Ceritasilat Novel Online

Taiko 28

Taiko Karya Eiji Yoshikawa Bagian 28


tapi akhirnya. pada hari kedua puluh satu, ia kembali ke Benteng Osaka melalui Jalan Raya Omi.
Osaka telah berkembang menjadi kota besar, sangat berbeda dari pelabuhan kecil di Naniwa dulu,
dan ketika pasukan Hideyoshi tiba, para warganya berkerumun di jalan-jalan dan di sekitar benteng,
mengelu-elukan mereka sampai matahari terbenam.
Pembangunan bagian luar Benteng Osaka telah rampung. Seiring datangnya malam,
peman-dangan luar biasa mulai terlihat. Lentera-lentera memancarkan cahaya terang benderang
dari jendela-jendela yang tak terhitung banyaknya di menara bertingkat lima di benteng utama, juga
dari benteng kedua dan ketiga, menghiasi langit malam dan menerangi batas-batas benteng: di
timur, Sungai Yamato; di utara, Sungai Yodo; di barat, Sungai Yokoboh; dan di selatan, selokan
10 Pendekar Cambuk Naga Misteri Goa Malaikat m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
pertahanan yang kering. Hideyoshi telah meninggalkan perkemahannya di Gakuden, berubah pikiran dan menjalankan
strategi "awal baru". Tetapi bagaimana tanggapan Ieyasu terhadap perubahan tersebut" la duduk
dan memperhatikan pasukan Hideyoshi bergerak menjauh. Dan meskipun ia mendapat berita
mengenai kesulitan yang dialami sekutu-sekutunya di Benteng Kaganoi, ia tidak mengirim bala
bantuan. "Ada apa ini?" Suara-suara sumbang mulai terdengar di antara bawahan-bawahan Nobuo. Namun
Nobuo sudah pernah mengabaikan peringatan Ieyasu, menyerang barisan belakang Hideyoshi,
menderita kekalahan memalukan dan akhirnya hatus diselamatkan oleh Honda. Karena itu, ia
merasa telah kehilangan hak bicara.
Dengan demikian, perselisihan yang terus memburuk menjadi tilik lemah dalam pasukan sekutu.
Disamping itu, tokoh utama di balik pertempuran besar ini bukanlah Ieyasu, melainkan Nobuo.
Nobuo-lah yang menggembar-gemborkan kewajiban moral, dan sang Penguasa Mikawa
memutuskan untuk membantunya. Ieyasu berkedudukan sebagai sekutu, karena itu ia sukar
membatasi sepak terjang Nobuo. Akhirnya ia mengajukan usul, "Sementara Hideyoshi berada di
Osaka, cepat atau lambat dia akan menyerbu Ise. Nyatanya memang sudah ada tanda-tanda yang
mencemaskan bagi sekutu-sekutu kita. Kurasa sebaiknya Tuan secepat mungkin kembali ke
benteng utama Tuan di Nagashima.
Nobuo memanfaatkan kesempatan ini dan segera pulang ke Ise. Selama beberapa waktu Ieyasu
masih bertahan di Bukit Komaki, tapi setelah menyerahkan komando kepada Sakai Tadatsugu, ia
pun akhirnya bertolak ke Kiyosu. Para warga Kiyosu menyambut kedatangan Ieyasu dengan
sorak-sorai kemenangan, tapi jumlah mereka tak dapat menyamai jumlah penduduk Osaka yang
mengelu-elukan Hideyoshi.
Para warga dan prajurit memandang pertempuran di Nagakute sebagai kemenangan besar bagi
marga Tokugawa, namun Ieyasu mengingatkan para pengikutnya agar mereka tidak berbangga hati
secara berlebihan, dan mengirim pesan berikut ini kepada pasukannya:
Dari srgi militer, Nagakute merupakan kemenangan, tapi dalam hal benteng dan wilayah,
Hideyoshi-lah yang menarik keuntungan. Jangan sampai ada yang mabuk kemenangan.
Selama Ieyasu berada di Bukit Komaki, sekutusekutu Hideyoshi tidak tinggal diam. Di Ise, yang sudah beberapa lama tidak dilanda pertempuran,
mereka berhasil merebut benteng-benteng di Mine, Kanbe, Kokulu, dan Hamada. serta menyerbu
dan menghancurkan benteng di Nanokaichi. Sebelum orang lain menyadarinya, sebagian besar Ise
telah jatuh ketangan Hideyoshi.
Hideyoshi berada di Benteng Osaka selama kurang-lebih satu bulan, menangani urusan
pemerintahan, menyusun rencana untuk mengatur daerah-daerah di sekitar ibu kota dan menikmati
kehidupan pribadinya. Untuk sementara ia menganggap krisis Bukit Komaki sebagai masalah orang
lain. Di Bulan Ketujuh ia pulang-pergi ke Mino. Kemudian pada sekitar pertengahan Bulan Kedelapan ia
berkata, "Sungguh menjemukan kalau urusan ini dibiarkan berkepanjangan. Dalam musim gugur ini
aku harus menyelesaikannya sampai tuntas."
11 Pendekar Cambuk Naga Misteri Goa Malaikat m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Sekali lagi ia mengumumkan bahwa sebuah pasukan besar akan bertolak ke garis depan. Selama
dua hari sebelum keberangkatannya, bunyi seruling dan genderang dari penunjukan Noh
menggema di dalam benteng utama. Dan sesekali suara tawa riuh pun terdengar.
Hideyoshi menampilkan rombongan pemain Noh, serta mengundang ibu, istri, dan kerabatnya di
benteng untuk bersuka ria bersama-sama selama satu hari.
Di antara para tamu terdapat ketiga putri yang dipingit di benteng ketiga. Tahun itu Chacha berusia
tujuh belas, adiknya riga belas, sedangkan si bungsu baru sepuluh tahun.
Baru satu tahun berlalu sejak ketiga bersaudara itu menatap asap yang menyelubungi kematian ibu
dan ayah angkat mereka, Shibata Katsuie, ketika Benteng Kitanosho takluk di tangan pasukan
Hideyoshi. Kemudian mereka dipindahkan dari perkemahan di wilayah Utara, dan ke mana pun
mereka memandang, mereka hanya melihat orang-orang yang asing bagi mereka. Selama
beberapa waktu mata mereka tampak sembap, siang dan malam, dan tak satu kali pun terlihat
senyum menghiasi wajah-wajah belia yang seharusnya riang gembira itu. Namun lambat laun ketiga
putri itu mulai terbiasa dengan orang-orang di dalam benteng, dan karena terhibur oleh pembawaan
Hideyoshi yang menyenangkan, mereka mulai menyukainya sebagai "paman yang lucu".
Hari itu, seusai sejumlah pertunjukan, si paman yang lucu pergi ke ruang ganti, mengenakan
kostum, lalu muncul di panggung.
"Lihai! Itu Paman!" salah satu dari kakak-beradik itu berseru.
"Wah, dia kelihatan lucu sekali!"
Tanpa menghiraukan kehadiran orang lain, kedua putri yang lebih kecil bertepuk tangan dan
menunjuk-nunjuk sambil tertawa tanpa henti. Tapi, seperti bisa diduga, si sulung Chacha segera
menegur mereka. "jangan menuding. Nonton saja tanpa banyak bicara," ia berkata. Ia pun berusaha
duduk dengan tenang, tapi tingkah polah Hideyoshi begitu lucu. Sehingga Chacha akhirnya
terpaksa menyembunyikan wajah di balik lengan kimononya dan tertawa terpingkal-pingkal.
"Apa ini" Kalau kami tertawa, kami dimarahi. Tapi sekarang Kakak malah ikut tertawa."
Dipermainkan seperti itu oleh kedua adiknya. Chacha semakin tak kuasa menahan diri.
Ibu Hideyoshi pun tertawa dari waktu ke wakiu ketika menyaksikan tarian jenaka yang ditampilkan
putranya, tetapi Nene, yang telah terbiasa menghadapi tingkah polah dan senda gurau suaminya
dalam keluarga, kelihatan tidak terlalu senang.
Nene lebih tertarik untuk mengamati gundik-gundik suaminya yang duduk di sana-sini, dikelilingi
pelayan-pelayan. Ketika mereka masih tinggal di Nagahama, Hideyoshi hanya mempunyai dua gundik. Tapi setelah
mereka pindah ke Benteng Osaka, sebelum Nene menyadarinya sudah ada gundik di benteng
kedua, dan satu lagi di benteng ketiga.
Memang sukar dipercaya, tapi ketika kembali dari perang di Utara, Hideyoshi membawa pulang
ketiga putri Asai Nagamasa yang telah yatim-piatu, dan membesarkan mereka dengan penuh kasih
12 Pendekar Cambuk Naga Misteri Goa Malaikat m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
sayang di benteng kedua. Hati para dayang yang melayani Nene - istri pertama Hideyoshi - terasa pedih karena Chacha
malah lebih cantik lagi daripada ibunya.
"Putri Chacha sudah berumur tujuh belas tahun. Mengapa Yang Mulia memandanginya seperti
memandang bunga dalam vas?"
Mereka hanya memperburuk keadaan dengan komentar-komentar seperti itu, tapi Nene hanya
tertawa. "Apa boleh buat, ini seperti goresan pada sebutir mutiara."
Dulu ia pun merasa cemburu seperti lazimnya seorang istri, dan ketika masih tinggal di Nagahama,
ia bahkan pernah mengeluh pada Nobunaga, yang lalu mengirim balasan tertulis:
Kau dilahirkan sebagai perempuan, dan secara kebetulan kau bertemu dengan laki-laki yang sangat
luar biasa. Aku percaya bahwa orang seperti itu pun mempunyai kekurangan, tapi kelebih-annya
banyak sekali. Jika kau memandang dari lereng sebuah gunung besar, kau takkan paham seberapa
besar gunung itu. Tenangkanlah hatimu, dan nikmatilah hidup bersama orang itu dengan cara yang diinginkannya.
Aku tidak mengatakan bahwa rasa cemburu itu buruk. Sampai taraf tertentu, kecemburuan justru
merupakan bumbu bagi kehidupan suami-istri Jadi, pada akhirnya Nene-lah yang menerima
teguran. Nene menarik pelajaran dari pengalaman itu, dan ia bertekad untuk lebih menguasai diri. Ia
pun berniat menjadi perempuan yang dapat menutup mata terhadap penyelewengan suaminya.
Namun belakangan ini adakalanya ia merasa terancam dan bertanya-tanya, apakah suaminya tidak
mulai terlalu berlebihan.
Bagaimanapun. Hideyoshi kini mendekati usia empat puluh tujuh tahun, masa kejayaan seorang
laki-laki. Sementara sibuk menangani masalah-masalah eksternal seperti pertempuran di Bukit
Komaki, ia juga direpotkan oleh persoalan internal seperti pengaturan urusan ranjang. Dengan
demikian ia tak puas-puasnya menjalani hidup, hari demi hari dengan semangat laki-laki yang
gagah perkasa. la sedemikian terlarut sehingga orang lain mungkin bingung bagaimana ia dapat
memisahkan yang biasa dari yang luar biasa sikap murah hati dari sikap bijaksana, dan tindakan
untuk umum dari perbuatan yang seharusnya disembunyikan.
"Menonton orang menari memang mengasyikkan, tapi kalau aku menari di panggung.
rasanya sama sekali tidak menyenangkan, malah melelahkan."
Hideyoshi telah menyusup ke belakang ibunya dan Nene. Ia baru saja meninggalkan panggung,
diiringi tepuk tangan para penonton, dan sepertinya ia masih terbawa oleh luapan kegembiraan tadi.
"Nene," katanya. "mari kita habiskan malam dengan tenang di ruanganmu. Dapatkah kau
menyiapkan jamuan?" Ketika pertunjukan berakhir, lentera-lentera langsung dinyalakan, dan para tamu kembali ke
benteng ketiga dan kedua.
13 Pendekar Cambuk Naga Misteri Goa Malaikat m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Hideyoshi kini mampir di ruangan Nene, diikuti serombongan pemain sandiwara dan pemusik.
Ibunya telah kembali ke kamarnya, sehingga tinggal suami-istri itu bersama tamu-tamu mereka.
Telah menjadi kebiasaan bagi Nene untuk memperhatikan orang-orang seperti itu beserta para
pelayan mereka. Khususnya setelah pertunjukan tadi, ia merasa gembira ketika mengucapkan
terima kasih, melihat mereka saling memberi cawan sake, dan berbincang-bincang dengan para
penonton. Hideyoshi duduk menyendiri sejak pertama, dan karena sepertinya tak ada yang
memperhatikannya, ia tampak agak murung.
Nene, kurasa tak ada salahnya kalau aku ikut minum sake." katanya. "Begitukah?"
"Apakah aku harus menonton yang lain bersenang-senang" Kaupikir untuk apa aku datang ke
kamarmu?" "Tadi ibumu berkata. 'Besok lusa anak itu akan berangkat ke Bukit Komaki lagi,' dan aku disuruh
mengoleskan moxa ke tulang kering dan pinggangmu sebelum kau benolak ke garis depan."
"Apa" Kau disuruh mengoleskan moxa?"
"Ibumu khawatir medan tempur masih diliputi panasnya musim gugur, dan jika kau minum air yang
tidak baik, kau mungkin jatuh sakit. Sekarang kuoleskan moxa dulu, setelah itu kau kuberi secawan
sake." "Jangan konyol. Aku tidak suka moxa" "Suka atau tidak, itulah perintah ibumu."
"Dan karena itu aku akan menjauhi kamarmu. Dari semua orang yang menonton penunjukan tadi
sore, hanya kau yang tidak tertawa. Kau kelihatan begitu serius."
"Begitulah aku. Kalaupun kau menyuruhku bersikap seperti gadis-gadis cantik itu, aku tidak
sanggup.-Nene tampak agak gusar. Kemudian. tiba-tiba saja, ia meneteskan ait mata ketika teringat
zaman dulu, ketika ia seumur Chacha dan Hideyoshi berusia dua puluh lima tahun dan dikenal
dengan nama Tokichiro. Hideyoshi menatap istrinya dengan pandangan bertanya-tanya dan berkata. "Kenapa kau
menangis?" "Aku tidak tahu," jawab Nene sambil membuang muka, dan Hideyoshi menoleh agar dapat
menatapnya dari depan. "Maksudmu, kau akan kesepian kalau aku berangkat ke garis depan lagi""Sejak awal perkawinan kita, berapa hari yang kauhabiskan di rumah?"
Tak ada yang bisa dilakukan sebelum kita berhasil membawa kedamaian di dunia, meskipun kau
tidak menyukai perang." balas Hideyoshi. "Dan seandainya Yang Mulia Nobunaga tidak tertimpa
musibah, kemungkinan besar aku kini menjadi komandan sebuah benteng di pedalaman, yang
hanya duduk dan terpaksa berada di sisimu seperti kauinginkan."
14 Pendekar Cambuk Naga Misteri Goa Malaikat m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Orang-orang itu akan mendengar kata-kata jahat yang keluar dari mulutmu. Aku tahu persis apa
yang tersimpan dalam hati laki-laki."
"Dan aku pun dapat menyelami hati perempuan."
"Kau selalu mengolok-olokku. Aku tidak menggugatmu karena cemburu, seperti perempuan biasa."
"Setiap istri akan berkata demikian."
"Maukah kau mendengarkanku tanpa menganggap semuanya ini sebagai lelucon?"
"Baiklah. Aku akan mendengarkanmu dengan penuh hormat."
"Aku sudah lama pasrah pada keadaan. Jadi aku takkan mengeluh bahwa aku merasa kesepian
mengurus bentengmu saat kau pergi berperang."
"Perempuan berbudi luhur, istri yang setia! Inilah alasan Tokichiro dulu menaruh hati padamu."
"Jangan keterlaluan kalau bergurau. Itulah sebabnya ibumu memberi nasihat padaku."
"Apa katanya?" "Ibumu berpendapat bahwa aku-terlalu patuh, sehingga kau lupa diri dan berfoya-foya terus. Ibumu
menasihati agar aku sesekali bicara terus terang dengan mu."
"Karena itukah kau disuruh mengoleskan moxa?" ujar Hideyoshi sambil tertawa.
"Kau tak pernah memikirkan kecemasan ibumu. Karena terlalu banyak minum, kau lupa bahwa kau
wajib menyayangi ibumu."
"Kapan aku terlalu banyak minum?"
"Bukankah dua malam yang lalu kau ribut-ribut sampai dini hari mengenai sesuatu di kamar Putri
Sanjo?" Para pembantu dan pemain sandiwara yang sedang minum-minum di ruang sebelah berlagak tidak
mendengarkan percekcokan yang jarang - hmm, mungkin tidak begitu jarang - antara suami-istri
itu. Tiba-tiba saja Hideyoshi berseru pada mereka, "Hei, bagaimana pendapat penonton tentang
penampilan kami?" Salah satu pemain sandiwara menjawab. Terus terang, ini menyerupai pertandingan bola sepak
antara dua orang buta." Hideyoshi tertawa.
"Benar, takkan ada habisnya kalau kedua pihak sama-sama mau menang sendiri."
"Hei, pemain gending, bagaimana menurutmu?" "Hmm. hamba menyaksikan tuanku seakan-akan
hamba sendiri yang terlibat. Entah siapa yang salah dan siapa yang benar."
Sekonyong-konyong Hideyoshi merenggutkan kimono luar Nene dan melemparkannya sebagai
hadiah. 15 Pendekar Cambuk Naga Misteri Goa Malaikat m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Keesokan harinya keluarga Hideyoshi tak sempat melihatnya, meskipun mereka berada di benteng
yang sama. Sepanjang hari Hideyoshi sibuk memberikan instruksi kepada para pengikut dan
jendralnya. Pada hari kedua puluh enam Bulan Kedelapan, Ieyasu menerima laporan penting bahwa Hideyoshi
akan datang. Bersama Nobuo ia bergegas dari Kiyosu ke Iwakura, dan menempati posisi yang
berhadap-hadapan dengan Hideyoshi. Ia sekali lagi mengambil sikap bertahan, dan mengingatkan
anak buahnya agar tidak membuka serangan tanpa diperintah.
"Orang ini tidak tahu kapan harus berhenti." Hideyoshi telah merasakan sendiri bahwa kesabaran
Ieyasu sangat merepot-kan, namun ia pun tidak kekurangan akal. Ia tahu bahwa kulit kerang tak
dapat dibuka paksa, bahkan dengan menggunakan palu pun, tapi jika bagian ekornya dipanggang,
dagingnya dapat diambil dengan mudah. Akal sehat seperti inilah yang kini melandasi
pemikirannya. Mengirim Niwa Nagahide untuk mempelajari kemungkinan dibentuknya perjanjian
damai tak ubahnya memanaskan ekor kerang.
Niwa merupakan pengikut paling senior di antara para pengikut marga Oda. Ia tokoh yang
bertanggung jawab dan populer. Setelah Katsuie tiada dan Takigawa Kazumasu berada dalam
keadaan melarat. Hideyoshi tak lupa betapa pentingnya mengambil hati orang itu sebagai "buah
catur cadangan sebelum penempuran pecah di Bukit Komaki.
Niwa berada di Utara bersama lnuchiyo. tapi dua jendralnya, Kanamori Kingo dan Hachiya Yoritaka,
turut berperang di pihak Hideyoshi. Diam-diam kedua jendral ini beberapa kali mondar-mandir
antara perkemahan Hideyoshi dan provinsi asal mereka, Echizen.
Isi surat yang dikirim tidak diketahui siapa pun, termasuk oleh para utusan sendiri, namun akhirnya
Niwa menempuh perjalanan rahasia ke Kiyosu dan bertatap muka dengan Ieyasu.
Kerahasiaan pembicaraan seperti ini dijaga dengan sangat ketat. Di pihak Hideyoshi hanya tiga
orang yang tahu, yaitu Niwa dan kedua jendralnya. Atas usul Hideyoshi, Ishikawa Kazumasa
bertindak sebagai penengah.
Namun akhirnya seseorang dalam tubuh marga Tokugawa membocorkan desas-desus bahwa
perundingan damai telah di mulai secara rahasia. Berita itu menimbulkan pergolakan hebat dalam
pertahanan Ieyasu yang berpusat di Bukit Komaki.
Rahasia yang bocor selalu diiringi omongan jahat. Dalam kasus ini, nama yang muncul ke
permukaan adalah nama yang memang sudah dicurigai oleh rekan-rekan sesama pengikut - nama
Ishikawa Kazumasa. "Kabarnya Kazumasa berperan sebagai penengah. Sepertinya ada saja yang mencurigakan antara
Hideyoshi dan Kazumasa."
Beberapa orang membawa masalah ini langsung ke hadapan Ieyasu, tapi ia memarahi semuanya
dan tak sedikit pun meragukan kejujuran Kazumasa.
Namun sekali keraguan seperti itu timbul di kalangan para pengikut, moral seluruh marga
terpengaruh. 16 Pendekar Cambuk Naga Misteri Goa Malaikat m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Ieyasu sudah barang tentu cenderung mengadakan perundingan damai, namun ketika melihat
keadaan yang melanda pasukannya, ia tiba-tiba menolak utusan Niwa.
"Aku tidak menginginkan perdamaian." kata Ieyasu. "Aku tidak mengharapkan kesepakatan dengan
Hideyoshi, bagaimanapun kondisi yang ditawar-kannya. Kami akan berlaga di sini dalam
pertempuran yang menentukan. Aku akan mengambil kepala Hideyoshi, dan kami akan
memperlihatkan makna kewajiban kepada seluruh negeri."
Ketika hal ini secara resmi diumumkan di perkemahan Ieyasu, para prajurit merasa gembira, dan
desas-desus mengenai Kazumasa langsung berhenti.
"Hideyoshi mulai goyah!"
Dengan semangat baru, mereka semakin agresif. Hideyoshi menelan pil pahit itu dengan lapang
dada. Baginya hasil tersebut tidak terlalu buruk. Ia pun tidak menggunakan kekuatan militer,
melainkan memerintahkan agar pasukannya menempati posisi-posisi strategis. Menjelang


Taiko Karya Eiji Yoshikawa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

penengahan Bulan Kesembilan, ia kembali menarik mundur pasukannya dan memasuki Benteng
Ogaki. Sudah berapa kalikah para warga Osaka menyaksikan Hideyoshi beserta pasukannya berangkat ke
garis depan lalu pulang lagi, bolak-balik antara benteng itu dan Mino"
Hari kedua puluh Bulan Kesepuluh pun tiba, musim dingin sudah di ambang pintu. Pasukan
Hideyoshi, yang biasanya melalui Osaka, Yodo, tiba-tiba kali ini melewati Koga di lga dan menuju
Ise. Di sana mereka meninggalkan jalan Raya Mino dan menyusuri jalan yang menuju Owari.
Laporan demi laporan dari benteng-benteng para pengikut Nobuo dan para mata-mata di Ise datang
bertubi-tubi. seakan-akan ada tanggul jebol dan arus berlumpur sebuah sungai deras sedang
menuju ke arah sana. "Pasukan utama Hideyoshi datang!"
"Mereka bukan prajurit-prajurit di bawah komando satu jendral saja, seperti yang kita lihat selama
ini." Pada hari kedua puluh tiga bulan itu, pasukan Hideyoshi berkemah di Hanetsu dan mendirikan
kubu-kubu pertahanan di Nawabu.
Mengetahui bahwa pasukan Hideyoshi terus bergerak ke arah bentengnya, Nobuo tak sanggup
menenangkan hati. Sudah sekitar satu bulan lamanya ia menangkap gelagat bahwa badai sedang
mendekat. Artinya. tindak-tanduk Ishikawa Kazumasa- - yang dirahasiakan secara ketat oleh marga
Tokugawa - secara misterius telah dibesar-besarkan oleh seseorang, meskipun tak ada yang tahu
siapa orangnya. Menurut desas-desus, telah terjadi perpecahan di kalangan inti marga Tokugawa. Rupanya ada
sejumlah pengikut Ieyasu yang tidak menyukai Kazumasa dan hanya menunggu saat yang tepat.
Kabar angin lain mengatakan bahwa pihak Tokugawa telah membuka perundingan dengan
Hideyoshi, dan bahwa sebelum kabar mengenai perpecahan ini bocor, Ieyasu hendak mencapai
perdamaian dengan cepat. Tapi kemudian pembicaraan dihentikan secara mendadak, karena
17 Pendekar Cambuk Naga Misteri Goa Malaikat m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
persyaratan yang diajukan Hideyoshi dinilai terlalu memberatkan.
Nobuo benar-benar bingung. Bagaimanapun, nasibnya akan tidak menentu jika Ieyasu berdamai
dengan Hideyoshi. "Jika Hideyoshi sampai berubah arah dan membelok ke jalan Raya Ise, tuanku sebaiknya menerima
kenyataan bahwa telah ada kesepakatan rahasia antara Hideyoshi dan Ieyasu untuk mengorbankan
marga tuanku." Dan persis seperti yang dikhawatirkan Nobuo. pergerakan pasukan Hideyoshi mengisyaratkan
bahwa mimpi buruknya akan menjadi kenyataan. Tak ada yang dapat dilakukannya selain
melaporkan perkembangan ini kepada Ieyasu dan memohon bantuannya.
Sakai Tadatsugu bertugas sebagai komandan Benteng Kiyosu selama kepergian Ieyasu. Ketika
menerima laporan Nobuo, ia segera mengirim kurir untuk menyampaikannya kepada Ieyasu, yang
langsung mengumpulkan seluruh pasukannya dan kembali ke Kiyosu pada hari itu juga. Kemudian
ia cepat-cepat mengirim bala bantuan di bawah pimpinan Sakai Tadatsugu ke Kuwana.
Kuwana merupakan leher Nagashima. Nobuo pun membawa prajurit-prajuritnya dan menempatkan mereka berhadapan dengan Hideyoshi, yang telah mendirikan markas besarnya di Desa
Nawabu. Nawabu terletak di tepi Sungai Machiya. kurang-lebih tiga mil di sebelah barat daya Kuwana, tapi
berdekatan dengan muara Sungai Kiso dan Ibi, sehingga cocok sekali untuk mengancam markas
besar Nobuo. Penghabisan musim gugur. Alang-alang di daerah itu menyembunyikan ratusan ribu prajurit, dan
asap dari api unggun yang tak terhitung banyaknya segera menyebar di sepanjang tepi sungai, pagi
maupun malam. Perintah untuk memulai pertempuran belum diberikan. Para prajurit bersantai dan
bahkan memancing di sungai. Jika kebetulan dipergoki oleh Hideyoshi, yang sering mendatangi
perkemahan-perkemahan dan tiba-tiba saja muncul dengan kudanya, mereka langsung gugup dan
cepat-cepat membuang joran masing-masing. Tapi kalaupun Hideyoshi melihat ini, ia hanya lewat
sambil tersenyum. Sebenarnya, andai kata berada di tempat lain, ia pun ingin memancing dan berjalan dengan kaki
telanjang. Dalam beberapa hal, ia tetap seperti kanak-kanak. dan pemandangan-pemandangan
seperti itu membangkitkan kenangan masa kecilnya.
Di seberang sungai ini terletak tanah Owari. Di bawah sinar matahari musim gugur, bau tanah dari
tempat kelahiran menimbulkan rangsangan tersendiri dalam dirinya.
Tomita Tomonobu dan Tsuda Nobukatsu telah kembali dari suatu misi, dan sedang menunggu
kedatangannya dengan tak sabar.
Setelah meninggalkan kudanya di gerbang, Hideyoshi bergegas dengan cara yang tidak lazim
baginya. Ia sendiri yang mengajak kedua laki-laki yang keluar untuk menyambutnya ke tengah
rumpun pohon yang dijaga ketat.
"Bagaimanakah jawaban Yang Mulia Nobuo?" ia bertanya. Suaranya pelan, tapi matanya
18 Pendekar Cambuk Naga Misteri Goa Malaikat m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
bersinar-sinar penuh harap.
Tsuda yang pertama angkat bicara. "Yang Mulia Nobuo berpesan bahwa beliau memahami
perasaan tuanku dan setuju untuk mengadakan pertemuan."
"Apa" Dia setuju?"
"Bukan itu saja, beliau tampak senang sekali." "Betulkah?" Hideyoshi menarik napas dalamdalam, lalu mendesah panjang. "Betulkah" Itukah yang terjadi?" ia mengulangi.
Sejak semula, niat Hideyoshi menyusuri Jalan Raya Ise pada saat ini didasarkan atas spekulasi. Ia
mengharapkan pemecahan lewat jalan diplomasi. tapi jika usaha itu gagal, ia akan menyerang
Kuwana, Nagashima, dan Kiyosu. Dan itu akan membuka Bukit Komaki terhadap serangan dari
belakang. Tsuda terhitung sebagai kerabat marga Oda; ia putra seorang sepupu Nobunaga. Ia memaparkan
duduk perkaranya kepada Nobuo, dan akhirnya berhasil mendapatkan jawaban.
"Aku bukan orang yang menyukai perang." balas Nobuo. "Jika Hideyoshi menganggapku begitu
penting dan ingin mengadakan perundingan damai, aku tidak keberatan menemuinya."
Sejak pertempuran pertama di Bukit Komaki, Hideyoshi telah menyadari bahwa Ieyasu takkan
mudah diajak bicara. Setelah itu ia mempelajari hati nurani manusia dan mempengaruhi
orang-orang di sekitar lawannya itu secara diam-diam.
Akibat pengaruh Hideyoshi, Ishikawa Kazumasa menjadi sasaran kecurigaan di kalangan inti marga
Tokugawa. Jadi, ketika Niwa Nagahide menganjurkan perundingan, orang-orang di kalangan inti
Nobuo yang telah menjalin hubungan dengan Niwa segera diasingkan sebagai golongan
perdamaian. Nobuo sendiri gelisah memikirkan niat Ieyasu sesungguhnya, dan pihak Tokugawa
mengamati pasukan Nobuo dengan waspada. Keadaan ini berkembang akibat perintah khusus dari
Osaka yang jauh. Hideyoshi percaya benar bahwa apa pun siasat diplomasi yang ia gunakan, pengorbanannya tidak
sehebat pengorbanan dalam perang. Setelah menempuh berbagai alternarif pun - berhadapan
langsung dengan Ieyasu di Bukit Komaki, menjalankan rencana militer yang lihai, bahkan
melancarkan gertakan mengancam - Hideyoshi tetap merasa bahwa berperang melawan Ieyasu
takkan membawa hasil, dan bahwa ia harus mencari jalan lain.
Pertemuan dengan Nobuo keesokan harinya merupakan perwujudan dari pemikiran seperti itu.
Hideyoshi bangun pagi-pagi sekali, dan sambil memandang ke langit, berkata, "Cuaca sangat
mendukung." Pada malam sebelumnya, gerakan awan musim gugur sempat menimbulkan kecemasan di hatinya;
dan ia khawatir bahwa jika ada hujan dan angin, pihak Nobuo mungkin ingin menunda pertemuan
atau memilih tempat lain, sehingga rencananya tercium oleh orang-orang Tokugawa. Sebelum tidur,
pikiran Hideyoshi terus diusik oleh kemungkinan yang tidak menguntungkan itu, tapi pagi ini
awan-awan telah lenyap dan langit tampak lebih biru daripada biasanya di musim gugur. Hideyoshi
menganggap-nya pertanda baik, dan sambil mendoakan keberhasilan bagi dirinya sendiri, ia
19 Pendekar Cambuk Naga Misteri Goa Malaikat m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
menaiki kudanya dan meninggalkan perkemahan di Nawabu.
Para pengiringnya terdiri atas beberapa pengikut senior, sejumlah pelayan, dan kedua bekas
utusan, Tomita dan Tsuda. Namun ketika rombongan mereka akhirnya menyeberangi Sungai
Machiya, Hideyoshi telah mengambil langkah pengamanan dengan menyembunyikan sekelom-pok
prajuritnya di tengah alang-alang dan di rumah-rumah petani pada malam sebelumnya. Hideyoshi
terus mengobrol di atas kudanya, seakan-akan tidak melihat mereka,dan akhirnya turun di tepi
Sungai Yada yang berdekatan dengan daerah pinggiran sebelah barat Kuwana.
"Bagaimana kalau kita tunggu kedatangan Yang Mulia Nobuo di sini saja?" tanyanya, dan sambil
duduk di kursinya, ia mengamati pemandangan sekitarnya.
Tak lama kemudian, Nobuo, disertai sejumlah pengikut berkuda, tiba sesuai waktu yang telah
ditetapkan. Tentunya ia pun melihat orang-orang yang menunggu di tepi sungai, dan ia segera
mulai berunding dengan para jendral di kedua sisinya, tanpa melepaskan pandangan dari
Hideyoshi. la berhenti, lalu turun dari kudanya di tempat yang agak jauh, rupanya karena curiga.
Kerumunan samurai yang menyertainya kini menyebar ke kiri-kanan. Nobuo mengambil posisi di
tengah dan mulai menghampiri Hideyoshi. Kilauan baju tempurnya seakan-akan mencerminkan
keperkasaannya di medan laga.
Hideyoshi. Inilah orang yang sampai kemarin masih dituduh sebagai pembunuh berdarah dingin
dan tak tahu berterima kasih. Inilah musuh yang kejahatannya disebutkan satu per satu oleh Nobuo
dan Ieyasu. Meski telah menyetujui usulan Hideyoshi dan menemuinya di sini. Nobuo tak sanggup
menenangkan diri. Apakah tujuan orang itu sesungguhnya"
Ketika Hideyoshi melihat Nobuo berdiri penuh wibawa, ia bangkit dari kursinya dan seorang diri
bergegas menghampiri nya.
"Ah, Yang Mulia Nobuo!" la melambaikan kedua tangan, seolah-olah pertemuan ini terjadi secara
tak terduga dan tanpa rencana sebelumnya.
Nobuo tampak bingung. tapi para pengikut yang mengelilinginya, yang tampak begitu mengesankan
dengan tombak dan baju tempur masing-masing, menatap Hideyoshi dengan ternganga.
Namun itu bukan satu-satunya kejutan yang menanti mereka. Hideyoshi kini telah berlutut di
hadapan Nobuo, bersembah sujud sampai wajahnya hampir mengenai sandal jerami Nobuo.
Lalu, sambil meraih tangan Nobuo yang masih tercengang, ia berkata, "Tuanku, dalam tahun ini tak
satu hari pun berlalu tanpa hamba merasakan hasrat untuk bertemu tuanku. Hamba sungguh
bahagia melihat tuanku dalam keadaan sehat walafiat. Roh jahat macam apakah yang
menyesatkan tuanku sehingga kita saling berperang" Mulai hari ini tuanku akan menjadi junjungan
hamba, seperti sediakala."
"Hideyoshi, berdirilah. Aku pun bersyukur kau telah bertobat. Kita sama-sama bersalah. Mari,
bangkitlah." Nobuo menarik Hideyoshi sampai berdiri. Pertemuan pada hari kesebelas Bulan Kesebelas di
antara kedua orang itu berjalan lancar, dan persetujuan damai pun berhasil dicapai. Berdasarkan
tata krama, Nobuo seharusnya membicarakan masalah itu dengan Ieyasu dan meminta
20 Pendekar Cambuk Naga Misteri Goa Malaikat m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
persetujuannya sebelum bertindak. Tapi kesempatan menguntungkan ini langsung disambutnya
dengan baik, dan ia menerima tawaran damai Hideyoshi tanpa berkonsultasi lebih dulu.
Dengan demikian, orang yang selama ini dimanfaatkan Ieyasu demi kepentingannya sendiri telah
direbut oleh musuhnya. Singkat kata, Nobuo termakan bujuk rayu Hideyoshi.
Orang hanya dapat menebak kata-kata manis yang digunakan Hideyoshi untuk memikat Nobuo.
Selama tahun-tahun pengabdiannya, Hideyoshi jarang-jarang memancing kemarahan ayah Nobuo,
Nobunaga, jadi menghadapi Nobuo merupakan tugas ringan baginya. Tapi persyaratan perjanjian
damai yang semula disampaikan oleh kedua utusan tak dapat dikatakan manis maupun ringan:
Pasal : Anak perempuan Nobuo akan diangkat anak oleh Hideyoshi.
Pasal : Keempat distrik di Ise bagian utara yang diduduki Hideyoshi akan diserahkan kembali pada
Nobuo. Pasal : Nobuo akan mengirim beberapa perem-puan dan anak-anak anggota marganya sebagai
sandera. Pasal : Tiga distrik di Iga, tujuh distrik di Ise bagian selatan, Benteng Inuyama di Owari, dan kubu
pertahanan di Kawada akan diserahkan pada Hideyoshi.
Pasal : Semua kubu pertahanan sementara dari kedua pihak di Provinsi Ise dan Owari akan
dibancurkan. Nobuo membubuhkan segelnya di atas dokumen tersebut. Sebagai hadiah dari Hideyoshi. pada
hari itu Nobuo menerima dua puluh keping emas serta pedang buatan Fudo Kuniyuki. Ia juga
memperoleh tiga puluh lima ribu bal beras yang merupakan barang rampasan perang dari daerah
Ise. Hideyoshi telah bersembah sujud di hadapan Nobuo, dan telah memberikan berbagai hadiah
sebagai tanda persahabatan. Dengan perlakuan seperti itu, Nobuo mau tak mau tersenyum puas.
Namun sudah jelas bahwa Nobuo tidak mempertimbangkan bagaimana siasatnya akan menjadi
senjata makan tuan. Di zaman yang serba tak menentu itu, Nobuo memperlihatkan kebodohan
yang tak dapat dimaafkan. Takkan ada yang menyalahkan seandainya ia tetap berdiri di pinggir,
tapi ia memilih berdiri di tengah panggung. Tanpa menyadari dirinya diperalat, ia telah
menyebabkan kematian banyak orang di bawah panjinya.
*** Orang yang paling terkejut ketika semuanya terungkap adalah Ieyasu yang telah berpindah dari
Okazaki ke Kiyosu guna memperoleh tempat berpijak untuk berperang melawan Hideyoshi. Hari
kedua belas telah tiba. Sakai Tadatsugu tiba-tiba muncul di benteng, setelah memacu kudanya sepanjang malam dari
Kuwana. Tidak biasanya seorang komandan dari garis depan meninggalkan posisinya dan mendatangi
Kiyosu tanpa pemberitahuan sebelumnya. Selain itu, Tadatsugu merupakan pejuang kawakan
berusia enam puluh tahun. Mengapa orang tua itu menempuh perjalanan semalam suntuk, hanya
21 Pendekar Cambuk Naga Misteri Goa Malaikat m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
diiringi beberapa orang"
Tadatsugu tiba sebelum waktu sarapan, tapi Ieyasu keluar dari kamar tidur, duduk di ruang
pertemuan pribadinya, dan bertanya, "Ada apa, Tadatsugu?"
"Yang Mulia Nobuo bertemu dengan Hideyoshi kemarin. Kabarnya mereka berdamai tanpa
berkonsultasi dengan tuanku."
Tadatsugu melihat emosi terpendam di wajah Ieyasu, dan secara tak terduga, bibirnya sendiri ikut
bergetar. Ia nyaris tak sanggup menahan perasaannya. Ia ingin berseru bahwa Nobuo orang yang
paling bodoh. Barangkali itulah yang tersimpan dalam hati Ieyasu. Harus marahkah ia" Harus
tertawakah ia" Tak pelak lagi ia memendam semua perasaan itu, seakan-akan tak dapat menerima
gejolak dalam hatinya. Ieyasu tampak bingung. Ia tercengang. Hanya itu yang terbaca dari roman mukanya. Selama
beberapa saat kedua laki-laki itu duduk membisu. Akhirnya Ieyasu mengedipkan mata dua atau tiga
kali, kemudian mencubit cuping telinganya dengan tangan kiri dan menggosok-gosok pipi. la
kehabisan akal. Punggungnya yang melengkung mulai bergoyang-goyang. Tangan kirinya dibiarkan
terkulai di lututnya. "Tadatsugu, kau yakin?" tanyanya.
"Hamba takkan gegabah menyampaikan laporan semacam ini. Laporan-laporan yang lebih
terperinci akan menyusul"
"Kau belum mendapat kabar dari Nobuo?"
"Kami mendengar berita bahwa beliau telah meninggalkan Nagashima, melewati Kuwana, dan
berhenti di Yadagawara, tapi hamba pikir beliau sekadar memeriksa pertahanan dan pasukan
beliau. Setelah beliau kembali ke bentengnya pun kami belum mengetahui tujuan perjalanan
beliau." Laporan-laporan berikutnya membenarkan desas-desus mengenai perjanjian damai yang
disepakati Nobuo, tapi sepanjang hari Nobuo sendiri tidak mengirim kabar. Dalam waktu singkat
berita itu telah menyebar ke kalangan pengikut marga Tokugawa. Setiap kali bertemu, mereka
membahas kejadian yang sukar dipercaya ini dengan berapi-api. Mereka menuduh Nobuo sebagai
orang yang tidak memiliki integritas, dan bertanya-tanya bagaimana marga Tokugawa dapat
menghadapi dunia dengan kepala tegak setelah mengalami musibah seperti ini.
"Kalau ini memang benar, kita tak bisa membiarkan orang yang menyebabkannya, biarpun dia Yang
Mulia Nobuo," ujar Honda yang lekas naik darah.
Pertama-tama kita harus membawa Yang Mulia Nobuo keluar dari Nagashima dan menyelidiki
kejahatannya," Ii menambahkan sambil mendelik. "Setelah itu kita akan berlaga dalam pertempuran
menentukan melawan Hideyoshi."
"Aku setuju!" "Bukankah karena Yang Mulia Nobuo kita menyiagakan pasukan?"
"Kita mendukung penegakan kewajiban dan mengangkat senjata hanya karena Yang Mulia Nobuo
memohon-mohon bantuan Yang Mulia Ieyasu dan berkata bahwa keturunan Yang Mulia Nobunaga
22 Pendekar Cambuk Naga Misteri Goa Malaikat m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
akan binasa akibat ambisi Hideyoshi! Sekarang simbol perang kewajiban itu - orang yang
merupakan perwujudan keadilan - telah membelot ke pihak musuh. Tak ada kata-kata yang
sanggup melukiskan kebodohan orang itu."
"Dalam keadaan seperti ini, wibawa junjungan kita diinjak-injak. Kita menjadi bahan tertawaan. Ini
merupakan penghinaan terhadap rekan-rekan kita yang gugur di Bukit Komaki dan Nagakute."
"Kematian mereka sia-sia belaka, dan tak ada alasan kenapa kita harus menanggung beban seperti
itu. Bagaimana kiranya keputusan yang diambil junjungan kita?"
"Sepanjang pagi beliau tidak keluar dari ruangannya. Beliau mengadakan pertemuan dengan para
pengikut senior, dan rupanya mereka masih berunding.
"Bagaimana kalau salah seorang yang ada di sini menyampaikan pandangan kita kepada para
pengikut senior?" "Ya. itu gagasan baik. Tapi siapa yang bersedia?" Mereka semua saling pandang.
"Bagaimana denganmu, li" Dan kau, Honda, sebaiknya ikut juga." Honda dan li baru saja hendak
meninggalkan ruangan ketika seorang kurir masuk. "Dua utusan Yang Mulia Nobuo baru saja tiba."
"Apa" Utusan dari Nagashima?" Berita itu kembali mengobarkan kemarahan mereka.
Namun karena utusan-utusan tersebut telah dibawa ke bangsal pertemuan, besar kemungkinan
mereka sudah bertatap muka dengan Ieyasu. Sambil saling meyakinkan bahwa tanggapan
junjungan mereka akan segera diumumkan, para pengikut Ieyasu memutuskan untuk menunggu
hasil pertemuan itu. Bertindak sebagai utusan Nobuo adalah pamannya, Oda Nobuteru, serta Ikoma Hachiemon. Dapat
dibayangkan bahwa sulit bagi keduanya untuk menghadapi Ieyasu, apalagi menjelaskan pemikiran
Nobuo, dan dengan lesu mereka menunggu di bangsal pertemuan.
Tak lama kemudian Ieyasu muncul disertai seorang pelayan. Ia mengenakan kimono tanpa baju
tempur, dan wajahnya tampak cerah.
Ia duduk di sebuah bantal dan berkata. "Kabarnya Yang Mulia Nobuo telah berdamai dengan
Hideyoshi." Kedua utusan membenarkannya sambil bersujud; mengangkat kepala pun mereka tak sanggup.


Taiko Karya Eiji Yoshikawa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Nobuteru berkata. "Perundingan damai dengan Yang Mulia Hideyoshi tentu mengagetkan dan
memalukan bagi marga Tokugawa, dan kami pun memahami perasaan Yang Mulia, namun
sesung-guhnya junjungan kami telah mempertimbangkan situasi ini dengan saksama, dan..."
"Aku mengerti," balas Ieyasu. "Tuan-Tuan tak perlu memberi penjelasan panjang-lebar."
"Perinciannya tercantum dalam surat ini, jadi... ehm... jika Yang Mulia berkenan..."
"Nanti saja kubaca."
"Satu-satunya hal yang mengusik junjungan kami adalah kemungkinan bahwa Yang Mulia merasa
23 Pendekar Cambuk Naga Misteri Goa Malaikat m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
gusar." kata Hachicmon.
"Wah, wah, ini tak perlu dirisaukan. Sejak pertama, peperangan ini tak ada sangkut-pautnya dengan
keinginan atau rencana-rencanaku sendiri."
"Kami paham sepenuhnya."
"Oleh karena itu, aku akan tetap mendoakan kesejahteraan Yang Mulia Nobuo."
"Yang Mulia tentu lega mendengarnya."
"Aku telah menyuruh para pelayan menyiapkan hidangan sederhana di ruangan lain. Kita patut
bersyukur bahwa perang ini berakhir dengan cepat. Silakan makan siang dulu sebelum Tuan-Tuan
bertolak kembali." Ieyasu meninggalkan mereka. Para utusan dari Nagashima dijamu dengan makanan dan minuman
di sebuah ruangan lain, tapi mereka makan terburu-buru dan segera berangkat.
Ketika para pengikut Ieyasu menerima kabar mengenai pembicaraan itu, mereka marah sekali.
"Yang Mulia tentu mempunyai pertimbangan lain. Kalau tidak, mana mungkin beliau sede-mikian
mudah menyetujui persekutuan antara Yang Mulia Nobuo dan Hideyoshi?"
Sementara itu, Ii dan Honda menemui para pengikut senior untuk menyampaikan pandangan
kalangan pengikut muda. "Juru tulis!" Ieyasu memanggil.
Setelah menerima kedua utusan Nobuo di ruang pertemuan pribadi, ia kembali ke kamarnya dan
duduk termenung selama beberapa waktu. Kini suaranya berkumandang.
Si juru tulis membawa batu tinta dan menunggu perintah junjungannya.
"Aku ingin mengirim surat ucapan selamat pada Yang Mulia Nobuo dan Yang Mulia Hideyoshi."
Ketika mendiktekan surat-surat itu, Ieyasu memalingkan wajah dan memejamkan mata. Sambil
memoles kalimat-kalimat yang akan dicantumkan, tampaknya ia menyerap perasaan-perasaan
yang membara bagaikan besi cair dalam dadanya.
Setelah surat-surat itu selesai, ia memerintahkan seorang pelayan untuk memanggil Ishikawa
Kazumasa. Si juru tulis meninggalkan kedua surat tersebut di hadapan Ieyasu, membungkuk, lalu
mengundurkan diri dari ruangan. Setelah ia pergi, seorang pembantu pribadi masuk dengan
membawa lilin dan menyalakan dua lentera.
Matahari telah terbenam. Ketika memandang cahaya lentera, Ieyasu merasa hari berlalu cepat. Ia
bertanya-tanya. itukah sebabnya ia tetap merasakan kekosongan di hatinya, meski beban kerjanya
begitu berat. Seakan-akan dari jauh, ia mendengar bunyi pintu geser membuka per-lahan.
24 Pendekar Cambuk Naga Misteri Goa Malaikat m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Kazumasa, berpakaian sipil seperti junjungannya, tampak membungkuk di ambang pintu. Di antara para prajurit marga Tokugawa hampir tak ada
yang telah membuka baju tempurnya, namun karena sejak pagi melihai Ieyasu berbaju biasa,
Kazumasa pun menukar baju tempur dengan kimono.
"Ah, Kazumasa. Kau terlalu jauh di sebelah sana. Majulah sedikit."
Orang yang sama sekali tidak berubah adalah Ieyasu. Tapi ketika Kazumasa menghadapnya, ia
tampak seakan-akan tak berdaya.
"Kazumasa, kuminta kau bertindak sebagai utusanku dan mengunjungi perkemahan Yang Mulia
Hideyoshi dan markas besar Yang Mulia Nobuo di Kuwana besok pagi."
"Baik." "Surat-surat ucapan selamat sudah disiapkan." "Ucapan selamat atas perjanjian damai yang
mereka sepakati?" "Benar."
"Rasanya hamba memahami pikiran tuanku. Tuanku takkan mengungkapkan rasa tidak senang,
tapi kalau melihat kemurahan hati tuanku, Yang Mulia Nobuo pun akan merasa malu."
"Apa maksudmu, Kazumasa" Tidak sepantasnya aku mempermalukan Yang Mulia Nobuo,
sedangkan pernyataan untuk meneruskan perang karena dorongan kewajiban akan berkesan
janggal. Entah perjanjian itu palsu atau bukan, aku tak punya alasan untuk menyesalkan
perdamaian. Jelaskanlah dengan tulus, bahkan gembira, bahwa aku berucap syukur dari lubuk hati
yang paling dalam, dan bahwa aku turut bersukacita bersama para warga Kekaisaran."
Kazumasa termasuk orang yang dapat membaca apa yang tersimpan dalam hati junjungannya, dan
kini Ieyasu telah memberikan perintah terperinci mengenai tugas yang akan dijalankannya. Namun
bagi Kazumasa masih ada satu hal yang menyakitkan, yaitu kesalahpahaman para pengikut lain
menyangkut dirinya - bahwa ia dan Hideyoshi menjalin hubungan akrab. Tahun lalu, setelah
kemenangan Hideyoshi di Yanagase, Kazumasa ditunjuk sebagai utusan Ieyasu pada Hideyoshi.
Saat itu kegembiraan Hideyoshi meluap-luap. la mengundang para pembesar untuk menghadiri
upacara minum teh di Benteng Osaka yang masih dalam pembangunan.
Setelah itu, setiap kali ia berhubungan dengan marga Tokugawa, Hideyoshi selalu menanyakan
kabar Kazumasa, dan ia pun selalu bicara mengenai Kazumasa di hadapan pembesar-pem besar
yang mempunyai hubungan baik dengan marga Tokugawa.
Keakraban Kazumasa dengan Yang Mulia Hideyoshi telah terukir dalam benak para prajurit
Tokugawa. Selama menemui jalan buntu di Bukit Komaki, dan kemudian ketika Niwa
mengupayakan penyelesaian secara damai, setiap tindakan Kazumasa diawasi dengan cermat oleh
sekutu-sekutunya. Seperti dapat diduga, leyasu tidak terpengaruh sedikit pun oleh semuanya itu.
"Wah, di luar sana bising sekali, bukan?"
25 Pendekar Cambuk Naga Misteri Goa Malaikat m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Suara-suara riuh terdengar dari bangsal yang berjarak agak jauh dari tempat Ieyasu dan Kazumasa
duduk. Rupa-rupanya para pengikut yang menentang perjanjian damai sedang menyatakan
ketidakpuasan mereka dan memprotes pemanggilan Kazumasa ke hadapan Ieyasu.
Ii dan Honda, yang bertindak sebagai juru bicara, serta beberapa orang lain telah mengelilingi
Tadatsugu. "Bukankah Tuan yang memimpin barisan depan dan tinggal di kota benteng Kuwana" Apakah Tuan
tidak malu bahwa Tuan tidak mengetahui pertemuan antara Yang Mulia Nobuo dan Hideyoshi di
Yadagawara" Dan bagaimana dengan kurir Hideyoshi yang langsung datang ke Benteng Kuwana"
Bagaimana tindakan Tuan setelah datang ke sini karena mendengar kabar mengenai perjanjian
damai yang tidak sah itu?"
Mereka terus menanyai Tadatsugu dengan keras. Masalahnya, kemungkinan kecil Hideyoshi
membuat rencana yang akan bocor sebelum waktunya. Bagi Tadatsugu, itu saja sudah cukup
sebagai pembenaran. Namun menghadapi protes yang menggebu-gebu, ia pasrah menerima
ke-marahan dan caci maki mereka, dan meminta maaf dengan kesabaran yang pantas bagi
seorang jendral tua. Tapi sesungguhnya Ii maupun Honda tidak bermaksud menggugat orang tua itu. Keduanya hanya
ingin menyampaikan pandangan mereka pada junjungan mereka. dan menolak perjanjian damai itu.
Mereka juga hendak memberi tahu seluruh dunia bahwa marga Tokugawa tidak terlibat dalam
pembicaraan damai dengan Nobuo.
"Bersediakah Tuan menjadi perantara bagi kami" Tuan merupakan sesepuh yang disegani."
"Tidak, itu merupakan pelanggaran serius terhadap tata krama." jawab Tadatsugu.
Namun Honda berkeras. "Orang-orang ini belum membuka baju tempur dan siap menuju medan
laga. Tata krama biasa tidak berlaku dalam keadaan seperti ini."
"Waktunya mendesak," ujar Ii. "Kami dihantui ketakutan kalau-kalau terjadi sesuatu sebelum beliau
berbicara dengan kami. Jika Tuan tidak bersedia bertindak sebagai perantara, apa boleh buat. Kami
terpaksa mengajukan permohonan melalui para pembantu pribadi Yang Mulia agar dapat menemui
beliau." "Jangan. Yang Mulia sedang mengadakan pembicaraan dengan Tuan Kazumasa. Tak ada yang
boleh mengganggu beliau." "Apa" Dengan Kazumasa?"
Ketika mendengar bahwa Kazumasa melakukan pembicaraan empat mata dengan Ieyasu pada
waktu seperti ini, mereka semakin was-was dan gelisah. Sejak awal operasi militer di Bukit Komaki,
mereka telah memandang Kazumasa sebagai orang yang patut diwaspadai. Dan ketika Niwa
memprakarsai perdamaian, Kazumasa pun yang terlibat dalam perundingan. Mereka menduga
perkembangan terakhir pun ikut didalangi Kazumasa.
Kecurigaan mereka akhirnya tak dapat dipendam lebih lama, dan meledak dalam suasana
hiruk-pikuk yang juga terdengar oleh Ieyasu. Tak lama kemudian seorang pelayan menyusuri
selasar dan menghampiri mereka.
26 Pendekar Cambuk Naga Misteri Goa Malaikat m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Tuan-tuan diminta menghadap!" pelayan itu mengumumkan.
Para pengikut tampak terkejut, dan dengan bingung mereka saling pandang. Tapi ekspresi pada
wajah Honda dan Ii yang keras kepala menunjukkan bahwa justru itulah yang mereka harapkan.
Sambil mendesak Sakai Tadatsugu dan yang lain, mereka menuju ruang penemuan pribadi.
Dalam sekejap ruangan itu telah penuh sesak dengan samurai-samurai berbaju tempur lengkap.
Perhatian semua orang terfokus pada Ieyasu.
Kazumasa duduk di sampingnya. Kemudian Sakai Tadatsugu, dengan tulang punggung marga
Tokugawa di belakangnya. Ieyasu mulai angkat bicara, tapi mendadak ia berpaling ke arah kursi-kursi yang paling rendah dan
berkata. "Orang-orang di kursi yang paling rendah duduk terlalu jauh. Aku tak bisa bicara
keras-keras, jadi majulah sedikit."
Semuanya semakin berdesak-desakan mengelilingi Ieyasu ketika ia mulai bicara.
"Kemarin Yang Mulia Nobuo berdamai dengan Hideyoshi. Sebenarnya aku bermaksud
mengeluarka (http://cerita-silat.mywapblog.com)
27Pendekar Cambuk Naga Kutukan Jaka Bego m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Pendekar Cambuk Naga Kutukan Jaka Bego | http://cerita-silat.mywapblog.com | Pendekar Cambuk Naga Kutukan Jaka Bego pdf created by Saiful Bahri (Seletreng - Situbondo) pd 23-04-2016 08:27:25
n pemberitahuan resmi kepada seluruh marga besok pagi, tapi rupanya kalian sudah mendengar
beritanya dan dihantui rasa waswas. Maafkan aku. Aku tidak bermaksud menutup-nutupi masalah
ini." Semua pengikutnya menundukkan kepala. "Akulah yang bersalah karena menyiagakan pasukan
sehubungan dengan permohonan bantuan Yang Mulia Nobuo. Akulah yang bertanggung jawab
atas kematian begitu banyak pengikut setia dalam pertempuran-pertempuran di Bukit Komaki dan
Nagakute. Dan tindakan Yang Mulia Nobuo pun, yang diam-diam bekerja sama dengan Hideyoshi
sehingga kemarahan dan pengorbanan kalian menjadi tak berarti, bukan kesalahan beliau. Akulah
yang lalai dan kurang bijaksana. Kalian semua telah memperlihatkan ketulusan kalian, dan sebagai junjungan kalian, aku tak dapat menemukan kata-kata yang tepat untuk
menebus kesalahanku. Maafkan aku."
Semuanya menunduk. Tak seorang pun menatap wajah Ieyasu, dan isak tangis pun memenuhi
ruangan. "Tak ada yang dapat kita lakukan, jadi terimalah cobaan ini dengan lapang dada. Tabahkan hati
kalian dan tunggu kesempatan lain."
Setelah duduk, baik Honda maupun Ii tidak mengucapkan sepatah kata pun. Kedua orang itu malah
mengeluarkan saputangan, dan sambil menoleh, mengusap air mata mereka.
"Ini merupakan berkah bagi kita. Perang telah usai, dan besok aku akan kembali ke Okazaki. Kalian
pun akan pulang untuk menemui anak-istri masing-masing." ujar Ieyasu sambil membuang ingus.
Keesokan harinya, hari ketiga belas bulan itu, Ieyasu beserta bagian terbesar pasukan Tokugawa
meninggalkan Benteng Kiyosu dan kembali ke Okazaki di Mikawa. Pada pagi hari yang sama,
Ishikawa Kazumasa pergi ke Kuwana bersama Sakai Tadatsugu. Setelah mengunjungi Nobuo, ia
melanjutkan perjalanan untuk menemui Hideyoshi di Nawabu. Ia menyampaikan salam dari Ieyasu,
lalu menyerahkan surat ucapan selamat dan segera pulang lagi. Sesudah Kazumasa pergi,
Hideyoshi menatap orang-orang di sekelilingnya.
"Lihat itu," ia berkata. "Itulah Ieyasu. Tak ada orang yang sanggup menelan pit pahit ini
seakan-akan hanya minum teh panas."
Sebagai orang yang telah memaksa Ieyasu menenggak besi cair. Hideyoshi dapat menghayati
perasaan musuhnya itu. Sambil menempatkan diri pada posisi Ieyasu, ia bertanya-tanya, apakah ia
sendiri sanggup bereaksi dengan cara yang sama.
Ketika hari demi hari berlalu, satu orang yang merasa cukup puas dengan dirinya adalah Nobuo.
Setelah pertemuan di Yadagawara, ia sepenuhnya menjadi boneka Hideyoshi. Situasi apa pun yang
dihadapinya, ia selalu bertanya pada diri sendiri, "Bagaimana pendapat Hideyoshi mengenai ini?"
Sama seperti ketika dengan Ieyasu sebelumnya, ia kini terus dihantui kecemasan mengenai
tanggapan Hideyoshi terhadap setiap tindakannya.
Karena itu, ia merasa perlu memenuhi syarat-syarat yang diajukan Hideyoshi dalam perjanjian
1 Pendekar Cambuk Naga Kutukan Jaka Bego m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
damai dengan setepat-tepatnya. Sebagian wilayahnya, para sandera, dan perjanjian tertulis telah ia
serahkan tanpa kecuali. Hideyoshi mulai mengendurkan tekanan. Meski demikian, karena berpendapat bahwa pasukannya
perlu tinggal di Nawabu, ia mengirim kurir kepada orang-orang yang ditugaskan di Osaka dan
bersiap-siap melewatkan musim dingin di medan perang.
Tak perlu disebutkan bahwa sejak semula Ieyasu-lah sumber kecemasan Hideyoshi, bukan Nobuo,
Karena urusan dengan Ieyasu belum selesai, Hideyoshi tak dapat berkata bahwa situasi telah
berhasil ia kuasai. Saat itu tujuannya baru tercapai setengahnya. Suatu hari Hideyoshi berkunjung
ke Benteng Kuwana, dan setelah membicarakan berbagai topik dengan Nobuo, ia bertanya,
"Bagaimana keadaan tuanku belakangan ini?"
"Aku sehat walafiat! Dan ini tentu karena tak ada yang membebani pikiranku. Aku telah pulih dari
kelelahan di medan perang, dan tak ada yang kucemaskan."
Nobuo tertawa cerah dan riang, dan Hideyoshi mengangguk beberapa kali, seakan-akan sedang
memangku anak kecil. ~Ya, ya Aku bisa membayangkan bahwa perang yang sia-sia ini telah melelahkan tuanku. Namun
sesungguhnya masih ada beberapa persoalan yang belum tuntas."
"Apa maksudmu, Hideyoshi?"
"Jika Yang Mulia Ieyasu dibiarkan seperti sekarang, kelak beliau akan menimbulkan kesulitan bagi
tuanku." "Begitukah" Tapi dia telah mengirim pengikutnya untuk menyampaikan ucapan selamat."
"Sudah tentu beliau tak ingin menentang kehendak tuanku."
"Tentu saja." "Jadi, tuanku perlu mengambil langkah pertama. Dalam hati, Yang Mulia Tokugawa ingin berdamai
dengan hamba, namun sekiranya beliau mengalah begitu saja, beliau akan kehilangan muka. Dan
karena tak ada alasan untuk menentang hamba, beliau tentu dilanda kebingungan. Alangkah
baiknya kalau tuanku membantu beliau."
Di antara putra keluarga terpandang, tak sedikit yang sangat egois, mungkin karena beranggapan
bahwa semua orang di sekeliling mereka hidup semata-mata untuk melayani mereka. Tak pemah
terlintas dalam benak mereka untuk membantu orang lain. Tapi setelah diajak bicara oleh
Hideyoshi, Nobuo pun sanggup memahami bahwa ada sesuatu yang lebih besar daripada
kepentingannya sendiri. Jadi, beberapa hari kemudian, ia mengusulkan agar ia sendiri yang bertindak sebagai penengah
antara Hideyoshi dan Ieyasu. Sesungguhnya ia memang wajib menjalankan tugas tersebut, namun
sebelum disinggung oleh Hideyoshi, hal itu tak pernah terpikir olehnya.
"Jika beliau menerima persyaratan-persyaratan yang kita ajukan, kita akan memaafkan
perbuatannya untuk menghormati peran tuanku dalam perundingan ini."
2 Pendekar Cambuk Naga Kutukan Jaka Bego m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Hideyoshi mengambil sikap sebagai pemenang, tapi ingin agar syarat-syarat perdamaian
disampaikan melalui mulut Nobuo. Persyaratan tersebut adalah sebagai berikut:
Putra Ieyasu, Ogimaru, akan diangkat anak oleh Hideyoshi, dan putra Kazumasa, Katsuchiyo, serta
putra Honda, Senchiyo, harus diserahkan sebagai sandera.
Selain menghancurkan kubu-kubu pertahanan, pembagian wilayah yang sebelumnya telah disetujui
oleh Nobuo, serta konfirmasi status quo oleh pihak Tokugawa, Hideyoshi tidak menginginkan
perubahan lebih lanjut. "Sesungguhnya masih ada perasaan gusar terhadap Yang Mulia Ieyasu dalam hatiku, tapi aku
dapat memendam perasaan itu demi menjaga kehormatan. Dan karena tuanku telah memutuskan
untuk menjalankan tugas ini, rasanya kurang baik kalau ditunda terlalu lama. Mengapa tuanku tidak
segera mengirim kurir ke Okazaki?"
Ditegur seperti itu, Nobuo langsung mengirim dua pengikut seniornya sebagai utusan ke Okazaki.
Persyaratan yang diajukan Hideyoshi tak dapat disebut keras, tapi ketika Ieyasu mendengarnya, ia
jadi mengelus dada. Meskipun dikatakan bahwa Ogimaru akan diangkat anak, sesungguhnya ia tak lebih dari sandera
biasa. Dan mengirim putra dua pengikut senior ke Osaka jelas-jelas merupakan syarat yang hanya
dikenakan kepada pihak yang kalah. Namun, walaupun para pengikutnya marah sekali. Ieyasu
bersikap tenang agar Okazaki pun tetap tenang.
"Aku menerima persyaratan ini, dan aku berharap Tuan-Tuan dapat menangani pelak-sanaan
selanjutnya," ia berkata pada kedua utusan Hideyoshi.
Mereka mondar-mandir, berulang kali. Kemudian, pada hari kedua puluh satu Bulan Kesebelas,
Tomita Tomonobu dan Tsuda Nobukatsu datang ke Okazaki untuk menandatangani perjanjian
damai. Pada hari kedua belas Bulan Kedua Belas, putra Ieyasu dikirim ke Osaka. Ia disertai oleh putra
Kazumasa dan putra Honda. Para prajurit yang menyaksikan keberangkatan para sandera berdiri di
sepanjang jalan dan mencucurkan air mata. Dengan demikian, berakhirlah aksi mereka di Bukit
Komaki - sebuah aksi yang sempat mengguncang seluruh negeri.
Nobuo datang ke Okazaki pada hari keempat belas, menjelang akhir tahun, dan tinggal sampai hari
kedua puluh lima. Tak sepatah pun kata bernada tak menyenangkan keluar dari mulut Ieyasu.
Selama sepuluh hari ia menjamu laki-laki lugu yang masa depannya telah jelas itu, lalu mengirimnya
pulang lagi. Tahun Kesebelas Tensho pun berakhir, meninggalkan berbagai macam kesan dalam hati
orang-orang. Salah satu hal yang paling terasa adalah kepastian bahwa dunia telah berubah. Baru
setengah tahun berlalu sejak Nobunaga wafat di Tahun Kesepuluh Tensho, dan semua orang
dikejutkan oleh perubahan menyeluruh yang datang begitu cepat.
Kedudukan, popularitas, serta misi yang semula menjadi milik Nobunaga dengan cepat beralih pada
Hideyoshi. Kebebasan yang dibawa Hideyoshi memang sesuai dengan perkembangan zaman, dan


Taiko Karya Eiji Yoshikawa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

3 Pendekar Cambuk Naga Kutukan Jaka Bego m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
ikut mendorong revolusi-revolusi kecil dan kemajuan dalam masyarakat serta pemerintahan.
Ketika mengamati perkembangan zaman, Ieyasu terpaksa mengakui kebodohannya karena telah
melawan arus. Dari semua orang yang menentang laju perubahan, tak seorang pun berhasil
selamat, dan Ieyasu pun mengetahui hal itu. Pemikirannya didasarkan atas kesadaran bahwa
manusia tak lebih dari setitik debu dalam perjalanan waktu, dan bahwa menentang orang yang
sedang di atas angin merupakan tindakan sia-sia. Karena itu, ia sepenuhnya tunduk pada
Hideyoshi. Tapi bagaimanapun orang yang menyambut Tahun Baru di puncak kemakmuran adalah Hideyoshi.
Ia kini berusia empat puluh sembilan tahun. Dalam usia kelima puluh, satu tahun lag, ia akan
menikmati masa keemasannya sebagai laki-laki.
Jumlah tamu Tahun Baru berlipat ganda dibandingkan tahun lalu, dan dengan mengenakan pakaian
kebesaran, mereka memenuhi Benteng Osaka. Melihat mereka, orang mendapat kesan bahwa
musim semi sudah dekat. Ieyasu tentu saja tidak muncul, dan segelintir pembesar provinsi yang berpihak padanya mengikuti
contohnya. Disamping itu, sekarang pun masih ada kalangan tertentu yang menentang Hideyoshi
dan diam-diam melakukan persiapan militer serta mengumpulkan laporan-laporan rahasia.
Orang-orang itu pun enggan mengikat kuda mereka di gerbang Benteng Osaka.
Hideyoshi memperhatikan semuanya itu ketika ia menyambut tamu demi tamu.
Memasuki Bulan Kedua, Nobuo berkunjung dari Ise. Andai kata ia datang pada Tahun Baru seperti
para pembesar provinsi yang lain, kesannya ia mendatangi Hideyoshi untuk menyampaikan ucapan
selamat Tahun Baru, dan itu dianggap merendahkan martabatnya.
Tak ada yang lebih mudah daripada memuaskan kesombongan Nobuo. Dengan sikap hormat
seperti yang ditunjukkannya ketika berlutut di hadapan Nobuo di Yadagawara, Hideyoshi
memperlihatkan ketulusan sewaktu menyambut tamunya. Ucapan Hideyoshi di Yadagawara
iernyata tidak bohong, pikir Nobuo. Ketika timbul desas-desus mengenai Ieyasu, Nobuo segera
mencela watak penuh perhitungan yang dimiliki orang itu, karena menyangka bahwa dengan cara
demikian ia dapat menyenangkan hati Hideyoshi. Tapi Hideyoshi hanya mengangguk sambil
membisu. Pada hari kedua Bulan Ketiga, Nobuo kembali ke Ise dalam keadaan gembira. Selama
kunjungannya di Osaka, ia diberitahu bahwa berkat jasa baik Hideyoshi, ia dianugerahi gelar istana.
Nobuo tinggal di Kyoto selama lima hari dan menerima ucapan selamat dari banyak tamu. Baginya
matahari seakan-akan tak mungkin terbit kalau bukan karena Hideyoshi.
Perjalanan para pembesar provinsi dari dan ke Osaka selama Tahun Baru dilaporkan secara
terperinci ke Hamamatsu. Namun Ieyasu tak dapat berbuat apa-apa selain berdiri di tepi dan
mengamati cara Hideyoshi menenteramkan Nobuo.
Penutup 4 Pendekar Cambuk Naga Kutukan Jaka Bego m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
ANTARA musim semi dan musim gugur tahun itu, Hideyoshi mengirim armada kapal perang ke
Selatan dan pasukan berkuda ke Utara, dalam rangka menundukkan seluruh negeri. Ia kembali ke
Benteng Osaka di Bulan Kesembilan, dan mulai menangani urusan pemerintahan yang menyangkut
masalah dalam maupun luar negeri.
Sesekali ia menoleh ke belakang dan mengenang gunung-gunung yang didakinya untuk mencapai
kedudukannya sekarang, dan di saat-saat seperti itu, mau tak mau ia mengucapkan selamat pada
dirinya sendiri. Tahun depan ia akan berusia lima puluh tahun, saat seseorang merenungi
kehidupan yang telah dijalaninya dan dipaksa memikirkan langkah berikut, Kemudian, karena ia pun
manusia dan bahkan lebih dipengaruhi bawa nafsu dibandingkan orang kebanyakan, tidaklah
mengherankan bahwa pada malam hari ia kerap mengingat-ingat dorongan-dorongan yang
menguasai hidupnya sejak dulu sampai sekarang, dan bertanya-tanya ke mana ia akan dibawa di
masa mendatang. Inilah musim gugur dalam hidupku. Tak banyak waktu tersisa setelah usia keempat puluh sembilan.
Ketika membandingkan perjalanan hidupnya dengan sebuah pendakian gunung, ia merasa
seakan-akan memandang bukit-bukit di bawah setelah hampir mencapai puncak.
Puncak gunung dianggap sebagai tujuan akhir sebuah pendakian. Tapi tujuan sesungguhnya, yaitu
memperoleh kenikmatan hidup, tidak ditemui di puncak, melainkan dalam kesulitan-kesulitan yang
menghadang di perjalanan. Perjalanan itu ditandai oleh lembah, tebing, sungai, jurang, serta tanah
longsor, dan pada waktu menyusuri jalan setapak, sang pendaki mungkin merasa ia tak dapat maju
lebih jauh, atau bahkan kematian lebih baik daripada meneruskan perjalanan. Tapi kemudian ia
bangkit dan kembali berjuang melawan kesulitan-kesulitan yang menghadang, dan ketika akhirnya
ia dapat menoleh dan mengamati rintangan yang berhasil diatasinya, ia pun menyadari bahwa ia
telah merasakan kenikmatan hidup yang sesungguhnya.
Betapa membosankan hidup bebas dari kebimbangan atau perjuangan yang melelahkan! Betapa
cepatnya orang akan bosan menempuh perjalanan di tempat datar. Pada akhirnya, hidup manusia
merupakan rangkaian penderitaan dan perjuangan, dan kenikmatan hidup tidak terletak dalam
masa-masa jeda yang singkat. Hideyoshi, yang lahir dalam kesengsaraan, tumbuh dewasa sambil
bermain di tengah-tengahnya.
Pada Bulan Kesepuluh tahun Tensho Keempat Belas, Hideyoshi dan Ieyasu bertemu di Benteng
Osaka untuk perundingan damai yang bersejarah. Tak terkalahkan di medan perang, Ieyasu
menyerahkan kemenangan politik kepada Hideyoshi. Dua tahun sebelumnya, Ieyasu mengirim
putranya sebagai sandera ke Benteng Osaka, dan kini ia mengambil saudara perempuan Hideyoshi
sebagai istri. Ieyasu yang penyabar akan menunggu kesempatan lain. Barangkali sang burung
masih akan berkicau untuknya.
Setelah jamuan makan megah untuk merayakan perdamaian dengan saingan terkuatnya, Hideyoshi
kembali ke benteng dalam, tempat ia dan para pengikut kepercayaannya menyambut kemenangan
dengan bercawan-cawan sake. Beberapa jam kemudian, Hideyoshi bangkit sambil
terhuyung-huyung, dan mengucapkan selamat malam kepada para tamunya. Perlahan-lahan ia
menyusuri selasar, seorang laki-laki pendek berwajah monyet. dikelilingi dayang-dayang, hampir
tersembunyi di balik kimono sutra ber-warna cerah dan berlapis-lapis. Suara tawa perempuan
terdengar di sepanjang selasar ketika sosok penguasa tertinggi di jepang itu diantar ke tempat
5 Pendekar Cambuk Naga Kutukan Jaka Bego m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
tidurnya. Dalam tahun-tahun yang masih tersisa baginya, Hideyoshi mengukuhkan kedudukannya sebagai
pemimpin seluruh negeri, mematahkan kekuasaan marga-marga samurai untuk selama-lamanya.
Minatnya terhadap seni menciptakan kemewahan dan keindahan yang sampai sekarang masih
dikenang sebagai zaman kebangkitan Jepang. Gelar demi gelar dianugerahkan oleh sang Tenno:
Kampaku, Taiko. Tetapi cita-cita Hideyoshi tidak berhenti di batas air, ambisinya menjangkau lebih
jauh, ke negeri yang diimpi-impikannya semasa kanak-kanak - negeri para kaisar Ming. Namun di
sana pasukan sang Taiko gagal berjaya. Orang yang tak pernah ragu bahwa ia sanggup membalik
setiap kesulitan menjadi keuntungan baginya, bahwa ia sanggup membujuk setiap musuh untuk
menjadi sahabat, bahwa ia sanggup membujuk burung yang membisu agar menyanyikan lagu yang
dipilihnya - akhirnya terpaksa tunduk pada kekuatan yang lebih besar, dan kepada orang yang
bahkan lebih sabar. Namun ia meninggalkan warisan yang sampai sekarang tetap dikenang
sebagai Zaman Keemasan. TAMAT Eiji Yoshikawa lahir pada tahun 1892 di Kanagawa, Jepang. Keadaan keluarga membuat ia
terpaksa keluar dari sekolah dan mencari pekerjaan pada usia sebelas tahun. Masa remajanya
dihabiskan dengan bekerja serabutan, dan waktu-waktu luangnya yang sedikit itu ia habiskan
dengan membaca dan mencoba menulis haiku serta cerita. Pada tahun 1910 ia pergi ke Tokyo,
berniat bekerja sambil sekolah. Setelah menjadi juara pertama dalam sebuah lomba mengarang,
dan pergaulannya yang semakin luas dalam dunia sastra membuat ia se-makin banyak mendapat
perhatian. Pada tahun 1922 ia menjadi staf di sebuah surat kabar Tokyo. Di sana sebuah novelnya
dijadikan cerita bersambung. Pada tahun 1923, setelah peristiwa Gempa Bumi Besar, ia
memutuskan menjadi pengarang profesional. Pada dekade-dekade selanjutnya, sejumlah penerbit
besar lambat laun menetapkan Yoshikawa sebagai novelis sejarah terkemuka di Jepang melalui
karya-karyanya antara lain Shinnin (1934). Miyamoto Musashi (1935; diterjemahkan dengan judul
Musashi, 1981), Shinsho taikoki (1937; diterjemahkan sebagai Taiko, 1992), dan Shin Heike
nomogatari (1950; diterjemahkan sebagai The Heike Story, 1956). Pada tahun 1960 Yoshikawa
mendapatkan Tanda Jasa Kebudayaan yang bergengsi, disusul oleh Mainichi Art Award pada tahun
1962. Eiji Yoshikawa meninggal karena kanker pada tahun 1962.
(http://cerita-silat.mywapblog.com)
6 Pendekar Lembah Naga 19 Pendekar Mata Keranjang 4 Misteri Penari Ronggeng Beraksi Kembali 1

Cari Blog Ini