Ceritasilat Novel Online

Bocah Sakti 18

Bocah Sakti Karya Wang Yu Bagian 18 dibikin sempowak oleh gigitanmu." sahut Lo In. Eng Lian ketawa. sedang Leng siong merasa kikuk kelihatannya sebab gara-gara gigitannya, kata enci Liannya, Lo In sampai meringis-ringis kesakitan. "Adik In, kau tentu sakit ketika aku gigit, ya ?" tanya Leng siong ketawa manis. "sakit sih memang sakit, tapi tidak menangis. Karena orang sudah gede menangis jelek kelihatannya, bukan ?" Lo In dengan jenaka menyahut. Leng siong mendelik matanya pada si bocah nakal sebab jawaban Lo In itu mengingatkan Leng siong pada kata-katanya sendiri tempo hari di Glok Lie Teng. Leng siong melirik pada Bwee Hiang yang diam saja sebab Bwee Hiang mendengar ketika Leng siong mengatakan orang sudah gede kalau menangis jelek (Eng Lian), tampak Eng Lian sedang menekap mulutnya menahan ketawa hingga Leng siong merasa kikuk dibuatnya. Coba tidak ada Bwee Hiang disitu, tentu Leng siong sudah mencubit si bocah nakal. Empat anak muda itu ngobrol dengan gembira, sebelum mereka memasuki lagi ruangan pesta. Atas anjuran ketiga dara, Lo In berjanji akan menanyakan halnya ayah dan ibunya sampai kehilangan anaknya dan Liok sinshe yang tidak mati kena jarum beracunnya Kim Popo yang sangat jahat. Demikian utnuk meyakinkan Lo In bahwa ia benar-benar adalah anaknya yang hilang, Kwee Cu Gie telah menuturkan kisahnya. satu kisah yang hendak dituturkan Liok sinshe (Kwee cu Gie) kepada Lo In di Tong-hong-gay. Urung dituturkan karena waktu itu Liok sinshe kedatangan musuh-musuhnya yang mengeroyok dirinya (Baca permulaan cerita ini. Red.) Kisah dimulai ketika Kwee cu Gie meninggalkan Teng Goat Go (Ang Hoa Lobo) yang hendak memonopoli Kwee cu Gie dengan meloloh si anak muda dengan arak yang dicampuri obat bius. Ia tidak jadi menemui ayahnya Goat Go yang menjadi pamannya, saudara piau dari ibunya untuk menanyakan keadaannya dan menyampaikan salam hangat dari ibunya lantaran garagara Goat Go yang genit. Kwee cu Gie meneruskan perjalanannya. Ketika ia berada diluar kota Hoa-lim, sedang enaknya dia berjalan, tiba-tiba ia merandek dan memasang kupingnya. Kiranya tidak jauh dari ia berdiri terdengar seperti ada bentrokan senjata, ada orangorang sedang bertempur seru rupanya. Ia lalu cepatkan jalannya. Pada Suatu tempat yang merupakan lembah ia lihat ada beberapa orang sedang bertempur, sudah ada beberapa orang yang telah roboh dan merangkak-rangkak hendak bangun berdiri. "Bangsat, kau berani membunuh ayah dan ibuku " tiba-tiba Kwee Cu Gie mendengar suara anak kecil memaki pada seorang brewokan yang barusan saja telah menewaskan lawannya. Menyusul anak itu keluar dari joli, ternyata ia adalah satu anak perempuan yang kira-kira umurnya dua belas tahun. Anak itu telah menubruk ibunya yang sudah mandi darah dan menangis gererungan. Kwee Cu Gie merasa kasihan, ia datang menghampiri lebih dekat.Justru pada saat itu si brewokan lagi mengangkat goloknya hendak ditabaskan pada lehernya si anak kecil. Dengan sekali lompat, Kwee Cu Giu sudah sempat menangkis golok yang nyaris memisahkan kepalanya si anak kecil tadi. Tangkisan itu keras sebab kenyataannya golok dari si brewokan telah terbang tinggi dan orangnya berdiri mematung saking terkejutnya. "Kau berani usilan ?" bentak si brewokan, ketika melihat yang menangkis goloknya tadi adalah seorang pemuda. "Hahaha Benar-benar kau sudah bosan hidup berani membentur urusannya Hek-nia sam-long " Mendengar disebutnya Hek-nia sam-long (Tiga serigala dari bukit hitam), hati Kwee Cu Gie terkejut juga. Karena ia mendengar sepak terjangnya tiga serigala itu sangat kejam dan kepandaiannya sangat tinggi. Tetapi sebagai pemuda yang suka melindungi si lemah, Kwee cu Gie tidak gentar menghadapinya tiga serigala itu, apalagi hendak menolongi anak kecil. Kwee cu Gie tidak melayani perkataan tersebut, sebaliknya, ia menyambar anak kecil tadi untuk dibawa lari. Apa mau, sebelum ia pergi jauh, tiba-tiba ada tiga orang yang mencegatnya. Mereka adalah Hek-nia sam-long yang bernama Thio Kin, Thio Kian dan Thio siang, tiga saudara she Tio. "sahabat, kau mau lari kemana ?" menyindir Thio Kin. "Aku bukannya lari, aku mau bawa keponakanku pulang." sahut Kwee Cu Gie. "Hahaha, anak orang diaku keponakan. Lebih benar kau dipanggil culik anak kecil " berkata Thio Kian dengan suara mengejek. Kwee Cu Gie tidak senang. "Kau jangan terlalu menghinaku " sahutnya. "Apa " Kata-kataku itu menghina, sedang kau benar-benar menculik anak orang ?" kata lagi Thio Kian, sama sekali tidak memandang mata pada Kwee Cu Gie. Kwee Cu Gie marah, ia melolos pedangnya. "Bagus " mendengus Thio siang, si bontot yang juga sudah mencabut pedangnya. Mereka jadi bertempur. Thio Kian dan Thio Kin hanya menonton saja adiknya bertempur. Permainan pedang Kwee Cu Gie sangat cepat, hingga Thio siang kewalahan. Melihat saudaranya kepepet, Thio Kian lantas turun tangan. Dengan membawa beban anak kecil itu, Kwee Cu Gie masih diatas angin menggempur dua musuhnya hingga Thio Kin terpaksa turun tangan membantu dua saudaranya. Ternyata Thio Kinjauh lebih pandai dari dua saudaranya. Tidak heran kalau Kwee Cu Gie keteter dikeroyok tiga orang. Adik kecil yang menjadi beban itu berteriak-teriak minta diturunkan. Katanya ia mau lihat ayah dan ibunya. Kwee Cu Gie jadi goncang hatinya mendengar teriakan itu. "Adik kecil, kau jangan berteriak-teriak, nanti aku dikalahkan dan kau celaka jatuh ditangan mereka yang sangat kejam " kata Kwee Cu Gie, sedang pedangnya tidak berhenti dimainkan dengan cepat melawan tiga musuh. Anak itu rupanya mengerti juga akan maksud orang, maka tidak berteriak-teriak lagi. Kwee Cu Gie memberi perlawanan kurang leluasa karena satu tangannya memangku si anak kecil tadi, ia hanya gunakan tangan kanan melawan tiga orang yang berkepandaian bukannya rendah. " Celaka " Pikir Kwee cu Gie ketika melihat gelagat kurang baik. Perlawanannya makin lemah dikeroyok oleh tiga lawan berat. segera juga akibatnya runyam, pundaknya keserempet pedangnya Thio Kian hingga berlumuran darah. "Hei, tanganmu berdarah " kata si bocah ketakutan. Kwee Cu Gie sedang repot, tak sempat ia melayani si bocah bicara. Melihat gelagat tidak menguntungkan, Kwee cu Gie pikir lebih baik ia mengalah dulu. Lain kali ia boleh datang lagi membuat perhitungan. Begitu ambil keputusan, ia lantas kelebatkan pedangnya, menyusul diputar seperti titiran. Tiba-tiba diluar dugaan musuh-musuhnya, Kwee Cu Gie enjot tubuhnya melayang jauh ke belakang. Begitu kakinya menotol tanah, ia sudah melambung tinggi lagi. Begitu beberapa kali ia lakukan hingga tiga saudara Thio kewalahan untuk menyandaknya. "Ilmu meringankan tubuhnya sangat tinggi. Biarlah dia kabur. Lain kali ketemu lagi, kita jangan kasih ampun " berkata Thio Kin kepada dua saudaranya. Mereka memutar tubuh untuk kembali berkumpul dengan kawan-kawannya. Dalampada itu, Kwee Cu Gie sudah berada jauh dari mereka. Kwee Cu Gie berhenti dibawahnya sebuah pohon. Ia menurunkan si dara cilik dan menanya : "Namamu siapa, adik kecil ?" "Namaku Lan Ing she sie." sahut anak kecil itu bersenyum. Kwee Cu Gie terkejut melihat senyuman si dara cilik demikian manis meresap. "Dan kau siapa ?" menyambung si dara cilik ketika melihat Kwee Cu Gie menatap wajahnya dengan tidak berkedip. "Aku Kwee Cu Gie." sahut si orang she Kwee. "oh, engko Gie. Namamu bagus ya ?" kata Lan Ing jenaka. "Kau jangan panggil engko, harus panggil paman." kata Kwee Cu Gie. "Kau masih muda begini, tidak pantas aku panggil paman." "Usiamu sekarang sudah berapa ?" " Umurku sekarang, kata ibu sudah dua belas tahun hitung shio." "Aku sekarang sudah dua puluh dua tahun hitung shio. sepuluh tahun lebih tua dari kau. Pantas saja kalau kau panggil paman padaku." "Aku tidak mau, lebih enak panggil engko Gie." sahut si gadis cilik manja. Kwee Cu Gie tercengang. Gayanya sangat lucu, luwes dan cekatan. Pikirnya, gadis cilik ini pasti akan sangat cerdik. Beruntung sekali kalau ia mendapat adik seperti Lan Ing ini. Tanpa merasa ia menanya : "Adik kecil, kau suka menjadi adikku ?" Lang Ing menatap wajahnya Kwee Cu Gie dengan bersenyum-senyum. "Aku anak jelek. mana mau kau jadi kakakku." ujarnya kemudian. "Kau anak bagus. Aku mau jadi kakakmu." kata Kwee Cu Gie. Kembali si gadis cilik menatap wajah Kwee Cu Gie, yang balas menatap pada si dara cilik. "sinar mata yang bagus......" si dara cilik menggumam perlahan. "Apanya yang bagus?" tanya Kwee Cu Gie ketawa ramah. "oh, tidak. tidak." sahut si gadis, agak gugup ia menyahutinya. Kwee Cu Gie ketawa gelak-gelak. justru ketawa ia rasakan pundaknya sakit bekas tadi keserempet pedang. Kontan ia meringis-ringis sambil pegangi pundaknya yang luka. "Engko Gie, kau sakit" oo, kasihan. Mari kaupijati....." kata si dara cilik seraya tangannya yang kecil meraba pundaknya Kwee Cu Gie dan memijatinya. Ia kira dengan dipijati begitu, lukanya Kwee Cu Gie bisa sembuh. Nampak kelakuannya si gadis licik, Kwee Cu Gie merasa lucu dan geli ketawa. "Hei, engko Gie. Barusan kau meringis-ringis kesakitan, kenapa sekarang ketawa ?" tanya Lan Ing heran, matanya yang bagus mencilak lucu. "Aku ketawakan kau, adik kecil." sahut Kwee Cu Gie. "Memangnya aku kenapa ?" Lan Ing menanya kepingin tahu. "Adikku, kau sungguh baik sekali. Lantaran pijatanmu, lukaku kurangan sakitnya." "Aku senang kau berkata begitu. sebentar, kalau lukamu sudah sembuh, kau bawa aku untuk melihat ayah dan ibuku, ya " Kwee Cu Gie tidak menyahut, sebaliknya ia menatap wajah Lan Ing yang cantik mungil. si bocah juga balas menatap dengan tersenyum. Entah bagaimana, Kwee Cu Gie rasakan hatinya berdebaran beradu pandangan dengan si dara cilik, Ia merasa kasihan pada anak kecil itu, tapi cara bagaimana ia membawanya ke sana untuk melihat mayat-mayat dari orang tuanya " Di sana tentu masih ada Hek-nia sam-long dengan kawan-kawannya. Ia tidak takut untuk menggempur orang jahat itu. Namun, kalau ia harus berkelahi dengan membawabawa beban sidara cilik, tidak mungkin ia peroleh kemenangan. "Adik kecil, akan kubawa kau menemukan ayah dan ibumu sebentar." Kwee Cu Gie menghibur. "sekarang kau tunggu dahulu disini, jangan kemana-mana." "Kau mau kemana " Tidak. aku mau ikut " kata Lan Ing, seraya bangkit berdiri ketika melihat Kwee Cu Gie berdiri dan mau ngeloyor pergi. Kwee Cu Gie sebenarnya ingin mencari kali kecil untuk ia bersihkan darah pada pundaknya. Ia tidak ingin si dara cilik melihat itu. Maka ia mau tinggalkan Lan Ing sebentaran disitu. Ia tidak kira kalau si nona cilik tidak mau ia tinggalkan. "Aku mau mandi sebentar." Kwee Cu Gie membohong. "Anak kecil tidak boleh lihat orang tua mandi. Makanya kau tunggu saja sebentar disini." Meskipun masih kecil, Lan Ing cerdik. Ia mengerti maksud Kwee Cu Gie. Maka ia berdiri saja, tidak jadi mengikuti Kwee Cu Gie. "Engko Gie, kau jangan lama-lama pergi. Aku takut sendirian disini." kata Lan Ing. "Sebentar aku kembali, kau jangan kemana-mana adik kecil." sahut Kwee Cu Gie, seraya terus jalan mencari kali kecil untuk membersihkan lukanya. Lama juga ia mencari-cari, akhirnya ia menemukan juga kali yang dicarinya. Tidak lama ia membersihkan darah yang berlepotan, segera ia kembali ke tempat Lan Ing ditinggal. Tapi, alangkah kagetnya ia sebab si dara cilik sudah tidak ada dibawah pohon dimana ia ditinggalkan. Kemana Lan Ing " Apa sudah diculik oleh orang-orangnya Hek-nia sam-long " Kwee Cu Gie kebingungan. Ia menjadi nekad. Biar bagaimana juga, Lan In akan ia rebut pulang dari tangannya Hek-nia sam-long. Demikian ia mengambil keputusan. Dengan menggunakan lari cepat, tidak lama, Kwee Cu Gie sudah berada di tempat pertempuran tadi. Ia melihat mayat bergelimpangan. Diantaranya ada wanita cantik dengan mata melotot, terlentang sudah tidak bernyawa. Tidak jauh daripadanya ada seorang setengah umur memelihara jenggot panjang rebah dengan leher hampir putus. Kwee Cu Gie Bocah Sakti Karya Wang Yu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo menduga, mereka tentu adalah suami isteri dan ayah ibu dari Lan Ing. Mayat lainnya ia lihat dua tukang gotong joli dan beberapa pengawalnya suami isteri yang bernasib malang itu dan ada dua-tiga orang Hek-nia sam-long yang menggeletak tidak bernyawa. Kwee Cu Gie geleng-geleng kepala. Hatinya sangat terharu melihat mayat ayah dan ibunya Lan Ing dalam keadaan tidak terurus. oleh sebab itu, maka ia gunakan pedangnya menggali tanah, maksudnya mau mengubur mereka itu. Belum sampai Kwee Cu Gie beres buat lubang, tiba-tiba ia mendengar suara ketawa dibelakangnya dan berkata seram : "Masih berani datang, tandanya menghantarkan jiwa " Cepat Kwee Cu Gie lompat keluar dari lubang yang belum rampung digali. Kiranya yang berkata-kata tadi adalah si berewokan yang goloknya kena ditangkis terbang olehnya. Pikir Kwee Cu Gie, kebetulan ada orang ini untuk ia mengompes keterangan halnya si dara cilik yang lenyap itu. "Aku memang berani datang, tapi untuk menghantarkan jiwa tidak betul." kata Kwee Cu Gie dengan suara Jenaka. "Haha, berani omong besar ya di depan Toaya Tadi kau dengan cara kebetulan dapat menangkis golokku. sekarang mari bertempur dengan Toaya sampai tiga ratus jurus untuk menetapkan siapa unggul. Mari, mari datang dekat " "Siapa sebenarnya namamu, sahabat ?" kata Kwee Cu ie, tak melayani tantangan orang. "Haha, kau belum tahu nama Toayamu " Aku adalah Thian lui-ciang Gouw In, tangan kanan dari Hek-nia sam-long. Aku sebutkan namaku supaya kau jangan mati penasaran." "Aku sebenarnya tak bermaksud berkelahi, aku hanya mau menanya pada Gouw-heng, apakah noan cilik yang kubawa tadi telah ditangkap pula oleh Hek-nia sam-long ?" "Ada sangkut paut apa nona kecil itu denganmu?" balik menanya Gouw- In. "Tentu saja ada sangkut pautnya, dia adalah keponakanku " "Kau pamannya " Hahaha, kau boleh cari keponakanmu itu di akherat " Terkejut Kwee Cu Gie mendengar perkataan Thian- luiciang Gouw In, si Pukulan Geledek. Apa benar anak manis yang lincah luwes itu telah dibunuh oleh Hek-nia Sam-long " Hampir tak percaya akan pendengarannya tadi, maka Kwee Cu Gie menanya : "sahabat, kau jangan main-main. Apa betul nona kecil itu dibunuh " Kalau dibunuh, siapa pembunuh kejam itu " Tolong Gouw-heng kasih tahu." si Pukulan Geledek tercengang mendengar kata-kata Kwee Cu Gie, yang semestinya marah dan menyerangnya mendengar keponakannya sudah dibunuh mati. "Anak muda." sahutnya kemudian. "Kau jangan recoki perkara anak kecil itu. sekarang kau lawan aku tiga ratus jurus, kalau aku kalah baru kita bicara tentang anak bau itu." "Apa bicara Gouw-heng dapat dipegang ?" kata Kwee Cu Gie, yang ada harapan bahwa anak kecil mungil itu jiwanya tak dihabiskan manakala mendengar perkataan si Pukulan Geledek tadi. "Thian- lui-ciang belum pernah tak pegang janji " sahut si Pukulan Geledek. seraya tepuk-tepuk dadanya. "Bagus " kata Kwee Cu Gie. "Mari kita mulai " Gouw In lantas saja mulai menyerang dengan golok besarnya. Pantasan Gouw In mendapat julukan si Pukulan Geledek. karena tenaganya besar. Golok yang dimainkannya menghembuskan angin yang menderu- deru, menandakan bahwa tenaganya sangat hebat. Tapi, Kwee Cu Gie melayani ia dengan tenang-tenang saja. Jurus demi jurus telah dilewati, setelah jurus kelima belas, tampak Thian- lui-ciang Gouw In sudah mulai kendur serangannya. Ia sudah mulai capek. terlalu banyak mengobral tenaganya untuk menjatuhkan lawannya. Pada jurus ketujuh belas dengan enak saja, pedang Kwee Cu Gie menyontek pergelangan tangan Gouw In yang mencekal golok hingga senjata berat itu, jatuh ditanah. sambil pegangi pergelangan tangannya yang berlumuran darah, si Pukulan Geledek berdiri bengong mengawasi Kwee Cu Gie yang bersenyum-senyum ke arahnya. Thian- lui-ciang Gouw In merasa berterima kasih kepada lawannya sebab kalau Kwee Cu Gie berlaku telengas, siangsiang ia sudah dirobohkan dengan mandi darah. " Gouw-heng, aku harap kau buktikan perkataanmu." kata Kwee Cu Gie ketawa. "Ini buktikan " terdengar orang berkata di belakang Kwee Cu Gie, bacokan golok menyusul dengan dahsyat sekali. Lain golok menyapu lambungnya. Untung Kwee Cu Gie lihai. Golok yang membacok pundaknya, ia kelit dengan mengelakkan diri. Berbareng ia enjot kakinya melambung ke atas hingga sabetan golok ke lambungnya dapat dihindarkan. Begitu ia turun menginjak tanah, penyerang pertama sudah tidak kasih kesempatan padanya. Goloknya berkelebat mengarah dada, tapi Kwee Cu Gie tidak gugup. Pedangnya dipakai menangkis dari bawah ke atas hingga dua senjata beradu mengeluarkan suara keras sekali. Tangannya orang yang memegang golok tergetar. Kwee Cu Gie tidak sia-siakan kesempatan ini. Pedangnya nampak menusuk dan 'cres ' menusuk perut. Darah keluar sebagai air mancur ketika pedangnya Kwee Cu Gie ditarik pulang untuk menangkis serangan golok kawannya si korban yang membabat pinggangnya. orang itu menarik pulang goloknya. Kwee Cu Gie merangsek dengan jurus Tok-coa-sim-hiat atau 'Ular berbisa mencari lubang'. Pedangnya Kwee Cu Gie bersarang di dada lawannya hingga arwahnya orang itu juga menyusul arwah kawannya yang barusan pergi. Gouw In berdiri bengong saja. Ia tidak membantu dua kawannya yang mengeroyok Kwee Cu Gie. Kenapa " Karena meskipun ia seorang kasar, Gouw In tidak mau melanggar janjinya kepada Kwee Cu Gie. sambil membersihkan pedangnya yang meminta dua korban, Kwee Cu Gie ketawa pada Gouw In dan berkata : " Gouw-heng, sekarang kau boleh cerita tentang anak kecil itu." "Anak muda." sahut isi Pukulan Geledek. "Meskipun aku kasar, aku belum pernah merusak perjanjian. Kau lihat, barusan kalau aku tidak pegang janji, tentu aku ikut mengeroyok kau. Terus terang kukatakan padamu bahwa nona kecil itu tidak jatuh dalam tangan kami. Percayalah pada omongan Gouw In. Kalau kau tidak mau percaya juga, itu terserah " Kwee Cu Gie berdiri bengong. Ia percaya pada keterangan si Pukulan Geledek. Pikirannya jadi bingung, kemana dia harus mencari si nona cilik itu siapa yang sudah membawanya pergi. Kwee Cu Gie menjadi lesu oleh karenanya. Ketika ia menanyakan halnya suami isteri yang dibunuh itu, Kwee Cu Gie hanya dapat keterangan bahwa mereka adalah hartawan dari sie-ke-chung. soal lainnya Gouw In tidak mau cerita sebab itu adalah urusan Hek-nia sam-long katanya. Ia orang bawahan hanya menurut perintah atasan saja. Kwee Cu Gie mengucapkan terima kasih atas keterangan Gouw In. Kemudian mereka berpisahan. Gouw In berlalu dari situ, sementara Kwee Cu Gie meneruskan menggali kuburan untuk mengubur mayat hartawan suami-isteri. setelah selesai, ia berdiri sejenak di depan kuburan dan mulutnya kemak-kemik, entah apa yang ia katakan. Rupanya ia berjanji bahwa bagaimana juga ia akan mencari sampai dapat Lan Ing yang entah dibawa oleh siapa. sejak itulah Kwee Cu Gie mencahari Lan Ing. sayang dara cilik itu terus menghilang tak meninggalkan jejak. Meskipun demikian, ia percaya satu waktu ia akan berjumpa pula dengan gadis cilik lindah dan menarik hatinya itu. Karena setiap saat belum pernah menghilang senyumannya yang manis menari-nari dalam kelopak matanya. Tempat itu berada di luar kota Hoa-im..... Dalam perantauannya, sekali ia ingat akan tempat yang berkesan baginya itu. Pasti Kwee Cu Gie menyediakan tempo untuk menengoki tempat tersebut. Di s a nan untuk beberapa hari lamanya ia membuang tempo pergi sana sini, seakanakan ingin menjumpai pula si dara cilik yang sangat menarik hatinya itu. sang tempo berjalan cepat. Lima tahun kemudian tempat itu masih tak terlupakan oleh Kwee Cu Gie yang namanya sekarang telah menjulang tinggi dalam rimba persilatan. Kwee Cu Gie Tayhiap menjadi buah bibir diantara orangorang kuat yang baik dan jahat, malah diantara orang-orang miskin, nama itu sangat populer karena perbuatan-perbuatan Kwee Cu Gie yang banyak menolong orang-orang susah. Pada suatu hari ketika Kwee Cu Gie untuk kesekian kalinya mengunjungi tempat yang mengesankan di luar kota Hoa-Im itu. setelah ia berjalan sana sini dengan harapan kosong dapat menemui pula Lan Ing, si mungil, ia duduk mengaso di atas sebuah batu yang terdapat tidak jauh dari sebuah pohon besar. Ia memandang jauh, jauh ke depan dengan pikiran melayang-layang. Terbayang si mungil pada kelopak matanya, sujennya pada pipi kanannya yang kalau ketawa memikat siapa yang melihatnya, membuat Kwee Cu Gie terkenang. sekalipun pertemuan ia dengan si dara cilik dahulu itu hanya sebentaran saja. Entah bagaimana, ia sendiri juga tidak tahu kenapa hatinya terpikat oleh si dara cilik yang mungil itu, sampai berkali-kali ia datang ke tempat itu seakan-akan ia tidak percaya bahwa ia tidak akan menemui pula Lan Ing, si mungil. Lima tahun sudah lewat, entah si dara cilik sekarang bagaimana keadaannya. Pasti ia akan merupakan 'sweet seventeen', yang kecantikannya tiada taranya. Kwee Cu Gie heran atau tidak habis mengerti. Dalam perantauannya ia menemukan banyak gadis-gadis yang cantik-cantik, tetapi tidak membikin hatinya tergerak. sejak ia menemui Lan Ing, seakan-akan hatinya membeku gara-gara si dara mungil, yang sepantasnya menjadi adiknya. Matanya berkaca-kaca, entah apa yang membikin hatinya menjadi sedih dan menangis. Pada saat itulah tiba-tiba Kwee Cu Gie dibikin kaget mendengar suara ketawa ngikik di balik pohon. sekali enjot tubuhnya mencelat ke arah pohon. Di lain detik ia sudah berhadapan dengan dara kecil langsing yang cantik luar biasa bersenyum-senyum kearahnya. "Kau, oh, kau........ " Kwee Cu Gie terbelalak matanya. "Ya, aku Lan Ing........." sahut suara empuk mengaduk kalbu. Kwee Cu Gie kenali Lan Ing, melihat sujen pada pipi kanan yang bergerak-gerak ketika si cantik bersenyum manis. Hampir saja ia menubruk dan merangkul Lan Ing seketika, saking girangnya. Kalau saja ia tidak ingat bahwa Lan Ing sekarang bukannya Lan Ing yang berusia dua belas tahun dulu. Ia hanya menatap wajah Lan Ing yang sangat cantik itu. "Engko Gie, kenapa kau menangis ?" tanya Lan Ing, ketika melihat matanya Kwee Cu Gie berkaca-kaca. "Aku menangisi kau, adik Ing." Kwee Cu Gie mengaku blakblakan. "Kenapa engko Gie tangisi aku, aku toh tidak mati ?" sahut si cantik lucu. "Adik Ing, kau bikin pamanmu putus harapan mencarimu." ujar Kwee Cu Gie halus. "Engko Gie, asal kau berani bahasakan diri paman lagi, akan kucubit kau " mengancam si jelita seraya unjukkan jari jempol dan telunjuknya yang putih halus. Kwee Cu Gie melengak. tapi sejenak kemudian dengan bersenyum ia berkata : "Adik Ing, kau jangan main-main dengan pa...... aduh " "Memangnya aku tidak berani buktikan ancamanku " Hihihi........" si dara cilik ketawa geli seraya tarik pulang tangannya yang barusan mencubit lengannya Kwee Cu Gie sampai teraduh-aduh. "Sekali lagi kau membahasakan diri paman, lihat saja nanti " Lan Ing menambahkan, sehabisnya ia ketawa ngikik, Kwee Cu Gie jadi berdiri bagai terpaku, menyaksikan keberanian Lan Ing dan gayanya yang lucujenaka. sebaliknya si dara cilik ketawa ngikik lagi melihat Kwee Cu Gie sikapnya pada saat itu seperti orang yang tolol. Pada saat itulah tumbuhnya cinta murni dari Kwee Cu Gie terhadap Lan Ing. Ia sekarang sadar bahwa kenangan dan perasaan rindunya pada Lan Ing lantaran cinta dalam artian mengambil Lan Ing sebagai kawan hidupnya. sejak itulah Kwee Cu Gie dan Lan Ing perhubungannya makin akrab. Pada suatu hari Kwee Cu Gie blak-blakan menyatakan cintanya pada Lan Ing dan minta Lan Ing suka menjadi isterinya. Tapi Lan Ing mengajukan syarat yang Kwee Cu Gie menemukan kesulitan. Syarat itu ialah Kwee Cu Gie harus keluarkan semua kepandaiannya untuk menjatuhkan Lan Ing. Kalau si dara jelita dapat dikalahkan, baharu Lan Ing dengan rela di jadikan isterinya Kwee Cu Gie. Kwee Cu Gie adalah satu Tayhiap (pendekar besar). Untuk mengalahkan Lan Eng tidak akan menemukan kesukaran, pikirnya. Cuma kalau Lan Ing sudah kalah, apa si nona cantik tidak jadi uring-uringan " Maklumlah orang perempuan suka menang sendiri Untuk dapatkan si cantik, terpaksa Kwee Cu Gie ikutkan kemauannya Lan Ing. Mereka telah pilih suatu tempat yang baik untuk pertandingan. Dibawah terangnya sang rembulan, mereka pada suatu malam telah bertempur hebat. Kwee Cu Gie yang mengira dengan mudah saja mengalahkan Lan Ing, ternyata meleset perhitungannya. Perlawanan Lan Ing sangat gigih, malah hampir-hampir Kwee Cu Gie jadi pecundang kalau ia tidak sangat lihai meluputkan diri dari serangan Lan Ing yang berbahaya. sampai tiga ratus jurus yang ditetapkan, mereka tidak ada yang kalah dan menang. Mereka bertanding seri. Hal mana membuat Kwee Cu Gie sangat heran. Dari mana Lan Ing mempunyai kepandaian demikian ampuhnya. Ketika Kwee Cu Bocah Sakti Karya Wang Yu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Gie menanyakan hal ini, Lan Ing hanya menjawab dengan senyuman saja. Ia tidak mau menerangkan siapa gurunya. Untuk menyenangkan hatinya si cantik, Kwee Cu Gie tidak mendesak dalam hal itu. Sebenarnya, dengan pertandingan seri itu berarti cita-cita Kwee Cu Gie untuk memperisterikan Lan Ing menjadi buyar. Namun, oleh karena si jelita kasihan kepada si pemuda yang sungguh-sungguh hendak mengambil dirinya sebagai kawan hidup, akhirnya si jelita rela juga di jadikan isterinya Kwee Cu Gle. Suami isteri itu hidup akur dan beruntung. Pada suatau hari ketika suami isteri pendekar itu lewat diluar dusun Kunhiang, mereka menemukan dua pria yang sedang bertempur seru. Tidak jauh dari mereka ada satu wanita cantik yang sedang memegangi anak perempuan kirakira berusia empat- lima tahun. Tampak romannya sangat gelisah menyaksikan dua pria itu yang berkelahi mati-matian. "Engko Gle, mari kita pisahkan mereka " mengajak Lan Ing. "Tunggu dulu " kata Kwee Cu Gle, menyusul ia perdengarkan tertawanya yang melengking nyaring mengandung lwekang hingga dua orang yang sedang bertempur tadi lompat memisahkan diri seperti ketakutan. Itulah suara ketawanya Kwee Cu Gie yang sangat terkenal dikalangan Kang-ouw. orang jahat yang mendengar suara ketawa itu akan lari terbirit-birit, sedang orang baik-baik akan berdiri terpaku seperti mentaati perintah. Tampak dua bayangan melesat saling susul, begitu suara ketawa berhenti. Mereka itu adalah Lan Ing dan Kwee Cu Gie. Terlambat ketika mereka sampai di tempat perkelahian. Karena salah satu pria yang berkelahi tadi, dengan kecepatan kilat sudah menyambar tubuhnya si wanita cantik dibawa kabur. Anaknya menangis memanggil : "Ibu....... ibu......... " Pria yang ada disitu menghampiri si bocah sambil mengelus-elus kepalanya. Ia berkata : "Anak Hiang, biarkan ibu durjana itu dibawa gendaknya. Ayah nanti cari ibu lain yang lebih menyayangi anak Hiang............" "Adik Ing, kau kejar manusia itu " kata Kwee Cu Gie pada isterinya, yang lantas enjot tubuhnya melesat menyusul pria yang lari tadi membawa si cantik, sedang Kwee Cu Gie menghampiri pria yang tengah mengelus-elus kepala anaknya. Ketika Kwee Cu Gie belajar kenal, ternyata pria itu bernama Liu In Ciang, penduduk dari dusun Kunhiang. Perempuan yang dibawa lari itu adalah isterinya dan pria yang menculik isterinya itu bernama oey Hoan Ciang. "Liu Heng, kau jangan khawatir. Isterimu akan kembali dengan pria jahat itu" Kwee Cu Gie menghibur. "Isteriku pasti dapat menyusul mereka dan membawa pulang." "Terima kasih Kwee-heng. Tapi rasanya aku tidak begitu perlu lagi dengan perempuan begituan yang rela dibawa lari oleh lelaki laini" sahut Liu In ciang tawar. Liu In ciang sebenarnya sangat gusar pada saat itu. Menuruti hatinya, ia kepingin mencaci maki sang isteri dan oey Hoan ciang, pria yang membawanya lari. Namun, seberapa bisa ia tekan kegusarannya itu dihadapan Kwee Cu Gie yang sangat dihormati orang. Lama ditunggu tidak kelihatan bayangannya Lan Ing. Kwee Cu Gie menjadi heran. ia lalu menyusul setelah permisi pada Liu In Ciang. Di sana ia lihat Hoan ciang sudah ditotok roboh oleh isterinya. sedang si wanita cantik, isterinya Liu In ciang tampak sedang berlutut di depan Lan Ing. Kwee Cu Gie heran. cepat ia menghampiri isterinya, justru wanita itu sedang berkata pada Lan ing : "Nona, kaujangan bunuh dia. Tunggu aku kasih keterangan, baharu nona dapat mempertimbangkan duduknya perkara." "Adik In, kasih kesempatan dia bicara." menyela Kwee Cu Gie. Wanita itu menerangkan di depan suami isteri pendekar kita bahwa oey Hoan ciang adalah pemuda pujaannya dan mereka berjanji akan menjadi suami isteri. Apa mau, pada enam tahun berselang oey Hoan Ciang pergi merantau tidak terdengar kabar beritanya hingga putuslah harapan wanita itu, yang bernama Lie Ceng Hoa bahwa kekasihnya akan kembali dengan selamat. Maka ketika keluarga Liu datang meminang, ceng Hoa tidak punya alasan untuk menolak dan lamaran diterima oleh orang tuanya Ceng Hoa. Ian ciang dan ceng Hoa menikah kira-kira hampir dua tahun, lahirlah seorang anak perempuan yang dinamai Bwee Hiang. Mereka sangat beruntung dengan lahirnya sang puteri. Apa mau, tiba-tiba oey Hoan ciang muncul kembali dari perantauannya dan telah menagih janji pada Ceng Hoa untuk sehidup semati. Ceng Hoa jadi serba salah. Ia memang mencintai Hoan ciang, tapi sekarang ia sudah punya suami. Bagaimana ia harus mengambil keputusan " Ceng Hoa didesak Hoan ciang, ragu-ragu ia untuk meninggalkan Liu In ciang, suaminya. sampailah pada hari itu, ketika Ceng in Hoa dan suami serta anaknya pulang, habis menghadiri pernikahan salah satu familinya, telah terjadi perampasan terang-terangan oleh oey Hoan ciang atas dirinya Ceng Hoa. "Sekarang bagaimana kau ambil keputusan ?" tanya Lan Ing, ketika Ceng Hoa habis menutur dan ia menangis sesenggukan. "Kejadian sudah jadi begini. Aku akan mengikut Hoan ciang." sahut Ceng Hoa. Lan Ing melirik pada Kwee Cu Gie seperti yang minta advisnya sang suami. " Kau pikir bagaimana ?" Kwee Cu Gie tak dapat mengambil keputusan. "Enci Ceng pulang lagi pada suaminya tentu tak bakal hidup tentram untuk selanjutnya karena ia pasti akan mendapat rupa-rupa hinaan. Malah belum tentu suaminya akan menerima ia kembali, setelah adanya Kejadian begini. Aku pikir, biarkan saja dia ikut orang she oey. sebab orang she oey sangat mencintai enci Ceng, sehingga berani menempuh bahaya untuk merampas kekasihnya. Aku rasa dia tak akan membuat terlantar dirinya enci Eng. Coba, apa betul putusanku ini, engko Gie?" demikian pendapat si jelita, yang ternyata lebih cerdik dari suaminya dalam soal mengambil keputusan. Kwee cu Gie ketawa. "Adik Ing." katanya. "Aku setuju dengan keputusanmu." oey Hoan Ciang segera dibebaskan dari totokan lalu menghampiri Ceng Hoa yang masih berlutut dan sama-sama Ceng Hoa berlutut didepannya Kwee Cu Gie suami isteri untuk mengucapkan terima kasihnya atas kemurahan hati mereka. Kwee cu Gie merasa tidak enak, cepat ia suruh mereka bangun . Lan Ing senang pada Ceng Hoa yang tidak genit seperti diduga semula. "sekarang kalian hendak tinggal dimana ?" tanya Lan Ing. "Masih belum ada ketetapan." sahut Hoan Ciang yang mendahului Ceng Hoa. "sebab kalau aku kembali ke Kunhiang, aku kuatir akan mendapat gangguan dari Liu In Ciang yang pasti masih panas hatinya." " Kalau begitu." kata Lan Ing sambil melirik pada Kwee Cu Gie. " Untuk sementara sampai kalian dapat tempat yang tetap. mari ikut kami saja, tinggal sama-sama." "Terima kasih, nona. Kau sungguh baik sekali." sahut Ceng Hoa lantas. Kwee cu Gie ketawa pada isterinya sebab ia tahu maksud Lan Ing yang pada saat itu sedang mengandung tujuh bulan. sudah dekat temponya ia melahirkan dan memerlukan bantuan orang. Ia setuju sang isteri memilih Ceng Hoa sebagai teman dan yang nanti akan menolong Lan Ing diwaktu sampai temponya sang isteri melahirkan. Kwee Cu Gie tidak kembali pada Liu In Ciang, sebaliknya, ia ajak isterinya pulang bersama-sama dengan Ceng Hoa dan oey Hoan Ciang. Betul tajam penglihatannya Lan Ing. Ceng Hoa adalah merupakan teman dan pembantu yang memuaskan diwaktu ia bersaling. Kwee cu Gie dan Lan Ing bukan main girangnya anak yang pertama dilahirkan itu lelaki. oey Hoan ciang dan Ceng Hoa sayang pada anak itu seperti pada anaknya sendiri hingga suami isteri pendekar kita