Tjeng Hong Kie Su 2
Tjeng Hong Kie Su Karya Chin Yung Bagian 2 segera kembali kegedung keluarga Liok untuk menuntut balas atas kematian suaminya itu pada Liok Keng. Begitulah bersama-sama anak perempuannya Pek-hoa-sian-cu Teng Siauw Eng ia telah mengepung pendekar tua dan dengan, mati matian, tatkala Bun So Giok jatuh karena terluka oleh senjata rahasia suaminya yang telah dipukul sehingga terpental oleh gembolan2 Houw-jiauw-tui milik si nona pengantin itu. Dalam pertempuran dua lawan satu itu, Say-giok-hoan main-kan, sepasang Pan-koan-pitnya dengan begitu cepatnya, seolah-olah sekuyur badannya diliputi oleh sinar senjata dan angin tofan yang menderu-deru. Dan sebegitu lekas melihat, ada kesempatan, Wan Ho segera gerakkan senyatanya untuk menusuk kempungan lawannya dengan sejata yang sebuah lagi ia menotok Jintiong-hiat atau urat darah yang terletak dibagian bawah hidung Liok Keng, hinngngga pendekar tua itu segera pergunakan tangannya yang, sebelah untuk mengibaskan. Pan-koan-pit yang menyambar kearah kempungannya, sedang kapalanya lekas dimiringkan sedikit untuk menghindarkan totokan ujung senjata pendekar wanita yang menjadi lawannya itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Siasat silat yang dipergunakan Say-giok-hoan ini bernama Cong-liong-poan-san, atau naga hijau me lingkarkan badan, salah satu siasat yang biasa dipergunakan oleh ahli silat yang paham menggunakan senjata. Pan-koan-pit. Say-giak-hoan yang sedari kecil berlatih silat dng mempergunakan senjata ini sehingga puluhan tahun lamanya, sudah barang tentu sangat mahir sekali dalam hal mempergunakan senjata ini dan siasatnya sekali. Syukur juga Liok Keng bukan seorang yang masih hijau ilmu silatnya, hingga tak gentar ia menghadapi dua orang lawan yang lihay sekali gus. Beberapa kali Siauw Eng dan Say-giok-hoan kedua ibu-anak telah menerjang dengan serentak, tetapi sesuatu serangan telah dapat dipecahkan oleh jago tua yang ternyata masih amat licin dan berhati tabah itu. Pada waktu Liok Keng yang merasa tidak sanggup akan meladeni ibu-anak itu bertempur dengan hanya bertangan kosong saja, tiba-tiba ia membalikan badannya dan berlompat keluar dari kalangan pertempuran. Say-giok-hoan dan Siauw Eng yanq menyangka Liok Keng hendak kabur, segera mendesak sambil berseru dengan suara berbareng: "Jangan lari ! " "Aku pantang meninggalkan kabur semua lawanku!" yawab si jago tua. "Demi kepercayaan para pendekar dikalangan Kang-ouw, kamu berdua boleh tunggu disini dan berjanji akan tidak mencelakai isteriku yang terluka!" "Kami tidak paham apa, maksud kau mengatakan demikian!" kata Liok Keng, "dari itu, apakah salahnya akupun pergi untuk mengambil senjataku?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Kalau begitu, aku boleh pergi mengambil senjatamu buat kemudian melanjutkan pula pertempuran ini!" kata Say-Giokhoan yang lalu mengajak Sian Eng mundur kesuatu pinggiran. Tatkala menunggu belum beberapa lama, Liok Keng telah kembali dengan menghunus sebilah pedang. Melihat pedang itu, Say-giok-hoan jadi terkejut dan berlompat maju sambil berseru: "Pedang apakah itu yang kau pegang ditanganmu?" Liok Keng tertawa dingin. "Inilah pedang Ceng-hong-kiam," sahutnya. "Apakah kau takut dengan pedang ini?" Sementara Siauw Eng yang mendengar begitu lekas2 ia memotong pembicaraan orang dan berseru: "Nyata ini tidak keliru! Bu, lekas terjang! " Meski telah dua puluh tahun lamanya Liok Keng terkenal sebagai seorang gagah yang mahir mempergunakan pedang, tetapi belum pernah ia mengatakan dihadapan orang lain apa namanya pedang ini. Oleh karena itu, diantara orang2 gagah dalam Rimba persilatan hanya diketahui, bahwa Tongtengsiang-hiap memiliki pedang yang baik sekali, hingga dengan itu orang dapat mambacok barang logam dan batu kumala bagaikan tanah liat mudahnya, tapi tidak mengetahui bahwa pedang itu bernama Ceng-hong-kiam. Mendengar Liok Keng menyelaskan nama pedang itu, Siauw Eng segera menganjurkan Ibunya agar mulai membuka serangan, sedangkan ia sendiri tak berayal pula dengan memutar gembolannya bagaikan baling-baling cepatnya untuk meluncurkan serangan2 pada bagian atas, tengah dan bawah tubuhnya si jago tua dengan serentak. Perbuatan itupun diikuti oleh Say-giok-hoan Wan Ho, yang telah menyerang tiga bagian urat darah yang berbahaya pada tubuh Liok Keng dengan sekaligus. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Begitulah pertempuran telah berlangsung dengan lebih ramai dan dahsyat daripada barusan, dengan ketga-tiganya orang yang, bertempur itu mempergunakan senjata-senjata yang menjadi kemahiran masing-masing dalam mempeergunakannya. ---oo^dwkz^0^Tah^oo--- BAGIAN KE - 10 KETIGA MACAM senjata-senjata itu ber-kilau2an sinarnya dibawah penerangan bulan purnama. Mula2 orang masih dapat melihat gerak-gerik akan mereka, tapi lama-lama hanya terlihat tiga kelompok sinar yang ber-keredeb-keredep dan saling serang-menyerang dengan tidak tampak yelas wajah penyerang-penyerangnya. Dua lawan satu, tapi ternyata Liok Keng masih dapat meladeni kedua lawannya dalam keadaan seri. Sedang Bun So Giok yang terluka, dan duduk dilain pinggiran dari atap itu, hanya bisa menonton tapi tak dapat turut serta dalam pertempuran untuk membantui suaminya yang dikepung musuh itu. Selagi pertempuran berlangsung dengan amat dahsyatnya, tiba-tiba dari sebelah bawah atap itu terdengar seorang-orang yang berseru: "Ibu....! Ibu......!" Ternyata Liok Keng yang telah siuman dan mendengar suara ribut-ribut disebelah atas atap kamar tidurnya, segera memaksakana diri buat keluar dan menuju kelataran. Dari situ ia memandang keatas genting, dimana ia menampak tiga kelompok sinar senjata yang saling menyambar pulang-pergi, desak-mendesak dengan sama hebat dan kerasnya. Syukur juga ibunya terlihat disana tegah duduk2 dan tidak turut campur berkelahi, kalau tidak, niscaya urusan akan menjadi lebih sukar untuk didamaikannya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Padahal Liok Kong tidak mengetahui bahwa ibunya disana telah terluka oleh senjata rahasia ayahnya sendiri. Maka untuk mencegah agar supaya jangan sampai ikut serta, dalam pertmpuran itu, Liok Kong sera menyerukan ibunya dengan perasaan bingung dan cemas: "Ibu....! Ibu.....!" serunya. Tampaknya ia khawatir akan ibunya turut campur tangan dalam pertempuran itu dan akhirnya akan melukai Siauw Eng yang sangat dicintainya. Tapi karena pertempuran tengah berlangsung dengan amat dahsyatnya, maka seruan si pemuda tidak terdengar oleh keempat orang yang berada diatas atap rumah itu. Pada malam pengantinan, Liok Kong telah mengetahui betapa bernapsunya Teng Siauw Eng akan membunuh ayahnya Liok Keng sendiri. Peraturan dilkalangan Kang-auw memang keras dan menjungjung tinggi persaudaraan dan kebajikan, maka kalau ayahnya telah berbuat sesuatu kedosaan, cara bagaimanakah dia sebagai seorang anak tidak bersusah hati untuk mencari jalan akan menolongnya" Oleh karena itu, untuk memuaskan dan dapat melampiaskan amarah orang yang dicintainya, Liok Kong rela untuk menggantikan ayahnya akan menebus dosa dan mengorbankan dirinya binasa dibawah gembolan Pek-hoasian-cu Teng Siauw Eng yang justeru menyintainya juga setulus hati dan jiwa raganya. Cinta itu buta, kata suatu peribahasa. Tapi justeru cinta serupa iniah yang kerap kali menerbitkan pengorbanan suci tanpa memperhitungkan segala sesuatu akan untung rugi dikemudian hari. Kedua pihak berpegang pada tugas suci masing-masing yang harus ditunaikan tanpa bantah-membantah atau tawarmenawar pula, oleh karena itu Liok Kong rela untuk Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ menggantikan mati bagi ayahnya, sedang Teng Siauw Eng harus melaksanakan tugasnya tanpa memilih bulu. "Jikalau tidak berjodoh dimasa ini, biarlah kita menjadi suami isteri dilain penjelmaan!" Demilkianlah dengan hati remuk si nona telah menutup peristiwa yang membuatnya sangat putus asa itu. Syukur juga Liok Keng keburu datang, hingga Siauw Eng dapat menyalurkan tututannya terhadap orang tua pribadi. "Ibu!......" Lagi-lagi Liok Kong telah memanggil dengan sekeras-keras suaranya. Kali ini Bun So Giok telah dibikin terkejut oleh suara anaknya itu, hingga dengan hati mencelos ia menampak Liok Kong berdaya-upaya disebelah bawah akan dapat naik keatas genting, tapi ia jatuh mengusruk, jika tidak lekas-lekas bersandar pada pohon didekatnya. "Kong-jie! Jangan bergerak!" kata si nyonya, yang sendirinya tidak boleh bergerak dengan secara tergesa-gesa, jikalau tak mau luka dibadannya menjadi semakin hebat. Liok Kong menengadah dan menampak ibunya mula-mula hendak coba berdiri, tapi kemudian segera duduk pula bagaikan orang yang marasa letih sekali. Oleh karena ini, diam-diam ia merasa bercuriga dan lalu bertanya: "Bu, apakah kau tidak apa-apa?" Bun So Giok mengerutkan dahinya dan berkata: "Kong-jiie, perempuan-perempuan cantik masih banyak sekali terdapat didunia ini, apakah kau takut tidak mempunyai isteri" Segala urusan boleh serahkan pada ibu, dari itu, lekas kau kembali kekamarmu! Aku telah dilukai oleh senjata rahasia dan tak dapat bergerak dengan leluasa!" Mendengar keterangan begitu, sudah barang tentu Liok Kong jadi cemas dan bertanya pula: "Apakah luka ibu tidak parah?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Bun So Giok memaksakan diri tertawa dan menjawab: "Tidak mengapa, aku masih sanggup bertahan untuk tidak dibinasakan oleh bajingan perempuan yang bertubuh terokmok itu!" Pada sebelum Liok Kong membuka mulut, tubuh Say-giokhoan Wan Ho tampak gemetaran saking gusarnya, rambutnya kusut dan terurai diatas kedua bahunya, ia menoleh kebawah pada Liok Kong dan pada Bun So Giok sambil berseru: "Memang benarlah, aku hendak membinasakannya, agar supaya dia tak mampu membuka mulut pula dengan secara tekebur!" Sambil berkata begitu, Say-giok-hoan berlompat keluar kalangan pertempuran sambil menoleh pada anaknya dan berkata: "Siauw Eng, kau boleh ladeni bertempur bajingan tua ini. Kalau nanti aku telah membunuh si bajingan perempuan, niscaya akan kubalik kembali untuk membantu kau !" Siauw Eng mengangguk dan putar gembolannya untuk membuka serangan baru pada Liok Keng, sedang Say-giokhoan meski tuuhnya gemuk, tapi ternyata dapat bergerak sangat gesit, hingga dalam waktu sekejapan saja kedua Pankoan-pit ditangannya telah ditusukkan kearah Bun So Giok dengan siasat Hong-hong-sam-tiauw-thauw, atau burung dewata tiga kali menganggukkan kepalanya. Ketiga bagian urat darah So Giok yang masing-masins bernama Pek-hwee, Siang-seng dan Sin-teng, diserang dengan sekali gus, sehinggga membuat pendekar wanita dari telaga T ong-teng itu terkesiap hatinya. Menurut aturan ia hendak bangun berdiri, tapi lukanya bekas kena senjata rahasia dapat membahayakan dirinya jika ia berbuat begitu. Apak yang harus ia perbuat sekarang", sedang sepasang Pan-koan-pit lawannya telah mendesak untuk mengambil jiwanya" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Ketiga bagian urat darah yang disalurkan tadi, itulah tergolong pada Thay-yang-keng, atau golongan matahari dalam tubuh manusia. Bagian-bagiaat urat darah itu jangankan diserang sedemikian hebat nya oleh senjata-senjata Pan-koan-pit, meski hanya tersentuh sedikit keras saja, sudah cukuplah akan membuat orang itu terluka yang agak parah. Maka Bun So Giok yang melihat datangnya serangan Saygiok-hoan itu sangat ganas dan dahsyat, terpaksa sambil duduk bersila telah menggerakkan kedua-dua telapak tangannya, uantuk menangkis serangan lawannya dengan ilmu Thiat-ciang, atau telapak tangan besi, yang telah dapat dipelajari dari gurunya, Touw Jie Lo-nie dimasa ia masih muda. Ilmu pukulan ini memang khusus diyakinkan untuk bertanding dengan tangan kosong. Say-giok-hoan Wan Ho sama sekali tak menyangka, kalau Tjeng Hong Kie Su Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo serangannya itu bukan merupakan serangan yang istimewa terhadap seorang seperti Bun So Giok ini!. Bersamaan dengan itu, pendekar wanita dari telaga Tongteng itupun telah menggerakkan kedua-dua telapak tangannya untuk menghindarkan diri dari pada serangan-serangan maut pihak lawannya, hingga Say-giok-hoan yang menusukkan Pankoanpitnya dengan sekaligus, dilain saat telah terpental karena, terdorong oleh tenaganya. Hal mana, sudah barang tentu telah membuat Say-giok-hoan terkejut bukan main dan serangan-serangannyapun jauh ditempat kosong. Sementera Pek-hoa-sian-cu Teng Siauw Eng yang sekarang mesti menempur Liok Keng dengan seorang diri saja, dengana cara nekad telah putar gembolannya dan menerjang dengan ganas sekali pada jago tua itu. T api Liok Keng yang sekarang telah melawan bertempur dengan berpedang, lebih-lebih merupakan lawan yang berlipat ganda lebih unggul daripada semula. Oleh karena itu, tidaklah heran kalau seranganTiraikasih Website http://kangzusi.com/ serangan si nona selalu luput, walaupun ia telah melakukan perlawanan dengan sekuat-kuat tenaganya. Selagi kedua pihak sedang sengitnya desak-mendesak untuk merebut keunggulan masing-masing, tiba-tiba