Pena Beracun The Moving Finger Karya Agatha Christie Bagian 4
kata Miss Marple. "Ya," kataku sambil berpikir. "Begitu pulalah kata Nash. Saya ingat dia bahkan
menekankan pada orang yang punya kedudukan terhormat."
"Ya," Miss Marple membenarkan. "Itu penting sekali."
Yah, kami semua pun sependapat.
"Menurut Nash," kataku pada Nyonya Calthrop, "ada kemungkinan suratsurat kaleng
akan tersebar lagi. Bagaimana pendapat Anda?"
"Saya rasa memang mungkin," katanya lambatlambat.
"Bila polisi yang berpikir begitu, maka hal itu pasti akan terjadi, yakinlah,"
kata Miss Marple. Aku bertahan untuk tetap berbicara dengan Nyonya Dane Calthrop.
"Apakah Anda masih tetap merasa kasihan pada si penulis?"
Wajah wanita itu memerah, "Mengapa tidak?"
"Kurasa aku tak sependapat denganmu, Sahabat"ku," kata Miss Marple. "Dalam
perkara ini, aku tak setuju." "Dia telah memaksa seorang wanita untuk bunuh diri," kataku dengan hati panas,
"dan telah menyebabkan kesedihan serta rasa dendam yang tak terkirakan!"
"Apakah Anda menerima surat semacam itu, Nona Burton?" tanya Miss Marple pada
Joanna. Joanna menggeram, "Oh, ya! Isinya benarbenar
menjijikkan." "Saya rasa," kata Miss Marple, "gadis-gadis muda dan cantik cenderung dipilih
oleh si penulis." "Sebab itu saya benarbenar merasa heran kalau Elsie Holland tidak menerima
sepucuk pun," kataku. "Siapa dia?" tanya Miss Marple. "Apakah dia guru pengasuh anakanak
Symmington gadis yang mun"cul dalam mimpi Anda itu, Tuan Burton?"?"Dia mungkin menerima, tapi tak mau mengata kannya," kata Joanna.
"Tidak," kataku. "Aku percaya padanya. Begitu pula Nash."
"Wah," kata Miss Marple. "Itu benarbenar menarik. Inilah kejadian yang paling
menarik yang pernah saya dengar."
2 Dalam perjalanan pulang Joanna berkata bahwa seharusnya aku tak usah mengatakan
pendapat Nash mengenai suratsurat yang mungkin akan tersebar lagi.
"Mengapa tidak?"
"Karena mungkin Nyonya Dane Calthrop-lah penulisnya."
"Masakan kau beranggapan begitu!"
"Aku tak yakin. Tapi dia seorang wanita yang aneh."
Kami mulai mendiskusikan segala macam kemung"kinan lagi.
Dua malam kemudian aku kembali dari Exhamp-ton naik mobil. Aku makan malam di
sana lalu pulang. Hari sudah malam sebelum aku tiba di
Lymstock. Ada sesuatu yang tak beres dengan lampu mobilku. Lalu mobil kujalankan pelanpelan, kucoba menyalakan dan memadamkan lampu itu. Akhirnya aku turun dari mobil
untuk memeriksanya. Setelah mengutak-ngutik beberapa lamanya akhirnya aku berhasil memperbaikinya.
Jalanan benarbenar sepi. Tak ada penduduk Lymstock yang keluar setelah hari
gelap. Beberapa rumah yang pertama mulai tampak di depanku, antara lain gedung
yayasan wanita yang dindingnya jelek. Bangunan itu menjulang dalam cahaya
bintang yang samarsamar. Sesuatu mendorongku untuk pergi ke tempat itu dan
melihat-lihat. Aku tak tahu betul, apakah samarsamar aku telah melihat sesosok
bayangan berkelebat menyelinap lewat pintu pagar bila itu memang benar, maka ?sosok bayangan itu pastilah sangat kabur hingga tak tertangkap oleh pikiran
sadarku. Tapi tiba-tiba dalam diriku timbul rasa ingin tahu yang tak tertahankan
mengenai tempat itu. Pintu pagarnya terbuka sedikit. Pintu itu kudo"rong hingga terbuka dan aku
masuk. Setelah melalui jalan setapak yang pendek dan menaiki empat buah anak
tangga aku tiba di pintu depan.
Aku berdiri sebentar di situ, bimbang. Apa sebenarnya yang kulakukan di situ"
Aku tak tahu. Kemudian tiba-tiba kudengar desir halus, dekat sekali. Bunyinya seperti desir
gaun seorang wanita. Aku berbalik cepat lalu memutari sudut bangunan ke arah
datangnya bunyi tersebut.
Aku tak bisa melihat siapa-siapa. Aku berjalan terus lalu membelok lagi di suatu
sudut. Sekarang aku berada di bagian belakang rumah itu, dan pada jarak hanya
enam puluh sentimeter dari tempatku berdiri, tiba-tiba kulihat sebuah jendela
terbuka. Aku mengendap-endap ke arah jendela itu dan mendengarkan. Aku tak bisa mendengar
apa-apa, tapi entah bagaimana aku merasa yakin bahwa ada seseorang di dalam.
Punggungku belum begitu kuat untuk melakukan gerakan-gerakan akrobatik, tapi aku
berhasil meng"angkat diriku ke atas lalu melompat ke dalam melalui ambang
jendela. Malangnya aku jatuh dengan suara berisik.
Aku berdiri dekat jendela, mendengarkan. Lalu aku berjalan maju dengan tangan
terulur. Waktu itu kudengar bunyi-bunyi yang halus sekali di depanku, di sebelah
kanan. Aku punya senter dalam sakuku dan senter itu kunyatakan. Segera sebuah suara
berbisik tajam, "Padamkan senter itu."
Aku segera mematuhinya, karena dalam saat yang singkat itu aku bisa mengenali
suara Inspektur Nash. Kurasakan lenganku dicengkeramnya, lalu aku diputarnya melalui pintu dan keluar
ke lorong gedung. Di sini tak ada jendela yang bisa membuka"kan rahasia
kehadiran kami terhadap siapa pun di luar. Dinyalakannya lampu dan dia
memandangi diriku. Pandangannya lebih cenderung merupakan pandangan menyesali
daripada marah. "Hampir saja Anda mengacaukan rencana kami, Tuan Burton."
"Maaf," kataku. "Tapi saya punya perasaan bahwa saya akan menemukan sesuatu."
"Dan mungkin memang demikian halnya. Apakah Anda melihat seseorang?"
Aku merasa bimbang. "Saya tak yakin," kataku lambatlambat. "Saya punya perasaan,
bahwa saya samarsamar melihat seseorang yang diam-diam masuk melalui pintu pagar
depan, padahal sebenar nya saya tidak melibat siapa-siapa. Kemudian saya
mendengar bunyi desir di sisi rumah."
Nash mengangguk. "Benar. Seseorang telah datang ke samping rumah sebelum Anda.
Dia bimbang di dekat jendela, lalu cepatcepat pergi lagi saya rasa karena ?mendengar Anda."
Aku minta maaf lagi. "Apa rencana Anda sebenarnya?" tanyaku.
"Saya berpegang pada gagasan, bahwa seorang penulis surat kaleng tak bisa
menghentikan dorongan untuk menulis. Mungkin dia tahu bahwa hal itu berbahaya,
tapi dia merasa harus melakukannya. Sama saja halnya dengan kecanduan minuman
keras atau obat-obatan," kata Nash.
Aku mengangguk. "Nah, saya pikir, Tuan Burton, siapa pun orangnya dia pasti ingin supaya
suratsurat itu serupa. Padanya masih ada halaman-halaman buku yang sudah dipotong, dan dia masih bisa
mengguna"kan huruf-huruf serta katakata yang dipotong dari halaman-halaman itu.
Tapi amplop amplopnya menimbulkan kesulitan. Dia juga ingin mengetiknya pada
mesin tik yang sama. Dia tak ingin menantang bahaya dengan menggunakan mesin tik
lain atau tulisan tangannya sendiri."
"Apakah Anda yakin bahwa dia akan melanjutkan permainannya?" tanyaku kurang
percaya. "Ya, saya yakin. Dan saya berani bertaruh apa saja, dia orang yang punya rasa
percaya diri yang besar. Orangorang seperti dia selalu menganggap dirinya hebat!
Nah, kemudian saya pikir siapa pun orangnya pasti akan datang ke yayasan ini
setelah hari gelap untuk mendatangi mesin tik itu."
"Nona Ginch," kataku.
"Mungkin." "Anda belum tahu?" "Saya belum tahu." "Tapi Anda curiga?" "Ya. Tapi ada orang
yang cerdik sekali, Tuan Burton. Seseorang yang tahu betul semua tipu muslihat
permainan ini." Bisa kubayangkan sebagian dari jaring yang telah disebar Nash. Aku tak ragu
bahwa setiap surat yang ditulis oleh seseorang yang dicurigai dan dikirim
melalui pos atau diantar sendiri pasti akan segera diperiksa. Cepat atau lambat
penjahat itu akan tergelincir, dia akan lengah.
Untuk ketiga kalinya aku meminta maaf atas kehadiranku yang terlalu bersemangat
dan tidak diinginkannya itu.
"Ah, sudahlah," kata Nash setengah berfilsafat. "Mau apa lagi" Semoga lain kali
lebih berhasil." Aku keluar ke kegelapan malam. Sesosok bayangan samar sedang berdiri di samping
mobilku. Aku terkejut sekali waktu tahu bahwa itu Megan.
"Halo!" katanya. "Saya yakin ini mobil Anda. Apa yang Anda lakukan di sini?"
"Lebih tepat kalau aku yang bertanya, apa yang kaulakukan di sini?" kataku.
"Saya sedang jalan-jalan. Saya suka jalan-jalan di malam hari. Tidak ada orang
yang akan menghenti"kan kita dan mengatakan yang tidak-tidak, dan saya suka
melihat bintang-bintang, dan semuanya lebih harum baunya, lalu hal-hal yang
sehari-hari biasa saja jadi kelihatan misterius di malam hari."
"Semuanya itu boleh saja kaunikmati," kataku. "Tapi hanya kucing dan tukang
sihir saja yang berjalan-jalan di malam hari. Orangorang di rumahmu tentu
mencari-cari kau." 'Tidak, pasti tidak. Mereka tak pernah ingin tahu di mana saya atau apa yang
saya lakukan." "Bagaimana keadaanmu sekarang?" tanyaku. "Saya rasa baikbaik saja." "Apakah Nona
Holland mengurusmu dengan baik?"
"Elsie baikbaik saja. Dia memang gadis yang sempurna meskipun tolol."
"Tak baik berkata begini meskipun mungkin benar," kataku. "Ayo masuk, nanti ?kuantar pulang."
Tidaklah benar bahwa orang tak pernah merasa kehilangan Megan.
Symmington sedang berdiri di ambang pintu waktu mobilku masuk.
Dia berusaha melihat ke dalam mobil. "Halo, apa Megan ada di mobilmu?"
"Ya," kataku. "Aku mengantarnya pulang."
Dengan tajam Symmington berkata,
"Kau tak boleh pergi begitu saja tanpa memberi tahu kami, Megan. Nona Holland
kuatir sekali memikirkan kau."
Megan menggumamkan sesuatu lalu pergi melewa"ti Symmington masuk ke rumah.
Symmington mendesah. "Seorang gadis yang sedang tumbuh merupakan tanggung jawab yang berat, apalagi
tanpa ibu yang menjaganya. Kurasa dta sudah terlalu tua untuk bersekolah."
Dia melihat kepadaku dengan pandangan curiga.
"Apakah kau yang membawanya berjalan-jalan dengan mobilmu?"
Kupikir sebaiknya kubiarkan saja dia menduga begitu.
BAB SEBELAS i KEESOKAN harinya aku menjadi gila. Bila menge-nangkannya kembali, kurasa itulah
penilaian yang tepat mengenai peristiwa tersebut.
Sudah tiba waktunya untuk menemui Marcus Kent. Aku harus diperiksanya sebulan
sekali.... Aku akan pergi naik kereta api. Aku terkejut sekali, karena Joanna lebih suka
tinggal. Biasanya dia suka sekali ikut dan kami biasanya menginap beberapa hari.
Kali ini kuusutkan untuk kembali pada hari yang sama naik kereta api malam. Dan
aku terkejut karena ulah Joanna. Katanya banyak yang harus dikerjakan"nya. Untuk
apa menghabiskan waktu dalam kereta api yang kotor dan^penuh sesak, padahal di
desa cuaca begitu cerah"
Yang terakhir memang tak dapat dibantah, tapi rasamwipvkan Joanna yang berkata
begitu. DikSakanny a bahwa dia tidak memerlukan mobil, jadi aku boleh membawanya ke
stasiun dan menitipkannya di situ sampai aku kembali.
Dengan alasan yang hanya diketahui oleh perusahaan-perusahaan kereta api,
stasiun Lymstock dibangun setengah mil jauhnya dari Lymstock sendiri. Di tengah
jalan kulihat Megan di depanku berjalan seenaknya tanpa tujuan. Aku berhenti di
sampingnya. "Halo, sedang apa kau?"
"Hanya jalan-jalan saja."
"Tapi kulihat langkahmu tak bersemangat. Kau merayap seperti seekor kura-kura
yang murung." "Soalnya saya sedang berjalan tanpa tujuan."
"Kalau begitu sebaiknya kau ikut dan mengantar"ku sampai stasiun." Kubuka pintu
mobil dan Megan melompat masuk.
"Anda mau ke mana?" tanyanya.
"Ke London, menemui dokterku."
"Punggung Anda tidak bertambah parah, kan?"
"Tidak, boleh dikatakan sudah sembuh sama .sekali Kurasa dia akan senang melihat
kemajuanku." Megan mengangguk. Kami berhenti di stasiun. Mobil kuparkir lalu masuk dan membeli karcis di loket.
Di peron hanya sedikit sekali orang dan tak seorang pun yang kukenal.
"Anda tentu mau meminjami saya uang satu penny, ya?" kata Megan. "Saya ingin
membeli sepotong cokelat dari mesin otomat itu."
"Nih, ambil, Anak manis," kataku sambil memberikan mata uang itu. "Apakah kau
tak ingin membeli permen karet sekalian atau pastiles untuk leher?"
"Saya paling suka cokelat," kata Megan polos, tidak merasa diejek.
Dia pergi ke mesin otomat dan aku memper"hatikannya dari belakang dengan rasa
jengkel. Dia mengenakan sepatu yang sudah tipis solnya, kaus kaki kasar yang tidak
menarik, dan jumper serta rok yang sama sekali tak ada potongannya. Aku ta
mengerti mengapa semuanya itu membuatku marah.
Setelah dia kembali, aku berkata,
"Mengapa kau mengenakan kaus kaki yang memuakkan itu?"
Dengan heran Megan menunduk melihat kaus kakinya.
"Mengapa kaus kaki ini?"
"Tak ada yang beres dengan kaus kakimu. Benarbenar menjijikkan. Dan mengapa
memakai pullover yang mirip kubis layu itu?"
"Tidak apa-apa, kan" Sudah lama saya memiliki ini."
"Kurasa juga begitu. Dan mengapa kau..."
Pada saat itu kereta api tiba dan menghentikan ceramahku yang penuh kemarahan.
Aku masuk ke gerbong kelas satu, kuturunkan jendela lalu kuulurkan tubuhku ke
luar untuk melanjutkan percakapanku.
Megan berdiri di bawahku, wajahnya terangkat ke atas. Dia bertanya mengapa aku
begitu marah. "Aku bukannya marah," kataku berbohong. "Aku jengkel sekali melihat kau
berpakaian begitu ceroboh, tanpa mempedulikan bagaimana penampil"anmu."
"Bagaimanapun juga, saya tak bisa kelihatan cantik, jadi buat apa?"
"Ya, Tuhan," kataku. "Aku ingin melihatmu berdandan sebagaimana mestinya. Aku
ingin mem"bawamu ke London dan mendandanimu dari ujung kepala sampai ke ujung
kaki." "Saya mau kalau Anda bisa," kata Megan.
Kereta api mulai bergerak. Aku melihat ke bawah, k c wajah Megan yang terdongak
dan tampak murung. Dan kemudian, seperti telah kukatakan, aku tiba-tiba menjadi gila.
Kubuka pintu, kucengkeram Megan dengan sebelah tanganku, dan pada saat terakhir
aku masih sempat menyentakkannya masuk ke kereta.
Terdengar pekik kemarahan seorang petugas kereta api, tapi dia tak bisa berbuat
apa-apa kecuali membanting pintu agar tertutup kembali. Gara-gara perbuatanku
yang tanpa pikir itu, Megan terbaring di lantai kereta dan aku lalu
mengangkatnya. "Mengapa Anda berbuat begitu?" tanyanya, sambil menggosok-gosok lututnya.
"Tutup mulutmu," kataku. "Kau ikut aku ke London dan bila aku sudah selesai
mendandanimu kau tidak akan mengenali dirimu lagi. Akan kuperlihatkan padamu
bagaimana penampilanmu kalau kau mau mencoba. Aku sudah bosan melihat kau
berjalan kian-kemari seenaknya dengan pakaian s em barangan."
"Oh!" bisik Megan penuh gairah.
Kondektur datang dan kubelikan karcis pulang-pergi untuk Megan. Dia duduk di
sudut sambil memandangiku dengan rasa hormat bercampur segan.
"Bukan main," kata Megan, setelah orang itu pergi. "Anda spontan sekali, ya?"
"Memang," kataku. "Begitulah keluarga kami."
Bagaimana aku bisa menjelaskan pada Megan mengenai dorongan spontan yang tibatiba menye"rangku" Dia tadi kelihatan seperti seekor anjing yang murung karena
ditinggalkan. Kini wajahnya seperti seekor anjing yang gembira karena akhirnya
jadi juga diajak berjalan-jalan.
"Kurasa kau tidak begitu kenal London, ya?" kataku pada Megan.
"Kenal," kata Megan. "Saya selalu melewatinya kalau pergi ke sekolah. Dan saya
pernah ke dokter gigi di sana, juga nonton pantomim."
"Kali ini," kataku dengan suara rendah, "akan merupakan London yang berbeda."
Kami tiba setengah jam sebelum aku harus mengunjungi dokterku di Harley Street.
Pena Beracun The Moving Finger Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Aku menghentikan sebuah taksi dan kami langsung pergi ke Mirotin, penjahit
langganan Joanna. Mirotin adalah milik seorang wanita berumur empat puluh lima tahun yang penuh
semangat dan selalu mengikuti mode. Wanita itu bernama Mary Grey. Kecuali
pandai, dia juga teman bicara yang menyenangkan. Aku selalu suka padanya.
"Katakan bahwa kau sepupuku," kataku pada Megan.
"Mengapa?" "Jangan membantah," kataku.
Mary Grey sedang berbicara dengan tegas kepada seorang wanita Yahudi yang gemuk,
yang tergila-gila pada sehelai gaun malam berwarna biru muda yang ketat sekali.
Aku menggamitnya dan menariknya ke samping.
"Dengarkan," kataku. "Aku membawa seorang sepupuku. Sebenarnya Joanna juga akan
ikut, tapi lalu berhalangan. Katanya aku bisa menyerahkan dia padamu. Ka
lihatkah bagaimana penampilan gadis itu sekarang?"
"Ya, Tuhan," kata Mary Grey dengan penuh perasaan.
"Nah, aku ingin dia didandani tonjolkan daya cariknya dari kepala sampai ke ? ?kaki. Carte blanche* Kaus kaki, sepatu, pakaian dalam, semuanya! Ngomongngomong;, orang yang biasa"nya mendandani rambut Joanna dekat-dekat sini,
bukan?" "Antoine" Di sudut jalan. Serahkan padaku."
"Kau satu dj antara seribu wanita."
"Oh, aku senang mengerjakannya di samping
?uangnya tentu padahal kita tak bisa main-main
?sambil mencari uang sekarang setengah dari wanitawanita brengsek yang kulayani
?tidak membayar kalau ditagih. Tapi sekali lagi kukatakan, aku senang sekali." Dia memandangi
Megan yang berdiri di teni .agak.jauh dengan pandangan profesional.
"Potongan badannya bagus."
"Mungkin kau punya mata yang bersinar X," kataku. "Di mataku dia sama sekali
?tak punya bentuk." Mary Grey tertawa. * kau kuberi kekuasaan pctmli
"Inilah akibat sekolah-sekolah itu," katanya. "Sekolah-sekolah itu agaknya
merasa bangga kalau berhasil mengubah siswi-siswinya menjadi gadis-gadis yang
senang berdandan sembarangan.
Gadis begitu mereka sebut manis dan lugu. Kadangkadang diperlukan satu musim
penuh untuk mengajar seorang gadis agar bisa berdandan dengan baik supaya
kelihatan lebih manusiawi.
Jangan kuatir, serahkan dia padaku."
"Baik," kataku. "Aku akan menjemputnya kira-kira pukul enam."
2 Marcus Kent puas melihat keadaanku. Dikatakannya bahwa keadaanku jauh lebih baik
dari apa yang diharapkannya.
"Pasti kau punya kerangka sekuat gajah," katanya, "bisa sembuh begitu cepat dan
begitu baik. Sungguh, hebat benar pengaruh udara pedesaan terhadap seseorang. Tak terlambat
tidur, dan tak ada hal-hal yang mendebarkan. Asal saja orang mau berpegang teguh
pada hal-hal itu." "Dua hal yang kausebutkan pertama itu memang benar," kataku. "Tapi jangan
mengira kalau hidup di desa bebas dari hal-hal yang mendebarkan. Di tempatku
sekarang bahkan banyak."
"Apa itu yang mendebarkan?" "Pembunuhan," kataku.
Marcus Kent memoncongkan mulutnya lalu bersiul.
"Semacam tragedi percintaan yang kampungan, ya" Petani bujangan yang membunuh
pacarnya?" "Sama sekali tidak. Seorang pembunuh g"la yang licik dan penuh rasa percaya
diri." "Aku belum pernah membaca berita tentang itu. Kapan mereka berhasil
menangkapnya?" "Belum, dan dia seorang wanita!"
"Wah! Kalau begitu aku tak yakin bahwa Lymstock adalah tempat yang baik bagimu,
Kawan." Dengan tegas aku berkata,
"Kupikir baik. Dan kau tidak akan bisa menyuruhku pergi dari tempat itu."
Marcus Kent adalah orang yang berhati lemah. Segera dia berkata, "Oh, begitu!
Apakah kau sudah bertemu dengan seorang gadis berambut pirang di sana?"
"Sama sekali tidak," kataku dengan perasaan ^ bersalah terhadap Elsie Holland.
"Semata-mata karena psikologi tentang tindakan kriminal sangat menarik minatku."
"Oh, baiklah. Sejauh hal itu tidak merugikan dirimu, tapi berhati-hatilah,
jangan sampai pembu"nuh gila itu memusnahkan kau pula." /"Jangan kuatir mengenai
ha! itu," kataku. "Bagaimana kalau makan malam bersamaku malam ini" Kau bisa menceritakan padaku
tentang rangkaian pembunuhan itu."
"Maaf. Aku ada janji."
"Janji dengan seorang wanita ya" Ya, jelas kau sudah hampir sembuh."?"Kurasa boleh dikatakan begitulah," kataku. Aku merasa geli membayangkan Megan
sebagai teman kencan. Pukul enam, waktu Mirotin hampir tutup, aku menjemput Megan di sana. Mary Grey
datang menjumpaiku di puncak tangga di luar ruangan show. Dia meletakkan jarinya
di bibirnya. "Kau akan terkejut sekali! Aku sudah berusaha * keras dan berhasil."
Aku masuk ke ruangan show yang luas. Megan sedang berdiri di depan sebuah cermin
panjang, mengaca. Sungguh mati, aku hampir tak bisa mengenalinya! Sesaat lamanya
napasku tertahan. Dia tinggi dan langsing, mata kakinya yang halus dan kakinya yang indah
terbayang di balik kaus kaki sutra yang amat tipis. Sepatunya sangat pantas
untuknya. Ya, kaki dan tangannya bagus, tulangtulangnya kecil garis-garis
?tubuhnya memancarkan keindah"an dan keanggunan.
Rambutnya telah digunting dan diatur sesuai dengan bentuk kepalanya. Kini
rambutnya berwarna cokelat kemerah merahan dan bersih berkilauan. Mereka cukup
bijak untuk tidak memoles wajahnya, atau kalaupun dipoles make-up-nya demikian
tipis dan halusnya, hingga tidak kelihatan menyolok. Bibirnya tidak memerlukan
lipstik. Apalagi padanya ada sesuatu yang belum pernah kulihat sebelumnya, lekuk lehernya
yang jenjang itu anggun dan bagus. Dia melihat kepadaku dengan senyum kecil
kemalu-maluan. "Saya jadi kelihatan agak bagusan, ya?" kata Megan.
?"Agak bagus?" seruku. "Katakata itu tak tepat! Mari ikut aku makan malam, dan
bila satu dari dua orang laki-laki tidak menoleh kepadamu, aku akan merasa
sangat heran. Kau akan mengalahkan gadis-gadis lain dan membuat mereka kelihatan
lusuh." Megan tidak cantik, tapi wajahnya tidak bisa dikatakan biasa-biasa saja.
Penampilannya memang menarik. Dia punya kepribadian. Waktu memasuki restoran dia
berjalan di depanku, dan waktu pelayan kepala bergegas menghampiri kami, aku
berdebar dan merasa bangga, seperti perasaan setiap pria yang berhasil mengajak
kencan gadis yang luar biasa.
Mula-mula kami minum cocktail dAn berlama-lama menghabiskannya. Kemudian kami
makan. Setelah itu kami berdansa. Megan senang sekali berdansa dan aku tak ingin
mengecewakannya. Entah mengapa aku tak menyangka bahwa dia bisa berdansa dengan baik. Nyatanya,
dia amat pandai. Dalam pelukanku tubuhnya terasa ringan bagai bulu, dan badan
serta kakinya mengikuti irama dengan sempurna.
"Waduh," kataku. "Kau pandai sekati berdansa!"
Dia kelihatan agak terkejut. "Tentu saja. Kami mendapat pelajaran dansa seminggu
sekali di sekolah." "Untuk pandai berdansa tak cukup hanya mendapat pelajaran dansa," kataku.
Kami kembali ke meja kami.
"Enak sekali makanan ini," kata Megan. "Demiki"an pula segala-galanya!"
Dia menarik napas dalam-dalam, menyatakan rasa puasnya.
"Aku pun merasa sentimental," kataku.
Malam itu memang memabukkan. Aku masih merasa di awang-awang ketika Megan
menarikku kembali ke bumi, dan berkata dengan ragu,
"Apakah belum waktunya kita pulang?"
Aku kecewa. Ya, aku benarbenar gila. Aku lupa daratan! Aku berada dalam dunia
yang terpisah dari kenyataan, aku berada di dalamnya bersama makhluk yang telah
kuciptakan sendiri. "Ya, Tuhan!" kataku.
Aku baru sadar bahwa kereta api yang terakhir sudah berangkat.
"Tunggu di sini," kataku. "Aku akan mene"lepon."
Aku menelepon tempat penyewaan mobil Llewel"lyn dan memesan mobil mereka yang
terbesar dan tercepat untuk menjemput kami secepat mungkin.
Aku kembali pada Megan. "Kereta api yang terakhir sudah berangkat," kataku.
"Jadi kita pulang naik mobil "
"Oh" Aduh, senang sekali!"
Dia benarbenar anak yang menyenangkan, pikirku. Selalu menghadapi segala sesuatu
dengan senang, tak banyak bertanya dan menerima semua ^ usulku tanpa ribut-ribut
dan tanpa peduli. Mobil datang. Mobil itu memang besar dan cepat, tapi tetap saja kami tiba di
Lymstock setelah larut malam.
Aku tiba-tiba dilanda perasaan panik, dan berkata, "Mungkin mereka telah
menyebar kelompokkelompok orang untuk mencarimu!"
Tapi Megan kelihatannya tenang-tenang saja. Samarsamar dia berkata, "Ah, saya
rasa tidak. Saya sering bepergian dan tidak kembali untuk makan siang."
**Ya, Anak manis, tapi hari ini kau bepergian dan r tidak kembali untuk minum
teh dan makan malam." Namun rupanya bintang Megan sedang terang. Rumahnya dalam
keadaan gelap dan sepi. Atas usul Megan, kami lewat jalan belakang dan melempar
batu ke jendela Rose. Tak lama kemudian Rose menjenguk ke luar, dan dengan seruan serta teguran yang
diucapkan dengan suara tertahan dia turun lalu membukakan pintu untuk kami.
"Astaga, padahal saya katakan bahwa Anda sudah tidur. Tuan dan Nona
Holland," (dia mendengus sedikit setelah mengucapkan nama Nona Holland) ? ?"makan malam lebih cepat lalu pergi naik mobil. Saya katakan biar saya yang
menjaga anakanak. Saya pikir, saya mendengar Anda masuk waktu saya naik
ke kamar anakanak untuk menyuruh Colin diam, yang belum mau tidur dan bermain
terus, tapi Anda tak ada waktu saya turun lagi, jadi saya pikir Anda sudah
tidur. Dan saya pun berkata begitu waktu Tuan kembali dan menanyakan Anda.**
Katakata yang merupakan teguran itu kupotong
dengan mengatakan bahwa memang sebaiknya
Megan cepatcepat pergi tidur sekarang. ^
"Selamat tidur," kata Megan, "terima kasih banyak atas segala-galanya. Hari ini
adalah hari yang paling indah bagiku,"
Aku diantar pulang, masih dalam keadaan agak mabuk. Sopirnya kuberi tip cukup
banyak dan kutawari menginap kalau mau. Tapi dia lebih suka pulang malam itu
juga. Pintu lorong rumah memang sudah terbuka selama percakapan singkat kami itu, lalu
begitu si sopir pergi pintu itu terbuka lebar-lebar dan Joanna berkata,
"Akhirnya kau pulang juga, ya?" v
"Apakah kau kuatir memikirkan aku?" tanyaku sambil menutup pintu.
Joanna masuk ke ruang tamu utama dan aku mengikutinya. Di atas meja kecil
berkaki tiga ada sebuah poci kopi. Joanna membuat kopi untuk dirinya sendiri,
sedang aku minum wiski-soda.
"Menguatirkan kau" Tidak, tentu tidak. Kupikir
mungkin kau ingin menginap di kota untuk
minum-minum dan bersenang-senang." ^
"Boleh dikatakan aku memang minum-minum dan bcrs enang-senan g."
Aku tersenyum, lalu tertawa.
Joanna bertanya apa yang kutertawakan, lalu aku menceritakan semua yang
kulakukan padanya. "Aduh, Jerry, kau ini sudah gila benarbenar?gila!"
"Kurasa juga begitu."
"Tapi, Kakakku, kau tak boleh berbuat begitu
?apalagi di tempat seperti ini. Besok berita itu akan tersiar ke seluruh
Lymstock." "Kurasa juga begitu. Tapi biarlah, bagaimanapun juga Megan masih kanak-kanak."
"Dia bukan kanak-kanak lagi. Umurnya sudah dua puluh tahun. Kau tak bisa
mengajak seorang gadis berumur dua puluh tahun ke London dan membelikannya
pakaian tanpa menimbulkan gun"jingan. Astaga, Jerry, kurasa kau terpaksa harus
menikahi gadis itu."
Joanna sedang setengah serius dan setengah tertawa.
Pada saat itulah aku menemukan sesuatu yang penting. "Persetan semuanya,"
kataku. "Aku tak peduli kalau aku harus menikahinya. Sebenarnya aku malah
?suka." Wajah Joanna membayangkan rasa gelinya. Dia bangkit lalu berkata dengan datar
sambil berjalan ke arah pintu,
"Ya, aku memang sudah melihat gejala itu beberapa lamanya...."
Ditinggalkannya aku berdiri di situ, memegang sebuah getas dan terpana oleh
penemuan sendiri. BAB DUA BELAS l AKU tak tahu bagaimana biasanya perasaan seorang pria yang pergi untuk melamar
seorang gadis. Dalam buku-buku cerita, lehernya terasa kering, kerah bajunya terasa terlalu
sempit, dan dia berada dalam keadaan gugup yang pantas dikasihani.
Aku sama sekali tidak merasa seperti itu. Begitu merasa mendapat gagasan yang
baik, aku hanya punya satu keinginan untuk menyelesaikan semua"nya secepat
mungkin. Aku tidak melihat alasan khusus untuk merasa malu.
Aku pergi ke rumah keluarga Symmington kira-kira pukul sebelas. Kubunyikan bel
dan waktu Rose membukakan pintu aku mengatakan ingin bertemu dengan Nona Megan.
Pandangan berarti yang dilemparkan Rose kepadakulah yang pertama-tama membuatku
merasa agak malu. Aku dipersilakan duduk di kamar istirahat pagi yang kecil. Sementara menunggu di
situ, aku merasa gelisah dan berharap agar mereka tidak menyusahkan Megan
semalam. Waktu pintu terbuka dan aku berbalik, aku segera merasa lega. Megan sama sekali
tidak kelihatan malu atau risau. Rambutnya masih tetap licin dan berkilauan,
sikapnya tetap anggun dan penuh rasa percaya diri seperti kemarin. Dia
mengenakan pakaian lamanya lagi, tapi dia berhasil membuatnya kelihatan lain.
Sungguh luar biasa akibatnya atas diri seorang gadis bila dia menyadari bahwa
sebenarnya dia menarik. Tiba-tiba kusadari bahwa Megan telah menjadi, dewasa.
Pastilah sekarang aku yang merasa agak gugup, buktinya aku membuka percakapan
dengan mengata"kan, "Halo, Kucing kecil!" dengan nada penuh kasih sayang. Dalam?keadaan itu, katakata tersebut tak pantas diucapkan oleh seseorang yang sedang
jatuh cinta. Agaknya katakata itu sesuai saja bagi Megan. Dia tertawa kecil dan berkata,
"Halo!" "Coba katakan terus terang," kataku, "apakah kau tidak mendapat kesulitan garagara kemarin?" "Oh, tidak" jawabnya yakin. Kemudian dengan mengedipkan sebelah matanya, dia
berkata samar, "Ya, saya rasa ada juga. Maksud saya, mereka menasihatiku panjang
lebar dan berpendapat bahwa hal itu aneh sekali tapi yah, kita maklum bagaimana
?mereka. Mereka memang suka ribut-ribut mengenai soal-soal yang remeh."
Aku merasa lega, karena ternyata Megan mengang"gap celaan-celaan itu angin lalu
belaka. Masuk ke telinga kanan dan keluar dari telinga kiri.
"Pagi ini aku datang," kataku, "karena aku ada usul. Ketahuilah, aku suka sekali
padamu, dan kurasa kau pun suka padaku...."
"Amat sangat," kata Megan dengan penuh semangat.
"Dan kita berdua sangat cocok satu sama lain, jadi kurasa bukan gagasan yang
jelek kalau kita menikah."
"Oh," kata Megan.
Dia kelihatan heran. Hanya itu saja. Tidak sampai terperanjat, Tidak sampai
terguncang. Hanya sedikit heran.
"Maksud Anda, Anda betul-betul mau menikah ^ dengan saya?" tanyanya dengan sikap
seorang yang benarbenar telah mengerti.
"Keinginanku untuk itu melebihi segala-galanya di dunia ini," kataku dan aku ?memang bersungguhsungguh.
"Maksud Anda, Anda mencintai saya?" "Aku mencintaimu." latanya tegas dan serius.
Lalu katanya, "Kurasa Anda adalah orang yang paling baik di dunia ini tapi saya
?tak mencintai Anda." "Aku akan membuatmu mencintai diriku." "Itu tak cukup. Saya
tak mau dibuat." Dia berhenti lalu berkata lagi dengan serius, "Saya bukan istri
yang tepat bagi Anda. Saya lebih pandai membenci daripada mencintai."
Katakata itu diucapkannya dengan kesungguhan yang aneh.
"Kebencian tak abadi. Cinta bisa abadi," kataku. "Benarkah itu?"
Pena Beracun The Moving Finger Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Itu keyakinanku." *
Dia diam lagi. Lalu aku berkata,
"Jadi, jawabmu adalah 'tidak', bukan?"
"Ya, jawabnya adalah tidak."
"Dan tidak maukah kau memberiku harapan?"
"Apa gunanya?" "Memang tak ada," aku membenarkannya, "dan sebenarnya- tak perlu, karena aku
?akan tetap berharap, baik kausuruh maupun tidak."
2. Yah, begitulah kejadiannya. Aku pergi dari rumah itu dengan kepala agak pusing,
tapi bisa merasakan pandang tertarik si Rose yang mengikutiku, dan itu membuatku
jengkel. Banyak sekali yang dikatakan Rose sebelum akhirnya aku bisa membebaskan diriku.
Dikatakannya bahwa dia tak pernah merasa tenang sejak hari yang mengerikan itu!
Bahwa dia sebenarnya tak mau lagi tinggal di rumah itu kalau tidak karena
anakanak dan karena merasa kasihan pada Tuan Symmington yang malang. Bahwa dia
akan segera pergi dari situ setelah merekat secepatnya berhasil mendapat
? ?seorang pelayan baru- -padahal mereka tidak akan bisa memperoleh"nya, karena di
rumah itu telah terjadi suatu pembunuhan! Bisa saja Nona Holland berkata bahwa
sementara itu dia yang akan mengerjakan semua pekerjaan di rumah tersebut. Dia
memang sangat manis dan penuh pengertian tapi apa yang diinginkannya
?sesungguhnya adalah menjadi nyonya rumah di situ kelak di kemudian hari. Tetapi
Tuan Symmington yang malang agaknya tak menanggapi tapi kita pun tahu
?bagaimana seorang duda itu, seorang laki-laki malang yang tak berdaya, yang akan
menjadi mangsa empuk seorang wanita yang penuh rencana busuk. Dan orang lain
tidak akan berhasil kalaupun ingin mencoba, karena Nona Holland yang akan
menggantikan kedudukan nyonya yang sudah meninggal itu!
Aku membenarkan saja semua yang dikatakannya karena aku ingin segera pergi, tapi
tak bisa karena Rose memegang topiku erat-erat sambil memuntah kan rasa bencinya
yang meluap-luap. Aku tak yakin apakah semua yang dikatakannya T itu benar. Apakah Elsie Holland
sendiri memang berangan-angan untuk menjadi Nyonya Symmington yang kedua" Atau
apakah dia memang seorang gadis baik hati yang sopan-santun, yang berusaha
sebaik-baiknya membantu mengurus rumah tangga yang sedang dalam kesusahan.
Dalam kedua keadaan itu akibatnya akan sama saja. Mengapa tidak" Soalnya
anakanak Symmington yang masih kecil-kecil itu membutuhkan seorang ibu Elsie ?adalah gadis baikbaik
?apalagi dia cantik sekali sesuatu yang dinilai sangat tinggi oleh seorang
?pria bahkan oleh pria sedingin Symtning-ton sekalipun!
?Aku sadar bahwa aku memikirkan semuanya itu, karena berusaha menghilangkan
pikiran tentang Megan. Mungkin Anda menganggap bahwa aku pergi melamar Megan dengan pikiran yang
terlalu santai dan bahwa aku memang sepantasnya mendapat jawaban seperti itu
tadi tapi sebenarnya keadaan- ^ nya tidak begitu. Sebabnya ialah karena aku
?merasa begitu pasti dan yakin bahwa Megan adalah milikku bahwa dia adalah
?urusanku, bahwa men"jaganya dan membahagiakannya serta melindunginya dari
kejahatan adalah satusatunya tujuan hidup yang wajar dan benar bagiku. Aku pun
mengharapkan agar dia punya perasaan sama, bahwa kami berdua diciptakan untuk
saling memiliki. Tetapi aku tidak akan menyerah. Oh, tidak! Megan adalah gadis yang cocok bagiku
dan aku akan memilikinya.
Setelah berpikir sebentar aku pergi ke kantor Symmington. Megan bisa saja tidak
mempedulikan "semua celaan atas kelakuannya, tapi aku ingin membereskan
persoalan ini. Tuan Symmington sedang tak ada tamu, dan aku dipersilakan masuk ke kamarnya.
Melihat bibirnya yang terkatup rapat, ditambah dengan sikapnya yang kaku,
tahulah aku bahwa kehadiranku saat itu tidak disukainya.
"Selamat pagi," kataku. "Maaf, kedatanganku ini bukan untuk urusan yang
berhubungan dengan profesimu, tetapi untuk urusan pribadi. Akan kujelaskan
dengan terus terang. Aku yakin kau sudah , tahu bahwa aku mencintai Megan. Aku
sudah melamarnya, tapi dia menolak. Tapi aku tidak akan menyerah."
