Ceritasilat Novel Online

Mrs Mcginty Sudah Mati 2

Mrs Mcginty Sudah Mati Mrs Mcgintys Dead Karya Agatha Christie Bagian 2


situ, kan?" 90 'Ya," Poirot menarik napas. "Saya kira tak ada tempat lain untuk tinggal?"
"Di Broadhinny memang tidak ada lagi. Saya kira Anda kurang nyaman tinggal di
Long Meadows" Mrs. Summerhayes baik hati, tapi dia tak tahu apa-apa tentang
mengurus rumah. Begitulah semua nyonya yang pulang dari negeri asing. Begitu
banyak yang harus dibersihkan, kata Mrs. McGinty. Ya, Senin sore dan Kamis pagi
Mrs. Summerhayes, lalu Selasa pagi Dr. RendelL dan sorenya Mrs. Upward di
Laburnums. Rabu untuk Mrs. Wetherby di Hunter's Close dan Jumat Mrs.
Selkirk yang kini bernama Mrs. Carpenter. Mrs. Upward adalah wanita tua yang ?tinggal dengan putranya. Mereka punya pembantu, tapi masih baru dan Mrs. McGinty
ke sana seminggu sekali untuk membimbingnya. Mr. dan Mrs. Wetherby tidak pernah
bisa lama punya pembantu nyonyanya agak invalid. Mr. dan Mrs. Carpenter punya
?rumah bagus dan sering menjamu tamu. Mereka semua orang baik-baik."
Dengan uraian terakhir mengenai penduduk Broadhinny ini Poirot meninggalkan
tempat itu. Ia berjalan pelan-pelan mendaki bukit menuju Long Meadows. Ia sangat berharap
makanan dalam kaleng gembung dan buncis-buncis yang kena darah itu sudah habis
untuk makan siang dan tidak disisakan untuk makan malamnya. Tapi bisa saja ada
kalengan-kalengan lain yang
91 isinya diragukan. Hidup di Long Meadows ternyata mengandung banyak risiko.
Secara umum boleh dikatakan hari ini' mengecewakan.
Apa saja yang telah diketahuinya"
BahWa James Bentley punya teman. Bahwa baik dia maupun Mrs. McGinty tidak punya
musuh. Bahwa Mrs. McGinty nampak bergairah dua hari sebelum kematiannya dan
telah membeli sebotol tinta
?Poirot tiba-tiba terpaku.... Apa ini merupakan saru fakta, satu fakta kecil paling
tidak" Tadi ia bertanya sepintas lalu mau apa Mrs. McGinty dengan sebotol tinta, dan
Mrs. Sweetiman menjawab, dengan cukup serius, bahwa menurut pendapatnya wanita
itu ingin menulis surat...
Ada yang penting di situ hal penting yang hampir saja terlewatkan, sebab
?baginya, seperti kebanyakan orang, menulis surat adalah suatu kegiatan seharihari yang biasa. Tapi tidak begitu halnya dengan Mrs. McGinty. Menulis surat bagi Mrs. McGinty
merupakan satu hal yang amat tidak biasa sehingga ia harus keluar dan membeli
sebotol tinta untuk itu. Jadi Mrs. McGinty hampir tidak pernah menulis surat. Mrs. Sweetiman, kepala
kantor pos seratus persen sadar akan hal itu, tapi "Mrs. McGinty telah menulis
surat dua hari sebelum 92 kematiannya. Siapa yang telah ditulisinya, dan mengapa"
Bisa saja ini tidak terlalu penting. Mungkin ia telah menulis kepada keponakan
perempuannya kepada teman yang lama tidak jumpa. Tidak masuk akal menekankan
?pentingnya suatu benda sederhana seperti sebotol tinta.
Tapi hanya itu yang didapatnya dan ia bermaksud untuk mengikuti petunjuk-ini.
Sebotol tinta... 93 8 "Surat?" Bessie Burch menggelengkan kepala. 'Tidak, saya tak pernah menerima
surat dari Bibi. Apa yang mungkin ditulisnya kepada saya?"
Poirot memberikan pendapat,
"Barangkali ada sesuatu yang ingin dikatakannya kepada Anda."
"Bibi bukan orang yang senang menulis surat. Dia sudah hampir tujuh puluh tahun,
dan ketika dia masih muda tidak banyak orang yang bersekolah."
'Tapi dia bisa membaca dan menulis?"
"Oh tentu saja. Tidak terlalu senang membaca, walaupun dia senang koran News of
the World dan Sunday Companion. Tapi menulis agak sulit baginya, jika dia ingin
memberitahu saya tentang sesuatu, seperti menunda maksud kami untuk
mengunjunginya, atau mengatakan bahwa dia tak bisa datang ke tempat kami,
biasanya dia akan menelepon Mr. Benson, ahli kimia tetangga kami, dan dia akan
meneruskan berita itu. Dia sangat baik hati mau melakukan
94 itu. Anda tahu, kami masih berada dalam satu wilayah, jadi biayanya hanya dua
penny. Ada telepon umum di kantor pos Broadhinny."
Poirot mengangguk. Ia mengakui bahwa dua penny memang lebih murah daripada dua
setengah penny. Ia memperoleh satu gambaran lagi tentang Mrs. McGinty, yaitu
bahwa ia sangat hemat. Ia pasti sangat menyukai uang, begitu pikirnya.
Ia mendesak dengan lembut.
'Tapi bibi Anda kadang-kadang menulis surat kepada Anda, saya rasa?"
"Well, dia mengirim kartu pada hari Natal."
"Dan mungkin dia punya teman di kota-kota lain di Inggris yang mungkin
dikiriminya surat?" "Saya tak tahu itu. Ada ipar perempuannya, tapi sudah meninggal dua tahun yang
lalu dan ada juga Mrs. Birdlip tapi dia sudah meninggal juga."?"jadi, seandainya dia menulis surat, kemungkinan besar untuk menjawab surat yang
telah diterimanya?" Lagi-lagi Bessie Burch nampak ragu.
"Saya tak tahu siapa yang mungkin menulis surat padanya. Saya yakin.... Tentu
saja," wajahnya menjadi cerah, "mungkin dari Pemerintah."
Poirot setuju bahwa di zaman sekarang, komunikasi yang berasal dari apa yang
disebut Bessie "Pemerintah" memang selalu ada, tak mungkin tidak.
95 "Dan biasanya cukup rumit," kata Mrs. Burch. "Formulir-formulir yang harus
diisi, dan banyak pertanyaan kurang layak yang seharusnya tidak ditanyakan oleh
lembaga yang terhormat."
"Jadi mungkin Mrs. McGinty menerima surat dari Pemerintah yang harus
dijawabnya?" "Seandainya iya, pasti sudah dibawanya ke Joe, supaya bisa dibantu
menyelesaikannya. Hal-hal seperti itu memusingkannya dan dia selalu membawanya
ke Joe." "Bisakah Anda ingat apa ada surat di antara milik pribadinya?"
"Saya tidak pasti. Saya tak ingat apa-apa. Itu karena belum apa-apa polisi sudah
mengambil alih. Baru kemudian saya diizinkan membenahi barang-barangnya dan
mengambilnya." "Apa yang terjadi dengan barang-barang itu?" "Peti yang di sana itu
kepunyaannya dari kayu mahoni yang bermutu tinggi, ada juga lemari pakaian di ?lantai atas, dan sejumlah peralatan dapur yang'bagus. Sisanya kami jual sebab
kami tak punya-tempat untuk menyimpan."
"Maksud saya barang-barang pribadinya." Ditambahkannya, "Seperti sikat dan
sisir, foto. dan barang-barang untuk berhias, pakaian..."
"Oh itu. Well, terus terang saja, saya kemas itu ke dalam koper dan masih ada di
lantai atas. Tak tahu persis apa yang mesti saya lakukan dengan itu. Tadinya
saya bermaksud membawanya ke pasar loak pada hari Natal,
96 tapi saya lupa. Rasanya kurang enak untuk menjualnya kepada pedagang barang
bekas." "Apa kiranya saya boleh melihat isi koper itu?"
?"Boleh, tentu saja. Walau saya pikir Anda tak akan memperoleh apa-apa yang bisa
membantu. Polisi sudah memeriksa semuanya, lho."
"Oh saya tahu. Tapi, b arlah "
?Mrs. Burch membawanya ke sebuah kamar tidur mini di belakang yang menurut
penglihatan Poirot, hanya dipakai untuk menjahit barang-barang keperluan rumah.
Ia menarik sebuah koper dari bawah tempat tidur dan berkata,
"Nah, ini dia, dan maaf saya tinggalkan sebentar, saya tadi merebus sesuatu."
Poirot mengiyakan sambil mengucap terima kasih, dan mendengar bunyi kakinya
menuruni tangga lagi. Ia menarik koper itu ke dekatnya dan membukanya.
Bau kamper berembus menyambutnya.
Dengan perasaan haru, ia mengeluarkan isinya, begitu jelas menampilkan citra
wanita yang telah meninggal itu. Sebuah mantel hitam yang agak tua. Dua setelan
rompi wol. Sebuah mantel dan rok bawah. Stocking. Tak ada pakaian dalam (bisa
diperkirakan Bessie Burch telah mengambilnya untuk dipakai sendiri). Dua pasang
sepatu yang dibungkus kertas koran. Sebuah sikat dan sisir, tua tapi bersih.
Sebuah cermin penyok yang belakangnya dari perak. Sebuah foto sepasang mempelai
berbingkai kulit de-97 ngan pakaian model tiga puluh tahun lalu foto Mrs. McGinty dan suaminya
?rupanya. Dua kartu pos bergambar Margate. Sebuah anjing-an-jingan porselen.
Sebuah resep yang disobek dari surat kabar untuk membuat selai sayuran. Satu
sobekan lagi tentang "Piring Terbang" yang penuh sensasi. Sobekan ketiga
berkenaan dengan ramalan Mother Shipton. Ada juga sebuah Alkitab dan sebuah Buku
Doa. Tak ada tas tangan, atau sarung tangan. Mungkin Bessie Burch telah mengambilnya,
atau memberikannya pada seseorang. Pakaian-pakaian ini, Poirot berpendapat,
pastilah terlalu kecil untuk Bessie yang montok. Mrs. McGinty kecil dan kurus.
Ia membuka salah satu bungkusan sepatu. Sepatu-sepatu itu cukup bermutu dan
belum lama dipakai. Pasti terlalu kecil untuk Bessie Burch.
Ia baru saja akan membungkusnya kembali ketika matanya menangkap kepala berita
di koran pembungkus itu. Koran itu Sunday Companion dan tanggalnya 19 November.
Mrs. McGinty dibunuh tanggal 22 November.
Jadi inilah koran yang dibelinya pada hari Minggu sebelum kematiannya. Koran itu
tergeletak di kamarnya dan Bessie Burch memakainya untuk membungkus barangbarang bibinya. Minggu, 19 November. Dan pada hari Senin
98 Mrs. McGinty pergi ke kantor pos untuk membeli sebotol tinta...
Bisakah itu disebabkan oleh sesuatu yang telah dilihatnya di koran Minggu itu"
Ia membuka bungkusan sepatu yang satunya. Sepatu-sepatu itu dibungkus dengan
koran News of the World bertanggal sama.
Ia melicinkan kembali kedua koran itu dan membawanya ke sebuah kursi di mana ia
lalu duduk dan membacanya. Seketika itu juga ia menemukan sesuatu. Pada salah
satu halaman Sunday Companion itu, ada bagian yang disobek. Potongannya
berbentuk persegi panjang dan terletak di tengah, halaman. Potongan itu terlalu
besar dan tidak cocok dengan potongan-potongan koran yang ditemukannya
sebelumnya. Ia memeriksa seluruh isi kedua koran itu, tapi tak ada hal lain yang menarik
perhatian. Ia membungkus kembali sepatu-sepatu itu dan mengemasi koper itu lagi
dengan rapi. Lalu ia menuruni tangga. Mrs. Burch sedang sibuk di dapur.
"Saya kira Anda tidak menemukan apa-apa?" katanya.
"Wah, tidak." Ia menambahkan dengan suara santai, "Ingatkah Anda apa ada
potongan koran di dompet bibi Anda atau di dalam tas tangannya?"
'Tak ingat saya. Barangkali polisi telah meng-ambilnyar1
Tapi polisi tidak mengambilnya^^ Poirot
^ - v^-t , / \ * oo f--77 tahu dari catatan Spence. Isi tas tangan almarhumah telah didaftar, tak ada
potongan koran. "Eh bien," kata Hercule Poirot pada diri sendiri. "Langkah selanjutnya mudah.
Kalau potongan ini ada artinya, akhirnya ada kemajuan dalam penyelidikanku."
2 Duduk dengan sangat diam, dengan tumpukan koran berdebu di depannya, Poirot
mengatakan pada dirinya sendiri bahwa penemuan tentang pentingnya arti sebotol
tinta itu ternyata tidak menyesatkannya.
p Sunday Companion mengkhususkan diri pada dramatisasi romantis dari kejadiankejadian masa lalu. Koran yang sedang diamati Poirot adalah Sunday Companion hari Minggu tanggal 19
November. Di bagian paling atas dari halaman tengah terdapat kata-kata ini, yang dicetak
huruf besar, PARA WANITA KORBAN TRAGEDI MASA LAMPAU.
DI MANAKAH WANITA-WANITA INI SEKARANG"
Di bawah judul ini ada empat foto reproduksi yang sangat kabur yang pasti
berasal dari koleksi bertahun-tahun silam.
Orang-orangnya tidak nampak trai " - Malahan, mereka nampak agak menggelikan
sebab 100 hampir semuanya berpakaian kuno, dan tak ada yang lebih menggelikan daripada
melihat mode-mode kuno walaupun tiga puluh tahun lagi mungkin saja bisa jadi ?mode lagi, atau setidaknya mulai dipakai lagi.
Di bawah tiap foto ada nama.
Eva Kane, si "wanita lain" dalam kasus Craig yang termasyhur.
Janice Courtland, si "istri malang" yang suaminya adalah iblis berbentuk
manusia. Lily Gamboll si mungil, contoh anak malang produk zaman kini yang terlalu padat
manusia. Vera Blake, istri pembunuh yang tak curiga
Lalu muncul pertanyaan dengan huruf tebal lagi,
DI MANAKAH WANITA-WANITA INI SEKARANG"
Poirot mengedipkan mata dan mulai membaca dengan teliti kisah romantik yang
menguraikan kehidupan wanita-wanita yang samar dan kabur ini.
Ia masih ingat nama Eva Kane, sebab kasus Craig dulu cukup menggemparkan. Alfred
Craig adalah sekretaris kotapraja Parminster, seorang pria kecil dan rajin yang
pribadinya agak sulit digambarkan, tertib dan menyenangkan sikapnya. Nasibnya
jelek karena memiliki istri yang menjengkelkan dan pemarah. Mrs. Craig
menyebabkan ia dililit utang, selalu menggertaknya-, -merengek-rengek, dan
menderita gangguan saraf yang menurut teman-temannya hanya berpura-pura saja.
