Budi Kesatria 21
Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen Bagian 21 musibah itu disaat yang terakhir. Maka untuk amannya bila kita ingin membinasakan gembong iblis itu, maka bahan peledak tersebut harus bisa diledakkan tanpa disadari olehnya asal ia tidak menduga sampai kesitu, pastilah jiwanya bisa kita lenyapkan!" Sementara pembicaraan masih berlangsung Bu wi totiang mengiringi sepasang pedagang dari kota Tiong ciu telah masuk kedalam ruangan. Begitu melangkah masuk kedalam ruangan, sepasang mata dua orang pedagang itu langsung dialihkan keatas wajah Pek li Peng Walaupuu kedua orang itu sudah melihat jelas bahwa dara itu tak lain adalah Pek li Peng. akan tetapi dalam hati mereka tak berani percaya dengan pandangan matanya itu, setelah mengamatinya beberapa lama sekulum senyum manis baru bersungging diujung bibirnya, dan menyapu bersih kemurungan serta kesedihan yang semula masih jelas menyelimuti raut wajahnya. Sepasang mata dua orang itu masih merah membengkak mukanya rada pucat dan perut Sang Pat yang semula buncit kini jauh lebih kempes. Sebetulnya wajah Tu Kiu yang dasarnya memang pucat kini berubah jadi hijau membesi, tubuhnya kurus seperti lidi, keadaannya benar-benar mengenaskan. Pek li Peng sangat terharu menyaksikan keadaan dua orang itu. Dia tahu siksaan yang diderita dua orang ini luar biasa hebatnya, perlahan ia bangkit berdiri lalu berjalan menghampiri kedua orang itu, bisiknya dengan lembut; "Kami telah menyusahkan kalian berdua!" "Sekarang sudah baik, cuma., sampai kapan kita baru dapat bertemu dengan toako?" sahut Sang Pat sambil tersenyum. "Sebelum tengah hari besok, kalian pasti akan bertemu dengan dirinya,." Tiba-tiba dara itu mengerutkan dahinya, lalu menyambung lebih jauh : "Cuma., aku tak dapat memberitahukan raut wajah dan dandanannya kepada kalian berdua, dan kalianpun tak boleh saling menyapa dengan dirinya, sebab ini bisa mengakibatkan rahasianya ketahuan orang!" Sekulum senyum yang jarang ditemui orang tampak tersungging diatas wajah Tu Kiu yang senantiasa dingin dan kaku itu, jawabnya cepat : "Asal kami tahu bahwa toako masih hidup dikolong langit, hal ini sudah lebih dari cukup, buat apa kami musti terburuburu mengetahui raut wajahnya?" Rupanya Bu wi to tang telah memberitahukan duduk persoalan yang sebenarnya kepada Tiong ciu siang ku, maka tanpa diulang lagi mereka sudah menjadi jelas. "Saudara Sang, saudara Tu, hayolah duduk dulu disini!" ujar It bun Han to sambil mempersilahkan kedua orang itu duduk. Rasa sedih dan murung yang menyelimuti wajah Sang Pe t serta Tu Kiu telah terhapus dalam hatinya, mereka menurut dan segera ambil tempat duduk, katanya: "Apakah It bun heng ada sesuatu petunjuk?"" "Barusan aku dan Sun locianpwe membicarakan kembali rencana adu jiwa kita, sekarang telah kita ketahui bahwa Siau tayhiap masih hidup di kolong langit, aku rasa rencana tersebut tak mungkin bisa kita gunakan lagi!" "Siau Toako kami selalu menyanjung dan memuji akan kecerdasan saudara It bun, lebih baik semua persoalan dan rencana kita selanjutnya dipimpin oleh It bun heng tanpa persetujuan kami lagi" sela Sang Pat cepat. Sun Put shia segera menimbrung pula dari samping: "Aku tak ambil perduli apakah rencana adu jiwa itu masih bisa dipakai atau tidak aku sipengemis tua ingin sekali mendengarkan rencana kalian selanjutnya dalam menghadapi Shen Bok Hong!" It bun Han to tertawa: "Pada hakekatnya rencana itn tidak termasuk terlalu hebat aku hanya berharap agar Shen Bok Hong tahu bahwa kami dapat mengiringi kematiannya, gampang sekali caranya itu yakni aku dan saudara Sang masing-masing membawa sebutir bahan peledak Poh san-sin lui tersebut, kemudian dalam suatu pertarungan yang sengit kami akan ledakan bahan peledak tersebut sehingga kami bertiga serentak mati bersama-sama!" Mendengar itu, Sun Put- shia segera menghela napas panjang, katanya kemudian : "Sepantasnya kalau sedari dulu-dulu kalian beritahukan rencana ini kepada aku sipengemis tua, biarlah aku sipengemis yang menggembol bahan peledak itu dan beradu jiwa dengan mereka, ketahuilah aku sudah tua dan aku tak ikut mati, daripada hidup beberapa tahun lagi kan lebih enak beradu jiwa dengan Shen Bok Hong, aku bisa mati dengan bangga dan siapa tahu nama harumku akan dikenal sepanjang masa" sedang kalian berdua masih muda dan kesempatan hidup masih panjang, mengapa kalian korbankan jiwa dengan begitu saja?" Kembali It bon Han-to tertawa. "Sudah kupikirkan soal ini dengan masak, aku tahu jika berbicara mengenai ilmu silat maka memang paling tepat kalau meminta locianpwe yang menghadapi Shen Bok Hong, tapi dalam keadaan begitu justru locianpwe serta Bu wi totiang tak boleh mati!" Bu wi totiang memang sama sekali tak tahu menahu tentang rencana adu jiwa itu, maka dia hanya pasang telinga sambil mengikuti jalannya pembicaraan tersebut tanpa memberi komentar. Lain halnya dengan Sun Put shia, cepat dia berseru : "Kenapa kami berdua tak boleh mati?" "Sebab setelah Shen Bok Hong mati bersama kami, antekanteknya yang bercokol dalam perkampungan Pek hoa sancung kan masih belum buyar, maka permainan catur yang masih ditengah jalan ini harus dibereskan oleh manusiamanusia berbudi, berilmu dan berkedudukan tinggi maka Sun locianpwe serta Bu wi Totiang. Asal Shen Bok Hong telah mati dan pihak Pek hoa san cung tak ada pentolan yang memimpin kekuatan mereka lagi. dengan kedudukan dan nama besar Sun locianpwe serta Bu wi to tiang, asal kalian berseru kepada umat persilatan, rasanya tidak susah untuk menghimpun kekuatan yang terdiri dari jago-jago persilatan untuk menumpas sisa-sisa gerombolan tersebut, sebaliknya jika locianpwe dan Bu wi to heng mati lebih duluan dalam gelanggang pertarungan, lalu siapakah yang harus memikul tugas berat ini?" Sun Put shia tampak termenung dan berpikir beberapa saat lamanya, kemudian ia baru berkata lagi : "Sekarang terbukti Siau Ling belum mati, situasipun ikut mengalami perubahan, bagaimana caranya kita untuk mengulangi persoalan ini..?" "Nah inilah masalah serius yang harus kita rundingkan bersama saat ini juga sambung It bun Han to cepat, "Aku rasa tak usah dirundingkan lagi!., sela Sun Put shia sambil menggeleng, "lebih baik It bun heng saja yang carikan akal kemudian beberkan kepada aku pengemis tua dan Bu Wi totiang, apabila kita merasakan ada bagian yang tak beres, segera dibetulkan dan dirubah, bila tak ada yang tidak beres, lebih baik kita turuti saja rencana seperti apa yang It bun heng usulkan itu!" "Baiklah..! ujar It bun Han-to kemudian, kalau memang begitu, aku akan mengajukan suatu rencana bagus, jika kalian merasa ada bagian yang kurang sesuai harap segera dikemukakan. dengan begitu persoalan tersebut dapat kita rundingkan lagi." Setelah berhenti sebentar, sambungnya lebih jauh: "Sekarang terbukti Siau tayhiap belum mati, aku rasa rencana kita, untuk menghadapi musuh dengan menggunakan bahan peledak poh san sin lui lebih baik ditangguhkan untuk sementara waktu. ---oo0dw0oo--- Jilid: 37 "KETIKA Shen Bok Hong tiba kemari tengah hari besok mungkin Siau tayhiap sendiri pun ikut hadir di tempat itu kurang sesuai bila kita lepaskan bahan peledak poh san sin lui dalam keadaan begitu, apalagi bisakah membunuh Shen Bok Hong dengan benda tersebut masih merupakan suatu tanda tanya besar, maka aku pikir rencana darurat tersebut lebih baik jangan kita gunakan lagi dalam keadaan begini.. !" "Menurut pendapat aku si pengemis tua lebih baik serahkan saja bahan peledak Poh san sin lui tersebut kepadaku, tengah hari besok aku akan tampil kedepan dan menantang Shen Bok Hong untuk berduel di sebuah tanah lapang kosong, bilamana nasibku lagi mujur tentu saja aku sipengemis tua tidak akan melepaskan Poh san sin lui tersebut, sebaliknya kalau aku merasa tak mampu menangkan dia maka Poh san sin lui itu akan kulepaskan untuk beradu jiwa dengan dirinya." Siapa nyana It bun Han to segera gelengkan kepalanya berulang kali setelah mendengar perkataan itu. "Tidak bisa, cara dari locianpwe itu tak mungkin bisa dilaksanakan. !" "Kenapa?" "Sekarang kami sedang kepepet dan sangat membutuhkan tenaga-tenaga berpengalaman macam locianpwe tak boleh sekali-kali mengkorbankan diri, kendatipun Shen Bok Hong sendiri, dengan akal muslihatnya yang banyak serta kecerdasan otaknya yang brilian belum tentu dia bersedia untuk menyambut tantangan dari locianpwe itu!" "It bun heng, engkau tak usah menguatirkan keselamatan jiwa aku si pengemis tua setelah aku muncul kembali kedalam dunia persilatan kali ini, dalam hati aku memang tidak berniat untuk mengundurkan diri lagi ketempat pengasinganku dalam keadaan hidup, aku jadi tak habis mengerti setelah mendengar dugaanmu yang mengatakan bahwa Shen Bok Hong belum tentu mau menerima tantangan dari aku si pengemis tua!" It bun Han to menghela napas panjang. "Tidak heran kalau locianpwe sendiripun sampai mengajukan pertanyaan semacam itu, pada hakekatnya memang terlalu sedikit orang yang benar-benar memahami watak Shen Bok Hong, oleh karena itulah dia bisa malang melintang tanpa tandingan hingga saat ini. Ketahuilah orang itu halus sekali perasaan hatinya, dia banyak curiga dan liciknya luar biasa, bila menemukan sesuatu gejala yang tidak beres, walau sedikit apapun gejala tersebut tak pernah ia lepaskan dengan begitu saja. Oleh karena itu, jika locianpwe hendak mengajak dia untuk berduel disebuah tanah lapang yang kosong, maka ajakan mu ini justru akan mendatangkan kecurigaan yang amat besar didalam hatinya.. " "Aaah, apakah It bun heng tidak terlalu berlebihan melukiskan kehebatan dan kepintaran Shen Bok Hong, aku si pengemis tua tidak percaya kalau dia benar-benar amat lihay sampai tak bisa dikibulin dalam soal apa pun.. !" tukas Sun Put shia penasaran. It bun Han to termenung sebentar, lalu ujarnya : "Jadi locianpwe tidak percaya dengan perkataanku itu" Kalau memang begitu, bagaimana kalau kita buktikan bersama?" "Baik! Serahkan bahan peledak Poh san sin lui itu kepadaku, dan beritahukan pula bagaimana caranya melepaskan benda ini, akan kuajak gembong iblis itu untuk berduel dilapangan terbuka!" "Boleh-boleh saja kalau locianpwe ingin membuktiktan, tapi sebelum itu locianpwe harus menyanggupi dahulu sebuah permintaanku" "Apa permintaanmu itu"!" "Andaikata Shen Bok Hong menampik tantangan locianpwe untuk berduel disebuah tanah lapang, maka mulai detik itu juga locianpwe harus mendengarkan semua perkataanku tanpa menanyakan lebih jauh duduknya persoalan, engkau bisa menyetujui?" Bu wi totiang hendak mencegah perbuatan rekan-rekannya itu akan tetapi setelah menyaksikan keseriusan It buu Han to yang rup nya hendak manfaatkan kesempatan itu untuk menaklukan kekerasan hati Sun Put shia maka diapun lantas membungkam dan tidak banyak bertanya lagi. Sun Put shia tidak langsung menjawab, dia termenung dan berpikir sejenak, kemudian baru sahutnya : "Baiklah ! Kusanggupi syaratmu itu, aku yakin Shen Bok Hong pasti akan menuruti tantanganku ini...!" "Mengapa begitu?" sela Pek-li Peng dari samping secara tiba-tiba. Sun Put-shia tersenyum, katanya: Menurut pengalaman yang berhasil kukumpulkan selama banyak tahun, kebanyakan orang persilatan pada menyukai gengsi dan jaga muka, bila kutantang Shen Bok Hong untuk berduel satu lawan satu dihadapan ratusan orang jago persilatan yang hadir besok siang, masa dia mau tunjukkan kelemahannya dihadapan orang banyak " Sudah pasti akan diterimanya tantanganku ini!" "Locianpwe, engkau tak dapat menilai watak Shen Bok Heng dengan penilaianmu terhadap kebanyakan orang persilatan ! " kata It-bun Han to lagi dengan lembut. "Aku si pengemis tua tetap tidak percaya kalau Shen Bok Hong lebih suka mengorbankan muka dan gengsinya daripada menerima tantanganku!" "Aaai..agaknya sebelum dibuktikan dengan kenyataan, locianpwe tidak akan mempercayai perkataanku ini. baiklah! Mari kita buktikan bersama, akhirnya siapa yang benar." "Jika apa yang diduga It bun heng tepat dan sama sekali tidak meleset, maka mulai hari itu juga aku pengemis tua akan menuruti semua perkataanmu, walaupun engkau suruh aku terjun keair, aku akan terjun ke air, kau suruh aku terjun ke api akupun akan terjun ke api aku pengemis tua tak akan bertanya: Mengapa lagi!" "Baik! Kita tetapkan perjanjian kita ini dengan sepatah kata tersebut .!"' seru It bun-Han to kemudian. Pek li Peng yang mengikuti jalannya perdebatan tersebut, segera mengerutkan dahinya, kemudian berkata: "'Sun locianpwe, toako selalu memuji akan kecerdasan otak Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo dari It bun sianseng, mengapa engkau bersikeras tak mau percaya dengan perkataanya?" "Sudah berpuluh-puluh tahun aku sipengemis tua hidup dikolong langit, masa pengetahuan seminim itupun tidak kumiliki" Eeh, anak perempuan, apa yang kamu ketahui?" "Yaa. pandangan setiap orang memang saling berbeda" kata It bun Han to kemudian. Tampaknya kita harus menunggu sampai hasil taruhan tengah hari besok.." Setelah berhenti sebentar, simbungnya lebih lanjut : "Tengah hari besok Siau tayhiap pasti akan munculkan diri