Chapter 1 Majulah, para pejuang yang perkasa! Majulah ke angkasa! Seluruh
galaksi akan gemetar di hadapan Helmacron. Semua akan mematuhi
kita. Semua akan menjadi budak kita. Karena kita memang layak
menjadi Penguasa Alam Semesta.
- Penggalian Jenazah Kaisar.
Dari catatan pesawat Helmacron, Galaxy Blaster
NAMAKU Cassie. Ada banyak hal tentang diriku yang tidak bisa kuceritakan
padamu. Misalnya, nama belakangku. Atau alamatku.
Aku tinggal di dunia paranoid, dunia yang dipenuhi rasa takut.
Aku tidak berharap begitu, tapi itulah kenyataannya. Dan aku tidak
punya pilihan kecuali menutupinya, berbohong, atau menyesatkan
orang lain. Walaupun sebenarnya aku berusaha sekuat tenaga untuk
menceritakan yang sebenarnya.
Kau harus mengetahui kebenarannya. Kau harus menerima apa
yang terjadi di Bumi, apa yang menimpa umat manusia. Karena hanya
dengan mengetahui kau bisa melawan kejahatan besar yang sedang
menyerang kita. Maksudku, tentu saja, Yeerk.
Bukan Helmacron. Yeerk adalah spesies parasit dari planet yang sangat jauh.
Mereka semula tinggal di lingkungan air, di kolam Yeerk. Pada satu
saat dalam rangkaian evolusi, mereka meninggalkan kolam yang aman
namun mulai kehabisan sumber daya itu, dan berevolusi hingga
memiliki kemampuan memasuki otak spesies lain, yaitu Gedd.
Untuk waktu lama, beribu-ribu tahun mungkin, mereka merasa
puas telah bertindak sejauh ilu. Mereka tidak mengetahui sama sekali
tentang perjalanan luar angkasa atau teknologi. Seperti manusia,
mereka tidak mengetahui keberadaan spesies lain di galaksi.
Paling tidak, itulah yang diceritakan teman Andalite kami, Ax.
Aku yakin pasti menarik mempelajari evolusi spesies Yeerk. Sama
menariknya seperti mempelajari penyakit kolera atau tifus.
Mempelajarinya dengan teliti. Karena sepanjang kaitannya
dengan umat manusia, Yeerk merupakan penyakit. Mereka menyebar
dalam populasi kita. Mereka masuk melalui saluran telinga. Mereka memiliki
kemampuan untuk menipiskan tubuh, menggeser sebagian besar
bagian dalam telinga yang menghalangi, dan menembus ke dalam
tengkorak. Mereka memipihkan tubuh, membenamkan diri ke dalam
celah-celah di permukaan otak manusia.
Mereka terikat ke otak tersebut. Seperti kau dan aku mengakses
komputer melalui keyboard. Mereka bisa melihat semua ingatanmu.
Mereka mengetahui semua pemikiranmu. Semuanya.
Dan mereka mengendalikan dirimu sepenuhnya. Mereka
menggerakkan tanganmu. Mereka menggerakkan kakimu. Mereka
mengarahkan pandanganmu dan memiringkan kepalamu dan
melontarkan senyumanmu yang khas, seperti yang dikenal semua
orang. Kami menyebut mereka Pengendali. Budak-budak Yeerk. HorkBajir merupakan makhluk
angkasa luar pertama yang diserbu Yeerk.
Lalu mereka menyusup ke spesies Taxxon. Mereka juga telah
menyusupi selusin spesies lainnya. Tapi sekarang mereka memburu
hadiah terbesar: Homo sapiens.
Manusia, dengan jemari yang lebih rumit dan lebih mampu
daripada Taxxon atau Hork-Bajir atau Gedd. Manusia, yang bisa
menyantap hampir segala sesuatu, tidak seperti Hork-Bajir yang
menyantap kulit pohon atau Taxxon yang buas dan kanibal. Manusia,
yang jumlahnya jauh lebih besar dari gabungan seluruh spesies
tersebut. Kami merupakan tuan rumah yang sempurna. Tidak
seberbahaya Hork-Bajir, tapi jelas lebih mudah beradaptasi.
Miliaran manusia yang tidak sadar dan skeptis. Kami
memandang Yeerk seperti suku Aztec pada masa kejayaannya
memandang Cortes. Kami bisa menjadi pemecahan bagi semua
masalah mereka. Kami bisa memberikan jumlah luar biasa yang
bagaikan meledak keluar dari Bumi dan menyerbu setiap spesies lain
yang ada. Spesies yang melawan invasi ini adalah Andalite. Kalah jumlah,
kalah senjata, dan kalah persiapan. Seperti petugas pemadam
kebakaran yang berusaha memadamkan badai api yang melompat dari
gedung ke gedung, Andalite berusaha mendahului dan mengalahkan
Yeerk. Terkadang mereka menang. Terkadang...
Andalite datang ke Bumi untuk menghancurkan invasi Yeerk.
Sebaliknya, justru mereka yang dihancurkan. Teman kami Ax, atau
Aximili-Esgarrouth-Isthill, berhasil tiba di Bumi dengan selamat dan
bergabung dengan kami. Saudaranya, Pangeran Elfangor, juga berhasil tiba di Bumi.
Mengetahui dirinya sekarat, ia memberi kami hadiah tertinggi dalam
teknologi Andalite: kemampuan melakukan morf. Kemampuan untuk
menyentuh hewan hidup apa pun, menyerap DNA-nya, dan lalu
mengubah diri menjadi hewan itu.
Dan siapa yang kusebut "kami?" Aku. Sahabat terbaikku,
Rachel. Jake, pemimpin kami yang sangat manis dan sangat
pemberani. Marco, sahabat terbaik Jake. Ax si Andalite. Dan Tobias.
Tobias menjalani sisi terburuk bermetamorfosis. Soalnya ada
batas waktu dua jam. Kalau kau berada dalam bentuk perubahanmu
lebih lama dari itu, kau tidak akan bisa berubah kembali.
Sekarang kau tahu. Sekarang kau mengerti apa yang kami, para
Animorph, hadapi. Dan sekarang kau mengerti mengapa kami benar-benar tidak
memerlukan invasi makhluk luar angkasa kedua di Bumi.
Maksudku, apa satu belum cukup"
Chapter 2 Oh Kaisar yang Agung, Yang Terbijak, Yang Terpandai, kami
akhirnya menemukan planet yang siap untuk dikuasai! Planet yang
sangat besar, dipenuhi spesies yang sangat besar. Tapi semakin besar
mereka, semakin keras kejatuhan mereka, sebelum menyurut dan
gemetar ketakutan menghadapi kekuatan kita yang tak tertahankan!
- Dari catatan pesawat Helmacron, Galaxy Blaster
"CASSIE, kau sedang apa?"
Aku bangkit berdiri, punggungku terasa sakit. Aku berada di
bak truk pick up ayahku. Aku baru saja mengangkat sepeda yang agak
berkarat ke dalamnya, untuk digabungkan dengan benda-benda lain
yang akan kami sumbangkan. Kuhapus keringat dari keningku dan
menunduk memandang Rachel.
