They keep going, and going, and going . . .
I pushed off with my feet, flapped my wings, and sprung straight
into the air. Through the trees. Above the waterfall.
air\> Tobias and Ax followed, and we flew oven The Gardens. Three
identical ducks, morphed from the same DNA. . . .
We decided three ducks flying by themselves looked a little
conspicuous, especially to Controllers who were probably looking
for three ducks flying by themselves. So we hooked up with a flock
of mallards heading in the direction of the capitol.
We leeched on to the back of their V formation, and flapped off
over the mountains. This wasn't sleek, soaring raptor flight. W ith our round heads,
long necks, and plump bodies, we looked more like bowling pins with
wings. I was the Energizer Bunny with feathers. The Energizer Birdie . . .
The author wishes to thank Lisa Harkrader
for her help in preparing this manuscript.
Thank you to Art Alphin For Larry, Austin, and Ashley
And for Michael and Jake Cover illustration by David B. Mattingly
Art Direction/Design by Karen Hudson/Ursula Albano
If you purchased this book without a cover, you should be aware that this
book is stolen property. It was reported as "unsold and destroyed" to the
publisher, and neither the author nor the publisher has received any pay"
ment for this "stripped book."
No part of this publication may be reproduced in whole or in part, or stored
in a retrieval system, or transmitted in any form or by any means, electronic,
mechanical, photocopying, recording, or otherwise, without written permis"
sion of the publisher. For information regarding permission, write to
Scholastic Inc., Attention: Permissions Department, 555 Broadway,
New York, NY 10012. ISBN 0-439-11525-6 Copyright ? 2001 by Katherine Applegate.
All rights reserved. Published by Scholastic Inc.
SCHOLASTIC, APPLE PAPERBACKS, ANIMORPHS, and associated logos
are trademarks and/or registered trademarks of Scholastic Inc.
12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 Printed in the U.S.A. First Scholastic printing, March 2001
1 2 3 4 5 6/0 Aku terjun. Mengepit sayap. Melipat ekor.
Meluncur ke tanah! Aku ini peluru. Peluru berbulu.
Dan aku merasa sangat keren sampai
Tobias meroket ke atas melewatiku. Dia
terbang di atas kereta barang dan berputar
berpilin menyamping, sayap ke sayap. Bulubulunya menyerempet meriam besar salah
satu tank.
putarannya.
Death " Spiral Maut Ekor Merah adalah hobi
favoritku.> 1 Kami memompa sayap dan terbang
melewati lokomotif itu. Dua orang yang
mengenakan baju monyet dan topi duduk di
dalamnya. Yang satu, si juru mesin, kukira,
sedang mengendalikan kereta sementara
yang satu lagi mengawasi rel di depan.
Mereka tidak menyandang senjata
Dracon. Atau senjata lain. Dan mereka tidak
memperhatikan burung osprey dan elang
ekor-merah yang jatuh dari langit untuk
memata-matai mereka.
Tobias.
berkata.
Aku berputar. Meneliti gerbong-gerbong
yang tak beratap. Tidak ada yang aneh.
Tidak ada benda yang seharusnya tidak ada
di sana. Tapi, sesuatu menggelitik benakku. Ada
yang tidak beres. Tiada hari tanpa bertempur melawan
alien sudah membuatku menjadi seorang
paranoid. Aku memberi tenaga pada sayapku untuk
bergabung dengan Tobias di atas lokomotif.
Angin panas cantik datang dari sisi
pegunungan. Aku melebarkan sayap dan
bulu di ekor dan terangkat cepat ke atas
oleh udara panas itu. 2 Kereta barang bergerak ribut di bawah.
Menarik gerbong-gerbong yang berisi tank
baja tentara. M-I Abrams.
Yeah, M-I Abrams. Aku tahu dari
PlayStation. Ada gunanya juga kan berjamjam bermain Tank Commando.
Tank-tank M-I itu milik Garda Nasional.
Mereka dirantai di gerbong, meriam
menghadap ke belakang. Dan kereta ini
menuju ke kota. Sudah berhari-hari ini kota dipadati oleh
konvoi truk-truk dan mobil Humvee. Batalion
tentara Garda Nasional dari seluruh negara
bagian membentuk barisan pertahanan di
sekeliling kota. Sekarang mereka membawa tank baja.
Ax mengawasi semua berita di saluran TV
kabel dan lokal, tapi tidak ada yang menyebut
tentang latihan baris-berbaris skala besar ini.
Aku tidak menemukan info apa-apa di
Internet, dan para Chee juga tidak
mendengar apapun dari pihak Yeerk.
Tobias dan aku sedang melakukan
investigasi langsung. Untuk mencari tahu
apakah gubernur negara bagian kami
akhirnya menyadari Bumi sedang dijajah.
Untuk melihat apakah mereka sedang
membangun pertahanan. 3 Atau untuk melihat apakah ini semua
rencana Yeerk. Apakah semua prajurit
Garda Nasional itu Pengendali" Sebagian
besar sih iya. Tapi apakah sudah
semuanya" Maksud kami, ke semua ribuan
prajurit tersebut. Jika mereka semua
Pengendali, maka kami dalam masalah
besar. Celaka dua belas. Tapi kami memperkirakan belum semua.
Berharap belum semua. Menyusun rencana
dengan hati-hati bukanlah gaya Visser One.
Dia biasanya langsung loncat dengan
berisik. Dan jika tidak berhasil, dia akan
menyabet kepala subvisser dan lanjut ke
langkah gilanya yang lain.
Lagipula, dengan pesawat Blade dan
ratusan Bug Fighters, si visser jelas tidak
butuh tank baja yang berat dan lamban.
Di sisi lain, Visser One sudah mulai
perang terang-terangan. Untuk berperang,
kau butuh pasukan. Dan jika kau butuh
pasukan dengan cepat, kenapa tidak comot
aja pasukan yang sudah ada" Jika
komandan tertinggi di Garda Nasional
sudah jadi Pengendali, Visser One akan
mudah saja mengumpulkan pasukan sisa
nya untuk dijadikan induk semang. Dan jika
dia menguasai tank-tank baja, pasukan
yang belum disusupi tidak akan bisa
menggunakannya untuk melawan mereka.
4 Chuk-chuk-chuk-chuk. Kereta barang terus melaju di atas rel.
Tidak terlalu cepat untuk ukuran kereta.
Sekitar sepuluh mil per jam. Mungkin lima
belas di turunan. Tapi itu cukup cepat untuk ukuran terbang
burung pemangsa. Tobias dan aku bergerak
dari mesin, ke gerbong pertama, lalu kedua.
Sekarang kami berada di tengah-tengah dan
mulai kelelahan. Otot sayapku nyeri, panas,
dan akhirnya mulai kebas.
Aku berputar lagi. Mempelajari kereta.
Masih ada sesuatu yang mengganjal. Apa
yang kulewatkan" Tidak ada, Marco. Tidak ada yang
menakutkan di kereta ini. Jika ada, mata
tajam burung pemangsamu pastilah sudah
melihatnya dari jarak satu mil. Kau cuma
paranoid parah. Paranoid parah yang sayapnya berasa
mau copot, jika aku tidak berhenti mengepak.
tidak terlalu cepat. Kenapa kita tidak
mendarat saja, numpang di gerbong">
Aku menukik ke gerbong tengah dan
bersiap mendarat di atas tank. Cakarku
tergelincir di sepanjang gembok panjang yang
besar di atas tingkap. Aku mengunci cakarku
pada sebuah kandang kargo logam, melipat
5 sayap, dan duduk di dasar kandang. Angin
mengehembus bulu di atas kepalaku.
Sebuah bayangan datang. Tobias hinggap di lambung tank, di belakang cincin
logam yang besar. Dia berpegangan erat-erat.
Kereta tersebut meluncur melewati bukit
curam. Aku memutar kepalaku. Sebaris tank
mengular di belakangku, melewati pohon
pinus yang menjulang di kanan-kiri rel.
Cahaya matahari menembus sela-sela daun
jarum dan berkerlip dengan warna hijau
tank. Aku tidak melihat gerakan lain. Tidak ada
tanda-kehidupan, luar angkasa atau dalam
angkasa. Normal. Semuanya terlihat "
Tunggu.
alien, bukankah mereka seharusnya memasang tentara di kereta" Dan jika ini
Visser One, kau tahu dia akan menempatkan Pengendali di sini. Tiga puluh
empat tank, dan tidak ada yang
mengawasi.>
kata Tobias. 6 Aku berbalik lagi ke depan.
Seekor elang ekor-merah lain menukik di
belokan depan. Di belakangnya, dalam
formasi, terbanglah sepasukan rajawali emas
dan alap-alap macan. Jelas kami tidak sendirian.
7 Elang ekor-merah terbang menuju kereta.
Rajawali dan alap-alap mengikuti, berbelok,
dan menukik ke atas rel.
Tobias memberitahuku lewat bahasa-pikiran
pribadi.
alap-alap bertingkah seperti pilot, dipimpin
oleh elang. Mereka ini bukan burung biasa
yang suka terbang sore-sore.>
Rajawali dan alap-alap melayang melewati lokomotif dan hinggap di tank baja
yang pertama. Si elang ekor-merah
bergantung di udara mengawasi kereta
yang lewat di bawahnya. Mereka tidak
melihat kami. Belum. 8 Tobias menyusup ke bawah tank; di celah
Animorphs - 51 The Absolute di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
antara roda-roda tank yang gelap. Jadi dia
masih bisa mengintai tanpa terlihat.
Tapi aku di atas. Di kubah. Gerakanku
pasti akan terlihat oleh mata si elang. Aku
merapatkan badan ke lantai dasar kargo, dan
mengawasi. Menunggu. Berharap bulu abuabu dan putihku tersamarkan dengan warna
cat tank ini. Benar juga. Kita sedang ngomongin
penglihatan elang. Tidak ada yang namanya
tersamarkan bagi elang. Si elang ekor-merah melayang di atas
kereta. Memeriksa setiap gerbong, setiap
tank, yang lewat di bawah.
celah kandang. Mereka berduabelas. Kami
berdua.
James dan gengnya. Barisan penolong
Animorphs yang baru saja kami rekrut untuk
membantu kami melawan pasukan Yeerk.
Anak-anak cacat di siang hari. Pahlawan
super saat malam tiba. Atau sesuatu seperti
itu. Animorphs " awalnya cuma lima anak dan
satu Andalite " berjuang untuk mencoba
menghentikan Yeerk. Aku salah satu dari lima
anak itu. Marco. Hanya nama itu saja yang
9 bisa kuceritakan kepadamu. Tidak pakai
nama belakang. Tidak pakai alamat.
Mungkin sekarang sudah tidak perlu
begitu lagi. Para Yeerk sudah tahu siapa
aku. Atau mereka tahu siapa aku yang dulu.