diruang meja abu, kalau waktu itu dia tidak bersedia munculkan diri maka lebih baik sementara waktu kita rahasiakan pula identitasnya dan jangan sekali-kali kita paksa dia untuk munculkan diri!" "Apakah kita harus siapkan pula segala perlengkapan yang dibutuhkan untuk menghadapi situasi gawat tengah hari besok?" tanya Bu wi totiang. "Benar, kita harus mempersiapkan diri untuk menghadapi keadaan itu, hal ini perlu kita lakukan guna berjaga-jaga apabila usaha Sun locianpwe untuk meledakan Poh san siu lui dan adu nyawa dengan Shen Bok Hong mengalami kegagalan" Ia berhenti sebentar, lalu terusnya lebih jauh: "Sebagai langkah pertama, tengah hari besok aku minta agar To heng bersedia untuk membentuk sebuah barisan kekuatan yang terdiri dari jago-jago tangguh untuk menghadapi para pengikut Shen Bok Hong. sedangkan saudara Sang dan saudara Tu menggantikan kedudukan Sun locianpwe memimpin pasukan kedua yang khusus bertugas menghadang jalan pergi Shen Bok Hong pribadi bilamana perlu kita hadapi mereka dengan pakai bahan peledak poh san sin lui tersebut, persoalan diluar tugas-tugas tersebut akan kutangani sendiri!" Bu wi totiang, Sang Pat serta Tu Kiu segera menyambut dan menerima pembagian tugas itu. Perlahan-lahan dan dengan sangat hati-hati It bun Han to ambil keluar bahan peledak Poh san sin lui itu dari sakunya, sambil diangsurkan ketangan Sun Put shia ujarnya: "Locianpwe, inilah Poh san sin lui tersebut, silahkan locianpwe menerimanya!" Pek li Peng ikut mengalihkan sorot matanya kearah benda itu, ternyata yang di sebut geledek sakti penghancur bukit itu tidak lebih cuma sebuah benda sebesar telur itik yang berwarna merah darah, apabila tidak mendengarkan penjelasan terlebih dahulu, siapapun tak akan percaya kalau benda sekecil itu ternyata memiliki daya kekuatan penghancur yang benar-benar mengerikan. Sun Put shia menerima benda itu dan diamatinya sejenak, lalu ujarnya: "Sekecil inikah benda yang kau lukiskan amat dahsyat itu" Aku si pengemis tua jadi tidak percaya kalau benda sekecil ini sebenarnya memiliki daya penghancur sehebat itu!" "Locianpwe....!" ujar It bun Han to dengan wajah serius, bilamana engkau merasa tak yakin untuk beradu dengan Shen Bok Hong, aku harap janganlah sekali-kali kau gunakan benda itu secara sembarangan! Sun Put shia mengangguk tiada hentinya. "Bila aku tak dapat beradu jiwa dengan Shen Bok Hong tidak nanti benda ini kugunakan dengan sembarangan, It bun heng tak usah kuatir, kalau bisa aku si pengemis tua pun masih ingin hidup beberapa tahun lagi di dunia ini!" "Bagus sekali, kalau locianpwe sudah punya ingatan demikian maka akupun bisa berlega hati, cara penggunaan benda ita sederhana sekali, asal terkena benturan keras maka benda itu segera akan meledak, lebih baik lagi apabila locianpwe bisa memancing Shen Bok Hong agar menghantam sendiri benda itu sehingga meledak, bila itu tak mungkin maka serahkanlah hawa murnimu ke dalam telapak tangan kemudian membanting bahan peledak itu keatas tanah, maka benda itu segera akan meledak!" Ia berhenti sebentar, kemudian melanjutkan. "Meskipun bahan peledak Poh san-sin lui mempunyai daya penghancur yang luar biasa tapi korban yang pasti mati hanyalah mereka-mereka yang berada diseputar radius satu kaki selebihnya masih ada harapan untuk hidup lebih jauh." "Akan kuingat terus perkataan itu!" "Tengah hari besok, bila Shen Bok Hong telah datang maka Gak Siau cha dan Giok siau-long-kun pasti akan turun tangan lebih dahulu." "Menurut Siau toako, nona Gak bukan tandingan dari Shen Bok Hong" tiba-tiba Pek-li Peng menyela "toako suruh aku berusaha menghalangi terjadinya peristiwa itu, dan terutama sekali jangan sampai membiarkan nona Gak terluka ditangan Shen Bok Hong" It-bun Han-to mengangguk. "Aku tahu dan aku bisa aturkan segala sesuatunya sampai beres, harap nona jangan terlalu memikirkannya dihati, bila nona hadir pula dalam gelanggang tengah hari besok, aku harap nona bisa bersikap lebih tenang, jangan berteriak maupun bersuara, sehingga tidak sampai mengacaukan semua rencana kami yang telah diatur dengan matang "Apakah engkau yakin bisa menghalangi niat nona Gak sehingga ia tak sampai menderita luka?"; "Nona tak usah kuatir, aku pasti dapat mengusahakan suatu cara yang mencegah Gak Siau cha sampai menderita luka, tengah hari besok nona boleh berpeluk tangan belaka sambil menonton harimau berkelahi, engkau tak perlu mencampuri urusan ini lagi" "Baik, kusanggupi permintaanmu itu!" It bun Haa to segera bangkit berdiri, katanya lagi: "Menurut garis muka dari Siau tayhiap dia tidak mirip seseorang yang berumur pendek, maka ketika berita kematiannya tersiar aku masih setengah percaya setengah tidak, walaupun begitu aku pun bisa membayangkan keadaan yang kalian alami waktu itu, seseorang yang terjebak ditengah kepungan kobaran api yang amat berat, memang tidak mungkin bisa lolos dari keadaan hidup, sungguh tak nyana keajaiban memang bisa juga terjadi di dunia ini. ternyata Siau tayhiap lolos dari bencana. Sekarang tentunya perasaan hati kalian semua sudah senang bukan" Aku harap kalian bisa beristirahat dengan sebaik-baiknya untuk menghimpun kembali kekuatan tubuh kita sebab kemungkinan besar tengah hari besok bakal berlangsung suatu pertarungan sengit...." Berbicara sampai disini, dia lantas alihkan sorot matanya kearah Pek li Peng dan melanjutkan: "Aku telah siapkan tempat penginapan bagi nona, letaknya persis disebelah kamar istirahat dari nona Gak, antara ruangan dengan ruangan hanya dipisahkan dengan selembar kain putih, silahkan nona beristirahat dengan tenang disana, selain itu dapat kau curi dengar pembicaraan disitu, tapi engkau tak boleh banyak bicara sebab ketajaman pendengaran dari nona Gak sangat luaar biasa, sepatah kata saja engkau berbicara niscaya indentitasmu akan ketahuan!" Pek li Peng mengangguk. "Sekarang aku lapar, aku ingin mengisi perut dahulu!" "Beristirahatlah didalam kamar sana nanti akan ada orang yang mengantarkan makanan untuk nona, Nah, sekarang perbaiki dahulu penyamaranmu kemudian pergilah beristirahat!" Pek-li Peng tidak banyak berbicara, dia perbaiki penyaruannya kemudian mengikuti dibelakang It bun Han to menelusuri beberapa lorong dan tiba dalam sebuah ruang kecil. It bun Han to singkapkan kain gorden dan Pek li Peng segera melangkah masuk ke dalam ruangan, tanpa mengucapkan sepatah katapun It-bun Han-to menurunkan kembali gordennya dan segera berlalu. Setelah masuk kedalam ruangan, dengan sorot mata yang tajam Pek li Peng menyapu sekejap kedalam ruangan itu, dia lihat dalam ruangan tersebut hanya terdapat sebuah pembaringan kecil yang terbuat dari papan kain sepre serta selimutnya berwarna putih bersih, walaupun sederhana perlengkapannya tapi jelas ruangan-ruangan itu khusus disediakan untuk menampung para tamu terhormat. Selang sesaat kemudian, seorang dara baju putih masuk kedalam ruangan sambil menghidangkan sayur dan nasi. Sayurnya amat sederhana tapi cukup nikmat dimakan, selesai bersantap Pek li Peng naik keatas pembaringan dan bersiap-siap untuk atur pernapasan lalu tidur. Baru saja matanya dipejamkan tiba-tiba dari kamar sebelah terdengar seseorang berseru dengan suara yang lirih dan rendah: "Nona Gak....!" Pek li Peng segera kenali suara itu sebagai suara dari Giok siau long kun, tanpa sadar semangatnya lantas bangkit, cepat pikirnya : "Agaknya It bun Han to memang sengaja mengatur aku disini dengan tujuan mengupingi pembicaraan dari Giok siau long kun dengan enci Gak, aku tak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini dengan begitu saja..!" Karena berpendapat demikian, maka ia lantas pusatkan seluruh perhatiannya untuk mendengarkan pembicaraan tersebut. Terdengar suara dari Gak siau cha berkumandang lirih: "Apakah saudara Thio disitu?" "Benar;" jawab Giok siau long kun, dalam pertarungan kita melawan Shen Bok Hong tengah hari besok mungkin jiwa kit akan sama-sama melayang dari tubuh kita, aku pikir mungkin sekali malam ini adalah malam terakhir bagi kita untuk hidup didunia ini maka...." Dia menghela napis panjang dan menambahkan : "Maka aku ingin manfaatkan kesempatan terakhir ini untuk bercakap-cakap dengan nona Gak, apakah engkau bersedia untuk temui aku?"" "Silahkan masuk saudara Thio!" Mendengar pembicaraan tersebut, Pek li-Peng berpikir di hati: "Entah kemana perginya dua orang dayang yang dibawa enci Gak itu" Mereka masih ada di kamar atau sudah pergi?" Baru pikiran itu terlintas dalam benaknya, Giok Siau long kun telah bertanya: "Kemana perginya kedua dayang itu!?" "Oooh..! Mereka ada dikamar sebelah!" Kembali Giok Siau long kun menghela napas panjang. "Dua orang dayang itu sangat menyintai dan menghormati nona bila engkau mati di tangan Shen Bok Hong tengah hari besok, mungkin mereka berdua akan ikut mengorbankan pula jiwanya untuk mengiringi dirimu" "Sudah banyak tahun mereka ikut aku, umum kalau mereka berkorban mengiringi keberangkatanku, tapi diri Thio heng.." "Di depan meja abu tengah hari tadi aku telah membeberkan isi hatiku dihadapanmu, masa aku harus ulangi kembali pernyataanku itu sekali lagi..?" tukas Giok siau long kun cepat. Gak Siau-cha menghela napas panjang. "Sudah terlalu banyak budi kebaikan yang kuterima dari diri Thio heng. Aaai!Entah bagaimana caraku untuk membalas budi kebaikanmu itu dalam hidupku kali ini?"" "Buat apa engkau pikirkan soal balas budi segala " Memangnya kesempatan hidup bagi kita tengah hari besok amat besar?"" "Kalau toh engkau sudah tahu bahwa kesempatan hidup bagi kita sangat tipis, mengapa engkau harus melibatkan diri dalam peristiwa ini?"" "Inilah yang dinamakan kobaran api cinta yang sukar dikendalikan lagi, apa daya " Aku memang tak mampu menguasahi diriku sendiri" "Tapi aku toh tidak menaruh rasa cinta padamu!" seru Gak Siau-cha dengan cepat. "Engkau tidak cinta, tapi aku menaruh rasa cinta kepadamu, aku rela mengorbankan jiwaku demi kau seorang!" "Ketahuilah saudara Thio, dari keluarga besar Thio hanya engkaulah satu-satunya bibit keturunan bila engkau mati ditempat ini siapa lagi yang akan meneruskan keturunan keluarga Thio?"" "Kalau engkau mati dalam pertempuran, akupun segan hidup sendirian kalau kususul engkau kea1am baka bukankah keluarga Thio tetap akan putus turunan?"" Gak Siau cha mengeluh, katanya : "Kebaikan apakah yang kumiliki" Thio heng. mengapa engkau begitu tergila-gila kepadaku?" Bila aku dapat menceritakan kebaikan-kebaikan nona, tidak nanti aku bakal tergila-gila kepada dirimu!" Sekali lagi Gak Siau cha menghela napas panjang : "Aaai..! Thio heng bagaimana pandanganmu mengenai dua orang dayang yang mendampingi diriku itu?" "Cantik jelita bagai bidadari dari khayangan, cerdas dan brilian, pandai pula membawa diri, mereka merupakan gadisgadis pilihan yang susah ditemui dikolong langit!" "Kalau memang begitu, carilah akal dan utus saja mereka untuk menyelesaikan suatu tugas, bukankah dengan begitu mereka akan terhindar dari musibah ini?"" "Tidak mungkin ! kata dara itu seraya menggeleng, mereka telah mengetahui akan kejadian tersebut, sekalipun mereka kusuruh pergi belum tentu mereka mau pergi, kecuali....." Tiba-tiba ia berhenti berbicara. "Kecuali kenapa?" Tanya Giok siau longkun cepat. "Kecuali Thio heng yang membawa mereka pergi dari sini!" sahut Gak siau Cha lirih. "Aku yang membawa mereka pergi dari sini....?" "Benar, asal engkau bersedia membawa mereka pergi maka selamatlah jiwa kedua orang ini" Sampai disiui, Giok Siau long kun segera menghela napas panjang. "Aaaai.. sekarang aku dapat memahami perasaan hatimu katanya, rupanya engkau sedang mainkan siasat Ih hoa ciap bok ( memindah bunga menyambung ranting). dengan siasat ini maka akupun akan turut di singkirkan dari sini..yaa, tampaknya engkau masih belum dapat menyelami perasaan hatiku." "Perasaan cinta dan pelampiasan rasa sayang Thio heng Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo kepadaku telah siau moay simpan dalam hati kecil, sepanjang hidup perasaan tersebut tak akan terlupakan lagi dari benakku, sayang kita terlalu lambat waktu bertemu, karena itu terpaksa siau moay hanya bisa memendam perasaan tersebut dihati.." Ia berhenti sebentar dan menghela napas panjang, lalu lanjutnya lebih jauh : "Meskipun antara aku dan Siau Ling tidak terikat dalam hubungan apa apa, tetapi pesan ibuku almarhum tak bisa kubangkang dengan begitu saja, aku tak ingin menjadi seorang anak yang Put hau, tidak berbakti pada orang tuanya, sebab itulah aku sudah menganggap Siau Ling sebagai suamiku walau tidak demikian dalam kenyataannya Thio heng! Pikirkanlah kembali posisiku sekarang ini, mungkinkah seorang gadis mempunyai dua orang suami" Thio heng, engkau harus memaklumi keadaanku ini, biarlah pelimpahan rasa cinta kasihmu kusimpan dalam hati saja, semoga dalam penitisan yang akan datang Gak Siau cha dapat membalas semua budi kebaikan yang telah kuterima selama ini..." "Tapi apakah nona tak pernah memikirkan tentang diri Siau Ling.."