Seperti biasa, ia tampak seperti baru saja melangkah keluar dari
halaman majalah Mademoiselle. Rachel satu-satunya orang yang bisa
dilindas bus, terkubur longsoran lumpur, dan dilontarkan angin puting
beliung sejauh dua mil, dan entah bagaimana berhasil melewati
semuanya dengan pakaian yang sempurna, rambut yang sempurna,
dan riasan yang sempurna.
Terkadang aku berani bersumpah itu supranatural.
Sementara itu aku menghabiskan sepanjang pagi dengan
membersihkan istal, memberi makan seekor angsa Kanada yang
tengah jengkel, lalu mengumpulkan barang-barang sumbangan untuk
dikirimkan ke Yayasan Sosial Goodwill. Dan aku tampak... yah, aku
tampak seperti baru saja dilindas bus, terkubur longsoran lumpur, dan
dilontarkan angin puting beliung.
"Aku lagi kerja," kataku menggerutu. "Mungkin kau harus
mencobanya sesekali."
Rachel sama sekali tidak tersinggung. "Aku hanya punya dua
kata untukmu, Cassie: Ralph Lauren. Bekerja keras sampai jadi kotor
boleh saja, tapi apa kau harus melakukannya dengan mengenakan
celana jins cowok dari Wal-Mart" Itu sebabnya ada Ralph Lauren,
pakaian buat mereka yang aktif di tempat terbuka."
Aku meluncur turun, lalu meraih segenggam tanah dari dekat
kakiku. "Kemarilah. Aku cuma ingin memastikan apa tanah bisa
menempel padamu." "Jangan lemparkan tanah itu padaku."
"Cuma percobaan. Aku harus tahu apa kau benar- benar
manusia! Kau seperti Undead - mayat hidup. Hanya saja kau Undirty - tidak bisa
kotor!" Kuayunkan tanganku, melemparkan bongkahan tanah itu.
Rachel menangkapnya dengan tenang dan membuangnya.
"Oke, tunjukkan tanganmu," kataku. "Itu tanah basah.
Seharusnya menempel di telapakmu."
Rachel tertawa dan menolak menunjukkan tangannya. "Ini
Sabtu pagi yang indah. Kita sedang tidak ada misi, setidaknya itu yang
kutahu. Kau mau bekerja terus sepanjang hari" Atau kau mau ikut aku
ke mal, membeli pakaian renang baru, lalu pergi ke pantai" Kulitku
sudah berkurang cokelatnya."
"Kulitku sudah cukup cokelat," kataku. "Dan aku tidak mau
menghabiskan waktu sepanjang hari terpanggang matahari sementara
kau memandangi cowok-cowok. Aku sibuk."
Rachel mengernyit. "Hei. Apa itu?"
"Ada apa?" Kuikuti arah tatapannya. Ia tengah memandang
pompa-air tangan yang sudah tua. Itu bukan pompa yang kami
gunakan, melainkan barang antik. Ibuku suka memandanginya.
Pada pompa itu terdapat benda kecil keperakan.
"Itu mainan," kataku. "Mainan pesawat luar angkasa. Star Wars
atau Star Trek atau entah Star apa." Kuambil benda kecil itu dari
pompa. "Wah. Pasti bermagnet."
"Kau tampak khawatir."
Aku mengangkat bahu. "Kebetulan." Aku memandang sekitarku
untuk memastikan tidak ada yang mendengar. "Aku menyembunyikan
kotak biru itu di pompa ini. Buka saja baut pelat dasarnya, dan
kotaknya ada di situ."
"Jadi kau menyembunyikan kotak biru itu di sana?"
"Kau punya tempat yang lebih baik?"
Kotak biru itu memiliki sejenis nama resmi Andalite, beberapa
nama, malahan. Kotak itu merupakan alat yang mereka gunakan untuk
memindahkan kemampuan melakukan morf kepada seseorang.
Seorang anak bernama David menemukannya beberapa waktu lalu.
Kami menggunakannya untuk menjadikan dirinya seorang Animorph,
tapi David tidak menggunakan kekuatan tersebut dengan baik.
David menjadi tikus. Benar-benar tikus. Ia hidup sebagai tikus,
dan mati sebagai tikus. Itu bukan sesuatu yang ingin kupikirkan. Pokoknya, begitu
kami berhasil mendapatkan kotak tersebut, aku yang terpilih untuk
menyembunyikannya. Dan sekarang ada pesawat luar angkasa mainan yang menempel
di sana. Kuangkat mainan perak itu dan memeriksanya. Panjangnya
kurang-lebih tujuh atau sepuluh sentimeter. Bentuknya seperti
sebatang pentungan, dengan tiga tabung panjang menumpuk di
ujungnya dan anjungan yang bagaikan tengkorak makhluk angkasa
luar di bagian depan. Aku menyeringai ke arah Rachel. "Romulan?"
"Marco pasti tahu. Atau Jake. Kujamin, salah satu dari mereka
hanya perlu memandang mainan ini satu menit untuk bisa memberimu
penjelasan sepanjang sepuluh menit tentang kisah asal-usul mainan
ini." "Akan kugabungkan dengan barang-barang sumbangan
lainnya," kataku. Lalu aku menengadah memandang langit. Matahari
yang terang benderang mengintip dari balik-awan yang halus. "Oke,
aku bukan pencinta pantai, tapi hari ini terlalu indah untuk disiasiakan. Aku
ikut denganmu. Kucari dulu celana bermuda ibuku.
Celana besar yang bergaris-garis itu."
Ekspresi wajah Rachel sangat sempurna: kengerian bercampur
ketidakpercayaan. "Bercanda," kataku. "Cuma bercanda. Kuambil pakaian
renangku dulu. Kau terkadang mudah sekali ditipu."
Chapter 3 Kaisar yang Paling Berkuasa, Tuan atas Galaksi, bencana telah
menimpa budakmu yang gagah berani! Mesin-mesin kami tidak
berfungsi. Kami mencari-cari sumber daya yang bisa kami serap di
seluruh planet ini. Tapi sekarang, bahkan sewaktu kami
memperbarui kekuatan dari sumber-daya pengubah yang aneh, salah
satu monster asing planet ini telah menyerang! Kami menderita
kerusakan, tapi tidak gentar! Mungkin kapten Planet Crusher yang
lemah dan tidak berguna bisa membantu kami agar kami bisa meraih
kemenangan abadi! - Dari catatan pesawat Helmacron, Galaxy Blaster
KAMI menghabiskan dua jam di pantai. Seumur hidup belum
pernah aku sebosan itu. Pada dasarnya aku memang tidak suka pantai.
Namun Rachel suka sekali, dan ia teman terbaikku.
Kami pulang dengan masih mengenakan pakaian renang. Dan
baru pada saat kami menyusuri jalur masuk, aku melihat Jake sedang
menunggu. Jake pemimpin kelompok Animorphs. Sebagian besar karena
hanya ia satu-satunya yang punya cukup rasa tanggung jawab untuk
menerima tugas tersebut. Dan sejujurnya, aku agak menyukai Jake. Menyukai seperti...
apa ya" Pokoknya menyukai deh. Ia sepupu Rachel, dan keduanya
sama-sama berani dan tegas. Tapi Rachel cenderung ceroboh,
sementara Jake tidak. Dan Jake hampir sama tidak pedulinya terhadap
pakaian, riasan, dan penampilan, seperti diriku.