Pasukan Yeerk. Aku yakin sekarang
kalian sudah tahu siapa mereka. Jika tidak,
ini versi singkatnya: siput abu-abu berlendir
yang menyusup ke dalam saluran
telingamu, memipihkan badan mereka
melapisi seluruh permukaan otakmu, dan
mengambil alih kendali tubuhmu. Alien
parasit yang menjajah Bumi, manusia satu
demi satu. Ibuku tadinya Pengendali, dikendalikan
oleh Yeerk paling kuat seantero Kerajaan
Yeerk, Visser One yang dulu. Kami
menyelamatkan ibu, membunuh Yeerk di
dalam kepalanya, memalsukan kematian
aku dan ayahku, dan pindah ke lembah
pegunungan milik kelompok Hork-Bajir
merdeka. Yang kedengarannya bagus. Dan memang begitu. Untukku pribadiku. Dan
untuk keluargaku. Oke, memang kami tidak
jalan-jalan naik gunung bersama alien
berpisau setinggi tujuh kaki yang jarang,
bahkan tidak pernah, mandi. Dan tidak, aku
sudah berminggu-minggu tidak melihat
10 toilet. Tapi aku tidak mengeluh. Aku menjaga
ibuku. Menjaga orangtuaku. Dan, sebagai
bonus, pr aljabar sekarang hanyalah sebuah
ingatan jauh yang nyaris sirna.
Tapi buat Animorphs, dan untuk perang
yang sedang kami hadapi, kaburnya ibuku
adalah permulaan dari sebuah turunan bukit
yang curam, panjang, dan menakutkan. Dan
kami sudah hampir berada di dasarnya.
Meluncur keras. Alasan terbesar dari kesusahan perjuangan
kami adalah pasukan Yeerk punya senjata
yang lebih baik. Ditambah, mereka lebih
banyak, sekitar tiga miliar berbanding enam.
Tapi kami juga punya beberapa keuntungan
yang membantu menyeimbangkan pertempuran. Pertama: Kami bisa berubah wujud. Kami
bisa menyentuh binatang, menyadap DNA
nya, lalu berubah menjadi binatang tersebut.
Pangeran Andalite yang sekarat memberikan
kami kemampuan tersebut, dan dengan itu
kami bisa menyusup, memata-matai, menghancurkan, dan menendang bokong
Yeerk dengan cara yang tidak bisa dilakukan
manusia. Kedua: Karena perubahan wujud itu
adalah teknologi Andalite, para Yeerk
mengira kami adalah Andalite. Mantan Visser
Three, komandan penyerbuan Yeerk ke
11 Bumi, mengacak-acak planet ini demi
mencari sekumpulan pejuang alien biru.
Tapi dia tidak menemukan kami, karena
dia tidak pernah mencari kami di tempat
yang benar. Perumahan hijau yang nyaman.
Aula sekolah yang berisik saat istirahat.
Food court di mall. Bukan di tempat-tempat
gaul Andalite yang biasanya. Yah, kecuali
mungkin di food court ada Andalite nya.
Setelah perang ini berakhir, aku sangat
mengharapkan Ax, Andalite teman kami
yang tinggal di bumi, menghabiskan sisa
hidupnya dengan menjadi manusia di
Cinnabon. Setelah kami menyelamatkan ibuku, tidak
butuh waktu lama bagi Visser Three untuk
mengetahui bahwa "bandit Andalite" sebenarnya hanya manusia. Dia naik
pangkat menjadi Visser One, dan dia mulai
mengerahkan seluruh pasukan untuk
menemukan kami. Para Animorphs yang lain terpaksa
menyelamatkan keluarga mereka dan kabur
ke lembah Hork-Bajir. Rachel bersama ibu
dan dua adiknya. Cassie dan orangtuanya.
Tobias dengan ibunya. Dan Jake. Sendirian. Kami mencoba untuk menyelamatkan
seluruh keluarga Jake. Bahkan Tom,
abangnya, yang sudah jadi Pengendali
sejak awal invasi ini. Tapi Yeerk lebih dulu
12 mendapatkan mereka. Mengubah ibu dan
ayah Jake menjadi Pengendali.
Mengubah Jake menjadi seseorang yang
tidak lagi kami kenal. Ax juga pindah ke lembah. Tempat itu jadi
semacam markas kami. Intinya: Kami adalah anak manusia, dan
pasukan Yeerk sudah tahu itu. Dan kami pikir
itu adalah hal terburuk yang bisa terjadi.
Kami salah. Kami butuh bantuan. Kekuatan tambahan.
Animorphs tambahan. Jadi kami merekrut
manusia yang bisa kami percaya. Manusia
yang tidak diinginkan oleh Yeerk. Manusia
yang tidak bisa mereka susupi.
Anak-anak cacat. Para Yeerk mengetahui apa yang kami
lakukan, dan di pertempuran kami yang
terakhir, kami kehilangan kubus pengubahwujud. Satu-satunya senjata kami, senjata
yang tidak pernah bisa dikalahkan Visser
One, telah terjatuh ke tangan musuh. Yeah,
kami masih bisa berubah wujud. Tapi
sekarang, Yeerk juga bisa.
Semua nya menjadi sangat, sangat buruk.
Aku melihat ke langit. Si elang ekor-marah
berputar. Memeriksa tank-tank di bawah.
Matanya terkunci kepadaku.
Burung tidak punya bibir. Burung tidak bisa
tersenyum. Tapi sumpah, burung yang satu
itu bisa. 13 "TSEEEEEER!" Elang ekor-merah itu meroket dari langit,
matanya berkilat penuh kemenangan.
Chuk-chuk-chuk-chuk. Kereta barang ini mengantarkanku tepat
kepada musuh. Aku mengepak ke atas kotak kargo dan
menemukan pijakan.
Empat blok kayu dipasang melintang di roda
tank, dua di depan, dua di belakang, untuk
menahannya agar tidak tergelincir. Tobias
berdiri di salah satu blok kayu depan, di
dalam bayangan, di luar garis penglihatan si
elang. 14
berkata.
yakin, seolah aku tahu apa yang sedang
kulakukan.
Aku melebarkan sayapku. Membentangkan
bulu-bulu. Mengipaskan ekor. Itulah yang
dilakukan burung pemangsa saat mereka
terancam. Membuat tubuh kelihatan sebesar
dan semengancam mungkin. Yang tidak dilakukan burung pemangsa
adalah merencanakan manuver pura-pura
bunuh diri. Tidak, itu gerakan manusia.
Sayapku tidak dilebarkan untuk membuatku
tampak tangguh, meski aku yakin sekarang
aku burung yang gagah sekali. Sayapku
sebenarnya sedang menyembunyikan tabung
besi tebal yang mencuat di belakangku
melalui keranjang kargo. Pipa besi yang aku berani bertaruh, tidak
dilihat oleh elang yang sedang bernafsu
mematuk isi perutku. Aku melotot kepadanya.
Menantang untuk diserang.
"TSEEEEEEEEEEEEER!"
Aku masih berdiri. Bertahan di tenggeranku. Ekorku mengangguk ke atas
dan ke bawah seperti tuas, menyesuaikan
keseimbanganku terhadap pergerakan kereta. 15 Tobias mengawasi dari bayang-bayang,
sayapnya menegang, siap untuk menyerang
si elang jika aku gagal. Elang itu terjun dengan cepat, paruhnya
terarah ke dadaku yang terbuka.
Enam kaki di atasku. Empat. Dua.
Sekarang! Aku menjatuhkan diri. Ke samping. Ke
arah lambung tank. Thungk-crack. Si ekor-merah menghantam pipa besi di
atasku. Thump. Dan jatuh ke keranjang kargo di
belakangnya. Dia terbaring di dasar
kandang, tak bergerak. Lehernya terputar
aneh ke samping.
mengangkat sayapnya.
tidak ada di udara.> Kereta itu berbelok tajam. Kami menukik
ke samping. Tetap terbang rendah. Dan
berhadap-hadapan dengan paruh Pengendali-rajawali-emas.
Aku sudah bilang kalau rajawali emas
besarnya tiga kali burung osprey" Itu artinya
tiga kali lebih berperangai dan, menurut
Animorphs - 51 The Absolute di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pendapatku, sepertinya mereka juga lebih
stres" 16 Itu kalau rajawali emas biasa. Tambahkan
Yeerk gila dan induk semang manusia yang
ketakuan, dan kita dapat seekor burung besar
yang super sinting. Aku memotong tajam ke kanan. Tobias
sudah di depanku. Kami mengepak keras dan
terbang menuju bagian depan kereta, enam
rajawali emas mengekor kami.
Chuk-chuk-chuk-chuk. Bunyi gerbong-gerbong menenggelamkan
suara kepakan. Kami melewati satu gerbong.
Satu lagi. Kami berhasil menyusul kereta.
Rajawali lebih besar. Lebih jahat. Tapi tidak
lebih cepat. Jika kami bisa mendahului
mereka, kami bisa menjauhkan jarak dari
mereka. Aku terus mengepakkan sayap.
Kami berbelok melengkung.
Lima alap-alap berputar di atas kami.
Mereka tidak sebesar rajawali emas. Bahkan
tidak sebesar aku atau Tobias. Tapi jauh lebih
cepat. Seekor alap-alap menukik turun. Terjun!
Tapi ini bukan sekedar burung. Ini adalah
alap-alap macan. Bukan peluru berbulu. Misil.
Sebuah misil ditembakkan ke arahku dengan
kecepatan dua ratus mil per jam.
17 Memberiku nol detik untuk memikirkan
strategi bunuh diri palsu selanjutnya.
Kami sudah pasti, seratus persen babak
belur. Alap-alap itu terjun dari langit. Seekor lagi
mengincar Tobias. Aku memompa sayapku. Mengamati rel,
mencari celah. Tempat bersembunyi. Perlindungan. Tidak ada. Dinding pepohonan di samping. Kereta
kargo di samping satunya lagi. Sekawanan
rajawali edan di belakang.
Aku terbang turun di antara dua gerbong.
Tobias mengikuti. Chuk-chuk-chuk-chuk. Logam beradu dengan logam. Kami
menghindar di bawah as, di antara roda-roda.
Di sekitar kotak rem. Sungguh aksi nekat dan
18 19 putus asa dan bodoh. Ribuan pon baja
berdesing di sepanjang rel, sepersekian inci
dari sayap, kaki, dan kepala kami. Sekali
salah langkah, sekali saja salah perhitungan, dan kami akan jadi nugget
ayam. Tapi ini satu-satunya kesempatan.
Kami terbang di antara rel dan dasar
gerbong di atas kami. Lolos dari rajawali.
Burung dengan bentangan sayap selebar
tujuh kaki tidak punya urusan di bawah
kereta barang yang sedang bergerak.
Tapi masih ada alap-alap. Datang dari
depan. Dari belakang. Mencakar. Menebas.
Menabrak.
aku berteriak.
