Budi Kesatria 11
Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen Bagian 11 "Persoalan ini sudah berkembang menjadi demikian rupa, rasanya akupun tak usah memperdulikan perbedaan antara laki dan perempuan lagi, pikir Siau Ling dalam hatinya. Ia segera berjongkok, dengan tangan kiri merangkul Wu Yong, tangan kanannya alihkan wajah gadis itu kearahnya, ia lihat sepasang matanya terpejam rapat2, agaknya sedang merasakan suatu penderitaan yang sangat hebat. Pemandangan yang tertera didepan mata pada waktu itu benar2 mengenaskan sekali. Dua orang nenek dan cucu yang satu telah mati sedang yang lain menderita luka parah, sekalipun mereka pernah merasakan kerugian ditangan mereka berdua, namun tak urung membuat hati Siau Ling berdua ikut merasa iba juga. "Peng ji apakah engkau membawa api?" bisik Siau Ling. Pek li Peng gelengkan kepalanya. "Aku rasa nona Wu pasti membawa batu api!" jawabnya. Ia segera menggeledah sakunya, tidak salah dalam saku Wu Yong dia benar2 telah menemukan batu apai dan segera disundutkan. Setelah suasana jadi terang benderang, Siau Ling pun menepuk bebas jalan darah Wu Yong yang tertotok, membuka mulut dara itu dan memeriksa keadaan lukanya. Tampaklah darah dan hancuran daging bergumpal menjadi satu dalam mulut gadis itu, hamper sebagian besar lidahnya sudah hancur. Darah segar mengucur keluar tiada hentinya membasahi ujung bibir gadis she Wu tersebut. "Ooooh... benar2 mengerikan!" seru Pek li Peng sambil menghela napas panjang. Perlahan-lahan Siau Ling melepaskan mulut Wu Yong yang penuh berlepotan darah itu, kemudian ujarnya. "Nona apakah engkau bersedia mendengarkan beberapa patah perkataanku..." Wu Yong alihkan sinar matanya memandang sekejap kearah Siau Ling kemudian mengangguk. Siau Ling berbatuk ringan, kemudian sambungnya lebih jauh. "Luka yang kau derita amat parah, tetapi bukannya berarti bahwa aku tidak mampu untuk selamatkan jiwamu. Hanya saja nona harus mempunyai hasrat yang besar untuk melanjutkan hidupmu itu, dengan begitu aku baru dapat menolong engkau." Sementara pembicaraan masih berlangsung kembali segumpal darah segar mengucur keluar membasahi bibir Wu Yong. Dengan cepat Siau Ling turun tangan menotok duah buah jalan darah diatas leher Wu Yong, kemudian sambungnya lebih jauh, "Nona aku harap engkau suka melindungi hawa murnimu, janganlah sampai mengalami kerusakan kembali," Tiba2 Wu Yong goyangkan tangannya berulang kali, kemudian menuding kearah leher sendiri, seakan2 dia suruh Siau Ling membebaskan jalan darah diatas lehernya yang tertotok. Siau Ling menghela napas panjang, ujarnya. "Nona, engkau sudah kehilangan banyak darah, janganlah membiarkan darah segar mengalir terlalu banyak" Wu Yong goyangkan tangan kanannya berulang kali, biji matanya berputar tiada hentinya seakan2 ia sedang menyuruh Siau Ling secepatnya membebaskan jalan darahnya yang tertotok. Siau Ling dibikin apa boleh buat, terpaksa ia membebaskan jalan darahnya yang tertotok itu. Wu Yong tarik napas panjang2, tiba-tiba ia bangkit berdiri dan berjalan menuju kehadapan Wu popo, kemudian jatuhkan diri berlutut diatas tanah. Walaupun Siau Ling ingin sekali memayangnya bangun, akan tetapi ia merasa tindakanya itu kurang pantas, maka akhirnya dia hentikan gerakan tubuhnya dan berdiri ditempat semula. Wu Yong setelah memberi hormat kepada mayat neneknya, ia segera menyingkap baju luar yang dikenakan oleh Wu popo. Dalam pada itu fajar telah menyingsing, pemandangan dalam kuil dapat terlihat dengan jelas sekali. Dibalik baju yang dikenakan Wu popo penuh berisikan botol2 obat yang tak terhitung jumlahnya. Dari antara puluhan botol obat2an itu Wu Yong menemukan sebuah botol kecil. membuka penutup botolnya dan menuangkan obat tadi kedalam mulutnya yang mana segera ditelan bersama darah yang mengalir keluar. Siau Ling serta Pek-li Peng yang berada dikedua belah sisinya hanya bisa berdiri dengan hati melongo, untuk beberapa saat lamanya mereka belum dapat menentukan apa yang hendak dilakukan oleh gadis itu, maka dibiarkanlah gadis itu berbuat sesuka hatinya. Setelah itu terlihatlah Wu Yong memilih kembali beberapa macam botol kecil dari dalam saku Wu Popo lalu dimasukkan kedalam sakunya, diatas permukaan tanah dia menulis "Aku sudah tak bertenaga lagi untuk mengubur nenekku, tolong kalian berdua suka mengebumikan jenasahnya sebagaimana mestinya, budi kebaikan setinggi gunung ini tak akan kulupakan untuk selamanya!" Membaca tulisan itu, Siau Ling segera mengangguk jawabnya "Meskipun nenekmu mati, akan tetapi sepasang iblis dari wilayah Leng-lam pun berhasil di beresin jiwanya, itu berarti dendam sakit hatinya sudah dituntut balas harap nona jangan terlalu sedih hingga mengganggu kesehatan badanmu, tentang jenasah nenekmu pasti akan kami kebumikan sebagaimana layaknya, tentang soal ini engkau tak usah kuatir" "Terima kasih atas kebaikan kalian berdua" kembali Wu Yong menulis diatas tanah. Selesai meninggalkan pesannya ia segera keluar dari kuil itu dan berlalu dengan cepatnya dari sana. Pek-li Peng yang menyaksikan semua kejadian itu segera berkata dengan sedih, "Ia sedang menderita luka parah, baik tubuh maupun jiwa sedang mengalami penderitaan apabila ia dibiarkan pergi seorang diri apakah tidak terlalu berbahaya ?" biarlah kukejar kembali dirinya" "Aaaaai....! biarkanlah dia pergi" kata Siau Ling sambil gelengkan kepalanya, "mereka sudah terbiasa hidup bersama, kematian neneknya amat memukul perasaan dan batinnya, biarlah dia pergi seorang diri sehingga disuatu tempat yang terpencil dapat menangis sepuas puasnya, hal itu hanya ada keuntungan baginya dan sama sekali tidak merugikan !" "Tetapi dia menderita luka yang sangat parah. Aaai...! seorang gadis muda menderita luka yang demikian parahnya kemudian harus melakukan perjalanan seorang diri di tengah kegelapan kalau tidak ditemani sebenarnya amat kasihan sekali" "Justru karena ia sedang menderita luka dalam yang amat parah maka timbullah semangatnya untuk mempertahankan hidup dan tetap bersikap tabah menghadapi semua perubahan ini, coba kalau ia sama sekali tidak terluka, tak mungkin ia bisa menghadapi pukulan batin yang demikian beratnya ini..." Setelah menyapu sekejap kearah mayat dari Wu popo, sambungnya lebih lanjut "Peng ji, dengarkanlah perkataanku, biarkanlah dia pergi! sekarang kita harus mengubur jenasah dari Wu Popo lebih dahulu" Pek li Peng mengiakan, dua orang itu segera bekerja membuat liang dibelakang kuil kemudin mengebumikan jenasah dari Wu Popo ditempat itu Setelah memandang sekejap kearah mayat dari sepasang iblis itu kembali Siau Ling berkata "Mari kita buat sebuah liang lagi untuk mengubur jenasah dari Leng lam siang mo ini !" "kedua orang itu sudah terlalu banyak melakukan kejahatan biarlah mayat mereka terlantar ditengah hutan, biar mayat mereka jadi santapan anjing2 liar ..." "Mereka toh sudah mati" meskipun semasa hidupnya sudah terlalu banyak kejahatan yang mereka lakukan tetapi setelah mereka mati rasanya kita dengan terlantarnya kedua sosok mayat tersebut ditempat itu, dengan cepaat beritanya akan tersiar lua, kalau sampai diketahui oleh mata-matanya Shen Bok Hong, maka iblis itu pasti akan mengetahui kalau usahanya mengundang kedatangan Wu Popo guna menghadapi kita sudah menemui kegagalan dia pasti akan memikirkan siasat keji lainnya lagi untuk mencelakai kita!" "Perkataan toako sedikitpun tidak salah, nampaknya engkau memang jauh lebih cerdik daripada diriku" Dua orang itu segera bekerja kembali membuat sebuah liang, kemudian mengubur jenasah sepasang iblis dari wilayah Leng lam di saman. Selesai bekerja sambil membersihkan tubuhnya dari debu Pek li Peng berkata "Toako, sekarang kita harus pergi kemana?" Siau Ling termenung sebentar kemudian menjawab, "Lebih baik untuk sementara waktu kita jangan munculkan diri lebih dahulu tapi secara diam-diam menyelidiki gerak gerik dari Shen Bok Hong serta Su Hay kuncu, kita harus berusaha sedapat mungkin untuk lebih banyak mengetahui gerak gerik mereka serta latar belakang mereka, dengan begitu akan jauh lebih mudah untuk mencari akal guna menghadapi kerja sama mereka" "Lalu apakah kita harus menyaru lagi?" "Shen Bok Hong menganggap aku sebagai musuh besarnya yang nomor satu, mata-mata yang disebar olehnya rata2 pasti membawa lukisan tentang wajahku, kalau tidak menyamar maka sulitlah bagi kita untuk meloloskan diri dari pengawasannya" Pek li Peng mengangguk, ujarnya. "Kali ini kita tidak menyaru sebagai toosu tua lagi bukan?"" "Lalu baiknya kita harus menyaru sebagai apa?"" Pek li Peng termenung dan berpikir sebentar, kemudian jawabnya. "Engkau menyamar sebagai seorang pelajar berusia pertengahan, biarlah aku menyamar sebagai kacungnya saja, bagaimana ?" "Wah...! Kalau begitu, engkau bakal menderita rugi?"?" Pek li Peng tertawa manis, serunya. "Engkau toh toakoku..." Bicara sampai disini ia berhenti sebentar kemudian dengan suara sedih ia menambahkan . "Lain kali, kalau engkau kawin dengan nona Gak, janganlah lupa untuk menerima aku sebagai dayangmu" Meskipun ia berusaha untuk menenangkan hatinya, namun tak urung tak berhasil menyembunyikan pergolakan hatinya, sekalipun senyuman menghiasi bibirnya namun air mata jatuh bercucuran dengan derasnya. Siau Ling segera menggenggam tangan gadis itu, ujarnya dengan suara yang amat lembut. "Peng ji, janganlah berkata demikian, kita sudah sering kali menghadapi kesusahan dan bahaya secara bersama-sama, aku tak akan melupakan dirimu untuk selama-lamanya Selama ini Pek li Peng selalu menyembunyikan perasaan cinta dan sayangnya terhadap sianak muda itu didalam hati sekarang ia sudah tak dapat menahan diri lagi sambil menjatuhkan diri kedalam pelukan Siau Ling, gadis itu menangis tersedu-sedu Siau Ling jadi amat terperanjat, sambil mengangkat wajah Pek li Peng, serunya. "Peng ji, dimanakah letak kesalahanku?"" Pek li Peng menangis tersedu-sedu, air matanya jatu bercucuran membasahi seluruh pakaian yang dikenakan sianak muda itu, terhadap pertanyaan tadi dia sama sekali tak menjawab. Siau Ling jadi semakin cemas serunya kembali, "Peng ji, sebenarnya urusan apakah yang telah membuat engkau jadi demikian sedihnya?"" ---oo0dw0oo--- Jilid 19 Pek li Peng menengadah keatas, menyeka air mata yang membasahi pipinya lalu berkata dengan lembut, "Aku bukan sedang merasa sedih, aku merasa amat gembira karena engkau sangat baik terhadap diriku, sedangkan aku sama sekali tidak merasakannya..." Habis berkata, ia lepaskan diri dari pelukan Siau Ling dan mulai menari-nari didalam kuil tersebut. Fajar baru saja menyingsing diufuk sebelah timur, menyoroti wajahnya yang masih basah oleh air mata, membuat wajah gadis itu nampak semakin cantik dan menawan hati. Siau Ling sendiri sambil bergendong tangan, menikmati tariannya yang indah menawan itu. Selesai menari Pek li Peng tiba-tiba meloncat kedepan dan menubruk kedalam pelukan Siau Ling. Sianak muda itu segera merentangkan tangannya dan memeluk tubuh gadis itu sambil ujarnya, "Peng ji tarianmu indah sekali" "Kalau engkau suka, setiap hari aku akan menari dihadapanmu!" "Setelah dunia persilatan aman tenteram, aku pasti akan suruh engkau mengenakan pakaian yang berwarna warni, kemudian menari dengan diiringi tabuhan musik yang merdu...." Pek li Peng mengiakan, setelah melepaskan diri dari pelukan Siau Ling, ia berseru, "Mari kita pergi!" Siau Ling mengajak Pek li Peng memberi hormat lebih dahulu dihadapan kuburan Wu Popo, kemudian berangkat meninggalkan tempat itu, Kemudian tengah hari menjelang tiba, diatas jalan raya menuju kota Tiang sah muncullah seorang pelajar berusia setengah baya serta seorang kacung cilik berbaju hijau. Kedua orang itu bukan lain adalah Siau Ling serta Pek li Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Peng. Terdengar pemuda itu berkata, "Peng ji, kita harus memperhatikan jejak Teng It Lui serta Ceng Yap Ching, apabila jejaknya ditemukan maka kita tak perlu menyapa mereka, melainkan secara diam-diam lindungi saja keselamatan jiwanya" "Racun yang mengeram ditubuh mereka belum lenyap, ilmu silatnya masih punah, andaikata bertemu musuh tangguh, entah bagaimana jadinya?" "Aaai...." Siau Ling menghela napas panjang, "seandainya sepasang iblis dari Leng lam tidak kemaruk harta dan ingin menelan pahala tersebut seorang diri sehingga mereka turun tangan keji terhadap Wu Popo berdua, kitapun belum tentu bisa loloskan diri dari cengkeramannya" "Itulah yang dinamakan orang budiman selalu dilindungi Thian!" jawab Pek li Peng sambil tertawa. "toako jadi orang berperasaan halus, budiman dan suka menolong kaum lemah, tentu saja Thian selalu melindungi keselamatanmu" "Aaai...! Sekalipun begitu, andaikata Leng lam siang mo tidak kemaruk pahala, kitapun tak mungkin bisa lolos dari bahaya maut" Berbicara sampai disini tiba-tiba dia iang mo tidak kemaruk pahala, kitapun tak mungkin bisa lolos dari bahaya maut"gi keselamatanmu"turun membungkam. Dari tempat kejauhan berkumandanglah suara derap kaki kuda yang amat ramai disusul munculnya seekor kuda dari tempat kejauhan. Siau Ling segera