! seru Giok siau longkun dengan cepat, dia tidak serius dalam bercinta, setelah mempunyai engkau, dia berpacaran lagi dengan nona Pek li setelah ia tidak menunjukkan kesetiaan lebih dahulu kepada nona. apa pula gunanya nona Gak bersikeras untuk mempertahankan pandangan tersebut atas dirinya?" Pe li Peng yang mencuri dengar pembicaraan itu dari ruang sebelah, kontan dibikin mendongkol sesudah mendengar ucapan tersebut. "Sialan orang ini pikirnya dihati, ! apa sangkut pautnya aku dengan kalian" Huh, memangnya aku tak boleh berpacaran dengan toako." Harus ditampar bacot anjing ini!" Sementara itu Gik Siau cha telah menghela napas panjang dan berkata lagi : "Engkau jangan menyalahkan Siau Ling dia sama sekali tidak bersalah dalam masalah ini, sebab Siau Ling sendiri sama sekali tidak tahu kalau ibuku telah menjodohkan aku kepadanya dengan sendirinya diapun tak pernah menganggap akn sebagai istri atau kekasihnya!" "Terus dia anggap engkau sebagai apanya?" " "Sebagai encinya, angkatan yang lebih tua" "Andaikata Siau Ling hanya menganggap engkau sebagai encinya. itu berarti sama se kali tidak bentrok atau adanya persaingan antara hubungan segitiga kita bertiga, aku pun bersedia mengerahkan segenap kemampuan yang kumiliki untuk membantu dirinya ." Tiba-tiba teringat olehnya kalau Siau Ling sudah mati, setelah menghela napas panjang tambahnya : "Sayang dia sudah mati." Pek li Peng segera berpikir kemballi dalam hati "Toakoku seringkali membuat kebaikan dan membantu orang lain, memangnya dia berumur pendek" Huuh, sialan!." Sementara itu Gak Siau-cha telah menjawab : "Benar, ia sudah mati, berarti akupun tak dapat hidup sendirian didunia ini!" "Engkau akan membalas dendam bagi kematiannya"!" "Tentu saja, aku memang hendak membalaskan dendam bagi kematiannya!" "Nona Gak, tiba-tiba aku mempunyai suatu jalan pikiran yang sangat aneh.,apakah aku bisa mengetahui bagaimana pendapatrnu dengan jalan pikiranku ini?"" "Cobalah katakan?" "Bagaimanakah perhitunganmu tentang menang kalah dalam pertarunganmu melawan Shen Bok Hong tengah hari besok"!" "Aku sama sekali tidak berkeyakinan untuk menang?" "Dalam hal ilmu silat tentu saja kita bukan tandingan Shen Bok Hong. Dalam pertarungan ini tampaknya kita hanya mengandalkan keberanian kita untuk berjuang sampat titik darah penghabisan saja, selain itu tiada kekuatan lain yang bisa kita andalkan lagi!" "Dalam hati aku telah menganggap diriku sebagai istrinya, tentu saja aku berkewajiban untuk berkorban demi suamiku, sedangkan engkau sama sekali tak ada hubungan apa-apa dengan Siau Ling, mengapa engkau bersikeras untuk ikut mengorbankan diri"!" Giok siau long kun tertawa ewa. "Kendatipan engkau tewas dalam pertarunganmu melawan Shen Bok Hong itu belum berarti engkau telah membalaskan dendam bagi kematian Siau Ling!" katanya. "Aaai!" Gak Siau cha menghela nafas panjang '"Aku tahu kepandaianku tak mungkin bisa digunakan untuk menuntut balas, karena itu tujuanku berbuat begitupun tak lain hanya mencari kepuasan hati saja!" "Bilamana kita turun tangan bersama, apakah kita mempunyai harapan untuk mengalahkan Shen Bok Hong?"" Gak Siau cha menggeleng. "Tidak terlalu besar harapan itu !" "Andaikata kita berdua sama-sama mempunyai suatu pengharapan, aku rasa kemungkinan besar kita mempunyai harapan untuk memperoleh kemenangan." "Pengharapan yang bagaimana ?" "Kan sudah kukatakan tadi, harapan tersebut hanya muncul berdasarkan suatu jalan pikiranku yang aneh, jika aku salah berbicara nanti, aku minta engkau jangan gusar!" "Kasihan amat orang ini" pikir Pek li Peng dalam hati, "untuk mencari muka di depan enci Gak, bukan saja dia musti berhati-hati sewaktu berbicara, bahkan tak berani melukai hatinya aaai ! Begitukah korban cinta" " ---oo0dw0ooo--- KATAKANLAH...!" ucap Gak siau-cba, "Bila nona setuju, maka setelah kita bunuh Shen Bok Hong.." "Bagaimana"! Sela Gak Siau cha ketus, Giok siau long kun sangsi sebentar, kemudian katanya : "Setelah kita bunuh Shen Bok Hong dan andaikata kita masih diberi kehidupan didunia ini, maka sepantasnya kalau kita buatkan sebuah kuburan yang paling bagus untuk Siau Ling. setelah itu..., setelah itu.." "Setelah itu kita lantas kenapa"!"kemba li Gak Siau cha menimbrung. "Setelah itu kita bangun sebuah rumah gubuk didepan kuburan dari Siau Ling dan berkabung selama tiga tahun bagi arwahnya, aku rasa bila nona bersedia melakukan kesemuanya itu, sama pula artinya nona telah menunjukkan rasa cintamu terhadap Siau Ling" Gak siau cha menghela napas panjang, dia membungkam dalam seribu bahasa dan sama sekali tidak memberi komentar. Melihat dara itu membungkam Giok siau long kun melanjutkan kembali katanya. "Selewatnya tiga tahun masa berkabung, barulah engkau ambil keputusan lagi apakah engkau bersedia menjadi istriku atau tidak, entah bagaimana pendapat nona tentang usulku ini?"" "Siau moay merasa amat terharu dan tak tenteram setelah mengetahui kasih sayang Thio heng yang sedalam lautan terhadap diriku...." "Jadi engkau setuju?" seru Giok siau long kun kegirangan, hampir saja ia menjerit saking gembiranya. "Pada hakekatnya kusanggupi permintaanmu itu atau tidak bukanlah suatu persoalan yang penting, sebab dalam pertarungan adu kepandaian maupun adu kecerdasan yang akan berlangsung tengah hari besok, tipis sekali harapan kita untuk tetap hidup" "Tatkala Koh nay nay memberi obat mujarab kepadaku, ia wariskan beberapa jurus silat kepadaku, katanya jurus-jurus silat itu merupakan hasil ciptaannya sendiri setelah bertapa banyak tahun, aku berharap bisa mengandalkan ilmu silat baru itu untuk mengalahkan Shen Bok Hong." "Oooh....! Rupanya engkau sudah mempunyai kekuatan yang dapat diandalkan..!" "Berhasil atau tidak, sukar untuk ditentukan mulai sekarang, terpaksa kita harus berjuang sambil mengadu nasib!" "Tapi kalau kudengar dari nada ucapanmu, tampaktampaknya engkau sudah mempunyai keyakinan untuk menang!" "Bila kita bisa menang, bukankah berarti juga kita telah berhasil balaskan dendam bagi kematian Siau Ling?"" "Memang begitu!" "Siau Ling mati di tangan Shen Bok Hong jika kita berhasil balaskan dendam baginya bukankah arwahnya yang berada dialam baka akan merasa puas dan lega?" "Aaai ." Thio heng, silahkan engkau mengundurkan diri lebih dahulu, berilah kesempatan kepada Siau moay untuk berpikir lagi." "Baiklah, kalau memang begitu aku akan mohon diri, pikirkanlah persoalan ini hingga matang, besok pagi aku akan datang kemari untuk menunggu berita gembira dari nona" "Baik-baik dijalan Thio heng, maaf Siau moay tak dapat mengantar lebih jauh!" Terdengar suara langkah kaki manusia berkumandang memecahkan kesunyian, agaknya Giok siau long kun telah meninggalkan kamar tidur Gak siau cha.... Pek li Peng segera berpikir dihati: "Pada hakekatnya toako belum mati, bila besok pagi enci Gak menyanggupi usul Giok siau long kun maka urusan akan jadi berabe. Aku harus berusaha untuk memberi tahu kepadanya bahwa toako belum mati, sehingga enci Gak tidak sampai tertipu oleh orang ini!" Karena berpikir begitu, dia lantas bangkit berdiri dan siap melangkah keluar dari ruang itu. Tapi baru saja maju beberapa langkah, tiba-tiba satu ingatan terlintas dalam benak gadis itu, ia berhenti dan berpikir lagi: "Kalau aku berbuat agak serakah dengan tidak menyampaikan kabar ini kepada nona Gak, besok dia tentu akan menyanggupi permintaan Giok siau long kun. Nah! Jika nasi sudah menjadi bubur, bukankah itu berarti toako hanya milikku seorang.."!" Kepentingan pribadi, dan otak yang sadar saling bertentangan didalam hati kecilnya, untuk sesaat ia jadi bingung dan tak tahu bagaimana harus menyelesaikan persoalan ini.. Sementara ia masih berdiri kebingungan, tiba-tiba gorden disingkap orang menyusul Giok siau long kun dengan wajah penuh kegusaran telah berdiri tegak, didepan pintu. Pek li Peng memandang sekejap kearah Giok siau long kun, perlahan-lahan ia mundur kembali kesamping pembaringan dan duduk. Giok siau long kun menerobos masuk ke dalam tenda, selangkah demi selangkah ia mendekati Pek li Peng, sementara dengan muka hengis tegurnya : "Heehhh..heeehh..heehhh.. kalau dugaanku tidak keliru, sudah lama bukan engkau curi dengan pembicaraan kami"!" Pek li Peng tidak menjawab, dengan cepat ia berpikir : "Jika aku berbicara maka dia akan segera mengetahui kalau aku adalah seorang perempuan. tampaknya aku terpaksa harus pura-pura berlagak bisu.." Berpikir demikian, dia lantas menunjuk kearah mulut sendiri, kemudian gelengkan kepalanya. "Engkau bisu..?" tegur Giok-siau-long kuo dengan alis mata berkernyit Pek-li Peng mengangguk. Giok siau long kun segera tertawa dingin dan berkata lagi : "Kalau bisu biasanya juga tuli, entah bagaimana dengan pendengaran engkau..?" Hampir saja Pek li Peng buka suara untuk berbicara, untung dia masih ingat dengan penyamarannya, buru-buru dia mengangguk. Giok-siau-long-kun tertawa ewa, ia berkata lebih jauh : "Padahal pembicaraanku itu kulakukan dengan suara yang amat lirih, heran !" "Kenapa engkau bisa mendengarkan sejelas itu?" Buru-buru Pek li Peng gelengkan kepalanya, ia berlagak seakan-akan tidak mendengar jelas apa yang mereka bicarakan. "Waktu berbicara aku menggunakan suara yang sama kerasnya, tapi engkau bisa mendengar jelas sebagian katakataku, ada pula sebagian yang tidak jelas dalam pendengaran, Hmmm! Mana mungkin hal ini bisa terjadi.." Huh! Rupanya engkau memang sedang berlagak dihadapanku" Pek li Peng segera berpikir : "Jika aku bersikap lemah dan mengalah terus, pasti dia akan makin curiga kepadaku!" Sepasang matanya kontan melotot besar, sepasang telapak tangannya diulapkan berulang kali artinya mengusir Giok siau long kun dari ruangan tersebut. Tentu saja Giok siau long kun tak mau mengalah dengan begitu saja, ia tertawa dingin tiba-tiba sambil bergerak maju kedepan telapak tangan kanannya melancarkan sebuah cengkeraman kilat kearah pergelangan tangan Pek li Peng. Dengan cekatan gadis itu mengundurkan diri dua langkah kebelakang, lolos dengan serangan itu tangan kirinya sengaja membentur dinding kain di sampingnya. Memang cerdik gadis ini dalam keadaan terdesak tiba-tiba satu ingatan bagus melintas dalam benaknya, dia bermaksud untuk menarik perhatian Gak siau cha, sehingga gadis itu bisa datang untuk bantu dia meloloskan diri dari kesulitan itu. Gioi siau long kun sendiripun sama sekali tak menyangka kalau lawannya berhasil lolos dari serangan kilatnya itu, dalam perkiraannya semula serangan tersebut pasti akan berhasil mencengkeram pergelangan tangan sang lawan. Untuk sesaat ia berdiri tertegun, kemudian dengan dingin katanya : "Hooh.! Rupanya engkau adalah seorang jago lihay yang tak mau unjukkan diri!" Tiba-tiba ia menerjang maju kedepan, sapasang telapak Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo tangannya melancarkan seran an berantai yang semuanya ditujukan pada bagian-bagian penting ditubuh Pek li Peng. Memang hebat dan lihay ilmu silat yang dimiliki Giok siau long kun, apabila dia menyerang dengan sepenuh tenaga, maka tanpa melakukan perlawanan tak mungkin bagi Pek li Peng untuk mempertahankan diri. Untungnya Giok siau long kun tidak bermaksud melukai diri Pek li Peng, dan serangan yang dipakai hanya ilmu sebangsa Ki na jiu hoat belaka, maka untuk sementara waktu posisi masih bisa bertahan dalam keadaan seimbang. Siapa sangka walaupun dia sudah melancarkan belasan buah serangan berantai, kesemuanya berhasil dihindari Pek li Peng de ngan mudah lama kelamaan berubah juga air muka pemuda itu. "Kalau kulihat dari gerak gerikmu, jelas ilmu silat yang kau miliki terhitung ilmu silat kelas satu dalam dunia persilatan kenapa tidak kau lancarkan serangan balasan?" serunya. Betapa gelisahnya Pek-li Peng ketika dilihatnya Gak Siau cha belum juga munculkan diri untuk membantu dia lepaskan diri dari ancaman bahaya, dalam hati sepera pikirnya "Waduh celaka, jika enci Gak tidak datang juga, terpaksa aku harus melakukan perlawanan" Didalam menghadapi beberapa jurus ki na jiu yang dilancarkan Giok siau long kun barusan, secara lapat-lapat gadis itu sudah merasakan betapa tinggi dan lihaynya ilmu silat yang dimiliki orang itu, bila sampai terjadi pertarungan, terpaksa ia harus melayani dengan sepenuh tenaga sebab kalau tidak niscaya dia akan keteter hebat. Tidak memperoleh jawaban dari Pek li Peng, Giok siau long kun segera tertawa dingin dan berkata: "Aku harap engkau suka berhati-hati, sebab dalam sepuluh gebrakan berikut ini, aku hendak mencabut jiwamu!" Berbareng dengan selesainya perkataan itu secepat sambaran petir tangan kanannya melepaskan sebuah pukulan dahsyat kedepan. Untung Pek li Peng sudah bersiap sedia merasakan datangnya serangan tersebut, cepat ia menghindar kesamping dan meloloskan diri dari ancaman itu. Gagal dengan serangannya yang pertama Giok siau long kun menyusul dengan serangannya yang kedua, dalam sekejap mata dia telah melancarkan empat buah serangan berantai. Tiga jurus pukulan musuh yang pertama berhasil dihindari Pek li Peng dengan manis tapi untuk mematahkan serangan yang keempat terpaksa dia harus menangkis dengan telapak tangannya, kemudian dengan ilmu memapas jalan darah ia paksa Giok siau long kun