Aku melesat keluar dari bawah gerbong,
dua alap-alap mengekorku. Aku naik.
Mengelilingi tank baja. Masuk. Keluar! Lolos
dari seekor alap-alap. Berputar di sekitar
meriam. Lolos lagi.
bulu-bulu, terus ke daging saat seekor
rajawali emas menangkapku di tengah
udara. 20 Aku meronta. Mencoba melepaskan diri.
Kulitku robek dicengkeramnya. Cakar menggores tulangku. Si rajawali mengepakkan sayap dan naik
ke atas kereta. Aku tergantung dari cakarnya
seperti tikus tak berdaya, memutar dan
menggeliat.
Kilatan warna coklat. Aku menyelipkan sayapku. Tobias terbang di bawah si rajawali dalam
gerakan Spiral Maut Ekor-Merah. Cakarnya
menyabet kaki rajawali yang berbulu.
"KYEEEEER!" Rajawali itu memekik. Berbelok. Berbalik
untuk menghadapi penyerangnya.
Tapi dia tidak secepat Tobias, dan dia
terbebani oleh osprey yang tidak mau bekerja
sama. "TSEEEEEEEEEEEEEER!"
Tobias menubruk tenggorokannya.
Rajawali itu berubah arah. Menggarukkan
cakar ke Tobias. Leherku jadi terbebas dari
cengkeramannya. Aku berputar, ekorku nyangkut di cakar
rajawali, kepala dan bahuku terhuyung di
udara, saat Tobias dan si rajawali berkelahi di
atasku. Tobias berputar. Masuk. Keluar. Lagi.
Berputar. 21 Si rajawali memutar dan menghindar.
Tobias menggoreskan cakarnya di
sepanjang punggung rajawali.
Si rajawali mengamuk, kedua kakinya
terbuka. Aku bebas! Aku jatuh. Terjun bebas menuju kereta
barang di bawah. Menuju baja padat dan
kerangka periskop yang mencuat.
Terbang. Aku harus terbang! Aku
memusatkan pikiran. Menarik sayapku ke
atas. Keluar. Udara mengisi sayapku, seperti membuka
parasut. Suatu tempat di atas ku seekor
rajawali sedang menjerit. Aku harus
berputar. Kembali ke Tobias dan menolongnya melawan rajawali. Aku
melesat di atas kereta. Melewati tank.
terbalik ke belakang, terguling di udara.
Thunk. Dan mendarat di dasar gerbong.
22 Aku terbaring telentang, sayapku terentang
di papan kayu yang kasar, perutku terbuka.
Angin mencamuk bulu-buluku. Gerbonggerbong melaju di bawahku.
Si alap-alap berputar di atas sana.
Mengepakkan sayap dan terbang ke atas.
Mencapai ketinggian untuk menyerang lagi.
Aku memejamkan mata. Berusaha tidak
mendengar suara kereta, suara jeritan elang
dan rajawali. Mengabaikan rasa sakit di
seluruh tubuhku. Memaksa satu gambar ke
dalam benakku: Marco. Marco manusia yang
sehat wal afiat. Aku merasakan bulu-bulu mencair. Merasakan mereka melebur ke dalam kulitku.
Kakiku menebal. Memanjang seukuran kaki
23 manusia. Sisik keras yang menutupinya
melunak dan lembut membentuk kulit
manusia. Tapi dari kaki ke atas aku masih burung,
dan aku masih tidak bisa bergerak. Rasa
sakit membakar sayapku. Aku fokus kembali
terhadap gambar: lengan. Currrrrrrunnnnnnnnnnch! Sayapku melurus, tertarik memanjang.
Sakitnya juga terasa tertarik. Memanjang.
Menipis. Memudar jadi rasa geli, kemudian
menghilang bersamaan dengan munculnya
jari-jari dari ujung lengan-sayap ku.
Aku menekukkan tangan. Membuka
mata. Aku mengelak ke samping. Kutendang si
alap-alap! Cakarnya menggores paha kemudian
mencengkeram dagingku. Alap-alap itu
meremas segenggam otot dengan kukunya
yang setajam pisau dan terbang.
"AAAAAAAAAAHHHHH!"
Gumpal daging sebesar bola golf
dirobeknya dari kakiku! Dalam wujud manusia, aku bisa
menangkis. Dalam wujud manusia, aku akan
bertahan. Yah, aku bisa bertahan lebih lama
dibandingkan dalam wujud osprey.
Tapi buat apa rela dibantai seperti itu"
24 Aku merangkak menuju tank. Duduk
bersandar di lambungnya. Mendorong keluar
gambar manusia dari otakku dan memikirkan
gambar lain: gorila. Mau jadi kekar" Lupakan angkat beban dan
minum susu. Berubahlah menjadi gorila.
Aku berkonsentrasi Dada dan pundakku menggembung. Perutku
bertingkat. Bisep, otot deltoid, otot pectoral.
Aku menggemuk. Berisi. Tanganku tumbuh
menjadi seukuran sarung tangan penangkap.
Jariku menjadi setebal sosis.
Currrreeeeeeek! Tulang manusia menebal. Tangan memanjang. Tengkorakku bergeser. Ke
belakang, lalu ke atas. Wajahku memesek.
Rahang tertarik maju. Kulitku menggelap dan
rambut-rambut kasar mulai tumbuh di sekujur
tubuh. Aku jadi Big Jim. Aku melompat ke atas lambung tank. Alapalap menukik dan mencakar lenganku. Sapuan
lain di atas kepalaku, memamerkan cakar.
Seekor rajawalo emas berusaha mencakar
wajahku. Tapi aku gorila. Rajawali cuma bikin jengkel.
Hama. Seperti nyamuk yang mudah ditepuk.
Aku memukul mereka pergi, seperti King Kong
mengusir pesawat dari atas Empire State
Building. 25 Aku berbalik dan memandang rel dengan
seksama. Barisan pepohonan menipis.
Permukaan tanah menjadi datar. Kami
hampir sampai di kota. Lebih dekat dengan bala bantuan Yeerk.
Tobias terbang di atas tank tiga gerbong
di belakang, seekor rajawali emas
Animorphs - 51 The Absolute di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menempelnya. Dua alap-alap mematuk dan
mencakar di sekelilingnya, menyerang apa
yang bisa diserang.
bawah kereta. Papan rel dipotong ke dalam sisi bukit.
Pada satu sisinya, tanah sejajar dengan
dasar gerbong. Sejajar karena tapak roda tank.
Empat rantai, sebesar lenganku, terbentang dari lingkaran baja besar
melingkari tank terus ke lingkaran baja yang
melingkari gerbong, dua di depan, dua di
belakang. Setiap pasang rantai disilangkan
dan dikunci dengan gesper baja raksasa di
tengah setiap rantai. Peralatan. Aku butuh peralatan. Gampang. Aku sudah level 10 di Tank
Commando. Aku tahu di mana aku bisa
mendapatkan peralatan. 26 Aku melompat ke lambung tank. Peti besar
dibuat sebagai spatbor, tutupnya terkunci
rapat dengan gembok tembaga.
Bukan masalah buat gorila. Aku menarik
lepas kunci itu, gembok itu membengkok
setelah kutinju seperti Play-Doh. Aku buka
tutupnya. Yak! Kapak. Sekop. Kunci inggris besar.
Palang runcing seperti pahat.
Palu godam. Aku menarik palu godam dari kotak.
Melompat ke belakang tank.
Balok kayunya masih terpasang di roda
tank, ditahan oleh paku besi yang dipasang
menembus balok ke dasar gerbong.
WHAM! Satu balok melayang di udara.
WHAM! Satu lagi melayang ke pohon.
Aku mengambil gesper logam yang besar
tadi dan memilin nya. Rantai menjadi longgar.
Aku memilin kedua gesper sampai semuanya
jadi kendur, lalu aku lompat lagi ke tank dan
melepaskan semua rantai dari lingkaran baja.
CLANG! Rantai meluncur ke lantai gerbong.
Meriam terkunci di keranjang di bagian
belakang lambung tank. Karena aku sudah di
sana, sekalian saja aku tarik lepas dan
melompat ke bagian depan tank.
WHAM! WHAM! 27 Balok-balok kayu terbang.
Aku memilin. Melompat. Melepaskan kait.
Rantai depan terjatuh. Tank itu sudah bebas.
Aku melompat ke kubah. Berjalan dengan
tinjuku ke tingkap yang menuju ke dalam
tank. Kupilin gemboknya dan melemparkannya kepada rajawali yang
sedang mengekor Tobias. Kulepaskan
tingkapnya begitu saja. Tobias melesat
masuk, ke dalam tank. Aku tepuk saja di rajawali, lalu ku
ayunkan palu godam ke mesin kereta.
Mesinnya terbang berguling-guling, melewati gerbong-gerbong.
Terbanting ke atap lokomotif dan
memantul. EEEEEEEE! Rem mendengking. Gerbong meluncur.
Aku berguling ke dalam tank dan
membanting tutupnya. Da-dah burung-burung. 28
dalam keremangan. Kereta itu sudah
berhenti.
logam.
menunggu bala bantuan yang akan
mengupas tutup kaleng dan membunuh kita.
Kita tidak aman, Marco. Kita tamat.>
jala di belakangku. Bagian dalam kubah berupa keranjang
logam yang membundar. Semua di dalamnya
" dinding, lantai, lemari penyimpanan,
perlatan " dicat barwarna putih. Tempat
duduk dan lemari penyimpanan mengisi
ruang di depan dan di tengah. Lututku beradu
29 dengan kotak logam yang besar. Rak penuh
peluru bersenggolan dengan pundakku.
Tank ini tidak dibuat untuk gorilla.
Aku kembali jadi manusia dan memanjat
salah satu kursi. Aku mengintip kotak
pandang yang dipasang di atas ku. Aku
duduk di stasiun penembak. Semuanya
diatur komputer. Dilengkapi dengan mode
night vision dan sensor inframerah. Sama
seperti video game. Aku dapat melihat rajawali dan alap-alap.
Mereka hinggap di lambung tank, menunggu. Dua pekerja kereta sedang
berjalan di sepanjang rel, mencari di
gerbong, mencari di bawah gerbong,
mencari di pepohonan. Salah satu dari
mereka membawa palu godam. Keduanya
terlihat sangat bingung dan sedikit kesal.
Aku bangkit dari kursi. Berdiri di tengahtengah dan memikirkan apa yang pertama
harus dilakukan. "Aku pikir kita akan jalan-jalan naik ini."
Tobias berubah menjadi wujud manusianya.
"Jika kita bisa menyalakan ini."
"Apa maksudmu jika kita bisa menyalakan
ini" Kau kebetulan sedang duduk di sebelah
ahli Tank Commando dari lembah HorkBajir."
"Oh benar. Ahli video-game." Dia
memandang sakelar dan tuas-tuas. "Jadi,
gimana, kita hidupkan dan meluncur turun
dari sisi kereta?" 30 "Yeah. Kereta nya berhenti. Tanahnya
hampir sejajar dengan gerbong. Gampang.