alihkan sorot matanya kearah orang itu, ia lihat penunggang kuda tadi berbadan kate, tapi warna hijau yang dikenakannya ditarik kebawah hingga menutupi sebagian besar wajahnya, dengan cepat kuda itu sudah berkelebat lewat dari sisi mereka berdua. Dalam waktu singkat, kuda itu sudah kabur jauh dari sisi tubuh mereka dan lenyap diujung jalan. Sambil memandang kearah lenyapnya bayangan kuda itu, Siau Ling berbisik lirih, "Orang itu sangat pandai menunggang kuda, lagi pula kuda yang ditunggangi juga merupakan kuda jempolan, jelas ia bukan kaum pelancongan bisaa... kita harus lebih waspada!" "Apakah orang itu adalah mata-mata dari Shen Bok Hong?" Tanya Pek li Peng. Siau Ling termenung dan berpikir sebentar, kemudian menjawab. "Sulit untuk dikatakan, sebelum mendapat bukti yang nyata aku tak berani secara sembarangan, akan tetapi kalau kita tinjau dari persoalannya jelas Shen Bok Hong tak akan merasa lega untuk melepaskan sepasang iblis dari wilayah Leng lam itu untuk bergerak sendiri, dibelakang sepasang iblis itu pasti terdapat orang yang mengawasinya.." "Maksud toako, apakah Shen Bok Hong sekalian sudah tahu tentang kematian yang menimpa sepasang iblis dari Leng lam?" sela Pek li Peng. "Soal kematian sepasang iblis itu, mungkin saja mereka tidak tahu, tetapi mereka pasti mengetahui tentang berhasilnya sepasang iblis itu menemukan Wu Popo" "Darimana toako bisa tahu" "Menurut penilaian sendiri, Shen Bok Hong telah menyebarkan mata-matanya disemua pelosok tempat, peristiwa Wu Popo meracuni semua orang yang ada di rumah makan dilakukan dihadapan umum, diantaranya siapa tahu kalau terdapat pula mata-mata dari Shen Bok Hong..." Sesudah berhenti sebentar, ia sambung lebih jauh, "Setiap orang persilatan pada jeri terhadap Shen Bok Hong se akan-akan semua persoalan diketahui olehnya dan semua urusan tak ada yang dilewatkan olehnya, hal ini dikarenakan tugas mata-mata yang dilaksanakan oleh anak buahnya dilakukan terlalu baik, hampir boleh dibilang dalam setiap partai serta perguruan yang ada didalam dunia persilatan pada saat ini terdapat penghianat yang berhasil dibeli olehnya, cuma sayang aku tak dapat mengingat-ingat wajah orangorang itu" "Seandainya semua mata-mata dan penghianat yang diatur oleh Shen Bok Hong berhasil kita lenyapkan, sehingga sama halnya dengan membutakan matanya menulikan pendengarannya, aku rasa tidak sulit untuk menghadapi gembong iblis itu" "Sedikitpun tidak salah, andaikata kita bisa lenyapkan mata-mata yang ia sebar di dunia persilatan dan penghianat dalam tubuh partai besar, ia memang dapat kita bikin tak berkutik, oleh sebab itulah sesudah berjumpa Sun Put Shia locianpwee serta Bu Wi Tootiang, aku hendak ajak mereka untuk merundingkan bagaimana caranya untuk melenyapkan mata-mata dari Shen Bok Hong ini" Pek li Peng termenung beberapa saat lamanya, kemudian berkata, "Aku rasa persoalan ini tidak gampang untuk dilakukan, dimana toako bisa tahu tentang keadaan serta gerakan matamata yang diatur oleh Shen Bok Hong?" "Aku tahu bahwa pekerjaan ini adalah suatu pekerjaan yang sulit dan memusingkan kepala, tetapi bukan berarti tak bisa dikerjakan sama sekali, aku pikir jaringan mata-mata mereka pasti diatur dari suatu markas besar yang tertentu di setiap daerah, asal kita berhasil mengetahui pusat jaringan tersebut maka tidak sulitlah untuk mengacaukan sepak terjang mereka, paling sedikit kita bisa bikin kacau pengawasan mereka hingga info yang diperoleh sama sekali tidak benar" Ia berpaling memandang sekejap kearah Pek li Peng, kemudian sambil tersenyum sambungnya. "Meskipun pekerjaan ini amat penting namun tidak perlu dilakukan terlalu cepat, setelah berjumpa dengan Bu Wi Tootiang sekalian nanti barulah kita rundingkan kembali, aku rasa dengan kecerdasan Bu Wi Tootiang serta luasnya pengalaman dari Sun Put Shia locianpwee, siapa tahu kalau kita berhasil menemukan suatu cara yang jitu?" Pek li Peng mengangguk dan tidak banyak bicara lagi ia segera meneruskan perjalanannya menuju kedepan. Perjalanan yang dilakukan kali ini amat perlahan sekali, selama beberapa hari mereka tidak menemukan kejadian apapun. Sepanjang perjalanan Siau Ling pun tidak berhasil menemukan jejak Teng It Lui serta Ceng Yap Ching. Siang hari itu sampailah mereka disebuah kota kecil dalam distrik Tiangsah hu. Dari letak kota itu Siau Ling tahu bahwa tempat itu merupakan jalur terpenting yang menghubungkan kota Tiang sah, dalam hati segera pikirnya, "Andaikata Teng It Lui serta Ceng Yap Ching sekalian telah berjumpa dengan Bu Wi Tootiang serta menceritakan kejadian yang menimpa kami kepada orang-orang itu, Bu Wi Tootiang serta Sun Put Shia pasti akan kirim orang untuk menelusuri jejakku aku rasa sekarang tidak perlu terburu-buru untuk berjumpa mereka, sebaliknya Shen Bok Hong yang kehilangan jejak dari sepasang iblis dari Leng lam, pasti akan bingung dan kalut sekali, apa salahnya kalau kugunakan kesempatan ini untuk menyelidiki gerak gerik mereka...?"" Berpikir demikian, dia lantas mengajak Pek li Peng memasuki sebuah rumah makan yang paling besar. Ketika itu tengah hari sudah menjelang tiba, delapan bagian kursi dalam rumah makan sudah terisi tamu. Siau Ling yang mempunyai tujuan, diam-diam segera mengawasi setiap tamu yang ada didalam rumah makan tadi. Pada sudut utara dekat jendela duduklah seorang pria baju hijau berusia setengah baya, orang itu paling mencurigakan diantara tamu yang lain, pemuda itu segera mencari tempat yang gampang untuk mengawasi gerak gerik orang itu dan duduk disana. Pelayan menghidangkan air teh, dan Siau Ling pun memesan beberapa macam sayur. Beberapa saat kemudian, sayur telah dihidangkan, sambil bersantap diam-diam Siau Ling mengawasi terus gerak-gerik orang baju hijau tadi. Pria baju hijau itu sama sekali tidak merasakan akan pengawasan ini, dia masih bersantap dan minum arak dengan santainya. Beberapa waktu kemudian Siau Ling telah selesai bersantap, akan tetapi pria baju hijau itu masih tetap duduk tenang ditempat semula, hal ini membuat pemuda itu berpikir "Aku tak dapat duduk termenung terus disini..." Belum sempat ia menghadapi orang itu, tiba-tiba tampaklah seorang bocah dusun sambil membawa sebuah kain panjang berwarna putih berjalan masuk kedalam rumah makan. Diatas kain putih itu tertuliskan empat huruf yang berbunyi: "Siang Thian Hee Su" Membaca tulisan itu, Siau Ling segera menggape bocah dusun itu sambil serunya, "Saudara cilik, silahkan datang kemari" Bocah dusun itu segera datang menghampiri, tanyanya, "Toa ya, apakah engkau mau lihat nasib?" Pek li Peng berpaling, ia lihat bocah dusun itu baru berusia dua tiga belas tahunan, mukanya dekil dengan rambut yang kusut, sedikitpun tidak mirip dengan orang yang pandai melihat nasib, hal ini membuat hatinya jadi keheranan, pikirnya, "Kenapa toako bersedia mempercayai seorang bocah dusun yang belum tahu urusan itu" Apakah ia berhasil menemukan sesuatu yang mencurigakan?"" Ketika tulisan diatas kain itu diperhatikan, ia tidak berhasil menemukan sesuatu yang mencurigakan. Sementara itu , Siau Ling telah berkata, "Tukang ramal cilik, coba lihatlah bagaimanakah nasib peruntunganku?" Tanpa memandang Siau Ling barang sekejappun, bocah itu berkata, "Menurut pengamatanku, wajah anda merupakan wajah seorang pemimpin, hanya sayang tersembunyi tiga mara bahaya, kalau tiga mara bahaya itu tidak dilenyapkan maka selamanya tak dapat unjukkan diri, cuma kepandaianku tidak mencukupi hingga tak mampu untuk menolong engkau hilangkan tiga bua bencana tersebut" "Lalu siapakah yang mampu?"" "Suhuku" "Sekarang, suhumu berada dimana?" "Tidak jauh diluar kota ini!" "Baik!" ujar Siau Ling kemudian sambil bangkit berdiri, "harap saudara cilik suka membawa kau untuk menemui gurumu" Bocah dusun itu segera menggulung kain putihnya dan berjalan lebih dahulu kedepan. Sedang Siau Ling segera mengikuti dibelakangnya. Dalam keadaan demikian terpaksa Pek li Peng mengikuti dibelakang Siau Ling berlalu dari sana. Dari arah belakang suara gelak tawa keras bergema memecah kesunyian, jelas para tamu yang hadir dalam rumah makan itu sedang mentertawakan ketololan Siau Ling yang bersedia ditipu mentah-mentah oleh bocah dusun tersebut. Pek li Peng jadi amat gusar sehingga tanpa terasa berpaling kebelakang dan melotot sekejap kearah orang-orang itu, namun akhirnya ia menahan gusar dan tidak mengumbar hawa amarahnya lagi. Setelah keluar dari kota dan berjalan kurang lebih dua li jauhnya, sampailah bocah dusun itu kedepan sebuah gubuk yang tertutup oleh pohon bambu yang lebat. Pek-li Peng menyapu sekejap sekeliling tempat itu, suasana sunyi senyap tak kedengaran sedikit suarapun, kecuali bocah dusun itu tiada orang yang lain lagi, buru buriu ia maju kedepan menyusul sianak muda itu sambil bisiknya "Benarkah engkau hendak bertemu dengan rukang ramal itu?" Siau Ling tersenyum, sahutnya, "Bersabarlah sebentar, sesaat kemudian duduknya persoalan akan kau ketahui" Sesudah berada didepan rumab gubuk iyu. bocah dusun tadi segera mendorong pintu ruangan sambil berkata, "Suhuku berdiam disini!" Diam diam Siau Ling salurkan hawa murninya bersiap sedia, kemudian selangkah demi selangkah berjalan masuk kedalam gubuk. Ketika ia menengadah keatas, maka tampaklah seorang kakek tua berambut putih berjenggot putih dengan memakai kacamata duduk dibelakang sebuah meja kayu. Meskipun menyamaran yang dilakukan orang itu amat sempurna, namun tak dapat menyembunyikan perutnya yang besar. Sesudah memperhatikan kakek tua itu beberapa saat lamanya, Siau Ling mendehem ringan sambil sapanya, "Saudara Sang!" Kakek tua itu melepaskan kaca matanya dan dan bangkit berdiri, lalu tegurnya nyaring. "Siapa engkau?" "Aku!" jawab Siau Ling sambil melepaskan penyaruannya. Sesudah mengetahui siapakah orang yang berada dihadapannnya, kakek tua itu mendadak jatuhkan diri berlutut diatas tanah. Buru-buru Siau Ling membimbingnya bangun sembari berkata, "Jangan, saudara Sang!" Ternyata kakek tua itu bukan lain adalah penyaruan dari Sie poa emas Sang pat. Sambil melepaskan jenggot dan rambut palsunya, Sang Pat berkata, "Kabar berita tentang tertangkapnya toako oleh Wu Popo begitu tersiar luas, Bu Wi Tootiang serta Sun locianpwee jadi amat terperanjat sekali hingga pada malam itu juga diadakan perundingan, semua jago lihai sudah disebar luaskan untuk mencari jejak toako, sungguh tak nyana toako telah terlepas dari bahaya maut" Siau Ling tertawa ewa, ujarnya, "Caramu ini memang baik, cuma tindakanmu ini hanya bersifat untung-untungan, andaikata aku tidak memasuki rumah makan itu, tetapi secara langsung berangkat kekota Tiang sah shia, bukankah engkau tak bakal bertemu dengan Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo aku?" "Siau te telah membuat dua belas buah kain putih yang disebarkan oleh dua belas orang bocah, mereka tersebar luas diseluruh kota dan rumah makan, dari pagi mereka berjalan sampai senja, aku rasa kemungkinan untuk berjumpa dengan dirimu besar sekali." "Ooooh.....! perkiraannya begitu" kata Siau Ling sambil mengangguk, "kalau begitu tentu saja aku pasti akan berjumpa dengan salah seorang diantara mereka." "Toako" sela Pek li Peng, darimana engkau bisa tahu kalau bocah dusun itu diutus oleh Sang tayhiap?"" Sebelum Siau Ling sempat menjawab, Sang Pat telah keburu berseru, "Dia tentulah nona Pek li Peng bukan?" "Benar darimana engkau bisa tahu kalau aku" seru sang dara. Sang pat tertawa "Aku hanya menduga saja..." Setelah berhenti sebentar, sambungnya lebih jauh "Sebelum diterangkan memang cara kerja ku nampak aneh sekali, padahal setelah dikatakan sama sekali tidak nampak aneh, di atas kain putih itu aku sudah terakan tanda rahasiaku, asal orang yang mengenali tanda rahasiaku itu pasti akan menetahui siapakah aku" "Caramu ini walaupun tidak sulit, namun aku tak menyangka kalau engkau dapat menemukan cara tersebut!" "Siapa yang bertanggung jawab didalam kota Tiang sah?" tanya Siau Ling kemudian. "Saudara Tu serta Bu Wi tootiang" "Lalu Sun Put Shia locianpwee?" "Sun locianpwee dengan memimpin anak murid anggota Kay pang serta beberapa orang jago lihay dari partai Bu tong telah membagi diri jadi empat rombongan untuk mencari jejak Wu Popo" "Teng It Lui serta Ceng Yap Ching telah dilukai oleh racun keji sehingga kepandaian silatnya sama sekali punah. Darimana mungkin mereka dapat menyampaikan kabar berita tersebut dengan begitu cepat?"" "Apakah saat ini Teng It Lui serta Ceng Yap Ching sudah kembali kekota Tiang sah aku kurang begitu tahu jawab Sang Pat, tetapi sewaktu Bu Wi Tootiang menyampaikan berita tersebut kepadaku mereka belum kembali, mendengar berita buruk itu hatiku jadi kacau akupun tak sempat bertanya kepada Bu Wi tootiang ia dapatkan kabar berita tersebut dari mana" "Apakah ada cara lain untuk mengejar kembali Sun locianpwee ?" "Aku rasa Bu Wi tootiang pasti sudah mejanjikan cara berhubungan dengan mereka" "Kalau begitu bagus sekali lebih baik berusahalah secepat mungkin memberi kabar kepada Bu Wi tootiang agar mereka undang kembali Sun Locianpwee serta sekalian para jago