untuk menarik diri kebelakang. Menghadapi musuh yang cukup tangguh ini, Giok siau longkun mendengus dingin. "Hmmm ! Agaknya aku sudah menilai terlalu rendah akan kemampuanmu!" katanya. Sebelum ia sempat melancarkan serangan serangan berikutnya, mendadak dari luar pintu terdengar seseorang membentak nyaring. "Thio heng, tahan!" Cepat Giok siau long kun berpaling dia lihat Gak Siau-cha telah berdiri didepan ruang itu, dan entah sedari kapan telah melangkah masuk ke dalam ruangan itu. Giok siau long kun yang pemberani dan tak takut tingginya langit tebalnya bumi, segera mundur dengan sikap yang menghormat, ia mendehem ringan kemudian serunya. "Nona Gak.." "Apa sebabnya dia akan kau bunuh?"tukas Gak siau cha. "Ia telah curi dengar semua pembicaraan kita berdua, ketika kuajukan pertanyaan kepadanya, dia berlagak bisu dan tuli, dari sini dapat kita ketahui kalau dia bukan orang baik, siapa tahu kalau orang ini adalah mata-mata yang dikirim Shen Bok Hong?"" Betapa terperanjatnya Pek li Peng sesudah mendengar tuduhan tersebut, cepat ia berpikir dihati. "Bukan saja orang ini berilmu tinggi, cukup licik dan menakutkan pula wataknya, dia menuduh aku sebagai matamata Shen Bok Hong, bila enci Gak percaya dan mereka berdua tanpa membedakan mana merah mana putih lantas menyerang bersama kepadaku, tidak sampai sepuluh gebrakan niscaya jiwaku akan kena dicabut!" Tatkala mendengar tuduhan tadi, Gak Siau cha mengamati sekejap seputar wajah Pek li Peng. kemudian ia menggeleng "Aaah..! Tidak mungkin, Bu wi totiang dan It-bun Han to adalah orang-orang persilatan yang tinggi ilmunya dan cerdas pula otaknya, tidak mungkin dia biarkan mata-mata musuh sampai menyelinap kemari, apalagi memberi tempat beristirahat kepadanya di tempat ini..!" "Hmm! Entah api maksud dan tujuan tosu tua hidung kerbau dan It bun Han to itu" Heran, kenapa ia menempatkan seorang kakek tua yang jelek dan memuakkan dikamar sebelahmu, aku.." "Tak usah banyak bicara lagi " Tukas Gak Siau cha cepat, " mereka semua adalah sahabat-sahabat Siau Ling yang hendak menuntut balas bagi kematiannya, buat apa engkau musti membuat kesulitan bagi mereka"!" "Baik, memandang diatas wajahmu, untuk kali ini kuampuni mereka semuaa...." Gak Siau cha tersenyum. "Beristirahatlah Thio-heng sebab besok kita masih harus bekerja sama untuk menghadapi musuh tanggu". Paras muka Giok siau long kun yang dingin kaku bagaikan es, tiba-tiba tersungging satu senyuman manis, sahutnya cepat . "Perkataan nona memang tak salah, besok kita masih harus bekerja sama untuk menghadapi Shen Bok Hong, engkau juga harus baik-baik beristirahat disini" Berbicara sampai disitu, tanpa berbicara lagi ia lantas putar badan dan keluar dari ruangan itu. Pek li Peng yang berada disamping gelanggang dapat mengikuti semua perubahan wajah Giok siau long kun dengan jelas, dalam hati ia menghela napas panjang, pikirnya: "Cinta kasih Giok siau long kun terhadap enci Gak tampaknya jauh lebih dalam dari samudra buktinya asal enci Gak menunjukkan sikap yang halus, maka berbungalah perasaan hatinya aai.... cinta memang buta, cinta dapat membuat orang berubah seratus delapan puluh derajat." Sementara dia masih termenung, Giok siau long kun telah berlalu dari ruangan itu. Gak Siau cha ikut melangkah keluar dari tuang tenda tadi. Baru beberapa tindak gadis itu maju ke depan, tiba-tiba Pek li Peng memburu kedepan dan menghadang jalan pergi Gak Siau cha. Sepasang alis mata gadis itu langsung berkernyit, tapi sebelum ia sempat mengumbar hawa amarahnya, Pek li Peng telah berjongkok dan buru-buru menulis beberapa patah kata diatas permukaan tanah itu. "Ada beberapa patah kata hendak kusampaikan kepada cici, tapi jangan sampat kedengaran Giok siau long kun!" Selesai membaca tulisan itu, Gak Siau cha termenung dan berpikir sebentar, kemudian ia menulis pula ditanah : "Siapa engkau !" "Siau moay adalah Pek li Peng "tulis Pek li Peng dengan cepat. Tampaknya Gak Siau cha tidak percaya dengan penglihatan sendiri, dia mengucak-ucak matanya berulang kali, kemudian mengamati pula nama yang tertulis ditanah itu dengan seksama. Akhirnya gadis itu mengangguk, bisiknya: "Kita berjumpa sebentar lagi." Dengan langkah lebar ia lantas berlalu dari ruangan tenda. Secara diam-diam Pek li Peng awasi terus perubahan wajah Gak Siau cha, ia lihat selapis warna merah yang aneh menghiasi sepasang pipi gadis itu, ini menunjukkan bahwa berita tersebut telah mendatangkan suatu pergolakan perasaan dalam hati kecilnya, cuma ia masih dapat mengendalikan pergolakan tersebut hingga tidak sampai terlampiaskan dalam gerak geriknya. Setelah keluar dari ruangan Gak Siau cha lihat Giok Siau longkun masih berdiri disebuah sudut tikungan sambil mengawasi kemari, rupanya pemuda itu menunggu terus disana hingga tampak olehnya bahwa gadis itu berlalu dari ruang tenda tadi. Menunggu anak dara itu sudah keluar da ri ruang tenda, barulah ia putar badan dan berlalu dari sana. Kurang lebih sepertanak nasi kemudian Gak Siau-cha telah muncul kembali didalam ruang tenda., Ketenangan telah menyelimuti kembali paras mukanya, setibanya didalam ruangan dengan nada serius segera ujarnya : "Aku minta engkau bersedia lepaskan topeng kulit manusia yang menutupi raut wajahmu itu. akan kuteliti dahulu paras mukamu yang sebenarnya..! " "Giok siau long kun tidak akan masuk kemari bukan?"tanya Pek li Peng dengan kuatir. "Sudah kuatur segala sesuatunya untuk mencegah kedatangannya kemari, engkau tak usah kuatir" Setelah memperoleh penegasan tersebut barulah Pek li Peng menghapus obat penyaruannya dan memulihkan kembali paras muka aslinya. "Silahkan periksa cici!" Diamatinya sekejap wajah gadis itu, akhirnya Gik Siau cha menghela napas panjang. "Aaai..! Rupanya benar-benar engkau.!" Cepat ia tarik tubuh Pek li Peng dan dirangkul dengan penuh kemesraan, bisiknya dengan lembut: "Adikku sayang, selama ini engkau tentu menderita sekali bukan., kasihan kau!" Dalam perkiraan Pek li Peng, sudah pasti pertanyaan pertama yang akan terlontar dari mulut Gak Siau cha pastilah soal keselamatan Siau Ling, tak tahunya dugaan tersebut meleset sama sekali, bukannya mengajukan pertanyaan, dia malah menghibur dahulu kepadanya. Cepat ia berkata : "Untung toako cerdik dan banyak akalnya, dengan segala daya upaya, toako inilah akhirnya kami berhasil meloloskan diri dari kepungan barisan api itu!" Gak Siau cha manggutmanggut. "Bagaimana dengan saudara Siau"!"ia bertanya. "Rupanya toako telah menemukan suatu rencana busuk dari Shen Bok Hong yang ada minat membantai semua orang yang hadir disini, maka seorang diri ia telah berangkat untuk menyelidiki sampai dimanakah kekuatan pasukan jago lihay yang dipimpin Shen Bok Hong" "Jadi ia pernah bertemu dengan aku"!" "Benar waktu enci bersembahyang didepan meja abunya! kami semua hadir dalam ruangan tersebut" "Mengapa kalian tidak secara diam-diam memberitahukan soal ini kepadaku.." Sampai-sampai aku musti berkuatir terus!" omel Gak Siau cha dengan alit mata berkeryit. "Aduh..tampaknya enci Gak marah, aku musti berikan penjelasan kepadanya sehingga ia tak sampai tak senang hati dengan toako!" pikir Pek li Peng dalam hati. Dia lantas berkata : Menurut toako, kita tak boleh sekali-kali membuat Shen Bok Hong tahu bahwa sebenarnya ia tidak mati terbakar oleh kobaran api itu." "Kenapa"!" "Sebab jika Shen Bok Hong sampai tahu kalau toako belum mati, maka sudah pasti dia akan melakukan segala persiapan untuk menghadapi dirinya lagi, maksud toako, dia hendak munculkan diri secara mendadak jauh diluar dugaan Shen Bok Hong, sehingga gembong iblis itu bisa dibikin kelabakan sendiri.." "Maksudnya, dia hendak membunuh Shen Bok Hong"!" tanya Gak Siau cha tiba-tiba. "Toako sih tidak pernah mengutarakan maksud hatinya itu, tapi siau moay dapat melihat bahwa toako memang bermaksud untuk berbuat begitu" "Aaai. !" Gak Siau cha menghela napas panjang, "Seringkali dia menasehati orang lain agar baik-baik menyayangi keselamatan jiwa sendiri, tapi dia sendiri sama sekali tak tahu bagaimana harus menyayangi jiwa sendiri" "Perkataan cici memang tepat, bila nanti berjumpa dengan toako enci musti tegur dia sekeras-kerasnya!" Walaupun dahinya masih berkerut dan wajahnya masih murung, namun sekulum senyuman manis sempat tersungging di bibirnya "Mengapa bukan engkau yang menegur dia?"" ucapnya. "Aaai..! Masa dia mau mendengarkan perkataanku?" sahut Pak li Peng dengan sedih. "Kalau toh perkataanmu tidak di gubris olehnya, apalagi aku yang memberi nasehat kepadanya, masa dia bersedia untuk menurutinya?" "Dia pasti akan menurut, setiap perkataan enci tentu akan ditaati olehnya....!" "Mengapa begitu?"" "Setiap kali toako membicarakan tentang cici. Siau moay dapat lihat bahwa paras mukanya menunjukkan sikap yang sangat menghormat, oleh sebab itu Siau moay lantas mengambil kesimpulan kalau toako sebetulnya takut sekali dengan cici" Gak Siau cha kontan tertawa geli. "Aaai,.! Masa engkau tidak tahu" Pada hakekatnya saudara Siau adalah seorang manusia yang lembut diluar keras didalam masa dia takut kepadaku?" "Cici. engkau jangan berkata begitu" Seru Pek-li Peng dengan gelisah "perkataanku ini bukan karanganku sendiri, kenyataannya memang memang begitu, kalau enci kurang percaya, buktikan saja apabila kalian telah berjumpa nanti!" Gak Siau cha tersenyum geli, tiba-tiba ia alihkan pokok pembicaraan kesoal lain katanya. "Bagaimana caranya kalian meloloskan diri dari tengah kepungan api yang membara dengan dahsyatnya itu" Hayo cepat ceritakan kepada cici, aku sungguh tak habis mengerti, dengan cara apa jiwa kalian berdua dapat diselamatkan" Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Padahal kebakaran hebat itu katanya mencakup daerah seluas beberapa puluh li persegi" Pek-li Peng mengiakan, dia lantas menuturkan semua kisah pengalamannya sejak lolos dari sekapan dan menghadapi kebakaran hebat yang sengaja ditimbulkan Shen Bok Hong. Sebagai penutup cerita, ia berkata "Begitulah cici, untung toako memang tabah dan cerdik, sehingga kami bisa lolos dari bahaya maut meskipun harus mengalami siksaan lahir maupun batin.." Gak Siau-cha manggut-manggut beberapa kali, ujarnya kemudian : "Aaai,.! Kejadian yang kalian alami, boleh dibilang merupakan suatu keajaiban alam, siapapun tak akan menduga kalau seseorang yang sudah terjebak dalam kobaran api, ternyata berhbasil meloloskan diri dengan selamat. Yaa..! Thian memang maha adil siapa berhati baik dia selalu akan dilindungi olehnya" Suasana hening untuk sesaat, kemudian Pek li Peng berkata lagi : "Cici, aku hendak memohon sesuatu kepadamu, apakah engkau bersedia untuk mengabulkan?"" "Katakanlah terus terang, asal pekerjaan itu mampu cici kerjakan, pasti akan kuusahakan dengaa sepenuh tenaga" "Aku minta cici bersedia untuk berlagak seakan akan belum tahu kalau toako masih hidup didunia ini, engkau harus bersikap seolah-olah amat sedih oleh kematiannya, sebab toako telah berpesan kepadaku agar tidak membocorkan rahasia ini kepada siapapun" "Baik! Cici kabulkan permintaanmu itu." Setelah berhenti sebentar, ia melanjutkan kembali: "Kalau begitu, saudara Siau juga sudah tahu tentang pertarunganku melawan Shen Bok Hong tengah hari besok?"" "Tentu saja tahu sebab ketika cici berjanji dengan Shen Bok Hong diruang meja abu tadi, kami semua hadir pula di sana!" Mendengar perkataan itu. tanpa sadar Gak Siau cha teringat kembali akan perbuatannya selama berada di ruang meja abu, berada dihadapan umum ia telah menunjukkan sikap sebagai istri Siau Ling, dan ternyata Siau Ling belum mati, bahkan ia turut serta mendengarkan perkataannya itu, tanpa bisa dicegah lagi merah padamlah selembar wajahnya karena jengah: Dengan rada mendongkol ia lantas mengomel. "Aaai..! Saudara Siau memang keterlaluan, semakin besar ia semakin nakal." "Dalam soal ini cici tak dapat menyalah dirinya!" bisik Pek li Peng segera, "sebab jikalau ia berusaha untuk menyampaikan beritanya kepada cici niscaya Shen Bok Hong akan curiga dan ikut mengetahui pula rahasia tersebut!" "Apa yang hendak dilakukan saudara Siau mengenai pertarunganku melawan Shen Bok Hong tengah hari besok" "Sebelum tengah hari besok, dia akan kembali keruang meja abu, dan dia suruh siau-moay untuk menghalangi berlangsungnya pertarungan tersebut !" Ia berhenti sebentar, kemudian sambungnya lebih jauh: "Juga kami semua menguatirkan sekuli tentang satu hal..!" "Soal apa ?" "Mengenai Giok siau long kun, kami ingin tahu bagaimana tindakan cici untuk mengatasi masalah ini " Jangankan cici yang terlibat langsung dalam peristiwa itu, sekalipun siau moay sendiripun dapat merasakan pula cinta kasihnya yang amat dalam, siau moay rasa persoalan ini benar-benar merupakan suatu masalah yang memusingkan kepala!" Mengungkap kembali masalah Giok siau long kun, Gak Siau-cha merasa agat pusing juga, sepasang alis matanya langsung berkernyit. Setelah termenung beberapa lamanya, dia pun berkata: "Aaai ! Terus terang saja cici juga dibikin pusing kepala oleh persoalan ini, pakai kekerasan dia tak gubris, main lembut dia juga tidak