Ceritasilat Novel Online

Across Nightingale Floor 3

Across The Nightingale Floor Kisah Klan Otori Karya Lian Hearn Bagian 3


108 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
DENGAN membawa sedikit harapan tentang masa depannya, Kaede meninggalkan
kastil Noguchi tanpa ada penyesalan. Selama perjalanan ia tidak mampu menahan rasa
takjub atas semua yang ia lihat. Selama delapan tahun ia menjadi tawanan di Noguchi,
ia tidak hanya menghabiskan waktu di balik dinding.
Awalnya Kaede dan Lady Maruyama melakukan perjalanan dengan menggunakan
tandu yang diangkat oleh beberapa orang, namun tandu yang selalu bergoyang-goyang
membuat Kaede mual. Maka saat mereka berhenti untuk beristirahat, Kaede memaksa
keluar dan berjalan kaki bersama Shizuka. Cuaca saat itu sangat panas, matahari
bersinar begitu terik. Shizuka memakaikan topi lebar dan memegang payung untuk
melindungi seluruh tubuh Kaede.
"Kulit Lady Shirakawa tak boleh terlihat kecoklatan di depan calon suami, seperti
kulitku yang kecoklatan ini," dia berkata sambil tertawa terkekeh-kekeh.
Mereka beristirahat sejenak di penginapan pada saat tengah hari, lalu melanjutkan
perjalanan beberapa mil lagi sebelum malam. Di saat berhenti, Kaede memikirkan
berbagai hal yang ia lihat selama perjalanan: padi yang hijau cemerlang, begitu lembut
dan subur menyerupai bulu-bulu hewan; air sungai yang berada di sisi jalan
memercikkan kejernihan; gunung yang membentuk barisan diselimuti pepohonan yang
hijau dan bunga liar yang berwarna merah. Tampak pula orang yang berlalu-lalang di
jalan: para ksatria dalam balutan baju baja dengan pedang di pinggang sambil menunggang kuda; petani membawa alat bertani; gerobak kuda, pengemis dan pedagang
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 109 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
keliling. Kaede seharusnya tidak boleh menatap mereka, dan mereka harus membungkuk
ketika iring-iringan lewat, tapi Kaede mencuri pandang untuk melihat wajah mereka,
sama seperti yang mereka lakukan saat memandangi dirinya.
Mereka ditemani beberapa pengawal Lady Maruyama yang dipimpin oleh Sugita.
Dia nampak akrab dengan sang Lady layaknya seorang paman. Kaede juga rnenyukai
Sugita. "Aku gemar berjalan-jalan saat seusiamu," kata Lady Maruyama saat mereka
menyantap hidangan malam. "Jujur saja, sampai sekarang aku masih senang melakukan
perjalanan, hanya saja aku takut terkena sinar matahari."
Dia menatap kulit Kaede yang belum berkeriput. Seharian dia memperlakukan
Kaede dengan ramah, tapi Kaede tidak bisa melupakan kesan pertama saat wanita ini
menunjukkan rasa tidak suka pada dirinya.
"Kau menunggang kuda?" tanya Kaede. Ia merasa iri pada laki-laki yang berada di
atas kuda: mereka tampak begitu berkuasa dan bebas.
"Kadang aku menunggang kuda," jawab Lady Maruyama. "Tapi, saat melewati
wilayah Tohan, aku menjadi wanita yang lemah, sehingga aku memakai tandu."
Kaede memandangi sang Lady dengan penuh tanda tanya. "Tapi menurut kabar,
Lady Maruyama sangat berkuasa," kata Kaede pelan.
"Kekuasaanku harus disembunyikan bila berada di dekat laki-laki," jawabnya, "atau
mereka tanpa ragu akan menghancurkanku."
"Aku belum pernah menunggang kuda," kata Kaede mengaku.
"Tapi, anak ksatria harus bisa menunggang kuda!" seru Lady Maruyama. "Keluarga
Noguchi tidak mengajarimu?"
"Mereka tidak mengajariku apa pun," jawab Kaede pedih.
"Kau tidak diajari menggunakan pedang maupun belati" Panah juga tidak?"
'Aku tak tahu kalau wanita juga belajar semua itu."
"Di wilayah Barat, mereka melakukannya." Sejenak tiuasana hening. Kaede yang
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 110 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
merasa masih lapar lalu mengambil sedikit nasi lagi.
"Apakah Noguchi memperlakukanmu dengan baik?" tanya Lady Maruyama.
"Awalnya tidak, tidak sama sekali." Kaede merasa seakan dirinya terbelah antara
kebiasaannya yang selalu menanggapi pertanyaan dengan berhati-hati, terutama
tentang dirinya, dan keinginannya untuk mempercayal wanita yang memiliki kesamaan
klas dengan dirinya. Di ruangan ini mereka berdua terpisah dari Shizuka dan pelayan
Lady Maruyama, Sachie, yang duduk tenang sehingga Kaede lupa akan kehadiran
mereka. "Setelah kejadian pada seorang penjaga, aku dipindah ke rumah mereka."
"Sebelumnya?" "Aku serumah dengan para pelayan di kastil."
"Keterlaluan," kata Lady Maruyama dengan nada pahit. "Noguchi berbuat begitu"
Padahal kau dari klan Shirakawa..." Dia menunduk, lalu berkata, "Aku mencemaskan
anakku, dia menjadi tawanan Lord Iida."
"Keadaannya tidak begitu buruk saat aku masih kanak-kanak," kata Kaede. "Semua
pelayan sayang padaku. Namun, ketika musim panas tiba dan aku bukan lagi anak
kecil, meskipun belum dapat dikatakan dewasa, tak ada orang yang mau melindungiku.
Sampai suatu ketika ada penjaga yang menemui ajalnya..."
Masih trauma akan kejadian itu, suaranya menjadi tersendat. Emosinya meluap,
membuat matanya penuh dengan air mata. Kenangan beberapa waktu lalu kini datang
lagi menyergapnya: tangan penjaga itu, belati, darah, kematian orang itu di depannya.
"Maaf," bisik Kaede.
Lady Maruyama meraih tangan Kaede. "Anak yang malang," katanya sambil
meremas jari Kaede. "Semua anak yang malang, semua anak perempuan yang malang.
Andai aku mampu membebaskan kalian semua."
Tidak ada yang Kaede inginkan saat ini kecuali menangis, melepas semua beban di
hatinya. Dia berusaha mengendalikan diri. "Setelah kejadian itu, mereka memindahkan
aku ke rumah Noguchi. Setelah diberi pelayan pribadi, pertama bernama Junko, dan
kemudian Shizuka, barulah hidupku berubah lebih baik. Sebelumnya aku akan
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 111 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
dinikahkan dengan laki-laki tua. Aku lega orang itu mati. Tapi, orang mulai menyebar
rumor bahwa setiap orang yang menginginkan diriku pasti mati."
Kaede mendengar desah napas Lady Maruyama. Selama beberapa saat mereka
terdiam. "Aku tak ingin menjadi penyebab kematian orang-orang itu," kata Kaede dengan
pelan. "Aku takut menikah. Aku tidak mau Lord Otori mati karenaku."
Lady Maruyama membalas ucapannya itu dengan lirih. "Kau tak boleh berkata
seperti itu, apalagi memikirkannya."
Kaede memandangnya. Wajah orang ini terlihat memucat di bawah sinar lampu,
seolah cemas. "Aku sangat lelah," lanjut sang Lady. "Maaf, aku tak dapat berbincang lebih
banyak lagi. Lagipula perjalanan kita masih jauh." Dia memanggil Sachie. Semua
nampan makanan diangkat dan kasur pun dibentangkan.
"Apakah aku salah bicara sehingga dia menjadi tersinggung?" bisik Kaede. "Aku
tidak memahami dia. Kadang dia ramah, dan kadang dia melihatku seakan-akan aku
adalah racun baginya."
"Kau hanya berkhayal," ujar Shizuka dengan santai. "Lady Maruyama
menyukaimu. Terlepas dari semuanya, kau adalah kerabat terdekatnya."
Benarkah?" tanya Kaede dengan ragu dan, setelah Shizuka mengiakan dengan
anggukan, dia lalu bertanya lagi, "Apakah itu penting?"
"Sendainya terjadi sesuatu pada dia dan anaknya, maka kaulah yang menjadi
pewaris Maruyama. Tak ada yang mengatakan ini karena Tohan masih berharap bisa
menguasai wilayah itu. Hal ini juga yang menjadi salah satu alasan mengapa Iida
memaksamu pergi ke Noguchi sebagai tawanan."
Melihat Kaede terdiam, Shizuka lalu melanjutkan, "Kau bahkan lebih penting dari
Lady Maruyama!" "Jangan mengolok-olok! Aku merasa seperti tersesat di dunia ini. Aku merasa
seperti tidak tahu apa-apa!"
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 112 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
Kaede pergi berbaring, benaknya masih dipenuhi berbagai macam pikiran. Dia
sadar bahwa Lady Maruyama juga tidak bisa tidur, dan keesokan paginya wajah cantik
wanita itu terlihat letih dan lesu. Namun dia berbicara pada Kaede dengan ramah dan,
saat mereka hendak berangkat, dia memberi Kaede seekor kuda jantan. Sugita
mengangkat Kaede ke punggung kuda dan, di awal perjalanan, seorang pengawal
berjalan sambil menuntun kudanya. Kaede teringat pada kuda poni yang pernah ia
tunggangi di saat kecil, dan kemampuan berkudanya kini mulai muncul. Shizuka tidak
membiarkan Kaede berkuda seharian. Dia mengatakan kalau nanti badannya akan sakit
dan pegal, namun Kaede menikmati saat-saat berada di atas punggung kuda, dan tak
sabar untuk mendaki gunung lagi. Irama langkah kaki kuda membuat dirinya lebih
tenang dan pikirannya tak lagi kacau.
Selama menunggang kuda, Kaede mencemaskan ketidaktahuannya tentang dunia
yang kini ia masuki. Ia tidak ubahnya sebuah bidak yang dimainkan oleh para
bangsawan. Dan Kaede menantikan saat untuk dapat menjadi lebih dari sekadar bidak,
tidak sabar untuk segera memahami teknik permainan dan menjadi pemain.
Ada dua peristiwa lain yang juga mengganggunya. Pada suatu sore, saat beristirahat
di persimpangan jalan, mereka bertemu sekelompok orang berkuda yang datang dari
barat daya, seperti telah diatur. Shizuka berlari menyapa mereka dengan cara yang biasa
dia lakukan, penasaran untuk tahu darimana mereka berasal dan kabar apa yang mereka
bawa. Dengan malas Kaede menatap Shizuka yang sedang berbicara pada salah seorang
laki-laki dari rombongan itu. Orang yang diajak hicara mencondongkan badan lebih
rendah dari pelana, lalu mengatakan sesuatu pada Shizuka. Shizuka menganggukangguk dengan serius, kemudian orang itu menepuk kudanya. Kuda itu melangkah
maju. Terdengar tawa keras para laki-laki, dan diikuti tawa nyaring Shizuka, tapi
Kaede merasa ada yang baru pada diri gadis Yang kini menjadi pelayannya itu, suatu
kekuatan. Setelah kejadian itu, Shizuka kembali bersikap seperti biasa, berteriak bila melihat
keindahan alam yang mereka lalui, memetik seikat bunga liar, bertukar sapa dengan
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 113 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
setiap orang yang dia temui.
Pada suatu malam ketika sampai di penginapan, Kaede melewati sebuah ruangan,
dan melihat Shizuka sedang berbicara serius dengan Lady Maruyama, bukan seperti
pelayan karena mereka berdua duduk berlutut. Sewaktu melihat Kaede datang, mereka
langsung mengganti pembicaraan, mereka membicarakan tentang cuaca dan persiapan
untuk besok. Kaede merasa dikhianati karena Shizuka pernah mengatakan, orang
seperti aku tak pernah bertemu dengan orang seperti Lady Maruyama. Tapi tadi
terlihat jelas kalau mereka memiliki hubungan. Hal ini membuat Kaede cemas dan
cemburu. Ia sangat bergantung pada Shizuka dan ia tak ingin membaginya dengan
orang lain. Hari semakin panas dan perjalanan semakin tidak menyenangkan. Suatu hari,
bumi bergetar beberapa kali, membuat Kaede gelisah. Ia tidak bisa tidur karena terganggu oleh rasa cemas dan juga karena kehadiran nyamuk dan serangga lainnya. Ia tak
sabar menanti akhir perjalanan ini, walaupun ia juga cemas saat nanti di kota Tsuwano.
Setiap ia hendak menanyakan hubungan Shizuka dengan Lady Maruyama, ada saja
yang halangannya. Meskipun tetap memperlakukan ia dengan baik, namun Kaede
tidak lagi mempercayai sang Lady. Ia menanggapi perkataan sang Lady dengan hatihati. Selera makannya pun hilang.
Shizuka mengomeli di malam harinya saat Kaede mandi. "Semua tulangmu
menonjol, Lady. Kau harus makan! Apa tanggapan suamimu nanti?"
"Jangan bicara soal suamiku!" Kaede menyela, "Aku tak peduli apa yang dia
pikirkan. Semoga dia benci melihatku, lalu meninggalkanku!"
Tapi kemudian Kaede merasa malu karena apa yang ia katakan sangatlah kekanakkanakan.
Ketika akhirnya tiba di Tsuwano dengan menunggang kuda di jalan yang kecil,
barisan gunung mulai terlihat gelap, menutupi matahari yang mulai terbenam. Semilir
angin berhembus dari sawah yang bertingkat-tingkat, mirip ombak. Teratai
memamerkan daunnya vang hijau bak zamrud raksasa, dan di sekeliling sawah terdapat
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 114 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
bunga-bunga liar yang mekar dalam warna pelangi. Cahaya sore telah merubah warna
dinding-dinding yang putih di kota ini menjadi merah jambu dan keemasan.
"Kota ini nampak menyenangkan!" seru Kaede.
Lady Maruyama yang berkuda di depan membalikkan badan. "Kita tak lagi di
wilayah Tohan. Ini wilayah Otori," katanya. "Di kota ini kita menunggu kedatangan
Lord Shigeru." Keesokan paginya, Shizuka memberi Kaede pakaian vang aneh, berbeda dengan
kimono yang biasa Kaede pakai.
"Lady harus belajar pedang," kata Shizuka sambil menunjukkan cara memakai
pakaian itu. Dia memandang Kaede dengan pandangan puas. "Selain rambut, Lady
Kaede seperti laki-laki," ujarnya dan mengangkat rambut tebal Kaede ke atas,
menjauhkan dari wajahnya, kemudian mengikatnya ke belakang dengan tali kulit.
Kaede menggerakkan tangan, dan meraba sekujur tubuhnya, Pakaian ini terasa
berat dan juga longgar. Pakaian ini berbeda sekali dengan pakaian yang pernah ia
kenakan. Pakaian ini bisa menyembunyikan bentuk badannya dan ia pun dapat
bergerak bebas. "Siapa yang suruh?"
"Lady Maruyama. Kita akan menunggu di sini selama beberapa hari, mungkin
seminggu sebelum rombongan dari Otori tiba. Lady Maruyama ingin kau tetap sibuk
agar tidak jenuh." "Lady Maruyama sungguh baik," kata Kaede. "Siapa yang akan mengajariku?"
Shizuka hanya menjawab dengan tertawa kecil. Dia mengajak Kaede ke seberang
jalan dari tempat mereka menginap, ke sebuah bangunan yang berlantai kayu. Di
tempat itu, mereka melepas sandal dan memakai sepatu yang ada pemisah antara ibu
jari dengan jari lainnya. Shizuka memberi Kaede sebuah topeng yang berguna untuk
melindungi wajah, dan mengambil dua tongkat kayu dari rak yang ada di dinding.
