Ceritasilat Novel Online

Pembunuhan Di Orient Ekspress 4

Pembunuhan Di Orient Ekspress Murder On The Orient Express Karya Agatha Christie Bagian 4


sini, satu demi satu, memberi kesaksian.
Kita sudah tahu apa yang bisa diketahui - dari luar ...
Ia melemparkan senyum ramah kepada Tuan Buoc.
"Bukankah hal ini kelihatannya seperti lelucon kecil di antara kita yakni duduk tepekur dan berusaha untuk memikirkan hal yang sebenarnya" Nah, aku
sudah ingin sekali menerapkan teoriku pada prakteknya - di sini, di muka mata
kalian. Kalian berdua juga mesti berbuat hal yang sama. Marilah kita bertiga
menutup mata dan berPikir ...
"Seorang atau lebih dari antara penumpang kereta ini telah membunuh Ratchett.
Yang mana dari mereka itu"
3. POKOK-POKOK YANG MEMUNGKINKAN
Sudah lewat seperempat jam tapi belum ada yang bicara.
Tuan Buoc dan Dr. Constantine mencoba berpikir dengan
mengikuti petunjuk Poirot. Mereka tengah berusaha untuk
menguakkan jalan pikiran yang ruwet dan simpang siur, menjadi pemecahan yang
terang dan dapat berdiri sendiri.
Jalan pikiran Tuan Buoc dapat digambarkan sebagai berikut;
"Tentu saja aku mesti berpikir. Tapi sejauh yang sudah kupikirkan... Poirot sudah
jelas berpikir bahwa gadis Inggris itu terlibat dalam pembunuhan Ratchett. Aku
tak bisa menyangkal perasaanku bahwa ini kedengarannya tak mungkin... Orang
Inggris terkenal dingin. Mungkin karena mereka tak bisa membayangkan...
Tapi bukan itu inti masalahnya. Nampaknya orang Itali itu tidak terlibat, bukan
dia yang melakukannya - sayang sekali. Kurasa... apa betul pelayan Tuan Ratchett
itu tidak berbohong sewaktu ia mengatakan kawan sekamarnya tak pernah keluar"
Tapi kenapa ia mesti berbuat begitu" Tidak mudah untuk menyuap orang Inggris;
mereka hampir-hampir tak bisa didekati. Semuanva membawa sial.
Aku tak tahu kapan kita bisa teriepas dari semuanya ini. Seharusnya ada team
penolong yang juga ikut bekerja. Orang-orang di negeri ini bertindak lambat
- berjam-jam sudah lewat sebelum ada orang
yang berpikir untuk berbuat sesuatu. Lagipula polisi di negara ini, mereka pasti
susah untuk dihubungi - merasa diri penting, mudah tersinggung, merasa diri
paling mulia. Mereka pasti akan membesar-besarkan peristiwa ini. Jarang mereka
memperoleh kesempatan sebagus ini. Koran-koran akan memuatnya...
Dan mulai dari titik itu, pikiran-pikiran Tuan Buoc kembali lagi menelusuri
jalan buntu yang sudah mereka jelajahi ratusan kali.
Di lain pihak, jalan pikiran Dr. Constantine kira-kira dapat dijabarkan sebagai
berikut: "Aneh, orang kecil ini. Benarkah ia orang yang jenius, atau orang sinting"
Bisakah dia memecahkan misteri ini" Tak mungkin, aku tak melihat jalan
keluarnya. Terlalu membingungkan semuanya berdusta, barangkali.... Tapi kalaupun begitu, semuanya tak bisa menolong. Jika
mereka berdusta, hal itu sama membingungkannya dengan jika mereka berkata
sebenarnya. Ada yang aneh tentang luka
si korban. Aku tak dapat mengerti itu.... Mungkin lebih mudah untuk dimengerti
kalau dia ditembak, bagaimanapun, istilah jago tembak itu berarti bahwa mereka
menembak dengan senjata api. Negeri yang aneh, Amerika. Seharusnya aku pergi ke
sana. Di sana semuanya serba maju. Kalau aku pulang aku harus menemukan
Demetrius Zagone. Dia sudah ke Amerika, pendapat-pendapatnya sudah
modern Aku ingin tahu apa yang sedang dilakukan Zia pada
saat ini. Kalau-saja isteriku tahu...
Pikirannya terbawa kepada masalah-masalah pribadinya.
Hercule Poirot duduk tenang sekali, tak bergerak-gerak.
Orang bisa menyangka bahwa dia tertidur.
Dan sekonyong-konyong, setelah seperempat jam lamanya duduk seperti itu, alisnya
mulai bergerak menyentuh jidatnya. Ia bergumam pelahan sambil menarik napas.
"Tapi biar bagaimanapun, mengapa tidak bisa" Dan kalau memang demikian
keadaannya, begitulah, kalau memang benar
demikian, - itu akan menerangkan segala-galanya."
Perlahan-lahan matanya membuka. Sinarnya hijau bagai mata
kucing. Lalu lambat-lambat ia berkata, "Eh bien. Aku sudah berpikir.
Dan kalian?" Serta merta, keduanya tersentak kaget, tersadar dari lamunan.
"Aku juga sudah berpikir," ujar Tuan Buoc dengan perasaan bersalah. "Tapi aku
belum bisa menarik kesimpulan. Tugasmu untuk menguraikannya, bukan tugasku,
Kawan, sebab itu sudah menjadi bagian dari bidangmu, bukan?"
"Saya juga sudah berpikir dengan asyik, " ujar Dr. Constantine, yang tanpa malumalu sedikit pun perlahan-lahan sedang menarik kembali lamunannya tentang halhal yang berbau pornografis yang baru saja terpikir olehnya tadi. "Aku sudah
memikirkan berbagai teori yang memungkinkan, tapi tak satu pun yang memuaskan
saya." Poirot mengangguk ramah, penuh pengertian. Anggukannya
seakan berkata: "Benar sekali, itulah yang mesti dikatakan. Kalian sudah memberikan aku petunjuk
yang diharapkan." Detektif Belgia yang bertubuh kecil itu duduk tegak-tegak, dengan dada yang
dibusungkan, kemudian memilin-milin kumisnya penuh wibawa, lalu berkata dengan
lagak seorang pembicara kawakan yang sedang berbicara di muka rapat umum,
"Kawan-kawan, saya sudah mengolah kembali fakta-fakta itu dalam kepala saya, dan
saya juga sudah menganalisa kembali kesaksian para penumpang. Dan inilah
hasilnya: Hingga sekarang, saya sudah bisa melihat, meskipun baru samar-samar,
sebuah penjelasan tertentu yang akan mampu mengungkapkan fakta-fakta yang telah
kita ketahui selama ini. Penjelasan ini agak aneh sedikit dan membangkitkan rasa ingin tahu yang besar,
dan saya sendiri juga tak bisa menjamin apakah ini benar. Supaya semuanya itu
bisa diketahui dengan jelas, saya masih harus membuat percobaan-percobaan lagi."
"Pertama-tarna akan saya singgung beberapa pokok tertentu yang menurut saya
mengandung kebenaran. Marilah kita bertolak dari peringatan Tuan Buoc kepada
saya di tempat ini, pada kesempatan makan siang bersama yang pertama kali di
kereta ini. Pada waktu ia berkomentar-bahwa kali ini kita dikelilingi oleh
orang-orang dari berbagai kelas, dari segala usia, dan dari berbagai bangsa. Itu
kenyataan yang jarang terjadi pada bulan-bulan seperti ini. Gerbong-gerbong
Athena-Paris dan Bukares-Paris, umpamanya, biasanya hampir kosong.
Kalian juga harus ingat, waktu itu ada penumpang yang tidak muncul, padahal
namanya sudah ada di daftar. Penumpang yang dimaksud, saya kira, penting. Lalu
ada lagi beberapa pokok-pokok kecil lain yang menurut pikiran saya ikut
mempengaruhi umpamanya, posisi tas bunga karang Nyonya Hubbard, nama ibunda
Nyonya Armstrong, metode detektif yang dipakai oleh Tuan Hardman, pernyataan
Tuan MacQueen bahwa Ratchett sendirilah yang
membakar kertas kecil yang kita temukan itu, nama baptis Princess Dragomiroff,
dan noda minyak pada paspor Hongaria."
Kedua kawannya yang lain cuma dapat memandangnya saja tanpa dapat berkata
sepatah pun. "Apakah pokok-pokok di atas ini memberi sesuatu petunjuk bagi kalian?" tanya
Poirot. "Tak satu pun," sahut Tuan Buoc dengan terus terang.
"Dan bagi Tuan Dokter?"
"Sedikit pun saya tak mengerti apa yang Tuan katakan. "
Dalam pada itu Tuan Buoc, yang dapat langsung menangkap
sebuah bukti nyata yang baru saja disinggung-singgung oleh temannya tadi,
kelihatan sedang asyik melihat-lihat paspor para penumpang. Secepat kilat
diambilnya paspor Count dan Countess Andrenyi, lalu dibukanya.
"Inikah yang kaumaksud" Noda minyak yang kotor ini?"
"Ya. Noda minyak ini kelihatannya masih baru sekali. Kau masih ingat kapan kita
menemukan ini?" "Kalau tak salah pada permulaan keterangan mengenai identitas isteri Count itu,
yakni nama baptisnya. Tapi kuakui, aku masih belum melihat hubungannya."
"Aku ingin menganalisanya dari sudut lain. Mari kita kembali lagi pada sapu
tangan yang ditemukan di tempat pembunuhan itu.
Seperti yang kita nyatakan belum lama berselang: ada tiga orang yang punya
hubungan dengan huruf H: Nyonya Hubbard, Nona
Debenham dan pembantu wanita -kelahiran Jerman itu: Hildegarde Schmidt. Sekarang
mari kita pandang soal sapu tangan ini dari sudut lain. Sesungguhnyalah, Kawan,
itu memang sapu tangan yang sangat mahal - barang luks yang dikerjakan dengan
tangan dan disulam di Paris. Siapa di antara penumpang, kecuali yang namanya
berhubungan dengan huruf H, yang kira-kira memiliki sapu tangan itu" Bukan
Nyonya Hubbard, wanita terhormat yang tak suka
berdandan melewati batas dan membuang uang untuk pakaian
secara berlebihan. Juga bukan Nona Debenham wanita Inggris tingkatan dia
biasanya cuma memiliki sapu tangan linen yang cukup
halus, tapi bukan sapu tangan bersulam dari Paris yang barangkali berharga dua
ratus franc atau lebih. Dan apa lagi pembantu wanita kelahiran Jerman itu. Tapi
masih ada lagi dua wanita di kereta ini yang memiliki kemungkinan untuk memiliki
sapu tangan semacam itu. Coba kita lihat apakah kita masih bisa menghubungkan
mereka dengan huruf H itu. Dua wanita yang kumaksud itu adalah Princess
Dragomiroff..." "Yang nama baptisnya Natalia," sela Tuan Buoc menyindir.
"Tepat. Dan nama baptisnya, seperti kukatakan tadi, mempunyai kemungkinan yang
menentukan. Wanita satunya adalah Countess Andrenyi. Dan yang langsung bisa
memberi kesan bagi kita "Memberi kesan bagi kau sendiri! "
"Ya, bagiku memang. Nama baptisnya di paspor itu sengaja dihilangkan dengan noda
minyak. Cuma kena secara kebetulan saja, orang bisa mengatakan. Tapi coba kita
pertimbangkan lagi nama baptisnya, Elena. Seandainya itu Helena, dan bukan
Elena. Huruf H itu bisa berganti menjadi huruf kapital E dan untuk mengubahnya menjadi E adalah
pekerjaan yang sangat gampang - dan karena itulah sengaja dibubuhkan noda minyak
untuk menutupi huruf yang sebenarnya."
"Helena!" teriak Tuan Buoc. "Itu sebuah gagasan."
"Tentu saja itu gagasan! Aku sedang mencari faktor yang mendukung gagasanku,
meskipun demikian lemah - dan akhirnya kudapat juga. Salah satu etiket pada
koper Countess Andrenyi memang ada yang lembab. Itu salah satu cara untuk
menghilangkan huruf permulaan pada tutup koper itu. Etiketnya sudah direndam dan
dipasang kembali pada tempat yang berbeda."
"Kau mulai bisa meyakinkan aku," ujar Tuan Buoc. "Tapi Countess Andrenyi itu....
pastilah ia ...... "Sh, sekarang, mon vieux, kau mesti membalikkan badanmu dulu dan mencoba
mendekati masalah ini dari sudut yang lain. Bagaimana pembunuhan itu dilihat
dari kaca mata setiap orang" Jangan lupa bahwa salju itu telah mengacaukan
keseluruhan rencana si pernbunuh. Coba kita bayangkan, satu detik, saja, seandainya salju tidak ada,
dan kereta berjalan seperti biasa. Lantas, apa yang akan terjadi?"
"Katakanlah-, bahwa pembunuhan itu akan tetap terungkap dalam segala kemungkinan
yang dapat terjadi di perbatasan Italia pagi-pagi buta ini. Setidak-tidaknya
kesaksian yang sama akan disodorkan kepada polisi Italia. Surat ancaman itu akan
diutarakan secara gamblang oleh Tuan MacQueen; Tuan Hardman akan menguraikan
ceritanya dengan panjang lebar; Nyonya Hubbard sudah tak sabar lagi ingin
menjelaskan bagaimana seseorang dapat memasuki
kamarnya, dan kancing seragam kondektur yang lepas itu pun dapat ditemukan
kembali. Aku cuma bisa membayangkan bahwa hanya
ada dua hal yang akan berbeda. Orang yang akan memasuki kamar Nyonya Hubbard itu
harus melakukannya beberapa saat sebelum pukul satu - dan seragam kondektur
kereta akan diketemukan pada salah satu toilet."
"Maksudmu?" "Maksudku pembunuhan itu sudah direncanakan seperti
pembunuhan yang dikerjakan dari luar. Sudah akan diperkirakan bahwa si pembunuh
sudah harus meninggalkan kereta di Brod, sebab kereta sudah ditetapkan akan tiba
pada pukul 0.58. Mungkin akan ada orang yang akan melewati tempat duduk
kondektur yang tak dikenal di koridor. Seragamnya akan diletakkan di tempat yang
menarik perhatian, semata-mata untuk memperlihatkan dengan jelas bagaimana
penipuan itu dilakukan. Tak ada kecurigaan yang
dilontarkan kepada penumpang. Beglitulah, Kawan-kawan usaha yang dilakukan untuk
menciptakan kesan bagaimana pembunuhan itu tampak dari dunia luar.
"Tapi hujan salju yang menghalangi kereta, merubah segalanya.
Tak salah kalau kita punya alasan di sini mengapa si pembunuh masih tinggal di
kamar itu bersama korbannya demikian lama. Ia sedang menunggu kereta berjalan
lagi. Tapi pada akhirnya ia menyadari bahwa kereta tak bisa berjalan lagi,
karena terhalang oleh timbunan saIju. Rencana lain sudah akan dibuat. Pembunuh itu sekarang akan
diketahui masih ada di kereta. "
"Ya, ya, " ujar Tuan Buoc tak sabar. "Aku bisa mengerti semuanya itu. Tapi dari
mana datangnya sapu tangan itu?"
"Aku sedang kembali ke sana dengan rute sirkus, agak melingkar.