perduli, mati-matian dia mengejar terus diriku, sungguh bikin pening kepalaku saja..aai, entah bagaimana caranya untuk atasi soal ini ?" "Siau moay mempunyai cara yang bagus untuk mengatasi soal ini, sekaligus dapat menghilangkan pula niat Gioi siaulong kun untuk mengawini dirimu!" "Bagaimana caranya ?" "Cici musti berjanji dulu, asal siau-moay utarakan keluar maka cici tak boleh marah" "Baik, cici berjanji tak akan marah. Nah katakanlah !" "Asalkan cici cepat menikah dengan Siau toako, bukankah Giok siau long kun akan patah hati dan menghilangkan sendiri niatnya untuk mengawini cici?" "Ehmm. ternyata dugaanku tidak meleset engkau benarbenar mengajukan cara tersebut" kata Gak Siau cha dengan wajah serius. "Ada apa" Memangnya jalan pikiran siau moay ini keliru besar ?" Gak Siau cha berjalan kesisi pembaringan dan duduk disitu, kemudian sambil menepuk pembaringan disampingnya ia berkata. "Kemarilah kesini dan duduklah, aku ada beberapa patah kata hendak disampaikan kepadamu" "Cici akan mengatakan soal apa kepadaku?" tanya Pek li Peng sambil menghampiri dara itu. Ditariknya Pek li Peng agar duduk disisinya, kemudian Gak Siau cha bertanya. "Semua perkataan yang kuucapkan dikala masih ada dalam ruang meja abu, tentunya sudah kau dengar semua bukan?"" "Benar.!" Pek li Peng mengangguk. "Aku tak bisa membantah kenyataan tersebut karena pesan terakhir dari mendiang ibuku menyuruh aku berbuat demikian, tapi aku masih punya banyak urusan yang musti dikerjakan, maka hubungan tersebut hanya tercantum hitam diatas putih belaka, sudah tentu dalam kenyataannya tak mungkin bagi kami untuk hidup berdampingan hingga akhir tua nanti" "Kenapa begitu?" tanya Pek li Peng tercengang. Gak Siau cha menghela napas panjang, ia tidak langsung menjawab, sesudah termenung beberapa waktu barulah dia berkata. "Untuk selamatkan anak kunci Istana terlarang, ibuku harus melarikan diri sampai ke ujung langit, tapi toh akhirnya kena dikejar juga oleh musuh-musuhnya. dalam suatu pertarungan yang amat seru akhirnya menderita luka yang amat parah, untung orang tua saudara Siau memberikan pertolongannya dan merawat ibuku di rumah mereka, tapi karena lukanya yang terlalu parah, tak lama kemudian ibuku menghembuskan napasnya yang terakhir, sebelum meninggal beliau telah menulis sepucuk surat dan menyuruh aku menikah dengan Siau Ling..." "Kalau memang pesan itu diberikan ibumu sebelum ajalnya, kenapa enci tidak melaksanakan pesan tersebut sebagaimana mustinya?" "Pada waktu itu saudara Siau menderita suatu penyakit aneh, nadi penting sam in ciat mehnya tersumbat dan menimbulkan penyakit yang parah, dengan penyakit seperti itu maka dia tak akan hidup lewat dari dua puluh tahun, sekalipun ia mengawini seorang istri yang setia dan bijaksana toh akhirnya akan ditinggal mati dalam usia yang sangat muda, karena itu untuk membalas budi orang tua saudara Siau, lantas beliau ambil keputusan untuk menjodohkan cici dengan Siau Ling, bahkan dalam surat wasiatnya dengan jelas menerangkan pula agar cici.." Tiba-tiba sepasang pipinya jadi merah padam karena jengah, kata-kata selanjutnya tak mampu diutarakan lagi. "Eeh. cici, kenapa tidak kau lanjutkan kata-katamu itu."!" tanya Pek-li Peng keheranan. "Baiklah, bagaimanapun juga kita kan sama-sama putri rimba persilatan, tiada halangan bagi cici untuk memberitahukan kepadamu.." Dia tertawa jengah, kemudian ujarnya lebih lanjut : "Dalam surat wasiat ibuku, dengan jelas diterangkan bahwa Siau heng tak bisa hidup lebih dari dua puluh tahun, maka aku disuruh cepat-cepat kawin dengannya dan melahirkankan anak buat keluarga Siau untuk menyambung keturunan mereka, bila nantinya Siau Ling sudah mati maka anak itu akan kuserahkan kepada Siau hujin, setelah menyiapkan suatu tempat yang terpencil dan rahasia bagi mereka, waktu itulah aku baru usahakan pembalasan dendam bagi kematiannya" ia berhenti untuk tukar napas, lalu sambungnya lebih jauh: "Agar berhasil dalam pembalasan dendam aku harus masuk ke istana terlarang dan mempelajari ilmu silat yang ditinggalkan kesepuluh orang tokoh silat itu. Aaai.! Siapa tahu kenyataan jauh lebih berbeda dengan apa yang dibayangkan ibuku dahulu, bukan saja aku tak dapat melaksanakan pesan yang ditinggalkan ibuku, malahan saudara Siau telah menjumpai pengalaman aneh sehingga berhasil memiliki serangkaian ilmu silat vang tinggi, dengan begitu pesan ibuku sudah tak mungkin bisa terlaksana lagi" "Walaupun kenyataan mengalami perubahan, akan tetapi perubahan ini toh lebih menguntungkan bagi cici" Bukan saja Siau Ling berhasil sembuh dari penyakit aneh, sekarang ia telah menjadi seorang pendekar besar yang nama besarnya menggetarkan sungai telaga, aku lihat cici dan toako merupakan sepasang sejoli yang paling sesuai.." Gak Siau cha gelengkan kepalanya berulang kali tukasnya. "Dendam ibuku belum terbalas, hutang budi guruku belum kubayar, mana mungkin aku bisa melayani Siau Ling dengan hati tenteram?" "Cici, bukan saja Siau Ling akan membantu cici untuk balaskan dendam bagi kematian ibumu, sekalipun siau moay pribadi akan mengerahkan juga segenap kekuatan yang kumiliki untuk membantu diri cici." Tapi Gak Siau cha segera menggeleng. "Bukannya aku tak senang menerima bantuan kalian berdua, pertama musuh besar yang mencelakai mendiang ibuku adalah seorang jago yang licik, lihay dan tinggi ilmu silatnya, buat apa saudara Siau musti mengikat tali permusuhan dengan seorang musuh lagi" Kedua, cici telah menemukan cara yang paling jitu untuk menghadapi orang itu, maka tak usah kalian membantu diriku." Sesudah berhenti sebentar, lanjutnya lebih jauh "Adikku, tahukah engkau kenapa cici beritahukan semua persoalan ini kepadamu?" "Siau moay tidak tahu!' "Sebenarnya cici ingin menitipkan satu pekerjaan untukmu!" "Pekerjian apa cici" Katakan saja secara blak blakan! Masa sama siau moay pun engkau bertindak sungkan-sungkan?" "Aku minta engkau baik-baik melayani Siau Ling, sebab masih terlalu banyak urusan yang harus cici kerjakan hingga tak mungkin aku senantiasa mendampingi dirinya, kalaupun mendiang ibuku suruh aku berbuat begitu dan dihati kecil cici, dia telah kuanggap sebagai suamiku sendiri, akan tetapi aku mohon bantuanmu agar engkaulah yang mewakili aku menjalankan tugas dan kewajiban sebagai seorang istri, untungnya mertua kita pintar dan berpandangan luas, mereka pasti akan memandang engkau bagaikan terhadap putri sendiri, tentang soal ini engkau tak usah kuatir" Pek li Peng gelengkan kepalanya sambil menghela napas panjang. "Aaai, menurut cici, mampukah aku mewakili tugasmu itu?" tanyanya. "Masa ia tidak puas setelah mengawini seorang gadis yang cantik, pintar dan bijaksana macam adik"!" "Keliru besar bila cici berpendapat begitu, dalam pandangan toako hanya cici seoranglah yang pantas disayang dan dihormati meskipun ia tak pernah menyatakan kalau ia mencintai cici, tapi aku sangat memahami perasaan hatinya, ia selalu berbuat hati-hati, takut menodai nama baik cici, padahal dalam kenyataannya ia mempunyai api cinta yang membara terhadap cici, hanya api cinta yang membara itu selalu dipendam didaftar hatinya, ia tak berani memperlihatkan rasa cintanya itu kepada orang lain, karena itulah gelora cinta dalam dadanya kian lama kian bertambah besar, bukan saja siau moay tak akan mampu menggantikan kedudukan cici, sekalipuu seorang gadis tercantik diduniapun belum tentu sanggup menggantikan kedudukan cici." "Eeh..adikku, rupa-rupanya engkau baru jadi mak comblang bagi hubunganku dengan saudara Siau yaa?"' tegur Gak Siau cha setengah mengomel "Jangan bercanda cici, setiap patah kata yang kuucapkan adalah kata-kata yang sejujurnya. tak sepatah katapun merupakan kata bohong." Gak Siau cha termenung dan berpikir sebentar, kemudian katanya. "Kendatipun semua perkataan yang kau ucapkan adalah kata-kata yang sejujurnya toh ia belum pernah menyatakan rasa cinta kasihnya kepadaku, sekalipun pernah, aku rasa cinta yang diutarakan kapadaku juga tak lebih hanya cinta seorang adik terhadap kakaknya." "Ia tak berani berbuat kurangajar, sebab ia takut cici jadi marah dan tidak akan memperdulikan dirinya lagi !" Gak Siau cha tersenyum simpul, dengan lembut ia membereskan rambutnya yang kusut, lalu berkata: "Didunia ini sebenarnya cuma ada satu orang yang bisa membantu aku hanya aku tidak tahu sanggupkah ia memberi bantuannya ?" "Siapakah orang itu?" "Kau!" "Aaah, cici jangan terlalu menyanjung diriku, aku tahu bahwa aku tak becus, lagipula aku ingin sekali lebih lama berada di samping cici, selain minta banyak petunjuk akupun ingin banyak belajar dari kau, cici ! Bila engkau tidak muak terhadap diriku, siau moay suka menjadi istri muda dan selalu mendampingi cici." "Bilamana semua pekerjaanku bisa berlangsung dengan lancar dan aman, kemungkinan besar apa yang kau inginkan bisa terwujub sela Gak Siau cha cepat "tapi sebelum dendam ibuku terbalas, terpaksa aku minta adiklah yang menggantikan kedudukanku" "Aaah,cici ini bagaimana toh" bicara pulang pergi kok Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo engkau lebih menitik beratkan untuk melakukan perjalanan seorang diri. Walaupun belum lama aku kenal dengan cici, tapi rasa kagumku terhadap cici muncul dari dasar hati nuraniku, urusanmu berarti pula urusan toako dan urusan siau-moay, tunggulah sampai toako berhasil membinasakan Shen Bok Hong. kemudian kita akan bekerja sama untuk balaskan dendam bagi ibu cici!" Gak Siau cha mengerutkan dahinya dan termenung beberapa saat lamanya, setelah itu katanya : "Aaai.. berbicara lebih banyak juga tak berguna, rupanya cici memang tak bisa menaklukkan hatimu !" "Cici engkau jangan salah paham!" teriak Pek li Peng dengan gelisah, " maksud siau-moay.." "Aku dapat memaklumi perasaan hatimu itu, bukankah engkau berharap agar aku seringkali berkumpul dengan kalian"!" "Siau moay memang bermaksud demikian" "Tahukah engkau bahwa encimu sedang berada pada posisi terjepit, dan senantiasa terancam oleh bahaya maut"!" "Kalau soal ini, siau moay sama sekali tidak tahu!" Gak Siau cha menghela napas panjang. "Aaii.! Engkau harus beristirahat sebaik-baiknya, pembicaraan selanjutnya kita teruskan besok saja" Pek-li Peng masih ingin melanjutkan kata-katanya, tapi Gak Siau cha sudah beranjak dari tempat duduknya dan berlalu dari ruang tenda tersebut. Malam itu berlalu tanpa terjadi sesuatu hal yang penting ketika fajar menyingsing keesokan harinya, belum sempat Pek li Peng bangun dari tempat duduknya, dari luar ruang tenda berkumandang suara sapaan dan It-bun Han-to: "Nona, engkau sudah bangun ?" "Sudah, ada urusan apa It bun sianseng?" "Gorden disingkap orang, dan muncullah It bun Han to masuk kedalam ruangan itu. Paras muka It bun Han-to amat serius, ia masuk dengan membawa dua pucuk surat ujarnya: "Kedua pucuk surat ini ditinggalkan nona Gak untuk nona!" "Lho..lantas kemana perginya nona Gak"!" tanya Pek-li Peng dengan wajah tertegun. "Ia sudah pergi sedari tadi !" "Ia pergi kearah mana" Hayo kita cepat menyusulnya..!" "Percuma, tak mungkin bisa disusul lagi! sahut It bun Han to sambil gelengkan kepalanya berulang kali, nona Gak sudah berangkat dua jam berselang!" "Waduh., lalu bagaimana baiknya sekarang"!" seru Pek li Peng sambil mendepakkan kepalanya keatas tanah karena mendongkol "Mungkin nona telah sampaikan berita tentang masih hidupnya Siau Ling kepada nona itu"!" "Aaai..! Aku dipaksa oleh keadaan, mau tak mau terpaksa harus kuberitahukan kejadian ini kepadanya" "Sekarang nasi sudah menjadi bubur, gelisah juga tak ada gunanya, harap nona tak usah ribut-ribut lagi. Nah, terimalah dua pucuk surat yang ditinggalkan nona Gak ini, yang satu untuk nona dan yang kedua untuk Siau Ling pribadi, bagaimana kalau nona baca dulu isi suratnya kemudian kita baru rundingkan lagi masalah ini"!" Apa boleh buat terpaksa Pek li Peng menerima dua pucuk surat itu dan memeriksa sampulnya. Pada sampul pertama, tertera beberapa huruf yang berbunyi Mengharapkan bantuan adik Peng untuk menyampaikan surat ini kepada Siau Ling pribadi. Membaca tulisan "pribadi" itu. Pek li Peng tahu isi surat itu pastilah bernada pribadi mereka berdua, maka dia lantas masukkan kedalam sakunya. Ketika membaca sampul surat yang kedua disitu tertulis jelas beberapa hurup yang berbunyi "Ditujukkan kepada nona Pek li pribadi" Sambil menyobek sampul surat itu, Pek li Peng kembali bertanya. "Bagaimana dengan Thio kongcu itu?" "Nona maksudkan Giok siau long-kun?" tanya It bun Han to "Benar, apakah ia sudah pergi?" It bun Han to mengangguk tanda membenarkan. "Semuanya nona Gak tinggalkan tiga pucuk surat, satu untuk Giok siau long-kun dan surat itu telah kusampaikan dulu kepada orangnya, sedangkan dua pucuk surat ini untuk nona" "Apa yang ditulis enci Gak dalam suratnya yang ditujukan kepada Giok-siau long kun?" "Apa isi surat itu aku kurang tahu sebab tidak kulihat tapi yang jelas sehabis membaca surat itu, bagaikan orang kalap rnendadak ia kabur dan berlalu dari sana" Pek-li Peng tidak banyak bertanya lagi, ia membuka surat itu dau membaca isinya. "Adik Peng yang