Aku pernah nonton kru tank melakukannya di
History Channel." "Ah. Video game dan TV kabel. Sangat
menenangkan jiwa." Dia mengambil helm dari
kait di sisi kubah. "Kurasa aku harus memakai
ini." "Sepertinya begitu. Alat yang di depan
helm itu mikrofon," aku berkata. "Dan yang di
dekat telingamu speaker nya."
Mikrofon itu terhubung dengan kabel tipis
yang melengkung ke bawah dari sisi helm,
seperti headset telefon. Tobias mengatur
posisinya di depan mulut.
"Aku merasa seperti Britney Spears," dia
berkata. "Sayangnya, kau tidak mirip dia. Duduk
sini. Colokkan kabel dan tekan sakelar kecil
itu ke depan jadi kau bisa bicara kepadaku."
Aku memanjat ruang kecil antara kubah
dengan stasiun pengendara. Semua di bawah
sini juga dicat putih. Aku meluncur ke kursi.
Kursinya mundur cukup jauh aku hampir
terbaring. Aku memakai helm. Kemudian
mencolokkan kabel. Dan mengambil napas dalam-dalam.
Kuberitahu sedikit rahasia. Menembak
pasukan musuh di video game sebenarnya
tidak benar-benar menyiapkan kalian untuk
mengendalikan tank asli seberat enam puluh
31 ton. Maksudku, yeah, kendalinya terlihat
mirip. Aku memegang tuas tangan yang ada
di depanku. Dan peralatannya berada di
tempat yang sama dengan yang kulihat di
layar PlayStation. Tapi ini nyata. Jika aku membuat tank ini
terbalik, aku tidak bisa menekan KELUAR
dan mengulang lagi. "Bagaimana di bawah sana?" suara
Tobias terdengar dari helm ku.
"Keren." Aku mempelajari panel instrument. "Semuanya oke. Aku sudah
mempelajarinya." Yang, aku sadar, hampir benar. Karena
ini satu rahasia lagi: Kendali tank ditandai
dengan begitu jelas. BAHAN BAKAR.
START. SAKELAR UTAMA. Tidak perlu
orang jenius untuk mengendalikan tank ini.
Apa angkatan darat pernah kepikiran"
Apa mereka sadar bahwa, dengan sedikit
latihan dan uji coba, anak kelas tiga yang
kata-katanya masih terbatas bisa mencuri
sebuah tank" Aku duduk kembali ke kursiku. Menekan
SAKELAR UTAMA. Mendengar bunyi
dengungan dari panel instrument yang
menyala. Aku mengintip lewat kotak pandang.
Tidak secanggih periskop yang sudah pake
komputer di stasiun penembak tadi. Yang ini
lebih mirip jendela. Yang dipasangi kaca
32 anti peluru. Rajawali dan alap-alap masih
bertengger di atas tank. Dan mereka
sepertinya tahu ada yang tidak beres. Mereka
saling menatap dan mengibaskan bulu.
Aku menekan START. RrrrrRRRRRRrrrrrmmmmmmmmm.
Mesinnya berputar menyala. Di luar sana,
teman kita, para burung berciut-ciut dan
mengepakkan sayap mereka.
Oke. Aku bisa melakukan ini. Aku mencoba
tuas tangannya. Kanan, maju. Kiri, transmisi.
Penukar gigi di bawah jempol kiriku.
Aku mengambil napas. Semenit lagi kami
akan meluncur ke luar gerbong, atau
menabrak perbukitan, atau kami akan terbalik
seperti serangga logam yang besar.
Aku membiarkan transmisi dalam keadaan
netral dan memutar tuas tangan ke kiri,
hampir seperti mengendarai sepeda. Kurang
lebih. Memutar throttle. Tank berputar ke
samping di atas dasar gerbong. Rodanya
bergantung di pinggir, menghadap daerah
bukit yang terbuka. Aku meluruskan tuas tangan. Menggeser
untuk maju. Menarik kembali throttle nya.
Dan kami melaju ke tempat yang kosong.
33 Bagian depan roda bergulir keluar dari
gerbong, tanpa ada apa-apa yang
menyokongnya. Aku bisa melihat tinggi
tanah di depan. Aku menjaga throttle tetap
stabil. Tank nya tertungging ke depan. Rajawali
dan alap-alap terbang kabur. Mereka jelas
tidak percaya kepada kemampuan
Animorphs - 51 The Absolute di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mengemudi-tank ku. "Uh, Marco?" dan sepertinya Tobias juga.
WHOOOOOOMPH! Roda menghantam tanah keras.
Setengah tank tergantung di gerbong,
sebagiannya lagi ada di tanah yang tinggi.
Kemudian roda berhasil mencapai tanah
dan menarik kami dari gerbong. Kami terus
34 berjalan di daerah terbuka di sebelah rel. aku
menemukan celah di antara barisan
pepohonan, dan kami berbelok masuk ke
dalamnya. "Gampang," aku berkata.
Aku sangat terkesan kepada tank ini. Dan,
tentu saja, kepada diriku sendiri. Tank M-I,
bisa bergerak, dan aku mengendalikannya.
Ke mana saja. Naik ke bukit, melewati
batuan, melewati parit. Aku terguncang-guncang di kursi pengemudi. Semak-semak hancur dan
menghilang ke dalam rodaku. Oke, juga
beberapa pohon-pohon. Dan bagian pinggir
sebuah gudang kereta. Aku butuh waktu
untuk membiasakan diri dengan kemudinya.
Para Pengendali-burung sudah kembali ke
tank, cakar mereka terkunci rapat di engsel
dan pegangan, sayap mereka merunduk
pada lambung tank. Helm ku berbunyi. "Sebut aku gila," kata
Tobias, "tapi saat kita menghentikan misi, aku
pikir kita seharusnya tidak membawa Yeerk
ikut pulang ke rumah."
Aku mendengar suara gerak di atas dan
belakangku. Meriam tank menyapu ke bagian
depan. Menghantam seekor rajawali emas.
Dia terjatuh dari tank. Meriam tersebut balik
ke belakag dan memutar ke depan lagi. Para
burung yang lain segera terbang.
"Tobias" Itu kau yang mengendalikan?"
35 "Yeah. Aku menemukan buku petunjuknya di sini. Bacaan membosankan,
tapi ada beberapa hal yang bisa kita
gunakan." Kami bergemuruh melintasi daerah
terbuka. Turun ke sungai. Memanjat sisi
sungai di seberang yang curam seperti
lereng bukit. Bergerak melewati belukar dan
kembali ke pohon-pohon. Para Pengendaliburung melayang di atas.
Tobias memutar meriam lagi. Rajawali
dan alap-alap berciut dan mengepak ke
angkasa. Aku terus maju, keranjang kubah berputar
beberapa inci di belakang kepalaku,
mencoba untuk tidak membuat meriam
mengenai sisi bukit ataupun tersangkut
pohon. Mencoba untuk fokuskan mataku pada
kotak pandnag. Pohon-pohon berkelebat
samar. THUNNNNG. Tank nya oleng ke samping. Tapi tetap
berjalan. Terhempas balik ke tanah datar.
"Jauh lebih keren daripada simulasi tank,"
kata Tobias. "Menurutmu Jake mengizinkan
kita memakai M-I ini di" Marco! Awas!"
"Awas apa" Aku tidak bisa melihat
dengan jelas." "Aku tahu. Tapi aku bisa. Berhenti.
Berhenti!" 36 Aku menekan rem. Tank tersentak sampai
berhenti. Aku terguncang maju, lalu ke
belakang. Aku mengintip lewat kotak pandang
ku. Dan yang kulihat cuma langit. Udara
kosong sejauh mataku memandang. Kami
sudah keluar dari hutan dan sekarang sedang
tergantung di pinggir tebing yang menghadap
ke Interstate. Kawanan rajawali dan alap-alap sudah
menghilang. Burung pintar.
Helm ku bersuara lagi. "Uh, Marco" Apa
kaleng ini bisa mundur?"
Aku menatap gigi nya. "Yeah."
Aku menekan sakelar dengan jempolku.
Menggas sedikit. Tank mulai bergulir. Maju.
"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAHHHHHHH
H!" Tobias berteriak di telingaku.
Aku menekan rem. Tank nya berhenti.
Sebongkah tanah jatuh dari bawah roda,
terjun bebas ke jurang. "Tidak bisa mundur," aku berkata.
"Yang benar saja."
Aku menekan gigi sekali lagi. Memutar
throttle ke arahku sesenti.
Tanknya mundur seinci. Aku memutar throttle lebih jauh. Mundur
sampai ke pinggir hutan. Berhenti di bawah
bayangan pohon-pohon. "Tebing" tadi ternyata bukit yang dihancurkan oleh perusahaan jalan layang
37 saat mereka membangun Interstate. Di
seberangnya menurun sampai sejajar
dengan jalanan. Aku menarik tuas tangan. Memutar tank.
kami melaju menuruni bukit. Aku berbalik
lagi. Melintasi parit dan masuk ke jalan
layang. "Uh, Marco" Kau yakin dengan apa yang
kau lakukan?" Tobias berkata.
"Tentu. Kecepatannya sampai enam
puluh lima, tidak masalah."
"Yeah, enam puluh lima tapi salah arah!"
Aku menatap jalan layang. Jalanan nya
terbagi, dengan pembatas beton di antara
dua sisi. Dan kami berada di sisi salah jalan.
Tidak banyak yang bisa kuperbuat selain
tetap maju. Dan berharap pengendara lain
cukup pintar untuk menyingkir.
Mereka pintar-pintar. Sebuah mobil Lexus baru sampai keluar
dari jalan. Sebuah mobil pick-up tua yang
membawa kayu juga mengikutinya.
Sebuah mini-van yang dikendarai ibu-ibu
sepak bola mengikuti jejak mereka. SUV
ynag dikendarai pria berjas menepi ke
kanan. Sejauh ini, semua orang bisa diajak kerja
sama. Kecuali truk beroda delapan belas itu.
38 Dia terus melaju ke arah kami. Aku
melambat. Membelok ke bahu jalan, melindas
beberapa papan jalan. Belok kembali ke jalan
layang untuk menghindari jip yang mogok.
Tetap saja truk itu menuju ke kami. Kami
sudah cukup dekat aku bisa melihat wajah
pengemudinya. Dia tersenyum. Tidak, dia
sedang tertawa. "Apa orang itu idiot?" Tobias berteriak. "Dia
menantang adu kambing dengan tank. Tank
baja!" "Dia lebih besar."
"Yeah" Kita lebih lengkap."
Meriam bergerak. Mengayun ke kanan.
"Kau tidak boleh menembaknya, Tobias!"
"Dia tidak tahu itu."
Meriam bergerak lagi. Ke atas, kali ini.