Sebagai permulaan, kau harus menyadari bahwa surat-surat
ancaman itu aslinya adalah surat kaleng. Ada kemungkinan bahwa surat-surat itu
langsung dirobek dari buku novel kriminil Amerika begitu saja. Mereka tidak
asli, tidak di buat. Surat-surat itu kenyataannya cuma dimaksudkan untuk
diperlihatkan kepada polisi saja, seandainya pembunuhan itu sudah terbongkar.
Yang harus kita tanyakan pada diri sendiri adalah: 'Apakah mereka menipu
Ratchett"' Dalam menghadapi pertanyaan sedemikian, jawabannya adalah Tidak. Perintah-perintahnya kepada Hardman nampaknya ditujukan pada seorang
musuh 'pribadi' yang tertentu, yang identitasnya sudah ia ketahui. Yaitu kalau
kita menganggap kisah Hardman itu benar dan dapat dipercaya. Tapi Ratchett
sebenarnya telah menerima sehelai surat yang sifatnya berlainan - yang isinya
berhubungan dengan penculikan anak perempuan Kolonel Armstrong itu, yang
sobekannya kita temukan di kamar si korban. Umpamanya Ratchett tidak
menyadari ini lebih cepat, surat itu sengaja, dibuat untuk meyakinkan bahwa
Ratchett sudah mengetahui alasannya mengapa jiwanya
terancam. Surat itu, seperti sudah kukatakan barusan, memang sengaja tidak
dimaksudkan untuk ditemukan. Maksud si pembunuh yang pertama adalah
memusnahkannya. Jadi ini adalah halangan kedua bagi rencananya itu. Yang pertama
adalah salju itu, dan yang kedua adalah rekonstruksi kita atas sobekan kertas
itu." ' "Bahwa catatan itu dimusnahkan sedemikian telitinya, hanya mengungkapkan satu
hal. Pasti ada seseorang di kereta yang hubungannya sangat intim dengan keluarga
Armstrong hingga penemuan atas catatan itu akan menimbulkan kecurigaannya bagi dirinya.
"Sekarang kita sampai pada dua petunjuk lain yang kita temukan.
Aku sengaja mengesampingkan pembersih pipa itu. Kita sudah
banyak membicarakannya. Mari kita langsung ke soal sapu tangan itu. Pendek kata
itu adalah sebuah petunjuk yang langsung
melibatkan seseorang yang huruf awal namanya adalah huruf H, dan sapu tangan itu
terjatuh tanpa ia sadari di kamar si korban."
"Tepat," ujar Dr. Constantine. "Akhirnya ia menyadari bahwa ia telah menjatuhkan
sapu tangan itu dan langsung mengambil langkah untuk menyembunyikan nama
baptisnya." ' "Bukan main cepatnya Anda, Dokter! Anda bahkan sudah sampai pada kesimpulan yang
jauh lebih cepat dari yang hendak saya lakukan sendiri."
"Memangnya ada alternatif lain?"
"Tentu saja ada. Umpamanya, Tuan sudah melakukan kejahatan dan ingin melemparkan
kesalahannya pada pundak orang lain. Nah, di kereta ada orang tertentu yang
punya hubungan intim dengan keluarga Armstrong, seorang wanita. Misalnya Tuan
lalu menjatuhkan sapu tangan milik wanita itu di tempat di mana pembunuhan itu
terjadi. Dengan sendirinya wanita itu akan diperiksa, hubungannya dengan
keluarga Armstrong akan terbawa-bawa - et voila: motifnya dan sudah tentu pula
beberapa buah artikel yang memperlihatkan keterlibatannya."
"Tapi dalam hal semacam itu," Dokter Constantine menyatakan ketidaksetujuannya,
"orang yang disangka itu, karena sungguh-sungguh tidak terlibat, maka ia tak
akan mengambil langkah-langkah untuk menyembunyikan identitasnya."
"Ah, benarkah itu" Begitukah pikiran Tuan" Itu sesungguhnya pendapat polisi di
pengadilan. Tapi saya tahu watak manusia, Kawan, dan saya ingin beritahu pada
Tuan, bahwa, kalau tiba-tiba
dihadapkan pada pemeriksaan dengan tuduhan pembunuhan, orang yang paling bersih
pun akan kehilangan akalnya dan bisa saja melakukan hal-hal yang tak masuk akal.
Bukan, bukan, noda minyak dan etiket yang diganti itu tidak membuktikan
keterlibatan - keduanya cuma membuktikan bahwa Countess Andrenyi, karena
beberapa alasan, ingin sekali menyembunyikan identitasnya."


Pembunuhan Di Orient Ekspress Murder On The Orient Express Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Apa hubungannya dengan keluarga Armstrong kaupikir" Ia belum pernah ke Amerika,
katanya." "Tepat, dan ia berbicara bahasa Inggris dengan logat asing, dan penampilannya
juga seperti orang asing, yang dilebih-lebihkan. Tapi tidak terlalu sukar untuk
menerka siapa sebenarnya dia. Baru saja kusinggung-singgung tadi nama ibunda
Nyonya Armstrong. Nama itu adalah Tinda Arden dan ia adalah aktris yang sangat
terkenal - antara lain dalam peranannya sebagai aktris yang memainkan karyakarya Shakespeare. Ingat saja karya Shakespeare As You Like It dengan
'Rimba Arden'-nya dan Rosalind itu. Dari sanalah ia memperoleh ilham untuk nama
pentasnya. Tinda Arden, nama yang membuatnya dikenal dunia, sebenarnya bukan
namanya yang asli: Mungkin tadinya Goldenberg; kemungkinan besar ia berdarah
Eropa - campur Yahudi sedikit. Banyak bangsa berimigrasi ke Amerika. Saya ingin
kemukakan kepada kalian, bahwa adik perempuan Nyonya
Armstrong, yang tak lebih dari seorang gadis kecil pada waktu tragedi itu
terjadi, sebenarnya adalah Helena Goldenberg, anak perempuan Linda Arden yang
kecil, dan gadis kecil itu setelah dewasa mengawini Count Andrenyi sewaktu ia
bertugas sebagai atase di Washington."
"Tapi Princess Dragomiroff mengatakan gadis itu mengawini orang Inggris."
"Yang namanya tak dapat diingatnya! Saya ingin tanya kepada kalian, apakah itu
kedengarannya mungkin" Princess Dragomiroff mengasihi Linda Arden sebagaimana
wanita-wanita terkemuka mengasihi aktris-aktris yang besar. Ia bahkan menjadi ibu
permandian bagi salah seorang puteri aktris pujaannya. Dapatkah ia secepat itu
melupakan nama pernikahan anak perempuannya yang satu lagi" Kedengarannya
mustahil. Tidak, saya kira menurut logika, kita bisa mengatakan bahwa Princess
Dragomiroff berbohong. Ia tahu betul Helena ada di kereta itu, ia sudah
melihatnya. Ia langsung menyadari, segera sesudah ia mendengar siapa Ratchett,
bahwa Helena dapat dicurigai. Dan begitulah, sewaktu kita menanyai dia tentang
adiknya, ia langsung berbohong - dengan mengatakan bahwa hal itu cuma diingatnya
samar-samar - ia tak dapat
memastikan, tapi ia menduga bahwa Nelena mengawini pria Inggris, adalah
kemungkinan yang jauh sekali dari kebenarannya."
Saat itu salah seorang pelayan restorasi muncul di ujung pintu dan menghampiri
ketiga pria itu. Ia berbicara kepada Tuan Buoc.
"Makan malamnya, Monsieur, apa boleh dihidangkan sekarang"
Sebentar lagi siap. "
Tuan Buoc berpaling ke Poirot. Yang terakhir menganggukkan kepalanya. "Biar
bagaimanapun, makan malam mesti dihidangkan. "
Pelayan restorasi itu kemudian menghilang melalui ujung pintu yang satu lagi.
Kemudian terdengar bel berbunyi dan suaranya yang meneriakkan:
"Premier service. Le Aner est servi. Premier cit ner - hidangan pertama."
4. NODA MINYAK PADA PASPOR HONGARIA
Poirot duduk semeja dengan Tuan Buoc dan Dr. Constantine.
Para penumpang kereta yang berkumpul di gerbong restorasi itu seolah diliputi
keresahan. Mereka tak banyak bicara. Bahkan Nyonya Hubbard yang gemar berceloteh
itu pun kali ini nampak diam, tak seperti biasanya. Ia bergumam sedikit begitu
duduk menghadapi meja. "Aku rasa aku tak punya nafsu makan sama sekali," katanya sambil mencomoti
setiap jenis makanan yang disodorkan pelayan ke mukanya, dan didesak oleh wanita
Swedia yang kelihatannya mendampinginya sebagai pembantu khusus.
Sebelum makanan dihidangkan Poirot sengaja menarik lengan
baju kepala pelayan dan membisikkan sesuatu ke telinganya.
Constantine ternyata mampu untuk menebak dengan benar apa kira-kira instruksi
Poirot kepada kepala pelayan gerbong restorasi itu, terbukti ia ikut menyadari
bahwa Count dan Countess Andrenyi selalu
dilayani paling belakang dan pada akhir santapan itu selalu ada penundaan dalam
pembuatan rekeningnya. Karena itulah tak
mengherankan bila Count dan Countess Andrenyi adalah orang-orang terakhir yang
meninggalkan gerbong restorasi.
Sewaktu keduanya bangun dan hendak melangkah menuju pintu, Poirot ikut bangun
dari kursinya dan mengikuti mereka dari belakang.
"Maaf, Nyonya, sapu tangan Nyonya jatuh."
Ia berkata begitu sambil menunjukkan ujung sapu tangan yang bersulamkan huruf H
itu. Sesaat kemudian diambilnya sapu tangan itu, diamat-amatinya sebentar, kemudian
dikembalikannya lagi kepada Poirot.
"Anda keliru, Monsieur, itu bukan sapu tangan saya.
"Bukan sapu tangan Nyonya" Nyonya yakin?"
"Saya yakin betul, Monsieur."
"Tapi meski begitu, sapu tangan ini bersulamkan huruf awal dari nama Nyonya,
huruf H." Count Andrenyi yang sejak tadi mendengarkan pembicaraan Poirot dengan isterinya
tanpa bergerak-gerak, kini kelihatan menggerakkan badannya sedikit tanda
gelisah. Poirot pura-pura tak
mempedulikannya. Matanya menatap Countess Andrenyi lekat-lekat.
Countess Andrenyi membalas pandangannya sambil berkata
dengan suara mantap, "Saya tak mengerti, Monsieur. Singkatan nama saya adalah E.A."
"Saya kira tidak begitu. Nama Nyonya adalah Helena - bukan Elena. Helena
Goldenberg, anak perempuan Linda Arden yang
terkecil - Helena Goldenberg, adik perempuan Nyonya Armstrong."
Hening untuk satu dua menit. Baik Count maupun Countess
Andrenyi wajahnya kelihatan mulai pucat bagai mayat.
Poirot lalu bertanya kembali dengan nada yang lebih lembut, "Tak ada gunanya
menyangkal. Benar bukan, apa yang saya katakan barusan?"
Count Andrenyi menyela dengan marah, "Saya ingin tahu, Monsieur, atas dasar apa
Tuan -" Isterinya memotong kalimatnya, sambil menempelkan jarinya di bibir, ia berkata,
"Jangan, Rudolph. Biar saya yang bicara. Tak ada gunanya untuk menyangkal
perkataan tuan ini. Lebih baik kita duduk dan
membicarakan soal ini dengan terus terang."
Suaranya berubah. Di dalam nadanya masih terasa ciri khas
daerah selatan, tapi kedengarannya sekarang lebih jelas dan lebih tajam. Baru
pertama kalinya, suara itu terdengar seperti suara orang Amerika sejati.
Count Andrenyi terdiam. Ia menuruti isyarat gerak tangan
isterinya dan mereka berdua lalu duduk di hadapan Poirot.
"Pernyataan Tuan benar sekali," ujar Countess Andrenyi dengan suara mantap.
"Saya Helena Goldenberg, adik Nyonya Armstrong."
"Tapi Nyonya tak mengatakan begitu pada saya, pagi ini, Madame la Contesse.
"Tidak." "Jadi kenyataannya, segala yang telah dikatakan nyonya dan suami Nyonya pada
saya itu bohong semua."
"Monsteur!" teriak Count Andrenyi dengan marah.
"Jangan marah, Rudolph. Tuan Poirot memang mengatakan kenyataan ini dengan agak
kasar, tapi apa yang dikatakannya itu tak dapat dibantah."
"Saya senang Nyonya mau mengakui kenyataan itu dengan terus terang, Madame.
Sekarang maukah Nyonya memberitahukan saya apa alasan Nyonya berkata begitu, dan
juga alasannya untuk merobah nama baptis Nyonya di paspor itu?"
"Itu semuanya saya yang mengerjakan," sela Count Andrenyi.
Helena kemudian berkata dengan tenang, "Tentu saja, Tuan Poirot, Tuan bisa
menerka alasan saya untuk berbuat demikian, alasan kami. Orang yang terbunuh itu
adalah orang yang membunuh keponakan saya yang tercinta, yang membunuh kakak
perempuan saya, dan yang mematahkan hati kakak ipar saya. Tiga manusia yang
paling saya cintai di atas dunia ini dan yang menghidupkan rumah saya - dunia
saya!" Suaranya bergema penuh emosi. Ia adalah puteri sejati dari ibunya, wanita yang
dengan kekuatan emosinya dan aktingnya berhasil menyentuh hati penontonnya dan
memaksa mereka untuk menitikkan air mata.
Ia meneruskan bicaranya dengan gaya yang lebih tenang lagi.
"Dari semua penumpang di kereta ini mungkin saya sendirilah yang memiliki motif
yang paling baik untuk membunuh orang itu."
"Dan Nyonya tidak membunuhnya, Madame"
"Saya berani bersumpah, Tuan Poirot, dan suami saya juga tahu itu dan juga
berani bersumpah , bahwa meski saya ingin sekali mencobanya, tapi saya belum
pernah menyentuh orang itu."
"Saya juga, Tuan-tuan," ujar Count Andrenyi membela diri.
"Sebagai turunan bangsawan terhormat, saya berani menjamin bahwa tadi malam
Helena tak pernah meninggalkan kamarnya. Ia menelan obat tidur, persis seperti
yang telah saya katakan. Ia sama sekali tidak terlibat."
Poirot memandang kedua suami-isteri itu secara bergantian.
"Demi nama baik saya," ujar Count itu lagi.
Poirot menggeleng sedikit.
"Dan meski begitu, Tuan masih mau merobah nama isteri Tuan yang di paspor itu?"
"Monsieur Poirot," ujar Count Andrenyi dengan penuh emosi dan dengan sungguhsungguh, "coba ingat kedudukan saya. Apa Tuan
pikir saya masih bisa bertahan kalau melihat isteri saya sampai terlibat dengan
urusan polisi" Ia sama sekali tak bersalah. Saya tahu benar itu, tapi apa yang
telah dikatakannya tadi memang betul karena hubungannya dengan keluarga Armstrong kemungkinan ia bisa langsung
dicurigai. Ia pasti akan diperiksa, mungkin juga ditahan. Sial bagi kami, karena
kebetulan kami satu kereta dengan orang yang bernama Ratchett ini. Nasib buruk
membawa kami ke sini, itu saya yakin betul, tapi masih ada satu hal yang saya
belum yakin. Saya akui memang saya berbohong, Monsieur, kecuali satu-hal. Isteri
saya tak pernah meninggalkan kamarnya tadi malam."