lainnya mereka tak usah membuntuti jejak dari Wu Popo lagi" "Apakah Wu Popo telah mati ditangan toako ?" "Wu popo yang berada dalam keadaan luka parah telah menemui ajalnya ditangan sepasang iblis dari Leng-lam !" "Dan sepasang iblis dari Leng-lam ?" "Iblis-iblis itu berhati keji dan bahaya kalau dibiarkan hidup lebih lanjut, karena itu aku telah membinasakan mereka berdua !" "Apakah toako hendak menjumpai Bu Wi Tootiang ?" "Untuk sementara waktu lebih baik jangan bertemu lebih dahulu dengan dirinya, aku ingin secara diam diam menyelidiki gerak gerik dari Shen Bok Hong" Sesudah berhenti sehentar, sambungnya lebih jauh: "Apakah kalian sudah mendengar berita tentang kerja samanya Shen Bok Hong dengan Su hay kuncu ?" "Sudah mendengar kabar beritanya, cuma tidak begitu jelas !" "Bagaimanakah gerak gerik anak buah Shen Bok Hong dihari-hari belakangan ini?" "Beberapa hari berselang, Shen Bok Hong pernah munculkan diri satu kali dikota Tiang sah, tapi dalam sekejap mata lenyap tak berbekas, entah ia sudah menyembunyikan diri kemana" orang2 dari pihak perkampungan Pek hoa-san cung kadang2 melakukan pula suatu pergerakan, tapi dua hari belakangan ini mendadak jadi sepi dan tiada gerakan2 seperti dihari hari biasa" Siau Ling mengangguk dan berkata "Mungkin mereka sedang menantikan kabar berita dari Wu Popo serta sepasang Iblis dari Leng lam.." Sesudah termenung berpikir beberapa saat lamanya, dia menyambung lebih jauh "Menurut dugaanku, disekitar wilayah Tiang-sah ini Shen Bok Hong pasti mempunyai suatu kantor cabang yang tersembunyi letaknya, semua jaringan mata2 yang tersebar disekitar ratusan li disekitar tempat ini pastilah dikendalikan dan kantor cabang tersebut, siapa tahu kalau gembong iblis itupun bersembunyi disitu.." Berbicara sampai disini, tiba tiba ia termenung dan membungkam dalam seribu bahasa. "Maksud toako....?" seru Sang Pat; "Andakata kita bisa lenyapkan kantor cabangnya didaerah Tiang sah tersebut, berarti pula kita sudah kecil mata Shen Bok Hong bagi wilayah sekitar seratus li ditempat ini, sekalipun kantor cabang tersebut tak usah kita usik, asalkan bisa sudah tahu letak markasnya aku rasa tidak susah untuk mengendalikan gerak mereka dan bilamana perlu kita bisa jebak mereka dengan siasat" "Pendapat toako benar2 mengagumkan, siaute pasti akan rundingkan persoalan ini dengan Bu Wi tootiang setelah berjumpa muka nanti, kemudian mengirim orang untuk mengobrak abrik sarangnya" ''Baik! kita bekerja secara terpisah, aku serta Peng ji akan tetap berusaha untuk menyusup masuk kekota Tiang sah!" "Setiap saat perlukah siau te utus orang untuk berhubungan dengan toako....?" "Apabila tidak terlalu penting, lebih baik jangan terlalu sering mengadakan kontak, ketahuilah orang2 dari pihak perkampungan Pek hoa san-cung bukannya sama sekali sudah berherti bergerak, hanya saja dari posisi terang sekarang mereka pindah keposisi gelap, hingga gerak geriknya jauh lebih rahasia, karena itulah aku harap kedatangan Siau heng ketempat ini jangan sampai diketahui oleh muereka, lebih baik lagi kalau engkau memberikan bisikan kepada Bu Wi tootiang serta saudara Tu agar jangan terlalu banyak orang yang mengetahui akan persoalan ini daripada rahasia kita bocor..karena hanya tindakan yang sangat rahasialah baru bisa membuat Shen Bok Hong kalang kabut dan kelabakan sendiri" Sang Pat hanya membungkam terus, ia merasa pcrpisahannya selama beberapa bulan dengan pemuda tersebut telah membuat Siau Ling jauh lebih berpengalaman dan matang daripada dahulu, caranya mnengatur siasatpun tidak kalah dengan jago pengalaman lainnya maka ia lantas menyahut, "Siau te akan mengingatnya!" Siau Ling berpaling dan memandang sekejap kearah bocah dusun itu, ujarnya lebih jauh "Bocah ini adalah kunci yang paling penting didalam memegang rahasia ini. tetapi sudah tentu kita tak boleh lenyapkan dirinya dengan begitu saja, hadiahkan saja beberapa tahil emas murni dan suruh dia secepatnya pindah dari tempat ini" "Toako tak usah kuatir, siau te akan menyelesaikan tugas ini sebaik2nya" Siau Ling segena mengenakan kembali jenggot palsu dari peyamarannya, kemudian berpesan kembali "Saudara Sang, engkau tidak diperkenankan mencelakai jiwa bocah dusun ini!!" "Baiklah siau-heng akan berangkat lebih dahulu!" Sang Pat membuntuti dibelakang Siau Ling dengan suara lirih dia segera menerangkan bagaimana caranya mengadakan kontak rahasia dengan Bu Wi Tootiang. Siau Ling berhenti, menunggu ia sudah menyelesaikan kata-katanya pemuda itu baru mengangguk dan berkata "Bagus sekali, akan kuingat selalu!" Sang Pat tersenyum, ujarnya kemudian "Rumah makan Hui-Sian loo dikota Tiang sah serta kebun teh Jit ci-The wan selama ini merupakan tempat yang sering kali dikumnjungi orang2 dari perkumpulan Pek-hoa.san cung "Baik! kami akan pergi mengunjungi kedua tempat itu lebih dahulu" "Sang Pat segera memberi hormat "Siau-te tak akan mengantar lebih jauh.." serunya. Siau Ling ulapkan tangannya, dengan langkah lebar bersama Pek li Peng dia segera berlalu dari situ. ---ooo0dw0ooo--- DENGAN melalui jalan raya mereka berangkat langsung menuju kekota Tiang sah. Suatu ketika tiba2 Pek ii Peng merasa perjalanan mereka dibuntuti orang, ia segera berpaling kebelakang ternyata sedikitpun tidak Salah seorang pria setengah baya memakai pakaian ringkas warna hitam yang ketat sedang membuntuti dibelakang mereka kurang lebih pada jarak tiga empat tombak, baru saja ia akan memberitahukan perbuatan ini kepada Siau Ling, sianak muda itu sudah keburu berkata "Peng ji jangan melihat kearah mereka, anggaplah se-olah2 sama sekali tak tahu akan kejadian tersebut" "Oooi...kiranya dia sudah tahu! " pikir Pek-li Peng didalam hati. Agaknya Siau Ling sudah mempunyai rencana yang matang, dia langsung menuju kearah jalanan dalam kota yang paling ramai. Sesudah melewati dua buah jalan besar, dan kejauhan tampaklah sebuah merek papan nama yang besar, pada papan nama itu tertera empat tulisan yang berbunyi Kebun teh Jit ci-teh wan. "Oooh....rupanya dia sudah mengetahui akan jalan ditempat ini" kembali Pek-li Peng berpikir, "aku masih mengira dia sengaja berjalan sesuka hatinya..." Siau Ling menengadah kedepan ia lihat kebun teh Jit-citehwan luas sekali, setelah masuk pintu gerbang sampailah mereka didalam suatu halaman yang sangat luas. bunga aneka warna tumbuh di-mana2, meja dengan kursi bambu teratur sangat rapih. Didepan pintu berdirilah seorang pelayan baju hijau bertopi kcil, sambil memberi hormat katanya "Apakah kalian berdua akan duduk didalam?" Siau Ling mengangguk. "Harap membawa jalan!" "Engkau terlalu merendah, hamba tak berani menerimanya! Dengan membawa kedua orang itu pelayan tadi berjalan menuju kesudut barat laut, dan berhenti disuatu meja yang dikelilingi pot pot beraneka ragam bunga. Siau Ling menyapu sekejap sekeliling tem pat itu. Ia lihat ditengah halaman yang begitu luas sudah ada enam bagian tempat itu sudah ada enam bagian tempat duduk diisi oleh para tetamu yang berjumlah hampir lima puluh orang lebih. Ada banyak diantaranya hanya memesan secawan teh wangi sambil minum sambil membaringkan diri dikursi malas, benar2 nampak amat santai, ada pula beberapa diantaranya memesan beberapa macam sayur dan sepoci arak. Rupanya kebun teh Jit ci teh wan tersebut juga merangkap sebagai rumah makan. Sambil mengawasi keadaan disekitar tempat itu, Siau Ling segera bertanya: "Pelayan apakah disebelah belakang kebun sana masih ada tempat duduk. . ?" "Ada, kebun teh Jit ci teh wan kami ini semuanya terdiri dari tiga buah halaman luas, kecuali ruangan bagian dalam masih ada tiga halaman lainnya lagi, jadi andaikata semua kursi didalam kedua teh Jit ci teh wan ini penuh maka jumlahnya kurang lebih ada seribu orang lebih." Siau Ling tertawa ewa katanya "Sudah lama aku mendengar tentang nama besar dari kebun teh Jit ci teh wan ini setelah ini hari melihat sendiri ternyata memang luar biasa sekali" "Kalian berdua harap duduk sebentar ! aku akan menyiapkan air teh untuk kalian berdua!" "Tunggu sebentar" Pelayan itu berpaling dan bertanya "Toa ya masih ada pesan apa lagi ?" "Nama besar kebun teh Jit ci teh wan sudah amat tersohor diseluruh kolong langit aku ingin sekali meninjau kedalam apakah keinginanku ini dapat dikabulkan ?" "Aaah ! ucapan toa ya terlalu serius" seru pelayan teh itu, sambil tertawa, "kebun Teh Jit ci teh wan adalah tempat untuk berdagang yang memakai aturan tamu ingin minum teh dalam ruang manapun boleh bebas mengikuti seleranya masing masing, tentu saja, boleh " "KaIau memang begitu harap engkau suka membawa jalan bagiku" Pelayan teh itu segera gelengkan kepalanya berulang kali. "Dalam setiap halaman dalam kebun teh Jit ci teh wan ini dilayani oleh para pelayan yang berbeda2 aku hanya bertugas melayani ruangan paling depan saja" "Sebuah kebun teh mempunyai peraturan yang begini ketat, kejadian ini benar2 luar biasa sekali'' pikir Siau Ling didalam hati, "bagaimanapun juga aku harus selidiki dengan seksama..!" Berpikir demikian diapun lantas berkata "Terima kasih atas petunjukmu itu!" Perlahan lahan ia berjalan maju kedepan. Selama ini Pek li Peng membungkam terus dalam seribu bahasa, melihat Siau Lingg berlalu diapun segera mengikuti dibelakang tubuhnya. Sesudah melewati halaman yang penuh dengan tumbuhan bunga itu mereka melewati sebuah pintu dan sampailah disebelah ruangan yang dilengkapi dengan barang barang yang nampak jauh lebih mewah. Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Sekeliling ruangan itu berwarna putih, meja dengan kain putih, kursi berwarna putih hingga mangkuk teh, poci teh semuanya berwarna putih salju. Kecuali pakaian yang dikenakan para tamu, boleh dibilang dalam ruangan ini tidak ditemukan warna kedua. Dalam hati kecilnya Siau Ling lantas berpikir "Didepan sana disebut tenda teh, tempat ini merupakan ruangan pertama... mungkin di sinilah yang dinamakan ruang depan?" Sementara dia masih berpikir, seorang pelayan berbaju putih telah maju menghampiri mereka sambil berkata "Saudara berdua silahkan duduk!" Siau Ling alihkan sorot matanya kearah pelayan itu, usianya kurang lebih dua puluh tiga, empat tahunan, berbaju putih, ikat kepala putih dan tidak nampak pandai bersilat. Maka diapun lantas berkata "Apakah tempat ini adalah ruang depan!" "Sedikitpun tidak salah, apakah kek koan berdua akan menuju keruang tengah?" Mendengar ucapan itu Siau Ling kembali berpikir "Ada ruang depan ruang tengah tentu ada pula ruang belakang, bersama dengan tenda teh maka jumlahnya memang genap jadi empat bagian...." Sementara itu sang peayan baju putih telah berkata "Silahkan lewat disini!" Sambil memberi hormat ia segera membawa jalan menuju kedepan. Sesudah melewati sudut ruang depan sampailah mereka didepan sebuah pintu berbentuk bulat, kemudan mereka harus melewati sebuah jalan beralaskan batu putih yang di kedua belah sisinya penuh dengan pot pot bunga yang menyiarkan bau harum. "Ruangan depan sudah begini megah apalagi ruangan tengah, tentu tempat itu jauh lebih mewah lagi...." pikir Siau Ling. Pelayan baju putih itu mengantar Siau Ling berdua melewati lorong beralas batu putih itu, setelah mencapai pada ujung jalan ia segera berkata lirih "Silahkan . .!" tanpa banyak bicara pelayan itu balik kembali keruang depan. Diluar wajahnya Siau Ling bersikap seolah olah sama sekali tak ada urusan apapun, perlahan2 ia masuk kedalam ruangan padahal dalam hati kecilnya dengan penuh seksama memperhatikan setiap benda yang ada didalam ruangan itu. Secara tiba2 dia merasakan bahwa keadaan bangunan serta ruangan disitu seakan akan pernah dilihat olehnya disuatu tempat, hanya saja ia lupa pernah melihatnya dimana. Selesai melewati jalanan beralaskan batu putih itu, mereka naiki anak tangga batu dan sampailah diruang tengah. Pemandangan dalam ruang tengah jauh lebih megah, keempat belah dindingnya berwarna kuning emas, meja kursi berwarna kuning dan keenam tujuh orang pelayanpun memakai baju warna kuning. Sebelum masuk kedalam pintu ruangan seorang pelayan telah menyambut kedatanga? mereka dengan penuh hormat. Pek li Peng alihkan sorot matanya mengawasi sekeliling tempat itu, ia lihat ditengah ruangan yang lebar hanya berisikan lima enam belas buah meja belaka, diantaranya ada tiga buah meja yang sudah berisi orang dan itupun tamu yang ada cuma empat belas orang belaka. Siau Ling segera mendehem, lalu bertanya: "Kalau ingin menuju keruang belakang, aku harus lewat mana?" Pelayan itu nampak agak tertegun, kemudian sambil mengawasi Siau Ling berdua serunya "Kalian berdua adalah...." "Kami hanya secara kebetulan saja lewat ditempat ini, karena sudah lama mendengar akan nama besar dari kebun teh Jit ci-teh wan, maka sengaja kami datang untuk mengunjunginya" "Oooh...! kedatangan saudara berdua sangat tidak kebetulan" ujar pelayan itu sambil tertawa. "Kenapa?"" "Ruangan belakang sudah penuh, terpaksa kalian berdua harus kembali Lagi kemari besok agak lebih pagian!" "Kebun teh Jit ci-teh wan ini diiengkapi dengan kemewahan, mungkin selapis lebih kedalam keadaan ruangannya semakin