Taiko Karya Eiji Yoshikawa Bagian 23
agar seluruh provinsi diserahkan kepadanya, dan dalam hati ia mengharapkan tiga atau empat
distrik lagi, tapi Hideyoshi mencoret semua pemberian lain. Hideyoshi hanya mengajukan satu
syarat, yaitu agar Nagahama dianugerahkan pada Katsutoyo, anak angkat Katsuie.
Malam sebelumnya, para pengikut marga Shibata mengelilingi Katsuie dan memprotes pembagian
yang sedemikian memalukan. Mereka bahkan mendesak agar Katsuie menolak rencana itu dan
segera meninggalkan Kiyosu, dan sampai rapat hari kedua dibuka, Katsuie pun sependapat dengan
mereka. Namun ketika menghadapi orang-orang yang duduk di bangsal utama, ia menyadari bahwa
tuntutannya takkan diluluskan.
"Meski tidak sepantasnya merendah, aku pun tak ingin dianggap mau menang sendiri. Sebagian
besar toh akan menyetujui ketentuan-ketentuan ini. Jadi, kalau aku sendiri yang bersikap
menen-tang, keadaan mungkin akan bertambah buruk."
Di hadapan pendapat para peserta rapat yang lain, ia tak dapat berbuat apa-apa kecuali menahan
diri. Kalau saja aku bisa merebut daerah Nagahama yang strategis dari tangan Hideyoshi, ia berkata
dalam hati. Namun akhirnya ia hanya berharap agar maksud terselubung itu dapat dilaksanakan
dalam kesempatan lain, dan ia menerima semua persyaratan sebagaimana adanya.
Berlawanan dengan Katsuie yang penuh kebim-bangan. Hideyoshi menampilkan sikap tak peduli.
Sejak operasi militer di wilayah Barat sampai saat ia meraih kemenangan di Yamazaki, Hideyoshi
telah mengambil alih kepemimpinan dalam bidang militer dan pemerintahan, dan dengan sendirinya
orang-orang menyangka ia akan memperoleh bagian lebih besar dibandingkan yang lain. Namun
12 Pendekar Bodoh . Rahasia Sumur Tua m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
apa yang diterimanya ternyata tak lebih dari Provinsi Tamba. Ia melepaskan wilayah Nagahama dan
menyerahkan Sakamoto - yang oleh semua orang dianggap patut diambilnya - kepada Niwa.
Dan Sakamoto merupakan kunci ke Kyoto. Mungkinkah ia sengaja mengabaikan Sakamoto, agar
jelas bahwa ia tak bermaksud memegang tampuk pemerintahan" Ataukah ia berpendapat bahwa
urusan sepele seperti itu sebaiknya ditentukan secara bersama dalam kelompok, karena ia yakin
mereka akan mengambil keputusan yang tepat" Saat itu belum ada satu orang pun yang dapat
menyelami isi hatinya. Peringatan Tengah Malam RAPAT akhirnya memutuskan bahwa provinsi pewaris Nobunaga, Samboshi, adalah tiga ratus ribu
gantang di Omi. Hasegawa Tamba dan Maeda Geni ditetapkan sebagai pelindung junjungan muda
itu, tapi mereka dibantu oleh Hideyoshi. Azuchi telah dimakan api, dan sampai benteng baru selesai
dibangun, Samboshi akan berdiam di Benteng Gifu.
Kedua paman Samboshi, Nobuo dan Nobutaka bertindak sebagai walinya. Selain pasal-pasal
tersebut, masih ada masalah struktur pemerintahan. Tanggung jawab untuk mengutus
jendral-jendral ke Kyoto sebagai wakil marga Oda diserahkan pada Katsuie, Hideyoshi, Niwa, dan
Shonyu. Usul-usul tersebut segera diterima. Pada upacara penutupan, sumpah setia pada junjungan yang
baru ditandatangani dan diucapkan di muka tempat persembahan untuk Nobunaga.
Hari ini hari ketiga Bulan Ketujuh. Upacara pertama untuk memperingati kematian Nobunaga
seharusnya diselenggarakan pada hari sebelumnya. Seandainya rapat berjalan lancar, upacara itu
mungkin dapat diadakan pada hari yang tepat, tapi akibat sikap Katsuie, malam pun berlalu dan
upacara peringatan ditunda sampai keesokan harinya.
Sambil mengeringkan peluh yang membasahi tubuh dan berganti baju duka, para jendral menanti
jam yang telah ditentukan untuk upacara peringatan di tempat persembahan benteng.
Kawanan nyamuk berkerumun di bawah atap, dan bulan muda tampak mengambang di langit.
Dengan tenang para jendral melintasi pekarangan. Kembang teratai berwarna merah dan putih
tergambar pada pintu geser tempat persembahan. Satu per satu mereka melangkah masuk dan
duduk. Hanya Hideyoshi yang tidak muncul. Para jendral membelalakkan mata, seakan-akan tak percaya.
Tapi ketika memandang ke arah altar yang jauh di depan, mereka melihat Hideyoshi duduk tenang
di bawah altar, sambil memangku Sam-boshi.
Semuanya bertanya-tanya, apa gerangan maksud Hideyoshi. Namun ketika mereka memikirkannya
lebih jauh, mereka teringat bahwa berdasarkan keputusan rapatlah ia dijadikan pembina sang
Junjungan Muda, disamping kedua walinya. De-ngan demikian, ia tak dapat dianggap bersikap
lancang. 13 Pendekar Bodoh . Rahasia Sumur Tua m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Dan, semata-mata karena tidak menemukan alasan untuk mencela Hideyoshi, Katsuie tampak
teramat tidak senang. "Harap menuju altar dalam urutan yang tepat,"
Katsuie menggeram pada Nobuo dan Nobutaka. Suaranya rendah, dan ia hampir meledak karena
jengkel. "Permisi," ujar Nobuo pada Nobutaka, lalu berdiri.
Kini giliran Nobutaka mendongkol. Rupanya ia enggan dinomorduakan di hadapan para jendral,
karena merasa hal tersebut akan menempatkannya dalam posisi lebih rendah di masa mendatang.
Nobuo menghadap lempeng peringatan ayahnya, memejamkan mata, dan merapatkan tangan
untuk berdoa. Setelah membakar dupa, ia sekali lagi berdoa di depan altar, lalu mundur.
Melihat gelagat bahwa Nobuo hendak langsung kembali ke tempat duduknya. Hideyoshi berdeham,
seakan-akan bermaksud mengingatkan Nobuo akan kehadiran Samboshi yang duduk di
pangkuannya. Tanpa perlu berkata. "Junjunganmu yang baru ada di sini!" ia menarik perhatian
Nobuo. Nobuo tampak kaget, dan sambil tetap berlutut, ia cepat-cepat berpaling ke arah mereka. Pada
dasarnya ia memang lemah, dan sikapnya menim-bulkan perasaan iba.
Sambil menatap Samboshi, Nobuo membung-kuk penuh hormat. Sesungguhnya ia malah
terlampau sopan. Bukan sang Junjungan Muda yang membalas dengan anggukan kepala, melainkan Hideyoshi.
Samboshi anak manja yang nakal, tapi entah kenapa, di pangkuan Hideyoshi ia setenang boneka
kecil. Setelah Nobutaka berdiri, ia pun memanjatkan doa di hadapan arwah ayahnya. Tapi karena telah
menyaksikan kejadian yang menimpa Nobuo dan tak ingin ditertawakan oleh para jendral lain, ia
membungkuk dengan sikap pantas. Kemudian ia kembali ke tempat duduknya.
Giliran berikut jatuh pada Shibata Katsuie. Ketika ia berlutut di muka tempat persembahan,
tubuhnya yang besar hampir menutupi altar. Kembang teratai berwarna putih dan merah pada
dinding-dinding penyekat serta cahaya lentera yang berkelap-kelip menyebabkan badannya
seakan-akan terselubung api kemurkaan. Barangkali ia memberikan laporan panjang-lebar
mengenai jalannya rapat kepada arwah Nobunaga, atau mengucapkan sumpah setia pada
junjungannya yang baru. Tapi setelah menyalakan dupa, Katsuie duduk lama sambil berdoa dengan
tangan saling menempel. Lalu, memilih mundur sekitar tujuh langkah, ia meluruskan punggung dan
berpaling ke arah Samboshi.
Karena Nobuo dan Nobutaka telah memberikan penghormaian kepada Samboshi, Katsuie tak
dapat mengabaikan kewajiban tersebut. Mungkin karena berpikir tak ada pilihan lain, ia menggigit
bibir dan mcmbungkuk. 14 Pendekar Bodoh . Rahasia Sumur Tua m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Sekali lagi Hideyoshi yang mengangguk-angguk untuk menerima penghormatan yang diberikan
pada Samboshi. Katsuie langsung melengos dan kembali ke tempat duduknya. Setelah itu ia duduk
sambil merengut. Niwa, Takigawa, Shonyu, Hachiya, Hosokawa, Gamo, Tsutsui, dan para jendral lain memberikan
penghormatan. Kemudian mereka pindah ke ruang jamuan makan, dan atas undangan janda
Nobutada, duduk untuk bersantap. Meja-meja disiapkan untuk lebih dari tempat puluh tamu.
Cawan-cawan diedarkan dan lentera-lentera berkelap-kelip dalam embusan angin senja yang sejuk.
Ketika mereka mulai berbincang-bincang santai untuk pertama kali dalam dua hari terakhir,
masing-masing merasa agak mabuk.
Jamuan makan malam itu agak berbeda dari biasanya, karena diadakan seusai upacara peringatan,
sehingga tak ada yang sampai benar-benar mabuk. Meski demikian, ketika pengaruh sake mulai
terasa, para jendral berdiri untuk mengobrol dengan yang lain, dan tawa serta percakapan seru
terdengar di sana-sini. Kerumunan orang terlihat di hadapan Hide-yoshi. Dan kemudian satu orang lagi bergabung.
"Bolehkah aku minta cawan?" tanya Sakuma Genba.
Keperkasaan yang diperlihatkan Genba dalam pertempuran-pertempuran di wilayah Utara selalu
dipuji-puji, dan konon tak ada musuh yang berjumpa dua kali dengannya. Kasih sayang Katsuie
bagi orang itu luar biasa. Ia suka menyebutnya sebagai "Genba-ku", atau "keponakanku", dan
dengan bangga ia membeberkan kecakapan militer yang dimiliki Genba.
Katsuie mempunyai banyak keponakan. tapi jika ia berkata "keponakanku'. yang dimaksudnya
hanya Genba seorang. Meski Genba baru berusia dua puluh delapan tahun, ia memimpin Benteng Uyama sebagai jendral
marga Shibata, dan ia mempunyai provinsi dan pangkat yang boleh dibilang tak kalah dibandingkan
para jendral besar yang berkumpul di ruang jamuan makan.
"Hai, Hideyoshi," ujar Katsuie. "Berikan cawan pada keponakanku ini."
Hideyoshi menoleh, seakan-akan baru menyadari kehadiran Genba.
"Keponakan?" ia berkata sambil mengamati pemuda itu. "Ah, kau," Penampilan Genba memang
sesuai bagi seorang pahlawan yang menjadi buah bibir semua orang, dan tubuhnya yang kekar
menyebabkan Hideyoshi tampak semakin pendek dan lemah.
Namun Genba tidak memiliki wajah penuh bekas cacar seperti pamannya. Ia berkulit putih tapi
gelap, dan sepintas lalu alisnya menyerupai harimau, sementara tubuhnya bagaikan macan tutul.
Hideyoshi menyerahkan sebuah cawan pada Genba.
Tapi Genba menggelengkan kepala. "Kalau aku diberi cawan, aku minta yang besar itu."
Cawan yang dimaksudnya masih berisi sedikit sake.
Tanpa pikir panjang Hideyoshi membuangnya dan berseru. "Mana pelayan?"
15 Pendekar Bodoh . Rahasia Sumur Tua m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Mulut botol bersepuh emas menyentuh bibir cawan berwarna merah terang, dan meski isi botol itu
segera tertuang habis, cawannya belum penuh. Seseorang lalu membawa botol berikut, dan cawan
diisi sampai luber. Si pahlawan muda yang tampan menyipitkan mata, menempelkan cawan ke bibir, dan
menghabiskan isinya dengan sekali tenggak. "Nah, bagai-mana dengan Tuan sendiri."
"Aku tidak mempunyai kemampuan seperti itu," ujar Hideyoshi sambil tersenyum.
Mendengar penolakan Hideyoshi, Genba mendesak.
"Mengapa Tuan tidak mau minum?" "Aku tidak kuat minum banyak." "Apa" Sedikit saja."
"Aku minum, tapi tidak banyak."
Genba tergelak. Kemudian ia berkata, cukup keras untuk didengar semua orang. "Desas-desus
yang beredar ternyata benar. Tuan Hideyoshi memang pandai mencari alasan, dan dia orang yang
rendah hati. Dulu sekali - lebih dari dua puluh tahun lalu - dia pesuruh yang bertugas menyapu
kotoran kuda dan membawa sandal Yang Mulia Nobunaga. Sungguh mengagumkan bahwa dia
belum melupakan masa itu."
Ia tertawa karena kelancangannya sendiri. Yang lain tentu saja terkesima. Segala percakapan
mendadak terhenti, dan semua orang memandang bolak-balik antara Hideyoshi, yang masih duduk
di depan Genba, dan Katsuie.
Seketika semua orang melupakan cawan masing-masing. Hideyoshi hanya tersenyum ketika
menatap Genba. Dengan kesabaran seorang laki-laki berusia empat puluh lima tahun, ia
meman-dang pemuda berumur dua puluh delapan tahun di hadapannya. Perbedaan di antara
mereka bukan sekadar perbedaan usia belaka. Perjalanan hidup Hideyoshi selama dua puluh
delapan tahun pertama dan jalan yang ditempuh Genba sepan-jang hayatnya sangat berlainan, baik
dari segi ling-kungan maupun pengalaman. Genba dapat dipan-dang sebagai anak kecil yang tak
mengenal pen-deritaan dunia sesungguhnya. Oleh sebab itu ia dikenal sombong dan berani. Dan
rupanya ia termasuk orang yang merasa tak perlu bersikap waspada di suatu tempat yang lebih
berbahaya dibandingkan medan perang mana pun - sebuah ruangan tempat semua pemimpin saat
itu ber- kumpul. "Tapi, Hideyoshi, ada satu hal yang tak bisa ku-terima. Tunggu, dengar dulu. Hideyoshi. Kau punya
telinga untuk mendengar?" Genba berseru-seru dengan lancang. Sikap kurang ajarnya bukan
karena pengaruh sake semata-mata, melainkan lebih karena ada sesuatu yang mengganjal di
hatinya. Namun Hideyoshi menganggap ucapannya se-bagai ocehan orang mabuk, dan
menanggapinya dengan tenang.
"Kau mabuk," katanya.
"Apa"!" Genba menggelengkan kepala dengan tegas dan menegakkan tubuh. "Ini bukan masalah
sepele yang bisa ditimpakan pada sake yang ku-minum. Dengar. Di tempat persembahan tadi,
ketika Yang Mulia Nobuo dan Yang Mulia Nobu-taka serta semua jendral lain datang untuk
16 Pendekar Bodoh . Rahasia Sumur Tua m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
menghormati arwah Yang Mulia Nobunaga, bukankah kau duduk di kursi kehormatan sambil
memangku Yang Mulia Samboshi dan memaksa mereka membungkuk ke arahmu, satu demi satu?"
"Wah, wah," ujar Hideyoshi, tertawa.
"Apa yang kautertawakan" Apa yang kauanggap lucu, Hideyoshi" Aku yakin kau sengaja
meman-faatkan Yang Mulia Samboshi agar kau, yang tak berarti apa-apa, bisa menerima
penghormatan keluarga Oda dan para jendralnya. Ya, itu dia. Dan seandainya aku hadir, dengan
senang hati aku akan mencopot kepalaku. Yang Mulia Katsuie dan orang-orang terpandang yang
duduk di sini begitu pemurah, sehingga aku jadi tak sabar, dan..."
