Furinkazan Angin Hutan Api Gunung Karya Yasushi Inoue Bagian 3
terlibat pertempuran melawan pasukan Uesugi dan
menangkap 33 orang prajurit.
Setelah semua berita itu diterima, seorang pembawa
pesan tiba dari Kofu pada tanggal tanggal 23, di pagi hari.
Pesan tersebut berasal dari orang yang menjadi penanggung
jawab kediaman Takeda, Yamashita Ise-no-kami. Dikatakan bahwa pada siang hari tanggal 19, terjadi
kebakaran dt . bangunan utama kediaman Takeda, namun
semua orang . bekerja keras mencegah api menyebar, dan
hanya terjadi kerusakan di sebagian kecil bangunan
26 Joko Sableng Kidung Maut Bulan Purnama m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
tersebut. Sebagai tambahan laporan, Yamashita juga
menyebutkan bahwa ketika terjadi kebakaran, dua ekor
burung elang putih besar muncul secara tiba-tiba, dan
hinggap di atap rumah. Burung itu tetap berada di sana
selama tiga hari tiga malam, meskipun api sudah
dipadamkan. Harunobu menyakini bahwa itu sebagai perlindungan
dewa dari Kuil Iwashimizu di Suwa, bahwa rumahnya
mengalami kebakaran saat ia sedang tidak ada, dan tidak
sampai mengalami kerusakan parah. Dua ekor elang putih
tersebut mungkin jelmaan para dewa. Harunobu memerintahkan semua orang menghadap ke arah Suwa dan
memanjatkan doa. Setelah melakukan upacara itu, Harunobu memanggil
dua samurai muda yang sangat mahir berkuda dan
menyuruh mereka untuk menengok kediamannya di Kofu,
dengan membawa surat dari Harunobu. Mereka segera
meninggalkan Un-no-Daira menuju Kai.
Tiba-tiba Kansuke merasa gelisah. Tidak tahu apa
penyebabnya. Beberapa saat setelah kedua samurai muda
Itu pergi, Kansuke melihat sepintas wajah Harunobu.
Tidak ada yang salah dengan mengirim sebuah surat ke
Kofu, tapi kenapa sampai butuh dua orang untuk membawa
dua buah surat" Kansuke merasa ada yang ganjil.
Begitu Kansuke pamit dari hadapan Harunobu, dengan
tenang ia naik kuda dan mengejar kedua samurai yang telah
berangkat ke Kofu. Setelah memacu kudanya selama sekitar
satu jam, dua sosok kecil yang menunggang kuda tampak di
kejauhan. "Hei," Kansuke berteriak sekeras mungkin dan mencoba
menyusul mereka. Kedua kuda tersebut tiba-tiba berhenti.
Begitu Kansuke mendekat, kedua penunggang kuda turun
dari kuda, menunggu Kansuke.
"Perlihatkan padaku surat yang diberikan Tuan
Harunobu kepada kalian," kata Kansuke.
"Baik, Tuan." Tanpa ragu mereka menyerahkan surat yang mereka
sampirkan di pinggang. "Kalian akan memberikan ini pada Yamashita Ise-nokami, benar begitu?"
"Benar Tuan." "Pastikan kalian tidak melakukan kesalahan," kata
Kansuke sambil melirik kedua amplop tersebut. Satu surat
ditujukan untuk istri resminya, namun satu lagi untuk orang
27 Joko Sableng Kidung Maut Bulan Purnama m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
lain. Ditujukan "kepada Tuan Aburagawa." Ternyata tepat
seperti yang ia duga' Harunobu telah berpura-pura
mengatakan tidak pernah bertemu dengari' Puteri Aburagawa, bahkan mengaku tidak mengenalinya. Wajah
Kansuke mulai pucat, namun
dengan tenang ia mengembalikan surat itu kepada mereka dan berkata
"Tuanku tidak perlu mengkhawatirkan apa pun, sekarang
kalian boleh pergi dengan hati-hati."
Kedua samurai membungkuk hormat dan kembali naik
kuda. Ketika bunyi derap kaki kuda menghilang, Kansuke
baru sadar tengah berdiri di tengah padang ilalang setinggi
pinggang. Di sisi sebelah kanan ada gunung, dan lerengnya
menurun ke arah Kansuke yang sedang berdiri di lembah
itu. Angin bertiup dari lembah, dengan lembut membelai
pucuk-pucuk ilalang. Gadis yang malang, namun Kansuke
berpikir harus segera membunuhnya tanpa diketahui oleh
siapa pun. Tapi di mana Puteri Aburagawa berada"
Mulai sekarang aku harus mengawasi Tuanku siang dan
malam agar tidak lagi mendekati perempuan lain. Aku tidak
akan melepaskan mataku darinya sekejap pun. Dia terlibat
dalam perang yang begitu cerdas, dan sepertinya bukan
hanya dalam perang saja dia bermain dengan cerdasi.
Kansuke mengingat kembali wajah Harunobu pada hari
ketika mereka mendirikan perkemahan di Komuro. Hari
itu, harunobu mengkhianati Kansuke dengan wajah tak
berdosa seolah bahkan tidak akan mampu membunuh
seekor serangga. Akan tetapi, pikir Kansuke, bagaiman aku
dapat menyingkirkan gadis itu"
Kansuke mulai berjalan menyusuri padang ilalang sambil
menarik tali leher kuda. Ini jauh lebih sulit dibandingkan
perang. Ini kesalahanku menyebut nama Puteri Aburagawa
hari itu. Jika aku membunuhnya, Harunobu pasti akan
segera tahu kalau akulah pembunuhnya. Tidak peduli
seberapa mahir aku melakukannya, kecurigaan akan
ditimpakan kepadaku. Kansuke harus lebih
serius menyusun strategi dalam intrik romantis kecil ini
dibandingkan pertempuran yang pernah 28 Joko Sableng Kidung Maut Bulan Purnama m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dihadapi sebelumnya. Keesokan paginya, mereka menerima berita bahwa
pasukan Uesugi sudah menarik diri kembali ke Echigo dan
meninggalkan perkemahan mereka di Kawanakajima. Oleh
karena itu, Harunobu memutuskan kembali bersama
pasukannya ke Kofu. Meskipun pertempuran Un-no-Daira
tidak lebih dari sekedar pertempuran kecil yang pertama,
tetapi akibatnya masih terasa dahsyat. Sebelum pertempuran ini, para penguasa di Shinano bagian utara
seperti Nishina, Un-no, Urano dan lainnya, belum merasa
yakin dengan siapa mereka harus bersekutu, namun kini
setiap penguasa mengirim seorang tawanan kepada
Harunobu dan tunduk kepadanya.
Harunobu mengeluarkan perintah mundur dan berangkat
menuju Kofu pada tanggal 25. Kansuke memposisikan diri
di sebelah Harunobu dalam pasukan utama, bergabung
dengan iring-iringan yang penuh kemenangan. 16.000
pasukan membentuk iring-iringan panjang menuju utara,
melintasi ladang dan pegunungan Shinano di awal musim
dingin. Karena Kansuke menuju Suwa bersama pasukan Itagaki,
maka ia harus meninggalkan Harunobu di tengah
perjalanan. Saat itu tiga hari setelah mereka meninggalkan
Un-no-Daira. "Saya akan segera mengunjungi Tuanku di Kofu," kata
Kansuke kepada Harunobu. "Aku akan menunggumu. Lain kali jika kita bertemu,
aku ingin mendengar pendapatmu yang lebih mendalam
mengenai strategi terhadap Nagao Kagetora," ujar
Harunobu dengan riang. Kansuke, bersama pasukan Itagaki, berpisah dari
pasukan yang sedang menuju Kai di wilayah pegunungan.
Sekitar satu jam setelah Kansuke meninggalkan pasukan
utama, ia berkata kepada pasukan Itagaki bahwa ia lupa
mengatakan suatu hal penting pada Harunobu; karena itu
harus menyusul pasukan utama.
"Apakah Tuan butuh beberapa prajurit untuk 29 Joko Sableng Kidung Maut Bulan Purnama m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
menyertai?" tanya Itagaki. Kansuke menolak dengan sopan.
"Oh, tidak perlu. Aku kira lebih baik berangkat sendiri?
Tapi tolong pastikan untuk menjaga Puteri Yuu."
Begitu selesai mengatakan hal ini, Kansuke meninggalkan iring-iringan pasukan Suwa. Saat itu mereka
berada di pinggir sebuah hutan oak kecil di mana daundaun cokelatnya berdesir dalam tiupan
angin. Begitu sendirian, Kansuke menyembunyikan semua
peralatan berat yang dipakai atau dibawa ke semak belukan
la harus memacu kuda ke Kofu dan memasuki kota benteng
itu paling tidak satu hari sebelum pasukan utama Harunobu
tiba. Tujuannya adalah untuk membunuh Puteri Aburagawa Gyobu-no-kami. Kansuke sengaja menghindari jalan utama begitu
memacu kuda dengan kencang, la berada di jalan sempit di
kaki pegunungan kecil. Kansuke tidak bertemu seorang pun
sampai matahari terbenam, la terus memacu kuda,
menginjak dedaunan gugur. Saat hampir mencapai dataran
tinggi yang sepertinya ke selatan, kegelapan musim dingin
telah bersiap menelannya. Sementara Kansuke memacu
kuda, ia mendengar derap kaki kuda di kejauhan, yang
berbeda dari bunyi kudanya. Kansuke turun dari kuda dan
bersembunyi dengan menggunakan kuda sebagai perisai.
Tidak lama kemudian ia melihat tiga penunggang kuda
berlari seperti angin kencang dengan jarak tidak sampai tiga
meter dari kudanya. Agak jelas siapa salah satu pengendara
kuda tersebut, la memiliki gaya menunggang kuda yang
khas; membungkuk ke depan dan menyentuhkan wajah ke
sisi kanan leher kuda. Tidak ada yang mengendarai kuda
seperti itu selain Harunobu. Itu pasti Harunobu. Namun
sulit dipercaya bahwa komandan perang 16.000 pasukan
mengambil tindakan bebas seperti itu. Sungguh tidak
mungkin! Tetapi Kansuke yakin bahwa penunggang kuda tersebut
pasti Harunobu. Kiranya Harunobu juga berusaha tiba di
kota benteng Kofu lebih dulu dari pasukannya sendiri.
Jenderal muda ini mungkin sudah mencium rencana
30 Joko Sableng Kidung Maut Bulan Purnama m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Kansuke. La berpikir sejenak dan memutuskan mengambil
jalan lain. Tidak peduli bagaimanapun caranya, Kansuke
harus mencapai Kofu sebelum ketiga orang tersebut. Kalau
tidak, Harunobu akan menyembunyikan Puteri Aburagawa
di mana Kansuke tidak akan menemukannya.
Karena mengenal Harunobu, maka Kansuke khawatir ia
akan melakukan apapun untuk dapat mewujudkannya.
Kansuke selalu merasa tidak sia-sia mengorbankan hidup
demi Tuannya, namun terkadang Tuannya ini juga
menyusahkan. Kansuke kembali berkuda, dan untuk
pertama kalinya menyadari suara jangkrik begitu riuh
memenuhi seluruh penjuru padang luas tersebut.
0o-d.w-o0 Delapan Hari sudah menjelang pagi ketika Kansuke memasuki
kota benteng Kofu, setelah sehari-semalam memacu kuda
melintasi padang. Seluruh wilayah tersebut masih ielapr
dalam tidur. la menuju bagian yang lebih rendah di daerah itu, di
mana para pengrajin dan pedagang tinggal, memasuki
kawasan tempat tinggal para samurai. Di tengah kawasan
tersebut, ada jalan lebar mendaki dengan lereng yang tidak
teriaki tajam. Di ujung jalan utama itu terdapat kediaman
Takeda yang sudah berdiri selama beberapa generasi.
Kansuke mengambil jalan kecil sepanjang parit yang
mengelilingi rumah dan tetap mengendarai kudanya pelanpelan sampai bagian belakang yang
letaknya agak tinggi di atas bukit. Dari puncak bukit, angin dingin langsung
menghempas tepat di wajahnya. Saat lereng semakin terjal,
ia merasakan kudanya melambat. Binatang itu mencoba
berjalan susah-payah dan napasnya berat. Tidak heran, pikir
Kansuke, ia sudah memaksa kudanya untuk berlari
sepanjang jalan dari Shinano ke Kai tanpa memberi makan
atau pun istirahat. Kansuke tiba di kaki bukit Yogai yang puncaknya
dikelilingi benteng pertahanan, dan terus mendaki
Furinkazan Angin Hutan Api Gunung Karya Yasushi Inoue di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sepanjang lereng bukit. Di tengah perjalanan menuju bukit,
ada sebuah kuil kecil bernama Sekisui, yang seolah sengaja
dibangun tersembunyi di tengah hutan. Kansuke menduga,
pasti di dekat sinilah puteri dari Yukawa Gyobu-no-kami
disembunyikan. Harunobu sering berkuda di kaki bukit ini
sejak kecil. Tidak ada alasan buat siapa pun untuk
mencurigainya, setiap kali ia berkuda di sini; apalagi
wilayah ini berada di arah berlawanan dengan kota benteng,
maka meskipun diam-diam meninggalkan rumah di malam
hari, tidak akan ada yang memperhatikannya. Kansuke
menduga, pasti ada bangunan baru di kawasan kuil
tersebut, dan baru saja selesai dikerjakan, sehingga
31 Joko Sableng Kidung Maut Bulan Purnama m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Harunobu bisa menempatkan seorang puteri cantik di sana.
Tebakan Kansuke terbukti benar. Bukan di pintu masuk
kuil Sekisui, tapi di arah yang berlawanan, lebih jauh di atas
pegunungan, terdapat sebuah gerbang baru yang tampaknya
seperti pintu belakang menuju kuil. Kansuke pernah
berkuda beberapa kali di sekitar kawasan itu sebelumnya
namun tidak pernah melihat sebuah gerbang pun. Tidak ada
alasan membangun gerbang di sini.
Kansuke turun dari kuda. Suara aliran sungai terdengar
di sekeliling. Kansuke menuntun kuda ke dalam hutan di
arah yang berlawanan dengan kuil Sekisui, berjalan menuju
sumber suara. Sungai itu cukup dangkal, namun air yang
mengalir melalui lereng curam jatuh menghempas ke
bebatuan. Ini bagian hulu dari sungai Ai. Kansuke
membiarkan kudanya memuaskan dahaga, sementara
mengikat tali kekang kuat-kuat ke sebuah pohon di pinggir
sungai, la berpaling ke timur, melihat matahari mulai
merekah dan memecah kegelapan di awal pagi.
Kemudian, Kansuke kembali ke gerbang belakang kuil
Sekisui, mencoba mendorong gerbangnya. Pintu gerbang
dikunci rapat dari dalam. Sambil meraih ke puncak tembok
tanah liat, Kansuke cepat-cepat memanjat. Setelah
melompat kembali ke tanah, ia menyelinap diam-diam di
antara bangunan kuil sampai tiba di bangunan kecil yang
terhubung dengan kediaman utama para rahib melalui
sebuah koridor kecil. Kansuke mengelilingi bangunan kecil itu satu kali.
Sambil menghindari pintu masuk kecil ke arah bangunan, ia
berdiri di depan beranda yang terbuka.
Kansuke mengetuk pintu dua
kali pelan-pelan, memanggil dengan suara rendah, "Tuan Puteri."
Tidak ada jawaban dari dalam. Kembali ia mengetuk
pintu dua kali. "Tuan Puteri." Lalu ia merasakan seseorang berdiri bangkit, disusul
suara gesekan kimono sutera. Setelah beberapa saat, sebuah
suara jernih yang berkata, "Jiiya?"
