Dengan segala kepercayaan palsu, aku melangkah ke ruangan
berbentuk setengah lingkaran yang melayang di luar gedung Mylar. Ada
setengah lusin pengendara lainnya. Dua manusia, seorang Andalite, dan
beberapa mahkluk pink yang tak pernah kulihat sebelumnya.
"Aku harus mengunjungi klinik. Ada masalah dengan induk semangku.
Ia punya sejarah yang nakal."
"Aku mendengarmu, man." Kata si manusia bertubuh tinggi.
"Induk semangku dulu bekerja di ACLU dan ia tidak mau berhenti
mengoceh tentang bagaimana aku melanggar haknya. Aku tidak ingin
menakutimu, tapi obat-obatan disana tidak terlalu bekerja."
Lift bergerak ke atas dengan kecepatan luar biasa. Tanganku
memegangi dinding untuk mendapatkan keseimbangan dan memandangi
koridor yang runtuh oleh ledakan. Gedung pencakar langit yang runtuh
masih berasap.
berkomentar. Ia tidak mengatakan siapa "mereka" itu, tapi aku tahu yang ia
maksud adalah EF. Suaranya cukup tenang, seperti yang kau harapkan
dari anggota kelas penguasa saat bicara. Tapi nadanya mengungkapkan
lebih dari itu. Ledakan hari ini menandakan titik balik. Di dalam pikiran si
pengendali- Andalite, EF telah menyebrangi garis dari gangguan dan
ancaman. "Kau tepat waktu untuk workshop anggota sore ini." Seru suara
manusia lainnya. "Kemampuan komunikasi " penaklukan melalui
persahabatan." "Tidak akan ku lewatkan yang satu ini." Aku berkata positif.
Pintu lift membuka ke ruangan yang luas. sebuah bilik kecil yang
terbuat dari stainless steel bersinar di bawah lampu yang terang
benderang. Aku mengikuti seorang manusia tinggi ke lahan terbuka
dengan banyak bangku logam yang sebagian besar telah terisi. Hologram
film pendek diputar di depan ruangan tersebut. Film itu menceritakan
tentang pengendali-Andalite yang melewati bilik pengendali-Hork Bajir.
Andalite. Si Hork-Bajir tidak merespon dan masih tetap bekerja.
Hologram terhenti dan seorang Andalite wanita di depan ruangan
bertanya pada kelompok yang telah berkumpul.
Sulit sekali, nona. Pikirku. Tapi aku ingin segera pergi dari tempat ini
dan kurasa itu adalah kehendak bebas.
Aku berdiri dan berjalan melewati jalan kecil di antara bilik-bilik. Aku
tidak tahu kemana akan pergi, tapi aku berpura-pura punya tujuan. Hampir
setiap orang tersenyum saat aku melewatinya. Bahkan seseorang sempat
menepuk punggungku dan bertanya, "Hey Essak, siap untuk malam yang
istimewa?" Malam istimewa" Apa yang mereka bicarakan" Seseorang di pesawat
tadi juga telah berkata padaku tentang peluncuran.
Apakah Yeerk akan menembakan sinar ke bulan malam ini"!
Temukan mejamu, Jake. Aku melihat lencanaku. Sektor 5-682. Bilikbilik itu memiliki papan nama 679, 680, 681.
Aku berdiri di depan komputer yang telah disiapkan untukku. Model
dari menara gedung Chrysler berputar mengitari layar. Gedung itu
dikelilingi oleh untaian angka yang berubah tiap kali modelnya berubah.
Rasanya seperti mimpi saat kau muncul untuk ujian akhir di beberapa
kelas, dan kau ingat bahwa kau belum belajar sama sekali. Padahal, kau
belum pernah masuk kelas dan kau diharuskan lulus tes.
Aku melihat sekeliling, setiap orang memiliki benda perak yang
menggantung di telinga mereka. Ada satu di atas mejaku. Terlihat seperti
perekat dispenser, tapi aku segera mengambilnya dan memasangnya di
telingaku. Aku melihat monitor dan tiba-tiba"
Whoa! Model 3D segera muncul dalam sekejap. Layar itu
memunculkan perintah apa pun yang ada dipikiranku. Dalam situasi yang
lain, ini benar-benar sangat keren. Tenanglah, perintahku. Tenang.
Pikiranku menjadi santai, begitu pula gambar yang ada di layar. Aku
membuat layarnya berubah-ubah dengan kecepatan normal.
Aku baru saja bernapas lega ketika aku merasakan seseorang
memperhatikanku. Aku melihatnya. Ada stasiun komunikasi tepat di depan
bilikku. Aku melewatinya.
Bermacam-macam alien pekerja dari berbagai spesies sedang
menatap layar mereka dan memeriksa layar lainnya.
Sekarang, mereka berhenti bekerja.
"Bos," Hork-Bajir berkata parau. "Kau baik-baik saja, bos?"
Ya tuhan, orang-orang ini bekerja untukku dan mereka akan melihat
layarku! Apakah mereka sudah tahu bahwa aku hanya berpura-pura dan
adalah seorang penyusup" Bisakah mereka mengetahuinya"
Aku hendak merapikan kertas-kertas di mejaku agar terlihat normal
dan menutupi ketidak tahuanku, tapi sama sekali tidak ada kertas di
mejaku. "Yup." Aku berkata dengan biasa. Aku memainkan nada bicaraku
dan mengerutkan kening ke arah layarku. Terlihat serius. "Aku hanya
sedang, kalian tahu. Mengistirahatkan pikiranku."
Beberapa detik kemudian aku menoleh ke arah stasiun komunikasi,
berharap kru ku kembali berkerja dan melupakan segala sesuatu yang
mereka lihat tentangku. Tapi kemudian, aku melihat ke arah kru ku. Aku melihat" kru ku"
BAB 16 Kursi-kursi itu tadi telah terisi oleh pengendali yang sibuk " sehat "
dan hidup " tapi sekarang"
Aku berkedip untuk meyakinkan.
Oh, yeah. Kursi-kursi itu dipenuhi oleh musuh yang telah berdarah, terpotongpotong yang pernah ku hadapi. Masa laluku sekarang sedang
memandangiku. Kau harus memahami bahwa aku benar-benar tidak berfikir apa yang
kulihat adalah nyata. Namun, di bawah cahaya lampu yang terang
benderang, tidak salah lagi mayat-mayat itu benar-benar ada disana.
Seorang mayat Hork-Bajir bangkit dari kursi. Tubuh menyedihkannya
telah terkoyak oleh cakar morf harimauku. Bagaimana ia masih bisa
berdiri"! Ia bahkan tidak bernapas! Otot-ototnya telah membusuk! Tapi ia
sedang terhuyung-huyung berjalan keluar dari bilik ke arahku.
Ia menjulurkan lengannya ke depan, memunculkan pisau lengannya
untuk menggapai"menggapaiku! Sebuah erangan dari kotak suara yang
sudah tidak ada. Rahang harimauku telah mengoyaknya.
Aku berbalik untuk berlari. Aku sudah gila! Aku pasti sudah gila!
Kegilaan total telah melanda otakku!
Tapi ketika aku hendak bergerak, jalanku telah di blokir oleh seorang
Leeran yang bertubuh pendek dan gemuk, kulitnya yang berkerikil dan
berlendir telah mengering.
"Ahh!" Kaki berselaputnya telah terpotong oleh gigi hiu. Gigi hiu
morfku! Hanya tinggal seutas serat ligamen tipis yang membuat kakinya
tetap menyambung dengan tubuhnya. Mata Leeran yang besar dan
bercahaya terlihat tak bernyawa.
Ia terseret-seret ke arahku, dan aku merasakannya menyebut namaku.
Jake, rintihnya. Jake. Jake. Jake. Jake.
Aku tersentak dan mundur kembali ke bilikku. Aku dapat mencium bau
mereka sekarang. Bau busuk mereka. makin dekat, makin dekat!
Di belakang Hork-Bajir, mata Jelly Taxxon menyalak, dan lidah tiga
kakinya menjulur lemas dari mulutnya yang menganga. Cakar harimau
telah merobek tubuhnya dari leher sampai ke perut. Isi perutnya
menggantung. Lalat-lalat bergerombol dan belatung-belatung mengerumuni lukanya. Capit Taxxon bergemeretuk dan menegang untuk
meraihku. Jake. Jake. Jake. Jake. Rintihannya berlanjut. Bau busuknya. Erangannya. Dengungan lalat.
Darah" "Tidak," Aku menarik napas. Ini hanya penglihatan. Ini semua adalah
masa lalu" yang menghantuiku". Ini tidak nyata!
Tidak nyata! Aku harus memanjat dinding bilik. Mereka semakin dekat!
Jake. Jake. Jake. Jake. Aku meletakan tangan di atas partisi mencoba untuk menarik diriku
melewatinya, tapi aku tidak punya kekuatan.
Seekor tikus tiba-tiba muncul di antara kaki-kaki mayat yang berjalan
lambat itu. Berlari dengan membabi buta dan panik. Menabrak-nabrak
potongan-potongan alien tersebut. Jatuh, kemudian mulai berlari lagi. Aku
tahu itu adalah David. Seorang anak yang kami jadikan Animorphs.
Seorang anak yang mengkhianati kami. Salah satu keputusan buruk yang
ku ambil. Terjebak dan tidak berdaya karenaku"
Mayat-mayat kini telah memenuhi bilikku! Tentakel Leeran menyeka
lenganku! "Tidak!" Rahang Taxxon sangat dekat dari jemariku!
Cakar Hork-Bajir yang berlumur darah kental menekan pipiku.
Aku menutup mata. Jantungku berdetak kencang.
Tikus itu berlari ke arahku dan menancapkan giginya ke kakiku.
"Tidaaak!" Tubuh-tubuh dari musuh yang ku kalahkan"
"Tidak, tidak, TIDAAAAKK!"
"KEEEEE-row!" Aku membuka mataku dan bilik-bilik menghilang. Aku jatuh di udara,
berputar, dan tak terkendali! Aku sedang jatuh bebas dengan liar bersama
dengan seorang Howler. "KEEEEE-row!" Kepingan pikiran lainnya! Lantai planet semakin mendekat! Howler itu
mancakar-cakar udara dan mengerang marah. Berteriak! Karena aku telah
menuntunnya ke tepi jurang.
Gigi-gigi tikus mengoyak kulitku. Jari-jari berselaput menampar
wajahku. Lidah Taxxon melumuriku dengan ludahnya. Pisau Hork-Bajir
mulai menyayat" Lantai, sudah semakin dekat!