Saat itulah Kaisuie, yang duduk berjarak dua kursi dari Hideyoshi, mereguk isi cawannya sampai
habis dan memandang berkeliling. "Genba, apa maksudmu bicara seperti ini mengenai orang lain"
Tuan Hideyoshi, keponakanku tidak bermaksud jahat. Jadi jangan hiraukan dia," ia berkata sambil
tertawa. Hideyoshi tak bisa marah dan tak sanggup pula tertawa. Ia telah ditempatkan ke dalam posisi di
mana ia hanya dapat memaksakan senyum tipis, tapi penampilannya memang cocok untuk situasi
seperti itu. "Tuan Katsuie, jangan ambil pusing. Tidak apa-apa." ujar Hideyoshi. Ia jelas-jelas berlagak mabuk.
"Jangan pura-pura, Monyet. Hei, Monyet!" Genba bersikap lebih congkak daripada biasanya.
"'Monyet! Wah, kali ini lidahku tergelincir, tapi di pihak lain memang tidak mudah mengubah nama
yang begitu umum digunakan selama dua puluh tahun. 'Monyet.' Itulah yang teringat olehku. Dulu
sekali, dia pesuruh mirip monyet yang bekerja membanting tulang di Bcnteng Kiyosu. Saat itu
pamanku sesekali bertugas jaga malam. Menurut cerita yang kudengar, suatu malam pamanku
merasa jemu dan mengajak Monyet menemaninya.
Pamanku lalu memberikan sedikit sake padanya. Setelah bosan minum-minum, pamanku akhirnya
berbaring dan minta agar kakinya dipijat. Monyet yang tahu diri itu dengan senang hati menuruti
permintaannya." Semua orang yang hadir mendadak tak lagi merasakan pengaruh sake yang menyenangkan.
Wajah mereka menjadi pucat, sementara mulut masing-masing terasa kering. Ini bukan situasi
biasa. Bukan tak mungkin bahwa di balik dinding-dinding, di bayang-bayang pepohonan, serta di
bawah lantai terdapat pedang, tombak, dan busur yang disembunyikan oleh orang-orang Shibata.
Bukankah mereka terus berupaya memancing Hideyoshi agar bertindak sembrono" Sebuah
perasaan ganjil, yang dialami oleh semua orang, mulai tumbuh dari perasaan tak percaya, dan
perasaan itu terbawa oleh angin senja dan bayang-bayang lentera-lentera yang berkelap-kelip.
Musim panas telah mencapai puncaknya, tapi semua orang mendadak merinding.
Hideyoshi menunggu sampai Genba selesai, lalu tertawa terbahak-bahak.
"Ah, Tuan Keponakan, aku tak tahu dari mana kaudengar cerita itu, tapi kau membangkitkan
kenangan indah. Dua puluh tahun silam, monyet tua ini dikenal pandai memijat, dan seluruh marga
Oda sempat kuremas-remas. Bukan kaki Tuan Katsuie saja yang pernah merasakan pijatanku.
Lantas, ketika aku diberi gula-gula sebagai imbalan, ah, betapa nikmat rasanya! Mengenang masa
itu, aku jadi ingin mencicipi gula-gula itu sekali lagi." Hideyoshi kembali tertawa.
17 Pendekar Bodoh . Rahasia Sumur Tua m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Paman dengar itu?" Genba bertanya sambil bermegah-megah. "Berikanlah sesuatu pada
Hide-yoshi. Kalau Paman minta kaki Paman dipijat sekarang, siapa tahu dia mau melakukannya."
"Jangan bawa permainan ini terlampau jauh, Genba. Tuan Hideyoshi, dia hanya main-main."
"Tidak apa-apa. Sekarang pun aku masih suka memijat kaki orang."
"Dan siapa gerangan orang itu?" Genba bertanya sambil tersenyum mencemooh.
"Ibuku. Tahun ini usia beliau tujuh puluh tahun, dan memijat kakinya merupakan kese-nangan
tersendiri bagiku. Namun, karena aku begitu lama berada di medan perang, belakangan ini aku tak
sempat merasakan kesenangan itu. Baiklah, sekarang aku mohon diri dulu, tapi yang lain silakan
teruskan acara ini."
Hideyoshi orang pertama yang meninggalkan jamuan makan. Ketika ia pergi dan menyusuri selasar
utama, tak seorang pun berdiri untuk mencegahnya. Justru sebaliknya, para pembesar lain merasa
bahwa ia bertindak dengan arif dan semuanya terbebas dari perasaan bahaya yang sempat meliputi
mereka. Dua pelayan tiba-tiba muncul dari ruangan di dekat pintu masuk, tempat mereka disuruh menunggu,
lalu segera menyusulnya. Mereka pun merasakan suasana yang menguasai benteng selama dua
hari terakhir. Tapi Hideyoshi tidak memperkenankan para pengikutnya memasuki benteng dalam
jumlah besar, jadi pada waktu kedua pelayan itu melihat majikan mereka dalam keadaan aman,
pikiran mereka pun langsung tenang.
Mereka sudah berada di luar dan sedang mengumpulkan para pembantu dan kuda ketika mereka
mendengar sebuah suara memanggil dari belakang.
"Tuan Hideyoshi! Tuan Hideyoshi!"
Seseorang mencarinya di lapangan yang gelap dan terbuka. Bulan sabit tampak mengambang di
langit. "Aku di sebelah sini."
Hideyoshi sudah duduk di atas kuda. Takigawa Kazumasu segera menghampirinya.
"Ada apa?" Hideyoshi bertanya. Ia menatap Takigawa, seperti seorang junjungan menatap
pengikutnya. Takigawa berkata, "Tuan pasti marah sekali. Tapi semuanya hanya akibat sake. Dan keponakan
Tuan Katsuie masih muda, seperti Tuan lihat sendiri. Kuharap Tuan sudi memaafkannya,"
Kemudian ia menambahkan. "Ini sesuatu yang sudah dibicarakan sebelumnya, dan Tuan mung-kin
sudah lupa, tapi pada hari keempat - besok - akan diadakan perayaan untuk mengumumkan
suksesi Yang Mulia Samboshi, jadi jangan sampai Tuan tidak datang. Tuan Katsuie menekankan
hal ini setelah Tuan meninggalkan jamuan makan."
"Begitukah" Hmm..."
"Jagalah supaya Tuan hadir." "Aku mengerti."
"Dan sekali lagi, mengenai kejadian tadi. Ku-harap Tuan sudi melupakannya. Aku telah
18
Taiko Karya Eiji Yoshikawa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Pendekar Bodoh . Rahasia Sumur Tua m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
memberitahu Tuan Katsuie bahwa Tuan berjiwa besar, dan tentu tidak tersinggung oleh kelakar
pemuda mabuk." Kuda Hideyoshi sudah mulai berjalan. "Ayo!" ia berseru kepada para pelayan, dan nyaris menabrak
Takigawa. Penginapan Hideyoshi terletak di bagian barat kota, tempat ia bermalam itu terdiri atas kuil Zen
yang kecil dan rumah milik keluarga kaya yang disewanya. Anak buahnya dan kuda-kuda tidur di
kuil, sementara ia sendiri menempati satu lantai di dalam rumah.
Sebenarnya ia bisa dengan mudah ditampung oleh keluarga tersebut, tapi ia disertai sekitar tujuh
ratus sampai delapan ratus pengikut. Namun jumlah itu tidak seberapa besar, sebab menurut
desas-desus, marga Shibata membawa sekitar sepuluh ribu prajurit ke Kiyosu.
Begitu Hideyoshi kembali ke tempatnya menginap, ia mengeluh mengenai asap yang memenuhi
rumah itu. Setelah memerintahkan agar jendela-jendela dibuka, ia segera membuka jubah
kebesarannya dengan lambang bunga paulouwnia. Kemudian ia menanggalkan seluruh pakaiannya
dan mengatakan ingin mandi.
Karena menyangka majikannya sedang gusar. dengan hati-hati pelayannya menuangkan seember
air panas ke punggung Hideyoshi. Tapi Hideyoshi malah menguap ketika memberamkan diri di
dalam bak. Kemudian, seakan-akan meregangkan tangan dan kaki, ia mendesah. "Ah, sekarang
aku mulai santai. Kelambunya sudah dipasang?"
"Kelambu sudah kami siapkan, tuanku." jawab para pelayan yang memegang baju tidurnya.
"Bagus, bagus. Sebaiknya kalian semua harus tidur cepat. Dan beritahu para prajurit yang bertugas
jaga." ujar Hideyoshi dari balik kelambu.
Pintu-pintu ditutup, tapi jendela-jendela tetap terbuka, agar angin dapat masuk. Cahaya bulan
seakan-akan bergetar. Hideyoshi mulai mengantuk.
"Tuanku?" seseorang memanggil dari luar. "Ada apa" Kaukah itu, Mosuke?"
"Benar, tuanku. Kepala Biara Arima ada di sini. Dia ingin bertemu empat mata dengan tuanku."
"Apa" Arima?"
"Hamba telah memberitahunya bahwa tuanku sudah tidur, tapi dia terus mendesak."
Sejenak tidak terdengar apa-apa dari balik kelambu. Akhirnya Hideyoshi berkata. "Suruh dia masuk.
Tapi sampaikan permintaan maaf karena aku tidak turun dari tempat tidur, dan katakan bahwa aku
jatuh sakit di benteng dan sudah minum obat."
Mosuke terdengar menuruni tangga. Kemudian seseorang menaiki tangga, dan tak lama kemudian
seorang laki-laki telah berlutut di lantai kayu, di depan tempat tidur Hideyoshi.
"Para pembantu Tuan memberitahuku bahwa Tuan sudah tidur, tapi..." "Tuan Kepala Biara?"
"Ada hal penting yang perlu kusampaikan, jadi aku memberanikan diri datang malam-malam
19 Pendekar Bodoh . Rahasia Sumur Tua m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
begini." "Setelah mengikuti rapat marga selama dua hari. aku lelah jiwa raga. Tapi apa yang membawa
Tuan ke sini di tengah malam buta?"
Kepala biara itu berkata pelan-pelan. "Tuan hendak menghadiri jamuan makan untuk Yang Mulia
Samboshi di benteng besok?"
"Hmm, mungkin aku bisa datang kalau aku minum obat dulu. Rasanya aku hanya terkena panas
yang terlampau kuat, lagi pula orang-orang tentu akan gusar sekiranya aku tidak hadir."
"Barangkali penyakit Tuan ini justru suatu berkah."
"Wah, mengapa Tuan berkata demikian?" "Beberapa jam lalu. Tuan meninggalkan jamuan makan
sebelum usai. Tak lama setelah itu, tinggal orang-orang Shibata dan sekutu-sekutu mereka yang
masih berada di sana, dan tampaknya mereka diam-diam membahas sesuatu. Aku tidak tahu pasti
apa yang mereka bicarakan, tapi Meeda Geni juga curiga, dan akhirnya kami pun mencuri dengar."
Si kepala biara tiba-tiba terdiam, dan mengintip ke dalam kelambu, seakan-akan ingin memastikan
Hideyoshi mendengarkannya.
Seekor kumbang berwarna biru muda mengerik di sudut kelambu. Hideyoshi masih berbaring
seperti sebelumnya, memandang langit-langit.
"Silakan teruskan cerita Tuan."
"Kami tidak tahu persis rencana mereka, tapi kami yakin Tuan takkan dibiarkan hidup. Besok, pada
waktu Tuan datang ke benteng, mereka hendak membawa Tuan ke sebuah ruangan,
menghadapkan Tuan dengan daftar kesalahan Tuan, lalu memaksa Tuan melakukan seppuku, jika
Tuan menolak, mereka bermaksud membunuh Tuan. Kecuali itu, mereka akan menempatkan
prajurit-prajurit di dalam benteng, dan bahkan menguasai kota benteng."
"Hmm, ini cukup mencemaskan."
"Sebenarnya Geni sendiri ingin datang ke sini untuk memperingatkan Tuan, tapi kepergiannya dari
benteng tentu akan menarik perhatian, jadi aku yang datang. Kalau Tuan sedang sakit sekarang, itu
pasti suatu tanda dari para dewa. Mungkin ada baiknya kalau Tuan tidak menghadiri perayaan
besok." "Entah apa yang harus kulakukan."
"Aku berhadap Tuan tidak datang. Jangan pergi ke sana."
"Jamuan itu diadakan untuk merayakan pelan-tikan Yang Mulia Samboshi, dan semuanya wajib
hadir. Aku berterima kasih atas maksud baik Tuan. Terima kasih banyak."
Di balik kelambu, Hideyoshi menempelkan tangan dan berdoa ke arah Kepala Biara yang baru saja
pergi. Hideyoshi sangat ahli dalam hal tidur. Terlelap seketika, di mana pun seseorang berada, tampaknya
20 Pendekar Bodoh . Rahasia Sumur Tua m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mudah, tapi sebenarnya kemampuan itu sukar tercapai.
Ia mengembangkan kemampuan misterius ini, yang begitu dekat dengan pencerahan, karena
terdesak keadaan, dan ia telah merangkumnya menjadi semacam semboyan yang selalu ia ikuti,
baik untuk mengurangi tekanan di medan perang maupun untuk menjaga kesehatannya sendiri.
Masa bodoh. Bagi Hideyoshi, ungkapan seder-hana ini merupakan jimat.
Sikap masa bodoh mungkin tak dipandang se-bagai sikap yang patut dibanggakan, tapi sikap itulah
yang melandasi kemampuan tidur Hide-yoshi. Ketidaksabaran, angan-angan, kasih sayang,
kebimbangan, urgensi - segala bentuk ikatan terputus seketika pada waktu ia memejamkan mata,
dan ia tidur dengan pikiran sebersih kertas putih yang belum tercoret. Dan sebaliknya, pada saat
terbangun, ia langsung sadar sepenuhnya.
Tapi sikap masa bodoh tidak hanya digunakannya pada waktu bertempur dengan cerdik atau saat
segala sesuatu berjalan sesuai rencana. Sepan-jang perjalanan hidupnya, ia telah melakukan
banyak kesalahan, tapi tak sekali pun ia merenungi kegagalan-kegagalan atau
pertempuran-pertem-puran yang berakhir dengan kekalahan. Pada kesempatan seperti itu, ia selalu
teringat semboyannya: masa bodoh.
Kesungguh-sungguhan yang sering dibicarakan orang - ketetapan hati yang tak tergoyahkan.
Ke-gigihan, atau konsentrasi pada satu hal bukanlah sesuatu yang istimewa bagi Hideyoshi,
melainkan merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari. Jadi, bagi Hideyoshi jauh lebih penting
mencapai sikap masa bodoh yang memberi peluang padanya untuk melepaskan diri dari sifat-sifat
itu - meski hanya sejenak - agar ia dapat menarik napas lega. Sebaliknya, dengan sendirinya ia
menyerahkan masalah hidup dan mati pada konsep yang satu itu: masa bodoh.
Ia hanya berbaring sebentar. Satu jamkah ia tertidur"
Hideyoshi bangun. Ia menuruni tangga dan menuju kamar kecil. Seketika orang yang sedang
bertugas jaga berlutut di lantai kayu sambil memegang lampion. Segera setelah itu, ketika ia keluar
dari toilet, orang lain membawa mangkuk kecil berisi air, dan setelah mendekat, mengguyurkan
airnya ke tangan Hideyoshi.
Hideyoshi mengeringkan tangan dan memperhatikan posisi bulan di atas atap. Kemudian ia
berpaling pada kedua pelayannya dan bertanya, "Gonbei ada di sini?"
