Ceritasilat Novel Online

Bocah Sakti 9

Bocah Sakti Karya Wang Yu Bagian 9 ditelinga si gadis, sedang tangannya mengusap-usap rambutnya kepalanya si nona yang hitam jengat. "Apa iya, adik kecil... ?" sahut Leng Siong perlahan, kepalanya mendongak menatap Lo In yang mengagumi kecantikannya- Untuk pertama kalinya tergetar hatinya Leng Siong beradu pandangannya dengan si bocah muka hitam. Leng Siong senang dalam dekapannya L0 In, ia ingin itu berjalan iama-iamaan namun keadaan ada sangat gawat. Buiee Hiang perlu mendapat bantuan meskipun sudah ada beberapa kawan yang dirobohkan dengan totokan. "Mari kita liihat enci Hiang !" kata Lo In seraya meraih Leng Siong dan dengan sekali enjot saja tubuhnya melayang bersama Leng Siong melewati batas lingkaran ular yang sedang berkumpul- Dengan Leng Siong masih dalam p0nd0ngannya, L0 in telah membantu Buiee Hiang menendang mental dua orang baru yagn mau mengeroyok si nona. Dua orang itu tubuhnya mental jatuh Persis diantara kumpulan ular. Dengan enak saja mereka telah dilahap oleh kawanan ular yang sedang lapar rupanya. "Enci Hiang, cukup ! seru Lo InItulah ada seruan merupakan kode untuk Bwee Hiang mengakhiri perkelahiannya. Sementara Leng Siong barusan saja diturunkan oleh Lo In, Bwee Hiang telah selesaikan Pertempurannya. Semua musuhnya dirobohkan dengan totokan. Hebat kepandaiannya si nona hingga Leng Siong melongo dibuatnya. Lo In telah menotok bebas Hek-liong Gouw Cin dan menanya, ia dengan kawan-kawannya itu suruhan siapa telah datang kesitu. Belum si Naga Hitam menjawab, tampak Kim Ulan Thauto dan Suyangtin Ngo Houui jalan mendatangi hingga pemeriksaan Lo In serahkan pada si Thauto. Si Naga Hitam membandel tidak mau mengaku siapa yang suruh dirinya hingga Kim Wan Thauto kewalahan. Pemeriksaan ketunda berhubung dengan datangnya segerombolan kera yang pada membaca bebuahan. Kim Wan Thauto dan Suyangtin Ngo Houui heran begitu banyak kera dari mana datang. Lo In kasih mengerti pada mereka bahwa kawanan kera itu hendak mempersembahkan barang bawaannya yang diminta olehnya. Kim Wan Thauto terbahak-bahak ketawa mendengar perkataan Lo In. Lo In membilang terima kasih pada kawanan kera dan minta mereka bubar. Ramai mereka cetcowetan lari serabutan mendapat perintah dari Lo In. "Toako, para paman, enci Hiang dan Leng Siong, mari kita makan antaran mereka !" berkata Lo In seraya ia sendiri menjumput sebuah dan dimakannya. Ternyata bebuahan antaran kawanan kera itu sangat lezat rasanay, semua orang pada memuji terutama Bwee Hiang dan Leng Siong yang bergantian mengangkat jempolnya memuji kepada Lo In yang bisa memerintah kawanan kera. "Itu ada banyak ular dari mana datangnya, anak in ?" tanya Kim Wan Thauto. "Adik kecil yang memanggil dengan serulingnya." menyela Buiee Hiang ketawa. "Sebaiknya mereka disuruh pulang lagi saja, anak in !" kata Kim Wan Thaut0 yang melihat Leng Siong dan Suyangtin Ngo Houw kelihatannya ketakutanLo In menurut perintah. Ia keluarkan serulingnya dan meniupnya sebuah lagu yang empuk kedengarannya tapi berwibawa seakan-akan perintah- Selagi orang mengagumi tiupan seruling si bocah, kawanan ular itu perlahan-lahan telah menggelesar pada pergi dari situ. Kim Wan Thauto dan Suyangtin Ngo Houw sangat mengagumi kepandaiannya si bocah-Pemeriksaan dilanjutkan kepada Hek-liong Goyw cin. |_egn Siong minta permisi untuk pulang lebih dahulu karena kepalanya pusing katanya barusan menyaksikan kejadiankejadian yang mengagetkan dan baru pernah ia alami. Kim Wan Thauto dan lain-lain tidak keberatan si nona berlalu. Malah Buiee Hiang berkata, "Sebaiknya memang kau kembali lebih dahulu. Pemeriksaan disniakan makan waktu. Ha^aP kau jangan keterusan kaget, nanti bisa bikin kau sakit." Leng Siong bersenyum- Setelah melemparkan lirikan yang berarti kepada Lo In, si nona telah meninggalkan mereka pulang ke rumahnya. Gouw Cin baharu mau mengaku setelah tidak tahan disiksa oleh totokan yang menimbulkan seluruh badannya dirasakan sakit seperti digigiti oleh ribuan semut. "fliyoo... !" tiba-tiba Gouw Cin menjerit. Tubuhnya kontan terkulai roboh sebelumnya ia memberi pengakuan siaPa yang telah meberi pengakuan siapa yang telah menyuruh ia dan kawan-kawan datang mengacau ke situ. Kim Wan Thauto Periksa keadaan Gouw Cin, ternyata Gouw Cin telah mati dihajar oleh senjata rahasia yang membuat hangus dan bolong pada bagian bawah dari teteknya yang sebelah kiri. Senjata rahasia apa itu demikian lihainya " Tiba-tiba Kim Wan Thauto kaget dan menggumam, "Apa senjatanya Tui Hun Lolo ?" Meskipun menggumamnya tidak keras tapi terdengar oleh Kie Giok Tong dan kawan-kawan. "Siapa " Taysu tadi kata Tui Hun Lolo ?" tanya Kie Giok Tong kaget. Tui Hun Lolo ada satu wanita yang belum berapa tua usianya, dibawah 50 tahun namun suka berpakaian neneknenek dan senang dipanggil nenek (lolo). Sebenarnya ia masih memiliki kecantikan yang dapat menggiurkan lelaki yang rakus. Nama aslinya Siang Niang Niang tapi lebih dikenal dengan nama Tui Hun Lolo atau si 'Nenek pengejar roh'. Senjata rahasianya 'Siauw'sim'hwe'cian' atau 'Panah api membakar hati' ada sangat lihai, apabila mengenakan sasarannya sang korban tidak ketolongan jiwanya. "Anak In, kemana dia anak In ?" tiba-tiba Kim Wan Thauto ingat pada si bocah. Ternyata Lo In sudah tidak ada diantara mereka, begitu juga dengan Bwee Hiang. Mereka menduga Lo In dan Bwee Hiang sama-sama mengejar si penjahat yang melepas senjata rahasia tadi dan merengut jiwanya Hek-liong Gouw Cin. Khawatir di rumah ada timbul malapetaka, maka Kim Wan Thauto ajak kawan-kawannya melihat. Tapi ternyata di rumah tidak ada kejadian apa-apa. Nyonya Teng ditanyakan halnya Lo In dan Bwee Hiang barangkali ada lihat, telah geleng kepalanya dan ia hanya lihat anaknya pulang dan masuk kamarnya karena kepalanya pusing. Kapan Kim Wan Thauto ajak teman-temannya melihat pula orang-orang jahat yang telah roboh ditotok, untuk kekagetannya mereka tidak dapatkan mereka ada ditempatnya tadi. Mereka semuanya sudah ditolong oleh kawannya sebab sudah pada kabur tidak meninggalkan bekas. Kita melihat Lo In. Si jago kecil telah mengejar penjahat diikuti oleh Bwee Hiang. Namun Bwee Hiang yang ginkangnya kalah, jauh ketinggalan oleh adik kecilnya. Lo In tiba-tiba merandek kehilangan jejak penjahat yang dikejarnya, ia menyesal tapi masih penasaran kalau ilmu meringankan tubuhnya kalah oleh si penjahat. Oleh sebab mana ia berputar-putar disitu mencarinya. Tiba-tiba ia mendengar suara senjata beradu, seperti ada orang yang sedagn bertempur- Ia lantas melakukan penyelidikan, kiranya yang bertempur itu ada seorang laki-laki tinggi besar dengan wajah menyeramkan melawan seorang wanita lemah gemulai berpakaian tipis. Kaget Lo In kapan ia tegasi wanita itu wajahnya persis Leng Siong. Apakah Leng Siong yang sedang bertempur " tanya hati kecilnya. "Hantu Ketawa, kau hari in ketemu Kim coa Siancu. Berarti lelakonmu yang jahat sudah tamat dan kau tak dapat ketawa lagi. Hihihi----" Terkejut hatinya Lo In sebab suara empuk itu ada suaranya Eng Lian atau Leng Siong. Namun dari lagaknya yang nakal berandalan Lo In menduga akan Eng Lian yang sedang berhadapan dengan si Hanu Ketawa yang ia baru lihat romannya. "Siancu, kau sudah sampai di Pek-kut-nia. Untuk apa kita bertarung, lebih baik kau ikut aku untuk bersenangsenang......" kata si Hantu Ketawa, tertawa gelak-gelak. "Kurang ajar, kau berani omong kotor di depan nonamu ?" bentak si wanita yang ternyata ada Kim Coa Siancu, si Dewi Ular Emas yang ditakuti dikalangan Kangouw. Si Hantu Ketawa haha hehe dan perhatiannya dibikin kabur oleh pakaian si Dewi Ular yang serba tipis menggiurkan. Lantaran mana ia jadi alpa dan kena dipencundangi, Ia kena ditotok jalan darahnya hingga tidak bisa berkutik. Kim Coa Siancu tertawa cekikikan melihat lawannya dikalahkan. "Enci Eng Lian, akhirnya aku kutemukan juga kau di sini......" tiba-tiba Kim coa Siancu kaget dalam ketawa cekikikannya mendengar orang berkata kepadanya. Ketika ia berpaling ternyata orang yang berkata-kata tadi ada seorang bocah bermuka hitamKim Coa Siancu geli melihat wajah Lo in yang hitam seperti pantat kuali. "Hei, anak hitam. Kau mau apa datang kemari ?" tegurnya. "Masa kau tidak kenali sama adik In-mu ?" balas menanya Lo In. "Siapa itu adik in, aku tidak kenal ! Kenapa kau panggil aku enci Eng Lian? apa kau tidak keliru lihat orang " Hm, anak hitam... lekas kau menyingkir kesana sebelum Siancu marah lantaran kau mau campur-campur urusannya." Lo in bukannya takut malah mengulurkan tangannya hendak mencekal tangan yang halus macam kapas itu- Kim Coa Siancu berkelit dan membentak, "Bocah hitam, kau mau mampus berani kurang ajar kepada Siancu ?" "Siancu tinggal Siancu. Tapi di depanku kau adalah enci Lian-ku." jawab Lo In. Kim c?a Siancu heran. "Adik kecil." katanya. "Aku bukan enci Lian_mu, aku adalah Kim Coa Siancu dari Ang H0a pay di Coa-kok !" Kim Coa Siancu harap si bocah ketakutan mendengar disebut nama Ang Hoa Pay dan C0a-kok (lembah ular) yang seram itu, tapi untuk keheranannya si bocah malah haha hihi mendekati kepadanya dan berkata : "Enci Lian, kau jangan bikin adikmu penasaran. Lama aku mencarinya, sekarang sudah ketemu kau memungkiri namamu Eng Lian." "Adik kecil, memang aku bukannya Eng Lian \" menegaskan Kim Coa Siancu. Lo In jengkel maka tiba-tiba saja ia merangkul hingga Kim Coa Siancu menjadi kelabakan. Siancu menggunakan kepandaiannya yang tinggi meloloskan diri dari rangkulan si bocah. Dalam gusar Siancu menyerang Lo In dengan hebat. Tapi Lo in tidak membalas, ia hanya gunakan ginkangnya yang ampuh untuk bikin Siancu lelah. Watakanya yang nakal timbul, Kim Coa Siancu ditouiel telinganya dan dicolek pipinya oleh Lo In hingga Siancu menjerit-jerit mapan. "Enci Lian." kata Lo In. "Selama kau belum mau mengaku ada enci Lian-ku, akan kubikin kau marah tidak bisa dan menangis juga tidak bisa...." (Bersambung) Jilid 09 Baru saja ia akan meneruskan kata-katanya, tiba-tiba ia ingat sesuatu. Tetapi belum selesai ingatannya, tiba-tiba ia melihat ada dua sinar keemas-emasan melesat dari lengan bajunya si cantik. Untung ia sempat mengebas dengan tangan bajunya. Sinar emas itu jatuh di tanah dan ia lihat ternyata adalah dua ekor ular kecil yang warnanya kekuning-kuningan. Itulah Kim Coa (ular Emas), senjata ampuh dari Kim Coa Siancu. Melihat senjata ampuhnya dapat dipunahkan, Kim Coa siancu tidak punya pilihan dari pada lari menyingkir dari si Bocah Sakti. Ginkangnya hebat, akan tetapi ia kecele sebab tiba-tiba ia rasakan- ada angin dingin lewat disampingnya, tahu-tahu Lo In sudah menghadang di depannya. "Kau mau main gila barusan ?" tegur Lo In dengan marah. Barusan ketika ia teringat sesuatu sehingga bicaranya terputus karena ia ingat bahwa kata-katanya Kim Coa Siancu rada janggal. Tidak pernah Eng Lian memanggilnya 'adik kecil', tetapi biasanya 'adik In'. Pikirnya mungkin wanita di depannya ini bukan enci Liannya. Ia waspada, maka ketika sepasang ular emasnya Kim Coa Siancu melesat dari lengan baju Siancu, Lo In sudah siap dan mengebaskan tangan bajunya hingga tidak sampai digigit oleh ular jahat itu. Seperti diketahui, ular emasnya Kim Coa Siancu (Eng Lian) sangat berbisa apabila memagut ular. Dalam tempo setengah jam tubuh si korban akan lumer dan menjadi air, lenyap tanpa bekas, syukur juga jago cilik kita dapat menyelamatkan dirinya, berkat kelihaiannya menghadapi sesuatu bahaya. "Bocah hitam Kau terlalu menghinaku " menjerit Kim Coa siancu, saking gemas ia pada Lo In yang merintangi kemerdekaannya. "siapa yang menghinamu ?" tanya Lo In heran. "Tadi kau menowel telingaku, kemudian mencolek pipiku, bukankah itu suatu hinaan" Hm Bocah, kau sekarang menang " si Dewi ular emas berkata sengit. "Hahaha " Lo In tertawa terbahak-bahak. "Bocah hitam gila, kau tertawakan apa ?" bentak Kim Coa siancu. "Perbuatan saja seperti yang kau katakan adalah wajar diantara aku dan enci Lianku. Karena enci Eng Lian adalah teman mainku. Tapi kalau kau bukan enci Lianku, baiklah aku minta maaf sekarang " si bocah menjura lalu memutar tubuh untuk meninggalkan tempat itu. Tapi belum berapa tindak ia pergi, tiba-tiba ia mendengar bentakan Kim Coa siancu: Bocah Sakti Karya Wang Yu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "TUnggu " Lo In merandek, "Kau mau apa la.....gi....?" terputus kata-kata Lo In karena berbareng tubuhnya berbalik, ia mendak untuk mengelakkan sinar berkeredep dari tangannya Kim Coa siancu yang menuju ke arah jidatnya, Itulah Bu im in coa (Cap ular tanpa suara), senjata rahasia yang paling ditakuti dikalangan Bulim. Gesit luar biasa jago cilik kita, setelah mendak lalu