Bun So Giok mencelat untuk menyampok tusukan Pan-koan-pit Saygiok-hoan, sambil dengan nekad ia: "Suamiku, lekas kau membantui aku! Aku tidak tahan bertempur dalam keadaan luka begini!" Sesudah berkata demikian, tiba-tiba ia jatuh terjungkal diatas genting, hingga Say-giok-hoan yang melihat lawannya jatuh pingsan, lekas-lekas ia berlompat maju untuk membinasakan jiwa Bun So Giok. Syukur juga pada saat kematian mengancam jiwa pendekar wanita dari telaga T ong-teng itu, tiba-tiba Liok Keng terdengar membentak: "Aku mendatangi!" Dan bersamaan dengan terdrngarnya bentakan itu, sebuah sinar yang berkilau-kilauan telah menyambar kearah Pankoan-pit Say-giok-hoan, hingga senjata itu hampir saja terlepas dari tangan si penyerang, kalau saja, ia tidak lekaslekas mundur untuk menahan rasa sakit yang menyerang dengan secara mendadak pada bagian telapak tangannya. Tatkala Wan Ho memandang dengan teliti, ternyata itulah senjata rahasia T o-beng-kim-koan yang disambitkan oleh Liok Keng dan menyapu Pan-koan-pitnya dengan secara hebat sekali. Kalau tidak, niscaya ia berhasil dapat melukai Bun So Giok yang telah jatuh pingsan itu. Maka bersamaan dengan itu, iapun jadi amat penasaran terhadap Liok Keng dan segera berbalik menerjang kepadanya dengan mati-matian dan berseru: "Bangsat tua! Lekas kembalikan jiwa suamiku!" Begitulah dengan menarik perhatian Say-giok-hoan yang amarahnya sedang berkobar-kobar. Liok Keng telah berhasil dapat menolong jiwa isterinya. Kemudian ia putar pedang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Ceng-hong-kiam ditangannya buat melanjutkan pertempuran dengan kedua orang ibu anak itu. Selagi pertempuran ini masih berlangsung sehingga kedua pihak sukar dipisahkan tiba-tiba Bun So Giok tersadar dari pingsannya dan mendapat suatu akal didalam hatinya, setelah itu ia menoleh kearah Liok Keng dan berseru: "Suamiku, waspadalah akan siasat musuh-musuhmu!" Liok Keng tidak paham akan maksud isterinya yang memperingatinya untuk bersiap-siap. Dari satu kelain jurus, ia meladeni bertempur Say-giokhoan dan Pek-hoa-sian-cu Teng Siauw Eng, hingga tak terasa pula, pertempuran itu telah berlangsung kurang lebih 17 atau 18 jurus lamanya. Teng Siauw Eng yang kepingin lekas mengakhiri pertempuran itu, sehingga tak terasa lagi beberapa banyak genting-genting dibawah kakinya telah terinjak pecah. Sementara Bun So Giok yang selalu memperhatikan gerakgerik ibu anak itu, tiba-tiba menoleh pula kearah Liok Keng sambil memberi isyarat dengan kata-kata: "Suamiku, lekaslah pergunakan jurus He-poan-kang.....! Lekaslah pergunakan jurus He-poan-kang....!" (Jurus He-poankang, atau ilmu me letakkan piring, adalah salah satu jurus yang umum dilakukan pada waktu orang berlatih ilmu silat.........!). Liok Keng yang sedang bertempur dengan sengitnya, mula mula tidak menyadari akan maksud dari pada isyarat ini, maka diwaktu ia berlaku agak lengah, Pan-koan-pit Say-giok-hoan telah menyerang kejurusan urat darahnya yang bernama Imliam-hiat, hingga dengan gugup ia berkelit sambil menyomel pada isterinya: "He-poan-kang...." Apakah kau anggap ini sebagai suatu latihan belaka?" "Goblok!" Bun So Giok balas membentaknya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Oleh karena bukan sedang berlatih, dari itulah aku anjurkan agar kau mempergunakan jurus He-poan-kang itu, kau tahu?" Kali ini Lok Keng baru paham akan maksud isterinya, maka dengan mempergunakan siasat Giok-tay-wie-yauw, atau ban kumala mengelilingi pinggang, ia putar pedang Ceng-hongkiam ditangannya untuk mendesak Say-giok-hoan dan Teng Siauw Eng, sementara dengan khie-kang atau tenaga dalam yang disalurkan pada ujung telapak kakinya, ia telah sengaja memecahkan genting2 dibeberapa tempat. Tapi karena ilmu dalam Liok Seng telah mencapai pada tingkat yang tertinggi, muka biarpun genting-genting itu pecah, tapi sama sekali tidak tampak lobang-lobang dan seakan-akan keadaannya tetap utuh dan tidak terjadi kerusakan apa-apa. Dan tatkala siasat ini telah dilakukannya dengan sebaikbaiknya, barulah pendekar tua itu sekonyong-konyong melakukan desakan dengan secara menggertak kearah dua Iawanya itu, kemudian ia me lompat mundur ..... hingga beberapa belas kaki jauhnya. Tapi Say-giok-hoan yang menganggap Liok Keng sebagai seorang musuh besar pembunuh suaminya, dimanalah ia mau membiarkan pendekar dari telaga T ong-teng itu kabur dengan begitu saja. Maka sebegitu lekasc ia melihat gelegat bahwa musuhnya hendak kabur, lekas-lekas ia mengejar sambil membentak: "Bajingan, hendak kabur kemana kau"!" Dalam keadaan remeng-remeng Serupa itu, pendekar wanita ini tidak memperhatikan akan genting-genting yang sudah hampir hancur dibawah kakinya itu. Maka untuk mempercepat pengejarannya ia telah melompat maju bagaikan angin cepatnya. Tapi, apa celaka ketika baru saja ia mengejar beberapa tindak jauhnya, tibatiba ia rasakan kakinya terperosok diantara genting-genting Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ yang sudah pecah itu, hingga dilain saat dengan satu teriakan ngeri ia jatuh kedalam gedung itu dari bagian genting-genting yang hancur dan merupakan sebuah lobang besar itu. Sedang Siauw Eng sendiri yang menyaksikan kejadian ini, iapun terkejut bukan main dan lekas memukulkan gembolannya kearah Liok Keng, dengan harapan untuk merintangi musuh itu melukai ibunya yang terperosok kedalam rumah tersebut. Liok Keng segera menyampok gembolan itu dengan telapak tangannya sambil berseru: "Kau juga boleh ikut serta turun kebawah!" Sambil berseru begitu, ia telah membarengi mendesaknya dengan juus Gok-hoan-pouw Wan-yo-tui, tendangan- tendangan berantai yang diluncurkannya untuk membikin kacau serangan-serangan si nona. Dan ketika Siauw Eng melompat mundur, betul saja iapun telah masuk perangkap Liok Keng dan jatuh terperosok kedalam rumah dengan, melalui genting-genting yang terinjak dibawah kakinya dan berubah menjadi sebuah lubang besar itu. Anak semang Liok Keng yang mendengar suara ribut-ribut, lebih s iang telah memasang obor dan lalu memburu ketempat mana terdengar orang terperosok dari atas genting kedalam kamar disitu. Mereka segera menutup pintu-pintu dari sebelah luar kamar itu, yang ternyata bukan lain dari pada kamar Perpustakaan dimana Liok Keng semula telah menyimpan pedang mustika yang bernama Ceng-hong-kiam itu. Say-giok-hoan Wan Ho yang melihat ia terperosak kedalam kamar perpustakaan, segera coba menendang pintu untuk dapat meloloskan diri dari s itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Tapi, siapa tahu, biarpun ia menendang pintu sehingga beberapa kali, bukan saja pintu tidak dapat didobrak, malah kakinya sendiri dirasakan sakit bukan buatan. Karena ia sama sekali tidak mengetahui, bahwa daun-daun pintu dalam kamar itu dibuat dari papan-papan besi yang tebal dan kokoh sekali buatannya. Tidak, antara lama Siauw Eng yang terlebih dahulu telah kenak jalan darah Kianceng-hiat dibagian bahunya oleh Liok Keng dari jarak jauh, tela, jatuh juga kedalam kamar itu datam keadaan tidak berdaya. Say-giok-hoan hendak coba menolonginya, tapi ia sendiripun telah kena juga ditotok urat darah Kian-ceng-hiatnya oleh Liok Kong dengan mempergunakan sambitan batu dari jarak jauh, hinnga ia jatuh roboh diatas jubin dalam keadaan lumpuh. Kemudian barulah muncul pendekar tua, yang telah masuk kekamar perpustakannya dengan masih menyekal pedang Ceng-hong-kiam ditangannya. Teng Siauw Eng yang melihat Say-giok-hoan dan ia sendiri tak berdaya, dengan hati tak gentar ia menoleh kearah pendeka tua yang sedang mendatangi kejurusan mereka itu. "Bunuhlah aku" teriak si nona sambil kemudian memejamkan matanya. Dilihat sikap Siauw Eng yang tak berbeda dengan sikap Kouw Bian-sin Teng Tin tatkala terjadi drama pembunuhan yang tidak disengaja itu, hatinya jadi mencelos dan lekas-lekas menarik pulang pedangnya yang hendak dipergunakannya untuk menggertak kedua orang itu. "Lekas bawa lampu!" si pendekar memerintahkan pada anak semangnya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Sebagai seorang ahli silat, anak semang Liok Keng itupun kebanyakan mengerti ilmu silat, walaupun terbilang, sebagai orang-orang yang telah mahir benar dalam ilmu tersebut. Mereka itu sebegitu lekas mendengar induk semang mereka memerintahkan bawa lampu, segera masuk kedalam kamar Perpustakaan dengan membawa obor dan lampulampu, dengan masing-masing, membawa pentungan atau senjata tajam untuk menjaga diri ---oo~dwkz^0^Tah~oo--- BAGIAN KE - 11 TIDAK antara lama, Bun So Giok pun telah muncul juga dalam kamar Perpustakaan itu. Tampaknya ia merasa kurang puas, berhubung Liok Keng tidak mengambil tindakantindakan yang perlu terhadap kedua orang musuh itu. Tapi pada sebelum ia membuka mulut untuk mengutarakan perasaan hatinya yang kurang senang, Liok Keng telah mendahului bertanya pada Teng Siauw Eng yang dianggapnya telah menjadi gara-gara dari pada kerusuhan itu: "Siauw Eng, kamu sebenarnya terikat permusuhan apa dengan kami keluarga Liok?" Bun So Giok yang melihat suaminya mengajukan pertanyaan itu sambil memunahkan totokan ata diri si nona, sudah barang tentu jadi heran dan bertanya: "Apa yang hendak kan perbuat?" "Tidak usah kau mencampuri urusanku," Liok Keng memotong pembicaraan isterinya. "Ada suatu hal yang hendak akan aku tanyakan kepadanya." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Tapi begitu lekas dipunahkan dari totokan jalan darahnya oleh Liok Keng tadi, Pek-hoa-sian-cu segera melompat bangun dan hendak memukul Liok Keng dengan telapak tangannya. Tetapi sebelum sinona melakukan pukulan telapak tangannya, tiba-tiba dari sebelah belakang terdengar suara seseorang: "Siauw Eng .......!" Si nona jadi lemas hatinya, ketika mengetahui hahwa orang yang datang mendadak telah muncul dihadapannya, bukan lain daripada Siauw-thiat-kauw Liok Kong adanya. Oleh sebab itu, dengan hati berdebar keras ia, balas memanggil: "Kong-ko!" Bun So Giok yang merasa sangat gusar dan menganggap bahwa semua kerusuhan ini teIah diakibatkan oleh perbuatan si nona mantu itu, dengan sengit ia mendamprat: "Budak yang hina-dina, apakah arti sikapmu yang berpura-pura itu?" Siauw Eng menoleh kearah pendekar wanita dari T ong-teng itu sambil balas membentakl: "Bukan aku yang bersikap purapura, tetapi dia inilah!" (Sambil ia menunjuk pada Liok Keng). Pendekar tua itu tampak tersenyum dingin. "Teng Siauw Eng," katanya, "seumur aku hidup dan merantau dikalangan Kang-ouw, memang tidak sedikit jiwa yang telah melayang dibawah pedang Ceng-hong-kiamku ini, tetapi semua itu bukanlah semata-mata aku membunuh dengan seenaknya saja. Aku bunuh barang siapa yang melanggar tata tertib dan perikemanusiaan!" Tetapi Siauw Eng dengan mata mendelik dan kertak gigi ia berseru dengan suara menyindir: "Bagus sekali, dan sungguh harus dipuji atas perbuatanmu yang bijaksana dan gagah itu. Padahal orang belum paham akan sikap bajingan dan kebinatanganmu!" Liok Keng yang berdiri tegak disisi meja, dengan amat gusarnya telah menggebrak meja sedemikim kerasnya, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ sehigga singa-singaan batu yang terletak disitu telah jatuh dan hancur berserakan diatas-jubin. Tjeng Hong Kie Su Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Jikalau kau dapat membuktikan perbuatanku sebagaimana apa yang telah kau katakan itu" kata orang tua itu, "aku rela membunuh diri dihadapanmu untuk menebus semua kedosaanku! Yang telah membuatku melukai ayahmu ........!" "Jangan omong kosong!" Siauw Eng memotong pembicaraan orang. "Sekarang cobalah tengok ini!" Bersamaan dengan habisnya diucapkannya, si nona lalu menjambret lengan bayu sebelah kiri, yang lalu dirobeknya ...... hingga terlihat diatas permukaan kulit s i nona yang putih dan halus itu ....... dua baris huruf yang kecil2 dan telah lama tercacah disitu, yang isinya telah membuat Liok-Keng berdiri tertegun dengan sorot mata, yang hampir tidak berkedip. Arti dari pada kata-kata itu mudah sekali dimengerti setiap orang yang membacanya. Orang yang bersenjatakan pedang Ceng-hong-kiam, itulah orang yang telah membunuh ayahmu, menendang mati kakakmu yang laki2 dan mencemarkan kehormatan ibumu. Dari itu jika kau tidak membunuhnya, janganlah kau harap bisa bertemu ayahmu dialam baka. Liok Keng hampir tidak percaya dengan penglihatannya sendiri, tetapi toh arti dari pada kata2 itu tinggal tetap tak berubah. Sementara Bun So Giok yang turut juga membaca hurufhuruf yang dicacah diatas lengan si nona, iapun jadi terbengong sehingga beberapa saat lamanya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Demikian, juga dengan halnya Liok Kong, yang baru saja muncul dalam halaman kamar perpustakaan itu. Oleh sebab itu, tidaklah heran jikaIau keadaan dalam kamar perpustakaan tiba-tiba menjadi sunyi senyap, seolaholah saat itu............ tidak ada orang seorangpun ...... sepi .... hening mencekam. Akhirnya tangan Liok Keng tampak terkulai, hingga pedang Ceng-hong-kiam yang dicekalnya telah jatuh keatas jubin dengan mengeluarkan suara