Ketika orang yang ditanyai muncul, Hideyoshi mulai menuju tangga dan menoleh ke arah Gonbei
sambil berjalan. "Pergi ke kuil dan beritahu orang-orang bahwa kita akan berangkat. Susunan prajurit serta nama
jalan-jalan yang harus dilewati sudah dicatat waktu kita meninggalkan benteng semalam, dan
diserahkan pada Asano Yahei, jadi mintalah petunjuk dari dia."
"Baik, tuanku."
"Tunggu dulu. Ada yang lupa kukatakan. Suruh Kumohachi menemuiku."
Suara langkah Gonbei terdengar menyusuri rumpun pohon di belakang rumah, lalu menuju ke arah
kuil. Setelah ia pergi, Hideyoshi segera menge-nakan baju tempur dan keluar.
21 Pendekar Bodoh . Rahasia Sumur Tua m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Penginapan Hideyoshi berada di dekat persimpangan jalan Raya Ise dan Jalan Raya Mino. Ia
berbelok ke pojok gudang dan berjalan ke arah persimpangan.
Kumohachi, yang baru saja menerima panggilan Hideyoshi, bergegas menyusulnya sambil terhuyung-huyung. "Hamba siap menjalankan perin-tah!" Ia berputar dan berlutut di hadapan
Hideyoshi. Kumohachi prajurit berusia tujuh puluh lima tahun, tapi ia tak mudah dikalahkan oleh orang-orang
yang lebih muda. Hideyoshi melihat ia datang mengenakan baju tempur.
"Wah, urusan ini tidak memerlukan baju tempur. Aku minta kau melakukan sesuatu di pagi hari. Aku
ingin kau tinggal di sini."
"Di pagi hari" Maksud tuanku, di benteng?" "Benar. Kau segera paham, berkat pengalaman dari
masa pengabdianmu yang panjang. Kuminta kau menyampaikan pesan ke benteng bahwa aku
jatuh sakit semalam, dan mendadak harus kembali ke Nagahama. Katakan juga aku sangat
menyesal karena tak dapat menghadiri perayaan, tapi berharap semuanya berjalan lancar. Aku bisa
membayangkan Katsuie dan Takigawa akan termenung-menung untuk beberapa saat, jadi aku
ingin kau menunggu di sana sambil berlagak pikun dan tuli. Jangan berikan tanggapan terhadap
apa pun yang kaudengar, lalu tinggalkan tempat itu, seakan-akan tidak terjadi apa-apa."
"Hamba mengerti, tuanku."
Tubuh prajurit itu bungkuk seperti udang, tapi tombaknya tak pernah lepas dari tangan. Ia memberi
hormat sebelum berdiri, lalu memutar tubuhnya, seakan-akan keberatan baju tempur, dan
melangkah pergi. Hampir semua orang di kuil telah berbaris di jalan di muka gerbang. Setiap korps, yang ditandai
oleh panji masing-masing, dibagi-bagi menjadi beberapa kompi. Para komandan siaga di atas kuda,
di depan unit-unit itu. Api pada sumbu-sumbu tampak berkelap-kelip, namun tak satu obor pun dinyalakan.
Bulan di langit menyerupai sabit. Menyusuri pepohonan di tepi jalan, ketujuh ratus prajurit itu
bergoyang-goyang dalam kegelapan, seperti ombak di tepi pantai.
"Hei! Yahei!" Hideyoshi berseru ketika mele-wati barisan prajurit dan perwiranya. Wajah orang sukar
dikenali di bawah bayang-bayang pe-pohonan, dan tiba-tiba muncul laki-laki pendek dengan tongkat
bambu. yang diikuti enam atau tujuh orang lain. Sebagian besar prajurit mungkin menyangka ia
pemimpin sckelompok kuli barang, tapi ketika mereka menyadari bahwa ia Hideyoshi, mereka
segera terdiam dan memundurkan kuda agar tidak menghalangi jalannya.
"Hamba di sini! Di sebelah sini!"
Asano Yahei berada di kaki tangga. Ia sedang memberikan petunjuk pada sekelompok orang.
Ketika mendengar suara Hideyoshi, ia segera menyelesaikan penjelasannya dan bergegas
menghampiri junjungannya itu.
22 Pendekar Bodoh . Rahasia Sumur Tua m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Kau sudah siap?" Hideyoshi bertanya tak sabar, hampir tidak memberi kesempatan padanya untuk
berlutut. "Kalau semuanya sudah beres, berangkatlah segera."
"Ya, tuanku, kami sudah siap."
Setelah mengambil panji komandan berlam-bang labu emas yang disandarkan di sudut gerbang, ia
membawanya ke tengah-tengah barisan dan langsung menaiki kudanya.
Hideyoshi berangkat, disertai para pelayan pri-badinya dan sekitar tiga puluh penunggang kuda.
Biasanya dalam kesempatan seperti ini sangkakala dibunyikan, tapi saat ini keadaan ridak
memung-kinkan. Yahei telah menerima kipas komandan berwarna emas dari Hideyoshi, dan
melambaikannya satu kali, dua kali, lalu untuk ketiga kali. Dengan aba-aba ini, pasukan
berkekuatan tujuh ratus orang mulai bergerak.
Kepala barisan lalu berubah arah dan lewat di hadapan Hideyoshi. Semua komandan korps
merupakan pengikut-pengikut kepercayaan. Hanya sedikit veteran berpengalaman yang terlihat,
mung-kin karena sebagian besar ditinggalkan di benteng-benteng Hideyoshi di Nagahama, Himeji,
dan tempat-tempat lain. Tengah malam, para prajurit Hideyoshi bertolak dari Benteng Kiyosu.
Sepertinya mereka menyertai junjungan mere-ka. Setelah membelok ke Jalan Raya Mino, mereka
mengawali perjalanan ke Nagahama.
Hideyoshi sendiri berangkat segera setelah itu. Rombongan yang menyertainya hanya berjumlah
tiga puluh atau empat puluh orang. Ia menempuh rute yang berbeda sama sekali, dan bergegas
melewati jalan-jalan kecil di tempat tak seorang pun akan memergokinya. Menjelang fajar keesokan
harinya, ia akhirnya tiba di Nagahama.
*** "Kita gagal, Genba." ujar Katsuie.
"Tidak, rencana kita sebenarnya sudah sempurna."
"Apa ada rencana yang sempurna" Entah di mana kita membuat kesalahan, dan karena itulah
ikannya bisa lolos dari jaring."
"Hmm, aku sudah memperingatkan Paman. Jika Paman hendak bertindak, jangan bertindak
setengah-setengah! Kalau saja kita menyerang tempat bermalam bajingan itu, kepala Hideyoshi
tentu sudah berada di hadapan kita sekarang. Tapi Paman berkeras memilih jalan diam-diam.
Seka-rang semua usaha kita sia-sia, karena Paman tidak mau mendengarkanku."
"Ah, kau masih hijau. Kau menyuruhku memakai rencana yang timpang, sedangkan rencana yang
kususun lebih baik. Strategi terbaik adalah menunggu sampai Hideyoshi datang ke benteng, lalu
memaksanya membelah perutnya sendiri. Tak ada yang lebih baik dari itu. Tapi berdasarkan
laporan semalam. Hideyoshi tiba-tiba meninggalkan tempatnya menginap. Mula-mula kupikir kita
memang sial, tapi kemudian aku berubah pikiran. Kalau si haram jadah itu mening-galkan Kiyosu
malam-malam, itu justru suatu berkah dari para dewa. Berhubung dia pergi tanpa pemberitahuan
sebelumnya, aku bisa melaporkan segala kejahatannya. Kau kusuruh menjebak dan membunuhnya
23 Pendekar Bodoh . Rahasia Sumur Tua m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dalam perjalanan, agar keadilan dapat ditegakkan."
"Sejak awal Paman telah membuat kesalahan." "Aku membuat kesalahan" Apa maksudmu?"
"Pertama, Paman terlampau yakin bahwa Hideyoshi akan memudahkan usaha kita dengan datang ke benteng. Kemudian, walaupun Paman telah
memerintahkan agar aku membawa beberapa prajurit untuk membunuhnya di perjalanan, Paman
melakukan kesalahan kedua, yaitu lalai menyuruh orang-orang menjaga jalan-jalan kecil."
"Bodoh! Aku memberikan wewenang padamu dan menyuruh para jendral lain mengikuti segala
perintahmu, karena aku percaya kau takkan melupakan hal sepele seperti itu. Berani-beraninya kau
melemparkan kesalahan padaku, padahal kau yang menempatkan prajurit-prajurit kita di jalan
utama saja, sehingga Hideyoshi bisa lolos! Akuilah bahwa kau masih kurang berpengalaman!"
"Baiklah, kali ini aku minta maaf atas kekhi-lafanku, tapi untuk selanjutnya. Paman, tolong jangan
terlalu mengandalkan akal bulus. Orang yang hanyut oleh kelicikannya sendiri, suatu hari mungkin
tenggelam di dalamnya."
"Apa maksudmu" Kaupikir aku terlalu banyak bersiasat?"
"Itu sudah menjadi kebiasaan Paman." "Hah, beraninya kau..."
"Bukan aku saja. Paman. Semua orang sepen-dapat. 'Hati-hati menghadapi Yang Mulia Katsuie.
Kita tak pernah tahu apa rencananya.'"
Katsuie terdiam. Alisnya yang hitam tebal tampak berkerut-kerut.
Untuk waktu lama, hubungan antara Paman dan keponakan itu jauh lebih hangat daripada sekadar
hubungan antara junjungan dan pengikut. Tapi keakraban berlebihan telah mengikis wibawa dan
rasa hormat dalam hubungan mereka, sehing-ga hal-hal tersebut kini telah tiada. Pagi itu Katsuie
hanya bisa merengut. Perasaan tak senang yang meliputi dirinya ditimbulkan oleh berbagai sebab. Semalam suntuk ia
tidak memejamkan mata. Setelah memberikan perintah pada Gemba untuk memburu Hideyoshi.
Katsuie menunggu sampai fajar, menanti laporan yang dapat menghilangkan kesuraman di hatinya.
Namun ketika Genba kembali, ia tidak membawa laporan yang ditunggu-tunggu oleh Katsuie.
"Ternyata hanya para pengikut Hideyoshi yang melewati Jalan Raya. Hideyoshi sendiri tidak tampak
batang hidungnya. Kupikir sia-sia saja kami menyerang mereka, jadi aku kembali dengan tangan
kosong, tanpa apa pun sebagai bukti usaha-ku."
Laporan itu, ditambah kelelahan Katsuie akibat tidak tidur, menyebabkan ia semakin patah
semangat. Lalu Genba pun menyalah-nyalahkannya, se-hingga tidak mengherankan bahwa Katsuie merasa
murung pada pagi itu. Tapi kemurungannya tak bisa dibiarkan berkelanjutan. Hari itu pelantikan Samboshi dirayakan.
Setelah makan pagi, Katsuie tidur sejenak, lalu mandi. Kemudian ia sekali lagi mengenakan
24 Pendekar Bodoh . Rahasia Sumur Tua m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
pakaian kebesaran yang panas, serta tutup kepala.
Katsuie bukan orang yang mau memperlihatkan bahwa ia merasa murung. Hari ini langit tertutup
awan dan udara bahkan lebih lembap daripada kemarin, tapi sikap Katsuie ketika menyusuri jalan
menuju Benteng Kiyosu lebih gagah dibandingkan siapa pun di kota benteng, dan wajahnya
bersimbah peluh. Orang-orang garang yang pada malam sebelum nya masih mengencangkan tali pengikat helm dan
merayap di tengah rerumputan dan semak-semak dengan membawa tombak dan senapan untuk
membunuh Hideyoshi, kini berkumpul dengan topi kebesaran dan pakaian upacara. Busur mereka
tersimpan dalam kotak masing-masing dan tombak mereka disarungkan. Semuanya tampak seolah
tak tahu apa-apa ketika bergabung dalam iring-iringan menuju benteng.
Tentu saja orang-orang yang hendak pergi ke benteng bukan anggota marga Shibata semata-mata.
Ada pula orang-orang dari pihak Niwa, Takigawa, dan marga-marga lain. Yang kemarin masih hadir
tapi kini tak terlihat lagi hanyalah mereka yang berada di bawah komando Hideyoshi.
Takigawa Kazumasu memberitahu Katsuie bahwa Kumohachi telah menunggu di benteng sejak
pagi, sebagai utusan Hideyoshi.
"Dia bilang Hideyoshi tak bisa hadir hari ini karena sakit, dan Hideyoshi menyampaikan permintaan
maaf kepada Yang Mulia Samboshi. Dia juga menyinggung bahwa dia ingin bertemu Tuan. Sudah
agak lama dia menunggu."
Katsuie mengangguk dengan geram. Meski merasa gusar bahwa Hideyoshi pura-pura tidak tahu
apa-apa, ia pun terpaksa berlagak tidak memahami duduk perkaranya. Ketika menerima
Kumohachi, Katsuie mcngajukan pertanyaan demi pertanyaan dengan penuh curiga. Sakit apakah
yang diderita Hideyoshi" Jika ia mendadak memutuskan untuk kembali ke Nagahama semalam,
mengapa ia tidak memberitahu Katsuie" Seandainya diberitahu, Katsuie tentu akan
mengunjunginya dan mengatur segala sesuatu. Tapi sepertinya daya pendengaran Kumohachi
sudah amat menurun, dan ia hanya memahami setengah dari apa yang diucapkan Katsuie.
Taiko Karya Eiji Yoshikawa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Apa pun yang dikatakan Katsuie, orang tua itu tampak tak paham dan terus mengulangi jawaban
yang sama. Menyadari bahwa tatap muka ini hanya buang-buang waktu saja, dengan dongkol
Katsuie menduga-duga alasan Hideyoshi mengirim prajurit tua yang pikun ini sebagai utusan resmi.
Mengomel pun tak mempan terhadap orang tua itu. Sambil memendam emosi, Katsuie mengajukan
satu pertanyaan lagi pada Kumohachi, untuk mengakhiri percakapan mereka.
"Utusan, berapa usiamu sekarang?" "Tepat... ya, benar sekali."
Aku menanyakan umurmu. Berapa usiamu sekarang?"
"Ya, Yang Mulia benar sekali." "Apa?"
Katsuie merasa dipermainkan. Ia mendekatkan mulutnya ke telinga Kumohachi, dan berteriak
dengan suara cukup nyaring untuk memecahkan cermin.
"Berapa usiamu tahun ini?"
Kumohachi mengangguk-angguk, dan menjawab dengan tenang.
25 Pendekar Bodoh . Rahasia Sumur Tua m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Ah, hamba mengerti. Yang Mulia menanyakan usia hamba. Sesungguhnya hamba belum
melakukan sesuatu yang berarti, tapi tahun ini usia hamba tujuh puluh lima tahun."
Katsuie tercengang. Betapa konyol bahwa ia sampai naik pitam pada orang tua ini, padahal masih banyak yang harus
dikerjakan, sehingga kemungkinan ia takkan sempat beristirahat sepanjang hari. Terdorong oleh
kebenciannya terhadap Hideyoshi. Katsuie berikrar bahwa sebentar lagi mereka takkan berada di
bawah langit yang sama. "Pulanglah. Ini sudah cukup."
Sambil memberi isyarat dengan dagu, ia menyuruh orang tua itu pergi, tapi pantat Kumohachi
seperti direkatkan di lantai.
"Apa" Bagaimana kalau ada jawaban?" Kumo-hachi bertanya dan memandang Katsuie dengan
sabar. "Tidak ada! Tidak ada jawaban. Katakan saja pada Hideyoshi bahwa suatu hari kami akan berjumpa
lagi." Dengan ucapan terakhir ini, Katsuie berbalik dan menyusuri selasar sempit ke benteng dalam.
Kumohachi pun mengayunkan langkah. Sambil berkacak pinggang, ia menoleh ke arah Katsuie.
Dan sambil terkekeh-kekeh, ia akhirnya menuju gerbang benteng.
Upacara pelantikan Samboshi dilaksanakan hari itu, dan perayaan yang menyusul mengalahkan
perayaan pada malam sebelumnya. Tiga bangsal di dalam benteng dibuka untuk mengumumkan
pengangkatan junjungan yang baru, dan orang-orang pun datang berbondong-bondong. Topik
pembicaraan utama di antara para tamu adalah sikap Hideyoshi yang dianggap menghina.
Berpura-pura sakit hingga tidak menghadiri acara yang sedemikian penting benar-benar keterlaluan,
dan ada saja yang berkomentar bahwa ketidak-setiaan dan ketidaktulusan Hideyoshi terlihat jelas
sekarang. Katsuie tahu bahwa celaan-ce
(http://cerita-silat.mywapblog.com)
26Pendekar Bodoh . Munculnya Sang Pewaris m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Pendekar Bodoh . Munculnya Sang Pewaris | http://cerita-silat.mywapblog.com | Pendekar Bodoh . Munculnya Sang Pewaris pdf created by Saiful Bahri (Seletreng - Situbondo) pd 23-04-2016 08:26:20
laan terhadap Hideyoshi dilontarkan oleh para pengikut Taki-gawa Kazumasu dan Sakuma Genba,
namun ia tetap menikmati keyakinan bahwa keuntungan kini berada di pihaknya.
Setelah rapat besar, peringatan hari kematian Nobunaga, dan perayaan pelantikan, Kiyosu setiap
hari diguyur hujan lebat.
Sejumlah pembesar kembali ke provinsi masing-masing, sehari sesudah perayaan itu. Tapi
beberapa yang lain tertahan oleh Sungai Kiyosu yang meluap. Mereka yang tertinggal menunggu
cuaca cerah, mungkin besok atau hari berikutnya, tapi sementara itu mereka tak dapat berbuat
apa-apa selain duduk di tempat mereka menginap.
Namun bagi Katsuie masa penantian itu belum tentu sia-sia.
Berkali-kali ia dan Nobutaka saling mengun-jungi. Perlu diingat bahwa Oichi, istri Katsuie,
merupakan adik Nobunaga, dan dengan demikian bibi Nobutaka. Kecuali itu, sesungguhnya Nobutaka-lah yang membujuk Oichi untuk menikah lagi dan menjadi istri Katsuie. Sejak pernikahan itulah
hubungan antara Katsuie dan Nobutaka menjadi akrab, melebihi hubungan antara saudara ipar
semata-mata. Takigawa Kazumasu pun mengikuti pertemuan-pertemuan itu, dan kehadirannya mempunyai arti
khusus. Pada hari kesepuluh bulan itu, Takigawa mengirim undangan untuk upacara minum teh kepada
para pembesar yang masih berada di Kiyosu. Acara itu diadakan pagi hari.
Undangan itu berbunyi sebagai berikut:
Hujan yang melanda Kiyosu belakangan ini sudah mereda, dan kalian semua ingin segera kembali
ke kampung halaman. Pepatah di kalangan prajurit mengatakan bahwa pertemuan mereka yang
berikut diliputi ketidakpastian. Sambil mengenang mendiang junjungan kita, aku ingin menawarkan
secawan teh tawar di tengah embun pagi.. Aku tahu kalian semua harus bergegas pulang setelah
kunjungan panjang ini, tapi aku mengharapkan kehadiran kalian.
Hanya itu yang dikatakan, dan memang hanya itu yang dapat diharapkan. Tapi para warga Kiyosu
dihantui kecemasan ketika melihat orang-orang yang datang dan pergi.
Ada apa sebenarnya" Rapat perangkah" Orang seperti Hachiya, Tsutsui, Kanamori, dan Kawajiri
menghadiri acara minum teh pagi itu, sementara Nobutaka dan Katsuie mungkin merupakan tamu
kehormatan. Tapi apakah pertemuan tersebut memang sekadar minum teh bersama, atau suatu
pertemuan rahasia, hanya diketahui oleh sang pengundang dan para tamunya.
Pada sore hari, para jendral akhirnya kembali ke provinsi masing-masing. Pada malam hari
keempat belas. Katsuie mengumumkan bahwa ia akan pulang ke Echizen, dan pada hari kelima
belas ia meninggalkan Kiyosu.
Namun begitu ia menyeberangi Sungai Kiso dan memasuki Mino, Katsuie mendengar desas-desus
bahwa pasukan Hideyoshi telah menutup semua jalan di pegunungan antara Tarui dan Fuwa, serta
1 Pendekar Bodoh . Munculnya Sang Pewaris m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
menghalangi perjalanan ke Echizen.
Katsuie baru saja memutuskan bahwa ia akan menyerang Hideyoshi, tapi sekarang situasi telah
berbalik, dan ia bagaikan berjalan di atas lapisan es tipis. Untuk mencapai Echizen, Katsuie harus
melewati Nagahama, dan lawannya sudah kembali ke sana. Apakah Hideyoshi akan
membiarkannya lewat tanpa menyerangnya"
Ketika Katsuie bertolak dari Kiyosu, para jen-dralnya menyarankan ia menempuh jalan memu-tar
melalui Ise, provinsi Takigawa Kazumasu. Namun jika ia menuruti saran mereka, dunia tentu akan
menyangka ia takut terhadap Hide-yoshi - sebuah aib yang tak tertahankan oleh Katsuie. Tapi pada
waktu mereka memasuki Mino, pertanyaannya tadi terus menghantui.
Laporan-laporan mengenai pergerakan pasukan di pegunungan memaksa Katsuie menghentikan
barisan dan membentuk susunan tempur, sampai kebenaran laporan-laporan terscbut dapat
diselidiki. Kemudian terdengar kabar angin bahwa unit-unit di bawah komando Hideyoshi terlihat di daerah
Fuwa; Katsuie dan para jendralnya yang duduk di atas kuda langsung merinding. Ketika mencoba
membayangkan kekuatan dan strategi musuh yang menghadang, mereka pun diliputi perasaan
suram. Pasukan dihentikan secara mendadak di ha-dapan Sungai Ibi, sementara Katsuie dan para
perwiranya berunding di tempat persembahan setempat. Harus maju atau mundurkah mereka"
Satu strategi yang masuk akal adalah mundur sementara dan menguasai Kiyosu serta Samboshi.
Kemudian mereka dapat mengumumkan segala kesalahan Hideyoshi, mempersatukan para
pang-lima lain, lalu berangkat lagi dengan kekuatan yang lebih besar. Di pihak lain, sekarang pun
mereka membawa pasukan besar, dan sebagai samurai, dengan senang hati mereka akan
menerobos barisan lawan untuk meraih kemenangan cepat.
Ketika mengira-ngira hasil akhir dari masing-masing alternatif, mereka menyadari bahwa pilihan
percuma akan menyebabkan perang berlarut-larut, sementara pilihan kedua akan memberi
kepastian seketika. Namun bukannya tak mungkin bahwa justru mereka sendiri yang akan
menderita kekalahan. Medan bergunung-gunung di sebelah utara Sekigahara memang menguntungkan orang untuk
memasang jebakan. Kecuali itu, pasukan Hide-yoshi yang kembali ke Nagahama pasti bukan
pa-sukan kecil yang baru bertolak dari Kiyosu. Dari Omi bagian selatan sampai ke daerah Fuwa dan
Yoro, sejumlah besar orang dari benteng-benteng kecil, keluarga-keluarga pembesar provinsi, dan
se-jumlah kediaman samurai menjalin ikatan dengan Hideyoshi. Hanya sedikit yang berhubungan
dengan marga Shibata. "Dari sudut mana pun masalah ini kupandang, rasanya tak ada strategi untuk menghadapi
Hide-yoshi di sini. Dia pasti sengaja pulang cepat-cepat untuk menarik keuntungan seperti ini.
Kurasa kita sebaiknya menghindari pertempuran yang diinginkannya dalam kondisi sekarang," ujar
Katsuie, mengulangi saran para jendralnya.
Namun Genba tertawa geram. "Tindakan itulah yang paling tepat jika Paman ingin menjadi bahan
tertawaan, karena begitu jerih terhadap Hide-yoshi." Dalam rapat perang mana pun, saran untuk
mundur merupakan saran lemah, sementara saran untuk maju dianggap lebih kuat. Pendapat
Genba khususnya mempunyai pengaruh besar terhadap para anggota staf lapangan.
2 Pendekar Bodoh . Munculnya Sang Pewaris m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Keberaniannya yang tiada tara, kedudukannya di dalam marga, serta sikap Katsuie terhadapnya,
semua itu merupakan faktor yang dijadikan bahan pertimbangan.
"Lari ketika melihat musuh, tanpa melepaskan satu anak panah pun, pasti akan menghancurkan
reputasi marga Shibata," salah seorang jendral berkata.
"Lain halnya kalau keputusan seperti ini diambil sebelum kita meninggalkan Kiyosu."
"Yang Mulia Genba benar. Kalau orang-orang mendengar kita sudah sampai di sini lalu mundur
lagi, kita akan menjadi bahan tertawaan bagi generasi-generasi yang akan datang."
"Bagaimana kalau kita mundur setelah ben-trokan senjata pertama?"
"Mereka toh hanya anak buah si Monyet." Semua prajurit muda mendukung Genba dengan
menggebu-gebu. Satu-satunya orang yang tetap membisu adalah Menju Shosuke. "Bagai-mana
menurutmu, Shosuke?"
Katsuie jarang menanyakan pendapat Shosuke. Belakangan ini Shosuke kurang disenangi Katsuie,
karena itu ia lebih banyak diam. Kini ia menjawab dengan patuh. "Hamba sependapat dengan
Genba." Di tengah-tengah yang lain, yang semuanya berdarah panas dan siap bertempur, Shosuke tampak
sedingin air dan sepertinya kurang berani, meski masih muda. Tapi ia menjawab seakan-akan tak
ada pilihan lain. "Kalau Shosuke pun bisa bersikap begini, kita akan mengikuti saran Genba dan terus maju. Tapi
kita perlu mengirim pengintai setelah menye-berangi sungai, dan tidak bertindak sembrono.
Pasukan infanteri maju lebih dulu, lalu kesatuan tombak. Tempat para penembak di depan barisan
belakang. Kalau musuh memang berusaha menjebak kita, senjata api tak banyak gunanya di
depan. Kalau musuh ada di sini dan para pengintai memberikan tanda, segera bunyikan genderang,
tapi jangan perlihatkan kebingungan sedikit pun. Para komandan unit harus menunggu aba-aba
dariku." Setelah mendapat perintah, pasukan Katsuie melintasi Sungai Ibi. Ternyata tidak terjadi apa-apa.
Ketika mereka mulai bergerak menuju Akasaka, tetap tak ada tanda-tanda kehadiran musuh.
Unit-unit pengintai sudah jauh di depan, dan sedang mendekati Desa Tarui. Di sini pun mereka
tidak menemukan sesuatu yang aneh.
Seorang laki-laki mendekat, ia tampak mencurigakan, lalu segera dihampiri dan ditahan oleh
anggota unit pengintai. Ketika diancam dan dimintai keterangan, orang itu langsung membuka
mulut, namun mereka yang mengancamlah yang kecewa.
"Kalau kalian ingin tahu apakah aku melihat anak buah Yang Mulia Hideyoshi di jalan tadi, ya, aku
memang melihat mereka. Pagi-pagi sekali, di sekitar Fuwa. Sekarang mereka sedang melewati
Tarui." "Berapa jumlah mereka?"
"Aku tidak tahu pasti, tapi tentunya ada be-berapa ratus orang."
3 Pendekar Bodoh . Munculnya Sang Pewaris m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Beberapa ratus?"
Para pengintai saling pandang. Setelah melepaskan orang itu, mereka segera melapor pada
Katsuie. Berita itu di luar dugaan. Pasukan musuh begitu kecil, sehingga Katsuie dan para jendralnya
semakin waswas. Namun perintah untuk maju telah diberikan. Saat itulah tiba laporan bahwa
utusan dari Hideyoshi sedang menuju ke arah mereka. Ketika orang itu akhirnya muncul, mereka
meihat bahwa ia bukan prajurit berbaju tempur, melainkan pemuda tampan yang mengenakan
mantel sutra dan kimono. Bahkan tali kekang kudanya pun dihiasi dengan mewah.
"Nama hamba Iki Hanshichiro," pemuda itu memperkenalkan diri, "pelayan pribadi Yang Mulia
Hidekatsu. Hamba datang untuk menawarkan jasa sebagai pemandu bagi Yang Mulia Katsuie."
Hanshichiro melewati para pengintai yang terbengong-bengong. Sambil berseru-seru bingung,
komandan mereka mengejar Hanshichiro, ia begitu terburu-buru, schingga nyaris terjatuh dari kuda.
Katsuie dan para perwira stafnya memandang pemuda itu dengan curiga. Mereka telah siap
menghadapi pertempuran, dan semangat mereka pun berkobar-kobar. Kemudian, di tengah-tengah
tombak dan sumbu senapan yang membara, pemuda tampan ini turun dari kuda dan membungkuk
sopan. "Pelayan pribadi Yang Mulia Hidekatsu" Aku tak tahu apa artinya ini, tapi bawa dia ke sini. Kita bisa
bicara dengannya," Katsuie memerintahkan.
Katsuie melangkah ke pinggir jalan dan berdiri di bawah naungan pohon. Setelah kursinya
disiapkan, ia berusaha menutup-nutupi ketegangan yang meliputi anak buahnya dan dirinya sendiri,
lalu mempersilakan utusan Hideyoshi untuk duduk.
"Kau bawa pesan?"
"Yang Mulia tentu lelah setelah menempuh perjalanan panjang dalam cuaca panas ini."
Hanshi-chiro berkata dengan formal.
Anehnya, kata-katanya persis seperti sapaan di masa damai. Sambil mengambil sepucuk surat dari
kotak yang tergantung pada bahunya, ia melanjutkan, "Yang Mulia Hideyoshi menyampaikan
salam." Kemudian ia menyerahkan surat itu pada Katsuie.
Katsuie menerimanya dengan curiga dan tidak segera membukanya. Sambil mengedip-ngedipkan
mata, ia menatap Hanshichiro.
"Kaubilang kau pelayan pribadi Tuan Hide-katsu?"
"Benar, Yang Mulia."
"Bagaimana kabar Tuan Hidekatsu" Baik-baik sajakah dia?"
"Ya, Yang Mulia."
4 Pendekar Bodoh . Munculnya Sang Pewaris m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Dia tentu sudah bertambah besar."
"Tahun ini usia beliau tujuh belas tahun, Yang Mulia."
"Wah, sudah sebesar itu" Waktu berlalu dengan cepat, bukan" Sudah lama aku tidak bertemu
dengannya." "Hari ini beliau mendapat perintah dari ayah beliau untuk datang ke Tarui guna memberikan
sambutan." "Apa?" Katsuie tergagap-gagap. Sebuah kerikil di bawah kaki kursinya remuk akibat berat
badannya, yang sama besar dengan rasa kaget di hatinya. Sesungguhnya Hidekatsu putra
Nobunaga, dan diangkat anak oleh Hideyoshi.
"Sambutan" Siapa yang hendak kausambut?" "Yang Mulia, tentu saja."
Hanshichiro menutup wajah dengan kipas dan tertawa. Kelopak mata dan mulut lawan bicaranya
gemetar tak terkendali, sehingga ia tak sanggup menahan senyum.
"Aku" Dia datang untuk menyambut aku?"
Katsuie terus bergumam. Katsuie begitu tercengang, sampai-sampai surat di tangannya terlupakan olehnya. Berulang kali ia
mengangguk tanpa sebab jelas. Ketika matanya mengikuti kata-kata yang tertulis, berbagai emosi
melintas di wajahnya. Surat itu bukan dari Hide-katsu, melainkan tak pelak ditulis oleh Hideyoshi
sendiri. Nadanya sangat jujur.
