Buku Catatan Josephine 2
Buku Catatan Josephine Crocked House Karya Agatha Christie Bagian 2 kekayaan, dan benda-benda yang kelihatan bagus, dan ketenangan - dan rumah tangga. Dia mengatakan bahwa dia bersedia menukar itu semua dengan membuat suaminya yang tua itu bahagia. Aku bersimpati padanya. Tentu saja ketika aku berbicara Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ dengannya aku merasa bersimpati padanya... Tapi apakah aku tetap punya simpati yang sama sekarang" Dua sisi dari sebuah pertanyaan - dua pandangan yang berbeda - manakah sisi yang benar. . sisi yang benar. . Aku hanya sempat tidur sebentar tadi malam. Dan harus bangun pagi-pagi untuk ikut Taverner. Sekarang di dalam ruang keluarga Magda Leonides yang penuh harum bunga, aku duduk santai dengan pelupuk mata terpejam. . Sambil membayangkan Brenda, Sophia, dan lukisan Leonides tua, pandanganku bertambah lama bertambah kabur. Aku tertidur. . 10 AKU terjaga perlahan-lahan dan baru sadar bahwa ketiduran setelah benar-benar membuka mata. Harum bunga-bunga tercium olehku. Samar-samar aku melihat bayangan bulat, putih mengambang di depanku. Beberapa detik kemudian baru kusadari bahwa yang kuhadapi adalah wajah seseorang - yang berada dekat di depanku. Perlahan-lahan bayangan itu bertambah jelas. Wajah bulat itu berambut hitam tersisir ke belakang dan terhias sepasang mata kecil berwarna hitam. Wajah itu rupanya milik seorang anak kecil berbadan kurus. Matanya memandangku dengan tajam. "Halo," katanya. "Halo," jawabku sambil mengedip-ngedipkan mata. "Saya Josephine." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Rupanya dugaanku tepat. Adik Sophia ini berumur kira-kira sebelas atau dua belas tahun. Wajahnya jelek sekali dan punya kesamaan yang khas dengan kakeknya. Kelihatannya dia juga memiliki otak yang sama cemerlangnya. "Kau pacar Sophia," kata Josephine. Aku membenarkan pernyataannya. "Tapi kau datang kemari dengan Inspektur Taverner. Mengapa?" "Dia temanku." "Benarkah" Aku tidak suka dia. Aku tidak akan memberitahukan apa-apa kepadanya." "Apa yang tidak ingin kauceritakan?" "Apa-apa yang kuketahui. Aku tahu banyak hal. Dan aku senang mengetahui banyak hal." Dia duduk di lengan kursi sambil terus memandangku. Aku mulai merasa tidak enak. "Kakek dibunuh orang. Kau tahu?" "Ya," jawabku. "Aku tahu." "Dia diracuni. Dengan es-er-in," katanya menyebutkan dengan hati-hati. "Sangat menarik, bukan?" "Ya. aku rasa begitu." "Eustace dan aku sangat tertarik. Kami suka cerita-cerita detekrif. Aku ingin jadi detektif. Dan aku sekarang sedang jadi detekrif. Aku mengumpulkan petunjukpetunjuk." Aku merasa anak ini agak menyeramkan. Dia membicarakan hal itu lagi. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Orang yang datang dengan Inspektur Taverner itu juga detektif, kan" Di buku dikatakan kita bisa tahu dari sepatu botnya. Tetapi orang itu memakai sepatu kulit lembut." "Aturan yang lama telah berubah," kataku. Josephine menangkap kata-kataku dengan interpretasinya sendiri. "Ya," katanya," akan banyak perubahan di sini. Kami pasti pindah ke London. Ibu sudah lama ingin pindah ke sana. Dia akan senang sekali. Aku rasa ayah juga tak keberaran membawa buku-bukunya ke sana. Dia tidak bisa pindah sebelum itu. Dia rugi gara-gara Jezebel." "Jezebel!" tanyaku. "Ya. Kau belum melihat?" "Oh, apa itu sandiwara" Belum. Aku belum melihat. Aku baru saja datang dari luar negeri." "Bukan sandiwara yang panjang. Tapi benar-benar gagal total. Aku rasa Ibu tidak cocok memainkan Jezebel." Aku membayangkan Magda. Baik Magda yang pernah kulihat dalam pakaian tidur, maupun Magda dalam jas resmi - dan memang kurang sesuai untuk peran Jezebel. Tapi barangkali aku belum melihat Magda-Magda yang lain. "Barangkali kau benar," kataku hari-hati. "Kakek selalu mengatakan bahwa pertunjukan itu akan gagal. Dia bilang dia tidak akan mensponsori pertunjukan-pertunjukan sejarah dan agama. Dia katakan pertunjukan begitu tidak akan laku. Tapi Ibu ingin sekali Aku sendiri tidak suka. Sama sekali lain dengan cerita yang ada di Alkitab. Maksudku, Jezebel tidak jahat seperti yang ada di Alkitab. Dia malahan seorang patriot dan sangat baik. Itu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ membosankan. Tapi akhir pertunjukannya cukup bagus. Mereka melempar Jezebel dari jendela. Tapi tidak ada anjing yang makan Jezebel. Sayang, ya" Padahal aku paling suka bagian itu - waktu Jezebel dimakan anjing. "Ibu bilang anjing tak bisa naik pentas, tapi aku rasa bisa kalau mau. Kan ada anjing yang sudah dilatih untuk bermain." Gadis cilik itu mengutip, "'Dan anjing-anjing itu memakan seluruh tubuhnya, kecuali telapak tangannya.' Mengapa mereka tidak memakan telapak tangannya?" "Aku tidak tahu," jawabku. "Anjing kan tidak memilih-milih. Anjing kami tidak memilih kalau makan. Mereka makan apa saja." Josephine mengomel sebentar tentang keanehan cerita itu. "Sayang pertunjukan itu gagal," kataku. "Ya. Ibu sedih sekali. Komentarnya juga tidak enak. Ketika Ibu membaca komentar-komentar itu, dia menangis seharian dan melemparkan sarapan paginya pada Gladys. Lalu Gladys keluar. Wah, ramai." "Kelihatannya kau suka drama, Josephine," kataku. "Mereka memeriksa mayat kakek," katanya, "untuk mengetahui sebab-sebab meninggalnya. Mereka menyebutnya post mortem - P. M. Tapi istilah itu agak membingungkan, ya" P. M. kan bisa berarti Perdana Menteri juga?" "Apa kau tidak sedih kakekmu meninggal?" "Tidak. Aku tidak terlalu suka padanya. Dia tidak mengizinkan aku belajar tari balet." "Apa kau ingin belajar tari balet?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Ya. Dan Ibu membolehkan. Ayah tidak keberatan, tapi kakek bilang aku tidak akan bisa." Dia meluncur dari lengan kursi, berdiri, melemparkan sepatunya, dan berdiri dengan ujung kakinya. "Tentu saja sepatunya harus sepatu balet," katanya. "Dengan sepatu balet pun ujung jari kaki bisa bengkak." Dia memakai sepatunya kembali sambil bertanya sambil lalu, "Kau suka rumah ini?" "Tidak tahu," jawabku "Aku rasa rumah ini akan dijual. Kecuali kalau Brenda ingin tinggal di sini. Dan aku kira Paman Roger dan Bibi Clemency belum akan pergi sekarang." "Apa mereka akan pergi?" tanyaku tertarik. "Ya. Rencananya mereka akan pergi hari Selasa. Ke luar negeri. Mereka akan naik pesawat terbang. Bibi Clemency membeli sebuah koper ringan." "Aku tidak tahu mereka akan pergi," kataku. "Memang tak ada yang tahu. Ini rahasia. Mereka tidak akan memberitahu siapa pun sampai mereka pergi. Mereka akan meninggalkan surat untuk Kakek." Dia menambahkan. "Surat itu tidak akan ditempelkan di bantalan jarum. Yang begitu itu hanya ada di buku-buku kuno. Itu biasa dilakukan istri-istri yang meninggalkan suaminya. Tapi sekarang kan tidak ada bantalan jarum." "Tentu saja tidak. Josephine, apa kau tahu mengapa Paman Roger akan pergi?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Dia melirikku dengan mata licik. "Ya, aku tahu. Ada hubungannya dengan kantor Paman Roger di London. Aku kira - tapi Aku tidak pasti - dia menggelapkan apa, begitu." "Mengapa kau berpendapat begitu?" Josephine mendekatkan mukanya ke wajahku. "Pada hari Kakek meninggal, Paman Roger bicara dengan Kakek - di kamarnya - lama sekali. Paman Roger bilang bahwa dia tidak bisa apa-apa dan hanya akan mengecewakan Kakek saja - bukan karena masalah uang tapi karena dia merasa tidak patut dipercaya lagi. Keadaannya menyedihkan." Aku memandang Josephine dengan perasaan campur aduk. "Josephine," kataku. "Apa tidak ada yang memberitahu kamu bahwa tidak baik mencuri-dengar percakapan orang lain?" Josephine mengangguk-anggukkan kepalanya. "Tentu saja ada. Tetapi kalau kita ingin mengetahui sesuatu kita harus mencuri dengar. Aku berani bertaruh bahwa Inspektur Taverner juga berbuat begitu." Aku mempertimbangkan pendapatnya. Josephine meneruskan dengan sengit, "Dan kalaupun dia tidak melakukannya, orang lainlah yang akan melakukannya - orang yang memakai sepatu kulit itu. Dan mereka melihat-lihat meja orang lain, membaca surat-surat orang lain, dan mengorek rahasia orang lain. Tapi mereka tolol. Mereka tak tahu ke mana mereka harus mencari!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Josephine bicara dengan angkuh. Dia melanjutkan, "Eustace dan aku tahu banyak hal - tapi aku tahu lebih banyak daripada Eustace. Dan aku tidak akanmemberitahu dia. Dia bilang perempaan tidak bisa jadi detekrif ulung. Tapi aku bilang bisa. Aku akan menulis semuanya dalam buku catatanku. Lalu kalau polisi-polisi sudah kebingungan, aku akan maju dan berkata, 'Aku tahu siapa yang melakukannya'." "Apa kau membaca banyak cerita-cerita detektif?" "Segudang." "Kalau begitu kau tahu siapa yang membunuh kakkmu?" "Ya, aku rasa ya - tapi aku harus menemukan beberapa petunjuk lagi." Dia diam dan menambahkan. "Inspektur Taverner mengira Brenda yang melakukannya, bukan" Atau Brenda dengan Laurence, sebab mereka saling jatuh cinta?" "Sebaiknya kau tidak bicara tentang hal itu, Josephine." "Mengapa tidak" Mereka memang saling jatuh cinta." "Kau belum tentu benar." "Oh, aku tahu persis. Mereka saling menulis surat cinta." "Josephine! Bagaimana kau bisa tahu?" "Karena aku membacanya. Benar-benar surat gombal. Tapi surat Laurence benar-benar gombal. Dia ketakutan dan tak mau ikut perang. Dia sembunyi di bawah tanah. Ketika pesawat pembom melayang di atas, mukanya berubah jadi hijau - hijau sekali. Eustace dan aku sampai terpingkal-pingkal melihatnya." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Aku tak tahu lagi apa yang akan kukatakan, karena tiba-tiba ada sebuah mobil berhenti di halaman. Seperti kilat Josephine sudah berada di jendela. "Siapa?" tanyaku. "Mr. Gaitskill, pengacara Kakek. Aku rasa dia kemari untuk membicarakan warisan." Dengan gembira dia keluar ruangan, tentunya untuk melakukan penyelidikan dengan catanya yang khas. Magda Leonides masuk ke dalam ruangan. Aku tercengang ketika dia memegang kedua tanganku. "Untunglah Anda masih di sini. Aku sungguh memerlukan kehadiran seorang pria." Dia melepaskan tanganku, berjalan ke kursi bersandaran tinggi, menariknya sedikit, melihat dirinya sekilas dalam kaca, kemudian mengambil kotak Battersea kecil dari atas meja. Dia berdiri tenang, kedua tangannya membuka dan menutup korak itu berulang kali. Sikapnya memang menarik. Sophia melongokkan kepalanya dari luar dan berkata serengah berbisik, "Gaitskill!" "Aku tahu," kata Magda. Beberapa saat kemudian Sophia masuk diiringi oleh seorang lelaki tua bertubuh kecil. Magda meletakkan kotaknya dan berjalan menyambut mereka. "Selamat pagi, Mrs. Philip. Saya akan ke atas. Kelihatannya ada salah pengertian dengan surat wasiat itu. Suami Anda menulis surat kepada saya, seolah-olah surat wasiat itu saya simpan. Tapi Mr. Leonides memberitahukan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ bahwa surat wasiat itu ada di lemari besinya. Anda tahu tentang hal itu?" "Tentang surat wasiat Ayah?" kata Magda sambil mempenontonkan mata yang melebar keheranan. "Tidak tentu saja tidak. Mudah-mudahan wanita jahat di atas tidak merobek-robek surat wasiat itu." "Mrs. Philip," katanya sambil mengacungkan jari sebagai peringatan, "jangan berprasangka buruk. Persoalannya adalah di mana mertua Anda menyimpan surat Buku Catatan Josephine Crocked House Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo wasiat itu." "Tapi dia kan telah mengirimkannya pada Anda - dia pasti sudah mengirimkannya - setelah menandatangani surat wasiat itu. Dia bahkan memberitahu kami bahwa dia telah mengirimkannya." "Saya rasa polisi telah memeriksa dokumen-dokumen pribadi Mr. Leonides," kata Mr. Gaitskill. "Saya ingin bicara dengan Inspektur Taverner." Dia keluar. "Pasti si Brenda yang memusnahkan surat wasiat itu. Pasti dia. Aku berani bersumpah," teriak Magda. "Tidak, Bu, dia tidak akan melakukan hal yang tolol seperti itu." "Itu bukan hal yang tolol. Kalau surat wasiat itu tak ditemukan, dialah yang akan menerima semua kekayaan." "Ssh - Mr. Gaitskill ke sini." Pengacara itu memasuki ruangan diikuti Taverner dan Philip. "Saya dengar dari Mr. Leonides bahwa surat wasiat itu disimpan di Bank." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Taverner menggelengkan kepalanya. "Saya telah menghubungi Bank. Mereka tidak menyimpan surat-surat pribadi milik Mr. Leonides, kecuali surat-surat berharga." Philip berkata. "Barangkali Roger - atau Bibi Edith - coba, Sophia, kaupanggil mereka kemari." Tetapi ternyata Roger Leonides pun tidak bisa membantu. "Ini benar-benar aneh-aneh sekali," katanya. "Ayah menandatangani surat wasiat itu dan mengatakan dengan jelas bahwa dia akan mengirimkannya pada Mr. Gaitskill esok paginya." "Kalau tidak salah," kata Mr. Gaitskill sambil menyandarkan diri dan memejamkan mata, "saya memberikan konsep terakhir pada tanggal 24 November tahun lalu, sesuai dengan petunjuk Mr. Leonides. Dia menyetujui konsep itu, dan mengembalikannya pada saya. Tidak lama kemudian saya kirimkan surat wasiatnya untuk ditandatangani. Seminggu kemudian, saya mengingatkan dia bahwa saya belum menerima kembali surat wasiatnya dan bertanya apakah ada yang ingin diubah. Dia menjawab bahwa dia telah puas dan mengatakan bahwa setelah ditandatangani surat wasiat ini akan dikirim ke banknya." "Itu benar," kata Roger bersungguh-sungguh. "Memang waktu kira-kira akhir November tahun lalu. Kau ingat. Philip" Ayah mengumpulkan kita semua dan membacakan surat wasiat itu." Taverner membalikkan badan menghadap Philip Leonides. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Apa benar demikian, Mr. Leonides?" "Ya," kata Philip. "Ya, seperti dalam sebuah cerita. Selalu ada hal-hal yang dramatis dengan surat wasiat," desah Magda dengan perasaan senang. "Miss Sophia?" "Ya," kata Sophia. "Saya ingat dengan jelas." "Dan pembagian wasiat itu?" tanya Taverner. Mr. Gaitskill akan berbicara, tetapi Roger Leonides mendahului. "Surat wasiat itu sangat sederhana. Electra dan Joice sudah meninggal - karena itu bagian mereka kembali menjadi milik Ayah. Anak Joice, William, terbunuh dalam pertempuran di Birma, dan warisan yang diterimanya menjadi hak ayahnya. Philip, saya, dan anak-anak adalah keluarga yang masih tersisa. Ayah menerangkan hal itu. Dia mewariskan lima puluh ribu pound bebas pajak untuk Bibi Edith, seratus ribu pound bebas pajak untuk Brenda, atau sebuah rumah yang senilai yang bisa dibeli di London untuknya. Dia bebas memilih yang mana maunya. Sisa kekayaan dibagi tiga, satu bagian untuk saya, satu bagian untuk Philip, dan satu bagian lagi dibagi tiga, untuk Sophia, Eustace, dan Josephine. Bagian Eustace dan Josephine masih disimpan sampai mereka cukup umur untuk menerimanya. Benar begitu, Mr. Gaitskill?" "Ya - pada garis besarnya begitulah pembagian yang tertulis dalam surat wasiat itu," kata Mr. Gaitskill masam, karena tidak bisa bicara sendiri. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Ayah membacakannya di depan kami semua," kata Roger. "Dia menanyakan apakah ada komentar dari kami. Tentu saja tidak ada." "Brenda memberi komentar," kata Miss de Haviland. "Ya," kata Magda bersemangat. "Dia mengatakan tidak tahan mendengar suaminya tercinta bicara tentang kematian, karena itu membuat bulu kuduknya berdiri. Dan kalau dia meninggal nanti Brenda tidak mau mendapatkan uangnya." "Ah, itu sih basa-basi yang biasa disuguhkan orang-orang seperti dia," kata Miss de Haviland. Kata-katanya terdengar tajam menyengat. Aku bertambah sadar betapa bencinya Edith de Haviland pada Brenda. "Pembagian itu sangat adil," kata Mr. Gaitskill. "Dan setelah membacakan surat wasiat itu, apa yang terjadi?" tanya Inspektur Taverner. "Setelah membaca, dia menandatangani wasiat itu," kata Roger. Taverner membungkuk ke depan. "Kapan dan bagaimana cara dia menandatanganinya?" Roger mencari-cari istrinya dengan pandangan memohon. Clemency menjawab pertanyaan itu. Yang lainnya kelihatan puas dengan apa yang dilakukannya. "Anda ingin tahu dengan tepat apa yang terjadi?" "Jika Anda bersedia menceritakannya." "Mertua saya meletakkan surat wasiat itu di atas mejanya dan meminta salah seorang dari kami - saya kira Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Roger - untuk membunyikan bel. Roger melakukannya. Ketika Johnson masuk menjawab bunyi bel itu, mertua saya menyuruh dia memanggil Janet Wolmer, pelayan kamar. Ketika mereka berdua masuk, dia menandatangani surat wasiat itu dan menyuruh mereka menandatangani di bawahnya." "Prosedur yang benar," kata Mr. Gaitskill. "Surat wasiat harus ditandatangani di depan dua orang saksi yang juga ikut menandatangani pada saat dan tempat yang sama." "Dan setelah itu?" tanya Taverner. "Mertua saya mengucapkan terima kasih pada mereka, dan mereka berdua keluar. Mertua saya mengambil surat wasiat itu, memasukkannya ke dalam amplop yang panjang, dan berkata bahwa dia akan mengirimkannya kepada Mr. Gaitskill besok paginya." "Apa Anda semua setuju bahwa yang kita dengar tadi adalah penjelasan yang tepat mengenai apa yang terjadi?" tanya Inspektur Taverner. Mereka berbisik-bisik serutu. "Tadi dikatakan bahwa surat wasiat itu rergeletak di meja. Berapa jauhkah Anda semua dari meja itu?" "Tidak terlalu dekat. Kira-kira lima atau enam meter - itu yang paling dekat." "Ketika Mr. Leunides membacakan urat wasiat itu, apakah dia duduk sendirian di meja itu?" "Ya." "Apakah dia berdiri atau meninggalkan mejanya, setelah dia membacakannya dan sebelum menandatanganinya?" "Tidak." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Apakah para pembantu bisa membaca dokumen itu ketika mereka menandatanganinya?" 'Tidak," kata Clemency. "Mertua saya menutupi bagian atas surat wasiat itu dengan selembar kertas." "Benar," kata Pliilip. "Isi dokumen itu bukan urusan para pelayan." "Ah, begitu," kata Taverner. "Tapi saya tidak mengerti. " Dengan cepat ia mengeluarkan sebuah amplop panjang dan menyerahkannya pada pengacara. "Coba Anda baca," katanya. "Dan ceritakan apa isinya." Mr. Gaitskill menarik sebuah dokumen terlipat dari dalam amplop itu. Wajahnya keheranan dan tangannya membolak-balik kertas yang dipegangnya. Dia berkata, "Ini aneh. Saya tidak mengerti sama sekali. Di mana Anda temukan dokumen ini?" "Di lemari besi. Di antara dokumen-dokumen Mr. Leonides yang lain." "Dokumen apa sih itu?" tanya Roger. "Ini adalah surat wasiat yang saya siapkan untuk ayah Anda - untuk ditandatangani. Tapi - aya tidak mengerti sama sekali mengingat apa yang Anda ceritakan tadi. Surat wasiat ini tidak ditandatangani." "Apa" Kalau begitu itu konsepnya?" "Bukan," kata Mr. Gaitskill. "Mr. Leonides telah mengembalikan konsep yang asli. Saya kemudian membuat surat wasiat itu - surat ini -" Dia menyentil dokumen itu dengan jarinya-"dan mengirimkannya kemari untuk ditandatangani. Tapi menurut cerita tadi dia Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ menandatangani surat wasiat itu dengan disaksikan dua orang saksi yang membubuhkan randa tangan mereka pula. Tapi surat wasiat ini tidak ditandatangani. " "Itu tidak mungkin," kata Philip Leonides dengan penuh semangat. Belum pernah kudengar dia bicara dengan menunjukkan emosi seperti itu. Taverner bertanya, "Apa penglihatan ayah Anda cukup baik?" "Dia menderita glaucoma. Dia memang memakai kacamata tebal untuk membaca." "Dia memakai kacamatanya malam itu?" "Tentu saja. Dia tentu memakai kacamatanya sampai surat wasiat itu selesai ditandatangani. Benar, katakan?" "Benar," kata Clemency. "Dan tak seorang pun mendekati mejanya sebelum dia menandatangani?" "Saya tak ingat lagi," kata Magda sambil memandang jauh. "Dapatkah kita mengulang kejadian itu?" "Tidak seorang pun mendekati mejanya," kata Sophia. "Dan Kakek duduk di situ terus." "Posisi meja itu tetap seperti sekarang ini" Tidak berdekatan dengan pintu, atau jendela, atau garden?" "Ya, tetap seperti yang sekarang." "Saya sedang membayangkan apakah mungkin terjadi penggantian," kata Taverner. "Pasti ada suatu penggantian. Mr. Leonides mengira dia menandatangani surat wasiat yang baru dibacanya." "Apa tanda tangan itu bisa dihapus?" tanya Roger. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Tidak, Mr. Leonides. Kalaupun dihapus pasti kelihatan bekasnya. Ada kemungkinan yang lain. Yaitu bahwa dokumen ini bukanlah yang dikirim Mr. Gaitskill pada Mr. Leonides dan bukan yang ditandatanganinya dengan disaksikan Anda semua." "Sebaliknya," kata Mr. Gaitskill, "saya berani bersumpah bahwa inilah dokumen orisinil yang saya kirim. Ada sidikit kotoran di kertasnya - di bagian atas, ujung kiri - bentuknya seperti bentuk pesawa terbang. Saya tahu dan ingat tanda itu." Para anggota keluarga saling berpandangan dengan wajah kosong. "Situasi yang sangat aneh," kata Mr. Gaitskill. "Belum pernah saya alami sebelumnya." "Semua ini tidak mungkin," kata Roger. "Kami semua ada di ruangan waktu itu. Aneh." Miss de Haviland terbaruk. "Tak ada gunanya mengatakan apa yang sudah terjadi tidak mungkin terjadi," katanya. "Sekarang bagaimana" Itulah yang saya ingin tahu." Dengan segera Gaitskill berubah sikap, menjadi sangat hati-hari. "Hal ini harus diselidiki dengan teliti." katanya. "Adanya dokumen ini memang bisa berarti membatalkan semua dokumen atau surat wasiat sebelumnya. Ada banyak saksi yang melihat Mr. Leonides menandatangani dokumen yang dianggapnya dokumen ini. Hm. Sangat menarik. Suatu persoalan hukum yang cukup rumit." Taverner melihat arlojinya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Maaf, rupanya sudah waktunya makan siang." "Apakah Anda bersedia makan siang dengan kami, Inspektur?" tanya Philip. "Terima kasih, Mr. Leonides, tapi saya akan menemui Dr. Gray di Swimy Dean." Philip bertanya pada si pengacara, "Anda bersedia makan siang bersama kami, Gaitskill?" "Terima kasih, Philip." Setiap orang berdiri. Aku mendekari Sophia. "Sebaiknya aku pergi atau tinggal?" bisikku. Pertayaan yang kedengaran aneh. "Pergi saja," kata Sophia. Aku menyelinap ke luar ruangan mengikuti Taverner. Josephine sedang berayun-ayun di pintu yang menuju bagian belakang. Kelihatannya dia sedang geli akan sesuatu. "Polisi memang tolol," katanya. Sophia keluar dari ruang keluarga. "Apa yang sedang kaulakukan, Josephine?" "Membantu Nannie." Buku Catatan Josephine Crocked House Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Kau pasti mencuri-dengar di balik pintu." Josephine menjawab dengan wajah mencemooh, lalu pergi. "Anak itu memang nakal," kata Sophia. 11 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ AKU menemukan Taverner di kantornya sedang membicarakan apa yang baru saja dialami. "Sudah saya aduk-aduk semuanya - tapi apa yang saya peroleh" Tidak ada! Tak ada motif Tak seorang pun mengalami kesulitan keuangan. Dan bukti atas tuduhan yang kita lemparkan pada si istri dan pacarnya hanyalah karena laki-laki itu memandang mesra pada Mrs. Leonides ketika si Nyonya menuangkan kopi untuknya!" "Tungu dulu, Taverner," padaku. "Saya mempunyai info-rmasl yang lebih menarik lagi daripada itu." "He, Anda memang luar biasa, Mr. Charles. Sekarang katakan apa yang Anda peroleh?" Aku duduk, menyalakan rokok, dan menyandarkan punggungku di kursi. Mereka menunggu kata-kataku. "Roger Leonides dan istrinya punya rencana uutuk pergi ke luar negeri, Selasa yang akan datang. Roger dan ayahnya bertengkar seru pada hari ayahnya meninggal. Leonides Tua menemukan ada sesuatu yang tidak beres dan Roger mengakui bahwa dia memang patut dipersalahkan." Wajah Taverner berubah jadi ungu. "Dari mana Anda mendapat keterangan seperti itu?" tanyanya. "Kalau Anda mendengar itu dari para pelayan. . . "Aku tidak mendengar hal ini dari mereka, tapi dari detektif pribadi." "Apa maksud Anda?" "Dan kalau kita perhatikan, seperti dalam cerita detektif, bisa dikatakan bahwa polisi sudah kecolongan. Aku juga berpendapat bahwa masih banyak hal yang bisa ditemukan oleh detektif pribadi ini." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Taverner membuka mulutnya tapi tidak jadi bicara. Dia ingin menanyakan banyak hal sekaligus sehingga sulit untuk memulainya. "Roger!" katanya. "Jadi dialah yang harus dicurigai." Aku merasa segan ketika mengatakan apa yang kuketahui. Aku menyukai Roger Leonides. Aku ingat kamarnya yang hangat dan menyenangkan. Kalau mengingat sikapnya yang ramah pula, aku sebenarnya enggan untuk mulai menyelidiki dia. Memang keterangan Josephine mungkin merupakan hal yang tidak dapat dipercaya begitu saja, tapi aku tidak berpendapat demikian. "Jadi anak itu yang menceritakannya pada Anda?" kata Taverner. "Kelihatannya dia tahu banyak hal yang terjadi di rumah itu." "Anak-anak memang biasanya begitu," kata Ayah datar. Kalau informasi ini benar, maka semua asumsi pun berubah. Apabila Roger memang menggelapkan uang Associated Catering, seperti kata Josephine, dan apabila Leonides Tua menemukan kecurangan itu, memang masuk akal bila dia kemudian berbuat nekat, membungkam orang tua itu lalu lari ke Iuar negeri sebelum semuanya tahu. Barangkali Roger sudah memikirkan bahwa tindakan itu bisa membuatnya dituntut atas tindakan kriminal. Polisi memutuskan untuk segera menyelidiki Associated Catering. "Ini merupakan perkara besar karena menyangkut angka jutaan," kata Ayah. "Kalau memang ini yang terjadi." kata Taverner, "kira akan mendapatkan apa yang kita cari. Si Ayah memanggil Roger. Roger mengaku. Brenda Leonides sedang pergi Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ nonton. Yang perlu dilakukan Roger hanyalah keluar dari kamar ayahnya, masuk ke dalam kamar mandinya, menuang isi sebuah botol insulin dan menggantinya dengan eserin, sudah. Atau mungkin istrinya yang melakukannya. Dia pergi ke tempat mertuanya untuk mengambil pipa Roger yang katanya ketinggalan. Tapi dia bisa terus masuk ke kamar mandi dan mengganti isi botol insulin itu sebelum Brenda datang. Dia bisa melakukannya dengan sikap tenang dan penuh keahlian." Aku mengangguk. "Ya, aku bisa membayangkan dia sebagai pelaku yang sebenarnya. Dia selalu bersikap tenang menghadapi apa saja! Dan aku sebenarnya tlidak bisa membayangkan Roger mau menggunakan racun atau yang sejenisnya - penggantian isi botol insulin itu lebih bersifat feminin." "Banyak laki-laki yang menjadi peracun," kata Ayah. "Oh, saya mengerti, Tuan," kata Taverner. "Atau malahan tak tahu apa-apa?" tambahnya penuh perasaan. "Saya juga berpendapat bahwa Roger bukanlah tipe laki-laki pembunuh." "Kau masih ingat Pritchard" Tak ada seorang pun yang mengira," kata Ayah memperingatkan. "Baik. Kita anggap saja mereka berdua pelakunya." "Dengan tekanan yang lebih kuat pada Lady Macbeth," kata Ayah memperingatkan. "Apa dia memang demikian, Charles?" Aku membayangkan bentuk badan yang ramping dan luwes di dekat jendela dalam ruangan yang menegangkan itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Tidak begitu persis, Yah," kataku. "Lady Macbeth adalah seorang wanita yang serakah. Aku rasa Clemency Leonides bukan wanita seperti itu. Aku rasa dia tidak begitu peduli dengan apa yang dimilikinya." "Tapi dia amat menaruh perhatian terhadap keselamatan suaminya, bukan?" "Ya, itu benar. Dan dia tentu saja bisa berbuat kejam." "Kekejaman yang berbeda. ." Itulah yang dikatakan Sophia. Aku mendongak melihat Ayah yang sedang memandangku. "Apa yang kaupikirkan, Charles?" Tapi aku tidak menjawab. -o0dw0o- Esok paginya aku dipanggil ke kantor polisi. Kutemukan Taverner dan Ayah di sana. Taverner kelihatan puas dan agak gembira. "Associated Catering memang sedang goyah," kata Ayah. "Bisa bangkrut sewaktu-waktu," tambah Taverner. "Penjualan saham menurun semalam," kataku. "Tapi kelihatannya sudah membaik lagi tadi pagi." "Kita harus menanganinya dengan sangat hati-hati," kata Taverner. "]angan mengajukan pertanyaan langsung. Jangan sampai menimbulkan panik. Kami telah mempunyai sumber informasi yang bisa dipercaya. Mereka mengatakan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ bahwa Associated Catering sedang goyah. Perusahaan itu tidak bisa memenuhi kewajiban-kewajibannya. Yang Menyebabkan kesulitan ini adalah manajemen yang tidak benar selama bertahuntahun." "Oleh Roger Leunides?" "Ya. Dia memegang kedudukan paling tinggi." "Dan uangnya berlimpah. ." "Tidak," kata Taverner. "Kami rasa tidak demikian. Terus terang saja, dia bisa dikategorikan sebagai pembunuh, tapi bukan koruptor. Dia memang tolol. Kelihatannya tidak bisa membuat keputusan dan tidak tahu apa yang seharusnya dilakukan. Dia memberikan kepercavaan kepada orang yang tidak bisa dipercaya. Memang dia mudah memercayai orang lain. Tapi dia telah memercayai orang yang salah. Dia selalu membuat kesalahan." "Memang ada orang yang begitu," kata Ayah. "Sebenarnya mereka juga bukan orang bodoh. Mereka hanya tidak bisa menilai orang lain. Dan mereka antusias pada saat yang tidak tepat." "Orang seperti itu seharusnya tidak terjun dalam dunia bisnis," kata Taverner. "Mungkin juga dia tidak ingin," kata Ayah. "Tapi kebetulan dia adalah anak Aristide Leonides. " "Usaha itu sedang berkembang ketika ayahnya memberi kepercayaan kepadanya untuk mengembangkannya. Seharusnya bisa lebih berkembang lagi! Begitu bagus perkembangannya pada waktu itu, seolah-olah orang cukup melihat saja." "Tidak" kata Ayah. "Itu tidak benar. Tidak ada usaha yang berkembang sendiri begitu saja. Selalu ada keputusanTiraikasih Website http://kangzusi.com/ keputusan yang harus dibuat - ada sinergi yang harus dijalankan. Dan kelihatannya Roger Leonides selalu membuat kesalahan." "Benar," kata Taverner menimpali. "Dalam hal ini Roger adalah orang yang terlalu baik. Dia membiarkan orang-orang yang sebenarnya sudah harus dikeluarkan, karena dia sayang pada mereka - atau karena mereka sudah lama di situ. Lalu kadangkadang dia punya ide yang tidak praktis dan aneh-aneh dan memaksakan ide itu tanpa mempertimbangkan akibatnya." "Tapi tak ada tindak kriminal?" tanya Ayah. "Tidak, tak ada." "Lalu kenapa dituduh membunuh?" tanyaku. "Dia mungkin tolol, tapi tidak jahat," kata Taverner. "Tapi akibatnya sama - atau hampir sama. Satu-satunya yang bisa menyelamatkan Associared Catering adalah sejumlah besar uang yang harus dibayarkan pada. ." (dia melihat catatannya) "pada hari Rabu nanti." "Jumlah itu yang diharapkan akan diterima dari surat wasiat ayahnya?" . "Tepat..." "Tapi dia tidak akan menerimanya dalam benruk uang kontan." "Benar. Tapi dia bisa memperoleh kredit. Sama saja." Ayah mengangguk. "Bukankah lebih mudah kalau Roger datang pada ayahnya dan minta bantuan?" kata Ayah. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Saya rasa dia memang melakukan hal itu," kata Taverner. "Saya rasa itulah yang didengar anak itu. Barangkali si Leonides Tua menolak mentah-mentah untuk membuang uangnya pada usaha yang hampir bangkrut. Orangnya kan begitu." Aku setuju dengan pendapat Taverner. Aristide Leonides pernah menolak mensponsori penunjukan Magda - dia katakan bahwa pertunjukan itu tidak akan berhasiI. Dan dia ternyata benar. Leonides Tua memang pemurah, tapi dia bukan orang yang mau membuang-buang uang untuk usaha yang tak menguntungkan. Dan Associated Catering memerlukan ribuan bahkan ratusan ribu pound. Dia menolak mentah-mentah dan satusatunya jalan bagi Roger untuk menghindari kebangkrutan adalah dngan kematian ayahnya. Memang dari sudut itu kelihatannya jadi ada motif. Ayah memandangi jam tangannya. "Aku telah mengundang dia kemari," katanya. "Sebentar lagi dia pasti muncul." "Roger?" "Ya." "Maukah kau masuk ke ruang tamuku, kata labah-labah itu pada seekor lalat," aku bergumam. Taverner memandangku dengan terkejut. "Kita akan sangat berhati-hati," katanya tegas. Semuanya sudah dipersiapkan, juga penulis steno. Akhirnya bel berbunyi dan beberapa menit kemudian Roger Leonides masuk ke dalam ruangan. Dia masuk dengan sikap kikuk - dan menakatak sebuah kursi. Dia mengingatkan aku pada seorang anjing besar Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ yang ramah. Pada saat itu juga aku yakin, pasti bukan dia yang mengganti isi botol insulin. Dia akan memecahkan atau menumpahkan isinya, atau mengacaukan rencana itu. Bukan, bukan Roger orangnya. Clemency akan lebih tepat bertindak sebagai pelaku. Kata-kata mengalir dari mulutnya. "Anda ingin bicara dengan saya" Ada yang sudah Anda temukan" Halo, Charles, kau ada di sini rupanya. Coba Anda ceritakan pada saya. ." Dia benar-benar baik - tapi banyak pembunuh yang kelihatan seperti orang baik-baik - dan itu memang mengejutkan teman-teman yang mengenal mereka. Aku merasa seperti Judas ketika tersenyum membalas sapaannya. Ayah bersikap tegas dan sangat resmi. Kalimatkalimatnya pendek-pendek. Pernyataan. . dicatata. . tak ada paksaan. . tak ada pengacara. Roger Leonides mengeluarkan semuanya dengan sikap tidak sabar. Aku sekilas melihat senyum sinis Inspektur Taverner dan membaca apa yang ada di benaknya. "Orang-orang seperti ini selalu kelihatan yakin pada dirinya sendiri. Mereka tidak akan berbuat salah. Mereka terlalu pandai!" Aku hanya duduk tenang di sebuah sudut sambil mendengarkan. "Saya meminta Anda kemari bukan unntk memberi informasi, Mr. Leonides, tetapi untuk mendapatkan informasi dari Anda - informasi yang sebelumnya tidak Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Anda berikan," kata Ayah. Roger Leonides kelihatan ketakutan. "Tidak saya berikan" Tapi saya telah mengatakan semuanya - semuanya!" "Saya rasa tidak. Anda sempat bicara dengan almarhum pada sore hari sebelum dia meninggal?" "Ya, ya. Saya minum teh bersama Ayah. Saya sudah mengatakan hal itu." "Anda memang mengatakan itu. Tapi Anda tidak mengatakan apa yang Anda bicarakan." "Kami - hanya - bicara-bicara saja." "Tentang apa?" "Kejadian sehari-hari - rumah, Sophia. ." "Bagaimana tentang Associated Catering" Apa dibicarakan juga?" Sebenarnya aku berharap cerita Josephine hanyalah Buku Catatan Josephine Crocked House Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo cerita kosong, tapi rupanya tidak. Wajah Roger berubah. Wajah itu berubah menjadi wajah orang yang putus asa. "Oh, Tuhan," katanya, menjatuhkan diri di kursi. Sambil menutup muka dengan kedua tangannya. Taverner tersenyum seperti seekor kucing yang puas. "Anda mengaku, Mr. Leonides, bahwa Anda tidak berterus terang pada kami?" "Bagaimana Anda tahu akan hal itu" Saya mengira tak seorang pun tahu - saya tidak mengerti bagaimana orang bisa tahu." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Kami punya cara untuk mengetahui hal-hal semacam itu, Mr. Leonides." Hening sesaat. "Saya rasa sebaiknya Anda ceritakan terus terang kepada kami." "Ya, ya, tentu saja. Saya akan menceritakannya. Apa yang ingin Anda ketahui?" "Benarkah bahwa Associared Catering sekarang ini sedang goyah?" "Benar. Usaha itu tidak bisa bertahan lagi. Sebentar lagi akan hancur. Seandainya saja Ayah meninggal tanpa mengetahui apa yang terjadi. Saya merasa begitu malu begitu mencemarkan. ." "Apa ada kemungkinan pemeriksaan kriminal?" Roger duduk tegak. "Tentu saja tidak. Usaha itu memang bangkrut tapi kebangkrutannya tetap dengan cara terhormat. Kreditor akan mendapatkan kembali uang mereka bila saya memasukkan kekayaan saya. Ini memang akan saya lakukan. Yang membuat saya sedih adalah karena saya telah mengecewakan Ayah. Dia percaya pada saya. Dia menyerahkan bagian usahanya yang paling besar itu kepada saya. Dia tidak pernah ikut campur, tidak pernah bertanya apa yang saya lakukan. Dia hanya percaya saja pada saya. . Saya telah mengecewakan dia." Ayah berkata, "Anda katakan tidak akan ada pemeriksaan kriminalitas. Tapi kenapa Anda dan istri Anda merencanakan untuk pergi ke luar negeri tanpa memberitahu siapa pun?" "Anda tahu hal itu juga?" "Ya, Mr. Leonides." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Tapi apa Anda tidak mengerti?" katanya sambil membungkuk ke depan. "Saya tidak dapat menghadapinya dengan kenyataan seperti itu. Saya akan kelihatan seperti minta bantuan uang. Seolah-olah saya meminta bantuannya agar saya dapat berdiri lagi. Dia - dia memang sangat sayang pada saya. Dia pasti akan membantu saya. Tapi saya tidak bisa - saya tidak bisa begitu - karena itu berarti harus memulai segala sesuatu kembali. Dan saya tidak mampu. Saya tidak bisa. Saya tidak seperti Ayah. Saya tahu betul hal itu. Saya telah berusaha. Tapi tidak berhasil. Ini menyedihkan saya - Tuhan! Saya benar-benar sedih. Saya berharap usaha itu bisa baik kembali, saya berharap Ayah tidak perlu tahu akan hal itu. Tapi akhirnya begitu juga. Tak ada harapan untuk menghindarkan kejatuhan itu. Clemency - istri saya - dia mengerti. Dia setuju. Kami merencanakannya - untuk tidak mengatakan apa-apa pada orang lain. Pergi. Dan kemudian membiarkan berita itu pecah. Saya akan meninggalkan surat untuk Ayah dan menceritakan semuanya - memberitahu dia bahwa saya malu dan minta maaf atas apa yang terjadi. Dia selalu baik pada saya. Tapi saat itu akan terlambat baginya untuk berrtndak. Inilah yang ingin saya lakukan. Tidak minta tolong dia - atau seolah-olah meminta tolong padanya. Saya akan memulai lagi dengan bersih di tempat lain. Saya ingin hidup sederhana. Menanam sesuatu - kopi, buah-buahan. Hanya yang perlu-perlu saja untuk sehari-hari. Memang benar bagi Clemency. Tapi dia bersumpah bahwa dia bisa menerima hal itu. Dia memang luar biasa." "Hm, begitu," kata Ayah dingin. "Tapi apa yang menyebabkan Anda berubah pendirian?" "Berubah pendirian?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Ya. Apa yang menyebabkan Anda datang pada ayah Anda dan minta bantuan keuangan?" Roger memandang heran. "Saya tidak melakukannya!" "Katakan dengan terus terang. Mr. Leonides." "Anda keliru. Saya tidak datang pada Ayah. Dia yang menyuruh saya datang. Dia mendengar hal itu sendiri dari pihak lain. Tapi dia memang selalu tahu apa yang terjadi. Ada yang memberitahu dia. Dia menanyakan hal itu kepada saya. Dan tentu saja saya menceritakan semuanya. Saya katakan bukan uang yang memberatkan saya - tapi perasaan bahwa saya telah mengecewakan dia itulah." Roger menelan ludah. "Ayah saya," kata Roger tersendat. "Anda tak bisa membayangkan bagaimana baiknya dia. Tidak marah. Tidak menyesal. Hanya kasih. Saya katakan bahwa saya tak perlu dibantu, bahkan saya lebih baik pergi seperti yang sara rencanakan. Tapi dia tak mau mendengar. Dia memaksa untuk menolong saya - menegakkan Associated Catering lagi." Taverner berkata dengan tajam. "Apa Anda ingin agar kami percaya bahwa ayah Anda bermaksud memberi bantuan keuangan kepada Anda?" "Tentu saja. Dia telah membuat surat pada perantaranya dan memberikan instruksi." Kurasa Roger melihat keragu-raguan pada wajah kedua orang tersebut. Mukanya berubah jadi merah. "Baiklah kalau Anda tidak percaya," katanya. "Saya masih menyimpan surat itu walaupun saya seharusnya Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ sudah mengirimkannya. Dengan adanya kejadian ini, tentu saya bingung dan lupa. Barangkali masih ada di saku saya sekarang." Dia mengeluarkan dompetnya dan mencari-cari. Akhirnya dia menemukan apa yang dicarinya. Dia menarik sebuah amplop yang lusuh dengan perangko di atasnya. Amplop itu dialamatkan kepada Messrs. Greatorex and Hanbury. "Bacalah sendiri," katanya, "kalau Anda tak percaya pada saya." Ayah menyobek amplopnya. Taverner berpindah ke belakang Ayah. Aku membacanya setelah mereka selesai. Surat itu berisi instruksi untuk Messrs. Greatorex and Hanbury untuk melakukan investasi dan meminta agar besok paginya, salah seorang wakil perusahaan tersebut dikirim ke Three Gables untuk menerima instruksi sehubungan dengan hal-hal yang terjadi di Associared Catering. Ada beberapa hal yang tidak begitu kupahami, tetapi maksud surat tersebut memang jelas. Aristide Leonides bersiap untuk menegakkan Associated Catering kembali. Taverner herkata, "Kami akan menyimpan surat ini untuk sementara dan memberikan tanda terima pada Anda, Mr. Leonides." Roger menerima tanda terima itu. Dia berdiri dan berkata, "Anda mengerti apa yang sebenarnya terjadi bukan?" Taverner berkata, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Mr. Leonides memberikan surat ini kepada Anda lalu Anda meninggalkan dia" Apa yang kemudian Anda lakukan?" "Saya kembali ke tempat saya. Istri saya baru saja tiba. Saya beri tahu dia apa yang telah dilakukan Ayah. Ayah memang luar biasa. Saya saya begitu bingung dan tidak tahu harus berbuat apa." "Lalu ayah Anda sakit. Berapa lama sesudah kejadian itu berselang?" "Kira-kira setengah jam sampat satu jam kemudian. Brenda berlari-lari masuk. Dia ketakutan. Katanya Ayah kelihatan aneh. Saya saya lari bersama-sama Brenda. Saya sudah menceritakannya pada Anda." "Pada waktu Anda ke sana sebelum itu, apakah Anda masuk ke dalam kamar mandi ayah Anda?" "Saya kira tidak. Tidak - tidak. Saya yakin saya tidak masuk ke dalam kamar mandinya. Mengapa" Apa Anda kira bahwa saya. ." Ayah mengakhiri kemarahan Roger yang tiba-tiba timbul dengan berdiri dan mengulurkan tangannya. "Terima kasih, Mr. Leonides," katanya. "Anda sangat membantu kami walaupun seharusnya Anda bisa melakukannya sejak semula." Pintu ditutup Roger. Aku berdiri dan melihat surat yang tedetak di meja. "Jangan-jangan ini surat palsu," kata Taverner penuh harap. "Bisa saja," kata Ayah. "Tapi kurasa bukan. Kurasa kita harus menerima apa adanya. Leonides tua itu bersiap Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mengangkat anaknya dari kesulitan. Dan ini bisa dilakukannya dengan lebih efisien bila dia masih hidup danpada bila Roger melakukannya sendiri setelah ayahnya meninggal. Lebih-lebih lagi dengan kejadian menghilangnya surat warisan itu. Tidak ada kepastian lagi berapa banyak yang akan diterima Roger. Itu berarti kelambatan - dan kelambatan berarti kesulitan. Dalam keadaan seperti ini, Associated Catering memang tidak bisa bertahan lebih lama lagi. Tidak, Taverner, Roger maupun istrinya tidak punya motif untuk menyingkirkan orang tua itu. Sebaliknya. ." Ayah berhenti dan mmgulang-ulang kata terakhir itu sambil berpikir seolah-olah dia mendapat inspirasi, "Sebaliknya. ." "Apa yang Tuan pikirkan?" tanya Taverner. Ayah berkata perlahan, "Seandainya Aristide Leonides hidup dua puluh empat jam lebih lama, Roger akan selamat. Tapi dia meninggal dengan mendadak dan dengan dramatis, hanya dalam waktu satu jam sesudah itu." "Hm," kata Taverner. "Anda pikir ada orang yang menginginkan agar Roger bangkrut" Orang dalam yang menginginkan uangnya" Kelihatannya tak masuk akal." "Bagaimana pembagian wasiat itu?" tanya Ayah. "Siapa yang akan mendapatkan uang Leonides Tua?" Taverner menarik napas dalam-dalam. "Pengacara memang payah. Tidak bisa memberi jawaban yang jelas. Dulu ada surat wasiat lama. Dibuat ketika Leonides menikah dengan istri keduanya. Dalam surat Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ wasiat itu istrinya menerima jumlah yang sama, kurang sedikit dari yang akan diterima Mis de Haviland, lalu sisanya untuk Roger dan Philip. Saya dulunya mengira bahwa bila wasiat ini tidak ditanda- tangani, maka yang lamalah yang akan berlaku. Tapi masalahnya tidaklah sesederhana itu. Pertama-tama, pembuatan surat wasiat baru berarti pembatalan surat wasiat yang lama. Lalu ada saksi-saksi yang ikut menandatangani dan 'maksud pemberi wasiat'. Memang membingungkan kalau ternyata surat wasiat yang terakhir ini tidak ditandatangani. Jandanyalah yang akan menerima semua warisan." "Jadi kalau surat wasiat itu hilang, Brenda-lah yang paling beruntung?" "Ya. Seandainya ada permainan, pasti dialah yang mengaturnya. Dan kelihatannya memang ada permainan. Tapi saya tidak mengerti bagaimana hal itu dilakukannya. Aku pun tidak mengerti. Barangkali kami semua memang orang-orang tolol. Tapi kami memang melihatnya dari sudut yang salah. 