Bocah Sakti 11
Bocah Sakti Karya Wang Yu Bagian 11 sama dengan Lo In. ternyata si bocah begitu akur dengan enci Liannya. Demikian Kim Wan Thauto berkata-kata dalam hati kecilnya selama berhadapan dengan Eng Lian. Lo In di lain pihak sangat senang hatinya karena enci Liannya tidak mengecewakan baik dalam kepandaiannya yang istimewa maupun dalam ucap katanya kepada orang yang dipecundangi olehnya. "Enci Lian, kaujangan enak-enakan duduk. Ada kerjaan yang meminta bantuanmu " kata Lo In tiba-tiba. "Adik In, kau kejam menegur encimu selagi makan." sahut Eng Lian mesem. Lo In ketawa nyengir. "Bukannya kejam. Enci Lian, hayo tolongi orang " "Kau sendiri dapat menolongnya, kenapa mesti minta bantuanku ?" Lo In kerutkan keningnya. "Baiklah, siapa yang kuharus tolong ?" kata Eng Uan ketawa melihat adik In- ny a seperti mendongkol. "Enci Lian berlagak pilon lagi-" kata Lo In nyengir seraya menunjuk Tan Him dan song Cie Liang yang masih rebah di lantai dirubung oleh saudara-saudaranya Eng Lian bangkit dari duduknya lalujalan menghampiri dua korban totokannya. Ia berkata ada Kie Giok Tong, "Lopek, bicara terus terang, kalau aku masih jadi siancu, kedua paman ini jangan harap sekarang masih bisa bernapas." "Nona Lian, kenapa kau begitu marah kepada mereka ?" tanya Kie Giok Tong. "Lantaran aku tidak sengaja menggebrak meja." sahut si nona. "sayur menyiram bajunya mereka. Rupanya mereka tidak senang terus-terusan, matanya selalu melotot kalau berpaling ke arahku, siapa tidak jadi dongkol " Aku toh sudah memohon maaf, bukan " Dengan sedikit kepandaian, aku bikin mereka tahu rasa " Kie Giok Tong sekarang baru tahu duduknya urusan, si nona tidak terlalu disalahkan dalam tindakannya, karena saking gemasnya ia dipelototi terus menerus, Ia sesalkan perbuatan dua saudaranya., "Nona Lian, biarlah aku lebih dulu minta maaf atas kekasaran saudara-saudaraku. Kapan mereka sudah bebas dari totokan akan kusuruh mereka minta maaf pada nona. sekarang, tolonglah nona bebaskan mereka dari totokan." Belum habis Kie Giok Tong berkata, Tan Him dan song cie Lian sudah mendapat kebebasannya. Tampak Eng Lian hanya mengetuk jidatnya masing-masing, mie yang menempel dijidatpada copot melompat dan dua saudara dari suyangtin Ngo-houw kontan bebas dari totokan. Rupanya mie yang nempel tadi merupakan kunci dari totokan Eng Lian karena ketika si nona ketuk jidatnya orang dan mie copot dari melekatnya, lantas saja Tan Him dan song cie Liang dapat kembali kemerdekaannya. Lo In bukannya tidak bisa membebaskan totokan Eng Lian meskipun dengan lain caranya. Ia sengaja mengaku tidak bisa karena ia ingin orang minta pertolongannya Eng Lian, supaya Eng Lian mendapat nama dan dihormati seperti Bwee Hiang. sebelumnya ia telah majukan syarat, maksudnya supaya Lima Harimau dari suyangtin tidak mendendam kepada enci Liannya. Ia tidak mengira kalau Kim Wan Thautojuga mau coba-coba kepandaiannya Eng Lian. Syukur enci Liannya menyimpan kepandaian hebat hingga kembali menggirangkan hatinya si bocah melihat Kim Wan Thauto dapat ditakluki oleh Eng Lian. Melihat dua saudaranya sudah merdeka kembali, Kie Giok Tong dengan cepat menyuruh mereka minta maaf kepada Eng Lian. Tan Him dan song cie Liang tidak sampai disuruh untuk kedua kalinya, mereka sudah lantas melakukan apa yang diingin oleh toakonya. " Kedua saudara masih belum kenal dengan watakku yang setengah liar." kata Eng Lian merendah"Tidak heran kalau dengan secara tak disadari sudah Jengkel kepadaku. Tapi satu dua kali paman-paman sudah tahu watak aku Eng Lian, pasti akan memaafkan dan menyayangku." Tan Him dan song cie Hiang kagum akan kata-kata si nona yang mengandung banyak arti. Mereka pun lantas menghapus rasa dendamnya pada Eng Lian. sambil omong-omong dan ketawa-ketawa gembira, orang-orang sudah pada duduk pula mengitari meja perjamuan dimana mereka meneruskan makan minumnya dengan gembira. Eng Lian dan Leng siong yang sudah makan kenyang, tidak turut makan-makan lagi, hanya mereka menonton saja orang yang sedang makan. "Anak Lian dan siong, kenapa kalian tidak makan ?" tanya nyonya Teng ketika melihat dua dara itu hanya asyik kongkouw saja. "Aku sudah kenyang, ibu." sahut Leng siong. Kemudian ia kutik tangannya Eng Lian dan berkata, "Mari kita ke Giok Lie Teng. Di sana kita bisa omong-omong dengan leluasa, tidak campur dengan orang tua-tua." "Adik siong ini pikirannya sehat. Mari" sahut Eng Lian. Ia pun sudah lantas bangkir dari duduknya, permisi pada para hadirin untuk mengundurkan diriKim Wan Thauto dengan Lima Harimau termasuk nyonya Teng tidak keberatan mereka meninggalkan perjamuan, kecuali Lo In yang matanya tak kedip-kedip mengikuti berlalunya Eng Lian dan Leng siong. Lo In masih sempat melihat Eng Lian melemparkan senyuman ke arahnya, ketika lenyap dibalik pintu. si bocah hatinya tidak tenang, Ia kepingin menyusul dua dara itu tapi perasaan malu menahan dirinya. Apalagi perjamuan itu diadakan spesial untuk kehormatan ia dan Eng Lian, maka kalau ia juga meninggalkannya tidak baik sikapnya terhadap tuan rumah dan lain-lainnya. Terpaksa si bocah menjublek di kursinya. sebenarnya ia paling tidak senang kalau kongkouw dengan para orang tua, tapi pada waktu itu ia kepaksa melayaninya. "Anak In, sekarang kau sudah berkumpul pula dengan enci Eng Lian-mu, tapi bagaimana dengan enci Bwee Hiang-mu ?" tiba-tiba Kim Wan Thauto menimbulkan soal Bwee Hiang. Lo In terkejut mendengar disebutnya Bwee Hiang. Ia seperti yang baru tersadar dari tidurnya, seperti diketahui, wataknya Lo In ada aneh- Dalam sesuatu hal ia anggap remeh, tidak suka memikirkan dengan serius kecuali terhadap Liok sinshe, orang yang ia sangat puja-puja. Meskipun demikian, dengan ditimbulkannya soal Bwee Hiang, mau tidak mau ia harus memikirkannya juga. "Toako, bagaimana pendapatmu soal enci Hiang ?"ia malah balik menanya pada Kim Wan Thauto"sampai sekarang belumjuga dia kembali, kemana saja dia perginya ?" "Bwee Hiang pergi dari rumahnya, gara-gara kau yang ajak" kata Kim Wan Thauto, seperti menyesalkan pada si bocah. "Sekarang dia menghilang, kau tinggal enak-enakan saja lantaran sudah ada enci Lian. Mana dapat begitu, anak In " (Bersambung) Jilid 11 Lo In tidak menjawab, ia hanya duduk dengan termenungmenung, Ia pun bingung, kemana ia harus mencari enci Hiangnya. "Begini saja." kata Lo In kemudian. "Kalau dalam dua tiga hari ini belum juga enci Hiang pulang, kita bersama-sama mencarinya. Bagaimana toako pikir?" Kim Wan Thauto diam saja, tidak meniawab. Mendengar kata-katanya si bocah, Kim Wan Thauto menduga Lo In malas mencarinya lantaran berat untuk meninggalkan Eng Lian. "Lo Hiantit." kata nyonya Teng campur bicara. "Perkataan Taysu adalah perkataan seorang tua yang menyayangi pada anak-anaknya, harus Hiantit perhatikan. Tidak ada jeleknya diwaktu senggang selama Hiantit ada disini pergi mencari nona Hiang. Aku pun sangat kuatir, kalau-kalau nona Hiang mendapat halangan." Juga Kie Giok Tong menimbrung menasehati Lo In sehingga si bocah tak dapat alasan untuk dalam, dua tiga hari ia menanti di Suyangtin tinggal enak-enakan saja dengan Eng Lian. Pikirnya, ia akan berdamai dengan enci Liannya, bagaimana baiknya soal Bwee Hiang yang hilang itu. Sementara itu, perjamuan pun sudah selesai. Lo In permisi pada nyonya Teng untuk pergi menemui enci Liannya. Nyonya Teng tersenyum, katanya, "Pergilah, jangan sungkan-sungkan disini- Anggap saja seperti rumah sendiri" sambil ngeloyor masuk ke dalam, hatinya Lo In merasa senang atas kebaikannya nyonya rumah- sementara Kim Wan Thauto tinggal duduk bertigaan dengan ruan (Teng Hauw) dan nyonya rumah sebab Kie Giok Tong dan saudara-saudaranya sudah pada pulang ke masing-masing rumahnya dengan urusannya sendiri-sendiri "Anak In sebenarnya adalah satu anak baik, kepandaiannya susah diukur, cuma wataknya aneh. Kalau ada yang baru suka melupakan yang lama, inilah cacatnya. Aku kuatir dengan berkumpulnya kembali ia dengan Eng Lian, ia akan melupakan Bwee Hiang." Kim Wan Thauto menyatakan kuatirnya kepada tuan dan nyonya rumah- Teng Hauw tidak bisa bicara, isterinya yang mewakili, katanya, "Taysu, kau benar. Tapi, aku nanti coba turut campur dalam urusan ini dan akan membujuknya langsung atau melalui Eng Lian dan Leng siong. Aku percaya Lo Hiantit akan ingat pada nona Hiang yang belum pulang sampai sekarang." "Bagus." kata Kim Wan ThautoTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Inilah yang aku harap. Kalau Hujin mau turun tangan, rasanya urusan dapat berjalan lancar. Aku mengharap sekali bantuan Hujin- Di samping anak In, aku juga tidak tinggal diam- Akan kucari Bwee Hiang sampai ketemu- Kasihan anak itu sudah piatu, meskipun ada mempunyai kekayaan yang berlimpah-limpah yang untuknya ada lebih baik tinggal di rumah daripada merantau dalam dunia Kangouw yang banyak berbahanya." Teng Hauw dan isterinya kaget mendengar Kim Wan Thauto mengatakan kekayaan Bwee Hiang berlimpah-limpah. Nyonya Teng lalu menanya, "Nona Hiang itu anaknya siapa, Taysu ?" "Dia adalah anaknya Liu In Ciang, seorang hartawan terkenal di Kunhiang-" sahut Kim Wan Thauto- Kemudian ia cerita dengan ringkas halnya Liu Wangwee dan puterinya Bwee Hiang- Tentang permusuhan dengan sucoan sam-sat sehingga Liu Wangwee serumah tangga dibasmi oleh tiga algojo dari sucoan. "Perginya nona Hiang dari rumah tentu akan mencari musuh-musuhnya." kata nyonya Teng yang sangat tertarik dengan riwayat Liu Wangwee dan hatinya merasa kasihan kepada Bwee Hiang yang sudah piatu. "Aku kira demikian maksudnya-" jawab Kim Wan Thauto"Anak itu mengandalkan Lo In untuk menuntut balas- Aku kuatir ia gagal dengan niatannya, bila melihat anak In adatnya angin- anginan." Nyonya Teng tersenyum. "Taysu," katanya. "Kita jangan bicara demikian dahulu, siapa tahu Lo In sudah menyanggupi. Kalau tidak, tentu nona Hiang juga tidak berani keluar rumah mencari musuh-musuhnya yang ganas ituJuga......." "Juga apa, Hujin ?" potong Kim Wan Thauto. "Juga, sekarang ada tambahan tenaga dari Eng Lian." sahut nyonya Teng- "Empat orang termasuk Taysu, rasanya bukan main kuatnya untuk menghadapi Sucoan sam-sat yang kesohor buas itu. Malah disini aku sekeluarga pun akan mendoakan akan berhasilnya kalian menumpas kejahatan " Kim Wan Thauto ketawa mendengar perkataan nyonya rumah- Dengan alasan hendak jalan-jalan mencari keterangan halnya Bwee Hiang disekitar suyangtin, Kim Wan Thauto mengundurkan diri dari Teng Hauw suami isteriKim Wan Thauto kesal hatinya, memikirkan Bwee Hiang. Ia kuatirsi gadis mendapat halangan yang sukar diatasi karena Bwee Hiang sebagai gadis hartawan baru saja menginjakkan kakinya dalam dunia Kangouw yang banyak bahayanya. si Thauto pikir, meskipun Bwee Hiang ada berkepandaian tinggi, ia hanya satu wanita tanpa pengawal. Romannya yang cantik, lebih banyak mengundang bahaya daripada keselamatan. Bagaimana ia dapat membela dirinya " orang licik dan jahat terlalu banyak dalam kalangan Kangouw, inilah yang sangat menguatirkan hatinya si Thauto-Diam-diam Kim Wan Thauto berdoa supaya Tuhan melindungi si gadisTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Ia jalan tanpa disadari kemana kakinya membawa dirinya, tahu-tahu ia sudah duduk bercokol dalam sebuah warung arak- sebagai pendeta, ia tidak pantang minum arak- Maka ia minta pelayan supaya menyediakan arak baik untuknyaIa pasang kuping kalau-kalau ia mendapat kabar tentang dirinya Bwee Hiang. Tapi luput, ia tidak mendengar apa-apa yang dikira dapat mencari jejaknya si gadissetelah minum satu dua cawan, karena tadi di dalam perjamuan ia sudah minum banyak arak, ia lalu keluar lagi dari warung itu dengan maksud hendakputar kayun. "Hehehe, ada disini ?" tiba-tiba ia dengar orang berkata sambil menepuk bahunya. Kim Wan Thauto berpaling, kiranya di depannya ada berdiri kenalan lama. "sudah lupa ?" tanya orang itu, sambil tertawa ngekeh"Masa lupa, nenek yang kujemur dua jam di panasnya matahari-" sahutnya"Benar tajam ingatanmu-" kata si nenek, yang tiada lain adalah Kim Popo yang sudah lama kita tinggalkan dalam cerita ini. "Mau apa kau datang kesini ?" tanya Kim Wan Thauto Bocah Sakti Karya Wang Yu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Aku mencari kau sudah lama-" sahut Kim Popo"Aku toh bukan suamimu, kenapa kau mencari aku ?" goda Kim Wan Thauto- " Kurang ajar" bentak Kim Popo merengut hingga tampangnya tambah jelekTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Kau kira mukamu kebagusan diuber-uber aku si nenek " Hm Taruh kata aku masih muda, untuk dijadikan isterimu nanti dahulu." Kim Wan Thauto tertawa terbahak-bahak"Thauto edan, kau tertawakan apa ?" bentak Kim Popo melotot matanya- "Hatiku geli mendengar kata-katamu barusan." sahut Kim Wan Thauto- " gelinya ?" Kim Popo membentak lagi. Rupanya Kim Wan Thauto sudah gemas sekali pada Kim Wan Thauto sebab suaranya main bentak saja. .Justeru dibentak-bentak malah Kim Wan Thauto makin suka menggodainya. "gelinya " Tampangmu sekarang jelek, apalagi masih mudanya tentu brengsek " Kim Wan Thauto menggodai si nenek lagi. Meluap amarahnya Kim Popo- Memang ia paling tidak sabaran menghadapi sesuatu soal, apalagi menghadapi Kim Wan Thauto yang jail. "Aku mencari kau untuk menagih hutang, kau tahu ?" kata si nenek gemas. " Aku tidak punya uang, bagaimana kau mau menagih hutangku?" "Kau bukan hutang duit, Thauto brengsek" "Habis, aku hutang apa padamu, nenek jahat ?" "Wut Wut " terdengar sambaran angin tongkat Kim Popo yang menyambar pada tubuhnya Kim Wan Thauto, saking gemas digodai, Ia suruh tongkatnya yang bicara. "Bagus " seru Kim Wan Thauto seraya kelit sana sini hingga tongkat si nenek saban-saban tidak mengenakan sasarannya. "Thauto kurang ajar Kalau tidak dikasih rasa, memang mulutmu terus-terusan bocor-Rasakan kemplangan tongkat nenekmu " berkata Kim Popo seraya menyerang bertubi-tubi. Kim Wan Thauto kaget juga melayani Kim Popo karena kepandaiannya beda dengan dua tahun yang lalu. Tadi ia begitu memandang rendah pada si nenek, sekarang setelah dicecar dengan tongkat si nenek, la tidak berani lengah lagi. Bingung juga si Thauto karena ia harus melayani Kim Popo dengan tangan kosong. "Nenek bagus " tiba-tiba ia membentak"Kalau berani kau berkelahi, jangan pakai tongkat Mari kita berkelahi dengan tangan kosong " "Hehe, takut ya " Baik, nenekmu penuhi keinginanmu " sahut Kim Popo seraya melemparkan tongkatnya ke samping. sementara itu, sudah banyak orang yang menonton mengitari mereka. "Nanti dulu " kata Kim Popo seraya lompat ke samping, memungut lagi tongkatnya dan ia lantas usir-usir penonton yang mulai banyak jumlahnya. Kim Wan Thauto sudah lantas siap sedia mendengar Kim Popo berkata 'nanti dulu' mengira si nenek akan mengirim pukulan maut Tidak tahunya Kim Popo mengambil tongkatnya untuk melabrak para penonton, tidak mau ia bertempur ditonton orang banyak- "Memang aku orang gila ditonton kalian ?" teriak Kim Popo, seraya putar tongkatnya hingga bersuara gemuruh dan anginnya menyambar-nyambar bukan main kerasnya. Penonton pada ketakutan dan lari tumpang siur, mengira si nenek itu adalah nenek sinting, tidak boleh didekati. Kim Wan Thauto terkejut melihat si nenek memutar tongkatnya mengeluarkan suara gemuruh, Ia tidak sangka Kim Popo sekarang jauh bedanya dengan Kim Popo pada dua tahun yang lalu. Pikirnya, Kim Popo rupanya berlatih keras selama dua tahun itu untuk pertemuan dengannya yang kedua kali. setelah mengusir bubar penonton, Kim Popo lemparkan pula tongkatnya dan menghampiri Kim Wan Thauto- Ia berkata, "Mari kita menguji, siapa unggul ?" "Sudah tentu aku yang unggul " sahut Kim Wan Thauto-Kim Popo deliki matanya, "Hehe, mau menang ?" katanya mengejek. Kim Wan Thauto ketawa- Tapi diam-diam hatinya rada jeri juga menghadapi nenek ini yang kepandaiannya berubah jauh dari tempo hari- Kim Popo buka serangan dengan 'Kim tiau tian ci' (garuda emas pentang sayapnya), tampak dua tangannya dipentang, mendadak kecepatan kilat telah menyergap Kim Wan Thauto yang coba berkelit dengan memutar tubuh, tapi tak urung terdengar suara 'bret' itulah baju Kim Wan Thauto di bagian dekat dadanya kena dicengkeram robek oleh si nenek. "Hehe, ini baru bajunya " katawa Kim Popo seraya unjukkan robekan bajupada lawannya- Lain kali dadamu kubikin remuk dan isinya berantakan" Kim Wan Thauto hanya tersenyum saja- "Masih berani " Lekas tekuk lutus dan jemur dirimu d ipa nasnya matahari dua jam seperti aku tempo hari, barulah aku ampunkan jiwamu" berkata lagi Kim Popo dengan congkaknya hingga lawan tertawa terbahak-bahak"Masih sempat ketawa sedang kekalahan sudah nyata ?" bentak Kim Popo- "Kau masih belum menang, lihat ini apa ?" kata Kim Wan Thauto sambil membuka telapakan tangannya, diunjukkan pada Kim Poposi nenek terbelalak matanya. Cepat ia meraba kondenya, memang sudah tidak ada bunga yang diselipkan disitu, sudah pindah di telapak tangan Kim Wan Thauto. "Kurang ajar, kau berani main-main pada Kim Popo?" "Kurang ajar, kau berani main-mainpada Kim Wan Thauto?" si nenek gemas betul pada lawan yang mulutnya paling bisa menggodai orang. Dalam gusarnya, kembali ia menyerang lawannya. Kim Wan Thauto melayani dengan waspada, ia tidak berani memandang rendah pada lawannya seperti tempo hari. oleh karenanya pertempuran menjadi seru sekali. Kim Popo mainkan ilmu pukulan 'Thian lok sin kun' (Kepalan sakti jatuh dari langit) warisan dari ayahnya si Tongkat sakti Kong Tek Liang. sejak dipecundangi Kim Wan Thauto, Kim Popo telah memperdalam kepandaiannya dengan membaca buku pelajaran ilmu Tongkat sakti dan Kepalan sakti, yang dulu ia abaikan karena terlalu dimanja oleh ayahnya. Kekalahan tempo hari dari Kim Wan Thauto seolah-olah merupakan cambuk untuk ia belajar tekun ilmu saktinya, ialah ilmu turunan untuk memperdalam kepandaiannyaMemang otaknya si nenek tua tidak tumpul. Maka dalam ketekunan memperdalam ilmunya Kim Popo telah berhasil seperti kenyataannya sekarang dihadapkan pada musuh lama (Kim Wan Thauto), membuat lawan-lawannya rada-rada keder menghadapinya. Ilmu pukulan Thian loksin kun banyak perubahannya yang membingungkan. Kim Wan Thauto repot juga mengelakan serangan-serangan Kim PopoUntuk kekurangannya, Kim Wan Thauto coba gunakan akal cerdiknya ialah membuat musuh panas hatinya sehingga mengacaukan pikirannya. "Nenek bagus." ia menggoda, "sebaiknya kita berhenti saja berkelahi-" "Aku bukannya takut, nenek bagus." sahut Kim Wan Thauto tenang-tenang saja. "Kalau tidak takut, kenapa minta berhenti berkelahi ?" "sebab, aku tahu kau toh tidak bisa menang " Kim Popo makin bertubi-tubi menyerangnya hingga Kim Wan Thauto gelagapan. "Nenek je - . eh, nenek bagus." kata lagi Kim Wan Thauto"Meskipun kau keluarkan isi perutmu semua, tak mungkin dapat menjatuhkan aku si Thauto-" Kim Popo masih tetap dengan serangan-serangannya, juga tidak kelihatan panas hatinya mendengar kata-katanya Kim Wan Thauto yang hendak memancing kemarahan orang. "Hehe, tidak tahu malu" tiba-tiba Kim Popo menyemprot si Thauto- "Kenapa aku malu " Memangnya aku kenapa ?" "Akal bulusmu tidak laku- Biarpun kau mengoceh sampai mulutmu robek, tak nanti Kim Popo kejebak dengan tipu muslihatmu. Hm " Kim Wan Thauto terkejut. Kiranya akalnya sudah kena diraba siang-siang oleh si nenek- Pantasan seranganserangan Kim Popo tidak ada perubahan, terus mantap. Makin lama Kim Popo bertempur makin gagah hingga Kim Wan Thauto agak gelisah juga sebab akalnya sudah dapat diketahui oleh lawan. Kalau sampai ia kena dirubuhkan si nenek, benar-benar runyam. Terang si nenk akan menghinanya dengan suruh menjemur dipanasnya matahari barang dua jam, seperti dulu ia pernah berbuat atas dirinya si nenek. yang membuat ia lebih bingung, tangannya si nenek bisa memanjang dan mengkeret. Kalau tangan kanan diulur, tangan kirinya mengkeret. Itu yang menyulitkan Kim Wan Thauto untuk berkelit dari serangan Kim Popo-Entah ilmu apa yang dimainkan Kim Popo- Kim Wan Thauto bingung. Tapi lama-lama ia kenali juga itulah yang dinamakan 'Thong pie-kong' ilmu mengkerat dan memanjangkan tangan. Kim Wan Thauto menanya pada dirinya sendiri, dari mana si nenek belajar yang begituan, Ia tidak tahu bahwa Kim Popo selama galang gulung dengan The sam, ex darlingnya, ia sudah menjiplok juga ilmu 'Thong pie-kong' bekas kekasihnya itu. Ia sudah pelajarkan ilmu itu hingga mahir- Mungkin The sam sendirinya sekarang kalah pandai menggunakan ilmu 'Thong-pie-kong' itu. Melihat lawannya keteter, Kim Popo ketawa terkekeh-kekeh. "Thauto bagus-" ia balik menggoda Kim Wan Thauto yang sudah kepayahan. "sebentar, sebentar kalau sudah kujemur kau dipanasnya matahari, baru boleh obral kentut busukmu Hehehe......" Kim Wan Th auto mendongkol. Biasanya ia paling Jenaka menggodai orang. Belum pernah ia kerutkan alisnya apabila ia menghadapi musuh yang bagaimana pun tangguhnya. Tapi kali ini betul-betul ia kewalahan. Tambahan modalnya memancing kemarahan lawan sudah tidak laku, Kim Popo barusan sudah menelanjangi akal bulusnya. Tapi ia masih terhibur juga, karena ia masih mengandal pada 'Tiat-pou-san', ilmu kebalnya baju besi. Pikirnya, si nenek tidak bisa berbuat banyak atas diriya- Melihat dirinya terusterusan kedesak, Kim Wan Th auto nekad juga. Tangan kanannya tiba-tiba diputar, tahu-tahu tangan kirinya dengan kecepatan kilat nyelonong ke muka, dua jarinya telunjuk dan tengah bagaikan kaitan besi hendak copoti lentera (biji mata) orang, itulah gerakan 'siang liong coan tah' (Dua naga menembusi menara) yang sangat diandalkan oleh Kim Wan Th auto, jarang lawannya dapat mengelit serangannya yang dilakukan laksana kilat itu. Tapi Kim Popo bukan si nenek pada dua tahun yang lalu. Kim Popo egoskan serangan berbahaya itu sambil memutar tubuh ke kiri Dalam terkejutnya melihat si nenek demikian gesit memusnahkan serangannya, tahu-tahu Kim Wan Thauto rasakan 'gudang makanan' (perut) digedor sepatunya si nenek- Persis ujung sepatu Kim Popo menotok 'tiong-kek hiat', jalan darah diperut hingga siThauto tak berkuasa lagi akan tubuhnya yang roboh mendeprok di tanah- Indah sekali gerakan Kim Popo yang dinamai 'Ko hong liu sui' atau 'Air mengalir burung hong lewat'"Hehe, Thauto bagus " kata Kim Popo melihat lawannya sudah tidak berdaya. "Rasakan panasnya matahari dua jam dan boleh keluarkan kentut busukmu. Kim Wan Thauto hanya kedap kedip matanya, tak dapat ia mengeluarkan suara. Dalam hatinya ia mendongkol, tapi hanya sejenak saja. sebagai kesatria, ia harus menerima kekalahannya dengan rela. Ia dulu pernah menjemur Kim Popo dipanasnya matahari. Kalau si nenek sekarang berbuat demikian atas dirinya, itu jamak saja. Mereka jadi tidak punya hutang satu dengan yang lain. orang banyak yang menonton dari kejauhan perlahanlahan pada bubaran, karena pertempuran sudah habis. Hanya mereka heran, si paderi rambut panjang tinggal mendeprok di tanah, tidak bangun berdiri menghadapi si nenek yang sedang memaki-maki rupanya. Mereka tidak tahu kalau Kim Wan Thauto sudah kena ditotok oleh Kim Popo"Di sini banyak yang berlalu lalang, mungkin ada orang yang hendak mendong membebaskan kau. Maka aku akan menunggui kau selama dua jam, baru akan kutinggalkan kau dan dengan begitu hutangmu sudah terbayar lunas. Kita satu sama lain tidak punya sangkutan apa-apa lagi. Nah, selamat menjemur badan " berkata Kim Popo seraya terpingkal-pingkal ketawa meninggalkan Kim Wan Thauto di bawah matahari siang yang sedang panasnya. Kim Wan Thauto hanya senyum-senyum saja ketika si nenek meninggalkan dirinya. "Benar tidak enak-" kata Kim Wan Thauto dalam hatinya"Belum lama dijemur sudah begini panasnya. Entahlah kalau sebentar sudah dua jam lewat- Apa aku masih bisa tahan untuk tidak pingsan." sementara itu, Kim Popo sudah ada di warung arak di sana, meneduh sambil mengawasi ke arah Kim Wan Thauto yang sudah berlepotan keringat kepanasan. orang banyak yang berlalu lalang tapi tidak ada yang berani menanyakan apa-apa kepada Kim Popo yang duduk dengan keren sambil memegangi tongkat besinya. Kim Wan Th auto sudah mulai merasakan tenggorokannya kering, haus sekali rasanya.- Diam-diam ia membayangkan bagaimana Kim Popo tempo Bocah Sakti Karya Wang Yu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo hari ia hukum dua jam dipanasnya matahari, kepanasan dan kehausan, seperti yang sekarang ia alami, sangat menyesal ia akan perbuatannya yang kelewatan dulu, terlalu menuruti emosi hatinya. Pada waktu itu ia anggap dirinya jagoan, belum menemukan tandingan, dapat berlaku sedikit sewenangwenang menghukum si nenek- Tidak tahunya belakangan ini banyak kejadian yang membuka matanya, Ia melihat kepandaian si kerudung merah yang membikin sucoan samsat jatuh bangun, suatu kepandaian yang tak dapat dimiliki olehnya. Kemudian ia ketemu Lo In, dijatuhkan mutlah oleh si bocah sehingga tujuh senjata rahasia anting-anting emasnya tidak berdaya dihadapkan pada anak kecil itu, lalu ia mencoba kepandaiannya Bwee Hiang, gagal. Hampir-hampir ia dijatuhkan dengan konyol, sekarang pertandingan ulang dengan Kim Popo, kembali ia keok. Mengingat itu semua, kalau mula-mula ia bangga dengan kepandaiannya kini rasanya kepandaiannya terlalu rendahTerlalu berlebih-lebihan orang Kangouw menjunjung dirinya sebagai jagoan diantara jago kelas wahidTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ sebenarnya ia sudah tidak tahan, ketika lewat satu jam ia dijemur. Tapi ia keraskan hatinya, tidak mau ia kalah oleh Kim Popo yang tahan dua jam. Ia pejamkan matanya menerima nasibnya yang malang. "Thauto bagus, bagaimana kau rasakan " Hehe, enak ya ?" sekonyong-konyong ia mendengar pula suaranya Kim Popo. Kim Wan Thauto tidak mau ladeni si nenek, la diam memeramkan matanya. "Sebenarnya, enak banget sekarang aku kemplang kepalanya berantakan, tapi kita tak bermusuhan bukan?" terdengar pula suaranya Kim Popo"Masih ada setengah jam kau harus lunasi hutangmu, setelah itu akan kutinggalkan kau" Matahari menyorot keras, untuk omong-omong beberapa patah kata saja Kim Popo tidak tahan akan panasnya, sebenarnya ia merasa kasihan pada Kim Wan Thauto, tapi karena adanya yang sableng hanya sekilas saja perasaan kasihan itu timbul dalam hatinya. Tetapi ia mau balas Kim Wan Thauto dengan dua jam seperti yang dlalami oleh dirinya tempo hari- Kapan ia sudah kepanasan dan memutar tubuh untuk meneduh pula di warung arak tadi, ia terkejut di depannya ada menghadang bocah berwajah hitam, ketawa ke arahnya. sambil bertolak pinggang. Entah berapa lama si bocah berada disitu, tentu sudah mendengarkan percakapannya dengan Kim Wan Thauto- Kim Popo terkejut karena ia mempunya kepandaian mendengar yang tajam tapi tidak sadar akan kehadirannay si bocahTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Bocah hitam, kau mau apa datang ke sini " bentak Kim Popo- Justru disebutnya 'bocah hitam', matanya Kim Wan Thauto yang meram saja dengan mendadak dibuka lebar, Ia melihat Lo In yang datang. Hatinya kegirangan bukan main sebab pikirnya ia tidak harus menunggu setengah jam lagi dijemur. Lo In tidak menjawab si nenek, hanya lengan bajunya mengebas ke arah Kim Wan Thauto-Kontan sipaderi rambut panjang sudah terbebas dari totokan si nenekKim Popo terkejut bukan main melihat anak kecil itu, hanya dengan sekali kebas dengan lengan bajunya, si Thauto sudah terbebas dari totokan. Itu adalah kepandaian yang jarang terlihat. Dari terkejut si nenek menjadi gusar. sambil melotot matanya mengawasi Lo In, ia berkata, "Anak - . kau berani turut campur dalam urusanku ?" "Hahaha " Lo In tertawa terbahak-bahak hingga Kim Popo heran. "Anak sinting, kau tertawakan apa ?" bentaknya keras. "Kau katakan aku sinting, apa Popo tidak sinting " sahut Lo In masih ketawa. "Aku sinting kenapa ?" "Menjemur orang di panasnya matahari. Bukan itu perbuatan orang sinting " "Itu urusanku dengan si Thauto brengsek, tidak ada sangkutan dengan kau" "siapa bilang tidak ada sangkutan denganku ?" Kim Popo melengak mendengar perkataan Lo In. pikirnya, apa bisa jadi anak hitam ini ada urusan dengannya " Tapi ia tidak mau menanya lebih jauh, hanya tongkatnya yang bicara, Ia kemplang Lo In tidak menggunakan Iwekang, takut si bocah mati dibawah tongkatnya, Ia tidak menyangka, kemplangan tongkatnya mengemplang angin, karena si bocah sudah berkelit dengan tangkasnya. "Popo, tongkatmu terlalu berbahaya.Jangan main-main, nanti nimpa kepalaku " Lo In menggodai si nenek yang sedang keheranan kemplangannya tidak mengenakan sasaranya. "Nenek bagus." menimbrung Kim Wan Thauto"Sekarang ketemu adikku, asal kau bisa menyentuh ujung bajunya saja, dengan rela aku hadiahkan kepalaku padamu " Heran Kim Popo mendengar anak kecil disebut adiknyaSejak kapan paderi berambut panjang itu punya adik hitam kayak pantat kuali " "Heheh, adikmu dia ?" tertawa Kim Popo"Terlalau kelebihan, kalau kau mengatakan aku tak dapat menyentuh ujung bajunya saja. Bukan saja ujung bajunya, tapi akan kukemplang mampus dia " berbareng tongkatnya menyabet disertai Iwekang hingga bersuara. Menyusul suara 'bat bet bat bet' beberapa kali. Itulah suara tongkat Kim Popo yang menyabet berulang-ulang, sayang sabat kali sabetan yang dahsyat itu saban kali juga menyabet tempat kosong. Kim Popo heran saban-saban kehilangan sasarannya, Ia membentak, "Bocah hitam, siapa kau " Lekas kasih tahu sebelum Popo kirim jiwamu menghadap Giam-lo-ong " Kata-kata Kim Popo bukan membikin takut lawan, malah Lo In tertawa terbahakbahak"Masih terlalu pagi aku menghadap Giam-lo-ong, aku masih anak-anak- Mau juga Popo yang sudah usia lanjut menghadap raja akherat- Hahaha " Kim Popo melengak- Memang juga lebih pantas ia yang menghadap Giam-lo-ong di banding si bocah yang masih anak-anak- Ia tahu anak kecil itu mengejek dirinya, justru lantaran itu ia menjadi marah- Tongkatnya diputar. Kali ini bukan hanya menyabet, tapi mengemplang dan menusuk, tongkatnya bergerak lihai sekali. Dalam gusarnya ia menyerang bertubi-tubi. Tiba-tiba ia rasakan ada angin dingin berkesiur seperti menghembus di pinggangnya, ia lompat mundur, Ia periksa pinggangnya tidak apa-apa, bajunya juga tidak kurang suatu apa. Lalau ia memandang Lo In yang ketawa ke arahnya. "Bocah hitam, kau main gila ?" bentaknya, kembali tongkatnya bekerja. Kim Popo sekarang insyaf ia menghadapi lawan alot, meskipun lawannya hanya satu bocah hitam saja. Maka ia keluarkan ilmu tongkatnya yang dinamai 'Thian-lok-sin-koay1' (flmu Tongkat sakti jatuh dari langit). Tampak Lo In bergerak cepat untuk menghindarkan serangan Kim Popo yang hebat. Makin lama Kim Popo mainkan tongkatnya makin cepat dan mengurung Lo In yang melayani ia dengan kegesitannya saja, tidak mau si bocah balas menyerang. Kim Popo gelak-gelak ketawa melihat Lo In seperti yang kesurupan. Sampai ia lengah, ketika tiba-tiba Lo In meraba dadanya yang kemudian lompat mundur. "Hehehe, takut ya ?" ejek Kim Popo, masih ketawa ia. "Terima kasih, barusan aku usut di pinggang takut kotak yang baru aku usut dari dadamu jatuh. Hahaha......" Lo In ketawa, terpingkal-pingkal. "Bocah hitam, apa kau kata ?" tanya Kim Popo seraya meraba dadanya. Bukan main kagetnya Kim Popo, sebab barang yang sangat dijaga-jaga sudah terbang dari dadanya. Lalu matanya memandang pada Lo In yang saat itu sedang main-mainkan sebuah kotak kecil, Hulah kotak kecil yang berisi Tiam-hiat Pitkoat, buku pelajaran menotok darah karangan The Leng Tong, jago Thiam-hiat (menotok jalan darah) pada 80 tahun berselang. Buku yang tak ternilai harganya. Dengan susah payah ia berusaha mendapatkannya dari tangan Lo In, jatuh pada Kim Wan Thauto, jatuh pada The sam, jatuh padanya (Kim Popo), lalu sekarang kembali jatuh di tangan Lo In. "Hei, itu adalah kotakku yang hilang di hotel " kata Kim Wan Thauto ketika melihat Lo In sambil ketawa-ketawa mainkan kotak mungil itu. "Kentut busuk " bentak Kim Popo"Kau yang merebut dari aku, mau mengatakan punyamu " sungguh tidak tahu malu " Kim Wan Thauto ketawa nyengir, Ia berasa salah sebab memang juga kotak itu ketika ia memiliki adalah dari tangan si neneksementara itu Kim Popo sudah memandang dengan tajam pada Lo In. "oo, kalau begitu kau ada si bocah dari Tong-hong-gay ?" berkata Kim Popo- "Bagus, bagus, kalau Popo masih kenali aku yang rendah-" sahut Lo In. selama melayani Kim Popo, Lo In ingat akan buku 'Tiamhiat Pit-koat'. Maka dengan kepandaiannya yang sakti ia mengusut orang punya pinggang. Ketika disini tidak kedapatan, maka Lo In sudah cari di dada orang. Benar saja, kotak mungil itu ada di situ dan ia sudah comot tanpa Kim Popo merasa sedikit pun. Itulah menandakan kepandaiannya Lo In ada luar biasa. Mengetahui siapa si bocah hitam, Kimpopo membayangkan pada kejadian yang sudah lalu. Dulu ia bisa puntir tangan si bocah dan paksa ia keluarkan kotak 'Tiam-hiat Pit-koat'sekarang, kepandaiannya malah sudah tambah, tidak bisa menangkap si bocah, Itu menandakan bahwa ia bukan tandingan Lo In. Meskipun wataknya angin-anginan, Kim Popo tahu juga gelagat. Cuma sayangnya ia punya cacat, bandel, sudah terang ia melihat gelagat tidak menguntungkan kalau masih mau melawan Lo In, tapi tidak rela buku pentingnya dirampas si bocah dan ia mau coba-coba lagi sekali bertarung, Inilah sifat bandelnya, yang sering membikin ia kejeblos seperti tempo hari ia melawan Liok sinshe. "Bocah-" tiba-tiba Kim Popo berkata, setelah termenung sebentaran. "Asal kau mau menyerahkan kembali barang itu padaku, urusan akan Popo bikin habis sampai disini saja. sebaliknya, kau tahu sendiri, Kim Popo tak akan gentar menghadapi siapa juga. Apalai kau cuma satu anak kecil yang bau tetek emakmu sja belum hilang " "sudah terang keok. masih banyak lagak lagi " menyela Kim Wan Tiiauto. Mata Kim Popo mendelik pada Kim Wan Thauto"Nah, bocah, nenekmu akan layani kau dengan sungguhsungguh. Lekas cabut pedangmu. " menantang Kim Popo dengan tidak merasa malu-malu atas jengekan Kim Wan Thauto tadi- "Pedang Liok sinshe, mana aku berani sembarang gunakan " sahut Lo In. Kim Popo terkejut bukan main disebutnya nama 'Liok sinshe', tiba-tiba saja badannya menggigil seperti yang panas dingin. "Bocah, apa Liok.....Liok........" kata Kim Popo gugup, suaranya gemetar. "ya, Liok sinshe, Liok sin.... she " Lo In dengan sengaja menandaskan. Tanpa mengucapkan kata-kata lagi, Kim Popo putar tubuhnya dan enjot kakinya melayang jauh, dari mana ia lari terbirit-birit ketakutan. Kim Wan Thauto ketawa terbahakbahak melihat lagaknya Kim Popo-sebaliknya Lo In telah menundukkan kepala sambil memainkan kotak mungilnyasetelah habis tertawa enaknya, Kim Wan Thauto menghampiri Lo In yang masih berdiri sambil menundukkan kepala. "Anak In," katanya seraya pegang dagu orang dan didongaki mukanya, "Hei, kenapa kau menangis ?" Kim Wan Thauto melihat matanya Lo In berkaca-kaca. "Hatiku terkenang kepada Liok sinshe-" sahutnya seraya menyusut air matanya dengan tangan bajunya, Ia menyambung, "Entahlah, Liok sinshe sekarang ada dimana. Dia adalah orang baik, yang menyayangi aku seperti anaknya........" "Anak In." kata Kim Wan Thauto menghibur. "Kalau Liok sinshe masih hidup, satu waktu kau akan menjumpainya. Kenapa mesti disedihkan " Bukankah kau kata bahwa kau tidak percaya Liok sinshe mati karena dia mempunyai kepandaian sangat tinggi " Nah, buat apa kau bersedih. Berdoalah supaya satu waktu Tuhan akan ajak kau menjumpai Liok sinshe dengan sehat walafiat. Hahaha." Kesedihan Lo In pun lantas lenyap tanpa bekas mendengar kata-kata Kim Wan Thauto yang ditutup terbahak-bahak gembira, Hulah wataknya si bocah yang aneh- Berduka karena sedih seketika, bergembira karena ketawa seketika, Hulah rupanya ada "motto" Lo In dalam hidupnya. sementara itu suyangtin Ngo Houw juga sudah ada disitu dan beberapa orang yang menonton tadi kelihatan masih penasaran ingin melihat wajahnya si bocah dari dekat. Mereka sangat kagum akan kepandaian Lo In yang dengan tangan kosong menggempur si nenek yang bertongkat besi sangat berat. "Tidak ada apa-apa yang harus ditonton, hayo kalian pada pergi " mengusir Kie Giok Tong hingga orang-orang yang sangat menghargai pada suyangtin Ngo Houw pada bubaran tanpa diusir sampai dua kali. Bagaimana Lo In dapat tahu kalau Kim Wan Tiiauto dapat kesulitan dari Kim Popo " Itulah gara-gara si bocah A Kong, anak tanggung yang menjadi orang kepercayaan suyangtin Ngo Houw- Dengan cara kebetulan mendapat tahu kesulitan Bocah Sakti Karya Wang Yu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo yang dialami Kim Wan Thauto setelah si Thauto dijemur satu jam lebih lama. Buru-buru A Kong kasih tahu pada Kie Giok Tong yang sudah lantas pergi ke rumahnya Teng Hauw untuk mengabarkan kejadian itu pada Lo In yang waktu itu sedang Eng Lian dan Leng siong. Mendapat tahu toakonya dalam kesulitan, tidak buang tempo lagi Lo In sudah lantas menyusul, Ia tidak mengira bahwa si nenek yang mempersulit itu adalah Kim Popo, kenalan lamanya. Dengan diam-diam menggunakan ilmu entengi tubuhnya ia sudah dekati Kim Popo yang sedang menggodai Kim Wan Thauto-. Dalam perjalanan pulang Kim Wan Thauto menanya pada Lo In, "Anak In, kau kata Kim Popo yang membokong Liok sinshe hingga jatuh kejurang. Kenapa tadi kau tidak menuntut balas akan jarumnya yang jahat itu ?" Lo In ketawa nyengir jawabnya, "Aku sangsi Liok sinshe mati. Maka aku sangsi mengambil jiwa Popo, apalagi aku lihat Popo bukannya orang jahat " "Bagus, bagus." kata Kim Wan Thauto seraya menepuknepuk pundak Lo In. "Mungkin tidak ada anak keduanya yang mempunyai jiwa luhur sepertimu. Kaupantas nanti akan menjadi satu Tayhiap (pendekar besar) seperti Kwee Cu Gie ayahmu." "Toako, apa Kwee Cu Gie itu ayahku ?" tanya Lo In heran. "Aku yakin benar kau adalah anaknya Kwee Cu Gie-" "Lalu, dimana ibuku " Dimana ayahku sekarang ?" Kim Wan Thauto bungkam diberondong pertanyaan Lo In. sementara itu, mereka sudah sampai di rumahnya Teng Hauw, dimana mereka disambut oleh Eng Lian dan Leng siong, malah nyonya Teng juga ada serta. "Adik In, bagaimana " Kau sudah usir si nenek yang mengganggu Taysu?" tanya Eng Lian, ramai mulutnya, sedang Leng siong hanya tersenyum-senyum saja ke arah si bocah wajah hitam yang tengah ketawa-tawa nyengir. "Dia bukan diusir oleh anak In." menyela Kim Wan Thauto ketawa. "Wah, habis siapa yang bisa usir dia ?" tanya Eng Lian. "Dia lari terbirit-birit mendengar namanya Liok sinshe disebut anak In" "Masa sampai begitu ketakutan ?" "Dia yang membokong Liok sinshe dengan 'touw-kut tok ciam', mungkin dia kira Liok sinshe ada berserta kita, makanya dia lari ketakutan." Eng Lian ketawa terpingkal-pingkal. "Ah, dia takut sama bayangannya sendiri" katanya setelah enak ia ketawa. sementara Kim Wan Thauto bercakap-cakap di ruang tamu, Eng Lian dan Leng siong diikuti Lo In sudah kembali ke Giok Lie Teng, dimana mereka teruskan kongkouwnya yang tertunda karena urusan Kim Wan Thauto dijemur Kim Popo. Kiranya yang mereka percakapkan adalah urusan menghilangnya Bwee Hiang. "Enci Lian." kata Leng siong. "Enci Hiang orangnya sangat riang, macam enci juga. siapa yang kenal dia, dalam tempo singkat seperti sudah kenal lama." "sayangnya dia tidak ada disini, kalau tidak- kita bisa bercakap-cakap dengannya." sahut Eng Lian tersenyum. Kemudian ia menyambung berkata pada Lo In, "Adik In, bagaimana kau dapat berkenalan dengan enci Hiang ?" Lo In lalu menuturkan riwayat Ia tengah mencari-cari Eng Lian dengan cara kebetulan ketemu dengan Liu Wangwee dalam rumah penginapan yang lalu membawanya ke rumahnya. Di sana ia berkenalan dengan Bwee Hiang. Panjang lebar ia menutur, bagaimana ia kasih hajaran pada Sucoan sam-sat, tentang pembunuhan oleh Sucoan sam-sat di markas cabang Ceng Gee Pang, dibunuhnya seisi rumah Liu Wangwee- Hanya tentang ia membuka selimut yang menutupi mayatnya Ling Ling, ia tidak sebut-sebut. Rupanya ia ngeri enci Liannya akan melotot padanya. "Untung enci Hiang ikut aku ke markas cabang ceng Gee Pang. Kalau tidak, ia pun tidak akan luput mendapat bahaya." LoIn menutup penuturannya. "Lalu seterusnya bagaimana adik In dengan Bwee Hiang ?" tanya Eng Lian ketawa. setelah nyengir sebentar, Lo In berkata, "Aku tidak bisa meninggalkan dia karena dia minta aku mengajari ilmu silat sebab katanya untuk bekal menuntut balas pada sucoan sam-sat. Dia mau supaya dengan tangannya sendiri membunuh orang-orang jahat yang membasmi serumah tangganya " "Ringkasnya, adik kecil ini menjadi guru cilik dari enci Hiang," menyela Leng siong sambil tersenyum melirik ke arahnya Lo In. "Ai, aku kurang hormat pada siao suhu (guru cilik)-" kata Eng Lian seraya bangkit dari duduknya dan menjura pada Lo In. "Jangan seeji (sungkan) Liehiap-" Lo In menyambuti hormatnya Eng Lian. Lucu gerak geriknya muda mudi itu sehinga Leng siong terpingkal-pingkal ketawa. "Enci dan adik kecil." kata Leng siong setelah ia berhenti ketawa. "Benar-benar aku akan kehilangan kalau kalian sudah pergi meninggalkan rumahku. Aku ingin kalian tinggal tetap saja disini, bagaimana ?" "Adik siong boleh kalau suka ke tempat bocah hitam." membanyol Eng Lian, "Hitam juga bukan sembaran hitam, nona." sahut Lo In ketawa. "sudah buktinya hitam, disikat juga toh tinggal hitam " "Bagaimana kalau dibedaki" kan jadi putih." Geerr Leng siong ketawa sampai terbahak-bahak diikuti oleh Eng Lian. "Dia ini memang paling bisa, rasakan ya " Eng Lian berbareng mencubit lengan Lo In hingga si bocah teraduhaduh. "Ah, sayang......." berkata Lo In seraya mengusap-usap lengannya yang dicubit. "Sayang" Sayang apa ?" semprot Eng Lian tapi manis air mukanya. "Kalau dicubit begini sudah biasa." sahut Lo In. "Jangan digigit, kaya tikut menggigit kucing......" Kembali Leng siong tertawa terpingkal-pingkal sampai memegangi perutnya. Kata-kata Lo In mengingatkan kembali ketika Kim Coa siancu menggigit lengannya si bocah sampai berboran darahsementara Leng siong tertawa enak, dua tangan Eng Lian berbareng menyergap lengan Lo In dan dicubitnya kuat-kuat sambil berkata, "Kalau tidak dikasih hajaran begini, memang anak nakal ini main sindir-sindir saja." Tiba-tiba Eng Lian menjerit, lengan Lo In yang dicubitnya sekuat-kuatnya dirasakan jari-jarinya yang kepanasan. "Kau mainkan encimu, hah " bentak Eng Lian cemberut, berbareng tangannya diulur mencubit pipi Lo In hingga si bocah teraduh-aduh kesakitan. sebenarnya Lo In juga bisa salurkan tenaga saktinya (siauw-thian-sin-kang) untuk membikin pipinya panas membara macam tadi, tapi tidak berani melihat Eng Lian cemberut. Maka ia antapkan enci Liannya mencubit pipinya hingga matang biru-setelah begitu, baru si nona puas- Tapi toh ia kelab akan. "Adik In, oh, sakit " sakit ?" Eng Lian cepat mengusap-usap pipi Lo In yang bekas dicubit, wajahnya seperti ketakutan. Dasar anak nakal, bukannya menghibur sang enci yang ketakutan malah dia membanyol, katanya, "Tidak apa, hilang sakitnya kalau sudah ada ini" seraya pegang tangan Eng Lian yang putih halus ditekankan pada bibirnya. "Ah, adik In, kau sudah angot " kata Eng Lian seraya tarik pulang tangannya, disusul oleh mulutnya yang dimonyongkan ke arahnya Lo In. geli hatinya Leng siong nampak lagak lagunya Lo In dan Eng Lian. "Makanya jadi adik jangan suka nakal." berkata Leng siong. "Kalau enci sudah marah dan mencubit, nah, baru tahu rasa " "Dicubit sih tidak apa, asal " Ah, sudahlah......." sahut Lo In ketawa. Leng siong penasaran perkataan Lo In setengah-setengah. "Adik kecil, kau mau bilang apa " Asal apa sih ?" tanya Leng siong kepingin tahu"Asal jangan nangis.......orang sudah gede nangis jelek kan ?" sahut Lo In ketawa. Kontan bersemu merah seluruh muka nona Leng siong. wajahnya yang berseri-seri memikat, berubah cemberut, si nona merasa tersinggung karena dialah yang dicubit Lo In menangis dan mengaku kalau orang sudah gede, menangis itu jelekTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Eng Lian ketawa terpingkal-pingkal melihat Leng siong cemberuti Lo In yang mengolok-oloknya tadi- Tapi Lo In berlagak pilon dicemberuti enci Leng siong ny a. "Hajar, jangan kasih hati Cubit yang keras, biar dia teraduhaduh " kata Eng Lian pada Leng siong yang mengawasi si bocah dengan penasaran. "Adik kecil, kau menyindir aku barusan ?" tanya Leng siong penasaran. "cubitanku mungkin lebih keras dari enci Lian dan dapat bikin kau semaput semalaman" "Biar, aku nangis juga tidak kenapa, sebab aku anak kecil. Hehehe" sahut si nakal. Dari tadi memang Leng siong kepingin menggasak lengannya si bocah nakal, ketika mendengar dirinya disindirTapi ia malu pada Eng Lian. Tapi setelah mendapat anjuran Eng Lian, ia jadi berani. Maka ia mengancam akan mencubit lebih keras. Dalam emasnya, benar-benar ia mencubit Lo In sekeraskerasnya. Pikirnya, biar si bocah hitam terkuing-kuing kesakitan. Mula-mulai ia rasakan benar daging yang dicubit hingga ia kegirangan dan berkata, "Adik kecil, enak ya ?" Tiba-tiba ia terkejut, daging lengan Lo In mendadak berubah lunak seperti juga mencubit kapas. Cepat si nona tarik pulang tangannya, ketika mau dipegang si nakal. "Bagaimana, sudah puas ?" tanya Eng Lian ketika melihat Leng Siong menarik pulang tangannya, mengira orang sudah melampiaskan penasarannya. Leng siong dengan muka merah mengangguk. "Jangan malu-malu, kita orang sendiri" menghibur Eng Lian melihat Leng siong seperti merasa sangat malu sehabis mencubit Lo In. "oh, tidak, tidak, cuma........." sahut Leng siong. "Cuma apa ?" tanya Eng Lian ketawa. "Cuma daging adik kecil kenapa kayak kapas ?" sahut Leng siong. sementara Lo In ketawa nyengir, sebaliknya Eng Lian ketawa ngikik, mentertawakan Leng siong yang duduk keheran-heranan. sementara itu........... " Celaka " tiba-tiba saja Eng Lian hentikan ketawa ngikiknya berbareng ia sudah lompat turun dari paseban disusul oleh Lo In hingga Leng siong tinggal sendirian. Ketika Lo In dapat menyandak Eng Lian di dalam rumah, si bocah hitam lihat enci Liannya pucat pasi wajahnya, Ia heran, lalu menanya, "Enci Lian, kau kenapa ?" Eng Lian tidak menyahut, romannya seperti ketakutan. "Mari duduk " kata Lo In seraya tuntun tangan si nona diajak duduk pada sebuah bangku panjang. "Tenangi dulu pikiranmu, enci." menghibur Lo In sementara dalam hatinya tidak habis mengerti, mengapa dengan tiba-tiba saja sang enci menyebut "celaka " lalu lompat turun dari paseban. "Adik In, kau tidak lihat barusan ada sinar keemas-emasan berkeredep di udara ?" kata Eng Lian setelah hilang kagetnya. "Aku tidak begitu perhatikan." sahut Lo In. "Memangnya kenapa ?" "Itu adalah 'Lamhay-sian' (Benang emas dari Lautan Kidul), alamat kedatangannya sucouw." kata Eng Lian. " Aku tidak pulang, rupanya sucouw telah mencari aku." "Ah, kenapa kau begitu ketakutan, enci Lian ?" kata Lo In. "Sudah tentu aku ketakutan. Aku tentu akan disuruh pulang olehnya. Habis bagaimana " Aku tentu akan berpisah lagi dengan kau " "Wah, celaka " kali ini LoIn yang kaget, dengan sekonyongkonyong tubuhnya berbareng melompat keluar rumah- Dalam sekejapan saja ia sudah ada diatas paseban. Eng Lian tidak berani tongolkan dirinya. Maka ketika Lo In lompat pergi ia tidak turut pergi, hanya dalam hatinya bertanya-tanya adik In-nya ada urusan apa sampai Ia menanti pulangnya Lo In. Tidak lama Lo In sudah kembali dengan paras lesu- "Adik In, kau kenapa ?" tanya Eng Lian melihat Lo In lesu. "Dia sudah tidak ada-" sahutnya dengan tidak bernafsu"siapa yang tidak ada, adik In?" tanya Eng Lian pula"Enci Leng siong........." "Hah Adik siong tidak ada ?" "ya, dia sudah tidak ada di paseban." "Mungkin dia sudah pulang." " kalau pulang tentu dia lewat sini dan mencari kita." "Habis, kemana dia sudah pergi ?" "Terang sudah dibawa sucouwmu." "Ah, adik In, mana bisa jadi- Leng siong toh bukannya aku ?" "Memang betul bukan enci, tapi wajahnya yang sama, siapa bisa bedakan ?" Baru sekarang Eng Lian mengerti kenapa Lo In barusan tergopoh-gopoh pergi ke paseban. Kiranya si bocah Bocah Sakti Karya Wang Yu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo menguatirkan Leng siong disambar sucouwnya. Eng Lian menjadi tidak enak hatinya menghadapi soal Leng siong. "Habis, sekarang bagaimana baiknya, adik In ?" Ia menanya dengan gelisah- "Lain kali," kata Lo In. "Menghadapi kesulitan jangan kesusu......" "Habis, aku takut terhadap sucouw. Kenapa kau ikut-ikutan lari ?" "Aku menyusul enci lantaran kuatir enci menghadapi sesuatu yang tak dapat diatasi oleh enci." Eng Lian melirikan matanya yang tajam, Ia tersenyum senang atas perhatian sang adik. Tapi ia heran adik In-nya tidak menyambut senyuman sebagaimana biasanya, wajahnya Lo In agak tegang. "Jadi bagaimana sekarang ?"tanya Eng Lian. "Kalau aku tahu sucouwmu yang datang, barusan aku tidak tinggal pergi." kata Lo In. "Tidak sampai enci Leng siong hilang " "Kau berani lawan sucouw" Dia sukar dilawan, mana kau bisa menang ?" "Menang atau kalah, itu urusan belakang, setidak-tidaknya aku sudah membela enci Leng siong sehingga tidak akan disalahkan oleh paman dan bibi Teng." Eng Lian tundukkan kepalanya. Ia menyesal atas perbuatannya tadi, sehingga menyebabkan hilangnya anak orang. sementara Lo In dan Eng Lian belum dapat pemecahan dalam soal Leng siong, tiba-tiba muncul nyonya Teng dan menanya, "Kemana anak siong " Kenapa tidak bersama-sama kalian" Lo In kebingungan untuk memberi Jawabannya, tapi Eng Lian sebaliknya- Ia berkata, "Adik siong dibawa sucouwku ke Coa-kok " "Ah, anak Lian, jangan main-main." nyonya Teng tersenyum lirih- "Buat apa aku main-main. Memang adik siong dibawa sucouw." menegaskan Eng Lian yang sedikit pun ia tidak memikirkan akan kekagetannya seorang ibu manakala mendapat tahu kalau anaknya dalam bahaya. Nyonya Teng hanya senyum-senyum saja mengira perkataan Eng Lian sebab mengira si nona yang pintar membanyol tengah menggodai dirinya. Tapi setelah Eng Lian menuturkan duduknya urusan, sekonyong-konyong saja nyonya Teng jatuh terkulai dan rubuh dilantai kalau tidak Lo In dengan cepat sudah datang menyangga. "Wah, dia pingsan" berkata Eng Lian, sedikit juga ia tidak unjukkan rasa kaget atas kejadian itu. "Bawa, hayo bawa ke dalam " ia suruh Lo In memondong nyonya Teng dibawa masuk ke dalam. Lo In lantas memondong si nyonya yang sudah tidak ingat orang. oleh Lo In, seorang pelayan disuruah mengabarkan pada Teng Hauw dan Kim Wan Thauto-Tidak lama lagi masuk Teng Hauw, sedang Kim Wan Thauto tidak turut datang. Bingung Teng Hauw melihat istrinya jatuh pingsan, Ia lalu menanya pada Lo In, "Lo Hiantit, kenapa bibimu " Eh, mana Leng siong ?" Belum Lo In menjawab, Eng Lian sudah nyeletuk mendahului, "Aku kasih tahu bibi, adik siong dibawa sucouw lantas dia jatuh pingsan, antahlah, apa memang bibi ada punya penyakit ayan ?" Mendengar Leng siong dibawa sucouwnya Kim Coa siancu, kagetnya Teng Hauw bukan kepalang dan ia jatuh duduk dikursi. Termenung-menung ia dan kedua matanya berkacakaca hingga Lo In merasa kasihan, sebaliknya Eng Lian tinggal tenang-tenang saja. Betul-betul watak Eng Lian lebih aneh dari si bocah wajah hitam. "Hiantit, bagaimana ini.............?" berkata Teng Hauw dengan suara lirih. "Paman Teng." sahut Lo In. "Kita sudah tahu siapa ujang culik enci Leng siong. Aku harus menyusul ke Coa-kok untuk mengambil kembali enci Leng siong dari tangannya Lam-hay Mo-lie-" "Hei, kau jangan ke sana " Eng Lian mencegah"Kalau ke sana, bisa masuk tak bisa keluar, kau tahu Apalagi sekarang ada sucouw yang sangat lihai " Lo In ketawa hambar. "Enci Liang." katanya "Kita harus tanggung jawab atas hilangnya enci Leng siong. Kalau kau tidak maupergi, biar aku sendiri yang kesana " "Tidak- tidak, aku mau ikut " kata Eng Lian, seperti anak kecil lagaknya. sementara itu nyonya Teng sudah siuman dan menangis tersedu-sedu sambil sesambatan memanggil-manggil Leng siong, puterinya yang hilang. Lo In melihat itu menjadi tidak enak hatinya. Sebentar lagi Kie Giok Tong yang mendapat kabar Teng Hauw dalam kesulitan, sudah datang bersama-sama saudaranya yang lain. Mendapat kabar dari Lo In tentang hilangnya Leng Siong, Kie Giok Tong dan lain-lainnya juga menjadi kaget. Toako dari Lima Harimau itu sebisa-bisanya menghibur hati nyonya Teng yang menangis saja. "Hilangnya anak Siong," kata Kie Giok Tong. Justru sedang bersama-sama Lo Hiantit. Maka untuk mendapatkan dia kembali pun sebaiknya Lo Hiantit yang berusaha. Kami mengharap sekali bantuan Lo Hiantit. Kami percaya dengan kepandaian Lo Hiantit yang tidak ada taranya, rasanya tidak susah untuk merampas pulang Leng Siong " Kie Giok Tong dalam kata-katanya ada menyesalkan Lo In. Tapi ia atur perkataannya demikian rupa, supaya tidak menyinggung perasaannya Lo In. Tapi biar bagaimana juga, Lo In yang cerdik sudah dapat menangkap bahwa dirinya disesalkan. "Kie Lopek bicara dari hal yang wajar." kata Lo In. "Baik, aku nanti berusaha sebisanya mendapatkan kembali enci Leng Siong meskipun apa pun yang akan terjadi atas diriku yang tidak berguna " "Lo Hiantit, kau jangan salah paham." berkata Kie Giok Tong yang pandai melihat gelagat. "Apa yang aku barusan bilang, bukannya menyesalkan kau. Hanya kami dari suyangtin Ngo-houw mau minta bantuanmu. Habis, kalau tidak minta bantuan Hiantit yang berkepandaian tinggi, sama siapa kita dapat minta bantuan lagi ?" Lo In tidak mau debat, ia hanya anggukkan kepalanya. Kapan ia melihat ke sekitarnya, ia tidak nampak Kim Wan Thauto- Lalu ia menanya pada tuan rumah, "Paman Teng, kemana perginya toako ?" " Entah dia pergi kemana, hanya dia ada menitipkan surat ini untuk Hiantit." sahut Teng Hauw seraya keluarkan sebuah sampul dari kantongnya dan diberikan pada Lo In. Ketika Lo In sobek sampul dan baca surat Kim Wan Thauto, hanya pendek saja bunyinya : "Anak In, toako tidak berguna. Mengikuti anak In hanya membuat berabe saja. sampai disini saja, kita berpisahan. Toako akan berusaha mencari anak Hiang, semoga toako berhasil. Harap anak In bisa jaga diri dalam perjalanan. Kim Wan Thauto" Benar-benar pusing kepalanya Lo In. urusan yang satu belum beres, muncul lagi yang lain. Lo In menduga perginya Kim Wan Thauto lantaran tidak begitu cocok dengan tabiatnya Eng Lian, tidak seperti terhadap Bwee Hiang. Memang tabiatnya dua gadis ini sangat jauh bedanya seperti langit dan bumi. Kalau Eng Lian berandalan dan tidak begitu memandang pada orang yang lebih tuaan, sebaliknya dengan Bwee Hiang yang halus tutur katanya dan bisa menyesuaikan diri hingga orang menaruh simpati bergaul dengannya. Mungkin disebabkan usianya Bwee Hiang ada lebih tua dan lebih 'matang'. Tapi bagaimana pun, Bwee Hiang memang seorang gadis yang terdidik (terpelajar) dan arahnya bergaul ada sangat simpatik, hingga orang suka kepadanya. sampai pada waktu malam, baru nyonya Teng kelihatan reda sedihnya- Ia panggil Lo In dan Eng Lian berkumpul, juga Teng Hauw ada hadir- "Anak Lian." kata nyonya Teng" Aku panggil kau berkumpul ada satu hal yang ingin kusampaikan padamu- soal apa, kau tahu ?" "Mana aku tahu, bibi belum omong." sahut Eng Lian ketawa. Nyonya Teng tersenyum lirih"Sebenarnya yang aku ingin ceritakan padamu, anak siong turut serta mendengarkan ada terlebih baik. Tapi dia tidak ada, tidak apalah kuceritakan padamu-" "Urusan apa itu, bibi Teng ?" tanya Eng Lian. "Urusan hubungan kita bersama." sahut nyonya Teng tersenyum. Eng Lian mendesak supaya nyonya Teng lekas bercerita. Lantas nyonya Teng mengisahkan satu kejadian yang cukup menarik untuk dituturkan disini-Itu kejadian kira-kira delapan belas tahun yang lalu. Di suatu dusun yang bernama Cenghiang, kira-kira 200 lie di sebelah barat dari suyangtin, masa itu ada hidup seorang gadis bersama kakeknya, si kakek bernama Tan Giok siong dan si gadis namanya Lie Gin Hoa. Hidupnya Gin Hoa sangat tertekan oleh kakeknya yang bengis. Tidak diperbolehkan ia berpakaian rapih dan merawat dirinya hingga kecantikannya mengumpat dibalik wajahnya yang kotor dan pakaian yang kumal. Biasanya seorang kakek sangat memanjakan cucunya dan kepingin cucunya lekas-lekas lalu, tapi Giok siong sebaliknya, ia menekan kemerdekaan cucunya seakan-akan sang cucu tidak boleh kawin dan sampai mati terus merawat dirinya. Entahlah, dalam dunia yang lebar ini ada macam kakek yang begituan. Untunglah Gin Hoa bukannya gadis yang suka dimanja, ia dapat menyesuaikan dirinya terhadap kakeknya yang bengis. Cuma saja, parasnya yang kotor dan pakaiannya yang kumal membuat Gin Hoa sampai usia lewat 20 tahun belum ada yang naksir. Pada suatu hari, ketika ia habis mencuci pakaian di kali yang letaknya agak jauh juga dari rumahnya, ia turun mandi di kali dengan hanya bagian bawahnya saja yang tertutup sedang bagian atas tubuhnya telanjang. Tampak tubuhnya yang halus putih mempesonakanpada yang melihatnya, Ia ada bersama dua orang temannya mencuci di kali itu. Terdengar satu diantara temannya itu berkata kepadanya, "Enci Gin, tubuhmu begini halus putih macam sutera, kenapa wajahmu kotor amat ?" "ya, enci Gin. Bersihkan sekali, aku ingin lihat kecantikan aslimu " menimpali temennya yang lain. Gin Hoa hanya tersenyum sambil mandi terus. "Kakekmu terlalu kejam, menekan enci- sampai begini" "Rupanya kakek enci Gin tidak senang melihat wanita cantik " "Dengan romanmu yang sembarangan, mana dapat pasaran?" "Aku sendiri yang jelek, sudah 3 tahun laku." "Hihi, bisa saja enci Soen jangan gitu dong " " Emang, kalau enci Gin unjukkan kecantikan aslinya, 3 tahun yang lalu sudah tentu disambar orang. Tidak seperti sekarang, sudah masuk 23 tahun masih belum punya pacar satu juga." "Emangnya kalau berpacaran mesti punya dua tiga pacar?" "Tentu, kalau yang ini lolos, yang itu, kalau yang itu gagal, ada yang ini." "Hihi, enci soen bisa saja- Mari kita pulang, kita kan sudah selesai-" "Baru aku mau ajaki kau pulang- Biar kita tinggal enci Gin sendirian merendam dirinya lama-lama. Biar daki-dakimu pada rontok- Hihihi - -" Demikian 3 orang itu mengocok Gin Hoa yang sedang merendam diri dalam kali yang jernih. "Hei, kalian tega amat meninggalkan aku sendirian" teriak Gin Hoa, ketika melihat dua kawannya sehabis mengocok dirinya (Gin Hoa) pada meninggalkan pgrgiTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Tapi teriakannya tidak dihiraukan, malah mereka ngikik ketawa sambiljalan terus meninggalkan Gin Hoa yang masih mandi- "Biar mereka pergi, aku boleh merendam badan lamalamaan." kata Gin Hoa ketawa. Tiba-tiba ia mendengar suara seruling menggema di bawa sang bayu. "Lebih enak lagi aku merendam diri diiringi seruling." kata si gadis sambil gosoki tubuhnya yang putih halus, cuma herannya mukanya sendiri ia tak ambil pusing. Malah ketika tangannya kesalahan waktu mau menggosok pipinya, dia menggumam, "Hei, di sini kakek tidak mau " Lucu lagaknya si gadis. Ia dengar suara seruling makin lama makin dekat, akan kemudian......lenyap tak terdengar pula. Kesal mendengar lenyapnya suara seruling Gin Hoa menggerutu, "Siapa sih yang meniup seruling " Lagi enak-enak nonamu mendengarkan, lantas dihentikan" Gin Hoa berkata seraya naik ke darat. Tapi.........alangkah kagetnya nampak pakaiannya tidak ada di tempatnya tadi"Celaka " pikirnya. "Aku dalam keadaan telanjang begini, dari mana aku dapat penutup tubuhku" Kurang ajar, siapa sih yang begitu jail" Akan kugasak dia kalau aku ketemukan orang jail itu " Tubuh yang berdiri dalam pakaian..........ehm Tentu saja bikin pria yang lihat bisa jatuh lemas mendadak- Tapi Gin Hoa tidak memikir ke situ, pikirnya ditempat itu jarang atau belum pernah ia lihat kaum pria yang lalu lalang. Dalam kebingungan mencari penutup badan, ia ingat akan cuciannya tadi- Maka ia buka bakul cuciannya dan mengambil pakaiannya yang basah dan dipakainya seketika itu sedang mulutnya menggerutu, "Tidak salah, tentu si soen dan si sin tadi yang main gila menggodai orang terlalu kelewatan. Masa pakaian orang dibawa pergi diam-diam. Baik, kalau kuketemu mereka, akan Bocah Sakti Karya Wang Yu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo kumaki habis-habisan" Dengan mengenakan pakaian yang barusan dicuci, entenganjuga bobot bakul yang dikempit dipinggangnya, Ia pulang dengan perasaan mendongkol pada dua temannya yang ia anggap menggodainya keterlaluan. Belum berapa tindak ia berjalan, ia nampak di sebelah depan ada sepotong kain yang terpancang dipokoknya pohon. Kapan ia dekati, alangkah terkejutnya, sebab itu adalah baju dan celananya yang hilang. Cepat ia menjambret, kiranya pakaian itu terpancang pada sebatang seruling yang nancap pada pokoknya pohon. Ia coba cabut seruling itu tapi sampai berkutatan, ia tak dapat mencabutnya hingga ia uring-uringan. Katanya, "orang yang punya seruling, kenapa kau jail amat sama nonamu " Awas Kalau sampai jumpa dengan nonamu, akan kuhajar batang hidungmu yang kaya ser......." Ia terperanjat ketika sekonyong-konyong menempel ke mulutnya yang sedang nyerocos hingga terputus kata-katanya, Ia coba mengelak, percuma, malah hidung tadi makin melengket di mulutnya dan tubuhnya dipeluk prang erat-erat hingga rasanya 'ngap'. Ketika ia sadar, siapa orang yang berlaku kurang ajar itu, bukannya Gin Hoa marah malah dari menronta keras ia jadi jinak dan kasihkan bibirnya dicium lama-lama. "Koko, kau bikin aku rasanya "ngap " kata Gin Hoa setelah terlepas dari pelukan orang sambil tundukkan kepala. "Adik Gin, kalau tidak dengan cara begini, selalu kau mau lari saja dari aku." sahut orang itu dengan suara halus dan ramah- Di balik wajahnya yang kotor, matanya melirik tajam pada orang itu yang juga telah tergetar hatinya. Dengan tiba-tiba ia lantas ulur tangannya hendak memeluk lagi. "Jangan, koko" kata si gadis seraya mundur satu tindak"Adik Gin, lama aku mimpikan kau. sayang selalu kau menjauhkan diri saja dari aku. Barusan aku sudah saksikan keindahan tubuhmu, membikin aku hampir jatuh dari pohon, sudah lama kutahu kau umpatkan kecantikanmu di balik wajahmu yang kotor. Tapi untuk menyaksikan tubuhmu yang menggiurkan tadi, belum pernah aku mengimpi.........." "Koko," memotong si gadis, seraya tundukkan kepala. Malu rupanya ia tubuhnya yang indah ditonton orang di depannya. "Kau bikin aku penasaran atas kelakuanmu." "AKu Gouw Tay Lie, tak bakal bikin kau penasaran. sekarang juga aku akan pergi pada kakekmu untuk melamar dirimu. Dikasih atau tidak- aku akan memaksanya " Gouw Tay Lie adalah pemuda umur tiga puluhan, wajahnya cakap dan tampan. Entah dari mana datangnya dia sebab dalam dusun cenghian itu ia tinggal belum berapa lama. Ia sering-sering perhatikan Gin Hoa kalau pergi cuci di kali bersama-sama temannya. Teman-teman Gin Hoa sering ketemu si pemuda dalam perjalanan mencuci ke kali, mengira bahwa Gouw Tay Lie naksir pada dirinya, sudah unjuk kegenitannya kepada si muka tampan. Tapi Gouw Tay Lie tidak meladeni mereka, hanya matanya berpusat kepada Gin Hoa. Dari gerak gerik dan lirikan Gin Hoa yang tajam, Tay Lie mengerti bahwa perhatiannya pada si nona mendapat sambutan, Ia sudah berusaha mendekati, tapi selalu si nona menjauhkan diri Malah kalau pergi cuci di kali tanpa ada yang temani, Gin Hoa tidak mau pergi. Tay Lie tahu bahwa si nona bukan tidak mau melayani, ia hanya takut pada kakeknya yang bengis dan mengekang dirinya. setelah berkali-kali untuk mendekati si gadis berwajah kotor tidak berhasil, akhirnya ia ambil jalan nekad seperti yang dilukiskan diatas. Mendengar kata-kata si pemuda yang hendak melamar dirinya dan akan memaksanya kalau si kakek tetap bertahan, Gin Hoa jadi kaget, Ia berkata. "Jangan, jangan. Kakek adanya luar biasa. Kalau dia marah, aku yang jadi korban nanti." Tay Lie mau percaya akan keterangan si nona. Pemuda itu sudah mencari keterangan halnya si kakekmemang adanya luar biasa. Ada beberapa tetangganya diminta perantaranya untuk melamarkan Gin Hoa, tidak ada yang berani. Malah menasehatkan Tay Lie untuk jangan dekati si nona, lebih baik cari yang lain saja. Malah pernah ada kejadian, si nona dipukuli si kakek karena ada orang yang meminang si gadis untuk dijadikan istrinya yang sah. orang yang melamar itu kedudukannya dalam dusun itu boleh juga. sengaja ia mencari wanita yang romannya tidak berapa cantik, asal boleh dipakai'Pendaringan', dimaksudkan yang setia dan sabar untuk merawat dua anaknya yang masih kecil, belum lama ditinggal mati oleh ibunya. Lantaran ini, maka segan orang berurusan dengan si kakek dalam hal cucunya itu. gara-gara si kakek yang adatnya aneh, bisa-bisa Gin Hoa jadi perawan tua. Tadinya Tay Lie sudah nekad dan mau datangi si kakek untuk minta dirinya Gin Hoa. Mendengar kata-kata Gin Hoa yang separuh meratap, ia menjadi kasihan pada si nona dan urungkan niatnya- Tapi, ia mencintai Gin Hoa- Cara bagaimana ia dapatkan si gadis " Inila h yang membuat kepalanya pusing. sejak dari mulutnya kena ditempel hidung Tay Lie, si nona jadi berpikiran. orang demikian tampan, mau sama dirinya yang berwajah kotor menjijikkan, sungguh ia tidak habis mengerti, Ia tidak sadar kalau Tay Lie sudah tahu bahwa dibalik wajah yang kotor itu ada mengumpat kecantikan yang bercahayaTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ sejak itulah Tay Lie dan Gin Hoa makin rapat hubungannya di luar tahunya sang kakek yang bengis, sering mereka bikin pertemuan rahasia di tempat-tempat yang sunyi. Hari lewat hari, Giok siong (si kakek) lihat badannya sang cucu berubah- sering tiduran siang, biasanya tidak pernah dilakukan Gin Hoa, malah terkadang tampaknya si nona sangat lesu, tidak bersemangat untuk mengerjakan apa-apa. Giok siong menjadi heran. Dari heran ia menjadi curiga ketika nampak perutnya sang cucu seperti melembung. Pada suatu malam tampak romannya Giok siong sangat tegang, kadang-kadang beringas. Entah kenapa si kakek mendadak berubah demikian menakutkan, sebentar lagi ia masuk ke dapur, dimana ia ambil golok, piranti membelah kayu. Ketika melihat golok itu puntul, lalu ia dekati batu asahan, dimana ia mengasah golok itu sampai tajam benar. Kalau orang yang melihat tingkah lakunya si kakek malam-malam mengasah golok, tentu orang akan menanya : Apa-apaan dia mengasah golok malam-malam " Memangnya tidak ada waktu siang untuk membuat golok tajam " sebentar lagi, setelah melihat golok sudah tajam, Giok siang tampak pentil-pentil bagian tajamnya, Ia ketawa, tidak sampai terbahak-bahak, seakan-akan takut ada orang dengar. Dengan golok itu ia masuk lagi ke dalam, Ia duduk pada sebuah dipan, piranti tidurnya. "Gin Hoa, Gin Hoa Kemari sebentar" tiba-tiba si kakek teriaki cucunya yang belum lama masuk kamarnya untuk tidur. Gin Hoa yang memang belum pulas, kaget mendengar panggilan sang kakek- Cepat ia turun dari pembaringan, keluar menghampir kakeknya yang tengah duduk ditepi pembaringannya. "yaya (kakek), ada perintah apa kau memanggil aku ?" tanyanya. "Gin Hoa, bukan tidak ada alasannya aku memanggil kau." "yaya mau suruh apa " Katakanlah, aku lantas akan mengerjakannya." "Hehehe, cucuku yang manis." si kakek ketawa asem. Gin Hoa tidak enak hatinya melihat gerak g erik sang kakek yang aneh. "Aku mau tanya kau, harus kau mengaku terus terang." berkata Giok siong. "Aku memangnya kenapa, yaya?" tanya si gadis ketakutan. "Kau sudah berhubungan dengan siapa " Lekas mengaku " "Tidak, aku selalu merawati yaya, tidak berhubungan dengan siapa juga." "Bagus " kata Giok siong seraya bangkit mendekati cucunya yang tengah gemetaran. "Weekk " tiba-tiba terdengar suara robeknya kain. Kiranya pakaian bagian perutnya Gin Hoa kena dijambret oleh si kakek. "Hahahaha, tidak ada hubungan " ini apa ?" si kakek kata sambil menunjuk pada perutnya Gin Hoa yang sudah mulai mengembung. Tersipu-sipu Gin Hoa coba menutupi perutnya yang telanjang, sambil menangis, ia putar tubuhnya lari ke kamar dengan maksud mau tukaran. Tapi satu tendangan dari Giok siong bikin Gin Hoa jatuh meloso- Kembali terdengar suara "wekk wekk1 beberapa kali. pakaian Gin Hoa yang sudah robek bertambah robek lagi di sana sini hingga si nona separuh telanjang. "Hehe, bagus ya berani kelabui yayamu " kata Giok, siong seraya mengambil golok dari dekat bantal tidurnya. "Kau lihat ini apa ?" berkata Giok siong seraya acungkan goloknya. Gin Hoa tengah merang kak-rangka k bangun sambil menangis, Ia singkap rambutnya yang terurai ke mukanya untuk melihat barang apa yang si kakek suruh lihat, Ia menjerit nampak Giok siong memegang golok tajam. "yaya, kau mau apakan aku " uh.....uh.....uh......." ia menangis keras. "Aku mau belah, keluarkan anak haram dari perutmu " sahut Giok siong bengis. Mendengar perkataan si kakeksekali menjerit lantas Gin Hoa pingsan-, "Bagus-" kata Giok siong ketika melihat cucunya pingsan. "Aku tak usah menelikung tanganmu lagi untuk mengeluarkan anak haram dari perutmu " Ia berkata sambil mendekati Gin Hoa yang menggeletak separuh telungkup,. si kakek kelihatan cucunya jadi rebah terlentang hingga tergetar juga hatinya si tua tampak tubuhnya Gin Hoa separuh terttup. Perutnya yang melembung dibungkus oleh kulit yang putih halus, membikin Giok siong jongkok termangu-mangu. "Kurang ajar." tiba-tiba ia menggerutu. "Siapa manusianya yang berani ganggu cucuku " Betulbetul dia berani main-main dengan kumis " Nyata si kakek sudah ambil keputusan tetap untuk mengeluarkan bayi dari dalam perutnya Gin Hoa, melihat ia sudah menyobek lagi pakaian si nona sehingga sekarang tampak jelas perutnya Gin Hoa yang sedang mengandung. Kasihan Gin Hoa akan menjadi korban kekejaman kakeknya sendiri Isi perutnya akan dikeluarkan dengan paksaGin Hoa matanya masih terus tertutup ketika golok dapur yang sudah diasah tajam mulai menyentuh pusarnya. Rupanya si kakek hendak mulai membelah perut cucunya dari situ. "Trang " huara golok terbentur benda keras, berbareng goloknya Giok siong juga sudah terlempar diluar kemaunnya si kakek- Kiranya benda yang membentur golok si kakek adalah sebuah batu yang sebesar jempol tangan, yang jatuh persis diatas perutnya Gin Hoa- Bukan main kagetnya Giok siong. cepat ia bangun berdiri dan membentak. "Bangsat, kau berani main gila pada orang she Tan " Lekas unjukan cecongormu " "Aku ada disini-" terdengar orang menyahut dari belakang. Cepat cilik, siong memutar tubuh. Kiranya dia seorang muda dari usia tiga puluhan yang menyahut bentakan tadiWajahnya tampan, tinggi kurus, tengah berseri-seri ke arahnya sambil menjura hormat. si kakek bukannya senang melihat pemuda sopan dan berwajah tampan, sebaliknya ia sangat gusar. Bentaknya, "Anak sialan, tentu kau yang bikin cucuku jadi melembung perutnya. Hm, bagus, bagus " Meskipun ia sangat gusar dan memaki si pemuda yang tiada lain adalah Gouw Tay Lie adanya, tidak berani ia sembarang bergerak melihat si pemuda dengan sebuah batu sudah bikin golok terlempar dari cekalannya. "Mohon maaf pada kakek-" kata Tay Lie. "Urusan adik Gin, aku yang tanggung jawab. Aku tidak akan sia-siakannya." "Hm, bagus-bagus." kata si kakek sambil anggukanggukkan kepalanya. "Adat kakek ada luar biasa. Maka terpaksa aku ambil jalan seperti yang sekarang kakek sudah tahu untuk aku dapatkan dirinya adik Gin," "Hm Bagus, bagus...." "selanjutnya, adik Gin akan menjadi istriku" "Hm Bagus, bagus........" "Apa yang bagus ?" tanya Tay Lie yang jengkel bicaranya hanya dijawab dengan 'bagus, bagus' saja. "Memang bagus, kau sudah bikin melembung perut cucuku tanpa permisi dulu dari aku. Apa perbuatanmu itu aku harus bilang jelek ?" Tay Lie melengak mendengar jawaban si kakek seperti sinting. Ia melirik pada Gin Hoa yang tengah telentang tidak ingat orang dengan badan hampir kehilangan tutupnya sama sekali. Hatinya sangat kasihan, cepat ia jongkok, kemudian memondong si nona. "Hei, kau mau bawa kemana cucuku ?" Giok siong tiba-tiba menanya. "Aku mau rebahkan dia diatas pembaringan dan menolongnya." sahut Tay Lie seraya terus bertindak menghampiri dipan si kakek"Hei, itu tempat tidurku, tak boleh ditaruh disitu, kotor " kata Giok siong. Tay Lie tidak meladeni si kakek- sambil mendengus ia bawa si nona ke dalam kamarnya, dimana ia rebahkan dan. menutupi badan Gin Hoa yang telanjang. Ia segera mulai mengurut-urut urat-urat dari jalan darah yang ia tahu untuk membikin Gin Hoa tersadar. Lama juga ia berusaha menyadarkan si gadis. Bocah Sakti Karya Wang Yu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Hei, kau lama-lama dalam kamar lagi apa-apaan ?" kedengaran suara si kakek dari sebelah luar. Tay Lie melengak- jadi melengak keheranan ia jadi geli ketawa sendiri menyaksikan tindak tanduk si kakek- Pikirnya, orang sedang repot menolong gin Hoa, bukannya bantu menolongi, ini malah menanya yang bukan-bukan. Benarbenar orang tua itu sudah sinting atau linglung. Tay Lie tidak meladeni si kakek- terus ia berusaha menolong Gin Hoa. "sudah tanpa permisi bikin perut cucuku kembung, sekarang lama-lamaan di dalam kamar cucuku. Betul-betul kau bikin si kakek jadi penasaran" kedengaran Giok siong kembali mengucapkan kata-kata yang melantur, sebentar lagi tampak Gin Hoa siuman. "Koko, kau juga datang ?" tanya si gadis lemah"Adik Gin, aku datang unuk melindungi kau." sahut si pemuda, ketawa. "Memangnya aku kenapa ?" tanya si gadis, seperti mengigau. "Adik Gin, anak kita mau dikeluarkan dari perutmu oleh kakekmu." "Koko" menjerit Gin Hoa sambil bangun dan menubruk Tay Lie yang duduk di tepi pembaringan. "AKu takut.....aku takut......" katanya dalam pelukan si pemuda. Gin Hoa lupa akan pakaian yang sudah koyak-koyak"Adik Gin, tenang, tenang " menghibur Tay Lie seraya membelai-belai rambutnya si gadis yang hitam jengat bagus. "Hei, lagi apa-apaan ?" si kakek berkata sambil tongolkan kepalanya dari balik muilie (terai pintu) sebab kamarnya Gin Hoa tidak berpintu. Gin Hoa kaget- Ia dorong Tay Lie dan masuk lagi ke dalam selimut- Kini ia sadar bahwa dirinya hanya berpakaian separuh- "Koko, itu kakek datang mau membelah perutku.........." meratap Gin Hoa dari dalam selimut, Ia sudah menutup seluruh badannya dengan selimut saking ketakutanTay Lie tidak menjawab, sebaliknya ia bangkit dan berjalan keluar dimana Giok siong sudah duduk menantinya di ruang tengah, seraya tangannya memegang golok yang tadi mau dipakai membelah perut cucunya. Tay Lie tidak gentar si kakek memegang golok- Ia jalan menghampiri dan duduk di depannya- Ia berkata, "Urusan sudah jadi begini, kau sekarang mau apa ?" " urusan tidak jadi begini kalau tidak gara-garamu tanpa permisi melembungkan perut cucuku." sahut Giok siong dengan mata bersinar rasa penasaran. Tay Lie anggap orang tua ini benar-benar sinting. Masa saban-saban menyebut kehamilan cucunya tanpa permisi. Kalau tidak sinting, orang ini tentu kakek cabul. Dalam jengkelnya Tay Lie berkata kasar, katanya, "ya sudah, aku tanpa permisi melembungkan perut cucumu. Kau mau apa ?" "Heheh, kau mau ngaku juga kesalahanmu, ya " Giok siong ketawa aneh- "Aku Gouw Tay Lie, berani berbuat tentu berani tanggung jawab " "Tanggung jawab apa " mendengus si kakek- matanya melotot. "Aku tanggung jawab buat kehidupannya adik Gin. Aku tidak nanti sia-siakan dan akan menjadikan istri yang tersayang " "Hahaha " giok siong tertawa terbahak-bahak"Kau lihat ini ?" Tay Lie lihat cilik, siong acungkan goloknyasebelum ia bicara, cilik, siong sudah mendahulu, "Aku Tan.........." ".........Giok siong " terdengar orang menyambung dari sebelah luar. Lalu disusul dengan tertawa yang terbahakbahak, si kakek dengan mendadak saja agak bergidik badannya- Tay Lie heran, dengan mendadak sontak setelah mendengar tertawanya orang diluar rumah si kakek bergidik sampai badannya gemetaran. Entah siapa orang yang datang itu. "Brak " tiba-tiba pintu ditendang terbuka. Tampak berjalan masuk seorang pria bermuka persegi dan gemuk badannya. Dari muka dan perawakannya, Tay Lie heran, tidak ada yang harus ditakuti- Kenapa si kakek bolehnya bergidik sampai gemetaran badannya " orang itu tidak memandang pada Tay Lie yang ada disitu, hanya langsung berkata kepada Giok siong, " Kakek sinting, tidak nyana kau mengumpat disini Tujuh tahun sudah aku mencari-cari kau. Mana cucu perempuanmu" Lekas keluarkan" si kakek tidak menyahut, hanya matanya saja memandang pada orang gemuk itu dengan roman agak pucat, seakan-akan melihat setan. "Aku ciu-kui Gouw TOa (si setan Arak) belum pernah mengampuni anak buahnya yang berkhianat Tapi untukmu, aku bisa kasih kelonggaran, asal cucu perempuanmu lekas kasih keluar. Dimana dia, lekas Hahaha, sekarang kau tak punya alasan untuk mengatakan cucumu masih di bawah umur" Gin Hoa dikamar mendengar suara Gouw Toa juga ketakutan, ia tutup rapat-rapat semua badannya dengan selimut, takut orang itu nanti masuk ke dalam kamarnya dan melihat dirinya. Diam-diam ia jengkel, kemana sih perginya Tay Lie, tidak kedengaran suaranya. Ia barusan saja tukaran pakaiannya yang koyak-koyak dan mau memanggil Tay Lie masuk untuk menasehati supaya si anak muda jangan kasar-kasar bercakap dengan yayanya, tapi niatannya urung karena ia mendengar suara yang ia kenali betul. "Patung, kau diam saja " bentak Gouw Toa, si setan ArakUntung Giok siong sudah menguasai keadaan maka ketika dibentak demikian, bukan makin menggigil ketakutan malah tiba-tiba ia ketawa dan tampangnya berubah tidak ketakutan lagi seakan-akan dalam benaknya sudah mendapat pemecahan untuk menghadapi Gouw Toa. Bukan Tay Lie saja yang heran, juga Gouw Toa jadi melengak sejenak nampak si kakek tidak bergemetaran mendengar bentakannya yang nyaring "orang she Gouw, kau sudah terlambat datang." sahut Giok siong ketawa. "Apanya yang terlambat datang ?" tanya Gouw Toa heran. "Cucuku sudah melembung. Hahaha...." "Apanya yang melembung " "Sudah tentu perutnya, hahaha " Gouw Toa memang pandang Giok siong ada satu kakek yang sinting, ucap katanya suka melantur ketika si kakek masih menjadi anak buahnya. Tapi mendengar kata-kata melembung perut cucu perempuannya si kakek- mau tak mau ia menjadi terkejut dan memandang ke arahnya si kakek dengan muka bengis. "Jadi, cucu perempuanmu sudah punya suami?" ia menanya, cemas hatinya. "Punya suami sih belum, cuma dia sudah melembung." sahut si kakek haha hihi. "siapa yang bikin dia melembung ?" bertanya Gouw Toa sangat gusar. Giok siong tidak menjawab, hanya matanya saja melirik pada Tay Lie yang enak-enakan mendengari orang bertanya jawab. "Brak Prang Preng Prong....." Itulah suara meja terbalik diatas mana ada ditaruh piring mang kok, tempat teh dan lain-lain hingga ramai kedengarannya. Meja itu terbalik ditendang sekerasnya oleh Gouw Toa, yang seketika itu meluap amarahnya kepada Tay Lie- si setan Arak penasaran, bakal miliknya didahului oleh si pemuda yang tak dikenal dan juga tidak dipandang mata olehnya, cilik, siong kembali gemetaran nampak si setan Arak mulai umbar amarahnya. Tapi Tay Lie tinggal tenang-tenang saja dan memandang pada Gouw Toa dengan tersenyum sinis. Tampaknya ia tidak gentar kepada si setan Arak-si kakek tidak menjawab, hanya matanya kedap kedip pada Tay Lie. " Lekas katakan" kembali si setan Arak membentakGiok siong dengan muka ketakutan, melihat ke kamar Gin Hoa yang tidak berpintu "Hahaha " si setan Arak tertawa keras, tubuhnya berbareng melompat ke pintu kamar dan ia akan menerobos masuk kalau tidak tertahan oleh suara halus dari dalam kamar. "Jangan.. Jangan masuk- Aku lagi tukar pakaian, segera aku keluar" "Hehehe, nona manis, kau masih kenali juga pada Gouw Toaya ?" kata Gouw Toa ketawa. "Aku tahu Gouw Toaya yang datang, tunggu sebentar" sahut Gin Hoa, empuk suaranya. si setan Arak yang merangkap juga jabatan setan Perempuan, tampak berseri-seri kegirangan, menunggu keluarnya si elok dari kamarnya. Tay Lie sudah muak melihat lagaknya Gouw Toa. Tadi ketika si setan Arak mau menerobos ke kamarnya sang kekasih, ia sudah mau menghadang tapi urung ketika mendengar suara Gin Hoa yang dapat menyetop kelakuan si setan Arak yang kasar. Ia masih mau lihat, apa yang Gin Hoa bisa bikin untuk menghadapi Gouw Toa Juga ia masih samar-samar untuk mengetahui duduknya urusan. Maka ia tidak mau turun tangan dulu. Hanya yang sudah terang baginya adalah Giok siong, memang dia ada seorang kakek sinting. Bagaimana lantarannya Giok siong mengekang kemerdekaan cucunya, inilah yang ia kepingin tahu. Tidak lama Gin Hoa telah keluar dari kamar. Ia tertawa kepada Gouw Toa, sebaliknya Gouw Toa terbelalak matanya memandang kepada si nona. "Apa kau si Gin dari tujuh tahun yang lalu ?" "siapa bilang bukan si Gin yang dulu " Waktu itu aku baru berumur lima belas, sudah tentu sekarang lain rupanya. Lain dulu lain sekarang, Gouw Toa y a Hihihi......" Gin Hoa ketawa tapi tidak membuat guncang hatinya si setan ciila Perempuan, malah ia seram rupanya, matanya kedap kedip seperti orang tolol. Tadinya Gouw Toa mengira dari dalam kamar akan keluar satu gadis yang cantik jelita dengan senyuman yang memikat dan lagak lagunya yang Jenaka, tidak tahunya di depannya sekarang berdiri satu wanita yang mukanya buruk bagaikan restan penyakit cacar. Matanya belekan (tai mata di sana sini), pakaiannya kumel seperti yang sudah tahunan lantaran tidak dicuci-cuci, mulutnya juga seperti mengok ke kiri seketika berbayang di depan Gouw Toa roman cantik jelita Gin Hoa pada usianya yang mulai mangkat dewasa. Luwes dan cekatan, omongannya serba Jenaka penghibur lara. Tapi sekarang kenapa jadi begini " Dalam usia dewasa Gin Hoa semestinya lebih cantik dan mempesonakan. Ini malah lebih buruk dari wanita yang disebut jelekTak dapat Gouw Toa memecahkan persoalan itu sebab buktinya memang si nona berwajah buruk menyeramkan. "Kalau benar si Gin, kenapa wajahmu berubah seburuk ini ?" si setan Arak menanya perlahan, seperti cemas hatinya. "Kalau dulu wajahku cantik dan sekarang buruk, itu perubahan yang wajar." sahut Gin Hoa, melirik pada Gouw Toa seraya tersenyum, Gouw Toa main muak melihat lirikan dan senyuman Gin Hoa- Kenapa " Gouw Toa lihat lirikan Gin Hoa bukan memikat tapi seperti berjatuhan tai matanya, senyumannya menyeramkan sebab mulutnya yang mengok seperti lebih mengok lagi. Tapi betul seperti katanya cilik, siong, cucunya sudah melembung perutnya. Mungkin si nona sudah mengandung tujuh delapan bulan. Dalam keadaan mengandung, tubuhnya Gin Hoa berubah makin menggiurkan sebenarnya. Tapi si setan Arak tidak melihat itu, hanya yang dibuat pikiran wajah si nona yang buruk. Dari merasa cemas dan heran, ia menjadi marah, "Kau bilang perubahan yang wajar, apa artinya itu " Lekas katakan" setelah tersenyum yang memuakkan Gouw Toa, si nona menjawab, "Aku diserang penyakit cacar, makanya wajahku jadi berubah begini- Kapan Gouw Toaya pulang Jangan lupa ajak aku, ya" "Ajak kau pulang ?" kata si setan Arak dengan sinis. "ya, sejak aku pulang ke rumahmu ?" "siapa yang mau bawa orang macam kau ?" "Dari jauh kau cari aku, kenapa sekarang berubah pikiranmu " "siapa yang cari kau, budak buruk " "Lho, kenapa kau jadi memaki si Gin ?" "Memaki maish bagus, sebagai ganti tendangan Gouw Toaya " "Ajak dong, kan kau mencari aku ?" Gin Hoa dengan berani mendekati si setan Arak dan hendak mencekal tangan orang dengan tangannya yang kotor. "Kurang ajar Kau berani..........?" kakinya pun melayang hendak menendang Gin Hoa. Tendangan itu berat ratusan kati, tambahan mengarah perut. Kalau saja mengenai sasarannya terang perutnya Gin Hoa akan berantakan dan bayi didalamnya mati seketika. Hal mana membuat Gin Hoa sangat kaget, sebab perbuatan si setan Arak ada diluar perhitungan, Ia sudah pejamkan matanya untuk terima binasa. "Bluk " terdengar suara tubuh yang jatuh. Gin Hoa terkejut, cepat dia membuka matanya. Kiranya suara "bluk1 tadi adalah suara tubuhnya Gouw Toa yang berat, jatuh meloso di lantai dan sedang merangkak bangun. Di dekatnya kelihatan Tay Lie berdiri sambil senyumsenyum. Apakah yang sudah terjadi " Gin Hoa tak usah putar otak untuk mencari tahu, karena lantas terdengar bentakan Gouw Toa kepada Gouw Tay Lie, "Binatang Hm Bagus, bagus, bagus......." Bocah Sakti Karya Wang Yu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Apa yang bagus ?" tanya Gouw Tay Lie keheranan. "Bagus perbuatanmu bikin bunting anak orang tanpa dinikah " sahut Gouw Toa. "Itu ada urusan pribadiku, ada sangkut apa dengan kau?" "sangkutan apa " Hm Kau tidak tahu Gin Hoa kepunyaanku ?" "Kalau kepunyaanmu, kenpa kau tidak mau bawa kau, malah ini menendang kayak kuda kelaparan" menyela Gin Hoa dengan berani. Gouw Toa melengak- Ia tidak menduga Gin Hoa berani mengejek demikian. "Kau kira wajahmu kebagusan untuk dibawa oleh Gouw Toaya ?" bentaknya. "Hihi, orang sinting." kata gin Hoa. "Kakekku kau katakan sinting, tidak tahunya kau lebih sinting lagi........." "Kau berani.......?" mengancam Gouw Toa, tangannya diulur hendak memukul. "Nah, pukullah " menantang Gin Hoa dengan lucu sebab ia berkata sambil sodorkan perutnya yang barusan mau ditendang si setan Arak- Bukan main gusarnya Gouw toa, "Budak hina, kau menantang " katanya nyaring, kepalanya juga sudah lantas melayang hendak menghantam dadanya si nona. sayang, sebelum tinju sampai pada sasarannya, ditengah jalan sudah dipegang oleh Gouw Tay Lie- Entah bagaimana Tay Lie, bergerak- Rupanya ia pandai kuntauw, tahu-tahu tubuhnya si setan Arak disengkilit dan untuk kedua kalinya terdengar suara -'bluk', tampak Gouw Toa meloso-loso lagi di lantai. Dengan susah payah baru ia bisa bangun berdiri "Anak muda, siapa namamu ?" tanyanya. "Aku Gouw Tay Lie- Kalau masih penasaran, boleh lain kali cari aku" sahutnya. "Bagus, kali ini kau menang. Lain kali giliranku yang menang." kata Gouw Toa. Ia berkata sambil kebas-kebas pakaiannya yang berdebu, barusan jatuh sampai dua kali. "Kali ini aku menang, lain kalijuga aku pasti tetap menang." Tay Lie menyindir. "Baiklah, kita sama-sama she Gouw. Lain kali kita tetapkan si Gouw yang mana yang unggul." kata Gouw Toa seraya jalan ngeloyor ke pintu, akan kemudian ia menghilang dalam kegelapan sang malam. Tay Lie tidak perdulikan Gouw Toa yang ngeloyor pergi, sebaliknya ia menghampiri Gin Hoa yang sedang ketawa, mulutnya mengok dan wajahnya buruk- Ia berkata, "Adik Gin, kau pandai benar membuat wajahmu seburuk ini " sambil menowel pipi orang hingga si nona ngikik tertawa. "Koko, bagaimana kalau wajahku lebih buruk dari ini, tentu kau muak ?" tanya Gin Hoa. "Lebih buruk lagi tidak berarti bagiku." sahut Tay Lie tegas. "Cintaku padamu sebesar gunung. Mang dapat digoyang oleh wajahmu yang buruk." "Betul ?" "Kenapa tidak betul ?" "TUnggu sebentar, ya ?" kata Gin Hoa seraya terus ngeloyor ke belakang. Lama juga si nona dibelakang. Membuat Tay Lie tidak sabaran. Ia lalu menyusul, baru saja ia mendekati pintu belakang, ia kesomplokan dengan seorang gadis yang luar biasa cantiknya hingga ia berdiri bengong. Kalau Tay Lie tidak mengenali pakaiannya si gadis cantik jelita itu kumel menjijikan, pemuda itu tentu tidak mengenali kalau gadis yang berdiri di depannya sambil tersenyum memikat adalah Gin Hoa, sang kekasih. "Adik Gin, kau....." Tay Lie berkata perlahan sambil menyergap si gadis dan segera si cantik jatuh dalam pelukannya. "Koko, kau suka sama wajah seburuk ini ?" bisik si gadis mesra. "Adik Gin, aku sudah duga kau adalah satu bidadari." Tay Lie balas berbisik, "Kalau aku bidadari, habis kau apa ?" "AKu bataranya.........." "Ah, koko, kau bisa saja. Mana ada batara segala " "Adik Gin, kalau ada bidadari mesti ada bataranya. Kapan ada wanita mesti ada pria, bukan begitu ?" "Koko........." Gin Hoa seraya dongaki mukanya, memandang paras Tay Lie yang tampan. "Pintar sekali kau ini..........." Gin Hoa melanjutkan sambil jari telunjuknya yang mungil ditempelkan pada bibirnya Tay Lie- "Adik Gin.........." suara Tay Lie agak gemetaran. "Ko......ko..........." Gin Hoa suaranya hanya sampai disitu sebab dua pasang bibir sudah melekat tak terpisahkan. Hangat dan aman si nona rasakan dalam pelukan sang kekasih. Mungkin hanya bayi yang ada dalam perut Gin Hoa yang menonton ayah dan ibunya bermain asmara. oh, tidak Masih ada si kakek sinting yang menyaksikan adegan itu. Kiranya si kakek tidak sesinting seperti anggapan orang. Karena seketika melihat dua anak muda itu ada demikian besar cintanya satu sama lain, pikirannya yang gila-gilaan telah berubah- Ia tertawa terkekeh-kekeh sambil berkata, "Bagus, bagus......." Terkejut sepasang muda mudi yang tengah menikmati kebahagiaannya. Dua pasang bibir terpisahkan dan masingmasing dengan sendirinya melepaskan pelukannya. Dua pasang mata memandang ke arah si kakek yang terkekehkekeh ketawa. "Bagus, apa maksudmu bilang bagus, kakek ?" tanya Tay Lie agak kasar. "Bagus, kalian berdua setimpal betul buat jadi suami isteri. Ha ha ha ha........" Gin Hoa dan Tay Lie melengak- Mereka heran si kakek mengatakan demikian. "yaya, kau suka aku diambil istri oleh koko ?" tanya Gin Hoa. "suka, suka, hahaha "si kakek ketawa kegirangan. Tay Lie dan Gin Hoa saling bertukar pandang seraya tersenyum. Apa yang dikatakan Giok Siong memang keluar dari hati yang tulus sebab selanjutnya si kakek tidak mengungkatungkat lagi soal perut melembung1 dari cucunya. Di samping senang bahwa cucunya mendapat jodoh yang setimpal, juga cilik, siong ada menghargai kepandaiannya Tay Lie yang dengan mudah dapat menyengkilit jatuh dua kali si setan Arak dan ngeloyor dengan ketakutan. Tay Lie selanjutnya tinggal bersama-sama dalam satu rumah. Dalam omong-omong, Tay Lie ada menanyakan halnya si kakek kepada Gin Hoa- Kiranya si kakek itu adatnya memang ada sedikit sinting, bicaranya rada linglung. Tapi tidak sejahat sebagaimana orang duga. Tentang dirinya dikekang dalam soal bersolek dan berpakaian rapih, atas keinginannya si kakek karena ia takut cucunya diambil Gouw Toa, seorang jagoan dari sebuah dusun yang jaraknya kira-kira Go lie dari tempat tinggalnya yang sekarang. Gouw Toa banyak anak buahnya, termasuk kakeknya yang pada waktu itu tidak selinglung seperti sekarang, Giok siong ada punya kepandaian membuat panah tangan, maka ia dipekerjakan sebagai anak buahnya oleh Gouw Toa. Waktu itu, Gin Hoa usianya baru lima belas tahun, nakal dan Jenaka, sering berkunjung ke tempat kakeknya bekerja. Disitulah Gouw Toa melihat Gin Hoa yang sedang meningkat dewasa cantik parasnya, Jenaka orangnya, lalu meminang pada Giok siong. Gouw Toa menduga Giok siong dengan senang akan menerima lamarannya, cucunya dijadikan bininya yang keempat. Kenyataannya ia hanya dikasih janji bahwa soal lamarannya baru akan dipertimbangkan kalau Gin Hoa sudah berumur dua puluh tahun, sekarang masih terlalu kecil. Gouw Toa sangat berpengaruh, Ia mengancam si kakekkatanya kalau mesti tunggu sampai Gin Hoa umur dua puluh tahun, ia keburu mampus, Ia mendesak si kakek supaya dalam usia 17 - l8 tahun, Gin Hoa sudah diserahkan kepadanya. Lantaran takut si kakek muIakat akan menyerahkan Gin Hoa kalau sudah berumur l8 tahun. Tapi diam-diam Giok siong sudah berdamai dengan cucunya untuk melarikan diri dari kekuasaannya gouw Toa yang jahat, Ia tidak mau cucunya dikorbankan kepada seorang bandot seperti gouw Toa yang tidak kenyang punya tiga istri. Maka itu, Gin Hoa dengan kakeknya pindah dengan diamdiam ke kampung yang sekarang mereka tinggal, Giok siong suruh cucunya umpatkan kecantikannya dibalik wajahnya yang kotor dan pakaian kumel, takut dikenali oleh Gouw Toa, sedang si kakek sendiri tidak suka bertetangga atau bercampur dengan teman-teman sekampungnya, Giok siong terkenal galak dan kejam pada cucunya, malah ada yang melamar ditolak dan dimaki-maki, bukannya ia tidak mau lepas cucunya kawin, ia sebenarnya sayang pada cucunya dan mau cucunya dapatkan jodohnya yang setimpal. Gin Hoa juga salah sangka bahwa kakeknya benar-benar tidak kasih dirinya menikah, maka ketika Tay Lie mau majukan lamarannnya sudah dicegah oleh si nona. Ia tidak tahu kalau benar-benar Tay Lie datang melamar, belum tentu ditolak si kakek yang sedang mengharapjodohnya sang cucu yang setimpal. Mungkin si kakek akan memukuli Gin Hoa ketika ia mengembalikan wajah buruknya ke wajah aslinya, kalau tidak ada Tay Lie yang cakap ganteng disampingnya. Giok siong diam-diam merasa beruntung dengan perjodohan cucunya. Meskipun mereka "menikah" tanpa ijin dahulu darinya. Ia percaya Tay Lie dapat melindungi isterinya, melihat kepandaian Tay Lie yang ia saksikan. Demikian, Tay Lie dan Gin Hoa mencicipkan kebahagiaannya bersama-sama Giok siong yang tidak begitu sinting lagi setelah melihat keberuntungan cucunya. Kegirangan memuncak tatkala Gin Hoa telah melahirkan anak kembar perempuan. Anak kembar itu mungil-mungil, hingga bukan saja Tay Lie dan Gin Hoa sebagai ayah ibunya yang menyayang mereka, juga si kakek Giok siong bukan main sayangnya. Tay Lie ada mempunyai teman Teng Hauw, anak orang hartawan, dengan siapa ia bergaul rapat. Bukan jarang Teng Hauw suka datang ke rumah Tay Lie hingga dengan Gin Hoa, tamunya tidak kikuk-kikuk lagi bergaul. Kalau datang ke rumah Tay Lie, mesti Teng Hauw membawakan oleh-oleh untuk dua anak kembarnya yang Gin Hoa namakan Leng siong dan Leng sian. Dasar ibunya lincah Jenaka, maka anak-anaknya juga menuruni. Kecil-kecil dalam usia hampir dua tahun, mereka sudah bisa mengirik urat ketawa ayah ibunya. Apa lagi Leng sian, selain mulutny bawel, ia ada lebih Jenaka dari adiknya Leng siong. Teng Hauw kelihatan sangat sayang pada dua anak kembar itu. Pada suatu hari kedukaan telah menimpa pada keluarga Teng Hauw. Istrinya telah meninggal dunia lantaran sakit, Ia meninggalkan dua anak laki-laki umur lima dan enam tahun. Dengan istrinya Teng Hauw, Gin Hoa kenal baik hampir seperti saudara, gara-gara perkenalan yang akrab antara Teng Hauw dan Tay Lie- Maka berhubung dengan kematian nyonya Teng, Gin Hoa pergi bantu di rumahnya Teng Hauw dengan membawa Leng siong sedang Leng sian ditinggalkan di rumah karena kelihatan Leng sian lebih rapat pada kongconya. Hulah malam yang gelap petang ketika Gin Hoa dan Leng siong tidak ada di rumahPada waktu itu Leng Sian sudah tidur bersama kongconya, sedang Tay Lie masih duduk membaca buku dipertengahan rumah- Tiba-tiba ia dibikin kaget mendengar pintu digedor dari sebelah luar, disusul dengan suara menantang, "Hei, gouw Tay Lie lekas keluar sini untuk menentukan si orang she Gouw yang mana yang unggul" Lantas saja Tay Lie menduga akan kedatangannya gouw Toa yang hendak menuntut balas, Ia tadinya mengira urusan sudah habis saja sebab sudah hampir dua tahun tidak ada kabarnya ceritanya tentang gouw Toa. Mendadak sekarang si setan Arak datang, sedikitnya ia tentu tidak bersendirian, makanya berani datang menantang. sebenarnya ia tidak mau sembarangan keluar kalau tidak Gouw Toa berteriak lagi menantang yang bukan-bukan, katanya, "Gouw Tay Lie, kalau tidak berani keluar, potong saja kepalamu untuk jadi wanita Keluar kau bakal mati, tinggal di dalamjuga kau bakal mampus sama saja " Di dorong oleh kegusarannya yang meluap seketika, Tay Lie sudah sambar sebatang golok dan membuka pintu keluar. Benar saja dugaan Tay Lie- si setan Arak datang tidak sendirian, ia ada membawa kira-kira sepuluh kawannyaBagaimana gagahnya juga Gouw Tay Lie, dikepung oleh banyak orang, ia tidak bisa berbuat banyak- Malah setelah ia keletihan melakukan perlawanan, ia sudah kena dibacok Gouw Toa pundaknya sehingga membikin Tay Lie roboh tak ampun lagi. segera ia dihujani bacokan, setelah ia mengeluarkan teriakan yang menyayatkan hati, lalu nyawanya melayang. Giok siong di dalam bersama buyutnya, Leng sian sudah mendusin dan mendengarkan pertarungan di sebelah luar rumah- badannya si kakek menggigil ketika mendengar teriakan cucu mantunya yang menyayatkan hati"Dia mati dibunuh " menggumam si kakekBelum sempat ia memikir lain, tampak di depan pembaringannya sudah berdiri Gouw Toa dengan golok terhunus hingga si kakek mukanya pucat ketakutan. "Sebenarnya aku mau tebas kutung batang lehernya, tapi biarlah aku kasih ampun" berkata Gouw Toa. Berbareng punggung goloknya menghajar pundaknya si kakek hingga ia Bocah Sakti Karya Wang Yu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo jatuh pingsan seketika. "Hei, kau jangan pukul kongco " kata Leng sian tiba-tiba. "siapa kau ?" bentak Gouw Toa. "Aku anak kecil " sahut Leng sian. "Anak siapa kau ?" "Baru kenal, buat apa tanya ?" "Kau anak siapa " Tidak takut ini ?" kata Gouw Toa sambil sodorkan ujung golok yang masih berlepotan darah pada mukanya Leng sian. "Hei, golokmu ada darahnya. Kau habis potong ayam ?" tanya si kecil lucu. Gouw Toa sebaliknya dari marah, ia ketawa terbahakbahak nampak Leng siang begitu lucu dan tidak gentar sedikit pun dengan golok mengkilatnya, Ia tinggalkan Leng sian dan masuk ke kamar Gin Hoa tanpa permisi. Dari mata-matanya, ia dapat kabar bahwa Gin Hoa tidak buruk rupanya seperti yang ia lihat, malah sangat cantik dan hidup bahagia dengan Gouw Tay Lie. Kabar itulah yang membuat Gouw Toa naik darah- Ia merasa dirinya sudah kena ditipu Gin Hoa. Entahlah, si gadis waktu itu sudah melabur mukanya dengan bahan apa sehingga kelihatan wajahnya begitu buruk- banyak tai matanya, mulutnya mengok dan ada terotolan di wajahnya seperti restan penyakit cacarTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Kedatangannya sekarang, ia sudah membayangkan akan dapat memeluk Gin Hoa yang cantik menggiurkan, biar si nona sudah bekas orang juga. Tapi, ketika ia masuk dalam kamar, tidak ada si cantik yang dibayangkan, Ia aduk-aduk orang punya tempat tidur, malah memeriksa ke kolong pembaringan, mengira si nona mengumpat, luput ia dapatkan Gin Hoa sebab memang juga si nona tidak ada di rumah lagi, ke tempat kematian di rumahnya Teng Hauw. Dengan marah-marah Gouw Toa balik lagi ke tempatnya Giok Siong pingsan. "Hei, kau masuk ke kamar tadi cari apa ?" tanya Leng sian, ketawa nyengir. Gouw Toa melengak ditanya si gadis cilik demikian. "Kemana ibumu ?" tanya gouw Toa dengan sabar"Mana aku tahu. Aku sedang main-main sama kongcoku-" "Eh, anak. kasih tau kemana ibumu, nanti aku kasih mainan bagus-" "Mana aku tahu, aku sedang main-main sama kongcoku-" "Betul, aku nanti kasih mainan yang begini untukmu." gouw Toa membujuk seraya acungkan jempolnya "Manan aku tahu, aku sedang main-main sama kongco-" Jengkel Gouw Toa melihat Leng sian saban dibujuk jawabannya serupa saja. Ia ganti taktik, ia membentak, "Kau tidak mau kasih tahu " Awas " "Hihi, paling banyak aku pukul aku tidur seperti kongco-" Kewalahan Gouw Toa, ia hampiri lagi Giok Siong. "Hei, kau mau apakan lagi kongco ?" tanya Leng sian melihat Gouw Toa menghampiri Giok Siong yang menggeletak pingsan. Mendengar perkataan si nona cilik, timbul dalam pikirannya Gouw Toa suatu akal untuk bikin Leng sian membuka mulutnya mengasih tahu kemana pergi ibunya. "Anak kecil, aku lihat kongcomu akan kupotong kepalanya " Gouw Toa berkata sambil beraksi dengan goloknya mau menyembelih batang lehernya Giok siong. "Hihi, boleh juga aku nonton orang dipotong " kata si nona cilik hingga Gouw Toa jadi berdiri melongo- Ia mengira tadinya Leng sian bakalan nangis ketakutan kongconya mau dipotong, tidak tahunya malah ketawa ngikik dan mau nonton kepala orang dipotong. Pikirnya, lebih baik ia culik Leng sian untuk dijadikan anaknya- Begitu berpikir, begitu ia bekerja sebab Leng sian dilain detik sudah dipondong pergi meskipun ia menjerit-jerit tidak mau meninggalkan kongconya-sampai diluar, Gouw Toa ajak kawan-kawannya berlalu. setelah yakin kawanan penjahat sudah berlalu, Giok Siong yang pura-pura pingsan sudah bangun berdiri- Ia menangis sedih buyutnya dibawa penjahat- Lalu ia keluar untuk melihat keadaan cucu mantunya. Kaget bukan main ia melihat Tay Lie rebah dengan badan hancur dicincang golok kawanan penjahat. Giok Siong lalu pergi lapor pada Gin Hoa yang segera pulang dengan diantar oleh Teng Hauw. Tidak menghiraukan Tay Lie yang berlepotan darah, Gin Hoa sudah menubruk suaminya dan menangis gegerungan. Dengan susah payah Teng Hauw dapat meredakan kesedihannya Gin Hoa. Teng Hauw lalu suruh urus mayatnya Tay Lie untuk dikebumikan. Ketika sembahyang di depan kuburan Tay Lie, Teng Hauw berkata, "Toako, legakan hatimu. Toaso dan anak-anak akan kurawat serta melindunginya................" Benar-benar saja Teng Hauw telah merawat dan melindungi Gin Hoa. setelah dapat kecocokan kedua fihak. mereka mengikat menjadi suami istri, Inilah kejadian yang kebetulan. Teng Hauw kehilangan isteri yang dapat mendidik dua anaknya yang masih kecil, Gin Hoa kehilangan suami dan memerlukan perlindungan. Kedua fihak sama menutup kebutuhannya. Maka setelah berdamai dan mendapat kecocokan, mereka mengikat jodoh setelah tiga tahun berselang Gin Hoa lepas putih atas kematian suaminya yang tercinta.............. "Jadi, aku ini Leng sian, ibu ?" kata Eng Lian dengan mata berkaca-kaca setelah nyonya Teng menutur habis ceritanya yang panjang. "siapa lagi kalau bukan anakku Leng sian yang hilang ?" sahut nyonya Teng ketawa sedih. "oh, ibu......." tiba-tiba saja Eng Lian alias Leng sian menubruk nyonya Teng dan menjatuhkan diri dalam pelukannya sang ibu. Kedua-duanya jadi menangis sedih"Anakku." bisik nyonya Teng alias Gin Hoa dengan suara sedih- "Ibumu siang malam mengharap akan bertemunya kita kembali- syukur Tuhan sudah melindungi dan kita bisa berkumpul pula, ibu dan anak yang sudah tujuh belas tahun berpisah- oh. Tuhan, terima kasih atas kemurahanMu..........." nyonya Teng menangis sedih. Eng Lian tidak menyahut, ia masih terisak-isak menangis. Teng Hauw berseri-seri kegirangan, stelah ia juga menepas Pendekar Tanah Seberang 1 Suramnya Bayang Bayang Karya S H. Mintardja Mawar Maut Perawan Tua 2