enjot tubuhnya melesat ke depan si Dewi ular emas. Baru saja ia hendak memaki Kim Coa siancu, si Dewi ular emas membentak sambil kebutkan setangan mungilnya, "Anak kecil, tidurlah " Lo In berbareng merasa kepalanya pusing, matanya berkunang-kunang setelah menghirup bau harum dari setangan Kim Coa siancu yang barusan dikebaskan. Di lain saat tampak Lo In telah roboh terlentang di tanah, tidak ingat lagi akan keadaan disekitarnya"Hihihi - " tertawa Kim Coa siancu. "Akhirnya kau dapat roboh juga, bocah hitam " ia berkatakata sendirian. Lalu ia keluarkan satu kotak kecil dari lengan bajunya, berjongkok dan kotak itu ia taruh di tanah- sebentar kemudian tampak dua sinar emas melompat masuk dalam kotak kecil itu. Kiranya yang lompat masuk tadi adalah sepasang ular emas Kim Coa siancu yang tadi kena dikebas jatuh di tanah oleh Lo In. Kotak kecil itu adalah tempatnya Kim-coa (ular emas). Apabila ditaruh ditanah, tutupnya dibuka, dari dalam kotak akan mengeluarkan bau harum yang menarik selera ular emas itu untuk masuk ke dalamnya. Maka, bila Kim Coa siancu kehilangan ular emasnya, ia taruh saja kotaknya ditanah, lantas sepasang ular itu akan masuk kembali ke kotak itu. Bau harum dari dalam kotak itu seakan-akan besi berani yang dapat menyedot ular sebagai besinya. setelah ular kesayangannya sudah masuk lagi ke dalam kotak- la simpan pula dibalik lengan bajunya. Lalu ia bangkit dari jongkoknya dan akan meninggalkan tempat itu, tetapi tibatiba ia ingat dengan si Hantu Ketawa yang telah tidak berkutik lagi. " Hantu Ketawa." kata Kim coa siancu, cekikikan ketawa. "Sekarang kau sudah tidak bisa ketawa, bukan" Kedosaanmu sudah melewati batas. Maka daripada kau nanti mengganas lagi, lebih baik aku kirim kau ke akherat saja " setelah berkata demikian, si Dewi ular emas angkat lengannya dan tiba-tiba melesat dua sinar emas menyambar tubuhnnya si Hantu Ketawa yang tentu tak dapat menangkis karena dalam keadaan tidak berdaya, sepasang ular itu telah menggigitnya hingga tubuh si Hantu Ketawa tampak bergemetaran. Kim Coa siancu lalu mendekat kotak kecilnya pada Kim-coa dan hanya sekejap saja ular emas itu sudah menyambar masuk lagi dalam rumahnya (kotak). Kemudian kota itu disimpan pula dalam lengan bajunya. "Wanita kejam " tiba-tiba Kim Coa siancu mendengar bentakan seseorang tidak jauh Ketika ia menoleh, kiranya ia sudah dikurung oleh musuhnya yang tidak kurang dari 20 orang. Entah siapa diantaranya yang membentaknya tadiMereka itu perawakannya tidak sama, ada yang kurus, gemuk, pendek dan lain-lain hingga lucu kelihatannya- Tapi rata-rata mukanya bengis-bengis, semuanya mengenakan pakaian serba hitam. "siapa yang memaki aku tadi ?" tanya Kim Coa siancu, tidak senang dia. "Wanita jahat, kau sudah mencelakakan pemimpin kami " teriak satu diantaranya, yang bukan lain adalah yang memaki Kim Coa siancu tadi- Perawakannya tinggi besar. "oo, kau- - " berbareng lengan baju si Dewi ular emas mengebas ke arah orang tadi, yang ketika itu baru akan bertindak ke depan. Tidak ampun lagi, ia sudah terdorong mundur oleh anginnya lengan baju. Malah ia merasa sesak dadanya dan jatuh terduduk dengan mata mendelik"Siapa lagi, h ayo maju " tantangan Kim Coa siancu. Melihat pemimpinnya dalam segebrakan saja sudah dirobohkan, maka yang lain-lainnya yang mengurung si Dewi ular emas kelihatannya jeri juga. Tapi mereka berpikir bahwa wanita di depannya ini hanyalah wanita lemah gemulai dan sendirian lagi. Mana mungkin dia dapat melawan mereka yang jumlahnya begitu banyak-Lantaran berpikir demikian, maka mereka ramai-ramai menyerbu ke arah Kim Coa siancu tapi sambil tertawa hihihihi si Dewi ular emas telah permainkan mereka. Tampak tubuhnya yang menggiurkan berputaran dikepung oleh banyak orang. Melihat tubuh yang ceking langsing dan menggiurkan dibalik pakaiannya yang sangat tipis, orang banyak itu yang sebagian besar adalah penjahat-penjahat yang doyan pelesiran sudah tentu mengeroyok tidak sungguh-sungguhMereka lebih mementingkan melihat gerakan tubuh yang menggiurkan itu sebagai tontonannya daripada buru-buru menangkapnya- "Kawanan gentong nasi " tiba-tiba terdengar teriakan seseorang diantara rombongan-rombongan yang baru datang. "Kalian bukan bekerja tapi menonton sampai kapan perempuan maling ini dapat dibekuk " Hayo, kita maju " Kiranya pendatang baru itu semuanya bergegaman senjata tajam yang dikepalai oleh seorang yang bermuka hijau, yang barusan membentak kawan-kawannya sebagai gentong nasi. Terdengar ia menyerukan kepada mereka yang mengepung dengan tangan kosong, "mundur semua ambil senjata Kepung wanita liar ini jangan kasih lo......" Kata-katanya si muka hijau terputus sebab dia tiba-tiba terkulai roboh- yang disusul juga oleh beberapa orang yang juga roboh terkulai dengan tidak sempat mengeluarkan teriakan lagi. Teman-temannya ketakutan, lantas pada mundur. Mereka tampak lebih penting menolong kawan daripada datang mengeroyok si nona yang ganas mengayunkan senjata rahasia tanpa suara. sementara itu yang lain, yang masih bengong bertambah kaget melihat kawan-kawan yang memberikan pertolongan pada yang mati pada bergelimpangan roboh saling susul, Itulah bukti keganasannya senjata rahasia Bu im in coa1, ialah Cap ular Tanpa suara yang dapat merembet korban lebih banyak- Dan bahkan semua manusia bila memegang tubuh korbannya. Kim Coa siancu yang sedang tertawa cekikikan melihat banyak korban berjatuhan akibat senjata rahasianya, tiba-tiba dibikin kaget oleh benda yang memercikan api yang melewatinya kira-kira lima cun (dim) dari dadanya yang putih halus. "Hehehe" suara ketawa dari seorang perempuan terdengar menyusul. Belum Kim Coan siancu hilang kagetnya, dihadapannya sudah berdiri seorang nenek tua. Terkejut si Dewi ular emas. "Tui Hun Lolo..." ia menggumam. "Kau kenali juga aku, gadis cilik" kata si nenek tua yang tiada lain adalah Tui Hun Lolo. Kemudian ia menghadap ke arah Lo In yang sedang tengkurap, ia menggapai sambil berkata, "Anak hitam, kau kemari " Entah bagaimana Lo In bergerak, sekali mencelat dari tengkurapnya tahu-tahu sudah ada di depan Kim Coa siancu dan Tui Hun Lolo. "Heheh, kau punya kepandaian juga, h e " tertawa Tui Hun Lolo. si Dewi ular Emas sangat kaget, Ia mengawasi si bocah hitam dengan mata mendelong penuh tanda tanya, Ia tidak mengira si bocah dapat tahan dengan kebasan setangan ajaibnya, yang biasanya paling sedikit orang harus pingsan setengah jam kalau kena dikebas oleh setangan ajaibnya. Kini si bocah muka hitam dalam tempo sebentaran saja sudah bisa bangun lagi, betul-betul menakjubkan kepandaiannya. Kim Coa siancu belum habis mengerti dengan ilmu apa si bocah dapat memusnahkan pengaruh setangan ajaibnya, tibatiba ia mendengar Tui Hun Lolo berkata lagi kepada Lo In, "Kau tadi yang merintangi jarum mautku ?" Lo In ketawa nyengir, Ia tidak menjawab, hanya anggukkan kepalanya. "Dengan senjata rahasia apa kau dapat memusnahkan serangan jarumku ?" "Hanya dengan batu kerikil saja." "Bohong, mana bisa kau memusnahkan senjata jarumku yang lihai dengan hanya memakai sebuah batu kecil saja " Kembali si bocah ketawa haha hihi, "Itu terserah pada nenek " sahutnya. Kalau Tui Hun Lolo merasa sangat gemas pada bocah di depannya ini, sebaliknya Kim Coa siancu sangat bersyukur kepada Lo In. Bahwa tadi, percikan bunga api lima cun di depan dadanya itu adalah jarum mautnya si nenek yang kena dibentur batu kecil Lo In. Dengan mana berarti si bocah muka hitam telah menyelamatkan dirinya (Kim Coa siancu). Kini Kim Coa siancu memandang Lo In dengan perasaan penuh terima kasih. "siancu " bentak Tui Hun Lolo. "Keluarkan obat pemunahmu untuk menolong si Hantu Ketawa. Lekas, lambat sedikit jiwanya bakal melayang " Kim Coa siancu bersenyum sinis. Katanya, "Buat apa orang jahat ditolong, lebih lekas mati tentu ada lebih baik, untuk di alam baka dia mempertanggungkan dosadosanya.Dia sangat jahat, siapa pun tidak mau menolong si Hantu Ketawa...." "Kau berani membangkang perintah si nenek ?" memotong Tui Hun Lolo. "Kenapa aku tidak berani ?" sahut Kim Coa siancu, lantang suaranya. "Kematian sudah di depan mata, masih berani main gila sama Tui Hun Lolo ?" "Belum tentu, nenek tua Mungkin kau yang menghadapi kematian" Bukan main marah Tui Hun kena diejek oleh gadis semuda Kim Coa siancu. Lawan-lawan tuanya tidak berani seperti si Dewi ular emas, menantang dengan tidak berkedip mata sedikitpun. Kalau tidak ada isinya, pikir Tui Hun Lolo, tentu si Dewi Ular Emas tidak bakal begitu berani menantang, Ia harus waspada menghadapinya. Apalagi ia melihat mayat bergelimpangan, korban dari keganasan si Dewi ular Esmas, gadis cilik itu bukan lawan empuk juga disampingnya kelihatan ada si bocah berwajah hitam yang kepandaiannya entah berapa tingginya. Tapi bagi hantu wanita yang pernah malang melintang tidak takut langit dan bumi, mana mau ia mengalah kepada dua bocah yang bau pupur dikepalanya aja masih belum hilang "Siancu, kau membantah keinginanku. Marilah kita menetapkan siapa yang unggul" tantangnya seraya lompat ke tempat yang lebar. senjata pentunganny a yang berupa tongkat sudah ia siapkan. Akan tetapi ketika melihat Kim Coa siancu tidak membawa apa-apa, sambil melemparkan pentungannya ke samping, ia berkata, "Baik, marilah kita main-main dengan tangan kosong " si Dewi ular Emas ketawa ngikik. Katanya, " Nenek tua, kau mau berkelahi ?" Tuii Hun Lolo melengak ditanya demikian. "Meskpun sudah nenek-nenek, belum tentu kau yang muda dapat menjatuhkannya " ucapnya jumawa. Tidak biasanya Tui Hun Lolo bicara dengan tenang dan agak ramah, tetapi karena ia masih tetap kuatir akan kepandaian lawan. Dia begitu muda, paling-paling masih berumur 17-tahun, bagaimana dia bisa jadi siancu kalau tidak punya kepandaian yang diandalkan" Apalagi ia mendengar orang cerita, munculnya Kim Coa siancu telah mengguncangkan rimba persilatan, maka ia tidak berani sembarangan bertindak terhadap lawan yang muda belia ini. " Kalau begitu, baiklah, aku majukan adikku dulu." sahut Kim Coa siancu ketawa. si nenek melengak. sedang Lo In juga bingung si Dewi ular Emas berkata demikian. Apa maksudnya Kim Coa siancu itu " Belum sempat Lo In menanya, ia sudah mendengar Kim Coa siancu berkata kepadanya, "Adik kecil, kau talangi encimu main-main dengan ini nenek yang tersohor tukang mengejar roh, kau berani ?" Kim Coa siancu berkata sambil bersenyum ke arahnya. hingga Lo In kaget sebab senyuman memikat dari si Dewi ular emas adalah persis senyuman enci Liannya. Tanpa disadari si bocah nyeletuk, "Untuk enci Lian, menghadapi siapa juga aku berani" si Dewi ular emas melengak heran. "Kembali dia memanggil aku enci Lian, apa memang aku ini ada enci Liannya " siapa sebenarnya aku ini ?" Kim Coa siancu menanya pada dirinya sendiri Pikirnya, biarlah ia menyaru seperti eng Lian sehingga si bocah mau diadukan dengan si nenek jahat, Ia percaya -100 persen Lo In pasti akan menang. "Adik kecil, hayo lawan. Kau mesti menang. Kalau kalah nanti enci Lianmu marah-Hajar dia biar terkuing-kuing " berkata Kim Coa siancu, cekikikan ia ketawa. Tui Hun Lolo melotot matanya, hatinya panas bagaikan dibakar. "Jangan menghina, gadis liar" bentaknya marah"Meskipun kalian berdua mengerubuti, aku si nenek tua tidak akan takut" "Aduh sombongnya " si Dewi ular emas menggodai"satu lawan satu masih belum tentu, mau dilawan dua lagiHihihi - -" berrbareng ia berkelit dari serangan Tui Hun Lolo yang sudah tak dapat mengendalikan panas hatinya, sambil berkelit, Kim Coa siancu lari ke belakang Lo In. "Adik kecil, hayo maju Apa kau tunggu encimu marah ?" kata si Dewi ular emas. Lo In jadi kebingungan. Persis benar, ketawa, senyuman dan suaranya seperti Eng Lian. Akan tetapi kenapa kalau Eng Bocah Sakti Karya Wang Yu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Lian memanggil ia 'adik kecil' " Belum pernah ia, ia selalu dengar dipanggil "adik In" oleh enci Liannya dengan mesra. Tapi melihat Kim Coa siancu benar-benar tidak mau berkelahi, sepertijuga menganggap enteng dirinya, Lo In jadi kewalahan, Ia berkata, " N enek tua, mari aku yang layani. Enciku baru turun, kalau aku sudah dikalahkan " Tui Hun Lolo yang sedang gemas pada Kim Coa siancu, ia hentikan ubernya pada si Dewi Ular emas. Ia menatap si bocah wajah hitam. "oo, kau jadi tukang pukulnya " Baik, marilah maju, sini" menantang Tui Hun Lolo. Lo In tidak gentar dengan tantangan si nenek, ia maju mendekati Tui Hun Lolo. "Bagus, bagus. Ini baru betul-betul adikku yang manis " kata Kim Coa siancu seraya bertepuk tangan macam anak kecil. Kembali Lo In merasa heran dengan kelakuannya si Dewi ular emas sebab kata-kata yang keluar dari