Kulihat perubahan pada air muka Symmington, dan aku bisa membaca pikirannya
dengan rasa lega. Megan merupakan unsur yang tidak harmonis dalam rumah
tangganya. Aku yakin bahwa Symmington abalah seorang pria yang adil dan baik
hati, dan dia tidak akan pernah punya pikiran untuk tidak memberikan tempat
berteduh bagi putri almarhumah istrinya. Tapi jelas akan meringankan bebannya
bila Megan menikah denganku. Kebekuan itu mulai mencair. Wajahnya yang pucat
tersenyum kecil. "Tahukah kau, Burton, terus terang aku tak mengerti soal begituan. Aku tahu
bahwa kau menaruh perhatian besar padanya, tapi kami selalu menganggapnya masih
kanak-kanak." "Dia bukan kanak-kanak," kataku singkat. "Tidak, kalau dilihat dari umurnya
memang bukan kanak-kanak."
"Dia bisa hidup sesuai dengan umurnya bila diberi kesempatan untuk itu," kataku,
masih dengan agak marah. "Aku tahu bahwa umurnya belum dua puluh ^-satu tahun,
tapi itu tinggal satu atau dua bulan lagi. Akan kuberikan semua informasi
mengenai diriku, kalau kau mau. Aku cukup berada dan selama ini aku hidup
baikbaik. Aku akan menjaganya, melindungi"nya, dan aku mau melakukan apa saja
demi kebahagiannya."
"Tentu tentu. Namun demikian, semua tetap terserah pada Megan sendiri."?"Pada suatu saat dia akan menyadarinya," kataku. "Tapi kupikir sebaiknya lebih
dulu aku memberes"kan urusan ini denganmu."
Dikatakannya bahwa dia menghargai sikapku itu dan kami pun berpisah dengan sikap
bersahabat. 3 Di luar aku bertemu dengan Nona Emily Barton. Ia membawa sebuah keranjang
belanjaan. "Selamat pagi, Tuan Burton, saya dengar Anda
pergi ke London kemarin." ^
Ya, jelas bahwa dia sudah mendengarnya. Matanya, menurut penglihatanku, memang
ramah, tapi juga penuh rasa ingin tahu.
"Saya pergi untuk menjumpai dokter saya," kataku.
Nona Emily tersenyum. Senyum itu menyatakan bahwa dia tidak memper"cayai pertemuanku dengan Marcus
Kent. "Saya dengar Megan hampir saja ketinggalan kereta api," gumamnya. "Dia melompat
masuk waktu kereta sudah mulai berjalan."
"Saya yang membantunya," kataku. "Saya yang menariknya masuk."
"Untung benar Anda ada di situ. Kalau tidak, tentu sudah terjadi suatu
kecelakaan." Sungguh luar biasa, betapa seorang wanita tua yang lembut, dengan rasa ingin
tahunya yang besar bisa membuat seorang pria merasa seperti orang tolol!
Aku selamat dari penderitaan selanjutnya, karena datangnya Nyonya Dane Calthrop.
Dia datang bersama kawannya, wanita tua yang juga lembut, tapi dia sendiri
berbicara langsung dan terus terang.
"Selamat pagi," katanya. "Saya dengar Anda telah berhasil menyuruh Megan membeli
pakaian yang sopan" Anda bijaksana sekali. Hanya pria tertentu saja yang mau
memikirkan sesuatu yang sepraktis itu. Sudah lama saya kuatir memikirkan gadis
itu. Gadis-gadis yang cerdas sering kali justru nampak tolol, bukan?"
Setelah mengeluarkan pernyataan yang mengejut"kan itu, dia bergegas masuk ke
toko ikan. Miss Marple, yang ditinggalkannya berdiri di dekatku, mengedipkan matanya dan
berkata, "Tahukah Anda. Dia hampir selalu benar. Nyonya Dane Calthrop itu
seorang wanita yang sangat istimewa."
^"Itu membuatnya agak ditakuti," kataku. "Ketulusan hati memang begitu
akibatnya," kata Miss Marple.
Nyonya Dane Calthrop bergegas keluar dari toko ikan dan menggabungkan diri lagi
dengan kami. Dia memegang seekor udang galah besar yang berwarna merah.
"Pernahkah kalian melihat sesuatu seperti ini" Sangat berlawanan dengan Tuan
Pye," katanya?"begitu jantan dan tampan, bukan?"
4 Aku merasa agak gugup untuk bertemu dengan Joanna, tapi sesampainya di rumah
ternyata aku tak perlu kuatir. Dia sedang keluar dan tidak akan kembali untuk
makan siang. Hal itu sangat mengecewakan Partridge. Sambil menghidangkan dua
potong daging yang tebal dalam sebuah piring, ia berkata dengan masam, "Padahal
Nona Burton secara khusus berkata bahwa dia akan makan di rumah."
Kumakan kedua potong daging itu untuk menggantikan ketidakhadiran Joanna. Tapi
bagaima"napun juga, aku ingin tahu di mana adikku itu. Akhir-akhir ini segala
tindak-tanduknya sangat misterius.
Pukul setengah empat barulah Joanna masuk dengan suara ribut ke ruang tamu
utama. Aku memang mendengar mobil berhenti di luar dan aku setengah berharap
akan bertemu dengan Griffith, tapi mobil itu cepat berlalu dan Joanna masuk
seorang diri. Wajahnya merah sekali dan dia kelihatan risau.
Aku menyimpulkan bahwa pasti telah terjadi sesuatu. "Ada apa?" tanyaku.
Joanna membuka mulutnya, tapi mengatupkannya kembali, mendesah, menjatuhkan
dirinya ke sebuah kursi, dan menatap lurus ke depan.
Katanya, "Pengalamanku buruk sekali hari ini." "Apa yang telah terjadi?" "Aku telah
melakukan hal-hal yang tak masuk akal. Menyedihkan sekali...." 'Tapi apa...."
"Aku baru saja keluar untuk berjalan-jalan berjalan-jalan biasa. Aku mendaki
?bukit dan terus menuju ke padang gersang. Bermil-mil aku berja"lan aku sedang
?ingin berjalan-jalan. Lalu aku tiba di suatu lembah. Di sana ada sebuah tanah
pertanian suatu tempat yang sunyi dan seolaholah tak berpenghuni. Aku merasa
?haus dan aku ingin tahu kalau-kalau mereka punya susu atau sesuatu yang lain.
Lalu aku berjalan memasuki halaman rumah pertanian itu. Pintunya terbuka dan
Owen keluar." "Lalu?" "Pikirnya mungkin aku juru rawat setempat. Di sana ada seorang wanita yang akan
melahirkan. Dia sedang menunggu seorang juru rawat dan sudah mengirim kabar meminta
kedatangan seorang dokter lain. Ada sesuatu yang tak beres dengan persalinan
itu," "Lalu?" "Lalu dia berkata padaku, 'Mari, kau pun boleh juga lebih baik daripada tak ada?yang membantu sama sekali.* Kukatakan bahwa aku tak bisa, dan dia bertanya apa
maksudku" Kukatakan bahwa aku belum pernah melakukan pekerjaan seperti itu, bahwa aku tak tahu apa-apa..,."
"Katanya, persetan itu semua. Lalu dia jadi mengerikan. Dia berdiri menentangku
dan berkata, 'Bukankah kau seorang wanita" Kurasa sudah sepantasnyalah kau
berusaha membantu sesama wanita.* Lalu dia melanjutkan katanya aku pernah
?bercerita bahwa aku tertarik pada soal-soal kedokter- ^* an, dan aku pernah
bercerita bahwa aku sebenarnya ingin menjadi juru rawat.
'Kurasa itu hanya mulut manismu saja! Kau sama sekali tidak bersungguhsungguh
waktu berkata begitu. Tapi ini sungguhsungguh, dan kau harus bertindak sebagai
seorang manusia yang mau berbuat baik dan tidak sebagai wanita tak berguna yang
hanya pantas untuk hiasan!'
"Aku lalu mengerjakan pekerjaan yang sangat tak masuk akal, Jerry. Memegang
alat-alat bedah, merebusnya, dan menyiapkan alat-alat lain. Aku letih sekali,
rasanya aku tak kuat lagi berdiri.
Sungguh ^ mengerikan. Tapi Owen berhasil menyelamatkan wanita itu juga bayinya.
?Dia lahir dalam keadaan hidup. Owen tak menduga bahwa dia akan bisa
menyelamatkannya. Ya, Tuhan!"
Joanna menutupi wajahnya dengan kedua belah tangannya.
Aku memandangi Joanna dengan perasaan senang, dan dalam hatiku aku angkat topi
untuk Owen Griffith. Sekali ini dia telah membuat Joanna benarbenar menghadapi
kenyataan. "Ada surat untukmu di lorong rumah," kataku. "Kurasa dari Paul."
"Eh?" Dia berhenti sebentar, lalu berkata, "Selama ini aku tak bisa
membayangkan, apa yang harus dilakukan oleh para dokter, Jerry. Bukan main!
Mereka punya saraf baja!"
Aku keluar ke lorong rumah dan mengambilkan surat untuk Joanna itu. Joanna
membukanya, membaca isinya sekilas, dan melemparkannya begitu saja.
"Dia benarbenar hebat sekali. Caranya ber"juang bagaimanapun juga dia tak mau
? ? ?mengalah begitu saja! Sikapnya terhadapku kasar dan menjeng"kelkan sekali tapi
?dia benarbenar hebat."
Aku memandang surat Paut yang terlempar begitu saja dengan rasa senang. Jelas
bahwa Joanna sudah melupakan Paul,
BAB TIGA BELAS i YANG terjadi justru adalah yang sama sekali tidak kita harapkan.
Pikiranku sedang penuh oleh persoalan pribadi Joanna dan persoalanku sendiri,
karenanya aku terkejut sekali ketika esok paginya mendengar suara Nash berbicara
melalui telepon, "Kami telah menangkapnya, Tuan Burton t"
Aku begitu terperanjat hingga gagang telepon itu hampir terlepas dari tanganku.
"Maksud Anda..." Dia memotong bicaraku.
"Adakah orang yang bisa mencuri dengar di tempat Anda di situ?"
"Tidak, saya tak ada yah, mungkin..."?Kalau tak salah, aku melihat pintu dapur terbuka sedikit.
"Maukah Anda datang ke pos polisi?" "Mau. Saya langsung berangkat."
Dalam waktu singkat aku sudah berada di pos polisi. Dalam sebuah kamar di bagian
dalam Nash sedang berada bersama Sersan Parkins. Nash tersenyum lebar.
"Ini merupakan suatu pengejaran yang lama," katanya. "Tapi akhirnya kami
berhasil." Dilemparkannya sepucuk surat dari seberang meja. Kali ini seluruh surat itu
diketik. Surat itu agak halus bunyinya, tidak seperti yang lain.
"Tidak ada gunanya kau membayangkan dirimu dapat menggantikan kedudukan wanita
yang sudah " meninggal itu. Seisi kota menertawakanmu. Keluar"lah dari situ.
Kalau tidak, kau akan terlambat. Ini suatu peringatan. Ingat apa yang telah
terjadi atas diri gadis yang seorang lagi.
Pergilah dan jangan kembali."
Surat itu diakhiri dengan katakata yang kotor. "Surat itu diterima Nona Holland
pagi ini," kata Nash.
"Sebelumnya kita pikir aneh juga bahwa dia tidak menerima sepucuk pun," kataSersan Parkins. "Siapa yang menulisnya?" tanyaku.
^ Rasa senang di wajah Nash lenyap.
Dia kelihatan letih dan serius. Dengan tenang dia berkata, "Saya merasa
menyesal, karena hal ini akan merupakan pukulan berat bagi seorang pria
baikbaik, tapi mau apa lagi. Mungkin dia pun sudah curiga pula.*'
"Siapa yang menulisnya?" tanyaku lagi.
"Nona Aimee Griffith."
2 Petang itu Nash dan Parkins pergi ke rumah keluarga Griffith dengan surat
perintah penangkapan. Atas ajakan Nash, aku ikut mereka
"Dokter itu kawan baik Anda," kata Nash. "Dia tak banyak teman di tempat ini.
Jadi saya rasa, bila tidak terlalu menyusahkan Anda, Tuan Burton, Anda mungkin
bisa membantunya menanggung guncangan itu."
Kukatakan bahwa aku mau ikut. Aku tidak menyukai tugas tersebut, tapi kupikir
kedatanganku mungkin berguna.
Kami membunyikan bel dan menanyakan Nona Griffith, lalu kami dipersilakan masuk
ke ruang tamu utama. Elsie Hofland, Megan, dan Symmington sedang berada di sana
minum teh. Nash bersikap penuh pengertian. Dia bertanya pada Aimee apakah dia
boleh berbicara dengannya berdua saja.
Aimee bangkit lalu berjalan ke arah kami. Rasanya aku melihat sekilas ekspresi
ketakutan di matanya. Namun ekspresi itu segera hilang. Dia kelihatan tenang dan
ramah. "Anda memerlukan saya" Mudah-mudahan bukan gara-gara lampu mobil saya lagi, ya?"
Dia berjalan mendahului kami, keluar dari ruang tamu utama, menyeberangi lorong
rumah, lalu masuk ke sebuah ruang kerja yang kecil.
Waktu aku menutup pintu ruang tamu utama, kulihat Symmington tiba-tiba
mendongakkan ke"palanya. Kurasa pekerjaannya telah membawanya berhubungan dengan
kasus-kasus yang ditangani polisi, dan dia mengenali sesuatu dalam sikap Nash.
Dia setengah berdiri. Hanya itu yang kulihat sebelum pintu kututup dan menyusul yang lain-lain.