Kansuke tidak menjawab. "Jiiya?" Bersamaan dengan suara tersebut, pintu bergeser
membuka dari dalam. "Ini saya, Tuan Puteri." ujar Kansuke sambil berlutut di
lantai. "Ah"!" perempuan itu menjerit kaget dan. berkata,
"betapa cerobohnya 32 Joko Sableng Kidung Maut Bulan Purnama m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
aku, kupikir kau Jiiya!" Kansuke mengangkat wajah menatap Sang Puteri. Tidak
salah lagi inilah puteri dari Yukawa Gyobu-no-kami. la
pasti sedang merasakan dinginnya udara pagi karena
merapatkan kimononya dan memegangnya kuat-kuat
dengan kedua tangannya yang lembut.
"Ini saya," ulang Kansuke.
"Rasanya aku tidak mengenalmu sama sekali. Apakah
kau pembawa pesan dari Tuanku?"
"Benar, Tuan Puteri. Pesan yang sangat penting."
"Oh, maafkan sudah menyusahkanmu. Biar aku
bangunkan seseorang. Silahkan masuk dari pintu sebelah
sana karena di luar sangat dingin."
Kansuke bermaksud menebas batang leher Sang Puteri
saat itu juga. la memiliki banyak kesempatan, namun tidak
bisa; karena Sang Puteri tidak memiliki sedikit pun rasa
tidak percaya padanya. Benar-benar sangat lugu.
"Tidak, lebih baik saya bicara di sini saja. Tolong jangan
bangunkan siapa pun," ujar Kansuke dengan suara serak
yang terkontrol. "Baiklah, kalau begitu aku tidak akan membangunkan
orang," kata Sang Puteri. Tangan Kansuke perlahan
berpindah ke gagang pedang. Mendadak ia mendengar
suara tangis anak kecil. "Sepertinya puteriku terbangun. Dia agak sakit akhirakhir ini dan terus menangis."
"Apa?" Kansuke terhenyak. Tidak terbayang sebelumnya sudah
ada anak dari hasil hubungan Sang Puteri dengan
Harunobu. "Kapan dia lahir?" tanya Kansuke.
"Anak yang sedang menangis sekarang adalah yang
paling tua." "Apa katamu!" Kansuke hampir tidak bisa memercayai
apa yang baru saja didengar. "Yang lebih tua" Berarti..."
"Ya, anak yang lebih tua lahir musim semi lalu, dan
yang lebih muda lahir pada musim panas ini, jadi kami
menamai mereka Puteri Haru dan Puteri Natsu."
Kansuke sulit percaya bahwa Sang Puteri yang sedang
berdiri di hadapannya saat ini adalah ibu dari dua orang
anak. "Apakah mereka benar-benar anak Tuan Puteri?" tanya
Kansuke dalam keterkejutannya.
Sang Puteri tertawa dan berkata, "Kau ini ada-ada saja,
Jiiya." 33 Joko Sableng Kidung Maut Bulan Purnama m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Sesaat kemudian, Kansuke seperti pelayan tua Sang
Puteri. Karena hari masih gelap, ia tidak dapat melihat
wajah Kansuke dengan jelas; namun dapat merasakan dari
cara Kansuke bicara dan bergerak, bahwa Kansuke seorang
yang berumur. "Aku kedinginan, ingin menutup pintu. Jiiya, pergilah ke
pintu sebelah sana. Udara dingin tidak bagus untuk bayi
dalam kandunganku ini."
Mendengar itu, Kansuke tersentak untuk ketiga kalinya.
"Bayi dalam kandungan?"
"Kali ini aku harus melahirkan anak laki-laki, kau tahu.
Karena itu, aku harus baik-baik menjaga diri."
"Baiklah, kalau begitu saya akan masuk melalui pintu
sebelah sana." Kansuke benar-benar kehilangan keinginan untuk
membunuh puteri itu, dan ia sendiri merasa bingung. Tidak
mungkin memaksa dirinya untuk membunuh perempuan
muda yang cantik ini. Kansuke tidak tahu harus berpikir bagaimana tentang
Harunobu. la sudah membuat puteri Yukawa menghasilkan
dua anak perempuan, dan sekarang sedang mengandung
anak lagi. Harunobu sungguh menyimpan rahasia besar
dari Kansuke dan Puteri Yuu.
Kansuke terpaksa menunggu di depan pintu sebentar,
lalu seorang pelayan membawanya masuk. Kansuke duduk
di lantai kayu di pintu masuk ruangan tersebut. Sang Puteri
muncul dan duduk menghadap Kansuke.
"Oh, demi Tuhan, apa yang telah terjadi dengan
wajahmu?" Sang Puteri bertanya dalam keterkejutan, ketika
melihat wajah Kansuke untuk pertama kalinya. "Apakah
terasa sakit?" "Tidak, ini tidak sakit. Ya, saya terluka beberapa kali,
namun semua luka ini sudah sembuh. Saya memang
terlahir dalam keadaan, sebagian besarnya, sudah seperti
ini." "Kau terlahir seperti itu" Oh, menyedihkan sekali!"
katanya terhenyak, lalu menambahkan, "Oh, aku turut
bersedih karena kau dilahirkan dalam keadaan seperti itu."
"Tuan Puteri dilahirkan dalam keadaan cantik, sementara aku dilahirkan dalam keadaan jelek," kata
Kansuke lembut dan tenang. Anehnya, tidak peduli apa
kata Sang Puteri, Kansuke tidak tersinggung. Rasanya
seperti dihukum cambuk dengan kelopak bunga tanpa rasa
sakit sama sekali. "Puteri!" Kansuke mengangkat wajah dan
34 Joko Sableng Kidung Maut Bulan Purnama m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
berkata dengan tegas, "Mohon suruh semua orang
meninggalkan ruangan ini."
Sang Puteri berteriak ke ruangan di sebelahnya. "Aku
perintahkan kalian semua meninggalkan rumah ini untuk
sementara." Kembali, Sang Puteri memperlihatkan kepercayaan totalnya pada Kansuke.
Ketika dua orang pelayan hendak meninggalkan
ruangan, Kansuke berkata, "Biarkan gerbang dan pintu
gesernya terbuka." Dari beranda di mana pintu-pintu terbuka lebar, cahaya
putih pagi hari memasuki ruangan. Dinding kertas juga
terlihat putih. Kansuke memastikan tidak ada seorang pun
bersembunyi di ruangan lain. Setelah cukup yakin mereka
tinggal berdua, ia berbisik, "Tuan Puteri mengaku hamil.
Apakah kali ini, Tuan Puteri mengharapkan seorang
putera?" "Karena dua anak yang lebih tua adalah puteri, aku
berharap kali ini seorang putera."
"Tuan Puteri akan sangat menderita jika memiliki
seorang putera." "Mengapa begitu?"
"Istri Harunobu yang resmi, Sanjo, memiliki dua orang
putera. Pangeran Yoshinobu dan Ryuho."
"Ya, aku sadari itu, tapi..." Sang Puteri mengangkat
kepalanya sedikit. Sekilas tampak ragu, lalu berkata, 'Tapi
aku ingin mempunyai seorang putera yang kuat. Seorang
putera yang akan mampu membawa nama keluarga
Takeda." "Saya mengerti."
"Tuanku juga mengatakan bahwa ia setidaknya
menginginkan satu orang putera yang kuat."
"Tapi beliau sudah memiliki satu orang putera yang
kuat," kata Kansuke dengan tajam. "Tuan Puteri tahu
tentang Puteri Yuu?"
"Tidak." Sang Puteri terkejut mendengar pertanyaan
Kansuke. "Puteri Yuu sudah memberi seorang putera, bernama
Pangeran Katsuyori kelak ia akan menjadi ksatria terkuat di
seluruh Jepang." "Tidak, itu tidak mungkin!" kata Sang Puteri marah.
"Siapa Puteri Yuu itu?"
"Dia adalah puteri mendiang Penguasa Suwa." Kansuke
ingin menceritakan semuanya kepada Sang Puteri,
35 Joko Sableng Kidung Maut Bulan Purnama m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mengambil kesempatan itu, meskipun merasa bahwa ini
tindakan kejam. "Saat ini, dia m
(http://cerita-silat.mywapblog.com)
36Joko Sableng Bara di kedung Ombo m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Joko Sableng Bara di kedung Ombo | http://cerita-silat.mywapblog.com | Joko Sableng Bara di kedung Ombo pdf created by Saiful Bahri (Seletreng - Situbondo) pd 22-04-2016 18:05:59
enetap di kuil Kan-non-in
di Suwa. Tuan Puteri mungkin satu-satunya yang tidak
mengetahui mengenai dia."
"Oh, tidak." Sang Puteri menanyai Kansuke, wajahnya
pucat pasi, "Apakah dia lebih cantik dibanding aku?"
Kansuke tidak tahu bagaimana menjawab pertanyaan
itu. "Sulit mengatakan mana yang lebih cantik. Kalian
berdua sangat cantik."
"Secantik itukah dia" Tapi Tuanku bilang, akulah
perempuan tercantik di dunia."
"Ya, Tuan Puteri memang cantik. Tapi Puteri Yuu juga
sama cantik." Sang Puteri tiba-tiba membungkukkan badan meringkuk
di lantai. Tubuhnya berguncang sedih.
"Apakah Tuan Puteri akan membenci Tuanku?"
Sang Puteri menggeleng. Isakannya tidak terdengar.
"Kenapa Tuan Puteri tidak membencinya?"
Sang Puteri mengangkat kepala. Dengan ekspresi kosong
ia menjawab, "Karena aku mencintainya."
"Meskipun kau mencintainya..."
"Ya, aku mencintainya melebihi siapa pun. Aku sudah
tahu tentang keberadaan istrinya, Sanjo. Meskipun tahu
bahwa dengan mengandung anaknya bisa menimbulkan
masalah dalam keluarga Takeda, aku tetap menginginkannya. Sekarang aku baru tahu bahwa Tuanku
memiliki perempuan lain yang tidak kukenal. Namun tetap
tidak akan mengubah cintaku padanya. Aku sadar bahwa
aku akan sangat menderita mulai saat ini. Namun semua itu
sepenuhnya salahku; aku tidak bisa melakukan apa pun
selain bersedih."
Furinkazan Angin Hutan Api Gunung Karya Yasushi Inoue di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Wajah putihnya yang cantik tidak menunjukkan
ekspresi, seperti topeng Noh.
"Apakah Tuan Puteri tahu mengapa saya di sini?" tanya
Kansuke. "Tidak, aku tidak tahu. Namun aku merasakan sesuatu
yang negatif dan menakutkan."
"Saya datang untuk membunuh Tuan Puteri."
Kansuke mengira perempuan itu akan terkejut, namun
ternyata tidak. 1 Joko Sableng Bara di kedung Ombo m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Rasanya aku bisa merasakan itu."
"Lantas, kenapa tidak bersikap lebih hati-hati?"
"Karena aku merasa bahwa jika hal tersebut adalah
keinginan dari Tuanku, maka aku rela mengorbankan
hidupku untuknya." Perempuan memang memiliki perasaan-perasaan yang
aneh, pikir Kansuke. Sikap pengorbanan diri sendiri seperti
itu adalah sesuatu yang bahkan Kansuke sendiri tidak
mampu membayangkannya. "Ini tidak ada hubungannya dengan Tuanku. Saya
datang kemari untuk membunuh atas keinginan sendiri,
tanpa diketahui Tuanku."
"Lalu, kenapa kau tidak membunuhku?"
Untuk pertama kalinya, nada suara Sang Puteri
terdengar berapi-api. Matanya yang indah menatap wajah
Kansuke. "Karena saya merasa bahwa kedua puteri kalian, juga
anak yang Tuan Puteri kandung, semuanya akan menjadi
hal penting bagi keluarga Takeda. Anak-anak Tuan Puteri
akan menjadi kakak laki-laki dan perempuan yang baik bagi
anak laki-laki Puteri Yuu, Katsuyori."
"Aku tidak yakin tentang itu. Mereka mungkin akan
menimbulkan masalah yang mengancam kedamaian
keluarga Takeda." "Tidak, jika anak-anak tersebut dibesarkan oleh Tuan
Puteri, mereka akan menjadi harta karun keluarga Takeda.
Saya yakin," lalu Kansuke menambahkan, "Saya bernama
Yamamoto Kansuke." "Aku tahu. Ketika kau memasuki ruangan ini, aku pikir
kamu pastilah orangnya."
"Mulai sekarang, saya akan menolongmu. Saya akan
melindungi kalian semua, kedua puteri dan anak dalam
kandungan Tuan Puteri, dengan seluruh hidupku. Tetapi
mohon sadari satu hal, karena Pangeran Katsuyori
dilahirkan setahun sebelum puteramu, Tuan Puteri harus
mengakuinya sebagai kakak laki-laki puteramu."
Sang Puteri menatap Kansuke, kesedihan merayap di
matanya. "Jika bisa menerima itu, maka saya akan melindungi
putera Tuan Puteri."
Sang Puteri tetap diam beberapa saat, lalu dia bicara
dengan suara rendah, "Aku akan menurutimu," dan
membungkukkan badan sekilas.
"Akan lebih baik jika Tuan Puteri tidak mengatakan
pada Tuanku tentang kedatangan saya ke sini. Setidaknya
untuk sementara waktu."
"Aku mengerti."
2 Joko Sableng Bara di kedung Ombo m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Saya ada satu permintaan lagi; tolong jangan..."
Kansuke ingin mengatakan kepada Sang Puteri agar jangan
memenggal kepala Harunobu ketika tidur, namun rasanya
saran seperti itu tidak perlu diutarakan kepadanya. "Tolong
jangan membenci Tuanku. Ini... ini hanya karena tubuhnya
yang bermasalah. Saya harus melakukan sesuatu tentang
itu." "Membenci Tuanku..." meski ekspresinya menampakkan kesedihan, tidak terlihat kebencian di sana.
"Maafkan saya, tapi siapakah namamu, Tuan Puteri?"
"Namaku Ogoto," katanya.
"Puteri Ogoto. Nama yang indah."
Kansuke tinggal selama kurang lebih satu jam di sana,
kemudian pamit dari kediaman rahasia Puteri Ogoto.
Dalam perjalanan pulang, Kansuke tidak memacu
kudanya. Puteri Ogoto tidak menunjukkan perasaannya
lebih banyak di depan Kansuke, namun bagaimana pun
juga ia tetap seorang perempuan. Kansuke berpikir bahwa
puteri tersebut kadangkala bisa menjadi orang yang sangat
sulit diatur, namun kepada Puteri Yuu ia akan menghadapi
tantangan yang lebih sulit. Jika Sang Puteri sampai
mengetahui hal ini, ia tidak akan membiarkan Harunobu
ataupun Puteri Ogoto hidup. Namun suatu hari nanti, ia
pasti akan mengetahui tentang Puteri Ogoto. Akan lebih
baik bagi Kansuke untuk mengatakan hal ini di waktu yang
tepat, demi menghindari kejutan yang tidak perlu.
Sekarang, Kansuke berada di posisi menjaga dua orang
selir, Puteri Yuu dan Puteri Ogoto, dari istri resmi
Harunobu, Sanjo-no-Uji. Namun Kansuke tidak menganggap hal tersebut sebagai masalah besar. Jika ia
mampu mengendalikan situasi ke posisi yang menguntungkan bagi Pangeran Katsuyori dengan 3 Joko Sableng Bara di kedung Ombo m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
menunjukkan pada Puteri Ogoto bagaimana cara membesarkan anak-anaknya, jelas akan sangat berguna bagi
Sang Pangeran. Kansuke berhenti sejenak di sebuah rumah petani untuk
mengisi perut, lalu kembali ke jalan yang tadi dilaluinya.