12 KAMI berdiam sejenak setelah Taverner keluar. Kemudian aku berkata, "Ayah, biasanya pembunuh itu seperti apa sih?" Ayah memandangku tenang-tenang. Kami memang saling Mengerti dan Ayah tahu apa yang ada di kepalaku dengan pertanyaan seperti itu. Dia menjawab dengan serius. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Ya," katanya. "Memang penting - sangat penting untukmu. . Pembunuhan itu ada di dekatmu. Kau tidak bisa melihatnya hanya dari luar saja." Aku memang senang dan tertarik pada kasus-kasus yang ditangani polisi, lebihlebih kasus-kasus yang spektakuler. Tapi Ayah benar. Aku hanya tertarik melihat kasus ini dari luar, seperti orang yang tertarik melihat benda-benda yang dipamerkan di etalase toko. Tapi sekarang - karena Sophia lebih cepat melihat daripadaku, aku tidak bisa lagi melihatnya dari luar begitu saja. Ayah melanjutkan, "Aku tidak tahu apakah aku orang yang tepat untuk meminta hal ini, tapi aku bisa meminta dua orang psikiater untuk menerangkannya padamu. Mereka memang bekerja untuk kami. Atau Taverner mungkin bisa menjelaskan. Tapi barangkali kau ingin mendengar pendapatku sendiri sebagai orang yang berpengalaman menangani hal-hal semacam itu?" "Itu yang kuinginkan," kataku. Ayah mengikuti sebuah lingkaran di meja dengan jarinya. "Seperti apa sih pembunuh itu" Beberapa dari mereka" bibirnya tersenyum sedih-" adalah orang baik-baik" Aku sedikit heran. "Ya, memang begitulah." katanya. "Orang baik-baik dan biasa seperti kau dan aku - atau seperti orang yang baru keluar tadi - Roger Leonides. Pembunuhan adalah suatu perbuatan kriminal yang amatir sifatnya. Tentu saja aku bicara tentang jenis pembunuhan yang sedang kaupikirkan - bukan jenis gangster. Orang sering merasa bahwa Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ pembunuh-pembunuh seperti itu adalah orang baik-baik yang tanpa senjata melakukan pembunuhan. Mereka berada dalam keadaan yang sangat sulit atau mereka menginginkan sesuatu dengan amat sangat, misalnya uang. atau wanita - dan mereka membunuh untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Rem atau kontrol diri yang biasanya ada pada kita tidak lagi bisa menahan mereka. Seorang anak kecil merealisasikan keinginan menjadi perbuatan tanpa rasa sesal. Seorang anak yang marah pada kucingnya akan berkata, 'Kubunuh kau,' lalu memukul kepala kucing itu dengan palu. Lalu dia sedih karena kucing itu tidak bisa hidup lagi. Banyak. anak-anak kecil yang mencoba menyelamarkan adik mereka yang masih Buku Catatan Josephine Crocked House Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo bayi, tetapi malahan 'menenggelamkannya', karena bayi itu telah merebut perhatian orang - atau menghalangi kesenangan anak-anak itu. Mereka kemudian tahu bahwa perbuatan mereka 'salah' - bahwa hal itu akan mendapat hukuman. Pada tahap berikutnya mereka akan merasa bahwa hal itu salah. Tapi ada juga orang-orang yang secara moral tidak bisa tumbuh dewasa. Mereka memang tahu bahwa pembunuhan itu salah, tapi mereka tidak akan merasa salah. Menurut pengalamanku, seorang pembunuh tidak pernah merasa menyesal. Itu mungkin sudah diturunkan sejak zaman Kain dan Habil. Pembunuh memang dipisahkan, mereka lain. Pembunuhan adalah tindakan yang salah - tapi tidak untuk mereka. Bagi mereka pembunuhan itu perlu. Mereka merasa si korbanlah yang 'menghendakinya' dan itulah 'satu- satunya jalan'." "Seandainya," kataku, "ada orang yang sudah lama membenci Leonides Tua itu, apakah hal tersebut bisa menjadi suatu sebab?" "Rasa benci yang murni" Kelihatannya tidak." Ayah memandangku dengan rasa ingin tahu. "Yang kaumaksud Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ benci adalah rasa tidak suka yang amat dalam, bukan" Benci karena cemburu lain lagi. Itu merupakan campuran rasa cinta dan frustrasi. Misalnya saja Constance Kent, setiap orang bilang, dia sangat sayang pada adiknya yang masih bayi yang dibunuhnya. Tapi kurasa dia menginginkan cinta dan perhatian seperti yang diberikan pada adiknya itu. Kukira lebih banyak orang yang membunuh orang-orang yang mereka cintai daripada yang mereka benci. Barangkali karena hanya orang-orang yang kita cintai saja yang bisa membuat hidup ini tak tertahankan. "Tapi ini semua tidak terlalu membantumu, bukan?" kata Ayah lagi, sambil memandangiku penuh selidik "Kalau aku tak salah, yang kauinginkan adalah mengetahui ciri-ciri umum seorang pembunuh yang mungkin berasal dari lingkungan keluarga yang kelihatannya normal dan menyenangkan, bukan?" "Ya, benar." "Apakah ada pula persamaannya" Aku tidak terlalu yakin." Dia berhenti sejenak, lalu melanjutkan, "Kalau tak ada, aku cenderung menganggapnya sebagai suatu kesombongan." "Kesombongan?" "Ya. Belum pernah aku menjumpai pembunuh yang tidak sombong. . Kesombongan itulah yang menjatuhkan mereka. Sembilan dari sepuluh kasus biasanya begitu. Memang mereka juga punya rasa takut, tapi mereka tidak tahan untuk tidak menyomhongkan diri, karena merasa begitu yakin bahwa mereka lebih pandai dan menganggap bahwa mereka tak akan bisa tertangkap." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Dia menambahkan, "Ada satu hal lagi. Seorang pembunuh selalu ingin bicara." "Bicara?" "Ya. Orang yang baru saja membunuh akan merasa kesepian. Dia ingin menceritakannya pada orang lain - tapi tidak bisa. Dan hal itu membuat keinginannya bertambah besar. Jadi - karena dia tidak bisa menceritakan apa yang dilakukannya, dia akan bicara mengenai pembunuhan itu mendiskusikannya, mengajukan teori - dan bicara lagi." "Aku rasa kau sebaiknya memerhatikan hal itu, Charles. Pergilah ke sana lagi, tinggallah dengan mereka dan ajak mereka bicara. Tentu saja semuanya tidak akan semudah itu. Baik bersalah atau tidak, mereka pasti akan senang bicara dengan orang asing, karena mereka bisa membicarakan hal-hal yang tidak bisa dibicarakan di antara mereka sendiri. Tapi dalam situasi demikian pun masih ada kesempatan bagimu untuk melihat perbedaan. Seseorang yang menyembunyikan sesuatu tidak akan tahan untuk bungkam terus-menerus. Orang-orang di dinas intelejen tahu hal itu pada waktu perang. Kalau ada yang tertangkap, yang diakui hanyalah nama, pangkar dan nomor saja - tidak lebih. Orang yang mencoba memberikan kererangan palsu biasanya akan ketahuan. Coba ajak bicara orang-orang di rumah itu, Charles, dan perhatikan kalau-ka!au ada keterangan yang terlepas tanpa sengaja atau mungkin ada yang membukakan rahasianya sendiri." Kuceritakan pada Ayah apa yang dikatakan Sophia mengenai kekejaman di dalam keluarga itu - kekejaman yang mengambil bentuk yang berbeda-beda. Ayah sangat tertarik. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Ya," kata Ayah. "Pacarmu memang benar. Umumnya setiap keluarga memiliki suatu kekurangan. Orang mungkin bisa mengatai kelemahannya sendiri - tapi menghadapi dua macam kelemahan yang sangat berbeda, mungkin dia akan gagal. Yang menarik di sini adalah faktor keturunan. Ambil comoh misalnya kekejaman keluarga de Haviland, dan kebejatan moral Leonides. Keluarga de Haviland bisa dikatakan keluarga baik-baik karena moral mereka tidak rusak. Dan keluarga Leonides pun tidak apa-apa, karena waIaupun moral mereka rusak, mereka penuh kasih sayang. Tapi mereka berdua punya keturunan yang mewarisi kedua karakter yang menonjol itu. Kau mengerti apa yang kumaksud?" Aku memang tidak berpikir sejauh itu. Ayah berkata lagi, "Seharusnya aku tak perlu membuatmu pusing dengan soar keturunan ini. Itu terlalu rumit. Pergilah, Nak, dan ajak mereka bicara. Sophia-mu itu benar. Kebenaran akan apa yang sudah terjadi memang perlu bagimu dan baginya. Kau harus tahu." Dia menambahkan lagi ketika aku keluar ruangan, "Dan hati-hati dengan anak itu." "Josephine" Maksud Ayah agar dia tidak tahu apa yang sedang kulakukan?" "Bukan. Maksudku lindungi dia. Jangan sampai terjadi hal-hal yang tidak diharapkan padanya." Aku memandang Ayah. "Sudahlah, Charles. Ada seorang pembunuh berdarah dingin di rumah itu. Dan Josephine kelihatannya tahu banyak tentang apa yang terjadi." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Dia memang tahu banyak. tentang Roger - walaupun dia salah menyimpulkannya sebagai seorang korupror. Tapi ceritanya tentang apa yang telah terjadi memang tepat." "Ya, ya. Kesaksian seorang anak memang kesaksian yang paling baik. Aku biasanya memercayainya. Tapi tentu saja tidak di ruang sidang. Anak-anak tidak tahan dihadapkan pada pertanyaan-pertanyaan langsung. Mereka akan kelihatan tolol atau tidak tahu apa-apa. Waktu terbaik untuk menghadapi mereka adalah bila mereka ingin memamerkan sesuatu. Itulah yang telah dilakukan Josephme padamu. Pamer. Kau akan bisa mengeruk lebih banyak keterangan darinya dengan cara yang sama. Jangan menanyai dia secara langsung. Berpura-puralah bersikap bahwa dia tak tahu apa." Ayah menambahkan, "Jaga dia. Mungkin anak itu tahu terlalu banyak hal yang membahayakan keselamatan orang lain." 13 AKU pergi ke Pondok Bobrok (kunamakan begitu dalam hati) dengan perasaan agak bersalah. Walaupun aku telah memberitahu Taverner rahasia Josephine tentang Roger, aku belum mengatakan padanya bahwa Brenda dan Laurence Brown saling menulis surat cinta. Aku membenarkan diri dengan berpura-pura menganggap bahwa hal itu hanyalah suatu fakta yang tak berarti dan tak ada alasan untuk memercayai kebenarannya. Tapi sesungguhnya aku merasa enggan untuk menumpukkan bukti-bukti lain yang memberatkan Brenda Leonides. Aku telah terpengaruh oleh penderitaan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ yang disebabkan oleh posisinya di rumah itu - dia harus menghadapi suatu keluarga yang bersatu memusuhinya. Kalau surat semacam itu memang ada, pasti Taverner dan anak buahnya akan menemukannya. Aku tidak suka menjadi perantara yang menimbulkan kecurigaan pada seorang wanita yang berada dalam kedudukan yang sulit. Lebih-lebih dia telah meyakinkan aku bahwa tidak ada hal-hal semacam itu antara dia dan Laurence, dan aku cenderung untuk lebih memercayainya daripada memercayai omongan Josephine yang bandel itu. Bukankah Brenda juga mengatakan bahwa Josephine "agak aneh?" Tapi aku sendiri melihat bahwa Josephine biasa-biasa saja. Aku teringat pada matanya yang hitam dan cerdas itu. Aku sudah menelepon Sophia dan bertanya apakah aku boleh datang ke sana lagi. "Datanglah, Charles." "Bagaimana keadaannya sekarang?" ''Tak tahu. Nggak apa-apa. Mereka masih menggeledah rumah. Apa sih yang mereka cari?" "Aku sendiri tak tahu." "Kami semua jadi serba ketakutan. Datanglah secepat mungkin. Aku bisa jadi gila kalau tidak bisa bicara dengan seseorang." Kukatakan bahwa aku akan segera berangkat. Tak seorang pun kulihat ketika aku sampai di pintu depan. Setelah membayar uang taksi, aku menjadi ragu-ragu membunyikan bel di pintu, atau langsung masuk saja. Pintu depan itu terbuka. Ketika sedang berdiri bingung, aku mendengar suara di belakangku. Cepat-cepat aku menoleh. Kulihat Josephine memandangiku dari pagar tanaman, wajahnya tertutup sebuah apel besar. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Ketika aku menoleh, dia membuang muka. "Halo, Josephine." Dia tidak menjawab, tetapi menghilang di balik pagar tanaman. Aku membuntutinya. Dia duduk di sebuah bangku yang sudah karatan, menghadap kolam berisi ikan emas. Kakinya terjuntai dan diayun-ayunkannya, sementara mulutnya sibuk mengunyah apel. Matanya memandangku penuh sorot kebencian. "Aku datang lagi, Josephine," kataku. Perkataanku itu tidak terlalu meyakinkan, tapi sorot mata dan kebenciannya kelihatan berkurang. Anak itu memang memiliki taktik yang bagus. Dia tidak menjawab apa-apa. "Enak ya apel itu?" tanyaku. Kali ini Josephine menyerah. Jawabannya cuma saru kata. "Empuk." "Sayang," kataku. "Aku nggak suka apel yang empuk." Josephine berkata dengan ketus, "Memang nggak ada orang yang suka." "Kenapa kau diam saja ketika aku menyapa tadi?" "Memang mauku begitu." "Kenapa?" Josephine mengambil apel dari mulutnya agar dia bisa bicara dengan jelas. "Kamu diam-diam cerita sama polisi," katanya. "Oh!" aku agak terkejut. "Maksudmu - tentang. ." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Tentang Paman Roger." "Tapi tidak apa-apa, Josephine, tak apa-apa. Mereka tahu dia tak bersalah maksudku, dia tidak menggelapkan uang." Josephine memandangku dengan rasa jengkel. "Kau memang bodoh." "Maaf." "Aku tidak kuatir tentang Paman Roger. Tapi yang kaulakukan ini bukan cara yang baik dalam pekerjaan detektif. Seharusnya kau tidak perlu memberitahu polisi sampai semuanya selesai." "Oh, begitu," kataku. "Maafkan aku ya, Josephine." "Padahal aku sudah memercayaimu," katanya dengan suara masih kesal. Aku minta maaf untuk ketiga kalinya. Josephine kelihatan senang. Dia menggigit apelnya lagi. "Tapi akhirnya polisi akan tahu juga," kataku. "Kamu dan aku tidak akan punya rahasia lagi." "Maksudmu karena dia bangkrut?" Seperti biasanya, Josephine selalu tahu banyak. "Aku rasa begitu." "Mereka akan membicarakan hal itu malam ini," katanya. "Ayah dan Ibu dan Paman Roger dan Bibi Edith. Bibi Edith bersedia memberikan uangnya - meskipun sekarang belum jadi miliknya - tapi Ayah tidak mau. Ayah bilang bila Paman Roger mengalami kesulitan itu salahnya sendiri, dan tak ada gunanya membuang uang untuk hal yang sia-sia. Lagi Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ pula Ibu tidak akan seruju kalau Ayah memberi, karena dia ingin agar uang itu dipakai untuk membiayai Edith Thompson, Kau tahu tentang Edith Thompson" Dia punya suami, tetapi tidak suka sama suaminya. Dia jatuh cinta pada laki-laki muda bernama Bywarers yang datang dari kapal. Lelaki itu pulang dari teater lewar jalan sepi dan tiba-rtba ditikam dari belakang." Aku mencoba mengevaluasi kebenaran dan kelengkapan cerita Josephine, serta perasaan dramaris yang disajikannya. Buku Catatan Josephine Crocked House Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Pertunjukan itu kelihatannya bolehlah," katanya. "Tapi aku rasa tidak akan seperti itu. Pasti akan seperti Jezebel lagi." Dia menarik napas. "Aku ingin tahu kenapa anjing-anjing itu tidak makan telapak tangannya." "Josephine," kataku. "Kau mengatakan kau hampir tahu siapa pembunuhnya." "Kenapa?" "Siapa dia?" Dia merengut memandangku. "Baiklah." kataku. "Sampai semua selesai" Kau juga tak akan memberitahu, walaupun aku berjanji tak akan mengatakannya pada Inspektur Taverner?" "Aku masih memerlukan beberapa petunjuk." "Tapi," katanya menambahkan sambil membuang biji apel ke dalam kolam. "Aku tidak akan memberi tahu kau. Paling tidak kau bisa menjadi Watson." Aku mencoba menelan penghinaan ini. "Oke. Aku jadi Watson. Tapi Watson pun diberi data." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Diberi apa?" "Fakta. Kemudian dia membuat kesimpulan yang keliru. Bukankah akan menyenangkan kalau kau melihat aku membuat kesimpulan yang keliru?" Sesaat Josephine kelihatan tertarik. Tapi kemudian dia menggelengkan kepalanya. "Nggak ah," katanya, lalu menambahkan. "Aku tidak terlalu senang pada Sherlock Holmes. Dia kuno. Mereka naik kereta berkuda." "Bagaimana dengan surat-surat itu?" tanyaku. "Surat apa?" "Kau bilang Brenda dan Laurence Brown saling menulis surat cinta." "Aku mengarang cerita itu," kata Josephine. "Aku tidak percaya." "Betul. Aku sering mengarang cerita. Aku memang senang." Aku memandang Josephine. Dia balas memandangku. "Josephine, aku kenal seseorang yang bekerja di Brirish Museum. Dia mengerti banyak hal yang ada di Alkitab. Kalau aku bisa tahu dari dia mengapa anjing-anjing itu tidak memakan telapak rangan Jezebel, maukah kau memberitahu aku tentang surat- surat itu?" Kali ini Josephine benar-benar bingung. Tiba-tiba terdengar gemeretak suara ranting terinjak. Josephine berkata dengan serius, "Aku tidak mau." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Kuterima kekalahanku. Beberapa saat kemudian barulah aku teringat nasihat Ayah. "Oh, tak apa." kataku. "Kita kan hanya main-main saja. Tentu saja kau tidak tahu benar akan hal itu." Mata Josephine memberomak marah, tapi dia tidak menelan umpanku. . Aku berdiri. "Ayo masuk. Aku ingin bertemu Sophia. Ayo." "Aku mau di sini saja." kata Josephine. "Tidak. Kau ikut denganku." Aku menyeretnya tanpa banyak cakap. Dia terkejut dan ingin protes, tapi akhirnya menurut. Kurasa dia ingin melihat reaksi orang-orang di rumah kalau mereka melihat kedatanganku. Aku sendiri tidak mengerti mengapa aku begitu memaaksanya untuk ikut masuk. Aku baru menyadari hal itu setelah kami melewati pintu depan. Sebabnya adalah suara gemererak ranting yang terinjak. 14 AKU mendengar suara-suara bergumam dari ruang keluarga yang besar itu. Aku ragu-ragu tapi tidak masuk. Aku hanya jalan-jalan di lorong saja, karena merasa ingin begitu. Aku membuka sebuah pintu. Lorang di dalamnya gelap. Tiba-tiba pintu yang lain terbuka dan terlihatlah dapur yang sangat terang di sebelah sana. Di tengah pintu berdiri seorang wanita tua bertubuh besar. Dia mengenakan celemek putih bersih yang terikat di Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ pinggangnya yang lebar. Pasti ini Nannie, pikirku. Begitu aku melihatnya, aku tahu bahwa segala-galanya beres di sini. Perasaan itu memang perasaan yang biasa ditimbulkan oleh seorang pembantu yang baik. Umurku sudah tiga puluh lima, tapi aku merasa seperti anak empat tahun yang tenang hatinya begitu melihat dia. Setahuku Nannie belum pernah bertemu denganku. Tapi dia langsung berkata, "Mr. Charles, bukan" Mari masuk ke dapur. Akan saya sediakan teh." Dapur itu luas dan menyenangkan. Aku duduk di meja tengah dan dia membawakan secangkir teh dengan dua buah biskuit manis. Aku merasa menjadi seorang anakanak lagi. Semuanya beres - dan aku tak takut akan gelap serta segala hal yang menakutkan. "Miss Sophia akan senang sekali melihat Anda datang," katanya, "Dia menjadi lebih mudah terkejut." Lalu tambahnya dengan nada cemas, "Mereka semua begitu." Aku menoleh ke belakang. "Mana Josephine" Dia tadi bersama-sama saya." Nannie mendecakkan lidahnya dengan tidak senang. "Mencuri-dengar pembicaraan orang di pintu dan menuliskannya di buku kecil yang selalu dibawanya ke mana-mana," katanya. "Seharusnya dia pergi sekolah dan bermain dengan anak-anak seumurnya. Sudah saya katakan pada Miss Edith dan beliau setuju - tapi Tuan Besar mengatakan sebaiknya dia tinggal di rumah saja." "Mungkin beliau sangat sayang padanya." kataku. "Benar, Tuan. Beliau sangat sayang pada mereka semua." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Aku sedikit heran, mengapa rasa sayang Philip pada anak-anaknya perlu ditekankannya sedemikian tegas. Nannie melihat kebingunganku, wajahnya merah, lalu katanya, "Jika saya bilang Tuan Besar, yang saya maksudkan adalah Mr. Leonides Tua." Sebelum aku sempat berkomentar, tiba-tiba pintu terbuka dan Sophia muncul. "Oh, Charles," katanya, lalu disambung, "Oh, Nannie, aku senang dia datang." "Ya" kata Nannie. Dia mengumpulkan beberapa panci lalu membawanya keluar. Dia menutup pintu dapur. Aku berdiri mendatangi Sophia dan memeluknya. "Sayangku, kau gemetar. Kenapa?" Sophia berkata, "Aku takut, Charles. Takut." "Aku sayang padamu," bisikku. "Sandainya saja aku boleh membawamu pergi. ." Dia menjauhkan diri dan menggelengkan kepalanya. "Tidak. Itu tidak mungkin. Kita haru menyelesaikan ini dulu. Tapi aku tidak menyukainya. Charles, aku tidak senang membayangkan bahwa seseorang - seseorang yang ada di rumah ini - yang biasa kulihat dan kuajak bicara setiap hari adalah seorang pembunuh berdarah dingin. ." . Aku tidak tahu harus berkata apa. Orang seperti Sophia tidak bisa diberi keyakinan yang asal-asalan saja. Dia berkata, "Seandainya aku tahu. ." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Pasti menyakitkan sekali." sambungku. "Tahukah kau apa yang menyebabkan aku ketakutan?" bisiknya. "Kemungkinan bahwa kita takkan pernah tahu..." Aku bisa membayangkan kesulitan itu. . Dan kelihatannya bukan suatu hal yang mustahil bila pembunuh Leonides Tua ini tidak akan pernah ketahuan. Tapi hal ini justru mengingatkan aku pada pertanyaan yang akan kuajukan. "Apa kau tahu siapa saja di rumah ini yang mengetahui tentang obat tetes eserine itu - maksudku ialah bahwa kakekmu menyimpannya dan bahwa obat itu merupakan racun dan berapa tinggi dosisnya yang bisa mematikan?" "Aku mengerti apa yang kaumaksud, Charles. Tapi tak ada gunanya. Kami semua tahu." "Ya, benar, tapi secara spesifik. ." "Kami semua tahu secara spesifik. Kami pernah berkumpul pada suatu ketika - minum kopi sehabis makan siang. Dia senang dikerumuni keluarganya. Waktu itu matanya memang sudah sakit. Karena itu Brenda meneteskan obat pada kedua matanya. Dan Josephine yang selalu usil bertanya iniitu berkata, 'Mengapa di botol selalu ditulis obat tetes - tidak untuk ditelan"' Kakek tersenyum dan berkata, 'Seandainya Brenda membuat kekeliruan dengan menyuntikkan obat tetes itu padaku dan bukannya insulin - rasanya aku akan gelagapan, mukaku berubah jadi biru, lalu mati, karena jantungku tidak terlalu kuat.' Dan Josephine berkata, 'Oo', dan Kakek melanjutkan, 'Jadi kita harus hati-hati agar Brenda tidak memberiku suntikan eserine bukan"'" Sophia diam, lalu berkata, "Kami semua di sana mendengarkan. Mengerti" Kami semua tahu!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Aku mengerti. Bisa kubayangkan bahwa yang diperlukan hanyalah sedikit pengerahuan. Tapi rupanya Leonides Tua telah memberi peluang untuk pembunuhan atas dirinya. Si pembunuh tidak perlu lagi memikirkan skenario pembunuhan. Sebuah cara yang mudah dan sederhana telah disediakan sendiri oleh si korban. Aku menarik napas panjang. Sophia yang memperhatikanku sejak tadi, berkata. "Memang Mengerikan." "Sophia, ada satu hal yang sangat menarik," kataku perlahan "Ya?" "Kau benar. Pasti bukan Brenda. Dia pasti tidak akan melakukan hal yang telah kalian dengar semuan ya." "Aku tak tahu. Dia kadang-kadang bodoh," katanya. "Tapi dia tak akan sebodoh itu. Tidak, pasti bukan dia." Sophia mundur, menjauhiku. "Kau tidak ingin melihat bahwa Brenda-lah pelakunya, bukan?" Apa yang bisa kukatakan" Aku tidak bisa - tidak bisa dengan mudah mengatakan "Ya, mudah-mudahan Brendalah pelakunya." . Mengapa demikian" Hanya karena Brenda berdiri sendirian tanpa kawan menghadapi kekuatan keluarga Leonides yang memusuhinya" Kesopanan" Rasa kasihan pada yang lemah" Pada yang tak berdaya" Aku teringat ketika dia duduk di sofa dalam gaun berkabung yang mahal, pada suaranya yang putus asa, dari matanya yang ketakutan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Untung Nannie datang pada saat yang tepat. Aku tak tahu apakah dia merasakan ketegangan di antara kami berdua. Dia berkata, "Membicarakan pembunuhan. Sudahlah, lupakan saja. Biarkan polisi yang mengurusi. Itu urusan mereka, kita tak perlu ikut campur." "Oh, Nannie, apa kau tidak mengerti kalau ada seorang pembunuh berkeliaran di rumah ini." "Omong kosong, Miss Sophia. Saya jadi tidak sabar. Kan pintu depan selalu terbuka lebar" Tak ada pintu yang dikunci - mengundang pencuri dan perampok," "Tapi tidak mungkin pencuri. Tak ada barang yang diambil. Kecuali itu pencuri kan tidak meracuni orang?" "Saya tidak mengatakan bahwa pelakunya adalah pencuri, Miss Sophia. Saya katakan semua pintu terbuka. Siapa saja bisa masuk. Kalau Nona tanya saya, jawabanya adalah komunis." Nannie menganggukkan kepalanya dengan puas. "Apa yang menyebabkan orang komunis ingin membunuh Kakek?" "Ah, semua orang kan bilang bahwa komunis mendalangi segala kejadian. Tapi seandainya bukan komunis, pasti orang Katolik. Wanita Merah dari Babilonia. Itulah mereka." Dengan penuh keyakinan pada kata-katanya Nannie keluar lagi. Sophia dan aku tertawa. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Protestan Hitam yang baik," kataku. "Ya, benar. Kita ke ruang keluarga saja, yuk. Ada pertemuan keluarga di sana. Sebenarnya akan diadakan nanti malam - tapi rupanya sudah dimulai sekarang." "Sebaiknya aku tidak ikut campur, Sophia." "Kalau kau ingin menikah dengan keluarga ini, sebaiknya kau juga melihat bagaimana mereka dalam keadaaan yang sebenarnya." "Mereka membicarakan apa sih?" "Persoalan Roger. Kelihatannya kau juga sudah tahu. Tapi benar-benar gila kalau kau menuduh dia yang membunuh Kakek. Roger sangat mencintai kakek." "Sebenarnya aku tidak menganggap dia pelakunya, tapi Clemency." "Hanya karena aku telah menyuntikutu dengan anggapan bahwa dia lebih keras dari Roger. Tapi sebenarnya tidak demikian. Clemency tidak akan peduli bila Roger tak punya uang. Aku rasa malahan dia senang. Kelihatannya dia senang apabila tidak memiliki apa-apa. Ayo." Pada waktu Sophia dan aku memasuki ruangan, suarasuara ramai jadi terhenti. Semuanya memandang kami. Mereka semua ada di situ. Philip duduk di kursi besar berwarna merah yang terletak di antara dua jendela. Wajahnya yang tampan kelihatan tegang dan kaku, seperti seorang hakim yang hendak menjatuhkan hukuman. Roger duduk mengangkang di sebuah bantalan besar di dekat perapian. Rambutnya kusut dan tegak karena sering tersapu jari-jarinya. Kaki celana kirinya terlipat ke atas dan dasinya kusut. Buku Catatan Josephine Crocked House Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Mukanya kelihatan merah. Clemency duduk Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ di belakangnya. Badannya kelihatan sangat kurus dalam kursi yang begitu besar. Dia menghadap ke dinding seolah-olah mempelajari kertas dinding di depannya tanpa gairah. Edith duduk di kursi besar dengan sikap regak. Dia merajut penuh semangat dengan bibir terkarup rapat. Yang paling enak dipandang adalah Eustace dan Magda. Mereka seperti lukisan Gainsborough. Mereka duduk di sofa. Anak tampan berkulit gelap itu keliharan sayu, dan di sebelahnya duduk Magda, the Duchess of Three Cable, yang anggun dengan sebuah tangan terentang sepanjang punggung sofa dan kaki terlipat menonjolkan sandal brokat. Gaunnya terbuat dari taffera. Philip mengernyitkan kening. "Sophia," katanya. "Kira sedang membicarakan persoalan keluarga yang sifatnya pribadi." Jarum rajut Miss de Haviland berkeletik. Aku bersiap untuk minta maaf, tapi Sophia mendahului. Suaranya jelas dan tegas. "Charles dan aku berharap akan segera menikah. Aku menginginkan agar Charles juga duduk di sini." "Ya, kenapa tidak?" kata Roger spontan sambil berdiri dan bantalnya. "Aku telah mengatakan kepadamu berkali-kali Philip, bahwa tak ada yang pribadi dalam soal ini! Seluruh dunia akan tahu, besok atau lusa. Dan kau," katanya sambil meletakkan tangannya ramah di atas bahuku, "kau sudah tahu soal ini. Kau ikut mendengar tadi pagi." "Coba ceritakan," kata Magda membungkuk ke depan. "Seperti apa sih Scorland Yard" Orang-orang selalu ingin tahu. Ada sebuah meja" Kursi-kursi" Gorden macam apa" Dan pasti tak ada bunga, kan" Sebuah dictaphone?