Bulan Jatuh Dilereng Gunung 6
Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno Bagian 6 Jakun, Kalau bukan begitu, paling tidak adalah gundiknya. Menilik Jakun mengharapkan bantuannya, perempuan Iblis itu pasti berkepandaian tinggi pula. Dugaannya sama sekali tidak salah. Tiba-tiba saja, perempuan Iblis itu sudah melesat ke tengah pertempuran menangkis pedang dan golok Gemak Ideran dengan sekali gerak. "Ih !" Bogel terkejut. Pikirnya : "Celaka....... menghadapi Jakun saja Gemak Ideran memerlukan bantuan Niken Anggana. Dikeroyok dua, Jakun hanya kalah seurat. Sekarang gundiknya membantu. Adduuuh..... mengapa tidak lari saja ?" Pertempuran itu cepat sekali berubah. Kalau tadi Niken Anggana dan Gemak Ideran berada di atas angin, kini mulai tergempur mundur. Hanya beberapa saat saja, baik Niken Anggana maupun Gemak Ideran sudah tersengal-sengal nafasnya http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Ha ha ha......." perempuan iblis itu tertawa senang. "Hai siluman, apakah aku perlu memperkenalkan namaku ?" "Pellu...... pelluuu, bial meleka mati puas." sahut Jakun. Dan tiba-tiba saja ia mendahului : "Hai Gemak Idelan dan setan pelempuan ! Ini isteliku..... tahu " Namanya, Endang." "Hiss !" damprat wanita itu yang diperkenalkan dengan nama Endang. "Kenapa kau melanggar aturanku ?" "O maaf..... maaf dah! Tapi bial meleka tahu lasa ........" buru-buru Jakun mohon maaf. "Bunuh saja ! Bunuh saja habis pelkalaa.........." "Kenapa kau cuma menyebutkan nama Endang saja ?" tegor isterinya Dan ia kelihatan ngambek. "Ah yaaa..... aku salah. Namanya Endang Maliwis." "Nah..... begitu baru betul." ujar isterinya dengan suara puas. "Sekarang, mari kita habisi nyawanya." Berbareng dengan perkataannya, belasan peluru memberondong ke luar dari kedua tangannya. Hebat bunyi sambarannya. Niken Anggana dan Gemak Ideran melompat mundur dengan jumpalitan. Namun masih saja belasan peluru itu memburunya. Tetapi pada saat itu, sekonyong-konyong terdengar kesiur angin yang datang dari pintu rumah. Belasan daun melayang berguguran dan menghantam belasan peluru runtuh ke tanah. Peluru Endang Maliwis terbuat dari baja. Dengan dorongan tenaga saktinya dapat menembus dinding batu. Meskipun demikian runtuh merontok ke tanah hanya oleh sambitan belasan daun yang ringan. Endang Maliwis terkejut berbareng heran. Dia adalah seorang pendekar wanita yang berpengalaman dan sudah http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ seringkali melihat suatu pertempuran seru. Tetapi menyaksikan suatu keanehan itu, ia tergugu dengan tak dikehendakinya sendiri. Dengan terlongong-longong ia memutar arah dan melihat seorang wanita cantik luar biasa mengenakan pakaian mentereng. Siapakah dia " Biasanya ia menganggap diri seorang wanita cantik. Tetapi dibandingkan dengan kecantikan gadis itu, dirinya ibarat nyala pelita di tengah matahari bercahaya cerah. Melihat puteri cantik yang berdiri tegak bagaikan bidadari di ambang pintu, Bogel berkeringat berbareng rasa syukur. Sebab puteri itu tiada lain adalah Diah Windu Rini. Dahulu ia pernah merasakan kepandaiannya menyentil batu kerikil yang menghantam dirinya. Dibandingkan dengan kebisaannya sekarang, terpaut jauh. Bila dulu Diah Windu Rini bersungguhsungguh, dadanya tentunya sudah tertembus. Kalau begitu, Diah Windu Rini dulu tidak marah benar. Syukur ia dapat membawa diri, sehingga keagungan dan kegalakan Diah Windu Rini tidak berkelanjutan. "Gemak Ideran dan kau Niken Anggana ! Mengapa kalian baru datang " Nih, akibatnya," tegur Diah Windu Rini. Dan seperti di losmen dahulu, suaranya sengit namun enak didengar. "Aku harus melindungi Niken." Gemak Ideran membela diri. "Niken ! Kau sudah puas ?" Niken Anggana mengangguk. Sahutnya dengan suara yang lembut : "Mereka berempat tentunya tidak berani meninggalkan rumah penginapan karena diriku. Maka aku merasa bertanggung jawab atas keselamatannya," sahut Niken Anggana. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Lalu " Apakah mereka selamat ?" "Kakang Gemak Ideran muncul dari dalam rumah penginapan. Tentunya ia akan segera mengabarkan bilamana mereka bilamana mereka masih berada dalam kamarnya. Lagipula, waktu itu laskar siluman habis menggeledah semua kamar. Yang diseretnya keluar, hanya pengurus rumah penginapan. Dia dibunuh begitu saja." "Apakah engkau tidak dapat melindungi?" Sepasang alis Diah Windu Rini berdiri tegak. "Sudah kuperintahkan agar jangan mengganggunya tatapi mereka tetap membunuhnya," kala Niken Anggana seperti mengadu. "Hm" Diah Windu Rini mendengus. "Bukankah engkau sudah bertemu dengan mereka berempat?" "Benar." "Lalu mengapa engkau balik kembali ?" "Aku khawatir, mereka belum menyadari bahaya yang mengancam jiwanya. Maka perlu aku menyaksikan dengan mata kepalaku sendiri, bahwa mereka berempat sudah meninggalkan rumah penginapan." Mendengan serentetan kalimat tanya-jawab itu, Bogel yang berperilaku kasar menundukkan kepalanya. Ia tarharu bukan main. Pikirnya dalam hati: "Ah...... Niken Anggana cantik ayu sampai ke dasar hatinya......" Sementara itu Jakun dan Endang Maliwis merasa direndahkan. Kehadirannya seperti dianggap sepi, Keruan saja mereka marah bukan kepalang. Bentak Endang Maliwis: "Hai bocah ayu, kau siapa ?" "Kau sendiri siapa ?" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Aku adalah aku," sahut Endang Maliwis. Diah Windu Rini berpaling kapada Gemak Ideran. Minta keterangan ! "Siapa mereka ?" "Riwayat mereka sungguh luar biasa," jawab Gemak Ideran. "Yang siluman bernama Jakun. Yang perempuan bernama Endang Maliwis. Mereka seperti mengenal kita. Terutama yang siluman itu. Aku yakin, dia sudah mengamat-amati kita jauhjauh hari sebelumnya. Karena itu, agaknya ia perlu mengenakan topeng siluman." "Kau maksudkan dia mengenal dirimu ?" Diah Windu Rini menegas. "Ya." Diah Windu Rini tertawa geli. Sambil berjalan memasuki halaman depan ia berkata : "Oh begitu " Biarlah dia mengenakan topengnya. Malam ini, kita bakal melihat siapa dia sesungguhnya." Setelah berkata demikian, Diah Windu Rini melompat tinggi menyambar ranting pohon yang digenggamnya dalam tangannya. Berkata lagi : "Hai ! Kau tadi sudah mempersembahkan peluru bajamu. Sekarang biarlah aku mencoba-coba peluru rantingku." "Hei, hei ! Kau menyebut siapa ?" Endang Maliwis bersakit hati. "Bukankah engkau tidak mempunyai nama " Kau tadi bilang, aku adalah aku." "Tetapi....... tetapi....... bukankah namaku sudah disebutkan ?" teriak Endang Maliwis dengan suara menggelegar. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Diah Windu Rini tertawa perlahan. Tiba-tiba membentak : "Kau terimalah !" Suatu kesiur angin menyambar dengan hebatnya. Endang Maliwis dan Jakun tidak berani menyambut dengan tangannya. Buru-buru Jakun menangkis dengan tongkat istimewanya. Sedangkan Endang Maliwis menghantam taburan ranting pohon dengan pedangnya. Tetapi taburan ranting itu meletik. Kena sabetan tongkat Jakun, belasan ranting meluruk ke arah Endang Maliwis. Sedang yang tertampar pedang Endang Maliwis, justru menyerang Jakun. Benar-benar belasan ranting itu seperti mempunyai mata. "Hayaaaa......" Jakun menjerit dengan kaget. "Endang, hatihati !" Endang Maliwis menjatuhkan diri kemudian bergulingan di atas tanah. Anehnya, beberapa ranting pohon itu memburunya dan menyocok punggung. Tak dikehendaki sendiri, Endang Maliwis menjerit kesakitan. Dan menyaksikan tontonan yang luar biasa hebatnya itu, Bogel terlongong-longong. "Haya....... kau pelempuan ayu begini cantik. Ini ilmu apa ha ?" teriak jakun dengan suara yang menggelegar. "Kaujaga saja dirimu baik-baik." ujar Diah Windu Rini. "Aku masih mengampuni. Katakan siapa dirimu dan engkau datang atas suruhan siapa "!" Selama malang-melintang di dunia persilatan, belum pernah Jakun bertemu dengan seorang lawan yang berani meremehkan dirinya. Darahnya bergolak hebat dan dadanya serasa hendak meledak. Kemudian dengan mengerahkan segala kebisaannya, ia menembakkan butiran pelurunya yang beracun lima kali berturut-turut. Serangan yang dilakukan dengan mendadak itu, sungguh berbahaya. Apalagi http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ditembakkan dalam jarak yang dekat. Namun Diah Windu Rini seolah-olah tidak menghiraukan. Dengan setengah mengulum senyum, ia berkata kepada Niken Anggana: "Niken ! Orang ini sama sekali tidak berguna. Kau bisa memenangkan dengan gampang. Mengapa dia sampai perlu dikerubut dua ?" Sebenarnya Niken Anggana hendak menjawab. Akan tetapi melihat menyambarnya peluru-peluru Jakun, ia berseru cemas: "Yunda, awas !" Sekarang andaikata Diah Windu Rini bermaksud menangkis atau mengelak, sudah tidak sempat lagi. Akan tetapi gadis yang agung dan galak itu, sama sekali tidak beralih tempat atau menggerakkan badan. Sebaliknya entah dengan ilmu apa, tiba-tiba saja kelima peluru Jakun beralih arah. Dengan suara bergemeletak, kelima peluru itu menancap pada b atang pohon yang berada di sampingnya. Menyaksikan kejadian itu, tidak hanya Bogel saja yang heran. Tetapi Niken Anggana, Gemak Ideran dan Jakun suamiisteri. Apakah Diah Windu Rini mempunyai ilmu siluman " Sementara itu, Diah Windu Rini melanjutkan kata-katanya kepada Niken Anggana : "Mengapa engkau tidak menjawab dan menerangkan alasanmu ?" "A....a..... aku hanya membantu kakang Gemak Ideran." jawab Niken Anggana agak gugup. "Aku tidak bermusuhan dengan dia. Juga tidak bermaksud berkelahi melawan isterinya." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Salah ! Salah sama sekali !" tegur Diah Windu Rini dengan suara lantang. "Medan pertempuran bukan seperti di tengah surau. Engkau harus bersikap tegas, tepat, cepat dan berani. Engkau dibunuh atau membunuh. Hayo, sekarang bunuhlah mereka!" "Tetapi mereka bukan musuhku. Aku tidak kenal mereka berdua. Kakang Gemak Ideran yang dimusuhinya. Bukan aku....." "Niken ! Kenapa kau ketolol-tololan ?" bentak Diah Windu Rini. "Apakah engkau kelak hendak hidup sebagai pendeta yang mengutamakan cinta kasih melulu ?" Perlahan-lahan Niken Anggana memutar arah pandangnya kepada Jakun dan Endang Maliwis. Wajahnya yang cantik dan bersih sama sekali tidak berubah, meskipun sebentar tadi sempat diancam maut. Sebaliknya wajah Jakun dan Endang Maliwis matang biru. Ucapan Diah Windu Rini jauh lebih tajam daripada sebilah pisau. Dengan mata melotot, Endang Maliwis membentak suaminya : "Jakun ! Kau dengar atau tidak ucapan perempuan Itu ?" "Dengal, dengal! Aku tidak budeg." jawab Jakun terbatabata. "Mengapa tidak berkutik " Kenapa jadi mati kutu " Apakah lantaran pincuk kecantikannya ?" "O, bukan ! Tidak bisa, tidak bisa! Isteliku cuma engkau. Aku cuma cinta engkau." "Kalau cinta betul, jangan membuat isterimu malu!" damprat Endang Maliwis. "Haya..... aku cinta engkau. Kau juga halus cinta aku. Hayo sama-sama bunuh dia !" jawab Jakun sambil menunjuk http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kepada Diah Windu Rini. Dalam segebrakan tadi, di dalam hati Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo kecilnya ia mengakui kepandaian Diah Windu Rini jauh berada di atasnya. Tetapi ia kini berada di depan Maliwis yang sangat dicintainya. Mundur tidak dapat, maju pun tidak bisa. Keruan ia jadi sibuk sendiri ibarat seseorang berada di atas bara api. "Bunuh dia ! Atau kau kubunuh!" ancam Endang Maliwis. Kena gertak isterinya, Jakun seperti kehilangan akal. Rupanya dia kalah perbawa dibandingkan dengan isterinya. Terus saja ia melompat menubruk dengan menghamburkan pelurunya. Diah Windu Rini adalah seorang gadis yang terlalu tegas sehingga berkesan galak. Hatinya keras dan tidak boleh ditawar-tawar. Apa yang dikehendakinya harus dilaksanakan. Sekarang, Niken Anggana ragu-ragu dalam hal menghadapi musuhnya. Sementara itu, Jakun sudah menyerang dirinya. Keruan saja, ia mendongkol. Tanpa ampun lagi, ia menghunus pedangnya dan menyapu semua peluru yang menyerang dirinya. Tahu-tahu terdengar Jakun berkaok-kaok kesakitan. Ternyata lengannya terkena pelurunya yang berbalik menghantam dirinya. "Hebat! Sungguh hebat!" Endang Maliwis bertepuk tangan. Lalu membentak : "Jangan engkau buru-buru berbesar hati, nona. Orang itu memang tiada harganya di mataku. Karena itu, engkau dapat melukai dalam satu gebrakan. Apakah kau bisa berbuat begitu terhadapku ?" "Majulah !" tantang Diah Windu Rini. "Hm, kau tidak takut tertembak peluru beracunku ?" "Apakah kau tidak salah ucap ?" ejek Diah Windu Rini. "Salah ucap bagaimana ?" "Mestinya bukan peluru, tetapi butiran beras." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Endang Maliwis yang berpengalaman tahu, Diah Windu Rini mempunyai kepandaian tinggi. Suaminya bukan pula seorang laki-laki yang tidak berkepandaian. Belum pernah dia dikalahkan. Apalagi hanya dalam satu gebrakan. Karena itu, dia sombong dan selalu memandang lawannya tak ubah kurcaci yang bisa dipermainkan. Tetapi malam itu, dia tahu rasa. Peluru-pelurunya yang disegani lawan dan kawan ternyata tidak dapat menyentuh puteri cantik itu. Bahkan terpukul balik dan menghantam dirinya. Meskipun demikian, Endang Maliwis tidak mempunyai alasan untuk takut atau segan menghadapi Diah Windu Rini. Kepandaiannya sendiri memang berada di atas Jakun. Itulah sebabnya, Jakun menjunjung tinggi setiap patah katanya. Selagi hendak bergerak menuntut dendam, Jakun berseru nyaring : "Endang ! Hati-hati !" Endang Maliwis terhibur mendengar bunyi peringatan suaminya. Artinya Jakun menaruh perhatian terhadap dirinya. Di dunia ini, siapakah yang tidak senang bila dapat perhatian dari orang lain " Terlebih-lebih bila yang memberi perhatian termasuk seseorang yang dekat dengan hatinya. Tetapi justru demikian, hati Endang Maliwis jadi cemburu. Cemburu terhadap kecantikan dan kepandaian Diah Windu Rini. Seketika itu juga, darahnya mendidih. Dengan sekali bergerak, pedangnya menabas. Gerakan pedangnya cepat dan tepat. Namun Diah Windu Rini sama sekali tidak gentar. Ia hanya cukup mengelak. Kadang melompat ke samping. Kadang maju dan mundur. Dan diperlakukan demikian, Endang Maliwis panas hatinya. Sekarang ia tidak hanya mempercepat gerakan pedangnya saja, tetapi dengan tiba-tiba ia menebarkan pelurunya yang beracun. Laju dan bidikan pelurunya tidak sama atau berbeda jauh bila dibandingkan dengan bidikan peluru-peluru Jakun. Ia tidak http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ membidik satu arah, akan tetapi dari berbagai sudut. Ada pula yang berputar balik seperti bumerang. "Celaka !" Bogel mengeluh di dalam hati. Meskipun gadis itu amat galak baginya, tetapi pada saat itu hatinya berpihak padanya. Itulah disebabkan, lantaran Diah Windu Rini membantu kesulitan Niken Anggana. Serangan peluru beracun yang datang dari segenap penjuru, tentunya tidak dapat dielakkan dengan hanya menggeserkan kaki, melompat atau mengendapkan kepala. Apalagi jaraknya terlalu dekat sehingga tidak memberi peluang yang agak leluasa. Jakun dan Endang Maliwis sebenarnya pelarian dari Jakarta. Sewaktu di Jakarta terjadi huiru-hara pada tahun 1740, mereka ikut terlibat secara langsung. Tetapi kena didesak Kompeni sehingga bersama rekan-rekannya mereka melarikan diri ke timur dan bergabung dengan suatu kekuatan baru yang bercokol di Pekalongan. Mereka berdua terkenal bengis dan kejam semenjak jaman mudanya. Kepandaiannya tinggi, sehingga dapat malang-melintang tanpa tandingan. Sekarang mereka diperintahkan atasannya untuk menghadang mundurnya Sri Baginda P.B. II dari Kartasura. Secara kebetulan mereka bertemu dengan Gemak Ideran dan Niken Anggana. Dan kini berhadapan dengan Diah Windu Rini. Ibarat ketemu batunya, mereka berdua sama sekali tidak mengira bahwa orang-arang Jawa Tengah memiliki kepandaian yang tinggi. Terpaksalah mereka menggunakan senjata andalannya. Itulah peluru-peluru beracun. Tenaga pukulan Jakun sebenarnya sudah dapat dikatakan sempurna. Akan tetapi sebentar tadi dapat dirobohkan dalam satu gebrakan oleh pelurunya sendiri. Demikian kali ini, Diah Windu Rini hendak merobohkan Endang Maliwis dengan cara http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ senjata makan tuan. Dengan bersiul panjang, tiba-tiba tubuhnya terbang tinggi. Tahu-tahu tangan kanannya sudah menggenggam sebatang pedang yang gemerlapan. Dengan suatu gerakan yang cepat dan manis sekali, ia menyapu belasan peluru beracun Endang Maliwis. "Jakun, lariiii..........!" teriak Endang Maliwis. Sayang, Jakun sudah setengah lumpuh kena pelurunya sendiri. Dengan gugup Endang Maliwis menyambarnya dan dihantamnya telak. Seperti layang-layang putus, tubuh Jakun terbang melewati kepada Diah Windu Rini. Lalu roboh berjungkir balik di luar gelanggang. Endang Maliwis sendiri, tidak bersemangat lagi untuk bertempur. Ia merasa kalah. Terus saja ia menubruk suaminya dan dibawanya lari tunggang-langgang. "Niken ! Kau ingin mengenal mereka atau tidak ?" ujar Diah Windu Rini sambil menyarungkan pedangnya. "Tidak perlu. Dia bukan musuhku. Dia musuh kakang Gemak Ideran." sahut Niken Anggana. Diah Windu Rini tertawa perlahan. Jelas sekali, hatinya mendongkol. Tetapi ia dapat menyabarkan diri dan beralih pandang kepada Gemak Ideran. Menegas : "Sebenarnya siapa mereka ?" "Aku sendiri kurang jelas." jawab Gemak Ideran. "Yang terang, mereka bukan orang Kartasura, Tuban atau Surabaya. Apakah mereka kaki-tangan Danureja ?" Danureja adalah patih Kartasura pada jaman Paku Buwana II. Setelah berhasil mengasingkan Arya Mangkunegara atas fitnahnya, dia makin berkuasa sehingga raja sendiri merasa cemas. Semua saudaranya diangkat menduduki jabatanhttp://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ jabatan penting. Mataun diangkat menjadi bupati Jipang. Yudanegara bupati Banyumas, Tumenggung Surabrata bupati Panaraga, Arya Tuban menguasai Tuban, Ngabehi Suradirana bupati Surabaya dan Demang Ranulita bupati Kediri. Tidak lama kemudian Secadirana menggantikan bupati Suradirana. Setelah Danureja diasingkan ke Ceylon bersama-sama dengan Arya Mangkunegara, Adipati Natakusuma menggantikan kedudukannya. Ia memecat Arya Tuban, Suradirana dan Sarengat bupati Blitar. Diluar dugaan Sawunggaling dan Wirasaraya berontak. Surengrana dan Secadirana melarikan diri. Suradiningrat kemudian diangkat menjadi bupati Tuban berkat sogokannya sebesar tujuh ribu ringgit kepada Tirtawiguna (kelak menjadi wakil patih Pringgalaya). Suradiningrat pada jaman mudanya bernama Tirtanata. Pernah menjabat bupati Tegal, tetapi digusur penduduknya. Juga kali ini, setelah dia menjabat bupati Tuban Tiba-tiba saja, Tuban di serbu tentara Madura bawahan Adipati Cakraningrat. Dia terbunuh dan kepalanya dipancangkan di tengah alun-alun Surabaya. Maka pada dewasa itu keadaan wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur tidak aman dan semrawut. Masingmasing penguasa mempunyai pengikutnya sendiri. Mereka saling curiga-mencurigai, sehingga tidak jarang mereka mencari atau menyewa pembunuh-pembunuh berdarah dingin dari luar wilayah. Lebih dikehendaki bila pembunuh-pembunuh bayaran itu berasal dari Jawa Barat termasuk Jakarta. "Kaki-tangan siapa mereka, itu tidak penting !" bentak Diah Windu Rini. "Dalam dunia ini masih terdapat berbagai raja iblis yang melebihi mereka. Mengapa kalian berdua tidak ingin membunuhnya " Salah-salah, mereka bisa membuat kita susah di kemudian hari. Ingat-ingatlah hal itu !" Bogel melongokkan kepalanya dari balik belukar. Meskipun tidak jelas, ia seperti melihat wajah Diah Windu Rini yang http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ angker, agung dan berwibawa. Kegalakannya bahkan melebihi ucapan-ucapannya di rumah penginapan dulu. Ternyata sepadan dengan kepandaiannya yang tinggi. Dia tadi muncul dari ambang pintu. Berarti dia berada atau menginap dalam rumah pesanggrahan yang dulu menjadi medan tempur yang seru. Mereka mati terbunuh karena saling membunuh. Hanya saja kurang jelas siapa yang berperan dalam peristiwa itu. Sekarang, Diah Windu Rini berada dalam rumah pesanggrahan. Apakah ada hubungannya dengan peristiwa dulu " A tau sama sekali terlepas " Kalau sama sekali terlepas, mengapa muncul tokoh Diah Windu Rini yang bertopeng mirip dirinya " Paling tidak, orang yang menyaru itu pasti kenal benar kepadanya. Siapa " Dan apa pula maksudnya " "Niken !" kata Diah Windu Rini lagi setelah Niken Anggana dan Gemak Ideran menyimpan senjatanya masing-masing. "Semenjak dari Surabaya, kita seperti diikuti hantu. Apakah engkau masih bersikeras hendak memasuki Kartasura untuk mencari orang tuamu ?" "Memangnya kenapa ?" Niken Anggana membalas bertanya. Diah Windu Rini tidak segera menjawab. Ia berpaling kepada Gemak Ideran. Lalu minta keterangan : "Apakah benar laskar Cina menyerbu Kartasura ?" "Kabarnya begitu," jawab Gemak Ideran singkat. "Coba ceritakan padaku, kabar apa saja yang kau dengar !" "Kabarnya Pangeran Mangkubumi merampas tombak Kyahi Pleret dan Raden Mas Said memperoleh tombak Baruklinting. Sri Baginda sendiri dilarikan orang ke luar kota." Mendengar kata-kata Gemak Ideran, tubuh Diah Windu Rini bergemetar. Dengan suara agak gugup ia berkata setengan memerintah : http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Coba jelaskan lagi apa yang sudah terjadi !" Berkata demikian ia berjalan perlahan-lahan memasuki pendopo rumah pesanggrahan. Niken Anggana mengikuti dari belakang. Gadis ini merasa tak enak hati sendiri. Memang, ia minta agar diantarkan mereka berdua pulang ke rumah. Ternyata Kartasura dalam keadaan genting. Kalau memaksa mereka memasuki Kartasura samalah halnya dengan kelekatu menyeberang lautan api. Sampai disini Bogel tidak dapat mengikuti pembicaraan mereka. Kini ia berada seorang diri di luar pesanggrahan. Tiga hari yang lalu, iapun berada di depan rumah pesanggrahan. Tidak beda seperti malam itu, di halaman pesanggrahan terjadi suatu pertempuran. Tetapi kesannya jauh berbeda bila dibandingkan dengan peristiwa yang lalu. Kali ini tidak ada pembunuhan. Hanya saja sama-sama membawa teka-teki yang pelik. Siapakah Diah Windu Rini sesungguhnya " Siapa pula Gemak Ideran " Tentang Niken Anggana ia merasa sudah dapat menebak delapan bagian, berkat suratnya yang tercecer di jalan. Tetapi apa hubungannya dengan Diah Windu Rini dan Gemak Ideran belum ada keterangan yang jelas. Tentunya bukan saudara sendiri. Sebab lagu suara Diah Windu Rini, jelas berasal dari Madura. Sedang gaya pembicaraan Gemak Ideran tentunya orang Surabaya. Sebaliknya, tata bahasa Niken anggana masih berkesan orang Kartasura. Ia lembut, bahasanya teratur. Setiap kali hendak berbicara, berhenti sejenak untuk ditimbang-timbang dulu. Meskipun Diah Windu Rini berkesan angkuh dan tinggi hati, namun terhadap Niken Anggana ia bersikap hormat. Pada saat-saat tertentu, ia seperti membawahi. Kalau begitu, tentunya lantaran hubungan sesama perguruan. Dalam rumah perguruan, tingkatan Diah Windu Rini berada di atas Niken Anggana dan Gemak Ideran. itulah sebabnya dalam hal-hal http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ tertentu, ia seperti tidak memerlukan kehadiran Niken Anggana. Seperti tadi, sewaktu ia ingin mendengar berita penyerbuan Laskar Garundi ke Kartasura. Gadis yang cantik jelita tetapi galak itu, lebih condong memikirkan kepentingannya sendiri. Demikianlah kesan yang diperoleh Bogel. Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Yang paling baik, Niken Anggana harus berjalan seorang diri. Sewaktu-waktu dia pasti ditinggalkan kedua saudaraseperguruannya. Setidak-tidaknya setelah bertemu dengan orang tuanya," pikir Bogel di dalam hati. Teringatlah Bogel akan cerita Gunacarita dan bunyi surat yang dibaca Kartamita. Berbagai kesan berkelebatan dalam benaknya. Niken Anggana seorang gadis yang lemah lembut, cantik dan pandai. Kelembutan dan kecantikannya mewarisi kecantikan dan kelembutan ibunya. Tetapi kelak bila bertemu dengan pendekar besar Sondong Landeyan dan Pitrang, pasti akan menghadapi masalah yang pelik dan rumit. Sebab di antara mereka berdiri seorang tokoh yang jahat, licik, licin dan kejam. Dialah Haria Giri. Dalam keadaan negeri yang sedang kacau-balau, orang itu entah berfihak kepada siapa. "Ah, masa bodoh ! Itulah urusan orang-orang gede." Bogel memutuskan sikap. "Mereka saling membunuh atau tidak, apa sih kepentinganku. Cuma saja kita orang-orang kecil ini, jadi ikut menderita.........." Dengan keputusan itu, ia melanjutkan perjalanannya. Tentu saja, ia tidak berani melintasi Kartasura. Ia harus mencari jalan simpang. Barangkali yang lebih aman, manakala melalui Semarang. Dari kota itu, dapatlah ia melanjutkan pulang ke Indramayu dengan menumpang perahu yang mengarungi lautan Jawa. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Di sepanjang jalan, banyak ia mendengar cerita-cerita burung yang mengisahkan keadaan kota Kartasura dan pengalamannya sendiri. Di antaranya bunyi sas-sus yang mengabarkan tentang perjalanan Sri Baginda Paku Buwana II meninggalkan istana. Sebenarnya, tujuan Sri Baginda hendak ke Surabaya dengan melalui sungai Brantas. Tetapi laskar pemberontak sudah menguasai Ialu-lintas itu. Maka dengan dikawal Residen Kartasura dan Komandan Pengawal Istana bekas bawahan Letnan Nicolaas Wiltvang dan Kapten Hendrik Duirvelt, terpaksa Sri Baginda melalui darat menuju Panaraga Tentu saja, perjalanan itu sangat dirahasiakan. Bogel sendiri sudah berjanji pada dirinya sendiri tidak menghiraukan semua yang terjadi diluar kepentingannya. Ia berjalan terus, siang dan malam. Tentu saja tidak selancar bila negeri dalam keadaan aman sentausa. Seringkah ia terpaksa menempuh jalan simpang yang berputar-putar. Empatbelas hari lamanya, barulah ia tiba di Semarang. Untung, ia segera memperoleh perahu yang akan berlayar menuju Cirebon. Ini berkat uang sogokan yang memuaskan pemilik perahu. Kalau saja ia tidak memperoleh uang hadiah dari Gunacarita, pastilah ia terjebak di kota Semarang. Sebab pada saat itu, kota Pekalongan sampai Tegal dinyatakan tertutup untuk lalu lintas umum. Demikianlah, meskipun dengan susah payah, akhirnya Bogel tiba di kampung halamannya dengan selamat. Di tengah keluarganya, ia menuturkan pengalamannya. Tutur-katanya menarik perhatian tetangganya. Kepala desa lalu ingin mendengarkan kisah pengalaman Bogel secara langsung. Sebagai imbalan, Kepala desa bersedia membayar jerih payahnya. Hampir seluruh penduduk desa ikut mendengarkan. Karena Bogel pandai bercerita dengan caranya sendiri dan gayanya sendiri, ia disebut sebagai dalang. Padahal dia hanya http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ meniru cara ki dalang Gunacarita menyampaikan kisahnya. Dan semenjak itu, Bogel mulai dibicarakan orang. Desa dan dusun-dusun yang terletak di sekitar kampung halamannya, berturut-turut mengundang Bogel. Dan diluar kehendaknya sendiri, ia benar-benar disebut sebagai dalang. Sebenarnya asal bercerita saja. Cerita yang tidak jelas ujung pangkalnya. Kasar, asal jadi dan sekehendaknya sendiri. Tetapi namanya dicatat sebagai istilah ilmu pedalangan sampai hari ini. Seorang dalang yang kehabisan cerita di tengah jalan, disebut dalang Bogel. Bogel atau kebogelan berarti kurang dari semestinya. Bogel sendiri tentunya tidak mengira, bahwa namanya akan dicatat sejarah. Wataknya yang kasar dan asal ngomong, merugikan nama baiknya. Namun apapun kata orang, ia hidup senang pada saat-saat akhir hayatnya. Hidup sebagai seorang dalang di tengahtengah masyarakat yang mengharapkan kehadirannya. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 8. ORANG-ORANG BERTOPENG TEPAT SEKALI dugaan Bogel. Diah Windu Rini memang puteri Madura. Dia salah seorang puteri Adipati Cakraningrat Seorang puteri berkepandaian tinggi, angkuh dan galak. Sedang Gemak Ideran putera Sawunggaling patih Kadipaten Surabaya yang mengusir Adipati Surengrana dan Secadirana dari kediamannya. Tatkala ayahnya berontak, ia berada datem asuhan seorang pendekar dari gunung Wilis sehingga tidak terlibat langsung. Oleh saran gurunya, ia berangkat ke Madura menghadap Adipati Cakraningrat untuk memperoleh perlindungan. (Lihat Wiliem G J. Remmelink : Babak Pertama Pemerintahan Paku Buana II 1726-1733 halaman 37). Satu tahun lamanya, Gemak Ideran berada di Kadipaten Madura. Ia berkenalan dengan Diah Windu Rini yang berkepandaian tinggi dan Niken Anggana yang lembut hati Pada suatu hari, Adipati Cakraningrat memanggil Diah Windu Rini dan Gemak Ideran menghadap padanya. Mereka diperintahkan untuk mengawal Niken Anggana pulang ke Kartasura. "Tetapi ayah, kepandaiannya belum sempurna." Diah Windu Rini heran. "Dia baru mewarisi sepertiga bagian kepandaian gurunya." "Kau maksudkan Wangsareja ?" Adipati Cakraningrat menegas. "Siapa lagi kalau bukan beliau ?" Adipati Cakraningrat tertawa terbahak-bahak. Sahutnya : "Anakku, Wangsareja memang seorang pendekar jempolan untuk wilayah Madura. Tetapi dibandingkan dengan ayah Niken, ia kalah jauh." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Ayah maksudkan paman Haria Giri ?" Adipati Cakraningrat tidak segera menjawab. Tiba-tiba saja ia melemparkan pandang di jauh sana. Beberapa detik lamanya ia berenung-renung. Lalu tersenyum atau lebih tepat dikatakan mengulum senyum. Dan baru ia berkata lagi seperti kepada dirinya sendiri : "Kau tahu, anakku " Pada jaman ini tiada seorangpun yang dapat melebihi kepandaian Haria Giri. Tidak hanya ilmu pedangnya saja tetapi pengetahuannya pula. Sungguh ! Sebenarnya aku berguru padanya" "Berguru padanya ?" Diah Windu Rini tercengang. Benarbenar ia tidak mengerti maksud ayahnya Betapa mungkin ayahnya berguru kepada Haria Giri yang berada jauh di Kartasura " "Baiklah kuterangkan, anakku." ujar Adipati Cakraningrat, "Semenjak P.B. II naik tahta banyak orang-orang besar yang tergoncang dari kedudukannya Pangeran Purbaya di Blitar, Pangeran Arya Mangkunegara, Surengrana Secadiningrat, Suradirana Ranuhita Sarengat dan akhirnya Patih Danureja sendiri. Tetapi Haria Giri luput dari ancaman macam apapun. Bukankah hebat," "Ayah " Sebenarnya apa hubungannya dengan mereka semua?" Diah Windu Rini lebih-lebih tak mengerti. "Haria Giri adalah pengawal pribadi Sri Baginda. Pada suatu hari dia mengulurkan tangan untuk menolong Patih Danureja dari ancaman Kompeni Belanda di Jakarta. Karena itu, dia diangkat menjadi orang kepercayaan Patih Danureja. Dengan demikian, ia mengabdi kepada dua majikan yang sebenarnya bermusuhan. Tetapi ia dapat memerintah Laskar Kepatuhan dan Laskar Kerajaan sekaligus. Bukankah aneh dan http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mengherankan " Ajaibnya lagi, masing-masing majikan bersedia mendengarkan kata-katanya. Pendek kata, Haria Giri menjadi orang kepercayaan dua majikan yang saling mendengki dan bermusuhan. A h, tentunya kau tidak mengerti, karena peristiwa itu terjadi sewaktu engkau masih kanakkanak. Tetapi satu hal yang harus kau pegang, bahwasanya aku kagum kepada akal-muslihatnya yang rapih, rapat dan jitu. Dan apa yang kulakukan sekarang ini, anakku, benarbenar meniru caranya bekerja ......" Tentu saja Diah Windu Rini tidak mengerti maksud ayahnya. Tetapi Haria giri pasti seorang ahli pedang yang jempolan. Kalau tidak, mustahil ayahnya menghormati begitu tinggi. Sebab ayahnya tidak pernah memandang mata terhadap siapapun. Ayahnya adalah ipar Sri Sunan Paku Buwana II. Kawin dengan RA Bengkring pada tahun 1726, adik satu-satunya Sri Sunan yang amat dicintainya. Meskipun demikian, menolak hadir pada hari Maulud ke Kartasura sebagai tanda berbakti para adipati terhadap Sri Baginda. Malahan dengan berani meminta wilayah Prabalingga, Bangil dan Pasuruan, sebagai mas kawin. "Karena itu, anakku." Adipati Cakraningrat melanjutkan kata-katanya, "Adalah suatu kehormatan besar bagiku, bahwa dia berkenan mengirimkan puterinya di bawah pengawasanku. Ini suatu jaminan yang meyakinkan." "Jaminan apa ?" Diah Windu Rini tercengang. "Bahwasanya saran-saran, nasehat-nasehatnya dan sikapnya terhadapku keluar dari hati yang halus dan jujur." Diah Windu Rini menatap wajah ayahnya dengan pandang teka-teki. Mencoba: http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Bila demikian halnya, apa sebab ayah membiarkan Niken Anggana pulang kampung ?" "Itupun terjadi akibat aku meniru cara bekerjanya" sahut Adipati Cakraningrat Lalu tertawa terbahak-bahak sampai terbatuk-batuk. "Ayah ! Janganlah ayah bermain teka-teki kepadaku !" ujar Diah windu Rini setengah berseru. "Dua kali ayah menyebut istilah meniru cara bekerjanya, sebenarnya bagaimana ?" Karena terbatuk-batuk, Adipati Cakraningrat tidak dapat menjawab pertanyaan puterinya dengan segera. Ia perlu meneguk air tehnya yang disedu dengan gula lembut Baru ia berkata dengan sabar: "Kita ini anak keturunan Trunajaya. Menurut Kompeni dan pihak Kartasura, kita ini keturunan pemberontak. Juga kau Gemak Ideran. Kaupun disebut anak pemberontak, karena ayahmu pernah membuat geger kota Surabaya, itulah sebabnya kalian harus bersikap waspada terhadap Kompeni Belanda beserta antek-anteknya. Kalianpun jangan terlalu bersahabat dengan orang-orang Kartasura, kecuali terhadap Haria Giri dan Niken Anggana. Kalian berdua boleh bersikap garang terhadap siapapun. Aku yang merestui. Tetapi terhadap Niken Anggana kalian harus menghormati dan bersikaplah yang manis. Kalian tahu, apa sebabnya?" Diah Windu Rini dan Gemak Ideran menggelengkan kepalanya hampir berbareng. Dan Adipati Cakraningrat melanjutkan keterangannya: "Kalau begitu, dengarkan dan perhatikan semua katakataku ini! Kalau tidak, kalian bakal tidak mengerti ujungpangkal cerita yang akan kuterangkan kepada kalian, nah, Gemak Ideran ! Tutuplah pintu itu rapat-rapat! Perintahkan http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ beberapa pengawal agar menjaga jangan sampai serambi ini dimasuki orang lain !" Dengan tergesa-gesa, Gemak Ideran melaksanakan perintah Adipati Cakraningrat. Sebelas pengawal Kadipaten diperintahkan untuk menjaga dan mengamankan Gedung kediaman Adipati Cakraningrat. Setelah semuanya beres, segera ia balik menghadap untuk memberikan laporan. "Sekarang, dengarkan! Kalian berdua sudah waktunya untuk memahami urusan negeri." Adipati Cakraningrat mulai. "P.B. II kini adalah penguasa Kerajaan Kartasura dengan sebutan Sri Susuhunan Paku Buwana II. Pada waktu mudanya bernama Prabayasa. Dia putera Ratu Amangkurat Meskipun ayahandanya, Raja Amangkurat Jawi menunjuk dia sebagai penggantinya, namun begitu Prabayasa naik tahta, Arya Mangkunegara dibuang sampai ke Ceylon. Tetapi semenjak itu, negeri dalam keadaan kacau-balau. Para pembesar saling mencurigai dan akhirnya saling fitnah memfitnah. Karena khawatir diriku akan menggunakan kesempatan itu untuk berdiri sendiri, maka aku memperoleh karunia untuk menjadi salah satu anggauta keluarga raja. Tegasnya, aku kawin dengan bibimu R A Bengkring atau Raden Ajeng Sitisundari." ia berhenti sebentar untuk mengesankan. Melanjutkan : "Tersebutlah seorang ahli pedang kenamaan yang bernama Haria Giri. Sesungguhnya, dia adalah salah seorang pengawal andalan almarhum Raja Amangkurat Jawi. Sebelum wafat, raja berfirman agar puteranya kelak memperhatikan kedudukan Haria Giri. Tegasnya, agar diperkokoh kedudukannya. Tetapi Haria Giri mempunyai pikirannya sendiri. Ia pandai membaca keadaan negara. Melihat, Patih Danureja ikut memegang peranan dalam tata-pemerintahan, ia mendekati. Tentu saja, tidak mudah ia mengambil hati patih yang cerdik-pandai itu. Tetapi pada suatu hari, ia datang kemari. Ini terjadi waktu aku http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ belum menjadi adik ipar Sri Baginda. Waktu itu, aku masih ragu-ragu untuk menerima bibimu. Tetapi dengan tegas, ia menganjurkan diriku agar berkenan menjadi ipar raja. Mintalah Probolinggo, Bangil dan Pasuruan sebagai emas kawin, katanya. Mengapa begitu, aku minta keterangan. Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Jawabnya untuk menggugah perhatian Kompeni. Kompeni pasti tidak setuju. Jika demikian, aku harus berkirim surat kepada Kompeni agar Madura berada langsung di bawah pemiliknya. Ah, sungguh hebat akal Haria Giri. Dia tahu dengan pasti, bahwa Danureja bersekongkol dengan Kompeni untuk menjatuhkan raja dari kedudukannya. Patih yang cerdik itu ingin mengangkat dirinya menjadi raja. Semboyannya sederhana saja. Kalau raja bisa menggeser Arya Mangkunegara, mengapa dirinya tidak bisa " Hm.....hm.....kalian berdua tentu tidak dapat membaca maksud Haria Giri yang sesungguhnya, bukan " Akupun begitu juga. Bahkan sampai kini. Sesungguhnya dia berpihak kepada raja atau kepada Danureja ?" "Lalu ?" Diah Windu Rini memotong karena tidak sabar. "Sekarang agak jelas. Patih Danureja dibuang Sri Baginda pada tahun 1733, dan kedudukan Haria Giri makin kuat Maka tahulah aku, bahwasanya pembuangan Pangeran Arya Mangkunegara adalah akal Patih Danureja. Sebab waktu itu, raja masih kanak-kanak sehingga akan mudah dikendalikan. Sebaliknya Pangeran Arya Mangkunegara, seorang satria besar, gagah-berani, pandai dan jujur. Terus terang saja, Danureja segan terhadapnya Dalam segala halnya, ia tidak dapat berlawan-lawanan. Dia boleh mengaku bersahabat dengan Kompeni. Tetapi Kompeni justru mencintai dan menghormati Arya Mangkunegara Maka orang itu perlu disingkirkan melalui fitnah." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Melalui fitnah " Fitnah apa ?" Diah Windu Rini minta keterangan. Adipati Cakraningrat tertawa perlahan melalui dadanya. Setelah menghirup nafas lalu berkata dengan tersenyum : "Sebenarnya ini urusan orang-orang tua. Tetapi karena aku sudah terlanjur membawa engkau berdua membicarakan urusan negeri, maka perlu kau ketahui pula." ia berhenti tersenyum. Meneruskan : "Ada seorang gadis bernama Wirasmara. Baik wajah, potongan tubuh dan lagak-lagunya, mirip dengan almarhumah isterinya yang sangat dicintainya. Kebetulan sekali Wirasmara berteman baik dengan almarhumah isterinya. Tak disadarinya sendiri, ia menaruh hati kepada Wirasmara dan ingin memperisterikan. Alangkah terkejut dia, sewaktu mendengar kabar bahwa Wirasmara dahulu bekas kekasih Sri Baginda. Tetapi dia tidak kekurangan akal. Ia membicarakan keinginannya itu kepada Nitipraya, pembantu Sri Sunan, untuk minta pertimbangan. Nitipraya berkata, tidak ada kesulitannya bila Arya Mangkunegara minta seorang isteri kepada Sri Baginda. Tetapi hal itu, baiklah melewati mBok Wiraga Kepala Dayang Istana. Dan pada suatu hari Nitipraya membawa mBok Wiraga menghadap padanya. Menurut mBok Wiraga, sama sekali tidak ada kesulitan. Tetapi selain Baginda, di dalam istana terdapat penguasa lain. Itulah Ratu Amangkurat, kata mBok Wiraga. Maka Arya Mangkunegara perlu memohon pertimbangannya. "Baiklah hamba akan menghubungi mBok Patrasari dayang kepercayaan Ratu Amangkurat." Hm.....kelihatannya, semuanya akan berjalan lancar. Siapa mengira, bahwa sudah semenjak lama Danureja menunggu-nunggu saatnya yang baik untuk menyingkirkan Arya Mangkunegara. Maka diamdiam ia menjalin hubungan yang erat dengan Ratu Amangkurat" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Apakah bisa ?" Diah Windu Rini menegas. "Bisa. Sebab Ratu Amangkurat mempunyai kelemahan." sahut Adipati Cakraningrat. "Dia mempunyai simpanan seorang pria bernama Surawijaya. Sebenarnya Surawijaya setiap malam dipanggil Ratu Amangkurat untuk membacakan surat-surat sejarah. Menurut kabar, karena Ratu Amangkurat mempunyai semacam penyakit. Penyakit tidak dapat tidur di malam hari. Maka perlu ia ditemani seseorang yang dapat menyanyi (melagukan sajak-sajak) sampai menjelang pagihari. Itulah Surawijaya yang pandai menyanyi, lagi pula berparas cakap. Tidak mengherankan, bahwa Ratu Amangkurat didesas-desuskan berbuat tak senonoh dengan Surawijaya. Ratu Amangkurat akan sukar mengelak, karena kenyataannya ia memasukkan seorang pria mulai tengah malam sampai menjelang pagihari. Maka dengan berbekal itu, Patih Danureja dapat memaksa Ratu Amangkurat menjadi salah seorang sahabatnya." "Benar-benar cerdik !" seru Diah Windu Rini dengan penasaran. "Apakah Ratu Amangkurat benar-benar berbuat tidak senonoh dengan Surawijaya ?" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Haha....." Adipati Cakraningrat tertawa serintasan." Kau sabarlah dulu agar menjadi jelas !" Kena tegor ayahnya, wajah Diah Windu Rini terasa panas. Ia merasa malu sendiri, karena terlalu menaruh perhatian terhadap masalah kemesuman yang menyangkut keluarga raja. Apalagi mengenai Ibunda Sri Baginda sendiri. "Dengan cerdik Danureja berkata kepada Ratu Amangkurat, bahwa pada suatu hari A rya Mangkunegara akan memohon seorang isteri. Tetapi yang dipilihnya kurang tepat. Sebab Wirasmara adalah kekasih baginda. Padahal tidak demikian. Wirasmara adalah bekas kekasih Sri Baginda yang sudah dibuang." Adipati Cakraningrat meneruskan. "Danureja berkata lagi bahwa semenjak lama Arya Mangkunegara dan Wirasmara mengadakan hubungan gelap, ini tidak betul. Arya Mangkunegara belum pernah berbicara dengan Wirasmara. Apalagi sampai mengadakan hubungan gelap. Sebab Wirasmara adalah sahabat almarhumah isterinya yang sangat dicintainya. Jadi jelas sekali, Danureja sudah mengatur jebakan. Yang hebat lagi, semuanya itu diketahui belaka oleh Haria Giri." Adipati Cakraningrat berhenti lagi untuk mengesankan. Meneruskan : "Haria Giri menerangkan peristiwa itu dengan jelas sekali padaku. Dikabarkan bahwa Danureja menyarankan kepada Ratu Amangkurat agar mengawinkan Arya Mangkunegara dengan Sutari, puteri Pangeran Diponegoro yang dibuang ke Tanjung Harapan. Pangeran Diponegoro dahulu pernah dinobatkan orang Jawa Timur menjadi Sultan Heru Cakra pada tahun 1716-1718 di Madiun. Ada dua maksudnya yang tersembunyi. Ah, benarbenar si ular berbisa !" "Apakah itu pendapat paman Haria Giri ?" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Benar." sahut Adipati Cakraningrat dengan cepat."Yang pertama, Sutari dianggap anak seorang pemberontak. Bila Arya Mangkunegara sampai memperisterikan, dia dapat dianggap sebagai golongan pemberontak musuh Kompeni Belanda. Yang kedua, inilah yang lebih berbahaya. Danureja tahu, bahwa Arya Mangkunegara bukan manusia hidung belang. Kalau saja dia hendak memperisterikan Wirasmara semata-mata demi mengenang almarhumah isterinya yang sangat dicintainya. Buktinya, ia tetap bersikeras meskipun kini tahu Wirasmara bukan seorang remaja puteri. Tetapi bekas isteri (selir) Sri Baginda. Dengan begitu ia yakin, Arya Mangkunegara pasti menolak tawaran nenekmu Ratu Amangkurat. Nenakmu tentu akan bersakit hati. Dan ia akan membongkar hubungan antara Arya Mangkunegara dan Wirasmara di depan Sri Baginda. Nenekmu sangat berpengaruh terhadap Sri Baginda. Dan sekarang tinggal membakar hati Sri Baginda saja. Itulah tujuan Danureja yang tersembunyi. Dan fitnahnya ternyata berhasil. Pangeran Arya Mangkunegara benar-benar menolak tawaran nenekmu Ratu Amangkurat Danureja kemudian membakar hati Sri Baginda. Akibatnya, Arya Mangkunegara dibuang dari Kartasura melalui tangan Kompeni." "Tentu nenek tidak mungkin memfitnah Pangeran Arya Mangkunegara" ujar Diah Windu Rini. (Diah Windu Rini bukan puteri R.A Bengkring, puteri Ratu Amangkurat Tetapi karena R.A Bengkring termasuk salah seorang isteri ayahnya, maka dia berhak menyebut ibunya yang baru itu dengan sebutan bibi. Dengan sendirinya berhak pula menyebut Ratu Amangkurat ibu RA Bengkring, sebagai neneknya). "Nenekmu boleh berkuasa dan besar pengaruhnya. Akan tetapi Danureja seorang patih yang licin, cerdik dan pandai, yang berangan-angan ingin menggulingkan raja dari tahtanya. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Setelah berhasil membuang Arya Mangkunegara, mulailah ia mengarahkan tipu-muslihatnya terhadap Ratu Amangkurat. Dengan terang-terangan, ia menuduh perbuatan mesum nenekmu di hadapan raja. Tentu saja raja murka bukan main. Dengan serta-merta Sri Baginda menghadap ibunya untuk memperoleh keyakinan. Merasa dalam bahaya, Danureja tidak tinggal diam. Ia memanggil Wirasmara datang menghadap padanya. Puteri yang tidak berdosa itu, kemudian ditemukan mati tercekik di Kepatihan. (16 Januari 1928)." "Ah !" Diah Windu Rini terkejut. "Tentu saja untuk menghilangkan bukti." "Menghilangkan bukti bagaimana ?" Diah Windu Rini menegas. "Seperti kau ketahui tadi, desas-desus mengenai hubungan gelap antara Arya Mangkunegara dan Wirasmara adalah akalmuslihat atau rekaan Danureja. Tentunya Ratu Amangkurat akan balik membela diri di hadapan Sri Baginda, bahwa semua laporan Danureja adalah palsu. Misalnya laporan tentang hubungan gelap antara Wirasmara dan Arya Mangkunegara. Dan Sri Baginda tentunya akan memanggil Wirasmara untuk menghadap. Dan sebelum sempat menghadap, bukankah lebih aman bila dibunuh terlebih dahulu " Sebab Wirasmara akan memberi keterangan yang sebenarnya. Dia akan menerangkan, bahwa ia memang bersahabat dengan almarhumah isteri Arya Mangkunegara yang bernama Raden Ayu Wulan yang wafat tanggal 24 September 1727 akibat penyakit cacar. Tetapi sama sekali tidak pernah bertemu apalagi berbicara secara langsung dengan Arya Mangkunegara. bila hal itu terjadi, Sri Baginda akan memanggil Arya Mangkunegara pulang ke Kartasura. Balas dendam pasti bakal terjadi terhadap dirinya." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Diah Windu Rini seorang gadis yang mudah tersentuh suatu masalah yang dianggapnya tidak lurus. Seketika itu juga, darahnya mendidih sampai seluruh tubuhnya menggigil lembut. Wajahnya berubah-ubah. Sebentar pucat sebentar Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo pula merah padam. "Ayah ! Apakah paman Haria Giri hanya tinggal diam saja ?" ia berseru tertahan. "Pamanmu Haria Giri bukan seorang ahli pedang yang bertindak dengan terburu nafsu. Jangkauan pikirannya amat jauh, luas dan gemilang. Menyadari bahwa Danureja seorang lawan yang licin, licik dan kejam, ia bertindak dengan bijaksana. Inilah yang kukagumi." Adipati Cakraningrat menerangkan. Diah Windu Rini tercenung-cenung. Semenjak tadi, katakata ayahnya meloncat-loncat seperti ada sesuatu yang harus disembunyikan. Setiap pertanyaannya, tidak memperoleh jawaban langsung. Di dalam hati ia kurang puas. Namun untuk minta keterangan lebih tegas lagi, ia tidak berani. Syukur, ia seorang gadis yang cerdas. Ia tidak kehilangan akal. Maka seperti orang menghafal, ia berkata kepada ayahnya : "Ayah, bolehkah aku menyimpulkan kata-kata ayah " Bila salah, mohon dibenarkan !" "Hm.....aku ingin mendengarkan." Diah Windu Rini memperbaiki letak duduknya. Lalu berkata dengan perlahan-lahan : "Musuh kita yang utama adalah Kompeni Belanda. Meskipun demikian, aku wajib berhati-hati terhadap orang-orang Kartasura. Sebab orang-orang Kartasura banyak macamnya. Benarkah itu ?" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Benar ! Lanjutkan !" "Patih Danureja berangan-angan hendak menggulingkan Raja Paku Buwana II dari tahta. Untuk mencapai maksudnya, ia bersekongkol dengan Kompeni Belanda. Lalu mengangkat sanak-kerabatnya dan pengikutnya menduduki kedudukan yang tinggi." "Itu pendapatmu sendiri. Tetapi memang benar demikian." Adipati Cakraningrat mengulum senyum. "Selain itu, Patih Danureja melakukan fitnah terhadap lawannya. Terutama Pangeran Arya Mangkunegara. Apakah Raden Mas Said putera Pangeran Arya Mangkunegara ?" "Benar. Waktu Arya Mangkunegara dibuang dari Kartasura, Said masih berumur kurang dari dua tahun. Bagus ! Teruskan !" "Isteri Pangeran Mangkunegara bersama Raden Ayu Wulan. Tentunya dia amat cantik, setia dan berbakti kepada suami. Raden Ayu Wulan mempunyai seorang sahabat yang mirip dengan dirinya. Dialah Wirasmara. Pangeran Arya Mangkunegara tentunya sering melihat mereka berdua berbincang-bincang, tetapi tidak sempat bertemu, menyapa apalagi berbicara dengan Wirasmara. Benarkah itu ?" "Benar." "Pada tanggal 24 September 1727, Raden Ayu Wulan wafat akibat penyakit cacar. Karena terkenang kepada isterinya, Pangeran Arya Mangkunegara akan memperisterikan Wirasmara. Tetapi Pangeran Arya Mangkunegara tidak mengetahui, bahwa Wirasmara adalah bekas isteri Sri Baginda Paku Buwana II. Benarkah itu ?" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Biarlah kutambah." ujar Adipati Cakraningrat. "Wirasmara berasal dari Semarang. Dia dipersembahkan Adipati Astrawijaya dari Semarang kepada raja. Karena Wirasmara seorang gadis yang cantik jelita, Sri Baginda berkenan. Ia dihamili dan di kawin secara resmi pada awal bulan Agustus 1726." "Oh, jadi dia isteri sah ?" "Benar." "Kalau begitu Pangeran Mangkunegara salah !" seru Diah Windu Rini. "Dia tidak boleh memperisterikan isteri sahnya seseorang. Apalagi isteri baginda." "Benar. Tetapi Wirasmara kemudian dikebonkan. Istilah dikebonkan adalah semacam hukuman. Katakan saja, diceraikan. Namun tidak boleh diperisterikan atau dilamar orang lain. Sebab betapapun juga, dia adalah bekas isteri raja. Meskipun demikian, hal itu bisa terjadi manakala sudah mendapat ijin Sri Baginda dan restu Ibunda Sri Baginda. Itulah nenekmu, Ratu Amangkurat." "Oh, begitu." Diah Windu Rini mencoba mengerti. "Tetapi Nitipraya, mBok Wiraga dan mBok Patrasari, maksud Pangeran Mangkunegara tidak akan mendapat kesulitan asal saja nenekda Ratu Amangkurat mengijinkan." "Benar." Adipati Cakraningrat membenarkan. "Danureja kemudian memperoleh dalih untuk memfitnah Pangeran Arya Mangkunegara. Dia ingin menyalakan rasa dengki dan cemas dalam hati Sri Sunan. Tentunya diingatkan bahwa Arya Mangkunegara sebenarnya yang berhak menduduki tahta kerajaan. Bila dia kini hendak memperisteri Wirasmara berarti tidak membenarkan Sri Baginda menghukum Wirasmara." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Itu tafsiranmu sendiri, tetapi benar belaka." Adipati Cakraningrat tertawa. "Kau kelinci yang cerdik. Teruskan !" "Tetapi Danureja yang pandai berfikir, tentunya tidak berani berbicara demikian terhadap Sri Baginda. Kecuali bila dirinya diminta pertimbangannya. Maka ia perlu mencari seorang tokoh yang dapat berbicara demikian terhadap raja. Tokoh itu jatuh kepada nenekda Ratu Amangkurat, Ibunda Sri Baginda." "Benar." "Danureja yang licin masih perlu mencari jalan yang melingkar. Ia menceritakan kepada nenekda Ratu Amangkurat, bahwa Wirasmara adalah bekas isteri Sri Baginda. Demi menyelamatkan kedudukan Arya Mangkunegara di mata Sri Baginda, maka ia menyarankan agar mengawinkan Arya Mangkunegara dengan bibi Sutari, puteri Pangeran Diponegoro yang pernah dua tahun dijunjung orang sebagai raja pemberontak di Madiun pada tahun 1716 sampai 1718. Tetapi apa yang didalihkan itu adalah palsu belaka. Maksud sebenarnya ialah menyingkirkan Arya Mangkunegara." "Jangan lupa sebut beliau Pangeran Arya Mangkunegara !" potong Cakraningrat dengan sungguh-sungguh. "Ya, Pangeran Arya Mangkunegara." Diah Windu Rini memperbaiki kesalahannya. "Patih Danureja tahu, bahwa Pangeran Mangkunegara akan menolak tawaran nenekda Ratu Amangkurat. Maka ia menganjurkan agar nenekda Ratu Amangkurat melaporkan hubungan gelap antara Pangeran Arya Mangkunegara dan Wirasmara terhadap raja. Padahal itu, hanya rekaan Danureja sendiri. Benarkah itu ?" "Eh, kau seperti berada di tengah-tengah mereka !" seru Adipati Cakraningrat kagum. "Lanjutkan, lanjutkan !" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Nenekda Ratu Amangkurat terpaksa mendengarkan saran Danureja, karena.....karena....." Diah Windu Rini berbimbangbimbang. "Katakan saja ! Sebab hal itu tidak benar !"Adipati Cakraningrat membantu. "Karena nenekda Ratu Amangkurat mempunyai.....eh......" "Katakan saja ! Katakan saja mempunyai simpanan seorang pria bernama Surawijaya. Katakan saja, karena hal itu sama sekali tidak benar !" ujar Adipati Cakraningrat menganjurkan. Tetapi Diah Windu Rini tetap tidak berani. Kecuali berarti membicarakan aib neneknya sendiri, menyinggung kehormatan kaum wanita termasuk dirinya. Lantas saja ia melompat : "Akibatnya, Pangeran Mangkunegara dibuang ke luar Kartasura. Dan untuk menghilangkan jejak pelacakan, Wirasmara kemudian dibunuh Patih Danureja. Tetapi ayah, Sri Baginda adalah seorang raja yang bijaksana. Mustahil bila Sri Baginda hanya mendengarkan laporan satu pihak." "Tepat sekali ucapanmu !" Adipati Cakraningrat memuji kecerdasan puterinya. "Dari pamanmu Haria Giri aku mendengar kabar, bahwa nenekmu Ratu Amangkurat tidak setuju bila sampai membuang Pangeran Arya Mangkunegara. Dan sewaktu isteri Pangeran Arya Mangkunegara yang lain menangis sedih........." "Siapa dia ?" "Itulah bibimu Raga Asmara......." Adipati Cakraningrat menerangkan. Meneruskan : "Sewaktu bibimu Raga Asmara menangis sedih, pamanmu Sri Baginda bergegas menengoknya. Mengapa ayunda menangis " Bukankah aku http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ justru menghilangkan saingan ayunda ?" kata Sri Baginda. Waktu itu Wirasmara belum mati terbunuh. Dan diluar dugaan isteri kakaknya itu menjawab, bahwa ia sedih meratapi nasib suaminya yang malang. Sri Baginda akhirnya berkata, bahwa hal itu terjadi karena mengingat sepak-terjang Danureja memperoleh dukungan Kompeni Belanda." "Apakah benar demikian ?" "Danureja bersahabat dengan Ter Smitten, Frederik Julius Coyett Komandan pantai timur pulau Jawa dan suaranya didengarkan Gubernur Jenderal Diederik Durven." "Siapakah Ter Smitten itu ?" "Dialah wakil Gubernur Jenderal yang berkedudukan di Semarang." "Oh, begitu ?" "Tetapi pamanmu Haria Giri tidak kekurangan akal untuk menggoyahkan kedudukan Patih Danureja." ujar Adipati Cakraningrat dengan wajah kagum. "Pada suatu hari, Patih Danureja memandang perlu untuk mengurangi kekuasaan nenekmu Ratu Amangkurat. Di hadapan raja ia melaporkan sepak terjang Surawijaya yang masuk ke dalam istana setiap malam dan pulang menjelang pagihari. Tentu saja Sri Baginda murka. Seperti kataku tadi, Sri Baginda mencoba mencari keyakinan. Tetapi setelah berhadapan dengan nenekmu Ratu Amangkurat, Sri Baginda tidak berani menuduh ibu kandungnya sendiri berbuat serong dengan Surawijaya. Sri Baginda hanya bertanya kepada para dayang, apakah benar Surawijaya hadir di istana nenekmu Ratu Amangkurat. Sri Baginda hanya menanyakan kehadirannya, tetapi tidak kepentingannya. Padahal Surawijaya hanya disuruh menyanyikan sajak-sajak pujangga sebagai teman bergadang http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ nenekmu Ratu Amangkurat. Akibatnya Sri Baginda benarbenar Murka. Sri Baginda merasa seperti sudah memperoleh petunjuk yang meyakinkan. Tetapi jelas, ini suatu pendapat yang ceroboh. Maklum, waktu itu Sri Baginda belum lagi berumur 20 tahun. Selama hidupnya berada dalam kalangan istana. Terpisah jauh dari pagar pergaulan umum. Pengalamannya untuk mengenal watak, tabiat dan perangai seseorang masih kurang. A khirnya ia memanggil Tumenggung Tirtawiguna, Ngabehi Wirajaya dan Mangun Negara agar membunuh Surawijaya. Ketiga pembesar itu terpaksa mengangguk, meskipun mereka takut terhadap nenekmu Ratu Amangkurat. Merasa tidak mampu melaksanakan perintah, mereka minta pertimbangan pamanmu Haria Giri. Pamanmu Haria Giri menyarankan, agar mereka bertiga minta pertolongan Patih Danureja. Bukankah pamanmu amat cerdik " Dengan jitu ia membalikkan masalah itu kepada si pembuatnya. Berarti senjata bakal makan majikannya. Tetapi Danureja-pun bukan orang goblok. Ia tidak mau bertindak sendiri. Takut memberatkan tuduhan pada perbuatannya yang lalu mencekik Wirasmara. Ia memerintahkan dua orang Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo pelayannya untuk melaksanakan perintah membunuh Surawijaya. Kedua orang itu kemudian membunuh Surawijaya pada jam setengah enam pagi sewaktu Surawijaya baru saja meninggalkan istana. Barangkali mereka berdua mengintip Surawijaya semenjak malamhari. Diluar dugaan, mereka mati terbunuh pula pada saat itu." "Mereka mati " Siapa yang membunuh mereka ?" "Tentu saja pamanmu Haria Giri. Mayat mereka diceburkan ke dalam sungai Brantas (Bengawan Solo) dan keris Danureja ditancapkan dalam tubuh Surawijaya. Dengan bukti itu, Danureja tidak bisa mengelak atas tuduhan nenekmu Ratu Amangkurat yang menuntut keadilan." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Sebentar, ayah !" Diah Windu Rini memotong. "Kisah ini sangat menarik. Hanya saja, aku belum jelas apa sebab Patih Danureja perlu menyingkirkan nenekda Ratu Amangkurat." "Hm..... sewaktu Sri Baginda naik tahta baru berumur belasan tahun. Katakan saja, belum dewasa. Karena itu pemerintahannya perlu ditilik oleh nenekmu Ratu Amangkurat sebagai Ibunda raja dan Patih Danureja. Dalam hal ini banyak tindakan-tindakan Patih Danureja yang tidak disetujui nenekmu Ratu Amangkurat Misalnya tentang tindakan memecat, mengganti dan mengangkat seseorang dalam jabatan pemerintahan." "Setelah Sri Baginda berani mengambil tindakan terhadap nenekda Ratu Amangkurat, kekuasaan Patih Danureja tentunya semakin besar. Mungkin sekali Sri Baginda berada dalam pengaruhnya." "Benar." Adipati Cakraningrat membenarkan. "Akan tetapi dia lupa, bahwa di Kartasura masih terdapat seorang pengawal yang pandai berpikir dan kepandaiannya tidak usah kalah. Dialah pamanmu Haria Giri. Untuk memencilkan peranan Danureja, akulah yang dijadikan peranan." "Mengapa ayah berkenan dijadikan peranannya ?" "Jangan lupa! Aku adalah adik ipar Sri Baginda, meskipun aku mempunyai maksud sendiri." Diah Windu Rini tercenung-cenung Ia merasakan ucapan ayahnya kurang tepat. Haria Giri boleh disebut sebagai seorang ahli pedang kenamaan, akan tetapi bila ayahnya sampai menganggapnya sebagai guru, benar-benar kurang tepat. Akan tetapi dimana letak kurang tepatnya, ia sendiri tidak tahu. Sementara itu Adipati Cakraningrat melanjutkan kata-katanya : http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Aku minta Probolinggo, Bangil dan Pasuruan masuk dalam wilayahku. Perbuatanku ini pasti membuat Sri Sunan resah. Padahal aku adalah ipar Sri Sunan. Pada saat yang bersamaan, aku minta agar Madura langsung berada di bawah penilikan Kompeni. Ha, bagaimana pendapatmu " Kau bisa membaca tipu yang terselubung atau tidak ?" Memperoleh pertanyaan demikian, hati Diah Windu Rini terkejut. Ia merasa belum siap, karena sedang mencari kurang tepatnya ucapan ayahnya. Itulah sebabnya dengan sedikit bengong ia menggelengkan kepala berbareng menatap wajah ayahnya. Dan melihat kesan wajah Diah Windu Rini, Adipati Cakraningrat tertawa menang. Ujarnya : "Itulah tipu daya pamanmu Haria Giri. Nah, kau tidak dapat membaca tipu-daya pamanmu, bukan " Tetapi engkau tidak perlu berkecil hati, anakku. Yang tidak dapat membaca atau menebak tidak hanya engkau seorang. Sri Sunan dan Kompeni Belanda pula. Sekarang kau percaya betapa pandai pamanmu Haria Giri." "Tipu daya apa ?" Diah Windu Rini penasaran. "Begini." Adipati Cakraningrat tersenyum lebar. Dua tiga kali ia meneguk air minumnya, lalu berkata lagi: "Kompeni Belanda, pasti tidak akan mengijinkan Probolinggo, Bangil dan Pasuruan masuk ke dalam wilayahku. Sebaliknya Kompeni tidakkan berani menekan Sri Sunan untuk menolak permohonanku, mengingat aku adalah ipar raja. Selagi begitu, surat permohonanku agar Madura berada langsung di bawah penilikan Kompeni, akan membuat pimpinan Kompeni menarik pikiran, Mereka pasti mulai menebak-nebak Akhirnya mereka akan mencurigai P'atih Danureja "Mengapa dia?" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Sebab Danureja pernah bersekongkol dengan ayahmu, dengan Adipati Surabaya dan Raden Mas Brahim anak keturunan Untung Surapati yang menjadi Adipati Malang. Tegasnya, Kompeni mengira aku berada dibawah tekanan Danureja agar meminta Probolinggo, Bangil dan Pasuruan sebagai emas kawin kepada Sri Sunan. Bagi Kompeni Belanda, permintaanku itu dianggap membahayakan mengingat sepak terjang kakekmu dahulu. Pendek kata Kompeni tidak bakal mengijinkan Madura memiliki sejengkal tanah di pulau Jawa." Rasa curiga Kompeni kepada Danureja masuk akal, karena tidak ada alasan bersikap waspada terhadap Madura. Sebab, ayah mengirimkan surat permintaan agar Madura berada dibawah penilikannya. Akal bagus !." Diah Windu Rini memuji. "Sri Sunan sendiri, bakal tidak percaya pula tentang bunyi permintaanku itu. Kecurigaan Sri Sunan akan jatuh kepada Danureja juga. Karena didukung oleh sikap dan tindakan Danuteja sendiri terhadap keluarga raja." Adipati Cakraningrat meneruskan uraiannya. "Dengan akalnya, Danureja berhasil menyingkirkan Pangeran Arya Mangkunegara. Dengan akalnya pula, ia memfitnah nenekmu Ratu Amangkurat. Masih pula ditambah persekongkolannya dengan Raden Mas Brahim dan Adipati Surabaya. Juga terlibatnya perkara Adipati Tegal. Itulah perkara sogokan 3.000 ringgit. Semuanya ini membangunkan rasa curiga Sri Sunan. Jelas?" "Jelas. Siapapun akan bersikap demikian, andaikata dia berkedudukan sebagai Sri Sunan," sahut Diah Windu Rini tak ragu-ragu lagi. "Bagus !" Adipati Cakraningrat berseru gembira. "Aku tadi berkata, aku mempunyai maksud sendiri. Begitu pula, pamanmu Haria Giri. Hm, benar-benar cemerlang otaknya. Sudah jelas, Danureja bakal terpojok. Kompeni bakal http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mendahului bertindak terhadap Danureja. Sebab Sri Sunan tentunya memerlukan tangan Kompeni. Meskipun demikian pamanmu Haria Giri belum puas. Ia menghendaki agar Sri Sunan yang mengambil tindakan layaknya seorang satria. Maka dengan rapihnya ia mengatur siasat." "Siasat apa lagi ?" Diah Windu Rini tertarik. Gemak Ideran yang semenjak tadi berdiam diri menegakkan kepalanya pula. Adipati Cakraningrat mendehem dua kali. Lalu berkata : "Tepat dugaan pamanmu Haria Giri. Kompeni Belanda benar-benar bertindak mendahului Sri Sunan. Patih Danureja dipanggil ke Jakarta. Panggilan itu menggelisahkan hatinya. Berbagai dalih dikemukakan agar ia tidak usah berangkat ke Jakarta. Ia dapat bertahan beberapa bulan lamanya, akan tetapi tidak untuk selamanya. Sebab Kompeni Belanda bersedia minta ijin Sri Sunan. Dan dalam saat-saat demikian, muncullah pamanmu Haria Giri sebagai tokoh penengah. Ia membisiki Patih Danureja agar bersedia berangkat ke Jakarta. Padahal di dalam hati ia menghendaki agar manusia itu jangan terlepas dari genggaman Sri Sunan. Katanya, dia akan menimbulkan huru-hara di Kartasura agar Danureja kelak mempunyai alasan untuk segera balik ke Kartasura. Katakatanya meyakinkan, dan Danureja benar-benar berangkat ke Jakarta. Kesempatan itu tidak disia-siakan Kompeni. Danureja ditahannya. Pada saat itu Danureja mati kutu." "Lalu..... apakah paman Haria Giri benar-benar membuat huru-hara di Kartasura ?" "Benar. Dan menghadapi kenyataan itu, Kompeni tidak mempunyai alasan lagi untuk menahan Danureja. Sebagai seorang Nayaka, Danureja wajib pulang ke Kartasura untuk mengurus keadaan dalam negeri. Demikianlah, Kompeni membiarkan Danureja pulang ke Kartasura. Dan mulai saat http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ itu, Danureja menaruh kepercayaan besar kepada pamanmu Haria Giri. Tetapi apakah pamanmu Haria Giri berhenti sampai disini saja " O, tidak. Ia menunggu tindakan Sri Sunan. Dan apa yang ditunggunya itu benar-benar terjadi. Melihat sikap dan tindakan Kompeni terhadap Danureja, Sri Sunan tidak mau kehilangan pamor. Pamanmu Haria Giri dipanggil menghadap untuk diminta pertimbangannya. Karena Sri Sunan menghendaki agar peristiwa pembuangan itu jangan sampai mengalutkan keadaan dalam negeri, pamanmu Haria Giri menyarankan agar Sri Sunan menggunakan tenaga Commander Frederik Julius Coyett, Wakil Kompeni Belanda di Semarang. Julius Coyett diperintahkan untuk memanggil Danureja dengan dalih hendak membicarakan urusan pemerintahan. Tentunya Danureja yang berpengalaman harus berpikir sekian kali lipat sebelum memenuhi undangan itu. Akan tetapi pamanmu Haria Giri menyanggupkan diri untuk mengawalnya. Memandang dirinya, Danureja tiada akan sangsi lagi. Demikianlah rencana dan akal itu dilaksanakan dengan baik. Danureja berhasil dibawa ke Semarang. Selanjutnya dibuang ke Ceylon bersama-sama dengan Pangeran Arya Mangkunegara dalam satu kapal...." Sampai disini, Adipati Cakraningrat berhenti bercerita. Tak terasa Diah Windu Rini menghela nafas. Ia sekarang mengerti, apa sebabnya ayahnya mengagumi akal, tipu-muslihat dan kepandaian Haria Giri. Akan tetapi di dalam hatinya gadis itu berpikir : "Paman Haria Giri lebih tepat bila disebut sebagai orang berbahaya. Dalam saat-saat tertentu, dia dapat mengorbankan sahabat dan majikannya sendiri." Tentu saja kesan itu tidak diperlihatkan kepada ayahnya. Lain pulalah halnya dengan Gemak Ideran. Ia tidak pandai berpikir seperti Diah Windu Rini. Ia seorang pendekar sampai ke bulu-bulunya. Tujuan hidupnya hanya satu. Ia akan http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ menuntut dendam terhadap Kompeni yang membunuh ayahnya. Tiba-tiba suatu pikiran mengusik benaknya. Katanya dengan hati-hati kepada Adipati Cakraningrat: "Mohon maaf, paman Apakah aku diperkenankan untuk mohon keterangan?" "Tentang apa ?" "Sekiranya paman Haria Giri benar-benar menjadi tokoh andalan paman, apa sebab paman membiarkan adinda Niken Angggna pulang ke Kartasura?" "Bagus sekali pertanyaanmu!" Adipati Cakraningrat menepuk pahanya. "Tetapi jawahanku hanya pendek saja. Bila pamanmu Haria Giri memanggil Niken Anggana pulang, berarti ada perubahan hebat dalam tubuh kerajaan. Dan hal inilah yang harus kalian selidiki dan amati." Berarti ada perubahan hebat dalam tubuh kerajaan ! Apakah artinya" Tetapi Adipati Cakraningrat tidak bersedia menerangkan. Malahan tiba-tiba saja ia menjadi angker dan berkata dengan setengah membentak : "Besok kalian berdua berangkat ! Tidak usah berpamitan dengan siapapun ! Bawa pedang kalian! Bawa bekal yang cukup! Aku sudah minta uluran tangan Kepala-kepala daerah yang akan kalian lalui. Mendaratlah di Pasuruan, tapi jangan sekali-kali melalui Surabaya ! Kailan pasti tahu maksudku. Dan perintahku hanya satu ! selidiki dan amati perubahan hebat yang akan terjadi dalam tubuh kerajaan.!" Setelah berkata demikian, Adipati Cakraningrat memberi isyarat tangan agar segera mengundurkan diri. Kedua muda mudi itu sesungguhnya belum merasa puas. Masih banyak halhal yang gelap bagi mereka tetapi melihat perubahan wajah penguasa pulau Madura itu, mereka terpaksa menutup mulut. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Dengan berdiam diri mereka keluar pintu, Sewaktu tiba di serambi sambung, mereka bertemu dengan Niken Anggana. "Niken !" Diah Windu Rini mendahului "Besok kita berangkat.!" Niken Anggana mengenal watak Diah Windu Rini yang keras dan angkuh. Ia pun seorang gadis yang perasa dan halus budi. Mendengar ucapan Diah Windu Rini, ia hanya mengangguk. Rasa gembiranya disembunyikan serapih mungkin di dalam lubuk hatinya. Meski pun demikian, tak urung nampak jelas pada pandang matanya yang berseri seri. "Adik ! Kau kelihatan bahagia !" ujar Gemak Ideran. "Apakah salah ?" "Salah " O, sama sekali tidak." Gemak Ideran tersenyum, "Hanya saja, kadangkala timbul rasa iriku. Adik bakal dapat bertemu dengan ayah bundamu. Sebaliknya aku......." Niken Anggana menundukkan kepalanya. Ia tahu, Gemak lderan tidak mempunyai ayah-bunda lagi. Ayah-bundanya gugur di medan pertempuran Surabaya. Gugur bersama-sama menghadapi Kompeni Belanda dan Wadya Kartasura. Gemak Ideran diungsikan orang menyebrang ke Madura. Hidup sebagai anak yatim piatu. Meskipun sudah biasa hidup seorang diri semenjak kanak kanak, namun sesekali tentunya merindukan dekapan hangat ayah-bundanya seperti anakanak sebayanya. Memperoleh pertimbangan demikian, Niken Anggana jadi perasa. Ia sendiri sebenarnya merasakan hidup tidak berbahagia di tengah lingkungan ayah bundanya. Ayahnya terlalu sibuk sehingga jarang sekali pulang ke rumah. Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Ibunya hidup kesepian. Seringkali duduk 1bermenung-menung dengan ditimpali helaan nafas panjang. Entah apa sebabnya. Tetapi bila dibandingkan dengan nasib Gemak Ideran, http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ betapapun keadaan dirinya jauh lebih menguntungkan. Di tengah keluarga Cakraningrat ia dihormati orang. Lain halnya dengan Gemak Ideran yang selain harus berlatih keras, kedudukannya berada di bawah Diah Windu Rini yang gemar main perintah. "Tetapi kakang, sebentar lagi kakang akan melihat kampung halaman. Itulah kota Surabaya yang perkasa Niken Anggana mencoba mengalihkan pembicaraan. "Kita tidak akan melintasi Surabaya. Kita diperintahkan mendarat di Pasuruan." sahut Gemak Ideran. "Mengapa ?" Niken Anggana terbelalak. "Kau lihat sendiri nanti apa sebabnya." sahut Gemak Ideran cepat. "Paman Adipati Cakraningrat tentunya mempunyai alasan yang kuat. paling tidak, Pasuruan, Bangil dan Probolinggo adalah wilayah yang dikehendaki paman Adipati Cakraningrat berada dalam kekuasaannya. Di tempat itu pula, kita akan memperoleh bantuan dari penguasa-penguasa setempat bila kita mendapat kesukaran." "Tetapi Kompeni pun berkeliaran di kota-kota itu." "Asal kita berwaspada, kita bakal luput dari semua pengamatan orang yang tidak mengharapkan kehadiran kita di pulau Jawa." Dalam pada itu Diah Windu Rini sudah mempersiapkan segala sesuatunya. Setelah memberi kabar kepada Niken Anggana, segera ia memerintahkan mempersiapkan tiga ekor kuda pilihan. Ketiga ekor kuda itu dikirimkan ke Pasuruan mendahului perjalanan. Berbareng dengan itu, tiga ekor merpati pos diterbangkan dan akan mendarat di Ponorogo, Malang dan Sukawati. Sukawati terletak di sebelah timur Kartasura (sekitar Sragen). Merpati pos akan diterima para http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Adipati yang memerintah negeri. Mereka adalah sahabatsahabat Adipati Cakraningrat, yang dahulu pernah bersamasama menyerbu Tuban dan Surabaya menghancurkan persekongkolan Patih Danureja. Mereka diharapkan ayahnya untuk membantu perjalanan puterinya memasuki wilayah Kartasura. Di antaranya, Adipati Ponorogo dimohon menyediakan pesanggrahan di luar kota Ngawi. Setelah semuanya beres, dengan hati lega Diah Windu Rini hendak kembali melapor kepada ayahnya. Tiba-tiba ia mendengar suara Gemak Ideran berkata setengah membujuk kepada Niken Anggana: "Niken, aku tahu engkau merasa belum sempurna mewarisi ilmu gurumu. Tetapi engkau tidak perlu berkecil hati ! Ilmu kepandaian tidak dapat kau pelajari dengan sempurna dalam waktu tiga atau empat tahun saja. Lagipula, engkau masih muda dan ayahmu seorang ahli pedang kenamaan." "Justru mengingat hal itu, hatiku sedih. Kepandaianku yang terbatas ini akan merusak nama ayahku." potong Niken Anggana. Gemak Ideran hendak menjawab, tetapi tiba-tiba Diah Windu Rini mendahului: "Niken ! Bukankah engkau pernah menerima ajaran pokok yang harus kau hafalkan ?" "Hai ayunda Windu !" seru Niken anggana bergembira. "Kau seperti bidadari saja yang dapat hadir dengan tiba-tiba !" Tanpa tersenyum Diah Windu Rini mendekati, kemudian duduk di sampingnya. Katanya : "Kau, jawablah dulu kata-kataku tadi ! Benar atau tidak ?" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Benar." sahut Niken Anggana yang mengenal kekerasan hati puteri Madura itu. "Tetapi apakah cukup hanya menghafalkan saja ?" "Ya, cukup menghafalkan saja. Sebab dikemudian hari akan banyak gunanya. Ingat, ayahmu seorang ahli pedang jempolan. Kau bakal memperoleh petunjuk-petunjuk yang lebih mendalam. Tentang makna hafalan itu, engkau akan dapat membedakan mana yang baik dan mana yang tidak. Setelah kau sadari, segala dan selanjutnya akan menjadi mudah. Juga mengenai ilmu sakti pengerahan himpunan tenaga sakti. Engkau dapat menyempurnakannya seorang diri. Sebab semuanya tergantung belaka kepada kerajinanmu, keyakinanmu dan atas dasar kesadaranmu. Kau mengerti ?" Diah Windu Rini tidak menunggu jawaban Niken Anggana. Setelah berkata demikian, ia mengulangi ajaran dasar ilmu sakti leluhurnya yang pernah diberikan kepada Niken Anggana. Itulah teori dasar ilmu pedang yang terdiri dari beberapa ratus kata-kata, Niken Anggana berbakat baik sekali. Meskipun lemah-lembut. tetapi ia adalah keturunan harimau. Pada saat-saat tertentu, dia dapat, memperlihatkan semangat tempurnya yang tinggi. Setelah dapat menitukan dengan cepat dan tepat, mulailah Diah windu Rini melanjutkan ajarannya yang kedua. Juga kali ini, Niken Anggana dapat menghapal dengan lancar bahkan sanggup menangkap sarinya. Gemak Ideran kagum bukan main. Pantas, Diah Windu Rini mengajar Niken Anggana di depan hidungnya. Nyatanya, ia sama sekali tidak dapat ikut menghafalkan. Apalagi mencobacoba menangkap sari-sari maknanya, "Terhadap Niken Anggana, seluruh anggaula keluarga Adipati Cakraningrat menaruh hormat. Diah Windu Rini menurunkan ilmu warisan keluarganya dengan hati tulus. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Mudah-mudahan di kemudian hari membuahkan hasil yang menggembirakan," pikir Gemak Ideran di dalam hatinya. KOTA PASURUAN berada di pantai Laut Jawa, dalam pelukan Selat Madura. Tidak seperti biasanya, Diah Windu Rini bertiga melalui jalan simpang. Bukan melalui Modung dan Labuhan, tetapi mengambil jalan berputar dari arah Tambakan Pamekasan. Dari sana, mereka bertiga mendarat di pulau Kambing. Baru melanjutkan perjalanan mendarat di pantai Pasuruan yang lenggang. Pada dewasa itu, lalu-lintas pelayaran tidak aman seperti sekarang. Banyak perompak dan perahu-perahu pengintai Kompeni Belanda mondar-mandir mencari mangsanya. Kadang-kadang terdapat orang-orang Makasar, Bugis dan Bali yang tidak jelas maksud dan tujuannya. Semuanya itu tidak luput dari perhatian Diah Windu Rini. Tatkala hampir tiba di tempat tujuan, ia melihat serombongan orang-orang Cina yang duduk bergerombol di antara orang-orang berkulit hitam. Mungkin orang-orang Ambon atau orang-orang yang datang dari Nusa Tenggara Timur untuk mencari pekerjaan di Jawa. Bukan mustahil pula kaki-tangan kaki-tangan Kompeni Belanda atau orang-orang yang dipaksa menjadi budak-budak Kompeni. Diah Windu Rini bertiga tiba di Pasuruan waktu menjelang sorehari. Segera ia dijemput hamba sahayanya yang mempersembahkan kuda-kuda mereka. Lalu melanjutkan perjalanan memasuki kota. Diah Windu Rini memutuskan hendak menginap di kota itu. Selagi berputar-putar mencari http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ rumah penginapan, pandang matanya melihat dua ekor kuda yang terawat baik. Tentunya termasuk kuda pilihan. Leher kedua binatang itu panjang, keempat kakinya pendek dan bagian bawah mata kaki berwarna putih. Ia heran, karena kuda demikian amat sukar diperoleh. Orang Jawa menamakan kuda Pancal Panggung. Biasanya dipergunakan oleh seorang hulubalang, karena menurut kepercayaan penunggangnya akan luput dari marabahaya. "Siapa pemiliknya ?" Diah Windu Rini menebak-nebak. "Biarlah kutengoknya sebentar malam .........." Dengan angker dan angkuh ia memasuki rumah penginapan. Setelah mendapatkan tiga kamar, segera ia minta disediakan santap malam. Kemudian ia mulai bersemedi setelah menjenguk kamar Niken Anggana dan Gemak Ideran yang terpisah. Ia menunggu saatnya yang tepat. Itulah larut malam yang kebetulan tidak berbulan. Suasana malam di luar jendela, gelap pekat. Angin laut meniup kencang sehingga udara terasa dingin menyengat tubuh. Kira-kira pukul dua pagihari, dengan berjingkit-jingkit ia memadamkan pelita kamar. Lalu mengintip kamar Niken Anggana dan Gemak Ideran. Mereka berdua nampak tertidur nyenyak sekali. Memang perjalanan melalui lautan amat melelahkan, karena mengambil jalan memutar. Setelah itu ia mengintai kamarkamar lainnya. Pada jaman itu, bentuk rumah penginapan terpisah-pisah. Letaknya di atas sebidang tanah yang luas. Lalu didirikan beberapa rumah petak yang masing-masing mempunyai tiga buah kamar. Masing-masing rumah petak, memiliki kamar mandi dan dapur. Tentu saja dilengkapi dengan kamar kecil. Dengan demikian lebih menyerupai rumah sewa yang berdiri di atas halamannya masing-masing. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Ia tidak melihat atau mendengar sesuatu yang perlu memperoleh perhatiannya. Tetapi tatkala tiba dirumah petak paling timur, ia mendengar orang berbicara seru. Segera ia mendekati dan menempelkan telinganya pada dinding. Terdengar seseorang memaki : "Adipati Cakraningrat itu memang bangsat besar ! Kalau siluman itu mati, dunia baru aman sentausa." Diah Windu Rini terkejut. Siapakah yang memaki ayahnya " Ia percaya kepada dirinya sendiri. Dalam hal ilmu menghapus suara dan meringankan tubuh, ia merasa menguasainya dengan sempurna. Karena itu, ia tidak takut akan ketahuan orang. Apalagi waktu itu malam gelap gulita. "Hm, siapakah mereka sebenarnya ?" ia mendongkol. Terus saja ia meloncat tinggi dan hinggap di atas genteng. Lalu mengintip dari selaselanya. Dua orang laki-laki sedang duduk berhadapan. Yang sedang berbicara mengenakan pakaian loreng. Wajahnya kemerahmerahan, berjanggut dan bermata tajam. Umurnya kurang lebih empatpuluh tahun. Sedang yang duduk dihadapannya seorang pemuda tampan kira-kira berumur 27 tahun. Diah Windu Rini tidak mengenal siapa mereka berdua. Tetapi menilik logat bahasanya, tentunya orang dari Jawa Timur. Apakah mereka orang-orang Malang bawahan Adipati Mas Brahim " Adipati Mas Brahim anak keturunan Untung Surapati. Dahulu pernah bekerjasama dengan ayahnya, melawan Kompeni Belanda. Lalu, tiba-tiba ayahnya mengundurkan diri. Dan Mas Brahim dipukul mundur Kompeni Belanda. Kalau anak-buahnya kini memaki dan menyumpahi ayahnya, bisa dimengerti. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Dua hari dua malam, kita disuruh menjemput anaknya. Kabarnya dia bernama Windu Rini. hai Karji ! Bagaimana pendapatmu ?" "Paman Mataun !" sahut pemuda di depannya yang dipanggil dengan nama Karji. "Betapapun kata orang, kita kalah bukti. Dan apapun kata orang terhadap sepak terjang Adipati Cakraningrat, aku akan tetap kagum kepadanya. Memang kita selisih faham. Tetapi siapa tahu, sikap Adipati Cakraningrat adalah hasil pikir dan pertimbangan orang-orang gede. Kita ini, apa sih " Cuma sebangsa tempe goreng yang mudah dibeli orang." "Hai tutup mulutmu ! Kau tahu apa ?" bentak Mataun dengan wajah penasaran. "Waktu itu kau masih belum bisa beringus. Aku membantu laskar Madura memerangi orangorang Tuban dan Surabaya. Apa hasilnya " Yang mendapat nama orang Madura !" "Baiklah, taruhkata alasanmu benar." potong Sukarji. "Tetapi memaki orang dibelakang punggung adalah perbuatan seorang pengecut." Tak terasa Diah Windu Rini memanggut membenarkan. Dan tak dikehendaki sendiri ia menaruh simpati kepada pemuda itu. Sekarang ia tidak ragu-ragu lagi. Mereka berdua memang orang Malang, bawahan Adipati Mas Brahim. Mereka dikirim ke Pasuruan oleh Adipati Mas Brahim untuk ikut membantu meratakan perjalanannya ke Kartasura Namun menyaksikan perangai dan mendengarkan bunyi ucapan Mataun, hati Diah Windu Rini mendongkol. Orang itu perlu dibuat jera, pikirnya. "Aku berharap dapat bertatap muka dengan Windu Rini. Kabarnya dia mempunyai kepandaian pula seperti ayahnya." kata Mataun dengan suara setengah mengutuk. "Sebelum aku mengangguk, perlu aku mengujinya dulu." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Maksud paman ?" "Akan kuuji ilmu pedangnya." "Paman ! Apakah perbuatan paman dapat dibenarkan ?" Mataun tertawa melalui hidungnya. Menjawab : "Kau takut aku kalah " Jangan khawatir ! Dia boleh pandai melebihi diriku. Akan tetapi kepergiannya ini berarti menantang bahaya maut. Kau tahu sepak terjang orang-orang yang menaruh dendam kepada keluarga Cakraningrat " Saat ini mereka berada di sekitar Pasuruan. Maka sebelum dia dapat mengalahkan aku, mereka sudah datang untuk menangkapnya hidup atau mati." Diah Windu Rini seorang gadis yang berhati panas. Mendengar ucapan Mataun, tak dapat lagi ia menahan diri. Terus saja ia bergerak hendak menimpuknya dengan senjata bidiknya. Tiba-tiba pada detik itu, ia mendengar suara Sukarji yang lembut : "Paman ! Sebenarnya siapa mereka ?" "Siapa mereka, aku sendiri tidak tahu. Sebab mereka mengenakan topeng. Tetapi mereka seia-sekata hendak Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo menghabisi jiwa Windu Rini." "Nanti dulu! Orang boleh membenci ayahnya, tetapi mengapa anaknya harus menerima getahnya " Lagipula, Diah Windu Rini bukan berjalan seorang diri. Ia disertai Gemak Ideran dan Niken Anggana." "Itu bukan soal bagi mereka. Malah kebetulan." "Malah kebetulan bagaimana ?" Mataun tertawa perlahan. Sahutnya : "Merekapun akan dibabat mati." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Hm, kau bisa apa ?" ejek Mataun. "Kepandaian mereka sangat tinggi. Barangkali gurumu sendiri tidak dapat menandingi." "Lalu.....lalu....." Sukarji tergegap-gegap. "Baiklah, taruh kata mereka mendendam keluarga Cakraningrat, tetapi Gemak Ideran dan Niken Anggana bukan termasuk keluarga mereka," "Kau harus mengenal bunyi pepatah : sekali tepuk dua lalat mati. Kau mengerti maknanya ?" "Kau maksudkan jumlah orang yang harus dibunuh ?" Sukarji menegas. "Bukan begitu." damprat Mataun. "Sambil membalas dendam terhadap keluarga Cakraningrat, tujuannya yang terpenting ialah merebut kembali pedang Sangga Buwana yang berada di tangan Niken Anggana." "Kenapa dia ?" Sukarji terkejut. "Sebab dialah puteri satu-satunya Haria Giri yang mencuri pedang Sangga Buwana dari tangan pendekar Sondong Landeyan. Aku sendiri sih, tidak perduli. Hatiku sudah puas, bila Cakraningrat bakal menangis satu tahun setelah kehilangan puterinya. Hahahaaaaa..............." Kali ini Diah Windu Rini benar-benar akan menghajar Mataun. Namun masih dapat ia berpikir panjang. Tadinya ingin ia menimpuknya dengan senjata bidiknya yang berbahaya. Tetapi kalau sampai mati, ia bakal tidak dapat memperoleh keterangan lebihjauh lagi. Dengan pertimbangan itu, ia meloncat turun dan memungut segumpal tanah. Kemudian ia melubangi dinding kamarnya. Tepat pada saat itu, Mataun sedang mengutuk dan mencaci-maki. Kemudian tertawa terbahak-bahak oleh rasa puas yang hanya diketahui sendiri http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ apa sebabnya. Sret! Dan gumpalan tanah itu menyumbat mulutnya. Keruan saja Mataun jadi gelagapan begitu mulutnya kena sumbat Ia terperanjat pula. Dengan serentak ia menyambar pedangnya yang tergantung di dinding. Gerakannya diikuti Sukarji yang segera membuka jendela. Mereka berdua kemudian melompat ke luar. Mataun menyemburkan gumpalan tanah yang menyumbat mulutnya, ia menyumpah-nyumpah kalang-kabut. Tanpa berpikir panjang lagi ia memburu maju. Tetapi belum sempat menutup mulutnya, kembali lagi segumpal tanah menyambar kerongkongannya, kali ini ia benar-benar terkejut. Untung, masih dapat ia mengelak. Meskipun demikian, tak urung wajahnya terserempet juga. Ia murka bukan main. Diah Windu Rini sengaja hendak mempermainkan mereka berdua. Ia berpura-pura bergerak lambat agar bayangannya tertangkap penglihatan mereka. Kemudian melarikan diri ke arah utara. Mataun yang jadi kalap terus saja mengejarnya sambil memaki-maki dan menyumpah serapah. Sukarji terpaksa mengikuti, meskipun tahu musuhnya berkepandaian tinggi. Sementara itu dengan langkah cepat dan perlahan, Diah Windu Rini memancing mereka ke luar kota. Dengan timpukannya ia membuat Mataun mengejar terus-menerus. Memang ilmu kepandaian Diah Windu Rini sudah mencapai tataran sempurna. Dapat ia mengatur langkah kakinya sekehendak hatinya. Kadang-kala ia berkelebat bagaikan bayangan. Setelah menghilang di balik kegelapan malam, ia memungut batu kerikil atau tanah keras dan disambitkannya bagaikan hujan gerimis. Kemudian ia lari lagi dengan langkah http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ santai seolah-olah menunggu. Keruan saja Mataun dan Sukarji jadi penasaran. Dengan mati-matian mereka mengejar. "Bangsat! Anjing ! Tikus !" maki Mataun. Tetapi sia-sia saja ia memaki terus-menerus. Lambat-laun, makiannya berhenti sendiri karena mulutnya kecapaian. Merasa kalah perbawa ia berkata kepada Sukarji: "Mungkinkah dia sendiri ?" "Dia sendiri siapa ?" Sukarji menegas dengan nafas mulai memburu. "Windu Rini." "Windu Rini " Ah !" "Lantas siapa lagi kalau bukan dia ?" Mataun uring-uringan. "Mengapa paman tidak teringat orang-orang yang mengenakan topeng ?" "Kenapa mereka ?" "Kukira mereka memusuhi kita juga." ujar Sukarji. "Sebab, kita pun golongan Adipati Madura." Mataun hendak mendampratnya, namun suatu ingatan menusuk benaknya. Sebab alasan Sukarji masuk akal. bukankah mereka berada di Pasuruan karena ditugaskan atasannya " Memikir demikian ia memusatkan penglihatannya Justru pada waktu itu, bayangan Diah Windu Rini hilang dari pengamatannya. Diah Windu Rini sudah merasa cukup menggoda mereka berdua. Setelah melesat secepat bayangan siluman, ia mengambil jalan kecil. Lalu pulang ke rumah penginapan dengan perasaan puas. Di dalam hati ia tertawa. Tetapi begitu tiba di halaman rumah penginapan, hatinya tercekat. Pelita yang menerangi kamarnya menyala terang. Padahal tadi, ia memadamkannya sebelum meninggalkan kamarnya. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Dengan hati kebat-kebit ia memasuki kamarnya. Semuanya nampak beres. Hanya letak bungkusan pakaiannya yang berubah. Setelah diperiksa, seperangkat pakaiannya yang berwarna merah, hilang. Itulah warna pakaian yang paling digemari. Siapakah yang menggerayangi bungkusan pakaiannya. Segera ia menjenguk kamar Niken Anggana. Gadis itu ternyata masih saja tertidur nyenyak. Setelah itu ia mengintip kamar Gemak Ideran. Kosong! Hai, ke mana " Suatu perasaan naluriah menggetarkan hatinya. "Tidak mungkin Niken tertidur nyenyak. Gemak Ideran pasti menggentaknya dari tidur, karena melihat sesuatu. Sebelum bertindak, tentunya menjenguk kamar Niken. Setidak-tidaknya membangunkannya. Mengapa dibiarkan tertidur pulas ?" ia berpikir kacau di dalam hatinya. Secepat kilat ia berputar dan menerobos kamar Niken. Pada detik itu pula ia mendengar suatu gerakan halus. Niken Anggana tiada lagi di atas tempat tidur. Jendela sudah terbuka lebar. Melihat hal itu, tanpa ragu-ragu lagi Diah Windu Rini melompat pula ke luar jendela. Masih sempat ia melihat berkelebatnya sesosok bayangan. "Berhenti !" bentaknya. Dibentak demikian, bayangan itu malahan mempercepat langkah kakinya. Inilah aneh ! Ia kenal lagak-lagu dan tabiat Niken Anggana. Meskipun ia menghormati, namun puteri Haria Giri itu selalu patuh medengarkan tiap patah katanya. Kenapa kali ini membandel " Ia heran dan curiga Jangan-jangan Niken Anggana terbius ilmu sihir. Sebab pada jaman itu, ilmu hitam merupakan ilmu sesat yang ditakuti orang tetapi termashur dalam kalangan penduduk. Banyak sekali laporan-laporan tentang merajalelanya ilmu hitam yang melanda ketenteraman hidup penduduk. Tenung, guna-guna, kemayan, gendam dan http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ sihir merupakan istilah-istilah yang tidak asing bagi pendengaran orang. Memperoleh pikiran demikian, segera ia mengejar dengan ilmu Sepi Angin. Makna kata sepi bukannya sunyi dalam arti sesungguhnya. Tetapi sepinya angin yang menggulung awan di angkasa. Suaranya tidak terdengar dari persada bumi, akan tetapi sesungguhnya membawa himpunan tenaga dahsyat dan cepat luar biasa. Dengan sekali menjejak tanah, tubuhnya melesat tinggi dan hinggap di atas wuwungan. Ia ingin memperoleh kepastian dulu, apakah orang itu menyembunyikan teman-temannya. Ternyata tiada nampak sesuatu yang mencurigakan. "Ih !" pikirnya di dalam hati. "Siapa dia " Ilmu larinya pesat bagaikan kilat. Pasti dia berkepandaian tinggi pula." Terus saja ia melejit. Tetapi baru saja ia melompat ke atas genteng kamar sebelah, sesosok bayangan melintas di depannya. Menilik bentuk tubuhnya pasti seorang wanita. Bayangan itu melarikan diri ke arah kamar Mataun dan Sukarji. Dengan penasaran ia mengejar bayangan itu, karena mengganggu dirinya. Sekali melesat ia memotong arah larinya dan memukulnya dengan pukulan : Aji Paleburan. Aji Paleburan adalah semacam jenis pukulan yang dapat menembus sasaran jarak jauh. Dan kena pukulan Paleburan, bayangan itu roboh terjungkal dengan memekik tertahan. Topeng wajahnya terlepas. Diah Windu Rini menyambarnya dengan gesit membentak : "Berkatalah yang benar ! Kalau tidak, akau bisa menyiksamu setengah mati..............." "Kau siapa ?" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Aku puteri Madura Kenapa ?" bentak Diah Windu Rini. Ia tidak perlu merasa takut menyatakan asal negerinya. Sebab orang itu sudah dikuasainya. "Apakah,....apakah.....kau Niken Anggana ?" "Tidak. Mengapa kau menyebut namanya ?" "Karena dia...." ia menuding ke arah bayangan satunya yang sudah menghilang. "Ya, aku tahu. Dia menyaru diriku, bukan " Siapa dia ?" "Dengarkan dulu, nona." ujar bayangan itu. "Aku bukan musuh kalian. Aku puteri Adipati Mas Brahim. Di tengah jalan aku mendengar kasak-kusuk segerombolan orang asing yang hendak mencelakakan kalian. Maka kukuntit..........orang itu....." "Apakah dia orang asing ?" "Benar." "Dia mengenal orang-orang yang datang dari Madura." "Benar. Kau Diah Windu Rini, bukan ?" "Bagaimana kau tahu ?" "Engkau menolak kusebut Niken Anggana dan kudengar jelas mengenal nama Niken Anggana. Siapa lagi kalau bukan Diah Windu Rini ?" "Kau cerdik. Bagus. Lalu siapa dia ?" "Rawa.....Rawa....." jawabnya. Tiba-tiba terhenti setelah memekik menyayatkan hati. "Hai !" Diah Windu Rini terkejut sambil menggoyanggoyangkan tubuhnya. Dia ternyata seorang gadis. "Hai !"tetapi gadis itu sudah kehilangan nafasnya. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Diah Windu Rini adalah seorang gadis yang ahli melepaskan senjata bidik. Sedetik tadi ia mendengar bunyi serangan senjata bidik sebelum tawanannya memekik tinggi. Akan tetapi ia hanya dapat membela diri, sebaliknya tidak mampu melindungi atau menolong tawanannya. Dengan terkejut ia menggoyang-goyangkan tubuhnya. Namun sudah kasep. Pada detik itu pula sadarlah ia bahwa bayangan satunya yang dikiranya sudah menghilang ternyata berada disekitarnya. Dia sengaja membunuh tawanannya untuk menutup mulut. Memperoleh kesimpulan demikian, Diah Windu Rini meletik tinggi dan memburu penyerang gelapnya. Dalam waktu beberapa detik saja, penyerang gelap itu sudah menghilang di kegelapan malam. Akan tetapi Diah Windu Rini benar-benar seorang gadis yang berkepandaian tinggi. Masih sanggup ia membuntuti arah lari penyerang gelap itu. Ia berlari-larian dengan menggunakan Ilmu Sakti A ji Sepi Angin. Baru saja lari serintasan, telinganya yang tajam luar biasa mendengar bunyi bentrokan senjata. Diah Windu Rini mempercepat langkahnya. Sebentar saja ia melihat dua orang laki-laki mengerubuti seorang gadis yang mengenakan pakaian hitam. Siapa lagi kalau bukan bayangan yang membunuh tawanannya. Dua orang laki-laki yang mengerubutinya bersenjatakan pedang panjang. Merekalah Mataun dan Sukarji yang sebentar tadi berusaha mengejarnya. Dengan kerja-sama yang rapih mereka mendesak bayangan itu. "Hai, hai.....tahan !" seru gadis bayangan itu yang bersenjata pedang pendek. Sebab dalam beberapa gebrakan saja, ia kalah tenaga dan terpaksa mundur selangkah demi selangkah. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Tanggalkan dulu topengmu !" bentak Mataun dengan suara mendongkol. "Hahaha....." gadis bayangan itu tertawa panjang. "Kalian salah alamat. Yang menyumbat mulutmu, bukan aku. Tetapi tuuuuuh..... dia ! Dialah Windu Rini yang mendongkol mendengar umpatanmu terhadap ayahnya." Ucapan gadis bayangan itu benar-benar diluar dugaan Diah Windu Rini. Tadinya ia girang menyaksikan dia kena dirintangi Mataun dan Sukarji. Tetapi setelah mendengar kata-katanya, Mataun dan Sukarji benar-benar menghentikan serangannya, lalu berbalik menghadap dirinya. Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Benar, benar.....! Dialah orangnya !" teriak Mataun kalap. Ia tadi sempat melihat potongan tubuh Diah Windu Rini yang mempermain-mainkannya. Terus saja ia menerjang dengan bernafsu. Sementara itu, sang gadis bayangan melompat berjungkir balik di udara dan melarikan diri sepesat angin. Diah Windu Rini mendongkol bukan main. "Karji! Hayo habisi jiwa bangsat itu !" teriak Mataun makin kalap. Diah Windu Rini tertawa lantaran mendongkolnya. Lalu menyahut: "Kalian hendak mengambil jiwaku " Perkara apa " Sayang, aku tidak bersemangat untuk menemanimu bermain-main ........" Selagi berkata demikian, tiba-tiba ia mendengar suara kesiur angin. Itulah suara senjata bidikan yang dilepaskan dengan suatu tenaga kuat sekali. Diah Windu Rini adalah seorang gadis yang tidak hanya berkepandaian tinggi, tetapi berani pula. Mendengar suara http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ senjata bidikan itu, (di Jawa disebut senjata gendam. Selanjurnya akan disebut demikian) sama sekali ia tidak mengelak. Sebaliknya malahan sengaja menyongsongnya dengan mengibaskan tangannya. Dan senjata gendam itu meletik balik menyambar majikannya. "Hai ! Kau benar-benar hendak mencabut jiwaku ?" bentak Diah Windu Rini. Mataun dan Sukarji terperanjat. Senjata gendamnya terbuat dari duri Pandan Semeru yang hanya tumbuh di puncak Gunung Semeru. Kuat, tebal, keras dan tajam melebihi pasak. Selain itu mengandung sifat lembek sehingga dapat melentur ibarat tali gendewa Bila majikannya memiliki himpunan tenaga sakti lenturan tenaganya dapat mematahkan dahan pohon sepelukan orang dewasa. Diah Windu Rini tidak berniat hendak melayani labrakan mereka. Setelah membentak demikian, ia melesat menjauhi. Ia lari secepat angin seperti diuber hantu. Tujuannya hendak mengejar gadis bayangan yang kejam dan cerdik sebentar tadi. Sebaliknya, Mataun dan Sukarji tidak mau sudah. Mereka merasa dipermainkan hampir satu malam suntuk. Mereka mendongkol dan penasaran. Dada mereka serasa hendak meledak. Keruan saja begitu bertemu dengan Diah Windu Rini, mereka menerjang bagaikan kerbau gila. Diluar dugaan, Diah Windu Rini berkepandaian tinggi. Bahkan kepandaiannya berada di atas kepandaian mereka sendiri. Sudah begitu, kini mereka ditinggalkan seolah-olah tiada harganya sama sekali untuk dilayani. Mataun yang beradat panas, lantas saja berteriak-teriak kembali: "Bangsat! Anjing ! Kucing ! Tikus ! Jangkrik !" Tetapi Diah Windu Rini tidak menggubrisnya. Ia sudah meninggalkan mereka jauh-jauh. Seluruh perhatiannya dipusatkan untuk mengejar orang bertopeng tadi. Sudah jelas, dia seorang gadis. Suaranya yang merdu sempat di http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ dengarnya. Dia menggunakan bahasa Melayu (baca : Indonesia) kasar. Tak usah diterangkan lagi, dia berasal dari luar wilayah Jawa Timur. Mengapa kini berkeliaran di sini " Pasti ada maksudnya yang terselubung. Sayang, gadis bertopeng itu sudah berada di suatu tempat yang jauh. Entah di mana dia kini berada. Ini semua akibat pencegatan Mataun dan Sukarji yang sebenarnya justru harus membantunya Sekarang ia kehilangan jejak. Meskipun demikian ia tidak kehilangan akal. Gesit luar biasa ia melompat tinggi dan hinggap di atas dahan. Dari atas ketinggian ia menebarkan penglihatannya Tiba-tiba ia melihat Gemak Ideran dan Niken Anggana berjalan santai dari arah yang bertentangan. "Hai, apa artinya ini semua ?" ia heran. Khawatir kalaukalau ada yang membayangi mereka, ia menebarkan penglihatannya lebih luas. Ternyata tiada sesuatu yang mencurigakan. Memperoleh penglihatan demikian, terus saja ia melompat turun dan langsung menyongsongnya. Ia mau menegurnya, tiba-tiba mereka berdua sudah mendahului. Seru mereka hampir berbareng : "Ayunda ! Engkau benar-benar pandai membuat kita bingung !" "Bingung bagaimana ?" "Kau mengajak kami ke luar kamar. Lalu berlari-lari kecil. Setelah kami ikuti, tiba-tiba menghilang. Tentu saja kami tidak mampu mengejar kecepatan ayunda." ujar Niken Anggana. Diah Windu Rini tercengang. Suatu bayangan berkelebat di dalam otaknya. Tetapi tindak kebijaksanaannya tidak memperkenankan ia berbicara lagi di tengah alam yang terbuka. Lantas saja ia berkata berbisik : http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Mari kita balik dulu ke penginapan. Di sana kita berbicara." Ia mendahului pulang ke rumah penginapan. Pengalamannya pada malamhari itu sungguh hebat! Ia merasa dihadapkan kepada suatu teka-teki yang pelik. Siapakah gadis bertopeng tadi " Mengapa dia membunuh bayangan yang lain " Siapakah gadis ini " Ia belum sempat minta keterangan. Lalu siapa pula yang mengajak Niken Anggana dan Gemak Ideran meninggalkan kamarnya " Setelah terpancing ke luar kamar, mereka tidak diapa-apakan. Apakah maksudnya " Niken Anggana dan Gemak Ideran bukan orang tolol. Semenjak berangkat dari Madura sudah dibekali sikap hati-hati dan waspada. Tetapi masih dapat mereka terpancing ke luar kamar. Dasar alasannya sudah jelas. Tentunya orang yang memancingnya ke luar kamar, mirip dirinya. Apakah orang itu mengenakan topeng pula " Siapa dia " Dengan teka-teki pelik yang merumun dirinya, Diah Windu Rini tiba di rumah penginapan. Apa yang dilakukannya untuk yang pertama kalinya adalah menggeledah kamar Niken Anggana dan Gemak Ideran. "Coba periksa semua barang bawaan kalian ! Kalau ada yang hilang, apa yang hilang.........." Jawabannya tidak usah menunggu terlalu lama. Tiba-tiba Niken Anggana berseru tertahan : "Pedangku !" Diah Windu Rini mengerutkan dahi. Ia menunggu laporan Gemak Ideran. Tetapi pemuda itu tidak merasa kehilangan sesuatu. Semua barang bawaannya masih utuh dan rapih. "Gemak Ideran ! Apakah engkau tidak membawa pedang ?" "Buat apa ?" Gemak Ideran tercengang. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Buat apa bagaimana ?" "Habis..... bukankah ayunda sendiri yang memberi isyarat agar kami berdua tidak usah membawa-bawa senjata agar tidak menarik perhatian ?" "Aku ?" Diah Windu Rini menegas. "Siapa lagi kalau bukan ayunda....." sahut Gemak Ideran dan Niken Anggana hampir berbareng. "Hm..... coba lihat yang jelas ! Apakah aku mengenakan pakaian warna ini ?" Niken Anggana dan Gemak Ideran ternganga sejenak. Lalu saling memandang. Setelah itu, berkatalah Niken Anggana setengah tertawa : "Benar-benar ayunda pandai bergurau, malam ini. Bagi ayunda apa sih susahnya mengenakan warna pakaian yang lain dalam beberapa saat saja " Apalagi ayunda sempat meninggalkan kami cukup lama.........." Mendengar ujar Niken Anggana, wajah Diah Windu Rini berubah menjadi suram. Sahutnya dengan wajah berkerutkerut : "Dia mengenakan pakaian warna merah, bukan ?" "Dia siapa ?" Niken Anggana menegas. "Jawab saja. Benar atau tidak ?" Niken Anggana bukan seorang gadis yang tidak pandai berpikir. Begitu mendengar lagu suara Diah Windu Rini, ia sudah dapat menebak delapan bagian. Katanya dengan suara menggeletar : "Kalau bukan ayunda, siapa dia " Eh.....bagaimana ayunda bisa menebak tepat warna pakaiannya ?" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Karena aku kehilangan seperangkat pakaianku yang berwarna merah." sahut Diah Windu Rini setengah geram. O0-OdwO-0O http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ JILID VI Niken Anggana sudah dapat menduga delapan bagian. Iapun sudah terbangun rasa curiganya. Namun mendengar pernyataan Diah Windu Rini, tak urung hatinya tercekat juga. Wajahnya yang tenang nampak gelisah. "Nanti dulu !" Gemak Ideran menimbrung. "Mataku belum lamur. Masakan aku tidak mengenal ayunda ?" Diah Windu Rini menghela nafas. Katanya setengah berbisik seraya membanting dirinya duduk di tepi pembaringan : "Aku memergoki dua orang yang mengenakan topeng." "Maksudmu dua orang laki-laki yang mengenakan topeng ?" "Bukan." "Perempuan ?" "Perempuan." "Topeng hantu, barangkali ?" Gemak Ideran menegas. "Hari terlalu gelap bagiku. Tetapi kurasa mereka tidak mengenakan topeng hantu. Sebab yang seorang dapat kurobohkan. Sayang dia mati terbunuh sebelum aku sempat mengenal namanya. Tetapi yang pasti dia puteri Adipati Mas Brahim. Begitulah pengakuannya. Dan yang satunya, mengenakan topeng wajah diriku.........."Ah.....mustahil !" seru Gemak Ideran. "Hm..... apakah dalam suasana gelap pekat engkau dapat mengenal wajahku dengan jelas " Tentunya dia bersembunyi di balik kegelapan. Setidak-tidaknya engkau hanya melihatnya selintasan saja." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Gemak Ideran tercenung-cenung. Ia jadi berbimbangbimbang sendiri. Ia mencoba mengingat-ingat. Masih mencoba: "Tetapi bentuk tubuhnya........." "Apakah bentuk tubuh orang lain tidak boleh mirip diriku ?" dengus Diah Windu Rini. Gemak Ideran ternganga. Ia merasa pikirannya tiba-tiba menjadi butek. Pada saat itu, ia mendengar Niken Anggana berkata perlahan-lahan : "Ayunda ! Bagaimana ayunda tahu, bahwa dia menyaru dirimu ?" "Pertama-tama, aku kehilangan seperangkat pakaian merahku. Kemudian aku sempat memperoleh keterangan gadis itu." sahut Diah Windu Rini. Lalu ia menuturkan pengalamannya. Dimulai dari timbulnya rasa curiganya setelah melihat dua ekor kuda yang terawat baik, sampai kepada Mataun dan Sukarji. "Terhadap dua orang ini, kalian tidak usah takut. Kepandaian mereka masih berada di bawah kepandaian kalian berdua. Tetapi kita perlu menjauhi. Karena mereka menginap di rumah penginapan ini, mari kita berangkat sekarang juga .........." "Sebentar ! Mereka datang ke Pasuruan atas perintah atasannya. Hal itu diperkuat oleh hadirnya puteri Sang Adipati. Tetapi mengapa mereka berdua memusuhi kita ?" Gemak Ideran minta keterangan. "Kau maksudkan Mataun dan Sukarji ?" Diah Windu Rini menegas. "Betul." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Biarlah kuterangkan perlahan-lahan di tengah jalan. Sekarang tiada waktu lagi untuk berbincang-bincang. Memang mereka berhasil kubawa berlari-larian di luar kota. Barangkali pada saat ini, mereka masih ubek-ubekan mencari diriku. Tetapi sebentar atau lama, mereka pasti balik kembali ke rumah penginapan. Sebelum mereka berdua sempat melihat kehadiran kita ........." "Baiklah." potong Gemak Ideran mengerti. Sewaktu mereka tadi memasuki rumah penginapan, seperti biasanya Diah Windu Rini bersikap angker dan royal. Tiga kamar yang dikehendaki, dibayarnya sekaligus. Karena itu, mereka dapat meninggalkan rumah penginapan sewaktuwaktu. Tentang memasang pelana di atas kudanya masingmasing, bukan merupakan masalah lagi. Mereka sudah terlatih semenjak memasuki rumah perguruannya masing-masing. Itulah sebabnya, dengan sekejap saja mereka sudah meninggalkan rumah penginapan tanpa halangan. Diah Windu Rini sengaja tidak mengambil jalan berputar untuk benar-benar menghindari pengamatan Mataun dan Sukarji. Sebaliknya, ia langsung menuju ke Bangil. Dengan demikian, ia mengambah jalan besar. Rencana perjalanan ke Kartasura akan melalui Pandaan, Mojo Agung, Nganjuk, Ngawi, Mantingan dan terus memasuki wilayah Sukawati. Karena itu, Niken Anggana dan Gemak Ideran tahu belaka, bahwa sewaktu-waktu Mataun dan Sukarji akan dapat menyusulnya. "Sebenarnya apa maksud mereka datang ke Pasuruan " Baiklah, kita percaya saja mereka datang atas perintah majikannya. Tetapi apa sebab mereka memusuhi ayunda ?" Gemak Ideran mengulangi pertanyaannya yang belum memperoleh kejelasan. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Andaikata hantu bertopeng itu tidak muncul, jawabannya amat sederhana saja. Mereka berdua adalah termasuk orangorang yang merasa dikecewakan ayah. Apa masalahnya, adalah soal orang-orang tua. Kita orang-orang muda kerapkali tidak memperoleh tembus pandang. Barangkali karena kita kalah pengalaman. Tetapi dengan munculnya dua hantu itu, aku jadi berbimbang-bimbang. Gadis itu mengaku puteri Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Adipati Mas Brahim. Tetapi dia justru berada di atas atap Mataun dan Sukarji. Gadis itu bersikap bersahabat denganku. Sebaliknya Mataun, tidak. Bila gadis itu benar-benar puteri paman Brahim, kukira sudah lama terjadi suatu perpecahan antara pihak paman Brahim dan pihak yang belum jelas bagiku. Dengan begitu, sekaligus kita menghadapi suatu masalah yang masih gelap. Katakan saja terus terang, surat pos Merpatiku ditangkap oleh dua pihak yang berselisih." "Maksud ayunda, blok Adipati Brahim dan blok penentangnya ?" Gemak Ideran menegas. "Ya." sahut Diah Windu Rini pendek. Berkata lagi : "Sekarang muncul seorang hantu bertopeng yang lain lagi. Dia memasuki kamarku dan mencuri seperangkat pakaianku. Sudah begitu, ia berhasil memancing kau berdua ke luar kamar. Lalu kalian dibawa menjauhi diriku atau dibawa menjauhi rumah penginapan. Tadi aku disibukkan tentang maksudnya yang ter-selubung. Sekarang sudah jadi jelas." "Apa ?" Gemak Ideran dan Niken Anggana bernafsu. "Itulah perkara pedang Niken Anggana." jawab Diah Windu Rini. Dan mendengar jawaban itu, Niken Anggana tercengang. Ia berpaling kepada Gemak Ideran mencari kesan Lalu balik kembali menatap wajah Diah Windu Rini. Menegas : "Memangnya kenapa ?" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Diah Windu Rini tidak segera menjawab. Ia menimbangnimbang sejenak. Lalu balik bertanya : "Niken ! Apakah pedangmu pedang pusaka ?" "Pedang pusaka ?" Niken Anggana heran. "Itulah pedang pemberian paman Cakraningrat Apakah pedang pemberian ayahmu, pedang pusaka ?" "Pedang pemberian ayah, memang termasuk sebilah pedang pilihan. Akan tetapi belum boleh digolongkan sebilah pedang pusaka yang pantas ditebus dengan jiwa." "Lalu?" "Kalau begitu ..... yang diincar justru pedang keluargamu." Apakah ayahmu mempunyai sebilah pedang pusaka ?" Niken Anggana tercengang. Ia terlongong sejenak. Lalu menjawab dengan hati-hati : "Memang aku pernah mendengar, tetapi belum pernah melihatnya." "Sebilah pedang ?" "Benar. Menurut ibu bernama Pedang Sangga Buwana. Dulu pernah berada di tangan ayah. Tetapi hilang dirampas seorang pandai bernama Telaga Warih." "Ah !" seru Diah Windu Rini bergembira. "Itulah jawabannya. Gadis bertopeng itu datang untuk mencuri atau merampas pedang pusaka Sangga Buwana. Bagus, bagus !........Kalau begitu dia akan balik kembali." "Balik Kembali ?" Gemak Ideran menimbrung. "Hm..... pedang Sangga Buwana." Diah Windu Rini seperti sedang membaca sebuah syair indah. "Ayah pernah bercerita http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ pula tentang pedang pusaka itu. Hm..... pedang Sangga Buwana......! Itulah sebilah pedang yang tercatat sejarah semenjak jaman Sri Wijaya. Konon, kabarnya pedang pusaka Amanat Marga 11 Pendekar Slebor 21 Neraka Keraton Barat Sumur Kematian 3