Ceritasilat Novel Online

Budi Kesatria 3

Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen Bagian 3 Istana Terlarang memiliki senjata mustika yang begitu tajam, mengapa mereka tidak berusaha untuk menjebol dinding untuk keluar dari tempat ini, tapi malahan mandah saja terkurung mati di dalam Istana Terlarang?" "Benar, masalah ini sulit untuk dipecahkan,...." pikir Siauw Ling dalam hati. "Bagus sekali pertanyaanmu itu!" seru It-bun Han Too sambil tersenyum,"meskipun pedang tajam ini tak dapat menggali dinding bukit setebal ratusan tombak, semestinya bisa digunakan untuk membuka pintu untuk keluar, mengapa mereka mati terkurung disini?" "Kesepuluh tokoh sakti yang terkurung di tempat ini ratarata merupakan jago-jago amat cerdik, sekalipun mereka tidak paham dengan ilmu bangunan atau alat rahasia, semestinya mereka gunakan ketajaman pedang itu untuk menerjang keluar dari tempat ini, mengapa mereka tidak lakukan hal itu?" "Pertanyaan dari Toa Cungcu ini telah menyulitkan diriku, sekarang aku memang tidak sanggup menjawab, tapi aku memang tak sanggup menjawab, tapi aku rasa dibalik kejadian itu pastilah ada sebab sebabnya, mungkin juga dari dulu Ahli Bangunan bertangan sakti Pau It Thian telah menduga akan hal itu!" "Hmmm..! aku mengira segala sesuatunya It-bun Heng telah mengetahui, rupanya kau sendiripun tidak paham " ejek Shen Bok Hong sambil tertawa dingin. "Setelah masuk ke dalam ruangan ini, mungkin aku bisa mendapatkan jawabannya!" Dengan lilin di tangan ia periksa pintu besar yang tertutup rapat itu dengan seksama, kemudian ia letakkan itu di atas tanah dan ia sendiri meloncat mundur ke belakang. It-bun Han Too mengundurkan diri terus sehingga mencapai tempatnya semula. Disitu ia baru menghentikan langkahnya. Dengan cepat Shen Bok Hong serta Siauw Ling pun mundur ke tempat semula Kraaak.....! Kraaak.....! Kraaak.....! Diiringi denyitan nyaring, pintu ruangan yang semula tertutup rapat itu, perlahan lahan terbentang lebar ke arah samping. Sekarang Shen Bok Hong serta Siauw Ling baru memahami maksud It-bun Han Too meletakkan lilin ke atas tanah tadi. Rupanya setelah pintu ruangan itu terpentang lebar, dengan meminjam sorot cahaya lilin yang berada ditepi pintu tadi, pemandangan diseluruh isi ruangan tersebut dapat terlihat dengan amat jelas. Ruangan dalam lambung bukit itu sangat luas, lebar dan dalam. Cahaya pancaran lilin hanya sempat menyoroti sebuah meja yang terbuat dari batu, di atas meja batu tadi terletaklah pelbagai macam senjata tajma, senjata itu diatur sangat rapi dan rajin hal ini membuktikan bahwa senjata2 tersebut diletakkan dengan hati yang tenang dan sama sekali tidak diliputi rasa gugup atau takut. Dalam pandangan sekilas pandangan Siauw Ling dapat melihat sebuah seruling kumala putih serta sebilah pedang panjang diletakkan secara berdampingan, dalam hati segera pikirnya, "Benarkah seruling kumala itu merupakan barang peninggalan dari Raja seruling Thio Hong?" Sementara itu terdengar Shen Bok Hong telah berkata, "Ooooh.....! Sekarang aku sudah mengerti, rupanya di atas tanah antara kita dengan pintu batu itu terpasang sebuah alat rahasia yang mengatur buka tutupnya pintu ruangan itu, sedemikian tajamnya alat pengontrol tadi sehingga membuat tiap injakan kaki manusia di atas alat rahasia tersebut segera menggerakkan pula pintu tadi secara otomatis:.... buka begitu It-bun Heng?" "Benar! Alat rahasia ini sudah dibangun sejak puluhan tahun berselang, tapi hingga kini alat otomatis tersebut masih dapat berjalan sebagaimana mestinya, ini menunjukkan betapa dahsyat dan hebatnya arsitek pembangunan tempat ini!" "Antara tempat ini dengan pintu ruangan itu hanya terpaut satu tombak belaka, bagaimana kalau kita loncat masuk ke dalam ruangan itu tanpa menginjak permukaan tanah di sekitar tempat ini" Dengan demikian bukankah alat rahasia itu tidak sampai kita pijak?" "Caramu memang bagus, tapi aku ingin bertanya, andaikata setelah kita masuk ke dalam ruangan dan pintu itu secara tiba-tiba menutup sendiri tanpa bisa kita buka kembali, apa yang hendak kau lakukn pada waktu itu?" Shen Bok Hong jadi tertegun, untuk beberapa saat lamanya ia tak sanggup mengucapkan sepatah kata pun, sesaat kemudian baru ia berkata, "Tentang soal ini.... bila aku tahu rahasianya, mungkin sejak dulu kala It-bun Han Too heng sudah terluka atau menemui ajalnya di ujung telapakku" "Shen Toa Cungcu, lebih baik batalkan saja niatmu untuk membinasakan diriku....." seru It-bun Han Too sambil tertawa hambar. Shen Bok Hong tahu bahwa ia sudah terlanjur berbicara, buru-buru sambungnya, "Tentu saja, sebelum keluar dari Istana Terlarang, aku orang she Shen tak mungkin membinasakan dirimu" It-bun Han T oo tersenyum, ia tidak memperdulikan gembong iblis itu lagi, hanya katanya, Sambil berkata ia maju ke arah depan. Baru saja berjalan empat lima langkah, mendadak pintu ruangan itu secara otomatis menutup kembali. It-bun Han Too segera berjongkok ke atas tanah, pedang pendeknya bergerak kian kemari, rupanya ia hendak menggunakan ketajaman senjata itu untuk menggali lapisan tanah berbatu itu serta menemukan letak alat pengontrol yang mengendalikan gerakan tutup buka pintu ruangan itu.... Siapa tahu baru saja dua tusukan, ia telah menghentikan gerakannya itu dan loncat mundur ke tempat semula. "It-bun Heng, apakah permukaan tanah berbatu itu terlalu keras dan kau takut pedang mustikamu rusak?" seru Shen Bok Hong cepat. Air muka It-bun Han Too berubah amat serius, ia tidak memperdulikan sindiran dari gembong iblis itu cuma menggeleng serunya, "Sungguh lihai..... Sungguh lihai....." Dengan cepat Shen Bok Hong dapat pula merasakan seriusnya persoalan itu, dengan suara berat ia bertanya, "Itbun Heng apa yang tidak beres?" "Kelihaian dari Ahli Bangunan bertangan sakti Pau It Thian sungguh luar biasa sekali, aku merasa takluk dan tak mampu menandingi dirinya" "Sebenarnya apa yang telah terjadi?" sela Kim Hoa Hujin dengan nada gusar, "Hey orang she It-bun lebih baik kau jangan main gila dihadapan kami semua" "It-bun Heng, aku hendak memberitahukan satu hal kepadamu" sambung Shen Bok Hong pula, "Seandainya kau sampai bentrok dengan Kim Hoa Hujin atau Tong Lo Thaythay sehingga menjadi pertarungan, itu bukan urusanku lho.... aku tak mau ambil perduli!" "Baiklah beritahu kepada kalianpun tak menjadi soal, agar kalianpun ikut merasakan bahwa keadaan kalian semua pada saat ini teramat berbahaya...." Ia berhenti sejenak, kemudian sambungnya, "Tepat di bawah permukaan ruangan ini merupakan aliran sungai bawah tanah yang sangat deras, sekali salah bertindak maka air bah akan menyapu habis seluruh isi ruangan ini, dan kita semua bakal mati tenggelam dalam Istana Terlarang" "Sungguhkah itu!" seru Shen Bok Hong dengan air muka berubah hebat. "Kalau kau tidak percaya, silahkan dengarkan suara di bawah tanah ini" Shen Bok Hong segera pasang telinga baik-baik, sedikitpun tidak salah dari bawah permukaan ia dengar suara aliran air yang amat deras berkumandang bagaikan suara guntur, hatinya seketika jadi tercekat dan bulu romanya pada bangun berdiri. It-bun Han Too perhatikan kembali sekeliling tempat itu, lalu berkata, "Ahli Bangunan bertangan sakti Pau It Thian sanggup mendirikan Istana Terlarang di atas aliran air bawah tanah yang begitu deras, perhitungannya yang begitu sempurna dan tepat benar-benar mengagumkan sekali....." Ia berhenti sejenak, lalu sambungnya, "Bila dugaanku tidak keliru, di dalam Istana Terlarang kemungkinan besar terdapat pintu rahasia yang berhubungan langsung dengan sungai di bawah tanah, bila tindakan kita terlalu gegabah sehingga menyentuh pintu rahasia tersebut, maka air bah akan memenuhi seluruh ruangan di tempat ini, sedang kita semua akan mati konyol!" "Jadi maksud It-bun Heng, kau memiliki sebilah pedang mustika yang amat tajam, namun senjata itu tak dapat digunakan untuk membobol bangunan Istana Terlarang?" "Benar! Andai kata watak Pau It Thian lebih kejam dan licik daripada apa yang kubayangkan semula, mungkin di suatu tempat yang penting ia telah memasang pula sebuah alat rahasia yang langsung berhubungan dengan pintu air, asal kita sentuh alat rahasia tadi, pintu air itu secara otomatis akan terbuka dan air bah akan memenuhi tempat ini" "Manusia she It-bun, semakin berbicara kau semakin menakut-nakuti kami semua, seakan-akan tiap jengkal tanah dalam Istana Terlarang adalah jebakan maut, setiap langkah merupakan ancaman kematian, bila demikian adanya mengapa kau tidak mengundurkan diri saja dari tempat ini" Omel Kim Hoa Hujin "Bila dalam keadaan begini ada yang mohon pamit untuk keluar dari Istana Terlarang, aku pasti tak akan menghalangi keinginannya itu....." "Bagaimana dengan It-bun Heng" Apakah kau juga akan mengundurkan diri dari tempat ini?" sela Shen Bok Hong. "Bagi diriku kalau tidak masuk ke gua macan darimana bisa mendapatkan anak harimau" Setelah berada di dalam Istana Terlarang tentu saja aku akan mengadu nasib, soal kematian atau maut sudah tak terpikirkan sama sekali dari benakku" Berada dalam keadaan begini, kepala kampung perkampungan Pek Hoa Sanceng yang selalu pandang tinggi diri sendiri tak urung tunduk kepala juga, ujarnya kemudian, "Baik! Kami semua akan mengikuti It-bun Heng untuk mengadu untung...." "Haaah.... haaah.... haaah.. Toa Cungcu mengapa secara tiba-tiba kau bersikap sungkan kepadaku?" sindir It-bun Han Too sambil tertawa tergelak. "Seorang lelaki sejati dapat bertindak menurut keadaan, begitu barulah tepat dikatakan sebagai orang yang mengerti gelagat!" "Sekarang, kita harus memikirkan bagaimana caranya memasuki ruangan itu, semula aku bermaksud merusak alat rahasia yang mengendalikan pintu itu, tapi sekarang terpaksa aku harus batalkan niatku itu!" "Biar kucoba!" ujar Shen Bok Hong sambil tarik napas panjang dan melangkah maju ke depan, Dengan tenaga dalamnya yang sempurna, sekali tarik napas tubuhnya bagaikan burung walet terbang ke angkasa segera melayang ke arah pintu ruangan tersebut. Kali ini pintu itu benar-benar menutup kembali. Setibanya di depan pintu Shen Bok Hong tidak berani masuk ke dalam, ia hanya melongok saja sekejap ke arah ruangan itu, kemudian berseru, "Saudara2 sekalian mari kesini semua!" Mendengar perkataan itu para jago segera mengepos tenaga dan sama-sama mendekati tempat itu. Pada dasarnya beberapa orang itu adalah jago kelas satu, dengan gerakan tubuh yang enteng mereka segera melayang ke depan dan hinggap di depan pintu. Setibanya dimuka pintu ruangan, It-bun Han Too ambil kembali lilinnya yang ada di tanah kemudian berseru, "Mari ikuti diriku!" Sambil berkata ia berjalan lebih dulu menuju ke dalam. Di bawah sorot cahaya lilin, tampaklah luas ruangan itu mencapai empat tombak, lebarnya dua tombak empat lima depa, bentuknya sempit tapi memanjang, kecuali meja batu berbentuk panjang dimulut masuk itu tiada perabot lain yang kelihatan. Shen Bok Hong mendehem ringan, ujarnya, "Apa yang telah terjadi" Masa di dalam ruangan inipun hanya terdapat meja panjang dengan isi senjata tajam belaka?" It-bun Han Too membungkam dalam seribu bahasa. Dengan tangan kiri membawa lilin ia berjalan mengikuti sepanjang dinding ruangan. Ia berharap dari situ dapat temukan pintu lain. Siauw Ling pada saat ini hanya memikirkan janji Gak Siau Cha dan Giok Siau long-kun adalah keturunan dari Raja Seruling Thio Hong, maka tujuannya memasuki Istana Terlarang saat itu adalah mencari tahu soal Raja Seruling tersebut. Berpikir demikian tangannya tanpa terasa telah menyambar seruling kumala putih itu. Di saat pemuda itu hampir menyentuh seruling tadi, Shen Bok Hong segera bekerja cepat membacok pergelangan kanan Siauw Ling dengan telapak kanannya. "Saudara lebih baik jangan kau sentuh setiap benda yang berada di dalam ruangan ini!" serunya. Siauw Ling menekan pergelangan kanannya ke bawah dan secepatnya meloncat mundur ke belakang untuk menghindarkan diri dari serangan tersebut. Serangan yang dilancarkan Shen Bok Hong cepat laksana kilat, Siauw Ling yang pusatkan perhatiannya untuk menghadapi serangan itu jadi lupa bahwa dibelakang tubuhnya adalah pintu batu .... Blaam! Punggungnya segera menumbuk di atas dinding tersebut. Setelah berhasil melepaskan diri dari ancaman Siauw Ling putar telapaknya siap melancarkan serangan balasan, tetapi sebelum tindakan tersebut dilakukan tiba-tiba terdengarlah suara gemerincing yang amat nyaring berkumandang memecahkan kesunyian. Perubahan yang sama sekali berada diluar dugaan ini mengejutkan setiap orang yang berada di dalam ruangan itu, membuat Siauw Ling serta Shen Bok Hong lupa pula terhadap bentrokan yang baru saja berlangsung, mereka bersiap sedia Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo untuk menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan...." Dari balik dinding sebelah kiri mendadak terbuka sebuah pintu rahasia, dari balik pintu tadi segera muncullah sebuah kereta beroda dimana kereta itu perlahan lahan bergerak menuju ke tengah ruangan. Di atas kereta beroda duduk seorang padri tua berjubah