"KEEEEE-row!" Aku sudah tak tahan lagi. Sudah cukup! Sudah cukup!
"AHH! AHH! AHH!" Aku berteriak, berteriak, dan berteriak.
Lalu, segalanya menjadi sunyi senyap.
Aku tersentak dan melompat dari tempatku berbaring, berkeringat dan
meringkuk menghadap dinding bilik yang dingin.
"Bos?" Aku menoleh ke arah stasiun komunikasi. Pengendali-pengendali yang
normal duduk di belakang komputer, seorang Hork-Bajir dan Taxxon ada di
antara mereka. Mereka menatapku terperangah dan terkejut.
Aku merasa seperti baru saja terbangun dari mimpi buruk. Terkejut
dan merasa sedikit malu, tapi lebih banyak bersyukur karena kenyataan
tadi hanya teror dari mimpi burukku.
Ada suara ramai menyusuri koridor.
Orff dan Hork-Bajir menyeruak di antar bilik-bilik. Seorang petugas
keamanan segera menghampiriku. Memimpin mereka, seorang berwajah
manusia bertubuh tinggi dan tegap. Kurasa, aku mengenal orang ini.
Ada sesuatu yang tampak tak asing".
"Tangkap dia!" Serunya. Keamanan segera menangkapku.
Ini tidak mungkin. Sungguh tidak mungkin. Ini bukanlah penglihatan
mimpi burukku. Ini nyata!
Pria yang memerintahkan pasukan keamanan untuk mengangkapku
adalah pria yang bermain lempar tangkap denganku saat aku kecil, yang
mengajariku cara berenang. Pria yang mengganti popokku.
Sahabatku. Panutanku. Ayahku. Bab 17 Jari-jari baja Orff yang kuat mencengkeram lenganku seraya ayahku
mendekat. Ia terlihat seperti yang kuingat. Rambut putih-hitamnya terkulai
kusut. Sebuah kerutan vertikal terpampang di hidungnya. Ia tidak menua.
Bagaimana mungkin" "Ayah?" Wajahnya tidak berubah saat matanya melacak, mencari-cari ingatan.
"Benar. Dulu kau memang anak dari induk semangku. Sungguh
kebetulan." Seperti dugaanku. Ini adalah kebetulan yang aneh dan tidak mungkin. Aku telah
menghilang selama sepuluh tahun dan ketika aku kembali, ayahku sedang
menunggu untuk menangkapku. Tentu saja.
Tapi semua itu dikaitkan dengan bertemu Cassie" Melihat
penampakan Tobias" Dan mempercayai bahwa kecerobohanku lah yang
mebuat Rachel mati" Terlalu banyak hal yang berkaitan. Terlalu banyak garis hidup yang
berpotongan. Pasti ada beberapa arus lain yang sedang terjadi disini.
"Kau terlambat kerja." Tuduh Yeerk di dalam kepala ayahku.
"Terlambat dan berada di dekat tempat ledakan. Kau harus diinterogasi."
Petugas Orff meremas tanganku, hampir memutuskan aliran darahku.
Ini hanya mimpi. Pikirku lagi. Atau mungkin aku sedang demam. Aku
akan bangun dengan keringat dingin, kembali di dalam kamarku dengan
kesempatan untuk meraih kemenangan.
"Bawa dia!" Para penjaga menarikku maju. Aku menahannya.
Bangun. Teriakku tanpa suara. Bangunlah!
Aku ingin ini semua hanya mimpi. Aku ingin ini semua hanyalah mimpi
demamku. Paru-paru biru si Orff kembang kempis. Jantung mereka berkontraksi
dan darahnya mengalir. Aku menghentakkan sikuku ke paru-parunya.
Tidak ada respon! Kemudian aku mengetahui sesuatu. Bagaimana jika organ transparan,
dan terlihat rentan mereka hanyalah umpan belaka" Mereka bisa
mengalihkan perhatian dari bagian tubuh lain yang penting.
Dengan sapuan kakiku, aku mengetukkan salah satu kakiku ke lantai.
Ia melepaskan lenganku dan serta merta aku meluncurkan tinju paling kuat
yang pernah aku lemparkan ke bagian dada lain si Orff. Tepat di bawah
kepala, di atas jantung. Bagian yang paling jernih sejernih udara.
Cahaya hijau di matanya goyah dan berkelip. Ia mengerang dan
segera ambruk menjadi onggokan tak sadarkan diri. Wajah ayahku
menampakkan alarm. "Tangkap dia!" Dua Hork-Bajir menghadang. Aku berbalik dan berlari menuju lift
gravitasi, namun enam Hork-Bajir lainnya berlari dari arah sana. Mereka
menutup jalannya! Aku terkepung. Tak ada jalan keluar.
Kecuali" Aku mencoba fokus. Dan sesuatu yang mustahil terjadi.
Garis-garis oranye dan hitam mulai menjalar di tubuhku. Kemudian
bulu-bulu mencuat. Otot-otot macan menyembul merobek baju terusanku.
Gigiku membesar dan menajam menjadi deretan tombak runcing.
Aku masih punya kemampuan morf.
Para pasukan Yeerk menatap ngeri dan tidak percaya.
"Dia bukan Andalite! Tidak mungkin!"
Tidak juga, bung. Aku merangkak menerjang ke depan. Memangkas kaki-kaki HorkBajir.
Empat tumbang. Aku berbalik menuju ayahku. Ia meraih pistol Dracon
yang menggantung di pinggangnya.
Animorphs - 41 The Familiar di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tangannya teracung, pandangannya tepat ke arahku.
Satu lompatan dan aku bisa menangkapnya. Satu lompatan dan aku
bisa membawanya. Ayahku. Ia hendak menarik pelatuk pistol itu.
Satu lompatan" Membawa ayahku" WHAM! Dari belakang sebuah ledakan brutal. Kepalaku meledak, kakiku jatuh
terkulai dan penglihatanku"
Merah dan hitam. BAB 18 Perlahan, sangat perlahan, ketidak sadaran memberikan jalan untuk
bangun. Tungkaiku terasa berat. Kelelahan ini membuatku senang telah
terbaring. Jangan bergerak. Jangan pernah membuka matamu. Kembalilah
tidur. Yeah"kembalilah tidur, Jake.
Lalu kemudian, aku ingat.
Gelombang kepanikan melanda perutku. Aku sudah kembali ke bentuk
manusia! Bagaimana bisa aku demorf"
Cahaya merah mengerikan memantulkan lantai yang halus. Cahaya itu
membakar mataku. Cahaya itu memantulkan dinding yang mulus. Sebuah
ruangan besar. Dan aku tergeletak di dekat pintu keluar. Sebuah ambang
pintu tanpa pintu. Aku bisa kabur".
Aku terhuyung berdiri, memeriksa penjaga di luar ruangan. Tak ada
satu pun penjaga. Beruntung. Aku bergegas keluar.
Kzzzzt! Rasanya seperti ditampar oleh piringan logam. Wajah, lutut, dan
lenganku tersengat oleh tenaga listrik tak terlihat. Aku mengangkat
kepalaku, tidak yakin dengan apa yang terjadi tapi mengantisipasi
serangan kedua. Tidak ada yang terjadi. Aku berjuang untuk menggerakan tubuh lemasku.
"Masih berjuang untuk melawan?" Suara teguran yang dalam. "Setelah
bertahun-tahun silam?"
Aku menengadah ke atas. Seorang pria berkulit gelap yang besar
berhenti di ambang pintu, kemudian berjalan melewati hambatan listrik. Ia
diapit oleh enam Hork-Bajir dan empat diantaranya memegang senjata.
Orff. Para Hork-Bajir segera memblokade pintu masuk. Para Orff tetap di
posisi mereka mengapit pria tersebut, yang jelas sangat penting.
Ia berbicara. "Saat mereka mengatakan itu kau, aku hampir tidak percaya. Ku pikir
kau telah lama mati. Kawan lama induk semangku. Mantan pemimpin geng
kecil menyedihkan, Animorphs."
Wajahnya telah dewasa. Sekitar berusia pertengahan dua puluhan,
sepertiku. Terlepas dari semua yang telah berubah, tak dapat diragukan
lagi. Aku mengenal wajah itu. Keangkuhan itu. "Marco?" "Hanya sebagian dari pikirannya yang berguna." Jawabnya. Suaranya
sekilas terdengar campuran antara familiar dan alien.
"Bukan kau saja, man."
"Teman lamamu Marco sekarang mengabdi pada kaisar, jika itu
maksudmu. Ia akhirnya menyadari betapa lebih baiknya jika kita bekerja
sama. Sebuah keluarga besar yang bahagia. Katakan pada teman
lamamu, Marco." Ekspresi aneh berkerut di wajah pria tersebut. Wajah yang sulit untuk
berbicara dan menyadari bahwa mulut tak bisa berkata apa-apa.
Sebuah ucapan gagap terlontar sebagai upaya yang sulit untuk
mengucapkan sesuatu. "T-t-ti"dak."
Dan kemudian, mulutnya berhenti berbicara, kembali berubah menjadi
dingin dan kaku. Yeerk telah memotong pembicaraannya. Yeerk yang telah
mencuri pikiran sahabatku dan membuatnya menjadi budak.
"Maksudnya adalah tidak ada yang lebih bahagia dari ini semua."
"Marco lebih baik mati sebelum ia memilih untuk berpihak padamu."
"Evolutionist-Front hanyalah omong kosong. Semua orang ingin
membantu Yeerk. Itulah pilihan yang harus dilakukan. Hidup itu keren jika
kau bisa berbagi kepala."
Yeerk ini sedang berusaha keras menirukan lelucon Marco, namun itu
tidak bekerja. "Kau mungkin ingin bergabung dengan kami juga" Kami telah memiliki
Yeerk baru yang cocok denganmu. Seseorang yang berguna bagi
kekaisaran. Ia mungkin akan membantu otak anarkismu menemukan
kedamaian. Tapi pertama-tama, kita punya beberapa bisnis yang harus
diselesaikan." Yeerk baru" Jadi ia juga berfikir bahwa aku telah menjadi pengendali"
Aku tahu aku bukan pengendali. Aku tahu!
Namun ketika semua orang berfikir kau adalah sesuatu yang bukan
dirimu, saat semua orang memberitahumu lagi dan lagi tentang siapa dan
apa kau ini, sulit untuk tidak bertanya, apakah dibalik pikiranku ini, entah
bagaimana ternyata mereka benar.
BAB 19 "Kau terlihat di jalan dekat area ledakan. Kau telah bebas tugas tanpa
otoritasi. Kemudian, saat aku mendengar kau sedang bersama buronan
yang paling dicari di Gotham, aku harus mengatakan bahwa itu adalah
sebagian dari bukti yang menentukan nasibmu." Sebuah seringai akrab
menghiasi wajahnya. "Jake-tua adalah seorang teroris."
"Aku tidak tahu apa-apa tentang ledakan itu. Aku hanya sedang dalam
perjalanan ke tempat kerja."
"Aku telah mengantisipasi bahwa kau akan menyangkalnya."
Marco menjetikkan jarinya dan serta merta para Hork-Bajir mematikan
penghalang listrik. Dua Orff datang membawa Cassie. Kaki dan tangannya
terikat erat dengan borgol hidup. Mereka membawanya dengan kasar
tanpa memperdulikan lengannya yang terluka.
Tanpa memperdulikan cederanya, Cassie meronta dengan gila. Dia
meludahi mata tunggal besar dari seorang Orff. Pupilnya yang bergerak
berubah warna dari kuning terang menjadi merah. Para Orff melemparkan
tubuh Cassie jatuh ke dekat kaki Marco.
"Teroris atau bukan," Marco berkata padaku. "Saat kau melihat apa
yang bisa ku lakukan pada Cassie, kau juga akan melakukannya."
Cassie mulai merangkak namun para Orff menangkapnya lagi dan
menggeretnya ke sudut ruangan. Mereka segera mengikatnya pada
dinding. "Aku ingin bertemu dengan orang-orang yang cukup pintar untuk
meruntuhkan gedung di tengah kota, tepat dibawah hidung kita." Seru
Marco, ketenangannya mengerikan. "Aku ingin kau mengenalkanku pada
kelompok itu. Jika kau mau Jake, kurasa kita bisa menjaga kedamaian."
Tidak. Aku harus membebaskan Cassie, ia membutuhkan bantuan.
Aku hendak morf menjadi harimau saat Cassie menatapku.
Ekspresinya menahanku. Maksudnya sangat jelas. Tahan, Jake. Matanya
berkata. Jangan biarkan ia tahu. Tetaplah berpura-pura. Jika kau mencoba
menyelamatkanku, kau akan memberitahunya banyak hal.
Jadi, aku tidak melanjutkan morf. Sebagai gantinya, aku menatap
Marco dan berkata, "Ku katakan padamu, aku tidak tahu apa-apa tentang
kelompok apapun." Segera, dipimpin oleh dua Orff datang seekor Taxxon raksasa yang
terikat. Masing-masing Orff memegang tiang runcing panjang yang
menusuk si Taxxon, menjaganya agar tetap diam.
Marco terkekeh. "Taxxon ini telah dibawa dari dunia Taxxon dimana ia
telah memberikan nama pada dirinya sendiri. Ia telah memakan seluruh
anggota keluarganya. Ibu" Hu-uh. Ayah" Yep. Saudara" Anak" Sepupu"
Oh, yeah. Kami sudah mencoba menginfestigasinya namun itu menjadi
semakin jelas saat kami membiarkan kecenderungan alaminya meraja."
Taxxon itu meronta-ronta mengguncangkan ikatannya membaui
daging segar. Ribuan kakinya berguncang-guncang. Para Orff hampir tidak
bisa menahannya. Cassie menggeliat, berjuang untuk melarikan diri. Kurasa, ia ingin
menarik paksa lengannya agar terbebas dari ikatannya. Aku tidak bisa
melihatnya. "Tolong kami, penyusup EF." Marco menantang. "dan hidupnya akan
selamat. Ceritakan padaku apa yang kau tahu dan?"
"Jangan katakan apa pun padanya." Cassie menggeram. "Aku lebih
baik mati di tangan seribu Taxxon daripada membantu kekaisaran."
Ia serius. Tidak ada rasa ragu yang kenakak-kanakan dalam suaranya.
Tidak ada harapan naif. Ia adalah pejuang murni, yang setara dengan
semua Visser. Tapi ketika aku memandang wajahnya, walaupun lebih tua sepuluh
tahun dibandingkan yang ku ingat, aku melihat satu-satunya Cassie yang
ku kenal, Cassie yang selalu ku jaga.
Ia menerka pikiranku. "Tidak, Jake!" Teriaknya.
"Putuskanlah sekarang, atau gadis ini akan segera berakhir. Kau tidak
punya kesempatan kedua."
Aku melihat ke arah Cassie lalu Marco, dan menjadi yakin.
"Aku akan mengatakan apa pun yang kau inginkan."
"Tidak!" Cassie menjerit dan menendang-nendang. Marco memberi
isyarat. Seorang Orff segera mendekap mulut Cassie.
"Ini akan menjadi rekor baru untuk mengalahkan teroris." Marco
tersenyum dan mengenyakan dirinya ke kursi. "Inilah yang mereka dapat
saat menunjukku sebagai Visser Three."
Visser Three" "Cassie mengatakan kau adalah Visser Two?"
"Memang." "Tapi tadi kau mengatakan" kau adalah Visser Three.. bukan Visser
Two." Marco menyeringai lebar. Ini adalah kekeliruan. Bukti bahwa semua ini tidaklah nyata!
"Ini semua hanyalah mimpi, kan?" Aku berkata riang.
Marco tertawa. "Mimpi" Kenyataan" Bisakah kau menjelaskan
perbedaannya" Apa kau yakin ada perbedaan diantara keduanya"
Kesakitan adalah kesakitan. Ketakutan adalah ketakutan. Jika aku
memerintahkan Taxxon ini untuk menyantapmu sekarang, kau akan
merasakan kesakitan yang luar biasa. Katakanlah itu semua hanya mimpi
jika kau mau, tapi itu akan menjadi cukup nyata."
Aku menatap Cassie yang masih menjerit dalam diam dengan katakata yang teredam oleh sela-sela jari Orff.
Aku menatap ke arah Taxxon. Ia melihatku dan mengguncangkan
kepalanya. Air liur terlempar dari mulutnya dan mengenai tanganku.
"Kau akan melakukan apa pun yang ku perintahkan. Benar-benar yang
ku perintahkan, atau Taxxon ini akan melahap Cassie dalam hitungan
menit." Aku mengerti. "Silahkan mulai."
"Baik," Kataku gugup. "Aku sedang menunggu kontak lebih lanjut
dengan EF. Mereka merencanakan serangan lain. Serangan yang lebih
buruk dari serangan hari ini." Aku menambahkan. Meskipun aku tidak akan
mengatakan tentang rencana sinar-bulan. "Aku belum memiliki rincian
rencananya. Aku akan mendapatkannya pada pertemuanku berikutnya.
Sudah ku katakan. Aku akan melakukan apa pun yang kau inginkan, tapi
jangan sakiti dia." "Dia?" Seru Marco, bangkit dari kursinya dan berjalan ke arah Cassie.
"Kenapa kita harus menyakitinya?" Suaranya menjadi lebih pelan dan
tenang. "Ia akan memberi kami nama-nama anggota teroris EF. Ia akan
memberitahu kami lokasi mereka. Ia akan membantu kami menangkap
mereka. Tenanglah Jake, aku yakin?"
Cassie menggigit jari-jari Orff. Tangannya segera menjauh dari
mulutnya. Ia terbatuk-batuk laluTepat di mata kanan Marco. Cassie meludahinya.
Tak ada yang berbicara. Marco mengulurkan tangan dan mencengkeram rambut Cassie.
Mendongakkan kepalanya. Memandangnya tajam. Kemudian ia
melepaskannya dan menyeka ludah dari mata kanannya kemudian
berbalik padaku. "Kembalilah bekerja, Jake. Essak. Tunggu para EF menghubungimu.
Pergilah dengan mereka dan lakukan yang mereka perintahkan. Kami akan
mengawasimu." Ruangan mulai berputar. "Kemana pun kau pergi, kami akan tahu. Kami akan mengawasi.
Jangan coba untuk menipu kami."
Aku berpegangan pada meja, namun ruangan itu tetap berputar dan
berputar. "Kami akan mengawasimu." Suara Marco mulai melemah. "Setiap
langkah yang kau ambil, Jake sahabatku."
BAB 20 Terbangun. Entah bagaimana kembali pada bilik kerjaku.
Seluruh pengendali di dalam kantor mulai diam-diam berdiri,
meninggalkan bilik mereka dan secara teratur keluar dari ruangan besar itu
menuju pintu lift gravitasi.
Komputerku menjadi kosong. Tidak lagi menampilkan model gedung
Chylar yang berputar-putar. Angka-angka bersinar menunjukan 6:36. Jam
kerja telah usai. Seluruh kru ku telah pergi, beruntung sekali, karena aku memiliki
banyak hal yang harus dijelaskan.
Mimpi dalam mimpi buruk dalam halusinasi dalam penglihatan. Sangat
melelahkan! Terus dipermainkan. Bangun kembali dan mengikuti alurnya.
Kami akan melihatnya"
Suara Marco masih menggema di telingaku.
Aku mengambil gelas dari atas mejaku yang entah bagaimana muncul
dan telah terisi kopi dingin lalu menggigit setengah donat jeli. Donat itu
meluncur melewati tenggorokanku seperti gumpalan kertas basah.
Aku bangkit dan mengikuti pengendali terakhir menuju lift gravitasi. Lift
itu membawaku turun beberapa lantai dan terbuka di depan koridor kuning
panjang. Sebuah segitiga berkelip menunjukkan jalan menuju jempatan
yang tertutup. Sebuah jembatan yang menghubungkan antara gedung
pencakar langit yang satu dengan yang lainnya menjulang di atas jalan
raya yang suram ratusan kaki di bawah.
Aku mendengar musik. Suara bass menggema di udara. Aku
mempercepat langkahku. Bau menyengat. Bau makanan.
Aku mengikuti suara musik dan aroma makanan tersebut ke sebuah
ruangan besar berkarpet, seperti ruang jamuan. Lampu merah dan biru
menyala dan berputar dalam kegelapan. Meja-meja panjang berjajar di
dinding mengelilingi lantai dansa. Seorang Orff mengangkat gelas Kristal
berisi minuman hijau ke udara. Meneriakan sesuatu yang sulit dipahami
lalu menumpahkan isi cairan tersebut dan membanting gelas ke meja.