Eva Kane adalah gadis muda pengurus anak-anak di rumah. Ia berumur sembilan
belas tahun, cantik, tak berdaya dan tak terlalu pintar. Ia amat mencintai Craig
dan begitu pun sebaliknya. Lalu suatu hari tetangga-tetangga mendengar bahwa
Mrs. Craig telah "dikirim ke luar negeri" untuk berobat. Itu cerita Craig. Ia
membawa istrinya ke London dengan mobil sebagai tahap pertama perjalanannya pada
suatu malam, lalu "mengantarkannya berangkat" ke Prancis Selatan. Lalu ia
kembali ke Parminster dan dari waktu ke waktu menyebutkan bahwa kesehatan
istrinya terus memburuk, yang diketahuinya melalui surat-surat darinya. Eva Kane
tetap tinggal di rumah itu untuk mengurus rumah tangga, dan lidah-lidah mulai
berceloteh. Akhirnya Craig menerima' berita kematian istrinya di luar negeri. Ia
pergi dan kembali seminggu kemudian, dengan kisah pemakaman.
Dalam beberapa hal, Craig bukan orang yang terlalu pintar. Ia membuat kesalahan
menyebutkan di mana istrinya meninggal, di suatu tempat yang cukup dikenal orang
di Riviera Prancis. Seseorang cuma perlu menulis surat pada famili atau
kenalannya di sana untuk mencek apakah pernah ada pemakaman orang bernama ini,
dan setelah gempar sebentar sampailah berita itu kepada polisi.
Yang terjadi selanjutnya bisa diringkas~begini.
Mrs. Craig tak pernah pergi ke Riviera. Ia
102 telah dipotong-potong dengan rapi dan dikuburkan di gudang minuman Craig. Dan
autopsi mayat menunjukkan peracunan dengan menggunakan alkaloid tumbuhan.
Craig ditangkap dan diadili. Tadinya Eva Kane dituduh sebagai pembantu
pembunuhan, tapi tuduhan itu lalu ditarik sebab jelas sejak semula ia tidak tahu
sama sekali akan apa yang terjadi. Akhirnya Craig mengaku dan dijatuhi hukuman
mati. Eva Kane, yang sedang mengandung, meninggalkan Parminster dan, seperti ditulis
Sunday Companion, Familinya yang baik hati di New World mengajaknya tinggal di
sana. Setelah mengubah namanya, gadis muda yang malang ini, yang dalam usia
mudanya jatuh dalam -rayuan seorang pembunuh berdarah dingin, meninggalkan tanah
ini felamanya untuk memulai hidup baru dan mengunci rapat di hatinya dan
menyembunyikan dari putrinya nama ayahnya.?"Putri saya akan tumbuh bahagia dan murni. Hidupnya tak akan ternoda oleh masa
lalu yang kejam. Saya telah bersumpah untuk itu. Kenangan tragis saya akan
menjadi milik saya sendiri saja."
Eva Kane malang yang polos dan rapuh. Begitu muda sudah harus berkenalan dengan
kejahatan dan aib manusia. Di mana dia kini" Apakah dia ada di sebuah kota kecil
Midwestern wanita setengah baya, pendiam dan dihormati oleh tetangga yang
? ?matanya sayu";* Dan adakah seorang wanita muda, bahagia-dan ceria, datang untuk
?menjenguk "Mom-103 ma" bersama anak-anaknya, bercerita kepadanya tentang suka duka kehidupan
sehari-hari tanpa menyadari penderitaan yang pernah dialami sang ibu"
?"Oh la la!" kata Hercule Poirot. Dan melanjutkan ke korban berikutnya.
Janice Courtland, si "istri tragis", memang bernasib buruk karena suaminya.
Kelakuannya yang aneh, dan digambarkan secara tidak jelas sehingga mengusik rasa


Mrs Mcginty Sudah Mati Mrs Mcgintys Dead Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ingin tahu orang, menyebabkan istrinya menderita selama delapan tahun. Delapan
tahun pengorbanan suci, kata Sunday Companion dengan gamblang. Lalu Janice
berkenalan dengan seseorang. Seorang laki-laki muda yang idealis dan tidak
materialis yang secara kebetulan menyaksikan adegan yang mengerikan antara
suami-istri, lalu menyerang si suami dengan begitu hebatnya sehingga kepala
suami itu remuk terbentur marmer tajam pelindung perapian. Juri berkesimpulan
bahwa provokasinya terlalu kuat, bahwa idealis muda itu sebenarnya tidak
bermaksud membunuh, dan kepadanya dijatuhkan hukuman lima tahun penjara.
Janice yang menderita itu, yang menjadi semakin ketakutan oleh publisitas yang
gencar mengenai kasus itu, pergi ke luar negeri untuk "melupakan" peristiwa
pahit itu. Telah lupakah dia" tanya Sunday Companion. Kita harap begitu. Di suatu tempat,
barangkali, ada seorang istri dan ibu yang bahagia yang
104 penderitaannya selama bertahun-tahun itu kini akan cuma sebuah mimpi...
"Well, well," kata Hercule Poirot dan melanjutkan ke kasus Lily Gamboll, anak
tragis produk zaman kini yang terlalu padat manusia.
Rupanya Lily Gamboll ini diambil dari rumahnya yang terlalu sumpek. Bibinya
membesarkannya. Suatu hari ,Lily ingin nonton film, tapi bibinya melarang. Lily
Gamboll lalu mengambil golok daging yang terletak di atas meja di dekat situ dan
menghunjamkannya ke bibinya. Bibinya walaupun bersikap diktator, berperawakan ?kecil dan rapuh. Serangan itu membunuhnya. Lily yang baru berumur dua belas
tahun berbadan subur dan berotot. Sebuah sekolah ditunjuk untuk mengurus Lily
dan ia lenyap dari kehidupan sehari-hari.
Saat ini dia telah tumbuh menjadi wanita dewasa, kembali bebas untuk berperan
dalam masyarakat kita. Kelakuannya, selama menjalani pengucilan dan masa
percobaan dianggap sangat baik. Bukankah ini menunjukkan bahwa sebenarnya bukan
si anak, tapi sistemnya yang mesti kita persalahkan" Dibesarkan dalam kebodohan,
dalam lingkungan kumuh, Lily kecil merupakan korban keadaan lingkungannya.
Kini, setelah diluruskan kembali dari masa silamnya yang tragis, dia hidup di
suatu tempat, bahagia, mudah-mudahan, warga yang baik dan istri serta ibu yang
baik. Lily Gamboll kecil yang malang.
Powet-menggelengkan kepala. Anak berumur dua belas tahun yang mengayunkan golok
ke 105 bibinya dan membacoknya begitu "keras sehingga ia terbunuh, menurut pendapatnya
bukanlah anak yang baik. Dalam hal ini ia lebih bersimpati kepada bibinya. Ia
terus membaca, mengenai Vera Blake Jelas Vera Blake adalah salah satu wanita
yang serba salah hidupnya. Pertama-tama ia berpacaran dengan seosang pemuda yang
kemudian ternyata adalah gangster yang dicari polisi karena membunuh seorang
satpam bank. Ia lalu menikah dengan pengusaha terhormat yang ternyata adalah
tukang tadah barang-barang curian. Kemudian, kedua anaknya juga harus berurusan
dengan polisi. Mereka ikut ibunya ke toko serba ada dan melakukan pencurian.
Tapi akhirnya seorang "laki-laki baik" muncul dalam hidupnya. Ia menawarkan
kepada Vera yang malang itu tempat tinggal di Dominions Ia dan anak-anaknya
harus meninggalkan negeri tua ini.
Mulai saat itu suatu kehidupan baru menunggu mereka. Akhirnya, setelah bertahuntahun dihantam badai nasib yang bertubi-tubi, penderitaan Vera berakhirlah
sudah. "Aku ragu," kata Poirot dengan curiga. "Sangat mungkin bahwa ternyata dia kawin
dengan penipu profesional yang mengelabui pelanggan-pelanggannya!"
Ia duduk bersandar dan mengamati keempat foto itu. Eva Kane, dengan rambut
keriting yang kusut menutupi telinganya dan bertopi besar,
106 memegang seikat mawar dekat telinganya seperti memegang gagang telepon. Janice
Courtland mengenakan topi lebar yang ditarik ke bawah sehingga menutupi
telinganya, dan blus longgar yang melingkari pinggulnya. Lily Gamboll, anak yang
berwajah biasa dengan mulut setengah terbuka karena lehernya bergondok,
nampaknya sulit bernapas dan berkacamata tebal. Vera Blake nampak begitu
menyedihkan karena gambarnya begitu kabur, hitam dan putih saja.
Dengan alasan tertentu Mrs. McGinty telah menyobek artikel ini, termasuk fotofotonya. Kenapa" Cuma untuk disimpan karena kisah-kisahnya menarik minatnya" Ia
pikir tidak. Mrs. McGinty hanya menyimpan sedikit sekali barang selama enam
puluh tahun lebih hidupnya. Poirot tahu itu dari laporan polisi tentang bendabenda miliknya. Ia menyobek artikel ini pada hari Minggu dan Seninfnya ia membeli sebotol tinta,
dan kesimpulannya adalah bahwa ia, yang tak pernah menulis surat, ingin menulis
surat. Seandainya surat itu bersifat bisnis, ia pasti sudah mmta Joe Burch untuk
membantunya. Jadi itu bukan surat bisnis. Itu adalah apa"?Mata Poirot menelusuri keempat foto itu lagi.
Di manakah, tanya Sunday Companion, wanita-wanita ini sekarang"
Salah-satu dari mereka. Poirot berpikir, mungkin berada di Broadhinny November
lalu. 107 3 Hari belum lagi berganti ketika Poirot mendapati dirinya berbicara empat mata
dengan Miss Pamela Horsefall.
Miss Horsefall tak bisa berlama-lama, sebab ia harus bergegas ke Sheffield,
demikian dikatakannya. Miss Horsefall jangkung, kelaki-lakian, peminum dan perokok berat dan melihat
penampilannya nampaknya sangat tidak mungkin bahwa dialah yang telah menuliskan
kisah-kisah cengeng di koran Sunday Companion itu. Tapi benar memang dia.
"Katakan, katakanlah," kata Miss Horsefall tak sabar kepada Poirot. "Saya harus
segera pergi." "Ini tentang artikel Anda di Sunday Companion November lalu. Serial tentang
Wanita-wanita Tragis."
"Oh, serial itu. Jelek sekali, ya?"
Poirot tidak ingin menyatakan pendapatnya tentang itu. Ia berkata,
"Maksud saya khususnya artikel tentang Wanita-wanita yang Berkaitan dengan
Kejahatan yang dimuat pada tanggal 19 November. Mengenai Eva Kane, Vera Blake,
Janice Courtland, dan Lily Gamboll."
Miss Horsefall menyeringai.
"Di mana ivanita-wanita tragis ini sekarang" Saya ingat."
108 "Saya kira kadang-kadang Anda menerima surat setelah memuat artikel seperti
ini?" "Benar! Sementara orang rupanya tak punya pekerjaan selain menulis surat. Ada
yang 'pernah melihat si pembunuh Craig sedang lewat di jalan/ Ada yang ingin
menceritakan kepada saya kisah hidupnya, yang lebih tragis daripada yang dapat
saya bayangkan." "Apakah Anda menerima surat dari seorang bernama Mrs. McGinty dari Broadhinny?"
"Kawanku yang baik, bagaimana saya bisa tahu" Saya menerima segerobak surat.
Bagaimana saya bisa ingat satu nama tertentu?"
"Saya pikir Anda mungkin ingat," kata Poirot, "setapb beberapa hari kemudian
Mrs. McGinty dibunuh."
"Baru sekarang jelas bicara Anda." Miss Horsefall lupa untuk bergegas ke
Sheffield, dan lalu duduk mengangkang di sebuah kursi. "McGinty McGinty... Benar ?saya ingat nama itu. Dipukul kepalanya oleh anak kosnya. Masyarakat tidak
menganggap kasusnya menarik. Tak ada daya tarik seksnya. Anda bilang wanita itu
menulis kepada saya?"
"Dia menulis kepada Sunday Companion, saya kira."
'Sama saja. Akhirnya akan diteruskan kepada saya juga. Dan dengan adanya
pembunuhan ih> dan namanya menjadi berita seharusnya saya-ingat " Ia terdiam.
? ? ?"Sebentar bukan dari Broadhinny, tapi Broadway." ' ^n
?"Jadi Anda ingat?"
"Well, saya kurang yakin... Tapi nama itu... nama yang lucu ya" McGinty!
Ya tulisannya tidak bagus dan tidak terpelajar. Seandainya waktu itu saya tahu...
?Tapi saya yakin suratnya dikirim dari Broadway."
Poirot berkata, 'Tadi Anda sendiri bilang tulisannya jelek. Broadway dan
Broadhinny keduanya nampak sama."
?"Ya itu mungkin. Pokoknya, Anda tak akan bisa membedakan nama-nama desa yang
?aneh-aneh ini. McGinty ya. Saya ingat sekarang. Barangkali pembunuhan itu yang
?membuat saya ingat nama itu."
"Anda ingat apa yang dikatakannya dalam
suratnya?" "Sesuatu tentang foto. Dia tahu ada satu foto yang sama dengan foto yang di
koran itu dan apakah kami mau membayarnya untuk itu dan berapa?"
?"Anda membalas surat itu?"
"Kawanku yang baik, kami tidak melakukan hal begitu. Kami kirimkan balasan
standar. Berterima kasih dengan sopan tapi tidak melakukan apa-apa. Tapi karena
kami mengirimnya ke Broadway saya rasa dia tak pernah menerimanya."
?"Dia tahu ada satu foto..."
Dalam benak Poirot muncul suatu ingatan. Suara Maureen Summerhayes yang berkata
?110 sembarangan, "Tentu saja dia senang memeriksa ini dan itu."
Mrs. McGinty orangnya begitu. Ia jujur, tapi rasa ingin tahunya besar. Dan orang
memang suka menyimpan benda-benda tertentu benda benda tolol tak berarti dari
?masa lalu. Disimpan karena alasan sentimentil, atau diabaikan saja dan tak ingat
lagi bahwa barang-barang itu pernah ada.
Mrs. McGinty pernah melihat sebuah foto lama, dan suatu hari ia melihat foto itu
terpampang di Sunday Companion. Dan ia berpikir mungkin dengan cara itu ia akan
memperoleh uang.... Ia lalu bangkit dengan gesit. 'Terima kasih, Miss Horsefall. Sebelumnya maafkan
saya, tapi tulisan tentang kasus-kasus di koran itu, apa sesuai dengan fakta"
Saya dapati, misalnya, ada kesalahan tentang tahun pengadilan Craig seharusnya
?setahun setelah itu. Dan dalam kasus Courtland, nama sang suami adalah Herbert
seingat saya, bukan Hubert Bibi Lily Gamboll tinggal di Buckinghamshire bukan
Berkshire." Miss Horsefall melambaikan sebatang rokok.