Nash mengatakan keperluan kedatangannya. Sikapnya tenang dan sempurna. Dia
memberi tahu Aimee, lalu mengatakan bahwa dia terpaksa meminta Aimee untuk ikut
dengannya. Dia punya surat perintah untuk menangkapnya dan dia membacakan
tuduhannya.... Sekarang aku sudah lupa apa istilah yang sebenarnya. Yang jelas, tuduhannya
mengenai suratsurat kaleng itu, belum tuduhan pembunuhan.
Aimee Griffith mendongakkan kepalanya lalu tertawa tergelak. "Alangkah lucunya
omong kosong itu!" katanya nyaring. "Seolaholah saya mau menulis setumpuk
Pena Beracun The Moving Finger Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
suratsurat yang tak sopan seperti itu. Mungkin Anda sudah gila. Saya tak pernah
menulis sepatah kata pun."
Nash mengeluarkan surat yang ditujukan pada Elsie Holland, sambil berkata,
"Apakah Anda membantah telah menulis surat ini, Nona Griffith?"
Kalaupun Aimee tampak bimbang, maka itu adalah untuk sesaat saja.
"Tentu saya membantah. Melihatnya pun saya tak pernah."
"Harus saya katakan pada Anda, Nona Griffith," kata Nash dengan tenang, "bahwa
ada yang menyaksikan Anda mengetik surat itu pada mesin tik di yayasan wanita
antara pukul sebelas dan setengah dua belas malam dua malam yang lalu. Kemarin
Anda ke kantor pos dengan membawa setumpuk surat...."
"Saya tidak mengeposkan surat itu."
"Tidak, bukan Anda. Sementara Anda menunggu perangko, tanpa kentara Anda
jatuhkan surat itu ke lantai, supaya seseorang yang menemukannya tanpa curiga
memungutnya lalu mengeposkannya/'
"Saya tak pernah..."
Pintu terbuka dan Symmington masuk. Dengan tajam dia berkata, "Ada apa ini"
Aimee, kalau ada sesuatu yang tak beres, kau harus memanggil pembela. Bila kau
ingin aku..." Waktu itu patahlah pertahanan Aimee Griffith. Dia menutup mukanya, lalu
terhuyung ke sebuah kursi.
"Pergilah, Dick, pergi," katanya. "Jangan kau! Jangan kaul"
"Kau membutuhkan seorang pembela, Kawan."
"Jangan kau. A aku tidak akan tahan. Aku tak ingin kau tahu semuanya ini!"? ?Mungkin Symmington lalu mengerti. Dengan tenang dia berkata, "Aku akan
menghubungi Mildmay dari Exhamp-ton. Maukah kau?" Aimee mengangguk, lalu
terisak. Symmington keluar dari kamar itu. Di ambang pintu dia bertabrakan dengan Owen
Griffith. "Ada apa ini?" kata Owen dengan keras. "Adikku..."
"Menyesal sekali, Dokter Griffith. Maafkan saya. Tapi kami tak punya pilihan
lain." "Apakah menurut Anda dia yang bertanggung jawab atas semua suratsurat itu?"
"Saya rasa tak bisa diragukan lagi, Dokter," kata Nash dia menoleh pada Aimee.
?"Harap Anda ikut kami sekarang, Nona Griffith Anda akan diberi semua fasilitas
?untuk bertemu dengan seorang pembela."
"Aimee?" seru Owen.
Aimee melewati Owen begitu saja tanpa menoleh padanya.
"Jangan bicara denganku," katanya. "Jangan katakan apa-apa. Dan demi Tuhan,
jangan pandangi aku!"
Mereka keluar. Owen berdiri seperti orang linglung.
Aku menunggu sebentar, lalu mendekatinya. "Bila ada sesuatu yang bisa kubantu,
Griffith, katakan saja."
Seolaholah sedang bermimpi, dia berkata,
"Aimee" Aku tak percaya."
"Mungkin saja salah," kataku tak yakin.
"Dia tidak akan menerimanya dengan cara itu bila tuduhan itu tak benar," katanya
lembut. "Tapi aku tak pernah menduga. Aku tak bisa percaya."
Dia terhenyak ke sebuah kursi. Aku membantunya dengan mengambilkan minuman keras
untuknya. Direguknya minuman itu sekaligus, dan hal itu agaknya membantunya.
"Aku mula-mula tak bisa menerimanya," katanya. "Aku sudah tak apa-apa lagi
sekarang. Terima kasih, Burton, tapi kau tak bisa berbuat apa-apa. Tak seorang
pun bisa berbuat apa-apa."
Pintu terbuka dan Joanna masuk. Wajahnya pucat sekali.
Dia mendekati Owen, lalu melihat kepadaku. "Keluarlah, Jerry," katanya. "Ini
urusanku." Sambil berjalan ke luar pintu, kulihat adikku berlutut di dekat kursi
Owen. 3 Aku tak bisa menceritakan dengan urut peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam dua
puluh empat jam 265 berikutnya. Bermacam-macam kejadian bermuncul"an, kejadian-kejadian yang tak ada
hubungannya dengan kejadian-kejadian yang lain.
Kuingat Joanna pulang, wajahnya pucat dan kelihatan sangat letih. Kuingat aku
lalu mencoba menghiburnya, dengan berkata,
"Nah, nah, siapa yang seharusnya menjadi bidadari penghibur?"
Kuingat pula dia tersenyum dengan bibir yang tegang dan berkata, "Dia berkata
bahwa dia tak menghendaki diriku, Jerry. Dia sangat, sangat sombong dan kaku!"
Dan aku berkata, "Gadisku pun tidak menghenda"ki diriku..."
Beberapa saat lamanya kami duduk saja, dan akhirnya Joanna berkata, "Rupanya
kehadiran keluarga Burton saat ini sedang tidak diingini orang!"
Kataku, "Biarlah, Sayang, kita masih saling memiliki."
Dan Joanna berkata, "Bagaimanapun juga, Jerry, hal itu tidak bisa menghiburku
sekarang,..." Esok harinya Owen datang dan menyenandungkan segala macam pujian bagi Joanna.
Katanya adikku itu hebat, luar biasa! Bagaimana Joanna telah datang padanya dan
menyatakan bahwa dia mau menikah dengannya segera, kalau Owen mau. Tapi Owen ?tak mau membiarkan Joanna berbuat demikian.
Tidak, Joanna terlalu baik, terlalu halus untuk dilibatkan dalam peristiwa
memalukan yang segera akan tersiar begitu koran-koran mencium berita itu.
Aku sayang pada Joanna, dan aku tahu bahwa dia adalah wanita yang bisa
mendampingi seseorang yang sedang dalam kesusahan. Tapi aku bosan mendengar
sanjungan-sanjungan yang hebat itu. Dengan agak I jengkel kukatakan pada Owen
agar jangan sok bersikap ksatria.
Aku pergi ke High Street dan ternyata lidah semua orang ramai membicarakan
peristiwa itu. Emily Barton berkata bahwa dia memang tak pernah benarbenar percaya pada Aimee
Griffith. Istri pemilik toko kelontong berkata dengan berapi-api bahwa dia memang selalu
berpikir bahwa Nona Griffith punya pandangan mata yang aneh.
Kudengar dari Nash, bahwa mereka telah melengkapi tuduhan terhadap Aimee. Waktu
diada"kan penggeledahan di rumah Griffith diketemukan halaman-halaman yang telah
digunting dari buku Emily Barton dalam lemari di bawah tangga, terbungkus dalam
?segulung kertas dinding yang sudah tua.
"Suatu tempat menyembunyikan yang betul-betul bagus," kata Nash mengakui. "Kita
tak pernah tahu kalau-kalau ada seorang pelayan yang suka mengin"tip, membongkar
meja tulis atau laci meja yang terkunci tapi lemari barangbarang bekas yang
?penuh dengan bola-bola tenis bekas tahun lalu dan kertas-kertas dinding yang
sudah tua tak akan pernah dibuka kecuali untuk menjejalkan sesuatu yang sudah
tak ada gunanya." "Wanita itu agaknya punya kenangan tertentu akan tempat persembunyian yang
istimewa itu," kataku. "Ya. Jalan pikiran mereka umumnya tidak berbeda jauh. Bicara tentang gadis yang
meninggal itu, kita punya satu bukti yang bisa dikemukakan. Ada sebuah alat
penumbuk obat yang besar, yang hilang dari ruang obat dokter. Saya berani
mempertaruhkan apa saja, bahwa dengan alat penumbuk itulah gadis tersebut telah
dihantam." "Suatu benda yang cukup sulit untuk dibawa-bawa," bantahku.
"Bagi Nona Griffith, tidak. Dia akan pergi ke kegiatan kepramukaan petang itu,
tapi dia harus menyampaikan bunga-bunga dan sayur-sayuran ke warung Palang Merah
dalam perjalanannya ke sana. Jadi dia memang membawa sebuah keranjang yang besar
sekali." "Anda tidak menemukan alat tusuk dagingnya?"
"Tidak, dan tidak akan. Setan malang itu mungkin gila, tapi dia masih cukup
waras untuk tidak menyimpan alat tusuk daging yang berlumuran darah, yang akan
mempermudah pekerjaan kita.
Dia tinggal mencucinya lalu mengembalikannya ke laci lemari dapur."
"Saya rasa," kataku membenarkannya, "kita memang tak bisa memperoleh segalagalanya." Tempat tinggal pendeta merupakan tempat ter"akhir yang mendengar berita itu.
Miss Marple sangat sedih mendengarnya. Dengan sangat bersungguhsungguh dia
berbicara denganku mengenai hal itu.
"Mereka keliru. Tuan Burton. Saya yakin mereka keliru."
"Saya rasa, tidak. Soalnya mereka telah lama mengintainya, dan mereka benarbenar
melihat dia mengetik surat itu."
"Ya, ya mungkin mereka melihatnya. Hal itu bisa saya mengerti."?"Dan halaman-halaman buku dari mana telah digunting huruf-huruf itu ditemukan
tersembunyi di . rumahnya."
Miss Marple menatapku. Kemudian katanya dengan suara yang rendah sekali, "Aduh,
sungguh mengerikan itu benarbenar jahat."
?Nyonya Dane Calthrop datang terburu-buru bergabung dengan kami dan berkata, "Ada
apa, Jane?" Miss Marple bergumam putus asa. "Aduh, aduh, apa yang bisa kita perbuat}" "Apa
yang merisaukanmu, Jane?" "Harus ada sesuatu," kata Miss Marple. "Tapi aku sudah
terlalu tua, terlalu lengah, dan kurasa aku ini
* tolol sekali." Aku jadi merasa tak enak, dan aku senang waktu Nyonya Dane Calthrop membawa
temannya itu pergi. Namun petang itu rupanya aku harus bertemu lagi dengan Miss Marple. Lama setelah
itu, yaitu dalam perjalananku pulang.
Dia sedang berdiri di dekat jembatan kecil di ujung desa dekat pondok Bu Cleat.
Dan anehnya, dia sedang bercakapcakap dengan Megan.?Aku ingin bertemu dengan Megan. Sepanjang hari itu aku ingin bertemu dengannya.
Aku mempercepat langkahku. Tapi begitu aku hampir tiba ke dekat mereka, Megan
berbalik dan pergi ke arah yang berlawanan.
Aku jadi marah dan aku sebenarnya ingin menyusulnya, tapi Miss Marple menghadang
lang"kahku. "Saya ingin berbicara dengan' Anda," katanya. "Harap jangan susul Megan. Itu
tidak akan baik." Aku baru saja akan menyahutnya dengan tajam ketika dia melumpuhkanku dengan
berkata, "Gadis itu punya keberanian suatu keberanian yang luar biasa."
?Masih saja aku akan mengejar Megan, tapi Miss Marple berkata, "Jangan coba
menemuinya sekarang. Saya tahu benar apa yang saya katakan. Dia harus menjaga
supaya keberaniannya itu tetap utuh."
Ada sesuatu dalam pernyataan wanita tua itu yang membuatku bergidik. Seolaholah
dia tahu sesuatu yang tidak kuketahui.
Aku takut, tapi tak tahu apa yang kutakutkan.
Aku tak jadi pularig. Aku kembali ke High Street dan berjalan hitir-mudik tanpa
tujuan. Aku tak tahu apa yang sedang kutunggu. Aku pun tak tahu apa yang
kupikirkan.... Aku bertemu dengan Kolonel Appleton yang sangat membosankan itu. Sebagaimana
biasa ia menanyakan ackkku yang cantik dan kemudian berkata,
"Aku mendengar berita tentang adik Dokter Griffith yang sudah menjadi gila
karena rasa bencinya. Kata orang dialah penulis, suratsurat kaleng yang telah
menyusahkan orang banyak, benarkah itu" Mula-mula aku tak bisa percaya, tapi
kata orang itu memang benar." Kukatakan bahwa itu memang benar. "Yari kalau
? ?begitu harus kuakui bahwa kepolisi"an kita hebat juga.
Beri mereka waktu, itu saja, beri mereka waktu. Masalah suratsurat kaleng itu
lucu juga ?perawan-perawan tua yang gersang itulah ^ yang biasanya suka
melakukannya padahal Nona Griffith itu tidak terlalu jelek, meskipun giginya
?agak terlalu panjang-panjang. Tapi di daerah ini memang tak ada gadis-gadis yang
cukup cantik -kecuali guru pengasuh anakanak keluarga Symmington itu. Dia
?memang enak dipandang. Apalagi dia gadis yang menyenangkan pula. Dia akan sangat
berterima kasih bila ada orang yang memberinya bantuan sedikit-saja. Aku pernah
bertemu dengannya pada suatu hari waktu dia piknik atau entah apa dengan
anakanak itu belum lama ini. Anakanak berkejar-kejaran di celah-celah tanaman di
padang, dan dia sendiri merajut bukan main jengkelnva dia karena kehabis-benang
?wol. Lalu kukatakan, 'Maukah Anda saya antar ke Lymstock" Saya harus mengambil
cambuk saya di sana. Tidak akan sampai sepuluh menit saya mengambilnya, sesudah
itu Anda akan saya antar kembali.' Dia agak bimbang meninggalkan anakanak itu.
'Mereka tidak akan apa-apa,' kataku. 'Siapa yang akan mengganggu mereka"' Aku
tak ingin membawa anakanak itu serta! Maka kubawa dia, kuantar ke toko penjual
barang wol, sesudah itu kujemput lagi dia, dan bereslah. Dia amat berterima
kasih padaku. Dia memang gadis manis." Aku berhasil membebaskan diri dari pria
itu. Setelah itu aku melihat Miss Marple lagi untuk ketiga kalinya. Dia baru
saja keluar dari pos polisi.
Dari mana gerangan datangnya rasa takut" Di mana rasa takut itu berkembang" Di
mana rasa takut itu bersembunyi sebelum muncul ke permukaan"
Ada sebuah kalimat singkat. Kalimat itu kudengar, kucatat, dan tak pernah
benarbenar kusingkirkan"
"Bawalah aku pergi mengerikan sekali di sini ^ aku merasa diriku jahat...."? ?Mengapa Megan berkata begitu" Mengenai apa dia merasa dirinya jahat"
Tak mungkin ada sesuatu dalam kematian Nyonya Symmington yang menyebabkan Megan
merasa dirinya jahat. Mengapa anak itu merasa dirinya jahat" Mengapa"
Mengapa" Mungkinkah karena dia merasa turut bertanggung jawab"
Megan} Tak mungkin! Megan tak mungkin w terlibat dalam suratsurat
itu suratsurat kotor dan keji itu.
?Owen Griffith pernah tahu suatu peristiwa seperti itu di daerah utara oleh
?seorang siswi.... Apa yang pernah dikatakan Inspektur Graves"
Sesuatu tentang pikiran orang puber....
Wanitawanita setengah baya di meja operasi, yang meracaukan katakata yang boleh
dikatakan tidak mereka kenal. Anakanak laki-laki kecil yang mencoret-coret
dinding. Bukan, pasti bukan Megan.
Apakah karena penyakit keturunan" Darah yang tidak sehat" Mewarisi sifat
abnormal tanpa me"nyadarinya" Bukan salahnya kalau ia bernasib
malang. Apakah ini suatu kutukan yang dijatuhkan kepadanya oleh generasi
sebelumnya" "Saya bukan orang yang tepat untuk menjadi istri Anda. Saya lebih pandai
membenci daripada mencintai."
Aduh, Megan, kekasihku. Jangan katakan itu\ Katakan apa saja, tapi jangan itu.
Dan si nenek tua itu mengejarmu, dia mencurigaimu. Dikatakannya * bahwa kau
punya keberanian. Keberanian untuk berbuat apa}
Itu semua hanya merupakan badai dalam pikiranku saja. Dan kini telah berlalu. Tapi aku ingin bertemu dengan Megan aku ingin ?sekali bertemu de"ngannya.
Pukul setengah sepuluh malam itu aku meninggal"kan rumah dan pergi ke kota
menuju rumah Symmington. Pada saat itulah aku mendapat suatu gagasan yang benarbenar baru. Gagasan
tentang seorang wanita ^ yang sama sekali tak pernah diperhitungkan oleh siapa
pun juga. (Atau adakah Nash memikirkan dia") Sama sekali tak mungkin, sama
sekali tak masuk akal, dan sampai hari ini pun aku akan berkata bahwa itu tak
masuk akal. Tapi tidak demikian halnya. Tidak, bukannya tak mungkin.
Aku mempercepat langkahku. Karena sekarang benarbenar aku harus menjumpai Megan.
Sekarang juga! Aku melewati pintu pagar dan menuju rumah keluarga Symmington. Malam itu gelap,
berawan. L Hujan rintik-rintik mulai turun. Kita tak bisa melihat dengan jelas.
Aku melihat segaris cahaya dari salah sebuah jendela. Apakah itu kamar istirahat
pagi" Aku bimbang sebentar, kemudian kuputuskan untuk tak jadi mengetuk pintu depan.
Aku membelok, mengendap-endap ke jendela yang memancarkan cahaya, menghindari
sebuah semak gelap dekat dinding sambil tetap membungkuk.
Cahaya itu datang dari suatu celah pada tirai yang tidak tertutup rapat. Dengan
mudah aku mengintip melalui Celah itu.
Yang kulihat adalah gambaran sebuah keluarga yang damai. Symmington duduk di
sebuah kursi besar dan Elsie Holland dengan kepala tunduk sibuk menambal kemeja
anakanak yang robek. Karena jendela itu terbuka di bagian atasnya, aku tidak saja bisa mengintai
dengan mudah, tapi juga mendengar percakapan mereka. Elsie Holland sedang
berbicara. "Tapi saya tetap berpendapat, Tuan Symmington, bahwa anakanak itu
sudah cukup besar untuk dikirim ke sekolah yang berasrama. Bukan karena saya
senang berpisah dengan mereka, saya justru akan sedih sekali. Saya benarbenar
sayang pada mereka berdua." Symmington berkata, "Saya rasa mungkin Anda benar
mengenai Brian, Nona Holland. Telah saya putuskan bahwa dia semester depan sudah
harus mulai bersekolah di Winbays tempat saya bersekolah dulu. Tapi Colin masih
?terlalu muda. Saya lebih suka kalau dia menunggu setahun lagi."
"Yah, saya mengerti maksud Anda. Apalagi Colin memang masih agak kekanak-kanakan
dibanding dengan umurnya...."
Suatu percakapan keluarga biasa- gambaran se"buah keluarga biasa-dan sebentuk
?kepala berambut pirang keemasan menunduk menekuni jahitan.
Kemudian pintu terbuka dan Megan masuk.
Pena Beracun The Moving Finger Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dia berdiri tegak di ambang pintu, dan aku segera melihat sesuatu yang tegang
dan kaku pada dirinya. Kulit wajahnya tegang dan serius, sedang matanya bersinar
tegas. Tak ada sikap enggan pada dirinya malam ini dan tak ada sikap kekanakkanakan. Dia berbicara pada Symmington, tapi tidak memanggil apa-apa padanya (dan tibatiba aku ingat bahwa aku belum pernah mendengar dia memanggil apa-apa pada ayah
titinya itu. Apakah dia memang"gilnya Ayah atau Dick atau apa")
"Saya ingin bicara dengan Anda. Empat mata." Symmington kelihatan terkejut, dan
menurut pikiranku, tidak terlalu senang. Dia mengernyitkan alisnya, tapi Megan
tetap pada sikapnya, sesuatu yang tak biasa pada dirinya. Dia menoleh pada Elsie
Holland dan berkata, "Kau keberatan, Elsie?"
"Oh, tentu tidak." Elsie Holland melompat berdiri. Dia kelihatan terkejut dan
agak gugup. Dia berjalan ke arah pintu dan Megan masuk hingga Elsie melewatinya.
Sesaat lamanya Elsie berdiri tak bergerak di ambang pintu, lalu menoleh lagi ke
belakang. Bibirnya terkatup rapat, dia berdiri tak bergerak, sebelah tangannya terulur dan
yang sebelah lagi menggenggam jahitannya.
Aku menahan napas, terpesona oleh kecantik"annya.
Bila sekarang aku teringat padanya, maka aku selalu membayangkan dia pada saat
itu dalam gerak yang terhenti, dalam kesempurnaan abadi seperti dewi Yunani ?kuno.
Kemudian dia keluar sambil menutup pintu.
Dengan agak jengkel Symmington berkata,
"Nah, Megan, ada apa" Mau apa kau?"
Megan langsung mendekati mejanya. Dia berdiri sambil memandangi Symmington.
Lagi-lagi aku terkesan oleh wajahnya yang membayangkan kete"guhan hatinya dan
sesuatu yang lain ?suatu kekerasan yang belum pernah kuliftat sebelumnya.
Kemudian dia membuka mulurnya dan mengata"kan sesuatu yang membuatku kaget
setengah mati. "Saya perlu uang," katanya.
Permintaan itu tidak menghilangkan kejengkelan Symmington. Dengan tajam dia
berkata, "Tak bisakah kau menunggu sampai besok pagi" Ada apa, apakah kaupikir
uang sakumu tak cukup?"
Dia seorang pria yang bijaksana, pikirku waktu itu, dia mau mempertimbangkan
suatu alasan, meskipun bukan alasan emosional.
"Saya perlu uang banyak," kata Megan.
Symmington menegakkan duduknya. Dengan nada dingin dia berkata, "Beberapa bulan
lagi umurmu genap dua puluh satu tahun. Pada saat itu, uang yang diwariskan oleh
nenekmu akan diserahkan padamu oleh badan perwalian."
Megan berkata, "Anda salah paham. Saya minta uang dari Anda." Dia melanjutkan cepatcepat, "Tak
seorang pun mau bercerita tentang ayah saya padaku. Orang tak ingin saya tahu
tentang dia. Tapi saya tahu bahwa dia pernah masuk penjara dan saya tahu apa
sebabnya. Gara-gara memeras!"
Dia berhenti. "Nah, saya anaknya. Dan mungkin saya mewarisi kejahatannya. Pokoknya, saya minta
agar Anda memberi saya uang, karena jika Anda tak mau," dia berhenti ? ?sebentar, lalu meneruskan lagi lambatlambat dan dengan nada datar "bila Anda
?tak mau saya akan melaporkan bahwa saya melihat Anda mengutak-ngutik bungkus
?puyer Ibu di kamar + Ibu hari itu."
Keduanya diam. Kemudian Symmington berkata dengan suara yang sama sekali tidak
mengandung emosi, "Aku tak tahu apa maksudmu?"
"Saya rasa Anda mengerti," kata Megan.
Dan dia tersenyum. Senyum itu tak manis"
Symmington bangkit. Dia pergi ke meja tulis. Dikeluarkannya sebuah buku cek dari
sakunya, lalu menulis pada selembar cek. Cek itu dikeringkannya dengan cermat
lalu dia kembali. Cek itu diserahkan-1 nya pada Megan.
"Kau sudah dewasa sekarang," katanya. "Aku bisa mengerti bahwa kau mungkin ingin
membeli sesuatu yang agak istimewa, pakaian dan sebagainya. Aku tak mengerti apa
yang kaubicarakan. Aku tidak memperhatikannya. Tapi inilah ceknya."
Megan melihat ke cek itu, lalu berkata,
'Terima kasih. Untuk sementara ini cukup."
Dia berbalik lalu keluar dari kamar itu. Symming - ton menatapnya dan kemudian
menatap pintu yang tertutup. Kemudian dia berbalik, dan waktu aku melihat
wajahnya aku membuat suatu gerakan maju yang tak t er ken dai ikan.
Tapi dengan cara yang luar biasa gerakanku terhalang. Semak besar yang tadi
kulihat ada di dekat dinding bukan lagi serumpun semak. Lengan Inspektur Nash
melingkari tubuhku dan suara Inspektur Nash mendesis di telingaku, "Diam,
Burton. Demi Tuhan." Kemudian dengan sangat hati-hati dia menjauh dan lengannya
memaksaku mengikutinya. Setibanya di samping rumah dia meluruskan tubuhnya dan menyeka dahinya.
'Tentu," katanya, "lagi-lagi Anda ikut campur!" "Gadis itu dalam bahaya," kataku
mendesak. "Apakah Anda lihat wajah Symmington" Kita harus berusaha membawa gadis itu
keluar dari sini." Nash mencengkeram lenganku. 'Tuan Burton, Anda harus mau
mendengarkan." 6 Dan aku pun mematuhinya. Sebenarnya aku tak suka tapi aku mengalah.
?Dan aku berkeras untuk tetap di situ dan aku bersumpah akan mematuhi perintahperintahnya tanpa membantah.
Maka masuklah aku bersama Nash dan Parkins ke dalam rumah, melalui pintu
belakang yang sudah dibuka kuncinya.
Dan bersama Nash aku menunggu di puncak tangga ke lantai atas, di balik tirai
beludru yang menutupi ceruk sebuah jendela yang menjorok ke luar. Kami menunggu
sampai jam di dalam rumah itu berdentang dua kali. Pintu kamar Symmington
terbuka, dia menyeberangi puncak tangga, lalu masuk ke kamar Megan.
Aku diam tak bergerak, karena aku tahu bahwa Sersan Parkins ada di dalam,
terlindung oleh pintu yang terbuka, dan aku pun tahu bahwa aku tidak yakin akan
bisa menahan diri agar tetap tenang dan tidak meledak.
Ketika menunggu dengan hati berdebar itu, kulihat Symmington keluar menggendong
Megan dan membawanya turun. Aku dan Nash mengikutinya pada jarak yang aman.
Dia membawa gadis itu masuk ke dapur. Baru saja dia membaringkan Megan dengan
nyaman, dengan kepala dalam oven gas dan memutar gasnya, Nash dan aku masuk ke
dapur dan menyalakan lampu.
Tamatlah riwayat Richard Symmington. Dia menyerah. Sambil menarik Megan ke luar
dan mematikan gas aku masih sempat melihat dia menyerah. Dia sama sekali tidak
mencoba melawan. Dia tahu dia telah memainkan perannya dan dia kalah.
7 Di lantai atas aku duduk di sisi tempat tidur Megan, menunggu sampai dia sadar
dan sekalisekali memaki Nash.
