Ceritasilat Novel Online

Kembalinya Manusia Rendah 4

Kembalinya Si Manusia Rendah Karya Rajakelana Bagian 4


Wan-kui "menyaksikan kejahatan kalian sungguh saya harus
melupakan kebodohan diri sendiri." sahut Kwee-kim-in
"jika memang ingin mati maka rasakanlah ini !"
bentak Bu-seng sambil menerjang dengan pukulan
sakti yang mengeluarkan hawa panas, Kwee-kim-in
yang sudah waspada dengan tenang menyambut
pukulan tersebut "blamm?" suara hentakan dahsyat meldak membuat
tempat itu bergetar, Bu-seng terlempar tiga meter
sementara Kwee-kim-in hanya bergetar, Bu-seng yang
tidak mengira kekuatan lawan dengan rasa jengkel
menyerang lagi, Kwee-kim-in dengan ilmu "im-yangsian-sin-lie" memapaki serangan, Wan-kui yang juga
tidak menyangka melihat rekannya terlempar
demikian rupa bersamaan menyerang Kwee-kim-in.
Pertempuran tingkat tinggi yang amat luar biasa
berlangsung seru, tarian im-yang yang dikeluarkan
Kwee-kim-in sungguh gesit, indah dan luar biasa,
diselingi suara gemerisik yang membuat daya
serangan kedua lawannya mental dan meleset, kedua
lawannya berusaha merubuhkan Kwee-kim-in, namun
kali ini mereka harus puas dengan kondisi terdesak
hebat, kibasan-kibasan ujung sabuk Kwee-kim-in
membuat mereka terkejut, belum lagi dua serangan
tangan dan suara gemerisik yang mematahkan
semangat tempur mereka. Pada jurus keseratus sebuah tamparan keras
mengenai bahu kiri Wan-ki dan akibatnya Wan-ki
terpapar kesamping sambil memuntahkan darah
segar, Mo-san-lohap langsung bergerak membantu
kedua rekannya, dan kali ini tiga cianpwe tingkat
senior menjajal kehebatan Kwee-kim-in.
Kwee-kim-in meningkatkan kehebatan ilmu "im-yangsian-sin-lie" kandungan langkah-langkah "kim-penghok-te-pat" dan "sin-tiauw-poh-chap-sha" membuat
ketiga lawannya bagai bermain dengan bayangan
sendiri, Nancao-mo-sam mengerahkan segala
kemampuan untuk merobohkan lawan yang amat
handal ini, namun sampai tiga ratus jurus mereka
belum dapat mendesak Kwee-kim-in, daya serang
Kwee-kim tetap kuat dan dahsyat berkat "liong-tinsiulian" yang luar biasa, ketiga lawannya sudah mandi
keringat dan nafas sudah mulai memburu, sementara
Kwee-kim hanya dahinya yang berkeringat dan
nafasnya demikian tenang.
Ketika malam sudah tiba Nancao-mo-sam sudah
sangat kepayahan, sehingga dua pukulan dan satu
tentangan menghantam tubuh ketiganya, dan kembali
ketiganya memuntahkan darah segar untuk kesekian
kalinya, dan kali ini Wan-kui tidak bisa
mempertahankan nyawanya karena pukulan pada
dadanya telah meremukkan jantung hingga ia tewas,
Mo-san-lohap dengan kalap menerkam
"duk?".plak?" dua pukulan beradu, Mo-san-lohap
terlempar dengan nyawa putus karena pembulu
darahnya hancur berantakan dan kepalanya pecah
akibat kepretan ujung sabuk.
Saat itu empat she-taihap muncul, Bu-seng yang
hendak berdiri namun tidak kuasa dan diapun limbung
dan jatuh tergeletak pingsan.
"bagaimana keadaanmu sumoi ?" tanya Sim-couwpeng "saya baik-baik saja suheng, bagaimana dengan anak
buah nancao-mo-sam ?"
"mereka sudah ditundukkan, dan sebagian kecil
tewas." "hmh" hanya satu dari mereka ini yang tidak tewas."
ujar Kwee-kim-in sambil melihat keadaan Bu-seng.
"lalu apa yang kita perbuat dengan orang tua ini ?"
sela Cu-kang "kita harus penjarakan dia dikota terdekat
sebagaimana yang dilakukan Ui-hai-siang-liong pada
pendekar yang lain." sahut Kwee-kim-in.
"benar, setidaknya kita bisa minta bantuan
pemerintah di Wuhan, karena keadaan nancao
sekarang tidak stabil dan kekosongan pemerintahan."
sela Lauw-kun "baik..marilah kita kembali ke dalam kota untuk
bermalam, dan besok kita akan melanjutkan
perjalanan ke kota Wuhan." ujar Sim-couw-peng, lima
she-taihap pun kembali kedalam kota dan
melewatkan malam dipenginapan, keesokan harinya
lima she-taihap dan Bu-seng meninggalkan kota
Nancao. Kota Lijiang di sebuah rumah mewah sedang terjadi
pertemuan penting, dalam ruangan itu tiga orang tua
yang ditakuti dengan sebutan Lijiang-sam-ok, mereka
adalah Sin-ciu-sian, Lou-ciangbujin dan Songciangbujin, sudah delapan bulan ketiga kawanan
kosen itu membuat Lijiang resah, dalam menjalankan
tindak kejahatannya ketiga orang itu bekerja tanpa
kaki tangan, mereka membantai habis para pendekar
yang menantang mereka, para hartawan juga tidak
luput dari keganasan ketiga kawanan ini, kemudian
hartanya dirampas. Hari itu kota Lijiang diguyur hujan lebat, jalanan yang
biasanya ramai nampak lenggang, disebuah
penginapan tamanya nampak berjubel, karena para
pedagang jalanan yang sudah selesai makan tertahan
untuk menunggu hujan reda, sementara para tamu
juga terus berdatangan. Lima orang pendatang baru sedang melintasi jalan
raya, dengan mantel dan tudung kepala kelimanya
menapak jalan penuh genangan air, ketika kelimanya
manatap penginapan yang berjubel, mereka melewati
pinginapan tersebut, sudah empat likoan she-taihap
lewati, namun karena berjubelnya tamu, she-taihap
terus menyusuri jalan untuk mencari likoan yang tidak
padat oleh tamu. Akhirnya diujung gang, sebuah likoan kecil masih
dapat menampung tamu, kelimanya memasuki likoan,
dan nempaknya ada dua meja yang kosong, seorang
pelayan menyambut mereka dan mempersilahkan
mereka duduk. "apa yang hendak dipesan tuan ?"
"sediakan dulu teh hangat !" ujar Sim-couw-peng,
tidak berapa lama teh hangatpu datang, benerapa
saat kemudian merekapun memesan makanan,
disamping mereka seorang lelaki tua sedang makan
dengan tenang, kemudian dua orang memasuki likoan
sementara meja sudah penuh, kedua orang itu
mendekati pak tua "pak tua menyingkirlah, kami hendak memakai
tempat dudukmu !" bentak seorang dari keduanya
yang berkepala botak dan ikat kepala warna hitam
"silahkan saja ambil kursi dan duduklah, meja ini
dapat kita pakai bersama." sahut lelaki tua itu
"tidak bisa, lebih baik kamu pergi sebelum kamu
dapat masalah." Bantah orang berambut tebal dan
berowok yang lebat "sicu, aku sedang makan, jadi janganlah
memaksakan kehendak." sahut si pak tua
"sialan..kamu mau cari mampus tidak menurut pada
"tiat-bouw-ji" (dua harimau besi)." bentak sikepala
botak "sicu, kalian janganlah memaksakan kehendak,
saudara tua itu telah mau berbagi meja, dan
seharusnya tida ada yang perlu diributkan." sela Cukang, kedua orang itu menatap Cu-kang dengan
pandangan berkilat marah "jangan ikut campur urusan "tiat-bouw-ji" kalau mau
selamat." "jangan sesumbar dan memandang remeh orang
lain." sahut Cu-kang
"sialan"! kamu berani menantang Tiat-bouw-ji,
rasakan ini..!" teriak sikepala botak dan melepaskan
pukulan sakti, namun "heghh".." sikepala botak terduduk dengan nafas
sesak, karena pukulannya sendiri balik menghantam
dadanya, darah meleleh dari sudut bibirnya, para
tamu sontak panik dan menyingkir
Sirambut tebal terbelalak melihat rekannya pucat
meringis kesakitan, dengan pandangan marah
siberowok lebat menerjang Cu-kang
"aduowwwhhhh?" si berowok menjerit sambil
memegang kakinya, karena sumpit Cukang menusuk
telapak kakinya sehingga membuat darahnya tersirap
dan mengepos detakan jantungnya, rasa sakit
membuat bulu romanya berdiri, keduanya dengan
wajah pucat berdiri dan dengan tertatitih
meninggalkan penginapan. "terimakasih taihap?"ujar si pak tua
"sama-sama cianpwe, mereka memang tidak tahu diri
dan berlaku kasar." sahut Cu-kang
"sepertinya kalian ini pendatang baru."
"benar cianpwe, kami datang dari selatan."
"saya juga pendatang baru."
"hendak kemanakah tujuan cianpwe ?"
"saya hendak kembali ke timur, dan para sicu hendak
kemanakah ?" "kami juga hendak menuju ke timur."
"wah kenapa mengambil jalan memutar sicu, kenapa
tidak dari selatan langsung ke timur ?"
"perjalanan kami juga sedang menyisir keadaan
cianpwe." "menyisir tionggoan merupakan tradisi she-taihap,
apakah saya berhadapan dengan she-taihap ?"
"benar cianpwe, tapi apa maksud cianpwe menyisir
tionggoan tradisi she-taihap ?"
"mungkin she-taihap tidak menyadari apa yang telah
dilakukan generasi she-taihap dari dulu, hampir
disetiap generasi she-taihap ada yang menyisir daerah
tionggoan sebagai amanah yang diwariskan
pendahulu kalian, pendahulu kalian tidak dipungkiri
adalah bengcu, posisi bengcu memang tidak
diwariskan, namun semangat dan tanggung jawab
bengcu sudah menjadi bagian dari she-taihap.
"kami tidak menyadari hal itu cianpwe, dan kalau
boleh tahu siapakah cianpwe ?"
"saya hanya seorang tabib she-taihap, saya bermarga
wan" "oh"tak disangka kita dapat bertemu disini cianpwe."
sela Kwee-kim-in." "eh"apa maksudnya she-taihap ?"
"tentunya cianpwe adalah wan-yokong, bukan ?"
"hmh"benar, orang memanggilku seperti itu."
"perkenalkan saya adalah Kwee-kim-in dan ini empat
suheng saya, dan kami termasuk bagian dari misi
tugas yang cianpwe sepakati dengan Ui-hai-siangliong." "oh..begitu rupanya, jadi Im-yang-sin-taihap tentu
sudah mengetahui keadaan yang melanda dunia
persilatan." "sudah cianpwe, dan kami telah bertemu dengan Kaohong-li, dan apakah cianpwe sudah memperoleh
jamur Linzi ?" "sudah, saya sudah mendapatkannya didaerah Tibet."
"syukurlah kalau begitu, karena tujuan kita samasama kekota Bao di timur alangkah baiknya jika kita
mengadakan perjalanan bersama."
"demikianpun bagus sumoi, bagaimana cianpwe ?"
sela Sim-couw-peng "tentu aku juga tidak keberatan she-taihap, dan
kapankah perjalanan kita mulai ?"
"tentunya kita harus membereskan Lijiang-ok-sam
cianpwe, karena kami yakin bahwa ketiga kawanan
ini juga boneka bagi Pah-sim-sai-jin."
"hmh".saya juga sudah mendengar sepak terjang
mereka sebelum memasuki kota Lijiang."
"jadi malam ini kita akan menginap untuk
menundukkan Lijiang-sam-ok." ujar Sim-couw-peng,
dan makan pun dilanjutkan.
Malam harinya Kwee-kim-in mengunjungi kediaman
Lijiang-ok-sam, Kwee-kim-in dengan ilmu gin-kangnya
yang luarbiasa mengendap-endap, disebuah ruangan
nampak empat orang sedang duduk, Kwee-kim-in
tidak menduga bahwa orang keempat itu adalah Pahsim-sai-jin "kalian bertiga persiapkan diri, karena mungkin dalam
jangka dekat akan datang lawan berat bagi kalian,
ketiga rekan kalian di kota Nancao telah ditaklukkan."
"kami siap".kami akan menghadapi lawan berat."
"mereka adalah she-taihap, musuh besar saya dan
harus kalian bunuh, walaupun kalian harus ikut
tewas." "kami akan membunuh musuh pah-sim-sai-jin
walaupun harus tewas."
"bagus, saya akan berada di belakang kalian." ujar
Pah-sim-sai-jin dan kemudian suasana hening
kembali. Kwee-kim-in segera meninggalkan tempat itu dan
kembali kepenginapan "suheng, kali ini kita harus lebih hati-hati, karena pahsim-sai-jin ada disini."
"hmh"kalau begitu hal ini berat bagi kita." sahut Liwan-fu "benar, dan Pah-sim-sai-jin sudah mengetahui bahwa
bonekanya di nancao sudah takluk dan mengetahui


Kembalinya Si Manusia Rendah Karya Rajakelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