berkerontrangan. "Mana mungkin hal ini terjadi?" kata pendekar tua itu dengan rupa penasaran. "Say-giok-hoan masih hidup segar bugar, maka dimana mungkin?" Teng Siauw Eng yang menyaksikan Liok Keng tampak gugup diam-diam ia menjadi semakim curiga didalam hatinya. Tapi pada sebelum ia keburu membuka mulut, tiba-tiba Bun So Giok telah menyelak dan berseru: "Ini sudah barang tentu suatu siasat semata-mata untuk memfitnah kepadamu!" "Kau jangan mau percaya omongan si budak yang hinadina itu! la tentunya telah menyewa seorang tukang cacah untuk mencacah kata-kata itu dilengannya pada hari kemarin!" Mendengar omongan isterinya, Liok Kong-pun, jadi teringat akan peristiwa yang telah terjadi pada hari kemarin itu. Ia baru saja pada hari kemarin telah keliru membunuh Kouw-bian-sin Teng Tin, yang ia ketahui tidak mempunyai anak laki-laki. Teng Tin baru saja meninggal dunia, tatapi cara bagaimna pencacahan atas lengan si nona dapat dilakukan demikian cepatnya" Lagi pula disitu dikatakan bahwa: Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "itulah orang yang telah membunuh, ayahmu. la telah menendang kakak laki-lakimu dan mencemarkan kehormatan ibumu!" Bukankah ini berarti akan memberi akibat sangat buruk bagi nama baiknya diikalangan Kang-ouw, jika seandainya peristiwa ini sampai kejadian tersiar diluaran. Oleh karena ini, Liok Keng tak dapat tidak turun tangan untuk menyelidiki pokok persoalan yang tidak enak ini hingga keakar-akarnya. Karena tiada asap tanpa apinya yang telah menyebabkan, Siauw Eng begitu memusuhinya "Sungguh licin sekali siasat ini!" kata si pendekar tua dengan suara keras. "Tapi aku tetap tidak mengetahui, sebab musabab yang telah membuat kamu memusuhi aku! Coba kau tunjukan, supaya aku ketahui cara bagaimana mesti bertindak selanjutnya!" "Tidak usah kau berlagak bodoh!" Siauw Eng menuduh. "Orang yang memiliki pedang Ceng-hong-kiam hanya kau seorang. Apakah kau anggap orang-orang dikalangan Kangouw tidak mengetahui ini?" "Bohong......!" Bun So Giok menyelak. la tak tahan tinggal mendengari saja kedua orang itu saling bertengkar. "Kau menuduh bahwa aku telah menyewa tukang pencacah untuk mencacah huruf-huruf ini dilenganku" Siauw Eng membantah, katanya : "cobalah kau tanyakan pada anakmu sendiri, apakah pada malam pengantinan itu, ia Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ tak melihat huruf-huruf ini yang sudah sedari lama dicacah dilenganku" Coba kau tanyalkan kepadanya!" "Kong-jie......!" Bun So Giok menoleh pada anaknya. "Tidak patut kau terpikat oleh si budak hina-dina ini!, sekarang kau boleh bicara padaku dengan cara terus-terang!" "Apanya yang kau katakan aku terpikat orang?" Liok Kong balas membentak ibunya. "Sebagai seorang yang saling bertemu dijalan dan bertujuan untuk menolong yang lemah dan membasmi pihak yang kuat dan lalim, cara bagaimana aku dapat merintangi maksud orang yang hendak menuntut balas?" Bun So Giok berpikir sejenak, kemudian ia berkata: "Kongjie, kau jangan lupa! untuk menolong orang lain yang berada dalam kesukaran, memang patut sekali kita lakukan dengan sekuat tenaga kita, tapi ini bukan perkara biasa yang dapat disudahi dengan begitu saja. Ingatlah, ayahnya baru saja meninggal, ibunya masih segar bugar, tetapi mengapakah dengan tiba-tiba terdapat kata-kata yang dicacah dilengannya itu" Bukankah niat ini telah disediakan dari muka untuk memfitnah ayahmu sendiri?" "Kalau begitu," kata Liok Kong, "cobalah ibu boleh tanyakan persoalan ini pada Say-giok-hoan Wan Ho, hingga kita tak membuang-buang waktu dengan sia-sia saja!" "Itu betul," Liok Keng menyetujui saran anaknya itu. Kemudian ia memunahkan totokan yng telah dilakukannya atas diri Say-giok-hoan dengan menggunakan sambitan batu tadi. Say-giok-hoan yang telah dapat dibebaskan totokannya, lantas ia melompat bangun dan berkata: "Orang she Liok persoalan ini belum dapat disudahi, sebelum kau membunuh diri untuk menebus semua kedosaanmu itu!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Aku bersedia akan berbuat begitu, kalau saja kau sesungguhnya dapat membuktikan kesalahan2-ku itu!" kata Liok Keng sambil tersenyum dingin. Say-giok-hoan yang ternyata bukan orang bodoh, segera mendapat suatu akal untuk coba menjajal sampai dimana ketabahan hati pendekar tua dari T ong-teng ini. Begitulah sambil menunjuk pada Teng Siauw Eng ia melanjutkan bicaranya: "Anak ini bukan anak kandungku! Aku telah menemukannya ditepi jalan dipegunungan K iu-kiong-san pada tujuh belas tahun yang lalu. Waktu itu ia baru berusia 2 th, tetapi cacahan dilengannya itu sudah ada! Disuatu rumah yang terpisah tidak berapa jauh dari tepi jalan itu, aku melihat dua orang laki-laki dan seorang Perempuan luka parah dan mengeletak diatas tanah. Menurut keterangan orang laki-laki yang tuaan dan belum mati itu, bahwa dia itu seorang yang paham ilmu pedang dan ilmu surat. Oleh karena itu, dia masih mampu menerangkan kepadaku, bahwa dia telah me lihat jelas sekali mana pedang yang diperunakan oleh orang yang bertopeng dan telah membunuh mereka serumah tangga. Pedang itu bernama Ceng-hong-kiam. Anak perempuan kecil itu, ketika aku tinggalkan beberapa jam untuk menyelidiki kemana kaburnya orang yang bertopeng itu, memang belum kedapatan dicacah tangannya. Tapi ketika aku balik kembali semua orang telah mati karena luka-lukanya, tetapi anak kecil itu yang masih hidup, ternyata telah dicacah lengannya oleh ayahnya sendiri. Maka untuk bantu melaksanakan tuntutan orang yang telah marhum itu, aku telah pelihara anak itu hingga sekarang ini. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Oleh sebab itu, kau ada alasan apa pula untuk membantahnya?" Siauw Eng yang mendengar penuturan Say-giok-hoan, kedua matanya yang merah segera mengucurkan air mata dan bibirnya bergerak-gerak untuk menahan amarahnya yang sedang berkobar didalam hatinya. Liok Keng lalu menggeleng-gelengkan kepalanya. "Keterangan-keteranganmu itu aku mesti bantah dengan se-keras2-nya,'' kata pendekar tua itu. "Pedang Ceng-hoa-kiam ini telah kusimpan dua puluh tahun lamanya tidak digunakan dan disegel, sedang diwaktu kau menemukan anak perempuan ini, hingga sekarang baru tujuh belas tahun lamanya. Oleh sebab itu, dimana mungkin hal ini terjadi dengan mendahului pada waktu aku menyegel pedangku ini?" Siauw Eng yang tidak mudah mau mengalah mentahmentah, segera menyelak dan membentaik: "Kau boleh bicara menurut pendapat-mu sendiri, tetapi dengan pedang apa kau telah membunuh ayahku pada hari kemarin" Sayang ibuku telah meninggal, kalau tidak, kami ibu dan anak pasi akan mengadukan perbuatan-perbuatanmu yang durhaka itu untuk minta diadili oleh para pendekar dikalangan Kang-ouw!" "Bagus sekali bantahan si budak yang hina dina ini!" Bun So Giok memotong pembicaraan si nona. "Barusan Say-giok-hoan telah mengatakan, bahwa ayah kandumgmu telah meninggal, tetapi mengapakah sekarang mendadak telah muncul pula ayahmu yang baru saja meninggal pada hari kemarin" Aku sungguh kurang paham apa maksudmu!" Teng Siauw Eng yang paham akan kesalahan bicara Saygiok-hoan tadi, lekas-lekas memotong: "Kouw-bian-sin Teng Tin memang bukan ayah kandungku, dialah ayah angkatku. la Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ telah memelihara aku sedari kecil, dari itu, apakah salahnya aku mengatakan dia sebagai ayahku" Sekarang aku berniat akan menuntut balas kepadamu.!" "Nyata kau pandai sekali berdebat!" kata Liok Keng sambil menghela napas. "Pada kemarin malam makanya aku terpaksa menggunakan pedangku yang telah disesel itu, adalah karena kuatir, bahwa musuhku yang datang melakukan penyerbuan kilat itu anak murid atau saudara-saudara Go-bie-kim-teng Cee Tie Siansu, tidak tahunya aku telah keliru membunuh Kouw-bian-sin T eng Tin, yang sebenarnya tidak pernah terkait permusuhan apaapa denganku." ---oo^dwkz-0-Tah^oo--- BAGIAN KE - 12 MENDENGAR keterangan itu, Say-giok-hoan lalu tertawa dingin dan membentak. "Dusta! apakah mungkin orang membunuh orang tanpa disadari atau tidak dengan disengaja, jikalau dia bukan sesungguhnya berniat akan berbuat demikian?" Liok Keng tampak bingung dan terpaksa tinggal membisu. Sementara Liok Kong yang turut menyaksikan sikap ayahnya, diam-diam ia teringat akan peristiwa pada malam pengantinan itu, dimana dihadapan Teng Siauw Eng dengan secara tidak disengaja, ia telah me-nyebut2 nama pedang Ceng-hong-kiam itu. Dari itu, ada kemungkinan Siauw Eng terpengaruh oleh nama pedang itu, sehingga menimbulkan kerusuhan yang akhirnya telah mengakibatkan melayangnya jiwa Kouw-biansin Teng Tin dibawah pedang tersebut oleh ayahnya sendiri. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Oleh karena itu, didalam hatinya ia selalu bercuriga dan bertanya: "Ada apakah sangkut pautnya antara pedang itu dengan diri Siauw Eng ini?" Siauw Eng sendiri tidak mau memberikan keterangan apa2, sedangkan nama pedang itu yang sudah tidak dipergunakan dan disegel oleh ayahnya, hanya diketahui oleh mereka bertiga saja ....... yaitu dia sendiri, serta ayah dan ibunya. Semula Siauw Eng tidak mengetahui, bahwa Liok Keng itulah pemilik pedang Ceng-hong-kiam itu, maka pesta pernikahan tidak sampai batal dan masih keburu dirayakan dengan secara ramai sekali. Tidak tahunya diwaktu pesta pernikahan itu hampir berakhir, tiba-tiba tarjadi kerusuhan sebagaimana yang telah terjadi. Karena berdasarkan tulisan yang dicacah pada lengan Siauw Eng itu, si nona teringat akan tuntutan jiwa terhadap si pemilik pedang Ceng-hong-kiam tersebut, hingga terjadi keributan tanpa dapat dicegah pula. Liok Kong yang mendengar keterangan Siauw Eng berdasarkan riwayat huruf2 yang dicacah pada lengannya itu, ia pun merasa sangat rnenyesal dan malu, bahwa ayahnya telah melakukan perbuatan2 yang sangat tidak baik itu. Maka diwaktu Siauw Eng hendak me lakukan pembalasan itu, Liok Kong telah bersikeras mencegahnya dan rela menjadi sasaran gembolan Liu-seng-houw-jiauw-tui si nona, hingga ia Tjeng Hong Kie Su Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo menderita luka2. Karenanya Liok Kong lebih suka mati, daripada membiarkan ayahnya sendiri dijadikan bulan2-an dari pada pembalasan Siauw Eng yang sangat dicintainya itu. Si pemuda yang melihat ayahnya tinggal bengong dan tanpa mengucap sepatah kata sekalipun, sudah barang tentu jadi amat menyesal dan segera berkata: Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Sudahlah...., sudahlah..... Tidak usah banyak bertengkar pula! Aku tak tahan melihat peristiwa ini terjadi berlarut-larut dihadapanku. Oleh sebab itu, biarlah aku sudahi permusuhan ini dengan jalan mengorbankan jiwaku sendiri!" Sesudah berkata begitu, dengan susah payah Liok Kong telah membalikkan badannya, hendak meninggalkan kamar perpustakaan itu, tapi Bun So Giok lekas2 menahannya dia berkata dengan tergopoh-gopoh, "Kong-jie, sabar dulu!" "Dari pada hidup menjadi buah tertawaan orang," kata si pemuda dengan rupa jengkel, "Bukankah lebih baik aku mati saja, untuk menyingkir dari pada persoalan yang terkutuk ini?" Untuk meredakan amarah anaknya yang keras kepala dan sukar ditundukkan orang, Bun So Giok terpaksa menotok urat darah Liok Kong, hingga si pemuda terkulai dan pingsan, kemudian digotong oleh beberapa orang anak keluarga Liok Kong untuk dibaringkan diatas ranjang. Sementara Say-giok-hoan yang melihat Liok Kong berdiri bengong bagaikan orang yangr kesima, lalu tertawa dingin sambil berrkata: "Orang she Liok, sungguh tidak kunyana, bahwa seorang ayah yang perbuatannya sedemikian mengecewakannya, masih mungkin mempunyai anak yang begitu gagah dan bijaksana! Petang hari ini jika kau masih mempunyai keberanian untuk melanjutkan pertempuran ini, marilah kita boleh segera melanjutkannya, kalau tidak, kami segera akan berlalu dari sini selekas mungkin!" Mendengar omongan itu, Liok Keng jadi menghela napas dan dengan rupa lesu lalu ber-kata2 pada dirinya sediri: "Sungguh tidak kunyana urusan bisa jadi begini rupa! Permusuhan memang harus dapat diakhiri selekas mungkin, tetapi bukan dibiarkan berlaru-larut tanpa habis-habisnya. Oleh sebab itu, biarlah aku membunuh diriku untuk menyelesaikan persoalan yang sulit ini......... " kemudian ia menoleh pada Say-giok-hoan Wan Ho dan melantjutkan bicaranya dengan secara geram. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Aku orang she Liok akan mati karena keliru membunulh Kouw-bian-sin Teng Tin, tetapi tidak ada sangkut-pautnya dengan huruf2 yang dicacah atas lengan Teng Siauw Eng itu. Pendek kata, aku suka bertanggung jawab terhadap apa yang sesungguhnya telah kuperbuat, tetapi menolak keras atas segala tuduhan membuta-tuli yang bermaksud untuk memfitnah dan mencemarkan namaku sendiri!" Tapi ketika Liok Keng hendak memungut pedang Cenghong-kiam yang menggeletak diatas jubin, Bun So Giok lekaslekas menubruk dan menyekal tangannya, akan kemudian merampas pedang mustika yang hendak dipergunakan suaminya untuk membunuh diri itu. "Kau jangan berlaku goblok atau sembarangan percaya, saja segala kabar burung!" memperingati pendekar wanita itu. Pada waktu Say-giok-hoan Wan Ho hendak membuka mulut akan mengejek pendekar kawan dari telaga Tong-teng itu, mendadak ia me lihat secarik kertas yang sangat menarik perhatiannya dan terletak diatas meja, hingga lekas-lekas ia menjemput-nya dengan dua jeriji tangannya akan kemudian diawaskannya dengan sorot mata yang hampir tidak berkesip. "Bu......!, mengapakah kau tinggal membisu saja?" tanya Siauw Eng tatkala menyaksikan paras muka Say-giok-hoan berubah dengan secara mencurigakan sekali. "Jangan sembarangan bergerak dahulu!" kata pendekar wanita yg bertubuh teromok itu. Siauw Eng jadi agak heran melihat sikap ibunya yang begitu tiba-tiba, sebegitu lekas melihat secarik kertas itu. O leh sebab itu iapun berpendapat bahwa kertas yang panjangnya hanya 6 cun dan lebarnya satu cun dan bertulisan beberapa huruf itu tentunya mengandung rahasia apa-apa yang telah menyebabkan ibunya terbengong bagaikan orang yang kesima. Tapi tidak urung ia bertanya jugas "Bu......!, ada urusan apakah?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Say-giok-hoan Wan Ho tidak menghiraukan, tapi segera menoleh pada Liok Keng samibil menunjukkan kertas itu dan bertanya: "Orang she Liok, dari manakah datangnya kertasini?" Liok Keng meski tidak bersenjata pula dan pedangnya telah dirampas oleh istrinya, tetapi ia telah menetapkan pikirannya untuk membunuh diri guna menebus dosanya yang telah keliru membunuh Kouw-bian-sin Teng Tin. Tapi diwaktu mendengar pertanyaan Say-giok-hoan Wan Ho, dengan lantas ia menjawab: "Itulah segel pedang Cenghong-kiam, yang telah kutulis pada 20 tahun yang lalu, ketika aku bersumpah tak akan menggunakan pula pedang itu." "Apakah bicaramu itu benar dan kau tidak berdusta?" Saygiok-hoan Wan Ho balik bertanya. "Say-giok-hoan...!," selak Liok Keng, "aku orang she Liok berani berbuat berani juga bertanggung jawab. Atas telah keliru membunuh Kouw-bian-sin, dari itu sudah sepatutnya aku membunuh diri untuk melunaskan perhutanganku ini. Perlu apakah mesti berdebat dengan secara sia-sia saja?" Kemudian ia menoleh pada Bun So Giok dan melanjutkan bicaranya: "Kalau nanti aku sudah mati, kau harus coba selidiki, siapa yang telah membunuh keluarga Teng Siauw Eng serumah tangga dan membantunya sekuat tenaga untuk laksanakan pembalasan sebagaimana mestinya, barulah aku ditempat baka akan merasa puas dan mati dengan nama baik. Oleh sebab itu, marilah kau kembalikan pedangku itu!" Tapi pada sebelum Bun So Giok membuka mulut, Say-giokhoan yang telah membaca bunyi surat segel pedang Cenghong-kiam itu, lekas-lekas menggerakkan tangannya sambil berkata: "Tahan dulu!" "Sekarang kau hendak bicara apa pula?" pendekar dari telaga T ong-teng itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Aku meski seorang perempuan," kata Say-giok-hoan, "tapi masih mengerti tentang urusan yang salah dan urusan yang benar. Sekarang aku minta penjelasanmu, apakah huruf-huruf ini telah ditulis sendiri olehmu?" "Huruf2 ini yang semua terdiri dari huruf model So-kim-tee dari jaman kaisar Song Hui Cong duduk bertakhta," kata Liok Keng. "Dikalangan rimba persilatan tidak seorangpun yang gemar menggunakannya selain aku seorang." "Apa sebab kertas ini bisa berada diatas meja ini" Lio Keng terbengong sejenak. "Tak ingat aku, mengapa kertas itu bisa berada disitu," sahutnya. Nyata sipendekar tua telah lupa, bahwa diwaktu kertas itu terlepas dari gagang pedangnya ketika ia mengejar Siauw Eng, kertas itu telah ditindihnya dengan singa-singaan batu kumala, yang kemudian telah jatuh hancur karena tidak terasa pula ia telah menggebrak meja dengan agak keras, disaat ia menggempur si nona untuk kedua kalinya. Maka setelah tindihan kertas itu jatuh hancur diatas jubin, selanjutnya orang tidak memperhatikan pula a kan kertas yang termyata menjadi penolong dalam keadaan yang segawat itu. Semua orang yang merasa ter-heran2 melihat sikap Saygiok-hoan karena secarik kertas itu ........, sudah barang tentu menjadi bengong ....... menantikan hal apa yang akan terjadi selanjutnya ...." Siauw Eng dengan muka yang kelihatan tidak sabar lagi, segera bertanya: "Bu.....!, ada urusan apakah yang telah membuat kau bengong begitu rupa ...........?" Tapi Say-giok-hoan Wan Ho tampaknya tidak menghiraukannya, selain bertanya pada Liok Keng" sebagai Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ berikut : "Kertas ni dibuat dari pada kulit kayu murbei, enteng tapi tak mudah pecah. Oleh sebab itu, ia masih bertahan meski sudah 20 tahun lamanya. Apakah bukan demikian halnya, Liok Keng?" Pendekar itu membenarkan. Setelah itu, Say-giok-hoan lalu menunjukkan nya pada Liok Keng, bahwa pada bagian sudut kertas yang sompek itu......sambil bertanya: "Apakah kau ketahui sebab musabab tentang sompeknya bagian sudut kertas ini?" Semua mata segera ditujukan pada bagian sudut kertas yang sompek itu, tapi meski Liok Keng sendiri hampir tidak menaruh perhatian apa-apa atas bagian tersebut. Oleh sebab itu, tidaklah heran jika diapun tidak menyadarinya atas hal ini. "Bagian yang sompek ini," kata Say-giok-hoan Wan Ho: "telah terjadi karena disobek olehku sendiri.........." "Oh......!," kata-kata itu seolah-olah keluar dengan tak disengaja dari mulut Liok Keng suami-isteri. Sedang orang banyak yang berkumpul disitupun jadi semakin heran mendengar keterangan demikian. "Pada tujuh belas tahun yang lampau," Say-giok-hoan Wan Ho mengahiri bicaranya. Liok Keng dan Bun So Giok jadi terbengong dan tidak paham akan maksud dari pada omongan itu. "Bu, apakah katamu!" Siauw Eng menyelak. Say-giok-hoan tidak banyak bicara pula, tapi segera meletakkan kertas itu keatas meja, kemudian menoleh pada si nona sambil berkata: "Siauw Eng, mari kita berlalu!" Keadaan yang tegang itu dengan secara, tiba-tiba telah reda, dan menimlbulkan lain macam persoalan yang agaknya semakin sulit dan sukar dimengerti oleh Liok Keng suami-isteri Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ adalah orang2 yang kerap merantau dikalangan Kang-ouw dan banyak pengalaman ....... telah mereka jumpai mengenai berbagai peristiwa-peristiwa yang aneh-aneh, tetapi peristiwa pada kali ini tidak kurang telah membuat mereka goyang kepala dan sesungguhnya tidak mudah untuk menerka bagai mana duduknya persoalan yang sebenarnya. Dari mereka tak dapat berbuat lain dari pada bengong dengan mata mendelong. Siauw Eng jadi heran melihat muka ibunya dan bertanya dengan rupa yang tidak sabaran: "Bu, apakah tak dapat kau membela untuk membereskan persoalan ini?" Say-giok-hoan Wan Ho tersenyum getir dan merangkul si nona sambil me-ngusap2 rambutnya yang bagus dan berkata : "Nak, kau dan aku telah hidup bersama sampai tujuh belas tahun lamanya, apakah kau masih juga belum paham akan tabiat kau yang se-benar2nya" sekarang mendadak teringat akan sesuatu hal yang telah terjadi pada jaman yang lampau ini, oleh sebab itu, marilah kau mengikut aku pergi. Kita mesti cari orang itu untuk membereskan perhitungan kita dan menanyakan kepadanya mengenai duduk persoalan yang sebenar-benarnya. Karena hal ini ada sangkut pautnya dengan keberuntungan dan kebahagiaanmu dikemudian hari, maka tak dapat tidak harus dibereskan dahulu sebelum aku menutup mata. Mari nak, tidak usah kau banyak berdebat pula!" Pek-hoa-sian-cu sabenarnya, tidak ingin mengikuti ibunya pergi, tetapi karena mengingat akan suatu rahasia yang tentunya terkandung didalam hati Say-giok-hoan Wan Ho maka akhirnya ia terpaksa menurut juga. "Orang she Liok," kata Say-giok-hoan pula, "kini kami hendak mencari seseorang. Kau boleh tunggu hingga kami balik kembali!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Sementara Bun So Giok yang menyangka bahwa ibu dan anak itu hendak mengundang kawan untuk menentukan pihak mana yang lebih kuat dan lemah, dengan satu senyuman dingin lalu berkata: "Tong-teng sianghiap tak akan gentar menghadapi musuh-musuh yang mana juga, meski umpama itu merupakan bantuan untuk memperkuat kedudukanmu sendiri!" Tapi Say-giok-hoan tidak menghiraukannya dan segera mengajak Teng Siauw Eng lekas berlalu dari dalam kamar parpustakaan itu. Tatkala ibu dan anak itu telah berlalu jauh, barulah Bun So Giok merasa agak lega jwa hatinya. T api, bersamaan dengan itu, luka bekas kena senjata rahasia tadi telah menimbulkan rasa sakit yang bukan main hebatnya....... hingga Liok Keng lekas-lekas menyimpan pedang Cengo-hong-kiam kedalam serangkanya, kemudian memondong isterinya kembali kedalam kamarnya. Dan disana ia dirawat dan diobati lukanya sebagaimana mestinya. ---oo^dwka-0-Tah^oo--- Tiga bulan telah lalu dengan tidak terasa pula. Say-giok-hoan dan Teng Siauw En,g yang sedang melakukan perjalanan, tidak terdengar pula kabar ceritanya. Luka-lukanya Siauw-thiat-kauw Liok Kong telah sembuh seluruhnya, Bun So Giok yang kena senjata rahasia, meski lukanya telah sembuh, tapi kakinya menjadi cacad, hingga selanjutnya ia tak dapat berjalan tanpa bertongkat. Selama itu, Liok Keng suami-isteri selalu berjaga-jaga akan kembalinya Say-giok-hoan Wan Ho dam Teng Siauw-Eng, yang pasti akan mengundang kawan yang lebih lihay dan tinggi ilmu silatnya, untuk menentukan mana yang lebih unggul antara pihak mereka berdua. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Begitulah tatkala pada suatu hari Liok Keng tengah memikirkan persoalan ini didalam kamar perpustakaannya, tiba-tiba terdengar suara tongkat Bun So Giok yang selama itu telah biasa didengarnya, mendatangi dari sebelah luar dengan Tjeng Hong Kie Su Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo suara yang agak tergesa-gesa. Dan sebegitu lekas ia menoleh kearah pintu, si nyonya telah masuk dan berkata dengan suara yang gugup: "Suamiku ......, Kong-jie te lah kabur.....!" Liok Keng terkejut dan balik bertanya: "Dia pergi kemana.......?" "Kemarin malam selagi kami bercakap-cakap, ia mengatakan bahwa dia akan pergi menyusul Teng Siauw Eng," sahut Bun So Giok. "Tidak perduli Siauw Eng itu ada dimana adanya." Liok Keng bengong sejenak dan menghela napas. "tahu.......!" katanya, "mereka berdua memang saling menyintai dengan secara mesra sekali!" Tapi si pendekar tua itu tidak mengetahui, kemana anaknya pergi yang hendak menyusul Siauw Eng itu, hingga ia tak tahu apa yang harus diperbuat selanjutnya. Liok Kong yang melihat Siauw Eng tidak tampak kembali, hatinya merasa amat tidak enak dan khawatir, hingga akhirnya ia telah mengambil keputusan untuk pergi menyusul si nona dan kabur dari rumahnya dengan cara diam-diam. ---oo^DewiKZ-0-Tah^oo--- BAGIAN KE - 13 Pada suatu hari ia berhenti disebuah kedai untuk makan minum dan numpang mondok, sambil tidak henti-hentinya mencarikan keterangan dari pemilik kedai itu, kalau-kalau pada beberapa bulan yang lalu ada seorang ibu dan anak Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ perempuannya yang lewat dan berhenti disitu, tetapi pemilik kedai itu tidak dapat memberikan keterangan yang diperlukan itu. Maka sesudah menumpang mondok semalaman, pada hari esoknya ia telah melanjutkan perjalanannya dengan hati masygul..... walaupun itu belum berarti bahwa dia te lah putus asa. Dari satu kelain orang yang dijumpainya dijalanan dan kepada para piokhek-Piokhek yang ia kenal dan kebetulan bertemu. Liok Kong telah coba menyelidiki kemana perginya Say-giok-hoan dan Pek-hoa-sian-cu Teng Siauw Eng, tetapi tiada seorangpun yang dapat menerangkan kemana perginya kedua orang ibu dan anak itu. Liok Kong yang selalu berbesar hati, tidak mudah menyudahi penyelidikan itu setengah jalan, maka sesudah berselang beberapa lamanya ia merantau diluaran, akhirnya ia mendengar kabar dari salah seorang pedagang keliling, bahwa pada tiga bulan yang lampau si pedagang itu pernah bertemu dengan dua orang perempuan ibu dan anaknya disebuah rumah penginapan. Dari keterangan tentang wajah dan pakaian mereka, Liok Kong segera menarik kesimpulan bahwa kedua orang perempuan yang dikatakan si pedagang keliling itu, ternyata cocok sakali dengan keadaannya Say-giok-hong Wan Ho dan Pek-hoa-sian-cu Teng Siauw Eng. "Apakah saudara tidak pernah menanyakan, kemana hendak pergi mereka itu" si Kera Besi Kecil bertanya dengan rupa bernapsu. "Mereka hanya mengatakan, bahwa mereka berdua hendak pergi menyambangi sanak saudara mereka diselatan," menerangkan si pedagang keliling itu. "Mereka tampaknya agak tergesa-gesa, ada kemungkinan mereka hendak menyambangi sanak saudara yang sedang sakit" Liok Kong manggut-manggut, tapi tidak membenarkan atau membantah tentang keterangan atau dugaan si pedagang itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Apakah mereka benar orang-orang yang kau hendak cari itu?" s i pedagang bertanya pada si pemuda. "Rupanya benar mereka," sahut Liok Kong. "T api aku raguragu, apakah mereka sesungguhnya hendak menuju keselatan atau kemana." Maka setelah mengucapkan terima kasih atas keterangan2 itu, si pemudapun me lanyutkan perjalanannya keselatan, meski hatinya masih ragu ...... apakah tujuannya yang diambilnya tepat atau tidak ...... dengan jurusan yang