tercinta" "Ketika tersiar berita tentang kematian adik Siau, aku sedang berangkat menuju perguruan untuk memberikan pertanggungan jawab, berita yang kuterima itu memaksa aku batalkan niatku dan segera melakukan perjalanan siang malam menuju kemari." "Semula, aku berniat untuk balaskan dendam bagi Siau hengte dan bertempur melawan Shen Bok Hong, sekalipun harus berkorban hatiku juga merasa puas." "Dalam kenyataan orang budiman dilindungi Thian, ternyata saudara Siau ataupun adik Peng selamat dari bahaya, aku lantas berpendapat, tetap tinggal ditempat inipun nama sekali tak ada gunanya, malahan mungkin akan mendatangkan banyak kerepotan bagi saudara Siau. Coba bayangkanlah jika saudara Siau munculkan diri tengah hari besok Thio Cun pasti akan berubah pikirannya dan akan musuhi dirinya mati-matian. Kalau sampai terjadi begitu, bagaimana jadinya" Bukankah sama artinya aku telah mengundang hadirnya seorang lawan tangguh bagi saudara Siau" Setelah kupertirnbangkan beberapa lama akhirnya aku mengambil keputusan untuk tinggalkan tempat ini. Aku percaya dengan kecerdikan yang dimiliki It bun sian seng dia pasti memiliki pelbagai akal muslihat yang bisa membantu saudara Siau! Ketahuilah, keadaanku betul-betul terjepit dan kobaran dendam tak mungkin bisa menghalangi niatku untuk tetap mendampingi saudara Siau. Aku minta engkau bisa memaklumi keadaanku dan hiburlah saudara Siau sebisanya. Semoga adik Peng baik-baik jaga diri, bila Thian masih mengijinkan moga-moga kita masih punya kesempatan untuk berjumpa kembali tertanda: Gak Siau cha" Selesai membaca sarat itu. Pek li Peng tak dapat membendung rasa sedih dalam hatinya lagi. matanya terbelalak lebar dan tidak tahan butiran air mata jatuh bercucuran membasahi pipinya. "Nona Pek li....!" tiba-tiba It bun Han to menyapa setelah mendehem ringan. Pek li Peng menyeka air matanya dengan ujung baju, kemudian menghela napas panjang, bisiknya. "Apa yang ditulis enci Gak dalam suratnya tak lebih hanya rahasia pribadi antara kami berdua.." "Aku memahami.." sahut It bun Han to sambil mengangguk. ---oo0dw0oo--- Jilid: 38 SETELAH berhenti sebentar, ia melanjutkan kembali katakatanya : "Nona tak usah bersedih hati lagi, aku harap engkau bisa tenangkan pikiran sambil menyimpan tenaga, setelah kepergian Giok siau longkun dan nona Gak maka situasipun kembali mengalami perubahan hebat. Siau tayhiap sebagai seorang pendekar berjiwa besar dengan sendirinya akan tampilkan diri ketengah gelanggang, dengan kemunculannya dus berarti suatu pertarungan seru tak dapat dihindari lagi, nona! Sebagai seorang jago yang berilmu tinggi, tenagamu sangat kami butuhkan guna menanggulangi segala kesulitan, aku minta engkau suka menjaga diri dengan sebaik-baiknya. Tidak keberatan bukan?" Pek li Peng mengangguk. "Perkataanmu memang masuk diakal, akan kusimpan katakatamu itu didalam hati!" "Baik, kalau memang begitu silahkan nona baik-baik beristirahat, aku hendak mohon diri lebih dahulu!" Sesudah memberi hormat, ia putar badan dan berlalu dari ruang tenda tersebut. "It bun sianseng .!" tiba-tiba Pek li Peng menegur dengan suara amat lirih. It bun Han to segera menghentikan langkah kakinya. "Apakah nona masih ada pesan-pesan lain?" "Dalam suratnya enci Gak sangat memuji kecerdasan otakmu, katanya engkau pasti dapat membantu Siau tayhiap untuk melawan Shen Bok Hong, aku harap engkau benarbenar berusaha dengan sekuat tenaga sehingga tidak sampai menyia-nyiakan harapan kami semua!" "Aaah".! Nona Gak terlalu menyanjung diriku padahal aku tak becus dan tidak memiliki kepandaian apa-apa..!"sahut It bun Han to sambil tersenyum; "Aaai. ! It bun sianseng, engkau tak usah merendah lagi", bisik Pek li Peng sambil menghela napas panjang, "baik enci Gak maupun toako semuanya memuji akan kecerdasanmu serta kehebatanmu, aku percaya engkau benar-benar memiliki kemampuan tersebut!" "Siau tayhiap terlalu memuji dan mempercayai kemampuanku, tapi., akupun takkan menyia-nyiakan kepercayaan itu, aku pasti akan berusaha dengan sekuat tenaga untuk membantu dirinya. "Aku tahu ilmu pengetahuanmu sangat luas, otakmu brilian dan kecerdasanmu luar biasa tapi apakah dalam hal lain engkau juga memiliki kemampuan yang tak kalah hebatnya?"" "Maksud nona, engkau hendak membutuhkan bantuanku?"" "Benar!" Pek 1i Peng mengangguk "pikiran ku kalut dan perasaan hatiku gundah, aku tak tahu bagaimana harus mengatasi keadaanku ini. karena itu aku mohon beberapa petunjuk dari sianseng!" It bun Han to tidak langsung menjawab ia termenung dan berpikir sebentar, kemudian baru sahutnya: "Mungkin aku tak dapat meringankan kegalauan hatimu itu, akan tetapi jika nona bersedia mempercayai aku silahkan utarakanlah kesulitan hatimu itu kepadaku asal aku mampu pasti akan kuberikan penjelasn yang seterang-terangnya kepada nona!" "Engkau pandai melihat raut wajah dan garis hidup seseorang"!" "Mengetahui sedikit-sedikit saja" "Coba lihatlah apakah Siau toako adalah seorang manusia yang berumur pendek"!" Tertawa geli It bun Han to sehabis mendengar pertanyaan itu, jawabnya dengan senyum dikulum : "Siau tayhiap tidak termasuk manusia yang berumur pendek, karena itu sewaktu tersiar berita yang mengatakan ia mati terbakar di dalam hutan, dalam hati kecilku sama sekali tidak percaya, tapi karena bukti yang ada sudah terlalu banyak dan kenyataan menunjukkan bahwa ia sudah mati maka mau tak mau aku harus mempercayainya juga, meski dihati kecil aku hanya setengah percaya setengah tidak!" "Selanjutnya, apakah ia bakal menemui bauyak kesulitan dan mara bahaya lagi"!" "Tentang soal ini aku tak berani memastikan sebelum kuteliti lagi garis muka Siau tayhiap dengan lebih seksama, aku hanya merasa bahwa kesuksesan yang berhasil diraih Stau tayhiap terlampau cepat, lebih cepat kesuksesan tercapai lebih besar pula bahaya yang mengancam jiwanya, kesulitan dan pelbagai kejadian hebat sudah tentu akan sering dijumpainya di hari -hari kemudian, walau begitu aku dapat memastikan bahwa ia bukan tergolong manusia yang berumur pendek" "Oooh, aku sudah mengerti sekarang, maksudmu dikemudian hari dia masih harus menemui banyak kesulitan dan mara bahaya lagi?" "Untuk mencapai kesuksesan dalam suatu pekerjaan dan mengangkat nama sendiri ke puncak kecemerlangan bukanlah suatu pekerjaan yang mudah, itu membutuhkan perjuangan dan keuletan untuk bergerak terus naik ketangga tertinggi" "Bagaimana pula pandangan sianseng terhadap enci Gakku itu" Apakah dia termasuk seorang manusia yang berumur pendek "!" Lama sekali It bun Han-to termenung dan berpikir keras, akhirnya ia menjawab: "Mengenai nona Gak, aku tak dapat memberikan penilaian yang lebih seksama!" "Kenapa begitu"!" "Nona Gak terlampau keren dan serius terhadap orang lain, dia jarang bicara dan jarang tertawa, namun orang lain rata rata menaruh hormat kepadanya dan tak berani mendekati dirinya, walau begitu ada pula sementara orang yang gampang terpikat oleh dirinya, jatuh cinta kepadanya hingga rela berkorban demi cinta, keadaan tersebut seolah-olah memperlihatkan bahwa mereka lebih rela mati daripada tak berhasil menangkan senyum manisnya." "Perkataan sianseng memang tepat sekali aku sendiripun mempunyai perasaan yang aneh terhadap dirinya." "Diantara satu juta orang belum tentu bisa kita jumpai seorang manusia macam dia dan yang tak beruntung lagi ternyata dia dilahirkan sebagai seorang putri persilatan. Aaai..! Andaikata dia dilahirkan dirumah seorang petani, maka paling banter kehadirannya disitu hanya akan mengakibatkan hebohnya satu dusun dan satu daerah, tapi sekarang..lantaran dia, beberapa orang jago persilatan harus saling bunuh membunuh demi mendapatkan dirinya !" "Mungkinkah hal ini dikarenakan paras muka enci Gak yang terlampau cantik ?" "Menurut perhitungan garis muka, raut wajahnya itu termasuk type gadis yang memiliki kecantikan tapi tidak Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo kentara, sekilas pandang ia tidak terhitung seorang gadis yang cantik dan menawan hati, tapi setiap laki-laki yang berjumpa dengannya merasa mau tak mau harus mendekatinya dan berusaha menarik perhatiannya, dan begitu mereka menaruh perhatian maka semakin dipandang mereka akan semakin kesemsem, semakin terpikat sehingga akhirnya tak mampu melepaskan diri lagi dari belenggu cinta itu" "Ooh..kiranya begitu!" "Untungnya nona Gak pandai membawa diri, mukanya selalu dingin, kaku dan tidak menunjukan perubahan emosi, andaikan ia berbuat lebih genit dan murah senyuman., waah .! Dunia pasti akan kacau, lebih banyak orang yang akan terpesona, terpikat dan saling membunuh lagi guna memperebutkan hatinya.." Ia berhenti sebentar, kemudian sambung nya lebih jauh : "Aku rasa perkataan kita cukup sampai di sini lebih dahulu, dan aku harap engkau jangan sampai menyiarkan apa yang telah kita bicarakan sekarang kepada orang lain" "Akan kuingat selalu ucapan dari It-bun sianseng ini .!" sahut Pek li Peng seraya mengangguk. "Legakanlah hatimu nona dan bersikaplah lebih terbuka dalam menghadapi masalah ini " ujar It bun Han-to lagi, baikbaik beristirahat dan manfaatkanlah waktu yang sangat berharga ini untuk menghimpun tenaga, apabila Shen Bok Hong telah datang nanti, akan kukirimkan orang untuk mengundang dirimu" Tidak menunggu jawaban dari Pek-li Peng lagi, ia lantas putar badan dan berlalu dari sana. Menanti It bun Han to sudah berlalu, Pek li Peng lantas duduk bersila diatas pembaringan dan mengatur pernapasan, tapi ia tak mampu pusatkan perhatiannya sebab pelbagai pikiran serasa berkecamuk menjadi satu didalam benaknya. Dalam lamunannya entah berapa lama sudah lewat tanpa terasa, tiba-tiba dari luar ruang tenda berkumandang suara langkah manusia.. Ia membuka matanya kembali, tampaklah seorang dayang berjalan masuk kedalam ruangan sambil membawa sebilah pedang dan seperangkat pakaian ringkas warna hitam, ujarnya dengan suara lirih : "It-bun sianseng mengharapkan nona tukar pakaian ini serta membawa senjata tajam, kemudian segera menuju keruang perabuan!" Pek li Peng mengiakan, buru-buru ia tukar pakaian, menggembol pedang dan lari keluar. Sementara itu It bun Han to, Bu wi to tiang dan Sun Put shia sekalian telah berkumpul dibelakang mimbar meja perabuan waktu itu mereka sedang bercakap-cakap dengan suara lirih. "Apakah Shen Bok Hong sudah datang?" tanya Pek li Peng sambil menghampiri mereka. "Sebentar ia akan tiba" sahut It bun Han to, "harap nona segera menyembunyikan diri kemari dan turuti perkataanku, sebelum ada perintah aku harap nona menahan diri." Pek-li Peng mengangguk, ia menuju kebelakang mimbar dan duduk disana. Ruang perabuan tersebut diatur It bun Han to dengan seksama sekali, banyak pikiran dan tenaga telah dibuang untuk membangun tempat itu. Rupanya ruang dibelakang mimbar perabuan sengaja dibangun dengan sinar yang agak redup, dalam keadaan demikian sekalipun seseorang memiliki ketajaman mata yang luar biasa, belum tentu dia dapat memperhatikan orang-orang yang berada dibelakang mimbar tersebut dengan seksama, sebaliknya orang yang berada dibelakang mimbar dapat menyaksikan semua pemandangan dihalaman depan dengan terangnya. Sementara itu It bun Han to telah berkata lagi dengan suara yang amat lirih : "Gak Siau cha serta Giok siau long kun telah pergi dari sini, aku rasa acara selanjutnya terpaksa harus diisi oleh Sun Locian pwe, bila Shen Bok Hong ternyata menolak tantangan locianpwe untuk berduel, maka." "Jangan kuatir, aku sipengemis tua toh sudah berjanji, selanjutnya akan kuturuti semua perkataanmu" sambung Sun Put shia dengan cepat, "Sekalipun Shen Bok Hong menerima tantangan untuk berduel, aku minta Sun locianpwe berhati-hati sekali melepaskan bahan peledak Poh san sin lui tersebut" "Dalam soal ini, aku sipengemis tua kuatir kalau aku kesalahan tangan atau mungkin terburu karena keadaan yang terdesak, karenanya aku minta bantuan dari kalian semua agar diam-diam memberi kisikan kepada jago-jago kita agar mundur agak jauhan. "Jangan kuatir, akan kubereskan persoalan itu." jawab It bun Han to setelah berhenti sebentar dia alihkan sorot matanya ke atas wajah Bu wi totiang, kemudian sambungnya lebih lanjut. "Aku lihat lebih baik totiang saja yang tampilkan diri untuk berhadapan dengannya tapi jangan sekali-kali engkau berdiri terlalu dekat dengan dirinya, kuatir kalau ia melancarkan serangan secara tiba-tiba.." Sementara pembicaraan masih berlangsung sampai disitu, tiba-tiba terdengar suara dari Coh Kun san berkumandang datang: "Shen cungcu dari perkampungan Pek hoa san ceng telah tiba" Bu wi totiang segera menyingkap gorden dan selangkah demi selangkah tampil kegelanggang. Pek li Peng mengintip keluar, ia lihat Shen Bok Hong disertai empat orang pengiringnya berjalan masuk kedalam gelanggang. Keempat orang jago yang mengiringi gembong iblis tersebut, kecuali Kim hoa hujin dan Lan Giok tong, orang ketiga adalah seorang hwesio gede berjubah lhasa warna merah darah dengan membawa sepasang senjata kencengan terbuat dari tembaga. Sedangkan orang keempat adalah seorang pemuda berjubah hijau yang bermuka pucat ia bertangan kosong belaka tanpa membawa senjata tajam apa-apa.. Bu wi totiang maju ke depan dan memberi hormat, kemudian sapanya. "Shen toa cungcu, tampaknya engkau memang seorang jago yang pegang janji.." "Kedatangan aku orang she Shen agaknya jauh lebih pagian.." kata Shen Bok Hong. Sorot matanya menyapu sekejap sekeliling tempat itu, kemudian sambungnya lebih jauh. "Kenapa nona Gak tidak kelihatan" Dia berada dimana?"" "Apakah Shen toa cungcu bersikeras untuk bertempur melawan nona Gak?" tanya Bu wi totiang sambil tertawa ewa. Shen Bok Hong tersenyum. "Bagi aku orang she Shen sih tiada pendapat lain cuma beberapa orang sahabatku ini sama-sama mengharapkan bisa berjumpa dengan nona Gak!" Bu wi totiang alihkan sorot matanya ke arah pemuda bermuka pucat itu, setelah memandang sekejap ia berkata "Apabila kalian semua ingin berjumpa dengan nona Gak, maka terpaksa kalian harus menunggu lebih dahulu!" Sebelum Shen Bok Hong sempat baka suara, tiba-tiba Lan Giok tong menimbrung dari samping: "Sebenarnya Gak Siau cha berada disini atau tidak?" "Sewaktu nona Gak mengadakan perjanjian dengan kalian semua, toh waktu itu aku tidak menjadi saksi atau penanggung jawab, kalau kalian minta orang kepadaku apakah tidak merasa bahwa perbuatan kamu semua itu keterlaluan ?" Tiba-tiba Sun Put-shia munculkan diri dari belakang mimbar, sambil menghampiri gembong iblis itu dia menegur dingin: "Hey, Shen Bok Hong masih kenal dengan aku si pengemis tua?" Shen Bok Hong tertawa ewa. "Tianglo perkumpulan Kay pang adalah seorang pendekar besar, masa aku tidak tahu?" "Bagus-bagus aku si pengemis tua sudah peyot dan loyo bosan rasanya kalau disuruh hidup beberapa tahun lagi didunia ini, sebelum mati aku ingin melakukan perbuatan baik bagi umat persilatan disungai telaga, agar nama harumku selalu terkenang dihati mereka.." "Apa yang hendak saudara Sun lakukan?" tukas Shen Bok Hong "Bagaimanapun juga toh bukan engkau yang ingin bertemu dengan nona Gak, maka aku si pengemis tua hendak menantang kau Shen toa cungcu untuk melangsungkan suatu pertarungan sengit satu lawan satu, apakah engkau berani menerina tantangan duelku ini?" Shen Bok Hong tidak langsung menjawab, ia termenung dan berpikir beberapa saat lamanya, kemudian berkata. "Jadi Sun heng hendak mengajak aku untuk berduel?" "Betul, dan siapapun tidak boleh membantu pihak manapun dalam pertarungan ini, sebelum salah satu pihak mampus pertarungan tidak akan dihentikan!" Berkilatlah sepasang mata Shen Bok Hong ia menyapu sekejap seputar ruangan itu, lalu berkata. "Ehmm! Aku merasa kagum sekali dengan kegagahan serta keberanian Sun heng!" "Oooh..! Jadi engkau menyetujuinya ?" "Tidak ! Aku belum menyetujui tantanganmu itu.." jawab Shen Bok Hong sambil menggeleng. "Kenapa?" tanya Sun Put-shia gelisah. "Sebab engkau sudah pasti bukan tandinganku !" "Mengapa engkau tak berani menerima tantanganku untuk berduel ini ?" pengemis tua itu makin gusar. Shen Bok Hong tertawa dingin tiada hentinya. "Gampang sekali jawabanku, tantanganmu ini sangat tidak wajar dan berbeda sekali dengan keadaau di hari-hari biasa, segala yang tak wajar menandakan bahwa dibalik kejadian tersebut tentu ada rencana busuk, bila Sun heng bersikeras ingin turun tangan, biarlah siaute mengutus seorang jago untuk mengiringi kehendakmu itu." Sebelum Sun Put shia menjawab, ia sudah berpaling kearah hwesio baju merah itu seraya berkata "Taysu, tolong engkau yang hadapi orang itu !" Padri berbaju merah itu segera mengia-kan, dengan langkah lebar dia maju ke depan dan menghadang dihadapan Shen Bok Hong, katanya sambil tertawa. "Bukankah tanganmu sudah gatal dsn ingin bertempur" Hayo majulah pinceng akan layani keinginanmu." Tertegun Sun Put Shia menghadapi kejadian tersebut, dalam hati dia lantas berpikir. "Waah.. kalau begini caranya sudah pasti aku si pengemis tua yang bakal kalah dalam taruhan itu, Aaai, It bun Han to memang pintar dan pandai melihat gelagat, ternyata semua tebakan dan dugaannya tak meleset.." Walaupun dalam hati ia berpikir demikian, tapi Pengemis tua yang memiliki nama besar dalam dunia persilatan ini tak sudi menyerah dengan begitu saja, ia masih coba berusaha untuk memancing kemarahan musuhnya dengan kata-kata yang sinis. "Hey, Shen Bok Hong! Katanya kau seorang jagoan yang hebat dan punya ambisi untuk jagoi kolong langit, kenapa nyalimu kecil seperti tikus busuk" Huuh, kalau tidak berani menerima tantanganku ini lebih baik pulang kandang saja dan hidup tenang dirumah, daripada perbuatanmu ini ditertawakan orang persilatan" "Haahh. haahh. haahh. engkau tak perlu memanasi hatiku, seorang laki-laki yang pintar adalah mereka yang pandai melihat gelagat dan menomor satukan urusan yang lebih penting, apa gunanya menuruti emosi dan angkara murka karena urusan yang tak penting"!" Sementara itu Padri baju merah itu sudah memutar senjata kencengan tembaganya sambil berkata dengan dingin : "Hey, pengemis busuk ! kalau ingin menantang duel Shen toa cungcu, lebih baik layani dahulu serangan dari pinceng ini!" Tiba-tiba ia bergerak kedepan dan menerjang musuhnya, diantara bergeraknya telapak tangan kiri, sekilas cahaya emas memancar keluar dari senjata kencengan tembaga itu dan langsung menyambar tubuh lawan dengan kecepatan bagaikan sambaran petir. Betapa terperanjatnya Sun Put shia menghadapi serangan tersebut, cepat ia bergerak mundur dua langkah kebelakang. Hwesio baju merah itu tertawa dingin, ia memburu kedepan dan menerjang lawannya habis-habisan, sepasang kencengan tembaganya diiringi sambaran cahaya yang menyilaukan mata menyergap kiri kanan musuh. Sungguh tajam serangan senjata kencengan yang dilancarkan oleh padri itu. Sinar yang terbias keluar membuat mata jadi silau tak dapat dipentangkan lebar. Secara beruntun Sun Put Shia melancarkan dua buah berantai kedepan, dua gulung angin pukulan yang keras dan hebat langsung menggulung kedepan dan menghadang datangnya dari padri itu, kemudian menggunakan kesempatan baik ini tubuhnya bergerak mundur dua langkah kebelakang. "Tahan" bentaknya keras-keras. Padri berbaju merah itu menghentikan serangan mautnya, lalu mengejek dengan suara dingin. "Hmmm! Sudah lama aku dengar akan nama besarmu, sungguh tak nyana engkau tak lebih hanya manusia tak becus yang takut mati, benar-benar bikin hati kecewa!" Betapa gusarnya Sun Put shia setelah mendengar ejekan itu, namun ia berusaha keras untuk mengendalikan perasaan hatinya itu, dengan dingin katanya : "Hmm..! Engkau tak usah mengejek dengan kata-kata yang begitu tajam, seperti apa yang telah dikatakan Shen toa cungcu tadi engkau tidak pantas untuk bertarung melawan aku si pengemis tua!" "Kurangajar, pengemis busuk, engkau jangan tekebur dulu, sebelum omong besar, kalahkan dulu permainan senjataku ini!" seru Padri baju merah itu dengan gusar. Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Sun Put shia tidak berani bertindak gegabah, sebab dalam sakunya saat itu masih tersimpan bahan peledak Poh san sin lui yang hebat, ia kuatir benda peledak itu tersentuh oleh senjata lawan sehingga meledak, bila sampai terjadi begitu, bukan saja Shen Bok Hong gagal dibunuh malahan dia sendirilah yang akan korban bukankah peristiwa itu sana sekali tak ada harganya " Dalam keadaan demikian ia tak ingin bertarung lebih lama lagi, sambil putar badan pengemis tua itu segera kembali kebelakang mimbar. Tentu saja padri baju merah itu tak sudi melepaskan musuhnya dengan begitu saja, melihat Sun Put shia berlalu dari gelanggang, senjata tajamnya tiba-tiba diputar kemudian dengan disertai kilatan cahaya yang menyilaukan mata langsung menyergap punggung musuh. Bu wi totiang tidak berpeluk tangan belaka, dia putar tangan kanannya untuk cabut keluar pedangnya, setelah membuat gerakan perputaran diudara ia tangkis datangnya serangan tersebut. "Traaang .!" dentingan nyaring berkumandang memekikan telinga, diiringi percikan bunga api senjata padri tersebut segera terpental dan meluncur kearah lain. Cepat padri berbaju merah itu putar tangan kirinya, dengan begitu perputaran senjata tajamnya segera berhasil dikuasahi kembali Begitulah, dalam bentrokan tersebut kedua belah pihak sama-sama mendemonstrasikan kelihayanna, diam-diam para jago yang hadir diruangan itu sama merasa kagum. "Engkau yang bernama Bu wi totiang?" tegur padri berbaju merah itu dengan suara yang ketus. "Benar" jawab Bu wi totiang sambil maju kedepan, "pinto adalah Bu wi, bolehaku tahu nama gelar dari taysu?" "Hmmm! pinto tak mempunyai tempat tinggal tetap, lebih baik kau tak usah tahu nama gelarku.." Setelah berhenti sebentar, ia menambahkan. "Aku dengar diantara jago yang ada da1am perguruan Butong pay, ilmu pedang totiang terhitung paling tinggi pinceng ingin minta beberapa petunjuk darimu" "Ilmu kencengan terbang yang taysu miliki amat hebat, aku lihat permainannya mirip sekali dengan ilmu hwe-swan bui pa (kencengan terbang berpusing) dari gereja Siau lim si ." "Heehhh hehh hehhh memangnya kecuali gereja Siau lim si, dikolong langit selebar ini tidak memiliki kepandaian silat lain?" tukas padri berbaju itu sambil tertawa dingin, "to tiang, silahkan saja turun tangan!" Tentu saja Bu wi totiang tak dapat memaksa lawannya untuk mengakui sebagai murid gereja Siau lim-si, setelah padri menolak pengakuannya, sambil membalingkan pedangnya ia berkata : "Kalau toh taysu keberatan untuk mengungkap sama besarmu, terpaksa kita harus menentukan menang kalah kita dalam ilmu silat!" Selangkah demi selangkah ia bergerak maju kedepan. Dari serangan dahsyat yang telah dilancarkan padri baju merah itu Bu wi totiang sadar kalau ia sudah bertemu dengan musuh tangguh, tentu saja imam tua itu tak berani bertindak gegabah, dengan langkah yang berat dan mantap dia maju kedepan, hawa murninya diam-diam dihimpun kedalam sekujur badannya kemudian perhatiannya dipusatkan menjadi satu dan bersiap siaga menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan. Dalam waktu singkat selisih jarak kedua belah pihak telah makin mendekat sehingga akhirnya tinggal kurang lebih tiga langkah saja. Dengan cekatan padri berbaju merah itu menyilangkan sepasang kencengan tembaganya didepan dada, iapun tak berani bertindak gegabah menghadapi musuh tangguh yang merupakan ciangbunjin dari perguruan Bu tong pay ini. Ujung pedang Bu wi totiang diangkat ke depan, inilah jurus serangan pertahanan dari ilmu pedang Tay-kek hui-kiam yang tersohor itu. Sudah tentu kedua belah pihak sama-sama memahami kekinian lawan, karenanya hawa murni yang dimilikinya segera dihimpun menjadi satu, dengan begitu, bila serangan dilancarkan niscaya serangan tersebut merupakan suatu ancaman maut yaug benar-benar menggetarkan hati. Suasana menjadi kritis, setiap pertarungan akan berlangsung, dalam keadaan itulah tiba-tiba mendengar suara pujian kepada sang Buddha berkumandang memecahkan sesunyian "Omitohud..! Totiang harap tahan, dan silahkan mundur lima langkah kebelakang!" Dengan posisi yang sama sekali tidak berubah, perlahanlahan Bu wi totiang mundur lima langkah kebelakang. Ketika ia berpaling, tampaklah seorang padri tua berusia antara enam puluh tahunan dengan memakai jubah warna abu-abu dan bersenjatakan golok telah tampilkan diri ditengah gelanggang. Orang itu tak lain adalah padri saleh dari gereja Siau lim si, Ceng kong taysu adanya; "Taysu. apa yang hendak kau lakukan?" tegur Bu wi totiang dengan suara lirih. "Seperti apa yang totiang katakan, pinceng merasa permainan kencengan dari taysu itu mirip sekali dengan ilmu hwe swan hui pa dari gereja Siau lim si kami. Karena itu pinceng terpaksa harus mengganggu pertarungan totiang untuk menemui taysu ini." "Kalau memang begitu, pinto mengalah buat taysu! " Ceng kong taysu menyiapkan goloknya di depan dada, lalu dengan langkah yang perlahan maju kedepan. Kiranya It bun Han to yang bersembunyi dibelakang mimbar telah mengatur rencana tersebut, setelah dia amati situasi dalam ruang perabuan tersebut dan mendengar dari Bu wi totiang bahwa permainan kencengan padri baju merah itu berasal dari gereja Siau lim si, dia segera mengutus Ceng kong taysu untuk menggantikan kedudukan Bu wi totiang. Sementara itu, Sua Put shia telah masuk keruang belakang, ia serahkan kembali bahan peledak Poh-san-sin lui tersebut ketangan It-bun Han to lalu ujarnya dengan lirih: "Sianseng memang lihay dan pandai melakukan penilaian terhadap segala persoalan, aku sipengemis tua benar-benar merasa kagum mulai sekarang, akan kuturuti semua perkataan dari sianseng!" Dengan hormat dia angsurkan bahan peledak tersebut. It-bun Han to tersenyum, setelah menerima bahan peledak Poh san-sin lui itu katanya dengan lirih "Aku rasa dalam pertarungan yang berlangsung hari, kita tidak membutuhkan benda ini lagi, Siau tayhiap rupanya sudah masuk kedalam ruang perabuan !" "Dimana dia " Kenapa aku si pengemis tak tidak melihatnya?" tanya Sun Put shia keheranan. "Bila tebakanku tidak keliru, kakek baju kuning yang berdiri didepan pintu ruangan itu tak lain adalah hasil penyaruan dari Siau tayhiap !" Sun Put shia segera alihkan sorot matanya kedepan pintu ruangan, memang tak salah ucapan It bun Han to, disana berdiri seorang kakek baju kuning yang berusia enam puluh tahunan. sebuah tongkat bambu terpegang dalam genggamannya "Darimana engkau bisa tahu?" tanya Sun Put shia dengan perasaan tidak puas "Sederhana sekali jawabannya, bukankah kita bisa mengetahui hal ini dari tongkat bambunya?" Dengan sorot mata yang tajam Sun Put shia mengawasi tongkat bambu itu. Tapi tiada sesuatu yang berhasil ditemukan ia merasa bambu itu hanyalah sebatang bambu yang amat biasa. Lalu darimana It bun Han to bisa tahu kalau orang itu adalah penyaruan dari Siau Ling" Toh bambu yang dipakai sama sekali tiada keistimewaannya" "Kenapa dengan tongkat bambu itu?" tak kuasa lagi dia bertanya "Tongkat bambu itu masih baru dan tampaknya belum lama dicabut dari kebun bambu. bila tongkat itu sudah sering kali dipakai maka warnanya pasti akan berubah, Siau tayhiap memang cerdik sayang ia agak teledor, semoga saja Shen Bok Hong tak akan mengetahui akan keteledorannya itu" "Benar juga perkataannya ini", pikir Sun Put shia dalam hati, "padahal gampang sekali cara pemecahannya, tapi aku si pengemis tua toh tak dapat menebaknya, aaai, dari sini dapatlah diketahui bahwa dalam hal kecerdikan aku si pengemis tua masih kalah satu tingkat jika dibandingkan It bun Han to.." Berpikir sampai disini, ia lantas tertawa dan mengangguk. "Kecerdikan sianseng memang hebat benar benar bikin hati orang jadi kagum" Mendadak sepasang alis matanya berkernyit, ujarnya lagi dengan kuatir. "Mungkinkah Shen Bok Hong akan mengetahui juga persoalan ini?" "Aku rasa ia tak akan menduga sampai disitu!" "Kalau begitu kecerdasan Shen Bok Hong masih kalah satu tingkat jika dibandingkan sianseng?" " Ooh.. bukan begitu maksudku!" "Kalau bukan demikian, kenapa sianseng dapat menemukan keteledoran Siau tayhiap sedangkan Shen Bok Hong tidak mengetahuinya?" "Karena kita sudah tahu lebih dahulu kalau ini hari Siau tayhiap bakal muncul di sini. sebaliknya Shen Bok Hong sama sekali tidak tahu?" Tertegunlah Sun Put-shia sesudah mendengar jawaban yang sangat tepat ini, akhirnya dia mengangguk dan keluar dari tempat itu. Rupanya si pengemis tua ini masih kurang puas dengan kekalahan yang dideritanya, maka dia berusaha putar otak untuk mengajukan satu pertanyaan sulit yang kira-kira tak akan mampu dijawab It bun Han to. Siapa sangka It-bun Han to memang cerdik dan pengetahuannya sangat luas, bukan saja pertanyaanpertanyaannya gagal untuk menyulitkan lawan, malahan setiap jawabannya terasa amat tepat. Tentu saja Sua Put shia jadi gelagapan sendiri, akhirnya ia merasa benar-benar takluk dengan kehebatan rekannya ini. Dipihak lain Ceng kong taysu telah berkata setibanya dihadapan padri berbaju merah itu : "Partai Siau lim adalah tulang punggung masyarakat persilatan yang mengutamakan keadilan dan kebenaran, sepanjang sejarah sudah beribu-ribu orang-orang yang jatuh korban demi kebenaran didunia persilatan, mengapa engkau.." "Heehhh. heehhh. heehhh itukan urusan pribadi gereja Siau lim si, apa sangkut pautnya dengan pinceng"! tukas padri berbaju merah sambil tertawa dingin. "Hmm! Bila engkau berani melepaskan topeng kulit manusia yang menutupi raut wajahmu, pinceng yakin bisa menyebutkan nama julukanmu !" kata Ceng kong taysu dengan serius. "Sejak dilahirkan pinceng sudah memiliki paras muka yang dingin dan kaku seperti ini, aku rasa taysu tak usah menguatirkan tentang diriku!" "Omitohud..! Walaupun demikian, yang pasti ilmu kencenganmu itu toh berasal dari gereja Siau lim si"!" " Hehhhh. heehhh. heehhh enak benar kalau bicara, memangnya setiap ilmu silat yang ada didunia ini bersumbar dari Siau lim si " Toh engkau sendiri juga tahu, kebanyakan orang beragama selalu memakai senjata sian cang atau golek, atau senjata kencengan, padahal permainan ilmu toya dan ilmu kencengan tidak jauh berbeda, heeeh heeeh heeehh taysu. engkau telah menunjuk kuda sebagai menjangan, aku jadi ingin tahu apa tujuanmu bersikeras menuduh aku sebagai murid gereja Siau lim si" Ceng kong taysu tertawa hambar. "Kalau engkau bukan seorang padri yang berasal dan gereja Siau li si maka kau pun rasanya, tak perlu memberikan penjelasan yang demikian mendetil kepadaku !" Agak tertegun padri baju merah itu, akhirnya dengan gusar ia berteriak keras : "Peduli amat pinceng berasal dari perguruan mana, lebih baik menangkan dulu permainan sepasang kencenganku ini..." Selesai berbicara, sepasang kencengan yang berada ditangannya langsung dibacok kedepan, diiringi dua kilatan cahaya tajam, sepasang senjata kencengan itu langsung menyergap kiri kanan tubuh Ceng kong taysu. Menghadapi datangnya ancaman tersebut Ceng kong taysu tertawa dingin, tiba-tiba dengan jurus Tee lau kim lian (mencabut teratai emas dari tanah) goloknya berkelebat kemuka balas membacok dada sang padri baju merah itu. Tercengang kawanan jago yang hadir dalam ruangan itu sesudah menyaksikan serangan tersebut, pikir mereka hampir berbareng: "Macam apaan jalannya pertarungan ini" Kalau diteruskan, bukankah kedua belah pihak akan sama-sama mampus?" Bila bacokan golok dari Ceng kong taysu itu dilanjutkan kedepan, niscaya dada padri baju merah itu akan terbacok, sebaliknya pada saat yang bersamaan pula sepasang senjata kencengan padri itu akan menghajar pula tubuh Ceng kong. Jangan orang lain, Bu wi totiang sendiripun tertegun sesudah menyaksikan jalannya pertarungan. "Memangnya hwesio ini akan beradu jiwa" pikirnya dalam hati. Belum habis ingatan tersebut melintas dalam benaknya. tiba-tiba padri baju merah itu sudah menarik kembali sepasang senjata kencengannya dan secepat petir mundur dua langkah kebelakang, dengan muadurnya ia ke belakang maka dengan sendirinya bacokan golok yang dilancarkan Ceng kong taysu juga mengena pada sasaran yang kosong. Ceng kong taysu segera tertawa dingin, ejeknya. "Hemmm . sekalipun engkau bukan murid gereja Siau lim si, tapi yang pasti ilmu kencengan yang kau gunakan bersumber dari perguruan kami.." Bu wi totiang kembali berpikir dalam hati: Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Aiiih.. rupanya ia memang sudah punya perhitungan yang masak kalau begitu bacokan tolok tersebut justru merupakan kunci yang paling tepat untuk memecahkan serangan kencengan tembaga dari padri berbaju merah itu.." Dalam pada itu, sang padri baju merah sudah tidak berbicara lagi. Ia menerjang maju kedepan sepasang senjata kencengannya diputar bagaikan baling-baling kemudian melepaskan serangkaian serangan berantai yang maha dahsyat. Terasalah cahaya emas berkilauan memenuhi seluruh angkasa, bayangan kencengan silang menyilang dengan gencarnya, serangan berantai itu benar-benar merupakan serangan yang maha dahsyat. Ceng kong taysu tak mau mengalah dengan begitu saja goloknya segera diputar dan melancarkan serangkaian serangan balasan yang tak kalah hebatnya. Dalam waktu singkat, berlangsunglah suatu pertempuran yang amat seru ditengah gelanggang. Walaupun sekilas pandang, orang akan mengira padri baju merah itulah yang menguasai gelanggang dengan permainan sepasang senjata kencengannya yang berputar ke sana kemari, sebaliknya permainan golok dari Ceng kong taysu hampir boleh dikata tenggelam ditengah kepungan lawan, tapi dalam kenyataan justru permainan golok dari Ceng kong taysu lah yang telah mengendalikan terus gerak laju sepasang kencengan tembaga lawan. Bagi kawanan umat persilatan yang lain, mungkin tak seorangpun yang mengetahui duduknya perkara, lain halnya dengan Bu wi totiang, ia dapat melihat jelas semua kejadian tersebut. Dari pertarungan yang berlangsung selama ini, imam tua itu dapat menarik kesimpulan bahwa Ceng kong taysu rupanya sudah menguasai penuh gerak perubahan dari permainan senjata kencengan itu, karena sudah hapal maka semua serangan yang dilancarkan selalu telak hingga memaksa musuhnya tak mampu mengembangkan permainannya semaksimal mungkin. Sudah tentu keadaan yang sangat tidak menguntungkan pihaknya ini tak akan lolos dari pengamatan Shen Bok Hong, sepasang dahinya kontan berkerut, tiba-tiba hardiknya dengan suara berat: "Tahan. .!" Mendengar bentakan itu, hwesio baju merah itu segera memutar sepasang senjatanya sedemikian rupa...Traang ! Traaang secara beruntun ia tangkis beberapa buah serangan golok dari Ceng kong taysu, kemudian cepat cepat mundur ke belakang, "Kenapa tidak dilanjutkan pertarungan ini?" kata Ceng kong taysu dengan wajah serius. "Kekuatan kamu berdua seimbang dan susah untuk menentukan siapa lebih unggul" jawab Shen Bok Hong "bila pertarungan ini dilanjutkan lebih jauh niscaya kamu berdua akan sama-sama terluka parah..." ?"Hmm ! Apakah penglihatan dari Shen toa cungcu tidak melantur " Ketahuilah keuntungan sudah berada ditangan pinceng " sambung Ceng koug taysu dengan ketus. Shen Bok Hong segera menengadah dan tertawa ter bahakbahak. "Haaah hasah haaaahh.. aah, masa iya " Kenapa aku tidak melihat tanda-tanda itu ?" Ceng-kong taysu mendengus dingin dan tidak menggubris ocehan gembong iblis itu lagi, dia alihkan sorot matanya keatas wajah padri baju merah itu, lalu ujarnya: "Perguruan Siau lim pay selalu dihormat dan disanjung tiap umat persilatan didunia untuk menegakkan keadilan dan kebenaran sejak dahulu kala hingga kini entah sudah berapa ribu sucou kita yang mati sebagai pahlawan, dimana jerih payah mereka justru ditukar dengan nama besar gereja Siau lim si sekarang ini, Hmm ! Sunggah tak nyana" "Lan si-heng" tiba-tiba Shen Bok Hong menyela dengan suara dingin, "temuilah taysu dari gereja siau lim si ini!" Lan Giok tong mengiakan, ia cabut senjatanya dan langsung menghampiri hwesio itu ujarnya dengan dingin: "Aku Lan Giok tong, ingin sekali minta petunjuk ilmu silat taysu yang lihay!" Sepasang dahi Ceng kong taysu langsung berkerut setelah dilihatnya musuh yang akan dihadapinya adalah seorang pemuda yang masih kecil. "Engkau akan bertarung melawan pinceng"!" tegurnya. "Tentu saja, harap taysu ber-hati-hati !" sebagai penutup kata. Lan Giok tong memutar pergelangan tangan kanannya dan... Sreeet! Sreett! secara beruntun ia lepaskan dua bacoksan kilat. Dimana ujung pedangnya berkelebat muncullah dua kuntum bunga pedang yang langsung menusuk jalan darah penting di tubuh Ceng kong taysu. Tak berani Ceng kong taysu menghadapi serangan pedangnya yang cepat, ganas dan mengerikan itu, buru-buru dia mundur dua langkah kebelakang lalu sambil memutar goloknya ia sambut datangnya ancaman lawan. Setelah merebut posisi yang lebih menguntungkan dengan dua bacokan kilatnya tadi, Lan Giok tong segera melepaskan kembali serangkaian serangan kilat yang amat hebat, dimana ujung pedangnya berkelebat disitulah dia meagancam jalan darah penting di tubuh lawannya. Ceng kong taysu keteter hebat, meskipun goloknya sudah diputar dan dibabat dengan gencarnya dengan harapan berhasil merebut posisi yang lebih menguntungkan, akan tetapi perubahan jurus serangan yang dilepaskan Lan Giok tong memang benar-benar tangguh, semua ancamannya ditujukan pada hiat to penting, ini menyebabkan Ceng kong taysu tak sanggup melancarkan serangan balasannya yang lebih hebat. Pertarungan yang berlangsung sekarang jauh lebih sengit, golok dan pedang saling menyergap titik kelemahan musuh dalam sekejap mata lima puluh gebrakan sudah lewat. Lan Giok tong memang hebat, serangan yang dilancarkan olehnya ibarat gulungan ombak sungai tiang-kang yang tiada habisnya, dalam keadaan begitu Ceng kong taysu amat terdesak hingga sama sekali tak berkemampuan untuk melancarkan serangan balasan. Setelah bersusah payah mempertahankan diri sebanyak lima puluh gebrakan, ia mulai kehabisan tenaga dan keringat pun mulai mengucur keluar membasahi wajahnya. It bun Han to yang bersembunyi dibelakang mimbar dapat mengikuti jalannya pertarungan itu dengan jelas, dengan setengah berbisik segera ujarnya kepada Pek li Peng: "Ceng kong taysu masih kalah jauh bila dibandingkan Lan Giok tiong, dan lagi iapun tak sanggup membendung serangan pedang lawannya yang tajam, ganas dan dahsyat itu, bila tidak diganti orang lain dua puluh gebrakan lagi dia pasti akan terluka oleh tusukan pedang pemuda she Lan itu.." "Apakah aku sanggup menghadapi dirinya?" tanya Pek li Peng dengan suara lirih. "Siau tayhiap mengikuti pula jalannya pertarungan ini dari sisi gelanggang, kalau toh akupun bisa menyaksikan posisi Ceng kong taysu yang keteter hebat dengan sendirinya Siau tayhiap sendiripun mengetahui juga akan hal ini, padahal ia tidak berkutik sama sekali itu artinya dia masih mempunyai rencana lain maka lebih baik engkau jangan turun tangan lebih dahulu!" "Dia harus menghadapi Shen Bok Hong tentu saja tak mungkin baginya untuk turun tangan secara sembarangan biar aku saja yang menggantikan kedudukan Ceng kong taysu." "Kepandaian silat yang dimiliki Bu wi totiang masih cukup untuk menandingi ilmu silat Lan Giok tong aku rasa sudah tiba waktunya bagi dia untuk tampilkan diri." Satria Pondok Ungu 1 Jala Pedang Jaring Sutra Seri Thiansan Kiam Bong Cian Sie Karya Liang Ie Shen Renjana Pendekar 10