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Ibu kan sudah meminta kepada Vavasour Jones untuk menghilangkan adegan Scotland Yard itu. Ibu bilang itu antiklimaks." "'Ya, adegan itu membuat pertunjukan tersebut seperti cerita detektif," kata Magda. "Edith Thompson lebih bersifat drama psikologis ataukah roman psikologis" Mana yang lebih sesuai?" "Kau ada di Scotland Yard tadi pagi?" tanya Philip tajam. "Mengapa" Ah-ya-ayahmu. ." Dia masih mengernyitkan alis. Aku merasa kehadiranku tidak dikehendaki, tapi tangan Sophia mencengkeram lenganku dengan kuat. Clemency memindahkan sebuah kursi ke depan. "Silakan duduk," katanya. Aku memandangnya dengan ucapan terima kasih, lalu duduk. "Kau boleh mengatakan apa saja yang kausukai," kata Miss de Haviland melanjutkan pembicaraan sebelumnya. "Tapi aku berpendapat bahwa kira harus menghormati keinginan Aristide. Kalau soal surat wasiat itu sudah selesai, apa yang kudapatkan boleh kauambil semua, Roger." Roger menarik-narik rambutnya kebingungan. "Tidak, Bibi. Tidak!" teriaknya. "Aku pun ingin mengatakan hal yang sama," kata Philip. "Tapi ada beberapa hal lain yang harus kupertimbangkan. ." "Phil, apa kau tidak mengerti" Aku tidak menginginkan saru sen pun dari siapa pun." "Tentu saja!" seru Clemency. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Dan lagi, Edith," kata Magda, "kalau soal surat warisan itu sudah beres, dia kan akan mendapatkan bagiannya." "Tapi sekarang kan belum beres?" kata Eustace. "Kau tidak tahu apa-apa tentang hal itu, Eustace," kata Philip. "Eustace benar," sela Roger. "Dia tahu persoalan yang sebenarnya. Tak ada yang bisa menahan kebangkrutan itu. Tak ada." Dia bicara dengan nada suara puas. "Tak ada yang perlu dibicarakan lagi kalau begitu," kata Clemency. "Dan," kata Roger, "sekarang itu bukan soal penting, kan?" "Aku merasa hal itu merupakan soal penting," kata Philip, merapatkan kedua bibirnya. "Tidak," kata Roger. "Tidak! Apakah ada hal yang lebih penting lagi dibandingkan dengan kematian Ayah" Ayah sudah meninggal! Dan kita duduk di sini hanya membicarakan soal uang!" Secercah warna merah meronai pipi Philip yang pucat. "Kami hanya ingin mencoba membantu," katanya kaku. "Aku tahu, Phil. Aku tahu. Tapi tak ada yang bisa dilakukan oleh siapa pun untuk menyelesaikan soal itu. Jadi kita akhiri saja." "Rasanya," kata Philip, "aku bisa mengumpulkan sejumlah uang. Surat-surat berharga itu turun nilainya. Dan depositoku belum jatuh tempo. Sedangkan Magda. ." Magda menimpali dengan cepat, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Tentu saja kau tidak akan punya uang sebanyak itu Phil. Memakai uang anak-anak aku rasa tidak pada tempatnya." "Sudah kukatakan tadi bahwa aku tidak meminta apa pun dari kalian!" teriak Roger. "Capek aku mengulang-ulang hal itu. Aku cukup puas semuanya berlalu seperti apa adanya." "Ini soal gengsi. Untuk Ayah. Dan kita," kata Philip. "Ini bukan persoalan keluarga. Tapi persoalanku." "Ya. Memang ini persoalanmu." kata Philip, sambil memandang kakaknya. Edith de Haviland berdiri, katanya, "Aku rasa kita sudah cukup lama membicarakan soal ini." Nada suaranya terdengar berwibawa. Philip dan Magda berdiri. Eustace keluar ruangan. Aku melihat jalannya yang kaku. Sebenarnya kakinya tidaklah terlalu pincang, tapi jalannya memang tidak lurus. Roger melingkarkan lengannya di bahu Philip dan berkata, "Terima aksih, Phil, kau memang baik." Keduanya keluar. Magda menggerutu. "Menjengkelkan saja," katanya sambil mengikuti mereka. Sophia berkata bahwa dia akan menyiapkan kamarku. Edith de Haviland berdiri menggulung benangnya. Dia memandangku seolah-olah ingin mengatakan sesuatu, tapi kemudian dia membatalkan niatnya. Dia menarik napas panjang, lalu keluar. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Clemency berdiri dan berjalan ke jendela. Dia memandang ke luar. Dan aku berdiri mendekatinya. Dia memalingkan kepalanya kepadaku. "Syukurlah semuanya sudah lewat." katanya - lalu menambahkan. "Ruangan ini - ah, aneh-aneh saja." "Anda tidak suka?" "Rasanya aku tak bisa bernapas di sini. Selalu tercium bau bunga setengah layu dan debu." Aku tidak setuju dengan pernyataannya. Tapi aku tahu apa yang dimaksudkannya. Pasti interiornya. Ruangan ini adalah ruangan seorang wanita. Eksotis, hangat, jauh berbeda dengan cuaca di luar. Memang ruangan ini bukan ruangan yang akan disukai laki-laki kalau dia harus berada di dalanmya terlalu lama. Bukan ruangan di mana orang bisa bersantai, membaca koran dan merokok sambil mengangkat kaki. Namun demikian, aku lebih menyukainya daripada ruangan Clemency di atas. Sambil melihat sekelilingnya dia berkata, "Coba lihat. Ini kan seperti sebuah panggung. Tempat Magda memainkan perannya." Dia memandangku. "Kau tahu bukan apa yang baru saja kami katakan" Babak kedua - pertemuan keluarga. Magda-lah yang mengaturnya. Tidak ada apa-apa. Tak ada pembicaraan yang berarti. Tak ada hal yang perlu dibicarakan. Semuanya telah diatur - lalu selesai." Tak terdengar kegetiran dalam suaranya. Bahkan kepuasan. Dia melihat aku meliriknya. "Oh, apakah kau tidak mengerti?" tanyanya tidak sabar. "Akhirnya kami bebas! Tidak mengertikah kau bahwa sebenarnya Roger telah menderita - benar-benar menderita Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ - selama bertahun-tahun" Dia memang tidak ingin terlibatdalam bisnis. Dia suka kuda, sapi dan desa. Tapi dia sangat mencintai ayahnya - mereka semua mencintainya. Itulah yang menjadi persoalan pokok di rumah ini - terlalu banyak orang. Aku tidak mengatakan bahwa lelaki tua itu seorang tiran dan suka menindas mereka tidak. Dia memberi uang dan kebebasan pada mereka. Dia sangat mencintai keluarganya dan sebaliknya." "Kan tidak ada yang salah dengan hal itu?" "Aku rasa ada. Bila anak-anak sudah tumbuh dewasa, orangtua seharusnya melepas mereka, atau memaksa mereka untuk melupakan orangtua mereka." "Memaksa mereka" Agak drastis menurut saya. Saya kira paksaan tidak dibenarkan." "Kalau dia tidak membuat dirinya menjadi suatu pribadi yang demikian. ." "Orang tidak bisa membuat dirinya menjadi pribadi tertentu," kataku. "Leonides Tua sendiri memang suatu pribadi yang unik." "Kepribadiannya terlalu kuat dan terlalu berpengaruh pada Roger. Roger memujanya. Dia ingin melakukan apa saja yang diinginkan ayahnya. Dan dia ingin menjadi anak seperti yang diinginkan ayahnya. Tapi tidak bisa. Ayahnya memberikan Associated Carering padanya - milik yang sangat dibanggakan oleh ayahnya. Roger berusaha keras melakukan tugasnya. Tapi dia tidak mampu. Dalam dunia bisnis, Roger adalah - ya, bisa dikatakan - bodoh. Dan hal ini menyedihkan hatinya. Dia menderita bertahun-tahun. Makan hati melihat usaha itu semakin lama semakin mundur. Kadang-kadang dia ingin mempraktikkan ideidenya, tapi selalu saja akibatnya makin parah. Merupakan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ hal yang menyedihkan bila kita tahu bahwa tahun demi tahun kita gagal. Kau tidak dapat merasakan betapa menderitanya Roger. Tapi aku tahu dan bisa merasakannya." Dia berbalik menatapku. "Kau mengira bahwa Roger membunuh ayahnya untuk mendapat uang! Kau tidak tahu berapa - betapa anehnya tuduhan itu!" "Saya sekarang tahu," jawabku merendah. "Ketika Roger tahu bahwa dia tak bisa apa-apa lagi, bahwa kehancuran itu pasti terjadi, sebenarnya dia merasa lega. Ya, dia benarbenar lega. Dia memang kuatir kalau ketahuan ayahnya - tapi bukan karena sebabsebab yang lain. Dia bahkan mengharapkan bisa segera memulai suatu kehidupan baru, sesuai dengan keinginan kami sendiri." Bibirnya gemetar sedikit dan suaranya melembut. "Anda mau ke mana?" tanyaku. "Barbados. Aku punya saudara sepupu yang baru saja meninggal dan memberikan warisan tanah untukku. Tidak banyak - tapi setidaktidaknya kami punya tujuan. Kami tidak punya uang banyak. Tapi kami bisa hidup pas-pasan. Dan kami akan merasa senang hidup jauh dari mereka." Dia menarik napas. "Roger memang lucu. Dia menguatirkan aku - kuatir aku dalam keadaan kurang. Aku mengerti bahwa pengaruh sikap keluarga Leonides terhadap uang cukup besar padanya. Ketika suamiku yang pertama masih hidup, kami memang miskin sekali. Dan Roger menganggapku hebat karena aku bisa hidup sedemikian rupa. Dia tidak mengerti bahwa dalam keadaan begitu pun aku bahagia - benarTiraikasih Website http://kangzusi.com/ benar bahagia! Sejak itu aku tidak pernah babagia seperti itu. Tapi aku sangat mencintai Roger, jauh lebih mencintainya dibandingkan dengan cintaku pada Richard." Matanya setengah terpejam. Aku mengerti dia sedang tenggelam dalam perasaannya. Dia membuka matanya, memandangku dan berkata, "Jadi sekarang kau tahu bahwa aku tak akan membunuh seseorang hanya karena uang. Aku tidak suka uang." Aku tahu bahwa apa yang dikatakannya itu benar. Clemency Leonides adalah orang langka yang hatinya tak akan tersentuh oleh uang. Dia tidak suka kemewahan tetapi menyukai kesederhanaan. Namun demikian masih banyak orang yang walaupun tidak tertarik pada uang, bisa tergoda oleh kekuatan yang ada pada benda itu. Aku berkata, "Anda mungkin tidak menginginkan uang untuk diri Anda sendiri - tapi bila digunakan dengan bijaksana, uang bisa membawa banyak hal yang menarik. Mungkin bisa digunakan untuk biaya riset, misalnya." Aku mengira mungkin Clemency agak fanatik dengan pekerjaannya, tapi dia hanya berkata, "Aku tak tahu apa bisa begitu. Pada umumnya uang itu tidak digunakan dengan semestinya. Hal-hal yang berharga biasanya dicapai oleh seseorang yang punya antusiasme dan keinginan besar - dan dengan visi yang alamiah. Perlengkapan mahal dan latihan serta eksperimen biasanya tidak mencapai sasaran seperti yang kita bayangkan. Dan dana itu biasanya di kelola secara keliru." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Apa tidak sayang meninggalkan pekerjaan Anda sekarang dan pergi ke Barbados?" tanyaku. "Anda masih tetap dengan rencana Anda, bukan?" "Oh, ya. Segera setelah polisi memberi izin. Dan tidak apa-apa bila aku terpaksa meninggalkan pekerjaanku. Aku memang tidak suka menganggur. Dan aku tidak akan menganggur di Barbados." Dia menambahkan dengan tidak sabar, "Seandainya saja semuanya bisa selesai dengan cepat, kami bisa segera pergi." "Clemency," kataku. "Apa Anda sama sekali tak punya bayangan siapa yang melakukan hal itu" Dengan menganggap bahwa Anda dan Roger tidak terlibat dalam soal ini, tentunya dengan inteligensi Anda yang tinggi itu, paling tidak ada gambaran tentang pelaku dalam kasus ini?" Dia memandangku dengan pandangan aneh. Lalu berbicara dengan suara yang kehilangan spontanitas. Suaranya terdengar kaku dan agak ragu. "Menduga-duga itu tidak ilmiah," katanya. "Tapi Brenda dan Laurence merupakan orang yang paling mudah dicurigai." "Jadi Anda menganggap merekalah pelakunya?" Clemency hanya mengangkat bahunya. Dia berdiri sejenak, seolah-olah mendengarkan sesuatu. Kemudian dia melewati Edith de Haviland ke luar ruangan. Edith berjalan mendekariku. "Aku ingin bicara denganmu." Buku Catatan Josephine Crocked House Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Kata-kata Ayah terngiang di telingaku. Apakah ini... Tapi Edith de Haviland telah melanjutkan, "Mudah-mudahan kami tidak memberikan kesan yang keliru," katanya. "Maksudku tentang Philip. Philip memang agak sulit dimengerti. Mungkin dia kelihatan tertutup dan dingin. Tapi sebenarnya tidak demikian. Hanya sikapnya saja yang kelihatan begitu." "Saya sebenarnya tidak berpikir bahwa..."' kataku menimpali. Tapi dia terus memberondong, "Sekarang - Roger. Sebenarnya dia tidak sakit hati. Dia tidak pernah terlalu ketat dengan uang. Dia memang pantas dikasihani. Dia selalu begitu - tapi dia membutuhkan pengertian." Aku memandangnya dengan mata yang -mudahmudahan - menunjukkan bahwa aku mau mengerti. Dia melanjutkan, "Mungkin karena dia adalah anak kedua. Biasanya selalu ada kesulitan pada anak kedua. Roger sangat menyayangi ayahnya. Tentu saja semua anak Aristide sayang pada Ayah mereka dan Aristide sendiri pun sayang pada anak-anaknya. Tapi Roger merupakan anak kesayangan dan kebanggaan hatinya. Dia anak laki-laki sulung. Dan kukira Philip merasakannya. Dia menarik diri, menjadi tertutup. Dia menyukai buku dan hal-hal yang berhubungan dengan masa lalu, serta hal-hal yang tidak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Aku rasa dia menderita. Anak-anak memang menderita. . . Dia berhenti sebentar, lalu melanjutkan, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Yang aku maksud ialah - dia iri pada Roger. Barangkali dia sendiri tidak menyadarinya. Tapi kenyataan menunjukkan bahwa - segalanya jatuh ke tangan Roger ah, sebenarnya aku tak boleh mengatakan hal ini, karena Roger sendiri tidak menyadarinya. Mungkin juga Philip tidak segetir itu perasaannya." "Maksud Anda, Philip mungkin agak senang dengan situasi Roger sekarang ini?" "Ya." kata Miss de Haviland. "Itulah yang kumaksudkan." Dia melanjutkan, "Sebenarnya aku merasa sedih karena dia tidak segera menawarkan bantuan pada Roger." "Saya rasa Philip tidak harus berbuat begitu. Roger sendiri sudah mengakibatkan banyak kesulitan bagi dirinya sendiri. Dia laki-laki dewasa. Tidak punya tanggungan anak. Kalau dia sakit atau benar-benar memerlukan pertolongan - pasti keluarganya akan membantu. Tapi saya yakin Roger akan senang sekali memulai kehidupan yang baru." "Oh, pasti! Hanya Clemency-lah yang menjadi pertimbangannya. Dan Clemency memang luar biasa. Dia tidak senang memiliki sesuatu terlalu banyak. Dia tidak punya cita rasa terhadap keindahan maupun halhal yang telah lewat. Terlalu modern." Aku merasakan matanya yang cerdas memandangiku dari atas ke bawah. "Ini merupakan cobaan bagi Sophia," katanya. "Kasihan. Dia begitu muda dan harus menghadapi hal-hal semacam ini. Aku sayang pada mereka semua. Roger dan Philip. Sophia dan Eustace dan Josephine. Anak-anak yang kukasihi. Anak-anak Marcia yang kusayangi. Ya, aku sayang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mereka semua." Dia berhenti sebentar. Lalu menambahkan dengan tajam. "Ingat, ada juga pemujaan yang berlebih-lebihan." Dia membalik dengan cepat, lalu pergi. Aku merasa ada sesuatu yang dimaksudkannya dengan ucapannya yang terakhir itu. Tapi aku tak tahu apa. 15 "KAMARMU sudah siap," kata Sophia. Dia berdiri di sampingku, memandang ke arah taman yang kelihatan suram. Batang dan daun-daun pepohonan kelihatan bergoyang-goyang tertiup angin. Sophia berkata, seolah-olah menyuarakan apa yang kupikirkan, "Kelihatan begitu sepi dan terpencil." Tiba-tiba kami melihat sebuah sosok diikuti sosok