Tsseeewww! Tsseeeewww! Aku menjatuhkan diri ke tanah. Sinar Dracon
melesat di atas kepalaku. Sebelum musuh
sempat menembak lagi, aku berguling ke dalam
sebuah parit. Parit itu baru digali. Penuh lumpur dan
cacing. Jijik sih, tapi tempat bagus untuk
berlindung. Parit tersebut cukup dalam
sehingga aku bisa berubah menjadi makhluk
yang besar. Tapi dalam keadaan diserang
seperti ini, aku tahu lebih baik menjadi hewan
kecil. Tsseeeewww! Tsseeeewww! Tembakan sinar Dracon melintas lagi di
atasku. Lalu aku mendengar suara yang
membuat darahku menjadi dingin.
Seperti ada yang sedang mengasah pisau.
Menungguku. Bersiap untuk membunuh.
Aku tidak senang mendengar suara itu,
serius. 1 Suara Hork-Bajir. Hork-Bajir adalah makhluk yang sangat besar.
Tingginya tujuh kaki dengan mata pisau di siku,
lutut, dan kening mereka. Mereka bukan penggali
alami seperti Taxxon. Tapi mereka bisa membuat
lubang yang cukup besar jika mereka mau.
"Hrrath!" Tsseeeewww! Teriakan dan suara tembakan lagi. Aku tidak
lagi mendengar suara mata pisau jadi aku
mengangkat kepala dari parit untuk mengintip
keluar. Aku melihat Marco berlari di sepanjang
lapangan, sekelompok Hork-Bajir mengejarnya.
Dia sedang mengalihkan perhatian mereka.
Membantuku kabur. Memberiku waktu untuk
berubah wujud. Marco terjun ke dalam parit yang satunya.
Aku tahu apa yang harus aku lakukan. Kami
sudah merencanakan hal ini. Melatihnya tanpa
henti. Kami akan berubah menjadi kecoa untuk
melarikan diri melalui jaringan pipa bawah tanah
yang kami susun di dalam parit.
Aku memejamkan mata dan mulai berubah.
Dari lapangan di atas, terdengar suara-suara
teriakan dan ledakan. Apakah kedua orangtuaku
diserang" Ketakutan"
Aku berubah cukup lambat. Aku tidak bisa
berkonsentrasi. Bayangkan wujud kecoak di dalam
pikiranmu, Cassie. Bayangkan dan berubah.
2 Tidak berhasil. Aku tidak bisa membayangkan wujud kecoak. Aku malah
membayangkan wajah ibuku.
Aku melihat ketakutan di wajahnya, saat
untuk pertama kalinya dia melihatku berubah
wujud. Bagaimana wajahnya sekarang jika dia
melihatku berjongkok di parit becek penuh
cacing, kotoran, dan tumbuhan yang membusuk" Berhenti! Aku memerintahkan diriku sendiri.
Kau harus bisa melakukannya! Berusahalah.
Maka aku berkonsentrasi keras. Tidak
terjadi apa-apa. Aku tidak bisa berubah.
Padahal biasanya aku yang paling jago berubah
wujud.
Aku berusaha lebih keras. Sekarang giliran
wajah ayahku yang terbayang. Dia terlihat sedih
dan kecewa. Seolah dia baru menyadari bahwa
kejahatan memang ada. Bukan hanya ada "di
luar sana". Ada tepat di halaman belakang
kami. Para Hork-Bajir semakin mendekat. Aku
bisa mendengar pisau-pisau mereka menebas
udara. Jika saja aku bisa memastikan orangtua ku
sudah dalam keadaan aman!
3 Aku melihat ke atas. Dua Hork-Bajir sedang
menatapku dari atas. Rahang mereka terbuka,
mata pisaunya berkilat. Salah satu dari mereka
menggali tanah, membuat parit lebih besar. Mereka
mencoba menangkapku. Baiklah. Aku tengkurap di dasar parit.
Merasakan cacing-cacing tanah merayap di kulitku.
Berjuang melawan muntah, aku mulai berubah
wujud. Crrreeeeek! Kuku jari tanganku berubah coklat, lalu
memanjang hingga ke punggung tangan.
Membentuk kulit coklat yang keras. Lalu kulit
baruku menyebar lagi ke seluruh lengan dan
punggungku. Terus tumbuh sampai menutupi perut
dan kedua kakiku. Kulitku mengeras menjadi kerangka luar
kecoak. Salah satu dari Hokr-Bajir mengatakan sesuatu.
Aku tidak mengerti bahasanya. Indera pendengaran kecoak tidak bagus. Tapi kecoak bisa
merasakan getaran suara. Dan pergerakan.
Whumpf! Whumpf! Cakar Hork-Bajir yang besar mengais tanah di
sekitarku. Lebih cepat. Aku merasakan tubuhku
mengecil menjadi hanya sepanjang satu inci.
Cukup kecil untuk bisa menyelinap di antara dua
cakar Hork-Bajir yang besar.
Hork-Bajir yang satu lagi melangkah masuk ke
parit. Whumpf! 4 Aku merasakan getaran dari jatuhan kakinya
yang berat. Tapi aku sudah selamat. Aku sudah
selesai berubah wujud menjadi kecoak. Aku
merayap ke dalam tanah yang lembek seperti
lumpur. Mendadak, tercium bau cabe dan kayu
manis, dan daun oregano. Sempurna. Sekarung rempah-rempah, ditanam di jalan
masuk masing-masing pipa sebagai penanda
jalan kabur untu kecoak. Scraaaape. Scraaaape. Tanah di atasku longsor karena Hork-Bajir
yang terus menggali. Tapi aku sudah berhasil
mencapai jalan masuk ke dalam sebuah pipa.
Begitu di dalam, aku lari. Bergerak cepat di
atas permukaan yang licin, mengikuti setiap
putaran dan belokan. Terowongan itu sedikit berbelok mengarah
ke atas. Aku bergegas mendakinya. Akhirnya,
cahaya matahari. Aku berhasil keluar dan
berubah kembali menjadi manusia.
Melalui serangkaian proses aneh, tubuh
manusia akhirnya keluar dari tubuh seranggaku
yang kecil . Saat proses perubahan itu selesai,
aku menggigil sampai ke ujung kaki.
Aku berdiri di hadapan seekor gorilla,
harimau Siberia, dan beruang grizzly.
Marco, Jake, dan Rachel. Sudah dalam wujud tempur mereka.
5 Ax dan Tobias berada di sisi lain perkemahan.
Di situlah mereka seharusnya berada, sesuai
dengan yang sudah direncanakan.
Rencana, Yah, intinya, jika ada serangan
mendadak dari pasukan Yeerk, kami akan
melarikan diri sebagai kecoak, berubah kembali,
segera mengambil wujud tempur, memutar balik ke
perkemahan untuk melanjutkan pertarungan.
Sebelum aku sempat menjawab, ada suara
keras dari balik semak-semak. Dua Hork-Bajir
keluar sambil menebas-nebas pepohonan.
Kami berdiri di tempat terbuka. Tidak berdaya.
Tidak ada jalan keluar. Hork-Bajir yang berukuran lebih kecil melangkah maju. Dengan suaranya yang serak, dia
berkata. "Riwayat kalian sudah tamat. Begitu juga
riwayat semua orang di perkemahan."
6
Pemimpin Hork-Bajir merdeka tersebut
menundukkan kepala. "Aku bukan mengritik," katanya. "Rencana
mu bagus. Tapi hanya jika semua bekerja
sama. Untung saja ini hanya main perangperangan."
Jake, Rachel, dan Marco berubah kembali
menjadi manusia. Saat dia sudah selesai, Jake
melihatku dengan pandangan aneh.
"Rencana kita bergantung kepada respon
cepat dan mengikuti aturan. Kau tadi di mana,
Cassie" Dan kenapa kau berubah sebelum aku
memberikan sinyal?" Pertanyaan bagus. Aku lupa kami tidak
seharusnya berubah dari wujud kecoak
sebelum Jake memberi tanda aman.
7 Jika kami keluar dari pipa dan tidak mendengar
bahasa-pikiran pribadi dari Jake, itu artinya kami
harus tetap bersembunyi. Tunggu instruksi
selanjutkan. Aku merasakan wajahku memanas. "Maaf."
Jake mengangkat bahu dan beralih ke Toby.
"Bagaimana dengan yang lain" Apakah mereka
melakukannya dengan benar".
Toby menjawab ragu. "Yah, mari kita berharap
Yeerk tidak menyerang dalam waktu dekat ini. Para
manusia dewasa butuh lebih banyak latihan. Jika
tidak, mereka akan butuh banyak perlindungan."
Aku rasa ini saatnya untuk menjelaskan
beberapa hal. Seperti kenapa anak remaja terjun
ke lumpur dan merangkak di dalam pipa. Sebagai
kecoak. Namaku Cassie. Awalnya kami cuma berlima. Hanya lima anak
biasa. Sampai suatu malam, kami bertemu di mall
dan memutuskan untuk pulang bareng. Melewati
tempat bekas pembangunan.
Kesalahan nomor satu. Karena di sanalah kami bertemu dengan
pesawat luar angkasa yang jatuh. Dan alien yang
bernama Elfangor. Dan berakhir dalam perang ini.
Pilot pesawat itu sudah kritis. Sebelum mati dia
memberitahu kami cerita yang aneh tapi nyata.
Tentang bumi yang sedang dijajah oleh bangsa
Yeerk, parasit, berbentuk seperti siput yang telah
mengambil alih tubuh aneka spesies seantero
galaksi. Sekarang bangsa Yeerk ada di planet kita.
8 Sibuk menginvasi umat manusia. Mengambil
tubuh manusia sebagai induk semang.
Elfangor memberi kami kotak kecil berwarna
biru. Kubus yang memegang kunci teknologi
paling berharga yang bangsa Andalite,
bangsanya, pernah ciptakan.
Kemampuan untuk berubah wujud.
Itulah permulaannya. Kemudian, Andalite lain bergabung dengan
kami. Aximili-Esgarrouth-Isthill. Ax. Kadet yang
masih dalam pelatihan. Seorang bocah seperti
kami. Seperti kami dulu. Karena tidak satupun dari
kami benar-benar bocah lagi.
Sekarang, setelah ratusan pertempuran atau
lebih, aku tidak yakin siapa kami ini. Dalam
mata dunia, kami masih anak-anak. Tapi di
Animorphs - 50 The Ultimate di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mata kami sendiri" Kami sudah memenangkan banyak pertempuran. Kalah juga beberapa kali. Tapi
paling tidak kami masih hidup. Tapi perang
masih terus berlanjut. Dan semuanya sudah berbeda. Karena
sekarang, para Yeerk sudah mengetahui kami
bukanlah "bandit Andalite." Mereka sudah tahu
kami manusia. Sebagian besar kami. Mereka
bahkan tahu nama-nama kami. Mereka juga
tahu siapa keluarga kami.
Yang artinya kami harus memberitahukan ini
semua kepada keluarga kami. Tentang Yeerk.
Tentang Andalite. Tentang kenapa kami
menyebut 9 kelompok kami Animorphs. Tentang pertempuran
berbulan-bulan dengan bahaya yang luar biasa,
melelahkan, dan menguras emosi.