diambil ibu dan anak yang sangat dicintainya. Begitulah dengan tidak mengenal susah dan payah, Liok Kong telah me lakukan perjalanan kesana-sini dengan secara membuta, hingga. tahu2 pada suatu hari ia telah sampai disebuah kedai yang terletak dibawah kaki gunung Heng-san, dimana ia berhenti untuk mengisi perut dan beristirahat untuk menghilangkan sedikit rasa letihnya. Dan seperti juga ditempat-tempat lain yang pernah dikunjunginya, disinipun Liok Kong tak lupa mencari keterangan dari pelayan atau pemilik kedai, kalau2 mereka pernah mendapat kunjungan dua orang ibu dan anak perempuannya, yang wajah dan perawakan tubuh mereka dilukiskan dengan secara jelas sekali oleh si pemuda. Salah seorang pelayan disitu yang mendengar pertanyaan tersebut, dengan lantas menjawan: "Ada.... ada. mereka baru saja beberapa hari yang lalu mampir kesini. Si nyonya tua itu rambutnya sudah putih dan bertubuh agak gemuk, sedang anak perempuannya bertubuh kecil molek dan berparas cantik. Hanya belum tahu, apakah ini benar mereka berdua yang tuan hendak cari!" Liok Kong dangan hati yang ber-debar2 segera menjawah: "Nyata benarlah mereka yang hendak kucari! Apakah kau tahu, atau pernah menanyakan mereka hendak pergi kemana" Si pelayan menggelengkan kepalanya. "Tidak," sahutnya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Aku merasa kurang hormat untuk menanyakan orang sampai seteliti itu." "Sayang......, sayang......!" kata Liok Kong sambiI menghela napas dan pemuda menyesali, hingga tak terasa pula sumpit yang sudah dicekalnya telah diletakkannya kembali diatas meja, "Kau telah mengasih lewat kesempatan yang terbaik untuk menanyakan kemana mereka hendak tuju" gerutunya, se-olah2 berbicara pada dirinya sendiri. Tidak antara lama ia panggil pula si pelayan itu untuk mengambil arak, yang hendak diminumnya untuk meringankan rasa masygulnya. Sesudah duduk makan minum sehingga separuh sinting, tiba2 ia mendengar beberapa orang pelayan naik keatas loteng disitu untuk memberitahukan pada orang banyak, agar supaya mereka suka ber-siap2 akan menyambut kedatangannya Tio Toaya dan anak buahnya. Mendengar kerterangan demikian para tamu segera berbisik2 pada satu sama lain dan bangun berdiri ditepi meja masing2, sebagai tanda menghormat kepada pentolan yang disebutkan namanya oleh para pelayan tadi. Hanya Liok Kong saja yang masih tinggal duduk makan minum dengan pikiran yang kusut. Karena ia tidak mengetahui, setelah ia berlalu dari situ kemana ia mesti menuju untuk menyusul Say-giok-hoan dan istrinya yang sangat dicintainya itu. Oleh sebab itu, ia tidak menghiraukan atas peringatan para pelayan itu. Tatkala dibawah loteng terdengar suara kareta kuda yang dihentikan dimuka kedai itu, dua orang laki-laki yang bertubuh agak besar telah mumcul dari sebelah bawah dan memberi tahukan pada para tamu: "Tio Tao-ya telah tiba....! T io Tao-ya telah tiba....!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Tapi ketika melihat Liok Kong masih saja enak-enakan duduk dan makan minum, mereka tampak kurang senang dan lalu tampil kemuka sambil membusungkan dada dan membentak: "Kau ini siapa, hingga bernyali begitu besar berani tidak mengindahkan kepada Tio Toa-ya?" Liok Kong yang sudah agak sinting, dengan suara lantang lalu menjawab: "Aku tidak kenal siapa Tio Toa-ya itu! Dia bukan sanak atau kadangku, juga bukan handai taulanku, malah dengar namanya-pun baru pada kali ini saja. Dia sama sekali tak ada hubungannya denganku, oleh sebab itu, cara bagamana kalian hendak minta aku mendewa-dewakan kepadanya?" "Kurang ajar benar si anak bawel ini!" kata kedua orang laki-laki itu dengan suara yang hampir berbareng. "Rupanya kau belum kenal betapa lihaynya Toa-ya kami itu. Sebentar jika ia datang, ia bisa menghantam kau sehingga jungkir balik beberapa kali!" Tapi Liok Kong yang tak mudah digertak dan berdarah panas, dengan, lantas ia minum, kering araknya dan bangkit dengan wajah merah karena gusar dan terpengaruh oleh air kata-kata (arak), kemudian ia menuding pada mereka berdua dan membentak: "Sungguh enak sekali kau membuka mulut! Apakah kau anggap aku ini patung atau boneka, hingga begitu mudah dipermainkan orang" Sekarang Paling betul aku lemparkan dahulu kalian berdua keluar jendela loteng ini!" Sambil berkata begitu, dengan gerakan secepat kilat Liok Kong segera melompat maju, hingga kedua orang laki2 itu yang juga tak mau digertak oleh seorang yang mereka anggap masih sangat muda sekali usianya, dengan mata mendelik segera beraksi untuk menyerang si pemuda dari dua jurusan. Tapi Siauw-thiat kauw yang bermata celi dan cukup berpengalaman dalam pertempuran2 dikalangan Kang-ouw, dengan tak ragu2 lagi telah mempergunakan siasat Co-yuhong-goan, atau dikiri-kanan menjumpai mata air, untuk Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ menyekal kedua orang itu dengan sekaligus. Oleh karena gerak Liok Kong yang begitu sebat dan mengagumkan, maka kedua orang itu tidak keburu menyingkir, hingga dilain saat mereka berdua telah terangkat dari atas jubin bagaikan dua ekor tikus yang dijingjing dalam mulut seekor kucing. Tapi kedua orang itu masing2 belum mau mengalah mentah2 dan coba meronta-ronta, ketika itu dari sebelah bawah loteng datang seorang yang berwajah bengis, bertubuh agak gemuk dengan mengenakan pakaian yang terbuat dari pada sutera tersulam dan mewah sekali. Usianya lebih-kurang tiga puluh tahun. la muncul disitu dengan diiringi oleh beberapa orang anak bunahnya. Tatkala Liok Kong, menoleh kejurusannya dan dapat menerka siapa adanya dia itu, ia segera ayun kedua orang yang, diterkamnya dan dilemparkan satu-petsatu kearah orang yang baru datangu itu sambil berseru: "Ini, aku beri hadiah kepadamu" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ GAMBAR - 05 Liok Kong melemparkan dua orang anak buah Tio Toa-ya Kedua orang yang terlempar diudara itu sudah barang tenu semangat mereka dirasakan melayang dan menjerit dengan suara yang mengerikan: "Ya, tolong....!" Tapi sebelum mereka jatuh terbanting di-atas jubin, tiba2 mereka telah tersamber oleh sepasang tangan yang kuat dan dibarengi oleh satu suara: "Bagus sekali!" Dan dilain saat mereka telah dapat ditolong dan diturunkan keatas jubin dengan tiada kurang suatu apapun. Siauw-thiat-kauw Liok Kong telah melemparkan kedua orang itu dengan mengeluarkan tenaga yang bukan kecil, tetapi orang yang disebut Tio Toaya itu dengan mudah telah dapat menyambuti kedua orang bawahannya yang dilemparkan itu tanpa bergerak setapakpun. Hal mana, menandakan bahwa diapun seorang ahli silat yang berkepandaian tinggi tidak dibawah dirinya, karena menganggap bahwa dia sekarang tengah berhadapan dengan seorang lawan yang tangguh, maka iapun lekas-lekas melibatkan ujung bajunya dipinggangnya, sedang kedua lengan bajunya disingsingkan untuk memudahkan ia bergerak selanjutnya. Tapi orang itu sete lah menatap wajah Liok Kong sesaat lamanya, lekas-lekas ia merubah sikapnya menjadi ramah tamah dan memperkenalkan dirinya dengan mengatakan: "Saya yang rendah bernama T io Piu, belum tahu orang-orang sebawahanku telah berbuat apa yang kurang sopan terhadap tuan, sehingga telah menyebabkan tuan gusar kepada mereka?" Liok Kong belum lagi keburu menjawab pertanyaan itu, ketika salah seorang anak buah orang she Tio terdengar membentak: "Anak ini sesungguhnya terlampau berani mati! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Apakah barangkali ia hendak menelad perbuatan ibu dan anak perempuan itu, yang pada beberapa hari yang lampau telah berani menentang Tio Toa-ya?" Siauw-thiat-kauw tampak terkejut mendengar omongan itu, sedang diotaknya segera terbayang cara bagaimana kedua orang ibu dan anak perempuan itu ...... yang tentunya bukan lain dari pada Say-giok-hoan dan Teng Siauw Eng telah dicelakai oleh orang she Tio ini. Lebih2 karena pengaruh alkohol yang telah membuat ia nekat2-an, maka, tanpa memikirkan panjang pula ia segera luncurkan tinjunya, untuk memukul Tio Piu, hingga orang itu segera mundur dan menyembat sebuah kursi untuk dibuat Tjeng Hong Kie Su Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo genggaman dalam pertempuran dengan si pemuda itu. "Dasar orang gila!" bentak Tio Piu sambil mengayun kursi ditangannya untuk menghantam Liok Kong. Sianw-thiat-kauw lekas berkelit dan mengirim satu tendangan kilat, tapi syukur juga Tio Piu telah keburu berkelit dengan segera melompat mundur sehingga beberapa tindak jauhnya, kalau tidak, niscaya ia sudah melosoh dan menderita luka-luka, kalau saja tak membahayakan jiwanya. Sementara anak buah she Tio itu yang khawatir induk semangnya dikalahkan musuh, segera dengan serentak maju mengepung Liok Kong, hingga pemuda itu lekas2 mencabut toya Sam-ciat-kun di pinggangnya, dengan mana ia telah melabrak anak2 semang Tio Piu hingga lari tunggang langgang, dan banyak juga yang menderita luka kena pukul oleh toya si Kera Besi Kecil itu. Tapi Tio Piu yang masih merasa sanggup untuk bertanding satu lawan satu dengan Siauw-thiat-kauw, lekas2 ia kembali pula kedalam kalangan pertempuran sambil menyerukan agar anak buahnya mundur, sedang ia sendiri lalu mengambil pentungan dengan mana ia menerjang pada Liok Kong sambil Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ berseru: "Anak alas.....! Nyata kau tidak sayang pada jiwa sendiri......! Tengoklah senjataku ini.......!" Tapi Liok Kong dengan tidak banyak bicara pula telah putarkan toyanya bagaikan baling-baling cepatnya, untuk pertama-tama mendahului turun tangan akan memukul kepala pihak lawannnya, sedangkan dengan ekor toya itu ia menyapu kaki Tio Piu dengan siasat Kouw-sie-poan-kin, atan pohon tua melibatkan akarnya. Tio Piu yang juga bermata celi, segera ketahui betapa dahsyatnya serangan si pemuda, hingga lekas-lekas iapun telah memutar pentungannya begitu rupa, sehingga ujung pentungan itu saling beradu dengan ekor toya Liok Kong dari sebelah bawah. Brak.........! Lelatu api muncrat kian kemari, ketika kedua pentungan saling beradu dengan amat kerasnya. Tapi karena ekor toya Liok Kong dibuat dari pada besi, maka sudah barang tentu ujung pentungan Tio Piu telah menjadi patah, sedang patahannya mencelat dan hampir saja menghantam salah seorang anak buah orang she Tio itu, kalau saja anak buah itu tidak bermata cukup celi dan lekas2 miringkan sedikit kepalanya. Trang........! Begitulah patahan ujung pentungan itu ahirnya telah menemukan juga mangsanya, yaitu sesetel piring mangkok telah kena dihantam dan jatuh berantakan diatas jubin. "Kurang ajar....!" Tio Piu berseru sambil maju menerjang pula dengan tidak kalah dahsyatnya daripada barusan. Tapi Liok Kong yang ternyata lebih lihay ilmu kepandaiannya, dalam waktu singkat telah berhasil dapat mendesak Tio Piu kesisi langkan yang menjurus kebawah loteng. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Maka sesudah beberapa kali luput meluncurkan pukulannya, akhirnya si pemuda telah mendesak dengan ilmu tendangan berantai yang memang ia sangat mahir, hingga T io Piu jadi kelabakan dan kemudian entah dengan siasat apa, ia berseru sambil meluncurkan satu tendangan kilat, yang ternyata telah membuat Tio Piu bingung dan menjerit: "Cilaka........!" Dan bersamaan dengan diucapkannya kata-kata itu, T io Piu telah terlempar kebawah tangga loteng dan berguling-guling beberapa kali, sebelum akhirnya ia jatuh terlentang dihalaman bawah loteng tersebut. Oleh karena induk semang mereka telah kena dipecundangi orang, maka anak buah Tio Piu pun segera turut kabur dan mengajak induk semang mereka meninggalkan kedai arak itu bagaikan sekelompok lebah yang sarangnya mendadak musnah dihbakar orang. Dalam keadaan begitu, salah seorang tamu yang turut berkumpul disitu telah menasehati si pemuda, agar supaya ia lekas-lekas meninggalkan kedai itu, kalau tidak, Tio Piu dan anak buahnya pasti akan kembali lagi dengan membawa bala bantuan yang lebih kuat dan lihay ilmu kepandaiannya. "Tuan telah dapat mengalahkan Tio Piu," kata orang itu pula. "Tapi tuan belum tentu dapat mengalahkan Su-cow atau kakek gurunya. Pada dua hari yang lampau, disinipun terjadi pertengkaran antara dua orang ibu dan anak perempuannya dengan Tio Piu. Mereka berhasil dapat melabrak orang she Tio dan anak buahnya itu, tetapi mereka sukar mengalahkan Sucouw T io Piu itu ................." "Siapa Su-couw Tio Piu itu. Dan bagaimana nasib kedua orang ibu dan anak perempuan itu?" Tiba-tiba Liok Kong bertanya dengan bernapsu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Kami belum mendengar kabar apa-apa tentang mereka berdua" kata tamu yang usianya sudah agak lanjut itu. "Ada kemungkinan mereka menuju kegunung Heng-san. Karena Couw-su Tio Piu itu adalah seorang hweeshio dikelenteng Kong-hoa-sie, yang pada beberapa belas tahun yang lampau telah merampas kelenteng itu dari orang lain, dan membuang keempat patung Su-tay-kim-kong yang besar kebawah gunung Heng-san disana. Oleh karena hweeshio ini sangat lihai dan tinggi ilmu silatnya, lagi pula dia amat ganas perangainya, maka aku nasehati supaya tuan jangan pergi kesana, kalau saja hanya bersendirian saja". Liok Kong yang mendengar omongan itu diam sudah agak sinting karena meminum minuman keras, segera menganggap bahwa orang tua itu memandang rendah pada dirinya, hingga tidak ampun lagi ia telah mendelikkan matanya dan berseru: "Apakah kau anggap aku seorang pengecut" Kau boleh saksikan bagaimana akan kuhajar si hweesio sombong itu bagaikan anjing hutan yang dihujani pentungan!" Sesudah berkata begitu, lekas lekas ia membayar rekening makananmya dan segera turun kebawah loteng untuk mengambil kudanya yang ditunda dalam istal dihalaman belakang kedai itu. ---o~dwkz-tah~o--- BAGIAN KE - 14 Tatkala itu haripun baru saja lohor, hingga ia masih keburu berangkat kekelenteng Kong-hoa-sie yang terletak disebuah tanah tinggi yang bernama Siong-sham peng, dengan jalan mengikuti dan meminta keterangan dari orang banyak yang lalu lintas dijalan pegunungan Heng-san disitu. Sesampainya dimuka kelenteng tersebut, Liok Kong lalu menambatkan kudanya dibawah sebuah pohon cemara, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ sedang ia sendiri dengan langkah besar dan tergesa-gesa segera mendekati pintu kelenteng yang ternyata sudah banyak rusak dan tidak terawat. Tapi pintu itu ternyata dikunci dari dalam. Oleh sebab itu, si pemuda lalu mengetuk-ngetuk pintu itu sambil memanggil-manggil dengarn keras-keras: "Apakah disana ada orang" Lekas buka pintu......! Lekas buka pintu......!" Dan tatkala dari sebelah sana tidak terdengar jawaban apaapa, Siauw-thiat-kauw jadi uring2an dan lalu mulai mengetuk pintu dengan mempergunakan toya Sam-ciat-kun yang biasa dipergunakannya sebagai senjata dalam pertempuran. Dan dengan menuruti sikapnya tidak sabaran, akhirnya ia telah tendang pintu kelenteng itu sehingga copot dari engselnya, kemudian ia ber-lari2 masuk kedalam dengan hati yang ber-debar-debar dan memanggil-manggil dengan suara keras: "Siauw Eng.......kau ada dimana" Siauw Eng.......kau ada dimana?" Sambil berjalan, Liok Kong telah mengulangi panggilannya dengan berulang-ulang, tetapi ternyata tidak tampak ada orang yang muncul atau menyahuti panggilan-panggilan itu, seolah-olah kelenteng itu tidak ditinggali orang. Selanjutnya ia berjalan masuk kehalaman belakang kelenteng itu, dimana ia mendadak heran karena mendengar suara helaan napas seseorang. Dan tatkala memandang kesekitar halaman disitu, ia melihat disatu tempat Teng Siauw Eng telah terbaring diatas jubin dalam keadaan pingsan, sedang Say-giok-hoan Wan Ho tengah mengadu tenaga khie-kang dengan seorang hweeshio yang usianya agak lanjut, tapi beroman bengis dan bertubuh kuat. Sementara cara mereka mengadu tenaga dalam itu, yalah saling mendorongkan telapak tangan masing-masing sambil berdiri tegak dan tampaknya tidak bergerak sedikitpun. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Sekujur badan Say-giok-hoan basah kuyup dengran peluh. demikian pula dengan dahi dan pilingannya tampak mengucurkan sebesar-besar biji kacang. Keadaannya si hweeshio itu, serupa saja dengan keadaan Say-giok-hoan, meski tampaknya ia lebih unggul daripada pendekar wanita itu. Bagi orang yang tidak paham ilmu silat, cara ini boleh dianggap sebagai cara untuk main2 belaka. Tapi bagi Say-giok-hoan dan si hweeshio bukan main beratnya kalau bertempur dalam cara begini. Karena jikalau sedikit saja orang salah mengatur napas atau keliru menyalurkan tenaga kebagian yang kurang tepat, orang itu bisa jatuh mati dengan menderita luka-luka yang sangat hebat dibagian dalam tubuh. Oleh sebab itu, orang2 yang sedang bertempur dalam cara ini, umumnnya tidak mengeluarkan suara keras seperti juga diwaktu atau sedang bertanding ilmu silat dalam cara keras lawan keras, tapi mereka hanya menghela atau menahan napas, diwaktu penyaluran tenaga dalam dipergunakan untuk menentang atau menangkis tenaga-dalam pihak lawan. Oleh sebab itu, tidaklah heran jika Liok Kong dari sebelah luar tidak mendegar suara ribut-ribut dihalaman dimana kedua orang ahli Lweekang itu tengah bertanding dengan matimatian. Sementara Teng Siauw Eng yang justru siuman dan mendengar Liok Kong memaggilnya, dengan lantas ia bangkit dan menoleh kearah si pemuda sambil balas memanggil: "Kong-ko.......!" "Kong-ko.......!, terlebih dulu kau boleh tolong ibu!'' kata si nona pula, sambil menunjuk kearah Say-giok-hoan Wan Ho yang sedang bertempur dengan hweeshio yang tidak dikenal oleh Liok Kong itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Lekaslah Kong-ko.......!, mereka telah bertempnr lebih dari pada setengah harian dalam keadaan seri. Dan jikalau pertempuran ini masih juga terus berlangsung beberapa waktu pula lamanya, niscaya ibu akan tidak kuat bertahan pula dari desakan tenaga-dalam musuhnya. Oleh sebab itu, lekaslah kanu tolong ibu, Kong-ko.......!" Liok Kong yang memperhatikan wajah Say-giok-hoan yang saben-saben berubah dari merah menjadi biru, sedang napasnya sudah mulai empas-empis karena hampir tak sanggup menahan tenaga Khiekang musuhnya, dengan lantas ia ketahui, bahwa si nyonya pendekar itu akhirnya mungkin juga kejadian kena dikalahkan. Maka sabelum ia menderita luka-luka didalam tubuh, adalah menjadi kewajibannya untuk menolongnya dengan sekuat tenaganya. Begitulah dengan tidak memikir panjang pula, Siauw-thiatkauw segera putar Sam-cian-kun ditangannya sehingga mengeluarkan suara yang menderu-deru, kemudian ia hantamkan toya itu kearah ubun-ubun si hweeshio dengan siasat Thay-san-ap-teng yang gerakannya amat cepat dan berat itu. Ilmu Lweekang Say-giok-hoan sebenarnya telah cukup tinggi dan tidak kurang daripada beberapa belas tahun lamanya ia berlatih dalam ilmu tersebut tetapi sekarang ia dapat kenyataan, bahwa ilmu Lweekang hweeshio lawannya itu masih jauh lebih tinggi dan lebih lilhay dari pada dirinya sendiri. Syukur juga orang ketiga atau Liok Kong telah sampai dan segera memberikan bantuannya ........ kalau tidak, niscaya ia tidak sanggup bertahan meski untuk beberapa belas menit saja lamanya. Tapi si hweeshio yang ternyata tidak gentar menghadapi keroyokan pihak lawan-lawannya, ia sama sekali tidak menarik Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ pulang telapak tanganmya yang mendesak telapak tangan Say-giok-hoan, sedang tangan yang lainnya segera digerakkannya bagaikan gaetan untuk menyambar toya Samciat-kun Liok Kong yang menyambar kearah ubun2-nya. Siauw-thiat-kauw terkejut bukan main dan diam-diam berkata didalam hatinya: "Sungguh dahsyat sekali si kepala gundul ini!" Sambil mengayunkan toyanya, si pemuda telah salurkan Kihiekangnya keujung Sam-ciat-kun itu. Tapi celaka, dilain saat toya itu mudah dihantamkan, ternyata kena disergap si hweeshio sehingga terkandas ditengah jalan sebelum mencapai pada sasarannya. Begitulah dengan sebelah telapak tangannya melawan dan mendesak ilmu Khie-kang Say-giok-hoan, sedang tangan si hweashio yang lainnya menaham toya Liok Kong, toya itu seolah-olah berakar pada telapak tangannya. Si pemuda dengan susah payah mesti berkutet dengan sekuat-kuat tenaganya, untuk dapat muembebaskan toyaxnya Tjeng Hong Kie Su Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo dari dalam genggaman tangan pihak lawannya itu. Tapi karena si hweeshio telah setengah harian bertempur dengan Say-giok-hoan, maka sedikit banyak ia merasa letih juga, hingga sesudah bertahan beberapa saat lamanya, akhirnya ia terpaksa melepaskan juga toya yang dicekalnya itu, yang kemudian dipergunakan oleh Liok Kong untuk mendesak lawan itu keluar dari kalangan pertempuran. Tapi si hweeshio hanya berkelit dan melompat kesatu pinggiran sambil tersenyum dingin dan berkata: "Pin-ceng telah sekian lamanya pantang melakukan pembunuhan. Jika kedua orang itu tidak sengaja datang menimbulkan onar disini niscaya, Pin-ceng tak akan segan membuka seranganserangan ini ................." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Liok Kong tidak paham akan s ikap s i hweeshio yang ramah dan sukar dimengerti itu, tetapi Say-giok-hoan lalu menyelak dan berseru: "Siauw-thiat-kauw, janganlah kau kena diabui oleh sikap pura2 ramah dari si bajingan itu! Dia ini pada sebelum menjadi hweeshio, bukan lain daripada apa yang orang-orang dikalangan Kang-ouw menamakannya Im-hongmo atau si Hantu Cabul. Sifatnya ganas dan licik!" Dan apa yang telah dikatakan si nyonya pendekar itu, nyata telah dibuktikan kebenarannya. Karena ketika baru saja Liok Kong menurunkan toya Sam-ciat-kun ditangannya, tiba-tiba ia telah diserang si hweeshio dengan gerakan secepat kilat. Syukur juga Liok Kong berlaku waspada, kalau tidak, siangsiang ia telah kena dibokong oleh si hweeshio yang curang itu. Maha sambil melompat mundur beberapa tindak jauhnya. Liok Kong segera putar toyanya bagaikan baling-baling cepatnya, kemudian ia maju menerjang dengan dahsyat sekali. Mereka bagaikan dua ekor harimau kelaparan, karena kekalahan yang satu akan berarti mangsa yang "lezat" bagi yang lainnya. Tapi keunggulan si hweeshio membuat Liok Kong segera mendusin, bahwa dia sendiri bukanlah lawan yang setimpal dari si hweshio itu. Lebih2 ketika Say-giok-hoan yang telah mendukung Teng Siauw Eng memperingatkannya dari kejauhan dengan mengatakan: "Siauw-thiat-kauw, kau bukan lawannya yang setimpal! lekas lari," Setelah berkata begitu, Say-giok-hoan lalu mendukung anaknya dan terus melarikan diri dengan mengambil jalan dari belakang kelenteng Kong-hoa-sie itu. Sementara Siauw-thiat-kauw Liok Kong yang khawatir mereka ibu dan anak akan kabur pula kelain tempat, sehingga ia sukar untuk mencarinya pula, maka iapun segera menyabetkan toyanya sehingga beberapa kali kearah atas, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ tengah dan bawah tubuh Im-hong-mo, kemudian mengambil kesempatan selagi si hweeshio berkelit dan mundur kebelakang beberapa tindak jauhnya, ia segera melesat keluar dari kalangan pertempuran untuk mengikuti Say-giok-hoan yang telah melarikan diri terlebih dahulu. Si hweeshio tidak coba mengejarnya, tapi segera duduk bersemadi untuk memulihkan tenaga-dalamnya yang letih dan telah berkurang karena melakukan pertempuran yang amat dahsyat dengan Say-giok-hoan Wan Ho itu. ---o~dwkz-tah~o--- BAGIAN KE - 15 Sekeluarnya dari dalam kelenteng Kong-hoa-sie, Liok Kong lalu minta Say-giok-hoan dan Teng Siauw Eng, menunggang kuda untuk mempercepat perjalanan mereka turun gunung, sedangkan ia sendiri berjalan belakangan untuk melindungi mereka dari kejarannya hweeshio jahat yang terkenal dikalangan Kang-ouw dengan gelar Im-hong-mo itu. Sesampainya dibawah gunung Heng-san, mereka lalu manyewa sebuah kereta, untuk melanjutikan perjalan mereka pulang ke Gosan. "Barusan karena masih sibuk meladeni bertempur dengan si hweeshio jahanam itu, maka tak dapat aku menanyakan sesuatu kepadamu," kata Say-giok-hoan pada si pemuda. "Apakah selama ini ayah dan ibumu ada dirumah?" Liok Kong mengangguk. "ya," jawabnya. "Mereka memang selalu berada dirumah, untuk menantikan kembalimu dengan mengajak kawan yang tinggi kepandaiannya!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Say-giok-hoan tidak melanjutkan pembicaraannya, masih duduk termenung dan sewaktu-walktu menghela napas. Dalam keadaaat begitu, tiba-tiba Siauw Eng memanggil: "Kong-ko...., Kong-ko......" Tatkala Liok Kong menjenguk kedalam kereta, ternyata wajah si nona agak lebih segar dari pada tadi, sedang Siauw Eng yang melihat sorot mata si pemuda yang lemah-lembut dan bibirmya yang selau tersenyurm dengan lantas ia menyekal tangan orang dan berkata: "Kong-ko, aku hampir tak percaya akan dapat berjumpa pula denganmu!" Liok Kong balas menyekal tangan si nona erat2 sambil berkata: "Siauw Eng, telah setengah bulan lamanya, aku merantau dan mencari kalian berdua, tapi syukur juga Thian yang Maha Kuasa masih kasihan kepadaku, maka akhirnya aku menjumpai kau pula dalam kelenteng diatas gunung itu. Tapi cara bagaimana kamu berdua bisa kejadian bertempur dengan hweeshio jahat itu?" "Aku hanya menuruti kemana ibu pergi," sahut Siauw Eng. Tetapi tidak mengetahui apa-apa maksud ibu yang sebenar-benarnya. Ketika kami meninggallkan rumahmu pada petang hari aku telah mengikut ibu buat pergi menyelidiki dimana bersembunyinya seorang yang bernama lm-hong-mo Ciang Sie. Tapi meski mencari kesana-sini sehingga berbulan-bulan lamanya, belum juga kami bershasil menjumpainya. Pada hari kemarin ketika mampir kekedai arak, kami telah bertemu dengan Tio Piu yang kelakuannya sangat kurang ajar, sehingga ibu jadi amat gusar dan bertengkaran dengannya dan beberapa orang-kaki tangannya. Tetapi mereka semua bukan tandingan kami, sehingga kami bertempur bsru beberapa jurus, kami telah hantam mereka sebingga lari Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ tunggang langgang. Dan diwaktu mereka hendak meninggalkan kedai itu. Tio Piu telah sesumbar hendak mengundang Su-couwnya untuk "menundukkan" kami berdua anak dan ibu. "Siapakah Su-conwmu itru" T iba2 ibu bertanya bengis. "Kami akan satroni tempat kediamannya untuk menyapu bersih segala kotoran dunia itu!" "Beliau adalah hweeshio di Kelenteng Kong-hoa-sie di Siong-sham-peng" sahut Tio Piu dengan perasaan bangga. "Dahulu ia dikenal orang dikalangan Kang-ouw dengan nama julukan Im-hong-mo! Jika kau mempunyai nyali, bolehlah kau susul beliau kesana, kalau tidak sia-sia saja dirimu mengantarkanr jiwa kesana!" Oleh karena mendengar nama-gelar itu, Ibu jadi semangkin bernapsu dan lalu mengajak aku berangkat ke Kong-hoa-sie, dimana Ibu telah bertanding sehari semalam lamanya dengan hweeshio itu, saat sesudah ia menangkap gembolanku dan balas memukukan gembolanku kearah bahuku, hingga aku jatuh roboh diatas jubin, hingga akhirnya aku pingsan." Liok Kong mengusap-usap bahu si nona yang terluka bekas terpukul oleh gembolan yang makan tuan itu. tetapi mendadak hatinya merasa kurang enak, ketika memandang pada huruf-huruf yang dicacah pada lengan si nona itu. "Rahasia apakah yang sebenarnya telah terjadi dibalik huruf2 yang dicacah diatas kulit lengan Siauw Eng itu?" si pemuda dengan berulang-ulang bertanya pada dirinya sendiri. Tapi ia tak suka akan kekalutan pikirannya itu diketahui oleh Siauw Eng, sehingga merusak kegembiraan hati s i nona disaat itu. "Hanya atas kasihan Thian Yang Maha Kuasa bagaimana hendak diatur-Nya lelakon hidupku ini!" katanya sebagai suatu hiburan. "Siauw-thiat-kaunw" kata Say-giok-hoan akhirnya, "marilah kita segera percepat perjalanan kita ini!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Untuk maksud apakah kita mesti berbuat begitu?" Liok Kong bertanya dengan hati bercekat. Bukankah dengan begitu, kau berniat juga untuk mempercepat tuntutanmu atas ayah bundaku?" "Tidak usah kau terlalu curiga kepadaku, juga tidak dapat kubenarkan atas sikapmu itu!" kata Say-giok-hoan dengan suara tenang. "Yang benar adalah bahwa aku sangat membutuhkan bantuan ayahmu, karena tanpa mendapat bantuan mereka berdua, tidak mungkin kami menaklukkan si kepala gundul yang keji itu!" Liok Kong tampak masih ragu2 akau kejujuran si nyonya pendekar itu. "Say-giok-hoan," katanya, "apakah kau sungguh2 tidak bermaksud akan menjebak ayah bundaku?" "Seumur hidupku tak pernah aku menipu atau mendustai orang dengan cara2 yang yang keji dan memalukan!" kata Say-giok-hoan dengan rupa mondongkol. "Lagi pula kamu barusan telah menolong, kami ibu dan anak di Kelenteng Kong-hoa-sie, apakah itu belum cukup untuk melunaskan hutang yiwa Kouw-bian-sin yang tewas dalam tangan ayahmu dengan secara tidak sengaja" Persoalan sekarang yang hendak kupinta bantuan ayah bnndamu, bukan lain dari perhutangan jiwa Siauw Eng terhadap orang lain yang harus melunasinya sekarang juga! Apakan kau sekarang paham akan maksudku yang sebenar-benarnya?" Liok Kong jadi bengong mendengar keterangan begitu. "Apakah si hweeshio itu sesungguhnya musuh besar Siauw Eng?" tanyanya ragu-ragu. "Mengenai hal ini," kata Say-giok-hoan, "paling betul kau jangan perdulikan dahulu. karena nanti juga kau akan ketahui duduknya persoalan yang sebenar-benarnya. Tapi yang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ terpenting adalah disamping bantuan ayah bundamu.......... kami akan bantu membersihkan nama baik ayahmu, yang dituduh orang dengan secara membabi-tuli .......... dengan jalan mencacah kulit lengan Siauw Eng dan mengadu dombakan kepadanya dengan ayahmu! ................ Ayoh, mari kita berangkat ke Go-san!" Liok Kong yang telah mulai sadar akan duduknya persoalan yang telah membuat ia menderita pada empat bulan yang lampau itu sudah barang tentu menyambut kabar itu dengan hati geimbira, lebih-lebih ketika mendengar Say-giok-hoan menyatakan kcsediaannya untuk bantu membersihkan nama baik ayanya sendiri. Oleh sebab itu, dimanalah ada aturan untuk menolak kebaikan s i nyonya pendekar itu dengan begitu saja" Pada suatu hari kereta yang membawa ibu dan anak itu telah sampai dimuka gedung keluarga Liok, dimana sesudah menambatkan kudanya, Liok Kong segera masuk kedalam dan menjumpai ayah bundanya sambil berkata: "Ayah.....! Ibu.....! Say-giokhoan dan Siauw Eng telah kembali" Liok Keng dan Bun So Giok kaget bukan buatan mendengar nama2 itu disebutkan oleh putra mereka, tapi berbareng merasa heran juga melihat sikap dan wajah Liok Kong yang penuh kegembiraan dan ber-seri2. "Mereka itu dimana?" Liok Keng mendahului istrinya bertanya. "Diluar......" sahut Liok Kong, "mereka pulang bersamasama aku!" Liok Keng yang mendapat firasat akan terjadinya sesuatu hal yang luar biasa, dengan lantas ia memerintahkan: "Silahkan masuki!" Sebegitu lekas kata-kata itu diucapkan, Say-giok-hoan segera muncul dan memberi horntat pada Liok Keng suamiistri. Tapi sebelum mereka berbicara, terlebih dahulu Wan Ho Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ menoleh pada Liok Keng dan berkata: "Siauw-thiat-kauw, kau boleh ajak Siauw Eng masuk, aku disini ada suatu urusan yang hendak dibicarakan dengan Tong-teng-siang-hiap!" Liok Kong mengangguk dan lalu mengajak Siauw Eng masuk, sedang Say-giok-hoan sendiri lalu duduk dihadapan kedua orang suami-istri yang tampaknya masih bersikap bermusuhan itu. Karena disamping Bun So Giok yang bermuka masam, tangan Liok Keng selalu tidak pisah dari gagang pedang Cenghong-kiam yang setiap hari disorennya, sejak Say-giok-hoan dan Siauw Eng me lakukan kerusuhan dan berlalu sambil ancam mengancam. ''Apakah kamu berdua baik2 saja?" Say-giok-hoan mulai berbicara dengan disusul oleh senyuman getir. "Baik atau tidak, ada apakah sangkutannya denganmu?" selak Bun So Giok dengan suara ketus. Tapi Say-giok-hoan yang tidak bermaksud akan bertengkar, lalu menoleh pada Liok Keng sambil berkata: "Liok Tay-hiap, aku ada suatu urusan yang hendak minta bantuan kamu berdua suami-isteri, untuk menyelasaikannya. Tetapi belum tahu, apakah kamu sudi memberikan bantuan yang aku butuhkan itu?" Liok Keng dan Bun So Giok yang tidak pernah pikir Saygiok-hoan akan mengucap demikian, sudah barang tentu segera merobah sikap mereka dan menjawab: "Cobalah kau tuturkan!'' "Ada seorang yang bernama Im-hong-mo." kata Say-giok Tjeng Hong Kie Su Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo hoan Wan Ho, "apakah kamu pernah dengar atau kenal dengan nama itu?" Liok Keng tiba2 menatap wajah Say-giok-hoan dengan rupa heran dan menjawab: "Orang ini dahulu bersahabat karib Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ dengan Kouw-bian-sin, mengapakah kau berbalik bertanya kepadaku?" Tapi Say-giok-hoan tidak menjawab pertanyaan itu, selain mengatakan : "Orang ini, kini telah menjadi Hweeshio dikelenteng Kong-hoa-sie di gunung Heng-san. Jika kamu berdua istri sudi membantu aku untuk melakukannya, aku pasti akan berterima kasih sekali kepadamu berdua." Tong-teng Siang-hiap yang tidak mengetahui betul duduknya persoalan si nyonya meminta bantuan mereka untuk menindas Im-hong-mo Ciang Sie, sudah tentu saja jadi bengong sesaat lamamya, tetapi Bun So Giok yang belum mempercayai ketulusan hati Say-giok-hoan lalu tertawa dingin dan berkata: "Apakah barangkali kau bermaksud akan memancing kami naik keatas gunung untuk melaksanakan seosuatu maksudmu yang tertentu?" Say-giok-hoan yang mudah naik darah, keruan saja jadi gusar dan berseru: "Bun So Giok, kau buka mulut harus dipikir dahulu! Sudah berapa kali aku menggunakan s iasat keji untuk memperdayai kepadamu?" Tetapi Liok Keng yang biasa menghadapi peristiwa tegang serupa itu, dengan tenang segera menyelak: "Sabar....., sabar......! Kamu berdua tak usah bertengkar. Kami selalu bersedia akan membantu kepadamu, jika persoalanmu itu memang pantas kami bantu. Cobalah kau tuturkan duduk persoalannya dengan sejelas-jelasnya." Say-giok-hoan menghela napas untuk me lapangkan dadanya, kemudian ia merogo sakunya dan menunjukkan secarik kertas, yang ternyata bertuliskan dengan huruf-huruf tipe jaman Song yang pernah ditulis sebagai segel pedang Ceng-hong-kiam oleh Liok Keng. "Tengoklah ini!" katanya. "Secarik! kertas inilah yang telah membuka rahasia permusuhan yang luar biasa ini!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Tapi Liok Keng suami-istri masih tinggal tetap kurang paham, mengenai pembeberan rahasia permusuhan yang dikatakan Say-giok-hoan berdasarkan segel pedang Ceng-hogkiam itu. "Rupanya kamu berdua masih belum paham juga akan maksudku itu" kata Say-giok-hoan. Dan sesudah ragu2 sesaat lamanya, akhirnya ia melanjutkan juga: "Jika dipikir, persoalan ini sesungguhnya sangat memalukan sekali. Tapi apa mau dikata, aku perlu menjelaskan juga duduk persoalannya, setelah sekarang aku sadar, bahwa kita berdua berada dipihak yang telah diadudomba-kan orang lain. Demikianlah asal-mula terjadinya persoalan tersebut." Pada delapan-belas tahun yang lampau, Say-giok-hoan Wan Ho dan suaminya Koaw-bian-sin Teng Tin telah berdiam dilereng gunung Kiu-kiong-san, dimana kerap berkunjung orang2 gagah dari golongan Kang-ouw hitam. Diantara sahabat karib Teng Tin, terhitung juga Im-hongmo Ciang Sie, yang dijaman itu masih menjadi seorang perampok yang sangat ditakuti dan terkenal keji. Im-hong-mo Ciang Sie ini diam-diam menyintai Say-giokhoan Wan Ho, tetapi sampai sebegitu jauh dia tak pernah mengutarakan rasa cintanya dengan secara terbuka karena disamping mempunyai rasa segan pada Kouw-bian-sin Teng Tin, iapun khawatir kalau nanti Say-giok-hoan menolak kecintaannya itu. Pada setahun kemudian, Say-giok-hoan telah melahirkan seorang anak perempuan, yalah Teng Siauw Eng, yang kemudian terkenal dikalangan Kang-ouw dengan nama julukan Pek-hoa-sian-cu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Im-hong-mo Ciang Sie yang selalu tidak dapat melupakan Say-giok-hoan yang sangat dicintainya, kemudian mendapat suatu akal untuk mencelakai Kouw-bian-sin Teng Tin dengan jalan "Lempar batu sembunyi tangan", yaitu dia yang berbuat, Kauw-bian-sin yang menanggung risikonya. Mula-mula ia minta maaf sebesar-besarnya dan minta supaya Kouw-bian-sin suka, berjanji, akan tidak mengambil tindakan sesuau terhadap diri orang yang menghianatinya, karena hal ini ada sangkut pautnya dengan sesuatu perkara yang memalukan, yang menurut pendapatnya masih bisa dimaafkan, dari pada kalau nanti ia mengambil tindakan menurut kegusaran rasa hatinya. Dan tatkala Kouw-bian-sin menanyakan rahasia apa yang disampaikan kepadanya, dengan terlebih dahulu berjanji akan menutup mulut meski dia dihukum mati, Im-hong-mo lalu membisiki ditelinganya bahwa Say-giok-hoan telah....... melakukan perhubungan rahasia dengan laki-laki lain, hingga dari hasil hubungan itu diperoleh Siauw Eng sebagai "hasilnya". Kouw-binan-sin Teng T in mendengar pengaduan palsu itu, sudah barang tentu jadi sangat gusar dan berniat akan coba menanyakan hal ini kepada sang istri itu, tapi karena ia seorang yang takut istri lagi pula telah mendapat "peringatan halus" dari Im-hong-mo Ciang Sie, maka ia hanya bisa marah didalam hati, tetapi tak kuasa akan menghilangkan rasa penasaran itu dengan kata-kata. Oleh sebab itu, sejak waktu itu dan se lanjutnya, ia menjadi dingin sekali dalam hubungan sebagai suami-istri dengan saygiok-hoan dan sebagai ayah-anak dengan Siauw Eng, yang sebenarnya adalah anaknya sendiri. ---o~dwkz ah~o--- Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ BAGIAN KE - 16 - TAMAT Pada suatu waktu Siauw Eng telah hilang dari rumah keluarga Teng, hingga Say-giok-hoan jadi amat chawatir dan mencarinya kian-kemari dengan sia2, sedang Kouw-bian-sin yang diberitahukan tentang kejadian ini, menyambut "berita tegang" dengan secara adem dan tenang, "Anak itu toh bukan anakku sendiri," pikirnya, "buat apakah aku memusingkan untuk pergi mencarinya?" Melihat sikap Teng Tin yang sedemikian ademnya itu, Imhong-mo lalu pura2 menyatakan kurang senangnya dihadapan Say-giok-hoan, dengan mengatakan bahwa T eng Tin itu sama sekali tidak mempunyai rasa kasih sayang kepada anaknya sendiri. Tapi si nyonya pendekar ini tidak sadar, jika Ciang Sie tengah memasang siasat untuk merenggangkan kecintaan antara kedua suami-istri itu. Pada lain waktunya Siauw Eng yang memang telah dilarikan oleh Ciang Sie dan dicacah lengannya dengan kata2 yang bermaksud mengadu dombakan pihak lain, telah diketemukan oleh Say-giok-hoan dibawah kaki gunung ketika ia justru hendak melanjutkan usaha untuk mencari anaknya yang hilang itu. Tapi alangkah herannya si nyonya itu, ketika melihat tulisan dicacah pada lengan anak perempuan itu. "Ini tentunya bukan anak kita!" kata Kouw-bian-sin. Tetapi Say-giok-hoan lalu mendampratnya dengan kata-kata yang pedas sekali, bahwa hanya seorang bapak yang tidak mengenal kewajiban dan acuh tak acuh, t idak mengenal pada anaknya sendiri. Sedangkan ia yang menjadi ibu kandung dan telah melahirkannya, dimanakah ada aturan tidak dapat mengenali pada anaknya sendiri" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Itulah pada waktu itu juga, ketika selanjutnya pertengkaran2 kerap terjadi dirumah tangga Kouw-bian-sin, hingga Teng T in tampaknya tidak "kerasan" berdiam dirumah lama-lama. Maka sejak itu ia lebih suka keliaran diluaran dengan kawan-kawannya dari golongan Kang-ouw hitam, dari pada bercampur gaul dengan orang-orang gagah yang baikbaik. Selama ini Ciang Sie kembali telah menimbulkan kesulitan pula dengan jalan diam-diam mencuri pedang Ceng-hongkiam dari kamar perpustakaan Liok Keng, yang sebenarnya telah disegel dengan mempergunakan secarik kertas yang dibuat dari pada kulit kayu pohon murbei. Pedang ini yang diserahkannya pada Teng Tin sebagai hadiah dari seorang sahabat, denggan kertas segelnya masih tinggal tetap melekat pada-gagang pedang tersebut. Petang hari itu selagi ia hendak coba mencabut pedang itu untuk diperiksa, dengan surat segelnya diletakkan diiatas meja, tiba-tiba dari sebelah luar terdengar derap kaki Saygiok-hoan yang menuju kejurusannya, hingga lekas2 ia sembunyikan pedang itu dibawah kasur. Sementara ini nyonya yang berjalan masuk dan melihat secarik kertas bertulisan terletak diatas meja, lalu menjumputnya dan hendak coba membaca apa bunyinya, tetapi Kouw-bian-sin Teng Tin lekas-lekas merampasnya dan berkata: "Aiii......, ternyata aku telah kelupaan meletakkan kertas itu diatas meja!" Tetapi Say-giok-hoan yang belum dapat membaca apa bunyinya, sudah banang tentu jadi sangat Penasaran dan segera menjambretnya, sehingga sudut kertas itu sompek, tetapi telah keburu dilarikan Teng Tin sebelum dapat dibaca apa isinya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Lelaki sialan!" seru Say-giok-hoan dengan perasaan cemburu dan segera coba mengejar Teng Tin tetapi Kouwbian-sin terlebih siang telah menghilang ditelan kegelapan. Oleh sebab itu, dengan hati mendongkol si nyonyapun masuk kembali kedalam rumah, dimana ia hampir bertubrukan dengan Im-hong-mo Ciang Sie, yang ternyata dari tadi bersembunyi diatap rumah dan mendengarkan kedua suamiisteri itu saling rebutan kertas segel pedang Ceng-hong-kiam yang dihadiahkannya pada Teng Tin untuk melaksanakan siasat busuknya. Maka dengan berpura-pura menjadi juru pemisah, si bajingan itu telah berkata: "Ada apa ini ribut-rilbut?" "Barusan Kouw-bian-sin telah melarikan secarik kertas yang kebetulan terletak dimeja dan aku hendak baca apa bunyinya," menerangkan Say-giok-hoan. "Apakah kiranya ada rahasia sesuatu didalamnya, sehingga ia begitu ketakutan, dan melarikan secarik kertas itu dengan ter-gesa2" Ciang Sie menyeringai sambil mengerlingkan matanya. "Ya memang tepat sekali anggapanmu itu." ia coba membakar hati si nyonya. "Jangankan terhadap kau yang menjadi isterinya, sedangkan terhadap akupun yang menjadi sahabat karibnya, tampaknya ia adem sekali. Ini tidak heran. Tentu ada udang dibalik batu!" Say-giok-hoan yang kurang cerdik dan mudah ditipu orang, benar-benar saja timbul anggapan yang bukan-bukan terhadap suaminya itu. "Ada kemungkinan dia mempunyai hubungan gelap dengan perempuan lain," kata si nyonya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Karena beberapa waktu ini tampaknya ia tidak tinggal tinggal dirumah." "Jamak....!, jamak....!" kata Ciang Sie. "Kaum pria memang laz imnya begitu!" Tetapi ia segaja tidak tinggal lama disitu dan segera meminta diri dengan laku hormat yang di-buat2. Ditempat gelap tidak berapa jauh dari rumah itu, barusan ia melihat Kouw-bian-sin dengan, tidak disengaja menjatuhkan secarik kertas, yang rupanya telah dibikin jatuh tanpa terasa olehnya. lm-hong-mo menjemput secarik kertas itu, yang ternyata bukan lain daripada segel pedang Ceng-hong-kiam, yang lalu disimpan kedalam saku bayunya. Diwaktu hendak berlalu, tiba-tiba ia mendengar Say-giokhoan disebelah dalam mengomel dan menggebrak meja: "Aiii...., dasar lelaki sialan! katanya ia telah menyembunyikan sebilah pedang dibawah kasur ! Rupanya dengan pedang inilah ia hendak menghabiskan jiwaku ! Ka lau nanti ia pulang, mesti tanyakan hal ini dengan se-jelas-jelasnya !" Sementara Im-hong-mo Ciang Sie yang mendengar omongan itu, tiba-tiba timbul suatu siasat keji didalam hatinya. Maka sambil menunjukkam senyuman iblis dibibirnya, ia mencelat keatas genting dan menantikan disitu sampai Saygiok-hoan membawa bayi Siauw Eng kelain kamar, kemudian ia masuk dengan diam2 dan membawa pergi pedang itu untuk kemudian dikembalikan ketempat asalnya dikamar perpustakaan Liok Keng, dengan segelnya dilekatkan kembali pada gagang pedang tersebut ! "Dengan berbuat begini," pikir s i penjahat didalam hatinya, "Kouw-bian-sin suami-isteri akan berantakan, sedang si tua bangka Liok Keng yang menjadi musuh keturunan kawan2ku Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ dikalangan Kang-ouw hitam, akan menerima pembalasan dari anak perempuan itu di kemudian hari! Oleh sebab itu, Tjeng Hong Kie Su Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo bukankah ini merupakan siasat dengan sekali tepuk memperoleh tiga ekor lalat ! Hi...., hi...., hi.... Hi..., hi..., hi... !" (Si bajingan tertawa girang untuk keruntuhan pihak saingan dan musuh-musuhnya). Oleh karena akibat dari pada s iasat busuk Im-hong-mo itu, hampir saja kebahagiaan dua rumah tangga hancur lebur, sedang Say-giok-hoan yang sangat dicintainya, akhirnya tinggal tetap menjadi isteri Koww-bian-sin Teng Tin, setelah kemudian ia sadar dan mengetahui, bahwa ia telah diadudombakan oleh sahabat yang palsu itu. Sementara Im-hong-mo Ciang Sie yang kemudian khawatir akan pembalasan dari musuh-musuh-nya, segera kabur kelain tempat dan akhirnya meajadi hweeshio dikelenteng Kong-hoasie yang telah dirampasnya dengan secara kekerasan itu. Hweeshio yang ada disitu dibunuh mati seluruhnya, sedang harta benda Kelenteng itu dikangkangi sabagai miliknya pribadi. Demikianlah singkatnya penuturan Say-giok-hong itu. "Sesudah sekarang kami mengetahui salah dan kembali pada jalan yang benar," kata si nyonya pendekar itu, "apakah kiranya Tong-teng siang-hiap berdua akan membantu usaha kami untuk menuntut balas pada Im-hong-mo Ciang Sie dam berbarengan membersihkan nama Liok Tay-hiap dari tuduhan rekan-rekan dikalangan Kang-auw?" "Nyata persoalan telah ber-belit-belit sedemikian rupa !" kata Liok Keng sambil menghela napas, "aku sama sekali tak menduga, bahwa dibelakangku masih saja ada musuh-musuh yang hendak menikam dengan senjata secara gelap" "Kalau demikian duduk persoalan-nya," kata Bun So Giok yang tidak berbeda dengan seorang yang baru sadar dari impian, "aku menyatakan bersedia untuk membantu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kepadamu, tidak peduli hal apapun yang akan terjadi atas diriku !" "Tidak usah kau turut campur!" kata Liok Keng. "Karena aku scorang-pun rasanya sudah lebih dari cukup !" Siauw-thiat-kauw Liok Kong dan Pek-hoa-sian-cu Teng Siauw Eng yang ternyata mencuri dengar pembicaraan itu dan balik kere, dengan lantas mereka keluar dengan serentak dan berkata : "kami berduapun akan turut juga naik keatas gunung untuk menggempur si Hantu Cabul itu! " ---o~dwkz ah~o--- Begitulah sete lah beristirahat semalaman, pada hari esoknya Say-giok-hoan Wan Ho kembali ke kelenteng Konghoa-sie digunung Heng-san, dengan di-iringi oleh Liok Keng suami-isteri Liok Kong dan Teng Siauw Eng, yang semuanya berjumlah lima orang. Karena sebelum berangkat, Liok Kong telah menduga dari awal, bahwa Im-hongmo Ciang Sie yang mengetahui Say-giokhoan dan kawan2 akan balik kembali guna membikin pembalasan, sudah barang tentu akan mengumpulkan juga murid-muridnya, antara mana tidak ketinggalan Tio Piu dan kaki tangan serta anak semangnya, yang sama-sekali berjumlah tidak kurang beberapa puluh orang banyaknya. Tapi mereka semua dianggap remeh dan gentong2 nasi belaka oleh Teng Siauw Eng dan Liok Kong. Yang kemudian telah disapu bagaikan orang yang menyapu daun-daun kering dari halaman rumah. Dengan menyampingkan peristiwa2 yang kurang pentig, sekarang kita curahkan perhatian kita dari penggerebekan besar2-an yang dilakukan oleh Liok Keng dan kawan-kawan itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Gambar - 06 Liok Kong dan kawan-kawan mengepung Im-hong-ma Ciang Sie dengan serentak. Dan tatkala Tio Piu dan beberapa banyak murid-murid Imhong-mo Ciang Sie telah terbinasa dan luka-luka, maka pengepungan sekarang dialihkan pada diri Ciang Sie seorang, yang ternyata amat gigih dan tidak gengtar dikeroyok oleh sekian banyak musuh2 kawakan seperti Liok Keng, Say-giokhoan, dan yang lain-lainnya. Dengan Pan-koan-pit ditangan Say-giok-hoan telah menuding lm-hong-mo Ciang Sie sambil membentak : "Hai....! bajingan besar ! Pada tujuh-belas tahun yang lampau kau telah mengatur s iasat busuk untuk merusakkan rumah tangga kami, sakit hati mana hingga kini belum juga terbalas himpas ! Maka dengan kembalinya kami sekalian pada hari ini, kau tentu paham akan maksud kami sekalian !" Tapi Im-hong-mo Ciang Sie yang selalu berbesar hati dan tak pernah mundur setapakpun dalam pertempuran, dengan tertawa ter-bahak2 menjawayb: "Bagus....., bagus........! Aku Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ paham akan maksud kalian, yakni me lakukan keroyokan dengan secara pengecut! " Maka kelima orang itu yang semula memang sesungguhnya hendak megepung Im-hong-mo dari segala jurusan, beberapa diantaranya segera melompat mundur dengan perasaan tidakenak. "Baik......., baik........., kata Liok Keng, "sekarang kau boleh pilih siapa diantara kita ber-lima yang hendak kau coba kelihayannya!" "Tidak usah berlaku sungkan, kawan!" kata Ciiang Sie dengan suara menyindir. "Kalau aku menjadikan, tentunya akan kukatakan Ini dialah lawanmu!" "Masalah begitu goblok dan tolol akan melawan anak2 yang baru disapih" Liok Keng gusar bukan buatan, hingga dengan menghunus pedang Ceng-hong-kiam ia tampil kemuka untuk menyerukan yang lain-lainnya untuk mundur, sedang ia sendiri lalu menudingkan pedangnya pada si hweeshio sambil membentak: "Tengok! Inilah pedang yang kau pernah curi dan akan mengambil jiwamu dalam beberapa detik! " Sambil berkata begitu, si pendekar tua segera menerjang, pada Im-hong-mo Ciang Sie yang lalu mencabut Jwan-pian dari pinggangnya, yang diwaktu ia dikepung tadi tidak pernah dipergunakannya. Dan sekarang dengan senjata itu ditangannya, ia bertempur dengan Liok Keng bagaikan singa kelaparan yang sedang menghadapi mangsanya. Tapi liok Keng yang telah berpengalaman dalam pertempuran2 dengan jago2 Silat dikalangan Kang-ouw, dengan sikap yang tenang telah memutarkan pedangnya untuk meladeni bertempur dengan si hweeshio, Sehingga Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ dilain saat orang hanya melihat dua tubuh manusia yang berkelebatan kekiri dan kekanan, keatas dan kebawah, hingga semua orang jadi kagum menyaksikan ilmu kepandaian kedua jago kawakaan yang, sedang menguji tenaga masing-masing ......... yang satu lebih gesit daripada yang lainnya, sedangkan yang lainnya pula dapat bergerak bagaikan seekor kucing lincah dan entengnya. Kian lama pertempuran itu kian bertambah cepat, hingga akhirnya......hampir sukar dibedakan, yang mana Liok Kong dan yang mana Ciang Sie. Dan tatkala pertempuran berlangsung kira2 seratus jurus lamanya, tiba2 diantara berkelebatnya sinar pedang Cenghong-kiam terdengar suara jeritan yang mengatakan: "Liok Keng! binasalah aku sekali ini!" Dan bersamaan dengan habisnya suara itu, Im-hong-mo Ciang-Sie jatuh roboh dengan tubuh mandi darah. Karena diwatu ia hendak menangkis pedang Ceng-hongkiam yang diluncurkan ke-ulu hatinya, Jwan-piannya telah kutung menjadi dua potong, hingga ujung pedang Liok Keng telah mengenakan sasarannya dengan secara tepat sekali. Hal mana sudah barang tentu telah membuat Say-giokhoan dan yang lain2nya bersorak karena amat gembiranya. Demikianlah lm-hong-mo Ciang Sie yan,g berselimut hweeshio untuk menipu musuh2-nya, pada akhirnya telah menerima juga ajalnya diujung pedang Ceng-hong-kiam, hingga sebuah bintik baru telah nampak bertambah diatas badan pedang tersebut! Dan inilah akan merupakan bintik yang terakhir!" kata Liok Keng dengan tubuh basah kuyup karena berpeluh. "Karena setelah ia berjasa membunuh hweeshio tetiron itu, iapun berjasa pula dalam mengakhiri drama permusuhan yang luar biasa ini!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Dengan begitu," Bun So Giok menambahkan, "segala sesuatu telah berakhir dengan selamat hingga kita boleh kembali ke Go-san untuk merayakan pesta selamatan untuk kedua kalinya!" Sementara Teng Siauw Eng yang masih ragu akan hal ihwal dirinya, dengan lantas menghampiri pada Say-giok-hoan dan bertanya: "Ma, benarkah aku ini anak kandungmu?" Say-giok-hoan lalu memeluknya dan menjawab: "Siapa bilang kau bukan anak kandungku?" Siauw Eng bersyukur didalam hati dan mengucurkan airmata saking girangnya. Sinar matahari baru saja condong kebarat, ketika mereka dengan beramai-ramai meninggalkan Ciang Sie dan murid muridnya yang bergelimpangan disana sini. Semua orang tampak gembira, tetapi jauh lebih gembira dengan apa yang terasa dalam hati sepasang kekasih itu: Siauw-thiat-kauw Liok Kong dan Pek-hoa-sian-cu Teng Siauw Eng. T A M A T Biang Ilmu Hitam 4 Wiro Sableng 048 Memburu Si Penjagal Mayat Utusan Dari Negeri Leluhur 1