"Lady pernah belajar bertarung dengan menggunakan tongkat?"
"Pernah, sewaktu kecil," balas Kaede. "Sejak aku bisa berjalan."
"Kalau begitu, kau akan segera ingat lagi." Shizuka memberikan kepada Kaede
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 115 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
sebuah tongkat. Shizuka mememgang tongkat lainnya dengan kedua tangannya, lalu
dia melakukan serangkaian gerakan lentur. Tongkat bergerak di udara secepat kilat.
"Bukan seperti itu!" kata Kaede heran. Ia mengira Shizuka melakukan itu tanpa
tenaga. Shizuka tertawa kecil, penampilannya kini berubah dari seorang ksatria menjadi
pelayan yang berkepala kosong. "Lady Kaede pasti akan ingat lagi semua pelajaran yang
dulu! Ayo kita mulai."
Kaede merasa kedinginan, meskipun cuaca musim panas di pagi ini terasa hangat.
"Kaukah gurunya?"
"Oh, aku hanya tahu sedikit, Lady. Yang kau tahu mungkin sama banyaknya
denganku. Kurasa tak ada sesuatu yang bisa kuajarkan."
Meskipun Kaede dapat mengingat gerakan yang pernah ia pelajari dan
diuntungkan karena tinggi serta memiliki kemampuan alami, tapi kemampuan Shizuka
jauh melebihi dirinya. Saat hari menjelang siang, Kaede merasa letih dan marah. Ketika
Shizuka berlaku sebagai pelayan, dia melakukan apa saja untuk menyenangkan Kaede,
tapi sebagai guru, dia tidak mengenal ampun. Setiap gerakan harus sempurna. Ketika
Kaede merasa telah menemukan iramanya, Shizuka menyuruhnya berhenti lalu
memberitahukan bahwa keseimbangannya berada di atas kaki yang salah. Di lain
waktu, saat mereka scdang berlatih, Shizuka memberitahukan titik lemahnya kalau
diserang. Akhirnya Shizuka memberi tanda kalau latihan telah selesai. Dia meletakkan


Across The Nightingale Floor Kisah Klan Otori Karya Lian Hearn di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kedua tongkat ke tempatnya, melepaskan pelindung wajah, lalu menyeka wajah Kaede
dengan handuk. "Bagus," kata Shizuka. "Lady memiliki keahlian yang sangat baik. Kita akan
mengejar tahun-tahun ketinggalanmu."
Dengan banyaknya kegiatan fisik, kaget karena tahu keahlian Shizuka, dan pakaian
aneh membuat kendali diri Kaede pecah. Ia meraih handuk dan membenamkan wajah
ke handuk itu lalu menangis tersedu-sedu.
"Lady," bisik Shizuka, "Lady jangan menangis. Tak ada yang perlu ditakutkan."
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 116 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
"Siapa dirimu sebenarnya?" teriak Kaede, "Mengapa kau berpura-pura" Kau
mengatakan tak mengenal Lady Maruyama!"
"Aku ingin mengatakan semuanya, tapi sekarang bukanlah saat yang tepat.
Tugasku yaitu menjagamu. Arai yang mengirimku."
"Kau mengenal Arai" Kau mengatakan kalau kau hanya satu kota dengannya."
"Kami memang dari kota yang sama, tapi kami lebih dekat dari itu. Arai sangat
menghormatimu. Dia merasa berhutang budi padamu. Sewaktu dikucilkan Lord
Noguchi, dia benar-benar marah. Dia merasa terhina karena ketidakpercayaan Lord
Noguchi, dan juga karena perlakuan mereka kepadamu. Begitu mendengar kau akan
menikah di Inuyama, dia langsung mengatur agar aku bisa menemanimu."
"Mengapa" Apakah ada bahaya di sana?"
"Inuyama adalah tempat yang berbahaya. Apalagi saat ini, Tiga Wilayah diambang
peperangan. Setelah persekutuan dengan Otori ditetapkan melalui pernikahanmu, Iida
pasti akan menyerang Seishuu."
Bias cahaya matahari menembus debu-debu yang berhamburan saat mereka
berlatih pedang. Dari luar kisi-kisi jendela, Kaede mendengar arus air di kanal, teriakan
pedagang jalanan, dan juga tawa anak-anak. Semua nampak begitu sederhana dan
terbuka, seperti tak ada rahasia suram yang tersembunyi di baliknya.
"Aku hanyalah sebuah bidak," ujar Kaede perih. "Kalian akan mengorbankan aku,
sama seperti yang akan Tohan lakukan."
"Tidak, Arai dan aku adalah pelayanmu, Lady. Arai telah bersumpah akan
melindungimu dan aku mematuhinya," Shizuka tersenyum, wajahnya tiba-tiba terlihat
bersemangat. Mereka sepasang kekasih, pikir Kaede. Ia merasa cemburu karena harus berbagi
perhatian Shizuka dengan orang lain. Ingin Kaede bertanya, Lalu bagaimana dengan
Lady Maruyama" Apa perannya" Dan bagaimana dengan orang yang akan kunikahi"
Tapi, ia takut mendengar jawabannya.
"Cuaca terlalu panas untuk berlatih lagi," ujar Shizuka. Dia mengambil handuk
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 117 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
dari Kaede dan menyeka keringat yang menetes ke matanya. "Besok aku akan
mengajarimu cara menggunakan belati."
Saat berdiri, dia menambahkan, "Jangan memperlakukan aku dengan berbeda. Aku
adalah pelayanmu, tidak lebih."
"Maafkan aku karena telah memperlakukanmu begitu buruk," ujar Kaede salah
tingkah. "Kau tidak pernah memperlakukan aku dengan buruk!" Shizuka tertawa. "Jika
pernah, kau masih terlalu lembut. Meskipun keluarga Noguchi tidak mengajarim
sesuatu yang berguna, tapi setidaknya kau tidak belajar kekejaman dari mereka."
"Aku belajar menyulam," kata Kaede, "tapi, tidak mungkin aku bisa membunuh
hanya dengan jarum."
"Bisa saja," kata Shizuka dengan santai. "Kelak aku akan mengajarimu."
Seminggu lamanya mereka menanti kedatangan bangsawan Otori. Cuaca semakin
panas dan gerah. Hampir setiap malam awan badai berkumpul mengelilingi puncak
gunung, dan di kejauhan kilat menyambar, meskipun hujan tidak juga turun. Setiap
hari Kaede berlatih cara bertarung dengan pedang dan belati. Pelajarannya dimulai pagi
hari, sebelum hari panas, dan keringat selalu membanjiri wajah dan tubuhnya.
Akhirnya, di suatu sore, ketika sedang membasuh muka dengan air dingin,
terdengar derap kaki kuda yang berbeda dari biasanya, dan disertai gonggongan anjing.
Shizuka memberi isyarat untuk melihat melalui jendela, "Lihat! Mereka sudah
datang! Bangsawan Otori sudah datang."
Kaede melihat melalui kisi-kisi jendela. Sekelompok orang berkuda mendekat.
Hampir semua orang memakai pelindung kepala dan baju baja, namun ada seorang
pemuda yang tidak memakai pelindung kepala. Usia pemuda itu tidak terpaut jauh
dengannya, dan rambutnya hitam bercahaya.
"Diakah Lord Shigeru?"
"Bukan," Shizuka tertawa. "Lord Shigeru yang berkuda di depan. Itu anak
angkatnya, Lord Takeo."
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 118 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
Shizuka mengatakan kata lord dengan nada sinis, yang kelak akan diingat Kaede.
Namun, saat ini ia tak memperhatikan perkataan Shizuka karena sedang menatap
pemuda itu, dan seakan-akan mendengar namanya disebut, pemuda itu lalu menoleh.
Mata pemuda itu memperlihatkan perasaan yang dalam, mulutnya tampak sensitif,
dan Kaede melihat karakter yang kuat dan juga kesedihan di wajahnya. Ada yang
terbakar di hatinya, rasa ingin tahu dan juga kerinduan, suatu perasaan yang tidak ia
pahami. Anak muda itu lalu melanjutkan berkuda. Setelah pemuda itu hilang dari
pandangan, Kaede merasa sebagian dari dirinya telah hilang. Seperti mayat hidup, ia
mengikuti Shizuka kembali ke penginapan. Sewaktu tiba di sana, Kaede gemetar.
Shizuka, yang salah mengartikannya, berusaha menenangkan.
"Lord Otori adalah orang yang baik. Kau tidak perlu takut. Tak akan ada yang
menyakitimu." Kaede diam, tidak bicara karena hanya satu kata yang ingin ia ucapkan, Takeo.
Shizuka merayu agar Kaede mau makan"pertama dia menyajikan sup hangat, lalu
mie dingin"tapi ia tidak memakannya. Shizuka membaringkannya. Kaede gemetar di
bawah selimut, matanya berbinar, kulitnya kering, tubuhnya tak bisa diam, mirip ular.
Guntur bergemuruh di pegunungan dan udara diliputi kabut.
Karena gelisah, Shizuka menyuruh orang untuk memanggil Lady Maruyama. Ia
datang bersama seorang laki-laki.
"Paman!" teriak Shizuka dengan gembira.
"Ada apa?" tanya Lady Maruyama sambil duduk berlutut di samping Kaede dan
meraba keningnya. "Dia sangat panas; dia pasti demam."
"Saat itu kami sedang berlatih," Shizuka menjelaskan. "Kami melihat kedatangan
bangsawan Otori, dan dia pun langsung demam."
"Bisakah kau sembuhkan dia, Kenji?" tanya Lady Maruyama.
"Dia takut akan pernikahannya," ucap Shizuka perlahan.
"Aku bisa mengobati demam, tapi bukan yang seperti ini. Maaf, aku tidak bisa,"
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 119 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
kata laki-laki tua itu. "Tapi aku akan membuatkan ramuan. Mungkin teh bisa
membuat dia tenang."
Kaede berbaring tidak bergerak dengan mata tertutup. Ia mendengar semua
pembicaraan itu dengan jelas, namun mereka seperti berbicara dari dunia lain, dirinya
masih belum dapat melepas ingatan saat tatapan matanya bertemu dengan mata Takeo.
Kaede memaksakan diri untuk menelan teh, Shizuka menopang kepalanya seolah-olah
ia anak kecil, dan tidak lama setelah itu Kaede tertidur. Ia terbangun karena gemuruh
guntur. Hujan turun, menetesi atap dan mengalir di bebatuan. Ia tersadar dari
mimpinya yang terasa nyata dan kini, saat ia membuka mata, mimpi itu lenyap. Hanya
satu yang ia tahu pasti, ia sedang jatuh cinta.
Rasa kaget, gembira, dan cemas datang silih berganti. Awalnya ia merasa akan mati
bila berjumpa pemuda itu, tapi kemudian ia merasa ingin mati bila tak berjumpa
pemuda itu lagi. Ia mengeluh pada dirinya: bagaimana mungkin ia jatuh cinta pada
anak angkat dari calon suaminya" Lalu ia berpikir: Pernikahan apa" Aku tidak akan
menikahi Lord Otori. Aku tidak akan menikahi siapa pun selain Takeo. Lalu ia
menertawai kebodohannya. Seakan-akan memang ada orang yang menikah atas nama
cinta. Aku selalu membawa bencana, pikirnya sejenak, Tapi bagaimana mungkin perasaan
ini bisa berubah menjadi bencana"
Ketika Shizuka kembali, Kaede meyakinkan kalau ia telah pulih. Demamnya yang
telah hilang kini berganti debaran jantung yang kencang sehingga matanya nampak
bersinar dan kulitnya bercahaya.
"Kau lebih cantik dari sebelumnya!" seru Shizuka saat memandikan dan membantu
Kaede memakai kimono yang telah disiapkan untuk acara pertunangan, saat pertama
kali ia akan berjumpa calon suaminya.
Lady Maruyama menyambut Kaede dengan penuh perhatian, menanyakan
kesehatannya. Kaede sadar akan kegugupan Lady Maruyama saat dia ikut ke ruangan
terbaik di penginapan yang telah disiapkan untuk Lord Otori.
Kaede mendengar beberapa orang sedang berbincang ketika pelayan membuka
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 120 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
pintu, dan mereka terdiam ketika melihatnya. Ia membungkuk, menyadari tatapan
mereka, ia tidak berani balas menatap. Ia bisa merasakan setiap getaran di tubuhnya
saat jantungnya berdetak kencang.
"Ini Lady Shirakawa Kaede," kata Lady Maruyama. Suaranya terdengar dingin,
pikir Kaede. Ia kembali bertanya-tanya, apa salahnya sampai wanita ini sangat
tersinggung. "Lady Kaede, kuserahkan kau pada Lord Otori Shigeru," Lady Maruyama
melanjutkan dengan suara lirih, hampir sulit didengar.
Kaede menegakkan badan. "Lord Otori," ucapnya pelan sambil mengangkat mata,
menatap wajah orang yang akan ia nikahi.
"Lady Shirakawa," Shigeru membalas dengan sopan. "Kami dengar kau kurang
sehat. Kau sudah pulih?"
"Terima kasih, aku telah sehat." Kaede menyukai wajah laki-laki ini, tatapan
matanya penuh kebaikan. Dia memang layak menyandang reputasinya, pikirnya. Tapi, bagaimana mungkin
aku menikahinya" Rona merah terasa menjalar di pipinya.
"Ramuanku tidak pernah gagal," kata orang yang duduk di samping kiri Lord
Shigeru. Kaede mengenali suara orang yang telah membuatkan teh, orang yang
Shizuka panggil paman. "Menurut kabar, Lady Shirakawa sangat cantik, tapi ternyata
dia jauh lebih cantik."
Lady Maruyama berkata, "Kau terlalu memujinya, Kenji. Jika seorang gadis tidak
cantik saat dia berusia lima belas tahun, maka dia tak akan pernah cantik."
Kaede merasa wajahnya bertambah merah.
"Kami membawa hadiah untukmu," kata Lord Shigeru. "Walaupun hadiah itu
akan terlihat pucat di sisi kecantikanmu, namun terimalah sebagai rasa hormat dan
kesetiaan dari klan Otori. Takeo."
Kaede dapat merasakan kalau Lord Otori berbicara dengan acuh, bahkan terkesan
dingin. Kaede membayangkan apakah calon suaminya itu akan selalu begitu.
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 121 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
Pemuda itu bangkit dan melangkah ke depan. Dia membawa sebuah nampan yang
dipelitur mengkilap. Di atasnya ada bungkusan dari kain sutera yang berwarna merah
jambu pucat dan dihiasi lambang klan Otori. Pemuda itu berlutut, lalu menyerahkan
hadiah itu kepada Kaede. Kaede membungkuk sebagai ucapan terima kasih.
"Ini anak angkat Lord Otori," kata Lady Maruyama. "Lord Otori Takeo."
Kaede tidak berani menatap wajah pemuda itu, ia hanya berani melihat tangan
Takeo. Jari pemuda itu nampak lentik, luwes dan bentuknya indah. Kulitnya adalah
kombinasi antara warna madu dan teh, dan kukunya nampak pucat. Kaede bisa
merasakan kalau pemuda ini pun tegang, seakan sedang mendengar, selalu mendengar.
"Lord Takeo," bisik Kaede.
Pemuda ini bukan seperti laki-laki dewasa yang takuti atau ia benci. Pemuda itu
hampir seusia dengan dirinya, rambut dan kulitnya menunjukkan tekstur remaja.
Debaran rasa ingin tahu yang ia rasakan kini datang lagi. Ia berharap bisa lebih
mengenal pemuda ini. Mengapa Lord Otori mengangkatnya" Siapakah dia
sebenarnya" Mengapa dia nampak begitu sedih" Dan mengapa ia merasa kalau pemuda
itu bisa mendengar isi hatinya"
"Lady Shirakawa." Nada suaranya rendah dan beraksen timur.
Kaede ingin sekali menatapnya. Ia mengangkat mata dan tatapan mereka bertemu.
Pemuda ini sedang memandangnya, kebingungan, dan Kaede merasakan ada sesuatu
yang melompat dari dalam diri mereka, seolah sedang bersentuhan.
Hujan yang semula mulai reda kini turun lagi dengan deras disertai guntur,
membuat suara-suara di ruangan ini tenggelam. Angin berhembus semakin kencang,
membuat cahaya lampu menari-nari dan bayangan memantul di dinding.
Semoga aku bisa duduk di sini untuk selamanya, pikir Kaede.
Lady Maruyama berkata tajam. "Kau telah bertemu orang ini, tapi belum sempat
diperkenalkan. Ini adalah Muto Kenji, teman Lord Otori dan guru Lord Takeo. Dia
akan membantu Shizuka melatihmu."
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 122 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
"Tuan," Kaede mengenalinya, sekilas ia menatap orang itu dari bawah bulu
matanya. Orang ini sedang menatapnya dengan kekaguman yang tidak dibuat-buat
sambil menggelengkan kepala seakan-akan tidak percaya. Dia seperti orang tua yang
baik, pikir Kaede, lalu: tapi dia tidak terlalu tua! Wajah orang ini seperti berubah
Kaede merasa lantai yang ia duduki bergerak karena gempa ringan. Tidak ada yang
bicara, tapi dari luar terdengar ada orang yang berteriak. Lalu, hanya angin dan hujan
yang terdengar. Kaede merasa kedinginan lagi. Ia tidak mau ada orang yang tahu perasaannya ini.
Semua orang penuh dengan kepura-puraan.*
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 123 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
SETELAH aku resmi menjadi keluarga klan Otori, aku mulai bertemu banyak anak
sebaya yang berasal dari keluarga ksatria. Banyak yang meminta Ichiro untuk menjadi
guru, dan dia pun setuju menerima murid lain. Ada dua muridnya yang kini menjadi
sahabat karibku, yaitu Miyoshi Gemba dan kakaknya, Kahei. Gemba setahun lebih tua
dariku. Sedangkan, Kahei berumur dua puluh tahun, dan terlalu tua untuk belajar dari
Ichiro, jadi dia hanya membantu Ichiro mengajarkan seni bertarung pada anak yang
lebih muda. Kini aku bergabung dengan pemuda klan Otori lain untuk berlatih tongkat dan
seni bela diri lainnya di aula yang sangat luas di seberang kastil. Di selatan kastil
terbentang lapangan luas untuk berkuda dan memanah. Kemampuan memanahku tak
juga membaik, namun aku cukup mahir dalam menggunakan tongkat dan pedang.
Setiap pagi, setelah dua jam dilatih menulis oleh Ichiro, aku dan beberapa murid
lainnya akan menunggang kuda melewati jalan kota yang berliku.
Di sore harinya, aku dan beberapa murid lainnya kembali ke Ichiro sambil kami
berjuang menahan rasa kantuk saat dia mengajari prinsip dasar Kung Tzu dan sejarah
Delapan Pulau. Titik balik sinar matahari di musim semi telah berlalu, sedangkan
Festival of the Weaver Star mulai berlangsung, seiring udara yang kian panas. Musim


Across The Nightingale Floor Kisah Klan Otori Karya Lian Hearn di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hujan telah berakhir, namun masih menyisakan kelembaban, dan badai pun mulai
mengancam. Para petani cemas. Mereka memperkirakan akan terjadi angin topan yang
jauh lebih buruk dari sebelumnya.
Aku masih tetap belajar dari Kenji, hanya saja latihan dilakukan pada malam hari.
Dia akan menjauh dari aula klan Otori, dan terus mengingatkanku agar tak
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 124 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
menampakkan keahlian yang kumiliki dari Tribe.
"Kaum ksatria masih menganggap kemampuanmu itu sebagai sihir," katanya.
"Nanti kau akan dianggap rendah."
Hampir setiap malam aku dan Kenji pergi keluar, dan aku berlatih cara bergerak
tanpa terlihat di kota yang tengah tertidur pulas. Kami memiliki ikatan yang ganjil.
Aku tak mempercayainya di siang hari. Aku telah diangkat oleh klan Otori, dan
kuberikan hatiku pada mereka. Aku tak ingin diingatkan bila aku adalah orang luar
atau orang aneh. Namun, keadaan berbeda saat hari berganti malam. Kemampuan
Kenji tidak ada habis-habisnya. Dia seperti membagi seluruh kemampuannya, dan aku
seperti orang rakus yang ingin mempelajari semuanya"sebagian karena dapat
memenuhi sisi gelap diriku, dan sebagian lagi karena aku harus terus berlatih untuk
mewujudkan harapan Lord Shigeru. Meskipun dia tidak pernah mengatakannya,
kurasa tak ada alasan lain yang bisa menjelaskan mengapa dia menyelamatkan aku di
Mino. Aku anak seorang pembunuh dari kalangan Tribe, dan kini aku resmi menjadi
anak angkatnya. Aku yang akan menemaninya ke Inuyama. Adakah tujuan lain untuk
pergi ke sana selain untuk membunuh Iida"
Sebagian besar orang yang berlatih bersamaku menerima kehadiranku karena Lord
Shigeru, dan aku tahu kalau mereka sangat menghormati Lord Shigeru. Hanya anakanak Shoichi dan Masahiro yang menyulitkanku, terutama anak yang tertua,
Yoshitomi. Rasa benciku pada mereka sama seperti benciku pada ayah mereka. Mereka
sombong dan bodoh. Kami sering bertarung menggunakan tongkat. Aku tahu mereka
ingin membunuhku. Suatu ketika, Yoshitomi hampir saja berhasil membunuhku bila
aku tidak segera mengeluarkan kemampuanku menjadi dua sosok di waktu yang bersamaan sehingga membuat dia terkecoh. Yoshitomi tidak pernah memaafkan apa yang
kulakukan, dia sering berbisik menghinaku: Penyihir. Penipu. Aku sebenarnya tak takut
pada niatnya untuk membunuhku ketimbang rasa takutku kalau aku yang akan
membunuhnya dengan alasan untuk membela diri. Peristiwa itu membuat kemampuan
pedangku semakin baik, namun aku lega saat tiba waktunya kami harus berangkat ke
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 125 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
Inuyama dan tak ada darah yang tertumpah.
Sekarang ini bukanlah waktu yang tepat untuk melakukan perjalanan karena cuaca
yang panas di musim semi ini, tetapi kami harus tiba di Inuyama sebelum Festival of the
Dead. Kami tidak mengambil jalan langsung melalui Yamagata, tapi ke selatan, ke
Tsuwano, yang kini menjadi batas wilayah Otori. Di kota ini, kami akan bertemu calon
mempelai wanita dan di tempat itu pula pertunangan akan dilangsungkan. Dari sana
kami akan ke Tohan melalui Yamagata.
Perjalanan ke Tsuwano sangatlah menyenangkan, walaupun cuaca sangat panas.
Aku tak perlu lagi belajar pada Ichiro, juga dari tekanan latihan. Apa yang kurasakan
hampir seperti liburan, berkuda ditemani Lord Shigeru dan Kenji. Hujan telah reda,
meskipun kilat menyambar semalaman sejak di sekitar daerah pegunungan. Kumpulan
awan menjadi kelabu, dan daunihun musim semi berserakan di sekitar kami, ibarat
lautan yang menghijau. Kami berkuda ke Tsuwano di siang hari, dengan mcmaksakan diri untuk terus
berjalan di terik matahari karena tujuan tidak jauh lagi. Aku menyesal perjalanan ini
akan segera berakhir, dan itu artinya akhir dari perjalanan yang menyenangkan. Aku
tidak dapat membayangkan apa yang akan terjadi kelak. Sungai-sungai di Tsuwano
mengalunkan nyanyian, sedangkan jalan jalan yang diapit kanal penuh sesak dengan
ikan emas gemuk berwarna keemasan dan merah. Kami sudah didekat penginapan
ketika sayup-sayup aku mendengar ada yang menyebut namaku. Suara itu berasal dari
bangunan panjang yang berdinding putih dan jendela berkisi, sejenis aula untuk latihan
bertarung. Aku tahu di dalam sana ada dua orang wanita, hanya saja aku tidak bisa
melihat mereka, dan aku bertanya-tanya, kenapa mereka di sana, dan kenapa ada yang
menyebut namaku. Ketika tiba di penginapan, aku mendengar suara yang sama di taman. Akhirnya
aku tahu kalau dia itu pelayan Lady Shirakawa, dan aku tahu bila sang lady sedang
kurang sehat. Kenji membesuknya dan kembali dengan membawa cerita tentang
kecantikan sang Lady, Namun karena ada badai dan aku cemas kuda akan gelisah,
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 126 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
maka aku segera ke istal tanpa mendengarkan ceritanya. Aku tidak berminat
mendengar kecantikannya, Aku membencinya karena dia berperan dalam jebakan yang
telah disiapkan untuk Lord Shigeru.
Setelah beberapa saat, Kenji dan pelayan Lady itu menemuiku di istal. Dia tampak
seperti gadis cantik, baik, dan berkepala kosong, bahkan sebelum dia menyeringai
kepadaku dengan cara yang tidak sopan dan memanggilku "Sepupu!" Dapat kulihat
kalau dia adalah anggota Tribe.
Dia menggenggam tanganku. "Aku juga Kikuta, tapi aku berasal dari pihak ibu.
Sedangkan Muto dari pihak ayahku. Kenji adalah pamanku."
Jari tangannya panjang dan ada garis lurus yang melintang di telapak tangan, sama
seperti jari dan telapak tanganku. "Hanya itu yang diwariskan kepadaku," ujarnya
menyesali. "Selebihnya, aku murni Muto."
Seperti Kenji, dia juga memiliki kekuatan untuk merubah sosoknya sehingga aku
tidak yakin bisa mengenalinya lagi. Awalnya, aku mengira dia masih belia; ternyata
umurnya sudah tiga puluh tahun dan memiliki seorang anak laki-laki.
"Lady Kaede sudah membaik," dia memberitahukan Kenji. "Tehmu membuatnya
tertidur, dan kini dia memaksa untuk bangun."
"Kau melatihnya terlalu keras," kata Kenji menyerigai. "Tidak tahukah kau kalau
cuaca sangat panas?" Kenji lalu menjelaskan kepadaku, "Shizuka mengajari Lady
Shirakawa cara bertarung dengan pedang. Dia juga bisa mengajarimu. Selama hujan,
kita akan tetap di sini."
"Mungkin kau bisa mengajari Takeo agar menjadi kejam," kata Kenji pada
Shizuka. "Itulah satu-satunya kelemahannya."
"Sulit mengajari orang untuk menjadi kejam," balas Shizuka.
"Shizuka memiliki sifat kejam," Kenji memberitahu. "Kau harus terus berada di
sampingnya!" Aku tidak menjawab. Aku agak kesal karena Kenji mengatakan kelemahanku pada
Shizuka, tak lama setelah kami bertemu. Kami di tempat yang teduh, letaknya di
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 127 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
halaman istal. Hujan membasahi jalan berbatu di depan kami, dan di belakang
terdengar beberapa kuda mengetuk-ngetukkan kaki.
"Apakah Lady sering demam?" tanya Kenji.
"Tidak juga. Baru sekarang dia demam seperti ini. Tapi dia memang tidak terlalu
kuat. Dia jarang makan dan kurang tidur. Dia mencemaskan pernikahan dan
keluarganya. Dia belum bertemu dengan ibunya sejak usia tujuh tahun, dan kini ibunya
sedang sakit." "Kau jadi sayang padanya," kata Kenji sambil tersenyum.
"Ya, walaupun pada awalnya aku datang karena disuruh Arai."
"Belum pernah aku melihat gadis yang secantik itu." Kenji mengakui.
"Paman! Kau jatuh cinta padanya!"
"Aku sudah tua," kata Kenji. "Aku hanya kagum melihat kecantikannya. Tapi, bila
semua berjalan lancar gadis itu akan menjadi pihak yang kalah."
Geledek bergemuruh hebat. Kuda-kuda menjadi liar dan meronta di istal. Aku
segera ke istal agar mereka tenang. Shizuka kembali ke penginapan dan Kenji pergi
mencari kamar mandi. Aku tidak bertemu mereka lagi hingga malam.
Setelah mandi dan memakai kimono resmi, aku menghadiri pertemuan pertama
antara Lord Shigeru dan calon isterinya. Kami membawa beberapa hadiah yang aku
ambil dari kotak besar. Menurutku, pertunangan harus menjadi peristiwa yang
membahagiakan, meskipun aku belum pernah bertunangan. Bagi calon pengantin
mungkin ini adalah saat yang menegangkan, namun pertunangan ini terasa begitu
menakutkan dan penuh dengan pertanda buruk.
Lady Maruyama menyambut kami dengan tatapan yang selalu tertuju pada Lord
Shigeru. Dia nampak jauh lebih tua dibanding saat aku bertemu dengannya di
Chigawa. Meskipun kecantikannya tidak berkurang, tapi kekecewaan telah membuat
garis keriput di wajahnya terlihat jelas. Dia dan Lord Shigeru tampak sangat dingin
pada semua orang, terutama pada Lady Shirakawa.
Kecantikan gadis itu masih membuat kami terpukau, meskipun Kenji telah
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 128 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
menunjukkan antusiasnya pada kecantikan gadis itu. Kini aku tahu mengapa Lady Maruyama menderita: itu pasti karena cemburu. Bagaimana mungkin laki-laki menolak
gadis yang begitu cantik" Tak ada yang akan menyalahkan Shigeru bila menerima
Kaede, selain untuk memenuhi janji pada pamannya. Namun pernikahan ini akan
membuat Lady Maruyama kehilangan, bukan hanya orang yang dia cintai selama
bertahun-tahun, tetapi juga sekutunya yang terkuat.
Suasana di ruangan ini membuatku tidak nyaman dan canggung. Aku melihat
derita dalam sikap dingin Lady Maruyama yang disebabkan oleh Kaede. Kulihat pipi
Kaede merona sehingga kulitnya semakin indah. Aku mendengar debaran jantung dan
desahan napasnya yang cepat. Dia tidak menatap kami, dia hanya menatap lantai. Aku
berpikir, Dia masih belia, dan ketakutan. Lalu dia mengangkat muka dan melihat
padaku beberapa saat. Aku merasa dia seperti terseret arus sungai, dan jika aku
mengulurkan tangan, aku bisa selamatkan dia.
"Jadi, Shigeru, kau harus memilih antara wanita yang paling kuat di Tiga Wilayah atau
gadis yang paling camtik," kata Kenji kemudian, saat kami sedang duduk
menghabiskan begitu banyak sake. Hujan seperti ingin menahan kami selama beberapa
hari di Tsuwano, rasanya kami tak perlu tidur lebih awal. "Seharusnya aku lahir sebagai
bangsawan." "Kau kan sudah beristeri," balas Shigeru.
"Isteriku ahli memasak, tapi lidahnya seperti nenenk sihir, dia gendut, dan tidak
suka bepergian," gerutu Kenji. Aku diam, merasa lucu karena aku tahu cara Kenji
memanfaatkan ketidakhadiran isterinya: pergi ke tempat yang menawarkan
kenikmatan. Kenji melanjutkan dengan lelucon, menurutku dia berusaha agar Shigeru mau
mengungkapkan isi hati, tapi Lord Shigeru hanya membalas dengan nada yang biasa.
Aku ingin segera tidur karena pusing akibat terlalu banyak minum sake, ditambah lagi
dengan bisingnya bunyi air hujan menetes di atap, mengaliri parit dan jalan bebatuan.
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 129 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
Air kanal meluap hingga ke tepian; di kejauhan aku mendengar riak air sungai yang
semakin kuat, seakan ingin merobohkan gunung.
Ketika terbangun di tengah malam, aku sadar kalau Shigeru tidak ada di kamar.
Aku mendengar dia sedang berbicara dengan Lady Maruyama, pembicaraan yang
begitu pelan sehingga hanya aku yang dapat mendengarnya. Mereka berbicara hampir
sama seperti pembicaraan setahun lalu. Aku mencemaskan resiko yang mereka ambil,
tapi juga kagum akan kekuatan cinta mereka yang tetap terpelihara walaupun mereka
jarang bertemu. Dia tidak akan menikahi Shirakawa Kaede, pikirku. Aku tidak tahu apakah ini
membuat aku senang atau cemas.
Aku begitu gelisah memikirkan mereka sehingga tidak bisa tidur sampai pagi.
Suasana pagi nampak kelabu dan mendung, tidak ada tanda-tanda cuaca akan berubah.
Angin topan yang datang lebih awal telah menyapu Wilayah Barat dan hujan turun
begitu deras sehingga terjadi banjir, jembatan rusak, dan jalan tidak dapat dilalui.
Semuanya serba berlumpur dan tercium bau busuk. Tungkai kaki dua ekor kuda
bengkak, dan seorang penjaga kuda tertendang di dadanya. Segera saja aku memesan
tapal kuda yang baru dan memanggil tabib untuk memeriksanya. Saat sedang
menyantap sarapan yang terlambat kumakan, Kenji mengingatkanku mituk berlatih
pedang, kegiatan yang paling kusukai.
"Apa rencanamu?" tanya Kenji, "Duduk-duduk sambil minum teh" Shizuka bisa
mengajarimu banyak hal. Kurasa hanya itu yang dapat kita lakukan selama di sini."
Setelah makan, aku mengikuti Kenji berlari melintasi hujan ke tempat berlatih.
Dari luar bangunan aku mendengar desiran dan ketukan tongkat yang beradu. Ada dua
orang laki-laki yang sedang bertarung. Setelah beberapa saat baru aku sadar bahwa
salah seorang dari mereka bukan laki-laki, tapi Shizuka. Dia lebih mahir dari lawannya,
tapi lawannya lebih tinggi dan lebih bersemangat sehingga pertarungan ini cukup
berimbang. Nampaknya Shizuka dapat saja mengalahkan lawannya, tapi hal itu tidak terjadi
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 130 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
sampai keduanya melepaskan penutup muka. Dan pada saat itulah aku sadar kalau
orang yang lebih tinggi itu adalah Kaede.
"Oh," kata Kaede dengan marah sambil menyeka wajah dengan lengan baju,
"Mereka menggangguku."
"Tidak ada yang boleh mengganggumu, Lady," kata Shizuka. "Itu kelemahanmu.
Kau kurang konsentrasi. Seharusnya kau tidak memikirkan yang lain, selain dirimu,
musuhmu, dan pedang."
Shizuka membalikkan badan, kemudian menyapa kami, "Selamat pagi, paman!
Selamat pagi, sepupu!"
Kami membalas sapaan Shizuka dan membungkuk hormat pada Kaede. Suasana
menjadi hening. Aku merasa rikuh. Belum pernah aku melihat perempuan di ruang
latihan, apalagi memakai pakaian latihan. Kehadiran mereka membuatku gugup.
Seperti ada sesuatu yang tak pantas. Aku tidak seharusnya berada seruangan dengan
calon isteri Shigeru. "Kami akan kemari lagi di lain waktu," ujarku, "Kapan kalian selesai?"
"Jangan pergi, aku ingin melihatmu bertarung melawan Shizuka," kata Kenji.
"Lady Shirakawa juga tidak perlu pergi. Akan sangat bagus bila Lady ikut menyaksikan
kalian bertarung." "Akan sangat bagus bila Lady Shirakawa berlatih melawan laki-laki," ujar Shizuka,
"Karena, jika pertarungan terjadi, dia tak bisa memilih lawannya."
Aku menatap Kaede sekilas dan melihat matanya agak melebar, tapi dia hanya
diam. "Baiklah, Shizuka harus bisa mengalahkan Takeo," kata Kenji masam. Kurasa
Kenji pasti sakit kepala akibat sake yang dia minum semalam, sama sepertiku.
Kaede lalu bersila di lantai seperti laki-laki. Dia melepas tali pengikat rambutnya
sehingga rambutnya terurai menyentuh tanah. Aku berusaha untuk tidak
memandangnya. Aku menangkap tongkat yang Shizuka lempar kepadaku, lalu aku mengambil
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 131 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
posisi kuda-kuda. Kami berdua saling bertahan dan menyerang, tak ada yang mengalah. Aku belum
pernah bertarung melawan perempuan sehingga aku enggan mengeluarkan seluruh
kemampuanku, takut akan melukainya. Namun secara mengejutkan, saat aku sedang
menyusun strategi, tiba-tiba saja dia sudah di depanku dengan pukulan yang cepat dan


Across The Nightingale Floor Kisah Klan Otori Karya Lian Hearn di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

meliuk-liuk sehingga tongkatku terlepas. Andai saja ini terjadi saat aku bertarung
melawan anak Masahiro, aku pasti sudah mati.
"Sepupu," dia berkata dengan marah. "Jangan menghinaku. Ayolah, jangan
sungkan." Aku berusaha lebih keras, namun Shizuka jauh lebih mahir dan kekuatannya
sungguh mengagumkan. Setelah dua kali bertanding dan setelah dia memberi beberapa
petunjuk, aku mulai menguasai jalannya pertarungan. Dia menyerah kalah dengan
berkata, "Aku telah beriarung melawan Lady Kaede dari pagi, sedangkan kau masih
segar dan lebih muda."
"Kurasa usiamu lebih dari separuh usia Takeo!" kata Kenji.
Aku tersengal-sengal. Keringat membanjiri tubuhku. Kuambil handuk dari Kenji
dan mengelap keringatku. Kaede bertanya, "Mengapa kau panggil Lord Takeo 'sepupu'?"
"Percaya atau tidak, kami ada hubungan keluarga dari pihak ibuku," ujar Shizuka.
"Lord Takeo tidak lahir sebagai bangsawan Otori, tapi diangkat."
Kaede menatap kami bertiga dengan wajah yang serius. "Kalian memang mirip.
Sulit untuk menunjukkannya secara tepat, tapi ada sesuatu yang misterius, rasa-rasanya
tak seorang pun dari kalian yang terlihat seperti apa adanya."
"Dunia ini nampak seperti apa adanya, itulah yang disebut kearifan, Lady," kata
Kenji, agak bijak kurasa, Aku mengerti dia tak ingin Kaede mengetahui asal-usul kami:
bahwa kami berasal dari Tribe. Aku pun tidak ingin Kaede tahu. Aku lebih senang bila
dia menganggapku sebagai bagian dari klan Otori.
Shizuka memungut tali dan mengikat rambut Kaede ke belakang. "Sekarang kau
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 132 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
lawan Takeo." "Tidak," jawabku segera. 'Aku harus pergi. Aku harus melihat kuda. Aku harus
melihat apakah Lord Otori membutuhkanku."
Kaede berdiri. Aku mencium wangi tubuhnya, percampuran antara wangi bunga
dan keringatnya. "Hanya satu pertandingan saja," kata Kenji. "Tak ada bahayanya."
Shizuka hendak memasangkan penutup muka di wajah Kaede, tapi dia menolak
dengan cara mengibaskan tangannya.
"Jika bertarung melawan laki-laki, aku harus bertarung tanpa penutup muka,"
ucapnya. Aku mengambil tongkat dengan rasa enggan. Hujan turun semakin deras.
Ruangan kini menjadi remang-remang, cahayanya berwarna kehijau-hijauan. Kami seperti berada di dunia dalam dunia, terkurung dari dunia nyat, sungguh mempesona.
Awalnya pertarungan kami nampak seperti latihan biasa, kami berusaha saling
mengecoh, walaupun aku takut menyerang wajahnya, sedangkan matanya tidak pernah
lepas menatap mataku. Kemudian aku sadar kalau pertarungan ini telah berubah
menjadi seperti latihan. Melangkah, menyerang, menangkis, dan melangkah lagi. Deru
napas Kaede makin kencang, diikuti dengan deru napasku, lalu kami menghela napas
secara bersamaan. Matanya semakin cemerlang dan wajahnya telah bersinar, setiap
pukulannya semakin kuat, dan irama langkah kami semakin cepat. Selama beberapa
saat, aku mendominasi, kemudian Kaede, tapi tidak ada yang bisa menguasai
pertarungan"apakah ini berarti kami tidak ingin saling menguasai"
Akhirnya, mungkin karena dia membuat kesalahan, aku berhasil menembus
pertahanannya, dan untuk menghindari agar tongkatku tidak terkena di wajahnya, aku
membiarkan tongkatku jatuh. Kaede menurunkan tongkatnya dan berkata, "Aku
menyerah." "Kau telah bertarung dengan baik," kata Shizuka, "Tapi, Taeko seharusnya agak
lebih keras." LIAN HEARN BUKU PERTAMA 133 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
Aku berdiri dan menatap Kaede dengan mulut terbuka seperti orang idiot. Aku
berpikir, jika aku tidak memeluknya saat ini, aku akan mati.
Kenji memberikan handuk kepadaku sambil mendorongku dengan keras.
"Takeo...." "'Apa?" kataku dengan bodohnya.
"Jangan mempersulit keadaan!"
Shizuka berkata tajam pada Kaede, seakan memperingatkan adanya bahaya, "Lady
Kaede!" "Apa?" kata Kaede, matanya masih terpaku menatapku.
"Kurasa latihan kita hari ini sudah cukup," kata Shizuka. "Ayo kita ke kamarmu."
Di luar dugaan, Kaede tersenyum padaku. "Lord Takeo," ucapnya.
"Lady Shirakawa." Aku mengangguk ke arahnya, berusaha bersikap resmi, tapi aku
tak sanggup menahan diri untuk tidak membalas senyumnya.
"Ini bisa . mengacaukan segalanya," sungut Kenji.
"Sudahlah, itu wajar saja terjadi di usia mereka!" balas Shizuka. "Mereka akan bisa
mengatasinya." Shizuka menuntun Kaede keluar, lalu meminta pelayan yang menunggu di luar
aula untuk membawakan payung. Aku bisa menduga apa yang Kenji dan Shizuka
bicarakan. Mereka benar tentang satu hal, tapi salah dalam hal lainnya. Kaede dan aku
saling tertarik, lebih dari tertarik, cinta tepatnya, dan kami tidak mampu mengatasinya.
Hujan deras selama seminggu membuat kami terkurung di kota pegunungan ini.
Kaede dan aku tidak lagi dilatih bersama. Kuharap kami tak pernah mengulangi
kejadian yang lalu: sungguh saat yang penuh kegilaan, aku tidak ingin itu terjadi, dan
kini aku tersiksa karena kejadian itu. Seharian aku selalu memasang telinga hanya
untuk mendengarkan suaranya, langkahnya, dan"pada malam hari ketika hanya
dipisahkan oleh dinding tipis"aku mendengar napasnya. Aku mampu menceritakan
bagaimana dia tidur dengan gelisah dan terbangun beberapa kali. Kami menghabiskan
waktu bersama"ini karena penginapan sangat kecil, karena berada di rombongan
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 134 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
perjalanan yang sama, karena terus berada di sisi Lord Shigeru dan Lady Maruyama"
tapi kami tidak sempat berbincang. Kurasa, kami berdua takut untuk memperlihatkan
perasaan. Kami hampir tak berani menatap, meskipun kadang-kadang tatapan mata
kami saling bertemu, dan kembali menimbulkan bara di antar kami.
Siksaan ini membuatku kurus dan mataku cekung karena cinta, dan bertambah
buruk dengan kebiasaan lamaku yaitu keluar malam hingga dini hari. Shigeru tak tahu.
Aku pergi saat dia sedang bersama Lady Maruyama, dan Kenji tidak tahu atau
berpura-pura tidak tahu. Aku merasa seperti tak kasat mata, seperti hantu. Di siang
hari, aku belajar dan melukis, sedangkan di malam hari aku pergi melihat kehidupan
penduduk, bergerak melintasi kota layaknya hantu. Kadang aku merasa tidak akan
pernah memiliki kehidupan sendiri, karena aku akan selalu menjadi bagian Otori atau
Tribe. Aku melihat para pedagang menghitung kerugian mereka akibat banjir. Aku
menyaksikan orang kota yang mabuk-mabukan dan berjudi sambil dirayu oleh para
pelacur. Aku melihat para orangtua tertidur dengan anak-anak di antara mereka. Aku
memanjat dinding dan pipa saluran, berjalan di atas atap dan di pagar. Sekali-sekali aku
berenang di parit yang mengelilingi kastil, memanjat dinding dan gerbang kastil,
menyaksikan para penjaga dari dekat sehingga aku dapat mencium keringat mereka
yang bau. Bagiku, semua itu terasa sangat menakjubkan karena mereka tak menyadari
kehadiranku. Aku mendengar orang-orang berbincang, terbangun, dan tertidur, aku
mendengar keluhan, sumpah serapah, dan juga doa-doa mereka.
Sebelum fajar, aku sudah sampai di penginapan dalam keadaan basah kuyup.
Kulepaskan pakaian, kemudian aku menyelinap di balik selimut dalam keadaan
menggigil kedinginan. Aku berbaring sambil mendengarkan apa saja yang bisa
kudengar. Diawali dengan ayam jantan yang berkokok, lalu teriakan burung gagak; pelayan yang terbangun dan langsung pergi mengambil air; langkah kaki orang yang
memakai bakiak di atas jembatan kayu; ringkikan Raku dan kuda lainnya. Aku
menantikan saat-saat aku akan mendengar suara Kaede.
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 135 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
Setelah tiga hari berturut-turut hujan selalu turun, kini hujan mulai jarang. Banyak
orang yang datang ke penginapan untuk menemui Shigeru. Aku mendengarkan
percakapan mereka dengan hati-hati dan mencoba mencatat siapa yang benar-benar
setia dan siapa yang hendak berkhianat. Kami mengunjungi kastil untuk mempersembahkan hadiah bagi Lord Kitano. Di tempat itu, di bawah sinar matahari, aku bisa
melihat dinding dan gerbang yang pernah kupanjat di malam hari.
Lord Kitano menyambut kami dengan sopan dan menyampaikan dukacitanya atas
kematian Takeshi. Tampaknya hal itu menjadi perhatiannya karena dia mengatakan itu
lebih dari sekali. Dia seumur dengan kedua pengawal Shigeru, dan dia mempunyai dua
anak laki-laki yang seumur dengan Shigeru. Tapi mereka tidak hadir dalam pertemuan
itu. Menurut Lord Kitano, anaknya yang sulung sedang bepergian, sedangkan anaknya
yang kerdua sedang kurang sehat. Tapi aku tahu semua itu hanya bohong belaka.
"Mereka tinggal di Hagi saat masih anak-anak," Shigeru memberitahuku. "Kami
berlatih dan belajar bersama. Mereka sering datang ke rumah orangtuaku dan akrab
dengan Takeshi dan aku." Dia terdiam sejenak, kemudian melanjutkan, "Itu sudah
bertahun-tahun lalu. Waktu telah berubah dan kita pun harus mengikuti perubahan
itu." Aku tidak bisa setenang dia. Aku merasa pedih karena kami semakin dekat di
wilayah Tohan, dan Shigeru pun semakin terasing.
Hari beranjak malam, kami pun telah selesai mandi dan sedang menunggu waktu
makan malam. Kenji ke tempat permandian umum, dan dia mengatakan telah bertemu
gadis yang menarik hatinya. Ruangan kami menghadap ke arah taman kecil. Hujan
deras berganti hujan gerimis dan semua pintu dibuka lebar. Tercium bau tanah dan
daun yang basah. "Besok cuaca akan cerah," ujar Shigeru. "Kita bisa melanjutkan perjalanan. Tapi,
kita tidak akan sampai di Inuyama sebelum Festival of the Dead. Mungkin kita terpaksa
menginap di Yamagata." Dia tersenyum gundah, "Ingin sekali aku ziarah ke makam
adikku. Tapi aku tidak ingin orang-orang mengetahui perasaanku. Aku harus puraLIAN HEARN BUKU PERTAMA 136 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
pura mengenyampingkan semua pikiran tentang balas dendam."
"Mengapa harus ke Tohan?" tanyaku. "Belum terlambat bagi kita untuk balik. Bila
pengangkatanku yang membuatmu terikat dengan pernikahan, aku bisa pergi jauh
dengan Kenji. Itu yang dia mau."
"Tentu saja tidak!" balasnya. "Aku telah berjanji untuk menjalankan semua rencana
ini dan membuat persetujuan dengan mereka. Kini aku telah tercebur ke sungai, dan
harus mengikuti ke mana arus akan membawaku. Lebih baik mati dibunuh Iida
daripada orang memandang rendah diriku." Dia memandang ke seluruh ruangan
sambil mendengarkan. "Apakah kita benar-benar sendiri" Ada orang lain?"
Aku hanya mendengar suara malam yang biasa aku dengar di penginapan ini:
langkah kaki perlahan seorang pelayan karena membawa makanan atau air; dari dapur
ada bunyi pisau tukang masak yang sedang mencincang; air mendidih; percakapan
pelan antar penjaga di koridor dan taman. Aku tak mendengar suara lain selain desah
napas kami. "Tidak ada siapa-siapa."
"Mendekatlah. Saat sudah tiba di Tohan, kita tak akan sempat bicara. Ada yang
ingin kukatakan...." Dia tersenyum, "...sebelum sesuatu terjadi di Inuyama!"
"Aku mempertimbangkan untuk mengirimmu jauh. Menurut Kenji, ini semua
demi keselamatanmu, tentu saja kecemasannya bisa dimengerti. Aku harus ke Inuyama,
apa pun yang terjadi. Namun aku meminta sesuatu yang hampir mustahil dapat kau
lakukan. Permintaanku terpisah dari tugas apa pun yang harus kau lakukan padaku,
dan karenanya aku akan memberimu pilihan. Sebelum masuk ke wilayah Tohan dan
setelah mendengar apa yang akan kukatakan, dan kau memutuskan untuk pergi dengan
Kenji dan bergabung dengan Tribe, aku tidak akan melarangnya."
Aku tertolong untuk tidak menjawab karena ada suara perlahan dari arah koridor.
"Ada yang datang." Kami berdua terdiam.
Tak lama kemudian pelayan datang membawa makanan. Setelah mereka pergi,
kami mulai menyantap makanan. Hidangan yang disediakan tidaklah banyak"nasi,
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 137 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
acar mentimun, dan ikan yang dilumuri saus"dan kurasa kami berdua tidak
menikmatinya. "Kau tentu ingin tahu mengapa aku begitu membenci Iida," kata Shigeru. "Aku
membenci pribadinya, kekejaman dan ketidakjujurannya. Setelah perang Yaegahara
dan kematian ayahku, dan juga saat kedua pamanku mengambil alih kekuasaan klan,
banyak orang yang mengira aku akan bunuh diri. Itu adalah tindakan terhormat yang
dapat kulakukan"dan bagi pamanku, bunuh diri adalah solusi yang menguntungkan
karena mereka merasa terganggu oleh kehadiranku. Tapi, di saat Tohan menguasai
wilayah yang menjadi milik Otori dan memaksakan aturan yang merugikan rakyat
jelata, aku memilih jalan yang lebih penting, yaitu tetap hidup dan menuntut balas.
Aku percaya bahwa ujian bagi penguasa adalah kebahagiaan rakyatnya. Jika penguasa
bersikap adil, maka wilayahnya akan mendapat berkah dari Surga. Di wilayah Tohan,
rakyat menderita kelaparan, terlilit hutang, tersiksa karena perbuatan anak buah Iida.
Kaum Hidden dibantai dan dibunuh"dianiaya, digantung dalam posisi terbalik di
tempat penimbunan sampah sambil menunggu burung gagak menyantap tubuh
mereka. Petani harus mempertaruhkan anak-anak mereka yang baru lahir dan menjual
anak gadisnya karena tak memiliki apa-apa untuk membeli makanan."
Shigeru mengambil sepotong ikan dan memakannya dengan perlahan, wajahnya
tidak menunjukkan perasaan apa pun.
"Iida kini menjadi penguasa yang paling kuat di Tiga Wilayah. Kekejaman adalah
legitimasinya. Sebagian besar orang yakin bahwa pemimpin berhak melakukan apa pun
yang dia suka pada klan dan wilayahnya. Aku juga dibesarkan untuk meyakini hal yang
sama. Tapi, Iida mengancam wilayahku, wilayah ayahku, dan aku tak akan
menyerahkannya tanpa berjuang.
"Selama bertahun-tahun aku memikirkan ini. Aku memerankan sisi pribadiku yang
lain. Mereka memanggilku Shigeru sang petani. Aku mengabdikan diri untuk
memperbaiki wilayahku dan hanya berbicara tentang cuaca, pertanian, dan irigasi.
Memang semua ini menarik bagiku, dan itulah alasannya aku pergi mengembara, yaitu
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 138 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
untuk mempelajari banyak hal yang belum aku ketahui.
"Aku menghindari wilayah Tohan, kecuali saat aku berziarah ke makam ayah dan
leluhurku di Terayama. Terayama dan Yamagata diserahkan pada Tohan, setelah
perang Yaegahara berakhir. Namun akhir-akhir ini kekejaman Tohan telah
menyinggungku secara pribadi, dan kesabaranku pun mulai menipis.
"Tahun lalu, tidak lama setelah Star Festival*, ibuku sakit demam yang sangat
mematikan. Ternyata ibuku diracun, dan seminggu kemudian ibuku meninggal; tiga
orang yang tinggal di rumahku juga meninggal, termasuk pelayan ibuku. Kemudian
aku juga sakit. Selama empat minggu aku terombang-ambing antara hidup dan mati,
mengigau, tidak sadarkan diri. Tidak ada yang menduga aku akan sembuh, dan ketika
sembuh, aku ingin mati begitu tahu adikku dibunuh.
"Itu terjadi di musim semi yang panas. Mayat Takeshi telah dikubur. Tak seorang
pun tahu kejadian yang sebenarnya. Tidak ada saksi. Kekasih Takeshi juga menghilang.
Aku hanya mendengar kabar bahwa ada seorang pedagang dari Tsuwano yang
menemukan mayatnya di jalan, di Yamagata, lalu dia di kubur di Terayama, Dalam
keadaan putus asa, aku menulis surat kepada Muto Kenji, yang aku kenal waktu perang
Yaegahara. Aku menduga Tribe dapat memberi beberapa Informasi. Dua minggu
kemudian, ada yang datang ke rumahku malam hari, menyampaikan surat yang
dibubuhi cap oleh Kenji. Nama orang itu adalah Kuroda.
"Kekasih Takeshi adalah seorang penyanyi, dan mereka pergi ke Tsuwano untuk


Across The Nightingale Floor Kisah Klan Otori Karya Lian Hearn di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hadir dalam Star Festival. Hanya itu yang kutahu, karena begitu ibuku sakit, aku
mengirim kabar kepada Takeshi agar jangan ke Hagi, Aku ingin dia tetap di Tsuwano,
tapi rupanya gadis itu ingin melanjutkan perjalanan ke Yamagata, tempat kerabatnya
tinggal, dan Takeshi turut menemaninya. Saat di penginapan, Kuroda mengatakan
bahwa Takeshi mendengar komentar yang menghina Otori dan diriku. Perkelahian
pun terjadi. Takeshi jago pedang. Dia membunuh dua orang dan melukai beberapa
orang lainnya. Takeshi balik ke rumah kerabat gadis itu. Namun di tengah malam,
orang-orang Tohan itu membakar rumah itu. Semua orang yang di dalam rumah
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 139 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
terbakar hidup-hidup atau tertikam saat keluar dari kobaran api."
Kututup mataku, aku seperti bisa mendengar jeritan mereka.
"Ya, seperti yang terjadi di Mino," ucap Shigeru. "Orang Tohan menuduh adikku
dan kekasihnya orang Hidden, walaupun mereka tahu itu tidak benar. Adikku
memakai pakaian perjalanan. Tidak ada yang tahu identitasnya. Mayatnya terbaring di
jalan selama dua hari."
Shigeru menghela napas panjang. "Sudah pasti ada kejahatan di sana. Klan tidak
dalam keadaan perang. Seharusnya Iida meminta maaf dan menghukum anak buahnya
serta memberi ganti rugi. Namun, Kuroda mengatakan bahwa ketika Iida mendengar
kabar itu, dia mengatakan, "Tinggal satu lagi musuh dari klan Otori yang perlu
dikhawatirkan. Sayang sekali bukan kakaknya yang mati. Bahkan, orang yang
membunuh Takeshi pun terkesima mendengarnya, kata Kuroda. Sebelumnya mereka
tidak tahu siapa Takeshi. Saat mereka tahu, mereka berharap agar dihukum."
"Tapi, Iida tidak melakukan apa pun, begitu juga kedua pamanku. Ketika aku
memberitahukan kabar dari Kuroda, mereka memilih untuk tidak mempercayaiku.
Mereka mengingatkan tentang kecerobohan Takeshi di masa lalu, perkelahian, dan
resiko yang dia ambil. Mereka melarangku mengatakan kejadian itu pada orang lain.
Mereka mengatakan bahwa perang belum usai dan menyarankan aku bepergian untuk
sementara waktu, mengembara ke timur, mencoba kehangatan sumber air panas, dan
berdoa di kuil. "Aku memang memutuskan untuk mengembara, tapi bukan karena alasan yang
mereka ajukan." "Kau bertemu denganku di Mino," bisikku.
Dia tidak menanggapi. Saat ini keadaan di luar gelap, hanya ada satu bintang yang
bersinar. Bulan muncul di sela-sela awan yang berserak, tapi kemudian menghilang
lagi. Untuk pertama kalinya aku memperhatikan siluet pegunungan dan pohon pinus,
kegelapan di langit malam.
"Minta pelayan untuk menyalakan lampu," kata Shigeru, dan aku ke pintu untuk
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 140 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
memanggil pelayan. Mereka datang dan memindahkan nampan, membawa teh dan
menyalakan lampu di tiang. Setelah mereka pergi kami minum teh dalam keheningan.
Mangkuk tempat kami minum berwarna biru gelap. Shigeru membalikkan mangkuk
itu lalu meletakkannya terbalik untuk membaca nama pembuatnya. "Mangkuk ini tidak
sebagus mangkuk dari Hagi," ucapnya, "Tapi, mangkok ini juga cukup indah."
"Boleh aku tanya sesuatu?" kataku, lalu terdiam lagi, tak yakin jika aku ingin tahu
jawabannya. "Teruskan," desaknya.
"Kau membuat orang percaya kalau kita bertemu secara kebetulan, tapi kurasa kau
tahu di mana harus mencariku. Kau sedang mencariku saat itu."
Dia mengangguk. "Benar, aku tahu siapa dirimu yang sebenarnya segera setelah
melihatmu di jalan setapak itu. Aku ke Mino untuk mencarimu."
"Karena ayahku adalah seorang pembunuh?"
"Itu salah satu alasannya, tapi bukan hanya itu alasanku."
Aku merasa seakan-akan udara di kamar ini tak cukup untuk bernapas. Aku tidak
memikirkan alasan yang lain. Aku perlu berkonsentrasi pada alasan utama tadi.
"Tapi, bagaimana kau bisa tahu, sedangkan aku sendiri tak tahu, begitu juga
dengan Tribe?" Lord Shigeru berkata lebih pelan, "Sejak perang Yaegahara, aku belajar banyak hal.
Aku masih muda saat itu, dan seperti seorang anak ksatria pada umumnya, aku hanya
tahu pedang dan kehormatan keluarga. Aku bertemu dengan Muto Kenji di
Yaegahara, dan beberapa bulan kemudian dia menyadarkan aku pada kekuatan yang
tersembunyi di balik dominasi kaum ksatria. Aku menemukan sesuatu tentang jaringan
Tribe, dam aku melihat cara mereka mengendalikan para bangsawan dan klan yang
senang berperang. Kenji menjadi sahabatku, dan dari dialah aku mulai bertemu
anggota Tribe yang lain. Mereka senang bersahabat denganku. Mungkin aku
mengetahui lebih banyak tentang mereka dibandingkan orang lain yang ada di luar
Tribe. Tapi aku merahasiakan semua itu, tidak pernah kukatakan pada orang lain.
Ichiro tahu sedikit tentang itu, dan kini kau juga tahu."
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 141 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
Aku mendengar paruh burung bangau masuk ke dalam air.
"Kenji salah saat mengatakan di malam dia dating ke Hagi. Aku tahu benar siapa
yang kubawa. Meskipun aku tidak menduga kalau kau memiliki kemampuanmu yang
sangat luar biasa." Dia tersenyum, senyuman yang tulus. "Kemampuanmu adalah
hadiah yang tidak terduga."
Aku tak mampu bersuara. Aku ingin tahu alasan dia mencari dan
menyelamatkanku, tapi lidahku kelu untuk menanyakan hal itu. Aku merasa sisi
gelapku sebagai Tribe bergelora. Aku hanya diam dan menunggu.
Shigeru berkata, "Aku tidak akan tenang selama pembunuh adikku masih hidup.
Orang yang harus bertanggung jawab adalah pemimpin mereka. Lalu keadaan berubah.
Perselisihan antara Arai dan Noguchi membuat klan Seishuu ingin bersekutu dengan
Otori untuk melawan Iida. Semua kejadian itu seperti menuju ke satu titik: sudah tiba
waktunya untuk membunuh Iida, orang yang paling bertanggung jawab atas kematian
adikku." Begitu mendengar ucapannya, aku langsung bersemangat. Aku terkenang saat-saat
aku masih di desa, saat aku memutuskan untuk tetap hidup agar dapat menuntut
balas"malam itu, saat di Hagi, di bawah sinar bulan di musim dingin, aku sadar kalau
aku mampu dan ingin membunuh Iida. Aku senang Lord Shigeru mencariku dengan
tujuan yang sama. Semua peristiwa seakan membawaku untuk membunuh Iida.
"Hidupku adalah milikmu," kataku. "Akan kulakukan semua perintahmu."
"Aku memintamu untuk melakukan sesuatu yang sangat berbahaya, sesuatu yang
hampir mustahil dilakukan. Jika tidak mau, kau boleh pergi dengan Kenji besok.
Semua hutang di antara kita akan aku batalkan. Tak akan ada yang menyalahkanmu."
"Jangan memandang rendah diriku," kataku, dan dia tertawa.
Aku mendengar ada langkah kaki di taman dan suara di beranda. "Kenji datang."
Kenji masuk ke kamar, diikuti seorang gadis yang membawa teh segar. Dia
menatap kami berdua saat gadis itu menuangi teh. Ketika gadis itu meninggalkan
ruangan, dia berkata, "Kalian seperti sedang berkomplot. Apa yang kalian rencanakan?"
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 142 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
"Kunjungan ke Inuyama," balas Shigeru. "Aku telah mengatakan pada Takeo, dan
dia ikut atas keinginannya sendiri."