juga bahwa kitalah yang menaklukkannya."
Lalu bagaimana selanjutnya, apa yang harus kita
perbuat ?" sela Lauw-kun, sesaat semuanya terdiam
"menurut saya, kita tetap harus bertemu dengan
Lijiang-ok-sam dan melawan mereka."
"lalu bagaimana dengan pah-sim-sai-jin sendiri, kita
jelas tidak tahu kekuatan dan kemampuan Lijiang-oksam, dan yang pasti kita berempat di bawah tingkat
pah-sim-sai-jin." sela Cu-kang.
"bagaimana pendapatmu sumoi ?" tanya Sim-couwpeng "saya sependapat dengan Wan-cianpwe, pilihan kita
hanya itu, dan perkiraan saya, kita masih dapat
mengatasinya, jika sekiranya saya tidak terganggu
dengan ilmu hipnotis pah-sim-sai-jin."
"untuk hal itu saya hanya bisa sedikit membantu."
sela Wan-yokong "bagaimana cianpwe, apa yang harus dilakukan untuk
menghadapi ilmu hitam pah-sim-sai-jin ?"
"siapa yang akan menghadapi pah-sim-sai-jin ?" tanya
Wan-yokong "saya cianpwe." jawab Kwee-kim-in
"menurut pengalaman saya ilmu hipnotis pah-sim-saijin amat luar biasa, dan jujur saya katakan bahwa
saya juga tidak tahu apakah akan berhasil."
"katakanlah wan-yokong, dan tidak ada salahnya
untuk mencoba." Sela Sim-couw-peng
"cara yang saya ketahui untuk menangkal hipnotis
adalah memakai tutup kepala emas dan telapak kaki
maupun tangan harus dilumuri dengan darah yang
sulit dan tidak mampu kita dapatkan."
"memangnya darah apakah wan-cianpwe ?" sela
Lauw-kun "darah bayi yang baru lahir." Jawab wan-yokong, lima
she-tai-hap terkejut. "apakah darah itu satu kemestian cianpwe ?"
"benar kalau ingin daya tangkal lebih baik."
"apakah artinya pakai penutup kepala emas sudah
bisa dipadakan ?" "dipadakan sih bisa laihap, tapi apakah akan mampu
lihap hadapi, masalahnya untuk dua syarat itu saja,
saya tidak tahu apakah akan mampu menagkal
hipnotis pah-sim-sai-jin yang demikian hebat sehingga
mampu menguasai orang yang ribuan mil jauhnya,
dan itu bukan hanya seorang tapi bahkan ratusan
orang, dan faktanya orang-orang itu memiliki sin-kang
yang tidak rendah " "dasarnya tentu sin-kang cianpwe, bukankah begitu ?"
sela Li-wan-fu "benar, jika sin-kang jauh diatas si pemilik ilmu hitam,
tentunya mampu diatasi, tapi siapakah yang memiliki
tujuh kali lipat sin-kang pah-sim-sai-jin ?" sahut Wanyokong, semuanya terdiam dan tercenung
"memang sungguh sulit kalau begitu, menurut
perkiraan saya Bu-ko sendiri tidak akan sampai tujuh
kali lipat diatas pah-sim-sai-jin." gumam Kwee-kim-in.
"lalu taroklah cianpwe tidak yakin dengan penutup
kepala emas dan darah tersebut, apakah tetap akan
ada pengaruh jika memakai dua syarat itu." sela Cukang "tetap akan berpengaruh terlebih kalau sin-kang
sipemakai diatas pah-sim-sai-jin."
"kalau begitu pantas dicoba penutup kepala emas
tersebut." sela Kwee-kim-in
"tapi kalau hanya tutup kepala tanpa darah, sangat
berbahaya sumoi." sela Sim-couw-peng
"tidak mengapa suheng, hanya apakah wan-cianpwe
memiliki pendapat mengatasi bau amis yang
dikeluarkan pah-sim-sai-jin ?"
"kalau hal itu saya hanya dapat sarankan laihap
makan bunga kanoka dan mengoleskan bubuk
ginseng naga dibawah hidung."
"dimana kita dapatkan ginseng naga itu ?"
"saya memiliki bubuk ginseng naga itu, dan bunga
kanoka ada saya lihat tumbuh dipintu gerbang barat."
"bagaimana sumoi adakah kita akan lanjut
menghadapi pah-sim-sai-jin ?"
"benar suheng, kita tidak akan surut mundur, semoga
para suheng dapat mengatasi Lijiang-ok-sam dan
saya sedaya yang ada akan menghadapi pah-sim-saijin." "baiklah kalau begitu, besok kita akan ketempat
kungcu atau hartawan. dan Cu-sute akan kepintu
barat untuk mengambil bunga kanoka." ujar Simcouw-peng. "dan biarlah saya disini untuk mempersiapkan bubuk
ginseng naga tersebut." sela Wan-yokong.
"baiklah cianpwe." sahut Sim-couw-peng, lalu
merekapun bubar, Kwee-kim-in kembali kekamarnya,
begitu juga dengan Li-wan-fu, Cu-kang dan Wanyokong. Keesokan harinya cukang menuju gerbag kota
sebelah barat dan empat she-taihap keluar mencari
kungcu atau hartawan, empat she-taihap tidak dapat
menjumpai kungcu, karena kungcu di Lijiang sudah
tewas, dan pemerintahan kosong dipegang oleh
seorang ciangkun tapi kondisinya juga parah dan
tidak bisa diharapkan, karena kekayaan sudah dikuras
Lijiang-ok-sam, namun oleh ciangkun she-taihap
disuruh menemui Ma-wangwe
"Ma-wangwe seorang yang culas dan berkepandaian
tidak rendah." "apakah hanya dia hartawan yang tidak diganggu
LIjiang-ok-sam?" tanya lauw-kun
"benar, karena ketika Lijiang-ok-sam memasuki kota,
dia telah memberikan gedung mewah miliknya untuk
ditempati Lijiang-ok-sam, dan bahkan memberikan
daftar para hartawan untuk diganyang Lijiang-oksam." "baiklah kalau begitu ciangkun, kami akan menjumpai
Ma-wangwe." ujar Sim-couw-peng.
ketika empat she-taihap memasuki halaman rumah
Ma-wangwe, empat penjaga dengan wajah sangar
mendekat "cepat enyah dari sini, ini kediaman Ma-wangwe !"
"kami mau bertemu Ma-wangwe." sahut Lauw-kun
"tidak boleh, Ma-wangwe sedang istirahat dan tidak
menerima tamu." "kalau tidak boleh, kami akan memaksa." tantang
Lauw-kun "kalian mau cari mati..!" bentak lelaki bertubuh besar
dan memukul dengan tangannya yang kekar, Lauwkun menagkap tangan dan langsung meremasnya, si
penjaga menjerit-jerit kesakitan sembali
melayangkan sebuah pukulan, namun apes baginya,
tanyannya yang sebelah juga ditangkap dan diremas,
urat lehernya menggembung menahan sakit, karena
kedua pergelangan tangannya seperi dijepit baja
yang kuat. Lauw-kun melemparkan tubuh penjaga tersebut
kearah rekan-rekannya, sehingga mereka rubuh
bersama, karena keributan tersebut puluhan
pengawal Ma-wangwe sudah mengepung she-taihap.
"seraang"." teriak pimpinan pengawal, puluhan orang
langsung menerjang maju,namun mereka harus
terbentur kekuatan dahsyat yang dikeluaarkan empat
she-taihap, puluhan orang yang menerjang terlempar
melayang empat sampai lima meter
"sebelum lebih parah, kalian semua mundur dan
biarkan kami menemui majikan kalian." ujar Simcouw-peng, kumpulan pengawal merasa ciut melihat
puluhan rekan mereka ambruk tidak berdaya.
"siapa pengacau-pengacau ini !" teriak seorang lelaki
tua dengan pakaian mentreng keluar dari dalam
rumah "maaf tuan, empat orang ini hendak memaksa
menemui tuan." Sahut seorang sambil berlutut
didepan Ma-wangwe. "siapa kalian, cepat enyah dari sini dan jangan
mengganggu saya." bentak Ma-wangwe dengan sinis.
"kami butuh bantuan dari Ma-wangwe." sahut Simcouw-peng "heh..saya ini bukan pekerja social, Pergilah" ! kalian
salah alamat." "tidak, hal yang kami butuhkan hanya ada pada Mawangwe." "heh"apa yang kalian butuhkan !?"
"kami minta bantuan pada Ma-wangwe untuk
menyumbangkan emas untuk membuat sebua
mahkota." "enak saja kalian, ngomong seenaknya, aku tidak
akan memberikan hartaku pada kalian."
"jika diminta tidak diberi, terpaksa kami ambil dengan
paksa, jadi silahkan tuan pilih."
"sialan ! bunuh para pengacau ini !" teriak Mawangwe, puluhan pengawalnya bukan malah maju
tapi mundur karena melihat akibat yang diderita
teman-temannya. "heh..! kenapa mundur " cepat enyahkan mereka !"
teriak Ma-wangwe makin marah, muka para
pengawalnya meragu, namun ciutnya nyali mereka
lebih menguasai hati mereka, sehingga sebagian
besar dari mereka menyingkir.
"sialan..kalian semua, susah-susah saya melihara,
ternyata semua tidak ada gunanya."
"sudahlah Ma-wangwe, sebaiknya anda menyerah
daripada mengalami hal yang lebih fatal." sela Li-wanfu, Ma-wangwe menatap empat she-taihap
"baik"apa yang yang harus saya lakukan !?"
"berikanlah kami emas untuk dilebur menjadi sebuah
mahkota." "apakah jika saya penuhi, saya akan kalian ampuni ?"
"benar Ma-wangwe." sahut Li-wan-fu
"baik tunggu sebentar, saya akan ambilkan." ujar Mawangwe, Ma-wangwe masuk kedalam rumah, dan
beberapa lama kemudian dia keluar membawa tujuh
batang emas dengan ukuran sebesar telapak tangan
dewasa dengan ketebalan empat inci.
Sim-couw-peng menerima tujuh batang emas
"apakah ini sudah bisa membuat sebuah mahkota ?"
"sudah cukup untuk kepala yang besar."
"tentu Ma-wangwe tahu tempat pengolahan mata
benda berharga, dimanakah kami dapat orang yang
mengolahnya ?" tanya Lauw-kun.
"kalian ketempat Tio-gan disebelah barat kota, dia
mantan pengerajin benda-benda kerajaan."
"terimakasih Ma-taijin, maaf telah merepotkan !" sela
Kwee-kim-in, dengan jumawa Ma-wangwe menatap
Kwee-kim-in, tapi mukanya tiba-tiba pucat pias, ketika
empat she-taihap menghilang didepan matanya,
tubuhnya menggigil sehingga terduduk.
Empat she-taihap memasuki kediaman Tio-gan yang
sedang sibuk diruang kerjanya
"apakah kami berhadapan dengan Tio-gan ?" tanya
Lauw-kun, Tio-gan menatap empat she-taihap sembari
berdiri kemudian mengambil kain lap membersihkan
tangannya. "siapakah kalian " dan apa keperluan kalian sehingga
datang kesini ?" "kami dari pulau kura-kura, dan hendak minta
bantuan Tio-sicu untuk melebur emas untuk dibuatkan
mahkota untuk kepala perempuan."
"apakah kalian she-taihap ?" seru Tio-gan
"dunia kangowu menamakan kami demikian." sahut
Sim-couw-peng, lelaki berumur lanjut itu pun
membungkuk "selamat datang di pondok saya ini she-taihap, maaf
tidak menyambut sebagaimana harusnya."
"ah"tidak mengapa Tio-sicu, dan dapatkah Tio-sicu
membantu kami dalam hal tadi ?"
"tentu taihap, akan saya bantu, namun membuatnya
butuh waktu tiga hari."
"tidak mengapa, kami akan menunggunya."
"baiklah kalau begitu, manakah emsa yang akan
dilebur tersebut ?" sahut Ma-wangwe, Sim-couw-peng
memberikan tujuh batang emas."
"ukuran kepala siapakah mahkota itu taihap ?"
"ukuran kepala sumoi kami." jawab Sim-couw-peng
sambil menatap Kwee-kim-in, Kwee-kim-in
melangkah mendekati Tio-gan.
Tio-gan mengukur kepala Kwee-kim-in
"sudah kalau begitu kembalilah she-taihap tiga hari
lahi." ujar Tio-gan "baiklah, sekarang kami permisi." sahut Sim-couwpeng, dan empat she-taihap pun meninggalkan
kediaman Tio-gan. Sesampai dipenginapan, ternyata Cu-kang juga sudah
menunggu di penginapan "bagaimana suheng, apakah mahkota emas itu dapat
kita peroleh ?" "sedang diolah dan dalam tiga hari ini akan selesai."
"bagimana dengan bunga kanoka itu Cu-sute ?"
"sudah saya dapatkan dan sedang diracik oleh Wanyokong." Tiga hari kemudian, she-taihap dan Wan-yokong
mendatangi Tio-gan "bagaimana Tio-sicu, apakah mahkota itu sudah
selesai ?" tanya Sim-couw-peng
"sudah she-taihap," jawab Tio-gan dan mengeluarkan
mahkota emas, Sim-couw-peng memperhatikan