Langsung ke arah jendela truk itu.
Senyum pengemudinya membeku. Dia
membanting setir dan berbelok tajam ke lajur
lain. "Biar jadi pelajaran buatnya." Aku
bergumam. 39 Jake melongo. "Jadi, kalian tinggalkan di
mana tank nya?" Tobias dan aku saling berpandangan.
Kami sudah kembali ke lembah HorkBajir, duduk mengelilingi api unggun di luar
kabin orangtuaku. Jangkrik bernyanyi.
Lembah bermandi cahaya matahari yang
sedang tenggelam. Champ, anjing ibu
Tobias, tiduran di kaki kami. Damai. Indah
sekali. Tapi sebenarnya kami sedang rapat
perang. Para Ketua Lapangan sudah hadir di sini.
Aku, Tobias, Rachel, Cassie, Jake, dan Ax.
Dan sejak kami pindah ke lembah, kami
menambah dua anggota baru.
40 Toby, si cenayang Hork-Bajir. Cenayang,
artinya lebih pintar dari Hork-Bajir normal.
Artinya dua-tambah-dua benar-benar berarti
sesuatu buatnya. Begitu juga fisika kuantum.
Anggota baru kami yang satu lagi adalah
ibuku. "Tank itu." Aku mengambil napas."Yah,
kalian tahu rumah Chapman" Yang gede
dua-lantai?" Jake menghela napas. "Jadi berapa lantai
sekarang?" "Uh?" aku menoleh ke Tobias. "Nol" Tapi
gudang belakangnya penuh kayu bakar
sekarang. Lumayan buat Chapman di musim
dingin." Tobias tersenyum. "Sayangnya dia sudah
tidak punya perapian lagi."
"Permisi sebentar?" kata Rachel. "Kau
merobohkan rumah Melissa?"
Dia melotot kepadaku. Dia dan Melissa
Chapman dulunya sobatan. Dulu sekali,
sebelum ayah Melissa menjadi Pengendali
dan Rachel menjadi Animorph.
Dia beralih ke Tobias. "Dan kamu juga ikutikutan?"
"Whoa. Tenang, non," aku berkata. "Kau
cuma marah karena tidak diajak naik Tank.
Tidak ada yang terluka. Tidak ada orang di
rumah. Bahkan si Fluffer McNutter atau
apapun nama kucing bego itu, juga tidak ada
di sana." 41 "Fluffer McKitty," dia berkata.
"Oh. Maaf. Fluffer McKitty. Jauh lebih
bagus. Begitulah, mereka semua baik saja.
Melissa, orangtuanya, kucingnya."
Tobias mengangguk. "Hanya saja mereka
sekarang, yah, gelandangan."
Rachel menggelengkan kepalanya. Melihat ke Jake untuk minta dukungan.
Jake mengatakan".. tidak sepatah kata
pun. Kami menunggu tegurannya. Menunggu
dia berpura-pura tidak geli. Menunggu:
"Maksudku bukan rendah diri yang seperti
itu, Marco." Menunggu hal biasa yang
dilakukan Jake. Api meletup. Jaket nilon seseorang
berderit. Ax menepuk nyamuk dengan sisi
datar belati ekornya. Jake menghela napas lagi dan menusuk
api unggun dengan sebatang ranting.
Aku mengernyit. Memandang Ax. Dia
angkat bahu, salah satu dari gerak manusia
yang dipelajarinya. Sejak kami pindah ke lembah, Jake jadi
seperti robot autopilot. Aku tidak tahu lagi
caranya mengajak dia ngobrol. Padahal ini
Jake. Sahabatku sejak kelas dua, dan aku
bahkan tidak bisa lagi bersenda gurau
bersamanya. Apalagi mencoba baca isi kepalanya.
42 Sebagian karena aku. Kesalahan ku. Yeah,
sekilas info, panggil Asosiasi Wartawan,
Animorphs - 51 The Absolute di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Marco merasa bersalah. Yah, bagaimana
tidak" Keluargaku aman, berkumpul kembali,
bersama, sedangkan Jake dipisahkan dari
keluarganya. Kesempatannya kecil dia bisa
menyelamatkan mereka. Tapi bukan itu yang paling membuat aku
merasa bersalah. Aku merasa bersalah karena aku gembira.
Gembira ibuku kembali. Gembira ibu dan
ayahku masih saling sayang. Sahabat karibku
kehilangan semua yang berarti baginya.
Sementara, aku bisa dibilang harus mengikat
tubuh di pohon agar tidak berlarian ke sana
ke mari, tangan terentang luas, bernyanyi
suka ria. Aku memandang Cassie. Dia duduk di
meja piknik yang aku dan Ax temukan dan
kami bawa ke sini. Dia duduk jauh dari api.
Jauh dari kerumunan. Aku tahu jika ada yang bisa memahami
Jake, Cassie lah orangnya. Maksudku, dia
Cassie gitu loh! Tapi sejak misi terakhir kami,
sejak Yeerk mencuri kubus pengubah-wujud,
Jake menjadi lebih jauh darinya dibandingkan
dengan yang lain. Jauh" Sebenarnya itu yang
membuat Cassie khawatir, Jake benar-benar
menutup diri darinya. Seperti pintu besi yang
dikunci rapat. 43 "Tapi apa kalian mendapatkan informasi?"
Toby memandang ke Tobias, lalu ke aku.
Dia berjongkok di rerumputan, cahaya dari
kayu yang terbakar membuat mata HorkBajirnya kelihatan berapi-api. "Apa kalian
berhasil menemukan sesuatu yang berguna?" Tobias menggaruk telinga Champ.
"Maksudmu sebelum kami mencuri property
pemerintah, membahayakan pengguna
jalan raya, dan merubuhkan rumah?"
"Ya." Dia mengangguk.
"Yah, kami berhasil mengidentifikasi
keretanya," aku berkata. "Bukan Garda
Nasional yang memindahkan tank-tank
tersebut. Setidaknya bukan Garda Nasional
biasa yang belum disusupi."
"Garda Nasional yang belum disusupi."
Jake mengangguk. Mengaduk api. "Kita
memperkirakan mereka memang masih
ada." Dia beralih ke ibuku. "Eva, apakah
ada kemungkinan kita salah?"
"Tidak." Ibu menggelengkan kepalanya.
"Jika Visser Three sudah mengambil alih
Garda Nasional saat aku masih jadi tubuh
Visser One, aku pasti akan mengetahuinya.
Apa yang kubicarakan" Semua pasti akan
tahu. Visser Three akan memastikan semua
orang tahu." 44 "Bagaimana dengan setelahnya?" kata
Jake. "Setelah dia diangkat menjadi Visser
One?" "Tidak." Ibu menggeleng lagi. "Tidak cukup
waktu. Yang kita bicarakan ini ribuan tentara,
tersebar di seluruh negara bagian. Dan
mereka juga tidak aktif. Mereka pejuang di
akhir pecan, jadi sebagian besar waktu
mereka tidak dihabiskan bersama kesatuan
mereka. Ini operasi raksasa. Butuh perencanaan berbulan-bulan, dan berbulanbulan lagi untuk melaksanakannya."
"Oke." Jake memastikan. Menusukkan
rantingnya ke api. "Dari pergerakan tentara
beberapa hari belakangan ini, kita bisa
menganggap tahap perencanaan sudah
beres. Jadi aku memperkirakan mereka
sudah memasuki awal tahap pelaksanaan.
Kita juga bisa menganggap paling tidak
beberapa panglima tinggi adalah Pengendali.
Jika tidak, Visser tidak akan bisa
memasukkan semua prajurit ke dalam kota.
Mereka semua akan disusupi. Segera. Kita
tidak bisa biarkan itu terjadi."
birunya bercahaya karena api unggun.
45 "Tidak. Tidak cukup banyak. Kita butuh
bantuan." Aduk. Aduk. Tusuk. "Jadi, kita
bagi tugas. Grup satu adalah grup sepaklangsung." Jake memandang Rachel.
"Tugas grup itu adalah membuat pengalihan
kepada pasukan Garda Nasional. Buat
mereka sejauh dan selama mungkin dari
kolam Yeerk. Mereka ditempatkan di
seluruh sudut kota, jadi kita akan harus
tetap bergerak untuk mencapai semua
tempatnya. Tapi itu juga akan membuat
pasukan Visser One mencoba menghentikan kita. Mereka akan dibuat
sibuk. Memberi kita banyak waktu."
"Kami sudah merencanakan pembebasan
kelompok Hork-Bajir yang menjaga markas
The Sharing," kata Toby. "Kami siap
berangkat pagi ini."
"Bagus. Satu lagi api pasukan Visser One
yang akan berhasil kita padamkan. Grup
kedua lebih kecil dan lebih tenang. Mereka
harus lebih cerdik."
"Cerdik?" Rachel mengerling cemooh
kepadaku. "Oh yeah, beberapa dari kita
memang pintarnya cuma ngomong."
"Kita harus," kata Jake. "Karena hanya
satu orang yang punya kekuasaan penuh
untuk menghentikan gerakan Garda Nasional. Gubernur. Grup kedua harus
pergi ke ibu kota. Meyakinkan Gubernur
untuk bekerja sama dengan kita."
46 "Aku ikut," Cassie berkata.
"Tidak," Jake menjawab, begitu cepat
bahkan sebelum kata-kata Cassie tadi selesai
terlontar dari mulutnya. Cassie terdiam. Memandang Jake.
Jake bahkan tidak memandang balik.
Malah, dia melayangkan senyum setengah
sinis kepadaku. Sedikit penampakan seorang
Jake yang dulu. "Jika ada yang bisa
menangani politisi, maka itu adalah Marco.
Dan Tobias bisa menunjukkan arah ke ibu
kota tanpa tersesat. Kita juga perlu
memastikan si Gubernur bukan Pengendali,
dan Ax yang paling bisa memutuskan itu. Jadi
mereka lah grup kedua. Marco, Ax, dan
Tobias." Baru sesudah itu dia melihat ke Cassie.
Menatapnya lekat-lekat. "Aku bisa mempercayai mereka," Jake
berkata. Diam. Jake berbalik kepada kami dan melanjutkan, "Aku akan bersama Grup
Pertama. Rachel. Cassie. Toby dan beberapa
pasukannya. Juga kelompok James. Kita
akan bikin keributan besar sebelum tengah
malam. Marco, kau harus sudah mencapai
Gubernur besok. Tidak penting kapan
pastinya, yang jelas harus sampai di sana."
Dia berhenti mengaduk. Berhenti menusuk
api. Menatap aku. Menatap Ax dan Tobias.
47 "Aku tahu ini terdengar melodramatic, tapi
kita tidak bisa lagi berjuang sendiri. Kita
perlu pihak berkuasa di sisi kita. Jika
gubernur masih merdeka, kalian harus
temukan cara untuk meyakinkan dia
bergabung. Jika dia Pengendali, yah, nanti
kita pikirkan rencana B."
"Oh. Baiklah," aku berkata. "Selama tidak
ada tekanan." "Dan cobalah untuk sedikit diam-diam.
Kita tidak perlu memberi tahu Visser One
apa yang akan kita lakukan." Senyumsetengah itu lagi. "Aku percayakan kalian
untuk tetap tenang. Dan menangani ini
dengan cara terbaik yang kalian tahu."
"Tetap tenang" Menangani ini" Marco?"
Rachel menggelengkan kepalanya. "Kita
dalam masalah besar."
48 Rumput liar menampar-nampar wajah
kami. Lumpur menggenangi kaki kami " yah,
kaki kami berdua. Kami masuk ke rawa dan
sedang jongkok di balik sekumpulan
tumbuhan yang bentuknya seperti ekor
kucing. Aku, Ax, Tobias yang hinggap di bahu
Ax. Grup Kedua. Kelompok yang musti
"cerdik." Kami lagi di The Gardens, di bagian lahan
basah yang memisahkan kebun binatang
dengan taman bermain nya. Matahari mulai
tampak di belakang wahana Bianglala.Kabut
pagi muncul dari air. Burung-burung memenuhi kolam besar
yang berawa ini. Bebek, itik, angsa, pelikan,
bangau. Flamingo.
49 Ibu kota masih dua ratus mil lagi. Cara
tercepat ke sana adalah lewat udara, dan
wujud burung pemangsa kami yang biasa
tidak cocok untuk tugas ke sana. Kami
butuh penerbang jauh. Bebek. Rencana
kami adalah masuk, menyadap DNA nya,
dan keluar sebelum The Gardens dibuka.
Dan di tepian air, dekat persembunyian
kami, berenanglah sekelompok bebek
jantan. Kami berjongkok dan menunggu mereka
berenang lebih dekat. "Ada yang tahu cara terbaik menangkap
bebek?" aku berbisik.
Ax mengintip dari celah tumbuhan.
Mata utamanya meneliti satu kumpulan
bebek, sementar mata tanduknya mengikuti
seekor bebek jantan besar di dekat kami.
menenggelamkan kepala ke dalam air.>
mereka makan melalui kaki" Menangkap
anggota spesies ini sementara kepalanya
tenggelam seharusnya relative mudah.>
Mudah. Benar. Kapan terakhir kali hidup
kami mudah" 50 Bebek jantan itu mengayuh ke arah kami.
Aku bisa tahu jantan dari kepalanya yang
hijau berkilap, dadanya yang berwarna coklat,
dan garis putih yang membagi dadanya
menjadi dua bagian seperti sebuah dasi.
Dalam dunia bebek, cowoklah yang lebih
cantik. Semua bebek cewek berwarna coklat
lumpur dan bebercak.
Animorphs - 51 The Absolute di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Pejantan itu berenang semakin dekat.
Membenamkan paruhnya ke dalam air.
Aku mengangkat tangan. Perlahan. Aku
menegang, siap untuk menangkap begitu dia
menyelam untuk makan. Sploot. Sesuatu yang berat dan basah mendarat di
kepalaku. Terasa ada yang meluncur turun ke
wajahku dan menempel di pipi.
"We-bek," kata benda berat dan basah itu.
Bagus. Aku mengangkat tangan ke kepala.
Berusaha menjatuhkan benda tersebut. Tapi
si bebek jantan juga semakin dekat. Aku
malah mematung.
Tobias. "We-bek," kata si kodok.
Si bebek berbalik. Melihatku. Berenang
menjauh. Aku menyodok kodok itu. "Oh, tidak." Aku mengerang. "Kurasa kodok
ini mengencingiku." 51 Aku menyodoknya lagi, lalu berdiri diam.
Salah satu bebek betina berenang ke arah
kami. Dia mematuk sesuatu di dalam air.
Muncul. Mematuk lagi. Membenamkan
kepala ke bawah permukaan. Ekornya
menungging ke atas. Aku menerjang. Menangkap perut bebek
tersebut. Menahan sayapnya erat-erat ke
tubuhnya dan mengangkatnya dari air.
Dia meronta dan berkwek-kwek. Bebekbebek yang lain menjerit ribut dan
mengepak pergi. Aku berjalan ke tepian. Kodok tadi
meluncur ke wajah dan menutupi mataku.
Aku menggelengkan kepala, menggoyangnya agar terjatuh. Tetap
memegang bebek. Berjalan tanpa melihat di
air. "QUAAAAAAAAAAACK."
Bebek itu berteriak dan merenggut
sayapnya dari penganganku. Mengepakngepak mengenai tanganku, wajahku.
Menyerang dengan kakinya.
Kalian pikir hanya karena kaki mereka
berselaput, bebek tidak punya cakar"
Mereka punya. Dan cakarnya tajam. Dua
tendangan melukai lenganku.
"AAAAAAAAAAHHHHH!"
52 Aku menjerit. Kolam itu jadi penuh suara
kwek-kwek, bunyi kodok, dan jeritan. Air
mencipratiku. Tumbuhan liat menggores
wajahku. Si kodok bangkong tetap berdiam di
kepalaku. Aku juga berdiri diam dan berkonsentrasi
kepada bebek di tanganku. Kepada bebek
yang sedang menendang, mengepak,
meronta. Aku harus fokus. Harus menyadapnya sebelum dia kabur.
"QUAAAAAAAAAAACK!"
Sesuatu yang kecil, keras, dan tajam
menjepit hidungku. "AAAAAAAAAAAAHHHHHHHHH!"
Aku menjerit. Bebek itu menggigitku! Dia
meronta dengan keras sekali lagi dan
terlepas dari tanganku. "QUAAAAAAAAAAAAACK."
Sayapnya mengepak di wajahku sebelum
dia terbang pergi. "We-bek" Kodok bangkong melompat ke rumput liar.
"Oh, sekarang baru kau pergi," aku
berkata. Aku berjalan susah payah ke tepian.
satu lengkungan indah yang sempurna, tubuh
Andalitenya terbentuk jelas dalam cahaya
pagi. "Daddy, Daddy! Lihat! Ada unicorn."
53 Aku menoleh. Seorang gadis kecil menarik ayahnya ke
kolam bebek. Sekelompok anak SD yang
sedang kunjungan lapangan memadati sisi
jalan di belakang mereka.
"Taman nya sudah buka," aku berteriak
kepada Ax dan Tobias. "Ayo lekas
selesaikan dan cabut!"
"Unicorn biru, Daddy. Lihat!"
"Unicorn itu binatang yang tidak nyata,
manis. Itu namanya, yah, itu" seekor
antelop. Ya, antelop. Benar. Mungkin dari"
Afrika. Seekor antelop Afrika.
Ax, si Andalite/antelop Africa biru, berlari
di air, mengejar bebek jantan. Bebek dan
angsa yang lain bersuara ribut di sekitar
kolam. Aku masuk ke air, mengejar Ax
melewati sekumpulan bebek yang terbang
menujuku, mencoba menangkap satu begitu
mereka lewat. Aku bisa mendengar anakanak SD berteriak di belakangku.
"Hey, apa yang dilakukan anak itu di air?"
"Sepertinya dia melatih bebek-bebek."
"Boleh kami berenang juga, Bu Duncan,
please?" Aku terjun. Ax menerjang. Bebek-bebek
berlarian di air.
Dia terbang ke angkasa dan memutar.
Membelah udara dengan sayapnya dan
menukik. Meluncur di atas air dan mendarat
54 di punggung bebek jantan tersebut dengan
mudah. Bebek itu menjerit dan meronta dan
berusaha untuk terbang. Tobias membenamkan cakar ke bulu bebek itu.
Bebek tersebut kemudia menjadi tenang. Dia
sudah dalam keadaan trans.
Aku berlari menuju mereka. Menangkap si
bebek. Menekan tanganku di bulu-bulunya.
Harus segera menyadap sebelum bebek ini
tersadar. Aku mengabaikan suara-suara bebek di
sekitarku, suara teriakan dan tawa dari
tepian. Berkonsentrasi kepada bebek jantan
di tanga. "Ax. Kau siap?" Aku berlari menuju nya,
dengan membawa bebek. Ax hendak meraih bebek itu.
"Andalite!" Aku berputar. Salah seorang guru
menerobos kerumunan anak-anak. Dia
mendorong penjaga kebun binatang ke jalan
dan mencabut pistol dari sarung di
pinggangnya. 55 "Ax! Mundur!" Ax terjun ke balik tumbuhan air.
Aku terjun menyusulnya, masih membawa bebek yang lunglai.
Woooooooosh. Sesuatu yang kutebak adalah sebuah
peluru jarum penenang meluncur menembus rumput liar. Aku menyerahkan bebeknya ke Ax,
seperti sedang estafet air yang aneh.
TSSSSSEEEEEEEEW-buh-looooosh.
Sinar Dracon menguapkan air di sebelah
ku. Pengendali-manusia melompat ke kolam
dan berlari menuju kami. Yang lainnya, masih di tepian, mulai
berubah. Mengecil, menggeser, " berubah
56 wujud. Seorang satpam berubah menjadi
macan tutul. Penjual es krim menjadi rajawali
emas.
dari atas. "TSEEEEEEEEEEEEER!"
Dia menukik. Mengenai si rajawali sebelum
selesai berubah wujud. Tobias berputar naik
untuk menyerang lagi. "RoaaaAAAAAAAWWWWWWWWWWR."
Macan tutul melompat menyerang Ax,
memamerkan giginya. Fwap! Fwap! Ax, masih memegang bebek, balas
menyerang dengan belati ekornya.
TSSSSSEEEEWWWWWWWWW-buhloooooosh.
Pengendali-manusia yang berlari di kolam
menembakkan sinar Dracon mereka.
Aku mengambil napas. Mengisi paru-paru
dengan udara dan menyelam ke air dangkal.
Aku memusatkan pikiran. Mencoba untuk
tidak bergerak. Mencoba untuk tidak
menciptakan riak air ataupun gelembung.
Dan mulai berubah. Aku merasakan ototku
membesar. Tulang menyatu. Merasakan
sedikit geli saat bulu-bulu kasar bermunculan
di kulit. 57 Tapi aku kehabisan udara! Paru-paruku
serasa terbakar. Mataku juga. Tapi aku
tetap berkonsentrasi. Merasakan tulangku
membengkak. Rahangku maju ke depan.
Akhirnya, aku muncul dari dalam air.
Merasakan udara segar. Menyibak tumbuhanair dan melompat ke tepian. Aku
adalah Marco si gorilla. Dan aku sedang
ingin menendang bokong Pengendali.
TSSSSEEEEEEEEEW! Sinar Dracon menghanguskan tumbuhan
liar. Aku berputar. Seorang Pengendalimanusia berdiri di pinggir air. Dia
mengangkat senjatanya dan membidikdadaku. Aku melompat. Dengan satu tinju
memukul jatuh senjata Draconnya ke air.
Tinjuku yang satu lagi menggebuk si
Pengendali, dia pingsan. Lebih banyak Pengendali-manusia berdatangan dari belakang. Melompat ke
punggungku. Memukulku dengan kayu dan
batu dan telepon genggam. Salah satu
Pengendali malah mencolok mataku
dengan kunci mobilnya. Aku berputar. Mengenyahkan mereka
satu per satu. Mereka bergantian melayang
di atas jalan dan " CRASH! --menabrak roboh tenda-tenda jualan.
58 "HONNNK. HONNNK."
Seekor angsa mengepak naik dari kolam.
Terbang rendah, ke arahku.
Pengendali juga" Aku mengangkat sebelah
tangan, siap untuk mengayunkannya. Siap
untuk menangkis cakar dan paruhnya.
Tapi angsa itu terus melewatiku. Terbang
di atas kepalaku menuju kebun binatang.
Bukan Pengendali. Cuma angsa.
Sungguh gila. Burung aja membuatku
Animorphs - 51 The Absolute di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kaget. Pertempuran sudah sampai ke bagian
taman hiburan The Gardens. Tobias dan si
rajawali berkelahi di udara di atas roller
coaster. Ax berlari menuju komidi putar. Si macan
tutul terbaring di sebelahnya, mencoba untuk
menarik diri dengan hanya tiga kaki.
Ax berdiri di atas si macan, belati ekornya
siap. "RoaaAAAAAAAAAAWWWWWWWWWW
WR."
atap komidi putar. Membenamkan gigi dan
cakarnya ke punggung Ax. Fwap! Fwap-fwap! Ekor belati Ax menyabet. Wooooosh. Jarum penenang ditembakkan melewati
kepalaku. Membuat kusut bulu di pundakku.
59 Aku berputar menjauh. Dua Pengendalimanusia berdiri di atas wahana air terjun.
Yang satu memegang pistol.
TSSSSEEEEEEEWWWW! Satunya lagi memegang senjata Dracon.
Aku melompat dengan tinjuku menuju
wahana tersebut. TSSSEEEEEEEEWWWW! Beton di sebelahku meledak.
Aku berguling melewati pagar kayu yang
memisahkan wahana dari jalan. Memanjat
hutan di gunung buatan manusia.
Aku seekor gorilla. Ini teritoriku. Oke,
meski hutannya dari fiberglass dan plastik,
apapun lah. Pokoknya aku bisa memanjatnya. Aku sudah di puncak air
terjun dalam lima belas detik. Kedua
Pengendali berdiri di tepi sungai buatan,
melihat ke taman. Aku keluar dari balik
sulur-sulur palsu dan melompat ke tepi
sungai. "AAAAAAAAAAAAAAAAAAH!"
Mereka menjerit. Aku menumbuk.
BAM! BAM! Spuh-LOOOOOOSH! Mereka terjun ke sungai. "AAAAAAAAAAAAAaaaaaaaahhhh?"
Dan hanyut ke air terjun.
"KYEEEER!" 60 Suara rajawali emas. Aku lebih tinggi dari
roller coaster, dan aku bisa melihat ke bawah,
di mana Tobias dan si rajawali masih
berkutat. Rajawali menjerit lagi dan menghantam Tobias. Tobias jatuh, satu sayapya mengepak,
sayap satu lagi terkulai lemas di sisinya.
Dia jatuh berputar. Turun. Turun.
coaster, tepat di bagian bawah turunannya.
Sebuah kereta roller-coaster yang dipenuhi
penumpang bergerak di sisi lain trek tersebut.
Aku berlari di pinggir sungai.
Rajawali menukik menuju Tobias, siap
untuk menghabisinya. Kereta roller-coaster sudah di puncak dan
siap untuk meluncur. Kecepatan mulai
bertambah. Penumpang menjerit kesenangan
dan melemparkan tangan mereka ke atas
kepala. Tobias mengepakkan sayapnya yang
sehat. Tubuhnya melompat pelan di atas trek.
Dia terlalu lemah untuk kabur dari sana.
Sudah terlambat!
Bergerak cepat sekali menuju tubuh
temanku yang cidera parah.
terjun, melompat dari pohon ke sulur ke
semak. Si rajawali sudah tepat di atasnya
sekarang. Kereta roller-coaster sudah hampir di
atasnya. Wuuuuumpf.
penumpangnya. 62 "AAAAAAHHHH!" Wanita menjerit. Anak-anak menangis.
Laki-laki berteriak. Tapi aku tidak begitu peduli kepada
mereka. Lebih banyak bulu coklat dan emas
berkelebat di bawah. Dan, ekor merah.
Seekor elang jatuh lewat celah trek yang
mendaki.
kedua sayapnya sehat dan kuat.
sekarang. Kau tahu kan itu tadi sangat
sinting">
ke atas air terjun.
BANG! CLANK! Sebuah trem melaju di depan, bergantung,
dalam perjalanannya menuju taman hiburan
dari kebun binatang. WHAM. Pintunya menjeblak terbuka, dan Ax
melompat keluar, kucing liar melingkar di
lehernya. 63 Mereka jatuh, seperti bola kucing dan
alien, terjun bebas ke bumi.
Ax mulai menyusut. Bulu birunya menyatu
menjadi lapisan bulu hijau dan coklat abuabu. Mata tanduk nya melayu. Kaki
depannya menghilang. Kuku belakangnya
menipis dan menjadi berselaput bersamaan
dengan lengannya yang berubah menjadi
sayap. Dia merosot turun dari cengkeraman
kucing liar dan mengepak terbang ke
angkasa.
seisi taman. Dia menggulung, berputar,
berusaha memposisikan ke empat kakinya
tepat di bawah tubuh. Dia terjatuh
menembus pohon-pohon di kandang
harimau Siberia. "RrrrrrrrOOOOOOOAAAAAAAAAAWWW
RRRRRR!" Auman kucing besar terdengar dari dalam
kandang.
kata Tobias. Dia dan Ax mendarat di sebelahku dalam
hutan buatan. Tobias berubah menjadi
bebek. Aku jadi manusia dulu lalu
berkonsentrasi kepada wujud bebek tersebut. 64 Aku sudah pernah jadi unggas sebelumnya. Camar. Dan osprey, tentu saja.
Osprey dan bebek jantan hampir sama besar.
Tapi anatomi tubuhnya beda jauh.
Tanah mendekat begitu tubuhku menyusut.
Aku mengulurkan tangan untuk menyeimbangkan badan, tapi jariku sudah
mulai meramping dan bergeser. Dua jari
pertama ku memanjang. Kelingking dan jari
manis ku menguap. Splooooooooot. Tulangku patah, menyatu kembali, dan
menjadi berongga. Organ dalam berpindah,
terbentuk kembali. Organ baru muncul begitu
saja. Pundakku bergeser ke atas. Pinggangku
bergeser ke belakang. Seluruh tubuhku
mereng ke depan sehingga aku terjerembab.
Mulut dan hidungku bergabung dan
menjorok ke bawah. Lubang hidungku geser
ke atas, dan leherku memanjang, membuat
gabungan hidung/mulut ku menyentuh tanah.
Gabungan tersebut menjadi datar. Mengeras
menjadi paruh yang panjang dan lebar.
Sccccuuurreeeech. Kerak oranye muncul di kakiku. Cakar
terbentuk dari jari kaki, dan kulit di antara
mereka menjadi selaput. Aku seekor bebek. Pendek, kekar, siap.
Waspada. Tegang. Sedikit gugup, memang,
tapi siap untuk mempertahankan teritori ku.
65 Aku hajar, jika perlu. Dan " ini bagian
jijiknya " mendadak aku lapar ingin makan
jentik nyamuk.
bebekku: "Kwek." Kedengarannya aneh.
Terlalu rendah. Terlalu serak. Aku coba lagi.
"Kwek. Kwek-kwek-kwek-kwekkwek."
Tobias.
menelengkan kepala hijauku yang mengkilap.
megal megol ke antara dua pohon.
punya kendali di belakang, tapi untuk
berjalan" Kaki ku terlalu jauh, seluruh
bagian belakangku turun naik setiap
melangkah. Naik turun, kiri kanan. Seperti..
seperti"> 66
sayap menutupi paruh bebeknya.
Animorphs - 51 The Absolute di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dengan kakiku. Mengepakkan sayap, dan meluncur ke
udara. Melewati pohon-pohon. Di atas air
terjun.
ancang-ancang mengepak. Jika bebek ini
ingin terbang. Dia terbang.>
Tobias dan Ax mengikuti, dan kami
terbang di atas TheGardens. Tiga bebek
kembar, dari DNA yang sama.
Sekawanan camar sedang berkumpul di
food court. Kami mengamati mereka.
Mendengarkan. Dua ekor burung camar
mendadak terbang ke angkasa.
Pengendali" Kami mengepakkan sayap
dan terbang pergi, mencari tempat untuk
68 mendarat. Mencari tempat untuk mempertahankan diri. Kedua burung camar
tersebut menukik ke kantong Frito di tempat
sampah. Bukan Pengendali. Cuma burung
yang lapar. Kami kembali ke jalur terbang
kami.
Setelah kita tahu apa yang dialaminya selama
ini. Menghindari semua hewan yang ia
jumpai, mengira bandit yang menyamar siap
menyerangnya dari setiap sudut.>
Kami memutuskan bebek yang terbang
sendiri terlihat lebih mencurigakan, terutama
bagi Pengendali yang mungkin sedang
mencari tiga bebek yang terbang sendirian.
Jadi kami terbang bareng sekawanan bebek
liar yang terbang searah dengan ibu kota.
Kami terbang sebagai bagian belakang
formasi V mereka, dan mengepak melewati
pegungungan. Tidak gagah dan sengebut burung
pemangsa. Dengan kepala membundar, leher
panjang dan tubuh berisi, kami terlihat seperti
pin boling bersayap. Aku adalah kelinci baterai Energizer
bersayap. Burung Energizer. Aku mengepak
dan mengepak dan mengepak. Lima puluh
mil per jam. 69
mengharuskan terbang jauh, seperti mengejar kereta kemarin, Tobias. Atau saat
Jake gepeng di langit-langit waktu kita
menyamar jadi lalat di dalam pesawat.
Mengapa tidak pernah ada yang bilang,
"Terbang jauh" Mari jadi bebek?">
terbang untuk waktu yang lama.>
susah-susah jadi burung pemangsa yang
harus terbang berjauhan dan pura-pura
saling tidak kenal. Jangan tersinggung,
Tobias. Aku suka meluncur cepat dan naik
angin termal, tapi tidak semua burung harus
jadi pesawat tempur. Kadang kita perlu
penerbang yang lebih santai dan tepercaya
menempuh jarak jauh.> Aku mengamati bebatuan dan puncak
pepohonan di bawah. Bebek punya
penglihatan cukup bagus. Tidak seperti
teropong kayak penglihatan osprey, jadi aku
tidak bisa mengukur jarak terlalu baik. Aku
tidak bisa melihat ikan setengah mil jauhnya
dan tidak tahu kapan tepatnya, dan
seberapa cepat, aku harus menukik untuk
menangkapnya. 70 Tapi hey, bebek tidak perlu semua itu.
Jentik nyamuk dan biji-bijian tidak bergerak
secepat itu. Kami meninggalkan pegunungan dan
terbang di atas ladang dan sungai-sungai,
jalan tol dan kota-kota kecil. Kami beristirahat
sebentar di kolam peternakan yang berawa,
dan kawanan bebek ini melanjutkan terbang.
Kami terbang tinggi untuk mencari angin dari
belakang dan mendorong kami mencapai
pinggiran kota sebelum sore. Sebuah kubus
putih terlihat dari jauh.
kelas tiga.>
terdengar takjub. Dia suka benda-benda
beratap kubah.
pemerintahan.>
Aku tidak melanjutkan. Ax mengeluarkan suara serak.
tepatnya kita akan ke mana">
71
rumahnya di mana.> Diam-diam kami memisahkan diri dari
kawanan bebek dan mendarat di kubangan
lumpur di belakang garasi truk. Ax dan
Tobias bermain di air. Aku
berjalan menyebrang jalan menuju kamar kecil pria,
menunggu sampai kosong, dan berubah
jadi manusia. Aku memutar ke depan bangunan dan
masuk ke dalam. Seorang wanita kurus
dengan rambut orange bergelombang
duduk di belakang mesin kasir, membolakbalik majalah.
"Urn, hai," aku berkata. "Aku dari luar
kota, sedang jalan-jalan, dan aku penasaran
bagaimana cara masuk ke mansion
gubernur." Dia tidak menoleh dari majalahnya. "Tidak
tahu. Gubernur tidak pernah mengajakku
bertandang ke sana."
Dia membalikkan halaman tips dandan.
Aku berjalan ke pintu samping menuju ke
kantin untuk supir truk. Tidak ada seorang pegawaipun yang tahu
di mana gubernur tinggal. Mereka bertanya
ke dapur, tapi koki dan tukang cuci piring
juga tidak tahu apa-apa. "Terima kasih," aku berkata.
Aku berjalan ke pintu. 72 "Butuh petunjuk arah?"
Aku berbalik. Dua pengendara motor
sedang makan siang di meja counter. Yang
badannya besar melihat ke arahku. Dia
menggigit semulut penuh burrito dan
menatapku sambil mengunyah.
Tadi aku bilang yang badannya besar" Aku
ralat. Dia tidak besar. Dia raksasa. Bisep
kirinya lebih besar dari kepalaku. Tubuhnya
nyaris menelan bangku yang didudukinya.
Dia memakain bandana sebagai ikat kepala
dan jaket kulit dengan tulisan "Chopper"
terjahit di punggungnya. Chopper mengambil sesuatu dari giginya.
"Dulu aku pernah mengecat di sana."
"Di mansion gubernur?"
"Yep. Orangnya ramah dan baik. Pekerjaan
itu sangat membantu hidupku." Dia mengacungkan burrito nya ke jendela depan.
"Jalan tol yang di depan sini" Ambil ke timur
sampai persimpangan."
Aku mengangguk. Tobias pasti tahu mana
yang timur. "Terus ke utara," dia berkata. "Sekitar satu
mil, satu setengah. Mansion gubernur terletak
di tebing yang menghadap ke sungai. Pasti
kelihatan. Tempat nya banyak menaramenara dan balkon kecil yang terlihat
menyeramkan. Seperti rumah-rumah di The
Addams Family." 73 Kami mengikuti petunjuk Chopper. Kami
menemukan mansion tersebut dan mendarat di semak tepat di tengah-tengah
bundaran di jalan masuk depan rumah.
Kami kembali ke wujud asal dan sekarang
sedang menatap pintu depan, mencari ide
bagaimana supaya bisa masuk.
Aku mengintip dari balik semak. Semak
berduri. Aku tidak sadar semak itu ada
durinya sewaktu masih jadi bebek.
Dan Chopper juga benar tentang tempat
ini menyeramkan. Menara-menara menjulang di atas kami. Sulur tanaman
menjalari dinding batu nya yang gelap,
mengitari jendela kaca bermotif. Pagar besi
hitam yang runcing berjejer di balkon dan
atapnya. 74 "Harusnya kita bawa karung untuk trick-ortreat," aku berkata.
"Aku tidak begitu yakin," aku berkata.
"Tobias?" Mata elang Tobias berkedip.
Ax melongo.
kalian. Tidakkah fotonya ditempatkan di
pusat-pusat pendidikan kalian">
"Mungkin." Aku mengangkat bahu. "Aku
tidak terlalu memperhatikan." Aku melihat ke
Tobias.
menggelengkan kepala, bingung.
kita pasti akan mendengar seseorang
menyebut namanya.> Dia menyipitkan mata
tanduknya.
Tobias dan aku saling berpandangan.
Oke, seharusnya aku riset Internet dulu.
Atau melihat atlas di tempat peristirahatan.
Foto gubernur pasti terpampang di dalamnya,
lengkap dengan nama di bawah.
Atau aku harusnya sekalian bertanya
kepada Chopper. Dia pasti tahu.
75
Tobias. Aku mengangkat bahu. "Sejauh ini
berhasil." Kecuali di sini aku tidak bisa begitu saja
masuk dan bertanya. Terlalu banyak
petugas keamanan.
Animorphs - 51 The Absolute di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Aku mengintip dari balik duri. Pagar batu
yang tinggi, di puncaknya besi-besi runcing
yang dipasangi alarm, mengelilingi rumah
dan halamannya. Jalan masuk berbelok ke
barisan pepohonan dan berakhir di pintu
gerbang berpagar. Seorang tentara berjaga
di gerbang tersebut. Ada tentara yang lain
yang berjaga di luar pintu depan mansion.
Mungkin lebih banyak yang berjaga di
dalam. Belum lagi para pelayan, koki,
sekretaris, dan asisten pribadi yang harus
kami lewati. Pelayan, koki, sekretaris, dan asisten
yang mungkin saja seorang Pengendali.
"Kita jadi lalat," aku berkata. "Terbang
melewati penjaga dan masuk ke rumah.
Tidak akan ada yang melihat kita."
Cuma perkiraan, tapi menurutku gubernur
tidak akan nongkrong di tempat-tempat
seperti itu. Kita bisa terbang seharian dan
tidak akan pernah bertemu dengannya.>
Ax mendengus.
saja. "Yah, apapun yang kita lakukan, yang jelas
kita harus jadi kecil," aku berkata. "Kita tidak
boleh terlihat kecuali oleh gubernus."
Kami mengabsen daftar wujud-wujud kami.
Tikus" Masalahnya sama dengan lalat, bahkan
lebih buruk. Kami bisa terlihat. Dan dibasmi.
Kutu" Buta dan tuli. Dan tidak begitu lincah
kecuali kami numpang di rambut orang.
Ditambah siapa sudi haus darah sepanjang
hari" "Laba-laba serigala?" aku berkata.
Hork-Bajir yang bertampang lugu dan
bersahabat" Apa lagi yang kita punya?"
Dia menunjuk ke stasiun penjaga di ujung
jalan masuk. Limosin panjang sedang
berhenti di depan gerbang. Penjaga
mengecek papan nama di tangannya lalu
memberi ijin masuk. Limosin itu berjalan
menuju kami dan berhenti di jalan yang
melingkar di depan pintu rumah.
77 Pengemudinya keluar, berbicara kepada
penjaga di depan pintu, lalu berdiri di sisi
limosin, menunggu. "Tidak mungkin dia sedang menunggu
kepala pelayan," aku berkata. "Gubernur
pasti hendak pergi ke suatu tempat."
Aku mengangguk. "Yup."
LARI! Cuma itu yang ada di otak kecoakku: LARI!
MENJAUH DARI CAHAYA! SEKARANG!
Aku berlari cepat menuju bayangan hitam
panjang di bawah limosin. Setiap helai rambut
di tubu kecoak ku berdiri. Setiap sel saraf ku
siaga. Dua ekor kecoak lain, Ax dan Tobias,
ikut berlari di sebelahku.
Indahnya jadi kecoak " yah, kurang lebih "
adalah mendadak kau menjadi Superman.
Kau bisa terbanting, tenggelam, ditembak.
Tapi apakah kau mati" Tidak. Kau bersihkan
debu di tubuhmu dan lari lagi. Disemprot
racun serangga" Bukan masalah. Kecoak
bisa beradaptasi dengan semprotan serangga. Jika kau jadi seekor kecoak, kau
nyaris tak bisa dihancurkan.
Dan menjadi tak bisa dihancurkan adalah
hal yang paling kami butuhkan sekarang.
78 79 Keenam kakiku bergerak cepat melewati
kerikil yang, menurut tubuh seranggaku,
sebesar truk sampah. Melalui celah di jalan
yang seperti ngarai. Mata ku yang kompleks
memecah dunia di sekelilingku menjadi
ribuan gambar kecil. Tapi aku tidak bisa
berhenti untuk menyatukan gambar-gambar
tersebut. Kecoak mengenali cahaya dan
kegelapan. Dan dia hanya mau kegelapan.
WOOOMPH! WOOOOMPH! Tanah bergetar. Langkah kaki" Otak kecoak tidak punya
waktu untuk bingung. Tahunya hanya
menggerakkan kaki. Keluar dari cahaya.
Menuju bayang-bayang. Kegelapan! Ya! Aku sudah di bawah limosin. Sel-sel
sarafku menjadi rileks. Otak kecoak
melepaskan kendalinya. Tapi hanya satu
detik. WHAM! Aku lebih merasakan suara itu ketimbang
mendengarnya. Tubuh kecoak bereaksi
lebih cepat daripada otak manusiaku. Aku
berlari menuju sudut tergelap di dalam
bayang-bayang. Ax dan Tobias mengikuti di belakang.
Kami gemetaran di dalam gelap.
WHAM! WHAM! 80 Aku terlompat. Masuk ke dalam celah,
sudut antara jalan dengan sesuatu yang
besar dan gelap muncul dari celah itu. Ax dan
Tobias bergegas ke sebelahku.
Getaran. Panas.
aku berkata.
Aku bergegas menaiki benda hitam
bergetar yang menjulang di atas ku. Roda
depan. Aku memanjat, cakar di kakiku terasa
seperti duri pada karet. Atas. Balik. Kakiku menyentuh logam. Dan
sesuatu yang lain. Tebal. Lengket. Gomok.
Susah payah aku melewatinya, enam kaki
Darah Ksatria 6 Dewa Arak 21 Dendam Tokoh Buangan Bloon Cari Jodoh 23