Kudanya berlari kencang sejauh tujuh mil tanpa istirahat,
kemudian memasuki desa Nirasaki. Saat tiba di sisi lain
desa itu, ia melihat tiga ekor kuda terikat di tepi sungai
Kanna. Penunggangnya tidak terlihat; mereka pasti sedang
mencari makan. Kansuke membawa kudanya ke arah
berlawanan, menjauh dari tepi sungai. Sadar bahwa ini
berarti mengambil jalan memutar, namun Kansuke tidak
ingin bertemu Harunobu di sini. Suatu hari nanti, Kansuke
akan bicara baik-baik pada Harunobu untuk memintanya
mengendalikan nafsu. Jarak dari Nirasaki ke Benteng Takashima sekitar tiga
puluh dua mil. Kansuke tetap memacu kuda tanpa istirahat
sepanjang sisa perjalanan, la tidak sabar untuk bertemu
dengan Puteri Yuu dan puteranya Katsuyori. Selain itu, ia
juga harus memimpin pasukan Benteng Takashima yang
baru saja kembali dari Un-no-Daira, menuju wilayah
Takato sebelum mereka melepaskan baju perisainya.
Kansuke bermaksud menjadikan wilayah itu sebagai bagian
dari wilayah kekuasaan Takeda.
Dan begitu mereka memenangkan wilayah Takato, ia
berpikir menempatkan Puteri Yuu dan Katsuyori di sana.
0=odwo=0 Ada begitu banyak pertempuran dalam skala kecil sejak
akhir tahun Tenbun ke-17 hingga awal tahun Tenbun ke-18.
Sebelum bertemu dengan Nagao Kagetora dari Echigo,
mereka harus membasmi semua musuh Takeda di wilayah
Shinshu. Kansuke turut serta di berbagai pertempuran
sepanjang wilayah Ina, Kiso, dan Matsumoto, sekaligus
mengantisipasi proses stabilisasi kekuasaan keluarga Takeda
di wilayah-wilayah tersebut.
Di awal Agustus, Kansuke memiliki kesempatan
beberapa hari untuk istirahat dan bebas dari baju zirah. Saat
itulah, seorang pembawa pesan Puteri Yuu datang
kepadanya, dan menyampaikan permintaan kunjungan
mendadak ke Kuil Kan-non-in. Kansuke sudah tidak
bertemu Puteri Yuu selama kurang lebih tiga bulan, maka ia
cepat-cepat mengambil kudanya dan buru-buru menuju
4 Joko Sableng Bara di kedung Ombo m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kediaman Sang Puteri. Saat menjejakkan satu kaki di pintu gerbang kuil Kannon-in, Kansuke merasa ada yang lain dari
biasanya, la langsung menuju ruangan sebelah; ruang tamu Puteri Yuu;
dan duduk di sana. "Tuan Puteri!" panggil Kansuke.
"Silahkan masuk."
Kansuke lalu membuka pintu. Puteri Yuu sedang duduk
di lantai dengan wajah pucat pasi. Begitu melihat wajah
Kansuke, Sang Puteri berkata, "Bisakah engkau melihat
langsung ke wajahku?"
Suaranya bergetar. "Maaf, apa maksud Tuan Puteri?" jawab Kansuke, tanpa
sadar mengarahkan pandangannya ke bawah. Kansuke
tidak menyimpan rahasia apa pun dari Puteri Yuu, kecuali
mengenai masalah Puteri Ogoto. Dan ia yakin Puteri Yuu
tahu tentang Puteri Ogoto.
"Bisakah kau tatap langsung ke mataku" Jawab!"
Kansuke tidak menjawab, namun menatap langsung ke
mata Sang Puteri. "Aku tidak tahu apakah kau melihatku atau tidak dengan
kedua matamu itu," kata Puteri Yuu menyindir, kemudian
melanjutkan, "Apakah kau mengetahui sebuah fakta bahwa
di Kofu, Tuanku memiliki seorang selir bernama Ogoto dan
dia melahirkan seorang anak laki-laki sekitar satu bulan
yang lalu?" Itulah pertama kalinya Kansuke mendengar tentangnya.
Meskipun Ogoto sudah mendekati masa kelahiran, ia belum
sempat menjenguknya di Kofu karena pertempuran yang
berlangsung secara terus-menerus.
"Saya tidak mengetahui tentang fakta tersebut."
"Apa artinya itu" Apakah itu berarti kau baru
mendengarnya?" "Ya, artinya seperti itu."
"Kalau begitu, aku harus menanyakan apakah kau tahu
atau tidak mengenai fakta bahwa Ogoto akan melahirkan
seorang bayi" Sekarang katakan yang sebenarnya. Jika kau
bohong, aku tidak akan pernah memaafkanmu."
Kansuke masih terdiam. "Apa kau tahu seorang perempuan bernama Ogoto?"
Karena Puteri Yuu sudah tahu nama, Kansuke merasa
tidak ada gunanya menyembunyikan kenyataan. Namun,
tetap saja penasaran dari mana Puteri Yuu mendapatkan
informasi ini. Sungguh aneh dan mistrius. Kansuke
akhirnya berkata, "Ya, saya telah bertemu dengan Puteri
Ogoto." "Mengapa kau menyimpan rahasia itu dariku?" Puteri
5 Joko Sableng Bara di kedung Ombo m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Yuu menimpali keheningan Kansuke dengan pertanyaan
lain, "Bisakah kau katakan alasannya?"
"Saya lebih tertarik mengetahui siapa yang memberitahu
Tuan Puteri tentang dia."
"Tuanku sendiri yang memberitahukannya."
Kansuke menahan napas beberapa detik dalam
keterkejutan. "Tuan Harunobu benar-benar mengatakan begitu ya..."
"Apa menurutmu dia tidak akan mengatakan padaku hal
seperti itu?" Puteri Yuu tidak mengubah ekspresinya sama sekali.
Lalu dengan senyum dingin di bibir, ia berkata, "Aku
tanyakan ini langsung kepada Tuanku, sama seperti aku
tanyakan langsung padamu sekarang."
Kansuke tetap diam. Mendadak merasa harus berhatihati dengan apa yang akan dikatakan.
"Dia lebih jujur dibanding kau, Kansuke. Dia juga
memberitahu tentang kunjunganmu ke tempat persembunyiannya di Kuil Sekisui."
"Oh-," erang Kansuke, "Tuanku mengetahui hal itu!"
"Itu bukan masalahku."
"Bagaimana ia bisa tahu perihal Puteri Ogoto?"
"Kau ingin tahu?" Tiba-tiba tubuh Puteri Yuu tampak
membesar dalam penglihatan Kansuke. Setidaknya, ia
merasa seperti itu. "Kau bahkan tidak akan mengira
bagaimana aku bisa mengetahuinya. Itu karena aroma
dupa. Aku sudah mendengar bahwa istrinya tidak
menyukai dupa. Namun, aku selalu mencium aroma dupa
yang kuat." "Wah...." Kansuke tak mampu berkata-kata. "Aku hanya mengirim seseorang ke Kofu
Furinkazan Angin Hutan Api Gunung Karya Yasushi Inoue di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dan menyuruhnya mengikuti aroma dupa tersebut."
Kansuke belum pernah merasakan ketakutan di depan
Puteri Yuu seperti ini sebelumnya.
6 Joko Sableng Bara di kedung Ombo m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Kansuke!" "Ya." "Aku punya permintaan padamu. Tolong bawa Puteri
Ogoto kemari." "Jika saya lakukan, Tuan Puteri hendak berbuat apa?"
"Belum terpikir sekarang. Aku akan memikirkannya
nanti. Aku hanya ingin kau membawanya kemari."
Kansuke tetap diam cukup lama.
"Jika kau tidak melakukan apa yang kuminta, maka aku
akan melakukannya sendiri."
Kansuke percaya. Gadis ini termasuk orang yang selalu
melakukan keinginannya, sesulit apa pun itu.
"Saya mengerti. Akan saya bawa dia kemar i," Kansuke
menjawab. "Kapan?" "Hmm." "Kuberi waktu satu bulan," gertak Sang Puteri.
"Saya mengerti," Kansuke berkata lagi.
Hari itu, setelah meninggalkan Kuil Kan-non-in,
Kansuke menginap semalam di Benteng Takashima dan
pergi menuju Kofu keesokan paginya untuk menemui
Harunobu. Sesampainya di sana, tidak ada pilihan selain
membicarakan hal tersebut dengan Harunobu, yang
bertanggung jawab atas semua yang terjadi, la harus
memutuskan apa yang akan dilakukan. Kansuke akan
mengambil kesempatan ini untuk menyarankan Harunobu
mengendalikan nafsunya. Begitu tiba di Kofu, Kansuke
langsung menuju kediaman Harunobu untuk menemuinya.
Tidak seperti biasanya, Harunobu tampak bahagia.
"Tuanku harus menyadari mengapa saya datang
kemari," kata Kansuke masam.
"Ini pasti mengenai kapan kita seharusnya menyerang
Kagetora." "Tidak sama sekali."
"Lalu mengenai apa?"
"Saya kira Tuanku tahu. Karena semua ini ulah
Tuanku." "Aku tidak paham apa yang kau bicarakan."
"Ini mengenai Puteri Yuu dan Puteri Ogoto."
"Kau tahu tentang itu!" kata Harunobu terkejut dan
mendadak malu, "Itu tidak baik, ya?"
"Ini bukan lelucon, Tuanku. Tidakkah Tuanku sadar
bahwa saya dalam masalah?"
"Aku tidak tahu apa pun tentang masalahmu.
Bagaimana kau dapat mengetahuinya" Apa yang harus
kulakukan?" kata Harunobu.
"Harus bagaimana" Tuanku sendiri yang mengatakan
7 Joko Sableng Bara di kedung Ombo m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kepadanya. Saya benar-benar dimarahi gara-gara itu."
"Oh, tidak. Pasti ada kesalahpahaman. Aku tidak pernah
mengatakan apa pun pada Puteri Yuu."
"Tapi ketika beliau menanyakannya langsung pada
Tuanku, dia bilang Tuankulah yang telah menceritakan
semua kepadanya." "Kau pikir aku bodoh!" kata Harunobu. Melihat
ekspresinya, Kansuke tidak menemukan adanya kebohongan. "Dia memperdayamu, Kansuke."
"Saya kira tidak, tapi..." Kansuke mulai merasa lemas.
"Apakah Tuanku yakin tidak mengatakan apa pun
padanya?" "Ada hal-hal yang memang harus dikatakan dan ada
yang tidak. Aku masih bisa membedakan."
"Hm, kalau begitu, ini mumi salah saya sendiri," ujar
Kansuke giras, "namun beliau juga tahu bahwa saya
mengunjungi Puteri Ogoto."
"Kau ke sana!?"
"Ya." "Kapan dan kenapa kau ke sana?"
"Apa Tuanku yakin tidak tahu sedikit pun soal itu?"
"Tidak, aku tidak tahu apa pun tentang itu."
"Hmm, aku dalam masalah."
"Akulah yang berada dalam masalah," kata Harunobu.
"Puteri Yuu memerintahkan saya membawa Puteri
Ogoto kepadanya." "Hmm, itu urusan antara kau dan Puteri Yuu. Jangan
libatkan aku." Harunobu tertawa keras, kemudian
menambahkan, "Katakan padanya bahwa aku telah
mengembalikan Ogoto ke keluarga Yukawa di Shinano.
Gampang, kan?" Harunobu kembali tertawa.
Kansuke sulit membedakan mana perkataan yang benar
dan mana yang dusta, namun tidak ada yang bisa dilakukan
kecuali memercayai Harunobu untuk sementara ini.
"Katakan saja kepadanya seperti itu. Kujamin,
masalahmu pasti beres."
Sepertinya situasi sudah berbalik terhadap Kansuke, dan
sekarang Harunobulah yang sedang membantu Kansuke,
bukan sebaliknya. Kansuke bermaksud menanyai tentang
Puteri Ogoto sekaligus menasehati tentang perilakunya di
masa depan. Namun tidak diberi kesempatan.
8 Joko Sableng Bara di kedung Ombo m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Begitu kita putuskan mengembalikan Puteri Ogoto ke
Shinano, aku harus memintamu menjaga ketiga anaknya,
Kansuke, karena aku tidak tahu orang lain selain kau yang
bisa merawat anak-anaknya."
"Ya, saya akan merawat anak-anaknya."
"Besok kau tinggalkan tempat ini bersama ketiga
anaknya." Hari itu, Kansuke meninggalkan kediaman Harunobu
dalam keadaan bingung dan bertanya-tanya.
Hari berikutnya, ketika kembali ke benteng, tiga buah
usungan menunggu di pintu gerbang. Dua puteri kecil dan
seorang bayi yang baru lahir masing-masing berada dalam
gendongan tiga orang pelayan yang duduk dalam usungan.
Kansuke meninggalkan Kofu bersama dua puluh orang
samurai untuk menjaga mereka. Matahari musim panas
bersinar begitu terik. Kansuke pernah menjaga usungan saat
berangkat menuju Suwa dengan Puteri Yuu di dalamnya,
dan kini kembali menuju Suwa bersama tiga anak dari ibu
yang berbeda. Ketika ia memikirkannya, sulit bagi Kansuke untuk
menemukan alasan mengapa harus pergi ke Kofu. Tanpa
sempat menyampaikan nasehat kepada Harunobu, Kansuke
malah harus membereskan akibat skandal Harunobu. Jika
menyangkut masalah penaklukan benteng atau pertempuran, ia mampu mel ihat segala sesuatunya dengan
jelas, layaknya kabut pagi menghilang seiring terbit mentari.
Namun jika sudah soal laki-laki dan perempuan, ia tidak
mampu melihat apa pun di hadapannya. Yang terpikir saat
ini adalah bahwa ia harus menaklukkan empat benteng.
Benteng Suwa untuk Katsuyori, benteng di Takato untuk
sang bayi dalam usungan, atau mungkin juga sebaliknya.
Para puteri juga berhak memiliki benteng. Oh, aku bakal
sibuk sekali. Sementara merenung, seekor kuda melintasi
kelompok Kansuke dari belakang, membuat suara keras dan
berisik di seputar mereka. Tidak lama kemudian, kuda
kedua juga melintas. Ketika kuda ketiga muncul, Kansuke
memacu kudanya tepat di samping kuda tersebut.
la berteriak kepada si pembawa pesan, "Apa yang
terjadi?" "Nagao Kagetora akan menyerang Shinano bagian utara.
Tuan Takeda akan meninggalkan Kofu malam ini."
"Baik, pergilah!" kata Kansuke, lalu mundur kembali.
Tubuh kuda yang melintas berkilat karena keringat, seolah
9 Joko Sableng Bara di kedung Ombo m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
habis disiram seember air padanya. Kuda dan pengendaranya dengan cepat menghilang dari pandangan.
Kansuke sedikit gemetar. Tapi ini tidak akan menjadi
perang besar, pikir Kansuke, karena pasukan Kagetora akan
lemah di musim panas. Tidak seperti beberapa menit lalu,
otaknya kini kembali jernih begitu ia memikirkan perang
yang akan segera terjadi.
0o-=dw=-o0 Sembilan Dari tahun Tenbun ke-18 hingga ke-19, armada perang
Takeda terus-menerus berada dalam peperangan, sampai
tidak memiliki waktu untuk mengistirahatkan kuda atau
bahkan diri mereka sendiri. Mereka menghadapi Nagao
Kagetora beberapa kali di wilayah Shinano bagian utara,
namun pertempuran-pertempuran kecil ini tidak pernah
berubah menjadi perang besar. Kerap kali dalam
pertempuran itu Kagetora menarik mundur pasukannya
pada saat yang tepat. Caranya menarik mundur pasukan
selalu terlihat begitu ahli dan sangat indah diamati.
Di tahun ke-18, ketika kedua pasukan saling bertempur
di dataran Un-no-Daira, seorang pembawa pesan dikirim
oleh Kagetora, membawa sepucuk surat untuk Harunobu.
Isi surat tersebut: Alasanku mengirim pasukan jauh-jauh dari Echigo ke
wilayah Shinano bagian utara bukan disebabkan oleh
ambisi menaklukkan wilayah kekuasaanmu, namun karena
aku diminta oleh Murakami Yoshikiyo. karenanya, aku
menantangmu semata-mata demi memenuhi jalan samurai.