bibirnya Kim Coa siancu persis seperti perkataan enci Eng Liannya yang ia sangat ingin menjumpainya. Tapi, Kim Coa siancu ini apakah encinya atau bukan, urusan belakangan, sekarang ia harus melayani si nenek yang ia duga kepandaiannya tidak rendah, sebab julukannya saja si 'Nenek pengejar roh'Kedengarannya sudah seram "silahkan menyerang " Lo In mengundang pada Tui Hun Lolo. "Awas " seru Tui Hun Lolo, tubuhnya berkelebat dan menyerang dengan tipu pukulan 'ok miao pok cie' (Kucing galak menubruk tikus) - serangan dilakukan dengan sekonyong-konyong sebelum lawan mengambil posisi, si nenek pikir dengan menggunakan jurus "ok miao pok cie' si anak kecil tentu tida ada jalan untuk lari. Ia kira Lo In adalah tikus jinak dan ia sendiri adalah kucing galaknya. Tidak tahunya, si bocah wajah hitam belum kena disergap, siangsiang sudah lenyap dari hadapannya. Entah bagaimana si bocah bergerak tapi yang terang, mata Tui Hun Lolo yang sangat lihai mendadak seperti lamur menghadapi Lo In. Cepat ia putar tubuh, segera ia melihat Lo In dengan tersenyum-senyum ke arahnya. Panas hati Tui Hun Lolo, kembali ia menerjang tetapi kembali ia kehilangan Lo In. Pikirnya, bocah ini tidak boleh di kasih hati. Maka ia keluarkan Tui-hun-ciang-hoat1 (Ilmu pukulan mengejar roh) ciptaannya sendiri yang meliputi 50 jurus yang hebat-hebat. Tui-hun-ciang-hoat1 ini memang lihai, spesial diciptakan oleh Tui Hun Lolo untuk berkelahi jarak jauh dengan menggunakan sambaran-sambaran anginpukulan yang disertai Iwekang. Dengan menggunakan 'Tui-hun-ciang-hoat', maka serangan-serangan si nenek juga berubah sangat dahsyat. Angin pukulannya membuat debu-debu dan pasir beterbangan. Malah ada pohon-pohon yang tumbuh di dekatnya pada tumbang, tidak tahan dengan anginpukulan Tui Hun Lolo yang sedang unjuk kesaktiannya. Belum pernah Tui Hun Lolo gagal dengan Ilmu Pukulan Mengejar Roh ciptaannya sendiri itu. Akan tetapi menghadapi si bocah wajah hitam, ia kewalahan sendiri. Tui Hun Lolo hanya menggempur tapi yang digempur saban-saban lolos dari gempurannya yang maha dahsyat. Tak dapat dibayangkan kalau Lo In kena digempur oleh tenaga sakti Tui Hun Lolo, entah kemana tubuhnya akan terbang melayang. Lo In tidak mau kurang ajar terhadap orang tua yang sepantasnya menjadi neneknya, Ia tidak mau membalas serangan si nenek, Ia hanya lawan dengan kegesitan tubuhnya, bagaikan kilat cepatnya. "Anak kurang ajar Kau berani permainkan nenekmu Hmm " menggerang Tai Hun Lolo, berbareng ia perhebat seranganserangannya. Kim Coa siancu yang menonton dari jauh karena kalau dekat-dekat takut kesambar angin pukulan Tui Hun Lolo, tampak melelerkan lidahnya, Ia merasa kuatir kalau-kalaus si bocah nanti salah tindak sehingga menjadi mangsa dari tenaga sakti si nenek. Tapi, melihat kelincahan Lo In yang dengan tenang mempermainkan si nenek, ia jadi tersenyum manis. Puas hatinya karena kalau ia yang melayani si nenek, mungkin siang-siang sudah dibikin terbang tubuhnya entah kemana perginya. Melihat Tui Hun Lolo sudah mulai gelisah karena saban pukulannya tidak mengenakan sasarannya, Lo In mulai keluarkan jurus jurus dari Bu eng sin kang yang membikin si nenek kebingungan. Mula-mula Lo In gunakan jurus Thian lie pian in (Bidadari menari di dalam awan), lincah dan gesit gerakannya, yang membikin Tui Hun Lolo gelabakan. Ia nampak seperti ada enam Lo In. yang mana diantaranya Lo In, ia sendiri tidak tahu. oleh karenanya, maka gempurannya jadi serabutan saja, bukan main dahsyatnya. Tapi hasilnya " Nfhil Lo In lalu merubah jurusnya dengan 'Hui hong soan tah', ialah 'Angin puyuh mengitari pagoda', gerakan ini justru lebih mencemaskan si nenek yang sudah keriputan. Ia melihat seperti ada enam Lo In yang mengitari dirinya, berputaran perlahan, makin lama makin cepat sehingga mata si nenek berkunang-kunang dan tanpa disadarinya tubuhnya juga ikutikut berputar, makin lama makin cepat laksana gasing terlepas dari talinya. Kim Coa siancu sampai termangu-mangu menyaksikan adegan yang hebat itu. Bocah hitam ini sangat hebat kepandaiannya- Pikirnya, alangkah baiknya kalau dia bisa ditarik menjadi kawan dalam Ang Hoa Pay- Kepandaiannya yang menakjubkan, apakah ada dipunyai oleh sucouwnya Lam Hay Mo Lie " Ia bertanya-tanya dalam hati sendiri-sementara Kim Coa siancu tengah melamun, adalah pertempuran sudah berhentiLo In tampak ketawa menyeringai kepada Tui Hun Lolo yang pada saat itu tengah mendeprok di tanah, tengkurep seperti anak kecil disusul dengan muntah-muntah"Hei, si nenek itu menangis " Kim Coa siancu keheranheranan dalam hatinyasetelah merasakan pusingnya hilangan, Tui Hun Lolo tidak lantas bangkit dari deprokannya.- Hanya ia berkata, "Bocah hitam, kau durhaka mempermainkan satu nenek tua, diajak berputaran sampai pusing dan muntah-muntah." "sebenarnya aku tidak mau bikin Popo seperti ini." kata Lo In. "Tapi kenapa kau bikin aku seperti ini ?" Lo In menyeringai, "Lantaran Popo (nenek) tadi menyerang begitu ganas. Aku tidak punya lain pilihan selain bikin Popo jatuh duduk dan muntah-muntah sebagai gantinya serangan balasanku Hahaha " Dasar anak kecil tidak punya pikiran, bukannya menolong si nenek yang tengkurep mendeprok di tanah, ini malah ketawa terbahak-bahak. Lucunya Lo In malah ngajakin berkelahi lagi, katanya, "Popo, bagaimana, masih mau diteruskan ?" Tui Hun Lolo deliki matanya. "ya, kali ini kau menang, bocah hitam " sahutnya kemudian, tekanan suaranya tidak enak didengar. "Jadi, bagaimana ?" tanya Lo In, tidak mengerti ia akan kata-kata Tui Hun Lolo. "Aku menyerah kalah, buat apa bertempur lagi " bentak Tui Hun Lolo. Lo In ketawa nyengir, baru sekarang ia mengerti kata-kata si nenek tadisementara itu, si nenek sudah bangkit dari deprokannya danjalan menghampiri si Hantu Ketawa yang ternyata sudah tidak bernyawa lagi dan tubuhnya sudah mulai lumer jadi air akibat gigitan sepasang ular emasnya Kim Coa siancusi nenek menghela napas menyaksikan kematian konyol dari si Hantu Ketawa. "Kim Coa siancu...." ia menggumam. Berbareng ia ingat sesuatu, lantas ia celingukan tapi Kim Coa siancu yang dicari oleh matanya sudah tidak ada di tempat itu, entah sejak kapan perginya. Melihat si nenek celingukan, Lo In juga mengikuti seraya berseru, "Enci Lian, enci Lian, kau dimana ?" Kiranya Kim Coa siancu sudah lama pergi karena tidak terdengar ia menyahut, maupun bayangannya si Dewi ular emas yang cantik jelita. Lo In mencari sana sini tapi Kim Coa siancu tetap tak diketemukan. si bocah menjaid lesu. Kepalanya mendongak ke angkasa, tampak olehnya bulan sisir sudah mulai terbungkus oleh sang awan yang agak gelap. Menggunakan ginkangnya yang tiada taranya, Lo In dilain saat sudah ada pula di kampung su yang ting, dimana ia disambut oleh Kim Wan Thauto dan Kie Giok tong serta sekalian saudara-saudaranya. Lo In tidak melihat Bwee Hiang, ia lalu menanya pada Kim Wan Thauto, "Toako, enci Hiang tidak ada- Dimana dia ?" "Hah " Kim Wan Thauto kaget"Bukankah bersama-sama anak In tadi ?" "Celaka " seru Lo In. "Tentu dia kesasarjalan " "Sekarang bagaimana ?" Kim Wan Thauto kebingungan. "Nanti aku cari dia-" sahut Lo In. segera ia hendak pergi lagi tapi Kim Wan Thauto menahan si bocah untuk menanyakan tentang kepergiannya barusan. "sayang toako tidak nonton." kata Lo In ketawa nyengir. "Aku ketemu Kim Coa siancu. Entah, siapa itu Kim...." "Nanti dulu-" memotong Kim Wan Thauto kaget"Kim Co siancu kau bilang ?" "ya, Kim Coa siancu- Apa toako kenal dengan dia ?" tanya Lo In. "Aku tidak kenal tapi aku pernah dengar, orangnya cantik sekali ya ?" sahut Kim Wan ThautoLo In ketawa, kepalanya manggut. "Kau berkelahi dengannya ?" tanya Kim Wan ThautoLo In anggukkan kepala- Ia berkata, "Kim Coa siancu romannya persis enci Lianku. Entahlah, sebab dia tidak mengaku dirinya adalah teman mainku." Kim Wan Thauto mesem. Pikirnya, anak ini kepandaiannya susah diukur. Tapi sifat kekanak-kanakannya belum hilang, Itu wajar sebab Lo In baru masih hitungan -10 tahun usianya, maka omongan-omongannya tentu lebih banyak kekanakkanakan. "Anak In, bagaimana kau bisa lolos dari tangan Kim Coa siancu ?" tanya Kim Wan Thauto ketika melihat si bocah mulai lesu ingat sama enci Liannya. Lo In semangat ditanya demikian, Ia lalu menutur panjang lebar pertarungannya dengan si Dewi ular emas. orang-orang yang mendengar merasa ngeri ketika mendengar si Dewi ular Emas mau ambil jiwa Lo In dengan ular emasnya dan senjata rahasianya Bu im in coa, yang menggetarkan rimba persilatan. "Minum dulu, minum dulu " menyela Kie Giok Tong kepada si bocah yang sedang gembira menutur pertemuannya dengan si Dewi ular emas. "Eh, siauhiap belum makan." menyambung Kie Giok Tong, lantas ia minta tuan rumah menyuruh orangnya menyediakan makanan untuk Lo In. setelah mengisi kenyang perutnya, Lo In meneruskan ceritanya, "siancu sudah tidak bisa menang melawanku tetapi bila ia menggunakan senjata ajaibnya untuk merobohakn aku, benar dia berhasil merobohkan aku. Tapi hanya sebentaran saja aku mabuk karena setangannya karena pada saat aku roboh, aku sadar bahwa siancu sudah berlaku licik. Maka aku kerahkan Iwekangku untuk mengusir pergi hawa ngantuk- Aku pura-pura tidur tengkurup, tapi mataku waspada- Aku ingin tahu apa yang Kim Coa siancu berbuat lebih jauh- Dia menghampiri si Hantu Ketawa yang rebah tak berdaya kena totokannya, setelah ngomel, siancu keluarkan sepasang ular emasnya dan disuruh menggigit tubuhnya si Hantu Ketawa. Kesudahannya tubuh si Hantu Ketawa lumer jadi air. Dan juga, ada datangnya Tui Hun Lolo........" "Hee, Tui Hun Lolo juga ada waktu itu, anak In ?" menyela Kim Wan Thauto- " ya, justru siancu sedang lengah, si nenek membokongnya dengan jarum api membakar api. untung aku lihat. Dengan sebuah batu kerikik aku menyentil jarumnya, luput mengarah sasaran. Tiga-tiga jarumnya aku bikin jatuh hingga si nenek marah-marah- Dia menantang siancu mula-mula tapi siancu tidak mau ladeni dan majukan aku hingga akhirnya si nenek berkelahi dengan aku- Hahaha " setelah ketawa, Lo In lanjutkan ceritanya bagaimana ia menjatuhkan si nenek dengan menggunakan kepandaiannya Bu im sin kang1, semua yang mendengar pada kagum, termasuk Kim Wan Thauto yang biarpun sudah kawakan dalam dunia Kangouw- "sst Ada orang datang " tiba-tiba Lo In berkata perlahan tapi tegas berkumandang di telinga mereka yang sedang ramai bicara, memuji-muji si bocah wajah hitam yang telah menjatuhkan Kim Coa siancu dan bikin Tui Hun Lolo semaput. Kaget mereka mendengar perkataan Lo In. segera suasana menjadi sunyi, hati mereka berdebaran kecuali Lo In yang nyalinya besar. "Tamu diatas genteng, lekas turun Mari kita bicara " berkata Lo in. . . . "Hihihi-..." kedengaran suara tertawa seorang wanita di atas genteng. "Kim Coa siancu...." kata Kim Wan Thauto perlahan, ia punjeri kelihatannya. Entah bagaimana Lo In menggunakan kepandaiannya sebab tubuhnya yang sedang enak duduk di kursi tahu-tahu sudah mencelat ke atas, genteng pada pecah ditumbuk kepala dan badannya lolos keluar. Di atas genteng rumah ia celingukan. Matanya yang lihai dapat melihat berkelebatnya bayangan ke arah selatan, Ia mengerahkan ilmu entengi tubuhnya untuk menguber. Bocah Sakti Karya Wang Yu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo sebentar saja, ia sudah kehilangan bayangan tadi. Dan waktu ia sudah sampai di dekat paseban bidadari, Lo In sangat heran sebab ia lihat betul bayangan itu lari kejurusan Giok Lie Teng. Tetapi kenapa tidak kedapatan disitu " Lo In berdiri termangu-mangu. "Adik kecil, adik kecil. Mana cnci Bwee Hiang " tiba-tiba Lo In dengar orang memanggilnya dari jurusan kali kecil di bawah jembatan yang menghubungi ke paseban bidadaroLo In lekas menoleh- Kiranya Leng siong yang sedang jalan mendatangi ke arahnya" "Heheh, kau ada disini ?" kata Lo In, ketawa agak tidak wajar. "ya, tadi siang kepalaku pusing maka aku tiduran sebentar. Ketika aku mendusin aku tanya ibu, apa kau dan enci Hiang ada cari aku. Kata ibu, kau dengan enci Hiang sedang pergi mengubar orang jahat. Aku kaget dan kuatir. setelah makan malam, aku lantas masuk kamar. Tapi hatiku tidak enak saja memikirkan kalian, maka aku datang kesini untuk menghibur hati yang penuh kuatir......." "Terima kasih, terima kasih-" memotong Lo In, suaranya agak mengejek- "Kau kenapa adik kecil " Kenapa kau datang sendiri, kemana enci Hiang ?" tanya nona Teng. Lo In tidak menyahut, tapi ia mengawasi roman muka Leng siong dengan tajam hingga Leng siong melengos kemaluan. sambil menunduk, Leng siong berkata lagi, "Adik kecil, mana enci Hiang "? "Enci Bwee Hiang " Mari kita bicara " berbareng ia sambar pinggang si nona, dibawa mencelat terbang