Kami tidak punya waktu untuk memberitahu
mereka semua itu dengan baik-baik. Tidak dengan
pasukan Yeerk yang mengejar. Kami harus
mengevakuasi rumah kami " kehidupan kami "
dengan segera. Makanya keluarga kami masih pada shock
semua. Siapa yang bisa menyalahkan mereka"
Bahkan aku yang sudah menyaksikan semua,
sudah melakukan semua, setelah semua yang
terjadi kepadaku, kadang aku juga masih belum
percaya ini semua nyata. Kadang aku hanya
berharap sebentar lagi aku akan terbangun dari
semua mimpi buruk ini. Jadi sekarang kami dalam persembunyian. Aku
dan orangtuaku. Rachel, ibu, dan adik-adiknya.
Ayah Rachel tinggal di negara bagian lain. Tidak
ada waktu untuk mencarinya.
Marco dan keluarganya juga ada di sini. Tobias
dan ibunya yang sudah lama menghilang, Loren.
Semua ada di sini kecuali orang tua Jake. Dan
abangnya. Kami numpang tinggal bersama koloni HorkBajir merdeka. Sejauh ini, pasukan yeerk belum
menemukan lokasi tempat ini. Untuk sementara,
kami aman. Hork-Bajir aslinya adalah makhluk penghuni
hutan yang tenang. Dan, yah, untuk ukuran
manusia, mereka tidak terlalu cerdas. Tapi Toby,
"cenayang" mereka, sangat berbeda. Dia lah yang
10 memimpin mereka. Menjaga mereka tetap
aman. Memecahkan berbagai masalah dalam
keadaan darurat. Toby dan Jake sedang mendiskusikan
logistik saat kami berjalan balik ke perkemahan.
"Parit-parit itu setidaknya harus sedalam
delapan kaki," Toby berkata. "Dan pipa-pipa
jalan keluar perlu ditahan dengan beton agar
tidak bergeser." "Bagaimana jika pipanya terisi air?"
"Itu masalah kecil," Toby menjawab.
Jake mengangguk. Tapi dia tidak menanyakan apa-apa lagi. Seperti bagaimana
cara Toby memperbaiki pipa jika terendam air.
Dan butuh waktu berapa lama. Dan bisakah
Taxxon menggali pipa-pipa tersebut, dengan
atau tanpa beton. Ini tidak seperti Jake. Jake biasanya selalu
selangkah di depan dalam berbagai situasi.
Nyatanya, dan aku merasa sakit untuk
mengakuinya, Jake bukanlah dirinya yang dulu.
11 Orangtua Jake, Jean dan Steve, tidak berhasil
kami selamatkan. Kesempatan mereka untuk kabur memang
sudah tipis sedari awal. Begini, abang Jake, Tom sudah jadi
Pengendali-manusia sejak hari-hari invasi dimulai.
Bahkan saat seatap dengan musuh, Jake berhasil
melindungi orangtuanya dari Yeerk. Dan dari putra
pertama mereka sendiri. Karena Tom tidak akan segan membunuh salah
satu dari orangtuanya jika para Yeerk membutuhkan mereka dalam keadaan mati.
Jake bisa dibilang melakukan pekerjaan super
dalam melindungi orangtuanya. Baik dari kematian
dan nasib yang lebih buruk daripada kematian.
Disusupi Yeerk. Sampai saat terakhir itu. Saat Yeerk akhirnya
berhasil mendapatkan mereka.
12 Jake tidak lagi sama sejak saat itu. Dia
menyalahkan dirinya sendiri.
Yeah, dia berusaha seperti sedia kala. Tapi
dia kehilangan sentuhannya. Kehilangan entah
apa yang selama ini membuat dia bisa terus
maju. Yang membuat kami terus maju.
Kami kembali ke perkemahan. Ax dan
Tobias pun kembali dari posisi mereka.
Tobias dalam wujud manusia nya. Wujud
manusia bukan lagi wujud asli Tobias. Makhluk
kuat dan luar biasa memungkinkan Tobias
untuk menyadap DNA manusia nya sendiri.
Sejak pertarungan pertama kami, wujud asli
Tobias adalah elang ekor-merah.
Tobias seorang nothlit. Seseorang yang
berubah wujud melebihi batas waktu dua jam
dan terperangkap di dalam wujud tersebut.
Tidak satupun dari kami yakin seratus
persen kejadian itu sebuah kecelakaan.
Kadang kami pikir Tobias lebih bahagia
menjadi seekor elang. Kami menduga dia
sengaja membiarkan dirinya terperangkap.
Tapi tidak satupun dari kami pernah
menanyakan hal itu kepadanya secara
langsung. Setidaknya, aku tidak pernah.
Dan kami juga tidak bertanya apakah dia
akan melakukannya lagi jika diberikan situasi
yang sama. Dengan asumsi Tobias telah
memilih nasibnya dan bukan korban dari suatu
keadaan yang buruk. 13 Ngomong-ngomong, Rachel kesal.
"Tadi itu bencana! Kita harus kompak dan
berhasil bersama." Dia beralih ke Jake. "Nah" Apa
kau tidak akan melakukan apapun?"
Jake mengusap wajah dengan tangannya. Dia
terlihat lelah. "Jika aku tahu apa yang harus
dilakukan," dia berkata dengan gigi terkatup, "aku
akan melakukannya." Marco memasukkan jari ke mulutnya dan
bersiul dengan keras. "Minta waktu. Lihat, kita
masih kompak. Kita cuma butuh banyak latihan.
Besok. Sekarang kita istirahat."
Tetap saja, Marco menunggu sampai Jake
mengangguk. Lalu dia melangkah pergi menuju
kabin yang dibangun oleh orangtuanya dengan
bantuan Hork-Bajir. Rachel berkata kepada Jake. "Kau biarkan dia
pergi begitu saja?" Jake mengangkat tangan" dan menjatuhkannya. Seolah dia tidak punya tenaga
untuk berargumen. Kemudian, dia juga pergi.
Rachel beralih kepada ku dengan tatapan tanpa
toleransi di matanya. "Jika kita tidak serius dan
fokus?" Aku tidak mendengarkannya. Rachel adalah
teman baikku. Dia selalu menempatkan misi
sebagai yang utama. Dia adalah pejuang yang
baik. Tapi terkadang Rachel kesulitan untuk memberi
seseorang, waktu tenggang. Dia tidak kejam,
cuma" sedikit keras.
14 Aku membiarkannya mengomel marah.
Semua orang sudah kembali bekerja setelah
latihan kami berakhir. Hork-Bajir dan manusia
bekerja sama mendirikan bangunan-bangunan
untuk ditempati oleh calon pendatang baru.
Bunyi palu dipukul, kapak, dan gesekan gergaji
membuat suara Rachel gampang untuk
diabaikan. Tapi tidak untuk suara yang sudah kukenal
itu. Ibuku, sedang berbicara serius dengan
pekerja Hork-Bajir. Aku meninggalkan Rachel,
yang masih mengomel, menuju ke tempat
ibuku. Si Hork-Bajir menggunakan kedatanganku sebagai kesempatan untuk
kembali mengerjakan tugasnya.
"Mom! Ibu dan ayah harusnya berlindung.
Ibu ingat kan, untuk latihan" Apa yang terjadi?"
Dia menggelengkan kepalanya dengan tidak
sabar. Seolah dia punya masalah lain yang
lebih penting untuk dibicarakan. "Cassie, kita
harus melakukan sesuatu."
"Ada apa?" Dia menunjuk ke arah bangunan panjang
rendah yang tak berjendela di belakang kami.
Tempat perlindungan untuk anak-anak dan
orang lanjut usia jika ada serangan.
Benteng dari kayu-dan-batu. Tanpa jendela.
Hanya lubang-lubang kecil yang bisa digunakan
untuk menembakkan senjata apapun yang bisa
kami kumpulkan nanti. 15 Beberapa Hork-Bajir menutupi bangunan
tersebut dengan lumpur. Menambal retakan dan
menyelubungi atap dengan sulur-sulur tumbuhan
sehingga bangunan tersebut tidak kelihatan jelas
dari udara. "Lihat itu," ibu berkata dengan marah.
"Mom, aku tidak mengerti. Ada apa?"
Dia meletakkan tangan di pinggangnya.
"Cassie. Lima puluh, mungkin enam puluh HorkBajir akan tinggal di dalam bangunan itu."
"Hanya jika kita diserang," aku menjelaskan
dengan sabar. "Dan tidak untuk waktu yang lama.
Semoga." Ibuku menggelengkan kepalanya lagi. Seolah
kata-kataku barusan tidak masuk di akal.
"Aku tidak peduli kenapa mereka akan tinggal di
sana." Dia mengacungkan tiga jari. "Pertama: Tidak
ada ventilasi kecuali beberapa lubang kecil di
dinding. Dua: Masalah sanitasi jelas tidak
diperhatikan. Tiga: Binatang seukuran Hork-Bajir
butuh setidaknya empat puluh kaki ?"
Aku memotongnya. "Mom! Hork-Bajir bukan
binatang." "Cassie, biarkan aku sel?"
"Oke, mereka bukan manusia, tapi mereka juga
bukan binatang peliharaan. Hork-Bajir adalah
spesies yang bisa berpikir. Mereka bisa mengerti
apa yang mereka inginkan. Sama seperti manusia."
"Aku mengerti itu," ibu berkata dengan nada
jengkel. "Meskipun aku tidak yakin aku sepenuhnya
setuju. Tapi Cassie, kau sepertinya tidak mengerti
maksudku. Jika sekelompok Hork-Bajir menghabiskan waktu yang lama dalam kondisi
16 seperti itu, mereka akan mudah mati."
Mendadak, aku marah. Marah kepada ibuku,
seorang ilmuwan, yang tidak mau " atau tidak
bisa " menghadapi kenyataan.
Bahwa kami sedang perang. Bahwa
kenyataan sudah berubah. Kami harus
melakukan hal yang tidak akan pernah kami
pilih dalam keadaan damai. Kami tidak bisa
mendapat keistimewaan itu lagi. Bahwa setiap
menit dari setiap hari kami adalah pengorbanan
yang tidak ingin kami lakukan.
Dan aku marah kepada ibuku karena telah
Animorphs - 50 The Ultimate di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
memaksaku untuk membuatnya menerima
kenyataan ini. "Itu betul, Mom," aku berkata, suaraku
terdengar keras. "Hork-Bajir bisa mati. Setiap
kita, manusia dan Hork-Bajir dan Andalite, bisa
mati. Kapan saja. Aku masih belum mengerti
maksud ibu." Ibu ku terkesiap. Bukan pura-pura. Dia
terkejut. "Cassie! Bisa-bisanya kau bilang
begitu" Kita ini sedang membicarakan nyawa."
"Aku realistis. Ini perang, Mom. Tidakkah Ibu
mengerti maksudnya" Beberapa dari kita akan
mati. Itu fakta. Dari penyakit atau luka atau
kelelahan. Tidak berarti banyak lagi, kan" Tidak
ada yang kita lakukan sekarang yang bisa
mengubah fakta tersebut. Tidak membangun
tempat yang lebih baik atau ramah kepada satu
sama lain. Tidak ada yang bisa menghentikan
kematian kecuali dengan memenangkan
peperangan. Dan sekarang, kesempatan kita
17 untuk menang tidak terlihat bagus."
Aku berpaling dari wajah ibuku yang tercekat.
Melangkah pergi. Masih marah kepadanya karena sudah
membuat aku mengatakan hal yang sudah aku
katakan. Marah kepada diriku karena aku sudah
menyakiti nya. Marah karena aku ingin menyakiti nya.