Namun, jika kau mau menerima kembali Murakami
Yoshikiyo yang telah kau usir dari Shinano bagian utara,
aku tidak akan menyerang wilayah ini.
Harunobu segera mengambil kuas tulis, membalas surat
tanpa berkonsultasi dulu dengan Kansuke:
Tidak mungkin bagiku mengajak Murakami Yoshikiyo
kembali ke wilayah Shinano bagian utara, dan aku tidak
akan pernah melakukan itu selama aku hidup. Oleh karena
itu, aku harus menolak usulanmu. Jika kau ingin bertempur
dengan kami, kami siap kapan saja.
Selesai menulis surat tersebut, Harunobu memanggil
Kansuke dan menyerahkan surat balasan itu untuk dibaca.
Setelah membacanya, Kansuke berkata, "Ini bagus, namun
10 Joko Sableng Bara di kedung Ombo m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
saya ingin menyarankan Tuanku untuk menambahkan
sebaris kalimat setelah 'Jika kau ingin bertempur dengan
kami' dengan menuliskan 'Aku ingin kau yang memulai
peperangan.'" "Mengapa?" tanya Harunobu dengan nada
kurang puas. "Lebih baik tidak memprovokasi Kagetora
saat ini. Penting untuk memberikan kesan padanya bahwa
kita tidak punya keinginan berperang dengannya. Tuanku
harus menekankan hal ini berulang-ulang."
"Maksudmu, kita tidak punya cukup kekuatan untuk
berperang melawan dia?"
"Tidak, saya sama sekali tidak bermaksud begitu. Kita
tentu saja memiliki cukup kekuatan untuk mengalahkan
Kagetora saat ini. Namun jika kita mengalahkannya,
sebagian besar jenderal Takeda akan terbunuh dalam
perang itu. Yang saya takutkan adalah apa yang akan
terjadi selanjutnya. Harusnya kita mencoba tidak memprovokasi dia sekarang dan lebih berusaha menjaga
stabilitas keseluruhan wilayah Shinano. Itu artinya kita
harus menaklukkan Kiso agar tidak ada penyesalan setelah
perang berakhir; setelah itu kita bisa menantang Kagetora
dan mencoba untuk memenangkan pertempuran besar,
sesuatu yang belum pernah kita coba."
"Kapan itu akan terjadi?"
"Saya belum tahu pasti."
Harunobu tertawa dan berkata, "Kansuke, memangnya
kau akan hidup selamanya?"
"Saya?" tanpa sadar, Kansuke sudah berumur 58 tahun.
Tujuh tahun masa perang sudah berlalu sejak ia mulai
bekerja untuk Harunobu. "Saya tidak akan mati sebelum mencapai tiga hal."
"Tiga hal?" "Pertama, melaksanakan pertempuran penentuan dengan Nagao Kagetora. Saya ingin mempersembahkan
kepalanya ke hadapan Tuanku dengan tangan saya sendiri.
Meskipun tidak tahu kapan hal itu terjadi, saya sangat
menantikan kesempatan itu."
"Apa hal yang kedua?"
"Yang kedua adalah kampanye perang pertama
Pangeran Muda Suwa." Kansuke merendahkan suara
ketika mengatakan hal ini, karena berbahaya jika ada yang
11
Furinkazan Angin Hutan Api Gunung Karya Yasushi Inoue di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Joko Sableng Bara di kedung Ombo m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mendengarnya. Pangeran Muda Suwa tentu saja anak lakilaki Puteri Yuu, yaitu Katsuyori.
Harunobu tidak berkomentar. Pandangannya malah menerawang.
"Yang ketiga?" "Yang ketiga, hmm...sulit dikatakan," kata Kansuke,
sedikit memberi petunjuk.
Harunobu mulai tertawa. "Ohoho....aku tahu. Aku tahu
yang kau maksud. Kau harus menunggu paling tidak dua
atau tiga tahun untuk itu."
"Dua atau tiga tahun terlalu lama. Tuanku perlu
memutuskan lebih cepat."
Hal ketiga yang ingin dicapai oleh Kansuke adalah
membuat Harunobu meninggalkan keduniawian dan
menjadi seorang rahib. Setiap kali Kansuke melihat
Harunobu, ia selalu meminta hal tersebut. Maksud Kansuke
adalah bahwa dirinya juga akan meninggalkan keduniawian
dan mencukur kepala sebagai rahib. Oleh karena itu,
Harunobu seharusnya melakukan hal yang sama. sebenarnya ini bukan tawaran yang adil bagi Harunobu;
Ada perbedaan sangat signifikan antara Harunobu yang
baru saja melewati usia 30 tahun dengan Kansuke yang
sudah berusia 58 tahun; untuk mencukur kepala dan
meninggalkan hal-hal yang bersifat keduniawian.
Harunobu menolak permintaan ini dengan berbagai
macam alasan dan tidak mau mendengar Kansuke, namun
tetap tidak bisa menolak begitu saja karena ia sudah
membuat Kansuke menjaga Puteri Yuu, Puteri Ogoto, serta
keempat anak mereka. Meskipun Kansuke mengatakan tidak akan mati sebelum
mewujudkan ketiga hal tersebut, sebenarnya ia masih
menyimpan satu keinginan tambahan sebelum meninggal
dunia. Tentu saja yang satu ini tidak bisa dikatakan kepada
orang lain karena bersifat sangat pribadi dan tidak bisa
seenaknya diceritakan pada siapa pun. Keinginan terakhir
ini adalah menyingkirkan putera sah Harunobu, yaitu
Yoshinobu. Selama Yoshinobu menjadi pewaris keluarga
Takeda, Katsuyori tidak akan memiliki masa depan untuk
itu. Kansuke tidak menyukai Yoshinobu maupun kelompok
pendukungnya. Kelompok di sekelilingnya terhitung jenis
kelompok yang akan segera menghilang seperti kabut begitu
Yoshinobu tidak lagi menjadi pewaris. Orang-orang aneh
yang digerakkan oleh posisi Yoshinobu dalam masyarakat.
12 Joko Sableng Bara di kedung Ombo m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Tujuan pertamanya adalah membuat Harunobu meninggalkan keduniawian; kedua, menyingkirkan Putera
Mahkota yang sah, Yoshinobu; kemudian membantu
Katsuyori memenangkan kampanye perang pertamanya.
Dan, jika semua keinginan tersebut sudah terpenuhi,
barulah ia akan membunuh Uesugi Kenshin. Kansuke tidak
tahu mana yang akan terjadi lebih dulu; pembunuhan
Kagetora atau kampanye perang pertama Katsuyori. Satu
hal yang pasti: menghancurkan Kagetora bukan hal mudah,
seperti yang dikira Harunobu.
Karena itulah Kansuke selalu mencoba membuat kedua
jenderal perang itu tidak saling berhadapan dalam
pertempuran langsung. Perang antara Harunobu dan
Kenshin harus ditunda sampai hari ketika kekuasaan
Takeda mencapai puncak kekuatan. Di tahun Tenbun ke19, ketika Kenshin menyiapkan kemah perangnya di
gunung Zenkoji, Kansuke berusaha menahan Harunobu,
yang sangat ingin memulai perang, dengan memaksanya
menulis surat kepada Uesugi Kenshin dan mengirimkannya
lewat kurir. Isi surat tersebut adalah:
Kita tidak punya dendam pribadi, jadi sia-sia buat kita
berdiri saling berhadapan di medan tempur. Bagaimana
menurutmu" Jika seseorang mencoba menyerang wilayahku, Kai, aku tidak akan sungkan memulai perang
besar, tidak peduli siapa pun yang menyerang, namun aku
tidak bermaksud memaksamu berperang.
Sehari setelah sang kurir meninggalkan kemah Harunobu, sekitar jam dua pagi, Kagetora segera
membongkar kemahan dan mengirim pasukannya kembali
ke Echigo. Kansuke merasa was-was dengan tindakan Kagetora
muda ini. Ini bukan tindakan yang lazim dilakukan oleh
seorang jenderal muda berusia 20 tahun. Sepertinya
Kagetora mencoba memanas-manasi Harunobu dengan
menyiapkan kemah di Shinano bagian utara berkali-kali,
memprovokasi Harunobu agar tidak punya pilihan selain
mengirim pasukan melindungi wilayahnya. Oleh karena itu,
13 Joko Sableng Bara di kedung Ombo m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Kagetora sepertinya menunggu kesempatan yang paling
tepat untuk memulai perang.
0=odwo=0 Pada Januari tahun Tenbun ke-20, Kansuke mengunjungi kuil Kan-non-in setelah mendapat undangan
dari Puteri Yuu. Sudah satu setengah tahun berlalu sejak
Sang Puteri menginterogasi dan mempermalukannya
mengenai Puteri Ogoto di musim panas. Sang Puteri tidak
pernah lagi menanyakan Puteri Ogoto sejak itu. Memanfaatkan kesempatan ini, Kansuke juga tidak pernah
lagi mengungkit soal puteri satu itu di hadapan Puteri Yuu.
Namun kali ini, Puteri Yuu mengungkit hal tersebut.
"Bagaimana keadaan Puteri Natsu dan Haru serta Pangeran
Nobumori" Apakah mereka sehat?"
"Ya, mereka baik-baik saja," jawab Kansuke. Tidak
berani memberitahu Puteri Yuu bahwa ia sendirilah yang
merawat ketiga anak Puteri Ogoto, kendati menduga bahwa
Puteri Yuu pasti juga sudah mengetahui, Kansuke tidak
akan kaget bila Sang Puteri bertanya.
"Bisakah kau beri Katsuyori kesempatan untuk bertemu
mereka sekali waktu" Kau sendiri yang mengatakan bahwa
mereka akan menjadi teman baik bagi Katsuyori, maka aku
memercayai hal itu."
Kansuke tidak menyangkal, namun tak urung merasa
sedikit gelisah karena ekspresi wajah Sang Puteri dan cara
mengatakan kalimatnya. Penilaian Kansuke terbukti benar,
karena Puteri Yuu kemudian melanjutkan, "Aku sudah
sangat menderita setahun ini. Sudah cukup aku mengalami
penderitaan; aku tidak bisa lagi menahannya. Dulu, aku
sering berpikir memenggal kepala Tuanku, namun sekarang
sudah tidak lagi." Kansuke mengangkat kepala melihat Puteri Yuu, namun
tidak mampu memahami apa gejolak pikirannya.
"Aku cukup yakin Puteri Ogoto juga merasakan hal yang
sama," kata Sang Puteri.
"Karena itulah," lanjut Puteri Yuu, "baik aku maupun
Puteri Ogoto telah memutuskan untuk tidak lagi menjadi
selir Tuanku. Dan aku berpikir untuk tinggal bersama
dengan Puteri Ogoto dengan damai di kuil Kan-non-in."
"Apa pendapat Puteri Ogoto mengenai ide ini?"
14 Joko Sableng Bara di kedung Ombo m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Aku sudah mengirim pembawa pesan kepadanya dan
dia sudah setuju." "Apa"!" Pernyataan Sang Puteri sering mengejutkan
Kansuke. Kali ini pun begitu.
"Apakah Tuan Puteri mengirim seorang pembawa pesan
kepada Tuan Yukawa?"
"Tuan Yukawa?" Puteri Yuu tertawa kecil.
"Kansuke, apa kau betul-betul yakin Puteri Ogoto sudah
dikembalikan kepada keluarganya?"
"Ya, saya yakin."
"Kau betul-betul lugu, Kansuke!"
Puteri Yuu kembali tertawa, lalu tiba-tiba berhenti dan
berkata, "Tidak masalah buatku. Tapi aku ingin kau
beritahu Tuan Harunobu tentang keputusan kami."
"Baik, Tuan Puteri."
Tidak ada cara lain bagi Kansuke untuk menjawab, la
tidak mengerti situasinya dengan baik. Bagaimanapun juga,
ia merasa kagum pada kelihaian Puteri Yuu mendapatkan
semua informasi tersebut, meski berada di dalam kuil Kannon-in.
"Jadi Tuan Puteri berdua akan tinggal bersama di sini?"
"Ya, kami bermaksud demikian."
"Pasti akan sulit." Kansuke tidak bisa membayangkan
hal ini bisa terjadi. "Kau tidak perlu khawatir dengan kami, karena kami
berdua akan menjadi rahib."
"Apa!?" "Ya, sudah kami putuskan."
"Kenapa" Apa yang membuat Tuan Puteri memutuskan
perubahan begitu drastis, dengan begitu tiba-tiba?"
'Tuanku sudah begitu terobsesi pada gagasan menaklukkan Kiso. Kau mungkin tidak akan mengerti
kenapa dia begitu terlibat dengan gagasan ini."
"Itu karena aku yang menyarankan kepada beliau."
"Ya, kau mungkin benar, namun Tuanku menyimpan
maksud lain," kata Sang Puteri seperti menyembunyikan
sesuatu. Setelah terdiam beberapa menit, ia melanjutkan,
"Aku mendengar ada seorang perempuan Sangat cantik
yang merupakan sepupu dari istri penguasa Kiso."
"Mungkin ada perempuan seperti itu, namun apa
hubungannya dengan Tuan Harunobu?"
"Sasaran utamanya bukan Kiso, tapi perempuan itu!"
"Tidak mungkin," kata Kansuke. Namun kemudian,
15 Joko Sableng Bara di kedung Ombo m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
teringat sifat Harunobu, ia tidak bisa benar-benar
menyangkal perkataan Sang Puteri. Setelah direnungkan
kembali dengan pengetahuan yang baru ini, memang ada
antusiasme yang berbeda dalam cara Harunobu menangani
pertempuran kali ini dibandingkan pendekatan sebelumnya
saat menaklukkan wilayah lain.
Meski menyadari kebenaran tersebut, Kansuke masih
mencoba menyangkal pada Puteri Yuu. "Saya mengenal
Tuan Harunobu dengan sangat baik. Sejauh mengenai
penyerangan Kiso, saya percaya itu adalah......kecurigaan
yang tidak beralasan, begitukah yang akan kau katakan?"
"Saya tidak menyebut tidak beralasan, namun saya kira
Tuan Puteri hanya terlalu khawatir."
Tanpa mengomentari perkataan itu, Puteri Yuu berkata,
"Hmm, memangnya apa yang Tuanku lakukan ketika
ayahku kehilangan wilayahnya" Kau sangat mengerti situasi
saat itu. Jadi, kurasa kau akan ke Kiso untuk mengambil
perempuan lain lagi. Ya kan" Kau pasti sangat Sibuk."
Kansuke tidak mampu berkata apa-apa ketika Sang
Puteri mengacu pada pengalamannya sendiri.
"saya akan bicara dengan Tuan Harunobu mengenai hal
ini. Namun tidak seharusnya Tuan Puteri bermain-main
dengan gagasan menjadi rahib." Kansuke khawatir jika
Puteri Yuu dan Ogoto menjadi rahib, Harunobu pasti akan
mencari selir baru. "Baiklah. Dalam hal ini, pilihan ada di tangannya;
apakah dia akan menghentikan penyerangan ke Kiso atau
kami akan menjadi rahib."
"Menghentikan penyerangan Kiso, itu..."
"Tidak mungkin dilakukan?"
Mengambil alih Kiso adalah kepentingan sangat
mendesak yang akan menguntungkan klan Takeda. Tidak
mungkin dihentikan. "Saya akan mendiskusikannya dengan Tuan Harunobu,"
jawab Kansuke. Hari berikutnya, Kansuke berangkat ke Kofu untuk
menemui Tuannya. Berniat menyarankan agar meninggalkan keduniawian dan menjadi seorang rahib.
Harunobu harus mencukur kepalanya dan berjanji untuk
tidak lagi melakukan hubungan badani, agar Puteri Yuu
tidak meragukan tindakan Harunobu menyerang Kiso.
Tidak ada jalan lain, pikir Kansuke.