Jake melihat kedatangan kami dan kelihatannya seolah ingin
bersembunyi. Tiba-tiba terlintas dalam benakku ia belum pernah
melihatku mengenakan pakaian renang. Sekarang aku yang ingin
bersembunyi. "Hai!" katanya sambil melambai sedikit dan memakukan
pandangannya ke wajahku. "Oh, man, pasti ada masalah," kata Rachel, cukup keras
sehingga bisa didengar Jake. "Oke, Jake, siapa yang harus kami
tendang kali ini?" Biasanya Jake akan tersenyum. Tapi kali ini tidak. Ia hanya
memandang sekujur tubuhku, memerah, dan sekali lagi, memusatkan
pandangannya ke wajahku. "Pasti dia pikir aku tampak gendut," gumamku pelan kepada
Rachel. "Cassie, kau benar-benar payah. Apa sih yang kauketahui
tentang cowok" Paling cuma secuil. Ya ampun. Itu bukan pandangan:
'Dia tampak gendut.' Melainkan: 'Whoa, dia hot banget, tapi sebaiknya
aku tidak menunjukkan reaksi apa pun. Jangan-jangan dia tersinggung
nanti.'" Kami mendekati Jake. "Aku, eh... membawakan beberapa
barang untuk dibawa ke Yayasan. Ingat, kau sendiri yang menyuruh.
Jadi kulakukan. Beberapa barang. Sudah kuberikan kepada ayahmu,
dan dia menerimanya. Dia baru saja pergi."
Aku harus mengakui Jake kali ini lebih gagap daripada
biasanya. Rachel melangkah ke belakang sepupunya agar bisa
mendelik dan menirukan sikap malu-malu Jake.
Aku tengah berjuang menahan tawa sewaktu melihat sesuatu
yang menyebabkan aku membeku di tempat.
Ada mainan pesawat angkasa luar lain di pompa air.
Aku melompat ke sana. "Jake, kau menurunkan pesawat ini dari
truk?" tanyaku.
Animorphs - 24 Perang Melawan Helmacron di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Apa" Tidak. Apa itu?"
Aku menatap, mengedip, lalu memandangnya lagi. Mainan
pesawat angkasa luar itu muncul lagi. Tapi tidak sama. Yang ini lebih
pendek, lebih lebar, dengan dua "mesin" besar di bagian belakang dan
bukan sekelompok mesin-mesin kecil. Dan anjungannya juga berbeda.
Masih tetap berbentuk tengkorak, tapi berbeda.
"Tidak sama," kataku kepada Rachel. "Mirip, tapi tidak sama."
Rachel berhenti mendelik. Jake memandang kami bergantian,
kebingungan. Dan lalu, di bawah pandangan tertegun kami, pesawat "mainan"
kecil itu terlepas dari pompa air, berputar hingga sejajar, dan melesat
pergi, hanya beberapa sentimeter dari kepala Rachel.
"Apa itu?" tanya Jake.
Rachel mengangkat bahu. "Kami mengira itu pesawat
Romulan," katanya "Jake, kau tahu apa yang tersembunyi dalam pompa air itu?"
"Tentu saja aku tahu." Ia menggeleng perlahan-lahan. Lalu
mendadak berubah menjadi "pemimpin". "Oke, akhir pekan baru saja
dibatalkan. Cassie, kau dan Rachel morf sekarang juga, pergilah ke
hutan, dan jemput Tobias dan Ax. Akan kucari Marco. Kita
berkumpul lagi di sini dalam setengah jam. Ayo."
Chapter 4 KAMI berkumpul. Jake, Rachel, Marco, Ax dalam jati dirinya
yang sebenarnya yaitu tubuh alamiah Andalite (yang merupakan
campuran antara rusa biru, centaurus, dan kalajengking), dan Tobias
yang, meskipun telah mendapatkan kemampuan morf lagi, tetap
berwujud rajawali ekor-merah.
Kami berkumpul dan berusaha memperkirakan apa yang harus
kami lakukan terhadap mainan pesawat angkasa luar yang bisa
terbang itu. Tapi, sungguh, hanya ada dua tindakan yang mungkin
dilakukan. Salah satunya adalah berbicara dengan Ax.
"Ax, apa ada kemungkinan Yeerk menggunakan semacam
benda terbang mini... untuk menemukan kotak biru itu?" tanya Jake.
< Benda terbang, Pangeran Jake" Apa itu benda terbang">
"Itu berarti benda yang bisa terbang," kata Marco dengan niat
membantu. "Seperti... seperti sebuah pesawat angkasa luar mainan," kata
Jake, tidak mengacuhkan Marco.
sementara mata pengintainya memandang Marco dan aku.
Jake mengangkat bahu dan memandangku. Aku balas
mengangkat bahu. Itu menyebabkan kami berpikir melakukan tindakan lain: pergi
ke Goodwill dan menemukan "mainan" yang dikirimkan ayahku tadi.
Kami berubah menjadi burung camar, semua kecuali Tobias,
dan terbang ke sana. Kami demorph - berubah kembali, lalu Rachel, Jake, serta aku
masuk. Kami bergegas mengamati rak-raknya dan menyadari mainan
yang kami cari tidak ada di sana.
Aku mendekati petugasnya, seorang pemuda.
"Hai. Ayahku mengirimkan mainan kemari dua jam yang lalu,
bersama setumpuk barang lainnya. Dan ternyata ada yang salah
kirim." "Yeah. Mainan pesawat angkasa luar. Itu milik dia," kata
Rachel sambil menunjuk Jake.
"Benar. Mainan pesawat angkasa luarku."
"Kalau baru datang, pasti masih ada di belakang. Mungkin
sudah dipilah-pilah dan digabungkan dengan mainan lainnya."
"Oke. Kami bisa mencarinya?" tanyaku sambil melontarkan
senyumku yang terbaik. "Pesawat angkasa luar macam apa?" tanya si petugas.
"Mainan," kata Jake.
Petugas itu mendelikkan matanya ke atas. "Maksudku, jenis
apa" Romulan" Federasi" Klingon" Dominion" Ferengi" Atau
mungkin dari alam semesta Babylon 5: Minbari" Shadows" Atau dari
Star Wars" Apa pesawat tempur TIE?"
Rachel dan aku sama-sama memandang Jake.
"Romulan," katanya.
Si petugas menyentakkan ibu jarinya ke balik bahunya. "Di
belakang sana. Tapi sebaiknya jangan mengambil barang yang bukan
milikmu. Hanya satu pesawat Romulan yang boleh kauambil."
"Dari semua petugas Goodwill di seluruh dunia, kita harus
bertemu dengan penggemar fiksi ilmiah," gumam Jake.
Kami melewati pintu ayun ke kawasan bongkar-muat. Di sana
terdapat perabotan yang ditumpuk di sana-sini. Berkotak-kotak
barang-barang elektronik. TV-TV lama. Pakaian-pakaian tua dan
setumpuk mainan. Boneka, tokoh laga, permainan, Lego, sepeda roda
tiga. Rasanya seolah semua mainan dari dekade yang lalu tengah
mengadakan konvensi di lantai beton yang dingin itu.
"Oke, kau melihatnya?" tanya Jake kepadaku.
Aku melangkah hati-hati mengitari mainan yang berserakan,
melangkahi Barbie-Barbie yang tidak berambut dan X-Men-X-Men
yang tidak berkepala. Lalu aku melihat tiga mainan yang terbelit satu
sama lain. "Itu dia!" "Di samping pesawat tempur Klingon dan Modul Serang G.l.
Joe?" Kuputar bola mataku. "Kau benar-benar cowok. Terkadang aku
hampir lupa kalau kau... kau tahu. Maksudku, manis sekali."
"Awwww." Itu suara Rachel, jelas.
Jake mendesah dan memungut mainan pesawat angkasa luar itu.
Ia membaliknya, mengerutkan alis matanya kebingungan.
Lalu, melalui dermaga pemuatannya yang terbuka...
Sebuah mesin keperakan yang lincah, tidak lebih dari dua belas
atau enam belas senti panjangnya, melayang ke dalam ruangan itu.
"Whoa," kata Jake. "Mainan-mainan sekarang benar-benar
hebat. Aku belum pernah memiliki mainan pesawat yang bisa..."
Tseeew! Tseeew! "Ahhh! Aduh!" "Apa?" jeritku sambil melompat ke samping Jake.
Ia memeluk lengan kanannya. Aku memandang ke lengannya
dan melihat dua lubang kecil menembus lengan pakaiannya.
"Mainan itu baru saja menembakku!"
Chapter 5 Pemimpin yang Paling Berkuasa! Kami telah menemukan para orang
bodoh di Galaxy Blaster. Mereka sudah membiarkan diri mereka
ditangkap makhluk asing raksasa planet ini. Tapi pesawatmu yang
setia, Planet Crusher, akan menghancurkan semua yang menghalangi
kita dan akan menyelamatkan pesawat tidak berguna itu agar mereka
bisa, mungkin dengan kebetulan semata, melayani kemauanmu yang
agung! - Dari catatan pesawat Helmacron, Planet Crusher
PESAWAT keperakan kecil itu melesat melewati kami dan aku
melihat mesinnya memancarkan cahaya kebiruan bagai listrik.
Pesawat itu membubung ke atap yang mirip bangunan gudang lalu
kembali menukik ke arah kami.
Tseeew! Tseeew! Aku merasakan dua cubitan kecil di pipi kiriku. "Aduh! Sakit!"
"Ayo mundur," kata Jake.
"Mundur?" teriak Rachel. "Mundur hanya oleh mainan" Kurasa
tidak." Ia menyambar sebatang tongkat bisbol kayu dari tumpukan
mainan dan menumpukannya dengan ahli di bahunya. "Ayo, kau
bajingan kecil!" Tseeew! Tseeew! "Ahhh! Rambutku! Mereka menembak rambutku!"
Kami semua menunduk ngeri. Di sana, di lantai beton,
tergeletak buktinya: setengah lusin rambut pirang panjang. Ujungujungnya masih
berasap. "Oke, cukup, mereka harus mati," kata Rachel dan
mengayunkan tongkatnya. Pesawat angkasa luar kecil itu menghindar saat tongkatnya
terayun melesat, hanya beberapa sentimeter di atasnya.
"Aku tidak suka mengatakannya," kata Jake, tidak mampu
menahan senyumnya. "Tapi karena Marco yang biasa meneriakkannya
tidak ada di sini, jadi aku menggantikannya. Steeeeeee-RIKE one!"
"Oh, lucu sekali, Jake," bentak Rachel. "Aku akan tertawa kalau
sudah menjatuhkan makhluk kecil ini."
Pesawat itu berputar balik sekali lagi dan menyerang kami dari
samping. Tseeew! Tseeew! Kali ini kami semua menunduk. Rachel mengayunkan
tongkatnya membabi buta di atas kepala, tapi luput.
"Seperti sudah kubilang, bagaimana kalau kita mundur?" tanya
Jake. Kami berjalan dengan berjongkok menjauhi tumpukan mainan,
dan pesawat kecil itu mendarat di samping pesawat keperakan kecil
lainnya. Aku bangkit berdiri dengan hati-hati agar bisa melihat.
Seberkas cahaya kemerahan yang terang benderang, setipis rambut,
menghubungkan kedua pesawat.
Jake dan Rachel juga bangkit berdiri.
"Well, ini tidak terlalu aneh," kata Rachel.
"Lihat, pesawat yang lain sekarang lepas landas," kata Jake.
"Mereka pasti mengisi baterainya. Jangan pukul mereka dengan
tongkatmu lagi, Rachel. Mungkin mereka akan pergi dengan
sukarela." Tapi ternyata tidak begitu. Kedua pesawat itu membubung dari
lantai dan melayang-layang setinggi mata, mengarah lurus kepada
kami. "Oke, siapkan tongkatnya," kata Jake. "Kalau mereka
menembak, kau pukul."
Lalu, yang membuat kami terkejut, kami mendengar suarapikiran dalam kepala kami.
budak. Kami tidak akan menghancurkan dan meluluhlantakkan kalian
sebagaimana akan kami lakukan terhadap semua orang di planet ini!>
"Sumber kekuatan?" ulang Jake.
"Kotak biru," kataku, tiba-tiba memahaminya. "Itu sebabnya
mereka ada di pompa air. Mereka mengira kotak biru itu sumber
kekuatan." "Mungkin memang begitu, bagi mereka," kata Rachel. "Tidak
bisa dibilang sopan, kan?"
Kami mendengar suara-pikiran lagi.
sumber kekuatan itu. Yang lain harus merasakan kemurkaan para
pejuang Helmacron yang gagah berani, pemimpin sejati galaksi! >
Rachel mengernyitkan alisnya ke arah Jake. "Sekarang boleh
kupukul mereka?" Aku melangkah maju, berharap bisa berdamai. Kuacungkan
tangan untuk menunjukkan keduanya kosong. Aku tersenyum. Aku
berkata, "Hai, selamat datang di Bumi. Ada kata-kata kalian yang
kedengarannya mirip ancaman. Dan aku yakin kalian tidak bermaksud
begitu. Tapi..."
Galaxy Blaster akan dihancurkan hingga berkeping-keping, dan
kepingan- kepingan itu akan digiling menjadi debu, dan debu itu akan
tertiup angin!> "Ooooke. Kita coba lagi."
Tseeew! Tseeew! Berkas-berkas sinar kecil itu melubangi pakaianku.
Lalu, tanpa mengatakan apa-apa lagi, kedua pesawat angkasa
luar itu berbalik dan melesat keluar melalui pintu yang terbuka.
Selama sekitar sepuluh detik kami bertiga hanya saling
pandang. Ada banyak kata untuk menjelaskan perasaan kami: Tidak
percaya. Tertegun. Terpesona.
Dan marah. Rachel yang lebih dulu mengatakannya. "Ya ampun.
Memangnya kita belum cukup repot menghadapi makhluk asing?"
Lalu kami tersadar. "Kotaknya! Mereka mengincar kotak biru
itu!" Chapter 6 "TOBIAS! Ikuti mereka," perintah Jake saat kami berlompatan
dari dermaga bongkar-muat ke tanah di luar. "Kami akan mengejar
secepat mungkin." Waktunya untuk kecepatan tinggi. Kami harus kembali ke
pertanian sebelum Helmacron berhasil mendapatkan kotak biru itu.
Kami menemukan salah satu truk Coodwill terbuka dan kosong. Kami
naik ke bagian belakang dan menurunkan pintunya hingga tersisa
celah kurang-lebih tiga puluh senti. Cukup bagi kami untuk keluar lagi
sesudah kami morf. Kupusatkan pikiranku pada burung osprey yang DNA-nya
kumiliki. Aku mulai merasakan sensasi perubahan yang menakutkan
namun kukenali, seakan-akan sakit yang kurasakan bukan menimpa
diriku sendiri. Morf menimbulkan hal-hal yang mengejutkan pada
tubuhmu: organ-organ yang melebur, tulang- belulang yang terpuntir,
dan bagian-bagian tubuh yang tumbuh padahal semula tidak ada. Itu
seharusnya merupakan pengalaman paling menyakitkan yang pernah
dialami manusia. Tapi teknologi morf menutupi rasa sakitnya. Seperti
Novocain membuatmu tidak merasa sakit ketika gigimu dibor.
Tapi sama seperti kalau kau ke dokter gigi, kau tahu sakitnya
ada. Maksudku, kau menyadari sakitnya sedang diciptakan, hanya saja
kau tidak merasakannya karena rasa sakit itu tidak mencapai otakmu.
Sangat aneh. Bahkan untuk morf yang sudah pernah
kaulakukan, karena aku sudah pernah menjadi osprey sebelum ini.
Sakit yang hebat, akibat melepuhnya kulit dan timbulnya polapola bulu yang terus
tumbuh, terasa sangat jauh. Ribuan bulu burung
bermunculan dari dagingku. Punggungku, dadaku, lengan dan kakiku,
wajahku - semuanya ditumbuhi bulu secepat film stop-action tentang
tanaman yang tumbuh. Bibirku berubah sekeras kuku, lalu menjulur ke depan
membentuk paruh yang tajam dan melengkung. Jemariku terentang
sementara lengan-lenganku menyusut, diiringi suara bagai tali putus di
sana-sini. Lengan dan tulang bahu manusiaku berubah menjadi sayap
dan tulang bahu seekor burung.
Tentu saja, aku terus menyusut, sementara truk yang gelap di
sekitarku terasa semakin luas. Dua jemari kakiku menyatu dan
mengeras. Tulang tumitku tiba-tiba mencuat menembus daging,
membentuk taji. Dan selama proses ini, saat mengawasi teman-temanku
menjalani perubahan yang sangat mirip, kami tetap bercakap-cakap
seperti biasa. Kurasa kau bisa membiasakan diri terhadap hal-hal yang luar
biasa.
Animorphs - 24 Perang Melawan Helmacron di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
penggaris.>
Jake.
senti">
mereka sendiri.>
mengingatkan.
tidak ada dalam pesawat tersebut. Mungkin mereka berada di tempat
lain.>
seekor elang botak besar. Ia melangkah dengan cakarnya ke celah di
pintu truk. Ia membungkuk, membentangkan sayapnya agar lebih
rendah lagi, dan menyelinap keluar melalui celah itu.
Aku mengikutinya, melompat turun ke bumper truk, dan dari
sana mengepak-ngepakkan sayapku dan mencoba membubung. Tapi
di belakang gedung Goodwill tidak ada angin, jadi aku terpaksa
berjalan sejauh beberapa meter sebelum bisa terbang.
Kukepak-kepakkan sayapku sekuat tenaga hingga mencapai
ketinggian beberapa meter. Tapi begitu melewati atap kutemukan
embusan angin, berbelok mengarah ke sana, dan membubung dengan
lebih mudah. Kami berlima terbang berputar-putar dan mengepak-ngepakkan
sayap hingga mencapai ketinggian yang aman, di atas kabel-kabel
listrik dan atap dan papan tanda pompa bensin.
Kami terbang menuju ke tanah pertanianku, berharap arahnya
benar. Kucari-cari bayangan Tobias di langit di depanku. Osprey,
seperti burung pemangsa, memiliki mata yang luar biasa.
Tapi Rachel yang menemukan Tobias, sebuah bintik kecil di
setengah perjalanan menuju ke tanah pertanian.
Marco menyetujui.
Yang membuatku terkejut, jarak antara kami dan Tobias
semakin dekat. Itu seharusnya tidak mungkin, karena kami tidak
terbang lebih cepat - kecuali Jake, dengan bentuk falcon peregrinenya.
Ax mengatakan apa yang baru saja mulai kupikirkan.
manusia. Tapi mungkin pengaruhnya sangat berbeda terhadap
makhluk sekecil Tobias.>
Tiba-tiba, Helmacron tidak lagi terasa lucu sama sekali.
Chapter 7 DENGAN mata osprey aku bisa melihat pertempuran udara
yang aneh itu jauh sebelum kami tiba di sana. Tobias tengah berputar
dan berpuntir, mengembangkan sayap, menukik, membubung, dan
secara umum memamerkan keahlian terbang.
Tapi kedua pesawat Helmacron itu mengimbanginya hampir
pada setiap gerakan.
Pertempuran itu memang bagai parodi aneh film tentang Perang
Dunia I. Hanya saja bukannya menggunakan senapan mesin,
Helmacron menembakkan sinar Dracon mungil mereka. Aku bisa
melihat bulu-bulu yang hangus terbakar. Tapi Rachel menyadari apa
yang terlewatkan olehku.
pertempuran. Rachel menyusul di belakangnya. Yang lainnya
mengejar setengah menit kemudian.
Rachel langsung menyerang pesawat pertama. Ia
menghantamnya, dengan cakar terjulur, mengguncangnya,
memutarnya di udara, dan melepaskannya untuk berputar balik.
Jake mencoba melakukan tipuan yang sama terhadap pesawat
kedua, namun pesawat itu menghindar. Untungnya, pesawat itu
menghindar tepat ke arahku. Dan sekarang aku sudah marah. Mereka
hendak membutakan Tobias.
Pesawat kecil itu melesat lurus ke arahku, menembakkan sinarsinar kecilnya.
Dengan kikuk aku melepaskan embusan angin dan
berhasil menjatuhkan diri setengah meter, membentangkan sayapku,
menangkap embusan angin, dan membubung dari bawah pesawat.
Aku tidak bisa menjulurkan cakarku ke atas sehingga
kuhantamkan saja paruhku.
Bukan gagasan bagus. Benturannya menyebabkan aku tertegun
dan pandanganku berkunang-kunang.
Kurasa aku tidak ingin mencoba lagi. Tapi untungnya, kedua
pesawat Helmacron itu meninggalkan arena pertempuran dan melaju
ke tanah pertanianku, yang jauhnya hanya sekitar empat ratus meter.
Kami burung-burung yang cepat, tapi pesawat-pesawat
Helmacron itu jauh lebih cepat lagi. Sekarang sesudah mereka
memutuskan untuk menghindari pertempuran lebih jauh dengan
burung-burung, mereka telah mencapai pompa air bahkan sebelum
kami sempat memburu mereka.
Tapi masalahnya sayap menghadapi mesin, dan sayap tidak
akan bisa memenangkan perlombaan semacam ini.
waktunya.> Ax, yang telah berubah menjadi northern harrier, berada tidak
jauh dari kami.
Helmacron mencoba menembak seekor burung"
Tidak ada waktu untuk memikirkannya sekarang. Kami harus
mendapatkan kotak biru itu. Tapi dengan daya pandangku yang telah
meningkat, aku bisa melihat kami sudah terlambat. Dua pesawat kecil
itu tengah melayang-layang di samping pompa. Aku bisa melihat
berkas-berkas mungil energi. Berkas-berkas yang mengiris - perlahanlahan - baja
pompa itu. Aku menguras tenaga, mengepak-ngepakkan sayapku sekeras
mungkin. Tapi Helmacron terus saja memotong pompa itu untuk
mendapatkan benda di dalamnya.
Kami berada sekitar seratus meter jauhnya sewaktu pompa air
itu jatuh ke tanah. Dan di sana di tempat terbuka, bisa dilihat oleh
siapa saja, terdapat kotak birunya.
Kami memperpendek jarak, Jake di depan, Rachel tepat di
belakangnya, yang lain berkerumun di paling belakang. Dari kedua
pesawat Helmacron itu muncul sinar pucat kehijauan, yang berasal
dari senjata yang berbeda. Sinar itu memancar dari bagian bawah
setiap pesawat yang melayang-layang tepat di atas kotak.
Kotak birunya bergerak.
perlahan-lahan turut membubung bersamanya. Mereka berbalik, dan
kotaknya juga berbalik. Lalu Jake menyerang. Rachel menyusul. Satu pesawat melesat pergi. Sinar penariknya gagal. Kotaknya
jatuh ke tanah. Pertempuran udara tadi hanyalah pemanasan. Sekarang
situasinya berubah serius.
Chapter 8
Aku menikung tajam dan sepasang sinar Dracon menyambar
hanya beberapa milimeter jauhnya.
Benar-benar sinting. Kedua pesawat angkasa luar mainan
berwarna keperakan itu berputar-putar dan menembaki mati-matian
enam ekor burung pemangsa.
Dan semuanya berlangsung di halamanku yang sempit, hanya
berukuran sekitar tiga kali tiga meter. Untung saja orangtuaku sedang
tidak di rumah.
Aku berbalik secepat kilat, mengepakkan sayap, dan mendapati
pesawat itu turun hampir di depanku. Kujulurkan cakar-cakarku, tapi
aku kurang cepat. Dan yang lebih buruk lagi, aku kelelahan.
Burung pemangsa bukan angsa. Burung pemangsa tidak
diciptakan untuk penerbangan panjang tanpa istirahat. Dan jelas tidak
diciptakan untuk pertempuran udara selama dua puluh menit.
Kami semua kehabisan tenaga. Sungguh melelahkan terusmenerus mengepakkan sayap,
apalagi kalau sembilan puluh persen
kegiatanmu berbelok ke sana kemari.
Tapi para Helmacron itu tidak capek. Dan sementara sinar-sinar
mungil mereka tidak mampu membunuh kami, cakar-cakar dan paruhparuh kami juga
tidak bisa membunuh mereka. Kami bisa
menghantam mereka, tapi kami tidak bisa menembus lapisan terluar
mereka. Rachel yang mendarat pertama kali. Ia boleh dikatakan jatuh ke
tanah. Bentuk morf-nya yang terbesar di antara kami, menjadikannya
burung yang paling tidak tahan berbelok dan berputar balik.
Salah satu tembakan Helmacron mengenai sasaran. Kulihat
lubang mungil berasap di mata kanan Ax. Ax juga mendarat. Berubah
kembali akan menyembuhkan lukanya, tapi aku tahu rasanya pasti
sakit. Salah satu pesawat Helmacron meninggalkan medan
pertempuran dan kembali ke kotak biru. Tapi itu tidak boleh terjadi.
Aku mendarat dan mulai demorph - berubah kembali - secepat
mungkin. Ada saatnya manusia merupakan bentuk terbaik. Aku
mencuat dari tanah dan berusaha menangkap Helmacron dengan jarijari yang baru
separo muncul dari sayap-sayapku dan kaki yang masih
berupa cakar kecil. Sinar hijau pucat mengunci kotak biru. Pesawat itu kembali
membubung, membawa kotak itu walaupun kotaknya lebih besar
daripada pesawat itu sendiri.
Pesawat itu menuju ke pintu gudang jerami yang terbuka.
Sengaja" Tidak, itu pasti karena bodoh. Para Helmacron jelas tidak
tahu mereka menuju apa yang nantinya akan menjadi jebakan mereka
sendiri. Semakin lama bentuk manusiaku semakin sempurna dan
sekarang aku bisa berjalan dengan cukup baik. Kukejar kotak biru
yang menjauh itu. Aku masuk ke gudang. Cahaya matahari menerobos lusinan
lubang-lubang kecil atau celah-celah di papan. Tapi suasana di
dalamnya tetap remang-remang. Deretan kandang kecil bertumpuktumpuk di sebelah kananku, sedangkan sederet kandang yang lebih
besar di sebelah kiriku. Dinding kasar setinggi setengah ruangan
memisahkan makhluk pemangsa yang lebih besar dari yang lainnya.
Di baliknya, terisolir di ujung terjauh gudang, terdapat istal kuda.
Kuda-kuda saat ini tengah berada di lapangan di luar. Tapi di
dalam gudang ada setengah lusin kelelawar, dua ekor kelinci, dua ekor
rakun, dua ekor merpati, seekor rubah, tiga ekor bebek liar, seekor
burung merlin, seekor burung robin, dan seekor burung bluejay.
Belum lagi beberapa ekor tikus yang tinggal di sana.
Pesawat Helmacron telah berhenti, melayang-layang di udara,
di atas kotak biru bagai seekor induk ayam yang hendak menetaskan
telur. "Kembalikan kotak itu," kataku ke pesawat Helmacron. "Kalau
tidak, akan kusakiti kalian."
"Kurasa tidak. Malah kurasa kalian tidak akan beruntung dalam
usaha menaklukkan Bumi."
yang tepat. "Aku tidak ingin membeda-bedakan berdasarkan ukuran,
tapi apa pernah terlintas dalam benakmu kami ini terlalu besar untuk
kalian taklukkan" Maksudku, seluruh pesawatmu masih lebih kecil
daripada kakiku. Dan senjatamu tidak benar-benar menyakiti kami."
Kurasa ini berita baru bagi Helmacron, karena mereka terdiam.
Aku berpikir, Bagus, mungkin aku berhasil menyadarkan mereka.
SLASSS! Aku mengerjapkan mata dan mengacungkan tangan, terlambat
untuk menghalangi cahaya hijau seterang lampu kilat yang
intensitasnya sangat mengejutkan. Tidak menyakitkan, tapi jelas
mataku jadi berkunang-kunang.
Lalu aku menyadari sesuatu yang sangat aneh.
Kandang-kandang hewan itu bertambah besar. Hewan-hewan di
dalamnya bertambah besar. Pesawat Helmacron dan kotak birunya
bertambah besar. "Oh, tidak," kataku, lebih karena terpesona daripada ketakutan.
"Aku menyusut."
Chapter 9 AKU mengecil. Aku mengecil dengan sangat cepat.
Aku pernah menyusut sebelumnya, sewaktu morf menjadi
berbagai serangga, misalnya. Tapi ini baru. Aku menyusut dalam
wujud manusia. Satu-satunya yang bagus adalah paling tidak pakaian morf-ku
ikut menyusut. Menyusut itu gawat, tapi lebih buruk lagi kalau kau
menyusut tanpa pakaianmu.
" Hei!" teriakku. "Apa yang kalian lakukan padaku?"
Animorphs - 24 Perang Melawan Helmacron di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dirimu kalau ukuranmu sama dengan kami. Sekarang kau akan
mencicipi pahitnya kekalahan! Sekarang kau akan merasakan
sengatan penghinaan abadi!>
"Aku tidak merasa menang dalam... Hei, siapa yang kausebut
gendut" Tunggu sebentar! Hentikan ini!"
Aku masih terus menyusut. Semula tinggiku sekitar satu
setengah meter, sekarang kurang dari tiga puluh sentimeter. Dan aku
masih terus menyusut. Aku memandang ke sekitarku dan melihat
seekor rakun. Ia lebih besar dariku. Ditambah sejuta kali lebih buas.
Boeing 747 yang hendak mendarat.
"Tobias! Hati-hati! Mereka punya sinar penyusut!"
Tapi kami juga tahu cara menggunakan kekuatan itu! Menyusut!
Menyusut! Dan jadilah budak kami yang menyedihkan!>
masuk kemari! Entah bagaimana mereka menggunakan kekuatan
kotak biru itu untuk melakukan ini."
"Peringatkan yang lain!" jeritku.
Tobias berbalik, tapi ia menyusut dengan cepat hingga sebesar
burung hummingbird atau kolibri. Tiba-tiba pintu gudang menjadi
lebih jauh baginya.
Sesosok tubuh besar muncul di ambang pintu: Marco.
"Mundur!" jeritku.
Tapi tentu saja ia tidak bisa mendengarnya, karena suaraku
berupa, "Mundur!"
SLASSS! "Hei!" teriak Marco. "Jangan main lampu kilat."
Tapi ia berbalik dan berteriak kepada yang lain. "Jake! Ax!
Rachel! Jangan masuk kemari!"
Aku bisa melihatnya menunduk memandangku. Wajahnya
kurang-lebih sebesar papan iklan yang akan jatuh menimpa diriku.
"Wah, ini gawat," katanya.
Aku masih terus menyusut. Aku sudah sekecil kecoak. Atap
gudang sudah tampak seperti langit. Lampu remang-remang di atas
kepala mungkin adalah bulannya.
Marco berdiri dengan kaki seukuran Titanic kembar.
"Apa yang terjadi di sana?" teriak Jake.
"Well," kata Marco tenang. "Helmacron menguasai kotak biru
dan mereka tampaknya menggunakannya dengan cara yang cukup
aneh." "Aku masuk," kata Jake tegas.
"Jangan!" teriak Marco, suaranya terdengar seperti seseorang
yang baru saja menghirup gas beracun. "Tidak, Jake dan Ax, jangan
masuk kemari!" Lalu, seakan-akan berubah pikiran, ia berkata,
"Rachel, kau boleh masuk."
"Hei, biar saja. Rachel si Penyihir Jahat berukuran normal
sementara aku di sini menjadi anggota Serikat Kurcaci" No way."
suara-pikiran yang kami dengar dengan jelas.
"Oke, semuanya jangan bergerak," kata Jake. "Lihat, pesawat
Helmacron yang satu lagi lepas landas. Rachel, lempar dengan batu
bata." Aku pasti sudah tertawa. Hanya saja aku sekarang menyusut
hingga serpihan jerami yang bertebaran di tanah tampak seperti
pepohonan raksasa yang tumbang. Butir-butir tanah di sekitarku
sebesar bola kaki. "Kurasa aku sudah berhenti menyusut!" kataku. Bukan berarti
ada yang bisa mendengar suaraku. Sesuatu terbang ke bidang
pandangku, ukurannya tampak aneh. Tobias. Ia kurang-lebih
berukuran sama dengan seekor lalat yang sangat kecil, besarnya
hampir sama denganku.
"Aku juga."
"Kurasa bukan begitu cara kerjanya," kataku. "Kurasa intinya di
sini adalah menyusutkan kita semua hingga ukurannya sama dengan
para Helmacron sendiri."
Marco, tingginya sekarang tidak lebih dari tujuh setengah
sentimeter, melangkah mendekat. Ia tampak besar di mata kami. Tapi
wajahnya terlihat semakin dekat saja.
"Oh, man, kalian kecil," katanya. "Honey, I shrunk the
Animorphs!" "Rachel! Ambil batu bata!" kata Jake dengan suara
menggelegar yang menggetarkan sekeliling kami.
Chapter 10 "AKU sudah siap," kata Rachel muram.
"Berikan tembakan peringatan," kata Jake. "Hati-hati agar tidak
mengenai Cassie dan teman-teman lainnya."
Rachel pasti sudah melemparkan batanya, karena timbul gempa
bumi hebat. BLAAAM! Gempa itu hanya berlangsung sedetik, tapi menyebabkan aku
jatuh terduduk. Untungnya, aku tidak jatuh dari tempat yang tinggi.
"Helmacron, dengarkan aku!" kata Jake. "Itu hanya tembakan
peringatan. Tembakan berikutnya akan mengenaimu. Tinggalkan
kotak birunya. Kembalikan orang-orang kami ke ukuran normal dan
kami akan membiarkan kalian pergi dengan damai!"
"Masa" Pesawat kalian yang satu lagi lumayan oleng
karenanya," kata Rachel.
berarti ia menggunakan tubuh normalnya.
Hebat. Sekarang aku hanya perlu orangtuaku pulang, mendapati
Jake dan Rachel dan seorang anak bertubuh rusa-biru bermata-empat
dan berekor kalajengking yang tengah tarik-menarik dengan pesawat
angkasa luar mainan, sementara aku hanya berukuran setitik.
hukum dasar gerakan. Senjatanya memiliki massa sebesar massa
pesawat kalian. Senjata itu akan dilemparkan dengan kecepatan yang
akan...>
"Hei!" kata Rachel.
"Namanya bata, Ax. Ini namanya bata. Kami membangun
rumah dengan ini."
Ax.
"Oke, aku sudah muak dengan pertempuran ego makhluk luar
angkasa di sini. Kuhitung sampai tiga. Lalu akan kulemparkan bata
ini. Kalian serangga-serangga kecil sebaiknya memulihkan temantemanku... dan
Marco, juga... atau kalian akan mencicipi bata."
"Satu..."
"Dua..." Tseeew! Tseeew! "Aaahhh!" jerit Rachel.
"Pesawat yang satu lagi! Pesawat itu kembali!" seru Jake. "Hatihati!"
Aku bisa melihat semua kejadiannya, jauh di atas kepala.
Raksasa Rachel, memegang bata berukuran sekolah menengah.
Pesawat Helmacron kedua, yang sekarang tidak lagi tampak mungil di
mataku, melesat masuk dan menembak bahu Rachel.
Rachel melemparkan batanya. Tapi, ia tidak membidik. Hanya
melempar secara refleks. Bata itu melayang di udara, dan mulai turun. Langsung ke arah
kami. "Lari!" seru Marco. Ia sekarang sama kecilnya dengan Tobias
dan diriku. Kami melarikan diri. Tobias terbang.
"Tidaaak!" jerit Jake dan membuang diri ke udara, kedua
tangannya terjulur untuk menangkap bata yang jatuh itu.
Tapi lalu... SPLAKKK! Pisau-ekor Ax melecut bagai cambuk. Percikan bunga api turun
menghujani, seolah ini perayaan hari kemerdekaan. Dan tiba-tiba bata
itu terbelah menjadi dua.
Aku menengadah, memandang kedua potong bata yang jatuh
itu. "Jangan bergerak!" teriakku.
BLAAAM! BLAAAM! Keduanya jatuh di kiri dan kanan kami, sekali lagi menjatuhkan
diriku. Lalu terdengar benturan yang lebih keras.
BOOUUUUUM! Jake mendarat di tanah, untungnya juga tidak menimpa kami.
Wajahnya berbaring miring. Tingginya kurang-lebih setinggi
gedung tiga puluh tingkat. Matanya bagai kolam renang cokelat-danputih, bulatanbulatan raksasa yang tampak seakan hendak pecah dan
mengering bagai agar-agar yang telah rusak.
Mulut Jake bagai lembah. Cuping hidungnya bagai gua.
Sewaktu ia mengembuskan napas, Tobias hampir- hampir tertiup
jatuh. Dan sewaktu Jake menghirup napas, rasanya seperti berada di
dekat mesin pengisap debu.
Aku menengadah, terpaku memandang wajah yang selama ini
kuanggap menarik. Dan kusadari aku sedang menatap wajah yang
miliaran kali lebih besar dari wajahku sendiri.
Untungnya, Tobias selalu memperhatikan hal-hal yang lebih
penting,
Jake berguling, bagai pegunungan yang bergerak, tepat saat
kedua pesawat Helmacron itu, sambil membawa kotak biru dengan
menggunakan sinar penarik, berusaha terbang melewatinya.
Jake berguling telentang dan menjulurkan lengannya tinggitinggi ke udara. Jemari
sebesar jemari Taxxon meraih kotak biru itu
dan menyentakkannya ke bawah.
Kedua pesawat Helmacron tersentak, bergetar, tapi terus
terbang. Kami berhasil mendapatkan kotak biru itu kembali! Sialnya,
Marco, Tobias, dan aku masih tetap kecil.
Chapter 11 Oh Yang Maha Agung, Yang Paling Luar Biasa dari semua
Pemimpin, kami telah bertemu dengan Musuh Besar dalam
pertempuran, dan menang! Dengan menggunakan sumber kekuatan
yang kami temukan, kami telah menyusutkan tiga makhluk asing
menjadi seukuran kita. Dan kami pasti juga akan mendapatkan
sumber kekuatan itu, kalau bukan karena kepengecutan Galaxy
Blaster! Penuhi kami dengan semangatmu, kami akan mendapatkan
kembali sumber kekuatan itu dan menggunakannya untuk mengusir
musuh dari hadapan kami, melolong dan menangis!
- Dari catatan pesawat Helmacron, Planet Crusher
"CASSIE" Tobias" Marco?"
Suara Rachel terdengar menggelegar. Aku menengadah
memandangnya, begitu tingginya hingga ia bisa jadi Menara Sears salah satu gedung tertinggi di dunia. Aku tidak begitu yakin seberapa
besar diriku tepatnya, tapi aku merasa kecil sekali. Untuk satu hal,
tanah bukan lagi tanah. Tapi bebatuan.
Kudengar Tobias menjawab dengan suara-pikiran.
"Di bawah mana?"
"Lumayan kecil?" jerit Marco. "Rayap bisa menendang pantat
kita."
"Apa kalian bertiga bersama-sama?" tanya Jake.
"Entahlah," kata Jake mengakui. "Ax?"
yang sangat berbeda dari penggunaan yang sebenarnya.>
"Jadi begitu menurutmu!" ejek Marco. Tentu saja, tidak ada
satu pun dari mereka yang mendengarnya karena suaranya terdengar
sangat pelan, berupa: "jadi begitu menurutmu!" Dan bahkan itu pun masih
terlalu besar. Untuk benar-benar menunjukkan seberapa kecil suara
kami, kami memerlukan mesin cetak mikroskopis.
saran.
Sejenak kupertimbangkan sebaiknya menjadi apa. Sesuatu yang
bisa terbang. Duduk di tanah tidak menimbulkan perasaan enak.
"Aku akan kembali menjadi osprey," kataku. Kupusatkan
pikiranku dan mulai merasakan perubahan. Bulu-bulunya...
cakarnya... penyusutannya.
Penyusutannya" Aku menjadi semakin kecil. Butir pasir bukan lagi batu, tapi
rumah mobil! Aku seketika membatalkan perubahanku. "Bukan gagasan
bagus," kataku kepada Tobias dengan gemetar.
"Kami ada masalah," sela Marco.
juga, karena aku tidak sekecil itu. Maksudku, aku memang kecil, tapi
besar badanku sama dengan Cassie dan Marco. Tapi sewaktu Cassie
Animorphs - 24 Perang Melawan Helmacron di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mencoba berubah, dia justru menyusut.>
"Sekarang dia jadi Mr. Spock," kata Marco.
menyusutkan mereka bertiga ke ukuran tersebut. Sekarang ukuran itu
menjadi patokannya. Perubahan apa pun akan mengikuti ukuran dasar
itu.> Kupikirkan kata-katanya sejenak, lalu berkata, "Tobias, apakah
maksud Ax kalau kita berubah menjadi kutu, misalnya, kita akan
berukuran mikroskopis?"
manusia setinggi sekitar satu setengah meter. Oleh karena itu, kalau
kita menganggap tinggi kalian sekarang ini 1/4 inci, berarti kalau
kalian berubah menjadi kutu, kalian akan menjadi 1/4 inci dibagi 960.
Oleh karena itu, kutu perubahan kalian besarnya hanya 1/0, 0002604
inci.> "Kalau dia bilang 'oleh karena itu' lagi, akan kugigit
tanduknya," kata Marco.
berarti 0, 0625 inci dibagi 960. Berarti kutu morf kalian tingginya 0,
0000651 inci.> "Seberapa besarnya 0,00006?" tanyaku kepada Marco.
"Lebih besar daripada virus, lebih kecil dari sebuah titik,"
gumamnya.
Lalu Ax berkata,
Tapi, apa yang harus kita lakukan">
"Pertama-tama adalah mengamankan kalian," kata Jake.
"Lalu..." "Ah! Ax, berubah jadi manusia!" kudengar teriakan Rachel.
"Ayah Cassie datang!"
Chapter 12 "LARI! Ayahku datang!" teriakku, dan mulai berlari, terjatuhjatuh melintasi
dataran berbatu-batu. "Hei! Kenapa kau lari" Dia tidak akan melihat kita."
"Siapa yang akan menahannya agar tidak menginjak kita?"
"Aaaahhh! Lari!"
Kami melarikan diri. Atau paling tidak aku dan Marco berlari.
Tobias terbang. Dan terdengar debuman keras di sekitar kami.
BUUM! BUUM! BUUM! Suara langkah kaki ayahku.
"Jake?" kata ayahku. "Rachel" Apa yang kalian lakukan di sini"
Cassie ada?" "Eh... tidak," kata Jake. "Tidak ada."
"Kami mencarinya," kata Rachel. "Tapi dia tidak di sini."
Kembalinya Sang Pendekar Rajawali 3 Pendekar Mabuk 085 Perawan Sinting Kisah Para Pendekar Pulau Es 13