Kemudian, menjejalkan kue demi kue pai Taxxon ke mulutnya dengan
diiringi sorakan dari Hork-Bajir.
Namun, banyak dari kerumunan tersebut adalah manusia. Ternyata
Yeerk memahami kebutuhan manusia akan rekreasi dan bersantai. Juga
junk foodnya. Taco, Hamburger, stik ayam, stik keju, daging sapi. Mangkuk keripik
menumpuk hingga tiga kaki tingginya. Tidak ada brokoli sejauh mata
memandang. Ibuku tidak akan menyukainya. Aku seperti berada di surga.
Mimpi atau bukan, rasa laparku terasa cukup nyata. Rasa laparku sangat
luar biasa. Rasanya seperti telah terdampar di tengah samudera pasipic
selama sebulan dan tidak ada apa-apa untuk bertahan hidup kecuali air
hujan. Aku mengambil tumpukan piring taco dan Pizza kemudian beranjak
menuju bar minuman.
Animorphs - 41 The Familiar di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
WHOOF! Seorang Hork-Bajir membantingku ke dinding dan menjatuhkan piringpiringku ke lantai.
Aku hendak menyerang balik namun ia memblokir lenganku.
"Jangan melawan." Katanya pelan. "Aku adalah teman."
Aku menelitinya. Pisau tajam, bandana bergaris terikat seperti torniket
di seluruh tubuhnya. Sangat tidak terlihat teman bagiku. Ia meraih salah
satu kainnya, menariknya dan memperlihatkan sesuatu. Sebuah tato kulit
yang buruk terukir. Huruf "EF" terukir di atas kulit kasarnya.
"Kontakku?" "Bukan. Pembawa pesan." Katanya. "Naiklah ke hovercraft, seperti
biasanya kau pulang setiap malam. Kemudian menunduklah dari sisi pintu
menuju dapur." Matanya menunjuk ke sisi ruangan lalu ke pintu yang
bersangkutan. Mataku mengikutinya.
Ia meremas lenganku menghadap leher, nampak seperti sedang
menyerangku. Kurasa, ia ingin menarik perhatian agar kaki tangan Marco
memunculkan dirinya. Kemudian ia menjatuhkan diri ke dalam kerumunan
lantai dansa. Aku meraih beberapa taco dari atas meja dan menjejalkannya
sekaligus ke mulutku, kemudian pura-pura berdansa sambil berjalan ke
dermaga hovercraft. Aku berjalan menuju peron dimana dengungan
terdengar sangat keras. Kapal hover saling berterbangan di dekat matahari
buatan, berdengung seperti kerumunan lebah.
"Pusat kota?" Seseorang dengan setelan biru menanyaiku. Rambut
merahnya berkilau dalam sinar redup matahari.
"Yeah." Jawabku. Ia tersenyum. Hovercraft mulai naik. Ia mulai
melangkah diikuti olehku. Bahu kami saling berbenturan, kemudian aku
mulai ingat. "Tunggu! Aku, uh, masih lapar." Aku tersenyum meminta maaf.
"Kurasa aku harus menyantap satu taco lagi." Aku berputar keluar dari
kapal. Kemudian pintu kapal menutup dan hovercraft beserta wanita itu
mengangkasa. Kembali ke kantin, menyelinap di antara orang-orang yang sedang
menari. Bergerak di sepanjang dinding di antara deretan pengunjung
menuju sebuah pintu ayun.
Whoosh! Aku tengah berada di dalam dapur yang temaram. Kosong, meskipun
lantainya masih basah dan beraroma pembersih lantai.
Pintu ayun menutup, meredam suara bising dari luar. Aku berjalan
melewati pantry. Tidak ada siapa pun. Terus berjalan menuju dapur utama.
Konter-konter, jajaran meja, lemari es.
Aku membeku. Sesak napas.
Rasanya seperti mati-matian mencari udara untuk bernapas. Aku
memutar balik dan disana, di sebelah meja terdapat sebuah kursi roda.
Di atas kursi roda tersebut, duduk seorang wanita. Aku memang tidak
yakin bagaimana aku bisa mengetahui ia adalah seorang wanita. Wajah
dan tubuhnya terlalu rusak karena cedera. Ia sudah tidak memiliki kaki.
Hanya memiliki satu tangan dan luka mengerikan tertoreh di salah satu
matanya. Mata lainnya menatapku. Warna matanya berkilau biru cerah. Kurasa
aku sangat mengenalnya karena bulu kudukku mulai merinding.
"Ahhh nihhh morfff," Terdengar suara dari bibir yang hampir tidak
bergerak. Suara yang seperti gesekan, sekeras rem kereta api, dan lemah
selemah bisikan. Animoprhs. Kata kuncinya!
Rasa lega menerpaku. Tiba-tiba aku sudah dihadapkan dengan
sesama teman. Hanya masalah waktu! Wanita mengerikan ini" sungguh
penyamaran yang pintar. "Kau bahkan tidak menge?" Kata-katanya tersendat, kemudian ia
melanjutkan. "Kau tidak mengenalku."
Suaranya yang sulit berbicara".ini bukanlah penyamaran.
"Karena aku tidak menghajar"bokong Yeerk, kau jadi tidak"
mengenalku".sepupumu sendiri?"
Sejumput rambut berwarna emas mencuat dari belakang telinganya
yang babak belur. Keberanian membara masih bersinar di dalam satu matanya.
"Cassie mengatakan kau sudah mati!" Aku menceplos.
Tangannya menyentuh joystick pada kursi roda dan segera kursi
rodanya maju mendekat dan terhenti hanya beberapa inchi dari ujung
sepatu boots ku. "Cukup benar." Bisiknya. "Tapi meleset."
BAB 21 Rachel! Tidak mati. Masih hidup. Aku tidak bisa berkata-kata. Ada banyak pertanyaan di dalam
kepalaku, namun tidak satu pun yang terlontar. Aku hanya berdiri di atas
lututku dan memandang wajahnya. Ia telah sangat terluka. Aku ingin
menanyakan padanya bagaimana- mengapa ia tidak morf dan
mengembalikan tubuhnya" Namun aku terlalu takut dengan jawabannya.
Aku tahu ini semua salahku. Aku tahu pada akhirnya aku akan menyianyiakan hidup Rachel.
"Jangan merasa kasihan." Bentaknya menjawab ekspresi di wajahku.
"Ini bisnis. Ini adalah hal yang serius."
Aku mengangguk. Mengapa Cassie berbohong padaku"
"Delapan blok dari sini" terdapat perpustakaan umum New York.
Sebuah bangunan besar terbengkalai yang tidak mungkin kau" hiraukan.
Pergilah kesana. Ambil rute berliku"sebisamu. Kami ingin mereka tidak
mengikuti"jejakmu."
Aku mengangguk lagi. Sulit mendengarnya berbicara dengan bunyi
yang berdenyit, namun sepertinya itu tidak mengganggunya sama sekali.
"Masuklah"dari pintu samping." Ia melanjutkan. "Naiklah dua lantai.
Lalu berjalan menuju ruangan dan masuk ke antara tumpukan dan
tunggulah." "Menunggu untuk apa?"
"Kami tidak mempersilahkan pertanyaan."
Tiba-tiba- Whoosh! Seorang Orff membuka pintu ayun. Menjalarkan mata bersinarnya ke
arah ember, panci, aku, tumpukan piring, lalu kembali padaku.
"Jelaskan tujuanmu, setelan oren!"
Kursi Rachel cukup rendah sehingga tidak terlihat dan tertutup oleh
meja tempat aku berdiri. "Aku mencari beberapa salsa. Taco ku terasa hambar." Jawabku.
Ia berfikir sejenak. Aku mengawasinya.
Namun ketika ia berjalan melewati pintu, jantungku berdebar. Mungkin
saja ia hanyalah khayalanku saja. Tapi rasa sakit adalah rasa sakit.
Ketakutan adalah ketakutan. Marco yang mengatakannya.
"Ambil sausnya." Teriaknya. "dan bawalah ke tempatku. Kau benar,
taconya memang tidak enak."
Ia berbalik dan berjalan keluar. "Mereka akan mengikuti jejakmu." Ujar
Rachel. "Setidaknya sekarang"kau tahu siapa yang akan kalah."
"Tapi apakah aku akan bertemu seseorang" Aku ingin mengetahuinya.
Siapa yang kucari" Bagaimana aku mengetahuinya?"
"Kau akan tahu." Antusiasme lama tersirat dari nadanya, bahkan dari
ucapannya yang terbata-bata. "Percayalah, kau akan tahu."
Aku hendak pergi, namun tangannya memegang bajuku.
"Jangan mengecewakan kami, Jake. Ini bukan hanya"soal
keseimbangan kebebasan"saat ini. Ini soal"kehidupan. Ada
banyak"yang sepertiku. Terluka, lemah, atau cedera. Jadi, ayo kita
lakukan"dan lakukanlah dengan benar."
Ia melepaskan bajuku. Aku harap aku bisa mengatakan penampilan
Rachel yang kacau sama sekali tidak menggangguku, namun nyatanya
tidak. Dan di dalam pikiranku,setiap lukanya menggambarkan kegagalanku
menjadi seorang pemimpin, itu lebih daripada yang bisa ku tahan.
Tanpa menoleh ke belakang, aku keluar dari pintu ayun dan kembali
kepada kantin yang gaduh. Aku tidak tahu pasti siapa yang mengawasi,
tapi aku merasa adanya ancaman. Aku merasakan pandangan Marco.
Lift gravitasi membawaku turun ke jalan. Aku dan kelompok setelan
biru terlihat ingin memulai perkelahian dengan geng Taxxon. Aku
meninggalkan mereka di ujung jalan dan segera beranjak pergi.
Melewati gang, ke jalan utama, dan melewati gang lainnya"
Aku perlu morf. Aku berfokus pada gambaran Peregrin Falcon.
Aku menunggu tulang-tulangku menyusut dan tanah berlomba-lomba
menghampiriku. Tapi tidak ada yang terjadi. Perubahannya tidak terjadi!
Aku mendengar langkah kaki di belakangku. Aku menoleh namun tidak
melihat siapapun. Apakah Marco memiliki beberapa teknologi anti morfing"
Aku mulai berlari kecil, masuk dan keluar melalui etalase pecah.
Berputar dua kali pada ruteku. Aku masih merasa ada yang mengawasiku,
namun aku tidak menemukan siapa pun. Hanya merasa ada yang
mengawasiku. Dan mendengar langkah kaki. Ketika aku melambat, mereka
melambat. Ketika aku mempercepat langkah, mereka mengikuti.
Aku terus berusaha untuk morf, tapi perubahannya tidak terjadi.
Mungkin karena diriku sendiri. Mungkin karena pikiranku tidak bisa fokus.
Di tengah jalan Fourty-second, di tengah tempat yang telah menjadi
puing-puing dan hancur oleh ledakan, aku berhenti sejenak. Menunggu
dua detik, kemudian berputar.
Sepatu bootsku berderap-derap di trotoar. Seperti suara terompet. Aku
akan tertangkap tepat seperti yang ku inginkan.
Aku melihat Orff sebelum mereka sempat menoleh ke arahku.
Ada satu Orff di atas balkon lantai satu setengah blok dari sini,
matanya berwarna ungu. Dan tiga lainnya sedang berjongkok di samping
sebuah rongsokan hovercraft, mata mereka berwarna merah.
Salah satu dari mereka jaraknya bahkan tidak lebih dari dua belas
kaki. Sebuah mata yang bercahaya jingga. Kini tidak terlihat di malam hari,
namun itu tidak masalah. Aku sudah memetakannya di dalam otakku.
Totalnya ada lima. Aku akan mengalahkan mereka. mengalahkan
mereka tanpa morf. Demi Rachel.
Siap, lakukan" Aku memompa kakiku. Melompat di atas puing-puing dan trotoar.
Dengan tubuh yang bugar dan kondisi prima.
Aku tidak dapat melihat Orff, namun bisa mendengarnya. Bunyi-bunyi
berderap diikuti oleh langkah-langkah kaki mereka yang menghentak
tanah. Tap-tap-tap-tap. Suara-suara yang sama begitu cepat. Satu ritme. Tiga kaki Orff
bagaikan mesin yang diminyaki.
Aku masuk ke dalam gang lainnya. Bunyi berderap-derap. Hanya satu
Orff yang terdengar dekat. Tapi seberapa dekat" Aku berbalik dan melihat
sekilas. Itu adalah si mata jingga, berada di belakangku. Ia tidak akan
membiarkanku lolos. BAB 22 Aku masuk ke dalam etalase, kaca depannya sudah pecah. Aku
mendarat di sebuah matras peralatan olahraga. Tongkat hoki menusuk
rusukku dan sepatu kets menghujaniku.
Aku berlari ke bagian belakang toko. Kotak-kotak sepatu dan
tumpukan bantalan hoki berserakan di lantai. Aku melangkah melalui
haling rintang menuju belakang tangga, saat"
Whoosh! Lantai di depanku menjeblak terbuka! Aku tidak bisa berhenti.
melangkah terlalu cepat"
Sebuah lubang hitam! "Ahh!" Aku menggapai sebuah rak sepatu, namun rak itu roboh.
Aku terjatuh! Bagaikan Alice In Wonderland, aku jatuh ke dalam kegelapan. Atau
jatuh ke dalam sebuah aliran air. Di bawahku hanyalah aliran H2O, namun
tekanan udara dari bawah begitu kuat sehingga membuatku mengambang.
Udara bertiup sangat kencang membuatku sulit bernapas. Aku
mencoba menggapai sisi untuk berpegangan, namun bidangnya licin.
Tiupan berputar, kemudian datar, kemudian tekanan tiga-puluh kaki.
"Oh-wah-oh-wa-weh-se-gunta-go?"
Itu adalah suara-suara paling menyenangkan yang kudengar sejak aku
terbangun dalam sel. Aku melihat akhir dari terowongan mulai bergerak menghampiriku.
Tidak ada cara untuk melambat!
"Yahh!" Aku melayang di udara malam, melewati langit berbintang dan disinari
cahaya hangat bulan. Whump! Sebuah pendaratan yang lembut di atas hamparan rumput luas.
Disampingku terdapat sebuah pohon. Tapi bukan hanya sebuah pohon
maple atau oak biasa. Pohon ini sangat besar, sebuah pohon raksasa
dengan cabang menyentuh tanah, dan ujungnya yang menghadap ke
langit. Seperti pohon Baobab yang kulihat di Discovery Channel.
Di setiap cabang duduk seorang anak. Anak-anak yang tersenyum
riang sambil bernyanyi dan berayun-ayun. Beberapa dari mereka jelas
terampil sekali dalam memanjat. Tidak semuanya adalah manusia,
walaupun hampir seluruhnya. Ada beberapa Andalite muda juga. Bahkan
sejumlah Orff dan Leeran.
"Oh-wah-oh-wa-weh-se-gunta-go!"
Nyanyian nya berhenti. Di atas rumput tidak jauh dariku, di bawah pohon terdapat beberapa
orang dewasa. Sebagian dari mereka berdiri dan sebagian lagi duduk
menyila. Mereka tidak mengenakan setelan berwarna dari kaum metropolis
Yeerk. Sebaliknya, mereka mengenakan jubah longgar berwarna linen.
Sebuah tonjolan di saku mereka membentuk pistol Dracon, tapi aku
menebak senjata itu jarang digunakan.
Andalite dewasa berdiri termenung di sebelahnya. Seorang Orff nyaris
tak terlihat dalam kegelapan, berjongkok pada kaki ketiganya sementara
dua kaki lainnya berselonjor dengan nyaman di depan sang Andalite.
Seorang manusia wanita mengangkat tangannya dengan riang dan
tersenyum pada anak-anak di pohon. "Baiklah," Serunya. "Kita akan mulai
pertemuan sekarang."
Semua kepala berpaling memandang langit berbintang. Seorang
Andalite dewasa maju ke depan.
"Kebebasan memandu kami." Semuanya menjawab.
"Kebebasan adalah segalanya."
Semua kepala turun. Seorang pria menanyakan kepada anak-anak
apakah merea ingin bercerita mengenai pekerjaan mereka selama
seminggu. Seorang wanita yang memandu nyanyian berjalan
menghampiriku. "Tempat apa ini?" Tanyaku. "Apakah kalian adalah kelompok yang
Cassie ceritakan padaku" Apakah kalian bebas?"
"Ya, jadi Cassie yang mengirimmu?"
"Ya, tidak juga. Maksudku aku tidak tahu. Aku hanya terjatuh dari
lubang di lantai dan?"
"Lubang tidak membuka untuk sembarang orang. Cassie pastilah
menginginkan kau belajar. Lihatlah, orang-orang dewasa kami berada di
EF. Kami adalah salah satu yang berhasil mereka selamatkan sejauh ini.
Kami para orang tua dan anak-anak yang kami rawat dan ajarkan." Ia
memandang pohon. Ini pastilah minggu seni, karena setiap anak memiliki
lukisan yang mereka buat sendiri. Kanvasnya kecil, namun rumit. Salah
satu siswa sedang menjelaskan karyanya sementara yang lain
mendengarkan.
Animorphs - 41 The Familiar di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Mereka adalah anak-anak sehat yang aku lihat sejak aku berada
disini." Wanita itu mengangguk dan meremas tanganku.
"Itu cerita yang menyedihkan. Tapi tentu saja, aku akan
menceritakannya padamu." Ia memelankan suaranya. "Para Yeerk
membesarkan anak-anak di gudang belakang kota. Para pengendali yang
kau lihat diambil secara acak untuk dikembang biakkan. Ketika seorang
anak lahir, ia dikurung di dalam gudang sampai ia berusia lima belas tahun.
Kehidupan mereka dikendalikan sampai otak mereka bisa dikendalikan
sepenuhnya. Anak-anak adalah induk semang yang lemah dan tidak layak.
"Selama penangkaran itu," Ia melanjutkan. "Mereka dicekoki dengan
suplemen vitamin sehingga tubuh mereka tumbuh menjadi kuat. Mereka
dilatih dengan trademill agar tubuh mereka bugar untuk bertarung. Ketika
naluri asli mereka ingin menikmati saat-saat bebas seperti masa anak-anak
biasa, mereka dihukum. Ketika mereka mencoba untuk mendidik diri
mereka sendiri mereka akan dihukum. Yeerk menginginkan pikiran mereka
tidak berdaya. Karena itulah, mereka membesarkan anak-anak dalam
kehidupan yang penuh dengan ketidaksenangan, kemuraman, dimana
mereka hanya tinggal menunggu saat-saat mereka digunakan. EF
bertarung untuk membebaskan mereka. Ketika mereka bebas, mereka
datang kesini." "Anak-anak ini tampak tidak trauma sama sekali." Ujarku. "Mereka
terlihat sangat normal."
"Memang beruntung sekali. Sangat sedikit yang bisa kuperbaiki. Ini
adalah tempat kesenangan. Kami tidak pernah lagi membicarakan tentang
penangkaran itu kecuali memang harus. Kami hidup sederhana disini.
Kami mengajarkan dan membesarkan. Kami memiliki harapan."
Ia menoleh ke arah anak-anak kemudian menatapku lagi.
"Apa kau ingin melihat-lihat?"
Aku mengangguk. Kurasa penting melihat cara kerja disini. Aku
merasa aku berada disini karena memang ditakdirkan.
BAB 23 Aku berjalan mendekati pohon.
"Apa kau dari EF?" Sebuah suara anak kecil. Aku melihat ke bawah,
ke sebuah cabang yang menukik rendah, tampak seorang bocah pirang
berpipi merona. Mungkin berusia delapan atau sembilan tahun. Ia berkata
seakan berharap aku bersama EF sebab itu membuatku seolah adalah
selebriti yang patut untuk ditunjukan karyanya.
"Err, kurasa ya." Jawabku. "Yeah, aku bekerja dengan EF. Namaku
Jake." "Namaku Justice. Para tetua bersikeras memberikan konsep nama
yang lucu pada kami. Sama halnya dengan Liberty di sebelah sana." Ia
menunjuk seorang gadis yang berada di cabang yang tinggi. "Dan itu
Storm." Seraya ia menjelaskan, ia memutar matanya seolah menunjukkan
semua orang dewasa nampak sedikit konyol.
Aku tersenyum dan berlutut agar lebih dekat dengannya.
"Apa kau ingin melihat lukisanku?" Tanyanya. "Teman-temanku
berkata aku lebih berbakat daripada mereka. Para tetua bilang aku
mendapat anugerah." "Baiklah, kalau begitu biar aku lihat."
Justice memberikan kanvasnya padaku.
"Bagaimana menurutmu?"
Gambar itu dibagi dengan garis diagonal dari pojok kiri atas ke pojok
kanan bawah. Dibawah garis, tergambar mimpi buruk. Kegelapan, kota
yang kaku. Menara abu-abu menjulang menembus kabut merah. Kabut
yang terbuat dari tangan-tangan dan wajah-wajah yang kesakitan hendak
menggapai langit yang tak bisa mereka lihat.
Di atas garis diagonal adalah dunia yang berbeda. Langit cerah yang
berwarna biru. Di tengah-tengah langit terbang sebuah balon udara seputih
matahari. Tali gondola balon itu melintang dari langit yang penuh
kesenangan ke kota yang suram.
Sebuah kabel setipis benang.
Di atas tali ini, orang-orang menuju ke atas tergantung seperti pakaian
yang dijemur. Dan saat mereka menyebrangi perbatasan antara kegelapan
dan cahaya, wajah kaku dan frustasi mereka melunak. Tidak ada
senyuman, namun ada harapan.
"Apa kau suka, Jake?"
"Bagus sekali." Ujarku. Ia tersenyum. "Kau sungguh berbakat dalam
menggambar. "Apakah itu cara bagaimana kau bisa berada disini" Apa kau
melarikan diri dengan bergelantungan di tali?"
"Tidak juga," Katanya dengan sedikit frustasi. "Para tetua selalu
mengatakan aku melukis kiasan, apa pun itu! Kata mereka aku
mencurahkan agresi dan rasa takutku. Tapi ku katakan aku menggambar
apa pun yang ku inginkan."
"Baiklah." "Apakah kau bisa menerbangkan Bug Fighter?"
"Tidak." "Tapi kau sedang merencanakan penyerangan, kan" Memimpin
pemberontakan" Dan membebaskan para budak?"
"Ya, kurasa." "Itulah yang ku inginkan. Aku ingin menyelamatkan teman-teman yang
kutinggalkan. Mereka hanyalah tahanan dan aku ingin membebaskan
mereka semua." Aku bingung harus menjawab apa, bagaimana aku menjelaskan
padanya tanpa menghancurkan semangatnya. "Perang tidak selalu bisa
membebaskan orang-orang yang kau kenal," Kataku. "Kau mungkin saja
ditugaskan untuk menyelamatkan orang-orang yang jauh dari sini. Orangorang yang tidak kau kenal. Teman-teman orang lain."
Ia menggelengkan kepalanya.
"Aku akan menyelamatkan teman-temanku dulu. Kemudian baru
menyelamatkan teman-teman orang lain."
Ia tiba-tiba melompat dan menggapai tanganku, menarikku ke batang
pohon besar. "Kau akan terlambat," Katanya. "Aku ingin kau tetap disini, tapi kau
akan terlambat." Ia menekankan jari mungilnya pada kulit pohon yang tebal
dan bergelombang kemudian sebuah pintu muncul. Pintu itu membuka
untukku dan aku membiarkan Justice mendorongku masuk kemudian
berbalik. Saat aku berbalik, hanya ada cabang pohon oak.
Tidak ada pintu, tidak ada manusia bebas.
Aku kembali berada di kota.
Bryant Park yang dibanjiri bayangan bulan yang hampir penuh.
Cabang keriput pada pohon gundul membayang seperti tangan-tangan
yang terulur. Tangan-tangan yang memperingati bahaya. Memohon
kepadaku untuk berhati-hati.
Kerikil-kerikil berderak di bawah sepatu bootsku ketika aku
menyebrang ke perpustakaan umum New York. Pikiranku berlomba
dengan kebingungan saat aku mencoba untuk memikirkan sesuatu yang
masuk akal mengenai tempat yang baru saja aku temui, tempat dimana
aku bertemu dengan manusia-manusia bebas.
Aku memutuskan untuk menyerah menganalisis apa yang tengah
terjadi padaku dan mengapa. Kupikir, kewarasan ini tergantung pada
penerimaan pada kenyataan yang kulihat, apakah ini mimpi, mimpi buruk
atau hanya penglihatan. Tapi bukan berarti aku tidak menginginkan
jawaban " jawaban kongkrit.
Aku mendengarkan langkah kaki Orff. Untuk merasakan mata-mata
mengintaiku. Namun tidak ada. Aku kehilangan mereka.
Aku telah melakukan apa yang Rachel katakan.
Di atas tangga marmer putih.
"TSSSEEERRR." Suara pekikan burung pemangsa memecah malam. Kemudian
kepakan sayap dan deritan tulang-tulang tua.
"Tobias!" Bulu-bulu berterbangan ke wajahku saat ia melintas. Kali ini sangat
dekat. Aku beredip dan"
Hilang! Terhisap oleh kegelapan malam.
"Tobias?" Tidak ada jawaban.
Jadi aku berbalik dan membuka pegangan pintu kuningan. Aku
mendaki tangga yang disinari cahaya bulan, dengan sepatu boots yang
berderap-derap di ruangan luas yang kosong.
Sebuah koridor berpanel kayu memimpin jalan ke deretan rak buku.
Sebuah labirin yang suram. Ruangan yang berdebu dan pengap. Hening
seperti pemakaman. Membaca jelas bukan hal penting disini.
Aku berjalan di sepanjang koridor utama, menoleh ke setiap lorong.
Rachel mengatakan aku akan tahu.
Aku berada di permulaan bagian huruf "E" saat aku melewati lorong
yang nampaknya lebih panjang dan lebih jauh daripada yang lainnya. Kini
aku berada di terowongan deretan buku yang berjajar, dengan jantung
yang berdebar mulai berlari.
Tiba-tiba, rak buku berakhir. Aku berhenti mendadak pada deretan
meja-meja kayu yang kotor. Dan kemudian, seratus lampu menyala dan
cahaya memercik pada permukaan beribu-ribu meja hingga menerangi
seluruh ruangan. Seorang Andalite berdiri tegap dengan bulu biru kasar dan otot
petarung, memutar mata tangkainya dengan anggun memandangku.
Bijaksana, menginspirasi dan menakutkan.
Tidak asing. Ia masih terlihat seperti saat malam pesawat ruang angkasanya jatuh
di lokasi kontruksi. Malam dimana hidupku berubah selamanya.
Suaraku terdengar lelah dan lemah ditelan oleh ruangan luas ini.
"Elfangor." BAB 24 Sang Andalite menggeser kuku kakinya dan berjalan mendekat,
napasnya berat. Ia sangat kuat dan proporsional.
Aku pernah melihatnya terbunuh di depan mata kepalaku sendiri,
sebelum ia berada disini. Apakah ia pemimpin EF" Dalang dari semua
rencana penyerangan Yeerk" Aku meragukannya, namun pada saat ini
segalanya menjadi mungkin.
"EF pastilah pasukan yang patut diperhitungkan." Kataku.
"Beraksi adalah bentuk tindakan yang paling pasti. Tidak perlu
bertanya lagi."
cara yang lebih baik.>
"Yang ku inginkan hanyalah pulang."
Aku berbohong jika mengatakan dia tidak sedikit mengintimidasiku. Tapi
aku juga adalah pemimpin. Aku telah melihat banyak pertarungan di bumi
lebih dari yang ia lihat. Aku ingin menghormatinya, namun dalam
pandanganku ia membuat kesalahan besar dengan kampanye terorisnya.
Aku harus menyadarkannya.
"Tidak. Aku ingin pulang sehingga aku bisa mencegah semua ini
terjadi. Jika ini adalah masa depan, aku ingin kembali ke masa lalu. Aku
bisa menghentikan Yeerk tanpa mengorbankan teman-temanku. Tanpa
peperangan dan membuat sekutu teroris setengah bebas-mu. Aku bisa
menghentikan mereka tanpa mengorbankan segala yang harusnya kita
perjuangkan!" Elfangor tertawa di dalam pikiranku.
pengorbanan" Kau tahu lebih dari itu.>
melangkah mundur, dan melihat?"
Serunya lagi. Bagaimana ia tahu aku hanya bicara omong kosong"
Seperti ia berada di dalam kepalaku mengobrak-abrik ingatan pribadiku
tentang ketakutan dan kesalahan-kesalahan"
Tidak, aku sedang marah. "Ini semua salahmu." Kataku tiba-tiba, bahkan mengejutkan diriku
sendiri. "Aku selalu berfikir kau adalah seorang pahlawan, Elfangor.
Seorang pemimpin. Tapi kenyataannya, kau tidak bisa memikirkan cara
lain. Kau membuat kami merasakan kesulitan, kesakitan, dan penderitaan.
Kami hanyalah anak-anak. Kau membuat kami mempertanyakan setiap
nilai-nilai yang kami pelajari. Kau tidak punya hak untuk membebankan
tanggung jawab yang besar dan tidak mungkin pada kami. Kau
memanfaatkan kami!"
menyebut namaku. Tiba-tiba, ia tidak terdengar seperti Elfangor lagi. suara
arogan sang Andalite telah hilang, hanya menyisakan suara seorang pria.
Terdengar tidak asing tapi juga asing.
keputusan sulit" Merencanakan misi. Memutuskan bagaimana
menggunakan kekuatan kecil namun loyalmu. Bagaimana dan kapan harus
menempatkan mereka dalam bahaya dan beresiko mempertaruhkan hidup
mereka. Kau tidak bersalah. Peran pemimpin itulah yang memintamu. Well,
aku tidak menyalahkanmu, Jake. Semua keputusan adalah milikmu, dan
akan tetap seperti itu. Kau dan segala kebebasanmu.>
"Tobias."
Mirip dengan tubuh Elfangor, kan" Tapi Elfangor sudah mati, Jake.>
Tentu saja.
Tenggorokanku serasa tersendat. Tubuhku merinding. Apa" pikiranku
tersontak pada kata-katanya.
Mati" Tapi bagaimana aku bisa ada disini"!
membiarkan Visser Three tahu bahwa salah satu orang penting dalam
"Andalite Bandit" selama ini tidak terdeteksi tepat di bawah hidungnya, ia
memutuskan untuk membunuhmu. Kakakmu sendiri">
"Tapi aku ada disini!"
Aku menatap tanganku. Daging merah muda di bawah cahaya lampu.
Buku-buku jari, kuku-kuku, urat-urat, tulang-tulang. Semuanya hidup.
Semuanya nyata.
Apa"
sudah siap digunakan. Mereka telah menyalakannya. Menerapkan ratusan
perhitungan jammu.> "Tidak! Tidak, tidak, tidak! Aku bukan ilmuan!"
membuat tembakan meleset. Lekaslah, Jake. Kacaukan programnya.
Buatlah meleset. Ini adalah saat yang menentukan, kau paham" Gunakan
cara apapun yang diperlukan.>
"Jika aku menembakan tembakan meleset, bulan akan meledak dan
membinasakan jutaan orang."
"Tapi, bagaimana dengan Cassie" Marco menangkapnya!"
Animorphs - 41 The Familiar di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Tidak bisakah kau mengirim seseorang untuk menyelamatkannya"
Salah satu kaki tanganmu?" Aku memohon, merasa marah atas
keputusannya mengakhiri hidup Cassie begitu saja.
"Aku tidak ingin ia mati!"
Rachel untuk menyelamatkan diri mereka sendiri.>
Aku tidak menjawab.
Ia berbalik tiba-tiba dan berjalan melintasi ruangan.
BAB 25 Aku tidak bisa menerimanya.
Aku berlari keluar melewati jalan masuk ku tadi, berlari cepat secepat
kakiku bisa membawaku. Melewati baris demi baris rak buku dan ruang
perpustakaan marmer yang dibangun untuk dunia yang berbeda.
Aku menerobos awan lembab dari udara malam, tebal dan panas.
Daun-daun di pohon tumbuh subur dan rimbun. Daun-daun" Awan
lembab" Beberapa menit yang lalu aku berjalan di bawah dahan-dahan
tandus, terbengkalai dan hampir mati. Sekarang aku berlari melewati
dedaunan yang bergemerisik di terpa angin dari hovercraft di atas langit.
Kenyataan adalah salah. Cassie. Tidak ada misi yang layak untuk mengorbankan hidupnya.
Aku melarikan diri dari Tobias, dari Elfangor dan Ax, dari teman-teman
yang sudah tidak lagi perduli.
Sebagai pemimpin Animorphs, aku akan menempatkan misi pertama.
Misi secara keseluruhannya. Tapi apa yang menjadi misiku"
Apa yang membuat dunia lebih bernilai" Masa depan" Kebaikan yang
biasa" Pembagian tugas, idiot. Pertarungan terakhir yang kita lakukan bersama"Marco dan Rachel,
dalam hal" kehilangan semuanya atau kehilangan dua orang" pintu
menutup" mengunci takdir mereka.
Rasa bersalah menggores dan mencabik-cabikku.
Sebagai gantinya, aku yang patut disalahkan atas kekasaran Cassie
dan ketidakpedulian Tobias.
Aku masih berlari kencang. Menembus kegelapan dan menyeruak ke
jalan sempit. Bau kotoran Taxxon tercium dari setiap sudut kota. Keringat
mengucur deras di wajahku bercampur dengan air mata yang sudah tak
lagi bisa ku bendung. "Maafkan aku!" Aku berteriak pada langit.
Tidak ada yang mendengar.
Tobias salah mengenai peperangan. Apa bagusnya peperangan jika
semua orang melupakan segala hal" Memilih antara satu gadis dari
berjuta-juta gadis yang terluka dan tersakiti. Atau perubahan selamanya.
Apa bagusnya" Hanya Yeerk yang akan merasa puas dengan pekerjaan
mereka. Dan aku bukanlah Yeerk.
Aku bukan Yeerk. TSEEW! Sebuah tembakan. Tembakan sinar Dracon menghanguskan batu bata
tepat di atas wajahku. Kaki tangan Marco! Menyingkirlah! Aku harus keluar dari kota mimpi buruk ini! Aku
mengoyak setelan oren sintetis yang melekat di tubuhku dan mencoba
morf. Perubahan fisik dimulai. Aku belum kehilangan kemampuan morf!
Kakiku mulai terhisap ke dalam tubuh belakangku. Sikuku menyatu ke
dada. Sebuah lapisan berbulu halus tumbuh di kulitku. Bulu kaku mulai
mencuat dari lenganku yang menipis. Tulang tengkorakku bergeser, kepala
keras manusiaku berubah menjadi kepala ramping elang.
Aku mengepakkan sayap sekeras yang ku bisa. Berjuang menembus
udara lembab. Menolong Cassie, dan aku membinasakan banyak orang. Kandrona
abadi. Menolong Cassie dan nasib seluruh umat manusia akan ditentukan.
Tapi aku masih bisa bersama dengan Cassie di sisiku. Kami mungkin
bisa melarikan diri. Tapi kemana kami akan pergi" Dan dengan sinar kandrona abadi, aku
tidak akan pernah bisa mengeluarkan Yeerk dari dalam kepalanya"
Setiap detil kota tertangkap jelas dari tatapan elangku. Dan pikiran
elang ini, sederhana dan tajam. Berfokus pada tugas. Tidak ada ledakan
emosi. Tidak ada segudang pertanyaan yang belum terjawab.
Air mataku telah lenyap. Semakin tinggi. Melewati dinding berkaca dan atap pendaratan.
Rumah-rumah terpencil menyala dalam kegelapan, kerumunan manusia
dan Andalite berkumpul di sekitar tepian kolam. Kolam alien paling panas
di dunia. Kolam Yeerk. Udara semakin dingin dan semakin menipis saat aku terbang lebih
tinggi, hinga" hingga akhirnya kota New York Yeerk yang berbahaya
menjadi terlihat kecil dan aman. Udara mulai bergulir di antara sayapku
yang kelelahan. Aku hanyalah sebuah titik kecil tak berarti di tengah langit.
Satu jiwa kecil yang bebas di atas sebuah kota perbudakan. Jutaan jiwa
yang menunggu untuk diselamatkan.
Cassie. Justice akan menyelamatkan temannya lebih dulu.
Tapi Justice hanya anak kecil.
BAB 26 Lampu Yeerk dan Andalite craft melintasi jalan-jalan seperti kunangkunang merah. Brooklyn. Queens. The Bronx. Daerah pinggiran kota, dan
kota-kota di luarnya. Semuanya disinari cahaya merah. Pantai timur
megapolis ke arah timur dan seterusnya.
Yeerk. Mereka semua dipenuhi Yeerk.
Mata teleskop falconku menangkap siluet seorang pria di meja
kerjanya, di dalam sebuah gedung pencakar langit yang tinggi. Di dunia
yang ku kenal, ia bisa jadi siapa saja. Pekerja lembur, dengan seorang istri,
keluarga, seekor anjing, dan memiliki rumah.
Tapi disini ia adalah tawanan. Salah satu tawanan.
Dua mil jauhnya, ada bangunan lain, bukan yang tertinggi tapi paling
menonjol, dengan puncak yang menyala. Lebih terang dari bangunan di
sekitarnya, dengan penembak bintang yang bertumpuk tinggi dan terlihat
elegan di ujungnya. Pusat gedung Chrysler. Gedung Chrysler, pusat pemerintahan.
Instrumen dominasi Yeerk.
Penjara Cassie. Cahaya kuning dari listrik menyala besar-besaran di puncaknya.
Sebuah batang jarum ditanamkan di puncaknya dan mulai berdetak.
Kemudian, tepat di depan mataku"sebuah elang gargoyle metal dan
besar yang berada di dasarnya menyala!
Sinar-bulan telah diaktifkan.
Cahaya emerald hijau muncul dari sang elang, mengisi kekuatan.
Poros cahaya hijau yang berada di kepala sang elang, bagaikan
cahaya pengendali. Naik dan naik lalu bertumpu di puncak jarum.
Sebuah piramida hijau dengan sumbu emas, semuanya menyalakan
energi! Aku menarik kedua sayapku dan mulai menukik turun. Empat puluh,
lima puluh, enam puluh mil per jam. Gedung Chrysler bagaikan mangsaku.
Aku menembus udara dingin, lebih cepat dan semakin cepat. Delapan
puluh, sembilan puluh" aku bagaikan peluru berbulu. Sebuah siluet gelap
di malam hari. Lalu, terlihat. Manusia! Seorang wanita, terikat pada sebuah tepian seribu kaki di
atas tanah, salah satu gargoyle raksasa berada tepat di bawah kakinya!
Pergelangan tangannya terikat pada dinding, wajahnya terlihat tengah
berjuang untuk membebaskan diri.
putus asanya mengisi kepalaku. Bagaimana ia menjawabku dengan bahasa pikiran" Bagaimana ia bisa
melihatku" Tidak ada waktu untuk berfikir.
Gedung itu semakin dekat. Sinar hijau semakin meninggi dan
meninggi, hampir menggapai tepian tempat Cassie berada. Ia akan
membakarnya! Dalam hitungan detik, ia akan hangus terbakar!
Cakar tajamku bisa mengoyak ikatan Cassie. Ia bisa bebas dari
sinarnya.
Gedung Chrysler semakin menyala dan menyala. Udara bergetar
dengan sangat hebat. Sinar itu akan segera menyala. Pasokan Kandrona
yang tiada habisnya. Sebuah bumi bagi para Yeerk abadi.
Hanya satu kesempatan " seekor falcon seberat lima pond menukik
kearah puncak dengan kecepatan tinggi " dan seluruh operasi ini mungkin
akan gagal. Dua nyawa dikorbankan untuk menyelamatkan jutaan nyawa
lainnya. Untuk menyelamatkan masa depan bumi"
Cassie menyentakkan ikatan yang mengikat erat pergelangan
tangannya. Ia berusaha melawannya, menggigit dan membenturkannya ke
dinding. Ia melakukan apa pun yang ia bisa hingga tiba-tiba"
Kemudian ia melompat ke depan. Ia melompat ke dasar Gargoyle itu,
dekat dengan sinar hijau yang sedang mengamuk. Ia menghantamkan
berat tubuhnya ke arah sang elang. Elang itu bergetar beberap menit tapi
itu sudah cukup. Cahayanya mulai redup.
cerah menjadi kuning pucat.
Sebelum aku bisa menjawab, sebuah panel mendesis terbuka di
belakangnya. Lengan-lengan Orff yang kuat dan hampir tidak terlihat
menangkapnya.
Ia segera diseret ke dalam, dan panel segera menutup.
BAB 27 Sebuah celah merah. Satu-satunya jalan masuk ke markas Yeerk.
Aku berusaha sekuat tenaga melawan tekanan yang luar biasa untuk
bisa turun. Sebuah celah vertikal sempit mendekat terlalu cepat. Rupanya
aku salah perhitungan. Satu-satunya solusi mungkin, adalah memiringkan tubuhku. Satu
sayap membentang ke tanah dan satunya lagi membentang ke langit. Aku
meratakan tubuhku dan bersiap.
Whhhuuuummmpppff! Rongga tulang burungku patah akibat memaksakan tubuh besar
Falcon ku terbang melewati celah.
Wham! Aku menabrak dinding marmer dan jatuh menghantam lantai batu.
Tetaplah sadar, Jake. Tubuhku remuk dan tak dapat digerakkan.
Penglihatanku menjadi hitam.
Dengan lemah, aku melihat ke arah celah sempit tadi. Apakah aku
berhalusinasi" Seekor elang asli bertengger di atas Gargoyle. Seekor
elang ekor merah sedang menatapku.
Bentuk manusiaku. Manusia"
Ajaibnya, tulang-tulang yang remuk mulai menyatu dan tumbuh.
Terbang, bunuh, makan, lindungi. Naluri burung pemangsa perlahan
memudar dan tergantikan oleh pikiran manusia yang bingung.
Aku bangun. Aku mengikuti suara langkah Cassie di koridor. Gedung
mulai bergetar lagi seraya sinar bulan mulai aktif kembali.
Waktu semakin sempit. Aku morf kembali sambil berlari, melompat-lompat tanpa suara dengan
cakar Siberia besar ke arah panel merah di ujung lorong.
Ka-blam! Aku membanting penghalang setebal setengah inchi. Pintu segera
menjeblak terbuka dan menampilkan sebuah ruangan besar dengan layar
komputer. Empat Orff bersenjata berdiri di atas peron yang tinggi.
Dua baris Hork-Bajir. Dan suara mengamuk dari atas.
"Kau lagi!" Itu Marco, melotot turun ke tengah ruangan dengan panel kontrol
melayang berbentuk setengah lingkaran.
Sebuah tampilan hologram besar di depan ruangan menampilkan
gambar bulan. Disamping gambar bulan tersebut, terdapat pemandangan
asli gedung Chrysler. Puncaknya bersinar putih terang. Nomor dibawahnya
berdetak dengan detik 00:28, 00:27.
"Jangan coba-coba," Marco menggertak. "Tidak ada satu pun dari
kalian yang bisa menghentikannya." Ia bergerak ke arah dinding jendela,
dimana Cassie terikat . "Dalam beberapa menit lagi, bulan akan menyala dan menyinari
Yeerk. Kami akan berkuasa. Bumi akan menjadi milik kami selamanya."
Sebuah panel di belakang Cassie menjeblak terbuka, memperlihatkan
langit merah. "Dan untuk merayakannya, kami memutuskan untuk melemparkan
teroris ke langit." Aku terlonjak. "Tangkap dia!" TSEEW! TSEEW! Sinar Dracon menghanguskan lantai di bawah cakarku. Para HorkBajir menyebar ke segala arah. Aku terkena! Mata pisau yang tajam
menggores leher dan punggungku. Tidak sakit. Belum. Aku tidak akan
membiarkan rasa sakitku. Bahkan sekalipun dengan darah yang mengucur
dari lukaku dan membasahi bulu-buluku.
Aku melawan dengan liar. Darah ungu dan biru dari Hork-Bajir
bergelimpangan. Lima Hork-Bajir tumbang. Sekelompok Hork-Bajir lainnya bersiap
untuk mengepungku. Tidak!
Dengan dorongan kaki belakangku, aku menerkam ke arah penyerang
terdekat. Mendarat keras di atas dua Orff.
"Tangkap dia, dasar tolol!"
Aku mengoyaknya dengan panik. Melempar pistol Dracon mereka
seperti ranting pohon. Aku bergerak untuk menyelesaikan pertarungan.
"Rrrroooaaarrr!"
Leher Orff yang lunak tertusuk taringku bagai mentega halus yang
ditusuk oleh pisau. Tapi rasanya!
Aku mundur sambil meludah dan memuntahkannya.
Racunnya. Rasa racun! Sebelum aku bisa pulih kembali, salah satu Orff mencekik leherku. Orff
kedua menjepit kakiku dan Orff ketiga menendang perutku dengan liar. Aku
menggigit salah satu kaki Orff, memutuskan arterinya. Mengunyah tulang
kakinya dengan taringku, memaksa diriku untuk mengabaikan rasanya.
Ia tumbang. Satu Orff di punggungku mengeratkan cengkeramannya. Kami
terjebak. Seperti gaya pegulat Yunani yang tidak tahu aturan.
Animorphs - 41 The Familiar di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Angka di bawah hologram menunjukan 00:14, 00:13
Tidak! Marco berdiri dengan tegap, merasakan kemenangan. Matanya
terpaku pada hologram. Tinjunya mengepal.
Sebuah teriakan! Cassie! Terlempar ke luar jendela, ke dalam langit merah.
BAAM! Dengan keras, aku menabrakan tubuh Orff di belakangku ke dinding.
BAAM! Ia bergulat dan kehabisan napas. melawan. Mencoba mencekikku. Membuatku BAAM! Aku menabrakannya lagi. Gerakannya melambat dan cengkramannya
mengendur. Ia ambruk ke lantai. Jantung hijaunya menumpahkan darah dari
pembuluhnya yang pecah. Aku melihat jendela. Cassie.
Dan kemudian, entah bagaimana" sebuah tangan menggapaiku.
Tangan Cassie. Ia tidak mati!
Dalam beberapa detik lagi sinar bulan akan menembak, menembak
dari gedung Crhysler dengan tepat dan sempurna.
Tangan Cassie. Sebuah tombol besar merah terlihat dari kontrol panel Marco,
terlindung di balik kaca. Kata MATIKAN terukir di atasnya.
Cassie" Dunia" Aku tahu apa yang harus ku lakukan. Tidak ada waktu untuk
memutuskan. Aku sudah melihat tujuanku.
Selamatkan apa yang lebih berharga di atas segalanya.
Aku melompat. 00:05, 00:04 BAB 28 P I L I H A N Y A N G M E N A R I K.
Segalanya menjadi hitam saat aku mendengar suaranya.
Suara yang aneh. Agak tua namun muda. Agak pria namun juga
wanita. Bergema di dalam pikiranku seperti bahasa pikiran yang sangat
jauh. Itu bukan Ellimist. Bukan. Suara itu belum pernah ku dengar.
MEREKA MEMILIKI SEGMEN PIKIRAN YANG ANEH: SADAR, TIDAK
SADAR, DAN KEMAMPUAN UNTUK MENYATUKAN KEDUANYA.
MEREKA AKAN BANYAK BELAJAR. MANUSIA INI"
Siulan burung. Cahaya matahari menerpa wajahku. Terasa hangat.
Aku membuka mataku. Tertampang sebuah meja kayu dengan sebuah
komputer di atasnya. Poster Star Wars episode 1 tertampang di
dindingnya. Buku-buku sekolah berserakan di lantai. Baju-baju kotor
berceceran dari lemari. Sepatu olahraga usang, seprai katun.
Dari bawah tercium aroma waffle.
membicarakan tentang permainan ganda. Ibu.
Ayah. Seorang wanita Kamarku. Rumahku" Aku melompat dari ranjang.
Tubuh Schwarzenegger hanyalah sejarah. Tanganku adalah tanganku
lagi. Aku menyeka daguku. Tak ada jenggot. Semuanya halus.
Aku meraih telepon. Ku pencet nomornya. Otot-ototku terasa sakit.
Aku bahkan tidak tahu aku memilikinya.
Brrrrr-ing. Ayolah. Angkat. Brrrrr-ing. Angkat! Aku ingin mendengar suara seorang gadis. Dalam dan muda. Ceria
dan bijaksana. Jantungku berdebar.
Cahaya matahari menyinari tubuhku. Aku menaruh tanganku di
dadaku, merasakannya"
Lencanaku! Aku melepaskannya.
Aku terbelalak. Tanganku mencengkeram udara.
genggamanku, tidak ada apa-apa.
Kemudian Gambaran itu masih membayangi pikiranku.
Hork-Bajir mati menjulang di atasku.
Orff mencengkeram tanganku.
David. Ledakan pikiran. Howler. Nyanyian aneh anak-anak. Aroma kematian. Penutup Mylar ku terbang diterpa angin.
Tubuh tua dan penuh luka dari teman-temanku.
Elfangor. Petir. Hujan. Tergelincir"
Brr" aku membuka "Hello?" Waktu terhenti. Segalanya menjadi sunyi. Kecuali suara detak jantungku.
Aku tahu sekarang. Aku telah membuat pilihan. Aku tahu apa yang
telah ku pilih. Keterbatasanku dan prioritasku.
"Ini Jake," Kataku.
Tidak ada jawaban. "Ini Jake." Kataku lagi, suaraku gemetaran seperti aku tidak pernah
berbicara dengannya sebelumnya.
Seolah-olah ini adalah panggilan pertama yang pernah ku lontarkan.
Hanya menelepon untuk hal penting.
"Cassie, aku hanya ingin menanyakan apa yang harus ku tanyakan
kemarin, apa kau baik-baik saja?"
Note: Sebenarnya endingnya gantung sih. Aku sudah cari beberapa artikel
yang ngasih review tentang chapter ini, rata-rata komentarnya endingnya
memang gantung. Akhirnya, kita masih tidak tahu apa yang Jake pilih
untuk terkahir kali. Menyelamatkan Cassie atau menyelamatkan dunia.
Tapi semoga di chapter-chapter selanjutnya akan dibahas lagi mengenai
pilihan Jake dan siapa dalang dibalik mimpi Jake ini. Yah, kita tunggu saja
chapter selanjutnya. Btw, terima kasih yang sudah menunggu hasil translate Animorphs 41!
JOIN US NOW!! Kami sedang mencari teman-teman sesama pecinta
Animorphs untuk bergabung bersama kami dalam :
"Animorphs Translation Project Indonesia"
Kami memiliki tujuan untuk melanjutkan
penerjemahan Animorphs yang terhenti pada serial ke27 di Indonesia. Sampai saat ini sudah ada beberapa
serial Animorphs yang diterjemahkan secara pribadi.
Namun, seperti layaknya para prajurit Animorphs
yang selalu bersama dalam memerangi invasi Yeerk,
tentu akan lebih baik jika kita melakukan translation
project ini secara bersama-sama juga, kan"
So, jangan ragu lagi! Kami tunggu partisipasi kamu
di : animorphsindonesia.blogspot.com
See ya! - Anna - Pendekar Misterius 1 Roro Centil 25 Tragedi Pulau Berhala Pendekar Muka Buruk 5