Karena dia membuat aku lah yang dewasa. Dan
bahkan setelah berjuang tanpa henti berbulanbulan, dengan semua sikap menjijikkan yang
sudah aku lihat " atau kulakukan " aku terkadang
masih ingin normal kembali.
Juga, karena aku khawatir. Bukan hanya
kepada orangtuaku sendiri.
Jika orang-orang dewasa tidak bisa menerima
kenyataan perang, mereka tidak akan pernah siap
saat tiba waktunya untuk berjuang.
Dan jika mereka tidak siap, mereka tidak akan
selamat. 18 Marco. Selalu waspada. Selalu siaga. Selalu
berencana atau, hebatnya, selalu menebak apa
rencana musuh. Aku akan menghabiskan waktu dengannya.
Orang yang tahu persis situasi bagaimana yang
kami hadapi sekarang. Hidup penuh dengan kejutan.
Bukan Marco yang merancang desain paritparit itu. Bukan Marco yang memperkirakan
cara tercepat keluar dari perkemahan saat
terjadi serangan. Tidak. Marco sedang duduk di tunggul
pohon, bermain dengan ranting dan pisau lipat.
Seperti cowok normal yang punya banyak
waktu senggang. Seperti tokoh dalam siaran
ulang The Andy Griffith Show di acara Nick at
Nite. 19 "Apa yang sedang kau lakukan?" aku bertanya
pelan. Dia menoleh dan nyengir. "Ini, Cassie, adalah seni meraut yang sudah
nyaris hilang. Ini adalah hal yang dulu sering
dilakukan orang-orang saat mereka menghabiskan
waktu di sela-sela memerah sapi, membajak
sawah, dan melakukan segala pekerjaan tangan
lain yang sekarang dianggap sudah tidak perlu
gara-gara perkembangbiakan food court."
"Tidak ada food court di sekitar sini," aku
berkata. "Dan ada banyak pekerjaan yang perlu
diselesaikan." Dia tersenyum. Dia terlihat tenang. Ini bukan
Marco yang kukenal. "Ya, Cassie. Tentu ada banyak pekerjaan yang
harus diselesaikan. Tapi tidakkah kau melihat Jake
mengizinkan untuk mengambil waktu tenang"
Semua kerja tanpa bermain membuat Marco
menjadi bodoh. Jadi, untuk sekali sejak seluruh
kekacauna ini terjadi, aku tidak khawatir kepada
hal-hal yang perlu diselesaikan."
"Di mana orangtuamu?" aku berkata. "Kau bisa
membantu mereka melakukan sesuatu."
Ya, aku kedengaran seperti tukang omel. Sok
mengatur. "Ayah dan ibuku ada di dalam. Mereka sedang
mencoba memasang senjata Dracon di atas atap."
Dia tertawa kecil. "Mereka berdua sangat
romantis." 20 Ibu Marco, Eva, adalah mantan induk
semang dari mantan Visser One. Singkat cerita,
kami menyelamatkan nya dan menghancurkan
Yeerk di dalam kepalanya. Sekarang Eva sudah
kembali bersama suami dan anaknya.
Dan Marco sangat senang. Setidaknya
senang terhadap pertemuan kembali orangtuanya. Aku mencoba menahan ketidaksabaranku
yang memuncak. Apa yang salah denganku"
Maksudku, seharusnya aku yang paling sensitif
di antara kami. Yang paling mengerti perasaan
orang lain. Yang paling peduli. Yang pergi
begitu saja dari Rachel karena tidak
mempertimbangkan perasaan Jake.
Aku harusnya senang Marco bahagia.
Biasanya, aku akan senang. Tapi setelah
konfrontasi dengan ibuku, suasana hati Marco
hanya membuat aku sebal. Menarik saraf
sabarku. Dia bersikap seperti orangtuaku. Jelas, dia
dalam penyangkalan. Dan dengan Jake yang hanya separoh
fokus, harus ada seseorang yang membuat
kami tetap dalam barisan.
"Marco, begini," aku berkata. "Waktu
senggang itu soal lain. Kita tidak bisa hanya
duduk santai. Tentu, keadaan sepertinya aman.
Tapi Yeerk sedang mencari kita. Saat ini juga.
Saat kita sedang bicara."
Dia mengangguk. "Yep. Aku yakin kau
benar." "Huh?" Seluruh warna menghilang dari wajah Marco.
Suaranya berbisik. "Aku tidak benar-benar
mengatakan itu, kan?"
Aku mengangguk. Marco membuang kayu yang dirautnya ke
sebalik bahu, menutup pisaunya sekali sentak, dan
berdiri. "Oke, kau benar. Semua ini harus dihentikan.
Aku bisa terbunuh. Apa yang menurutmu harus
kulakukan" Bikin ketapel" Pemukul dinding"
Ngajarin Hork-Bajir lagu gotong royong?"
"Galafth!" Kami membeku. Pasukan Yeerk. Secepat ini. Kami belum siap!
Hork-Bajir belum. Animoprhs belum. Dan jelas
orangtua kami belum siap.
Eve mengintip dari pintu kabin, ekspresinya
tegang. "Kami siapkan senjata. Kalian pergilah ke
luar, menyebar, dan bersiap untuk serangan balik."
Di mana-mana, Hork-Bajir dan manusia
menyebar untuk berlindung. Aku melihat orangtuakua berdiri di sebelah kanan. Terpaku.
Sepertinya mereka tidak tahu harus melakukan
apa. Aku hendak ke tempat mereka, tapi Marco
memegang bagian belakang kaosku. "Biar Toby
yang menangani mereka. Kau dan aku pergi ke
parit dan?" "Whoowhoo!" Siulan "semua-aman" bernada tinggi. Segala
aktivitas terhenti. 22 21 "Yang tadi cuma latihan?" Marco heran.
"Mungkin Jake dan Toby menyiapkan
kejutan?" Saat itulah aku melihat biang keonaran ini.
Aku tidak tahan untuk tidak tersenyum.
Situasinya masih tegang, tapi suasana hatiku
sudah mulai membaik. Dua Hork-Bajir datang mendekat. Di antara
mereka berjalan ibu Rachel, Naomi. Mengatakan dia terlihat marah saat mengecilkan keadaan yang sebenarnya.
Rachel, Jake, dan Ax muncul dari parit-parit.
Marco dan aku bergabung dengan mereka di
tengah perkemahan. Para penjaga membawa tahanan mereka ke
hadapan kami. "Mom." Suara Rachel terdengar tegas. Dia
mengibaskan lumpur dari tangannya. "Ibu
berusaha kabur, kan" Sudah berapa kali
kubilang untuk tidak mencoba meninggalkan
perkemahan?" Dia tertawa dengan kasar. "Ibu
mencoba untuk membunuh semua orang?"
Ibu Rachel menarik tangannya dari
pegangan Hork-Bajir. "Ini keterlaluan," dia membentak. "Ini seperti
sebuah kelompok gila. Atau gerakan militer
yang aneh dan paranoid. Jika kalian tidak
membiarkan aku mengontak pihak berwajib,
aku akan?" Rachel memotongnya. "Pihak berwajib yang
mana, Mom" Polisi, FBI, dan CIA semuanya
sudah disusupi Yeerk. Jadi, siapa yang mau ibu
23 panggil" Rekan ibu" Dia mungkin sudah jadi Yeerk
juga." Naomi berjengit. "Rachel," Jake berkata pelan.
Namun Rachel tidak berniat untuk berhenti.
"Ini tidak sama dengan kasus-kasus pelanggaran hukum biasa, Mom. Ini bukanlah
sesuatu yang bisa Ibu bereskan dengan suratsurat. Oke" Ini perang. Kita tidak mengkhawatirkan
dituntut orang. Kita khawatir dibunuh orang."
Rachel mengambil napas dan melanjutkan.
"Begini, ibu pengacara. Mungkin itu berarti sesuatu
di kehidupan ibu yang lama. Tapi di sini pengacara
tidak berguna dan tidak berarti apa-apa. Tapi
paling tidak ibu bisa ikut aturan, tidak menghalangi,
dan membuat kami semua terbunuh."
Mulut Naomi bergetar. Aku harap dia tidak
menangis. Melihat orang dewasa menangis adalah
salah satu hal yang paling mengganggu dan tidak
nyaman yang bisa dilihat seorang anak kecil.
Oke, mungkin ibu Rachel pantas mendapatkan
semua apa yang dikatakan Rachel. Yeah, dia
membantu Hokr-Bajir menulis konsitusi dan
mengajarkan mereka membaca. Tapi dia juga
sudah membuat masalah dengan sikap buruknya.
Dan kebiasaannya menyelinap pergi.
Tapi tetap saja, aku pikir Rachel sedikit
keterlaluan. Aku tidak mencela sikapnya, tapi aku rasa aku
bisa mengerti. Mengerti apa yang membuat Rachel
menjadi seperti itu kepada ibunya.
Seperti aku, Rachel takut.
24 Adik-adik Rachel berkumpul di sekitar ibu
mereka. Jordan menggenggam tangan ibunya.
"Menurut ku ibu tidak tak-berguna," dia berbisik.
Air mata mengalir di pipi Sara.
Naomi menelan dengan keras dan
mengangkat dagunya. Matanya mengeras dan
dia menoleh kepada kedua Hork-Bajir penjaga.
"Jangan sentuh aku lagi," dia berkata dingin.
"Jangan sentuh satupun anggota keluargaku.
Kalau tidak, aku akan?" Dia tercekat. Menelan
keras dan mencoba sekali lagi. "Kalau tidak aku
Animorphs - 50 The Ultimate di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
akan?" Akhirnya, dia bisa menerima kenyataan.
Ibu Rachel yang sekuat paku akhirnya
menyadari betapa rentannya kami semua.
Aku melihat Marco menyeringai dan
berbalik. Hanya orangtua Marco lah yang sudah
menerima posisi mereka sebagai pejuang
gerilya " dan sebagai pengungsi.
25 Air mata mulai mengalir di wajah Naomi.
Rasanya tidak benar hanya mengawasai tanpa
melakukan apa-apa untuk mengurangi deritanya.
Tapi apakah Naomi mau menerima penghiburan
dari aku yang kaki tangan putrinya"
Dari seorang bocah" Lalu Eva bergabung dengan kelompok kecil
mereka. Meletakkan tangan ke sekeliling pundak
Naomi. "Butuh waktu untuk menerimanya," dia
berkata lembut. "Mari. Kita ngobrol."
Pelan-pelan, dua wanita itu berjalan menuju
kabin Eva. Jordan dan Sara mengikuti mereka.
"Bisakah kau bicara kepada Rachel?" aku
berkata pelan kepada Jake. "Dia meledak seperti
itu kepada ibunya, hanya akan membuat Naomi
semakin enggan menerima ini semua."
Suara Jake terdengar tidak sabar. "Aku sudah
coba tapi Rachel tidak mau dengar. Jadi, tidak, aku
tidak akan bicara lagi kepadanya tentang ini. Dan
tidak, aku tidak mau membicarakn perasaanku
kepadamu." Aku berdiri diam, tidak mempercayakan diriku
untuk bergerak. Aku merasa ditampar.
Jake menurunkan matanya, berbalik dan
melangkah pergi. Aku mengejarnya. "Jake!
Semuanya menjadi kacau."
Dia melirik ku. Matanya terlihat hitam dan liar.
Untuk pertama kalinya sejak aku mengenal dan
mencintai Jake, aku takut kepadanya. Takut
dengan apa yang mungkin terjadi kepadanya.