Ia berbicara dengan penuh kesungguhan hingga sukar bagi
seseorang untuk menyangkalnya.
"Saya tak mengatakan bahwa saya tak percaya pada Tuan, "
sahut Poirot lambat-lambat. "Saya tahu, keluarga Tuan termasuk keluarga
bangsawan yang tradisionil dan pantas untuk dimuliakan.
Memang suatu kenyataan pahit bagi Tuan kalau isteri Tuan sampai terseret dalam
urusan polisi yang memalukan. Untuk alasan ini saya bisa mengerti, saya bisa
ikut merasakan. Tapi bagaimana Tuan bisa menjelaskan kalau sapu tangan isteri
Tuan ditemukan dalam kamar orang yang terbunuh itu?"
"Sapu tangan itu bukan punya saya, Monsieur, ujar Countess Andrenyi menyela.
"Meski ujungnya diberi tanda huruf H?"
"Meski ujungnya diberi tanda begitu. Sapu tangan saya jenisnya bukan seperti
itu, tak satu pun yang bentuknya seperti itu. Saya tahu betul, bahwa saya sudah
tentu tak boleh berharap untuk memaksa Tuan percaya pada saya, tapi percayalah,
memang begitu adanya. Sapu tangan itu bukan punya saya."
"Barangkali sapu tangan itu sengaja dijatuhkan seseorang untuk memberi kesan
bahwa Nyonya terlibat?"
Countess Andrenyi tersrnyum. "Tuan sedang membujuk saya untuk mengakui bahwa itu
sapu tangan saya" Tapi memang begitu
adanya, sapu tangan itu bukan punya saya." Kali ini nada bicaranya terdengar
penuh kesungguhan. "Jadi kalau begitu, kalau sapu tangan itu benar bukan punya Nyonya, mengapa
Nyonya merobah nama yang di paspor itu?"
Count Andrenyi-lah yang menjawab kali ini.
"Sebab kami mendengar bahwa baru saja ditemukan sehelai sapu tangan yang
bersulamkan huruf H pada ujungnya. Kami sudah
membicarakan soal itu bersama-sama sebelum kami datang ke
gerbong restorasi untuk ditanyai. Saya langsung memperingatkan Helena bahwa
kalau orang sampai mengetahui bahwa nama
baptisnya dimulai dengan huruf H ia pasti akan ditanyai lebih teliti dan lebih
ketat dari yang lain. Lagipula itu perkara gampang - untuk merobah Helena
menjadi Elena." "Kalau begitu belum apa-apa Tuan sudah terlibat dalam tindakan kriminil," ujar
Poirot memperingatkan. "Akal bulus yang digabung dengan tekad yang kejam tanpa
penyesalan berarti secara terang-terangan memperkosa hukum."
"Oh, tidak, tidak." Countess Andrenyi memajukan tubuhnya ke depan sedikit.
"Monsieur, suami saya sudah menjelaskan kepada Tuan kejadian yang sebenarnya."
Ia mengalihkan pembicaraan dari bahasa Perancis ke bahasa Inggris.
"Saya ngeri... ngeri setengah mati, Tuan tahu. Semuanya itu begitu mengerikan...
saat itu.... dan apalagi untuk
mengungkapkannya kembali. Dan apalagi bisa dicurigai dan
barangkali dijebloskan ke dalam penjara. Saya memang ngeri sekali, Monsieur
Poirot. Tak dapatkah Anda mengerti, Tuan Poirot?"
Suaranya merdu sekali.... dalam.... renyah.... bernada memohon, suara dari
puteri Linda Arden, suara aktris pujaan dunia.
Poirot memandang ke arahnya dengan sayu.
"Kalau saya mau mempercayai, Anda, Madame - dan saya tak mengatakan bahwa saya
tak akan mempercayai Anda, maka Nyonya harus menolong saya.
"Menolong Tuan?"
"Ya. Alasan pembunuhan itu terletak pada masa lampau - pada tragedi yang
menghancurkan rumah tangga Nyonya dan
menyuramkan masa muda Nyonya. Bawalah saya pada masa itu,
Mademoiselle, supaya saya bisa menemukan mata rantai yang bisa menjelaskan
semuanya." "Apa yang dapat menolong Tuan" Mereka semuanya sudah mati."
Lalu dengan rasa sedih yang sangat ia berbisik lambat-lambat,
"Semuanya mati - semuanya - Robert, Sonia, Daisy... Daisy tersayang, Anak itu
begitu manis, begitu riang... rambutnya yang ikal begitu indah... Kami semua
tergila-gila padanya."
"Masih ada lagi korban yang lain, Madame. Korban tak langsung, Nyonya bisa
bilang." "Susanne yang malang itu" Ya, saya sudah lupa padanya. Polisi sudah menanyai
dia. Mereka yakin bahwa dia ikut terlibat dalam pembunuhan itu. Barangkali
begitu - tapi terlibat sebagai orang yang tak bersalah. Saya rasa, mulanya ia
cuma mengobrol secara iseng-iseng saja dengan seseorang tentang saat-saat Daisy
dibawa keluar untuk makan angin. Dan gadis yang malang itu jadi gelisah tak
menentu ketika terjadi pembunuhan itu - ia merasa ia ikut
bertanggung jawab." Badannya gemetar. "Lalu ia meloncat dari jendela. Oh! Mengerikan sekali!"
Dibenamkannya mukanya dalam telapak tangan.
"Orang apa dia, Madame?"
"Dia orang Perancis."
"Apa nama keluarganya?"
"Itu omong kosong, tapi saya tak ingat lagi - kita cuma memanggilnya Susanne.
Gadis yang cantik dan periang. Ia sayang sekali pada Daisy."
"Ia pengasuhnya?"
"Ya." "Siapa perawatnya?"
"Perawatnya adalah perawat rumah sakit yang terlatih baik.
Stengelberg namanya. Ia juga sayang sekali pada Daisy - dan pada kakak saya."
"Sekarang, Madame. Saya minta Nyonya pikir dulu baik-baik sebelum menjawabnya.
Sejak Nyonya menaiki kereta ini, apakah Nyonya pernah bertemu dengan orang yang
Nyonya kenal?" . Countess Andrenyi menatap. Poirot sejenak.
"Saya" Tidak, tak seorang pun."
"Bagaimana dengan Princess Dragomiroff?"
"Oh! dia. Tentu saja saya kenal dia. Saya kira maksud Tuan orang-orang dari
pperistiwa pembunuhan itu."
"Tapi memang itu yang saya maksudkan, Madame. Sekarang coba ingat baik-baik.
Bawa ingatan Nyonya ke beberapa tahun yang lalu.
Tentu orang itu sudah banyak berubah."
Helena merenung sebentar. Lalu ia berkata lagi,
"Tidak, saya yakin tak seorang pun."
"Nyonya sendiri - Nyonya pada saat itu masih seorang gadis cilik masa Nyonya tak punya orang yang biasa mengawasi pelajaran Nyonya?"
"Oh! ya, saya punya seekor naga - semacam guru pengasuh bagi saya, merangkap
sebagai sekretaris Sonia. Ia orang Inggris - atau lebih tepatnya orang
Skotlandia; wanita bertubuh besar dan berambut pirang."
"Siapa namanya?"
"Nona Freebody."
"Tua atau muda?"
"Ia seolah jauh lebih tua dari saya. Saya kira umurnya belum lewat empat puluh.
Sedangkan Susanne, tentu saja, bertugas mengawasi pakaian saya sekaligus
melayani." "Tak ada penghuni lain dalam rumah?"


Pembunuhan Di Orient Ekspress Murder On The Orient Express Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Cuma pembantu."
"Dan Nona yakin, benar-benar yakin, bahwa Nyonya tak mengenal seorang pun di
kereta ini?" Ia menjawab dengan sungguh-sungguh, "Tak ada, Monsieur. Tak ada sama sekali."
5. NAMA BAPTIS PUTERI DRAGOMIROFF
Begitu Count dan Countess Andrenyi melangkah pergi dari situ, Poirot berpaling
kepada kedua kawannya. "Kalian lihat," ujarnya,, "kita sudah maju selangkah lagi."
"Hasil yang gemilang," ujar Tuan Buoc ramah. "Bagi saya, saya tak pernah
bermimpi untuk mencurigai Count dan Countess Andrenyi.
Saya mesti mengakui, saya kira mereka itu tak puriya cacad cela.
Apakah mereka sudah pasti terlibat dalam kejahatan itu" Agak menyedihkan, kalau
begitu. Meski begitu, mereka tak akan
memancang kepalanya dengan pisau guillotine. Masih ada faktor-faktor yang
meringankan. Paling-paling cuma hukuman penjara beberapa tahun - paling banyak."
"Kenyataannya kau sendiri yakin sekali akan keterlibatannya."
"Kawanku tersayang - benarkah hal itu tidak diragukan lagi" Saya kira tindakanmu
yang mantap itu cuma untuk melicinkan semuanya sampai kita bebas dari salju
keparat itu dan polisi mengambil alih semua persoalan ini."
"Kau tak percaya pada pernyataan Count Andrenyi yang tegas itu dan demi nama
baiknya bahwa isterinya tak bersalah?"
"Mon cher - tentu saja - apa lagi yang dapat dikatakannya" la begitu memuja
isterinya. Sudah tentu ia ingin menyelamatkannya! Ia telah membeberkan
kebohongannya dengan cara yang baik sekali cara grande signeur kata orang Perancis, cara laki-laki, cara ksatria.
Tapi apa lagi namanya itu, kalau bukan kebohongan?"
"Baiklah, kau tahu sendiri, menurut pendapatku justru ceritanya itulah yang
benar, yang kausebut kebohongan itu."
"Tidak bisa, tidak bisa. Sapu tangan itu, kau ingat. Sapu tangan itulah yang
mengunci persoalan itu. "
"Oh, aku kurang yakin pada sapu tangan itu. Kau ingat sendiri, aku selalu
mengatakan ada dua kemungkinan mengenai pemilik sapu tangan itu."
"Semua sama -" Tuan Buoc terdiam, bicaranya terhenti. Pintu yang di ujung terbuka, dan Puteri
Dragomiroff melangkah masuk. Ia langsung menghampiri ketiga pria itu yang segera
bangun menyambutnya. Tapi ia cuma berbicara kepada Poirot, dan tak mempedulikan kehadiran yang lain.
"Saya rasa, Monsieur, " ujarnya, "tuan menahan sapu tangan saya."
Poirot melemparkan pandangan kemenangan ke arah kedua
kawannya yang sedang terpaku keheranan.
"Yang ini, Madame?"
Ia mengeluarkan sehelai kain halus berbentuk segi empat dari saku bajunya.
"Ya, benar, yang itu. Ada singkatan nama saya di ujungnya."
"Tapi, Madame la Princesse, ini huruf H," potong Tuan Buoc.
"Sedang nama baptis Nyonya maaf - adalah Natalia."
Puteri Dragorniroff memandangnya dingin.
"Memang betul Monsieur. Sapu tangan-sapu tangan saya selalu diberi tanda dengan
ejaan Rusia. H itu N dalam ejaan Rusianya."
Tuan Buoc kelihatan terkejut. Terasa ada sifat gigih dalam diri wanita tua itu
yang membuatnya bingung dan tak enak.
"Nyonya tidak memberitahukan kami pagi ini bahwa sapu tangan ini milik Nyonya."
"Kalian tak menanyakannya," sahut Puteri itu dingin.
"Silakan duduk dulu, Madame, " ujar Poirot mempersilakan.
Ia menarik napas. "Sebaiknya begitu, saya kira," ujarnya sambil duduk.
"Anda tak usah berpanjang-panjang lagi menghadapi soal ini, Tuan-tuan.
Pertanyaan Tuan berikutnya barangkali - Bagaimana sapu tangan saya bisa
diketemukan di sebelah tubuh orang yang terbunuh itu" Jawaban saya buat
pertanyaan itu adalah saya tak tahu."
"Nyonya benar-benar tak tahu?"
"Tak tahu, bagaimana juga."
"Moga-moga Nyonya mau memaafkan kami, tapi seberapa jauh kami bisa mengandalkan
kebenaran-kebenaran yang ada dalam
jawaban Nyonya?" Poirot mengucapkan kata-kata itu dengan lembut sekali.
Puteri Dragomiroff menjawab dengan pandangan merendahkan.
"Saya rasa yang Tuan maksudkan karena saya tak memberitahu Tuan bahwa Helena
Andrenyi itu adalah adik Nyonya Armstrong?"
"Kenyataannya memang Nyonya telah berbohong mengenai soal
ini." "Tentu saja. Barangkali saya akan berbuat begitu lagi. Ibunya adalah sahabat
saya. Saya percaya pada kesetiaan, Tuan-tuan - pada kawan-kawannya, pada
keluarganya dan pada orang-orang yang tingkatan sosialnya sama."
"Nyonya tak percaya bahwa tindakan-tindakan Nyonya itu dapat mengarah pada
pelanggaran hukum?" "Dalam perkara ini saya anggap keadilan-keadilan yang ketat sudah dilaksanakan."
Poirot memajukan badannya ke muka.
"Anda lihat sendiri kesulitan-kesulitan yang tengah saya hadapi, Madame" Bahkan
dalam persoalan sapu tangan ini, apakah saya juga harus mempercayai Nyonya" Atau
apakah Nyonya sedang berusaha untuk melindungi puteri dari sahabat Nyonya?"
"Oh! Saya tahu apa yang Tuan maksudkan."
Wajahnya memperlihatkan senyum pahit. "Baiklah, Tuan-tuan, pernyataan saya ini
bisa dibuktikan dengan mudah sekali. Saya akan berikan alamat orang yang membuat
sapu tangan saya itu di Paris.
Kalian cuma tinggal menanyakan soal yang satu itu saja dan mereka pasti akan
memberitahukan bahwa sapu tangan itu dibuat atas pesanan saya setahun yang lalu.
Sapu tangan itu milik saya, Tuan-tuan,"
Ia bangun dari tempat duduknya.
"Tuan-tuan masih punya pertanyaan lain lagi yang ingin ditanyakan pada saya?" ,
"Pembantu wanita Nyonya itu, apakah dia mengenali sapu tangan itu waktu kami
memperlihatkan kepadanya tadi pagi?"
"Mestinya begitu. Ia melihatnya tapi tak berkata apa-apa" Ah, itulah, itu
menunjukkan bahwa ia juga bisa dipercaya'."
Dengan kepala yang dimiringkan sedikit sebagai tanda minta diri, Puteri
Dragomiroff keluar dari gerbong restorasi.
"Jadi begitu persoalannya," gumam Poirot lembut. "Aku menyadari adanya
kebimbangan sewaktu aku tanyai pembantu wanita itu kalau-kalau dia tahu milik
siapa sapu tangan itu. Ia sendiri tak bisa menentukan apakah ia mau mengaku atau
tidak bahwa itu adalah sapu tangan majikannya. Tapi bagaimana itu bisa cocok dengan gagasanku yang aneh
itu" Ya, barangkali saja bisa."
"Ah!" seru Tuan Buoc dengan isyaratnya yang khas. "Dia memang wanita tua yang
luar biasa!" "Mungkinkah dia yang membunuh Ratchett?" tanya Poirot kepada Dr. Constantine.
Yang ditanya menggelengkan kepalanya.
"Tusukan itu - yang dihujamkan dengan tenaga yang kuat, bisa sampai menembus
otot - tak mungkin, tak mungkin orang dengan fisik selemah itu bisa berbuat
demikian." "Tapi tusukan yang lemah?"
"Kalau tusukan yang lemah, mungkin bisa."
"Aku sedang memikirkan," ujar Poirot, "tentang kesempatan pagi ini sewaktu aku
mengatakan pada Puteri Dragomiroff bahwa justru kekuatannya bukan terletak pada
lengannya, tapi pada kemauannya.
Sebenarnya secara logis, pemyataanku itu lebih merupakan sebuah perangkap. Aku
ingin tahu apakah ia melihat ke lengan kiri ataukah lengan kanannya. Tapi ia tak
melihat salah - satu di antaranya. Ia melihat kedua-duanya. Tapi jawabannya
aneh. Katanya, 'Tidak, saya memang tak punya kekuatan di dalam sini. Saya tak
tahu apakah saya mesti menyesal atau gembira.' Itu sebuah pernyataan yang
membangkitkan rasa ingin tahu, orang, yang misterius. Dan
pernyataannya itu malah menguatkan keyakinanku pada kasus yang tengah kuhadapi
ini." "Jadi itu tak berhasil menyinggung faktor tentang tangan kiri itu."
"Tidak, memang. Ngomong-ngomong apakah kauperhatikan
bahwa Count Andrenyi menaruh sapu tangannya di saku celana yang sebelah kanan?"
Tuan Buoc menggeleng. Pikirannya kembali terpukau oleh iiham-ilham yang
mengherankan selama setengah jam ini. Ia bergumam,
"Kebohongan - lagi-lagi kebohongan. Benar-benar membuatku heran, banyak
kebohongan yang disampaikan kepada kita pagi ini."
"Masih banyak lagi yang akan diungkapkan," ujar Poirot dengan riang.
"Kaupikir begitu?"
"Aku akan kecewa bukan main kalau tidak demikian."
"Sikap pura-pura dan bermuka dua itulah yang menyebalkan," ujar Poirot lagi.
"Kalau kau mempertemukan orang yang berbohong itu dengan kebenaran, maka
biasanya ia akan cepat-cepat mengaku malah sering kali di luar dugaan. Jadi cuma perlu membuat
perhitungan yang tepat untuk memperoleh hasil."
"Inilah satu-satunya cara untuk memeriksa kasus ini. Aku sengaja menanyai mereka
satu per satu, menimbang kesaksian si Pria atau si wanita, dan lalu berkata pada
diriku sendiri, 'Kalau si anu dan si anu berbohong, dalam hal apa ia berbohong,
dan apa alasannya sampai ia berbuat begitu"' Dan kujawab sendiri, 'Kalau ia
berbohong - kalau ya, perhatikan perkataan itu - maka itu mestilah demi alasan
semacam itu dan dalam hal itu.' Ingat ' kita sudah pernah
mencobanya pada Countess Andrenyi dengan hasil yang sangat memuaskan. Sekarang
kita akan mencoba cara yang sama pada
beberapa penumpang lain."
"Dan umpamanya, Kawan, perkiraanmu itu ternyata keliru?"
"Kalau begitu, bagaimanapun juga, mesti ada orang yang bebas sama sekali dari
kecurigaan." "Ah! - jadi ada proses penghilangan."
"Tepat." "Dan siapa yang akan kita tanyai berikutnya?"
"Kita akan menanyai si pukka sahib, Kolonel Arbuthnot."
G. WAWANCARA KEDUA DENGAN KOLONEL ARBUTHNOT
Kolonel Arbuthnot sangat jengkel waktu ia dipanggil kembali ke gerbong restorasi
untuk ditanyai kedua kalinya. Di wajahnya terbayang rasa enggan begitu ia duduk
dan bertanya, "Ada apa lagi?"
"Maaf sebesar-besarnya atas gangguan yang kedua kali ini," ujar Poirot. "Tapi
masih ada sedikit keterangan yang saya kira Tuan mungkin dapat memberikannya."
"Sungguh" Saya kira tidak begitu."
"Sebagai permulaan, Tuan lihat pembersih pipa ini?"
"Ya." "Apakah benda ini salah satu dari kepunyaan Tuan?"
"Tidak tahu. Saya tak mengukir nama saya di situ, Tuan lihat sendiri."
"Tahukah Tuan, bahwa Tuanlah satu-satunya penumpang pria di gerbong -IstambulCalais yang mengisap pipa."
"Dalam hal itu, mungkin pembersih pipa itu salah satu dari kepunyaan saya."
"Tuan tahu di mana ini ditemukan?"
"Sedikit pun tidak."
"Pembersih pipa ini ditemukan tergeletak di samping orang yang terbunuh itu."
Kolonel Arbuthnot menaikkan alisnya.
"Dapatkah Tuan mengatakan pada kami, Kolonel Arbuthnot, bagaimana kiranya benda
itu bisa sampai ke sana?"
"Kalau yang Tuan maksudkan, sayalah yang menjatuhkannya, Tuan keliru."
"Pernahkah Tuan masuk ke kamar Ratchett?"
"Saya malah belum pemah berbicara dengan dia,"
Tuan belum pernah berbicara dengan dia dan Tuan tidak
membunuhnya?" Alis Kolonel Arbuthnot terangkat lagi, menunjukkan rasa tak senang dan perasaan
sinis. "Kalau saya pernah berbuat begitu, tak akan saya perlihatkan fakta-fakta itu
kepada Tuan. Kenyataannya saya tidak membunuh laki-laki itu."
"Ah, baiklah," gumam Poirot. "Memang tak ada konsekwensi apa-apa."
"Oh!" Arbuthnot kelihatan terkejut. Ditatapnya Poirot dengan sorot mata yang
gelisah. "Sebab, Tuan lihat," ujar detektif bertubuh kecil itu, pembersih pipa itu
sebenarnya tak penting. Saya sendiri bisa memberi alasan seribu satu macam,
mengapa benda itu bisa ditemukan di kamar si korban."
Sekali lagi Arbuthnot memandangnya.
"Yang mendorong saya untuk menanyai Tuan sekali lagi
sebetulnya adalah hal lain. Nona Debenham barangkali pernah mengatakan pada
Tuan, bahwa saya kebetulan menangkap beberapa perkataannya kepada Tuan waktu dia
berbicara kepada Kolonel di stasiun - Konya?"
Arbuthnot tak menjawab. "Ia berkata, 'Jangan sekarang. Nanti kalau semuanya sudah selesai. Kalau
semuanya sudah di belakang kita.' Tuan tahu apa maksud perkataan itu?"
"Maaf, Monsieur Poirot, tapi saya terpaksa menolak untuk menjawab pertanyaan
itu." Kolonel itu menjawab dengan geram, "Saya mengusulkan
bagaimana kalau Tuan sendiri yang menanyakan Nona Debenham apa arti perkataan
itu." "Saya sudah menanyakannya pada yang bersangkutan."
"Dan dia menolak untuk memberitahukan?"
"Ya." "Kalau begitu saya kira semuanya sudah jelas sekali - terutama bagi Tuan - yakni
bahwa bibir saya sekarang sudah disegel."
"Tuan tak akan membuka rahasia seorang wanita, bukan?"
"Tuan bisa mengatakan begitu, kalau Tuan suka. "
"Nona Debenham mengatakan pada saya bahwa perkataan itu lebih erat berhubungan
dengan persoalan pribadinya sendiri."
"Jadi mengapa Tuan tak menerima saja keterangannya seperti itu?"
"Sebab, Kolonel Arbuthnot, Nona Debenham adalah apa yang dinamakan, 'orang yang
paling dicurigai'." "Omong kosong," ujar Kolonel Arbuthnot dengan marah.
"Itu bukan omong kosong," sahut Poirot menimpali.
"Tuan tak punya hak apa-apa atas dirinya.".
"Tak berhak atas kenyataan bahwa Nona Debenham adalah guru pengasuh dalam rumah
tangga Armstrong, pada saat terjadinya penculikan terhadap Daisy Armstrong?"
Hening sejenak. Poirot mengangguk lembut.
"Tuan lihat?" tanyanya kemudian, suaranya memecah kesunyian.
"Kami tahu lebih banyak dari yang Tuan kira. Seandainya Nona Debenham tak
bersalah, mengapa dia menyembunyikan kenyataan itu" Mengapa dia mengatakan pada
saya bahwa ia belum pernah ke Amerika?"
Kolonel Arbuthnot membasahi kerongkongannya. "Barangkali Tuan keliru."
"Saya tak mungkin keliru. Mengapa Nona Debenham membohongi saya?"
Poirot mengeraskan suaranya dan berteriak memanggil seseorang.
Sesaat kemudian muncul pelayan gerbong restorasi di ujung pintu.
"Coba tanyakan gadis Inggris yang di kamar no. 11 itu apakah ia bersedia datang
ke sini." "Bien, Monsieur. "
Pelayan itu melangkah pergi. Keempat pria yang tinggal kini saling berdiam diri.
Wajah Kolonel Arbuthnot kelihatan berkerut bagai kulit kayu, keras dan tenang.
Si pelayan sudah kembali.
"Gadis Inggris itu sedang ke mari, Monsieur.
"Terima kasih."
Satu dua menit kemudian Mary Debenham sudah memasuki
gerbong restorasi. 7. IDENTITAS MARY DEBENHAM
Ia tidak memakai topi. Kepalanya tampak di kebelakangkan
sedikit, seolah bersikap menantang. Tataan rambutnya yang
seluruhnya disibakkan ke belakang dan lekukan lubang hidungnya mengingatkan
orang pada haluan kapal yang sudah siap untuk membelah laut dengan gagahnya.
Pada saat itu ia keliha'tan cantik.
Matanya menatap Arbuthnot sedetik - hanya sedetik. Lalu ia berkata pada Poirot,
"Tuan ingin bertemu dengan saya?"
"Saya ingin bertanya, Mademoiselle, mengapa Nona membohongi kami pagi ini?"
"Berbohong" Saya tak tahu apa maksud Tuan."
"Nona mencoba untuk menyembunyikan kenyataan bahwa pada saat terjadinya tragedi
keluarga Armstrong Nona memang tinggal di situ. Tapi Nona mengatakan Nona belum


Pembunuhan Di Orient Ekspress Murder On The Orient Express Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pernah ke Amerika?" Sekilas Poirot melihat bahwa wanita Inggris itu tepekur sebentar kemudian
tersadar kembali. "Ya," sahutnya. "Itu benar."
"Tidak, Mademoiselle, itu salah."
"Tuan salah paham. Maksud saya memang benar saya
membohongi Tuan." "Ah" Nona mengakui sekarang?"
Bibirnya mengulum senyum. "Tentu saja, sebab Tuan sudah mengetahuinya."
"Akhirnya Nona berterus terang juga."
"Kelihatannya saya tak dapat berbuat yang lain lagi."
"Baiklah, tentu saja, memang begitu. Dan sekarang, Mademoiselle, bolehkan saya
tanya apa alasan Nona untuk ikut campur dalam masalah ini?"
"Jadi apa saya harus senantiasa memikirkan alasan yang jelas, Monsieur Poirot?"
"Tapi alasan itu justru bagi saya belum jelas, Mademoiselle."
Lalu dengan suara tenang tapi penuh tekanan, wanita Inggris itu menjawab, "Saya
mesti punya mata pencaharian."
"Maksud Nona Diangkatnya wajahnya dan ditatapnya Poirot lekat-lekat.
"Berapa banyak yang Tuan tahu, Tuan Poirot, tentang susahnya untuk mendapat dan
mempertahankan pekerjaan terhormat" Apa Tuan pikir wanita yang sudah pernah
ditahan sehubungan dengan perkara pembunuhan, yang nama dan foto-fotonya sudah
dimuat di koran-koran Inggris Mungkinkah Tuan pikir wanita Inggris dari kalangan menengah
dan dari keluarga terhormat masih mau
mempekerjakan wanita itu sebagai guru pengasuh bagi puteri-puterinya?"
"Saya tak melihat alasannya mengapa tidak seumpama tak ada kesalahan yang
ditimpakan pada Nona."
"Oh, kesalahan - itu bukan kesalahan, itu publisitas! Sejauh ini, Monsieur
Poirot, saya sudah boleh dibilang sukses dalam kehidupan.
Saya sudah bergaji besar, sudah punya pekerjaan yang enak. Saya tak mau
mengorbankan kedudukan saya yang telah saya capai itu kalau tak ada penampungan
lain yang lebih baik."
"Saya rasa sayalah yang paling bisa menilai hal itu, bukan Nona."
Nona Debenham mengangkat bahu.
"Umpamanya, Nona semestinya bisa membantu saya tentang soal identitas itu."
"Apa maksud Tuan?"
"Mungkinkah, Nona tak dapat mengenali lagi Countess Andrenyi, adik Nyonya
Armstrong yang dulu pernah Nona ajari di New York?"
"Countess -Andrenyi" Tidak." Ia menggeleng. "Bagi Tuan mungkin kelihatannya hal
ini luar biasa. Tapi saya tak mengenali dia. Tuan tahu, dia belum dewasa,
sewaktu saya mengenalnya. Itu sudah lebih dari tiga tahun yang lalu. Memang
benar Countess Andrenyi mengingatkan saya pada seseorang, membuat hati saya bertanya-tanya. Tapi ia
kelihatannya begitu asing - saya tak pemah
membayangkan dia sebagai gadis Amerika kecil ketika masih sekolah.
Saya cuma memandangnya sepintas lalu saja sewaktu ia memasuki gerbong restorasi,
dan saya malah lebih memperhatikan pakaiannya daripada wajahnya." Ia tersenyum
pahit. "Semua wanita begitu! Dan lalu - yaah, begitulah, saya jadi asyik
sendiri." "Jadi Nona tak bersedia mengatakan rahasia Nona pada saya?"
Suara Poirot kali ini terdengar sangat lembut dan bernada
membujuk. Wanita Inggris itu menjawab dengan suara rendah, "Saya tak dapat - tak dapat."
Dan sekonyong-konyong, tanpa ada tanda-tanda sebelumnya, ia menangis tersedusedu, wajahnya dibenamkan ke dalam kedua belah telapak tangannya dan kembali ia
menangis sejadi-jadinya seakan hatinya hancur berkeping-keping.
Tiba-tiba Kolonel Arbuthnot bangkit dari tempat duduknya dan berdiri di samping
Mary Debenham dengan canggung.
"Saya - coba lihat." Bicaranya terhenti lalu ia memutar badannya sambil
memandang Poirot dengan wajah yang cemberut dan sorot mata yang memancarkan
kemarahan yang meluap-luap.
"Akan kupatahkan setiap tulang dalam tubuhmu yang terkutuk itu, kau binatang
kecil yang sombong."
"Monsieur, " ujar Tuan Buoc memprotes.
Tapi Arbuthnot telah berpaling kembali pada wanita itu.
"Mary - demi - Tuhan..."
Mary Debenham menjawab, "Tidak apa-apa. Aku baik-baik saja.
Tuan tak memerlukan saya lagi, bukan" Kalau masih, Tuan mesti datang dan menemui
saya. Oh, bodohnya, bodohnya aku ini!" Lalu ia bergegas ke luar ruangan.
Arbuthnot, sebelum mengikutinya, sempat berpaling sekali lagi ke arah Poirot.
"Nona Debenham tak tersangkut apa-apa dalam perkara ini, Tuan dengar" Dan kalau
ia ditakut-takuti dan kalau ia sampai diganggu, Tuan akan berhadapan dengan
saya." Lalu ia cepat-cepat pergi dari gerbong itu.,
"Saya senang melihat orang Inggris yang marah," ujar Poirot.
"Mereka kelihatan lucu sekali. Semakin meluap amarahnya, semakin tak teratur
kata-katanya. " Tapi rupanya Tuan Buoc tidak tertarik pada reaksi emosionil orang Inggris. Ia
sedang asyik mengagumi kawannya itu.
"Mon cher, vous etes e'patant! " serunya. "Satu lagi dugaan yang menakjubkan."
"Rasanya tak dapat dipercaya bagaimana Tuan bisa sampai berpikir ke situ," ujar
Dr. Constantine menyatakan rasa herannya dengan terus terang.
"Oh, saya tak punya jaminan untuk kali ini. Ini bukan dugaan lagi.
Countess Andrenyi-lah yang secara praktis telah mengatakannya pada saya."
"Comment" Bagaimana bisa jadi begitu?"
"Tuan masih ingat, waktu saya tanyakan padanya tentang guru pengasuh atau
kawannya bermain" Saya sudah memutuskan dalarn pikiran saya bahwa seandainya
Mary Debenham juga ikut terlibat dalam perkara ini, ia pasti digambarkan sebagai
figur dalam rumah tangga Armstrong yang memegang jabatan itu."
"Ya, tapi Countess Andrenyi menggambarkannya sebagai
seseorang yang berbeda sama sekali dengan Mary Debenham."
"Tepat. Seorang wanita setengah baya berambut merah - yang pada kenyataannya,
sangat berlawanan dengan ciri yang dimiliki Nona Debenham, begitu banyak
perbedaannya hingga hampir-hampir tak dapat dikenali lagi. Tapi kemudian, ia
harus menemukan namanya dengan cepat, dan di situlah reaksinya secara tak sadar
menipunya. Ia bilang Nona Freebody, masih ingat?"
"Ya?" "Eh bien, mungkin Tuan tidak tahu, tapi di London ada sebuah toko yang sampai
sekarang masih bernama Debenham & Freebody.
Dengan nama Debenham yang masih melekat di kepalanya, Countess Andrenyi mencoba
untuk mengingat nama lain dalam keadaan
kepepet itu, dan nama pertama yang diingatnya adalah Freebody.
Tentu saja saya langsung memahami."
"Lagi-lagi ia berbohong. Mengapa ia berbuat begitu"
"Barangkali karena kesetiaannya. Hal itu menyulitkan sedikit."
"Ma foi!" seru Tuan Buoc dengan suara keras.
"Tapi apakah semuanya yang ada di kereta ini berbohong?"
"Itulah," ujar Poirot, "yang akan kita selidiki."
8. KEJUTAN DARI PENGUNGKAPAN RAHASIA YANG BERIKUT
"Tak ada lagi yang mengherankan bagiku sekarang," ujar Tuan Buoc.
"Tak ada! Pun apabila setiap orang di kereta ini terbukti sudah pernah bekerja
dalam rumah tangga Armstrong, aku tak akan heran lagi."
"Itu pernyataan yang artinya dalam sekali," sahut Poirot. "Maukah kau melihat
apa nanti yang akan dikatakan orang yang paling kaucurigai, yaitu orang Italia
itu?" "Jadi kau ingin menguji lagi dugaan-dugaanmu yang luar biasa itu?"
"Ini benar-benar masalah yang luar biasa," ujar Constantine.
"Tidak, masalahnya biasa saja."
Tuan Buoc merentangkah kedua lengannya seperti orang yang
sedang putus asa. "Kalau masalah ini kauanggap biasa atau wajar saja, mon ami -"
Bicaranya terhenti, ia kehilangan kata-kata.
Pada saat itu Poirot sudah memerintahk-an salah seorang pelayan restorasi untuk
menjemput Antonio Foscarelli.
Orang Italia bertubuh tinggi besar itu nampak waspada ketika ia melangkah masuk.
Matanya melirik ke kanan dan ke kiri seperti binatang yang sudah benar-benar
terperangkap. "Tuan mau apa?" tanyanya. "Tak ada lagi yang dapat saya katakan - tak ada, Tuan
dengar" Per Dio -" Dipukulkannya tangannya ke atas meja.
"Ya, masih ada yang dapat Tuan katakan kepada kami," ujar Poirot dengan suara
mantap. "Kebenaran! "
"Kebenaran?" Ia memandang Poirot dengan sorot mata tak senang. Ketenangan dan
keramahtamahannya saat itu lenyap tak berbekas.
"Mais oui. Barangkali saya sendiri sudah tahu. Tapi itu untuk kepentingan Tuan
sendiri kalau keterangan yang Tuan berikan disampaikan secara spontan."
"Tuan bicara seperti polisi Amerika saja. 'Ayo, mengaku sajalah mengaku sajalah -' itu yang mereka katakan."
"Ah! Jadi Tuan pernah punya pengalaman dengan polisi New York?"
"Tidak, tidak pernah. Mereka tak punya bukti apa-apa yang dapat melibatkan saya
- tetapi itu bukan berarti saya ingin dicoba."
Poirot berkata lagi dengan tenang, "Yaitu dalam perkara Armstrong, ya tidak"
Tuan sopirnya, bukan?"
Matanya bertemu dengan mata orang Italia itu. Ia mulai
menggertak. Seperti balon gas yang tertusuk benda tajam, sifat kasarnya mulai
keluar. "Kalau Tuan sudah tahu - kenapa tanya lagi pada saya?"
"Mengapa Tuan berbohong pagi ini?"
"Itu urusan saya. Lagipula, saya tak percaya pada polisi Yugoslavia. Mereka
membenci orang Italia. Mereka tak akan memberi keadilan bagi saya."
"Mungkin malah keadilan setimpal yang akan mereka berikan pada Tuan! "
"Tidak, tidak. Saya tak punya hubungan apa-apa dengan perkara kriminil tadi
malam itu. Saya tak pernah meninggalkan kamar. Orang Inggris bermuka paniang
itu, dia bisa mengatakannya pada Tuan.
Bukan saya yang membunuh babi itu - si Ratchett itu. Tuan tak akan dapat
membuktikan kesalahan saya."
Poirot tengah asyik menuliskan sesuatu di atas kertas. Lalu diangkatnya wajahnya
dan berkata dengan tenang, "Baiklah. -Tuan boleh pergi."
Foscarelli terlihat masih penasaran. "Tuan tahu, pembunuhnya bukan saya" Bahwa
saya tak mungkin terlibat dalam kejahatan itu?"
"Saya bilang Tuan boleh pergi."
"Pastilah itu pekerjaan sebuah komplotan. Tuan mau menjebak saya" Semuanya itu
untuk manusia babi yang seharusnya sudah di kursi listrik! Memalukan sekali
kalau tidak demikian. Seandainya itu saya - seandainya saya sampai ditahan -"
"Tapi itu terang bukan Tuan. Tuan tak punya hubungan apa-apa dengan penculikan
anak itu." "Apa yang Tuan katakan barusan" Terlalu, si kecil itu - dialah cahaya rumah itu.
Tonio, ia biasa memanggil saya. Dan dia lalu duduk di dalam mobil dan pura-pura
memegang setir. Semua orang dalam rumah itu memujanya! Ah, si cilik yang mungil,
si cantik yang tersayang!"
Suaranya terdengar lembut sekarang. Matanya tergenang air. Lalu cepat-cepat
dibalikkannya tubuhnya dan bergegas melangkah ke luar gerbong restorasi,
"Pietro," panggil Poirot.
Pelayan restorasi yang dipanggil namanya, tampak berlari-lari menghampiri
Poirot. "Kamar no. 10- kamar wanita Swedia itu."
"Bien, Monsieur. "
"Ada lagi?" tanya Tuan Buoc keheranan. "Ah, tidak - tak mungkin, Dengar kataku tak mungkin." "Mon cher - kita harus tahu. Bahkan seumpamanya pada akhimya setiap orang di
kereta ini terbukti punya motif tersendiri untuk membunuh Ratchett pun, kita
harus tahu. Sekali kita mengetahuinya, kita bisa menetapkan di mana kesalahan
itu terletak." "Kepalaku pusing," keluh Tuan Buoc.
Greto Ohlsson diantar masuk oleh pelayan bersangkutan dengan cara yang amat
simpatik. Ia menangis sedih,
Ia langsung terjatuh di kursi yang berhadapan dengan Poirot dan meneruskan
tangisnya sambil sebentar-sebentar membenamkan
mukanya dalam sapu tangan yang dipegangnya.
"Jangan menyusahkan diri sendiri, Mademoiselle, jangan menyusahkan diri
sendiri.". Poirot menepuk bahunya."Nona cuma perlu mengatakan keterangan yang
sebenarnya saja, tidak lebih.
Nonakah jururawat yang mengasuh si kecil Daisy Armstrong?"
"Betul - betul," sahut wanita Swedia yang malang itu sambil masih terus
menangis, "Ah - dia benar-benar bidadari - bidadari kecil yang manis. Ia tak
tahu apa-apa selain kelembutan dan kasih sayang, tapi ia direnggut oleh lakilaki jahanam itu - diperlakukan dengan kejam juga ibunya yang malang dan si kecil dalam kandungan yang belum pernah hidup
sama sekali. Tuan tak akan mengerti - Tuan tak akan pernah mengetahui seandainya saja Tuan ada di sana seperti saya seandainya saja Tuan juga melihat tragedi yang mengerikan itu! Saya seharusnya
sudah menceritakan yang sebenarnya mengenai diri saya tadi pagi. Tapi saya
takut, takut sekali. Saya senang sekali karena si jahanam itu sudah mati - jadi
ia tak dapat lagi membunuh dan menyiksa anak kecil. Ah! Saya tak dapat berkata
apa-apa lagi - saya sudah kehabisan kata-kata untuk melukiskannya."
Ia bahkan m enangis lebih keras daripada tadi.
Poirot terus menepuk bahunya dengan lembut, berusaha
menghibur. "Memang - memang - saya mengerti - saya mengerti semuanya, semuanya, percayalah.
Saya tak akan menanyakan apa-apa lagi pada Nona. Cukuplah Nona sudah mengakui
apa yang saya ketahui sebagai yang sebenarnya. Saya bisa mengerti, percayalah."
Dengan terisak-isak, dan tak dapat berkata sepatah pun, Greta Ohlsson bangkit
dan meraba-raba menuju pintu, matanya masih
penuh oleh air mata. Sesampainya di sana, ia berpapasan dengan seorang pria yang
sedang melangkah masuk. Pria itu temyata pelayan si korban - Masterman.
Ia langsung menghampiri Poirot dan berbicara dengan suara yang tenang dan tanpa
emosi, seperti biasa. "Saya harap saya tidak mengganggu, Tuan. Saya kira sebaiknya saya langsung ke
mari saja, Tuan, dan menceritakan hal yang sebenamya. Saya adalah ajudan Kolonel
Armstrong di masa perang dan kemudian saya bekerja sebagai pelayannya di New
York. Saya telah merahasiakan fakta itu tadi pagi karena takut. Saya benar-benar
keliru Tuan, dan saya pikir lebih baik saya datang saja ke sini dan mengaku
dengan terus terang. Tapi saya harap, Tuan jangan mencurigai Tonio, walau
bagaimanapun. Si Tua Tonio bahkan tak sanggup uniuk menyakiti seekor lalat pun.
Dan saya berani bersumpah dia tak pernah meninggalkan kamarnya tadi malam. Dari itu, Tuan, ia
tak mungkin melakukan pembunuhan terkutuk itu. Tonio memang orang asing, tapi
dia makhluk yang lembut sekali. Bukan seperti orang-orang Italia pembunuh yang
suka terdapat dalam buku-buku cerita itu."
Ia berhenti berbicara. Poirot menatap wajahnya sejenak. "Cuma itu sajakah yang ingin Tuan katakan?"
"Cuma itu, Tuan."
Ia diam, kemudian sewaktu dilihatnya Poirot tak bereaksi sedikit pun, ia
membungkukkan badan meminta diri dan setelah ragu-ragu sebentar, ia melangkah
meninggalkan tempat itu dengan sikap yang tenang dan merendah seperti waktu
datang tadi. "Ini," ujar Dr. Constantine, "lebih tak masuk akal daripada roman policier yang
pernah saya baca. "Saya setuju," ujar Tuan Buoc membenarkan.
"Dari kedua belas penumpang di gerbong itu, sembilan di antaranya telah terbukti
mempunyai hubungan dengan perkara
Armstrong. Sekarang saya ingin tanya, bagaimana kelanjutannya"
Atau seharusnya saya tanyakan, siapa berikutnya?"
"Saya selalu bisa menjawab pertanyaanmu," sahut Poirot.
"Sekarang tiba giliran detektif Amerika kita, Tuan Hardman."
"Apakah dia juga datang untuk mengaku?"
Sebelum Poirot sempat menjawab orang Amerika itu sudah berdiri di dekat meja.
Dengan wajah penuh kewaspadaan diliriknya mereka satu per satu dan sambil duduk
ia berkata lambat-lambat, "Apa sebenarnya yang terjadi di kereta ini" Tempat ini
bagi saya mirip sarang kutu busuk saja."


Pembunuhan Di Orient Ekspress Murder On The Orient Express Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Poirot mengerdipkan mata ke arahnya.
"Apa Tuan yakin betul, Tuan Hardman, bahwa Tuan bukan tukang kebun di rumah
keluarga Armstrong itu?"
"Mereka tak punya kebun," jawab Tuan Hardman sungguh-sungguh.
"Atau jongosnya barangkali?"
"Tak pernah saya memimpikan tugas seperti itu. Tidak, saya tak pernah punya
hubungan apa pun dengan rumah tangga Armstrong tapi saya baru mulai percaya bahwa sayalah satu-satunya orang di kereta ini yang
demikian. Dapatkah Tuan menyangkalnya" Itulah yang saya ingin katakan, dapatkah
Tuan menyangkalnya?"
"Itu agak mengherankan sedikit," ujar Poirot lembut.
"C'est rigolo, " sela Tuan Buoc.
"Apakah Tuan punya pendapat sendiri mengenai perkara kriminil itu, Tuan
Hardman?" tanya Poirot.
"Tidak, Tuan. Malah membingungkan saya. Saya tak tahu bagaimana harus
memahaminya. Tak mungkin semua terlibat di dalamnya - tapi yang terang, yang
bersalah itu jelas bukan di pihak saya. Bagaimana Tuan bisa memahami mereka itu
semua" Itulah yang saya ingin tahu."
"Saya cuma menduga-duga saja."
"Kalau begitu, percayalah pada, saya. Tuan adalah penebak jitu yang licin. Ya,
akan saya beritahukan ke seluruh dunia bahwa Tuan adalah penebak jitu yang
licin." Tuan Hardman bersandar ke belakang dan memandangi Poirot
dengan rasa kagum. "Maafkan saya," ujarnya kemudian, "tapi tak seorang pun yang akan mempercayai
hal itu. Saya angkat topi buat Tuan. Sungguh."
"Tuan terlalu baik, Tuan Hardman."
"Tidak sama sekali. Saya harus menyerahkan masalah ini seluruhnya pada Tuan."
"Sama saja," sahut Poirot mengelak. "Masalahnya belum terpecahkan. Dapatkah kita
bertanggung jawab kalau kita katakan kita tahu siapa yang membunuh Tuan
Ratchett?" "Kecualikan saya," ujar Tuan Hardman memohon. "Saya belum berkata apa-apa. Saya
cuma diliputi rasa kagum yang sesungguhnya.
Bagaimana dengan dua orang lagi yang belum terkena dugaan Tuan yang terkenal
sangat menakjubkan itu" Wanita tua Amerika dan pembantu wanitanya yang kelahiran
Jerman itu" Saya kira kita bisa mengatakan bahwa dalam kereta ini hanya mereka
berdualah yang tidak terlibat."
"Kecuali," ujar Poirot sambil tersenyum, "kita bisa menempatkan mereka dalam
koleksi kecil kita sebagai apa yang disebut - kepala rumah tangga dan juru masak
dalam keluarga Armstrong?"
"Baiklah, tampaknya tak ada lagi di dunia ini yang dapat membuatku heran
sekarang," ujar Tuan Hardman dengan pasrah.
"Sarang kutu busuk itulah nama urusan ini - sarang kutu busuk! "
"Ah! mon cher, itu hanya akan meregangkan kebetulan seperti itu menjadi terlalu
jauh," ujar Tuan Buoc, "tak mungkin semuanya bisa masuk ke dalamnya."
Poirot memandang ke arahnya. "Kau tidak mengerti," ujarnya.
"Kau sama sekali tidak mengerti. Coba katakan padaku, kau tahu siapa pembunuh
Ratchett?" "Kau sendiri bagaimana?"
Poirot mengangguk, "Oh ya," sahutnya. "Aku sudah mengetahuinya sejak
beberapa.waktu. Itu sudah demikian jelasnya hingga aku sendiri heran mengapa kau
belum juga melihatnya." Lalu ia berpaling lagi ke Hardman dan bertanya, "Dan
Tuan?" Detektif itu menggeleng. la cuma menatap Poirot dengan sorot mata curiga. "Saya
tak tahu," ujarnya. "Saya sama sekali tak tahu.
Siapa di antara mereka yang membunuh?"
Poirot terdiam sesaat, kemudian ia berkata,
"Kalau saja Tuan bersedia, Tuan Hardman, tolong kumpulkan setiap orang di sini.
Ada dua pemecahan bagi perkara ini. Saya ingin mengungkapkan kedua-duanya di
hadapan kalian semua."
9. POIROT MENGAJUKAN DUA BUAH PEMECAHAN
Semua penumpang kereta datang berdesakan ke dalam gerbong
restorasi itu dan duduk mengelilingi meja-mejanya. Sedikit banyaknya mereka
memendam perasaan yang kira-kira sama pada saat itu, yakni perasaan harap-harap
cemas bercampur prihatin.
Wanita Swedia itu masih saja menangis dan Nyonya Hubbard tampak sedang berusaha
menghiburnya. "Sekarang - justru Nona harus menahan diri, Sayang. Segala sesuatunya akan
berjalan dengan baik. Nona sekali-kali tak boleh kehilangan pegangan, harus
percaya pada diri sendiri. Jika salah seorang dari antara kita ternyata pembunuh
yang keji, kami tahu betul itu pasti bukan Nona. Terlalu, setiap orang akan
menjadi gila kalau memikir
kan hal semacam itu. Duduklah diam-diam di sini, saya akan menemani Nona - dan
jangan khawatir lagi." Suaranya terhenti begitu dilihatnya Poirot berdiri.
Kondektur kereta masih tetap berdiri di muka pintu. "Tuan mengijinkan saya untuk
menjaga di sini?" "Tentu saja, Michel."
Poirot membasahi kerongkongannya.
"Messieurs et Mesdames, saya akan berbicara dalam bahasa Inggris sebab saya
pikir kalian semua mengetahuinya walaupun sedikit. Kita berkumpul di sini untuk
menyelidiki kematian Samuel Edward Ratchett alias Cassetti. Ada dua pemecahan
yang mungkin bagi perkara kriminil ini. Akan saya beberkan di hadapan kalian,
saya juga akan menanyai Tuan Buoc dan Dr. Constantine untuk
menetapkan mana di antara pemecahan itu yang benar. "Sekarang kalian sudah tahu
fakta-fakta dari kasus ini. Tuan Ratchett diketemukan ditikam mati pagi ini. Ia
terakhir diketahui masih hidup pada pukul 13.37 tadi malam sewaktu ia berbicara
dengan kondektur melalui celah pintu kamamya. Sebuah arloji dalam kantong
piyamanya diketemukan sudah peyot, dan jarumnya terhenti pada pukul satu kurang
seperempat. Dr. Constantine yang langsung memeriksa tubuh si korban begitu
diketemukan, menyatakan waktu kematiannya antara tengah malam dan pukul dua
pagi. Setengah jam setelah tengah malam, kereta tertahan salju. Dan setelah jam
itu tidak mungkin bagi seseorang untuk meninggalkan kereta.
"Kesaksian Tuan Hardman, anggota dari sebuah kantor detektif di New York -"
(Beberapa kepala berpaling ke arah Tuan Hardman) "menunjukkan bahwa tak ada seorang pun yang dapat melewati kamarnya (no. 16,
paling ujung) tanpa dilihat olehnya. Oleh karena itu kami terpaksa menarik
kesimpulan bahwa si pembunuh akan terdapat di antara penghuni-penghuni gerbong
istimewa itu, gerbong Istambul-Calais."
"Saya akan mengatakan bahwa teori itu adalah teori kami."
"Bagaimana?" teriak Tuan Buoc tiba-tiba, nampaknya ia sangat terkejut dan tidak
percaya pada apa yang baru didengarnya.
"Tapi saya ingin membeberkan di hadapan Anda sekalian, teori alternatif. Teori
itu sangat sederhana. Tuan Ratchett punya seorang musuh yang sangat ia takuti.
Ia lalu melukiskan kepada Tuan Hardman ciri-ciri dari musuhnya ini dan
memberitahukannya bahwa orang itu sedang mencoba untuk membunuhnya, dan kalau
itu terlaksana, kemungkinan besar tindakan itu akan dilaksanakan pada hari kedua
setelah kereta meninggalkan Istambul.
"Sekarang saya beberkan kepada Anda sekalian, bahwa Tuan Ratchett ternyata lebih
tahu banyak daripada apa yang dikatakannya kepada Tuan Hardman. Musuhnya,
seperti yang telah diduganya semula, rupanya menaiki kereta dari Beograd atau di
suatu tempat di Vincovci melalui pintu yang saat itu dibiarkan terbuka oleh
Kolonel Arbuthnot dan Hector MacQueen, yang baru saja turun ke peron. Ia
mengenakan seragam kondektur yang dikenakannya di luar baju aslinya, dan sebuah
kunci pas yang memungkinkannya masuk ke kamar Ratchett meski pintunya terkunci
dari dalam. Saat itu kemudian menikamnya tanpa ampun, lalu keluar dari kamar itu
melalui pintu penghubung yang menembus ke kamar Nyonya
Hubbard-" "Betul begitu," sambut Nyonya Hubbard, sambil mengangguk.
"Ia menjejalkan pisau yang baru saja dipakainya untuk membunuh Ratchett itu ke
dalam tas bunga karang Nyonya Hubbard sambil lewat. Tanpa disadarinya, sebuah
kancing baju seragamnya ikut terlepas. Lalu ia, menyelinap dari kamar itu dan
tibalah ia kini di koridor. Cepat-cepat dijejalkannya seragam kondektur itu ke
dalam sebuah koper yang ada dalam sebuah kamar kosong, dan beberapa menit
sesudahnya, ia meninggalkan kereta, pada saat hendak berangkat, melalui jalan
yang sama, yakni pintu yang di dekat gerbong restorasi."
Para penumpang menahan napas.
"Bagaimana dengan arloji itu?" tanya Tuan Hardman meminta penjelasan.
"Justru di situlah Tuan akan memperoleh keterangan mengenai segala sesuatunya.
Tuan Ratchett rupanya terlambat untuk memutar jarum arlojinya sejam lebih
lambat, yang seharusnya sudah ia lakukan di Tzaribod. Jadi arlojinya masih
menunjukkan waktu Eropa Timur, yang satu jam lebih cepat dari waktu Eropa
Tengah. Waktu itu pukul dua belas lewat seperempat - waktu Tuan Ratchett ditikam
mati - jadi bukan pukul satu lewat seperempat."
"Tapi keterangan itu tak masuk akal! " teriak Tuan Buoc.
"Bagaimana dengan suara yang terdengar dari kamar Tuan Ratchett pada pukul satu
kurang dua puluh tiga menit" Pasti itu suara Ratchett sendiri atau kemungkinan
besar suara pembunuhnya."
"Tidak penting. Boleh jadi begitu - yaa - ada orang ketiga; Orang yang telah
datang ke kamar itu untuk berbicara dengan Tuan Ratchett dan mendapatinya sudah
mati tertikam. Ia lalu memijit bel untuk memanggil kondektur; lalu seperti yang
dapat kita rasakan semua - ia mungkin saja tergugah, karena takut dituduh telah
melakukan kejahatan itu dan ia berpura-pura berbicara menirukan Ratchett."
"C'est possible, " ujar Tuan Buoc dengan geram.
Poirot berpaling ke arah Nyonya Hubbard, "Ya, Madame, ada yang ingin Nyonya
katakan?" "Itulah, saya belum tahu apa yang ingin saya katakan. Apa Tuan-pikir saya juga
terlupa untuk memutar mundur arloji saya?"
"Bukan, Madame. Saya rasa Nyonya mendengar langkah kaki si pembunuh sewaktu
lewat - tapi tak menyadarinya. Kemudian setelah itu Nyonya bermimpi buruk
tentang seorang pria di kamar Nyonya dan Nyonya lalu terbangun dengan tiba-tiba
dan cepat-cepat memijit bel memanggil kondektur."
"Baiklah, saya kira itu mungkin," sahut Nyonya Hubbard membenarkan.
Puteri Dragomiroff nampak tengah asyik memandangi Poirot
dengan tatapan mata langsung. "Bagaimana keterangannya mengenai pembantu saya,
Monsieur" " "Mudah sekali, Madame. Pembantu Nyonya mengenali sapu tangan itu sebagai milik
Nyonya, ketika saya tunjukkan benda itu kepadanya. Ia nampaknya agak canggung
sedikit sewaktu ingin melindungi Nyonya. Ia memang berpapasan dengan laki-laki
itu, tapi itu terjadi lebih dulu - sewaktu kereta sedang berhenti di stasiun
Vincova. Ia pura-pura telah melihat lelaki itu pada beberapa jam sesudahnya,
jadi gagasannya untuk menyediakan alibi yang tak dapat disangkal bagi Nyonya,
boleh dibilang agak membingungkan."
Puteri Rusia itu menundukkan kepalanya. "Tuan sudah memikirkan segala-galanya.
Saya - saya kagum pada Tuan."
Hening sesaat. Lalu setiap orang nampaknya baru tersadar kembali begitu secara tiba-tiba Dr.
Constantine memukul meja dengan tinjunya.
"Tapi bukan," katanya. "Bukan, bukan, dan sekali lagi bukan! Itu adalah
keterangan yang tak dapat menahan air. Alasannya terlalu lemah, banyak sekali
kekurangan-kekurangan kecilnya di sana-sini.
Pembunuhan itu tidak dilaksanakan se
perti itu - Tuan Poirot mestinya tahu betul tentang itu."
Poirot memandangnya heran. "Saya tahu," ujarnya, "bahwa saya seharusnya sudah
menguraikan pemecahan yang kedua. Tapi saya minta jangan mengabaikan yang satu
ini terlalu cepat, saya yakin Tuan pasti akan menyetujui cara yang saya pakai
ini nantinya." Ia kembali membalikkan badannya untuk menghadapi yang lain.
"Memang masih ada satu pemecahan lagi bagi perkara ini. Inilah kesimpulan saya.
"Begitu saya selesai mendengar semua kesaksian, saya duduk bersandar dan menutup
mata, lalu mulai berpikir. Ada beberapa faktor yang perlu saya perhatikan secara
khusus. Saya sudah memaparkannya satu demi satu di hadapan kedua kawan saya.
Beberapa di antaranya sudah saya hapuskan - noda minyak pada paspor Hongaria
itu, dan sebagainya. Saya akan langsung saja menyinggung faktor-faktor yang
selama ini belum saya sebutkan.
Yang pertama-tama dan yang paling penting dari semuanya itu
adalah sebuah pernyataan penting yang dikemukakan oleh Tuan Buoc kepada saya di
gerbong restorasi pada hari pertama bersantap siang sesudah kita meninggalkan
Istambul. Saya terkesan oleh pernyataannya yang mengatakan bahwa saat itu yang
berkumpul di situ adalah orang-orang yang berasal dari berbagai tingkatan dan
berbagai bangsa. "Saya setuju dengan pendapatnya, tapi ketika hal yang aneh ini muncul dalam
pikiran saya, saya mulai mencoba untuk
membayangkan apakah kumpulan orang semacam itu dapat
diterapkan pada kondisi yang berlainan. Dan jawaban yang saya buat untuk diri
sendiri adalah - cuma di Amerika. Di Amerika, mungkin saja ada sebuah rumah
tangga yang terdiri dari berbagai macam bangsa seorang sopir Italia, juru rawat
Swedia, pembantu wanita Jerman, dan lain sebagainya. Ilham ini membawa saya
kepada pandangan menduga-duga , yaitu menempatkan setiap orang pada peranannya
sendiri dalam drama Armstrong - mirip dengan kerja seorang produser yang
menentukan peran bagi setiap pemainnya dalam dramanya. Nah, cara berpikir
seperti itu akhirnya memberikan saya hal yang paling menarik dan paling
memuaskan. "Saya juga sudah memeriksa kesaksian tersendiri dari masing-masing penumpang
menurut jalan pikiran saya. Hasilnya aneh-aneh.
Ambillah sebagai contoh pertama, kesaksian dari Tuan MacQueen.
Wawancara saya yang pertama kali dengannya seluruhnya
memuaskan. Tapi pada wawancara yang kedua ia memberi
pernyataan yang agak mencurigakan. Saya telah menjelaskan
kepadanya tentang penemuan sebuah catatan yang menyinggung-nyinggung peristiwa
Armstrong. Ia mengatakan, 'Tapi tentunya -' dan kemudian berhenti lalu
meneruskan lagi, 'Maksud saya - hal itu menunjukkan kecerobohan orang tua itu.'
"Sekarang saya baru menyadari bahwa perkataan itu bukanlah seperti yang ingin
dikatakannya. Dugaan saya apa yang sebenarnya ingin dikatakannya ialah, Tapi
tentunya catatan itu sudah dibakar!'
Dalam hal mana, MacQueen mengetahui tentang catatan itu dan juga tentang
pemusnahannya - dengan lain perkataan, kalau bukan dia
pembunuhnya, pasti dia bertindak selaku pembantu si pembunuh.
Bagus sekali. "Lalu pelayan si korban. Ia mengatakan bahwa majikannya sudah terbiasa untuk
menelan obat tidur jika bepergian dengan kereta api.
Hal itu mungkin ada benarnya, tapi apakah Ratchett benar-benar telah menelannya
tadi malam" Senjata otomatis di bawah bantalnya membuktikan bahwa pernyataan itu
tidak benar. Ratchett malah bertekad untuk berjaga-jaga tadi malam. Narkotik apa
pun yang diberikan kepadanya, obat itu mestilah diberikan tanpa
sepengetahuannya. Oleh siapa" Jelas oleh MacQueen atau pelayan Ratchett,
Masterman. "Sekarang kita sampai pada kesaksian Tuan Hardman. Saya percaya pada semua
ceritanya tentang identitasnya, tapi waktu ia sudah sampai pada cara-caranya ia
dipekerjakan untuk mengawal Tuan Ratchett, cerita itu jadi tidak masuk akal.
Satu-satunya cara yang paling effektif untuk melindungi keselamatan Ratchett
adalah dengan. melewati malam itu bersama-sama dengan dia di kamarnya atau di
suatu tempat di mana ia bisa mengawasi pintunya. Satu hal dari kesaksiannya yang
dengan jelas menyatakan hal itu adalah bahwa tak seorang penumpang pun di kereta
ini yang dapat membunuh Ratchett. Itu menggambarkan suatu batas yang tegas yang hanya ditujukan
pada gerbong tertentu, yaitu gerbong
Istambul-Calais. Bagi saya, hal itu agak mencurigakan dan tak dapat dimengerti,
karena itu saya mengesampingkannya dulu untuk
sementara dan berniat untuk memikirkannya sekali lagi nanti.
"Mungkin sekarang Anda sekalian sudah tahu tentang perkataan yang kebetulan saya
dengar antara Nona Debenham dan Kolonel Arbuthnot. Yang sangat menarik perhatian
saya adalah fakta bahwa Kolonel Arbuthnot memanggilnya Mary dan nampaknya
kolonel itu sudah berteman baik dengan dia sebelumnya. Tapi Kolonel Arbuthnot
harus memberi kesan seolah-olah mereka baru saja bertemu dan berkenalan beberapa
hari sebelumnya. Dan saya cukup memahami orang Inggris yang macamnya seperti si
kolonel itu - bahkan seandainya ia sudah jatuh cinta pada seorang wanita pada
pandangan pertama pun, ia. tentu akan melangkah perlahan-lahan
dan menuruti etiket yang berlaku, tanpa harus terburu-buru. Karena itulah dari
situ saya menarik kesimpulan bahwa Kolonel Arbuthnot dan Mary Debenham
sebenarnya sudah kenal baik satu sama lain dan demi berbagai alasan hanya pura

Pembunuhan Di Orient Ekspress Murder On The Orient Express Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pura bersikap sebagai orang asing satu sama lain. Soal kecil lainnya adalah
terbiasanya Nona Debenham memakai istilah 'long distance call' untuk pengertian
telepon, yang di Inggris biasa disebut 'trunk call'. Pengertian telepon dalam
hal ini sudah tentu adalah sambungan telepon jarak jauh atau interlokal.
Meski begitu Nona Debenham mengatakan pada saya bahwa ia
belum pernah ke Amerika. "Sampailah kita pada saksi lain. Nyonya Hubbard mengatakan pada kami bahwa
karena ia berbaring di tempat tidur ia tak dapat melihat apakah pintu
penghubung. itu terpalang atau tidak, dan karena itu ia meminta kesediaan Nona
Ohlsson untuk tolong melihatkan. dan memberitahukannya. Sekarang - walaupun
keterangannya memang benar jika ia menempati kamar-kamar no, 2, 4, 12 atau kamar
bernomor genap lainnya, maka palangnya tepat berada di bawah pegangan pintu itu
- tapi dalam kamar-kamar yang bernomor ganjil seperti kamar no. 3, palang itu
justru terletak di atas pegangan pintu dan karenanya palang itu tak mungkin
dapat tertutup oleh tas bunga karangnya. Jadi kesimpulan saya ialah Nyonya
Hubbard rupanya sengaja menciptakan kejadian yang sebenarnya tak pernah terjadi.
"Dan di sini saya ingin menerangkan sepatah dua patah kata mengenai waktu. Bagi
saya hal yang benar-benar menarik perhatian tentang arloji peyot itu adalah
tempatnya di mana benda itu diketemukan - yakni dalam kantong piyama Ratchett,
satu-satunya tempat yang tak enak dan tak cocok untuk meletakkan sebuah arloji,
terlebih lagi kalau ada sangkutan arloji yang sudah tersedia dekat kepala tempat
tidur. Karena itu saya yakin sekali bahwa arloji itu telah dengan sengaja
ditempatkan dalam kantong piyama Ratchett untuk menipu. Jadi pembunuhan itu- tidak dilakukan pada pukul satu lewat
seperempat. "Apakah pembunuhan itu dikerjakan sebelumnya" Tepatnya, pada pukul satu kurang
dua puluh tiga menit" Kawan saya, Tuan Buoc
telah menambahkan sebuah argumen untuk membenarkannya.
Argumen itu adalah jeritan keras di malam itu yang membangunkan saya dari tidur.
Tapi umpamanya Ratchett benar dibius, ia pasti tak dapat berteriak. Dan
umpamanya ia masih bisa berteriak, mestinya ia juga bisa mengadakan perlawanan
untuk membela diri, tapi tak ada tanda-tanda mengenai perlawanan semacam itu.
"Saya masih ingat bahwa MacQueen pernah membangkitkan perhatian saya secara,
tidak sengaja! Bukan cuma sekali, tapi sudah dua kali (dan yang kedua kalinya
dengan cara yang sangat menyolok), yakni kenyataan bahwa Ratchett tak dapat berbahasa Perancis. Jadi
saya berkesimpulan bahwa seluruh aktivitas yang terjadi pada pukul satu kurang
dua puluh tiga menit itu sebenarnya tak lebih daripada sebuah sandiwara yang
semata-mata dimainkan untuk menipu saya! Siapa pun bisa melihat hail itu, yakni
dari bukti arloji yang peyot itu - hal mana juga merupakan muslihat yang lazim
dalam cerita-cerita detektif. Mereka mengira bahwa saya tentunya melihat
berdasarkan kejadian itu, dan dengan memperkirakan kecerdasan saya, mungkin saya
mengira bahwa karena Ratchett tidak bisa berbahasa Perancis, suara yang saya
dengar pada pukul satu kurang dua puluh tiga menit itu bukanlah suaranya dan
karenanya saat itu Ratchett dikira orang sudah mati. Tapi saya yakin pada saat
itu Ratchett masih tertidur dengan nyenyaknya di bawah pengaruh obat bius.
"Dan rupanya muslihat itu berhasil! Pintu kamar sengaja saya buka perlahan-lahan
lalu saya melongok ke luar. Saya sebenarnya sudah mendengar kalimat dalam bahasa
Perancis itu. Umpamanya, saya saat itu demikian bebalnya, sehingga tak menyadari
pentingnya kalimat itu pun, minat saya pasti tergugah sebab cara
mengucapkannya agak menarik perhatian. Kalau perlu MacQueen dapat berterus
terang dalam pemeriksaan itu. Ia bisa saja berkata,
'Maaf, Tuan Poiroi, suara itu tak mungkin suara Tuan Ratchett. Ia tak bisa
berbahasa Perancis.' Kalau mau jujur, dalam pemeriksaan MacQueen bisa saja
berkata demikian waktu itu.
"Sekarang - pukul berapa sesungguhnya pembunuhan itu terjadi"
Dan siapa yang Membunuh Ratchett"
"Menurut pendapat saya - dan ini cuma pendapat saja - Ratchett dibunuh sekitar
menjelang pukul dua pagi, batas waktu terakhir yang mungkin, yang diberikan oleh
Dr. Constantine. "Dan tentang siapa yang membunuhnya, ia menghentikan
uraiannya sejenak, kemudian ditatapnya pendengarnya satu per satu.
Nampaknya Poirot tak usah mengeluh karena uraiannya kurang mendapat perhatian.
Setiap mata tertuju kepadanya. Dalam
keheningan saat itu orang pasti bisa mendengar suara jarum yang jatuh.
Lalu ia meneruskan bicaranya lambat-lambat,
"Saya sangat terkesan oleh pembuktian yang luar biasa sulitnya dari sebuah
perkara yang cuma melibatkan seorang pembunuh saja di kereta ini, dan juga dari
faktor-faktor kebetulan yang agak aneh, karena dalam setiap kesaksian selalu
saja ada alibi yang datang dari seseorang yang saya sebut, 'tak ada sangkut
pautnya'. Jadi Tuan MacQueen dan Kolonel Arbuthnot saling menyiapkan alibi satu
sama lain - dua orang yang kelihatannya tak mungkin mempunyai
hubungan erat sebelumnya. Hal yang sama terjadi pada si pelayan Tuan Ratchett
dan orang Italia itu, juga dengan wanita Swedia dan wanita Inggris itu. Saya
jadi berkata pada diri sendiri: Ini benar-benar luar biasa - tak mungkin
semuanya terlibat di dalamnya!
"Dan kemudian, Messieurs, saya melihat titik terang. Mereka memang semuanya
terlibat. Sebab sekian banyak orang yang
memppnyai hubungan dengan rumah tangga Armstrong dan yang
bepergian dalam satu kereta secara bersamaan, bukan saja satu kebetulan, tapi:
tak mungkin. Jadi tentunya hal itu sudah
direncanakan sebelumnya! Saya langsung teringat pada perkataan Kolonel Arbuthnot
mengenai pengadilan oleh juri. Sebuah dewan juri terdiri dari dua belas orang,
tak boleh lebih atau kurang dari jumlah itu. Di sini ada dua belas penumpang Ratchett juga ditikam sebanyak dua belas kali. Dan kecuali itu juga ada satu hal
lain lagi yang selama ini mengherankan saya - yaitu padatnya penumpang yang luar
biasa di dalam gerbong Istambul - Calais, justru dalam
bulan-bulan yang tidak biasa kebanjiran turis seperti ini. Jadi penjelasan bagi
hal ini sudah didapat. "Ratchett telah melarikan diri dari tuntutan hukum di Amerika, tak ada
pertanyaan terhadap kesalahannya. Saya lalu membayangkan sebuah dewan juri
terdiri atas dua belas orang yang mengangkat dirinya sendiri, yang menjatuhkan
hukuman mati baginya dan yang karena perlunya hukuman itu dilaksanakan dengan
segera, lalu telah memaksakan diri mereka sendiri yang menjadi pelaksana
hukumannya. Dan segera setelah itu atas dasar perkiraan itulhh, seluruh masalah
yang pelik itu berubah menjadi urutan yang indah cemerlang.
"Saya melihatnya sebagai batu mosaik yang tak ada cacat celanya, di mana di
dalamnya setiap orang memainkan peranannya dengan sempurna. Begitu teraturnya
permainan itu, hingga jika kecurigaan sampai menimpa salah seorang dari mereka,
kesaksian dari seorang atau beberapa orang lainnya akan bisa membersihkan orang
yang tertuduh itu dan bisa mengacaukan kenyataan. Kesaksian Hardman memang perlu
dalam hal sekiranya ada orang luar yang harus dicurigai dalam pembunuhan itu dan
tak dapat membuktikan sebuah alibi. Para penumpang di gerbong Istambul - Calais
sama sekali tidak dalam bahaya. Setiap menit, bagian dari kesaksian mereka telah
dipersiapkan lebih dulu. Keseluruhannya adalah laksana teka-teki potongan gambar
yang telah disusun dengan cerdiknya. Demikian teratur dan sistematisnya sehingga
setiap berkas pengetahuan baru yang diperoleh dari masalah itu, malah hanya akan
membuat pemecahannya secara keseluruhan menjadi semakin sulit dan
membingungkan. Seperti yang telah dikatakan oleh kawan saya, Tuan Buoc, secara
fantastis nampaknya perkara itu tak mungkin!
Itulah sebenarnya kesan yang ingin saya paparkan kepada Anda sekalian.
"Apakah pemecahan itu bisa menjelaskan segala-galanya" Ya, bisa. Dari keadaan
luka-luka itu - setiap goresan luka dibuat oleh orang yang berlainan. Suratsurat ancaman palsu itu - atau istilah lainnya tidak asli, memang sengaja,
dibuat dan ditulis hanya untuk dimaksudkan sebagai bukti (Tentu saja memang ada
surat-surat ancaman yang asli, yang memperingatkan Ratchett tentang bahaya yang mengancam
Pwanya, dan- yang sudah dimusnahkan oleh
MacQueen. Dan surat ancaman yang dibuat itu justru dimaksudkan juga untuk
menggantikan surat ancaman asli ini). Lalu cerita Hardman tentang pemanggilannya
sebagai detektif yang ditugaskan untuk mengawal Ratchett itu - tentu saja
bohong, dari mula sampai akhir. Gambaran mengenai tokoh pria hitam berbadan
kecil yang mempunyai suara seperti wanita - adalah gambaran yang serasi sebab
tokoh itu tak melibatkan kondektur asli yang mana pun dan akan cocok sekali
dengan seorang pria atau wanita yang ciri-cirinya memenuhi syarat itu, yang
sayangnya justru tidak ada.
"Gagasan penikaman itu sepintas lalu kedengarannya aneh, tapi memang tak ada
lagi gagasan lain yang bisa mewakilinya, mengingat penikaman adalah cara paling
cocok dengan keadaan sekitar. Pisau adalah senjata yang dapat dipergunakan oleh
siapa saja - baik ia itu kuat atau lemah - lagipula benda itu tak menimbulkan
suara. Saya membayangkan, meski saya juga bisa keliru, bahwa malam itu setiap
orang secara bergiliran memasuki kamar Ratchett melalui k.amar Nyonya Hubbard dan menikamnya! Mereka sendiri tak pernah tahu tikaman mana yang benar-benar
menewaskannya. "Surat terakhir yang barangkali diketemukan Ratchett di atas bantalnya, juga
dibakar dengan hati-hati. Tanpa petunjuk dari peristiwa Armstrong itu, sudah
pasti tak akan ada alasan untuk mencurigai seorang pun dari penumpang kereta
ini. Pembunuhan itu akan dikira sebagai perbuatan orang luar, dan 'pria hitam
berbaclan kecil dengan suara seperti wanita' itu-pasti benar-benar sudah pemah
dilihat oleh satu atau dua penumpang yang turun di Brod!
"Saya tidak tahu persis apa yang terjadi waktu komplotan pembunuh itu mengetahui
bahwa bagian dari rencananya tak
mungkin dilaksanakan karena kereta tertahan salju. Karena itu, saya
membayangkan, pasti ada konsultasi kilat di antara mereka dan akhimya mereka
menetapkan untuk menjalankannya. Memang benar bahwa sekarang satu dan semua
penumpang tak lepas dari kecurigaan, tapi kemungkinan semacam itu telah lebih dulu
diramalkan dan sudah ada jalan keluarnya kalau memang terjadi
seperti itu. Satu-satunya pekerjaan tambahan yang mesti l dilakukan adalah
mengacaukan masalah itu supaya kelihatan lebih ruwet lagi.
Yang dinamakan sebagai 'dua buah petunjuk' sengaja dijatuhkan di dalam kamar si
korban - yang satu melibatkan Kolonel Arbuthnot (yang memiliki alibi terkuat dan
yang hubungannya dengan keluarga Armstrong barangkali yang paling sukar untuk
dibuktikan); dan petunjuk satunya lagi adalah, sapu tangan, yang melibatkan
Puteri Dragomiroff, tapi yang justru karena tingginya kedudukan sosialnya,
kelemahan fisiknya yang luar biasa dan karena alibi yang diberikan oleh pembantu
wanitanya serta kondektur kereta, praktis
menempatkan dirinya sebagai orang yang tak mungkin melakukan pembunuhan itu.
"Untuk lebih mengacaukan kesan itu, mereka berusaha
menghapus jejak kejahatannya lebih jauh lagi yakni dengan cara memunculkan tokoh
wanita berkimono merah tua. Lagi-lagi saya mesti mengakui adanya kehadiran
wanita semacam itu. Lalu ada bunyi keras sekali yang menimpa pintu kamar saya saya terbangun dan mengintip ke luar dan langsung melihat kimono merah tua itu
menghilang di kejauhan. Pilihan yang sangat bijaksana - kondektur kereta, Nona
Debenham dan MacQueen, juga pasti sudah
melihatnya. Saya kira, orang yang secara cerdik meletakkan kimono merah tua itu
di atas koper saya, sewaktu saya beristirahat sebentar sehabis menanyai para
penumpang, di gerbong restorasi itu, adalah orang yang suka humor. Dari mana
datangnya pakaian itu sebelumnya, saya sendiri tak tahu. Saya menduga itu adalah milik Countess
Andrenyi, sebab kopernya cuma berisi sehelai baju tidur dari sutera yang dibuat
sedemikian rupa sehingga kelihatannya lebih cocok untuk dijadikan sebagai gaun
untuk minum teh daripada hanya sebagai baju tidur saja!
"Sewaktu MacQueen untuk pertama kali mengetahui bahwa surat yang sudah dibakar
dengan hati-hati itu, ada potongannya yang lolos, dan bahwa kata 'Armstrong'
adalah kata yang masih belum terbakar, ia tentunya sudah menyebarluaskan berita
itu kepada kawan-kawannya yang lain. Pada menit itulah kedudukan Countess
Andrenyi menjadi gawat, dan suaminya cepat-cepat mengambil
tindakan dengan merobah nama isterinya yang ada di paspor. Itulah nasib buruk
kedua yang dialami oleh komplotan itu!
"Tampaknya mereka semuanya sudah bersepakat untuk
menyangkal secara lisan akan keterlibatan mereka dengan keluarga Armstrong.
Mereka juga tahu betul bahwa saya tak punya sarana yang sudah siap dipakai saat
itu, untuk menyelidiki kebenaran hal tadi, dan mereka tidak percaya bahwa saya
bisa sampai kepada masalah itu, kecuali kecurigaan saya sudah terpateri pada
seseorang. "Sekarang masih ada satu faktor lagi yang harus dipertimbangkan.
Dengan diterimanya teori saya yang mengenai kejahatan ini sebagai teori yang
benar, dan saya sendiri yakin bahwa teori itu adalah teori yang benar, maka
jelaslah bahwa kondektur kereta sendiri juga ikut terlibat dengan komplotan itu.
Tapi jika demikian, itu akan memberikan kita tiga belas orang, bukan dua belas
orang pembunuh. Berlawanan dengan rumus yang lazim, 'Dari sekian banyak orang, cuma seorang saja
yang salah,' saya kini dihadapkan pada teori bahwa, 'Dari tiga belas orang, cuma
satu dan hanya satu orang saja yang tidak terlibat. Siapakah orangnya"
"Saya tiba pada kesimpulan yang aneh. Saya tiba pada kesimpulan bahwa orang yang
tidak ikut mengambil bagian dalam pembunuhan itu justru adalah orang yang
mestinya paling pantas untuk
melakukannya. Saya maksudkan Countess Andrenyi. Saya sangat terkesan oleh
kesungguhan suaminya sewaktu ia bersumpah di hadapan saya dengan khidmat demi
nama baiknya, yakni bahwa isterinya tak pernah meninggalkan kamarnya malam itu.
Jadi saya menetapkan bahwa Count Andrenyi, katakanlah, mengambil alih peran
isterinya. "Jika begitu, Pierre Michel pastilah termasuk salah satu dari kedua belas orang
yang tersangka itu. Tapi bagaimana orang bisa
menerangkan keterlibatannya" Ia orang baik-baik yang telah bertahun-tahun
lamanya mengabdikan diri pada perusahaan kereta api ini - dan ia bukanlah macam
orang yang dapat disuap semata-mata untuk membantu terlaksananya suatu
pembunuhan. Jadi kalau begitu Pierre Michel juga terlibat dalam perkara
Armstrong ini. Tapi itu kelihatannya memang tidak mustahil. Lalu saya teringat bahwa pengasuh yang
mati bunuh diri dari jendela itu adalah orang Perancis. Misalkan gadis Perancis
yang malang itu adalah puteri Pierre Michel. Itu akan menjelaskan segalanya itu juga akan menjelaskan tempat yang telah dipilih untuk melaksanakan
pembunuhan itu; Apakah masih ada orang-orang yang peranannya dalam sandiwara itu
belum begitu jelas" Kolonel Arbuthnot saya tempatkan sebagai seorang teman
keluarga Armstrong. Barangkali mereka pernah bertugas bersama-sama waktu perang.
Pembantu wanita Puteri Dragomiroff, Hildegarde Schmidt, juga dapat saya duga
tempatnya dalam rumah tangga Armstrong. Saya mungkin termasuk orang yang rakus,
tapi saya bisa langsung merasakan kehadiran seorang juru masak yang baik secara
naluriah. Saya pasang sebuah perangkap baginya - dan ia terjebak. Saya bilang
saya,tahu ia juru masak yang pandai. Ia menjawab: "Ya, memang semua majikanmajikan saya berkata begitu.' Tapi kalau Anda bekerja sebagai pembantu wanita
saja - barangkali majikan Anda jarang mempunyai kesempatan untuk menyelidiki
apakah Anda juru masak yang baik atau bukan.
"Lalu ada Tuan Hardman. Ia pasti tidak bekerja dalam rumah tangga Armstrong, itu
sudah pasti. Saya cuma bisa membayangkan bahwa ia sudah terlanjur mencintai
gadis Perancis yang mati bunuh diri itu. Saya sengaja menanyakan padanya tentang
daya tarik wanita asing - dan lagi-lagi saya memperoleh reaksi yang saya
harapkan. Tiba-tiba matanya basah tergenang air, dan ia berpura-pura mengatakan bahwa
matanya baru saja terkena potongan salju.
"Sekarang tinggal Nyonya Hubbard: Nah, Nyonya Hubbard, dapat saya katakan, telah
memerankan peranan yang paling penting dalam sandiwara itu. Dengan menempati
kamar yang berhubungan dengan kamar Ratchett, ia akan lebih banyak dicurigai
daripada penumpang lain. Dalam keadaan seperti itu ia tak dapat mempunyai alibi
yang dapat diandalkan. Untuk'memainkan peranannya dengan sewajar mungkin,
sebagai seorang ibu Amerika yang agak menggelikan diperlukan seorang artis. Dan artis itu adalah artis yang justru
mempunyai hubungan dekat dengan keluarga Armstrong: Yaitu ibu dari Nyonya
Armstrong sendiri - yang tak lain dan tak bukan adalah Linda Arden, aktris yang
terkenal itu... Poirot berhenti berbicara.
Tiba-tiba dengan suara lembut menawan, yang berlawanan sekali dengan suara yang
diperdengarkannya selama perjalanan itu, Nyonya Hubbard berkata,
"Saya selalu membayangkan diri saya untuk memegang peran penting dalam komedi."
Lalu ia meneruskan bicaranya, masih termangu-mangu,
"Keterlanjuran tentang tas bunga karang itu memang suatu kebodohan. Hal itu


Pembunuhan Di Orient Ekspress Murder On The Orient Express Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menunjukkan bahwa Tuan selalu merekam
kembali semua peristiwa di otak Tuan dengan sempurna. Kami sudah mencobanya
sekali lagi untuk menemukan jalan keluar - waktu itu saya menempati kamar
bernomor ganjil, kalau begitu. Saya tak pernah mengira bahwa palang-palang itu
dipasang pada tempat-tempat yang berbeda, sesuai dengan nomor kamarnya, ganjil
atau genap." Digesernya badannya sedikit, lalu memandang langsung kepada Poirot.
"Tuan mengetahui segalanya, Tuan Poirot. Tuan adalah laki-laki yang hebat
sekali. Tapi bahkan Tuan sendiri tak dapat
membayangkan bagaimana keadaan sebenarnya pada waktu itu pada sebuah hari yang naas di New York. Saya sudah hampir gila karena digilas
kesedihan; demikian pula para pelayan seisi rumah.
Dan kebetulan Kolonel Arbuthnot sedang bertamu di sana. Ia adalah sahabat karib
John Armstrong." "Ia telah menyelamatkan jiwa saya waktu perang," ujar Kolonel Arbuthnot terus
terang. Kembali Nyonya Hubbard meneruskan pengakuannya,
"Kami lalu memutuskan di sana (mungkin kami sudah gila - saya tak tahu) bahwa
hukuman mati yang lolos dari tangan Cassetti mesti
dilaksanakah. Jumlah kami semua ada dua belas orang, atau boleh dibilang
sebelas; sebab ayah Susanne masih ada di Perancis tentu saja. Pada mulanya kami
berpikir kami harus mengadakan undian untuk menetapkan siapa yang harus
melakukannya, tapi akhirnya kami memutuskan demikian. Sebenarnya si sopir,
Antonio yang mengusulkan. Mary kemudian merundingkan perinciannya dengan Hector
MacQueen. Ia adalah pengagum setia dari puteri saya Sonia dan dia pulalah yang menerangkan bagaimana caranya Cassetti memperoleh uang
untuk melarikan diri dari hukuman yang dijatuhkan kepadanya.
"Diperlukan waktu yang cukup lama untuk menyempurnakan rencana kami itu.
Pertama-tama kami harus mencari jejak Ratchett dulu. Akhimya Hardman berhasil
juga mengetahuinya. Lalu kami harus mencoba dan mempekerjakan Masterman dan
Hector di bawah perintah Ratchett - atau kalau tidak dapat, mesti salah seorang
di antaranya. Syukurlah, kami juga berhasil melakukan itu. Lalu kami
berkonsultasi dengan ayah Susanne. Kolonel Arbuthnot ingin sekali mempertahankan
jumlah kami yang dua belas orang itu.
Kelihatannya ia menganggap dengan jumlah genap seperti itu rencana kami akan
lebih mudah untuk diatur. Sebenarnya ia sendiri tak begitu suka pada gagasan
penikaman itu, tapi ia menyetujui bahwa itu cara yang paling baik untuk
memecahkan kesulitan-kesulitan kami. Begitulah jadinya, tanpa terduga sama
sekali, rupanya ayah Susanne juga, bersedia bergabung dengan kami.
Susanne adalah puteri satu-satunya. Dari Hector kami memperoleh informasi bahwa
cepat atau lambat, Ratchett akan kembali dari Timur dengan kereta api Orient
Express. Dengan Pierre Michel, yang memang sudah lama bekerja sebagai kondektur
kereta itu, kesempatan yang kami peroleh terasa terlalu baik untuk dilewatkan begitu saja.
Lagipula, itu cara yang paling baik untuk tidak melibatkan orang luar.
"Suami anak saya, tentu saja mesti diberitahu tentang rencana ini, dan ia malah
mendesak untuk ikut serta dalam kereta itu
mendampingi isterinya. Di pihak lain, Hector berhasil mengelabuinya sedemikian
rupa, hingga Ratchett mau memilih hari yang cocok untuk
bepergian, saat Michel sedang bertugas. Kami berniat untuk memesan setiap kamar
dalam gerbong Istambul-Calais itu, tapi celakanya ada satu kamar yang tidak
dapat kita tempati. Kamar itu sudah disiapkan sejak lama untuk direktur
perusahaan kereta api itu.
'Tuan Harris' tentu saja hanya dongeng saja. Tapi memang rasanya agak aneh
sedikit untuk menyisipkan orang tak dikenal dalam kamar Hector. Dan kemudian,
pada menit terakhir, Tuan datang...
Bicaranya terhenti. "Baiklah," ia memulai lagi, "sekarang Tuan sudah mengetahui segalanya, Tuan
Poirot. Apa yang hendak Tuan lakukan terhadap perkara ini" Kalau pembunuhan ini
sudah diketahui umum, dapatkah tuan menimpakan kesalahannya pada saya dan hanya
pada saya sendiri" Saya yang seharusnya menikam si jahanam itu dua belas kali,
saya rela melakukannya. Itu tidak hanya berarti bahwa jahanam itu bertanggung
jawab atas kematian puteri saya beserta anak perempuannya, dan juga kematian
anak lain yang seharusnya masih hidup dan malah sudah hidup bahagia sekarang.
Lebih daripada itu semua: sudah ada anak lainnya yang diculiknya sebelum Daisy,
dan mungkin masih banyak anak lainnya lagi yang akan diculik olehnya di kemudian
hari. Masyarakat sudah terang-terangan mengutuknya sedangkan kami cuma bertugas untuk melaksanakan hukuman bagi si jahanam itu.
Tapi sesungguhnya tak perlu untuk melibatkan orang lain ke dalamnya. Semua orang
baik-baik dan setia ini: dan Michel yang malang - juga Mary dan Kolonel
Arbuthnot - mereka saling mencintai...
Suaranya benar-benar menakjubkan, bergema di sekeliling
ruangan yang padat itu - suara yang dalam, peniih emosi, suara yang menggugah
hati dan yang sudah sering menggetarkan penonton New York.
Poirot berpaling ke arah kedua kawannya.
"Anda adalah direktur dari perusahaan kereta api ini, Tuan Buoc,"
ujarnya meminta pertimbangan. "Apa pendapat Anda?"
Tuan Buoc berdehem. "Menurut pendapat saya, Tuan Poirot," sahutnya -. "Teori pertama yang Tuan
kemukakan itu adalah teori yang benar - jelas begitu.
Saya mengusulkan agar pemecahan itulah yang akan kita ajukan kepada polisi
Yugoslavia, setelah mereka datang nanti. Anda setuju, Dokter?"
"Tentu saja, saya setuju," sahut Dr. Constantine. "Dalam rangka kesaksian media,
saya kira saya telah membuat satu atau dua perkiraan yang mengagumkan."
"Jadi," ujar Poirot mengakhiri uraiannya, "setelah selesai membeberkan pemecahan
saya di hadpan Anda semua, saya
mendapat kehormatan untuk menarik diri dari perkara ini.
SELESAI Mutiara Hitam 2 Pendekar Perisai Naga 4 Pusaka Bukit Cangak Senopati Pamungkas I 3

Cari Blog Ini