16 Joko Sableng Bara di kedung Ombo m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Saat itu sore hari ketika Kansuke bertemu dengan
Harunobu. la meminta bicara secara pribadi dengan
tuannya. "Tuanku, ada sesuatu yang harus saya tanyakan," kata
Furinkazan Angin Hutan Api Gunung Karya Yasushi Inoue di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kansuke. la hendak langsung ke titik permasalahan dan
menyelesaikan secepatnya.
"Di mana Tuanku menyembunyikan Puteri Ogoto?"
Wajah Harunobu menunjukkan ekspresi ketidaksabaran,
namun tetap menjawab tegas seperti biasa, "Masih berada
di kuil Sekisui." "Tuanku mengatakan kepada saya telah mengembalikan
dia ke rumahnya di Shinano. Saya ingat jelas, tapi ternyata
bohong, kan?" "Hmm, aku memang bermaksud mengirimnya kembali,
namun Ogoto sendiri yang menolak pulang, jadi dia masih
di sini." "Baiklah, tidak apa kalau begitu. Namun Puteri Yuu
mengetahui hal ini, dan dia telah memutuskan untuk
menjadi rahib bersama Puteri Ogoto."
"Hmmm." "Apa tindakan Tuanku soal ini?"
"Hmm, menyusahkan juga, ya?"
"Apa yang akan dikatakan oleh oleh orang-orang di
wilayah lain jika mereka mendengar bahwa kedua orang
selir Tuanku menjadi rahib?" Kansuke melanjutkan tanpa
sedikit pun melembutkan ekspresi. Tidak ada jalan lain bagi
Tuanku selain ikut menjadi rahib dan meninggalkan
keduniawian Jika Tuan bersedia melakukan itu, kedua tuan
puteri tidak akan membayangkan hal yang tidak-tidak."
"Membayangkan hal yang tidak-tidak?"
Kansuke tidak langsung menjelaskan.
"Apakah hal yang tidak-tidak itu?"
"Ini bukan hanya demi para selir. Tuanku harus
meninggalkan keduniawian untuk membebaskan diri dari
kecurigaan umum..." "Kecurigaan umum seperti apa?"
"Masyarakat umum selalu berpikir tentang hal-hal yang
bahkan Tuanku sendiri tidak bisa membayangkan. Mereka
bilang bahwa alasan Tuanku mencoba menaklukkan Kiso
adalah karena seorang perempuan cantik," kata Kansuke
sambil mengangkat wajah menatap Harunobu. Kansuke
tetap berfokus di sana. Meski sulit, mata Kansuke yang
terlatih melihat perubahan air muka Harunobu.
"Mungkin itu bukan pendapat masyarakat umum,
Kansuke. Aku yakin itu pasti pendapat pribadimu sendiri."
"Jika hanya pendapat saya semata, kedua selir Tuanku
tidak akan pernah memikirkan gagasan menjadi rahib."
"Tapi aku tidak tertarik meninggalkan keduniawian,"
17 Joko Sableng Bara di kedung Ombo m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kata Harunobu hati-hati. Tidak seperti biasanya, ia berhatihati untuk tidak memberi kesempatan
pada Harunobu menantang keputusannya. "Aku ingin Tuanku memikirkan hal ini sampai besok,"
kata Kansuke, lalu pergi.
Malam itu, Kansuke menginap di rumah lama Itagaki
Nobukata, yang selalu ditinggali setiap kali datang ke Kofu.
Pada larut malamnya Kansuke mengunjungi seorang rahib
bernama Tosho-an di Katagawa. la memintanya untuk
memberikan saran kepada Harunobu agar mau meninggalkan keduniawian dan menghentikan hasrat
badani. Kansuke punya hubungan persahabatan yang dekat
dengan rahib ini selama dua tahun terakhir, dan ia
memercayainya. Tosho-an mengaku tidak mampu membujuk Harunobu
seorang diri, namun ia mengenal seorang rahib bernama
Choshuza di Ashikaga yang sangat dihormati, la
menyarankan Kansuke untuk memberi undangan pada
rahib tersebut dan memintanya memengaruhi Harunobu.
Hari berikutnya Kansuke menunggang kuda menemui
rahib Choshuza di Ashikaga. la merasa cara ini lebih cepat
dibanding mengirim pembawa pesan.
Saat itu awal Februari ketika kedua rahib, Tosho-an dan
Choshuza, mengunjungi rumah Harunobu di Kofu.
Choshuza berkata pada Harunobu, "Tuanku, kami ke sini
hendak memberitahu sesuatu yang penting. Kami baru saja
meramalkan masa depan Tuan, dan tampaknya nenek
moyang Tuan dilahirkan dari keluarga hebat dan kaya.
Namun, bagian selanjutnya menunjukkan kata 'pertanda
buruk'. Inilah sebabnya kami kemari untuk memberitahu
agar berhati-hati mengenai ini."
Kansuke yang juga hadir mengamati ekspresi wajah
Harunobu dalam diam. Harunobu menyimak kata-kata
kedua rahib dengan pandangan tidak senang.
Choshuza melanjutkan, "Bagian awal hari berarti bagian
awal hidup Tuan, dan bagian akhir hari berarti bagian akhir
hidup. Kami menganggap hidup manusia berlangsung 60
tahun; bagian awal hari berlangsung sampai usia 30 tahun.
Tuanku sekarang berumur lebih dari 30 tahun dan telah
memasuki bagian akhir. Jika datang ramalan yang
mengatakan akan ada kegagalan di bagian akhir hidup
Tuan, maka Tuan harus memikirkan tindakan selanjutnya
18 Joko Sableng Bara di kedung Ombo m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dengan sangat hati-hati."
"Jadi apa yang kau sarankan?" tanya Harunobu.
"Inilah waktunya bagi Tuanku mengikuti kehendak
langit dan meninggalkan keduniawian. Jika Tuan melihat di
seluruh penjuru negeri, banyak keluarga yang memiliki
kehebatan di zaman dahulu telah tumbang. Bukan hai yang
aneh di zaman perang Gekokujo ini jika suatu ketika
keluarga Takeda juga ditumbangkan. Selama beberapa
generasi, keluarga Takeda berhasil menjaga kekuasaan
dengan busur dan panah; karena itulah di generasi Tuan..."
"Aku mengerti," kata Harunobu.
"Tidak, Tuanku belum benar-benar mengerti," kata
Kansuke. "Ya, aku mengerti. Aku benar-benar mengerti.
Meninggalkan keduniawian, menjadi seorang rahib dan
menyerahkan diri pada kehendak langit. Cukup seperti itu,
kan?" "Meskipun Tuanku meninggalkan keduniawian, namun
jika dilakukan untuk formalitas belaka dan tidak benarbenar dijalani, tidak akan berguna. Begitu
Tuanku meninggalkan keduniawian, sangat penting untuk menetapkan hati agar tidak lagi memiliki perempuan di
sekeliling Tuan." Kansuke sangat ingin mengutarakan isi
hati kepada Harunobu. 0=odwo=0 Saat itu bulan Februari, sekitar jam empat sore, ketika
Harunobu meninggalkan keduniawian dan menamakan
dirinya Tokueiken Shingen, dengan nama religius Ikuzan.
Mulai saat ini Harunobu dikenal sebagai Shingen.
Para jenderal yang juga ikut mencukur kepala bersama
Takeda Shingen adalah Hara Toratane, Yamamoto
Kansuke, Obatayama Shiro-no-kami dan Nagasaka Saemon-no-jo. Hara Toratane dinamai Nyudo Seigan,
Kansuke memiliki nama Doki, Obatayama Shiro-no-kami
bernama Nyoi, dan Nagasaka Saemon-no-jo diberi nama
Chokan. Pada 15 Februari, Kansuke kembali ke Suwa. Dua-tiga
hari kemudian, ia mengunjungi Puteri Yuu di kuil Kan-nonin.
Kansuke duduk 19 Joko Sableng Bara di kedung Ombo m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
di hadapan Sang Puteri dan memberitahukan bahwa Harunobu telah mencukur kepalanya. Puteri Yuu mengamati Kansuke beberapa saat.
Ekspresinya seperti menahan tawa. Lalu berkata, "Terima
kasih untuk segalanya. Sayang sekali kau juga harus ikut
serta di dalamnya, Kansukei" kemudian tergelak.
"Nah, sekarang Tuan Puteri tidak perlu lagi menjadi
rahib." "Menjadi rahib" Astaga, kau benar-benar percaya
omonganku, ya?" "Jadi, apakah Tuan Puteri berbohong ketika mengatakan
akan menjadi seorang rahib?"
"Tidak peduli bohong atau benar, aku tidak pernah
bermimpi untuk menjadi seorang rahib. Jika aku menjadi
rahib, berarti aku kalah oleh Tuanku, bukan begitu,
Kansuke?" "Dan tentang Puteri Ogoto, apakah itu juga kebohongan?" "Aku tidak tahu apa-apa soal Puteri Ogoto, mungkin saja
sekarang dia sudah menjadi rahib.
"Apa" Dasar pembohong!" Kansuke ingin sekali berkata
begitu, namun yang keluar dari mulutnya malah, "Jika
Puteri Ogoto sudah menjadi rahib..."
"Kemungkinan besar sudah, karena aku yang menyuruhnya." "Jadi Tuan Puteri memperdayainya!"
"Kansuke, di pihak mana kau berada?"
"Saya?" Kansuke tidak mampu menjawab.
"Kansuke!" Puteri Yuu berkata dengan intonasi agak
kuat, lalu berubah pikiran dan berkata pelan, "Kansuke,
maukah kau berjalan-jalan di luar" Ayo kita melihat bunga
20 Joko Sableng Bara di kedung Ombo m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
persik yang bermekaran."
Kansuke mengikuti Puteri Yuu saat Sang Puteri berjalan
menuruni tanjakan di depan kuil Kan-non-in ke sebuah
jalan. Pada pertemuan antara Sungai Tenryu dengan salah
satu anak sungainya, mereka menyusuri jalan setapak. Di
kawasan itu, ada begitu banyak pohon persik. Bunga-bunga
merah muda bermekaran di lembah-lembah hutan dan
pegunungan, meski udara dingin menandakan musim
dingin belum sepenuhnya pergi.
"Kansuke, rasanya aku tidak akan hidup lebih lama
lagi," kata Puteri Yuu sambil terus berjalan, "Lihat,
lenganku semakin kurus."
Ketika Puteri Yuu mengucapkan itu, Kansuke terpaksa
harus mengakui. Tangannya yang langsing tampak semakin
kurus. Kulitnya begitu pucat dan terlihat menyakitkan.
"Tuan Puteri tidak kedinginan?"
"Tidak, aku tidak kedinginan." Lalu menambahkan,
"Apakah aku jahat telah membuat Tuanku dan kau
meninggalkan keduniawian, juga memperdaya Puteri
Ogoto untuk menjadi rahib?"
"Tidak, tidak pernah..." jawab Kansuke. la tidak pernah
berpikir Sang Puteri berbuat kesalahan. Apa pun yang ia
lakukan atau pikirkan, tidak mungkin bagi Kansuke untuk
menyalahkannya. "Indah sekali bunga persik itu! Namun sepertinya ini
akan menjadi tahun terakhir aku menikmatinya."
"Tuan Puteri, mohon jangan berpikir seperti itu."
"Sejujurnya, aku benar-benar tidak ingin hidup lebih
lama lagi. Menjadi seorang perempuan sungguh sangat
menyedihkan. Aku sadari hal itu belum lama ini. Saat
mengetahui perihal Puteri Ogoto, aku merasa jijik pada
Tuanku. Lama-lama terbiasa dan menjalani hidup sampai
hari ini dengan berada di antara istrinya dan Puteri Ogoto.
Ketika Tuanku hendak mengambil seorang perempuan baru
di masa depan-dan aku yakin pasti akan terjadi, aku merasa
hidup dalam kesedihan dan penderitaan. Meski begitu,
setiap kali Tuanku berkunjung, aku masih berusaha
menyenangkannya. Aku hanya merasa sudah cukup
mengalami kehidupan seperti itu!" kata-kata terakhir
terdengar emosional. "Tuan Puteri tidak perlu cemaskan hal itu lagi. Tuanku
sudah meninggalkan keduniawian."
Puteri Yuu tertawa. Suara tawanya terdengar dingin di
udara awal musim semi. "Hanya karena
sudah meninggalkan keduniawian, kau pikir akan ada bedanya"
Paling-paling hanya bermakna perolehan gelar Daisojyo
21 Joko Sableng Bara di kedung Ombo m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dari negara. Seorang Daisojyo! Tuanku menjadi seorang
Daisojyo, lucu sekali!" Kali ini suara tawanya terdengar
sedikit beda dari sebelumnya.
"Tuan Puteri!" Kansuke mengira Puteri Yuu sudah gila.
Melihat gerak-geriknya, setiap orang pasti akan berpikir
demikian. "Aku menyukai Tuanku hanya ketika dia bersiap
berperang. Aku menyukainya ketika dia tidak berpikir halhal seperti istrinya, Puteri Ogoto, atau
Furinkazan Angin Hutan Api Gunung Karya Yasushi Inoue di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bahkan aku. Dia paling baik ketika tidak memikirkan hal lain selain
bagaimana memenangkan perang. Selain itu aku tidak suka.
Aku ingin Katsuyori hanya mewarisi keberaniannya.
Kansuke, aku mohon bantulah Katsuyori menjadi jenderal
perang yang hebat sepeti ayahnya. Aku mohon padamu,
Kansuke." "Tuan Puteri tidak perlu cemaskan itu. Jelas sekali
bahwa Tuan Muda Katsuyori akan menjadi pemanah
terhebat di seluruh negeri. Dia akan menjadi jenderal
terhebat yang pemah ditemui orang. Bayangkanlah dirinya
sedang memakai helm perang Suwa."
Ketika Kansuke membayangkan Katsuyori mengenakan
helm perang Suwa, ia hampir pingsan saking bahagia. Ini
juga merupakan mimpi terbesarnya: melihat Katsuyori di
awal masa kedewasaan. Kansuke menyukai Harunobu dan
Puteri Yuu. Mencintai mereka melebihi siapa pun di dunia ini. Satusatunya tujuan yang dimiliki mulai saat ini
adalah melindungi anak itu, yang mewarisi darah dari dua orang
yang dicintai melebihi siapa pun juga, dan menjadikan anak
tersebut seorang jenderal yang hebat.
"Kansuke, ayo kita kembali."
Sebelum dipanggil oleh Puteri Yuu, mata Kansuke
terpaku pada lereng di bukit nun jauh di sana. Matanya
tidak melihat apa-apa ketika membayangkan masa depan.
Begitu banyak hal yang harus dipikirkan.
Saat itu, seorang samurai muda mendekat, kudanya
dipacu dengan kecepatan penuh. Tiba di dekat Kansuke,
samurai itu turun dari kudanya dan berkata, "Tuanku akan
segera tiba di sini."
"Apa! Tuanku! Aku akan kembali secepatnya," kata
Kansuke. Ini pasti tentang perang lagi, pikir Kansuke.
Berita tentang kunjungan Shingen dengan jelas mengembalikan aura kehidupan ke wajah Puteri Yuu.
22 Joko Sableng Bara di kedung Ombo m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Perubahan tersebut tampak jelas bagi Kansuke.
"Kita harus kembali ke kuil Kan-non-in secepatnya,"
katanya kepada Sang Puteri.
"Kansuke, tolong ambilkan satu cabang pohon persik.
Aku tidak punya hadiah untuknya, yang sudah meninggalkan keduniawian atas permintaanku. Paling
tidak, aku ingin menunjukkan bunga-bunga persik."
Kansuke terpesona melihat kecantikan Sang Puteri yang
diliputi kebahagiaan. Kali ini bahkan tampak lebih cantik
dibanding Puteri Ogoto. Kansuke senang melihatnya.
Kansuke dan Puteri Yuu kembali ke kuil Kan-non-in.