Kembalinya Si Manusia Rendah Karya Rajakelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mahkota yang bagian depannya berbentuk segi tiga
berukiran sepasang bebek mandarin, sementara
bagian lingkar berukir bunga kanoka, dan bagian
penutup atas berbentuk dan berukir cangkang kurakura. "terimakasih Tio-sicu, dan berapakah biaya untuk
pembuatan mahkota ini ?"
"tidak usah she-taihap berhitung, tenaga yang
dikeluarkan selama tiga hari ini tidak sebanding
dengan apa yang akan dilakukan oleh she-taihap."
"apakah Tio-sicu tahu untuk apa mahkota ini,
sehingga berkata demikian ?"
"awalnya saya tidak tahu taihap, namun semalam
kedatangan she-taihap yang meminta emas pada Mawangwe terdengar oleh saya, jadi tentunya hal itu
berkaitan langsung dengan kemunculan Pah-sim-saijin di dunia persilatan."
"memang demikianlah Tio-sicu, kita juga sama-sama
tahu betapa unik dan ganjilnya pah-sim-sai-jin."
"benar taihap, lalu apa rencana she-taihap dengan
mahkota ini ?" "mahkota ini dibuat atas saran Wan-yokong untuk
menghadapi pah-sim-sai-jin yang berada dikota ini."
"ah"benarkah ia ada dikota ini taihap ?"
"benar Tio-sicu, semoga saja mahkota ini berguna
untuk menghadapinya." Ujar Sim-couw-peng
"semoga saja taihap, dan mahkota ini saya beri nama
mahkota kura-kura emas." Sahut Tio-gan.
Kemudian she-taihap meninggalkan kediaman Tio-gan
dan menuju markas Lijiang-ok-sam, Lijiang-ok-sam
bersama pah-sim-sai-jin berada di lianbhutia sedang
berlatih "pah-sim-sai-jin keluarlah, aku kwee-kim-in
menantang kamu satu lawan satu." teriak Kwee-kimin, Pah-sim-sai-jin segera keluar bersama lijiang-oksam. Ternyata hanya Kwee-kim-in yang mereka jumpai
berdiri anggun dan gagah, mahkota kura-kura sudah
dipakainya sehingga semakin wajah cantik itu
semakain berkharisma. "phuah"ternyata hanya perempuan, hmh"tapi kamu
amat memikat dan cantik."
"sudah basa-basinya pah-sim-sai-jin, jika berani
bertarunglah dengan saya." tantang Kwee-kim-in
"hehehe..hehehe"boleh..boleh mau bertarung dimana
cantik ! sebaiknya arenanya berlanjut keranjang."
"cih"tutup mulutmu orangtua nakal dan cabul."
bentak Kwee-kim-in "phuah sialan, ringkus perempuan ini !" teriak pah-simsai-jin pada lijiang-ok-sam
"tunggu dulu !" teriak Kwee-kim-in sebelum lijiang-oksam bergerak "hehehe..hehehe". apa lagi manis." ejek pah-sim-saijin "apakah kamu demikian pengecut pah-sim-sai-jin,
sehingga menyuruh orang lain menghadapi
tantanganku !" "sial"mau cari mampus, kamu kira aku takut, mundur
kalian".ciaat"." bentak pah-sim-sai-jin menerjang
dengan marah. Kwee-kim-in mendorong pukulan Im-yang-jie-lie-pat
"blam"." suara ledakan antara pertemuan dua
pukulan sakti menggetarkan tempat tersebut, Pahsim-sai-jin terlempar dua meter, sementara Kweekim-in melenting kebelakang, Pah-sim-sai-jin mengira
Kwee-kim-in kalah tenaga, sehingga dengan
semangat dia mengejar, Kwee-kim-in tidaklah kalah
tenaga, itu hanya sebuah trik memancing pah-sim-saijin menjauhi tempat lijiang-ok-sam, Kwee-kim-in
mennggunakan tenaga dorongan pah-sim-sai-jin
untuk melenting kebelakang, bahkan saat pah-simsai-jin mengejar, Kwee-kim-in melompat menjauhi
marka. "hehehee..hehehe" jangan lari cantik, kamu telah
menggoda saya, akan kulumat tubuhmu yang sintal,
kuremas tubuhmu yang aduhai." ujar pah-sim-sai-jin
senyum penuh birahi mengejar Kwee-kim-in. Kweekim-in berhenti disebuah lembah dipinggir kota lijiang,
dengan gagah sabuk warna merah miliknya sudah
disandangkan, kemilau mahkota emas demikian
cemerlang ditimpa sinar matahari.
Pah-sim-sai-jin terkejut dan silau oleh sinar kemilau
emas dikepala Kwee-kim-in, dan ketika melihat sabuk
yang tersampir dileher Kwee-kim-in membuat Pahsim-sai-jin tercenung. "apa hubunganmu dengan im-yang-sin-taihap !?"
tanya pah-sim-sai-jin meragu
"beliau adalah suamiku." Jawab Kwee-kim-in, sesaat
pah-sim-sai-jin clingak-clinguk memperhatikan
sekitarnya, ingin memastikan apakah im-yang-sintaihap ada ditempat itu. "majulah orangtua bejat !" tantang Kwee-kim-in,
mendengar hal itu pah-sim-sai-jin langsung
menerjang, Kwee-kim-in dengan akuratnya
memainkan jurus im-sian-sin-lie-pat, karena hanya ini
ilmu bertarung dengan jarak jauh, pertempuran
luarbiasa dahsyatpun berlangsung, cepat, kuat dan
menegangkan, suhu ditempat itu berobah-obah, dan
bau amis pun tercium sangat santer diselingi suara
gemerisik gerakan Kwee-kim-in.
Pertarungan tingkat tinggi yang jarang terjadi
demikian menakjubkan hingga ratusan jurus, dari
tingkat gerakan dan kekuatan Kwee-kim-in berada
diatas pah-sim-sai-jin, tapi kedua hal itu mandul
dihadapan keganjilan tubuh pah-simn-sai-jin,
sebenarnya dalam seratus jurus lebih, sudah bisa
dipastikan pah-sim-sai-jin akan roboh, namun karena
tubuh pah-sim-sai-jin yang ganjil membuat tokoh
yang satu ini sangat sulit untuk dirobohkan.
sudah berkali-kali lecutan ujung sabuk menghantam
tubuh pah-sim-sai-jin, pah-sim-sai-jin pun menyadari
hal ini, pedangnya yang menggiriskan tidak pernah
mampu merobek sabuk yang penuh dengan aliran
tenaga Im-yang dari bahu Kwee-kim-in, Pah-sim-saijin mencoba mengeluarkan pukulan Hek-hoat-bo,
kuda-kuda khas pukulan itu pun dikeluarkan, Kweekim-in tanggap langsung mengepos tenaga
mengeluarkan im-yang-pat-sin-im-hoat
"blammmm?"." tempat itu bergetar hebat, Kwee-kimin segera menjauh kesamping untuk menghindarkan
bau apek, sementara pah-sim-sai-jin terlempar empat
meter dengan tubuh panas dan dingin.
Kwee-kim-in dengan tenang berdiri disamping sebuah
pohon mengawasi pah-sim-sai-jin, bau apek yang
menyebar tidak mempengaruhi Kwee-kim-in karena
berkat pel bunga kanoka yang dimakan dan bubuk
ginseng naga yang dibubuhkan dibawah hidungnya,
dan usaha menghindar kesamping itu adalah satu
keharusan karena daya magis hek-hoat-bo sudah
dimaklumi akan meledakkan tubuh setelah terjadi
pembekuan, untungnya sin-kang kwee-kim-in berada
diatas pah-sim-sai-jin, sehingga daya dorong hekhoat-bo mudah dikendalikan.
Pah-sim-sai-jin memandang Kwee-kim-in dengan
mata berkilat marah, Pah-sim-sai-jin tiba-tiba
bersedekap melapalkan mantra, sikap ini tidak pernah
dilihat kwee-kim-in ketika pah-sim-sai-jin menghadapi
suaminya, pikirannya yang cerdas segera tanggap,
Kwee-kim-in segera mengerahkan sin-kang
melindungi dirinya dari terpaan daya magis ilmu baru
pah-sim-sai-jin "rebahlah "! rebahlah"." teriak Pah-sim-sai-jin,
"tidak"..! tidak".." Kwee-kim-in mengehentak
suaranya, dan tiba-tiba tubuhnya berubah menjadi
dua, jarak kedua tubuh asli kwee-kim-in tiga puluh
meter dari pah-sim-sai-jin, Kwee-kim-in ternyata
mengeluarkan "san-phak-eng-coan" dan "hun-kongcoan-im" Kedua tubuh itu bergetar hebat, suara-suara perintah
dan bantahan sahut menyahut, keadaan itu
berlangsung sangat lama bahkan hingga siang
berganti malam, Kwee-kim-in sudah banjir keringat,
nafasnya sesak, dan bantahannya semakin lemah,
pah-sim-sai-jin ubun-ubunya sudah mengeluarkan
asap hitam tebal, suaranya makin nyaring, untungnya
mahkota kura-kura emas melindungi bagian kepala
Kwee-kim-in, namun daya magis suara itu masih
mendesak Kwee-kim-in, hanya karena sin-kang
kwee-kim-in tiga tingkat diatas pah-sim-sai-jin,
sehingga pekerjaan amat berat bagi pah-sim-sai-jin
untuk menguasai Kwee-kim-in.
Suara bantahan Kwee-kim-in terdengar sebagai
gumaman lirih, diselingin perintah pah-sim-sai-jin yang
nyaring, Kwee-kim-in berusaha focus untuk bertahan
dari desakan magis suara pah-sim-sai-jin, lutunya
sudah bergetar hendak roboh, namun sampai sekian
lama masih bertahan, keringat sebesar kacang kedele
telah mambasahi tubuh kwee-kim-in, pakainya saja
sudah basah laksana baru keluar dari sungai.
"rebahlah?"?".!" teriak Pah-sim-sai-jin, Kwee-kim-in
langsung ambruk sementara pah-sim-sai-jin
memuntahkan darah, keduanya tidak sadarkan diri,
namun pada saat yang genting itu tiga bayangan
berkelabat dan menyambar tubuh Kwee-kim-in dan
menyingkir dari tempat tersebut dengan lari yang
demikian cepat. Bayangan itu adalah Wan-yokong, Li-wan-fu, Lauwkun, ketiganya ketika pergantian siang dengan malam
sudah berada disekitar lembah dan menonton
pertarungan aneh antara pah-sim-sai-jin dan sumoi
mereka, mereka tidak terpengaruh perintah pah-simsai-jin, karena seluruh daya magis tertuju pada kweekim-in yang kosen. Setelah pah-sim-sai-jin dank wee-kim-in
meninggalkan markas lijiang-ok-sam, empat shetaihap muncul dihadapan lijiang-ok-sam.
"kalian siapa !?" bentak sin-ciu-sian
"kami akan mencoba menyadarkan kalian." sahut
Sim-couw-peng "huh". " dengus sin-ciu-sian, dan kemudian
menerjang sim-couw-peng, pertempuran satu lawan
satu pun terjadi, sim-couw-peng dengan gerakan
ilmunya luar biasa meatahkan semua serangan sinciu-sian, pertempuran berlangsung hebat, gerakan sinciu-sian sangat cepat dan tidak terduga, dia memiliki
ilmu-ilmu yang sangat banyak, namun kali ini ia
menghadapi penghuni pulau kura-kura.
Pertempuran seru itu berlangsung seimbang,
beradunya pukulan-pukulan sakti telah membuat
keduanya terluka dalam, namun karena sin-ciu-sian
tidak mengenal arti sakit, gerakannya masih cepat
dan nekat dan terkesan membabi buta, sehingga
setelah bertempur selama dua jam dua pukulan sakti
berdentum menggetarkan arena sin-ciu-sian
terjengkang dengan mata mendelik tewas.
Sim-couw-peng juga mengalami hal yang sama, dia
tewas dengan tulang dada remuk, kedua rekan sinciu-sian menerjang dan disambut Li-wan-fu dan Cukang, dan pertempuran dalam dua kelompok
berlangsung, Lauw-kun dan Wan-yokong menonton
dan memperhatikan jalannya pertempuran,
pertarungan yang imbang dan seru berlangsung
demikian hebat, suara beradunya pedang dan
benturan tenaga sakti membuat tempat itu laksana
diterpa badai. Seratus jurus lebih sudah berlalu, namun siapakah
pemenangnya belum dapat dipastikan, dua ciangbujin
laksana kesetanan menyerang she-taihap, dan pada
jurus kedua ratus dua pukulan sakti antara cu-kang
dan lou-ciangbujin beradu, lou-ciangbujin terlempar
dua meter dan namun saat terlempar Lou-ciangbujin
melemparkan pedangnya dengan tenaga terakhir,
pedang dengan pesat menusuk dada Cu-kang, Cukang ambruk dan tewas, sementara Lou-ciangbujin
terhempas setelah melabrak pohon besar hingga
tumbang, dan akhirnya Lou-ciangbujin juga tewas.
Bersamaan dengan kejadian iti Li-wan-fu berhasil
membacok kaki song-ciangbujin hingga putus dan
disusul pukulan dahsyat bertenaga penuh
menghantam dada song-ciangbujin, songciangbujinpun ambruk dan tewas, Li-wan-fu segera
duduk untuk memulihkan tenaga dan tarikan
nafasnya. Wan-yokong segera mendekati Li-wan-fu dan
memberikan pel berwana hijau kepada Li-wan-fu,
setelah keadaan Li-wan-fu pulih, jasad dua she-taihap
dikuburkan demikian pula jasad lijiang-ok-sam,
pekerjaan itu selesai saat hari sudah sore.
"kita harus cepat melihat keadaan sumoi." Ujar Liwan-fu, ketiganya segera menuju arah perginya
Kwee-kim-in dan pah-sim-sai-jin.
Ketika sampai dipinggir kota terdengar sahut
menyahut anatara pah-sim-sai-jin dan Kwee-kim-in,
ketiganya segera berlari kearah suara dan ketiganya
pun melihat pah-sim-sai-jin berteriak rebah,
sementara bantahan tidak dari kwee-kim-in beruna
gumaman lirih, pertempuran berbahaya itu terpaksa
didiamkan, ketiganya mengharap bahwa Kwee-kim-in
dapat mendapat celaka. Ketika malam kian merambat pertempuran perintah


Kembalinya Si Manusia Rendah Karya Rajakelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dan bantahan itu masih berkutat, tiba-tiba suara pahsim-sai-jin meninggi dan tubuh kwee-kim-in ambruk,
tanpa ragu, spontan Li-wan-fu melompat diikuti Lauwkun dan Wan-yokong, Li-wan-fu menyambar tubuh
Kwee-kim-in dan segera ketiganya melarikan diri,
sementara Pah-sim-sai-jin untung pingsan setelah
memuntahkan darah segar. She-taihap berhenti disebuah bukit, Kwee-kim-in
diletakkan, dan Wan-yokong segera memeriksa
keadaan Kwee-kim, "kita harus segera mengobati lihap, karena
bagaimanapun lihap sedikitnya lihap terpengaruh."
"bagaimana kondisinya cianpwe ?" tanya Li-wan-fu
"kondisinya tidaklah parah dan akan sembuh sendiri."
"maksud cianpwe ?"
"lihap tidak akan sadar setidaknya dua hari, dan jika
dia sadar, dia tidak akan ingat apa-apa selama tiga
hari. "lalu pengobatan yang cianpwe maksud bagaimana ?"
"setelah lihap sadar, sebaiknya selama semalam
siulian dibawah air terjun, sehingga tidak perlu
menunggu sampai tiga hari."
"kalau begitu sebaiknya kita cari air terjun tersebut."
sela Lauw-kun. "benar , dan saat Kwee-lihap siuman biarkan saya
yang menanganinya dan berbicara padanya"
"memangnya kenapa cianpwe ?"
"sebab kalau kita salah bicara akibatnya bisa fatal,
dan kemungkinan kita binasa di amuk oleh kweelihap." "kenapa demikian cianpwe ?" tanya Li-wan-fu
"ketika kwee-lihap sadar dia tidak ingat apa-apa, dan
bawaannya penuh kecurigaan dan amarah, jika
amarahnya meledak dan dia menyerang kita,
tentunya kita bertiga akan celaka, karena ilmu kweelihap jauh diatas kita bertiga." Jawab wan-yokong,
kedua she-taihap manggut-manggut.
Pada dua hari berikutnya she-taihap sudah berada di
sebuah air terjun sementara Kwee-kim-in belum
siuman, Lauw-kun mencari binatang buruan untuk
pengisi perut, dan menjelang sore Kwee-kim-in
siuman, matanya menatap sekelilingnya, ketika
matanya menatap Li-wan-fu dan Wan-yokong, kontan
Kwee-kim-in melompat dan siaga dengan kuda-kuda,
dahi berkerinyit heran, "kalian ini siapa, dimanakah aku ini !?"
"tenanglah lihap, sekarang makanlah dulu, nanti akan
kami ceritakan siapa kami." Jawab Yo-kong dengan
lembut dan ramah, Kwee-kim-in menatap wanyokong dengan tatapan curiga,
"aku tidak akan segan-segan membunuh kalian, jika
hendak mencelakai aku !"
"kami tidak berani lihap, saya ini seorang tabib, dan
saya dapatkan lihap tidak sadarkan diri."
"apa yang terjadi dengan saya ?"
"persisnya saya tidak, dan lihap sudah pingsan selama
dua hari." "kenapa saya tidak ingat apa-apa sinse ?"
"benarkah lihap tidak ingat apa-apa ?"
"benar, bahkan saya lupa nama saya."
"wah..kalau begitu harus segera diobati."
"dapatkah sinse mengobati saya ?"
"saya bisa mengobati lihap, asal lihap mau diobati."
"kalau begitu tolonglah saya sinse ?"
"baik, pertama-tama lihap harus makan dulu, Lauw-te
sudah menyiapkan panggang ayam hutan untuk lihap.
ujar Wan-yokong sambil mengangsurkan panggang
ayam, Kwee-kim-in menerima ayam panggang dan
memakannya dengan lahap. Pada malam harinya Wan-yokong mulai pengobatan
"lihap bukalah mahkota yang anda pakai supaya
pengeobatan kita mulai." ujar Wan-yokong, Kweekim-in melepaskan mahkotanya
"lihap setelah ini kami akan turun dan berada
dilembah sana." "kenapa sinse ?"
"karena lihap harus siulan dengan tanpa pakaian
dibawah air terjun, tentu tidak patut bukan jika kami
berada disini ?" jawab Wan-yokong, Kwee-kim-in
mengangguk "nah sekarang perhatikanlah sikap siulian yang harus
lihap lakukan. "saya mendengarkan sinshe."
"sikap siulian dengan berdiri dan kedua berada disisi
kedua dada dengan posisi telapak menghadap keatas,
setelah lihap merasakan pening kepala yang
bersangatan, lihap mengobah posisi siulian dengan
sikap mengangkat kaki kiri dan tangan kanan
melingakari kepala dengan posisi telapak keatas
sementara tangan kiri lurus kedepan dengan posisi
sedekap budha, setelah itu ketika kedua kaki terasa
panas, maka lihap menukar posisi siulian dengan
jungkir balik dan posisi tangan menyatu didepan
dada, pada tahap ini lihap akan pingsan beberapa
saat, jika sudah siuman ingatan lihap akan kembali
normal." ujar Wan-yokong menjelaskan, Kwee-kim-in
mengangguk "saya akan ikuti tahapan siulian yang disampaikan
sinshe." "baik , sekarang kami akan turun kelembah dan
ketika matahari terbit kami akan datang lagi kesini."
Kemudian she-taihap dan Wan-yokong turun
kelembah, setelah merasa ketiga orang itu jauh,
Kwee-kim-in membuka seluruh pakaiannya, dan
masuk kecurahan air terjun, dengan sikap siulian
berdiri sesuai diajarkan wan-yokong, kwee-kim-in
menjalani pengobatan, sementara dibawah dua shetaihap dan Wan-yokong membuat api unggun untuk
mengusir dinginnya malam dan nyamuk
"sungguh luar biasa ilmu hitam pah-sim-sai-jin,
sehingga orang seperti sumoi walaupun sudah
memakai mahkota tetap saja terpengaruh." ujar
Lauw-kun "menurut perkiraan cianpwe, apakah Kwaa-sute akan
mampu mengatasi ilmu hitam pah-sim-saijin setelah
melihat keadaan sumoi ?"
"berapa tingkat sin-kang im-yang-sin-taihap diatas
kwee-lihap ?" "setidaknya dua tingkat diatas sumoi." sela Li-wan-fu
"jika melihat kondisi kwee-lihap, tetap juga Im-yangsin-taihap terpengaruh, walaupun kwaa-taihap
memakai mahkota, setidaknya dia akan hilang
ingatan satu hari satu malam, tanpa pingsan
sebelumnya." "jelas akan tetap celaka jika tetap berdekatan
dengan pah-sim-sai-jin."
"benar she-taihap, terlebih apabila pah-sim-sai-jin
sadar dari pingsannya karena muntah darah sebelum
kwaa-taihap sadar, maka pah-sim-sai-jin akan
mematenkan hipnotisnya pada kwaa-taihap."
"sungguh pah-sim-sai-jin lawan yang amat
menggiriskan." sela Lauw-kun
"tapi jika kwaa-taihap memiliki dua syarat yakni
mahkota dan darah bayi baru lahir, saya yakin pahsim-sai-jin akan dapat dikalahkan."
"mengalahkannya saja sangat sulit terlebih
membunuhnya, tanpa ilmu hitamnya saja, pah-simsai-jin sulit untuk dibunuh walaupun ia sudah kalah
mutlak dan luka luar biasa." ujar Li-wan-fu.
"menurut saya sebenarnya kelemahan dari pah-simsai-jin adalah api, jika dia bisa dilemparkan pada
kobaran api, maka dia akan tewas juga."
"hmh" benar juga cianpwe, ide itu harus disampikan
pada kwaa-sute, hingga jika saatnya tiba ide itu
dilakukan." sahut Lauw-kun.
Setelah larut malam ketiganya pun tidur, sementara
posisi siulian Kwee-kim-in sudah berdiri satu kaki
dengan tangkan melingkar dikepala, suasana malam
itu memang mencekam, yang terdengar hanya suara
deru air terjun yang menghantam bebatuan
dibawahnya, malam terus merambat, dan Kwee-kimin merasakan kedua kakinya panas, lalu ia pun
merobah posisi dengan jungkir balik, kepalanya
melekat diatas batu yang dipijak sebelumnya.
Dua jam kemudian tiba-tiba kwee-kim-in jatuh rebah
dan tergeletak diatas bebatuan dipinggir air terjun,
selang serengah satu jam kemudian Kwee-kim-in
yang telanjang siuman, hal yang pertama diingat
adalah masa kecilnya didesa kanghu bersama ibunya,
kemudian suaminya, anaknya, madunya dan
perjalanan ke pulau kura-kura dan pertempurannya
dengan pah-sim-sai-jin. "dimana para suheng dan Wan-cianpwe." Pikirnya,
keyika ia melihat dirinya yang telanjang spontan ia
berdiri dan melompat kekubangan air dan berenang
ketepian, di tepi kubangan ia melihat pakaiannya dan
sebuah mahkota, Kwee-kim-in naik kedarat dan
segera berpakaian, lalu mengeringkan rambutnya
yang tergerai panjang. Tidak lama kemudian matahari pun terbit, sedang asik
berusaha mengeringkan rambutnya suara langkah
kaki dari lembah mendekat, Kwee-kim segera
melompat ketas pohon dan menatap kearah lembah
tiga bayangan gesit naik keatas mengarah
ketempatnya, dan ketika tiga bayangan itu dilereng
bukit, kwee-kim-in sudah mengenali ketiga orang itu
"Li-suheng, Lauw-suheng, Wan-cianpwe darimana
saja kalian ?" teriak Kwee-kim-in sambil turun, LIwan-fu tersenyum penuh suka cita mendengar suara
sumoinya yang menandakan bahwa sumoinya telah
normal kembali, ketiganya mempercepat pendakian
dan beberapa saat kemudian merekapun sampai
keatas dan disambut dengan senyum ceria Kwee-kimin. "syukurlah kwee-lihap sudah sembuh."
"apakah aku celaka ketika melawan pah-sim-sai-jin ?"
"bisa dikatakan demikianlah kwee-lihap, tapi kami
masih dapat menanggulangi keadaan kwee-lihap.
"apa yang terjadi padaku suheng , dan dimana Simsuheng dan Cu-suheng ?"
"mari makanlah dulu sumoi, kami sudah bawakan
panggang ayam hutan, tentunya kamu sangat lapar
bukan setelah berendam semalaman di air terjun."
sahut Li-wanfu. Melihat panggang ayam itu, kweekim-in tidak lagi dapat menahan rasa laparnya, Kweekim-in segera melahap makanan yang amat lezat
rasanya itu. "Sim-suheng dan Cu-sute sama-sama tewas tewas
dengan Lijiang-ok-sam, " ujar Li-wanfu setelah kweekim-in selesai makan. "lalu apa yang terjadi padaku dan bagaimana dengan
pah-sim-sai-jin ?" "kamu lupa ingatan setelah berhadapan dengan pahsim-sai-jin, kami segera membawamu menyingkir
saat pah-sim-sai-jin masih pingsan."
"artinya saya masih terpengaruh dengan ilmu hitam
pah-sim-sai-jin." "benar sumoi, tapi kita bersyukur dengan keberadaan
wan-yokong disamping kita."
"sebaiknya kita lanjutkan perjalanan she-taihap." Sela
wan-yokong "baiklah dan kita akan memburu waktu agar kita
tidak terlalu malam sampai dikota Lengkong. sahut
Lauw-kun. Disebuah bangunan mewah di Kota Yinchuan dihuni
keluarga hartawan yang dikenal dengan Niu-wangwe,
Niu-wangwe adalah seorang yang dermawan dan
suka membantu para fakir miskin, terlebih ditengah
kondisi daerah perbatasan dan sekitarnya sedang
mengalami tekanan berat dari penguasa hitam yang
berkedudukan di Hehat, sejajak kehadiran "Hehat-kuisam" keadaan rakyat makin kacau balau, Hehat-kuisam terdiri dari Ui-hai-sian, seng-teng-sianli dan Lieciangbujin. Selama setahun keberadaan Hehat-kui-sam, tiga
kawanan telah membentuk pimpinan di tiap kota
untuk menindas rakyat, pimpinan sebagai
perpanjangan tangan dari hehat-kui-sam di kota
Yinchuan adalah "pek-mou-sin-kun" (kepalan sakti
rambut putih) awalnya dia adalah pimpinan
piuawkiok, namun delapan bulan yang lalu ia direkrut
oleh Hehat-kui-sam dan di tugaskan di kota yinchuan.
Siang hari itu banyak para warga yang datang
mengantri didepan rumah Niu-wangwe untuk
menerima sekantong beras dan sejumlah uang, Niuwangwe yang berumur enam puluh tahun itu
mengambil tindakan nekat dan tidak mencemaskan
keberadaan pek-mou-sin-kun dan puluhan anak
buahnya. Wargapun dengan antusias menerima bantuan Niuwangwe, sebagian besar para warga sudah
menerima bagian, namun ketika menjelang sore,
sepuluh orang bertubuh kekar mendekati para anak
buah Niu-wangwe yang sedang membagi-bagikan
sumbangan. "hentikan"!" teriak seorang lelaki berumur empat
puluh tahunan, wajahnya merah dengan pandangan
berkilat marah. "ada apa sicu, kenapa anda kelihatan marah."sela Niuwangwe sambil bangkit dari tempat duduknya