"Bagaimana Anda bisa yakin bahwa dia tidak akan apa-apa" Risikonya tadi terlalu
besar." Nash berkata dengan sabar,
"Dia hanya memasukkan obat tidur ke dalam susu yang selalu tersedia di sisi
tempat tidur Megan. Tak lebih dari itu. Tentu saja dia tak berani menanggung
risiko Megan sampai keracunan. Sangkanya selujruh perkara itu sudah selesai
dengan tertangkapnya Nona Griffith.
Dia tak berani menanggung akibat kalau
sampai terjadi kematian yang misterius. Tak boleh ada kekerasan, tak ada racun.
Tapi bila seorang gadis pemurung, yang sedih karena ibunya bunuh diri, akhirnya
memasukkan kepalanya ke oven gas yah, paling-paling orang hanya akan berkata ?bahwa dia memang tak pernah normal, dan keguncangan jiwa akibat kematian ibunya
telah membuatnya bunuh diri."
Sambil memperhatikan Megan, aku berkata,
"Lama benar dia pingsan."
"Anda mendengar apa yang dikatakan Dokter Griffith" Jantung dan nadinya cukup
baik dia akan tidur terus dan bangun secara wajar. Banyak pasiennya yang
?diberinya obat seperti itu, katanya."
Megan bergerak. Dia menggumamkan sesuatu.
Diam-diam Inspektur Nash meninggalkan kamar itu.
Akhirnya Megan membuka matanya, "Jerry!"
"Halo, Sayang."
"Bagaimana permainanku tadi?"
"Kau seolaholah sudah biasa memeras orang sejak masih dalam buaian!"
Megan menutup matanya lagi. Kemudian dia bergumam,
"Semalam aki" menulis surat padamu kalau-kalau rencana ini-gagal. Tapi aku ?terlalu mengantuk untuk menyelesaikannya. Surat itu ada di sana."
Aku pergi ke seberang, ke meja tulis. Dalam sebuah buku catatan kecil yang tua
kutemukan surat Megan yang tak selesai.
"Jerry yang baik" demikian surat itu dimulainya dengan sederhana.
"Aku sedang membaca pelajaran sekolahku beglri keSpmrc'dm solnya yang mulainya
?Dirimu untukku seperti makanan untuk hidup Atau bagai hujan gerimis yang
menyejukkan tanah Dan aku tahu bahwa aku mencintaimu, ya
begitulah perasaanku...."
Scanned book {shook) ini hanya untuk pelestarian buku dari kemusnahan. DILARANG
MENGKOMERSILKAN atau hidup anda mengalami ketidakbahagiaan dan
ketidakberuntungan BBSC BAB EMPAT BELAS "JADI kalian lihat," kata Nyonya Dane Calthrop, "bahwa tindakan saya memanggil
seorang ahli adalah tepat."
Aku memandangnya dengan tercengang. Kami semua berada di kediaman pendeta. Di
luar hujan bagai dicurahkan dari langit dan perapian menyebar"kan kehangatan
yang nyaman. Nyonya Dane Calthrop baru saja kembali dari berjalan-jalan. Dia
menepuk-nepuk bantal sofa dan entah dengan alasan apa diletakkannya di atas
piano. "Benarkah itu?" tanyaku terkejut. "Siapa dia" Apa kerja pria itu?"
"Dia bukan seorang pria," kata Nyonya Dane
Calthrop. Dengan gerakan yang mengesankan dia menunjuk ke arah Miss Marple. Miss Marple
telah menyelesai"kan rajutan wol yang halus dan sekarang sedang asyik merenda
dengan segulung benang katun.
"Dialah orangnya," kata Nyonya Dane Calthrop. "Jane* Marple. Pandanglah dia
baikbaik. Dan ketahuilah, wanita ini tahu banyak tentang segala macam kejahatan
manusia lebih daripada siapa pun juga yang pernah saya kenal."
"Kurasa tak perlu kaukatakan begitu, Sayang," gumam Miss Marple.
"Tapi itu memang benar."
"Kita bisa banyak memahami sifat manusia kalau sepanjang tahun kita tinggal di
sebuah desa," kata Miss Marple dengan tenang.
Kemudian, karena merasa semua orang menanti"kan pendapatnya, diletakkannya jarum
dan benang"nya, dan dengan gaya seorang wanita tua yang lembut dia pun
menyampaikan penjelasannya tentang pembunuhan itu.
"Dalam perkaraperkara seperti ini," katanya, "yang paling penting adalah kita
harus benarbenar berpandangan luas. Kita harus tahu bahwa pada umumnya kejahatan
itu sebenarnya soal yang sangat sederhana. Demikian pula yang ini. Sangat masuk
akal tak berliku-liku dan mudah dimengerti tentu saja dalam pengertian yang ? ? ?tidak me"nyenangkan."
"Sangat tidak menyenangkan!"
"Duduk perkaranya dapat dilihat dengan jelas. Anda pun sudah melihatnya, Tuan
Burton." "Sama sekali tidak."
"Ya, Anda melihatnya. Anda telah menceritakan semuanya pada saya. Anda telah
melihat dengan sempurna hubungan antara hal yang satu dengan hal yang lain, tapi
Anda tak punya rasa percaya diri yang cukup untuk menyadari apa makna perasaanperasaan Anda itu. Pertama-tama, ungkapan yang membosankan yang sering Anda
dengar, "Tak ada asap tanpa api.' Ungkapan itu telah menggelitik Anda, lalu Anda
menafsirkannya dengan benar pula, yaitu bahwa itu adalah suatu tabir asap. Dalam perkara ini memang telah terjadi pengalihan perhatian
orang semua orang memandang ke arah yang salah yaitu ke suratsurat kaleng,
? ?padahal sebenarnya tak ada surat kaleng!"
"Tapi, Miss Marple, bisa saya yakinkan bahwa suratsurat itu ada. Saya sendiri
pun menerimanya." "Oh, ya, tapi suratsurat itu sama sekali palsu. Maud, sahabatku ini, pun keliru
mengenai hal itu. Di Lymstock yang damai ini pun banyak skandal, dan bisa saya yakinkan bahwa
setiap wanita yang tinggal di sini tahu akan hal itu dan memanfaatkannya. Tapi,
seorang pria biasanya tidak tertarik pada gunjingan lebih-lebih seorang pria
?cerdas yang suka me- * nyendiri, seperti Tuan Symmington. Bila yang menulis
suratsurat itu benarbenar seorang wanita, maka suratsurat itu akan lebih
mengenai sasarannya. "Jadi Anda lihat, kalau kita singkirkan asapnya hingga tinggal apinya, tahulah
kita inti persoalannya. Kita tiba pada kenyataan-kenyataan yang sesungguh"nya
dari apa yang telah terjadi. Dengan mengesam"pingkan suratsurat itu, hanya satu
hal yang telah terjadi Nyonya Symmington meninggal.
?"Maka, wajarlah kalau kita lalu berpikir siapa yang menginginkan kematian Nyonya
Symmington, dan dalam perkara seperti itu saya rasa orang yang pertama-tama
dicurigai adalah suaminya. Lalu kita bertanya apakah ada alasannya} Adakah
?motif"nya" Seorang wanita lain, umpamanya"
?"Dan yang pertama-tama saya dengar adalah adanya seorang guru pengasuh anakanak
yang masih muda dan sangat cantik di rumah keluarga itu. Begitu jelas, bukan"
Tuan Symmington seorang pria yang kaku dan dingin, terikat pada istrinya,,
seorang 4 wanita yang suka mengeluh dan menderita gangguan saraf, lalu tiba-tiba
muncul gadis muda yang cantik cemerlang itu.
"Saya rasa Anda pun tahu, bila seorang laki-laki jatuh cinta pada umur tertentu,
maka rasa cinta itu akan membakarnya. Dia seperti tergila-gila. Dan sepanjang
pendengaran saya, Tuan Symmington itu sebenarnya bukan orang baik dia tidak
?begitu baik hati, kurang pandai menunjukkan kasih sayang dan kurang
simpatik sifat-sifatnya semuanya kurang maka dia pun tidak punya kekuatan
? ?untuk melawan kegilaannya sendiri. Dan di tempat seperti ini hanya kematian
istrinyalah yang akan memecahkan persoal"annya. Soalnya dia ingin mengawini
gadis itu. Gadis itu sangat terhormat, begitu pula dia sendiri. Dan kecuali itu,
dia sangat sayang pada anak-anaknya dan tak mau melepaskan mereka. Dia
menginginkan segala-galanya, rumahnya, anak-anaknya, kehormat"annya, dan juga
Elsie Holland. Dan imbalan yang harus dibayarnya untuk itu adalah pembunuhan.
"Saya akui, dia telah memilih cara yang sangat cerdik. Dari pengalamannva
menangani perkaraperkara kriminal dia tahu benar betapa cepatnya tuduhan
dijatuhkan pada sang suami bila seorang istri meninggal dengan mendadak dan ?selalu ada ke"mungkinan jenazah digali lagi kalau-kalau matinya karena diracuni.
Maka dia menciptakan suatu kematian yang kelihatannya bertalian dengan sesuatu
yang lain. Dia menciptakan seorang penulis surat kaleng yang sebenarnya tak ada.
Dan cerdiknya, polisi pasti akan mencari seorang wanita dan dalam batas
?tertentu polisi memang benar. Suratsurat itu seolaholah memang ditulis oleh
seorang wanita. Dia membuat suratsurat itu dengan mencontoh kasus surat kaleng tahun lalu, dan
dari suatu perkara yang pernah diceritakan oleh Dokter Griffith kepadanya.
Maksud saya, dia tidak berbuat tolol dengan menyalin suratsurat itu kata demi
kata, melainkan diambilnya ungkapan-ungkapan dan kalimat-kalimat
dari suratsurat itu, dicampuradukkannya, dan hasilnya suratsurat kaleng yang
benarbenar men"cerminkan jalan pikiran seorang wanita seorang wanita yang
?tertekan dan agak miring otaknya.
"Dia sudah memperhitungkan langkah-langkah yang akan diambil oleh polisi,
tulisan tangan, pemeriksaan mesin tik, dan sebagainya. Sudah beberapa lamanya
dia mempersiapkan kejahatannya. . Semua amplop sudah diketik sebelum mesin tik
itu disumbangkannya pada yayasan wanita. Sedang halaman-halaman buku di Little
Furze mungkin sudah lama dipotongnya waktu dia menunggu di ruang tamu pada suatu
hari. Orang tak sering membuka buku-buku kumpulan khotbah!
"Dan akhirnya, setelah rencana 'Pena Beracunnya*, yang palsu itu berjalan dengan
baik, dilaksanakan-nyalah tujuannya yang sebenarnya. Pada suatu petang yang
cerah waktu si guru pengasuh kedua anaknya serta putri tirinya keluar dan para
pelayan mendapat hari libur mereka seperti biasa. Yang tak dapat
diperhitungkannya adalah bahwa Agnes akan bertengkar dengan pacarnya dan kembali
ke rumah lebih cepat."
Joanna bertanya, "Apa yang dilihat gadis itu" Tahukah Anda?"
"Saya tak tahu. Saya hanya bisa menduga. Menurut dugaan saya, dia tidak melihat
apa-apa." "Jadi keterangan itu tak benar?"
"Tidak, tidak, Anak manis. Maksud saya begini, dia berdiri di depan jendela
gudang makanan sepanjang petang menunggu anak muda itu kembali untuk minta maaf,
dan bahwa dalam arti yang sebenarnya dm tidak melihat siapa-siapa. Artinya
? ?28fi
Pena Beracun The Moving Finger Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tak ada seorang pun datang ke rumah itu, tak ada tukang pos atau siapa pun yang
lain. "Karena otaknya lamban, lama kemudian baru dia menyadari bahwa hal itu
aneh karena nampaknya Nyonya Symmington menerima surat petang itu."
?"Apakah Nyonya Symmington sebenarnya tidak menerimanya?" tanyaku tak mengerti.
"Tentu saja tidak. Seperti kata saya tadi, kejahatan ini sederhana sekali.
Suaminya cukup membubuhkan racun sianida dalam bungkus puyer yang teraus yang
pasti akan diminum oleh istrinya petang itu bila serangan sakit kepalanya datang
setelah makan siang. Yang harus dilakukan Symmington adalah berusaha untuk
pulang sesudah atau bersamaan dengan Elsie Holland, memanggil istrinya, tidak
ada jawaban, naik ke kamarnya di lamai atas, membubuhkan sedikit sianida ke
dalam gelas yang sudah digunakan istrinya untuk minum obat, melemparkan surat
kaleng yang sudah diremas ke perapian, dan meletakkan sesobek kertas yang ada
tulisan tangan istrinya, 'Aku tak bisa'."
Miss Marple menoleh padaku.
"Anda juga benar mengenai hal itu, Tuan Burton. Ada sesuatu yang tak beres
mengenai 'sesobek kertas'. Orang yang akan bunuh diri tidak akan meninggalkan
pesan pada sesobek kertas. Mereka akan menggunakan sehelai kertas utuh dan ?sering kali malah dimasukkan ke dalam amplop.
Ya, hanya sesobek kertas. Itu janggal dan Anda tahu."
"Anda menilai saya terlaju tinggi," kataku. "Saya tak tahu apa-apa."
"Tapi Anda tahu, Anda benarbenar tahu, Tuan Burton. Kalau tidak, mengapa Anda
begitu terkesan 287 melihat pesan yang ditinggalkan adik Anda pada buku pesan telepon?"
Aku mengulangi lambatlambat, " 'katakan bahwa aku tak bisa pergi pada hari
Jumat' ya, saya mengerti! Aku tak bisa" Ya, itu dia!"