26 "Kau pikir aku tidak tahu itu" Aku tahu kita
menjadi terpecah. Membuat kesalahan. Aku
tahu kita bikin naik darah satu sama lain. Dan
aku tahu jika bukan karena Toby, semua
perkemahan ini mungkin sudah jadi lubang di
tanah sekarang. Yang aku tidak tahu, Cassie,
dan inilah bagian susahnya" yang aku tidak
tahu adalah apa yang harus kulakukan
terhadap itu semua."
Aku pernah ungkapan, "hatiku hampir
patah". Sekarang, aku tahu apa artinya.
Aku mengesampingkan amarahku dan
berjalan di sebelah Jake.
"Akan butuh waktu," aku berkata tenang.
"Orang-orang ini, orangtua kami, mereka
terpaksa ikut ke dalam semua ini " perkemahan
pengungsi ini " di luar kehendak mereka. Dunia
mereka hancur lebur. Kita harus menghargai
keengganan mereka untuk berjuang bersama
kita. Namun, Jake, seseorang harus mengambil
alih komando, memimpin."
"Baik. Kau saja."
"Tidak," aku berkata tegas. "Aku bukan
pemimpin, Jake. Kau pemimpin kami. Kau yang
harus bicara kepada orangtuaku. Dan kepada
ibu dan adik-adik Rachel. Bahkan kepada ibu
Tobias." "Kenapa mereka harus mendengarkanku?"
Jake berkata balik. "Lihat situasinya. Kita
sedang bersembunyi di hutan, hidup dalam
belas kasihan Hork-Bajir. Jika kau orang
dewasa "atau bahkan seorang anak yang lain,
27 bukan Cassie " akankah kau mau mendengarkanku" Tidak akan, kan. Jadi kenapa
kau tidak tinggalkan aku sendirian saja?"
Dia memandangku. Lalu memalingkan kepalanya. "Kumohon, Cassie."
Jake mempercepat langkahnya dan meninggalkanku di belakang.
"Berhenti mengasihani dirimu sendiri," aku
memanggilnya. Putus asa. Dia tidak berhenti. "Kau bertingkah seperti seorang penegcut!"
Begitu kata-kata itu terlontar dari mulutku, aku
langsung menyesalinya. Jake berhenti. Berbalik. Wajahnya tidak
kukenali. "Kau bilang aku apa?"
Dia mendengarku. Sudah terlambat untuk
menarik kata-kataku. "Seorang pengecut," aku
mengulang, berkedip. "Sekarang, di saat krisis
terakhir memuncak, kau balik badan."
Aku tidak mengharapkan dia tertawa. "Aku
bukan pengecut," suaranya terdengar lelah. " Aku
hanya memberi kesempatan berjuang kepada
semua orang. Aku tidak akan memaksa orang
melakukan apa yang aku katakan saat aku bahkan
tidak tahu pasti mana yang benar atau salah. Mana
yang pintar mana yang bodoh. Cassie, ini salahku
kita dalam pelarian. Kau tidak bisa menyangkal hal
itu." Aku berjalan menghampiri Jake, mengambil
napas dalam-dalam, dan mencoba untuk terdengar
masuk akal. Meraih tangannya dan menggenggamnya erat. 28 "Mungkin kau benar, Jake. Dan mungkin kau
salah. Mungkin kau seorang pemimpin yang
baik." Dia mencoba menarik diri tapi aku tidak
membiarkannya pergi. "Tidak, Jake. Dengar. Jika itu benar, maka
kau harus mengambil komando. Dan jika benar
kau adalah kesalahan dan itu benar adalah
salahmu, maka kau harus bertanggung jawab
untuk mengeluarkan kami dari sini. Kami
membutuhkan dirimu, Jake. Apapun itu,
memang harus dirimu."
Cara yang murahan, aku menyerang
kelemahannya. Jake selalu peduli dengan rasa
tanggung jawabnya. Aku bisa melihat dia
melunak. "Marco bisa memimpin," katanya tanpa
daya. Dia menarik tangannya sekali lagi. Kali ini
aku melepaskannya. "Dia lebih pintar dariku.
Atau Tobias. Atau Ax. Atau kau. Rachel. Siapa
pun. Siapa pun kecuali aku. Kau tahu kenapa
dulu aku yang jadi pemimpin, Cassie" Karena
dahulu kala, Marco bilang aku pemimpin."
"Jake, itu tidak sepenuhnya benar?"
"Yah, sekarang masa jabatanku sudah usai,"
dia melanjutkan dengan pahit. "Jadi bagaimana
kalau sekarang kalian yang memecahkan
semua dan memberitahu apa yang harus
kulakukan." Kemudian dia berbalik dan berjalan pergi.
Dan terus berjalan. 29 Sore itu aku berbohong kepada semua orang
dan mengatakan bahwa Jake mengadakan rapat
nanti malam. Lalu aku memberitahu Jake tentang rapat itu,
dua menit sebelum rapatnya dimulai.
Dia tidak begitu senang. Tapi juga tidak marah.
Dia hanya terlihat" netral.
Sudah pernah berkemah"
Duduk mengelilingi api unggun bersama temanteman"
Bernyanyi bersama kakak-kakak pembimbing"
Membakar marshmallow sambil mendengar ceritacerita seram"
Yah, yang kami lakukan tidak persis begitu.
Alasan kami berkemah lebih menyedihkan dari
perkemahan yang biasa. Para manusia dan Toby duduk mengelilingi api
kecil yang ditutup kain lembab. Jika kami
mendengar suara helikopter di atas, apinya akan
segera dipadamkan. 30 Setiap wajah-wajah itu menunjukkan
ketakutan. Beberapa malah menunjukkan
ketidakpastian. Para Hork-Bajir berkumpul di belakang
lingkaran manusia. Ada yang duduk, dengan
canggung. Beberapa dari mereka berdiri,
menjulang. Anehnya, semua diam. Tidak ada yang
bergumam. Tidak ada bisik-bisik.
Jake memandang ke dalam api.
Rachel melipatkan tangan ke dada.
Marco mendongak menatap langit, seolah
dia tidak peduli dengan apapun yang terjadi di
sekitar api unggun. Ax berdiri di belakang Toby, mata utama
menatap ke depan. Mata tanduknya berputar
mengamati suasana sekitar.
Loren dan Tobias duduk bersebelahan,
bahu saling menyentuh. Tobias dalam wujud
manusianya lagi. Mereka duduk di sana tapi
entah bagaimana mereka ada dalam dunia
mereka berdua. Toby mengintip dari api. "Jake" Kau
mengumpulkan kami semua. Apa ada hal
penting yang hendak dikatakan?"
Jake melihat ke arahnya. Menggelengkan
kepala. Aku berdiri. "Um. Sebenarnya, aku. Aku
yang meminta rapat ini."
Rachel berbalik menatapku, penasaran.
Marco dan Tobias juga. 31 "Aku hanya mau kita semua bicara," aku
menjelaskan. "Biar semuanya jelas. Kita tidak
bekerja bersama. Tidak sebagai Animorphs. Tidak
sebagai keluarga. Tidak sebagai satu kelompok."
Tidak ada yang memprotes jadi aku
melanjutkan. "Aku tahu ini tidak mudah bagi kalian," Aku
melanjutkan melihat ke arah orangtuaku, lalu ke ibu
Rachel "Tapi jika kalian mencoba untuk mengerti
apa yang sedang kami lakukan, yang kami percaya
untuk kebaikan semua orang dan?"
Ibu Rachel mengeluarkan suara yang seperti
campuran antara "bah" dan "harrumph."
Aku rasa itu bahasa pengacara untuk "sudahi
omong kosongmu." "Mengapa aku yang ditatar oleh mu?" dia
menuntut, melihat ke arah para orangtua yang lain
untuk meminta dukungan. "Mengapa kami harus
menolerir ini semua" Kami di hutan. Kami tinggal
kotor-kotoran " bersama alien, demi Tuhan! Dan
setiap kali aku mencoba pergi " makhluk berpisau
yang mengerikan itu menghentikanku. Akui saja."
Naomi memandang para orang dewasa
bergantian. "Michelle. Walter. Eva, Peter, Loren.
Kita ini sedang ditahan. Mengapa?"
Rachel mencondongkan badan ke depan.
Matanya berbinar dengan berbahaya.
"Berapa kali harus kubilang, Mom" Kami
mencoba menghentikan Yeerk menguasai planet
ini. Dan kami berusaha untuk tetap hidup
melakukannya. Berusaha agar kalian juga tetap
hidup. Beberapa bulan belakangan ini, ketika ibu
sibuk berjuang di atas kertas di meja pengadilan,
32 Jake dan aku dan yang lainnya" Kami
berjuang di medan perang."
Ibu Rachel berdiri. "Aku sudah muak dengan
semua cercaanmu. Sejak kapan kau jadi begitu
arogan" Begitu yakin tidak ada yang bisa
diselesaikan dengan negosiasi dan perundingan. Begitu yakin semua perselisihan
harus diselesaikan dengan pertempuran atau
kekerasan."
Animorphs - 50 The Ultimate di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Begitulah Rachel kami." Marco menggumam. "Kenapa ibu tidak mau dengar?" Rachel
berteriak. Isak tangis Sara pecah. "Mommy, aku mau
pulang. Aku mau Daddy!"
Naomi berlutut dan menarik anak bungsunya ke dalam pelukan. Membelai
kepalanya. Bukan cuma mereka yang merindukan
kehidupan teratur dan aman yang sudah
mereka tinggalkan. Hening yang cukup panjang, dipecahkan
hanya oleh isak Sara. Akhirnya, ayahku angkat bicara.
"Apa yang mereka inginkan" Para Yeerk ini.
Cassie, tentunya mereka bisa diajak berunding.
Pasti bisa. Apa yang bisa kita berikan supaya
mereka puas?" "Jiwa kita," Jake menjawab pelan. Kata-kata
pertama yang diucapkannya sepanjang malam
ini. "Itu juga kalau mereka masih belum punya."
33 Jake berdiri. Enggan, namun dia berdiri.
"Selama Visser One masih berkuasa, tidak
mungkin ada negosiasi. Dia ingin kendali penuh
atas Bumi dan semua penghuninya. Jika ada
Visser lain yang mengambil alih, mungkin hal
tersebut bisa berubah. Mungkin. Tapi untuk
sekarang, kita harus menghadapi kenyataan ini."
"Ada Visser yang lain?" ayahku bertanya penuh
harap. "Mungkinkah kita meminta kepada Visser
One untuk berunding dengan Visser yang lain?"
Eva tersenyum kecil. Memandang Jake, lalu
beralih ke ayahku. 34 "Aku tidak bermaksud merendahkan,
Walter," dia berkata. "Tapi kau tidak tahu siapa
yang kita hadapi ini. Jika kita mendatangi Visser
One untuk alasan apa saja, dia akan
membunuh kita. Titik. Itu jika kita beruntung.
Jika dia berhenti untuk berpikir, dia mungkin
akan menyiksa kita dahulu. Kalau-kalau kita
menyimpang informasi yang bisa berguna
untuknya." Ibuku menggigil. Ayahku meletakkan tangan
di pundaknya. Naomi memandang Rachel. Wajahnya
tegang. "Aku punya tiga anak untuk dijaga," dia
berkata. "Setahun lagi, aku ingin masih punya
tiga anak. Apa yang harus kulakukan supaya
mereka tetap aman?" "Percaya kau sedang dalam perang," Eva
berkata simpel. "Kau adalah orangtua sekaligus
seorang tentara. Belajarlah untuk mengikuti
perintah. Belajar untuk menghargai pengalaman." "Oke, baiklah," Naomi menjawab ketus.
"Eva, kau dulunya orang penting dalam
organisasi Yeerk. Kau tahu pola pikir musuh.
Apa yang mereka lakukan. Dan kau cukup tua
untuk menyetir. Aku akan menerima kata-kata
mu." Eva menggeleng. "Hanya ada satu musuh
yang dihormati Visser One. Dan dia takuti. Dan
itu adalah Jake. Dia harus jadi pemimpin kita."
Ayahku bicara lagi. "Bahkan jika dia bisa,
kita tidak boleh menunjuk. Ini sebuah tanggung
jawab besar. Tidak adil untuk memintanya."
35 Sedari awal tidak ada yang meminta
kepadanya, aku berpikir. Tidak ada yang pernah
meminta satu pun dari kami.
Aku memandang Jake. Dia terlihat seperti mau
menangis. Ayahku berdiri, berjalan ke sisi Jake, dan
meletakkan tangannya ke pundak Jake. "Aku tidak
mengerti semua ini, Jake. Aku bahkan tidak
mengerti apa yang terjadi kepada orangtuamu.
Tapi sampai mereka kembali" atau" yah, aku
mau kau menganggap dirimu sebagai keluarga
kami." Mulut Jake menegang. Ya, dia akan menangis.
Aku merasa perutku seperti ditonjok.
Jika Jake menangis, aku juga menangis.
Kami semua akan menangis. Kami semua akan
jadi satu kelompok yang menangis, menjerit, penuh
rasa bersalah, dan ketakutan.
Anak-anak. Orang dewasa. Hork-Bajir. Bahkan
mungkin Ax. Bertahan. Aku memberi kekuatan mental
kepada Jake. Bertahanlah.
Aku melihat Rachel mengawasinya, mata
birunya melebar dengan prihatin. Bahkan ibu
Rachel, yang bukan penggemar Jake belakangan
ini, sepertinya menunggu reaksi.
Para Hork-Bajir memandang Toby. Mereka
menunggu petunjuk dari dirinya. Tapi mata Toby
terpaku kepada Jake. Rahang bawahnya yang
besar terjorok ke depan. Jake adalah pusatnya. Jika pusat itu tidak kuat"
36 Sepertinya kami menunggu berjam-jam.
Tapi sebenarnya mungkin cuma tiga puluh atau
empat puluh detik sebelum Jake berdiri lebih
tinggi dan menghembuskan napas nya dengan
panjang. Dia bertemu dengan mataku, lalu
ayahku. Saat dia berbicara, suaranya terdengar
mantap dan lantang. "Aku menghargai itu. Sungguh. Dan aku
menghargai fakta Anda menganggap penunjukanku tidak adil. Lucunya, aku setuju.
Memang tidak adil. Tapi menurutku sudah
bukan rahasia lagi bahwa hidup itu tidak adil."
Naomi menggumamkan sesuatu, namun
lantas terlihat malu sendiri karena sudah
memotong. "Begini," Jake melanjutkan. "Ini bukan
kehidupan yang aku pilih. Jika aku bisa balik,
mengulang semuanya lagi" Tapi aku tahu,
entah aku suka atau tidak, kalian suka atau
tidak, aku adalah orang yang paling tepat untuk
posisi ini. Mengertilah. Aku tidak mau. Aku
hanya bersedia melakukannya. Jika kalian ingin
menunjukku. Itu keputusan kalian."
Ayahku melihat ke ibu. Ibu memandang Eva. Eva menggenggam tangan suaminya.
Mengangguk ke Loren. Kemudian, dia
mengangkat tangannya. Begitu juga ibuku. Begitu juga ayahku dan Loren dan Peter.
Begitu juga Toby dan semua Hork-Bajir.
Ibu Rachel melongo. Memandang ke seluruh
kelompok, dari wajah satu ke wajah serius lainnya.
Akhirnya, dia juga mengangkat tangan, tapi hanya
setengah jalan, seolah dia sudah kalah.
"Kegilaan massal, " ucapnya. "Cuma itu yang
bisa kukatakan. Jadi, apa rencanamu, Tsar Jake?"
"Rencanaku?" Jake memasukkan tangan ke
dalam saku. "Menjaga kita semua tetap hidup."
Jika ini sebuah film, kami akan berdiri dan
bersorak. Berikrar akan mengikuti pemimpin kami
ke mana pun, bahkan ke liang kubur. Sampai mati.
Braveheart. The Patriot. Gladiator. Satu untuk
semua. Semua untuk satu. Bla bla bla. Tapi ini bukan film. Ini kenyataan.
Aku menatap wajah Jake. Aku harus mengakui
dia tidak terlihat seperti pemimpin yang
inspirasional. Dia hanya terlihat seperti bocah sedih yang
tersiksa. Dan aku merasa itu semua salahku.
38 37 Esoknya, pagi-pagi sekali, Jake mengumpulkan kami semua. Diam-diam
"Kita tidak bisa terus seperti ini," katanya.
Marco tertawa sampai tersedak. "Nah, itu
baru pernyataan yang dalem."
Jake nyengir kuda. "Mari tinjau ulang.
Keadaan sudah berubah. Sumber informasi kita
yang biasa juga mengalami kesulitan. Para
Chee tidak mendengar kabar apa-apa, yang
artinya pasukan Yeerk meningkatkan keamanan mereka dari dalam."
"Dan gerakan perdamaian Yeerk," aku
berkata. "Kita kehilangan kontak dengan Pak
Tidwell di sekolah. Pastilah dia mengira kita
menghilang karena mulai bergerak di bawah
tanah." 39 "Jadi mungkin sebaiknya kita menghubunginya," Tobias menyarankan.
"Terlalu lamban," Rachel berkata. "Kita butuh
aksi dan hasil lebih dari kita membutuhkan intelijen.
Lagipula, kita tahu Visser One sudah menghancurkan gerakan tersebut."
berkata,
komandan pesawat induk Andalite. Para Yeerk
sungguh bertekad untuk menemukan gerakan
pemberontak, lebih dari sebelumnya.>
Rachel mengernyitkan dahi. "Jadi, kita harus
bagaimana?" Jake memandang kami satu persatu. "Aku kira
sudah saatnya," dia berkata.
"Ya," dia menjawab. "Kubus Pengubah-Wujud."
Kubus Pengubah-Wujud. Berkah. Sekaligus kutukan. Dulu kami pernah mencoba mengikatnya ke
bola boling dan menenggelamkan benda itu ke
tengah laut. Masalahnya cuma kami tidak yakin bahkan
dengan cara tersebut, seseorang tidak bakal
menemukannya. "Kita tidak bisa terus-terusan sendiri," Jake
berkata. "Para Yeerk sudah mengetahui siapa kita.
Mereka tahu nama kita. Mereka tahu wajah kita.
Jika mereka berhasil mengalahkan kita, tidak akan
ada pengganti. Segala perjuangan akan berakhir.
40 Sudah saatnya kita membentuk pasukan.
Memperbanyak jumlah kita. Para Chee tidak
akan bisa membantu. Gerakan perdamaian
Yeerk tidak diketahui statusnya. Dan jelas kita
tidak bisa minta bantuan kepada Ellimist."
Marco menggaruk belakang kepalanya yang
tidak gatal. "Pasukan Animorphs" Aku hanya
merasa enggak nyaman dengan ide itu."
"Tidak mungkin!" Rachel meledak. "Kita
sudah pernah mencobanya sekali. Bencana.
Apa cuma aku yang masih ingat sama David?"
Animorphs - 50 The Ultimate di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tidak. Bukan cuma Rachel yang ingat. Aku
beradu pandang dengannya, dan aku berpaling.
Belum lama ini, Rachel bertemu lagi dengan
David. Seorang anak yang kami jadikan nothlit
karena dia berniat menyerahkan kami kepada
Yeerk. Seorang anak yang kami jadikan Animorphs
saat orangtuanya diambil dan dijadikan
Pengendali. Dari seorang bocah biasa, anak yang agak
bermasalah sih, menjadi Animorph, menjadi
mata-mata dan pengkhianat. Menjadi tikus.
Selamanya. Lalu, secara mengejutkan, menjadi pembantu Crayak. Makhluk yang sama kuatnya
dengan Ellimist, tapi versi jahat.
Singkat cerita: Crayak benci Jake. Dia
melakukan apa saja dalam permainan
kosmiknya untuk mengalahkan Jake. Baru-baru
ini, dia mengadu David dengan musuh
bebuyutan anak itu. Rachel.
41 Pada akhirnya, Rachel menolak pengaruh
manipulasi Crayak terhadap sisi gelap dirinya.
Menolak untuk menyerahkan Jake. Mengalahkan
David sekali lagi. Tapi apakah dia membunuh
David" Aku tidak tahu. Dia tidak cerita. Rachel
tidak akan pernah mau bercerita tentang itu.
Marco mengangguk. "Aku setuju dengan
Rachel. Tidak boleh ada Animorphs lagi.
Resikonya terlalu besar."
"Jadi mungkin manusia bukan kandidat yang
tepat untuk jadi Animorphs," Jake bersikeras.
"Bagaimana dengan Hork-Bajir"
Diam sebentar. Lalu serentak kami semua
berkata, "Tidak."
Saat kau berubah menjadi binatang lain, akan
ada waktu di mana otak dan insting binatang itu
mendominasi pikiranmu. Butuh fokus dan disiplin
mental yang banyak untuk dapat mengendalikan
insting binatang tersebut. Untuk membuatnya
bekerja sesuai, bukan berlawanan, dengan
otakmu. Hork-Bajir mungkin tidak akan bisa mengatasi
fase tersebut. Mereka kemungkinan besar akan
menyerah kepada tikus yang panik atau cumi-cumi
yang agresif. Lagipula, Hork-Bajir tidak memerlukan kemampuan berubah wujud. Tubuh
mereka sendiri sudah cocok untuk bertempur.
"Oke, jadi harus manusia," Jake berkata.
"Bagaimana dengan para orangtua?"
"Pendapatku tadi ditolak?" Marco berkata.
"Baiklah. Tapi jangan orangtuaku." Wajah Marco
terlihat suram, tidak ada lelucon di dalam suaranya.
42 "Ibuku baru saja keluar dari garis depan
pertempuran. Dan ayahku sudah mengalami
neraka versi dirinya sendiri. Dia seharusnya
sudah mati, ingat" Kehilangan pekerjaan, istri
keduanya?" "Bagaimana dengan orangtua Cassie?" Jake
bertanya. "Atau ibu Rachel?"
Marco menggelengkan kepalanya sebelum
aku sempat bicara. "Jangan tersinggung,
Cassie, tapi menurutku orangtuamu itu lebih
cinta damai, pecinta-pohon-lebih-parah dari
dirimu. Dan ibu Rachel bahkan lebih keraskepala-sukar-diprediksi lagi dari pada Rachel."
"Hey!" Rachel menggertak.
"Oke! Oke!" Jake mengangkat tangannya.
"Waktu kita tidak banyak. Tik-tok. Kita butuh
ide."
Pandangan elangnya menatap lebih tajam dari
yang biasa.
berubah wujud. Dan dia mungkin akan
bertempur jika harus. Tapi setelah semua yang
dia lalui" maksudku, dia bahkan tidak ingat
siapa ayahku. Atau siapa aku.>
"Tidak masalah," Jake meyakinkan Tobias.
"Jadi, orangtua kita dicoret dari daftar."
"Harus anak-anak," usul Marco sambil
merenung. "Orang dewasa terlalu terikat
dengan kenyataan. Lebih susah buat mereka
dalam menerima kenyataan, bahkan saat
kenyataan itu menimpuk muka mereka."
itu. Menurut mereka kita keren. Oke, menurut
mereka kita alien, tapi kan tetap saja."
"Yeah," Jake berkata. "Kita akan mencari anakanak. Tapi masalahnya adalah kita harus mencari
tahu dulu mana yang Pengendali, mana yang
bukan. Setiap hari, setiap jam, setiap detik sangat
berharga. Kita tidak punya untuk mengawasi calon
anggota selama tiga hari dulu."
Fakta: Pengendali harus kembali ke kolam
Yeerk setiap tiga hari sekali untuk mendapat
asupan sinar Kandrona. Jika tidak, mereka akan
kelaparan. Cara yang buruk untuk mati dalam
standar planet manapun. Sayangnya, satu-satunya cara untuk memastikan apakah seseorang sudah disusupi
Yeerk atau belum adalah dengan mengawasi
mereka selama tiga hari. Jika mereka tidak
berusaha ke tempat yang ada sinar Kandrona nya,
berarti mereka aman.
dengan menggebu dia bilang,
Siapa yang kita tahu pasti bukan seorang
Pengendali"> Butuh waktu semenit. Kemudian, aku mengerti. 44 43 "Yeerk tidak tertarik kepada ibu mu sebelum
dia bisa berubah wujud," aku berkata dengan
jujur. "Yeerk tidak menginginkan Pengendali
yang buta. Mereka tidak butuh Pengendali
cacat. Orang tuli, orang-orang di kursi roda,
orang-orang dengan penyakit serius."
Dia benar," Rachel berkata pelan-pelan.
"Aku belum pernah melihat ada Pengendali
yang duduk di kursi roda. Dan berani taruhan,
mereka membunuh Pengendali-manusia yang
kena kanker atau kehilangan anggota badan. "
"Begitu juga dengan alien," Marco menambahkan, mencemooh Ax.
45
tersebut cacat. Vecols. Mereka tidak berguna di
dalam pertempuran.> Ax merespon dengan dingin.
"Tidak semua spesies mengukur orang dengan
kemampuan mereka bertempur," aku berkata.
Ax mengangguk. "Aku mengerti. Tapi Yeerk
tidak." Marco tertawa. "Jika seseorang berkursi roda
bisa berubah menjadi beruang Grizzly, dia akan
bisa bertempur. Dia akan menghajar banyak
pantat." Rachel mengernyit. "Masalahnya, perubahan
wujud hanya mengembalikan kita ke kondisi saat
kita dilahirkan, betul, Ax?"
Ax mengangguk dan Rachel melanjutkan.
"Salah satu dari mereka mungkin akan hampir
melewati batas waktu dua-jam. Begini misalkan
ada seseorang dengan satu kaki. Dia mungkin
harus berubah jadi manusia lagi di tengah-tengah
pertempuran. Dan saat itu dia akan jadi tak
berdaya. Tidak bisa kabur."
"Kita juga pasti tidak berdaya jika menghadapi
situasi seperti itu," Jake berkata penuh
pertimbangan. Sebelum aku bisa menghentikannya, udara
sepertinya telah meninggalkan paru-paruku.
Bagaimana kami bisa hidup tenang jika salah satu
dari anggota baru Animorphs yang belum
berpengalaman itu terluka dalam sebuah
pertempuran" Bahkan, meninggal" Ada yang salah
pada gagasan ini. 46 "Kita tidak akan melakukan ini," aku berkata
pelan tapi tegas.
"Tidak," aku protes. "Aku hanya kepikiran.
Aku tidak menyarankan kita benar-benar
melakukannya. Itu tidak benar."
Jake berdeham membersihkan tenggorokannya. "Cassie, merekrut anak-anak
cacat, atau anak-anak dengan kelainan fisik,
atau apapun istilahnya, mungkin adalah
kesempatan kita untuk bertahan."
"Kesempatan kita untuk bertahan. Bagaimana dengan kesempatan mereka" Kita
akan menggunakan anak dengan nasib yang
lebih buruk supaya kita bisa terus hidup" Begitu
pentingnya kah kita" Kenapa kita lebih penting
dari mereka?" "Bukan begitu maksudku, Cassie." Suara
Jake merendah tapi tetap tegas. "Orang-orang
cacat juga tinggal di planet ini. Saat aku bilang
kesempatan "kita", yang aku maksud adalah
semua orang di Bumi tanpa kecuali. Semua
orang berhak untuk ikut bertempur. Mengapa
mereka tidak kita berikan kekuatan yang
mereka butuhkan untuk bertempur"
Aku tidak tahu harus bilang apa. Jake benar.
Tiba-tiba, aku mendapat penerangan. Aku
jadi teringat ibuku. Dia benar tentang kondisi
hidup darurat yang dibangun oleh Hork-Bajir.
Namun, dia tidak bisa tidak memikirkan
tugasnya untuk menjaga para Hork-Bajir
tersebut. Tidak bisa tidak. Tugasnya adalah
47 membantu para Hork-Bajir membantu diri mereka
sendiri. Apakah kami melakukan hal yang sama dengan
memberikan anak-anak cacat kekuatan untuk
berubah wujud" Membantu mereka membantu diri
mereka sendiri" Mempersenjatai mereka untuk
mempertahankan rumah, keluarga, dunia mereka"
Atau akankah kami hanya membebani mereka
dengan penderitaan, rasa bersalah, dan rasa sakit
yang terukur besarnya"
"Kita tidak memaksa mereka untuk menerima
teknologi tersebut," Rachel menggumam. "Kita bisa
suruh mereka memilih."
Marco mengangguk. Seolah dia meyakinkan
dirinya sendiri bahwa dia sedang melakukan
perbuatan yang baik. Hal yang benar.
"Ceritakan kepada mereka apa yang terjadi,"
dia berkata. "Tawarkan mereka cara untuk
melawan balik. Untuk bertahan. Jika mereka tidak
mau terlibat, tidak apa-apa. Baiklah, lebih banyak
Animorphs berarti resiko lebih besar, tapi pada titik
ini, aku yakin resiko sudah tidak jadi soal."
"Tunggu sebentar," aku berkata. "Ada lagi. Lihat
apa yang terjadi kepada Loren. Dia buta karena
kecelakaan. Tobias memberinya kemampuan
berubah wujud, dan sekarang dia tidak lagi buta.
Seperti kata Rachel dan Ax tadi, berubah wujud
memperbaiki DNA."
"Kita tidak tahu pasti bagaimana cara kerja dan
pengaruh proses berubah wujud itu kepada
Animorphs - 50 The Ultimate di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
masing-masing orang. Dengan kondisi yang
berbeda-beda."
tegas. "Mungkin tidak bagi Andalite," aku
menyangkal. "Meskipun kita tahu beberapa
Andalite alergi terhadap teknologi itu. Ingat
Mertil. Tapi mungkin ada ketidakpastian untuk
kasus manusia. Kita belum tahu pasti. Belum
pernah ada yang memperlajarinya kan. Dan
dokter-dokter kami pun tidak mengetahui
semua penyebab dalam penyakit-penyakit
manusia." "Kesimpulannya?" Rachel bertanya.
"Mungkin ada beberapa anak yang sembuh
dengan teknologi ini. Dan lalu apa" Ke mana
mereka pergi setelah itu" Bagaimana kau bisa
menyuruh seseorang yang bisa berjalan untuk
pertama kalinya setelah bertahun-tahun, untuk
berpura-pura masih tidak bisa berjalan"
Menyuruhnya tetap di rumah sakit" Maksudku,
Yeerk akan menyadari jika ada seseorang yang
biasanya duduk di kursi roda mendadak ikut
lomba marathon. Dia akan ketahuan. Dia akan
ditangkap, disusupi, kemudian semuanya akan
ketahuan. Atau dia dipaksa untuk menghilang."
"Cassie benar, Jake," Marco berkata. "Dari
segi praktisnya, kita tidak bisa memperbanyak
49 jumlah Animorphs pengungsian. Yang kita
butuhkan adalah prajurit yang bisa tak terdeteksi
untuk waktu selama mungkin. Bisakah kita
menyuruh seorang anak yang mendadak sehat
untuk mengorbankan kebebasan yang baru
didapatnya demi misi yang kedengarannya seperti
cerita film Star Trek" Aku cuma bilang ini bisa
menjadi masalah yang besar."
Jake mengangguk. "Oke. Jadi ide ini masih
belum jelas. Beresiko. Secara moral juga kurang
bagus." Dia melihat ke arahku. "Kita bisa pikir-pikir
dulu. Tapi menurutku waktu kita sudah semakin
sedikit. Aku bilang sebaiknya kita lakukan. Marco?"
Marco ragu-ragu kemudian mengangguk.
"Tobias" Rachel?"
"Aku ikut."
Jake nyengir. Selama beberapa menit itu, dia
terlihat seperti Jake yang dulu lagi. Penuh energi
dan percaya diri. Seharusnya itu bisa membuatku bahagia. Tapi
tidak. Karena aku tidak suka dengan apa yang akan
kami lakukan. Dan karena jelas sekali sekarang,
Jake tidak peduli dengan apa yang kupikirkan.
Jake dan aku lebih dekat dari seorang teman.
Kami saling peduli. Atau paling tidak, dulu kami saling peduli.
50 Sekarang semuanya sudah berubah. Semua
orang sudah berubah. Aku tidak kenal siapasiapa lagi. Kadang, aku bahkan tidak tahu apa
yang kurasa. "Ax, Marco, jelajahi internet," Jake berkata.
"Carikan cara supaya kita bisa mencapai para
kandidat. Ingat, mereka harus anak-anak. Cari
klinik. Rumah sakit pusat rehabilitasi fisik.
Semacam itulah." Jake memandang Rachel dan Tobias.
"Kalian berdua, bersiap-siap saja. Awasi terus
para orangtua. Dan jangan sampai mereka
mengetahui tentang rencana ini. Aku yakin
mereka pasti tidak akan setuju."
"Siap laksanakan, pemimpin tak-kenaltakut." Marco.
Semangat kepastian " dari suatu kemungkinan " menyala di mata Jake. "Kita
akan mulai dengan sekelompok kecil dulu. Jika
berhasil, kita tambah jumlahnya. Dan jika
jumlah kita sudah cukup banyak, kita akan bikin
pasukan Yeerk mengejar Animorphs di
manapun mereka berada."
Yang lain bubar, mengerjakan tugas mereka
masing-masing. Akhirnya, Jake menatapku. Ekspresi Jake
yang dulu, yang inspirasional tampak sedikit di
wajahnya. "Cassie" Kau ikut bersama kami, kan?"
Aku marah. Dan aku tersinggung.
Tapi apa yang bisa kulakukan"
51 Akulah orang yang bersikeras agar kami
mengikuti Jake. Jake ku Bagaimana mungkin aku menolaknya sekarang" 51 Marco menemukan satu tempat. Pusat
rehabilitasi untuk anak-anak di kota yang tak
jauh dari tempat kami. Kami memutuskan Jake, Marco, dan aku
yang pergi ke sana. Berbahaya jika kami semua
datang ke sana karena Yeerk sudah tahu
berapa jumlah kami. Dan seseorang harus
menjaga perkemahan kalau-kalau ada serangan mendadak " untuk menjaga para
orangtua jika kami tidak berhasil kembali
dengan selamat. Kami berangkat dalam wujud burung
pemangsa, bersama tapi berjauhan. Jake
sebagai burung alap-alap. Marco dan aku jadi
burung Osprey "elang laut. Ax sudah
membongkar Kubus Pengubah Wujud sehingga
53 kami bisa membawa sebagian kecilnya masingmasing.
Satu masalah. Jake menyarankan agar kami
tidak langsung terbang ke pusat rehab itu. Kami
harus sedikit berputar, karena siapa tahu kami
sedang diawasi. Masuk akal. Tapi aku tidak bisa mengerti
kenapa Jake begitu memaksakan jalan yang
berbelit dan " berbahaya. Ketika Marco
mempertanyakan tentang usulnya itu " "Kau
bercanda, kan?""Jake menjawab dengan berang.
"Kau sudah setuju dengan rencanaku. Jadi
lakukan sesuai yang kukatakan. Habis soal."
Marco adalah sobat karib Jake. Dia juga sangat
pintar. Dia tahu bagaimana memilih pertempuran.
"Hey, maaf, kau benar. Kata-katamu adalah
perintah bagiku." Lalu dia melihat ke arahku dan aku tahu dia
sedang sangat waspada. Kami mendarat dan berubah menjadi manusia
lagi di gang belakang toko sepeda hanya beberapa
blok dari pusat rehab. Seiring waktu kami belajar untuk berubah
sambil mengenakan pakaian yang sedikit lebih
longgar dari pakaian senam. Sekanrang kami
sudah bisa berubah dalam kostum atlit balap
sepeda. Tiga bocah bercelana sepeda yang
pendek lagi nongkrong di luar toko sepeda sama
sekali tidak mencurigakan. Memang sih, kami
belum belajar cara berubah pakai sepatu..
54 Setidaknya dua puluh sepeda " sepeda
gunung, sepeda balap, dan jenis campuran "
terparkir di rak panjang pada jalan masuk di
depan toko. Beberapa tidak dikunci. Helm
bergelantungan dari sepuluh setang sepeda.
"Jadi, Jake. Biar aku luruskan." Marco. "Kita
ambil tiga sepeda untuk pergi ke pusat rehab."
Kemudian, untuk meyakinkan dirinya sendiri:
"Oke. Tidak akan ada yang memperhatikan kita.
Semua orang naik sepeda."
Jake mengangguk. "Kita bersembunyi di
keramaian." "Kembali ke masalah sepeda," aku berkata.
"Kita "ambil" itu maksudnya kita "curi", kan."
Marco memutar bola matanya. "Permainan
kata. Aku lebih suka mengartikannya dengan
kata "pinjam". Kita akan usahakan untuk
mengembalikan sepeda tersebut nanti."
Jake memandang ke ujung jalan. "Baiklah,"
dia berkata. Aku tidak bisa menahan diri. Aku protes,
lagi. "Jake?" Jake mendelik kepadaku. Delikan yang
sangat tak bersahabat. Aku kaget. Aku segera memalingkan wajah.
"Aku belum pernah mencuri sepeda," Jake
berkata kepada Marco. "Ada saran?"
Marco berpura-pura tersinggung. "Apa kau
pikir aku pernah mencuri sepeda" Tapi yah, aku
sarankan kita, eh, pilih saja yang tidak terkunci
dan segera pergi seolah tidak ada apa-apa."
55 "Bagaimana jika ada orang keluar dari toko dan
melihat kita?" aku bertanya.
"Pakai ilmu Lance Armstrong. Kayuh saja
cepat-cepat. Tinggalkan mereka."
Marco menjawab sambil menarik sepeda balap merah
dari rak. Kami benar-benar terbuka. Gampang diserang.
Aku sudah ratusan kali bertempur dengan alienalien berwujud aneh. Tapi sumpah, hatiku
sekarang berdetak lebih cepat daripada saat aku
dalam wujud binatang. Berhadapan dengan
sepasukan monster angkasa luar.
Baru saja aku bersiap mau mengayuh sebuah
sepeda hybrid hitam, aku mendengar suara itu.
"Andalite! Pemberontak!"
Tseeew! Tseeew! Tiga Pengendali-manusia muncul dari dalam
toko sepeda. Sinar Dracon menyerempet ujung
rambutku. Tentu saja di setiap sudut kota ada Yeerk nya.
Satu toko sepeda, tiga Starbucks, Barnes & Noble
yang besar, 4 McDonald"s. Sudah jelas mereka
ada di sana menunggu kami.
Mengapa Jake bersikeras melaksanakan
rencana berbahaya ini" Mengapa Marco dan aku
mau saja membantunya memenuhi dahaga-apanya" Haus akan bahaya" Adrenalin"
Untuk beberapa detik aku memikirkan hal yang
tidak mungkin. 56 Memikirkan Jake sudah benar-benar
kehilangan kemampuannya berpikir jernih
sebagai pemimpin. Memikirkan karena ulahku
yang mendorongnya terlalu keras, dia sekarang
jatuh ke dalam jurang. Sekarang bukan waktunya untuk merenung.
"Ayo pergi!" dia berteriak.
Kami langsung cabut! Wham! WhamWhamWham! Pintu mobil
dibanting. Para Pengendali mengejar kami
dengan mobil. Mereka akan menyusul kami
dalam beberapa detik saja.
"Keluar dari jalan!" perintah Jake. Dia naik
ke trotoar di pinggir jalan. Masuk ke dalam gang
yang terlalu sempit untuk dilewati mobil.
Aku dan Marco mengikutinya, mengayuh
secepat mungkin. Lebar gang tersebut hanya dua puluh kaki.
Kami melaju cepat melewati tong sampah yang
kepenuhan, kucing yang sedang tidur, dan sofa
yang dibuang. Melindas lubang di jalan, kacakaca pecah, dan bekas kaleng minyak tanah.
Kami terus mengayuh sampai ke ujung gang
yang ternyata buntu. Sekarang bagaimana" Slapslapslapslap! Derap langkah terdengar dari belakang
kami! Pengendali-manusia mengejar kami
sekarang. Semakin dekat. "Berubah, " perintah Jake.
"Wujud tempur?" Marco menjatuhkan
sepedanya dengan keras. 57 "Tidak." Jake mengangguk ke arah pintu
belakang beberapa toko. "Kecoak."
Kali ini, perubahan wujud langsung terjadi
Animorphs - 50 The Ultimate di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
begitu aku membayangkan gambar kecoak di
dalam pikiranku. WHOOSH! Aku mengecil dengan cepat.
SCHLOOP! Mini-Cassie. Cukup kecil sehingga pecahan
kaca tadi menjadi sebesar bongkahan batu.
Seperti kaset video yang dipercepat, kerangka
luar kecoak tumbuh menutupi tubuhku.
Tubuhku sendiri mulai terbagi-bagi. Muncul
antene dan beberapa organ menjijikkan yang
membuat kecoak tak terkalahkan.
Perubahan wujudku selesai begitu aku
memulainya. Di sekitarku, aku merasakan getaran dari kakikaki Pengendali. Terlambat. Kami menyelinap
masuk ke dalam retakan di pintu dan menghilang.
Kami menjadi manusia lagi dan memeriksa
tempat ini. Ruangan gelap yang berdebu. Aku susay payah
menahan bersin. Suara-suara dan cahaya datang dari ruangan di
sebalik pintu. Pintunya sedikit terbuka. Jake
memberi isyarat agar kami tidak membuat suara.
Kami mengintip dari balik pintu.
Dan melihat wanita tua sedang mengangkat
pedang yang besar. 58 "Yang ini sedang ngetren," dia memberitahu
sekelompok anak-anak seusia kami. Mungkin
sedikit lebih tua. "Bajak Laut kembali keren
tahun ini." Aku mundur selangkah, berbalik, dan
berhadapan dengan wajah pucat seorang
wanita berambut merah yang sangat panjang.
Nyaris saja aku berteriak.
Bukan orang. Kepala sterofoam dengan
rambut palsu. Marco menarik kelinci palsu dari dalam
sebuah topi tinggi. Jake mengambil topeng Spider-Man.
Kami berada di dalam gudang toko kostum.
"Aku merasa bodoh."
"Kau terlihat bodoh," aku mengonfirmasi.
Kostum penyihir Marco norak sekali. Pakaian
ketat berbahan polyester mengkilat yang dibentuk
seperti tuksedo. Malah lebih mirip seperti seragam
gadis panggung Las Vegas, lengkap dengan jubah
tebal yang didempul warna emas.
Aku sendiri juga terlihat bodoh, berpakaian
seperti peramal dalam film-film kelas B.
"Sssh!" Gelang-gelang ini mestinya ku copot saja, aku
menyadari. Terlalu berisik.
"Maaf," aku berbisik kepada Jake. Aku
melepaskan perhiasan palsu itu dan meletakkannya di lemari. Marco menggerutu. "Kenapa cuma dia yang
tidak terlihat seperti orang bego?"
59 60 Dia benar. Satu-satunya kostum di gudang
ini yang seukuran dengan Jake adalah kostum
yang kelihatannya seperti penyair tahun
1950an. Kemeja kerah panjang hitam, jeans
hitam, sepatu hitam, dan topi beret yang juga
hitam. Ada jenggot palsunya segala.
"Anak jenggot yang tumbuh di bawah bibir,
kurasa istilahnya soul patch." Koreksi Marco.
Aku membawa Kubus Pengubah Wujud
yang sudah kami susun kembali di kantong
dalam pakaianku yang berlapis-lapis ini.
Kami sudah menyusun rencana. Seperti
biasa, sangat beresiko. Tapi kami tidak punya
banyak pilihan: Kami bisa kembali ke gang
sebagai kecoak dan gepeng dipijak oleh para
Pengendali-manusia. Kami bisa keluar dalam
wujud manusia dan ditangkap. Atau, kami bisa
menyerbu dalam wujud tempur, bertempur
dengan mereka, dan mungkin tidak akan
pernah sampai ke pusat rehab.
Misi kami jelas. Mencari calon anggota
Animorphs. Kembali hidup-hidup.
Jadi kami menyelinap keluar dari gudang
dan bergabung dengan kelompok lima belas
anak berkostum saat mereka keluar dari toko.
Mereka menamai diri sebagai "Reveler".
Mereka adalah murid sekolah seni pertunjukan
di kota ini. Dan mereka sedang dalam
perjalanan ke pusat rehab untuk mengadakan
pertunjukan di sana. Kebetulan yang menguntungkan.
61 Marco sempat memberikan komentar-komentar
lucu tentang pria bercelana ketat.
Jake bereaksi seperti Jake yang dulu. Curiga
jikalau ada Yeerk di dalam kelompok anak-anak itu.
Kecurigaan yang beralasan, mengingat kejadian barusan. Pengendali sepertinya ada di
mana-mana. Tapi Yeerk yang sedang dalam misi
perekrutan tidak akan pergi ke tempat yang penuh
dengan manusia-manusia yang sakit. Aku berharap
demikian. Pusat rehab tersebut terletak dalam kompleks
rumah sakit yang besar. Aku hitung ada enam
belas lantai. Kami mengikuti kelompok penghibur tersebut.
Masuk dari pintu depan, melewati perawat di meja
dan satpam yang berjaga di lobi.
Tidak ada yang bertanya kepada kami.
Akhirnya, kami sampai di bangsal paling
belakang di lantai dasar.
Bangsal yang penuh dengan anak kecil.
Yang paling tua mungkin berumur tujuh tahun.
Beberapa duduk di kursi roda. Beberapa memakai
gips. Beberapa hanya berbaring di tempat tidur.
Meski keadaannya begitu, kau masih bisa
merasakan energi ceria dan gembira seorang anak
kecil. Anak-anak itu tertawa-tawa dan bertepuk
tangan saat kami masuk. Kelompok tadi langsung menyanyikan lagu
hockey tentang sinar matahari dan bunga,
senyuman dan kamar mandi. Kami mengikuti
mereka menari sedikit sambil bernyanyi. Tarian
62 yang simpel jika kau mengambil jurusan menari
di sekolah seni pertunjukan.
Marco tampak panik. "Tetap di belakang," aku berkata tanpa
suara. "Ayo keluar," Jake menambahkan.
"Cahaya matahari selalu ceria sepanjang
waktu!" para Reveler bernyanyi.
Dan begitu kelompok itu mulai melangkahstep-step ke kiri, aku step-step-melangkah ke
kanan. Keluar dari pintu dan masuk ke aula.
Beberapa step-step kemudian, Marco dan
Jake menyusulku. Jake menoleh ke belakang.
"Tidak bagus," dia berkata. "Anak-anak itu
terlalu kecil." "Yang lebih dewasa mungkin ada di lantai
lain," kata Marco. "Oke. Kita periksa lantai demi lantai sampai
menemukan mereka. Teruslah berlagak seperti
kelompok tadi." Aku tertawa. "Yeah, tadi gampang sekali."
Marco mengembangkan jubahnya. "Lebih
gampang dari yang kau bayangkan," katanya.
"Voila!" Dia merogoh ke dalam jubah dan
menarik keluar seekor merpati. Merpati hidup.
"Dari mana kau dapat itu?" Jake bertanya
heran. Marco tersenyum. "Tadi di pinggir jalan. Ada
yang salah dengan sayapnya. Tapi sepertinya
dia tidak begitu kesakitan. Aku pikir jika kita
merekrut seseorang hari ini, mereka akan butuh
63 wujud yang bisa membawa mereka keluar dari sini
tanpa menarik perhatian."
Dengan hati-hati Marco meletakkan merpati
tersebut kembali ke dalam jubahnya.
Wajah Jake membeku. Aku tahu dia sedang
memikirkan apa. Dia sedang menyalahkan dirinya
sendiri karena tidak memprediksikan kejadian hari
ini. Kejadian seperti di luar toko sepeda tadi.
"Apa?" Marco bertanya. "Kau punya ide lain"
Mungkin seekor kelinci berbulu lebat?"
"Mungkin sebaiknya kita keluar saja dari sini,"
Jake berkata tegang. "Aku punya firasat buruk. Aku
tidak.. kita coba lagi besok."
Seorang perawat melewati kami dengan
terburu-buru. Sepatunya berdecit di lantai yang
licin. Dia tersenyum dan lanjut berjalan. Jelas,
sekelompok anak berkostum bukan prioritasnya.
Saat dia lewat, Marco mengernyit "Jake, dari tadi
aku menurut. Tapi kali ini aku akan melawanmu.
Setelah semua yang terjadi di luar tadi, mungkin ini
adalah kesempatan terakhir kita masuk ke sini
tanpa memberitahu Yeerk rencana kita. Atau para
petugas ini menjadi curiga. Aku bilang, kita ambil
kesempatan, selesaikan tugas kita. Sekarang."
Marco benar. Aku memungut setumpuk majalah dari meja di
sebelah sofa yang keras. Membagikannya kepada
kami bertiga. "Ini," aku berkata. "Ikuti aku."
Kami menuju sebarisan elevator. Aku menekan
tombol. Pintunya membuka dengan bunyi ding!
Dan kami masuk. Seorang dokter menoleh dari
atas clipboard nya dan tersenyum ceria kepada
64 kami. Aku balas tersenyum. Dan untuk sesaat
aku bertanya-tanya apakah aku sedang
melempar senyum kepada Yeerk.
Kami diam saja sampai pintu terbuka di
lantai tiga. Dokter tadi melangkah keluar, dan
sebelum pergi, dia berkata. "Pergilah ke lantai
lima jika kalian sempat. Beberapa anak di sana
seusia kalian. Mereka butuh hiburan dan
teman." "Oke." Aku berkata, masih tersenyum.
Pintu mulai menutup dan Marco menekan
tombol lantai lima. Jake meletakkannya tangannya di pintu
elevator untuk mencegahnya tertutup. "Mungkin
dia menjebak kita." Aku menarik tangan Jake dari pintu dan
membiarkan pintunya tertutup. "Kau benar,
Jake. Mungkin saja ini jebakan. Kita sudah
pernah dijebak sebelumnya. Kita hadapi saja
lagi seperti waktu itu dan usahakan jangan
sampai tersedak. Oke?"
"Kau menggurui ku?" dia bertanya, dengan
tidak percaya. "Yeah, Jake. Aku baru saja mengguruimu."
Marco menekan tombol lagi dan tersenyum
muram. "Berdasarkan pengalamanku, Jakemeister. Nanti kau juga terbiasa."
65 Pintu lantai lima terbuka. Ada semacam ruang
rekreasi di salah satu ujung aula, sebelum
sepasang pintu besar. Beberapa anak cacat duduk
di kursi roda, menonton TV dan bermain kartu.
Bagian aula yang lain kosong.
Anak-anak yang bisa, menoleh, untuk melihat
siapa yang datang. Tidak ada tawa-tawa ceria di sini.
Suasana di sini terasa sangat suram.
Tapi penghuninya seumuran kami. Itulah yang
utama. Kami saling berpandangan. Lalu aku melangkah maju dan diikuti oleh Jake dan Marco
menuju satu kelompok anak di ujung. "Hai!" sapaku
ceria. "Ada yang mau baca majalah?"
66 Satu anak cowok, nyaris seluruh tubuhnya
lumpuh, menekankan jari nya ke tombol pada
kursinya, dan meluncur pergi tanpa kata.
Sikap penolakannya seharusnya tidak
menyakitkan, tapi aku lumayan tersinggung.
Dua cewek berkursi roda sedang bermain
Animorphs - 50 The Ultimate di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kartu di meja. "Apa aku salah omong?" aku menanyai
mereka. Salah satu dari mereka, cewek pucat
dengan rambut pirang pendek, memandangku
dingin, dan mengangkat alis matanya dengan
jijik. "Tidak. Dia cuma ngeri kalian akan
bernyanyi." Pemain kartu yang satunya tertawa. Dia
mengenakan kaos Olimpiade dan celana
olahraga dengan logo NIKE di bagian luar
celana kanannya. "Maaf," Marco berkata. "Harmonika ku
ketinggalan. Tapi aku bisa sulap. Sedikit."
Si cewek pucat memandangi Marco. "Aku
pernah nonton David Copperfield di New York.
Siegried dan Roy di Las Vegas. Juga Penn dan
Teller di Los Angeles. Kau pikir aku mau
melihat aksimu?" Lalu dia mengalihkan perhatiannya kembali
ke permainan kartu. Cewek bercelana olahraga tersenyum. "Ayo
lah," dia berkata. "Dia bukan pro, tapi semua
orang berhak dapat kesempatan."
67 "Yeah, dapat kesempatan untuk ditembak," si
cewek dingin marah. Kami tidak maju-maju dengan pendekatan
hiburan ini. Dan sebentar lagi sepertinya malah
kami akan diusir. "Oke," Marco bergumam. "Ingatkan aku kenapa
kita di sini?" Dia lalu beralih ke cowok orang Asia di
kursi roda di sebelah si cewek pirang. "Bagaimana
denganmu" Bisa aku menunjukkan beberapa trik
sulap yang seratus-persen-dijamin-gagal?"
Aku melihat kepala anak cowok itu bergoyang
sedikit saat dia berpindah dari melihat permainan
kartu ke TV. Aku rasa dia kena gangguan otak.
Sekarang wajahnya berkerut dan tubuhnya
mengejang. "D"d"d?"
Si cewek pucat dengan tenang dan sabar
menyusun kartunya. Dan menunggu.
Melihat cowok tadi berusaha berbicara sangat
membuatku tidak nyaman. Rasanya sakit.
"Dii..diii" diiiii.."
Jake dan Marco terlihat panik. Bingung. Aku
rasa aku juga. Apa yang harus kami lakukan
sekarang" Menunggu dia selesai berbicara" Pergi"
Berpura-pura kami tidak sadar dia sedang
berusaha mengatakan sesuatu"
Aku memandang si cewek pirang, meminta
bantuannya. Dia mengangkat alis. Oke. Jelas dia
mengharapkan untuk menyelesaikan apa yang
sudah kami mulai. Si cowok Asia menarik napas dengan gemetar
dan akhirnya berhasil mengucapkan kata itu.
Hanya satu kata, tapi dia mengucapkannya dengan
penuh kemenangan. 68 "DITTO!" Si cewek pucat meledak tertawa. Cowok itu
terkikik. Keduanya menikmati lelucon kasar
mereka. "Harusnya dia minum itu satu jam yang lalu.
Dia kesakitan." Aku berbalik ke arah suara tersebut. Suara
muda tapi dewasa. Dan marah.
Dan suara itu berasal dari anak berkursi
roda yang lain. Aku lihat rambutnya cukup
bagus. Coklat-emas dan bergelombang.
"Darimana kau tahu dia kesakitan?" si
perawat laki-laki bertanya.
"Dari matanya. Kalau kau sempatkan diri
melihatnya, kau akan tahu matanya berbicara
banyak." "James, aku tahu kau teman sekamar
Pedro, tapi?" "Aku bukan hanya teman sekamarnya,"
anak itu " James " berang. "Aku temannya.
Dan karena dia tidak bisa bicara kepadamu,
akulah yang melakukannya. Jika kalian tidak
bisa memberinya obat tepat waktu, tinggalkan
saja obat itu di meja. Biar aku yang
meminumkan." Si cewek pucat memundurkan kursi roda
nya menjauh dari meja. "Aku akan kembali," dia
memberitahu dua temannya.
Kami mengikuti cewek itu setengah jalan ke
aula, tanpa diajak. "Begini," perawat berkata. "Kami kekurangan
orang. Aku minta maaf Pedro harus menunggu,
tapi kami tidak bisa memberikan obatnya
kepadamu. Kau tidak berwenang."
"Aku ada di sini lebih lama darimu." James
memaksa. "Aku sudah ada di sini lebih lama dari
semua orang," dia menambahkan dengan getir.
"Aku rasa itu membuatku punya cukup wewenang."
Perawat tersebut tampak ragu, dan akhirnya
mengangguk. "Oke. Oke. Aku ambilkan obatnya
sekarang." Dia bergegas pergi.
Cewek itu meluncur ke sebelah James dan
berbisik pelan. James memandang ke arah kami yang sedang
berdiri canggung. "Nah?" dia berkata marah. "Siapa
Tiga Naga Sakti 4 Keris Pusaka Nogopasung Karya Kho Ping Hoo Dendam Empu Bharada 17