Kembalinya Si Manusia Rendah Karya Rajakelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"kalau kamu sayang nyawa, jangan sok mau jadi
pahlawan orangtua !" bentak pimpinan pengacau
tersebut "aku sudah memenuhi tuntunan upeti yang kalian
tetapkan, dan aku tidak dapat menyaksikan warga
yang kelaparan akibat tindasan kalian yang
sewenang-wenang, lalu kenapa pula yang saya
lakukan ini juga kalian larang."
"ambil semua kantong beras dan ambil uangnya !"
perintah orang itu kepada rekan-rekannya,
mendengar itu kawanan pengacau itu merampasi
kantong beras dari tangan tiga warga yang sudah
menerima bantuan. "tunggu dulu !" teriak sebuah suara, dan pemilik suara
muncul, yang ternyata adalah Yo-hun dan istrinya.
Yo-hun dan istrinya sudah dua hari sampai dikota
Yinchuan, dan ketika malam keduanya sedang
melintas didepan kediaman Niu-wangwe, Ui-hai-siangliong menangkap sebuah bayangan mengendapendap diatas atap, dengan gesit Ui-hai-siangliongmengintai bayangan tersebut, bayangan tersebut
ternyata dua orang pencuri, keduanya diam-diam
telah masuk kedalam rumah, dan keluar dengan
membawa buntalan dan disebelah ruangan dalam
terdengar teriakan "tolooong ada pencuri?"
Yo-hun segera menyergap kedua orang itu, kedua
pencuri itu tidak menduga bahwa mereka disergap
seorang yang berkecepatan kilat merampas buntalan
mereka dan membuat mereka lemas hingga
menggelinding jatuh dari atap dan terhempas
kebawah, sementara penjaga rumah sudah
mengancam mereka dengan golok dan pisau.
Yo-hun dan istrinya turun dengan ringan menjejak
diatas tanah, Niu-wangwe yang sudah keluar segera
mendekati Yo-hun. "ini harta anda loya ." ujar Yo-hun sambil memberikan
buntalan "terimakasih taihap." sahut Niu-wangwe dan
menerima kembali hartanya.
"taihap singgahlah dulu dan kita minum untuk rasa
terimakasihku pada bantuan kalian."
"baiklah loya, semoga saja tidak merepotkan."
"ah"tidak taihap, marilah masuk, dan kalian ikat
pencuri ini dan besok bawa ke Gu-tihu untuk
diperiksa." ujar Niu-wangwe.
"sepertinya siang-taihap bukan dari kota ini." ujar Niuwangwe "benar loya, kami ini suami istri yang sedang
berkelana, dan kami hendak ke wilayah ketimur."
sahut Yo-hun "apakah pencurian sering terjadi disini loya ?" sela Liukim "akhir-akhir ini sering terjadi taihap, dan sebenarnya
patut dikasihani warga disini, karena tekanan
kebutuhan yang kurang, sehingga terjebak pada
tindak kejahatan." "apa yang terjadi loya ?"
"sejak kemunculan hehat-kui-sam dan kaki
tangannya, keadaan sangat memperihatinkan, Hehatkui-sam dan kaki tangannya bertindak semena-mena,
dan pimpinan kaki tangannya dikota ini adalah "pekmou-sin-kun, saya rasanya ingin membantu
meringankan beban kebutuhan mereka"
"kalau begitu kita mesti bertindak Hun-ko." ujar Luikim "benar kim-moi, lalu apa yang hendak loya lakukan ?"
"kalau saya tidak cemas akan keberadaan pek-mousin-kun saya ingin memberi sumbangan pada warga
sekitar." "kalau begitu lakukanlah loya, urusan jika pek-mousin-kun datang mengacau, serahkan kepada kami."
ujar Yo-hun "baiklah kalau begitu taihap, besok lusa saya akan
mengadakan pembagian sumbangan." sahut Niuwangwe. Dan ketika pembagian sudah berlangsung hingga sore
hari, kekacauan pun datang, namun kemunculan Uihai-siang-liong membuat para pengacau
menghentikan kebrutalan mereka
"apa kamu tidak sayang nyawa sehingga berani
menentang kami !?" bentak lelaki itu dengan aksi
mengancam. "apa kalian tidak sayang nyawa sehingga berbuat
kacau disini !?" balas Yo-hun
"sial" mau mampus rupanya, heaat"." Lelaki itu
menerkam laksana harimau, cebgkraman kedua
tangannya mengarah ganas kekepala dan pundak
Yohun, namun yo-hun menangkap kedua cengkraman
itu dan meremasnya "kreekkk".auwhhh".." lelaki itu menjerit meronta
karena buku jarinya remuk dan rasa sakitnya tidak
terperikan, kemudian Yo-hun melempar tubuh lelaki
itu keraha gerombolan kawannya, serta merta
kawannya kelabakan, dank arena tidak sigap, tiga
orang terpaksa ambruk tertindih badan kekar
rekannya. Enam orang segera mengepung Yo-hun, Yo-hun
dengan gesit bergerak membagi pukulan dan
tamparan yang mengakibatkan enam orang itu
meraung dan meringis kesakitan.
"cepat bawa kami menemui pimpinan kalian !"
perintah Yo-hun pada seorang yang masih dapat
berdiri, mukanya yang meringis kesakitan semakin
pucat pias, lalu dengan hati ciut dia berlari dan diikuti
oleh siang-taihap. "Pek-mou-sin-kun, keluarlah !" teriak Yo-hun, seorang
lelaki paruh baya keluar dengan sikap pongah
"siapa yang datang mengacau dan cari perkara
dengan pek-mou-sin-kun." Sahutnya
"kami Ui-hai-siang-liong hendak memberi pelajaran
pada pek-mou-sin-kun." Tantang Yo-hun, mendengar
julukan itu, kontan Pek-mou-sin-kun terdiam,
wajahnya tidak segarang ketika muncul, tapi dia
mencoba menutupi. "saya tidak pernah berurusan dengan Ui-hai-siangliong." "secara tidak sadar kamu telah mencari perkara
dengan ui-hai-siang-liong, karena telah berani
bertindak semena-mena."
"apakah Ui-hai-siang-liong demikian usil, sehingga
mau turut campur urusan orang."
"jika kamu tidak usil dengan orang banyak, Ui-haisiang-liong juga tidak mau usil, jadi sekarang sudah
terlanjur, kamu harus berani berhadapan dengan Uihai-siang-liong." sahut Yo-hun dengan nada tajam,
pek-mou-sin-kun tercenung, hatinya makin gelisahm
nyalinya mengkirit, dia tahu benar betapa saktinya
sepasang pendekar dihadapannya ini.
"seraang"." perintahnya kepada sepuluh anak
buahnya, namun sepuluh anak buahnya bukannya
menyerang Ui-hai-siang-liong, tapi sebaliknya malah
lari tunggang langgang "heh..! kenapa kalian lari, kembali pengecut !" terika
Pek-mou-sin-kun "hayo pek-mou-sin-kun andalkan dirimu !" ujar Yohun, pek-mou-sin-kun merasa jengkel, lalu diapun
menyerang dan mengerahkan kemampuan
terbaiknya, Yo-hun dengan tenang menyambut
serangan lawan, beberapa jurus Yo-hun mengelak
dan kadang hanya menghalau serangan, namun
walaupun hanya menghalau Pek-mou-sin-kun harus
mengakui betapa tingginya ilmu pendekar lawannya
ini, hanya dengan kibasan tangan gerakanya sudah
mental dan membuat nafasnya sesak.
Setelah dua puluh jurus, Yo-hun membalas serangan,
dan dalam sepuluh gebrakan, Pek-mou-sin-kun
terdesak dan kalang kabut, dan pada jurus berikutnya
"buk..desss.." sebuah pukulan dan tendangan telang
bersarang ditubuhnya, pek-mou-sin-kun terkulai rebah
sambil memuntahkan darah segar, untungnya Yo-hun
tidak berniat membinasakan pek-mou-sin-kun
sehingga tenaga pukulannya hanya setengah, dan
itupun sin-kang pek-mou-sin-kun jebol dan
menyebabkan luka dalam yang lumayan parah.
"kamu tidak akan saya bunuh, jika kamu dapat
membantu saya." "apa maksudmu taihap !?"
"saya maklum bahwa pada dasarnya kamu bukan
orang jahat, kamu hanya karena tidak kuasa
menentang Hehat-kui-sam-bukan ?"
"be..benar taihap, lalu apa keinginan taihap saya
lakukan ?" "beritahukan pada saya tentang hehat-kui-sam !"
"mereka adalah Ui-hai-sian, Lie-ciangbujin dari hengsan-pai, seng-teng-sianli."
"kamu tahu kenapa seperti ketua hengsanpai berubah
seperti itu ?" "tidak taihap, tapi saya akui keanehan itu berkaitan
dengan pertemuan pemilihan bengcu di sinyang."
"benar hal itu berkaitan dengan pertemuan di sinyang,
jadi ketahulaih ! sebab keanehan itu didalangi oleh
pah-sim-sai-jin." "wah kalau demikian semakin gawat."
"tidak, kalau kita mau bekerjasama menghadapi pahsim-sai-jin." "kerjasama bagaimana yang taihap maksud."
"para pendekar telah dijadikan boneka oleh pah-simsai-jin, dan kita mempunya cara untuk
mengobatinya." "lalu bagaimana dengan pah-sim-sai-jin sendiri ?"
"kalau kita bersatu kita akan dapat mengatasi pahsim-sai-jin." "tapi pah-sim-sai-jin adalah orang ganjil taihap,
seharusnya ia sudah tewas saat berlawanan dengan
Im-yang-sin-taihap."
"benar, dan tentunya kita harus cari cara untuk dapat
menewaskannya, dan tentunya Im-yang-sin-taihap
akan dapat menemukan ide menewaskannya."
"lalu apa yang bisa saya bantu ?"
"saya dengar dari Niu-wangwe bahwa disetiap kota
ada kaki tangan hehat-kui-sam, jadi karena kondisimu
sama dengan mereka, tentu kamu harus usahakan
menarik mereka kejalan yang benar, kamu boleh
katakan bahwa Ui-hai-siang-liong akan mengurus
hehat-kui-sam." "baiklah, akan saya usahakan." sahut Pek-mou-sinkun "kalau begitu kami permisi dan mungkin besok kami
akan meninggalkan kota, kami akan segera kekota
hehat dan saya serahkan penanganan pimpinan kaki
tangan hehat-kui-sam ditiap kota kepadamu, dan jika
sudah berhasil, kalian para pimpinan berangkatlah ke
kota Bao, karena kita akan berkumpul disana."
"baiklah siang-taihap, saya akan usahakan sebaik
mungkin, sehingga rekan-rekan mau berubah dengan
motivasi gerakan para taihap." ujar pek-sin-kun.
In-tek-san yang yang berhawa sejuk mulai memudar
seiring munculnya sinar matahari, didepan sebuah
pondok dua orang sedang bertempur, perempaun itu
berunur enam puluh tahun dan yang laki-laki berunur
empat puluh tahun, gerakan mereka sangat cepat dan
gesit, gaung kilat pedang mereka menggulung
laksana ombak, teriakan-teriakan yang penuh dengan
sin-kang membuat tempat itu bergetar.
Ketika matahari sudah tinggi, keduanya berhenti
dengan seulas senyum dan bangga akan hasil
pertempuran mereka "Ouw-ciong ! ilmu yang kita ciptakan bersama ini
rasanya sudah para tarag sempurna."
"benar Lu-cici, dan saya sangat bangga akan hasil
yang kita raih merapungkan ilmu "In-hwikiam" (pedang api halimun)
"kita sudah hampir enam tahun hidup dipuncak ini,
bagaimana menurutmu Ouw-ciong ?"
"menurut saya sudah saatnya kita turun gunung."
"apakah kamu tidak betah disini Ouw-ciong ?"
"kita ini dari kalangan liok-lim, turun gunung
merupakan satu kegembiraan."
"apakah kamu memiliki rencana setelah sampai
didunia luar ?" "benar Lu-cici, terlebih setelah aku mendengar hal
yang demikian menggembirakan."
"apa yang telah kamu dengar didunia luar sana ?"
"Pah-sim-sai-jin telah kembali membuat gebrakan,
kota hailar sekarang dikuasai oleh Hehat-kui-sam."
"apa kaitannya pah-sim-sai-jin dengan hehat-kuisam ?" "Hehat-kui-sam menebar penindasan dan berbuat
aniaya pada orang lain, dan menurut kaki tangannya
yang ada dikota hailar, bahwa ketiganya adalah anak
buah pah-sim-sai-jin."
"apakah kamu yakin "
"saya yakin, karena dua minggu yang lalu saya turun
kekaki bukit dan melihat para tuan tanah dibantai
anak buah "tung-hong-kui" (siluman angin timur),
ketika mereka selesai merampas harta tuan tanah,
saya mengikuti mereka kemarkas."
"apa yang kamu dapatkan di markas tung-hong-kui ?"
"sesamapi disana mereka mengadakan pertemuan