Wajah Kenji berubah. "Menuju kematian," kata Kenji gusar.
"Mungkin tidak," kataku ringan. "Aku tak bermaksud menyombongkan diri, tapi
jika ada yang dapat mendekati Iida, maka akulah orangnya."
"Kau masih anak-anak," dengus guruku. "Aku sudah bicarakan hal ini dengan
Lord Shigeru. Dia tahu semua keberatanku soal rencana ceroboh ini. Kini, aku ingin
tanya. Apa kau kira bisa membunuh Iida" Dia lebih banyak lolos dari percobaan
pembunuhan dibandingkan jumlah gadis yang pernah aku punya. Kau belum pernah
membunuh orang! Belum lagi, kemungkinan kau akan dikenali, tidak hanya di ibukota
tapi juga selama di perjalanan. Aku yakin si pedagang keliling itu pasti sudah bercerita
tentang dirimu. Bukan hanya kebetulan Ando ada di Hagi. Tujuan kedatangannya
yaitu untuk memastikan kebenaran berita itu. Menurutku, Iida tahu siapa dan di mana
kau berada. Kau akan segera ditahan begitu masuk ke wilayah Tohan."
"Tidak, jika dia datang bersamaku, karena aku adalah bangsawan Otori yang
datang untuk bersekutu," ujar Lord Shigeru, "Lagi pula, aku telah menawarkan pada
Takeo untuk pergi bersamamu, tapi dia memilih untuk tetap pergi ke Inuyama
bersamaku." Ada nada bangga dalam suara Lord Otori. Aku berkata kepada Kenji. "Aku akan
pergi. Aku harus pergi ke Inuyama. Lagi pula, aku berhak menentukan nasibku
sendiri." Kenji mendengus tajam. "Kalau begitu, aku ikut bersama kalian."
"Cuaca sudah cerah. Besok kita berangkat," kata Shigeru.
"Ada satu hal yang harus kusampaikan, Shigeru. Kau memang berhasil membuatku
terkesima karena dapat menyimpan rahasia tentang hubunganmu dengan Lady
Maruyama. Namun, saat di tempat permandian, ada lelucon yang membuat aku yakin
kalau hubunganmu dengan Lady Maruyama bukan lagi rahasia."
"Apa yang kau dengar?"
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 143 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
"Seorang laki-laki yang sedang mandi berkata pada seorang gadis bahwa Lord
Otori berada di kota ini dengan calon isterinya, dan gadis itu membalas, 'Juga bersama
isterinya.' Banyak yang tertawa seakan tahu maksud kalimat itu, lalu mereka
meneruskan pembicaraan tentang Lady Maruyama dan hasrat Iida pada nya. Tentu
saja, karena kita masih di wilayah Otori, mereka tidak bermaksud apa-apa kecuali rasa
kagum padamu. Reputasi Otori bisa terangkat, tapi rumor ini bak belati yang menyayat
iga bagi Tohan. Pembicaraan ini akan terus berulang hingga sampai ke telinga Iida."
Bisa kulihat wajah Lord Shigeru di bawah sinar lampu. Raut wajahnya menunjukkan
rasa ingin tahu. Ada rasa bangga sekaligus penyesalan di wajahnya.
"Iida bisa saja membunuhku," ucapnya, "tapi itu tidak mengubah kenyataan kalau
Lady Maruyama lebih memilihku ketimbang dia."
"Kau jatuh cinta pada kematian, seperti semua orang dari kalanganmu," kata Kenji.
Belum pernah aku dengar nada suara Kenji begitu marah.
"Aku tidak takut mati," balas Shigeru. "Tapi, kau salah bila mengatakan kalau aku
cinta pada kematian. Justru sebaliknya, aku telah membuktikan betapa besar aku
mencintai hidup. Namun aku lebih baik mati daripada hidup menanggung malu, dan
itulah tujuanku satu-satunya."
Mendengar ada langkah kaki yang mendekat, aku menggerakkan kepala seperti
anjing, ini membuat Shigeru dan Kenji terdiam. Terdengar ketukan dan pintunya
tergeser membuka. Sachie duduk berlutut di pintu. Shigeru menghampiri. Sachie
berbisik lalu pergi. Shigeru berbalik ke arah kami, dan berkata, "Lady Maruyama ingin
membahas rencana perjalanan besok. Aku akan menemuinya sebentar."
Kenji diam membisu, dia hanya mengangguk sesaat.
"Mungkin ini terakhir kali kami bisa bersama," ujar Shigeru lembut, dan
melangkah ke koridor, dan menutup pintu.
"Seharusnya aku yang lebih dulu menemukanmu, Takeo," gerutu Kenji. "Kau tak
akan menjadi bangsawan, tidak terikat sumpah setia pada Shigeru. Kau akan selamanya
menjadi anggota Tribe. Kau tidak akan berpikir dua kali untuk pergi dari sini
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 144 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
bersamaku sekarang, malam ini."
"Jika tidak diselamatkan oleh Lord Otori, aku pasti sudah mati!" kataku tajam. "Ke
mana Tribe saat Tohan membunuh penduduk desaku dan membakar rumahku" Dia
selamatkan aku. Itu alasannya mengapa aku tak bisa meninggalkannya. Tak akan
pernah. Jangan paksa aku lagi!"
Mata Kenji menatap nanar, "Lord Takeo," ujarnya dengan sinis.
Para pelayan datang membentangkan kasur, dan kami pun tak berkata apa-apa
lagi. Keesokan harinya jalan jalan di Tsuwano penuh sesak. Banyak pejalan kaki yang
memanfaatkan cuaca yang cerah untuk melanjutkan perjalanan. Langit tampak biru
jernih dan mataliari menghisap kelembaban dari permukaan bumi hingga kering.
Walaupun jembatan batu yang melintasi sungai tidak rusak, tapi arus sungai bergerak
liar, melempar ranting, papan, dan bangkai hewan yang mungkin mati karena terbentur
dermaga. Aku langsung teringat ketika pertama kali melintasi jembatan di Hagi, aku
melihat bangkai burung bangau mengapung di air, bulunya yang putih dan abu-abu
basah kuyup, semua keanggunan bangau itu lenyap dan rusak. Pemandangan itu
membuatku merinding. Kurasa itu pertanda buruk.
Kuda yang telah lama beristirahat nampak sudah tidak sabar ingin segera
melakukan perjalanan. Shigeru nampak tidak cemas, atau berkeinginan untuk
mengatakan kecemasannya padaku. Dia tenang, dan matanya berbinar-binar.
Wajahnya memancarkan semangat hidup. Namun hatiku sedih melihatnya-aku merasa
bahwa hidup dan masa depannya ada di tanganku, tangan seorang pembunuh. Aku
pandangi kedua tanganku yang sedang memegang leher Raku. Aku berpikir, apakah
tangan ini akan membuatku kecewa.
Aku hanya sempat sekilas melihat Kaede, yaitu saat dia melangkah naik ke tandu.
Dia tak melihatku. Lady Maruyama menyambut kehadiran kami dengan anggukkan
singkat, tanpa berkata sepatah kata pun. Wajahnya pucat dengan lingkaran hitam di
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 145 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
sekitar matanya, tapi dia terlihat tegar dan tenang.
Perjalanan kami terasa lambat dan sulit. Tsuwano terlindung dari badai karena
kota ini berada di balik gunung, namun ketika kami menuruni lembah, kerusakan
akibat badai terlihat jelas. Rumah dan jembatan tersapu bersih, pohon tercabut dari
akarnya, ladang digenangi air. Penduduk desa melihat kami dengan tatapan marah
karena kami berkuda di tengah-tengah penderitaan mereka, apalagi sewaktu kami
mengambil jerami untuk makanan kuda, dan memakai perahu mereka untuk
menyeberangi sungai yang ganas.
Perlu tiga hari untuk sampai di perbatasan, dua kali lebih lama dari perkiraan.
Sekelompok pengawal telah dikirim untuk menemui kami di sini, yang dipimpin
pengawal utama Iida, Abe, dan anak buahnya yang berjumlah tiga puluh orang, lebih
besar dari rombongan Lord Otori yang jumlahnya hanya dua puluh orang. Sedangkan
Sugita dan para pengawal Lady Maruyama langsung pulang setelah rombongan kami
tiba di Tsuwano. Sudah seminggu lamanya Abe dan anak buahnya menunggu kami, dan mereka
terlihat tidak sabar, dan juga kesal. Mereka tak ingin membuang-buang waktu untuk
menunggu Festival of the Dead yang akan dirayakan di Yamagata. Sedikit cinta yang
ada di antara kedua Man kini telah sirna; yang tersisa hanyalah suasana tegang.
Pengawal Tohan bersikap sombong dan bertingkah. Rombongan kami diperlakukan
bak orang tertindas, seperti pengemis, bukan kaum yang sejajar. Darahku mendidih,
tapi Lord Shigeru nampak tidak terpengaruh, dia tetap sopan seperti biasa, dan hanya
terlihat agak sedih. Aku diam membisu seperti ketika aku kehilangan suara. Aku mendengar potongan
percakapan tentang jerami, atau arah mata angin. Di wilayah Tohan, semua orang
tampak pendiam dan tertutup. Mereka tahu ada mata-mata di mana-mana, bahkan
dinding pun bisa mendengar. Dan ketika penduduk Tohan sedang mabuk di malam
hari, mereka diam membisu, tidak ribut seperti orang Otori.
Sejak pembantaian di Mino, belum pernah aku sedekat ini dengan orang Tohan.
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 146 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id


Across The Nightingale Floor Kisah Klan Otori Karya Lian Hearn di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
Aku selalu menunduk dan memalingkan wajah, takut mengenal atau dikenali oleh
orang yang telah membakar desa dan membunuh keluargaku. Aku menyamar sebagai
seniman yang selalu ditemani kuas atau batu tinta. Aku menyembunyikan sifat asliku,
dan berperan sebagai seorang pemuda yang sensitif, lembut, pemalu, dan jarang bicara.
Satu-satunya orang yang kuajak bicara adalah Kenji. Dia pun berubah menjadi pemalu
dan tak menonjolkan diri seperti biasa. terkadang kami berbincang tentang kaligrafi
atau lukisan. Pengawal Tohan memandang kami sebelah mata dan tidak ambil peduli.
Saat-saat di Tsuwano terasa seperti mimpi. Benarkah aku berlatih pedang dengan
Kaede di sana" Apakah aku dan Kaede terperangkap dan terbakar oleh cinta" Sejak saat
itu, aku jarang melihatnya. Semua wanita berada di penginapan yang terpisah dan
mendapat hidangan yang terpisah pula. Aku berusaha melupakannya, tapi saat
inendengar suaranya, jantungku berdebar, dan ketika malam tiba, bayangan dirinya
muncul di bola mataku. Apakah aku telah disihir"
Di malam pertama, Abe tidak memperhatikan aku, tapi di malam yang kedua,
setelah makan malam dan ketika sake telah membuatnya agresif, dia menatapku selama
beberapa saat sebelum bertanya pada Shigeru, ''Anak ini"adalah kerabatmu?"
"Dia sepupu jauh ibuku," jawab Shigeru. "Dia anak nomor dua di keluarga
besarnya, kini dia yatim piatu. Ibuku ingin mengadopsinya, dan setelah ibuku tiada
barulah aku dapat mewujudkan niatnya."
"Dan dia datang kepadamu dengan mengiba-iba," kata Abe sambil tertawa.
"Sedih, mungkin," Shigeru menyetujui ucapannya. "Tapi dia berguna. Dia bisa
berhitung, menulis, dan memiliki bakat seni." Suara Shigeru terdengar sabar, kecewa,
seakan-akan aku adalah beban berat. Aku tahti setiap perkataan Shigeru hanyalah
untuk membentuk karakterku di mata orang itu. Aku menunduk, tidak bicara.
Abe kembali menuang sake dan meminumnya, sambil menatapku dari balik
mangkuk. Matanya yang kecil dan cekung menghiasi wajahnya yang penuh bopeng.
"Keahlian yang kurang berguna di masa sekarang ini!"
"Kini kita bisa mengharapkan perdamaian karena Man kita akan menjadi sekutu,"
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 147 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
kata Shigeru perlahan. "dan mungkin kelak muncul seniman-seniman baru."
"Berdamai dengan Otori memang mungkin saja. Otori sudah takluk tanpa harus
berperang. Tapi kini Seishuu yang dipimpin oleh Arai, si pengkhianat, sedang mencari
masalah." "Arai?" tanya Shigeru.
"Sebelumnya dia adalah pengikut Lord Noguchi. Dia berasal dari Kumamoto.
Wilayahnya berbatasan dengan wilayah keluarga calon isterimu. Dia ternyata sudah
menyusun kekuatan. Kami akan menyerangnya sebelum musim dingin." Abe menelan
lagi minumannya. Ekspresi humor yang kejam muncul di wajahnya, membuat lekukan
di bibirnya terlihat bengis. "Arai telah membunuh penjaga yang mengganggu Lady
Shirakawa, dan dia tersinggung ketika Lord Noguchi mengusirnya." Dia memandangiku dengan tatapan mabuk untuk yang kedua kalinya. "Aku berani bertaruh
kau belum pernah membhunuh, bukan begitu nak?"
"Belum, Lord Abe," jawabku. Dia tertawa. Aku bisa merasa kalau dia hendak
menggangguku. Aku tak ingin membuat dia gusar.
"Bagaimana denganmu, pak tua?" Dia berbalik ke arah Kenji, yang sedang
berperan sebagai guru biasa. Saat ini Kenji sedang minum sake dengan gembira. Dia
tampak agak mabuk, meskipun tidak semabuk Abe.
"Meski orang bijak mengajarkan bahwa membunuh itu boleh"bahkan harus"
untuk balas dendam," dia berkata dengan nada tinggi dan sok alim, "Aku belum pernah
bertindak terlalu jauh. Sang Pencerah mengajarkan untuk menahan diri agar tidak
mencabut nyawa makhluk hidup, itu alasannya mengapa aku hanya makan tumbuhan."
Kenji berkata sambil mengisi mangkuknya. "Beruntung sake ini terbuat dari tumbuhan
sehingga aku tidak melanggar aturan."
"Tidak adakah ksatria di Hagi hingga kau hanya ditemani mereka?" ejek Abe.
"Aku datang ke Inuyama untuk menikah," balas Lord Shigeru lembut. "Haruskah
aku bersiap-siap untuk berperang?"
"Setiap orang harus selalu siap berperang," balas Abe. "Apalagi bila reputasinya
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 148 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
seperti calon isterimu. Kau tidak tahu itu?" Dia menggelengkan kepalanya yang besar.
"Ibarat makan ikan beracun. Satu gigitan saja sudah mematikan. Apakah itu tak
membuatmu cemas?" "Haruskah?" Shigeru kembali menuang sake.
"Dia sangat cantik, kuakui itu. Memang sudah selayaknya!"
"Lady Shirakawa tidak berbahaya," kata Shigeru, lalu mengarahkan Abe untuk
berbicara tentang keberhasilan misi Iida di Timur. Aku mendengarkan kesombongan
Abe dan berusaha mengira-ngira kelemahannya. Keputusanku sudah bulat, akan
kubunuh dia. Kami tiba di Yamagata keesokan harinya. Daerah ini hancur akibat badai, begitu
banyak korban jiwa dan para pertani mengalami kerugian besar. Hampir sama luasnya
dengan Hagi, Yamagata sebelumnya merupakan wilayah Otori yang diambil paksa oleh
klan Tohan. Sebuah kastil kembali dibangun dan dihibahkan pada salah satu pengikut
Iida. Tapi sebagian besar penduduk di kota ini tetap menganggap dirinya sebagai
bagian dari klan Otori, dan kehadiran Lord Shigeru menjadi satu alasan timbulnya
keramaian. Abe berharap bisa sampai di Inuyama sebelum Festival of the Dead, dan dia
marah karena tertahan di tempat ini. Melakukan perjalanan selama perayaan akan
dianggap sebagai pertanda buruk, kecuali bila pergi ke tempat suci atau kuil.
Shigeru nampak sangat sedih, mungkin karena inilah pertama kali dia berada di
kota tempat Takeshi dibunuh. "Setiap kali bertemu orang Tohan, aku selalu bertanya
pada diriku: Diakah orang yang membunuh Takeshi?" Lord Shigeru mengungkapkan
ini saat malam telah larut. "Dan kupikir mereka juga bingung mengapa belum
dihukum, dan mereka membenci diriku karena dibiarkan hidup. Ingin rasanya
kupenggal mereka." Belum pernah aku mendengar Shigeru mengatakan perasaannya selain kesabaran.
"Jika kau bunuh mereka, kita tidak akan pernah mendapatkan Iida," balasku. "Semua
penghinaan Tohan pasti akan ada balasannya."
"Kau semakin bijak, Takeo," ucapnya dengan ringan. "Bijaksana dan bisa
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 149 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
mengendalikan diri."
Keesokan harinya Shigeru pergi bersama Abe ke kastil. Mereka diterima oleh
bangsawan setempat. Dia nampak lebih sedih dan gelisah. "Tohan menyalahkan kaum
Hidden atas terjadinya badai ini." Dia memberitahukan secara singkat. "Beberapa
pedagang dan petani ditangkap. Sebagian mad setelah disiksa. Ada empat orang yang
digantung di dinding kastil. Sudah tiga hari mereka digantung."
"Mereka masih hidup?" tanyaku, merinding.
"Mungkin mereka akan tetap di sana selama seminggu atau lebih," kata Shigeru.
"Dan burung gagak akan mematuki mereka sampai mati."
Begitu tahu mereka ada di sana, tak henti-hentinya aku mendengar jeritan mereka,
kadang teriakan pilu yang menyayat hati. Di siang hari, teriakan mereka diiringi
dengan teriakan burung gagak. Aku akan mendengarnya malam ini, dan juga esok. Ini
adalah malam pertama Festival of the Dead.
Tohan menetapkan jam malam, tapi Festival of the Dead adalah tradisi yang sudah
turun-temurun, dan jam malam hanya dapat bertahan hingga tengah malam.
Setelah tengah malam, kami ikut bergabung dengan kerumunan orang yang
menuju kuil lalu ke sungai. Lampu dari lentera batu membentuk garis hingga ke kuil,
dan lilin-lilin diletakkan di atas nisan, pancaran sinar membentuk bayangan tubuh yang
cekung dan semua wajah nampak seperti tengkorak. Iring-iringan berjalan dengan
teratur dan hening sehingga terlihat seperti barisan mayat yang bangkit dari kubur.
Malam terasa begitu hangat. Aku dan Shigeru pergi ke tepi sungai, meletakkan
beberapa lilin menyala di perahu yang terapung sebagai persembahan bagi arwah.
Lonceng kuil berdentang, senandung dan alunannya seperti mengikuti arus air sungai
yang tenang. Kami menyaksikan lilin-lilin yang terapung dibawa arus, berharap arwah
akan tenang dan meninggalkan dunia ini dengan damai.
Hanya saja, tidak ada lagi kedamaian di hatiku. Aku teringat ibu; ayah, ayah tiri,
adik-adikku, dan juga penduduk Mino yang telah meninggal. Tidak diragukan lagi,
Shigeru memikirkan ayah dan adiknya. Arwah mereka seakan tak mau pergi sebelum
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 150 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
dendam mereka terbalaskan. Di sekeliling kami orang-orang menyalakan lilin di
perahu sambil menangis terisak-isak, dan hatiku perih dengan kenyataan hidup ini.
Aku teringat ajaran Hidden, tapi kemudian aku sadar kalau mereka yang mengajariku
telah mati. Cahaya lilin kian lama kian mengecil, lalu nampak seperti kunang-kunang, dan
kemudian nampak seperti bunga api. Bulan purnama menampakkan dirinya yang
berwarna oranye, warna yang biasa muncul di akhir musim panas. Aku takut kembali
ke penginapan, ke kamarku yang pengap, karena aku akan mendengar jeritan orang
Hidden yang sekarat di balik dinding kastil hingga pagi.
Kembang api telah dinyalakan di sepanjang tepi sungai, dan orang-orang mulai
menari, tarian untuk inenyambut dan melepaskan arwah pergi. Gendang ditabuh dan
musik pun dimainkan. Rohku serasa terangkat dan aku berdiri untuk melihat. Di
bawah bayang-bayang pohon willow, aku melihat Kaede.
Dia berdiri dengan Lady Maruyama, Sachie dan Shizuka. Lord Shigeru berdiri,
lalu mendekat ke arah mereka. Lady Maruyama mendekatinya, dan mereka saling
menyapa dalam bahasa yang resmi dan dingin, saling bertukar simpati untuk arwah,
lalu membahas tentang perjalanan ke Inuyama. Mereka membalikkan badan, dalam
gerakan yang wajar, lalu berdiri berdampingan sambil menyaksikan tarian. Tapi ada
kerinduan di balik nada bicara dan dari cara mereka berdiri, dan ini membuatku takut.
Aku tahu mereka bisa menyembunyikan perasaan mereka-itu telah mereka lakukan
bertahun-tahun-tapi saat ini mereka memasuki akhir dari permainan dengan taruhan
nyawa. Aku takut mereka akan bertindak ceroboh sebelum langkah terakhir.
Kini Kaede hanya seorang diri di tepi sungai, terpisah dari Shizuka. Tanpa sadar,
seakan dibawa para arwah, aku telah berdiri di sampingnya. Aku hendak menyapa,
namun aku takut Abe melihat, lalu menuduhku hendak menggoda tunangan Shigeru.
Akhirnya aku memberanikan diri dengan mengatakan tentang malaiii yang panas, tapi
Kaede gemetar seakan kedinginaii, Setelah lama diam, akhirnya dia bertanya. "Pada
siapa kau berduka, Lord Takeo?"
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 151 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
"Ibuku, ayahku." Setelah terdiam sejenak, kemudian aku melanjutkan. "Begitu
banyak yang mati." "Ibuku sedang sekarat," ujarnya. "Kuharap aku bisa bertemu dengannya lagi, tapi
perjalanan kita begitu lambat. Aku takut terlambat menengoknya. Aku berumur tujuh
tahun saat dijadikan tawanan. Hampir separuh hidupku, aku tidak pernah bertemu
ibuku dan juga adikadikku."
"Dan ayahmu?" "Aku hampir tak pernah bertemu dengannya."
"Dia akan hadir di...?" Aku kaget karena tenggorokanku mengering sehingga aku
tak mampu bicara. "Di pernikahanku?" katanya pahit. "Tidak, dia tak akan hadir." Matanya terpaku
ke sungai yang penuh dengan cahaya lilin. Kini dia melihat para penari dan kerumunan
di balik punggungku, melihat Shigeru dan Lady Maruyama.
"Mereka saling mencintai," dia berkata seakan-akan sedang berbicara pada dirinya
sendiri. "Itu alasannya kenapa dia membenciku."
Tidak sepantasnya aku berdekatan darr berbicara dengannya, tapi aku tidak dapat
menggerakkan diriku untuk menjauh. Aku berusaha untuk bersikap lembut, malumalu, dan sopan. "Meskipun pernikahan ini untuk menjalankan tugas dan mengikat
persekutuan, tapi itu bukan berarti tidak akan ada kebahagiaan. Lord Otori sangat
baik." `Aku lelah mendengar ini semua. Aku tahu dia baik. Aku hanya mengatakan
bahwa dia tak akan mencintaiku." Aku sadar matanya menatapku. "Tapi, aku tahu," dia
melanjutkan, "bahwa cinta bukanlah untuk kalangan kita."
Kini aku yang gemetar. Dan ketika aku mengangkat kepala, tatapan kami bertemu.
"Lalu mengapa aku merasakan cinta?" bisiknya.
Aku tak berani berbicara lagi. Kata-kata yang ingin kuucapkan tertahan dimulutku.
Aku seperti dapat merasakan manis dan kuatnya rasa cinta. Aku ingin mati saja jika
tidak bisa memiliki dirinya.
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 152 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
Gendang bertabuhan. Api yang menyala nampak seperti lautan api. Shizuka
memanggil dari tempat gelap. "Malam telah larut, Lady Shirakawa."
"Aku datang," balas Kaede. "Selamat malam, Lord Takeo."
Aku membiarkan diriku menyebut namanya, seperti dia menyebut namaku. "Lady
Kaede." Saat dia membalikkan badan, wajahnya nampak bersinar, lebih terang dari cahaya
api, lebih cemerlang dari cahaya rembulan yang terpantul dari permukaan sungai.*
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 153 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
KAMI mengikuti rombongan Lady Maruyama kembali ke kota, kemudian kami
berjalan ke penginapan yang letaknya terpisah. Di perjalanan, beberapa penjaga Tohan
datang dan mengawal hingga di pintu penginapan. Mereka berjaga-jaga di luar
penginapan, sedangkan seorang pengawal dari pihak Otori tetap mengawasi dari jalan.
"Besok kita ke Terayama," kata Shigeru ketika kami bersiap-siap tidur. "Aku harus
ziarah ke makam Takeshi, dan untuk menyampaikan rasa hormatku pada kepala biara.
Dia teman lama ayahku. Ada beberapa hadiah untuknya."
Kami membawa banyak hadiah di kantung yang ada di kedua sisi kuda. Selain
barang kami sendiri, kami juga membawa pakaian pengantin, dan bekal untuk
perjalanan. Selama ini aku tidak memperhatikan kotak kayu yang akan kami bawa,
apalagi isinya. Seperti yang kutakutkan, kamar penginapan terasa pengap. Aku tidak dapat
memejamkan mata. Aku mendengar lonceng biara yang berdentang di tengah malam.
Kemudian keriuhan di luar penginapan berangsur-angsur lenyap seiring berlalunya jam
malam, kecuali rintihan orang-orang yang sekarat di dinding kastil.
Akhirnya aku memutuskan untuk bangun. Aku tak mempunyai rencana apa pun.
Aku hanya ingin melakukan sesuatu karena tidak bisa tidur. Kenji dan Shigeru sudah
terlelap, begitu pula penjaga di luar. Aku lalu mengambil sebuah kotak kedap air,
tempat Kenji menyimpan kapsul racun. Kuikat benda itu di pakaian dalamku, lalu aku
mengenakan pakaian perjalanan yang berwarna gelap, dan tak lupa kuambil pedang
pendek, garrotte, sepasang pengait besi dan talinya dari tempat yang tersembunyi di
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 154 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
dalam peti kayu. Setiap gerakanku butuh waktu lama karena harus dilakukan tanpa
berbunyi. Tapi, bagi kalangan Tribe, waktu berjalan dengan cara berbeda, waktu dapat
berjalan cepat atau lambat sesuai keinginan. Aku pun tidak tergesa-gesa karena aku
tahu Kenji dan Shigeru tak akan terbangun.
Tubuh penjaga itu bergerak saat aku melangkah di depannya sehingga aku
langsung ke kamar mandi untuk menenangkan diri. Kemudian aku mengirim sosok keduaku kembali ke kamar dengan melewati pengawal itu. Aku menunggu di kegelapan
hingga si penjaga mendengkur lagi, baru kemudian aku menghilangkan tubuh. Aku


Across The Nightingale Floor Kisah Klan Otori Karya Lian Hearn di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memanjat atap dari halaman penginapan, dan menjatuhkan diri di sisi luar jalan.
Aku mendengar ada beberapa pengawal Tohan di pintu penginapan, dan aku tahu
kalau ada patroli di semua jalan. Meskipun sangat berbahaya, tapi aku ingin
mempraktekkan kemampuan yang Kenji ajarkan sebelum kami tiba di Inuyama. Selain
itu, aku ingin sekali menghentikan rintihan di balik dinding kastil agar aku bisa tidur.
Aku memilih jalan setapak, jalan berliku ke kastil. Hanya sedikit rumah yang
lampunya masih menyala, kebanyakan dalam keadaan gelap. Aku mendengar percakapan berbisik saat melewati rumah penduduk: suara seorang bapak menenangkan
anaknya yang menangis, ocehan anak yang mungkin sedang demam, pertengkaran
antar pemabuk. Dan akhirnya aku sampai di jalan utama, jalan yang langsung
mengarah ke parit dan jembatan. Sebuah kanal terbentang di sisi jalan, dan banyak
sekali ikan mas. Ikan-ikan mas itu sedang tidur, dan sisiknya bersinar lembut diterangi
bulan. Kadang ada yang terbangun, meloncat lalu menceburkan diri. Mungkin ikan itu
sedang bermimpi. Aku berjalan dari satu pintu ke pintu lainnya, telingaku selalu waspada -pada setiap
langkah kaki atau dentingan baja. Sebenarnya, aku tidak mencemaskan pengawal yang
sedang patroli karena aku yakin bisa mendengar mereka terlebih dulu, dan selain itu
aku bisa menghilang dan memisahkan diri menjadi dua sosok. Saat berhasil mencapai
ujung jalan dan memandangi permukaan sungai kecil itu diterangi sinar rembulan,
yang terpikir hanyalah rasa senang karena menjadi seorang Kikuta, melakukan apa yang
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 155 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
telah menjadi darahku. Hanya Tribe yang tahu perasaanku saat ini.
Di sisi bagian dalam parit ada serumpun pohon willow yang daunnya berguguran
hingga menutupi permukaan air. Untuk keamanan, seharusnya mereka membersihkan
daun-daun itu, tetapi mungkin saja penghuni kastil, seperti isteri dan ibu bangsawan di
kota ini, menyukai indahnya pemandangan ini. Diterangi cahaya bulan, ranting pohon
willow nampak membeku. Malam ini tak ada angin. Aku menyelinap di antara batang
pohon, merunduk, dan memandangi kastil.
Kastil ini lebih besar dari kastil yang ada di Tsuwano maupun di Hagi, tapi bentuk
bangunannya tidak jauh berbeda. Di kejauhan aku melihat siluet keranjang kurungan
yang terletak di menara penjaga, tepatnya di sisi belakang gerbang selatan yang kedua.
Agar bisa sampai ke sana, aku harus menyeberangi parit di sekitar kastil, memanjat
dinding batu, melewati gerbang pertama dan melintasi bailey di sebelah selatan,
memanjat gerbang kedua dan menara penjaga, lalu turun lagi untuk menggapai
keranjang. Aku mendengar langkah kaki dan getaran tanah di tempatku berpijak. Beberapa
penjaga yang sedang berpatroli mendekati jembatan. Penjaga lain datang dari arah
kastil, dan mereka saling bertegur-sapa ketika berpapasan.
"Ada masalah?" "Hanya pelanggar jam malam seperti biasa."
"Dasar pengacau!"
"Besok keadaan akan semakin memburuk. Situasi lebih memanas."
Satu grup penjaga itu berjalan ke kota; dan yang lainnya menyeberangi jembatan
dan berjalan ke arah gerbang. Ada yang menegur dari balik gerbang, dan mereka
membalasnya. Pintu gerbang berdecit ketika dibuka dan langkah kaki pun tidak
terdengar lagi. Di balik pepohonan willow, aku mencium bau busuk air dari parit, dan juga bau
yang menusuk: bau orang hidup yang badannya mulai membusuk.
Tepi parit ditumbuhi rumput dan juga bunga iris yang telah layu. Katak dan
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 156 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
jangkrik bernyanyi riuh. Kehangatan udara malam membelai wajahku. Dua ekor angsa
putih tampak seperti melayang ke bulan.
Aku penuhi jantungku dengan udara lalu aku menyelam hingga mendekati dasar
parit, mengikuti arus yang mengalir perlahan agar dapat muncul tepat di bawah
jembatan. Dinding batu raksasa di tepi parit memudahkanku menapak, hanya saja
putihnya batu itu membuatku cemas akan terlihat. Aku tidak bisa menghilangkan diri
terlalu lama. Waktu yang semula terasa lambat, kini mulai berpacu. Aku bergerak lebih
cepat, memanjat dinding layaknya monyet. Di gerbang pertama, aku mendengar suara
penjaga yang kembali dari berpatroli. Aku menempelkan badanku di pipa saluran air,
lalu menghilangkan diri, dan memanfaatkan bunyi langkah kaki mereka untuk
menutupi bunyi pengait besi yang kulempar ke atas dinding.
Aku mengayun ke atas dan, diam di atap selama beberapa saat, kemudian aku
berlari mengitari bailey di selatan. Keranjang yang digunakan untuk mengurung orangorang sekarat itu tepat berada di atas kepalaku. Orang yang pertama terus-menerus
minta air, orang yang kedua hanya mengerang, dan orang yang ketiga menyebut nama
tuhannya berulangkali, membuat aku merinding. Sedangkan orang yang keempat diam
tak bergerak. Bau darah, air kencing, dan kotoran mereka membuatku mual. Aku
berusaha menutup hidung karena bau busuk, dan aku menutup telinga karena tidak
tahan lagi mendengar semua itu. Diterangi cahaya rembulan, aku memandangi kedua
tanganku. Aku harus melintas di atas pos jaga. Aku mendengar penjaga di pos itu sedang
membuat teh dan bercakapcakap. Ketika terdengar bunyi ketel tersentuh rantai besi,
aku langsung menggunakan pengait besi untuk memanjat menara penjaga ke parapet*
di mana semua keranjang tergantung.
Keranjang-keranjang itu digantung dengan tali dan tingginya sekitar dua belas
meter dari tanah. Keranjang itu cukup besar untuk menahan orang dalam posisi duduk
berlutut dengan kepala mendongak ke atas, dan dengan kedua tangan terikat ke
belakang. Tali keranjang itu tampaknya cukup kuat untuk menopang berat badanku.
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 157 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
Saat aku meraih salah satu keranjang dari atas parapet, keranjang itu bergoyang dan
orang yang ada di dalamnya langsung menjerit ketakutan. Suaranya memecah
keheningan malam. Aku diam membeku. Setelah tersedu-sedan selama beberapa
waktu, kemudian dia merintih lagi, "Air! Air!"
Tak ada suara yang menanggapi teriakan orang itu selain gonggongan anjing di
kejauhan. Seisi kota tetap terlelap. Bulan tak lama lagi akan menghilang di balik
gunung. Saat bulan menghilang di balik gunung, aku memeriksa pengait besi di atas
parapet, lalu aku mengeluarkan kapsul racun dan menyimpannya di mulut. Setelah itu
aku menuruni dinding dengan menggunakan tali yang kubawa dan merasakan setiap
pijakan kakiku di permukaan dinding batu.
Di keranjang pertama, kubuka ikat kepalaku yang masih basah karena air parit, dan
aku hanya bisa menggapai keranjang itu tanpa bisa mendekat. Aku mendengar desah
napas, juga ocehannya, dia mengeluarkan kata-kata yang tak aku mengerti.
'Aku tak bisa menyelamatkanmu," bisikku, "tapi aku punya racun yang bisa
memberimu kematian tanpa rasa sakit."
Dia menekan wajahnya ke lubang keranjang dan membuka mulutnya untuk
menerima racun. Orang yang kedua hanya diam, tapi aku dapat menjangkau urat nadinya karena
kepala laki-laki itu merosot di sisi keranjang. Aku menghentikan rintihannya tanpa ada
jeritan. Setelah itu aku lalu naik kembali ke parapet untuk mengatur ulang posisi tali agar
aku dapat mencapai keranjang lainnya. Lenganku terasa pegal, namun aku bertahan
karena saat aku melihat ke bawah, di sana banyak batu-batu. Ketika berhasil
menjangkau orang ketiga yang sedang berdoa, dia langsung waspada. Tatapan matanya
kelam. Aku menggumamkan doa kaum
Hidden lalu aku keluarkan kapsul racun yang ada di mulutku.
Dia berkata, "Tapi, itu dosa."
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 158 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
"Aku yang akan menanggung dosamu," aku berbisik. "Kau tidak bersalah. Kau
akan diampuni." Sewaktu memasukkan kapsul itu ke mulutnya, dia menggambar simbol Hidden
dengan lidahnya di telapak tanganku. Setelah berdoa, dia pun terdiam untuk selamanya.
Aku tidak mendengar denyut nadi orang yang ke empat, kurasa dia sudah mati,
tapi untuk memastikan, aku menempelkan garrotte untuk mendengar denyut nadinya.
Ayam mulai berkokok. Aku kembali ke parapet, malam begitu hening. Tak ada rintihan dan teriakan,
kesunyian yang sangat berbeda dari sebelumnya. Aku takut penjaga akan menyadari hal
ini. Detak jantungku bertabuh ibarat genderang.
Aku pulang melalui jalan yang sama ketika aku datang, namun tanpa
menggunakan pengait besi. Aku melompat dari dinding ke tanah, bergerak lebih cepat
dari sebelumnya. Ayam yang lain berkokok dan dibalas oleh ayam lainnya lagi.
Penghuni kota tak lama lagi akan bangun. Keringatku bercucuran, dan air di parit
terasa beku. Karena tak mampu lagi menahan napas selama menyelam, dan aku segera
muncul ke permukaan yang tak jauh dari pepohonan willow sehingga membuat angsaangsa terbangun dari tidur. Kuhirup udara, lalu menyelam lagi.
Aku muncul di tepi sungai, di depan pohon willow. Aku bermaksud untuk
beristirahat sebentar untuk menormalkan napas. Langit mulai terang. Aku benar-benar
lelah. Konsentrasi dan kesadaran seperti tercabut dari diriku. Aku hampir tidak
mempercayai apa yang telah kulakukan.
Aku kaget saat mendengar ada yang datang. Bukan pengawal, tetapi orang biasa.
Dari bau kulit hewan yang keluar dari badannya, kurasa dia penyamak. Belum sempat
aku memulihkan tenaga agar dapat menghilang, dia telah melihatku. Dengan melihat
sekilas saja, aku sadar kalau dia tahu apa yang telah kulakukan.
Kini aku terpaksa membunuhnya, pikirku. Aku merasa mual karena harus
membunuh. Aku mencium bau darah dan kematian di kedua tanganku. Namun aku
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 159 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
memutuskan untuk membiarkan orang itu hidup, lalu aku meninggalkan sosok
tubuhku yang kedua di bawah pohon dan, dalam sekejap, sosokku yang sesungguhnya
telah berada di seberang jalan.
Aku mendengar orang itu berbicara pada bayanganku sebelum bayanganku
berangsur-angsur hilang. "Tuan," katanya dengan ragu-ragu, "maaf. Aku telah mendengar rintihan kakakku
selama tiga hari ini. Terima kasih. Semoga tuhan memberkatimu."
Ketika sosok keduaku lenyap, dia menjerit kaget dan takjub. "Malaikat!"
Aku dengar napasnya yang kasar, hampir seperti terisak-isak, saat aku berlari dari
pintu ke pintu sambil berharap penjaga yang berpatroli tak bertemu dengan orang itu,
dan juga berharap dia tidak mengatakan apa pun. Aku berusaha meyakinkan diriku
kalau dia adalah orang Hidden yang akan membawa rahasianya hingga ke alam kubur.
Pagar di sekeliling penginapan cukup rendah untuk diloncati. Aku berjalan ke
kamar mandi dan pancuran untuk memuntahkan kapsul yang tersisa, dan membasuh
muka dan tangan seakan-akan aku baru bangun tidur. Penjaga masih setengah sadar
saat aku melewatinya. Dia mengeluh, "Sudah pagi?"
"Hampir pagi," balasku.
"Kau pucat, Lord Takeo. Kau kurang sehat?"
"Hanya sedikit mual. Itu saja."
"Makanan Tohan sialan," dia menggerutu sehingga kami tertawa.
"Mau teh?" dia menawarkan. "Kalau mau, aku akan membangunkan pelayan."
"Nanti saja. Aku akan tidur lagi."
Aku menggeser pintu agar terbuka lalu masuk ke dalam ruangan. Kegelapan telah
berlalu, dan kini berganti menjadi keabu-abuan. Dari napasnya, dapat kupastikan kalau
Kenji sudah bangun. "Dari mana?" bisiknya.
"Dari kamar mandi. Aku kurang enak badan."
"Sejak tadi malam?" dia bertanya dengan ragu.
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 160 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
Kulepaskan pakaianku yang basah dan menyembunyikan senjata di bawah kasur di
saat yang bersamaan, "Hanya sebentar. Kau kan sedang tidur."
Dia menarikku dengan kasar lalu meraba pakaianku, "Pakaianmu basah! Kau dari
sungai?" "Kan sudah kukatakan, aku merasa kurang enak badan. Mungkin aku akan bangun
agak siang." Kenji memukul pundakku begitu kerasnya sehingga Lord Shigeru terbangun.
"Ada apa?" bisiknya.
"Takeo di luar semalaman. Aku cemas."
"Aku tidak bisa tidur," kataku. "Aku hanya ingin keluar sebentar. Aku pernah
melakukan ini di Hagi dan Tsuwano."
"Aku tahu itu," kata Kenji. "Tapi itu masih wilayah Otori. Sedangkan di sini jauh
lebih berbahaya." "Aku kan sudah kembali." Aku masuk ke dalam selimut, menariknya sampai
menutupi kepalaku, dan aku pun tertidur nyenyak, tidur seperti orang mati.
Aku terbangun karena teriakan burung gagak. Meskipun tidur tidak lama, tapi aku
merasa tenang dan damai. Aku tidak lagi memikirkan kejadian tadi malam. Bahkan
aku tidak ingat dengan jelas, seakan-akan aku melakukan itu dalam keadaan tak sadar.
Hari ini adalah hari yang jarang terjadi di akhir musim semi. Langit cerah dengan
warna biru terang, udara pun terasa lembut dan hangat, tidak lembab. Seorang pelayan
datang membawa nampan makanan dan teh, setelah membungkuk hormat dan
menuangkan teh, dia berkata pelan,
"Lord Otori menunggumu di istal. Dia memintamu bergabung secepatnya. Dan
gurumu ingin kau membawa alat lukismu."
Aku mengangguk, mulutku penuh makanan.
Dia berkata, "Akan kukeringkan pakaianmu."
"Nanti saja," balasku, aku tak ingin dia melihat senjata di pakaianku. Setelah dia
pergi, aku segera berdiri, berpakaian, dan menyembunyikan pengait besi dan garrotte di
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 161 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
bagian rahasia di peti perjalanan, tempat Kenji menyimpan benda itu. Lalu aku ambil
kantung kuasku, tidak ketinggalan kotak yang berisi batu tinta, kemudian kubungkus
dengan sehelai kain. Aku selipkan pedang di pinggangku, kini aku menjadi Takeo,
seorang seniman terpelajar, lalu aku pergi ke istal.
Saat melewati dapur, aku mendengar pelayan berbhisik, "Mereka mati di kegelapan
malam. Orang-orang mengatakan bahwa ada Malaikat Maut yang datang..."
Aku terus berjalan sambil menatap ke bawah agar gaya berjalanku terlihat agak
kikuk. Rombongan wanita telah di punggung kuda. Shigeru berdiri sambil berbincang
dengan Abe yang akan menemani kami. Seorang pengawal Tohan yang masih muda
berdiri di sampingiiya sambil memegang tali kekang dua ekor kuda. Seorang penjaga
kuda memegang tali kekang kuda Lord Shigeru, Kyu, dan juga kudaku, Raku.
"Cepat," seru Abe ketika melihatku. "Kami tak bisa menunggumu seharian."
"Segera minta maaf pada Lord Abe," kata Shigeru seraya menghela napas.
"Aku sangat menyesal. Tindakanku benar-benar tak bisa dimaafkan," kataku
sambil membungkuk pada Abe dan Lady Maruyama serta Lady Shirakawa, berusaha
untuk tidak menatap Kaede. "Aku belajar hingga larut malam."
Aku berbalik ke arah Kenji dan berkata dengan nada yang berbeda, "Aku sudah
membawa peralatan melukis, guru."
"Ya, bagus," balasnya. "Kau akan melihat beberapa karya seni yang mengagumkan
di Terayama, dan mungkin kau dapat menirunya jika sempat."
Shigeru dan Abe menaiki kuda, dan si penjaga kuda membawa Raku kepadaku.
Raku senang melihatku; din menggosok-gosokkan moncongnya di pundakku. Aku biarkan gerakan Raku membuatku hilang keseimbangan, sehingga hampir terjatuh. Aku
berjalan ke sebelah kanan Raku dan berpura-pura mengalami masalah sewaktu
menungganginya.

Across The Nightingale Floor Kisah Klan Otori Karya Lian Hearn di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Semoga kemampuan melukisnya jauh lebih baik daripada caranya berkuda," Abe
tertawa mengejek. "Sialnya, tak ada satu pun lukisannya yang luar biasa." Kurasa kekesalan Kenji
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 162 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
bukan pura-pura. Aku tidak membalas ucapan mereka, aku hanya menghibur diri dengan mengamati
leher Abe yang tebal di saat dia berkuda di depanku, aku membayangkan bagaimana
aku menjerat lehernya dengan garrotte atau mengiris dagingnya yang berlemak dengan
belati. Gagasan jahat berhasil membuatku sibuk hingga kami melewati jembatan dan
keluar dari kota. Kemudian, keindahan hari ini mulai menyihirku. Tanah mulai
menyembuhkan dirinya setelah dihantam badai. Bunga morning-glory yang mulai
mekar kini berwarna biru cemerlang, walau beberapa tanaman merambat layu
berguguran. Ikan hilir-mudik di sungai, sedangkan beberapa burung bangau dan
unggas air lainnya berdiri di Air yang dangkal. Lusinan capung yang beraneka ragam
terbang di sekeliling kami, dan kupu-kupu berwarna kuning bercampur warna jingga
terbang mengelilingi kaki kuda.
Kami berkuda di antara sawah yang menghijau. Tumbuh-tumbuhan memaksakan
diri untuk tumbuh setelah layu dihantam badai. Hampir semua orang terlihat bekerja
dengan wajah bahagia, lupa akan kerusakan akibat badai. Aku teringat penduduk di
desaku yang gigih menghadapi bencana, keyakinan mereka tidak tergoyahkan: apa pun
yang menimpa, hidup pada dasarnya baik, dan dunia adalah tempat yang aman.
Sawah memberi kesempatan kepada sayuran untuk tumbuh di lahan yang
bertingkat-tingkat, dan ketika jalan semakin curam, hutan bambu mengiringi kami
dengan cahayanya yang hijau pucat keperakan. Di antara pepohonan bambu ada pohon
pinus dan cedar, ranting-rantingnya yang lebat menghalangi dan memperlambat
langkah kuda. Di sekitar kami terbentang hutan yang lebat. Terkadang kami bertemu para
peziarah di jalan setapak yang sempit ini, membuat perjalanan kami ke gunung suci
kian sulit. Kami berkuda dengan berbaris sehiiig sulit rasanya bercakap-cakap. Aku
tahu Kenji sudah tidak sabar untuk menanyakan kejadian semalam, tapi aku tidak mau
Kembalinya Sang Raja 1 Pendekar Rajawali Sakti 174 Sepasang Taji Iblis Menyelamatkan Kristal Android 2

Cari Blog Ini