"Kawanku yang baik. Kecermatan tidak terlalu penting. Itu cuma gado-gado kisah
romantis dari awal sampai akhir. Saya cuma mempelajari fakta-fakta itu sedikit,
lalu mengembangkannya dengan bumbu di sana sini."
"Yang ingin saya katakan ialah bahwa karak 111 ter para pelaku wanita Anda barangkali juga tidak sesuai dengan yang
dituliskan." Pamela meringkik seperti kuda.
'Tentu saja tidak. Bagaimana pendapat Anda" Saya tak ragu bahwa Eva Kane tak
lain adalah perempuan jalang sejati, dan sama sekali bukan si suci yang
menderita. Akan halnya si Courtland itu, mengapa dia mau menderita tanpa
mengeluh sebagai istri maniak sadis selama delapan tahun" Karena suaminya itu
kaya raya, dan pacarnya yang romantis itu melarat."
"Dan si anak tragis, Lily Gamboll?"
"Saya tidak mau dia ber-gambol (meloncat-loncat) ria di depan saya dengan sebuah
golok daging." Poirot mengetukkan jarinya.
"Mereka meninggalkan negeri ini mereka pergi ke New World ke luar negeri 'ke ? ? ?Dominions' 'untuk memulai hidup baru/ Tapi sama sekali tak ada bukti, kan,
?bahwa mereka kemudian kembali lagi ke sini?"
"Sama sekali tak ada," Miss Horsefall setuju. "Dan sekarang saya benar-benar
?harus pergi " ?Malam itu Poirot menelepon Spence.
"Aku memikirkanmu terus, Poirot. Kau dapat sesuatu" Biarpun sedikit?"
"Aku sudah selesai bertanya-tanya," kata Poirot geram.
"Ya?" "Dan hasilnya adalah, Orang-orang yang tinggal di Broadhinny semuanya orang
baik-baik." 112 "Apa maksudmu, M. Poirot?"
"Oh kawanku, perhatikan. 'Orang baik-baik/ Itulah yang menyebabkan timbulnya
motif pembunuhan." Scanned book (sbook) ini hanya untuk ^ koleksi pribadi. DILARANG MENGKOMERSILKAN
atau hidup anda mengalami ketidakbahagiaan dan ketidakberuntungan
BBSC 113 9 "Semuanya orang baik-baik," gumam Poirot saat ia berbelok di gerbang Crossways,
dekat stasiun. Sebuah plat kuningan di tiang lampu menunjukkan bahwa Dr. Rendell M.D. tinggal
di situ. Dr. Rendell adalah seorang pria berbadan besar yang periang berumur empat puluh
tahun. Ia menyalami tamunya dengan penuh semangat.
"Desa kami yang kecil dan sunyi ini mendapat kehormatan," katanya, "dengan
hadirnya Hercule Poirot yang termasyhur."
"Ah," kata Poirot. Ia merasa puas. "Jadi Anda telah mendengar tentang saya?"
"Tentu saja kami telah mendengar tentang Anda. Siapa yang tidak?"
Jawaban atas pertanyaan ini akan sangat melukai harga diri Poirot. Ia cuma
menjawab dengan sopan, "Beruntung Anda ada di rumah."
Sebenarnya bukan masalah keberuntungan. Malahan sebaliknya, itu merupakan hasil
perhitungan yang cermat. Tapi Dr. RendelV menjawab dengan hangat,
114 "Ya, tepat sekali. Seperempat jam lagi ada operasi. Nah, apa yang bisa saya
bantu" Saya sangat ingin tahu apa yang sedang Anda lakukan di sini.
Beristirahatkah" Atau ada tindak kriminal di tengah-tengah kita?"
"Beberapa waktu lalu bukan saat ini."?"Sudah lewat" Saya tidak ingat "
?"Mrs. McGinty."
'Tentu. Tentu saja. Saya lupa tadi. Tapi jangan bilang Anda akan menangani kasus
itu setelah lewat begitu lama?"
?'Jika boleh saya utarakan pada Anda secara pribadi, saya dibayar oleh pihak
pembela. Ada bukti-bukti baru yang bisa dipakai untuk naik banding."
Dr. Rendell berkata dengan tajam, "Tapi buk- ' ti-bukti baru macam apa yang bisa
ditemukan'" "Sayang sekali, itu tak bisa saya utarakan "~
?"Oh begitu harap maafkan saya."
?'Tapi telah saya dapati beberapa hal yang, boleh dikatakan, sangat
ganjil sangat bagaimana ya" memberi petunjuk" Saya datang menemui Anda, Df.
? ? ?Rendell, sebab saya tahu Mrs. McGinty kadang-kadang bekerja di sini." * "Oh ya,
ya betul Anda mau minum" Sherry" Whisky" Anda lebih suka sherry" Saya juga."
? ?Diambilnya dua gelas dan setelah duduk dekat Poirot, ia melanjutkan. "Dia biasa
datang sekali seminggu untuk membantu membersihkan jrumah. Saya punya pengurus
rumah yang sangat baik istimewa tapi benda-benda ku-115
? ?ningan itu dan menggosok lantai dapur yah, Mrs. Srott tak tahan berlutut lama? ?lama. Mrs. McGh..y adalah pekerja yang sangat rajin."
"Menurut Anda apakah dia jujur?"
"Jujur" Hm, pertanyaan yang sulit. Saya rasa sulit untuk dijawab tak ada
?kesempatan untuk tahu. Sejauh pengetahuan saya, dia cukup jujur."
"Jika seandainya dia menyatakan sesuatu kepada seseorang, menurut Anda apakah
pernyataan itu bisa dipercaya?"
Dr. Rendell nampak sedikit bingung.
"Oh, saya tak ingin sejauh itu. Sebenarnya sangat sedikit yang saya tahu tentang
dirinya. Bisa saya tanyakan kepada Mrs. Scott. Dia pasti tahu lebih banyak."
'Tidak, tidak. Lebih baik tidak."
"Anda membangkitkan rasa ingin tahu saya," kata Dr. Rendell dengan ramah. "Apa
sih yang telah disebarkannya" Kabar bohongkah" Maksud saya sesuatu yang berbau
fitnah." Poirot cuma menggelengkan kepala. Katanya, "Anda tahu, saat ini semua masih
dirahasiakan. Penyelidikan saya baru tahap awal."
Dr. Rendell berkata dengan agak datar,
"Anda agak terdesak waktu, ya?"
"Benar. Waktu yang diberikan pada saya amat pendek."
"Terus terang saja Anda membuat -saya heran... Di sini kami semua tadinya cukup
yakin 116 bahwa Bentley-lah yang melakukannya. Rasanya tak ada keraguan lagi."
"Nampaknya cuma kejahatan keji biasa tak begitu menarik. Itukah yang hendak ?Anda katakan?"
"Ya ya, kira-kira begitu."
?"Anda kenal James Bentley?"
"Dia pernah berobat satu atau dua kali. Dia kuatir akan kesehatannya. Terlalu
dimanjakan ibunya saya kira. Sering terjadi seperti itu. Kami punya kasus begitu
saat ini." "Masa?" "Ya. Mrs. Upward. Laura Upward. Dia sangat memuja putranya. Terus saja dikekang
putranya itu sampai tidak berkutik. Dia anak pintar tidak sepintar yang
?dikiranya, ini di antara Anda dan saya saja tapi cukup berbakat. Sedang tumbuh


Mrs Mcginty Sudah Mati Mrs Mcgintys Dead Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

?menjadi pengarang sandiwara yang handal si Robin itu."
"Sudah lamakah mereka tinggal di sini?"
"Tiga atau empat tahun. Semua orang di Broadhinny rata-rata begitu. Desa aslinya
dulu cuma terdiri dari beberapa cottage yang berkelompok di sekeliling Long
Meadows. Anda tinggal di sana, kan?"
"Benar," kata Poirot tanpa gairah.
Dr. Rendell nampak geli. "Katanya sih Guest House," ia berkata. "Wanita muda itu sama sekali tidak tahu
bagaimana mengefola-Guest House. Sejak menikah dia tinggal di India dengan
dikerumuni para pembantu.
Pasti Anda tidak nyaman di sana. Tak ada yang betah di situ. Akan halnya Pak
Summerhayes tua, tak banyak yang bisa dia lakukan dengan proyek Market Gardening
yang diusahakannya. Dia baik tepi sedikit pun tak punya naluri bisnis dan cfi
? ?zaman sekarang orang harus punya naluri bisnis untuk dapat bertahan hidup.
Jangan terkecoh dengan pandangan bahwa saya ini menyembuhkan orang sakit. Saya
cuma pengisi formulir dan penandatangan sertifikat yang dihormati. Tapi saya
senang pada suami-istri Summerhayes itu. Istrinya simpatik, dan meskipun
Summerhayes bertabiat jelek dan pemurung, dia termasuk golongan yang dituakan di
sini. Penduduk cikal bakal desa ini. Kalau saja Anda kenal Kolonel Summerhayes
tua... kasar dan pemarah, sombong seperti setan."
"Ayah Mayor Summerhayes"
"Ya. Waktu si tua itu mati tak banyak uang ditinggalkannya . dan tentu saja
biaya pemakaman cukup memberatkan keluarganya, tapi mereka berkeras untuk tetap
tinggal di rumah tua itu. Kami tidak tahu apakah harus mengagumi mereka atau
menganggap mereka tolol."
Ia lalu melihat arlojinya.
"Saya tak bisa menahan Anda lebih'lama," kata Poirot.
"Saya masih punya beberapa menit lagi. Lagi pula, saya ingin Anda menjumpai
istri saya. Entah di mana dia tadi. Dia sangat tertarik ketika tahu Anda berada
di kota ini. Kami ber - 118 dua suka masalah kriminal. Banyak membaca tentang itu."
"Kriminologi, fiksi, atau koran Minggu?" tanya Poirot sambil tersenyum.
"Ketiga-tiganya."
"Anda juga membaca yang ke\M> bawah seperti Sunday Companion?" Rendell tertawa.
"Apa artinya hari Minggu tanpa koran itu?"
"Ada beberapa artikel menarik sekitar lima bulan yang lalu. Khususnya yang
membicarakan tentang wanita-wanita yang tersangkut kasus-kasus pembunuhan dan
tragedi hidup mereka."
"Ya, saya ingat yang Anda maksud. Banyak ngibulnya, ya?"
"Ah, menurut Anda begitu ?"
"Well, tentu saja kasus Craig itu saya cuma tahu dari koran-koran, tapi salah
satunya lagi kasus Courtland, saya berani jamin bahwa wanita itu bukan si suci?yang tragis. Saya tahu sebab salah satu paman saya pernah bekerja pada
suaminya.. Dia memang jahat, tapi istrinya setali tiga uang. Dia mempengaruhi
pelonco muda itu dan menghasutnya. Lalu dia masuk penjara karena membunuh dan
wanita itu pergi, jadi janda kaya, lalu menikah dengan orang lain."
"Sunday Companion tidak menyebutkan itu. Anda ingat dia menikah dengan siapa?"
Rendell menggelengkan kepala. "Rasanya saya tak pernah mendengar nama 119 nya, tapi ada yang memberi tahu saya bahwa dia sekarang hidup senang."
"Setelah membaca artikel itu saya jadi bertanya-tanya, di manakah keempat wanita
itu sekarang?" kata Poirot merenung.
"Saya tahu. Orang bisa menjumpai salah satu dari mereka di pesta minggu lalu.
Saya berani bertaruh mereka semua menutup" rapat-rapat masa lalunya. Anda pasti
tak akan bisa mengenali mereka dari foto-foto itu. Sungguh, mereka nampak sangat
berbeda." Lonceng berbunyi dan Poirot bangkit.
"Saya tak mau menahan Anda lebih lama. Anda telah begitu baik hati."
'Tidak banyak membantu, saya kira. Laki-laki biasanya memang tidak begitu kenal
dengan pengurus rumah tangganya. Tapi tunggu sebentar, Anda harus bertemu dengan
istri saya. Kalau tidak nanti saya dimarahinya."
Ia mendahului Poirot berjalan menuju ruang utama, berseru keras-keras.
"Shelagh Shelagh "? ?Sahutan samar-samar terdengar dari atas.
'Turunlah ke sini. Ada kejutan buatmu."
Seorang wanita kurus dan pucat berambut pirang berlari-lari kecil menuruni
tangga. "Ini M. Hercule Poirot, Shelagh. Bagaimana?"
"Oh!" Mrs. Rendell nampak begitu terkejut sehingga tidak mengatakan apa-apa.
Mata birunya yang teramat pucat itu menatap-Poirot dengan cemas.
120 "Madame," kata Poirot, membungkuk sambil memegang tangannya dengan gayanya yang
sangat asing. "Kami dengar Anda ada di sini," kata Shelagh Rendell.-"Tapi kami tidak tahu "
?Ia terdiam Matanya cepat memandang ke wajah suaminya.
"Pada suaminyalah dia mendasarkan semua tingkah lakunya," kata Poirot pada diri
sendiri. Ia mengucapkan sejumlah basa-basi lalu mohon pamit.
Terkesan di hatinya Dr. Rendell yang ramah dan Mrs. Rendell yang cemas sehingga
tak mampu berkata-kata. Cukup sebegitu dengan suami-istri Rendell yang dibantu Mrs. McGinty setiap
Selasa pagi 2 Hunter's Close adalah sebuah rumah kokoh gaya Victoria, yang bisa dicapai lewat
jalan mobil yang ditumbuhi semak tebal. Sebenarnya rumah itu tidak terlalu
besar, tapi cukup mencolok untuk ukuran desa itu,
Poirot mengatakan kepada wanita muda asing yang membukakan pintu bahwa ia ingin
menjumpai Mrs. Wetherby. Ia menatapnya lalu berkata,
"Saya tidak tahu. Silakan masuk. Miss Henderson barangkali?"
Ia meninggalkannya berdiri di ruang utama. Suasana rumah itu persis seperti yang
sering 121 4ML digambarkan oleh agen perumahan sebagai "berperabot lengkap" dengan banyak
? barang langka dari segala penjuru dunia. Tak terlalu bersih alias banyak
debunya. Lalu gadis asing itu muncul lagi. Ia berkata, "Silakan masuk," dan membawanya ke
sebuah ruang kecil yang dingin di mana terdapat sebuah meja tulis besar. Pada
rak di atas perapian terletak sebuah teko kopi tembaga dengan mulut yang luar
biasa besarnya bagaikan hidung raksasa yang melengkung.
Pintu di belakang Poirot terbuka dan seorang gadis masuk ke dalam ruang itu.
"Ibu saya sedang berbaring," katanya. "Bisakah saya membantu Anda?"
"Anda Miss Wetherby?"