Kembalinya Si Manusia Rendah Karya Rajakelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dan hendak mengirimkan upeti ke Hehat."
"kalian jaga markas karena saya harus segera ke
Hehat membawa hasil pekerjaan kita."
"pangcu apakah pembagian ini tidak merugikan
kita ?" "hush" kamu bicara apa !?" bentak tung-hong-kui
"kita sudah beberapa kali mengirimkan hasil
pekerjaan kita, dan kita selalu mendapat bagian yang
terkecil, dan ini membuat penasaran"
"jangan kalian berpikir untuk mengubah bagian,
terlambat melapor saja, kita akan dihabisi hehat-kuisam." "benar apa yang dikatakan pangcu, hehat-kui-sam itu
orang aneh, ketiganya hampir tidak pernah
komunikasi dengan orang lain."
"benar , kenapa demikian yah ?" sela yang lain
"punca dari keberadaan mereka terkait erat dengan
pemilihan bengcu di kota Sinyang." ujar tung-hong-kui.
"apakah pangcu tahu apa yang sebenarnya terjadi di
Sinyang ?" "pada pertemuan itu yang menjadi bengcu adalah
pah-sim-sai-jin, dan semua yang hadir ketika itu
tunduk mutlak pada pah-sim-sai-jin."
"wah".kalau demikian seharusnya kita menjumpai
pah-sim-sai-jin dan mendukung misinya."
"aku pikir juga demikian Lu-cici."
"baiklah besok kita akan turun gunung dan mencari
keberadaan pah-sim-sai-jin." ujar Lu-eng-hwa.
Keesokan harinya Lu-eng-hwa dan Ouw-ciong
meninggalkan in-tek-san, sebulan kemudian keduanya
sampai dikota Hehat "kita sebaiknya bermalam beberapa hari disini untuk
melihat keadaan dan sepak terjang Hehat-kui-sam."
ujar Lu-eng-hwa, kemudian merekapun masuk
sebuah likoan "silahkan tuan dan nyonya." sambut seorang pelayan
"sediakan dulu arak terbaik." ujar Ouw-ciong sambil
duduk, seguci arak pun dihidangkan, setelah puas dari
dahaga dan pulih dari kelelahan, Ouw-ciong pun
memasan makanan. Lima orang lelaki separuh baya dengan pakaian
parlente memasuki likoan, prmilik likoan lansung
berdiri dan menyambut dengan ramah
"aih"ternyata "hehat-liong-ngo" (lima naga hehat)
silahkan..silahkan tuan-tuan." ujar pemilik liokoan
sambil menyembah-nyembah, kelima orang itu pun
duduk dengan dilayani tiga orang pelayan.
Ouw-ciong dan Lu-eng-hwa menatap kelima orang
yang dipanggil hehat-liong-ngo, sementara sebagian
besar tamu sudah menyingkir, dan sebagian yang
baru pesan makanan terpaksa makan dengan rasa
cemas, semua itu tidak luput dari perhatian Lu-enghwa. "Kota ini memang sudah dalam genggaman Hehatkui-sam." ujar Lu-eng-hwa
"benar , lalu kalian siapa !?" sahut salah seorang dari
hehat-liong-ngo "hik..hik" sungguh mengesankan." sahut Lu-eng-hwa
"apa maksudmu !?"
"kalian ini anak buah Hehat-kui-sam, sementara saya
dengar bahwa Hehat adalah kaki tangan seseorang,
dan kalian demikian sombong sehingga membuat hati
saya terkesan." "Lalu kalian siapa " "
"kami adalah sahabat lama dari pimpinan ketua
kalian." "apakah kalian sahabat dari pah-sim-sai-jin ?"
"benar, kami adalah sahabatbya, bahkkan dulu pahsim-sai-jin menyerahkan wilyah timur pada rekan
saya ini." sela Ouw-ciong
"kami tidak tahu menahu apa benar ada kaitan
antara Hehat-kui-sam dengan Pah-sim-sai-jin, karena
selama ini kami tidak pernah bertemu dengan Pahsim-sai-jin dan ketua kami juga tidak perbah
menyinggungnya." "terserahlah, kami juga tidak memusingkan hal itu,
karena kami hanya sekedar lewat dikota ini."
"kalian hendak kemanakah ?"
"itu urusan kami dan anda tidak perlu tahu !" sahut
Lu-eng-hwa ketus "jangan macam-macam dengan kami, kami adalah
penguasa kota ini." "lalu kalau kalian penguasa kota, kalian mau berbuat
apa ?" "kami harus tahu apa urusanmu, jika kamu tidak
katakana, kalian telah berani membangkang dan
kalian harus mati." "hik"hik" luar biasa, apakah kalian akan sanggup
menghadapiku !?" "sialan, ayok kita serang !" sela yang lain, tiga orang
segera menyerang, serangkum hawa sin-kang
merambat dan beradu, benturan bergaung membuat
likoan itu bergetar, lalu pertempuran segit pun terjadi,
Lu-eng-hwa yang kosen bergerak lincah mengelak
dan membalas serangan tiga lawannya dengan tidak
kalah bahayanya. Tiiga dari hehat-liong-ngo berusaha mengerahkan
seluruh kemampuan untuk merobohkan si nenek
cantik, namun sepertinya sulit, karena sampai seratus
jurus, jangankan untuk merobohkan, mendesdakpun
mereka tidak mampu dan bahkan ketika Lu-eng-hwa
memulai jurus baru yang mereka ciptakan "In-hwikiam" dan pada lima gebrakan saat pedang melejit
seperti busur kearah dadal awan, membuat lawan
kelabakan, dan disaat genting yang mengejutkan itu
pedang Lu-eng-hwa smenimbulkan sinar cemerlang
dan membuat pandangan serta merta terpejam
karena silau "cep"aghhh"." pedang Lu-eng-hwa pun tidak bisa
dihindarkan menancap diperut lawan, suara jeritan itu
menyentak keempat rekannya, dan seorang dari
mereka melompat dengan amarah, cakarnya yang
kokoh mengarah pada kepala Lu-eng-hwa
"plak".plak". " dua pukulan peradu, dan keduanya
terlempar kebelakang, dan hanya sesaat merekapun
kembali bertempur dengan hebatnya, Ouw-ciong
yang menjadi penonton memperhatikan titik
kelemahan ilmu ciptaan mereka saat diadu dengan
ilmu lawan. "sudah ! cukup satu dari kalian yamg mati untuk
membayar kebodohan kalian." Ujar Lu-eng-hwa
sambil melompat dengan tinggi dan bagaikan anak
panah pedang menyerang ubun-ubun lawan, lawan
yang mendongak termakan umpan, sinar kemilau pun
berkilat dan menggelapkan pandangan lawan, dan
ketika pedang itu akan menyate kepala, Lu-eng-hwa
mennggeser pedabf "cras"..adouuwhhh,,,,,,,,,," teriaknya karena pedang Lueng-ghwa masih menyambar telinganya hiingga
putus. "ayok kita lanjutkan perjalanan Ouw-ciong." teriak Lueng-hwa sambil berkelabat dari tempat itu, Ouwciong pun menyusul rekannya hingga mereka tiba
pada sebuah klenteng yang tidak digunakan lagi.
Keduanya melewatkan malam di dalam kelenteng
"Lu-cici ! kira-kira dimanakah Pah-sim-sai-jin berada ?"
"kita tidak tahu, namun yang pasti berada di utara,
karena permulaan misinya di wilayah utara."
Apakah mungkin ia masih berada dikota Sinyang ?"
"mungkin jadi masih disana, dan kota sinyang adalah
tujuan kita, sudahlah mari kita tidur" sahut Lu-enghwa, lalu keduanya tidur berpelukan, Lu-eng-hwa
walaupun sudah berumur enam puluhan, wajahnya
yang dulunya cantik masih belum pudar, dan
tubuhnya yang semampai walaupun nampak agak
kering tapi masih memiliki body yang menerbitkan
birahi, terlebih ganda harum yang dipakainya
menebar aroma segar. Ouw-ciong masih menamukan kepuasan dipelukan
nenek yang sudah monopouse itu, malam itu dengan
segenggam kemesraan menyibak suasana dinginnya
malam dan berganti dengan panasnya birahi, langkah
demi langkah pasangan tua itu mendaki puncak
kepuasan hingga akhirnya terhempas nikmat yang
melelapkan, membawa pada kenyamanan tidur
sampai pagi hari. Keesokan harinya pasangan tua itu melanjutkan
perjalanan dan sebulan kemudian mereka sampai di
kota kiang-bun, keduanya memasuki likoan untuk
makan dan menginap, setelah makanan dihidangkan
pelayan, pelayan tersebut segera menyambut
datangnya dua orang tamu yang juga sepasang,
hanya bedanya pasangan yang makannya
dihidangkan, perempuyannya sudah tua sementara
pasangan yang disambut amat mengagumkan dan
mempesona, perempuannya cantik dan anggun
mempesona. Ui-hai-siang-liong dipersilahkan duduk dan dilayani
dengan ramah, pasangan dari in-tek-san melirik
dengan waspada, karena mereka masih ingat dengan
pasangan yang luar biasa kosen ini, terlebih Ouwciong, setelah melihat Ui-hai-siang-liong tidak bisa
menyimpan rasa terkejut dan gelisah diraut
wajahnya. Ui-hai-siang-liong tidak mengenali pasangan dari intek-san tersebut, karena Ouw-ciong walaupun musuh
bebuyutan, namun dulunya tubuh dan wajah Ouwciong bercat warna-warni, dan sekarang Ouw-ciong
tidak memakai lagi ciri khas pulau neraka tersebut
"kenapa dengan kamu Ouw-ciong ?" tanya Lu-enghwa heran melihat perubahan muka Ouw-ciong.
"dua orang yang baru datang itu adalah musuh lama."
"mereka itu siapa ?"
"mereka adalah Ui-hai-siang-liong."
"apakah kamu takut dengan mereka ?"
"sepasang pendekar itu sangat kosen Lu-cici, entah
kalau sekarang setelah kita menciptakan In-hwikiam." "berarti kita dapat mencobanya sebagai bahan
penguji ilmu kita." "benar, tapi kita harus hati-hati." sahut Ouw-ciong, Lueng-hwa mengangguk dengan senyum penuh
percaya diri. "hik"hik".sepertinya dunia hitam akan kembali
bangkit dengan kemunculan kembali pah-sim-sai-jin."
ujar Lu-eng-hwa sambil menyapu pandangan
keseluruh ruangan, para tamu mendongak melihat Lueng-hwa. "memang benarlah demikian, apakah ciampwe
memihak pah-sim-sai-jin ?" sela seorang laki-laki
muda berwajah tampan, dia adalah tuan muda Gu,
ayahnya adalah Gu-hak-song yang berculukan "sinjiauw" (sicakar sakti). Sin-jiauw bekas kauwsu yang
direkrut oleh Hehat-kui-sam dan ditempatkan di
Kiang-bun. "tuan muda kamu sendiri bagaimana ?" tanya Ouwciong "aku merasa bahwa pah-sim-sai-jin adalah dewa, dan
aku kagum padanya." "apakah kamu tidak kagum dengan Im-yang-sintaihap atau Ui-hai-siang-liong ?" tanya Ouw-ciong
sambil melirik Ui-hai-siang-liong.
"kedua julukan itu memang menggetarkan, tapi pahsim-sai-jin melebihi kedua julukan itu dalam satu hal."
"apa itu tuan muda ?" sela Lu-eng-hwa
"pah-sim-sai-jin tidak bisa mati."
"kenapa tuan muda berkata demikian ?"
"menurut pengetahuanku pah-sim-sai-jin sudah
berkali-kali harus binasa, namun ternyata dia muncul
lagi." "sejauh mana pengetahuanmu tentang kehidupan
pah-sim-sai-jin ini tuan muda ?"
"sepengetahuan saya kali pertama pah-sim-sai-jin
mati adalah saat bertemu dengan enam she-taihap di
kota yinchuan, namun dia kembali dan bahkan
menewaskan she-taihap dipulau kura-kura, dan kali
kedua pah-sim-sai-jin harus mati pada saat ia
mendatangi pulau kura-kura kali pertama, namun
ternyata ia datang lagi dan bahkan menewaskan
penghuni pulau kura-kura.
"lalu adalagi tidak kali ketiga ?"
"ada , yaitu pada saat pah-sim-sai-jin berhadapan
dengan im-yang-sin-taihap, dan ternyata setahun lebih
yang lalu ia muncul lagi, bahkan sekarang pah-simsai-jin adalah bengcu dunia persilatan."
"darimanakah kamu ketahui hal itu tuan muda ?"
tanya Ouw-ciong "ayah saya memiliki pengalaman luas didunia
persilatan." "siapakah gerangan ayahmu tuan muda ?"
"ayah saya adalah Gu-hak-song atau "sin-jiauw"
"mendengar pernyataan tuan muda, keluargamu
termasuk kaki tangan pah-sim-sai-jin." sela Yo-hun,
Gu-siauwya menoleh menatap Yo-hun
"benar dan kota kiang-bun ini adalah mandat dari
hehat-kui-sam kepada ayahku."
"sebagai perpanjangan tangan pah-sim-sai-jin kalian
telah bertindak sewenang-wenang pada rakyat jelata,
demi kepuasan ego kalian telah menindas hak-hak
manusia disekitar kalian, apakah hal itu patut


Kembalinya Si Manusia Rendah Karya Rajakelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dibanggakan oleh manusia yang masih memiliki
nurani ?" "kita harus mengikuti arus supaya dapat bertahan
hidup, bukankah demikian saudara ?" sahut Gusiauwya "manusia yang tidak memiliki prinsip hidup yang
bertindak demikian, dan jika manusia sudah tidak
memiliki prinsip, maka hilanglah jati dirinya, apakah
tuan muda termasuk golongan ini ?"
"kondisi tersebut merupakan pilihan, dan pilihan
adalah hak kita masing-masing, tidak ada yang boleh
memaksakan kehendak."
"benar tuan muda, dan sebaiknya janganlah bagian
dari orang yang memaksakan kehendak, ratusan
rakyat selama setahun pergerakan hehat-kui-sam
terpuruk pada pemaksaan yang kalian lakukan, lalu
kenapa dalam hal prinsip anda tidak mau dipaksa,
apakah anda harus berbeda dengan orang lain ?"
"memang saya dan orang-orang itu berbeda."
"apa beda anda dengan orang-orang itu ?"
"saya dan keluarga saya memiliki ilmu bela diri dan
kami jeli dengan situasi dan kondisi."
"baiklah, entah bagimana sin-jiauw mengajari kamu
memahami hidup, namun sungguh sangat seleras
dengan prinsip hidup pah-sim-sai-jin, hanya beda
keluarga tuan dengan pah-sim-sai-jin adalah prinsip
hidup, keluarga tuan tidak memiliki prinsip sementara
pah-sim-sai-jin masih memilikinya, artinya keluarga
tuan muda lebih parah ketimbang pah-sim-sai-jin."
"perdebatan yang cukup alot, dan sebenarnya hanya
buang-buang tenaga." sela ouw-yang
"bagi sicu mungkin tidak berguna, namun bagi orang
yang selalu mencari hal yang terbaik untuk dirinya
bisa jadi berguna." "hehehe..hehehe" apakah menurutmu tuan muda itu
akan mengikuti saran dan kemauanmu ?"
"mengingatkan orang lain adalah tanggung jawab
kemanusiaan, perkara orang terima atau tidak itu
bukan tujuan, dan satu hal yang pasti tuan muda,
bahwa kebaikan pasti diatas kejahatan." sahut Yo-hun
sambil berpaling ke arah Gu-siauwya."
"dan saat ini kejahatan merupakan kondisi yang
harus diterima." "itu hanya sementara tuan mudam, karena para
penentang juga akan bermunculan."
"apakah anda termasuk penentang pah-sim-sai-jin ?"
"benar sekali, dan keluarga anda harus berhadapan
dengan kami suami istri."
"jangan takut tuan muda ! kami ada dipihakmu, uihai-siang-liong adalah musuh bebuyutan kami." sela
Ouw-ciong "saya tidak takut cianpwe, dan kalau boleh tahu
siapakah kalian ?" sahut Gu-siauwya
"kami adalah sahabat dari pah-sim-sai-jin."
"musuh kami memang banyak, tapi siapakah kalian
yang mengaku musuh bebuyutan kami ?" sela Liu-kim
"anda mungkin lupa nyonya, kita pernah satu
pejalanan." "hmh"apakah anda ouw-ciong pewaris pulau
neraka ?" sahut Yo-hun
"benar , saya adalah ouw-ciong."
"kalau begitu nenek disampingmu adalah salah satu
dari im-kan-sian-li-sam." Sela Lui-kim
"hehehe"hehehe" benar, lalu apakah kalian masih
sesumbar akan menentang pah-sim-sai-jin ?"
"tentu kami akan terus menentang apapun sepak
terjang dari pah-sim-sai-jin." sahut Lui-kim.
"kalau begitu majulah, biar kita dapat tentukan siapa
yang hidup antara kita." Tantang Lui-kim, Ui-hai-siangliong lalu melompat kehalaman likoan dan disusul
pasangan dari in-tek-san Dua pasangan itu bersiap-siap dengan kuda-kuda
untuk menyerang, dan pertempuran dalam dua
kelompok pun terjadi, Yo-hun berhadapan dengan
Ouw-ciong sementara Siangkoan-liu-kim berhadapan
dengan Lu-eng-hwa, empat bayangan berkelabat
dengan senjata berkeredapan mengaung mengincar
tubuh lawan, Gu-siauwya keluar dari likoan untuk
melihat jalannya pertempuran tingkat tinggi antara
dedengkot dunia persialatan, demikian juga para
tamu sangat antusias menyaksikan duel yang seru
tersebut. Yo-hun dengan gerakan pedangnya yang luar biasa
mengurung Ouw-ciong, Ouw-ciong dengan ilmu Inhwi-kiam berusaha mengimbangi dan membalas,
suara pedang yang kadang beradu memekakkan
telingan disamping kesiuran tenaga sakti yang
dikeluarkan, selam seratus jurus dua kelompok
pertempuran itu masih seimbang, gulungan pedang
sama-sama mengincar bagian-bagian berbahaya dari
tubuh lawan, trik serangan dan tipuan dikerahkan
untuk merobohkan lawan. Pada jurus ke dua ratus sinar pedang thian-te-it-kiam
mulai mendesak dan menyudutkan permainan
pedang in-hwi-kiam, Ouw-ciong terdesak hebat,
dengan semampunya bertahan, Lu-eng-hwa yang
kedudukan masih imbang dengan Liu-kim, berusaha
mendekati rekannya dan mencoba membantu, dan
pada satu kesempatan pasangan In-tek-san berhasil
menggabungkan diri dalam permainan In-hwi-kiam,
dan sungguh luar biasa sehingga membuat pedang
yo-hun tertahan dan bahkan terdesak hebat.
Siangkoan-liu-kim dengan cekatan beradu punggung
dengan suaminya dan membendung serangan
pasangan in-tek-san "trang..trang". wuut"..trang"trang?" empat bilah
pedang saling hantam dan mengeluarkan percik api
dan , pertempuran semakin seru dan gesit, tenaga
gabungan dan gerak pasangan pasangan in-tek-san
dengan ilmu In-hwi-kiam memang menakjubkan,
serangan datang bertubi-tubi laksana air bah
mengurung Ui-hai-siang-liong.
Ui-hai-siang-liong boleh dikatakan terdesak karena
dahsyatnya serangan lawan, namun Ui-hai-siang-liong
adalah pasangan kosen yang tidak larut dengan
kepanikan, dengan kewaspadaan dan perhitungan jeli
ui-hai-siang-liong bertahan sambil menanti celah untuk
serangan balasan, pertempuran sudah berlangsung
tiga jam, area pertempuran sudah porak-poranda
karena beberepa tiang kios dan bangunan
disekitarnya ambrol. Pasangan dari In-tek-san terus mendesak dengan luar
biasa, dan pada satu kesempatan Yo-hun dengan
gerakan menghindar dengan poksai ternyata menukik
dengan jurus pedang halilintar menyambar dan
gerakan balasan yang spontan ini tidak diduga oleh
Ou-ciong "cras".breet?" pedang Yo-hun melukai bahu ouwciong sementara baju Yo-hun bagian perut robek
disambar ujung pedang Ouw-ciong, muncratnya darah
dari bahu Ouw-ciong membuat Lu-eng-hwa terpana
sejenak, dan fatalnya serangan Liu-kim dengan jurus
dewi kwan-im mencari mustika tidak dapat
dihindarkan "cep".aghr"." perut lu-eng-hwa ditembus pedang.
Ui-hai-siang-liong tidak menunda serangan balasan
ditengah ketercenungan pasangan dari in-tek-san,
dalam jurus badai gurun membalik bumi dua pedang
Ui-hai-siang-liong mencecar tubuh lawan
"cras"cras".trang..cras"cras.." pasangan In-tek-san
tidak menduga bahwa mereka harus meregang
nyawa ditangan Ui-hai-siang-liong hanya karena
keteledoran konsentrasi, tubuh Ouw-ciong hampir
terbelah dua sementara bahu Lu-eng-hwa sampai
kepinggang terbelah. "pasangan in-tek-san tewas setelah sekian lama
menyembunyikian diri, para warga yang menonton
terkesima melihat tewasnya pasangan in-tek-san
yang mengerikan, Gu-siuawya terbelalak dan
terkesiama, melihat pertempuran tingkat tinggi yang
jelas jauh diatasnya meleletkan lidah, mukanya pucat
menatap Ui-hai-siang-liong.
Yo-hun mendekati Gu-siauwya, Gu-siuawya sudah
pucat dan ciut bergerak undur
"bagimana menurutmu, apakah kamu dapat
menerima bahwa kamu harus mati ditangan kami ?"
"tidak..! jangan bunuh saya ?" sahut Gu-siauwya
memelas dan merangkap kedua tangannya
dihadapan Ui-hai-siang-liong
"kenapa " bukankah menurut pengertianmu akan
situasi, sepatutnya kamu berlapang dada untuk mati
ditanganku." "taihap"saya akan berikan harta jika taihap
melepaskan saya." "sayang sekali tuan muda, kami tidak butuh hartamu,
kami akan tetap membunuhmu karena engakau
adalah adalah sampah yang tidak berguna dan
membahayakan." "taihap"ampunilah nyawa saya, saya akan berubah
dan tidak akan bertindak aniaya lagi."
"sayang sekali tuan muda kamu ini adalah manusia
yang tidak punya pendirian, kamu adalah orang
munafik, tetap saja kamu harus dienyahkan dari
muka bumi ini." "siapa yang akan dienyahkan !" teriak seorang lelaki
berumur lima puluh tahun lebih
"ayah"untunlah kamu datang, dua orang ini mau
membunuh saya." sahut Gu-siauwya dengan muka
berubah cerah ketika melihat ayahnya muncul dengan
sepuluh orang anak buah. "apakah kamu "Sin-jiauw" ?" tanya Yo-hun
"benar".dan kamu telah mengina anak saya."
"hmh".lalu apa yang hendak kamu perbuat ?"
"orang yang menghina putra saya, maka dia harus
mampus." "oo..begitu, majulah pangcu, kewajibanmu memang
membela anakmu." sahut Yo-hun, melihat ketenangan
lawannya dan nada bicara yang begitu meyakinkan
membuat sin-jiauw terdiam.
"apalagi yang anda tunggu, saya sudah siap
menerima pelajaran dari anda."
"bangsat".mampuslah ..!" teriak sin-jiauw sambil
mengulurkan kedua tangan dan serangkum sin-kang
berhawa panas menerpa kearah Yo-hun
"blamm?" Yo-hun menyambut dengan ilmu pek-lekjiu, dan akibatnya sin-jiauw terjengkang ambruk
sambil muntah darah, sementara Yo-hun berdiri tidak
bergeming, sin-jiauw berdiri dengan payah, lalu
dengan cepat dia melayang dan mengelurkan jurus
cakarnya yang lumayan meghebohkan, namun sinjiauw kali ini menghadapi bintang dunia persilatan
yang telah sekian lama mengukir nama dengan
kehebatan yang tidak diragukan lagi.
Dalam Dua puluh jurus Yo-hun menghindar, dan pada
jurus berikutnya "plak".krek"auhhh"plak".krekk..aghh"buk"." kedua
lengan sin-jiauw patah dan hantaman terkahir dari
yo-hun mengguncang dadanya dan untuk kedua
kalinya sin-jiauw ambruk sambil memuntahkan darah,
nafasnya sesak dan akhirnya pingsan.
"bagaimana tuan muda, situasimu makin sulit, apa
yang akan kamu lakukan !?" ujar Yo-hun, Gu-siauwya
makin gemetar ketakutan. "taihap aku memang salah dan tidak berguna, berikan
kesempatan bagi saya untuk memperbaiki diri."
"kesempatan bisa jadi akan saya berikan tapi saya
tidak yakin bahwa kamu akan bertahan ditengah
kerap kalinya perubahan situasi yang kamu alami,
besok setelah kami tinggalkan kamu, maka kamu
akan berada pada situasi yang berbeda dengan hari
ini." "taihap memang aku ini bodoh dan dan lemah."
"kamu jangan plin-plan, bukankah tadi kamu
mengatakan bahwa kamu ini jeli dan kuat karena
memiliki ilmu bela diri." sahut Yo-hun, Gu-siauwya
terdiam karena merasa tersudut.
"begini saja, keadaan kota ini sudah morat-marit
karena ulah kalian, warga yang kalian tindas telah
terjebak pada kemiskinan dan kehinaan, bisakah
kamu memperbaiki keadaan kota ini ?"
"saya akan memperbaiki keadaan kota ini, dan saya
berjanji pada taihap."
"baiklah, segeralah perbaiki keadaan kota ini, karena
waktu anda tidak lama."
"maksud taihap apa ?"
"setelah kamu perbaiki keadaan, dan jika seorang
yang berjulukan pek-mou-sin-kun datang kemari
kamu harus ikut dia dan meninggalkan kota."
"baiklah taihap, aku akan ikut apa kata taihap."
"lakukankalah apa yang menurutmu baik dalam
memperbaiki keadaan, dan kami besok pagi akan
meninggalkan kota." "bukankan sebaiknya siang-taihap bermalam dirumah
kami ?" "tidak usah tuan muda, kami menginap di hotel saja,
selamat bertugas." sahut Yo-hun, lalu Yo-hun dan
istrinya meninggalkan tempat itu dan mencari sebuah
penginapan. Disebuah hutan sebelah timur kota Han-zhong tiga
orang sedang asik makan siang dengan dua


Kembalinya Si Manusia Rendah Karya Rajakelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

panggang ayam hutan, "Bu-ko aku cemas memikirkan
ayah, jika keadaannya seperti yang diceritakan oleh
Kao-cici." "tenanglah Cia-moi, kita akan berusaha
semaksimalnya untuk memperbaiki keadaan para
pendekar itu." "menurutmu kao-cici, seperah apakah peristiwa yang
dialami para peserta pertemuan di kota Sinyang ?"
"dari situasi ketika berhadapan dengan mereka,
mereka memang tidak bisa diajak bicara, karena
mungkin pengaruh hipnotis tersebut, namun saya
yakin dengan apa yang diberitahu oleh Wan-yokong,
kita akan dapat mengatasi keadaan, karena jika
ramuan telah didapatkan dan didukung oleh sin-kang
yang memadai maka para cianpwe itu akan dapat
diselamatkan." "semoga saja apa yang telah diperkirakan oleh Kaolihap benar adanya." sela Kwa-han-bu.
"apakah kita akan bermalam disini bu-ko ?"
"sepertinya demikianlah Cia-moi, apalagi senja sudah
datang." "baiklah kalau begitu, saya ingin kebawah ketempat
sumber air untuk membersihkan diri." sela Kao-hong-li.
"saya juga akan ikut, marilah Kao-cici." sahut Cia-hanli "kedua wanita itu meninggalkan Kwaa-han-bu dan
turun kebawah, dimana sumber air berada.
Cia-han-li dan Kao-hong-li melepas pakaian dan
merendamkan diri di dalam air yang jernih, Kao-hongli menggosok tubuhnya dengan lembut, suasana
hatinya semakin hangat ketika membayangkan
perjalanan dengan Kwaa-han-bu, lelaki tampan
dengan berjuta cinta dan sayang, lelaki dengan
kharisma dan kelembutan, sudah dua bulan mereka
mengadakan perjalanan, perlakuan Kwaa-han-bu
pada istrinya demikian lembut dan tidak canggung,
dan anehnya kao-hong-li tidak sedikitpun merasa
diabaikan, setiap kemesraan yang berlangsung
didepan matanya membuat dia bahagia, seakan
kebahagiaan yang dialami Cia-han-li ikut juga ia
merasakan. "Kao-cici ! kenapa melamun ?" tanya Cia-han-li
"ah"tidak"aku tidak melamun Cia-moi
"tapi pandanganmu jauh dan raut wajahmu demikian
cemerlang seakan membayangkan hal yang
membahagiakan." "ah".hanya sekedar menikmati sejuknya tempat ini
dan indahnya pemandangan disini, lihatlah bungabunga persik yang tungun diatas sana." sahut Kaohong-li "Kao-cici apa yang kamu rasakan sejak perjalanan
bersama ini kita lakukan ?"
"hatiku sangat senang dan bahagia Cia-moi,
bukankah kamu juga merasakan demikian ?"
"benar sekali Kao-cici, aku juga senang melihat kamu
jika merasa senang."
"terimakasih Cia-moi, perjalanan ini demikian
menyenangkan, keberadaan im-yang-sian-taihap
disamping kita merupakan hal yang
menggembirakan." "kenapa kamu merasa gembira Kao-cici ?"
"jujur saya katakana Cia-moi, bersama im-yang-sintaihap adalah harapan manis selama ini, dan dengan
terwujudnya hal itu merupakan hal yang
membahagiakan." "apakah menurut kao-cici, Bu-ko merasakan hal yang
sama ?" "saya tidak tahu Cia-moi, dan tentunya kamu lebih
tahu apa yang dirasakan Im-yang-sin-taihap."
"menurutku Bu-ko juga merasa bahagia Kao-cici."
"bagaimana kamu yakin Cia-moi ?"
"Bu-ko tidak canggung membawa kita berdua, hal itu
menunjukkan bahwa Kao-cici dalam pandangan Bu-ko
bukan orang luar, kemesraan dan curahan cintanya
juga tidak sungkan walaupun berada didepan Kaocici." "apakah itu artinya bahwa Im-yang-sin-taihap sedang
menguji hatiku Cia-moi."
"entahlah Kao-cici, menurutmu apakah sikap itu
merupakan ujian, ataukah Bu-ko sendiri sudah tahu
hati Kao-cici." "bagi saya itu bukan ujian, dan mungkin benar Imyang-sin-taihap mengetahui hati saya."
"saya juga berpikiran demikian Kao-cici, karena walau
bagaimanapun Kao-cici, Khu-cici dan Lauw-cici
memiliki kisah yang sama saat berhadapan pertama
kali dengan Bu-ko." "Kadang kalau di ingat-ingat sungguh aneh perasaan
yang muncul saat itu, dan luar biasanya Lauw-bi-hong
dan Khu-hong-in berhasil berlabuh disamping Im-yangsin-taihap." "lalu apakah Kao-cici juga merasa akan dapat juga
berhasil sebagaimana Khu-cici dan Lauw-cici."
"jika didalami cinta Im-yang-sin-taihap, mungkin saya
juga dapat peluang, namun bagimanakah
kenyataannya nanti, saya tidak tahu."
"selama dalam perjalanan ini, Bu-ko dan Kao-cici tidak
pernah bicara hati ke hati, lalu apakah perasaan akan
berjalan sesuai harapan ?"
"hik..hik". rasanya aneh jika hal itu kamu tanyakan
Cia-moi, soal bagimana mencintai dan dicintai imyang-sin-taihap bukan masalah yang sulit, yang jadi
masalah adalah antara wanita yang mencintai Imyang-sin-taihap." "memang tidak bisa dinafikan bahwa Bu-ko memiliki
daya tarik luar biasa dimata wanita, saya sangat
sependapat dengan Kwee-moi, bahwa Bu-ko lelaki
bertabur cinta." "Dan cinta itu menghilangkan ego pada wanita yang
dicintainya, menurutmu kenapa bisa demikian Ciamoi." "menurut saya karena curahan cinta yang diterima
berlimpah ruah, rasa sayang yang di terima tidak
mengenal batas, perlakuan sebagai seorang wanita
sesuai pada porsinya, hati tidak iri karena
diperlakukan dengan alami, merasakan cinta dan
sayang tiada batas, dan yang terpenting bahwa kita
merasa dibutuhkan olehnya."
"benar, berbahagialah kalian yang sudah berada
dalam biduk cinta im-yang-sin-taihap."
"dan tentunya Kao-cici juga tidak akan berlama-lama
menanti diluar biduk."
"hik..hik"aku kagum dengan hati yang kamu miliki
Cia-moi, jika memang aku akan diraih, aku tidak akan
berpaling dan berlari mendapatkannya."
"hik"hik" aku juga tidak dapat pungkiri bahwa
hatimu juga sangat agung sehingga Bu-ko
mengisyaratkan bahwa kamu adalah bagian dari
dirinya." "sudahlah Cia-moi, mari kita kembali." sahut Kaohong-li, kemudian keduanya keluar dari dalam air dan
mengeringkin badan, lalu berpakaian dan kembali
ketempat dimana Im-yang-sin-taihap menunggu."
"hmh".ternyata lama juga kalian mandinya, apa
kalian lupa bahwa aku juga ingin mandi ?" ujar Kwaahan-bu. "hik..hik" Bu-ko sayang, karena kami ingat dirimu
maka kami berlama-lama."
"hahaha..hahaha apakah cerita tentang diriku
demikian panjangnya ?"
"bagaimana kao-cici, apakah pendapatmu tentang diri
Bu-ko ?" "benar bahwa membicarakan dirimu sama halnya
bercermin melihat diri sendiri, sehingga tidak dapat
tidak wanita harus menikmati keberadaannya dalam
cermin." "terimakasih Kao-siocia, dan dandanan didalam cermin
nampak indah dan agung, dan sekiranya mata yang
melihat tidak alpa dan mengabaikannya."
"hik..hik"sudahlah pembicaraan kata hati yang
tersirat, sekarang pergilah mandi ! sebentar lagi
malam akan tiba." sela Cia-han-li, Kwaa-han-bu
dengan senyum meninggalkan keduanya dan menuju
sumber air. Seminggu kemudian Kwaa-han-bu sampai disebuah
padang rumput, puluhan rampok mengepung dengan
berbagai senjata "kalian berada di wilayah kami, dan segera tinggalkan
harta dan dua wanita cantik ini." bentak pimpinan
rampok seorang lelaki dengan tangan yang buntung.
"hik..hik" ternyata kamu Ma-tin-bouw yang jadi
rampok." sahut Kao-hong-li
"heh..kamu mengenal saya !?"
"aku masih ingat dirimu Ma-tin-bouw, murid utama
Pah-sim-sai-jin." "kamu siapa " "
"tidak perlu diingat lagi siapa saya, kamu salah
mangsa jika menagkap kami, apakah kamu tidak
takut dengan im-yang-sin-taihap !?"
"hehe..hehhe" ternyata Im-yang-sin-taihap, kalian
sekarang berada diwilayahku, dan disini tidak ada
yang aku takutkan." "lalu apa yang hendak kamu lakukan ?"
"Im-yang-sin-taihap harus dibinasakan dan kalian
akan kami tangkap untuk hiburan, seraanggg?" teriak
Ma-tin-bouw Ratusan orang menerjang dan ratusan anak panah
melejit kearah rombongan Kwaa-han-bu, tapi
ketiganya bergerak gesit dan mematahkan dan
menghalau anak panah hingga semuanya runtuk, dan
beberapa orang yang sudah mendekat melempar
puluhan jala menjaring ketiganya, dan Kwaa-han-bu
dengan tangkas bergerak dan menghalau jala dengan
sin-kang sehingga semua jala terpental, dan pada
bagian lain puluhan orang sudah terlibat pertempuran
dengan Kao-hong-li dan Cia-han-li, pasukan rampok
itu laksana ilalang disabit senjata dua wanita kosen
itu, banyak yang sudah ambruk dengan luka-luka
parah, namun ratusan rampok membanjiri
pertempuran, untungnya tiga orang itu adalah bukan
orang sembarangan. Para rampok laksana anai-anai yang berterbangan
dihantam pukulan-pukulan Kwaa-han-bu, namun
rampok itu luar biasa banyaknya, ketiganya mundur
ketempat yang lebih luas supaya leluasa bergerak,
tapi ternyata mereka digiring pada sebuah jebakan,
ketika ketiganya bersalto kebelakang dan mendarat,
ternyata ketiganya terjerumus pada sebuah lobang.
Kwaa-han-bu masih dapat menyelamatkan diri dan
melambung keatas, namun Cia-han-li dan Kao-hong-li
tidak sempat sehingga keduanya meluncur kebawah,
gerakan Kwaaa-han-bu semakin dahsyat memporakporandakan ratusan rampok, padang rumput itu sudah
menjadi tumpukan manusia yang sebagian tewas dan
sebagian tergeletak dengan luka-luka parah.
Satu jam kemudian Cia-han-li dan Kao-hong-li sudah
berada disamping Ma-tin-bouw dengan keadaan
terikat. "im-yang-sin-taihap, menyerahlah, kalau tidak dua
wanita ini akan saya bunuh." ancam Ma-tin-bouw,
Kwaa-han-bu berhenti dan menoleh kearah Ma-tinbouw." "apa maumu Ma-tin-bouw !" sahut Kwaa-han-bu
"hahahaa..hahaha"kamu mungkin akan dapat
menghabisi kami, namun kedua wanita ini juga tidak
luput dari kematian, serhkan dirimu untuk diringkus."
"baik".saya menyerah.."
"ayok cepat ikat dia, dan kita bawa kemarkas." teriak
Ma-tin-bouw Im-yang-sin-taihap pun ditangkap dan diikat, lalu
ketiganya digiring ke markas Ma-tin-bouw, luar biasa
anak buah Ma-tin-bouw ini, dia memiliki anak buah
hampir tujuh ratus, markas Ma-tin-bouw berada
dibalik bukit, berupa sebuah perkampungan dan
dibagian tengah empat buah bangunan besar dan
mewah berdiri megah, Im-yang-sin-taihap
dimasukkan dalam kotak berupa sangkar besi baja
yang kuat, kedua tangannya dirantai dan diikatkan
pada dua buah pilar, demikian juga kedua kakinya,
kemudian sangkar besi itupun di naikkan sehingga
menggantung diawang, sementara dibawah Cia-han-li
dan Kao-hong-li di rantai dan dimasukkan dalam
penjara. "apa selanjutnya yang akan kita lakukan pada Imyang-sin-taihap ?" tanya wakil pimpinan pada Ma-tinbouw "kerugian kita luarbiasa hari ini pangcu." sela kepala
bagian "hmh"berapa dari kita yang tewas dan berapa yang
luka, Bu-tong ?" tanya Ma-tin-bouw
"yang tewas ada dua ratus orang, dan yang luka ada
tiga ratus orang." "sialan Im-yang-sin-taihap, seharusnya kita bunuh
saja ketiganya pangcu." sela wakil pimpinan
"benar"mari kita bunuh saja ketiganya?" seru yang
lain serempak "baiklah kalau begitu, mari kita ketempat tahanan,
dan siapkan pasukan panah untuk menyate tubuhnya
didalam jangkar besi." sahut Ma-tin-bouw, merekapun
kembali ketempat tahanan dan dua puluh orang