ke atas Giok Lie Teng. Kaget setengah mati Leng siong, dengan tiba-tiba saja siadik kecil menyambar pinggangnya dan diajak terbang ke Giok Lie Teng. "Adik kecil, kenapa kau main-main begini ?" tanya Leng siong, waktu diturunkan dalam paseban mukanya semu merah karena jengah dipeluki si bocah muka hitam. Leng siong tidak anggap si bocah kurang ajar, sebaliknya, kelakuan Lo In itu dianggap satu demonstrasi untuk memperlihatkan kepandaiannya- Lo In adalah penolongnya dari cengkeraman si Hantu Ketawa- Kalau ia dipeluk dan dibawa terbang seperti tadi, ia anggap perbuatannya Lo In itu tidak janggal, malah menyenangkan. Dalam senangnya, tiba-tiba ia dibikin kaget oleh pertanyaan Lo In. "Enci Leng Siong, apakah kau adalah Kim Coa siancu dari Ang Hoa Pay ?" "Adik kecil, kau bilang apa ?" tanya Leng siong setelah tenangkan hatinya. "Kau adalah Kim Coa siancu dari Ang Hoa Pay." "Hei, siapa itu Kim Coa siancu ?" "Kau jangan berpura-pura, enci Leng siong " "Adik kecil, kau omong apa jangan sembarang tuduh. Aku tidak kenal siapa itu Kim Coa siancu. Dengar juga baru-baru baru sekarang ini...." "Kau mau mengaku atau tidak " Aku belum pernah marah, tapi kalau kau permainkan aku, kau tahu sendiri " "siapa mau permainkan kau" Adik kecil, jangan sembarang tuduh " "Brak" tiba-tiba suara meja pecah berantakan kena tepukan Lo In yang sedang gusar. Leng siong menjadi ketakutan. "Kau, kau...." ia berkata gugup. "Hehe, tidak mau mengaku ?" berbareng Lo In menyergap. Tubuh orang dipeluk dan digoncang-goncang sambil katanya, "Kau bukan enci Leng siong, juga bukan Kim Coa siancu, tapi.........kau adalah enci Lianku. Hahaha.... " Leng siong yang didekati Lo In biasanya merasa aman. Kini melihat kelakuan si bocah seperti kerasukan setan, menjadi ketakutan dan mau menangis. "Enci Lian, kau tidak mau mengaku. Tahu sendiri akan kucubit kau sebagai hukuman dari adik In-mu..." "Adik kecil, kau keliru menerka orang, jangan begini kasar " kata Leng siong serta meronta-ronta dari pelukan Lo In. Meronta-ronta percuma. Pelukan Lo In yang kerasukan setan rupanya, mana bisa terlepas demikian mudah- Malah si bocah telah buktikan ancamannya. Ia berkata, "Enci Lian, karena adikmu sudah habis sabar, jangan marah ya - ." terus saja ia mencubit pipi Leng siong hingga Leng siong berteriak kesakitan. Dari takut, Leng siong menjadi marah diperlakukan kasar demikian oleh Lo In. "hei, bocah gila Kau mau apakan diriku " Meskipun kau mampus juga, aku tidak akan mengaku sebab aku bukan enci Lianmu " Lo In tertegun. Apa betul gadis di depannya ini Leng siong adanya " Apakah bukan Kim Coa siancu yang berkepandaian tinggi " Ia jadi sangsi. Kalau Kim Coa siancu sudah tentu akan melawan terhadap kelakuannya kurang sopan itu. sehingga ia sangat kebingungan. Dalam kebingungan dan agak malu dengan kelakuannya barusan, tiba-tiba ia mendengar orang berkata di bawah peseban, "Hihihi, bocah hitam tidak punya malu,peluki gadis orang ditengah malam...." Putus kata-katanya dan orang itu sudah lantas mau lompat pergi tapi terlambat-seperti kilat menyambar, tahu-tahu Lo In sudah ada dihadapannya- "Hehehe, Kim Coa siancu- selamat datang " berkata Lo In, ketawa menyeringai-orang itu memang benar Kim Coa siancu. Tadinya, rupanya Kim Coa siancu mau menggodai Lo In. Tapi ia tidak tahu Lo In kepandaiannya luar biasa, Ia bukan Bocah sakti kalau dapat diingusi si Dewi ular Emas demikian mudah- oleh karenanya, kata-kata Lo In seperti tidak masuk ke telinganya karena saat itu ia kesima nampak kepandaian si bocah yang tidak pernah ia alami sebelumnya. Dalam kesima ia jadi tersenyum manis ke arah Lo In yang menghadang di depannya. "Enci Eng Lian, ah, kau menyaru jadi Kim Coa siancu " tibatiba Lo In berseru, menyusul. Dengan kecepatan kilat tangannya menyambar tangan si cantik yang lunak, halus. Kim Coa siancu tidak berkelit, ia kasih tangannya dipegang erat oleh si bocah wajah hitam, malah ia jadi cekikikan ketawa. Lo In tergetar hatinya, itu persis suara ketawa Eng Lian "Enci Lian, sudah kupegang sekarang. Kau tidak bisa lolos lagi " kata Lo In dengan gembira sekali. Kim Coa siancu memandang Lo In seraya tersenyum. Tampak ia merasa kasihan pada si bocah wajah hitam yang mencari enci Eng Liannya seperti orang gila. Pikirnya, kalau dirinya ada si gadis yang dicarinya, senang sekali ia punya kawan si bocah yang kepandaiannya sukar diukur. Malah ada baiknya sekali, kalau Lo In dijadikan pembantunya untuk mengepalai Ang Hoa Pay. "Adik kecil, mari kita bicara." tiba-tiba Kim Coa siancu berkata. "Bagus, nah bicaralah enci Lian." sahut Lo In, senang hatinya. "Tidak disini, adik kecil." "Dimana ?" "Nah, disana " sahut si Dewi ular emas, seraya menunjuk kepeseban. "Baiklah, mari kita ke sana." kata Lo In. "Kau masih belum mau lepasi tangan encimu ?" Kim Coa siancu menegur seraya deliki matanya yang jeli. "Aku takut, aku takut...." kata Lo In seraya dengan perlahan melepaskan tangan si nona yang ia pegang erat-erat seperti ketakutan orang kabur saja. "Kau takut orang lari, bukan ?" tanya Kim Coa sincu, ketawa manis. Lo In tidak menjawab, hanya anggukanggukkan kepalanya. "Kau jangan kuatir adik kecil, siancu belum pernah menipu orang. Kalau tok aku dapat lari, bisa apa " Di tanganmu, siapa yang bisa melarikan diri ?" si Dewi ular emas memuji si bocah hingga Lo In menjadi sangat bangga. Dengan menggunakan ilmu entengi tubuh, dalam sekejap saja Kim Coa siancu dan Lo In sudah ada dalam peseban, dimana tampak Leng siong sedang menangis tersedu-sedu. Ketika Lo In dan Kim Coa siancu melayang ke atas peseban, mereka menginjakkan kakinya diatas lantai dengan tidak menerbitkan suara sehingga Leng siong yang sedang tunduk menangis tidak tahu kalau dua orang itu sudah berada di dekatnya. Melihat nona Teng menangis dengan sedihnya, Lo In jadi sangat menyesal atas kelakuannya yang kasar tadi pada enci Leng siong. Mukanya kalau tidak hitam, pasti akan kentara sekali berubah merah saking jengah. Ketika diam-diam ia beradu pandang dengan Kim Coa siancu yang akhirnya tersenyum ke arahnya sambil matanya melirik pada Leng siong seakan-akan menyesalkan menangisnya gadis itu garagara perbuatannya tadi- sebelum si bocah minta maaf pada Leng siong, Kim Coa siancu sudah mendahului berkata dibelakang Leng siong, "Adik, kau jangan menangis. Adik kecil salah paham maka sudah perlakukan kau dengan kasar tadi " Leng siong terkejut mendengar dengan tiba-tiba saja ada orang berkata dibelakangnya. Dengan masih terisak-isak ia menoleh. Lebih-lebih terkejut dia karena ia melihat gadis didepannya itu seperti juga dirinya sedang berkata. Wanita itu mirip betul dengan roman mukanya, malah perawakannya juga hampir sama, kecil, langsing menggiurkan. Dalam pakaian yang serba tipis, wajah dan rambut kepala yang terawat baik, malah kelihatan Kim Coa siancu ada lebih cantik dari dirinya. "Enci, kau siapa ?" tanya Leng siong, setelah hilang kagetnya. Kim Coa siancu tersenyum. "Kalau aku tidak salah dengar dari adik kecil tadi, kau ini adalah adik Leng siong, bukan ?" sahut Kim Coa siancu, tidak menjawab apa yang ditanyakan Leng siong. "ya, betul. Kau sendiri siapa, enci ?" mengulangi Leng siong bertanya. sementara itu, Leng siong sudah bangkit berdiri berhadapan dengan si Dewi ular emas yang juga merasa terheran-heran gadis di depannya ini ada duplikat dari dirinya. Pikirnya, apa bisa jadi dalam dunia ini ada hal demikian yang kebetulan sekali " untuk sejenak ia belum bisa menjawab pertanyaannya Leng siong. Dua orang itu jadi pada berdiri bagaikan patung saiing berhadapan. Lo In yang nampak adegan itu jadi kegirangan, Ia bertepuk tangan, katanya : "sama, sama, siapa pun tak dapat membedakan enci Leng siong dan mana Lian eh, enci Lian, enciku yang kucari-cari baru ketemu sekarang...." Hampir berbareng, dua gadis jelita itu melirikkan matanya yang tajam halus ke arah Lo In. Keduanya berbareng tersenyum melihat lagak si bocah yang lucu. "Celaka " seru Lo In. "Aku berhadapan dengan dua enciku yang manis...." "Ngaco " bentak Kim Coa siancu, tetapi mukanya tersenyum manis. sementara Leng siong telah menekap mulutnya dan ketawa ngikik melihat Lo In dengan lucunya telah melelerkan lidahnya ketika mendengar bentakan Kim Coa siancu. Akhirnya tigatiganya pada ketawa dengan gembira. Leng siong yang tadi merasa sangat sedih diperlakukan dengan kasar oleh Lo In, sekarang dapat ketawa enak- Ia sendiri tidak tahu kemana perginya kesedihannya itu. "Enci." kata Leng siong, setelah mereka berhenti ketawa. "AKu berhadapan dengan kau seperti juga aku lagi berkaca." "sama, pikiranmu sama denganku- Kenapa kita berdua bisa mirip sekali satu sama lain " Betul-betul sangat mengherankan " jawab Kim Coa siancu bersenyum"Mari, mari kita duduk omong-omong." mengundang Leng siong gembira. Kim Coa siancu dan Lo In mengikuti Leng siong ambil tempat duduk-Ketika mereka sudah pada duduk, Leng siong berkata, "sayang mejanya tidak ada, barusan kena digempur adik kecil-" matanya melirik pada Lo In. Lo In jadijengah- Tapi hatinya sebentaran sebab ia lantas berkata pada si gadis, "jangan gusar enci Leng siong, aku pun merasa menyesal sudah unjuk kelakuan yang tidak genah itu" "Sudahlah-" menyela Kim Coa siancu"Kita bercakap-cakap toh tidak memerlukan meja sebab tidak ada hidangan yang untuk disikat masuk ke dalam perut." Nona Teng geli dalam hatinya mendengar kata-kata Kim Coa siancu yang lucu. "Enci, kau masih belum menjawab pertanyaanku-" kata Leng siong. "Apa itu ?" tanya Kim Coa siancu. "Kau ini siapa sebenarnya ?" "oo, aku Kim Coa siancu." "Kim Coa siancu ?" Leng siong menegasi dengan mata terbelalak- "Jadi kau, kau yang dimaksud oleh adik kecil ?" "Betul, adik siong." sahut Kim Coa siancu. "Kita berdua dicurigai oleh adik kecil itu (sambil menunjuk Lo In) bahwa kita adalah enci Eng Liannya. Hihi, memang lucu dia, main menerka sembarangan saja " "Memang, dia sembarangan terka saja, membikin orang penasaran. Malah barusan dia mencubit pipiku sampai matang biru, aku jadi menangis. Ah, malu juga aku barusan menangis, orang sudah gede menangis, jelek bukan ?" kata Leng siong sambil matanya melirik pada Lo In. "Adik kecil, kita bukan enci Eng Lianmu. sekarang kau mau apa ?" tanya Kim Coa siancu seraya memandang si bocah dengan ketawa. Bocah Sakti Karya Wang Yu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Lo In ketawa nyengir, Ia menjawab, "Enci Leng siong boleh bilang dia bukan enci Eng Lianku, tapi kau, mana bisa mungkin ?" "Aku ?" tanya Kim Coa siancu kaget. "Apa tandanya kau menerka aku ?" "Itu kan mudah saja." sahut Lo In. "Dekat alismu yang kiri ada tai lalat. Ini tak dapat membohongi aku. Hahaha...." Tanpa disadari tangannya Kim Coa siancu diangkat untuk mengusut tanda yang dikatakan Lo In. Ia memang tahu, memang ada tanda dekat alisnya tapi bagaimana si bocah tahu, kalau ia baru kenal belum lama saja " oleh karena dalam paseban itu hanya diterangi oleh sinar rembulan yang remang-remang, maka Leng siong tidak dapat melihat tanda pada alisnya Kim Coa siancu. Hanya hatinya berdebaran, pikirnya, gadis di depannya ini tentu Eng Lian adanya, tapi kenapa masih mungkir saja " setelah sekian lama dalam kesunyian, tiba-tiba Kim Coa Siancu berkata, "Dari mana kau tahu aku mempunyai tanda dekat alisku ?" "Lhooo.....ini kan pertanyaan aneh " Mana aku tidak dapat tahu, kalau kau memang ada teman mainku di lemah TongTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ hong-gay." sahut Lo In ketawa nyengir. Disebutnya Tonghonggay, sekilas seperti Kim Coa siancu ingat tapi lantas terlupa lagi. Begitulah ada mujizatnya obat "Ciat-jit-su-su-hun" (obat bubuk mematikan ingatan seribu hari) dari Ang Hoa Lobo, warisan dari Lam Hay Mo Lie. Tampak Kim Coa siancu duduk termenung-menung. Leng siong melihat si Dewi ular seperti merenungkan tempo yang lalu, ia sudah mau buka suara, hanya Lo In telah mendahului berkata, "Enci Lian, kau tentu belum lupa ketika kita bersama-sama naik di atas punggung rajawali, pesiar diatas lembah, bagaimana kita main-main dengan kawanan kera kita, aku meniup seruling menaklukan kawanan ular, ketika kau ngambek memukul remuk buah semangka karena jengkel aku malas antar kau menangkap ikan. coba kau ingatkan semua itu " Kim Coa siancu termenung-menung saja, seperti yang coba mengumpulkan ingatannya yang sudah lalu tapi luput untuk dapat mengingatkan lagi. sambil tersenyum, ia berkata pada Lo In, "Adik kecil, barangkali kau keliru kenali orang, sebab apa yang kau katakan tadi, sama sekali aku tidak ingat." "Baik, sekarang aku mau tanya. Apa kau masih ingat ketika kau memberikan nyali TOk gan siancu, ular kesayangan kepadaku untuk mengobati