"Henderson. Mr. Wetherby adalah ayah tiri saya."
Ia gadis berwajah biasa sekitar tiga puluh - tahun, berperawakan besar dan tidak
luwes. Matanya waspada dan gelisah.
"Saya ingin tahu pendapat Anda tentang Mrs. McGinty yang pernah bekerja di
sini." Ia terbelalak menatap Poirot.
"Mrs. McGinty" Tapi dia sudah meninggal."
"Saya tahu," kata Poirot dengan lembut. "Walaupun begitu saya ingin tahu tentang
dia." "Oh. Ini untuk asuransi atau apa?"
"Bukan asuransi. Ini sehubungan dengan bukti-bukti baru."
122 "Bukti-bukti baru. Maksud Anda kematiannya itu?"?"Saya ditugaskan," kata Poirot, "oleh para pembela untuk melakukan penyelidikan
demi kepentingan James Bentley."
Sambil menatap Poirot, ia bertanya, 'Tapi bukankah dia yang melakukannya?"
"Juri mengira begitu. Tapi juri bisa keliru kan?"
"Jadi sebenarnya orang lain yang membunuhnya?" "Bisa jadi begitu."
Ia bertanya dengan serta merta, "Siapa?" "Itulah," kata Poirot pelan, "yang
sedang diselidiki." "Saya sama sekali tidak mengerti."
'Tidak" Tapi Anda bisa menceritakan tentang Mrs. McGinty, kan?"
Ia berkata dengan ogah-ogahan,
"Saya rasa begitu... Apa yang ingin Anda ketahui?"
"Well kita mulai saja dengan Apa pendapat Anda tentang dirinya'"
? ?"Apa ya tak ada yang khusus. Dia biasa saja."
?"Cerewet atau pendiam" Ingin tahu atau menahan diri" Periang atau pemurung"
Wanita yang baik, atau kurang baik?"
Miss Henderson tercenung sebentar.
"Kerjanya bagus tapi dia cerewet. Kadang-*' . '?* 123
kadang omongannya aneh-aneh... Saya tidak terlalu suka padanya."
? ?Pintu terbuka dan pembantu asing itu berkata,
"Miss Deirdre, ibu Anda berkata, harap diantar."
"Ibuku ingin aku membawa tuan ini ke atas menemuinya?" "Ya, terima kasih."
Deirdre Henderson memandang Poirot dengan ragu.
"Maukah Anda menemui ibu saya?" Tentu."
Deirdre berjalan di depan menyeberangi ruang utama itu dan menaiki tangga. Tibatiba ia berkata, "Benar-benar melelahkan berhubungan dengan orang-orang asing
itu." Sebab pikirannya jelas tertuju pada pembantunya itu dan bukan pada tamunya,
Poirot tidak merasa tersinggung. Ia berpikir bahwa Deirdre Henderson nampaknya
gadis yang sederhana begitu sederhana sehingga menjadi canggung.
?Ruang di atas itu penuh dengan hiasan-hiasan kecil. Ruang seorang wanita yang
telah banyak bepergian dan yang membeli cendera mata dari setiap tempat yang
dikunjunginya. Kebanyakan cendera mata itu jelas dibuat untuk menarik hati
wisatawan. Di ruang itu ada terlalu banyak sofa, meja, dan kursi terlalu
?sedikit 124 udara dan terlalu banyak gorden dan di tengah-tengahnya ada Mrs. Wetherby.
?Mrs. Wetherby berperawakan-kecil wanita kecil yang nampak kasihan di ruang
?besar. Itulah kesan orang. Tapi sebenarnya ia tidak sekecil kelihatannya. Entah
bagaimana bisa terbentuk efek "aku yang kecil dan malang" itu sedemikian
baiknya, padahal ia termasuk ukuran sedang.
Ia sedang berbaring dengan amat nyaman di sofa dan di dekatnya ada buku-buku,
rajutan, segelas air jeruk, dan sekotak coklat. Ia berkata dengan cerah,
"Anda harus memaafkan saya karena tidak bangun, tapi dokter mendesak agar saya
beristirahat tiap hari, dan semua orang marah jika' saya tidak menurut."
Poirot menyambut tangannya yang diulurkan itu dan membungkuk serta mengucapkan
kata-kata penghormatan yang umum.
Di belakangnya, tanpa basa-basi, Deirdre berkata, "Dia ingin tahu tentang Mrs.
McGinty." Tangan halus yang terbujur pasif di tangannya mengejang dan sejenak ia teringat
akan cakar burung. Tidak seperti sepotong porselen Dresden yang halus cakar
?burung pemakan daging...
Sambil tertawa ringan, Mrs. Wetherby berkata,
"Ngomong apa kau, Deirdre sayang. Siapa Mrs. McGinty?" h * fa **c^
?* L- - . " 125 "Oh Mummy kau pasti ingat. Dia bekerja pada kita. Itu lho, yang baru saja
? terbunuh." Mrs. Wetherby memejamkan matanya, dan gemetar.
"Jangan, Sayang. Semuanya begitu mengerikan. Aku merasa takut selama bermingguming-gu setelah kejadian itu. Wanita tua yang malang, tapi begitu bodoh
menyimpan uang di bawah lantai. Mestinya ditaruh saja di bank. Tentu saja aku
ingat semua itu aku cuma lupa namanya."?Deirdre berkata dengan dingin,
"Dia ingin tahu tentang dia."
"Silakan duduk, M. Poirot. Saya sangat ingin tahu. Mrs. Rendell baru saja
menelepon dan dia bilang ada seorang kriminolog di desa ini, dan dia menjelaskan
tentang Anda. Lalu tadi, ketika Frieda tolol itu menjelaskan ciri-ciri tamu yang
datang, saya merasa yakin itu pasti Anda, dan saya mengundang Anda datang ke
atas. Nah ceritakan pada saya, ada apa dengan semua ini?"
"Seperti yang. dikatakan putri Anda, saya ingin tahu tentang Mrs. McGinty. Dia
bekerja di sini. Dia datang ke sini, saya dengar, tiap Rabu. Dan dia mati pada
hari Rabu. Paginya dia ke sini kan?"
"Saya rasa begitu. Ya, saya rasa begitu. Saya tak begitu yakin sekarang. Sudah
lama *ikali." "Yah. Berbulan-bulan. Dan apakah dia tidak
126 mengatakan apa-apa hari itu sesuatu yang khusus?"
?"Orang-orang dari kalangan itu selalu banyak bicara," kata Mrs. Wetherby dengan
rasa kurang senang. "Orang tidak sungguh-sungguh mendengarkannya. Lagi pula dia
pasti tidak bisa bilang bahwa malamnya dia akan dirampok dan dibunuh, kan?"
"Ada hubungan sebab-akibat," kata Poirot.
Mrs. Wetherby mengernyitkan keningnya.
"Saya kurang paham maksud Anda."
"Barangkali saya sendiri pun kurang paham belum. Kita harus berjalan menembus
?kegelapan menuju terang... Apa Anda berlangganan koran-koran Minggu, Mrs.
Wetherby?" Matanya yang biru itu terbuka sangat lebar.
"Oh ya. Tentu saja. Kami pelanggan Observer dan Sunday Times. Kenapa?"
"Saya cuma ingin tahu. Mrs. McGinty berlangganan Sunday Companion dan News of
the World." Ia berhenti sejenak, tapi tak ada yang mengatakan apa-apa. Mrs. Wetherby menarik
napas dan setengah menutup matanya. Ia berkata,
"Semuanya sangat menakutkan. Pemondok yang mengerikan itu. Saya rasa dia tidak
begitu waras. Ternyata dia cukup berpendidikan juga. Itu malahan memperburuk
keadaan, ya?" "Masa iya?" "Oh?""ya saya pikir begitu. Kejahatan yang amat brutal. Golok daging. Ugh!"
?127 "Polisi tidak pernah menemukan senjatanya," kata Poirot.
"Saya kira dia membuangnya ke dalam kolam atau apa."
"Mereka telah mencari di kolam-kolam," kata Deirdre. "Aku melihatnya."
"Sayangku," ibunya menarik napas, "jangan bicara begitu* Kau tahu bagaimana aku
tidak suka mejrfrklrkan hal-hal seperti itu. Kepalaku."
Dengan garang "&dis itu menoleh ke Poirot.
"Anda lebih baik tidak lanjutkan," katanya. "Tidak baik baginya. Ibu amat
sensitif. Bahkan cerita detektif saja tak sanggup dibacanya."
"Maafkan saya," kata Poirot. Ia bangkit berdiri "Cuma satu alasan saya. Seorang
akan digantung dalam waktu tiga minggu ini. Jika sebetulnya bukan dia yang
melakukan itu "?Mrs. Wetherby bergerak dan menopang dirinya dengan sikunya. Suaranya terdengar
nyaring. "Tapi memang dia yang melakukannya," ia berseru. "Pasti dia."
Poirot menggelengkan kepala. "Saya tidak yakin."
Ia meninggalkan ruang itu dengan cepat. Ketika ia menuruni tangga, gadis itu
mengejar di belakangnya. Ia berhasil menyusulnya di ruang utama.
"Apa maksud Anda tadi?" ia bertanya. "Yang saya katakan itu, Mademoiselle. "Ya,
tapi " Ia terdiam. ?128 Poirot tidak berkata apa-apa.
Deirdre Henderson berkata perlahan-lahan, "Anda mengguncangkan perasaan ibu
saya. Ia benci hal-hal seperti itu perampokan dan pembunuhan dan dan
? ?kekerasan." "Jadi dia pasti sangat terguncang ketika wanita yang bekerja di sini dibunuh
orang." "Oh ya ya, benar."
?"Dia tak berdaya ya?"
?"Dia tak mau mendengar apa pun tentang itu... Kami saya berusaha untuk untuk
? ? ?tidak menceritakan apa-apa. Semua hal yang kejam-kejam."
"Bagaimana dengan perang?"
"Untung kami tidak mengalami pemboman di sekitar sini."
"Apa peranan Anda waktu perang, Mademoiselle?"
"Oh, saya bekerja untuk V.A.D. di Kilchester. Juga untuk W.V.S. Padahal saya
mestinya tak boleh pergi dari rumah. Ibu membutuhkan saya. Waktu itu dia
keberatan saya terlalu sering keluar. Saat-saat yang sulit sekali. Lalu ada
masalah pembantu Ibu kan tak pernah melakukan pekerjaan rumah tangga dia tak
? ?cukup kuat. Dan sulit sekali untuk memperoleh pembantu. Karena itulah Mrs.
McGinty begitu berharga. Itu saat dia mulai bekerja pada kami. Dia pekerja yang


Mrs Mcginty Sudah Mati Mrs Mcgintys Dead Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

istimewa. Tapi tentu saja tak ada satu pun di mana pun yang seperti dulu."
? ?"Anda berkeberatan mengenai itu. Mademoiselle?"
"Saya" Oh tidak." Ia nampak heran. 'Tapi lain halnya dengan Ibu. Dia dia banyak?hidup dalam kenangan masa lalu."
"Ada orang-orang yang begitu," kata Poirot. Masih jelas dalam ingatannya situasi
ruang yang baru saja ditinggalkannya. Ada sebuah laci lemari yang setengah
tertarik keluar. Laci yang penuh dengan berbagai barang yang tidak
penting bantalan jarum dari sutera, kipas rusak, teko kopi perak, dan beberapa
?majalah kuno. Laci itu terlalu penuh sehingga tak bisa ditutup. Katanya pelan,
"Dan mereka suka menyimpan benda-benda kenangan tempo dulu acara dansa, kipas,
? ?foto kawan lama, bahkan juga menu dan selebaran bioskop, sebab dengan melihat
benda-benda ini, kenangan lama hidup kembali."
"Saya rasa begitulah," kata Deirdre. "Saya sendiri tak mengerti. Saya tak pernah
menyimpan apa-apa." "Anda suka melihat ke"depan, bukan ke belakang?"
Deirdre berkata perlahan-lahan,
"Saya tidak tahu ke mana saya melihat... Maksud saya, hari ini saja sudah cukup,
bukan?" Pintu depan terbuka dan seorang laki-laki kurus tinggi agak tua masuk ke ruang
utama. Ia berhenti terpaku ketika melihat Poirot.
130 Ia memandang sekilas ke araft Deirdre dan alisnya terangkat seakan ingin
bertanya apa yang terjadi.
"Ini ayah tiri saya," kata Deirdre. "Saya saya belum tahu nama Anda."
?"Saya Hercule Poirot," kata Poirot dengan wajah kemalu-maluan seakan mengucapkan
gelar bangsawan. Mr. Wetherby tak nampak terkesan.
Dia mengucapkan, "Ah," dan membalikkan badan untuk menggantungkan mantelnya.
Deirdre berkata, "Dia datang untuk bertanya soal Mrs. McGinty."
Mr, Wetherby diam sejenak, lalu membetuJ- -kan letak mantelnya di gantungan.
"Agak aneh bagiku," katanya. "Wanita itu mati beberapa bulan yaftg lalu dan
meski dia bekerja di sini, kami tak tahu apa-apa tentang dia atau keluarganya.
Seandainya kami tahu pasti sudah kami sampaikan kepada polisi."
Ada kesan untuk segera menutup pembicaraan dalam nada suaranya. Ia memandang
arlojinya sekilas. "Kukira makan siang akan siap dalam seperempat jam."
"Aku kuatir barangkali agak terlambat hari ini."
Alis Mr. Wetherby terangkat lagi. "Oh ya" Boleh kutanya, mengapa?" "Frieda agak
sibuk." 131 "Deirdre yatrg baik, aku tidak suka mengingatkanmu, tapi mengurus rumah tangga
adalah tugasmu. Aku mengharapkan sedikit ketepatan waktu."
Poirot membuka pintu depan dan melangkah keluar. Ia menengok ke belakang
sejenak. Ada rasa tidak senang yang dingin dalam sinar mata Mr. Wetherby waktu memandang
putri tirinya. Dan ada sesuatu yang mirip kebencian dalam sinar mata lelaki itu
ketika membalas pandangan Poirot.
132 Poirot menunda kunjungannya yang ketiga sampai selesai makan siang. Makan siang
terdiri dari ekor lembu yang direbus kurang matang, kentang yang masih berair,
dan sesuatu yang dimaksudkan Maureen sebagai kue dadar. Sangat aneh rasanya.
Poirot berjalan pelan mendaki bukit. Ia sedang menuju Laburnums, yang berada di
sebelah kanan, yaitu dua cottage yang disatukan dan dibangun kembali dalam gaya
modern. Di sini tinggal Mrs. Upward dan pengarang sandiwara yang berbakat itu,
Robin Upward. Poirot berhenti sejenak di gerbang untuk membenahi kumisnya. Ketika itu muncul
sebuah mobil menuruni bukit yang berliku-liku, dan sebuah bonggol apel yang
dilempar cukup ke - ras mengenai pipinya.
Terkejut, Poirot meneriakkan kata-kata protes. Mobil berhenti dan sebuah kepala
muncul di jendela mobil. "Maaf, kena Anda?"
Poirot menunggu sebelum menjawab. Ia memandang wajah yang cukup anggun itu, alis
133 tebal, rambut beruban yang acak-acakan, dan tiba-tiba ia tersentak. Bonggol apel
itu juga membantunya mengingat.
"Pasti," ia berseru, "Mrs. Oliver."
Ternyata benar ia si penulis cerita detektif terkenal.
Sambil berseru, "Hai, M. Poirot," pengarang wanita itu berusaha keras
mengeluarkan badannya dari mobil. Mobilnya kecil sedangkan ia berperawakan
besar. Poirot cepat-cepat membantu.
Sambil bergumam menjelaskan, "Badan rasanya kaku setelah perjalanan panjang
ini," Mrs. Oliver tiba-tiba keluar dari mobil, seperti letusan gunung berapi.
Sejumlah besar apel juga ikut keluar dan menggelinding menuruni bukit.
"Bungkusannya robek," Mrs. Oliver menerangkan.
Ia membersihkan sisa-sisa apel dari dadanya yang menonjol itu lalu
mengguncangkan tubuhnya bagaikan seekor anjing Newfoundland besar. Apel
terakhir, yang tersembunyi di ceruk tubuhnya, menggelinding bergabung dengan
apel-apel lainnya. "Sayang bungkusannya robek," kata Mrs. Oliver. "Itu apel-apel Cox. Tapi kurasa
masih banyak apel di desa ini. Atau tidak ada" Barangkali semuanya sudah
dikirim. Semuanya serba aneh zaman sekarang, ya. Nah, apa "kabar, M. Poirot"
Anda tidak tinggal di sini, kan" Tidak,
134 saya yakin tidak. Kalau begitu kurasa pasti ada pembunuhan" Bukan nyonya rumah
saya, mudah-mudahan?"
"Siapa nyonya rumah Anda?"
"Di sana," kata Mrs. Oliver, menganggukkan kepala. "Itu kalau benar rumah itu
Laburnums, setengah jalan turun bukit di sebelah kiri setelah lewat gereja. Ya,
mestinya itu. Seperti apa dia?"
"Anda belum kenal dengannya?"
"Belum, saya ke sini untuk urusan bisnis, boleh dikata begitu. Satu buku saya
akan dijadikan sandiwara oleh Robin Upward. Kami bermaksud membicarakan hal ?itu."
"Selamat/ Madame."
"Malah sebaliknya," kata Mrs. Oliver. "Sampai saat ini yang ada cuma
penderitaan. Saya tak tahu kenapa saya mau melibatkan diri. Buku-buku saya
mendatangkan cukup banyak uang maksud saya pengisap-pengisap darah itu
?mengambil sebagian besar, dan jika saya menghasilkan lebih, mereka mengambil
lebih, jadi saya tak mau ngotot. Tapi Anda tak bisa bayangkan penderitaan saya
melihat tokoh-tokoh saya dicomot begitu saja, dan disuruh mengatakan hal-hal
yang tak mungkin dikatakan mereka, serta melakukan hal-hal yang takkan pernah
mereka lakukan. Dan jika Anda protes, mereka cuma bilang bahwa itu 'bagus secara
teatrikal.' Hanya itu yang ada di benak Robin Upward. Semua orang bilang dia
amat pintar. Jika memang begitu, mengapa dia tidak menulis
135 lakonnya sendiri, dan jangan mengganggu tokoh Finlandia saya yang malang itu.
Dia malahan bukan orang Finlandia lagi. Dia dijadikan anggota Gerakan Bawah
Tanah Norwegia." Ia lalu memegang rambutnya. "Mana topiku?"
Poirot melihat ke dalam mobil.
"Kukira, Madame, Anda tadi mendudukinya."
"Rupanya begitu," Mrs. Oliver setuju, sambil mengamati topinya yang sudah
berantakan. "Oh well," ia melanjutkan dengan riang, "saya tak begitu
menyukainya. Tadinya saya pikir saya bisa memakainya ke gereja pada hari Minggu
dan meskipun Uskup Agung bilang itu tidak harus, saya masih beranggapan bahwa
pendeta-pendeta yang kuno masih menganggap itu perlu. Tapi ceritakanlah tentang
kasus pembunuhan Anda atau apa pun itu. Ingatkah Anda kasus pembunuhan kita?"
"Ingat sekali."
"Cukup seru, ya" Bukan pembunuhannya sendiri saya sama sekali tidak suka itu.
?Tapi sesudahnya. Kali ini siapa?"
"Orangnya tidak menarik seperti Mr. Shai-tana. Seorang nyonya tua pembersih
rumah yang dirampok dan dibunuh lima bulan yang lalu. Mungkin Anda sudah membaca
tentang kasus itu. Mrs. McGinty. Seorang pria muda dituduh dan dijatuhi hukuman
mati "?"Dan dia bukan pembunuhnya, tapi Anda tahu siapa yang melakukannya, dan Anda
akan 136 membuktikan itu," kata Mrs. Oliver dengan cepat. "Hebat."
"Anda terlalu cepat," kata Poirot sambil menarik napas. "Saya belum tahu siapa
yang melakukannya dan masih jauh jalan yang harus ditempuh untuk
?membuktikannya." "Laki-laki begitu lamban," kata Mrs. Oliver meremehkan. "Saya segera bisa
mengatakan siapa yang melakukannya. Seseorang di desa ini, saya kira" Beri saya
waktu satu atau dua hari untuk menyelidiki, dan saya akan menemukan pembunuhnya.
Intuisi wanita itulah yang Anda perlukan. Perkiraan saya dalam kasus Shai-tana
?itu benar, kan?" Poirot dengan simpatik menahan diri untuk . tidak mengingatkan Mrs. Oliver bahwa
ia dulu cepat sekali mengalihkan kecurigaan.
"Kalian laki-laki," kata Mrs. Oliver dengan manja. "Coba kalau wanita yang
mengepalai Scotland Yard "
?Ia membiarkan tema pembicaraan yang sudah basi ini menggantung di udara ketika
sebuah suara menyapa mereka dari pintu cottage itu.
"Halo," kata suara itu,4lalam nada tenor ringan yang enak didengar. "Mrs.
Oliver?" "Betul," seru Mrs. Oliver. Kepada Poirot ia bergumam, "Jangan kuatir. Saya akan
sangat berhati-hati."
"Jangan, jangan, Madame, saya tidak ingin AndeTbersikap begitu. Malah
sebaliknya." Robin Upward menuruni jalan setapak dan
137 melewati gerbang. Ia tidak mengenakan topi, dan memakai celana flanel abu-abu
yang sangat tua dan mantel sport yang kedodoran. Jika tidak karena cara
berpakaiannya ini, sebenarnya ia cukup tampan.
"Ariadne, sayangku*" ia berseru dan memeluknya dengan hangat.
Ia mundur sedikit dengan tangannya tetap di pundak wanita itu.
"Sayang, aku sudah menemukan gagasan bagus untuk babak kedua."
"Oh ya?" kata Mrs. Oliver tanpa gairah. "Ini M. Hercule Poirot."
"Hebat," kata Robin. "Kaubawa barang?"
"Ya, kutaruh di belakang."
Robin menyeret keluar dua buah koper.
"Payah," katanya. "Kami tak punya pembantu yang baik. Hanya si Janet tua. Dan
kami harus selalu kasihan padanya. Amat menjengkelkan ya" Berat sekali koperkopermu. Ada bomnya?"
Ia mendaki jalan setapak itu dengan terhuyung-huyung, berteriak sambil menoleh
ke belakang. "Masuklah dan mari kita minum."
"Anda yang dimaksud," kata Mrs. Oliver, memunguti tas tangannya, sebuah buku,
dan sepasang sepatu tua dari tempat duduk depan. "Benarkah Jtadi Anda bilang
saya tak usah berhati-hati"'
"Makin terus terang makin baik."
"Saya tak akan memakai cara itu," kata Mrs.
138 Oliver, "tapi ini kasus pembunuhan Anda. Saya akan membantu sebisa saya."
Robin muncul lagi di pintu depan.
"Masuk, masuklah," ia memanggil. "Kita akan urus mobilnya nanti. Madre sangat
ingin ketemu kau." Mrs. Oliver berjalan terseok di jalan setapak itu dan Hercule Poirot
mengikutinya. Interior Laburnums sangat bagus. Poirot menduga sejumlah besar uang telah
dipakai untuk ini, tapi hasilnya adalah kesederhanaan yang mahal dan mempesona.
Setiap detil kayu ek itu benar-benar asli.
Duduk di sebuah kursi roda dekat perapian di ruang tamu, Laura Upward menyambut
mereka dengan senyuman. Ia seorang wanita enam puluh tahunan yang nampak penuh
semangat, memiliki rambut abu-abu baja dan dagu yang menggambarkan kekerasan
hati. "Saya sangat senang bertemu dengan Anda, Mrs. Oliver," katanya. "Saya tahu Anda
pasti tidak suka jika orang bicara tentang buku-buku Anda, tapi selama bertahuntahun itu menjadi penghibur yang istimewa bagi saya dan terutama sejak saya ?lumpuh."
"Anda sangat baik," kata Mrs. Oliver, nampak salah tingkah dan meremas-remas
tangannya seperti anak kecil. "Oh, ini M. Poirot, teman lama saya. "Kami bertemu
secara kebetulan di luar sana. Sebenarnya saya timpuk dia dengan bong-139
gol apel. Seperti William Tell tapi ini sebaliknya."
?"Apa kabar, M. Poirot Robin." "Ya, Madre?"
"Ambil minum. Di mana rokoknya?" "Di meja itu."
Mrs. Upward bertanya, "Anda juga seorang penulis, M. Poirot?"
"Oh, bukan," kata Mrs. Oliver. "Dia seorang detektif. Anda tahu. Tipe Sherlock
Holmes pemburu rusa dan biola dan yang semacam itu. Dan dia datang ke sini
?untuk menangani kasus pembunuhan."
Terdengar samar-samar gemerincing gelas pecah. Mrs. Upward berkata tajam,
"Robin, hati-hatilah." Kepada Poirot ia berkata, "Menarik sekali, M. Poirot."
"Jadi Maureen Summerhayes benar," seru Robin. "Dia ngobrol tak keruan tentang
adanya seorang detektif di tempat kediamannya. Nampaknya dia mengira itu lucu.
Tapi sebenarnya cukup serius, ya?"
'Tentu saja serius," kata Mrs. Oliver. "Ada pembunuh di sekitar kalian."
"Ya, tapi coba katakan, siapa yang telah dibunuh" Ataukah ada mayat yang digali
lalu semuanya dirahasiakan?"
"Bukan rahasia," kata Poirot. "Pembunuhan itu, kalian semua sudah tahu."
"Mrs. Mc apa ya- pembersih rumah musim gugur yang lalu," kata Mrs. Oliver.? ? ?140
"Oh!" Robin Upward nampaknya kecewa. 'Tapi itu kan sudah selesai."
"Belum selesai," kata Mrs. Oliver. "Mereka keliru menangkap orang, dan dia akan
digantung jika M. Poirot tidak berhasil menemukan pembunuh sesungguhnya pada
waktunya. Semuanya begitu seru."
Robin membagikan minuman.
"White Lady buatmu, Madre."
'Terima kasih, anakku."
Poirot mengerutkan dahi sedikit. Robin memberikan minuman kepada Mrs. Oliver dan
kepadanya. "Well," kata Robin, "kita minum untuk kejahatan." Ia minum.
"Dulu dia bekerja di sini," katanya.
"Mrs. McGinty?" tanya Mrs. Oliver.
"Ya. Bukankah begitu, Madre?"
"Bekerja di sini maksudmu sebenarnya, dia datang sekali seminggu."
"Dan sore-sore tertentu kadang-kadang."
"Seperti apa sih orangnya?" tanya Mrs. Oliver.
"Sangat terhormat," kata Robin. "Dan luar biasa rapinya. Dia punya cara yang
ekstrem dalam merapikan semua barang dan memasukkannya ke dalam laci sehingga
kau menduga pun tak bisa ditaruh di mana."
?Mrs. Upward berkata dengan humor yang menyindir,
"Jika tak ada yang merapikan paling sedikit
141 sekali seminggu, kau tak akan, bisa bergerak lagi di rumah kecil ini."
"Aku tahu, Madre, aku tahu. Tapi jika barang-barang disingkirkan terus,
bagaimana aku bisa bekerja" Catatan-catatanku jadi kacau semuanya."
"Sangat menjengkelkan menjadi orang tak berdaya seperti saya ini," kata Mrs.
Upward. "Kami punya pembantu tua yang setia, tapi dia cuma sanggup memasak."
"Anda sakit apa?" tanya Mrs. Oliver. "Arthritis?"
"Semacam itu. Jangan-jangan, tak lama lagi saya akan perlu juru rawat permanen.
Payah Saya suka bebas."
"Sudahlah, Sayang," kata Robin. "Jangan terlalu banyak dipikirkan."
Ditepuknya lengan ibunya.
Wanita itu tersenyum kepadanya dengan kelembutan yang tiba-tiba.
"Robin ini sebaik anak perempuan bagi saya," katanya. "Dia melakukan
segalanya dan memikirkan semuanya. Tak ada yang lebih baik dari dia."?Mereka saling tersenyum;
Hercule Poirot bangkit. "Wah," katanya. "Saya harus pergi. Saya harus melakukan satu kunjungan lagi lalu
mengejar kereta. Madame, terima kasih atas keramahan Anda. Mr. Upward, semoga
sukses dengan sandiwara itu."
142 "Dan semoga berhasil dengan kasus pembunuhan Anda," kata Mrs. Oliver.
"Apa ini serius, M. Poirot?" tanya Robin Upward. "Atau cuma guyonan yang
mencemaskan?" 'Tentu saja bukan guyonan," kata Mrs. Oliver. "Serius seratus persen. Dia tak
mau bilang siapa pembunuhnya, padahal dia tahu, kan?"


Mrs Mcginty Sudah Mati Mrs Mcgintys Dead Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

'Tidak, tidak, Madame." Protes Poirot ini malahan membuat mereka makin yakin.
"Saya sudah bilang bahwa sampai saat ini, belum, saya belum tahu."
"Itu kata Anda, tapi saya kira Anda sudah tahu... Dan Anda memang suka menutupnutupi, kan?" Mrs. Upward berkata tajam, * "Apa ini benar" Bukan senda gurau?" "Bukan senda
gurau, Madame," kata Poirot. Ia membungkuk dan minta diri. Ketika sedang
menuruni jalan setapak itu ia mendengar suara tenor Robin Upward,
'Tapi Ariadne sayang," ia berkata, "baik semuanya, tapi dengan kumisnya dan
lain-lain itu, bagaimana orang bisa menganggapnya serius. Benarkah menurutmu dia
itu cakap?" Poirot tersenyum sendiri. Benar-benar cakap! Ia bermaksud
menyeberangi jalan sempit, dan cepat-cepat melompat ke belakang. Station Wagon
keluarga Summerhayes, ter-melewatinya. Summerhayes yang mengemudikannya i
"Maaf," ia berseru. "Mengejar kereta." Dan samar-samar dari kejauhan, "Covent
Garden...." Poirot juga bermaksud naik kereta kereta lokal ke Kilchester untuk menemui
?Inspektur Spence. Ia punya waktu, sebelum itu, untuk satu kunjungan lagi.
Ia pergi ke puncak bukit, melewati gerbang-gerbang, dan menyusuri jalanan mobil
yang terawat baik menuju sebuah rumah modern dari beton dengan atap persegi dan
banyak jendela. Ini adalah rumah Mr. dan Mrs. Carpenter. Guy Carpenter adalah
salah satu pemilik Carpenter Engineering Works orang yang amat kaya yang
?belakangan ini terjun ke politik. Ia dan istrinya menikah belum lama ini-Pintu
depan keluarga Carpenter tidak dibukakan oleh seorang pembantu asing, atau
seorang tua yang setia. Seorang pelayan pria yang kalem membukakan pintu itu dan
dengan enggan menyilakan Hercule Poirot masuk. Dalam pandangannya Hercule Poirot
termasuk jenis tamu yang patut disuruh menunggu di luar. Jelas ia curiga bahwa
Hercule Poirot datang untuk menjual sesuatu.
"Mr. dan Mrs. Carpenter tidak ada di rumah."
"Kalau begitu, boleh saya tunggu?"
"Saya tidak pasti kapan mereka pulang."
Ia menutup pintu. 144 Poirot tidak turun ke jalanan mobil. Ia malahan berjalan memutari sudut rumah
itu dan hampir saja bertabrakan dengan seorang wanita muda bermantel bulu
cerpelai. "Halo," katanya. "Mau apa Anda di sini?"
Poirot mengangkat topinya dengan amat so - pan.
"Saya berharap," katanya, "untuk bertemu dengan Mr. atau Mrs. Carpenter. Apakah
saya sedang berhadapan dengan Mrs. Carpenter?"
"Saya Mrs. Carpenter."
Ia berkata dengan kasar, tapi samar-samar ada kesan ketenangan di balik
perangainya ini. "Nama saya Hercule Poirot."
Tak ada reaksi. Tidak saja nama yang besar dan unik itu tidak dikenalnya, tapi
rupanya bahkan ia juga tidak tahu bahwa Poirot adalah tamu terakhir Maureen
Summerhayes. Desas-desusnya ternyata tidak sampai ke sini. Suatu fakta kecil,
tapi penting barangkali.?"Ya?"
"Saya ingin bertemu dengan Mr. atau Mrs. Carpenter, tapi Anda, Madame, lebih
cocok untuk maksud saya ini. Sebab yang ingin saya tanyakan menyangkut masalah
rumah tangga." "Kami sudah punya Hoover," kata Mrs. Carpenter curiga. Poirot tertawa.
"Bukan, bukan, Anda salah paham. Saya cuma ingin tanya beberapa hal yang
berhubungan dengan rumah tangga."
"Oh maksud Anda, kuesioner tentang rumah
145 tangga. Saya pikir itu benar-benar tolol " ia diam. "Barangkali lebih baik Anda
?masuk saja ke dalam."
Poirot tersenyum kecil. Wanita itu tidak jadi mengeluarkan komentar negatif.
Dengan aktifnya suaminya di pentas politik, tak baik jika mengeritik pemerintah.
Ia berjalan duluan lewat ruang utama dan masuk ke sebuah ruang besar yang
mempunyai kebun yang terawat baik. Ruang itu nampak masih baru, sebuah sofa
besar berlapis kain brokat dengan dua kursi di kiri-kanannya, tiga atau empat
kursi gaya Chippendale, sebuah meja kantor, sebuah meja tulis biasa. Tak ada
biaya yang dihemat, pembuatannya melibatkan perusahaan-perusahaan terbaik, dan
jelas sekali nampak tak ada selera pribadi. Istrinya ini orangnya bagaimana sih"
Poirot berpikir. Tak acuh" Hati-hati"
Ia memandang wanita itu dengan teliti ketika ia berbalik. Seorang wanita muda
yang mewah dan cantik. Rambutnya pirang, rias wajahnya halus, tapi ada yang
lebih mata biru bunga jagung yang lebar mata dengan tatapan lebar tapi
? ?dingin mata cantik yang seakan tenggelam.
? Ia berkata dengan ramah kini, tapi menyembunyikan rasa bosan, "Silakan duduk." ?Ia duduk. Dan berkata,
"Anda sangat baik, Madame. Pertanyaan-pertanyaan yang ingin saya ajukan ada
hubungannya dengan seseorang bernama Mrs. McGinty. yang meninggal- dibunuh
?jelasnya November lalu."
?"Mrs. McGinty" Saya tak tahu apa maksud Anda."
Ia memandang tajam ke Poirot, matanya keras dan curiga.
"Anda ingat Mrs. McGinty?"
'Tidak. Saya tak tahu apa-apa tentang dia."
"Anda ingat kasus pembunuhan atas dirinya" Atau pembunuhan begitu biasa di sini
sehingga Anda tidak menyadarinya?"
"Oh, pembunuhan itu" Ya, tentu saja. Saya cuma lupa nama wanita tua itu."
"Meskipun dia pernah bekerja untuk Anda di rumah ini?"
'Tidak. Waktu itu saya belum tinggal di sini Mr. Carpenter dan saya menikah baru
tiga bulan yang lalu."
"Tapi dia pernah bekerja pada Anda. Saya rasa tiap Jumat pagi. Waktu itu
Anda'masih Mrs. Selkirk dan Anda tinggal di Rose Cottage."
Ia berkata dengan wajah cemberut,
"Jika Anda sudah tahu jawaban atas semuanya, mengapa Anda masih perlu bertanyatanya" Sebenarnya, semua ini untuk apa?"
"Saya sedang menyelidiki pembunuhan itu."
"Mengapa" Buat apa" Lagi pula, mengapa datang kepada saya?"
147 "Anda barangkali tahu sesuatu yang bisa membantu saya."
?"Saya sama sekali tak tahu apa-apa. Kenapa saya harus tahu" Dia cuma wanita tua
pembersih rumah yang bodoh. Dia menyimpan uangnya di bawah lantai dan seseorang
merampok . dan membunuhnya. Itu sangat memuakkan dan kejam. Seperti yang
terdapat di koran-koran Minggu."
Poirot cepat menangkap itu.
"Seperti koran-koran Minggu, ya. Seperti Sunday Companion. Mungkin Anda membaca
Sunday Companion." Ia meloncat berdiri, dan melangkah sempoyongan menuju jendela gaya Prancis yang
terbuka itu. Begitu tak seimbangnya sehingga ia benar-benar membentur bingkai
jendela. Poirot jadi ingat seekor ngengat besar dan cantik, terbang membabi-buta
menabrak kap lampu. Ia berseru, "Guy Guy...." .
?Sebuah suara pria tidak jauh dari situ menyahut,
"Eve?" "Cepat ke sini."
Seorang laki-laki jangkung berumur sekitar; tiga puluh lima tahun muncul Ia
mempercepat langkahnya dan tiba di teras menuju jendela. Eve Carpenter berkata
dengan ngotot, "Ada orang di sini orang asing. Dia me-nanyaiku macam-macam tentang pembunuhan ?mengerikan tahun lalu itu. Wanita tua pember 148 sih rumah kau ingat" Aku benci hal-hal seperti itu. Kau tahu aku tak tahan."
?Guy Carpenter mengernyitkan dahi dan masuk ke ruang tamu itu lewat jendela.
Wajahnya panjang seperti kuda, ia nampak pucat dan bersikap meremehkan.
Perangainya angkuh. Hercule Poirot menganggapnya tidak menarik.
"Boleh saya tanya ada apa ini?" ia bertanya. "Anda membuat istri saya jengkel?"
Hercule Poirot membentangkan kedua tangannya.
'Tentu saja saya tidak bermaksud menjengkelkan wanita yang begitu menawan. Saya
cuma berharap karena wanita yang mati itu pernah bekerja padanya dia mungkin
? ?bisa membantu saya dalam penyelidikan yang saya lakukan ini."
'Tapi penyelidikan apa ini?".
?"Ya, tanyakan itu padanya," desak istrinya.
"Suatu penyelidikan ulang sedang dilakukan mengenai kematian Mrs. McGinty."
"Omong kosong kasusnya sudah ditutup."
?'Tidak, tidak, Anda keliru. Belum ditutup." j, "Penyelidikan ulang kata Anda?"
Guy Carpenter mengernyitkan dahi. Ia berkata dengan curiga, "Oleh polisi" Omong
kosong Anda tak ada hubungannya dengan polisi."
?"Tepat. Saya bekerja sendiri."
"Pers," Eve Carpenter menyela. "Koran Minggu yang brengsek. Dia bilang begitu."
t Sekilas sinar mata waswas tercermin di mata
*. - Guy Carpenter. Posisinya tidak mengizinkannya untuk berlaku negatif terhadap
pers. Ia berkata, lebih ramah,
"Istri saya amat sensitif. Pembunuhan dan hal-hal sejenisnya sangat mengganggu
perasaannya. Saya yakin Anda tak perlfi merepotkannya. Dia tidak begitu kenal
dengan wanita itu." Eve berkata dengan ngotot,
"Dia cuma wanita tua pembersih rumah yang bodoh. Tadi sudah saya bilang begitu."
Ditambahkannya, "Dan dia juga suka berdusta."
"Ah, itu menarik." Poirot menunjukkan wajah cerah sambil memandang mereka
bergantian. "Jadi dia suka berbohong. Ini bisa memberi kami petunjuk yang amat
berharga." "Bagaimana bisa?" kata Eve cemberut.
"Munculnya sebuah motif," kata Poirot "Itu jalur yang sedang saya ikuti."
"Dia dirampok," kata Carpenter tajam. "Itulah motif kejahatannya."
"Ah," kata Poirot lembut. "Apa benar?"
Ia lalu berdiri bagaikan seorang aktor yang baru saja mengucapkan sebuah kalimat
penting. "Saya menyesal telah menyebabkan Madame merasa kurang enak," katanya dengan
sopan. "Kejadian-kejadian semacam ini memang kurang enak diperbincangkan."
"Seluruh urusan ini sangat menekan perasaan," kata Carpenter cepat. 'Tentu saja
istri saya 150 tidak senang diingatkan akan hal itu. Maaf kami tak bisa memberikan keterangan
apa-apa." "Oh, tapi Anda sudah membantu."
"Apa maksudnya?"
Poirot berkata lembut, "Mrs. McGinty suka berbohong. Fakta yang berharga. Dusta-dusta apa yang telah
dibuatnya, Madame?" Ia menunggu dengan sopan jawaban Eve Carpenter. Akhirnya ia berkata,
"Oh tak ada yang khusus. Maksud saya saya tak ingat."?Barangkali sadar bahwa kedua pria itu sedang memandangnya dengan penuh harap, ia
lalu berkata, "Hal-hal konyol tentang orang. Hal-hal yang tak masuk akal."
?Ia diam, Poirot lalu berkata,
"Oh begitu lidahnya berbahaya."
?Eve Carpenter cepat-cepat menyela.
"Oh bukan maksud saya tidak sejauh itu. Dia cuma tukang gosip, itu saja."
?"Cuma tukang gosip," kata Poirot lembut.
Ia lalu melambai selamat tinggal.
"Koran Anda koran Minggu ini yang mana sih?"
? ?"Koran yang saya sebutkan pada Madame tadi," jawab Poirot dengan hati-hati,
"adalah Sunday Companion."
Ia berhenti bicara. Guy Carpenter mengulangnya sambil berpikir,
151 "Sunday Companion. Saya kuahr saya jarang membacanya." "Kadang-kadang artikelnya menarik. Ilustra^ sinya juga...."
Sebelum ada yang bicara lagi ia membungkuk, dan berkata dengan cepat, i
"Permisi, Mr. Carpenter. Maaf jika saya telah mengganggu Anda."?Di luar gerbang, ia memandang kembali rumah itu.
"Aku jadi curiga," katanya. "Ya, aku curiga...."
152 Inspektur spence duduk di hadapan Hercule Poirot dan menarik napas.
"Aku tidak bilang kau tak memperoleh apa-apa, M. Poirot," katanya perlahanlahan. "Secara pribadi, kupikir ada. Tapi sedikit. Teramat sedikit!"
Poirot mengangguk. "Jika cuma itu memang tidak cukup. Harus ada lainnya."
"Mestinya sersanku atau aku menemukan koran itu."
'Tidak, tidak, jangan kausalahkan diri sendiri. Kejahatan itu teramat gamblang.
Perampokan dengan kekerasan. Ruang berentakan, uang hilang. Mengapa mesti ada
sesuatu yang penting dalam sehelai koran koyak di tengah semua kekacauan itu?"
Spence mengulangi dengan keras kepala, "Mestinya kulihat itu. Dan sebotol tinta
itu " "Aku mendengarnya secara amat kebetulan." "Tapi kau segera
?menganggapnya .penting mengapa?"
?153 "Hanya karena ucapan kebetulan tentang menulis surat. Kau dan aku, Spence, kita
banyak menulis surat bagi kita itu hal yang sangat biasa."
?Inspektur Spence menarik napas. Lalu digelarnya empat foto di meja.
"Ini foto-foto yang kauminta foto-foto asli yang dipakai Sunday Companion.
?Sedikitnya ini agak lebih jelas daripada reproduksinya. Tapi percayalah, tetap
saja tak akan banyak membantu. TJua, kabur dan wanita bisa sangat berubah
?karena tata rambutnya. Tak ada yang bisa dipegang, seperti telinganya atau
profil wajahnya. Topi besar dan rambut yang gaya dan bunga-bunga mawar itu!
Percuma saja." "Kau setuju bahwa kita bisa mencoret Vera Blake dari daftar kemungkinan?" *
"Kupikir begitu. Seandainya Vera Blake ada di Broadhinny, semua orang pasti
tahu menceritakan kisah hidupnya yang memelas kelihatannya telah jadi hobinya."
?"Ada yang bisa kauceritakan tentang yang lain?"
"Aku telah mendapatkan beberapa data lagi. Eva Kane meninggalkan negeri ini
setelah Craig dihukum. Dan bisa kuceritakan padamu dia memakai nama apa. Hope.
Simbolis barangkali?"
Poirot bergumam, "Ya, ya suatu pendekatan romantis. 'Evelyn Hope yang cantik itu telah mati:
?Sebuah kalimat dari salah satu penyairmu. Aku yakin dia
154 mengambilnya dari situ. Apa nama aslinya memang Evelyn?"
"Ya, kukira begitu. Tapi sejak dulu dia memang dikenal sebagai Eva. Ngomongngomong, M. Poirot, mumpung kita bicara soal ini, pendapat polisi tentang Eva
Kane tidak cocok dengan artikel tadi. Sangat jauh dari itu."
Poirot tersenyum. "Pendapat polisi bukanlah bukti, tapi biasanya bisa menjadi pedoman yang sangat?baik. Apa pendapat polisi tentang Eva Kane?"
"Dia sama sekali bukan korban tak bersalah yang dikira publik. Waktu itu aku
masih muda dan aku ingat hal itu dibicarakan oleh pim-pinanku dan Inspektur
Traill yang menangani kasus ini. Traill percaya, gagasan hebat untuk
menyingkirkan Mrs. Craig berasal dari Eva" Kane dan dia bukan hanya memikirkan
?gagasan itu, tapi juga melaksanakannya. Craig suatu hari pulang ke rumah dan
mendapati temannya yang mungil itu telah mengambil jalan pintas. Dikiranya orang
akan menyangka itu kematian biasa. Tapi Craig lebih tahu. Dia menyelesaikannya
dan membuang mayat itu di gudang minuman dan mengarang cerita tentang Mrs. Craig
yang meninggal di luar negeri. Lalu, ketika semuanya ketahuan, dia mati-matian
meyakinkan bahwa dia telah melakukannya sendiri, bahwa Eva Kane tak tahu apaapa. Yah," Inspektur Spence mengangkat bahu, 'Tak ada yang bisa membuktikan
lain. Racun itu ada di 155 dalam rumah. Salah satu dari mereka bisa menggunakannya. Eva Kane yang cantik
itu nampak tak bersalah dan sangat ketakutan. Dia menampilkan citra itu dengan
sangat baik, aktris kecil yang pintar. Inspektur Traill curiga, tapi tak ada
petunjuk yang mendukung. Kukatakan semua ini apa adanya, M. Poirot. Ini bukan
bukti." 'Tapi memberikan kemungkinan bahwa salah satu, paling tidak, dari 'wanita-wanita
tragis' ini ternyata lebih dari itu. Dia seorang pembunuh dan jika ada motivasi
kuat dia mungkin membunuh lagi... Dan sekarang yang berikutnya, Janice Courtland,
apa yang kauketahui tentang dia?"
"Aku telah memeriksa arsip-arsip. Sangat keji. Jika kita menggantung Edith
Thompson, seharusnya kita juga menggantung Janice Courtland. Dia dan suaminya
sama-sama buruk perangainya, dan dia telah menjerat pemuda itu sampai jatuh
benar-benar dalam pengaruhnya. Tapi selama itu berlangsung, catat ini, ada


Mrs Mcginty Sudah Mati Mrs Mcgintys Dead Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

seorang pria kaya di belakang layar, dan karena ingin kawin dengan dialah wanita
itu menyingkirkan suaminya."
"Akhirnya kawinkah dia dengan pria itu?" Spence menggelengkan kepala. 'Tidak
tahu." "Dia ke luar negeri lalu?"
?Spence menggelengkan kepala lagi.
"Dia bebas. Tak ada tuduhan apa-apa bagi 156 nya. Apakah dia menikah, atau apa yang terjadi dengannya kita tidak tahu."
"Bisa saja setiap saat kita berjumpa dengannya di pesta cocktail" kata Poirot,
teringat pada ucapan Dr. Rendell.
"Tepat sekali."
Poirot mengalihkan pandangannya pada foto yang terakhir.
"Dart si anak" Lily Gamboll?"
"Terlalu muda untuk bisa dituduh melakukan pembunuhan. Dia dikirim ke sekolah
yang ditunjuk. Prestasinya bagus di situ. Belajar steno dan mengetik lalu
mendapatkan pekerjaan dengan status percobaan. Lulus. Terakhir diketahui berada
di Irlandia. Kurasa dia bisa dikeluarkan dari daftar, M. Poirot, sama seperti
Vera Blake. Bagaimanapun juga, dia bisa berkelakuan baik, dan orang tidak
terlalu menyalahkan anak umur dua belas tahun yang berbuat begitu karena lupa
diri. Apa sebaiknya dia tidak dihitung?"
"Aku tadinya juga berpikir begitu," kata Poirot. "Jika tidak mengingat senjata
yang dipakainya itu. Tak dapat disangkal bahwa Lily Gamboll memakai golok untuk
menyerang bibinya, dan pembunuh Mrs. McGinty menggunakan sesuatu yang sangat
mirip dengan golok."
"Barangkali kau benar. Nah, M. Poirot, bagaimana pendapatmu" Tak ada yang
mencoba menyerangmu kan?" ti.*"-*?".-,
* / 'T tidak," kata Poirot, dengan keraguan sejenak.?"Sekali dua kali aku mencemaskanmu sejak malam di London itu. Nah bagaimana
kemungkinan warga Broadhinny?"
Poirot membuka buku catatan kecilnya.
"Eva Kane, seandainya dia masih hidup, saat ini mendekati enam puluh tahun.
Putrinya, yang kehidupannya digambarkan dengan begitu mengharukan oleh Sunday
Companion kita, berumur tiga puluh tahunan. Lily Gamboll juga kira-kira sama.
Janice Courtland sekitar lima puluh."
Spence mengangguk setuju.
"Jadi kita melacak warga Broadhinny dengan mengutamakan mereka yang pernah
menjadi majikan McGinty."
"Yang terakhir itu asumsi yang cukup baik, kukira."
"Ya, tapi menjadi ruwet karena Mrs. McGinty juga bekerja secara tidak tentu di
sana sini. Namun untuk sementara akan kita anggap bahwa dia melihat sesuatu, apa
pun itu, mungkin sebuah foto, di salah satu tempat kerjanya yang tetap."
"Setuju." "Lalu sejauh menyangkut umur, itu memberikan kita beberapa kemungkinan pertama
?keluarga Wetherby di mana Mrs. McGinty bekerja di hari kematiannya. Mrs.
Wetherby sama umurnya dengan Eva Kane dan dia punya putri
158 yang kira-kira seusia dengan putri Eva Kane putri yang dikatakannya didapatnya
?dari pernikahan sebelumnya."
"Dan sejauh menyangkut foto?"
"Mon cher, kita tak mungkin mengidentifikasi berdasarkan itu. Waktu telah lama
lewat, terlalu banyak air, seperti katamu, telah mengalir dari bendungan. Kita
cuma bisa mengatakan ini, Mrs. Wetherby pasti tadinya cantik. Tingkah lakunya
menunjukkan itu. Dia nampak terlalu rapuh dan lemah untuk melakukan pembunuhan,
tapi nyatanya, dulu orang juga berpendapat begitu tentang Eva Kane. Seberapa
kekuatan fisik yang diperlukan untuk membunuh Mrs. McGinty sulit dikatakan tanpa
tahu dengan pasti senjata apa yang digunakan, bagaimana gagangnya, apa ringan
jika diayun, seberapa tajam bilahnya, dan lain-lain."
"Ya, ya. Kenapa tak bisa kita temukan itu tapi harap lanjutkan."
?"Komentar lain yang bisa kuberikan tentang rumah tangga Wetherby adalah bahwa
Mr. Wetherby bisa bertindak sangat tidak menyenangkan jika dia mau. Putrinya itu
sangat berbakti pada ibunya. Dia membenci ayah tirinya. Aku tak akan berkomentar
tentang fakta-fakta ini. Aku cuma menyampaikannya sebagai bahan pertimbangan.
Seorang putri bisa membunuh untuk mencegah kisah masa lalu ibunya sampai ke
telinga ayah tirinya. Ibu bisa membunuh untuk alasan yang sama. Ayah bisa
membunuh 159 supaya 'skandal' tidak bocor. Lebih banyak pembunuhan terjadi demi
mempertahankan kehormatan daripada yang disangka orang! Wetherby adalah keluarga
'terhormat'." Spence mengangguk.
"Seandainya kataku seandainya artikel di Sunday Companion ini memang ? ?penyebabnya, maka Wetherby merupakan kemungkinan yang paling masuk akal,"
katanya. 'Tepat sekali. Orang lain di Broadhinny yang usianya cocok dengan Eva Kane
hanyalah Mrs. Upward. Ada dua hal yang bisa menyangkal kemungkinan Mrs. Upward
itu Eva Kane yang telah membunuh Mrs. McGinty. Pertama, dia menderita arthritis,
dan sepanjang waktu duduk di kursi roda "
?"Dalam buku cerita," kata Spence dengan iri, "soal kursi roda itu biasanya
palsu, tapi dalam kehidupan nyata itu memang harus diperhitungkan."
"Kedua," Poirot melanjutkan, "Mrs. Upward nampaknya bersifat keras dan dogmatis,
lebih suka menggertak daripada membujuk, yang tidak cocok dengan catatan kita
tentang si Eva muda. Tapi sebaliknya sifat orang bisa berkembang dan kemantapan
diri biasanya datang bersama berjalannya umur."
"Itu benar," Spence setuju. "Mrs. Upward bukannya tidak mungkin, tapi sulit
?terjadi. Kini kemungkinan lainnya. Janice Courtland?"
160 "Kurasa bisa dicoret juga. Di Broadhinny tak ada yang seumur dengannya"
"Kecuali jika ada seorang wanita yang nampak muda karena operasi plastik. Jangan
dipikirkan aku cuma bercanda."
?"Ada tiga wanita berumur tiga puluhan. Deirdre Henderson, istri Dr. Rendell, dan
Mrs. Guy Carpenter. Maksudku salah satu bisa saja Lily Gamboll atau putri.Eva
Kane jika dilihat dari umur."
"Dan sejauh faktor kemungkinan?" Poirot menarik napas.
"Putri Eva Kane mungkin jangkung atau pendek, berkulit gelap atau putih kita
?tak punya pedoman tentang ciri-cirinya. Tadi telah kita bicarakan Deirdre
Henderson dalam peran ini. Nah sekarang yang dua lagi. Sebelumnya mau kukatakan
ini, Mrs. Rendell takut pada sesuatu."
"Takut padamu?"
"Kurasa begitu."
"Itu bisa jadi petunjuk penting," kata Spence perlahan-lahan. "Kau bermaksud
mengatakan bahwa Mrs. Rendell itu mungkin putri Eva Kane atau Lily Gamboll.
Gelapkah kulitnya atau putih?"
"Putih" "Lily Gamboll adalah anak yang berambut pirang."
"Mrs. Carpenter juga pirang. Wanita muda yang amat mewah dandanannya. Aku tak
tahu, dia sebenarnya cantik atau tidak, yang jelas ma 161 tanya amat menarik. Mata biru besar yang cantik."
"Nah, Poirot " Spence menggelengkan kepala kepada kawannya ini.?'Tahukah kau seperti apa dia ketika lari ke luar untuk memanggil suaminya" Aku
teringat akan ngengat cantik yang terbang membabi-bu-ta. Dia tersandung
perabotan dan membentangkan kedua tangannya seperti orang buta."
Spence memandangnya dengan sabar.
"Romantis, itulah kau, M. Poirot," katanya. "Kau dengan ngengatmu yang cantik
dan terbang membabi-buta dan mata biru besar itu."
"Sama sekali tidak," kata Poirot. "Temanku Hastings, dia romantis dan
sentimentil, aku tidak! Aku, aku ini orang yang amat praktis. Yang ingin
kukatakan adalah bahwa jika se orang gadis menganggap kecantikannya terletak
pada matanya, maka bagaimanapun jeleknya penglihatannya, dia tak akan mau
memakai kacamata dan lebih suka meraba-raba arah, walaupun benda-benda jadi
kabur dan jarak sulit diperkirakan."
Dan dengan lembut, dengan telunjuknya, ia mengetuk foto si bocah Lily Gamboll
yang memakai kacamata tebal yang kurang sesuai.
"Jadi itulah yang kaumaksudkan" Lily Gamboll?"
'Tidak, aku cuma menduga saja. Pada saat Mrs. McGinty mati, Mrs. Carpenter belum
jadi Mrs. Carpenter. Dia tadinya janda perang, sa 162 ngat miskin, tinggal di cottage pekerja. Dia bertunangan dengan pria kaya desa
itu seorang pria yang berambisi politik dan merasa dirinya sangat penting.
?Seandainya waktu itu Guy Carpenter tahu bahwa dia akan menikahi seorang gadis
yang berasal usul rendah, yang jelek namanya karena membacok bibinya dengan
golok, atau putri Craig, salah satu penjahat paling terkenal di negeri ini yang
?sudah dikirim ke neraka well, orang jadi bertanya, akankah dia melanjutkan
?niatnya" Barangkali kau akan bilang, jika dia mencintai gadis itu, ya! Tapi dia
bukan laki-laki seperti itu. Kupikir dia egois, ambisius, dan menjaga
reputasinya baik-baik. Kukira jika-Mrs. Selkirk muda itu ingin memperoleh pria
itu, dia akan menjaga mati-matian agar tak ada berita buruk yang sampai ke
telinga tunangannya."
"Jadi kaukira dialah orangnya?" "Kukatakan padamu lagi, mon cher, aku tidak
tahu. Aku cuma menganalis kemungkinan. Mrs. Carpenter nampak sangat berhatihati, waspada, ketakutan."
"Itu merugikan posisinya." "Ya, ya, tapi semuanya serba sulit. Aku pernah
tinggal di desa bersama beberapa teman, dan mereka keluar untuk menembak burung.
Kau tahu bagaimana caranya" Kau berjalan dengan anjing dan senapan, dan anjing
tadi yang menjadi kunci burung itu kaget dan terbang ke luar pepohonan, naik ke
?udara dan kau tem-bak dia. Seperti kita sekarang ini. Mungkin bukan cuma satu
burung yang kita takut-takuti, ada burung-burung lainnya yang bersembunyi.
Burung-burung yang barangkali tak ada hubungannya dengan tujuan kita. Tapi
burung-burung itu sendiri tidak tahu itu. Kita harus yakin benar, cher ami, yang
mana burung kita. Selama masa menjanda Mrs. Carpenter, mungkin terjadi hubungan
gelap tak lebih buruk dari itu, tapi toh tidak mengenakkan. Pasti ada sebabnya
?mengapa dia dengan cepat mengatakan bahwa Mts. McGinty pembohong!"
Inspektur Spence menggaruk hidungnya.
"Coba jelaskan, Poirot. Apa sebenarnya pendapa tmu?"
"Pendapatku tak jadi soal. Aku harus tahu. Dan sampai saat ini anjing-anjing
baru sampai ke tempat persembunyian."
Spence bergumam, "Kalau saja kita mendapatkan sesuatu yang pasti. Satu kondisi yang benar-benar
patut dicurigai. Sekarang ini, semuanya cuma teori, tak masuk akal lagi.
Semuanya serba tidak jelas, seperti kataku tadi. Apakah memang seseorang
membunuh karena alasan yang kita perkirakan itu?"
'Tergantung," kata Poirot. "Itu tergantung pada banyak kondisi keluarga yang
kita tidak tahu. Tapi ada dorongan yang sangat kuat untuk menjaga kehormatan.
Mereka bukan Seniman atau Bohemian. Orang-orang terhormatlah yang-164
tinggal di Broadhinny. Kepala kantor pos bilang begitu. Dan orang-orang
terhormat suka menjaga kehormatannya. Bertahun-tahun menikah dengan bahagia,
barangkali, tak ada kecurigaan bahwa kau dulunya terkenal karena terlibat
pembunuhan, tak ada kecurigaan bahwa anakmu adalah anak seorang pembunuh
terkenal. Orang bisa berkata, 'Lebih baik aku mati daripada suamiku tahu!' Atau
'Aku lebih baik mati daripada putriku tahu siapa dia sebenarnya!' Lalu kau bisa
merenungkan bahwa lebih baik, barangkali, jika Mrs. McGinty mati..."
Spence berkata pelan, "Jadi kaupikir itu keluarga Wetherby."
'Tidak. Barangkali mereka kemungkinan yang paling dekat, tapi hanya itu. Dari
segi watak, Mrs. Upward-lah yang lebih mungkin jadi pembunuh daripada Mrs.
Wetherby. Dia punya kemauan keras dan kemantapan niat dan dia nampak memanjakan
putranya. Untuk mencegah anaknya tahu apa yang terjadi sebelum dia kawin dengan
ayahnya dan hidup tenang dalam perkawinan yang terhormat, kurasa bisa saja dia
menempuh jalan itu."
"Apakah hal itu akan membuat putranya terpukul?"
"Secara pribadi aku tidak berpendapat begitu. Robin muda itu punya pandangan
modern yang skeptis, amat egois, dan kelihatannya tidak terlalu memuja ibunya.
Dia bukanlah orang macam James Bentley."
165 "Seandainya Mrs. Upward itu benar Eva Kane, apakah putranya, Robin, akan
membunuh Mrs. McGinty untuk mencegah fakta itu tersebar?"
"Kayaknya tidak mungkin. Dia malahan akan menungganginya. Memakai fakta itu
untuk mempublikasikan drama-dramanya! Kukira orang seperti Robin Upward takkan
membunuh demi harga diri, atau kewajiban, atau apa saja yang tidak menguntungkan
baginya.1' Spence menarik napas. Katanya, "Luas sekali kemungkinannya. Barangkali kita bisa
menelusuri dari masa lalu orang-orang ini, tapi akan makan waktu. Perang telah
mengacaukan segalanya. Arsip-arsip hancur yang membuka kesempatan seluas-?luasnya bagi orang yang ingin menghilangkan jejak dengan memakai kartu identitas
orang lain, dan lain-lain, terutama setelah banyaknya 'kejadian' di mana orang
tak lagi bisa membedakan mayat siapa! Kalau saja kita bisa memusatkan diri pada
satu kemungkinan... Tapi kau punya begitu banyak kemungkinan, M. Poirot."
"Kita akan bisa segera memperkecilnya."
Poirot meninggalkan kantor Spence dengan murung, berbeda dengan yang tadi nampak
dari luar. Seperti Spence, ia juga tercekam oleh desakan waktu. Andaikan saja ia
punya lebih banyak waktu...
Dan di balik semua itu masih bercokol satu keraguan yang menggelitik apakah ?teori yang disusunnya bersama Spence tadi benar-benar
masuk akal" Andaikata ternyata James Bentley memang bersalah....
Ia tidak membiarkan dirinya larut dalam keraguan itu, tapi itu membuatnya cemas.
Berulang-ulang terbayang di benaknya wawancaranya dengan James Bentley. Kini
bayangan itu muncul kembali saat ia berdiri di peron stasiun Kilchester menunggu
kereta. Hari itu "*" hari pasar dan peron penuh orang. Masih banyak lagi yang
masuk melalui pintu-pintu penghalang.
Poirot mencondongkan badannya ke depan untuk melihat. Ya, akhirnya kereta itu
datang juga. Sebelum ia sempat meluruskan tubuhnya lagi, tiba-tiba terasa suatu
dorongan keras pada punggungnya yang dilakukan dengan sengaja. Begitu keras dan
begitu di luar dugaan sehingga ia benar-benar tak berdaya. Sedetik lagi ia pasti
sudah akan jatuh di bawah kereta yang sedang melaju itu, tapi seorang pria di
sampingnya di peroh itu sempat menangkapnya dan menariknya ke belakang.
"Kenapa, Anda kenapa?" tanyanya. Ia seorang sersan Angkatan Darat yang besar dan
kekar. "Mau main gila" Anda hampir saja tergilas ke-r reta."
'Terima kasih. Beribu terima kasih." Orang berdesak-desakan di sekitar
mereka naik atau turun kereta.
?"Sudah "tenang sekarang" Mari kubantu Anda naik."
Dalam keadaan terguncang, Poirot terenyak di tempat duduknya.
Percuma untuk berkilah, "Saya didorong," tapi memang ia didorong. Sampai sore
tadi ia masih sadar untuk menjaga keamanan dirinya, waspada akan adanya bahaya.
Tapi setelah berbincang dengan Spence, setelah dengan bercanda Spence bertanya
apa ada orang yang mencoba membunuhnya, ia tanpa sadar menganggap bahwa bahaya
sudah lewat atau tak mungkin terjadi.
Ternyata ia salah sekali! Dari semua wawancaranya di Broadhinny, satu telah
menunjukkan hasilnya. Seseorang telah merasa ketakutan. Seseorang ingin
mengakhiri usahanya untuk membuka kembali kasus yang telah dinyatakan selesai.
Dari sebuah telepon umum di stasiun Broadhinny, Poirot menghubungi Inspektur
Spence. "Kaukah itu, mon amil Dengar baik-baik. Aku punya berita untukmu. Berita hebat.
Seseorang baru saja mencoba membunuhku..."
Dengan rasa puas diterimanya tanggapan yang mengalir deras dari ujung sana.
"Tidak, aku tidak terluka. Tapi sangat nyaris.... Ya, di bawah kereta. Tidak, tak
kulihat siapa yang melakukannya. Tapi yakinlah, temanku, aku akan menemukannya.
Sekarang kita tahu bahwa kita ada di jalur yang benar."
?168 Pria yang sedang memeriksa meter listrik itu ngobrol dengan kepala pelayan Guy
Carpenter yang sedang mengawasinya.
"Listrik akan diatur dengan cara baru," ia menjelaskan. 'Tarifnya macam-macam
sesuai pemakaian." Kepala pelayan yang sok itu menanggapi dengan skeptis,
"Maksudmu tarifnya akan naik seperti barang-barang lain."
'Tergantung. Tarif yang adil untuk semua orang, itq maksudku. Kau datang ke
pertemuan Kilchester tadi malam?"
"Tidak." - "Bos-mu, Mr. Carpenter, pidatonya bagus kata orang. Apa dia akan menang?" . "Dia
hampir saja menang dalam pemilihan yang lalu."
"Ya. Mayoritas seratus dua puluh lima, sekitar itu. Kau yang menyetir mobilnya
ke pertemuan itu, atau dia menyetir sendiri?"
"Biasanya menyetir sendiri. Senang menyetir. Dia punya Rolls Bentley."
169 "Dia orang kaya. Mrs. Carpenter juga bisa nyetir?"


Mrs Mcginty Sudah Mati Mrs Mcgintys Dead Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ya. Ngebut menurutku."
"Perempuan biasanya begitu. Apakah dia datang juga ke pertemuan tadi malam"Atau
dia tak tertarik pada politik?"
Kepala pelayan itu menyeringai.
"Dia berusaha nampak begitu. Tapi dia tidak hadir sampai selesai tadi malam.
Kepalanya pusing atau apa dan pulang di tengah-tengah pidato."
"Ah!" tukang listrik itu memeriksa ke dalam kotak sekring. "Hampir beres,"
katanya. Diajukannya lagi beberapa pertanyaan yang tanpa arah sambil membenahi
peralatannya dan bersiap untuk pergi.
Dia menuruni jalanan mobil dengan lincah, tapi di sudut dekat gerbang ia
berhenti dan membuat catatan di buku sakunya.
"C pulang naik mobil tadi malam. Tiba di rumah jam 22.30 (kira-kira). Bisa
berada di Stasiun Pusat Kilchester pada saat peristiwa itu terjadi. Mrs. C.
meninggalkan pertemuan sebelum selesai. Tiba di rumah hanya sepuluh menit
sebelum C. Katanya dia pulang dengan kereta."
Itu catatan yang kedua di buku tukang listrik itu. Catatan pertama bunyinya,
"Dr. R. keluar mengunjungi pasien tadi ma 170 lam. Tujuan ke arah Kilchester. Bisa berada di Stasiun Pusat Kilchester pada
saat peristiwa itu terjadi. Mrs. R. sendirian sepanjang malam di rumah (")
Setelah minum kopi, Mrs. Scott, pengurus rumah tangga, tidak melihatnya lagi
malam itu. Dia punya mobil kecil sendiri"
2 Di Laburnums suatu kerja sama sedang diusahakan.
Robin Upward berkata dengan serius, "Kau bisa lihat, kan, betapa indahnya
kalimat tadi". Dan jika kita bisa memasukkan nuansa antagonisme seks di antara
si pria dan gadis itu, itu akan menghidupkan seluruh adegan dengan dahsyat!"
Dengan sedih, Mrs. Oliver menyapukan tangannya ke rambut kelabunya yang tertiup
angin, yang lalu nampak seperti bukan lagi ditiup angin tapi diterpa tornado.
"Kau paham maksudku, kan, Ariadne sayang?"
"Oh, aku paham apa maksudmu," kata Mrs. Oliver dengan murung.
'Tapi yang penting adalah bahwa kau benar-benar menyukainya."
Tak ada seorang pun, kecuali kalau mau membohongi diri sendiri, bisa
berpencfapat bahwa Mrs. Oliver merasa senang.
Robin melanjutkan dengan riang.
171 "Yang kurasakan ialah, ini dia pria muda hebat itu, turun dengan parasut " Mrs.?Oliver menyela, "Dia berumur enam puluh." "Oh tidak"
'Tapi memang begitu."
"Aku tidak menganggapnya begitu. Tiga puluh lima -satu hari pun tidak boleh
?lebih." 'Tapi aku sudah tiga puluh tahun menulis buku tentang dia, dan dia paling
sedikit berumur tiga puluh lima di buku yang pertama."
'Tapi, Sayang, kalau dia enam puluh, tak mungkin dia bisa tertarik pada gadis
itu siapa namanya" Ingrid. Maksudku, itu hanya akan membuatnya nampak seperti
?tua-tua keladi!" "Ya pasti begitu."
"Itulah, dia harus berumur tiga puluh lima," kata Robin dengan nada kemenangan.
"Kalau begitu tak mungkin dia Sven Hjerson.-Anggap saja dia anak muda Norwegia
anggota Gerakan Bawah Tanah."
'Tapi Ariadne sayang, inti lakon ini adalah Sven Hjerson. Dengan begitu orangorang yang memuja Sven Hjerson akan berjubel untuk menontonnya. Dia laris,
Sayang!" "Tapi orang yang membaca buku-bukuku tahu dia itu bagaimana! Kau tak bisa begitu
saja menciptakan seorang pemuda yang sama sekali baru dari Gerakan Bawah Tanah
Norwegia lalu menyebutnya Sven Hjerson."
"Ariadne sayang, aku sudah menjelaskan se 172 mua itu. Ini bukan buku, Sayang, ini sandiwara. Dan kita harus menampilkan
keindahan! pan jika bisa kita ciptakan ketegangan ini, antagonisme di antara
Sven Hjerson dan siapa namanya" Ingrid kau tahu, semuanya saling bertentangan
? ? ?tapi sebenarnya tarik-menarik dengan hebat "
?"Sven Hjerson tak pernah tertarik pada wanita," kata Mrs. Oliver dengan dingin.
"Tapi dia tak boleh jadi banci, Sayang! Tidak untuk drama seperti ini. Maksudku,
ini bukan cerita adem-ayem atau sejenis itu. Ini kisah penuh sensasi dan
pembunuhan dan kegembiraan udara segar "
?Disebutnya udara segar menimbulkan reaksi.
"Kukira lebih baik aku keluar," kata Mrs. Oliver tiba-tiba. "Aku perlu udara
segar. Aku sangat memerlukannya."
"Perlukah kutemani?" tanya Robin dengan penuh kasih sayang.
"Tidak, aku lebih suka sendiri."
"Sekehendakmulah, Sayang. Barangkali kau benar. Sebaiknya aku pergi juga dan
menyiapkan egg nog buat Madre. Si manis yang malang itu merasa sedikit kurang
diperhatikan. Dia suka diperhatikan, lho. Dan pikirkan adegan di gudang minuman
itu, ya" Semuanya berjalan lancar sekali. Hasilnya pasti sukses besar. Aku tahu
itu!" Mrs. Oliver menghela napas.
173 'Tapi yang penting," Robin melanjutkan, "kau harus menyukainya!"
Sambil melempar pandangan dingin kepadanya, Mrs. Oliver mengenakan mantel
militer panjang berwarna mencolok yang dibelinya di Italia, dan keluar menuju
Broadhinny. Dia memutuskan untuk melupakan masalahnya dengan cara mengalihkan pikirannya
untuk memecahkan kejahatan betulan. Hercule Poirot memerlukan bantuan. Dia akan
menyelidiki penduduk Broadhinny, memakai intuisi wanitanya yang tak pernah
meleset, dan memberitahu Poirot siapa pembunuhnya. Lalu Poirot cuma perlu
mengumpulkan bukti-bukti saja.
Mrs. Oliver memulai penyelidikannya dengan menuruni bukit menuju kantor pos dan
membeli dua pound apel. Sambil membeli itu, ia terlibat pembicaraan akrab dengan
Mrs. Sweetiman. Setelah sama-sama membicarakan cuaca yang sangat hangat untuk musim itu, Mrs.
Oliver mengatakan bahwa ia tinggal dengan Mrs. Upward di Laburnums.
"Ya, saya tahu. Andakah wanita London penulis kisah-kisah pembunuhan" Tiga di
antaranya sekarang ada di sana, terbitan Penguin."
Mrs. Oliver melempar pandang sejenak ke rak pamer Penguin. Agak terhalang oleh
sepatu boot anak. "Kisah sang Ikan Mas Kedua," ia berkata, "itu cukup baik. Si Kucing yang
Mati di situ saya?174 sebutkan tShtang pipa pengembus api sepanjang satu kaki yang seharusnya enam
kaki. Menggelikan bahwa pipa pengembus api harus sepanjang itu, tapi seorang
Titisan Siluman Harimau 2 Joko Sableng 34 Dewi Bunga Asmara Menembus Lorong Maut 3

Cari Blog Ini