merasa sangat berterima kasih. Makin erat saja perhubungan mereka, sampai kemudian mereka telah angkat saudara. Kwee Cu gie dan Lan Ing memberi nama satu huruf 'sin' (mujizat) pada anaknya . jadi bernama Kwee sin. Pemberian nama itu berdasarkan perjodohan Kwee Cu Gie dan Lan Ing yang boleh dikatakan 'mujizat', berpisahan lima tahun, perbedaan umur jauh dan melalui pertarungan untuk merangkap jodoh. Ketika Kwee sin sudah berumur satu tahun lebih, tiba-tiba pada satu hari oey Hoan Ciang membawa pulang satu anak perempuan kira-kira berusia dua tahun. Entah anak siapa, menurut oey Hoan ciang ia dapat merebut dari seorang ok-pa (jagoan) melalui pertarungan hebat. Ia merebut anak itu didorong oleh perasaan kasihan karena anak itu menangis saja dan dibentak-bentak oleh jagoan tersebut, yang belakangan diketahui bernama Houw Toa. Ketika Hoan ciang menanya anak siapa itu menangis saja, Gouw Toa menjadi marah hingga mereka jadi bertengkar disusul oleh perkelahian seru. oey Hoan ciang dikeroyok oleh Gouw Toa dan kawan-kawan. Untung ia dapat merobohkan Gouw Toa dan kawankawannya, kemudian merampas anak itu "Kalian belum punya anak, baik sekali kalau merawat anak itu sebagai anak kalian." berkata Lan Ing kepada oey Hoan ciang dan isterinya. Ceng Hoa sangat senang pada anak itu yang ternyata sangat Jenaka dan berani. setelah beberapa saat saja mereka berkumpul. Dengan persetujuan Kwee Cu Gie dan isteri, Ceng Hoa kasih nama anak itu Eng Lian. Dalam usia dua tahun, Eng Lian sudah mulai melucu hingga menarik simpati Lan Ing. Pada suatu hari untuk menghadiri pesta pernikahan dan seorang sahabatnya, Kwee Cu Gie dan Lan Ing telah membawa Eng Lian ikut serta, sedang ceng Hoa diwajibkan menjaga Kwee sin. oey Hoan ciang pada hari itu tidak ada di rumah, sedang keluar menemui sahabatnya. Ketika Kwee Cu Gie dan Lan Ing pulang, alangkah terkejutnya mereka sebab Ceng Hoa kedapatan tangannya ditelikung sedang mulutnya disumpal kain-kainan atau kain popek dari Kwee sin hingga ia tidak bisa buka suara berteriak. sementara Kwee Cu Gie melihat Kwee sin, sang isteri telah membukai ikatan ceng Hoa dan dikeluarkan kain-kainan yang menyelot mulutnya Ceng Hoa. Kwee cu Gie disana sudah berteriak "celaka" sebelum Ceng Hoa dapat menuturkan apa-apa ketika ditanya Lan Ing. Kaget si cantik mendengar teriakan suaminya. Cepat ia masuk ke kamar, dimana ia dapatkan Kwee Cu Gie berdiri menjublak, sedang Kwee sin sudah tidak kelihatan diatas tempat tidurnya. Lan Ing menubruk tempat tidur kosong sambil menangis gegerungan. Menurut Ceng Hoa yang menculik Lo In adalah dua orang yang tubuhnya pendek dan satu jangkung. wajah mereka tidak kelihatan karena mereka mengenakan kedok. Ceng Hoa tidak pandai silat, maka ia tidak dapat memberikan perlawanan. Ketika ia hendak berteriak sudah keburu ditekap mulutnya kemudian disumpal kain-kainan dan tangan serta kakinya diikat kencang. Kwee Cu Gie lantas keluar mencari keterangan dan minta bantuan kawan-kawan, tapi luput diketemukan kawanan penculik itu Ia pulang waktu sore dengan muka lesu. Lan Ing terus-terusan menangis, meskipun Kwee Cu Gie dan Ceng Hoa bergiliran menghiburnya . oey Hoan ciang juga kaget ketika pulang menemukan Kejadian yang tidak diinginkan itu. Ia pun turut menghibur si cantik, akan tetapi si cantik tetap menangisi anaknya yang hilang. oey Hoan ciang juga tidak tinggal diam, ia juga keluar dan mencari keterangan di sana sini, tapi hasilnya nihil. sejak hilangnya Kwee sin rumah tangga Kwee Cu Gie nampak tidak bahagia. Tiap hari kelihatan Lan Ing bersusah hati. Kwee Cu Gie menjadi bingung. Ia lalu ambil keputusan untuk mencari ke lain tempat. Ketika mau berangkat, ia pesan isterinya supaya menjaga diri Jangan menangis saja. Ia akan mencari anaknya di lain tempat dan minta teman-teman tolong mencarikannya. Lan Ing tidak kata apa-apa. sedang pada Ceng Hoa, Kwee Cu Gie juga tinggalkan pesan supaya tolong menjagai isterinya dan seberapa bisa menghiburnya, jangan terlalu berduka, dikuatir kesehatannya nanti terganggu. Tapi, ketika semua sudah diatur beres, ternyata Kwee Cu Gie menghadapi kebingungan lagi. Karena ketika ia pulang ternyata isterinya sudah pergi. Ia hanya dapat secarik kertas yang tertulis : "DAPATKAN KEMBALI ANAK KITA. BARU AKU MAU BERKUMPUL LAGI". Nyaris gila Kwee Cu Gie ditinggal pergi oleh Lan Ing si mungil. Sejak itulah pikiran Kwee Cu Gie seperti orang iinglung. ia telah meninggalkan rumahnya dengan tidak diketahui oleh oey Hoan Ciang dan isterinya. Kwee Cu Gie telah merobah namanya menjadi Liok sinshe untuk menyerep-nyerepi anaknya. Ia menjalankan pekerjaan tukan khoamia (tukang ramal nasib) dan mengobati orang sakit (sinseh). Hatinya kosong sejak kehilangan anak dan isterinya. Kwee Cu Gie mengumpatkan namanya menjadi Liok sinshe, ini sebenarnya hanya bermaksud menghindarkan banyak musuhnya yang mengarah dirinya. Dalam keadaan iinglung, ia tidak ungkulan melayani musuh-musuhnya yang berkepandaian tidak rendah. Ia tahu adat isterinya sangat keras. Meskipun ia menemukan isterinya dan diajak berkumpul kembali tak akan Bocah Sakti Karya Wang Yu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo berhasil. Ia toh masih terus mencari. Pikirnya, kalau nanti sudah ketemu, bagaimana baiknya saja ia mengambil sikap supaya hati Lan Ing menjadi lemah dan bersedia berkumpul lagi untuk mencari anaknya bersama-sama. Akan tetapi bertahun-tahun dicari, jangan lagi anak sedagn isterinya tidak kelihatan batang hidungnya. Makin kesepian Kwee Cu Gie sehingga ia menjadi putus asa. Nyaris ia membunuh diri kalau tidak tiba-tiba kupingnya seperti ada yang membisiki : "Percuma kau jadi Tayhiap. untuk mencari anak dan isteri saja tidak becus " Entah siapa yang membisiki kupingnya, mungkin salah satu Loocianpwee yang menaruh perhatian atas dirinya. semangatnya timbul lagi. Pada suatu hari, ketika ia iseng-iseng memasuki kuil Thiang-oug-sie untuk mencabut ciamsi, waktu ia keluar lagi dengan tiba-tiba perhatiannya tertarik pada seorang bocah kurus kering yang lincah dan gesit sedang bermain petak bersama teman-temannya. Makin diperhatikan, ia makin tertarik pada si bocah dari kalangan jembel itu. Anak itu ternyata Lo In adanya yang belakang Kwee Cu Gie yakin betul bahwa anak ini ada puteranya yang hilang. Karena selain tanda daging menjendil dibelakang telinganya, yang merupakan tanda khas dari puteranya yang hilang dan anak itu makin meningkat usianya makin nyata wajahnya menyerupai dirinya (Kwee Cu Gie). oleh sebab itu, bukan main girangnya Kwee Cu Gie. Karena dengan diketemukannya Kwee sin, maka isterinya akan dengan mudah dipanggil pulang, manakala diketahui Lan Ing ada dimana. Kwee Cu Gie belum mau mengaku bahwa ia adalah ayahnya pada Lo In karena ia belum menemuijalan untuk meyakinkan Lo In bahwa dirinya adalah ayahnya. Lain daripada itu, juga Kwee Cu Gie tidak mau pelajaran Lo In terganggu oleh pertemuan mereka sehingga Lo In nanti tidak begitu tekun dalam belajarnya lantaran menganggap dirinya adalah ayahnya sendiri, sebagaimana kebiasaan anak-anak yang suka manja kepada ayahnya. Kwee Cu Gie terus menurunkan semua kepandaiannya dalam ilmu silat dan surat sehingga kepandaian Lo in sudah berimbang dengan dirinya dan hanya memerlukan penggemblengan lwekang saja dan setelah itu si bocah akan menjadi seorang bocah yang luar biasa kepandaian silatnya. Pada malam itu, Kwee Cu Gie sudah tak tahan menutup rahasianya. Maka ia hendak menceritakan satu kisah kepada Lo In. Akan tetapi justru saat itu ia telah disatroni oleh siauwsan Ngo-ok yang diperkuat oleh siong Leng dan jin Leng Tojin serta Tiat Ci Hweeshio (si Pendeta Jari Besi) . Dan pada akhirnya Liok sinshe (Kwee Cu Gie) kena dibokong oleh KimPopo dan jatuh di jurang. Kwee Cu Gie adalah orang yang sangat lihai. Tidak mudah ia mati jatuh kejurang. Waktu ia terpelanting, dengan kepandaiannya menggunakan ilmu meringankan tubuh, ia mendarat pada satu dahan pohon dengan selamat. Ia tahu bahwa ia terkena racun jarumnya si nenek. Cepat ia menelan lima biji obat pilnya sekaligus, hingga menjalarnya racun tertahan. Kemudian ia mencari tempat untuk bersemedhi, dimana ia mengerahkan lwekangnya dan berhasil mengeluarkan racun serta jarum Kim Popo melalui jari jempolnya yang ia kupas sedikit sebagai jalannya darah. Tenaganya sudah hampir habis diperas untuk mengeluarkan racun dan jarum jahat, maka Liok sinshe (Kwee cu Gie) tidak berani lagi naik ke atas jurang untuk menggempur musuh-musuhnya lagi. sedang Lo In, ia percaya tentu sudah menyelamatkan diri. Ia tahu bahwa Lo In adalah satu bocah cerdik. Ia percaya dalam perantauan bocah itu tidak bakal menemui kesulitan. Maka, setelah ia merasakan badannya mulai mempunyai tenaga lagi, Liok sinshe memutari lembah dan mencari buahbuahan untuk mengisi perutnya yang lapar. Dengan tidak diduga-duga dalam lembah itu ketemu oey Hoan ciang dan nyonya, yang menetap disitu. Bukan main menggirangkan pertemuan mereka dan melihat Eng Lian sudah besar dan ia perkenalkan namanya "Tan sianseng". Ia beristirahat dirumahnya oey Hoan cian dan sangat dihormati oleh tuan dan nyonya rumah seperti yang Eng Lian pernah tuturkan pada Lo In. Pada suatu hari oey Hoan ciang pulang dari bepergian, ia sampaikan kabar pada Kwee Cu Gie bahwa ia melihat satu wanita cantik yang romannya persis seperti Lan Ing dalam sebuah rumah penginapan. ia tidak berani menegur, karena adatnya Lan Ing yang istimewa, salah-salah ia bisa kena semprot. Kwee Cu Gie tahu bahwa Lan Ing sangat sayang pada Ceng Hoa, maka ia ajak Ceng Hoa pergi untuk menemui isterinya karena ia sendiri tentu tidak ungkulan membujuknya. Itulah Kejadian yang Eng Lian tuturkan pada Lo In, katanya Tan sianseng menghilang, ibunya juga turut menghilang. Ternyata kedatangan Kwee Cu Gie dan ceng Hoa ke rumah penginapan sudah terlambat. Lan Ing sudah pergi entah kemana. Kwee Cu Gie coba mencari disekitar rumah penginapan tersebut, Lan Ing tetap tidak dapat dijumpai. Dengan begitu Kwee Cu Gie menjadi lesu, ia ajak Ceng Hoa pulang kembali. Di tengah perjalanan, Kwee Cu Gie ketemu oey Hoan ciang yang sedang menolong orang yang terluka parah. Kiranya yang terluka itu adalah Ngo-tok sian-jin dari Ngo-tok-kauw. Kauwcu dari Ngo-tok-kauw itu dikeroyok oleh musuhmusuhnya. Untung ia lihai dan dapat memukul mundur lawanlawannya. Cuma saja ia sendiri mendapat luka di dalam yang sangat parah, hingga jalan belum berapa tindak ia sudah ambruk. Untunglah musuh-musuhnya tidak datang kembali, kalau tidak, celakalah Ngo-tok sian-jin menemukan ajalnya yang terhina. Ngo-tok sian-jin merasa berterima kasih kepada oey Hoan ciang yang coba menolong dirinya dengan sungguh-sungguh tapi tidak bisa tertolong karena lukanya sangat parah. Di waktu mau menarik napasnya yang penghabisan, Ngotok sian-jin serahkan say-cu-leng pada oey Hoan ciang. Ia minta dengan sangat supaya orang she oey itu suka menggantikan ia sebagai Kauwcu dari Ngo-tok-kauw. Ia kuatir tanpa ada pimpinan dari seorang baik, Ngo-tok-kauw tentu bisa berantakan karena orang-orangnya Agama Panca Bisa itu terlalu fanatik. oey Hoan Ciang hobinya menyelidiki racun ular. Maka banyak ular berbisa ia dapat takluki. Kint ia diminta untuk mengepalai Agama Panca Bisa (Ngo-tok-kauw), hatinya tertarik untuk mengetahui empat macam racun lainnya kecuali ular. Maka permohonannya Ngo-tok sian-jin ia terima dengan baik. Dengan dihantar oleh Kwee Cu Gie, oey Hoan ciang dan isterinya langsung pergi ke markas Ngo-tok-kauw. Dengan mudah, setelah menunjukkan lambang Kauwcu yang berupa say-cu-leng, oey Hoan ciang diterima menjadi Kauwcu. Kwee Cu Gie tinggal lama juga dalam markas Ngo-tokkauw untuk melindungi oey Hoan Ciang Kalau- Kalau ada pengikutnya Ngo-tok-kauw yang tidak senang pada Kauwcu yang baru dan berontak. Akan tetapi sebegitu jauh, ia lihat orang-orang Ngo-tok-kauwpada menghormati ketuanya. oleh sebab itu pada suatu hari, ia mohon berpisah dengan oey Hoan ciang suami isteri. Katanya ia mau menyerep-nyerepi isterinya (Lan Ing). ia juga memesan pada oey Hoan ciang supaya tolong juga menyerep-nyerepi hanya Lan Ing, yang mana disanggupi oleh Kauwcu baru dari agama Panca Bisa itu. Berbareng dengan itu, oey Hoan ciang telah mengirim orang untuk mengambil Eng Lian tapi ternyata si dara cilik sudah tidak ada lagi dirumahnya, sudah kosong. oey Hoan ciang dan ceng Hoa menyesal dan berduka dengan lenyapnya Eng Lian yang mereka pandang seperti anaknya sendiri. Atas permintaan Ngo-tok sian-jin, oey Hoan ciang telah merubah namanya menjadi TOnghong Kin. Maka nama inilah yang terkenal diantara orang-orangnya Ngo-tok-kauw. Dalam pada itu rimba persilatan telah digemparkan oleh munculnya Lamhay Mo Lie yang telah membinasakan Hek-nia sam-long dan mengubrak-abrik sarangnya.Bukan itu saja, beberapa perkumpulan jahat juga sudah disikat oleh Lamhay Mo Lie. Kwee Cu Gie tertarik hatinya sebab bukan saja sepak terjangnya membasmi kejahatan, malah menurut cerita orang, Lamhay Mo Lie orangnya sangat cantik. Ia jadi terkenang akan isterinya yang sangat cantik. Ia ragu-ragu kalau Lamhay Mo Lie itu Lan Ing adanya. Tidak mungkin Lan Ing yang cantik lemah gemulai itu menggunakan nama seram seperti Lamhay Mo Lie (Wanita Hantu dari Laut Kidul). Meskipun demikian, ia terus melakukan penyelidikan. Ketika ia jalan sampai di dusun Kunhiang, ia mendapat kabar tentang bentrokan Liu Wangwee dan Tan wangwee, dimana Tan Wangwee telah mengundang sucoan sam-sat. Ia ingat bahwa Liu Wangwee adalah suaminya Ceng Hoa. Ia lantas mempunyai ingatan untuk menolongnya diwaktu perlu, karena ia tahu benar bahwa Sucoan Sam-sat itu berkepandaian tinggi, anak murid dari Thie-tauw-eng ie Jie Lo dari daerah sucoan. sejak berpisah dengan Tonghong Kin (oey Hoan ciang), Kwee Cu Gie telah mengenakan kerudung merah waktu membasmi kejahatan. Maka dalam tempo pendek sepak terjangnya telah menggemparkan dan orang sangat memuji kepada kepandaian si kerudung merah. Kwee Cu Gie bukannya takut dengan pembalasan. ia hanya kuatir menambah banyak musuh kalau ia muncul dengan wajah aslinya. Dirinya sudah sangat terkenal dan sedang dicari-cari oleh banyak musuh-musuhnya, seperti Kejadian di Tong-hong-gay tempo hari disatroni oleh siauwsan Nao-ok hingga ia terpaksa bertempur untuk membela diri. Demikian, ia telah mengikuti perkembangan bentrokan antara Liu danTan Wangwee. Di dalam saat yang genting, ialah diwaktu Bwee Hiang hendak menabaskan pedang pada lehernya sendiri, Kwee Cu Gie muncul dan menakluki tiga orang jahat dari sucoan. Ketika berpisahan dengan Liu Wangwee, Kwee Cu Gie meneruskan perjalanan mencari Lo In dan Lamhay Mo Lie. Ia mendengar tentang munculnya satu bocah muka hitam yang berkepandaian luar biasa hingga menduga bocah itu tentu Lo In adanya. Tapi, kapan ia ingat bahwa Lo In tidak berwajah hitam, hatinya menjadi ragu-ragu. jadi terhadap Lamhay Mo Lie dan Hek-bin sin-tong, Kwee Cu Gie ragu-ragu untuk menetapkan bahwa kedua orang itu adalah isteri dan anaknya. setelah banyak waktu dibuang untuk menyelidik dua orang tadi, Kwee Cu Gie akhirnya mendapat laporan dari Tonghong Kauwcu yang mendebarkan hatinya ialah Lamhay Mo Lie yang diduga isterinya itu ada di Coa-kok sedang Hek-bin sin-tong sedang menuju ke sana. Entah bagaimana saat itu Kwee Cu Gie sangat gelisah, tidak pernah sebelumnya pada saat itu ia rasa pasti bahwa Lamhay Mo Lie dan Hek-bin sin-tong adalah isteri dan anaknya, dua makhluk yang ia sangat rindukan untuk menemukannya. Perasan kuatir seketika itu timbul, bahwa ibu dan anak itu akan bertempur mati-matian. Ia kenal tabiatnya Lo In tidak kejam, ia tidak begitu kuatirkan. sebaliknya, Lan Ing isterinya sangat telengas dan suka mau unggul saja. Kalau Lo In nanti menimbulkan kemarahannya, pasti anak itu akan tewas jiwanya di tangan ibunya sendiri oleh sebab itu, Kwee Cu Gie lantas menyusul ke Coa Kok. Ia tidak menemukan kesulitan karena semua benteng penjagaan sudah kena dirobohkan oleh Lo In serta barisan ular jahat sebelumnya telah dilewati dengan ilmu entengi tubuhnya yang lihai. Cepat luar biasa, Kwee Cu Gie menotok bebas korban- korban totokan Lo In. Di waktu baru saja ia menembusi benteng kelima, ia lihat senjata kebutan Lamhay Mo Lie sedang menurun hendak menghajar kepalanya Lo In. ia kenali Lan Ing, isterinya. Cepat ia berseru menggunakan lweekangnya untuk mencegah Lamhay Mo Lie membunuh anaknya sendiri Demikian penuturan Kwee Cu Gia yang membikin Lo In sekarang yakin benar bahwa dirinya adalah anaknya Kwee Cu Gie dan Lamhay Mo Lie. Meskipun demikian ia masih penasaran kenapa ibunda masih begitu muda belia, maka ia lalu menanya : "ibu, anak menanyakan keheranan saja, tapi harap ibu jangan marah." Lamhay Mo Lie bersenyum, lalu menyahut : "Kau tanyalah nak. ibu tak akan marah." "ibu begini muda dan sangat cantik. Paling-paling juga umurnya tidak berjauhan dengan enci Hiang. Bagaimana anak yang sudah berumur belasan bisa menjadi anak ibu ?" Lo In blak-blakan menyatakan isi hatinya. Lamhay Mo Lie melenggak mendengar perkataan anaknya. Kwee Cu Gie bersenyum-senyum sambil anggukanggukkan kepala, sedang para hadirin menahan ketawanya. semua mata disorotkan kepada Lamhay Mo Lie. Ingin mereka ketahui apa jawaban si cantik dari Lamhay itu. Lamhay Mo Lie tahu bahwa semua mata ditujukan kepadanya, menantikan jawabannya. Dengan bersenyum ia menjawab pertanyaan anaknya : "Anak. memang mengherankan kalau kau tidak tahu sebabnya. Usia ibu sekarang sudah tiga puluh enam tahun. Kalau wajah ibu masih tetap seperti gadis berusia dua puluhan tidaklah heran karena itu adalah pengaruh obat dari guru ibu di Lamhay. Nanti, kapan kita ada kesempatan akan ibu ajak kaujalan-jalan ke Lamhay untuk menemui sucouw, yang tentu akan merasa tertarik sekali pada dirimu." "Dan ibu, itu Ang Hoa Lobo kenapa jadi murid ibu ?" tanya lagi Lo In. Lamhay Mo Lie kembali bersenyum, tetapi setelah itu ia lalu menutur singkat. Lan Ing adalah muridnya Ceng Lian suthay dari kuil Cenglianam di Lamhay, yang telah membawa Lan Ing ketika ditinggalkan oleh Kwee Cu Gie di bawah pohon. Lan Ing adalah satu anak yang cerdik dan berbakat untuk Bocah Sakti Karya Wang Yu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo menerima pelajaran ilmu silat. Maka ia sudah membawa si dara cilik di luar tahunya Kwee Cu Gie. Ia bukan sengaja menculik, tetapi ia segan berurusan dengan Kwee Cu Gie yang tidak rela Lan Ing dibawa olehnya, sebab Kwee Cu Gie kelihatannya sangat tertarik oleh si dara cilik. Lima tahun Lan Ing dalam gemblengan Ceng Lian suthay dan kemudian atas izinnya sang guru, Lan Ing diperbolehkan pulang untuk menuntut balas pada Hek-nia Sam-long. Apa mau Lan Ing terlibat dalam urusan asmara dengan Kwee Cu Gie hingga niatnya menuntut balas jadi tertunda dan membentuk keluarga bersama-sama Kwee Cu Gie. Dalamputus asa untuk mendapatkan kembali anaknya, Lan Ing sudah pulang ke tempat gurunya di Ceng-lian-am. ceng Lian suthay pandai juga meramal. Maka ia hiburi muridnya bahwa ia akan berjumpa pula dengan anaknya setelah sang anak memasuki usia tujuh belas tahun. Meskipun tempo itu sangat lama, ialah sampai enam belas tahun, ia menunggu, Lan Ing toh merasa terhibur juga dan selama menantikan sampainya tempo itu, Lan Ing belajar lebih giat dibawah didikannya Ceng Lian suthay hingga bukan saja ilmu silatnya, juga lweekangnya meningkat banyak. Pada suatu hari Lan Ing mendapat izin dari gurunya untuk mencari anaknya. Lan Ing kegirangan dan segera saja ia pamintan pada gurunya dan melakukan perjalanan. Pertama-tama yang ia satroni Hek-nia sam-long, yang menjadi musuh besarnya. Lan Ing tidak menemukan kesulitan menghadapi Tiga serigala dari bukit hitam- itu. semuanya ia bunuh mati dan meng ubrak- abrik sarangnya. Di sana ia meninggalkan namanya Lamhay Mo Lie. Lantaran itu nama Lamhay Mo Lie menjadi buah bibir karena dengan sekaligus dapat membinasakan 'tiga orang kuat' dari kalangan Hek-to (jahat) yaitu Hek-nia sam-long. Dalam perjalanan sehabis membasmi musuh-musuhnya, Lan Ing berpapasan dengan Ang Hoa Lobo yang sedang bertengkar dengan siauw Cu Leng di lereng gunung. Diam-diam Lan Ing mencuri dengar apa yang dipertengkarkan si nenek. "Kau belakangan ini tak punya guna melayani aku. Mana aku tak marah-marah saja ?" terdengar Ang Hoa Lobo ketus. "cici, kau terlalu kuat hingga aku jadi kewalahan." sahut siauw Cu Leng. "Dulu kau begitu hebat melayani aku hingga aku puas. Tapi sekarang, sekarang apa " Baru maju yang kedua kali sudah bilang lemas segala, mengapa begitu ?" "Cici, kau terlalu menuruti napsu saja. Mana aku tahan ?" "Cu Leng, aku bilang terus terang. Kalau kau tak bisa memberi kepuasan, jangan sesalkan enci Goat- mu akan mengambil jalan lain " "Jalan lain bagaimana kau maksudkan ?" "Hm Belagak pilon " Aku ambil lelaki lain yang dapat memberi kesenangan " siauw Cu Leng tak menyahut, kepalanya menunduk seperti berpikir. sementara itu Lan Ing bingung apa yang dipertengkarkan oleh mereka itu, tapi tak lama sebab ia lantas cekikikan ketawa. Rupanya ia sudah dapat memecahkan rahasia pembicaraan antara Ang Hoa Lobo dan siauw Cu Leng. "Siapa disitu?" bentak Ang Hoa Lobo yang menjadi gusar percakapannya didengar orang. "Aku disini " sahut Lan Ing, seraya muncul dari balik pohon. siauw Cu Leng mencilak matanya nampak tiba-tiba muncul seorang bidadari di depannya. Melihat itu, Ang Hoa Lobopelototi matanya hingga si iblis Alis Buntung tak berani memandang wajahnya Lan Ing yang cantik jelita. "Bagus " mendengus Ang Hoa Lobo. "Kau berani mencuri dengar percakapan kami, berarti jiwamu bakal mati " Ang Hoa Lobo berkata sambil mendekati Lan Ing. "Budak liar, kau datang dari mana ?" Ang Hoa Lobo menanya, sebelum Lan Ing menyahuti perkataannya terlebih dahulu. "Aku bakalan mati, untuk apa kau menanya aku datang dari mana ?" jengek Lan Ing. "Apa kau kira aku tak bisa bikin kau bicara ?" bentak si Nenek Kembang Merah, menyusul tangannya berkelebat mencengkeram dada Lan Ing. "Nenek jahat, kau mau berkelahi dengan nonamu ?" Lan Ing balas membentak seraya mengelak dari cengkeraman Ang Hoa Lobo. Melihat serangannya gagal, si nenek ketawa nyaring. "Bagus, kau mempunyai sedikit kepandaian, ya ?" katanya dengan nada mengejek. "Berkelahi tidak halangan, asal dengan syarat lebih dahulu." sahut Lan Ing. "Aku mau membunuh kau seperti gampangnya membalikkan tangan, kenapa pakai syarat sebala " Hehehe.... lucu ini budak liar " "Membunuh aku tidak semudah yang kaupikir, makanya aku mau dengan syarat " "Syarat apa yang kau mau majukan, budak liar ?" "Kalau aku bertempur kalah, kau boleh punya suka atas diriku. Mau tangkap boleh tangkap. mau bunuh boleh bunuh, tanpa aku melawan. sebaliknya, kalau kau kalah bagaimana ?" Ang Hoa Lobo melengak mendengar perkataan Lan Ing. "Kalau aku kalah, kau boleh berlalu tanpa aku ganggu." akhirnya ia menyahut. Tiba-tiba saja Lan Ing ketawa ngikik, hingga Ang Hoa Lobo heran. "Apa yang kau ketawakan, budak liar ?" bentak Ang Hoa Lobo bengis. "Aku ketawakan perkataanmu tadi." sahut Lan Ing. "sudah tentu kau kalah aku boleh angkat kaki dengan tidak takut apaapa, tapi bagaimana dengan kau?" otaknya Ang Hoa Lobo bekerja. "Baiklah, kalau aku kalah aku akan menjura minta maaf padamu, kau akur ?" "Tidak akur." sahut Lan Ing ketawa, seperti ngeledek. "Tidak akurnya bagaimana ?" tanya Ang Hoa Lobo kepingin tahu. "Tidak akurnya, aku tidak mau kau menjura. Namun aku mau kau berlutut dan mengangkat aku sebagai pemenang menjadi gurumu " "Mana ada aturan nenek menyembah gadis yang barusan lepas tetek." "Aturansudah tentu ada. Yang kalah harus menurut pada yang menang, mana ada aturan yang menang harus menurut pada yang kalah ?" Kembali Ang Hoa Lobo putar otak. "Kalau begitu, begini saja." sahut Ang Hoa Lobo. "Aku menang kau harus jadi muridku, kalau aku kalah aku rela menjadi muridmu dan menyebut suhu seraya berlutut " "Bagus, bagus. Ini usul baik dan aku setuju." berkata Lan Ing. "Mari kita mulai " menantang Ang Hoa Lobo, kali ini ia goyangkan tongkatnya. "Kita bertempur dengan tangan kosong saja." kata Lan Ing ketawa. " Kenapa, kau takut ?" jengek Ang Hoa Lobo bengis. "Bukannya takut." sahut Lan Ing tenang-tenang saja. "senjata tidak ada matanya, kalau salah tangan bisa mencelakai orang. Apa kau senang kalau muridmu cacad ?" "Ya, ya, kau betul " Ang Hoa Lobo ketawa sekarang. Ang Hoa Lobo berkata sambil melemparkan tongkatnya. "Popo boleh mulai sekarang " berkata Lan Ing bersenyum manis hingga siauw Cu Leng yang melihatnya menjadi berdebaran hatinya. Ang Hoa Lobo yang hendak menyingkatkan waktu sudah tidak main tawar menawar lagi, lantas mulai menyerang lagi. Tangan kanannya mengarah mata, sedang tangan kirinya menyambar iga mengarah 'thian-ki-hiat'. Ini adalah serangan yang dinamai 'Dibalik daun mencuri buah toh'. Satu serangan yang cepat untuk mengalahkan lawan. Ang Hoa Lobo sudah memperhitungkan serangannya akan berhasil. Namun, tirtak tahunya kecepatan tangan si nenek tak dapat menguasai kecepatan bergerak badannya Lan Ing. Si nenek terkesip juga nampak Lan Ing demikian gesit. Tapi karena ia sudah kawakan menghadapi pertempuran, maka ia tidak jerih. Ia merangsek lagi, segera menyusul beberapa serangannya yang berbahaya. Entah bagaimana Lan Ing bergerak sebab kenyataannya semua serangan dapat dikelit oleh Lan Ing yang gesit luar biasa. Ang Hoa Lobo mulai keder. Sebelum ia menenangkan pikirannya, tahu-tahu ia rasakan di bawah ketiaknya kesemutan. Itulah 'thian-coan-hiat' jalan darah dibawah ketiak) kena ditotok oleh Lan Ing yang gesit. Seketika itu juga si Nenek Kembang Merah berdiri bagaikan patung, tidak bisa bergerak, hanya matanya saja kedap kedip menyorotkan kebencian. Siauw Cu Leng melihat isterinya dirobohkan, tidak tinggal diam. Ia lantas maju menyerang Lan Ing sambil membentak : "Budak kurang ajar, kau berani permainkan orang tua " Rasakan nih kepalanku " sambaran kepalan siauw Cu Leng sia-sia saja sebab Lan Ing keburu berkelit. "Lelaki tidak punya guna " menyindir si cantik ketawa. "Kau berani usilan dalam urusan nonamu " Lihat nonamu akan kasih hajaran " siauw Cu Leng melengak sebentar kena disindir Lan Ing. selanjutnya ia menyerang lagi dengan pukulannya yang mengeluarkan angin menderu. Herannya, makin siauw Cu Leng perhebat serangannya, makin tidak kelihatan bayangan Lan m. sampai kemudian tahu-tahu ia rasakan lututnya lemas ditendang Lan Ing. ia jatuh berlutut di depan si cantik, Matanya mencilak bengis penuh kegusaran. Tapi Lan Ing berlagak pilon, ia menghampiri Ang Hoa Lobo. "Popo, bagaimana dengan janji kita ?" tanya si cantik, seraya menotok bebas urat bisunya Ang Hoa Lobo hingga sekarang ia bisa bicara, sekalipun badannya masih belum bebas dari totokan. Ang Hoa Lobopikir ia tidak bisa menang lawan si nona, maka ia mengaku kalah dan rela menjadi muridnya Lan Ing. Ketika totokannya dibebaskan, Ang Hoa Lobo memenuhi janjinya berlutut di depan Lan Ing dan berseru : "suhu " Lan Ing senang hatinya dan suruh si nenek membebaskan siauw Cu Leng dari totokan. siauw Cu Leng kini tidak berani banyak lagak karena melihat 'cicinya' sudah takluk dan menjadi muridnya Lan Ing. Ang Hoa Lobo menanyai siapa adanya si cantik, Lan Ing menyahut : "Kau barangkali sudah dengar namanya Lamhay Mo Lie, itulah aku adanya." si Nenek Kembang Merah dan siauw Cu Leng kaget mendengar namanya Lamhay Mo Lie tapi juga tidak luput dari merasa heran, kenapa namanya begitu seram sedang orangnya begitu cantik mempersonakan " sejak itu mereka takluk betul kepada Lan Ing alias Lamhay Mo Lie, terutama ketika Lan Ing belakangan mengasih banyak petunjuk dalam hal ilmu silat dan obat-obatan membuat Ang Hoa Lobo lebih tunduk pula. sebaliknya si nenek tidak tahu kalau Lamhay Mo Lie adalah isterinya Kwee Cu Gie, orang yang menjadi pujaan dari dahulu sampai sekarang. Demikianlah penuturan Lamhay Mo Lie. Tapi Lo In masih penasaran, ia menanya : "lbu, kenapa ibu menggunakan nama Lamhay Mo Lie " Bukankah nama Lamhay Mo Lie menyeramkan ?" Lamhay Mo Lie ketawa ngikik. "Anakku, aku menggunakan nama itu untuk menghindarkan diri dari uberan ayahmu " kata si cantik, sambil bibirnya yang halus menjebirpada Kwee Cu Gie yang segera tertawa terbahak-bahak. "Sudah anak. kau jangan bikin pusing ibumu " berkata Kwee Cu Gie ketika melihat Lo In sudah gerakkan mulutnya seperti hendak menanya pula pada ibunya. Lo In ketawa nyengir mendengar perkataan ayahnya. sementara itu perjamuan sudah dimulai. Eng Lian dan Bwee Hiang pikirannya tidak tentram, setelah mendengar penuturan Kwee Cu Gie. Eng Lian sekarang lebih jelas lagi tentang keadaan dirinya bahwa oey Hoan ciang dan Ceng Hoa yang mengaku ayah dan ibunya bukan orang tuanya yang asli, yang asli Gin Hoa ibunya yang menjadi ibunya Leng siong. Pantasan ia dan Leng siong wajahnya seperti pinang dibelah dua lantaran mereka adalah anak kembar. Meskipun demikian ia kepingin ketemu dengan ayah dan ibu angkatnya itu, tapi belum berani untuk menanyakan kepada Kwee Cu Gie mereka itu sekarang ada dimana. Bwee Hiang ada lebih tidak tenteram pula hatinya sebab menurut penuturan Kwee Cu Gie ibu kandungnya sekarang masih ada, ialah Ceng Hoa yang menjadi isterinya oey Hoan ciang. sekarang dimana mereka " Bwee Hiang juga tidak berani memajukan pertanyaan kepada Kwee Cu Gie yang sekarang terang menjadi ayahnya Lo In. Tengah perjamuan berjalan tiba-tiba ada pelayan datang mengabarkan pada Lamhay Mo Lie tentang kedatangannya Ngo-tok-kauw Kauwcu bersama isteri. Bukan main girangnya Lamhay Mo Lie sebab menurut perhitungan suaminya (Kwee Cu Gie), Ngo-tok-kauw Kauwcu itu adalah oey Hoan Ciang dan isterinya adalah Ceng Hoa, teman akrabnya. Dengan segera Lamhay Mo Lie menyuruh orangnya untuk antar masuk tamu dari Ngo-tok-kauw. Tidak lama, mereka kelihatan muncul dikawal oleh lima orang kuat dari Agama Panca Bisa. Begitu masuk ruangan, Ceng Hoa sudah disambut oleh Lamhay Mo Lie dengan rangkulan mesra dan keduanya berkaca-kaca matanya lantaran menangis kegirangan. setelah mereka lepaskan rangkulannya, Ceng Hoa lihat ada dua gadis di dekatnya. Ia kenali Eng Lian yang sudah besar, tapi ia tidak kenali Bwee Hiang yang menatapnya dengan tidak berkedip. "Kau siapa, nona ?" tanya Ceng Hoa halus suaranya. "Dia adalah anakmu Bwee Hiang, adik Hoa " menyelak Kwee Cu Gie ketawa berkakakan. Ceng Hoa tergetar hatinya. Ia hanya sempat berkata : "oh....." karena Bwee Hiang sudah merangkul dan berseru : Bocah Sakti Karya Wang Yu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "ibu......" ibu dan anak menangis sambil berpelukan. Lamhay Mo Lie meredakan mereka dan akhirnya dapat diajak duduk diantara banyak tamu yang hadir. Kiranya kedatangan Tonghong Kin (oey Hoan Ciang) dengan isteri ke Coa-kok memang datang dengan maksud khusus untuk memberi selamat kepada Lamhay Mo Lie dan Kwee Cu Gie yang sudah menemukan anaknya kembali. Lo In diperkenalkan kepada Ceng Hoa dan suaminya. Mereka sangat kagum melihat Lo In yang berparas cakap menandingi ayahnya. Ceng Hoa terkenang pada waktu Lo In diculik masih bayi, sekarang ketemu-ketemu anak itu sudah menjadi jejaka ganteng. Banyak soal urusan Lo in, Bwee Hiang dan Eng Lian yang ceng Hoa ingin bicarakan dengan Lamhay Mo Lie. Akan tetapi ia tidak punya kesempatan dalam pesat yang meriah itu. Yang lucu Tong hong Kauwcu dari Ngo-tok-kauw tidak mengenali Lo In, si engko kecil yang pernah menolongi dirinya tempo karena Lo In sekarang sudah berubah rupa. Lo In sendiri belagakpilon, seakan-akan baru saja kenal dengan Tonghong Kauwcu. Pesta berjalan terus dengan penuh kegembiraan sampai banyak orang yang mabuk........... = = = TA M A T = = = KITAB MUJIZAT Apakah Bwee Hiang berhasil menuntut balas pada sucoan sam-sat " Apakah si tiga dara, Bwee Hiang, Eng Lian dan Leng siong sekaligus oleh si bocah sakti " Kemana perginya Ang Hoa Lobo " semua pertanyaan ini ada dapat pecahkan dalam KITAB MUJIZAT, sambungan BOCAH SAKTI. Lebih seru, tegang, jenaka dan............." Kuda Kudaan Kumala 1 Pendekar Naga Putih 51 Petaka Kuil Tua Lembah Nirmala 23

Cari Blog Ini