?Miss Marple memandangku dengan wajah berseri. "Tepat. Tuan Symmington menemukan
pesan seperti itu dan melihat bahwa mungkin suatu waktu pesan itu ada gunanya.
Disobeknya bagian yang memuat katakata yang kelak akan diperlukannya itu dan
disimpannya sampai waktunya tiba -suatu pesan yang memang ditulis oleh
?istrinya." "Apakah masih ada bukti lain bahwa otak saya cemerlang?"
Miss Marple mengedip-ngedipkan matanya me"mandangku.
"Andalah yang telah menunjukkan jalan untuk saya. Anda telah mengumpulkan faktafakta itu untuk saya secara berurutan -dan di atas segala"nya, Anda telah
? ?mengatakan pada saya suatu fakta yang pating penting dari semuanya yaitu bahwa
?Elsie Holland tak pernah menerima surat kaleng
sepucuk pun." "Tahukah Anda," kataku, "semalam saya me"nyangka bahwa gadis itulah penulis
suratsurat itu dan bahwa karena itulah dia tak pernah menerima
sepucuk pun." "Oh, tidak begitu.... Orang yang menulis suratsurat kaleng boleh dikatakan selalu
menulis untuk dirinya sendiri juga. Saya rasa itu merupa"kan yah, sesuatu yang
?menyenangkan dalam permainan itu. Fakta itu menarik perhatian saya karena alasan
yang lain sama sekali. Itulah satusatunya kelemahan Tuan Symmington. Dia tak
sampai hati menulis surat kotor pada gadis yang dicintainya. Itu merupakan segi
yang menarik dari sifat manusia -dan dalam batas tertentu segi yang terpuji dari
dirinya tapi di situlah dia membukakan rahasia dirinya sendiri." Joanna
? berkata, "Lalu Tuan Symmington membunuh Agnes" Tapi itu kan sama sekali tak perlu?" 1
"Mungkin tidak, tapi Anda tak menyadari, Nak (karena belum pernah membunuh
seseorang), bahwa penilaian Anda itu ternyata keliru sesudahnya, dan semuanya
kelihatannya berlebihan. Dia pasti mende"ngar Agnes menelepon Partridge dan
mengatakan bahwa ada sesuatu yang tak bisa dipahaminya. Tuan Symmington tak mau
menanggung risiko gadis tolol itu telah melihat sesuatu, dia tahu sesuatu."?"Tapi nyatanya dia berada di kantornya sepanjang petang itu, bukan?"
"Menurut dugaan saya dia membunuhnya sebelum rgi. Nona Holland berada di ruang
makan dan di dapur. Tuan Symmington hanya pergi ke lorong rumah, dibukanya dan
ditutupnya pintu depan, seolaholah dia sudah berangkat. Kemudian dia menyelinap
masuk ke kamar penyimpanan mantel. Waktu Agnes tinggal seorang diri di rumah,
dia , mungkin membunyikan bel pintu depan, menyelinap kembali ke kamar
penyimpanan mantel, keluar dan menghantam kepala gadis itu dari belakang waktu
dia sedang membuka pintu depan. Kemudian setelah menjejalkan mayatnya ke dalam
lemari, cepatcepat dia pergi ke kantornya. Dia tiba agak terlambat* itu pun
kalau ada yang menyadari hal tersebut, tapi mungkin tak ada. Soalnya tak seorang
pun mencurigai seorang pria."
"Benarbenar kejam," kata Nyonya Dane Cal"throp.
"Apakah Anda tidak merasa kasihan padanya, Nyonya Dane Calthrop?" tanyaku. "Sama
sekali tidak. Mengapa?" "Saya senang kalau begitu, itu saja." Joanna berkata,
"Tapi mengapa Aimee Griffith yang ditangkap" Saya tahu bahwa polisi telah
menemukan alat"* penumbuk obat yang dicuri dari kamar obat demikian pula tusuk daging. Saya
?rasa tidak mudah bagi seorang pria untuk mengembalikan barangbarang itu ke lacilaci lemari dapur. Dan tahukah Anda di mana benda-benda itu ditemukan" Inspektur
Nash mengatakannya pada saya waktu saya bertemu dengannya dalam perjalanan
kemari. Dalam salah sebuah kotak penyimpanan suratsurat - berharga yang sudah
berlumut di kantornya. Suratsurat berharga almarhum Sir Jasper Harrington West"
?"Kasihan Jasper," kata Nyonya Dane Calthrop. T "Dia itu saudara sepupu saya.
Orang tua yang selalu jujur. Kalau dia masih hidup, bisa-bisa dia mendapat
serangan jantung!" "Apakah kegilaan yang membuat dia me"nyimpannya?"
"Mungkin lebih gila-gilaan bila dibuang," kata# Nyonya Dane Calthrop^ "Tak
seorang pun mencuri"gai Tuan Symmington."
"Dia tidak memukulnya dengan penumbuk obat t itu," kata Joanna. "Di sana
didapati pula penekan jam yang ada rambut dan darahnya. Menurut dugaan polisi,
dia mencuri penumbuk obat itu pada hari Aimee ditangkap, dan dia pulalah yang
me"nyembunyikan halaman-halaman buku itu di rumah
Aimee. Hal itu membuat saya kembali pacu pertanyaan saya semula. Tapi mengapa
Aimee" Polisi benarbenar telah melihatnya menulis surat itu."
"Ya, benar," kata Miss Marple. "Aimee memang menulis surat yang satu itu."
"Tapi mengapa?"
"Ah, Anakku, masakan kau tak tahu bahwa Aimee Griffith sepanjang hidupnya telah
mencintai Sym-* mington?"
"Kasihan!" kata Nyonya Dane Calthrop tanpa berpikir.
"Selama ini mereka berteman baik, dan saya yakin bahwa setelah Nyonya Symmington
meninggal, Aimee berpikir bahwa pada suatu hari mungkin yah ..." Miss Marple ?mendehem perlahan, "Kemudi"an mulailah tersiar gunjingan mengenai Elsic Holland,
dan saya rasa hal itu telah membuat Aimee risau. Dia berpikir bahwa gadis itu
adalah seorang perempuan jalang yang penuh rencana busuk, yang berusaha merebut
kasih sayang Symmington, pada"hal dia tak sepadan dengannya. Maka Aimee pun lalu
tergoda untuk membuat surat itu. Apa salahnya menambah satu lagi surat kaleng
untuk menakut-nakuti gadis itu supaya pergi dari sisi Symmington" Agaknya dia
menyangka bahwa hal itu cukup aman, dan pikirnya dia sudah memperhitungkan
akibat-akibatnya." * "Lalu?" tanya Joanna. "Tolong selesaikan ki"sahnya."
"Menurut bayangan saya," kata Miss Marple lambatlambat, "ketika Nona Holland
memperlihat"kan surat itu pada Symmington, Symmington langsung tahu siapa yang
telah menulisnya, dan dia melihat kesempatan untuk mengakhiri masalah itu secaia
tuntas dan menyelamatkan dirinya. Itu
memang jahat ya, jahat, tapi Anda tentu maklum
?bahwa dia pun ketakutan. Polisi tidak akan puas
sebelum menemukan si penulis surat kaleng yang
sebenarnya. Waktu surat itu diserahkan ke polisi dan
polisi mengatakan bahwa mereka benarbenar telah
melihat Aimee menulisnya, dia merasa bahwa dia
telah mendapat kesempatan yang bagus sekali untuk
menyelesaikan persoalan itu. l
"Petang itu diajaknya keluarganya pergi minum teh ke rumah Griffith. Dan karena
dia datang langsung dari kantor dengan tas kantornya, dengan mudah dia bisa
membawa halaman-halaman buku itu untuk kemudian menyembunyikannya dalam lemari
di bawah tangga, dan dengan demikian me- . nyempurnakan perkara itu. Adalah
suatu akal yang cerdik sekali untuk menyembunyikannya di bawah tangga. Hal itu
mengingatkan orang akan cara menyembunyikan mayat Agnes, dan kalau dipikir
secara praktis, pekerjaan itu mudah saja dilakukan. . Waktu dia mengikuti
?Aimee dan polisi, dia * berlama-lama barang satu atau dua menit waktu melewati
lorong rumah, itu sudah cukup."
"Namun demikian," kataku, "ada satu hal yang rasanya saya tak dapat memaafkan
Anda, Miss Marple yaitu melibatkan Megan."
?Miss Marple meletakkan benang rendanya yang tadi telah dikerjakannya lagi. Dia
memandangku melalui kaca matanya dan pandangan matanya 4 tampak tegas.
"Anak muda yang baik, kita harus berbuat sesuatu. Kita tak punya bukti untuk
menuduh laki-laki yang sangat licik dan kejam itu. Saya memerlukan seseorang
untuk membantu saya, seseorang yang punya keberanian dan kecerdasan. Lalu saya
menemukan orang yang saya perlukan itu."
"Itu sangat berbahaya baginya."
"Ya, itu memang berbahaya. Tapi kita hidup di dunia ini bukan untuk menghindari
bahaya, Tuan Burton bila hidup sesama manusia terancam Mengertikan Anda?"
? Aku mengerti. BAB LIMA BELAS SUATU pagi di High Street.
Nona Emily Barton keluar dari toko kelontong dengan membawa keranjang
belanjanya. Kedua belah pipinya merah berseri dan matanya berbinar.
"Oh, Tuan Burton, saya senang sekali. Bayang"kan, akhirnya saya benarbenar bisa
pergi berlayar!" "Saya harap Anda akan menikmati pelayaran itu."
"Oh, sava yakin saya bisa. Sebelum ini saya tak penuh membayangkan akan berani
pergi seorang diri. Agaknya penyelesaiannya seperti sudah diatur Tuhan. Sudah
larna saya merasa bahwa saya harus berpisah dengan Little Furze, bahwa kekayaan
saya ^ terlalu terbatas, tapi saya tak sampai hati mem"bayangkan orangorang
asing tinggal di situ. Tapi sekarang karena Anda yang membelinya dan akan
tinggal di situ bersama Megan jadi lain sekali persoalannya. Kemudian Aimee ?yang baik itu, setelah pengadilan yang mengerikan itu selesai, dan kemudian dia
tak tahu benar apa yang harus diperbuatnya, apalagi mengingat kakaknya akan
menikah (senang sekali saya membayangkan Anda dan adik Anda akan menetap dengan
kami!), Aimee lalu memutuskan untuk menemani saya. Kami bermaksud untuk pergi
lama. Bahkan mungkin kami akan," Nona Emily lalu berbisik "pergi keliling
? ?dnnia\ Dan Aimee memang betul-betul hebat dan selalu praktis. Saya yakin benar
bahwa segala-galanya telah berakhir dengan baik, bukan?"
Sesaat terbayang olehku Nyonya Symmington dan Agnes Woddell dalam kubur mereka,
dan aku ingin tahu apakah mereka pun akan sependapat denga* pernyataan Nona
Emily. Tapi kemudian terpikir olehku bahwa pacar Agnes ternyata tidak begitu
cinta padanya, dan bahwa Nyonya Symmington tidak terlalu baik pada Megan, jadi
persetan! Kita pun semuanya harus mati kelak!
Dan aku pun lalu sependapat dengan Nona Emily yang merasa bahagia karena
semuanya berakhir dengan baik.
Aku berjalan terus sepanjang High Street, lalu memasuki pintu pagar rumah
keluarga Symmington, dan Megan keluar menyambutku.
Itu bukan suatu pertemuan yang romantis, karena seekor anjing gembala keturunan
Old English yang sangat besar ikut keluar bersama Megan, dan hampir saja
menerjangku karena kegembiraannya melihat kedatanganku.
"Dia mengagumkan sekali, bukan?" kata Megan.
"Agak terlalu berlebihan. Apakah dia anjing kita?"
"Ya, hadiah perkawinan dari Joanna. Banyak sekali hadiah perkawinan kita yang
bagus-bagus, ya" Rajutan dari benang wol yang lembut, yang entah apa gunanya itu
dari Miss Marple, dan perangkat untuk minum teh yang indah bergaya Crown Derby
dari Tuan Pye, dan Elsie telah mengirimi aku rak pemanggang..."
"Cocok sekali," selaku. . "Dia telah mendapat pekerjaan di tempat seorang dokter
gigi, dan dia senang sekali. Lalu aku sedang apa tadi, ya?"
?"Menyebutkan hadiah-hadiah perkawinan. Ja"ngan lupa" kalau kau membatalkan
niatmu, semua"nya itu harus kaukirimkan kembali."
"Aku tidak akan mengubah niatku. Apa lagi yang kita peroleh, ya" Oh, ya, Nyonya
Dane Calthrop mengirimkan permata bermotif kumbang dari Mesir "
"Dia wanita aneh," kataku.
"Oh! Oh! Tapi kau Jbelum tahu hadiah yang terbagus. Partridge benarbenar telah
memberi aku hadiah. Sehelai alas meja kecil yang paling jelek yang pernah
kulihat. Tapi kurasa sekarang dia pasti sudah menyukai aku, karena katanya dia
telah menyulam"nya khusus untukku."
"Dengan motif anggur kecut dan bunga widuri, ya?"
"Tidak, n* : a uinga-bunga mungil pelambang
cinta." "Wah, wah," kataku, "Partridge sudah ada kemajuan rupanya."
Megan menyeretku masuk ke rumah. Katanya,
"Ada satu hal yang tak kumengerti. Kecuali pengikat leher dan rantai untuk
anjing itu, Joanna juga telah mengirim satu set pengikat leher dan rantai
lainnya. Menurut kau untuk apa itu, ya?"
"Ah," kataku, "itu kan lelucon Joanna."
Perawan Bukit Jalang 1 Pendekar Hina Kelana 30 Dendam Gila Dari Kubur Lentera Maut 10
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama