Ceritasilat Novel Online

Akhir Sebuah Pengkhianatan 3

Animorphs - 22 Akhir Sebuah Pengkhianatan Bagian 3


kamar rumah sakit dari neraka.
Ada empat tempat tidur di tiap kamar, kalau masih bisa disebut
tempat tidur, dengan layar di atas kepala yang menunjukkan denyut
jantung dan energi gelombang otak dan indikator-indikator fisiologis
lainnya dalam garis-garis hijau yang naik-turun.
Tiga dari empat tempat tidur itu berpenghuni. Saddler terbaring
di tempat tidur paling jauh dari pintu. Aku menatap seorang pasien
sekilas dan berpikir, Oke, aku setuju dengan eutanasia - memutuskan
nyawa makhluk hidup, dengan cara yang tidak menyakitkan, untuk
mengakhiri penderitaannya. Tidak seharusnya seseorang itu begitu...
tak berdaya. Tapi ternyata pendapatku itu tolol, sebab belakangan kudengar
dari salah seorang dokter bahwa lebih dari 95 persen pasien PICU
yang paling parah sekalipun bisa sembuh.
Tapi tak ada yang optimis melihat Saddler. Dia akan termasuk
yang lima persen. Setidaknya itulah hal terakhir yang kudengar dari
para dokter. Asal tahu saja, ternyata setiap orang memiliki reaksi yang
berbeda terhadap "mukjizat". Kami hampir tak dapat mendekati
tempat tidur Saddler sebab semua dokter dan suster berkerumun di
sekitarnya. Beberapa dari mereka tampak seperti baru saja dibilang
cantik oleh Leonardo DiCaprio. Mereka terlihat tak percaya. Sebagian
lagi terlihat geram. Sebagian lagi terlihat ketakutan.
Ibu Saddler bergegas menghampiri dokter kepala. "Dokter
Kaehler" Ada apa" Apa yang terjadi pada anak saya?"
Dokter Kaehler termasuk salah satu yang bertampang geram.
"Ada apa" Pertanyaan bagus. Saya harus memberitahu Ibu bahwa
terjadi krisis sekitar satu jam yang lalu. Jantung putra Ibu berhenti
berdetak. Kami bergegas membawanya ke ruang operasi, tapi,
sejujurnya, dia takkan selamat."
"Tapi..." Dokter itu tidak menghiraukan kata-katanya. "Saya berani
mempertaruhkan seluruh karier saya bahwa Saddler akan pergi
selamanya satu jam lagi. Lalu, ketika mereka membawanya naik ke
ruang operasi, sesuatu terjadi. Lift-nya macet atau... entah apa. Para
suster dan dokter yang bersamanya seolah-olah pingsan secara
bersamaan. Ketika mereka sadar, lift itu sudah berfungsi lagi. Mereka
mendorongnya cepat-cepat ke meja operasi ketika... ketika dia...
membuka mata!" "Apa?" "Dia membuka matanya. Dan berkata, 'Hai.'"
Ibu Saddler hilang kendali. Ia menyeruak di antara kerumunan
suster dan dokter. Dan di sana ia terenyak, menatap tak percaya pada
anak laki-lakinya. Saddler sedang duduk di tempat tidurnya. Dia terlihat sehatsehat saja, seolah
dia baru saja pulang dari bermain sepak bola.
"Bagaimana mungkin?" tanya ayah Saddler.
Dokter itu cuma menggeleng-gelengkan kepala. "Entahlah.
Kelihatannya tak ada yang tidak beres dengan tubuhnya. Benar-benar
tidak ada. Tak ada tulang yang patah... semuanya sembuh. Tak ada
luka dalam. Bahkan tak ada memar sama sekali di tubuhnya!"
Ia marah sekali. Aku bisa memakluminya. Ia ilmuwan. Ilmuwan
pasti ingin bisa memahami apa yang terjadi secara ilmiah.
"Ini mukjizat!" desis ibu Jake.
"Bahkan aku tidak percaya adanya mukjizat," komentar ayah
Jake, "tapi ini memang keajaiban. Maksudku, kemarin dia tampak
seperti daging hamburger mentah."
Orangtua Saddler tak mau melepaskan anak mereka. Mereka
memeluknya, menciuminya, dan terus mengoceh tanpa henti.
Pemandangan itu mengharukan.
Bahkan aku pun gembira luar biasa. Lalu kulihat wajah Jake.
Dia satu-satunya yang tidak ikut memeriahkan suasana. Dia
memalingkan wajahnya dari ranjang Saddler, kemarahan nyaris tak
dapat disembunyikan dari wajahnya.
"Ada apa?" bisikku padanya. "Ada masalah apa?"
Jake mengucapkan sepatah kata. Dan aku baru menyadari apa
yang terlalu buta untuk dilihat diriku. Ini sama sekali bukan mukjizat.
"David," katanya.
Chapter 21 JAKE dan aku menyingkir dari kerumunan orang. Tak ada yang
memperhatikan. Tak ada yang peduli. Mereka kan sedang menghadapi
mukjizat. "Kaupikir David berubah menjadi Saddler?" tanyaku pada Jake.
"Aku yakin. Beberapa hari lalu aku menceritakan tentang
Saddler pada kalian semua. Kulihat matanya agak berbinar-binar. Aku
tidak terlalu memikirkannya waktu itu. Lagi pula kita sedang sibuk
menghadapi misi." Aku mengangguk. "Dia butuh kehidupan baru. Keluarganya
sudah jadi Pengendali, dan dia butuh tempat tinggal, tempat
beristirahat, dan tempat makan. Tapi ini cuma wujud morf. Kalau dia
tetap memakai wujud itu lebih dari dua jam, dia akan terjebak, dan
akan kehilangan kemampuannya untuk selamanya."
"Yang harus dilakukannya cuma pergi ke kamar mandi,
demorph, morf kembali, dan dia akan segar lagi selama dua jam
berikutnya. Dan coba lihat orang tuanya. Kaupikir mereka akan
memperhatikan, atau peduli, kalau tingkah Saddler tiba-tiba lain dari
biasanya?" Jake benar. Ayah dan ibu Saddler mengira mereka akan
kehilangan anak mereka. Kini sang anak sudah kembali. Hidup. Itu
suatu keajaiban. Jadi mungkin saja memorinya agak terganggu.
Mungkin dia tidak mengenali teman-temannya atau tidak ingat
makanan kesukaannya. Dia akan bertingkah aneh, tapi itu bisa
dimaklumi mengingat apa yang baru saja dialaminya. Dan ngomongngomong, Saddler
dari dulu memang brengsek. David pasti tidak
kesulitan memainkan perannya.
Apa yang bakal dicurigai keluarganya" Dia alien yang mencuri
tubuh anaknya" Tentu tidak. Lalu sesuatu yang menyeramkan timbul
dalam pikiranku. "Saddler... di mana dia" Saddler yang asli?"
Jake terlihat geram. "Kayaknya kita harus menanyai David,
bukan?" Aku menatap David. Ada celah yang timbul di antara
kerumunan orang di sekitarnya. Dia melihat kami. Kami melihatnya.
Ekspresi di wajahnya penuh kemenangan.
Lalu tembok manusia itu kembali mengelilinginya. Aku sama
sekali tidak heran ketika, satu jam kemudian, "Saddler" berkata dia
ingin ke kamar mandi. Sendirian. Dia sudah sehat, benar-benar sehat.
Semua orang harus berhenti mengkhawatirkannya.
Dia sengaja lewat di depan Jake dan aku.
"Jake! Rachel! Aku senang kalian di sini. Benar-benar senang."
Untuk sesaat, tak ada orang yang berada dalam jangkauan suara
kami. "Kau takkan bisa lolos," desisku.
"Oh, ya" Ternyata sudah tuh. Dan apa yang bisa kaulakukan"
Saddler yang asli sudah tamat riwayatnya. Sekarang orang-orang baik
hati itu mendapatkan kembali anak mereka. Jadi, apa yang bisa kalian
lakukan?" Sesaat dia berjalan menjauh, lalu menoleh ke arah kami,
seolah-olah dia punya lelucon rahasia yang ingin disampaikan. "Aku
akan mengambil kotak biru itu, saudara-saudaraku. Serahkan benda
itu. Kalian punya waktu dua puluh empat jam. Mulai dari sekarang."
Dia tertawa, cukup keras untuk bisa didengar semua orang.
Orang-orang ikut-ikutan tertawa, gembira karena tragedi yang berat
telah terelakkan. Jake dan aku memaksakan senyum. Tapi kami berdua merasa
muak. David telah mengalahkan kami.
Jake dan aku pergi. Kami keluar menuju koridor yang nyaris
lengang. "Oke, kita harus susun rencana sekarang," kata Jake.
"Rencana apa?" "Mulai saat ini, kita takkan pernah tahu apakah David sedang
memperhatikan atau mendengarkan pembicaraan kita," kata Jake.
"Tapi pada detik ini kita tahu di mana dia berada. Sekarang ini kita
aman." "Jadi, apa yang akan kaulakukan" Memberikan kotak biru itu
kepadanya?" Mata Jake berkilat-kilat penuh amarah. "Takkan pernah!"
Aku tersenyum walau sedang marah juga. "Oke. Terus?"
"Terus... aku tidak tahu. Kau punya ide?"
Senyumku pudar. "Apa maksudmu?"
"Maksudku, menurutmu apa yang harus kita lakukan
terhadapnya" Terhadap David."
Seorang perawat lewat dan tersenyum secara otomatis. Setelah
ia pergi, aku berkata, "Jake, aku tak tahu maksud pembicaraanmu.
Dan aku tidak suka pendapatmu tentang diriku."
"Apa" Apa sih yang kaubicarakan?"
"Kau belum menjawab pertanyaanku tadi, Jake. Aku ingin tahu
jawabnya. Waktu David meninggalkan kantin sekolah dan aku
mengejarnya, Cassie hendak mencegahku tapi kau bilang biarkan saja,
menurutmu apa sebenarnya yang akan kulakukan atau kukatakan pada
David?" Jake mengangguk. "Oh. Jadi soal itu."
"Yah, soal itu. Menurutmu apa yang akan kulakukan
terhadapnya" Apa kaupikir aku akan membunuhnya" Betul begitu"
Itukah sebabnya kaubiarkan aku menyusulnya" Itukah alasannya kau
menyuruh Ax mencariku" Karena aku semacam orang sinting kejam
yang bisa kaupanggil begitu saja setiap kali ada pekerjaan kasar yang
harus dilakukan?" "Dengar, Rachel, kita masing-masing punya kelebihan dan
kelemahan." "Dan kelebihanku adalah menjadi semacam pembunuh maniak,
begitu?" bentakku. "Aku tidak berkata begitu."
"Tapi kau juga tidak menyangkalnya!"
"Oke, baiklah, Rachel. Kau mau membahasnya" Baik, kuladeni.
Menurutku kau anggota yang paling berani. Dalam pertempuran
sengit, aku lebih suka bersamamu daripada bersama yang lain. Tapi
tampaknya ada sesuatu yang gelap yang hidup di dalam dirimu.
Kaulah satu-satunya di antara kita yang akan kecewa kalau semua ini
berakhir besok. Cassie membenci semua peperangan ini, Marco punya
alasan pribadi untuk terus berjuang, dan Ax cuma mau pulang untuk
bertempur bersama teman-teman sebangsanya. Sedang Tobias... siapa
yang tahu apa yang diinginkan Tobias sekarang" Tapi kau
menyukainya. Itulah yang membuatmu begitu berbahaya bagi para
Yeerk." Aku membiarkan kata-katanya lewat begitu saja. Aku
mendengarnya, dan belakangan aku meresapinya, tapi aku tak mau
meresapinya saat itu juga.
"Kau benar-benar berpikir aku mau membunuh David kemarin.
Ya, Tuhan." "Tidak. Kupikir kau akan menakut-nakutinya, mengatakan halhal yang bisa
membuatnya takut. Kupikir kau akan mengucapkan apa
pun yang terpaksa harus kauucapkan. Dan di antara kita semua, David
kemungkinan besar paling takut terhadapmu."
Seorang pegawai rumah sakit lewat sambil mendorong tempat
tidur beroda. Aku mencoba melihat diriku sebagaimana Jake
melihatnya. Benarkah itu" Apakah aku memang mencintai perang ini"
"Aku mencemaskan dirimu, Rachel. Lebih besar dari
kecemasanku pada yang lain, kecuali mungkin Tobias. Bagimu perang
ini seperti minuman keras bagi pecandu alkohol. Aku cemas karena
aku tak tahu apa yang akan terjadi denganmu bila semua ini berakhir.
Apa yang akan kaulakukan" Kembali menjadi tukang belanja terhebat
sedunia" Kembali ke dunia senam dan jadi pelajar teladan?"
Aku tertawa sinis. "Kau mencemaskan diriku" Kau sendiri, apa
yang akan kaulakukan" Jake, kau seorang pemimpin sekarang. Kau
membuat keputusan-keputusan yang menentukan hidup-mati
seseorang. Setiap saat. Kau telah belajar bagaimana melakukannya.
Dan," tambahku pahit, "kau telah belajar bagaimana memanfaatkan
orang lain. Kau memanfaatkan kelebihan dan kekurangan mereka.
Kau khawatir akan diriku" Memangnya kalau semua ini berakhir kau
akan kembali menjadi pemain basket amatir dan murid yang disenangi
guru-guru" Kau bahkan belum lulus SMP dan kau sudah jadi orang
yang paling diincar oleh kerajaan Yeerk. Visser Three akan rela
menyerahkan pesawat Blade-nya sebagai ganti kepalamu."
Kami berdua terdiam selama beberapa saat. Dari dalam ruangan
terdengar suara tawa melayang keluar. David sudah kembali dari
kamar mandi. Demorph, remorph, dan segar kembali untuk dua jam
berikutnya. Dia bisa melakukannya selama berminggu-minggu,
bahkan mungkin bertahun-tahun. Di malam hari dia dapat kembali
menjadi David dan tidur. Dalam kegelapan dia akan terlihat seperti
Saddler. Di sekolah dia dapat demorph dan remorph di toilet, di antara
jam pelajaran. Tak perlu khawatir soal pakaian. Badannya pas dengan
baju Saddler. Si brengsek itu. Si brengsek jahanam itu.
Emosiku sendiri membawaku kembali pada realita.
"Aku takkan kehilangan akal sehatku, Jake," kataku sambil
menatap ke lantai linoleum yang mengilap ini. "Mungkin kau benar.
Mungkin kadang-kadang aku lepas kendali. Tapi aku masih tahu
batas. Dan aku takkan melewatinya. Aku bukan orang gila. Aku sadar
apa yang kulakukan."
Jake mengangguk. "Aku tahu. Tapi kita semua menarik garis
pembatas masing-masing. Garis Cassie ada di suatu tempat. Garis
Marco di tempat lain. Garismu lain lagi. Garisku..." Dia mencoba
tersenyum, tapi gagal. "Sebagai contoh, dulu kupikir garis batasku
adalah: Takkan memanfaatkan teman-temanku dan sepupuku untuk
melakukan pekerjaan kasar yang harus kulakukan dalam pertempuran
ini. Ternyata garisku bukan di situ. Sori, Rachel."
Aku tak tahu kenapa aku melakukannya. Sebab sebenarnya aku
bukan orang seperti itu. Tapi nyatanya aku memeluk Jake. Dan dia
balas memelukku. Lalu dia berbisik di telingaku, "Oke, sekarang ayo cari cara
untuk mengatasi masalah si brengsek ini."
"Nah, kau sadar juga akhirnya, sepupu," kataku.
Chapter 22 "JAKE dan aku telah mencari-cari jalan keluarnya," kataku.
"Tapi nihil. Tak ada jalan keluar sama sekali. Dia telah menyudutkan
kita." Aku memandang berkeliling pada rekan-rekanku, sekelompok
anak tanpa harapan. "Apa maksudmu dia telah menyudutkan kita?" bentak Marco.
"Bocah itu telah mengalahkan kita" Enak saja. Kita sudah
mengalahkan pasukan Visser Three selama ini dan sekarang kita kalah
sama anak kecil" Tak usah ya."
"Hei, aku juga benci keadaan ini. Tapi itulah yang terjadi, oke?"
Jake mengacungkan telunjuk. "Fakta nomor satu: David
memiliki kemampuan yang sama dengan kita. Yang berarti dia sama
sulitnya dikalahkan, seperti kita. Dan para Yeerk telah berusaha keras
membinasakan kita. Bagaimana mungkin kita bisa mengalahkannya
sedangkan para Yeerk telah gagal mengalahkan kita dengan semua


Animorphs - 22 Akhir Sebuah Pengkhianatan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pasukan tempur dan teknologi mereka?"
Marco menaikkan alis dalam ekspresi menerima kenyataan tapi
penuh amarah. kata Ax setuju.
Tentu saja Tobias tidak berkata apa-apa karena dia tidak ada di
sini. Dia berada di suatu tempat.
Jake melanjutkan. "Fakta nomor dua: David bisa menjual
rahasia kita ke Visser Three. Tapi kupikir David takkan
melakukannya. Dia bukan orang tolol dan dia tahu hubungan apa pun
yang dijalinnya dengan Visser Three akan berakibat fatal terhadap
dirinya." "Aku tak yakin dia bukan orang tolol," kata Marco. "Aku cuma
mau menegaskan bahwa aku tak pernah menyukai cowok itu. Dari
pertama kan aku sudah bilang, anak mana pun yang memelihara ular
kobra pasti tidak beres."
"Selamat deh atas firasatmu, Marco, kau menang," kataku.
"Fakta nomor tiga: David telah menyadap sepupu Rachel dan
aku, Saddler. Apa yang harus kulakukan" Membuat paman dan bibiku
kehilangan anak mereka lagi" Sebaiknya kita biarkan saja David
tinggal bersama mereka. Lagi pula mereka tinggal di luar kota, jadi
David akan pergi dari kehidupan kita."
"Aku tidak setuju," kata Cassie. "Aku tidak setuju dengan
pemikiran bahwa orang-orang ini kehilangan putra mereka dan
mendapat anak yang benar-benar berbeda sebagai gantinya. Itu
menjijikkan. Tidak benar."
"Memang tidak benar sih," kataku setuju. "Tapi apa
alternatifnya?" Cassie menggelengkan kepala perlahan. "Di sini tak ada yang
namanya pilihan bagus. Tapi tahukah kalian" Betapa pun sedih dan
mengharukannya bila sepupumu mati, itu bagian dari roda kehidupan.
Memiliki Saddler palsu, yang bagai setan kuburan yang hidup
kembali, membuatku mual."
"Fakta nomor empat: Kita terpaksa memberikan kotak biru itu
kepada David, dan terserah dia mau diapakan. Aku tak tahu apa yang
akan diperbuatnya dengan kotak itu. Mungkin dia akan menciptakan
grup Animorphs versinya sendiri." Pandangan Jake menerawang,
seolah-olah sedang membayangkan hal itu.
"Yeah, betul," cibir Marco. "Ini fakta nomor lima: David telah
membunuh Tobias, dan kita malah memberinya hadiah?"
Aku meledak. "Hei! Kaupikir kita suka situasi ini" Kaupikir
aku, secara pribadi, menyukainya" Aku benci monster itu. Aku akan
membinasakannya... kalau bisa. Tapi fakta adalah kenyataan, kecuali
kau benar-benar buta, Marco."
Marco mencibir. "Kupikir itu tidak akan terjadi. Rachel si
pemberani, si perkasa Xena: Warrior Princess, dipermalukan oleh
sesama ABG. Kau sudah tamat, Rachel. Tak ada lagi orang yang
terkesan melihatmu. Kau sudah jadi bulan-bulanan."
Aku melompat menerjangnya dan mencekiknya. "Jangan picu
emosiku, Marco," desisku.
Dia cuma tertawa. "Aku senang," kata Marco. "Setidaknya
David telah meluluh-lantakkan legenda kehebatan Rachel. Bagus juga
kau tetap hidup setelah kejadian morf paus di laut itu, sebab kini kau
harus menghadapi kenyataan bahwa kau sudah dikalahkan oleh David.
Kurasa kau bukan Xena sama sekali. Tapi David mungkin saja
memang Hercules." Kudorong Marco dan berpaling dari tawanya yang menghinaku.
"Baiklah, kalau begitu," kata Jake. "Inilah yang sebaiknya kita
lakukan. Aku akan memberitahu David di mana dia bisa menemukan
kotak itu. Salah satu dari kita akan pergi bersamanya. Mungkin itu
juga yang diinginkannya, sehingga dia yakin itu bukan jebakan. Dia
mungkin akan meminta Cassie mengantarnya. Cassie punya hubungan
yang lebih baik dengannya. Lagi pula cuma Cassie yang tahu di mana
kotak biru itu disembunyikan."
"Bukannya aku mau menyombongkan diri, tapi takkan ada yang
bisa menemukan tempat aku menyembunyikan benda itu. Lagi pula,
aku telah menyuruh Ax membongkarnya."
"Apa?" tanya Marco. "Kotak itu bisa dibongkar?"
< Tentu saja,> kata Ax singkat. < Benda itu terdiri atas
komponen-komponen. Cassie memintaku membongkarnya supaya
masing-masing bagian bisa disembunyikan secara terpisah.>
"Dan supaya aku bisa membawa bagian-bagiannya selagi dalam
wujud morf," kata Cassie. "Rachel dan aku..."
"Tunggu dulu, Rachel juga tahu tempat persembunyian itu?"
tanya Jake, keningnya berkerut.
Cassie tampak malu. "Aku agak takut menyembunyikannya di
tempat itu tanpa didampingi seseorang. Maksudku, kita harus berubah
menjadi tikus untuk mencapai tempat itu. Dan butuh beberapa kali
bolak-balik sebab aku hanya bisa membawa sedikit komponenkomponennya setiap
kali." Jake terbahak. "Seharusnya aku sudah tahu kalau aku
menyuruhmu menyembunyikan sesuatu dengan baik, itu pasti akan
disembunyikan di tempat yang takkan pernah ditemukan orang lain."
"Oh, benda itu memang tersembunyi dengan baik, sepotong
demi sepotong," kataku menegaskan.
Jake mendesah. "Oke, kalau begitu. Aku akan bicara dengan
David alias Saddler malam ini. Aku akan membawakan tikus untuk
disadapnya." "Perubahannya pasti takkan banyak," kata Marco sengit. "David
kan sudah separo tikus."
"Kau mau bawa tikus ke rumah sakit?" tanya Cassie.
"Tidak. Saddler dan keluarganya sudah ada di rumahku," kata
Jake. "Dia baik-baik saja, jadi pihak rumah sakit memperbolehkannya
pulang. Bahkan dia tidur di kamarku. 'Orangtua angkat'-nya memakai
kamar tidur tamu dan aku tidur di sofa di ruang tamu."
"Lho, kau tak mau berbagi kamar dengannya?" tanya Marco.
"Aku tak sudi berbagi planet dengannya," kata Jake. "Walau
begitu aku mau memberitahu satu hal. Aku benar-benar berharap
hubungan kita dengannya bisa berjalan dengan baik. Aku berharap
kita bisa kompak. Apa pun pendapat kalian tentang dirinya, yang pasti
dia itu cerdas, berani, dan ide-idenya selalu jenius."
Kami semua mengangguk setuju.
Ya, ya, dia memang pintar. Tapi apakah dia cukup pintar untuk
menyadari bahwa seluruh adegan tadi cuma sandiwara belaka" Itulah
yang akan kami ketahui sebentar lagi.
Chapter 23 KAMI menyerahkan tugas menghubungi David pada Jake.
Tugasku, bersama Cassie, Ax, Marco, dan Tobias, adalah
membuat persiapan. Persiapan yang berisi kerja keras. Banyak kerja
keras. "Apa kau yakin David tadi ada di gudang jerami?" tanyaku pada
Tobias untuk yang kesepuluh kalinya.
kata Tobias. seekor rajawali emas meninggalkan rumah Jake, lalu terbang ke sini,
mendarat di belakang gudang peralatan Cassie. Sosok David muncul
dari tubuh rajawali emas. Lalu dia berubah menjadi ular kerincing dan
terakhir kali kulihat ular itu sedang merayap ke arah gudang jerami.>
"Ular kerincing," kata Marco. "Pilihan yang menarik."
"Pilihan yang bagus," kata Cassie. "Mereka cocok berada di
sini, tidak tampak janggal. Mereka berbisa, punya indra-indra yang
tajam, dan lebih gesit dari ular-ular lain. Seandainya seekor elang ekor
merah memutuskan untuk mematuknya, dia akan menggunakan
taringnya." Tobias tertawa. merah. Aku kan sudah mati, ingat" Ketika melihatku, dia cuma
menganggapku elang ekor merah biasa yang tengah berputar-putar. >
Kami kembali bekerja. Tobias menjaga kami, tetap berada pada
ketinggian yang cukup untuk memantau siapa saja yang datang
mendekat. Tapi kami telah memilih daerah yang cukup lengang untuk
membuat persiapan. Kecil kemungkinan ada orang yang mengejutkan
kami. Dan kami tahu David tidak sedang memata-matai, jake telah
meneleponku, memberitahukan bahwa David ada di rumahnya, tengah
dipeluk dan dimanjakan. Rupanya David telah berhasil beradaptasi dengan lingkungan
barunya. "Keluarga"-nya akan membawanya pulang beberapa hari
lagi. "Setidaknya cuacanya sudah lebih baik," kata Marco. "Aku
benci kalau harus berurusan lagi dengan hujan hari ini."
"Yeah, hari ini indah sekali," kataku setuju.
hari lainnya"> tanya Ax. 'indah'"> "Matahari bersinar cerah, tak ada awan atau setidaknya tidak
terlalu banyak," jawabku. "Hangat tapi tidak panas menyengat.
Dengan kelembapan udara yang rendah, sebab udara yang lembap
menimbulkan pengaruh buruk pada rambut."
menganggapnya tidak indah">
Kami ngobrol tanpa tujuan seperti itu, sambil bekerja.
Semuanya mengalir begitu saja. Tak ada yang ingin berpikir-pikir
dulu. Tak ada yang ingin meluangkan waktu untuk mengkaji ulang
apa yang sedang kami kerjakan dan apa hasilnya nanti.
Tapi tentu saja kenyataan itu menyelip masuk ke dalam
pembicaraan kami di sana-sini, dalam potongan-potongan kecil.
Cassie berkata, "Aku kasihan pada orangtua Saddler."
"Yeah," kataku.
"Entah bagaimana cara mereka meng..."
"Di samping itu," Marco sengaja menyela, "hari-hari cerah lebih
baik karena pada hari-hari seperti itu cewek-cewek pakai celana
pendek dan baju... apa itu" Baju dengan tali di bahu dan biasanya
berwarna kuning atau warna-warna cerah lainnya?"
"Sundress?" kataku.
"Nah, kan" Sundress. Blus mentari. Kau tak pernah dengar blus
hujan, kan" Ada juga jas hujan. Dan tak pernah ada yang bilang,
'Wow, kau cantik sekali pakai jas hujan itu.'"
kesimpulanku,> kata Ax.
Bahkan Ax pun berusaha mempertahankan cuap-cuap tanpa
arah ini terus berlanjut. Bahkan ia tak ingin memikirkan apa yang
sedang terjadi. Atau yang akan terjadi.
Tobias meluncur turun. memeriksa lagi keberadaan Saddler di rumah Jake,> katanya. jadi manusia kalau aku pergi nanti.>
Ax mulai berubah, dari Andalite berbulu biru menjadi manusia
berkulit sawo matang. Dulu Ax telah menyadap DNA milik Jake,
Cassie, Marco, dan aku dalam proses yang membuatnya mampu
menggabungkan potongan-potongan rantai DNA itu menjadi satu
rantai utuh. Morf yang kini dipakainya adalah cowok yang
tampangnya agak cantik. Menatap wajahnya, aku bisa melihat bagianbagian dari
diriku di sana, juga ciri-ciri anggota Animorphs lainnya.
Satu hal yang positif: Dengan Ax dalam wujud manusia, kami
tak usah memikirkan berbagai kejadian buruk yang mungkin terjadi.
Ax dalam tubuh manusia membuatmu tetap sibuk.
Soalnya Andalite tidak punya mulut. Mereka tidak
mengucapkan kata-kata dan mereka tidak memiliki indra pengecap.
Kedua hal itu cenderung mengalahkan sifat pendiam dan kecerdasan
Ax. "Tangan-tangan ini bagus sekali untuk dipakai bekerja," kata
Ax. "Kerrr. Ja. Aku sedang bekerrrja. Dengan tangan-uh. Mereka
kuat-kuat. Tangan-tanghan-uh yang kuat."
Marco mengeluh. "Nah, mulai lagi deh si Ax-man meniru-niru
tingkah The Rain Man (The Rain Man adalah film yang
memenangkan piala Oscar pada tahun 1989. Film ini menceritakan
tentang penderita autisme [kelainan pada sistem saraf pusat yang
mengendalikan emosi] yang diperankan oleh Dustin Hoffman, dan
Tom Cruise sebagai pemeran pembantu. Penderita autisme selalu
berbicara dengan tergagap-gagap dan diulang-ulang)."
Aku tertawa. "Bersyukurlah di sini tidak ada cokelat."
"Atau nacho," tambah Cassie.
"Atau roti kayu manis," kata Marco.
Kepala manusia Ax tersentak-sentak ke kiri ke kanan. "Roti
kayu manis-zuh?" "Tidak, tidak, Ax. Aku yakin sama sekali tak ada roti kayu
manis-zuh... eh, maksudku, roti kayu manis... di sekitar sini."
Akhirnya tiba saat memasang komponen, terakhir pada alat
ciptaan kami. Ax dan Marco menyekrupnya kuat-kuat. Marco
mengetes bagian yang bisa bergerak.
"Nah, itu pasti berfungsi," katanya, menengadah menatapku.
"Sebaiknya begitu," kataku. "Sebab, betapa pun memuakkannya
strategi kita ini, satu-satunya alternatif yang ada lebih parah lagi.
Benda ini harus berfungsi. Harus berfungsi atau kita... kita semua,"
tambahku dengan penekanan, "terpaksa menjadi pembunuh."
Chapter 24 DAVID telah memilih lokasi pertemuan kami. Sebuah tempat
umum, sehingga kami takkan bisa bermetamorfosis, yaitu restoran
fast-food Meksiko bernama Taco Bell.
Di luar sana, malam mulai turun. Lampu-lampu neon bertulisan
"Taco Bell" sudah menyala. Kebanyakan pengendara mobil
menyalakan lampu kabutnya. Cuaca memburuk lagi. Tidak seperti
badai kemarin malam, tapi awan gelap telah membuat malam tiba
lebih cepat dari biasanya.
Ruangan dalam penuh lampu terang benderang, tempat duduk
fiber-glass, dan anak-anak yang mengunyah taco yang lembut.
Perjanjiannya adalah: kami semua harus kelihatan jelas. Tapi bahkan
sekarang pun kami tidak mau tampak seperti satu grup atau geng.
Marco duduk bersama Cassie. Ax, dalam wujud manusia, duduk
bersamaku. Jake berjalan mondar-mandir di dekat meja pemesanan, seolaholah dia bingung mau
pesan apa. Mungkin David menganggap tempat umum yang terang ini juga
akan membuat kami lebih tenang.
Kami seharusnya rileks, tanpa memikirkan bahwa ini mungkin
perangkap buatan David. Tapi asal tahu saja, kalau Visser Three sudah yakin dia bisa
menangkap para "bandit Andalite" - itulah anggapannya tentang
kami - dia tak peduli orang banyak menghalanginya. Ia tak perlu
mengirim prajurit Hork-Bajir bersenjatakan sinar Dracon. Ia mampu
menghanguskan tempat ini dengan menggunakan Pengendali-Manusia
bersenapan mesin. Peristiwa itu pasti jadi berita, tapi takkan ada yang berpendapat
itu aneh. Kurasa kalimatku itu telah menjelaskan kondisi umat
manusia yang memang sudah rusak, dengan atau tanpa kehadiran
alien. Aku duduk di sana, menonton Ax makan. Tadinya aku lapar,
tapi setelah melihat Ax menghabiskan taco, burrito, nacho, kacang
kedelai rebus, ber-sachet-sachet sambal sekaligus bungkusnya... nah,
itu semua telah melenyapkan nafsu makanku.
"Pedas, bukan" Rasa ini... rasa ini disebut 'pedas'?"
"Yeah. Pedas. Dan hot."


Animorphs - 22 Akhir Sebuah Pengkhianatan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ya, memang panas."
"Tidak, maksudku rasanya hot. Begitu pula suhunya... ah,
sudahlah. Lewatkan saja."
"Lewatkan?" "Lupakan. Biarkan saja. Lepaskan."
Segera setelah kata-kata itu keluar dari mulutku, aku langsung
menyesalinya. Ax langsung melepaskan kotak kertas, wadah kacang
kedelai itu dari tangannya. Dan mendarat pada sisi yang salah.
Aku bahkan sudah tidak punya energi untuk menaikkan bola
mataku. Aku cuma menatap pintu-pintu masuk, beralih-alih dari pintu
depan ke pintu samping. Nah, itu dia. Saddler. David.
Dia berlenggang, seolah-olah seluruh dunia ini miliknya. Aku
benar-benar kepingin menghapus senyum angkuhnya itu dari
mukanya. Tapi itu tak ada dalam skenario. Peranku adalah cewek
yang putus asa dan dipecundangi. Dikalahkan dan dipermalukan.
Menurut kami itulah yang dia mau. Itulah yang akan membuatnya
senang. David menyeringai ke arah Jake. Lalu melewatinya dan duduk
di depanku. "Kau boleh pergi," katanya kepada Ax. "Ini bagian khusus
manusia." Ax menoleh dengan kikuk untuk menatap Jake. Jake
mengangguk. Ax bangkit dan pergi. Jake duduk di tempat Ax, di
sebelah David. "Jadi," kata David, "kita ketemu lagi, Rachel."
"Permisi. Aku tidak ikut campur dalam masalah ini," kataku.
Aku berdiri, siap pergi. David mencekal lenganku. "Ada apa, Rachel" Kau tak suka
padaku?" "Rachel tidak terlibat, David. Cassie-lah yang menyembunyikan
kotak itu. Dia akan menunjukkan padamu tempatnya."
"Kurasa bukan begitu," kata David. "Rachel-lah pemandu yang
kuinginkan." "Dia tidak tahu tempatnya."
David tertawa. Tawanya mirip Saddler. "Bohong. Rachel tahu."
"Tidak kok," sanggahku lemah.
"Jangan tolol, Rachel!" omel Jake. "David tahu. Dia pasti ada di
gudang jerami waktu itu." Jake seolah-olah sedang marah tanpa alasan
pada kacang kedelai yang ditinggalkan Ax di atas meja. Dia menyapu
kacang-kacang itu dengan tangannya. Beberapa tetes lendir cokelatnya
mendarat di lenganku. Jake tidak meminta maaf. Dia cuma menatapku.
David mencondongkan tubuh ke depan, tiba-tiba kembali ke
urusan semula. "Oke, ini perjanjiannya. Rachel membawaku ke
tempat kotak itu. Dan kalian semua harus ikut, tetap di belakang pada
jarak minimal tiga ratus meter."
"Kau ingin kami mengikutimu?" tanya Jake ragu.
"Tentu saja. Kalau tidak, bagaimana aku tahu di mana kalian
berada?" Jake kelihatan bingung. "Rachel akan mengantarku ke tempat kotak biru itu. Kalian
semua harus berada di sana, di tempat yang jelas terlihat olehku,
berupa manusia. Lalu Rachel dan aku masuk, mengambil kotak itu,
dan kita semua akan mengucapkan salam perpisahan yang
mengharukan. Kalian terus memerangi kaum Yeerk, dan aku akan jadi
orang kaya." Jake mengangguk. Tapi aku berkata, "Aku tak bisa masuk ke sana bersamanya.
Aku tidak mempercayainya! Dia bisa saja..."
"Rachel," kata Jake, penuh penghinaan, "ternyata memang ada
rasa takut yang tersembunyi di balik semua omong besarmu itu.
Lakukan saja tugasmu. Kau mau tetap jadi anggota Animorphs" Kau
harus menuruti perintahku."
Aku mengangguk, tak berani menentang kata-katanya, dan
pasang tampang takut. David mengamati wajahku melalui mata Saddler. Apa dia
curiga" Apakah aku terlalu berlebihan menjiwai peranku"
Lalu dia mengambil sisa-sisa kacang itu dan memoleskannya ke
lengan bajuku. Dan tertawa terbahak- bahak.
Maka aku melakukan sesuatu yang jarang sekali kulakukan.
Aku mulai menangis. Chapter 25 DAVID dan aku terbang. Dia dalam wujud rajawali emas, dan
aku dalam wujud burung camar. Dia membiarkan aku berada di
depan, sementara dirinya tepat di belakangku. Jika dia menyerangku,
aku takkan bisa melawannya. Aku seperti pesawat Cessna yang
terbang dibuntuti Boeing 747 jumbo jet.
Aku menuntunnya ke tempat pembangunan yang terbengkalai.
Tempat segala sesuatunya berawal, dulu sekali. Tempat Elfangor
memberi kami kemampuan ini.
Sekaligus juga tempat David menemukan kotak biru itu.
katanya. kukunjungi untuk mencarinya. Kau meletakkannya kembali ke tempat
asal mula semua kejadian ini.>
Aku tidak berkata apa-apa, terus terbang. Jake, Cassie, Ax, dan
Marco membuntuti pada jarak tertentu.
Aku turun ke salah satu bangunan yang belum selesai.
Bangunan itu hanya berupa empat tembok batako dengan beberapa
ambang pintu yang tak berpintu. Mungkin dulu di sini akan dibangun
toko serbaada, sebelum segalanya dibatalkan, atau mungkin juga
restoran fast-food. Siapa tahu" Tapi itu bukan masalah kami.
Kami mendarat di tengah-tengah area terbuka. Ada botol-botol
bir dan kaleng-kaleng Coca-Cola berserakan di sana-sini. Ada juga
bahan-bahan bangunan yang lapuk kena hujan dan panas.
perintah David.
Aku menuruti perintahnya. Kulihat dia mulai berubah, bulubulu burung berwarna
cokelat meleleh menjadi kulit manusia
berwarna merah muda dan kain dari pakaian morfnya.
Aku mengamati ketika senyum sombongnya muncul dari paruh
yang panjang melengkung. Lalu kutatap langit, melihat temantemanku berputarputar di atas, melakukan perintahnya. Kegelapan
mulai menyelimuti tempat ini. Teman-temanku menjadi bayanganbayangan kelabu di
depan latar belakang awan yang lebih gelap lagi.
"Nah, Rachel, sekarang kau boleh demorph. Tapi setelah itu kau
harus menjadi tikus."
Aku malas menjawabnya. Aku cuma melaksanakan
perintahnya. Selagi aku berubah, David berkata, "Kau tahu, Rachel,
sayang sekali bila harus berakhir seperti ini. Seandainya kau selama
ini tidak bersikap begitu kasar terhadapku, aku mau mengundangmu
bergabung denganku, meninggalkan geng kecil ini. Jake bahkan sama
sekali tidak tahu bagaimana memanfaatkan kemampuannya sebaikbaiknya. Maksudku,
ayolah, siapa peduli sih dengan Yeerk di Bumi
ini" Dengan kemampuan Animorphs, kita bisa memiliki apa pun yang
kita inginkan." Aku mulai berubah menjadi tikus. Morf hewan ini pernah
kulakukan bersama Cassie. Bukan sesuatu yang ingin kulakukan lagi.
Tapi David harus percaya bahwa aku telah menggunakan morf ini
untuk menyembunyikan komponen-komponen kotak biru itu.
Aku mulai menciut. Penyusutan yang begitu cepat. Selalu jatuh,
jatuh, jatuh, itulah yang terjadi kalau kau berubah menjadi kecil.
Bulu putih menutupi sekujur tubuhku, menuruni lenganku, naik
ke leherku, menuruni punggungku, terasa gatal dalam pakaian morfku.
Lantai beton menyongsongku. Semua celah-celah yang nyaris
tak terlihat pada lapisan beton itu kini tampak seperti selokan dan
anak sungai yang kering. Botol-botol bir yang kosong menjulang
tinggi sebesar bus kota. Kakiku menyusut, menjadi gemuk dan pendek. Lenganku juga.
Aku tak bisa berdiri di atas dua kaki lagi. Aku terjerembap ke depan.
Aku makin mengerut, menyusut, dan bertampang mengerikan
sementara David jadi semakin besar, menjadi monster setinggi seribu
kilometer! ?"?""L"W"S."?OG?"OT."?M
Wajahku mencuat ke depan, menyempit membentuk hidung
merah muda yang mengendus-endus. Telingaku merayap naik ke atas
kepala. Dan dari ujung tulang punggungku kurasakan sensasi teredam
dari munculnya ekor yang jelek, panjang, dan tak berbulu.
David mulai berubah, tapi saat ini aku tak dapat melihatnya
dengan jelas. Sosoknya baru dapat kuduga setelah kulihat sisik-sisik
berbentuk layang-layang muncul menggantikan kulitnya. Lalu setelah
lengan dan kakinya lenyap, barulah kutahu dengan pasti.
Dia menjadi ular kerincing.
David menjadi semakin kecil, tapi sambil berubah dia
melingkari tubuhku. Setumpuk lingkaran bersisik cokelat, krem, dan
hitam mengelilingiku, menjadi pagar setinggi tiga kali tinggi tubuhku.
Di ujung lingkaran-lingkaran itu, kepalanya muncul. Lidah
bercabang yang sepanjang tubuhku melesat ke luar merasakan udara,
lalu masuk lagi. kata David. saja gerakan yang kuanggap mencurigakan, maka aku akan...> Lalu
dalam bahasa-pikiran yang "lantang", dia menyuruh teman-temanku
yang lain mendarat. Mereka turun, berputar-putar menembus berkas sinar matahari
yang terakhir, sebelum mendarat di atas tembok-tembok yang
mengelilingi kami. Seekor falcon, seekor harrier, dan dua elang laut.
Semuanya musuh tikus. gerakan saja yang mencurigakan, akan kugigit tikus ini.>
Dia membuka rahangnya, mempertontonkan gigi yang
berongga seperti pipa, yang bisa digunakan untuk mengalirkan racun,
lalu kepalanya bergerak mendekatiku.
Aku tahu tikus itu gesit. Tapi tidak segesit ular kerincing.
Aku benar-benar berada di bawah kekuasaannya. Dan aku takut.
Aku takut. Tapi si tikus, dikelilingi oleh burung pemangsa dan
musuh bebuyutannya - si ular yang rahangnya tinggal satu senti saja
dari tubuh si tikus, sedang dipenuhi teror yang mencekam.
Chapter 26 kalian harus berubah kembali,> perintah David.
tanya Jake.
< Kecoak. > sergah Jake.
berubah jadi tikus dan membiarkan kalian berempat
menghancurkanku seperti serangga" Enak saja.>
kata Jake.

kata David. < Kalian semua harus berubah jadi kecoak. Titik. Dan
kalau kaubatalkan perjanjian ini, kugigit Rachel sekarang juga.>
Aku tahu Jake akan pura-pura menyerah. Aku tahu itu dalam
nalar manusia. Tapi benak tikus dalam pikiranku hanya merasakan
adanya bahaya lain yang lebih besar. Tiba-tiba tubuh si tikus
membeku. Membeku karena ketakutan. Aku tak dapat menggerakkan
satu otot pun. Yang dapat kulakukan hanyalah menggigil gemetaran.
kata Jake lemah.
kata David.
Butuh sepuluh menit bagi yang lain untuk demorph dan morf
sekali lagi. Segera saja empat ekor kecoak berserabutan di luar
lingkaran tubuh si ular. Lalu David demorph. Aku tahu apa yang akan terjadi berikutnya. Kami semua tahu.
Tapi tetap saja sulit memainkan peranan ini.
bisik Jake padaku.
kataku.
duga,> kata Jake. Aku pasti tersenyum kalau masih punya bibir. Jake memandang
hormat kemampuan Cassie untuk "membaca orang". Aku juga begitu.
Meskipun demikian, aku mengingatkan diriku sendiri, Cassie gagal
meramal betapa jahatnya David itu.
dia mulai menginjak-injak kita sekarang> kataku.
kata Marco suram. rencana yang menjijikkan.>
David menjulang makin lama makin tinggi ketika dia kembali
menjadi manusia. Kulihat dia menunduk dan memungut benda yang
terlihat seperti botol bir. Dia mencari-cari di tanah di sekitarnya dan
menemukan tutup yang pas.
kataku pada Jake dan yang lainnya.


tanya Cassie.

ujar Marco.
tanya Ax ingin
tahu. David memungut salah satu kecoak itu. Dia menempatkan
mulut botol di bawahnya dan mencemplungkan kecoak itu ke dalam
botol. pekik Marco.
David tertawa. "Aku menaruhmu di tempat aman."
bentak Jake.
"Tenang saja, aku akan menepati sumpahku," kata David. "Aku
takkan melukai siapa pun dari kalian. Aku cuma ingin memastikan
kalian tidak melukaiku. Sekarang diamlah dan kita akan segera
menuntaskan masalah ini."
Satu demi satu David mengangkut teman-temanku dari tanah
dan menjatuhkan mereka ke dalam botol Pepsi itu. Lalu dia
menutupnya dengan tutup botol tadi.
"Nah, Rachel, sekarang kita ambil kotak biru itu," kata David.
"Teman-temanmu tak mungkin mengganggu kita."
Aku melihat empat ekor kecoak terperangkap di dalam botol.
Tak mungkin mereka bisa demorph. Jika salah satu dari mereka
mencobanya, dia akan menggencet yang lainnya, lalu meremukkan
tubuhnya sendiri di dalam botol, dan akhirnya mereka semua menjadi
gumpalan tak berbentuk. David mengangkat botol itu ke depan matanya dan tertawa.
"Aku berhasil melakukan apa yang tak dapat diperbuat Visser Three
dan seluruh pasukan kerajaan Yeerk-nya! Aku menangkap para
Animorphs! Mereka terperangkap! Ha-ha-ha-ha!"
aku mengingatkannya.
"Tapi aku akan memilikinya, Rachel. Pasti, kalau kau masih
mau melihat teman-temanmu selamat. Yeah, aku akan memiliki kotak
biru itu." Cassie mulai menjerit-jerit. tubuh kecoak! Selamanya! >
David meletakkan botol itu di tanah.
"Dua jam, Rachel. Dua jam lagi mereka akan terperangkap
selamanya sebagai kecoak. Ayo kita ambil kotak biru itu."
Chapter 27 PADA lantai beton bangunan yang tidak selesai ini ada pipa
saluran air. Tutup salurannya sudah tidak ada. Sambil berlari-lari di


Animorphs - 22 Akhir Sebuah Pengkhianatan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

atas kaki tikus, kutuntun David ke tempat itu.
Garis tengahnya cuma sekitar lima belas sentimeter. Bagi
seekor tikus itu sudah cukup besar.
tanya David gugup.
kataku.
Aku mengintip dan mengejap-ngejapkan mata menatap
kegelapan. Aku menarik napas panjang. Setidaknya lebih baik
daripada waktu aku jadi tikus tanah alias mole dan harus menggali
tanah dalam-dalam. Tidak banyak perbedaannya sih.
Aku melompat ke dalam. Aku mendarat setelah jatuh sejauh
lima belas sentimeter ke atas daun-daun busuk dan kotoran. Memang
begitu. Aku sudah mengecek jalannya bersama Cassie tadi.
Aku bergegas lari sejauh beberapa senti sepanjang pipa
horisontal ini. David menimbulkan bunyi "duk" yang menyenangkan
ketika dia jatuh dengan wajah terlebih dulu.
kataku.


kataku. katanya dengan nada
menyebalkan. kataku. Aku berlari
dengan pandangan buta, David di belakangku.
kata David. menipuku, aku akan memastikan kau takkan pernah keluar dari sini.
Dan teman-temanmu akan menghabiskan sisa hidup mereka dalam
ketakutan abadi terhadap semprotan serangga.>
kotak biru itu"> tanyaku.

kataku pelan.
geng.> seseorang, orang itu ternyata... melakukan apa yang kaulakukan pada
kami"> David tertawa. membuat kesalahan besar: anggota baru yang kalian dapat itu ternyata
aku. Aku lebih pintar dari kalian semua. Itu sebabnya kalian kalah.
Tapi aku akan lebih berhati-hati. Aku hanya akan memilih anak-anak
yang terlalu tolol untuk berbuat apa-apa selain mematuhiku.>
Aku menaikkan pupil mata tikusku. Ego cowok ini makin
melambung tinggi saja. kataku.


dapat digunakan untuk berbalik badan.>

Aku menggigit benda itu dan berlari mundur, kadang-kadang
ekorku menabrak hidung David. Biar tahu rasa dia!
Kami menemukan pipa samping itu dan dengan kikuk berputar
di sana.
ini dulu,> kataku. didorong sekaligus keluar">
kataku.
katanya meremehkan. tahu sih">
< Tunjukkan jalannya.>
Aku menyusuri pipa kedua. Sekarang jantungku mulai
berdebar-debar keras sekali. Begitu kerasnya sampai-sampai kupikir
David bisa mendengarnya dan mulai curiga.
Tapi ternyata tidak. Aku telah memuaskan egonya dengan hatihati, dan aku telah
memainkan peranku sebagai gadis yang dikalahkan
dan dipermalukan. Pertahanan mentalnya sudah jebol. Dia telah
membunuh Tobias. Dia telah mengurung teman-temanku. Apa lagi
yang harus ditakuti"
seruku kepada teman-temanku dalam bahasapikiran pribadi.
jawab Cassie dengan nada tersiksa.

Chapter 28 KAMI menuju ujung pipa. Melalui lumpur dan selokan kotor.
Melewati beberapa jenis serangga.
Melintasi terowongan yang hitam dan mengungkung ini.
Dengan David yang benar-benar sedang menginjak ekorku.
Aku sudah dekat. Sangat dekat.
Udara segar! Tidak! Tidak! David pasti akan merasakannya, dia
akan sadar... alihkan perhatiannya! Dengan cara apa saja!
Pipa itu tiba-tiba terbuka menjadi apa yang terasa seperti gua
bagi kami. Mungkin ukurannya hanya tiga puluh sentimeter persegi,
terbuat dari baja seluruhnya, tapi aroma udara yang tidak pengap lagi
terasa jelas bagi hidung tikusku yang sensitif.
Yang menambah rasa takutku ialah, aku mendengar suara
pesawat jet melayang di atas. Seharusnya kami tidak bisa mendengar
suara pesawat. Menurut skenario, setting-nya kan seharusnya di ruang
bawah tanah. tanya David.
ujarku asal bunyi.
David masuk ke dalam ruangan ini di sampingku. Yang harus
kulakukan hanyalah mundur, berlari melewati pipa itu sebelum dia
melewatinya. Tapi jika aku bergerak, dia akan tahu.
katanya.
kataku setuju.
Masing-masing dari kami tak bisa melihat yang lain. Tapi aku
nyaris dapat mendengar roda-roda yang berputar di dalam kepalanya.
Tiba-tiba terdengar suara gerakan!
Dia tahu! Dia sedang menuju pintu keluar.
Aku melompat untuk menghalangi jalannya. Bulu bergesekan
dengan bulu, kami tabrakan. Dalam sekejap dia sudah berdiri di atas
punggungku, gigi dan cakarnya mencabik-cabik wajahku.
bentaknya.
Kami terguling ke belakang, berhadapan, sama-sama berdarah.
Pipa itu ada di kananku, di kiri David. Kami berdua sama-sama dekat
ke pipa itu. Tapi juga sama-sama jauh. Alias sama-sama buta.
kataku pada Jake dengan nada tegang.

David melompat menerjangku, tapi kali ini aku meluncur ke
bawah tubuhnya, lalu menyentak ke atas, menyundulnya, membuatnya
kehilangan keseimbangan. Aku melompat ke arah pintu keluar.
Tertahan! David menggigit ekorku. Dia menarikku mundur. Aku tak dapat
menangkapnya karena dia di belakangku, dan jika aku mencoba, kami
akan berputar-putar dalam lingkaran setan seperti anjing yang
mengejar-ngejar ekornya sendiri. Dia akan bisa keluar dari pipa itu,
mungkin juga langsung memanjat keluar dari ruang bawah tanah ini.
kataku.

Aku memutar kepalaku ke belakang, seperti yang
diharapkan David. Hanya saja aku tidak menyerangnya. Gantinya,
sambil menahan rasa sakit, kugigit ekorku sendiri sampai putus.
jeritku kesakitan.
teriak David ketika dia jatuh terjengkang, tidak
mendapat apa-apa kecuali ekor yang buntung.
Aku berlari ke pintu keluar, dan bahkan sebelum separo
tubuhku melewatinya aku berseru, SEKARANG! > Pintu jebakan dari baja itu jatuh berdebam. Pasti bisa membuat
ekorku putus, kalau masih ada.
David menabrak pintu yang tertutup. Terdengar bunyi
DUKKK!!!
Tiba-tiba cahaya memancar dari semua jurusan. Cahaya senter
tepat menyinari wajahku. Aku mengejap-ngejapkan mata seperti
penambang yang baru keluar dari tambang gelap setelah seharian
penuh menggali batu bara.
omelku.
Dengan cahaya dari dua buah senter, segalanya terlihat jelas.
Bagaimana tanah di atas pipa telah digali, sampai pipanya kelihatan.
Bagaimana pipa yang kelihatan itu telah dipotong. Dan bagaimana
sebuah kotak baja telah disambungkan pada ujung pipa yang
terpotong itu. Belum lagi pintu yang meluncur turun, yang membuat kotak itu
jadi kurungan. Perangkap.
Bagian atas kotak itu bisa dibuka karena ada engselnya. Tapi di
balik atap berengsel ini ada jeruji kawat yang kuat untuk mencegah
David melompat lari. Nah, itulah dia, seekor tikus. Berkedip-kedip menatap wajahwajah di sekitarnya:
Jake, Cassie, Marco, dan Ax. Dan wajahku
sendiri yang separo berubah selagi aku menyelesaikan proses
demorph-ku.
tanyanya. Tepat pada saat itu Tobias meluncur turun dari langit malam
dan mendarat pada jeruji atap itu.

sambung Tobias. seekor elang ekor merah lain. Aku memecahkan botol Pepsi itu. Botol
yang sengaja kami tinggalkan di tempat ini agar kau tergoda untuk
menggunakannya.> "Asal tahu aja, David," kata Marco, "kami tahu kau ada di
dalam gudang jerami, mendengarkan seluruh pembicaraan kami.
Bagaimana kami bisa tahu" Karena Tobias. Jadi kami memainkan
drama menjijikkan itu, tentang betapa, terhinanya Rachel. Kami tahu
kau akan mendapat kepuasan abnormal dengan memaksanya menuruti
perintahmu." "Komponen kotak biru yang kita ambil itu" Itu sepotong
mainan Lego," kataku.
diantisipasi,> kata Ax. reaksimu. Jadi kami mampu memanipulasi dirimu.>
kata David sambil tertawa. menang. Tidak apa-apa. Aku bisa menerimanya. Baiklah, aku akan
pergi meninggalkan kalian.>
Tak ada yang bicara.
Aku menatap Jake. Dia tampak seolah-olah benci pada dirinya
sendiri. Kualihkan pandanganku ke Marco. Dia sengaja menatap
nyalang ke kehampaan. Cassie menangis. David tidak bertanya siapa yang berada di balik semua ini.
Siapa otak jenius yang membuat rencana ini. Siapa yang telah begitu
tepat mengetahui emosinya, kebutuhannya untuk meningkatkan
egonya, fakta bahwa dia akan memilihku menjadi "penuntun"-nya.
Cassie, tentu saja. Cassie yang telah memikirkannya, mewujudkannya,
tahap demi tahap, setelah Jake dan aku gagal mencari cara
menghentikan David. Bagi Cassie, ini lebih baik daripada alternatif lainnya. Dengan
cara ini tak ada yang harus mati.
Tapi tetap saja hidup David akan berakhir. Begitu juga hidup
"Saddler". Akhirnya orang-orang di rumah sakit akan menemukan
mayat Saddler yang asli. Dan mereka akan sadar bahwa sebenarnya,
setidaknya bagi mereka, mukjizat itu tidak ada.
bisik David ketika dia mulai menyadari nasibnya.

Tak ada yang memakai arloji, tentu saja, karena kami telah
berubah wujud. Tapi Ax sangat tepat dalam menghitung waktu.
Jake menatap Ax. Ax tidak menampilkan emosi apa pun di
wajahnya. Tapi aku mengenal Ax cukup baik untuk tahu bahwa dia
juga tidak menyukai hal ini, sedikit pun.

Ax melapor. ini! > ratap David. "Kau mencoba membunuh kami," kata Jake. "Kau mengancam
akan membongkar rahasia kami kepada Visser Three. Belum lagi
perbuatanmu terhadap keluarga Saddler."
jerit David. bukan Tuhan!> "Dengar, David, kami telah lama melawan para Yeerk, rasanya
seolah-olah sejak kami lahir," kata Jake lemah. "Kami takkan
membiarkanmu menghancurkan kami. Kami akan menyelamatkan
umat manusia... kalau kami bisa. Masih ada hal-hal yang lebih besar...
hal-hal yang lebih penting daripada..."
Jake menatap Cassie tanpa daya. Jake mengangkat bahu dan
menunjukkan ekspresi seolah-olah dia tak sanggup mendengar katakatanya sendiri.
"Kami cuma melakukan apa yang pernah kau coba lakukan
kepada kami," kataku. "Hukum rimba: makan atau dimakan."
Aku menatap yang lain. "Tidak perlu kita semua ada di sini.
Nanti kelihatan mencurigakan. Tidak baik demi keamanan. Aku bisa
menangani hal ini sendirian."
kata Ax.
Aku mengangguk. "Kau tidak harus melakukannya, Rachel," kata Jake. "Kita
semua terlibat masalah ini. Kita semua telah memilih cara ini."
"Hal ini tidak akan mempengaruhiku, tapi pasti akan
mengganggu hati nurani kalian."
Tentu saja Jake tidak mempercayai kata-kataku. Begitu pula
Cassie atau Tobias. Mungkin Marco percaya. Entahlah.
Tak ada yang bergerak meninggalkan tempat ini.
"Hei, pergilah kalian!" bentakku. "Pergi sana! Kalian cuma
menarik perhatian orang. Bagaimana kalau ada yang datang"
Tinggalkan tempat ini!"
Jake mengangguk. "Oke," ujarnya singkat.
Jake memang pemimpin yang baik. Dia tahu kapan dia harus
memanfaatkan kami. Dia tahu kapan dia harus melindungi kami. Dia
tahu dia harus melindungi sebanyak mungkin anak buahnya dari
berbagai kemungkinan yang terjadi.
Dia menggandeng lengan Cassie dan memanggil Tobias dan
Marco. rengek David.

kata Ax.


Animorphs - 22 Akhir Sebuah Pengkhianatan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Aku memejamkan mata dan berharap aku bisa menutup
telingaku dari suara-suara itu. Tapi itu bahasa-pikiran. Dan kau tak
bisa menghalaunya. Chapter 29 PERLU waktu dua jam bagi David untuk menjadi nothlit seseorang yang terperangkap dalam wujud lain.
Dua jam. Tapi dua jam yang penuh horor itu akan tetap tinggal
dalam pikiranku. Walau aku hidup sampai seratus tahun, aku tetap
akan mendengar tangisannya, ancamannya, dan permohonannya,
setiap malam sebelum aku terlelap. Dan setelah aku tidur, di dalam
mimpiku semua itu akan muncul lagi.
Begitu kami yakin dia sudah terperangkap, Ax dan aku berubah
wujud. Aku berubah menjadi rajawali botak, dan Ax menjadi elang
harrier. Kami bergantian membawa tikus itu melintasi pasir pantai,
melintasi ombak samudra, menuju pulau karang terpencil kira-kira
satu setengah kilometer dari pantai.
Di sana hidup tikus-tikus lain. Tampaknya ada cukup banyak
persediaan makanan. Tapi karang-karang tajam dan ombak-ombak
besar menghalau manusia yang ingin mendatangi tempat itu.
Kami melepaskannya di sana, lalu terbang meninggalkannya.
kata Ax.

Aku tidak menjawab. Aku masih mendengarkan jeritan bahasapikiran yang mengikuti
kami untuk waktu lama. Teriakan panjang
yang berbunyi,
Akhirnya bunyi itu lenyap di belakang kami.
Kami terbang di atas Marriott Resort, tempat KTT itu kemarin
diadakan. Keadaannya masih parah. Para petugas perbaikan bekerja di
sana-sini. Tak ada tanda-tanda kehadiran para pemimpin dunia.
Mungkin mereka telah memutuskan untuk menyelenggarakan
pertemuan itu di tempat lain. Aku bahkan tak dapat membayangkan
apa anggapan mereka mengenai apa yang terjadi. Sulit menjelaskan
bahwa mereka diserbu oleh gerombolan gajah dan badak.
Tampaknya terjadi sesuatu dalam diriku setelah semua itu
berlalu. Aku tidak langsung berubah menjadi lembut, lembek, atau
lemah. Aku tidak berubah menjadi cewek cengeng pengecut. Tapi
entah bagaimana, kesenangan yang kudapat dari perkelahian, gairah
yang kudapat dari pertempuran yang tak mungkin dimenangkan,
sudah agak... yah, kurasa mungkin aku sudah lebih dewasa sekarang.
Kami tak pernah mendengar apa pun lagi tentang David. Tidak
secara langsung. Tapi berbulan-bulan kemudian kudengar seorang
anak di sekolah bercerita tentang pulau karang itu.
Pulau itu berhantu, katanya. Dia dan keluarganya lewat di
dekatnya dengan perahu motor. Dia bersumpah telah mendengar suara
tangis yang samar-samar berkata, "Tolooooong! Tolooooong!"END
Kisah Si Rase Terbang 3 Darah Dan Cinta Di Kota Medang Seri Kesatria Hutan Larangan Karya Saini K M Wanita Iblis 13

Cari Blog Ini