aku yang terluka parah " Coba kau ingat-ingat lagi " kata Lo In dengan sabar. Kembali Kim Coa siancu kerjakan pikirannya yang sehat, juga sia-sia saja. "Aku tidak ingat. Tapi kenapa kau terluka parah ?" tanya si Dewi ular Emas. "Lantaran aku terlalu jujur, mau menolong si nenek, tidak tahunya si nenek sangat jahat. Dia membokong aku ketika aku mau periksa lukanya." "siapa si nenek jahat itu ?" "Pada rambut kepalanya biasa ia cantumkan kembang merah- Maka ia dipanggil Ang Hoa Lobo- Dia sangat jahatMalah sebelum aku kenal dengan kau, enci Lian, dia sudah menghukum kau kelaparan beberapa hari....." "Hei, kau bilang Ang Hoa Lobo ?" memotong Kim Coa siancu, kaget dia- "ya, Ang Hoa Lobo, si nenek jahat itu " sahut Lo In. Kim Coa siancu cemberut mukanya, hingga Lo In menjadi heran. setelah deliki matanya pada si bocah, si Dewi ular emas berkata, "Anak hitam, kau jangan sembarangan menyebut-nyebut nama guruku, sekali lagi kau menyebut nama guruku. aku adu jiwa denganmu " Lo In jadi kebingungan mendengar kata-katanya si Dewi ular emas. Kenapa enci Eng Liannya menjadi murid si nenek jahat " Bukankah Eng Lian pun juga membenci Ang Hoa Lobo " begitu setia Eng Lian pada Ang Hoa Lobo sehingga ia dilarang menyebutkan nama Ang Hoa Lobo- Pikirnya, pasti dibalik kehilangan ingatannya enci Liannya ini ada sesuatu yang tidak beres. Ia tahu kalau ia mengatakan 'Ang Hoa Lobo' si Dewi ular emas akan menyerang ia karena tidak suka nama gurunya disebut-sebut. Tapi Lo In tidak takut. Malah ia ingin tahu bagaimana kesudahannya kalau ia mengatakan nama Ang Hoa Lobo lagi di depan Kim Coa siancu yang terus tidak mau kenal kepadanya. "Enci Eng Lian." kata Lo In. "Biasanya aku suka mengalah kepadamu. Tapi sekarang melihat kelakuanmu yang aneh, maaf saja kalau adikmu tidak dengar ancamanmu tadi- Aku maksudkan Ang Hoa Lobo itu adalah satu nenek jahat. Ang Hoa Lo....." Putus kata-kata Lo In karena tiba-tiba saja Kim Coa siancu menyerangnya dengan beringas. Ia kelihatan marah betul pada Lo In. sambil menyerang ia membentak. "Anak hitam, kau berani menyebut nama guruku lagi Rasakan ini" Ganas betul serangan si Dewi ular emas tapi dengan kalem dapat dilayani oleh Lo In. Dalam paseban itu, mereka jadi bertempur seru. Leng siong jadi ketakutan, Ia tadinya mengira dengan munculnya Kim Coa siancu urusan akan menjadi beres dan Lo In dapat menemukan enci Liannya. Tidak disangka urusan malah menjadi ruwet. Mereka telah bertempur mati-matian. Untuk melerai mereka, tentu saja mustahil bagi Leng siong. Maka ia menjerit-jerit saja, katanya, "Enci, jangan berkelahi- Adik kecil, kau harus mengalahEh, enci, jangan pukul dia" Ramai teriakan mulut Leng siong. serabutan ia mengatakan sambil menjerit, melihat saban-saban Kim Coa siancu menyerang Lo In dengan tenaga penuh hingga tiang paseban tergetar kena angin pukulannya. Tiba-tiba Kim Coa siancu melesat dari paseban, melayang turun ke bawah- "Anak hitam Mari, mari sini" ia menantang Lo In, "Dalam paseban tidak leluasa kita bertempur Mari disini lebih lega " Lo In juga sudah melayang turun dari paseban. " Kalau mau bela si nenek jahat Ang Hoa Lobo, boleh keluarkan kepandaianmu ajarannya di depan aku orang she Lo " kata Lo In tatkala ia sudah berada di depan si Dewi ular Emas yang wajahnya sekarang berubah menyeramkan. Kecantikan si Dewi ular emas menjadi lenyap seketika, rambutnya riap-riapan menakutkan, giginya terdengar berkeretekan, saking gemas pada Lo In yang kembali menyebut nama gurunya, malah memaki-makiHebat serangan-serangan Kim Coa siancu- Rupanya ia hendak membuktikan, memang ia akan adu jiwa dengan Lo In bila si bocah menyebut nama gurunya sekali lagi. serangan hebat hanya dilakukan dari sepihak saja, ialah oleh Kim Coa siancu. sedang Lo In hanya mengegos dan berkelit, tidak membalas menyerang. Meskipun demikian. tampaknya mereka benar-benar seperti sedang adu jiwa. Leng siong menonton di atas tribun (paseban). Ia tidak bisa berdaya apa-apa untuk melerai dua orang yang sedang berkelahi- selain menjerit-jerit sampai suaranya serak, Ia pun menangis sambil banting-banting kaki- Ia menyesal tidak punya kepandaian silat yang lebih tinggi dari mereka. Kalau tidak, sudah sedari tadi ia turun tangan memisahkan dua orang yang sedang bergebrak itu. Meskipun ia hanya mengegos dan berkelit, diam-diam Lo In waspada juga kalau-kalau si Dewi ular emas nanti nekad dan mengeluarkan senjata rahasianya, sengaja Lo In tidak mau permainkan Kim Coa siancu, tidak seperti biasanya ia lenyap darl pandangan lawan dan tahu-tahu ada di belakang orang, Ia melayani si Dewi ular emas dengan sungguh-sungguh, ia punya tujuan tertentu ialah ingin membikin lawan lemas dengan sendirinya karena sudah mengerahkan tenaganya melewati batas untuk mengumbar nafsu amarahnya yang meluap-luap. Tiba-tiba Kim Coa siancu hentikan serangannya, sambil menyingkap rambutnya yang meriap ke mukanya, ia berkata, "Kenapa kau tidak balas menyerang ?" Lo In ketawa nyengir, "Aku toh bukan berkelahi dengan musuh-" sahut Lo In. "Jadi, kaupandang apa aku ini?" tanya Kim Coa siancu. "Kau adalah enci Lianku. Habis aku pandang apa lagi?" "Em Aku adalah siancu dari Ang Hoa Pay, bukan enci Lianmu " "orang boleh mengatakan kau adalah siancu dari Ang Hoa Pay tapi di pandanganku, kau adalah enci Lianku " Kim Coa siancu kewalahan, saban-saban Lo In menyebut dirinya Eng Lian, bukan siancu yang tersohor namanya dari Ang Hoa Pay. Betul-betul anak hitam ini sudah gila barang kali, pikir Kim Coa siancu, sembari matanya melotot mengawasi si bocah. Lo In tidak gubris sikap si Dewi ular Emas. Ia percaya, akhirnya ia bikin ingatan sang enci kembali pada asalnya, Ia menduga enci Eng Liannya ini sudah dikasih obat yang ia tak tahu sehingga ingatannya berubah menjadi lupa dengan kejadian yang sudah-sudah-Dugaannya si bocah tepat benar, hanya ia tidak tahu obat apa namanya yang begitu mujizat untuk menguasai Eng Lian yang biasanya sangat benci pada Ang Hoa Lobo- "Berani sekarang kau menyebut nama guruku lagi ?" tanya Kim Coa siancu, suaranya agak ramah, mukanya juga sudah mulai tersenyum- "Kenapa tidak berani ?" sahut Lo In, heran juga ia mendengar pertanyaan si gadis"Coba kau katakan, kalau kau ber...." Putus kata-katanya Kim Coa siancu lantaran dibikin lagi meluap amarahnya ketika Lo In memotong, katanya, "Ang Hoa Lobo, Ang Hoa Lobo, nenek jahat " "Anak hitam kurang ajar Kau berani" " berbareng serangan dahsyat telah diulangi lagi. Angin sambaran tangannya Kim Coa Siancu sampai berbunyi siutsiut saking hebatnya ia menggunakan Iwekangnya untuk menggempur si bocah hitam yang bandel tiada taranya-Potpot kembang, bangunan tembok perhiasan yang ada disapu oleh angin pukulan Kim Coa siancu. Lo In diam-diam berpikir, gadis di depannya ini betul-betul sudah jadi gila. Tapi ia yakin benar si gadis jelita adalah enci Eng Liannya. Bagaimana pun, ia harus menolong sang enci yang diperalat oleh Ang Hoa Lobo, si nenek jahat. Tapi bagaimana akalnya " Sembari menangkis dan berkelit dari serangan si Dewi ular Emas, diam-diam Lo In mencari cara untuk menolong Eng Lian dari kehilangan ingatannya. Tiba-tiba ia ingat sesuatu. Romannya berubah kegirangan. Entah apa yang diingat si bocah yang mendadak membuat Romannya berubah kegirangan. Sementara itu Kim Coa Siancu sudah lelah dengan sendirinya karena semua serangan hebat yang meminta banyak tenaga sia-sia saja, tidak ada hasilnya. Lo In masih terus melayani dengan penuh kesabaran. yang membikin si Dewi ular Emas tidak mengerti, kenapa serangan yang begitu dahsyat tidak dibalas oleh Lo In. Ia ingin menyerang dengan Bu im in coa ialah senjata rahasia Cap ular Tanpa suara, tapi si bocah tidak berdosa besar. Bagaimana ia bisa berlaku kejam membunuh orang yang tidak berdosa besar " Pikirnya ia mesti ganti taktik berkelahinya, kalau tidak la akan lemas sendiri, menggempur lawan dengan tenaga penuh tapi tidak berhasil. Baru ia memikir akan ganti taktik, ia mendengar si bocah berkata, "Enci Lian, apa kau masih belum mau menyerah pada adikmu ?" "Siapa enci Lianmu ?" bentak Kim Coa Siancu. Sekaligus ia menyerang dengan tenaga penuh lagi sampai pohon di depannya bergoyang-goyang, akan tetapi si bocah mendadak sudah lenyap dari hadapannya. " Celaka " seru Kim Coa siancu, nampak si bocah ganti taktik, Hatinya berdebaran, kuatir dirinya akan dipermainkan Lo In seperti yang dialami oleh Tui Hun Lolo. Baru ia memikir ke situ, tiba-tiba ia merasa kupingnya ditowel dari belakang, Ia berbalik cepat tapi Lo In lebih cepat lagi memutar ke belakangnya, sekarang, pipinya kena dicolekColek bukan sembarang colek seperti lagunya Titik sandora. "Anak hitam kurang ajar amat hah " teriak Kim Coa siancu, parasnya semu merah karena dicolek pipinya oleh si nakal. "Enci Lian, kalau kau belum mau menyerah kalah, jangan sesalkan adikmu berlaku keterlaluan." kata Lo In sembari ketawa haha hihi di belakang si gadis. Panas hatinya Kim Coa siancu, sambil memutar tubuh ia membentak, "Nih, rasakan" laksana kilat menyambar Bu im in coa lepas dari tangannya si Dewi ular Emas, senjata rahasia yang sangat ganas. Kalau sudah keluar senjata rahasia Cap ular itu adalah tanda bahwa pemiliknya sudah sangat marah- Tadi, Kim Coa siancu sebenarnya tidak mau gunakan senjata dahsyatnya itu, akan tetapi ketika merasa dirinya dipermainkan Lo In dengan sangat kurang ajar dengan menowel kuping dan mencolek pipinya, ia jadi merubah niatannya. Tanpa banyak pikir lagi ia sudah gunakan senjata rahasianya itu. Hanya mengkredep remang-remang melesatnya Bu im in coa, orang yang tiada sangka itu adalah senjata rahasia yang sangat berbahaya. Cuma saja Kim Coa siancu ketemu Lo In, Hek-bin-sin-tong atau si Bocah sakti Muka Hitam yang kepandaiannya susah diukur- Maka berapa banyak juga senjata ganasnya itu dilepas, tak akan dapat menemukan Bocah Sakti Karya Wang Yu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo sasarannya hingga Kim Coa siancu sangat cemas hatinyaMakin ia ngawur melepas senjata rahasianya, makin sering pipinya kena dicolek Lo In. saking jengkel Kim Coa siancu kepingin menangis digodai Lo In. Habis daya dia- Akhirnya ia berdiri menjublek kecapaian. Lo Injuga sudah hentikan 'olok-olokannya'- sekarang ia berada di depan si Dewi ular Emas sambil cengar cengir ketawa- "Menyebalkan anak hitam ini " kata Kim Coa siancu dalam hatinyasenyumannya yang manis memikat sudah lenyap entah kemana tahu, sebaliknya mukanya cemberut memandang pada Lo In. bernas betul dia, kepingin dia mencengkeram berantakan muka si bocah hitam. Tapi apa daya " Tenaga sudah habis, senjata rahasia yang sangat ampuh sudah diobral habis, hanya tinggal sepasang ular kesayangannya.- Ia tidak berani sembarangan melepaskan sepasang ular emasnya, takut kena dibunuh oleh Lo In jika ia serangannya luput dari sasarannya. Dalam kebingungan, tiba-tiba ia rasakan dirinya dipelukItulah si bocah nakal Lo In yang memeluk erat dirinya. "Bocah gila, kau berani menghina siancu " bentaknya, seraya ia berontak hendak loloskan tubuhnya. Ini sebenarnya adalah taktik Lo In, yang membuat ia bersenyum kegirangan tadiBiasanya kalau Eng Lian dalam olok-olok kena dipeluk, si nona suka mencubit keras-keras lengannya. Pada waktu demikian ia tidak menggunakan Iwekang, dibiarkan cubitannya si nona supaya cubitannya mempunyai bekas matang biru, dengan maksud untuk menyenangkan hatinya Eng Lian. Ia bukannya mau kurang ajar, tapi perbuatan itu sering membikin lawannya seram kalau tidak mengetahui tabiatnya yang polos jujur. Begitulah Lo In mau pancing Kim Coa siancu supaya mengaku bahwa dirinya adalah enci Eng Liannya yang dicari, Ia mengharap cubitannya si nona, tapi... "Aduuuh " sekonyong-konyong si bocah berteriak mengaduh karena dengan tiba-tiba Kim Coa siancu menggigit sekerasnya hingga gigitannya si nona tertanam pada daging lengannya-Lo In dan mulut si nona belepotan darah sewaktu ia melepaskan gigitannya. Tinggal si bocah kesakitan teraduhTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ aduh seraya pegangi tangannya dan semetar itu pelukan pada tubuhnya Kim Coa siancu juga dilepaskan. Lo In tidak semudah itu dapat digigit dagingnya. Kalau si bocah gunakan Bian-kang (tenaga lunak), maka Kim Coa siancu bakal bukan menggigit daging tapi menggigit kapas rasanya. Tetapi karena Lo In sedang tiada siaga sehingga gigitan siancu itu yang tak disangka-sangka tak dapat dihindari. Tidak heran kalau Lo In teraduh-aduh. salahnya sendiri. Mau mancing cubotan akhirnya kena gigitan. Kenapa Kim Coa siancu menggigit kaya anjing gila " Karena ketika ia meronta-ronta, buah dadanya kena ketekan. otomatis timbul reaksi seperti tempo hari Toan Bi