abu-abu dan memejamkan matanya, pada dada paderi itu tergantung sebuah tasbeh terbuat dari kayu cendana. "Siapa?" bentak Shen Bok Hong sambil ayunkan telapak kanannya siap melancarkan serangan. "Toa Cungcu, jangan bertindak gegabah!" buru-buru It-bun Han Too berseru menghalangi niat orang. "Kenapa?" "Istana Terlarang sudah puluhan tahun lamanya tertutup, tidak mungkin ada manusia hidup dalam istana ini" "Tapi hwesio itu tidak mirip orang mati, seandainya ia telah menemui ajalnya maka setelah tubuhnya diperam selama puluhan tahun dalam Istana Terlarang , sekalipun tenaga dalam yang mereka miliki bagaimana sempurnapun seharusnya kulit dan daging mereka telah lapuk, yang tersisa hanya tulang-belulangnnya belaka" "Inilah suatu rahasia yang sukar dipecahkan, sebelum kutemukan duduk perkara yang sebenarnya sulit bagiku menjawab pertanyaan Shen Toa Cungcu" Diluaran meskipun Shen Bok Hong ngotot melakukan pembantahan, tapi dalam hatinya diapun sudah merasa bahwa keadaan dari padri itu sedikit tidak beres, ditinjau dari kulit serta dagingnya yang kaku bagaikan patung, jelaslah sudah bahwa hwesio itu sudah lama berubah jadi mayat. Tampaklah kereta beroda itu berhenti tepat ditengah ruangan, sementara hwesio tua di atas kereta tersebut tetap duduk disitu sama sekali tak berkutik. Dengan pedang pendek melindungi badan perlahan-lahan It-bun Han Too berjalan menghampiri hwesio tua itu, lilinnya didekatkan pada wajah padri tadi dan diawasinya beberapa waktu raut wajah orang itu. Hwesio tua itu beralis putih bersih, kulitnya penuh dengan kerutan dan wajahnya tidak jauh berbeda dengan orang hidup, tapi jelas dari napasnya yang telah berhenti serta tubuhnya yang kaku, paderi tua itu sudah lama menemui ajalnya It-bun Han Too mendehem, kepada Shen Bok Hong serunya, "Toa Cungcu tahukah kau diantara jago yang masuk ke dalam Istana Terlarang terdapat berapa orang hwesio diantaranya?" "Menurut apa yang kuketahui, semuanya berjumlah dua orang hwesio tua!.." "Yang satu adalah Bu siang taysu dari kuil Siau-lim, sedang yang lain siapakah dia?" Shen Bok Hong termenung sebentar, kemudian menjawab, "Menurut apa yang kuketahui orang itu bukan berasal dari kuil Siau-lim, gelarnya adalah Cian Jin!" "Aahh! Kalau begitu tak bakal salah lagi menurut ingatan yang agak samar, hwesio lain yang ikut masuk ke dalam Istana Terlarang pada waktu itu memang bernama Cian Jin. Kalau begitu kemungkinan besar hwesio itu yang berada di atas kereta beroda ini adalah Bu siang taysu dari kuil Siaulim?" Ia berhenti sejenak kemudian lanjutnya. "Bagaimana caranya kalau membuka alat rahasia di atas dinding itu sehingga menyebabkan munculnya layon dari taysu ini?" "Tentang soal ini, kau harus bertanya kepada saudara ini" sahut Shen Bok Hong sambil melirik sekejap ke arah Siauw Ling. It-bun Han Too berpaling ke arah pemuda itu, segera tanyanya. "Bagaimana caranya kau menggerakkan alat rahasia itu?" Siauw Ling termenung dan berpikir sejenak kemudian sahutnya. "Ketika itu diserang oleh Shen Toa Cungcu, untuk menghindari serangannya itu akau mundur ke belakang dan punggungku menumbuk di atas dinding ruangan ini....." Ucapan itu tetap dipancarkan dengan nada yang dibuat, meskipun Shen Bok Hong serta It-bun Han Too tahu bahwa suara itu bukan berasal dari suara aslinya, tapi merekapun tak mampu untuk menebak asal usul sebenarnya. "Saudara dalam keadaan dan situasi seperti ini aku rasa kau tidak perlu menyembunyikan asal usulmu lagi" seru Shen Bok Hong dengan suara mengejek. It-bun Han Too sambil maju menghampiri berkata pula, "Benar, saudara ini pastilah seorang rekan yang kita kenali, oleh sebab itu sengaja ia kenakan topeng manusia untuk mengelabui orang serta berbicara dengan nada sengaja dibuat buat...." Disindir dan dipanasi hatinya oleh kedua orang ini, Siauw Ling jadi naik pitam, tangannya segera meraba ke atas wajah sendiri siap melepaskan topeng manusia itu. Sepasang mata Shen Bok Hong serta It-bun Han Too samasama dialihkan ke atas wajahnya dengan pandangan tajam, rupanya mereka sedang menanti dipecahkannya teka teki yang selama ini menyelimuti diri orang itu. Siauw Ling tertawa dingin, tangan kanannya yang sudah menempel di atas wajah tiba-tiba diturunkan kembali lalu menyingkir ke samping Pada waktu itu It-bun Han Too hendak berjalan menuju ke pintu batu, ketika menyaksikan Siauw Ling hendak melepaskan topeng kulit manusia di atas wajahnya ia segera hentikan langkahnya untuk melihat. Siapa tahu ditengah jalan pemuda itu telah batalkan niatnya, terpaksa sambil tertawa hambar ujarnya, "Saudara tempat mana yang kau tumbuk barusan?" "Itu disini!" sahut Siauw Ling sambil menuding sebuah dinding batu didekatnya. It-bun Han Too berjalan mendekati dinding tersebut, ia lihat dinding itu licin dan halus sekali, sama sekali tiada berbeda dengan tempat lain, hal ini membuat ia menghela napas dan berkata, "Kecerdasan Ahli Bangunan bertangan sakti memang luar biasa sekali, dinding tembok di tempat ini tak ada beda sama sekali dengan tempat lain, andai kata kau tidak menumbuk di tempat itu secara tak sengaja sulit bagi kita untuk menemukan letak alat rahasia yang mengendalikan pintu batu itu" Sembari berkata ia lantas mengetuk dinding batu itu beberapa kali. Tapi beberapa pukulannya sama sekali tidak menunjukkan reaksi apapun jua, hal ini mencengangkan hati It-bun Han Too, ia segera menoleh sekejap ke arah Siauw Ling sambil bertanya, "Betulkah di tempat ini" "Benar!" Sekali lagi It-bun Han Too menghantam dinding tebing itu, kali ini setiap pukulan disertai dengan tenaga dalam yang dahsyat, suara pantulan yang nyaring bergema diseluruh ruangan. Ketika ia menghantam dinding tembok itu untuk ketiga kalinya, dari dinding sebelah timur segera terjadilah suatu perubahan Kraaak.... Kraaak.... Kraaak.... dari dinding tembok tersebut terbuka kembali sebuah pintu rahasia, sebuah kursi roda perlahan lahan muncul pula dari balik pintu itu. Di atas kursi roda itu duduk seorang kakek tua berbaju hijau dan berjenggot panjang terurai sedada. Agaknya kursi kereta itu dikendalikan oleh suatu kekuatan dari bawah tanah, ketika mendekati ruang tengah tiba-tiba kursi itu berhenti dengan sendirinnya, Kakek tua itu duduk dengan sepasang tangan diletakkan di atas lutut, kepalanya tertunduk ke bawah sehingga sulit bagi para jaga untuk melihat jelas raut wajahnya. Lama sekali It-bun Han Too mengawasi kakek tua itu dengan wajah tertegun, kemudian ia mengangguk dan bergumam seorang diri, "Aku mengerti sekara ng.....aku mengerti...." "It-bun Heng, kau mengerti apa?" tegur Shen Bok Hong. "Shen Toa Cungcu, bukankah pengetahuanmu selamannya amat luas" Apakah kau dapat meraba kejadian yang berlangsung pada masa silam dari letak tempat dudukan mayat-mayat ini?" Dengan seksama Shen Bok Hong mengawasi mayat kakek tua berbaju hijau serta Bu Siang taysu beberapa saat lamanya, ketika ditemuinya bahwa tak ada sesuatu aneh yang perlu diperhatikan dia segera menggeleng. "Aku tidak berhasil menemukan sesuatu apapun, harap Itbun Heng suka menjelaskan!" "Haaah.... Haaah.... Haaah.... dengan kecerdasan yang dimiliki Shen Toa Cungcu semestinya kau dapat meraba kejadian sebenarnya. Cuma kau segan mempergunakan otakmu untuk memikirkan masalah ini...." "Aku benar-benar tak dapat memecahkan persoalan ini, Itbun Heng suka menerangkan!" Diluar ia berkata demikian, dalam hati pikirnya dengan penuh kebencian, "Kurang ajar, perkataannya saja ia memuji diriku padahal yang benar ia sedang mengejek ketololanku.... manusia ini betul-betul menjengkelkan sekali, sekeluarnya dari Istana Terlarang aku harus siksa dirinya habis2an biar tahu rasa...." Terdengar It-bun Han Too berkata kembali, "Bukankah aku telah menyuruh Shen Toa Cungcu perhatikan tempat duduk kedua orang ini" Asal kau perhatikan lebih cermat maka dengan cepat kau akan memahami bahwa selain dua orang itu disekelilingnya tentu masih ada kursi yang lain.." "Jumlah para jago sakti yang masuk ke dalam Istana Terlarang semuanya ada sepuluh orang, kecuali Ahli Bangunan bertangan sakti Pau It Thian semestinya masih ada sembilan orang, setiap orang di kolong langit mengetahui hal ini, andaikata yang dimaksudkan It-bun Heng adalah persoalan ini, rasanya hal itu tak perlu diherankan lagi!" "Tapi apakah Shen heng bisa memberikan penjelasan secara terperinci....?" Tentang soal ini .... tentang soal ini ...." untuk beberapa saat lamanya Shen Bok Hong berdiri tertegun. "Kalau berbicara tentang ilmu silat aku sadar bahwa diriku masih bukan tandingan dari Shen Toa Cungcu, tetapi dalam urusan ini, aku percaya kemampuanku jauh lebih hebat daripada dirimu, andaikata Shen Toa Cungcu merasa tak mampu untuk menerangkan persoalan ini, lebih baik sementara waktu tutup mulut saja" Beberapa patah kata sindiran yang pedas ini seketika membuat air muka Shen Bok Hong terasa amat panas, tetapi ia tak dapat mengumbar hawa amarahnya, terpaksa perasaan itu harus ditelan mentah2 ke dalam perutnya...... "Menurut dugaanku diantara beberapa buah kursi roda ini tentu terdapat sebuah meja bundar, aku tak berani memastikan mereka sedang minum arak atau membicarakan sesuatu, tapi yang jelas mereka pasti sedang duduk mengelilingi sebuah meja bundar....." Dengan seksama Siauw Ling perhatikan jarak antara kursi roda kedua sosok mayat itu, dia merasa perkataan itu sedikitpun tidak salah, dalam hati segera pikirnya, "Sebelum ia terangkan duduknya perkara, persoalan ini memang kedengaran janggal dan sukar ditebak makna sebenarnya, tapi setelah diterangkan ternyata hanya suatu urusan yang amat sederhana sekali.... rupanya orang ini memang paling lihai pengetahuannya diantara kami sekalian, kecerdasan otaknya jauh di atas kami semua .... ---oo0dw0oo--- Jilid: 5 TERDENGAR It-bun Han Too melanjutkan kembali katakatanya, Enci cara apa yang telah dipergunakan Si Ahli Bangunan bertangan sakti Pau It Thian terhadap orang-orang itu, ternyata ia mampu mendudukkan orang-orang itu di atas kursi roda sebelum tiba saat ajalnya. bahkan membuat pula kematian mereka berada dalam ketenangan, kejadian ini sangat membingungkan hatiku..." Shen Bok Hong menggerakkan bibirnya seperti mau mengucapkan sesuatu, tapi dia takut salah berbicara sehingga disindir lagi oleh It-bun Han Too setelah sangsi akhirnya dia batalkan maksud itu. "Shen Toa Cungcu bagaimana kalau tolong kau bawakan sebentar lilin ini..." Ujar It-bun Han Too tiba-tiba sambil angsurkan lilin tersebut ke tangannya. Shen Bok Hong segera mendengus dingin. "Hmm! selama hidup aku orang she-Shen belum pernah mendengar perintah dan orang lain! "Toa Cungcu" jawab It-bun Han Too sambil tersenyum. Apabila kau ingin mengadu untung d tengah kegelapan, aku segera akan melemparkan lilin ini ke atas tanah!" "Bagaimana kalau aku yang membawa lilin tersebut?"seru Kim Hoa Hujin sambil merebut maju ke depan. "Perduli siapapun yang akan membawa bagiku sih sama saja "jawab It-bun Han Too sambil menyerahkan lilin itu ke tangan Kim Hoa Hujin, kemudian balik lagi kedepan dinding batu dan menghantam dinding tersebut keras2. Siapa tahu meskipun ia telah memukul puluhan kali di atas dinding tadi, gerak-gerik apapun tidak terjadi, suasana tetap diliputi oleh keheningan. Melihat hal 1tu Shen Bok Hong segera tertawa dingin, sindirnya, "It-bun heng, rupanya kau ingin bikin rata dinding itu?" It-bun Han Too tidak gubris omongan orang ia hampiri kedua kursi roda itu kemudian diperiksanya dengan seksama. Rupanya Shen Bok Hong tak mau melepaskan setiap kesempatan untuk menyindir lawannya, kembali ia tertawa dingin dan berkata, "It-bun heng, tempat dimana kau berada saat ini adalah persis letak meja bundar. Jika kau salah menginjak alat rahasia sehingga meja itu secara tiba-tiba meluncur naik ke atas, bukankah batok kepalamu bakal menumbuk langit-langit ruangan?" Rupanya seluruh perhatian dan It-bun Han Too telah dicurahkan dalam pemeriksaan tersebut, terhadap sindiran Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo dan Shen Bok Hong dia tetap membungkam dan tidak ambil perduli. Tiba-tiba ia berjongkok ke bawah, tangannya menghantam perlahan kursi beroda yang ditempati layon Bu Siung taysu itu. Kreeeek....! diiringi denyitan nyaring secara otomatis kereta roda itu menyusup masuk ke dalam pintu batu, sedang pintu tadi secara otomatis menutup dengan sendirinya setelah kereta roda tadi lenyap dibalik pintu. Perlahan lahan It-bun Han Too berjalan mendekati ke arah dinding dimana kursi beroda tadi melenyapkan diri, setelah diperiksa beberapa saat ia balik lagi ke tempat semula sambil berkata, "Berikan lilin itu kepadaku!" Kim Hoa Hujin berikan lilin itu kepadanya. lalu bertanya, "It-bun heng, sudah menemukan sesuatu?" It-bun Han Too tidak menjawab, dia angkat tinggi-tinggi lilin itu kemudian berputar mengelilingi dinding itu satu kali. Gerak-geriknya sangat hati-hati, setiap langkah kakinya dilakukan dengan cermat dan tidak gegabah. "It-bun heng, apa yang berhasil kau temukan setelah mengitari ruangan ini?" tegur Shen Bok Hong. "Aku berhasil menemukan bahwa dalam ruangan ini