megah, entah bagaimanakah macam ruang belakang" bagaimanapun juga aku harus berusaha untuk memasukinya!" pikir Siau Ling didalam hati. Berpikir sampai disini ia lantas mengawasi keadaan dalam ruangan itu dengan seksama. Tiba2 ia saksikan warna emas diatas dinding ruangan, serta gorden dan meja kursi yang ada disitu ketihatan se akan2 masih baru dan dipergunakan belum lama, satu ingatan dengan cepat berketebit didalam benaknya. "Engkau adalah...." "Oooh! tidak berani, hamba hanya seorang pelayan yang melayani sayur dan teh ditempat ini" "Sudah lama engkau bekerja disini?" Pelayan itu nampak tertegun, kemudian bukan menjawab dia balik berkata : "Apakah kek-koan seringkali berkunjung kemari ?" "Kebun teh Jit-ci-teh wan ini kelihatannya rada aneh aku harus menggunakan akal untuk menggertak dirinya pikir Siau Ling didalam hati. Berpikir demikian diapun berkata: "Satu tahun berselang aku seringkali berkunjung kesini kenapa pada waktu itu aku tak pernah berjumpa dengan dirimu ?" Pelayan baju kuning itu memutar sepasang biji matanya lalu menjawab: "Hamba baru tiga bulan lamanya bekerja disini !" "Sekalipun Shen Bok Hong mempunyai sarang rahasia lain didalam kota Tiang sah ini kemungkinan juga kebun teh Jit citeh wan itu adalah salah satu sarang rahasianya", pikir Siau Ling didalam hati, "apalagi kebun teh Jit ci teh wan merupakan tempat tersohor dikota Tiang sah yang seringkali dikunjungi orang persilatan tempat ini memang merupakan suatu tempat yang sangat baik untuk menyadap pembicaraan orang serta mencari berita .. .aku harus selidiki tempat ini baik baik...." "Kalau memang ruang belakang tak ada tempat, baiklah kami akan duduk dalam ruangan tengah saja!" "Kek-koan berdua silahkan duduk", ujar pelayan baju kuning itu sambil memberi hormat. Siau Ling masuk kedalam ruang tengah dan memilih satu tempat lalu duduk. Sinar matanya menyapu sekeliling tempat itu, ia lihat diruangan yang luas itu berisikan enam belas meja, tiga diantaranya sudah diisi tamu yaitu satu meja diisi dua orang saja sedangkan dua meja lamanya masing2 ditempati enam orang. Ruang besar diisi tamu yang sedikit, suasana terasa amat sepi dan tenang, ditambah pula pembiearaan orang2 itu amat lirih membuat suasana terasa santai dan tenang. Pelahan lahan pelayan baju kuning itu maju menghampiri, lalu bertanya dengan suala lirih "Kekkoan berdua akan pesan apa?" "Sediakan dahulu dua cawan air teh Liong keng!" Pelayan baju kuning itu mengiakan, setelah menuju kesudut ruangan dia menyingkap sebuah horden warna kuning dan berjalan masuk kedalam. Diluar Siau Ling masih tetap bersikap santai, seolah2 tidak pernah terjadi suatu apapun, sementara secara diam2 ia perhatikan terus semua gerak gerik dan pelayan tadi. Beberapa saat kemudian pelayan baju kuning muncul kembali sambil membawa sebuah baki yang berisi dua cawan air teh, lalu dihidangkan didepan Siau Ling serta Pek-Li Peng. Sejak mendapat serangan bokongan dari Wu popo sikap Siau Ling maupun Pek-li Peng telah berubah jadi sangat hati2, sianak muda itu memandang sekejap kearah air teh dalam cawannya lalu berkata, "Pelayan, sediakan secawan air teh lagi!" Pelayan baju kuning itu tertegun. kemudian serunya "Kek-koan, kalian toh cuma dua orang buat apa engkau pesan tiga cawan air teh?" "Aku mempunyai sesuatu kebiasaan aneh yaitu tidak minun air teh yang dihidangkan pertama kali!" Pelayan baju kuning itu mengiakan, ia segera siapkan secawan air teh lagi. Sesudah menerima air teh baru itu Siau Ling mendorong cawan air teh yang berada dihadapannya itu kehadapan orang baju kuning itu kemudian katanya: "Pelayan bagaimana kalau engkau menemani aku untuk minum secawan air teh....?"" "Hamba tidak berani!" "Tidak menjadi soal tamu mengundang minum sekalipun sang taukee mengetahui juga tak jadi soal pokoknya engkau tak akan dimarahi!" Pelayan baju kuning itu termenung sebentar kemudian sahutnya dengan suara Iirih "Aah benar apakah kek-koan menaruh curiga kalau dalam air teh ini terdapat kotorannya ?" Tidak menampik lagi ia menerima cawan air teh itu dan segera meneguk habis isinya setelah itu sambil memberi hormat diri segera mengundurkan diri dan sana; Dengan tajam Siau Ling mengawasi terus pelayan baju kuning itu dia lihat setelah orang itu masuk kedalam ruangan lama sekali belum nampak juga munculkan diri kembali dengan ilmu menyampaikan suara segera serunya : "Peng ji setelah masuk kedalam ruangan pelayan itu tak pernah memunculkan diri kembali, hal ini membuktikan kalau dalam air teh ada setannya. setelah siasat mereka ketahuan aku duga mereka pasti tak akan berpeluk tangan dengan begitu saja, setelah siasatnya gagal mereka pasti akan menggunakan siasat yang lebih keji untuk menghadapi kita, marilah kita makan siasat mereka itu dan berusaha menyusup masuk kedalam! aku rasa dengan kecerdasan otakmu engkau pasti sudah memahami bukan tanda rahasia yang pernah di terangkan oleh Sang Pat tadi " nah sekarang engkau keluarlah dahulu dari sini dan tunggulah diluar, kalau dalam sepertanak nasi lamanya aku masih belum juga unjukkan diri maka pergilah bergabung dengan mereka dan tuturkan apa yang telah terjadi kepada mereka" Pek-li Peng mengerutkan dahinya seperti mau membantah, tapi akhirnya ia tetap bersadar diri, bangkit berdiri dan memberi hormat lalu berlalu dari sana. Memandang bayangan punggung dan Pek li Peng sudah lenyap dari pandangan, Siau Ling baru menggape lagi kearah seorang pelayan Pelayan baju kuning yang lain buru2 maju menghampiri sambil bertanya lirih "Kek koan, ada pesan apa?"" Sengaja Siau Ling memandang sekejap ke arah orang itu, kemudian serunya keheranan: "Aku rasa tadi bukanlah engkau yang melayani kami?" "Toh sama saja...! kek-koan mau apa?" katakan saja!" Siau Ling tertawa ewa, kemudian menjawab "Aku hendak menanyakan satu persoalan dengan pelayan yang melayani diriku tadi!" "Urusan tentang kebun teh Jit ci-teh wan ini aku mengetahui paling banyak, apa yang ingin kau tanyakan" katakan saja!" Siau Ling segera angkat cawan air tehnya dan berkata "Baiklah! kalau begitu silahkan minum secawan air teh ini!" Pelayan baju kuning itu nampak tertegun, kemudian katanya "Peraturan dalam kebun teh kami tidak memperkenankan berbuat demikian hamba ti dak berani!" Siau Ling tersenyum. "Tidak mengapa" katanya. "minum saja air teh ini!" Pelayan itu siap hendak mengundurkar diri tapi segera kena ditangkap oleh Siau Ling dan diseret ketempat duduknya kemudian memaksa orang itu untuk meneguk air teh dalam cawannya itu. Meskipun para tamu dalam ruangan itu melihat bagaimana Siau Ling menarik tangan pelayan baju kuning itu, namun berhubung pembicaraan mereka dilangsungkan dengan suara lirih dan tidak minip orang yang sedang cekcok, tentu saja tak ada orang yang mengurusi lagi. Begitulah kejadian semacam itu berulang terus sampai beberapa kali, tidak selang beberapa saat kemudian kelima orang palayan baju kuning yang melayani ruangan tersebut sudah dicekoki Siau Ling dengan secawan air teh hingga terpaksa orang2 itu mengundurkan diri kedalam ruang belakang dan tak pernah muncul kembali. Menyaksikan orang2 itu lebih rela minum teh racun daripada ribut2 dengan dirinya, Siau Ling segera berpikir didalam hati "Mungkin dalam kebun teh ini memang ada peraturan semacam ini untuk menghindari percekcokan sehingga terjadi kehebohan dan urusan pun sampai tersiar diluaran, rupanya mereka lebih rela minum teh racun daripada nibut dengan orang ....." Sementana ia masih berpikir tiba tiba horden tersingkap dan muncullah seorang pria setengah baya berbaju kuning langsung menghampiri dirinya, sesudah memberi hormat ia berkata "Pelayan kami masih muda belia dan tak mengerti urusan, sekarang atas kesalahan yang telah dilakukan itu mereka sedang dicaci maki oleh taukee kami, tapi lima orang pelayan telah menyalahi engkau semua kejadian ini benar benar membuat aku tak habis mengerti...." "Ada apa ?" seru Siau Ling sambil tertawa ewa. "Kami orang yang membuka rumah makan bertemu orang harus membawa senyuman dibibir aku tak habis mengerti kesalahan apakah yang telah dilakukan terhadap dirimu..." cuma saja... dalam gusarnya kemungkinan besar majikan kami Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo bisa memecat kelima orang pelayan itu, urusan menyangkut masalah kehidpan mereka oleh karena itu aku harap....." "Urusan ini toh persoalan kebun teh Jit ci teh wan kalian sendiri, apa sangkut pautnya dengan diriku?" tukas Siau Ling cepat. "Tentu saja sama sekali tak ada sangkut pautnya dengan dirimu, cuma saja urusan ini toh timbul lantaran engkau, karenanya aku harap engkau suka mintakan ampun buat kelima orang pelayan ini" "Hmmm! siasat yang begitu sederhana juga hendak dipergunakan dihadapanku?" diam2 Siau Ling memaki dalam hatinya. Sesudah berpikir sebentar, tanyanya "Apakah aku mampu untuk menolong mereka?"" "Untuk melepaskan belenggu harus dilepaskan oleh orang yang memasangnya sendiri, meskipun engkau tidak kenal dengan majikan kami, tetapi dengan kehadiranmu sendiri maka perkataanmu pasti akan jauh lebih manjur" "Undang keluar majikanmu biar aku terangkan kepadanya disini juga" "Majikan kami sedang gusar, aku tidak berani berbicara dengan dirinya, karena itu terpaksa harus merepotkan engkau untuk berkunjung sebentar kesana...." Siau Ling segera bangkit lalu bertanya "Saat ini majikanmu berada dimana ?" "Sekarang ia berada diruang dalam !" "Kalau memang majikanmu tak mau berkunjung datang kemari terpaksa aku harus pergi kesitu sendiri" "Engkau begitu besar hati andaikata kau adalah orang Bu lim maka dirimu pastilah seorang pendekar yang besar!" kata pria baju kuning itu kemudian sambil berjalan lebih dahulu, Siau Ling tertawa ewa "Aku hanya seorang manusia gelandangan yang berkelana didunia tanpa tempat tinggal tetap, aku bukanlah seorang pendekar besar seperti itu " sambil mengikuti dibelakangnya diam diam Siau Ling berpikir dalam hati kecilnya. "Mereka dapat melepaskan racun dalam air tehku itu berarti bahwa mereka ahli dalam hal racun aku harus bersiap sedia menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan" Berpikir sampai disitu sepasang tangannya segera dimasukkan kedalam saku diam-diam mengenakan sarung tangan kulit ularnya. Setelah berada didepan pintu masuk pria baju kuning itu menyingkap kain horden sambil berkata "Saudara silahkan masuk kedalam" Diam diam Siau Ling mengepos tenaga mempersiapkan diri kemudian selangkah demi selangkah masuk kedalam ruangan. Setelah melewati sebuah lorong sempit yang panjangnya mencapai beberapa tombak sampailah pemuda itu pada ujung lorong yang merupakan sebuah pintu besi. "Sahabat silahkan masuk kedalam", dari balik pintu berkumandang datang suara teguran dingin. Siau Ling melongok kedalam ia lihat ruangan itu remang dengan sinar yang redup membuat pandangan disitu tidak nampak jelas tetapi dengan andalkan nyalinya yang besar serta kepandaian silatnya yang tinggi dengan langkah tegap ia berjalan masuk kedalam. Baru saja ia melangkah masuk kedalam pintu, segulung desiran angin tajam menyambar lewat dari sisi tubuhnya, dan laksana sambaran kilat cepatnya langsung menghajar jalan darah Tiong ho hiat diatas badannya. Siau Ling sambil miringkan badan segera menerobos masuk kedalam, ia membiarkan badannya kena tersambar oleh ujung jari lawan, kemudian tarik napas panjang dan pura-pura roboh keatas tanah. Terdengar suara gelak tentawa yang amat nyaring berkumandang memecahkan kesunyian "Haaah....haaah...haaah... kita sudah menilai terlalu tinggi terhadap dirinya!" Diam2 Siau Ling meliirk sekejap kearah orang yang barusan melancarkan serangan totokan terhadap dirinya itu, ia saksikan orang tersebut mengenakan jubah warna hitam dan dia bukan lain adalah murid tertua dari Shen Bok Hong yang bernama Tan Hiong Ciang. Seorang lelaaki berjubah hitam berkerudung kain hitam mengikuti dibelakang tubuh orang she-Tan tersebut. Siau Ling dengan sorot mata yang tajam segera mengawasi orang baju hitam itu, walaupun cahaya dalam ruangan remang2 akan tetapi ia menyaksikan kesemuanya itu dengan jelas, ia merasa pakaian jubah hitam yang dikenakan itu terlalu ketat, terutama sekati kain kerudung hitam yang menutupi kepalanya, boleh dibilang tidak keruan. Kejadian itu mencengangkan hatinya, segera pemuda she Siau itu berpikir "Dandanan orang ini benar2 luar biasa sekali, kalau dikatakan ia sedang menyaru maka boleh dibilang penyaruannya itu adalah penyaruan yang terjelek dikolong langit" Dalam pada itu terdengar manusia jubah hitam itu mendehem ringan dan berkata "ilmu silat yang dimiliki sau cungcu benar2 amat sempurna, totokan jarimu itu cepat bagaikan sambaran kilat, sekalipun seseorang memiliki ilmu silat sangat lihaypun tak akan mampu untu meloloskan diri" "Taysu terlalu memuji" jawab Tan Hiong Ciang " bukannya ilmu silat yang kumiliki terlalu tinggi, sebenarnya kitalah yang sudah menilai orang ini terlalu tinggi" "Bagus sekali" batin Siau Ling, " rupanya dia adalah seorang hweesio, tidak aneh kalau pakaian yang dikenakan olehnya luar biasa sekali" Terdengar manusia berjubah