Lomo siauw Cu Leng mau permainkan cuisian, tetapi belum berhasil sudah kena digigit hingga hilang ingatannya dan lupa akan dirinya siapa, seperti orang linglung. Apakah Lo In juga akan jatuh dibawah pengaruhnya Kim Coa siancu seperti Lengkoan Giok Lie dan Hek houw Ma Liong tempo hari " Entahlah, sebab sampai sebegitu jauh si bocah sakti hanya mengusap-usap lengannya yang kesakitan sambil matanya mengawasi si Dewi ular emas yang cekikikan ketawa. Nona Teng dari atas paseban yang sudah berhenti menjerit-jerit merasa sangat lucu menyaksikan adegan yang terjadi di bawah paseban. nampak Lo In digigit oleh Kim Coa siancu teraduh-aduh dan si nona cekikikan ketawa, Leng siong juga menekap mulutnya yang mungil untuk menahan ketawa gelinya. setelah cekikikan ketawa enak, Kim Coa siancu berkata pada Lo In, "Anak Hitam, enak ya kena siancu gigit. Makanya, jadi orang jangan kurang a...." Tiba-tiba saja Kim Coa siancu terputus omongannya, sedang tubuhnya terkulai roboh hingga Lo In kaget dan cepat menyangganya hingga si nona tidak sampai jatuh ke tanah. Kembali siancu dalam pelukan Lo In, si nakal. Kali ini Lo In tidak nakal, malah kaget ia sebab Kim Coa siancu matanya mendelik terbalik seperti yang kesurupan, "Enci Lian, enci Lian, kau kenapa ?" tanya Lo In sambil goyang-goyang tangannya Kim Coa siancu. Tidak tahu ia apa yang harus diperbuatnya untuk menolong siancu. "Enci Leng siong kemari " teriak Lo In ketika melihat Kim Coa siancu keadaannya menguatirkan dalam pelukannya. Leng Siong mendengar panggilan Lo In lantas mau turun dari paseban tapi tidak jadi sebab melihat Lo In sudah melayang bagaikan burung membawa Kim Coa siancu dan menclok di paseban. Lo In rebahkan Kim Coa siancu di atas bangku panjang. "Enci Leng siong, lekas tolong dia " kata Lo In gugup, seraya tangannya mengoyang-goyang pipinya Kim Coa siancu yang sedang tidak sadarkan diri Leng siong sudah datang dekat, "Enci Lian, enci Lian...." si nona memanggil, ketularan panggila Lo In kepada Kim Coa siancu. si Dewi ular Emas tidak ingat orang, Ia rebah dalam pingsan. yang membuat Lo In dan Leng siong menjadi sangat kaget, nampak mulutnya si Dewi ular Emas mengeluarkan busa, sedang matanya mendelik ketakutan. "ai, enci Lian, kau kenapa " uh... uh... uh...." Leng siong menangis seraya peluki tubuhnya Kim Coa siancu yang mulutnya berbusa dan matanya mendelik menakutkan. Tapi Leng siong tidak takut, malah tangannya yang halus dipakai mengusap-usap mukanya Kim Coa siancu, mulutnya kemak kemik berdoa memohon supaya matanya siancu jangan mendelik saja. Benar saja permohonannya terkabul sebab dengan perlahan-lahan si Dewi ular emas telah memeramkan matanya. Mulutnya yang sudah dibersihkan dari busanya oleh Leng siong, tampak menyungging senyuman seakan-akan sedang mengimpi dalam enak tidur. "Adik kecil, kenapa kau diam saja, bukan memanggil Taysu datang kemari ?" tegur Leng siong ketika melihat Lo In berdiri mematung di dekatnya. seperti yang baru sadar, Lo In mengiakan lalu angkat kaki hendak berlalu tapi tak jadi sebab Kim Wan Thauto dengan diiringi Lima Harimau sudah kelihatan mendatangi. Dari jauh Lo In sudah berteriak. "Toako, toako, lekas kemari " Kim Wan Thauto terkejut mendengar panggilan Lo In, maka dengan dua tiga lompatan saja ia sudah meninggalkan suyangtin Ngo Houw kemudian dengan satu enjotan enteng, tubuhnya sudah berada di paseban. "Anak In, ada apa ?" tanyanya. Tapi Lo In tidak menjawab hanya lari menghampiri Kim Coa siancu yang rebah diatas bangku panjang dimana kelihatann Leng siong dengan menangis. "Ai, ada apa dengan anak Hiang ?" berkata Kim Wan Thauto seraya datang dekat pada bangku diatas mana ada rebah sesosok tubuh wanita. Kurang begitu terang keadaan disitu Maklum, sang rembulan saban-saban digodai oleh melayangnya bayangan gelap hingga saban-saban ia ketutupan. Kim Wan Thauto berdebaran hatinya, ia lalu menanya, "Anak In, kenapa dengan anak Hiang ?" "Toako, dia bukan......bukan enci Hiang." sahut Lo In rada gugup, " Habis siapa ?" tanya Kim Wan Thauto seraya datang lebih dekat untuk mengenali, Ia memandang pada wajah Kim coa siancu, ia tidak kenal. Wajahnya sangat cantik, lebih cantik dari Bwee Hiang. Cuma pakaiannya agak janggal. serba tipis, takpantas dipakai oleh wanita-wanita sopan. Kapan ia tegasi lagi wajah si Dewi ular emas, tiba-tiba Kim Wan Thauto terkejut, juga Teng Hauw yang sudah ada disitu menyaksikan hatinya berdebaran. "Hai, mukanya mirip benar dengan Leng siong " kata Kim Wan Thauto- "Ya, seperti pinang dibelah dua." menimpali Teng Hauw yang sedari tadi memang mau berkata akan tetapi telah didahului oleh Kim Wan ThautoTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Siapa dia, anak In ?" tanya Kim Wan ThautoDasar anak nakal, bukannya menjawab malah ia berbalik menanya, "Coba terka siapa dia, toako ?" "Kim Coa siancu....." nyeletuk Leng siong dikala Kim Wan Thauto mau mengatakan tidak kenal. "Kim Coa siancu ?" Kim Wan Thauto mengulangi dengan kaget, "ya, betul katanya enci Leng siong." menetapkan Lo In. "Bagaimana dia bisa jadi begini ?" tanya Kim Wan Thauto heran. Lo In dan Leng siong bergilir bercerita secara ringkas. "sebaiknya siancu dibawa ke dalam rumah untuk kita periksa lebih jauh-" kata Kim Wan Thauto yang segera dibenarkan oleh orang banyak. "sekarang, cara bagaimana membawanya siancu ke sana ?" Leng siong tentu tidak kuat, maka Kim Wan Thauto melirik pada Lo In, katanya, "Anak In, kau yang bawa dia ke rumah-Hayo, lekas kerjakan" ia pun lantas bertindak mendahului yang lainnya, disusul oleh Leng siong dan Lo In yang memondong Kim Coa siancu- Di lain detik mereka sudah ada dalam rumah Teng HouwKim Coa siancu direbahkan di atas sebuah dipan. Kim Wan Thauto aad tahu juga dalam urusan pengobatan, maka ia lalu memeriksa nadinya Kim Coa siancu yang masih terus seperti orang pulas. "Celaka, kenapa aku tolol benar " tiba-tiba Lo In berkata seraya ketuk kepalanya sendiri ketika melihat Kim Wan Thauto memeriksa nadinya si nona. "Kenapa kau bilang begitu, anak In ?" tanya Kim Wan Thauto"Ah, tidak apa-apa-" sahutnya, sebenarnya ia mau mengatakan kenapa ia lupa tadi tidak memeriksa nadinya Kim Coa siancu. sedang ia tahu banyak dalam urusan pengobatan, warisannya Liok sinshe- Ia mau menerangkan terus terang apa maksudnya ia berkata "celaka" tadi tapi ia malu. Maka ketika ditanya Kim Wan Thauto, ia hanya kata tidak apa-apa. Kim Wan Thauto menerukan pemeriksaannya. "Ah, siancu tidak apa-apa. Cuma barusan terlalu banyak mengeluarkan tenaga, badannya jadi sangat letih dan jatuh pingsan. Anak In, kau keterlaluan menggodai orang sampai siancu kepayahan. Kalau dia kenapa-kenapa siapa yang harus bertanggung jawab " Kau, bukan " Dia toh enci Lianmu kau bilang " berkata Kim Wan Thauto pada Lo In, ia menegur halus. Lo In diam saja- Ia merasa salah rupanya sebab biasanya ia paling cepat menangkis kata-kata orang- Memang, ia sendiri menyesal. Tahu begini akibatnya, terang ia tidak akan lakukan. Kalau enci Eng Liannya sampai tidak bisa ketolongan jiwanya, siapa yang akan menanggung sedih " Bukankah dirinya sendiri yang menderita " Dalam tergesa-gesanya, tiba-tiba ia mendengar Kim Wan Thauto menanya, "Anak In, bagaimana dengan anak Hiang " sampai sekarang dia belum kelihatan pulang " Lo In seperti tersadar, "ya, betul. Kemana perginya enci Hiang " Biar aku pergi cari-" kata si bocah, kakinya juga sudah lantas digeraki untuk berlalu dari situ. Kemana ia harus mencari si nona, ia tidak tahu. Ia hanya menuruti saja kemana kakinya membawa dirinya. sambil mengikuti kakinya membawa dirinya, pikiran Lo In selalu melayang pada Kim Coa siancu. Pikirnya, apakah sekarang dia sudah mendusin " Apa tidak mendapat kesulitan apa-apa dengan pingsannya yang mendadak" Ia jadi kebingungan sendiri karena ia bertugas mencari Bwee Hiang sedang hatinya kecantol oleh Kim Coa siancu di rumahnya Teng Hauw. Entah kemana perginya Bwee Hiang sebab dicari sampai dekat pagi, belum dapat diketemukan jejaknya. Lo In balik ke suyang tin. Ketika berjumpa dengan Kim Wan Thauto yang sudah bangun pagi-pagi, Lo In ditanya bagaimana hasilnya mencari Bwee Hiang. Lo In hanya angkat pundak- Katanya, " Aku sudah menggunakan ginkang ke sana sini mencari tapi enci Hiang tidak ketemu." Kim Wan Thauto menghela napas mendapat jawaban itu. "Sekarang bagaimana tindakanmu, anak In ?" tanya Kim Wan Thauto- "Kita berunding saja bagaimana baiknya, toako Bagaimana dengan keadaan siancu " Apa dia sudah siuman dari pingsannya ketika aku pergi?" "Belum tapi tidak apa-apa keadaannya-" "Apa toako yakin benar siancu tidak apa-apa ?" Kim Wan Thauto tersenyum- Ia lihat Lo In agak gelisah, ia menghibur, "Kau jangan kuatir, anak In. Mungkin sekarang siancu sudah mendusin." "Dimana dia sekarang ?" tanya Lo In cepat. "Dia tidur bersama-sama dengan Leng siong." sahut Kim Wan Thauto- Lo In anggukkan kepala- Romannya tidak demikian tegang lagi- Tapi diam-diam ia mengharap akan kemunculannya Kim Coa siancu pada saat itu di depannyaKita tinggalkan dahulu Lo In yang menantikan kemunculannya Kim Coa siancu dan marilah kita melihat pada Bwee Hiang. Kemana sebenarnya si nona sudah pergi " Ia menyusul Lo In dengan sia-sia saja, sebab ginkangnya kalah jauh-Hatinya merasa cemas tatkala tak dapat menyusul adik kecilnya. Bocah Sakti Karya Wang Yu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Kemana adik kecil sudah pergi ?" tanya dalam hatinya. Untuk meneruskan larinya menyusul Lo In, hatinya kuatir nanti ia akan kesasar jalan. Pikirnya, ada lebih baik kembali saja ke suyangtin. Disana ia menantikan baliknya Lo In. Ia tidak kuatir adik kecilnya dapat bahaya karena ia percaya 100 persen adik kecilnya ada sangat cerdik dan tinggi kepandaiannya. Ia putar tubuhnya hendak kembali, tapi kemana ia harus ambil jalan " Ia jadi kebingungan kehilangan jalan kembali. Maklumlah ia dibesarkan dalam rumah mewah sebagai anak gadis seorang kaya raya. Kecuali berkunjung kepada sanak Iamili, belum pernah ia bertindak jauh dari rumahnya. Kini ia berada di pegunungan yang sunyi, jalan sendirian di waktu malam demikian, rasa takut telah mencekau hatinya, oleh karenanya, ia lari sebisa-bisanya saja, tak tahu kemana tujuannya tapi dalam hati diam-diam ia berdoa supaya kakinya membawa kejalan yang betul kembali ke suyangtin. "sayang aku tidak membawa pedang." katanya dalam hati. "Kalau tidak, dapatlah pedang itu dipakai kawan dalam kesunyian malam ini." Baru saja ia mengingatkan akan pedangnya yang ketinggalan di suyangtin, tiba-tiba terdengar suara bentakan, "Berhenti " Berbareng berlompatan keluar tiga orang gerombolan yang mukanya bertopeng. Bwee Hiang kaget mendengar bentakan itu, ditambah lagi dirinya dihadang oleh lima orang, semua wajahnya pada memakai topeng hitam. Tiga orang tadi yang melompat keluar dari gerombolan pun sudah tiba di situ, jadi ada 5 orang yang mengurung si nona dalam ketakutan, Ia tabahkan hatinya, menanya, "Kalian ada urusan apa menghadang dalam perjalananku ?" "Urusan sudah tentu ada, makanya tadi aku suruh kau berhenti, hahaha " sahut orang yang membentak tadiBwee Hiang tidak senang melihat orang berlaku kurang ajar, sebelum ia menyemprot dengan kata-kata tajam, ia didahului oleh salah satu gerombolan yang lain, katanya, "Nona manis, kau dari mana dan mau kemana " Malammalam keluyuran, kukira kau adalah setan wanita yang gentayangan dipegunungan....." "Tutup bacotmu " bentak Bwee Hiang memotong bicara orang. "Aduh, galak betul ya " menimbrung yang lainnya. "Galak sih memang galak, cuma..." "Cuma apa " Coba katakan, cuma apa ?" "Cuma seorang wanita, apa perlunya galak-galak, hahaha " "Wanita... dan wanita itu ada dua macam." "Ah, kau ini ada-ada saja, dua macam bagaimana sih ?" "Dua macam Ada wanita jelek- ada wanita.... ehm, yang ini sih- - " Demikian, 5 orang itu saling sahutan berkata membuat si nona tak punya kesempatan untuk menyemprotkan amarahnya- tapi, ketika orang mengatakan ada "5 macam wanita", kegusarannya sudah luber dari takaran. Tanpa pakai kata-kata lagi, kepalannya langsung berbicara hingga seorang diantaranya yang paling ceriwis dan paling depan berdirinya sudah kena bogem mentah si nona dan kontan terpelanting beberapa tindak hingga Bwee Hiang ketawa ngikik melihat orang merangkak-rangkak dengan susahnya hendak bangun lagi- "Hei, kau berani pukul kami punya Lak-ko" Aduh...." Kembali orang yang berteriak itu jadi makanan kepalan si nona. Ia terpelanting seperti temannya barusan. "Hehehe, kau jagoan betul nona," kata seorang yang lain, yang maju ke depan. Kepadanya Bwee Hiang juga mau kasih hajaran. Kepalannya melayang seperti tadi, tapi ia kecele karena orang itu sudah dapat bekelit dengan bagus, sambil katanya, "Lakko dan Jiko kau bisa sesukamu, tapi terhadap aku Citko dari 'sip sam siao mo', hehe " Disekitar pegunungan Pek-kut-nia memang sudah lama ada muncul kawanan pemuda yang kerjanya mengganggu ketentraman penduduk- Mereka berkeluyuran di waktu malam untuk mencari mangsanya, sedang di waktu siang mereka dijadikan malam untuk tidur seharian. Kawanan pemuda itu umur yang paling tua antara 21 tahun dan paling muda 25 tahun, semuanya ada 13 orang yang mereka namakan 'Sip sam siao mo' atau " 13 Iblis cilik', semuanya ada berkepandaian silat. Lucunya cara mereka merunutkan kepandaian masingmasing. Biasanya orang runutkan yang atasan ada lebih pandai dari yang bawahan, akan tetapi "Siao sam siao mo' lain dari yang lain. Mereka pakai sistem ganjil ialah nomor 1 paling tinggi kepandaiannya, lalu ke-3, ke-5 dan seterusnya.Jadi yang nomor 3,4 dan lain-lainnya yang nomor genap kepandaiannya lebih rendahan dari nomor ganjil. Entahlah, apa maknanya mereka atur demikian. Akan tetapi yang terang, perbuatan-perbuatan mereka ada menyusahkan pada penduduk di sekitarnya, sudah masuk pengaduan pada yang berwajib tentang adanya gangguan itu dan oleh yang berwajib sudah dikirim beberapa orang untuk mengatasinya, tapi hasilnya nihil. Bukan saja yang berwajib kewalahan, malah ada beberapa orangnya yang tidak pulang kembali dan mayatnya kedapatan busuk di tengah jalan, oleh karenanya, yang berwajib belakangan ini 'belagak pilon' saja terhadap gangguan dari 'sip sam siao mo', meskipun banyak pengaduan yang diterimanya dari banyak penduduk. Lain kelucuan adalah cara 'sip sam siao mo' dalam cara saling memanggil, tidak ada perkataan 'te' (adik), hanya yang dipakai 'ko' (kakak), umpanya si toako (kakak yang tua) memanggil pada saudaranya yang ke-3, mestinya samte (adik ketiga), ia memanggil samko (kakak ketiga). Nama-nama aslinya sudah mereka hapus hingga orang yang kenal dengan mereka juga memanggil sama seperti mereka sebut dalam persaudaraannya. Bwee Hiang melihat serangannya gagal, ia jadi heran juga. Tapi ia tidak takut, malah ia ketawa ngikik ketika mendengar si Citko perkenalkan dirinya dari 'sip sam sio mo' dengan bangga. "hei, kenapa kau tertawa ?" tanya Citko heran. "Aku tertawakan kau barusan menyebut 'Sip sam siao mo'. Kurang pantas nama ini bagi kalian, masa dipanggil iblis cilik. Kalau iblis itu biasanya orang yang sudah tua atau kakekkakek." "Hehehe, tahu juga si manis." kata Citko ketawa. Entah bagaimana tampangnya saat itu sebab ia memakai topeng. "Kalau pakai nama yang pantas, tak usah berabe pakai topeng segala." berkata Bwee Hiang, sedikltpun ia tidak unjukkan roman takut pada mereka. "Coba kau sebutkan nama apa yang pantas untuk kami orang " kata Citko. "oo, mudah saja. Cuma apa hadiahnya kalau aku kasih nama yang bagus ?" "Hadiahnya mudah saja, kami tidak akan perlakukan kasar padamu." "Maksudmu ?" Bwee Hiang menegas. "Kalau kau kami tangkap, tak akan diperlakukan kasar "sahut Citko. Kawan-kawan citko semua pada bergembira mendengar tanya jawab si gadis dan citko, terutama yang menarik perhatian mereka adalah gayanya si gadis dan romannya yang cantik. "Bagus," kata Bwee Hiang. "Sekarang aku namakan...." "Lekas kau sebutkan nona manis," Citko makin 'empuk' suaranya. Rupanya mengira si gadis ada 'sir' (naksir) kepadanya, ia maju satu tindak mendekati. "Sebagai gantinya 'Sip sam siao mo', kau pakai 'Sip sam siao kay', hihihi......" "Kurang ajar" bentak Citko, marah betul dia. Kiranya si nona ganti nama 'Sip sam siao mo' menjadi 'Sip sam siao kay' atau artinya '13 pengemis cilik' sehingga membuat Citko iadi sangat marah. Bwee Hiang sih benar-benar keterlaluan, masa nama yang ganteng '13 iblis cilik' diganti jadi '13 tukang ngemis', tidak heran kalau omongannya menerbitkan kemurkaan bukan saja pada Citko, tapi juga pada lain-lain saudaranya. "Kau menghina, berani kau menghina 'sip sam sio ma' " Hm Rasakan ini" kata Citko berbareng ia ulur tangannya menjotos ke muka si nona. Bwee Hiang tidak menangkis, hanya ia berkelit ke kiri Tangan tangannya berbareng menyambar kepalan citko Tapi Citko tahu adanya bahaya, cepat tarik pulang kepalannya. Kaki kirinya digeser maju dengan menggunakan tipu 'Siao khauw tek ko' (Anak monyet petik buah), dengan kurang ajar tangan kirinya diulur hendak mencomot buah dada si nona. Tapi sebelum tangan sampai pada sasaran, dengan manis Bwee Hiang mengelak, berbareng tangan kanannya yang dibeber telah telah memotong dari samping. "Aiyoo " teriak citko karena lengan tangannya yang nakal yang hendak gerayangi tetek orang kena dibacok oleh tangan Bwee Hiang yang keras. Citko berteriak sambil lompat mundur kesakitan, Ia merasa lengannya seperti terkutung disabat golok- bukan main sakitnya. Matanya melotot mengawasi sigadis yang tersenyum-senyum mengejek kepadanya. Mengetahui musuh-musuhnya hendak berlaku kurang ajar atas dirinya, maka Bwee Hiang rubah taktik berkelahinya. Ketika ia diserbu oleh anak-anak muda berandalan itu, ia hanya menggunakan kegesitannya hingga maksud mereka untuk menangkap si nona saban-saban kecele.Jangankan orangnya ketangkap, sedang ujung baju si nona saja, mereka tidak bisa sentuh. Sekarang mereka baru tahu kalau si nona kepandaiannya jauh lebih tinggi dari mereka. Tak dapat mereka melakukan pengepungan begitu saja, perlu meminta bantuan senjatanya. Bwee Hiang melihat gerakan mereka yang pada mencabut senjata. Bagaimana " Apa ia juga perlu pakai senjata atau lawan terus dengan tangan kosong " sayang Lo In tidak ada disampingnya. Kalau si bocah wajah hitam itu ada disampingnya, tentu dapat menilai lawan punya kepandaian tinggi rendahnya. Untuk membikin dirinya lebih aman, memang perlu ia pegang senjata. Dimana ia bisa dapatkan itu" Matanya melirik pada Citko yang masih berdiri bagaikan patung. Dengan satu lompatan gesit, sebelum Citko bergerak, tahu-tahu pedangnya sudah pindah di tangan si nona, bukan main gusarnya dia"Jangan kasih lolos wanita liar itu Hayo terus tangkap dia, hidup atau mati " Citko teriaki kawan-kawannya dengan sengit. "Hihihi-.. mau tangkap nonamu" Tanya dulu pada kawan saya " kata si nona. Citko dan saudara-saudaranya kaget mendengar si nona menyebutkan 'kawan saya', kalau begitu si nona ada membawa kawan, citko membentak. "Mana kawanmu " Lekas suruh turun ke sini berkelahi" "Ini kawanku" sahut si nona ketawa seraya acungkan pedang yang dapat dirampas dari Citko. Meluap amarahnya Citko dan kawan-kawannya. "serbu serbu " mereka saling berteriak keras hingga kesunyian sang malam untuk beberapa detik lenyap. Kalau dengan tangan kosong Bwee Hiang tidak gentar, apalagi sekarang ia menggunakan pedang. Terang hatinya makin mantap. setelah terdengar treng treng trong beberapa kali, lalu disusul dengan jeritan mereka yang terluka, dalam tempo sedikit saja si nona sudah merobohkan 6 orang diantara 8 orangnya 'Sip sam siao mo'. Restan 2 orang itu adalah Citko dan jiko yang melihat gelagat tidak menguntungkan, sudah lantas undurkan diri dari pengeroyokannya atas dirinya si gadis jagoan. Tampak Bwee Hiang berdiri tersenyum-senyum mengawasi korban-korbannya yang rebah malang melintang. Kemudian ia menghampiri Citko danjiko yang tak dapat melarikan diri karena kakinya lemas.Jiko yang paling ketakutan dihampiri si nona. "Pedangmu boleh juga. Mari kasihkan sarungnya sekali." kata Bwee Hiang pada Citko dengan roman sungguhsungguhcitko tidak menyahut, ia hanya mendengus dan buang muka- Tiba-tiba ia rasakan ada berkelebat bayangan di dekatnyaKetika ia mengawasi lagi ke arah si gadis, tampak Bwee Hiang sedang berseri-seri sambil memasukkan pedang ke dalam sarungnya. Citko cepat raba pinggangnya, ternyata sarung pedang sudah tidak ada lagi di tempatnya, sudah ada di sana, di tangannya si nona. sambil menggantung pedang di pinggangnya, Bwee Hiang berkata, " Nona mu belum tahu sampai dimana kejahatan kalian, maka untuk sementara kau ampunkan dulu. Kapan nanti aku dengar kejahatan kalian yang bukan-bukan, tentu akan aku datangi sarang kalian dan mengubrak-abriknya " Bwee Hiang tutup perkataannya dengan memutar tubuh hendak meninggalkan tempat itu. Belum berapa jauh ia bertindak, tiba-tiba ia merasakan ada angin ke arahnya, cepat ia mendak dan tangan bajunya mengebas ke belakang. "Aiyoo " terdengar teriak Citko dan tubuhnya roboh untuk tak bangun lagi. "Hihi, mau main senjata gelap ?" kata si nona dengan suara tawar. Citko diam-diam sangat gemas pada Bwee Hiang. Tidak rela ia dikalahkan si nona. Maka, tatkala Bwee Hiang bertindak belum jauh, ia sudah keluarkan senjata pelurunya sebesar telur ayam. Ia memang pandai mainkan senjata rahasia demikian, dapat melepaskan saling susul. Biasanya ia sangat bangga dengan kepandaiannya itu. Tapi kali ini kena batunya. Apa boleh buat ia ketemu Bwee Hiang murid jago cilik kita Lo In. Tidak sembarangan dapat dibokong orang. Demikian, ketika peluru datang dekat, di kebas balik oleh tangan bajunya si nona sehingga tepat mengenakan tenggorokannya Citko. Ini yang disebut senjata makan tuan, Bocah Sakti Karya Wang Yu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo sebab Citko roboh terus melayang jiwanya. Jiko nampak saudaranya yang ke-7 roboh dihajar pelurunya sendiri menjadi sangat sedih, berbareng ia juga takut terhadap Bwee Hiang, Ketika ia hampiri si nona badannya menggigil, malah saking takutnya ia roboh pingsan. "Hm sebegini saja nyalinya orang sip sam siao mo ?" Bwee Hiang mendengus ketika melihatjiko roboh pingsan sebelum ditanya olehnya. Ia kemudian mendekati yang lain-lainnya, yang pada rebah terluka dan merintih-rintih- semua nyalinya pada ciut, malah ada yang minta-minta ampun ketakutan di bunuh. Bwee Hiang pikir, orang-orang itu semua hanya 'gentong nasi' alias tidak berguna, maka ia lalu tinggal pergi. Ia gunakan jalan cepat. Belum berapa lama ia ingat sesuatu, lantas merandek dan kemudian putar tubuhnya balik lagi ke tempat tadi. Ternyata disanan sudah tidak ada orangorangnya 'Sip sam siao mo'. Ia banting-banting kaki, menyesal atas ketololannya. Kiranya ia balik lagi hendak menanyakan jalan ke jurusan Suyangtin, harus ambil jalanan yang sebelah mana. Dengan lesu ia bertindak pergi. Di pinggir-pinggir jalanan banyak gerombolan rumput alang-alang dan pohon-pohon lebat, sangatlah menyeramkan di waktu malam. Maka iajalan dengan waspada. Tiba-tiba kupingnya mendengar keresekan, seperti orang jalan diantara gerombolan alang-alang, Ia jalan terus belagak pilon. "Nona manis, mau kemana ?" tiba-tiba orang bertanya. Berbareng Bwee Hiang diserang dari dua jurusan kiri dan kanan- oleh dua orang yang juga mengenakan topeng. Mereka sangat gesit. Tapi Bwee Hiang lebih gesit lagi sebab serangan mereka tanpa hasil. Si nona sudah enjot tubuhnya melayang ke depan kira-kira dua tombak, di mana ia tancap kaki seraya melolos pedangnya. Dua orang tadi ternyata punya keberanian untuk menghadapi si gadis. Ternyata mereka bukan termasuk rombongan citko tadi yang sudah dikasih hajaran dan terampun-ampun. Ketika mereka datang dekat, Bwee Hiang membentak, "Manusia hina, kalian mau bikin susah nenekmu " "Hahaha " satu diantaranya tertawa terbahak-bahak, suaranya macam gembreng pecah, tidak enak di dengar, "samko dan Kiuko sudah sampai, alamat jelek untukmu " samko dan Kiuko ialah si nomor 3 dan nomor 9 yang terkenal paling tinggi kepandaian silatnya maupun ilmu entengi tubuhnya diantara ke 13 iblis cilik itu. Kalau mereka berkata dengan temberang barusan, memang wajar sebab banyak korbannya yang ketemu 3 orang itu belum pernah dapat meloloskan dirinya"Hehe, dari 'Sip sam siao mo' lagi " " si gadis menjengak"Tidak salah, nona manis-" sahut Kiuko, seraya cengar cengir tertawa- Entah bagaimana roman mukanya pada saat itu lantaran ketutupan topeng. "Kiuko, jangan banyak cakap. Bekuk saja buat dihadapkan pada toako " kata samko. "Enak saja kau buka mulut, memangnya nonamu anak ayam mudah dibekuk ?" si nona berkata sambil mendengus. "Hahaha " tertawa samko, suaranya lebih keras dari Kiuko tadi -"Boleh maju sekaligus dua-duanya " tantang Bwee Hiang. "Wah, jagoan juga ya " mengejek samko "Memang jagoan, kalau tidak, mana bisa Citko roboh ditangannya " kata Kiuko. "citko kalian sudah menunggu kalian dalam perjalanan. Lekas maju, supaya bisa sama-sama menghadap Giam-lo-ong Mari lekas "Bwee Hiang menggapai dengan pedangnya. samko dan Kiuko marah ditantang si nona dengan jumawa. si nomor 9 yang tidak sabaran, lantas menyerang dengan sepasang golok pendeknya. Trang Trang terdengar beradunya senjata. Bwee Hiang dengan pedangnya menangkis ke kanan dan ke kiri dari serangan goloknya Kiuko. Tangkisan disertai Iwekang hingga Kiuko tergetar dan lompat mundur. Ia merasakan sakit kedua belah tangannya, hampir-hampir dua goloknya terlepas dari cekalannya. "samko, maju " teriaknya seraya kembali menyerang. Benar-benar samko tidak tinggal diam. Ia maju membantui kawannya dengan senjata ruyung hingga Bwee Hiang dikeroyok berdua. Pertempuran berjalan seru. Dengan pedangnya si nona kasih perlawanan tangkas dan lincah, tidak mengasih kesempatan untuk dua lawannya menyerang dengan leluasa. "Jangan kasih lolos budak liar ini, Kiuko " kata samko. "Tentu saja. Lolos berarti kita tak dapat muka dari toako" sahutnya. "Budak ini wajahnya memang pantas buat jadi istri toako kita " "Ah, samko lihai juga matanya ya." "Toako tentu kegirangan sebab gantinya yang mati, lebih cantik," "Akur saja. Tentu kita dapat muka dan dapat hadiah dari toako" Bwee Hiang diam-diam menjadi gusar mendengar ucap kata dua orang itu. Ia mengerti dirinya mau ditangkap hidup,hidup untuk dijadikan istri ketuanya yang telah kematian istrinya. Ketika samko hendak membuka mulut lagi, Bwee Hiang mendahului berkata, "Akan kuselot mulut bocormu Lihat.... " Berbareng Bwee Hiang gunakan jurus ilmu pedang kesayangannya ialah 'Bwee hiang boan wan' atau "Harumnya bunga bwee memenuhi taman". Dalam tempo pendek saja dua lawannya telah terdesak mundur berulang-ulang. "Angin keras, burung hong terbang " tiba-tiba samko berkata pada kawannya. Itu adalah kata-kata rahasia dari 'Sip sam siao mo' yang berarti "Lawan alot, lekas lari1". Kode yang umum diantara kawanan pemuda bergajul itu. Maka ketika mendengar itu Kiuko sudah lantas siap-siap menunggu kesempatan untuk angkat kaki- "Nona manis, kami tidak ada tempo untuk melayani kau" berkata samko, berbareng ia melompat ke samping kanan dan Kiuko ke samping kiri lantas mereka lari dengan berpencar. "Hm Mau lari?" bentak Bwee Hiang. Tapi ia kebingungan karena harus menguber lawan yang mana diantaranya, mereka larinya terpencarjustru Bwee Hiang dalam sangsi, dua lawan yang ilmu entengi tubuhnya tidak rendah, sudah menghilang di telah kegelapan. setelah berdiri termangu-mangu sejenak, Bwee Hiang lanjutkan perjalanannya. Lari belum berapa lama, tiba-tiba ia merandek mendengar ada orang memanggil, "Nona manis, nona manis, aku ada disini" Kapan Bwee Hiang menoleh ke arah orang yang memanggil, kiranya Kiuko yang sedang berdiri kira-kira sejarak tiga-empat tombak jauhnya. Bwee Hiang tidak mau kasih hati, ia cepat menguber tapi Kiuko sudah lari siang-siang dari tempat berdirinya. Entah berapa lama Bwee Hiang menguber masuk keluar diantara pepohonan, Kiuko masih belum kecandakjuga. Akhirnya ia hentikan larinya dan jalan perlahan-lahan dengan pengharapan ada orang yang datang pula mengganggu tapi ternyata tidak ada apa-apa lagi sampai cuaca mulai terang. Entah dimana sekarang dirinya berada, pikirnya paling perlu ia mencari rumah orang atau kedai makanan untuk menanyakan jalan sembari mengisi perutnya yang sudah berkeruyukan kepingin diisi"Ha, disana ada rumah-" ia berkata dalam hatinya tatkala melihat dari kejauhan ada satu rumah, entah rumah siapa ituBwee Hiang cepati jalannya, di lain detik ia sudah ada disana. Kiranya disitu terdapat 3-4 rumah, satu sama lain jaraknya agak berjauhan. Di waktu pagi-pagi begitu, rupanya penghuni-penghuni rumah malas bangun. Makanya belum ada orang satu pun yang kelihatan di pekarangan rumah. Bwee Hiang dengan perlahan menghampiri sebuah rumah diantaranya. Ketika ia hendak mengetuk pintu, tiba-tiba ia mendengar percakapan di sebelah dalam, Ia tidak jadi mengetuk pintu, hanya pasang kuping untuk mendengar apa yang dipercakapkan. Kiranya yang bercakap-cakap itu adalah suami istri. "Kita punya dua anak lelaki, bukannya menjadi kebanggaan orang tua, malah belakangan ini kelakuannya menjengkelkan saja." kata sang suami seraya menghela napas. Lalu melanjutkan, "sia-sia saja aku mendidik mereka dalam ilmu silat sebab mereka gunakan pada jalan yang salah- Bukannya aku mendoakan, tapi satu waktu mereka akan menemui bencana atas perbuatannya itu-" "Kau ini orang tua apa-" terdengar istrinya memotong. "Bukannya mendoakan anak-anak hidup selamat senang, ini malah sebaliknya, mendoakan anak-anak mendapat bencana. Macam apa kau sebagai orang tua ?" "Aku sudah katakan, bukannya aku ingin menyumpahnya, hanya satu waktu mereka pasti akan menemukan bencana karena perbuatannya yang tidak benar." bantah sang suami, sang istri terdiam mendengar perkataan suaminya. "Bukannya membantu orang tua berburu binatang sebagai nafkahnya, malah masuk perkumpulan. Kalau perkumpulan yang tujuannya benar, tidak apa. Ini malah masuk perkumpulan yang tidak benar. Apa nama perkumpulan itu, kau tahu ?" kembali terdengar lelaki bicara. "Tentu saja aku tahu." sahut istrinya. "Apa ?" menanya sang suami, suaranya mendengus. "sudahlah, kita jangan bicarakan itu" "Kenapa tidak membicarakan itu, bukankah ini menyangkut nasib anak-anak kita ?" "ya, habis kau mau apa ?" "Aku mau kau turun tangan untuk menyelamatkan anakanak kita supaya mereka undurkan diri dari perkumpulan yang dinamai sip sam siao......." "Hussttt jangan sebut-sebut itu" memotong istrinya. Bwee Hiang disebelah luar dapat mendengar dengan tegas percakapan mereka. Mendengar pembicaraan itu, Bwee Hiang paham kalau tuan dan nyonya rumah bukan orang jahat, hanya anak-anaknya yang brengsek ikut-ikutan 'Sip sam siao mo-' si nona kembali urung mengetuk pintu, ketika mendengar yang lelaki bicara pula, "Aku sudah tua, tambahan sakitan saja. Kalau terus menerus si Co dan si Kian tidak merubah perbuatannya dan jadi orang benar, bisa-bisa aku mati lantarn kesal, kau tahu ?" Istrinya tidak kedengaran memberikan sahutannya. "Coba kau pikir," kata sang suami lagi. "sampai begini begini hari kemarin sore belum juga pulang, apa-apa anak-anak kita itu " Ini gara-gara temannya si Kim dan si Goan yang ajak-ajak mereka masuk jadi anggota dari sip sam siao....." "Hussttt " memotong istrinya. " orang kata jangan sebut-sebut itu, masih juga mau diulangi. Apa kau tua bangka ini sudah bosan hidup ?" "Aku sudah tua, paling-paling juga aku dibunuh- Takut apa " "Ngaco Kalau kau mati dibunuh, kau kira aku bakal enakenakan tinggal hidup ?" Diam-diam Bwee Hiang geli dalam hatinya- Pikirnya, setia juga perempuan itu kepada suaminya. Di dorong oleh ingin tahu, macam bagaimana suami istri itu, maka Bwee Hiang sudah mengetuk pintu rumah. "Nah, mereka baru pulang " kata sang suami. "Biar kutegur mereka " sahut istrinya. sebntar lagi, kapan pintu dibuka, nyonya rumah jadi keheranan karena yang berdiri di depan pintu bukan anakanaknya, hanya seorang gadis jelita dengan menyoreng pedang di pinggangnya. "Nona, ada urusan apa ?" tanyanya setelah kagetnya hilangan. Bwee Hiang tersenyum manis, Ia menjawab, "Aku kesasar semalaman. Kalau bibi tidak keberatan, ingin aku menumpang tinggal sebentaran untuk menghilangkan letih. Nanti akan kuganti ongkos sekedarnya untuk kebaikan bibi." "oh, kau kesasar " Mari, mari masuk-" mengundang nyonya rumahTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Bwee Hiang bertindak masuk- Di dalam ia dapatkan seorang lelaki dari usia pertengahan, romannya pucat dan agak lesu. Rupanya dia ini tuan rumah, pikir si gadisorang laki-laki itu bangkit dari duduknya ketika melihat Bwee Hiang bertindak masuk dengan membekal pedang, Ia menyambut dengan hormat, sedang si gadis menjura kepadanya sambil berkata, "Mohon paman memaafkanku, pagi hari begini datang mengganggu ketentramanmu. Aku semalaman kesasar jalan, maka aku minta kepada bibi tadi menumpang tinggal sebentara disini untuk menghilangkan lelah-" "oo, boleh- Kenapa mesti bilang mengganggu ketentraman segala." sahutnya ramah"Mari duduk disini-" mengundang nyonya rumahBwee Hiang tidak pakai malu-malu, ia menghampiri bangku dan duduk diatasnya- Tuan dan nyonya rumah temani sigadis yang tengah betuli ikat rambut kepalanya yang aduk-adukan. Mereka mengawasi parasnya Bwee Hiang yang cantik, setelah kesengsem dengan kecantikan si nona, nyonya rumah melirik pada suaminya yang ketawa nyengir ke arahnya ketika istrinya mengedip kepadanya dan acungkan jempolnya. sang suami rupanya mengerti akan alam pikiran sang istri yang menghendaki seorang anak gadis yang demikian cantiknya. "oh " tiba-tiba nyonya rumah berkata, seperti baru sadar. Berbareng ia sudah bangkit dari duduknya, pergi ke belakang. Bocah Sakti Karya Wang Yu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Tidak lama ia sudah muncul lagi dengan barang hidangan sekedarnya. "Wah, aku jadi membikin repot bibi saja." kata Bwee Hiang ketika nyonya rumah meletakkan barang hidangan di atas meja. "Ah, tidak sama sekali." sahutnya. "Kau semalaman kesasar di pegunungan, sudah tentu sangat kelaparan bukan ?" Bwee Hiang anggukkan kepala melihat nyonya rumah tersenyum ke arahnya. Air teh hangat segera dituan ke dalam cangkir masingmasing oleh nyonya rumah, sambil berkata, "Mari nona, silahkan minum dan coba kuenya yang ada." Bwe Hiang girang hatinya menemui nyonya rumah demikian ramah tamah- "Mari paman, kita mulai." mengundang Bwee Hiang. Dengan tidak malu-malu lagi ia angkat cangkir teh, dihirup isinya sampai habis. Hawa hangat terasa dalam badannya setelah minum air teh, lalu ia menjumput kue dan disikatnya dengan bernapsu. Dari tanya jawab yang berlangsung, Bwee Hiang dapat tahu kalau tuan rumah itu she Phang, lengkapnya Phang Leng cu. Tinggal dalam daerah pegunungan pek-kut-nia sudahtahun bersama istri dan dua anak lelakinya, pekerjaannya berburu binatang yang hasilnya dijual untuk menutup ongkos sehari-hariTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Dua anak lelaki itu kembar." menerangkan Leng cu. "Mereka biasa membantu aku berburu. Tapi belakangan ini sangat malas dan malah ma....." sang istri deliki mata ke arahnya, hingga ia tidak meneruskan omongannya-Leng cu menundukkan kepala seraya menghela napas- Bwee Hiang lihai matanya, dapat melihat kode dari nyonya rumah tadi yang melarang sang suami meneruskan bicaranyasi gadis mengerti karena sudah mendengar percakapan mereka, yang dimaksud Leng cu adalah 'masuk sip sam siao mo'. Si nona menghibur, katanya, "Anak-anak belum dewasa, memang suka menjengkelkan orang tua. Tapi paman, jangan lekas putus asa. Kalau mereka sudah cukup dewasa dan bisa menggunakan pikirannya, sudah tentu tabiatnya akan berubah." "Kau bicara betul, nona. orang tua ini sebagai ayahnya, tidak punya pikiran ke situ. Maunya uring-uringan saja dan menyesalkan si Co dan si Kian tidak berbakti, tanpa memberi nasehat kepada anak-anaknya." kata nyonya rumah"Nona rupanya pandai ilmu silat, maka pedangnya tidak ketinggalan." kata Leng cu, menyimpangkan pembicaraan barusan. "Ah, aku hanya belajar silat kampungan saja." sahut si gadis merendahTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Aku bawa-bawa pedang hanya sebagai teman saja, menghilangkan kesepian dijalanan." "Sebenarnya nona hendak kemana ?" tanya nyonya Leng cu. Bwee Hiang pikir, tidak perlu ia memutar sewajarnya, maka ia menjawab, "Aku keluar bersama teman, tapi dijalanan aku berpisahan untuk suatu urusan. Mungkin temanku itu sudah balik ke suyangtin. Aku hendak pulang ke sana tapi tak menemui jalanan, malah kesasar dan sampai disini-" Leng cu manggut-manggut. "Aku tinggal disini sudah lama, tapi belum pernah pergi sana sini. Maka tidak tahu dimana letaknya suyangtin." berkata ia kepada Bwee Hiang. "Kalau kutahu, tentu aku bisa unjukkan dimana letaknya, meskipun aku tidak mengantar sendiri nona ke sana." Bwee Hiang tadinya hendak menanyakan dimana letaknya suyangtin, tapi tidak jadi karena sekarang sudah mendengar tuan rumah tidak tahu dimana letaknya dusun dari Lima Harimau itu. Hatinya menjadi tidak tentram, kuatir tidak berjumpa pula dengan Kim Wan Thauto dan adik kecilnya Lo In. Tengah ia termenung-menung memikirkan nasibnya, tibatiba pintu digedor secara kasar dari sebelah luar. Tampak nyonya rumah tergopoh-gopoh lari ke pintu dan membukanya. Dua anak muda kelihatannya berjalan masuk- Mukanya sama, perawakannya juga sama. hanya yang jalan belakangan ada sedikit tinggian. Tidak jelek wajah dua pemuda itu, cuma sikapnya kasar terhadap orang tua. Mereka anggap sang ibu yang membukai pintu sebagai pelayannya saja. Malah mereka menyahut kasar sekali ketika ditegur ibunya, kenapa mereka baru pulang sejak pergi kemarin sore. "Ibu untuk apa banyak tanya ?" bentak Teng Co"Apa ibumu tidak boleh menanya ?" balik tanya sang ibu"Pergi dan pulang kami berdua tak usah ditanya, pekerjaan Pedang Keadilan 21 Dewa Linglung 27 Raja Penyihir Sinting Kaum Pemuja Setan 3

Cari Blog Ini