Kansuke berpikir hal ini pasti mengenai perang lagi, namun
saat mereka tiba, Shingen sedang duduk di beranda
kediaman Puteri Yuu dan tidak seperti biasanya; ia tampak
rileks. Sambil memandangi bunga-bunga persik yang
dibawa oleh Puteri Yuu, Shingen berkata, "Bunga-bunga
persik. Apakah sudah bermekaran?"
"Bunga-bunga persik sudah bermekaran selama lebih
dari sebulan," kata Puteri Yuu.
"Benarkah itu" Aku tidak memperhatikannya sama
sekali," jawab Shingen. Siang dan malam ia habiskan
menyusun strategi perang, terlalu sibuk untuk memperhatikan bunga-bunga persik yang bermekaran di
seluruh daerah pegunungan dan lembah wilayah Shinano
dan Kai. Shingen, dengan kepalanya yang tercukur, tampak agak
bersikap dingin. Pasti kelihatan lucu di pandangan Puteri
Yuu, karena Sang Puteri tampak seperti menahan tawa,
namun tidak menyinggung soal itu di hadapan Shingen.
"Saya sempat mengira Tuanku hendak terjun ke medan
pertempuran kembali," kata Kansuke.
"Terjun ke medan pertempuran" Biarkan aku istirahat
sejenak," kata Shingen. Lalu melihat kepada Puteri Yuu
dan berkata, "Maukah kau menyiapkan jamuan minum
sake?" Kansuke bermaksud meninggalkan mereka berdua,
namun Shingen berkata, "Bagaimana kalau kau minum
sake bersama kami, Kansuke?"
Inilah pertama kalinya mereka minum sake bertiga dan
23 Joko Sableng Bara di kedung Ombo m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
hal tersebut merupakan permintaan mengejutkan yang
datang dari Shingen. Permukaan danau menjadi gelap seiring hari yang
semakin sore. Tidak seperti biasanya, danau tampak tenang
tanpa satu riak pun yang merusak ketenangan itu.
"Hmm, kita berdua sudah meninggalkan keduniawian,
apa yang seharusnya kita lakukan sekarang?" tanya
Harunobu berkelakar. "Aku akan melakukan apa saja yang
kau minta, Yuu. Jika kau memintaku menyerang Kiso,
akan kulakukan. Jika kau menyuruhku menaklukkan
Echigo, akan kulakukan juga."
"Kau bersedia melakukan apa yang aku minta!?" kata
puteri Yuu pelan, lalu menambahkan, "Kenapa berkata
manis kepadaku hari ini, Tuanku?"
"Itu bukan kata-kata manis. Karena aku selalu ragu
dalam setiap hal yang harus aku lakukan, aku ingin
memutuskan tindakan dengan mengikuti permintaanmu.
Aku sedang menghadapi saat paling sulit dalam hidup.
Akhir-akhir ini aku memikirkan berbagai hal dengan
sungguh-sungguh, tetapi tetap saja tidak memecahkan
masalah. Itulah sebabnya aku ingin mendengar pendapatmu. Baik aku maupun Kansuke sudah sama-sama
lelah dengan pikiran kami."
Nada suara Shingen lebih serius kali ini. Sambil
menyimak perkataan Tuannya, Kansuke menyetujui bahwa
sebagian ucapan Shingen benar. Ini memang saat paling
sulit bagi keluarga Takeda. Namun mengambil tindakan
berdasarkan saran Puteri Yuu, menurut Kansuke seolah
sedang berusaha menyingkirkan Kansuke.
Keinginan Shingen yang sebenarnya adalah menghancurkan Kiso, Uesugi, dan siapa pun yang
menghalangi jalannya, dengan memanfaatkan kekuatan
besar, secepat mungkin. Tidak peduli apa pun yang diminta oleh Sang Puteri,
jenderal muda yang telah meninggalkan keduniawian itu
masih tetap memegang kepercayaan diri memenangkan
perang tanpa mengalami kegagalan.
"Baik. Kalau begitu aku akan meminta..." Puteri Yuu
membuka mulut tanpa ragu. Kansuke mengangkat wajah
24 Joko Sableng Bara di kedung Ombo m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
memandang Puteri Yuu. "Mengapa kau tidak menaklukkan Kiso" Itu yang selalu
ingin kau lakukan, bukan" Mengalahkan Kiso." Ada sedikit
nada sinis dalam suaranya.
"Kiso?" kata Shingen dengan kaku.
"Ya. Setelah menaklukkan Kiso, kenapa tidak coba
menikahkan puterimu dengan penguasa Kiso" Sampai
sekarang kau selalu mengambil seseorang dari keluarga
yang sudah ditaklukkan, seperti halnya diriku..." kata
Puteri Yuu tertawa sekilas, "tapi aku kira berbahaya untuk
membawa pulang hubungan darah dari keluarga yang
sudah kau taklukkan. Perihal aku, kau beruntung bahwa
akulah yang kau boyong pulang. Kau selesaikan masalah
dengan mencukur kepala. Jika itu orang lain, aku yakin kau
sudah kehilangan nyawa," bentak Puteri Yuu.
"Jangan bercanda," kata Shingen terkejut.
"Aku serius. Kansuke sangat mengerti perasaanku. Aku
tidak mengatakan ini lantaran cemburu pada perempuanperempuan Kiso. Jika kau berencana untuk
membawa seorang perempuan cantik dari Kiso ke Kai dalam usungan,
maka kau akan menyesal. Kau akan segera kehilangan
nyawa. Tidak ada orang lain selain aku yang mengerti
perasaan ketika seluruh keluargamu dihancurkan. Karenanya, aku menyarankan untuk memberikan seseorang
sebagai 'tawanan' kepada musuh."
"Hmmm," gumam Kansuke sambil berpikir. Gagasan itu
memang bukan hal yang lazim terpikir oleh seorang yang
memenangkan perang. Namun, sebagaimana saran Puteri
Yuu, ide ini bisa menjadi strategi efektif yang tidak
terpikirkan oleh orang lain sebelumnya. Sebuah gagasan
yang hanya bisa dipikirkan oleh seseorang yang pernah
merasakan menjadi 'tawanan'.
"Hmmm," kembali Kansuke bergumam.
Shingen tampak terkejut dengan perkataan Sang Puteri,
lalu dengan ekspresi seolah baru saja tersedak makanan, ia
berkata, "Baiklah, aku
akan menaklukkan Kiso." Kemudian kepada Kansuke, ia berkata, "Kansuke, kau
tidak keberatan?" "Aku setuju dengan gagasan Tuan menyelesaikan
masalah Kiso sebelum Echigo. Dan bersamaan dengan
25 Joko Sableng Bara di kedung Ombo m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
penaklukan Kiso, penting kiranya untuk menjalin persekutuan yang kuat dengan Imagawa dan Hojo."
Didorong ucapan Puteri Yuu tadi, percik a pi dalam
benak Kansuke membesar dan menyebar ke seluruh
penjuru. Untuk menetralkan persekutuan dengan Hojo, penting
untuk menikahkan puteri tertua Shingen dari istrinya yang
resmi dengan keluarga Hojo. Kemudian Hojo akan
menikahkan puterinya dengan Imagawa, dan puteri
Imagawa dengan keluarga Takeda. Strategi yang telah
disusun Kansuke beberapa tahun lalu, akan memberi
sebuah makna baru. Mata Kansuke mulai bersinar. Jika bisa
melaksanakan strategi ini, maka ketiga keluarga tersebut;
baik Takeda, Hojo, dan Imagawa; akan menjadi kerabat.
Dengan demikian, Shingen dapat menghadapi Kagetora
tanpa takut terhadap keluarga tersebut.
Pada Agustus tahun Tenbun ke-20, Nagao Kagetora
menerima gelar daimyo dan julukan baru Uesugi Norimasa.
Sejak saat itu ia dipanggil dengan sebutan Uesugi Kenshin
Kagetora. Kansuke menjelaskan hal ini kepada Shingen dengan rinci.
Shingen merenung lama sekali dalam hening, dan tidak
segera menjawab. Tiba-tiba, Shingen memerintahkan Puteri Yuu untuk
meninggalkan ruangan. "Puteri Yuu, bisa kau tinggalkan
kami sebentar?" Puteri Yuu meninggalkan mereka dengan patuh.
Kansuke sendirian bersama Shingen. Tanpa sadar,
matahari sudah tenggelam di cakrawala dan kegelapan
mulai menyelimuti. "Haruskah saya nyalakan pelita?" tanya Kansuke.
"Tidak usah," Shingen menggelengkan kepala dan
bertanya dengan nada pelan, "apakah persekutuan antara
Imagawa, Hojo dan Takeda, akan berlangsung selamanya?"
"Hmm, saya tidak yakin akan berlangsung lama atau
tidak. Namun, jika Tuan mengikuti petunjuk yang telah
saya sampaikan, persekutuan itu akan terus berlangsung
setidaknya sampai kita hancurkan Uesugi Kenshin
Kagetora. Begitu kita mengalahkannya, maka meskipun
persekutuan itu pecah..."
"Tidak akan menjadi masalah, ya?" "Tidak, sungguh
bukan tugas yang sulit, dibanding menaklukkan Hojo dan
Imagawa." "Kansuke.akan terjadi dengan puteriku yang menikahi klan Hojo"
26 Joko Sableng Bara di kedung Ombo m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Juga puteraku Yoshinobu yang akan menikahi puteri
Imagawa?" Kansuke sedikit gemetar. Sepertinya Shingen bisa
melihat makud dibalik rencana Kansuke. Shingen
melanjutkan, "Lalu bagaimana dengan puteri lainnya yang
akan pergi ke Kiso seperti saran Puteri Yuu" Dalam hal ini,
Yoshinobu dan kedua saudara perempuannya..." Kata-kata
Shingen menghilang. Kemudian menambahkan, "Kasihan
mereka." "Tuanku," kata Kansuke cepat.
Shingen
Furinkazan Angin Hutan Api Gunung Karya Yasushi Inoue di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sekonyong-konyong menyela, "Jangan khawatir. Aku hanya mengatakan bahwa hal ini bisa
menjadi salah satu kemungkinan. Namun bagi keluarga
Takeda, ini akan menjadi cara paling efektif menjalankan
rencana yang baru saja kau paparkan. Demi keberhasilan
keluarga Takeda di masa perang, gagasan ini harus
dijalankan. Aku ingin kau melaksanakan rencanamu
secepat mungkin." Saat itu, untuk pertama kalinya Kansuke merasa takut
terhadap Takeda Shingen. Melihat Shingen sebagai musuh
berbahaya bagi dirinya dan Puteri Yuu. Shingen sadar betul
akan kenyataan bahwa anak-anak dari istrinya yang resmi
sedang menghadapi bahaya. Tetapi ia tetap bersedia
mengambil resiko dan melaksanakan strategi Kansuke.
Sampai detik ini Kansuke menganggap Shingen sebagai
pemimpin muda yang tidak berpengalaman. Meskipun ia
menghormatinya sebagai jenderal perang yang luar biasa,
kenyataan bahwa Shingen jauh lebih muda dibanding
Kansuke senantiasa membayangi, dan karena itulah ia
selalu berpikir bahwa Shingen tetap belum sedewasa
dirinya. Namun hal tersebut telah terhapuskan saat ini.
Kansuke tidak yakin apakah Shingen mencintai Puteri
Yuu atau tidak. Bukan hanya tentang Puteri Yuu, namun
mengenai Kansuke sendiri ia juga tidak yakin. Kansuke
tahu bahwa Shingen memercayainya, namun tetap saja ada
sesuatu yang membuat Kansuke selalu waspada terhadap
Shingen. Selain itu, perasaannya terhadap Shingen juga
rumit. Kansuke tidak menyesal harus mempertaruhkan
nyawa demi Shingen. la rela melakukan apa saja demi
membantu Shingen menaklukkan seluruh negeri. Namun
saat Puteri Yuu masuk ke dalam hubungan mereka,
segalanya menjadi tidak mudah. Kansuke tidak bisa
menyangkal fakta bahwa ia mencoba melindungi Puteri
27 Joko Sableng Bara di kedung Ombo m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Yuu dan Katsuyori dari Shingen.
0=odwo=0 Tiga hari setelah Shingen kembali ke Kofu dari kuil Kannon-in, Puteri Yuu dan Kansuke bertemu,
kemudian Sang Puteri bertanya padanya, "Kansuke, apa yang kau
bicarakan dengan Tuanku, setelah dia menyuruhku pergi?"
"Tidak ada yang istimewa. Dia memerintahkan saya
melaksanakan rencana membangun persekutuan dengan
ketiga keluarga; Imagawa, Hojo dan Takeda."
"Aku percaya bahwa Tuanku sangat menyadari posisi
tidak menguntungkan yang akan dialami oleh istri resmi
dan anak-anaknya jika rencana ini dijalankan," kata Puteri
Yuu. "Bagaimana Tuan Puteri bisa tahu?"
"Oh, aku langsung tahu begitu melihat ekspresi
wajahnya saat itu. Tampak suram, namun sekaligus sadar
pentingnya keputusan itu demi keluarga Takeda, jadi dia
putuskan mengambil resiko dari rencana tersebut." Lalu
Sang Puteri menambahkan, "Hal lain adalah, meski tidak
menyebutkan, dia juga menyadari bahwa hidupku tidak
akan lama lagi. Jika dia pikir aku akan hidup lebih lama,
keputusan ini tidak akan mungkin diambil. Tuanku bisa
melihat bahwa hidupku tidak akan lama lagi dan karenanya
tidak akan menjadi sumber malapetaka baginya. Itulah
alasannya mengapa Tuanku memutuskan mengambil
langkah ini." "Jika Tuan Puteri sehat, mengapa harus menjadi sumber
malapetaka?" tanya Kansuke.
Puteri Yuu menjawab dengan ekspresi sedih di
wajahnya, "Jika anak-anak dari istrinya yang resmi
mendapat posisi yang menguntungkan, aku tidak akan
membiarkan mereka menikmatinya. Aku mencintai anakku
sendiri, Katsuyori. Aku benci anak-anak dari istrinya yang
resmi, walaupun mereka memiliki darah Tuanku, aku tetap
membenci mereka. Oh, Kansuke, aku malu pada diriku
sendiri!" "Tuan Puteri berbicara terlalu keras. Tidak semestinya
mengatakan hal-hal seperti itu."
"Tapi itulah kenyataannya."
"Jika memang itu kenyataannya, justru menjadi alasan
kuat bagi Tuan Puteri untuk tidak menyebutkan."
"Tapi, Kansuke!" kata Puteri Yuu memotong, "aku blakblakan begini semata-mata karena aku
mencintai Tuanku. Sebelumnya aku bahkan 28 Joko Sableng Bara di kedung Ombo m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
sering berpikir untuk membunuhnya. Sekarang sudah tidak lagi. Sekarang aku
ingin membunuh anak-anaknya. Mereka yang terlahir di
antara Tuanku dan perempuan-perempuan lain."
"Jangan berkata begitu, Tuan Puteri."
"Tidak ada yang mendengarkan kita. Kansuke, aku
perempuan yang menakutkan, ya" Tentu saja. Tuanku pasti
mengetahui kepribadianku yang jahat. Dia takut padaku,
tapi sekali lagi, dia juga tahu bahwa aku tidak akan hidup
lebih lama lagi." Tiba-tiba ia berdiri dan mulai tertawa seperti orang gila.
"Tuanku tahu bahwa hidupku tidak akan lama lagi. Karena
itu dia tidak khawatir menghadapi situasi sesulit apa pun
yang kelak dihadapi oleh anak-anak dari istrinya yang sah."
"Tuan Puteri tidak boieh membicarakan hidup segampang
itu. Tuan Puteri harus tetap sehat dan panjang umur, agar
bisa melihat Tuan Katsuyori..."