lainnya keluar dari pagar tanaman dari arah taman karang. Keduanya kelihatan samar-samar dan tidak jelas dalam cahaya senja yang remangremang. Brenda Leonides adalah sosok yang pertama. Dia mengenakan mantel bulu berwarna abu-abu. Caranya berjalan yang mengendap-endap mengingatkan aku pada seekor kucing. Aku bisa melihat wajahnya ketika dia melewati jendela. Ada sebuah senyum licik di wajahnya - yang sebelumnya pernah kulihat. Beberapa saat kemudian aku melihat Laurence Brown menyelinap dalam keremangan. Tubuhnya kelihatan tinggi rapi layu. Yah, begitulah yang nampak olehku. Mereka tidak kelihatan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ seperti dua orang yang sedang berjalan-jalan- bersantai. Ada semacam kabut rahasia yang menyelimuti keduanya seperti hantu saja. Aku tidak tahu apakah kaki Brenda atau kaki Laurence yang telah menginjak ranting. Tiba-tiba saja aku bertanya, "Mana Josephine?" "Barangkali dengan Eustace di ruang belajar. Aku agak kuatir mengenai Eustace, Charles." "Mengapa?" "Dia kelihatan murung dan tak seperti biasanya. Dia memang berubah sejak menderita kelumpuhan itu. Aku tidak bisa membayangkan apa yang ada di dalam pikirannya. Kadang-kadang dia kelihatannya membenci kita semua." "Nanti kan hilang sendiri. Itu kan hanya fase dalam pertumbuhan seseorang." "Ya, mungkin juga. Tapi aku benar-benar cemas, Charles." "Mengapa cemas, Sayang?" "Barangkali karena Ayah dan Ibu tidak pernah khawatir. Anak-anak memang tidak pernah bisa sependapat dengan Ayah dan Ibu." "Barangkali itu juga baik. Lebih banyak anak-anak yang menderita karena terlalu banyak campur tangan dibandingkan dengan yang dibiarkan berkembang bebas." "Benar. Aku memang tak pernah memikirkan hal itu sampai aku pulang kemari. Ayah dan Ibu memang pasangan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ yang aneh. Ayah hidup dalam dunia sejarah yang remang-remang dan Ibu menikmati dunianya dengan menciptakan adegan-adegan. Adegan tadi siang juga ciptaan Ibu. Sebenarnya tidak ada gunanya. Dia hanya ingin memainkan adegan pertemuan keluarga. Sebenarnya dia bosan harus diam di rumah terus, karena itu dia membuat sebuah drama." Sesaat terbayang olehku ibu Sophia sedang meracuni mertuanya dengan sikap santai untuk mempelajari drama pembunuhan dengan menempatkan dirinya sebagai pemegang peran utama. Pikiran yang tantastis! Aku mencoba melepaskan diri dari bayangan itu, tapi ternyata tidak begitu mudah. "Ibu memang harus dijaga. Kita tak pernah tahu apa yang ada dalam pikirannya'" "Sudahlah, jangan terlalu memikirkan keluargamu, Sophia," kataku tegas. "Aku akan senang sekali. Tapi sulit melakukannya pada saat seperti ini. Tetapi aku memang senang di Kairo, ketika aku tidak harus memikirkan mereka." Aku ingat bahwa Sophia memang tidak pernah menceritakan rumah maupun keluarganya. "Itukah sebabnya engkau tidak pernah berbicara tentang mereka?" tanyaku. "Karena engkau ingin melupakan mereka?" "Barangkali. Kami terlalu biasa hidup berdekatan. Kami kami terlalu saling menyayangi. Kami tidak seperti keluarga lain yang bisa membenci anggota keluarga seperti musuh. Itu memang jelek, tapi rasanya lebih jelek lagi kalau kira harus hidup dengan kasih sayang yang ruwet." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Dia menambahkan, "Aku rasa itulah yang kumadsudkan ketika aku berkata bahwa kami semua tinggal dalam sebuah pondok yang bobrok. Maksudku bukan bobrok dalam arti rusak moral. Yang kumaksud adalah kita belum bisa tumbuh mandiri, berdiri di atas kaki sendiri. Kami semua saling terlibat dan melibat." Aku membayangkan tumit Edith de Haviland menginjak rumput yang melintang di jalan setapak, ketika Sophia menambahkan, "Seperti rumput itu. ." Dan-tiba-tiba Magda muncul membuka pintu sambil berteriak, "Apa tidak sebaiknya kalian menyalakan lampu" Hari telah gelap." Lalu dia menekan tombol-rombol dan lampu-lampu pun menyala, lalu kami - dia, Sophia, dan aku menutup gorden-gorden yang berat itu. Kami pun duduk di ruangan berbunga. Sambil mengenyakkan diri di sofa, Magda berteriak, "Adegan yang luar biasa, bukan" Eustace benar-benar marah! Dia berkata padaku bahwa aku tadi tidak sopan. Ah, anak laki-laki memang aneh!" Dia menarik napas. "Roger memang menyenangkan. Aku suka melihat dia meremas-remas rambutnya dan menabrak barang-barang. Dan Edith begitu baik mau mewariskan bagiannya untuk Roger. Dia serius, lho, tidak main-main. Tapi hal itu menyebalkan juga. Philip jadi berpikir-pikir apakah dia juga sebaiknya berbuat demikian. Tentu saja Edith akan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ melakukan apa saja untuk keluarga. Ada sesuatu yang mengharukan dalam cinta seorang perawan tua terhadap anak-anak kakaknya. Aku ingin suatu kali nanti memainkan peranan bibi perawan tua seperti itu. Bawel, keras kepala, dan penuh pengabdian." "Pasti berat peranan yang harus dihawakan Bibi Edith sesudah kematian kakaknya," kataku meluruskan percakapan yang sudah membelok ke karier Magda. "Maksud saya, karena dia tidak begitu suka pada Leonide Tua." Magda menyela kata-kataku, "Tidak suka kepadanya" Siapa bilang" Nonsens. Dia malahan jatuh hati padanya." "Ibu!" kata Sophia. "Sophia, jangan coba menyangkal kata-kataku. Memang pada umurmu, yang kauketahui tentang cinta adalah sepasang anak muda berwajah menarik di bawah cahaya bulan." "Dia berkata kepada saya bahwa dia tidak suka pada Leonides Tua." kataku. "Barangkali begitu ketika dia datang. Dia marah kepada kakaknya karena menikah dengan Leonides. Memang ada antagonisme - tapi dia cinta pada Leonides, titik! Aku tahu apa yang kukatakan! Dan tentu saja Leonides tidak bisa menikahinya karena dia adalah saudara istrinya. Barangkali juga Leonides tidak pernah berpikir akan hal itu - dan mungkin Bibi Edith pun tidak. Dia bahagia menjadi ibu anak-anak. Tapi dia tidak senang ketika Leonides menikah dengan Brenda. Sama sekali tidak suka!" "Ibu dan Ayah juga tidak," kata Sophia. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Tentu saja tidak! Dengan sendirinya! Tapi Edith benar-benar benci dengan apa yang terjadi. Aku pernah melihat bagaimana dia memandang Brenda!" "Sudahlah, Bu," kata Sophia. Magda memandang Sophia dengan rasa sayang dan rasa bersalah, seperti seorang anak yang manja. Dia melanjutkan bicara tentang hal yang sama sekali lain, "Aku memutuskan untuk menyekolahkan Josephine." "Josephine" Sekolah?" "Ya. Di Swiss. Aku akan menanyakan hal itu besok. Aku rasa dia harus pergi secepatnya. Tidak baik untuknya terlihat dalam sual seperti ini. Dia menjadi tidak sehat lagi. Yang diperlukan adalah teman-teman sebaya. Pergaulan di sekolah." "Kakek tidak ingin dia pergi ke sekolah," kata Sophia perlahan. "Dia tidak setuju." "Sophia, kakekmu memang ingin agar kita semua selalu ada di dekatnya. Orangorang tua memang suka begitu. Seorang anak harus berada di antara anak-anak. Dan Swiss sangat baik untuk kesehatan - olahraga musim dingin. hawa, dan makanannya - semua lebih baik dari apa yang ada di sini." "Tapi dengan peraturan-peraturan yang baru, tidak mudah untuk mengatur semua itu di Swiss," kataku. "Tidak, Charles. Ada cara-cara lain - seperti pertukaran siswa. Rudolph Alstir sekarang ada di Lausanne. Aku akan mengirim telegram untuknya besok, supaya dia mengatur Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ segalanya. Kita bisa mengirimkan Josephine akhir minggu ini." Magda meninju sebuah bantalan kursi, tersenyum pada kami, dan berjalan ke arah pintu, berdiri sejenak memandang kami dengan sikap yang amat menarik. "Hanya yang muda-muda yang perlu diperhatikan."katanya. Sebuah ungkapan yang manis Buku Catatan Josephine Crocked House Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Mereka harus didahulukan. Dan - lihatlah bunga-bunga itu - gentian biru, serta bunga narsis itu. ." "Di bulan Oktober?" tanya Sophia. Tapi Magda telah menghilang. Sophia menarik napas dalam-dalam. "Ibu benar-benar keterlaluan," katanya. "Ide itu tiba-tiba saja muncul. Lalu dia mengirim beribu-ribu telegram dan semuanya haru diatur dalam waktu singkat. Kenapa Josephine harus pergi ke Swiss dengan tergesa-gesa?" "Barangkali karena sekolah itulah. Aku rasa temanteman sebaya akan baik untuk Josephine." "Tapi Kakek tidak berpendapat begitu," kata Sophia keras kepala. Aku merasa sedikit jengkel "Sophia, apakah kau memang yakin bahwa pendapat seorang laki-laki berumur delapan puluh tahun lebih tentang seorang anak adalah pendapat yang terbaik?" "Pendapamya adalah yang terbaik dari pendapat orangorang lain di rumah ini," kata Sophia. "Lebih baik dari Bibi Edith?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Tidak. Barangkali tidak. Dia senang sekolah. Memang Josephine jadi menyulitkan - dia jadi terbiasa mencuri-dengar pembicaraan orang. Tapi kelihatannya itu karena dia senang main detektif." Benarkah bahwa hanya demi kebaikan Josephine maka Magda mengambil kepurusan yang tiba-tiba" Aku tidak tahu. Josephine benar -benar tahu dengan baik segala sesuatu yang terjadi sebelum peristiwa pembunuhan itu, dan itu semua bukanlah urusannya. Kehidupan sekolah yang sehat dengan bermacam permainan mungkin lebih baik untuknya. Tapi aku tidak bisa memahami keputusan Magda yang begitu tibatiba. Swiss bukanlah tempat yang dekat. 16 AYAH mengatakan, "Biarkan mereka berbicara denganmu." Ketika aku bercukur esok paginya, aku berpikir-pikir tentang apa yang telah terjadi. Edith de Haviland telah berbicara padaku - dia mencariku hanya untuk berbicara. Clemency juga telah berbicara denganku (atau aku yang berbicara padanya"). Magda sudah bicara denganku - dalam arti aku adalah salah seorang pendengar siarannya. Sophia tentu saja bicara denganku. Bahkan Nannie juga telah bicara denganku. Apakah sekarang aku jadi lebih mengerti" Apakah ada kata-kata atau kalimatkalimat penting" Dan apakah ada kesombongan yang luar biasa seperti yang dikatakan Ayah" Aku belum bisa melihatnya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Satu-satunya orang yang kelihatannya tidak punya keinginan untuk bicara denganku atau membicarakan sesuatu denganku ada!ah Philip. Bukankah itu agak luar biasa" Tentunya dia tahu bahwa aku ingin menikahi anaknya. Namun dia tetap bersikap seolah-olah aku tidak ada di rumah ini. Barangkali dia tidak menyukai kehadiranku di sini. Edith de Haviland telah minta maaf untuknya. Edith mengatakan Philip memang begitu sikapnya. Dan dia sendiri menunjukkan rasa prihatin mengenai Philip. Mengapa" Aku membayangkan ayah Sophia. Dia memang seorang individu yang kelihatan tertekan. Pada waktu kecil dia anak agak yang iri hati dan tidak bahagia. Dia telah dipaksa untuk melihat dirinya sendiri saja. Dan melarikan diri pada buku-buku-sejarah masa lalu. . Sikapnya yang dingin dan tertutup mungkin menyimpan suatu amarah. Adanya motif sehubungan dengan uang yang akan diterimanya karena kematian ayahnya adalah sangat tidak meyakinkan. Aku tidak percaya bahwa Philip akan tega membunuh ayahnya karena dia tidak punya uang sebanyak yang diinginkannya. Tetapi mungkin ada alasan-alasan psikologis yang menyebabkannya melakukan pembunuhan. Philip kembali ke rumah ayahnya dan kemudian Roger pun tinggal di sana karena rumahnya kena bom. Dan Philip setiap hari terpaksa melihat kenyataan bahwa Roger adalah anak kesayangan ayahnya. . Mungkinkah kematian ayahnya membuat dia merasa lega" Dan seandainya tuduhan itu dilontarkan pada kakaknya" Roger tidak punya uang - dia hampir bangkrut. Seandainya Philip mendengar percakapan terakhir ayahnya dengan Roger mengenai bantuan keuangan itu. Dengan kematian ayahnya pasti Roger yang akan dicurigai. Apakah keseimbangan mental Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Philip begitu rapuh sehingga dia akan terdorong untuk melakukan pembunuhan" Daguku tergores pisau cukur dan keluarlah sumpah serapah dari mulutku. Apa yang telah kulakukan" Mencoba menuduh ayah Sophia" Sesuatu yang menyenangkan memang! Tapi bukan itu yang diinginkan Sophia dengan kehadiranku di sini. Atau justru itu" Ada sesuatu yang tersembunyi di balik permintaan Sophia. Seandainya dia merasakan adanya kecurigaan terhadap ayahnya, dia pasti tidak mau menikah denganku - kalau-kalau memang demikianlah kenyataannya. Dan karena dia adalah Sophia - yang berpandangan jernih dan berani, dia menginginkan kebenaran, karena ketidakpastian akan menjadi penghalang abadi di antara kami. Bukankah permintaannya itu berani. "Buktikan bahwa hal mengerikan yang kubayangkan ini tidak benar - tetapi kalau hal itu benar, buktikanlah - sehingga aku tahu apa yang paling buruk dan bisa menghadapinya!" Apakah Edith de Haviland tahu, atau mencurigai Philip" Apa maksudnya dengan ungkapan "pemujaan yang berlebihan?" Dan apakah sebenarnya yang ada di balik pandangan aneh Clemency ketika menjawab pertanyaanku dengan, "Laurence dan Brenda patut dicurigai, bukan?" Semua orang dari keluarga ini menuduh Brenda dan Laurence. Mereka mengharapkan agar bukti-bukti memberatkan Brenda dan Laurence, tetapi sebenarnya mereka tidak yakin bahwa Brenda dan Laurence-lah yang bersalah. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Dan tentu saja, mereka semua salah, dan bisa jadi memang Brenda dan Laurence-lah yang bersalah. Atau, barangkali hanya Laurence, tanpa Brenda. Itu akan lebih mudah. Aku selesai membereskan dagu yang tergores. Aku turun untuk makan pagi dengan keinginan mewawancarai Laurence Brown secepat mungkin. Aku baru sadar setelah minum kopi dua cangkir, bahwa Pondok Bobrok ini telah memengaruhiku. Aku sudah terpengaruh ingin mencari pemecahan yang paling cocok dengan diriku, dan bukannya mencari kebenaran. Setelah sarapan aku berjalan melewati lorong ke lantai atas. Sophia telah memberitahu aku bahwa aku bisa menemukan Laurence di ruang belajar Eustace dan Josephine. Aku menjadi ragu-ragu ketika berdiri di depan pintu Brenda. Apa sebaiknya aku membunyikan bel, atau mengetuk pintu, atau masuk saja" Kuputuskan untuk menganggap tempat Brenda sebagai bagian integral rumah Leonides dan bukan tempat pribadi yang tersendiri. Aku membuka pintu dan masuk. Ruangan itu sunyi. Kelihatannya tidak ada siapa-siapa. Di sebelah kiri, pintu yang menuju ruang keluarga tertutup. Di sebelah kanan terdapat pintu terbuka yang memperlihatkan ruang tidur dengan kamar mandi di dalam. Ini adalah kamar maudi yang berdekatan dengan kamar tidur Aristide Leonides, dan yang dipakai untuk menyimpan eserine dan insulin. Polisi telah selesai memeriksanya. Aku membuka pintu dan masuk. Memang mudah bagi siapa saja untuk menyelinap kemari tanpa terlihat orang lain. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Aku berdiri di kamar mandi, melihat berkeliling. Bak mandinya bersih berkilauan. Di satu sisi ada sederet peralaran listrik: piring pemanas dan panggangan, ketel listrik - wajan kecil, toaster - segala macam alat yang diperlukan oleh pelayan kamar untuk ruannya. Di dinding ada lemari berwarna putih. Kubuka lemari itu. Di dalamnya ada peralatan medis, dua gelas obat, gelas pembersih mata, pipet untuk tetes mata, dau beberapa botollain yang diberi label. Aspirin, bubuk boraks, yodium, perban, dan sebagainya. Di sebuah rak yang lain ada seonggok persediaan insulin, dua jarum sumik, dan sebotol alkohol. Pada rak ketiga ada sebuah botol yang diberi label Tablet satu atau dua biji harus dimakan pada malam hari atau sesuai instruksi dokter, Rupanya di sinilah obat tetes mata itu disimpan. Rak itu bersih dan reratur rapi. Siapa pun bisa mengambil sesuatu dengan mudah dari situ, sama mudahnya dengan mengambilnya untuk suatu pembunuhan. Aku bisa melakukan apa saja dengan botol-botol itu dan pergi ke luar tanpa diketahui oleh seorang pun. Memang tak ada yang baru dalam hal ini. Aku hanya membayangkan alangkah sulit tugas polisi. Hanya dari pihak yang memang bersalah saja kita bisa menemukan apa yang kita perlukan. "Gertak saja mereka," kata Taverner padaku - suatu saat. "Biar mereka berpikir bahwa kita tahu sesuatu. Lamakdamaan akan ketahuan juga." Yah, memang yang kami hadapi belum sampai pada taraf itu. Aku keluar dari kamar mandi. Masih tidak ada orang. Aku berjalan di koridor. Melewati ruang makan di sisi kiri, lalu kamar tidur dan kamar mandi Brenda di sisi kanan. Di dalam kamar mandi aku melihat seorang pelayan. Pintu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kamar makan tertutup. Dari sebuah kamar di belakangnya aku mendengar suara Edith de Haviland sedang bicara di telepon. Sebuah tangga spiral membawaku ke atas. Kamar Edith ada di atas. Lalu ada dua kamar mandi lagi. Sesudah itu kamar Laurence Brown. Di belakangnya ada tangga menurun ke ruang belajar yang besar di seberang kamar para pembantu. Aku berhenti di depan pintu. Suara Laurence Brown terdengar agak meninggi. Rupanya penyakit Josephine menular padaku. Tanpa rasa malu aku bersandar di pintu dan mencuri-dengar. Laurence menerangkan sejarah Prancis. Aku terkejut mendengar suara Laurence Brown, karena ternyata dia guru yang hebat. Aku tidak mengerti mengapa hal itu membuatku heran. Bukankah Aristide Leonides adalah penilai karakrer yang sangat jeli. Di balik sikapnya yang pengecut, Laurence punya kemampuan luar biasa untuk menghidupkan antusiasme dan imajinasi muridnya. Drama Thermidor, Robespierre, keagungan Barras, kecerdikan Fouche Napoleon, letnan tempur yang kelaparan - semuanya memang pernah hidup dan kisahnya benar-benar terjadi. Tiba-tiba Laurence berhenti. Dia mengajukan sebuah pertanyaan pada Eustace dan Josephine. Dia membuat mereka menempatkan diri menjadi tokoh sebuah drama. Reaksi Josephine tidak terlalu baik, sedangkan Eustace kedengaran berbeda dari sikapnya yang biasanya sedih. Dia memperlihatkan otak yang cemerlang dan pengetahuan sejarah yang mendalam yang diwarisinya dari ayahnya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Kemudian aku mendengar kursi digeser. Aku mundur beberapa langkah ke arah tangga, sehingga kelihatan seolah-olah baru sampai ketika pintu terbuka. Eustace dan Josephine keluar. "Halo," sapaku. Eustace kelihatan terkejut melihatku. "Ada yang kauperlukan?" tanyanya sopan. Tanpa menghiraukan aku, Josephine lewat. "Aku hanya ingin melihat ruang belajar," kataku. "Kan sudah pernah" Tempat itu seperti tempat main anak-anak. Dulu juga tempat bermain untuk anak-anak Masih banyak mainan di dalamnya." Dia membukakan pintu dan aku masuk. Laurence Brown berdiri di dekat meja. Dia mendongak, wajahnya berubah merah. Lalu menggumamkan sesuatu sebagai jawaban ucapan selamat pagiku. Dengan cepat dia keluar. "Engkau membuatnya takut," kata Eustace. "Dia gampang ketakutan." "Engkau suka padanya, Eustace?" "Ah, biasa saja. Memang dia dungu." "Tapi dia guru yang baik, bukan?" "Ya. Caranya rnengajar sangat menarik. Dia tahu banyak hal. Dia membuat kita bisa melihat dari sudut yang berbeda. Aku tidak pernah tahu sebelumnya bahwa Henry VIII pernah menulis sajak untuk Ann Boleyn, satu saja sajak yang sangat indah." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Sejenak kami berbicara tentang The Ancient Mariner, Chaucer, implikasi-implikasi politik di balik Perang Salib, pandangan-pandangan orang di Abad Pertengahan, dan fakta yang mengherankan di mana Oliver Cromwell melarang perayaan Natal. Di balik sikap Eustace yang mudah marah dan tersinggung itu, ternyata ada suatu kemampuan yang cemerlang. Aku mulai mengerti hal-hal yang membuatnya cepat marah. Kemarahannya bukan karena sifarnya yang memang demikian, akan tetapi karena kekecewaan dan kegetiran yang harus diterimanya pada saat dia ingin menikmati kehidupan. "Aku akan naik kelas dua SMA kuartal depan. Dan aku tidak suka tinggal dan belajar di rumah dengan seorang anak badung seperti Josephine. Dia kan baru berumur dua belas tahun." "Ya. Tapi kalian kan tidak mempelajari hal yang sama?" Buku Catatan Josephine Crocked House Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Benar. Dia memang belum belajar matematik dan bahasa Latin lanjutan. Tapi kan nggak enak belajar dari guru yang sama dengan seorang gadis kecil." Aku mencoba menghiburnya dengan mengatakan bahwa untuk anak seusia Josephine, dia termasuk gadis yang sangat cerdas. "Benarkah begitu" Kurasa dia menyebalkan. Dia senang sekali memamerkan kebolehannya sebagai detektif. Dia mengintip di mana-mana lalu menuliskan apa yang dilihatnya di buku hitamnya, seolah-olah menemukan banyak hal. Dia sih anak konyol," kata Eustace sebal. "Aku rasa," kata Eustace lagi, "seorang gadsi tak bisa jadi detektif. Aku sudah mengatakan hal itu padanya. Dan aku Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ rasa Ibu memang benar. Lebih cepat dia ke Swiss, lebih baik." "Apa kau tidak akan kangen padanya?" "Kangen pada anak seperti dia?" kata Eustace sombong. "Tentu saja tidak. Ya Tuhan-rumah ini benar-benar keterlaluan! Ibu selalu bolak-balik ke London untuk merayu penulis-penulis drama agar mau menulis sesuatu untuknya. Dan Ayah mengunci diri dengan buku-bukunya. Dia kadang-kadang tidak mendengar apa yang kita katakan. Karena itu tidak ada gunanya merasa kehilangan orangtua aneh seperti mereka. Lalu Paman Roger - begitu baik bahkan terlalu baik, sehingga kita malah merasa kasihan. Bibi Clemency memang nggak apa-apa. Dia tidak suka ikut campur. Tapi kadangkadang pedas juga omongannya. Bibi Edith juga baik, tetapi dia sudah tua. Sejak kedatangan Sophia, semuanya kelihatan lebih semarak - walaupun kadang-kadang dia juga bisa mengeluarkan kata-kata tajam. Tapi rumah ini secara keseluruhan aneh. Ada nenek tiri yang seumur dengan bibi atau kakak perempuan. Pokoknya semua membuatku merasa tolol." Aku mengerti apa yang dirasakannya. Aku juga masih ingat (walaupun hanya samar-samar) akan kepekaanku, perasaanku yang mudah tersinggung ketika aku seumur Eustace. Aku begitu takut kelihatan lain dari yang lain. "Bagaimana dengan kakekmu'" tanyaku. "Apa kau sayang padanya?" Sebuah ekspresi aneh terbayang di wajah Eustace. "Kakek adalah seorang antisosial!" "Maksudmu?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Pikirannya hanya berputar di sekitar mencari keuntungan. Laurence mengatakan bahwa hal itu tidak baik. Dan Kakek juga seorang yang sangat individualistis. Padahal yang begitu itu seharusnya hilang dari kita. Bukankah demikian?" "Yah, tapi dia sudah meninggal," kataku sedikit kasar. "Aku rasa ibu baik untuknya," kata Eustace. "Bukannya aku tidak berperasaan, tapi dengan umur seperti dia, aku rasa dia tidak bisa lagi menikmati hidup!" "Benarkah?" "Pasti tidak. Sudahlah, dia kan sudah meninggal. Dia. ." Eustace berhenti ketika Laurence Brown masuk ke dalam ruangan. Laurence mencari-cari sebuah buku. Tapi aku merasa dia memandangku dengan mencuri-curi. Dia melihat jam tangannya dan berkata, "Datanglah kembali jam sebelas tepat, Eustace. Kita sudah membuang-buang banyak waktu beberapa hari ini." "Baik, Pak." Eustace berjalan santai sambil bersiul. Laurence Brown melirik tajam ke arahku. Dia membasahi bibirnya satu atau dua kali. Aku yakin bahwa dia kembali ke ruang ini karena ingin bicara denganku. Akhirnya, setelah mengambil dan mengembalikan buku, dan berpura-pura mencari sebuah buku yang hilang, dia berkata, "Bagaimana, sudah ada berita?" "Dari mana?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Polisi." Hidungnya mengernyit. Seekor tikus di dalam perangkap, pikirku. "Aku bukan orang kepercayaan mereka," jawabku. "Tapi ayah Anda kan asisten Komisaris." "Benar. Tapi kan dia tidak akan membocorkan rahasiarahasia dinas." Aku sengaja berkata dengan nada congkak. "Kalau begitu Anda tidak tahu bagaimana - apa seandainya..." Suaranya menghilang. "Mereka, tidak akan menangkap orang kan?" "Rasanya tidak. Tapi aku juga tidak terlalu tahu." Biarkan mereka ketakutan, begitu kata Inspektur Taverner. Nah, rupanya Laurence Brown sudah ketakutan. Dia mulai bicara dengan cepat dan gugup, "Anda tak bisa merasakan. . ketegangan. . tanpa mengetahui apa-apa - maksud saya datang dan pergi begitu saja - mengajukan pertanyaan-pertanyaan. . yang tak ada hubungannya dengan kasus itu..." Dia berhenti. Aku menunggu. Dia ingin bicara. Jadi biarlah dia bicara. "Anda hadir bukan, ketika Inspektur melemparkan tuduhan-tuduhan keji itu" Tentang Mrs. Leonides dan saya. . Itu keji. Membuat orang tidak berdaya. Tak ada yang bisa membendung orang lain untuk tidak berpikir yang bukan-bukan! Dan tujuan keji itu tidak benar. Hanya karena dia jauh lebih muda dari suaminya. Orang memang punya Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ pikiran yang mengerikan - mengerikan. Saya merasa bahwa semua itu memang direncanakan." "Direncanakan" Menarik sekali.' Memang agak menarik melihat cara berpikirnya. "Keluarga itu - maksudku keluarga Leonides, tidak berbaik-baik dengan saya. Mereka dingin. Saya selalu merasa bahwa mereka benci pada saya." Tangannya mulai gemetar. "Hanya karena mereka kaya dan-berkuasa. Mereka menghina saya. Saya tak berarti apa-apa bagi mereka. Hanya seorang guru. Hanya seorang anti wajib militer. Dan keberatan saya memang tidak asal-asalan!" Aku hanya diam. "Baik," katanya. "Kalaupun saya takut mau apa" Saya memang takut membuat ini semua berantakan. Takut menarik pelatuk. Bagaimana kita bisa yakin yang kita bunuh adalah seorang Nazi" Barangkali saja dia seorang anak baik-baik - seorang anak desa - yang tak punya pilihan politik apa pun, tapi hanya seorang yang terpanggil untuk berbakti pada negaranya. Menurut saya perang itu salah, jahat. Mengertikah Anda" Saya yakin perang itu suatu kesalahan." Aku masih berdiam diri. Aku yakin bahwa dengan berdiam diri aku akan tahu lebih banyak. Laurence Brown sedang berdebat dengan dirinya sendiri, dan dengan demikian dia memperlihatkan dirinya. "Setiap orang menertawakan saya." Suaranya gemetar. "Kelihatannya saya memang selalu membuat diri sendiri dicemooh. Saya bukannya tak punya keberanian - tapi saya selalu melakukan kesalahan. Saya pernah masuk ke dalam rumah yang sedang terbakar untuk menyelamatkan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ seorang wanita. Dan orang mengatakan bahwa saya terjebak. Padahal saya hanya salah jalan dan asap membuat saya pingsan. Dan pemadam kebakaran mencari saya dengan susah payah. Saya mendengar mereka bilang, 'Kenapa sih si tolol ini ikut-ikutan"' Tidak ada gunanya berusaha. Semua orang memusuhi saya. Siapa pun pembunuh Mr. Leonides, dia mengaturnya sedemikian rupa sehingga tuduhan jatuh pada saya. Seseorang membunuh dia supaya saya hancur." "Bagaimana dengan Mrs. Leonides?" tanyaku. Wajahnya merona. Dia kelihatan lebih seperti manusia dan bukan seperti tikus lagi_ "Mrs. Leonides baik sekali," katanya. "Bidadari. Sikapnya yang manis dan baik pada suaminya yang tua sungguh luar biasa. Lucu kalau ada orang menghubungkan dia dengan peracunan. Dan inspektur itu tidak bisa melihat hal itu!" "Dia memang berprasangka," kataku. "Karena kasuskasus yang ditanganinya menunjukkan banyaknya suamisuami tua yang sering diracun istri muda mereka." "Benar-benar tolol." kata Laurence Brown marah. Dia berbalik ke arah lemari buku di sudut dan mutai mencari-cari sesuatu di situ. Aku merasa tidak akan mendapat lebih banyak informasi lagi darinya. Karena itu aku keluar perlahanlahan. Ketika aku sedang berjalan di lorong, sebuah pintu di sebelah kiri tiba-tiba terbuka, dan Josephine hampir saja jatuh menimpaku. Wajahnya seperti setan dalam pantomim kuno. Wajah dan tangannya sangat kotor dan sebuah jaring labah-Iabah yang besar menempel di sebuah telinganya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Dari mana kamu, Josephine?" Aku mengintip pintu yang setengah terbuka itu. Ada dua tangga pendek yang menuju ke ruangan persegi seperti langit-langit. Aku bisa melihat samar-samar beberapa tangki besar di atas. "Dari ruang tangki air." "Apa yang kaulakukan?" Josephine menjawab dengan singkat, "Mengamat-amati." "Apa yang kauamati di antara tangki-tangki itu?" Josephine hanya menjawab, "Aku harus rnencuci tangan." "Tentu saja." Dia menghilang di sebuah pintu kamar mandi terdekat. Dia melihat ke belakang sambil berkata, "Kelihatannya sudah saatnya ada pembunuhan kedua. Bukankah begitu?" "Apa maksudmu - pembunuhan berikutnya?" "Ya. Di buku selalu ada pembunuhan kedua. Orang yang tahu sesuatu akan dibunuh sebelum dia mengatakan apa yang diketahuinya." Kemelut Blambangan 13 Pendekar Bloon 1 Neraka Gunung Bromo Rahasia Bunga Cubung Biru 1