Jalan antara Omi bagian utara dan Echizen sudah sering dilalui Tuan, jadi kurasa Tuan takkan
tersesat. Meski demikian, aku mengutus putra angkatku, Hidekatsu, sebagai pemandu jalan. Kini
beredar kabar burung tak berdasar, yang sesungguhnya tak pantas mendapat perhatian Tuan,
bahwa Nagahama merupakan tempat yang baik untuk menghalangi perjalanan Tuan. Untuk
membantah laporan-laporan palsu tersebut, aku mengutus putra angkatku guna menyambut Tuan,
dan Tuan boleh menahannya sebagai sandera, sampai Tuan melewati daerah ini dengan tenang,
Sebenarnya aku bermaksud mengundang Tuan ke Nagahama, namun aku sakit sejak kembali dari
Kiyosu.... Setelah mendengar ucapan utusan Hideyoshi dan membaca surat yang dikirimnya, mau tak mau
Katsuie merenungkan ketakutannya sendiri. Ia sempat gemetar ketakutan ketika berusaha
mengira-ngira apa yang mungkin tersimpan dalam hati Hideyoshi, dan kini ia merasa lega. Sudah
lama ia dikenal sebagai ahli strategi yang lihai, dan ia dianggap begitu penuh intrik, sehingga setiap
kali berbuat sesuatu, orang-orang langsung berkomentar bahwa Katsuie sedang beraksi lagi.
Namun pada saat seperti ini, Katsuie bahkan tidak berusaha menutup-nutupi perasaannya dengan
berlagak tak acuh. Ini sebagian wataknya yang sangat dipahami almarhum Nobunaga. Nobunaga
tahu betul akan keberanian Katsuie, kelihaiannya, dan kejujurannya. Karena ini pula Nobunaga
memberikan tanggung jawab berat sebagai pang-lima tertinggi dalam operasi militer di wilayah
Utara pada Katsuie, menempatkan sejumlah besar prajurit dan sebuah provinsi besar di bawah
komandonya, dan menjadikannya andalan utama. Kini, saat Katsuie merenungkan junjungannya
yang begitu memahami dirinya, namun tak lagi berada di dunia, ia merasa tak ada orang yang
dapat dipercayainya. 5 Pendekar Bodoh . Munculnya Sang Pewaris m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Tapi sekarang perasaan Katsuie tiba-tiba tersentuh oleh surat Hideyoshi, dan segala prasangka
yang dipendamnya berbalik seketika. Ia kini mengakui bahwa permusuhan di antara mereka
semata-mata disebabkan oleh kecurigaan dan ketakutannya sendiri.
"Setelah junjungan kita tiada, Hideyoshi-lah orang yang patut mendapat kepercayaan kita," ujar
Katsuie. Malam itu ia asyik berbincang-bincang dengan Hidekatsu. Keesokan harinya ia melintasi Fuwa
beserta pemuda itu dan memasuki Nagahama, sambil terus memeluk kesan baik yang baru
diperolehnya. Tapi di Nagahama, setelah ia dan para pengikut seniornya mengantar Hidekatsu sampai ke
gerbang benteng, Katsuie sekali lagi dikejutkan ketika mengetahui bahwa Hideyoshi sudah
beberapa lama tidak berada di Nagahama. Hideyoshi ternyata telah pergi ke Kyoto untuk
menyelesaikan berbagai masalah negara.
"Lagi-lagi Hideyoshi mengelabuiku!" kata Katsuie, dan kedongkolannya segera bangkit kem-bali.
Terburu-buru ia meneruskan perjalanan pulang.
Taiko Karya Eiji Yoshikawa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
*** Akhir Bulan Ketujuh telah tiba. Untuk memenuhi janji yang telah diberikannya, Hideyoshi
menye-rahkan Benteng Nagahama berikut daerah sekitarnya pada Katsuie, yang lalu
meneruskannya kepada putra angkatnya, Katsutoyo.
Katsuie tetap belum tahu, mengapa Hideyoshi dalam rapat di Kiyosu bersikeras agar benteng itu
diberikan pada Katsutoyo. Baik para peserta rapat maupun masyarakat umum tidak menaruh curiga
pada syarat tersebut, bahkan tidak berusaha menduga-duga maksud Hideyoshi .
Katsuie mempunyai satu putra angkat lagi, Katsutoshi, anak laki-laki yang pada tahun itu
merayakan ulang tahun kelima belas. Tak sedikit anggota marga Shibata menyesalkan bahwa jika
hubungan antara Katsuie dan Katsutoyo demikian dingin, masa depan marga bisa terancam.
"Katsutoyo selalu ragu-ragu," Katsuie mengeluh. "Tak pernah dia melakukan sesuatu dengan jelas
dan tegas. Wataknya tidak cocok untuk menjadi putraku. Katsutoshi, sebaliknya, sama sekali tidak
memiliki sifat buruk dalam dirinya. Dia benar-benar menganggapku ayahnya."
Tapi jika Katsuie lebih menyukai Katsutoshi dibandingkan Katsutoyo, keponakannya Genba bahkan
lebih disayanginya. Kasih sayangnya terhadap Genba melampaui kasih sayang biasa bagi
keponakan atau putra, dan ia cenderung memu-puk perasaan itu. Karenanya Katsuie terus
mengawasi kedua adik Genba, Yasumasa dan Katsu-masa, dan menempatkan keduanya di
benteng-benteng strategis, meski mereka baru berusia dua puluhan.
Di tengah keakraban antara para anggota keluarga dan para pengikut, hanya Katsutoyo yang
merasa tidak puas dengan ayah angkatnya dan kakak-adik Sakuma.
Suatu ketika, dalam perayaan Tahun Baru, pada waktu keluarga dan para pengikut Katsuie
berdatangan untuk mengucapkan selamat Tahun Baru, cawan sake pertama dibagikan oleh
Katsuie. Dengan sendirinya Katsutoyo menyangka ia yang akan memperolehnya, dan ia telah maju
6 Pendekar Bodoh . Munculnya Sang Pewaris m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
beringsut-ingsut dengan penuh hormat.
"Cawan ini bukan untukmu, Katsutoyo, tapi untuk Genba," ujar Katsuie sambil menarik tangannya.
Kemudian diketahui bahwa masalah ini merupakan sumber ketidakpuasan bagi katsutoyo, dan
cerita tersebut juga terdengar oleh mata-mata dari provinsi lain. Tentunya informasi seperti ini juga
sampai ke telinga Hideyoshi.
Sebelum menyerahkan Nagahama pada Katsu-toyo, Hideyoshi perlu memindahkan keluarganya ke
rumah baru mereka lebih dulu.
"Sebentar lagi kita akan ke Himeji. Musim dingin di sana tidak seberapa dingin, dan selalu ada
persediaan ikan segar dari laut."
Dengan perintah ini, ibu dan istri Hideyoshi. beserta seluruh rumah tangga pindah ke bentengnya di
Himeji. Tapi Hideyoshi sendiri tidak ikut.
Waktu tak boleh terbuang sia-sia. Ia memerintahkan agar benteng di Takaradera di dekat Kyoto
direnovasi sepenuhnya. Benteng itu merupakan kubu pertahanan Mitsuhide pada waktu
pertempuran Yamazaki, dan Hideyoshi mempunyai alasan tersendiri mengapa ia tidak menyuruh
ibu dan istrinya tinggal di sini. Setiap dua hari ia pergi dari Benteng Takaradera ke ibu kota. Pada
waktu kembali, ia mengawasi pembangunan; pada waktu pergi, ia menangani pemerintahan seluruh
negeri. Ia kini memikul tanggung jawab untuk mengamankan Istana Kekaisaran, mengatur pemerin-tahan
kota, dan mengawasi semua provinsi. Berdasarkan keputusan semula yang diambil dalam rapat
Kiyosu, semua bidang pemerintahan di Kyoto akan ditangani bersama-sama oleh keempat
pemegang kekuasaan - Katsuie, Niwa, Shonyu. dan Hideyoshi - dan sama sekali bukan oleh
Hideyoshi sendiri. Tapi Katsuie berada jauh di Echizen, menjalankan manuver-manuver rahasia
bersama Nobutaka dan yang lainnya di Gifu dan Ise; Niwa, walaupun berada dekat di Sakamoto,
rupanya telah menyerahkan tanggung jawabnya pada Hide-yoshi ; dan Shonyu sudah menjelaskan
bahwa ia, meski diberi jabatan, tak mampu menangani pe-merintahan dan kaum bangsawan,
sehingga ia memutuskan untuk tidak terlibat lagi dalam kedua tugas itu.
Justru dalam bidang-bidang inilah Hideyoshi memiliki kelebihan. Bakatnya terutama bersifat
administratif. Hideyoshi menyadari bahwa kemam-puannya yang paling menonjol bukanlah di
medan perang. Tapi ia pun sadar bahwa jika seseorang dengan cita-cita tinggi dikalahkan di medan
laga, urusan administratif takkan dapat mencapai ke-majuan berarti. Karena itu, ia selalu
mempertaruhkan semuanya dalam suatu pertempuran, dan jika sudah mulai melancarkan operasi
militer, ia akan menyelesaikannya sampai tuntas.
Sebagai imbalan atas segala jasanya, pihak Istana Kekaisaran memberitahukan bahwa ia akan
diangkat sebagai letnan jendral Pasukan Pengawal Istana. Hideyoshi menolaknya, dan berdalih
bahwa ia tidak patut menerima kehormatan sebesar itu, namun pihak Istana berkeras, sehingga
Hideyoshi akhirnya bersedia menerima pangkat yang lebih rendah.
Berapa banyak orang yang hanya bisa melihat sisi buruk dari kebaikan orang lain! Berapa banyak
orang yang menjelek-jelekkan mereka yang bekerja dengan tulus!
Ini selalu benar, dan setiap perubahan besar senantiasa menimbulkan gosip dan desas-desus.
7 Pendekar Bodoh . Munculnya Sang Pewaris m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Sekarang kesombongan Hideyoshi terungkap jelas. Para bawahannya pun berlagak penting."
"Mereka mengabaikan Yang Mulia Katsuie. Sikap mereka seakan-akan hanya Hideyoshi yang
berjasa." "Kalau melihat pengaruh yang diraihnya belakangan ini, sepertinya mereka berusaha menampilkan
Yang Mulia Hideyoshi sebagai penerus Yang Mulia Nobunaga."
Hideyoshi menjadi sasaran kritik yang bertubi-tubi. Namun, seperti biasa, identitas orang-orang
yang mencelanya tak dapat dipastikan.
Hideyoshi bersikap tak peduli. Ia tak punya waktu untuk mendengarkan gosip. Di Bulan Keenam,
Nobunaga wafat; pada pertengahan bulan itu, pertempuran meletus di Yamazaki; pada akhir bulan
tersebut, Hideyoshi mundur dari Nagahama dan memindahkan keluarganya ke Himeji; dan di Bulan
Kedelapan, ia memulai pembangunan Benteng Takaradera. Kini ia terus mondar-mandir antara
Kyoto dan Yamazaki. Jika berada di Kyoto, pada pagi hari ia mengunjungi Istana Kekaisaran; pada
sore hari ia meninjau kota, di malam hari ia menangani urusan pemerintahan, mengirim surat-surat
balasan, dan menerima tamu; di tengah malam ia mempelajari surat-surat dari provinsi-provinsi
jauh; dan pada waktu fajar ia mengambil keputusan-keputusan yang menyangkut permohonan para
bawahannya. Setiap hari ia memacu kudanya, sementara masih mengunyah makanan yang terakhir
disantapnya. Ia sering mendatangi beberapa tempat tujuan secara berurutan - kediaman seorang bangsawan,
pertemuan-pertemuan, peninjauan-peninjauan - dan belakangan ia berulang kali menuju bagian
utara Kyoto. Di sanalah ia memprakarsai proyek pembangunan berskala raksasa. Di dalam
pe-karangan Kuil Daitoku ia mulai membangun satu kuil lagi, yaitu Kuil Sokenin.
"Pembangunan harus selesai pada hari ketujuh Bulan Kesepuluh. Pada hari kedelapan semuanya
sudah harus rapi, dan pada hari kesembilan persiapan upacara sudah harus rampung. Pastikan
pada hari kesepuluh sudah tak ada yang perlu dikerjakan."
Ucapan ini ditujukan pada Hikoemon dan saudara iparnya, Hidenaga. Dalam menangani proyek
pembangunan apa pun, Hideyoshi tidak bersedia mengubah batas waktunya.
Upacara peringatan dilaksanakan di dalam tempat persembahan selebar seratus delapan puluh
empat meter. Tirai berwarna cerah tampak berseri, ribuan lentera gemerlapan bagaikan bintang,
dan asap dupa mengambang di sela panji-panji yang berkibar-kibar, membentuk awan ber-warna
ungu di atas massa yang berduka cita.
Di antara para pendeta terdapat pemuka-pemuka dari kelima kuil Zen utama serta biksu-biksu dari
kedelapan sekte Buddha. Orang-orang yang menghadiri upacara itu menyebutkan bahwa mereka
seakan-akan melihat kelima ratus arhat dan ketiga ribu murid sang Buddha berkumpul di depan
mata. Seusai upacara pembacaan naskah-naskah kuno dan penaburan bunga di hadapan sang Buddha,
para kepala biara Zen memberikan penghormatan. Akhirnya Kepala Biara Soken mengucapkan
gatha perpisahan, dan dengan sekuat tenaga menyerukan. "Kwatz!" Sejenak suasana menjadi
hening. Lalu, ketika musik khidmat mulai mengalun kembali, kembang-kembang seroja berguguran,
dan satu per satu para hadirin membakar dupa di depan altar.
8 Pendekar Bodoh . Munculnya Sang Pewaris m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Namun di antara para peserta, setengah dari kerabat Oda yang seharusnya hadir tidak
menam-pakkan batang hidung mereka. Samboshi tidak muncul, begitu pula Nobutaka, Katsuie, dan
Takigawa. Tapi barangkali yang paling tak terduga adalah maksud-maksud yang tersimpan dalam diri
Toku-gawa Ieyasu. Setelah peristiwa Kuil Honno, ia berada dalam posisi unik. Bagaimana
pikirannya, atau bagaimana matanya yang dingin memandang perkembangan terakhir, tak seorang
pun dapat memastikannya. BUKU SEMBILAN TAHUN TENSHO KESEPULUH 1582 MUSIM DINGIN TOKOH dan TEMPAT FUWA HlKOZO, pengikut senior marga Shibata
KANAMORI GOROHACHI, pengikut senior marga Shibata
SASSA NARIMASA, pengikut senior marga Oda dan pendukung Shibata Katsuie
SAKUMA YASUMASA, saudara laki-laki Genba
MENJU SHOSUKE, pelayan Shibata Katsuie
YAMAJI SHOGEN, pengikut Shibata Katsutoyo
MAEDA TOSHINAGA, putra Inuchiyo
ECHIZEN, provinsi marga Shibata
KITANOSHO, benteng utama marga Shibata
FUCHU, benteng Maeda Toshinaga
Salju Pegunungan Echizen 9 Pendekar Bodoh . Munculnya Sang Pewaris m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
SIANG-MALAM salju turun di Echizen yang tengah dilanda musim dingin, tanpa memberi
kesempatan untuk melepaskan beban pikiran. Tapi suasana di Benteng Kitanosho justru terasa
lebih hangat daripada biasa. Keadaan yang tidak lazim itu disebabkan oleh kehadiran Putri Oichi
beserta ketiga anak perempuannya. Sang Putri sendiri jarang kelihatan, tapi anak-anaknya tak
tahan tinggal terus-menerus di dalam kamar. Yang tertua, Chacha, berusia lima belas tahun,
adiknya sebelas tahun, dan yang bungsu baru sembilan tahun. Bagi anak-anak ini, daun-daun yang
berguguran pun merupakan suatu keajaiban, dan tawa mereka terdengar bergema di
selasar-selasar ben-teng.