Kembalinya Si Manusia Rendah Karya Rajakelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pemanah sudah disiapkan. Kedatangan gerombolan perampok membuat Kaohong-li dan Cia-han-li merasa cemas, sementara
Kwaa-han-bu melihat kebawah dengan tatapan tajam
"hahaha..hahaha..im-yang-sin-taihap, kami sudah
sepakat akan menghabisimu hari ini, jadi bersiaplah."
ujar Ma-tin-bouw disambut tawa para anak buahnya,
suasana hening dan tegang
"pasukan panah , siap..!" teriak Ma-tin-bouw, dua
puluh pemanah mengangkat busur dengan anak
panah yang sudah terpasang dan siap untuk
dilepaskan, Cia-han-li dan Kao-hong-li makin gelisah
melihat ujung anak panah yang mengancam nyawa
Im-yang-sin-taihap. "panah"!" teriak Ma-tin-bouw, serempak anak
panahpun dilepas, dua puluh anak panah melesat
menuju Im-yang-sin-taihap dalam jangkar besi,
menurut Ma-tin-nouw Im-yang-sin-taihap tidak akan
dapat menghalau anak panah karena keadaannya
yang mengambang terikat didalam jangkar, namun
ada hal yang dilupakan oleh Ma-tin-bouw, yaitu sabuk
yang tersampir di kedua bahu Im-yang-sin-taihap,
para rampok terkejut ketika melihat betapa dua puluh
anak panah terpental dihalau ujung sabuk yang
bergerak laksana ular hidup, dan ironisnya anak
panah itu berbalik arah dengan kecepatan tiga kali
lipat dan membantai keduapuluh orang pemanah,
tanpa mereka duga, anak panah telah menancap dan
menembus dada dan perut mereka hingga
kebelakang, mereka ambruk tewas.
Ma-tin-bouw dan para pimpinan lain terkesima,
sejenak mereka saling pandang
"bagaimana Gak-meng, apa kamu punya cara untuk
membunuh im-yang-sian-taihap ?" tanya Ma-tin-bouw
pada wakilnya. "kita harus membakar bangunan ini." jawab Gakmeng "menurut say aide itu sangat tepat pangcu." sela Butong, "menurut saya juga, hal demikian yang dapat kita
lakukan untuk membunuh Im-yang-sin-taihap." sahut
Ma-tin-bouw "kalau begitu besok malam kita lakukan." ujar Gakmeng, para pimpinan mengangguk, dan kemudian
mereka keluar dari tempat tahanan, tahanan itu
berada pada bagian belakang area, persis dipinggir
jurang yang sangat dalam.
Keesokan harinya seratus anak buah menyiapkan
ilalang kering dengan jumlah yang banyak untuk
ditumpuk disekeliling bagunan, saat siang hari
pekerjaan menngumpulkan ilalang pun selesai, namun
tiba-tiba mendung datang, dan tidak berapa lama
hujan deraspun turun, guntur dan angin kuat menderu
bersahutan, anak buah Ma-tin-bouw menutup
tumpukan ilalang sekedarnya, sementara didalam
markas sepuluh pimpinan sedang berkumpul.
"Sial benar, kenapa hujan tiba-tiba turun." gerutu Matin-bouw "benar" untung sekali nasib tiga tawanan itu, rencana
terpaksa ditunda kalau begini." sela Gak-meng
"tidak apa, menunggu dua tiga hari, yang jelas Imyang-sin-taihap dapat dibinasakan." sahut yang lain.
"apakah kedua wanita itu ikut juga kita baker ?"
tanya Bu-tong "ya, karena keduanya juga jadi halangan besar bagi
kita." sahut Gak-meng, semuanya hening ditengah
gemuruhnya suara hujan. Hujam terus turun bahkan pada malam harinya makin
deras diselingi kilatan petir dan gemuruh guntur,
"sepertinya hujan ini akan berlanjut sampai besok
pagi, marilah kita istirahat !" ujar Ma-tin-bouw,
kesepuluh pimpinanpun meninggalkan ruang utama
dan menuju kamar masing-masing.
Kwaa-han-bu yang terikat didalam jangkar
memejamkan mata, sementara dibawah dalam
kurungan Cia-han-li dan Kao-hong-li dudu bersandar
didinding, hujan masih turun bercampur badai yang
kuat, suasana malam itu sangat mencekam disamping
hawa dingin yang merasuk lewat ventilasi angina.
Menjelang pagi ditengah hujan yang masih deras dan
hembusan angin yang kuat tiba-tiba bangunan
tahanan itu bergetar dan "brus"krikk..krikkk brakkk brushhhh?" tebing itu
longsor dan bagunan tahanan serta bagunan
didepanya, tempat ransum dan senjata ikut ambrol
longsor kebawah jurang, dalam peristiwa yang
genting itu ketiga tawanan terkejut, Kwaa-han-bu
juga tidak berdaya dengan bencana alam yang
dihadapinya. Tubuhnya melesat sangat cepat kebawah, karena dua
pilar bagunan dimana rantai kaki dan tangannya ikut
menambah laju tubuhnya, tidak ada yang dapat
diperbuat oleh Im-yang-sin-tai-hap kecuali hanya
pasrah pada Thian, Ma-tin-bouw dan anak buahnya juga terkejut saat
merasakan getaran, namun karena sesaat mereka
mengira hanya gempa biasa, dan keesokan harinya
dua puluh anak buahnya tergesa-gesa memasuki
bangunan induk dimana para pimpinan berada.
"Pangcu".tahanan dan bagunan tempat ransom dan
senjata telah ambruk dan longsor."
"hah"yang benar ! " seru Ma-tin-bouw dan para
pimpinan tidak percaya "benar pangcu, kalua tidak percaya marilah kita lihat."
sahut anak buahnya, kemudian merekapun berduyunduyun kebelakang area dan nampaklah tepi tebing
yang terbongkar dan bagunan diatasnya tidak ada
lagi. "hehehe..hehehe". memang nasib Im-yang-sin-taihap
dan kedua wanita itu harus mati." ujar Gak-meng,
benarkah Im-yang-sin-taihap dan kedua rekannya
mati pada bencana luar biasa itu " mari kita lihat
bagaimana kenyataan yang ada.
Didasar jurang memang nampak bongkahan
bangunan yang sudah berkeping-keping, sudah dua
hari tidak ada kelihatan gerak kehidupan kecuali
hanya tumpukan tanah dan bongkahan bangunan,
namun pagi itu diantara cabang pohon yang rimbun
terdengar erangan "dimana aku..ah"aduh sakitnya?" erangan itu dari
mulut seorang wanita, dia adalah Kao-hong-li, ketika
tubuhnya melayang sesaat tubuhnya tesangkut pada
sebuah pohon, dan kemudian tidak lama pohon itu
juga ikut longsor dan meluncur kebawah, ketika
pohon menghantam dasar jurang bersama tanah
lumpur, pohon itu patah dua, untungnya tubuh Kaohong-li berada diantara cabang dan rimbunnya daun.
Kao-hong-li bergerak keatas dan keluar dari cabangcabang pohon, dia terus merangkak keatas mendaki
tumpukan tanah dan bongkahan bangunan.
"Cia-moi?"., she-taihap"! dimanakah kalian !?"
teriaknya lemah, disebelah sisi kirinya, dibalik
kepingan bangunan tergeletak kepala, Kao-hong-li
segera merangkak dan merayap mendekati kepala
yang tergeletak lemah "Cia-moi"cia-moi"!" teriak Kao-hong-li dengan sedu
sedan melihat kepala Cia-han-li, Kao-hong-li berusaha
menarik tubuh Cia-han-li dari reruntuhan tanah dan
kepingan bangunan. Kao-hong-li berhasil menyeret tubuh Cia-han-li, Kaohong-li meraba urat nadi Cia-han-li, masih ada tandatanda kehidupan, mulut dan hidung Cia-han-li
mengeluarkan darah, dengan deraian air mata yang
mengucur Kao-hong-li memanggil-manggil Cia-han-li,
setelah sekian lama Cia-han-li membuka matanya,
Kao-hong-li yang melihat kerjapan mata itu
sesegukan mendekat "Cia-moi, bagaimanakah keadaanmu,uuu..uuu?"
"Kao-cici, aku"aku tidak merasakan tubuhku, aku
mungkin sangat terluka."
"uuu..uuu Cia-moi kamu akan pulih bertahanlah"
bertahanlah cia-moi." sela Kao-hong-li sambil memeluk
kepala Cia-han-li dan tidak sengaja ia melihat bercak
darah kering dikepala Cia-han-li, main teriris hati Kaohong-li. "Cici dimanakah Bu-ko " apakah dia baik-baik saja ?"
"aku belum mengetahuinya cia-moi, she-taihap" shetaihap".." sahut Kao-hong-li sambil memanggilmanggil she-taihap, namun hanya keheningan yang ia
dapatkan "Kao-cici".hek..hekkk.." ujar Cia-han-li namun terhenti
ketika batuk dan darah segarpun muncrat dari
mulutnya "sudah jangan bergerak dan bicara lagi, diamlah disini
aku akan mencari she-taihap."
"tidak"cici"waktuku tidak ada lagi, aku"aku tidak
kuat lagi, cici aku titip Bu-ko, tempatmu ada disisi
kami dihadapan Bu"Bu"Bu-ko"..." nyawa Cia-han-li
pun meninggalkan raganya, jerit histeris kao-hong-li
bergema didasar jurang. Kao-hong-li menagisi mayat Cia-han-li, dan karena
keadaannya yang lemas, kao-hong-li berbaring
disamping jasad Cia-han-li, dia merasakan sekujur
tubuhnya sakit, tiba-tiba ia mendengar seruan dari
dalam hutan dan muncullah Kwaa-han-bu dengan
tertatitih-tatih, Kao-hong-li bangkit dan menoleh
kearah Kwaa-han-bu, sedu sedannyapun naik dan ia
pun menangis lagi. Kwaa-han-bu mendekati Kao-hong-li
"bagaimanakah kedaan Cia-moi ?"
"hu"hu". Cia-moi tidak dapat bertahan she-taihap, dia
telah pergi meninggalkan kita." sahut Kao-hong-li
sesugukan, Kwaa-han-bu duduk disamping jenajah
istrinya, dengan lembut ia mengusap wajah yang
sudah dingin dan kaku itu, dan tidak terasa air mata
she-taihap meleleh, Kao-hong-li makin sesugukan
melihat air mata she-taihap.
Kwaa-han-bu ketika melayang dengan demikian
cepat kedasar jurang saat pilar menghantam dasar
jurang pilar itu hancur berkeping-keping dan dan
jangkar besi terayun kuat sehingga melemparkan
jangkar kedalam hutan sejauh lima puluh meter dari
reruntuhan dan rantai yang mengikat kaki kirinya
tersangkut dicabang pohon yang tinggi, Kwaa-han-bu
bergelantungan dengan posisi jungkir balik sementara
paha kirinya mengalami pergeseran yang
mengakibatkan nyeri yang sangat, selama setengah
hari Kwaa-han-bu pingsan.
Setelah siuman, Kwaa-han-bu masih berada didalam
jangkar namun jangkar itu ikut menjadi beban
tubuhnya karena rantai kakinya yang menyangkut
didahan pohon, dan akibatnya tulang pahanya yang
sudah bergeser menjadi tumpuan bebab yang ada,
Kwaa-han-bu sangat menderita oleh situasi yang ia
alami, sehingga sempat tiga kali ia pingsan karena
nyerinya. Dan pada hari kedua dia siuman ternyata dia sudah
berada dibawah, ternyata ketika ia pingsan untuk
ketiga kalinya tiga ekor kera yang lumayan besar
mendatangi jangkar itu dan penasaran dengan benda
itu sehingga mereka mengguncang-guncang dan
belitan rantai pada cabang pohon mengendur
sehingga akhirnya jatuh kebawah, kera besar itu
kontan terkejut dan cepat lari menyingkir saat
jangkar itu jatuh. Kwaa-han-bu keluar dari jangkar dan menyeret
tubuhnya, dan bersandar kesebuah pohon, Kwaa-hanbu dengan sin-kangnya mengobati tulang pahanya,
dan selama setengah jam pengobatan itu dilakukan,
dan akhirnya kedudukan tulang pahanya normal
kembali, Kwaa-han-bu mencoba berdiri dan saat itulah
dia mendengar jeritan histeris Kao-hong-li memanggil
nama Cia-sian-li. Kwaa-han-bu segera menuju arah suara dan ketika
sampai, kedatangannya hanya disambut pandangan
iba dari Kao-hong-li. Kwaa-han-bu mengambil sebilah
kayu dan dengan cekatan menggali kubur,setelah itu
jasad Cia-sian-li dikuburkan, Kao-hong-li masih larut
dengan kesedihannya. "hidup dan mati diluar kuasa kita, pilihan kita hanya
menerima." ujar she-taihap sambil duduk dan
bersandar di sebatang pohon.
"bagaimana dengan keadaanmu Kao-siocia ?"
"aku hanya luka luar saja, dan sepertinya tangan
kiriku terkilir, lalu she-taihap bagaimana ?"
"aku juga luka lecet dan tulang kaki mengalami
pergeseran, tapi sekarang sudah normal kembali, coba
aku lihat tanganmu Kao-siocia." ujar Kwaa-han-bu,
dan mendekati Kao-hong-li
"persendian sikumu mengalami pembengkakan." Ujar
Kwaa-han-bu, kemudian dengan mengerahkan sedikit
tenaga, maka hawa panas menjalar disekitar siku
Kao-hong-li, dan tidak lama kemudian rasa nyeri yang
diderita Kao-hong-li hilang.
"sudah she-taihap, rasanya tanganku sudah pulih dan
tidak nyeri lagi." "baiklah, kamu istirahat saja, saya akan kedalam
hutan untuk mencari binatang buruan untuk makanan
kita." ujar Kwaa-han-bu, lalu ia berdiri dan
meninggalkan Kao-hong-li, satu jam kemudian Kwaa

Kembalinya Si Manusia Rendah Karya Rajakelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

han-bu datang dengan membawa dua ekor kelinci,
lalu mereka membuat panggang kelinci.
"She-taihap kira-kira ada harapan tidak kita keluar
dari tempat ini ?" "tentu bisa, karena tempat ini bukan jurang sumur,
tetapi jurang dengan lembah yang luas dan terhubung
dengan dunia luar, setelah keadaan kita lebih baik
kita akan meninggalkan tempat ini."
"syukurlah kalau begitu." gumam Kao-hong-li
Dua hari kemudian Kwaa-han-bu dan Kao-hong-li
sudah pulih kembali, lalu keduanya meninggalkan
tempat itu menelusuri hutan belantara yang lebat,
selama tiga hari perjalanan keduanya belum keluar
dari dalam hutan. "hutan ini amatlah luas sehingga sampai tiga hari kita
belum keluar." ujar Kao-hong-li
"memang benar, dan nampaknya hutan ini tidak
pernah dijamah manusia, kita istirahat disini saja
untuk melewatkan malam." sahut Kwaa-han-bu.
Kao-hong-li merebahkan badan untuk menghilangkan
kepenatan seharian berjalan menempuh hutan
belukar, Kwaa-han-bu membuat api unggun,
malampun tiba, suara-suara binatang malam pun
terdengar, terlebih suara jengkrik yang sahut
menyahut. Saat malam kian larut udara pun semakin
dingin, tubuh Kao-hong-li menggigil, Kwaa-han-bu
membagi api menjadi dua bagian, satu disamping
dekat pembaringan Kao-hong-li, dan Kao-hong-li pun
merasakan kehangatan dan satu lagi didekatnya.
"She-taihap tidurlah, biar aku yang ganti jaga."
"tidak perlu siocia, kamu tidur dan istirahatlah yang
cukup." "aku tidak merasa enak setiap malam dijagain dan
tidur dengan pulas sementara kamu begadang,
tentunya kamu kurang tidur."
"aku kurang tidur tidak mengapa, asal jangan kamu
yang kurang tidur." "itu tidak adil she-taihap."
"tidak adil bagaimana Kao-siocia, inilah yang namanya
adil." sahut Kwaa-han-bu senyum
"dimana letak adilnya she-taihap, sudah hampir
seminggu kita ditempat antah berantah ini, dan setiap
malam aku tidur pulas, sementara kamu tidak,
bukankah kita sama-sama membutuhkan tidur
tersebut ?" "benar kao-siocia, aku juga tidur tapi hanya kurang,
tidak ada kezaliman disini sehingga siocia merasa
tidak enak hati, menjagamu adalah tugas saya, jadi
tidak patut saya melepas tanggung jawab itu."
"apakah karena saya wanita, she-taihap ?"
"benar siocia, dan sudah demikian hukum alamnya,
dan janggal jika siocia merasa tidak adil melihat
hukum alam yang berjalan dengan normal"
"hmh".baiklah, aku juga bosan tidur dan ingin berjaga
semalaman denganmu ?"
"baiklah siocia, duduklah, dan jika mengantuk tidak
usah sungkan untuk tidur lagi, sekarang apakah siocia
mau makan sisa panggang kita tadi sore ?"
"tidak". aku hanya ingin bicara-bicara saja sambil
melewatkan malam." Beberapa saat keadaan hening, Kao-hong-li menatap
lelaki tampan didepannya yang sedang
memmbesarkan api dengan menambah rantingranting kering, tiba-tiba Kwaa-han-bu menoleh dan
dua pandangan itupun bertaut, sesaat Kao-hong-li
terkesima sebelum menunduk dengan wajah panas
karena jengah. "siocia ingin membicarakan apa ?"
"she-taihap, bolehkah aku bertanya hal yang
pribadi ?" "boleh saja siocia, dan hal yang patut kamu
tanyakan" "apakah ada rencana she-taihap mengenai keluarga
yang she-taihap bina ?"
"ada, dan itu sangat erat kaitannya dengan dirimu
siocia." "apakah itu she-taihap ?"
"saya ingin memjadikan dirimu sebagai salah satu
pendamping hidupku, bagaimana menurutmu ?"
jawab she-taihap sambil menatap lembut wajah Kaohong-li. "apakah saya orang yang tepat mendapatkan hal
itu ?" "tepat tidak tepatnya tergantung kita berdua, dan
selama perjalanan yang kita lakukan, saya mengakui
bahwa kamu adalah orang yang tepat menjadi
bagian dari saya, lalu bagimana pula menurutmu,
siocia ?" "tunjukkan apa halnya yang tepat, supaya saya
mengerti." "siocia, saya dan kamu dari awal pertemuan sudah
memiliki ketertarikan, ini adalah awal yang tepat,
kemudian kali kedua kita bertemu, timbul kembali
desakan rasa hangat dalam hati, yang menunjukkan
ketertarikan yang dulunya bersemayam rasa rindu, ini
adalah awal yang tepat dari sebuah perasaan cinta,
lalu kita mengadakan perjalanan bersama, maka
semakin bersemi rasa cinta yang ada, dan cinta kita
itu terkendali, terbukti siocia dan saya tidak
mengabaikan istri saya Cia-moi, perlakuan saya alami
kepadanya sebagai istri dan sebaliknya siocia akur
dengan Cia-moi, dan itu menujukkan bahwa siocia
tepat jadi pendamping saya." ujar kwaa-han-bu.
kamudian keduanya hening, Kao-hong-li tertunduk
menyelami penjelasan Kwaa-han-bu, dia melihat
kebenaran dari penjelasan Kwaa-han-bu.
"bagaimana " apakah penjelasan saya tidak sesuai ?"
"sesuai she-taihap, selama ini saya menyepi di Hwakok, hidup dengan bayang-bayang dirimu, dan hati
saya bahagia bahwa hari ini saya ternyata dapat
duduk dekat bersama dirimu, dihutan ini, dimalam
selarut ini, nikmatnya luarbiasa." Jawab Kao-hong-li,
lalu Kwaa-han-bu berdiri dan mendekati Kao-hong-li
"aku juga bahagia pada kenyataan kita saat ini."
sahut Kwaa-han-bu duduk dan meraih jemari tangan
Kao-hong-li. "taihap?" bisik Kao-hong-li dengan nada bergetar,
tubuhnya serasa lemas akibat sentuhan dan remasan
lembut dijemarinya, dan bahkan hatinya melambung
saat bahunya dipeluk dan kepalanya bersandar pada
leher lelaki tampan berkharisma ini, Kao-hong-li
memejamkan matanya, jiwanya teramat damai,
hatinya demikian hangat, sukmanya bergetar
merasakan tubuh kekasihnya, merasakan bidangnya
dada sang pujaan dan remasan lembut dipundaknya.
"she-taihap kekasihku, aku ingin tidur." bisik Kaohong-li, Kwaa-han-bu membawa baring tubuh lunglai
kekasihnya, Kao-hong-li semakin erat memeluk tubuh
Kwaa-han-bu, alangkah lembut dan nikmat
perasaannya berbantalkan dada kekasihnya yang
diselingi helaan nafas dan detak jantung yang ia
rasakan, kwaa-han-bu juga merasakan kemanjaan
Misteri Sepasang Pedang Setan 2 Pendekar Bunga Merah Karya Kho Ping Hoo Golok Yanci Pedang Pelangi 1

Cari Blog Ini