hitam itu berkata kembali "Pinceng tak dapat berdiam terlalu lama disini, aku hendak mohon diri terlebih dahulu, semoga saja bilamana sau cungcu berjumpa dengan Shen Toa cungcu sampaikanlah perkataanku tadi" "Taysu tak usah kuatir, bilamana aku berjumpa dengan guruku malam nanti pasti akan kusampaikan perkataan dari caysu itu" "Kalau memang begitu pinceng mohon diri terlebih dahulu " kata orang baju hitam itu sambil memberi hormat. Tan Hiong Ciang balas sambil hormat dan berkata kembali "Suhu telah berkata, bilamana dunia persilatan sudah berada dibawah kekuasaannya maka taysulah ciangbunjin Siau Lim!" "Semoga sau cungcu suka membantu dari samping, sekalian sampaikan salam Pinceng untuk Toa cungcu!" habis berkata orang baju hitam itu segera berlalu. Menungu orang itu sudah lenyap dan pandangan mata Tan Hiong Ciang baru menggape kearah tempat kegelapan dan muncullah dua orang pria kekar yang segera menggusur Siau Ling menuju keruang rahasia yang lain. Setelah menyaksikan dan mendengar apa yang barusan terjadi mengertilah Siau Ling bahwa kebun teh Jit ci teh wan adalah salah satu markas dari Shen Bok Hong, akan tetapi bukan merupakan tempat penting jika didengar dari pembicaraan Tan hong Ciang barusan rupa-rupanya Shen Bok Hong berdiam ditempat lain. Ia lihay dan bernyali besar dibiarkannya sang badan digotong masuk oleh kedua orang pria kekar itu kedalam sebuah ruangan rahasia. Ruang rahasia itu besarnya menyerupai kamar biasa cuma suasananya gelap gulita Tan Hiong Ciang mengikuti dibelakang tubuh dua orang pria yang menggotong tubuh Siau Ling setelah berada didalam kamar ia segera berseru "Pasang lampu lentera aku hendak memeriksa manusia keparat ini" Pria yang ada disebelah kiri segera mengiakan dan memasang lampu, dalam waktu singkat suasana dalam ruangan itu sudah berubah jadi terang benderang. Siau Ling melirik sekejap kearah sekeliling ruangan itu, dalam hati segera pikirnya "Mungkin tempat ini merupakan ruang siksa yang biasa digunakan oleh mereka untuk memeriksa tawanannya...." Tampaklah Tan Hiong Ciang menutup pintu besi lalu mengirim satu pukulan keatas badannya. Siau Ling tahu bahwa dia hendak membebaskan jalan darahnya, karena itu badannya sama sekali tidak bergerak. Setelah pukulan tadi menghajar bahu Siau Ling, pemuda itu segera berpura2 baru saja bebas dari pengaruh totokan. Kedua orang pria kekar itu memuntir lengan Siau Ling dan berdiri tegak dibelakang tubuhnya. Siau Ling sama sekali tidak melawan, ia biarkan tangannya dipuntir kebelakang namun hawa murninya diam2 sudah disebarkan mengelilingi seluruh tubuhnya. Terdengar Tan Hiong Ciang berseru dengan dingin "Saudara nyalimu benar2 amat besar !" Siau Ling melirik sekejap kearah Tan Hiong Ciang, lain sambil pura-pura kebingungan katanya "Aku toh sama sekali tiada ikatan dendam ataupun sakit hati dengan kalian semua, perselisihanpun tak pernah terjadi, mengapa kalian bersikap demikian terhadap diriku " sebenarnya apa maksud kalian ?"" Tan Hiong Ciang tertawa dingin kemudian berkata Dihadapan orang budiman tak usahlah bicara bohong, dalam sepasang mata aku orang she-Tan belum pernah kemasukan sebutir pasirpun kalau sahabat tidak ingin merasakan siksaan badan lebih baik jawablah sejujurnya semua pertanyaanku !" "Apa yang harus kukatakan ?" "Apa yang kutanyakan jawab dengan sejujurnya, ingat ! jangan coba-coba berbohong" "Ajukanlah pertanyaanmu asal aku tahu pasti akan kujawab dengan sejujurnya !" "Siapa namamu " apa julukanmu " mau apa datang kemari " mendapat perintah dari siapa ?" "Aku bernama Ciau Tong dalam persilatan punya sedikit nama aku datang kemari karena sedang berpesiar dan kedatanganku adalah muncul dari hati serta keinginanku sendiri" "Ciau Tong ?" gumam Tan Hiong Ciang seorang diri, "kenapa aku belum pernah mendengar nama ini ?"" "Selamanya aku bergerak diatas air " Siau Ling menerangkan. "Jadi kalau begitu engkau juga sahabat dari kalangan persilatan ?" "Benar selamanya aku bekerja dan cari untung diatas air, diatas daratan jarang sekali beroperasi karena itu aku tak kenal dengan dirimu" Tan Hiong Ciang segera tertawa dingin. "Oooh... rupanya engkau adalah bandit air aku gembira sekali dapat bertemu dengan engkau" Sambil mempertinggi suaranya ia menyambung lebih jauh "Saudara kalau memang engkau cari keuntungan diatas air lalu apa sangkut pautnya dengan kebun teh Jit ci teh wan kami ini" Toh kita bagaikan air sumur tak pernah mengganggu air sungai" ada urusan apa engkau datang kemari?" "Tiada tujuan apa2, aku hanya merasa ingin tahu saja" "Barang apa saja yang kau bawa dalam sakumu?" perlahan2 Tan Hiong Ciang bertanya. "Kecuali beberapa tahil uang perak, tiada benda lainnya lagi!" "Bagaimana kalau sampai kugeledah?" "Kecuali beberapa setel pakaian, yang lain adalah barang keperluan sehari2" Tan hong Ciang segera ulapkan tangannya. "Periksa yang teliti!" perintahnya. Kedua orang pria itu mengiakan, tangan kiri mencekal lengan Siau Ling sementara tangan yang lain merogoh kedalam sakunya. Siau Ling berdiam diri beberapa saat lanka nya, setelah itu ujarnya "Apakah sau cungcu menaruh curiga kalau maksud kedatanganku adalah untuk bikin kekacauan.." "Tutup mulut!" hardik Tan Hiong Ciang dengan keras, kalau engkau tidak bermaksud mengacau, apa sebabnya kau paksa pelayan dalam ruangan kami secara beruntun minum teh berisi obat pemabok?", Siau Ling segera tersenyum. "Hal ini harus salahkan pada sau cungcu sendiri mengapa gunakan pelayan2 tolol untuk melakukan tugas tersebut" lagipula mereka kurang mampu untuk menahan diri, baru saja aku bercakap2 beberapa patah kata dengan mereka, mereka sudah meracuni air tehku bahkan wajahnya menunjukan sikap tidak tenang, itulah sebabnya dengan cepat aku dapat membongkar maksud jahatnya." Tan Hiong Ciang termenung dari berpikir beberapa saat lamanya, kemudian berkata "Meskipun kedatanganmu tanpa maksud apa2, tetapi engkau toh sudah kami tangkap" pepatah mengataan menangkap harimau mudah, untuk melepaskannya kembali susah, selamanya kebun teh Jit ci teh wan adalah tempat berdagang yang pakai aturan, setelah engkau mengetahui latar belakang yang sebenarnya tentu saja tak dapat dilepaskan kembali?" "Lalu apa yang hendak engkau lakukan terhadap diriku?" Tan Hiong Ciang menyeringai seram, katanya "Tentu saja membinasakan dirimu, karena hanya itulah satu2nya jalan yang paling aman" Mendengar perkataan tersebut, dalam hati kecilnya Siau Ling segera berpikir "Rupanya suatu pertempuran sengit sudah tak dapat dihindarkan diri lagi perduli pertarungan macam apapun juga aku harus berhasil menangkap Tan Hiong Ciang dalam keadaan hidup, dengan begitulah Shen Bok Hong baru tidak akan memperoleh kabar hingga tindakanku ini tidak sampai memukul rumput mengejutkan ular.." Sementara itu Tan Hiong Ciang telah berkata kembali dengan suara dingin "Engkau tak perlu takut, meskipun aku telah menganbil Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo keputusan untuk membinasakan dirimu, akan tetapi aku akan suruh engkau mati dalam keadaan nyaman, sedikitpun tidak merasakan penderitaan apapun "Engkau amat baik hati!" Tan Hiong Ciang tertawa. "Asal kuhajar jalan darah Tat an-Leng hiatmu diatas ubun2 maka engkau akan jatuh tak sadarkan diri kemudian menemui ajalnya, tubuhmu sama sekali tak akan mengalami penderitaan apapun" Telapak kanannya segera diayun langsung menghajar batok kepala sianak muda itu. Walaupun dihari-hari belakangan ini tenaga dalam yang dimiliki Siau Ling telah mendapatkan kemajuan yang amat pesat, namun ia tak berani membiarkan jalan darah "Thian leng hiat" pada ubun2nya dihajar oleh Tan Hiong Ciang, dalam keadaan yang mendesak mau tak mau dia harus melakukaa perlawanan. Sepasang telapaknya segera bekerja cepat masing2 mencengkeram jalan darah penting dipersendian dua orang pria yang memuntir lengannya sementara kaki kanannya mengirim satu tendangan kilat menghajar lambung orang she Tan tersebut. Murid tertua Shen Bok Hong ini mimpipun tak pernah menyangka kalau pihak lawan memiliki ilmu silat yang begitu lihay, dalam posisi saling berhadapan tiada kesempatan lagi baginya untuk berkelit kesamping terpaksa telapak kanannya ditabok kedepan memaksa sianak muda itu terpaksa harus menarik kembali serangannya. Walaupun begitu telapaknya tak urung mengena juga diatas bahu seorang pria anak buahnya yang ada disamping membuat orang itu mendengus berat dan tulang bahunya seketika patah. Bagaimana pun juga dia adalah seorang tokoh kelas satu dalam dunia persilatan. sekalipun serangannya mengena tubuh kawan, namun tubuhnya sempat melayang mundur dua depa kebelakang. Melihat tendangannya gagal, Siau Ling segera mendorongkan sepasang telapaknya ke depan, tanpa bisa dikuasai tubuh kedua orang lelaki itu segera menumbuk kearah Tan Hiong Ciang. Orang she Tan itu buru2 rentangkan sepasang telapaknya kedepan...plok! plok! dua orang pria itu tertumbuk diatas angin pukulannya sehingga terpental kesamping. Menggunakan kesempatan itulah Siau Ling meloncat maju kedepan, telapak kanannya diayun kedepan dan menghajar dada lawan. Tan Hiong Ciang tahu lihay, buru buru telapak kanannya diayun pula kedepan menyambut datangnya ancaman tersebit dengan keras lawan keras. Bentrokan sepasang telapak menimbulkan suara ledakan yang memekikkan telinga, termakan oleh dahsyatnya angin pukulan dari Siau Ling, tubuh Tan Hiong Ciang terge tar mundur tiga langkah kebelakang, darah panas dalam rongga dadanya bergolak keras membuat hatinya merasa amat terperanjat Dengan cepat ia merogoh keluar sepasang senjata garpunya, sambil dicekal dalam genggaman, serunya dingin "Siapakah engkau?" "Pencabut nyawa!" jawab Siau Ling sambil tertawa dingin. Tangan kirinya diayun, dengan jurus Kim liong tam jiau atau naga emas unjukkan cakar ia cengkeram pergelangan lawan. Setelah menyambut datangnya serangan tadi, Tan Hiong Ciang telah mengetahui bahwa ilmu silatnya masih belum mampu menandingi lawan kalau tidak menggunakan senjata pasti tak akan mampu untuk menandingi lawannya, tangan kanan segera diayun dan senjata garpunya yang memancarkan cahaya kilat langsung menusuk tangan Siau Ling. Sianak muda itu putar tangan kanannya, kelima jari tangannya digenggam dan segera mencengkeram senjata garpu itu kencang2. "Siau Ling..." jerit Tan Hiong Ciang dengan terperanjat. Tangan kanan Siau Ling bekerja cepat dalam sebuah kelebatan ia sudah totok jalan darah Poh long hiat ditubuh orang she Tan tersebut. Baru saja Tan Hiong Ciang meneriakan nama Siau Ling, jalan darahnya sudah tertotok, tangan kanannya mengendor dan senjata tajamnya terlepas dari genggaman. Siau Ling segena pungut senjata garpu itu, kaki kirinya menginjak diatas dada Tan hiong Ciang serta menendang bebas jalan darahnya yang tertotok, dengan dingin serunya: "Sekarang aku sudah belajar bagaimana caranya turun tangan keji, kalau engkau berani berteriak maka akan kucongkel keluar sepasang biji matamu itu" Tan Hiong Ciang benar2 tak berani berteriak. Siau Ling segera alihkan sorot matanya kearah salah seorang diantara dua pria kekar yang dihajar oleh Tan Hiong Ciang tadi hingga roboh dan waktu itu sedang merangkak bangun, pikirnya didalam hati "Kalau aku tidak turun tangan menghabisi nyawa kedua orang ini pastilah Tan Hiong Ciang tak akan merasa takut terhadap diriku...!" Berpikir demikian senjata garpu ditangannya segera diayunkan kearah depan.... "Creeet..! darah segar muncrat keluar membasahi seluruh wajah dan tubuh Tan Hiong Ciang. Ketika sorot matanya beralih kembali kearah pria kekar itu tampaklah dadanya sudah merekah besar sedangkan isi perutnya berhamburan keluar. Pelahan-lahan Siau Ling menyeka darah segar diatas senjata garpunya itu pada wajah Tan Hiong Ciang, kemudian ujarnya dengan dingin "Mungkin..., engkau sudah percaya bukan kalau aku sudah belajar bagaimana caranya membunuh orang ?" "Engkau adalah Sam cungcu.... kau benar-benar adalah Paman Siau "Hmm ! hubunganku dengan Shen Bok Hong sudah lama putus diantara kami berdua sudah tiada ikatan apa-apa lagi orang tak usah menyebut aku sebagai Sam cungcu lagi, sebab dewasa ini kita adalah musuh bebuyutan...." Setelah membuktikan bahwa orang yang sedang dihadapinya pada saat ini benar2 adalah Siau Ling, Tan Hiong Ciang tak berani melakukan perlawanan lagi, perasaan hati pun jauh lebih tenang, tanyanya lirih "Engkau ingin berbuat apa?" "Berapa banyak orang yang berada didalam ruang kecil ini?"" "Dalam ruang siksa ini hanya ada tiga orang dua diantaranya sudah kau bunuh mati dan tinggal aku seorang yang masih hidup" "Kalau engkau tidak bicara sejujurnya, siksaan badan saja yang akan kau dapatkan...." "Ruangan ini toh kecil sekali dan sekilas memandang sudah dapat dilihat semua, mengapa aku harus membohongi dirimu?"" Siau Ling berpaling sebentar, dan ujarnya "Aku bertujuan melenyapkan Shen Bok Hong serta menghancurkan perkampungan Pek hoa san cung sehingga bibit bencana bagi dunia persilatan dapat disingkirkan, sedang engkau tidak lebih hanya seorang budak bayaran yang dipergunakan tenaganya untuk berbuat kejahatan sekalipun dibunuh juga tak perlu disayangkan, kalau engkau berani berbohong sekaIi bacok kucabut selembar jiwamu,...." "Seorang lelaki sejati tak takut mati dibunuh" sela Hong Ciang dengan cepat, "kalau Siau tayhiap ingin membunuh, bunuh sajalah dengan cepat engkau tak perlu menakut nakuti diriku lagi" Siau Ling tertawa dingin. "Hmmm! rupanya engkau sudah keracunan terlalu mendalam sehingga tak bisa diselamatkan lagi jiwanya, baiklah ! dari gurumu aku memang sudah terlatu banyak mempelajari cara untuk turun tangan secara keji kalau suruh aku membinasakan drimu dengan cara yang enak, mungkin saja sulit bagiku untuk melakuknnya "Lalu apa yang enak kau lakukan ?"" Aku akan suruh engkau merasakan penderitaan yang hebat secara perlahanlahan kemudian baru menemui ajal. "Engkau seorang pendekar besar, apakah engkau tidak takut siksaan cara keji yang kau gunakan itu akan menodai nama besarmu?" "Hal itu harus dilihat siapakah yang sedang kuhadapi gurumu berhati kejam dan tak kenal perikemanusiaan, kalau aku tidak menggunakan cara racun lawan racun, siapakah yang mampu untuk menbendung kekejamannya itu?" Sesudah berhenti, sambungnya lebih jauh: "Perduli bagaimana akhirnya sekarang hanya ada satu jalan saja yang dapat kau tempuh" "Jalan apa?"" "Bekerja sama dengan aku serta mendengarkan perintahku!!" "Kemudian" "Akan kuberikan semua jalan kehidupan bagimu dan kali ini jiwamu tak akan kuganggu, tapi lain kali jangan coba2 untuk terjatuh lagi ditanganku" ---oo0dw0oo--- Jilid 20 MENDADAK dari luar ruangan berkumandang datang suara panggilan yang rendah dan berat : "Sau cungcu!" "Selamanya aku tak pernah mengingkari janji" bisik Siau Ling dengan suara lirih, "setelah aku menjanjikan sesuatu kepadamu maka selamanya tak akan kusesali kembali, setelah kujanjikan pengampunan bagimu janji itu pasti akan kupenuhi, tetapi jikalau engkau berani main gila dengan aku, maka itu berarti hanya akan mencari kematian buat diri sendiri" Tan Hiong Ciang mengangguk dan membungkam dalam seribu bahasa. "Suruh dia masuk" bisik Siau Ling kembali. Tan Hiong Ciang mengangguk, dan segera serunya "Siapa diluar?"" "Aku Sam in jiu tangan pencabut nyawa Tiau Coan!!" jawab orang diluar ruangan. "Apakah Tiau heng cuma seorang diri." "Aku datang bersama Tok hwee api racun Keng Gak, cuma Keng Gak berada diruang depan!" Siau Ling segera memberi tanda kepada Tan Hiong Ciang agar menyuruh Tiau Coan masuk kedalam ruangan. Tan Hiong Ciang termenung sebentar, kemudian serunya "Tiau- heng, silahkan masuk kedalam!" Bayangan manusia berkelebat lewat, Tiau Coan sambil mendorong pintu besi tahu-tahu sudah menerobos masuk kedalam ruangan. Sebenarnya Siau Ling akan melancarkan sebuah totokan dikala orang itu masuk kedalam ruangan, akan tetapi Tiau Coan adalah seorang manusia licik yang banyak pengalaman, sikap ragu ragu dari Tan Hiong Ciang telah menimbulkan perasaan was was didalam hati kecilnya. Dengan telapak kiri melindungi dada, tetapak kanan siap menghadapi segala kemungkinan dengan gerakan yang cepat bagaikan sambararan kilat ia segera menerjang masuk kedalam ruangan, begitu masuk telapak kanannya mengirim satu pukulan dahsyat kearah belakang. Meskipun Siau Ling sudah banyak pengalaman dan sering kali menemui peristiwa besar, tetapi terhadap cara untuk menghindari serangan bokongan seperti ini boleh dibilang sama sekali diluar dugaan, tahu2 Tiau Coan telah berhasil menerobos masuk kedalam ruangan. Cahaya api lirih dalam ruangan telah dipadamkan oleh Siau Ling, ditengah kegelapan yang luar biasa tubuh Tiau Coan yang sedang menerobos masuk kedalam ruangan segera tersandung oleh kaki kiri Tan Hiong Ciang yang berbaring diatas tanah sehingga tubuhnya tergelincir dan roboh kesamping. Menggunakan kesempatan yang sangat baik itu Siau Ling segera menerjang maju kedepan, angin pukulannya yang tajam langsung menghajar bahu kanan Tangan pencabut nyawa. Tiau Coan tangan pencabut nyawa segera putar telapak kirinya menyambut datangnya ancaman dari Siau Ling, sedangkan tangan kanannya menghajar lambung bagian bawah dari sianak muda itu. Siau Ling segera mengerahkan tenaga dalamnya lebih hebat ditangan kanan sementara badannya bergeser dua langkah kesamping meloloskan dari dari ancaman yang datang dari arah bawah. Tiau Coan disebut orang Tangan pencabut nyawa, hal ini dikarenakan ilmu telapaknya luar biasa sekali asal orang berani beradu tenaga dengan dirinya niscaya pihak lawan akan terluka diujung telapaknya, akan tetapi musuh yang sedang dihadapnya pada saat ini adalah Siau Ling, tentu saja dialah yang mengalami kerugian besar. Sepasang telapak tangan saling beradu satu sama lainnya sehingga menimbulkan suara benturan keras. Pada telapak Siau Ling mengenakan sarung tangan kulit naga, ia tak takut keracunan, dalam bentrokan tersebut seketika itu juga Tiau Coan merasakan darah panas dalam dadanya bergolak keras ia mendengus berat dan tubuhnya tergetar mundur dua langkah kebelakang. Tan Hiong Ciang yang berbaring diatas tanah dapat menyaksikan jalannya pertarungan itu dengan amat jelas, diam-diam hatinya merasa amat terkejut, pikirnya "Oooh .... ilmu silat yang dimilikinya ternyata sudah bertambah maju dengan pesatnya ..." Sesudah ayunan telapak kanan Siau Ling berhasil melukai Tiau Coan, tangan kirinya laksana kilat melancarkan sebuah totokan menghantam jalan darah jit gwat hiat diiga kanan Tiau Coan. Sementara Tangan pencabut nyawa sedang merasakan kepalanya pening tujuh keliling. Totokan jari tangan kiri Siau Ling sudah meluncur datang membuat ia sama sekali tak Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo dapat berkutik lagi. "Tiau Coan!", bentak Siau Ling dengan ketus, "engkau ingin mati atau ingin hidup!" Sambil berkata pergelangan kanan orang she Tiau itu segera dicengkeram dengan kencang. Tiau Coan merasakan matanya masih berkunang-kungan dan kepalanya pusing tujuh keliling, lama sekali golakan darah dalam tubuhnya baru bisa ditenangkan kembali, ia segera menjawab, "Kalau ingin mati bagaimana" Dan kalau ingin hidup bagaimana?" "Kalau engkau ingin mati, sekali hantam kubinasakan dirimu, sebaliknya kalau engkau ingin hidup, haruslah mendengar perkataanku!" Dalam keadaan yang jauh lebih tenang Tangan pencabut nyawa Tiau Coan dapat pula melihat keadaan disekelilingnya dengan jauh lebih jelas, ketika menyaksikan Tan Hiong Ciang roboh terkapar diatas tanah segera tegurnya.. "Apakah sau cungcu?" Tan Hiong Ciang segera berpikir didalam hati kecilnya, "Peristiwa yang amat memalukan ini dapat dilihat olehnya, sesudah tinggalkan tempat ini aku harus berusaha keras untuk melenyapkan dirinya dari muka bumi, daripada kejelekanku ini tersiar sampai dimana-mana.." Berpikir sampai disini, iapun menjawab, "Sedikitpun tidak salah" Siau Ling segera menarik tangan kanan lawan dengan sekuatnya membuat tulang pergelangan Tiau Coan patah jadi dua, saking sakitnya keringat sebesar kacang kedelai mengucur keluar membasahi wajah orang she Tiau itu membuat ia berseru tertahan. "Aah....! Rupanya ia jauh lebih tersiksa daripada diriku" kembali Tan Hiong Ciang berpikir. Dalam pada itu sambil menahan sakit Tiau Coan telah menengadah memandang wajah Siau Ling, kemudian tegurnya : "Siapakah engkau?" "Pencabut nyawa!" Tiau Coan tertegun, kemudian serunya kembali, "Sau cungcu, siapakah orang ini?" Meskipun ia merasakan kesakitan yang luar biasa, namun berhubung Tan Hiong Ciang berada disitu, ia tak berani mengutarakan kata-kata untuk minta diampuni jiwanya. Tan Hiong Ciang sendiripun dalam hatinya berpikir. "Siau Ling tak mau menyebut namanya itu berarti ia tak ingin asal usulnya diketahui orang, terpaksa aku harus ikut merahasiakannya..." Berpikir demikian, diapun lantas berkata.. "Aku sendiripun kurang jelas, panggil saja pencabut nyawa bukankah sudah beres.....?" "Pencabut nyawa" Sungguh tak enak didengar...." pikir Tiau Coan, dalam keadaan apa boleh buat terpaksa serunya, "Pencabut nyawa..." Siau Ling memperkencang cekalannya membuat Tiau Coan kesakitan hingga membungkam dalam seribu bahasa. "Perlahan sedikit kalau bicara!" seru Siau Ling. "Sau cungcu, apa yang harus kulakukan pada saat ini" Harap sau cungcu suka memberi petunjuk" pinta Tiau Coan kemudian. "Peraturan dari perkampungan Pek hoa san cung kita amat ketat dank eras, barang siapa berani membocorkan rahasia dapat berakibat dijatuhi hukuman siksaan yang terkejam dikolong langit, lagipula engkau toh tidak banyak mengetahui rahasia, kalau pihak lawan gagal untuk memperoleh keterangan yang benar, engkau pun pasti akan disiksa pula mati-matian, kalau engkau tidak ingin merasakan yang kejam, aku rasa lebih baik engkau mencari kematian buat dirimu sendiri saja" Ucapan ini benar-benar amat keji sekali, meskipun diluaran nampaknya ia merasa kasihan terhadap rekannya dan takut Tiau Coan tak kuat menahan siksaan, diam-diam dia memberi kisikan kepada Tiau Coan agar bunuh diri saja. Dan yang paling kejam lagi ia telah memberi kisikan kepada Siau Ling bahwasanya tidak banyak rahasia yang diketahui oleh Tiau Coan, dia anjurkan kepada pemuda itu agar membinasakan dirinya saja. Siau Ling sendiri walaupun cerdik, namun dia adalah seorang manusia jujur karena itu ucapan dari Tan Hiong Ciang tersebut tak dapat ditangkap arti sebenarnya. Lain halnya dengan Tiau Coan yang licik dan banyak pengalaman, tentu saja dia dapat menangkap maksud dari ucapan orang she Tan itu. Sambil tertawa dingin segera sindirnya, "Siau cungcu apakah engkau suruh aku bunuh diri?" "Kalau engkau merasa yakin bisa menahan siksaan tidak matipun tidak mengapa!" Siau Ling segera menggoyangkan tangan kanannya, kembali Tiau Coan merasakan kesakitan hebat sehingga keringat dingin mengucur keluar membasahi seluruh tubuhnya. "Tiau Coan!" ia berseru, "pada saat ini mati hidupmu berada dalam genggamanku, engkau tak usah minta petunjuk dari sau cungcumu lagi!" Jalan darah Tiau Coan tertotok sehingga tak mampu baginya untuk menggerakkan tenaga melawan rasa sakit yang menyerang tubuhnya, terpaksa dia berkata.. "Sau cungcu, pada saat ini aku sudah sama sekali kehilangan daya kemampuan untuk bunuh diri..." Setelah berhenti sebentar, terusnya, "Pencabut nyawa, apa yang kau inginkan?"" "Sekarang Shen Bok Hong berada dimana?" "Tentang hal ini aku kurang begitu tahu!" "Berapa banyak orang yang berada dalam kota Tiang sah ini?" kembali Siau Ling bertanya dengan alis mata berkernyit. "Tentang soal ini akupun kurang begitu jelas!" "Benarkah engkau tidak tahu apa2" Sambil berkata, tangan kanannya kembali menggoyang tulang pergelangan Tiau Coan yang patah. Orang she Tiau itu kontan saja kesakitan hebat sehingga napasnya terengah-engah, serunya "Aku benar-benar tidak tahu berapakah jumlah keseluruhannya..." "Lalu apa yang kau ketahui?" "Aku hanya tahu tentang beberapa orang yang berada satu rombongan dengan diriku saja..." "Baik! Katakanlah, berapa jumlah anggota rombonganmu, dan siapakah komandannya?" "Kami semuanya dua belas orang, Seng Sam Koay locianpwee yang menjadi komandan kami" "Sekarang mereka berada dimana?" "Dalam kuil Pek in koan sebelah barat kota Tiang sah..." "Kuil Pek in koan...." Benar aku serta Keng Gak mendapat tugas dari Seng Sam Koay untuk datang kemari menghadap sau cungcu..." Mendadak Tan Hiong Ciang berbatuk beberapa kali. Mendengar suara batu itu buru-buru Tiau Coan tutup mulut Siau Ling segera tertawa dingin, ejeknya. "Sau cungcu, rupanya engkau sudah bosan hidup?"" Sebuah tendangan keras segera dilancarkan keatas tubuh orang she Tan tersebut. Tubuh Tan Hiong Ciang segera berguling guling sejauh empat depa lebih dan menumbuk diatas dinding tembok, namun mulutnya tetap membungkam. Rupanya Siau Ling menotok jalan darah bisunya. "Apakah dia sudah mati?" Tanya Tiau Coan setelah suasana hening sejenak. "Mungkin saja dia sudah mampus!" jawab Siau Ling dengan nada dingin dan kaku, "lanjutkan perkataanmu apa tujuan kalian datang kemari dan apa yang hendak diserahkan kepada Tan Hiong Ciang?"" "Seng Sam Koay serahkan kami sepucuk surat dan diperintahkan kepada kami untuk menyerahkan langsung kepada sau cungcu" "Serahkan kepadaku!" Tiau Coan merasakan tulang pergelangan kanannya amat sakit akibat dipatahkan oleh Siau Ling tadi, terpaksa dengan menggunakan tangan kirinya, ia rogoh kedalam saku dan ambil keluar sepucuk surat yang diserahkan kepada pemuda itu.. Dalam pada itu, Tiau Coan mengira Tan Hiong Ciang sudah mati ditendang oleh Siau Ling, karena itu rasa takut dan waswasnya jauh sudah lebih berkurang. Mimpipun ia tak menyangka kalau Tan Hiong Ciang Cuma ditendang jalan darah bisunya saja sehingga tak dapat berbicara, sementara sepasang matanya sedang melotot tajam kearah dirinya. Siau Ling menerima sampul surat itu lantas bertanya, "Engkau membawa korek api?" "Bawa" "Baik, pasang lilin itu!" Setelah merasakan pahit getirnya serangan dari Siau Ling, terhadap pemuda ini boleh dibilang Tiau Coan menaruh jeri dan segan yang luar biasa, dalam keadaan begini tentu saja ia tak berani mempergunakan akal licik atau siasat buruk untuk mempermainkan pemuda itu setelah ambil keluar korek api, ia segera memasang lilin. Mempergunakan kesempatan dikala Tiau Coan memasang api lilin, Siau Ling menutup kembali pintu baja tersebut.. Kemudian dibawah sorot cahaya lilin, ia membaca sampul surat tersebut, terbaca olehnya, "Surat ditujukan kepada Shen toa cungcu dengan perantara sau cungcu" Siau Ling segera merobek sampul tadi dan membaca isinya, "Dipersembahkan kepada yang mulia Shen Bok Hong toa cungcu... kecerdasan toa cungcu luar biasa dan benar2 patut dipuja, ketika hamba sekalian melaksanakan siasat seperti apa yang dipesan, ternyata hasil yang diperoleh sangat diluar dugaan, Siau yau cu telah mengutus para jago lihaynya untuk bergerak, apabila urusan berjalan lancer dan sesuai dengan rencana, dalam dua hari mendatang mereka pasti sudah akan saling bertempur dengan serunya melawan orang2 dari pihak partai Bu tong..." Isi surat tersebut amat singkat dan hanya terdiri dari beberapa patah kata, namun penuh dengan siasat busuk dan kekejian hati yang luar biasa. Selesai membaca isi surat tadi, Siau Ling segera tertawa dingin dan berkata, "Hmmm! Suatu siasat yang keji dan telengas...." Setelah masukan kembali surat tadi kedalam sampul, ia masukan kedalam sakunya. Tiau Coan menyaksikan hal itu jadi tertegun, serunya, "Engkau hendak membawa pergi surat tersebut?" Siau Ling tidak menanggapi pertanyaan tersebut, sebaliknya dia malahan balik bertanya, "Engkau tahu apa isi surat tersebut?" Tiau Coan menggeleng. "Aku toh belum membacanya, darimana bisa tahu?" sahutnya. "Apa yang engkau ketahui" Aku harap engkau bersedia untuk mengakuinya secara terus terang!" "Apa yang kuketahui tak terlalu banyak...." "Engkau tahu sepatah katakan saja sepatah kata..." "Dalam hal yang bagaimana?" "Mengenai gerakan yang kau ikuti hingga sekarang!" "Kedudukanku rendah sekali, tiada kesempatan bagiku untuk ikut serta membahas rencana dan siasat, oleh karena itu bagaimanakah rencana mereka, aku sama sekali tak tahu!" Mendengar jawaban tersebut, Siau Ling berpikir didalam hati, "Shen Bok Hong berhasil mencapai kejayaan seperti apa yang dimilikinya sekarang, sebagian besar adalah mengandalkan ilmu silatnya yang lihay, cara kerjanya yang keji dan telengas, namun kerahasiaan cara gerak merekapun merupakan salah satu alasan yang terpenting, ditinjau dari isi surat yang tiada ujung pangkalnya itu sudah dapat diketahui betapa rahasianya cara mereka bekerja, mungkin orang yang bernama Tiau Coan itu memang benar2 tidak tahu duduknya perkara...." Berpikir sampai disitu, diapun tidak bertanya lebih jauh lagi, setelah mendehem ringan katanya, "Tiau Coan, sepanjang hidupmu sudah terlalu banyak kejahatan yang pernah kau lakukan, orang yang kau bunuhpun sudah tak terhitung jumlahnya, ini hari setelah engkau terjatuh ketanganku, rasanya itulah saatnya bagimu untuk menerima pembalasan!" "Kenapa?" teriak Tiau Coan dengan wajah berubah hebat, "engkau hendak membinasakan diriku?" "Jadi engkau tidak ingin mati?" "Semut, makhluk paling kecil dikolong langitpun ingin hidup lebih lanjut apalagi aku adalah manusia.?" Siau Ling pun lantas berpikir. "Manusia-manusia semacam ini sekalipun kubinasakan delapan atau sepuluh orang rasanya tidak akan mendatangkan pengaruh apa-apa bagi diri Shen Bok Hong aku harus cari akal untuk mengendalikan pikirannya dengan begitu maka perbuatanku ini jauh lebih bagus daripada membinasakan dirinya..." Pemuda itu segera berkata, "Kalau engkau tidak ingin mati hanya ada satu jalan yang bisa ditempuh!" "Coba katakanlah apa caramu itu?" "Mulai sekarang engkau harus mendengarkan perintahku!" "Kendatipun aku setuju belum tentu engkau bersedia untuk mempercayai diriku!" "Tentu saja aku tak akan mempercayai dirimu dengan begitu saja!" "Lalu apa yang harus kulakukan sehingga dapat membuat engkau mempercayai diriku ?" "Serahkan saja mati hidupmu itu ketanganku !" "Bagaimana caranya untuk menyerahkan kepadamu ?" Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Siau Ling termenung dan berpikir beberapa saat lamanya setelah itu menjawab "Akan kutotok sebuah jalan darah anehmu yang letaknya diluar garis otot lainnya, setiap tujuh hari satu kali engkau harus mendapat urutan dariku untuk memperpanjang masa hidupmu jika didalam tujuh hari engkau tidak memperoleh rawatan maka darah yang mengalir dalam tubuhmu akan tersumbat hingga mengeras dan menggumpal separuh tubuhmu akan jadi lumpuh hingga akhirnya mati secara perlahan lahan" "Masa begitu lihay akibatnya ?" "Aku harap engkau bersedia untuk mempercayai perkataanku untung lima hari kemudian engkau akan merasakan sendiri apa yang kukatakan barusan, pada waktu itulah engkau akan mempercayai dengan sendirinya. Selesai berkata, ia segera melancarkan sebuah totokan keatas tubuh Tiau Coan serta membebaskan jalan darah Jit gwat hiatnya yang tertotok, setelah menyambung kembali pergelangannya yang patah dan serahkan kembali surat tadi ketangan Tiau Coan, ia padamkan lampu lilin, berpesan beberapa patah kata dengan suara lirih kemudian orang itu baru dilepaskan dari ruangan tersebut. Selesai melepaskan Tiau Coan, pemuda Siau Ling baru memasang lampu kembali dan menepuk bebas jalan darah bisu dari Tan Hong Tiang, tegurnya "Sudah kau lihat semua yang terjadi?" "Sudah!" "Bagaimana perasaanmu?" "Tiau Coan maupun Keng Gak cuma kurcaci2 depan pintu yang sama sekali tidak berperanan besar, kematian mereka sama sekali takkan mempengaruhi keadaan situasi dalam dunia persilatan, Siau tayhiap ! aku benar2 merasa tidak habis mengerti, apa sebab nya engkau malah melepaskan mereka untuk pergi dari sini" "Karena membinasakan mereka sama sekali tidak mendatangkan keuntungan apa apa bagiku, karena itu hendak kusuruh mereka untuk melakukan pekerjaan yang jauh lebih penting daripada membinasakan mereka" "Dengan kedudukan mereka dalam perkampungan tak mungkin ada kesempatan baik bagi orang-orang semacam itu untuk ikut serta dalam perundingan rahasia, lagipula perkampungan Pek hoa san cung kami memnpunyai peraturan rumah tangga yang amat ketat, asal mereka berani berhianat maka hukuman mati yang mengerikan sudah siap akan mereka terima Hmm! kalau engkau hendak gunakan mereka sebagai mata-mata maka pilihanmu itu sama sekali tidak sesuai" "Karena itulah, aku hendak mengandalkan jasamu", sambung Siau Ling dengan cepat. "Apa rencanamu" "Bagaimana dengan ilmu penyaruanku ini ?"" Tan Hiong Ciang mengamati Siau Ling beberapa saat lamanya, kemudian menjawab: "Lihay dan sempurna sekali !" "Engkau boleh beritahu kepadaku baiknya aku menyamar sebagai manusia macam apa sehingga bisa mengikuti dirimu untuk pergi menemui Shen Bok Hong...." Tan Hiong Ciang tersenyum. "Engkau tidak takut kalau aku menghianati dirimu?" "Engkau tak usah kuatir, aku bisa berjaga jaga terhadap penghianatanmu itu!" Tan Hiong Ciang termenung dan berpikir sebentar, kemudian jawabnya "Baiklah! kalau engkau memang mempunyai keberanian untuk berbuat demikian, terpaksa akupun harus mengabulkan permintaanmu itu" Siau Ling pun segera menepuk bebas jalan darah Tan Hiong Ciang yang tertotok, katanya "Ada satu persoalan, aku harus menerang kan lebih dahulu kepadamu!" "Persoalan apa!" " "Aku mengikuti dirimu untuk berjumpa dengan suhumu, itu sama artinya memasuki sarang naga gua harimau bagi diriku...." "Kalau engkau menyesal sekarang masih ada kesempatan bagimu untuk berubah pikiran" seru orang she Tan itu dengan cepat. "Persoalan yang telah kuputuskan selamanya tak pernah kusesalkan kembali cuma di bawah kurungan berpuluh puluh orang jago lihay membuat aku sendiri mau tak mau terpaksa harus melakukan sedikit persiapan" Kendatipun seluruh jalan darah ditubuh Tan Hiong Ciang sudah dibebaskan semua namun ia tahu bahwa ilmu silatnya masih bukan tandingan dari Siau Ling, maka ia tak berani berkutik secara sembarangan Mendengar perkataan itu, dengan alis mata berkernyit, tanyanya, "Persiapin apa yang hendak kau lakukan?" "Mula-mula akan kutotok dahulu dua buah jalan darahmu sehingga engkau tak mampu untuk mengerahkan tenaga dalam" "Apa manfaatnya hal itu bagimu ?" "Kalau engkau berani menghianati diriku maka engkau akan kubinasakan lebih dahulu, dalam keadaan tak bisa mengerahkan tenaga tentu saja engkau tak dapat meloloskan diri dari seranganku itu" Tan Hiong Ciang mengangguk tanda membenarkan, tanyanya lagi, "Disamping itu, apa yang hendak kau lakukan lagi?"" "Sesudah itu, dengan cara menotok jalan darah yang istimewa akan kutotok dua buah urat anehmu, dalam dua jam kalau tidak mendapat pengobatan maka uratnya akan kaku dan tegang dimana akhirnya jiwamu akan melayang" "Kenapa engkau lakukan tindakan semacam itu?" tanya Tan Hiong Ciang dengan hati terperanjat, "Dengan begitu, bagaimana pun juga engkau terpaksa harus datang untuk mencari aku" "Sempurna amat jalan pikiranmu," puji Tan Hiong Ciang. Baru berbicara sampai disitu, mendadak terdengar suara ketukan pintu yang gencar berkumandang dari arah depan pintu besi. Mendengar suara ketukan itu, Siau Ling mengerutkan dahinya, dengan suara lirih dia bertanya, "Siapa yang mengeruk pintu diluar?" Tan Hiong Ciang gelengkan kepalanya tanda tidak mengerti "Aku mana tahu siapa orang itu?" katanya, "engkau sih bertindak terlalu gegabah, tidak sepantasnya kau lepaskan Tiau Coan dari sini" "Aku rasa dia tak akan punya nyali untuk berkunjung ketempat ini!" Suara ketukan bergema semakin santer, dan suara itupun kian lama kian bertambah keras. "Apakah kita perlu membukakan pintu baginya?" tanya Tan Hiong Ciang dengan suara rendah. Dengan tangan kirinya Siau Ling segera mencengkeram urat nadi pada pergelangan kanan Tan Hiong Ciang, bisiknya dengan suara lirih "Lebih baik jangan biarkan orang itu masuk kedalam ruangan, tapi seandainya orang itu bersikeras untuk masuk kedalam maka engkau harus berusaha untuk menotok jalan darahnya secara tiba2!" Tan Hiong Ciang menatap tajam wajah Siau Ling, kemudian mengangguk. Sementara itu suara ketukan pintu dari luar telah berhenti, rupanya sedang menunggu reaksi dari daLam ruangan. Siau Ling tuding kearah pintu besi itu memberi tanda kepada pria she Tan itu untuk membuka pintu. Dengan tangan kirinya Tan Hiong Ciang membuka pintu besi itu separuh bagian. sedang tubuhnya segera menghadang didepan pintu seraya berseru "Oooh...aku kira siapa, tak tahunya adalah hujin" Dan luar dugaan berkumandang datang suara gelak tertawa merdu, disusul suara seorang perempuan menyahut, "Sau cungcu kenapa sih pintu besi itu kau tutup begitu rapat" sudah setengah harian lamanya aku mengetuk pintu namun sampai sekarang engkau baru membukakan bagiku apa yang sedang kau lakukan dalam ruangan ini....?"" Nada ucapan tersebut penuh mengandung ejekan dan sindiran, sama sekali tak ada tanda sikap kehormatan ataupun segan, dan suara itu ternyata suara dari Kim Hoa hujin Satu ingatan berkelebat dalam benak Siau Ling, pikirnya. Malam itu Kim Hoa hujin dan Tong lo thay thay dari propinsi Suchuan mengejar Shen Bok Hong dengan maksud untuk membinasakan gembong iblis tersebut kenapa sekarang mereka bisa muncul kembali dipihak perkampungan Pek hoa san cung " Shen Bok Hong adalah seorang manusia berpikiran sempit setelah Kim Hoa Hujin berhianat kepadanya secara terang terangan masa ia bisa menahan sabar?" Dia merasa bahwa persoalan ini mencurigakan sekali meskipun sudah putar otak beberapa waktu lamanya namun gagal untuk memperoleh jawabannya. Sementara itu Tan Hiong Ciang telah berkata "Aku sedang membicarakan suatu masalah yang menyangkut rahasia perkampungan dengan seorang sahabat apa maksudmu kemari" "Oooh....! siapa sih sahabatmu itu, bolehkah diperkenalkan kepadaku ?" "Nona tak usah melihat lagi siapakah orang itu aku harus segera lanjutkan perundinganku dengan orang itu", sambil berkata ia menarik kembali pintu besi itu dan siap menutupnya kembali. Tiba tiba Kim Hoa Hujin mengulurkan tangan kanannya menahan pintu besi tersebut ujarnya perlahan-lahan, "Sau cungcu, kedatanganku kemari adalah sedang melaksanakan perintah resmi" "Perintah siapa ?" "Tentu saja perintah dari Shen Toa cung cu!" Tan Hiong Ciang termenung sebentar, lalu tanyanya, "Ada urusan apa kau datang kemari?" "Bagaimana kalau tunggu sampai aku masuk kedalam ruangan lebih dahulu kemudian kita baru berbicara?" kata Kim Hoa hujin sambil tertawa. Hawa murninya disalurkan ketangan kanan untuk mendorong pintu besi itu, kemudian sekali berkelebat ia menerjang masuk ke dalam ruangan secara paksa. Urat nadi pada pergelangan kanan Tan Hiong Ciang dicengkeram Siau Ling, dengan andalkan tangan kiri belaka sudah tentu bukan tandingan dari Kim Hoa hujin, melihat perempuan itu berhasil menerjang masuk ke dalam ruangan, terpaksa ia tarik kembali tangan kirinya dan secepat kilat menotok dada kanan lawannya. Kim Hoa hujin putar tangan kanan menyambut datangnya pukulan dari Tan Hiong Ciang, lalu sambil tertawa ujarnya "Sau cungcu kenapa sih engkau turun tangan sekeji ini terhadap diriku...?"" Tan Hiong Ciang mengirim satu tendangan dengan kaki kirinya untuk menutup pintu besi itu, membuat suasana dalam ruangan itu jadi gelap gulita. Tetapi ia tidak melancarkan serangan lagi kearah Kim Hoa Hujin. Kiranya ia menyadari bahwa kekuatannya telah ludas dan Siau Ling tak mungkin akan melepaskan Kim Hoa hujin dengan begitu saja, dengan kepandaian silat yang dimiliki perempuan itu, belum tentu Siau Ling bisa menangkan dirinya dalam dua tiga puluh gebrakkan, asal pemuda itu sudah mengerahkan tenaganya untuk melawan Kim Hoa hujin maka dengan sendirinya cengkeraman atas urat nadi dirinya pun akan dilepaskan. Siap tahu apa yang terjadi sama sekali berada diluar dugaannya, Siau Ling hanya berpeluk tangan belaka berdiri disamping, sementara cengkeramannya atas nadi dirinya sama sekali tak berubah. Ruangan itu gelap gulita, walau pun Kim Hoa hujin memiliki ketajaman mata yang melebihi orang pun susah untuk melihat pandangan dalam ruangan itu, apalagi baru saja ia masuk dari tempat yang terang benderang. Ketika Tan Hiong Ciang tidak melihat sesuatu gerakan apapun dari Siau Ling, terpaksa sambil keraskan kepala dia berseru "Hujin, aku harap engkau suka melepaskan lengan kiriku!" "Hmm! Gaya sau cungcumu boleh saja kau pamerkan dihadapan orang lain, tetapi aku tak sudi menerima perlakuanmu yang unik tersebut, sebenarnya apa maksudmu turun tangan melukai jalan darahku?" "Dengan tangan kanan dia balas mencengkeram urat nadi pada pergelangan kiri Tan Hiong Ciang, sedangkan tangan kirinya memasang api. Dibawah sorot cahaya api, pemandangan dalam ruangan kelihatan amat jelas, terlihat olehnya lengan kanan Tan Hiong Ciang ternyata kena dicengkeram oleh seseorang. Wajah Siau Ling sudah dirubah dengan obat penyamar sekilas memandang sudah tentu Kim Hoa Hujin tak bisa kenali siapakah lawannya, tetapi reaksinya ternyata sangat cepat, sesudah mengetahui keadaan yang terpapar didepan mata, ia segera melepaskan cengkeramannya pada nadi orang she Tan itu, kemudian telapaknya bagaikan hembusan angin melancarkan serangan kearah Siau Ling. Pemuda itu dengan cepat menghindar kesamping untuk meloloskan diri dari ancaman tersebut sementara Tan Hiong Ciang ditarik kedepan untuk menghadang didepan tubuhnya. Kim hoa hujin putar tangan kirinya menyambar dengan lilin didalam genggamannya, sedang tangan yang lainpun pada saat yang bersamaan menyerang secara berbareng. Siau Ling tetap berkelit dan menghindari itu, dengan tubuh Tan Hiong Ciang ia tangkis dan mengunci semua serangan dari Kim Hoa hujin yang ditujukan kearahnya, tak satu jurus seranganpun yang dilancarkan. Secara beruntun Kim Hoa hujin melancarkan puluhan jurus serangan, namun semua ancamannya gagal untuk melukai Siau Ling, sekarang dia baru menyadari bahwa musuh yang Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo sedang dihadapi tangguh sekali, serangannya segera ditarik kembali sambil mundur kebelakang, tegurnya dengan suara dingin, "Siapa engkau?"" "Aku adalah Siau Ling!" "Engkau adalah Siau Ling" tanya Kim Hoa Hujin tertegun. "Benar, apakah hujin tidak percaya?" Dengan pandangan tajam Kim Hoa hujin menatap tajam wajah Siau Ling, sesudah mengamatinya beberapa waktu ia berkata "Ehmm...! suaranya memang mirip" "Hujin, rupanya hidupmu kembali makmur dan senang...." "Aaaai ..! " Kim Hoa hujin menghela napas panjang, " mati karena keinginan hati gampang, mati karena membela kebenaran susah sekarang cici sudah dapat memahami kata2 tersebut" "Kematian hanya akan dialami manusia sekali dalam seumur hidup, dan sedari dahulu orang kuno sudah saling mengatakan demikian, karena itulah Sau cungcu ini setelah berpikir dengan seksama, ia beranggapan lebih baik mengalah daripada mati..." Tan Hiong Ciang segera mendehem ringan, tcgurnya "Ehmm...! hubungan kalian berdua sungguh akrab sekali" "Sedikitpun tidak salah" jawab Siau Ling sambil tertawa dingin, "sau cungcu tak usah kuatir Kim Hoa hujin tak akan membocorkan rahasia yang terjadi pada hari ini, bagaimana kalau kita tetap melasanakan rencana seperti apa yang disusun semula?" "Kim Hoa hujin mendapat perintah dari guruku untuk datang kemari, itu berarti bahwa ia membawa tugas penting, mungkin sudah terjadi perubahan besar dan guruku telah meninggatkan kota Tiang sah" Mendengar perkataan itu, Siau Ling mengerutkan dahinya, ?a berkata, "Seandainya Shen Bok Hong memang benar2 sudah tinggalkan kota Tiang sah, itu berarti perjanjian kita semula juga batal, rasanya akupun tak usah menahan kehidupanmu lebih jauh dikolong langit ini" Tan Hiong Ciang tak berani banyak bicara, bibirnya yang bergerak seperti mau mengucapkan sesuatu segera tertutup kembali "Apa yang diucapkan Tan Hiong Ciang sedikitpun tidak salah" sambung Kim Hoa Hujin, "Shen Bok Hong benar-benar akan meninggalkan kota Tiang sah "Sudah berangkat ?" "Ketika aku berangkat kemari dia sih belum berangkat !" "Apakah cici tahu kemana dia akan pergi ?" Kim hujin gelengkan kepalanya. "Aku rasa ia berhasil mendapatkan kabar penting sehingga secara tiba tiba berubah rencana dan segera tinggalkan kota Tiang sah" Siau Ling mengangguk sorot matanya perlahan-lahan diaLihkan kearah pria she Tan itu dan serunya, "Tan Hiong Ciang, sekarang katakanlah sendiri hukuman apa yang sepantasnya dijatuhkan atas dirimu ?" "Apa yarng kusanggupi semuanya telah kulakukan dengan sepenuh tenaga, jika tidak berhasil toh bukannya aku yang tak mau berusaha, tapi karena kekuatankulah yang terbatas hingga tak bisa berbuat apa apa, Siau tayhiap engkau harus berpikir secara bijaksana !" "Jadi kalau begitu apa yang kita bicarakan tadi masih berlaku?" "Tentu saja masih berlaku!" "Baik! kalau memang Shen Bok Hong sudah pergi, akupun sudah sepantasnya untuk berkunjung beberapa tempat kantor cabang yang terletak amat rahasia itu, bsgaimana pendapatmu" bersedia untuk mengantar bukan...?" "Kenapa Kim Hoa Hujin," ujarnya lebih jauh "Apakah beberapa orang pentolan penting dari perkampungan Pek hoa-san cung telah meninggalkan kota Tiang sah semua?" "Tidak" jawab Kim Hoa Hujin sambil menggeleng, " hanya Shen Bok Hong seorang yang tinggalkan tempat ini" Siau Ling segera alihkan pula sorot matanya keatas wajah Tan Hiong Ciang dan berkata "Setelah Shen Bok Hong meninggalkan kota Tiang sah, bukankah engkau dengan kedudukanmu sebagai sau cungcu dapat memberi perintah kepada semua pihak"!" Tan Hiong Ciang menggeleng. "Tidak, dalam mengatur semua masalah suhuku bekerja secara teliti dan cermat, kalau dihitung maka kawanan jago dari pe kampungan Pek hoa san cung yang rata2 memiliki ilmu silat sangat lihay itu adalah angkatan yang lebih tua semua daripada diriku, kalau suruh mereka semua mendengarkan perintahku sudah tentu tidak mungkin terjadi" "Hmn! aku sih tidak bermaksud untuk memerintah mereka, aku hanya mengharap agar engkau bersedia membawa aku untuk melihat-lihat penjaggan yang diatur dikota gurumu Tiang sah ini serta berapa besar kekuatan yang ditinggalkan disini, selama Shen Bok Hong masih ada dikota Tiang sah mungkin engkau agak jeri dan segan terhadap dirinya, sekarang setelah ia pergi, dengan kedudukan sebagai sau cungcu rasanya kita bisa pergi mengadakan pemeriksaan secara terang2an bukan?" Tan Hiong Ciang melirik sekejap kearah Kim Hoa Hujin, lalu berkata "Tapi sayang hujin tak bersedia untuk bekerja sama dengan aku, kalau bisa bekerja sama mungkin tidak susah buat kita untuk menaklukan Siau Ling" "Kalau aku bekerja sama dengan dirimu, itu berarti hanya akan mengantar nyawamu belaka" "Apa maksud perkataanmu itu?" "llmu silat yang dimiliki Siau Ling lihay sekali, kita berdua bukan tandingannya, kalau kita terlalu memaksa dirinya maka dia pasti akan membinasakan dirimu lebih dahulu" "Benar juga perkataan dan hujin..." Sorot matanya segera dialihkan kearah Siau Ling dan menyambung lebih lanjut "Siau tayhiap, memang tidak sulit bagiku untuk membawa engkau berkunjung kemarkas penjagaan yang diatur oleh guruku, tetapi tindakan kita ini makin rahasia semakin baik, kalau sampai rahasianya bocor maka bukan saja tidak akan menguntungkan diriku, bagi Siau tayhiap pun tiadk mengunungkan" "Maksud dari perkataan itu sudah jelas sekali, yakni dia menganjurkan kepada Siau Ling agar membunuh Kim Hoa hujin untuk melenyapkan saksi. Sudah tentu Siau Ling dapat memahami perkataanya itu, namun ia pura2 berlagak bodoh, tanyanya "Oooh...! jadi maksudmu, engkau hendak suruh aku membinasakan Kim Hoa Hujin untuk melenyapkan saksi?" Ucapan yang diutarakan secara blak-blakan dan dan terus terang ini sama sekali berada diluar dugaan Tan Hiong Ciang, tanpa terasa berdiri tertegun. "Aku sih hanya ingin memperingatkan diri Siau tayhiap belaka " katanya kemudian, ''Bagaimana cara penyelesaiannya, itu sih terserah pada keputusan Siau tayhiap sendiri" "Aku rasa hal itu tidak perlu!" kata Siau Ling sambil tertawa ewa. Tan Hiong Ciang segera berpaling dan memandang sekejap kearah Kim Hoa hujin, nampak olehnya wajah perempuan itu seperti sedang tertawa tapi bukan tertawa, sedang dipikirkan olehnya maka diapun berkata: "Kalau, memang begitu, mari kita berangkat sekarang juga!" "Baik, tetapi sebelum itu aku hendak menerangkan kembali beberapa persoalan kepadamu" "Akan kudengarkan dengan baik2!" "Sesudah Shen Bok Hong berlalu dari kota ini, maka jago2 perkampungan Pek hoa san cung kalian yang mampu menandingi diriku boleh dibilang jarang sekali aku harap Saucungcu suka menyayangi jiwamu secara baik-baik, janganlah berusaha untuk main gila atau tunjukkan hal2 yang lain sebab setelah kutinjau kekuatan kalian yang benarnya maka aku akan segera berlalu tanpa mengganggu mereka barang seujung rambutpun" "Apabila sebelum kedatangan kita rahasia tersebut sudah keburu bocor hingga terjadi perubahan diluar dugaan, engkau jangan menyalahkan diriku lho...!" "Aku punya mata bisa melihat asal persoalan itu tiada sangkut pautnya dengan dirimu tentu saja aku tidak akan menyalahkan engkau" "Persoalan tak dapat ditunda-tunda lagi bagaimana kalau sekarang juga kita berangkat?" "Apakah aku mengenakan pakaian saja?" Tan Hiong Ciang termenung dan berpikir sebentar kemudian menjawab, "Apabila engkau bersedia membuang jenggot palsumu dan berganti dengan pakaian ringkas lalu membubuhi kembali obat penyamar diatas wajahmu selama melakukan perjalanan bersama aku rasa siapaun tak akan menduga akan asal usulmu yang sebenarnya" Siau Ling tidak banyak bicara, dia segera melepaskan jubah panjangnya dan membersihkan wajahnya dari jenggot palsu. "Aku akan carikan pakaian untukmu!" seru Kim hoa hujin kemudian, dengan cepat tubuhnya berkelebat keluar dari ruangan itu. Memandang bayangan punggung Kim hoa hujin yang lenyap dari pandangan Tan Hiong Ciang berbisik lirih, "Siau tayhiap, engkau tidak takut Kim hoa hujin akan membocorkan rahasiamu?" Siau Ling tersenyum "Sekalipun dia membocorkan rahasia ini, belum tentu orang lain bersedia untuk mempercayai perkataannya" "Kenapa" "Pertama orang lain tak akan percaya kalau Sau cungcu bisa menghianati perkampungan Pek hoa sancung, kedua, orang lainpun tak akan percaya kalau aku, Siau Ling bersedia melakukan perjalanan bersama dirimu!" Sungguh cepat gerak gerik Kim hoa hujin dalam waktu singkat ia telah kembali sambil membawa seperangkat baju. Setelah tukar pakaian Siau Ling berkata "Sau cungcu bagaimana sebutan antara engkau dengan diriku" "Engkau sebut aku dengan Tan heng dan aku akan memanggil engkau sebagai Pak heng!" "Apakah sau cungcu mempunyai seorang sahabat yang memakai she Pak" "Ada dan orang itu jauh ada dilautan timur tidak banyak yang kenal dengan dirinya" "Bagaimana dengan mayat dalam ruangan ini?" "Akan aku suruh mereka membereskan sekarang kita boleh berlalu dari sini" Dengan langkah lebar ia bermaksud keluar dari ruangan tersebut. Tiba-tiba Siau Ling menggerakan tangan kanannya mencengkeram bahu Tan Hiong Ciang, ketika tangan kirinya bergetar maka dua buah jalan darah anehnya sudah kena ditotok katanya, "Sekarang kita boleh berangkat!" "Adik Siau Ling" bisk Kim hoa hujin dengan suara lirih, "apakah engkau butuhkan perlindungan dariku setiap saat?" "Tidak perlu!" jawab pemuda itu sambil menggeleng. Dengan langkah lebar ia segera mengikuti dibelakang Tan Hiong Ciang berlalu dari situ. Sesudah keluar dari kebun teh Jit ci teh wan, tiba-tiba Tan Hiong Ciang bertepuk tangan tiga kali, seorang pria kekar baju hijau bertopi kecil maju menyongsong sambil memberi hormat. "Sau cungcu ada pesan apa?" "Siapkan dua ekor kuda!" Orang itu mengiakan, beberapa saat kemudian ia sudah muncul kembali sambil menuntun dua ekor kuda jempolan. Tan Hiong Ciang segera menekan pelana kuda, mengepos tenaga untuk loncat naik, tiba-tiba kedua belah iganya terasa sakit sekali bagaikan ditusuk oleh pisau tajam, keringat sebesar kacang kedelai mengucur keluar tiada hentinya, hal ini membuat hatinya jadi terkesiap. Sekarang ia baru menyadari bahwa Siau Ling benar2 memiliki kemampuan untuk mencari letak jalan darah aneh hingga membuat orang lain tak dapat menyalurkan tenaga, iapun tak tahu bagaimana cara untuk membebaskan jalan darah tersebut, dari situ bisa diketahui bahwa tidak semua orang bisa menyelamatkan jiwanya. Dendam Empu Bharada 37 Pendekar Mabuk 07 Utusan Siluman Tujuh Nyawa Pedang Sinar Emas 29