Suara merekalah yang membawa Katsuie ke tempat tinggal kaum wanita. Ia berharap dapat
melupakan segala masalahnya di tengah tawa riang mereka, tapi setiap kali ia muncul, roman muka
ketiga gadis itu langsung muram, dan mereka tidak tertawa maupun tersenyum. Putri Oichi pun
menjaga jarak dan lebih banyak diam. Kecantikannya berkesan dingin dan tak terjangkau.
"Silakan masuk, tuanku," Putri Oichi biasa berkata, lalu mengajak Katsuie duduk di samping anglo
yang terbuat dan perak. Biarpun telah menikah, mereka tetap bertegur sapa dengan kaku, seperti seorang pengikut yang
menyapa anggota keluarga junjungannya.
"Kesepianmu tentu semakin besar karena salju dan hawa dingin tempat ini, yang baru pertama kali
kau alami," kata Katsuie.
"Tidak juga, tuanku," balas Oichi, meski sudah jelas ia mendambakan tempat yang lebih hangat.
"Kapan salju di Echizen mulai mencair?" tanyanya.
"Ini bukan Gifu atau Kiyosu. Pada waktu bunga lobak bermekaran dan kembang ceri berguguran di
sana, gunung-gunung ini masih diselubungi salju yang mencair."
"Dan sampai saat itu?"
"Setiap hari keadaannya seperti sekarang." "Maksud tuanku, saljunya tak pernah mencair?" "Hanya
ada salju setebal beberapa ribu meter!"
Katsuie membalas ketus. Ketika teringat betapa lama salju akan menyelubungi Echizen. hatinya
dirasuki perasaan getir. Karena itu ia tak dapat bersantai dengan keluarganya. walau hanya
sejenak. Katsuie segera kembali ke benteng dalam. Disertai para pelayannya, dengan langkah panjang ia
menyusuri koridor beratap yang diterpa angin dingin. Begitu ia pergi. ketiga anak perempuan itu
keluar ke serambi dan mulai bersenandung, bukan mengenai Echizen, melainkan mengenai daerah
asal mereka. Owari. Katsuie tidak menoleh ke belakang. Sebelum memasuki bangunan utama, ia menyuruh salah satu
pelayannya, "Beritahu Gozaemon dan Gohei agar segera menemuiku di kamar."
Keduanya merupakan tokoh penting dalam marga Shibata. Mereka dipandang sebagai sesepuh
dan amat dipercaya oleh Katsuie.
10 Pendekar Bodoh . Munculnya Sang Pewaris m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Sudah kaukirim kurir kepada Maeda Inuchiyo?" Katsuie bertanya pada Gozaemon. "Sudah, tuanku.
Dia berangkat beberapa waktu yang lalu." orang itu menjawab. "Apakah ada pesan tambahan yang
hendak tuanku sampaikan padanya?"
Katsuie mengangguk-angguk sambil membisu; ia tampak termenung-menung. Semalam, dewan
marga membahas masalah penting: Hideyoshi. Dan keputusan mereka tidak bersifat pasif. Mereka
mempunyai waktu sepanjang musim dingin untuk menjalankan sebuah rencana: Takigawa
Kazumasu akan mengumpulkan orang-orang di Ise, Nobutaka bertugas membujuk Gamo Ujisato
untuk bergabung dengan mereka serta meminta bantuan dari Niwa Nagahide; Katsuie sendiri akan
menulis surat pada Tokugawa Ieyasu untuk menjelaskan maksudnya; dan seorang kurir telah diutus
untuk menemui bekas shogun yang terkenal gemar berkomplot - Yoshiaki. Akhirnya mereka
berharap bahwa jika saatnya tiba, pihak Mori akan menyerang Hideyoshi dari belakang.
Begitulah rencana mereka. namun sikap Ieyasu masih merupakan tanda tanya. Dan meskipun telah
dapat diramalkan bahwa Yoshiaki akan besedia membantu, rasanya hanya ada sedikit harapan
bahwa marga Mori akan bergabung dengan mereka. Bukan itu saja, Gamo Ujisaro. orang yang
harus dibujuk oleh Nobutaka, sudah bersekutu dengan Hideyoshi, sementara Niwa secara arif
memilih untuk tidak memihak siapa pun. Ia menjelaskan bahwa ia tak dapat memberikan dukungan
pada salah satu pengikut bekas junjungannya, dan bahwa keterlibatannya hanya akan menyulitkan
per-lindungan terhadap penerus yang sah, Yang Mulia Samboshi.
Sementara itu Hideyoshi tengah menyeleng-garakan upacara peringatan megah bagi Nobunaga di
Kyoto, sebuah upacara yang menarik perhatian seluruh negeri. Nama Hideyoshi yang semakin
termasyhur membuat Katsuie berpikir, apakah ia harus bertindak dan seberapa cepat. Tapi
pegunungan Echizen menanggapi segala siasat Katsuie dengan hujan salju. la merencanakan
operasi-operasi besar. tapi ia tak sanggup menggerakkan pasukannya untuk melaksanakan
rencana-rencananya. Keiika rapat beriangsung, sepucuk surat tiba dari Kazumasu. la menyarankan agar Katsuie
bersabar sampai musim semi, dan baru kemudian menuntaskan usaha mereka dengan sekali
pukul. Sampai saat itu, Kazumasu berpesan, Katsuie harus berdamai dengan Hideyoshi. Katsuie
mempertimbangkan saran ini dan memutuskan bahwa itulah cara paling tepat untuk menangani
situasi yang dihadapinya.
"Jika ada yang hendak tuanku sampaikan pada Yang Mulia Inuchiyo, hamba akan mengirim kurir
lain." Gozaemon mengulangi. ketika melihat roman muka Katsuie yang cemas.
Katsuie membeberkan kebimbangannya kepada orang-orang ini. "Di dalam rapat, aku telah setuju
untuk mengirim dua pengikut kepercayaan bersama Inuchiyo. guna memndingkan perdamaian
dengan Hideyoshi. tapi sekarang aku mulai ragu-ragu."
"Apa maksud tuanku?" salah satu pengikutnya bertanya.
"Aku kurang yakin mengenai Inuchiyo."
"Tuanku meragukan kemampuannya sebagai utusan?"
"Aku tahu kemampuannya. tapi ketika Hideyoshi masih prajurit bawahan, mereka berteman akrab."
11 Pendekar Bodoh . Munculnya Sang Pewaris m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Hamba rasa tuanku tak perlu cemas mengenai hal ini."
"Tidak perlu?" "Sama sekali tidak," Gozaemon mengatakan. "Baik provinsi Inuchiyo di Noto maupun provinsi
putranya di Fuchu berada di tengah-tengah wilayah kekuasaan tuanku, dan dikelilingi oleh
benteng-benteng para pengikut marga Shibata. Jadi, selain secara geografis terpisah dari
Hideyoshi, dia juga harus meninggalkan istri dan anak-anaknya sebagai sandera."
Gohci berpendapat sama. "Belum pernah ada perselisihan antara tuanku dan dia, dan Yang Mulia
Inuchiyo pun mengabdi dengan setia selama operasi di wilayah Utara. Bertahun-tahun lalu, ketika
dia masih samurai muda di Kiyosu, Yang Mulia Inuchiyo dikenal ugal-ugalan. Tapi sekarang dia
sudah berubah. Dewasa ini namanya dikaitkan dengan ketulusan dan kejujuran, dan banyak orang
yang menaruh kepercayaan padanya. Karena itu, hamba rasa dia justru orang yang paling cocok
untuk tugas ini." Katsuie mulai percaya bahwa mereka benar. Sekarang ia dapat tertawa dan mengakui bahwa
kecurigaannya tak berdasar. Namun jika rencananya gagal karena suatu sebab, dengan cepat
seluruh situasi dapat berbalik melawan Katsuie. Selain itu. ia pun merasa waswas karena
pasukannya tak dapat bergerak sampai musim semi tiba. Keterpencilan Nobutaka di Gifu dan
Takigawa di Ise bahkan lebih membebani pikirannya. Karena itu, misi utusan yang akan dikirimnya
merupakan kunci keberhasilan strategi keseluruhan.
Beberapa hari kemudian, Inuchiyo tiba di Kitanosho. Tahun itu ia berusia empat puluh empat
tahun - beberapa tahun lebih muda dari Hideyoshi. la telah ditempa oleh tahun-tahun di medan
tempur. dan biarpun kehilangan sebelah mata, ia tetap tampak tenang dan dapat mengendalikan
diri. Ketika disambut dengan hangat oleh Katsuie, ia menanggapi sikap berlebihan itu dengan senyum.
Putri Oichi pun ikut menyambut, tapi Inuchiyo berkata dengan santun. Berkumpul dengan
sekelompok samurai kasar di ruangan dingin ini tentunya kurang menyenangkan bagi Tuan Putri." ,
Mendengar ucapan itu, Putri Oichi segera meninggalkan ruangan. Katsuie menganggapnya sebagai
ungkapan rasa hormat, tapi sesungguhnya Inuchiyo bermaksud memperlihatkan simpati pada Oichi,
karena ia melihat bayangan Nobunaga dalam diri perempuan itu.
Tindak-tandukmu ternyata sesuai dengan reputasimu. Kabarnya kau sangat berpengalaman dalam
hal ini," ujar Katsuie.
"Yang Mulia berbicara mengenai sake" "Berbotol-botol sake"
Inuchiyo tertawa lepas, sebelah matanya berki-lau dalam cahaya lilin. la tetap laki-laki tampan yang
dikenal Hideyoshi di masa mudanya. "Hideyoshi tak pernah kuat minum," Katsuie berkomentar. "Itu
benar. Wajahnya langsung merah."
"Tapi aku ingat, ketika masih muda, kalian berdua sering menghabiskan sepanjang malam dengan
minum-minum." "Ya, dalam hal pesta pora, si Monyet muda tak kenal lelah. Dialah ahlinya. Setiap kali hamba terlalu
banyak minum, hamba langsung ambruk dan tertidur, di mana pun hamba berada."
12 Pendekar Bodoh . Munculnya Sang Pewaris m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Taiko Karya Eiji Yoshikawa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Sepertinya kalian masih berteman dekat."
"Tidak juga. Tak ada yang lebih tak dapat dipercaya dari pada bekas teman minum-minum."
"Begitukah?" "Yang Mulia pasti masih ingat hari-hari yang diisi dengan makan. minum. dan bernyanyi sampai
fajar. Sesama teman saling merangkul dan mengungkapkan hal-hal yang takkan mereka ceritakan
pada saudara sendiri. Saat itu kita menganggap orang tersebut sebagai sahabat terbaik yang
pernah kita miliki, tapi kemudian kita sama-sama terjun ke dunia nyata, mengabdi pada junjungan
masing-masing dan berkeluarga. Ketika mengenang perasaan kita pada waktu masih sama-sama
tinggal di barak, kita menyadari bahwa semuanya telah berubah. Cara kita memandang dunia, cara
kita memandang orang lain - kita telah dewasa. Teman kita tak lagi seperti dulu, begitu juga kita
sendiri. Teman sejati yang sungguh-sungguh setia adalah teman yang kita jumpai di tengah-tengah
kesengsaraan." "Hmm. kalau begitu, akulah yang keliru." "Bagaimana maksud Yang Mulia?"
"Kupikir hubunganmu dengan Hideyoshi lebih erat dari pada ini, dan karenanya aku hendak minta
bantuanmu." "Jika Yang Mulia ingin berperang melawan Hideyoshi." kata Inuchiyo. "hamba tak bisa membantu,
tapi jika Yang Mulia bermaksud mengadakan perundingan damai, dengan senang hati hamba akan
berada di barisan depan. Ataukah ada hal lain lagi?"
Ucapan Inuchiyo tepat mengenai sasaran. Tan pa berkata apa-apa lagi, ia tersenyum dan
mengangkat cawan. Bagaimana rencana mereka bisa sampai ke telinga Inuchiyo" Mata Katsuie memancarkan
kebingungan. Tapi setelah merenung sejenak, Katsuie pun menyadari bahwa ia sendiri yang terus
menguji sikap Inuchiyo mengenai Hideyoshi sejak awal pertemuan mereka.
Meski tinggal di pedalaman, Inuchiyo bukan orang yang tidak mengikuti perkembangan dunia.
Tentunya ia mengetahui apa saja yang terjadi di Kyoto, dan ia pasti juga memahami persoalan
antara Katsuie dan Hideyoshi. Kecuali itu, Inuchiyo telah menerima surat panggilan Katsuie dan
segera datang tanpa mengindahkan salju tebal.
Setelah merenungkan semuanya itu. Katsuie terpaksa mengubah pandangannya mengenai
Inuchiyo, agar dapat menemukan suatu cara untuk mengontrolnya. la sadar bahwa pengaruh
Inuchiyo akan semakin membesar di masa mendatang. Sama seperti Sassa Narimasa, Inuchiyo
berada di bawah komando Katsuie atas perintah Nobunaga. Selama lima tahun berlangsungnya
operasi di wilayah Utara, Katsuie memperlakukan Inuchiyo seperti pengikutnya sendiri, dan Inuchiyo
taat pada Katsuie. Tapi sekarang Nobunaga telah tiada, dan Katsuie bertanya-tanya, apakah
hubungan mereka akan tetap seperti semula. Inti permasalahannya adalah sebagai berikut:
Kekuasaan Katsuie tergantung pada Nobunaga. Setelah Nobunaga wafat, ia hanya salah satu di
antara sekian banyak jendral.
"Aku tak ingin berperang melawan Hideyoshi. tapi aku takut desas-desus yang beredar mengatakan
sebaliknya," Katsuie berkata sambil tertawa.
Semakin matang seseorang, ia pun semakin ahli dalam hal tertawa untuk menutup-nutupi perasaan
13 Pendekar Bodoh . Munculnya Sang Pewaris m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
sebenarnya. "Rasanya janggal aku mengirim utusan pada Hideyoshi," Katsuie melanjutkan,
"padahal kami tidak dalam keadaan perang. Tapi aku telah menerima seiumlah surat dari Yang
Mulia Nobutaka dan Takigawa yang berisi desakan untuk mengutus seseorang. Belum enam bulan
berlalu sejak kematian Yang Mulia Nobunaga, namun sudah ada kabar selentingan bahwa para
pengikutnya yang masih hidup saling menggempur. Ini sungguh memalukan. Lagi pula, kurasa
marga Uesugi, marga Hojo, dan marga Mori tak boleh diberi kesempatan yang mereka cari-cari."
"Hamba mengerti, Yang Mulia"
Memberi penjelasan bukanlah keahlian Katsuie, dan Inuchiyo menerima penugasannya secara
garis besar saja, seakan-akan tak ada gunanya mendengarkan detail-detail yang menjemukan.
Keesokan harinya ia meninggalkan Kitanosho. la disertai dua orang, Fuwa Hikozo dan Kanamori
Gorohachi. Keduanya pengikut kepercayaan marga Shibata, dan meskipun mereka ikut sebagai
utusan, sesungguhnya mereka bertugas mengawasi Inuchiyo.
Pada hari kedua puluh tujuh Bulan Kesepuluh, mereka tiba di Nagahama untuk menjemput
Katsutoyo. Malangnya, pemuda itu sedang sakit. Para utusan menyarankan agar ia tinggal di
Nagahama saja, tapi Katsutoyo berkeras ingin ikut, dan mereka menempuh perjalanan dari
Nagahama ke Otsu dengan menumpang kapal. Setelah menginap satu malam di ibu kota, mereka
tiba di Benteng Takaradera keesokan harinya.
Inilah medan tempur tempat Mitsuhide menemui kekalahan pada musim panas yang lalu. Di tempat
ini dulu tak ada apa-apa selain desa miskin dengan stasiun pos yang keadaannya menyedihkan,
tapi kini sebuah kota benteng yang makmur telah muncul. Sesudah para utusan menyeberangi
Sungai Yodo, mereka melihat perancah-perancah di sekeliling benteng. Gerobak-gerobak sapi telah
meninggalkan bekas yang dalam di jalanan, dan segala sesuatu yang mereka lihat mencerminkan
rencana-rencana besar Hideyoshi.
Inuchiyo pun mulai mempertanyakan iktikad Hideyoshi. Katsuie, Nobutaka, dan Takigawa menuduh
Hideyoshi mengabaikan Yang Mulia Samboshi dan bekerja demi kepentingannya sendiri. Di Kyoto
ia sedang menggalang kekuatan, sementara di luar ibu kota ia mengerahkan dana besar untuk
pembangunan benteng-benteng. Proyek-proyek ini tak ada sangkut-pautnya dengan marga-marga
musuh di Barat dan Utara, jadi terhadap siapakah ia mempersiapkan pasukannya di jantung negeri"
Apakah yang dikatakan Hideyoshi untuk membela diri" la pun mengemukakan sejumlah keluhan:
Pertama-tama soal janji untuk memindahkan Samboshi ke Azuchi, yang dibuat dalam pertemuan
Kiyosu dan belum juga dipenuhi, lalu masalah upacara peringatan bagi Nobunaga yang tidak
dihadiri Nobutaka dan Katsuie.
Pertemuan antara Hideyoshi dan para utusan berlangsung di benteng utama yang sebagian sudah
dibangun kembali. Makanan dan teh dihidangkan sebelum perundingan dimulai. Ini pertama kalinya
Hideyoshi dan Inuchiyo berjumpa setelah kematian Nobunaga.
"Inuchiyo, berapa usiamu sekarang?" tanya Hideyoshi.
"Tahun ini umurku empat puluh lima tahun." "Kita sama-sama mulai tua."
"Apa maksudmu" Aku tetap satu tahun lebih muda darimu, bukan?" "Ah, betul juga. Seperti seorang
adik - setahun lebih muda. Tapi kalau kita bandingkan sekarang, tampaknya kau yang lebih
matang." 14 Pendekar Bodoh . Munculnya Sang Pewaris m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Kaulah yang kelihatan terlalu tua untuk usiamu," Hideyoshi angkat bahu. "Sejak kecil aku sudah
kelihatan tua. Tapi terus terang, berapa pun usiaku, aku tetap tidak merasa dewasa, dan ini
membuatku agak cemas."
"Ada yang bilang laki-taki seharusnya tak tergoyahkan lagi setelah mencapai usia empat puluh."
"Itu bohong." "Kau yakin?"
"Laki-laki terhormat tak tergoyahkan lagi - begitulah bunyi pepatah ter-sebut. Tapi bagi kita,
rasanya lebih tepat kalau dikatakan bahwa usia empat puluh merupakan saat kita goyah untuk
pertama kali. Bukankah ini juga berlaku untukmu. Inuchiyo?"
"Tuan Monyet masih saja suka berkelakar, bukan begitu, Tuan-Tuan?"
Sambil tersenyum, Inuchiyo menatap rekan-rekannya. Ia cukup akrab dengan Hideyoshi untuk
menyapanya dengan julukan Tuan Monyet, dan ini tak luput dari perhatian mereka.
"Hamba tidak sependapat dengan Tuan Inuchiyo maupun Yang Mulia." ujar Kanamori, yang
merupakan orang tertua di antara mereka.
"Kenapa?" tanya Hideyoshi. Kelihatan jelas bahwa ia menikmati percakapan itu.
"Menurut hamba, sejak umur lima belas, seorang laki-laki tak tergoyahkan lagi."
"Wah, rasanya itu terlampau dini, bukan?" "Hmm. lihatlah pemuda-pemuda yang untuk pertama kali
terjun ke kancah perang."
"Benar juga. Tak tergoyahkan pada usia lima belas, apalagi pada waktu berumur sembilan belas
atau dua puluh, tapi ketika mencapai usia empat puluh, kita mulai runtuh perlahan-lahan. Kalau
begitu, bagaimana kalau kita sudah memasuki masa tua?"
"Pada waktu berusia lima puluh atau enam puluh, kita benar-benar bingung."
"Dan kalau tujuh puluh atau delapan puluh?" "Kita mulai lupa bahwa kita bingung." Semuanya
tertawa. Sepertinya pertemuan itu akan berlanjut sampai larut malam, tapi keadaan Katsutoyo mulai
memburuk. Topik pembicaraan beralih, dan Hideyoshi mengusulkan agar mereka pindah ke
ruangan lain. Seorang sinse dipanggil. Ia segera memberi obat pada Katsutoyo, dan segala usaha
ditempuh untuk menghangatkan ruangan tempat perundingan akan berlangsung.
Begitu keempat orang itu mengambil tempat masing-masing, Inuchiyo membuka pembicaraan
resmi. "Mestinya Tuan telah menerima surat dari Yang Mulia Nobutaka, yang juga menasihati Yang
Mulia Katsuie untuk berdamai." ujar Inuchiyo.
Hideyoshi mengangguk. Tampaknya ia bersedia mendengarkan lawan bicaranya. Inuchiyo
mengingatkannya akan kewajiban bersama sebagai pengikut Nobunaga, lalu mengakui terus terang
bahwa Hideyoshi-lah yang memenuhi kewajiban tersebut secara tuntas. Tapi setelah itu, ujar
Inuchiyo, timbul kesan bahwa Hideyoshi berselisih paham dengan para pengikut senior. Ia
15 Pendekar Bodoh . Munculnya Sang Pewaris m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
seakan-akan mengabaikan Yang Mulia Samboshi dan bekerja demi kepentingan pribadi.
Seandainya pun ini tidak benar, Inuchiyo merasa patut disesalkan kalau sepak terjang Hideyoshi
memberi peluang bagi interpretasi seperti itu.
Ia menyarankan Hideyoshi melihat situasinya dari sudut pandang Nobutaka dan Katsuie. Yang satu
terpaksa menelan kekecewaan, sementara yang satu lagi kini merasa tidak tenang. Katsuie, yang
dijuluki "sang Pendobrak" dan "sang Iblis", telah lambat bertindak dan tertinggal satu langkah di
belakang Hideyoshi. Dalam rapat di Kiyosu pun bukankah Katsuie telah memperlihatkan rasa
hormat padanya" "Jadi. mengapa perselisihan ini tidak Tuan sudahi saja?" Inuchiyo akhirnya bertanya. "Bagi orang
seperti aku, urusan ini bukan masalah berarti, namun lain halnya dengan keluarga Yang Mulia
Nobunaga. Rasanya tak pantas kalau para pengikut yang masih hidup berbagi ranjang, tapi
memiliki impian berbeda-beda."
Sorot mata Hideyoshi berubah pada waktu mendengarkan ucapan Inuchiyo. Secara tak langsung,
Inuchiyo menuduh Hideyoshi sebagai penyebab keretakan di kalangan pengikut Nobunaga, dan ia
bersiap-siap menghadapi sangkalan yang berapi-api.
Di luar dugaan, Hideyoshi malah mengangguk-angguk. "Tuan sepenuhnya benar." ia berkata sambil
mendesah. "Sesungguhnya aku tak dapat dipersalahkan. dan jika aku mengemukakan
alasan-alasanku, tentu ada segunung. Tapi kalau aku memandang situasinya berdasarkan
penjelasan Tuan. kelihatannya aku telah melangkah terlampau jauh. Dan dari segi ini, aku bersalah.
Inuchiyo, kuserahkan semuanya ke tanganmu."
Saat ini juga perundingan telah selesai. Ucapan Hideyoshi begitu terus terang, sehingga para
utus-an merasa agak bingung, tapi Inuchiyo mengenal Hideyoshi dengan baik.
"Aku sangat berterima kasih pada Tuan. Ternyata perjalananku dari Utara tidak sia-sia," ia berkata
dengan rasa puas mendalam.
Namun Fuwa dan Kanamori tidak memperlihatkan kegembiraan mereka secara terbuka. Karena
memahami kenapa mereka bersikap bungkam, Inuchiyo maju satu langkah lagi.
Tuan Hideyoshi, jika Tuan mempunyai keluhan mengenai Yang Mulia Katsuie yang hendak Tuan
kemukakan, kuharap Tuan mau mengungkapkannya secara terbuka. Aku khawatir persetujuan
damai ini takkan bertahan lama kalau Tuan menutup-nutupi sesuatu. Aku akan berusaha sekuat
tenaga untuk menyelesaikan setiap masalah yang mungkin mengganjal, apa pun masalahnya."
"Itu tidak perlu." ujar Hideyoshi sambil tertawa. "Apakah aku termasuk orang yang bisa menyimpan
sesuatu dalam hati dan diam saja" Aku telah mengemukakan semua yang hendak kukatakan, baik
kepada Yang Mulia Nobutaka maupun kepada Yang Mulia Katsuie. Aku sudah mengirim surat
panjang yang menjelaskan segala sesuatu secara mendetail."
"Ya, surat itu telah diperlihatkan pada kami di Kitanosho. Yang Mulia Katsuie berpendapat bahwa
semua yang diuraikan Tuan masuk akal dan tak perlu disinggung lagi dalam perundingan damai
ini." "Kudengar Yang Mulia Nobutaka mengusulkan untuk mengadakan perundingan damai setelah
membaca suratku. Inuchiyo, aku sengaja berhati-hati agar tidak menyinggung perasaan Yang Mulia
16 Pendekar Bodoh . Munculnya Sang Pewaris m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Katsuie sebelum kedatanganmu ke sini."
"Hmm. sudah sewajarnya negarawan terkemuka diperlakukan dengan hormat dalam keadaan apa
pun. Tapi aku pun sadar bahwa sang Iblis Shibata berkali-kali gusar akibat perbuatan-perbuatanku."
"Memang sukar melakukan apa pun tanpa menyenggol tanduk sang Iblis. Ketika kita sama-sama
masih muda pun tanduknya itu amat menakut-kan - terutama bagiku. Sesungguhnya. tanduk sang
Iblis bahkan lebih menakutkan daripada kejengkelan Nobunaga."
Tuan-Tuan dengar itu?" tanya Inuchiyo sambil tertawa. Tuan-Tuan dengar itu?" Baik Fuwa maupun
Kanamori ikut tertawa. Mengatakan hal seperti ini di hadapan mereka tak dapat disebut
menjelek-jelekkan junjungan mereka di belakangnya. Mereka justru menganggapnya sebagai hal
yang sama-sama mereka rasakan dan tak dapat disangkal.
Jiwa manusia sungguh sukar diraba. Setelah tertawa bersama, Kanamori dan Fuwa merasa lebih
akrab dengan Hideyoshi, dan mereka pun mengen-durkan pengawasan terhadap Inuchiyo.
"Kukira ini saat yang menggembirakan," ujar Kanamori.
"Kami tak mungkin lebih gembira dari ini," Fuwa menambahkan. "Selain itu, aku ingin mengucapkan
terima kasih atas kemurahan hati Tuan. Tugas kami telah rampung, dan kehormatan kami pun tetap
terjaga." Namun keesokan harinya Kanamori ternyata masih diliputi perasaan waswas. dan ia berkata pada
Fuwa, "Kalau kita kembali ke Echizen dan melapor pada junjungan kita tanpa membawa pemyataan
tertulis dari Yang Mulia Hideyoshi, bukankah persetuiuan ini berkesan terlalu lemah?" Sebelum
berangkat pada hari itu, para utusan sekali lagi mendatangi benteng untuk menemui Hideyoshi
dalam rangka berpamitan. Beberapa pembantu dan sejumlah kuda tampak menunggu di depan gerbang utama. dan para
utusan menyimpulkan bahwa Hideyoshi sedang menerima tamu. Tapi rupanya Hideyoshi-lah yang
hendak pergi. Ia baru saja melangkah keluar dari benteng utama.
"Syukurlah Tuan-Tuan datang," katanya. "Mari kita masuk saja." Sambil berbalik. Hideyoshi
mengajak para tamu ke ruangannya. "Aku benar-benar bergembira semalam. Berkat Tuan-Tuan.
aku bangun kesiangan tadi pagi."
Dan memang, sepertinya ia baru bangun dan cuci muka. Tapi pagi itu para utusan tampak agak
berbeda - seakan-akan mereka terbangun dalam kondisi lain.
"Kami sudah tertalu banyak menyita waktu Tuan yang amat berharga, tapi kami akan pulang hari
ini." ujar Kanamori.
Hideyoshi mengangguk. "Begitukah" Hmm. tolong sampaikan salamku kepada Yang Mulia Katsuie
kalau Tuan-Tuan sudah kembali nanti."
"Aku yakin hasil perundingan kita akan disambut gembira oleh Yang Mulia Katsuie."
"Hatinya terasa lebih ringan karena kedatangan Tuan-Tuan. Semua pihak yang ingin menghasut
kita agar berperang tentu merasa kecewa sekarang." "Sudikah Tuan mengambil kuas dan
17 Pendekar Bodoh . Munculnya Sang Pewaris m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
menandatangani suatu surat per-janjian, sekadar untuk membungkam mulut orang-orang itu?"
Kanamori memohon. Itulah masalahnya. Itulah yang tiba-tiba menjadi sumber kegelisahan bagi para utusan. Perundingan
damai berjalan terlalu lancar, dan mereka kurang yakin terhadap kata-kata belaka. Kalaupun
mereka melaporkan hasil perundingan pada Katsuie, tanpa sebuah dokumen perjanjian, itu tak lebih
dari janji lisan. "Baiklah." Roman muka Hideyoshi menunjukkan bahwa ia sepenuhnya setuju. "Aku akan
memberikan perjanjian tenulis pada Tuan-Tuan, dan aku mengharapkan hal yang sama dari Yang
Mulia Katsuie. Tapi perjanjian ini bukan hanya berlaku bagi Yang Mulia Katsuie dan aku. Jika nama
para jendral kawakan lainnya tidak dicantumkan, dokumen tersebut tak ada artinya. Aku segera
akan membicarakannya dengan Niwa dan Ikeda. Tuan-Tuan tidak keberatan, bukan?"
Hideyoshi menatap Inuchiyo.
"Sebaiknya begitu," jawab Inuchiyo dengan tegas. Matanya membaca segala sesuatu yang
tersimpan dalam hati Hideyoshi - ia telah melihat ke masa depan, bahkan sebelum bertolak dari
Kitanosho. Kalau Inuchiyo memang bisa disebut bajingan, harus diakui bahwa ia bajingan yang
simpatik. Hideyoshi berdiri. "Aku sendiri juga baru hendak pergi. Aku akan menemani Tuan-Tuan sampai ke
kota benteng." Bersama-sama mereka meninggalkan benteng. "Aku belum melihat Yang Mulia Katsutoyo hari ini.
Apakah dia sudah berangkat?" tanya Hideyoshi.
"Dia masih kurang enak badan," jawab Fuwa. "Kami meninggalkannya di tempat dia menginap."
Mereka menaiki tunggangan masing-masing dan berkuda sampai ke persimpangan di kota benteng.
'Hendak ke mana kau hari ini. Hideyoshi?" tanya Inuchiyo.
"Aku berangkat ke Kyoto, seperti biasa."
"Hmm. kalau begitu kita berpisah di sini. Kami masih harus kembali ke penginapan dan melakukan
persiapan untuk menempuh perialanan "Aku ingin mengunjungi Yang Mulia Katsutoyo." ujar
Hideyoshi. "untuk melihat apakah keadaannya sudah membaik."
Inuchiyo, Kanamori, dan Fuwa kembali ke Kitanosho pada hari kesepuluh di bulan yang sama, dan
langsung menghadap Katsuie. Katsuie bersukacita karena rencananya untuk mewujudkan
perdamaian palsu ternyata berjalan lebih lancar daripada yang diperkirakannya.
Tak lama kemudian Katsuie mengadakan pertemuan rahasia dengan para pengikut
kepercayaannya dan berkata pada mereka, "Kita pertahankan keadaan damai ini selama musim
dingin. Begitu salju mulai mencair, kira bantai musuh bebuyutan kita dengan sekali pukul."
Segera setelah Katsuie menyelesaikan tahap pertama strateginya dengan berdamai dengan
Hideyoshi. ia mengirim utusan berikut, kali ini kepada Tokugawa Ieyasu. Utusan itu berangkat pada
18 Pendekar Bodoh . Munculnya Sang Pewaris m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
akhir Bulan Kesebelas. Selama setengah tahun terakhir, sejak Bulan Keenam, Ieyasu absen dari pusat kegiatan. Setelah
peristiwa Kuil Honno, perhatian seluruh negeri terfokus pada usaha mengisi kehampaan yang
terjadi ketika pusatnya runtuh begitu tiba-tiba. Selama masa itu, ketika tak seorang pun sempat
menoleh ke arah lain, Ieyasu telah memilih jalannya sendiri.
Pada saat Nobunaga terbunuh, Ieyasu sedang bertamasya di Sakai dan nyaris tak berhasil kembali
ke provinsi asalnya dalam keadaan hidup. Ia segera memberi perintah ke Narumi. Tapi motif di balik
tindakan tersebut sangat berbeda dengan alasan Katsuie melintasi Yanagase dari Echizen.
Ketika Ieyasu mendengar bahwa Hideyoshi telah sampai ke Yamazaki, ia berkata. "Provinsi kita
tidak terancam." Kemudian ia menarik mundur pasukannya ke Hamamatsu.
Ieyasu tak pernah menganggap dirinya setingkat dengan para pengikut Nobunaga yang masih
hidup. Ia sekutu marga Oda, sementara Katsuie dan Hideyoshi merupakan jendral di bawah
Nobunaga. Ia tak melihat alasan untuk melibatkan diri dalam pertikaian di antara para pengikut yang
masih hidup, untuk bertempur guna memperebutkan apa yang tersisa. Dan kini ada sesuatu yang
jauh lebih penting baginya, Sudah beberapa lama ia menanti-nanti kesempatan untuk memperluas
Taiko Karya Eiji Yoshikawa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
wilayahnya ke Kai dan Shinano. kedua provinsi yang berbatasan dengan provinsinya sendiri. Ia tak
dapat menjalankan rencananya semasa Nobunaga masih hidup, dan mungkin takkan pernah ada
kesempatan sebaik sekarang.
Orang yang secara sembrono membuka jalan untuk mencapai tujuan itu dan memberikan
kesempatan emas kepada Ieyasu adalah Hojo Ujinao, penguasa Sagami, salah satu di antara
orang-orang yang menarik keuntungan dari peristiwa Kuil Honno. Karena menyangka waktunya
sudah tiba, pasukan Hojo berkekuatan lima puluh ribu orang memasuki bekas wilayah marga
Takeda di Kai. Penyerbuan itu berskala besar, dan dilaksanakan seolah-olah Ujinao menggunakan
kuas untuk menarik garis pada sebuah peta, lalu merebut apa saja yang ia anggap dapat
direbutnya. Tindakan ini memberi alasan kuat bagi Ieyasu untuk mengerahkan pasukannya. Namun
kekuatannya tak lebih dari delapan ribu prajurit. Barisan depannya yang berkekuatan tiga ribu
prajurit menghalau pasukan Hojo yang berkekuatan lebih dari sepuluh ribu orang, sebelum
bergabung dengan pasukan utama Ieyasu. Perang berlangsung lebih dari sepuluh hari.
Menghadapi gempuran musuh, pihak Hojo tak punya pilihan selain membuat pertahanan terakhir
atau - seperti harapan Ieyasu yang kemudian menjadi kenyataan - memohon damai.
"Joshu akan diberikan kepada pihak Hojo, sementara Provinsi Kai dan Shinano akan diserahkan
kepada marga Tokugawa-"
Itulah kesepakatan yang tercapai di antara mereka, dan kesepakatan itu persis seperti yang
diinginkan Ieyasu. Dengan berselubung salju, para utusan Shibata Katsuie yang menuju Kai tiba pada hari kesebelas
Bulan Kedua Belas. Pertama-tama mereka dipersilahkan melepas lelah di wisma tamu di Kofu.
Rombongan mereka besar dan dipimpin oleh dua pengikut senior marga Shibata, Shukuya
Shichizaemon dan Asami Dosei.
Selama dua hari mereka dijamu oleh pihak tuan rumah, tapi selain itu mereka dibiarkan menunggu.
19 Pendekar Bodoh . Munculnya Sang Pewaris m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Ishikawa Karumasa minta maaf banyak-banyak dan memberitahukan bahwa Ieyasu masih sibuk
menangani urusan-urusan militer.
Para utusan mendongkol karena sambutan yang sedemikian dingin. Mereka membawa banyak
hadiah sebagai tanda persahabatan marga Shibata, tapi para pengikut Tokugawa hanya menerima
daftar tanda mata tersebut dan tidak memberikan tanggapan lebih lanjut. Pada hari ketiga, mereka
akhirnya memperoleh kesempatan untuk bertatap muka dengan Ieyasu.
Cuaca di tengah-tengah musim salju sedang dingin-dinginnya. Meski demikian, Ieyasu duduk di
sebuah ruangan besar yang tidak dihangatkan oleh api. Penampilannya bukan seperti orang yang
didera penderitaan dan kemalangan sejak masa muda. Pipinya tampak montok. Cuping telinganya
yang besar memberi bobot tertentu pada seluruh tubuhnya. dan membuat para tamu
bertanya-tanya, apakah benar laki-laki ini seorang jendral besar yang baru berusia empat puluh
tahun. Seandainya Kanamori yang datang sebagai utusan, ia akan segera me-nyadari bahwa ungkapan
"tak tergoyahkan pada usia empat puluh" sangat tepat untuk orang ini.
"Terima kasih atas kedatangan kalian serta semua tanda persahabatan yang kalian bawa. Apakah
Yang Mulia Katsuie sehat-sehat saja?"
Tutur kata Ieyasu penuh wibawa, dan suaranya, meski lembut, membuat Shukuya dan Asami
tertegun. Para pengikutnya memelototi kedua utusan itu, yang merasa seperti wakil sebuah marga
kecil yang datang untuk membayar upeti. Menyampaikan pesan junjungan mereka dalam keadaan
seperti ini akan membuat mereka kehilangan muka. Namun tak ada pilihan lain.
"Yang Mulia Katsuie mengucapkan selamat atas penaklukan Provinsi Kai dan Shinano. Sebagai
tanda turut bergembira, beliau mengirimkan hadiah-hadiah ini kepada Yang Mulia."
"Yang Mulia Katsuie mengutus Tuan-Tuan untuk menyampaikan ucapan selamat setelah sekian
lama kami tak pernah berhubungan lagi" Wah betapa baik hati."
Walhasil, para utusan menempuh perjalanan pulang sambil memendam perasaan getir. Ieyasu tidak
menitipkan pesan apa pun untuk Katsuie. Tentu sukar melaporkan pada Katsuie bahwa Ieyasu
sama sekali tidak menanggapi ucapan selamatnya, apalagi bahwa mereka memperoleh sambutan
begitu dingin. Yang paling menyakitkan hati adalah bahwa Ieyasu tidak membalas surat bernada hangat yang
dikirim Katsuie. Singkat kata, misi mereka bukan saja gagal total, tapi sepertinya Katsuie juga telah
merendahkan diri lebih dari seharusnya di hadap-an Ieyasu.
Kedua utusan membahas situasinya dengan perasaan cemas. Musuh mereka, Hideyoshi, tentu
saja ikut disinggung dalam pembicaraan itu, begitu juga musuh lama mereka, marga Uesugi. Jika
ancaman-ancaman tersebut masih di tambah dengan perselisihan antara marga Shibata dan
Tokugawa... Mereka hanya dapat berdoa agar hal itu tidak terjadi.
Tetapi laju perubahan selalu lebih cepat daripada ketakutan tanpa dasar dari orang-orang berhati
waswas. Tak lama setelah para utusan kembali ke Kitanosho, perjanjian yang dibuat pada bulan
sebelumnya telah diingkari, dan beberapa saat sebelum akhir tahun. Hideyoshi mulai bergerak ke
20 Pendekar Bodoh . Munculnya Sang Pewaris m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Omi bagian utara. Pada waktu yang sama, Ieyasu tiba-tiba mundur ke Hamamatsu karena alasan
yang tidak jelas. Kira-kira sepuluh hari telah berlalu sejak Inuchiyo kembali ke Kitanosho. Anak angkat Katsuie,
Katsutoyo, yang terpaksa ditinggal di Benteng Takaradera karena sakit, kini telah sembuh dan
berpamitan pada tuan rumah.
"Aku takkan pernah melupakan kebaikan Tuan," Katsutoyo berkata pada Hideyoshi.
Hideyoshi menyertai Katsutoyo sampai ke Kyoto, dan berupaya keras memastikan bahwa
Katsutoyo dapat menempuh perjalanan pulang ke Benteng Nagahama dengan nyaman.
Kedudukan Katsutoyo termasuk paling tinggi dalam marga Shibata, tapi ia dijauhi oleh Katsuie dan
dipandang rendah oleh para anggota marga lainnya. Perlakuan Hideyoshi yang ramah telah
berhasil mengubah sikap Katsutoyo terhadap musuh ayah angkatnya itu.
Selama hampir setengah bulan setelah Inuchiyo, lalu Katsutoyo, mengakhiri kunjungan mereka.
Hideyoshi tampaknya tidak menyibukkan diri dengan pembangunan benteng maupun
perkembangan di Kyoto, la justru mengalihkan perhatiannya ke gelanggang yang luput dari
perhatian orang. Pada awal Bulan Kedua Belas, Hikoemon - yang sebelumnya telah dikirim ke Kyoto - -kembali ke
markas besar Hideyoshi. Dengan satu langkah ini, Hideyoshi mengakhiri masa istirahat yang pasif
dan penuh kesabaran yang diperlihatkannya sejak penemuan Kiyosu, dan untuk pertama kali ia
membanting batu ke papan go politik nasional, mengisyaratkan bahwa ia kembali ikut Hikoemon
pergi ke Kyoto untuk meyakinkan Nobuo bahwa manuver-manuver rahasia yang dilakukan
saudaranya, Nobutaka. semakin mengancam, dan bahwa tujuan penyiagaan pasukan oleh Katsuie
tak perlu dipertanyakan lagi. Nobutaka belum memindahkan Samboshi ke Azuchi. dan malah
menyekap anak itu di bentengnya sendiri. Tindakan ini melanggar perjanjian yang ditandatangani
seusai pertemuan Kiyosu, dan dapat dipandang sebagai penyanderaan terhadap ahli waris Oda
yang sah. Dalam petisinya, Hideyoshi lalu menjelaskan bahwa satu-satunya cara untuk mengakhiri kemelut ini
adalah dengan menyerang Katsuie - pemimpin komplotan itu, sekaligus penyebab pergolakan yang
terjadi - sementara pihak Shibata tak dapat bergerak karena terkurung salju.
Sejak awal Nobuo sudah merasa tidak puas, dan bukan rahasia lagi bahwa ia tidak menyukai
Katsuie. Tentunya ia pun sadar bahwa ia tak dapat mengandalkan Hideyoshi untuk menjamin masa
depannya, tapi dalam pandangannya Hideyoshi masih lebih baik daripada Katsuie. Karena itu, tak
ada alasan baginya untuk menolak petisi Hideyoshi.
"Yang Mulia Nobuo tampaknya cukup antusias," Hikoemon melaporkan. "Beliau berkata bahwa jika
tuanku terjun langsung dalam operasi militer melawan Gifu, beliau pun akan bergabung. Beliau
bukan sekadar meluluskan permohonan kita, sepertinya dia mendukung kita secara aktif.
"Dia antusias" Hmm. aku bisa membayangkannya."
Hideyoshi membayangkan pemandangan menyedihkan itu. Pemimpin sebuah keluarga tersohor,
tapi dengan watak yang menyebabkan ia sukar diselamatkan, Meski demikian, tanggapan Nobuo
memang menguntungkan. Sebelum kematian Nobunaga, Hideyoshi tak pernah
21 Pendekar Bodoh . Munculnya Sang Pewaris m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
menggembar-gemborkan cita-citanya sendiri, tapi setelah Nobunaga wafat - dan khususnya
setelah pertempuran Yamazaki - ia mulai menyadari kemungkinan bahwa ia telah ditakdirkan untuk
memimpin seluruh negeri. Ia tak lagi menyembunyikan rasa percaya dirinya dan tak lagi bersikap
merendah. Dan masih ada perubahan lain yang patut dicatat. Orang yang berhasrat memimpin seluruh negeri
biasanya dituduh ingin memperbesar kekuasaannya sendiri, tapi belakangan orang-orang mulai
bersikap seakan-akan sudah sewajarnya Hideyoshi menggantikan kedudukan Nobunaga.
Tiba-tiba, sangat tiba-tiba, kerumunan laskar mulai terbentuk di muka gerbang depan Kuil Sokoku.
Para prajurit berdatangan dari Barat, Selatan, dan Utara untuk bergabung di bawah panji labu
emas, sampai sebuah pasukan berke-kuatan lumayan terkumpul di tengah-tengah Kyoto.
Hari itu hari ketujuh Bulan Kedua Belas. Sinar matahari pagi diiringi angin kering.
Para warga kota tidak tahu apa yang tengah terjadi. Upacara peringatan di Bulan Kesepuluh
diadakan dengan segala kemegahan. Orang-orang dengan mudah terjebak oleh pikiran mereka
sendiri. Roman muka mereka menunjukkan bahwa mereka telah mengelabui diri sendiri dengan
percaya bahwa untuk sementara waktu takkan ada peperangan lagi.
"Yang Mulia Hideyoshi sendiri yang memimpin barisan. Pasukan Tsutsui ada di sini, begitu juga
pasukan Yang Mulia Niwa."
Tapi suara-suara di tepi jalan tak dapat menebak tempat yang dituju pasukan ini. Barisan helm dan
baju tempur yang meliuk-liuk melintasi Keage dengan sangat cepat dan bergabung dengan
pasukan yang menunggu di Yabase. Kapal-kapal perang yang mengangkut para prajurit membelah
gelombang dalam formasi rapat, mengarah ke timur laut, sementara pasukan yang menempuh jalur
darat berkemah selama tiga malam di Azuchi. lalu sampai di Benteng Sawayama pada hari
kesepuluh. Pada hari ketiga belas, Hosokawa Fujitaka dan putranya. Tadaoki, tiba dari Tamba dan segera
minta waktu untuk bertatap muka dengan Hideyoshi.
"Aku senang kalian datang," Hideyoshi berkata dengan hangat. "Kalian tentu direpotkan oleh hujan
salju." Mengingat situasi mereka, Fujitaka dan putranya pasti merasa seperti berjalan di atas es tipis
selama enam bulan terakhir. Mitsuhide dan Fujitaka sudah berteman karib sejak sebelum keduanya
mengabdi pada Nobunaga. Tadaoki telah menikahi putri Mitsuhide. Disamping itu, masih banyak
ikatan lain di antara para pengikut kedua marga. Berdasarkan alasan ini saja, Mitsuhide merasa
Pertemuan Di Kotaraja 16 Luka Semalam Karya Hasina Binti Harits Mr Quin Yang Misterius 3
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama