Ceritasilat Novel Online

Taiko 8

Taiko Karya Eiji Yoshikawa Bagian 8


Kemudian se-seorang mengusulkan agar mereka pindah ke Sugaguchi, kawasan paling meriah di
Kiyosu. Dan tak seorang pun di antara mereka cukup sadar untuk mengatakan tidak.
"Baiklah! Mari kita ke sana!" Tokichiro, si pengantin baru, berdiri dan berjalan di depan. Ia tidak
18 Pendekar Bloon Sang Maha Sesat m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mengacuhkan sanak saudara yang tampak marah. Rombongan yang datang untuk mengadakan
upacara siraman pun melupakan maksud semula, dan sambil berangkulan dengan si pengantin
pria, mereka meninggalkan ruang pernikahan, saling menopang dan melambaikan tangan.
"Sungguh malang nasib si pengantin wanita." Para kerabat merasa iba pada Nene yang
ditinggalkan begitu saja. Tapi ketika mereka menatap berkeliling untuk mencari Nene yang tadi
masih menari, mereka tidak menemukannya. Nene telah membuka pintu samping dan menyusul
keluar. Sambil mengejar suaminya yang dikelilingi oleh teman-teman yang mabuk, ia berseru,
"Bersenang-senanglah!" lalu menyelipkan dompet ke bagian depan kimono Tokichiro.
Tempat yang sering dikunjungi para pemuda dari benteng adalah sebuah kedai minum bernama
Nunokawa, Terletak di bagian lama Sugaguchi, kedai itu konon bekas toko saudagar sake, yang
telah tinggal di sana sebelum marga Oda, maupun pendahulunya, marga Shiba menjadi penguasa
Owari. Jadi, toko itu terkenal karena bangunan kunonya yang besar.
Tokichiro lebih dari sekadar pelanggan. Bahkan jika wajahnya tidak terlihat ketika orang-orang
berkumpul di sana, para pelayan dan teman-temannya merasa seakan-akan ada yang
kurang - seperti sebuah senyum dengan satu gigi hilang. Pernikahan Tokichiro merupakan alasan
kuat bagi para pengunjung untuk mengangkat cawan. Ketika rombongan Tokichiro menerobos
masuk lewat tirai di pintu, seseorang langsung memberi pengumuman.
"Para hadirin dan pegawai Nunokawa! Sambutlah kedatangan tamu istimewa. Kami membawa
pengantin pria yang tak ada duanya di dunia ini! Silakan tebak siapa orangnya. Namanya Kinoshita
Tokichiro. Bergembiralah, bergembiralah! Kita akan menyelenggarakan upacara siraman untuknya."
Langkah mereka tersendat-sendat. Tokichiro dioperoper dan masuk sambil terhuyung-huyung.
Para pegawai tampak bingung, tapi setelah menyadari apa yang sedang terjadi, tawa mereka pun
meledak. Terheran-heran mereka mendengarkan cerita bagaimana si pengantin pria diciduk dan
dibawa pergi dan tengah upacara pernikahan.
"Ini bukan upacara siraman." mereka berkelakar. "Ini lebih pantas disebut penculikan pengantin."
Dan semuanya tenawa terbahak-bahak. Tokichiro bergegas masuk, seakan-akan hendak melarikan
diri, tapi kawan-kawannya yang gemar bersenda gurau segera mencari tempat duduk,
mengelilinginya, dan memberitahunya bahwa ia akan disekap sampai fajar tiba.
Siapa yang tahu seberapa banyak yang mereka minum" Hampir tak ada yang sanggup memastikan
lagu dan tarian apa saja yang mereka bawakan.
Akhirnya masing-masing orang tertidur di tempatnya tumbang, dengan sebelah lengan memeluk
bantal, atau dengan tangan dan kaki terentang. Ketika malam semakin larut, bau-bauan musim
gugur diam-diam merayap masuk.
Tiba-tiba Inuchiyo mengangkat kepala dan menatap berkeliling. Tokichiro pun melakukan hal yang
sama. Ikeda Shonyu membuka mata. Sambil saling berpandangan, mereka memasang telinga.
Bunyi langkah kuda yang memecah keheningan malam telah mem19 Pendekar Bloon Sang Maha Sesat m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
bangunkan mereka. "Apa itu?"
"Sepertinya ada cukup banyak kuda." Inuchiyo menepuk lutut, seakan-akan baru teringat sesuatu.
"Ah, betul. Sudah waktunya Takigawa Kazumasu kembali. Beberapa waktu lalu dia diutus sebagai
kurir untuk menemui Tokugawa Ieyasu di Mikawa. Mungkin itu."
"Tentu. Apakah mereka akan bersekutu dengan marga Oda, atau tetap mengandalkan orang-orang
Imagawa" Si kurir mestinya membawa jawaban dari Mikawa."
Satu per satu mereka membuka mata, tapi tiga orang bergegas keluar tanpa menunggu yang lain.
Mengikuti bunyi sanggurdi dan kerumunan orang serta kuda di depan, mereka menuju ke arah
jembatan benteng. Sejak pertemuan di Okehazama tahun lalu. Kazumasu acap kali pergi ke Mikawa sebagai kurir.
Bahwa ia mengemban tugas diplomatik penting untuk meyakinkan Tokugawa Ieyasu agar bersedia
bekerja sama dengan marga Oda bukan rahasia di Kiyosu.
Sampai beberapa saat lalu, Mikawa merupakan provinsi lemah yang tergantung pada marga
Imagawa. Dan walaupun Owari juga tergolong provinsi kecil. Owari telah berhasil memberikan
pukulan fatal kepada marga Imagawa yang kuat, sekaligus memberikan peringatan bagi para
pesaing yang memperebutkan kepemimpinan nasional bahwa kini ada orang dengan nama
Nobunaga. Kekuatan dan semangat orang-orang Oda sedang menanjak. Persekutuan yang hendak
mereka capai disebut federasi kerja sama, namun kesulitan yang harus diatasi adalah bagaimana
caranya agar marga Oda memperoleh peran yang lebih besar dalam persekutuan itu.
Bagi sebuah provinsi yang kecil dan lemah, sangatlah penting untuk bertindak tanpa ragu-ragu.
Sebuah provinsi seperti Mikawa dapat ditelan dengan satu serangan militer saja. Dan nyatanya,
setelah kematian Yoshimoto, Provinsi Mikawa tiba pada persimpangan yang akan menentukan
hidup atau mati. Apakah marga Tokugawa harus terus mengandalkan orang-orang Imagawa di
bawah Ujizane" Ataukah lebih baik kalau mereka menyeberang dan berpihak kepada Marga Oda"
Orang-orang Tokugawa menghadapi pilihan sulit, dan mereka telah melewati sejumlah
penimbangan, pertukaran kurir, diskusi, dan rekomendasi. Sementara itu,
pertempuran-pertempuran kecil terus terjadi antara Suruga dan Mikawa. Pertikaian-penikaian antara
benteng-benteng Oda dan lawan-lawan mereka di pihak Mikawa pun tidak berkurang, dan tak
seorang pun sanggup memperkirakan risiko yang ditanggung oleh kedua provinsi, atau kapan
perang mungkin meledak. Dan tidak sedikit marga selain marga Oda dan Tokugawa yang telah
menanti-nanti peristiwa ini - marga Saito di Mino. marga Kitabatake di Ise, marga lakeda di Kai. dan
marga Imagawa di Suruga. Namun perang tidak menawarkan keuntungan apa pun. Tokugawa
Ieyasu enggan bertempur, dan Oda Nobunaga menyadari bahwa menggempur marga Tokugawa
merupakan tindakan sia-sia belaka. Artinya, Nobunaga pun enggan mengangkat senjata. Tapi
amatlah penting untuk tidak memperlihatkannya. Nobunaga mengenal watak orang-orang
Tokugawa yang sabar dan keras kepala, dan menganggap perlu umuk mempertimbangkan reputasi
mereka. Mizuno Nobutomo merupakan komandan Benteng Ogawa. Walaupun ia pengikut marga Oda, ia
juga paman Tokugawa Ieyasu. Nobunaga telah meminta Nobutomo untuk berbicara dengan
keponakannya. Nobutomo menemui Ieyasu beserta pengikut-pengikut seniornya, dan berusaha
membujuk mereka dengan usaha-usaha diplomatik. Didekati secara langsung maupun tak
20 Pendekar Bloon Sang Maha Sesat m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
langsung, orang-orang Tokugawa tampaknya sudah mengambil keputusan, dan Ieyasu pun telah
memberi jawaban, Jadi, Takigawa Kazumasu diutus sebagai kurir ke Mikawa untuk menerima
keputusan akhir mengenai tawaran Nobunaga untuk membentuk persekutuan. Dan ketika ia
kembali pada malam itu, ia segera menuju benteng, walaupun tengah malam telah berlalu.
Kazumasu merupakan jendral senior dari pihak Oda, terampil menggunakan senjata api, dan
penembak jitu. Namun bagi Nobunaga, kecerdasan Kazumasu bahkan lebih penting daripada keahlian
menembaknya. Kazumasu tak dapat disebut orator ulung, tapi ucapannya yang terus terang selalu
berkesan rasional. Serius dan penuh akal sehat, ia juga sanggup berpikir cepat. Karena itu,
Nobunaga menganggapnya orang yang paling cocok untuk tahap penting dalam proses
perundingan ini. Malam telah larut, tapi Nobunaga sudah bangun dan mengambil tempat duduk. Kazumasu segera
menyembah, masih dengan pakaian yang dikenakannya selama perjalanan. Terlalu memikirkan
penampilan pada saat seperti ini, sehingga menata rambut dan pakaian dulu. menghapus keringat
dan debu. baru kemudian menghadap, hanya akan mengundang cercaan seperti. "Apakah kau
melihat-lihat bunga dulu?" Kazumasu sudah sering mendengar sindiran tajam seperti ini. jadi ia
segera menyembah dengan kedua tangan menempel di lantai, masih dalam keadaan
tersengal-sengal, dengan pakaian berbau kuda. Di pihak lain. Nobunaga pun jarang sekali
membiarkan para pengikutnya menunggu sementara ia mengambil tempat duduk dengan santai.
Nobunaga langsung mengajukan pertanyaan. Jawaban Kazumasu tidak berbelit-belit. Ada pengikut
yang ketika kembali dan memberikan laporan resmi, berbicara panjang-lebar mengenai ini dan itu,
berceloteh mengenai kejadian-kejadian sepanjang perjalanan, dan sibuk membahas hal-hal kecil.
Akibatnya, sukar untuk mencapai pertanyaan pokok: Berhasilkah mereka menjalankan tugas atau
tidak" Nobunaga tidak menyukai sikap seperti ini, dan jika seorang kurir menjawab dengan cara
menyimpang, wajah Nobunaga akan terlihat jengkel. "Jangan mendongeng!" adalah tanggapan
yang sering dilontarkannya.
Kazumasu sudah diperingatkan mengenai ini. Ia menatap Nobunaga, memberi hormat, lalu segera
mengungkapkan inti permasalahannya. "Tuanku, hamba membawa berita baik. Persetujuan dengan
Yang Mulia Ieyasu dari Mikawa akhirnya disepakati. Bukan hanya itu, tapi juga hampir semua
persyaratan yang tuanku ajukan."
"Kau berhasil?"
"Ya, tuanku, semuanya sudah dibereskan."
Wajah Nobunaga tampak biasa-biasa saja, tapi di baliknya ia menghela napas lega.
"Lebih jauh lagi." Kazumasu melanjutkan, "hamba berjanji bahwa masalah-masalah detail akan
diselesaikan dengan suatu diskusi di kemudian hari. Diskusi ini akan diadakan di Benteng Narumi,
dengan Ishikawa Kazumasa dan pihak Tokugawa."
"Hmm, kalau begitu sang Penguasa Mikawa telah setuju untuk bekerja sama dengan kita?"
"Atas perintah tuanku."
"Bagus," Nobunaga memuji untuk pertama kali. Baru setelah itu Kazumasu memberikan laporan
21 Pendekar Bloon Sang Maha Sesat m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
terperinci. Fajar telah dekat ketika Kazumasu akhirnya mengundurkan diri dari hadapan Nobunaga. Pada waktu sinar matahari pagi mulai menerangi
pekarangan benteng, desas-desus bahwa marga Oda membentuk persekutuan dengan penguasa
Mikawa telah menyebar ke mana-mana, dibisikkan dari telinga ke telinga.
Bahkan informasi rahasia pun, seperti rencana pertemuan antara wakil kedua marga di Narumi
untuk menandatangani persetujuan serta rencana kunjungan Tokugawa Ieyasu ke Kiyosu pada
Tahun Baru untuk melakukan pertemuan pertama dengan Nobunaga, diteruskan dari pengikut ke
pengikut, diam-diam dan dengan cepat.
Biarpun dari jauh, Inuchiyo, Shonyu, Tokichiro. dan para samurai muda yang lain langsung
mengenali kurir yang baru kembali ke benteng, dan mereka segera mengejarnya. Sambil
berdesak-desakan di sebuah ruangan dalam benteng, mereka menahan napas dan menunggu
apakah mereka akan berdamai atau berperang dengan Mikawa.
"Bergembiralah!" Tohachiro, pelayan Nobunaga telah mendengar berita yang keluar dari ruang
dewan, dan ia segera menceritakan segala sesuatu yang diketahuinya.
"Mereka menerimanya?" Hasil ini memang sudah diduga, tapi setelah mengetahui bahwa kedua
provinsi berhasil mencapai kesepakatan, wajah-wajah mereka bertambah cerah, dan mereka
menatap masa depan dengan penuh harap.
"Sekarang kita bisa bertempur," salah seorang samurai berkata.
Bagi para pengikut Nobunaga, persekutuan dengan Mikawa bukanlah siasat untuk menghindari
perang. Mereka menyambutnya dengan gembira, karena kini mereka dapat memusatkan segenap
kekuatan untuk menghadapi musuh yang lebih besar.
"Ini suatu berkah bagi kepemimpinan Yang Mulia." "Dan juga menguntungkan bagi Mikawa."
"Selelah mendengar hasilnya, aku tak sanggup lagi menahan kantuk. Omong-omong, kita semua
belum tidur sejak semalam," ujar salah seorang yang ikut minum-minum. Namun Tokichiro
membalas. "Aku justru sebaliknya. Acara semalam adalah acara gembira ria, begitu juga pagi ini.
Dengan kegembiraan bertubi-tubi ini, rasanya aku ingin kembali ke Sugaguchi untuk minum-minum
lagi." Shonyu bergurau. "Kau bohong. Mengaku sajalah, sebenarnya kau ingin kembali ke rumah Nene.
Hmm, hmm, bagaimanakah sang pengantin wanita melewatkan malam pertama" Ha ha ha ha!
Tuan Kinoshiia! Ke sabaranmu sia-sia saja. Kenapa kau tidak minta cuti satu hari dan pulang ke
rumah" Sekarang sudah ada orang yang menunggumu."
"Bah!" Tokichiro memperlihatkan sikap tegas di hadapan teman-temannya. Ledakan tawa
menggema ke semua koridor. Akhirnya sebuah genderang besar di puncak benteng berdentam,
dan semuanya bergegas ke pos masing-masing.
"Aku pulang!" Pintu masuk rumah Asano Mataemon tidak besar, tapi ketika Tokichiro berdiri di sana.
pintu itu jadi berkesan amat megah. Suara Tokichiro terdengar jelas, dan kehadirannya membuat
22 Pendekar Bloon Sang Maha Sesat m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
keadaan sekitarnya bertambah cemerlang.
"Oh!" Oyaya, adik Nene, sedang bermain bola, dan ia menatap Tokichiro dengan matanya yang
bundar. Mula-mula ia menyangka ada tamu, namun ketika mengenali suami kakaknya, ia tertawa
cekikikan dan berlari ke dalam rumah.
Tokichiro ikut tertawa. Ia merasa geli. Ia baru menyadari bahwa ia telah meninggalkan pesta
pernikahan dan pergi minum-minum bersama teman-temannya, lalu langsung menuju benteng. Kini
ia pulang menjelang senja. Malam ini gerbang-gerbang tidak lagi diterangi api unggun, tapi sudah
tiga hari ada semacam perayaan keluarga. Rumah Mataemon kembali diisi suara para tamu dan
beberapa pasang sandal ditinggalkan di pintu masuk.
"Aku pulang!" si pengantin pria berseru ceria. Tak ada yang keluar untuk menyambutnya, mungkin
karena semuanya sibuk di dapur dan ruang tamu. pikir Tokichiro. Bagaimanapun, sejak semalam ia
telah menjadi menantu di rumah ini. Setelah ayah dan ibu mertuanya, Tokichiro-lah yang
merupakan tuan rumah. Hmm, mungkin lebih baik ia tidak masuk sebelum semuanya keluar untuk
menyambutnya. "Nene! Aku pulang!"
Tanggapan terkejut terdengar dari arah dapur, di balik pagar rendah. Mataemon, istrinya, Oyaya,
beberapa saudara dan pelayan, semuanya keluar dan menatapnya dengan dongkol, seakan-akan
bertanya-tanya apa yang sedang dilakukannya. Ketika Nene muncul, ia segera membuka rok kerja,
berlutut, dan menyambut Tokichiro dengan menempelkan kedua tangan ke lantai.
"Selamat datang."
"Selamat datang." yang lain cepat-cepat menambahkan sambil berbaris dan membungkuk,
terkecuali, tentu saja, Matemon dan istrinya. Sepertinya mereka keluar hanya untuk melihat saja.
Tokichiro menatap Nene, kemudian yang lain. dan membungkuk satu kali. Ia langsung melangkah
masuk, dan kali ini ia membungkuk penuh hormat di hadapan ayah mertuanya, sebelum
melaporkan kejadian-kejadian di benteng hari ini.
Sejak semalam Mataemon sudah mendongkol. Ia bermaksud mengingatkan menantunya akan
segala kewajiban terhadap sanak saudara, dan juga akan kedudukan Nene. Tokichiro kembali
tanpa memperlihatkan penyesalan, dan Mataemon telah bertekad untuk tidak menahan diri, biarpun
ini sebenarnya tidak pantas di hadapan para tamu. Namun Tokichiro kelihatan begitu riang,
sehingga Mataemon melupakan maksud semula. Apalagi ucapan pertama yang keluar dari mulut
Tokichiro menyangkut kejadian-kejadian di benteng serta keadaan junjungan mereka. Tanpa sadar
Mataemon menegakkan tubuh dan membalas. "Hmm, kau pasti lelah setelah bekerja keras sehari
penuh." Jadi, ia justru mengucapkan kebalikan dari yang hendak dikatakannya, dan memberi pujian,
bukan teguran, kepada Tokichiro.
Tokichiro menemani para tamu minum-minum sampai larut malam. Bahkan setelah para tamu
pulang, masih ada sejumlah saudara yang terpaksa menginap, karena tinggal di tempat jauh. Nene
tidak memperoleh kesempatan keluar dari dapur, dan para pelayan pun tampak lelah.
Walaupun Tokichiro telah pulang, ia dan Nene nyaris tidak mendapat kesempatan untuk saling
menukar senyum, apalagi melewatkan waktu berdua saja. Ketika malam semakin larut, Nene
23 Pendekar Bloon Sang Maha Sesat m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
membereskan cawan-cawan di dapur, memberi petunjuk mengenai sarapan, memastikan bahwa
para saudara yang sudah tidur tidak kekurangan apa-apa, dan akhirnya membuka tali yang
mengikat lengan bajunya. Setelah bisa bersantai untuk pertama kali malam itu, ia melayangkan
pandang untuk mencari laki-laki yang telah menjadi suaminya.
Ruangan yang disediakan bagi mereka telah dipakai oleh sanak saudara yang lebih tua beserta
anak-anak mereka. Di ruangan tempat mereka minum-minum, ayah dan ibu Nene sedang
mengobrol bersama kerabat dekat.
Di mana dia" Nene bertanya-tanya. Ketika ia keluar ke serambi, seseorang memanggilnya dari
kamar pelayan yang gelap.
"Nene?" Suara itu milik suaminya. Nene berusaha menjawab, namun tak sanggup berkata apa-apa.
Jantungnya berdebar-debar. Walaupun ia tak pernah merasa seperti ini sampai saat upacara
pernikahan, ia tak sempat melihat Tokichiro sejak semalam.
"Masuklah." ujar Tokichiro. Nene masih bisa mendengar suara orangtuanya. Ketika sedang berdiri,
bingung apa yang harus dilakukannya, ia melihat obat nyamuk yang dibiarkan membara. Sambil
meraihnya, ia masuk dengan malu-malu.
"Kau tidur di sini" Pasti banyak nyamuk." Tokichiro berbaring di lantai. I menatap kakinya.
"Ah, nyamuk...."
"Kau pasti lelah sekali."
"Dan kau juga," Tokichiro menanggapi. "Para saudara sebenarnya menolak tegas, tapi aku tak
sampai hati membiarkan orang tua tidur di kamar pelayan, sementara kita tidur di ruangan bertirai
emas." "Tapi tidur di tempat seperti ini, tanpa ranjang..." Nene hendak berdiri, tapi Tokichiro mencegahnya.
"Tidak apa-apa. Aku sering tidur di bawah - bahkan di lantai papan sekalipun. Tubuhku sudah kebal
didera kemiskinan." Tokichiro duduk. "Nene, mendekatlah."
"Ba... baik." "Pernah ada yang mengatakan bahwa istri yang baru dinikahi serupa dengan tempat penyimpanan
beras. Kalau tidak dipakai untuk waktu lama, kedua-duanya berbau apak dan tak bisa digunakan
lagi. Kalau sudah tua, simpai-simpainya cenderung copot. Tapi ada baiknya mengingat bahwa
seorang suami adalah seorang suami. Kita berencana untuk hidup lama bersama-sama, dan telah
berjanji untuk saling setia sampai kita berdua sudah tua dan ubanan, tapi hidup kita takkan mudah.
Jadi, mumpung kita baru mulai, sebaiknya kita saling berikrar. Bagaimana menurutmu?"
"Tentu. Aku akan taat sepenuhnya pada ikrar ini. Bagaimanapun bunyinya," Nene menjawab tegas.
Tokichiro tampak serius sekali. Ia bahkan kelihatan agak cemberut. Namun Nene justru gembira
melihat ekspresi ini untuk pertama kali.
"Pertama-tama, sebagai suami, aku akan memberi-tahumu apa yang kuharapkan dari seorang istri."
24 Pendekar Bloon Sang Maha Sesat m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Baik." "Ibuku perempuan petani miskin dan menolak menghadin pernikahan kita. Tapi orang yang paling
berbahagia di dunia karena aku mengambil istri adalah ibuku."


Taiko Karya Eiji Yoshikawa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku mengerti."
"Cepat atau lambat, dia akan tinggal serumah denganmu, tapi aku tidak keberatan kalau kau
menomorduakan urusan melayani suami. Lebih dari apa pun, aku ingin kau menyayangi ibuku dan
membuatnya bahagia."
"Baik." "Ibuku lahir dari keluarga samurai, tapi lama sebelum aku lahir, dia sudah hidup miskin. Dia
membesarkan beberapa anak di tengah kemiskinan. Membesarkan satu anak saja dalam keadaan
seperti itu berarti bergelut dengan penderitaan. Ibuku tak punya apa pun uniuk membuatnya
bahagia - kimono katun untuk musim dingin dan kimono untuk musim panas pun tak dimilikinya.
Dia tidak berpendidikan, dia bicara dalam logat udik, dan dia sama sekali tidak tahu tata krama.
Sebagai istriku, bersediakah kau mengurus ibuku dengan cinta kasih sejati" Apakah kau bisa
menghormati dan menghargainya?"
"Tentu. Kebahagiaan ibumu adalah kebahagiaanmu juga. Kurasa itu sudah sewajarnya."
"Tapi kau juga memiliki orangtua yang sehat. Mereka pun sangat penting bagiku. Kasih sayangku
terhadap mereka tak kalah dengan kasih sayangmu."
"Ucapanmu membuat hatiku gembira."
"Lalu masih ada satu hal lagi." Tokichiro melanjutkan. "Ayahmu telah mendidikmu menjadi
perempuan yang berbakti, dan mengajarkan disiplin dengan menegakkan banyak peraturan. Tapi
aku tidak menuntut banyak. Hanya ada satu hal yang kuminta darimu."
"Apa itu?" "Kuminta kau bahagia dengan pengabdian suamimu, dengan pekerjaannya, dan segala sesuatu
yang harus dilakukannya. Hanya itu, Kedengarannya mudah, bukan" Tapi pasti sama sekali tidak
mudah. Perhatikanlah suami-istri yang telah bertahun-tahun hidup bersama. Ada istri-istri yang
sama sekali tidak tahu-menahu mengenai pekerjaan suami masing-masing. Suami-suami seperti ini
kehilangan dorongan penting, dan laki-laki yang bekerja demi kepentingan bangsa dan provinsi pun
menjadi kecil dan lemah jika dia berada di rumah. Kalau saja istrinya bahagia dan tertarik pada
pekerjaan suaminya, pada pagi hari laki-laki itu bisa maju ke medan tempur dengan segenap
keberanian yang dimilikinya. Bagiku, inilah cara terbaik seorang istri membantu suaminya."
"Aku mengerti."
"Baiklah. Sekarang coba ungkapkan apa saja yang kauharapkan dariku. Katakanlah, dan aku akan
berjanji." Walaupun diminta angkat bicara, Nene tak sanggup mengatakan apa-apa. Ia hanya diam seribu
25 Pendekar Bloon Sang Maha Sesat m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
bahasa. "Apa pun yang diinginkan seorang istri dari suaminya. Jika kau tak mau menceritakan keinginanmu,
bagaimana kalau aku saja yang menguraikannya?" Nene tersenyum dan menanggapi ucapan
Tokichiro dengan anggukan kepala. Kemudian ia cepat-cepat menunduk.
"Cinta seorang suami?" "Bukan."
"Kalau begitu, cinta yang tidak berubah?" "Ya."
"Melahirkan anak sehat?"
Nene gemetar. Seandainya ada lampu, Tokichiro akan melihat bahwa wajahnya merah padam.
*** Pada pagi yang menyusul pesta pernikahan selama tiga hari. Tokichiro dan istrinya mengenakan
kimono resmi untuk menjalankan satu upacara lagi, dan mengunjungi kediaman perantara mereka,
Oda dari Nagoya. Setelah itu mereka berjalan-jalan selama dua-tiga jam, sambil merasa
seakan-akan semua mata di Kiyosu tertuju ke arah mereka. Namun Nene dan suaminya penuh
simpati terhadap semua orang yang menoleh dan menatap mereka.
"Mari kita kunjungi rumah Tuan Otowaka." kata Tokichiro.
"Hei, Monyet!" Otowaka berseru, lalu segera meralat ucapannya dengan berbisik. "Tokichiro."
"Aku mengajak istriku untuk berkenalan d
(http://cerita-silat.mywapblog.com)
26Pendekar Bloon Lima Utusan Akherat m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Pendekar Bloon Lima Utusan Akherat | http://cerita-silat.mywapblog.com | Pendekar Bloon Lima Utusan Akherat pdf created by Saiful Bahri (Seletreng - Situbondo) pd 23-04-2016 08:24:29
enganmu." "Apa" Oh, tentu! Putri si pemanah, Tuan Asano! Tokichiro, kau sungguh beruntung."
Baru tujuh tahun berlalu sejak Tokichiro mendatangi serambi ini untuk berjualan jarum, berpakaian
kotor. Waktu itu ia merasa seperti belum makan selama berhari-hari. Ketika diberi makan, ia segera
menyantapnya dengan rakus, dan kedua sumpitnya saling beradu.
"Kau betul-betul beruntung," kau Otowaka. "Hmm, rumah ini kotor, tapi silakan masuk." Dengan
suara tertahan ia memanggil istrinya di dalam rumah, lalu mengajak tamunya masuk. Pada saat
itulah mereka mendengar seseorang berseru di jalanan. Orang itu bergegas dari rumah ke rumah,
"Berkumpullah di kesatuan masing-masing! Berkumpullah di kesatuan masing-masing! Atas
perintah Yang Mulia!"
"Perintah resmi?" ujar Otowaka. "Kita disuruh mengangkat senjata."
"Tuan Otowaka." Tokichiro tiba-tiba berkata, "aku harus segera pergi ke lapangan upacara."
Sampai pagi ini, tak ada tanda-tanda bahwa hal seperti ini mungkin terjadi, dan ketika Tokichiro
mengunjungi kediaman Oda dari Nagoya pun semuanya tampak aman-aman saja. Entah apa yang
sedang terjadi" Kali ini naluri Tokichiro pun tidak berfungsi. Setiap kali kata "pertempuran"
diucapkan, nalurinya selalu menebak dengan tepat ke mana mereka akan menuju. Tapi si
pengantin baru sudah beberapa saat tidak mencurahkan pikiran pada situasi yang dihadapi
provinsi. Ia berpapasan dengan sejumlah orang yang bergegas dari perkampungan samurai,
semuanya memanggul perlengkapan tempur masing-masing.
Sekelompok penunggang kuda melesat dari benteng. Walau tidak tahu pasti apa yang terjadi,
perasaan Tokichiro mengatakan bahwa medan pertempuran berjarak jauh dari Kiyosu.
Nene bergegas pulang mendahului suaminya. "Kinoshita! Kinoshita!" Ketika Tokichiro mendekati
perkampungan para pemanah, seseorang memanggilnya dari belakang. Tokichiro menoleh dan melihat bahwa Inuchiyo-lah orangnya. Sahabatnya itu
duduk di atas kuda, dengan baju tempur yang dipakainya di Okchazama, panji dengan lambang
kembang prem melambai-lambai dari tongkat bambu yang terpasang di punggungnya.
"Aku baru mau mampir untuk memanggil Tuan Mataemon. Bersiaplah, lalu segera pergi ke
lapangan upacara." "Apakah kita akan berperang?" tanya Tokichiro. Inuchiyo melompat turun dari kudanya. "Bagaimana hasilnya... semalam?" Inuchiyo bertanya. "Apa maksudmu. 'Bagaimana hasilnya'?"
"Rasanya lebih baik kalau tidak kujelaskan. Maksud-ku, apakah kalian sudah suami-istri sekarang?"
"Itu bukan urusanmu."
Inuchiyo tertawa keras-keras. "Pokoknya kita akan menuju garis depan. Kalau kau terlambat,
1 Pendekar Bloon Lima Utusan Akherat m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
orang-orang di lapangan upacara akan menertawakanmu, karena kau baru menikah."
"Aku tidak peduli ditertawakan."
"Pasukan jalan kaki dan berkuda dengan kekuatan dua ribu orang akan berangkat ke Sungai Kiso
menjelang senja." "Berarti kita akan menuju Mino."
"Ada laporan rahasia yang mengatakan bahwa Saito Yoshitatsu di Inabayama tiba-tiba jatuh sakit
dan meninggal. Pengerahan pasukan secara mendadak itu bertujuan untuk memastikan kebenaran
cerita ini." "Hmm, coba ingat. Musim panas yang lalu kita juga sempat terperanjat waktu mendengar bahwa
Yoshitatsu jatuh sakit dan meninggal."
"Tapi sepertinya kali ini beritanya benar. Di samping itu, dari sudut pandang marga, Yoshitatsu telah
membunuh ayah mertua Tuan Nobunaga, Yang Mulia Dosan. Dari segi itu, Yoshitatsu musuh kita.
dan kita tak bisa hidup di bawah langit yang sama dengan dia, dan jika marga hendak memperluas
pengaruh, kita harus mendapatkan tempat berpijak di Mino."
"Harinya sudah dekat, bukan?"
"Sudah dekat" Malam ini juga kita akan berangkat ke Sungai Kiso."
"Belum, tidak secepat itu. Aku meragukan bahwa Yang Mulia akan menyerang dengan
terburu-buru." "Pasukan kita berada di bawah komando Katsuic dan Nobumori. Yang Mulia sendiri
tidak akan pergi." "Tapi, walaupun Yoshitatsu sudah mati, dan walaupun anaknya, Tatsuoki tak
dapat diharapkan. Tiga Serangkai dari Mino - Ando,Inaba, dan Ujiie - masih hidup. Ditambah lagi,
selama masih ada orang bernama Takenaka Hanbei, yang konon hidup menyendiri di Gunung
Kurihara. Urusan ini takkan dapat diselesaikan dengan mudah."
"Takenaka Hanbei?" Inuchiyo memiringkan kepala. "Nama Tiga Serangkai sudah lama bergaung di
provinsi-provinsi tetangga, tapi betulkah Takenaka Hanbei ini sehebat yang dikabarkan?"
"Kebanyakan orang tak pernah mendengar namanya. Akulah satu-satunya pengagumnya di Owari."
"Dari mana kauketahui hal-hal seperti ini?"
"Aku lama berada di Mino, dan..." Tokichiro terdiam di tengah-tengah kalimat. Pengalamannya
sebagai pedagang keliling, pengabdiannya pada Koroku, dan kegiatannya sebagai mata-mata di
Inabayama tak pernah ia ceritakan pada Inuchiyo.
"Hmm, kita sudah kehilangan banyak waktu." Inuchiyo menaiki kudanya kembali.
"Nanti kita ketemu di lapangan upacara."
"Baiklah. Sampai nanti." Kedua laki-laki itu berpisah, menuju arah berlawanan.
"Halo! Aku pulang!" Setiap kali kembali ke rumah.
2 Pendekar Bloon Lima Utusan Akherat m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Tokichiro selalu berseru keras-keras di gerbang, sebelum melangkah masuk. Dengan demikian,
semuanya tahu bahwa menantu tuan rumah telah datang - mulai dari pelayan di gudang sampai ke
sudut-sudut dapur. Tetapi hari ini Tokichiro tidak menunggu sampai orang-orang menyambutnya.
Ketika memasuki ruangan, ia terperanjat. Sebuah tikar baru telah digelar di lantai, dan lemari baju
tempurnya diletakkan di atasnya. Tentu saja sarung tangannya, pelindung tulang keringnya,
pelindung dadanya, seru ikat pinggangnya sudah siap, tapi selain itu masih ada obat-obaun. sebuah
penjepit, seru kantong amunisi - segala sesuatu yang akan ia perlukan telah diatur rapi.
"Perlengkapanmu," kata Nene.
"Bagus! Bagus sekali!" Tokichiro memuji tanpa berpikir, namun tiba-tiba ia menyadari bahwa
penilaiannya terhadap perempuan ini belum sempurna. Nencebahkan lebih tanggap daripada yang
diduga Tokichiro sebelum menikahinya.
Setelah Tokichiro selesai mengenakan baju tempur. Nene berpesan agar Tokichiro tidak cemas
mengenai mereka. Nene juga telah menyiapkan cawan tembikar untuk sake suci.
"Tolong tangani semuanya sementara aku pergi." "Tentu saja."
'Tak ada waktu untuk berpamitan pada ayahmu. Maukah kau melakukannya untukku?"
"Ibuku mengajak Oyaya ke Kuil Tsushima. dan mereka belum pulang. Ayahku mendapat tugas di
benteng, dan dia mengirim pesan bahwa dia takkan pulang malam ini."
"Kau takkan kesepian?"
Nene membuang muka, namun tidak menangis.
Ia tampak seperti bunga yang diterpa angin. Tokichiro meraih helm di pangkuan Nene, dan ketika
mengenakannya, wangi kayu gaharu tiba-tiba menggelitik hidungnya. Ia tersenyum pada istrinya,
lalu mengencangkan tali pengikat.
BUKU TIGA TAHUN EIROKU KELIMA 1562 TOKOH dan TEMPAT SAITO TATSUOKI, penguasa Mino
OYAYA, adik Nene 3 Pendekar Bloon Lima Utusan Akherat m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
SAKUMA NOBUMORI, pengikut senior marga Oda
EKEI, biksu Buddha dan daerah barat
OSAWA JIROZAEMON, komandan Benteng Unuma dan pengikut senior marga Saito
HlKOEMON, nama yang diberikan kepada Hachisuka Koroku ketika menjadi bawahan Hideyoshi
TAKENAKA HANBEI, komandan Benteng Gunung Bodai dan pengikui senior marga Saito
OYU, saudara perempuan Hanbei
KOKUMA, pelayan Hanbei HORIO MOSUKE, pembantu Hideyoshi
HOSOKAWA FUJITAKA, pengikut sang Shogun
YOSHIAKI, shogun Ashikaga keempat belas
ASAKURA KAGEYUKI, kepala marga Asakura
INABAYAMA, ibu kota Mino KlYOSU, benteng utama marga Oda
GUNUNG KURIHARA, tempat bertapa Takenaka Hanbei
SUNOMATA, benteng yang didirikan oleh Hideyoshi
GIFU, nama yang diberikan Nobunaga untuk Inabayama
ICHIJOGADANI, benteng utama marga Asakura
Benteng di Atas Air PADA masa itu, jalan-jalan di kota benteng Kiyosu sering diramaikan oleh suara anak-anak yang
menyanyikan pantun mengenai para pengikut Nobunaga:
Tokichi katun Goroza beras Katsuie rahasia Gigit jari, Sakuma "Tokichi katun" - Kinoshita
Tokichiro - berangkat dari Kiyosu sebagai jendral yang memimpin pasukan kecil. Walaupun
iring-iringan prajurit seharusnya semarak, iring-iringan ini justru tidak bersemangat. Ketika Shibata
Katsuie dan Sakuma Nobumori berangkat ke Sunomata, pasukan mereka diiringi tabuhan
genderang dan panji-panji kebesaran. Dibandingkan mereka, Tokichiro tampak seperti kepala
4 Pendekar Bloon Lima Utusan Akherat m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
rombongan peninjau, atau mungkin seperti pemimpin pasukan pengganti yang berangkat ke garis
depan. Beberapa mil dari Kiyosu, seorang penunggang kuda terlihat mengejar mereka dari arah benteng,
memanggil-manggil agar mereka menunggu.
Orang yang mcmimpin iring-iringan kuda beban menoleh ke belakang dan berkata, "Itu Tuan Maeda
Inuchiyo." Ia mengutus seseorang ke depan untuk memberitahu Tokichiro.
Perintah istirahat disampaikan dari mulut ke mulut. Mereka belum berjalan jauh, sehingga belum
sempat berkeringat, tapi para perwira dan prajurit menghadapi tugas ini dengan setengah hati.
Seluruh pasukan tak percaya bahwa mereka sanggup meraih kemenangan. Dan jika wajah-wajah
mereka diamati. terlihat jelas bahwa semuanya gelisah dan tidak memperlihatkan keinginan untuk
bertempur. Inuchiyo turun dari kuda dan berjalan di antara barisan prajurit, mendengarkan percakapan mereka.
"Hei! Kita bisa istirahat."
"Belum apa-apa sudah istirahat?"
"Jangan bicara begitu. Setiap kesempatan istirahat harus kita manfaatkan."
" Inuchiyo?" Begitu melihat sahabatnya. Tokichiro turun dari kuda dan bergegas menyambutnya.
"Pertempuran yang kautuju merupakan titik balik bagi marga Oda." Inuchiyo tiba-tiba berkata. "Aku
percaya penuh padamu, tapi para pengikut lain merasa waswas. Suasana di kota pun tidak tenang.
Aku mengejarmu untuk mengucapkan selamat jalan. Tapi dengar, Tokichiro, menjadi jendral dan
memimpin pasukan sangat berbeda dengan tugas-tugasmu sebelum ini. Terus teranglah, Tokichiro,
betul-betul siapkah kau?"
"Jangan khawatir," Tokichiro menunjukkan ketetapan hatinya dengan mengangguk tegas, lalu
menambahkan. "Aku sudah menyusun rencana."
Namun, ketika Inuchiyo mendengar rencana ini ia mengerutkan kening. "Aku mendengar bahwa kau
mengutus pelayanmu untuk membawa sepucuk surat kc Hachisuka, segera setelah kau menerima
perintah dari Yang Mulia."
"Kau sudah tahu" Sebenarnya aku merahasiakannya."
"Aku mendengarnya dari Nene."
"Mulut perempuan selalu bocor, bukan" Ini agak menakutkan."
"Bukan, ketika aku memandang lewat gerbang untuk memberi selamat padamu, aku kebetulan
mendengar Nene berbicara dengan Gonzo. Dia baru kembali dari Kuil Atsuta untuk mendoakan
keberhasilanmu." 5 Pendekar Bloon Lima Utusan Akherat m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Kalau begitu, kau sudah punya bayangan mengenai apa yang akan kulakukan."
"Hmm, kau yakin bahwa bandit-bandit yang hendak kaujadikan sekutu itu berscdia membantumu"
Bagai-mana kalau tidak?"
"Mereka pasti bersedia."
"Hmm, aku tidak tahu apa yang kaugunakan sebagai umpan, tapi pernahkah pemimpin mereka
memberi isyarat bahwa dia setuju dengan usulmu?"
"Aku tak ingin yang lain mendengarnya." "Ah, ini rahasia?"
"Lihat ini." Tokichiro mengeluarkan sepucuk surat dari balik baju tempurnya, lalu tanpa berkata
apa-apa menyerahkannya pada Inuchiyo. Surat itu dibawa Gonzo pada malam sebelumnya dan
berisi jawaban dari Hachisuka Koroku. Inuchiyo membacanya sambil membisu, tapi ketika
mengembalikannya, ia menatap Tokichiro dengan heran. Sesaat ia tidak tahu harus berkata apa.
"Kurasa kau mengerti."
"Tokichiro, bukankah surat ini berisi penolakan" Di sini tertulis bahwa marga Hachisuka sudah
selama sekian generasi menjalin hubungan dengan marga Saito, dan Hachisuka Koroku juga
menegaskan bahwa memutuskan hubungan pada waktu seperti ini untuk mendukung marga Oda,
merupakan tindakan tak bermoral. Ini jelas-jelas sebuah penolakan. Bagaimana kau
menafsirkannya?" "Persis seperti yang tertulis.'' Tokichiro mendadak menundukkan kepala. "Sebenarnya aku enggan
bersikap kasar setelah kau memperlihatkan persahabatanmu dengan mengejarku demikian jauh.
Tapi kalau kau masih menghargaiku, kerjakan sajalah tugas-tugasmu di benteng semenrara aku
pergi dan jangan khawatir."
"Kalau kau bisa berkata demikian, kau tentu yakin bahwa kau akan berhasil. Kalau begitu, sampai
ketemu." "Terima kasih." Tokichiro menyuruh samurai di sampingnya mengambil kuda Inuchiyo.
"Jangan, kau tidak perlu resmi-resmian. Silakan berangkat."
Ketika Tokichiro menaiki kudanya kembali, tunggangan Inuchiyo pun telah siap. "Sampai ketemu
lagi." Sejumlah panji berwarna merah polos lewat di depan mata Inuchiyo. Tokichiro menoleh dan
tersenyum. Beberapa capung merah beterbangan di langit biru. Tanpa berkata apa-apa. Inuchiyo
memutar kudanya ke arah Benteng Kiyosu.
*** Lumutnya tebal sekali. Kalau memandang pekarangan luas yang mengelilingi tempat kediaman
marga Hachisuka, yang begitu mirip pekarangan kuil yang dilarang dimasuki, orang tentu
bcrtanya-tanya berapa abadkah usia lumut itu. Rumpun-rumpun bambu tumbuh di bawah


Taiko Karya Eiji Yoshikawa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bayang-bayang batu-batu besar. Suasana pada sore di musim gugur itu betul-betul hening.
6 Pendekar Bloon Lima Utusan Akherat m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Lumutnya masih bertahan. Hachisuka Koroku berkata dalam hati ketika ia melangkah ke
pekarangan. Lumut itu membuat ia teringat para leluhurnya yang sudah tinggal di Hachisuka sejak
beberapa generasi lalu. Apakah generasiku juga akan berlalu tanpa sanggup mengangkat martabat keluarga" Di pihak lain,
ia berusaha menghibur diri. Pikirnya, di masa seperti ini para leluhurku mungkin malah setuju kalau
aku hanya mempertahankan apa yang kumiliki sekarang. Tapi selalu ada sebagian dirinya yang tak
dapat diyakinkan akan kebenaran pemikiran itu.
Pada hari-hari penuh damai seperti sekarang, orang yang menatap rumah tua yang menyerupai
istana dan dikelilingi kehijauan pada keempat sisinya ini takkan percaya bahwa pemiliknya hanyalah
seorang pemimpin gerombolan ronin, dengan beberapa ribu anak buah yang menteror daerah
sekitar bagaikan kawanan serigala. Dengan beraksi secara sembunyi-sembunyi, baik di Owari
maupun Mino, Koroku berhasil menghimpun kekuasaan dan pengaruh yang cukup besar, sehingga
berani menentang keinginan Nobunaga.
Ketika berjalan melintasi pekarangan, Koroku tiba-tiba berpaling ke rumah utama dan memanggil.
"Kameichi! Bersiaplah, lalu keluar ke sini."
Puira sulung Koroku, Kameichi, berusia sebelas tahun. Ketika mendengar suara ayahnya, ia meraih
dua tombak latihan dan menyusul ke pekarangan.
"Sedang apa kau tadi?" "Membaca."
"Kalau kau ketagihan membaca buku, kau akan melalaikan ilmu bela diri, bukan?"
Kameichi memalingkan muka. Anak itu berbeda dengan ayahnya yang berbadan kekar, wataknya
cenderung lembut dan intelektual. Dalam pandangan orang lain, Koroku telah mendapatkan pewaris
yang pantas, namun ia sendiri justru merasa kecewa. Sebagian besar ronin di bawah komandonya
yang berjumlah lebih dari dua ribu merupakan pejuang udik yang liar dan tak berpendidikan. Jika
pemimpin marga tak sanggup menguasai mereka, marga Hachisuka akan musnah. Hukum alam
menyatakan bahwa yang lemah akan dimangsa oleh yang kuat.
Setiap kali Koroku menatap putranya, yang begitu berbeda dengannya, ia takut bahwa ini
merupakan akhir garis keturunannya, dan ia menyesalkan kepribadian Kameichi yang lembek.
Setiap kali Koroku memiliki sedikit waktu senggang, ia memanggil putranya ke pekarangan dan
berusaha menyuntikkan kegarangan yang ada dalam dirinya melalui latihan bela diri.
"Ambil tombak." "Baik."
"Pasang kuda-kuda biasa dan ayunkan tombak tanpa mcmandangku sebagai ayahmu."
Koroku mendatarkan tombak dan menyerang putranya, seakan-akan menghadapi orang dewasa.
Kameichi hampir memejamkan mata ketika mendengar gelegar suara ayahnya, dan melangkah
mundur. Tanpa ampun tombak Koroku menghantam bahu Kameichi. Kameichi berteriak keras,
terempas ke tanah, dan kehilangan kesadaran.
Istri Koroku, Matsunami, segera menghambur keluar dari rumah dan bergegas menghampiri
7 Pendekar Bloon Lima Utusan Akherat m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
putranya. "Di mana ayahmu memukulmu" Kameichi! Kameichi!" Matsunami tampak gusar karena
suaminya memperlakukan anaknya dengan kasar. Langsung saja ia menyuruh para pelayan
mengambil air dan obat. "Perempuan bodoh!" Koroku memarahinya.
"Kenapa kau menangis dan menghibur dia" Kameichi lemah karena kau membesarkannya begitu.
Dia takkan mati. Menyingkirlah!"
Para pelayan yang membawa air dan obat hanya berani menatap Koroku dari jauh.
Matsunami menghapus air matanya. Dengan saputangan yang sama, ia membersihkan darah yang
mengalir dari bibir Kameichi. Bibir Kameichi mungkin tergigit ketika ia terkena hantaman tombak.
arau pecah terkena batu pada waktu ia jatuh.
"Pasti sakit. ya" Di mana lagi kau dipukul?" Matsunami tak pernah berdebat dengan suaminya,. tak
peduli perasaan apa yang berkecamuk di hatinya. Sama halnya dengan perempuan-perempuan lain
pada zamannya, satu-satunya senjata yang ia miliki adalah air mata.
Akhirnya Kameichi siuman. "Aku tidak apa-apa, Bu. Tidak apa-apa. Pergilah." Ia meraih tombaknya
dan mengertakkan gigi sambil menahan sakit, untuk pertama kali memperlihatkan kejantanan yang
pasti membuat ayahnya senang.
"Siap!" serunya.
Raut wajah Koroku melunak dan ia tersenyum. "Seranglah aku dengan semangat seperti itu,"
katanya pada putranya. Tepat pada saat itu seorang pengikut bergegas melewati gerbang tengah. Berpaling ke arah
Koroku, ia melaporkan bahwa seorang laki-laki yang mengaku utusan Oda Nobunaga baru saja
mengikat kudanya di gerbang utama. Laki-laki itu berpesan bahwa ia harus berbicara empat mata
dengan Koroku. "Apa yang harus kami lakukan?" si pengikut bertanya. Lalu menambahkan. "Orang itu agak aneh.
Dia masuk begitu saja dan menatap sekelilingnya, seakan-akan mengenal tempat ini. Lalu dia
bergumam. 'Ah, seperti kembali ke rumah sendiri.' dan 'Burung-burung dara masih juga mendekut,' dan 'Wah,
pohon itu sudah besar sekarang,' Rasanya sukar dipercaya bahwa dia kurir Oda."
Koroku memiringkan kepala. Kemudian ia bertanya. "Siapa namanya?"
"Kinoshita Tokichiro."
"Ah!" Tiba-tiba seluruh keraguan Koroku seakan-akan lenyap. "Begitukah" Sekarang aku mengerti.
Ini pasti orang yang pernah mengirim pesan untukku. Aku tidak mau menemuinya. Suruh dia pergi!"
Si pengikut segera berbalik untuk melaksanakan perintah.
"Aku ada permintaan," ujar Matsunami. "Izinkanlah Kameichi untuk tidak mengikuti latihan, hari ini
saja. Dia kelihatan agak pucat. Dan bibirnya bengkak."
8 Pendekar Bloon Lima Utusan Akherat m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Hmm, baiklah. bawa dia masuk." Koroku menyerahkan tombak dan anaknya kepada Matsunami.
"Tapi jangan terlalu memanjakan dia. Dan jangan biarkan dia terlalu banyak membaca, hanya
karena kaupikir itu baik untuknya."
Koroku berjalan ke arah rumah, dan baru hendak melepaskan sandalnya di ambang serambi, ketika
pengikut tadi muncul lagi.
"Tuanku, orang itu semakin aneh saja. Dia tidak mau pergi. Bukan itu saja, dia malah masuk lewat
gerbang samping dan langsung menuju kandang, mencegat seorang tukang sapu dan seorang
pesuruh, dan berbincang-bincang dengan kedua orang itu, seakan-akan sudah lama mengenal
mereka." "Usir dia. Kenapa kau bersikap begitu lembek terhadap utusan marga Oda?"
"Hamba bahkan melangkah lebih jauh, tapi ketika orang-orang keluar dari barak untuk
melemparnya ke luar, dia minta agar hamba sekali lagi menghadap tuanku. Dia berpesan bahwa
tuanku tentu akan mengingatnya, jika hamba memberitahu tuanku bahwa dia Hiyoshi yang tuanku
temukan di tepi Sungai Yahagi sepuluh tahun lalu."
"Sungai Yahagi!" Koroku sama sekali tak ingat. "Tuanku tidak ingat?"
"Tidak." "Hmm, kalau begitu dia memang aneh. Dia hanya mengoceh tak keruan. Bagaimana kalau hamba
memberi pelajaran padanya, lalu menyuruh dia pulang ke Kiyosu?"
Kelihatan jelas bahwa si pengikut mulai dongkol karena terpaksa bolak-balik terus. Dengan
pandangan yang seakan-akan berkata. "Hah, tunggu saja!" ia berbalik dan telah berlari sampai ke
gerbang ketika Koroku yang berdiri di tangga serambi, memanggilnya. "Tunggu!"
"Tuanku?" "Tunggu sebentar. Mungkin ini si Monyet?"
"Tuanku tahu namanya" Dia memang menyuruh hamba menyebutkan nama Monyet seandainya
tuanku tidak mengingat Hiyoshi."
"Ternyata memang si Monyet," gumam Koroku. "Tuanku mengenalnya?"
"Dulu dia pernah tinggal di sini. Waktu itu dia bertugas menyapu pekarangan dan mengurus
Kameichi." "Tapi rasanya agak aneh kalau dia kini datang sebagai utusan Oda Nobunaga."
"Aku pun tidak memahaminya. Seperti apa rupanya?"
"Seperti orang terhormat." "Oh?"
"Dia memakai mantel pendek di luar baju tempurnya, dan sepertinya dia datang dari jauh. Baik
pelana maupun sanggurdinya berlepotan lumpur, dan di pelananya ada keranjang rotan untuk
9 Pendekar Bloon Lima Utusan Akherat m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
membawa makanan dan perlengkapan lain untuk melakukan perjalanan."
"Hmm, biarkan dia masuk." "Biarkan dia masuk?"
"Supaya yakin, aku ingin melihat tampangnya." Koroku duduk di serambi dan menunggu.
Jarak dari benteng Nobunaga ke Hachisuka tidak seberapa jauh. Berdasarkan hak, desa itu
seharusnya termasuk daerah kckuasaan marga Oda, tapi Koroku tidak mengakui Nobunaga, dan ia
pun tidak menerima upah dari marga Oda. Ayahnya dan marga Saito dari Mino saling mendukung,
dan rasa setia di kalangan ronin amat kuat. Sesungguhnya, di zaman yang kacau-balau itu, mereka
tetap menjunjung tinggi kesetiaan dan keksatriaan, begitu juga kehormatan melebihi para samurai.
Walau ditakdirkan hidup sebagai perampok, di antara sesama ronin terjalin ikatan bagaikan ayah
dan anak, sehingga ketidak-setiaan dan ketidakjujuran tak mungkin diterima.
Pembunuhan Dosan dan kematian Yoshitatsu tahun lalu telah menimbulkan serangkaian masalah
di Mino. Koroku pun terkena akibatnya. Upah yang biasa diberikan kepada marga Hachisuka pada
waktu Dosan masih hidup telah terhenti sejak orang-orang Oda menutup semua jalan dari Owari ke
Mino. Meski demikian, Koroku takkan mencampakkan kesetiaannya. Justru sebaliknya, rasa
permusuhannya terhadap marga Oda semakin tajam dan dalam tahun-tahun terakhir, ia secara tak
langsung membantu beberapa pembelot yang menyeberang dari kubu Nobunaga. Koroku juga
menjadi satu dari enam tokoh penghasut utama yang bergerak di wilayah marga Oda.
"Hamba telah mcmbawanya ke sini," pengikut tadi berkata dari gerbang kayu. Sekadar untuk
berjaga-jaga, lima atau enam anak buah Koroku mengelilingi Tokichiro ketika ia masuk.
Koroku menatap tajam ke arahnya. "Masuk." Katanya sambil mengangguk dengan angkuh.
Laki-laki yang bcrdiri di hadapannya berpenampilan biasa-biasa saja. Ucapan pertamanya pun
begitu. "Hmm, sudah lama kita tidak berjumpa."
Koroku memandangnya tanpa berkedip. "Ternyata memang si Monyct. Wajahmu tidak berubah
banyak." Meski Koroku tidak menunjukkan ekspresi apa pun di wajahnya, namun dalam hati ia tak dapat
menyembunyikan rasa kagetnya ketika melihat perubahan pada pakaian Tokichiro. Koroku kini
teringat jelas malam sepuluh tahun lalu di tepi Sungai Yahagi, ketika Tokichiro dengan kimononya
yang kotor, dengan tengkuk, tangan, dan kaki tertutup debu, tidur di pinggiran sungai. Pada waktu
dibangunkan oleh seorang prajurit, tanggapan Tokichiro berupa kata-kata besar yang dilontarkan
demikian berapi-api, sehingga semuanya bertanya-tanya siapa ia sesungguhnya. Tapi setelah
diterangi cahaya lampu, mereka menemukan bahwa ia hanyalah seorang anak muda bertampang
aneh. Ucapan Tokichiro bernada merendah, seakan-akan tidak membedakan kedudukannya dulu dengan
sekarang. "Hmm, aku memang agak lalai setelah pergi dari sini. Aku gembira melihat Tuan dalam
keadaan sehat seperti biasa. Tuan Muda Kameichi pasti sudah besar sckarang. Istri Tuan juga
sehat-sehat saja" Setelah kembali ke sini, sepuluh tahun rasanya seperti sekejap saja."
Kemudian, sambil memandang berkeliling ke arah pohon-pohon dan atap-atap bangunan, ia terus
bernostalgia bagaimana ia dulu setiap hari mengangkat air dari sumur, bagaimana ia dimarahi oleh
majikannya, bagaimana ia menggendong Kameichi. dan bagaimana ia menangkapkan jangkrik
10 Pendekar Bloon Lima Utusan Akherat m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
untuknya. Namun rupanya Koroku tidak terpengaruh oleh cerita Tokichiro. Ia malah memperhatikan setiap
gerakan Tokichiro, dan akhirnya berkata dengan tajam. "Monyet," ia menyapa Tokichiro seperti
dulu. "kau telah menjadi samurai?" Sebenarnya pertanyaan itu sudah dijawab oleh pakaian yang
dikenakan Tokichiro, tapi Tokichiro tidak terganggu sama sekali.
"Ya, meski upah yang kuterima tak seberapa jumlahnya, tapi aku sudah menjadi samurai.
Moga-moga kabar ini dapat menyenangkan hati. Sesungguhnya. aku datang jauh-jauh dari posku di
Sunomata. antara lain karena menduga bahwa Tuan akan gembira mendengarnya."
Koroku memaksakan senyum. "Zaman sekarang memang enak. Bahkan orang seperti kau pun
diangkat menjadi samurai. Siapa majikanmu?"
"Yang Mulia Oda Nobunaga." "Tukang gertak itu?"
"Oh, ya..." Tokichiro sedikit mengubah nada suaranya. "Aku agak menyimpang dengan
membicarakan urusan pribadiku. Hari ini aku datang sebagai Kinoshita Tokichiro atas perintah Yang
Mulia Nobunaga." "Bcgitukah" Kau bertugas sebagai utusan?"
"Aku akan masuk. Permisi." Sambil berkata begitu, Tokichiro melepaskan sandalnya menaiki tangga
serambi tempat Koroku sedang duduk, lalu duduk dengan tenang, menempati kursi kehormatan di
ruangan itu. "Huh!" Koroku menggerutu. Ia tidak mempersilakan Tokichiro masuk tapi Tokichiro tetap melangkah
masuk dan duduk tanpa ragu-ragu. Koroku berpaling ke arahnya dan berkata, "Monyet?"
Walaupun sebelumnya Tokichiro menjawab ketika dipanggil dengan nama ini, kali ini ia menolak. Ia
hanya menatap Koroku. yang lalu menggodanya karena sikap kekanak-kanakan ini. "Ayo, Monyet.
Kau tiba-tiba mengubah sikapmu," katanya, "tapi sampai sekarang kau bicara seperti orang biasa
denganku. Apakah kau kini ingin diperlakukan sebagai utusan Nobunaga?"
"Itu betul." "Hmm, kalau begitu, pulanglah sekarang juga. Keluar dari sini, Monyet!" Koroku berdiri dan
melangkah ke pekarangan. Suaranya bernada kasar, dan matanya menyala-nyala. "Nobunaga
mungkin berpendapat bahwa Hachisuka termasuk wilayahnya, tapi sesungguhnya hampir seluruh
Kaito berada di bawah kekuasaanku. Seingatku, baik aku maupun para leluhurku tak pernah
mendapat sebutir beras pun dari Nobunaga. Tak masuk akal kalau tiba-tiba dia memperlakukanku
scbagai pengikutnya. Puanglah, Monyet. Dan kalau kau berani lancang, aku akan membunuhmu!"
Koroku memelototi Tokichiro dan melanjutkan. "Setelah kembali ke sana, beritahu Nobunaga bahwa
dia dan aku setaraf. Kalau dia ada urusan denganku, dia harus datang sendiri. Kau mengerti.
Monyct?" "Tidak." "Apa?"
"Sayang sekali. Betulkah Tuan tak lebih dari pemimpin gcrombolan bandit bodoh?"
11 Pendekar Bloon Lima Utusan Akherat m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"A... apa"! Beraninya kau!" Koroku melompat ke serambi dan menghadapi Tokichiro sambil
menggenggam gagang pedang panjangnya. "Monyet, coba kauulangi itu sekali lagi."
"Duduklah." "Diam!"
"Tidak, duduklah. Ada yang harus kukatakan pada Tuan."
"Jaga mulutmu!"
"Tidak, aku justru akan memperlihatkan kebodohan Tuan. Ada sesuatu vang perlu kuajarkan.
Duduklah!" "Kau..." "Tunggu, Koroku! Kalau Tuan hendak membunuh-ku, inilah tempatnya dan tuanlah orang yang
akan melakukannya, jadi kurasa tak ada alasan untuk tcrburu-buru. Tapi jika Tuan membunuhku,
siapa yang akan mengajari Tuan?"
"Kau... kau gila!"
"Pokoknya. duduk dulu. Ayo, duduklah. Singkirkan kepongahanmu yang tak berguna. Yang akan
kuceritakan padamu tidak sekadar menyangkut Yang Mulia Nobunaga dan hubungan beliau dengan
marga Hachisuka. Yang paling penting adalah bahwa kalian berdua sama-sama dilahirkan di Negeri
Jepang, Menurutmu, Yang Mulia Nobunaga bukan penguasa provinsi ini. Hmm, ucapanmu ini
masuk akal. dan aku pun setuju. Tapi aku tak dapat menerima bahwa kau mengakui wilayah
Hachisuka sebagai milikmu sendiri. Kau keliru."
"Keliru bagaimana?"
"Bagian mana pun dari negeri ini yang diakui sebagai milik pribadi. apakah itu Hachisuka atau
Owari, sebuah teluk, atau bahkan tanah sepetak pun, tidak lagi merupakan bagian dari Kekaisaran.
Bukankah begitu, Koroku?"
"Hmm." "Dengan scgala hormat, berbicara seperti itu mengenai sang Tenno - pemilik negeri ini
sesungguhnya - ah, bukan, berdiri di hadapanku sambil memegang pedang pada waktu aku
mengatakan ini, merupakan penghinaan yang tak ada duanya. Rakyat jelata pun takkan bersikap
seperti ini, sedangkan Tuan pemimpin tiga ribu ronin, bukan" Duduk, dan dengarkanlah!"
Seruan tcrakhir itu bukan sekadar unjuk keberanian, melainkan tercetus dari hati nurani. Pada saat
genting itulah sescorang memanggil dari dalam rumah.
"Tuan Koroku, duduklah! Tuan tak dapat berbuat lain."
Siapakah itu" Koroku bertanya-tanya sambil menengok. Tokichiro pun heran, dan menoleh ke arah
suara itu. Kemudian dalam pantulan cahaya kehijauan dari pekarangan dalam seseorang terlihat
berdiri di pintu koridor. Setengah tubuh laki-laki itu terlindung dalam bayang-bayang tembok.
Mereka tak dapat memastikan siapa orang itu, tapi sepintas lalu ia sepertinya mengenakan jubah
biksu. 12 Pendekar Bloon Lima Utusan Akherat m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Oh. Tuan Ekei bukan?" ujar Koroku.
"Betul. Aku telah bersikap lancang dengan berseru dari luar, tapi aku telah mendengar apa yang
kalian ributkan." kata Ekei. Ia masih berdiri di tempat semula.
"Kami tentu telah mengusik ketenangan Tuan." kata Koroku dengan tenang. "Maafkan aku Yang
Terhormat. Aku akan segera mengusir utusan yang tak tahu diri ini."
"Tunggu, Tuan Koroku." Ekei melangkah ke serambi. "Tuan tidak boleh bersikap kasar." Ekei, biksu
pengembara berusia sekitar empat puluh tahun, yang kebetulan sedang bertamu. Tapi
perawakannya lebih cocok untuk seorang prajurit. Yang paling menarik pcrhatian adalah mulutnya
yang lebar. Melihat gelagat bahwa biksu ini. yang sedang bertamu di rumahnya, mungkin berpihak
pada Tokichiro. Koroku menatap tajam ke arahnya.
"Mengapa Tuan Ekei berkata begitu?"
"Hmm, begini. Tak ada alasan bagi Tuan untuk menyangkal kebenaran ucapan utusan ini. Tuan
Kinoshita menyatakan bahwa baik wilayah ini maupun Provinsi Owari bukan milik Nobunaga dan
marga Hachicuka, melainkan milik sang Tenno. Dapatkah Tuan membantah kebenaran pernyataan
ini" Tidak. Tuan tak dapat membantahnya. Mengemu-kakan ketidak-puasan terhadap negeri ini
sama saja dengan berkhianat kepada sang Tenno, dan inilah yang hendak dikatakan Tuan
Kinoshita. Jadi duduklah sejenak, terimalah kebenaran dan dengarkan baik-baik apa yang akan
disampaikan utusan ini. Setelah itu, Tuan bisa memutuskan apakah Tuan akan mengusirnya atau
memenuhi permintaannya. Inilah pendapat-ku."
Koroku bukan bandit bodoh yang tak berpendidikan. Ia sudah mempelajari dasar-dasar
kesusastraan Jepang, dan ia mengetahui tradisi-tradisi negerinya, serta dari garis keturunan mana
ia berasal.

Taiko Karya Eiji Yoshikawa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Maafkan aku. Aku telah bersikap bodoh dengan menentang prinsip-prinsip kcwajiban moral. Aku
akan mendengarkan utusan ini."
Melihat bahwa Koroku sudah tenang dan kembali duduk. Ekei merasa puas. "Kalau begitu, tidak
sepatutnya aku terus berada di sini. Perkenankanlah aku mcngundurkan diri dari hadapan Tuan.
Tapi, Tuan Koroku, sebelum Tuan memberikan jawaban pada utusan ini sudikah Tuan mampir
sejenak ke kamarku" Ada sesuatu yang ingin kukatakan." Kcmudian Ekei berlalu.
Koroku mengangguk, lalu berpaling pada Tokichiro. "Monyet - bukan, maksudku Yang Terhormat
Utusan Yang Mulia Oda - urusan apa yang hcndak Tuan bicarakan dcnganku?"
Tanpa sadar Tokichiro membasahi bibir. Perasaannya mengatakan bahwa pcrtemuannya dengan
Koroku telah mencapai titik balik. Apakah ia akan sanggup membujuk Koroku dengan lidah fasih
dan kepala dingin" Pembangunan benteng di Sunomata, seluruh sisa hidupnya, dan pada
gilirannya. kejayaan atau kehancuran marga junjungannya, semuanya tergantung apakah Koroku
menjawab ya atau tidak. Tokichiro pun merasa tegang.
"Sesungguhnya kunjunganku berkaitan dengan pesan mengenai pendirian Tuan yang kukirim
melalui pembantuku, Gonzo, sebelum ini."
13 Pendekar Bloon Lima Utusan Akherat m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Mengenai itu, aku menolak tegas, scperti yang kutulis dalam surat jawabanku. Tuan membaca
jawabanku atau tidak?" Koroku mcmotong dengan ketus.
"Aku membacanya." Ketika melihat bahwa lawan bicaranya takkan mengubah pendiriannya.
Tokichiro mcnundukkan kepala dengan lesu. "Tapi Gonzo mengantarkan surat yang ditulis olehku.
Hari ini aku mengantarkan permintaan Yang Mulia Nobunaga."
"Siapa pun yang menanyakannya, aku tetap pada pendirianku. Aku tidak akan mendukung marga
Oda. Dan jawaban itu tak perlu kutulis dua kali."
"Hmm, kalau begitu, apakah Tuan hendak membawa garis keturunan yang diwariskan oleh para
leluhur Tuan menuju kchancuran?"
"Apa?" "Jangan ccpar naik darah. Sepuluh tahun lalu aku sendiri sempat menikmati keramahan Tuan.
Sebenarnya patut disayangkan bahwa orang seperti Tuan hidup tersembunyi di sini, tanpa dapat
memberikan sumbangan berarti. Baik dari segi kepentingan umum maupun dari segi kepentinganku
sendiri, aku akan menyesal sekali jika marga Hachisuka musnah akibat kesalahan sendiri.
Kedatanganku ke sini merupakan upaya terakhir untuk membalas budi baik marga Hachisuka yang
pernah kuterima." "Tokichiro." "Ya?"
"Kau masih muda. Kau belum mampu menjalankan tugas untuk majikanmu dengan mengandalkan
kepandaian lidah. Kau hanya membuat gusar lawan bicaramu, padahal aku tak ingin marah pada
anak muda seperti kau. Sebaiknya kau pergi saja sebelum kau melangkah terlalu jauh."
"Aku tidak akan pergi sebelum aku selesai menyampaikan pesan yang dipercayakan padaku."
"Aku menghargai semangatmu, tapi sikapmu seperti orang pandir."
"Terima kasih. Prestasi-prestasi besar, yang melebihi kemampuan manusia, biasanya memang
menyerupai tindak-tanduk orang pandir. Tapi orang bijak tidak menyusuri jalan kebijaksanaan.
Misalnya, aku menduga bahwa Tuan menganggap diri Tuan lebih bijak daripada diriku. Tapi, kalau
diamati secara sungguh-sungguh, Tuan persis seperti si dungu yang duduk di atap sambil
menyaksikan rumahnya terbakar. Tuan tetap keras kepala, meskipun api sudah berkobar di
sekeliling Tuan. Padahal Tuan hanya memiliki tiga ribu ronin."
"Monyet! Lehermu semakin dekat saja ke pedangku!"
"Apa" Leherku yang terancam bahaya" Kalaupun Tuan tetap setia pada marga Saito, orang-orang
seperti apakah mereka itu" Mereka telah melakukan peng-khianatan dan kekejian. Pernahkah Tuan
melihat ada provinsi lain dengan hubungan antarmanusia yang begitu buruk" Bukankah Tuan
mempunyai putra" Bukankah Tuan mempunyai keluarga" Coba perhati-an Mikawa. Yang Mulia
Tokugawa Ieyasu pun telah bersekutu dengan marga Oda. Pada saat marga Saito runtuh pada
siapa Tuan akan menggantungkan diri" Jika Tuan mengandalkan orang-orang Imagawa, Tuan akan
dicegat oleh pihak Mikawa; jika Tuan minta bantuan dari Ise, Tuan akan dikepung oleh pihak Oda.
14 Pendekar Bloon Lima Utusan Akherat m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Tak peduli siapa yang Tuan pilih sebagai sekutu, bagaimana Tuan akan melindungi keluarga Tuan"
Tuan akan terkucil dan menuju kehancuran, bukankah begitu?"
Koroku membisu, seakan-akan tercengang, seakan-akan termakan oleh kepandaian bicara
Tokichiro. Tetapi, walaupun kesungguh-sungguhan Tokichiro tercermin pada wajahnya ketika ia
bicara, ia tak pernah memelototi lawan bicaranya atau terlalu mendesak. Dan
kesungguh-sungguhan, jika diungkapkan dengan penuh semangat, akan terdengar fasih, meski
sebenarnya tergagap-gagap.
"Aku mohon agar Tuan sekali lagi mempertimbangkan keputusan Tuan. Tak ada orang berakal di
dunia ini yang menyetujui kelaliman di Mino. Bersekutu dengan provinsi yang tak mengenal hukum
berarti mengundang bencana. Kalau Tuan sudah berhasil menghancurkan diri sendiri, akankah ada
yang memuji Tuan sebagai martir yang gugur karena mengikuti Jalan Samurai" Lebih baik Tuan
akhiri persekutuan tak berharga ini, dan bertemu satu kali saja dengan junjunganku, Yang Mulia
Nobunaga. Walaupun sering dikatakan bahwa seluruh negeri penuh dengan pejuang, tak seorang
pun di tanah ini yang dapat menyaingi Yang Mulia Nobunaga. Apakah Tuan mengira bahwa dunia
tidak akan berubah" Hal ini tak pantas diucapkan, tapi sesungguhnya keshogunan telah mencapai
akhir perjalanannya. Tak seorang pun menaati sang Shogun, dan para bawahannya tak sanggup
memegang kendali pemerintahan. Semua provinsi sibuk memperkuat wilayah masing-masing,
memperkokoh pasukan sendiri, mengasah senjata, dan menumpuk bedil. Satusatunya cara untuk tetap hidup adalah dengan mengetahui siapa di antara panglima-panglima itu
yang berusaha menegakkan suatu orde baru."
Untuk pertama kali Koroku mengangguk tanda setuju.
Tokichiro mendekatinya. "Orang itu berada di antara kita dan dia memiliki pandangan jauh ke
depan. Hanya saja orang-orang biasa tak mampu melihatnya. Tuan berkeras mempertahankan
kesctiaan Tuan terhadap marga Saito, tapi Tuan begitu sibuk dengan kesetiaan sepele sehingga
tidak menghiraukan kesetiaan yang lebih besar. Ini patut disayangkan, baik bagi Tuan maupun bagi
Yang Mulia Nobunaga. Hapuslah hal-hal tak berarti dari benak Tuan dan berpikirlah secara lebih
luas. Waktunya sudah tiba. Betapapun tak berartinya aku, aku tdah ditugaskan untuk mendirikan
benteng di Sunomau. Dan dengan benteng itu sebagai pangkalan, aku mendapat perintah
memimpin barisan depan untuk menyerbu ke Mino. Marga Oda tidak kekurangan komandan yang
cerdas dan berani. Dengan menunjuk orang bawahan seperti aku, Yang Mulia Nobunaga telah
melakukan tindakan berani. Beliau menunjukkan bahwa beliau bukan pemimpin biasa seperti yang
lain. Dalam perintah Yang Mulia Nobunaga tersirat bahwa Benteng Sunomata akan bcrada di
bawah komando orang yang membangunnya. Bagi orang-orang seperti kita, adakah kesempatan
untuk maju selain sekarang" Di pihak lain, secara perorangan kita takkan dapat berbuat banyak.
Tidak, aku tidak akan memperindah kata-kataku. Kupikir aku bisa memanfaatkan kesempatan ini
dan aku mempertaruhkan nyawaku dengan datang ke sini untuk membujuk Tuan. Tapi aku tidak
datang dengan tangan kosong. Di luar ada tiga kuda yang membawa emas dan perak scbagai
kompensasi untuk menutup biaya militer untuk anak buah Tuan. Aku akan berterima kasih sekali
jika Tuan berkenan mencrimanya." Sctdah Tokichiro selesai bicara, seseorang mcmanggil Koroku
dari pekarangan. "Paman," seorang prajurit berkata sambil menyembah.
"Siapa yang memanggilku 'Paman'?" Koroku menganggapnya ganjil dan memandang prajurit itu
dengan saksama. 15 Pendekar Bloon Lima Utusan Akherat m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Sudah lama kita tidak berjumpa," si prajurit berkata, lalu mengangkat kepala. Koroku tertegun.
Tanpa sadar ia membuka mulut.
"Tenzo?" "Ya. Paman." "Mau apa kau di sini?"
"Aku tak menyangka bahwa aku akan bcrjumpa lagi dengan Paman, tapi berkat kebaikan hati Tuan
Kinoshita aku ditugaskan untuk menyertainya dalam misi ini."
"Apa" Kalian datang bersama-sama?"
"Setelah aku membelot dan lari dari Hachisuka, aku dipekerjakan sebagai ninja oleh marga Takeda
di Kai selama waktu yang cukup panjang. Kemudian, kirakira tiga tahun lalu aku diperintahkan memata-matai marga Oda, jadi aku pergi ke kota Benteng
Kiyosu. Ketika aku di sana, aku dipcrgoki oleh anak buah Yang Mulia Nobunaga dan dimasukkan ke
penjara. Tapi bcrkat jasa baik Tuan Kinoshita, aku akhirnya dibebaskan."
"Jadi, sekarang kau pembantu Tuan Kinoshita?" "Tidak, sctdah dibebaskan dari penjara - dan
dengan bantuan Tuan Kinoshita - aku bergabung dengan pasukan ninja marga Oda. Tetapi Tuan
Kinoshita hendak berangkat ke Sunomata, aku memohon izin untuk menyertainya."
"Oh?" Koroku mcngamati keponakannya sambil terheran-heran. Perubahan watak Tenzo bahkan
lebih besar daripada perubahan penampilannya. Sang keponakan yang tak dapat diatur, yang oleh
orang-orang Hachisuka pun dianggap brutal dan tak beradab tak kelihatan lagi. Kini
tindak-tanduknya penuh sopan-santun. Ia menyesali masa lalunya. dan minta maaf atas segala
kejahatan yang pernah dilakukannya. Sepuluh tahun lalu - betul-betul sepuluh tahun lalu - Koroku
hendak mencincang tubuh kcponakannya itu!
Kala itu, karena marah atas perbuatan Tenzo, Koroku mengejar Tenzo sampai ke perbatasan Kai
untuk menghukumnya. Tapi sekarang, ketika meman-dang mata Tenzo yang tabah Koroku hampir
tak sanggup mengingat kemarahannya dulu. Ini bukan sekadar rasa simpati bagi orang sedarah.
Kepribadian Tenzo memang sudah berubah.
"Aku tidak menyinggung soal ini, karena kupikir bisa dibicarakan belakangan," kata Tokichiro. "tapi
aku mohon agar Tuan bersedia mengampuni keponakan Tuan, Tenzo telah menjadi pengikut Oda
yang sctia. Dia pun telah mohon maaf atas perbuatannya dulu. Dia sering berkata bahwa dia ingin
memohon maaf secara langsung pada Tuan tapi terlalu malu untuk kembali ke sini. Jadi, karena aku
memang ada urusan di Hachisuka, kupikir ini kesempatan baik baginya. Kuminta dia mcngambil
kuda untuk menyertaiku. Aku berharap hubungan antara paman dan keponakan dapat kembali
mulus seperti sediakala."
Mendengar penjelasan Tokichiro, Koroku pun tak sampai hati mengungkit-ungkit sesuatu yang
terjadi scpuluh tahun lalu. Dan ketika Koroku membiarkan pintu hatinya terbuka, Tokichiro tidak
mcnyia-nyiakan kesempatan itu.
16 Pendekar Bloon Lima Utusan Akherat m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Tenzo, sudah kausiapkan emas dan perak yang kita bawa?" Pada waktu bicara dengan Tcnzo,.
suara Tokichiro tentu saja bernada memerintah.
"Sudah. Tuan." "Hmm, kalau begitu mari kita periksa. Suruh seorang pelayan membawanya ke sini."
"Baik. Tuan." Tapi ketika Tcnzo mulai melangkah, Koroku berseru dengan terburu-buru, "Tunggu, Tenzo. Aku tak
bisa menerima pemberian ini. Kalau aku menerimanya itu berarti aku berjanji mengabdi pada marga
Oda. Tunggu sampai aku selesai mcmikirkannya." Wajah Koroku yang memerah menccrminkan
pertentangan yang terjadi dalam batinnya. Secara mendadak ia berdiri dan masuk ke rumah.
Sejak kembali ke kamarnya, Ekei sibuk melengkapi catatan perjalanannya, tapi kini ia tiba-tiba
berdiri. "Tuan Koroku." ujar Ekei sambil mengintip ke kamar Koroku, tapi laki-laki itu tidak ada di sana. Ekei
pergi ke ruang sembahyang, mengintip ke dalam dan menemukan Koroku sedang duduk bersilang
tangan di depan tempat pemujaan leluhur.
"Sudahkah Tuan memberikan jawaban kepada utusan Yang Mulia Nobunaga?"
"Dia belum pergi, tapi semakin lama aku semakin tak sanggup mendengarkan omongannya, jadi
kubiarkan saja dia di serambi."
"Kemungkinan besar dia takkan mau pergi." ujar Ekei, tapi Koroku tetap membisu.
"Tuan Koroku," Ekei akhirnya berkata. "Ada apa?"
"Kudengar utusan itu pernah dipekerjakan sebagai pelayan di sini."
"Aku hanya mengenalnya dengan nama 'Monyet'. dan sama sekali tidak tahu dari mana dia berasal.
Kutemukan dia di tepi Sungai Yahagi, lalu kuberi pekerjaan."
"Ini tidak baik." "Tidak baik?"
"Tuan belum menghapus gambaran itu dari benak Tuan. Dalam hati, Tuan tetap menganggap dia
sebagai pelayan yang dulu. Ini yang menyebabkan Tuan tak dapat melihat siapa laki-laki yang kini
berdiri di hadapan Tuan."
"Begitukah?" "Belum pernah aku merasa begitu terkejut seperti hari ini."
"Kenapa?" "Karena wajah utusan itu. Kebanyakan orang tentu sependapat bahwa wajahnya tidak biasa.
Mengamati tampang orang lain hanyalah sebuah hobi dan jika aku mcnilai watak seseorang dengan
menatap wajahnya, biasanya kurahasiakan kesimpulanku. Tapi kali ini aku sungguh-sungguh
17 Pendekar Bloon Lima Utusan Akherat m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
terpana. Kelak orang itu akan melakukan sesuatu yang luar biasa."
"Si muka monyct itu?"
"Ya. Suatu hari nanti, orang itu mungkin menggerakkan seluruh negen. Seandainya dia tidak berada
di Ncgeri Matahari Terbit dia mungkin menjadi seorang raja."
"Apa maksud Tuan Ekei?"
"Dari semula sudah kuduga bahwa Tuan takkan menanggapi permintaannya secara
sungguh-sungguh, jadi kuceritakan ini semua sebelum Tuan mengambil keputusan. Singkirkanlah
segala prasangka. Kalau Tuan memandang seseorang, pandanglah dia dengan mata hati, jangan
dengan mata kepala. Kalau Tuan membiarkan orang itu pergi dengan membawa penolakan Tuan,
Tuan akan menyesal selama seratus tahun berikut."
"Bagaimana Tuan Ekei bisa bicara seperti ini mengenai seseorang yang belum pernah Tuan temui
sebelumnya?" "Aku mengatakan ini bukan sekadar karena mengamati wajahnya. Aku tertegun waktu mendengar
uraiannya mengenai keadilan dan kebenaran. Da tidak terpengaruh oleh ejekan dan ancaman Tuan
dan dia menyangkal segala ucapan Tuan dengan tulus dan jujur. Aku yakin seyakin-yakinnya
bahwa kelak dia akan menjadi orang besar."
Koroku langsung mcnyembah di hadapan Ekei, dan berkata dengan tegas. "Dengan segala
kerendahan hati, aku tunduk pada kata-kaia Tuan. Terus terang, jika kubandingkan diriku dengan
dia, bukan diriku yang keluar sebagai pemenang. Akan kusingkirkan kesombonganku yang tak
berguna dan segera memberikan jawaban positif. Aku sungguh berterima kasih atas petunjuk
Tuan." Koroku langsung pergi. Matanya berbinar-binar seakan-akan ia telah menyaksikan kelahiran sebuah
era baru. Beberapa jam setelah Tokichiro tiba di Hachisuka, dua penunggang kuda membelah kegelapan
malam dalam pcrjalanan menuju Kiyosu. Ketika itu tak ada yang tahu bahwa mereka Koroku dan
Tokichiro. Malam itu juga Nobunaga bcrbicara dengan keduanya di sebuah ruangan kecil di dalam
benteng. Pembicaraan rahasia mereka berlangsung beberapa jam. Hanya orang-orang terpilih,
termasuk Tenzo yang mengetahui maksud kedatangan mereka.
Kecsokan harinya Koroku mengadakan rapat perang. Semua yang memenuhi undangan adalah
ronin. Sudah bertahun-tahun mereka berada di bawah komando Koroku dan mereka mengakui
kepemim-pinannya dengan cara yang sama seperti para panglima provinsi menaati
keputusan-keputusan Shogun. Masing-masing pemimpin mengepalai sekelompok pejuang di desa
atau kubu pertahanannya, menunggu hari mereka dibutuhkan. Semuanya merasa heran melihat
kehadiran Watanabe Tenzo dari Mikuriya. yang sepuluh tahun lalu telah mcmbangkang terhadap
Koroku. Setelah semuanya mengambil tcmpat duduk, Koroku mengumumkan keputusannya untuk
membatalkan persekutuan dengan marga Saito dan beralih kepada marga Oda. Dalam kesempatan
itu, ia juga menjelaskan mengapa keponakannya kembali. Pada akhir pidatonya Koroku berkata.
"Aku tahu bahwa beberapa dari kalian tidak setuju dan bahwa ada yang memiliki hubungan dekat
18 Pendekar Bloon Lima Utusan Akherat m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dengan orang-orang Saito. Aku tidak akan memaksa kalian. Kalian boleh pergi tanpa ragu-ragu dan
aku takkan mendendam pada siapa pun yang menyeberang ke pihak Saito."
Namun tak seorang pun bangkit untuk pergi. Tak seorang pun memperlihatkan perasaan
sesungguhnya. Tokichiro minta izin pada Koroku untuk berbicara dengan orang-orang itu.
"Aku menerima perinrah dari Yang Mulia Nobunaga untuk membangun benteng di Sunomata. Aku
bisa membayangkan bahwa kalian semua sampai sckarang hidup sesuka hati. Tapi pernahkah
kalian menempati sebuah benteng" Dunia sedang berubah. Gunung-gunung dan lembah-lembah
tempat kalian bisa hidup bebas mulai lenyap. Kalau tidak begitu, takkan ada kemajuan. Kalian bisa
menempuh hidup sebagai ronin karena sang Shogun tak berdaya. Apa kalian pikir keshogunan
akan sanggup bertahan lebih lama" Negeri ini sedang berubah, era baru telah menyingsing. Kita
tak lagi hidup untuk diri sendiri, melainkan untuk anak-cucu kita. Kalian memiliki kesempatan untuk
membentuk rumah tangga sendiri, untuk menjadi samurai sejati. Jangan biarkan kesempatan ini
berlalu bcgitu saja."
Setclah ia selesai, seluruh ruangan diliputi keheningan. Tapi tak ada tanda-tanda perasaan tak
senang. Orang-orang itu yang biasanya hidup tanpa memikirkan masa depan, kini merenungkan
ucapan Tokichiro. Satu orang memecahkan keheningan. "Aku tidak keberatan."
Ia diikuti oleh yang lain, yang memberikan jawaban sama. Mereka sadar bahwa mereka telah
mempertaruhkan nyawa dengan mendukung marga Oda dan ketetapan hati mereka tampak
membara dalam sorot mata masing-masing.
*** Bunyi kapak mcnebang pohon... disusul bunyi cipratan air ketika pohon itu jatuh ke Sungai Kiso.
Sebuah rakit dibuat dan didorong ke dalam arus, mengambang ke arah hilir untuk berjumpa dengan
air Sungai Ibi dan Yabu dari utara dan barat, lalu mencapai gosong pasir yang luas - Sunomata.
Perbatasan antara Mino dan Owari. Lokasi pembangunan benteng, tempat Sakuma Nobumori,
Shibata Katsuie, dan Oda Kageyu menemui kegagalan yang sama.
"Dasar tolol, mereka hanya buang-buang waktu saja." Dari scberang sungai, para prajurit Saito
memperhatikan kesibukan itu sambil berkelakar dan melindungi mata dari sinar matahari.
"Ini sudah keempat kali." "Mereka belum kapok juga."
"Siapa Jendral Pasukan Mayat kali ini" Sungguh menyedihkan walaupun dia dari pihak musuh.
Paling tidak, aku akan mengenang namanya."
"Dia bernama Kinoshita Tokichiro. Aku belum pernah mendengar tentang orang ini."
"Kinoshita... Ah. dialah yang mereka juluki si Monyet. Dia hanya perwira berpangkat rendah.
Nilainya tak lebih dari lima puluh atau enam puluh kan."
"Orang tak berarti seperti itu dijadikan pemimpin" Kalau begitu, musuh kita tentu tidak serius."
"Siapa tahu ini jebakan untuk kita."


Taiko Karya Eiji Yoshikawa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

19 Pendekar Bloon Lima Utusan Akherat m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Mungkin saja. Barangkali mereka berencana menarik perhatian kita ke sini, lalu menyeberang di
tcmpat lain." Semakin lama para prajurit Mino mcmperhatikan kegiatan pembangunan di sisi seberang, semakin
tak peduli mereka. Sekitar satu bulan telah berlalu, Tokichiro memimpin para ronin dari Hachisuka,
yang mulai bekerja begitu mereka tiba. Dua atau tiga kali hujan turun deras, tapi itu malah
membantu menghanyutkan rakit-rakit kayu. Ketika air sungai mcmbanjiri gosong pasir pada suatu
malam pun orang-orang Hachisuka segera bahu-membahu, seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
Apakah awan hujan akan tiba sebelum mereka sempat menyelesaikan tembok tanah" Alam atau
manusiakah yang akan menang"
Para ronin bekerja seperti orang yang telah lupa cara makan dan tidur. Kedua ribu orang yang
berangkat dari Hachisuka telah menjadi lima atau enam ribu pada saat mereka tiba di tcmpat tujuan.
Tokichiro hampir tidak perlu menggunakan tongkat panglima. Anak buahnya sigap dan bekerja
keras, dan hari demi hari pekerjaan mereka tcrus maju, tepat di depan matanya.
Para ronin tcrbiasa menempuh perjalanan di pegunungan maupun daratan. Dan mereka jauh lebih
memahami prinsip-prinsip pengendalian banjir dan konstruksi tanah daripada Tokichiro.
Tujuan mereka adalah membuat tempat ini menjadi milik mereka. Dengan pekerjaan ini, mereka
meninggalkan cara hidup lama yang penuh pesta pora dan kemalasan. Mereka merasakan
kepuasan serta kesenangan yang timbul karena mengerjakan sesuatu yang berarti.
"Hmm, gundukan tanah ini tidak akan jebol, walaupun diterjang banjir bandang," kata salah seorang
ronin dengan bangga. Sebelum bulan pertama berlalu, mereka telah meratakan daerah yang lebih luas daripada
pekarangan benteng, dan bahkan telah membangun jalan ke daratan.
Di tepi seberang, orang-orang Mino mengamati tempat pembangunan. "Bentuknya sudah mulai
kelihatan, ya?" "Mereka belum mendirikan tembok batu, jadi bentuk bentengnya belum tampak, tapi fondasinya
sudah siap." "Aku tidak melihat tukang kayu atau tukang plester."
"Aku yakin mereka masih memerlukan seratus hari sampai mereka bisa mendatangkan tukang kayu
dan tukang plester."
Tanpa semangat, sekadar untuk mengusir rasa bosan para prajurit memandang ke seberang.
Sungai itu cukup lebar. Pada hari-hari cerah, kabut tipis naik dari permukaan air. Sulit untuk melihat
tepi seberang dengan jelas, tapi sesekali ada hari ketika bunyi batu dipotong dan seruan-scruan
dari tempat pem- bangunan terbawa angin ke sisi berlawanan.
"Apakah kita akan melancarkan serangan mendadak kali ini" Tepat di tengah-tengah
20 Pendekar Bloon Lima Utusan Akherat m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
pembangunan?" "Kelihatannya tidak. Ada perintah tegas dari Jendral Fuwa."
"Bagaimana perintahnya?"
"Jangan lepaskan satu tembakan pun. Biarkan musuh bekerja sesuka hati."
"Kita diperintahkan menyaksikan mereka menyele-saikan benteng itu?"
"Menurut rencana semula, kita seharusnya menggempur musuh dengan serangan tunggal pada
wakiu mereka baru mulai bekerja. Berdasarkan rencana kedua, kita disuruh menyerbu ketika
benteng setengah jadi lalu memporak-porandakannya. Tapi sekarang kita diperintahkan menunggu
sampai mereka merampungkan pekerjaan."
"Dan setelah itu?"
"Merebut benteng mereka, tentu saja!"
"Aha! Kita biarkan musuh menyelesaikan pekerjaan, lalu mengambil alih benteng mereka."
"Sepertinva begitulah rencananya."
"Hei, cerdik juga. Kedua jendral Oda, Katsuie dan Sakuma memang agak sukar ditaklukkan, tapi
komandan yang baru ini, si Kinoshita, tak lebih dari prajurit biasa." Celoteh orang itu ditanggapi
dengan pandangan tajam oleh salah satu prajurit lain.
Tiba-tiba orang ketiga bergegas memasuki pos jaga. Sebuah perahu yang datang dari arah hulu
telah mencpi. Seorang jendral berkumis melangkah ke darat, diikuti oleh beberapa pembantu.
Seekor kuda dituntun mengikutinya.
"Si Macan datang!" kata salah seorang penjaga.
"Si Macan dari Unuma, di sini!" Mereka saling bcrbisik dan melirik. Inilah komandan Benteng
Unuma, di hulu sungai; terkenal sebagai salah satu jendral paling garang di Mino, nama
sesungguhnya adalah Osawa Jirozaemon. Orang ini demikian menakutkan, sehingga para ibu di
Inabayama biasa berkata. "Si Macan datang!" untuk mendiamkan anak-anak mereka yang sedang
menangis. "Apakah Jendral Fuwa ada di sini?" tanya Jirozaemon.
"Ada, tuanku. Beliau sedang di perkemahan." "Sesungguhnya aku tidak keberatan menemui dia di
perkemahan, tapi tempat ini lebih cocok untuk berbicara. Segeralah panggil dia ke sini."
"Siap, tuanku." Prajurit itu langsung pergi.
Tak lama kemudian Fuwa Heishiro, diikuti oleh prajurit tadi serta lima atau enam bawahannya.
melangkah cepat ke arah tepi sungai. "Si Macan! Mau apa dia?" Fuwa bergumam.
"Jendral Fuwa, terima kasih atas kesediaan Tuan menemuiku di sini."
21 Pendekar Bloon Lima Utusan Akherat m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Oh, tidak apa-apa. Bagaimana aku dapat mcmbantu?"
"Di seberang sana." Osawa menunjuk ke seberang sungai.
"Pasukan musuh di Sunomau?"
"Betul. Tentunya mereka diawasi siang dan malam." "Tentu saja! Percayalah, kami terus-menerus
berjaga- jaga." "Hmm, meski benteng yang kupimpin berada di hulu, aku tidak hanya memikirkan pertahanan
Unuma." "Ya, tentu saja."
"Sesekali aku menaiki perahu auu berjalan mcnyusuri tepi sungai untuk melihat keadaan di bagian
hilir, dan waktu aku tiba hari ini, aku terkejut sekali. Mungkin sudah terlambat, tapi kalau kuamati
perkemahan ini aku mendapat kesan bahwa suasananya agak terlalu santai. Apa rencana Jendral
sekarang ini?" "Apa maksud Tuan, 'sudah terlambat'?"
"Maksudku, pembangunan benteng musuh telah mencapai tahap mengejutkan. Kelihaiannya pihak
musuh telah membangun tanggul kedua, menyiapkan fondasi, dan sudah mendirikan setengah
tembok batu mereka, sementara Jendral mengawasi mereka tanpa ambil pusing."
Fuwa menggerutu, kesal. "Bagaimana kalau para tukang kayu telah menyiapkan kayu untuk benteng di pegunungan di balik
Sunomata" Dan bukankah ada kemungkinan mereka telah menyiapkan hampir segala sesuatu,
mulai dari jembatan jungkat sampai perlengkapan interior, belum lagi tembok-tembok" Begitulah
pandanganku mengenai situasi ini." "Hmm... begitu."
"Sekarang ini, pada malam hari pasukan musuh pasti lelah karena bekerja keras sepanjang siang.
Mereka pun lalai mcmbentuk pos pcrtahanan. Bukan itu saja, para pekerja dan pengrajin. yang
hanya akan menjadi penghalang saat pertempuran pecah, tinggal bersama para prajurit.
Seandainya kita sekarang melancarkan serangan besar-besaran. menyeberangi sungai dalam
kegelapan. dan menyerang dari arah hulu, hilir, dan dari tepi sungai, kita bisa menumpas musuh
sampai ke akar-akarnya. Tapi jika kita lalai, suatu pagi dalam waktu dekat ini kita akan bangun
dengan kaget karena menemukan sebuah benteng tiba-tiba telah berdiri kokoh. Sebaiknya kita
hindari kejutan seperti itu."
"Betul." "Kalau begitu, Tuan setuju?"
Tawa Fuwa meledak. "Astaga, Jendral Osawa! Jadi aku dipanggil ke sini karena Tuan khawatir
mengenai itu?" 22 Pendekar Bloon Lima Utusan Akherat m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Aku mulai ragu apakah Tuan memiliki mata, sehingga aku memutuskan untuk menjelaskan
situasinya di sini, di tepi sungai."
"Tuan melangkah terlalu jauh! Sebagai komandan militer, pikiran Tuan sungguh dangkal. Kali ini
aku sengaja membiarkan pihak musuh membangun benteng mereka. Tidakkah Tuan
mcnyadarinya?" "Tentu saja. Dan aku menduga bahwa Tuan berencana untuk membiarkan mereka menyelesaikan
pembangunan, lalu menyerang, dan selanjutnya memanfaatkan benteng itu sebagai pangkalan
pasukan Mino untuk merebut keunggulan di Owari."
"Tepat." "Sejak semula aku yakin bahwa itulah pemikiran Tuan, tapi sesungguhnya strategi ini sangat
berbahaya jika Tuan tidak tahu siapa yang Tuan hadapi. Aku tak bisa diam saja dan menyaksikan
kehancuran pasukan kita sendiri."
"Kenapa rencana ini akan membawa kehancuran bagi pasukan kita" Aku tidak mengerti."
"Bersihkanlah telinga Tuan dan perhatikan baik-baik bunyi apa yang terdengar dari seberang. Tuan
akan menyadari seberapa jauh kemajuan pembangunan benteng yang telah dicapai. Bunyi yang
terdengar menunjuk-kan bahwa para prajurit pun terlibat dalam pembangunan. Ini berbeda dengan
Nobumori dan Katsuie. Kali ini pemimpin mereka betul-betul menggebu-gebu. Sudah jelas bahwa
komando jatuh ke tangan seseorang berkepribadian unggul, biarpun dia dari pihak Oda."
Fuwa memegangi perutnya dan tertawa, mengejek Osawa karena memberi penilaian terlalu tinggi
kepada lawan mereka. Walaupun Fuwa dan Osawa bertempur di pihak yang sama, jalan pikiran
keduanya tidak segaris. Osawa mendecakkan lidahnya dengan keras.
"Apa boleh buat. Silakan tertawa scpuas hati. Nanti Tuan akan lihat sendiri." Dengan ucapan
terakhir ini, Osawa memanggil pembawa kudanya, lalu pergi sambil mendongkol.
Sebelum sepuluh hari berlalu, ramalan Osawa Jirozaemon telah terbukti tepat. Pembangunan
benteng di Sunomata maju pesat dalam tiga malam saja.
Ketika para penjaga terbangun pada pagi setelah malam ketiga dan memandang ke seberang
sungai. benteng itu sudah hampir rampung.
Fuwa menggosok-gosok tangan dan berkata, "Bagai-mana kalau kita mengusir mereka dari sana?"
Pasukan Fuwa telah terlatih menyeberangi sungai dan melakukan serangan pada malam hari.
Seperti pernah mereka lakukan sebelumnya, mereka mendekati dan mengepung Sunomata di
tengah malam buta, berencana merebutnya dengan sekali pukul.
Tapi kali ini mereka memperoleh sambutan berbeda. Tokichiro dan para ronin di bawah
komandonya telah siap siaga. Mereka membangun benteng ini dengan cucuran keringat dan darah.
Apakah orang-orang Saito menyangka mereka akan menyerahkannya begitu saja" Gaya tempur
para ronin sama sekali tidak mengikuti aturan. Berbeda dengan prajurit-prajurit Nobumori dan
Katsuie, orang-orang ini bagaikan serigala. Dalam pertempuran yang terjadi, perahu-perahu
23 Pendekar Bloon Lima Utusan Akherat m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
pasukan Mino disiram minyak dan dilalap api. Ketika Fuwa menyadari bahwa anak buahnya tak
mampu merebut posisi unggul, ia memberikan perintah mundur. Tapi pada waktu kata-kata itu
meluncur dari mulutnya, semuanya sudah terlambat.
Dikejar-kejar dari tembok batu ke tepi sungai, para prajurit Mino masih bcruntung bisa
menyelamatkan nyawa. Hampir seribu orang telah menjadi mayat. Sejumlah serdadu yang telah
kehilangan rakit terpaksa melarikan diri ke arah hulu atau hilir, tapi orang-orang Hachisuka tidak
bcrmaksud membiarkan mereka lolos. Bagaimana mungkin pasukan Mino lolos dari kejaran para
ronin yang begitu terbiasa dengan medan berat"
Serangan malam itu berhasil ditangkal. Fuwa melipatgandakan kekuatannya dan sekali lagi
menyerbu Sunomata. Gosong pasir dan air sungai rampak merah oleh darah. Tapi ketika matahari
terbit, pasukan di dalam benteng mengumandangkan nyanyian kemenangan.
"Sarapan pagi ini akan terasa lebih lezat!"
Fuwa menjadi nekad, dan sambil menunggu datangnya badai malam itu, ia merencanakan
serangan ketiga secara habis-habisan. Serbuan pasukan Mino datang dari arah hulu dan hilar.
Ke arah hulu, di Bentcng Unuma, hanya pasukan Osawa Jirozaemon yang tidak menanggapi
seruan untuk mengadakan serangan umum. Pertempuran malam itu begitu mengerikan, sehingga
para ronin pun kehilangan banyak orang dalam air sungai yang penuh lumpur. Tapi pasukan Mino
dipaksa mengaku bahwa mereka menderita kekalahan total.
Menjerat Si Macan TAHUN itu tidak ada serangan mendadak lagi dari pihak Mino. Sementara itu, Tokichiro hampir
selesai dengan pekerjaan interior serta pekerjaan garis pertahanan luar yang masih tersisa. Pada
awal bulan pertama di tahun berikutnya, ia, disertai Koroku, menghadap Nobunaga untuk
mengucapkan selamat Tahun Baru, sekaligus memberikan laporan.
Selama Tokichiro pergi telah terjadi perubahan besar. Rencana yang pernah diusulkannya ternyata
diterima. Benteng Kiyosu, yang memiliki kekurangan dari segi letak maupun persediaan air, telah
ditinggalkan. Nobunaga memindahkan tempat kediamannya ke Gunung Komaki. Para penduduk
kota Kiyosu pun hijrah bersama junjungan mereka, dan sedang membangun kota baru di kaki
Benteng Komaki. Ketika Nobunaga menerima Tokichiro di bentengnya yang baru, ia berkata, "Aku telah berjanji. Kau
boleh menempati Benteng Sunomata, dan upahmu kunaikkan menjadi lima ratus kan." Menjelang
berakhirnya pertemuan mereka. Nobunaga memperlihatkan rasa terima kasihnya dengan
memberikan nama baru pada pengikutnya yang telah berjasa. Mulai saat itu Tokichiro akan
dipanggil Kinoshita Hideyoshi. "Kalau kau sanggup membangunnya, benteng itu milikmu," begitulah
janji Nobunaga semula. Tapi ketika Hideyoshi kembali untuk melaporkan bahwa pembangunan
benteng telah selesai. Nobunaga hanya berkata. "Kau boleh menempati Bentcng Sunomata." dan
tidak menyinggung soal kepemilikan. Sebenarnya tak banyak bedanya, tapi Hideyoshi
24 Pendekar Bloon Lima Utusan Akherat m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
menganggapnya sebagai isyarat bahwa kemampuannya untuk menjadi komandan benteng belum
terbukti. Hal ini disimpulkannya ketika mendengar bahwa Koroku yang baru-baru ini menjadi
pengikut marga Oda berkat rekomendasi Hideyoshi ditugaskan di Sunomata sebagai pembantu
Hideyoshi. Tetapi Hideyoshi bukannya mendongkol karena sikap junjungannya, melainkan berkata.
"Dengan segala kerendahan hati. Tuanku, daripada menerima upah lima ratus kan yang hendak
tuanku anugertahkan, perkenankanlah hamba merebut tanah dengan nilai yang sama dari Mino.
Setelah memperoleh izin Nobunaga, pada hari ketujuh di tahun yang baru Hideyoshi kembali ke
Sunomata. "Kita membangun benteng ini tanpa menyebabkan satu pun pengikut Yang Mulia mengalami
cedera, dan tanpa menggunakan satu pun pohon atau batu dari wilayah kesatuan Yang Mulia.
Barangkali kita juga bisa merebut tanah dari tangan musuh dan hidup dengan upah dari para dewa.
Bagaimana menurutmu, Hikoemon?"
Koroku telah melepaskan nama lamanya, dan sejak Tahun Baru, menggantinya menjadi Hikoemon.
"Menarik juga." Hikoemon membalas. Kini ia sepenuhnya setia pada Hideyoshi. Ia bersikap seolaholah ia pengikut Hideyoshi, dan sama sekali melupakan hubungan mereka sebelumnya.
Dengan mengerahkan pasukannya setiap kali ada kesempatan, Hideyoshi menyerang
daerah-daerah sekitar. Tentunya tanah yang berhasil ia rebut semula merupakan bagian dari Mino.
Tanah yang ditawarkan Nobunaga padanya bernilai lima ratus tapi tanah yang ditaklukkan
Hideyoshi bernilai lebih dari dua kali lipat.
Ketika Nobunaga mengetahui ini, ia memaksakan senyum. "Si Monyet itu saja sudah cukup untuk
merebut seluruh Provinsi Mino. Ternyata ada orang di dunia ini yang tidak pernah mengeluh."
Sunomata telah diamankan. Nobunaga merasa seolah-olah Mino sudah jatuh ke tangannya. Tetapi
meski mereka menyangka telah berhasil menggeser perbatasan Mino, pusat kekuatan marga Saito,
yang dipisahkan oleh Sungai Kiso dari Owari, tetap tak terusik.
Dengan memanfaatkan benteng baru di Sunomata sebagai pangkalan, Nobunaga dua kali
mencoba menembus pertahanan Mino, tapi gagal. Ia merasa seperti menghantam dinding besi.
Namun ini tidak mengejutkan bagi Hideyoshi maupun Hikoemon. Bagaimanapun, kali ini pihak
musuh bertempur untuk mempertahankan nyawa. Pasukan Owari yang kecil takkan mungkin
mengalahkan Mino dengan taktik-taktik biasa.
Dan masih ada lagi. Setelah pembangunan benteng selesai, pihak musuh menyadari kelalaian
mereka dan mempetajari Hideyoshi dengan lebih saksama. Monyet ini muncul entah dari mana, dan
meskipun ia tidak dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh marga Oda, ia jelas pejuang yang
hebat dan panjang akal, yang tahu bagaimana menggerakkan anak buahnya. Reputasinya justru
lebih cepat menanjak di mata pihak musuh daripada di mata orang-orang Oda, dan akibatnya
pasukan musuh semakin memperkuat pertahanan mereka. Orang-orang Saito menyadari bahwa
mereka tak boleh lalai lagi.
Setelah mengalami dua kekalahan, Nobunaga mundur ke Gunung Komaki untuk menanti
penghujung tahun. Tapi Hideyoshi tidak menunggu. Dari bentengnya ia dapat memandang Dataran
Mino sampai ke Pegunungan Tengah. Berdiri dengan tangan terlipat, ia bertanya dalam hati. "Apa
yang harus kita lakukan dengan Mino?" Pasukan besar yang dikerahkannya tidak bermarkas di
Gunung Komaki maupun di Sunomata. melainkan di dalam benaknya. Begitu turun dari menara
25 Pendekar Bloon Lima Utusan Akherat m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
jaga dan kembali ke ruangannya, Hideyoshi menyuruh Hikoemon menghadap.
Hikoemon muncul seketika. dan bertanya. "Apa yang dapat hamba lakukan untuk tuanku?" Tanpa
mcngindahkan hubungan mereka sebelumnya, ia memberi hormat pada laki-laki yang lebih muda
itu. "Mendekatlah sedikit." "Dengan izin tuanku.
"Yang lain boleh pcrgi sampai aku memanggil kalian." Hideyoshi berkata kepada para samurai yang
mengelilinginya. Kemudian ia berpaling pada Hikoemon. "Ada sesuatu yang ingin kubicarakan
denganmu." "Baik. Apa itu?"
"Tapi pertama-tama," Hideyoshi berkata sambil merendahkan suara. "kurasa kau lebih mengenal
kondisi Mino daripada aku. Menurutmu, di mana letak dasar kekuatan Mino, yang membuat kita tak
dapat tidur nyenyak di Sunomata?"
"Pada orang-orang mereka yang paling mampu. hamba rasa."
"Pada orang-orang yang paling mampu. Jadi, pasti tidak berkaitan Saito Tatsuoki."
"Tiga Serangkai dari Mino mengucapkan sumpah setia pada masa ayah dan kakek Tatsuoki."
"Siapa Tiga Serangkai itu?"
"Hamba rasa tuanku pasti sudah mendengar kabar mengenai mereka. Ada Ando Noritoshi,
komandan Benteng Kagamijima." Hideyoshi meletakkan satu tangan pada lutut dan menjulurkan
satu jari sambil mengangguk. "Iyo Michitomo, komandan Benteng Sone."
"He-he." Jari kedua.
"Dan Ujiie Hitachinosuke, penguasa Benteng Ogaki." Jari ketiga. "Ada lagi?"
"Hmm." Hikoemon memiringkan kepala. "Selain mereka, masih ada Takenaka Hanbei. Tapi sudah


Taiko Karya Eiji Yoshikawa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

beberapa tahun terakhir ini dia menghentikan pengabdiannya pada marga Saito, dan hidup
menyendiri di Bukit Kurihara. Hamba rasa tuanku belum memperhitungkan dia."
"Hmm, kalau begitu, pertama-tama kita bisa menyimpulkan bahwa Tiga Serangkai itu merupakan
tonggak utama kekuatan Mino. Betulkah itu?"
"Hamba kira begitu."
"Itulah yang ingin kubicarakan denganmu. Menurutmu, adakah cara untuk merobohkan tonggak
itu?" "Hamba menyangsikannya," Hikoemon menang-gapi. "Laki-laki sejati adalah laki-laki yang
berpegang teguh pada ucapannya. Dia tidak tcrgoda oleh nama dan kemasyhuran. Sebagai contoh,
seandainya Tuanku diminta mencabut tiga gigi sehat, tuanku tentu takkan melakukannya, bukan?"
26 Pendekar Bloon Lima Utusan Akherat m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Masalahnya tidak sesederhana itu. Pasti ada jalan...." Hideyoshi menjawab perlahan-lahan.
"Pasukan musuh beberapa kali melakukan serangan pada waktu kita sedang membangun benteng,
tapi ketika itu ada satu jendral musuh yang tidak berbuat apa-apa."
"Siapa itu?" "Osawa, komandan Benteng Unuma."
"Ah, Osawa Jirozacmon, si Macan dari Unuma." "Orang itu... si Macan... mungkinkah kita bisa
menghubungi dia melalui seorang kerabatnya?"
"Osawa mcmpunyai adik laki-laki, namanva Mondo." ujar Hikoemon. "Sudah beberapa tahun adik
hamba, Matajuro, maupun hamba sendiri, menjalin hubungan baik dengannya."
"Ini berita bagus." Hideyoshi melampiaskan kegembiraannya dengan bertepuk tangan. "Di mana
tempat tinggal Mondo ini?"
"Kalau hamba tidak salah, dia mengabdi di kota Inabayama."
"Utus adikmu sekarang juga. Moga-moga saja dia bisa menemukan Mondo."
"Kalau perlu, hamba sendiri yang akan pergi," jawab Hikoemon. "Apa rencana tuanku?"
"Dengan menggunakan Mondo. aku ingin menjauhkan Osawa dari marga Saito. Setelah itu, aku
akan memanfaatkan Osawa untuk mcmisahkan Tiga Scrangkai dari Mino satu per satu, persis
seperti mencabut gigi."
"Hamba ragu apakah tuanku sendiri dapat melakukannya, tapi untung saja Mondo tidak seperti
kakaknya, dan sangat memperhatikan keuntungan pribadi."
"Tidak. Mondo saja tidak cukup untuk membujuk si Macan dari Unuma. Kita memerlukan pemain
lain untuk memasukkan harimau itu ke dalam kerangkeng. Dan kupikir kita bisa menggunakan
Tenzo untuk itu." "Bagus! Tapi rencana apa yang telah tuanku siapkan untuk mereka bcrdua?"
"Begini, Hikoemon." Hideyoshi bergerak mendekat dan membisikkan rencananya ke telinga
Hachisuka Hikoemon. Sesaat Hikoemon menatap Hideyoshi. Rambut Hideyoshi dan rambutnya sendiri sama-sama hitam,
jadi dari mana ide gemilang itu muncul" Ketika membandingkan kecerdikan Hideyoshi dengan
dirinya sendiri, Hikoemon terkagum-kagum.
"Hmm, aku ingin Matajuro dan Tenzo segera mulai bergcrak." Hideyoshi berkata.
"Hamba mengerti. Tapi mereka akan menyusup ke wilayah musuh. Jadi mereka harus menunggu
sampai tengah malam sebelum menyeberangi sungai."
"Kuminta kau menjelaskan rencana ini secara terperinci pada mereka, lalu memberikan perintah
selanjutnya." "Tentu, tuanku."
27 Pendekar Bloon Lima Utusan Akherat m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Setelah tahu apa yang harus dilakukannya. Hikoemon mengundurkan diri dari ruangan Hideyoshi.
Saat ini, lebih dari setengah pasukan di benteng terdiri atas bekas ronin dari Hachisuka. Kini
mereka telah menetap dan menjadi samurai.
Adik Hikoemon, Matajuro, dan kcponakannya, Tcnzo, menerima perintah dari Hikoemon, menyamar
sebagai saudagar dan meninggalkan benteng malam itu untuk menuju sarang musuh, kota
Inabayama. Baik Tenzo maupun Matajuro cocok sekali untuk misi semacam ini. Satu bulan
kemudian, setelah menyelesaikan tugas, mereka kembali ke Sunomata.
Di seberang sungai di Mino, desas-desus mulai beredar:
"Ada sesuatu yang mencurigakan pada diri si Macan dari Unuma."
"Osawa Jirozaemon sudah bcrtahun-tahun bersekongkol dengan Owari."
"Pantas saja dia tidak mengindahkan perintah Fuwa ketika pembangunan benteng di Sunomata
sedang berlangsung. Seharusnya mereka bekerja sama, tapi Osawa sama sekali tidak
mengerahkan pasukannya."
Desas-desus ini mengundang spekulasi lebih lanjut. "Dalam waktu dekat, Yang Mulia Tatsuoki akan
memanggil Osawa Jirozaemon ke Inabayama untuk minta pertanggungjawaban atas kekalahan di
Sunomata." "Benteng Unuma akan disita. Segera setelah si Macan pergi ke Inabayama."
Scsungguhnya desas-desus yang beredar di Mino ini timbul akibat hasutan Watanabe Tenzo, dan
di baliknya ada Hideyoshi yang duduk di bentcng di Sunomata.
"Tidakkah kau sependapat bahwa waktunya sudah tiba" Berangkatlah ke Unuma sekarang juga."
Hideyoshi berkata pada Hikoemon. "Aku telah menulis surat yang harus kauserahkan pada Osawa."
"Baik, tuanku."
"Kau harus bisa membujuknya. Atur hari dan tempat pertemuan." Dengan membawa surat
Hideyoshi. Hikoemon diam-diam mengunjungi Unuma.
Ketika mendengar bahwa utusan rahasia dari Sunomata tiba di bentengnya. Osawa bertanya-tanya
apa gerangan maksudnya. Si Macan dari Unuma yang garang ini sudah beberapa waktu kelihatan
sedih dan tidak bahagia. Berpura-pura sakit, ia menghindari semua orang. Belum lama ini ia
menerima panggilan untuk segera datang ke Inabayama, dan baik keluarga maupun para
pengikutnya merasa cemas. Osawa sendiri mengumumkan bahwa sakitnya terlalu parah untuk
melakukan perjalanan, dan sepertinya ia memang tidak berminat meninggalkan bentengnya.
Desas-desus tadi juga telah sampai ke Unuma, dan Osawa menyadari bahaya yang mengancam
dirinya. Ia menyesalkan tuduhan palsu yang dilontarkan oleh pengikut-pengikut yang gemar
memfitnah. Ia pun menyesalkan kekacauan yang melanda marga Saito karena kebodohan
Tatsuoki. Namun tak ada yang dapai diperbuatnya, dan ia tahu bahwa suatu hari ia akan terpaksa
melakukan seppuku. Pada saat inilah Hikoemon mendatanginya secara diam-diam dari Sunomata.
Osawa memutuskan untuk bertindak. "Aku akan menemui dia," kata Osawa.
28 Pendekar Bloon Lima Utusan Akherat m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Surat Hideyoshi diserahkan pada Osawa. Begitu selesai membaca surat itu. Osawa membakarnya.
Kemudian ia memberikan jawaban secara lisan. "Waktu dan tempat pcrtemuan akan kuberitahukan
dalam beberapa hari. Kuharap Yang Mulia Hideyoshi akan berada di sana."
Setelah itu, dua minggu berlalu. Sebuah pesan dari Unuma tiba di Sunomata dan Hideyoshi,
disertai sepuluh orang saja, termasuk Hikoemon, menuju tempat pcrtemuan yang telah ditentukan,
sebuah rumah sederhana tepat di tengah-tengah antara Unuma dan Sunomata. Sementara para
pengikut dari kedua belah pihak tetap berjaga-jaga di tepi sungai. Hideyoshi dan Osawa menaiki
perahu kecil dan menuju ke tengah Sungai Kiso. Pada waktu mereka duduk berlutut saling
berhadapan, yang lain bertanya-tanya apa gerangan yang sedang mereka bicarakan. Perahu kecil
itu bagaikan selembar daun yang
(http://cerita-silat.mywapblog.com)
29Pendekar Bloon Perjalanan ke Alam Baka m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Pendekar Bloon Perjalanan ke Alam Baka | http://cerita-silat.mywapblog.com | Pendekar Bloon Perjalanan ke Alam Baka pdf created by Saiful Bahri (Seletreng - Situbondo) pd 23-04-2016 08:24:33
dipermainkan arus sungai dan pembicaraan itu berakhir tanpa kejadian yang tak diinginkan.
Setelah kembali ke Sunomata, Hideyoshi memberitahu Hikoemon bahwa Osawa mungkin akan
berkunjung dalam waktu sekitar satu minggu. Dan benar saja, beberapa hari kemudian Osawa
diam-diam pergi ke Sunomata. Hideyoshi menerimanya dengan ramah, dan pada hari itu juga ia
membawa Osawa ke Benteng Komaki, sebelum orang lain sempat menyadari kehadirannya.
Seorang diri Hideyoshi lalu menghadap Nobunaga.
"Hamba datang bcrsama Osawa Jirozaemon, si Macan dari Unuma." Hideyoshi melaporkan pada
Nobunaga. "Setelah mendengar uraian hamba, pendiriannya berubah dan dia bertckad
meninggalkan orang-orang Saito untuk bergabung dengan marga Oda. Kalau tuanku sudi berbicara
langsung dengannya, tuanku akan mendapatkan seorang jendral yang luar biasa berani, sekaligus
mempcroleh Benteng Unuma, tanpa perlu berbuat apa-apa."
Nobunaga, dengan kesan heran pada wajahnya, tampak merenungkan ucapan Hideyoshi.
Hideyoshi agak terpukul karena junjungannya tidak memperlihatkan kegembiraan. Ia tidak
mengharapkan pujian atas usahanya, tapi menarik si Macan yang garang dari Unuma dari tangan
musuh, dan membawanya ke sini untuk menemui Nobunaga, sesungguhnya mcrupakan hadiah
yang sangat berarti. Semula Hideyoshi menyangka Nobunaga akan senang. Tapi ketika memikirkannya, ia sadar bahwa
ia telah bertindak tanpa memohon restu terlebih dulu dari Nobunaga. Mungkin itulah sebabnya.
Raut muka Nobunaga mendukung kesimpulan itu. Seperti bunyi pepatah lama, paku yang terlalu
menonjol akan dihantam dengan palu. Hideyoshi menyadari hal ini, dan ia terus-menerus
mengingatkan dirinya bahwa ia terlalu menonjol. Meski demikian, ia tak sanggup duduk berpangku
tangan, tidak melakukan sesuatu yang ia tahu menguntungkan bagi pihaknya.
Akhimya dengan enggan Nobunaga menganggukkan kcpala. Hideyoshi membawa Osawa ke
dalam. "Tuanku sudah dewasa sekarang." kata Osawa dengan nada ramah. "Mungkin tuanku mengira ini
pertama kali kita bertemu, tapi sesungguhnya hari ini hamba mendapat kehormatan untuk berjumpa
kedua kalinya. Pertemuan pertama terjadi lima betas tahun lalu, di Kuil Shotoku di Tonda, ketika
tuanku menemui bekas junjungan hamba, Yang Mulia Saito Dosan. Ketika itu hamba salah seorang
pembantunya." Nobunaga hanya menjawab. "Begitukah?" Sepertinya ia sedang mempelajari watak tamunya.
Osawa berbicara dengan tulus, tanpa berusaha menyanjung Nobunaga. Ia pun tidak mencoba
menyenangkan hati Nobunaga sambil merendah. "Mcski tuanku musuh hamba, hamba terkesan
dengan sepak terjang tuanku dalam tahun-tahun terakhir. Ketika hamba pertama kali melihat tuanku
di Kuil Shotoku, tuanku kelihatan seperti anak muda yang nakal. Tapi setelah apa yang hamba lihat
hari ini, hamba menyadari bahwa pemerintahan tuanku berlainan dengan pendapat umum." Osawa
berbicara sebagai orang dengan kedudukan setaraf, terus terang dan seadanya. Osawa bukan saja
laki-laki pemberani, ia pun berbudi luhur, pikir Hideyoshi.
"Kita akan bertemu lagi dalam kesempatan lain dan meneruskan perbincangan ini. Ada beberapa
urusan yang harus kuselesaikan hari ini." ujar Nobunaga, lalu berdiri dan mengakhiri pertemuan.
1 Pendekar Bloon Perjalanan ke Alam Baka m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Beberapa waktu kemudian ia memanggil Hideyoshi untuk bertemu empat mata. Apa pun yang
dikatakan Nobunaga, setelah itu Hideyoshi tampak bingung sekali. Tapi, tanpa menceritakan
apa-apa pada Osawa, ia memainkan peran tuan rumah yang baik dan menghibur Osawa di
Bentcng Komaki. "Ucapan Yang Mulia akan kubeberkan setelah kita kembali ke Sunomata."
Setelah mereka kembali ke benteng Hideyoshi dan mendapat kesempatan bcrbicara berdua saja.
Hideyoshi berkata. "Jendral Osawa, aku telah menem-patkan Tuan ke dalam posisi sulit, dan
satu-satunya cara untuk menebusnya adalah dengan kematianku. Tanpa berunding dengan Tuan
Nobunaga, aku menduga bahwa Yang Mulia berpikiran sama denganku, dan akan menyambut
gembira kedatangan Tuan sebagai sckutu. Tapi ternyata pandangan beliau berlainan sekali dengan
pandanganku." Hideyoshi mendesah. Kemudian, sambil terdiam, ia menundukkan kcpala.
Osawa pun telah mcnyadari bahwa sambutan Nobunaga kurang menggembirakan. "Tuan kelihatan
cemas sckali, tapi sebenarnya tak ada alasan untuk bersikap demikian. Aku bukannya tak bisa
hidup tanpa upah dari Yang Mulia. Berbicaralah terus terang."
"Aku takkan cemas kalau hanya itu masalahnya." Hideyoshi nyaris tak sanggup bicara, tapi tiba-tiba
ia duduk lebih tegak seakan-akan baru saja menemukan jalan keluar. "Lebih baik kuceritakan
semuanya. Begini, Jendral Osawa, ketika aku hendak pergi tadi, Tuan Nobunaga memanggilku
secara diam-diam dan memarahiku karena tidak memahami seni siasat. Yang Mulia bertanya,
kenapa Osawa Jirozaemon, orang yang memiliki reputasi begitu tinggi di Mino, bisa terbujuk oleh
kelincahan lidahku dan ingin menjadi sekutunya. Aku sama sekali tidak berpikir sejauh ini."
"Ya, aku bisa membayangkannya."
"Yang Mulia juga memberitahuku bahwa Osawa dari Benteng Unuma inilah yang menjadi macan
pelindung Mino, dan telah bertahun-tahun menimbulkan kesulitan bagi Owari. Yang Mulia
mengisyaratkan bahwa mungkin justru aku yang terkecoh dan dikelabui oleh kepandaian lidah serta
keberanian Tuan. Tuan lihat sendiri, Yang Mulia penuh prasangka."
"Memang." "Yang Mulia juga merasa bahwa jika Tuan tinggal lebih lama di Benteng Komaki, itu berarti kami
memberi kesempatan pada Tuan untuk mengamati pertahanan provinsi. Karena itu aku
diperintahkan untuk segera mcmbawa Tuan kembali kc Sunomata. Membawa Tuan kembali ke
sana dan..." Hideyoshi terdiam, seakan-akan tenggorokannya tersumbat. Osawa pun mcrasa
cemas, tapi ia menatap mata Hideyoshi, mendesaknya untuk menyelesaikan kalimat itu.
"Sulit bagiku untuk mengungkapkannya, tapi inilah perintah Yang Mulia, jadi aku ingin Tuan
mengetahuinya. Aku diperintahkan untuk membawa Tuan kembali ke Sunomata. mengurung Tuan
Iblis Pulau Keramat 1 Pendekar Bayangan Sukma 13 Sumpit Nyai Loreng Keris Buntung Ki Srongot 1

Cari Blog Ini