Pusaka Jala Kawalerang 3
Pusaka Jala Kawalerang Karya Herman Pratikto Bagian 3 Carangsari mempunyai tempat tersendiri di dalam hatinya seperti Diah Mustika Perwita dan Lukita Wardhani. Diah Mustika Perwita seorang gadis yang lembut. Terhadap dirinya, gadis itu sangat menaruh perhatian dan telaten pula. Perilakunya lembut, malahan tiada bedanya dengan seorang kakak baginya. Sebaliknya, Lukita Wardhani lebih galak daripada Carangsari. Selain galak, otaknya cerdas, kepandaiannya tinggi dan peribadinya agung. Terhadap Lukita Wardhani tidak berani Pangeran Jayakusuma main sembarangan. Ia menaruh hormat dan sedikit takut. Beda dengan Carangsari. Meskipun galak, masih berani ia mempermainkan. Selagi demikian, ia mendengar Nayaka Madu berseru bangga kepada adik seperguruannya Durgampi: "Janapati, apakah kau sudah hafal ?" "Kau sendiri bagaimana ?" "Lumayan. Coba dengarkan ! Dalam malam seorang gadis menganyam bunga.........." "Salah ! Kurang duduklah." "Masakan begitu " Coba ucapkan !" "Duduklah malam sejuk sunyi.........." "Hohaaa ha haa.........." Nayaka Madu tertawa terbahak-bahak. "Bukan begitu! Bukan begitu! Dalam malam seorang....." "Harus ada malam sejuk sunyi." Durgampi memotong. "Oh begitu ?" Nayaka Madu mengennyitkan dahinya. "Dalam malam sejuk sunyi... begitu ?" Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Rasanya kaya begitu." Durgampi ragu-ragu. "Coba tambahkan duduklah.........."Dalam malam sejuk sunyi duduklah seorang gadis menganyam bunga..... begitu ?" "Ya ya ya..... rasanya begitu !" seru Durgampi membenarkan. Mendengar pembenaran Durgampi, wajah Nayaka Madu memancarkan rasa bahagia yang tak terlukiskan. Kedua tangan dan kakinya ingin berjingkrak hendak menandak-nandak. Tiba-tiba saja ia menjerit kesakitan : " dddooooo.........h, mana pangeran bangsat itu..........Pangeran Jayakusuma tidak menyahut. Carangsari jadi penasaran melihat wajah Nayaka Madu yang memancarkan rasa bahagia. Menegas kepada Pangeran Jayakusuma : "Eh tolol ! Apakah memang benar begitu ?" Pangeran Jayakusuma mengangguk membenarkan. Melihat anggukan pembenaran Jayakusuma, hati Carangsari tercekat. Serunya tertahan : "Kalau mereka sampai hafal bukankah..........." "Jangan khawatir ! Taruhkata mereka hafal, tiada gunanya sama sekali," Pangeran Jayakusuma menenangkan. "Sebab kunci sambungannya berada di Prabasini" "O begitu ?" Carangsari terhibur. "Kau sendiri bagaimana ?" "Secara kebetulan kakang Mijil Pinilih menjelaskan semuanya kepadaku." "Kalau kau sudah memahami, apa perlu mencari mayat Prabasini ?" "Dalam saat-saat terakhir, kakang Mijil Pinilih minta agar abunya ditanam bersama abu Prabasini. Begitu pula harapan Prabasini." Pangeran Jayakusuma menjelaskan. Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Pantas, kau mengancam akan membakar semuanya. Kiranya kau hanya membutuhkan abu tulang-belulang Prabasini." Carangsari mulai mengerti .Tetapi tatkala ia menyebutkan tulang-belulang Prabasini, hatinya terharu sehingga suaranya terdengar agak menggeletar. Memang, dari luar ia kelihatan galak. Namun hatinya sesungguhnya hati seorang wanita sejati. Artinya halus, lembut dan penuh keibuan. "Di mana kini abu kakang Mijil Pinilih ?" Carangsari menirukan Pangeran Jayakusuma yang menyebut kakang Mijil Pinilih. Selagi Pangeran Jayakusuma hendak menjawab, sekonyong-konyong terdengar suara sorak sorai dan suara langkah puluhan orang mengarah ke tempat mereka berada. Pangeran Jayakusuma memalingkan kepalanya. Pada saat itu terdengar suara Lukita Wkrdhani untuk yang pertama kalinya : "Ooooh.... selamat, selamat !" Pangeran Jayakusuma mengucapkan selamat kepada Carangsari. Mendengar ucapan selamat Pangeran Jayakusuma, wajah Carangsari berubah-ubah. Kandang bersemu merah, kadang memancarkan rasa berbahagia. Pada saat itu, timbullah pikiran Pangeran Jayakusuma untuk membuat sepasang mempelai baru itu bertambah berbahagia. Pikirnya : "Kiranya Panglima Wirawardhana yang menyerbu perkampungan Nayaka Madu, sehingga membuat Nayaka Madu dan Durgampi melarikan diri. Rupanya mereka berdua kena hadang Lukita Wardhani. Sekaiang sudah kupukul roboh. Kalau mereka berdua kini kuhadiahkan kepada Wirawardhana, bukankah kedudukannya akan jadi lebih mantap dalam pemerintahan " Ia tidak usah kalah lagi dibandingkan dengan jasa Panglima Angragani" Memperoleh pikiran demikian, hatinya jadi girang. Sebentar saja lapangan sekitar petak hutan itu, sudah penuh dengan laskar kerajaan yang segera berhenti dengan teratur setelah melihat Lukita Wkrdhani. Dari jauh terdengar derap kuda bergemuruh. Tidak lama kemudian muncul tiga pasukan berkuda Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ yang membawa panji-panji kebesaran: Seorang pemuda yang mengenakan busana kebesaran panglima perang berada di bawah kibaran panji-panji laskar kerajaan. Dialah Panglima Wirawardhana yang gagah dan ganteng. Dengan pandang mata yang tajam ia menyapukan penglihatannya. Tatkala melihat Carangsari berada di antara orang-orang yang mengerumuni Nayaka Madu dan Durgampi, ia berseru tertahan menyatakan rasa herannya. Perlahan-lahan ia menghampiri. Lalu menegor sambil melompat dari kudanya. "Apakah adik ikut membantu tuanku puteri Lukita Wardhani mengejar Nayaka Madu dan Durgampi yang melarikan diri ke arah hutan ini ?" "Ya. Bahkan atas pertolongan dan bantuannya, kita akhirnya dapat membekuk dua jahanam itu." Pangeran Jayakusuma mendahului Carangsari menjawab pertanyaan Wirawardhana. Mula-mula Panglima Wirawardhana perlu mengenal siapa yang menjawab pertanyaannya. Begitu mengenal wajah Pangeran Jayakusuma, wajahnya segera berubah. Terhadap pemuda itu, ia merasa berhutang budi sedalam-dalamnya. Pertama, oleh jasa pemuda itu, kedudukan Panglima Panji Angragani yang diperebutkan orang jatuh sebagai durian runtuh kepadanya. Kedua, gara-gara kenakalan dan akalnya ia dapat mempersunting Carangsari yang cantik dan berkepandaian tinggi. Ketiga, selain kepandaiannya maha tinggi, Pangeran Jayakusuma pantas menjadi majikannya karena diapun putera Sri Baginda. Itulah sebabnya begitu mengenal siapa pemuda yang memoles wajahnya, segera ia menghampiri seraya membungkuk hormat. Serunya dengan gembira: "Pangeran! Ah, kalau pangeran berada di sini semuanya akan menjadi beres. Nayaka Madu dan Durgampi boleh mempunyai sayap. Akan tetapi bertemu dengan pangeran, mereka berdua bisa apa ?" Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/ -Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Meskipun putera raja, Pangeran Jayakusuma biasa hidup di luar istana semenjak kanak-kanak. Jiwanya sudah terlanjur bebas, bahkan membenci adat-istiadat dan tata-tertib pergaulan yang dirasakan berlebihan. Namun dasar otaknya cerdas luar biasa, pada detik itu ia dapat memahami makna ucapan Panglima Wirawardhana. Beberapa tahun yang lalu, dia tidak menggunakan sebutan apapun terhadapnya. Kini mendadak sontak memanggilnya dengan sebutan pangeran. Tentunya berhubungan erat dengan kedudukannya sebagai seorang panglima perang. Memperoleh pikiran demikian, Pangeran Jayakusuma menyahut: "Bukan, bukan ! Semuanya ini berkat rejekimu yang besar. Kedua orang itu layak menjadi tawananmu." sampai disini ia berhenti sejenak. Dengan langkah panjang ia menghampiri Lukita Wardhani. Katanya setengah berbisik kepada Lukita Wardhani: "Wardhani ! Apakah engkau setuju bila kedua jahanam itu kita hadiahkan kepada Wirawardhana sebagai hadiah perkawinannya ?" Pangeran Jayakusuma mempunyai alasannya sendiri. Ia menyaksikan sendiri, betapa gigih Lukita Wardhani ingin menangkap Nayaka Madu dan Durgampi hidup atau mati. Ia malahan kena dilukai. Menurut pantasnya, mereka berdua layak dipersembahkan kepada Lukita Wardhani. Teringat betapa tinggi hati gadis itu, ia merasa ketelanjuran menuruti kata hatinya sendiri. Karena itu, ia perlu meminta persetujuannya dengan hati kebat-kebit. Lukita Wardhani belum pulih kesehatannya, walaupun racun Nayaka Madu dan Durgampi sudah dapat dimusnahkan Ki Ageng Cakrabhuwana. Wajahnya pucat namun masih saja ia nampak agung dan berwibawa. Mendengar kata-kata Pangeran Jayakusuma, Lukita Wardhani menyahut dengan suara dingin : Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Kedua orang itu, engkau sendiri yang menawannya. Kau berikan kepada siapapun adalah hakmu." Ucapan Lukita Wardhani tidak sedap dalam pendengaran siapapun. Namun mereka yang sudah mengenal watak Lukita Wbrdhani tahu, bahwa gadis itu sudah bersikap mengalah kepada Pangeran Jayakusuma. Sebaliknya Pangeran Jayakusuma yang berwatak panas bagaikan bara api, tidak mau mengerti. Memang ia seorang pemuda yang tiba-tiba bisa mengalah bila diperlakukan dengan lemah lembut. Sebaliknya mendadak sontak bisa berkepala batu dan keras hati, apabila dilawan dengan kekerasan. Ucapan Lukita wardhani bagi pendengarannya dinilainya terlalu berlebihan. Maklum, selamanya Retno Marlangen memperlakukannya dengan lemah lembut dan penuh pengertian. Maka dengan sedikit menyindir ia menjawab : "Oh begitu " Kalau begitu biarlah kuhadiahkan kepadamu." "Hadiah " Siapa yang mengharapkan hadiah darimu ?" "Eh, apakah salah " Ah ya, aku salah ucap. Mestinya, kupersembahkan ke duli tuanku puteri." Lukita Wardhani tahu benar, mulut Pangeran Jayakusuma jahil bukan main. Kalau dilawan makin menjadi-jadi. Karena sudah biasa hidup bebas, ia dapat berbicara seenaknya sendiri terhadap siapapun. Ia menyaksikan sendiri betapa pemuda itu mempermainkan Ganggeng Kanyut, Keswari, Durgampi, Narasinga dan lain-lainnya, dengan mulut dan pekertinya. Menuruti kata hatinya, ingin ia mendampratnya sesengit-sengit-nya. Mendadak saja teringatlah dia, bahwa pemuda itu habis menderita batin yang begitu hebat. Menurut tutur katanya sendiri, Pemuda itu rela kehilangan Retno Marlangen setelah berkenalan dengan Ki Ageng Mijil Pinilih. Peribadi Prabasini ternyata menang jauh bila dibandingkan dengan Retno Marlangen. Pernyataan itu bermakna besar bagi dirinya. Pada detik itu pula, ia bersedia mengalah terhadap Pangeran Jayakusuma. Apa alasannya, hanya dia seorang yang tahu Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/ -Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ dengan tepat Terus saja ia mengubah nada suara dan sikapnya. Jawabnya dengan lemah lembut: "Kangmas, racun Pacar Kuning terlalu hebat bagiku. Maka tak perlulah kangmas memikirkan tentang hadiah." Mendengar ucapan Lukita Wardhani, Pangeran Jayakusuma terperanjat. Memang, Lukita Wardhani mempunyai tempat sendiri di dalam hatinya, di samping Retno Marlangen, Carangsari dan Diah Mustika perwita. Retno Marlangen sudah hilang dari pelukannya. Carangsari sudah menjadi isteri Wirawardhana, sedang Diah Mustika Perwita tak ubah adik-kandungnya sendiri. Kini tinggal Lukita Wardhani yang masih memiliki peribadi tegas. Dasar ia seorang pemuda yang berpembawaan romantis, langsung saja dapat menyesuaikan diri. Sahutnya dengan suara gugup : "Lukita Wardhani! Apakah racun jahanam itu belum musnah dari dalam dirimu ?" Tanpa menunggu perkenan Lukita Wbrdhani, segera ia melompat menghampiri. Itulah watak dan sifat Pangeran Jayakusuma. Dia bisa berkobar-kobar bagaikan api menyala, tetapi dalam detik berikutnya dapat tenang kembali tak ubah permukaan telaga. Karena semuanya itu tergantung belaka kepada sikap seseorang terhadap dirinya. Sebaliknya, Carangsari yang mempunyai kesan sendiri terhadap pemuda itu, terus saja mendamprat: "Hai, hai, hai tolol! Kata-katamu belum tuntas, tetapi engkau cari kesibukan sendiri. Kau..... kau..... kau....." Mendengar suara Carangsari, hampir saja Pangeran Jayakusuma memanggilnya dengan 'isteriku' seperti yang dilakukannya dulu. Syukur pada detik itu teringatlah dia, bahwa Carangsari kini sudah menjadi nyonya Wirawardhana. Segera ia tertawa lebar sambil memanggil Diah Mustika Perwita : Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Adik kecil, coba kuperiksa keadaanmu !" Dengan langkah tenang, Diah Mustika Perwita menghampiri dan berdiri di samping Lukita Wardhani Pangeran Jayakusuma tahu, Carangsari menaruh hormat terhadap Diah Mustika Perwita. Ia sengaja memanggilnya untuk mengalihkan kesannya sendiri terhadap Carangsari dan sebaliknya. Sebagai seorang pemuda yang romantis, ia dapat menebak keadaan hati Carangsari. Pastilah Carangsari terbakar rasa cemburunya, karena ia akan menyentuh tubuh Lukita Wardhani. Dahulu iapun pemah berbuat demikian terhadap nyonya yang galak itu. Nyonya yang memiliki pandang mata mirip Retno Marlangen. Apalagi bila sedang dalam keadaan marah dan cemberut. Dahulu ia sengaja menggoda Carangsari agar selalu uring-uringan dani melepaskan rasa rindunya terhadap Retno Marlangen. Kini, kecuali Carangsari sudah menjadi nyonya Wirawardhana, ia sendiri takut membayangkan wajah bibinya yang sangat dicintainya. Itulah sebabnya, peranan Diah Mustika Perwita sangat menentukan. Tetapi dasar watak Carangsari beradat panas dan berani, masih saja ia mengumbar adatnya meskipun agak kurang. Teriaknya : "Tolol ! Guruku sudah menolong mereka berdua. Masakan sampai gagal ?" Diingatkan tentang hadirnya Ki Ageng Cakrabhuwana, Pangeran Jayakusuma merandek, terhadap orang tua itu, ia merasa hutang budi. Bahkan hutang hidup. Andaikata orang tua itu tidak menolongnya, ia sudah berada di dalam baka. Maka dengan agak segan ia berpaling kepada Ki Ageng Cakrabhuwana. Tetapi pada saat itu Ki Ageng Cakrabhuwana berkata kepada Carangsari dan Diah Mustika Perwita : "Anakku, pada saat ini ilmu kepandaian Pangeran Jayakusuma berada di atas diriku. Dia baru dapat kita kalahkan, bila kami kerubut. Otaknya tak usah kalah dengan Ulupi. Kenakalannya sejajar dengan Singkir. Ilmu kepandaiannya melebihi diriku. Dan kesaktiannya kini melebihi Paweling dan Mijil Pinilih. Apa Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ sebabnya " Karena dia sudah berhasil memanunggalkan lima unsur ilmu kepandaian kami yang terbagi Itulah Pancasila." Keterangan Ki Ageng Cakrabhuwana menggirangkan hati Pangeran Jayakusuma. Ia jadi merasa berhutang budi kepada Ulupi, karena gadis itulah yang sesungguhnya menjadi arsiteknya. Meskipun demikian, terhadap orang tua itu ia tetap menaruh hormat. Selagi hendak menyahut, Carangsari mendahuluinya. "Kenakalannya..... huh ! Tolol, kau memang bocah nakal banget. Dulu kau..... kau....." sampai disini wajahnya menjadi merah sendiri karena teringat kenakalannya Pangeran Jayakusuma tatkala menggelendot kakinya. Diapun sempat melihat kulit tubuhnya sewaktu menyambung tulangnya yang patah. "Haha ha....." Ki Ageng Cakrabhuwana tertawa geli. Lalu berkata seolah-olah kepada dirinya sendiri : "Siapa yang dapat melihat hati seorang puteri, dialah yang berhak menonton dunia. Dalam hal ini, aku harus berguru kepada Pangeran Jayakusuma." Ucapan Ki Ageng Cakrabhuwana bagaikan ribuan lebah menyengat tubuh Pangeran Jayakusuma. Itulah suatu peringatan keras baginya. Ia jadi teringat akan janjinya kepada Ki Ageng Mail Pinilih untuk mencari jenazah Prabasini. Terus saja ia berkata kepada Panglima Wirawardhana: "Wirawardhana, baiklah sampai disini saja kita berpisah. Pada saat ini, musuh negara sudah berhasil kita lumpuhkan. Maka kita wajib bersyukur kepada Hyang Widdhi Wisesa. Bawalah mereka menghadap ayahanda Baginda." Peralihan ucapan Pangeran Jayakusuma terasa melompat. Panglima Wirawardhana menjadi gugup. Sahutnya : "Pangeran sendiri mau ke mana ?" Pusaka Jala Kawalerang Karya Herman Pratikto di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Ada yang harus kuselesaikan." Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/ -Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Apakah pangeran tidak ikut serta menghadap Sri Baginda ?" "Tidak." "Oh begitu " Kalau boleh bertanya, ke mana lagi pangeran hendak pergi ?" "Ke perkampungan Nayaka Madu." "Ah." Panglima Wirawardhana ternganga. "Perkampungan Nayaka Madu sudah kita bakar habis." "Apa ?" Kini Pangeran Jayakusuma yang terkejut "Itulah perintah Sang Nayaka Rangga Permana setelah menerima laporan betapa perkampungan Nayaka Madu penuh dengan berbagai racun yang berbahaya." Alasan dan perintah Perdana Menteri Rangga Permana sebenarnya sangat tepat. Akan tetapi Pangeran Jayakusuma mempunyai kepentingannya sendiri. Kalau perkampungan terbakar habis, berarti jenazah Prabasini ikut terbakar pula. Sementara itu Panglima Wirawardhana melanjutkan keterangannya: "Itulah sebabnya, kami berhasil menggebah laskar Nayaka Madu. Di luar dugaan Nayaka Madu dan Durgampi terusir pula dari perkampungannya. Hanya saja.........." "Hanya saja apa ?" potong Pangeran Jayakusuma dengan bernafsu. "Ada laporan yang masuk.........." "Laporan apa ?" "Pada puncak sebatang pohon terlihat sebuah peti mati. Mungkin sekali, itulah tempat penyimpanan senjata tuah Nayaka Madu atau harta kekayaannya yang ingin diselamatkan........." "Bukan ! Justru itu yang.........." Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Apakah pangeran mempunyai kepentingan dengan harta itu ?" potong Wirawardhana. "Peti mati itu pasti termasuk benda yang sangat berharga. Namun karena mempertimbangkan bahwa kita harus menangkap kedua jahanam itu, maka untuk sementara hanya kuperintahkan untuk mengamankannya." "Mengamankan bagaimana ?" "Sepasukan laskar kuperintahkan untuk memadamkan api yang sekiranya akan membakar batang pohon itu." Wirawardhana memberi keterangan. "Baiklah kita atur begini saja. Aku akan membawa dua tawanan ini pulang ke kotaraya. Biarlah sebagian laskar kami mengawal pangeran memasuki perkampungan itu." "Tidak usah. Aku bisa pergi sendiri" ujar Pangeran Jayakusuma dengan wajah suram. "Biarlah aku yang menyertai." Tiba-tiba Lukita Wardhani menengahi. "Tepat sekali. Laskar Kerajaan akan segera mengenal tuanku puteri Lukita Wardhani." Panglima Wirawardhana membenarkan. "Akupun akan ikut serta." sambung Diah Mustika Perwita. Mendengar keputusan dua gadis itu, Carangsari jadi kebingungan sendiri. Ia ibarat seekor cacing yang kepanasan di dekar perapian. Menuruti kata hatinya, diapun tidak mau ketinggalan. Tetapi teringat bahwa dirinya kini sudah menjadi nyonya Wirawardhana, tak dapat ia membawa suara hatinya sendiri. Apalagi beradi di depan seluruh laskar kerajaan pimpinan suaminya. Karena tidak mengerti apa yang harus dilakukan, akhirnya hatinya menjadi kesal. Lantas ia berpaling kepada Harya Demung Panular untuk melampiaskan atau tepatnya untuk menyembunyikan rasa penasarannya. Serunya setengah menghardik: "Panular ! Kau ikut atau tidak ?" Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Pertanyaannya mengejutkan Harya Demung Panular. Syukur Ki Ageng Cakrabhuwana yang bijaksana menolong menjawab pertanyaan Carangsari: "Biarlah dia ikut aku !" -o0~DewiKZ~0o- DI SIMPANG JALAN Karena Lukita Wardhani dan Diah Mustika Perwita belum pulih kembali seperti sediakala, Panglima Wirawardhana segera menyediakan sebuah kereta. Tetapi Pangeran Jayakusuma menolak. Kata pemuda itu : "Kereta itu lebih penting untuk mengangkut Nayaka Madu dan Durgampi. Kecuali lebih aman, akan menjadi jaminan yang berharga. Ingat, meskipun ilmu kepandaiannya sudah punah dan beberapa sendi tulangnya patah, tetapi ingatannya masih tajam. Bisa saja mereka berbuat sesuatu diluar dugaan. Misalnya berhubungan dengan eyang Wijayarajasa." "Mengapa tuanku Ratu Wengker dibawa-bawa ?" Wirawardhana minta penjelasan. "Menurut si tolol, dialah adik-seperguruan kedua durhaka itu." Carangsari menimpali. "Ah, betulkah itu ?" Wirawardhana tak percaya dan ia menatap wajah Pangeran Jayakusuma. Terpaksalah Pangeran Jayakusuma mengulangi tutur-kata Ki Ageng Mijil Pilih. Meskipun ringkas, namun memakan waktu juga. Syukur, mereka yang hadir di situ mau mengerti karena keterangan Pangeran Jayakusuma perlu didengar seorang panglima. Sebaliknya bagi Wirawardhana, keterangan Pangeran Jayakusuma tak ubah bagaikan geledek meledak di sianghari bolong. Mustahil karangan Pangeran Jayakusuma adalah isapan Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ jempol Apalagi semua hadiran tiada yang mencoba membantah. Baik isterinya maupun Lukita Wardhani yang garang, agung dan berwibawa. Namun karena harus didukung dengan bukti yang nyata, di dalam hati ia masih berbimbang-bimbang juga. Sekonyong-konyong terdengarlah suara teriakan kalap. "Hai.....! Aku sudah bisa! Sudah bisa..... hai coba dengarkan." "Akupun sudah hafal" Yang berteriak kalap adalah Nayaka Madu dan Durgampi Mereka berdua kemudian berseru-seru saling menimpali. Mula-mula Nayaka Madu, kemudian ditimpali Durgampi Dan tanpa menunggu perkenan siapapun, Nayaka Madu dan Durgampi kemudian menyanyi lantang: Dalam malam sejuk sunyi Duduklah seorang gadis menganyam bunga Dia menengadah tangannya terkulai Tiada dapat memanggil kekasih tiba Bisiknya : kau tak datang kini aku pergi Pergi sangat jauh melalui ladang tiada bertepi Sekarang biarlah kuuntai juga bunga ini Siapa tahu kekasihku datang mendekap hati Tapi kehidupan lalu laksana kejapan kilat Waktu pilu dan masa ria silih berganti Seumpama piala penuh anggur di hadapanmu Kenapa tak kau teguk tak kau minum Apa yang kau tunggu, sayang Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/ -Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Apa yang kau tunggu............ Minumlah pialamu minumlah anggurmu Minumlah................ Betapapun juga semua orang memuji kecerdasan Nayaka Madu dan Durgampi. Mereka ulet, tabah dan tak mengenal putus asa. Dalam keadaan luka parah masih sanggup mereka berkutat untuk menghafal. Kalau saja tidak memiliki kekerasan hati yang istimewa, siapapun ddakkan mampu. Maka diam-diam, Pangeran Jayakusuma mulai dapat memahami watak, sifat dan semua yang dilakukan Nayaka Madu serta kedua adik-seperguruannya demi memperoleh rahasia Ilmu Sakti Pancasila dan Sasanti Manu. Dimulai dari pengkhianatan mereka terhadap guru sampai membunuh puterinya sendiri. "Hai bocah edan ! Benar atau tidak bunyi sajak Ilmu Sakti Pancasila ?" "Hm, apanya yang betul ?" ejek Pangeran Jayakusuma. "Mengapa tidak betul ?" Nayaka madu terperanjat. Lalu ia mulai menghitung dengan menggerak-gerakkan kesepuluh jari tangannya. Selang beberapa waktu ia meledak: "Bohong! Dusta! Kau mau mempermainkan aku. Semuanya ada 84 kata. Bukankah begitu ?" Diam-diam Pangeran Jayakusuma memuji ingatannya yang tajam. Jadi sewaktu Pangeran Jayakusuma menyanyikan sajak itu, ia sama sekali tidak terpengaruh oleh indahnya suara dan nada lagunya. Sebaliknya, sambil menghafal ia menghitung pula jumlah kata-katanya. Benar-benar cemerlang otaknya. Sayangnya, kecemerlangan otaknya dipergunakan untuk suatu tujuan yang tidak baik. "Taruh kata benar, tetapi yang sebagian Amerta." Sahut Pangeran Jayakusuma. Pemuda yang cerdas itu mempunyai dua tujuan. Selain untuk menghancurkan mental Nayaka Madu dan Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Durgampi juga untuk mendukung kesaksian yang diperlukan Panglima Wirawardhana. "Mengapa pada dia ?" teriak Nayaka Madu dan Durgampi dengan berbareng. Pangeran Jayakusuma tertawa terbahak-bahak. Sahutnya : "Kalian mengaku pintar, tetapi nyatanya goblok melebihi keledai. Bukankah kalian tahu, bahwa Kuda Amerta adalah Wijayarajasa " Dan dia adalah kakekku. Dengan sendirinya sudah semestinya aku mempersembahkan terlebih dulu daripada kamu berdua." "Tidak bisa! Tidak bisa!" teriak Nayaka Madu dengan tubuh bergemetaran. "Meskipun dia kakekmu, tetapi di dalam perguruan dia adalah adikku seperguruan yang termuda. Sewaktu mengerubut guru, dia hanya setengah hati." "Justru dialah yang menyarankan." "Ah, yang benar !" "Benar !" Nayaka Madu terengah-engah. "Baiklah kuakui terus-terang. Terjadinya perang Bubat, memang aku yang menciptakan meskipun pelaksananya dia. Tetapi dalam hal mengkhianati guru, dialah yang menyarankan." "Kalau begitu, mengapa dia setengah hati ?" "Dia mengharapkan kami berdua mati di tangan guru. Hm, dia boleh merasa pandai. Dia boleh merasa menjadi penguasa tinggi karena kedudukannya di kalangan istana. Akan tetapi jangan bermimpi bisa mengingusi aku." Sebenarnya Pangeran Jayakusuma sudah dapat menduga latar belakang lika-liku tipu muslihat mereka bertiga. Masing-masing, meskpun nampaknya bersatu padu tetapi sebenarnya saling curiga-mencurigai. Namun ia berlagak dungu. Katanya minta keterangan: Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Ah, mengapa kakekku mengharapkan kalian berdua mati di tangan gurumu ?" "Sekiranya kami berdua mati, tentunya semua warisan ilmu sakti guru akan diberikan kepadanya. Pada saat itu, tentunya dia bisa melagui guru. Bahwasanya perbuatannya semata-mata kami paksa. Karma dia murid guru yang termuda, lagipula termasuk keluarga raja, kata-katanya akan didengarkan. Itulah sebabnya, sewaktu dia tinggal menembus punggung guru dengan telak, ia melahan meloncat mundur. Dengan bukti itu pula, alasannya akan dapat meyakinkan guru. Tetapi sekarang..... ha ha ha haaaa..... nyatanya, ilmu Sakti Pancasila sudah kami kuasai Hai! Bukankah justru kami berdua yang berhasil ?" Setelah berseru demikian, kembali lagi Nayaka Madu tertawa terbahak-bahak. Aneh bunyi suara tertawanya sehingga dapat menggeridikkan bulu kuduk. Itulah bunyi tertawa yang memancarkan perasaan dan pergolakkan hati yang luar biasa hebat. Sedih, duka, bangga, berbesar hati, dendam, penasaran, merasa menang dan rasa putus asa yang bercampur aduk menjadi satu pengucapan. Panglima Wirawardhana terlongong-longong. Inilah suatu kisah yang terlalu hebat baginya. Tak pernah terlintas di dalam benaknya, bahwa peristiwa Bubat yang menggoncangkan keadaan negara sebenarnya adalah hasil pekerti mereka. Tak pernah terlintas pula di dalam benaknya, bahwa Ratu Wengker Wijayarajasa justru memegang peranan penting dalam persekongkolan mereka. "Ah!" dia mengeluh di dalam hati. "Karena peristiwa Bubat, Mapatih Gajah Mada musnah. Dia tidak hanya dienggani keluarga raja saja, tetapi didakwa menanam benih permusuhan dengan keluarga Raja Pajajaran. Hm, siapa mengira bahwa justru ketiga jahanam ini yang menghancurkan sendi-sendi persatuan bangsa yang dibina Mapatih Gajah Mada dengan telaten dan sungguh-sungguh." Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/ -Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Menuruti kata hatinya, ingin ia memecahkan kepala Nayaka Madu dan Durgampi dengan tangannya sendiri. Syukur pada saat itu, suatu penglihatan jauh merasuk menjadi pertimbangan hati. Mereka berdua sudah tertangkap hidup-hidup. Untuk dapat menyeret Wijayarajasa ke depan meja pengadilan, mereka berdua tidak boleh mati. Dengan kesaksian mereka berdua, raja akan dapat bertindak sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Rupanya Pangeran Jayakusuma menghendaki demikian pula. Itulah sebabnya, ia sengaja memanaskan hati mereka berdua. Tentunya dengan maksud agar mereka berdua mampu bertahan sampai dapat di hadapkan kepada Raja untuk diadili. Oleh pengertian dan pertimbangan demikian, ia menahan diri. Perhatiannya kini kembali kepada Pangeran Jayakusuma. Diluar dugaan, Pangeran Jayakusuma berpaling kepadanya sambil berkata: . "Tentunya Wirawardhana tidak habis mengerti, mengapa mereka masih mengharapkan memperoleh kunonya. Memang, kunci Ilmu sakti Pancasila yang disebut pula dengan Sasanti Manu, selain membuka rahasia harta karun Kebo Anabrang, sebenarnya mempunyai kekuatan gaib. Dahulu, kedua pundak dan kakiku pernah ditembusi rantai. Juga kakang Mijil Pinilih mengalami nasib yang sama. Pada saat itu, musnahlah semua ilmu kepandaiannya. Tetapi berkat ilmu sakti Pancasila, kakang Mijil Pinilih dapat merebut ilmu kepandaiannya kembali. Bahkan lebih hebat. Akupun demikian juga. Bedanya, kakang Mijil Pinilih tidak mempunyai kesempatan untuk memulihkan cacat tubuhnya. Tetapi aku mempunyai kesempatan lebih lama. Dan sekarang.... lihatlah !" berkata demikian, Pangeran Jayakusuma membuka bajunya. Tubuhnya kembali mulus seperti sediakala. Juga kedua kakinya yang dulu ditembusi rantai. Kemudian meneruskan : "Karena itu, mereka berdua akan berusaha sekuat tenaganya untuk dapat memperoleh kunci yang diinginkannya. Hm......hai Nayaka Madu dan kau Durgampi! Sudah kukatakan tadi, sebagian kuncinya berada di tangan kakekku Wijayarajasa. Dan aku akan Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ memberikan kunci Sasanti Manu itu kepada kalian berdua, asalkan kakek Wijayarajasa mengijinkan. Karena itu, tinggal kalian berdua saja yang bisa menentukan. Buatlah agar kakek Wijayarajasa mengakui perbuatannya dan mengaku pula sudah mengantongi sebagian kunci Sasanti Manu yang kuberikan kepadanya. Nah, selamat tinggal sampai bertemu kembali. Aku akan mencari jenazah puterimu. Sebab dengan sesungguhnya kuncinya berada padanya." "Hai, hai! Berada padanya bagaimana ?" teriak Nayaka Madu kalap. Pangeran Jayakusuma tidak melayani. Memang dalam hal mengadu kepandaian otak, Pangean Jayakusuma tidak usah kalah melawan Nayaka Madu. Ia seperti dapat membaca keadaan hati Nayaka Madu seperti membaca hatinya sendiri. Perlahan-lahan ia mendekati Lukita Wardhani. Berkata lembut: "Mari kita berangkat!" Lukita Wardhani memanggut. Dan dengan penuh hormat, Wirawardhana menyerahkan kudanya sendiri kepadanya. "Hai tolol !" seru Carangsari. "Kau benar-benar akan membawa Perwita pula ?" "Tentu." sahut Pangeran Jayakusuma dengan tersenyum lebar. "Aku hanya titip kepala mereka berdua. Usahakanlah, agar mereka tetap bisa bernafas sampai bertatap muka dengan kakek Wijayarajasa. Kau mengerti, bukan ?" Carangsari mendongkol Sebenarnya bukan itu yang diharapkan. Bila saja Pangeran Jayakusuma mengajaknya ikut pula, suaminya tentunya tidak akan berani melarang. Tetapi Pangeran Jayakusuma berlagak dungu. Hatinya gemas, namun tidak dapat berbuat sesuatu. Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Pusaka Jala Kawalerang Karya Herman Pratikto di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Dengan perintah pendek dan tegas, Wirawardhana memerintahkan laskarnya menyiapkan dua buah kereta berkuda. Sebuah kereta diperuntukkan bagi Lukita Wardhani dan Diah Mustika Perwita dan kereta kedua untuk mengangkut Nayaka Madu dan Durgampi. Kereta yang terakhir ini tanpa atap dan tanpa dinding penutup. Lebih mirip sebuah kerangkeng binatang buas. Sebaliknya kereta yang diperuntukkan bagi Lukita Wardhani dan Diah Mustika Perwita benar-benar sebuah kereta kebesaran. Selain tertutup beratap pula. Kuda penariknya dua ekor. Saisnya seorang dan didampingi oleh dua orang binatara bersenjata lengkap. Lukita Wardhani yang belum pulih kesehatannya terpaksa menerima kenyataan itu. Dengan kepala setengah menunduk ia Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/ -Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ memasuki kereta itu bersama Diah Mustika Perwita. Semua orang tahu keadaan hati gadis yang angkuh tetapi agung berwibawa itu. Meskipun Lukita Whardhani Komandan Tertinggi pasukan Bhayangkari Kerajaan, belum pemah ia naik kereta. Ia senang menggunakan kuda hadiah raja yang lebih lincah dan leluasa. Menumpang kereta berkuda baginya, tak lebih daripada seorang tawanan perang. Pangeran Jayakusuma sendiri memperoleh kuda tunggangan Panglima Wirawardhana. Bulunya hitam mulus dan termasuk seekor kuda jempolan. Dengan hati tegar ia mendahului jauh ke depan seolah-olah seorang pembuka jalan yang siap tempur menghadapi segela kemungkinan. Tatkala mereka berangkat meninggalkan tempat, Carangsari, Demung Panular dan Ki Ageng Cakrabhuwana berdiri berjajar di samping Panglima Wirawardhana. Masingmasing terlibat dalam pikirannya sendiri. Carangsari jelus terhadap nasib baik Lukita Wbrdhani da Diah Mustika Perwita yang dapat berjalan bersama-sama dengan Pangeran Jayakusuma. Sedang Wirawardhana mengantarkan kepergian mereka dengan rasa penuh hormat dan kagum. Lalu tersentak Ingatannya terhadap kedua tawanannya. Merekalah Nayaka Madu dan Durgampi yang harus tetap selamat sampai dihadapkan ke depan Pengadilan Kerajaan. Tanggung-jawab ini tidak enteng. Sebab Nayaka Madu dan Durgampi dalam keadaan Luka parah. Belum tentu mereka dapat mempertahankan hidupnya. Kalau sampai demikian, ia tidak akan mampu meyakinkan raja bahwa Ratu Wengker harus segera ditangkap. Beda pula dengan Demung Panular yang terluka akibat tergetar oleh Ilmu Sakti Pangeran Jayakusuma. Demi kesembuhannya ia harus mengiringkan Ki Ageng Cakrabhuwana. Entah akan dibawa kemana, hanya setan yang tahu. Waktu itu matahari sudah sepenggalah tingginya. Bahkan sudah melampaui tengah hari. Sinarnya sudah terasa menyengat tubuh. Naf ini terjadi sewaktu kereta sudah meninggalkan petak Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ hutan. Perlahan-lahan kereta mulai menuruni tanjakan. Dua bintara yang berada di samping sais, mulai mengusap peluhnya. Syukur, meskipun sinar matahari menyengat tubuh, namun hawa pegunungan masih pandai menghibur dengan kesejukannya. Lalu hati mereka tiba-tiba merasa lapang. Mereka merasa seperti terbebas dari suatu perasaan yang menindih hatinya. Tiada lagi rasa cemas. Tiada lagi suatu pergulatan mengadu untung. Dan seperti biasanya, pcrajurit di manapun dan pada jaman apapun, pandai menggunakan saatsaat istirahatnya dengan bercanda dan berbicara berkepanjangan tak keruan juntrungannya. Lukita Wardhani yang hidup sebagai seorang hulubalang bhayangkari, paham akan kehidupan mereka. Akan tetapi bunyi canda perajurit laki-laki dan perempuan, betapapun jauh berbeda. Setidak-tidaknya canda perajurit laki-laki lebih berani, bernada kasar dan jauh lebih berisik. Tanpa persetujuan penumpangnya, lantas saja mereka menyanyi-nyanyi asal jadi saja. Barangkali untuk mengusir rasa tegangnya sendiri yang selama ini selalu menghantuinya. Mula-mula saling susulmenyusul. Lalu bisa berirama. Lambat laun masing-masing dapat menyesuaikan diri. Beginilah nyanyian mereka: " Hoee ! Heeei ! Bakarlah badanku ! Basmilah tubuhku ! Aku perajurit yang tak tahu apa arti menang Aku ibarat seekor kerbau Kemana dibawa terserah sang gembala Hanya saja berilah aku keterangan Kesenangan macam apa kalau hidup panjang Penderitaan apa sesudah mati Hoeee ! Heeei! Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/ -Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Basmi kejahatan, sukaduka dan kebimbangan Aku perajurit yang tak tahu apa arti menang " Diah Mustika Perwita yang mudah tergetar oleh nada sebuah lagu, diam-diam memperhatikan bunyi kalimat-kalimatnya. Sejenak ia tertegun. Memang kasar kata-katanya. Akan tetapi mengandung makna yang dalam. Tak terasa ia memanggut perlahan seakan-akan menyetujui. Pangeran Jayakusuma sendiri waktu itu sudah berada tigapuluh meter di depan kereta. Kudanya dilarikan perlahan-lahan mengambah rerumputan setinggi ilalang. Diah Mustika Perwita yang mengenal tabiat pemuda itu segera tahu bahwa dia merasa tediambat oleh lajunya kereta berkuda yang tidak selincah kudanya. Sebaliknya Lukita Wardhani yang angkuh dan agung berwibawa memandangnya dengan pandang acuh tak acuh. lapun kenal perangai Pangeran Jayakusuma. Memang kini pemuda itu sudah jauh matang dibandingkan dengan masa sekian tahun yang lalu. Namun sisa-sisa keberandalannya masih saja belum sirna semua. Benar saja. Selagi berpikir begitu, tiba-tiba terdengar suara Pangeran Jayakusuma menimpali nyanyian dua bintara yang bernyanyi dengan semangat berkobar-kobar itu. Kedua bintara itu kemudian menghentikan nyanyian. Mereka saling pandang dengan kagum. Memang, Pangeran Jayakusuma memiliki suara emas semenjak jaman kanak-kanak. Itulah anugerah sendiri di samping kebagusannya dan kepandaiannya yang tinggi. Suaranya mengalun tinggi. Kadang melayah reAdah. Lantang dan tiba-tiba mengharukan. Diah Mustika Perwita dahulu pernah terteguntegun mendengar suaranya, tatkala untuk yang pertama kalinya turun gunung (baca kembali Pangeran Jasakusuma jilid 1). Sekarang, demikian pula. Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Yang dinyanyikan Pangeran Jayakusuma adalah bait-bait syair Ilmu Sakti Pancasila yang sempat memusingkan Nayaka Madu dan Durgampi. Bedanya, kali ini Pangeran Jayakusuma menghayati makna syairnya. Sebagai seorang gadis yang berperasaan halus, Diah Mustika Perwita dapat menangkap dan membaca keadaan hati Pangeran Jayakusuma. Pemuda itu merindukan sesuatu, tetapi bukan makna asmara yang menggebu-gebu. Bahkan dibalik alunan suaranya terdengar rasa dendam dan geram. Terhadap siapa " Dengan Retno Marlangen, pemuda itu jelas merasa dikhianati atau ditinggalkan. Akan tetapi ditinggalkan oleh suatu kekuasaan di atas kekuatannya sendiri. Bisa dimengerti apa sebab Pangeran Jayakusuma mendendam sesuatu dan akan menuntut perhitungan tertentu. Sebaliknya tokoh Prabasini membuka hatinya dan kesadarannya. Kalau dipikir, Prabasini pun berhadapan dengan sualu kekuasaan di atas kekuatannya sendiri. Tetapi dia tidak berkhianat terhadap kekasihnya. Dia rela mati terbunuh oleh ayahnya. Dengan perbandingan itu, rupanya Pangeran Jayakusuma memuja Prabasini di atas Retno Marlangen. Barangkali hanya dia seorang yang dapat mentaklukkan dan menyingkirkan tokoh Retno Marlangen dari lubuk hati pemuda itu. Padahal tadinya hatinya tertutup terhadap kehadiran gadis-gadis lainnya. Tak dikehendaki sendiri, tiba-tiba Diah Mustika Perwita menghela nafas. Diluar dugaan, Lukita Wardhani menghela nafas pada waktu yang bersamaan pula. Keduaduanya terkejut. Lalu menundukkan kepalanya. Mereka berdua jadi perasa sehingga tidak berani saling pandang. Di dunia ini, memang ada makhluk yang tetap menjadi suatu misteri. Dialah manusia. Tetapi di antara manusia terdapat jenis yang sulit dimengerti. Itulah hati seorang wanita, hati seorang wanita sulit dimengerti akan tetapi sesungguhnya tidak sulit untuk ditundukkan. Hal itu terjadi bila wanita tadi jatuh hati. Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/ - Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Secara kebetulan, Lukita TMirdhani yang angkuh sebenarnya menaruh perhatian terhadap Pangeran Jayakusuma. Keadaan hatinya tiada beda dengan Diah Mustika Perwita. Hanya saja caranya membawakan keadaan hatinya berbeda. Keperbedaannya berada pada watak, perangai dan tabiat masing-masing. Lukita Wardhani seorang gadis yang berwatak agung, dan angkuh. Pekertinya dibentuk oleh kedudukannya sebagai seorang hulubalang pula. Itulah sebabnya, ia bersikap tertutup. Sebaliknya Diah Mustika Perwita seorang gadis lembut hati dan pendiam. Ia lebih banyak berbicara dengan hatinya sendiri daripada menggunakan pikiran. Tak mengherankan pula, ia bersikap menutup hati seperti Lukita Wardhani. Sekarang, dengan diam-diam dan dengan caranya sendiri mereka mengamat-amati tingkah-laku Pangeran Jayakusuma. Kedua-duanya mengambil kesimpulan yang sama. Hati Pangeran Jayakusuma yang romantis kini terengut oleh kehadiran seorang gadis yang membuat dirinya kagum luar biasa. Dialah Prabasini. Timbul suatu pikiran di dalam hati mereka berdua. Dapatkah diri mereka menggantikan kedudukan Prabasini " Artinya Prabasini yang berani dan rela mati demi dia" Dalam malam sejuk sunyi Duduklah seorang gadis menganyam bunga Dia menengadah tangannya terkulai Tiada dapat memanggil kekasih tiba Bisiknya : Kau tak datang kini aku pergi Pergi sangat jauh melalui ladang tiada bertepi Sekarang biarlah kuuntai juga bunga ini Siapa tahu kekasihku datang mendekap hati Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Tetapi kehidupan lalu laksana kejapan kilat Waktu pilu dan masa ria silih berganti Seumpama piala penuh anggur di hadapanmu Kenapa tak kau teguk tak kau minum Apa yang kau tunggu, sayang Apa yang kau tunggu............ Minumlah pialamu minumlah anggurmu Minumlah................" Baik Diah Mustika Perwita maupun Lukita Wardhani sudah sekian kali mendengar bunyi syair itu semenjak Pangeran Jayakusuma mengabarkannya kepada Nayaka Madu dan DurgampL Sabentar tadi, mereka tidak begitu memperhatikan bunyi kalimatkalimatnya karena tidak berkepentingan. Bahkan seringkali merasa sebal bila Nayaka Madu dan Durgampi saling bertengkar mempermasalahkannya. Tetapi kini, entah apa sebabnya, mereka mulai memperhatikan bunyi maknanya. Mungkin karena yang melagukan memiliki suara emas. Mungkin pula karena Pangeran Jayakusuma menempati sebagian hatinya. Bukan mustahil pula terpengaruh oleh perjalanan hidup pemuda itu yang gagal memiliki Retno Marlangen. Sehingga kedua gadis itu jadi perasa. Soalnya kini, dapatkah mereka mengharapkan Pangeran Jayakusuma menjadi kekasihnya " Dapatkah mereka menggantikan Retno Marlangen " Dapatkah mereka merebut hati pemuda itu " Sekiranya dapat, sanggupkah mereka berkorban seperti Prabasini " Rasanya, manakala bal itu benar, masing-masing sanggup menjadi tokoh Prabasini Mengapa tidak " Mati Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ demi mengabdi kepada sesuatu yang dicintainya, agaknya bukan termasuk mati siasia. Dalam pada itu suasana seberang-menyeberang kini berubah dengan mendadak. Di depan matanya, terbentang suatu lapangan luas tidak bertepi Tiada lagi sebatang pohonpun yang tumbuh, kecuali rerumputan pendek Sedang begitu sinar matahari makin teasa menyengat tubuh, karena hawa pegunungan sudah jauh tertinggal. Itulah wilayah perkampungan Nayaka Madu. Untuk yang pertama kali itu, Diah Mustika Perwita memasuki wilayah perkampungan Nayaka Madu. Semuanya serba asing. Kesannya aneh dan mengerikan. Tidak demikian halnya bagi Lukita Wardhani dan Pangeran Jayakusuma. Lukita Wardhani pemah memimpin pengepungan di sekitar wilayah itu. Ia tahu benar, sekitar perkampungan yang dibangun Nayaka Madu dikelilingi lapangan luas tiada berpohon. Maksudnya untuk dapat mengawasi siapapun yang akan memasuki perkampungan. Dengan demikian, ia tidak merasakan sesuatu yang aneh atau asing. Apalagi bagi Pangeran Jayakusuma yang malahan pemah mendekam di dalam perkampungan ini. Tanah sekitar perkampungan baginya tidak beda seperti wilayahnya sendiri. Ia dapat keluar masuk bila menghendaki. Ini ada sebabnya. Selain pemah mendekam di dalam perkampungan ini, pemah bertempur mengadu jiwa dengan berlari-larian dan bersembunyi demi menyelamatkan jenazah Ki Ageng Mijil Pinilih. Semua penjuru anginnya pemah dijelajahi. Pemah pula bermalam dan mengembara mencari makanan dan minuman. Bersembunyi di sebuah goa, di balik batu pegunungan dan bertiarap di bawah rerumputan. Juga mengenal hawanya yang panas dan dingin silih berganti. Meskipun demikian, masih saja terjadi sesuatu hal diluar dugaan. Itulah perkara racun Nayaka Madu yang bertebaran di dalam wilayahnya. Racun mematikan yang bersembunyi di mana-Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mana. Orang boleh memiliki mata dewa, namun mustahil dapat melihat aneka macam racun yang jumlahnya tak terhitung lagi. Kalau saja orang dapat mencapai perkampungan Nayaka Madu dengar selamat adaah berkat kepandaiannya. Seperti yang dilakukannya sekarang ini Semenjak mulai mendekati wilayah perkampungan Nayaka Madu ia sudah melindungi dirinya dan kudanya dengan hawa sakti Ilmu Pancasila dan Sasanti Manu. Benar saja. Belum sempat ia mengabarkan kemungkinan bahaya itu kgpada Lukita Wbrdhani dan Diah Mustika Perwita, tiba-tiba dua ekor kuda penarik kereta jatuh terjungkal. Sais dan dua bintara yang mendampingi, terlempar keluar dan jatuh bergedebrukan di atas tanah. Senjata mereka masing-masing terpelanting dari tangannya. Dengan hati berdebar-debar, Pangeran Jayakusuma memutar kudanya dan bergegas menghampiri. Sekali melihat tahulah ia, bahwa ketiga orang itu sudah mati setelah berkelojotan beberapa saat macam ayam terpotong kepalanya. Gugup, Pangeran Jayakusuma melompat turun dari kudanya. Sambil menjenguk-kan kepalanya ke dalam kereta yang terjatuh miring, ia berkata setengah berseru : "Lukita Wardhani ! Mustika ! Bagaimana kalian ?" Syukur mereka berdua tidak kurang sesuatu berkat berada didalam sebuah kereta yang tertutup rapat. Hanya Diah Mustika Perwita yang sempat memekik terkejut. "Kalian masih dapat mengerahkan tenaga saktimu ?" Pangeran Jayakusuma menegas. Lukita Wardhani mengangguk pendek, sedang Diah Mustika Perwita sedang sibuk menegakkan badannya. Hati Pangeran Jayakusuma terhibur. Ia tahu, Lukita Wardhani belum pulih tenaganya. Namun tenaga saktinya masih cukup untuk menolak hawa beracun yang datang dari luar. Ia percaya akan hal itu, mengingat kepandaian Lukita Wardhani sudah tergolong kelas Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/ -Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ satu. Diah Mustika Perwita sendiri, pemah menerima hawa saktinya dan ditambah pula tenaga sakti Ki Ageng Cakrabhuwana. Diapun akan dapat bertahan terhadap serangan hawa beracun. Akan tetapi sifat racun Nayaka Madu kadangkala aneh. Seseorang bisa bertahan kena serangan racun yang datang dari luar, manakala ia berada dalam suatu tempat tertutup. Apalagi diwaktu malam harL Sebaliknya di sianghari bisa berubah sifatnya. Bila dia terlalu lama berada di dalam tempat tertutup, tiba-tiba jadi keracunan. Padahal dia tadi terbebas dari serangan racun yang menyerang dari luar. Jadi keadaan hawa dapat merubah sifat racunnya. Pangeran Jayakusuma tahu akan hal itu. Maka Lukita Wardhani dan Diah Mustika Perwita harus secepat-cepatnya ke luar dari dalam kereta, mengingat hawa panas sangat menyengat. Namun ia kenal watak Lukita Wardhani yang angkuh dan terlalu agung. Pastilah dia akan menolak uluran tangannya. Padahal dia harus segera naik ke atas kuda. Sebab bukan mustahil hawa racun merembes dari tanah. Didalam keadaan sehat Lukita Wardhani dapat bertahan Pusaka Jala Kawalerang Karya Herman Pratikto di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo terhadap hawa beracun yang dari dalam tanah. Tetapi dia sedang teruka dan keadaan dirinya belum pulih. Maka dia harus digendong untuk langsung dinaikkan ke atas pelana kuda. Daripada bakal kena semprot, Pangeran Jayakusuma hanya membuka pintu kereta. Lalu berkata kepada Diah Mustika Perwita : "Adik ! Keadaan dirimu jauh lebih baik daripada Lukita Wardhani. Cepat-cepatlah ke luar dan terus saja langsung melompat ke atas pelana kuda." "Mengapa ?" Diah Mustika Perwita heran. "Pokoknya, jangan sampai kakimu menginjak tanah !" Selamanya Diah Mustika Perwita menaruh percaya kepada Pangeran Jayakusuma. Ia percaya, pemuda itu pasti mempunyai alasannya. Menimbang demikian, segera ia mendahului Lukita Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Wardhani ke luar kereta dan langsung melompat ke atas kuda Pangeran Jayakusuma. "Lukita Wardhani ! Apakah....." Pangeran Jayakusuma berkata dengan hati-hati. Diluar dugaan mulut Lukita Wardhani menyungging senyum. Dan melihat senyum itu, entah apa sebabnya hati Pangeran Jayakusuma berdebaran. Sebelum pikirannya sempat membaca kesan hatinya, Lukita Wardhani mengulurkan tangannya. "Tetapi engkau harus kugendong !" Pangeran Jayakusuma terkejut. Lukita Wardhani tidak menyahut Ia hanya memanggut kecil dengan pandang mata bening mengkilat. Sekarang Pangeran Jayakusuma dapat membaca kata hatinya. Itulah rasa terima kasih yang merayap masuk ke dalam lubuk kalbunya. Terus saja ia menggendong Lukita Wardhani dan didudukkan dengan hati-hati di belakang Diah Mustika Perwita. Hanya sebentar saja Pangeran Jayakusuma menggendong dan mendudukkan Lukita Wardhani ke atas pelana kudanya. Akan tetapi ia sempat menyentuh bahkan memeluk tubuh Lukita Wardhani berbareng mencium bau keringatnya yang khas. Itulah bau keringat seorang gadis yang dapat menggelarkan hati seorang pria. Dan benar-benar hati Pangeran Jayakusuma pada saat itu tergetar lembut yang sempat membuatnya terlongong sedetik dua detik. Empat orang gadis yang memiliki kecantikan dan kelebihannya masing-masing, pernah digendongnya. Merekalah Retno Marlangen, Carangsari, Diah Mustika Perwita dan kini Lukita Wardhani. Carangsari yang galak pernah memiliki kesan sendiri dalam lubuk hatinya. Dia tidak hanya cantik saja, tetapi kegalakannya justru dapat menggugah birahi serta menimbulkan rangsangan nalsu. Pandang matanya mengingatkannya kepada pandang mata Retno Marlangen bila sedang marah. Tetapi karena waktu itu hatinya sudah terpenuhi oleh kehadiran Retno Marlangen, maka kesan hatinya terhadap Carangsari hanya Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/ -Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ berhenti sampai disitu saja. Apalagi, kini dia sudah bersuami. Meskipun Retno Marlangen sudah mulai pudar dari hatinya, ia dapat membatasi diri. Lalu bagaimana terhadap Diah Mustika Perwita " Sebenarnya gadis itu sama sekali tiada cacatnya. Dia tidak hanya lembut hati, tetapi cantik jelita pula. Sayang, ia sudah terlanjur menganggapnya sebagai adik sendiri. Barangkali karena usianya terpaut jauh. Alangkah beda, bila dibandingkan dengan Lukia Wardhani. Kehadirannya kini mempunyai bobot Mungkin karena kekosongan hatinya memerlukan isi. Tetapi terhadap Lukita Wardhani sendiri, sesungguhnya ia sudah menaruh perhatian semenjak dulu. Selain cantik jelita, anggun, agung dan berwibawa, peribadinya angker. Dan semenjak dulu pula, ia segan dan agak takut terhadapnya. Tetapi senyum yang diterimanya tadi, tiba-tiba saja membuyarkan kesan takutnya. Apalagi setelah membiarkan dirinya berkenan digendongnya. Ah, benar-benar suatu peristiwa yang terlalu hebat Dengan berbagai pikiran itu, ia menuntun kudanya perlahan-lahan menyeberangi wilayah Nayaka Madu yang berbahaya. Sadar akan bahaya yang bukan mustahil dapat mengancam jiwa, segera ia memusatkan perhatiannya. Ia menoleh mengamati wajah Lukia Wardhani yang agak bersembunyi di belakang punggung Diah Mustika Perwita. Memang Lukita Wardhani belum pulih seperti sediakala. Meskipun Ki Ageng Cakrabhuwana sudah dapat merebut jiwanya, namun racun Pacar Kuning tidak mudah disingkirkan dengan begitu saja. Apalagi kini dia berada di tengah wilayah perkampungan Nayaka Madu yang menjadi ibu negeri berbagai racun berbahaya. Ibarat kerbau kembali ke kandangnya, sisa-sisa racun yang masih mengeram dalam tubuh Lukita Wardhani seakan-akan terbangun tenaganya. Untung saja, himpunan tenaga sakti Lukita Wardhani amat kuat Meskipun yang tiga bagian dipergunakan untuk melindungi serangan hawa beracun yang datang dari luar, sisanya masih cukup untuk menindih kebangkitan racun yang mengeram di dalam tubuhnya. Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Adik ! Bantulah Lukita Wardhani melindungi dirinya dari hawa racun yang datang dari luar. Dengan begitu, dia dapat menindih amukan racun dari dalam dengan sepenuh-penuhnya. Wilayah ini memang terkutuk ! Majikannya tinggal menunggu ajalnya. Akan tetapi warisan kepandaiannya memasak racun masih dapat mengancam maut." ujar Pangeran Jayakusuma dengan sungguh-sungguh. Di bawah terik matahari Pangeran Jayakusuma lari mendaki sebuah bukit. Sebenarnya, matahari sudah condong ke baraL Akan tetapi hawa panas masih sangat panas seolah-olah kuasa membakar tanah. Tiba-tiba dari atas bukit ia melihat sederet pepohonan. Kira-kira jumlahnya tidak melebihi limabelas batang. Dan melihat pepohonan itu, hati Pangeran Jayakusuma girang. Segera ia balik menghampiri kudanya. "Mari !" serunya. "Kita bisa berteduh di sana menunggu malam hari tiba. Pada saat itu, segala macam racun yang berbahaya mulai sirap. Kecuali racun terkutuk Pacar Kuning." Dengan penuh semangat ia membawa kudanya setengah berlari mendaki bukit. Begitu tiba di atas bukit mereka bertiga memperoleh penglihatan lain. Sembilan laki-laki yang berdandan sebagai pemburu ke luar dari pepohonan itu. Mereka menunggang kuda dan bersenjata panah. Dengan melarikan kudanya mereka berputdr-putar membuat lingkaran bujur telur. Setelah itu mengarah ke utara dan baru menjurus ke arah bukit. Pangeran Jayakusuma adalah seorang pemuda yang encer otaknya. Timbul pikirannya, apa sebab mereka tidak langsung saja mengarah ke bukit " Tentunya ada alasannya. Jangan-jangan demikianlah seharusnya bila menghendaki luput dari ancaman bahaya hawa beracun. Kalau benar demikian, pastilah mereka mengenal wilayah perkampungan Nayaka Madu seperti wilayahnya sendiri "Haha..... kalian boleh menyamar sebagai pemburu. Masakan aku dapat kalian kelabui ?" Pangeran Jayakusuma tertawa di Dendam Empu Bharada http://dewi-kz.inco/ Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ dalam hati. Ia jadi teringat akan penyamarannya sendiri sewaktu mengelabui Durgampi, Kulisadara dan Nayaka Madu. Rupanya sisa-sisa laskar Nayaka Madu berbuat begitu pula. Tiba-tiba suatu ingatan menusuk benaknya. Menurut Wirawardhana, perkampungan Nayaka Madu masih terkepung rapat oleh laskar kerajaan. Mungkinkah mereka masih dapat meloloskan diri " "Wardhani !" Akhirnya ia minta pertimbangan Lukita Wardhani. "Apakah laskar kerajaan perlu menyamar sebagai pemburu ?" -o0~DewiKZ~0o- baca jilid III Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/ -Document Outline Jilid 2 JILID 2 JURUS ADU DOMBA DI SIMPANG JALANHerman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Jilid 3 Persembahan : Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ & http://dewi-kz.info/ Dengan Truno Penyak & Ismoyo Gagakseta 2 http://cersilindonesia.wordpress.com/ Editor : Dewi KZ Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ JILID III Lukita Wardhani mengamat-amati mereka. Kedua alisnya berdiri tegak, tetapi ia tidak berkata sepatahpun. Bagi Pangeran Jayakusuma, sikap Lukita Wardhani sudah merupakan isyarat yang cukup jelas. Karena itu ia tidak mengambil suatu keputusan. Lalu dengan sikap acuh tak acuh, ia melanjutkan perjalanannya menuruni bukit. Tiba di kaki bukit, ia melihat sembilan pemburu itu beihenti menepi. Dengan sekilas pandang Pangeran Jayakusuma sempat mengamati mereka. Perawakan mereka, rata-rata sama tegapnya kecuali seorang yang berdandan singsat. Pandang mata Pangeran Jayakusuma bertemu dengan sorot matanya. Sorot mata yang tajam berkilat-kilat dan berwibawa. Buru-buru Pangeran Jayakusuma mengalihkan pandangnya. Sedetik kemudian, ia mencoba melirik. Kali ini kesannya lain. Paras pemburu itu mendadak berkesan lemah lembut. Cantik luar biasa seperti lukisan wajah bidadari dalam dongeng perwayangan. Selagi memperoleh kesan demikian, sekonyong-konyong terdengar suara hiruk-pikuk dari balik bukit Pangeran Jayakusuma menghentikan kudanya. Timbul rasa curiganya, karena suara hiruk-pikuk itu datangnya terlalu mendadak. Tetapi yang dilihatnya membuat pikirannya sibuk. Kira-kira lima belas perempuan dusun dipaksa berlari-lari kencang oleh empat orang penunggang kuda, yang mengenakan pakaian seragam. Melihat seragam pakaiannya, segera Pangeran Jayakusuma mengenal siapa mereka. Itulah laskar atau katakan saja anak-buah Nayaka Madu yang dulu sangat berkuasa di wilayahnya. Sekarang mereka agaknya berhasil menawan kirakira limabelas perempuan yang akan dibawanya masuk ke dalam wilayah perkampungan. Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/ -Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Eh !" Pangeran Jayakusuma heran. "Kabarnya wilayah perkampungan sudah diduduki laskar kerajaan. Mengapa mereka justru datang dari luar dan akan memasuki wilayahnya ?" Tak terasa Pangeran Jayakusuma menoleh kepada Lukita Wardhani yang masih saja bercokol di atas kudanya. Dengan wajah dingin Lukita Wardhani berkata : "Jangan hiraukan mereka." Pangeran Jayakusuma mengangguk. Masih sempat ia melihat wajah Diah Mustika Perwita yang gelisah. Tak usah dijelaskan lagi, bahwa ia tidak sependapat dengan Lukita Wardhani. Tetapi mengingat kedudukan Lukita Wardhani tidak berani ia membuka suara. Pada saat itu, terdengar pemburu berpakaian singsat tadi berkata agak lantang : "Bebaskan mereka !" Dua orang laki-laki di antara mereka mengiakan dan melarikan kudanya. Dengan berdampingan mereka menghampiri Lalu berhenti menghalang jalan. Serunya nyaring : "Hai ! Kalian berani menculik penduduk di luar wilayah kekuasaanmu " Hayo, bebaskan mereka !" Empat laskar penunggang kuda itu menahan kendali kudanya dengan wajah merah padam. Bentaknya : "Ini bukan urusan kalian. Hei, kalian berani memasuki wilayah kami atas perintah siapa ?" Rupanya mereka berempat belum mengetahui, bahwa kekuasaan Nayaka Madu atas wilayah itu sudah tumbang. Mungkin sekali, diwaktu perkampungannya diserbu laskar kerajaan, mereka sedang berada di luar wilayah. Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Hm.....kekuasaan kalian sudah runtuh. Tidak dapat lagi kalian berbuat sewenangwenang terhadap siapapun. Kalian bebaskan atau tidak ?" Empat laskar penunggang kuda itu mengembarakan pandang matanya dengan heran. Ucapan kedua pemburu itu menggelitik hatinya. Bentaknya: "Kau maksudkan kekuasaan Mapatih Nayaka Madu ?" "Benar." Dan mendengar jawaban kedua pemburu itu, mereka tertawa terbahak-bahak. Serunya dengan suara geli: "Wilayah Untara Segara selamanya tidak mudah dilalui orang luar. Kalian mau berburu apa ?" "Berburu kepala kalian." "Apa?" Dengan serentak mereka berempat menghunus pedangnya dan menegang dengan bengis. Tetapi pada saat itu terdengar suara anak-panah terlepas dari empat penjuru. Dan empat laskar Nayaka Madu mati tergelimpang dari atas kudanya masing-masing. Pangeran Jayakusuma, Lukita Wardhani dan Diah Mustika Perwita adalah pendekarpendekar yang berkepandaian sangat tinggi. Tidak perlu mereka heran menyaksikan kepandaian pemburu-pemburu itu melepaskan anak-panahnya. Mereka hanya heran tatkala mendengar suara pemburu yang berdandan singsat. Jelas sekali suaranya mirip seorang perempuan. "Lukita Wardhani! Apakah dia salah seorang perwiramu ?" Pangeran Jayakusuma mencoba mencari keterangan. "Tidak." jawab Lukita Wardhani dengan pendek tegas. Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Mereka membunuh laskar Nayaka Madu yang sempat lolos dari pengamatan laskar kerajaan. Paling tidak mereka membantu laskar kerajaan." "Jangan hiraukan mereka !" potong Lukita Wardhani. Pangeran Jayakusuma menuntun kudanya lagi. Munculnya perempuan yang menyandang sebagai pemburu itu sebenarnya menarik hatinya. Menuruti wataknya yang asli ingin ia memperoleh kejelasan dulu. Biasanya tidak mau sudah, sebelum semuanya jadi terang. Dan rupanya Lukita Wardhani terlalu mengenal dirinya. Pada saat itu Lukita Wardhani berkata lagi: "Bukankah kita kemari demi abu almarhumah " Menyanyilah seperti tadi, agar perhatianmu tidak terbagi-bagi" Ucapan Lukita Wardhani bagaikan guntur meledak di siang-hari bagi pendengaran Pangeran Jayakusuma. Ia tidak hanya merasa mati kutu saja, tetapi merasa malu juga. Terus saja ia memaki dirinya sendiri di dalam hati: "Ih, kau keledai tua yang tidak tahu malu. Kau sudah diiringkan dua orang gadis pilihan, masih saja matamu membagi pandang". Kali ini Lukita Wardhani yang cerdas tidak dapat membaca hati Pangeran Jayakusuma. Yang terasa, pemuda itu menuntun kudanya dengan sungguh-sungguh dan sama sekali tidak menaruh perhatian terhadap sembilan pemburu maupun segerombolan perempuan dusun yang terculik kawanan laskar Nayaka Madu. Suatu perasaan lembut menyelusuri kalbunya. Perasaan yang membuat hatinya tiba-tiba terselimut rasa bahagia. Ia seperti merasa menang dan bisa menguasai kebinalan Pangeran Jayakusuma. Apakah karena dirinya bersikap seorang Ibu " Memang, selamanya Pangeran Jayakusuma akan selalu tunduk terhadap kata-kata lembut. Itulah sebabnya, ia mau menerima semua katakata Diah Mustika Perwita meskipun usia gadis itu terpaut jauh. Sebab Diah Mustika Perwita berpembawaan seorang Ibu Sejati. Hanya saja dalam hal ini Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/ -Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kurang wibawa. Kehadirannya belum dapat membangunkan rasa birahinya. Sebaliknya, bila saja Lukita Wardhani dapat membawakan diri seperti yang baru saja dilakukannya tadi, pasti dia dapat merebut hati Pangeran Jayakusuma. Sebab dia memenuhi syarat-syaratnya. Selain cantik jelita, anggun, agung dan berwibawa, dia berkepandaian sangat tinggi. Pada saat ini kepandaiannya berada di atas Retno Madangen yang sudah dibawa orang ke wilayah Barat. Dialah Pangeran Anden Loano, putera Bathara Karawelang atau Singgela. Pangeran Jayakusuma tidak mau main coba-coba. Ia mengikuti bekas tapak-tapak kuda sembilan pemburu tadi. Memang memakan waktu, akan tetapi keamanan terjadi Itulah sebabnya, sewaktu tiba di deretan pepohonan, hari sudah petang. Dengan hati-hati Pangeran Jayakusuma menurunkan Lukita Wardhani dan digendongnya ke tempat yang aman. Diah Mustika Perwita dapat menolong diri. Ia membawa kudanya ke tengah-tengah pepohonan dan ditambatkan pendek-pendek karena takut memakan rerumputan yang mungkin sekali mengandung racun. "Kusuma, kau sekarang pandai merawat orang." Lukita Wardhani tersenyum. "Itulah berkat ajaranmu." sahut Pangeran Jayakusuma. "Sewaktu di selatan Singasari dahulu, bukankah engkau mengulurkan tanganmu Pusaka Jala Kawalerang Karya Herman Pratikto di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo juga ?" Lukita WardhaniUdak membantah maupun membenarku Ia membiarkan pemuda itu merawat dirinya. Setelah didudukkan di bawah rindang pohon, mulailah ia menyalurkan tenaga saktinya untuk menindih sisa-sisa racun yang masih mengeram dalam dirinya. Pangeran Jayakusuma sendiri menghampiri Diah Mustika Perwita yang duduk pula di atas tanah hendak melepaskan lelah. Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Adik!" kata Pangeran Jayakusuma. "Aku akan memulihkan himpunan tenaga Lukita Wardhani. Dapatkah engkau menjaga dirimu ?" Diah Mustika Perwita tersenyum. Sahutnya lembut: "Jangan cemaskan diriku. Aku bisa menjaga diri. Hanya saja kuda kita perlu rerumputan." "Benar. Tetapi kurasa dia masih tahan menahan lapar untuk satu malam ini saja. Kau sendiri, tentunya lapar pula." Diah Mustika Perwita tertawa perlahan. Sahutnya : "Pusatkan perhatianmu demi membantu ayunda Lukita Wardhani Akupun tidakkan mati, meskipun tidak makan dan minum selama tiga hari lagi" "Bagus!" Pangeran Jayakusuma gembira. Sekarang dapatlah ia memusatkan perhatiannya kepada Lukita Wardhani. Terus saja ia duduk di belakang Lukita wardhani menempelkan tangannya pada punggungnya. Dua jam lamanya ia membantu menyalurkan tenaga saktinya yang dahsyat luar biasa. Tenaga sakti yang tiada habis-habisnya. Selagi demikian, telinganya yang tajam menangkap bunyi derap kuda. Namun tak berani ia membagi perhatian. Diah Mustika Perwita yang sedang tenggelam dalam semadi, mendengar pula bunyi derap kaki kuda. Sadar akan bahaya, segera ia menghela nafas panjang dan dilepaskan dengan perlahan-lahan. Kemudian berdirilah ia di ujung deret pohon untuk menghadapi segala kemungkinan. Yang datang berkuda dua orang pemburu yang berpapasan senja hari tadi. Mereka turun dengan serempak dari kudanya. Kemudian membungkuk hormat kepada Diah Mustika Perwita. Yang berada di depan berkata : Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Maaf bila kedatangan kami berdua sangat mengganggu. Kami hanya akan mengantarkan rumput dan sekedar makanan." Diah Mustika Perwita tercengang. Menegas : "Siapa yang menyuruhmu datang kemari ?" "Majikan kami" "Siapa majikanmu ?" "Tidak berani kami menyebut nama beliau. Akan tetapi menjelang pagihari nanti, beliau akan datang menghadap." sahut orang itu. Kemudian kepada temannya: "Makankan rumput kita kepada kudamu!" Dengan sigap dan cekatan, pemburu kedua mencabut segenggam rumput yang ditumpuk rapih di atas pelana kudanya. Kemudian dimakankan kepada kudanya. Binatang itu segera melahap dengan bernafsu. Diah Mustika Perwita menyaksikan uji coba itu dengan berdiam diri. Ia tahu maksud mereka berdua. Lalu berkata tetap seramah tadi: "Terima kasih. Karena engkau keberatan menyebut nama majikanmu, maka tak dapat aku menghaturkan rasa terima kasih kami bertiga kepadanya." "Tak apalah." sahut pemburu itu dengan tertawa. "Sekarang masih perlu kami menunjukkan jenis makanan dan minuman yang kami bawa." Setelah berkata demikian, ia menjumput bungkusan makanan dan dimasukkan ke dalam mulutnya. Ia menjumput beberapa kali. Lalu meneguk botol minuman yang dibawanya. "Sudahlah." ujar Diah Mustika Perwita. "Aku tahu maksud baik majikanmu. Semuanya kuterima dengan senang hati" Kedua pemburu itu kelihatan berlega hati. Dengan cekatan mereka menurunkan seonggok rumput dan sekantong air dan dibawanya ke kuda Pangeran Jayakusuma. Setelah melonggarkan Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/ -Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ tali pengekang, mereka membiarkan kuda itu menggerumiti rerumputan dengan bernafsu. Kemudian mereka berbalik mengantarkan makanan dan minuman yang sudah dicobanya kepada Diah Mustika Perwita. Berkatalah yang seorang : "Kami berdua sudah melakukan perintah. Perkenankan kami mengundurkan diri." Diah Mustika Perwita hanya mengangguk. Kedua orang itu rupanya tidak memerlukan jawaban Diah Mustika Perwita. Sepati tadi, dengan cekatan mereka melompat ke atas kudanya masing-masing. Lalu meninggalkan tempat berteduh Diah Mustika Perwita dengan cepat. Sebentar saja suara derap kaki kuda mereka sudah menghilang dari pendengaran. Dengan menyenak nalas, Diah Mustika Perwita membawa makanan dan botol minuman ke dekat Pangeran Jayakusuma dan Lukita Wardhani berada. Lalu memeriksa kudanya yang sedang bernafsu menggerumiti seonggok rumput pemberian majikan delapan pemburu. Ia mengamat-amati beberapa waktu lamanya, kemudian membuka kantong air dan didekatkan. Binatang itu benar-benar kehausan. Begitu melihat cahaya air, terus saja ia mencelupkan mulutnya ke dalam kantongnya. Dan seperti peminum besar yang sedang ketagihan. ia menyedot kantong air dengan tegukan menggelegak. Cekok, cekok, cekok.............. Semua yang terjadi sebentar tadi tidak luput dari perhatian Pangeran Jayakusuma Sebenarnya ia mau ikut menimbrung. Kalau nama majikan mereka tidak mau disebut, mengapa Diah Mustika Perwita tidak menanyakan perkampungannya " Tetapi karena dirinya sedang menyalurkan tenaga saktinya, tidak boleh ia berbuat begitu. Mau tak mau ia harus menunggu saatnya yang tepat. Demikianlah kira-kira menjelang tengah malam, perlahan-lahan ia menarik telapak tangannya. Dan pada saat itu, Lukita Wardhani benar-benar pulih seperti sediakala. Maka betapa hebat dan sakti ilmu Pancasila dan Sasanti Manu, susah terlukiskan lagi. Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Tanpa segan-segan lagi, Pangeran Jayakusuma mendahului mencicipi kiriman makanan dari seseorang yang tidak mau disebut namanya Diah Mustika Perwita menunggu sampai Lukita Wardhani berkena berbicara. Tetapi gadis yang agung berwibawa itu tetap tenang-tenang saja, seakan-akan tidak perlu makan satu tahun lamanya. Pangeran Jayakusuma jadi perasa juga. Memang, selamanya belum pernah ia makan bersama-sama dengan Lukita Wardhani di tengah alam terbuka. Apalagi di tengah malam. Maka dengan membawakan sebungkus nasi yang lengkap dengan lauk-pauknya, ia berkata dengan suara lembut: "Wardhani, engkau perlu mengisi perutmu." Lukita Wardhani mengangguk. Sahutnya : "Kau sendiri bagaimana ?" "Cukup, cukup ! Aku cukup satu bungkus. Rupanya yang mengirimkan sebungkus nasi ini dapat mengukur perutku." ujar Pangeran Jayakusuma dengan tertawa. Melihat keramahan Pangeran Jayakusuma yang membersit dari hatinya yang tulus, Lukita Wardhani berkenan menerima sebungkus nasi itu. Lalu ia memberi isyarat mata dengan menyungging senyum kepada Diah Mustika Perwita. Diah Mustika Perwita mau mengerti akan sikap Lukita Wardhani. Selamanya Pangeran Jayakusuma bersikap sengit terhadap Lukita Wardhani. Dan selama itu, Lukita Wardhani tidak mau mengalah pula. Sekarang agaknya Lukita Wardhani mau mengubah sikapnya, akan tetapi merasa masih perlu berhati-hati demi menjajaki sikap Pangeran Jayakusuma. Memang dunia cintakasih memiliki bahasanya sendiri. Seringkali orang terpeleset bila main cobacoba dan bersikap gegabah. Maka sikap Lukita Wardhani yang mengenal tabiat dan perangai Pangeran Jayakusuma, dapat dibenarkan. Ketiga-tiganya, baik Pangeran Jayakusuma, Lukita Wardhani dan Diah Mustika Perwita belum sempat makan maupun minum Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ semenjak fajarhari tadi. Bahkan mereka terlibat dalam suatu pertempuran yang menentukan. Karena itu, makanan kiriman itu terasa nikmat luar biasa. Sebentar saja mereka sudah menyapu habis. Bahkan botol minuman yang berisikan air putih tidak tersisa setetespun. Kemudian mereka perlu beristirahat menunggu pagihari. Setelah masing-masing bersemadi melancarkan darah dan irama nafas, mereka tertidur lelap. Fajarhari tiba dengan diam-diam. Dingin hawa membangunkan mereka dengan perlahan-lahan. Tepat pada saat itu, terdengar suara derap kaki kuda memecahkan kesunyian alam. Empat orang yang berdandan sebagai pemburu turun ke tanah dengan cekatan. Dua orang maju memberi hormat kepada Pangeran Jayakusuma. Kata mereka hampir berbareng : "Majikan kami mengundang tuanku seorang kesatria yang luhur budi datang mengunjungi penampungan kami. Barangkali sebelum melanjutkan perjalanan, tuanku perlu membersihkan diri dulu." "Ah ! Apakah majikanmu pula yang mengirimkan makanan, minuman dan seonggok mmput buat kuda kan " Sampaikan rasa terima kasihku kepada majikanmu." "Tak berani kami berbuat demikian. Lebih baik tuanku sendiri berbicara langsung kepadanya." Pangeran Jayakusuma menoleh kepada Lukita Wardhani dan Diah Mustika Perwita menunggu persetujuan mereka berdua. Diah Mustika Perwita selamanya bersikap menurut. Tetapi kali ini Lukita Wardhani yang sudah pulih kesehatannya, memperlihatkan sikap seorang wanita yang sudi menunggu perintah pihak pria. Pangeran Jayakusuma heran bukan main. Cepat-cepat ia berkata kepada kedua pemburu itu : "Baiklah. Undangan majikanmu kuterima." "Bagus !" seru mereka setengah bersorak. "Kalau begitu, silahkah ! Kami sudah mempersiapkan dua ekor kuda pula." Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/ -Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Yang mana ?" Dua pemburu lainnya yang mendampingi kudanya masing-masing, segera mempersembahkan kudanya sambil berkata : "Silahkan ! Kami berdua sudah biasa melintasi wilayah berbahaya ini. Kalau perlu kami berdua akan menumpang kuda kedua rekan kami" Pangeran Jayakusuma memang ingin mengetahui dengan jelas, siapakah majikan mereka. Kebetulan malah, dia malahan mengundang dirinya. Maka bersama-sama dengan Lukita Wardhani dan Diah Mustika Perwita, ia berangkat mengikuti keempat pemburu yang saling berboncengan mendahului penjalanan sebagai penunjuk jalan. Ternyata mereka tidak menempuh jalan yang diambahnya kemarin sore. Mereka mengambil jalan pintas ke kiri. Dan tak lama kemudian, dua orang pemburu datang menghampiri dengan membawa empat ekor kuda. Dari jauh mereka berdua turun dan kudanya masing-masing dan berdiri menunggu di tepi jalan. Merekapun termasuk anggauta delapan pemburu. Setelah dua rekannya yang membonceng menerima kuda kiriman, kedua orang itu mengawal perjalanan Pangeran Jayakusuma bertiga dengan sikap hormat. Sebentar lagi empat orang datang menyambut Mereka pun bersikap hormat. Dan melihat sikap mereka yang tiada tereda, diam-diam Pangeran Jayakusuma merasa girang. Mudah-mudahan majikannya bersikap demikian pula. Akhirnya setelah melalui jalan yang berkelok-kelok, sampailah mereka di sebuah perkampungan yang dikelilingi parit buatan berair jernih. Seberangmenyeberangnya berdiri pohon-pohon berdaun segar-bugar menghijau, sehingga berkesan sejuk. Apalagi pada waktu itu, matahari belum sempat memancarkan cahayanya ke seluruh alam. Pangeran Jayakusuma tercengang. Ia merasa sudah menjelajahi seluruh perkampungan Nayaka Madu, tetapi belum pernah menginjak perkampungan itu. Apakah di balik perkampungan Nayaka Madu terdapat semacam Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ perkampungan yang tersembunyi " Ia jadi tidak percaya, kalau perkampungan ini adalah perkampungan para pemburu. Pastilah perkampungan orang-orang yang berkepandaian. Hanya saja belum jelas di pihak mana mereka berdiri. Dugaan Pangeran Jayakusuma tidak salah. Ia melihat sebuah gapura mentereng. Jelas gapura meniru hiasan gerbang Istana Majapahit. Kalau begitu, tentu penghuninya bersikap bersahabat dengan dirinya. Tetapi andaikata hanya suatu tipu-muslihat, ia tidak perlu khawatir. Lukita Wardhani sudah pulih kembali, sedang kepandaian Diah Mustika Perwita tidak tercela lagi semenjak menerima petunjuk-petunjuk dari Lawa Ijo. Dalam pada itu, delapan pemburu mendahului turun dari kudanya masing-masing. Enam orang berebut menyambar kendali kuda Pangeran Jayakusuma, Lukita Wardhani danDiah Mustika Perwita. Mereka menambatkan kuda mereka bertiga menepi pada tiga batang pohon yang berdiri berjajar dengan pagar dinding, lalu mempersalahkan ketiga tetamunya masuk ke serambi depan. Seorang gadis yang cantik luar biasa menyambut kedatangan mereka. Dengan suara merdu ia berkata : "Silahkan Yang Mulia Lukita Wardhani, Diah Mustika Perwita dan Sang Pangeran Jayakusuma." Pangeran Jayakusuma tercengang-cengang. Tidak hanya karena gadis itu mengenal nama mereka bertiga, tetapi suaranya seperti pernah mendengamya. Tetapi siapa" Ia mencoba mengamati paras wajahnya. Benar-benar ia merasa kagum luar biasa. Sebab pada paras wajahnya ia menemukan kesan-kesan wajah Retno Marlangen, Diah Mustika Perwita, Diah Carangsari dan Diah Lukita Wardhani. Benar-benar aneh! Masakan dunia melahirkan seorang puteri yang berwajah aduan dari paras muka gadis-gadis termolek pada jaman itu " Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/ -Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Pangeran ! Mengapa Pangeran memandang wajahku seperti belum pernah mengenalku ?" tegur gadis itu. Dan ditegur demikian, Pangeran Jayakusuma jadi malu sendiri. Tetapi dasar cerdik dan berpembawaan romantis, pada detik itu pula dapatlah ia mempunyai dalih yang masuk akal. Sahutnya dengan setengah percaya : "Darimana engkau mengenal nama kami bertiga ?" "Apa sih sulitnya ?" sahut gadis itu dengan cepat "Di seluruh penjuru dunia ini siapakah yang tidak mengenal nama tuanku yang termashur " Siapa pula yang tidak mengenal Sang Diah Lukita Wardhani dan Diah Mustika Perwita ?" Inilah jawaban yang sama sekali diluar dugaan Pangeran Jayakusuma, karena dibawakan dengan suara yang wajar dan bersahabat. Kesannya gas itu benar-benar sudah mengenal diri mereka bertiga. Tetapi sekali lagi dasar pembawaan romantis, ia mencoba menggelitik hati "Kalau begitu, biarlah aku menatap wajahmu. Boleh, bukan ?" "Kenapa ?" "Katamu aku sudah mengenalmu." "Memang." sahut si jelita. Dan ia membalas menatap wajah Pangeran Javakusuma dengan pandang cemerlang. Bukan main cantiknya. Sama sekali tiada cacatnya dari mulai perawakan tubuhnya sampai kepada warna rambutnya. Dan memperoleh kesan yang terlalu hebat itu, hati Pangeran Jayakusuma tergetar. Tiba-tiba suatu bayangan berkelebat di calam benaknya. Apakah dia Prabasini " Ah, mustahil! Prabasini sudah meninggal. Atau yang mati tersimpan di dalam peli mati berlumur racun sesungguhnya bukan Prabasini " Ah. tidak mungkin kakang Mijil Pinilih salah pilih. "Pada satu hari seorang satria yang berkepandaian tinggi menyeberang wilayah Perkampungan Nayaka Madu yang penuh Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ racun berbahaya." Gadis itu berkata lagi. "Ia tidak menghiraukan semuanya itu demi kekasihnya yang akan direbut orang. Seorang gadis sederhana datang menemui. Kemudian.............- "Ah !" potong Pangeran Jayakusuma dengan bernafsu. "Apakah engkau Ulupi ?" Gadis itu tidak segera menjawab. Ia hanya tersenyum. Tersenyum yang manis luar biasa. Setelah membiarkan Pangeran Jayakusuma bertekateki, berkatalah ia dengan lemah lembut : "Benar. Akulah Ulupi." "Ulupi ?" "Ya, Ulupi." "Ah, tidak mungkin." Pangeran Jayakusuma setengah berseru. Pandangan matanya memancarkan cahaya yang aneh luar biasa. Tetapi hanya sekejap mata. Setelah itu, ingin ia mengucak-ucak kedua matanya. Benarkah penglihatannya kini " Ulupi dulu seorang gadis yang sama sekali tidak menarik. Ataukah kedua matanya dulu lamur karena mabuk asmara sehingga tidak mengenal Ulupi yang sesungguhnya " Sungguh ! Tak dapat ia memperoleh ketetapan. Ia merasa menghadapi suatu teka-teki yang berlapis-lapis. Ia merasa seperti Pusaka Jala Kawalerang Karya Herman Pratikto di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo terlibat suatu muslihat Tetapi muslihat apa. dia tidak tahu sendiri. -o0~DewiKZ~0o- Ulupi! Ih, bukan main. Nama gadis itu benar-benar menimbulkan teka-teki silang yang sulit ditebak. Kadang-kadang berkesan mengagumkan, tetapi kerapkali menakutkan pula. Siapapun yang kenal dirinya, pasti memperoleh kesan demikian. Akan tetapi Pangeran Jayakusuma seorang pemuda yang berpembawaan romantis. Terhadap gadis-gadis yang menarik perhatiannya, pandai ia menyesuaikan diri dan melayani. Meskipun demikian, berkat pengalamannya yang pahit, kali ini Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ tidak berani ia gegabah. Apalagi berada disamping Diah Lukita Wardhani yang dahulu menjadi biang keladi terpisahnya Retno Marlangen dengan dirinya. Ulupi memang gadis istimewa. Andaikata tidak teringat akan pesan Ki Ageng Mijil Pinilih yang dihormati, ingin saja Pangeran Jayakusuma melampiaskan dendamnya. Betapa tidak" Mula-mula Ulupi muncul sebagai kemenakan Pangeran Anden Loano yang mengabdikan diri kepada Nayaka Madu. Dialah peran utama yang menjodohkan Pangeran Anden Loano dengan Retno Marlangen. Tetapi tidak lama kemudian, dia berperan lagi sebagai seorang tokoh yang membantu dirinya. Sudah barang tentu ia merasa sangat bersyukur. Di luar dugaan, tiba-tiba ia muncul sebagai seorang tokoh yang justru memfitnahnya. Dia berpurapura berperan sebagai gadis yang kena perkosa. Bukan main ! Dengan berani ia membiarkan dadanya yang montok setengah terbuka. Begitu juga betis dan pupunya yang halus dibiarkan tersibak, sehingga siapa pun percaya dirinya baru saja kena perkosaan. Dan oleh pekertinya itu, ia kejeblos dalam penjara dua tahun lebih. Pada waktu itu, ingin sekali ia merobek-robek Ulupi. Namun hari-hari berikutnya ia tidak diperkenankan mempunyai pikiran demikian. Itulah berkat munculnya Ki Ageng Mijil Pinilih sebagai juru selamatnya. Bahkan dikesankan, bahwa Ilmu Pancasila dan Sasana Manu yang sudah manunggal dalam dirinya itu, justru berkat jasa Ulupi. Dialah arsiteknya. Sebab Ulupi tahu, Ki Ageng Mijil Pinilih tidak dapat diharapkan lagi, karena hatinya sudah terenggut kehadiran Prabasini. Padahal Prabasini puteri Nayaka Madu musuh besar Gajah Mada dan Lawa Ijo. Maka perhatiannya beralih kepada dirinya sebagai pewaris Ilmu Pancasila dan Sasanti Manu yang kini sudah manunggal. Tujuannya agar dirinya dapat melanjutkan perjuangan Gajah Mada mempersatukan bangsa dan negara. Mula-mula Nayaka Madu dan kawan-kawannya harus dihancurkan. Setelah itu, mengembalikan kewibawaan almarhum Gajah Mada yang sudah Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ berhasil membentuk Negara Kesatuan. Itulah sebabnya pula, Ki Ageng Mijil Pinilih berpesan agar dirinya mempersembahkan Kunci rahasia harta karun kepadanya. Dibalik itu terdapat suatu makna. Ia harus bekerja-sama dengan Ulupi, mungkin untuk selama-lamanya. Baiklah, taruhlah semuanya itu dapat diterimanya. Akan tetapi ada satu masalah yang tidak mudah memperoleh jawabannya. Waktu untuk yang pertama kalinya, Ulupi kelihatan sebagai seorang gadis yang tergolong cantik. Tidak kurang dan tidak lebih. Kemudian berubah menjadi seorang gadis yang jahat dan licin sehingga kesannya berubah menjadi seorang gadis yang jelek, Ki Ageng Mijil Pinilih mengesankan, bahwa Ulupi berparas lumayan. Akan tetapi apa yang dilihatnya sekarang sungguh-sungguh menakjubkan ! Ulupi tidak hanya cantik saja, melainkan cantik luar biasa. Pada wajahnya dapat diketemukan kecantikan Diah Mustika Perwita, Diah Carangsari, Diah Lukita Wardhani dan Retno Marlangen. Benarkah dia Ulupi yang dulu" Kalau bukan, suaranya adalah suara Ulupi. la yakin dan tidak sangsi lagi. Diapun puteri Ki Ageng Cakrabhuwana. Maka diam-diam ia mengamati wajahnya. Barangkali ada yang mirip wajah ayahnya. Dalam pada itu, Diah Lukita Wardhani mempunyai kesannya sendiri. Semenjak memasuki perkampungan Ulupi yang berkesan aneh, ia tidak membuka mulutnya. Dengan berdiam diri ia duduk di atas kursi didampingi Diah Mustika Perwita. Memang, setelah bertatap muka dengan Pangeran Jayakusuma, ia berubah menjadi biang keladi memisahkan hubungan Retno Marlangen dengan Pangeran Jayakusuma, meskipun bermaksud baik demi masa depan Pangeran Jayakusuma sendiri. Sekarang ia bertemu muka dengan seseorang yang bernama Ulupi. Belum banyak ia mendengar kisah dan pribadinya. Akan tetapi sebagai seorang Panglima Bhayangkari, rasa waspadanya terbangun dengan sendirinya. Mula-mula perhatiannya menyiasati pada bentuk gapura yang bercorak Majapahit. Inilah aneh! Betapa tidak" Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/ -Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Perkampungan itu berada dalam wilayah kekuasaan Nayaka Madu. Padahal perkampungan Ulupi bukan sebuah perkampungan baru. Taruhkata perkampungan itu terlalu bersembunyi di balik bukit sehingga tidak mudah diketahui orang, masakan dapat luput dari pengamatan Nayaka Madu yang licin dan cerdik luar biasa" Pemilik kampung itu pantas untuk dicurigai. Hanya saja, Diah Lukita Wardhani belum menemukan bukti-bukti untuk memperkuat rasa curiganya. Itulah sebabnya, ia hanya bersikap diam saja dan ingin menjadi pendengar yang baik. Tidak lama kemudian beberapa pelayan datang membawa minuman dan hidangan. Kesempatan itu dipergunakan Diah Lukita Wardhani untuk mengamati semuanya. Mulamula kepada macam hidangan yang disajikan. Kemudian kepada tempat hidangan dan minuman. Sama sekali tiada yang perlu dicurigai. Setelah itu, ia memperhatikan dinding. Tiba-tiba ia melihat serumpun deretan kalimat yang terukir rapih. Bunyinya begini: "Sajna Bhatara! Hwanya tikang cakra si Sanggabhuwana. Sambuten i ranak Bhatara, daglakna tkeng legek i ranak Bhatara pwangkulun! Tan penenguh alara suka pjahna de ning kadi sira. Erang-erang ahuripa ranak Bhatara pwangkulun." Itulah bait dialog Purnawijaya yang sangat terkena! dalam cerita Kunjarakama. Ucapan seorang gandarwa kepada seorang pendeta sakti bernama : Buddha AWairocana. Cerita Kunjarakama sangat terkenal pada jaman itu sampai kini. Bedanya, pada jaman itu hampir semua orang bisa menghafal kata-kata (dialog) peranan-peranannya. Sebab cerita itu sendiri dipandang suci oleh para penganut Agama Hindu dan Buddha. Kisahnya menceritakan riwayat seorang raja raksasa bernama Kunjarakama yang ingin meruwat diri Ia ingin diruwat (baca diubah atau dilahirkan kembali) menjadi seorang satria. Alasannya, karena ayahnya seorang satria pula dan ibunya seorang Ratu Bidadari Buddha Wairocana berkenan mengabulkan Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ dengan syarat dia harus mendapat izin dari Dewa Yama untuk melihat neraka lebih dahulu. Maksud Buddha Wairocana, bila Kunjarakama dapat menyaksikan bemacammacam siksaan di neraka, dia akan dapat mengerti akan makna karunia Hyang Wisesa Tunggal. Maka berangkatlah Kunjarakama ke neraka. Ringkasnya ia mendapat izin Dewa Yama. Di tempat penyiksaan itu, ia bertemu dengan sahabatnya bangsa gandarwa bernama Purnawijaya. Sahabatnya itu akan menjalankan hukum siksa sepanjang jaman karena kamapala. Oleh rasa iba, ia membawa Purnawijaya menghadap Buddha Wairocana agar dibebaskan nian dari siksa neraka. Begitu bertatap muka dengan Buddha Wairocana, tekat Purnawijaya sudah bulat. Ingin dia dibunuh oleh pendeta suci sang pendeta akan bisa membebaskannya dari semua bentuk siksa. Maka dengan memegang senjata pemunahnya berbentuk cakra ia berkata seperti bunyi tulisan yang terukir pada dinding tempat Ulupi dengan Pangeran Jayakusuma. Terjamahannya begini: "Hyang Bhatara! Inilah senjata cakra Sanggabhuwana. Sambutlah oh Hyang Bhatara! Sambitkan ke batang leher hamba. Tiada hamba merasa sakit, rela mati oleh tangan Bhatara. Malu rasanya hamba akan memperpanjang hidup" Membaca bunyi ucapan Pumawijaya itu, Lukita Wardhani mengerutkan dahinya. Sebagai seorang keluarga raja yang berpendidikan tinggi, tentu saja ia faham akan bunyi bait ucapan Pumawijaya sebatang cakra bernama Sudarsana. Mengapa diubah dengan nama Sanggabhuwana" Di bawah tulisan itu tergambar pula sebilah pedang tajam luar biasa. Sedangkan senjata cakra berbentuk semacam roda. Apa maksudnya merubah nama dan bentuk pusaka Pumawijaya yang aseli itu" Dalam pada itu Ulupi sudah mengangkat cangkir minuman dan diteguknya hampir setengah. Mungkin ia bermaksud untuk membuktikan bahwa hidangan minuman yang disajikan tidak mengandung racun apapun. Hal ini rupanya perlu dikesankan, Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/ -Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mengingat perkampungannya berada di lengah wilayah Nayaka Madu yang terkenal dengan ribuan macam racun berbahaya. "Silahkan!" Ulupi mempersalahkan ketiga tamunya dengan ramah. Pangeran Jayakusuma sebenarnya masih menaruh curiga kepada Ulupi. Teringat dia betapa dirinya kena diingusi seolah-olah memperkosanya. Dan akibatnya, ia mendekam dalam penjara selama dua tahun lebih. Itulah sebabnya, tatkala meneguk minumannya ia berjaga-jaga diri. Seluruh tubuhnya di lindunginya dengan hawa sakti Ilmu Manunggal. Pikirnya di dalam hati: "Aku sudah berhasil memanunggalkan dua Ilmu Sakti terpun-cak pada jaman ini. Masakan masih bisa tertembus oleh racun?" Dengan pikiran itu ia menghirup minumannya sambil diam-diam mengerahkan hawa sakti tenaga penolak tingkat tinggi. Ternyata tiada suatu yang pantas dicurigakan. Karena itu ia memberi isyarat mata kepada Diah Lukita Wardhani dan Diah Mustika Perwita. Dan kedua gadis itu segera meneguk minumannya dengan berani. "Pangeran Jayakusuma! Meskipun pangeran bersikap membungkam, namun di dalam dada pangeran merumun berbagai pertanyaan yang ingin memperoleh keteranganku, bukan" Paling tidak, pangeran mengharapkan suatu kejelasan." Ulupi memecahkan kesunyian. Lalu tersenyum manis luar biasa. "Tidak salah. Sikap pangeran sama sekali tidak salah. Hanya saja,karena begitu babaknya penjelasan-penjelasan yang harus kuberikan, biarlah kumulai dari satu per satu dulu. Yang Mulia Diah Lukita Wardhani sudah memperoleh pertolongan ayahku. Dengan meneguk minuman segar itu, kesehatan tuanku puteri akan segera pulih.". Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Bagaimana engkau tahu bahwa Diah Lukita Wardhani memperoleh pertolongan ayahmu?" Pangeran Jayakusuma setengah tercengang. "Barangkali di dunia ini hanya aku seorang yang akan segera mengenal jejak ayahku." sahut Ulupi dengan tersenyum. "Sewaktu pangeran bertempur melawan Nayaka Madu dan Durgampi, akupun menyaksikan." "Di mana kau berada?" Pangeran Jayakusuma menegas. Tetapi setelah pertanyaan itu terucapkan, Pangeran Jayakusuma menyesal. Itulah pertanyaan tolol. Waktu itu yang menyaksikan tidak hanya terdiri dari Carangsari bertiga, Diah Lukita Wardhani dan Ki Ageng Cakrabhuwana saja. Akan tetapi ditambah dengan Kebo Sapta dan laskar Diah Lukita Wardhani. Bila Uhipi berada di antara mereka, siapapun tidak akan menduga. Syukur, Ulupi pandai menjaga kehormatannya. Dengan suara datar ia menjawab tak langsung: "Pangeran terlalu murah hati terhadap Nayaka Madu dan Durgampi. Tetapi setelah kupikir, itulah pelampiasan dendam yang setepat-tepatnya." "Hm, apakah engkau benar-benar menghendaki matinya mereka berdua?" Pangeran Jayakusuma mendengus. "Kenapa" Jangan lupa, akupun termasuk salah seorang yang berhak disebut Lawa Ijo." Sahut Ulupi dengan suara tegas dan cepat "Ki Ageng Mijil Pinilih tentunya sudah banyak cerita tentang diriku." Pangeran Jayakusuma tidak membenarkan maupun membantah. Ia sadar, sedang berhadapan dengan seorang gadis luar biasa. Maka perlu ia menghemat tanggapannya. "Pangeran !Tentunya pangeran masih mendongkol teringat pengalaman dulu. Menurut pangeran, apakah benar-benar aku yang melakukan tipu muslihat itu?" Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Kalau bukan dirimu, siapa lagi?" Pangeran Jayakusuma setengah mendamprat Ulupi mendehem. Berkata: "Muslihat itu, memang aku yang mengatur. Akan tetapi yang meringkus pangeran, apakah aku?" Pangeran Jayakusuma berbimbang-bimbang. Jelas sekali yang berperan sebagai gadis yang diperkosa adalah Ulupi. Akan tetapi Ulupi sekarang sama sekali tidak mirip Ulupi yang dahulu. Sebaliknya kalau bukan dia, siapa lagi" "Barangkali tidak perlu kukatakan lagi, bahwa aku puteri Ki Ageng Cakrabhuwana. Dan pangeran Anden Loano adalah pamanku. Dengan begitu mudah sekali aku memperoleh kepercayaan Nayaka Madu." Ulupi melanjutkan. "Hm." sekali lagi Pangeran Jayakusuma mendengus. "Dengan guru sendiri, Nayaka Madu sampai hati membunuhnya. Masakan begitu mudah mempercayai seseorang yang belum dikenalnya semenjak kanak-kanak" Bahkan terhadap anaknya sendiri, Nayaka Madu tega mengambil jiwanya." Hebat kata-kata Pangeran Jayakusuma. Siapapun akan merasakan berapa tajam ucapanya. Akan tetapi wajah Ulupi tidak berubah. Dengan tenang ia menjawab : "Alasan pangeran tepat sekali. Hanya saja jangan lupa, Nayaka Madu bersedia tunduk pada pola angan-angannya. Seperti pangeran ketahui, ia memerlukan dukungan paman Pangeran Anden Loano dani mencapai angan-angannya hendak mengangkat diri menjadi majikan besar. Begitu pulalah alasannya apa sebab dia sampai hati membunuh gurunya dan puterinya sendiri." Pangeran Jayakusuma sudah mendengar kisah Prabasini dan menyaksikan sendiri betapa puteri itu meninggal demi cinta dan kesetiaannya kepada Ki Ageng Mijil Pinilih. Namun mendengarkan Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/ -Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ penegasan Ulupi tentang diri Prabasini, tak urung hatinya tercekat juga. Sahutnya: "Apakah Nayaka Madu benar-benar membunuh puterinya sendiri?" "Setidak-tidaknya dialah penyebabnya." ujar Ulupi dengan suara datar. Lalu ia membungkam mulut beberapa waktu lamanya. Setelah menyenak nafas, ia melanjutkan : "Watak dan perangai Nayaka Madu tentu saja sudah kita ketahui semenjak lama. Itulah sebabnya, aku perlu bantuan beberapa orang yang setia pada panggilan hidupnya. Maka pada suatu hari, aku mempersembahkan guruku sendiri kepada Nayaka Madu. Guruku seorang ahli racun yang tiada keduanya di dunia. Secara kebetulan, guru adalah adik ayahku. Dan dengan kepandaiannya itu, guru dapat menawan hati Nayaka Madu dan meratakan jalanku menunaikan tugas suci. Ayahku sedikit banyak mengenal pula kepandaian paman. Sekiranya tidak demikian, betapa mungkin dapat mengusir pukulan racun Nayaka Madu dan Durgampi dari badan tuanku puten." Yang dimaksudkan dengan tuanku puteri siapa lagi kalau bukan Diah Lukita Wardhani. Akan tetapi. Dia tetap saja membungkam mulut. Sebenarnya dia seorang gadis yang berhati panas bagaikan nyala bara api. Akan tetapi menghadapi tokoh Ulupi yang masih belum jelas baginya, ia bersikap hati-hati dan berwaspada. Dengan cermat ia mengikuti pembicaraan Pangaan Jayakusuma dan Ulupi. Meskipun bersifat menyerang, namun Pangeran Jayakusuma sudah bersedia untuk mau mengerti. Karena itu, ia merasa diri berada di persimpangan jalan. Terhadap Ulupi tidak dapat ia main keras dan tegas. Siapa tahu, Ulupi benar-benar puteri Ki Ageng Cakrabhuwana yang sudah menolong jiwanya dari racun maut. -o0~DewiKZ~0o- Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ TEKA-TEKI PETI MATI Yang merasa berada di simpang jalan, sebenarnya tidak hanya Diah Lukita Wardhani seorang. Tetapi Pangeran Jayakusuma juga. Terhadap tokoh Ulupi sebenarnya menaruh dendam. Namun mengingat pesan Ki Ageng Mijil Pinilih, ia justru harus menyerahkan rahasia Sasanti Manu kepada Ulupi. Ki Ageng Mijil Pinilih berkata juga, bahwa berkat siasat Ulupi yang bisa menjangkau penglihatan jauh, Pangeran Jayakusuma dapat mewarisi Ilmu Sakti Manunggal yang memanunggalkan Ilmu Pancasila dan Sasanti Manu. Dalam hal ini, ia harus merasa berhutang budi padanya. Baiklah, ia sudah memutuskan melupakan semuanya. Akan tetapi tokoh Ulupi yang berada di depannya ini benar-benar belum jelas apakah dia benar-benar Ulupi Puteri Ki Ageng Cakrabhuwana. Sebab kecantikannya melebihi apa yang sudah pernah dikenalnya dan didengarkan dari tutur-kata Ki Ageng Mail Pinilih. Pusaka Jala Kawalerang Karya Herman Pratikto di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Ulupi sendiri rupanya sudah dapat membaca keadaan hati kedua tetamunya kecuali Diah Mustika Perwita. Sebab gadis yang satu ini berada di luar garis permasalahan. Menurut ayahnya, dia termasuk salah seorang muridnya. Hatinya bersih dan lemah lembut. Diapun tidak terlibat dalam masalah Ulupi dan Retno Marlangen. "Ki Ageng Mijil Pinilih tentunya sudah banyak bercerita tentang diriku." Ulupi melanjutkan kata-katanya. "Akan tetapi, kukira dia belum sempat mengabarkan bahwa aku mempunyai seorang adik yang hampir mirip. Dia bernama Ulupi pula." "Apa?" Pangeran Jayakusuma terkejut sampai berjingkrak. "Kau maksudkan engkau mempunyai saudara kembar?" "He-e." Ulupi tertawa. "Yang sering bertemu dan berbicara dengan pangeran adalah adikku. Dia jauh lebih berani daripadaku." Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Nanti dulu!" potong Pangeran Jayakusuma. Tiba-tiba saja ia merasa puyeng. Tidak tahu lagi apa yang harus dikatakan. Namun ia seperti memperoleh suatu kecerahan tak ubah seseorang yang tiba-tiba dapat muncul di atas permukaan air. Berbagai bayangan berkelebatan di dalam benaknya. Kalau begitu, yang menulis pada peti adalah Ulupi ini. Sedangkah yang ikut mati, tentunya Ulupi yang lain. Sewaktu hendak dipertanyakan, Ulupi berkata lagi: "Biarlah kuceritakan pelahan-lahan agar semuanya jadi jelas. Kami berenam yang menamakan Lawa Ijo adalah murid Pangeran Semono. Pastilah hal itu pernah dikabarkan Ki Ageng Mijil Pinilih. Kecuali kami berenam di bekali Ilmu Sakti Sasanti Manu, masing-masing harus memiliki kepandaian atau keistimewaan sendiri yang khusus. Untuk ini kami diperkenankan untuk mencari guru tambahan. Begitulah, aku mempunyai seorang guru yang kuanggap memiliki suatu keistimewaan. Kecuali ahli racun, guru mewariskan ilmu merubah diri. Dan dengan kepandaian itu, siapapun tidak akan dapat membedakan diriku dan Ulupi yang dikenal Ki Ageng Mijil Pinilih maupun Pangeran Jayakusuma sendiri. Bahkan ayah sendiri tidak mudah membedakan. Apalagi kami berdua dilahirkan sebagai anak kembar." ia berhenti mengesankan. Melanjutkan: "Dengan demikian, Nayaka Madu bisa kukelabui pula. Seperti kataku tadi, guru dapat menawan hati Nayaka Madu dengan kepandaiannya mengenal racun. Untuk itu, kami memperoleh kediaman ini. Di rumah ini, guru membuat percobaan-percobaan dengan berbagai tanaman bunga yang dibuatnya ramuan-ramuan tertentu. Dan semuanya dipersembahkan pada Nayaka Madu. Tentu saja Nayaka Madu girang luar biasa. Berbulan-bulan lamanya dia datang kemari untuk ikut melihat berbagai tanaman guru. Khawatir Nayaka Madu akan memergoki diriku, maka aku merubah diri menjadi seorang perempuan berperawakan istimewa, lihatlah betapa hebat kepandaian guru. Inilah Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/ -Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ perawakan tubuhku yang aseli. Tetapi disulap guru menjadi seorang perempuan mirip kuli pelabuhan." "Ah! Kau maksudkan engkaulah yang menjadi Maruti?" potong Pangeran Jayakusuma. Ulupi tidak menjawab. Ia hanya tersenyum lebar. Dan melihat senyum Ulupi sepasang alis Pangeran Jayakusuma berdiri tegak. Itulah tanda hatinya penuh kesangsian. Ujarnya : "Merubah wajah, mungkin sekali aku percaya. Tetapi betapa mungkin dengan merubah bentuk tubuh?" Ulupi tidak juga menjawab. Ia menepuk tangan beberapa kali. Seorang pelayan datang menghampiri. Dengan berbisik Ulupi berkata: "Ambilkan alat penyamaranku !" Pelayan itu dengan cepat mengundurkan diri dan datang kembali dengan membawa setumpuk lapisan karet yang dilipat semacam tumpukan kain. Setelah tumpukan kulit itu diletakkan di atas meja, Ulupi berkata: "Pangeran, tolong perhatikan benar-benar!" Dengan cekatan, Ulupi melapisi kedua lengannya dengan lapisan karet. Lengannya yang berwarna putih kuning tiba-tiba saja berubah menjadi hitam keruh. Ukuran lengahnya bertambah kekar. Dan melihat kekekaran lengan itu, teringatlah Pangeran Jayakusuma kepada warna kulit dan lengan Maruti. "Bagaimana?" desak Ulupi. "Memang, waktu sudah berjalan lama. Hampir lima tahun, Pangeran Jayakusuma meninggalkan lembah ini. Tentunya sudah lupa. Tetapi Pbngeran Jayakusuma memiliki ingatan yang melebihi ingatan manusia lumrah. Aku percaya, pangeran masih dapat mengingat-ingat lengan Maruti Apakah aku harus dandan sebagai Maruti kembali?" Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Tidak usah." cegah Pangeran Jayakusuma. "Selanjutnya rasanya aku bisa mengerti apa sebab perawakan tubuhmu jadi berubah." Ulupi mengangguk. Pelahan-lahan ia melepaskan lapisan karet yang membalut kedua lengannya. Lalu berkata: "Dan dengan merubah bentuk tubuhku, aku mengaku sebagai anak guru. Karena hati Nayaka Madu sudah tertawan oleh kepandaian guru, aku diakuinya sebagai anaknya sendiri. Selanjutnya aku berada di kediaman Nayaka Madu sebagai puterinya. Hampir saja aku gagal memerankan perananku, sewaktu aku bertatap muka dengan Pangeran. Rasanya aku tidak sampai hati mengorbankan pangeran. Tetapi mengingat Ki Ageng Mijil Pinilih bakal gagal mengemban tugasnya, maka satu-satunya harapan kami hanyalah pangeran. Ternyata harapan kami meleset, karena kami tahu racun yang mengeram dalam diri pangeran akan kami musnahkan. Tentu pangeran ingin tahu dengan cara apa aku menolong merebut tenaga sakti pengeran kembali." "Ya." Pangeran Jayakusuma membenarkan dengan anggukan pendek. "Baiklah kuulangi lagi ceritaku yang hampir melompat" Ulupi mendehem sambil menyilakan ketiga tamunya menghirup minumannya. "Selain kami berdua dan guru, pamanku ikut serta pula. Pamanku berdiam pula di sini dan menjadi salah seorang kepercayaan Nayaka Madu. Paman berkepandaian tinggi, sehingga tenaganya sangat diperlukan. Pangeran Jayakusuma kenal dengan pamanku." "Siapa?" "Dandung Gumilar." "Ah!" Pangeran Jayakusuma terperanjat. Pantas pendekar berjanggut panjang itu selalu menolong dirinya pada saat-saat dirinya terancam jalan buntu. Bahkan pada suatu saat berani Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/ -Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mengulurkan tangan dengan terang-terangan di hadapan Nayaka Madu. Dia pulalah yang membekali dirinya tatkala melarikan diri dari wilayah Nayaka Madu dengan memanggul Ki Ageng Mijil Pinilih. Tetapi Dandung Gumilar sempat terkena pukulannya dan punah sebagian besar tenaganya. Ia berjanji pada suatu kali akan menolong memulihkannya. Teringat akan janji itu, ia berseru: "Ulupi! Pamanmu dulu berjanji akan pulang kampung. Di mana dia kini berada?"' " "Kemana lagi perginya kalau bukan berada di rumah ini." "Hei!" seru Pangeran Jayakusuma dengan terharu sampai terloncat dari tempajt duduknya. "Bolehkah aku bertemu dengannya?" "Tentu saja. Sebentar lagi, paman akan segera ke luar kamar. Akan tetapi ceritaku belum tammat. Bagaimana pendapat tuanku puteri" Apakah sampai disini saja?" Diah Lukita Wardhani sudah memperoleh kesan baik. Kesang-siannya sudah terjawab tujuh bagian. Maka ia menjawab dengan suara wajar: "Barangkali yang terbaik apabila cerita tuan rumah didengarkan sampai selesai." "Nah, bagaimana pangeran?" Ulupi beralih kepada Pangeran Jayakusuma dengan tertawa. "Kalau begitu, aku akan duduk kembali dengan manis." sahut Pangeran Jayakusuma dengan tertawa pula. Ulupi meneguk minumannya. Lalu melanjutkan ceritanya : "Pada suatu hari tiba-tiba aku mempunyai firasat buruk. Ternyata firasatku benar." "Firasat apa?" Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Nayaka Madu sampai hati membunuh gurunya sendiri demi memperoleh kepandaian puncak. Masakan tidak berlaku terhadap guruku?" "Apakah jahanam itu membunuh gurumu pula setelah memperoleh kepandaian mengenal racun?" Ulupi tidak segera menjawab. Setelah berenung-renung beberapa saat lamanya, ia berkata lagi: "Kalau tidak salah, waktu itu hari Rabu. Aku dipanggil guru datang ke rumah ini. Wajah guru berseri-seri. Guru membicarakan penemuannya yang baru. dan bermaksud hendak mempersembahkannya kepada Nayaka Madu." "Penemuan apa?" Pangeran Jayakusuma menyela. "Tentu saja perkara racun. Racun istimewanya yang dapat menyita seluruh tenaga sakti seseorang. Hanya saja obat penunahnya belum diperolehnya." "Kau maksudkan Sirnagalu?" "Benar. Racun lintah hijau." Ulupi mengangguk. "Karena obat pemunahnya belum diketemukan, maka aku menganjurkan agar jangan dipersembahkan dulu. Tunggu sampai obat pemunahnya diketemukan. Tetapi guru tidak mendengarkan saranku. Bahkan guru akan mempersembahkan pula khasiat sakti Bunga Cacar Kuning Calon Arang." "Hm." Pangeran Jayakusuma mendengus. "Seorang diri guru menghadap Nayaka Madu. Sewaktu pulang, guru nampak kuyu. Wajahnya bersemu hijau tanda keracunan hebat Dengan isyarat tangannya ia memanggilku. Belum lagi aku sempat bolanya, guru berkata dengan suara setengah berbisik: "Tak pernah kusangka hatinya sangat keji. Mendengar ramuan obat pemunah belum kutemukan, ia justru memaksaku untuk mencoba. Kelinci percobaannya adalah aku sendiri." Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Kenapa begitu?" aku minta keterangan."Ah, tentunya dia menuduh guru berdusta." "Tepat. Maka terpaksalah aku memenuhi permintaannya." sahut guru dengan suara pilu. Wajah guru nampak bertambah muram. Tetapi pada detik berikutnya, guru jadi beringas. Berkata dengan suara agak lantang: "Ulupi, masih ada satu hal yang belum di ketahuinya. Itulah ilmu Menyamar yang kuwariskan kepadamu. Aku menghendaki dengan penyamaranku ini..." "Apakah guru menghendaki aku membalas dendam?" aku menegas. "Begitulah yang tepal Sungguh! Aku mati penasaran..." dan setelah berkata demikian guru mulai kehilangan kesadarannya. Betapa pedih hatiku, kiranya tidak perlu kukatakan lagi. Meskipun demikian ada satu hal yang tidak panah terhapus dari ingatanku. Itulah saat guru menghembuskan nafasnya yang terakhir. Dengan tubuh tak berdaya, ia memandangku seakan-akan ingin menyampaikan pesan. Namun mulut guru rupanya tidak dapat digerakkan lagi. Juga kedua tangannya. Tiba-tiba aku melihat tangan guru menggenggam sesuatu. Segera aku membuka tangannya dan kutemukan secarik lontar (baca: kertas). Dan begitu aku membacanya, guru menutup matanya. Guru pergi untuk selama-lamanya ..." "Apa bunyi lontar itu?" Pangeran Jayakusuma minta keterangan dengan bernafsu. "Tentang ramuan penemuannya dan dua buah pesan." Ulupi memberi keterangan. "Pesan yang pertama, mengabarkan obat pemunahnya sudah diketemukan. Yang kedua, agar guru dikabarkan selamat tak kurang suatu apa." "Tentunya tidak begitu, bukan?" "Maksud pangeran?" Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/ -Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Tentang diketemukannya obat pemunahnya itu semata-mata untuk mengelabui Nayaka Madu, bukan?" Ulupi tersenyum. Sahutnya dengan pandang mata berseri-seri: "Benar. Kecerdasan pangeran dapat menebak keadaan hati guru dengan tepat sekali. Memang, obat pemunahnya belum diketemukan. Andaikata sudah diketemukan, tentunya guru tidak akan membiarkan dirinya meninggal oleh ramuan racun yang dipersembahkan kepada Nayaka Madu." "Lalu?" "Empat orang kepercayaanku keperintahkan membawa jenazah guru ke luar wilayah. Untuk mengelabui pengamatan Nayaka Madu, terpaksalah aku mengorbankan salah seorang pelayanku. Dia kudandani sebagai guru dan kutugaskan agar bersikap membandel terhadap Nayaka Madu manakala dia bertanya tentang obat pemunahnya. Perhitunganku tepat Nayaka Madu datang kemari pada malam harinya. Segera ia disambut oleh guruku tiruan. Akibatnya guru tiruan dituduh berdusta. Sewaktu Nayaka Madu minta pendapatku harus berbuat bagaimana, aku menganjurkan agar meracunnya lagi dan tidak dapat diperkenankan pulang. Guru tiruanku segera ditangkap dan diracun kembali. Agar mengurangi penderitaanya, dengan diam-diam aku memasukkan obat bius dalam minumannya. Dengan begitu, ia mati dengan perasaan aman. Pengaruh racun sama sekali tidak dirasakan. Sebaliknya Nayaka Madu menjadi geram oleh sikap bandelnya. Tetapi segeta kuhibur bahwa racun tanpa obat pemunahnya akan ditakuti lawan. Rupanya kata-kataku benar-benar dapat menghibur hatinya. Dan semenjak hari itu, ia giat memelihara lintah hijau dan benih bunga Cacar Kuning Calon Arang." "Ulupi! Apakah racun Sirnagalu dan Cacar Kuning benar-benar tiada pemunahnya?" Dendam Empu Bharada http://dewi kz.inco/-Herman Pratikto Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Setidak-tidaknya baru kami temukan beberapa tahun kemudian. Itulah berkat bantuan guru kami Pangeran Semono." Pangeran Jayakusuma manggut-manggut. Berkata tidak jelas: "Gurumu yang satu itu agaknya manusia tersakti pada jaman ini." "legakan hatimu, pengeran. Pada suatu kali pangeran akan dapat bertatap muka dengan guru kami" Ulupi menyahut Lalu mengalihkan pembicaraan: "Berkat obat pemunah itu, aku dapat merebut kembali tenaga sakti K Ageng Mijil Pinilih bahkan tenaga sakti pangeran." "Eh, dengan cara apa?" Pangeran Jayakusuma tercengang. Sebab ia merasa tidak pernah berhubungan dengan Ulupi maupun Maruti dalam hal memulihkan tenaga saktinya. Kembali lagi Ulupi tersenyum. Katanya: "Pernahkah Ki Ageng Mijil Pinilih bercerita tentang setangkai bunga yang selalu hadir di atas loteng kediaman puteri Prabasini?" "Ya ya ya ya..." "Itulah bunga pemunah racun penghisap tenaga sakti" Misteri Dewa Seribu Kepalan 1 Pendekar Slebor 08 Pengejaran Ke Cina Anting Mustika Ratu 2