terdapat beberapa buah pintu rahasia!" "Bisa kau lihat pintu itu?" Meskipun pintu rahasia itu merapat sekali dengan dinding, tapi aku temukan pula bekas2nya yang lirih!" "Tanpa kulihat sendiri akupun bisa menebak jumlah pintu rahasia itu. Bila si ahli bangunan bertangan sakti tidak mencantumkan pula dirinya maka dalam ruangan ini Semestinya terdapat sembilan pintu rahasia, bukankah begitu It-bun heng?" "Tebakan Shen Toa Cungcu kali ini salah besar, menurut pengamatanku yang seksama dalam ruangan ini ternyata hanya terdapat bekas2 dari enam pintu rahasia" "Bukankah jumliah orangnya ada sembilan" darimana pintu rahasia itu cuma enam buah?" "Tentang soal itu sih terpaksa kita musti pecahkan menurut kecerdikan serta jalan pikiran kita masing-masing!" Shen Bok Hong memperhatikan Sekejap api lilin di tangan It-bun Han Too yang terbakar tinggal separuh, kemudian ujarnya, "Lilin yang berada di tangan It-bun heng mungkin hanya bertahan satu jam lagi lamanya!" "Betul. dan waktu itu kita terpaksa harus meraba ditengah kegelapan..!" Shen Bok Hong tertawa dingin. "Bila kutinjau keadaan disini, mestinya terdapat sebuah lampu lentera yang terang benderang, bila It-bun heng suka menenangkan pikiran dan berunding dengan kami sekalian rasanya inilah tindakan pertama yang harus kita lakukan" "Bila kudengar pembicaraan Shen Toa Cungcu, rupanya kau telah mempunyai keyakinan dalam hal ini?" "Ruangan ini bila tidak diterangi oleh cahaya alam, pastilah diterangi oleh lampu lentera, meskipun tenaga dalam yang dimiliki kesepuluh tokoh sakti pada masa yang silam amat sempurna. rasanya kehebatan merekapun tak akan lebih hebat dan kita semua. masa mereka bakal melakukan pertemuan ditengah kegelapan?" "Jadi menurut pendapat Shen Toa Cungcu semestinya dalam ruangan ini terdapat sebuah lampu lentera yang bercahaya terang!" "Sedikitpun tidak salah, bila dugaan It-bun heng tadi tidak keliru. maka setelah ada sebuah meja bundar semestinya terdapat pula sebuah lampu lentera" "Sayang sekali aku tidak tahu dimanakah letak alat rahasia yang mengontrol meja bundar itu. sulit bagiku untuk menemukannya" .Menurut dugaanku meja bundar itu kalau tidak berada di atas langit2 pastilah tersembunyi di bawah tanah, tidak mungkin meja tadi disembunyikan di atas dinding sekeliling ruangan ini" "Pendapat dari Shen Toa Cungcu memang tepat sekali tapi permukaan tanah ini licin dan halus sedikitpun tiada tanda2 yang mencurigakan bagaimana aku harus turun tangan?" Tiba-tiba Shen Bok Hong mendongak dan tertawa terbahak-bahak. "Haaah.... haaaah It-bun heng, maka dari itu lain kali tak usahlah pamer kepintaran dihadapan kami semua!" Dengan langkah lebar ia berjalan ketengah ruangan, hawa murninya disalurkan ke dalam kaki kemudian perlahan lahan berjalan pulang pergi di sekitar tempat itu. Rupanya ia teringat oleh tumbukan Siauw Ling di atas dinding yang tanpa sengaja telah menggerakkan alat rahasia dan kursi roda itu, ia pikir seandainya dalam ruangan betulbetul terdapat sebuah meja bundar maka alat rahasia yang mengendalikan meja itu pastilah berada di bawah tanah ruangan tersebut Tiba Shen Bok Hong merasakan tanah pijaknya jadi lunak diikutt suara gemuruh yang memekakkan telinga. sebuah batu raksasa meluncur jatuh dan atas langit2 ruangan. Shen Bok Hong telah bikin persiapan sejak semula tangannya dengan diliputi hawa murni penuh segera menyambut jatuhnya batu raksasa tersebut.. Bentuk dari batu raksasa itu ternyata memang persis seperti meja bundar. Empat kaki mejanya besar dengan ketebalan satu depa lima cun, beratnya paling sedikit mencapai seribu kati. dengan kesempurnaan tenaga dalam yang dimiliki Shen Bok Hong ternyata ia agak ngotot juga untuk menahan beratnya meja itu. Shen Bok Hong yang menahan meja raksasa itu dengan sekuat tenaga segera berpaling dan memandang sekejap ke arah It-bun Han Too serta Siauw Ling, ketika dilihatnya kedua orang itu tetap berdiri tegak di tempat semula dan sedikitpun tiada maksud untuk membantu, ia jadi naik pitam serunya, "Kalian berdua anggap batu raksasa ini sanggup mencelakai jiwa aku orang she Shen?" Hawa murninya segera disalurkan ke dalam badan diiringi bentakan keras sepasang telapaknya sekuat tenaga didorong ke atas. Batu raksasa yang beratnya mencapai seribu kati itu seketika terdorong oleh tenaganya hingga mencelat beberapa depa ke angkasa, menggunakan kesempatan itulah Shen Bok Hong meloncat balik keluar kalangan. Blaaam....! terdengar suara benturan keras yang amat nyaring, meja batu bundar itu segera terjatuh ke atas permukaan tanah. Percikan bunga api bermuncratan di empat penjuru hancuran batu itu beterbangan dimana2. Para jago yang berada di dalam ruangan itu segera bersiap sedia menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan tapi tak seorangpun diantara mereka yang bergeser dari tempat semula. Suatu perubahan yang sangat aneh serta diluar dugaanpun segera terjadi dalam ruangan itu. Dari dinding batu di empat penjuru ruangan tersebut pada saat yang bersamaan segera muncullah lima buah pintu rahasia, termasuk kursi roda yang diduduki layon Bu Siang taysu, lima buah kursi roda bersamaan waktunya muncul dan balik pintu rahasia itu dan bergerak menuju ke arah meja bundar. Rupanya permukaan tanah tepat berada di bawah meja bundar itu bukan lain adalah letak alat kontrol yang mengendalikan semua alat rahasia dalam ruangan itu. Bersama dengan kursi roda dari kakek baju hijau yang sudah muncul sejak pertama kali tadi, kini jumlah kursi roda itu tepat telah mencapai enam buah. Siauw Ling segera mengamat-amati raut wajah mayat2 yang lain, diantara keenam orang itu kecuali Bu Siang Taysu serta kakek baju hijau tadi, terdapat pula seorang hweesio yang memakai jubah Ihama berwarna merah darah, alisnya tebal matanya besar, di atas batok kepalanya terdapat codet pantangan sebanyak sembilan buah, orang ini bukan lain adalah Cin jin taysu yang disebut oleh Shen Bok Hong sekalian tidak lama berselang. Orang keempat adalah seorang kakek berjenggot putih sepanjang dada memakai kopiah emas di kepala dan memakai jubah lebar yang bersulamkan benang emas. Orang kelima seorang kakek kecil kurus bermata kecil, beralis pendek berjubah biru dan memakai topi kulit binatang, raut wajahnya, amat halus dan ramah. Sedangkan orang terakhir adalah seorang kakek bertopi lebar berpakaian perlente dan lagaknya seperti hartawan disisi kursi roda tampak tergantung sebuah kantong huncwee sepanjang dua depa. Pada saat ini sekalipun kedudukan Siauw Ling termasuk diantara salah satu jago lihay dalam dunia persilatan, tapi pengetahuannya tentang jago2 angkatan tua tidaklah begitu banyak, dari suhunya Cung San Pek memang ia pernah peroleh penjelasan, tapi karena keterangan yang didapat jauh berbeda dengan keadaan mayat2 itu, maka untuk beberapa saat lamanya ia tak dapat mengenali mereka satu persatu. Perubahan yang sangat mengejutkan hati ini segera memadamkan hawa gusar yang telah berkobar dalam dada Shen Bok Hong, untuk sesaat diapun telah melupakan kejadian yang barusan berlangsung. Semua jago yang hadir disitu rata2 berdiri tertegun karena kaget dan heran oleh pemandangan dihadapannya, suasana jadi hening dan tak kedengaran sedikit suarapun. LAMA sekali... It-bun Han Too baru menghela napas panjang sambil berseru, "Luar biasa..... sungguh luar biasa.... kehebatan bangunan ini tiada tara di kolong langit!" Hawa gusar yang berkobar dalam dada Shen Bok Hong pun dibikin reda dan bahkan lenyap tak berbekas oleh kejadian dalam ruangan, diapun berkata sambil menghela napas panjang, Kau bisa menduga bahwa dalam ruangan ini terdapat sebuah meja bundar, meskipun kehebatanmu belum dapat menandingi kelihayan Ahli Bangunan bertangan sakti Pau It Thian namun kehebatanmu juga tidak terpaut terlalu jauh!" It-bun Han Too segera menggeleng. "Aku bisa menduga kalau dalam ruangan ini ada meja bundarnya dari letak kedua buah kursi roda yang telah muncul itu, jelas hal ini bukanlah suatu hasil pemikiran yang luar biasa, asal orang yang sedikit tahu akan Ilmu bangunan maka mereka pasti akan punya pikiran sampai kesitu. Yang paling luar biasa adalah letak alat kontrol yang berada di bawah tanah persis di bawah meja bundar itu, mimpipun aku tak pernah menyangka kalau disitulah terletak alat rahasia yang mengendalikan keenam buah pintu rahasia tersebut. Aaai...! semula aku tidak begitu kagum dengan kemampuan Pau It Thian, tapi sekarang mau tak mau ku harus takluk seratus persen!" "Sayang di dalam ruangan ini tidak terdapat lampu lentera" gerutu Shen Bok Hong."Sedang api lilin di tangan It-bun heng pun sudah hampir terbakar habis. bila lilin itu padam bukankah seluruh ruangan akan berubah jadi gelap gulita" waktu itu terpaksa kita harus meraba ditengah kegelapan. Seandainya dalam ruangan ini masih terdapat rahasia lain, bukankah itu berarti bahwa peluang bagi kita untuk lolos dalam keadaan hidup tipis sekali?" "Dugaan Shen Toa Cungcu tak bakal salah lagi!" sahut Itbun Han Too sambil tersenyum. "Semestinya di tempat ini harus ada sebuah lampu lentera, cuma aku tak berani menduga masih ada minyaknya atau tidak lentera tersebut" "Kalau betul ada lampu lenteranya, kenapa benda itu belum juga kelihatan?" It-bun Han Too melirik sekejap ke arah lilin ditangannya yang hanya tinggal satu itu, kemudian sambil berjalan mendekati meja bundar itu ujarnya, "Biar aku coba2 untuk temukan lampu tersebut, semoga saja dugaanku tidak meleset" Sementara berbicara ia sudah berada di depan meja bundar tersebut, setelah ditelitinya beberapa saat ia segera menekan permukaan meja sebelah tengah dan menggeserkannya kekiri serta kekanan. Sedikitpun tidak salah permukaan meja sebelah tengah segera bergeser ketika It-bun Han Too mencoba untuk memutar ke arah lain, dan muncullah sebuah lubang sebesar mangkuk, ketika ?a merogoh keda1am lubang tadi maka diambillah sebuah lampu lentera model cupu2 yang terbuat dan perak putih. Ketika lampu itu diperiksa lagi, ternyata persediaan minyak dalam tangki lampu itu masih sangat banyak. It-bun Han Too segera berkata, "Shen Toa Cungcu tak usah kuatir persediaan minyak dalam lentera ini masih cukup untuk kita pergunakan selama dua hari" Mendengar keterangan itu semangat Shen Bok Hong bangkit kembali. "Asal dalam ruangan ini ada lentera yang menerangi, maka sekalipun ada alat jebakan rasanya kitapun tak usah merasa jeri!" katanya. It-bun Han Too memasang lampu lentera itu dan memadamkan lilin sendiri, kemudian ujarnya pula, "Diluar ruangan rahasia ini kita telah menemukan sesosok mayat berbaju perlente, dan dalam ruangan ini terdapat pula enam sosok mayat, bila perkataan orang didunia persilatan tidak salah, maka diantara kesepuluh tokoh sakti yang masuk ke dalam Istana Terlarang masih ada tiga sosok mayat lainnya yang belum berhasil kita temukan" "Mungkin saja dalam ruangan ini masih terdapat tiga buah ruangan rahasia lainnya" "Sekalipun perhitunganku salah, tapi aku rasa pusat alat kontrol yang mengendalikan alat2 rahasia itu tak bakal salah lagi kalau letaknya berada disini...." Sinar matanya berputar memandang sekejap keenam sosok mayat yang berada di atas kursi roda itu, kemudian lanjutnya. "Meskipun di sekitar meja bundar ini bisa muat sepuluh orang, tetapi kalau kita tinjau dari jarak masing-masing kursi roda itu jelas menunjukkan bahwa hanya enam buah kursi saja yang muat ditempatkan di sini. Ini membuktikan pula bahwa Ahli Bangunan bertangan sakti hanya menyiapkan enam buah kursi pula sewaktu mempersiapkan tempat ini. Dari itu kita bisa menarik kesimpulan andaikata berita dalam Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Bulim tidak keliru maka tiga orang yang lain pasti sudah pergi ke tempat lain" "Aku mempunyai satu masalah yang rasanya membingungkan sekali pikiranku boleh aku tanyakan kepada It-bun heng?" sela Tong Lo Thay-thay secara mendadak. "Asal persoalan itu kupahami, tentu saja akan kuterangkan!" "Beberapa orang ini sudah puluhan tahun lamanya mati di dalam Istana Terlarang. apa sebabnya jenazah mereka tidak membusuk dan hancur?" "Mungkin suhu udara di dalam Istana Terlarang dapat membuat jenazah tidak membusuk dan hancur!" "Ketika hendak masuk ke dalam istana tadi bukankah kita juga menemukan sesosok jenazah berbaju perlente" mengapa jenazah orang itu membusuk dan hancur?" "Tentu saja dibalik persoalan ini terdapat hal-hal yang amat penting, seperti apa yang kuketahui dalam kolong langit terdapat banyak sekali bahan obat-obatan yang dapat mempertahankan keutuhan jenazah manusia hingga tidak sampai membusuk, lagipula ditinjau dan kemampuan para jago yang mati terkurung dalam Istana Terlarang rata-rata sangat hebat, siapa tahu kalau mereka berhasil menemukan sesuatu kepandaian khusus tentang tersebut" sebelum mendapat bukti yang nyata aku tak berani menduga secara serampangan!" "Kenapa sih orang-orang ini hanya membicarakan terus masalah yang tidak berguna" pikir Siauw Ling dengan hati gelisah, "Semoga mereka dapat menemukan jenazah raja seruling Thio Hong dengan cepat, agar aku bisa tahu garis besar Ilmu silat warisannya hingga dalam memenuhi janjiku dengan enci Gak dapat membantu dirinya untuk menghadapi Giok Siau Long Kun beserta keluarganya...." Terdengar Shen Bok Hong menghembus napas panjang dia berkata lagi, "It-bun heng, aku rasa dalam keadaan serta situasi seperti ini kita harus secara terus terang saling mengutarakan isi hati masing-masing agar dengan begitu percekcokan yang tidak berguna dapat kita hindari!" "Tepat sekali, akupun mempunyai maksud demikian!" tanggap It-bun Han Too cepat. "Bagaimana dengan saudara?" tanya Shen Bok Hong sambil berpaling ke arah Siauw Ling. "Asal tujuan kalian adil dan merata tentu saja aku akan menyetujui." "Baik! kalau begitu, aku akan berbicara terlebih dahulu...." Sorot matanya menyapu sekejap ke arah enam sosok mayat yang duduk mengelilingi meja bundar, lalu terusnya. "Tujuanku masuk ke dalam istana terlarang bukanlah untuk memperebutkan barang barang peninggalan dari sepuluh orang manusia sakti, tujuanku tidak lain hanya berharap dapat memperoleh ilmu silat peninggalan jago2 sakti itu" "Tujuankupun demikian, aku rasa saudara itupun punya tujuan yang sama pula bukankah begitu?" ujar It-bun Han Too sambil tersenyum. Sorot mata kedua orang jago itu segera dialihkan ke arah Siauw Ling untuk menantikan jawabannya. Selama ini pemuda tersebut selalu berusaha untuk menghindari pembicaraan yang tak berguna, Ia segera mengangguk tanda membenarkan. Shen Bok Hong mendehem ringan lalu berkata kembali. "Sebe1um masuk ke dalam Istana Terlarang aku selalu beranggapan bahwa sepuluh jago I i h a y yang terkurung dalam istana tersebut tentulah sudah hidup beberapa lama disitu, agar ilmu silatnya tidak sampai hilang maka orangTiraikasih Website http://kangzusi.com/ orang itu pastilah akan berusaha untuk meninggalkan ilmu silatnya di atas dunia. Tapi....sungguh tak nyana setelah berada di dalam istana aku baru tahu bahwa keadaan dalam Istana Terlarang ternyata jauh berbeda dengan keadaan yang sebenarnya" "Maksud Shen Toa Cungcu, mereka mati terlalu cepat dan dugaan semula?" "Tidak salah oleh karena itulah harapan bahwa mereka telah tinggalkan ilmu silatnya dalam istana ini terlalu kecil sekali!" "Aku percaya apa yang barusan kau ucapkan benar-benar timbul dari hati sanubarimu, tetapi aku percaya Shen Toa Cungcu belum sempat mengatakan cara untuk menyelesaikan persoalan itu" "Bila kita berhasil menemukan sebuah catatan ilmu silat di dalam Istana Terlarang maka benda itu boleh dibilang sangat berharga sekali. Tapi siapakah yang berhak untuk mendapatkannya" jika kita gunakan cara bertaruh maka ekor kejadiannya tentu akan panjang sekali. Berbicara terus terang saja, andaikata kitab tersebut jatuh ketangan salah seorang diantara kalian berdua, maka akulah yang pertarna2 yang akan berusaha untuk merebutnya, pertumpahan darah pasti tak akan terhindar. Siapa lemah akan mati siapa menang akan hidup. Jelas cara bertarung yang diusulkan It-bun heng tadi tak dapat dilakukan lagi" "Shen Toa Cungcu sudah setengah hari lamanya kau berbicara namun belum juga kau utarakan cara penyelesaian masalah ini!" "Maksudku perduli siapapun yang berhasil mendapatkan catatan ilmu silat. ia tidak berhak mengangkanginya seorang diri kitab itu harus diperlihatkan kepada semua orang dengan andalkan daya ingat serta kecerdasan masing-masing kita harus hafalkan ilmu silat yang termuat dalam catatan tersebut, siapa berhasil menghafal banyak tentu saja dia yang akan lebih lihay!" "Kalau ditinjau dan takaran minyak yang masih tersedia dalam lentera ini paling banter kita hanya bisa berdiam selama tigapuluh jam dalam Istana Terlarang, tolong tanya bila kita akan tinggalkan tempat ini maka catatan ilmu silat itu akan dimiliki siapa?" Sebelum kita tinggalkan Istana Terlarang catatan ilmu silat itu kita bakar musnah siapapun dilarang untuk membawanya keluar dan istana ini!" "Bila perkataan dari Shen Toa Cungcu bisa dilaksanakan dengan sungguh hati, tentu saja aku mengatakan setuju" "Bagaimana pendapatmu?" tanya Shen Bo Hong kemudian sambil berpaling ke arah Siauw Ling. "Dia pasti mengandung maksud2 tertentu. Pikir si anak muda itu dalam hati . "Biasanya ia selalu kemaruk akan ilmu silat, tidak suka tunduk kepada orang dan mengagulkan diri sendiri sekarang manusia semacam itu dapat mengusulkan rencana begitu, sudah pasti ia bermaksud lain...." Berpikir demikian dia lantas berpaling ke arah It-bun Han Too dan bertanya "It-bun sianseng, percayakah kau dengan Shen Toa Cungcu ini?" "Aku" Tentu saja tidak percaya" jawab It-bun Han Too sambil tersenyum ewa. Siauw Ling tarik napas panjang dan tidak berbicara lagi. Sepasang mata Shen Bok Hong melotot bulat, rupanya ia mau mengumbar amarahnya. Tetapi akhirnya perasaan tersebut ditahan kembali sambil tertawa tergelak katanya, "Haaah.... Haaah.... Haaah.... rupanya diantar kita memang tidak bisa diajak berkompromi!" "Aku rasa seandainya Shen Toa Cungcu bisa menunjukkan sikap terlebih dahulu hingga membuat kami semua takluk dan kagum, urusan mungkin saja jauh lebih berbeda dengan keadaan sekarang" Shen Bok Hong tertawa hambar. "Kalau kamu berdua memang tak mau menerima usul kompromi ini, yaah..... Apa boleh buat kita harus maju selangkah bicara selangkah...." Ia berhenti sejenak setelah menyapu sekejap ke arah enam sosok jenazah itu tambahnya lagi, "Dewasa ini masih ada satu persoalan penting yang harus kita selesaikan, aku rasa kalian berdua tidak akan menampik untuk bekerja sama bukan?" "Persoalan apa?" "Mengenai asal usul dari keenam sosok mayat ini, menurut kabar yang tersiar dalam dunia persilatan katanya ada sepuluh orang jago terkurung di dalam Istana Terlarang, tapi aku rasa belum tentu kesepuluh orang jago itu semuanya berada disini, mungkin saja ada yang berotak cerdas dan tak sudi menempuh bahaya maka diutusnya seorang wakil untuk datang kemari, mungkin juga masih ada jago lihai lainnya diantara kesepuluh jago itu yang ikut menyusup ke dalam Istana Terlarang karena rasa ingin tahunya, kenyataan yang sebenarnya toh tak seorangpun yang tahu...." Dia angkat kepala dan tertawa tergelak terusnya, "Bukankah dalam dunia persilatan sudah tersiar kabar yang mengatakan aku Shen Bok Hong telah mati" Tapi hingga detik ini aku toh masih hidup segar bugar dihadapan kalian?" "Perkataan Shen Toa Cungcu sedikitpun tidak salah" sahut It-bun Han Too cepat, "Sebelum kita pergi mencari buku catatan ilmu silat yang ditinggalkan kesepuluh jago sakti itu, kita memang harus menyelidiki dahulu asal usul mereka, waktu kematian mereka serta sebab musababnya seandainya mereka semua mati dengan cepat setelah berada di dalam Istana Terlarang itu berarti tak ada gunanya bagi kita untuk mencari catatan ilmu silat yang mereka tinggalkan!" Shen Bok Hong segera alihkan sorot matanya ke atas wajah Bu Siang taysu, setelah diamatinya sejenak ia berkata, "Meskipun wajah orang hidup dan wajah orang mati agak berbeda, tapi aku rasa orang ini tak bakal salah lagi pastilah Bu Siang taysu dari kuil Siau-lim. "Aku memang pernah mendengar nama besar Bu Siang taysu, tapi tiada berjodoh untuk berjumpa muka dengan dirinya, kalau memang Shen Toa Cungcu merasa yakin bahwa padri ini adalah Bu Siang taysu dari kuil Siau-lim, aku pikir dugaanmu tak bakal salah lagi." Sorot mata Shen Bok Hong dialihkan ke atas wajah hwesio berlhasa merah dan bercodet di atas jidatnya itu, kemudian melanjutkan, "Menurut apa yang kuketahui, diantara kesepuluh jago yang masuk ke dalam Istana Terlarang ada dua orang padri gundul, yang satu Bu Siang taysu dari kuil Siau-lim sedang yang lain bernama Cian Jin, aku pikir hwesio ini mungkin adalah Cian Jin taysu!" It-bun Han Too mengangguk. "Aku rasa kedua orang padri itu tak bakal salah lagi ...." sorot matanya dialihkan ke arah kakek berkopiah emas berjubah lebar dengan sulaman bunga emas itu, lalu sambungnya. "Ditinjau dari dandanannya yang istimewa serta kopiah emas yang dikenakan di atas kepalanya, orang ini mirip sekali dengan To Ong si raja golok Ma Tha.." "Tidak salah akupun berpendapat demikian. Ma Tha dengan dua belas jalan ilmu golok penghancur langitnya merajai kolong langit dan menangkan julukan sebagai Raja Golok, ia suka memakai kopiah emas, jubah hijau dengan sulaman bunga emas, rasanya di kolong langit tiada orang lain yang punya kegemaran seperti dia lagi" "Shen Toa Cungcu apakah kenal dengan orang ini?" tanya It-bun Han Too kemudian sambil tuding kakek baju hijau berjenggot putih itu. Dengan alis berkerut Shen Bok Hong berpikir keras, lama sekali ia baru berkata, "Pakaian yang dikenakan orang ini sederhana sekali, wajahnya tiada keistimewaan sulit bagiku untuk mengenali dirinya" "Dia adalah seorang tokoh sakti dari aliran Hoa San pay, coba bayangkan bukankah Tam In Cing suka berdandan macam begini?" "Sedikitpun tidak salah, Tam In Cing memang gemar memakai baju hijau, sederhana tapi bersih dan rajin. Tetapi si Raja Seruling Thio Hongpun gemar memakai baju hijau, siapa tahu kalau orang ini adalah orang she Thio itu?" "Siapakah kakek tua ini aku tidak tahu" sela Tong Lo Thaythay secara mendadak, "Tapi yang pasti dia bukanlah Raja Seruling Thio Hong!" "Tong hujin bisa berkata demikian apakah lantaran ditangannya tidak terdapat seruling?" tanya Shen Bok Hong. Tong Lo Thay-thay menggeleng. "Bukan.... bukan begitu. Ketika aku masih kecil dahulu suatu kali secara kebetulan pernah berjumpa muka dengan Raja Seruling Thio Hong, karena aku sangat kagum dengan nama besarnya maka ketika itu kuperhatikan beberapa kejap wajahnya, hingga kini kesan tersebut masih tertera sangat jelas dalam benakku!" "Tong Hujin, kalau bisa kau terangkan pula keistimewaan di atas wajah Raja Seruling Thio Hong, agar kami bisa mempercayai kalau orang ini bukanlah orang she Thio itu " seru It-bun Han Too. "Di atas kening Thio Hong terdapat sebuah tahi lalat besar berwarna hitam, sedang orang ini tidak punya!" "Orang yang sudah mati puluhan tahun kulit serta dagingnya mati pasti akan menyusut siapa tahu kalau wajahnya sudah berubah...." "Tak bakal salah" tukas Tong Lo Thay-thay dengan cepat, "Aku masih teringat jelas hingga kini" "Baiklah, untuk sementara waktu kita anggap saja orang ini adalah Tam In Cing dari partai Hoa san!" Selama beberapa orang itu membicarakan soal identitas dari beberapa jago lihai itu Siauw Ling sendiri tetap membungkam dalam seribu bahasa ia tidak ikut memberi komentar juga tidak buka suara. Tiba-tiba Shen Bok Hong berpaling, sambil memandang wajah Siauw Ling tanyanya" "Bagaimana dengan pendapat saudara ini,?"" "Aku toh tidak pernah bertemu atau mendengar tentang orang-orang ini, darimana aku bisa tahu siapakah dia?" batin pemuda itu di dalam hati. Tapi diluaran ia tetap bersikap tenang seolah-olah tiada pendapat lain ia menjawab. "Menurut pendapatku orang ini bukan Raja Seruling Thio Hong." Shen Bok Hong mengerutkan dahinya, tapi ia tidak berbicara lagi. Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Soro mata It-bun Han Too segera beralih ke atas wajah kakek kurus kecil, bermata kecil, berbaju biru, dan memakai topi bulu itu, tanyanya, "Shen Toa Cungcu kenal orang ini?" "Dia adalah Kanglam It Sin kakek sakti dari wilayah Kanglam Sio Ke Jin!.." "Pendapatkupun demikian!" It-bun Han Too mengangguk, ia lantas tuding ke arah orang terakhir sikakek bertopi bambu dan membawa kantong huncwee Itu, ujarnya, "Orang ini adalah Cu-Lip-Ang kakek topi bambu Pek San Tong!" "Ehmm topi bambu serta kantong huncwee adalah ciri khas dari orang ini, delapan puluh persen tak bakal salah lagi" "Bila para jago yang memasuki Istana Terlarang berjumlah sepuluh orang, kita sudah menemukan enam mayat disini ditambah sesosok mayat dan Ahli Bangunan bertangan sakti Pau It Thian jumlahnya telah mencapai tujuh orang ini berarti masih ada tiga sosok mayat yang belum ditemukan!" Kim Hoa Hujin yang selama ini selalu membungkam, tibatiba menyela dari samping. "Jikalau tiga sosok mayat yang lain sudah hancur jadi tanah, bukankah selama hidup kita tak akan menemukannya kembali?" "Sekalipun mayat mereka telah hancur jadi tanah, sedikit banyak pasti ada sisa jejak yang ditinggalkan...." Mendadak ia seperti teringat akan suatu urusan penting, sambil ayunkan pedang pendek di tangannya, ia berkata. "Pedang pendek ini kecil tapi tajamnya luar biasa, jelas senjata ini merupakan sebilah pedang kenamaan! Shen Toa Cungcu bukankah memiliki pengetahuan yang amat luas, tahukah kau siapa pemilik pedang pendek ini....?" Shen Bok Hong termenung beberapa waktu lamanya, kemudian menjawab. Menurut apa yang kuketahui, diantara keenam orang ini kecuali Tam In Cing dari partai persilatan Hoa-san yang menggunakan pedang, sisanya yang lain tidak memakai senjata tersebut. Tapi siapakah pemilik yang sebenarnya dari pedang pendek ini aku sendiripun kurang tahu" "Aaah! kalau begitu sayang.... .. sayang sekali...." "Apa yang disayangkan?" "Bila kita bisa mengetahui siapa pemilik yang sebetulnya dari pedang pendek ini, maka kita dapat membuktikan suatu kejadian yang maha besar" "It-bun heng, kau tak usah jual mahal lagi. Tidak cukup waktu bagi kita untuk bersantai disini, lebih baik katakan saja isi perutmu itu secara blak2kan. "Maksudku pemilik dari pedang pendek ini bukan lain adalah orang yang telah membinasakan Pau It Thian!" Shen Bok Hong segera alihkan sorot matanya memandang sekejap ke arah keenam sosok mayat itu. kemudian katanya lagi, "Gaya dari keenam orang ini duduk di kursi persis satu sama lainnya, menurut pendapatku orang yang telah menusuk punggung Pau It Thian hingga menemui ajalnya itu pastilah bukan salah satu diantara keenam orang ini" "Kalau memang demikian adanya, maka aku dapat pula membuktikan suatu kejadian.." "Persoalan apa?" "Kecuali keenam orang ini dalam Istana Terlarang masih ada orang lain, hanya kita belum berhasil temukan jejak dari orang itu" Shen Bok Hong termenung dan berpikir sebentar lalu menjawab, "Sekalipun dalam istana Terlarang masih terdapat orang lain, paling banter yang bakal kita temukan cuma sesosok mayat belaka Aku rasa persoalan paling penting yang harus kita lakukan sekarang adalah bagaimana caranya menemukan ilmu silat yang mereka tinggalkan" "Aku takut harapan dari Shen Toa Cungcu itu sukar untuk terwujud!" kata It-bun Han Too sambil menggeleng. "Tujuan kita masuk ke dalam Istana Terlarang toh sama, bukan hanya aku orang she Shen seorang yang ingin menemukan ilmu silat peninggalan dari sepuluh tokoh maha sakti tersebut." "Shen Toa Cungcu, kau telah salah paham maksudku bukan begitu, aku hanya berkata bahwa sebelum kita berusaha mencari ilmu silat peninggalan dari tokoh-tokoh maha sakti itu terlebih dahulu kita musti buktikan apakah mereka punya waktu untuk tinggalkan ilmu silatnya atau tidak, setelah itu baru menyelidiki dimanakah tempat-tempat yang mungkin digunakan orang-orang itu untuk meninggalkan ilmu silatnya" Shen Bok Hong tersenyum. "Ucapan It-bun heng memang benar, baiklah aku akan dengarkan dahulu pendapat dari It-bun heng!" Kembali It-bun Han Too termenung beberapa saat lamanya, kemudian dia berkata, "Peredaran darah serta daging dari keenam tokoh maha sakti itu sudah mengering kerontang kalau dihitung jangka waktu kematiannya mungkin sudah mencapai puluhan tahun lamanya orang yang ikut menyaksikan terjadinya peristiwa itu mungkin sudah tiada yang hidup lagi di kolong langit, teka teki ini sungguh merupakan suatu tanda tanya besar yang sukar untuk dipecahkan terpaksa kita harus mengandalkan kecerdasan sendiri untuk meraba duduk perkara yang sebetulnya" "Setelah menyapu sekejap wajah Shen Bok Hong serta Siauw Ling sekalian dia melanjutkan, "Menurut penilaianku setelah meneliti keadaan dari enam tokoh maha sakti ini, bisa kutarik kesimpulan bahwa disaat kematian menjelang tiba perasaan di hati mereka adalah tenang dan sama sekali tidak terpengaruh oleh perasaan2 lain" "Tidak salah" Jawab Shen Bok Hong sambil mengangguk "Andaikata mereka mengetahui bahwa Ahli Bangunan bertangan sakti Pau It Thian telah mencelakai mereka, tak mungkin keenam orang inipun bisa duduk di kursi roda dengan wajah yang begitu tenang, mereka pasti akan berjuang dengan segenap tenaga untuk menentang datangnya elmaut, dari suasana dalam ruangan inipun tak akan sehening serta setenang ini" "Kalau menurut pandanganku rasanya jauh berbeda dengan pendapat kalian..." tiba-tiba Tong Lo Thay-thay menyela... "Pendapat yang bersatu mampu mendirikan kota saat ini kita sedang berusaha untuk memecahkan teka teki yang menyelubungi tentang kematian tokoh2 maha sakti tersebut dengan kecerdasan satu dua orang rahasia ini pasti tak mungkin berhasil dibongkar, Tong hujin! apa pandanganmu" silakan diutarakan keluar!" "Pandanganku amat cetek dan belum tentu jitu mengenai sasaran, tapi baiklah aku lempar batu bata untuk mendapatkan kumala. siapa tahu pandanganku ini akan membuka kecerdasan dari kalian semua..." Dengan seksama ia awasi kembali keenam sosok mayat tersebut, kemudian melanjutkan. "Merurut pandanganku, kemungkinan besar ketika mereka berenam memasuki ruangan ini, secara diam-diam Ahli Bangunan bertangan sakti telah turun tangan meracuni mereka sehingga ketika keenam orang itu menyadari bahwa dirinya keracunan keadaan sudah terlambat mereka segera mengerahkan tenaga dalam mereka yang sempuma untuk mendesak keluar racun yang mengeram di dalam tubuhnya, siapa sangka racun itu hanya berhasil didesak ke suatu sudut dan daya kerjanya untuk sementara bisa dicegah..... tapi rupanya takdir sudah menentukan lain, sebelum mereka berhasil mendesak keluar racun keji itu keenam orang tokoh maha sakti tadi sudah keburu mati lantaran keracunan hebat" "Andaikata aku yang berada dalam keadaan demikian, tak nanti aku suka berpeluk tangan belaka "kata Shen Bok Hong " aku pasti akan kerahkan segenap kekuatan yang kumiliki untuk melancarkan serangan balasan, mungkin dengan kesempurnaan tenaga dalam yang dimiliki keenam orang ini mereka bila bersabar diri" "Dalam keluarga Tong kami terdapat puluhan macam senjata rahasia beracun yang kadar racunnya masing-masing berbeda, banyak diantaranya merupakan racun keji yang amat ganas, sekalipun korbannya adalah seorang jago bulim kelas satu yang maha sakti, setelah keracunan maka ia akan kehilangan kemampuannya untuk melancarkan serangan balasan!" "Dalam soal menggunakan racun caranya berbeda-beda dan macamnya beraneka ragam" kata Kim Hoa hujin pula, "Diwilayah Biau terdapat sejenis ilmu melepaskan racun yang menggunakan sari racun ulat sutera emas, racun itu boleh dihilang racun diantara racun. Meskipun aku tidak begitu memahami ilmu tentang melepaskan racun tetapi sangat menguasai ilmu melepaskan racun keji. Andaikata beberapa orang ini terkena racun keji asal wilayah Biau tersebut, maka aku yakin mereka tak akan memiliki daya kekuatan untuk melakukan perlawanan lagi" Beberapa patah kata ini seketika mencekatkan hati semua orang yang hadir di kalangan, tanpa terasa bulu kuduk mereka pada bangun berdiri, pikirnya, "Seandainya perempuan ini secara diam-diam melepaskan racun kejinya tatkala perhatian kami sedang bercabang.... waah! bisa celaka, kami pasti akan menuruti segala kemauannya....." "Karena berpikir demikian tanpa terasa mereka alihkan sorot matanya ke arah perempuan itu. Terdengar Shen Bok Hong mendehem ringan, lalu berkata "Aku pernah mendengar ucapan dari seorang ahli menggunakan racun dewasa ini yakni Tok-jiu Yok-ong katanya orang yang terkena racun keji asal wilayah Biau bukanlah berarti sama sekali tak dapat tertolong lagi!" Kim Hoa hujin angkat kepala dan tertawa terkekeh2. "Haaah.... haah.... haah, kalian tak perlu kuatir, aku tak akan nanti melepaskan racun keji ke tubuh kalian semua!" serunya. It-bun Han Too mendehem ringan, ia menyela. "Hujin andaikata kau benar-benar melepaskan racun keji maka orang pertama yang tak akan mengampuni dirimu adalah Shen Toa Cungcu sendiri" Dia mendongak dan tertawa tergelak kemudian melanjutkan, "Kalau aku sih tidak setuju dengan pandangan dari Tong Lo Thay-thay barusan!" Aku akan mendengarkan petunjukmu!" "Andaikata keenam orang ini merasakan dirinya keracunan hebat, toh belum tentu mereka harus duduk di atas kursi roda untuk bersemedi dari berusaha mendesak keluar racun yang mengeram dalam tubuh mereka!" "Tidak mungkinkah Ahli Bangunan bertangan sakti Pau It Thian yang mendudukkan tubuh mereka di atas kursi roda setelah mereka mati akibat keracunan?" "Ahli Bangunan bertangan sakti Pau It Thian hampir pada saat yang bersamaan tertusuk pundaknya oleh pedang panjang, untuk menolong diri saja ia tak mampu. masa dia masih punya kegembiraan untuk berbuat demikian?" "Siapa tahu kalau di atas kursi roda itu telah dipasang semacam alat rahasia, hingga mereka yang telah duduk di atas kursi tersebut tak bisa bangun lagi?" tiba-tiba Pek-li Peng menyela. Perkataan ini seketika membuat para jago berdiri tertegun, tanpa sadar mereka alihkan perhatian ke atas kursi roda itu. "It-bun heng, kau toh ahli sekali dalam ilmu bangunan maupun ilmu alat rahasia?" Seru Shen Bok Hong kemudian harap kau teliti kursi roda itu dengan seksama mungkin di atas kursi itu benar-benar sudah dipasangi alat rahasia?" It-bun Han Too termenung dari berpikir sebentar kemudian menggelengkan kepalanya berulang kali. "Itu tak mungkin terjadi sekalipun andaikata di atas kursi roda benar-benar terdapat alat rahasia belum tentu alat tersebut mampu membelenggu tokoh2 silat yang maha sakti itu. Menurut penilaianku ilmu silat yang dimiliki keenam orang itu sudah mencapai puncak kesempurnaan yang tak terhingga setiap pukulannya memungkinkan sebuah batu karang hancur berantakan, apalagi menurut tinjauanku di atas kursi roda ini sama sekali tiada alat rahasia apapun juga" "Kalau begitu percuma kan kita bicarakan persoalan ini selama setengah harian lebih, hasilnya tetap nihil dari sedikit hasil pun tidak berhasil didapatkan"omel Shen Bok Hong. Sebaliknya Siauw Ling juga berpikir di dalam hati kecilnya, "Apa yang dibicarakan beberapa orang ini masuk diakal semua dan sangat beralasan sekali, sungguh heran kenapa keenam orang itu menemui ajalnya sambil duduk di atas kursi roda" rupanya untuk memecahkan teka teki serta rahasia ini teramatlah sulit" Walaupun dalam hati ia ingin tahu, namun mulutnya tetap membungkam dalam seribu bahasa. Terdengar It-bun Han Too berkata, Mungkin di dalam istana terlarang masih terdapat seseorang yang tidak mati bersama-sama mereka, dan orang itulah yang telah turun tangan mengatur beberapa orang ini di atas kursi roda...." "Tapi siapakah orang itu?" tanya Shen Bok Hong. "Entahlah mungkin dia adalah salah satu diantara sepuluh tokoh maha sakti yang masuk ke dalam Istana Terlarang, pokoknya hingga kini masih ada tiga orang yang belum ketemu. "It-bun heng. mungkinkah ada diantara jago lihay itu berhasil lolos dari istana terlarang?" tanya ketua dari perkampungan Pek Hoa Sanceng itu dengan wajah serius. "Aku tak berani mengatakan pasti tak ada, tetapi kemungkinan terlalu kecil" "Andaikata kita gagal untuk menemukan sebab2 kematian keenam orang itu di atas kursi roda, maka itu berarti bahwa setelah kejadian ada orang yang sengaja memindahkan mayat2 dari keenam orang itu ke atas kursi roda. Tetapi siapakah orang itu jelas dia bukanlah Ahli Bangunan bertangan sakti Pau It Thian" "Kalau memang begitu, maka kemungkinan besar orang itu adalah salah satu diantara tiga orang tokoh maha sakti yang belum berhasil kita temukan mayatnya!" "Sebaliknya bila kesepuluh orang tokoh maha sakti itu mati pada saat yang bersamaan, maka hanya ada satu jawaban untuk teka teki ini, yakni sebelum kedatangan kita semua ke dalam Istana Terlarang, telah ada orang lain yang pernah berkunjung kemari." Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Tentang soal ini.... tentang soal ini.." It-bun Han Too berdiri tertegun Rupanya pikiran jago lihay ini terasa amat kalut dan tidak tenang, setengah harian lamanya dia gelagapan namun tak sepatah katapun sanggup diutarakan keluar. Padahal yang merasakan getaran keras itu bukan cuma Itbun Han Too seorang, setiap jago yang hadir dalam ruangan itu semuanya merasa pundak mereka seakan akan ditindihi dengan beban seberat ribuan kati, mereka merasa suatu kemurungan dan kekesalan yang aneh berkecamuk dalam batin kecil mereka. Seandainya dugaan itu tidak meleset dan benar-benar ada orang yang memasuki Istana Terlarang mendahului mereka, maka kemungkinan besar buku catatan ilmu silat yang ditinggalkan kesepuluh tokoh silat maha sakti itu sudah diambil pergi oleh orang itu atau dengan perkataan lain usaha mereka untuk memasuki Istana Terlarang dengan pertaruhkan jiwa raga itu hanyalah suatu pekerjaan yang sia-sia belaka. Lama sekali kawanan jago lihay itu berdiri sambil membungkam akhirnya It-bun Han Too lah yang pertamatama buka suara ujarnya, "Kegagalan kita untuk mencari tahu sebab-sebab kematian dari keenam orang ini di atas kursi roda dalam keadaan tenang memang merupakan suatu hambatan yang besar bagi kita tetapi kita janganlah keburu putus asa. Sebelum kita temukan tiga sosok jenazah yang lain, belum bisa kita pastikan bahwa ada orang lain yang benar-benar telah memasuki Istana Terlarang mendahului kita!" Tiba-tiba Shen Bok Hong berjalan kehadapan mayat Cianjin Taysu, sekali cengkeram dia angkat mayat taysu itu dari tempat semula. Ketika jari tangannya menyentuh tubuh mayat tersebut, hancuran pakaian segera beterbangan diangkasa, jubah lhasa warna merah yang dkenakan Cian-jin Taysu hancur berkepingkeping dan rontok di atas tanah. Haruslah diketahui pakaian yang dikenakan padri itu sudah berusia puluhan tahun lamanya karena termakan usia baju itu sudah lapuk dan rusak, karena itu ketika jari tangan Shen Bok Hong menyentuh pakaian tersebut hancurlah seketika jadi bubuk. Ketika semua orang alihkan sorot matanya ke arah kursi roda itu, tampaklah kursi tadi halus lagi mengkilap, sama sekali tidak dilengkapi dengan alat rahasia. Ketika memandang kembali ke arah jenazah Cian Jin Taysu maka tampaklah kulitnya sudah mengering dari berkerut, terkurung selama puluhan tahun lamanya dalam istana terlarang membuat mayat itu sama kali kering kerontang. Shen Bok Hong turunkan jenazah Cian Jin taysu ke bawah. lalu perlahan-lahan berkata, "Ada satu persoalan sekarang bisa ditentukan, yakni sebelum mereka duduk di atas kursi roda ini, keenam orang tokoh maha sakti tersebut belum pernah melakukan pertarungan" It-bun Han Too mengangguk, setelah termenung sebentar dia berkata "Persoalan yang harus kita lakukan dengan segera adalah berusaha untuk menemukan tiga sosok jenazah yaug lain" "Ruang istana terlarang hingga disini sudah menemui jalan buntu sedang diantara kita semua hanya It-bun heng seorang yang memahami ilmu bangunan, apakah dalam ruangan ini masih ada pintu rahasia lain atau tidak, terpaksa kaulah yang harus turun tangan" .Maksudku, lebih baik kita periksa dahulu ruangan2 batu dimanakah keenam buah kursi roda ini berasal!" "Aku rasa memang itulah satu-satunya jalan yang dapat kita tempuh!" Perlahan-lahan It-bun Han Too alihkan sorot matanya ke atas wajah Shen Bok Hong serta Siauw Ling dari menyapanya sekejap, kemudian katanya "Disini terdapat enam buah kursi roda sedang kitapun berjalan enam orang bila kita geserkan keenam sosok mayat itu dari atas kursi dari kita bersama-sama duduk di tiap kursi ini, maka dalam waktu singkat bukankah kita bisa memeriksa keadaan dari enam buah ruangan itu tanpa harus membuang banyak waktu dan tenaga" "Cara ini kurang begitu baik"seru Kim Hoa Hujin sambil menggeleng. "Apanya yang kurang baik?" "Seandainya sekarang kau telah menemukan alat rahasia yang mengendalikan seluruh pintu masuk ruangan batu itu, kemudian menanti kami semua sudah masuk ke dalam ruang batu tiba-tiba kau menutup pintu tersebut bukankah kami semua bakal mengikuti jejak keenam orang tokoh sakti itu dan harus mati dalam Istana Terlarang dengan duduk di atas kursi roda?" "Pendapatmu itu bagus sekali!" seru Shen Bok Hong sambil melirik sekejap ke arah Kim Hoa Hujin,"It-bun heng, meskipun belum tentu kau mempunyai pikiran demikian tapi kami mau tak mau harus berjaga2.... bukankah pepatah kuno pernah mengatakan: sedialah payung sebelum hujan?" Mendengar perkataan itu. It-bun Han Toa segera tertawa terbahak-bahak. "Haaah...haaah....haah... kalau memang kamu berdua takut dijebak olehku, terpaksa rencana ini harus kita batalkan. Lebih baik kita tak usah memeriksa keadaan dari ruangan batu itu lagi" "Kalau kita musti tinggalkan ruangan2 itu tanpa diperiksa, aku rasa sayang sekali siapa tahu dalam ruangan itu justru kita akan menemukan suatu pertanda yang berharga?" "Kalau memang begitu demikian saja! jika kalian semua percaya dengan diriku, biar toh aku seorang diri masuk ke dalam ruangan untuk melakukan pemeriksaan, bila menemukan sesuatu pertanda yang berharga maka aku akan beritahukan kepada kalian untuk dirundingkan bersama, setuju atau tidak?" Shen Bok Hong termenung sebentar, kemudian mengangguk. "Baiklah! aku setuju dengan usulmu itu" Dia lantas berpaling ke arah Siauw Ling dan melanjutkan, "Apakah saudara juga setuju dengan usul ini?" Siauw Ling mengangguk, namun mulutnya tetap membungkam dalam seribu bahasa. It-bun Han Too melirik sekejap ke arah Tan In Cing, lalu berkata, "Tan heng, selamanya aku paling kagum dengan keberhasilanmu, semula ilmu pedarig aliran Hoa-san.pay tidak memiliki kesaktian apapun juga, tetapi Tan heng berhasil menciptakan pelbagai variasi yang menyebabkan serangkaian ilmu pedang biasa berobah menjadi maha sakti dari membuat kedudukanmu sejajar dengan sepuluh tokoh lainnya. keberhasilanmu itu luar biasa sekali. Biarlah hari ini aku duduki kursi dimana Tan Heng menempatinya semula....!" Setelah memberi hormat ia bopong turun jenazah Tan In Cing dari atas kursi, sedang ia sendiri segera naik ke atas kursi roda itu. Kaki kanannya menginjak tempat pijakan di atas kursi roda tersebut segera bergerak ke arah belakang. Baik Shen Bok Hong maupun Siauw Ling sama-sama tidak memperlihatkan tempat manakah yang dipijak jago pintar itu. Dalam pada itu ketika kursi roda hampir tiba di depan dinding, pintu rahasia tadi segera membuka untuk kemudian menutup kembali setelah kursi tadi menerjang masuk ke dalamnya. Menanti bayangan punggung dari It-bun Han Too sudah lenyap dari pandangan, Shen Bok Hong segera berbisik kepada Siauw Ling, "It-bun Han Too adalah seorang manusia licik yang sangat berbahaya, mau tak mau kita musti waspada dan siap menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan, apakah heng tay masih ingat dengan alat rahasia yang mengendalikan kursi roda dimana Tan In Cing berada tadi?" "Hmm....! Rupanya ia selalu berusaha aku banyak bicara.... aku justru tak mau menuruti kehendakmu, coba lihat apa yang bisa kau lakukan?" batin Siauw Ling dalam hati. Berpikir demikian ia lantas mengangguk sedang mulutnya tetap membungkam dalam seribu bahasa. Melihat perbuatan pemuda itu Shen Bok Hong segera tertawa dingin, serunya, "Kesabaran serta kemampuan saudara untuk tetap membungkam benar-benar mengagumkan sekali, andaikata It-bun Han Too mempertunjukkan permainan setan untuk mengurung kita di tempat ini, maka kaupun takkan terhindar dari kematian." Dalam hati Siauw Ling sudah ambil keputusan untuk tetap membungkam kendati pihak lawan menyindir atau mengejek dirinya, maka dari itu sekalipun Shen Bok Hong berulang kali mengejek dirinya tetapi ia tetap membungkam dalam seribu bahasa. Suasana dalam ruangan itu mendadak jadi sunyi senyap.... hening dan tak kedengaran sedikit suarapun. Kurang dari sepertanak nasi lamanya sudah lewat, namun belum nampak juga It-bun Han Too munculkan diri dari balik ruang rahasia tersebut. Setelah bersabar beberapa saat akhirnya Shen Bok Hong tak dapat menahan diri lagi ia berteriak keras. "It-bun Heng, rahasia apakah yang terdapat dalam ruangan itu" Sepantasnya kalau kau telah selesai melihatnya...." Teriakan itu diulangi sampai beberapa kali, tetapi jawaban dari It-bun Han Too tak kunjung datang juga, sedang bayangan tubuhnya juga tak nampak munculkan diri. Kejadian ini dengan cepat membuat Shen Bok Hong jadi tak sabar dan gelisah, bahkan Siauw Ling pun ikut curiga. Akhirnya Shen Bok Hong berpaling ke arah Siauw Ling sambil ujarnya. "Sedikitpun tak salah ternyata dugaanku tidak meleset, rupanya It-bun Han Too sudah berhasil menemukan rahasia dari ruangan ini, tapi diluaran ia tetap berlagak pilon dan meminjam kesempatan ini masuk ke dalam ruang rahasia. Hmmm.! Orang ini benar-benar licik, harap saudara segera membuka alat rahasia yang mengendalikan kursi roda.....! Siauw Ling tarik tangan Pek-li Peng dan bersama-sama mengundurkan diri ke sudut ruangan, dengan mengandalkan daya ingatannya ia hantam dinding batu tersebut, ketika mencapai pukulan keempat tombol rahasia itu baru terkena pukulannya. Kraak..... Kraak..... di tengah denyitan suara yang mengerit, pintu rahasia sebelah tenggara perlahan-lahan membuka dan kursi roda itu muncul kembali dalam ruangan, hanya saja kursi itu sudah kosong melompong, bayangan tubuh dari It-bun Han Too entah sudah lenyap dimana. Melihat kejadian itu dengan gusar Shen Bok Hong menyambar toya sian-ciang tersebut dari tangan Tong Lo Thay-thay, bentaknya, "It-bun Heng, kau tak mau unjukkan diri?" Tangan kanannya bekerja cepat, dengan bersenjatakan toya tersebut ia hajar pintu rahasia tersebut keras2. Blaam....! Dentingan nyaring bergeletar memenuhi seluruh ruangan, walaupun terhajar keras namun yang terjadi hanyalah beberapa keping hancuran batu yang berguguran di atas tanah, pintu Itu sendiri masih tetap utuh seperti sedia kala. Bagaimanapun juga Shen Bok Hong adalah seorang jago sakti yang punya nama hanya sebentar saja kemarahan sudah sirap dari wajahnya pulih kembali dalam ketenangan, sambil berpaling ke arah Siauw Ling ujarnya. "Kita semua sudah tertipu It-bun Han Too satu-satunya jalan yang terbaik saat ini adalah masuk ke dalam ruangan batu untuk mencari jejaknya..." Pada saat itu keadaan situasi sangat mendesak, Siauw Ling sendiripun merasa batinnya amat tegang, terpaksa ia bertanya dengan suara lirih. "Bagaimana cara kita untuk mencari jejaknya?" "Dengan kekuatan yang dimiliki kita berdua rasanya masih sanggup untuk membereskan dirinya, kalau kau tak mau pergi maka akulah yang akan pergi .!" Siauw Ling berpaling dan melirik sekejap ke arah Pek-li Peng, kemudian pikirnya. "Shen Bok Hong adalah seorang manusia yang sangat berbahaya. jika aku masuk ke dalam ruangan batu maka Peng-ji seorang diri tak akan mampu menghadapi dirinya..." Berpikir demikian, lantas berkata, "Lebih baik kau saja yang pergi!" Dalam sangkaan Shen Bok Hong semula, Sian Ling tentu akan mengucapkan kata kata mengalah atau termenung sambil membungkam, ia tidak menyangka kalau pemuda itu justru menuding dirinya secara terus terang untuk beberapa saat lamanya ia jadi tertegun. Karena tak dapat menampik lagi terpaksa ketua dari perkampungan Pek Hoa Sanceng ini keraskan kepala dan berpesan kepada Kim Hoa Hujin serta Tong Lo Thay-thay "Kalian berdua harus berhati-hati...." Sambil berkata Ia duduk di atas kursi roda itu. Maksud dari perkataannya itu jelas sekali ia sedang memperingatkan kepada kedua orang itu untuk bekerja sama menghadapi diri Siauw Ling. Kim Hoa Hujin Segera tersenyum dan menyahut, "Toa Cungcu tak usah kuatir, semoga kau bisa cepat-cepat temukan jejak dari It-bun Han Too" Shen Bok Hong adalah seorang manusia yang licik meskipun ia sudah duduk di atas kursi roda tetapi otaknya berputar terus makin dipikir ia merasa semakin menyesal ia merasa tidak seharusnya dia pergi menempuh bahaya dengan memasuki ruangan rahasia tersebut. Sebab bagaimanapun juga jalan keluar dari Istana Terlarang ini toh hanya satu. It-bun Han Too yang tak membawa bahan makanan serta cahaya lampu dalam ruangan yang cuma bertahan dua hari saja tak mungkin akan membiarkan dirinya berada dalam ruangan itu selama puluhan jam andaikata tidak menemui mara bahaya. Ia merasa seharusnya da tak usah pergi menempuh bahaya, sebaliknya duduk berjaga dalam ruangan itu sambil bersemedi, dengan demikian bukan saja ia bisa mengirit tenaga bahkan tak usah pula pergi menempuh bahaya. Karena itulah setelah duduk di atas kursi roda, Shen Bok Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Hong merasa menyesal sekali. Sampai duduk di kursi ia pejamkan matanya tak berbicara lagi. Siauw Ling melirik sekejap ke arah Shen Bok Hong, kemudian tegurnya, "Eeei...kenapa kau cuma duduk saja tan. pa bergerak?" "Sewaktu It-bun Han Too menginjak alat rahasia pada tempat berpijak kursi beroda itu, aku toh tidak memperhatikannya dari mana aku bisa tahu letak tombol rahasia tersebut?" Siauw Ling segera maju mendekati kursi itu, kakinya menginjak beberapa kali tempat berpijak dari kursi tadi tapi kursi roda itu masih tetap berhenti di tempat semula. Rupanya terpaksa kita harus menunggu It-bun Han Too di tempat ini!" ujar Shea Bok Hong sambil perlahan lahan bangkit berdiri Pada saat ia bangkit berdiri itulah, tanpa sengaja kakinya telah menyentuh alat rahasia yang mengendalikan kursi tersebut, dengan cepatnya kursi roda itu bergerak ke arah belakang. Sementara itu Shen Bok Hong belum bangkit benar-benar, dengan bergeraknya kursi roda itu tanpa sadar diapun duduk kembali ke atas kursi. Pintu rahasia di atas dinding itu walaupun gumpil beberapa bagian termakan oleh babatan toya dari Shen Bok Hong tadi, tetapi alat rahasianya sama sekali tidak rusak, terlihatlah tubuh Shen Bok Hong di atas kursi roda tadi dengan cepatnya menerjang masuk ke dalam pintu rahasia dimana pintu tersebut secara otomatis menutup kembali setelah kursi roda itu tenggelam dibalik dinding. Memandang pintu batu yang telah menutup kembali, bagaikan sedang bertanya kepada Siauw Ling terdengar Kim Hoa Hujin bergumam seorang diri "Apakah dalam pintu batu itu terdapat pula alat rahasia yang mengendalikan untuk membuka pintu rahasia itu?" "Aku rasa dibalik ruangan itu semestinya harus ada tombol rahasia yang mengendalikan pintu rahasia tersebut " jawab Siauw Ling tanpa ragu-ragu setelah Shen Bok Hong tak ada di depan mata, "cuma saja aku rasa belum tentu mereka akan berhasil menemukannya!" "Ehmmm...! lalu bagaimana dengan It-bun Han Too itu sendiri" ia sengaja bersembunyi dalam ruang rahasia itu dan tak mau keluar" ataukah dikarenakan ia terkurung di dalam ruangan tersebut?" "Tentang soal ini sulit untuk diduga, cuma andaikata It-bun Han Too sengaja menyembunyikan diri di dalam ruangan itu, aku rasa setelah Shen Bok Hong masuk ke dalam ruangan maka ia akan merasakan suatu siksaan yang hebat!" "Sebaliknya kalau kedua orang ini sama-sama terkurung di dalam ruang rahasia tersebut hingga tak bisa keluar lagi, mungkin kitapun sulit untuk lolos dari Istana Terlarang "sambung Kim Hoa hujin kembali. Pertanyaan ini sangat menggetarkan hati Siauw Ling, setelah termenung beberapa saat lamanya ia berkata kembali, "Kendati seseorang telah memiliki ilmu silat yang sangat lihay hingga tiada tandingnya di kolong langit. diapun tak akan mampu untuk hidup dalam Istana Terlarang, kecuali kalau orang itu benar-benar telah mencapai keadaan seperti dewa yang tak perlu makan atau minum" "Kau bisa berkata demikian karena di tempat ini tak ada makanan serta minuman "sela Kim Hoa hujin." sebaliknya bila ada persediaan rangsum dari air minum di tempat ini, bukankah kita bisa juga hidup dalam Istana Terlarang sebagaimana kehidupun biasa" "Benar udara di tempat ini amat tidak terlalu sesak dan panas, udara selalu mengalir dan tetap segar. Andaikata ada rangsum dan air minum di tempat ini, aku rasa bukan suatu kejadian aneh bila kita mampu hidup selama tiga lima tahun dalam Istana Terlarang" "Perempuan apa sih dia itu" kenapa selalu ajak toako berbicara" sungguh menjemukan!" pikir Pek-li Peng dalam hati. Karena jengkel bercampur mendongkol, ia segera maju kedepan dari berdiri tepat ditengah antara Kim Hoa Hujin dengan Siauw Ling. Perempuan yang berasal dari wilayah Biau ini tidak tahu kalau Pek-li Peng adalah perempuan yang menyaru sebagai pria, tentu saja ia tak bisa menduga pula apa yang sedang dipikirkan gadis tersebut, setelah melirik sekejap ke arah Pek-li Peng, ia berpaling dan ujarnya kepada Tong Lo-thay.thay, "Seandainya Shen Toa Cungcu benar-benar terkurung di dalam ruang rahasia itu, apa rencana Tong Lo hujin selanjutnya?" "Menurut aku lebih baik kita menanti sejenak lagi, kemudian baru mengambil keputusan," jawab Tong Lo Thaythay. Rupanya Kim Hoa Hujin dapat menebak isi hati rekannya yang masih takut terhadap Shen Bok Hong dari tak berani mengutarakan isi hatinya itu, sambil tersenyum ujarnya kembali. "Tong hujin kau hendak menanti berapa lama lagi" kau musti tahu bahwa di tempat ini sama sekali tiada persediaan bahan makanan, untuk tinggalkan Istana Terlarang mungkin kita masih harus mengorbankan banyak tenaga dari pikiran, kalau mau tunggu janganlah terlalu lama" Mendengar perkataan Itu, dengan sorot mata tajam Tong Lo Thay-thay segera menatap wajah Kim Hoa Hujin tajamtajam, beberapa saat kemudian serunya. "Andaikata Shen Toa Cungcu benar-benar terkurung dalam ruang rahasia ini. para jago lihay yang hampir mendekati ribuan banyaknya dalam perkampungan Pek Hoa Sanceng itu entah hendak mendukung siapa untuk meneruskan kedudukannya yang kosong itu?" Pertanyaan ini diajukan terlalu mendadak dari sama sekali berada diluar dugaan, hal ini membuat Siauw Ling maupun Kim Hoa Hujin jadi tertegun dibuatnya. Siauw Ling segera berpikir di dalam hati, "Sejak aku tinggalkan perkampungan Pek boa sanceng, entah bagaimana keadaan dari para jago Bulim yang berkumpul di dalam perkampungan tersebut?" Kim Hoa Hujin adalah seorang perempuan binal yang sukar disetir dan ditundukkan, tetapi entah bagaimana caranya ia bisa berpihak kepada perkampungan Pek Hoa Sanceng. Terutama sekali Tong Lo Thay-thay, dia adalah ciangbunjin dari suatu perguruan besar namun dengan sukarela tenaganya dipergunakan oleh Shen Bok Hong, kejadian ini betul-betul aneh dari mencurigakan sekali..." Berpikir sampai disini, tanpa terasa ia pusatkan perhatiannya untuk mendengarkan dengan lebih seksama. ---oo0dw0oo--- Jilid: 6 TERDENGAR Kim Hoa hujin berkata kembali, "Kalau menurut pendapatmu, siapakah yang lebih cocok untuk meneruskan kedudukan Shen Bok Hong sebagai kepala perkampungan yang berkuasa penuh"....." Tong Lo Thay-thay mendehem ringan, setelah berpikir sebentar dia menjawab, "Ciu Ciau Liong bukan seorang jago yang berbakat bagus, sulit baginya untuk meneruskan karier Shen Bok Hong sebagai kepala perkampungan Pek Hoa Sanceng ...." Ia berhenti sebentar, kemudian terusnya, "Tang Hiong Ciang walaupun merupakan murid tertua dari Shen Bok Hong sayang sekali usianya masih terlalu muda dan susah untuk memikul tanggung jawab ini....." "Heeeh....... heeeh..... heeeh... ini tidak cocok, itu tidak pantas. Aku lihat mungkin hanya kau Tong Lo Thay-thay yang pantas menduduki jabatan tinggi tersebut," ejek Kim Hoa Hujin sambil tertawa terkekeh2. Mendengar sindiran tersebut, Tong Lo Thay-thay kontan tertawa dingin. "Aku lihat sikap Shen Toa Cungcu terhadap dirimu tidak jelek, setiap hari berhadapan dengan urusan penting pasti mengajak serta dirimu, dikemudian hari aku rasa kaulah yang paling punya harapan untuk meneruskan kedudukan sebagai kepala perkampungan Pek Hoa Sanceng..." Kim Hoa Hujin tertawa dingin tiada hentinya, jelas dia hendak berang tapi akhirnya dengan sekuat tenaga berusaha untuk menyabarkan diri katanya. "Tong hujin, aku lihat kau sangat mencurigai diriku?" "Terhadap setiap manusia yang berasal dan perkampungan Pek Hoa Sanceng aku tak berani mempercayainya, sebab setiap manusia yang berasal dari sana adalah manusiamanusia yang berbahaya" Kim Hoa Hujin tertawa hambar. "Keluarga Tong yang berasal dan propinsi Su-chuan adalah suatu perguruan besar yang selamanya berdiri tersendiri dalam dunia persilatan, jarang sekali perguruanmu itu berhubungan dengan perguruan lain dalam wilayah Tionggoan, tapi kenapa sekarang tunduk dan mudah diperintah oleh pihak perkampungan Pek Hoa Sanceng?" "Aaaah...sungguh kebetulan sekali" batin Siauw Ling yang berada disisi kalangan, "apa yang sedang diributkan oleh Kim Hoa Hujin serta Tong Lo Thay-thay justru merupakan masalah yang ingin kuketahui. .." Karena itu walau melihat kedua orang itu sedang cekcok mulut, namun pemuda itu tetap membungkam seribu bahasa. Terdengar Tong Lo Thay-thay menjawab. "Tua muda puluhan lembar jiwa dari keluarga Tong kami telah terjatuh ke dalam cengkeraman Shen Toa Cungcu, aku tak tega menyaksikan keturunan keluarga Tong mati konyol semua ditanganku maka dengan menahan penderitaan serta penghinaan kuturuti perintahnya serta melaksanakan titahnya " Ia berhenti sebentar, kemudian terusnya kembali, "Kalau Hujin, apakah kau memang rela diperintah dan menyumbangkan tenaga bagi Shen Toa Cungcu?" "Meskipun Shen Bok Hong telah melepaskan racun keji ke dalam tubuhku sehingga mati hidupku dikuasai olehnya, tetapi hal itu bukankah alasan utama bagiku untuk tetap berdiam di daratan Tionggoan" sahut Kim Hoa hujin. "Lalu apa sebabnya kau masih tetap tinggal disini?" Kim Hoa bujin mendongak dan segera tertawa terkekeh2. "Haaah...... haaah....... haaah....kenapa aku masih tetap tinggal di daratan Tionggoan" bukan lain karena aku ingin membantu seorang saudaraku!! "Oooh...! jadi kau masih ada saudara di daratan Tionggoan?" "Saudara sekandung sih tak ada, tapi aku punya seorang saudara angkat...." "Siapakah saudara angkatmu itu?" "Dia adalah seorang pendekar besar yang mempunyai nama tersohor di kolong langit, setiap umat manusia yang mengenali dan mengetahui akan dirinya....." "Hujin," sela Tong Lo Thay-thay cepat, "aku lihat lebih baik kau tak usah jual mahal lagi, katakan keluar!" "Baiklah, akan kusebutkan nama saudaraku itu sekalipun kau beritahukan kepada Shen Bok Hong aku juga tidak takut, saudaraku itu bukan lain adalah Siauw Ling!" "Siauw Ling" Siauw Ling yang pernah menjadi Sam Cungcu dan perkampungan Pek Hoa Sanceng?" (Untuk mengetahui kisah tersebut silahkan membaca: Rahasia Kunci Wasiat.) "Sedikitpun tidak salah!" sahut Kim Hoa Hujin sambil mengangguk. "Aku pernah berjumpa dengan dirinya dia memang satusatunya musuh tangguh yang berani menentang kekuasaan Shen Bok Hong pada saat ini!" "Benar!" kata Kim Hoa hujin sambil tertawa," saudaraku itu berjiwa ksatria dan bernyali baja. Ia memiliki ilmu silat yang maha sakti. Setiap kali Shen Bok Hong bertemu dengan dirinya, ?a tentu dibikin pusing tujuh keliling.... cuma ada satu hal yang kurang bagus pada dirinya, tetapi wajahnya terlalu tampan hingga membuat setiap perempuan yang berjumpa dengan dirinya tentu akan terpesona dan terpikat olehnya, aku dengar Tong Sam Kau juga pernah ada hubungan dengan dirinya, benarkah itu?" "Ngaco belo..." diam-diam Pek-li Peng memaki di dalam hati, "Toako aku bukan manusia semacam itu ...." Sementara itu Tong Lo Thay-thay telah menjawab, "Aaah...! mereka hanya pernah mengenal satu sama lainnya saja, yang benar sama sekali tak ada hubungan apa apa....." Tiba-tiba Kim Hoa Hujin tarik kembali senyuman di atas wajahnya. dengan sikap serius ia berkata, "Andaikata secara tiba-tiba Siauw Ling munculkan diri di dalam Istana Terlarang dan terjadi pertarungan melawan Shen Bok Hong, kau bakal berpihak kepada siapa...." "Aaah! Siauw Ling tak mungkin bakal muncul dalam Istana Terlarang secara tiba-tiba" tukas Tong Lo Thay-thay, kenapa aku musti buang banyak tenaga untuk memikirkan persoalan itu?" "Segala perbuatan yang tak mungkin dilakukan orang lain kemungkinan besar dapat dilakukan Siauw Ling, siapa tahu kalau dia sudah masuk ke dalam Istana Terlarang dan sekarang berdiri di sekitar kita" Meskipun Tong Lo Thay-thay tahu bahwa Kim Hoa Hujin hanya bergurau saja dengan dirinya tetapi tak urung ia berpaling juga untuk menyapu sekejap sekeliling tempat itu, kemudian baru katanya. "Aaah! hal ini sama sekali tak mungkin terjadi.... . ." Kim Hoa Hujin tertawa terkekeh2, suaranya keras dan nyaring sehingga menggetarkan seluruh ruangan tersebut. Tong Lo Thay-thay yang ditertawakan olehnya jadi bingung dan tak habis mengerti tak tertahan lagi ia bertanya, "Eeeey.....apa yang sedang kau tertawakan" Apa yang telah salah kukatakan?" "Rahasia dari Siauw Ling tak boleh kubocorkan pada saat ini" pikir Kim Hoa Hujin di dalam hati. Lebih baik aku tetap memegang rahasia saja...." Karena berpikir demikian, sambil tersenyum sahutnya, "Aaah...... aku mana berani mentertawakan Tong Hujin?" Dalam pada itu Pek-li Peng yang mendengar gelak tawa Kim Hoa Hujin yang dianggapnya jalang itu jadi tak senang Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo hati, pikirnya dalam hati, "Kenapa gelak tawa dari perempuan ini begitu jalang" Dia tentulah seorang perempuan cabul yang berbahaya, aku tak boleh membiarkan toako berdiri terlalu dekat dengan dirinya...." Karena berpendapat demikian, ia segera tarik lengan kanan Siauw Ling dan diajak mengundurkan diri ke sudut ruangan. Tindak tanduknya yang sangat aneh ini bukan saja seketika membuat Kim Hoa Hujin jadi keheranan, sekalipun Siauw Ling sendiri juga kebingungan setengah mati, dengan suara lirih segera bisiknya, "Peng ji, apakah yang hendak kau lakukan?" Pek-li Peng mengerling sekejap ke arah Kim Hoa Hujin, lalu sahutnya, "Aku muak dan benci sekali dengan gelak tawa dari Kim Hoa Hujin...." Siauw Ling tersenyum, pikirnya, "Oooh....! Kiranya begitu, tindak tanduk Kim Hoa Hujin memang terlalu binal dan terlalu terbuka, perbuatannya sama sekali tidak menuruti adat istiadat bangsa Han yang masih kolot.... tapi hal ini tidak bisa salahkan dirinya yang sedari kecil sudah dididik secara adat suku Biau." Setelah berada di sudut ruangan, pemuda merasa tidak enak hati kalau hanya berpeluk tangan belaka, maka ia segera dekati dinding batu dan meraba raba sekitar dinding tadi. Kiranya ia takut kalau Kim Hoa Hujin mengetahui akan sikap dari Pek-li Peng itu sehingga membuat perempuan tersebut merasa sakit hati, maka sengaja ia perlihatkan sikap tadi dimana dalam pandangan orang lain seolah olah kepergiannya ke sudut ruangan adalah untuk mencari sesuatu alat rahasia yang mencurigakan disitu. Peristiwa yang di kolong langit kadang-kadang memang sama sekali diluar dugaan, It-bun Han Too telah melakukan pemeriksaan yang seksama di seluruh dinding ruangan itu, walau sudah bekerja keras beberapa waktu namun tak ada hasil yang berhasil didapatkannya. Sebaliknya rabaan Siauw Ling kali ini yang sebetulnya sama sekali tidak bermaksud kebetulan sekali dengan telak mengena di atas tombol rahasia tersebut. Pemuda itu segera merasakan dinding ruangan dimana tangannya sedang meraba itu mendadak bergerak ke belakang, dan tahu-tahu muncullah sebuah pintu rahasia yang lebarnya beberapa depa, pada permukaan pintu rahasia tadi tampak sebuah gelang pegangan yang terbuat dari batu kumala. Perubahan yang terjadi diluar dugaan ini segera menarik perhatian Kim Hoa Hujin serta Tong Lo Thay-thay, mereka berdua dengan cepat merudung kedepan. Entah apa gunanya gelang kumala yang terdapat di atas pintu rahasia ini...." pikir Siauw Ling kembali, tanpa banyak bicara ia segera tarik gelang tersebut ke belakang. Kraaak......! Kraaak......! diiringi suara gemericikan yang nyaring, tiba-tiba seluruh ruangan bergoncang keras, diikuti ruangan itu mulai bergeser ke arah samping. Siauw Ling segera pusatkan seluruh perhatiannya ke arah pintu rahasia tadi sambil secara diam-diam melakukan persiapan, andaikata ruangan itu menunjukkan gejala berbahaya maka ia akan himpun segenap tenaganya untuk melakukan penghadangan agar ketiga orang perempuan itu sempat lolos terlebih dahulu dari mara bahaya. Siapa tahu dugaannya sama sekali meleset setelah berkumandangnya suara gemericikan nyaring tadi, pemandangan yang berada dihadapan mereka tiba-tiba berubah sama sekali. Pada dinding batu yang semula halus licin dan mengkilap itu, kini secara tiba-tiba muncul sebuah lorong rahasia yang mampu dilalui dua orang secara berbareng. Siauw Ling berpaling sekejap ke belakang dia lihat Kim Hoa Hujin serta Tong Lo Thay-thay ketika itu sedang berdiri menjublak dengan mata mendelong...." Jelas perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam ruangan itu telah membuat mereka terpesona dan terkesiap.... Siauw Ling perhatikan lorong itu dengan seksama, dia lihat dalam lorong rahasia itu mencapai puluhan tombak, dimana lorong tadi kemudian berbelok ke arah sebelah kiri. Ujarnya. "Aku akan melakukan pemeriksaan sebentar ke dalam lorong rahasia ini, harap kalian bertiga suka menanti diluar, sebelum ada seruanku harap jangan bertindak secara gegabah...." "Tidak, aku hendak ikut serta dengan dirimu!" seru Pek-li Peng Seruan ini segera membuat Kim Hoa Hujin jadi tertegun, pikirnya, "Kalau ditinjau dari nada suaranya serta tingkah laku dari orang ini, rupanya dia adalah seorang gadis yang sedang menyaru sebagai kaum pria, tapi siapakah dia?" Satu ingatan segera berkelebat dalam benaknya tanpa sadar ia berseru dengan suara lantang. "Kau adalah Kim Lan!" Pek-li Peng tidak tahu siapakah yang bernama Kim Lan, melihat sepasang mata Kim Hoa Hujin menatap dirinya dengan tajam tanpa berkedip ia merasa sangat tidak puas sambil mendengus dingin tertegun, "Apa yang kau lihat?" Siauw Ling takut sekali kalau kedua orang itu sampai terjadi pertarungan buru-buru dia menarik lengan Pek-li Peng dan diajak menerobos masuk ke dalam lorong rahasia. Terdengar Kim Hoa Hujin mengoceh kembali. "Jika kau adalah Kim Lan atau Giok Lan dua orang dayang, sikapnya tak akan sekurang ajar itu terhadap diriku.... jelas kalau bukan kedua orang dayang itu, kau pastilah Gak Siau Cha!" Sementara itu Siauw Ling serta Pek-li Peng baru saja berbelok ke arah kiri tampaklah sebuah mutiara bergelantungan disitu. Meski cahaya mutiara itu tidak seterang cahaya lentera, namun secara samar2 pemandangan di sekitar sana dapat dilihat jelas. "Toako" bisik Pek-li Peng dengan suara lirih. "Nama Gak Siau Cha sangat ku kenal sekali, agaknya pernah kudengar ada orang yang menyebutnya...." "Dia adalah seorang pendekar wanita yang tersohor sekali dalam dunia persilatan tentu saja kau pernah mendengarnya!" "Hmm!" seru Pek-li Peng sambil tersenyum, "Kim Hoa Hujin telah menganggap diriku sebagai Gak Siau Cha " Tiba-tiba ia menghentikan langkah kakinya dan mencekal lengan Siauw Ling erat-erat, tanyanya, "Toako, kau kenal dengan Gak Siau Cha?" Siauw Ling terkesiap, segera pikirnya, "Pikiran bocah perempuan ini terlalu sempit dan cupat, sedang sekarang pun aku tak punya waktu untuk memberi keterangan kepadanya, terpaksa untuk sementara waktu aku harus membohongi dirinya lebih dahulu..... " Karena berpikir demikian, ia lantas menjawab. "Setiap jago Bu lim sering kali melakukan perjalanan di daratan Tionggoan pasti akan mengetahui siapakah Gak Siau Cha itu, sedangkan siauheng" Tentu saja pernah berjumpa dengan dirinya." "Oooh.....! Kiranya begitu, rupanya Gak Siau Cha bukanlah seorang pendekar yang benar-benar luar biasa " "Kenapa?" "Bukankah Gak Siau Cha adalah seorang gadis?" "Sedikitpun tidak salah!" "Kim Hoa Hujin toh tidak tahu siapakah aku sebenarnya" tetapi ia mengetahui bahwa Gak Siau Cha kemungkinan besar dapat melakukan perjalanan bersama-samamu, hingga salah menganggap diriku sebagai Gak Siau Cha. Hmmm!... aku sih tak akan berbuat sembarangan macam nona Gak itu...." Siauw Ling merasa amat tidak tenteram hatinya sewaktu mendengar ucapannya melukai martabat Gak Siau Cha, tetapi diapun merasa kesulitan jika memberi penjelasan lebih lanjut kepadanya, karena itu dengan berlagak pilon ia mendengus. Sementara itu mereka telah tiba di ujung lorong rahasia itu, Siauw Ling segera mendorong sebuah pintu batu hingga terbuka. Setelah memasang obor Siauw Ling menyapu sekejap ke arah ruangan itu, ia lihat kamar tersebut mirip sekali dengan sebuah kamar baca. Sebuah lampu lentera yang masih nampak persediaan minyaknya terletak di atas sebuah meja tulis. Pemuda itu segera mendekati lampu tadi dan menyulutnya suasana dalam ruangan seketika berubah jadi terang benderang. Tampaklah di belakang sebuah meja batu dan di atas sebuah kursi kayu duduk sesosok kakek tua berwajah penuh welas asih yang berjenggot sepanjang dada, walaupun matanya terpejam namun senyuman manis masih menghiasi bibirnya orang itu kelihatan segar seolah-olah seseorang yang sedang tidur. Suara langkah kaki manusia berkumandang memecahkan kesunyian, ketika ia berpaling terlihatlah Kim Hoa Hujin serta Tong Lo Thay-thay secara beruntun muncul pula dalam ruangan itu. "Mungkinkah orang ini adalah Raja Seruling Thio Hong?" pikir Siauw Ling dalam hati sambil menatap wajah kakek itu. Apa yang dipikirkan oleh pemuda tersebut pada saat ini hanyalah satu yakni berusaha keras untuk menemukan Raja Seruling Thio Hong serta berharap bisa meraba ilmu silat seruling kumalanya hingga dalam janji di dasar tebing Toan hun gay tiga bulan kemudian, ia dapat membantu diri Gak Siau Cha "Tong Hujin," terdengar Kim Hoa Hujin bertanya, " apakah orang ini adalah Raja Seruling Thio Hong?" "Ditengah jidat Raja Seruling Thio Hong terdapat sebuah tahi lalat berwarna hitam jika orang ini punya tahi lalat maka dia tentulah Raja Seruling Thio Hong. "Bodoh amat diriku ini!" pikir Siauw Ling dalam hati, "sewaktu berada dalam ruangan tadi bukankah Tong Lo Thaythay pernah berkata di atas jidat Raja Seruling Thio Hong terdapat tahi lalat berwarna hitam" kenapa aku tidak ingat?" Sewaktu ia perhatikan raut wajah kakek itu, tampaklah jidat orang itu bersih dan sama sekali tidak tampak tahi lalatnya. Siauw Ling segera tertegun, gumamnya seorang diri, "Kalau begitu orang ini juga bukan Raja Seruling Thio Hong!" Sementara itu Kim Hoa Hujin telah memperhatikan kembali raut wajah Pek-li Peng makin dilihat ia merasa semakin yakin bahwa lawannya adalah seorang gadis yang sedang menyaru sebagai pria, hanya saja ia tak dapat menebak siapakah gerangan orang itu. Sorot matanya berputar, tiba-tiba ia temukan di bawah meja batu itu terdapat laci yang tidak tertutup rapat, satu ingatan segera berkelebat dalam benaknya. Dengan cepat ia melangkah maju ke depan, setelah mengitari Siauw Ling serta Pek-li Peng, ia tarik kursi kayu itu kemudian menggeserkan jenazah dari kakek tua berjenggot panjang tadi. Pada dasarnya Pek-li Peng sudah menaruh rasa tak senang terhadap Kim Hoa Hujin, melihat perempuan itu mendahului mereka seperti hendak mencari sesuatu, hawa amarahnya segera memuncak. Bentaknya dengan suara dingin, "Jangan bergerak!" Sambil membentak telapak tangannya laksana kilat membabat ke arah depan dengan dahsyatnya.... "Entah siapakah orang ini?" batin Kim Hoa Hujin dalam hati. "Hmmm! Coba kujajal menyambut pukulannya itu...." Berpikir demikian, tangan kanannya segera diluruskan sejajar dada, ia sambut datangnya serangan tersebut dengan keras lawan keras Blaaam....! Ditengah benturan keras, kedua belah pihak merasakan lengan kanan masing-masing jadi tergetar keras dan kaku, ternyata dalam benturan itu masing-masing pihak berada dalam posisi yang seimbang, siapapun tidak berhasil merebut keuntungan. "Sungguh hebat ilmu orang ini!" pikiran tersebut segera terlintas dalam benak kedua orang itu. Pek-li Peng yang menyaksikan Kim Hoa Hujin masih tetap berdiri di tempat semula walaupun sudah menyambut serangannya dengan keras lawan keras, hawa amarahnya semakin berkobar. Sambil meletakkan kotak kayu dalam bopongannya ke atas tanah, ia segera menerjang maju kedepan. Gerak-geriknya ini dilakukan sangat cepat bagaikan sambaran kilat, menanti Siauw Ling hendak mencegah sudah keadaan terlambat. Kim Hoa Hujin menyadari bahwa ia telah berjumpa dengan musuh tangguh. Karenanya dengan sekuat tenaga ia sambut datangnya serangan lawan, perempuan ini tak berani bertindak secara gegabah. Pek-li Peng sangat bernafsu sekali, serangan gencar dilancarkan secara bertubi-tubi semua ancaman ditujukan ke tempat-tempat berbahaya di tubuh Kim Hoa Hujin namun walaupun sudah mengirim dua belas jurus serangan berantai, sayang kesemuannya berhasil dipunahkan Kim Hoa Hujin. Sebenarnya Siauw Ling ingin turun tangan untuk melerai pertarungan ini, tetapi setelah menyaksikan rasa benci Pek-li Peng terhadap Kim Hoa Hujin maka ia batalkan niatannya tersebut. Pemuda itu berharap agar pertarungan itu bisa menyalurkan rasa dongkol yang selama ini mencekam dalam hatinya, ia merasa jika situasi sudah kritis barulah ia akan melerai. Karena berpendapat demikian, maka pemuda itupun segera undurkan diri k esamping sambil berpeluk tangan belaka. Dalam pada itu situasi dalam gelanggang pertarungan telah berubah, setelah Pek-li Peng melancarkan serangan bertubitubi, maka kali ini giliran Kim Hoa Hujin lah yang melancarkan serangan balasan, ilmu pukulan jari dilancarkan dengan sempurna dan dahsyatnya. Pukulan-pukulan berantai yang lembut tapi mengandung ancaman yang besar ini dilancarkan dengan gencar oleh Kim Hoa Hujin dalam waktu singkat limabelas jurus telah berlalu namun kedua belah pihak belum kelihatan ada tanda-tanda untuk meredakan pertarungan. Menyaksikan kejadian itu Siauw Ling segera mengetahui jika ia tidak keburu turun tangan maka di bawah serangan gencar Kim Hoa Hujin yang tiada hentinya ini, sulit bagi Pek-li Peng untuk rebut posisi baik dan lama kelamaan mungkin Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo sekali gadis itu akan terluka. Karena berpikir demikian tiba-tiba ia menerjang masuk ke dalam gelanggang pertempuran, telapak kanannya diayun menciptakan selapis bayangan telapak yang kuat untuk membendung serangan dari Kim Hoa Hujin, bentaknya, "Tahan!" Kim Hoa Hujin mengiakan dan segera mundur tiga langkah ke belakang, tegurnya?" "Apakah kau adalah saudara Siau?" "Tidak salah aku adalah Siauw Ling!" jawab si anak muda itu sambil melepaskan topeng kulit yang menutupi wajahnya. "Aaaah! Siau Tayhiap!" seru Tong Lo Thay-thay seolah-olah baru menyadari akan sesuatu, "Sepantasnya kalau sedari tadi aku telah menduga akan dirimu!" Dalam ingatan boanpwee, Tong locianpwee adalah musuh yang paling gigih dalam usaha menentang kekuasaan serta penindasan dari Shen Bok Hong sungguh tak nyana peristiwa yang terjadi di kolong langit kadang-kadang diluar dugaan, beberapa bulan tak berjumpa ternyata locianpwee telah bekerja sama dengan Shen Bok Hong " kata Siauw Ling sambil bongkokkan diri memberi hormat. Tong Lo Thay-thay menghela napas sedih setelah mendengar perkataan itu, sahutnya, Apa boleh buat" aku didesak oleh keadaan dan mau tak mau harus berbuat demikian....." "Saudara Siau," ujar Kim Hoa Hujin pula, "puluhan lembar jiwa keluarga Tong terancam oleh mara bahaya, mati hidup mereka telah berada dalam cengkeraman Shen Bok Hong, andaikata Tong Lo Thay-thay tak mau menerima perintah dari Shen Bok Hong maka kemungkinan besar keluarga Tong di propinsi Su chuan bakal lenyap dari permukaan bumi." "Perbuatan serta tindak tanduknya dari Shen Bok Hong memang terlalu keji dan tak tahu aturan, tentu saja dalam kejadian ini tak dapat menyalahkan Tong cianpwee. " "Meskipun mati hidup keluarga Tong kami berada dalam kekuasaan Shen Bok Hong tetapi akupun tak ingin terlalu lama dikuasai olehnya...." sambung Tong Lo Thay-thay Mendadak ia berhenti bicara dan tidak melanjutkan kembali kata-katanya Kim Hoa Hujin melirik sekejap ke arah Pek-li Peng, tiba-tiba ia bertanya, "Saudaraku siapa sih nona ini?" Siauw Ling tidak langsung menjawab, kepada Pek-li Peng katanya, "Tong Lo Thay-thay serta Kim Hoa Hujin bukan orang luar, hapuslah angus yang melekat di atas wajahmu itu dan temuilah mereka dengan wajah aslimu!....." "Dalam Istana Terlarang tidak terdapat angus lagi, jika kuhapus angus ini kemana aku harus mencari lagi untuk memulihkan penyaruanku ini?" jawab Pek-li Peng. "Kalau nona ini tak mau bertemu dengan kami dengan raut wajah aslinya, sudahlah jangan terlalu dipaksa," kata Kim Hoa Hujin, "Saudara Siau beritahu saja asal usulnya yang sebetulnya!" "Jangan beritahukan kepadanya!" seru Pek-li Peng Siauw Ling gelengkan kepalanya berulang kali, pikirnya dalam hati, "Sedari kecil ia sudah terbiasa dimanja oleh ayah dan ibunya, apa saja kemauannya selalu dituruti hingga lama kelamaan membuat tabiatnya berubah jadi kasar dan cari menang sendiri, kalau aku tidak berusaha untuk memadamkan kesombongannya, entah berapa banyak orang lagi yang akan disalahi olehnya...." Berpikir demikian, ia lantas berkata, "Peng-ji, Kim Hoa Hujin sudah beberapa kali melepaskan budi pertolongan kepadaku andaikata tiada bantuan serta pertolongannya mungkin tulang belulang toako pada saat ini sudah mendingin........" Mendengar ucapan itu, Kim Hoa Hujin tertawa terkekehkekeh. "Haaah.... haaah.... haaah.... saudaraku kalau berbicara janganlah terlalu sungkan-sungkan. Dalam pada itu ketika Pek-li Peng melihat Siauw Ling berbicara dengan wajah serius ternyata benar-benar tak berani mengumbar wataknya lagi, ia bungkam dalam seribu bahasa. Siauw Ling melirik sekejap ke arah Pek-li Peng, kemudian berkata, "Berada dihadapan Tong locianpwee serta cici aku tidak berani mengelabui atau berbohong, nona ini bukan lain Pedang Golok Yang Menggetarkan 18 Pendekar Slebor 67 Rahasia Sebelas Jari Sang Pemikat 1

Cari Blog Ini