Kansuke sadar bahwa ia juga berharap sama kerasnya
dengan Puteri Yuu. Begitu berharap Puteri Yuu bisa hidup
lebih lama dari yang diperkirakan. Kansuke bahkan tidak
bisa membayangkan kematiannya. Tidak bisa membayangkan dunia tanpa Puteri Yuu.
O0-^dw^-o0 Sepuluh Pada akhir tahun Tenbun ke-21, Shingen menikahkan
putera resminya, Yoshinobu, dengan puteri Imagawa.
Setelah itu pada Juli tahun Tenbun ke-22, puteri dari Hojo
Ujiyasu menikahi putera Imagawa, sehingga penyatuan
kedua keluarga menjadi kenyataan. Kemudian pada bulan
Desember tahun itu pula, puteri tertua Takeda dikirim ke
Sooshuu untuk menjadi mempelai bagi putera Hojo
Ujiyasu, Shinkuroo. Hampir empat tahun waktu yang
dibutuhkan Kansuke dan Shingen melaksanakan rencana
yang telah mereka diskusikan di kuil Kan-non-in bersama
Puteri Yuu. Iring-iringan pernikahan keluarga Takeda menuju
keluarga Hojo begitu megah. Lebih dari 10.000 orang ikut
serta dalam iring-iringan tersebut. Di antaranya adalah
3.000 pasukan samurai berkuda yang menjaga bagian depan
dan belakang rombongan. Pelana-pelana kuda, usungan
dan kotak-kotak besar, semuanya bertabur dan berhiaskan
29 Joko Sableng Bara di kedung Ombo m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
emas, berkilauan di bawah cahaya lemah matahari musim
dingin. Di penghujung hari yang dingin, iring-iringan itu
memasuki kota benteng Odawara.
Kansuke juga bergabung bersama mereka. Semua yang
berasal dari Takeda tinggal di Odawara sampai Tahun
Baru. Semuanya, kecuali Kansuke. la kembali ke Kofu dan
melapor kepada Shingen tentang jalannya prosesi.
"Hmm, akhirnya kita tidak perlu mencemaskan apa-apa
lagi. Sekarang kita bisa merencanakan penaklukan Kiso."
"Kapan saat yang tepat untuk menyerang Kiso?"
"Saya yakin sekitar bulan Agustus akan menjadi saat
yang paling tepat. Sungai Kiso akan dipenuhi air dari salju
yang mencair hingga bulan April," jawab Kansuke.
Maka hingga bulan Agustus, dilakukan berbagai
persiapan untuk menaklukan Kiso.
Begitu kembali dari Kofu ke Suwa, Kansuke mengunjungi Puteri Yuu. Tubuh Sang Puteri semakin
kurus, dan kulitnya semakin pucat sampai tampak seperti
transparan. Selain itu, mata hitamnya yang besar tampak
semakin besar. Melihatnya langsung dari bawah dengan
posisi berlutut seperti yang dilakukan Kansuke saat itu,
membuat kecantikannya begitu menakutkan. Kansuke
memberitahu, "Puteri dari istri resmi Tuanku sudah
menikah dengan keluarga Hojo."
"Selanjutnya adalah perang melawan Kiso, kemudian
melawan Echigo. Aku ingin hidup sampai saat itu," kata
Puteri Yuu murung. "Tuan Puteri bicara apa" Tuan Puteri harus kuat. Begitu
kita taklukkan Echigo, kita akan menyerang Hojo, lalu
Imagawa." "Saat kau menyerang Hojo dan Imagawa, Aku sudah
tidak hidup lagi." "Berarti Tuan Puteri tidak akan menyaksikan Tuan
Katsuyori mewarisi Takeda."
"Aku ingin melihat itu," mata Puteri Yuu menerawang
sesaat. "Tuan Puteri harus menegaskan pada diri sendiri bahwa
akan tetap hidup hingga saat itu tiba." Akhir-akhir ini,
bahkan di mata Kansuke, kondisi Sang Puteri terlihat jelas
semakin menurun. Pada akhir Agustus, Shingen memindahkan pasukan
pertamanya untuk menyerang Kiso. Dan saat kota benteng
Seba yang terletak tepat di pintu masuk ke wilayah Kiso itu
menyerah, Shingen menarik pasukannya kembali ke Kai
untuk sementara. 30 Joko Sableng Bara di kedung Ombo m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Tahun berikutnya, yaitu tahun Tenbun ke-24, pemimpin
Seba mengunjungi Kofu untuk menyampaikan selamat
Tahun Baru kepada Takeda dengan membawa 213 orang
pengikut. Namun Shingen menyerang dan membunuh
semuanya. Meskipun Sheba sudah menyerah, Kansuke
khawatir mereka akan mengkhianatinya dan berdiri di
pihak lawan, saat menyerang Kiso. Inilah alasan mengapa
Kansuke menyarankan pembunuhan itu, biarpun dianggap
kejam. Pada 7 Maret, Shingen mengerahkan pasukannya
dengan kekuatan penuh untuk menyerang Kiso. Pasukan
Takeda melewati Sungai Kisonie, lalu Puncak Narai, dan
mendirikan kemah di Yanehara. Kansuke menyadari
bahwa tempat tersebut merupakan
tempat terbaik membangun pertahanan. Pada
saat pihak Takeda menyiapkan penyerangan ke Kiso, Uesugi Kagetora
memasuki wilayah Kawanakajima. Shlngen mengirim
pasukan ke Shinano bagian utara untuk me*ghambat
Kagetora, namun tidak ada hal serius. Begitu Kagetora
menarik mundur pasukannya, Shingen kembali menempatkan pasukan di Yanehara dan sekail lagi mulai
menyiapkan penyerangan ke Kiso.
Amari ditugaskan sebagai komandan di garis depan.
Sedangkan Baba, Naito, Hara dan Kasuga ditugaskan
memimpin formasi kedua. Pasukan Takeda menargetkan
sebuah benteng di Pegunungan Ontake sebagal sasaran
penyerangan mereka yang pertama.
Sejak awal, pasukan Takeda mampu mengalahkan
musuh dengan mudah. Mereka berhasil menguasai semua
kota dan benteng yang terkenal sulit seperti Kokiso dan
Mizoguchi, kemudian bergerak menuju Benteng Kiso
Yoshimasa. Mereka bergerak maju secepat sambaran kilat,
dan angin taufan. Hanya dalam sehari pertempuran,
benteng itu pun jatuh. Kiso Yoshimasa yang telah lama
melawan Takeda, akhirnya menyerah.
Shingen memberikan puteri kedua dari istrinya yang
resmi kepada Kiso Yoshimasa untuk dijadikan istri dan
menjanjikan keamanan atas wilayahnya Pada bulan
November tahun itu, pasukan Takeda kembali ke Kai
dengan penuh kemenangan. Begitu tiba di Kai, Kansuke
31 Joko Sableng Bara di kedung Ombo m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
langsung memimpin 500 orang pasukan menuju Shinano
bagian utara. Lebih 10 tahun telah berlalu sejak Kansuke mulai
mengabdi kepada Takeda. Namun baginya, ekspedisi kali
ini merupakan saat paling menggembirakan dalam hidup.
Saat ini, Uesugi Kenshin Kagetora di Echigo menjadi satusatunya musuh yang harus dihadapi dan dihancurkan oleh
Takeda. Begitu lama mereka bersikap waspada dan
menahan diri, mengambil strategi pasif terhadap pasukan
Uesugi, namun kini tidak perlu lagi. Kai dan seluruh
wilayah Shinano bagian selatan telah menyerah pada
pasukan Takeda yang kuat. Selain itu, Takeda |uga
memiliki persekutuan kuat dengan Hojo dan Imagawa, jadi
tidak ada lagi yang perlu dikhawatirkan.
Kansuke tetap memimpin pasukan ke Shinano bagian
utara, kendati tidak ada indikasi yang menunjukkan bahwa
Kagetora akan menyerang Takeda. Hal seperti itu baru
pertama kali dilakukan. Shingen akan menyambut
Furinkazan Angin Hutan Api Gunung Karya Yasushi Inoue di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kedatangan Kagetora saat ia menampakkan diri di wilayah
Shinano bagian utara dan mempertaruhkan segalanya
dalam perang besar yang akan terjadi. Untuk itulah
Kansuke ingin melihat seluruh wilayah Shinano bagian
utara yang akan menjadi lokasi perang dari sudut pandang
yang benar-benar berbeda.
Ketika pasukan Kansuke memasuki Komuro dan
mendirikan kemah di lereng landai di wilayah tersebut,
seorang pembawa pesan tiba dengan mengendarai kuda dari
Benteng Takashima Suwa. la adalah utusan Puteri Yuu. Isi
pesan tersebut: Kehadiranmu sangat diharapkan secepat mungkin.
Aku akan sangat menghargai jika kau bisa menyempatkan diri untuk datang.
Kansuke baru saja tiba di Komuro, namun tanpa
membuang waktu ia putuskan untuk kembali ke Suwa
seorang diri. Kansuke tidak sedang mengharapkan terjadi
perang saat ini, dan tidak ada tanda-tanda pasukan Echigo
akan menyerang Shinano bagian utara, jadi tidak khawatir
meninggalkan pasukannya di sini. Tiga hari kemudian,
Kansuke tiba di Benteng Takashima. Puteri Yuu lalu datang
ke benteng tersebut dari kuil Kan-non-in, dan langsung
ditemui oleh Kansuke. 32 Joko Sableng Bara di kedung Ombo m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Aku minta maaf telah memintamu datang jauh-jauh
dari Komuro," kata Puteri Yuu pelan. "Sebenarnya tidak
ada hal khusus yang Ingin kusampaikan. Aku hanya ingin
bertemu denganmu." Minuman sake dibawa masuk. Begitu Kansuke, yang
tetap memakai pakaian perang, mengangkat cangkir, Puteri
Yuu segera menuangkan sake, yang langsung diteguk dan
mengalir dalam tubuh letih Kansuke. "Berapa usiamu
sekarang, Kansuke?" "63 tahun." "Sudah 10 tahun berlalu sejak aku pertama kali
melihatmu di benteng ini," kata Puteri Yuu penuh emosi.
"Tuan Puteri sendiri sudah usia berapa?"
"Aku 25 tahun."
"Hmm, waktu begitu cepat berlalu, ya?"
"Katsuyori sekarang sudah 10 tahun." Setelah mengatakan itu, Puteri Yuu menyuruh pelayan memanggil
Katsuyori. Kansuke hanya melihat Katsuyori dua atau tiga
kali dalam setahun. Begitu sibuk mengurus pertempuran
yang silih berganti sampai tidak punya waktu menemani
anak itu. Katsuyori masuk setelah dipanggil ibunya dan duduk
bersebelahan tanpa bicara. Parasnya tidak mirip Shingen,
kecuali matanya. Meski pemalu dan terlihat lemah, namun
di mata Kansuke, anak itu kelihatan bagus dalam segala
hal. "Tolong jaga dia," kata Sang Puteri. "inilah yang ingin
aku katakan padamu malam ini. Entah mengapa,
mendadak aku diburu keinginan tak tertahankan untuk
memberitahu hal ini. Aku mohon maaf telah meminta lakilaki tua berumur 60 tahun lebih sepertimu
datang jauh-jauh kemari. Maafkan keegoisanku."
"Saya sudah terbiasa dengan sikap tak terduga Tuan
Puteri," jawab Kansuke tertawa. Sikap egois Puteri Yuu
justru menjadi hal yang membahagiakannya, meskipun
Kansuke tidak mengatakannya secara langsung. Sejak
pertama bertemu hingga hari ini, Sang Puteri selalu bersikap
seperti itu terhadapnya. Malam itu, Sang Puteri tidak tampak sakit. Wajahnya
bersinar dan matanya cerah dan berbinar. Kansuke
menginap semalam di Benteng Takashima dan keesokan
paginya mengendarai kuda kembali ke Komuro, menyusul
pasukan yang ditinggalkan.
Tiba di Komuro, Kansuke merasa begitu lelah, la tidur
seperti orang mati di ruangan kecil sebuah kuil di lokasi
33 Joko Sableng Bara di kedung Ombo m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
perkemahan. Pagi hari berikutnya, kansuke terbangun. Di luar sudah
terang benderang. Cahaya matahari pagi mulai memasuki
kamar tersebut. "Ada peringatan bahwa patroli musuh sedang menuju
kemari dari Un-no-Daira," Kansuke mendengar sebuah
suara dari ruangan sebelah.
"Apa! Patroli musuh?"
"Ya, tampaknya pasukan Echigo."
"Berapa banyak?"
"Kira-kira lebih dari seribu orang."
"Baiklah." Ketika Kansuke keluar dari ruangan Itu, para pengikutnya
sudah berkumpul di halaman kuil. Hembusan napas mereka
mengepul putih di udara pagi bulan November yang dingin.
Walaupun hanya pasukan patroli, namun tetap saja
jumlahnya sangat besar. Jika mereka menuju ke sini dari
Un-no-Daira, maka sangat jelas tujuannya adalah untuk
ikut dalam pertempuran. "Kita harus mundur secepatnya," kata Kansuke. la tidak
mau pengikutnya terluka sia-sia atau terlibat pertempuran
kecil yang tidak berarti. Mereka membongkar perkemahan
di Komuro, lalu mulai menuju selatan. Kansuke yakin
bahwa se/ama pasukan mereka mundur, musuh tidak akan
mengejar. Setelah berjalan sekitar tiga mil, sebuah panah melayang
ke bagian belakang pasukan. Kansuke marah melihat
desakan pasukan musuh, namun tetap tidak ingin
bertempur. Mereka mempercepat langkah dan melanjutkan perjalanan menuju selatan dengan menyusuri kaki
pegunungan. Seekor kuda menghampiri dari arah depan;
berlari kencang menuju Kansuke di tengah pasukan, dan
hampir terjatuh dari pelana ketika turun. Samurai
penunggang kuda tersebut berkata dengan ragu, berhenti
sebentar mengambil bernapas, "Tadi malam Puteri Yuu
meninggal dunia." Sungguh pesan tak terduga dari Suwa. Kansuke langsung
meragukan kebenarannya. "Katakan sekali lagi "!"
"Puteri Yuu..." ulang si samurai. *
"Puteri Yuu meninggal dunia, katamu!" Tuan Puteri
Yuu!?" 34 Joko Sableng Bara di kedung Ombo m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Kansuke hampir jatuh dari kuda yang tiba-tiba menendangnendang kaki belakang dengan ringkikan
tajam. Sebuah anak panah bagian belakang kuda.
"Tuan Puteri meninggal dunia. Tuan Puteri Yuu!"
Sejumlah anak panah berdesing di sekeliling.
Suara-suara teriakan terdengar di kejauhan.
"Mundur!" Kansuke dengan tegas memerintahkan
pasukannya, sementara kudanya sendiri tidak bergerak.
Setelah berpikir beberapa lama, Kansuke turun dari kuda
dan menarik anak panah yang menancap di bagian
belakang kuda. Para pengikutnya mundur dengan kecepatan penuh, dengan cepat melewati Kansuke.
"Mundur, mundur.'" Kansuke tetap berteriak. Saat
kembali menaiki kuda, tanpa diduga, dari sisi lain bukit,
muncul puluhan orang prajurit musuh. Mereka mendekat
dengan cepat dan masing-masing menghunus pedang.
"Ini tidak mungkin, Sang Puteri tidak mungkin... tidak,
ini tidak mungkin!" Kansuke tidak bisa menerima kematian
Puteri Yuu. Beberapa anak panah melewatinya. Teriakanteriakan datang dari berbagai arah.
Kansuke memacu kuda ke arah barat, tapi mendadak berbalik arah. Sekelompok
prajurit musuh dengan cepat mendekat. Kansuke memacu
ke segala arah sambil meneriakkan kata-kata yang sama
berkali-kali, "Tuan Puteri, Tuan Puteri!"
Namun tiba-tiba, kesadaran bahwa para samurai musuh
berlari mendekat dari segala penjuru. Untuk pertama
kalinya Konsuke menyadari situasi di sekelilingnya, la lalu
berniat untuk segera meloloskan diri. Tidak mengindahkan
bahaya atau takut. Yang dirasakan hanya kebencian teramat sangat
terhadap samurai musuh yang akan mengepungnya.
Dia ingin sendirian secepat mungkin.
Begitu memutuskan untuk keluar dari situasi sulit yang
dihadapi, Kansuke memutar kudanya ke arah yang dipilih
dengan tekad bulat tidak akan membiarkan satu pun musuh
menghalangi upaya meloloskan diri.
Beberapa samurai pengikut Kansuke yang mencemaskan
dirinya pasti kembali lagi ke tempat itu, karena di sekitarnya
ada beberapa orang saling bertarung.
Kansuke menusuk seorang musuh dan menendang yang
lain. Darah menyembur mengenai perut kuda. la
menendang dan menjatuhkan musuh-musuh di depannya,
mencari jalan keluar dari pertempuran; mengarahkan kuda
ke selatan, memacunya melintasi hamparan padang seperti
35 Joko Sableng Bara di kedung Ombo m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
anak panah, naik-turun sepanjang perbukitan Shinano
bagian utara dan terus berkuda menuju selatan.
"Tuan Puteri!" saat meneriakkan kata yang sama
kembali, yang terus diulangi ratusan kali, kudanya
meringkik keras dan menekukkan kaki depan seperti hendak
jatuh ke tanah. Kansuke terlempar bergulung-gulung
beberapa kali di rerumputan, lalu berhenti di dekat semak
belukar. Tuan Puteri! Kansuke bangkit untuk duduk dan melihat ke
sekelilingnya. Mencari-cari si pembawa pesan yang datang
mengabarkan berita kematian Puteri Yuu. Tidak ada
sesosok manusia pun di padang luas itu. Kansuke
merasakan cahaya lemah matahari musim dingin di sekitar,
juga pada rumpun ilalang yang berwarna keemasan. Angin
pasti tidak sedang bertiup, karena ujung rerumputan berdiri
diam. Untuk pertama kalinya Kansuke menyuarakan katakat dari mulutnya. Kata-kata yang tadi
didengar dari si pembawa pesan, "Tadi malam tuan puteri meninggal
dunia." la sudah mendengarnya. Puteri Yuu meninggal dunia.
Bahwa sudah berhenti bernapas dan jiwanya sudah tiada.
Tidak, tidak mungkin sosok cantik dan berharga itu lenyap
dari dunia ini! Tidak mungkin!
Tidak peduli seberapa keras mencoba, Kansuke tidak
bisa memercayai kejadian ini. Pantas saja tubuh Sang Puteri
begitu kurus sampai serasa bisa digenggam pinggangnya
dengan kedua tangan, dan kedua mata beliau yang biasanya
bersinar tampak lebih besar dibanding sebelumnya. Jelas
akan membuat orang yang melihatnya berpikir bahwa
hidupnya tidak akan lama lagi. Bahkan Kansuke sendiri
juga merasakannya. Tapi, Tuan Puteri.' Tidak dengan
orang seberharga itu... Kansuke bangkit dari rimbunan semak. Kudanya sudah
tidak bisa ditunggangi lagi. Dari jauh, terdengar tiupan
terompet pasukan yang memerintahkan untuk berkumpul;
bunyi terompet dari pasukan Kansuke.
Sepanjang hari itu Kansuke berjalan ke utara seperti
orang gila; kadang berjalan cepat, kala lain berjalan lambat.
Sejumlah desa dilewati. Desa-desa itu seperti tidak
berpenghuni. Tidak terlihat seorang pun. Pintu depan
rumahnya tertutup rapat. Selain burung-burung yang
terbang melintas, seluruh desa sangat hening seperti mati.
Semua desa yang dilalui selalu begitu. Setiap kali Kansuke
masuk, ia minum dari sumur penduduk desa dan terus
berjalan menggunakan pedang berlumur darah sebagai
tongkat. 36 Joko Sableng Bara di kedung Ombo m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Sekali waktu, saat melewati sebuah desa, Kansuke tibatiba berteriak, "Tuan Puteri!". Sebuah
teriakan putus asa. Ujung pedangnya menembus tanah berdebu sepanjang dua
inci. Tepat ketika itu, dari balik dinding di mana Kansuke
berdiri, seseorang memekik tertahan. Di saat yang sama,
Kansuke mendengar langkah kaki beberapa orang bergerak
menjauh. Desa itu bukannya tidak berpenghuni. Tidak
hanya di desa itu, namun juga di desa-desa lain yang
dilewati, semua orang bersembunyi di dalam rumah,
menutup pintu rapat-rapat, menghindari konfrontasi dengan
laki-laki tua menakutkan ini, yang punya wajah seperti
Ashura. Tanpa disadari, malam menjelang. Kansuke berada di
bawah lindungan pepohonan. Cahaya biru bulan musim
dingin tampak menyebar saat ia memandang melalui
rimbun dedaunan. "Tuan Puteri!" teriak Kansuke, disusul
kepakan sayap sejumlah burung malam terbang menjauh.
Dua hari dua malam berlalu, Kans
(http://cerita-silat.mywapblog.com)
37Joko Sableng Kembang Darah Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Joko Sableng Kembang Darah Setan | http://cerita-silat.mywapblog.com | Joko Sableng Kembang Darah Setan pdf created by Saiful Bahri (Seletreng - Situbondo) pd 22-04-2016 18:06:05
uke masih terus
Furinkazan Angin Hutan Api Gunung Karya Yasushi Inoue di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berjalan. "Ke mana tujuanmu?" Kansuke ingat seseorang bertanya
padanya, la tidak ingat kapan dan di mana. Hanya ingat
ada orang yang bertanya begitu. Ke mana ia harus pergi"
Dalam dunia yang sudah ditinggalkan oleh Puteri Yuu ini,
ke manakah dirinya harus pergi" Kansuke terus berjalan
tanpa henti. Saat itu tengah malam ketika Kansuke terbangun, la
jatuh tertidur di tepi sebuah sungai kering. Ke manapun
memandang, yang tampak hanya batu-batu berwarna putih,
tersebar di mana-mana. Tidak tampak rerumputan di sana.
Di seberang kumpulan batu-batu putih itu, terdapat sebuah
aliran air berwarna biru, berkilau di bawah terang
rembulan. Dan di seberang aliran air, kembali terdapat
hamparan luas batu-batu putih.
"Hmmm." Kansuke duduk di tepi sungai, meletakkan
kedua telapak tangan di matanya. Keinginan untuk
menangis tiba-tiba melanda, dan meski tidak mampu
menghentikan getaran tubuhnya, Kansuke mencoba
mengendalikan kesedihan. Puteri Yuu meninggal dunia. Tidak ada lagi di dunia ini.
Tidak peduli ke manapun mencari, Kansuke tidak akan lagi
bisa menemukan sosok, wajah, tangan, mata, dan rambut
hitamnya yang indah. Untuk pertama kali Kansuke
menerima kematian Sang Puteri dan kesedihan mulai
membekukan tubuhnya. ...Tuan Puteri sudah tiada.
Airmata memenuhi pelupuk mata. Kansuke duduk
menyilangkan kaki dan meletakkan kedua tangan di lutut,
lalu mengangkat wajah membiarkan airmata melelehi pipi.
Kali ini ia terisak. Malam berikutnya, Kansuke tiba di sisi barat Danau
Suwa. la tidak tahu ke mana atau arah mana ia telah
berjalan. Kakinya mengambil arah utara dan terus berjalan
menuju Benteng Takashima. Saat mendekati benteng, ia
melihat barisan api unggun di sepanjang pinggir danau.
Sekilas seperti barisan api unggun yang diletakkan
sepanjang jalan dari kota benteng Takashima menuju kuil
Kan-non-in. Setiap api unggun memantul di permukaan
danau dan pemandangan itu begitu indah, seolah berasal
dari dunia lain. Kepada salah seorang samurai pertama yang ditemui
memasuki perbatasan Benteng Takashima, Kansuke
menanyakan. 1 Joko Sableng Kembang Darah Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Kapan pemakaman akan dilaksanakan.
"Jam enam sore ini," jawab si samurai dengan sopan,
menyadari bahwa orang di hadapannya itu adalah
Kansuke. "Peti jenazah diberangkatkan dari Benteng Takashima
atau kuil Kan-non-in?"
"Petinya berangkat dari kuil Kan-non-in." "Di mana
Tuanku?" "Menurut berita, beliau berada di kuil Kan-non-in."
"Bagus!" Samurai itu berlari cepat ke arah benteng, la pasti telah
melaporkan kembalinya Kansuke. Karena begitu Kansuke
mencapai gerbang benteng, banyak samurai yang berdiri
menunggu. "Aku akan langsung mengunjungi kuil Kan-non-in," ujar
Kansuke kepada mereka, lalu berjalan ke kuil tanpa
memasuki benteng. Seseorang menawari seekor kuda,
namun ia tolak. Beberapa orang pengikutnya yang berkuda
datang dari belakang dan melintas. Kansuke berjalan
lambat menyeret kaki yang lelah, sepanjang pinggiran
danau di mana Sang Puteri biasa menikmati pemandangan.
Sepanjang lereng menuju kuil Kan-non-in, banyak
samurai menunggu kedatangan Kansuke. Kansuke tidak
menghiraukan mereka dan terus berjalan, bertumpu pedang
yang digunakan sebagai tongkat. Namun di tengah jalan,
Kansuke tersadar dan memanggil salah seorang samurai.
Dia serahkan pedangnya pada si samurai itu dan merapikan
jubah perang yang acak-acakan dengan kedua tangan.
Kansuke mendengar dengung rapalan mantera Buddha
dan merasakan getaran dari kuil Kan-non-in. kansuke
memasuki gerbang utama, berjalan melintasi lorong,
memasuki ruang terdalam yang merupakan kediaman
Puteri Yuu. Banyak orang di ruangan itu. Setiap pengikut utama klan
Takeda hadir. Altar Buddha ditempatkan di atas sebuah
undakan kecil di salah satu sisi ruangan. Para pengikut
Takeda duduk di kiri-kanannya.
"Kau sudah kembali, Kansuke!" Itu suara Takeda
Shingen. "Ya," kata Kansuke sambil berlutut.
"Puteri Yuu sudah tiada, tapi aku yakin kau masih
kembali." "Ya." "Kau pasti sangat lelah. Lebih baik istirahat dulu."
Kansuke bangkit berjalan menuju altar, lalu membakar
dupa. Pada sebilah kayu tertulis 'Shukoin Koan Seigen
Daishi', nama Sang Puteri setelah meninggal dunia, yang
2 Joko Sableng Kembang Darah Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dipilihkan oleh pendeta Buddha.
Kansuke melangkah mundur dari altar dan duduk di
hadapan Shingen. la ingin menyampaikan duka, namun
belum sempat membuka mulut, Shingen berkata, "Rakyat
Ina sedang melancarkan protes."
"Ina" Kenapa tidak Tuanku perangi mereka?"
"Nagano Shinano-no-kami di wilayah Joshu dan Ota
Nyudo dari wilayah Bushu tidak akan membiarkan kita."
"Perangi juga mereka."
"Memerangi mereka"!"
"Ya, siapa pun yang menentangmu Tuanku, harus
diperangi." "Tapi itu akan menunda penyerangan ke Uesugi
Kenshln." "Saya tidak berpikir itu akan tertunda lama. Tekan Ina,
ancurkan joshu dan Bushu, dan segera setelah itu kita akan
mengakhiri Kagetora," Kansuke mengangkat kepala dan
menatap Shingen lurus-lurus. "Dalam waktu tiga atau
empat tahun ke depan, kita harus membunuh orang itu."
"Tiga atau empat tahun!" Kau terlalu terburu-buru,
Kansuke." "Jika Tuanku tidak melakukannya, saya yakin Tuanku
juga tidak akan pernah merasa aman," kata Kansuke.
Shingen tidak menjawab. Untuk menghancurkan ina,
Joshu, dan Bushu dan pada akhirnya menghancurkan
musuh utama Kagetora memang menjadi tujuan utama
beberapa tahun ke depan, la tidak bisa memikirkan cara la in
yang lebih baik. Kansuke merasa, Shingen juga memiliki
tujuan yang sama. "Kansuke, kau membuat wajahmu terluka lagi.
Memangnya berapa banyak luka yang kau miliki?"
"Saya yakin ada 36. Berapakah usia Tuanku sekarang?"
"Kau pasti sudah mulai pikun, melupakan usiaku.
Sebentar lagi umurku 36 tahun. Sama jumlahnya dengan
lukamu." Hanya orang-orang yang duduk di dekat mereka saja
yang bisa mendengar percakapan itu. Yang lain tidak bisa
karena tertelan suara-suara rapalan mantera.
Pada Oktober tahun Tenbun ke-24, telah terjadi
perubahan; era Tenbun berganti menjadi era Koji, dan
tahun pertama Koji tersebut akan berakhir dalam 15 hari.
Kansuke meninggalkan ruangan itu, menuju beranda.
Api unggun sepanjang tepi danau masih menyala terang, la
berpikir, tidak ada cara lain mengisi hari-hari yang kosong
tanpa kehadiran Puteri Yuu selain memerangi musuh.
Kansuke puas dengan kenyataan bahwa Shingen juga
menyetujui hal Itu. Kansuke pergi menuju kamar
3 Joko Sableng Kembang Darah Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Katsuyori. Anak itu tertidur kelelahan, seperti tidak istirahat
selama dua hari dua malam. Kansuke memasuki kamarnya
diam-diam. "Siapa itu?" Bersamaan dengan suaranya yang bernada
tegas, Katsuyori yang berusia 10 tahun itu terbangun. Ini
cukup menenangkan Kansuke.
"Ini Kansuke." "Pak tua, kau masih hidup!"
"Bagaimana mungkin aku mati" Bagaimana bisa bahagia
di akherat sana jika aku mati sebelum melihat kampanye
perang pertama mu?" "Pak tua yang keras kepala, ternyata kau masih hidup.
Sejak ibuku meninggal, kupikir kau juga mati. Jika kau
masih hidup, aku ingin kau hidup untuk setidaknya lima
tahun lagi." "Kenapa?" "Aku akan berusia 15 tahun. Aku juga ingin kau melihat
kampanye perang pertamaku."
"Oh!" luapan emosional menjalari tubuh tua Kansuke.
"Pak tuamu, Kansuke, akan..." ia tidak mampu
melanjutkan kata-katanya. Gelombang emosi menyapu
seperti luapan. Kansuke membayangkan Katsuyori dalam
kampanye pertamanya. Dalam bayangan Kansuke, seorang
gadis muda yang dilihatnya pertama kali sepuluh tahun lalu
di Benteng Takashima menggantikan wajah muda
Katsuyori. la tidak bisa membedakan kedua wajah tersebut.
Wajah Puteri Yuu dan Katsuyori bercampur dalam
imajinasinya. Seolah Sang Puteri yang sudah tiada kembali
lagi. Puteri Yuu masih hidup. Masih hidup! Kini, seolah
menyebarkan cahaya indah kembali menyinari Kansuke
yang akan menyongsong hari-hari gelap peperangan mulai
esok hari. O0---dw---0O Sebelas Meskipun masih diliputi kesedihan atas kematian Puteri
Yuu, Shingen tetap mengirim pasukan dengan cepat
menuju Ina pada Maret tahun Koji ke-2. Kansuke pun turut
ambil bagian dalam operasi tersebut.
Saat pertempuran melawan Kiso di pegunungan, mereka
masih bisa menggunakan kuda, namun dalam operasi kali
ini, kuda-kuda tidak bisa digunakan sama sekali. Para
prajurit berbaris dalam satu deret di jalan setapak
Warisan Iblis 2 Luruh Kuncup Sebelum Berbunga Karya Mira W Naga Sakti Sungai Kuning 14
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama