Mustika Perwita sambil berkata : "Nona, naiklah! Mereka semua adalah saudara-saudaraku. Ini Kebo DungkuL Dan itu Kebo Landoh......dan yang lainnya Kebo Langking, Kebo Seta, Kebo Rekta dan Kebo Jenar." Diah Mustika Perwita menerima perkenalan itu dengan anggukan pendek. Diam-diam ia mencoba memperhatikan raut muka mereka masing-masing. Tetapi karena tirai malam di tengah hutan amat pekat, dia hanya dapat melihat bentuk tubuhnya.. Dalam pada itu, terdengarlah Kebo Dungkul berkata kepada Kebo Asem: "Adik ! Kami berenam sengaja menyusulmu karena sebentar lagi kita bakal menghadapi empat orang musuh yang tangguh. Selain ahli mengadu gemak*), merekapun bermaksud mencoba kepandaian kita. " (*Gemak adalah sejenis, dapat di adu, tetapi ada aturannya yang unik. Gemak nama jenis burung betina. Yang jantan namanya Bence. Bila sedang diadu, penonton harus bertolak pinggang. Sebab sekali penonton bergerak, gemak itu menjadi takut dan tidak dapat diadu lagi) "Siapa musuh kita ?" Kebo Asem minta keterangan. Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Tiga wanita dan seorang laki-laki." jawab Kebo DungkuL "Entahlah, kalau mereka menyembunyikan teman-temannya. Laki-laki itu berperawakan tinggi kurus. Umurnya kira-kira empatpuluh lima tahun, tetapi tingkah lakunya kasar dan kurangajar." "Hm, melawan empat orang musuh saja, mengapa harus menunggu kedatanganku ?" tegur Kebo Asem. . "Ketiga wanita itu berkepandaian tinggi. Begitulah kabar yang kami terima." "O, begitu " Baik, mari kita sambut" ajar Kebo Asem dengan tertawa. Kebo Dungkul tertawa terbahak pula. Sekonyong-konyong mengalihkan pembicaraan : "Dengan kedatanganmu, hatiku mantap. Sekarang yang sangat perlu kita atur adalah menentukan siasat melawan Pangeran Jayakusuma. Apakah engkau masih mengotot, bahwa dia seorang satria yang benar-benar memiliki kepandaian di atas kemampuan kita bertujuh ?" Mendengar Kebo Dungkul menyebut nama Pangeran Jayakusuma hati Diah Mustika Perwita tercekat. Ucapan itu sama sekali tidak diduganya Sebenarnya, mereka musuh atau kawan Pangeran Jayakusuma " Sementara itu Kebo Asem menyahut: "Eh, apakah kakang masih menyangsikan keteranganku " Aku hanya dapat menambah keteranganku begini. Memang belum pernah aku berkelahi mengadu kepandaian dengan dia. Tetapi dengan mata kepalaku sendiri aku menyaksikan kepandaiannya yang sangat tinggi." "Kakang !" kata Kebo Langking yang berperawakan tinggi kurus kepada Kebo Asan. "Coba ulangi lagi bagaimana mula-mula engkau berkenalan dengan dia !" Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Masakan harus seringkali aku mengulangi laporanku?" sahut Kebo Asem setengah mengeluh. "Aku sedang berburu dan bertempur melawan harimau. Lalu aku melihat tenaganya yang besar dan kemampuannya yang mengagumkan. Pikirku, terhadap manusia begitu barulah kita pantas mengabdikan diri. Dengan begitu, kita bertujuh jadi mempunyai seorang pemimpin. Tidak sepati sekarang ini. Kita ini seumpama seekor ular tidak mempunyai kepala." "Ohoooo......tidak mudah kita menyerah kalah untuk menjadi budaknya." Kebo Seia merimbun "Sebenarnya apa senjata yahg dipergunakan " Kepandaian apa pula yang pernah diperlihatkan kepadamu ?" "Kulihat ia sama sekali tidak bersenjata apapun. Tetapi sekali tangannya mengibas, perut harimau itu ambrol." sahut Kebo Asem dengan bersemangat. "Tatkala aku memburu harimau, seluruh tenagaku telah kukerahkan untuk mengejarnya. Tetapi dengan sekali benserak, tiba-tiba saja Pangeran Jayakusuma sudah mendahului diriku dan terus menghantam binatang yang dipilihnya. Bukankah hal itu mengagumkan ?" Kebo Seta diam berenung-renung. Lalu berkata dengan menarik nafas: "Rupanya orang itu benar-benar berkepandaian tinggi. Kukira dia memiliki mantra sakti seperti Calon Arang. Tetapi kita bertujuh, masakan tidak bisa mengalahkannya " Baiknya kita atur begini saja. Dua orang menyerang dari depan Aku dan kakang Kebo Asem dari samping. Dan tiga orang dari belakang. Di kerubut demikian, masakan kita tak dapat mengambil jiwanya ?" "Mengapa engkau mengusulkan suatu keroyokan ?" Kebo Asem minta penjelasan "Ini demi mempertahankan pamor rumah perguruan Kebo Sapta." Ujar Kebo Seta. "Kami bertujuh yang disebut Kebo Sapta Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/ -Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ masakan akan membiarkan diri menjadi budak orang yang kurang pantas kita sebut majikan ?" Kebo Asem melemparkan pandang kepada Kebo Dungkul yang menundukkan kepalanya semenjak tadi. Ia minta keputusan kakaknya yang tertua itu. Karena Kebo Dungkul tidak segera membuka mulutnya, nafas kuda mereka terdengar nyata. "Pangeran Jayakusuma adalah ahli waris Empu Kapakisan Kukira apa yang dikatakan dinda Kebo Asem tidak terlalu berlebihan." Akhirnya Kebo Dungkul membuka suaranya dengan sungguh-sungguh. "Aku dan dinda Kebo Asem akan menyerang dari depan. kebo Rekta dan Kebo Langking biarlah dari samping. Dan kau Kebo Landoh, carilah kesempatan untuk melepaskan senjata bidikmu yang beracun. Sedang Kebo Seta dan Kebo Jenar menyerang dari belakang. Pakailah senjata panjang dengan sasaran rendah. Dengan siasat maju mundur, pastilah akan menga-lutkan hatinya. Semenjak kita bertujuh mengangkat saudara dan bersumpah sehidup semati untuk mendirikan kekuasaan, inilah untuk yang pertama kalinya kita melawan musuh dengan berbareng. Sekiranya tidak berhasil, janganlah kita bercita-cita lagi mendirikan semacam kekuasaan. Lebih baik kita menjadi budaknya..............." Diah Mustika Perwita mengerutkan kening. Sekarang barulah jelas baginya. Sebagai seorang gadis yang cerdas dan cermat segera ia dapat meraba latar belakangnya. Rupanya mereka bertujuh sudah semenjak lama tidak terkalahkan oleh siapapun. Lalu bercita-cita hendak mendirikan semacam pemerintahan. Syukur bisa seluas wilayah Kadipaten. Percaya kepada kepandaian sendiri, pastilah mereka akan berhasil mencapai angan-angannya. Mendadak kebo Asem bertemu dengan Pangeran Jayakusuma yang memiliki kepandaian di atas mereka, mendengar tutur-kata Kebo Asem tentang kegagahan Pangeran Jayakusuma, mereka bersepakat untuk menguji diri. Hal ini bakal merupakan suatu penataran yang menentukan. Bila berhasil Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mereka akan segera mewujudkan cita-citanya dengan, mengumumkan berdirinya sebuah Kadipaten baru yang otonom. Bila tidak berhasil, memang lebih baik kita menjadi budaknya." "Biar bagaimana mereka ini berwatak satria." pikir Diah Mustika Perwita. Selagi berpikir demikian, tiba-tiba Kebo Langking berkata: "Kakang Kebo Dungkul ! Meskipun Pangeran Jayakusuma cukup tangguh, aku percaya dia pasti terjungkal di tangan kita bertujuh. Hanya saja, mengingat dia seorang Pangeran, tentunya raja tidak akan tinggal diam. Bagaimana baiknya ?" "Mudah saja." sahut Kebo Seta dengan cepat. "Kalau kita sudah berhasil membunuh Pangeran Jayakusuma, kita singkirkan saja perempuan ini. Dengan menyingkirkan perempuan ini, tidak ada saksi lagi dalam peristiwa pertempuran nanti." Kebo Asem melompat dan berdiri tegak di depan Diah Mustika Perwita. Katanya dengan suara tegas : "Kebo Seta! Gadis ini, akulah yang membawanya. Janganlah kalian menyakiti apalagi sampai mencelakakan." setelah berkata demikian, ia menoleh kepada Diah Mustika Perwita. Berkata dengan sungguh-sungguh : "Nona, setelah bertemu dengan Pangeran Jayakusuma, dapatkah engkau berjanji akan menutup mulutmu untuk selamalamanya " Bila tidak bersedia untuk menutup mulut, lebih baik jangan ikutserta !" Hati Diah Mustika Perwita tercekal Pikirnya di dalam hati: "Kebo Seta nampaknya berangasan. Sebaliknya, Kebo Asan berhati jujur dan lapang." la menimbang-nimbang sebentar. Karena ingin bertemu dan bertatap muka dengan Pangeran Jayakusuma, Diah Mustika Pusaka Jala Kawalerang Karya Herman Pratikto di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Perwita lantas saja menjawab : "Baiklah, aku tidak akan mengabarkan kepada siapapun. Di pihak kalian berjumlah tujuh orang. Apakah Pangeran Jayakusuma tidak mempunyai seorang pembantu ?" Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Pertanyaan itu diluar dugaan Kebo Asem. Ia tertawa terbahak-bahak oleh rasa geli. Sahutnya . "Semenjak tadi, bukankah aku sudah menerangkan bahwa Pangeran Jayakusuma datang padaku dengan seorang diri ?" Dan setelah menyahut demikian, ia mendahului berjalan sambil berteriak : "Hayo kita berangkat! Lebih cepat lebih baik !" Mereka kemudian melarikan kudanya dengan bejajar. Di sepanjang jalan mereka membungkam mulut. Tiba-tiba Kebo Asem melambatkan jalannya dan menghampiri Diah Mustika Perwita. Katanya berbisik: "Nona tak usah gelisah ! Meskipun aku berada di pihak saudara-saudaraku, tetapi aku tetap berdoa untuk Pangeran Jayakusuma. Kita bertujuh sebenarnya hanya hendak menguji kemampuan diri sendiri. Sebentar kalau kita bertempur, hendaklah engkau berada di tepi arena sebagai penonton Karena engkau sahabat Pangeran Jayakusuma, besarkan hatinya !" Diah Mustika Perwita mengangguk dengan rasa terima kasih. Ia mengerti, bahwa di antara mereka hanya Kebo Asem yang berhati jujur. Sedang lainnya berhati kejam dan mau menang sendiri. Demikianlah sambil mengikuti perjalanan mereka, diam-diam Diah Mustika Perwita memikirkan keselamatan Pangeran Jayakusuma. Ia kenal watak dan kepandaian Pangeran itu. Pemuda itu berkepandaian tinggi dan berani. Akalnya banyak pula. Tetapi Retno Marlangen tiada lagi berada di sampingnya. Apakah tidak mempengaruhi semangat tempurnya " Padahal setiap anggauta Kebo Sapta memiliki kepandaian tinggi. Dapatkah Pangeran Jayakusuma melawan mereka dengan seorang diri " "Baiklah Bila dia dalam bahaya, tak boleh aku berpeluk tangan saja." ia memutuskan di dalam hati. Dan oleh keputusan itu, diam-diam ia mempersiapkan senjata bidiknya. Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/ -Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Tak lama kemudian, mereka membelok ke kanan dan menyusur gili-gili sawah ladang yang berlika-liku. Kira-kira sepuluh kilometer lagi, mereka melintasi sebuah nmba raya. Dan mulai dari sini Diah Mustika Perwita tak dapat lagi mengenal jalan pulangnya lagi. Selagi demikian, tiba-tiba kuda mereka berjingkrakan Beberapa di antaranya memutar badannya dan kabur. Kebo Dungkul mencambuk kudanya dan mendahului menegang memasuki gerombol belukar. Teriaknya : "Hai! Apa sebab kuda-kuda kita menjadi takut " Hayo terjang" Kuda mempunyai panca indera yang tajam melebihi manusia. Prarasa naluriahnya jauh lebih peka. Kuda Kebo Dungkul mogok berputar-putar. Tetapi setelah dihajar kalang-kabut, akhirnya binatang itu menegang kedepan. Dan kuda-kuda lainnya segera mengikuti Setelah melalui beberapa puluh meter, tibalah mereka di sebuah padang rumput kira-kira seluas limapuluh meter persegi. Tibatiba terdengar suara bentakan lantang : "Siapa yang berani kurangajar memasuki petak lingkaran Hasta Maruta ?" Dengan serentak anggauta keluarga Kebo Sapta menahan kendali kudanya. Mereka melihat seorang laki-laki menghadap dengan dua ekor anjing raksasa. Dan melihat kedua anjing kuda-kuda kembali berjingkrakan. Kebo Dungkul mengangguk hormat dari atas kudanya. Lalu berkata: "Dengan tak sengaja kami melintasi petak ini. Atas nama keluarga Kebo Sapta, kami minta maal" "O, jadi kamulah keluarga Kebo Sapta ?" orang itu menegas. "Apakah engkau yang bernama Kebo Dungkul ?" "Benar," jawab Kebo Dungkul "Kami ingin segera sampai di Smaradewa untuk bertemu dengan Pangeran Jayakusuma. Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Sepulangnya dari Smaradewa kami akan singgah kemari untuk menghaturkan maaf sebesar-besarnya." "Apakah Pangeran Jayakusuma berada di Smaradewa ?" suara orang itu agak berubah. "Benar. Apakah tuan yang bernama Sura Sampana anak murid Perdana Menteri Rangga Permana ?" Kebo Dungkul menegas. "Benar." Sura Sampana membenarkan. "Kami bertujuh berada di sini: Singa Nuwuk, Singa Handaka, Kapal Asoka dan tiga orang wanita." Wajah Kebo Dungkul berubah. Katanya berbisik kepada Kebo Asem: "Inilah musuh kita yang kukatakan tadi. Tiga wanita dan seorang laki-laki. Tetapi nyatanya jumlah laki-lakinya empat orang. Karena sebentar lagi kita akan bertempur melawan Pangeran Jayakusuma, sebaiknya kita mengalah terhadap mereka demi menyimpan tenaga." Selagi berbisik demikian, tiba-tiba Sura Sampana berteriak nyaring sambil menoleh ke belakang : "Tuanku puteri Lukita Wardhani, merekalah Kebo Sapta yang hendak menemui Pangeran Jayakusuma. Mereka berjanji akan balik kembali untuk menghaturkan maaf sebesar-besarnya setelah pulang dari Smaradewa." Mendengar bunyi kata-kata Sura Sampana, Kebo Seta yang berangasan mendongkol Berkata di dalam hati: "Menghaturkan maaf kentutmu ! Kami Kebo Sapta tidak pernah menghaturkan maaf terhadap siapapun. Justru esok atau kelak, kita malahan akan mencoba kepandaian kalian" Tetapi setiap anggauta Kebo Sapta sadar, bahwa anak murid Rangga Permana tidak boleh dibuat gegabah. Masing-masing memiliki ilmu kepandaian tinggi. Untuk melawan mereka, rasanya Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/ - Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ masih sanggup. Hanya saja mengingat rencana pertempurannya dengan Pangeran Jayakusuma, mau tak mau mereka harus menahan diri. Tak lama kemudian terdengar jawaban yang sangat tajam dari kejauhan : "Minta maaf" Tak usah minta maaf segala. Suruh saja mereka membatalkan niatnya." Tercekat hati Diah Mustika Perwita mendengar suara tajam itu. Itulah alunan suara yang tak asing lagi baginya. Suara Lukita Wardhani panglima laskar Bhayangkari. Hampir-hampir saja ia berteriak kegirangan. Untung, dia seorang gadis yang cermat dan cerdas. Oleh pertimbangan naluriahnya, segera ia dapat menahan diri. Sebaliknya, seluruh anggauta Kebo Sapta terbakar hatinya begitu mendengar ucapan Lukita Wardhanl Dengan serentak mereka menegakkan kepalanya. Kebo Seta tertawa mendongkol melalui hidungnya. Dengan suara dingin ia berkata : "Kami Kebo Sapta belum panah meminta-minta maaf kepada siapapun. Kamipun biasa hidup malang-melintang tanpa halangan. Siapa berani menghalang-halangi kami ?" Dan setelah berkata demikian ia menghentakkan kudanya. Kudanya lantas saja melompat menerjang ke depan. Sura Sampana tentu saja tidak tinggal diam. Ia melepaskan kedua anjingnya yang menyalak dan menggeram tak ubah dua ekor singa. Kuda Kebo Seta diterkamnya. Keruan saja kuda Kebo Seta berjingkrak dan meringkik keras. Namun Kebo Seta ternyata mahir dalam hal menunggang dan menguasai kudanya. Sambil mendekam di atas punggung kudanya, kedua tangannya bergerak. Dan pada saat itu juga, kedua tangannya telah menggenggam dua batang tombak pendek. Dengan serta-merta ia menyambut terkaman kedua anjing Sura Sampana. Anjing yang melompat dari sebelah kiri mengelak ke samping sedang yang datang dari arah kanan berhasil merobek perut kuda. Akan tetapi tombak Kebo Setapun berhasil menikam perutnya pula. Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Dengan jungkir balik Kebo Seta turun ke tanah sambil membentak : "Perlihatkan senjatamu !" Tombak kirinya diangkat tinggi-tinggi. Sedang tombak kanan menunjuk ke tanah, bersiaga menunggu serangan lawan. Sura Sampana tidak bergerak. Ia hanya tertawa tawar seraya menyahut: "Hmmm......kau sudah melukai anjingku. Sekarang, meskipun engkau bersedia membatalkan perjalananmu sudah tidak keburu lagi. Kebo Seta! Tinggalkan senjatamu !" Kebo Seta tercengang. Bagaimana orang itu bisa mengenal namanya " Bentaknya : "Menurut pendengaranku, anak murid Rangga Permana selamanya tidak pernah meninggalkan wilayah rumah perguruannya. Mengapa kalian tiba-tiba berada di sini " Aku memang' Kebo Seta. Dari mana engkau mengenal namaku ?" "Kami anak murid Perdana Menteri Rangga Permana masakan tidak mengenal nama kalian " Kalian menyebut diri sebagai keluarga Kebo Sapta, bukan " Sudah lama guru kami mendengar sepak-terjang kalian yang biadab. Kamu bertujuh berangan-angan hendak mengangkat diri menjadi adipati, bukan " Hm, hemmm! Mengapa kami berada di sini " Justru karena kalian Kebetulan sekali malam ini kami bertemu dengan kalian. Dengan begitu, kami tidak perlu susah-payah lagi untuk mencari sarang kalian" bentak Sura Sampana. Dan setelah membentak demikian, tangan kirinya menyambar dan mencengkeram kedua tombak Kebo Seta. Kebo Seta terkejut bukan main Sama sekali tak diduganya, bahwa Sura Sampana bisa bergerak begitu cepat. Buru-buru ia mengerahkan himpunan tenaga saktinya. Ia menarik kedua tombaknya dengan satu kali hentakkan Tak ! Dan kedua tombaknya patah menjadi empat potong. Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Kebo Dungkul yang menyaksikan adu tenaga itu terkesiap hatinya. Tangkai tombak Kebo Seta terbuat dari besi. Tetapi dengan sekali sambar, patahlah tangkainya. Maka dapat dibayangkan betapa hebat tenaga Sura Sampana. Mengingat saudarasaudaranya masih harus menyimpan tenaga untuk menghadapi Pangeran Jayakusuma, segera ia menengahi dengan suara merendah : "Apakah tadi suara tuanku puteri Lukita Wardhani " bukankah beliau puteri Perdana Menteri Rangga Permana " Baiklah, begini saya. Kami akan mengambil jalan memutar. Esok hari kami berjanji akan datang kemari untuk mencoba-coba mengadu kepandaian dengan tuan-tuan sekalian" "Hmm....." dengus Sura Sampana. "Aku tadi sudah berkata, meskipun kalian kini bersedia membatalkan perjalanan sudah tidak keburu lagi" Dan setelah berkata demikian, ia melemparkan dua potongan tombak yang berada di kedua tangannya. Cap, cap! Dan kedua potongan tombak itu menancap di pohon. Kebo Dungkul terkejut. Pikirnya di dalam hati : "Celaka ! Mengapa mereka tidak mengijinkan aku bertujuh melintasi hutan ini atau balik kembali " Biasanya mereka tidak pernah ke luar wilayah sejauh ini. Sekarang mereka berada disini. Apakah sedang menyembunyikan suatu rahasia besar ?" Setelah berpikir demikian, ia berkata dengan suara nyaring : "Sura Sampana! Meskipun kalian anak murid Perdana Menteri, tetapi hutan dan jalan raya bukan milik kalian. Apakah kalian melarang kami melintasi hutan ini?" Sura Sampana bersikap tidak mengacuhkan. Teriaknya : "Lebih baik tutup mulutmu ! Tak ada gunanya kau berbicara berkepanjangan. Pendek kata, hari ini kalian tidak boleh hidup lebih lama lagi." Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/ -Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Berbareng dengan ucapannya, ia melompat menerjang dengan mencengkeramkan kesepuluh jari-jarinya. Sebelum cengkeramannya sampai pada sasarannya, suatu kesiur angin tajam menyerang bergulungan. Itulah suatu tanda, bahwa ia memiliki ilmu sakti yang tidak rendah. Kebo Seta yang berada di depan Kebo Dungkul melompat ke samping sambil menyodokkan sisa tombaknya yang masih berada dalam genggamannya. Sura Sampana hendak menangkap ujung tangkainya seperti yang dilakukannya sebentar tadi Tibatiba saja matanya melihat berkelebatnya sebatang tongkat baja sebesar telur ayam dari samping, itulah serangan Kebo Reksa yang datang menolong saudaranya. Cepat Sura Sampana menangkiskan lengannya seraya menyambar ujung tongkat. Tetapi sebelum kelima jarinya mencengkeram penuh-penuh mendadak lengannya terasa panas. Buru-buru ia melepaskan cengkeramannya. Dengan mengerahkan himpunan tenaga saktinya ia memukul dengan pergelangan tangannya. Syukur, ia bisa bergerak luar biasa cepat. Sekiranya tidak demikian, dadanya pasti sudah kena tertikam ujung tongkat. Katanya di dalam hati : "Ih ! Tata kerja saudara seperguruan Kebo Sapta benar-benar hebat Pantaslah mereka berangan-angan mendirikan suatu kekuasaan." Karena lawan bersenjata tongkat baja, segera ia mengeluarkan senjata andalannya pula. Itulah sepasang rantai yang berujung bola bergigi. Masing-masing mempunyai berat timbangan melebihi sepuluh kilogram. Warna bola giginya kuning kemilau, sehingga dapat terlihat jelas pada malam hari. Dalam pada itu Kapal Asoka, Singa Nuwuk dan Singa Handaka muncul pula dari balik gerumbul belukar. Segera mereka terlibat dalam suatu pertempuran seru. Mereka memperoleh lawan yang setanding. Kapal Asoka melawan Kebo Landoh. Sedang Singa Nuwuk dan Singa Handaka melawan Kebo Langking dan Kebo Jenar. Masing-masing menggunakan senjata andalannya. Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Kapal Asoka bersenjata perisai dengan bindi. Dan Kebo Landoh melawannya dengan sepasang golok. Singa Nuwuk yang berlawan-lawanan dengan Kebo Langking, bersenjata perisai dengan rantai cemeti. Sedang Kebo Langking bersenjata sepasang penggada baja putih. Singa Handaka lain pula senjatanya. Ia berperisai dan bersenjata martil. Tak usah dikatakan lagi, bahwa ia bertenaga besar. Dan Kebo Jenar melawannya dengan cempuling dan tali terbuat dari urat kerbau yang ulat luar biasa. Dengan demikian, di pihak Kebo Sapta masih tiga orang yang belum masuk dalam arena. Merekalah Kebo Dungkul, Kebo Seta dan Kebo Asem. Kebo Seta sudah kehilangan senjata andalannya. Tetapi segera ia mengeluarkan senjata tombak lagi, akan tetapi kali ini berbentuk garpu perak. Dengan pandang penasaran ia mengikuti pertempuran yang berjalan makin lama makin sengit. Singa Handaka yang bersenjata martil benar-benar bertenaga besar. Cempuling Kebo Jenar tak berdaya menghadapi perisai bajanya. Selangkah demi selangkah, ia kena diundurkan. Menyaksikan hal itu, Kebo Seta yang berangasan tak dapat lagi menahan diri. Segera ia melompat maju sambil menusukkan tombak garpunya. Tetapi belum lagi tiba pada sasarannya, berkelabatlah sesosok bayangan bersenjata sebatang pedang. Bayangan itu menangkis tusukan tombak garpunya dengan tepat sekali. Keruan saja Kebo Seta terperanjat, la mundur dengan menajamkan penglihatannya. Ternyata bayangan itu seorang wanita setengah umur. Dialah Rara Sindura, murid ketujuh Rangga Permana yang ahli dalam hal ilmu pedang. Dan begitu berhadap-hadapan, kedua-duanya lantas saja bertempur dengan sangat serunya. Sekarang di pihak Kebo Sapta tinggal dua orang saja yang belum mempemlah tandingnya. Kebo Dungkul dan Kebo Asem. Tiba-tiba muncullah seorang gadis cantik luar biasa. Gadis itu Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ bertangan kosong dan berdiri bersender pada sebatang pohon. Dengan tenang, pandang matanya mengikuti pertempuran seru itu. Diah Mustika Perwita segera mengenal siapa dia. Dialah Lukita Wardhani puteri Rangga Permana. Ditinjau dari jumlah anggautanya, pihak Kebo Sapta lebih unggul. Artinya lebih banyak jumlahnya. Akan tetapi anak murid Rangga Permana mempunyai andalan lain lagi. itulah anjing-anjing pemburu yang berjumlah puluhan ekor. Melihat majikannya bertempur, binatang-binatang itu menggeram dan menyalak ramai. Mereka siap menerkam apabila sudah mendapat perintah. Kebo Sela yang melayani ilmu pedang Rara Sindura, beberapa kali mencuri pandang untuk memperoleh penglihatan yang lebih luas. melihat ratusan mata anjing pemburu yang berwarna hijau kemilau, bulu kuduknya menggeridik. Pikirnya : "Jika anjing-anjing itu ikut memasuki gelanggang terpaksalah aku meledakkan asap beracunku. Lebih baik aku disebut setan kampungan daripada mati konyol dirobekrobek gigi anjing." Sampai mendekati fajar hari, mereka masih saja bertempur dengan serunya. Masingmasing pihak tiada yang kalah atau menang. Melawan Singa Handaka yang bertenaga raksasa, Kebo Jenar tidak berani mengadu kekerasan Cempulingnya segera dipindahkan ke tangan kiri. Sedang tangan kanannya mulai menyerang dengan tambang. Dengan begitu, ia dapat melawan daya tenaga besar Singa Handaka dalam jarak jauh. Beberapa kali lingkaran tambangnya hampir saja menjerat leher Singa Handaka. Tetapi apabila Singa Handaka hendak melibatkan perisainya atau martilnya agar tergubat erat, buru-buru Kebo Jenar menarik kembali. Sebab apabila sampai menggubat senjata lawan, ia sadar akan akibatnya. Tenaga Singa Handaka mungkin dapat memutuskan tambangnya. Dengan demikian, meskipun memperoleh kesempatan untuk mengalutkan hati lawan, ia tidak berani terlalu Pusaka Jala Kawalerang Karya Herman Pratikto di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo mendesak. Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/ -Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Tatkala udara timur mulai bercahaya, Sura Sampana yang bersenjata rantai bola mulai berada di atas angin Kena dicecar terus-menerus, permainan tongkat baja Kebo Rekta mulai kalut. Melihat hal itu, Kebo Asem segera membantu. Ia bersenjata kapak. Tetapi Sura Sampana benar-benar tangguh. Memang, dia adalah murid Rangga permana yang tertua. Kecuali pandai menggunakan senjata andalannya, pukulan-pukulannya cepat bagaikan kilat pula. Setiap kali terdesak lawan, tiba-tiba saja dapat balik menyerang dengan bertubi-tubi. Kebo Asem yang bertenaga besar segera berteriakteriak seperti geledek. Dan Kebo Rektapun mengimbangi dengan tertawa terbahakbahak. Jelaslah maksud mereka berdua. Mereka bermaksud mengalutkan pemusatan Sura Sampana. Namun Sura Sampana tak dapat dijebak begitu mudah. Ia berkelahi dengan hati mantap. Meskipun sudah berkelahi begam-jam lamanya, himpunan tenaga saktinya tiada kendor sedikitpun. Kebo Dungkul tahu, pihaknya menghadapi bahaya besar. Sekarang tinggal dirinya seorang yang belum turun gelanggang. Tetapi di sana masih berdiri Lukita Wardhani. Gadis cantik itu masih bersandar pada sebatang pohon. Sedang di sekitar gelanggang pertempuran, anjing-anjing pemburu makin lama makin nampak beringas. Maka terpaksalah ia berseru kepada Kebo Seta: "Apa boleh buat! Kebo Seta, lepaskan saja senjata pemunah-mu ! Sebentar aku akan membantumu." Tentu saja Rara Sindura tidak membiarkan musuhnya mundur seenaknya untuk memperoleh kesempatan melepaskan senjata pemunah. Gesit ia melompat memburu sambil menikamkan pedangnya. Tetapi pada saat itu. Kebo Dungkul yang bersenjata tongkat panjang segera menghadangnya. Terpaksalah Rara Sindura mengelak ke samping. Dan pada detik itu melesatlah semacam bola mengarah padanya, pedangnya dikibaskan. Tak!!.. Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ bola itu kena dipukulnya pecah. Tetapi mendadak saja di depannya terpencar segumpal asap yang menyelubunginya. "Celaka !" Rara Sindura mengeluh di dalam hati. Ia tahu, itulah bubuk beracun. Cepat ia menahan nafas. Tetapi Kapal Asoka yang berada di dekatnya mendadak roboh terjengkang. Pendekar itu sedang bertempur mati-matian melawan Kebo Landoh yang bersenjata sepasang golok, sehingga tidak melihat datangnya bahaya. Tahu-tahu ia mencium bau amis. Kepalanya pening dan nganya pengang. Dan dengan tak dikehendaki sendiri, ia roboh terguling kehilangan tenaga. "Hai !" Diah Mustika Perwita berseru terkejut "Mengapa kalian menggunakan bubuk beracun ?" Melihat Kapal Asoka roboh terjengkang, Rara Sindura kaget bukan kepalang. Tetapi tak dapat ia berbuat sesuatu karena terlibat tongkat Kebo Dungkul. Sekonyongkonyong melesatlah Lukita Wardhani masuk ke dalam gelanggang dengan pedang terhunus. Bentaknya: "Biadab! Jangan ganggu dia! Siapa yang berani mengganggu anak murid Rangga Permana tak akan kuampuni." Tentu saja Kebo Seta tidak sudi kehilangan kesempatan sebagus itu. Sebab apabila dia dapat menawan salah seorang musuhnya, bisa dijadikan sandera yang berguna. Paling tidak dapat menekan agar anjing-anjing pemburu itu jangan ikut menyerbu. Itulah sebabnya dia membalas ancaman Lukita Wardhani dengan membentak pula : "Kau bubarkan dulu anjing-anjing piaraanmu! Dan segera aku membebaskan rekanmu." Lukita Wardhani membungkam mulutnya. Tak sudi ia melayani musuhnya. Tetapi kedua alisnya berdiri tegak. Tiba-tiba saja ia sudah berada di depan Kebo Seta. Pedangnya berkelebat. Keruan Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/ -Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ saja Kebo Seta terkejut. Sama sekali tak diduganya bahwa Lukita Wardhani memiliki kecepatan melebihi kejapan kilat. Untung, Kebo Dungkul tidak tinggal diam. Dengan tongkatnya yang panjang ia menyapu dari samping "Ayunda ! Awas tongkat !" seru Diah Mustika Perwita memperingatkan. Lukita Wbidhani mengangguk, la tersenyum. Katanya : "Adik ! Kau baik-baik sap, bukan " Tetaplah di tempatmu ! Biarlah kubereskan dulu kawanan iblis ini.........." Lukita Wardhani adalah pewaris ilmu sakti Ratu Jiwani. Ilmu pedangnya tak terlawan semenjak beberapa tahun yang lalu. Dengan suatu gerakan kilat, tiba-tiba saja tongkat Kebo Dungkul dan tombak garpu Kebo Seta tergempur miring. Pada detik itu pula, ujung pedangnya menikam. "Hai!" Kebo Dungkul dan Kebo Seta berseru kaget. Dengan berbareng mereka melesat mundur. Namun Lukita Wardhani tidak membiarkan kedua musuhnya bernafas. Sekali tangannya bergerak, tombak garpu Kebo Seta terpental dari genggamannya. Dadanya lantas saja tak terlindung lagi. Keruan saja Kebo Dungkul menjadi gugup. Dengan mati-matian ia mencoba melindungi. "Hm." Lukita Wardhani mendengus. "Mempunyai kepandaian cakar ayam begini saja, sudah berani berangan-angan menjadi adipati. Benar-benar memalukan." Setelah berkata demikian, Lukita Wardhani mendesak. Tetapi betapapun juga, Kebo Dungkul bertujuh bukan tokoh-tokoh sembarangan kalau tidak, mustahil mereka berani berangan-angan hendak mendirikan semacam kadipaten otonom yang lepas dari pemerintahan Majapahit Dalam seribu kerepotannya, masih bisa Kebo Dungkul dan Kebo Seta menolong diri. Dengan membentak nyaring, Kebo Dungkul memutar tongkatnya. Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Kemudian menggempur Lukita Wardhani. Kebo Setapun tidak tinggal diam. Meskipun tidak bersenjata lagi, tetapi ia memiliki senjata beracun. Sekarang bubuk beracun bertebaran bagaikan hujan gerimis. Lukita Wardhani adalah seorang gadis yang berhati keras. Dalam kerepotan apapun juga, tak sudi ia mengundurkan diri atau bergerak mundur. Kini ia mengandalkan pada kelincahan tubuhnya. Pedangnya berkelebatan bagaikan kilat mengejap-ngejap. Semua semata Kebo Seta disapunya bersih. Lalu menerjang tongkat raja Kjebo Dungkul. Dan pada detik-detik yang menentukan itu tiba-tiba terdengar suara seorang dari luar gelanggang : "Coba berhenli dulu ! Aku ingin berbicara............" Sudah barang tentu, mereka yang sedang bertempur mati-matian tidak menggubris suara itu. Sebaliknya Diah Mustika Perwita lantas saja berseru girang : "Kangmas Jayakusuma..........!" Waktu itu matahari sudah menebarkan cahayanya di seluruh angkasa. Suasana sekitar gelanggang terang-benderang. Ternyata gelanggang itu bukan berada di tengah hutan. Tetapi di atas bukit dalam halaman biara rusak yang sangat luas. Biara apa ini " Tentunya tiada penghuninya. Kalau tidak, masakan seorangpun tiada menampakkan diri. Memang biara itu sudah ratusan tahun ditinggalkan penghuninya. Dahulu, Raja Erlangga pernah bermarkas di biara itu sewaktu hendak merebut tahta kerjaannya kembali dari penguasa Sriwijaya. Kemudian pecahlah perang antara sekte-sekte Agama Syiwa dan Buddha. Di halaman itu pula kedua belah pihak menentukan kalah atau menang seperti yang terjadi sekarang ini antara pihak Kebo Sapta dan Lukita Wardhani. -o0~DewiKZ~0o- Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ NAYAKA MADU DENGAN HATI terharu dan pandang mata terlongong-longong, Diah Mustika Perwita mengawaskan Pangeran Jayakusuma yang muncul dari dalam biara seperti seorang pertapa. Ia mengenakan pakaian seorang satria. Lengan baunya panjang sehingga berkesan setengah bhiksu. Tetapi raut mukanya nampak keruh. Jarang sekali Diah Mustika Perwita bertemu pandang dengan Pangeran Jayakusuma. Setelah pemuda itu hilang tiada kabar beritanya hampir empat tahun lamanya, ia hanya pandai mengenangkan saja dalam lubuk hatinya, la sendiri kala itu sedang sibuk menekuni ilmu kepandaiannya yang diperolehnya dari seorang yang menamakan diri Lawa Ijo. Selain itu seringkali pula ia ikut membantu Panglima Wira Wardhana bertugas di selatan Daha. Dahulu, ia mengenal Pangeran Jayakusuma sebagai seorang pemuda yang lincah dan bergembira. Kadangkala malahan angin-anginan pula. Tetapi Jayakusuma kini berkesan lain. Dia nampak bersungguh-sungguh dan matang. Gerakan matanya tenang luar biasa dan langkahnya pasti. "Wardhani! Ilmu pedangmu maju jauh sekali dibandingkan beberapa tahun yang lalu." katanya sambil menghampiri gelanggang pertempuran. Mendengar Pangeran Jayakusuma berbicara akrab dengan Lukita Wardhani terbanglah semangatnya Kebo Dungkul bertujuh. Mereka merasa bertambah seorang lawan lagii Pada saat itu, mereka meiasa tidak mempunyai harapan lagi untuk memenangkan pertempuran yang menentukan. Hanya Kebo Asem seorang yang tidak dihinggapi pikiran demikian. Memang, mula-mula ia berkecil hati. Lalu menegur dengan suara menggelegar: "Pangeran. Inilah saudara-saudaraku seperguruan yang ingin kuperkenalkan kepadamu." Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/ -Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Sebaliknya Lukita Wardhani tidak menghiraukan hadirnya Pangeran Jayakusuma. Memang di dalam lubuk hatinya bersembunyi suatu kesan sendiri yang hanya diketahui oleh dirinya sendiri pula. Di depan pemuda itu, ia justru tidak mau memperlihatkan keadaan hatinya yang benar. Apalagi di depan umum. Untuk memperlihatkan peribadihya, ia justru bersikap lebih keras. Tak mau ia kehilangan waktu dan kesempatan. Pedangnya berkelebatan merangsak kedua lawannya yang tangguh. Menyaksikan hal itu, Pangeran Jayakusuma berkata lagi: "Wardhani! Aku harap engkau menarik pedangmu !" "Hm." Lukita Wardhani mendengus. "Aku bukan Retno Marlangen yang akan selalu mendengar kata-katamu. Tunggu sebentar ! Biar kuselesaikan dahulu." "Tetapi kalau mereka sampai mati, akupun merasa kehilangan." "O, jadi mereka termasuk kawanmu " Bagus sekali pergaulanmu. Kangmas salah seorang putera raja. Mengapa bergaul dengan sekumpulan iblis ?" Setelah berkata demikian, Lukita Wardhani makin mempercepat gerakan pedangnya. Memang ia seorang gadis yang keras hati. Selamanya tiada pernah mundur sebelum menyelesaikan apa yang dikehendaki. Sebagai seorang puteri Perdana Menteri, tiada seorangpun yang berani memerintah dirinya. Apalagi ia mempunyai sandaran kuat sebagai murid Ratu Jiwani. Selamanya ia bebas menentukan kehendak hatinya sendiri. Dan begitu melancarkan serangannya, dia mengerahkan pula tenaga anjing-anjing pemburunya. Dan anjinganjing itu lantas saja mengerumuni Kebo Sapta dengan menyalak riuh. Pangeran Jayakusuma kenal watak Lukita Wardhani. Ia pernah menyaksikan pula sepak-terjang puteri itu tatkala membasmi Dendam Empu Bharada http://dewi-kz.inco/ Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ gerombolan Arya Wirabumi. Mau tak mau ia menghela nafas. Dengan suara terpaksa ia berkata kepada Diah Mustika Perwita: "Apa boleh buat" Berkata demikian, ia menghampiri gelanggang pertempuran Tangannya mengibas. Akibatnya kerumun anjing pemburuan bubar berderai. Dari arah kiri dan kanan melompat belasan anjing sekaligus. Pangeran Jayakusuma menyambut serangan belasan binatang itu dengan kibasan tangan kirinya. Sekali mengibas, belasan anjing itu mati dengan beijungkir-balik. Lukita Wardhani marah bukan main Segera ia melompat menikamkan pedangnya sambil berteriak : "Kau membunuh anjing-anjingku. Apakah benar-benar engkau memusuhi pemerintahan ?" Pangeran Jayakusuma tersenyum. Tangannya mengibas dan menghantam pedang Lukita Wardhani sampai terpental tinggi di udara. Memang tenaga Pangeran Jayakusuma jauh berlainan bila dibandingkan dengan tenaganya dahulu. Seluruh tubuhnya sudah berselimut Ilmu Sakti Manunggal. Meskipun hanya menggunakan sebagian tenaganya, namun sudah cukup untuk menggempur pedang Lukita Wardhani sampai terlepas dari genggamannya. Hal itu mengherankan Kebo Dungkul dan Kebo Seta. Mereka berdua tadi, tak mampu berbuat demikian. Kalau begitu, keterangan Kebo Asem benar belaka. Pemuda itu memiliki tenaga sakti yang susah diukur betapa tingginya. "Apakah karena Lukita Wardhani bersedia mengalah ?" Kebo Dungkul menebak-nebak. "Tak ada buruknya kalau akupun ikut mencoba-coba." Memikir demikian, ia maju menerjang menghantamkan tongkat bajanya. Pangeran Jayakusuma mengibaskan tangannya sepati sebentar tadi. Ia menggunakan empat bagian tenaga saktinya. Plak ! Lengan bajunya yang panjang menghantam pergelangan tangan. Kebo Dungkul terkejut. Pukulan lengan baju Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/ - Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ itu tak ubah tabasan sebatang pedang. Karuan saja ia mengerang kesakitan. Kebo Seta melompat hendak menolong kakaknya seperguruannya. Ia membarengi serang Kebo Dungkul dengan mendorongkan tombak garpunya. Dengan tersenyum Pangeran Jayakusuma menyongsong serangan mereka berdua dengan hanya menggunakan tiga bagian tenaga saktinya. Baik Kebo Dungkul maupun Kebo Seta tak pernah mengira, bahwa tenaga sakti Manunggal begitu dahsyat. Jangan lagi menggempur manusia yang terdiri dari darah dan daging, sedangkan sebatang pohon sebesar empat pelukan tangan orang dewasa akan patah menjadi beberapa potong. Tidak mengherankan, tubuh mereka berdua bergoyanggoyang. Untung Pangeran Jayakusuma hanya menggunakan tiga bagian tenaganya. Dengan begitu mereka tidak perlu sampai jatuh terjengkang. Kebo Dungkul dan Kebo Seta adalah murid seorang sakti yang bermukim di celah Gunung Lawu. Orang sakti itu tak mau menyebutkan namanya. Ilmu saktinya luar biasa dan diwariskan kepada ketujuh muridnya yang memiliki keistimewaannya masing-masing. Tenaga Kebo Asem bisa membunuh seekor harimau dengan dua atau tiga kali pukulan. Hal itu pernah mengherankan Pangeran Jayakusuma. Apalagi Kebo Dungkul kini bergabung dengan Kebo Sela. Tenaga mereka masing-masing sebenarnya tidak usah kalah jauh bila dibandingkan dengan Kebo Asem. Meskipun demikian, mereka berdua tidak tahan menghadapi tiga bagian tenaga sakti Manunggal milik Pangeran Jayakusuma. "Hati-hati!" Pangeran Jayakusuma memperingatkan sambil mendorong. Penglihatan Kebo Dungkul berkunang-kunang dan tiba-tiba menjadi gelap. Sadarlah dia, apabila tetap berkutat jiwanya tidakkan tertolong. "Hai! Apakah engkau tak dapat mempertahankan diri ?" ujar Pangeran Jayakusuma. Ia jadi teringat kepada pengalamannya Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ dengan Ki Ageng Mijil Pinilih tatkala masih berada di dalam penjara. Dahulu, Ki Ageng Mijil Pinilih pernah mengadu tenaga dengan salah seorang pendekar dari Bukit Gombak. Kena gempuran tenaga dorong tenaga sakti Ki Ageng Mijil Pinilih, orang itu lantas saja roboh meringkuk bagaikan udang kering. Teringat akan hal itu, segera ia menarik tenaganya. Dan Kebo Dungkul tertolong. Dengan mata terbelalak, ia menatap wajah Pangeran Jayakusuma dengan berdiri tertegun-tegun. Melihat keadaan Kebo Dungkul, sekalian saudaraseperguruannya kecuali Kebo Asem dengan serentak menuntut bela. Mereka meninggalkan lawannya masing-masing, lalu menyerang Pangeran Jayakusuma dengan berbareng. Meskipun mereka bersenjata, Pangeran Jayakusuma tidak gentar. Dengan cepat ia menyambar seekor anjing dan dijadikan alat penangkisnya. Lukita Wardhani dan sekalian murid ayahnya mundur ke luar gelanggang menyaksikan pertempuran itu. Mereka semua tahu, bahwa seekor anjing bukanlah alat senjata penangkis yang baik. Sebaliknya oleh cengkeraman pangeran Jayakusuma, keempat kaki anjing itu bergerak-gerak sejadi-jadinya sambil menjerit-jerit kesakitan. Namun Pangeran Jayakusuma dapat menggunakannya dengan leluasa. Dalam pada itu, Kebo Dungkul telah memperoleh pernafasannya kembali. Tata-nafasnya ternyata tidak berubah. Maka tahulah ia, bahwa Pangeran Jayakusuma sudah menaruh belas kasihan kepadanya. Segera ia memperhatikan jalannya pertempuran dengan perihatin. Lalu berteriak kepada lima saudara seperguruannya : "Saudara-saudara, tahan !" Tetapi mereka berlima justru sedang menghimpun dan mempersatukan tenaga gabungan. Untuk segera menariknya, tidak dapat dilakukan dengan segera. Salahsalah, malahan bisa melukai diri mereka masing-masing. Tenaga gabungan mereka Pusaka Jala Kawalerang Karya Herman Pratikto di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo memang kuat luar biasa. Jangan lagi terhadap manusia yang Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ terdiri dari darah dan daging, sebongkah batupun dapat dihancurkannya dengan mudah. Namun Pangeran Jayakusuma sama sekali tidak berusaha mengelak. Setelah melemparkan senjata anjingnya, dengan sekali membalikkan kedua tangannya ia menangkap kelima senjata mereka sambil berkata : "Baiklah. Mari kita mencoba-coba mengadu tenaga. Siapa yang lebih kuat, kalian atau aku." Kebo Asem yang menonton dari luar gelanggang, tahu akan bahaya. Dengan setengah memohon ia berteriak : "Pangeran, janganlah sampai membunuh saudara-saudaraku! Mereka datang kemari hanya untuk mencoba-coba mengadu tenaga dan kepandaian saja. Aku sendiri sebenarnya lebih setuju apabila sekalian saudaraku menyerah saja." Pangeran Jayakusuma tersenyum. Sekarang mengertilah ia, apa sebab mereka tibatiba menyeratnya dan bersikap memusuhinya tanpa alasan. Pikirnya di dalam hati: " Kiranya begitu " Baiklah, aku akan mengadu tenaga saja." Dalam pada itu, Kebo Rekta berlima segera mengerahkan himpunan tenaga saktinya. Dengan mati-matian, mereka mencoba membetot senjatanya masing-masing yang tergenggam di tangan Pangeran Jayakusuma. Tetapi tenaga betotannya sama sekali tidak dapat membuat Pangeran Jayakusuma bergeming. Senjata mereka masing-masing rasanya seperti terjepit suatu celah bukit saja. Sekali lagi mereka menarik dengan berbareng. Sekali lagi dan sekali lagi. Namun tetap saja tidak bergeming. Tetapi sebenarnya tenaga gabungan mereka hebat tak terkatakan. Di dalam hati Pangeran Jayakusuma berkata : "Tenaga gabungan mereka tidak boleh diremehkan. Bila aku hanya bertahan saja, tentunya mereka tidak akan merasa takluk." Oleh pikiran itu, segera ia balik menarik. Menurut perhitungannya, senjata mereka pasti terlepas dari genggaman Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/ -Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mereka. Bahkan bukan mustahil bisa terlempar ke udara. Tetapi diluar dugaan, masih bisa mereka pertahankan senjatanya masing-masing. Hanya saja akibatnya terlalu hebat. Senjata mereka berlima tiba-tiba melengkung bagaikan busur. "Bagus !" Pangeran Jayakusuma memuji dengan setulus hatinya. Segera ia menambah satu bagian tenaga saktinya. Dan tiba-tiba saja, senjata mereka berlima patah menjadi dua bagian Telapakan tangan mereka terbeset dan darahnya mengucur, meskipun demikian masih saja mereka dapat menggenggam sisa kutungan senjata erat-erat. Pangeran Jayakusuma tertawa girang. Dengan mengayunkan tangannya, ia menimpukkan kutungan senjata rampasannya dengan empat bagian tenaga saktinya. Lantas saja empat kutungan senjata itu amblas ke dalam bumi. Itulah suatu pameran tenaga yang benar-benar mengejutkan setiap orang. Apalagi bila Pangeran Jayakusuma menggunakan tujuh bagian, delapan atau sembilan bagian tenaga saktinya. Dengan kedua matanya yang sangat tajam, Pangeran Jayakusuma menyiratkan pandang terhadap mereka semua. Tiba-tiba tubuhnya bergetar. Suatu angin dahsyat yang halus melanda dengan mendadak. Meskipun halus, namun akibatnya mengerikan. Sekalian anjing perburuan terpental ke udara seperti timbunan rumput kering tercerai-berai tersapu angin puyuh. Kebo Dungkul dengan keenam saudara seperguruannya menjadi pucat lesi. Mereka merasa diri kena gempuran suatu tenaga yang tidak nampak. Cepat-cepat mereka saling bergandengan tangan dan memeluk sebatang pohon. Meskipun mereka tidak sampai terpental ke udara, namun pohon yang dipeluknya tumbang dengan suara bergemuruh. Lukita Wardhani dan sekalian anak-murid Rangga Permana buru-buru bergandengan tangan pula untuk menyusun tenaga gabungan Saritangsya. Itulah ilmu gabungan himpunan tenaga sakti warisan Mapatih Gajah Mada. Dan karena Pangeran Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Jayakusuma tidak mengerahkan seluruh tenaganya, mereka masih dapat mempertahankan diri Memang, Pangeran Jayakusuma sengaja memamerkan himpunan tenaga sakti Ilmu Manunggal. Mula-mula ia menggunakan empat bagian tenaganya. Lalu lima bagian. Lalu enam bagian. Tatkala menoleh, ia melihat Diah Mustika Perwita bertiarap di bawah sebatang pohon raksasa yang tumbang dalam jarak tiga-puluh meter. Rupanya gadis itu sebentar tadi kabur terkena hempasan tenaga sakti Pangeran Jayakusuma. Dasar cerdas dan cekatan, cepat-cepat ia menyambar dahan pohon. Dan dengan berjumpalitan ia turun ke tanah. Pada saat itu, sebatang pohon raksasa di dekatnya tumbang sampai ke akarnya. Segera ia berlindung di baliknya. Melihat Diah Mustika Perwita yang bersembunyi di balik pohon, timbullah pikiran Pangeran Jayakusuma : "Kalau aku menuruti hati sendiri, bisa-bisa membunuh mereka." memperoleh pikiran demikian segera ia mengibaskan tangannya. Dan tenaga himpunan saktinya sirap. Kemudian berkata kepada Kebo Asem: "Saudara Kebo Asem ! Aku menunggumu sampai fajarhari tiba. Lalu menyusul kemari. Bagaimana " Apakah engkau sudah mendapat kabar beritanya ?" Ia berhenti sebentar lalu tertawa melalui dadanya. "Rupanya kau tak sempat mencari berita itu. Sebaliknya engkau malahan memanggil saudara-saudaramu untuk datang mengeroyokku. Sebenarnya, apa maksudmu " Apakah sekalian saudaramu hendak maju seorang demi seorang atau maju berbareng sekaligus ?" Belum lagi Kebo Asem membuka mulutnya, berteriaklah si berangasan Kebo Seta: "Pangeran Jayakusuma ! Ilmu saktimu dan kepandaianmu kami bertujuh adalah laksana bumi dan langit. Memang kamilah yang tidak tahu diri. Baiklah kuterangkan saja agar Pangeran Jayakusuma tidak salah faham." Ia berhenti mengesankan "Kakakku Kebo Asem menceritakan perkenalannya dengan Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Pangeran, kami yang berangan-angan besar hendak mengangkat diri menjadi semacam adipati, tentu saja tidak mudah mau percaya akan ketangguhan Pangeran. Maka kami bersepakat untuk menguji kepandaian Pangeran Apabila kami kalah, kami semua bersedia menjadi budak Pangeran. Sekarang ternyata kami semua bukan tandingan Pangeran. Maka kami bersedia menjadi budak Pangeran. Malahan menjadi anjing Pangeranpun, kami harus merasa puas." Tatkala itu Diah Mustika Perwita dan yang lain-lain sudah memasuki gelanggang lagi. Mendengar ucapan Kebo Seta, Diah Mustika Perwita tersenyum. Berseru dengan bangga : "Tetapi yang kehilangan anjing bukan dia. Sebaliknya ayunda Lukita Wardhani. Sebenarnya kalian harus berdamai dengan ayunda." "Ah benar." Kebo Dungkul seperti diingatkan. "Memang kamilah yang membuat garagara ini. Sekarang hukuman apakah yang akan nona jatuhkan kepada kami bertujuh ?" Lukita Wardhani adalah seorang gadis yang angkuh. Pedangnya tadi kena dipentalkan Pangeran Jayakusuma di depan orang banyak. Meskipun hatinya terhibur setelah melihat Kebo Dungkul bertujuh kena dikalahkan Pangeran Jayakusuma demikian mudah, namun hatinya masih saja resah. Dengan bersungut-sungut ia bertata kepada Pangeran Jayakusuma : "Semuanya ini.....ya semuanya ini, kangmas sendiri yang membubarkan. Kami sendiri sudah tiada gunanya lagi berada di sini. Biarlah kami mengundurkan diri." Pangeran Jayakusuma tercengang. Terhadap Lukita Wardhani selamanya ia menaruh hormat. Gadis itu mempunyai cara bergaul sendiri dan cara berpikir sendiri. Kecuali hatinya angkuh, kepandaiannya tinggi pula. Dialah pewaris tunggal ilmu sakti Ratu Jiwani. Dan melihat serta mendengar gaya ucapan gadis yang cantik luar biasa itu, jantung Pangeran Jayakusuma berdegupan. Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/ -Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Di depan matanya terbayang peristiwa-peristiwa pada beberapa tahun yang lalu. Keagungan dan kebijaksanaannya mengingatkan dirinya kepada Retno Marlangen. Bedanya Retno Marlangen lemah lembut, sedang Lukita Wardhani galak. Dan teringat akan hal itu, ia jadi tercenung-cenung. "Wardhani! Kau menggunakan istilah membubarkan. Membubarkan bagaimana " Dan apa pula yang kububarkan ?" Lukita Wardhani tidak menjawab, la meraba pinggangnya dan menyerahkan sebatang keris. Katanya setengah menggelitik : "Bagaimana menurut pendapatmu ?" Tergoncang hati Pangeran Jayakusuma setelah menarik keris itu dari sarungnya. Serunya heran : " Hai ! Panubiru !" Keris Panubiru dahulu dibawanya serta tatkala berada di lembah Untara Segara. Kemudian hilang, karena dengan tiba-tiba ia sudah berada didalam penjara. Sekarang keris itu muncul kembali di depan matanya bahkan diserahkan kepadanya melalui Lukita Wardhani. Apa yang sudah terjadi " "Siapakah yang memberikan kais ini kepadamu ?" Ia minta keterangan dengan wajah berubah. Lukita Wardhani berpaling kepada Diah Mustika Perwita. Puteri itu tersenyum sambil memanggut. Dan berkatalah Mustika Perwita menjawab pertanyaan Pangeran Jayakusuma dengan amat singkat: "Guru." "Kau maksudkan yang pernah merawat aku di...di..Singasari dulu ?" Pangeran Jayakusuma menegas. Diah Mustika Perwita mengangguk. Dan benak Pangeran Jayakusuma mendadak terasa jadi penuh. Teringat pulalah ia kepada Ki Ageng Mijil Pinilih. Mereka yang menamakan diri Lawa ijo terdiri dari lima orang. Ki Ageng Cakrabuwana, Ki Ageng Mijil Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Pinilih, Ki Ageng Paweling, Ki Ageng Singkir dan Ki Ageng Asma Buana. Orang yang disebut Diah Mustika Perwita menamakan diri Lawa Ijo pula. Dia mengenakan topeng. Mengingat kepandaiannya. Pangeran Jayakusuma tidak menyangsikan lagi bahwa dia salah seorang di antara lima orang yang berhak menyebut diri Lawa Ijo. Hanya siapakah namanya yang benar, sampai kini belum ada keterangan yang jelas. "Apakah hubungannya dengan kata-kata membubarkan semuanya itu ?" Pangeran Jayakusuma menegas kepada Lukita Wardhani. "Bukankah keris itu mengingatkan kangmas kepada seseorang yang harus diminta pertanggungjawabannya ?" Lukita Wardhani menjawab dengan pertanyaan pula. "Kau maksudkan Nayaka Madu ?" Pangeran Jayakusuma menegas. "Benar. Dan orang yang memberi keris Panubiru kepadaku itu, sudah berhasil menggiring Nayaka Madu ke wilayah ini. Kami semua diharapkan mengadakan penyergapan. Apabila dia sudah terlibat dalam suatu pertarungan, artinya tak dapat lagi ia melarikan diri. Kemudian datanglah gerombolan setan itu. Dan terlibatlah kami semua dalam suatu perkelahian. Kemudian datangilah kangmas. Dan ternyata kangmas adalah kawanan gerombolan iblis itu. Dengan datangnya kangmas, Kisah Si Naga Langit 13 Wiro Sableng 136 Bendera Darah Pendekar Lembah Naga 6